petunjuk teknis m-krpl isbn 978-602-9037-01-2 petunjuk...

65
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB i Petunjuk Teknis MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI NUSA TENGGARA BARAT KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN ISBN 978-602-9037-01-2

Upload: others

Post on 01-Oct-2020

20 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Petunjuk Teknis M-KRPL ISBN 978-602-9037-01-2 Petunjuk Teknisntb.litbang.pertanian.go.id/pu/krpl/juknis.pdf · 2012. 5. 30. · Petunjuk Teknis M-KRPL Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Petunjuk Teknis M-KRPL

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB i

Petunjuk Teknis MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN

LESTARI

(M-KRPL) DI NUSA TENGGARA BARAT

KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

PERTANIAN

ISBN 978-602-9037-01-2

Page 2: Petunjuk Teknis M-KRPL ISBN 978-602-9037-01-2 Petunjuk Teknisntb.litbang.pertanian.go.id/pu/krpl/juknis.pdf · 2012. 5. 30. · Petunjuk Teknis M-KRPL Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Petunjuk Teknis M-KRPL

ii Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB

BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BALAI PENGKAJIAN

TEKNOLOGI PERTANIAN NTB 2012

Page 3: Petunjuk Teknis M-KRPL ISBN 978-602-9037-01-2 Petunjuk Teknisntb.litbang.pertanian.go.id/pu/krpl/juknis.pdf · 2012. 5. 30. · Petunjuk Teknis M-KRPL Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Petunjuk Teknis M-KRPL

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB iii

Kata Pengantar Lahan pekarangan memiliki fungsi multiguna, karena

dari lahan yang relatif sempit bisa menghasilkan bahan

pangan seperti umbi-umbian, sayuran, buah-buahan; bahan

tanaman rempah dan obat, bahan kerajinan tangan; serta

bahan pangan hewani yang berasal dari unggas, ternak kecil

maupun ikan. Manfaat yang diperoleh dari pengelolaan

pekarangan antara lain dapat memenuhi kebutuhan

konsumsi dan gizi keluarga, menghemat pengeluaran harian

rumah tangga, dan memberikan tambahan pendapatan.

Manfaat tersebut akan dapat diperoleh apabila pekarangan

dirancang, direncanakan dan dikelola dengan baik.

Kementerian Pertanian melalui Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian mengharapkan agar potensi lahan

pekarangan dapat dimanfaatkan sebagai salah satu pilar

yang dapat diupayakan untuk mewujudkan kesejahteraan

keluarga, baik bagi rumah tangga di perdesaan maupun di

perkotaan dengan mengembangkan Model Kawasan Rumah

Pangan Lestari (MKRPL) secara nasional.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nusa

Tenggara Barat sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan

Penelitian dan Pengembangan Pertanian di NTB, memiliki

peran strategis dalam mendukung pengembangan M-KRPL

di NTB. Penerbitan Petunjuk Teknis M-KRPL ini diharapkan

dapat dijadikan acuan dalam pemanfaatan pekarangan

dengan mendayagunakan teknologi hasil penelitian dan

kearifan lokal secara optimal dan lestari di NTB.

Mataram, Mei 2012

Kepala Balai,

Dr. Ir. Dwi Praptomo S, MS

NIP. 19591226 198303 1 002

Page 4: Petunjuk Teknis M-KRPL ISBN 978-602-9037-01-2 Petunjuk Teknisntb.litbang.pertanian.go.id/pu/krpl/juknis.pdf · 2012. 5. 30. · Petunjuk Teknis M-KRPL Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Petunjuk Teknis M-KRPL

iv Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB

Tim Penyusun

Penanggung Jawab/Kepala BPTP NTB:

Dr. Ir. Dwi Praptomo S, MS

Ketua:

Dr. Moh. Nazam

Anggota:

Dr. K. Puspadi

Dr. Ahmad Suriadi Baiq Tri Ratna Erawati, SP.MSi

Ir. Ahmad Muzani

Ir. Prisdiminggo

Lay out: Muliadi

Rosidi Raba

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB

Jl. Raya Peninjauan Narmada Kotak Pos 1017 Mataram 83010

Telp : (0370) 671312

Faks : (0370) 671620 E-Mail : [email protected]

www.ntb.litbang.deptan.go.id

ISBN 978-602-9037-01-2

Page 5: Petunjuk Teknis M-KRPL ISBN 978-602-9037-01-2 Petunjuk Teknisntb.litbang.pertanian.go.id/pu/krpl/juknis.pdf · 2012. 5. 30. · Petunjuk Teknis M-KRPL Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Petunjuk Teknis M-KRPL

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB v

Daftar Isi

Halaman

Kata Pengantar................................................................ iii Tim Penyusun ................................................................. iv

Daftar Isi ........................................................................ v

1. PENDAHULUAN ......................................................... 1 1.1. Latar Belakang ................................................ 1

1.2. Tujuan ............................................................. 2 1.3. Sasaran ............................................................. 2

2. KONSEP DAN BATASAN ............................................. 3

3. RUANG LINGKUP KEGIATAN....................... ................. 6 3.1. Pemilihan Lokasi ..... .......................................... 6

3.2. Penyusunan Opsi M-KRPL……………………. ............ 6 3.3. Peningkatan Kapasitas SDM ................................ 7

3.4. Implementasi M-KRPL ........................................ 8

3.5. Peningkatan kinerja M-KRPL ............................... 8 3.6. Pengembangan jejaring M-KRPL ......................... 8

3.7. Replikasi M-KRPL ............................................... 9

4. TAHAPAN KEGIATAN………………………………………… ....... 10

4.1. Persiapan .......................................................... 10 4.2. Pembentukan Kelompok .................................... 10

4.3. Sosialisasi ......................................................... 10

4.4. Penguatan Kelembagaan Kelompok .................... 10 4.5. Perencanaan Kegiatan ....................................... 11

4.6. Pelatihan .......................................................... 11 4.7. Monitoring dan Evaluasi ..................................... 11

5. ORGANISASI PELAKSANA ............................................. 12

6. IMPLEMENTASI M-KRPL ............................................... 14 6.1. Pemilihan Komoditas………………………………… ...... 14

6.2. Teknologi Budidaya…………………… ..................... 14 6.3. Media tanam……………………………………………. ...... 14

6.4. Benih/Bibit……………………………………………… ....... 14 6.5. Pemeliharaan…………………………………………… ...... 15

7. UPAYA MENUJU LESTARI ........................................... 16

7.1. Pemberdayaan pendamping………………………. ...... 16 7.2. Penguatan partisipasi masyarakat……………… ....... 16

Page 6: Petunjuk Teknis M-KRPL ISBN 978-602-9037-01-2 Petunjuk Teknisntb.litbang.pertanian.go.id/pu/krpl/juknis.pdf · 2012. 5. 30. · Petunjuk Teknis M-KRPL Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Petunjuk Teknis M-KRPL

vi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB

7.3. Dukungan teknologi dan penyediaan benih… ....... 18

7.4. Kelembagaan pemasaran dan pengolahan hasil.. . .20 7.5. Pengembangan jejaring KRPL……………………. ....... 20

7.6. Diseminasi dan eskalasi KRPL……………………. ....... 21

8. PENUTUP .................................................................. 22

LAMPIRAN…………………………………………………………… ........ 24

Page 7: Petunjuk Teknis M-KRPL ISBN 978-602-9037-01-2 Petunjuk Teknisntb.litbang.pertanian.go.id/pu/krpl/juknis.pdf · 2012. 5. 30. · Petunjuk Teknis M-KRPL Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Petunjuk Teknis M-KRPL

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB

1

1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Sektor pertanian masih merupakan sektor strategis, karena memberikan lapangan kerja dan sumber penghidupan

bagi lebih dari 45% penduduk Nusa Tenggara Barat (NTB).

Ketersediaan pangan yang "cukup" merupakan hak azasi manusia yang harus selalu dijamin oleh negara bersama

masyarakat. Ketahanan pangan ditentukan oleh dua determinan kunci, yaitu ketersediaan pangan (food availability) dan akses pangan (food access). Agar masyarakat dapat mengakses pangan, ada dua kunci yang perlu

diperhatikan, yaitu akses fisik dan akses ekonomi. Masyarakat

yang memiliki lahan dan memproduksi aneka ragam pangan, maka akses fisik akan lebih mudah.

Tantangan utama dalam penyediaan pangan dihadapkan pada ketersediaan sumber daya lahan yang

semakin langka (lack of resources), baik luas maupun kualitas

serta konflik kepentingan (conflict of interest). Kelangkaan tersebut disebabkan semakin meningkatnya penggunaan

lahan pertanian ke non pertanian yang bersifat permanen (irreversible) dan multiplikasi.

Presiden RI pada acara Konferensi Dewan Ketahanan

Pangan di Jakarta International Convention Center (JICC) bulan Oktober 2010, menyatakan bahwa ketahanan dan

kemandirian pangan nasional harus dimulai dari rumah tangga. Salah satu satu sumber daya yang belum banyak

dimanfaatkan oleh masyarakat adalah lahan pekarangan. Luas lahan pekarangan di NTB tercatat 38.286 ha atau 3,96% dari

keseluruhan luas lahan pertanian. Pemanfaatan lahan

pekarangan untuk pengembangan pangan rumah tangga merupakan salah satu alternatif untuk mewujudkan

kemandirian pangan rumah tangga.

Kementerian Pertanian menyusun suatu konsep yang

disebut dengan “Model Kawasan Rumah Pangan Lestari

(M-KRPL)” yang dibangun dari Rumah Pangan Lestari (RPL)

Page 8: Petunjuk Teknis M-KRPL ISBN 978-602-9037-01-2 Petunjuk Teknisntb.litbang.pertanian.go.id/pu/krpl/juknis.pdf · 2012. 5. 30. · Petunjuk Teknis M-KRPL Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Petunjuk Teknis M-KRPL

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB 2

dengan prinsip pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi

keluarga, serta peningkatan pendapatan yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Petunjuk teknis ini disusun untuk memberikan acuan

dalam penataan, pengelolaan dan peningkatan nilai tambah lahan pekarangan untuk pangan, pemenuhan gizi dan

perolehan tambahan pendapatan keluarga.

1.2. Tujuan

Pengembangan M-KRPL bertujuan:

(1) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan lahan

pekarangan di perkotaan maupun perdesaan untuk budidaya tanaman pangan, buah-buahan, sayuran

dan tanaman obat keluarga (toga), pemeliharaan ternak dan ikan, pengolahan hasil serta pengolahan

limbah rumah tangga;

(2) Memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan masyarakat secara lestari dalam suatu kawasan;

(3) Memelihara sumberdaya genetik/plasma nutfah lokal;

(4) Mengembangkan kegiatan ekonomi produktif keluarga

dan menciptakan lingkungan hijau yang bersih dan

sehat secara mandiri..

1.3. Sasaran

Sasaran yang ingin dicapai dari M-KRPL adalah berkembangnya kemampuan keluarga dan masyarakat secara

ekonomi dan sosial, dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi secara lestari, menuju keluarga dan masyarakat yang

mandiri dan sejahtera.

Page 9: Petunjuk Teknis M-KRPL ISBN 978-602-9037-01-2 Petunjuk Teknisntb.litbang.pertanian.go.id/pu/krpl/juknis.pdf · 2012. 5. 30. · Petunjuk Teknis M-KRPL Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Petunjuk Teknis M-KRPL

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB 3

2. Konsep dan Batasan (1) Model adalah suatu penggambaran abstrak dari

sistem dunia riil atau nyata yang akan bertindak seperti sistem dunia nyata untuk aspek-aspek

tertentu. Menurut Eriyatno (1999), model merupakan

suatu abstraksi dari realitas yang akan memperlihatkan hubungan langsung maupun tidak

langsung serta timbal balik atau hubungan sebab akibat.

(2) Sistem adalah suatu kesatuan usaha yang terdiri

atas bagian-bagian yang berkaitan satu sama lain yang berusaha untuk mencapai suatu tujuan dalam

suatu lingkungan kompleks.

(3) Pekarangan adalah lahan terbuka yang terdapat di

sekitar rumah tinggal.

(4) Pemanfaatan Pekarangan adalah pekarangan yang dikelola melalui pendekatan terpadu berbagai

jenis tanaman, ternak dan ikan, sehingga akan menjamin ketersediaan bahan pangan yang

beraneka ragam secara terus menerus guna

pemenuhan gizi keluarga.

(5) Pengelolaan pekarangan adalah upaya

pemanfaatan pekarangan secara optimal, melalui kegiatan perencanaan, penataan, pemeliharaan,

pemanfaatan hasil pekarangan, sehingga tercapai sasaran yang diharapkan secara lestari.

(6) Penataan pekarangan adalah pengaturan

berbagai jenis tanaman baik tanaman semusim, tanaman tahunan, budidaya ternak dan ikan di lahan

pekarangan yang disesuaikan dengan potensi pekarangan guna memperoleh manfaat yang

sebesar-besarnya melalui pengelolaan lahan

pekarangan secara intensif dengan tata letak sesuai dengan pemilihan komoditas.

Page 10: Petunjuk Teknis M-KRPL ISBN 978-602-9037-01-2 Petunjuk Teknisntb.litbang.pertanian.go.id/pu/krpl/juknis.pdf · 2012. 5. 30. · Petunjuk Teknis M-KRPL Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Petunjuk Teknis M-KRPL

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB 4

(7) Vertikultur adalah sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat. Vertikultur

diambil dari istilah verticulture dalam bahasa lnggris (vertical and culture).

(8) Rumah Pangan Lestari adalah rumah yang

memanfaatkan pekarangan secara intensif melalui pengelolaan sumberdaya alam lokal secara

bijaksana, yang menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan

meningkatkan kualitas, nilai dan

keanekaragamannya.

(9) Pengelompokan Lahan Pekarangan, yaitu

mengelompokkan lahan pekarangan yang dibedakan atas pekarangan perkotaan dan perdesaan, masing-

masing memiliki spesifikasi baik untuk menetapkan komoditas yang akan ditanam, besarnya skala usaha

pekarangan, maupun cara menata tanaman, ternak,

dan ikan.

a. Pekarangan Perkotaan dikelompokkan menjadi

4, yaitu: (1) Perumahan Tipe 21, dengan total luas lahan sekitar 36 m2; (2) Perumahan Tipe 36,

luas lahan sekitar 72 m2; (3) Perumahan Tipe 45,

luas lahan sekitar 90 m2; dan (4) Perumahan Tipe 54 atau 60, luas lahan sekitar 120 m2.

b. Pekarangan Perdesaan dikelompokkan menjadi 4, yaitu (1) pekarangan sangat sempit (tanpa

halaman), (2) pekarangan sempit (<120 m2), (3) pekarangan sedang (120-400 m2), dan (4)

pekarangan luas (>400 m2).

(10) Pemilihan Komoditas adalah menentukan jenis komoditas yang paling sesuai untuk dibudidayakan di

lahan pekarangan baik diperkotaan maupun perdesaan, pada lahan sempit maupun luas.

