petunjuk pelaksanaankotaku.pu.go.id/files/media/pustaka/pos/juklak... · 2.3 prinsip khusus| 10 bab...
TRANSCRIPT
ANAN KAWASAN KUMUH PERKOTTAHUN 2016
PENGELOLAAN LINGKUNGAN dan DAMPAK SOSIAL
PETUNJUK PELAKSANAAN
PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU)
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU i
PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN DAMPAK SOSIAL PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (PROGRAM KOTAKU )
Diterbitkan Oleh:
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Direktorat Jenderal Cipta Karya –Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU iii
KATA PENGANTAR
Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) sebagai salah satu program pendukung di
lingkungan DJCK, lebih memfokuskan kegiatannya pada upaya penanganan kawasan
permukiman kumuh dan pencegahan tumbuhnya kekumuhan baru di kawasan
permukiman. Program dengan tujuan meningkatkan keswadayaan masyarakat untuk
tercapainya pelayanan air minum bagi seluruh penduduk dan meningkatkan akses
penduduk terhadap pelayanan sanitasi yang layak pada tingkat kebutuhan dasar.
Mengingat kegiatan Program KOTAKU yang semakin berkembang, dalam pelaksanaan
kegiatan penanganan kawasan permukiman kumuh dan pencegahan tumbuhnya
kekumuhan permukiman memiliki potensi menimbulkan dampak lingkungan dan
dampak sosial. Meskipun tidak signifikan dan sangat kecil kemungkinan akan
menyebabkan dampak sosial dan lingkungan yang merugikan, Program ini
membutuhkan upaya pengelolaan potensi dampak yang terjadi.
Melalui pendekatan berbasis masyarakat, program ini akan mengadopsi kebijakan
pengelolaan lingkungan dan dampak sosial yang sudah diterapkan pada program PNPM
Mandiri Perkotaan yang lalu. Masyarakat diberi peluang dan mendorong munculnya
peran aktif mereka untuk merencanakan, melaksanakan dan mengelola secara
partisipatif dalam setiap tahapan pelaksanaan kegiatan.
Penyusunan Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial ini
dengan mengacu kepada perundang-undangan, peraturan/ketentuan yang berlaku di
Indonesia, sehingga Petunjuk Pelaksanaan ini diterapkan menjadi petunjuk bagi
pelaksana program ditingkat pusat, provinsi, kabupaten /kota sampai ke masyarakat di
kelurahan/desa yang menjadi wilayah sasaran dari program KOTAKU .
Petunjuk pelaksanaan ini diharapkan dapat dipahami dan dilaksanakan dengan sebaik-
baiknya oleh semua pihak yang terlibat dalam kegiatan Program KOTAKU, sehingga
program ini dapat mencapai tujuan dan sasarannya.
Direktur Pengembangan Kawasan Permukiman
Direktorat Jenderal Cipta Karya
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Ir..Didiet.Arief.Akhdiat,.M.Si.
Jakarta,.Agustus.2017
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR | iii
DAFTAR TABEL | vi
DAFTAR GAMBAR | vi
DAFTAR LAMPIRAN | vii
DAFTAR SINGKATAN| x
BAB I. PENDAHULUAN | 1
1.1 Latar Belakang | 2
1.2 Tujuan | 2
1.3 Keluaran | 2
1.4 Ruang Lingkup | 3
1.5 Defenisi dan Pengertian | 3
1.6 Pengguna Petunjuk Pelaksanaan | 5
BAB II. KETENTUAN DAN PRINSIP PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN
DAMPAK SOSIAL | 7
2.1 Kebijakan dan Peraturan Terkait dengan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak
Sosial | 8
2.2 Prinsip Dasar | 9
2.3 Prinsip Khusus| 10
BAB III. TAHAPAN PELAKSANAAN| 13
TINGKAT KOTA | 14
3.1 Gambaran Umum Proses Pengamanan Lingkungan Dan Sosial | 14
3.2 Tahap Persiapan | 14
3.3 Tahap Perencanaan | 15
3.4 Tahap Pelaksanaan Konstruksi | 35
TINGKAT MASYARAKAT/DESA | 38
3.5 Tahap Persiapan | 383.6 Tahap Perencanaan| 393.7 Tahap Pelaksanaan Konstruksi | 443.8 Mekanisme Pengaduan Masyarakat | 46
3.9 Monitoring Dan Evaluasi | 47
LAMPIRAN | 49
vi Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU
DAFTAR TABEL
Tabel 1: Pengguna dan Manfaat Penggunaan Petunjuk Pelaksanaan | 5
Tabel 2: Kriteria untuk Proyek Kegiatan dengan Instrumen Pengelolaan Lingkungan |
16
Tabel 3: Pengadaan Tanah beserta Instrumen Pengadaan Tanah dan Permukiman
kembali WTP | 22
Tabel 4: Kriteria Kegiatan untuk Menentukan Instrumen Rencana Penanganan
Masyarakat Hukum Adat | 24
Tabel 5:
Tabel 6:
Data Informasi BCB dan KCB | 26
Pengadaan Tanah beserta Instrumen Pengadaan Tanah Tingkat
Kelurahan/Desa | 42
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1: Pengamanan Lingkungan dan Sosial di Tingkat Kota/Kabupaten| 14
Gambar 2: Diagram Bagan Alir Penyaringan dan Upaya pengelolaan Lingkungan yang
Diperlukan | 21
Gambar 3: Diagram Tahapan Pelaksanaan Konsolidasi Tanah | 30
Gambar 4: Diagram Proses Penyusunan dokumen LARAP Konfrehensif, LARAP
Sederhana dan RK-MA | 34
Gambar 5: Contoh Kontrak berkaitan dengan Pengaman Lingkungan | 36
Gambar 6: Pengamanan Lingkungan dan Sosial di Tingkat Kelurahan/Desa | 39
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran2A
Format Penilaian Daftar Kegiatan Dilarang (Negative List) | 52
Format Laporan Penyaringan Lingkungan dan Sosial | 53
Form Laporan Penyaringan Lingkungan | 57
Lampiran 3 Format Inventarisasi Tanah dan Aset di Atasnya | 60
Lampiran 4 FormatIsian Identifikasi Komponen Lingkungan dan Sosial | 62
Lampiran 5 Instrumen untuk Tindakan Pengelolaan Risiko Bencana | 64
Lampiran 6 Format Surat Pernyataan Sumbangan Tanah | 66
Lampiran 7 Format Surat Pernyataan Izin Pakai Tanah | 68
Lampiran 8 Format Surat Pernyataan Izin Tanah Dilewati | 70
Lampiran 9 Berita Acara Konsultasi dengan Masyarakat Adat | 72
Lampiran 10 Tabel Kompilasi Daftar WTP, Aset-aset dan Nilai Kompensasi
Berdasarkan Hasil Negosiasi | 73
Lampiran 11 Berita Acara Negosiasi | 74
Lampiran 12 Berita Acara Konsultasi Rencana Pengadaan Tanah dan Pemukiman
Kembali | 75
Lampiran 13 Tabel Kompilasi Daftar WTP,dan NilaiAset | 76
Lampiran 14 Surat Pernyataan Pelaksanaan UKL-UPL | 77
Lampiran 15 Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan
Lingkungan (SPPL)| 78
Lampiran 15A Potensi Dampak Kegiatan Negatif dan Tindakan Mitigasi | 79
Lampiran 16 Definisi dan Kriteria Kawasan Lindungdan Daerah Sensitif Lainnya | 81
Lampiran 17 Format UKL-UPL | 86
Lampiran 18 Prosedur Operasi Standar Pengelolaan Lingkungan | 89
Lampiran 19 Unsur-unsur Rencana Kerja Pengadaan Tanah dan Pemukiman
KembaliLARAP Komprehensif | 90
Lampiran 20 Contoh Kerangka Rencana Kerja PengadaanTanah Dan Pemukiman
Kembali LARAP Sederhana | 95
Lampiran 21 Format Studi Kajian Sosial Masyarakat Hukum Adat | 98
Lampiran 22 Format Rencana Penanganan Masyarakat Hukum Adat (Rencana-MA) |
99
viii Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU
Lampiran 23 Contoh Ringkasan Dokumentasi Penanganan Keluhan Lampiran | 101
Lampiran23A Potensi Keberadaan Masyarakat Hukum Adat di Provinsi Peserta
Program | 102
Lampiran 24 Konsolidasi Tanah (Land Consolidation/LC) | 104
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 9
DAFTAR SINGKATAN
ADB Asian Development Bank
AMDAL Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
BAPPENAS Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)
BAPPEDA Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
BCB/KCB Benda/Kawasan Cagar Budaya
BKM atau LKM Badan / Lembaga Keswadayaan Masyarakat
BPBD Badan Penanggulangan Bencana Daerah
BPS Badan Pusat Statistik
Bupati Bupati
CDD Community-driven development
CSP Community Settlement Plan(Rencana Pengembangan Pemukiman)
DED Detailed Engineering Design
DG Direktorat Jenderal
DRM Disaster Risk Management
EMP Environmental Management Plan
ESMF Environment and Social Management Framework
GoI Pemerintah Indonesia
IBRD International Bank for Reconstruction and Development
IDB Islamic Development Bank
IUIDP Integrated Urban Infrastructure Development Program
IP/MA Indigenous Peoples/ Masyarakat Hukum Adat
IPP/RK-MA Indigenous Peoples Plan/ Rencana Kegiatan Masyarakat Hukum Adat
IPPF Indigenous Peoples Planning Framework
KSM Kelompok Swadaya Masyarakat
LARAP Land Acquisition and Resettlement Action Plan
LARPF Land Acquisition and Involuntary Settlement Policy Framework
LC Land Consolidation
LCIP Land Consolidation Implementation Plan
RK-MA Rencana Kegiatan Masyarakat Hukum Adat
MIS Management Information Sistem (Sistem Manajemen informasi/SIM)
MPWH Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
ND Neighborhood Development
NMC Konsultan Manajemen Nasional
NSUP National Urban Slum Upgrading Program(Program Penanganan Kawasan
Kumuh Perkotaan)
10 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU
OSP Oversight Service Provider
PAMSIMAS Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi berbasis Masyarakat
PAP/WTP Project Affected People (Warga Terkena dampak Proyek)
PDO Project Development Objective
PIU Project Implementation Unit
PMU Project Management Unit
PNPM MANDIRI
Perkotaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri - Perkotaan
Pokja PKP Kelompok Kerja untuk Pemukiman
NUWSP National Urban Water and Sanitation Project
RPJMN Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
SIAP Slum Improvement Action Plan
SPPL Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
UKL / UPL Upaya Pengelolaan Lingkungan / Upaya Pemantauan Lingkungan
s World Bank Group
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 1
BAB I PENDAHULUAN
2 Pet
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU
1.1. LATAR BELAKANG
Kegiatan pembangunan oleh Program KOTAKU dilaksanakan dengan mengikuti prinsip-‐prinsip pembangunan berkelanjutan, termasuk pertimbangan lingkungan, sosial, budaya, dan ekonomi, sebagaimana telah diatur dalam undang-‐undang dan peraturan yang berlaku.
Pelibatan berbagai pihak secara kolaboratif dalam penyelenggaraan pelayanan infrastruktur permukiman di perkotaan sejak tahap perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan, pemeliharaan dan pengembangan diharapkan memberikan berbagai dampak positif, dalam meningkatkan komitmen pemerintah daerah untuk terus membangun kolaborasi dalam kerangka percepatan penanganan permukiman kumuh; meningkatkan rasa memiliki masyarakat terhadap program serta hasil pembangunan sarana dan prasarana yang ikut dilaksanakan di wilayahnya.
Mengingat sifat dan skala kegiatan pembangunan infrastruktur permukiman yang dilaksanakan Program KOTAKU, berpotensi akan menimbulkan dampak pada lingkungan dan dampak sosial yang merugikan. Sehingga dalam tahapan penyelenggaraan kegiatan memerlukan upaya pengelolaan dampak untuk mitigasi dampak negatif dan memastikan kelayakan kegiatan yang direncanakan.
Program KOTAKU dengan pendekatan berbasis masyarakat dalam kegiatan pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh ini akan menggunakan kebijakan pengelolaan dampak lingkungan dan sosial yang telah diadopsi dari pengalaman PNPM Mandiri Perkotaan. Berkaitan dengan hal tersebut maka pada saat pelaksanaan pendampingan kegiatan, pemerintah kota/kabupaten, kelurahan/desa, masyarakat, konsultan dan fasilitator harus menerapkan prinsip dasar pengamanan lingkungan menjadi perhatian utama. Setiap usulan kegiatan yang akan memiliki dampak lingkungan harus dilengkapi dengan rencana pengelolaan lingkungan sebagai langkah mitigasi dampak.
1.2. TUJUAN
Tujuan disusunnya pedoman pengamanan ini adalah untuk
a. Memastikan bahwa kegiatan yang didanai oleh Program KOTAKU dapat dipertanggung jawabkan tidak menimbulkan dampak negatif pada lingkungan dan sosial.
b. Memastikan proses perencanaan, pelaksanaan konstruksi, monitoring dan evaluasi kegiatan selalu ada dalam koridor ketentuan pengamanan lingkungan dan sosial sesuai dengan peraturan atau ketentuan yang berlaku.
1.3. KELUARAN
a. Ketentuan pengamanan lingkungan dan sosial yang sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku dipatuhi di dalam setiap kegiatan Program KOTAKU .
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 3
b. Setiap pelaku kegiatan Program KOTAKU memahami pengamanan lingkungan dan sosial.
1.4. RUANG LINGKUP
Petunjuk pelaksanaan ini berisi persyaratan, prosedur dan peraturan mengenai pengelolaan lingkungan, pengelolaan benda cagar budaya, pengadaan tanah dan pemukiman kembali serta penanganan Masyarakat Hukum Adat (MHA) pada semua tahapan kegiatan, mulai dari persiapan perencanaan, pelaksanaan konstruksi, monitoring& evaluasi.
1.5. DEFINISI DAN PENGERTIAN
a. Kegiatan adalah sarana prasarana dan utilitas umum yang fokus pada 8 indikator kumuh antara lain: (1) Infrastruktur bangunan; (2) infrastruktur jalan; (3) Infrastruktur Drainase Lingkungan; (4) infrastruktur penyediaan air minum; (5) infrastruktur pengolahan limbah; (6) infrastruktur pengelolaan persampahan; (7) Pengamanan Bahaya Kebakaran; (8) Ruang Terbuka Publik.
b. Pengelolaan Lingkungan, merupakan kegiatan terpadu yang dilakukan untuk mengurangi/meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan dan memaksimalkan dampak positif terhadap lingkungan, termasuk upaya rehabilitasi dampak negatif terhadap lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan Proyek yang didanai oleh Program KOTAKU untuk sektor infrastruktur.
c. Warga Terdampak Proyek, selanjutnya disebut WTP adalah:
(1) Perseorangan/individu kelompok, atau entitas dan/atau badan hukum yang memiliki, menempati, menyewa atau menguasai tanah tertentu, struktur dan atau aset lainnya yang berada di wilayah yang akan digunakan untuk kepentingan kegiatan program, terlepas dari status kepemilikan tanah:
§ dipaksa untuk pindah secara permanen atau sementara;
§ kehilangan tanah mereka baik secara permanen atau sementara;
§ kehilangan aset yang melekat pada tanah/lahanterkait (struktur bangunan, tanaman produktif, pohon, dll) dan
§ kehilangan penghasilan dan / atau mata pencaharian mereka
(2) Setiap penduduk setempat langsung atau tidak langsung terkena dampak dari Kegiatan, dan / atau
(3) Masyarakat Hukum Adat berada di wilayah yang terkena Kegiatan Proyek, baik yang terdampak positif maupun negatif.
4 Pet
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU
d. Masyarakat Hukum Adat (MHA), sering juga disebut sebagai penduduk asli atau Masyarakat Adat Terpencil (KAT), adalah kelompok masyarakat yang tinggal disuatu kawasan tertentu yang secara sosial dan budaya memiliki kekhususan dan kerentanan. Definisi Masyarakat Hukum Adat (MHA), adalah sebagai berikut : a) mengidentifikasi diri sebagai bagian dari suatu kelompok budaya yang berbeda, dan diakui demikian oleh pihak lain; b) memiliki keterikatan yang kuat dengan wilayah leluhur dan sumber daya alam di wilayah tersebut; c) memiliki kelembagaan budaya, ekonomi, sosial, atau politik yang berbeda dengan masyarakat umumnya; dan d) memiliki bahasa asli, yang seringkali berbeda dengan bahasa nasional. Kriteria tersebut pada umumnya sesuai dengan kriteria KAT dalam Keputusan Presiden No. 111 Tahun 1999, yaitu: a) berbentuk komunitas kecil, tertutup dan homogen; b) pranata sosial bertumpu pada hubungan kekerabatan; c) pada umumnya terpencil secara geografis dan relatif sulit dijangkau; d) pada umumnya masih hidup dengan ekonomi subsistem; e) peralatan dan teknologinya sederhana; f) ketergantungan pada lingkungan hidup dan sumber daya alam setempat relatif tinggi; g) terbatasnya akses pelayanan sosial, ekonomi, dan politik.
e. Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali Warga Terkena Proyek adalah kegiatan yang melibatkan pengadaan tanah dan relokasi Warga Terkena Proyek ke lokasi lain karena tanah yang diperlukan oleh proyek infrastruktur yang didanai oleh Program KOTAKU .
f. Rencana Masyarakat Hukum Adat dikembangkan melalui proses terbuka, dengan konsultasi sebelumnya dan informasi yang mengarah ke dukungan masyarakat luas untuk serangkaian kegiatan yang membahas dampak dari kegiatan di Masyarakat Hukum Adat.
g. Cagar Budaya, Berdasarkan Undang-‐Undang Nomor: 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya yang menyebutkan bahwa :
- Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan.
- Benda Cagar Budaya (BCB) adalah benda alam dan/atau benda buatan manusia, baik bergerak maupun tidak bergerak, berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-‐bagiannya, atau sisa-‐sisanya yang memiliki hubungan erat dengan kebudayaan dan sejarah perkembangan manusia.
- Kawasan Cagar Budaya (KCB) adalah satuan ruang geografis yang memiliki dua Situs Cagar Budaya atau lebih yang letaknya berdekatan dan/atau memperlihatkan ciri tata ruang yang khas.
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 5
1.6. PENGGUNA PETUNJUK PELAKSANAAN
Petunjuk pelaksanaan pengelolaan lingkungan dan dampak sosial adalah bagian tidak terpisahkan dari Kerangka Kerja Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial /ESMF (Environmental and Social Management Framework) dan Pedoman Teknis Program KOTAKU . Petunjuk pelaksanaan ini diperuntukan bagi para pelaku program, secara umum pengguna dan manfaat masing-‐masing dapat dilihat pada Tabel 1. berikut ini:
Tabel 1. Pengguna dan Manfaat Penggunaan Petunjuk Pelaksanaan
NO. PENGGUNA MANFAAT 1. Pengelola Program
(PMU, Satker dan Pokja PKP) 1. Memahami secara menyeluruh konsep pengelolaan
lingkungan dan dampak sosial program Program KOTAKU .
2. Merencanakan pengelolaan program dengan memastikan kebijakan pengelolaan lingkungan dan dampak sosial dilakukan.
3. Mengendalikan program termasuk penilaian kinerja pelaksanaan pengelolaan lingkungan dan dampak sosial.
2. Pemerintah (Pusat, Provinsi, Kota/Kabupaten dan Desa/kelurahan)
1. Memahami secara menyeluruh konsep pengelolaan lingkungan dan dampak sosial program Program KOTAKU .
2. Memastikan kebijakan pengelolaan lingkungan dan dampak sosial pada program Program KOTAKU dilakukan sesuai dengan panduan.
3. Konsultan Pelaksana (KMP, OC/OSP, dan Tim Korkot)
1. Panduan kerja pengendalian mutu pelaksanaan pengelolaan lingkungan dan dampak sosial.
2. Menyusun strategi dan rencana kerja pelaksanaan pengelolaan lingkungan dan dampak sosial.
3. Memantau dan evaluasi kemajuan program terkait dengan pelaksanaan pengelolaan lingkungan dan dampak sosial.
4. Tim Fasilitator Kelurahan/Desa 1. Memfasilitasi masyarakat untuk menyusun rencana kerja pelaksanaan kegiatan khususnya pelaksanaan pengelolaan lingkungan dan dampak sosial.
2. Panduan kerja pendampingan masyarakat dan para pemangku kepentingan di desa/kelurahan terkait pengelolaan lingkungan dan dampak sosial.
3. Pengendalian mutu pekerjaan. 5. Organisasi Masyarakat (LKM/BKM,
TIPP dan KSM) 1. Memahami arti penting pengamanan lingkungan dan
sosial. 2. Memberikan pelayanan yang setara kepada seluruh
masyarakat, khususnya masyarakat rentan. 3. Memberikan pengamanan terhadap lingkungan dari
dampak negatif yang mungkin timbul dari pembangunan Infrastruktur.
6 Pet
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU
NO. PENGGUNA MANFAAT 1. Pengelola Program
(PMU, Satker dan Pokja PKP) 1. Memahami secara menyeluruh konsep pengelolaan
lingkungan dan dampak sosial program Program KOTAKU .
2. Merencanakan pengelolaan program dengan memastikan kebijakan pengelolaan lingkungan dan dampak sosial dilakukan.
3. Mengendalikan program termasuk penilaian kinerja pelaksanaan pengelolaan lingkungan dan dampak sosial.
2. Pemerintah (Pusat, Provinsi, Kota/Kabupaten dan Desa/kelurahan)
1. Memahami secara menyeluruh konsep pengelolaan lingkungan dan dampak sosial program Program KOTAKU .
2. Memastikan kebijakan pengelolaan lingkungan dan dampak sosial pada program Program KOTAKU dilakukan sesuai dengan panduan.
3. Konsultan Pelaksana (KMP, OC/OSP, dan Tim Korkot)
1. Panduan kerja pengendalian mutu pelaksanaan pengelolaan lingkungan dan dampak sosial.
2. Menyusun strategi dan rencana kerja pelaksanaan pengelolaan lingkungan dan dampak sosial.
3. Memantau dan evaluasi kemajuan program terkait dengan pelaksanaan pengelolaan lingkungan dan dampak sosial.
4. Tim Fasilitator Kelurahan/Desa 1. Memfasilitasi masyarakat untuk menyusun rencana kerja pelaksanaan kegiatan khususnya pelaksanaan pengelolaan lingkungan dan dampak sosial.
2. Panduan kerja pendampingan masyarakat dan para pemangku kepentingan di desa/kelurahan terkait pengelolaan lingkungan dan dampak sosial.
3. Pengendalian mutu pekerjaan. 4. Acuan menyusun Perencanaan Skala Masyarakat dan
rencana untuk keberlanjutan program. 6. Para Kelompok Peduli 1. Melakukan kontrol sosial.
2. Melakukan advokasi.
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 7
BAB II KETENTUAN DAN PRINSIP PENGELOLAAN
LINGKUNGAN DAN DAMPAK SOSIAL
8 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU
2.1 KEBIJAKAN DAN PERATURAN TERKAIT DENGAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN DAMPAK SOSIAL
Setiap kegiatan yang didanai oleh Program KOTAKU harus dilaksanakan mengacu pada prinsip-‐prinsip pembangunan berkelanjutan, termasuk pertimbangan lingkungan, sosial, budaya, dan ekonomi, sebagaimana telah diatur dalam undang-‐undang dan peraturan yang berlaku. Kebijakan dan Peraturan terkait Pengamanan Lingkungan dan sosial ini mengadopsi Undang-‐undang dan peraturan pemerintah Republik Indonesia.
a. Dalam hal pengelolaan lingkungan dan sosial, setiap kegiatan infrastruktur permukiman Program KOTAKU harus mengacu kepada :
- Undang-‐Undang Nomor 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman,
- Undang-‐Undang Nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya,
- Undang-‐Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Pengamanan dan Pengelolaan Lingkungan,
- Undang-‐Undang No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Limbah Padat,
- Undang-‐Undang No. 38/2008 tentang Jalan, - Undang-‐Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
- Peraturan Pemerintah (PP) No. 27 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan,
- Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2012. Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Proyek yang wajib memiliki Analisis dampak Lingkungan atau AMDAL
- Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 16 tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan (AMDAL, UKL-‐ UPL, dan SPPL),
- Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10/PRT/M/2008 tentang Jenis Usaha dan/atau Proyek Kegiatan di bawah Pekerjaan Umum yang membutuhkan dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (UPL),
b. Dalam hal pembebasan tanah untuk pembangunan infrastruktur dan kepentingan umum, setiap kegiatan Program KOTAKU harus mengacu kepada :
- Undang-‐Undang No.2 tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah untuk Kegiatan Proyek untuk Kepentingan Umum,
- Peraturan Presiden No. 71 tahun 2012 dan Amandemennya tentang Pengadaan Tanah,
- Peraturan Kepala BPN RI No. 5 tahun 2012 tentang Pedoman Teknis Pelaksanaan Pembebasan Tanah.
c. Pembangunan infrastruktur permukiman Program KOTAKU akan dilaksanakan di hampir seluruh daerah di Indonesia, dalam hal Masyarakat Hukum Adat terdapat di dalammnya/ menjadi terkena dampak proyek, maka program harus memberikan manfaat dan melakukan upaya pengelolaan dampak buruk yang ditimbulkannya.
