petunjuk pelaksanaankotaku.pu.go.id/files/media/pustaka/pos/juklak... · 2.3 prinsip khusus| 10 bab...

124
TAHUN 2016 PENGELOLAAN LINGKUNGAN dan DAMPAK SOSIAL PETUNJUK PELAKSANAAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU)

Upload: others

Post on 12-Nov-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

ANAN KAWASAN KUMUH PERKOTTAHUN 2016

PENGELOLAAN LINGKUNGAN dan DAMPAK SOSIAL

PETUNJUK PELAKSANAAN

PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU)

Page 2: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan
Page 3: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU i

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN DAMPAK SOSIAL PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (PROGRAM KOTAKU )

Diterbitkan Oleh:

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Direktorat Jenderal Cipta Karya –Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman

Page 4: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan
Page 5: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU iii

KATA PENGANTAR

Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) sebagai salah satu program pendukung di

lingkungan DJCK, lebih memfokuskan kegiatannya pada upaya penanganan kawasan

permukiman kumuh dan pencegahan tumbuhnya kekumuhan baru di kawasan

permukiman. Program dengan tujuan meningkatkan keswadayaan masyarakat untuk

tercapainya pelayanan air minum bagi seluruh penduduk dan meningkatkan akses

penduduk terhadap pelayanan sanitasi yang layak pada tingkat kebutuhan dasar.

Mengingat kegiatan Program KOTAKU yang semakin berkembang, dalam pelaksanaan

kegiatan penanganan kawasan permukiman kumuh dan pencegahan tumbuhnya

kekumuhan permukiman memiliki potensi menimbulkan dampak lingkungan dan

dampak sosial. Meskipun tidak signifikan dan sangat kecil kemungkinan akan

menyebabkan dampak sosial dan lingkungan yang merugikan, Program ini

membutuhkan upaya pengelolaan potensi dampak yang terjadi.

Melalui pendekatan berbasis masyarakat, program ini akan mengadopsi kebijakan

pengelolaan lingkungan dan dampak sosial yang sudah diterapkan pada program PNPM

Mandiri Perkotaan yang lalu. Masyarakat diberi peluang dan mendorong munculnya

peran aktif mereka untuk merencanakan, melaksanakan dan mengelola secara

partisipatif dalam setiap tahapan pelaksanaan kegiatan.

Penyusunan Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial ini

dengan mengacu kepada perundang-undangan, peraturan/ketentuan yang berlaku di

Indonesia, sehingga Petunjuk Pelaksanaan ini diterapkan menjadi petunjuk bagi

pelaksana program ditingkat pusat, provinsi, kabupaten /kota sampai ke masyarakat di

kelurahan/desa yang menjadi wilayah sasaran dari program KOTAKU .

Petunjuk pelaksanaan ini diharapkan dapat dipahami dan dilaksanakan dengan sebaik-

baiknya oleh semua pihak yang terlibat dalam kegiatan Program KOTAKU, sehingga

program ini dapat mencapai tujuan dan sasarannya.

Direktur Pengembangan Kawasan Permukiman

Direktorat Jenderal Cipta Karya

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Ir..Didiet.Arief.Akhdiat,.M.Si.

Jakarta,.Agustus.2017

Page 6: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan
Page 7: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU v

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR | iii

DAFTAR TABEL | vi

DAFTAR GAMBAR | vi

DAFTAR LAMPIRAN | vii

DAFTAR SINGKATAN| x

BAB I. PENDAHULUAN | 1

1.1 Latar Belakang | 2

1.2 Tujuan | 2

1.3 Keluaran | 2

1.4 Ruang Lingkup | 3

1.5 Defenisi dan Pengertian | 3

1.6 Pengguna Petunjuk Pelaksanaan | 5

BAB II. KETENTUAN DAN PRINSIP PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN

DAMPAK SOSIAL | 7

2.1 Kebijakan dan Peraturan Terkait dengan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak

Sosial | 8

2.2 Prinsip Dasar | 9

2.3 Prinsip Khusus| 10

BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13

TINGKAT KOTA | 14

3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan Lingkungan Dan Sosial | 14

3.2 Tahap Persiapan | 14

3.3 Tahap Perencanaan | 15

3.4 Tahap Pelaksanaan Konstruksi | 35

TINGKAT MASYARAKAT/DESA | 38

3.5 Tahap Persiapan | 383.6 Tahap Perencanaan| 393.7 Tahap Pelaksanaan Konstruksi | 443.8 Mekanisme Pengaduan Masyarakat | 46

3.9 Monitoring Dan Evaluasi | 47

LAMPIRAN | 49

Page 8: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

vi Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Pengguna dan Manfaat Penggunaan Petunjuk Pelaksanaan | 5

Tabel 2: Kriteria untuk Proyek Kegiatan dengan Instrumen Pengelolaan Lingkungan |

16

Tabel 3: Pengadaan Tanah beserta Instrumen Pengadaan Tanah dan Permukiman

kembali WTP | 22

Tabel 4: Kriteria Kegiatan untuk Menentukan Instrumen Rencana Penanganan

Masyarakat Hukum Adat | 24

Tabel 5:

Tabel 6:

Data Informasi BCB dan KCB | 26

Pengadaan Tanah beserta Instrumen Pengadaan Tanah Tingkat

Kelurahan/Desa | 42

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Pengamanan Lingkungan dan Sosial di Tingkat Kota/Kabupaten| 14

Gambar 2: Diagram Bagan Alir Penyaringan dan Upaya pengelolaan Lingkungan yang

Diperlukan | 21

Gambar 3: Diagram Tahapan Pelaksanaan Konsolidasi Tanah | 30

Gambar 4: Diagram Proses Penyusunan dokumen LARAP Konfrehensif, LARAP

Sederhana dan RK-MA | 34

Gambar 5: Contoh Kontrak berkaitan dengan Pengaman Lingkungan | 36

Gambar 6: Pengamanan Lingkungan dan Sosial di Tingkat Kelurahan/Desa | 39

Page 9: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Lampiran 2

Lampiran2A

Format Penilaian Daftar Kegiatan Dilarang (Negative List) | 52

Format Laporan Penyaringan Lingkungan dan Sosial | 53

Form Laporan Penyaringan Lingkungan | 57

Lampiran 3 Format Inventarisasi Tanah dan Aset di Atasnya | 60

Lampiran 4 FormatIsian Identifikasi Komponen Lingkungan dan Sosial | 62

Lampiran 5 Instrumen untuk Tindakan Pengelolaan Risiko Bencana | 64

Lampiran 6 Format Surat Pernyataan Sumbangan Tanah | 66

Lampiran 7 Format Surat Pernyataan Izin Pakai Tanah | 68

Lampiran 8 Format Surat Pernyataan Izin Tanah Dilewati | 70

Lampiran 9 Berita Acara Konsultasi dengan Masyarakat Adat | 72

Lampiran 10 Tabel Kompilasi Daftar WTP, Aset-aset dan Nilai Kompensasi

Berdasarkan Hasil Negosiasi | 73

Lampiran 11 Berita Acara Negosiasi | 74

Lampiran 12 Berita Acara Konsultasi Rencana Pengadaan Tanah dan Pemukiman

Kembali | 75

Lampiran 13 Tabel Kompilasi Daftar WTP,dan NilaiAset | 76

Lampiran 14 Surat Pernyataan Pelaksanaan UKL-UPL | 77

Lampiran 15 Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan

Lingkungan (SPPL)| 78

Lampiran 15A Potensi Dampak Kegiatan Negatif dan Tindakan Mitigasi | 79

Lampiran 16 Definisi dan Kriteria Kawasan Lindungdan Daerah Sensitif Lainnya | 81

Lampiran 17 Format UKL-UPL | 86

Lampiran 18 Prosedur Operasi Standar Pengelolaan Lingkungan | 89

Lampiran 19 Unsur-unsur Rencana Kerja Pengadaan Tanah dan Pemukiman

KembaliLARAP Komprehensif | 90

Lampiran 20 Contoh Kerangka Rencana Kerja PengadaanTanah Dan Pemukiman

Kembali LARAP Sederhana | 95

Lampiran 21 Format Studi Kajian Sosial Masyarakat Hukum Adat | 98

Lampiran 22 Format Rencana Penanganan Masyarakat Hukum Adat (Rencana-MA) |

99

Page 10: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

viii Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU

Lampiran 23 Contoh Ringkasan Dokumentasi Penanganan Keluhan Lampiran | 101

Lampiran23A Potensi Keberadaan Masyarakat Hukum Adat di Provinsi Peserta

Program | 102

Lampiran 24 Konsolidasi Tanah (Land Consolidation/LC) | 104

Page 11: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 9

DAFTAR SINGKATAN

ADB Asian Development Bank

AMDAL Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

BAPPENAS Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)

BAPPEDA Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

BCB/KCB Benda/Kawasan Cagar Budaya

BKM atau LKM Badan / Lembaga Keswadayaan Masyarakat

BPBD Badan Penanggulangan Bencana Daerah

BPS Badan Pusat Statistik

Bupati Bupati

CDD Community-driven development

CSP Community Settlement Plan(Rencana Pengembangan Pemukiman)

DED Detailed Engineering Design

DG Direktorat Jenderal

DRM Disaster Risk Management

EMP Environmental Management Plan

ESMF Environment and Social Management Framework

GoI Pemerintah Indonesia

IBRD International Bank for Reconstruction and Development

IDB Islamic Development Bank

IUIDP Integrated Urban Infrastructure Development Program

IP/MA Indigenous Peoples/ Masyarakat Hukum Adat

IPP/RK-MA Indigenous Peoples Plan/ Rencana Kegiatan Masyarakat Hukum Adat

IPPF Indigenous Peoples Planning Framework

KSM Kelompok Swadaya Masyarakat

LARAP Land Acquisition and Resettlement Action Plan

LARPF Land Acquisition and Involuntary Settlement Policy Framework

LC Land Consolidation

LCIP Land Consolidation Implementation Plan

RK-MA Rencana Kegiatan Masyarakat Hukum Adat

MIS Management Information Sistem (Sistem Manajemen informasi/SIM)

MPWH Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan

ND Neighborhood Development

NMC Konsultan Manajemen Nasional

NSUP National Urban Slum Upgrading Program(Program Penanganan Kawasan

Kumuh Perkotaan)

Page 12: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

10 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU

OSP Oversight Service Provider

PAMSIMAS Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi berbasis Masyarakat

PAP/WTP Project Affected People (Warga Terkena dampak Proyek)

PDO Project Development Objective

PIU Project Implementation Unit

PMU Project Management Unit

PNPM MANDIRI

Perkotaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri - Perkotaan

Pokja PKP Kelompok Kerja untuk Pemukiman

NUWSP National Urban Water and Sanitation Project

RPJMN Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

SIAP Slum Improvement Action Plan

SPPL Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan

UKL / UPL Upaya Pengelolaan Lingkungan / Upaya Pemantauan Lingkungan

s World Bank Group

Page 13: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

Petunjuk  Pelaksanaan  Pengelolaan  Lingkungan  dan  Dampak  Sosial  –  Program  KOTAKU   1  

             

BAB  I    PENDAHULUAN  

                 

 

 

 

 

 

 

Page 14: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

2  Pet

Petunjuk  Pelaksanaan  Pengelolaan  Lingkungan  dan  Dampak  Sosial  –  Program  KOTAKU  

1.1. LATAR  BELAKANG  

Kegiatan   pembangunan   oleh   Program   KOTAKU     dilaksanakan   dengan   mengikuti   prinsip-­‐prinsip   pembangunan   berkelanjutan,   termasuk   pertimbangan   lingkungan,   sosial,   budaya,  dan  ekonomi,  sebagaimana  telah  diatur  dalam  undang-­‐undang  dan  peraturan  yang  berlaku.  

Pelibatan  berbagai  pihak  secara  kolaboratif  dalam  penyelenggaraan  pelayanan  infrastruktur  permukiman   di   perkotaan   sejak   tahap   perencanaan,   pelaksanaan,   pemanfaatan,  pemeliharaan  dan  pengembangan  diharapkan  memberikan  berbagai  dampak  positif,  dalam    meningkatkan   komitmen   pemerintah   daerah   untuk   terus   membangun   kolaborasi   dalam  kerangka   percepatan   penanganan   permukiman   kumuh;   meningkatkan   rasa   memiliki  masyarakat   terhadap   program   serta   hasil   pembangunan   sarana   dan   prasarana   yang   ikut  dilaksanakan  di  wilayahnya.    

Mengingat   sifat   dan   skala   kegiatan   pembangunan   infrastruktur   permukiman   yang  dilaksanakan  Program  KOTAKU,  berpotensi  akan  menimbulkan  dampak  pada  lingkungan  dan  dampak   sosial   yang   merugikan.   Sehingga   dalam   tahapan   penyelenggaraan   kegiatan  memerlukan   upaya   pengelolaan     dampak   untuk  mitigasi   dampak   negatif   dan  memastikan  kelayakan  kegiatan  yang  direncanakan.  

Program     KOTAKU     dengan   pendekatan   berbasis   masyarakat   dalam   kegiatan   pencegahan  dan  peningkatan  kualitas  permukiman  kumuh  ini  akan  menggunakan  kebijakan  pengelolaan  dampak   lingkungan   dan   sosial   yang   telah   diadopsi   dari   pengalaman   PNPM   Mandiri  Perkotaan.     Berkaitan   dengan   hal   tersebut   maka   pada   saat   pelaksanaan   pendampingan  kegiatan,   pemerintah   kota/kabupaten,   kelurahan/desa,   masyarakat,   konsultan   dan  fasilitator   harus   menerapkan   prinsip   dasar   pengamanan   lingkungan   menjadi   perhatian  utama.   Setiap   usulan   kegiatan   yang   akan   memiliki   dampak   lingkungan   harus   dilengkapi  dengan  rencana  pengelolaan  lingkungan  sebagai  langkah  mitigasi  dampak.  

 1.2. TUJUAN  

Tujuan  disusunnya  pedoman  pengamanan  ini  adalah  untuk  

a. Memastikan  bahwa  kegiatan  yang  didanai  oleh  Program  KOTAKU    dapat  dipertanggung  jawabkan  tidak  menimbulkan  dampak  negatif  pada  lingkungan  dan  sosial.  

b. Memastikan   proses   perencanaan,   pelaksanaan   konstruksi,   monitoring     dan   evaluasi  kegiatan  selalu  ada  dalam  koridor  ketentuan  pengamanan  lingkungan  dan  sosial  sesuai  dengan  peraturan  atau  ketentuan  yang  berlaku.  

1.3. KELUARAN    

a. Ketentuan     pengamanan     lingkungan   dan   sosial   yang   sesuai   dengan   peraturan   dan  ketentuan  yang  berlaku    dipatuhi    di    dalam    setiap    kegiatan    Program  KOTAKU  .  

Page 15: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

Petunjuk  Pelaksanaan  Pengelolaan  Lingkungan  dan  Dampak  Sosial  –  Program  KOTAKU   3  

b. Setiap   pelaku   kegiatan   Program   KOTAKU   memahami   pengamanan   lingkungan   dan  sosial.  

 

1.4. RUANG  LINGKUP  

Petunjuk  pelaksanaan  ini  berisi  persyaratan,  prosedur  dan  peraturan  mengenai  pengelolaan  lingkungan,   pengelolaan   benda   cagar   budaya,   pengadaan   tanah   dan   pemukiman   kembali    serta  penanganan  Masyarakat  Hukum  Adat  (MHA)  pada  semua  tahapan  kegiatan,  mulai  dari  persiapan  perencanaan,  pelaksanaan  konstruksi,  monitoring&  evaluasi.  

 

1.5. DEFINISI  DAN  PENGERTIAN  

a. Kegiatan   adalah   sarana   prasarana   dan   utilitas   umum   yang   fokus   pada   8   indikator  kumuh  antara  lain:  (1)  Infrastruktur  bangunan;  (2)  infrastruktur  jalan;  (3)  Infrastruktur  Drainase   Lingkungan;   (4)   infrastruktur   penyediaan   air   minum;   (5)   infrastruktur  pengolahan   limbah;   (6)   infrastruktur   pengelolaan   persampahan;   (7)   Pengamanan  Bahaya  Kebakaran;  (8)  Ruang  Terbuka  Publik.    

b. Pengelolaan   Lingkungan,   merupakan   kegiatan   terpadu   yang   dilakukan   untuk  mengurangi/meminimalkan  dampak  negatif  terhadap  lingkungan  dan  memaksimalkan  dampak   positif   terhadap   lingkungan,   termasuk   upaya   rehabilitasi   dampak   negatif  terhadap  lingkungan  yang  disebabkan  oleh  kegiatan  Proyek  yang  didanai  oleh  Program    KOTAKU    untuk  sektor  infrastruktur.  

c. Warga  Terdampak  Proyek,  selanjutnya  disebut  WTP  adalah:  

(1) Perseorangan/individu   kelompok,   atau   entitas   dan/atau   badan   hukum   yang  memiliki,   menempati,   menyewa   atau   menguasai   tanah   tertentu,   struktur   dan  atau  aset  lainnya  yang  berada  di  wilayah  yang  akan  digunakan  untuk  kepentingan  kegiatan  program,  terlepas  dari  status  kepemilikan  tanah:  

§ dipaksa  untuk  pindah  secara  permanen  atau  sementara;  

§ kehilangan  tanah  mereka  baik  secara  permanen  atau  sementara;  

§ kehilangan  aset  yang    melekat  pada  tanah/lahanterkait  (struktur  bangunan,  tanaman  produktif,  pohon,  dll)  dan  

§ kehilangan  penghasilan  dan  /  atau  mata  pencaharian  mereka  

(2) Setiap   penduduk   setempat   langsung   atau   tidak   langsung   terkena   dampak   dari  Kegiatan,  dan  /  atau  

(3) Masyarakat   Hukum   Adat   berada   di   wilayah   yang   terkena   Kegiatan   Proyek,   baik  yang  terdampak  positif  maupun  negatif.  

Page 16: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

4  Pet

Petunjuk  Pelaksanaan  Pengelolaan  Lingkungan  dan  Dampak  Sosial  –  Program  KOTAKU  

d. Masyarakat   Hukum   Adat   (MHA),   sering   juga   disebut   sebagai   penduduk   asli   atau  Masyarakat   Adat   Terpencil   (KAT),   adalah   kelompok  masyarakat   yang   tinggal   disuatu  kawasan  tertentu  yang  secara  sosial  dan  budaya  memiliki  kekhususan  dan  kerentanan.  Definisi  Masyarakat  Hukum  Adat   (MHA),  adalah  sebagai  berikut   :  a)  mengidentifikasi  diri   sebagai   bagian   dari   suatu   kelompok   budaya   yang   berbeda,   dan   diakui   demikian  oleh  pihak  lain;  b)  memiliki  keterikatan  yang  kuat  dengan  wilayah  leluhur  dan  sumber  daya  alam  di  wilayah  tersebut;  c)  memiliki  kelembagaan  budaya,  ekonomi,  sosial,  atau  politik  yang  berbeda  dengan  masyarakat  umumnya;  dan  d)  memiliki  bahasa  asli,  yang  seringkali   berbeda   dengan   bahasa   nasional.   Kriteria   tersebut   pada   umumnya   sesuai  dengan   kriteria   KAT   dalam   Keputusan   Presiden   No.   111   Tahun   1999,   yaitu:   a)  berbentuk  komunitas  kecil,   tertutup  dan  homogen;  b)  pranata  sosial  bertumpu  pada  hubungan  kekerabatan;  c)   pada  umumnya   terpencil   secara  geografis  dan   relatif   sulit  dijangkau;   d)   pada   umumnya  masih   hidup   dengan   ekonomi   subsistem;   e)   peralatan  dan   teknologinya   sederhana;   f)   ketergantungan   pada   lingkungan   hidup   dan   sumber  daya  alam  setempat  relatif  tinggi;  g)  terbatasnya  akses  pelayanan  sosial,  ekonomi,  dan  politik.  

e. Pengadaan  Tanah  dan  Pemukiman  Kembali  Warga  Terkena  Proyek  adalah  kegiatan  yang  melibatkan  pengadaan   tanah  dan   relokasi  Warga  Terkena  Proyek  ke   lokasi   lain  karena   tanah   yang   diperlukan   oleh   proyek   infrastruktur   yang   didanai   oleh   Program    KOTAKU  .  

f. Rencana   Masyarakat   Hukum   Adat   dikembangkan   melalui   proses   terbuka,   dengan  konsultasi   sebelumnya   dan   informasi   yang  mengarah   ke   dukungan  masyarakat   luas  untuk   serangkaian   kegiatan   yang   membahas   dampak   dari   kegiatan   di   Masyarakat  Hukum  Adat.  

g. Cagar   Budaya,   Berdasarkan   Undang-­‐Undang   Nomor:   11   Tahun   2010   tentang   Cagar  Budaya  yang  menyebutkan  bahwa  :  

- Cagar  Budaya   adalah  warisan  budaya  bersifat   kebendaan  berupa  Benda  Cagar  Budaya,   Bangunan   Cagar   Budaya,   Struktur   Cagar   Budaya,   Situs   Cagar   Budaya,  dan   Kawasan   Cagar   Budaya   di   darat   dan/atau   di   air   yang   perlu   dilestarikan  keberadaannya   karena  memiliki   nilai   penting   bagi   sejarah,   ilmu   pengetahuan,  pendidikan,  agama,  dan/atau  kebudayaan  melalui  proses  penetapan.  

- Benda  Cagar  Budaya  (BCB)  adalah  benda  alam  dan/atau  benda  buatan  manusia,  baik   bergerak   maupun   tidak   bergerak,   berupa   kesatuan   atau   kelompok,   atau  bagian-­‐bagiannya,   atau   sisa-­‐sisanya   yang   memiliki   hubungan   erat   dengan  kebudayaan  dan  sejarah  perkembangan  manusia.  

- Kawasan  Cagar  Budaya  (KCB)  adalah  satuan  ruang  geografis  yang  memiliki  dua  Situs   Cagar   Budaya   atau   lebih   yang   letaknya   berdekatan   dan/atau  memperlihatkan  ciri  tata  ruang  yang  khas.    

Page 17: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

Petunjuk  Pelaksanaan  Pengelolaan  Lingkungan  dan  Dampak  Sosial  –  Program  KOTAKU   5  

1.6. PENGGUNA    PETUNJUK    PELAKSANAAN    

Petunjuk   pelaksanaan   pengelolaan   lingkungan   dan   dampak   sosial   adalah   bagian   tidak  terpisahkan   dari   Kerangka   Kerja   Pengelolaan   Lingkungan   dan   Dampak   Sosial   /ESMF  (Environmental  and  Social  Management  Framework)  dan  Pedoman  Teknis  Program    KOTAKU  .  Petunjuk  pelaksanaan  ini  diperuntukan  bagi  para  pelaku  program,  secara  umum  pengguna  dan  manfaat  masing-­‐masing  dapat  dilihat  pada  Tabel  1.  berikut  ini:    

Tabel  1.  Pengguna  dan  Manfaat  Penggunaan  Petunjuk  Pelaksanaan  

NO.   PENGGUNA   MANFAAT  1.   Pengelola  Program  

(PMU,  Satker  dan  Pokja  PKP)  1. Memahami   secara   menyeluruh   konsep   pengelolaan  

lingkungan   dan   dampak   sosial   program   Program  KOTAKU  .  

2. Merencanakan   pengelolaan   program   dengan  memastikan   kebijakan   pengelolaan   lingkungan   dan  dampak  sosial  dilakukan.  

3. Mengendalikan   program   termasuk   penilaian   kinerja  pelaksanaan  pengelolaan  lingkungan  dan  dampak  sosial.  

2.   Pemerintah                (Pusat,  Provinsi,  Kota/Kabupaten  dan  Desa/kelurahan)  

1. Memahami   secara   menyeluruh   konsep   pengelolaan  lingkungan   dan   dampak   sosial   program   Program  KOTAKU  .  

2. Memastikan   kebijakan   pengelolaan   lingkungan   dan  dampak   sosial   pada   program   Program   KOTAKU    dilakukan  sesuai  dengan  panduan.  

3.   Konsultan  Pelaksana  (KMP,  OC/OSP,  dan  Tim  Korkot)  

1. Panduan   kerja   pengendalian   mutu   pelaksanaan  pengelolaan  lingkungan  dan  dampak  sosial.  

2. Menyusun   strategi   dan   rencana   kerja   pelaksanaan  pengelolaan  lingkungan  dan  dampak  sosial.  

3. Memantau   dan   evaluasi   kemajuan   program   terkait  dengan   pelaksanaan   pengelolaan   lingkungan   dan  dampak  sosial.  

4.   Tim  Fasilitator  Kelurahan/Desa   1. Memfasilitasi   masyarakat   untuk   menyusun   rencana  kerja   pelaksanaan   kegiatan   khususnya   pelaksanaan  pengelolaan  lingkungan  dan  dampak  sosial.  

2. Panduan   kerja   pendampingan   masyarakat   dan   para  pemangku   kepentingan   di   desa/kelurahan   terkait  pengelolaan  lingkungan  dan  dampak  sosial.  

3. Pengendalian  mutu  pekerjaan.  5.   Organisasi  Masyarakat  (LKM/BKM,  

TIPP  dan  KSM)  1. Memahami   arti   penting   pengamanan   lingkungan   dan  

sosial.  2. Memberikan   pelayanan   yang   setara   kepada   seluruh  

masyarakat,  khususnya  masyarakat  rentan.  3. Memberikan   pengamanan   terhadap   lingkungan   dari  

dampak   negatif   yang   mungkin   timbul   dari  pembangunan  Infrastruktur.  

Page 18: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

6  Pet

Petunjuk  Pelaksanaan  Pengelolaan  Lingkungan  dan  Dampak  Sosial  –  Program  KOTAKU  

NO.   PENGGUNA   MANFAAT  1.   Pengelola  Program  

(PMU,  Satker  dan  Pokja  PKP)  1. Memahami   secara   menyeluruh   konsep   pengelolaan  

lingkungan   dan   dampak   sosial   program   Program  KOTAKU  .  

2. Merencanakan   pengelolaan   program   dengan  memastikan   kebijakan   pengelolaan   lingkungan   dan  dampak  sosial  dilakukan.  

3. Mengendalikan   program   termasuk   penilaian   kinerja  pelaksanaan  pengelolaan  lingkungan  dan  dampak  sosial.  

2.   Pemerintah                (Pusat,  Provinsi,  Kota/Kabupaten  dan  Desa/kelurahan)  

1. Memahami   secara   menyeluruh   konsep   pengelolaan  lingkungan   dan   dampak   sosial   program   Program  KOTAKU  .  

2. Memastikan   kebijakan   pengelolaan   lingkungan   dan  dampak   sosial   pada   program   Program   KOTAKU    dilakukan  sesuai  dengan  panduan.  

3.   Konsultan  Pelaksana  (KMP,  OC/OSP,  dan  Tim  Korkot)  

1. Panduan   kerja   pengendalian   mutu   pelaksanaan  pengelolaan  lingkungan  dan  dampak  sosial.  

2. Menyusun   strategi   dan   rencana   kerja   pelaksanaan  pengelolaan  lingkungan  dan  dampak  sosial.  

3. Memantau   dan   evaluasi   kemajuan   program   terkait  dengan   pelaksanaan   pengelolaan   lingkungan   dan  dampak  sosial.  

4.   Tim  Fasilitator  Kelurahan/Desa   1. Memfasilitasi   masyarakat   untuk   menyusun   rencana  kerja   pelaksanaan   kegiatan   khususnya   pelaksanaan  pengelolaan  lingkungan  dan  dampak  sosial.  

2. Panduan   kerja   pendampingan   masyarakat   dan   para  pemangku   kepentingan   di   desa/kelurahan   terkait  pengelolaan  lingkungan  dan  dampak  sosial.  

3. Pengendalian  mutu  pekerjaan.  4. Acuan   menyusun   Perencanaan   Skala   Masyarakat   dan  

rencana  untuk  keberlanjutan  program.  6.   Para  Kelompok  Peduli   1. Melakukan  kontrol  sosial.  

2. Melakukan  advokasi.          

Page 19: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

Petunjuk  Pelaksanaan  Pengelolaan  Lingkungan  dan  Dampak  Sosial  –  Program  KOTAKU   7  

                           

BAB  II  KETENTUAN  DAN  PRINSIP  PENGELOLAAN  

LINGKUNGAN  DAN  DAMPAK  SOSIAL                    

           

 

Page 20: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

8   Petunjuk  Pelaksanaan  Pengelolaan  Lingkungan  dan  Dampak  Sosial  –  Program  KOTAKU  

2.1    KEBIJAKAN  DAN  PERATURAN  TERKAIT  DENGAN  PENGELOLAAN  LINGKUNGAN  DAN  DAMPAK  SOSIAL  

Setiap   kegiatan   yang   didanai   oleh   Program   KOTAKU     harus   dilaksanakan   mengacu   pada  prinsip-­‐prinsip   pembangunan   berkelanjutan,   termasuk   pertimbangan   lingkungan,   sosial,  budaya,  dan  ekonomi,  sebagaimana  telah  diatur  dalam  undang-­‐undang  dan  peraturan  yang  berlaku.  Kebijakan  dan  Peraturan  terkait  Pengamanan  Lingkungan  dan  sosial  ini  mengadopsi  Undang-­‐undang  dan  peraturan  pemerintah  Republik  Indonesia.  

a. Dalam  hal  pengelolaan  lingkungan  dan  sosial,  setiap  kegiatan  infrastruktur  permukiman  Program  KOTAKU    harus  mengacu  kepada  :  

- Undang-­‐Undang  Nomor  1  tahun  2011  tentang  Perumahan  dan  Kawasan  Permukiman,  

- Undang-­‐Undang  Nomor  11  tahun  2010  tentang  Cagar  Budaya,    

- Undang-­‐Undang   Nomor   32   tahun   2009   tentang   Pengamanan   dan   Pengelolaan  Lingkungan,    

- Undang-­‐Undang  No.  18  tahun  2008  tentang  Pengelolaan  Limbah  Padat,    

- Undang-­‐Undang  No.  38/2008  tentang  Jalan,    - Undang-­‐Undang  Nomor  26  tahun  2007  tentang  Penataan  Ruang,    

- Peraturan  Pemerintah  (PP)  No.  27  tahun  2012  tentang  Izin  Lingkungan,    

- Peraturan   Menteri   Lingkungan   Hidup   No.   5   Tahun   2012.   Jenis   Usaha   dan/atau  Kegiatan  Proyek  yang  wajib  memiliki  Analisis  dampak  Lingkungan  atau  AMDAL  

- Peraturan   Menteri   Lingkungan   Hidup   No.   16   tahun   2012   tentang   Pedoman  Penyusunan  Dokumen  Lingkungan  (AMDAL,  UKL-­‐  UPL,  dan  SPPL),    

- Peraturan   Menteri   Pekerjaan   Umum   No.   10/PRT/M/2008   tentang   Jenis   Usaha  dan/atau  Proyek  Kegiatan  di   bawah  Pekerjaan  Umum  yang  membutuhkan  dokumen  Rencana  Pengelolaan  Lingkungan  (UKL)  dan  Rencana  Pemantauan  Lingkungan  (UPL),    

b. Dalam   hal   pembebasan   tanah   untuk   pembangunan   infrastruktur   dan   kepentingan  umum,  setiap  kegiatan  Program    KOTAKU    harus  mengacu  kepada  :  

- Undang-­‐Undang  No.2  tahun  2012  tentang  Pengadaan  Tanah  untuk  Kegiatan  Proyek  untuk  Kepentingan  Umum,    

- Peraturan   Presiden   No.   71   tahun   2012   dan   Amandemennya   tentang   Pengadaan  Tanah,    

- Peraturan   Kepala   BPN   RI   No.   5   tahun   2012   tentang   Pedoman   Teknis   Pelaksanaan  Pembebasan  Tanah.  

c. Pembangunan  infrastruktur  permukiman  Program  KOTAKU    akan  dilaksanakan  di  hampir  seluruh   daerah   di   Indonesia,   dalam   hal   Masyarakat   Hukum   Adat   terdapat   di  dalammnya/   menjadi   terkena   dampak   proyek,   maka   program   harus   memberikan  manfaat   dan   melakukan   upaya   pengelolaan   dampak   buruk   yang   ditimbulkannya.  

Page 21: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

Petunjuk  Pelaksanaan  Pengelolaan  Lingkungan  dan  Dampak  Sosial  –  Program  KOTAKU   9  

Kebijakan   Pemerintah   Indonesia   terhadap   Masyarakat   Hukum   Adat,   yang   menjadi  rujukan  antara  lain:    

- Undang-­‐Undang  No.  41   tahun  1999   tentang  Kehutanan  yang  mendefinisikan  hutan  adat.  

- Keputusan   Presiden   (Keppres)   No.   111   tahun   1999   tentang   Pengembangan  Masyarakat   Adat   Terpencil   (KAT)   yang   memberikan   definisi   yang   luas   dari  Masyarakat  Adat  dan  perlunya  bantuan  pemerintah;  dan    

Potensi   dampak   lingkungan   dan   sosial   kemungkinan   terjadi   dari   penyelenggaraan    pembangunan   fisik   infrastruktur   tersier   di   kawasan   kumuh,   infrastruktur   primer   dan  sekunder   serta   pembangunan   infrastruktur   pengembangan   kawasan.   Dilihat   dari   skala  kegiatan,  maka  dampak  yang  mungkin  ditimbulkan  relatif  kecil  sampai  sedang,  bersifat  lokal,  dengan   waktu   relatif   singkat   dan   tidak   signifikan,   dapat   diperbaiki,   atau   belum   pernah  terjadi   sebelumnya.   Sebagian   besar   dampak   yang   ditimbulkan   dapat   diatasi   dengan  perencanaan   teknik   dan   pelaksanaan   manajemen   konstruksi   yang   baik,   akan   tetapi  beberapa  kegiatan  akan  memerlukan  Rencana  Pengelolaan  Lingkungan  dan  Dampak  Sosial.  