Pertimbangan dalam penentuan komoditas antara

lain: (a) kesesuaian komoditas dengan kondisi biofisik dan agroklimat setempat, (b) biasa

dikonsumsi oleh rumah tangga dan masyarakat, (c) pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga,

Page 11: Petunjuk Teknis M-KRPL ISBN 978-602-9037-01-2 Petunjuk Teknisntb.litbang.pertanian.go.id/pu/krpl/juknis.pdf · 2012. 5. 30. · Petunjuk Teknis M-KRPL Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Petunjuk Teknis M-KRPL

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB 5

dan (d) peluang pengembangannya secara

komersial. Komoditas sesuai untuk pekarangan adalah tanaman sayuran, tanaman buah-buahan,

tanaman obat dan rempah keluarga, dan tanaman hias. Pada pekarangan yang lebih luas dapat

ditambahkan kolam ikan dan ternak.

(11) Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M- KRPL) adalah model pemanfaatan pekarangan yang

diwujudkan dalam satu kawasan (kelompok, RT, dusun, desa, dst) dengan menerapkan prinsip RPL

dengan menambahkan intensifikasi pemanfaatan pagar hidup, jalan desa, dan fasilitas umum lainnya

(sekolah, rumah ibadah, dll), lahan terbuka hijau,

serta mengembangkan pengolahan dan pemasaran hasil. Suatu kawasan harus menentukan komoditas

pilihan yang dapat dikembangkan secara komersial, dilengkapi dengan kebun bibit desa.

Page 12: Petunjuk Teknis M-KRPL ISBN 978-602-9037-01-2 Petunjuk Teknisntb.litbang.pertanian.go.id/pu/krpl/juknis.pdf · 2012. 5. 30. · Petunjuk Teknis M-KRPL Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Petunjuk Teknis M-KRPL

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB 6

3. Ruang Lingkup Kegiatan Ruang lingkup kegiatan dalam membangun M-KRPL,

meliputi:

3.1. Pemilihan Lokasi

Pemilihan lokasi yang tepat merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dan tercapainya sasaran yang

diharapkan. Pemilihan lokasi yang tepat dilakukan melalui tahapan, sebagai berikut: (a) pengumpulan data dan

informasi mengenai kondisi biofisik dan agroklimat, sosial

budaya dan ekonomi masyarakat setempat; (b) konsultasi dan koordinasi dengan Dinas/Instansi terkait di tingkat provinsi,

Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Desa; (c) observasi lapangan terkait dengan potensi sumberdaya (fisik dan

agroklimat, tenaga, teknologi, sosial dan ekonomi) calon

lokasi; (d) respon dan kemungkinan partisipasi masyarakat setempat, (e) dianjurkan lokasi M-KRPL sinergis dengan lokasi

KRPL lembaga terkait.

3.2. Penyusunan Opsi M-KRPL

Penyusunan opsi M-KRPL dilakukan melalui tahapan

berikut: (a) pengumpulan data dasar rumah tangga (baseline study); (b) workshop perencanaan partisipatif; (c) analisis

kebutuhan dan peran stakeholders; (d) pertemuan/workshop penentuan opsi model dan pengembangan keswadayaan/

kemandirian peserta M-KRPL.

Secara skematis opsi model yang dapat dikembangkan,

ditunjukkan pada Gambar 1.

Page 13: Petunjuk Teknis M-KRPL ISBN 978-602-9037-01-2 Petunjuk Teknisntb.litbang.pertanian.go.id/pu/krpl/juknis.pdf · 2012. 5. 30. · Petunjuk Teknis M-KRPL Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Petunjuk Teknis M-KRPL

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB 7

Gambar 1. Opsi Model KRPL

3.3. Peningkatan Kapasitas SDM (capacity building)

Peningkatan kapasitas SDM adalah upaya penguatan

sebuah komunitas/kelompok dengan bertolak dari kekayaan tata nilai dan prioritas kebutuhan kelompok serta

mengorganisasikan kelompok untuk melakukannya sendiri.

Pada hakekatnya capacity building adalah tentang dukungan pihak luar terhadap kelompok sasaran. Dukungan terhadap M-

KRPL dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk yang dikaitkan dengan kebutuhan kelompok dalam membangun M-KRPL

antara lain dapat ditentukan melalui workshop stakeholders

dan petani.

3.4. Implementasi M-KRPL

Implementasi M-KRPL dilakukan melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

Dukungan terhadap M-KRPL, mencakup dua hal, yaitu (a)

penilaian jenis dan level dukungan yang paling tepat yang sesungguhnya dibutuhkan peserta M-KRPL, (b) memonitor

dan memodifikasi berbagai dampak negatif yang mungkin timbul dari dukungan tersebut;

Page 14: Petunjuk Teknis M-KRPL ISBN 978-602-9037-01-2 Petunjuk Teknisntb.litbang.pertanian.go.id/pu/krpl/juknis.pdf · 2012. 5. 30. · Petunjuk Teknis M-KRPL Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Petunjuk Teknis M-KRPL

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB 8

Peningkatan pengetahuan dan keterampilan peserta melalui kegiatan sekolah lapang, pengawalan/

pendampingan teknologi, temu lapang, kunjungan lapang media publikasi dan monitoring dan evaluasi.

3.5. Peningkatan Kinerja M-KRPL

Peningkatan kinerja model dilakukan melalui kegiatan pengawalan teknologi, temu lapang/usaha, monitoring dan

evaluasi. Kegiatan monitoring dan evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan kegiatan, dan menilai

kesesuaian kegiatan yang telah dilaksanakan dengan

perencanaan. Evaluator adalah Tim pengkaji M-KRPL dan atau pejabat yang ditugaskan. Evaluator dapat juga berfungsi

sebagai motivator bagi petani untuk mempercepat tercapainya sasaran M-KRPL yang ditargetkan. Monitoring dan evaluasi

juga dikembangkan berbasis outcome secara partisipatif melibatkan tokoh wanita dan para ahli (PKK, ahli gizi,

pengolahan pangan).

3.6. Pengembangan Jejaring M-KRPL

Pengembangan jejaring usaha dilakukan melalui

pertemuan/workshop, koordinasi, konsultasi, kerjasama kemitraan dan pengembangan kelembagaan (input, produksi,

pemasaran hasil, pengolahan hasil, permodalan, dan lain-

lain).

3.7. Replikasi M-KRPL

Replikasi M-KRPL diupayakan melalui integrasi M-KRPL dengan daerah (Pemda), Badan Ketahanan Pangan (BKP),

SIKIB, Salimah, Haryono Suyono Center (HSC) atau Yayasan Damandiri, Lembaga Pemasyarakatan (LP), Sekolah/Pontren,

Badan Narkotika Nasional (BNN), Tentara Nasional Indonesia

(TNI) dengan mengembangkan model exit strategy.

Page 15: Petunjuk Teknis M-KRPL ISBN 978-602-9037-01-2 Petunjuk Teknisntb.litbang.pertanian.go.id/pu/krpl/juknis.pdf · 2012. 5. 30. · Petunjuk Teknis M-KRPL Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Petunjuk Teknis M-KRPL

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB 9

4. Tahapan Kegiatan Tahapan kegiatan dalam pengembangan M-KRPL meliputi:

4.1. Persiapan

Kegiatan persiapan meliputi: (1) pengumpulan

informasi awal tentang potensi sumberdaya dan kelompok

sasaran, (2) pertemuan dengan dinas/instansi terkait untuk mencari kesepakatan dalam penentuan calon kelompok

sasaran dan lokasi, (3) koordinasi dengan Badan Ketahanan Pangan dan Dinas/Instansi Terkait lainnya di tingkat Provinsi

dan Kabupaten/Kota, (4) memilih pendamping yang

menguasai teknik pemberdayaan masyarakat.

4.2. Pembentukan Kelompok

Kelompok sasaran adalah rumah tangga atau kelompok rumah tangga dalam satu kelompok tani, RT, RW atau satu

dusun/kampung. Pendekatan yang digunakan adalah

partisipatif, dengan melibatkan kelompok sasaran, tokoh masyarakat, dan perangkat desa. Kelompok dibentuk dari,

oleh, dan untuk kepentingan para anggota kelompok itu sendiri. Dengan cara berkelompok akan tumbuh kekuatan

gerak dari para anggota dengan prinsip keserasian, kebersamaan dan kepemimpinan dari mereka sendiri.

4.3. Sosialisasi

Menyampaikan maksud dan tujuan kegiatan dan membuat kesepakatan awal untuk rencana tindak lanjut yang

akan dilakukan. Kegiatan sosialisasi dilakukan terhadap kelompok sasaran dan pemuka masyarakat serta petugas

pelaksana instansi terkait.

4.4. Penguatan Kelembagaan Kelompok

Penguatan kelompok dilakukan untuk meningkatkan

kemampuan kelompok: (1) mampu mengambil keputusan bersama melalui musyawarah; (2) mampu menaati keputusan

yang telah ditetapkan bersama; (3) mampu memperoleh dan memanfaatkan informasi; (4) mampu untuk bekerjasama

dalam kelompok (sifat kegotong-royongan); dan (5) mampu

Page 16: Petunjuk Teknis M-KRPL ISBN 978-602-9037-01-2 Petunjuk Teknisntb.litbang.pertanian.go.id/pu/krpl/juknis.pdf · 2012. 5. 30. · Petunjuk Teknis M-KRPL Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Petunjuk Teknis M-KRPL

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB 10

untuk bekerjasama dengan aparat maupun dengan kelompok-kelompok masyarakat lainnya.

4.5. Perencanaan Kegiatan

Melakukan perencanaan/ rancangbangun pemanfaatan

lahan pekarangan dengan menanam berbagai tanaman

pangan, sayuran dan obat keluarga, ikan dan ternak, serta pengelolaan limbah rumah tangga. Selain itu dilakukan

penyusunan rencana kerja untuk satu tahun. Kegiatan tersebut dilakukan bersama-sama dengan kelompok dan dinas

instansi terkait.

4.6. Pelatihan

Pelatihan dilakukan sebelum pelaksanaan di lapang.

Jenis pelatihan yang dilakukan diantaranya: teknik budidaya tanaman pangan, buah dan sayuran, toga, teknik budidaya

ikan dan ternak, pengolahan hasil dan pemasaran serta teknologi pengelolaan limbah rumah tangga. Jenis pelatihan

lainnya adalah tentang penguatan kelembagaan.

4.7. Monitoring dan Evaluasi

dilaksanakan untuk mengetahui perkembangan

pelaksanaan kegiatan, dan menilai kesesuaian kegiatan yang telah dilaksanakan dengan perencanaan. Evaluator dapat

dibentuk oleh kelompok. Evaluator dapat juga berfungsi

sebagai motivator bagi pengurus, anggota kelompok dalam meningkatkan pemahaman yang berkaitan dengan

pengelolaan sumberdaya yang tersedia di lingkungannya agar berlangsung lestari.

Page 17: Petunjuk Teknis M-KRPL ISBN 978-602-9037-01-2 Petunjuk Teknisntb.litbang.pertanian.go.id/pu/krpl/juknis.pdf · 2012. 5. 30. · Petunjuk Teknis M-KRPL Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Petunjuk Teknis M-KRPL

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB 11

5. Organisasi Pelaksana M-KRPL dilaksanakan dengan pendekatan sistem yang

melibatkan berbagai elemen masyarakat dan instansi terkait pusat dan daerah, yang masing-masing memiliki tugas dan

tanggung jawab sesuai dengan tupoksinya untuk tercapainya

sasaran yang diharapkan secara lestari. Secara rinci, peran setiap elemen dalam pengembangan M-KRPL disajikan pada

Tabel 1. Peran stakeholder dalam pengembangan M-KRPL

No Pelaksana Tugas/peran dalam kegiatan

1. Badan Litbang Pertanian - Narasumber inovasi teknologi M-KRPL

- Dukungan tenaga dan dana

2. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

- Penaggung jawab M-KRPL di daerah

- Perencanaan, sosialisasi, implementasi M-KRPL

- Pengawalan teknologi - Monitoring dan evaluasi

3. Masyarakat - Kelompok sasaran - Pamong Desa, Penyuluh

Pertanian Lapangan

- Pelaku utama - Pendamping - Monitoring dan Evaluasi

4. Pemerintah Provinsi (SKPD Pertanian dan Hortikultura, Peternakan, Kelautan dan Perikanan, Ketahanan Pangan, Penyuluhan)

- Dukungan kebijakan dan pembinaan KRPL sesuai dengan tupoksi

- Replikasi KRPL ke lokasi lainnya

5. Pemerintah Kabupateni (SKPD Pertanian, Peternakan, Kelautan dan Perikanan, Ketahanan Pangan, Penyuluhan)

- Dukungan kebijakan dan pembinaan KRPL sesuai dengan tupoksi

- Replikasi KRPL ke lokasi lainnya

6. Kecamatan, UPTD Pertanian, Penyuluhan, Desa/Kelurahan dan lembaga terkait lainnya)

- Dukungan kebijakan dan pembinaan KRPL

- Replikasi KRPL ke lokasi lainnya

7. Perguruan Tinggi/Swasta/LSM - Dukungan dan pengawalan pengembangan KRPL

- Monitoring dan evaluasi

Page 18: Petunjuk Teknis M-KRPL ISBN 978-602-9037-01-2 Petunjuk Teknisntb.litbang.pertanian.go.id/pu/krpl/juknis.pdf · 2012. 5. 30. · Petunjuk Teknis M-KRPL Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Petunjuk Teknis M-KRPL

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB 12

Untuk mempercepat eskalasi M-KRPL, dibentuk Posko

Penggerak dan Pengelola KRPL sesuai Surat Keputusan Kepala

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian No.

64/OT.160/1/3/2012, tanggal 12 Maret 2012, tentang

Pembentukan Posko Penggerak dan Pengelola KRPL, terdiri

atas Tim Pengarah, Pelaksana Pusat dan Pelaksana Provinsi,

sebagai berikut:

Tim Pengarah:

Ketua : Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan

Pertanian

Sekretaris : Kepala Balai Besar Pengkajian dan

Pengembangan Teknologi Pertanian

Anggota : Pejabat Eselon II, Lingkup Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian

Pelaksana Pusat:

Ketua : Kepala Balai Besar Pengkajian dan

Pengembangan Teknologi Pertanian

Sekretaris : 1. Kepala BPTP DKI Jakarta

2. Kepala Bagian Kerjasama, Hukum,

Organisasi dan Hubungan Masyarakat,

Sekretariat Badan Litbang Pertanian

Bidang :

1. Logistik : Kepala Bidang KSPHP BB Padi, BB

Veteriner, BB SDP dan BB Mektan

2. Pengembangan : Kepala Bidang KSPHP Puslitbangtan,

Puslitbangbun, Puslitbangnak, dan

BBP2TP

3. Publikasi dan

dokumentasi

: Kepala Bidang Penyebaran Teknologi

Pertanian Pustaka, Kepala Bidang

KSPHP BB Pasca Panen, dan BB Biotek.