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 9
Kebijakan Pemerintah Indonesia terhadap Masyarakat Hukum Adat, yang menjadi rujukan antara lain:
- Undang-‐Undang No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan yang mendefinisikan hutan adat.
- Keputusan Presiden (Keppres) No. 111 tahun 1999 tentang Pengembangan Masyarakat Adat Terpencil (KAT) yang memberikan definisi yang luas dari Masyarakat Adat dan perlunya bantuan pemerintah; dan
Potensi dampak lingkungan dan sosial kemungkinan terjadi dari penyelenggaraan pembangunan fisik infrastruktur tersier di kawasan kumuh, infrastruktur primer dan sekunder serta pembangunan infrastruktur pengembangan kawasan. Dilihat dari skala kegiatan, maka dampak yang mungkin ditimbulkan relatif kecil sampai sedang, bersifat lokal, dengan waktu relatif singkat dan tidak signifikan, dapat diperbaiki, atau belum pernah terjadi sebelumnya. Sebagian besar dampak yang ditimbulkan dapat diatasi dengan perencanaan teknik dan pelaksanaan manajemen konstruksi yang baik, akan tetapi beberapa kegiatan akan memerlukan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial.
2.2 PRINSIP DASAR
a. Setiap Kegiatan sedapat mungkin menghindari atau jika tidak bisa dihindari, meminimalkan pengadaan tanah dan pemukiman kembali WTP, serta dampak negatif lainnya terhadap pengelolaan lingkungan dan dampak sosial.
b. Jika dampak negatif akibat kegiatan tidak dapat dihindari, maka perlu dipastikan adanya upaya/langkah mitigasi yang dikembangkan untuk meminimalkan dampak negatif tersebut dan/atau memulihkan akibat dari dampak negatif tersebut, baik pada tahap perencanaan, persiapan maupun tahap pelaksanaan. Infrastruktur yang memiliki dampak negatif yang tidak dapat dipulihkan tidak akan direkomendasikan untuk pembiayaan dari Program KOTAKU .
c. Pengelolaan lingkungan, pembebasan lahan dan pemukiman kembali WTP, dan pengelolaan Masyarakat Hukum Adat harus dilakukan berdasarkan prinsip transparansi, partisipasi dan konsultasi dengan WTP dengan informasi yang memadai dan diberikan sedini mungkin, melibatkan pemangku kepentingan terkait, tidak hanya Pemerintah Daerah saja, namun juga dari LSM lokal, Perguruan Tinggi dan masyarakat umum.
d. Proses konsultasi, hasil kesepakatan serta rencana dan pelaksanaan pengelolaan lingkungan, pengadaan tanah dan pemukiman kembali dan penanganan Masyarakat Hukum Adat harus didokumentasikan dan menjadi bagian dari proposal Kegiatan dan pelaporan Kegiatan.
10 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU
2.3 PRINSIP KHUSUS
a. Pengelolaan lingkungan
(1) Program KOTAKU tidak akan mendanai kegiatan seperti yang didefinisikan dalam Daftar Negatif yang akan berdampak signifikan atau menciptakan dampak yang tidak dapat dipulihkan.
(2) Program KOTAKU ini tidak akan mendanai kegiatan yang mengakibatkan perubahan habitat alami yang signifikan, menyebabkan penurunan kualitas habitat alami yang kritis, tidak konsisten dengan Rencana Tata Ruang Nasional dan Daerah dan kegiatan yang terletak dilokasi yang belum ditetapkan peruntukannya.
b. Pengelolaan Benda Cagar Budaya
(1) Program KOTAKU sebagai salah satu program pemerintah, mendukung upaya pelestarian cagar budaya. Ketika ada indikasi dampak negatif terhadap cagar budaya, maka masyarakat sebagai pelaku program mengidentifikasi tindakan yang tepat untuk menghindari atau mengurangi dampak tersebut.
(2) Upaya pelestarian benda cagar budaya (BCB) adalah kegiatan untuk mempertahankan wujud secara fisik yang meliputi bentuk, ukuran, warna, dan fungsinya sehingga mendekati pada keadaan semula.
(3) Pembangunan di kawasan lindung (termasuk kawasan cagar budaya) merupakan salah satu daftar negatif yang tidak diperbolehkan dalam Program KOTAKU. Di dalam kawasan cagar budaya tidak diperbolehkan ada pemukiman baru atau perluasan permukiman.
c. Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali
(1) Apabila memungkinkan pemukiman kembali secara terpaksa harus dihindari, atau diminimalkan sepanjang memungkinkan. Selama proses persiapan kegiatan, identifikasi potensi dampak pengadaan tanah harus sedini mungkin dan dikaji, sehingga apabila memungkinkan dapat menentukan pilihan alternatif perencanaan untuk meminimalkan dampak yang merugikan.
(2) Warga yang kehilangan tanah dan/atau aset lainnya sebagai akibat pengadaan tanah untuk kegiatan program harus segera menerima ganti rugi secara adil.
(3) WTP yang harus pindah ke lokasi lain sebagai akibat dari pengadaan tanah untuk kegiatan program, maka harus melakukan : (i) mengajak dan berkonsultasi tentang pilihan-‐pilihan ganti rugi dan relokasi, (ii) memberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam perencanaan dan pelaksanaan rencana relokasi, dan (iii) memperoleh bantuan selama proses relokasi.
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 11
(4) Jika WTP memutuskan untuk memberikan tanahnya secara sukarela (hibah) atau memberikan izin pakai atau izin untuk dilewati kegiatan proyek, maka harus memenuhi kriteria seperti yang tercantum di dalam lampiran 6, 7 dan 8.
(5) Jika WTP perlu direlokasi, baik untuk permanen maupun untuk sementara, maka rencana pemukiman kembali perlu memperhatikan lokasi, kemungkinan kehilangan mata pencaharian/pendapatan, kemungkinan berkurangnya akses terhadap fasilitas umum, pendidikan dan kesehatan , sert a keharmonisa n dengan warg a d ilokas i relokas i.
d. Masyarakat Hukum Adat (MHA)
(1) Program KOTAKU harus memberikan informasi seluas-‐luasnya kepada MHA tentang rencana kegiatan tersebut lebih awal sebelum tahap perencanaan kegiatan, sehingga kegiatan yang diusulkan mendapatkan dukungan penuh dari MHA.
(2) Dalam setiap tahapan kegiatan Program KOTAKU (persiapan, perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta keberlanjutan) pelaku/pendamping kegiatan harus melakukan konsultasi dengan MHA secara partisipatif berdasarkan kebiasaan dan nilai-‐nilai adat setempat.
e. Pengelolaan Risiko Bencana
(1) Pengelolaan risiko bencana dalam konteks pengurangan risiko bencana adalah mengurangi kerentanan dan meningkatkan kapasitas yang diterapkan untuk semua kegiatan di bawah Program KOTAKU .
(2) Pengarusutamaan pengurangan risiko bencana didalam perencanaan kegiatan merupakan persyaratan penting untuk program pengelolaan risiko bencana yang efektif dan berkelanjutan.
(3) Identifikasi adanya risiko bencana tinggi dengan kemungkinan terjadinya tinggi, harus ada langkah-‐langkah lebih maju yang perlu diambil, yaitu perumusan Rencana Kontinjensi dan SOP untuk penanganan risiko/bahaya di daerah masing-‐masing. Pedoman pengelolaan risiko bencana bisa merujuk ke Perka BNPB No.24 tahun 2010, Petunjuk Teknis PRBBK -‐ PNPM Perkotaan (untuk tingkat masyarakat) dan berkolaborasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
f. Pemanfaatan Kayu
(1) Program KOTAKU akan meminimalkan penggunaan kayu dalam pembangunan infrastruktur. Dimana pengadaan kayu mutlak diperlukan, maka program akan: a. Melaksanakan peningkatan kesadaran kepada masyarakat untuk
menggunakan kayu legal, memiliki FAKO atau surat resmi setara SKSHH;
12 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU
b. Pada situasi tertentu, diperkenankan menggunakan kayu yang berasal dari tanah penduduk sendiri sebagai bagian dari swadaya, atau dengan melakukan ganti rugi sesuai kesepakatan masyarakat dan dilengkapi dengan surat keterangan dari Kepala Desa/Lurah tentang asal-‐usul kayu yang digunakan.
c. Memantau pembelian kayu dengan FAKO;
(2) Pelatihan dan peningkatan kesadaran mengenai isu legalitas kayu sehingga fasilitator kompeten dalam membantu masyarakat dalam pengadaan kayu legal dan berkualitas baik.
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 13
BAB III TAHAPAN PELAKSANAAN
14 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU
TINGKAT KOTA
3.1 GAMBARAN UMUM PROSES PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN DAMPAK SOSIAL
Proses keseluruhan Pengamanan Lingkungan dan Sosial ditetapkan didalam Kerangka Kerja Pengamanan Lingkungan dan Sosial, dilaksanakan pada kegiatan Program KOTAKU di tingkat Kota dan tingkat masyarakat (Desa/Kelurahan) seperti disajikan dalam diagram di bawah (Gambar 1 dan Gambar 2). Perapan pelaksanaan kegiatan Pengamanan Lingkungan dan Sosial didalam tahapan kegiatan Program KOTAKU meliputi :Tahap Persiapan,Tahap Perencanaan dan Tahap Pelaksanaan.
Gambar 1. Pengamanan Lingkungan dan Sosial di Tingkat Kota/Kabupaten
3.2 TAHAP PERSIAPAN
Tahapan Persiapan adalah tahapan kegiatan yang paling awal dilakukan pada kegiatan Program KOTAKU di Tingkat Kota dan Masyarakat (Desa/Kelurahan). Dalam tahapan persiapan yang harus dipastikan terjadi adalah; Meningkatnya kapasitas, peran dan kontribusi, Pemerintah Daerah, masyarakat dan pemangku kepentingan pembangunan kota dan/atau pembangunan Desa/kelurahan.
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 15
Pada tahap ini, kegiatan terkait pengelolaan lingkungan dan dampak sosial, adalah :
1. Mensosialisasikan pentingnya pengelolaan lingkungan dan dampak sosial, pada kegiatan Sosialisasi Awal Program KOTAKU di Tingkat kota/kabupaten dan Desa/Kelurahan.
2. Menumbuhkan pemahaman dan keterampilan tentang pengelolaan lingkungan dan dampak sosial kepada pelaku di tingkat kota dan Desa/kelurahan melalui rangkaian pelatihan Program KOTAKU .
3. 3 TAHAP PERENCANAAN
Pada tahap perencanaan pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh ditingkat Kota (RP2KP-‐KP), kegiatan pengelolaan lingkungan dan dampak sosial yang dilakukan adalah kegiatan :
a. Penyaringan kategori kegiatan b. Penyiapan Instrumen atau dokumen c. Pengajuan dan Penganggaran
3.3.1 PENYARINGAN KATEGORI KEGIATAN
Pada bagian ini proses penyaringan lingkunganyang harus diterapkan pada kegiatan yang diusulkan untuk pendanaan dari Program KOTAKU adalah sebagai berikut :
Aspek Lingkungan
1. Penyaringan kegiatan berdasarkan potensi dampak lingkungan yang merugikan secara signifikan dan tidak dapat diubah;
2. Penyaringan kegiatan berdasarkan batas fisik;
3. Penyaringan kegiatan berdasarkan dampak lingkungan yang potensial; dan
4. Penyaringan kegiatan berdasarkan potensi risiko bencana.
Aspek Sosial
1. Penyaringan kegiatan berdasarkan potensi pengadaan tanah dan atau pemukiman kembali
2. Penyaringan kegiatan berdasarkan potensi dampak sosial bagi Masyarakat Hukum Adat (MHA)
Hasil dari proses penyaringan tahap ini akan menentukan kelayakan dan instrument pengelolaan lingkungan dan dampak sosial yang tepat untuk digunakan pada setiap kegiatan yang direncanakan di dalam Perencanaan RP2KP-‐KP dan pelaksanaan kegiatan ditingkat Kota dan Desa/Kelurahan.
16 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU
A. Aspek Lingkungan
1. Penyaringan kegiatan berdasarkan potensi dampak lingkungan yang merugikan secara signifikan dan tidak dapat diubah
Program KOTAKU ini tidak akan membiayai Kegiatan manapun yang memiliki dampak lingkungan yang signifikan, sensitif dan tidak dapat dipulihkan. Kegiatan dalam kategori ini akan membutuhkan proses kajian lingkungan yang kompleks, penuh dan/atau langkah-‐langkah pengelolaan lingkungan yang melibatkan/menuntut sumber daya, waktu dan kapasitas yang signifikan. Mengingat terbatasnya siklus pelaksanaan tahunan kegiatan Program KOTAKU , kegiatan dengan dampak lingkungan yang signifikan dan tidak dapat dipulihkan, tidak memenuhi syarat untuk dibiayai Program KOTAKU . Lampiran 1
Program KOTAKU tidak dapat membiayai kegiatan yang masuk daftar kegiatan dilarang (Negatif List), seperti terdapat di dalam Pedoman Teknis Program KOTAKU .
2. Penyaringan Kegiatan Berdasarkan Batas Fisik
Proses penyaringan kegiatan yang memiliki dampak lingkungan yang signifikan berdasarkan batas fisik, karakteristik teknis, kapasitas, luas hektar yang terkena dampak mengacu kepada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.10/PRT/M/2008 atau sesuai dengan Peraturan Gubernur/Walikota/Bupati yang ditetapkan (Permen LH No. 13/2010 psl 3), seperti contoh yang ditunjukkan pada Tabel 2. dibawah ini.
a. Program KOTAKU tidak akan membiayai kegiatan yang menimbulkan dampak lingkungan yang signifikan yang memerlukan penyiapan AMDAL. Mengingat bahwa proses untuk mempersiapkan instrumen AMDAL membutuhkan keahlian yang khusus dan waktu cukup lama.
b. Program KOTAKU akan membiayai kegiatan dengan kriteria skala besaran kegiatan membutuhkan UKL-‐UPL dan SPPL. Nilai ambang bawah kisaran yang ditunjukkan dalam tabel akan memerlukan penggunaan instrumen SOP/SPPL.
Tabel 2 : Contoh Jenis Kegiatan dengan Instrumen Pengelolaan Lingkungan
JENIS KEGIATAN
Skala besaran Kegiatan (Permen PU No.10/PRT/M/2008)
UKL/UPL SPPL/SOP
I. SUMBER DAYA AIR • Daerah Irigasi a. Pembangunan daerah irigasi baru dengan luas 500 to <2000ha <500 ha b. Peningkatan luas daerah irigasi 500 to <1000ha <500 ha c. Pencetakan sawah, 100 to <500ha < 100 ha II. JALAN DAN JEMBATAN 2. Pembangun Jalan/peningkatan jalan dengan pelebaran yang
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 17
JENIS KEGIATAN
Skala besaran Kegiatan (Permen PU No.10/PRT/M/2008)
UKL/UPL SPPL/SOP
membutuhkan pengadaan tanah a. Kota metropolitan/besar -‐ Panjang jalan -‐ Pengadaaan tanah
1km to <5km 2ha to <5ha
<1km <2ha
b. Kota Sedang -‐ panjang jalan -‐ Pengadaan tanah
3km to <10km 5ha to <10ha
<3km <5ha
c. Kota Kecil -‐ Panjang jalan -‐ Pengadaan tanah
10km to <30km 10ha to <30ha
<10km <10ha
3. Pembangunan subway/underpass, terowongan/tunnel, jalan layang/fly over, dan jembatan
a. Pembangunan subway/underpass, terowongan/ tunnel, jalan layang/fly over
-‐ Panjang
<2km -‐-‐-‐
b. Pembangunan Jembatan diatas (sungai/badan air) -‐ Panjang
100 to <500m
<100 m
III. PENYEDIAAN AIR BERSIH 1. Air minum/Air bersih a. Pembangunan jaringan distribusi -‐ Luas layanan 100ha to >500ha <100ha b. Pembangunan jaringan pipa transmisi 1. Metropolitan/kota besar, panjang 5km to 10km <5km 2. Kota sedang – kota kecil, panjang 8km to 10km <8km
c. Pengambilan air baku dari sungai, danau dan sumber air permukaan lainnya 1. Sungai dan danau 50 l/sc to 250 l/sc <50 l/sc 2. Mata air 2,5 l/sc to 250 l/sc <2,5 l/sc
d. Pembangunan Instalasi Pengolahan air dengan pengolahan lengkap (debit) 50 l/sc to 100 l/sc <50 l/sc
e. Pengambilan air tanah dalam (debit) untuk kebutuhan 1. Pelayanan masyarakat oleh penyelenggara PAM 2,5 l/sc to 50 l/sc <2,5 l/sc
2. Kegiatan lain dengan tujuan komersil 1,0 l/sc to 50 l/sc <1,0 l/sc
18 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU
JENIS KEGIATAN
Skala besaran Kegiatan (Permen PU No.10/PRT/M/2008)
UKL/UPL SPPL/SOP
IV. AIR LIMBAH 1. Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) termasuk fasilitas penunjang -‐ Luas -‐ Atau kapasitas
<2 ha <11 m3/hari
-‐-‐-‐-‐ -‐-‐-‐-‐
2. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
-‐ Luas -‐ Atau bahan organik
<3 ha <2.4 ton/hari
-‐-‐-‐ -‐-‐-‐
3. Pembangunan sistem perpipaan air limbah (sewerage/off-‐site sanitation system) -‐ Luas -‐ Atau debit air limbah
<500 ha <16,000 m3/hari
-‐-‐-‐ -‐-‐-‐
Sumber: Permen PU No. 10/PRT/M/2008 tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum yang Wajib Dilengkapi dengan UKL-‐UPL.
3. Penyaringan Kegiatan berdasarkan Potensi Dampak Lingkungan
Tahap ini akan menyaring rencana kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak lingkungan, menerapkan daftar periksa seperti pada Lampiran 2, yaitu :
a. Kegiatan yang akan dilakukan didalam kawasan lindung, berbatasan dan/atau melintasi melalui kawasan lindung, sensitive dan wajib memiliki AMDAL (berdasarkan Pasal 3 Permen LH No.5 Tahun 2012),
b. Memiliki dampak lingkungan yang signifikan dan besaran berdasarkan hasil konsultasi dengan lembaga/instansi lingkungan hidup pusat, provinsi atau kabupaten/kota (mengacu kepada Pasal 2 Permen LH No.5 Tahun 2012).
Defenisi dan kriteria kawasan lindung dan daerah sensitif dapat dilihat pada Lampiran 16.
4. Penyaringan Kegiatan Berdasarkan Dampak terhadap Benda Cagar Budaya (BCB) Dalam upaya pelestarian BCB adalah mempertahankan wujud secara fisik yang meliputi bentuk, ukuran, warna, dan fungsinya sehingga mendekati pada keadaan semula. Pada tahap ini akan menyaring rencana kegiatan yang akan dilakukan menimbulkan dampak pada kawasan cagar budaya atau benda cagar budaya.
a. Pembangunan di kawasan atau pada benda cagar budaya, merupakan salah satu daftar negatif yang tidak diperbolehkan dalam kegiatan PROGRAM KOTAKU . Di dalam kawasan cagar budaya tidak diperbolehkan ada kegiatan pemukiman baru atau perluasan permukiman.
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 19
b. Pembangunan yang bersinggungan dengan kawasan atau benda cagar budaya, tetapi tidak menimbulkan dampak yang siginfikan terhadap kawasan/benda cagar budaya dan dapat diatasi dengan memerlukan UKL-‐UPL atau SOP, untuk mempertahankan wujud secara fisik yang meliputi bentuk, ukuran, warna, dan fungsinya sehingga mendekati pada keadaan semula.
5. Penyaringan Kegiatan berdasarkan Potensi Risiko Bencana
Tahap ini akan menyaring rencana kegiatan yang dilakukan pada lokasi yang rawan bencana atau kegiatan yang dapat memicu terjadinya bencana dan berpotensi menimbulkan risiko/dampak lingkungan. Penyaringan risiko bencana mengacu kepada data dan informasi dari BNPB/BPBD setempat, yaitu :
a. Kegiatan yang akan dilakukan didalam kawasan/lokasi rawan dan memiliki risiko bencana tingkat sedang atau tinggi, harus melakukan kajian penilaian mendalam merumuskan skenario penanggulangan bencana, seperti perencanaan/desain kegiatan.
b. Jika teridentifikasi tingkat risiko bencana tinggi dengan kemungkinan terjadinya tinggi, maka langkah-‐langkah yang perlu diambil adalah penyusunan Rencana Kontinjensi (Renkon) atau SOP untuk penanganan risiko/bahaya.
Hasil proses penyaringan Aspek Lingkungan ini akan menentukan pendekatan pengelolaan lingkungan yang akan digunakan oleh masing-‐masing kegiatan sebagai berikut:
a. Kegiatan tidak memenuhi syarat untuk pembiayaan dari Program KOTAKU , jika memerlukan penilaian lingkungan menyeluruh karena dampak yang signifikan potensi dan harus mempersiapkan AMDAL ;
b. Kegiatan memenuhi syarat, jika membutuhkan UKL-‐UPL karena potensi dampak kurang signifikan dan skala besaran jenis kegiatan : (a) dan memenuhi persyaratan dari Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 10/ PRT /M/2008 untuk kegiatan yang wajib memiliki UKL-‐UPL; dan
c. Kegiatan memenuhi syarat, jika membutuhkan SOP/SPPL untuk mengurangi potensi dampak kecil.
d. Kegiatan yang terdapat dikawasan/lokasi rawan bencana dengan risiko sedang dan tinggi, membutuhkan kajian mendalam untuk menyusun skenario pengelolaan risiko bencana, seperti penyusunan Rencana Kontinjensi atau SOP untuk penanganan risiko/bahaya.
Berdasarkan hasil tahapan penyaringan diatas, prosedur pengelolaan lingkungan yang diperlukan untuk memenuhi syarat, adalah :
a. Kegiatan dengan UKL dan UPL: Kegiatan yang membutuhkan UKL-‐UPL menyusun dokumen UKL-‐UPL, mengikuti Format UKL-‐UPL yang dipersyaratkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 16 tahun 2012, seperti pada Lampiran 17
20 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU
b. Kegiatan dengan surat pernyataan kesanggupan pengelolaan dan pemantauan lingkungan (SPPL) : Kegiatan ini di identifikasi akan menimbulkan dampak lingkungan kecil tidak signifikan dan dapat di mitigasi dengan menggunakan SOP. Kementerian Pekerjaan Umum telah mengembangkan SOP standar untuk sub-‐sektor utama, seperti untuk bidang jalan, penyediaan air bersih, irigasi, dan sanitasi. SOP tersebut meliputi : contoh tindakan untuk mengontrol polusi udara & kebisingan dan gangguan lalulintas dilokasi konstruksi, persyaratan untuk rehabilitasi tanah dan tanaman di daerah yang terkena proyek sebagai langkah mitigasi terhadap erosi tanah, metode pembukaan lahan, prosedur pengendalian dampak negatif pada titik pembebanan untuk limbah padat. Khusus untuk pekerjaan sanitasi, instrument penanganan dampak terhadap lingkungan dapat mengacu pada Petunjuk Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat, yang dikeluarkan oleh Ditjen CiptaKarya, Kementerian Pekerjaan Umum pada tahun 2014. Contoh pedoman, panduan atau SOP tersebut dapat ditemukan di Lampiran 18.
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 21
Gambar 2: Diagram Bagan Alir Penyaringan dan Upaya Pengelolaan Lingkungan yang Diperlukan
Fase 1 : Daftar Negatif Fase 2 : Ambang Batas (Ukuran, skala) Fase 3
Fase 4 :
+) Penyaringan berdasarkan ambang batas berdasarkan Peraturan Menteri No.5/2012 untuk menentukan kegiatan yang memerlukan
ingkungan/KajianPenuh)untuk subsector Jalan, Jembatan,Irigasi dan Bersih (lihat table 2 untuk informasi -untuk pembangunan jalan -untuk pembangunan irigasi>2000 -untuk pembangunan sumberair>250 -untuk peningkatansaluran irigasi eksisting>1000
Proses penyaringan dapat dilaksanakan dengan mengisi format Komponen Lingkungan dan Sosial (Lampiran 23) dan hasil
dari dapat dilaporkan di dalam format diLampiran 2
**) KawasanLindung(KeppresNo,32/1990) dan Daerah sensitive lainnya. daftar dan penjelasan lainnya dapat mengacu ke Lampiran16.