 

2.2    PRINSIP  DASAR  

a. Setiap   Kegiatan   sedapat   mungkin   menghindari   atau   jika   tidak   bisa   dihindari,  meminimalkan   pengadaan   tanah   dan   pemukiman   kembali   WTP,   serta   dampak   negatif  lainnya  terhadap  pengelolaan  lingkungan  dan  dampak  sosial.    

b. Jika  dampak  negatif  akibat  kegiatan  tidak  dapat  dihindari,  maka  perlu  dipastikan  adanya  upaya/langkah   mitigasi   yang   dikembangkan   untuk   meminimalkan   dampak   negatif  tersebut   dan/atau   memulihkan   akibat   dari   dampak   negatif   tersebut,   baik   pada   tahap  perencanaan,  persiapan  maupun  tahap  pelaksanaan.    Infrastruktur   yang   memiliki   dampak   negatif   yang   tidak   dapat   dipulihkan   tidak   akan  direkomendasikan  untuk  pembiayaan  dari  Program    KOTAKU  .  

c. Pengelolaan   lingkungan,   pembebasan   lahan   dan   pemukiman   kembali   WTP,   dan  pengelolaan  Masyarakat  Hukum  Adat  harus  dilakukan  berdasarkan  prinsip  transparansi,  partisipasi   dan   konsultasi   dengan  WTP   dengan   informasi   yang  memadai   dan   diberikan  sedini   mungkin,   melibatkan   pemangku   kepentingan   terkait,   tidak   hanya   Pemerintah  Daerah  saja,  namun  juga  dari  LSM  lokal,  Perguruan  Tinggi  dan  masyarakat  umum.  

d. Proses   konsultasi,   hasil   kesepakatan   serta   rencana   dan   pelaksanaan   pengelolaan  lingkungan,   pengadaan   tanah   dan   pemukiman   kembali   dan   penanganan   Masyarakat  Hukum   Adat   harus   didokumentasikan   dan   menjadi   bagian   dari   proposal   Kegiatan   dan  pelaporan  Kegiatan.  

 

 

Page 22: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

10   Petunjuk  Pelaksanaan  Pengelolaan  Lingkungan  dan  Dampak  Sosial  –  Program  KOTAKU  

2.3    PRINSIP  KHUSUS  

a. Pengelolaan  lingkungan  

(1) Program     KOTAKU     tidak   akan   mendanai   kegiatan   seperti   yang   didefinisikan  dalam   Daftar   Negatif   yang   akan   berdampak   signifikan   atau   menciptakan  dampak  yang  tidak  dapat  dipulihkan.    

(2) Program   KOTAKU     ini   tidak   akan   mendanai   kegiatan   yang   mengakibatkan  perubahan   habitat   alami   yang   signifikan,   menyebabkan   penurunan   kualitas  habitat  alami  yang  kritis,   tidak  konsisten  dengan  Rencana  Tata  Ruang  Nasional  dan   Daerah   dan   kegiatan   yang   terletak   dilokasi   yang   belum   ditetapkan  peruntukannya.  

b. Pengelolaan  Benda  Cagar  Budaya  

(1) Program   KOTAKU   sebagai   salah   satu   program   pemerintah,   mendukung   upaya  pelestarian   cagar   budaya.   Ketika   ada   indikasi   dampak   negatif   terhadap   cagar  budaya,   maka   masyarakat   sebagai   pelaku   program   mengidentifikasi   tindakan  yang  tepat  untuk  menghindari  atau  mengurangi  dampak  tersebut.    

(2) Upaya   pelestarian   benda   cagar   budaya   (BCB)   adalah   kegiatan   untuk  mempertahankan  wujud  secara   fisik  yang  meliputi  bentuk,  ukuran,  warna,  dan  fungsinya  sehingga  mendekati  pada  keadaan  semula.  

(3) Pembangunan   di   kawasan   lindung   (termasuk   kawasan   cagar   budaya)  merupakan   salah   satu  daftar  negatif   yang   tidak  diperbolehkan  dalam  Program  KOTAKU.  Di  dalam  kawasan  cagar  budaya  tidak  diperbolehkan  ada  pemukiman  baru  atau  perluasan  permukiman.    

c. Pengadaan  Tanah  dan  Pemukiman  Kembali  

(1) Apabila   memungkinkan   pemukiman   kembali   secara   terpaksa   harus   dihindari,  atau   diminimalkan   sepanjang   memungkinkan.   Selama   proses   persiapan  kegiatan,   identifikasi   potensi   dampak   pengadaan   tanah   harus   sedini   mungkin  dan  dikaji,  sehingga  apabila  memungkinkan  dapat  menentukan  pilihan  alternatif  perencanaan  untuk  meminimalkan  dampak  yang  merugikan.  

(2) Warga  yang  kehilangan   tanah  dan/atau  aset   lainnya  sebagai  akibat  pengadaan  tanah  untuk  kegiatan  program  harus  segera  menerima  ganti  rugi  secara  adil.  

(3) WTP   yang   harus   pindah   ke   lokasi   lain   sebagai   akibat   dari   pengadaan   tanah  untuk   kegiatan   program,   maka   harus   melakukan   :   (i)   mengajak   dan  berkonsultasi   tentang   pilihan-­‐pilihan   ganti   rugi   dan   relokasi,   (ii)   memberi  kesempatan  untuk  berpartisipasi  dalam  perencanaan  dan  pelaksanaan  rencana  relokasi,  dan  (iii)  memperoleh  bantuan  selama  proses  relokasi.  

Page 23: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

Petunjuk  Pelaksanaan  Pengelolaan  Lingkungan  dan  Dampak  Sosial  –  Program  KOTAKU   11  

(4) Jika   WTP   memutuskan   untuk   memberikan   tanahnya   secara   sukarela   (hibah)  atau   memberikan   izin   pakai   atau   izin   untuk   dilewati   kegiatan   proyek,   maka  harus  memenuhi  kriteria  seperti  yang  tercantum  di  dalam  lampiran  6,  7  dan  8.  

(5) Jika  WTP   perlu   direlokasi,   baik  untuk   permanen    maupun    untuk  sementara,  maka   rencana  pemukiman  kembali  perlu  memperhatikan   lokasi,   kemungkinan  kehilangan   mata   pencaharian/pendapatan,   kemungkinan   berkurangnya   akses  terhadap   fasilitas   umum,   pendidikan   dan   kesehatan ,   sert a   keharmonisa n  dengan  warg a  d ilokas i  relokas i.  

d.  Masyarakat  Hukum  Adat  (MHA)  

(1) Program   KOTAKU     harus   memberikan   informasi   seluas-­‐luasnya   kepada  MHA  tentang   rencana   kegiatan   tersebut   lebih   awal   sebelum   tahap   perencanaan  kegiatan,   sehingga   kegiatan   yang   diusulkan   mendapatkan   dukungan   penuh  dari  MHA.  

(2) Dalam   setiap   tahapan   kegiatan   Program   KOTAKU     (persiapan,   perencanaan  dan   pelaksanaan   pembangunan   serta   keberlanjutan)   pelaku/pendamping  kegiatan   harus   melakukan   konsultasi   dengan   MHA   secara   partisipatif  berdasarkan  kebiasaan  dan  nilai-­‐nilai  adat  setempat.  

e. Pengelolaan  Risiko  Bencana    

(1) Pengelolaan  risiko  bencana  dalam  konteks  pengurangan  risiko  bencana  adalah  mengurangi   kerentanan   dan   meningkatkan   kapasitas   yang   diterapkan   untuk  semua  kegiatan  di  bawah  Program  KOTAKU  .    

(2) Pengarusutamaan  pengurangan  risiko  bencana  didalam  perencanaan  kegiatan  merupakan   persyaratan   penting   untuk   program   pengelolaan   risiko   bencana  yang  efektif  dan  berkelanjutan.  

(3) Identifikasi   adanya   risiko   bencana   tinggi   dengan   kemungkinan   terjadinya  tinggi,   harus   ada   langkah-­‐langkah   lebih   maju   yang   perlu   diambil,   yaitu  perumusan  Rencana  Kontinjensi  dan  SOP  untuk  penanganan   risiko/bahaya  di  daerah  masing-­‐masing.  Pedoman  pengelolaan  risiko  bencana  bisa  merujuk  ke  Perka   BNPB   No.24     tahun   2010,   Petunjuk   Teknis   PRBBK   -­‐   PNPM   Perkotaan  (untuk  tingkat  masyarakat)  dan  berkolaborasi  dengan  Badan  Penanggulangan  Bencana  Daerah  (BPBD).  

f. Pemanfaatan  Kayu  

(1) Program  KOTAKU   akan  meminimalkan   penggunaan   kayu   dalam  pembangunan  infrastruktur.  Dimana  pengadaan  kayu  mutlak  diperlukan,  maka  program  akan:    a. Melaksanakan   peningkatan   kesadaran   kepada   masyarakat   untuk  

menggunakan  kayu  legal,  memiliki  FAKO  atau  surat  resmi  setara  SKSHH;    

Page 24: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

12   Petunjuk  Pelaksanaan  Pengelolaan  Lingkungan  dan  Dampak  Sosial  –  Program  KOTAKU  

b. Pada   situasi   tertentu,   diperkenankan  menggunakan  kayu   yang  berasal   dari  tanah   penduduk   sendiri   sebagai   bagian   dari   swadaya,   atau   dengan  melakukan  ganti  rugi  sesuai  kesepakatan  masyarakat  dan  dilengkapi  dengan  surat   keterangan   dari   Kepala   Desa/Lurah   tentang   asal-­‐usul   kayu   yang  digunakan.    

c. Memantau  pembelian  kayu  dengan  FAKO;    

(2) Pelatihan   dan   peningkatan   kesadaran   mengenai   isu   legalitas   kayu   sehingga  fasilitator  kompeten  dalam  membantu  masyarakat  dalam  pengadaan  kayu  legal  dan  berkualitas  baik.  

 

   

Page 25: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

Petunjuk  Pelaksanaan  Pengelolaan  Lingkungan  dan  Dampak  Sosial  –  Program  KOTAKU   13  

 

             

BAB  III    TAHAPAN  PELAKSANAAN  

                               

Page 26: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

14   Petunjuk  Pelaksanaan  Pengelolaan  Lingkungan  dan  Dampak  Sosial  –  Program  KOTAKU  

TINGKAT  KOTA  

3.1       GAMBARAN   UMUM   PROSES   PENGELOLAAN   LINGKUNGAN   DAN   DAMPAK  SOSIAL  

Proses  keseluruhan  Pengamanan  Lingkungan  dan  Sosial  ditetapkan  didalam  Kerangka  Kerja  Pengamanan   Lingkungan   dan   Sosial,   dilaksanakan   pada   kegiatan   Program   KOTAKU     di  tingkat   Kota   dan   tingkat  masyarakat   (Desa/Kelurahan)   seperti   disajikan   dalam  diagram  di  bawah  (Gambar  1  dan  Gambar  2).  Perapan  pelaksanaan  kegiatan  Pengamanan  Lingkungan  dan   Sosial   didalam   tahapan   kegiatan   Program   KOTAKU    meliputi   :Tahap   Persiapan,Tahap  Perencanaan  dan  Tahap  Pelaksanaan.  

Gambar  1.  Pengamanan  Lingkungan  dan  Sosial  di  Tingkat  Kota/Kabupaten  

 

3.2        TAHAP  PERSIAPAN  

Tahapan   Persiapan   adalah   tahapan   kegiatan     yang     paling   awal   dilakukan   pada   kegiatan  Program   KOTAKU     di   Tingkat   Kota   dan   Masyarakat   (Desa/Kelurahan).   Dalam   tahapan  persiapan   yang   harus   dipastikan   terjadi   adalah;   Meningkatnya   kapasitas,   peran   dan  kontribusi,  Pemerintah  Daerah,  masyarakat    dan  pemangku  kepentingan  pembangunan  kota  dan/atau  pembangunan  Desa/kelurahan.      

Page 27: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

Petunjuk  Pelaksanaan  Pengelolaan  Lingkungan  dan  Dampak  Sosial  –  Program  KOTAKU   15  

Pada  tahap  ini,  kegiatan  terkait  pengelolaan  lingkungan  dan  dampak  sosial,  adalah  :    

1. Mensosialisasikan  pentingnya  pengelolaan  lingkungan  dan  dampak  sosial,  pada  kegiatan  Sosialisasi  Awal  Program  KOTAKU    di  Tingkat  kota/kabupaten  dan  Desa/Kelurahan.  

2. Menumbuhkan   pemahaman   dan   keterampilan   tentang   pengelolaan   lingkungan   dan  dampak   sosial   kepada   pelaku   di   tingkat   kota   dan   Desa/kelurahan   melalui   rangkaian  pelatihan  Program  KOTAKU  .    

3.  3     TAHAP  PERENCANAAN    

Pada   tahap   perencanaan   pencegahan   dan   peningkatan   kualitas   permukiman   kumuh  ditingkat   Kota   (RP2KP-­‐KP),   kegiatan   pengelolaan   lingkungan   dan   dampak   sosial   yang  dilakukan  adalah  kegiatan  :  

a. Penyaringan  kategori  kegiatan    b. Penyiapan  Instrumen  atau  dokumen  c. Pengajuan  dan  Penganggaran    

 

3.3.1     PENYARINGAN  KATEGORI  KEGIATAN    

Pada  bagian   ini   proses  penyaringan   lingkunganyang  harus  diterapkan  pada   kegiatan   yang  diusulkan  untuk  pendanaan  dari  Program    KOTAKU    adalah  sebagai  berikut  :    

Aspek  Lingkungan  

1. Penyaringan  kegiatan  berdasarkan  potensi  dampak  lingkungan  yang  merugikan  secara  signifikan  dan  tidak  dapat  diubah;    

2. Penyaringan  kegiatan  berdasarkan  batas  fisik;    

3. Penyaringan  kegiatan  berdasarkan  dampak  lingkungan  yang  potensial;  dan  

4. Penyaringan  kegiatan  berdasarkan  potensi  risiko  bencana.  

Aspek  Sosial  

1. Penyaringan    kegiatan  berdasarkan  potensi  pengadaan  tanah  dan  atau  pemukiman  kembali  

2. Penyaringan  kegiatan  berdasarkan  potensi  dampak  sosial  bagi  Masyarakat  Hukum  Adat  (MHA)  

Hasil   dari   proses   penyaringan   tahap   ini   akan   menentukan   kelayakan   dan   instrument  pengelolaan   lingkungan   dan   dampak   sosial   yang   tepat   untuk   digunakan   pada   setiap  kegiatan   yang   direncanakan   di   dalam   Perencanaan   RP2KP-­‐KP   dan   pelaksanaan   kegiatan  ditingkat  Kota  dan  Desa/Kelurahan.  

Page 28: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

16   Petunjuk  Pelaksanaan  Pengelolaan  Lingkungan  dan  Dampak  Sosial  –  Program  KOTAKU  

A. Aspek  Lingkungan  

1. Penyaringan   kegiatan   berdasarkan   potensi   dampak   lingkungan   yang   merugikan  secara  signifikan  dan  tidak  dapat  diubah

Program     KOTAKU     ini   tidak   akan   membiayai   Kegiatan   manapun   yang   memiliki   dampak  lingkungan  yang  signifikan,  sensitif  dan  tidak  dapat  dipulihkan.  Kegiatan  dalam  kategori  ini  akan   membutuhkan   proses   kajian   lingkungan   yang   kompleks,   penuh   dan/atau   langkah-­‐langkah   pengelolaan   lingkungan   yang   melibatkan/menuntut   sumber   daya,   waktu   dan  kapasitas   yang   signifikan.   Mengingat   terbatasnya   siklus   pelaksanaan   tahunan   kegiatan  Program   KOTAKU   ,   kegiatan   dengan   dampak   lingkungan   yang   signifikan   dan   tidak   dapat  dipulihkan,  tidak  memenuhi  syarat  untuk  dibiayai  Program  KOTAKU  .  Lampiran  1  

Program   KOTAKU     tidak   dapat   membiayai   kegiatan   yang   masuk   daftar   kegiatan   dilarang  (Negatif  List),  seperti  terdapat  di  dalam  Pedoman  Teknis  Program  KOTAKU  .    

 

2. Penyaringan  Kegiatan  Berdasarkan  Batas  Fisik

Proses  penyaringan  kegiatan  yang  memiliki  dampak  lingkungan  yang  signifikan  berdasarkan  batas   fisik,   karakteristik   teknis,   kapasitas,   luas   hektar   yang   terkena   dampak   mengacu  kepada   Peraturan   Menteri   Pekerjaan   Umum   No.10/PRT/M/2008   atau   sesuai   dengan  Peraturan  Gubernur/Walikota/Bupati  yang  ditetapkan  (Permen  LH  No.  13/2010  psl  3),  seperti  contoh  yang  ditunjukkan  pada  Tabel  2.  dibawah  ini.    

a. Program   KOTAKU     tidak   akan   membiayai   kegiatan   yang   menimbulkan   dampak  lingkungan   yang   signifikan   yang   memerlukan   penyiapan   AMDAL.   Mengingat  bahwa   proses   untuk  mempersiapkan   instrumen   AMDAL  membutuhkan   keahlian  yang  khusus  dan  waktu  cukup  lama.  

b. Program   KOTAKU     akan   membiayai   kegiatan   dengan   kriteria   skala   besaran  kegiatan   membutuhkan   UKL-­‐UPL   dan   SPPL.   Nilai   ambang   bawah   kisaran   yang  ditunjukkan  dalam  tabel  akan  memerlukan  penggunaan  instrumen  SOP/SPPL.  

Tabel  2  :    Contoh  Jenis  Kegiatan  dengan  Instrumen  Pengelolaan  Lingkungan  

JENIS  KEGIATAN  

Skala  besaran  Kegiatan  (Permen  PU  No.10/PRT/M/2008)  

UKL/UPL   SPPL/SOP  

I.  SUMBER  DAYA  AIR    • Daerah    Irigasi      a.  Pembangunan  daerah  irigasi  baru  dengan  luas   500  to  <2000ha   <500  ha  b.  Peningkatan  luas  daerah  irigasi   500  to  <1000ha   <500  ha  c.  Pencetakan  sawah,   100  to  <500ha   <  100  ha  II.  JALAN  DAN  JEMBATAN    2.  Pembangun  Jalan/peningkatan  jalan  dengan  pelebaran  yang    

Page 29: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

Petunjuk  Pelaksanaan  Pengelolaan  Lingkungan  dan  Dampak  Sosial  –  Program  KOTAKU   17  

JENIS  KEGIATAN  

Skala  besaran  Kegiatan  (Permen  PU  No.10/PRT/M/2008)  

UKL/UPL   SPPL/SOP  

membutuhkan  pengadaan  tanah  a.  Kota  metropolitan/besar  -­‐  Panjang  jalan    -­‐  Pengadaaan  tanah    

 1km  to  <5km  2ha  to  <5ha  

 <1km    <2ha    

b.  Kota  Sedang  -­‐  panjang  jalan    -­‐  Pengadaan  tanah  

3km  to  <10km  5ha  to  <10ha  

<3km    <5ha    

c.    Kota  Kecil  -­‐  Panjang  jalan    -­‐  Pengadaan  tanah  

10km  to  <30km  10ha  to  <30ha  

<10km    <10ha    

3.  Pembangunan  subway/underpass,  terowongan/tunnel,  jalan  layang/fly  over,  dan  jembatan    

 

a.  Pembangunan  subway/underpass,  terowongan/  tunnel,  jalan  layang/fly  over    

-­‐  Panjang      

<2km    -­‐-­‐-­‐  

b.  Pembangunan  Jembatan  diatas  (sungai/badan  air)  -­‐  Panjang  

 100  to  <500m  

 <100  m  

III.  PENYEDIAAN  AIR  BERSIH      1.  Air  minum/Air  bersih      a.  Pembangunan  jaringan  distribusi    -­‐  Luas  layanan   100ha  to  >500ha   <100ha    b.  Pembangunan  jaringan  pipa  transmisi      1.  Metropolitan/kota  besar,  panjang     5km  to  10km   <5km    2.  Kota  sedang  –  kota  kecil,  panjang     8km  to  10km   <8km  

c.  Pengambilan  air  baku  dari  sungai,  danau  dan  sumber  air  permukaan  lainnya        1.  Sungai  dan  danau   50  l/sc  to  250  l/sc   <50  l/sc  2.  Mata  air   2,5  l/sc  to  250  l/sc   <2,5  l/sc    

d.  Pembangunan  Instalasi  Pengolahan  air  dengan  pengolahan  lengkap  (debit)     50  l/sc  to  100  l/sc   <50  l/sc    

e.  Pengambilan  air  tanah  dalam  (debit)  untuk  kebutuhan        1.  Pelayanan  masyarakat  oleh  penyelenggara  PAM   2,5  l/sc  to  50  l/sc   <2,5  l/sc  

2.  Kegiatan  lain  dengan  tujuan  komersil   1,0  l/sc  to  50  l/sc   <1,0  l/sc    

Page 30: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

18   Petunjuk  Pelaksanaan  Pengelolaan  Lingkungan  dan  Dampak  Sosial  –  Program  KOTAKU  

JENIS  KEGIATAN  

Skala  besaran  Kegiatan  (Permen  PU  No.10/PRT/M/2008)  

UKL/UPL   SPPL/SOP  

IV.  AIR  LIMBAH      1.  Pembangunan  Instalasi  Pengolahan  Lumpur  Tinja  (IPLT)  termasuk  fasilitas  penunjang      -­‐  Luas  -­‐  Atau  kapasitas  

<2  ha  <11  m3/hari  

-­‐-­‐-­‐-­‐  -­‐-­‐-­‐-­‐  

2.  Pembangunan  Instalasi  Pengolahan  Air  Limbah  (IPAL)      

-­‐  Luas  -­‐  Atau  bahan  organik  

<3  ha  <2.4  ton/hari  

-­‐-­‐-­‐  -­‐-­‐-­‐  

3.  Pembangunan  sistem  perpipaan  air  limbah  (sewerage/off-­‐site  sanitation  system)      -­‐  Luas  -­‐  Atau  debit  air  limbah  

<500  ha  <16,000  m3/hari  

-­‐-­‐-­‐  -­‐-­‐-­‐  

Sumber:  Permen  PU  No.  10/PRT/M/2008  tentang  Penetapan  Jenis  Rencana  Usaha  dan/atau  Kegiatan  Bidang  Pekerjaan  Umum  yang  Wajib  Dilengkapi  dengan  UKL-­‐UPL.    

3. Penyaringan  Kegiatan  berdasarkan  Potensi  Dampak  Lingkungan  

Tahap   ini   akan   menyaring   rencana   kegiatan   yang   berpotensi   menimbulkan   dampak  lingkungan,  menerapkan  daftar  periksa  seperti  pada  Lampiran  2,  yaitu  :  

a. Kegiatan   yang   akan   dilakukan   didalam   kawasan   lindung,   berbatasan   dan/atau  melintasi   melalui   kawasan   lindung,   sensitive   dan   wajib   memiliki   AMDAL  (berdasarkan  Pasal  3  Permen  LH  No.5  Tahun  2012),      

b. Memiliki   dampak   lingkungan   yang   signifikan   dan   besaran   berdasarkan   hasil  konsultasi   dengan   lembaga/instansi   lingkungan   hidup   pusat,   provinsi   atau  kabupaten/kota  (mengacu  kepada  Pasal  2  Permen  LH  No.5  Tahun  2012).  

Defenisi    dan  kriteria  kawasan  lindung  dan  daerah  sensitif  dapat  dilihat  pada  Lampiran  16.  

 4. Penyaringan  Kegiatan  Berdasarkan  Dampak  terhadap  Benda  Cagar  Budaya  (BCB)  Dalam   upaya   pelestarian   BCB   adalah   mempertahankan   wujud   secara   fisik   yang   meliputi  bentuk,   ukuran,   warna,   dan   fungsinya   sehingga   mendekati   pada   keadaan   semula.   Pada  tahap  ini  akan  menyaring  rencana  kegiatan  yang  akan  dilakukan  menimbulkan  dampak  pada  kawasan  cagar  budaya  atau  benda  cagar  budaya.    

a. Pembangunan   di   kawasan   atau   pada   benda   cagar   budaya,   merupakan   salah   satu  daftar   negatif   yang   tidak   diperbolehkan   dalam   kegiatan   PROGRAM   KOTAKU   .   Di  dalam   kawasan   cagar   budaya   tidak   diperbolehkan   ada   kegiatan   pemukiman   baru  atau  perluasan  permukiman.    

Page 31: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

Petunjuk  Pelaksanaan  Pengelolaan  Lingkungan  dan  Dampak  Sosial  –  Program  KOTAKU   19  

b. Pembangunan   yang   bersinggungan   dengan   kawasan   atau   benda   cagar   budaya,  tetapi   tidak   menimbulkan   dampak   yang   siginfikan   terhadap   kawasan/benda   cagar  budaya   dan   dapat   diatasi   dengan   memerlukan   UKL-­‐UPL   atau   SOP,   untuk  mempertahankan   wujud   secara   fisik   yang   meliputi   bentuk,   ukuran,   warna,   dan  fungsinya  sehingga  mendekati  pada  keadaan  semula.  

5. Penyaringan  Kegiatan  berdasarkan  Potensi  Risiko  Bencana  

Tahap  ini  akan  menyaring  rencana  kegiatan  yang  dilakukan  pada  lokasi  yang  rawan  bencana  atau   kegiatan   yang   dapat   memicu   terjadinya   bencana   dan   berpotensi   menimbulkan  risiko/dampak  lingkungan.  Penyaringan  risiko  bencana  mengacu  kepada  data  dan  informasi  dari  BNPB/BPBD  setempat,  yaitu  :  

a. Kegiatan   yang   akan   dilakukan   didalam   kawasan/lokasi   rawan   dan   memiliki   risiko  bencana   tingkat   sedang   atau   tinggi,   harus   melakukan   kajian   penilaian   mendalam  merumuskan   skenario   penanggulangan   bencana,   seperti   perencanaan/desain  kegiatan.  

b. Jika   teridentifikasi   tingkat   risiko   bencana   tinggi   dengan   kemungkinan   terjadinya    tinggi,   maka   langkah-­‐langkah   yang   perlu   diambil   adalah   penyusunan   Rencana  Kontinjensi  (Renkon)  atau  SOP  untuk  penanganan  risiko/bahaya.  

Hasil  proses  penyaringan  Aspek  Lingkungan   ini  akan  menentukan  pendekatan  pengelolaan  lingkungan  yang  akan  digunakan  oleh  masing-­‐masing  kegiatan  sebagai  berikut:    

a. Kegiatan     tidak   memenuhi   syarat   untuk   pembiayaan   dari   Program   KOTAKU   ,   jika  memerlukan   penilaian   lingkungan   menyeluruh   karena   dampak   yang   signifikan  potensi  dan  harus  mempersiapkan  AMDAL  ;    

b. Kegiatan   memenuhi   syarat,     jika   membutuhkan   UKL-­‐UPL   karena   potensi   dampak  kurang  signifikan  dan  skala  besaran   jenis  kegiatan   :   (a)  dan  memenuhi  persyaratan  dari   Peraturan  Menteri   Pekerjaan  Umum  Nomor   10/   PRT   /M/2008   untuk   kegiatan  yang  wajib  memiliki  UKL-­‐UPL;  dan    

c. Kegiatan  memenuhi  syarat,  jika  membutuhkan  SOP/SPPL  untuk  mengurangi  potensi  dampak  kecil.    

d. Kegiatan  yang   terdapat  dikawasan/lokasi   rawan  bencana  dengan   risiko   sedang  dan  tinggi,  membutuhkan  kajian  mendalam  untuk  menyusun  skenario  pengelolaan  risiko  bencana,   seperti   penyusunan   Rencana   Kontinjensi   atau   SOP   untuk   penanganan  risiko/bahaya.  

Berdasarkan   hasil   tahapan   penyaringan   diatas,   prosedur   pengelolaan   lingkungan   yang  diperlukan  untuk  memenuhi  syarat,  adalah  :  

a. Kegiatan  dengan  UKL  dan  UPL:    Kegiatan   yang   membutuhkan   UKL-­‐UPL   menyusun   dokumen   UKL-­‐UPL,   mengikuti  Format  UKL-­‐UPL   yang   dipersyaratkan   dalam  Peraturan  Menteri   Lingkungan  Hidup  No.  16  tahun  2012,  seperti  pada  Lampiran  17  

Page 32: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

20   Petunjuk  Pelaksanaan  Pengelolaan  Lingkungan  dan  Dampak  Sosial  –  Program  KOTAKU  

b. Kegiatan   dengan     surat   pernyataan   kesanggupan   pengelolaan   dan   pemantauan  lingkungan  (SPPL)  :    Kegiatan   ini   di   identifikasi   akan   menimbulkan   dampak   lingkungan   kecil   tidak  signifikan   dan   dapat   di   mitigasi   dengan   menggunakan   SOP.     Kementerian  Pekerjaan   Umum   telah   mengembangkan   SOP   standar   untuk   sub-­‐sektor   utama,  seperti   untuk   bidang   jalan,   penyediaan   air   bersih,   irigasi,   dan   sanitasi.   SOP  tersebut  meliputi   :   contoh   tindakan  untuk  mengontrol  polusi  udara  &  kebisingan  dan   gangguan   lalulintas   dilokasi   konstruksi,   persyaratan   untuk   rehabilitasi   tanah  dan   tanaman   di   daerah   yang   terkena   proyek   sebagai   langkah   mitigasi   terhadap  erosi   tanah,   metode   pembukaan   lahan,   prosedur   pengendalian   dampak   negatif  pada   titik   pembebanan   untuk   limbah   padat.   Khusus   untuk   pekerjaan   sanitasi,  instrument   penanganan   dampak   terhadap   lingkungan   dapat   mengacu   pada  Petunjuk   Pelaksanaan   Dana   Alokasi   Khusus   Sanitasi   Lingkungan   Berbasis  Masyarakat,   yang   dikeluarkan   oleh   Ditjen   CiptaKarya,   Kementerian   Pekerjaan  Umum   pada   tahun   2014.     Contoh   pedoman,   panduan   atau   SOP   tersebut   dapat  ditemukan  di  Lampiran  18.  

   

Page 33: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

Petunjuk  Pelaksanaan  Pengelolaan  Lingkungan  dan  Dampak  Sosial  –  Program  KOTAKU   21  

Gambar  2:    Diagram  Bagan  Alir  Penyaringan  dan  Upaya  Pengelolaan  Lingkungan  yang  Diperlukan    

Fase  1        :  Daftar  Negatif   Fase  2        :  Ambang  Batas  (Ukuran,  skala)   Fase  3        

Fase  4  :  

+) Penyaringan berdasarkan ambang batas berdasarkan Peraturan Menteri No.5/2012 untuk menentukan kegiatan yang memerlukan

ingkungan/KajianPenuh)untuk subsector Jalan, Jembatan,Irigasi dan Bersih (lihat table 2 untuk informasi -untuk pembangunan jalan -untuk pembangunan irigasi>2000 -untuk pembangunan sumberair>250 -untuk peningkatansaluran irigasi eksisting>1000

Proses penyaringan dapat dilaksanakan dengan mengisi format Komponen Lingkungan dan Sosial (Lampiran 23) dan hasil

dari dapat dilaporkan di dalam format diLampiran 2

**) KawasanLindung(KeppresNo,32/1990) dan Daerah sensitive lainnya. daftar dan penjelasan lainnya dapat mengacu ke Lampiran16.

Contoh Lindung dan Daerah Sensitif lainnya 1. Lahan 2. KawasanResapan 3. Sempadan 4. Sempadan sungai 5. Kawasan Sekitar 6. Kawasan Sekitar Mata 7. Kawasan suaka alam terdiri dari Cagar Alam, Suaka Marga Satwa,

Wisata, Daerah Perlindungan Plasma Nutfah,dan Daerah Pengungsian

8. Kawasan Suaka Alam Laut dan perairan lainnya termasuk perairan perairan darat, wilayahpesisir, muara sungai, gugusan karang

atau karang, yang mempunyai cirri khas berupa keanekaragaman keunikan

9. Kawasan Pantai berhutan 10. Taman 11. Taman Hutan 12. Taman Wisata 13. Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan termasuk daerah

berair, daerah dengan budaya masyarakat istimewa, daerah lokasi purbakala atau peninggalan sejarah yang bernilai

14. Kawasan Rawan Bencana

Komunitas Rentan Daerah Permukiman Padat, Daerah Komersial, Produktif, DaerahBerlereng

***) Kawasan rawan risiko bencana berdasarkan data BNPB/BPBD, tingkat risiko bencana : Tinggi, Sedang dan Rendah. Penilaian tingkat risiko bencana mengacu kepada Perka BNPB No. 2 Tahun 2012 dan Petunjuk Teknis PRBBK-PNPM Mandiri Perkotaan untuk tingkat masyarakat, format pengelolaan risiko bencana seperti pada lampiran 5

+++] Peraturan Menteri PUNo.10/PRT/M/2008 tentang Penetapan Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum Wajib Dilengkapi dengan

*] Dikonsultasikan dengan instansi yang bertanggungjawab dalam pengelolaan dampak lingkungan, pengelolaan risiko bencana (BPBD) dan juga berdasarkan evaluasi signifikan.

• PerlumengacupadaLampiran 6 untuk acuan SOP yang • Kegiatan yang membutuhkan AMDAL tidak dapat dibiayai oleh

• Perlu mengacu pada Peraturan Menteri LHNo.16/2012 untuk

UKL/UPL • Pengelolaan risiko bencana tingkat sedang atau tinggi, dengan

upaya pencegahan, pengurangan dan kesiapsiagaan (Perka BNPB No 24 Tahun 2010

Ya

Ya

Ya

Tidak

Tidak Memenuhi kriteria wajib

Prosedur standar mitigasi dampak

(SPPL/SOP)*

Pengelolaan Risiko Bencana

(PRB) AMDAL

Memenuhikriteria wajib AMDAL?

Dampak Besar merugikan tidak dapat

Perencanaan

Berbatasan denganKawasan lindung/BCBdan Daerah

lain?