4. Evaluasi dan

penghargaan

: Kepala Bidang KSPHP PSEKP dan Puslit

Hortikultura.

Tim Teknis : 1. Dr. Ir. Sudarmadi Purnomo, MS

Page 19: Petunjuk Teknis M-KRPL ISBN 978-602-9037-01-2 Petunjuk Teknisntb.litbang.pertanian.go.id/pu/krpl/juknis.pdf · 2012. 5. 30. · Petunjuk Teknis M-KRPL Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Petunjuk Teknis M-KRPL

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB 13

2. Ir. Sulusi Prabawati, MS

3. Ir. Maesti Mardiharini, MSi

4. Dr. Ir. Erliana Ginting

5. Dr. Ir. Sri Widowati, M.AppSc.

6. Prof. Dr. Irsal Las, MS

7. Dr. Hermanto, MS

8. Prof. Dr. Kedi Suradisastra, MS

Pelaksana Provinsi :

Ketua : Kepala Balai Pengkajian Teknologi

Pertanian Nusa Tenggara Barat

Sekretaris : Kepala Seksi KSPP BPTP NTB

Anggota : 1. Penanggung Jawab Kegiatan M-KRPL

BPTP

2. Liaison Officer (LO) Kabupaten/Kota

Posko Penggerak dan Pengelola KRPL mempunyai tugas:

a. Melaksanakan koordinasi secara internal bersama Unit

Kerja/Unit Pelaksana Teknis lingkup Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian maupun lintas instansi terkait

b. Melakukan pengelolaan implementasi KRPL

c. Menyiapkan materi publikasi dan mendokumentasikan

kegiatan KRPL

d. Melakukan evaluasi dan penilaian serta mengusulkan

pemberian penghargaan dalam implementasi KRPL

e. Merumuskan reknomendasi kebijakan danlangkah-langkah

operasional untuk percepatan dan perluasan KRPL.

Page 20: Petunjuk Teknis M-KRPL ISBN 978-602-9037-01-2 Petunjuk Teknisntb.litbang.pertanian.go.id/pu/krpl/juknis.pdf · 2012. 5. 30. · Petunjuk Teknis M-KRPL Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Petunjuk Teknis M-KRPL

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB 14

6.Implementasi M-KRPL 6.1. Pemilihan Komoditas

Komoditas yang akan dikembangkan disesuaikan

dengan persyaratan tumbuh tanaman, terutama ketinggian

tempat dari permukaan laut dan temperatur. Tanaman yang sesuai di dataran tinggi belum tentu sesuai atau

pertumbuhannya kurang optimal apabila ditanam di dataran rendah. Pada pekarangan yang sempit, komoditas yang dapat

diusahakan sangat terbatas terutama tanaman sayuran semusim. Sedangkan pada lahan pekarangan yang luas selain

dapat diusahakan tanaman sayuran, juga dapat diusahakan

tanaman buah-buahan, tanaman pangan, ternak (unggas, kambing) dan ikan.

6.2. Teknik Budidaya

Teknik budidaya yang dapat diterapkan juga

dipengaruhi oleh kondisi pekarangan. Pada lahan pekarangan

sempit teknik budidaya yang diterapkan adalah sistem vertikultur atau bertingkat. Sedangkan pada pekarangan yang

luas dapat diterapkan kombinasi vertikultur dan horizontal. Apabila diusahakan ternak, sebaiknya dikandangkan

agar tidak mengganggu tanaman pekarangan. Terutama jenis

ayam bangkok atau entok sangat rakus terhadap tanaman sayuran, seperti kangkung, bayam dan lain-lain.

6.3. Media Tanam

Media tanam dapat ditempat dalam wadah polibag, pot,

karung bekas atau wadah buatan lainnya, dan dapat pula

tanpa wadah yaitu langsung pada tanah yang dipersiapkan terutama pada pekarangan yang lebih luas. Media tanam yang

baik adalah campuran pupuk kompos/pupuk kandang dan tanah dengan perbandingan 1:2.

6.4. Benih/Bibit

Keberhasilan M-KRPL sangat tergantung dari kesiapan dan kontinyuitas penyediaan benih/bibit yang berkualitas.

Penyediaan benih dapat dilakukan oleh petani melalui hasil seleksi buah/biji yang berkualitas baik. Gunakan benih

komposit dari varietas unggul hasil Litbang Pertanian. Apabila

Page 21: Petunjuk Teknis M-KRPL ISBN 978-602-9037-01-2 Petunjuk Teknisntb.litbang.pertanian.go.id/pu/krpl/juknis.pdf · 2012. 5. 30. · Petunjuk Teknis M-KRPL Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Petunjuk Teknis M-KRPL

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB 15

menggunakan benih hibrida, turunannya tidak dapat dijadikan

benih kembali. Bibit ternak dapat dipilih bibit lokal atau introduksi bibit

unggul, seperti ayam arab, itik MA (unggas), dan introduksi kambing pejantan dari Peranakan Ettawah (PE).

6.5. Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman meliputi pemberian pupuk, penyiraman dan pengendalian hama/penyakit. Pada ternak

meliputi pemberian pakan, air minum dan vaksinasi. Uraian lebih rinci mengenai teknik budidaya tanaman

dan ternak dapat dilihat pada Lampiran.

Page 22: Petunjuk Teknis M-KRPL ISBN 978-602-9037-01-2 Petunjuk Teknisntb.litbang.pertanian.go.id/pu/krpl/juknis.pdf · 2012. 5. 30. · Petunjuk Teknis M-KRPL Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Petunjuk Teknis M-KRPL

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB 16

7. Upaya Menuju Lestari 7.1. Pemberdayaan pendamping

Di setiap lokasi M-KRPL ditempatkan satu orang

petugas lapangan yang bertugas sebagai pendamping

kelompok, pengawalan teknologi dan pengamatan kegiatan lapangan.

Petugas pendamping M-KRPL dapat berasal dari tenaga BPTP, penyuluh pertanian lapangan setempat atau tenaga

outsourching yang berpengalaman. Tenaga PPL dan PKK

setempat dapat dilibatkan dalam kegiatan M-KRPL yang berperan mendiseminasikan/mengembangkan M-KRPL kepada

masyarakat di wilayahnya.

Komunikasi antara petugas lapangan dan Tim M-KRPL

terus dibina secara baik untuk mempercepat penyampaian informasi yang diperlukan dari BPTP ke kelompok sasaran

atau sebaliknya dari kelompok ke BPTP.

7.2. Penguatan partisipasi masyarakat

Penguatan partisipasi masyarakat dilakukan melalui

kegiatan sosialisasi dan workshop perencanaan partisipatif, an sekolah lapang. Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan di setiap

kelompok sasaran.

Sosialisasi dan workshop perencanaan partisipatif ditujukan untuk memperkenalkan M-KRPL dan membangun

opsi-opsi yang menjadi dasar implementasi M-KRPL di masing-masing lokasi. Pada kegiatan sosialisasi dan workshop juga

dikumpulkan kebutuhan komoditas dan bahan yang

diperlukan di masing-masing rumah tangga serta potensi ketersediaan bahan-bahan lokal yang dapat dimanfaatkan

untuk membangun M-KRPL (Gambar 2).

Page 23: Petunjuk Teknis M-KRPL ISBN 978-602-9037-01-2 Petunjuk Teknisntb.litbang.pertanian.go.id/pu/krpl/juknis.pdf · 2012. 5. 30. · Petunjuk Teknis M-KRPL Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Petunjuk Teknis M-KRPL

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB 17

Gambar 2. Sosialisasi dan workshop perencanaan kebutuhan

kelompok M-KRPL.

Sekolah lapang dilakukan di setiap lokasi bertujuan

untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kelompok M-KRPL terhadap berbagai teknologi yang diperlukan dalam

mendukung implementasi M-KRPL.

Penguatan partisipasi masyarakat juga dapat dilakukan melalui kunjungan lapang ke M-KRPL yang sudah berhasil

dengan prinsip “petani belajar dari petani”. Kunjungan lapang merupakan salah satu metode yang efektif mempercepat

transfer teknologi dan membuka wawasan petani terhadap teknologi yang akan dikembangkan (Gambar 3).

Penguatan kelembagaan dimaksudkan agar kelompok

sasaran memiliki kemampuan dalam hal: (1) mengambil keputusan bersama melalui musyawarah; (2) menaati

keputusan yang telah ditetapkan bersama; (3) memperoleh dan memanfaatkan informasi; (4) bekerjasama dalam

kelompok (sifat kegotong-royongan); dan (5) bekerjasama

dengan aparat maupun dengan kelompok-kelompok masyarakat lainnya. Penguatan kelembagaan juga bertujuan

untuk meningkatkan kemampuan kelompok tani atau kelompok wanita tani dalam mengkases teknologi dan

informasi dari sumbernya, akses terhadap pasar, baik pasar input maupun output dan akses terhadap permodalan.

Page 24: Petunjuk Teknis M-KRPL ISBN 978-602-9037-01-2 Petunjuk Teknisntb.litbang.pertanian.go.id/pu/krpl/juknis.pdf · 2012. 5. 30. · Petunjuk Teknis M-KRPL Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Petunjuk Teknis M-KRPL

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB 18

Gambar 3. Sekolah Lapang peserta M-KRPL dilakukan di setiap lokasi.

Keberadaan M-KRPL mampu meningkatkan partisipasi masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari semakin menguatnya

kelembagaan Kelompok M-KRPL. M-KRPL Karya Harum bidang usahanya semakin dipeluas antara lain produksi kompos,

perbenihan dan perbibitan serta peningkatan kapasitas kios

sarana produksi yang dikelolanya.

M-KRPL Melet Maju, Lombok Utara semakin meningkat

kemampuannya dalam mengakses informasi dan teknologi, serta meningkatnya hubungan kelompok dengan

Dinas/Instansi terkait di Kabupaten Lombok Utara.

7.3. Dukungan teknologi dan penyediaan benih

Dukungan teknologi terhadap implementasi model M-

KRPL mencakup: a) peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM); b) bimbingan inovasi pembangunan fisik,

meliputi pembuatan media tanam, pembuatan greenhouse,

pembuatan rak-rak untuk tanaman sistem vertikultur, pembuatan kandang ternak dan kolam ikan; c) bimbingan

penerapan teknologi pembibitan dan budidaya tanaman, ternak dan ikan; d) bimbingan penerapan inovasi

pemeliharaan tanaman dan ternak; e) bimbingan penerapan

inovasi pembuatan kompos; f) bimbingan inovasi pasca panen dan pengolahan hasil; dan g) bimbingan penguatan

Page 25: Petunjuk Teknis M-KRPL ISBN 978-602-9037-01-2 Petunjuk Teknisntb.litbang.pertanian.go.id/pu/krpl/juknis.pdf · 2012. 5. 30. · Petunjuk Teknis M-KRPL Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Petunjuk Teknis M-KRPL

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB 19

kelembagaan M-KRPL mencakup kemampuan akses teknologi,

pasar, modal dan kominikasi dengan kelembagaan formal seperti dinas/instansi dan lembaga yang terkait.

Teknologi yang dikembangkan bersifat komplementer antara teknofarming dan ekofarming (eko-teknofarming).

Ekoteknofarming dianggap sebagai skenario yang tepat untuk

mencapai RPL bervisikan pertanian berkelanjutan yang berbasis ilmu pengetahuan dan sumber daya lokal. Integrasi

tanaman, ternak dan ikan secara terpadu memungkinkan aliran energi/rantai makanan dapat berlangsung secara

seimbang, harmonis dan nir limbah (zero waste). Dengan demikian akan terbangun model KRPL dengan penggunaan

input luar rendah atau Low External Input and Sustainable

Agricultura (LEISA), sehingga tercapai tingkat efisiensi yang tinggi.

Dukungan penyediaan benih/bibit dalam model M-KRPL akan dikembangkan melalui jejaring kerjasama antara kebun

bibit inti/induk (KBI) dan kebun bibit desa (KBD), sebagai

berikut:

(1) BPTP membangun KBI/KBD yang menjadi bagian dari

Unit Pengelola Benih Sumber (UPBS) BPTP untuk memperbanyak benih/bibit yang bersumber dari Balai

Penelitian Komoditas, Badan Litbang Pertanian atau dari sumber lain atau dari hasil pemurnian varietas unggul

lokal yang telah berkembang di kawasan RPL.

(2) Dalam memproduksi benih/bibit di KBI/KBD, BPTP akan berkoordinasi dengan petugas sertifikasi benih setempat.

(3) Untuk memenuhi kebutuhan benih/bibit dan pengelolaan KBI/KBD, perlu disusun perencanaan kebutuhan dan

alokasi anggaran yang memadai.

(4) KBI dikelola oleh UPBS, sedangkan KBD dikelola oleh kelompok tani/kelompok wanita tani setempat. Pengelola

KBI/KBD selain melayani kebutuhan anggotanya dalam kawasan juga dapat melayani kebutuhan benih/bibit

masyarakat di luar kawasan dengan memperhitungkan

penggantian biaya produksi dan pengelolaan.

Page 26: Petunjuk Teknis M-KRPL ISBN 978-602-9037-01-2 Petunjuk Teknisntb.litbang.pertanian.go.id/pu/krpl/juknis.pdf · 2012. 5. 30. · Petunjuk Teknis M-KRPL Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Petunjuk Teknis M-KRPL

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB 20

Untuk menunjang keberlanjutan penyediaan benih untuk memenuhi kebutuhan M-KRPL maka di setiap lokasi M-

KRPL dibangun kebun bibit desa (KBD). KBD berfungsi sebagai tempat pembibitan untuk memenuhi kebutuhan bibit

kelompok maupun masyarakat sekitar kawasan. Di setiap KBD

dibangun greenhouse sederhana dengan luas 20-40 m2. Teknologi greenhouse atau rumah tanaman merupakan

sebuah alternatif solusi untuk mengendalikan kondisi iklim mikro pada tanaman, terutama bibit tanaman, seperti

pengaruh langsung hujan, angin, serta menghindari gangguan

ternak seperti ayam dan itik yang biasa dilepas di pekarangan. Hal ini sangat penting sebagai upaya menjaga kontinyuitas

penyediaan bibit tanaman.

Jenis pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan

antara lain: teknologi budidaya tanaman (sayuran, tanaman pangan, buah-buahan, tanaman obat), teknologi budidaya

ternak (ternak besar, ternak unggas), teknologi pasca panen

(penyimpanan, pengemasan, pengolahan), teknologi pengolahan kompos untuk media tanam dan pengelolaan

limbah rumah tangga.

7.4. Kelembagaan pemasaran dan pengolahan hasil

Penumbuhan/pengembangan/pelembagaan unit pemasaran

hasil di setiap kawasan diperlukan untuk menanggulangi

kelebihan hasil.