Contoh Lindung dan Daerah Sensitif lainnya 1. Lahan 2. KawasanResapan 3. Sempadan 4. Sempadan sungai 5. Kawasan Sekitar 6. Kawasan Sekitar Mata 7. Kawasan suaka alam terdiri dari Cagar Alam, Suaka Marga Satwa,
Wisata, Daerah Perlindungan Plasma Nutfah,dan Daerah Pengungsian
8. Kawasan Suaka Alam Laut dan perairan lainnya termasuk perairan perairan darat, wilayahpesisir, muara sungai, gugusan karang
atau karang, yang mempunyai cirri khas berupa keanekaragaman keunikan
9. Kawasan Pantai berhutan 10. Taman 11. Taman Hutan 12. Taman Wisata 13. Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan termasuk daerah
berair, daerah dengan budaya masyarakat istimewa, daerah lokasi purbakala atau peninggalan sejarah yang bernilai
14. Kawasan Rawan Bencana
Komunitas Rentan Daerah Permukiman Padat, Daerah Komersial, Produktif, DaerahBerlereng
***) Kawasan rawan risiko bencana berdasarkan data BNPB/BPBD, tingkat risiko bencana : Tinggi, Sedang dan Rendah. Penilaian tingkat risiko bencana mengacu kepada Perka BNPB No. 2 Tahun 2012 dan Petunjuk Teknis PRBBK-PNPM Mandiri Perkotaan untuk tingkat masyarakat, format pengelolaan risiko bencana seperti pada lampiran 5
+++] Peraturan Menteri PUNo.10/PRT/M/2008 tentang Penetapan Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum Wajib Dilengkapi dengan
*] Dikonsultasikan dengan instansi yang bertanggungjawab dalam pengelolaan dampak lingkungan, pengelolaan risiko bencana (BPBD) dan juga berdasarkan evaluasi signifikan.
• PerlumengacupadaLampiran 6 untuk acuan SOP yang • Kegiatan yang membutuhkan AMDAL tidak dapat dibiayai oleh
• Perlu mengacu pada Peraturan Menteri LHNo.16/2012 untuk
UKL/UPL • Pengelolaan risiko bencana tingkat sedang atau tinggi, dengan
upaya pencegahan, pengurangan dan kesiapsiagaan (Perka BNPB No 24 Tahun 2010
Ya
Ya
Ya
Tidak
Tidak Memenuhi kriteria wajib
Prosedur standar mitigasi dampak
(SPPL/SOP)*
Pengelolaan Risiko Bencana
(PRB) AMDAL
Memenuhikriteria wajib AMDAL?
Dampak Besar merugikan tidak dapat
Perencanaan
Berbatasan denganKawasan lindung/BCBdan Daerah
lain?
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Tidak Tidak
Ya
Kawasan Rawan Risiko
Bencana?***)
Tingkat Risiko Bencana Tinggi
atau Sedang?***)
UKL dan UPL
22 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU
B. Aspek Sosial
1. Penyaringan Kegiatan berdasarkan Potensi Dampak Sosial yang diakibatkan Pengadaan Tanah dan atau Pemukiman Kembali
Penyaringan Kegiatan berdasarkan potensi dampak sosial yang diakibatkan pengadaan tanah dan atau pemukiman kembali dilakukan dengan menggunakan format inventarisasi lahan dan aset yang terkena dampak yang disajikan pada Lampiran 3.
a. Pengadaan tanah untuk kegiatan dapat diperoleh melalui skema melalui penggantian (kompensasi), melalui hibah tanah, melalui izin pinjam/pakai selama jangka waktu tertentu, dan izin dilewati.
b. Pengadaan tanah melalui konsolidasi tanah yaitu penataan kembali penguasaan dan penggunaan tanah serta usaha pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan dalam meningkatkan kualitas lingkungan dan pemeliharaan sumber daya alam dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat (Peraturan Ka. BPN No.4 Tahun 1991).
c. Berdasarkan intensitas dampak sosial yang mungkin terjadi, pengadaan tanah dengan skala besar (yang melibatkan >200 pemilik tanah atau > 40 RT) dan skala kecil (yang melibatkan ≤ 200 pemilik tanah atau ≤40 RT).
d. Pengadaan tanah dapat juga dengan relokasi tetap atau sementara dari warga yang terkena, seperti dalam Tabel 3 dibawah ini.
Tabel 3: Pengadaan Tanah beserta Instrumen Pengadaan Tanah dan
Pemukiman Kembali WTP
Kegiatan Pengadaan tanah
Kebutuhan
Lahan
Jumlah Warga Terkena Proyek
(WTP)/Pemilik Tanah
Instrumen Penanganan
Acuan
> 1 Ha
> 200 orang (atau >40RT) atau menghilangkan >10% dari asset produktif
LARAP Komprehensif
Lampiran 19,
1. Dengan penggantian/kompensasi
≤ 200 orang (atau ≤40 KK) atau menghilangkan ≤10% dari asset produktif
LARAP Sederhana Lampiran20,
≤ 1 Ha
> 200 orang (atau >40 KK) atau menghilangkan >10% dari asset produktif
LARAP Komprehensif
Lampiran19,
≤ 200 orang (atau ≤40 KK) atau menghilangkan ≤ 10% assetproduktif
LARAP Sederhana Lampiran 20,
2. Sumbangan/ peminjaman tanah secara sukarela dari pemilik tanah
-‐ Hibah atas sebagian hak tanah
1. Surat pernyataan Sumbangan
Lampiran 6 Lampiran 11
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 23
Kegiatan Pengadaan tanah
Kebutuhan
Lahan
Jumlah Warga Terkena Proyek
(WTP)/Pemilik Tanah
Instrumen Penanganan
Acuan
Tanah 2. Berita Acara Konsultasi dengan WTP
-‐ Izin PakaiTanah 1. Surat Pernyataan Izin Pakai Tanah
2. Berita Acara Konsultasi dengan WTP
Lampiran 7 Lampiran 11
- Izin Dilewati 1. Surat Pernyataan Izin Tanah Dilewati
2. Berita Acara Konsultasi dengan WTP.
Lampiran 8 Lampiran 11
3.Relokasi tetap dan sementara
> 200 orang(atau >40 KK) LARAP Komprehensif
Lampiran 19,
≤ 200 orang(atau ≤40 KK) LARAP Sederhana Lampiran 20, 4.PembangunanKembali
> 200 orang(atau >40 KK) LARAP Komprehensif
Lampiran 19,
≤ 200 orang(atau ≤40 KK) LARAP Sederhana Lampiran 20, 5.Konsolidasi Tanah (Land Consolidation/LC)
Sesuai syarat dan ketentuan LC
Petunjuk Teknis pelaksanaan Konsolidasi Tanah PerKa. BPN No.4/1991
Lampiran 21
2. Penyaringan Kategori untuk Kegiatan Proyek berdasarkan potensi Dampak Sosial Terhadap Masyarakat Hukum Adat (MHA)
Pengelola Program (POKJA PKP dan Tim Korkot) akan melaksanakan identifikasi awal pada keberadaan masyarakat hukum adat di lokasi kegiatan. Pada tahun 2010, World Bank telah melakukan pemetaan lokasi dari masyarakat hukum adat di Indonesia yang dapat dijadikan rujukan keberadaan MHA. Keberadaan kelompok-‐kelompok MHA tersebut di provinsi dapat dilihat pada lampiran 24.
Penyaringan dampak sosial terhadap MHA dilakukan untuk mengetahui dampak positif atau negatif yang mungkin disebabkan oleh kegiatan dan untuk menentukan langkah -‐ langkah apa yang harus diambil serta instrumen yang harus disiapkan. Tabel 4 menjelaskan kriteria untuk pengelolaan dampak sosial pada masyarakat hukum adat berdasarkan kategori kegiatan.
24 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU
a. Tipe I, usulan Kegiatan berpotensi memberikan dampak, baik positif maupun negatif kepada MHA, terkait dengan tempat tinggalnya, mata pencahariannya, ataupun struktur kelembagaannya.
b. Tipe II, usulan Kegiatan ditujukan untuk MHA sebagai penerima manfaat.
Tabel 4: Kriteria Kegiatan untuk Menentukan Instrumen Rencana Penanganan Masyarakat Hukum Adat (MHA)
KATEGORI DAMPAK INSTRUMEN PELAKSANAAN ACUAN
I
MHA berpotensi terkena dampak (baik yang positif maupun negatif)
Rencana Kegiatan MHA (RK-‐MHA)
Penyesuaian rancangan/ desain Kegiatan untuk dapat Mengakomodasi kebutuhan spesifik MHA
Lampiran 9, 21, 22
II
MA sebagai penerima manfaat utama dari Kegiatan Proyek
Tidak membutuhkan suatu RK-‐MHA
Penyesuaian rancangan/ desain Kegiatan untuk dapat mengakomodasi kebutuhan spesifik MA
3.3.2 PENYIAPAN INSTRUMEN ATAU DOKUMEN
1. Penyusunan Instrumen Pengelolaan Lingkungan
Hasil proses penyaringan Aspek Lingkungan telah menentukan kegiatan yang memenuhi syarat untuk pendanaan dari Program KOTAKU , yaitu :
- Kegiatan yang memenuhi syarat yang membutuhkan UKL-‐UPL karena potensi dampak kurang signifikan dan tidak besar dan memenuhi persyaratan dari Peraturan Menteri PU Nomor 10/ PRT /M/2008 atau Peraturan Gubernur/Walikota/Bupati yang berlaku untuk kegiatan yang harus memiliki UKL-‐UPL; dan
- Kegiatan yang memenuhi syarat yang membutuhkan SPPL/SOP untuk mengurangi potensi dampak kecil.
Prosedur Penyusunan UKL-‐UPL dan SPPL, adalah sebagai berikut :
a. Prosedur Penyusunan UKL-‐UPL.
Penyusunan UKL-‐UPL harus sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.16 tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup serta ketentuan tambahan yang termasuk dalam Petunjuk Pelaksanaan ini. Dalam penyusunan UKL-‐UPL setiap usaha dan atau kegiatan wajib memiliki Izin Lingkungan hal ini sesuai dengan PP No. 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan. Langkah-‐
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 25
langkah berikut harus diambil dalam penyusunan dan pelaksanaan UKL-‐UPL adalah sebagai berikut :
(1) POKJA PKP berkoordinasi dengan Bapedalda/Badan Kabupaten Lingkungan Hidup Daerah (BLHD)/Badan Lingkungan Hidup (BLH)/ Kantor lingkungan hidup setempat dan mengisi formulir UKL-‐UPL yang disediakan oleh Badan/Kantor tersebut. Format UKL-‐UPL dan Pernyataan Jaminan Pelaksanaan UKL-‐UPL disajikan pada Lampiran 17 dan Lampiran 14.
(2) POKJA PKP menyiapkan dokumen UKL-‐UPL yang mempertimbangkan dampak pada lingkungan, habitat alami, di daerah terpengaruh Kegiatan Proyek, termasuk analisis alternatif dan persyaratan tambahan berdasarkan penyaringan dampak potensial.
(3) Dokumen UKL-‐UPL juga harus berisi informasi seperti estimasi anggaran untuk program atau kegiatan pengelolaan lingkungan, program konsultasi publik dan pengaturan kelembagaan untuk pelaksanaan UKL-‐UPL.
(4) POKJA PKP menyerahkan formulir yang telah lengkap kepada Bapedalda / Badan Kabupaten Lingkungan Hidup Daerah (BLHD)/Badan Lingkungan Hidup (BLH) / Kantor Lingkungan hidup setempat untuk ditinjau/evaluasi.
(5) Bapedalda/Badan Kabupaten Lingkungan Hidup Daerah (BLHD)/Badan Lingkungan Hidup (BLH) / Kantor Lingkungan hidup setempat menerbitkan persetujuan terhadap UKL-‐UPL yang diajukan.
(6) POKJA PKP menyerahkan salinan final UKL-‐UPL Walikota/Bupati melalui Bapedalda/Badan Kabupaten Lingkungan Hidup Daerah (BLHD)/Badan Lingkungan Hidup (BLH) /Kantor Lingkungan hidup setempat. Dalam dokumen UKL-‐UPL ini POKJA PKP menyertakan surat pernyataan untuk menjamin pelaksanaan UKL-‐UPL. Surat pernyataan tersebut harus ditandatangani oleh POKJA PKP. Format untuk surat pernyataan disajikan pada Lampiran 14 : Surat Pernyataan Pelaksanaan UKL-‐UPL.
(7) POKJA PKP mengimplementasikan UKL-‐UPL.
(8) POKJA PKP melaporkan pelaksanaan UKL-‐UPL setiap 6 bulan kepada BLHD dan Walikota/Bupati.
b. Prosedur Penyusunan SPPL/SOP. (1) POKJA PKP berkoordinasi dengan Dinas terkait untuk menggunakan/
mempersiapkan SPPL untuk Kegiatan Proyek di sub-‐sektor tertentu.
(2) POKJA PKP menyiapkan Surat Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPL) untuk Kegiatan, seperti format disajikan pada Lampiran 15.
26 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU
(3) POKJA PKP melaksanakan berbagai upaya mitigasi lingkungan dengan mengacu pada SOP untuk setiap sub-‐sektor. Daftar lengkap mengenai pedoman, panduan atau SOP tercantum didalam lampiran 18.
2. Penyusunan Instrumen Pengamanan Benda Cagar Budaya
a. POKJA PKP mengembangkan rencana pengelolaan BCB dan KCB yang mencakup langkah-‐langkah untuk menghindari atau mengurangi dampak-‐dampak pada Cagar Budaya, penguatan kapasitas kelembagaan, dan sistem monitoring yang dimasukkan kedalam perencanaan Kumuh Kota (seperti RP2KP-‐KP);
b. Langkah Mitigasi dilakukan pada saat penyaringan kegiatan proyek teridentifikasi di dalam perencanaan Renta (Rencana Tahunan) berada di lokasi BCB dan atau KCB, sebagai berikut
(1) Pengumpulan data informasi mengenai BCB dan KCB dari masyarakat dan Dinas terkait
(2) Survey Status BCB dan atau KCB apakah sudah ditetapkan sebagai cagar budaya melalui Perda atau belum.
(3) Survey keadaan fisik apakah pada kondisi terlindungi atau terabaikan
(4) Survey sumber daya dan kondisi sosial masyarakat di sekitar BCB/KCB
(5) Analisis data informasi yang ada sebagai masukan dalam penyusunan Perencanaan Kumuh Kota (RP2KP-‐KP) dan Rencana Penataan Lingkungan Permukiman di masyarakat (RPLP/RTPLP). Format sederhana pengumpulan data informasi BCB dan atau KCB seperti dibawah ini :
Tabel 5. Data Informasi BCB dan KCB
No. Nama
BCB/KCB Lokasi
Kepemilikan Penetapan BCB/KCB
Perlindungan Masyarakat sekitar BCB/KCB
Analisis & data BCB/KCB yang
ada Perorangan Badan Hukum
Perda/ Lainnya
Tidak ada
Terlindungi Terabaikan
3. Penyusunan Instrumen Pengelolaan Risiko Bencana (PRB)
Semua perencanaan kegiatan di bawah Program KOTAKU memerlukan penilaian risiko bencana. Tindakan untuk PRB yang paling efektif jika terintegrasi dengan program penanggulangan bencana yang ada di kota. Pengarusutamaan PRB kedalam perencanaan kegiatan Program KOTAKU merupakan persyaratan penting untuk program pengelolaan risiko bencana yang efektif dan berkelanjutan.
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 27
a. POKJA PKP melakukan kajian penilaian tingkat risiko bencana1 dilakukan dengan berpedoman kepada Perka BNPB No. 2 Tahun 2012 untuk tingkat kota dan Petunjuk Teknis PRBBK PNPM Perkotaan untuk kegiatan tingkat masyarakat.
b. Komponen kajian meliputi potensi ancaman, kerentanan dan kapasitas yang terdapat atau terdampak pada diwilayah perencanaan kota.
c. Jika teridentifikasi terdapat risiko bencana tinggi dan kemungkinan terjadinya tinggi, maka perlu penyusunan Rencana Kontinjensi (Renkon) atau SOP untuk penanganan risiko dan pelaksanaan simulasi. Penyusunan Renkon dapat merujuk ke Perka BNPB No. 24 tahun 2010, Pedoman Teknis PRBBK PNPM Perkotaan (untuk tingkat masyarakat), dan berkolaborasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
d. Upaya pengurangan risiko bencana adalah kegiatan yang difungsikan untuk :
• Mencegah atau memperkecil ancaman kawasan
• Mengurangi kerentanan kawasan terancam
• Meningkatkan kapasitas kawasan yang terancam
e. Memetakan tingkat risiko bencana dalam peta risiko bencana kawasan.
f. Menyusun skenario mitigasi atau pengurangan risiko bencana. Contoh Format instrumen pengelolaan risiko bencana terdapat pada lampiran 5.
2. Penyusunan Instrumen Pengelolaan Dampak Sosial
1. Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali
Penyaringan atau identifikasi awal mengenai potensi dan besaran dampak sosial, baik negatif maupun positif akibat dari pengadaan tanah dan permukiman kembali, maka POKJA PKP dan Tim Korkot menyusun perencanaan pengadaan tanah yang terkait, seperti pada tabel. 3 diatas.
Prosedur Pengadaan Tanah dan Permukiman Kembali :
a. POKJA PKP wajib melaporkan kepada Bappeda tentang hasil proses penyaringan untuk mengidentifikasi potensi dampak dari kegiatan proyek dan pengadaan tanah dan permukiman/ relokasi WTP yang digunakan.
1) BNPB/BPBD sudah menetapkan kota/kabupaten yang memiliki risiko bencana pada dokumen IRBI
(Indeks Risiko Bencana Indonesia).
Risiko = Ancaman x Kerentanan
Kapasitas
28 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU
b. POKJA PKP menyusun instrumen pengadaan tanah dan pemukiman kembali/ relokasi WTP. Alternatif untuk pembebasan lahan dan instrumen pemukiman / relokasi yang akan digunakan didasarkan pada potensi dampak ditetapkan berdasarkan kriteria dalam tabel 3 diatas, sebagai berikut:
- LARAP Komprehensif, disajikan pada Lampiran 19. - LARAF Sederhana, disajikan pada Lampiran 20.
- Jika pemilik tanah secara sukarela dengan Surat Pernyataan Sumbangan Tanah, Surat Pernyataan Izin Pakai Tanah, atau Surat Pernyataan Izin Tanah Dilewati disajikan pada Lampiran 6, 7 dan lampiran 8.
- Pengadaan tanah melalui konsolidasi tanah disajikan pada Lampiran 24
c. Prosedur Penyusunan LARAP Komprehensif dan LARAP Sederhana dapat dilihat pada Lampiran 19 dan 20.
d. Pengadaan tanah berdasarkan dokumen LARAP, dilaksanakan berdasarkan Perpres 40 Tahun 2014 pengadaan tanah untuk Kepentingan Umum yang luasnya tidak lebih dari 5 Ha, dapat dilakukan langsung oleh Instansi yang memerlukan tanah dengan para pemegang hak atas tanah, dengan cara jual beli atau tukar menukar atau cara lain yang disepakati kedua belah pihak. Format Berita Acara Negosiasi dapat dilihat pada Lampiran 11;
2. Konsolidasi Tanah (Land Consolidation/LC)
Konsolidasi tanah adalah kebijaksanaan pertanahan mengenai penataan kembali penguasaan dan penggunaan tanah serta usaha pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan dalam meningkatkan kualitas lingkungan dan pemeliharaan sumber daya alam dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat (Peraturan Ka. BPN No.4 Tahun 1991). Kegiatan konsolidasi tanah bertujuan untuk mencapai pemanfaatan tanah secara optimal melalui peningkatkan efisiensi dan produktifitas penggunaan tanah. Sedangkan sasaran yang ingin dicapai adalah terwujudnya suatu tatanan penguasaan dan penggunaan tanah yang tertib dan teratur dan dilengkapi dengan prasarana-‐sarana lingkungan. Proses konsolidasi tanah dilaksanakan oleh POKJA PKP dengan berkordinasi dengan Kantor BPN:
a. Melakukan penyaringan atau identifkasi awal mengenai potensi lokasi LC sesuai dengan RTRW, penjajakan minat awal masyarakat, dukungan dari pemerintah daerah dan para pihak terkait.
b. Melakukan bimbingan masyarakat untuk mendorong masyarakat berperan aktif dalam organisasi/ tim kerja yang akan dibentuk dalam pelaksanaan Konsolidasi Tanah, mendorong terbentuknya organisasi peserta berikut tugas, fungsi, hak dan kewajiban serta tanggung jawab dengan susunan
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 29
pengurus. Selain itu melakukan pendampingan terhadap para peserta Konsolidasi Tanah.
c. Melakukan penjajakan kesepakatan agar lokasi terpilih yang akan ditata telah disepakati para peserta Konsolidasi Tanah, lokasi terpilih sesuai RTRW, diperoleh gambaran lokasi secara umum dan Rencana Pembangunan Daerah pada lokasi terpilih, calon peserta Konsolidasi Tanah menyatakan bersedia memberikan Sumbangan Tanah Untuk Pembangunan (STUP).
d. Melakukan pengukuran/pemetaan tanah dan menyusun perencanaan konsolidasi tanah (rencana blok, rencana peruntukan tanah, rencana jaringan infrastruktur dan fasilitas pendukung lainnya).
e. Melakukan sosialisasi dan musyawarah untuk menyakinkan kepada para peserta Konsolidasi Tanah bahwa telah diadakan penetapan kavling baru dengan luas dikurangi untuk STUP
f. Memfasilitasi pelepasan hak atas tanah dan penerbitan sertifikat tanah.
Langkah-‐langkah atau tahapan pelaksanaan konsolidasi tanah dapat diringkas seperti pada diagram dibawah ini dan penjelasan rinci terdapat pada lampiran 21.