Ya

Tidak

Ya

Tidak

Tidak Tidak

Ya

Kawasan Rawan Risiko

Bencana?***)

Tingkat Risiko Bencana Tinggi

atau Sedang?***)

UKL dan UPL

Page 34: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

22   Petunjuk  Pelaksanaan  Pengelolaan  Lingkungan  dan  Dampak  Sosial  –  Program  KOTAKU  

B.  Aspek  Sosial  

1. Penyaringan  Kegiatan  berdasarkan  Potensi  Dampak  Sosial  yang  diakibatkan  Pengadaan  Tanah  dan  atau  Pemukiman  Kembali  

Penyaringan   Kegiatan   berdasarkan   potensi   dampak   sosial   yang   diakibatkan   pengadaan  tanah   dan   atau   pemukiman   kembali   dilakukan   dengan  menggunakan   format   inventarisasi  lahan  dan  aset  yang  terkena  dampak  yang  disajikan  pada  Lampiran  3.  

a. Pengadaan   tanah   untuk   kegiatan   dapat   diperoleh  melalui   skema  melalui   penggantian  (kompensasi),   melalui   hibah   tanah,   melalui   izin   pinjam/pakai   selama   jangka   waktu  tertentu,  dan  izin  dilewati.    

b. Pengadaan   tanah   melalui   konsolidasi   tanah   yaitu   penataan   kembali   penguasaan   dan  penggunaan   tanah   serta   usaha   pengadaan   tanah   untuk   kepentingan   pembangunan  dalam  meningkatkan  kualitas   lingkungan  dan  pemeliharaan  sumber  daya  alam  dengan  melibatkan  partisipasi  aktif  masyarakat  (Peraturan  Ka.  BPN  No.4  Tahun  1991).  

c. Berdasarkan   intensitas   dampak   sosial   yang  mungkin   terjadi,   pengadaan   tanah  dengan  skala   besar   (yang  melibatkan   >200   pemilik   tanah   atau   >   40   RT)   dan   skala   kecil   (yang  melibatkan  ≤  200  pemilik  tanah  atau  ≤40  RT).    

d. Pengadaan   tanah   dapat   juga   dengan   relokasi   tetap   atau   sementara   dari   warga   yang  terkena,  seperti  dalam  Tabel  3  dibawah  ini.  

 Tabel  3:  Pengadaan  Tanah  beserta  Instrumen  Pengadaan  Tanah  dan    

Pemukiman  Kembali  WTP  

Kegiatan  Pengadaan  tanah  

 Kebutuhan  

Lahan  

Jumlah  Warga  Terkena  Proyek  

(WTP)/Pemilik  Tanah  

Instrumen  Penanganan  

 Acuan  

     

>  1  Ha  

>  200  orang  (atau  >40RT)  atau  menghilangkan  >10%  dari  asset  produktif  

LARAP  Komprehensif  

Lampiran  19,  

1.    Dengan  penggantian/kompensasi  

  ≤  200  orang  (atau  ≤40  KK)  atau  menghilangkan  ≤10%  dari  asset  produktif  

LARAP  Sederhana   Lampiran20,  

   ≤  1  Ha  

>  200  orang  (atau  >40  KK)  atau  menghilangkan  >10%  dari  asset  produktif  

LARAP  Komprehensif  

Lampiran19,  

    ≤  200  orang  (atau  ≤40  KK)  atau  menghilangkan  ≤  10%  assetproduktif  

LARAP  Sederhana   Lampiran  20,  

2. Sumbangan/  peminjaman  tanah  secara  sukarela  dari  pemilik  tanah    

-­‐ Hibah  atas  sebagian  hak  tanah  

    1.  Surat  pernyataan  Sumbangan  

Lampiran  6    Lampiran  11  

Page 35: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

Petunjuk  Pelaksanaan  Pengelolaan  Lingkungan  dan  Dampak  Sosial  –  Program  KOTAKU   23  

Kegiatan  Pengadaan  tanah  

 Kebutuhan  

Lahan  

Jumlah  Warga  Terkena  Proyek  

(WTP)/Pemilik  Tanah  

Instrumen  Penanganan  

 Acuan  

Tanah  2.  Berita  Acara  Konsultasi  dengan  WTP  

-­‐ Izin  PakaiTanah       1.  Surat  Pernyataan  Izin  Pakai  Tanah  

2.  Berita  Acara  Konsultasi  dengan  WTP  

Lampiran  7    Lampiran  11  

- Izin  Dilewati       1.  Surat  Pernyataan  Izin  Tanah  Dilewati  

2.  Berita  Acara  Konsultasi  dengan  WTP.  

Lampiran  8    Lampiran  11  

3.Relokasi  tetap  dan  sementara  

  >  200  orang(atau  >40  KK)   LARAP  Komprehensif  

Lampiran  19,  

≤  200  orang(atau  ≤40  KK)   LARAP  Sederhana   Lampiran  20,  4.PembangunanKembali  

  >  200  orang(atau  >40  KK)   LARAP  Komprehensif  

Lampiran  19,  

≤  200  orang(atau  ≤40  KK)   LARAP  Sederhana   Lampiran  20,  5.Konsolidasi  Tanah  (Land  Consolidation/LC)  

  Sesuai  syarat  dan  ketentuan  LC  

Petunjuk  Teknis  pelaksanaan  Konsolidasi  Tanah  PerKa.  BPN  No.4/1991  

Lampiran  21  

 

2. Penyaringan   Kategori   untuk   Kegiatan   Proyek   berdasarkan   potensi   Dampak   Sosial  Terhadap  Masyarakat  Hukum  Adat  (MHA)  

 Pengelola  Program  (POKJA  PKP  dan  Tim  Korkot)  akan  melaksanakan   identifikasi  awal  pada  keberadaan  masyarakat  hukum  adat  di  lokasi  kegiatan.  Pada  tahun  2010,  World  Bank  telah  melakukan  pemetaan  lokasi  dari  masyarakat  hukum  adat  di  Indonesia  yang  dapat  dijadikan  rujukan  keberadaan  MHA.  Keberadaan  kelompok-­‐kelompok  MHA  tersebut  di  provinsi  dapat  dilihat  pada  lampiran  24.  

Penyaringan  dampak  sosial  terhadap  MHA  dilakukan  untuk  mengetahui  dampak    positif  atau  negatif   yang  mungkin  disebabkan  oleh   kegiatan  dan  untuk  menentukan   langkah   -­‐   langkah  apa  yang  harus  diambil  serta   instrumen  yang  harus  disiapkan.  Tabel  4  menjelaskan  kriteria  untuk   pengelolaan   dampak   sosial   pada   masyarakat   hukum   adat   berdasarkan   kategori  kegiatan.  

Page 36: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

24   Petunjuk  Pelaksanaan  Pengelolaan  Lingkungan  dan  Dampak  Sosial  –  Program  KOTAKU  

a. Tipe   I,   usulan   Kegiatan   berpotensi   memberikan   dampak,   baik   positif   maupun  negatif   kepada   MHA,   terkait   dengan   tempat   tinggalnya,   mata   pencahariannya,  ataupun  struktur  kelembagaannya.    

b. Tipe  II,  usulan  Kegiatan  ditujukan  untuk  MHA  sebagai  penerima  manfaat.      

                 Tabel  4:  Kriteria  Kegiatan  untuk  Menentukan  Instrumen  Rencana  Penanganan                      Masyarakat  Hukum  Adat  (MHA)  

KATEGORI   DAMPAK   INSTRUMEN   PELAKSANAAN   ACUAN  

I  

MHA  berpotensi  terkena  dampak  (baik  yang  positif  maupun  negatif)    

Rencana  Kegiatan  MHA  (RK-­‐MHA)  

Penyesuaian  rancangan/  desain  Kegiatan  untuk  dapat  Mengakomodasi  kebutuhan  spesifik  MHA  

Lampiran  9,  21,  22  

II  

MA  sebagai  penerima  manfaat  utama  dari  Kegiatan  Proyek  

Tidak  membutuhkan  suatu  RK-­‐MHA  

Penyesuaian  rancangan/  desain  Kegiatan  untuk  dapat  mengakomodasi  kebutuhan  spesifik  MA  

 

 

3.3.2       PENYIAPAN  INSTRUMEN  ATAU  DOKUMEN    

1. Penyusunan  Instrumen  Pengelolaan  Lingkungan  

Hasil   proses   penyaringan   Aspek   Lingkungan   telah   menentukan   kegiatan   yang   memenuhi  syarat  untuk  pendanaan  dari  Program  KOTAKU  ,  yaitu  :  

- Kegiatan   yang   memenuhi   syarat   yang   membutuhkan   UKL-­‐UPL   karena   potensi  dampak   kurang   signifikan   dan   tidak   besar   dan     memenuhi   persyaratan   dari  Peraturan   Menteri   PU   Nomor   10/   PRT   /M/2008   atau   Peraturan  Gubernur/Walikota/Bupati  yang  berlaku  untuk  kegiatan  yang  harus  memiliki  UKL-­‐UPL;  dan    

- Kegiatan  yang  memenuhi  syarat  yang  membutuhkan  SPPL/SOP  untuk  mengurangi  potensi  dampak  kecil.  

 Prosedur  Penyusunan  UKL-­‐UPL  dan  SPPL,  adalah  sebagai  berikut    :  

a. Prosedur  Penyusunan  UKL-­‐UPL.    

Penyusunan   UKL-­‐UPL   harus   sesuai   dengan   Peraturan   Menteri   Lingkungan   Hidup  No.16    tahun  2012  tentang  Pedoman  Penyusunan  Dokumen  Lingkungan  Hidup  serta  ketentuan   tambahan   yang   termasuk   dalam   Petunjuk   Pelaksanaan   ini.   Dalam  penyusunan  UKL-­‐UPL  setiap  usaha  dan  atau  kegiatan  wajib  memiliki  Izin  Lingkungan  hal   ini   sesuai   dengan   PP   No.   27   Tahun   2012   tentang   Izin   Lingkungan.   Langkah-­‐

Page 37: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

Petunjuk  Pelaksanaan  Pengelolaan  Lingkungan  dan  Dampak  Sosial  –  Program  KOTAKU   25  

langkah  berikut  harus  diambil  dalam  penyusunan  dan  pelaksanaan  UKL-­‐UPL  adalah  sebagai  berikut  :  

(1) POKJA   PKP   berkoordinasi   dengan   Bapedalda/Badan   Kabupaten   Lingkungan  Hidup  Daerah  (BLHD)/Badan  Lingkungan  Hidup  (BLH)/  Kantor  lingkungan  hidup  setempat   dan   mengisi   formulir   UKL-­‐UPL   yang   disediakan   oleh   Badan/Kantor  tersebut.  Format  UKL-­‐UPL  dan  Pernyataan  Jaminan  Pelaksanaan  UKL-­‐UPL  disajikan  pada  Lampiran  17  dan  Lampiran  14.  

(2) POKJA   PKP  menyiapkan   dokumen  UKL-­‐UPL   yang  mempertimbangkan   dampak  pada   lingkungan,   habitat   alami,   di   daerah   terpengaruh   Kegiatan   Proyek,  termasuk   analisis   alternatif   dan   persyaratan   tambahan   berdasarkan  penyaringan  dampak  potensial.  

(3) Dokumen  UKL-­‐UPL  juga  harus  berisi  informasi  seperti  estimasi  anggaran  untuk  program  atau  kegiatan  pengelolaan  lingkungan,  program  konsultasi  publik  dan  pengaturan  kelembagaan  untuk  pelaksanaan  UKL-­‐UPL.  

(4) POKJA   PKP   menyerahkan   formulir   yang   telah   lengkap   kepada   Bapedalda   /  Badan   Kabupaten   Lingkungan   Hidup   Daerah   (BLHD)/Badan   Lingkungan   Hidup  (BLH)  /  Kantor  Lingkungan  hidup  setempat  untuk  ditinjau/evaluasi.  

(5) Bapedalda/Badan   Kabupaten   Lingkungan   Hidup   Daerah   (BLHD)/Badan  Lingkungan   Hidup   (BLH)   /   Kantor   Lingkungan   hidup   setempat   menerbitkan  persetujuan  terhadap  UKL-­‐UPL  yang  diajukan.  

(6) POKJA   PKP   menyerahkan   salinan   final   UKL-­‐UPL   Walikota/Bupati   melalui  Bapedalda/Badan   Kabupaten   Lingkungan   Hidup   Daerah   (BLHD)/Badan  Lingkungan  Hidup  (BLH)  /Kantor  Lingkungan  hidup  setempat.  Dalam  dokumen  UKL-­‐UPL   ini   POKJA   PKP   menyertakan   surat   pernyataan   untuk   menjamin  pelaksanaan   UKL-­‐UPL.   Surat   pernyataan   tersebut   harus   ditandatangani   oleh  POKJA  PKP.  Format  untuk  surat  pernyataan  disajikan  pada  Lampiran  14  :  Surat  Pernyataan  Pelaksanaan  UKL-­‐UPL.  

(7) POKJA  PKP  mengimplementasikan  UKL-­‐UPL.  

(8) POKJA  PKP  melaporkan  pelaksanaan  UKL-­‐UPL  setiap  6  bulan  kepada  BLHD  dan  Walikota/Bupati.  

b. Prosedur  Penyusunan  SPPL/SOP.  (1) POKJA   PKP   berkoordinasi   dengan   Dinas   terkait   untuk   menggunakan/  

mempersiapkan  SPPL  untuk  Kegiatan  Proyek  di  sub-­‐sektor  tertentu.  

(2) POKJA   PKP   menyiapkan   Surat   Kesanggupan   Pengelolaan   dan   Pemantauan  Lingkungan   Hidup   (SPPL)   untuk     Kegiatan,   seperti   format   disajikan   pada  Lampiran  15.  

Page 38: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

26   Petunjuk  Pelaksanaan  Pengelolaan  Lingkungan  dan  Dampak  Sosial  –  Program  KOTAKU  

(3) POKJA  PKP  melaksanakan  berbagai  upaya  mitigasi  lingkungan  dengan  mengacu  pada   SOP   untuk   setiap   sub-­‐sektor.   Daftar   lengkap   mengenai   pedoman,  panduan  atau  SOP  tercantum  didalam  lampiran  18.  

2.    Penyusunan  Instrumen  Pengamanan  Benda  Cagar  Budaya  

a. POKJA   PKP   mengembangkan   rencana   pengelolaan   BCB   dan   KCB   yang   mencakup  langkah-­‐langkah  untuk  menghindari  atau  mengurangi  dampak-­‐dampak  pada  Cagar  Budaya,   penguatan   kapasitas   kelembagaan,   dan   sistem   monitoring   yang  dimasukkan  kedalam  perencanaan  Kumuh  Kota  (seperti  RP2KP-­‐KP);  

b. Langkah  Mitigasi  dilakukan  pada  saat  penyaringan  kegiatan  proyek  teridentifikasi  di  dalam  perencanaan  Renta  (Rencana  Tahunan)  berada  di   lokasi  BCB  dan  atau  KCB,  sebagai  berikut  

(1) Pengumpulan   data   informasi   mengenai   BCB   dan   KCB   dari   masyarakat   dan  Dinas  terkait  

(2) Survey   Status   BCB   dan   atau   KCB   apakah   sudah   ditetapkan   sebagai   cagar  budaya  melalui  Perda  atau  belum.  

(3) Survey  keadaan  fisik  apakah  pada  kondisi  terlindungi  atau  terabaikan  

(4) Survey  sumber  daya  dan  kondisi  sosial  masyarakat  di  sekitar  BCB/KCB  

(5) Analisis   data   informasi   yang   ada   sebagai   masukan   dalam   penyusunan  Perencanaan   Kumuh   Kota   (RP2KP-­‐KP)   dan   Rencana   Penataan   Lingkungan  Permukiman   di   masyarakat   (RPLP/RTPLP).   Format   sederhana   pengumpulan  data  informasi  BCB  dan  atau  KCB  seperti  dibawah  ini  :  

Tabel  5.  Data  Informasi  BCB  dan  KCB  

No.  Nama  

BCB/KCB  Lokasi  

Kepemilikan  Penetapan  BCB/KCB  

Perlindungan   Masyarakat  sekitar  BCB/KCB  

Analisis  &  data  BCB/KCB  yang  

ada  Perorangan  Badan  Hukum  

Perda/  Lainnya  

Tidak  ada  

Terlindungi  Terabaikan  

                                                                                                             

 3. Penyusunan  Instrumen  Pengelolaan  Risiko  Bencana  (PRB)  

Semua   perencanaan   kegiatan   di   bawah   Program   KOTAKU     memerlukan   penilaian   risiko  bencana.   Tindakan   untuk   PRB   yang   paling   efektif   jika   terintegrasi   dengan   program  penanggulangan   bencana   yang   ada   di   kota.   Pengarusutamaan   PRB   kedalam   perencanaan  kegiatan   Program   KOTAKU     merupakan   persyaratan   penting   untuk   program   pengelolaan  risiko  bencana  yang  efektif  dan  berkelanjutan.  

Page 39: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

Petunjuk  Pelaksanaan  Pengelolaan  Lingkungan  dan  Dampak  Sosial  –  Program  KOTAKU   27  

a. POKJA   PKP   melakukan   kajian   penilaian   tingkat   risiko   bencana1   dilakukan   dengan  berpedoman  kepada  Perka  BNPB  No.  2  Tahun  2012  untuk  tingkat  kota  dan  Petunjuk  Teknis  PRBBK  PNPM  Perkotaan  untuk  kegiatan  tingkat  masyarakat.  

           

b. Komponen   kajian   meliputi     potensi   ancaman,   kerentanan   dan   kapasitas   yang  terdapat  atau  terdampak  pada  diwilayah  perencanaan  kota.  

c. Jika  teridentifikasi  terdapat  risiko  bencana  tinggi  dan  kemungkinan  terjadinya    tinggi,  maka  perlu  penyusunan  Rencana  Kontinjensi  (Renkon)  atau  SOP  untuk  penanganan  risiko  dan  pelaksanaan  simulasi.  Penyusunan  Renkon  dapat  merujuk  ke  Perka  BNPB  No.   24   tahun   2010,   Pedoman   Teknis   PRBBK   PNPM   Perkotaan   (untuk   tingkat  masyarakat),   dan   berkolaborasi   dengan   Badan   Penanggulangan   Bencana   Daerah  (BPBD).  

d. Upaya  pengurangan  risiko  bencana  adalah  kegiatan  yang  difungsikan  untuk  :  

• Mencegah  atau  memperkecil  ancaman  kawasan  

• Mengurangi  kerentanan  kawasan  terancam  

• Meningkatkan  kapasitas  kawasan  yang  terancam  

e. Memetakan  tingkat  risiko  bencana  dalam  peta  risiko  bencana  kawasan.  

f. Menyusun   skenario   mitigasi   atau   pengurangan   risiko   bencana.   Contoh   Format  instrumen  pengelolaan  risiko  bencana  terdapat  pada  lampiran  5.  

 

2. Penyusunan    Instrumen  Pengelolaan  Dampak  Sosial    

1.       Pengadaan  Tanah  dan  Pemukiman  Kembali  

Penyaringan   atau   identifikasi   awal   mengenai   potensi   dan   besaran   dampak   sosial,   baik  negatif  maupun  positif  akibat  dari  pengadaan  tanah  dan  permukiman  kembali,  maka  POKJA  PKP   dan   Tim  Korkot  menyusun   perencanaan     pengadaan   tanah   yang   terkait,   seperti   pada  tabel.  3  diatas.  

Prosedur  Pengadaan  Tanah  dan  Permukiman  Kembali  :  

a. POKJA   PKP   wajib  melaporkan   kepada   Bappeda   tentang   hasil   proses   penyaringan  untuk  mengidentifikasi  potensi  dampak  dari  kegiatan  proyek  dan  pengadaan  tanah  dan  permukiman/  relokasi  WTP  yang  digunakan.  

1) BNPB/BPBD   sudah  menetapkan   kota/kabupaten   yang  memiliki   risiko   bencana   pada   dokumen   IRBI  

(Indeks  Risiko  Bencana  Indonesia).    

Risiko    =  Ancaman  x  Kerentanan  

Kapasitas  

Page 40: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

28   Petunjuk  Pelaksanaan  Pengelolaan  Lingkungan  dan  Dampak  Sosial  –  Program  KOTAKU  

b. POKJA   PKP   menyusun   instrumen   pengadaan   tanah   dan   pemukiman   kembali/  relokasi   WTP.   Alternatif   untuk   pembebasan   lahan   dan   instrumen   pemukiman   /  relokasi   yang   akan   digunakan   didasarkan   pada   potensi   dampak   ditetapkan  berdasarkan  kriteria  dalam  tabel  3  diatas,  sebagai  berikut:  

- LARAP  Komprehensif,    disajikan  pada  Lampiran  19.  - LARAF  Sederhana,  disajikan  pada  Lampiran  20.  

- Jika   pemilik   tanah   secara   sukarela   dengan   Surat   Pernyataan   Sumbangan  Tanah,   Surat   Pernyataan   Izin   Pakai   Tanah,   atau   Surat   Pernyataan   Izin   Tanah  Dilewati  disajikan  pada  Lampiran  6,  7  dan  lampiran  8.  

- Pengadaan  tanah  melalui  konsolidasi  tanah  disajikan  pada  Lampiran  24  

c. Prosedur   Penyusunan   LARAP   Komprehensif   dan   LARAP   Sederhana     dapat   dilihat  pada  Lampiran  19  dan  20.  

d. Pengadaan  tanah  berdasarkan  dokumen  LARAP,  dilaksanakan  berdasarkan  Perpres  40   Tahun   2014   pengadaan   tanah   untuk   Kepentingan   Umum   yang   luasnya   tidak  lebih   dari   5   Ha,   dapat   dilakukan   langsung   oleh   Instansi   yang   memerlukan   tanah  dengan  para  pemegang  hak  atas  tanah,  dengan  cara   jual  beli  atau  tukar  menukar  atau   cara   lain   yang   disepakati   kedua   belah   pihak.   Format   Berita   Acara   Negosiasi  dapat  dilihat  pada  Lampiran  11;    

 2. Konsolidasi  Tanah  (Land  Consolidation/LC)  

Konsolidasi   tanah   adalah   kebijaksanaan   pertanahan   mengenai   penataan   kembali  penguasaan   dan   penggunaan   tanah   serta   usaha   pengadaan   tanah   untuk   kepentingan  pembangunan  dalam  meningkatkan  kualitas  lingkungan  dan  pemeliharaan  sumber  daya  alam   dengan   melibatkan   partisipasi   aktif   masyarakat   (Peraturan   Ka.   BPN   No.4   Tahun  1991).  Kegiatan   konsolidasi   tanah   bertujuan   untuk   mencapai   pemanfaatan   tanah   secara  optimal   melalui   peningkatkan   efisiensi   dan   produktifitas   penggunaan   tanah.  Sedangkan  sasaran  yang  ingin  dicapai  adalah  terwujudnya  suatu  tatanan  penguasaan  dan   penggunaan   tanah   yang   tertib   dan   teratur   dan   dilengkapi   dengan   prasarana-­‐sarana   lingkungan.   Proses   konsolidasi   tanah   dilaksanakan   oleh   POKJA   PKP   dengan  berkordinasi  dengan  Kantor  BPN:  

a. Melakukan   penyaringan   atau   identifkasi   awal   mengenai   potensi   lokasi   LC  sesuai   dengan   RTRW,   penjajakan   minat   awal   masyarakat,   dukungan   dari  pemerintah  daerah  dan  para  pihak  terkait.    

b. Melakukan   bimbingan   masyarakat   untuk   mendorong   masyarakat   berperan  aktif   dalam   organisasi/   tim   kerja   yang   akan   dibentuk   dalam   pelaksanaan  Konsolidasi   Tanah,   mendorong   terbentuknya   organisasi   peserta   berikut  tugas,   fungsi,   hak   dan   kewajiban   serta   tanggung   jawab   dengan   susunan  

Page 41: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

Petunjuk  Pelaksanaan  Pengelolaan  Lingkungan  dan  Dampak  Sosial  –  Program  KOTAKU   29  

pengurus.   Selain   itu   melakukan   pendampingan   terhadap   para   peserta  Konsolidasi  Tanah.  

c. Melakukan  penjajakan  kesepakatan  agar  lokasi  terpilih  yang  akan  ditata  telah  disepakati   para   peserta   Konsolidasi   Tanah,   lokasi   terpilih   sesuai   RTRW,  diperoleh  gambaran  lokasi  secara  umum  dan  Rencana  Pembangunan  Daerah  pada   lokasi   terpilih,   calon   peserta   Konsolidasi   Tanah   menyatakan   bersedia  memberikan  Sumbangan  Tanah  Untuk  Pembangunan  (STUP).  

d. Melakukan   pengukuran/pemetaan   tanah   dan   menyusun   perencanaan    konsolidasi  tanah  (rencana  blok,  rencana  peruntukan  tanah,  rencana  jaringan  infrastruktur  dan  fasilitas  pendukung  lainnya).  

e. Melakukan   sosialisasi   dan   musyawarah   untuk   menyakinkan   kepada   para  peserta   Konsolidasi   Tanah   bahwa   telah   diadakan   penetapan   kavling   baru  dengan  luas  dikurangi  untuk  STUP  

f. Memfasilitasi  pelepasan  hak  atas  tanah  dan  penerbitan  sertifikat  tanah.  

 

Langkah-­‐langkah   atau   tahapan   pelaksanaan   konsolidasi   tanah   dapat   diringkas  seperti   pada   diagram  dibawah   ini   dan   penjelasan   rinci   terdapat   pada   lampiran  21.  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 42: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

30   Petunjuk  Pelaksanaan  Pengelolaan  Lingkungan  dan  Dampak  Sosial  –  Program  KOTAKU  

Gambar  3.  Diagram  Tahapan  Pelaksanaan  Konsolidasi  Tanah  

 

 3. Rencana  Kegiatan  Masyarakat  Hukum  Adat  (RK-­‐MHA)  

a. POKJA   PKP   melakukan   penyaringan   atau   identifikasi   awal   mengenai   potensi   dan  besaran  dampak  Kegiatan  terhadap  MHA.  Lampiran  24  menyediakan  informasi  awal  

Page 43: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

Petunjuk  Pelaksanaan  Pengelolaan  Lingkungan  dan  Dampak  Sosial  –  Program  KOTAKU   31  

tentang  keberadaan  MHA.  Berdasarkan  konsep  RK  serta  kajian  cepat  di  calon  lokasi  Kegiatan.  

b. POKJA   PKP   melakukan   identifikasi   mendalam   dan   verifikasi   lanjutan   tentang  keberadaan   MHA   di   calon   lokasi   kegiatan   dan   pengkategorian   potensi   dampak  Kegiatan  terhadap  MHA  berdasarkan  pada  kriteria  Tabel  4.  diatas.  

c. POKJA  PKP  menyampaikan  kepada  Bappeda,  tentang  hasil  pengkategorian  kegiatan  berdasarkan   potensi   dampak,   serta   informasi   instrumen   penanganan   MHA   yang  akan  digunakan.    

d. POKJA   PKP   menyusun   instrumen   penanganan   MHA   untuk   mengatasi   dampak  Kegiatan,  dengan  berkonsultasi  dengan  komunitas  MHA  yang  terdampak.  Alternatif  instrumen   penanganan  MA   yang   akan   digunakan   bergantung   pada   seberapa   jauh  komunitas  MHA  akan  terlibat  atau  akan  terkena  dampak  dari  kegiatan:  

(1) Tipe   I,   usulan   Kegiatan   berpotensi   memberikan   dampak,   baik   positif   maupun  negatif  kepada  MHA,   terkait  dengan   tempat   tinggalnya,  mata  pencahariannya,  ataupun   struktur   kelembagaannya.   Pengelola   Kegiatan   perlu   menyusun  Rencana   Masyarakat   Hukum   Adat,   yang   isinya   memuat   upaya-­‐upaya   mitigasi  dampak   negatif   atau   upaya-­‐upaya   untuk   meningkatkan   dampak   positif.   Lihat  Lampiran  22;    

(2) Tipe   II,   usulan   Kegiatan   ditujukan   untuk   MHA   sebagai   penerima   manfaat,  sehingga  tidak  diperlukan  penyusunan  RKP-­‐MHA,  namun  berbagai  aspirasi  dan  kebutuhan  MHA  harus  dimasukkan  di  dalam  desain  Kegiatan.  

e. Secara   singkat,   prinsip   dan   tahapan   penyusunan   Rencana   MHA   adalah   sebagai  berikut:    

(1) Penunjukan  Fasilitator.   POKJA  PKP  menunjuk   fasilitator   (beberapa  orang  atau  suatu   tim)   untuk   melaksanakan   survey,   kajian   sosial,   inventarisasi   dan  konsultasi   publik.   MHA   seringkali   menggunakan   bahasa   dan   budaya   tertentu  untuk  berkomunikasi,  oleh  karena  itu  maka  fasilitator  yang  ditunjuk  memahami  kebiasaan  budaya  MHA,  dan  dapat  menggunakan  bahasa  yang  digunakan  oleh  MHA.   Fasilitator   ini   dapat   berasal   dari   LSM   setempat,   pemerhati   MHA,   atau  pihak-­‐pihak  yang  pernah  bekerja  bersama  MHA  dalam  proyek  lainnya;    

(2) Sosialisasi  kepada  Masyarakat  Hukum  Adat.  POKJA  PKP  melakukan  konsultasi  dengan  MA   dan  mendiseminasikan   informasi   kepada  MHA   dengan   difasilitasi  oleh   fasilitator   dalam   cara-­‐cara   sesuai   dengan   kebiasaan   budaya   MHA   dan  menggunakan   bahasa   MHA.   Menyampaikan   informasi   antara   lain:   rancangan  kegiatan,  dampak  yang  mungkin  timbul  akibat  kegiatan,  upaya  alternatif  untuk  meminimalisasi  dampak  dan  berdiskusi  dengan  MA  dalam  menyusun  Rencana  MHA.   Ada   kemungkinan   bahwa   kegiatan   konsultasi   dan   sosialisasi   ini  dilaksanakan  berulang  kali;    

Page 44: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

32   Petunjuk  Pelaksanaan  Pengelolaan  Lingkungan  dan  Dampak  Sosial  –  Program  KOTAKU  

(3) Kajian   Sosial   Ekonomi.   POKJA   PKP   dengan   dibantu   oleh   fasilitator   dapat  memulai  melakukan  kajian  sosial  (social  assesment)  dalam  rangka  memperoleh  informasi   dasar   tentang   MHA,   termasuk:   jumlah   populasi,   karakteristik  kehidupan,  mata   pencaharian,   budaya,   keterikatan   kepada   habitat   alami   juga  dengan   kelompok   MHA   lainnya;   menilai   dampak   yang   merugikan   dan  memperkirakan  manfaat  yang  didapat  dari  Kegiatan    sesuai  dengan  kebudayaan  mereka;  mendapatkan   informasi   lainnya   untuk  memahami   jenis,   cakupan  dan  besaran  dampak  yang  mungkin  ditimbulkan  oleh  Kegiatan.  Contoh  Format  studi  analisis   dampak   dan   kajian   sosial   terhadap  MHA   dapat   dilihat   pada   Lampiran  21;    

(4) Konsultasi   dengan  MHA.   POKJA   PKP   yang   dibantu   oleh   fasilitator,  melakukan  konsultasi   dengan   MHA   untuk   mengidentifikasi   berbagai   alternatif   rencana  mitigasi   dampak,   untuk   menyiapkan   Rencana   MHA,   dan   untuk   mendapatkan  dukungan  yang  luas  terhadap  kegiatan  dan  Rencana  MHA  dari  komunitas  MHA.  Penyesuaian  rancangan  ini  dilakukan  berdasarkan  konsultasi  dengan  MHA,  yang  difasilitasi   oleh   fasilitator.   Format   Berita   Acara   Konsultasi   dengan  MHA   dapat  dilihat  pada  Lampiran  9;    

(5) Publikasi   Draft   Rancangan   Kegiatan.   Konsep   rancangan   kegiatan,   yang   sudah  mengakomodasi  kebutuhan  MA  kemudian  diinformasikan  kembali  kepada  MHA  untuk   mendapatkan   tanggapan,   untuk   selanjutnya   dapat   memperbaiki   lagi  konsep   rancangan   Kegiatan   serta   untuk   mengkonfirmasikan   dukungan   penuh  dari  MHA.  MHA  dan  masyarakat  lainnya  yang  tertarik  dalam  penanganan  MHA  harus   diberikan   kesempatan   untuk   mengajukan   keberatan   atau   masukan  terhadap   Konsep   Rancangan   Kegiatan   tersebut   dalam   pertemuan   terpisah,  dengan  difasilitasi  oleh  fasilitator.  POKJA  PKP   juga  dapat  melakukan  konsultasi  publik   mengenai   Konsep   Rancangan   Kegiatan   dengan   masyarakat   pemerhati  MHA  dalam  bentuk  lokakarya,  diskusi  atau  seminar;    

(6) Finalisasi   Rancangan   Kegiatan.     Kegiatan   yang   sudah   memasukkan  rekomendasi   yang   diberikan   oleh  MHA   dan   kelompok  masyarakat   pendukung  lainnya;  

(7) Penyusunan  Dokumen  Rencana  Kegiatan  MHA.   Seluruh  proses  dari   tahap   (1)  sampai   dengan   (6)   yang  dilakukan  oleh  POKJA  PKP  dan  Tim  Korkot  menyusun  dalam   bentuk   Rencana  MHA   yang   lengkap   dan   disampaikan   kepada   Bappeda  untukpersetujuan,   disertai   dengan   seluruh   dokumentasinya.   POKJA   PKP   harus  melaporkan  berbagai  penyesuaian  terhadap  pelaksanaan  RKP-­‐MHA  yangterjadi  di  lapangan;  

(8) Pengesahan   dan   Penganggaran.   Dokumen   Rencana   MHA   harus   diajukan  kepada   Bappeda   untuk   mendapatkan   persetujuan.   Seluruh   pembiayaan   yang  terkait  dengan  penyusunan  dan  pelaksanaan  Rencana  MA  berasal  dari  APBD.    