BPTP membantu penumbuhan jejaring pemasaran

hasil, baik antar kawasan dalam maupun antar

Kabupaten/Kota.

Puslit/BB dan Balit terkait (PSE-KP dan BBP2TP)

diharapkan dapat membantu penumbuhan jejaring

pemasaran hasil antar kawasan antar provinsi.

7.5. Pengembangan jejaring M-KRPL

M-KRPL dikembangkan dengan pendekatan sistem,

dengan unsur terkecil adalah rumah tangga dan dalam satu kawasan (RT, RW, Dusun, Kelompok). Pendekatan rumah

tangga dalam M-KRPL adalah menempatkan rumah tangga sebagai pusat alokasi sumber daya, produksi dan konsumsi.

Sedangkan pendekatan kawasan ditujukan untuk

Page 27: Petunjuk Teknis M-KRPL ISBN 978-602-9037-01-2 Petunjuk Teknisntb.litbang.pertanian.go.id/pu/krpl/juknis.pdf · 2012. 5. 30. · Petunjuk Teknis M-KRPL Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Petunjuk Teknis M-KRPL

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB 21

meningkatkan efisiensi usahatani baik dalam pasar input dan

output serta meningkatkan kemampuan penetrasi pasar yang lebih berdaya saing dan memenuhi kuota tertentu.

Pengembangan jejaring M-KRPL dilakukan melalui pertemuan/workshop, koordinasi, konsultasi, kerjasama

kemitraan dan pengembangan kelembagaan (input, produksi,

pemasaran, dan lain-lain).

7.6. Diseminasi dan eskalasi KRPL

Guna mempercepat diseminasi dan eskalasi M-KRPL maka pelaksanaan M-KRPL perlu diintegrasikan dengan

program/kegiatan Pemerintah Daerah, Badan Ketahanan

Pangan (BKP), SIKIB, Salimah, Haryono Suyono Center (HSC) atau Yayasan Damandiri, Lembaga Pemasyarakatan (LP),

Sekolah/Pontren, Badan Narkotika Nasional (BNN), Tentara Nasional Indonesia (TNI), antara lain:

Lokasi M-KRPL dianjurkan menyatu dengan lokasi kegiatan

KRPL lembaga terkait.

Sinergitas kegiatan M-KRPL/KRPL dengan BKP melalui

program pengembangan RPL dalam kawasan P2KP dan

kampanye diversifikasi pangan.

Sinergitas kegiatan M-KRPL/KRPL dengan SIKIB melalui

program Indonesia Hijau (GPTP), Rumah Pintar, dan Desa Sejahtera.

Sinergitas kegiatan M-KRPL/KRPL dengan BNN melalui

program Indonesia sehat.

Sinergitas kegiatan M-KRPL/KRPL dengan TNI melalui

program Rumah Hijau.

Page 28: Petunjuk Teknis M-KRPL ISBN 978-602-9037-01-2 Petunjuk Teknisntb.litbang.pertanian.go.id/pu/krpl/juknis.pdf · 2012. 5. 30. · Petunjuk Teknis M-KRPL Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Petunjuk Teknis M-KRPL

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB 22

8. Penutup

Petunjuk teknis M-KRPL ini diharapkan dapat menjadi

acuan bagi para petani, peneliti dan para petugas lapangan

serta pihak lain yang berkepentingan dalam pengembangan

M-KRPL di Nusa Tenggara Barat.

Page 29: Petunjuk Teknis M-KRPL ISBN 978-602-9037-01-2 Petunjuk Teknisntb.litbang.pertanian.go.id/pu/krpl/juknis.pdf · 2012. 5. 30. · Petunjuk Teknis M-KRPL Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Petunjuk Teknis M-KRPL

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB 23

Lampiran 1. Basis komoditas dan contoh model budidaya

rumah pangan lestrasi menurut kelompok lahan pekarangan di perkotaan.

No Kelompok

Lahan Model Budidaya Basis Komoditas

1. Perumahan Tipe 21 (Total lahan sekitar 36 m2)

Vertikultur (model gantung, dan tempel)

Sayuran : Sawi, Kucai, Pakcoi, Kangkung, Bayam, Kemangi, Caisim, Seledri, Selada Bokor, Bawang daun

Toga: Kencur, Antanan, Gempur Batu, Daun Jinten, Sambiloto, Jahe merah, Binahong

Pot/ polibag Sayuran: Cabai, Terong, Tomat, Buncis tegak

Toga : Jahe, Kencur, Kunyit, Temu Lawak, Kumis kucing

2. Perumahan Tipe 36 (Total lahan sekitar 72 m2)

Vertikultur (model gantung, dan tempel)

Sayuran : Sawi, Kucai, Pakcoi, Kangkung, Bayam, Kemangi, Caisim, Seledri, Selada Bokor, Bawang daun

Toga: Kencur, Antanan, Gempur Batu, Daun Jinten, Sambiloto, Jahe merah, Binahong

Pot/ polibag Tanaman buah

dalam pot: jeruk, mangga, jambu, belimbing

Sayuran: Cabai, Terong, Tomat, Kecipir, Kacang panjang, Mentimun, Kenikir, Bayam, Kangkung

Toga : Jahe, Kencur, Kunyit, Sirih Hijau/Merah, Pegagan, Lidah Buaya.

3. Perumahan Tipe 45 (Total lahan sekitar 90 m2)

Vertikultur (model gantung, dan tempel)

Sayuran : Sawi, Kucai, Pakcoi, Caisim, Bayam, Kangkung, Kemangi, Seledri, Selada Bokor

Toga: Kencur, Antanan, Gempur Batu, Daun Jinten, Sambiloto, Jahe merah, Binahong

Page 30: Petunjuk Teknis M-KRPL ISBN 978-602-9037-01-2 Petunjuk Teknisntb.litbang.pertanian.go.id/pu/krpl/juknis.pdf · 2012. 5. 30. · Petunjuk Teknis M-KRPL Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Petunjuk Teknis M-KRPL

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB 24

No Kelompok

Lahan Model Budidaya Basis Komoditas

Pot/ polibag / tanam langsung

Sayuran: Cabai, Terong, Tomat, Kecipir, Kacang panjang, Mentimun, Kenikir, Bayam, Kangkung

Toga: Jahe, Kencur, Kunyit, Kumis Kucing, Sirih Hijau/Merah, Pegagan, Lidah Buaya, Sambiloto, Temulawak, Gempur batu.

Tanaman buah semusim: Pepaya, Jambu biji, Srikaya, Sirsak, Belimbing, Jeruk Nipis/Limau

Kolam mini Pemeliharaan ikan : Lele/Nila/Gurame

4.

Perumahan Tipe 54 (Total lahan sekitar 120 m2)

Vertikultur (model gantung, dan tempel)

Sayuran: Sawi, Kucai, Pakcoi, Bayam, Kangkung, Kemangi, Caisim, Seledri, Selada Bokor

Toga: Kencur, Antana Gempur Batu, Daun Jinten, Sambiloto, Jahe merah, Binahongn.

Pot/ polibag/ tanam langsung

Sayuran: Cabai, Terong, Tomat, Kecipir, Kacang panjang, Mentimun, Kenikir, Buncis Tegak dan Buncis Rambat

Toga : Jahe, Kencur, Kunyit, Temulawak, Sirih Hijau/Merah, Pegagan, Lidah Buaya, Sambiloto, Kumis Kucing.

Buah semusim: Pepaya, Jambu biji, Srikaya, Sirsak, Belimbing, Jeruk Nipis/Limau

Kolam mini Pemeliharaan ikan : Lele/Nila/Gurame

Ternak unggas dalam kandang

Ayam buras

5 Lahan terbuka hijau

Tanaman buah

Intensifikasi pagar

Mangga, Rambutan, Pohon Salam, Belimbing sayur, Tanaman khas daerah/ tanaman langka

Katuk, Daun mangkokan, Beluntas, Daun Pandan, Sereh

Page 31: Petunjuk Teknis M-KRPL ISBN 978-602-9037-01-2 Petunjuk Teknisntb.litbang.pertanian.go.id/pu/krpl/juknis.pdf · 2012. 5. 30. · Petunjuk Teknis M-KRPL Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Petunjuk Teknis M-KRPL

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB 25

Lampiran 2. Basis komoditas dan contoh model budidaya

rumah pangan lestari menurut kelompok lahan pekarangan di perdesaan

No Kelompok

Lahan Model

Budidaya Basis Komoditas

1. Pekarangan Sangat Sempit (tanpa halaman)

Vertikultur (model gantung, dan tempel)

Sayuran : Sawi, Kucai, Pakcoi, Kangkung, Bayam, Kemangi, Caisim, Seledri, Selada Bokor, Bawang daun

Toga: Kencur, Antanan, Gempur Batu, Daun Jinten, Sambiloto, Jahe merah, Binahong.

Pot/ polibag Sayuran: Cabai, Terong, Tomat, Mentimun

Toga: Jahe, Kencur, Kunyit, Temulawak, Kumis Kucing, Sirih Hijau/Merah, Pegagan, Lidah Buaya, Sambiloto

2.

Pekarangan sempit (<120

m2)

Vertikultur (model gantung, dan tempel)

Sayuran : Sawi, Kucai, Pakcoi, Kangkung, Bayam, Kemangi, Caisin, Seledri, Selada Bokor

Toga: Kencur, Antanan, Gempur Batu, Daun Jinten, Sambiloto, Jahe merah, Binahong.

Pot/ polibag / tanam langsung

Sayuran: Cabai, Kenikir, Terong, Tomat, Kecipir, Kacang panjang, Buncis Tegak, Buncis Rambat

Toga: Jahe, Kencur, Kunyit, Temulawak, Kumis Kucing, Sirih Hijau/Merah, Pegagan, Lidah Buaya, Sambiloto

Buah: Pepaya, Jeruk Nipis, Jambu

Kandang Ternak ayam buras

Kolam terpal Pemeliharaan ikan

Page 32: Petunjuk Teknis M-KRPL ISBN 978-602-9037-01-2 Petunjuk Teknisntb.litbang.pertanian.go.id/pu/krpl/juknis.pdf · 2012. 5. 30. · Petunjuk Teknis M-KRPL Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Petunjuk Teknis M-KRPL

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB 26

No Kelompok

Lahan Model

Budidaya Basis Komoditas

3. Pekarangan sedang (120-400 m2)

Pot/polibag/ tanam langsung

Sayuran : Cabai, Sawi, Kenikir, Terong, Tomat, Bayam, Kangkung , Kacang panjang, Kecipir

Toga : Jahe, Kencur, Lengkuas, Kunyit, Temulawak, Sirih,

Kandang Ternak Kambing, Domba dan/atau ayam buras

Kolam Pemeliharaan ikan atau lele: Lele/Nila/Gurame

Bedengan, Surjan, Multistrata

Intensifikasi pekarangan: Sayuran/Buah/Umbi/ Kacang-kacangan

Multistrata Intensifikasi pagar : Kaliandra, Dadap, Gliriside, Rumput, Garut, Talas, Pisang, Nenas, Melinjo, Ganyong, Garut

4. Pekarangan luas (>400 m2)

Bedengan, Pot/ polibag

Sayuran : Cabai, Sawi, Kenikir, Terong, Tomat, Bayam, Kangkung , Kacang panjang, Kecipir, Buncis Tegak & Rambat

Bedengan, Pot/ polibag

Toga : Jahe, Kencur, Lengkuas, Kunyit, Temulawak, Sirih, Lidah Buaya

Kandang Ternak Kambing, Domba dan/atau ayam buras

Kolam Pemeliharaan ikan atau lele: Lele/Nila/Gurame

Bedengan, Surjan, Multistrata

Intensifikasi pekarangan: Sayuran/Buah/Umbi/ Kacang-kacangan

Multistrata Intensifikasi pagar : Kaliandra, Dadap, Gliriside, Rumput, Garut, Talas, Pisang, Nenas , Melinjo, Ganyong, Garut

Page 33: Petunjuk Teknis M-KRPL ISBN 978-602-9037-01-2 Petunjuk Teknisntb.litbang.pertanian.go.id/pu/krpl/juknis.pdf · 2012. 5. 30. · Petunjuk Teknis M-KRPL Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Petunjuk Teknis M-KRPL

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB 27

Lampiran 3. Petunjuk teknis budidaya tanaman dominan

di pekarangan

1. Budidaya Cabe

Cabe (Capsicum sp) merupakan tanaman perdu dari famili terong-

terongan (solanaceae). Cabe berasal dari benua Amerika

tepatnya daerah Peru dan

menyebar ke negara-negara benua Amerika, Eropa dan Asia

termasuk Indonesia.

Penyiapan Benih

Pilih buah cabe yang matang

(merah), bentuk sempurna, segar, tidak cacat dan tidak

terserang penyakit.

Keluarkan bijinya dengan mengiris buah secara

memanjang.

Cuci biji lalu dikeringkan.

Pilih biji yang bentuk, ukuran dan warna seragam,

permukaan kulit bersih, tidak keriput dan tidak cacat.

Benih yang akan ditanam diseleksi dengan cara

merendam dalam air, biji yang terapung dibuang.

Bila kesulitan membuat sendiri, benih cabe dapat dibeli di

toko pertanian setempat.

Persemaian

Sebelum tanam di tempat permanen (polybag), sebaiknya

benih disemai dulu dalam wadah semai yang dapat berupa bak plastik atau kayu dengan ketebalan sekitar 10 cm yang

dilubangi bagian dasarnya untuk pengaturan air(drainase). Persiapannya sbb :

Isikan dalam wadah semai media berupa tanah pasir, dan

pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1. Untuk

menghilangkan gangguan hama berikan Curater 3 G

Page 34: Petunjuk Teknis M-KRPL ISBN 978-602-9037-01-2 Petunjuk Teknisntb.litbang.pertanian.go.id/pu/krpl/juknis.pdf · 2012. 5. 30. · Petunjuk Teknis M-KRPL Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Petunjuk Teknis M-KRPL

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB 28

takaran 10 10 gr/m2. Media ini disiapkan 1 minggu

sebelum penyemaian benih.

Benih yang akan ditanam, sebelumnya direndam dalam

air hangat (50 derajat Celcius) semalam. Lebih baik lagi

bila diberi zat pengatur tumbuh seperti Atonik.

Tebarkan benih secara merata di media persemaian, bila

mungkin beri jarak antar benih 5 x 5 cm sehingga waktu

tanaman dipindah/dicabut, akarnya tidak rusak. Usahakan

waktu benih ditanam diatasnya ditutup selapis tipis tanah.

Kemudian letakkan wadah semai tersebut di tempat teduh

dan lakukan penyiraman secukupnya agar media semai

tetap lembab.

Pembibitan

Benih yang telah berkecambah atau bibit cabe umur 10-

14 hari (biasanya telah tumbuh sepasang daun) sudah

dapat dipindahkan ke tempat pembibitan.