30 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU
Gambar 3. Diagram Tahapan Pelaksanaan Konsolidasi Tanah
3. Rencana Kegiatan Masyarakat Hukum Adat (RK-‐MHA)
a. POKJA PKP melakukan penyaringan atau identifikasi awal mengenai potensi dan besaran dampak Kegiatan terhadap MHA. Lampiran 24 menyediakan informasi awal
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 31
tentang keberadaan MHA. Berdasarkan konsep RK serta kajian cepat di calon lokasi Kegiatan.
b. POKJA PKP melakukan identifikasi mendalam dan verifikasi lanjutan tentang keberadaan MHA di calon lokasi kegiatan dan pengkategorian potensi dampak Kegiatan terhadap MHA berdasarkan pada kriteria Tabel 4. diatas.
c. POKJA PKP menyampaikan kepada Bappeda, tentang hasil pengkategorian kegiatan berdasarkan potensi dampak, serta informasi instrumen penanganan MHA yang akan digunakan.
d. POKJA PKP menyusun instrumen penanganan MHA untuk mengatasi dampak Kegiatan, dengan berkonsultasi dengan komunitas MHA yang terdampak. Alternatif instrumen penanganan MA yang akan digunakan bergantung pada seberapa jauh komunitas MHA akan terlibat atau akan terkena dampak dari kegiatan:
(1) Tipe I, usulan Kegiatan berpotensi memberikan dampak, baik positif maupun negatif kepada MHA, terkait dengan tempat tinggalnya, mata pencahariannya, ataupun struktur kelembagaannya. Pengelola Kegiatan perlu menyusun Rencana Masyarakat Hukum Adat, yang isinya memuat upaya-‐upaya mitigasi dampak negatif atau upaya-‐upaya untuk meningkatkan dampak positif. Lihat Lampiran 22;
(2) Tipe II, usulan Kegiatan ditujukan untuk MHA sebagai penerima manfaat, sehingga tidak diperlukan penyusunan RKP-‐MHA, namun berbagai aspirasi dan kebutuhan MHA harus dimasukkan di dalam desain Kegiatan.
e. Secara singkat, prinsip dan tahapan penyusunan Rencana MHA adalah sebagai berikut:
(1) Penunjukan Fasilitator. POKJA PKP menunjuk fasilitator (beberapa orang atau suatu tim) untuk melaksanakan survey, kajian sosial, inventarisasi dan konsultasi publik. MHA seringkali menggunakan bahasa dan budaya tertentu untuk berkomunikasi, oleh karena itu maka fasilitator yang ditunjuk memahami kebiasaan budaya MHA, dan dapat menggunakan bahasa yang digunakan oleh MHA. Fasilitator ini dapat berasal dari LSM setempat, pemerhati MHA, atau pihak-‐pihak yang pernah bekerja bersama MHA dalam proyek lainnya;
(2) Sosialisasi kepada Masyarakat Hukum Adat. POKJA PKP melakukan konsultasi dengan MA dan mendiseminasikan informasi kepada MHA dengan difasilitasi oleh fasilitator dalam cara-‐cara sesuai dengan kebiasaan budaya MHA dan menggunakan bahasa MHA. Menyampaikan informasi antara lain: rancangan kegiatan, dampak yang mungkin timbul akibat kegiatan, upaya alternatif untuk meminimalisasi dampak dan berdiskusi dengan MA dalam menyusun Rencana MHA. Ada kemungkinan bahwa kegiatan konsultasi dan sosialisasi ini dilaksanakan berulang kali;
32 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU
(3) Kajian Sosial Ekonomi. POKJA PKP dengan dibantu oleh fasilitator dapat memulai melakukan kajian sosial (social assesment) dalam rangka memperoleh informasi dasar tentang MHA, termasuk: jumlah populasi, karakteristik kehidupan, mata pencaharian, budaya, keterikatan kepada habitat alami juga dengan kelompok MHA lainnya; menilai dampak yang merugikan dan memperkirakan manfaat yang didapat dari Kegiatan sesuai dengan kebudayaan mereka; mendapatkan informasi lainnya untuk memahami jenis, cakupan dan besaran dampak yang mungkin ditimbulkan oleh Kegiatan. Contoh Format studi analisis dampak dan kajian sosial terhadap MHA dapat dilihat pada Lampiran 21;
(4) Konsultasi dengan MHA. POKJA PKP yang dibantu oleh fasilitator, melakukan konsultasi dengan MHA untuk mengidentifikasi berbagai alternatif rencana mitigasi dampak, untuk menyiapkan Rencana MHA, dan untuk mendapatkan dukungan yang luas terhadap kegiatan dan Rencana MHA dari komunitas MHA. Penyesuaian rancangan ini dilakukan berdasarkan konsultasi dengan MHA, yang difasilitasi oleh fasilitator. Format Berita Acara Konsultasi dengan MHA dapat dilihat pada Lampiran 9;
(5) Publikasi Draft Rancangan Kegiatan. Konsep rancangan kegiatan, yang sudah mengakomodasi kebutuhan MA kemudian diinformasikan kembali kepada MHA untuk mendapatkan tanggapan, untuk selanjutnya dapat memperbaiki lagi konsep rancangan Kegiatan serta untuk mengkonfirmasikan dukungan penuh dari MHA. MHA dan masyarakat lainnya yang tertarik dalam penanganan MHA harus diberikan kesempatan untuk mengajukan keberatan atau masukan terhadap Konsep Rancangan Kegiatan tersebut dalam pertemuan terpisah, dengan difasilitasi oleh fasilitator. POKJA PKP juga dapat melakukan konsultasi publik mengenai Konsep Rancangan Kegiatan dengan masyarakat pemerhati MHA dalam bentuk lokakarya, diskusi atau seminar;
(6) Finalisasi Rancangan Kegiatan. Kegiatan yang sudah memasukkan rekomendasi yang diberikan oleh MHA dan kelompok masyarakat pendukung lainnya;
(7) Penyusunan Dokumen Rencana Kegiatan MHA. Seluruh proses dari tahap (1) sampai dengan (6) yang dilakukan oleh POKJA PKP dan Tim Korkot menyusun dalam bentuk Rencana MHA yang lengkap dan disampaikan kepada Bappeda untukpersetujuan, disertai dengan seluruh dokumentasinya. POKJA PKP harus melaporkan berbagai penyesuaian terhadap pelaksanaan RKP-‐MHA yangterjadi di lapangan;
(8) Pengesahan dan Penganggaran. Dokumen Rencana MHA harus diajukan kepada Bappeda untuk mendapatkan persetujuan. Seluruh pembiayaan yang terkait dengan penyusunan dan pelaksanaan Rencana MA berasal dari APBD.
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 33
(9) Pemukiman kembali untuk MHA harus dihindari. Jika tidak dapat dihindari, maka harus menyiapkan Rencana Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali (LARAP) untuk merelokasi komunitas MHA atau asset atau sumber mata pencahariannya. Keputusan untuk melakukan pemukiman kembali atau tidak harus ditentukan oleh komunitas MHA berdasarkan konsultasi/rembug untuk mendapatkan dukungan penuh dari MHA yang terkena dampak. LARAP untuk komunitas MA disiapkan berdasarkan kesepakatan konsultasi/rembug dengan MA dan mendapatkan dukungan penuh dari MHA. Untuk Kegiatan yang termasuk dalam Tipe II (lihat Tabel 4.), hasil kesepakatan dengan MHA harus dicantumkan di dalam Rencana Kegiatan MHA;
Secara ringkas, proses penyusunan dokumen LARAF Komprehensif dan LARAF Sederhana, RK-‐MHA disajikan dalam Diagram 3. dibawah ini.
34 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU
Gambar 4: Diagram Proses Penyusunan dokumen LARAP Konfrehensif, LARAP Sederhana dan RK-‐MHA
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 35
3. 4 TAHAP PELAKSANAAN KONSTRUKSI
3.4.1 Pengelolaan Lingkungan
Seluruh proses penyusunan kajian lingkungan harus diselesaikan sebelum Pengelola Kegiatan (Satker/PPK Program KOTAKU ) menandatangani perjanjian kontrak pelaksanaan konstruksi. Rekomendasi pengelolaan dan pemantauan lingkungan merupakan bagian dari kontrak Kegiatan yang harus ditandatangani oleh Pengelola Kegiatan dan kontraktor dan disupervisi oleh konsultan supervisi. Kontraktor perlu membuat Rencana Kerja Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (RKPPL) untuk disetujui oleh Satker/PPK program KOTAKU Pekerjaan pada saat PCM (Pre Construction Meeting) untuk kemudian diawasi pelaksanaannya oleh Konsultan Supervisi dan menjadi bagian dari seritifikat penagihan setiap bulannya oleh Kontraktor. Perjanjian kontrak dengan kontraktor dan konsultan pengawas harus memuat pasal/klausal, seperti:
1. Persyaratan pengamanan Lingkungan; 2. Sanksi; 3. Jaminan.
Contoh perjanjian tersebut dapat dilihat pada box Gbr 4. Daftar aturan lingkungan yang dapat diacu dalam perjanjian kontrak dapat dilihat dalam lampiran 18, misalnya adalah (i) Petunjuk Praktis Pengelolaan Hidup Bidang Jalan No. 01/P/BM/2014 tentang pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada saat konstruksi. Petunjuk Praktis tersebut juga memuat petunjuk pengelolaan lingkungan saat konstruksi base camp, stockpile, pengambilan material di quarry dan penanganan limbah. (ii) Pedoman Sistem Pengelolaan Air Minum sederhana (iii) Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat
Gambar 5: Contoh Kontrak berkaitan dengan Pengamanan Lingkungan
Persyaratan Pengamanan Lingkungan: Pihak kedua telah memahami dengan jelas dan harus mengikuti rekomendasi dari dokumen UKL-‐UPL dan hasil studi lingkungan ......... sebagaimana ditentukan dalam dokumen ...... halaman ...... Dalam melakukan pekerjaan konstruksi, pihak kedua harus selalu mengikuti pedoman untuk perlindungan lingkungan, sebagaimana ditentukan dalam dokumen ............
Sanksi: Bila Pihak kedua melakukan penyimpangan dari rekomendasi yang disebutkan pada persyaratan lingkungan dalam kontrak ini maka pihak kedua harus melakukan perbaikan dengan dana sendiri dan membayar ganti rugi kepada masyarakat yang terkena dampak seperti tercantum dalam butir-‐butir dibawah ini :
(1) ....
(2) .... Sanksi : Pihak kedua harus menjamin bahwa pelaksanaan konstruksi sudah mengikuti aturan lingkungan yang tertera pada dokumen-‐dokumen berikut :
(1) .....
(2) .....
Pihak kedua harus menjamin bahwa dalam pra-‐konstruksi dan konstruksi tahap, tidak akan ada dampak negatif akibat kerja yang dilakukan oleh pihak kedua, sebagaimana diatur oleh dokumen ........Jika dampak negatif terjadi, maka pihak kedua harus mengambil langkah-‐langkah, yang diperlukan dan disetujui oleh pihak pertama, dengan biaya sendiri.
36 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU
3.4.2 Pengelolaan Kayu
Beberapa hal penting yang menyangkut Pengelolaan Perkayuan antara lain:
a. Pemakaian kayu 3m3 atau lebih untuk satu kegiatan usulan wajib dengan melampirkan bukti sahnya kayu, seperti FAKO, SKSHH atau dokumen sejenis;
b. Photocopy bukti sahnya kayu dilampirkan pada laporan pertanggungjawaban keuangan setiap kelompok penerima bantuan yang membeli kayu.
c. POKJA PKP/Pengelola kegiatan wajib memeriksa ada tidaknya bukti sahnya kayu ini pada setiap supervisi ke lapangan.
d. Koordinator kota wajib memeriksa bahwa dokumen bukti sahnya kayu yang dilampirkan berasal dari supplier/toko yang tercantum dalam kuitansi pembelian.
e. Apabila kayu yang digunakan tidak memiliki dokumen yang sah (ilegal) maka akan dikenakan sanksi pemberhentian sementara proses pelaksanan kegiatan sampai ada penyelesaian penggunaan kayu yang ilegal.
f. Pengadaan kayu yang bukan berasal dari pembelian, misalnya kayu bekas bangunan lama tetapi masih layak pakai (kuat) atau kayu lokal maka pengaturannya adalah sebagai berikut :
- Kayu bekas bangunan lama yang masih layak pakai, boleh digunakan dengan rekomendasi dari POKJA atau Tim Korkot.
- Kayu lokal seperti jati rakyat, sonokeling, akasia, mahoni, suren/surian, nangka dan durian dapat digunakan tetapi dilengkapi dengan Surat Ijin Tebang dari aparat Kelurahan/Desa setempat dimana pohon tersebut berasal.
3.4.3 Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali
Mengikuti persyaratan di bawah perlu diperhatikan oleh POKJA PKP dalam pelaksanaan LARAP Komprehensif atau LARAP Sederhana pada tahap pelaksanaan konstruksi dan pelaksanaan konstruksi :
a. Seluruh proses pengadaan tanah dan pemukiman kembali harus diselesaikan sebelum pengelola Kegiatan melakukan kontrak konstruksi. Pelaksanaan pengadaan tanah, termasuk relokasi (jika diperlukan) serta pemberian kompensasi harus diselesaikan sesuai dengan hasil kesepakatan dan hasil kesepakatan tersebut diumumkan secara luas;
b. Desain Teknis Kegiatan serta pelaksanaan pekerjaan konstruksi harus sesuai dengan batas-‐batas tanah dan mengakomodasi berbagai upaya yang telah disepakati sebagaimana direkomendasikan di dalam LARAP Komprehensif atau LARAP Sederhana;
c. Pemerintah Kabupaten/Kota melakukan koordinasi untuk perencanaan program dan/atau kegiatan mitigasi, sebagaimana direkomendasikan di dalam LARAP Komprehensif atau LARAP Sederhana, misalnya: program/kegiatan pemulihan
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 37
penghidupan WTP yang terganggu akibat adanya Kegiatan. Bappeda membantu Pengelola Kegiatan untuk mengkoordinasikan pelaksanaan LARAP Komprehensif atau LARAP Sederhana dengan instansi terkait termasuk memastikan dimasukkannya kegiatan-‐kegiatan tersebut ke dalam program-‐program instansi terkait tersebut dan anggaran yang cukup disediakan dalam program-‐program instansi terkait tersebut;
d. Tim Pemantau Program KOTAKU berkoordinasi dengan Bappeda di tingkat Kabupaten/Kota untuk melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan LARAP sebagai bagian dari keseluruhan kegiatan pemantauan Kegiatan Proyek. Laporan Pelaksanaan Kegiatan tentang pelaksanaan LARAP harus menjadi bagian dari Laporan Triwulanan dan Laporan Akhir mengenai Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan.
3.4.4 Rencana Kegiatan Masyarakat Hukum Adat
Aspek-‐aspek berikut perlu dipertimbangkan oleh Pengelola Proyek dalam pelaksanaan Rencana Kegiatan Masyarakat Hukum Adat (RK-‐MHA) selama tahap perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi :
a. Rencana Masyarakat Hukum Adat harus menjadi bagian dari perjanjian kontrak antara kontraktor dan Pengelola Proyek. Rekomendasi dari Rencana Masyarakat Hukum Adat yang mencerminkan kesepakatan bersama/rekomendasi dari RK-‐MHA harus dimasukkan dalam desain teknis Kegiatan Proyek yang mengakomodasi kesepakatan-‐kesepakatan dengan MHA.
b. Selama masa konstruksi, MHA perlu dilibatkan untuk memastikan bahwa kesepakatan dan rekomendasi dari RK-‐MHA dilaksanakan secara konsisten, atau jika perlu ada perubahan, langsung dikonsultasikan dengan MHA pada saat konstruksi.
c. POKJA PKP dan Tim Korkot berkoordinasi dengan Bappeda di tingkat Kabupaten/Kota dalam melakukan pemantauan terhadap kualitas pelaksanaan Rencana Masyarakat Hukum Adat sebagai bagian dari kegiatan pemantauan keseluruhan kegiatan Program KOTAKU di Kabupaten/Kota. Laporan pelaksanaan Kegiatan mengenai pelaksanaan Rencana Masyarakat Hukum Adat menjadi bagian dari Laporan Triwulanan dan Laporan Akhir mengenai Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan).
38 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU
TINGKAT MASYARAKAT (KELURAHAN/DESA)
Tahapan pelaksanaan pengelolaan pengamanan lingkungan dan sosial di tingkat Masyarakat (Desa/Kelurahan) mengikuti tahapan pelaksanaan Program KOTAKU ditingkat Masyarakat, yaitu Tahap Persiapan, Perencanaan (melalui penataan lingkungan/ RPLP atau RTPLP), pelaksanaan dan keberlanjutan. Gambar 6. dibawah ini menggambarkan tahapan pengelolaan pengamanan lingkungan dan sosial di tingkat masyarakat (Desa/kelurahan)
Gambar 6. Pengamanan Lingkungan dan Sosial di Tingkat Kelurahan/Desa
Aspek Lingkungan
AspekSosial
Daftar Negatif KOTAKU
Evaluasi Dampak Lingkungan*
SPPL/SOP
Potensi Dampak Sosial bagi MHAPengadaan Tanah
Potensi Dampak pada MHA
Rencana MHA
Kegiatan Proyek untuk MHA
Hibah Ijin dilalui atau ditempati
Surat Pernyataan Hibah
Surat Pernyataan Ijin
Surat Pernyataan Sewa
Detail Engineering Design (DED)
Pengajuan Dokumen Pengelolaan Dampak sosial dan Lingkungan
Penganggaran untuk Pelaksanaan konstruksi dan Rekomendasi Pengelolaan Dampak
Sosial dan Lingkungan
Integrasi SOP ke dalam Perjanjian Pelaksanaan Konstruksi
§ Pengadaan Tanah
§ Proses Administrasi Tanah
§ Integrasi Rekomendasi untuk Rencana MHA dalam Dokumen Perjanjian Pelaksanaan Konstruksi
§ Pelaksanaan Rencana MHA yang perlu dilakukan sebelum Konstruksi dimulai
Pelaksanaan SOP sesuai Perjanjian Pelaksanaan Konstruksi
Pelaksanaan Pengadaan Tanah dan Proses Administrasi Tanah
Konsultasi dengan MHA selama pelaksanaan Konstruksi
TAHAPAN PENGELOLAAN PENGAMANAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL TINGKAT MASYARAKAT
PE
NY
IAP
AN
D
OK
UM
EN
SK
RIN
ING
KE
GIA
TAN
PR
OY
EK
B
ER
DA
SA
RK
AN
PO
TEN
SI D
AM
PA
KP
EN
GA
JUA
N D
AN
P
EN
GA
NG
GA
RA
NP
RA
KO
NS
TRU
KS
IK
ON
STR
UK
SI
MO
NITO
RIN
G D
AN
EV
ALU
AS
I
KonsolidasiTanahSewa
Dokumen Konsolidasi Tanah
3.5 TAHAP PERSIAPAN
Seperti halnya pada tingkat kota, tahapan persiapan adalah tahapan kegiatan yang paling awal dilakukan pada kegiatan Program KOTAKU di Tingkat masyarakat (Desa/kelurahan). Dalam tahapan persiapan yang harus dipastikan terjadi adalah; Meningkatnya kapasitas, peran dan kontribusi Pemerintah Daerah, Masyarakat dan pemangku kepentingan pembangunan pembangunan Desa/kelurahan.
Pada tahap ini, kegiatan terkait pengelolaan pengamanan lingkungan dan sosial, adalah :
1. Mensosialisasikan pentingnya Pengelolaan Pengamanan Lingkungan dan Sosial pada kegiatan Sosialisasi Awal Program Tingkat Desa/Kelurahan.
2. Menumbuhkan pemahaman dan keterampilan tentang Pengelolaan Pengaman Lingkungan dan Sosial kepada pelaku di tingkat Desa/kelurahan melalui rangkaian kegiatan pelatihan Program KOTAKU .
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 39
3. 6 TAHAP PERENCANAAN
Pada tahap perencanaan Program KOTAKU ditingkat masyarakat Desa/Kelurahan (melalui penataan lingkungan, seperti RPLP/RTPLP), kegiatan pengelolaan pengamanan lingkungan dan sosial yang harus dilakukan BKM/TIPP dan KSM, adalah :
a. Penyaringan kategori Kategori kegiatan Proyek b. Penyiapan Instrumen atau dokumen c. Pengajuan dan Penganggaran
3.6.1 PENYARINGAN KATEGORI UNTUK KEGIATAN PROYEK
Pada bagian iniBKM/TIPP atau KSM melakukan prosespenyaringan kategori kegiatan yang diusulkan layak untuk pendanaan dari Program KOTAKU adalah :
a. Aspek Lingkungan
- Penyaringan kegiatan berdasarkan potensi dampak lingkungan yang merugikan secara signifikan dan tidak dapat diubah;
b. Aspek Sosial
- Penyaringan kegiatan berdasarkan potensi Pengadaan Tanah
- Penyaringan kegiatan berdasarkan potensi dampak sosial bagi Masyarakat Hukum Adat
Hasil dari proses penyaringan tahap ini akan menentukan kelayakan dan instrument pengelolaan lingkungan dan dampak sosial yang tepat digunakan untuk setiap kegiatan yang direncanakan di dalam Perencanaan Penataan Lingkungan ditingkat Desa/Kelurahan (RPLP/RTPLP) dan dilaksanakan oleh KSM ditingkat Desa/Kelurahan.
ASPEK LINGKUNGAN
1. Penyaringan kegiatan berdasarkan potensi dampak lingkungan yang merugikan secara signifikan dan tidak dapat diubah
Penyaringan tahap ini dilakukan untuk menseleksi rencana kegiatan ditingkat kelurahan/desa untuk mendapatkan pembiayaan dari Program KOTAKU , untuk kegiatan sebagai berikut :
a. Program KOTAKU tidak akan membiayai kegiatan yang masuk dalam daftar negatif Program KOTAKU
b. Program KOTAKU tidak akan membiayai kegiatan yang memiliki dampak lingkungan yang signifikan, sensitif dan tidak dapat dipulihkan, sehingga wajib memerlukan penyiapan AMDAL.
40 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU
2. Penyaringan Kegiatan Berdasarkan Batas Fisik
Proses penyaringan kegiatan yang memiliki dampak lingkungan yang signifikan berdasarkan batas fisik, karakteristik teknis, kapasitas, luas hektar yang terkena dampak mengacu kepada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.10/PRT/M/2008, seperti contoh yang ditunjukkan pada Tabel 2 diatas :
a. Kegiatan yang menimbulkan dampak lingkungan yang tidak signifikan tetapi memerlukan penyiapan UKL-‐UPL dapat dilaksanakan apabila dokumen UKL UPL sudah disusun dan disetujui oleh dinas/lembaga terkait.
b. Program KOTAKU akan membiayai kegiatan yang cukup memerlukan SOP/SPPL dengan kriteria skala besaran dibawah kegiatan yang membutuhkan UKL-‐UPL.
3. Penyaringan Kegiatan berdasarkan Potensi Dampak Lingkungan
Tahap ini akan menyaring rencana kegiatan di tingkat kelurahan/desa yang berpotensi menimbulkan dampak lingkungan (daftar periksa seperti pada Lampiran2), sebagai berikut :
a. Kegiatan yang akan dilakukan didalam kawasan lindung, berbatasan dan/atau melintasi melalui kawasan lindung dan sensitif sehingga wajib memiliki AMDAL (berdasarkan berdasarkan Pasal 3 Permen LH No.5 Tahun 201),dan
b. Memiliki dampak lingkungan yang tidak signifikan dan pengelolaannya cukup dengan memerlukan SOP/SPPL. (mengacu kepada Pasal 2 Permen LH No. 5 Tahun 2012).
4. Penyaringan Kegiatan Berdasarkan Dampak terhadap Benda Cagar Budaya (BCB)
Pada tahap ini akan menyaring rencana kegiatan yang akan dilakukan menimbulkan dampak pada kawasan cagar budaya atau benda cagar budaya :
a. Pembangunan di kawasan atau pada benda cagar budaya, merupakan salah satu daftar negatif yang tidak diperbolehkan dalam kegiatan Program KOTAKU . Di dalam kawasan cagar budaya tidak diperbolehkan ada kegiatan pemukiman baru atau perluasan permukiman.
b. Pembangunan yang bersinggungan dengan kawasan atau benda cagar budaya, tetapi tidak menimbulkan dampak yang siginfikan terhadap kawasan/benda cagar budaya dan dapat diatasi dengan memerlukan SOP/SPPL, untuk menghindari dampak dari pada kawasan dan benda caar budaya.
5. Penyaringan Kegiatan berdasarkan Potensi Risiko Bencana
Penyaringan risiko bencana mengacu kepada data dan informasi dari BNPB/BPBD setempat, yaitu :
a. Kegiatan yang akan dilakukan didalam kawasan/lokasi rawan dan memiliki risiko bencana tingkat sedang atau tinggi, maka harus melakukan kajian penilaian
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 41
mendalam merumuskan skenario penanggulangan bencana, seperti pada perencanaan RPLP/RTPLP.
b. Jika teridentifikasi tingkat risiko bencana tinggi maka langkah-‐langkah yang perlu diambil adalah SOP/SPPL untuk memitigasi risiko/bahaya.
Hasil proses penyaringan dari Aspek Lingkungan ini akan menentukan pendekatan pengelolaan lingkungan yang akan digunakan di tingkat kelurahan/desa, pada masing-‐masing kegiatan, adalah :
- Kegiatan yang memenuhi syarat, adalah kegiatan yang membutuhkan SPPL/SOP untuk mengurangi potensi dampak lingkungan kecil.
Contoh format SOP/SPPL dapat ditemukan di Lampiran 18.
ASPEK SOSIAL
1. Penyaringan Kategori Kegiatan berdasarkan potensi dampak sosial yang diakibatkan Pengadaan Tanah
Penyaringan Kegiatan berdasarkan potensi dampak sosial yang diakibatkan Pengadaan Tanah dilakukan dengan menggunakan Format inventarisasi lahan dan aset yang terkena dampak yang disajikan pada Lampiran 2
Pengadaan tanah yang memenuhi syarat untuk kegiatan Program KOTAKU ditingkat kelurahan/desa dapat diperoleh dengan skema pengadaan tanah melalui :
a. hibah tanah b. izin pinjam/pakai c. izin dilewati, (biasanya untuk penempatan pipa)
Seperti ditunjukkan dalam Tabel 6 dibawah ini.
Tabel 6. Pengadaan Tanah beserta Instrumen Pengadaan Tanah tingkat Kelurahan/Desa
Kegiatan Pengadaan
tanah
Kebutuhan Lahan
Jumlah Warga Terkena Proyek
(WTP)/Pemilik Tanah
Instrumen Penanganan
Acuan
1. Sumbangan/ peminjaman tanah secara sukarela dari pemilik tanah
-‐ Hibah atas sebagian hak tanah
-‐-‐-‐ -‐-‐-‐
1. Surat pernyataan Sumbangan Tanah
2. Berita Acara konsultasi denganWTP
Lampiran 6 Lampiran 12
-‐ Izin Pakai Tanah
-‐-‐-‐ -‐-‐-‐
1. Surat Pernyataan Izin Pakai Tanah
2. Berita Acara Konsultasi denganWTP
Lampiran 7 Lampiran 12
- Izin -‐-‐-‐ -‐-‐-‐ 1. Surat Pernyataan Izin Lampiran 8
42 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU
Kegiatan Pengadaan
tanah
Kebutuhan Lahan
Jumlah Warga Terkena Proyek
(WTP)/Pemilik Tanah
Instrumen Penanganan
Acuan
Dilewati Tanah Dilewati 2. Berita AcaraKonsultasi denganWTP
Lampiran 12
2. Penyaringan Kategori untuk Kegiatan Proyek berdasarkan potensi Dampak Sosial
Terhadap Masyarakat Hukum Adat
Penyaringan berdasarkan dampak sosial terhadap Masyarakat Hukum Adat yang dilakukan ditingkat komunitas (Desa/Kelurahan) mengikuti dan menerapkan pengelolaan lingkungan dan dampak sosial yang telah disusun pemrakarsa ditingkat kota yaitu Rencana Kegiatan Masyarakat Hukum Adat (RK-‐MHA).