Page 45: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

Petunjuk  Pelaksanaan  Pengelolaan  Lingkungan  dan  Dampak  Sosial  –  Program  KOTAKU   33  

(9) Pemukiman   kembali   untuk   MHA   harus   dihindari.   Jika   tidak   dapat   dihindari,  maka   harus  menyiapkan   Rencana   Pengadaan   Tanah   dan   Pemukiman   Kembali    (LARAP)   untuk   merelokasi   komunitas   MHA   atau   asset   atau   sumber   mata  pencahariannya.   Keputusan   untuk   melakukan   pemukiman   kembali   atau   tidak  harus   ditentukan   oleh   komunitas  MHA   berdasarkan   konsultasi/rembug   untuk  mendapatkan  dukungan  penuh  dari  MHA  yang   terkena  dampak.   LARAP  untuk  komunitas  MA   disiapkan   berdasarkan   kesepakatan   konsultasi/rembug   dengan  MA   dan   mendapatkan   dukungan   penuh   dari   MHA.   Untuk   Kegiatan   yang    termasuk   dalam   Tipe   II   (lihat   Tabel   4.),   hasil   kesepakatan   dengan  MHA   harus  dicantumkan  di  dalam  Rencana  Kegiatan  MHA;  

Secara   ringkas,   proses   penyusunan   dokumen   LARAF   Komprehensif   dan   LARAF  Sederhana,  RK-­‐MHA  disajikan  dalam  Diagram  3.  dibawah  ini.  

Page 46: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

34   Petunjuk  Pelaksanaan  Pengelolaan  Lingkungan  dan  Dampak  Sosial  –  Program  KOTAKU  

Gambar  4:  Diagram  Proses  Penyusunan  dokumen    LARAP  Konfrehensif,    LARAP  Sederhana  dan  RK-­‐MHA  

 

Page 47: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

Petunjuk  Pelaksanaan  Pengelolaan  Lingkungan  dan  Dampak  Sosial  –  Program  KOTAKU   35  

3.  4     TAHAP  PELAKSANAAN  KONSTRUKSI  

3.4.1       Pengelolaan  Lingkungan  

Seluruh   proses   penyusunan   kajian   lingkungan   harus   diselesaikan   sebelum   Pengelola  Kegiatan   (Satker/PPK   Program   KOTAKU   )  menandatangani   perjanjian   kontrak   pelaksanaan  konstruksi.  Rekomendasi  pengelolaan  dan  pemantauan   lingkungan  merupakan  bagian  dari  kontrak   Kegiatan   yang   harus   ditandatangani   oleh   Pengelola   Kegiatan   dan   kontraktor   dan  disupervisi  oleh  konsultan  supervisi.  Kontraktor  perlu  membuat  Rencana  Kerja  Pengelolaan  dan   Pemantauan   Lingkungan   (RKPPL)   untuk   disetujui   oleh   Satker/PPK   program   KOTAKU    Pekerjaan   pada   saat   PCM   (Pre   Construction   Meeting)   untuk   kemudian   diawasi  pelaksanaannya   oleh   Konsultan   Supervisi   dan   menjadi   bagian   dari   seritifikat   penagihan  setiap   bulannya   oleh   Kontraktor.   Perjanjian   kontrak   dengan   kontraktor   dan   konsultan  pengawas  harus  memuat  pasal/klausal,  seperti:  

1.    Persyaratan  pengamanan  Lingkungan;  2.    Sanksi;  3.   Jaminan.  

Contoh   perjanjian   tersebut   dapat   dilihat   pada   box   Gbr   4.   Daftar   aturan   lingkungan   yang  dapat  diacu  dalam  perjanjian  kontrak  dapat  dilihat  dalam   lampiran  18,  misalnya  adalah   (i)  Petunjuk   Praktis   Pengelolaan   Hidup   Bidang   Jalan   No.   01/P/BM/2014   tentang   pengelolaan  dan  pemantauan   lingkungan  pada   saat   konstruksi.   Petunjuk  Praktis   tersebut   juga  memuat  petunjuk   pengelolaan   lingkungan   saat   konstruksi   base   camp,   stockpile,   pengambilan  material   di   quarry   dan   penanganan   limbah.   (ii)   Pedoman   Sistem   Pengelolaan   Air   Minum  sederhana  (iii)  Pelaksanaan  Dana  Alokasi  Khusus  Sanitasi  Lingkungan  Berbasis  Masyarakat  

Gambar  5:  Contoh  Kontrak  berkaitan  dengan  Pengamanan  Lingkungan  

 

Persyaratan  Pengamanan  Lingkungan:  Pihak  kedua  telah  memahami  dengan  jelas  dan  harus  mengikuti  rekomendasi  dari  dokumen  UKL-­‐UPL  dan  hasil  studi  lingkungan  .........  sebagaimana  ditentukan  dalam  dokumen  ......  halaman  ......  Dalam  melakukan   pekerjaan   konstruksi,   pihak   kedua   harus   selalu   mengikuti   pedoman   untuk   perlindungan   lingkungan,  sebagaimana  ditentukan  dalam  dokumen  ............  

Sanksi:  Bila  Pihak  kedua  melakukan  penyimpangan  dari  rekomendasi  yang  disebutkan  pada  persyaratan  lingkungan  dalam  kontrak   ini   maka   pihak   kedua   harus   melakukan   perbaikan   dengan   dana   sendiri   dan   membayar   ganti   rugi   kepada  masyarakat  yang  terkena  dampak  seperti  tercantum  dalam  butir-­‐butir  dibawah  ini  :  

 (1)  ....  

(2)  ....    Sanksi  :  Pihak  kedua  harus  menjamin  bahwa  pelaksanaan  konstruksi  sudah  mengikuti  aturan  lingkungan  yang  tertera  pada  dokumen-­‐dokumen  berikut  :  

(1)  .....  

(2)  .....  

Pihak   kedua   harus  menjamin   bahwa   dalam   pra-­‐konstruksi   dan   konstruksi   tahap,   tidak   akan   ada   dampak   negatif   akibat  kerja  yang  dilakukan  oleh  pihak  kedua,   sebagaimana  diatur  oleh  dokumen   ........Jika  dampak  negatif   terjadi,  maka  pihak  kedua  harus  mengambil  langkah-­‐langkah,  yang  diperlukan  dan  disetujui  oleh  pihak  pertama,  dengan  biaya  sendiri.  

Page 48: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

36   Petunjuk  Pelaksanaan  Pengelolaan  Lingkungan  dan  Dampak  Sosial  –  Program  KOTAKU  

3.4.2     Pengelolaan  Kayu  

Beberapa  hal  penting  yang  menyangkut  Pengelolaan  Perkayuan  antara  lain:  

a. Pemakaian   kayu   3m3     atau   lebih   untuk   satu   kegiatan   usulan   wajib   dengan  melampirkan  bukti  sahnya  kayu,  seperti  FAKO,  SKSHH  atau  dokumen  sejenis;  

b. Photocopy   bukti   sahnya   kayu   dilampirkan   pada   laporan   pertanggungjawaban  keuangan  setiap  kelompok  penerima  bantuan  yang  membeli  kayu.  

c. POKJA  PKP/Pengelola   kegiatan  wajib  memeriksa   ada   tidaknya  bukti   sahnya   kayu  ini  pada  setiap  supervisi  ke  lapangan.  

d. Koordinator   kota   wajib   memeriksa   bahwa   dokumen   bukti   sahnya   kayu   yang  dilampirkan  berasal  dari  supplier/toko  yang  tercantum  dalam  kuitansi  pembelian.    

e. Apabila  kayu  yang  digunakan  tidak  memiliki  dokumen  yang  sah  (ilegal)  maka  akan  dikenakan   sanksi   pemberhentian   sementara   proses   pelaksanan   kegiatan   sampai  ada  penyelesaian  penggunaan  kayu  yang  ilegal.  

f. Pengadaan   kayu   yang   bukan   berasal   dari   pembelian,   misalnya   kayu   bekas  bangunan   lama   tetapi   masih   layak   pakai   (kuat)   atau   kayu   lokal   maka  pengaturannya  adalah  sebagai  berikut  :  

- Kayu   bekas   bangunan   lama   yang  masih   layak   pakai,   boleh   digunakan   dengan  rekomendasi  dari    POKJA  atau  Tim  Korkot.  

- Kayu   lokal   seperti   jati   rakyat,   sonokeling,   akasia,   mahoni,   suren/surian,  nangka  dan  durian  dapat  digunakan  tetapi  dilengkapi  dengan  Surat  Ijin  Tebang  dari  aparat  Kelurahan/Desa  setempat  dimana  pohon  tersebut  berasal.  

 

3.4.3     Pengadaan  Tanah  dan  Pemukiman  Kembali  

Mengikuti   persyaratan   di   bawah   perlu   diperhatikan   oleh   POKJA   PKP   dalam   pelaksanaan  LARAP   Komprehensif   atau   LARAP   Sederhana   pada   tahap   pelaksanaan   konstruksi   dan  pelaksanaan  konstruksi  :  

a. Seluruh   proses   pengadaan   tanah   dan   pemukiman   kembali   harus   diselesaikan  sebelum   pengelola   Kegiatan   melakukan   kontrak   konstruksi.   Pelaksanaan  pengadaan   tanah,   termasuk   relokasi   (jika   diperlukan)   serta   pemberian  kompensasi   harus   diselesaikan   sesuai   dengan   hasil   kesepakatan   dan   hasil  kesepakatan  tersebut  diumumkan  secara  luas;    

b. Desain   Teknis   Kegiatan   serta   pelaksanaan   pekerjaan   konstruksi   harus   sesuai  dengan   batas-­‐batas   tanah   dan   mengakomodasi   berbagai   upaya   yang   telah  disepakati   sebagaimana   direkomendasikan   di   dalam   LARAP   Komprehensif   atau  LARAP  Sederhana;    

c. Pemerintah  Kabupaten/Kota  melakukan   koordinasi   untuk  perencanaan  program  dan/atau   kegiatan   mitigasi,   sebagaimana   direkomendasikan   di   dalam   LARAP  Komprehensif   atau   LARAP   Sederhana,   misalnya:   program/kegiatan   pemulihan  

Page 49: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

Petunjuk  Pelaksanaan  Pengelolaan  Lingkungan  dan  Dampak  Sosial  –  Program  KOTAKU   37  

penghidupan  WTP  yang   terganggu  akibat   adanya  Kegiatan.  Bappeda  membantu  Pengelola   Kegiatan  untuk  mengkoordinasikan  pelaksanaan   LARAP  Komprehensif  atau   LARAP   Sederhana   dengan   instansi   terkait   termasuk   memastikan  dimasukkannya   kegiatan-­‐kegiatan   tersebut   ke   dalam   program-­‐program   instansi  terkait   tersebut   dan   anggaran   yang   cukup   disediakan   dalam   program-­‐program  instansi  terkait  tersebut;    

d. Tim   Pemantau   Program   KOTAKU     berkoordinasi   dengan   Bappeda   di   tingkat  Kabupaten/Kota   untuk   melakukan   pemantauan   terhadap   pelaksanaan   LARAP  sebagai  bagian  dari  keseluruhan  kegiatan  pemantauan  Kegiatan  Proyek.  Laporan  Pelaksanaan   Kegiatan   tentang   pelaksanaan   LARAP   harus   menjadi   bagian   dari  Laporan   Triwulanan   dan   Laporan   Akhir   mengenai   Pemantauan,   Evaluasi   dan  Pelaporan.  

 

3.4.4         Rencana  Kegiatan  Masyarakat  Hukum  Adat    

Aspek-­‐aspek   berikut   perlu   dipertimbangkan   oleh   Pengelola   Proyek   dalam   pelaksanaan  Rencana  Kegiatan  Masyarakat  Hukum  Adat  (RK-­‐MHA)  selama  tahap  perencanaan  teknis  dan  pelaksanaan  konstruksi  :  

a. Rencana  Masyarakat  Hukum  Adat   harus  menjadi   bagian   dari   perjanjian   kontrak  antara  kontraktor  dan  Pengelola  Proyek.  Rekomendasi  dari  Rencana  Masyarakat  Hukum   Adat   yang   mencerminkan   kesepakatan   bersama/rekomendasi   dari   RK-­‐MHA   harus   dimasukkan   dalam   desain   teknis   Kegiatan   Proyek   yang  mengakomodasi  kesepakatan-­‐kesepakatan  dengan  MHA.  

b. Selama   masa   konstruksi,   MHA   perlu   dilibatkan   untuk   memastikan   bahwa  kesepakatan  dan  rekomendasi  dari  RK-­‐MHA  dilaksanakan  secara  konsisten,  atau  jika   perlu   ada   perubahan,   langsung   dikonsultasikan   dengan   MHA   pada   saat  konstruksi.  

c. POKJA   PKP   dan   Tim   Korkot   berkoordinasi   dengan   Bappeda   di   tingkat  Kabupaten/Kota   dalam   melakukan   pemantauan   terhadap   kualitas   pelaksanaan  Rencana   Masyarakat   Hukum   Adat     sebagai   bagian   dari   kegiatan   pemantauan  keseluruhan  kegiatan  Program  KOTAKU    di  Kabupaten/Kota.  Laporan  pelaksanaan  Kegiatan   mengenai   pelaksanaan   Rencana   Masyarakat   Hukum   Adat     menjadi  bagian   dari   Laporan   Triwulanan   dan   Laporan   Akhir   mengenai   Pemantauan,  Evaluasi  dan  Pelaporan).    

 

   

Page 50: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

38   Petunjuk  Pelaksanaan  Pengelolaan  Lingkungan  dan  Dampak  Sosial  –  Program  KOTAKU  

TINGKAT  MASYARAKAT  (KELURAHAN/DESA)  

Tahapan   pelaksanaan   pengelolaan   pengamanan   lingkungan   dan   sosial   di   tingkat  Masyarakat   (Desa/Kelurahan)  mengikuti   tahapan  pelaksanaan  Program  KOTAKU    ditingkat  Masyarakat,  yaitu  Tahap  Persiapan,  Perencanaan  (melalui  penataan  lingkungan/  RPLP  atau  RTPLP),   pelaksanaan   dan   keberlanjutan.  Gambar   6.   dibawah   ini  menggambarkan   tahapan  pengelolaan  pengamanan  lingkungan  dan  sosial  di  tingkat  masyarakat  (Desa/kelurahan)  

 Gambar  6.  Pengamanan  Lingkungan  dan  Sosial  di  Tingkat  Kelurahan/Desa  

Aspek Lingkungan

AspekSosial

Daftar Negatif KOTAKU

Evaluasi Dampak Lingkungan*

SPPL/SOP

Potensi Dampak Sosial bagi MHAPengadaan Tanah

Potensi Dampak pada MHA

Rencana MHA

Kegiatan Proyek untuk MHA

Hibah Ijin dilalui atau ditempati

Surat Pernyataan Hibah

Surat Pernyataan Ijin

Surat Pernyataan Sewa

Detail Engineering Design (DED)

Pengajuan Dokumen Pengelolaan Dampak sosial dan Lingkungan

Penganggaran untuk Pelaksanaan konstruksi dan Rekomendasi Pengelolaan Dampak

Sosial dan Lingkungan

Integrasi SOP ke dalam Perjanjian Pelaksanaan Konstruksi

§ Pengadaan Tanah

§ Proses Administrasi Tanah

§ Integrasi Rekomendasi untuk Rencana MHA dalam Dokumen Perjanjian Pelaksanaan Konstruksi

§ Pelaksanaan Rencana MHA yang perlu dilakukan sebelum Konstruksi dimulai

Pelaksanaan SOP sesuai Perjanjian Pelaksanaan Konstruksi

Pelaksanaan Pengadaan Tanah dan Proses Administrasi Tanah

Konsultasi dengan MHA selama pelaksanaan Konstruksi

TAHAPAN PENGELOLAAN PENGAMANAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL TINGKAT MASYARAKAT

PE

NY

IAP

AN

D

OK

UM

EN

SK

RIN

ING

KE

GIA

TAN

PR

OY

EK

B

ER

DA

SA

RK

AN

PO

TEN

SI D

AM

PA

KP

EN

GA

JUA

N D

AN

P

EN

GA

NG

GA

RA

NP

RA

KO

NS

TRU

KS

IK

ON

STR

UK

SI

MO

NITO

RIN

G D

AN

EV

ALU

AS

I

KonsolidasiTanahSewa

Dokumen Konsolidasi Tanah

3.5          TAHAP  PERSIAPAN  

Seperti  halnya  pada  tingkat  kota,    tahapan  persiapan  adalah  tahapan  kegiatan    yang    paling  awal   dilakukan   pada   kegiatan   Program   KOTAKU     di   Tingkat  masyarakat   (Desa/kelurahan).  Dalam   tahapan   persiapan   yang   harus   dipastikan   terjadi   adalah;   Meningkatnya   kapasitas,  peran   dan   kontribusi   Pemerintah   Daerah,   Masyarakat   dan   pemangku   kepentingan  pembangunan  pembangunan  Desa/kelurahan.    

Pada  tahap  ini,  kegiatan  terkait  pengelolaan  pengamanan  lingkungan  dan  sosial,  adalah  :    

1. Mensosialisasikan   pentingnya   Pengelolaan   Pengamanan   Lingkungan   dan   Sosial  pada  kegiatan  Sosialisasi  Awal  Program  Tingkat  Desa/Kelurahan.  

2. Menumbuhkan   pemahaman   dan   keterampilan   tentang   Pengelolaan   Pengaman  Lingkungan  dan  Sosial  kepada  pelaku  di   tingkat  Desa/kelurahan  melalui  rangkaian  kegiatan  pelatihan  Program  KOTAKU  .  

 

Page 51: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

Petunjuk  Pelaksanaan  Pengelolaan  Lingkungan  dan  Dampak  Sosial  –  Program  KOTAKU   39  

3.  6   TAHAP  PERENCANAAN    

Pada   tahap  perencanaan  Program  KOTAKU    ditingkat  masyarakat  Desa/Kelurahan   (melalui  penataan   lingkungan,   seperti   RPLP/RTPLP),   kegiatan   pengelolaan   pengamanan   lingkungan  dan  sosial  yang  harus  dilakukan  BKM/TIPP  dan  KSM,  adalah  :  

a. Penyaringan  kategori  Kategori  kegiatan  Proyek  b. Penyiapan  Instrumen  atau  dokumen  c. Pengajuan  dan  Penganggaran    

 

3.6.1      PENYARINGAN  KATEGORI  UNTUK  KEGIATAN  PROYEK    

Pada   bagian   iniBKM/TIPP   atau   KSM  melakukan   prosespenyaringan   kategori   kegiatan   yang  diusulkan  layak  untuk  pendanaan  dari  Program  KOTAKU    adalah  :    

a.    Aspek  Lingkungan  

- Penyaringan   kegiatan   berdasarkan   potensi   dampak   lingkungan     yang  merugikan  secara  signifikan  dan  tidak  dapat  diubah;    

b.  Aspek  Sosial  

- Penyaringan    kegiatan  berdasarkan  potensi  Pengadaan  Tanah    

- Penyaringan  kegiatan  berdasarkan  potensi  dampak  sosial  bagi  Masyarakat  Hukum  Adat  

Hasil   dari   proses   penyaringan   tahap   ini   akan   menentukan   kelayakan   dan   instrument  pengelolaan  lingkungan  dan  dampak  sosial  yang  tepat  digunakan  untuk  setiap  kegiatan  yang  direncanakan   di   dalam   Perencanaan   Penataan   Lingkungan   ditingkat   Desa/Kelurahan  (RPLP/RTPLP)  dan  dilaksanakan  oleh  KSM  ditingkat  Desa/Kelurahan.  

ASPEK  LINGKUNGAN  

1. Penyaringan   kegiatan   berdasarkan   potensi   dampak   lingkungan   yang   merugikan  secara  signifikan  dan  tidak  dapat  diubah

Penyaringan   tahap   ini     dilakukan   untuk   menseleksi   rencana   kegiatan   ditingkat  kelurahan/desa   untuk  mendapatkan   pembiayaan   dari   Program   KOTAKU   ,   untuk   kegiatan  sebagai  berikut  :  

a. Program  KOTAKU    tidak  akan  membiayai  kegiatan  yang  masuk  dalam  daftar  negatif  Program  KOTAKU      

b. Program   KOTAKU     tidak   akan   membiayai   kegiatan   yang   memiliki   dampak  lingkungan   yang   signifikan,   sensitif   dan   tidak   dapat   dipulihkan,   sehingga   wajib  memerlukan  penyiapan  AMDAL.          

Page 52: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

40   Petunjuk  Pelaksanaan  Pengelolaan  Lingkungan  dan  Dampak  Sosial  –  Program  KOTAKU  

2. Penyaringan  Kegiatan  Berdasarkan  Batas  Fisik  

Proses  penyaringan  kegiatan  yang  memiliki  dampak  lingkungan  yang  signifikan  berdasarkan  batas  fisik,  karakteristik  teknis,  kapasitas,  luas  hektar  yang  terkena  dampak  mengacu  kepada  Peraturan  Menteri   Pekerjaan  Umum  No.10/PRT/M/2008,   seperti   contoh   yang  ditunjukkan  pada  Tabel  2  diatas  :    

a. Kegiatan   yang   menimbulkan   dampak   lingkungan   yang   tidak   signifikan   tetapi  memerlukan   penyiapan   UKL-­‐UPL   dapat   dilaksanakan   apabila   dokumen   UKL   UPL  sudah  disusun  dan  disetujui  oleh    dinas/lembaga  terkait.  

b.  Program   KOTAKU     akan  membiayai   kegiatan   yang   cukup  memerlukan   SOP/SPPL  dengan  kriteria  skala  besaran  dibawah  kegiatan  yang  membutuhkan  UKL-­‐UPL.    

3. Penyaringan  Kegiatan  berdasarkan  Potensi  Dampak  Lingkungan  

Tahap   ini   akan   menyaring   rencana   kegiatan   di   tingkat   kelurahan/desa   yang   berpotensi  menimbulkan  dampak  lingkungan  (daftar  periksa  seperti  pada    Lampiran2),  sebagai  berikut  :    

a. Kegiatan   yang   akan   dilakukan   didalam   kawasan   lindung,   berbatasan   dan/atau  melintasi   melalui   kawasan   lindung   dan   sensitif   sehingga   wajib   memiliki   AMDAL  (berdasarkan  berdasarkan  Pasal  3  Permen  LH  No.5  Tahun  201),dan    

b. Memiliki   dampak   lingkungan   yang   tidak   signifikan   dan   pengelolaannya   cukup  dengan  memerlukan  SOP/SPPL.  (mengacu  kepada  Pasal  2  Permen  LH  No.  5  Tahun  2012).

4. Penyaringan  Kegiatan  Berdasarkan  Dampak  terhadap  Benda  Cagar  Budaya  (BCB)  

Pada  tahap  ini  akan  menyaring  rencana  kegiatan  yang  akan  dilakukan  menimbulkan  dampak  pada  kawasan  cagar  budaya  atau  benda  cagar  budaya  :  

a. Pembangunan  di   kawasan   atau   pada   benda   cagar   budaya,  merupakan   salah   satu  daftar   negatif   yang   tidak   diperbolehkan   dalam   kegiatan   Program   KOTAKU   .   Di  dalam   kawasan   cagar   budaya   tidak   diperbolehkan   ada   kegiatan  pemukiman  baru  atau  perluasan  permukiman.    

b. Pembangunan   yang   bersinggungan   dengan   kawasan   atau   benda   cagar   budaya,  tetapi   tidak  menimbulkan  dampak  yang  siginfikan  terhadap  kawasan/benda  cagar  budaya   dan   dapat   diatasi   dengan   memerlukan   SOP/SPPL,   untuk   menghindari  dampak  dari  pada  kawasan  dan  benda  caar  budaya.  

 5. Penyaringan  Kegiatan  berdasarkan  Potensi  Risiko  Bencana  

Penyaringan  risiko  bencana  mengacu  kepada  data  dan  informasi  dari  BNPB/BPBD  setempat,  yaitu  :  

a. Kegiatan   yang   akan   dilakukan   didalam   kawasan/lokasi   rawan   dan  memiliki   risiko  bencana   tingkat   sedang   atau   tinggi,   maka   harus   melakukan   kajian   penilaian  

Page 53: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

Petunjuk  Pelaksanaan  Pengelolaan  Lingkungan  dan  Dampak  Sosial  –  Program  KOTAKU   41  

mendalam   merumuskan   skenario   penanggulangan   bencana,   seperti   pada  perencanaan  RPLP/RTPLP.  

b. Jika   teridentifikasi   tingkat   risiko   bencana   tinggi  maka   langkah-­‐langkah   yang   perlu  diambil  adalah  SOP/SPPL  untuk  memitigasi  risiko/bahaya.

Hasil   proses   penyaringan   dari   Aspek   Lingkungan   ini   akan   menentukan   pendekatan  pengelolaan   lingkungan   yang   akan   digunakan   di   tingkat   kelurahan/desa,   pada   masing-­‐masing  kegiatan,  adalah  :    

- Kegiatan   yang  memenuhi   syarat,   adalah   kegiatan   yang  membutuhkan   SPPL/SOP  untuk  mengurangi  potensi  dampak  lingkungan  kecil.  

               Contoh  format    SOP/SPPL  dapat  ditemukan  di  Lampiran  18.    

ASPEK  SOSIAL  

1. Penyaringan    Kategori    Kegiatan  berdasarkan  potensi  dampak  sosial    yang  diakibatkan  Pengadaan  Tanah    

Penyaringan   Kegiatan   berdasarkan   potensi   dampak   sosial   yang   diakibatkan   Pengadaan  Tanah   dilakukan   dengan  menggunakan   Format   inventarisasi   lahan   dan   aset   yang   terkena  dampak  yang  disajikan  pada  Lampiran  2  

Pengadaan   tanah   yang   memenuhi   syarat   untuk   kegiatan   Program   KOTAKU     ditingkat  kelurahan/desa    dapat  diperoleh  dengan  skema  pengadaan  tanah  melalui  :  

a. hibah  tanah    b. izin  pinjam/pakai    c. izin  dilewati,  (biasanya  untuk  penempatan  pipa)  

Seperti  ditunjukkan  dalam  Tabel  6  dibawah  ini.    

Tabel  6.    Pengadaan  Tanah  beserta  Instrumen  Pengadaan  Tanah  tingkat  Kelurahan/Desa  

Kegiatan  Pengadaan  

tanah  

Kebutuhan  Lahan  

Jumlah  Warga  Terkena  Proyek  

(WTP)/Pemilik  Tanah  

Instrumen  Penanganan  

 Acuan  

1. Sumbangan/  peminjaman  tanah  secara  sukarela  dari  pemilik  tanah    

-­‐ Hibah  atas  sebagian  hak  tanah  

-­‐-­‐-­‐   -­‐-­‐-­‐  

1.  Surat  pernyataan  Sumbangan  Tanah  

2.  Berita  Acara  konsultasi  denganWTP  

Lampiran  6    Lampiran  12  

-­‐ Izin  Pakai  Tanah  

-­‐-­‐-­‐   -­‐-­‐-­‐  

1.    Surat  Pernyataan  Izin  Pakai  Tanah  

2.    Berita  Acara  Konsultasi  denganWTP  

Lampiran  7    Lampiran  12  

- Izin   -­‐-­‐-­‐   -­‐-­‐-­‐   1.    Surat  Pernyataan  Izin   Lampiran  8  

Page 54: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

42   Petunjuk  Pelaksanaan  Pengelolaan  Lingkungan  dan  Dampak  Sosial  –  Program  KOTAKU  

Kegiatan  Pengadaan  

tanah  

Kebutuhan  Lahan  

Jumlah  Warga  Terkena  Proyek  

(WTP)/Pemilik  Tanah  

Instrumen  Penanganan  

 Acuan  

Dilewati   Tanah  Dilewati  2.    Berita  AcaraKonsultasi  denganWTP  

 Lampiran  12  

 2. Penyaringan  Kategori  untuk  Kegiatan  Proyek  berdasarkan  potensi  Dampak  Sosial  

Terhadap  Masyarakat  Hukum  Adat    

Penyaringan  berdasarkan  dampak  sosial   terhadap  Masyarakat  Hukum  Adat  yang  dilakukan  ditingkat   komunitas   (Desa/Kelurahan)  mengikuti   dan  menerapkan   pengelolaan   lingkungan  dan   dampak   sosial   yang   telah   disusun   pemrakarsa   ditingkat   kota   yaitu   Rencana   Kegiatan  Masyarakat  Hukum  Adat  (RK-­‐MHA).    

 3.6.2         PENYIAPAN  INSTRUMEN  ATAU  DOKUMEN  

1.     Penyusunan  Instrumen  Pengelolaan  Lingkungan  

1.1. Penyusunan  Surat    Pernyataan  Pengelolaan  Dampak  Lingkungan  (SPPL)  

Kegiatan  usulan  yang  akan  didanai  oleh  Program  KOTAKU    ditingkat  kelurahan/desa,  maka  pengelola  kegiatan  (BKM  dan  Lurah/Kepala  Desa)  harus  melakukan  hal  sebagai  berikut  :    

a. Berkoordinasi   dengan   POKJA   PKP/Dinas   terkait   penyiapan   SPPL   untuk  penyelenggaraan  kegiatan  pada  sub-­‐sektor  tertentu.  

b. Menyiapkan   Surat   Kesanggupan   Pengelolaan   dan   Pemantauan   Lingkungan  Hidup  (SPPL)  untuk    Kegiatan,  seperti  format  disajikan  pada  Lampiran  15.  

c. Melaksanakan   berbagai   upaya  mitigasi   lingkungan   dengan  mengacu   pada   SOP  pada  setiap  sub-­‐sektor.  Daftar  mengenai  panduan  atau  SOP  tercantum  didalam  lampiran  18.  

 

1.2. Pengelolaan  Kayu  

Pengelolaan   kayu   ditingkat  Masyarakat   adalah   sama   seperti   pengelolaan   kayu   ditingkat  Kota,  dengan  memperhatikan  beberapa  hal  penting  sebagai  berikut  :  

a. Pemakaian   kayu   3   m3     atau   lebih   untuk   satu   kegiatan   usulan   wajib   dengan  melampirkan   bukti   sahnya   kayu   FAKO   atau   SKSHH   (atau   dokumen   sejenis:  SAKO);  

b. Copy   SKSHH   dilampirkan   pada   laporan   pertanggungjawaban   keuangan   setiap  KSM  yang  membeli  kayu  

c. Koordinator  Kota  wajib  memeriksa  ada  tidaknya  SKSHH  ini  pada  setiap  supervisi  ke  lapangan.  

Page 55: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

Petunjuk  Pelaksanaan  Pengelolaan  Lingkungan  dan  Dampak  Sosial  –  Program  KOTAKU   43  

d. Koordinator   kota   wajib   memeriksa   bahwa   dokumen   SKSHH   yang   dilampirkan  berasal  dari  supplier/toko  yang  tercantum  dalam  kuitansi  pembelian.  

e. Apabila   kayu   yang   digunakan   tidak   memiliki   dokumen   yang   sah   (ilegal)   maka  akan   dikenakan   sanksi   pemberhentian   sementara   proses   pelaksanan   kegiatan  sampai  ada  penyelesaian  penggunaan  kayu  yang  ilegal.  

f. Pengadaan   kayu   yang   bukan   berasal   dari   pembelian,   misalnya   kayu   bekas  bangunan   lama   tetapi   masih   layak   pakai   (kuat)   atau   kayu   lokal   maka  pengaturannya  adalah  :  1. Kayu   bekas   bangunan   lama   yang   masih   layak   pakai,   boleh   digunakan  

dengan  rekomendasi  dari    POKJA  atau  Tim  Korkot.  2. Kayu   lokalseperti   jati   rakyat,   sonokeling,   akasia,   mahoni,   suren/surian,  

nangka   dan   durian   dapat   digunakan   tetapi   dilengkapi   dengan   Surat   Ijin  Tebang   dari   aparat   Kelurahan/Desa   setempat   dimana   pohon   tersebut  berasal.    

2.   Penyusunan    Instrumen  Pengelolaan  Dampak  Sosial    

2.1 Pengadaan  Tanah    

Penyaringan   atau   identifikasi   awal   mengenai   potensi   dan   besaran   dampak   sosial,   baik  negatif  maupun  positif   akibat   dari   pengadaan   tanah,  maka  BKM/TIPP  dan  KSM  menyusun  perencanaan  pengadaan  tanah  yang  terkait,  seperti  pada  tabel  3.  

Prosedur  Pengadaan  Tanah:  

a. BKM  wajib  melaporkan   kepada   POKJA   PKP   dan   Kordinator   Kota   tentang   hasil  proses   penyaringan   untuk   mengidentifikasi   potensi   dampak   dari   kegiatan  proyek  dan  pengadaan  tanah  yang  digunakan.  

b. BKM   dan   KSM   melengkapi   instrumen   pengadaan   tanah.   Alternatif   untuk  pengadaan   tanah   yang   akan   digunakan   didasarkan   pada   potensi   dampak  ditetapkan  berdasarkan  kriteria  dalam  tabel  3  diatas,  yaitu  :  

1. Surat  Pernyataan  Sumbangan  Tanah,  (Lampiran  6),  2. Surat  Pernyataan  Izin  Pakai  Tanah  (lampiran  7),  atau    3. Surat  Pernyataan  Izin  Tanah  Dilewati  lampiran    (lampiran  8)  

 2.2 Konsolidasi  Tanah  (Land  Consolidation/LC)  

Proses  konsolidasi  tanah  ditingkat  masyarakat  adalah  sama  dengan  proses  konsolidasi  tanah  ditingkat   kabupaten/Kota.   Konsolidasi   tanah   di   tingkat   masyarakat   dilaksanakan   secara  swadaya  yaitu  konsolidasi  tanah  dibiayai  sendiri  masyarakat  peserta  konsolidasi  tanah.      

Page 56: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

44   Petunjuk  Pelaksanaan  Pengelolaan  Lingkungan  dan  Dampak  Sosial  –  Program  KOTAKU  

Proses  pelaksanaan  konsolidasi  tanah  ditingkat  masyarakat  juga  didasarkan  pada  Peraturan  Ka.BPN  No.4  tahun  1991,  tentang  pelaksanaan  konsolidasi  tanah,  peserta  konsolidasi  tanah  harus  mengajukan  surat  permohonan  kepada  Kantor  BPN  Kabupaten/Kota.  