Siapkan tempat pembibitan berupa polybag ukuran 8 x 9

cm atau bumbungan dari bahan daun pisang sehingga

lebih murah harganya. Masukkan ke dalamnya campuran

tanah, pasir dan pupuk kandang serta tambahkan Curater

3 G.

Pindahkan bibit cabe ke wadah pembibitan dengan hati-

hati. Pada saat bibit ditanam di bumbungan, tanah di

sekitar akar tanaman ditekan-tekan agar sedikit padat dan

bibit berdiri tegak. Letakkan bibit di tempat teduh dan

sirami secukupnya untuk menjaga kelembabannya.

Pembibitan ini untuk meningkatkan daya adaptasi dan

daya tumbuh bibit pada saat pemindahan di tempat

terbuka.

Bibit bisa ditanam di polybag setelah berumur 30-40 hari.

Persiapan Media Tanam Polybag

Siapkan polybag tempat penanaman yang berlubang kiri

kanannya untuk pengaturan air.

Page 35: Petunjuk Teknis M-KRPL ISBN 978-602-9037-01-2 Petunjuk Teknisntb.litbang.pertanian.go.id/pu/krpl/juknis.pdf · 2012. 5. 30. · Petunjuk Teknis M-KRPL Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Petunjuk Teknis M-KRPL

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB 29

Masukkan media tanam ke dalamnya berupa campuran

tanah dengan pupuk kandang 2 : 1 sebanyak 1/3 volume

polybag. Tambahkan Furadan atau Curater 3 G 2 - 4

gr/tanaman untuk mematikan hama pengganggu dalam

media tanah.

Masukkan campuran tanah dan pupuk kandang ke dalam

polybag setinggi 1/3 nya

Tambahkan pupuk buatan sebagai pupuk dasar yaitu 10

gr SP 36, 5 gr KCl dan 1/3 bagian dari campuran 10 gr

Urea + 20 gr ZA per tanaman (2/3 bagiannya untuk

pupuk susulan). Kemudian siram dengan air agar pupuk

laur dalam tanah.

Penanaman

Pilih bibit cabe yang baik yaitu pertumbuhannya tegar,

warna daun hijau, tidak cacat/terkena hama penyakit.

Tanam bibit tersebut di polybag penanaman. Wadah

media bibit harus dibuka dulu sebelum ditanam. Hati-hati

supaya tanah yang menggumpal akar tidak lepas. Bila

wadah bibit memakai bumbungan pisang langsung

ditanam karena daun tersebut akan hancur sendiri.

Tanam bibit bibit tepat di bagian tengah, tambahkan

media tanahnya hingga mencapai sekitar 2 cm bibir

polybag.

Padatkan permukaan media tanah dan siram dengan air

lalu letakkan di tempat terbuka yang terkena sinar

matahari langsung.

Pemeliharaan

1. Lakukan penyiraman secukupnya untuk menjaga

kelembaban media tanah polybag.

2. Lakukan pemupukan susulan :

a. Umur 30 hari setelah tanam (HST): 5 gr KCl per

tanaman.

Page 36: Petunjuk Teknis M-KRPL ISBN 978-602-9037-01-2 Petunjuk Teknisntb.litbang.pertanian.go.id/pu/krpl/juknis.pdf · 2012. 5. 30. · Petunjuk Teknis M-KRPL Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Petunjuk Teknis M-KRPL

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB 30

b. Umur 30 dan 60 HST: masing-masing 1/3 bagian dari

sisa campuran Urea dan ZA pada pemupukan dasar.

3. Lakukan perompesan/pembuangan cabang daun di bawah

cabang utama dan buang bunga yang pertama kali

muncul.

4. Untuk mengendalikan hama lalat buah penyebab busuk

buah, pasang jebakan yang diberi Antraxtan. Sedang

untuk mengendalikan serangga pengisap daun seperti

Thrips, Aphid dengan insektisida seperti Curacron. Untuk

penyakit busuk buah kering (Antraknosa) yang

disebabkan cendawan, gunawan fungisida seperti

Antracol. Dosis dan aplikasi masing-masing obat tersebut

dapat dilihat pada labelnya.

Panen

Cabai merah dapat dipanen umur sekitar 80 HST. Pemetikan

cabe dapat dilakukan 1-2 kali seminggu disesuaikan dengan kebutuhan. Pemetikan dilakukan dengan hati-hati agar

percabangan/tangkai tanaman tidak patah.

Sumber: Disarikan dari http://www.deptan.go.id/teknologi/horti/tcabe3.htm

Page 37: Petunjuk Teknis M-KRPL ISBN 978-602-9037-01-2 Petunjuk Teknisntb.litbang.pertanian.go.id/pu/krpl/juknis.pdf · 2012. 5. 30. · Petunjuk Teknis M-KRPL Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Petunjuk Teknis M-KRPL

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB 31

2. Budidaya Mentimun

Syarat Tumbuh

Mentimun (Cucumis sativus L.) tumbuh baik pada wilayah

beriklim kering, cukup

mendapat sinar matahari, temperatur 21,1 - 26,7°C dan

tidak banyak hujan. Ketinggian optimum 1.000 - 1.200 m dpl.

Tumbuh baik pada tanah

gembur, banyak mengandung humus, tata air baik, tanah

mudah meresapkan air, pH tanah 6-7.

Pembibitan

Siapkan tanah halus yang dicampur dengan pupuk

kandang dengan perbandingan 7:3 kemudian masukkan

polybag.

Rendam benih dalam air hangat selama 30 menit.

Peram selama 12 jam, setiap benih yang berkecambah

ditanam pada polibag sedalam 0,5-1 cm.

Polybag dinaungi plastik bening dan bibit disiram dua kali

sehari.

Semprotkan pupuk organik pada 7 hss.

Setelah berumur 12 hari atau berdaun 3-4 helai, bibit

dipindahkan ke kebun.

Pengolahan Tanah

Bersihkan lahan dari gulma, rumput, pohon yang tidak

diperlukan.

Berikan kalsit/dolomit (pH tanah <6>3.3).

Penanaman

Siram bibit dalam polibag dengan air

Keluarkan bibit bersama medianya dari polibag.

Page 38: Petunjuk Teknis M-KRPL ISBN 978-602-9037-01-2 Petunjuk Teknisntb.litbang.pertanian.go.id/pu/krpl/juknis.pdf · 2012. 5. 30. · Petunjuk Teknis M-KRPL Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Petunjuk Teknis M-KRPL

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB 32

Tanamkan bibit di lubang tanam dan padatkan tanah di

sekitar batang.

Pemasangan lanjaran

Pemasangan media perambatan/panjatan dilakukan

setelah bibit mulai tumbuh akar rambatnya.

Lanjaran dapat dibuat dari bambu dalam bentuk lanjaran

atau para-para.

Pemeliharaan

Tanaman yang rusak atau mati dicabut dan segera

disulam dengan tanaman yang baik.

Bersihkan gulma (bisa bersama waktu pemupukan).

Pasang ajir pada 5 hst (hari setelah tanam) untuk

merambatkan tanaman.

Daun yang terlalu lebat dipangkas, dilakukan 3 minggu

setelah tanam pada pagi atau sore hari.

Pengairan dan penyiraman rutin dilakukan setiap pagi dan

sore hari dengan cara di siram atau menggenangi lahan

selama 15-30 menit.

Selanjutnya pengairan hanya dilakukan jika diperlukan

dan diintensifkan kembali pada masa pembungaan dan

pembuahan.

Pemupukan

Pupuk dasar per ha: 150 kg TSP + 150 kg Urea + 150 kg

KCl + 20 ton pupuk kandang

Umur 3-5 HST: 100 kg TSP + 150 kg Urea + 100 kg KCl

Umur 10 HST: 250 kg TSP + 300 kg Urea + 100 kg KCl

Setelah berbunga: 250 kg Urea + 250 kg KCL

Setelah panen pertama: 100 kg Urea + 100 kg KCl

Mulai umur 2-10 minggu disemprotkan pupuk cair 4 kali

dengan interval 2 minggu sekali atau 8 kali dengan interval 1 minggu sekali.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Dilakukan dengan prinsip pengendalian terpadu. Hama yang

sering menyerang antara lain:

Page 39: Petunjuk Teknis M-KRPL ISBN 978-602-9037-01-2 Petunjuk Teknisntb.litbang.pertanian.go.id/pu/krpl/juknis.pdf · 2012. 5. 30. · Petunjuk Teknis M-KRPL Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Petunjuk Teknis M-KRPL

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB 33

a. Oteng-oteng atau kutu kuya (Aulocophora similis Oliver);

kumbang daun berukuran 1 cm dengan sayap kuning polos. Gejala: merusak dan memakan daging daun

sehingga daun bolong; pada serangan berat, daun tinggal tulangnya.

b. Ulat Tanah (Agrotis ipsilon), ulat berwarna hitam dan

menyerang terutama tanaman yang masih muda. Gejala: batang tanaman dipotong disekitar leher akar.

c. Lalat buah (Dacus cucurbitae Coq.), lalat dewasa berukuran 1-2 mm. Lalat menyerang mentimun muda

untuk bertelur, Gejala: memakan daging buah sehingga buah abnormal dan membusuk.

d. Kutu daun (Aphis gossypii Clover), kutu berukuran 1-2

mm, berwarna kuning atau kuning kemerahan atau hijau gelap sampai hitam. Gejala: menyerang pucuk tanaman

sehingga daun keriput, kerititing dan menggulung. Kutu ini juga penyebar virus.

Penyakit yang sering menyerang antara lain:

a. Busuk daun (Downy mildew), penyebab: Pseudoperonospora cubensis Berk et Curt. Menginfeksi

kulit daun pada kelembaban udara tinggi, temperatur 16 - 22°C dan berembun atau berkabut. Gejala: daun

berbercak kuning dan berjamur, warna daun akan menjadi coklat dan busuk.

b. Penyakit tepung (Powdery mildew). penyebab: Erysiphe cichoracearum. Berkembang jika tanah kering di musim kemarau dengan kelembaban tinggi. Gejala: permukaan

daun dan batang muda ditutupi tepung putih, kemudian berubah menjadi kuning dan mengering.

c. Antraknose, penyebab: cendawan Colletotrichum lagenarium Pass. Gejala: bercak-bercak coklat pada daun. Bentuk bercak agak bulat atau bersudut-sudut dan

menyebabkan daun mati; gejala bercak dapat meluas ke batang, tangkai dan buah. Bila udara lembab, di tengah

bercak terbentuk massa spora berwarna merah jambu.

d. Bercak daun bersudut, penyebab: cendawan Pseudomonas lachrymans. Menyebar pada saat musim

hujan. Gejala : daun berbercak kecil kuning dan bersudut;

Page 40: Petunjuk Teknis M-KRPL ISBN 978-602-9037-01-2 Petunjuk Teknisntb.litbang.pertanian.go.id/pu/krpl/juknis.pdf · 2012. 5. 30. · Petunjuk Teknis M-KRPL Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Petunjuk Teknis M-KRPL

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB 34

pada serangan berat seluruh daun yang berbercak berubah menjadi coklat muda kelabu, mengering dan

berlubang.

e. Virus, penyebab: Cucumber Mosaic Virus, CMV, Potato

virus mosaic, PVM; Tobacco Etch Virus, TEV; otato Bushy

Stunt Virus (TBSV); Serangga vektor adalah kutu daun Myzus persicae Sulz dan Aphis gossypii Glov. Gejala :

daun menjadi belang hijau tua dan hijau muda, daun berkerut, tepi daun menggulung, tanaman kerdil.

Pengendalian: dengan mengendalikan serangga vektor,

mengurangi kerusakan mekanis, mencabut tanaman sakit dan rotasi dengan famili bukan Cucurbitaceae.

f. Kudis (Scab), penyebab: cendawan Cladosporium cucumerinum Ell.et Arth. Terjadi pada buah mentimun

muda. Gejala: ada bercak basah yang mengeluarkan cairan yang jika mengering akan seperti karet; bila

menyerang buah tua, terbentuk kudis yang bergabus.

g. Busuk buah, penyebab: cendawan (1) Phytium aphinadermatum (Edson) Fizt.; (2) Phytopthora sp.,

Fusarium sp.; (3) Rhizophus sp., (4) Erwinia carotovora pv. Infeksi terjadi di kebun atau di tempat penyimpanan.

Gejala : (1) Phytium aphinadermatum: buah busuk basah

dan jika ditekan, buah pecah; (2) Phytopthora: bercak agak basah yang akan menjadi lunak dan berwarna coklat

dan berkerut; (3) Rhizophus: bercak agak besar, kulit buah lunak ditumbuhi jamur, buah mudah pecah; (4)

Erwinia carotovora: buah membusuk, hancur dan berbau busuk. Pengendalian: dengan menghindari luka mekanis,

penanganan pasca panen yang hati-hati, penyimpanan

dalam wadah bersih dengan suhu antara 5 – 7oC.

Panen

Buah mentimun muda lokal untuk sayuran, asinan atau

acar umumnya dipetik 2-3 bulan setelah tanam.

Mentimun hibrida dipanen 42 hari setelah tanam.

Mentimun Suri dipanen setelah matang. Buah dipanen di

pagi hari sebelum jam 9.00 dengan cara memotong

tangkai buah dengan pisau tajam.

Page 41: Petunjuk Teknis M-KRPL ISBN 978-602-9037-01-2 Petunjuk Teknisntb.litbang.pertanian.go.id/pu/krpl/juknis.pdf · 2012. 5. 30. · Petunjuk Teknis M-KRPL Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Petunjuk Teknis M-KRPL

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB 35

Mentimun sayur dipanen 5 - 10 hari sekali tergantung dari

varietas dan ukuran/umur buah yang dikehendaki.

Page 42: Petunjuk Teknis M-KRPL ISBN 978-602-9037-01-2 Petunjuk Teknisntb.litbang.pertanian.go.id/pu/krpl/juknis.pdf · 2012. 5. 30. · Petunjuk Teknis M-KRPL Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Petunjuk Teknis M-KRPL

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB 36

3. Budidaya Terong

Syarat Tumbuh

Terong (Solanum melongena)

Dapat tumbuh di dataran rendah

dan tinggi, suhu udara 22-30oC, jenis tanah yang paling baik

adalah lempung berpasir, subur, kaya bahan organik, aerasi

dan drainase baik dan pH antara 6,8-7,3, sinar matahari

cukup, cocok ditanam pada

musim kemarau.

Persemaian

Benih terong yang akan ditanam dapat berasal dari benih komposit atau dapat berasal dari benih hibrida yang

berkualitas. Media semai terdiri atas campuran tanah dan

pukan (pupuk kandang) dengan perbandingan 2 : 1. Penggunaan pestisida bahan aktif metalaksil sebagai

pencegah jamur dapat menghindarkan bibit dari penyakit dumping off . Hasil campuran media tersebut dimasukkan ke

dalam polybag dengan tinggi ± 8 cm dan diameter 5 cm.