3.6.2 PENYIAPAN INSTRUMEN ATAU DOKUMEN
1. Penyusunan Instrumen Pengelolaan Lingkungan
1.1. Penyusunan Surat Pernyataan Pengelolaan Dampak Lingkungan (SPPL)
Kegiatan usulan yang akan didanai oleh Program KOTAKU ditingkat kelurahan/desa, maka pengelola kegiatan (BKM dan Lurah/Kepala Desa) harus melakukan hal sebagai berikut :
a. Berkoordinasi dengan POKJA PKP/Dinas terkait penyiapan SPPL untuk penyelenggaraan kegiatan pada sub-‐sektor tertentu.
b. Menyiapkan Surat Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPL) untuk Kegiatan, seperti format disajikan pada Lampiran 15.
c. Melaksanakan berbagai upaya mitigasi lingkungan dengan mengacu pada SOP pada setiap sub-‐sektor. Daftar mengenai panduan atau SOP tercantum didalam lampiran 18.
1.2. Pengelolaan Kayu
Pengelolaan kayu ditingkat Masyarakat adalah sama seperti pengelolaan kayu ditingkat Kota, dengan memperhatikan beberapa hal penting sebagai berikut :
a. Pemakaian kayu 3 m3 atau lebih untuk satu kegiatan usulan wajib dengan melampirkan bukti sahnya kayu FAKO atau SKSHH (atau dokumen sejenis: SAKO);
b. Copy SKSHH dilampirkan pada laporan pertanggungjawaban keuangan setiap KSM yang membeli kayu
c. Koordinator Kota wajib memeriksa ada tidaknya SKSHH ini pada setiap supervisi ke lapangan.
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 43
d. Koordinator kota wajib memeriksa bahwa dokumen SKSHH yang dilampirkan berasal dari supplier/toko yang tercantum dalam kuitansi pembelian.
e. Apabila kayu yang digunakan tidak memiliki dokumen yang sah (ilegal) maka akan dikenakan sanksi pemberhentian sementara proses pelaksanan kegiatan sampai ada penyelesaian penggunaan kayu yang ilegal.
f. Pengadaan kayu yang bukan berasal dari pembelian, misalnya kayu bekas bangunan lama tetapi masih layak pakai (kuat) atau kayu lokal maka pengaturannya adalah : 1. Kayu bekas bangunan lama yang masih layak pakai, boleh digunakan
dengan rekomendasi dari POKJA atau Tim Korkot. 2. Kayu lokalseperti jati rakyat, sonokeling, akasia, mahoni, suren/surian,
nangka dan durian dapat digunakan tetapi dilengkapi dengan Surat Ijin Tebang dari aparat Kelurahan/Desa setempat dimana pohon tersebut berasal.
2. Penyusunan Instrumen Pengelolaan Dampak Sosial
2.1 Pengadaan Tanah
Penyaringan atau identifikasi awal mengenai potensi dan besaran dampak sosial, baik negatif maupun positif akibat dari pengadaan tanah, maka BKM/TIPP dan KSM menyusun perencanaan pengadaan tanah yang terkait, seperti pada tabel 3.
Prosedur Pengadaan Tanah:
a. BKM wajib melaporkan kepada POKJA PKP dan Kordinator Kota tentang hasil proses penyaringan untuk mengidentifikasi potensi dampak dari kegiatan proyek dan pengadaan tanah yang digunakan.
b. BKM dan KSM melengkapi instrumen pengadaan tanah. Alternatif untuk pengadaan tanah yang akan digunakan didasarkan pada potensi dampak ditetapkan berdasarkan kriteria dalam tabel 3 diatas, yaitu :
1. Surat Pernyataan Sumbangan Tanah, (Lampiran 6), 2. Surat Pernyataan Izin Pakai Tanah (lampiran 7), atau 3. Surat Pernyataan Izin Tanah Dilewati lampiran (lampiran 8)
2.2 Konsolidasi Tanah (Land Consolidation/LC)
Proses konsolidasi tanah ditingkat masyarakat adalah sama dengan proses konsolidasi tanah ditingkat kabupaten/Kota. Konsolidasi tanah di tingkat masyarakat dilaksanakan secara swadaya yaitu konsolidasi tanah dibiayai sendiri masyarakat peserta konsolidasi tanah.
44 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU
Proses pelaksanaan konsolidasi tanah ditingkat masyarakat juga didasarkan pada Peraturan Ka.BPN No.4 tahun 1991, tentang pelaksanaan konsolidasi tanah, peserta konsolidasi tanah harus mengajukan surat permohonan kepada Kantor BPN Kabupaten/Kota.
Langkah-‐langkah pelaksanaan konsolidasi tanah lebih rinci dapat diihat pada lampiran 21.
2.3 Rencana Masyarakat Hukum Adat (RK-‐MHA)
Instrumen untuk Rencana Kegiatan Masyarakat Hukum Adat (RK-‐MHA) ditingkat masyarakat adalah menggunakan instrumen yang sudah di buat dan ditetapkan oleh POKJA PKP di tingkat Kota.
BKM dan tim fasilitator, memfasilitasi dan bersama-‐sama dengan tim POKJA PKP/fasilitator yang ditunjuk POKJA PKP untuk melakukan proses penyusunan RK-‐MHA, seperti dalam tahapan dibawah ini :
a. Melakukan konsultasi/rembug dengan MHA dan mendiseminasikan informasi kepada MHA dengan difasilitasi oleh fasilitator dalam cara-‐cara sesuai dengan kebiasaan budaya MHA dan menggunakan bahasa MHA.
b. Membantu POKJA PKP dalam melakukan kajian sosial (social assessment) dalam rangka memperoleh informasi dasar tentang MHA, termasuk: jumlah populasi, karakteristik kehidupan, mata pencaharian, budaya, keterikatan kepada habitat alami serta dengan kelompok MHA lainnya;
c. Memfasilitasi pelaksanaan konsultasi/rembug dengan MHA untuk mengidentifikasi berbagai alternatif rencana mitigasi dampak, untuk menyiapkan Rencana MA, dan untuk mendapatkan dukungan yang luas terhadap kegiatan dan Rencana MA dari Masyarakat MHA.
d. Mensosialisaikan konsep rancangan kegiatan, yang sudah mengakomodasi kebutuhan MHA untuk mendapatkan tanggapan, untuk selanjutnya dapat memperbaiki lagi konsep rancangan Kegiatan serta untuk mengkonfirmasikan dukungan penuh dari MHA.
3. 7 TAHAP PELAKSANAAN KONSTRUKSI
3.7.1. Pengelolaan Lingkungan
Seluruh proses penyusunan kajian lingkungan harus diselesaikan sebelum BKM atau KSM melaksanakan kegiatan pembangunan. Proposal yang diajukan oleh KSM sudah diverifikasi oleh tim Koordinator Kota dan dinyatakan layak untuk dilaksanakan. KSM perlu membuat rencana kerja pelaksanaan yang disepakati dalam MP2K (Musywarah Persiapan Pelaksanaan Kegiatan). Perjanjian kerjasama BKM dan KSM (Surat Perjanjian Pemanfaatan dana Lingkungan/ SPPDL) harus memuat bagian dari pasal/klausal seperti dibawah ini :
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 45
3.7.2. Pengelolaan Kayu
Pengelolaan kayu ditingkat Masyarakat adalah sama seperti pengelolaan kayu ditingkat Kota, dengan memperhatikan beberapa hal penting sebagai berikut :
a. Pemakaian kayu 3m3 atau lebih untuk satu kegiatan usulan wajib dengan melampirkan bukti sahnya kayu yaitu FAKO atau dokumen setara SKSHH.
b. Photo bukti sahnya kayu dilampirkan pada laporan pertanggungjawaban keuangan setiap KSM yang membeli kayu.
c. Koordinator Kota wajib memeriksa ada tidaknya bukti sahnya kayu pada setiap supervisi ke lapangan.
d. Koordinator kota wajib memeriksa bahwa dokumen bukti sahnya kayu yang dilampirkan berasal dari supplier/toko yang tercantum dalam kuitansi pembelian.
e. Apabila kayu yang digunakan tidak memiliki dokumen yang sah (ilegal) maka akan dikenakan sanksi pemberhentian sementara proses pelaksanan kegiatan sampai ada penyelesaian penggunaan kayu yang ilegal.
f. Pengadaan kayu yang bukan berasal dari pembelian, misalnya kayu bekas bangunan lama tetapi masih layak pakai (kuat) atau kayu lokal maka pengaturannya adalah :
1. Kayu bekas bangunan lama yang masih layak pakai, boleh digunakan dengan rekomendasi dari POKJA atau Tim Korkot.
2. Kayu lokalseperti jati rakyat, sonokeling, akasia, mahoni, suren/surian, nangka dan durian dapat digunakan tetapi dilengkapi dengan Surat Ijin Tebang dari aparat Kelurahan/Desa setempat dimana pohon tersebut berasal.
3.7.3. Pengadaan Tanah
a. Seluruh proses pengadaan tanah harus diselesaikan sebelum KSM melakukan pelaksanaan konstruksi. Pelaksanaan pengadaan tanah harus diselesaikan sesuai dengan hasil kesepakatan dan hasil kesepakatan tersebut diumumkan secara luas;
b. Desain Teknis Kegiatan serta pelaksanaan pekerjaan konstruksi harus sesuai dengan batas-‐batas tanah dan mengakomodasi berbagai upaya yang telah
"Pihak Kedua (atau /KSM...) telah memahami dengan jelas dan harus mengikuti rekomendasi dari SOP/SPPL yang ditetapkan dalam kegiatan ini. Dalam melakukan pekerjaan pembangunan, pihak kedua harus selalu mengikuti ketentuan atau peraturan yang berlaku untuk perlindungan lingkungan, sebagaimana ditentukan dalam SOP/SPPL pengamanan lingkungan"
46 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU
disepakati sebagaimana direkomendasikan di dalam Surat pernyataan Hibah atau pernyataan izin dari pemilik;
3.7.4. Rencana Kegiatan Masyarakat Hukum Adat (RK-‐MHA)
Aspek-‐aspek berikut perlu dipertimbangkan oleh BKM atau KSM dalam pelaksanaan RK-‐MHA selama tahap perencanaan dan pelaksanaan konstruksi :
a. Rekomendasi dari Rencana Kegiatan Masyarakat Hukum Adat (RK-‐MHA) yang mencerminkan kesepakatan bersama atau rekomendasi dari MHA harus dimasukkan dalam perencanaan teknis kegiatan yang mengakomodasi kesepakatan dari Masyarakat Hukum Adat.
b. Selama masa konstruksi, MHA perlu dilibatkan untuk memastikan bahwa kesepakatan dan rekomendasi dari MA dilaksanakan secara konsisten, atau jika ada perubahan harus langsung dikonsultasikan dengan MA pada saat pelaksanaan konstruksi.
c. Koordinator Kota berkoordinasi dengan POKJA dan Bappeda di tingkat Kabupaten/Kota dalam melakukan pemantauan terhadap kualitas pelaksanaan RK-‐MA sebagai bagian dari kegiatan pemantauan keseluruhan kegiatan Program KOTAKU di Kabupaten/Kota. Laporan pelaksanaan Kegiatan mengenai pelaksanaan RK-‐MA menjadi bagian dari Laporan Triwulanan dan Laporan Akhir mengenai Pemantauan, Evaluasi.
3.8 MEKANISME PENGADUAN MASYARAKAT
3.8.1. Keluhan dan Instansi yang Bertanggung jawab.
Proyek Infrastruktur Program KOTAKU harus membuka saluran informasi untuk dapat diakses publik dan memberikan mekanisme penanganan keluhan untuk WTP, Masyarakat Hukum Adat dan masyarakat luas. Penanganankeluhan akan dikoordinasikan oleh Bappeda Provinsi/Kabupaten/Kota melalui Unit Pengelolaan PengaduanMasyarakat (PPM) yang selama ini telah ada di Program KOTAKU dan dalam sistem pemerintahanKabupaten/Kota. Jenis pengaduan atau keluhan yang dikelola oleh unit ini tidak terbatas hanyapada hal-‐hal yang terkait pada pengamanan lingkungan dan sosial, namun dapat juga untukisu-‐isu lain yang terkait dengan kegiatan. Pengelolaan keluhan atau pengaduan dari masyarakat dan lainnya telah diatur tersendiri dalam mekanisme dan prosedur PPM dari Program KOTAKU .
3.8.2. Media Penyampaian dan Proses Penanganan Pengaduan.
Unit Pengaduan/Penanganan Keluhan menerima pengaduan masyarakat melalui berbagai cara,antara lain dapat melalui saluran telepon khusus, nomor khusus untuk sms, surat kabar lokal,kotak pengaduan, radio lokal, dan/atau website, termasuk cara yang biasa dipakai dilingkungan MA. Keberadaan Unit PPM serta cara-‐cara pengaduandisosialisasikan secara
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 47
luas kepada masyarakat. Bappeda akan memantau danmendokumentasikan pengaduan atau keluhan masyarakat yang terkait dengan Kegiatan, sertamengkoordinasikan dengan instansi terkait yang mempunyai kewenangan untukmenindaklanjuti pengaduan atau keluhan tersebut. Tindak lanjut terhadap pengaduan ataukeluhan masyarakat harus diumumkan kepada publik dan Pihak pemberi aduan harus diberi informasisecara tertulis mengenai tindak lanjut atau tanggapan terhadap aduan yang disampaikan.
3.8.3. Dokumentasi dan Keterbukaan Informasi.
Bappeda akan mendokumentasikan pengaduan atau keluhan dan tindak lanjutnya danmengumumkannya secara luas baik melalui surat kabar lokal, buletin PemerintahProvinsi/Kabupaten/Kota dan/atau website Pemerintah Kabupaten/Kota, atau media-‐media lainyang dapat menjangkau masyarakat secara luas, termasuk di lokasi dimana MA berada. Dokumentasi pengaduan atau keluhan serta tindak lanjutnya disampaikan juga dalam LaporanTriwulanan dan Laporan Akhir bidang infrastruktur Program KOTAKU .
3.8.4. Pemanfaatan sistem pengaduan yang telah ada.
Dalam hal Provinsi/Kabupaten/Kota telah memiliki sistem pengaduan atau penanganan keluhanyang cukup baik dan ditangani oleh instansi selain Bappeda, maka instansi inilah yang bertanggung jawab untuk menampung, mengkoordinasikan tindak lanjutnya, mendokumentasikan serta mengumumkan pengaduan atau keluhan serta tindak lanjutnyakepada masyarakat luas. Dalam situasi ini, Bappeda memastikan bahwa dokumentasipengaduan atau keluhan serta tindak lanjutnya yang terkait dengan DAK bidang infrastrukturini menjadi bagian dari Laporan Triwulanan dan Laporan Akhir. Lampiran 22 menyajikan contoh ringkasan Dokumentasi Penanganan Keluhan serta penanganannya dalam infrastruktur Program KOTAKU . 3.9 MONITORING DAN EVALUASI
(1) Lingkup pemantauan dan tatacara evaluasi pelaksanaan pengelolaan lingkungan, pembebasan lahan dan pemukiman kembali, dan Masyarakat Hukum Adat harus mengikuti Peraturan Menteri Pekerjaan Umum sebagaimana tercantum dalam Lampiran 5 dan 6 dari Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 15/PRT/M/2010 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus untuk Infrastruktur. Ruang lingkup pemantauan meliputi, antara lain:
a. Kesesuaian antara proses keseluruhan dalam penyusunan UKL-‐UPL atau SPPL/SOP, LARAP Komprehensif atau LARAP Sederhana dan RK-‐MHA dengan prosedur yang ditetapkan dalam Petunjuk Pelaksanaan ini.
b. Kesesuaian antara instrumen pengelolaan lingkungan (UKL-‐UPL atau SPPL/SOP), instrumen pengadaan tanah dan permukiman kembali (LARAP Komprehensif
48 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU
dan LARAP Sederhana) dan RK-‐MHA yang disetujui atau SOPdengan pelaksanaannya di lapangan,
c. Kelengkapan dan validitas dokumen pendukung dari UKL-‐UPL atau SOP/SPPL, LARAP Komprehensif dan LARAP Sederhana, dan RK-‐MHA.
(2) Bappeda Kabupaten/Kota akan memantau keseluruhan proses perencanaan dan pelaksanaan UKL-‐UPL atau SOP/SPPL, LARAP Komprehensif dan LARAP Sederhana dan RK-‐MHA.
Bappeda akan melakukan pemantauan di bidang-‐bidang berikut:
a. Kegiatan sosialisasi mengenai Kegiatan kepada WTP dan MHA yang berpotensi terkena dampak;
b. Konsultasi selama penyiapan dan pelaksanaan UKL-‐UPL dan SOP;
c. Konsultasi selama penyiapan dan pelaksanaan LARAP Komprehensif dan LARAP Sederhanadan skema lainnya dalam pengadaantanah (sumbangan tanah sukarela, izin pakai tanah dan atau izin tanah dilewati), termasuknegosiasi kompensasi dan pelaksanaan skema pengadaan tanah lainnya, sebagaimana yangdisepakati ;
d. Konsultasi/rembug dilakukan untukmemperdalam kajian sosial dan penyiapan RK-‐MA dengan komunitas Masyarakat Hukum Adat yang terkena dampak dan menghasilkan dukungan luas dari MHA terhadap upaya mitigasi dan RK-‐MHA;
e. Penyebaran informasi kepada publik atas dokumen-‐dokumen rencana kerja pengelolaan lingkungan dan sosial: UKL-‐UPL, LARAP Komprehensif dan LARAP Sederhana dan skema lainnya dalam pengadaan tanah (sumbangan tanah sukarela, izin pakai tanah dan atau izin tanah dilewati), RK-‐MHA dan pelaksanaannya;
f. Dokumentasi atas konsultasi, pengaduan dan penyelesaian dari berbagai isu yang disampaikan oleh berbagai pihak selama pelaksanaan UKL-‐UPL, SOP, LARAP Komprehensif dan LARAP Sederhana, dan skemalainnya dalam pengadaan tanah tanah (sumbangan tanah sukarela, izin pakai tanah danatau izin tanah dilewati), RK-‐MHA; dan
g. Pelaporan hasil pelaksanaan pemantauan yang disebutkan dalam butir (a)-‐(f) kepada Walikota atau Bupati yang difasilitasi oleh Koordinator Kota.
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 51
LAMPIRAN
50 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU
LAMPIRAN 1 PENILAIAN TERHADAP DAFTAR KEGIATAN DILARANG (NEGATIVE LIST)
PROGRAM KOTAKU
No. Uraian Ya Tidak
1. Kegiatan infrastruktur yang berkaitan dengan politik praktis (kampanye, demonstrasi, dll);
2. Kegiatan untuk Pembebasan lahan;
3. Pembangunan gedung kantor pemerintah atau kantor BKM/LKM;
4. Kegiatan yang berlokasi di dalam kawasan lindung kecuali secara eksplisit sebelumnya sudah ada persetujuan tertulis dari instansi pemerintah yang bertanggungjawab terhadap pengelolaan dan atau perlindungan yang ada didaerah. Kegiatan yang tidak dapat dilaksanakan di lokasi tersebut, seperti:
a. Taman nasional, cagar alam, suaka margasatwa, kebun raya, hutan konservasi, hutan lindung dan daerah aliran sungai;
b. Cagar budaya nasional, tradisional/ bangunan keagamaan;
c. Taman laut, garis pantai dan sistem gundukan pasir, hutan bakau, dan daerah rawa.
5. Kegiatan infrastruktur dasar yang berdampak negatif terhadap lingkungan, penduduk asli dan kelestarian budaya lokal dan lain-lain yang dilarang dalam pengamanan lingkungan dan pengamanan sosial;
6. Pengadaan yang berbahaya, seperti:
a. Pengadaan produk apapun yang mengandung asbes; dan
b. Pengadaan pestisida atau herbisida;
8. Kegiatan Destruktif, seperti:
a. Pertambangan atau penggalian karang hidup;
b. Pembangunan jalan menuju kawasan yang dilindungi (hutan lindung, cagar alam);
c. Pembangunan sumber daya air pada sungai-sungai, yang masuk atau keluar dari negara-negara lain; dan
d. Pengubahan aliran sungai.
9. Lain-lain :
a. Reklamasi tanah yang lebih besar dari 50 hektar (ha); dan
b. Konstruksi penampungan atau penyimpanan air kapasitas lebih besar dari 10.000 m
3.
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 51
LAMPIRAN 2 LAPORAN PENYARINGAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL
A. RENCANA KEGIATAN
1. Nama Rencana Kegiatan (No/Nama Ruas)
………….........................................………..… .………........................................................
2. Lokasi
a. Desa/Kelurahan b. Kecamatan c. Kabupaten/Kota
a. ……………………………………………………… b. ……………………………………………………… c. ………………………………………………………
3. Panjang Ruas 4. Lebar
Eksisting Rencana
a. ……..……………. m
b. ……..……………. m
a. ……..……………. m
b. ……..……………. m
5. Keberadaan Perencanaan Teknis Rinci (DED)
a. Ada, dengan status tahun ………………..
b. Belum Ada
6. Luas areal Pengadaan Tanah ………………………………………… ha
7. Penggunaan Pengadaan Tanah
a. Permukiman Padat, Jumlah KK b. Daerah Komersial c. Areal Pertanian d. Lain-lain (………………………….)
a. ……..…………... ha, ............ KK b. ……..……………. ha c. ……..……………. ha d. ……..……………. ha
8. Pengelolaan Lingkungan :
a. Wajib AMDAL Alasan: …………………………………………………………
b. Wajib UKL-UPL Alasan: …………………………………………………………
c. Bebas AMDAL maupun UKL-UPL cukup SPPL
Alasan: …………………………………………………………
9. Mekanisme Pengadaan Tanah
a. Hibah dan Perijinan
a. Hibah ……………..............ha b. Ijin Pakai ........................ha c. Ijin dilalui .......................ha
b. LARAP Komprehensif c. LARAP Sederhana
a. Luas ..............., Jumlah ...........KK b. Luas ..............., Jumlah ...........KK
52 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 53
54 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 55
LAMPIRAN 2A
LAPORAN PENYARINGAN LINGKUNGAN Contoh untuk Pekerjaan Jalan
A. RENCANA KEGIATAN
1. Nama Rencana Kegiatan (No/Nama Ruas)1)
Pembangunan/ Peningkatan/ Pemeliharaan Jalan/ Jembatan/Flay Over/ Tunel .………........................................................ .………........................................................
2. Lokasi a. Nama Kota b. Kabupaten c. Provinsi
a. ……………………………………………………… b. ……………………………………………………… c. ………………………………………………………
3. Status Jalan 1) Nasional / Provinsi/ Kabupaten/ Kota/ Strategis Nasional/ Strategis Nasional Rencana
4. Fungsi Jalan 2) Arteri/ Kolektor/ Lokal
5. Kelas Jalan .……….....................................................
6. Panjang Ruas .……….........................Km
7. Lebar
a. Lebar Vadan Jalan b. Jenis Perkerasan 2
c. ROW / RUMIJA 2)
d.RUMIJA rencana
Eksisting Rencana
c. ……..……………. m d. ……..……………. e. ……..……………. m f. ……..……………. m
a. ……..……………. m b. ……..…………….m
c. ……..……………. m d. ……..……………. m
8. LHRT a. Eksisting 2)
b. Rencana
a. ……..……………. smp/hari b. ……..……………. smp/hari
56 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU
9. Kecepatan Rencana Jalan
a. Eksisting 2)
b. Rencana
a. ……..……………. Km/jam b. ……..……………. Km/jam
10. Keberadaan Perencanaan Teknis Rinci (DED)
Ada, dengan status tahun ………………..