Langkah-­‐langkah  pelaksanaan  konsolidasi  tanah  lebih  rinci  dapat  diihat  pada  lampiran  21.  

 

2.3 Rencana  Masyarakat  Hukum  Adat  (RK-­‐MHA)  

Instrumen  untuk  Rencana  Kegiatan  Masyarakat  Hukum  Adat  (RK-­‐MHA)  ditingkat  masyarakat  adalah   menggunakan   instrumen   yang   sudah   di   buat   dan   ditetapkan   oleh   POKJA   PKP   di  tingkat  Kota.    

BKM  dan  tim  fasilitator,  memfasilitasi  dan  bersama-­‐sama  dengan  tim  POKJA  PKP/fasilitator  yang   ditunjuk   POKJA   PKP   untuk   melakukan   proses   penyusunan   RK-­‐MHA,   seperti   dalam  tahapan  dibawah  ini  :  

a.  Melakukan   konsultasi/rembug   dengan  MHA   dan  mendiseminasikan   informasi  kepada  MHA  dengan  difasilitasi   oleh   fasilitator   dalam   cara-­‐cara   sesuai   dengan  kebiasaan  budaya  MHA  dan  menggunakan  bahasa  MHA.    

b. Membantu  POKJA  PKP  dalam  melakukan  kajian  sosial  (social  assessment)  dalam  rangka  memperoleh   informasi  dasar   tentang  MHA,   termasuk:   jumlah  populasi,  karakteristik  kehidupan,  mata  pencaharian,  budaya,  keterikatan  kepada  habitat  alami  serta  dengan  kelompok  MHA  lainnya;    

c. Memfasilitasi   pelaksanaan   konsultasi/rembug   dengan   MHA   untuk  mengidentifikasi   berbagai   alternatif   rencana   mitigasi   dampak,   untuk  menyiapkan   Rencana   MA,   dan   untuk   mendapatkan   dukungan   yang   luas  terhadap  kegiatan  dan  Rencana  MA  dari  Masyarakat  MHA.    

d. Mensosialisaikan   konsep   rancangan   kegiatan,   yang   sudah   mengakomodasi  kebutuhan   MHA   untuk   mendapatkan   tanggapan,   untuk   selanjutnya   dapat  memperbaiki   lagi   konsep   rancangan   Kegiatan   serta   untuk   mengkonfirmasikan  dukungan  penuh  dari  MHA.  

 

3.  7   TAHAP  PELAKSANAAN  KONSTRUKSI  

3.7.1. Pengelolaan  Lingkungan  

Seluruh   proses   penyusunan   kajian   lingkungan   harus   diselesaikan   sebelum   BKM   atau   KSM  melaksanakan  kegiatan  pembangunan.  Proposal  yang  diajukan  oleh  KSM  sudah  diverifikasi  oleh   tim  Koordinator   Kota   dan  dinyatakan   layak   untuk   dilaksanakan.   KSM  perlu  membuat  rencana  kerja  pelaksanaan  yang  disepakati  dalam  MP2K  (Musywarah  Persiapan  Pelaksanaan  Kegiatan).   Perjanjian   kerjasama   BKM   dan   KSM   (Surat   Perjanjian   Pemanfaatan   dana  Lingkungan/  SPPDL)  harus  memuat  bagian  dari  pasal/klausal  seperti  dibawah  ini  :  

Page 57: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

Petunjuk  Pelaksanaan  Pengelolaan  Lingkungan  dan  Dampak  Sosial  –  Program  KOTAKU   45  

 

   

3.7.2. Pengelolaan  Kayu  

Pengelolaan   kayu   ditingkat  Masyarakat   adalah   sama   seperti   pengelolaan   kayu   ditingkat  Kota,  dengan  memperhatikan  beberapa  hal  penting  sebagai  berikut  :  

a. Pemakaian   kayu   3m3   atau   lebih   untuk   satu   kegiatan   usulan   wajib   dengan  melampirkan  bukti  sahnya  kayu  yaitu  FAKO  atau  dokumen  setara  SKSHH.  

b. Photo  bukti  sahnya  kayu  dilampirkan  pada  laporan  pertanggungjawaban  keuangan  setiap  KSM  yang  membeli  kayu.  

c. Koordinator   Kota   wajib   memeriksa   ada   tidaknya   bukti   sahnya   kayu   pada   setiap  supervisi  ke  lapangan.  

d. Koordinator   kota   wajib   memeriksa   bahwa   dokumen   bukti   sahnya   kayu   yang  dilampirkan  berasal  dari  supplier/toko  yang  tercantum  dalam  kuitansi  pembelian.  

e. Apabila  kayu  yang  digunakan  tidak  memiliki  dokumen  yang  sah  (ilegal)  maka  akan  dikenakan   sanksi   pemberhentian   sementara   proses   pelaksanan   kegiatan   sampai  ada  penyelesaian  penggunaan  kayu  yang  ilegal.  

f. Pengadaan   kayu   yang   bukan   berasal   dari   pembelian,   misalnya   kayu   bekas  bangunan   lama   tetapi   masih   layak   pakai   (kuat)   atau   kayu   lokal   maka  pengaturannya  adalah  :  

1. Kayu   bekas   bangunan   lama   yang   masih   layak   pakai,   boleh   digunakan   dengan  rekomendasi  dari    POKJA  atau  Tim  Korkot.  

2. Kayu  lokalseperti  jati  rakyat,  sonokeling,  akasia,  mahoni,  suren/surian,  nangka  dan   durian   dapat   digunakan   tetapi   dilengkapi   dengan   Surat   Ijin   Tebang   dari  aparat  Kelurahan/Desa  setempat  dimana  pohon  tersebut  berasal.  

 

3.7.3. Pengadaan  Tanah    

a. Seluruh   proses   pengadaan   tanah   harus   diselesaikan   sebelum   KSM   melakukan  pelaksanaan  konstruksi.  Pelaksanaan  pengadaan  tanah  harus  diselesaikan  sesuai  dengan   hasil   kesepakatan   dan   hasil   kesepakatan   tersebut   diumumkan   secara  luas;    

b. Desain   Teknis   Kegiatan   serta   pelaksanaan   pekerjaan   konstruksi   harus   sesuai  dengan   batas-­‐batas   tanah   dan   mengakomodasi   berbagai   upaya   yang   telah  

"Pihak   Kedua   (atau   /KSM...)   telah   memahami   dengan   jelas   dan   harus   mengikuti   rekomendasi   dari  SOP/SPPL   yang   ditetapkan   dalam   kegiatan   ini.   Dalam   melakukan   pekerjaan   pembangunan,   pihak  kedua  harus  selalu  mengikuti  ketentuan  atau  peraturan  yang  berlaku  untuk  perlindungan  lingkungan,  sebagaimana  ditentukan  dalam  SOP/SPPL  pengamanan  lingkungan"  

Page 58: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

46   Petunjuk  Pelaksanaan  Pengelolaan  Lingkungan  dan  Dampak  Sosial  –  Program  KOTAKU  

disepakati  sebagaimana  direkomendasikan  di  dalam  Surat  pernyataan  Hibah  atau  pernyataan  izin  dari  pemilik;    

3.7.4. Rencana  Kegiatan  Masyarakat  Hukum  Adat  (RK-­‐MHA)  

Aspek-­‐aspek   berikut   perlu   dipertimbangkan   oleh   BKM   atau   KSM   dalam   pelaksanaan   RK-­‐MHA  selama  tahap  perencanaan  dan  pelaksanaan  konstruksi  :  

a. Rekomendasi   dari   Rencana   Kegiatan   Masyarakat   Hukum   Adat   (RK-­‐MHA)   yang  mencerminkan   kesepakatan   bersama   atau   rekomendasi   dari   MHA   harus  dimasukkan   dalam   perencanaan   teknis   kegiatan   yang   mengakomodasi  kesepakatan  dari  Masyarakat  Hukum  Adat.  

b. Selama   masa   konstruksi,   MHA   perlu   dilibatkan   untuk   memastikan   bahwa  kesepakatan   dan   rekomendasi   dari  MA  dilaksanakan   secara   konsisten,   atau   jika  ada   perubahan   harus   langsung   dikonsultasikan   dengan   MA   pada   saat  pelaksanaan  konstruksi.  

c. Koordinator   Kota   berkoordinasi   dengan   POKJA   dan   Bappeda   di   tingkat  Kabupaten/Kota   dalam   melakukan   pemantauan   terhadap   kualitas   pelaksanaan  RK-­‐MA  sebagai  bagian  dari  kegiatan  pemantauan  keseluruhan  kegiatan  Program  KOTAKU   di   Kabupaten/Kota.   Laporan   pelaksanaan   Kegiatan   mengenai  pelaksanaan  RK-­‐MA  menjadi  bagian  dari   Laporan  Triwulanan  dan   Laporan  Akhir  mengenai  Pemantauan,  Evaluasi.  

 

3.8         MEKANISME  PENGADUAN  MASYARAKAT  

3.8.1. Keluhan  dan  Instansi  yang  Bertanggung  jawab.  

Proyek   Infrastruktur   Program   KOTAKU   harus   membuka   saluran   informasi   untuk   dapat  diakses   publik   dan  memberikan  mekanisme   penanganan   keluhan   untuk  WTP,  Masyarakat    Hukum  Adat  dan  masyarakat  luas.  Penanganankeluhan  akan  dikoordinasikan  oleh  Bappeda  Provinsi/Kabupaten/Kota   melalui   Unit   Pengelolaan   PengaduanMasyarakat   (PPM)   yang  selama  ini  telah  ada  di  Program  KOTAKU    dan  dalam  sistem  pemerintahanKabupaten/Kota.  Jenis  pengaduan  atau  keluhan  yang  dikelola  oleh  unit   ini   tidak   terbatas  hanyapada  hal-­‐hal  yang   terkait   pada   pengamanan   lingkungan   dan   sosial,   namun   dapat   juga   untukisu-­‐isu   lain  yang   terkait   dengan   kegiatan.   Pengelolaan   keluhan   atau   pengaduan   dari   masyarakat   dan  lainnya  telah  diatur  tersendiri  dalam  mekanisme  dan  prosedur  PPM  dari  Program  KOTAKU  .  

3.8.2. Media  Penyampaian  dan  Proses  Penanganan  Pengaduan.  

Unit   Pengaduan/Penanganan   Keluhan  menerima   pengaduan  masyarakat  melalui   berbagai  cara,antara  lain  dapat  melalui  saluran  telepon  khusus,  nomor  khusus  untuk  sms,  surat  kabar  lokal,kotak   pengaduan,   radio   lokal,   dan/atau   website,   termasuk   cara   yang   biasa   dipakai  dilingkungan  MA.   Keberadaan   Unit   PPM   serta   cara-­‐cara   pengaduandisosialisasikan   secara  

Page 59: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

Petunjuk  Pelaksanaan  Pengelolaan  Lingkungan  dan  Dampak  Sosial  –  Program  KOTAKU   47  

luas   kepada   masyarakat.   Bappeda   akan   memantau   danmendokumentasikan   pengaduan  atau   keluhan   masyarakat   yang   terkait   dengan   Kegiatan,   sertamengkoordinasikan   dengan  instansi   terkait   yang   mempunyai   kewenangan   untukmenindaklanjuti   pengaduan   atau  keluhan   tersebut.   Tindak   lanjut   terhadap   pengaduan   ataukeluhan   masyarakat   harus  diumumkan   kepada   publik   dan   Pihak   pemberi   aduan   harus   diberi   informasisecara   tertulis  mengenai  tindak  lanjut  atau  tanggapan  terhadap  aduan  yang  disampaikan.  

3.8.3. Dokumentasi  dan  Keterbukaan  Informasi.  

Bappeda   akan   mendokumentasikan   pengaduan   atau   keluhan   dan   tindak   lanjutnya  danmengumumkannya   secara   luas   baik   melalui   surat   kabar   lokal,   buletin  PemerintahProvinsi/Kabupaten/Kota   dan/atau   website   Pemerintah   Kabupaten/Kota,   atau  media-­‐media  lainyang  dapat  menjangkau  masyarakat  secara  luas,  termasuk  di  lokasi  dimana  MA  berada.  Dokumentasi  pengaduan  atau  keluhan  serta  tindak  lanjutnya  disampaikan  juga  dalam  LaporanTriwulanan  dan  Laporan  Akhir  bidang  infrastruktur  Program  KOTAKU  .  

3.8.4. Pemanfaatan  sistem  pengaduan  yang  telah  ada.  

Dalam   hal   Provinsi/Kabupaten/Kota   telah   memiliki   sistem   pengaduan   atau   penanganan  keluhanyang   cukup   baik   dan   ditangani   oleh   instansi   selain   Bappeda,   maka   instansi   inilah  yang   bertanggung   jawab   untuk   menampung,   mengkoordinasikan   tindak   lanjutnya,  mendokumentasikan   serta   mengumumkan   pengaduan   atau   keluhan   serta   tindak  lanjutnyakepada   masyarakat   luas.   Dalam   situasi   ini,   Bappeda   memastikan   bahwa  dokumentasipengaduan  atau  keluhan  serta  tindak  lanjutnya  yang  terkait  dengan  DAK  bidang  infrastrukturini   menjadi   bagian   dari   Laporan   Triwulanan   dan   Laporan   Akhir.   Lampiran   22  menyajikan   contoh   ringkasan   Dokumentasi   Penanganan   Keluhan   serta   penanganannya  dalam  infrastruktur  Program  KOTAKU  .    3.9    MONITORING  DAN  EVALUASI  

(1) Lingkup   pemantauan   dan   tatacara   evaluasi   pelaksanaan   pengelolaan   lingkungan,  pembebasan   lahan   dan   pemukiman   kembali,   dan  Masyarakat  Hukum  Adat   harus  mengikuti   Peraturan   Menteri   Pekerjaan   Umum   sebagaimana   tercantum   dalam  Lampiran   5   dan   6   dari   Peraturan   Menteri   Pekerjaan   Umum   No   15/PRT/M/2010  tentang   Petunjuk   Teknis   Penggunaan   Dana   Alokasi   Khusus   untuk   Infrastruktur.  Ruang  lingkup  pemantauan  meliputi,  antara  lain:  

a. Kesesuaian   antara   proses   keseluruhan   dalam   penyusunan   UKL-­‐UPL   atau  SPPL/SOP,   LARAP   Komprehensif   atau   LARAP   Sederhana   dan   RK-­‐MHA   dengan  prosedur  yang  ditetapkan  dalam  Petunjuk  Pelaksanaan  ini.  

b. Kesesuaian  antara  instrumen  pengelolaan  lingkungan  (UKL-­‐UPL  atau  SPPL/SOP),  instrumen   pengadaan   tanah   dan   permukiman   kembali   (LARAP   Komprehensif  

Page 60: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

48   Petunjuk  Pelaksanaan  Pengelolaan  Lingkungan  dan  Dampak  Sosial  –  Program  KOTAKU  

dan   LARAP   Sederhana)     dan   RK-­‐MHA     yang   disetujui   atau   SOPdengan  pelaksanaannya  di  lapangan,  

c. Kelengkapan   dan   validitas   dokumen   pendukung   dari   UKL-­‐UPL   atau   SOP/SPPL,  LARAP  Komprehensif  dan  LARAP  Sederhana,  dan  RK-­‐MHA.    

(2) Bappeda   Kabupaten/Kota   akan   memantau   keseluruhan   proses   perencanaan   dan  pelaksanaan  UKL-­‐UPL  atau  SOP/SPPL,  LARAP  Komprehensif  dan  LARAP  Sederhana  dan  RK-­‐MHA.  

Bappeda  akan  melakukan  pemantauan  di  bidang-­‐bidang  berikut:  

a. Kegiatan  sosialisasi  mengenai  Kegiatan  kepada  WTP  dan  MHA  yang  berpotensi  terkena  dampak;  

b. Konsultasi  selama  penyiapan  dan  pelaksanaan  UKL-­‐UPL  dan  SOP;  

c. Konsultasi   selama   penyiapan   dan   pelaksanaan   LARAP   Komprehensif   dan  LARAP   Sederhanadan   skema   lainnya   dalam   pengadaantanah   (sumbangan  tanah   sukarela,   izin   pakai   tanah   dan   atau   izin   tanah   dilewati),  termasuknegosiasi   kompensasi   dan   pelaksanaan   skema   pengadaan   tanah  lainnya,  sebagaimana  yangdisepakati  ;  

d. Konsultasi/rembug  dilakukan  untukmemperdalam  kajian  sosial  dan  penyiapan  RK-­‐MA  dengan  komunitas  Masyarakat  Hukum  Adat  yang  terkena  dampak    dan    menghasilkan  dukungan  luas  dari  MHA  terhadap  upaya  mitigasi  dan  RK-­‐MHA;  

e. Penyebaran   informasi   kepada   publik   atas   dokumen-­‐dokumen   rencana   kerja  pengelolaan   lingkungan  dan  sosial:  UKL-­‐UPL,  LARAP  Komprehensif  dan  LARAP  Sederhana   dan   skema   lainnya   dalam   pengadaan   tanah   (sumbangan   tanah  sukarela,   izin   pakai   tanah   dan   atau   izin   tanah   dilewati),   RK-­‐MHA   dan  pelaksanaannya;  

f. Dokumentasi   atas   konsultasi,   pengaduan   dan   penyelesaian   dari   berbagai   isu  yang   disampaikan   oleh   berbagai   pihak   selama   pelaksanaan   UKL-­‐UPL,   SOP,  LARAP   Komprehensif   dan   LARAP   Sederhana,   dan   skemalainnya   dalam  pengadaan  tanah  tanah  (sumbangan  tanah  sukarela,   izin  pakai  tanah  danatau  izin  tanah  dilewati),  RK-­‐MHA;  dan  

g. Pelaporan  hasil   pelaksanaan  pemantauan   yang  disebutkan  dalam  butir   (a)-­‐(f)  kepada  Walikota  atau  Bupati  yang  difasilitasi  oleh  Koordinator  Kota.  

   

Page 61: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 51

LAMPIRAN

Page 62: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

50 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU

LAMPIRAN 1 PENILAIAN TERHADAP DAFTAR KEGIATAN DILARANG (NEGATIVE LIST)

PROGRAM KOTAKU

No. Uraian Ya Tidak

1. Kegiatan infrastruktur yang berkaitan dengan politik praktis (kampanye, demonstrasi, dll);

2. Kegiatan untuk Pembebasan lahan;

3. Pembangunan gedung kantor pemerintah atau kantor BKM/LKM;

4. Kegiatan yang berlokasi di dalam kawasan lindung kecuali secara eksplisit sebelumnya sudah ada persetujuan tertulis dari instansi pemerintah yang bertanggungjawab terhadap pengelolaan dan atau perlindungan yang ada didaerah. Kegiatan yang tidak dapat dilaksanakan di lokasi tersebut, seperti:

a. Taman nasional, cagar alam, suaka margasatwa, kebun raya, hutan konservasi, hutan lindung dan daerah aliran sungai;

b. Cagar budaya nasional, tradisional/ bangunan keagamaan;

c. Taman laut, garis pantai dan sistem gundukan pasir, hutan bakau, dan daerah rawa.

5. Kegiatan infrastruktur dasar yang berdampak negatif terhadap lingkungan, penduduk asli dan kelestarian budaya lokal dan lain-lain yang dilarang dalam pengamanan lingkungan dan pengamanan sosial;

6. Pengadaan yang berbahaya, seperti:

a. Pengadaan produk apapun yang mengandung asbes; dan

b. Pengadaan pestisida atau herbisida;

8. Kegiatan Destruktif, seperti:

a. Pertambangan atau penggalian karang hidup;

b. Pembangunan jalan menuju kawasan yang dilindungi (hutan lindung, cagar alam);

c. Pembangunan sumber daya air pada sungai-sungai, yang masuk atau keluar dari negara-negara lain; dan

d. Pengubahan aliran sungai.

9. Lain-lain :

a. Reklamasi tanah yang lebih besar dari 50 hektar (ha); dan

b. Konstruksi penampungan atau penyimpanan air kapasitas lebih besar dari 10.000 m

3.

Page 63: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 51

LAMPIRAN 2 LAPORAN PENYARINGAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL

A. RENCANA KEGIATAN

1. Nama Rencana Kegiatan (No/Nama Ruas)

………….........................................………..… .………........................................................

2. Lokasi

a. Desa/Kelurahan b. Kecamatan c. Kabupaten/Kota

a. ……………………………………………………… b. ……………………………………………………… c. ………………………………………………………

3. Panjang Ruas 4. Lebar

Eksisting Rencana

a. ……..……………. m

b. ……..……………. m

a. ……..……………. m

b. ……..……………. m

5. Keberadaan Perencanaan Teknis Rinci (DED)

a. Ada, dengan status tahun ………………..

b. Belum Ada

6. Luas areal Pengadaan Tanah ………………………………………… ha

7. Penggunaan Pengadaan Tanah

a. Permukiman Padat, Jumlah KK b. Daerah Komersial c. Areal Pertanian d. Lain-lain (………………………….)

a. ……..…………... ha, ............ KK b. ……..……………. ha c. ……..……………. ha d. ……..……………. ha

8. Pengelolaan Lingkungan :

a. Wajib AMDAL Alasan: …………………………………………………………

b. Wajib UKL-UPL Alasan: …………………………………………………………

c. Bebas AMDAL maupun UKL-UPL cukup SPPL

Alasan: …………………………………………………………

9. Mekanisme Pengadaan Tanah

a. Hibah dan Perijinan

a. Hibah ……………..............ha b. Ijin Pakai ........................ha c. Ijin dilalui .......................ha

b. LARAP Komprehensif c. LARAP Sederhana

a. Luas ..............., Jumlah ...........KK b. Luas ..............., Jumlah ...........KK

Page 64: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

52 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU

Page 65: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 53

Page 66: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

54 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU

Page 67: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 55

LAMPIRAN 2A

LAPORAN PENYARINGAN LINGKUNGAN Contoh untuk Pekerjaan Jalan

A. RENCANA KEGIATAN

1. Nama Rencana Kegiatan (No/Nama Ruas)1)

Pembangunan/ Peningkatan/ Pemeliharaan Jalan/ Jembatan/Flay Over/ Tunel .………........................................................ .………........................................................

2. Lokasi a. Nama Kota b. Kabupaten c. Provinsi

a. ……………………………………………………… b. ……………………………………………………… c. ………………………………………………………

3. Status Jalan 1) Nasional / Provinsi/ Kabupaten/ Kota/ Strategis Nasional/ Strategis Nasional Rencana

4. Fungsi Jalan 2) Arteri/ Kolektor/ Lokal

5. Kelas Jalan .……….....................................................

6. Panjang Ruas .……….........................Km

7. Lebar

a. Lebar Vadan Jalan b. Jenis Perkerasan 2

c. ROW / RUMIJA 2)

d.RUMIJA rencana

Eksisting Rencana

c. ……..……………. m d. ……..……………. e. ……..……………. m f. ……..……………. m

a. ……..……………. m b. ……..…………….m

c. ……..……………. m d. ……..……………. m

8. LHRT a. Eksisting 2)

b. Rencana

a. ……..……………. smp/hari b. ……..……………. smp/hari

Page 68: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

56 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU

9. Kecepatan Rencana Jalan

a. Eksisting 2)

b. Rencana

a. ……..……………. Km/jam b. ……..……………. Km/jam

10. Keberadaan Perencanaan Teknis Rinci (DED)

Ada, dengan status tahun ………………..

Belum Ada

B. RONA LINGKUNGAN (Sepanjang jalan dan sekitarnya)

1. Fisiografi a. Tanah Stabil b. Tanah tidak stabil

a. ……..…………… Km b. ……..……………. Km

2. Penggunaan Lahan a. Permukiman Padat b. Daerah Komersial c. Areal Pertanian d. Lain-lain

(………………………….)

a. ……..……………. Km b. ……..……………. Km c. ……..……………. Km d. ……..……………. Km

3. Kawasan Lindung a. Jenis/nama kawasan lindung b. Letak jlan terhadap kawasan

lindung 1)

a. ……..…………………………………………………….. b. Melalui/berbatasan/berdekatan/jauh

4. Komponen lingkungan lain yang sensitif terhadap perubahan 1)

a. …….……………………………………………………..

b. Melalui/berbatasan/berdekatan/jauh

5. Luas areal Pengadaan Tanah ………………………………………… ha

Page 69: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 57

C. KESIMPULAN (pilih salah satu)

1. Wajib AMDAL

Alasan: …………………………………………………………

2. Wajib UKL-UPL

Alasan: …………………………………………………………

3. Bebas AMDAL maupun UKL-UPL cukup SPPL

Alasan: …………………………………………………………

D. ISU POKOK LINGKUNGAN YANG PERLU DIKAJI LEBIH LANJUT

1. Dampak lingkungan pada tahap pra-konstruksi

a. ………………………………………………………………………………………………………….

b. ………………………………………………………………………………………………………….

2. Dampak lingkungan pada tahap konstruksi a. ……………………………………………………………………………….…………………………. b. ……………………………………………………………………………..………………………..….

3. Dampak lingkungan pada tahap pasca konstruksi a. ……………………………………………………………………….…………………………………

b. …………………………………………………………………………….……………………………

E. KEBUTUHAN PERIZINAN LAINNYA

Izin: ……….………………………………….

Perjanjian Kerjasama/ Kolaborasi:

……….………………………………….

Alasan: …………………………………………………………

Alasan: …………………………………………………………

Page 70: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

58 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU

LAMPIRAN 3 INVENTARISASI TANAH DAN ASET DI ATASNYA

No : Nama Kegiatan : Lokasi Kegiatan : Nama : Alamat Lengkap : Lama Tinggal : Nama Pewawancara : Hari/Tanggal :

Informasi Isi/Keterangan

1. Tanah a. Luas tanah keseluruhan

b. Luas tanah yang terkena Kegiatan

c. Luas tanah dikurangi yang terkena Kegiatan

d. Status kepemilikan tanah

Hak milik Disertakan salinan dan nomor sertifikat.

HGB

Hak pakai

Sewa

Hak adat

Tanah negara

Tanpa status formal

Lainnya (sebutkan)

e. Penggunaan tanah Sebutkan jenis penggunaan tanah, misalnya: untuk kebun, tempat tinggal, tanah kosong, dan lainnya. f. Untuk tanah kebun, berapa

nilai produksi per tahun Sebutkan nilai produksi dan penggunaan hasil tanaman (dijual, konsumsi pribadi, dan lainnya). 2. Bangunan

a. Luas bangunan keseluruhan

b. Luas bangunan yang terkena Kegiatan

c. Luas bangunan dikurangi yang terkena Kegiatan

d. Status kepemilikan bangunan Milik sendiri atau sewa

e. Status bangunan IMB/tanpa IMB

f. Kondisi bangunan Permanen/Semi Permanen/Sementara

Page 71: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 59

Informasi Isi/Keterangan

3. Tanaman a. Jenis tanaman Sebutkan jenis-jenis tanaman produktif yang terkena

Kegiatan.

b. Jumlah Jumlah untuk setiap jenis tanaman.

c. Umur tanaman Untuk memperkirakan jumlah produksi.

4. Jenis Aset yang Lainnya

a. Jenis aset Sebutkan jenis aset lainnya yang akan dimintai kompensasinya, misalnya: sumur, pagar, instalasi listrik, dan lainnya.

b. Jumlah Jumlah untuk setiap jenis aset.

c. Umur aset

5. Bentuk Kompensasi yang Diinginkan

a. Uang

b. Tanah

c. Kavling Siap Bangun

d. Rumah Susun

e. RSS

f. Lainnya, sebutkan

6. Jika ada pemukiman kembali, jenis aset yang ingin dipindahkan

Sebutkan jenis aset yang ingin dipindahkan ke lokasi yang baru.

Catatan:

Hasil wawancara dengan format diatas kemudian dikompilasi ke dalam satu tabel yang memuat seluruh informasi mengenai tanah dan aset-aset yang ada diatasnya yang terkena proyek, untuk kemudian informasi ini menjadi bahan untuk menaksir harga atau nilai aset-aset tersebut, yang dilakukan oleh Penilai Pertanahan.

Tabel kompilasi ini menjadi salah satu dokumen yang harus dilampirkan dalam laporan RKPT. (Lampiran 13)

Page 72: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

60 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU

.

5

LA

MP

IR

AN

4

FO

RM

AT

IS

IAN

ID

EN

TIF

IK

AS

I K

OM

PO

NE

N L

IN

GK

UN

GA

N D

AN

SO

SIA

L

Conto

h :

Apakah r

uas

jala

n y

ang m

asu

k d

ala

m p

rogra

m ini m

elin

tasi

daera

h s

ensi

tif

berikut

dib

aw

ah ini?

No

Melin

tasi

Huta

n

Konse

rva

si T

am

an

Nasi

onal

/ Cagar

Ala

m/

Tam

an

Baru

Melin

tasi

Huta

n

Lin

dung/

Pro

duksi

/

Suaka

Ala

m/

Wis

ata

Melin

tasi

Perb

ukitan

dengan

Kela

ndaia

n

Tin

ggi

Melin

tasi

/

Mendekati

Sepadan

Sungai

Melin

tasi

Perm

ukim

an

Padat

Melin

tasi

Pers

aw

ahan

/ Perk

ebunan

/ Tam

bak

Melin

tasi

KA (

Kere

ta

Api)

Melin

tasi

Kaw

asa

n

Perk

anto

ran

/ D

aera

h

Indust

ri/

Pabrik

Melin

tasi

Rum

ah

Ibadah

Melin

tasi

Sekola

h

Melin

tasi

Pasa

r

Melin

tasi

Tepi

Panta

i,

Mangro

ve

, R

aw

a,

Gam

but

Melin

tasi

Are

a

Cagar

Budaya

Melin

tasi

Kom

unitas

Renta

n

(KAT/K

el

Fakir

Mis

kin

)

Kegitan

Pem

bebasa

n

Lahan

1

Tid

ak

Tid

ak

Tid

ak

Tid

ak

Tid

ak

Tid

ak

Tid

ak

Tid

ak

Tid

ak

Tid

ak

Tid

ak

Tid

ak

Tid

ak

Tid

ak

Tid

ak A

da

2

Ya

Ya

Ya

Ya

Ya

Ya

Ya

Ya

Ya

Ya

Ya

Ya

Ya

Ya

Ya

3

Jika “

Ya”

lanju

tkan

: Nam

a

Huta

n

tsb

Jika “

Ya”

lanju

tkan

: Je

nis

Huta

n

tsb

Jika “

Ya”

lanju

tkan:

Tin

gkat

Kela

ndaia

n

Jika “

Ya”

lanju

tkan:

Jara

k t

epi

sungai

dengan

perk

era

sa

n jala

n

Jika “

Ya”

lanju

tkan:

Nam

a D

esa

/ Keca

mata

n:

Jika “

Ya”

lanju

tkan:

Jenis

yang

dile

wati:

Saw

ah

Abadi:

Saw

ah (

non

abadi)

kebun

Jika “

Ya”

lanju

tkan:

Bentu

k

perlin

tasa

n

sebid

ang /

underp

ass

/

overp

ass

Jika “

Ya”

lanju

tkan:

Nam

a /

Jenis

kanto

r/

Pabrik:

Jika “

Ya”

lanju

tkan

: Je

nis

/

Nam

a

Rum

ah

Ibadah

Jika “

Ya”

lanju

tkan

: N

am

a/

Jenis

Sekola

h:

Jika “

Ya”

lanju

tkan

: Nam

a

Pasa

r:

Jika “

Ya”

lanju

tkan:

Sebutk

an

:

Jika “

Ya”

lanju

tkan

: Je

nis

Cagar

Budaya:

Jika “

Ya”

lanju

tkan

: Nam

a

KAT:

Jika “

ada”

lanju

tkan:

Luas

terb

ebask

an

: Jum

lah P

TP:

4

Panja

ng

& L

uas

huta

n

yang

terlew

ati

(Km

/ha)

Panja

ng

& L

uas

huta

n

yang

terlew

ati

(Km

/ha)

Panja

ng

kela

ndaia

n y

ang

terlew

ati

(Km

/m)

Panja

ng

Jala

n

yang

terlew

ati

(Km

/m)

Panja

ng

Jala

n y

ang

terlew

ati

(Km

/m)

Panja

ng

Jala

n y

ang

terlew

ati

(Km

/m)

Jum

lah

Perlin

tasa

n

:

Jum

lah

Kanto

r/

Pabrik:

Jum

lah

Rum

ah

Ibadah:

Jum

lah

Sekola

h:

Jum

lah

Pasa

r:

Panja

ng

(Km

/m)

Panja

ng

Jala

n

yang

terlew

ati

(Km

/m)

Jum

lah

KK

Jum

lah K

K

6

5

Lokasi:…

.

Sta

:……

s.d

Sta

:……

Koord

inat:

…….

Lokasi:…

.

Sta

:……

s.d

Sta

:……

Koord

inat:

…….

Lokasi:…

.

Sta

:……

s.d

Sta

:……

Koord

inat:

…….

Lokasi:…

.

Sta

:……

s.d

Sta

:……

Koord

inat:

…….

Lokasi:…

.

Sta

:……

s.d

Sta

:……

Koord

inat:

…….

Lokasi:…

.

Sta

:……

s.d

Sta

:……

Koord

inat:

…….

Lokasi:…

.

Sta

:……

s.d

Sta

:……

Koord

inat:

…….

Lokasi:…

.

Sta

:……

s.d

Sta

:……

Koord

inat:

…….

Lokasi:…

.

Sta

:……

Koord

inat:

…….

Lokasi:…

.

Sta

:……

Koord

inat:

…….

Lokasi:…

.

Sta

:……

Koord

inat:

…….

Lokasi:…

.

Sta

:……

Koord

inat:

…….

Lokasi:…

.

Sta

:……

Koord

inat:

…….

Lokasi:…

.

Sta

:……

Koord

inat:

…….