Perlakuan Benih

Benih direndam dalam air hangat kuku selama 10-15

menit

Benih dibungkus dengan gulungan kain basah kemudian

diperam selama + 24 jam hingga nampak mulai

berkecambah.

Setelah 24 jam benih tersebut melalui proses pemeraman

yang dicirikan dengan munculnya radikula (calon akar),

maka benih tadi siap dipindahkan ke media semai

(polibag) menggunakan pinset dengan posisi radikula dibawah, kemudian ditutup dengan tanah tipis

Page 43: Petunjuk Teknis M-KRPL ISBN 978-602-9037-01-2 Petunjuk Teknisntb.litbang.pertanian.go.id/pu/krpl/juknis.pdf · 2012. 5. 30. · Petunjuk Teknis M-KRPL Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Petunjuk Teknis M-KRPL

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB 37

Jika persemaian dalam bedengan, maka benih disebar di

atas bedengan menurut barisan, jarak antar barisan 10-15

cm.

Tutup benih tersebut dengan tanah tipis.

Permukaan bedengan yang telah disemai benih ditutup

dengan daun pisang/ penutup lainnya.

Setelah benih tampak berkecambah muncul, buka

penutupnya.

Siram persemaian pagi dan sore hari (perhatikan

kelembabannya).

Perhatikan serangan hama dan penyakit sejak di

pembibitan jika di perlukan semprot dengan pestisida.

Setelah bibit berumur 1-1,5 bulan atau berdaun empat

helai bibit siap dipindahkan ke polibag yang lebih besar

atau ke lahan penanaman.

Penanaman

Benih yang telah berumur 25 hari setelah semai (HSS)

dapat ditanam pada lubang tanam yang telah disediakan

atau polibag yang besar diameter 30 cm. Ciri dari bibit yang siap tanam adalah munculnya 3 lembar helai daun

sempurna atau mencapai tinggi ± 7,5 cm.

Sebaiknya penanaman dilakukan pada sore hari setelah

dilakukan penggenangan untuk mempermudah pemindahan dan masa adaptasi pertumbuhan awal.

Sistem tanam yang digunakan untuk terong adalah sistem

single row, dengan jarak antara tanaman 75 cm.

Bibit yang siap tanam dimasukkan kedalam lubang tanam

yang ditugal sedalam 10-15 cm kemudian ditekan ke

bawah sambil ditimbun dengan tanah yang berada di sekitar lubang mulsa sebatas leher akar (pangkal batang).

Untuk menjaga dari serangan hama dapat diberikan

insektisida bahan aktif carbofuran.

Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman terong tidak berbeda dari tanaman

lainnya, yaitu penyiraman, pemupukan, perempelan dan

pengendalian hama dan penyakit.

Page 44: Petunjuk Teknis M-KRPL ISBN 978-602-9037-01-2 Petunjuk Teknisntb.litbang.pertanian.go.id/pu/krpl/juknis.pdf · 2012. 5. 30. · Petunjuk Teknis M-KRPL Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Petunjuk Teknis M-KRPL

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB 38

Penyiraman dapat dilakukan dua kali sehari yaitu pada

pagi dan sore hari selama seminggu pertama setelah tanam.

Pupuk susulan pertama diberikan pada tanaman umur 21

HST antara lain: ZA dosis 2.5 – 3 gram/tanaman, SP-36 2.5 -3 gram/tanaman, KCl sebanyak 1-1.5 gram/tanaman.

Pupuk diberikan dipinggir tanaman dengan jarak 10 cm

dari pangkal batang.

Pupuk susulan kedua dilakukan pada umur 50 HST

dengan pupuk NPK dengan dosis 8-10 gram/tanaman.

Pemupukan yang terakhir yaitu NPK pada saat panen

yang kedua dilakukan dengan dosis sebanyak 10 gram/tanaman.

Disamping penyiraman dan pemupukan, pencegahan

hama dan penyakit dapat dilakukan dengan menyemprotkan pestisida sesuai dengan hama atau

penyakit yang menyerang. Sedangkan konsentrasinya

disesuaikan dengan anjuran dan interval penyemprotan disesuaikan dengan intensitas serangan dan kondisi

lingkungan.

Pangkas tunas-tunas liar yang tumbuh mulai dari ketiak

daun pertama hingga bunga pertama juga dirempel untuk

merangsang agar tunas-tunas baru dan bunga yang lebih

produktif segera tumbuh.

Pengendalian hama dan penyakit

Hama yang sering menyerang dan pengendaliannya:

1. Kumbang Daun (Epilachna spp): Gejala serangan adanya

bekas gigitan pada permukaan daun sebelah bawah. Bila serangan berat dapat merusak semua jaringan daun dan

tinggal tulang-tulang daun saja. Cara pengendalian:

kumpulkan dan musnahkan kumbang, atur waktu tanam, jika diperlukan lakukan penyemprotan dengan Insektisida

adapun merek bermacam-macam dapat di tanyakan ke toko pertanian terdekat.

2. Kutu Daun (Aphis spp): Menyerang dengan cara mengisap

cairan sel, terutama pada bagian pucuk atau daun-daun masih muda, akibatnya daun tidak normal, keriput atau

Page 45: Petunjuk Teknis M-KRPL ISBN 978-602-9037-01-2 Petunjuk Teknisntb.litbang.pertanian.go.id/pu/krpl/juknis.pdf · 2012. 5. 30. · Petunjuk Teknis M-KRPL Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Petunjuk Teknis M-KRPL

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB 39

keriting atau menggulung. Aphis spp sebagai vektor atau

perantara virus. Cara pengendalian; mengatur waktu tanam dan pergiliran tanaman, jika populasi Aphis banyak

dapat di gunakan Insektisida dengan tipe "Racun Contak", tetapi disarankan menggunakan Insektisida dengan tipe

"Racun Sistemik" Jika ingin lebih aman gunakan

Insektisida botani ' misalnya menggungkan Ekstrak Bawang putih, Aroma bawang putih tidak disukai oleh

Aphis, tetapi penyemprotan ke-2 dst tidak terlalu berpengaruh terhadap Aphis.

3. Tungau (Tetranynichus spp): Serangan hebat musim kemarau. Menyerang dengan cara mengisap cairan sel

tanaman, sehingga menimbulkan gejala bintik-bintik

merah sampai kecoklat-coklatan atau hitam pada permukaan daun sebelah atas ataupun bawah.

Cara pengendalian sama seperti pada pengen dalian kutu daun, disarankan menggunakan Insektisida dengan tipe

"Racun Sistemik"

4. Ulat Tanah (Agrotis ipsilon Hufn.): Bersifat polifag, aktif senja atau malam hari. Menyerang dengan cara

memotong titik tumbuh tanaman yang masih muda, sehingga terkulai dan roboh, pada siang hari ulat

bersembunyi, sehingga sangat sulit menemukan ulat Agritus ipsilon pada siang hari. Cara pengendalian;

kumpulkan dan musnahkan ulat, Lakukan penyemprotan

dengan insektisida pada sore ( 17.00 ) atau pagi kurang dari 05.00, gunakan insektisida dengan tipe "Racun

perut", jika menggukanan racun kontak semprot pada malam hari ketika ulat mulai muncul, tetapi perlu di

pertimbangkan penyemprotan pada malam hari akan

terkendala oleh penerangan.

5. Ulat Grayak (Spodoptera litura, F): Bersifat polifag.

Menyerang dengan cara merusak (memakan) daun hingga berlubang-lubang. Cara pengendalian; mengatur

waktu tanam dan pergiliran tanaman, mengumpulkan

ulat, jika perlu gunakan Insektisida

6. Ulat Buah (Helicoverpa armigera Hubn.): Bersifat polifag,

menyerang buah dengan cara menggigit dan melubanginya, sehingga bentuk buah tidak normal, dan

Page 46: Petunjuk Teknis M-KRPL ISBN 978-602-9037-01-2 Petunjuk Teknisntb.litbang.pertanian.go.id/pu/krpl/juknis.pdf · 2012. 5. 30. · Petunjuk Teknis M-KRPL Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Petunjuk Teknis M-KRPL

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB 40

mudah terserang penyakit busuk buah. Cara pengendalian kumpulkan dan musnahkan buah terserang, lakukan

pergiliran tanaman dan waktu tanam sanitasi kebun.

Penyakit yang sering menyerang dan :

1. Layu Bakteri, penyebabnya adalah bakteri Pseudomonas solanacearum. Bakteri ini bisa bertahan hidup lama dalam tanah. Serangan hebat terjadi pada temperatur yang

cukup tinggi. Gejala serangan terjadi kelayuan seluruh tanaman secara mendadak. Sebenarnya serangan layu

bakteri bersifat lokal, seperti pembuluh xylem/pembuluh

angkut, tetapi karena menyerangnya pada akar atau leher akar sehingga pasokan air dan hara tanaman dari tanah

ke daun terhambat sehingga gejala yang muncul adalah kelayuan yang bersifat sistemik. Cara pengendalian antara

lain: mengatur jarak tanam, sehingga kelembaban tidak terlalu tinggi, lakukan pergiliran tanaman, jangan

menanam tanaman yang berjenis Solanaceae seperti

tomat, tembakau, karena akan memperparah serangan. Penyemprotan menggunakan Bakterisida

2. Busuk Buah, penyebabnya adalah jamur Phytophthora sp., Phomopsis vexans, Phytium sp. Gejala serangan

terlihat adanya bercak-bercak coklat kebasahan pada

buah sehingga buah menjadi busuk. Pengendalian menggunakan Fungisida.

3. Bercak Daun, penyebabnya adalah jamur Cercospora sp, Alternaria solani, Botrytis cinerea. Gejala serangan terlihat

bercak-bercak kelabu-kecoklatan atau hitam pada daun.

4. Antraknose, penyebabnya adalah jamur Gloesporium melongena. Gejala serangan terlihat bercak-bercak

melekuk dan bulat pada buah lalu membesar berwarna coklat dengan titik-titik hitam.

5. Busuk Leher akar, penyebabnya adalah Sclerotium rolfsii Gejala pangkal batang membusuk berwarna coklat.

6. Rebah Semai, penyebabnya adalah Jamur Rhizoctonia solani dan Pythium spp. Gejala serangan terlihat pada batang bibit muda kebasah-basahan, mengkerut dan

akhirnya roboh dan mati. Cara pengendalian antara lain: tanam varietas tahan, atur jarak tanam dan pergiliran

Page 47: Petunjuk Teknis M-KRPL ISBN 978-602-9037-01-2 Petunjuk Teknisntb.litbang.pertanian.go.id/pu/krpl/juknis.pdf · 2012. 5. 30. · Petunjuk Teknis M-KRPL Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Petunjuk Teknis M-KRPL

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB 41

tanaman, perbaikan drainase, atur kelembaban dengan

jarak tanam agak lebar, cabut tanman yang sakit.

Panen

Panen pertama terong dapat dilakukan saat tanaman

berumur 30 HST atau sekitar 15 – 18 HST setelah munculnya bunga. Kriteria buah terong layak panen

adalah daging belum keras, warna buah mengkilat,

ukuran tidak terlalu besar ataupun terlalu kecil.

Sedangkan untuk terong jenis bulat kecil panen buah

dapat dilakukan pada umur 10-15 hari setelah muncul

bunga dengan ciri: buah kelihatan segar, warnanya cerah bagi terong tipe hijau dan belum berwarna kecoklatan

bagi terong berwarna ungu, bila dipotong belum tampak biji yang berwarna kuning keemasan dan warna daging

masih putih bersih.

Pemanenan dapat dilakukan seminggu dua kali sehingga

total dalam satu musim dapat dilakukan 8 kali panen dengan potensi jumlah buah per tanaman bisa mencapai

21 buah. Setelah pemanenan yang ke delapan biasanya produksi mulai menurun baik kualitas maupun

kuantitasnya.

Page 48: Petunjuk Teknis M-KRPL ISBN 978-602-9037-01-2 Petunjuk Teknisntb.litbang.pertanian.go.id/pu/krpl/juknis.pdf · 2012. 5. 30. · Petunjuk Teknis M-KRPL Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Petunjuk Teknis M-KRPL

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB 42

4. Budidaya Bayam Bayam (Amaranthus spp.) merupakan sayuran yang banyak mengandung

vitamin dan mineral, dapat tumbuh sepanjang tahun

pada ketinggian sampai dengan 1000 m dpl dengan

pengairan secukupnya.

Terdapat 3 jenis bayam, yaitu: (1) bayam cabut,

batangnya berwarna merah juga ada berwarna hijau

keputih-putihan, (2)

bayam petik, pertumbuhan nya lebih tegak serta berdaun lebar, warna daun hijau tua dan ada yang berwarna kemerah-

merahan, (3) bayam yang biasa dicabut dan juga dapat dipetik. Jenis bayam ini tumbuh tegak, berdaun besar

berwarna hijau keabu-abuan.

Cara Budidaya Bayam

1. Benih bayam diperbanyak melalui biji. Biji bayam yang

dijadikan benih harus cukup tua (+ 3 bulan). Benih yang muda, daya simpannya tidak lama dan tingkat

perkecambahannya rendah. Benih bayam yang tua dapat disimpan selama satu tahun. Benih bayam tidak memiliki

masa dormansi dan kebutuhan benih adalah sebanyak 5-

10 kg tiap hektar atau 0,5-1 gram/m2. Varietas yang dianjurkan adalah Giti Hijau, Giti Merah, Kakap Hijau,

Bangkok dan Cimangkok.

2. Persiapan lahan dengan cara dicangkul sedalam 20-30 cm

supaya gembur. Selanjutnya buat bedengan dengan arah

membujur dari Barat ke Timur agar mendapatkan cahaya penuh. Lebar bedengan sebaiknya 100 cm, tinggi 30 cm

dan panjang sesuai kondisi lahan. Jarak antar bedengan 30 cm.

Page 49: Petunjuk Teknis M-KRPL ISBN 978-602-9037-01-2 Petunjuk Teknisntb.litbang.pertanian.go.id/pu/krpl/juknis.pdf · 2012. 5. 30. · Petunjuk Teknis M-KRPL Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Petunjuk Teknis M-KRPL

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB 43

3. Pemupukan. Setelah bedengan diratakan, 3 hari sebelum

tanam berikan pupuk dasar (pupuk kandang kotoran ayam) dengan dosis 20.000 kg/ha atau pupuk kompos

organik hasil fermentasi (kotoran ayam yang telah difermentasi) dengan dosis 4 kg/m2. Sebagai starter

tambahkan Urea 150 kg/ha (15 gr/m2) diaduk dengan air

dan disiramkan pada tanaman pada sore hari 10 hari setelah penaburan benih, jika perlu berikan pupuk cair 3

liter/ha (0,3 ml/m2) pada umur 2 minggu setelah penaburan benih.