Belum Ada
B. RONA LINGKUNGAN (Sepanjang jalan dan sekitarnya)
1. Fisiografi a. Tanah Stabil b. Tanah tidak stabil
a. ……..…………… Km b. ……..……………. Km
2. Penggunaan Lahan a. Permukiman Padat b. Daerah Komersial c. Areal Pertanian d. Lain-lain
(………………………….)
a. ……..……………. Km b. ……..……………. Km c. ……..……………. Km d. ……..……………. Km
3. Kawasan Lindung a. Jenis/nama kawasan lindung b. Letak jlan terhadap kawasan
lindung 1)
a. ……..…………………………………………………….. b. Melalui/berbatasan/berdekatan/jauh
4. Komponen lingkungan lain yang sensitif terhadap perubahan 1)
a. …….……………………………………………………..
b. Melalui/berbatasan/berdekatan/jauh
5. Luas areal Pengadaan Tanah ………………………………………… ha
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 57
C. KESIMPULAN (pilih salah satu)
1. Wajib AMDAL
Alasan: …………………………………………………………
2. Wajib UKL-UPL
Alasan: …………………………………………………………
3. Bebas AMDAL maupun UKL-UPL cukup SPPL
Alasan: …………………………………………………………
D. ISU POKOK LINGKUNGAN YANG PERLU DIKAJI LEBIH LANJUT
1. Dampak lingkungan pada tahap pra-konstruksi
a. ………………………………………………………………………………………………………….
b. ………………………………………………………………………………………………………….
2. Dampak lingkungan pada tahap konstruksi a. ……………………………………………………………………………….…………………………. b. ……………………………………………………………………………..………………………..….
3. Dampak lingkungan pada tahap pasca konstruksi a. ……………………………………………………………………….…………………………………
b. …………………………………………………………………………….……………………………
E. KEBUTUHAN PERIZINAN LAINNYA
Izin: ……….………………………………….
Perjanjian Kerjasama/ Kolaborasi:
……….………………………………….
Alasan: …………………………………………………………
Alasan: …………………………………………………………
58 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU
LAMPIRAN 3 INVENTARISASI TANAH DAN ASET DI ATASNYA
No : Nama Kegiatan : Lokasi Kegiatan : Nama : Alamat Lengkap : Lama Tinggal : Nama Pewawancara : Hari/Tanggal :
Informasi Isi/Keterangan
1. Tanah a. Luas tanah keseluruhan
b. Luas tanah yang terkena Kegiatan
c. Luas tanah dikurangi yang terkena Kegiatan
d. Status kepemilikan tanah
Hak milik Disertakan salinan dan nomor sertifikat.
HGB
Hak pakai
Sewa
Hak adat
Tanah negara
Tanpa status formal
Lainnya (sebutkan)
e. Penggunaan tanah Sebutkan jenis penggunaan tanah, misalnya: untuk kebun, tempat tinggal, tanah kosong, dan lainnya. f. Untuk tanah kebun, berapa
nilai produksi per tahun Sebutkan nilai produksi dan penggunaan hasil tanaman (dijual, konsumsi pribadi, dan lainnya). 2. Bangunan
a. Luas bangunan keseluruhan
b. Luas bangunan yang terkena Kegiatan
c. Luas bangunan dikurangi yang terkena Kegiatan
d. Status kepemilikan bangunan Milik sendiri atau sewa
e. Status bangunan IMB/tanpa IMB
f. Kondisi bangunan Permanen/Semi Permanen/Sementara
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 59
Informasi Isi/Keterangan
3. Tanaman a. Jenis tanaman Sebutkan jenis-jenis tanaman produktif yang terkena
Kegiatan.
b. Jumlah Jumlah untuk setiap jenis tanaman.
c. Umur tanaman Untuk memperkirakan jumlah produksi.
4. Jenis Aset yang Lainnya
a. Jenis aset Sebutkan jenis aset lainnya yang akan dimintai kompensasinya, misalnya: sumur, pagar, instalasi listrik, dan lainnya.
b. Jumlah Jumlah untuk setiap jenis aset.
c. Umur aset
5. Bentuk Kompensasi yang Diinginkan
a. Uang
b. Tanah
c. Kavling Siap Bangun
d. Rumah Susun
e. RSS
f. Lainnya, sebutkan
6. Jika ada pemukiman kembali, jenis aset yang ingin dipindahkan
Sebutkan jenis aset yang ingin dipindahkan ke lokasi yang baru.
Catatan:
Hasil wawancara dengan format diatas kemudian dikompilasi ke dalam satu tabel yang memuat seluruh informasi mengenai tanah dan aset-aset yang ada diatasnya yang terkena proyek, untuk kemudian informasi ini menjadi bahan untuk menaksir harga atau nilai aset-aset tersebut, yang dilakukan oleh Penilai Pertanahan.
Tabel kompilasi ini menjadi salah satu dokumen yang harus dilampirkan dalam laporan RKPT. (Lampiran 13)
60 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU
.
5
LA
MP
IR
AN
4
FO
RM
AT
IS
IAN
ID
EN
TIF
IK
AS
I K
OM
PO
NE
N L
IN
GK
UN
GA
N D
AN
SO
SIA
L
Conto
h :
Apakah r
uas
jala
n y
ang m
asu
k d
ala
m p
rogra
m ini m
elin
tasi
daera
h s
ensi
tif
berikut
dib
aw
ah ini?
No
Melin
tasi
Huta
n
Konse
rva
si T
am
an
Nasi
onal
/ Cagar
Ala
m/
Tam
an
Baru
Melin
tasi
Huta
n
Lin
dung/
Pro
duksi
/
Suaka
Ala
m/
Wis
ata
Melin
tasi
Perb
ukitan
dengan
Kela
ndaia
n
Tin
ggi
Melin
tasi
/
Mendekati
Sepadan
Sungai
Melin
tasi
Perm
ukim
an
Padat
Melin
tasi
Pers
aw
ahan
/ Perk
ebunan
/ Tam
bak
Melin
tasi
KA (
Kere
ta
Api)
Melin
tasi
Kaw
asa
n
Perk
anto
ran
/ D
aera
h
Indust
ri/
Pabrik
Melin
tasi
Rum
ah
Ibadah
Melin
tasi
Sekola
h
Melin
tasi
Pasa
r
Melin
tasi
Tepi
Panta
i,
Mangro
ve
, R
aw
a,
Gam
but
Melin
tasi
Are
a
Cagar
Budaya
Melin
tasi
Kom
unitas
Renta
n
(KAT/K
el
Fakir
Mis
kin
)
Kegitan
Pem
bebasa
n
Lahan
1
Tid
ak
Tid
ak
Tid
ak
Tid
ak
Tid
ak
Tid
ak
Tid
ak
Tid
ak
Tid
ak
Tid
ak
Tid
ak
Tid
ak
Tid
ak
Tid
ak
Tid
ak A
da
2
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
3
Jika “
Ya”
lanju
tkan
: Nam
a
Huta
n
tsb
Jika “
Ya”
lanju
tkan
: Je
nis
Huta
n
tsb
Jika “
Ya”
lanju
tkan:
Tin
gkat
Kela
ndaia
n
Jika “
Ya”
lanju
tkan:
Jara
k t
epi
sungai
dengan
perk
era
sa
n jala
n
Jika “
Ya”
lanju
tkan:
Nam
a D
esa
/ Keca
mata
n:
Jika “
Ya”
lanju
tkan:
Jenis
yang
dile
wati:
Saw
ah
Abadi:
Saw
ah (
non
abadi)
kebun
Jika “
Ya”
lanju
tkan:
Bentu
k
perlin
tasa
n
sebid
ang /
underp
ass
/
overp
ass
Jika “
Ya”
lanju
tkan:
Nam
a /
Jenis
kanto
r/
Pabrik:
Jika “
Ya”
lanju
tkan
: Je
nis
/
Nam
a
Rum
ah
Ibadah
Jika “
Ya”
lanju
tkan
: N
am
a/
Jenis
Sekola
h:
Jika “
Ya”
lanju
tkan
: Nam
a
Pasa
r:
Jika “
Ya”
lanju
tkan:
Sebutk
an
:
Jika “
Ya”
lanju
tkan
: Je
nis
Cagar
Budaya:
Jika “
Ya”
lanju
tkan
: Nam
a
KAT:
Jika “
ada”
lanju
tkan:
Luas
terb
ebask
an
: Jum
lah P
TP:
4
Panja
ng
& L
uas
huta
n
yang
terlew
ati
(Km
/ha)
Panja
ng
& L
uas
huta
n
yang
terlew
ati
(Km
/ha)
Panja
ng
kela
ndaia
n y
ang
terlew
ati
(Km
/m)
Panja
ng
Jala
n
yang
terlew
ati
(Km
/m)
Panja
ng
Jala
n y
ang
terlew
ati
(Km
/m)
Panja
ng
Jala
n y
ang
terlew
ati
(Km
/m)
Jum
lah
Perlin
tasa
n
:
Jum
lah
Kanto
r/
Pabrik:
Jum
lah
Rum
ah
Ibadah:
Jum
lah
Sekola
h:
Jum
lah
Pasa
r:
Panja
ng
(Km
/m)
Panja
ng
Jala
n
yang
terlew
ati
(Km
/m)
Jum
lah
KK
Jum
lah K
K
6
5
Lokasi:…
.
Sta
:……
s.d
Sta
:……
Koord
inat:
…….
Lokasi:…
.
Sta
:……
s.d
Sta
:……
Koord
inat:
…….
Lokasi:…
.
Sta
:……
s.d
Sta
:……
Koord
inat:
…….
Lokasi:…
.
Sta
:……
s.d
Sta
:……
Koord
inat:
…….
Lokasi:…
.
Sta
:……
s.d
Sta
:……
Koord
inat:
…….
Lokasi:…
.
Sta
:……
s.d
Sta
:……
Koord
inat:
…….
Lokasi:…
.
Sta
:……
s.d
Sta
:……
Koord
inat:
…….
Lokasi:…
.
Sta
:……
s.d
Sta
:……
Koord
inat:
…….
Lokasi:…
.
Sta
:……
Koord
inat:
…….
Lokasi:…
.
Sta
:……
Koord
inat:
…….
Lokasi:…
.
Sta
:……
Koord
inat:
…….
Lokasi:…
.
Sta
:……
Koord
inat:
…….
Lokasi:…
.
Sta
:……
Koord
inat:
…….
Lokasi:…
.
Sta
:……
Koord
inat:
…….
Lokasi:…
.
Sta
:……
Koord
inat:
…….
III
KE
BU
TU
HA
N P
ER
IZIN
AN
LA
INN
YA
Apakah r
uas
jala
n y
ang m
asu
k d
ala
m p
rogra
m ini m
em
butu
hkan izi
n b
erikut
di baw
ah ini ?
Ya
Tid
ak
1.
Izin
melin
tasi
kaw
asa
n
kehuta
nan
:
a.
Izin
Pin
jam
Pakai (m
ele
wati H
uta
n L
indung d
an H
uta
n P
roduksi
)
b.
Kola
bora
si (
mele
wati k
aw
asa
n H
uta
n K
onse
rvasi
Tam
an N
asi
onal /
Cagar
Ala
m/
Suaka A
lam
/
Wis
ata
/ T
am
an B
uru
)
2.
Izin
melin
tasi
lahan p
angan
: pert
ania
n b
erk
ela
nju
tan
3.
Izin
lain
nya (
sebutk
an)
:
IV
K
ES
IM
PU
LA
N H
AS
IL P
EN
YA
RIN
GA
N
Tulis
kan k
esi
mpula
n b
erd
asa
rkan h
asi
l penyaringan:
AM
DAL
U
KL-U
PL
SPPL
Sum
ber:
Petu
nju
k P
raktis
Pengelo
laan L
ingkungan H
idup B
idang J
ala
n N
o. 01/P
/BM
/2014
………………….,……………………..
Pela
ksa
na P
enyaringan
Diis
i dengan t
em
pat,
tanggal, b
ula
n, dan tahun
Pela
ksanaan p
enya
ringan s
ert
a n
am
a d
an N
IP
Petu
gas
yang m
ela
kukan p
enyaringan
Kebutu
han d
okum
en lin
gkungan h
idup
(…………
…………
……
……)
NIP
. :
.
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 61
6
5
Lokasi:…
.
Sta
:……
s.d
Sta
:……
Koord
inat:
…….
Lokasi:…
.
Sta
:……
s.d
Sta
:……
Koord
inat:
…….
Lokasi:…
.
Sta
:……
s.d
Sta
:……
Koord
inat:
…….
Lokasi:…
.
Sta
:……
s.d
Sta
:……
Koord
inat:
…….
Lokasi:…
.
Sta
:……
s.d
Sta
:……
Koord
inat:
…….
Lokasi:…
.
Sta
:……
s.d
Sta
:……
Koord
inat:
…….
Lokasi:…
.
Sta
:……
s.d
Sta
:……
Koord
inat:
…….
Lokasi:…
.
Sta
:……
s.d
Sta
:……
Koord
inat:
…….
Lokasi:…
.
Sta
:……
Koord
inat:
…….
Lokasi:…
.
Sta
:……
Koord
inat:
…….
Lokasi:…
.
Sta
:……
Koord
inat:
…….
Lokasi:…
.
Sta
:……
Koord
inat:
…….
Lokasi:…
.
Sta
:……
Koord
inat:
…….
Lokasi:…
.
Sta
:……
Koord
inat:
…….
Lokasi:…
.
Sta
:……
Koord
inat:
…….
III
KE
BU
TU
HA
N P
ER
IZIN
AN
LA
INN
YA
Apakah r
uas
jala
n y
ang m
asu
k d
ala
m p
rogra
m ini m
em
butu
hkan izi
n b
erikut
di baw
ah ini ?
Ya
Tid
ak
1.
Izin
melin
tasi
kaw
asa
n
kehuta
nan
:
a.
Izin
Pin
jam
Pakai (m
ele
wati H
uta
n L
indung d
an H
uta
n P
roduksi
)
b.
Kola
bora
si (
mele
wati k
aw
asa
n H
uta
n K
onse
rvasi
Tam
an N
asi
onal /
Cagar
Ala
m/
Suaka A
lam
/
Wis
ata
/ T
am
an B
uru
)
2.
Izin
melin
tasi
lahan p
angan
: pert
ania
n b
erk
ela
nju
tan
3.
Izin
lain
nya (
sebutk
an)
:
IV
K
ES
IMP
UL
AN
HA
SIL P
EN
YA
RIN
GA
N
Tulis
kan k
esi
mpula
n b
erd
asa
rkan h
asi
l penyaringan:
AM
DAL
U
KL-U
PL
SPPL
Sum
ber:
Petu
nju
k P
raktis
Pengelo
laan L
ingkungan H
idup B
idang J
ala
n N
o. 01/P
/BM
/2014
………………….,……………………..
Pela
ksa
na P
enyaringan
Diis
i dengan t
em
pat,
tanggal, b
ula
n, dan tahun
Pela
ksanaan p
enya
ringan s
ert
a n
am
a d
an N
IP
Petu
gas
yang m
ela
kuka
n p
enya
ringan
Kebutu
han d
okum
en lin
gku
ngan h
idup
(…………
…………
……
……)
NIP
. :
.
62 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 63
10
Tabel&3:&Contoh&Indeks&Kapasitas)
Jenis&Hazard) Diukur&Komponen)Indeks)
Scoring) Referensi)Rendah) Sedang) Tinggi)
Semua)bahaya) Aturan)dan)lembaga)) Daya)tahan)
rendah)/)
kapasitas)
Mengatasi)
Daya)tahan)
media)/)
kapasitas)
Mengatasi)
Daya)tahan)
tinggi)/)
kapasitas)
Mengatasi)
) )Sumber)keuangan)untuk)DRM) ) )Peringatan)dini)dan)evakuasi)sistem)rute)&)
situs)) )
Dilatih)relawan)dan)kelompok)sosial) ) )Kesadaran)kesiapan)telah)dihasilkan)di)semua)
tingkatan)) )
&&Tabel&4:&Contoh&Tingkat&Risiko&Pengukuran)
Jenis&Hazard) Tempat)Indeks&Tingkat)
Tingkat&Risiko)Bahaya/Ancaman) Kerentanan) Kapasitas)
Banjir) ) ) ) ) )Gempa)bumi) ) ) ) ) )Tanah)longsor) ) ) ) ) )Kebakaran)di)pemukiman) ) ) ) ) )Kekeringan) ) ) ) ) )Bahaya)lainnya) ) ) ) ) )Berdasarkan"Pengukuran"Tingkat"Indeks"Risiko,"skenario"mitigasi"akan"dirumuskan,"terintegrasi"dalam"perencanaan"tata"ruang,"dan"dimasukkan"ke"dalam"SIAP."Di"bawah"ini"adalah"contoh"dari"skenario"mitigasi."
)
)
)
)
)
)
)
)
Tabel&5:&Contoh&skenario&Mitigasi!
Bahaya! Infrastruktur&yang&akan&terkena&dampak&(menghancurkan&atau&rusak)&oleh&bencana! Skenario&mitigasi!
Banjir! · perumahan:!
· persediaan-air:!
· kebersihan:!
· limbah-padat:!
· drainase:!
· sewerage:!
· pencegahan-kebakaran:!
!Gempa!bumi! !Tanah!longsor! !Kebakaran!di!pemukiman! !Kekeringan! !Bahaya!lainnya! !
! !
64 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU
LAMPIRAN 6 SURAT PERNYATAAN HIBAH TANAH
Yang Bertanda tangan dibawah ini saya: Nama : …………………………………………………………………………………………………………..…………………… No KTP : …………………………………………………………………………………………………………..………………….. Pekerjaan : …………………………………………………………………………………………………………..………………….. Alamat : ...........………………………………….. T/RW/Dusun:………………………….............. ……….………. Desa/kelurahan : ………………………………………… Kabupaten/Kota ……………………..…………...………….……..... Selaku pemilik tanah berdasarkan Surat Bukti Kepemilikan Yang Sah Nomor:……………………………………... Tanggal ……… dari Sertifikat/Notaris/PPAT/................... yang sah, dengan ini menyatakan bersedia memberikan kontribusi dalam bentuk tanah untuk dimanfaatkan pembangunan............................bagi kepentingan masyarakat umum.
Nama Kegiatan : ............................................................................................ Lokasi tanah : ............................................................................................ Luas tanah yang disumbangkan : ............................................................................................ Luas tanah sisa : ............................................................................................ Nilai aset lain yang disumbangkan : ............................................................................................ Penggunaan tanah saat ini : .............................................................................................
Demikian surat pernyataan ini dibuat secara sukarela untuk dasar dipergunakan sebagaimana mestinya.
........., .....................2016
Yang Memberi Hibah Tanah, Yang Menerima Hibah Tanah Atas Nama Pemerintah Kabupaten/Kota
Pemilik tanah Camat sebagai PPAT
Materai 6000
(-------------------------------------) (-----------------------------------) Mengetahui,
Lurah/Kepala Desa
(--------------------------------------)
Mengetahui:
Nama : Tanda tangan Nama : Tanda tangan
Saksi-saksi:
1................................
2. ................................
3. ................................
................................
................................
................................
Ahli Waris :
1................................
2. ................................
3. ................................
................................
................................
................................
Catatan: -Wajib melampirkan foto copy KTP( Pemilik, Ahli waris dan Saksi) -Surat pernyataan ini dibuat rangkap 3 dan disimpen di Kantor Kelurahan/Desa, Sekretariat BKM/LKM dan pemilik tanah -Wajib melampirkan sketsa peta lokasi
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 65
Lampiran Sketsa Peta Lokasi
Sketsa Peta Lokasi* Keterangan
Batas-batas Tanah :
Sebelah Timur : .........................................
Sebelah Barat : .........................................
Sebelah Utara : .........................................
Sebelah Selatan : .........................................
*) Sketsa peta lokasi berisi batas dan status kepemilikan tanah, jalan sekitar lahan dan denah yang jelas dengan orientasi lokasi yang
jelas ( arah mata angin)
66 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU
LAMPIRAN 7
FORMANT SURAT PERNYATAAN IZIN PAKAI TANAH
Yang Bertanda tangan dibawah ini saya: Nama : ……………………………………………………………………………………………………………………….............. No KTP : ……………………………………………………………………………………………………………………................. Pekerjaan : …………………………………………………………………………………………………………………...............….. Alamat : ............………………………………….. RT/RW/Dusun:…………………………....................... ............ Desa/kelurahan :……………………….. Kabupaten/Kota ……………………………………………….................................... Selaku pemilik tanah berdasarkan Surat Bukti Kepemilikan Yang Sah Nomor:……………………………………...
Tanggal ……… dari Sertifikat/Notaris/PPAT/................... yang sah, dengan ini menyatakan bersedia
meminjamkan tanah dan aset lain kepada Pemerintah Kabupaten/Kota …….............. (sebutkan) untuk
kegiatan pembangunan............................ selama................................ tahun bagi kepentingan masyarakat
umum.
Lokasi tanah : ............................................................................................................. Luas tanah yang dipinjamkan : ............................................................................................................ Penggunaan tanah saat ini : .............................................................................................................
Demikian surat pernyataan ini dibuat secara sukarela untuk dasar dipergunakan sebagaimana mestinya.
..................,......................2016
Yang Memberi Izin Pakai Tanah, Yang Menerima Izin Pakai Tanah Atas Nama
Pemerintah Kabupaten/Kota Pemilik Tanah Lurah/Kepala Desa
Materai 6000
(--------------------------------) (---------------------------------)
Mengetahui:
Nama : Tanda tangan Nama : Tanda tangan
Saksi-saksi:
1................................
2. ................................
3. ................................
................................
................................
................................
Ahli Waris :
1................................
2. ................................
3. ................................
................................
................................
................................
Catatan: -Wajib melampirkan foto copy KTP( Pemilik, Ahli waris dan Saksi) -Surat pernyataan ini dibuat rangkap 3 dan disimpen di Kantor Kelurahan/Desa, Sekretariat BKM/LKM dan pemilik tanah -Wajib melampirkan sketsa peta lokasi
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 67
Lampiran Sketsa Peta Lokasi
Sketsa Peta Lokasi* Keterangan
Batas-batas Tanah :
Sebelah Timur : .........................................
Sebelah Barat : .........................................
Sebelah Utara : .........................................
Sebelah Selatan : .........................................
*) Sketsa peta lokasi berisi batas dan status kepemilikan tanah, jalan sekitar lahan dan denah yang jelas dengan orientasi lokasi yang
jelas ( arah mata angin)
68 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU
LAMPIRAN 8
SURAT PERNYATAAN IZIN TANAH DILEWATI
Yang Bertanda tangan dibawah ini saya: Nama : …………………………………………………………………………………………………………………................. No KTP : ……………………………………………………………………………………………………………….….................. Pekerjaan : …………………………………………………………………………………………………………………................... Alamat : .............…………………………………..RT/RW/Dusun:……………………………..……………................ Desa/kelurahan ……………………….. Kabupaten/Kota …………………………………………………..…….......................... Selaku pemilik tanah berdasarkan Surat Bukti Kepemilikan Yang Sah Nomor:…………………………………………… Tanggal ………............ dari Sertifikat/Notaris/PPAT/................... yang sah, dengan ini menyatakan bersedia tanahnya dilewati fasilitas/pembangunan ........................................yang dibangun oleh Pemerintah Kabupaten/Kota ...................... untuk dimanfaatkan bagi kepentingan masyarakat umum.
Lokasi tanah : ............................................................................................................. Luas tanah yang dipinjamkan : ............................................................................................................. Penggunaan tanah saat ini : .............................................................................................................
Demikian surat pernyataan ini dibuat secara sukarela untuk dasar dipergunakan sebagaimana mestinya.
............., ...................2016
Yang Memberi Izin Tanah Dilewati , Yang Menerima Izin Tanah Dilewati Atas Nama
Pemerintah Kabupaten/Kota Pemilik tanah Lurah/Kepala Desa
Materai 6000
(--------------------------------) (---------------------------------)
Mengetahui:
Nama : Tanda tangan Nama : Tanda tangan
Saksi-saksi:
1................................
2. ................................
3. ................................
................................
................................
................................
Ahli Waris :
1................................
2. ................................
3. ................................
................................
................................
................................
Catatan: -Wajib melampirkan foto copy KTP( Pemilik, Ahli waris dan Saksi) -Surat pernyataan ini dibuat rangkap 3 dan disimpen di Kantor Kelurahan/Desa, Sekretariat BKM/LKM dan pemilik tanah -Wajib melampirkan sketsa peta lokasi
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 69
Lampiran Sketsa Peta Lokasi
Sketsa Peta Lokasi* Keterangan
Batas-batas Tanah :
Sebelah Timur : .........................................
Sebelah Barat : .........................................
Sebelah Utara : .........................................
Sebelah Selatan : .........................................
*) Sketsa peta lokasi berisi batas dan status kepemilikan tanah, jalan sekitar lahan dan denah yang jelas dengan orientasi lokasi yang
jelas ( arah mata angin)
70 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU
LAMPIRAN 9
BERITA ACARA KONSULTASI DENGAN MASYARAKAT ADAT
Judul Kegiatan : Tanggal/ Bulan/ tahun : Waktu : Tempat : Sosialisasi kegiatan sub proyek a. Pengelola Kegiatan melakukan diseminasi kepada Masyarakat Adat tentang tujuan dan
manfaat dari Kegiatan secara rinci dan potensi dampak positif dan negatif, fisik dan non fisik yang timbul, Batas wilayah cakupan dampak terutama yang akan “menimpa” mereka.
b. Pengelola Kegiatan menginformasikan kerangka kerja penanganan Masyarakat Adat. c. Panitia menyediakan peta/sketsa, alat peraga bantu, agar menjadi lebih jelas. d. Disarankan menggunakan bahasa lokal.