Lokasi:…

.

Sta

:……

Koord

inat:

…….

III

KE

BU

TU

HA

N P

ER

IZIN

AN

LA

INN

YA

Apakah r

uas

jala

n y

ang m

asu

k d

ala

m p

rogra

m ini m

em

butu

hkan izi

n b

erikut

di baw

ah ini ?

Ya

Tid

ak

1.

Izin

melin

tasi

kaw

asa

n

kehuta

nan

:

a.

Izin

Pin

jam

Pakai (m

ele

wati H

uta

n L

indung d

an H

uta

n P

roduksi

)

b.

Kola

bora

si (

mele

wati k

aw

asa

n H

uta

n K

onse

rvasi

Tam

an N

asi

onal /

Cagar

Ala

m/

Suaka A

lam

/

Wis

ata

/ T

am

an B

uru

)

2.

Izin

melin

tasi

lahan p

angan

: pert

ania

n b

erk

ela

nju

tan

3.

Izin

lain

nya (

sebutk

an)

:

IV

K

ES

IM

PU

LA

N H

AS

IL P

EN

YA

RIN

GA

N

Tulis

kan k

esi

mpula

n b

erd

asa

rkan h

asi

l penyaringan:

AM

DAL

U

KL-U

PL

SPPL

Sum

ber:

Petu

nju

k P

raktis

Pengelo

laan L

ingkungan H

idup B

idang J

ala

n N

o. 01/P

/BM

/2014

………………….,……………………..

Pela

ksa

na P

enyaringan

Diis

i dengan t

em

pat,

tanggal, b

ula

n, dan tahun

Pela

ksanaan p

enya

ringan s

ert

a n

am

a d

an N

IP

Petu

gas

yang m

ela

kukan p

enyaringan

Kebutu

han d

okum

en lin

gkungan h

idup

(…………

…………

……

……)

NIP

. :

.

Page 73: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 61

6

5

Lokasi:…

.

Sta

:……

s.d

Sta

:……

Koord

inat:

…….

Lokasi:…

.

Sta

:……

s.d

Sta

:……

Koord

inat:

…….

Lokasi:…

.

Sta

:……

s.d

Sta

:……

Koord

inat:

…….

Lokasi:…

.

Sta

:……

s.d

Sta

:……

Koord

inat:

…….

Lokasi:…

.

Sta

:……

s.d

Sta

:……

Koord

inat:

…….

Lokasi:…

.

Sta

:……

s.d

Sta

:……

Koord

inat:

…….

Lokasi:…

.

Sta

:……

s.d

Sta

:……

Koord

inat:

…….

Lokasi:…

.

Sta

:……

s.d

Sta

:……

Koord

inat:

…….

Lokasi:…

.

Sta

:……

Koord

inat:

…….

Lokasi:…

.

Sta

:……

Koord

inat:

…….

Lokasi:…

.

Sta

:……

Koord

inat:

…….

Lokasi:…

.

Sta

:……

Koord

inat:

…….

Lokasi:…

.

Sta

:……

Koord

inat:

…….

Lokasi:…

.

Sta

:……

Koord

inat:

…….

Lokasi:…

.

Sta

:……

Koord

inat:

…….

III

KE

BU

TU

HA

N P

ER

IZIN

AN

LA

INN

YA

Apakah r

uas

jala

n y

ang m

asu

k d

ala

m p

rogra

m ini m

em

butu

hkan izi

n b

erikut

di baw

ah ini ?

Ya

Tid

ak

1.

Izin

melin

tasi

kaw

asa

n

kehuta

nan

:

a.

Izin

Pin

jam

Pakai (m

ele

wati H

uta

n L

indung d

an H

uta

n P

roduksi

)

b.

Kola

bora

si (

mele

wati k

aw

asa

n H

uta

n K

onse

rvasi

Tam

an N

asi

onal /

Cagar

Ala

m/

Suaka A

lam

/

Wis

ata

/ T

am

an B

uru

)

2.

Izin

melin

tasi

lahan p

angan

: pert

ania

n b

erk

ela

nju

tan

3.

Izin

lain

nya (

sebutk

an)

:

IV

K

ES

IMP

UL

AN

HA

SIL P

EN

YA

RIN

GA

N

Tulis

kan k

esi

mpula

n b

erd

asa

rkan h

asi

l penyaringan:

AM

DAL

U

KL-U

PL

SPPL

Sum

ber:

Petu

nju

k P

raktis

Pengelo

laan L

ingkungan H

idup B

idang J

ala

n N

o. 01/P

/BM

/2014

………………….,……………………..

Pela

ksa

na P

enyaringan

Diis

i dengan t

em

pat,

tanggal, b

ula

n, dan tahun

Pela

ksanaan p

enya

ringan s

ert

a n

am

a d

an N

IP

Petu

gas

yang m

ela

kuka

n p

enya

ringan

Kebutu

han d

okum

en lin

gku

ngan h

idup

(…………

…………

……

……)

NIP

. :

.

Page 74: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

62 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU

Page 75: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 63

10

Tabel&3:&Contoh&Indeks&Kapasitas)

Jenis&Hazard) Diukur&Komponen)Indeks)

Scoring) Referensi)Rendah) Sedang) Tinggi)

Semua)bahaya) Aturan)dan)lembaga)) Daya)tahan)

rendah)/)

kapasitas)

Mengatasi)

Daya)tahan)

media)/)

kapasitas)

Mengatasi)

Daya)tahan)

tinggi)/)

kapasitas)

Mengatasi)

) )Sumber)keuangan)untuk)DRM) ) )Peringatan)dini)dan)evakuasi)sistem)rute)&)

situs)) )

Dilatih)relawan)dan)kelompok)sosial) ) )Kesadaran)kesiapan)telah)dihasilkan)di)semua)

tingkatan)) )

&&Tabel&4:&Contoh&Tingkat&Risiko&Pengukuran)

Jenis&Hazard) Tempat)Indeks&Tingkat)

Tingkat&Risiko)Bahaya/Ancaman) Kerentanan) Kapasitas)

Banjir) ) ) ) ) )Gempa)bumi) ) ) ) ) )Tanah)longsor) ) ) ) ) )Kebakaran)di)pemukiman) ) ) ) ) )Kekeringan) ) ) ) ) )Bahaya)lainnya) ) ) ) ) )Berdasarkan"Pengukuran"Tingkat"Indeks"Risiko,"skenario"mitigasi"akan"dirumuskan,"terintegrasi"dalam"perencanaan"tata"ruang,"dan"dimasukkan"ke"dalam"SIAP."Di"bawah"ini"adalah"contoh"dari"skenario"mitigasi."

)

)

)

)

)

)

)

)

Tabel&5:&Contoh&skenario&Mitigasi!

Bahaya! Infrastruktur&yang&akan&terkena&dampak&(menghancurkan&atau&rusak)&oleh&bencana! Skenario&mitigasi!

Banjir! · perumahan:!

· persediaan-air:!

· kebersihan:!

· limbah-padat:!

· drainase:!

· sewerage:!

· pencegahan-kebakaran:!

!Gempa!bumi! !Tanah!longsor! !Kebakaran!di!pemukiman! !Kekeringan! !Bahaya!lainnya! !

! !

Page 76: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

64 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU

LAMPIRAN 6 SURAT PERNYATAAN HIBAH TANAH

Yang Bertanda tangan dibawah ini saya: Nama : …………………………………………………………………………………………………………..…………………… No KTP : …………………………………………………………………………………………………………..………………….. Pekerjaan : …………………………………………………………………………………………………………..………………….. Alamat : ...........………………………………….. T/RW/Dusun:………………………….............. ……….………. Desa/kelurahan : ………………………………………… Kabupaten/Kota ……………………..…………...………….……..... Selaku pemilik tanah berdasarkan Surat Bukti Kepemilikan Yang Sah Nomor:……………………………………... Tanggal ……… dari Sertifikat/Notaris/PPAT/................... yang sah, dengan ini menyatakan bersedia memberikan kontribusi dalam bentuk tanah untuk dimanfaatkan pembangunan............................bagi kepentingan masyarakat umum.

Nama Kegiatan : ............................................................................................ Lokasi tanah : ............................................................................................ Luas tanah yang disumbangkan : ............................................................................................ Luas tanah sisa : ............................................................................................ Nilai aset lain yang disumbangkan : ............................................................................................ Penggunaan tanah saat ini : .............................................................................................

Demikian surat pernyataan ini dibuat secara sukarela untuk dasar dipergunakan sebagaimana mestinya.

........., .....................2016

Yang Memberi Hibah Tanah, Yang Menerima Hibah Tanah Atas Nama Pemerintah Kabupaten/Kota

Pemilik tanah Camat sebagai PPAT

Materai 6000

(-------------------------------------) (-----------------------------------) Mengetahui,

Lurah/Kepala Desa

(--------------------------------------)

Mengetahui:

Nama : Tanda tangan Nama : Tanda tangan

Saksi-saksi:

1................................

2. ................................

3. ................................

................................

................................

................................

Ahli Waris :

1................................

2. ................................

3. ................................

................................

................................

................................

Catatan: -Wajib melampirkan foto copy KTP( Pemilik, Ahli waris dan Saksi) -Surat pernyataan ini dibuat rangkap 3 dan disimpen di Kantor Kelurahan/Desa, Sekretariat BKM/LKM dan pemilik tanah -Wajib melampirkan sketsa peta lokasi

Page 77: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 65

Lampiran Sketsa Peta Lokasi

Sketsa Peta Lokasi* Keterangan

Batas-batas Tanah :

Sebelah Timur : .........................................

Sebelah Barat : .........................................

Sebelah Utara : .........................................

Sebelah Selatan : .........................................

*) Sketsa peta lokasi berisi batas dan status kepemilikan tanah, jalan sekitar lahan dan denah yang jelas dengan orientasi lokasi yang

jelas ( arah mata angin)

Page 78: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

66 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU

LAMPIRAN 7

FORMANT SURAT PERNYATAAN IZIN PAKAI TANAH

Yang Bertanda tangan dibawah ini saya: Nama : ……………………………………………………………………………………………………………………….............. No KTP : ……………………………………………………………………………………………………………………................. Pekerjaan : …………………………………………………………………………………………………………………...............….. Alamat : ............………………………………….. RT/RW/Dusun:…………………………....................... ............ Desa/kelurahan :……………………….. Kabupaten/Kota ……………………………………………….................................... Selaku pemilik tanah berdasarkan Surat Bukti Kepemilikan Yang Sah Nomor:……………………………………...

Tanggal ……… dari Sertifikat/Notaris/PPAT/................... yang sah, dengan ini menyatakan bersedia

meminjamkan tanah dan aset lain kepada Pemerintah Kabupaten/Kota …….............. (sebutkan) untuk

kegiatan pembangunan............................ selama................................ tahun bagi kepentingan masyarakat

umum.

Lokasi tanah : ............................................................................................................. Luas tanah yang dipinjamkan : ............................................................................................................ Penggunaan tanah saat ini : .............................................................................................................

Demikian surat pernyataan ini dibuat secara sukarela untuk dasar dipergunakan sebagaimana mestinya.

..................,......................2016

Yang Memberi Izin Pakai Tanah, Yang Menerima Izin Pakai Tanah Atas Nama

Pemerintah Kabupaten/Kota Pemilik Tanah Lurah/Kepala Desa

Materai 6000

(--------------------------------) (---------------------------------)

Mengetahui:

Nama : Tanda tangan Nama : Tanda tangan

Saksi-saksi:

1................................

2. ................................

3. ................................

................................

................................

................................

Ahli Waris :

1................................

2. ................................

3. ................................

................................

................................

................................

Catatan: -Wajib melampirkan foto copy KTP( Pemilik, Ahli waris dan Saksi) -Surat pernyataan ini dibuat rangkap 3 dan disimpen di Kantor Kelurahan/Desa, Sekretariat BKM/LKM dan pemilik tanah -Wajib melampirkan sketsa peta lokasi

Page 79: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 67

Lampiran Sketsa Peta Lokasi

Sketsa Peta Lokasi* Keterangan

Batas-batas Tanah :

Sebelah Timur : .........................................

Sebelah Barat : .........................................

Sebelah Utara : .........................................

Sebelah Selatan : .........................................

*) Sketsa peta lokasi berisi batas dan status kepemilikan tanah, jalan sekitar lahan dan denah yang jelas dengan orientasi lokasi yang

jelas ( arah mata angin)

Page 80: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

68 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU

LAMPIRAN 8

SURAT PERNYATAAN IZIN TANAH DILEWATI

Yang Bertanda tangan dibawah ini saya: Nama : …………………………………………………………………………………………………………………................. No KTP : ……………………………………………………………………………………………………………….….................. Pekerjaan : …………………………………………………………………………………………………………………................... Alamat : .............…………………………………..RT/RW/Dusun:……………………………..……………................ Desa/kelurahan ……………………….. Kabupaten/Kota …………………………………………………..…….......................... Selaku pemilik tanah berdasarkan Surat Bukti Kepemilikan Yang Sah Nomor:…………………………………………… Tanggal ………............ dari Sertifikat/Notaris/PPAT/................... yang sah, dengan ini menyatakan bersedia tanahnya dilewati fasilitas/pembangunan ........................................yang dibangun oleh Pemerintah Kabupaten/Kota ...................... untuk dimanfaatkan bagi kepentingan masyarakat umum.

Lokasi tanah : ............................................................................................................. Luas tanah yang dipinjamkan : ............................................................................................................. Penggunaan tanah saat ini : .............................................................................................................

Demikian surat pernyataan ini dibuat secara sukarela untuk dasar dipergunakan sebagaimana mestinya.

............., ...................2016

Yang Memberi Izin Tanah Dilewati , Yang Menerima Izin Tanah Dilewati Atas Nama

Pemerintah Kabupaten/Kota Pemilik tanah Lurah/Kepala Desa

Materai 6000

(--------------------------------) (---------------------------------)

Mengetahui:

Nama : Tanda tangan Nama : Tanda tangan

Saksi-saksi:

1................................

2. ................................

3. ................................

................................

................................

................................

Ahli Waris :

1................................

2. ................................

3. ................................

................................

................................

................................

Catatan: -Wajib melampirkan foto copy KTP( Pemilik, Ahli waris dan Saksi) -Surat pernyataan ini dibuat rangkap 3 dan disimpen di Kantor Kelurahan/Desa, Sekretariat BKM/LKM dan pemilik tanah -Wajib melampirkan sketsa peta lokasi

Page 81: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 69

Lampiran Sketsa Peta Lokasi

Sketsa Peta Lokasi* Keterangan

Batas-batas Tanah :

Sebelah Timur : .........................................

Sebelah Barat : .........................................

Sebelah Utara : .........................................

Sebelah Selatan : .........................................

*) Sketsa peta lokasi berisi batas dan status kepemilikan tanah, jalan sekitar lahan dan denah yang jelas dengan orientasi lokasi yang

jelas ( arah mata angin)

Page 82: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

70 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU

LAMPIRAN 9

BERITA ACARA KONSULTASI DENGAN MASYARAKAT ADAT

Judul Kegiatan : Tanggal/ Bulan/ tahun : Waktu : Tempat : Sosialisasi kegiatan sub proyek a. Pengelola Kegiatan melakukan diseminasi kepada Masyarakat Adat tentang tujuan dan

manfaat dari Kegiatan secara rinci dan potensi dampak positif dan negatif, fisik dan non fisik yang timbul, Batas wilayah cakupan dampak terutama yang akan “menimpa” mereka.

b. Pengelola Kegiatan menginformasikan kerangka kerja penanganan Masyarakat Adat. c. Panitia menyediakan peta/sketsa, alat peraga bantu, agar menjadi lebih jelas. d. Disarankan menggunakan bahasa lokal.

Konsultasi a. Tim Pengelola Kegiatan diwajibkan mendorong mereka untuk berbicara, pro aktif. b. Seluruh tanya jawab dan usulan dicatat di Format ini.

No 1

Nama Warga Jabatan Kepala Suku

Tanda tangan

2 Kepala Desa

3 Kepala Dusun

4

5

Lampiran

Daftar hadir lengkap Foto foto

Page 83: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 71

16

LA

MP

IRA

N 1

0

TA

BE

L K

OM

PILA

SI D

AFT

AR

WT

P,

AS

ET

-AS

ET

DA

N N

ILA

I K

OM

PE

NS

AS

I B

ER

DA

SA

RK

AN

HA

SIL

NE

GO

SIA

SI

Nam

a K

egia

tan

: Lokasi

:

NamaW

TP

JenisAset

KesepakatanHasilNegosiasiKompensasi

Tanah

Bangunan

Tanaman

AsetLainnya

Tanah

Bangunan Tanaman

Lainnya

Ukuran Status

Fungsi

Kondisi

Ukuran Status

FungsiPindah

/Tidak

Jenis

Jumlah

Jenis

Jumlah

tem

pat,

tanggal/bula

n/t

ahun,

M

engeta

hui,

Pengesa

han:

Ke

pa

la B

ap

pe

da

(P

en

ge

lola

Ke

gia

tan

/B

up

ati

/W

ali

ko

ta)

Page 84: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

72 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU

LAMPIRAN 11 BERITA ACARA NEGOSIASI

Kami yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Nama : Pekerjaan : Jabatan/instansi : Alamat : Alamat :

Perwakilan kelompok masyarakat Perwakilan Pemerintah Daerah

Nama Kegiatan

Lokasi Kegiatan

menyatakan bahwa kami telah bersepakat untuk mendapatkan dan memberikan kompensasi atas aset (tanah dan aset-aset diatasnya) yang terkena Kegiatan. Kesepakatan diraih atas dasar konsultasi dan musyawarah antara masyarakat dengan pihak Kegiatan tanpa paksaan dari pihak manapun. Konsultasi dan musyawarah telah diselenggarakan pada: (sebutkan hari/tanggal/bulan/tahun) dan jam, bertempat di: (sebutkan alamat atau lokasi pertemuan dengan kelompok masyarakat secara lengkap). Tanah yang terkena proyek berlokasi di:......................................................(sebutkan lokasi tanah dengan spesifik), seluas:..........................................................(m2) dan bernilai per meter persegi Rp.:............................................................................................................................ Aset lainnya yang terkena Kegiatan adalah:.................................................(sebutkan jenis aset lainnya di atas tanah yang terkena, misalnya: bangunan dan tanaman produktif), dengan nilai (sebutkan satuan nilainya, misalnya bangunan dengan harga per meter persegi) Rp.:.....................................................................................................................................

Pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya dengan tidak adanya paksaan apapun dari siapa pun. (lampiran: pihak-pihak yang bersepakat dalam konsultasi dan musyawarah mengenai kompensasi dapat dilihat pada halaman berikutnya). tempat, tanggal, tahun Mengetahui, Yang memberi pernyataan,

(Tandatangan) (Tandatangan)

(Nama Jelas: Pemilik Tanah) (Nama Jelas dan Posisi):

POKJA PKP Lampiran: Daftar dan tandatangan pihak-pihak yang bersepakat dalam konsultasi mengenai kompensasi. Nama jelas dan alamat serta tandatangan pihak-pihak yang bersepakat dalam konsultasi dan

musyawarah mengenai kompensasi (bukan daftar hadir).

Page 85: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 73

LAMPIRAN 12 BERITA ACARA KONSULTASI RENCANA PENGADAAN TANAH DAN PEMUKIMAN KEMBALI

Judul Kegiatan : Tanggal/ Bulan/ tahun : Waktu Konsultasi : Tempat Konsultasi :

Pengelola Kegiatan/Pelaksana Pengadaan tanah memberikan sosialisasi Kegiatan dan Rencana Pengadaan Tanah:

a. Diseminasi tentang tujuan dan manfaat dari Kegiatan secara rinci dan potensi dampak positif dan negatif, fisik dan non fisik yang timbul, batas wilayah cakupan dampak terutama yang akan berdampak kepada mereka.

b. Informasi mengenai kerangka kerja Pengadaan tanah dan relokasi, jika ada. c. Informasi mengenai kemungkinan skema Pengadaan tanah, misal dikompensasi, dibeli,

kemungkinan hibah dari pemilik tanah atau dipinjamkan oleh pemilik tanah atau tanahnya hanya dilewati.

d. Peta/sketsa Kegiatan Proyek, alat peraga/bantu agar menjadi lebih jelas.

Konsultasi: a. Tim Pengelola Kegiatan diwajibkan mendorong peserta pertemuan untuk berbicara

secara pro aktif, terutama berkaitan dengan dampak terhadap mereka dan aspirasi warga untuk minimalisasi dampak dan kemungkinan bentuk skema Pengadaan tanah dan kompensasi;

b. Seluruh tanya jawab dan usulan dicatat di Format ini; c. Berita Acara sosialisasi ini akan menjadi lampiran dalam Rencana Kegiatan. Catatan Proses Diskusi/Tanya Jawab: 1. ........................................... .............................................

2. . ........................................... ............................................. Hasil Kesepakatan (jika ada yang disepakati):

1. ........................................... ............................................. 2. ........................................... .............................................

Kami semua yang hadir setuju dengan Berita Acara yang dibuat bersama dengan pengelola Kegiatan/Pelaksana Pengadaan tanah, dengan daftar hadir terlampir.

Menyetujui, Jabatan di Desa Tanda Tangan 1. Nama 1 Kepala Desa 2. Nama 2 Perwakilan warga/tokoh masyarakat 3. Nama 3 .............

Mengetahui,

(Nama)

POKJA PKP Lampiran • Daftar hadir lengkap (Nama, jenis kelamin, alamat, status dalam keluarga, tanda tangan)

• Foto-foto

Page 86: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

74 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU

19

LA

MP

IR

AN

13

T

AB

EL K

OM

PIL

AS

I D

AFT

AR

WT

P D

AN

NIL

AI A

SE

T

Na

ma

Ke

gia

tan

:

Lo

ka

si

:

NamaW

TP

JenisAset

HasilPenaksiranNilaiAset

Tanah

Bangunan

Tanaman

Lainnya

Ukuran

Asli

Ukuran

Terkena

Proyek

%

Ukuran

Sisa

Tanah

Status

Fungsi K

ondisi

Ukuran

Asli

Ukuran

Terkena

Proyek

%

Ukuran

Sisa

Bngn

Kondisi

Fungsi P

indah

/Tidak Je

nis

Jumlah Je

nis

Jumlah T

anah Bangunan Tanaman Lainnya

tem

pat,

tanggal/bula

n/t

ahun

M

engeta

hui,

Pengesa

han:

Ke

pa

la B

ap

pe

da

(

Pe

ng

elo

la K

eg

iata

n/B

up

ati

/W

ali

ko

ta)

Page 87: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 75

LAMPIRAN 14 SURAT PERNYATAAN PELAKSANAAN UKL-UPL

No. …………………………..

Kami yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : ………………………………………………………………………………………………………………………. Jabatan : ………………………………………………………………………………………………………………………. Alamat : ………………………………………………………………………………………………………………………. Nomor telp. : ……………………………………………………………………………………………………………………….

Selaku penanggung-jawab atas kegiatan pembangunan dan operasional termasuk pengelolaan dan pemantauan lingkungan dari kegiatan :

Nama Kegiatan : ………………………………………………………………………………………………………………………. Lokasi Kegiatan : ………………………………………………………………………………………………………………………. Kabupaten : ………………………………………………………………………………………………………………………. Provinsi : ………………………………………………………………………………………………………………………. Dengan ini menyatakan bahwa: 1. Akan melaksanakan upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pematauan

Lingkungan Hidup (UPL) dalam bentuk memasukkan rekomendasi UKL-UPL ke dalam Detail Desain;

2. Kami telah memahami seluruh maksud yang tertuang dalam Dokumen UKL dan UPL; 3. Kami sanggup melaksanakan Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya

Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL) sebagaimana tertuang di dalam Dokumen ini dan bersedia secara berkala melaporkan hasinya kepada instansi terkait;

4. Kami bersedia dipantau terhadap kegiatan usaha kami sebagaimana tertuang di dalam dokumen ini oleh pejabat atau pihak yang berwenang sesuai perturan perundang-undangan yang berlaku;

5. Apabila kami lalai dalam melaksanakan pernyataan butir 3 sampai 4 yang kami kemukan di dalam Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Linkungan (UKL-UPL) ini, kami bersedia menghentikan kegiatan dan bertanggung jawab terhadap segala akibat kelalaian kami serta sanggup menerima sanksi hukum sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku;

6. Kami bersedia memperbaharui dokumen UKL-UPL ini apabila terjadi perubahan mendasar dalam kegiatan kami, serta kami bersdia merevisi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Demikian Surat Pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

tempat , tanggal , bulan, tahun Dinas/ Instansi terkait

Pemrakarsa/Pengelola Kegiatan

Materai 6000

………………………

Page 88: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

76 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU

LAMPIRAN 15 SURAT PERNYATAAN KESANGGUPAN PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN (SPPL) (Untuk Rencana Kegiatan yang tidak memerlukan UKL-UPL, berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 16/2012)

Kami yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : ……………………………………………………………………………………………………………………….. Jabatan : ……………………………………………………………………………………………………………………….. Alamat : ……………………………………………………………………………………………………………………….. Nomor telp. : ……………………………………………………………………………………………………………………….. Selaku penanggung jawab atas pengelolaan lingkungan dari: Nama perusahaan/BKM : …………………………………………………………………………………………………..… Alamat perusahaan/BKM : …………………………………………………………………………………………………..… Nomor telp.perusahaan : ……………………………………………………………………..…………………………..… Jenis usaha/ sifat usaha : ……………………………………………………………………….………………………..… Dengan ini menyatakan bahwa kami sanggup untuk: 1. Melaksanakan ketertiban umum dan senantiasa membina hubungan baik dengan tetangga

sekitar; 2. Menjaga kesehatan, kebersihan, dan keindahan di lingkungan usaha;

3. Bertanggungjawab terhadap kerusakan dan/atau pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh usaha dan/atau kegiatan tersebut;

4. Bersedia dipantau dampak lingkungan dari usaha dan/atau kegiatan oleh pejabat atau instansi yang berwenang;

5. Apabila kami lalai untuk melaksanakan pernyataan pada angka 1 sampai angka 4 di atas, kami bersedia bertanggungjawab sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Keterangan: Dampak lingkungan yang terjadi

1. 2. dst (lihat contoh Lampiran 15a) Merencanakan untuk melakukan pengelolaan dan pemantauan dampak lingkungan melalui 1. 2. dst. (lihat contoh Lampiran 15a) SPPL ini berlaku sejak tanggal ditetapkan sampai dengan berakhirnya usaha dan/atau kegiatan atau mengalami perubahan lokasi, desain, proses, bahan baku dan/atau bahan penolong. Tanggal, Bulan, Tahun Pengelola Kegiatan,

Materai Rp, 6.000,-

Tanda tangan, Cap perusahaan/BKM NAMA

Nomor registrasi dari Kantor Lingkungan Hidup setempat

Tanggal

Penerima

Page 89: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 77

LAMPIRAN 15A

POTENSI DAMPAK NEGATIF DAN TINDAKAN MITIGASI (Contoh kegiatan yang banyak dijumpai pada pelaksanaan Program KOTAKU)

Potensi Dampak Negatif Tindakan mitigasi

Jalan, jembatan dan Drainase

Erosi dari jalan yang sedang melakukan cut and fills dan menyebabkan sedimentasi di saluran

Batasi kegiatan pemindahkan tanah hanya pada waktu musim kering/panas

Lindungi permukaan tanah yang rentan dengan jerami

Lindungi saluran drainasi dengan pembatas atau berm

Instalasi ruang sedimentasi, tanami permukaan yang rawan erosi secepat mungkin

Pilih jalur yang lebih aman dari gangguan

Lakukan pemeliharaan tepat waktu

Terjadinya genangan air yang menjadi tempat pertumbuhan nyamuk dan vektor penyakit lainnya

Lakukan tindakan untuk mencegah dengan perbaikan pertamanan, pengisian dan drainasi

Jalan dan jembatan di lokasi yang rawan erosi dan longsor

Ubah jalur untuk menghidari kemiringan yg curam

Bangun turap penyangga dinding tanah

Gunakan tanaman untuk mencegah erosi dan longsor pada kemiringan

Gunakan teknologi khusus seperti sistem pengeringan (drain)

Saluran yg tersumbat karena kesalahan perencanaan dan pemeliharaan yg menyebabkan genangan air yg berdampak ke kesehatan

Pemeliharaan harus membersihkan sumbatan secara berkala

Gunakan saluran dari beton atau tembokan, saluran tanah membutuhkan tempat lebih banyak pemeliharaan yang lebih intensif.

Gunakan kemiringan alami yg lebih tanah terhadap erosi

Toilet Umum, Sanitasi, dan Penyediaan Air Bersih :

Permukaan air sumur hampir sama dengan rembesan, sumur terlalu dekat dgn tangki septik

Cek arah aliran air tanah. Sumur harus diletakkan hulu aliran

Bangun rembesan sejauh mungkin dari sumur

Sumur dalam kakus yang pasti rawan kontaminasi

Bangun bak air yg diissi dari melalui pipa atau ember

Jaga agar kakus tetap bersih dan jauh dari sumur

Pipa sanitasi dipermukaan tanah yang sangat rawan thd sinar matahari, terinjak, dan kenakalan manusia

Tanam pipa sanitasi dari kakus ke tangki septik

Buat lubang kontrol dan pipa udara utk tangki septik

Tangki septik yang tidak bagus strukturnya

Tangki septik yang bagus paling tidak terdiri dari:

Ada lubang kontrol dengan penutup

Pipa masuk kotoran

Bilik yang terbagi dgn dinding pembatas

Pipa luapan disambung dgn rembesan

Pipa udara (ventilasi)

Page 90: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

78 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU

Potensi Dampak Negatif Tindakan mitigasi

(Untuk memenuhi SNI - 2398 -2002 tentang jaringan septic tank)

MCK yang tidak memenuhi syarat Semua unsur utama MCK harus ada;

Kakus

Ventilasi kakus

Bak air dgn kran air/sambungan air dan lubang pembuangan

Ada tempat untuk mencuci yg lebih tinggi

Ada kran air utk isi ember

Ada parit sekeliling lantai untuk membuang air ke saluran pembuangan

Saluran limbah manusia mengandung limbah patogen harus dilakukan pengolahan sebelum dibuang ke saluran air yang ada

Saluran libah manusia harus disalurkan ke tempat pengolahan/ tangki septik

Tangki septik juga berfungsi sebagai pengolah limbah manusia

lindi dan bau dari pengelolaan limbah padat rumah tangga sementara harus dirawat sehingga tidak mencemari air permukaan tanah

Melakukan pemisahan sampah organik dan sampah anorganik

Limbah yang mengandung lindi disalurkan ke tangki yang lantainya dicor

Lindi disalukan ke tangki pengendapan yang lantainya dicor sebelum dibuang

Menutup sampah organik untuk mencegah bau dan menjadi kompos

Page 91: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 79

LAMPIRAN 16

DEFINISI DAN KRITERIA KAWASAN LINDUNG DAN DAERAH SENSITIF LAINNYA

NO. DEFINISI DAN KRITERIA

1 Hutan Lindung: Kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan system

penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi,

mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburuan tanah

Sumber: UU No. 41/1999

2 Lahan Basah: Daerah-daerah perairan rawa, air payau, lahan gambut, baik alami maupun buatan, tetap atau sementara, dengan air tergenang atau mengalir, tawar, payau atau asin, termasuk daerah-daerah perairan laut yang kedalamannya pada saat air surut tidak lebih dari enam meter. Kriteria:

Rawa air tawar, rawa air payau, rawa air asin, lahan gambut, perairan laut

Sumber: Konvensi Ramsar

3 Kawasan Resapan Air: Kawasan yang mempunyai kemampuan tingi untuk meresapkan air

hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (akifer) yang berguna sebagai sumber

air.

Kriteria:

Curah hujan yang tinggi, struktur tanah yang mudah meresapkan air dan

bentuk geomorfologi yang mampu meresapkan air hujan secara besar-besaran.

Sumber: Keppres No. 32/1990

4 Sempadan Pantai: Kawasan tertentu sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting

untuk mempertahankan kelsestarian fungsi pantai.

Krieteria: Daratan sepanjang tepian yang lebarnya proporsional dnegan bentuk dan kondisi fisik pantai minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi kea rah darat.

Sumber: Keppres No. 32/1990

5 Sempadan Sungai: Kawasan sepanjang kiri kanan sungai, termasuk sungai

buatan/kanal/saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat penting

untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai.

Kriteria: - Sekurang-kurangnya 100 meter di kiri kanan sungai besar dan 50 meter di kiri kanan anak

sungai yang berada di luar permukiman;

- Untuk sungai di kawasan permukiman berupa daerah sepanjang sungai yang diperkirakan

cukup untuk dibangun jalan inspeksi (10-15 meter)

Sumber: Keppres No. 32/1990

6 Kawasan sekitar Danau/Waduk: Kawasan tertentu di sekeliling danau/waduk yang

mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi danau/waduk.

Kriteria: Daratan sepanjang tepian danau/waduk yang lebarnya proporsional dengan bentuk

dan kondisi fisik danau/waduk antara 50-100 m dari titik pasang tertinggi. Sumber: Keppres No. 32/1990

Page 92: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

80 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU

NO. DEFINISI DAN KRITERIA

7 Kawasan sekitar Mata Air: Kawasan sekeliling mata air yang mempunyai manfaat penting

untuk mempertahankan kelestarian fungsi mata air.

Kriteria: sekurang-kurangnya dengan jari-jari 200 meter di sekitar mata air.

Sumber: Keppres No. 32/1990

8 Cagar Alam: Kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan

tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi

perkembangannya secara alami.

Kriteria:

- Kawasan yang ditunjuk mempunyai keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa dan tipe

ekosistemnya

- Mewakili formasi biota terntentu dan/atau unit-unit penyusun

- Mempunyai kondisi alam, baik biota maupun fisiknya yang masih asli dan tidak atau belum

diganggu manusia;

- Mempunyai luas dan bentuk tertentu agar menunjang pengelolaan yang efektif dengan

daerah penyangga yang cukup luas;

- Mempunyai ciri khas dan dapat merupakan satu-satunya contoh di suatu daerah serta

keberadaannya memerlukan upaya konservasi.