4. Penanaman/penaburan benih dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu: (a) ditebar langsung di atas bedengan, yaitu

biji dicampur dengan pupuk kandang yang telah

dihancurkan dan ditebar secara merata di atas bedengan. (b) ditebar pada larikan/barisan dengan jarak 10-15 cm,

kemudian ditutup dengan lapisan tanah. (c) disemai setelah tumbuh (sekitar 10 hari) bibit dibumbun dan

dipelihara selama + 3 minggu. Selanjutnya dipindahkan

ke bedengan dengan jarak tanam 50 x 30 cm. Cara semai biasanya dilakukan untuk bayam petik.

5. Pemeliharaan. Bayam yang jarang terserang penyakit (yang ditularkan melalui tanah), adalah bayam cabut.

Bayam dapat berproduksi dengan baik asalkan kesuburan tanahnya selalu dipertahankan, misalnya dengan

pemupukan organik yang teratur dan kecukupan air,

untuk tanaman muda (sampai satu minggu setelah tanam) membutuhkan air 4 l/m2/hari dan menjelang

dewasa tanaman ini membutuhkan air sekitar 8 l/m2/hari.

6. Pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT).

Jenis hama yang sering menyerang tanaman bayam

diantaranya adalah ulat daun, kutu daun, penggorok daun dan belalang. Penyakit yang sering dijumpai adalah rebah

kecambah (Rhizoctonia solani) dan penyakit karat putih (Albugo sp.). Untuk pengendalian OPT gunakan pestisida

yang aman mudah terurai seperti pestisida biologi,

pestisida nabati atau pestisida piretroid sintetik. Penggunaan pestisida tersebut harus dilakukan dengan

benar baik pemilihan jenis, dosis, volume semprot, cara aplikasi, interval dan waktu aplikasinya.

Page 50: Petunjuk Teknis M-KRPL ISBN 978-602-9037-01-2 Petunjuk Teknisntb.litbang.pertanian.go.id/pu/krpl/juknis.pdf · 2012. 5. 30. · Petunjuk Teknis M-KRPL Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Petunjuk Teknis M-KRPL

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB 44

7. Panen. Bayam cabut biasanya dipanen apabila tinggi tanaman kira-kira 20 cm, yaitu pada umur 3 sampai

dengan 4 minggu setelah tanam. Tanaman ini dapat dicabut dengan akarnya ataupun dipotong pangkalnya.

Sedangkan bayam petik biasanya mulai dapat dipanen

pada umur 1 sampai dengan 1,5 bulan dengan interval pemetikan seminggu sekali.

8. Pasca Panen. Tempatkan bayam yang baru dipanen pada tempat yang teduh atau merendamkan bagian akar dalam

air dan pengiriman produk secepat mungkin untuk

menjaga kesegarannya.

(Sumber: http://jambi.litbang.deptan.go.id)

Page 51: Petunjuk Teknis M-KRPL ISBN 978-602-9037-01-2 Petunjuk Teknisntb.litbang.pertanian.go.id/pu/krpl/juknis.pdf · 2012. 5. 30. · Petunjuk Teknis M-KRPL Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Petunjuk Teknis M-KRPL

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB 45

5. Budidaya Kacang Panjang Syarat Tumbuh

Tanaman tumbuh baik pada tanah latosol/lempung berpasir,

subur, gembur, banyak

mengandung bahan organik dan drainasenya baik, pH sekitar 5,5-

6,5. Suhu antara 18-32oC, iklim kering dengan sinar matahari

penuh, curah hujan antara 600-

1.500 mm/tahun dan ketinggian optimum <800 m dpl. Kacang panjang sangat cocok ditanam pada dataran rendah

dan medium. Bila ditanam di dataran tinggi pertumbuhannya lambat dan berbuah kurang baik. Penanaman dilakukan

ditempat terbuka dan ditanam pada awal atau akhir musim

hujan.

Pembibitan

Benih kacang panjang yang baik dan bermutu, sebagai berikut: penampilan bernas/kusam, daya kecambah tinggi di

atas 85%, tidak rusak/cacat, tidak mengandung hama dan penyakit. Keperluan benih antara 2-3 gram/m2. Benih tidak

perlu disemaikan, tetapi langsung ditanam pada lubang tanam

yang sudah disiapkan.

Pengolahan Tanah dan Penanaman

Lahan diolah dengan baik sampai gembur, diratakan dan dibersihkan dari gulma/rumput-rumput liar. Setelah diolah

dibuat bedengan, lebar 120-150 cm dan lubang tanaman

dibuat dengan tugal sedalam 3-5 cm, dengan jarak tanam 20x40x(60-90 cm), sebaiknya setiap lubang dimasukkan 2-3

biji benih, kemudian ditutup dengan tanah.

Pengapuran dan Pemupukan

Pengapuran sangat dianjurkan pada tanah dengan pH rendah (<5,5) yaitu dengan menggunakan dolomite/kaptan

sebanyak 1,5 kg/m2, 3-4 minggu sebelum tanam. Pupuk yang

diberikan untuk tanaman kacang panjang adalah pupuk

Page 52: Petunjuk Teknis M-KRPL ISBN 978-602-9037-01-2 Petunjuk Teknisntb.litbang.pertanian.go.id/pu/krpl/juknis.pdf · 2012. 5. 30. · Petunjuk Teknis M-KRPL Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Petunjuk Teknis M-KRPL

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB 46

kandang 5-10 kg/m2 atau 0,5-1 kg/lubang tanaman dengan campuran pupuk Urea, KCl, TSP dengan perbandingan 1:1:2

dengan dosis 20 gram/m2 atau sekitar 2 gram/lubang tanam yang diberikan sebelum tanam. Seluruh dosis pupuk buatan

diberikan bersamaan dengan waktu tanam, keculai Urea

diberikan lagi sebagai pupuk susulan sebanyak 5 gram/m2 atau 0,5 gram/rumpun tanaman pada waktu tanaman

berumur 3 minggu.

Pemeliharaan

Penyiraman dilakukan setiap hari sampai benih tumbuh.

Setelah tinggi tanaman mencapai 25 cm, dipasang turus/ lanjaran dari bambu yang tingginya sekitar 2 m. Untuk

menjaga agar tanaman tidak roboh, tiap empat buah turus, ujungnya di ikat jadi satu. Bila tanaman terlalu subur dapat

dilakukan pemangkasan daun. Setelah dilakukan pemupukan susulan dilakukan pengguludan tanaman dengan tinggi lebih

kurang 20 cm. Penyiangan dilakukan pada umur 3-5 minggu.

Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman

Hama yang menyerang kacang panjang antara lain: Lalat

bibit, ulat tanah, ulat grayak, kutu daun, kutu kebul, dan ulat penggerek polong. Pengendalian hama dan penyakit dapat

dilakukan dengan jalan menanam pada awal dan dilakukan

secara serentak, pergiliran tanaman dengan tanaman bukan kacang-kacangan, penggunaan mulsa jerami, penggunaan

musuh alami, dan pengendalian kimiawi menggunakan insektisida secara selektif.

Penyakit yang sering menyerang kacang panjang antara lain antraknose, bercak daun sarkospora, karat, layu

Fusarium, busuk daun dan mosaik. Pengendalian dapat

dilakukan dengan cara memusnahkan tanaman sakit, menggunakan benih sehat dari varietas tahan, pergiliran

tanaman dan pengendalian kimiawi.

Panen dan Pasca Penen

Kacang panjang dapat di panen setelah berumur 50-60

HST. Pemanenan dapat dilakukan setiap minggu, selama 1-2 bulan. Panen polong muda jangan sampai terlambat dilakukan

karena akan menyebabkan polong berserat dan liat. Segera

Page 53: Petunjuk Teknis M-KRPL ISBN 978-602-9037-01-2 Petunjuk Teknisntb.litbang.pertanian.go.id/pu/krpl/juknis.pdf · 2012. 5. 30. · Petunjuk Teknis M-KRPL Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Petunjuk Teknis M-KRPL

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB 47

setelah panen, kacang panjang langsung dijual karena umur

simpan kacang panjang relatif pendek, karena tingginya laju respirasi sehingga cepat layu. Produktivitas kacang panjang

dapat mencapai 30 kg/m2.

Page 54: Petunjuk Teknis M-KRPL ISBN 978-602-9037-01-2 Petunjuk Teknisntb.litbang.pertanian.go.id/pu/krpl/juknis.pdf · 2012. 5. 30. · Petunjuk Teknis M-KRPL Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Petunjuk Teknis M-KRPL

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB 48

6. Budidaya Sawi Sawi adalah salah satu jenis sayur yang mudah dibudidayakan

di lahan pekarangan, baik langsung maupun dengan wadah pot atau polibag. Sayuran berdaun hijau ini termasuk

tanaman yang tahan terhadap air hujan, dan dapat dipanen sepanjang tahun tidak tergantung dengan musim. Panen

dapat dilakukan setelah 40 hari setelah tanam.

Beberapa jenis sawi yang

banyak dikonsumsi

masyarakat, antara lain sawi hijau, sawi putih dan

sawi pakcoy atau caisim. Dari ketiga jenis sawi

tersebut, pakcoy termasuk

jenis yang banyak dibudidayakan petani saat

ini karena batang dan daunnya lebih lebar dari

sawi hijau biasa.

Sawi pakcoy cocok ditanam di daerah dengan suhu 15-30°C, dan memiliki curah hujan lebih dari 200 mm/bulan, sehingga

cukup tahan dibudidayakan di dataran rendah.

Pemilihan bibit

Bibit merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha budidaya. Ciri-ciri bibit yang baik antara lain berbentuk bulat,

kecil-kecil, permukaannya licin mengkilap dan agak keras,

warna kulit bibit cokelat kehitaman.

Siapkan media tanam berupa bedengan dengan ukuran 1 m2,

Berikan pupuk kandang sebanyak 10 kg, pupuk Urea 20 gram, TSP 10 gram, dan KCL sebanyak 7,5 gram. Benih ditabur

merata pada permukaan media sebanyak 0,075 gram/m2 (750

gram/ha). Setelah ditebari benih, media ditutupi tanah kembali. Penyiraman dilakukan setiap hari dengan

menggunakan penyemprotan. Selanjutnya sawi dapat dipindahkan ke lahan tanam, setelah berumur 3 minggu.

Jarak tanam antar bibit 20 cm x 20 cm.

Page 55: Petunjuk Teknis M-KRPL ISBN 978-602-9037-01-2 Petunjuk Teknisntb.litbang.pertanian.go.id/pu/krpl/juknis.pdf · 2012. 5. 30. · Petunjuk Teknis M-KRPL Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Petunjuk Teknis M-KRPL

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB 49

Persiapan lahan (bedengan)

Seminggu sebelumnya lahan digemburkan, kemudian diberikan pupuk kandang 20 ton/ha, Urea 100 kg/ha, dan TSP

75 kg/ha. Bedengan dibuat selebar 120 cm, panjang 100 m dan tinggi

40 cm. Jarak antar bedengan 30 cm dan dibuat parit yang

diisi air setinggi 20 cm untuk penyediaan air bagi tanaman.

Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman, penjarangan (mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat), penyulaman

(penggantian tanaman yang mati atau rusak), pembersihan gulma, dan pemberian pupuk tambahan pada umur 3 minggu

setalah tanam.

Penyiraman dilakukan setiap hari, sebaiknya pagi atau sore hari. Disamping itu tanaman dipelihara dari serangan hama

dan penyakit. Hama penyakit yang biasa menyerang tanaman sawi adalah ulat dan karat daun.

Panen

Setelah berumur 40 hari, tanaman sawi pakcoy sudah dapat dipanen. Caranya dengan mencabut tanaman hingga akarnya.

Panen bisa dilakukan setiap minggu sekali, dengan mengatur waktu tanam satu bendengan dengan bendengan lainnya.

Page 56: Petunjuk Teknis M-KRPL ISBN 978-602-9037-01-2 Petunjuk Teknisntb.litbang.pertanian.go.id/pu/krpl/juknis.pdf · 2012. 5. 30. · Petunjuk Teknis M-KRPL Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Petunjuk Teknis M-KRPL

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB 50

7. Budidaya Paria atau Pare

Paria atau pare (Momordica charantia L.) merupakan

tanaman sayuran setahun atau

tahunan, termasuk dalam famili Cucurbitaceae. Ada dua

tipe kultivar yang penting, yaitu kultivar yang

menghasilkan buah yang meruncing pada ujungnya, dan

kultivar yang menghasilkan

buah yang tidak meruncing.

Buah paria merupakan sumber

vitamin C yang baik, vitamin A, fosfor, dan besi. Ujung batang paria merupakan sumber pro-vit A yang baik, protein, tiamin

dan vitamin C.

Persyaratan Tumbuh

Paria cocok dibudidayakan di daerah dengan ketinggian

1-1000 m dpl dengan pH optimal 5-6. Tanaman ini dapat beradaptasi dengan baik pada tanah lempung berpasir

dengan drainase baik dan kaya bahan organik. Suhu optimum untuk pertumbuhan berkisar antara 24-270C.

Benih

Kebutuhan benih 5-7 kg/ha diperlukan untuk mencapai populasi tanaman 13000–17000 tanaman per hektar.

Persiapan Lahan

Paria biasanya ditanam di atas bedengan. Bedengan

berukuran lebar 1,5-2,5 m, panjang sesuai dengan kondisi

lahan, tinggi 20 ccm pada musim kemarau dan 30 cm pada hujan. Jarak tanam yang umum digunakan 0,75 cm x 0,75 m,

1 m x 1 m, atau 45–60 cm dalam barisan dan 120–150 cm antar barisan. Dalam satu bedengan terdapat dua baris

tanaman. Jarak tanam yang lebar digunakan untuk tempat

para-para rambatan.

Page 57: Petunjuk Teknis M-KRPL ISBN 978-602-9037-01-2 Petunjuk Teknisntb.litbang.pertanian.go.id/pu/krpl/juknis.pdf · 2012. 5. 30. · Petunjuk Teknis M-KRPL Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Petunjuk Teknis M-KRPL

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB 51

Pupuk kandang diberikan bersamaan dengan pengolahan

lahan sebanyak 10-15 ton/ha dengan cara dicampur merata dengan tanah atau dengan menempatkan pupuk di lubang

tanam yang telah ditentukan.

Penanaman

Penanaman dapat dilakukan dengan dua cara yaitu

dengan ditanam langsung dan dengan disemai terlebih dahulu.

Penanaman langsung lebih umum digunakan, terutama

pada musim hujan. Lubang tanam dibuat sesuai jarak

tanam yang digunakan. Benih ditanam 2 atau 3 biji per

lubang sedalam 2-3 cm. Kecambah umumnya muncul

dalam waktu sekitar 1 minggu. Setelah tanaman

mempunyai 4 daun sejati, maka sisakan satu tanaman

yang sehat pada tiap lubang tanam.