Konsultasi a. Tim Pengelola Kegiatan diwajibkan mendorong mereka untuk berbicara, pro aktif. b. Seluruh tanya jawab dan usulan dicatat di Format ini.
No 1
Nama Warga Jabatan Kepala Suku
Tanda tangan
2 Kepala Desa
3 Kepala Dusun
4
5
Lampiran
Daftar hadir lengkap Foto foto
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 71
16
LA
MP
IRA
N 1
0
TA
BE
L K
OM
PILA
SI D
AFT
AR
WT
P,
AS
ET
-AS
ET
DA
N N
ILA
I K
OM
PE
NS
AS
I B
ER
DA
SA
RK
AN
HA
SIL
NE
GO
SIA
SI
Nam
a K
egia
tan
: Lokasi
:
NamaW
TP
JenisAset
KesepakatanHasilNegosiasiKompensasi
Tanah
Bangunan
Tanaman
AsetLainnya
Tanah
Bangunan Tanaman
Lainnya
Ukuran Status
Fungsi
Kondisi
Ukuran Status
FungsiPindah
/Tidak
Jenis
Jumlah
Jenis
Jumlah
tem
pat,
tanggal/bula
n/t
ahun,
M
engeta
hui,
Pengesa
han:
Ke
pa
la B
ap
pe
da
(P
en
ge
lola
Ke
gia
tan
/B
up
ati
/W
ali
ko
ta)
72 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU
LAMPIRAN 11 BERITA ACARA NEGOSIASI
Kami yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Nama : Pekerjaan : Jabatan/instansi : Alamat : Alamat :
Perwakilan kelompok masyarakat Perwakilan Pemerintah Daerah
Nama Kegiatan
Lokasi Kegiatan
menyatakan bahwa kami telah bersepakat untuk mendapatkan dan memberikan kompensasi atas aset (tanah dan aset-aset diatasnya) yang terkena Kegiatan. Kesepakatan diraih atas dasar konsultasi dan musyawarah antara masyarakat dengan pihak Kegiatan tanpa paksaan dari pihak manapun. Konsultasi dan musyawarah telah diselenggarakan pada: (sebutkan hari/tanggal/bulan/tahun) dan jam, bertempat di: (sebutkan alamat atau lokasi pertemuan dengan kelompok masyarakat secara lengkap). Tanah yang terkena proyek berlokasi di:......................................................(sebutkan lokasi tanah dengan spesifik), seluas:..........................................................(m2) dan bernilai per meter persegi Rp.:............................................................................................................................ Aset lainnya yang terkena Kegiatan adalah:.................................................(sebutkan jenis aset lainnya di atas tanah yang terkena, misalnya: bangunan dan tanaman produktif), dengan nilai (sebutkan satuan nilainya, misalnya bangunan dengan harga per meter persegi) Rp.:.....................................................................................................................................
Pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya dengan tidak adanya paksaan apapun dari siapa pun. (lampiran: pihak-pihak yang bersepakat dalam konsultasi dan musyawarah mengenai kompensasi dapat dilihat pada halaman berikutnya). tempat, tanggal, tahun Mengetahui, Yang memberi pernyataan,
(Tandatangan) (Tandatangan)
(Nama Jelas: Pemilik Tanah) (Nama Jelas dan Posisi):
POKJA PKP Lampiran: Daftar dan tandatangan pihak-pihak yang bersepakat dalam konsultasi mengenai kompensasi. Nama jelas dan alamat serta tandatangan pihak-pihak yang bersepakat dalam konsultasi dan
musyawarah mengenai kompensasi (bukan daftar hadir).
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 73
LAMPIRAN 12 BERITA ACARA KONSULTASI RENCANA PENGADAAN TANAH DAN PEMUKIMAN KEMBALI
Judul Kegiatan : Tanggal/ Bulan/ tahun : Waktu Konsultasi : Tempat Konsultasi :
Pengelola Kegiatan/Pelaksana Pengadaan tanah memberikan sosialisasi Kegiatan dan Rencana Pengadaan Tanah:
a. Diseminasi tentang tujuan dan manfaat dari Kegiatan secara rinci dan potensi dampak positif dan negatif, fisik dan non fisik yang timbul, batas wilayah cakupan dampak terutama yang akan berdampak kepada mereka.
b. Informasi mengenai kerangka kerja Pengadaan tanah dan relokasi, jika ada. c. Informasi mengenai kemungkinan skema Pengadaan tanah, misal dikompensasi, dibeli,
kemungkinan hibah dari pemilik tanah atau dipinjamkan oleh pemilik tanah atau tanahnya hanya dilewati.
d. Peta/sketsa Kegiatan Proyek, alat peraga/bantu agar menjadi lebih jelas.
Konsultasi: a. Tim Pengelola Kegiatan diwajibkan mendorong peserta pertemuan untuk berbicara
secara pro aktif, terutama berkaitan dengan dampak terhadap mereka dan aspirasi warga untuk minimalisasi dampak dan kemungkinan bentuk skema Pengadaan tanah dan kompensasi;
b. Seluruh tanya jawab dan usulan dicatat di Format ini; c. Berita Acara sosialisasi ini akan menjadi lampiran dalam Rencana Kegiatan. Catatan Proses Diskusi/Tanya Jawab: 1. ........................................... .............................................
2. . ........................................... ............................................. Hasil Kesepakatan (jika ada yang disepakati):
1. ........................................... ............................................. 2. ........................................... .............................................
Kami semua yang hadir setuju dengan Berita Acara yang dibuat bersama dengan pengelola Kegiatan/Pelaksana Pengadaan tanah, dengan daftar hadir terlampir.
Menyetujui, Jabatan di Desa Tanda Tangan 1. Nama 1 Kepala Desa 2. Nama 2 Perwakilan warga/tokoh masyarakat 3. Nama 3 .............
Mengetahui,
(Nama)
POKJA PKP Lampiran • Daftar hadir lengkap (Nama, jenis kelamin, alamat, status dalam keluarga, tanda tangan)
• Foto-foto
74 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU
19
LA
MP
IR
AN
13
T
AB
EL K
OM
PIL
AS
I D
AFT
AR
WT
P D
AN
NIL
AI A
SE
T
Na
ma
Ke
gia
tan
:
Lo
ka
si
:
NamaW
TP
JenisAset
HasilPenaksiranNilaiAset
Tanah
Bangunan
Tanaman
Lainnya
Ukuran
Asli
Ukuran
Terkena
Proyek
%
Ukuran
Sisa
Tanah
Status
Fungsi K
ondisi
Ukuran
Asli
Ukuran
Terkena
Proyek
%
Ukuran
Sisa
Bngn
Kondisi
Fungsi P
indah
/Tidak Je
nis
Jumlah Je
nis
Jumlah T
anah Bangunan Tanaman Lainnya
tem
pat,
tanggal/bula
n/t
ahun
M
engeta
hui,
Pengesa
han:
Ke
pa
la B
ap
pe
da
(
Pe
ng
elo
la K
eg
iata
n/B
up
ati
/W
ali
ko
ta)
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 75
LAMPIRAN 14 SURAT PERNYATAAN PELAKSANAAN UKL-UPL
No. …………………………..
Kami yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : ………………………………………………………………………………………………………………………. Jabatan : ………………………………………………………………………………………………………………………. Alamat : ………………………………………………………………………………………………………………………. Nomor telp. : ……………………………………………………………………………………………………………………….
Selaku penanggung-jawab atas kegiatan pembangunan dan operasional termasuk pengelolaan dan pemantauan lingkungan dari kegiatan :
Nama Kegiatan : ………………………………………………………………………………………………………………………. Lokasi Kegiatan : ………………………………………………………………………………………………………………………. Kabupaten : ………………………………………………………………………………………………………………………. Provinsi : ………………………………………………………………………………………………………………………. Dengan ini menyatakan bahwa: 1. Akan melaksanakan upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pematauan
Lingkungan Hidup (UPL) dalam bentuk memasukkan rekomendasi UKL-UPL ke dalam Detail Desain;
2. Kami telah memahami seluruh maksud yang tertuang dalam Dokumen UKL dan UPL; 3. Kami sanggup melaksanakan Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL) sebagaimana tertuang di dalam Dokumen ini dan bersedia secara berkala melaporkan hasinya kepada instansi terkait;
4. Kami bersedia dipantau terhadap kegiatan usaha kami sebagaimana tertuang di dalam dokumen ini oleh pejabat atau pihak yang berwenang sesuai perturan perundang-undangan yang berlaku;
5. Apabila kami lalai dalam melaksanakan pernyataan butir 3 sampai 4 yang kami kemukan di dalam Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Linkungan (UKL-UPL) ini, kami bersedia menghentikan kegiatan dan bertanggung jawab terhadap segala akibat kelalaian kami serta sanggup menerima sanksi hukum sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku;
6. Kami bersedia memperbaharui dokumen UKL-UPL ini apabila terjadi perubahan mendasar dalam kegiatan kami, serta kami bersdia merevisi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Demikian Surat Pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
tempat , tanggal , bulan, tahun Dinas/ Instansi terkait
Pemrakarsa/Pengelola Kegiatan
Materai 6000
………………………
76 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU
LAMPIRAN 15 SURAT PERNYATAAN KESANGGUPAN PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN (SPPL) (Untuk Rencana Kegiatan yang tidak memerlukan UKL-UPL, berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 16/2012)
Kami yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : ……………………………………………………………………………………………………………………….. Jabatan : ……………………………………………………………………………………………………………………….. Alamat : ……………………………………………………………………………………………………………………….. Nomor telp. : ……………………………………………………………………………………………………………………….. Selaku penanggung jawab atas pengelolaan lingkungan dari: Nama perusahaan/BKM : …………………………………………………………………………………………………..… Alamat perusahaan/BKM : …………………………………………………………………………………………………..… Nomor telp.perusahaan : ……………………………………………………………………..…………………………..… Jenis usaha/ sifat usaha : ……………………………………………………………………….………………………..… Dengan ini menyatakan bahwa kami sanggup untuk: 1. Melaksanakan ketertiban umum dan senantiasa membina hubungan baik dengan tetangga
sekitar; 2. Menjaga kesehatan, kebersihan, dan keindahan di lingkungan usaha;
3. Bertanggungjawab terhadap kerusakan dan/atau pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh usaha dan/atau kegiatan tersebut;
4. Bersedia dipantau dampak lingkungan dari usaha dan/atau kegiatan oleh pejabat atau instansi yang berwenang;
5. Apabila kami lalai untuk melaksanakan pernyataan pada angka 1 sampai angka 4 di atas, kami bersedia bertanggungjawab sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Keterangan: Dampak lingkungan yang terjadi
1. 2. dst (lihat contoh Lampiran 15a) Merencanakan untuk melakukan pengelolaan dan pemantauan dampak lingkungan melalui 1. 2. dst. (lihat contoh Lampiran 15a) SPPL ini berlaku sejak tanggal ditetapkan sampai dengan berakhirnya usaha dan/atau kegiatan atau mengalami perubahan lokasi, desain, proses, bahan baku dan/atau bahan penolong. Tanggal, Bulan, Tahun Pengelola Kegiatan,
Materai Rp, 6.000,-
Tanda tangan, Cap perusahaan/BKM NAMA
Nomor registrasi dari Kantor Lingkungan Hidup setempat
Tanggal
Penerima
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 77
LAMPIRAN 15A
POTENSI DAMPAK NEGATIF DAN TINDAKAN MITIGASI (Contoh kegiatan yang banyak dijumpai pada pelaksanaan Program KOTAKU)
Potensi Dampak Negatif Tindakan mitigasi
Jalan, jembatan dan Drainase
Erosi dari jalan yang sedang melakukan cut and fills dan menyebabkan sedimentasi di saluran
Batasi kegiatan pemindahkan tanah hanya pada waktu musim kering/panas
Lindungi permukaan tanah yang rentan dengan jerami
Lindungi saluran drainasi dengan pembatas atau berm
Instalasi ruang sedimentasi, tanami permukaan yang rawan erosi secepat mungkin
Pilih jalur yang lebih aman dari gangguan
Lakukan pemeliharaan tepat waktu
Terjadinya genangan air yang menjadi tempat pertumbuhan nyamuk dan vektor penyakit lainnya
Lakukan tindakan untuk mencegah dengan perbaikan pertamanan, pengisian dan drainasi
Jalan dan jembatan di lokasi yang rawan erosi dan longsor
Ubah jalur untuk menghidari kemiringan yg curam
Bangun turap penyangga dinding tanah
Gunakan tanaman untuk mencegah erosi dan longsor pada kemiringan
Gunakan teknologi khusus seperti sistem pengeringan (drain)
Saluran yg tersumbat karena kesalahan perencanaan dan pemeliharaan yg menyebabkan genangan air yg berdampak ke kesehatan
Pemeliharaan harus membersihkan sumbatan secara berkala
Gunakan saluran dari beton atau tembokan, saluran tanah membutuhkan tempat lebih banyak pemeliharaan yang lebih intensif.
Gunakan kemiringan alami yg lebih tanah terhadap erosi
Toilet Umum, Sanitasi, dan Penyediaan Air Bersih :
Permukaan air sumur hampir sama dengan rembesan, sumur terlalu dekat dgn tangki septik
Cek arah aliran air tanah. Sumur harus diletakkan hulu aliran
Bangun rembesan sejauh mungkin dari sumur
Sumur dalam kakus yang pasti rawan kontaminasi
Bangun bak air yg diissi dari melalui pipa atau ember
Jaga agar kakus tetap bersih dan jauh dari sumur
Pipa sanitasi dipermukaan tanah yang sangat rawan thd sinar matahari, terinjak, dan kenakalan manusia
Tanam pipa sanitasi dari kakus ke tangki septik
Buat lubang kontrol dan pipa udara utk tangki septik
Tangki septik yang tidak bagus strukturnya
Tangki septik yang bagus paling tidak terdiri dari:
Ada lubang kontrol dengan penutup
Pipa masuk kotoran
Bilik yang terbagi dgn dinding pembatas
Pipa luapan disambung dgn rembesan
Pipa udara (ventilasi)
78 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU
Potensi Dampak Negatif Tindakan mitigasi
(Untuk memenuhi SNI - 2398 -2002 tentang jaringan septic tank)
MCK yang tidak memenuhi syarat Semua unsur utama MCK harus ada;
Kakus
Ventilasi kakus
Bak air dgn kran air/sambungan air dan lubang pembuangan
Ada tempat untuk mencuci yg lebih tinggi
Ada kran air utk isi ember
Ada parit sekeliling lantai untuk membuang air ke saluran pembuangan
Saluran limbah manusia mengandung limbah patogen harus dilakukan pengolahan sebelum dibuang ke saluran air yang ada
Saluran libah manusia harus disalurkan ke tempat pengolahan/ tangki septik
Tangki septik juga berfungsi sebagai pengolah limbah manusia
lindi dan bau dari pengelolaan limbah padat rumah tangga sementara harus dirawat sehingga tidak mencemari air permukaan tanah
Melakukan pemisahan sampah organik dan sampah anorganik
Limbah yang mengandung lindi disalurkan ke tangki yang lantainya dicor
Lindi disalukan ke tangki pengendapan yang lantainya dicor sebelum dibuang
Menutup sampah organik untuk mencegah bau dan menjadi kompos
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 79
LAMPIRAN 16
DEFINISI DAN KRITERIA KAWASAN LINDUNG DAN DAERAH SENSITIF LAINNYA
NO. DEFINISI DAN KRITERIA
1 Hutan Lindung: Kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan system
penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi,
mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburuan tanah
Sumber: UU No. 41/1999
2 Lahan Basah: Daerah-daerah perairan rawa, air payau, lahan gambut, baik alami maupun buatan, tetap atau sementara, dengan air tergenang atau mengalir, tawar, payau atau asin, termasuk daerah-daerah perairan laut yang kedalamannya pada saat air surut tidak lebih dari enam meter. Kriteria:
Rawa air tawar, rawa air payau, rawa air asin, lahan gambut, perairan laut
Sumber: Konvensi Ramsar
3 Kawasan Resapan Air: Kawasan yang mempunyai kemampuan tingi untuk meresapkan air
hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (akifer) yang berguna sebagai sumber
air.
Kriteria:
Curah hujan yang tinggi, struktur tanah yang mudah meresapkan air dan
bentuk geomorfologi yang mampu meresapkan air hujan secara besar-besaran.
Sumber: Keppres No. 32/1990
4 Sempadan Pantai: Kawasan tertentu sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting
untuk mempertahankan kelsestarian fungsi pantai.
Krieteria: Daratan sepanjang tepian yang lebarnya proporsional dnegan bentuk dan kondisi fisik pantai minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi kea rah darat.
Sumber: Keppres No. 32/1990
5 Sempadan Sungai: Kawasan sepanjang kiri kanan sungai, termasuk sungai
buatan/kanal/saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat penting
untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai.
Kriteria: - Sekurang-kurangnya 100 meter di kiri kanan sungai besar dan 50 meter di kiri kanan anak
sungai yang berada di luar permukiman;
- Untuk sungai di kawasan permukiman berupa daerah sepanjang sungai yang diperkirakan
cukup untuk dibangun jalan inspeksi (10-15 meter)
Sumber: Keppres No. 32/1990
6 Kawasan sekitar Danau/Waduk: Kawasan tertentu di sekeliling danau/waduk yang
mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi danau/waduk.
Kriteria: Daratan sepanjang tepian danau/waduk yang lebarnya proporsional dengan bentuk
dan kondisi fisik danau/waduk antara 50-100 m dari titik pasang tertinggi. Sumber: Keppres No. 32/1990
80 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU
NO. DEFINISI DAN KRITERIA
7 Kawasan sekitar Mata Air: Kawasan sekeliling mata air yang mempunyai manfaat penting
untuk mempertahankan kelestarian fungsi mata air.
Kriteria: sekurang-kurangnya dengan jari-jari 200 meter di sekitar mata air.
Sumber: Keppres No. 32/1990
8 Cagar Alam: Kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan
tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi
perkembangannya secara alami.
Kriteria:
- Kawasan yang ditunjuk mempunyai keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa dan tipe
ekosistemnya
- Mewakili formasi biota terntentu dan/atau unit-unit penyusun
- Mempunyai kondisi alam, baik biota maupun fisiknya yang masih asli dan tidak atau belum
diganggu manusia;
- Mempunyai luas dan bentuk tertentu agar menunjang pengelolaan yang efektif dengan
daerah penyangga yang cukup luas;
- Mempunyai ciri khas dan dapat merupakan satu-satunya contoh di suatu daerah serta
keberadaannya memerlukan upaya konservasi.
Sumber: UU No. 5/1990, Keppres 32/1990
- Kawasan yang ditunjuk mempunyai keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa dan tipe
9 Suaka Margasatwa: Kawasan suaka alam yang mempunyai ciri khas berupa
keanekaragaman dan atau keunikan jenis satwa yang untuk kelangsungan hidupnya dapat
dilakukan pembinaan terhadap habitatnya.
Sumber: UU No.5/1990
10 Taman Buru: Kawasan konservasi yang ditetapkan sebagai tempat wisata berburu.
Kriteria:
- Areal yang ditunjuk mempunyai luas yang cukup dan lapangannya tidka membahayakan;
dan/atau
- Kawasan yang terdapat satwa buru yang dikembangbiakkan sehingga memungkinkan
perburuan secara teratur dengan mengutamakan segi rekreasi, olah raga dan kelestarian
satwa.
Sumber: UU No. 41/1999
11 Daerah Pengungsian Satwa: Kawasan suaka alam yang merupakan tempat
berkembangbiaknya satwa yang sejak semula menghuni kawasan tersebut.
Kriteria: - Merupakan wilayah kehidupan satwa yang sejak semula menghuni areal tersebut;
- Mempunyai luas tertentu yang memungkinkan berlangsungnya proses hidup
dan kehidupan serta berkembangbiaknya satwa tersebut.
Sumber: Keppres No. 32/1990
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 81
NO. DEFINISI DAN KRITERIA
12 Suaka Alam Laut dan Perairan Lainnya: Daerah yang mewakili ekosistem khas di lautan maupun perairan lainnya, yang merupakan habitat alami yang memberikan tempat maupun perlindungan bagi perkembangan keanekaragaman tumbuhan dan satwa yang ada.
Kriteria: Kawasan berupa perairan laut, perairan darat, wilayah pesisir, muara sungai,
gugusan arang dan atol yang mempunyai ciri khas berupa keanekaragaman dan atau
keunikan ekosistem.
Sumber: Keppres No.32/1990
13 Kawasan Pantai Berhutan Bakau: Kawasan pesisir laut yang merupakan habitat alami
hutan bakau (mangrove) yang berfungsi mempberi perlindungan kepada perikehidupan
pantai dan lautan. Kriteria: Minimal 130 kali nilai rata-rata perbedaan air pasang tertinggi dan terendah tahunan diukur dari garis air surut terendah ke arah darat. Sumber: Keppres No. 32/1990
14 Taman Nasional: Kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola
dengan system zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, pendidikan, menunjang
budidaya, pariwisata, dan rekreasi.
Kriteria: Kawasan berhutan atau bervegetasi tetap, yang memiliki flora dan fauna yang
beraneka ragam, memiliki arsitektur bentang alam yang baik dan memiliki akses yang baik
untuk keperluan pariwisata (Keppres No. 32/1990)
Sumber: UU No.5/1990 dan Keppres No.32/1990
15 Taman Hutan Raya: Kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan/atau
satwa alami atau buatan, jenis asli dan/atau bukan asli, yang dimanfaatkan untuk tujuan
penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata, dan
rekreasi. (UU No.5/1990)
Kriteria: Kawasan berhutan atau bervegetasi tetap, yang memiliki flora dan fauna yang
beranekaragam, memiliki arsitektur bentang alam yang baik dan memiliki akses yang baik
untuk keperluan pariwisata.
Sumber: UU No. 5/1990 dan Keppres No. 32/1990
16 Taman Wisata Alam: Kawasan pelestarian alam di darat maupun di laut yang terutama
dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam.
Kriteria: Kawasan berhutan atau bervegetasi tetap, yang memiliki flora dan fauna yang
beranekaragam, memiliki arsitektur bentang alam yang baik dan memiliki akses yang baik
untuk keperluan pariwisata.
Sumber: UU No. 5/1990 dan Keppres No. 32/1990
17 Cagar Budaya dan Bangunan-bangunan Monumental, Tradisional dan Keagamaan: Kawasan
dimana lokasi bangunan-bangunan hasil budaya manusia yang bernilai tinggi dan
monumental serta bentukan geologi alami yang khas eksistensinya secara local maupun
nasional.
82 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU
NO. DEFINISI DAN KRITERIA
18 Daerah-daerah dan tempat-tempat yang dilindungi: Areal dan tempat yang secara
tradisional dianggap memiliki kaitan dengan system religi kelompok social masyarakat.
Kriteria: - Dianggap sebagai tempat keramat yang dipercayai masyarakat;
- Sebagai tempat acara ritual tradisional.
19
Komunitas Rentan: Kelompok masyarakat yang menempati wilayah tertentu dan memiliki identitas social budaya yang berbeda dari masyarakat umumnya, dan sangat rentan terhadap proses pembangunan jalan. Kriteria:
- Berbentuk komunitas kecil, tertutup, dan homogeny;
- Pranata social bertumpu pada hubungan kekerabatan;
- Pada umumnya terpencil secara geografis dan relative sulit dijangkau;
- Pada umumnya masih hidup dengan system ekonomi subsisten;
- Peralatan teknologinya sederhana;
- Ketergantungan pada lingkungan hidup dan SDA setempat relative tinggi;
- Terbatasnya akses pelayanan social, ekonomi, dan politik.
Selain kelompok diatas, yang termasuk kelompok Masyarakat Rentan ini adalah kelompok
miskin yang memiliki 3 dari 8 kriteria, serta tinggal di kawasan sensitive.
20 Kawasan Permukiman: Kawasan yang digunakan atau diperuntukkan sebagai tempat
permukiman dengan segala prasarana pendukungnya. Kriteria: Kepadatan penduduk minimal 250 jiwa/ha dan dilengkapi fasos dan fasum.
21 Kawasan Rawan Bencana Alam: Kawasan yang berpotensi tinggi dan sangat rentan
mengalami kerusakan yang diakibatkan oleh bencana alam.
Kriteria: Berpotensi tinggi mengalami bencana alam seperti letusan gunung berapi, gempa
bumi dan/atau longsor.