Sumber: UU No. 5/1990, Keppres 32/1990

- Kawasan yang ditunjuk mempunyai keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa dan tipe

9 Suaka Margasatwa: Kawasan suaka alam yang mempunyai ciri khas berupa

keanekaragaman dan atau keunikan jenis satwa yang untuk kelangsungan hidupnya dapat

dilakukan pembinaan terhadap habitatnya.

Sumber: UU No.5/1990

10 Taman Buru: Kawasan konservasi yang ditetapkan sebagai tempat wisata berburu.

Kriteria:

- Areal yang ditunjuk mempunyai luas yang cukup dan lapangannya tidka membahayakan;

dan/atau

- Kawasan yang terdapat satwa buru yang dikembangbiakkan sehingga memungkinkan

perburuan secara teratur dengan mengutamakan segi rekreasi, olah raga dan kelestarian

satwa.

Sumber: UU No. 41/1999

11 Daerah Pengungsian Satwa: Kawasan suaka alam yang merupakan tempat

berkembangbiaknya satwa yang sejak semula menghuni kawasan tersebut.

Kriteria: - Merupakan wilayah kehidupan satwa yang sejak semula menghuni areal tersebut;

- Mempunyai luas tertentu yang memungkinkan berlangsungnya proses hidup

dan kehidupan serta berkembangbiaknya satwa tersebut.

Sumber: Keppres No. 32/1990

Page 93: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 81

NO. DEFINISI DAN KRITERIA

12 Suaka Alam Laut dan Perairan Lainnya: Daerah yang mewakili ekosistem khas di lautan maupun perairan lainnya, yang merupakan habitat alami yang memberikan tempat maupun perlindungan bagi perkembangan keanekaragaman tumbuhan dan satwa yang ada.

Kriteria: Kawasan berupa perairan laut, perairan darat, wilayah pesisir, muara sungai,

gugusan arang dan atol yang mempunyai ciri khas berupa keanekaragaman dan atau

keunikan ekosistem.

Sumber: Keppres No.32/1990

13 Kawasan Pantai Berhutan Bakau: Kawasan pesisir laut yang merupakan habitat alami

hutan bakau (mangrove) yang berfungsi mempberi perlindungan kepada perikehidupan

pantai dan lautan. Kriteria: Minimal 130 kali nilai rata-rata perbedaan air pasang tertinggi dan terendah tahunan diukur dari garis air surut terendah ke arah darat. Sumber: Keppres No. 32/1990

14 Taman Nasional: Kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola

dengan system zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, pendidikan, menunjang

budidaya, pariwisata, dan rekreasi.

Kriteria: Kawasan berhutan atau bervegetasi tetap, yang memiliki flora dan fauna yang

beraneka ragam, memiliki arsitektur bentang alam yang baik dan memiliki akses yang baik

untuk keperluan pariwisata (Keppres No. 32/1990)

Sumber: UU No.5/1990 dan Keppres No.32/1990

15 Taman Hutan Raya: Kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan/atau

satwa alami atau buatan, jenis asli dan/atau bukan asli, yang dimanfaatkan untuk tujuan

penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata, dan

rekreasi. (UU No.5/1990)

Kriteria: Kawasan berhutan atau bervegetasi tetap, yang memiliki flora dan fauna yang

beranekaragam, memiliki arsitektur bentang alam yang baik dan memiliki akses yang baik

untuk keperluan pariwisata.

Sumber: UU No. 5/1990 dan Keppres No. 32/1990

16 Taman Wisata Alam: Kawasan pelestarian alam di darat maupun di laut yang terutama

dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam.

Kriteria: Kawasan berhutan atau bervegetasi tetap, yang memiliki flora dan fauna yang

beranekaragam, memiliki arsitektur bentang alam yang baik dan memiliki akses yang baik

untuk keperluan pariwisata.

Sumber: UU No. 5/1990 dan Keppres No. 32/1990

17 Cagar Budaya dan Bangunan-bangunan Monumental, Tradisional dan Keagamaan: Kawasan

dimana lokasi bangunan-bangunan hasil budaya manusia yang bernilai tinggi dan

monumental serta bentukan geologi alami yang khas eksistensinya secara local maupun

nasional.

Page 94: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

82 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU

NO. DEFINISI DAN KRITERIA

18 Daerah-daerah dan tempat-tempat yang dilindungi: Areal dan tempat yang secara

tradisional dianggap memiliki kaitan dengan system religi kelompok social masyarakat.

Kriteria: - Dianggap sebagai tempat keramat yang dipercayai masyarakat;

- Sebagai tempat acara ritual tradisional.

19

Komunitas Rentan: Kelompok masyarakat yang menempati wilayah tertentu dan memiliki identitas social budaya yang berbeda dari masyarakat umumnya, dan sangat rentan terhadap proses pembangunan jalan. Kriteria:

- Berbentuk komunitas kecil, tertutup, dan homogeny;

- Pranata social bertumpu pada hubungan kekerabatan;

- Pada umumnya terpencil secara geografis dan relative sulit dijangkau;

- Pada umumnya masih hidup dengan system ekonomi subsisten;

- Peralatan teknologinya sederhana;

- Ketergantungan pada lingkungan hidup dan SDA setempat relative tinggi;

- Terbatasnya akses pelayanan social, ekonomi, dan politik.

Selain kelompok diatas, yang termasuk kelompok Masyarakat Rentan ini adalah kelompok

miskin yang memiliki 3 dari 8 kriteria, serta tinggal di kawasan sensitive.

20 Kawasan Permukiman: Kawasan yang digunakan atau diperuntukkan sebagai tempat

permukiman dengan segala prasarana pendukungnya. Kriteria: Kepadatan penduduk minimal 250 jiwa/ha dan dilengkapi fasos dan fasum.

21 Kawasan Rawan Bencana Alam: Kawasan yang berpotensi tinggi dan sangat rentan

mengalami kerusakan yang diakibatkan oleh bencana alam.

Kriteria: Berpotensi tinggi mengalami bencana alam seperti letusan gunung berapi, gempa

bumi dan/atau longsor.

Sumber: Keppres No. 32/1990 dan Perka BNPB No 2 Tahun 2012 22 Lahan Produktif: Sawah, kebun dan/atau tambak milik masyarakat umum yang

mennghasilkan komoditas bernilai ekonomi dan diandalkan sebagai sumber penghasilan bagi

pemiliknya.

Kriteria:

- Perlindungan dilakukan untuk mencegah penciutan luas areal produktif karena alih fungsi

lahan, dan mempertahankan tingkat produktivitasnya;

- Diandalkan sebagai sumber pendapatan ekonomi untuk kehidupan pemiliknya;

- Diandalkan sebagai kawasan penghasil komoditas dengan nilai ekonomi tinggi

- Mempunyai peran social yang tinggi khususnya dalam penyediaan lapangan kerja

bagi masyarakat petani.

Page 95: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 83

NO. DEFINISI DAN KRITERIA

23 Daerah Berlereng Curam: Kawasan dengan kemiringan permukaan tanah yang

curam/terjal ≥ 40%.

Kriteria: Kemiringan lereng ≥ 40%; Umumnya berada di daerah pegunungan; Rawan longsor.

Sumber: Keppres No. 32/1990

24 Kawasan Komersial: Kawasan yang digunakan atau diperuntukkan sebagai tempat

perdagangan dan jasa (komersial).

Kriteria: - Kegiatan transaksi barang atau jasa yang tinggi

- Pengumpulan dan distribusi komoditas perdagangan yang tinggi

- Dilengkapi fasilitas pendukung yang baik.

Sumber: Petunjuk Praktis Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan No. 01/P/BM/2014

Page 96: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

84 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU

28

LAMPIRAN 17

FORMAT UKL-UPL

(UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN)

Format berikut ini adalah contoh Format Isian untuk Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL)

dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL). Format ini mendeskripsikan dampak lingkungan dari

Kegiatan yang direncanakan upaya pengelolaannya. Sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari UKL-

UPL ini, suatu Surat Pernyataan Pelaksanaan UKL-UPL akan dilampirkan dengan menggunakan contoh

format di Lampiran 2. Format ini sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup

No.16/2012 yang dapat dijadikan acuan selanjutnya.

Judul Bab/Sub Bab Isi/Keterangan

Surat Pernyataan dari Pengelola Kegiatan Pengelola Kegiatan a. Surat pernyataan dari Pengelola Kegiatan yang menyatakan bahwa mereka bertanggung-jawab

untuk memastikan upaya pengelolaan lingkungan (UKL) dan upaya pemantauan lingkungan (UPL)

akan dilaksanakan. Surat pernyataan ini ditulis di atas kertas bermaterai dengan diketahui oleh

Kepala Bapedalda dan Kepala Daerah setempat (Gubernur/Bupati/Walikota).

b. Pengelola Kegiatan dalam kerangka pengamanan lingkungan terdiri dari penyusun dan pelaksana

Kegiatan serta pihak yang bertanggungjawab di dalam pengoperasian dan pemeliharaan Kegiatan

serta pihak-pihak lainnya yang bertanggungjawab dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan.

I. IDENTITAS PENGELOLA/PEMRAKARSA KEGIATAN 1.1 Nama Perusahaan

1.2 Nama Pengelola/

Pemrakarsa

Kegiatan

1.3 Alamat, Nomor

Telepon dan Fax,

Website dan Email

Nama institusi Pengelola/Pemrakarsa Kegiatan serta uraian

tanggungjawabnya pada setiap tahapan Kegiatan, meliputi:

a. Dinas atau instansi yang bertanggungjawab di dalam penyusunan

dan pelaksanaan Kegiatan;

b. Dinas atau instansi yang bertanggungjawab di dalam pengoperasian dan pemeliharaan Kegiatan setelah konstruksi selesai;

c. Dinas atau instansi yang bertanggungjawab dalam pengelolaan dan

pemantauan lingkungan.

Alamat jelas untuk dari dinas atau instansi terkait dengan Kegiatan sesuai

dengan poin 1.1.

II. RENCANA KEGIATAN DAN DAMPAKNYA 2.1 Nama Kegiatan Nama Kegiatan secara lengkap dan jelas.

2.2 Lokasi Kegiatan a. Lokasi Kegiatan disebutkan dengan jelas: Kelurahan/ Desa,

Kabupaten/ Kota, dan Provinsi tempat Kegiatan dan komponen

kegiatannya dilangsungkan.

b. Rencana Kegiatan digambarkan melalui peta dalam skala yang memadai

(skala peta dicontohkan dalam 1:50.000 dan letak lokasi berdasarkan

Garis Lintang dan Garis Bujur).

Page 97: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 85

29

Judul Bab/Sub Bab Isi/Keterangan

2.3 Skala Kegiatan Perkiraan komponen dan skala pekerjaan Kegiatan dengan ukuran yang

jelas (dalam satuan tertentu), misalnya: pembangunan pasar dengan

kapasitas tertentu yang dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas pendukung

upaya pengelolaan lingkungan (disebutkan jenis atau komponen beserta

skalanya).

2.4 Garis besar

Komponen

pekerjaan Kegiatan

Uraian secara singkat dan jelas komponen pekerjaan Kegiatan yang

berpotensi menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Komponen

pekerjaan Kegiatan ini dibagi berdasarkan tahap-tahap berikut ini:

a. Pra-konstruksi, misalnya: mobilisasi tenaga kerja dan material, pengangkutan, dan lainnya;

b. Konstruksi , misalnya: penggunaan air tanah, pemasangan pipa air dan gas, dan lainnya;

c. Operasional dan Pemeliharaan: Pasca-Konstruksi, contohnya:

pembersihan sisa-sisa material dan timbunan, dan lainnya.

Lampirkan bagan alir/sketsa yang menjelaskan alur pekerjaan Kegiatan tersebut, jika relevan.

Diuraikan secara singkat dan jelas mengenai Kegiatan dengan potensi

dampak terhadap lingkungan, jenis dampak yang dapat terjadi, ukuran

yang menyatakan besaran dampak, dan hal-hal lainnya yang perlu untuk

menjelaskan dampak lingkungan yang akan terjadi terhadap lingkungan

hidup dan sosial. Penjelasan ini dapat ditampilkan dalam bentuk tabel

dengan kolom yang berisi aspek-aspek tersebut. Ukuran atau besaran

dampak dilengkapi dengan satuan pengukuran yang didasarkan pada

peraturan perundangan yang berlaku atau kajian ilmiah tertentu. Aspek

pengendalian hama tanaman perlu diperhatikan oleh pemrakarsa proyek

saat penyusunan dokumen UKL-UPL (sesuai Peraturan Menteri Pekerjaan

Umum No.10/PRT/M/2008, Lampiran 1, hal.1).

IV. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

4.1 Upaya Pengelolaan

Lingkungan

4.2 Upaya Pemantauan

Lingkungan

a. Rencana upaya pengelolaan lingkungan (UKL) berisi rencana itu

sendiri, beserta pihak penanggungjawab, frekuensi intervensi/

pelaksanaan pengelolaan lingkungan, jadwal pelaksanaan dan

mekanisme pengelolaan (tata cara pengelolaan, metode, dan

lainnya) dampak lingkungan terkait dengan berbagai jenis dampak

yang sudah diidentifikasi dalam poin III.

b. Rencana ini dapat ditampilkan dalam bentuk tabel yang minimal

berisi kolom-kolom sebagai berikut: jenis dampak, sumber, besaran,

tolok ukur, upaya pengelolaan, frekuensi, penanggung-jawab, dan

keterangan.

a. Rencana upaya pemantauan lingkungan (UPL) berisi rencana itu

sendiri, beserta pihak penanggungjawab, frekuensi intervensi

pelaksanaan pemantauan lingkungan, jadwal pelaksanaandan

mekanisme pemantauan (tata cara pemantauan, metode, dan

lainnya) dampak lingkungan terkait dengan jenis upaya pengelolaan

lingkungan yang sudah diidentifikasi dalam poin 4.1.

b. Rencana ini dapat ditampilkan dalam bentuk tabel yang minimal

berisi kolom-kolom sebagai berikut: jenis dampak, sumber, besaran,

tolok ukur, upaya pengelolaan, frekuensi dan jadwal pemantauan,

penanggung-jawab, dan keterangan. Dalam pemantauan ini, tolok

ukur disesuaikan dengan peraturan perundangan tertentu mengenai

III. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

29

Diuraikan secara singkat dan jelas mengenai Kegiatan dengan potensi

dampak terhadap lingkungan, jenis dampak yang dapat terjadi, ukuran

yang menyatakan besaran dampak, dan hal-hal lainnya yang perlu untuk

menjelaskan dampak lingkungan yang akan terjadi terhadap lingkungan

hidup dan sosial. Penjelasan ini dapat ditampilkan dalam bentuk tabel

dengan kolom yang berisi aspek-aspek tersebut. Ukuran atau besaran

dampak dilengkapi dengan satuan pengukuran yang didasarkan pada

peraturan perundangan yang berlaku atau kajian ilmiah tertentu. Aspek

pengendalian hama tanaman perlu diperhatikan oleh pemrakarsa proyek

saat penyusunan dokumen UKL-UPL (sesuai Peraturan Menteri Pekerjaan

Umum No.10/PRT/M/2008, Lampiran 1, hal.1).

IV. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

4.1 Upaya Pengelolaan

Lingkungan

4.2 Upaya Pemantauan

Lingkungan

a. Rencana upaya pengelolaan lingkungan (UKL) berisi rencana itu

sendiri, beserta pihak penanggungjawab, frekuensi intervensi/

pelaksanaan pengelolaan lingkungan, jadwal pelaksanaan dan

mekanisme pengelolaan (tata cara pengelolaan, metode, dan

lainnya) dampak lingkungan terkait dengan berbagai jenis dampak

yang sudah diidentifikasi dalam poin III.

b. Rencana ini dapat ditampilkan dalam bentuk tabel yang minimal

berisi kolom-kolom sebagai berikut: jenis dampak, sumber, besaran,

tolok ukur, upaya pengelolaan, frekuensi, penanggung-jawab, dan

keterangan.

a. Rencana upaya pemantauan lingkungan (UPL) berisi rencana itu

sendiri, beserta pihak penanggungjawab, frekuensi intervensi

pelaksanaan pemantauan lingkungan, jadwal pelaksanaandan

mekanisme pemantauan (tata cara pemantauan, metode, dan

lainnya) dampak lingkungan terkait dengan jenis upaya pengelolaan

lingkungan yang sudah diidentifikasi dalam poin 4.1.

b. Rencana ini dapat ditampilkan dalam bentuk tabel yang minimal

berisi kolom-kolom sebagai berikut: jenis dampak, sumber, besaran,

tolok ukur, upaya pengelolaan, frekuensi dan jadwal pemantauan,

penanggung-jawab, dan keterangan. Dalam pemantauan ini, tolok

ukur disesuaikan dengan peraturan perundangan tertentu mengenai

Page 98: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

86 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU

30

Judul Bab/Sub Bab Isi/Keterangan

V. TANDA TANGAN

DAN CAP

VI. DAFTAR PUSTAKA

dampak lingkungan yang teridentifikasi dalam point III.

Setelah UKL-UPL disusun dengan lengkap, Pengelola Kegiatan wajib

menandatangani dan membubuhkan cap usaha dan/atau kegiatan

yang bersangkutan.

Masukkan berbagai rujukan atau referensi yang digunakan

dalam penyusunan UKL-UPL.

VII. LAMPIRAN Lampirkan berbagai dokumen atau informasi yang relevan dengan UKL- UPL, misalnya: lembar hasil pemantauan, dan lainnya.

Page 99: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 87

LAMPIRAN 18

PROSEDUR OPERASI STANDAR PENGELOLAAN LINGKUNGAN

1. Jalan dan Jembatan:

Petunjuk Praktis Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan No. 01/P/BM/2014

mencakup antara lain:

a. Prosedur Penyaringan Lingkungan (Screening)

b. Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup Bidang Jalan.

c. Perizinan Terkait Penyelenggaraan Jalan di Kawasan Hutan dan Lahan Pertanian

Pangan Berkelanjutan.

d. Penyusunan Dokumen LARAP Bidang Jalan.

e. Pembuatan Basecamp yang Berwawasan Lingkungan pada Pekerjaan Jalan.

2. Air Minum:

a. Peraturan Kementerian Pekerjaan Umum No. 18/PRT/M/2007, mengenai Sistem

Pengelolaan Air Minum, yang mencakup:

- Pedoman Pengembangan Rencana Induk, Penyiapan Studi Kelayakan, Fase

Konstruksi.

b. Pedoman untuk Sistem Pengelolaan Air Minum Sederhana;

- Pedoman untuk pembangunan mata air, broncaptering, sumur air dalam,

pengolahan air sederhana, hidran publik, instalasi perpipaan, dan operasional dan

pemeliharaan.

3. Irigasi:

a. Pedoman rehabilitasi/peningkatan sistem irigasi, untuk mencegah dampak efek hilir

yang merugikan. Dapat mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.

15/PRT/M/2010, Bagian III.3.2.2 dan III.3.3.2.

4. Sanitasi:

a. Petunjuk Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus Sanitasi Lingkungan Berbasis

Masyarakat –Ditjen Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum, 2014.

Page 100: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

88 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU

LAMPIRAN 19 UNSUR-UNSUR RENCANA KERJA PENGADAAN TANAH DAN PEMUKIMAN KEMBALI

LARAP KOMPREHENSIF LARAP Komprehensif mencakup unsur-unsur di bawah ini, sebagaimana yang sesuai. Bila suatu unsur tidak sesuai dengan keadaan proyek, hal tersebut perlu dicatat pada LARAP Komprehensif. Semua unsur di bawah ini perlu dicakup dalam LARAP Sederhana, kecuali butir 5, 6, 11, 12, 13, dan 14: 1. Uraian tentang Kegiatan Proyek. Uraian umum tentang Kegiatan dan identifikasi kawasan

Kegiatan. 2. Dampak yang mungkin terjadi. Identifikasi (a) komponen Kegiatan yang akan membutuhkan

pengadaan tanah atau menyebabkan pemukiman kembali; (b) kawasan yang terkena dampak Kegiatan tersebut; (c) alternatif-alternatif yang dipertimbangkan untuk menghindari atau meminimalkan pemukiman kembali; dan (d) mekanisme yang ditetapkan untuk meminimalkan pengadaan tanah dan/atau pemukiman kembali, sampai ke tingkat yang mungkin diupayakan.

3. Tujuan-tujuan. Tujuan-tujuan utama LARAP Komprehensif. 4. Sensus Warga Terkena Proyek (WTP) dan inventaris aset terkena dampak. Hasil-hasil sensus dan

inventaris aset, termasuk informasi berikut ini:

a. daftar WTP, yang membedakan antara WTP yang berhak atas tanah dan para penghuni tanpa hak atas tanah;

b. inventaris bidang tanah dan bangunan terkena dampak termasuk informasi berikut ini:

- Ukuran total bidang tanah terkena dampak, ukuran kawasan yang akan diambil untuk Kegiatan Proyek, dan ukuran tanah sisa;

- Status kepemilikan tanah/bangunan yang terkena dampak dan bukti kepemilikan; - Fungsi tanah/bangunan yang terkena dampak;

- Kondisi bangunan (permanen, semi permanen, sementara, dsb.); - Aset lain yang terkena dampak (pohon, tanaman pangan, sumur, pagar, dsb.).

c. jumlah total WTP dan Rumah Tangga Terkena Proyek (RTP);

d. jumlah RTP yang harus pindah, dengan membedakan antara (1) mereka yang akan dapat membangun kembali rumah mereka di tanah sisa dari bidang tanah yang terkena dampak Kegiatan dan (2) mereka yang akan terpaksa pindah ke lokasi lain; dan

e. jumlah RTP yang akan kehilangan lebih dari 10% aset produktif mereka.

Informasi di atas perlu diringkaskan dalam suatu tabel sebagaimana ditampilkan di Lampiran 10 5. Kajian sosio-ekonomi. Temuan-temuan pada sebuah kajian sosioekonomi yang mencakup RTP

yang mengalami kehilangan lebih dari 10% dari aset produktif mereka dan/atau terpaksa pindah ke lokasi lain. Kajian sosioekonomi tersebut perlu mencakup unsur-unsur berikut ini: a. hasil sensus terhadap WTP di butir (4) diatas;

b. suatu uraian tentang sistem produksi, tenaga kerja, dan organisasi rumah tangga;

c. pola-pola interaksi sosial di dalam masyarakat yang terkena dampak, termasuk jaringan sosial dan sistem dukungan sosial, dan bagaimana mereka akan terkena dampak Kegiatan;

d. informasi tentang kelompok-kelompok atau warga yang rentan (misal perempuan, kelompok warga sangat miskin, orang cacat);

Page 101: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 89

e. sistem kepemilikan hak atas tanah dan sistem pengalihan, termasuk suatu inventaris sumber daya alam milik bersama, yang darinya warga memperoleh mata pencaharian dan makanan mereka, sistem hak pakai berbasis non-hak-milik (termasuk penangkapan ikan, memetik hasil tanaman untuk dimakan, atau penggunaan kawasan hutan) yang diatur dengan mekanisme alokasi tanah yang diakui setempat, dan setiap masalah yang timbul karena berbagai sistem hak untuk menempati tanah;

f. infrastruktur publik dan pelayanan sosial yang akan terkena dampak;

g. ciri-ciri sosial dan budaya WTP, termasuk suatu uraian tentang lembaga-lembaga formal dan informal (mis, organisasi-organisasi masyarakat, kelompok-kelompok ritual, organisasi- organisasi non-pemerintah (LSM) yang mungkin terkait dengan strategi konsultasi serta proses desain dan implementasi kegiatan pemukiman kembali;

h. informasi awal mengenai mata pencaharian (termasuk, bila sesuai, tingkat produksi dan penghasilan yang diperoleh dari kegiatan ekonomi formal maupun informal) serta tingkat kehidupan (termasuk status kesehatan) WTP; dan

i. penyediaan informasi yang diperbaharui secara berkala mengenai mata pencaharian dan standar hidup warga yang dipindahkan sehingga informasi terbaru tersedia pada saat mereka dipindahkan.

6. Analisis secara hukum. Temuan dari suatu analisa terhadap kerangka hukum, a. Ruang lingkup kekuasaan yang unggul dan sifat kompensasi yang terkait dengan hal

terssebut, baik dari segi metodologi penilaian dan waktu pembayaran; b. Prosedur hukum dan administrasi yang berlaku, termasuk deskripsi cara remediasi yang

tersedia untuk WTP dalam proses peradilan, kerangka waktu normal untuk prosedur tersebut, dan alternatif mekanisme penyelesaian sengketa yang tersedia yang mungkin relevan dengan mekanisme skema pemukiman kembali dalam Proyek ini;

c. Hukum yang relevan (termasuk hukum adat dan tradisional) yang mengatur kepemilikan lahan, penilaian aset dan kerugian, kompensasi dan penggunaan alami dari hak, hukum adat pribadi yang berkaitan dengan perpindahan, dan undang-undang lingkungan dan peraturan kesejahteraan sosial;

d. Hukum dan peraturan yang berkaitan dengan instansi yang bertanggung jawab untuk melaksanakan pembebasan lahan dan pemukiman kembali ;

e. Langkah-langkah hukum yang diperlukan untuk memastikan pelaksanaan secara efektif dari pengadaan tanah dan pemukiman kembali dalam Kegiatan, termasuk, sebagaimana sesuai dengan proses untuk mengakui klaim atas hak-hak hukum atas tanah, termasuk klaim yang diperoleh sesuai dengan hukum adat dan penggunaan tradisional.

7. Kerangka Kelembagaan. Temuan-temuan analisis terhadap kerangka kelembagaan yang

mencakup:

a. identifikasi lembaga-lembaga yang bertanggungjawab atas kegiatan-kegiatan pengadaan tanah, pembayaran kompensasi/ ganti kerugian, pemukiman kembali (dan program rehabilitasi, bila ada) dan LSM-LSM yang mungkin mempunyai peran dalam pelaksanaan Kegiatan;

b. suatu kajian terhadap kapasitas kelembagaan dari lembaga-lembaga dan LSM-LSM

tersebut; dan

c. setiap langkah yang diusulkan untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan dari lembaga- lembaga dan LSM-LSM yang bertanggungjawab atas pelaksanaan pemukiman kembali.

8. Keberhakan. Identifikasi WTP yang akan berhak mendapatkan kompensasi, bantuan

pemukiman kembali/relokasi dan dukungan rehabilitasi serta penjelasan mengenai kriteria yang digunakan untuk menentukan keberhakan WTP, termasuk waktu untuk mengumumkan WTP

Page 102: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

90 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU

sebagai pihak yang terkena dampak dan layak untuk mendapatkan kompensasi (the cut-off- date).

9. Penilaian aset dan perhitungan kompensasi atas aset yang terkena. Suatu uraian tentang prosedur yang akan diikuti untuk menentukan bentuk dan jumlah kompensasi yang akan ditawarkan kepada WTP, yang merupakan hasil penilaian dari tim penilai independen.

10. Kompensasi, bantuan relokasi/pemukiman kembali dan dukungan rehabilitasi. Suatu uraian mengenai (1) berbagai paket kompensasi untuk ditawarkan bagi WTP yang kehilangan tanah dan aset lain, (2) bantuan relokasi untuk ditawarkan kepada warga yang secara fisik dipindahkan, dan (3) dukungan rehabilitasi bagi warga yang kehilangan sumber penghasilan atau mata pencaharian sebagai akibat pengadaan tanah untuk Kegiatan. Paket-paket kompensasi, digabung dengan bantuan dan dukungan lain yang ditawarkan untuk setiap kategori WTP harus memadai agar kehidupan WTP tidak menjadi lebih buruk. Pilihan-pilihan relokasi dan bantuan lain yang ditawarkan kepada WTP harus dipersiapkan dengan berkonsultasi dengan mereka dan harus layak secara teknis dan ekonomi, serta sesuai dengan pilihan-pilihan yang lebih disukai dari sudut budaya WTP.

11. Seleksi lokasi, persiapan lokasi dan relokasi. Alternatif tempat relokasi yang dipertimbangkan

serta penjelasan mengenai lokasi-lokasi yang dipilih tersebut, yang mencakup: a. pengaturan kelembagaan dan teknis untuk mengidentifikasi dan mempersiapkan

tempat relokasi, apakah di pedesaan atau perkotaan, dimana terdapat suatu kombinasi potensi produktif, manfaat-manfaat di lokasi yang baru, serta kombinasi faktor-faktor lain, yang sejauh memungkinkan, setidaknya sebanding dengan manfaat-manfaat di lokasi yang lama, dengan suatu perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh dan mengalihkan tanah serta sumber daya tambahan;

b. setiap langkah yang perlu untuk mencegah spekulasi tanah atau membanjirnya orang- orang yang tidak memenuhi syarat di lokasi yang dipilih;

c. prosedur untuk relokasi fisik berdasarkan Kegiatan, termasuk jadwal untuk persiapan lokasi dan pengalihan; dan

d. penyelenggaraan hukum untuk meresmikan hak menempati tanah dan untuk mengalihkan hak kepada para pemukim kembali.

12. Perumahan, infrastruktur, dan pelayanan sosial. Rencana untuk menyediakan (atau membiayai

para pemukim kembali untuk mendapatkan penyediaan) perumahan, infrastruktur (mis: air bersih, jalan pendukung), serta pelayanan sosial (mis, sekolah, pelayanan kesehatan); rencana untuk memastikan adanya pelayanan-pelayanan sebanding dengan yang didapatkan oleh penduduk penerima; setiap pengembangan lokasi, teknik, dan desain arsitektur untuk fasilitas- fasilitas ini.

13. Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Suatu uraian mengenai batas-batas kawasan

relokasi; dan penilaian mengenai dampak lingkungan hidup akibat pengadaan tanah yang diusulkan serta langkah-langkah untuk mengurangi dan mengatasi dampak-dampak ini (dikoordinasikan sebagaimana perlu dengan penilaian lingkungan hidup mengenai investasi utama yang membutuhkan pengadaan tanah).

14. Proses partisipatif Keterlibatan warga yang terkena proyek dan warga/masyarakat penerima:

a. Suatu deskripsi mengenai strategi untuk berkonsultasi dengan dan partisipasi warga yang dipindahkan maupun warga penerima (host community) dalam desain maupun pelaksanaan kegiatan pengadaan tanah;

Page 103: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 91

b. Suatu ringkasan terhadap pandangan-pandangan yang dinyatakan oleh WTP dan bagaimana pandangan-pandangan ini turut diperhitungkan dalam mempersiapkan Rencana Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali;

c. Tinjauan terhadap alternatif-alternatif pengadaan tanah yang ditawarkan serta keputusan yang dibuat oleh WTP mengenai berbagai pilihan yang tersedia bagi mereka, termasuk pilihan-pilihan yang berkaitan dengan bentuk kompensasi dan bantuan akibat kegiatan pengadaan tanah, pemindahan sebagai keluarga, orang-perorangan atau sebagai bagian masyarakat yang ada sebelumnya atau kelompok-kelompok kekerabatan, upaya untuk mempertahankan pola-pola organisasi kelompok yang ada, serta upaya untuk mempertahankan akses ke tanah milik budaya (mis tempat ibadat, pusat-pusat ziarah, pemakaman);

d. Pengaturan yang dilembagakan yang dengannya warga yang dipindah dapat menyampaikan keprihatinannya kepada pihak berwenang dalam proyek selama perencanaan dan pelaksanaan, serta langkah-langkah untuk memastikan bahwa kelompok- kelompok yang rentan diwakili secara memadai; dan

e. Langkah-langkah yang diambil untuk mengurangi dampak pengadaan tanah pada warga/komunitas penerima (jika ada relokasi), termasuk konsultasi dengan warga penerima dan Pemerintah Daerah. Terdapat pengaturan untuk mempercepat pembayaran kepada warga/masyarakat untuk tanah atau aset lain yang terkena dampak, yang kemudian dibeli untuk warga yang dipindahkan, sebagaimana pengaturan untuk mengatasi setiap konflik yang mungkin timbul antara warga yang dimukimkan kembali dan masyarakat penerima; serta setiap langkah yang perlu untuk melengkapi pelayanan (mis, pendidikan, air, kesehatan, dan pelayanan-pelayanan produksi) di lokasi tersebut agar fasilitas milik warga/masyarakat penerima sebanding dengan pelayanan-pelayanan yang diberikan bagi warga yang dimukimkan kembali.

15. Prosedur penanganan keluhan. Prosedur yang dapat diakses (murah dan mudah) oleh pihak

ketiga untuk penyelesaian perselisihan yang timbul dari Kegiatan, sebagaimana tercantum dalam LARAP Komprehensif. Prosedur penanganan keluhan tersebut perlu mempertimbangkan ketersediaan pilihan penyelesaian melalui pengadilan serta mekanisme penyelesaian lainnya, seperti penyelesaian perselisihan berbasis masyarakat dan secara tradisional.

16. Tanggung jawab organisasi. Kerangka organisasi untuk pengadaan tanah dan pemukiman kembali, termasuk identifikasi lembaga-lembaga yang bertanggung jawab atas pelaksanaan LARAP Komprehensif, pelaksanaan prosedur pengadaan tanah dan penyediaan pelayanan; rencana untuk memastikan koordinasi yang memadai antara berbagai lembaga dan yurisdiksi yang terlibat dalam pelaksanaan; serta setiap langkah (termasuk bantuan teknis) yang dibutuhkan untuk memantapkan kapasitas Pengelola Kegiatan guna mendesain dan melaksanakan kegiatan pengadaan tanah; ketentuan-ketentuan untuk mengalihkan kepada pihak berwenang di daerah atau kepada para pemukim kembali tanggungjawab atas pengelolaan fasilitas dan pelayanan yang disediakan berdasarkan proyek dan untuk mengalihkan tanggung jawab lain dari pihak pelaksana pengadaan tanah, bila ada.