Penanaman tidak langsung atau dengan disemai dahulu

digunakan bila penanaman dilakukan pada musim

kemarau atau jumlah benih yang dimiliki terbatas. Hal

tersebut dilakukan untuk mengurangi kematian bibit di

lahan. Media semai berupa campuran tanah dan pupuk

kandang dengan perbandingan 1:1. Benih ditanam

dengan jarak 2 cm x 2 cm. Setelah berumur 10 hari,

bibit dipindahkkan ke bumbunan. Bibit sibit siap dipindah

tanam ke lapangan setelah berumur 3 minggu setelah

semai atau mempunyai 3–4 daun. Agar tanaman yang

dipindah tanam dapat tumbuh dengan baik, sistem

perakaran bibit tidak boleh terganggu. Bibit cabutan tidak

dapat bertahan dengan baik.

Tanaman yang mati atau tidak tumbuh di lapangan harus

segera disulam.

Pemeliharaan

Pemeliharaan yang umum dilakukan berupa penyiangan, pengairan, pemupukan, pemberian para para, prunning

(pemangkasan) dan pengendalian hama dan penyakit.

Page 58: Petunjuk Teknis M-KRPL ISBN 978-602-9037-01-2 Petunjuk Teknisntb.litbang.pertanian.go.id/pu/krpl/juknis.pdf · 2012. 5. 30. · Petunjuk Teknis M-KRPL Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Petunjuk Teknis M-KRPL

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB 52

Penyiangan dilakukan rutin, paling tidak seminggu sekali bersamaan dengan pembumbunan. Untuk mengendalikan

gulma dapat juga digunakan mulsa. Tanaman paria tidak tahan kekeringan, sehingga pada

musim kemarau penyiraman sebaiknya dilakukan setiap hari.

Pembuatan parit di sekeliling guludan sangat diperlukan untuk mengurangi genangan air, hal ini dilakukan pada musim

penghujan. Pemupukan susulan pertama diberikan pada saat

tanaman berumur 3 minggu. Sedangkan pemupukan susulan

berikutnya dilakukan dengan interval 2 minggu sampai tanaman berumur 4 bulan. Pupuk susulan berupa NPK

(15:15:15) 5-10 g/tanaman diberikan dengan cara memasukkannya ke dalam lubang berjarak 10 cm dari

tanaman. Paria memerlukan penopang, atau rambatan untuk

meningkatkan produksi buah, mengurangi busuk buah serta

memudahkan pengendalian OPT dan pemanenan. Rambatan diberikan saat tanaman berumur 3 minggu. Rambatan dapat

berupa ajir, teralis, dan tunnel setinggi 1,5-2 m. Pemangkasan dilakukan untuk membuang cabang

samping yang tidak produktif, dilakukan pada saat tanaman

berumur 3 dan 6 minggu.

Pengendalian hama dan penyakit

Serangan hama dan penyakit jarang ditemukan apabila kondisi tanaman terawat. Hama yang banyak ditemukan

adalah lalat buah, Epilachna sp., kutu daun, trips, tungau dan siput. Pengendalian lalat buah dilakukan dengan

pembungkusan buah menggunakan kertas saat buah masih

kecil (panjang 2-3 cm) dan peggunaan perangkap. Penyakit yang umum ditemukan berupa embun tepung,

layu bakteri, layu fusarium, serkospora, dan virus (CMV). Pengendalian dilakukan dengan sanitasi dan menggunakan

fungisida secara selektif.

Panen dan Pascapanen

Panen buah konsumsi dilakukan saat buah masih belum

terlalu tua, bintil dan keriputnya masih rapat. Panen sebaiknya menggunakan pisau yang tajam. Panen untuk

Page 59: Petunjuk Teknis M-KRPL ISBN 978-602-9037-01-2 Petunjuk Teknisntb.litbang.pertanian.go.id/pu/krpl/juknis.pdf · 2012. 5. 30. · Petunjuk Teknis M-KRPL Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Petunjuk Teknis M-KRPL

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB 53

benih dilakukan pada buah yang sudah matang, berwarna

kuning dan pembungkus bijinya berwarna merah. Paria dapat dipanen pada umur sekitar 55 hari setelah tanam. Panen

dapat dilakukan berkali-kali untuk merangsang pembentukan buah baru. Adanya buah cenderung dapat menghambat

pembungaan.

Produksi buah dapat mencapai 10–12 buah per tanaman atau 10–15 ton/ha. Sortasi untuk memisahkan buah yang

rusak dan berpenyakit sangat diperlukan untuk menjaga kualitas panenan.

Buah paria tidak tahan lama sehingga sebaiknya segera dipasarkan setelah panen. Penyimpanan pada suhu 12-130C

dan kelembaban 85-90% dapat menjaga kualitas buah salama

2-3 minggu.

(Sumber: TIM PRIMA TANI, Balai Penelitian Tanaman Sayuran, 2007)

Page 60: Petunjuk Teknis M-KRPL ISBN 978-602-9037-01-2 Petunjuk Teknisntb.litbang.pertanian.go.id/pu/krpl/juknis.pdf · 2012. 5. 30. · Petunjuk Teknis M-KRPL Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Petunjuk Teknis M-KRPL

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB 54

8. Budidaya Selada

Selada (Lactuca sativa L.) merupakan sayuran daun berumur

semusim dan termasuk dalam famili compositae. Selada tumbuh baik di dataran tinggi, pertumbuhan optimal di lahan

subur yang banyak mengandung humus, pasir atau lumpur.dengan pH tanah

5-6,5 Di dataran rendah

kropnya kecil-kecil dan cepat berbunga. Waktu

tanam terbaik pada akhir musim hujan, walaupun

demikian dapat ditanam

pada musim kemarau dengan pengairan atau

penyiraman yang cukup.

Tanaman selada dapat

ditanam langsung pada lahan ataupun pada media tanam seperti polibag.

Teknologi Budidaya

Benih

Jenis selada yang banyak dibudidayakan :

a) Selada mentega disebut juga dengan selada bokor atau selada daun, bentuk kropnya bulat tapi lepas.

b) Selada (heading lettuce) atau selada krop, bentuk

kropnya bulat dan lonjong, kropnya padat atau kompak. c) Kebutuhan benih + 400 g biji /hektar.

Persiapan lahan atau media tanam

Lahan terlebih dahulu dicangkul sedalam 20-30 cm supaya

gembur. Buat bedengan membujur dari Barat ke Timur, untuk mendapatkan cahaya penuh. Lebar bedengan 100 cm, tinggi

30 cm dan panjang sesuai lahan. Jarak antar bedeng 30 cm.

Lahan yang asam (pH rendah) perlu dilakukan pengapuran dengan kapur kalsit atau dolomit.

Page 61: Petunjuk Teknis M-KRPL ISBN 978-602-9037-01-2 Petunjuk Teknisntb.litbang.pertanian.go.id/pu/krpl/juknis.pdf · 2012. 5. 30. · Petunjuk Teknis M-KRPL Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Petunjuk Teknis M-KRPL

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB 55

Persemaian

a) Biji dapat langsung ditanam di lapangan, tetapi lebih baik disemaikan.

b) Sebelumnya, benih direndam dalam air hangat (50ºC) selama satu malam atau dalam larutan Previcur N (0,1 %)

selama + 2 jam kemudian dikeringkan.

c) Benih disebar merata pada bedengan persemaian dengan media campuran tanah dan pupuk kandang/kompos (1:1),

kemudian ditutup dengan daun pisang selama 2-3 hari dan diberi naungan/atap

d) Setelah berumur 7-8 hari, bibit dipindahkan ke dalam bumbunan yang terbuat dari daun pisang/pot plastik

dengan media yang sama.

Penanaman

Setelah berumur 3-4 minggu

atau sudah memiliki 4-5 helai daun, tanaman dapat

dipindahkan ke bedengan

yang sudah dipersiapkan dengan jarak tanam 20 x 20

cm atau 25 x 25 cm. Dapat pula dipindahkan ke polibag.

Pemupukan

a) 3 hari sebelum tanam berikan pupuk kandang kotoran

ayam 20 t/ha atau pupuk kompos organik hasil fermentasi (kotoran ayam yang telah difermentasi) dengan takaran 4

kg/m2 atau 160-250 gr/tanaman.

b) Pada umur 2 minggu setelah tanam lakukan pemupukan

susulan Urea 150 kg/ha (15 gr/m2). Agar pemberian

pupuk lebih merata pupuk Urea diaduk dengan pupuk organik kemudian diberikan secara larikan disamping

barisan tanaman.

c) Selanjutnya dapat ditambahkan pupuk cair 3 l/ha (0,3

ml/m2) pada umur 10 dan 20 hari setelah tanam.

Page 62: Petunjuk Teknis M-KRPL ISBN 978-602-9037-01-2 Petunjuk Teknisntb.litbang.pertanian.go.id/pu/krpl/juknis.pdf · 2012. 5. 30. · Petunjuk Teknis M-KRPL Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Petunjuk Teknis M-KRPL

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB 56

Pemeliharaan

Penyiraman dilakukan tiap hari sampai selada tumbuh normal,

kemudian diulang sesuai kebutuhan. Jika ada tanaman yang mati, segera disulam sebelum tanaman berumur 15 hari.

Penyiangan dan pendangiran dilakukan bersamaan dengan

waktu pemupukan pertama dan kedua.

Pengendalian hama dan penyakit

Hama yang sering ditemui adalah ulat daun, belalang, dan nyamuk kecil bila keadaan lembab. Pengendalian hama dapat

dilakukan secara mekanik yaitu dipungut dengan tangan, jika

terpaksa gunakan pestisida yang aman mudah terurai seperti pestisida biologi, pestisida nabati atau pestisida piretroid

sintetik. Penggunaan pestisida tersebut harus dilakukan dengan benar baik pemilihan jenis, takaran, volume semprot,

cara aplikasi, interval dan waktu aplikasinya.

Penyakit yang sering menyerang tanaman selada yaitu bercak

hitam daun dan cacar daun.

Panen

Selada dapat dipanen setelah berumur + 2 bulan, dengan

mencabut batang tanaman atau memotong pangkal batang. Tanaman yang baik dapat menghasilkan + 15 t/ha.

Pasca Panen

Untuk menjaga kualitasnya, dengan cara merendam bagian akar tanaman dalam air dan pengiriman produk secepat

mungkin. (Sumber : Prima Tani Kota Jambi, 2009)

Page 63: Petunjuk Teknis M-KRPL ISBN 978-602-9037-01-2 Petunjuk Teknisntb.litbang.pertanian.go.id/pu/krpl/juknis.pdf · 2012. 5. 30. · Petunjuk Teknis M-KRPL Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Petunjuk Teknis M-KRPL

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB 57

9. Budidaya Buah Naga

Buah naga (Hylocereus undatus), sebagian kalangan

menyebutnya buah dewa, dragon fruit. Buah naga beasal dari Taiwan dengan bentuk fisik

mirip buah nanas yang memiliki sulur /jumbai di

sekujur kulitnya. Buah naga

berwarna merah jambu (pink) dengan daging buah

berwarna putih, kuning atau merah dengan biji

kecil berwarna hitam yang

sangat lembut dan lunak.

Persyaratan Tumbuh

Buah naga cocok ditanam di dataran rendah pada ketinggian 20 - 500 m dpl. Kondisi tanah gembur, porous,

banyak mengandung bahan organik dan unsur hara, pH tanah 5 – 7. Tanaman buah naga peka terhadap kekeringan dan

akan membusuk bila kelebihan air. Tanaman ini

membutuhkan penyinaran cahaya matahari penuh, untuk mempercepat proses pembungaan.

Persiapan Lahan

Buat parit untuk saluran drainase di areal kebun.

Persiapkan tiang penopang untuk tegakan tanaman,

karena tanaman ini tidak mempunyai batang primer yang

kokoh. Tiang penyangga dapat menggunakan ajir/tiang

penyangga dari kayu atau beton berukuran 10 cm x 10 cm

x 150 cm. Tiang penyangga di tancapkan ke dalam tanah

sedalam 50 cm dengan jarak 2,5m x 2m. Ujung bagian

atas dari tiang penyangga diberi besi yang berbentuk

lingkaran untuk penopang cabang tanaman.

Untuk 1 ha dibutuhkan 2000 tiang penyangga dan 8000

bibit tanaman buah naga.

Setiap tiang/pohon penyangga dibuat 3 - 4 lubang tanarn

dengan jarak sekitar 30 cm dari tiang penyangga.

Page 64: Petunjuk Teknis M-KRPL ISBN 978-602-9037-01-2 Petunjuk Teknisntb.litbang.pertanian.go.id/pu/krpl/juknis.pdf · 2012. 5. 30. · Petunjuk Teknis M-KRPL Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Petunjuk Teknis M-KRPL

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB 58

Lubang tanam diberi pupuk kandang sebanyak 5 - 10 kg

dicampur dengan tanah.

Persiapan bibit dan penanaman

Buah naga dapat diperbanyak dengan stek atau biji. Pada

umumnya ditanam dengan stek dari batang tanaman

dengan panjang 25 - 30 cm yang ditanam dalam polybag

dengan media tanam berupa campuran tanah, pasir dan

pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1 : 1.

Setelah bibit berumur 3 bulan bibit siap dipindah/ditanam

di lahan.

Pemeliharaan

Pada awal perturnbuhan,

tanaman memerlukan pengairan

yang diberikan 1 - 2 hari sekali.

Pemberian air yang berlebihan

dapat menyebabkan pembusuk-

an.

Tanaman diberikan pupuk kandang sebanyak 5-10 kg

dengan interval pemberian 3 bulan sekali.

Pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT),

dilakukan apabila ditemukan adanya serangan hama dan

penyakit yang potensial. Pembersihan lahan atau

pengendalian gulma perlu dilakukan agar tidak

mengganggu pertumbuhan tanaman.

Batang utama (primer) perlu dipangkas setelah tingginya

mencapai tiang penyangga (sekitar 2 m), dan ditumbuhkan

2 cabang sekunder, kemudian dari masing-masing cabang

sekunder dipangkas lagi dan ditumbuhkan 2 cabang tersier

yang berfungsi sebagai cabang produksi.

Panen

Setelah tanaman berumur 1,5 - 2 tahun, tanaman mulai

berbunga dan berbuah. Buah naga dapat dipanen apabila

kulit buah berwarna merah mengkilap, jumbai/sisik

Page 65: Petunjuk Teknis M-KRPL ISBN 978-602-9037-01-2 Petunjuk Teknisntb.litbang.pertanian.go.id/pu/krpl/juknis.pdf · 2012. 5. 30. · Petunjuk Teknis M-KRPL Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Petunjuk Teknis M-KRPL

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB 59

berubah warna dari hijau menjadi kemerahan. Pemanenan

dilakulkan dengan menggunakan gunting. Buah naga dapat

dipanen apabila sudah berumur 50 hari terhitung sejak

bunga mekar.

Dalam 2 tahun pertama setiap tiang penyangga mampu

menghasilkan 8 s/d 10 buah naga dengan bobot antara

400 - 650 gram/buah.

Musim panen terbesar buah naga terjadi pada bulan

September hingga Maret

Umur produktif tanaman buah naga berkisar antara 15 - 20

tahun.