17. Jadwal pelaksanaan. Suatu jadwal pelaksanaan yang mencakup semua kegiatan pengadaan tanah, mulai dari persiapan sampai ke pelaksanaan, termasuk tanggal yang ditargetkan untuk pencapaian manfaat-manfaat yang diharapkan bagi para pemukim kembali dan tuan rumah serta penghentian berbagai bentuk bantuan. Jadwal perlu menunjukkan bagaimana kegiatan

Page 104: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

92 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU

pengadaan tanah dan pemukiman kembali dikaitkan dengan pelaksanaan kegiatan konstruksi secara keseluruhan.

18. Biaya dan anggaran. Tabel yang memperlihatkan perkiraan biaya yang dicantumkan untuk semua kegiatan pengadaan tanah, termasuk pertimbangan terhadap inflasi, pertumbuhan penduduk, dan biaya tak terduga lainnya; jadwal pengeluaran; sumber dana; dan rencana untuk arus dana yang tepat waktu, dan pendanaan untuk pengadaan tanah, bila ada, pada bidang-bidang di luar yurisdiksi pengelola Kegiatan (dapat dilihat pada Matriks Rencana Tindak Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali).

19. Pemantauan dan evaluasi. Rencana pemantauan terhadap kegiatan pengadaan tanah dan pemukiman kembali oleh instansi pelaksana, yang didukung oleh para pemantau independen sesuai peraturan yang berlaku, untuk memastikan informasi yang lengkap dan obyektif; indikator-indikator pemantauan kinerja guna mengukur input, output, dan hasil untuk kegiatan Pengadaan tanah; keterlibatan WTP dalam proses pemantauan; evaluasi dampak pengadaan tanah selama jangka waktu yang ditentukan setelah semua kegiatan Pengadaan tanah dan kegiatan yang berkaitan dengan pembangunan diselesaikan; menggunakan hasil pemantauan pengadaan tanah untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan selanjutnya.

Catatan: informasi mengenai contoh jadwal pelaksanaan LARAP Komprehensif dan sumber pendanaan dapat diringkaskan pada Lampiran 19.

Page 105: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 93

LAMPIRAN 20 CONTOH KERANGKA RENCANA KERJA PENGADAAN TANAH DAN PEMUKIMAN KEMBALI

LARAP SEDERHANA

Catatan: Kerangka ini terutama dipergunakan untuk LARAP Sederhana. Untuk LARAP Komprehensif, perlu ditambahkan hasil dari kajian sosial ekonomi terhadap Warga Terkena Proyek, serta paparan lain yang dibutuhkan sesuai dengan Format LARAP KomprehensiF (Lampiran 18) di atas.

I. Deskripsi Kegiatan

Identifikasi lokasi Kegiatan, termasuk Kabupaten/Kota dan Provinsi Komponen dalam Kegiatan yang memerlukan pengadaan tanah

II. Sensus terhadap Warga Terkena Proyek, kehilangan aset, dan penilaian asset: Nama pemilik aset yang terkena dampak; Luas tanah/bangunan eksisting;

Luas tanah/bangunan yang terkena dampak dari Kegiatan; Luas tanah/bangunan sisa setelah terkena Kegiatan (jika sisa bangunan/tanah tidak

layak untuk dihuni/ditanami lagi, maka dianggap bahwa bangunan/tanah tersebut terkena seluruhnya);

Berapa % tanah/bangunan yang terkena dampak dari Kegiatan; Status kepemilikan dari tanah/bangunan tersebut;

Fungsi tanah/bangunan yang terkena dampak; Kondisi bangunan (permanen, semi permanen, temporer, IMB, non IMB); Tanaman/pohon yang terkena proyek Kegiatan (jenis, jumlah, kondisi, usia,

produktivitas); Aset lain yang terkena dampak, misal sumur, instalasi listrik, pagar, dll, serta biaya

untuk memperolehnya.

Hasil identifikasi & inventarisasi ini akan didiseminasikan di tempat yang mudah dilihat oleh Warga Terkena Proyek. Lihat contoh tabel untuk penyajian hasil identifikasi/inventarisasi, atau dapat mengikuti tabel Daftar Nominatif dalam Lampiran V Peraturan Kepala BPN No. 5/2012, sesuai kebutuhan.

III. Nilai aset & Skema Kompensasi: Alternatif kompensasi yang ditawarkan (uang tunai, tanah pengganti, atau bentuk lain). Nilai NJOP tanah/bangunan bersangkutan. Harga tanah, tanaman, bangunan dan aset di atas bangunan berdasarkan penilaian

tim penilai independen. Bentuk kompensasi yang diinginkan warga sebagai hasil dari konsultasi Proses sertifikasi Proses sertifikasi tanah. Hasil musyawarah/negosiasi akan didiseminasikan di tempat yang mudah dilihat oleh

WTP.

IV. Proses konsultasi mengenai alternatif kompensasi: Bagaimana proses konsultasi dilakukan Kapan dilakukan dan seberapa sering

Dimana konsultasi dilakukan Siapa saja yang menghadiri

Page 106: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

94 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU

Perlu dibuat berita acara yang ditandatangani oleh seluruh peserta, serta daftar hadir peserta untuk setiap konsultasi yang dilakukan

V. Mekanisme Penyampaian Keluhan VI. Pembiayaan VII. Pemantauan dan Evaluasi VIII. Kelembagaan pelaksanaan pengadaan tanah dan penanganan keluhan

Organisasi yang bertanggungjawab untuk pelaksanaan pengadaan tanah, termasuk orang/pihak yang bisa dihubungi langsung oleh WTP;

Organisasi yang bertanggungjawab untuk pelaporan dan pemantauan; Mekanisme penyampaian dan penanganan keluhan, termasuk orang/pihak yang

bisa dihubungi jika warga menyampaikan keluhan.

IX. Matriks Rencana Tindak Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali X. Jadwal pelaksanaan dan pembayaran

Berikut jadwal tahapan pelaksanaan pengadaan tanah. Jenis aktivitas disesuaikan

dengan pelaksanaan di lapangan :

Contoh jadwal kegiatan untuk LARAP Komprehensif dan LARAP Sederhana

Program

Ke

giatan

Ke

luaran

Lokasi

Un

it

Pe

nan

ggun

g jawab

Waktu

Pe

laksanaan

Ke

bu

tuh

an B

iaya

Sum

be

r

Biaya

Ke

teran

gan

1. Tim Pengadaan tanah

2. Pembentukan Tim Penilai Independen

3. Sosialisasi kepada WTP

4. Pengukuran dan Pematokan tanah

5. Musyawarah

6. Penilaian tanah dan asset

7. Negosiasi

8. Pembayaran kompensasi

9. Penyerahan tanah yang terkena dampak dan sertifikasi untuk sisa tanah

10. Pemindahan dan Perlindungan Utilitas Terkena Proyek

11. Pemantauan

12. Pelaporan

Page 107: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 95

36

MA

TR

IK

S R

EN

CA

NA

TIN

DA

K P

EN

GA

DA

AN

TA

NA

H D

AN

PE

MU

KIM

AN

KE

MB

ALI K

OM

PR

EH

EN

SIF

/S

ED

ER

HA

NA

(Conto

h:

Pro

yek J

ala

n)

No.

Pro

gra

m

Lokasi

Kegia

tan

Unit

Penanggung

jaw

ab

Waktu

pela

ksa

naan

Sum

ber

bia

ya (

000)

Kete

rangann

Pem

erinta

h

APBN

APBD

Pro

v

APBD

Kab

1.

PEM

UKIM

AN

KEM

BALI

RU

SU

NAM

I

“MAKM

UR”

KELU

RAH

AN

SEJA

HTER

A

RELO

KASI

12

KK D

AR

I D

ESA T

ILAS

12 U

NIT

U

PT D

INAS

CIP

TA K

ARYA

JAN

2015

-

120 J

UTA

-

-

Page 108: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

96 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU

LAMPIRAN 21 FORMAT STUDI KAJIAN SOSIAL MASYARAKAT HUKUM ADAT

• Deskripsi Kegiatan Proyek

• Informasi tentang lokasi Kegiatan Proyek dan kondisi MA

1. Karakteristik Sosial Ekonomi Masyarakat Adat a. Karakteristik Umum Masyarakat Adat b. Karakteristik Khusus Masyarakat Adat

Institusi Sosial Budaya Kondisi Ekonomi dan Sumber mata Pencaharian Praktek Budaya dll

c. Asesmen Pemangku Kepentingan 2. Proses konsultasi selama Kajian Sosial yang mencerminkan prinsip konsultasi/rembug

agar mendapatkan dukungan luas dari kelompok MA yang terkena dampak untuk usulan Kegiatan

3. Temuan dan Dampak Kegiatan (positif dan negatif)

a. Potensi negatif (beri contoh) Dominasi ekonomi dari kaum pendatang Alih hak ulayat …………………

b. Usulan Mitigasi (beri contoh) Mitigasi terkait dominasi kaum pendatang ………………….

c. Potensi dampak positif dan upaya untuk memaksimalkan dampak tersebut

4. Rencana Tindakan: berupa tabel yang berisi (untuk dimasukkan di dalam konsep RKP-MA):

a. Rencana memaksimalkan dampak positif; b. Isu negatif sebagaimana teridentifikasi dari studi, yang perlu dimitigasi; c. Program mitigasinya;

d. Kegiatan-kegiatan dalam program mitigasi tersebut; e. Lokasi dimana dampak berada dan mitigasi akan dilakukan; f. Kerangka kerja konsultasi (musyawarah) untuk menyusun dan melaksanakan RKP-MA;

g. Institusi yang bertanggungjawab untuk menyusun dan melaksanakan RKP-MA; h. Jadwal pelaksanaan ;

i. Anggaran; j. Sumber anggaran; k. Keterangan (hal-hal lain yang perlu dimasukkan).

Page 109: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 97

Page 110: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

98 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU

Page 111: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 99

LAMPIRAN 23 CONTOH RINGKASAN DOKUMENTASI

PENANGANAN KELUHAN

No Tanggal Pengaduan

Jenis Pengaduan

Nama/ Asal/ Alamat

Pengaduan

Tindak Lanjut Pengaduan

Instansi yang Menangani

Tindak Lanjut

Tindak Lanjut Diberitahu

Melalui

Tanggal Tindak Lanjut

1 3 Desember

20xx

Jalan yang

dibuat

kontraktor

merusak

pagar tanpa perbaikan

Amir

(diterima dari

sms 0813

555 xxx

Kontraktor sudah

diminta

memperbaiki

dan di lapangan sudah diperbaiki

SKPD ……… SMS dari Unit

Pengaduan/Pe

nanganan

Keluhan ke

nomor alamat

pengirim

aduan/keluhan

6

Desember 20xx

Dst

Page 112: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

100 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU

Page 113: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 101

Page 114: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

102 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU

LAMPIRAN 24 KONSOLIDASI TANAH

(LAND CONSOLIDATION/LC)

Dasar Hukum

Menurut Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 4 Tahun 1991 tentang

Konsolidasi Tanah, konsep konsolidasi tanah adalah kebijaksanaan mengenai penataan

kembali penguasaan dan penggunaan tanah serta usaha pengadaan tanah untuk

kepentingan pembangunan, untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan pemeliharaan

sumber daya alam dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat. Pada hakikatnya,

konsolidasi tanah adalah penataan tanah yang dilengkapi dengan fasilitas umum dan

fasilitas sosial. Alasan diadakannya konsolidasi tanah adalah untuk membantu pemerintah

daerah untuk menata bagian wilayahnya yang tidak teratur menjadi teratur sesuai Rencana

Tata Ruang dan Rencana Pembangunan Daerah. Dengan demikian, kewenangan negara

dalam Undang-undang Pertanahan dan Agraria (UUPA) ini untuk melakukan pengaturan,

penataan, penguasaan, dan penggunaan tanah yang ditafsirkan termasuk penataan melalui

konsolidasi tanah.

Konsolidasi Tanah merupakan alternatif strategis yang ditawarkan dalam penyediaan tanah

untuk pembangunan, karena melalui konsolidasi, masyarakat tidak tergusur tetapi turut

serta berpartisipasi menyumbangkan tanahnya, turut serta menikmati hasil-pembangunan,

nilai tanahnya menjadi naik, dan yang jelas memeperoleh jaminan kepastian hak atas tanah

karena menerima sertipkat, serta memperoleh lingkungan yang tertata, serasi, selaras dan

seimbang. Konsolidasi tanah/lahan di program KOTAKU menjadi bagian dari dokumen

perencanaan pembangunan RP2KP-KP/SIAP dan RPLP/RTPLP.

Definisi

Konsolidasi Tanah adalah kebijaksanaan pertanahan mengenai penataan kembali

penguasaan dan penggunaan tanah serta usaha pengadaan tanah untuk kepentingan

pembangunan, untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan pemeliharaan sumber daya

alam dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat (Peraturan KaBPN No. 4 tahun 1991

pasal 1 ayat 1).

Tujuan Konsolidasi Tanah

Kegiatan konsolidasi tanah memiliki tujuan untuk mencapai pemanfaatan tanah secara

optimal melalui peningkatkan efisiensi dan produktifitas penggunaan tanah. Sedangkan

sasaran yang ingin dicapai adalah terwujudnya suatu tatanan penguasaan dan penggunaan

tanah yang tertib dan teratur dan dilengkapi dengan prasarana-sarana lingkungan

Page 115: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 103

Manfaat Konsolidasi Tanah, Untuk kawasan perumahan dan permukiman, konsolidasi tanah

dapat member manfaat berupa :

1. Kesempatan kepada pemilik tanah untuk menikmati secara langsung keuntungan

dari konsolidasi tanah, baik kenaikan harga tanah maupun kenikmatan lainnya

karena terciptanya lingkungan yang teratur;

2. Terhindar dari ekses-ekses yang sering timbul dalam penyediaan tanah secara

konvensional;

3. Adanya percepatan laju pembangunan wilayah permukiman;

4. Tertib administrasi pertanahan serta menghemat pengeluaran dana Pemerintah

untuk biaya pembangunan prasarana, fasilitas umum, ganti rugi dan operasional.

Prinsip-Prinsip Dasar Konsolidasi Tanah

Prinsip dasar pelaksanaan Konsolidasi Tanah adalah penataan kembali bentuk, luas dan

letak, penguasaan, pemilikan, dan penggunaan tanah, sehingga tertata apik dan teratur

dilengkapi sarana prasarana dan semua kapling menghadap jalan. Tanah untuk kepentingan

pembangunan berupa jalan, fasilitas umum dan fasilitas sosial diperoleh dari sumbangan

peserta konsolidasi tanah dalam bentuk Sumbangan Tanah untuk Pembangunan (STUP)

yang besarnya disepakati bersama dengan jalan musyawarah. Adapaun prinsip Dasar

konsolidasi Tanah sbb:

1. Membangun tanpa menggusur;

2. Kegiatan pembangunan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat;

3. Dilaksanakan berdasarkan kesepakatan bersama (musyawarah);

4. Penyediaan tanah melalui STUP (Sumbangan Tanah Untuk Pembangunan) ;

5. Pembangunan dibiayai melalui TPBP (Tanah Pengganti Biaya Pelaksanaan);

6. Transparansi;

7. Keadilan;

8. Kepastian hak atas tanah dengan lingkungan yang tertata.

Pelaksanaan Konsolidasi Tanah

A. Persyaratan

Berdasarkan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Konsolidasi Tanah Perkotaan Bidang Pengaturan

Penguasaan Tanah, menyatakan bahwa syarat-syarat yang diperlukan dalam permohonan

konsolidasi tanah adalah :

1. Surat Permohonan konsolidasi tanah.

2. Gambar lokasi tanah.

3. Sketsa Rencana Desain Konsolidasi Tanah.

4. Foto copy Sertipikat/Petuk/Leter C.

5. Akta Jual Beli/Hibah/Pembagian Hak Bersama.

6. Surat Kuasa (Apabila dikuasakan).

7. Syarat Pernyataan Persetujuan ikut kegiatan konsolidasi tanah perkotaaan.

Page 116: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

104 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU

8. Surat Keterangan dari Kepala Desa/Kelurahan apabila obyek konsolidasi tanah belum

bersertipikat.

9. Daftar Peserta.

10. Surat Keterangan Waris, dilengkapi apabila subyek hak telah meninggal dunia.

11. Tanda bukti diri/KTP.

12. Surat Pernyataan Kesanggupan membayar biaya Konsolidasi Tanah Swadaya

B. Tahap-tahap dalam pelaksanaan Konsolidasi Tanah Perkotaan

Pelaksanaan Konsolidasi secara fungsional oleh Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota. Setiap

langkah ataupun prosedur Konsolidasi Tanah perkotaan dilaksanakan secara teratur yaitu

mulai dari pemilihan calon lokasi sampai dengan penerbitan sertipikat Konsolidasi Tanah

Perkotaan. Adapun tahap-tahap Konsolidasi Tanah Perkotaan di Kantor Pertanahan

Kabupaten/Kota berdasarkan Surat Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 410–245 tanggal

7 Desember 1991 tentang Petunjuk Pelaksanaan Konsolidasi Tanah adalah sebagai berikut:

1) Penjajagan penetapan lokasi/pemilihan lokasi

Kegiatan Konsolidasi Tanah Perkotaan diawali dengan pemilihan calon lokasi.Dalam

pemilihan calon lokasi tersebut harus sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan

dengan memperhatikan faktor fisik wilayah dan faktor non fisik untuk menghindari

sebaiknya lebih dari satu lokasi. Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota beserta tim

koordinasi Konsolidasi Tanah Perkotaan menentukan lokasi Konsolidasi Tanah

Perkotaan. Pemilihan lokasi Konsolidasi Tanah Perkotaan harus memenuhi syarat-syarat

sebagai berikut :

a. Lokasi Konsolidasi Tanah Perkotaan harus wilayah pemukiman yang pesat

perkembangannya.

b. Daerah yang direncanakan menjadi daerah pemukiman yang baru.

c. Wilayahnya diperkirakan akan berkembang sesuai dengan tata kota tersebut.

d. Daerah pinggiran kota yang mempunyai potensi untuk berkembang sebagai tempat

pemukiman.

2) Penyuluhan

Dengan mengadakan kegiatan lapang dengan diawali adanya penyuluhan kepada pserta

KTP, penyuluhan tersebut dilakukan secara berulang-ulang agar peserta Konsolidasi

Tanah dapat mengetahui maksud dan tujuan dari adanya Konsolidasi Tanah.

Kegiatannya adalah sebagai berikut:

a. Penyuluhan diberikan kepada seluruh masyarakat dan aparat pelaksana pada lokasi

yang dipilih agar masyarakat mengerti tentang manfaat konsolidasi tanah dan bagi

aparat mengerti tugas dan tanggung jawab dalam konsolidasi tersebut. Penyuluhan

dilakukan oleh Tim Koordinasi dan petugas yang ditunjuk serta diupayakan secara

langsung. Penyuluhan secara tidak langsung dapat melalui Ketua RT/RW dan pemuka

masyarakat setempat.

Page 117: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 105

b. Materi Penyuluhan yang terdiri dari:

1. Tentang Konsolidasi Tanah secara umum.

2. Arti pentingnya Konsolidasi Tanah bagi peserta Konsolidasi Tanah itu sendiri.

3. Rencana Umum Pelaksanaan Konsolidasi Tanah (RUPKT) terhadap calon lokasi

yang telah dipilih.

4. Adanya Sumbangan Tanah Untuk Pembangunan (STUP) untuk sarana dan

prasarana jalan atau fasilitas umum atau sosial lainnya. Besarnya STUP sudah

diinformasikan pada saat penyuluhan dan sudah diberi pengarahan bagaimana

cara perhitungannya. Sedangkan perkiraan besarnya STUP yang di informasikan

kepada masyarakat harus berdasarkan hasil laporan dari lokasi yang telah di pilih

(penjajagan lokasi).

5. Hal lain-lainnya yang berhubungan dengan pelaksanaan Konsolidasi Tanah.

3) Penjajagan Kesepakatan

Membuat Surat pernyataan secara tertulis oleh peserta Konsolidasi Tanah tentang

persetujuan diadakannya kegiatan konsolidasi tanah dan kesanggupan peserta untuk

memberikan sumbangan berupa sebagian tanahnya untuk pengadaan prasarana jalan

dan prasarana umum lainnya yang penting. Dalam Konsolidasi Tanah sudah ditentukan

sekurang-kurangnya 85% untuk proyek dan 100% untuk swadaya dan peserta

menyatakan persetujuannya.

4) Penetapan Lokasi Konsolidasi Tanah

Penetapan lokasi Konsolidasi Tanah adalah dengan Surat Keputusan Bupati/Walikota

setempat.

5) Pengajuan Daftar Usulan Rencana Kegiatan Konsolidasi Tanah (DURK)

a. Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota setempat menyampaikan DURK kepada Kantor

Wilayah BPN Propinsi paling lambat bulan juli pada tahun yang bersangkutan.

b. Kemudian Kanwil BPN Propinsi melakukan, menyampaikan, koreksi dan rekapitulasi

DURK Kantor Wilayah Propinsi dalam lembar organisasi atau lokasi dengan

dilengkapi daftar yang berisikan Unit Kerja, Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara

(KPKN), lokasi kegiatan, penerimaan, penggunaan dan saldo/jumlah yang disetorkan

kepada ke Kas Negara, Kepala

c. BPN, dan Departemen Keuangan.

d. Setelah DURK yang telah dibahas dan disetujui, Kepala BPN menyiapkan DRK dan

penyampaikannya kepada Menteri Keuangan.

e. Kepala BPN menyampaikan DRK dan petunjuk operasional yang telah dibubuhi Surat

pengesahan dari Menteri Keuangan kepada Kakanwil BPN Propinsi dan unit satuan

pelaksana dipusat.

Page 118: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

106 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU

6) Identifikasi subyek dan obyek

Diadakaannya pendataan berupa identifikasi subyek dan obyek tanah agar diketahui

jumlah peserta, tempat tinggal, bukti kepemilikan tanah, luas dan letaknya masing-

masing bidang tanah, jumlah bidang, batas-batas bidang pemilikan tanah. Persyaratan

bagi peserta Konsolidasi Tanah Perkotaan adalah sebagai berikut:

a. Peserta tersebut mempunyai surat atau bukti kepemilikan tanah.

b. Peserta tersebut bersedia melepaskan hak atas tanahnya sebagai dasar pemberian

hak baru setelah dikonsolidasi.

c. Peserta tersebut bersedia menyumbangkan sebagian tanahnya untuk prasarana

umum misalnya untuk jalan dan untuk fasilitas umum lainnya.

d. Jika tanah yang dalam keadaan sengketa maka kedua belah pihak harus

menyatakan persetujuannya dan ikut bersedia dalam Konsolidasi Tanah.

e. Peserta harus memenuhi syarat khusus:

1. Daftar nama peserta

2. Surat permohonan

3. Identitas peserta

4. Pernyataan kesanggupan peserta

5. Bukti kepemilikan tanah

6. Sketsa lokasi atau bidang tanah

7) Pengukuran/pemetaan keliling

Dilakukan pengukuran keliling lokasi Konsolidasi Tanah karena hal ini bertujuan untuk

mengetahui luas tanah yang akan di Konsolidasikan dan sebagai dasar untuk

menerbitkan Surat Keputusan Bupati/Walikota tentang penetapan lokasi. Para pemilik

tanah tidak diperkenankan melakukan perubahan penguasaan dan penggunaan

tanahnya selama kegiatan Konsolidasi Tanah tersebut dilaksanakan baik dengan cara

mengalihkan hak atas tanahnya maupun mendirikan bangunan diatas lokasi Konsolidasi

Tanah Perkotaan. Agar perubahan tersebut tidak terjadi maka pada awal kegiatan perlu

dipasang suatu papan pengumuman tentang larangan perubahan penguasaan tanah.

8) Pemetaan rincikan

Adanya pengukuran rincikan bidang yang bertujuan untuk mengetahui secara luas

bidang tanah masing-masing peserta. Semua yang ada diatas bidang tanah harus

terlihat jelas agar memudahkan dalam pembuatan rencana desain tata ruang

Konsolidasi Tanah Perkotaan.

9) Pengukuran topografi dan pemetaan penggunaan tanah

Diadakannya pengukuran topografi atau kemiringan tanah untuk mengetahui

kemiringan dan lereng areal yang akan di Konsolidasikan serta memudahkan rencana

jaringan jalan dan saluran air. Membuat pemetaan penggunaan tanah agar diketahui

Page 119: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 107

jenis apa penggunaan tanahnya yamg ada dilokasi sekaligus sebagai pertimbangan

dalam penyusunan desain tata ruang.

10) Membuat peta rencana jaringan jalan dan fasilitas pendukung lainnya seperti fasilitas

umum dan sosial (pra desain tata ruang).

11) Pembuatan Desain Tata Ruang (DTR)

Rencana desain penataan bidang-bidang tanah harus di musyawarahkan terlebih

dahulu dengan peserta. Setelah dapat diterima barulah desain tata ruang disahkan oleh

Bupati/Walikota dan digunakan sebagai dasar/pedoman penataan selanjutnya.

12) Musyawarah mengenai besarnya Sumbangan Tanah Untuk Pembangunan (STUP)

Besarnya STUP yang dikenakan kepada peserta ditetapkan secara musyawarah tetapi

STUP juga ditentukan oleh:

a. Status Tanah

Jika tanah hak/yasan maka besarnya STUP ditetapkan dengan kesepakatan bersama

peserta konsolidasi tanah dengan mengacu pada Rencana Tata Ruang Daerah..

b. Rata-rata luas pemilikan kapling tanah

Jika rata-rata kepemilikan tanah kecil-kecil maka STUP menjadi besar, banyak jalan

yang dibangun karena jarak antara dua jalan relatif dekat.

c. Prasarana dan fasilitas umum

Semakin banyak dibutuhkan prasarana dan fasilitas umum maka STUP semakin

besar.

13) Pelepasan hak atas tanah oleh peserta

Pada saat pelepasan HAT maka sertipikat tanah/bukti pemilikan tanah harus diserahkan

kepada Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota dan akhirnya nanti dikembalikan lagi

dengan luas dan letak tanah yang baru.

14) Penegasan tanah sebagai obyek konsolidasi

Tanah tersebut ditetapkan menjadi tanah negara obyek konsolidasi tanah perkotaan.

15) Setelah tanah dilepaskan menjadi tanah negara maka BPN melaksanakan penataan

kembali (realokasi/penerapan kapling baru) setelah itu akan

dikembalikan/diredistribusikan kembali kepada peserta KTP dengan luas, bentuk dan

letak yang baru sesuai dengan Desain Tata Ruang.

16) Pekerjaan Kontruksi

Yaitu pembentukan badan jalan, parit dan fasilitas umum lainnya agar tujuan

Konsolidasi Tanah Perkotaan benar-benar bisa terwujud.

17) Redistribusi/penerbitan SK pemberian hak

Setelah terbit Surat Keputusan KBPN tentang penegasan Tanah Negara obyek

Konsolidasi, maka Kakanwil Propinsi atas usul Kepala Kantor Pertanahan

Kabupaten/Kota menerbitkan Surat Keputusan pemberian HAT kepada peserta

Page 120: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

108 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU

Konsolidasi Tanah Perkotaan tanpa melalui permohonan dari masing-masing peserta

KTP yang semula sudah memiliki suatu hak dibebaskan dari kewajiban membayar uang

pemasukan kepada negara dan hanya dikenai biaya administrasi yang sudah ditentukan

dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 220 Tahun 1981 dan biaya pendaftaran

tanah.

18) Sertifikasi

Sesuai dengan Surat keputusan pemberian HAT, maka Kepala Kantor Pertanahan

Kabupaten/Kota menerbitkan sertipikat tanah dan diberikan kepada peserta konsolidasi

yang berhak.

C. Kewajiban Peserta Konsolidasi Tanah Perkotaan

Peserta Konsolidasi Tanah Perkotaaan mempunyai beberapa kewajiban yang harus

dipenuhi oleh setiap peserta konsolidasi tanah diantaranya yaitu :

1. Bersedia menyumbangkan sebagian tanahnya sebagai partisipasinya untuk

penyediaan fasilitas jalan, fasilitas sosial dan fasilitas umum lainnya yang diperlukan

(STUP).

2. Bersedia membuat pernyataan tertulis untuk menjadi peserta konsolidasi tanah.

3. Bersedia melepaskan Hak Atas Tanahnya terlebih dahulu, sebagai dasar pemberian

hak baru melalui konsolidasi tanah.

4. Apabila tanah dalam sengketa harus diselesaikan dahulu dari kedua belah pihak

menyatakan persetujuan tertulis untuk bersedia ditata dengan cara Konsolidasi

Tanah Perkotaan.

5. Melengkapi surat-surat tanda bukti pemilikan tanah/penguasaan tanah.

6. Bersedia membayar Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) atas

tanah yang diperolehnya.

D. Organisasi Pelaksana

Organisasi pelaksana konsolidasi tanah adalah organisasi seperti yang dimaksud dalam

Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 4 Tahun 1991 pasal 5, yang terdiri dari

:

1. Tim Pengendali Konsolidasi Tanah Provinsi

2. Tim koordinasi Pengendali Konsolidasi Tanah Kabupaten/Kota

3. Pelaksana atau Satuan Tugas (Satgas) Konsolidasi Tanah

Pembiayaan Konsolidasi Tanah mengandung konsekuensi bahwa masyarakat bersedia

menanggung pembiayaan secara mandiri (swadaya), sesuai PerKa BPN No.4 Tahun 1991

: “Pada asasnya pembiayaan Konsolidasi Tanah ditanggung para peserta Konsolidasi

Tanah, melalui sumbangan berupa tanah dan atau berupa uang maupun bentuk-bentuk

sumbangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam pasal 6.

Page 121: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 109

Diagram Tahapan Konsolidasi Tanah:

Penjajakan/pemilihan lokasi

Penjajakan Kesepakatan

Penetapan lokasi Konsolidasi Lahan

Pengajuan DURK

Identifikasi subyek dan obyek tanah

Pengukuran/ pemetaan keliling

SK Bupati/Walikota

DRK dan petunjuk operasional dari Ka

BPN

Peserta memenuhi syarat umum dan syarat

khusus.

Pemetaan Rincikan

Keseluruhan Luas tanah yang akan LC

kan

Luas tanah masing- masing peserta LC

Pemetaan topografi dan penggunaan tanah

Pemetaan kemiringan lahan dan penggunaan

tanah eksisting.

Pembuatan Desain Tata Ruang (DTR)

Rencana jaringan infrastruktur dan

fasilitas pendukung lainnya

Musyawarah STUP Luas pelepasan HAT

Realokasi/penerapan kapling baru

- SK Pemberian Hak dari Ka. BPN

- Sertifikasi

Lokasi memenuhi syarat

- Arti pentingnya LC - RUPKT - STUP & informasi lain

yg terkait

Surat Pernyataan Persetujuan dari peserta

LC

Penyuluhan kepada peserta LC

Page 122: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

110 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU

Pembiayaan :

Pada dasarnya pembiayaan konsolidasi tanah oleh para perserta konsolidasi tanah

melalui: ( Pasal 7 ayat 1 ): Sumbangan berupa tanah, Sumbangan uang,

Sumbangan dalam bentuk-bentuk lainnya

Sumbangan berupa tanah ini, para peserta konsolidasi dilepaskan Hak Atas

Tanahnya atau garapannya kepada Negara dihadapan Kepala Kantor Pertanahan

setempat. (Pasal 7 ayat 2)

Tanah pengganti biaya pelaksanaan diperuntukan bagi pembiayaan pelaksanaan

konsolidasi yang penggunaannya diserahkan bagi peserta yang memiliki persil tanah

terlalu kecil. ( Pasal 7 ayat 3 )

Penyerahan sumbangan tanah untuk pembangunan dilakukan oleh Kepala Kantor

Pertanahan setempat dengan menerbitkan Surat Izin Menggunakan Tanah, yang

menjadi dasar pemberian hak Atas Tanah kepada yang bersangkutan (Pasal 7 ayat 4)

Sumbangan berupa uang diterima oleh bendaharawan khusus serta merupakan uang

penerimaan Negara, dapat dipergunakan langsung untuk pembiayaan pelaksanaan

konsolidasi tanah berdasarkan Daftar Rencana Kegiatan Konsolidasi Tanah. ( Pasal 7

ayat 5 )

Dana konsolidasi tanah disimpan dalam rekening bendaharawan khusus pada Bank

Pemerintah dan dibukukan dalam buku kas umum dan buku pembantu dana

konsolidasi tanah. ( Pasal 7 ayat 6 )

Pertanggung jawaban dana konsolidasi tanah disampaikan oleh Kepala Kantor

Pertanahan Kabupaten/Kota kepada Kepala Badan Pertanahan Nasional cq. Kepala

Biro Keuangan dan tembusannya disampaikan kepada Kepala Kantor Wilayah Badan

Pertanahan Nasioanl Provinsi secara bulanan berdasarkan Keppres No 29 Tahun

1984. ( Pasal 7 ayat 7 )

Penyelesaian Hak Atas Tanah :

Proses penetapan objek konsolidasi tanah, para peserta konsolidasi tanah harus

melepaskan Hak Atas Tanahnya. Hal ini dilakukan oleh Kepala Badan Pertanahan

Nasional atas usul Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota setempat melalui

Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Provinsi. ( Pasal 8 ayat 1 )

Hak Atas Tanah objek konsolidasi tanah diberikan kepada peserta konsolidasi tanah

sesuai dengan rencana penataan kapling yang disetujui para peserta konsolidai tanah.

( Pasal 8 ayat 2 )

Pemberian Hak Atas Tanah dilkasanakan secara kolektif sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. ( Pasal 8 ayat 3 )

Peserta konsolidasi tanah dibebaskan dari kewajiban membayar uang pemasukan

kepada Negara dan hanya diwajibkan membayar biaya administrasi dan biaya

pendaftaran tanah. ( Pasal 8 ayat 4 ).

Page 123: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan
Page 124: PETUNJUK PELAKSANAANkotaku.pu.go.id/files/Media/Pustaka/POS/Juklak... · 2.3 Prinsip Khusus| 10 BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13 TINGKAT KOTA | 14 3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Jl. Pattimura 20, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan - 12110 | www.pu.go.id

www.kotatanpakumuh.id