Sumber: Keppres No. 32/1990 dan Perka BNPB No 2 Tahun 2012 22 Lahan Produktif: Sawah, kebun dan/atau tambak milik masyarakat umum yang
mennghasilkan komoditas bernilai ekonomi dan diandalkan sebagai sumber penghasilan bagi
pemiliknya.
Kriteria:
- Perlindungan dilakukan untuk mencegah penciutan luas areal produktif karena alih fungsi
lahan, dan mempertahankan tingkat produktivitasnya;
- Diandalkan sebagai sumber pendapatan ekonomi untuk kehidupan pemiliknya;
- Diandalkan sebagai kawasan penghasil komoditas dengan nilai ekonomi tinggi
- Mempunyai peran social yang tinggi khususnya dalam penyediaan lapangan kerja
bagi masyarakat petani.
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 83
NO. DEFINISI DAN KRITERIA
23 Daerah Berlereng Curam: Kawasan dengan kemiringan permukaan tanah yang
curam/terjal ≥ 40%.
Kriteria: Kemiringan lereng ≥ 40%; Umumnya berada di daerah pegunungan; Rawan longsor.
Sumber: Keppres No. 32/1990
24 Kawasan Komersial: Kawasan yang digunakan atau diperuntukkan sebagai tempat
perdagangan dan jasa (komersial).
Kriteria: - Kegiatan transaksi barang atau jasa yang tinggi
- Pengumpulan dan distribusi komoditas perdagangan yang tinggi
- Dilengkapi fasilitas pendukung yang baik.
Sumber: Petunjuk Praktis Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan No. 01/P/BM/2014
84 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU
28
LAMPIRAN 17
FORMAT UKL-UPL
(UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN)
Format berikut ini adalah contoh Format Isian untuk Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL)
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL). Format ini mendeskripsikan dampak lingkungan dari
Kegiatan yang direncanakan upaya pengelolaannya. Sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari UKL-
UPL ini, suatu Surat Pernyataan Pelaksanaan UKL-UPL akan dilampirkan dengan menggunakan contoh
format di Lampiran 2. Format ini sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
No.16/2012 yang dapat dijadikan acuan selanjutnya.
Judul Bab/Sub Bab Isi/Keterangan
Surat Pernyataan dari Pengelola Kegiatan Pengelola Kegiatan a. Surat pernyataan dari Pengelola Kegiatan yang menyatakan bahwa mereka bertanggung-jawab
untuk memastikan upaya pengelolaan lingkungan (UKL) dan upaya pemantauan lingkungan (UPL)
akan dilaksanakan. Surat pernyataan ini ditulis di atas kertas bermaterai dengan diketahui oleh
Kepala Bapedalda dan Kepala Daerah setempat (Gubernur/Bupati/Walikota).
b. Pengelola Kegiatan dalam kerangka pengamanan lingkungan terdiri dari penyusun dan pelaksana
Kegiatan serta pihak yang bertanggungjawab di dalam pengoperasian dan pemeliharaan Kegiatan
serta pihak-pihak lainnya yang bertanggungjawab dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan.
I. IDENTITAS PENGELOLA/PEMRAKARSA KEGIATAN 1.1 Nama Perusahaan
1.2 Nama Pengelola/
Pemrakarsa
Kegiatan
1.3 Alamat, Nomor
Telepon dan Fax,
Website dan Email
Nama institusi Pengelola/Pemrakarsa Kegiatan serta uraian
tanggungjawabnya pada setiap tahapan Kegiatan, meliputi:
a. Dinas atau instansi yang bertanggungjawab di dalam penyusunan
dan pelaksanaan Kegiatan;
b. Dinas atau instansi yang bertanggungjawab di dalam pengoperasian dan pemeliharaan Kegiatan setelah konstruksi selesai;
c. Dinas atau instansi yang bertanggungjawab dalam pengelolaan dan
pemantauan lingkungan.
Alamat jelas untuk dari dinas atau instansi terkait dengan Kegiatan sesuai
dengan poin 1.1.
II. RENCANA KEGIATAN DAN DAMPAKNYA 2.1 Nama Kegiatan Nama Kegiatan secara lengkap dan jelas.
2.2 Lokasi Kegiatan a. Lokasi Kegiatan disebutkan dengan jelas: Kelurahan/ Desa,
Kabupaten/ Kota, dan Provinsi tempat Kegiatan dan komponen
kegiatannya dilangsungkan.
b. Rencana Kegiatan digambarkan melalui peta dalam skala yang memadai
(skala peta dicontohkan dalam 1:50.000 dan letak lokasi berdasarkan
Garis Lintang dan Garis Bujur).
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 85
29
Judul Bab/Sub Bab Isi/Keterangan
2.3 Skala Kegiatan Perkiraan komponen dan skala pekerjaan Kegiatan dengan ukuran yang
jelas (dalam satuan tertentu), misalnya: pembangunan pasar dengan
kapasitas tertentu yang dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas pendukung
upaya pengelolaan lingkungan (disebutkan jenis atau komponen beserta
skalanya).
2.4 Garis besar
Komponen
pekerjaan Kegiatan
Uraian secara singkat dan jelas komponen pekerjaan Kegiatan yang
berpotensi menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Komponen
pekerjaan Kegiatan ini dibagi berdasarkan tahap-tahap berikut ini:
a. Pra-konstruksi, misalnya: mobilisasi tenaga kerja dan material, pengangkutan, dan lainnya;
b. Konstruksi , misalnya: penggunaan air tanah, pemasangan pipa air dan gas, dan lainnya;
c. Operasional dan Pemeliharaan: Pasca-Konstruksi, contohnya:
pembersihan sisa-sisa material dan timbunan, dan lainnya.
Lampirkan bagan alir/sketsa yang menjelaskan alur pekerjaan Kegiatan tersebut, jika relevan.
Diuraikan secara singkat dan jelas mengenai Kegiatan dengan potensi
dampak terhadap lingkungan, jenis dampak yang dapat terjadi, ukuran
yang menyatakan besaran dampak, dan hal-hal lainnya yang perlu untuk
menjelaskan dampak lingkungan yang akan terjadi terhadap lingkungan
hidup dan sosial. Penjelasan ini dapat ditampilkan dalam bentuk tabel
dengan kolom yang berisi aspek-aspek tersebut. Ukuran atau besaran
dampak dilengkapi dengan satuan pengukuran yang didasarkan pada
peraturan perundangan yang berlaku atau kajian ilmiah tertentu. Aspek
pengendalian hama tanaman perlu diperhatikan oleh pemrakarsa proyek
saat penyusunan dokumen UKL-UPL (sesuai Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum No.10/PRT/M/2008, Lampiran 1, hal.1).
IV. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
4.1 Upaya Pengelolaan
Lingkungan
4.2 Upaya Pemantauan
Lingkungan
a. Rencana upaya pengelolaan lingkungan (UKL) berisi rencana itu
sendiri, beserta pihak penanggungjawab, frekuensi intervensi/
pelaksanaan pengelolaan lingkungan, jadwal pelaksanaan dan
mekanisme pengelolaan (tata cara pengelolaan, metode, dan
lainnya) dampak lingkungan terkait dengan berbagai jenis dampak
yang sudah diidentifikasi dalam poin III.
b. Rencana ini dapat ditampilkan dalam bentuk tabel yang minimal
berisi kolom-kolom sebagai berikut: jenis dampak, sumber, besaran,
tolok ukur, upaya pengelolaan, frekuensi, penanggung-jawab, dan
keterangan.
a. Rencana upaya pemantauan lingkungan (UPL) berisi rencana itu
sendiri, beserta pihak penanggungjawab, frekuensi intervensi
pelaksanaan pemantauan lingkungan, jadwal pelaksanaandan
mekanisme pemantauan (tata cara pemantauan, metode, dan
lainnya) dampak lingkungan terkait dengan jenis upaya pengelolaan
lingkungan yang sudah diidentifikasi dalam poin 4.1.
b. Rencana ini dapat ditampilkan dalam bentuk tabel yang minimal
berisi kolom-kolom sebagai berikut: jenis dampak, sumber, besaran,
tolok ukur, upaya pengelolaan, frekuensi dan jadwal pemantauan,
penanggung-jawab, dan keterangan. Dalam pemantauan ini, tolok
ukur disesuaikan dengan peraturan perundangan tertentu mengenai
III. DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI
29
Diuraikan secara singkat dan jelas mengenai Kegiatan dengan potensi
dampak terhadap lingkungan, jenis dampak yang dapat terjadi, ukuran
yang menyatakan besaran dampak, dan hal-hal lainnya yang perlu untuk
menjelaskan dampak lingkungan yang akan terjadi terhadap lingkungan
hidup dan sosial. Penjelasan ini dapat ditampilkan dalam bentuk tabel
dengan kolom yang berisi aspek-aspek tersebut. Ukuran atau besaran
dampak dilengkapi dengan satuan pengukuran yang didasarkan pada
peraturan perundangan yang berlaku atau kajian ilmiah tertentu. Aspek
pengendalian hama tanaman perlu diperhatikan oleh pemrakarsa proyek
saat penyusunan dokumen UKL-UPL (sesuai Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum No.10/PRT/M/2008, Lampiran 1, hal.1).
IV. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
4.1 Upaya Pengelolaan
Lingkungan
4.2 Upaya Pemantauan
Lingkungan
a. Rencana upaya pengelolaan lingkungan (UKL) berisi rencana itu
sendiri, beserta pihak penanggungjawab, frekuensi intervensi/
pelaksanaan pengelolaan lingkungan, jadwal pelaksanaan dan
mekanisme pengelolaan (tata cara pengelolaan, metode, dan
lainnya) dampak lingkungan terkait dengan berbagai jenis dampak
yang sudah diidentifikasi dalam poin III.
b. Rencana ini dapat ditampilkan dalam bentuk tabel yang minimal
berisi kolom-kolom sebagai berikut: jenis dampak, sumber, besaran,
tolok ukur, upaya pengelolaan, frekuensi, penanggung-jawab, dan
keterangan.
a. Rencana upaya pemantauan lingkungan (UPL) berisi rencana itu
sendiri, beserta pihak penanggungjawab, frekuensi intervensi
pelaksanaan pemantauan lingkungan, jadwal pelaksanaandan
mekanisme pemantauan (tata cara pemantauan, metode, dan
lainnya) dampak lingkungan terkait dengan jenis upaya pengelolaan
lingkungan yang sudah diidentifikasi dalam poin 4.1.
b. Rencana ini dapat ditampilkan dalam bentuk tabel yang minimal
berisi kolom-kolom sebagai berikut: jenis dampak, sumber, besaran,
tolok ukur, upaya pengelolaan, frekuensi dan jadwal pemantauan,
penanggung-jawab, dan keterangan. Dalam pemantauan ini, tolok
ukur disesuaikan dengan peraturan perundangan tertentu mengenai
86 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU
30
Judul Bab/Sub Bab Isi/Keterangan
V. TANDA TANGAN
DAN CAP
VI. DAFTAR PUSTAKA
dampak lingkungan yang teridentifikasi dalam point III.
Setelah UKL-UPL disusun dengan lengkap, Pengelola Kegiatan wajib
menandatangani dan membubuhkan cap usaha dan/atau kegiatan
yang bersangkutan.
Masukkan berbagai rujukan atau referensi yang digunakan
dalam penyusunan UKL-UPL.
VII. LAMPIRAN Lampirkan berbagai dokumen atau informasi yang relevan dengan UKL- UPL, misalnya: lembar hasil pemantauan, dan lainnya.
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 87
LAMPIRAN 18
PROSEDUR OPERASI STANDAR PENGELOLAAN LINGKUNGAN
1. Jalan dan Jembatan:
Petunjuk Praktis Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan No. 01/P/BM/2014
mencakup antara lain:
a. Prosedur Penyaringan Lingkungan (Screening)
b. Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup Bidang Jalan.
c. Perizinan Terkait Penyelenggaraan Jalan di Kawasan Hutan dan Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan.
d. Penyusunan Dokumen LARAP Bidang Jalan.
e. Pembuatan Basecamp yang Berwawasan Lingkungan pada Pekerjaan Jalan.
2. Air Minum:
a. Peraturan Kementerian Pekerjaan Umum No. 18/PRT/M/2007, mengenai Sistem
Pengelolaan Air Minum, yang mencakup:
- Pedoman Pengembangan Rencana Induk, Penyiapan Studi Kelayakan, Fase
Konstruksi.
b. Pedoman untuk Sistem Pengelolaan Air Minum Sederhana;
- Pedoman untuk pembangunan mata air, broncaptering, sumur air dalam,
pengolahan air sederhana, hidran publik, instalasi perpipaan, dan operasional dan
pemeliharaan.
3. Irigasi:
a. Pedoman rehabilitasi/peningkatan sistem irigasi, untuk mencegah dampak efek hilir
yang merugikan. Dapat mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
15/PRT/M/2010, Bagian III.3.2.2 dan III.3.3.2.
4. Sanitasi:
a. Petunjuk Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus Sanitasi Lingkungan Berbasis
Masyarakat –Ditjen Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum, 2014.
88 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU
LAMPIRAN 19 UNSUR-UNSUR RENCANA KERJA PENGADAAN TANAH DAN PEMUKIMAN KEMBALI
LARAP KOMPREHENSIF LARAP Komprehensif mencakup unsur-unsur di bawah ini, sebagaimana yang sesuai. Bila suatu unsur tidak sesuai dengan keadaan proyek, hal tersebut perlu dicatat pada LARAP Komprehensif. Semua unsur di bawah ini perlu dicakup dalam LARAP Sederhana, kecuali butir 5, 6, 11, 12, 13, dan 14: 1. Uraian tentang Kegiatan Proyek. Uraian umum tentang Kegiatan dan identifikasi kawasan
Kegiatan. 2. Dampak yang mungkin terjadi. Identifikasi (a) komponen Kegiatan yang akan membutuhkan
pengadaan tanah atau menyebabkan pemukiman kembali; (b) kawasan yang terkena dampak Kegiatan tersebut; (c) alternatif-alternatif yang dipertimbangkan untuk menghindari atau meminimalkan pemukiman kembali; dan (d) mekanisme yang ditetapkan untuk meminimalkan pengadaan tanah dan/atau pemukiman kembali, sampai ke tingkat yang mungkin diupayakan.
3. Tujuan-tujuan. Tujuan-tujuan utama LARAP Komprehensif. 4. Sensus Warga Terkena Proyek (WTP) dan inventaris aset terkena dampak. Hasil-hasil sensus dan
inventaris aset, termasuk informasi berikut ini:
a. daftar WTP, yang membedakan antara WTP yang berhak atas tanah dan para penghuni tanpa hak atas tanah;
b. inventaris bidang tanah dan bangunan terkena dampak termasuk informasi berikut ini:
- Ukuran total bidang tanah terkena dampak, ukuran kawasan yang akan diambil untuk Kegiatan Proyek, dan ukuran tanah sisa;
- Status kepemilikan tanah/bangunan yang terkena dampak dan bukti kepemilikan; - Fungsi tanah/bangunan yang terkena dampak;
- Kondisi bangunan (permanen, semi permanen, sementara, dsb.); - Aset lain yang terkena dampak (pohon, tanaman pangan, sumur, pagar, dsb.).
c. jumlah total WTP dan Rumah Tangga Terkena Proyek (RTP);
d. jumlah RTP yang harus pindah, dengan membedakan antara (1) mereka yang akan dapat membangun kembali rumah mereka di tanah sisa dari bidang tanah yang terkena dampak Kegiatan dan (2) mereka yang akan terpaksa pindah ke lokasi lain; dan
e. jumlah RTP yang akan kehilangan lebih dari 10% aset produktif mereka.
Informasi di atas perlu diringkaskan dalam suatu tabel sebagaimana ditampilkan di Lampiran 10 5. Kajian sosio-ekonomi. Temuan-temuan pada sebuah kajian sosioekonomi yang mencakup RTP
yang mengalami kehilangan lebih dari 10% dari aset produktif mereka dan/atau terpaksa pindah ke lokasi lain. Kajian sosioekonomi tersebut perlu mencakup unsur-unsur berikut ini: a. hasil sensus terhadap WTP di butir (4) diatas;
b. suatu uraian tentang sistem produksi, tenaga kerja, dan organisasi rumah tangga;
c. pola-pola interaksi sosial di dalam masyarakat yang terkena dampak, termasuk jaringan sosial dan sistem dukungan sosial, dan bagaimana mereka akan terkena dampak Kegiatan;
d. informasi tentang kelompok-kelompok atau warga yang rentan (misal perempuan, kelompok warga sangat miskin, orang cacat);
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 89
e. sistem kepemilikan hak atas tanah dan sistem pengalihan, termasuk suatu inventaris sumber daya alam milik bersama, yang darinya warga memperoleh mata pencaharian dan makanan mereka, sistem hak pakai berbasis non-hak-milik (termasuk penangkapan ikan, memetik hasil tanaman untuk dimakan, atau penggunaan kawasan hutan) yang diatur dengan mekanisme alokasi tanah yang diakui setempat, dan setiap masalah yang timbul karena berbagai sistem hak untuk menempati tanah;
f. infrastruktur publik dan pelayanan sosial yang akan terkena dampak;
g. ciri-ciri sosial dan budaya WTP, termasuk suatu uraian tentang lembaga-lembaga formal dan informal (mis, organisasi-organisasi masyarakat, kelompok-kelompok ritual, organisasi- organisasi non-pemerintah (LSM) yang mungkin terkait dengan strategi konsultasi serta proses desain dan implementasi kegiatan pemukiman kembali;
h. informasi awal mengenai mata pencaharian (termasuk, bila sesuai, tingkat produksi dan penghasilan yang diperoleh dari kegiatan ekonomi formal maupun informal) serta tingkat kehidupan (termasuk status kesehatan) WTP; dan
i. penyediaan informasi yang diperbaharui secara berkala mengenai mata pencaharian dan standar hidup warga yang dipindahkan sehingga informasi terbaru tersedia pada saat mereka dipindahkan.
6. Analisis secara hukum. Temuan dari suatu analisa terhadap kerangka hukum, a. Ruang lingkup kekuasaan yang unggul dan sifat kompensasi yang terkait dengan hal
terssebut, baik dari segi metodologi penilaian dan waktu pembayaran; b. Prosedur hukum dan administrasi yang berlaku, termasuk deskripsi cara remediasi yang
tersedia untuk WTP dalam proses peradilan, kerangka waktu normal untuk prosedur tersebut, dan alternatif mekanisme penyelesaian sengketa yang tersedia yang mungkin relevan dengan mekanisme skema pemukiman kembali dalam Proyek ini;
c. Hukum yang relevan (termasuk hukum adat dan tradisional) yang mengatur kepemilikan lahan, penilaian aset dan kerugian, kompensasi dan penggunaan alami dari hak, hukum adat pribadi yang berkaitan dengan perpindahan, dan undang-undang lingkungan dan peraturan kesejahteraan sosial;
d. Hukum dan peraturan yang berkaitan dengan instansi yang bertanggung jawab untuk melaksanakan pembebasan lahan dan pemukiman kembali ;
e. Langkah-langkah hukum yang diperlukan untuk memastikan pelaksanaan secara efektif dari pengadaan tanah dan pemukiman kembali dalam Kegiatan, termasuk, sebagaimana sesuai dengan proses untuk mengakui klaim atas hak-hak hukum atas tanah, termasuk klaim yang diperoleh sesuai dengan hukum adat dan penggunaan tradisional.
7. Kerangka Kelembagaan. Temuan-temuan analisis terhadap kerangka kelembagaan yang
mencakup:
a. identifikasi lembaga-lembaga yang bertanggungjawab atas kegiatan-kegiatan pengadaan tanah, pembayaran kompensasi/ ganti kerugian, pemukiman kembali (dan program rehabilitasi, bila ada) dan LSM-LSM yang mungkin mempunyai peran dalam pelaksanaan Kegiatan;
b. suatu kajian terhadap kapasitas kelembagaan dari lembaga-lembaga dan LSM-LSM
tersebut; dan
c. setiap langkah yang diusulkan untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan dari lembaga- lembaga dan LSM-LSM yang bertanggungjawab atas pelaksanaan pemukiman kembali.
8. Keberhakan. Identifikasi WTP yang akan berhak mendapatkan kompensasi, bantuan
pemukiman kembali/relokasi dan dukungan rehabilitasi serta penjelasan mengenai kriteria yang digunakan untuk menentukan keberhakan WTP, termasuk waktu untuk mengumumkan WTP
90 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU
sebagai pihak yang terkena dampak dan layak untuk mendapatkan kompensasi (the cut-off- date).
9. Penilaian aset dan perhitungan kompensasi atas aset yang terkena. Suatu uraian tentang prosedur yang akan diikuti untuk menentukan bentuk dan jumlah kompensasi yang akan ditawarkan kepada WTP, yang merupakan hasil penilaian dari tim penilai independen.
10. Kompensasi, bantuan relokasi/pemukiman kembali dan dukungan rehabilitasi. Suatu uraian mengenai (1) berbagai paket kompensasi untuk ditawarkan bagi WTP yang kehilangan tanah dan aset lain, (2) bantuan relokasi untuk ditawarkan kepada warga yang secara fisik dipindahkan, dan (3) dukungan rehabilitasi bagi warga yang kehilangan sumber penghasilan atau mata pencaharian sebagai akibat pengadaan tanah untuk Kegiatan. Paket-paket kompensasi, digabung dengan bantuan dan dukungan lain yang ditawarkan untuk setiap kategori WTP harus memadai agar kehidupan WTP tidak menjadi lebih buruk. Pilihan-pilihan relokasi dan bantuan lain yang ditawarkan kepada WTP harus dipersiapkan dengan berkonsultasi dengan mereka dan harus layak secara teknis dan ekonomi, serta sesuai dengan pilihan-pilihan yang lebih disukai dari sudut budaya WTP.
11. Seleksi lokasi, persiapan lokasi dan relokasi. Alternatif tempat relokasi yang dipertimbangkan
serta penjelasan mengenai lokasi-lokasi yang dipilih tersebut, yang mencakup: a. pengaturan kelembagaan dan teknis untuk mengidentifikasi dan mempersiapkan
tempat relokasi, apakah di pedesaan atau perkotaan, dimana terdapat suatu kombinasi potensi produktif, manfaat-manfaat di lokasi yang baru, serta kombinasi faktor-faktor lain, yang sejauh memungkinkan, setidaknya sebanding dengan manfaat-manfaat di lokasi yang lama, dengan suatu perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh dan mengalihkan tanah serta sumber daya tambahan;
b. setiap langkah yang perlu untuk mencegah spekulasi tanah atau membanjirnya orang- orang yang tidak memenuhi syarat di lokasi yang dipilih;
c. prosedur untuk relokasi fisik berdasarkan Kegiatan, termasuk jadwal untuk persiapan lokasi dan pengalihan; dan
d. penyelenggaraan hukum untuk meresmikan hak menempati tanah dan untuk mengalihkan hak kepada para pemukim kembali.
12. Perumahan, infrastruktur, dan pelayanan sosial. Rencana untuk menyediakan (atau membiayai
para pemukim kembali untuk mendapatkan penyediaan) perumahan, infrastruktur (mis: air bersih, jalan pendukung), serta pelayanan sosial (mis, sekolah, pelayanan kesehatan); rencana untuk memastikan adanya pelayanan-pelayanan sebanding dengan yang didapatkan oleh penduduk penerima; setiap pengembangan lokasi, teknik, dan desain arsitektur untuk fasilitas- fasilitas ini.
13. Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Suatu uraian mengenai batas-batas kawasan
relokasi; dan penilaian mengenai dampak lingkungan hidup akibat pengadaan tanah yang diusulkan serta langkah-langkah untuk mengurangi dan mengatasi dampak-dampak ini (dikoordinasikan sebagaimana perlu dengan penilaian lingkungan hidup mengenai investasi utama yang membutuhkan pengadaan tanah).
14. Proses partisipatif Keterlibatan warga yang terkena proyek dan warga/masyarakat penerima:
a. Suatu deskripsi mengenai strategi untuk berkonsultasi dengan dan partisipasi warga yang dipindahkan maupun warga penerima (host community) dalam desain maupun pelaksanaan kegiatan pengadaan tanah;
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 91
b. Suatu ringkasan terhadap pandangan-pandangan yang dinyatakan oleh WTP dan bagaimana pandangan-pandangan ini turut diperhitungkan dalam mempersiapkan Rencana Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali;
c. Tinjauan terhadap alternatif-alternatif pengadaan tanah yang ditawarkan serta keputusan yang dibuat oleh WTP mengenai berbagai pilihan yang tersedia bagi mereka, termasuk pilihan-pilihan yang berkaitan dengan bentuk kompensasi dan bantuan akibat kegiatan pengadaan tanah, pemindahan sebagai keluarga, orang-perorangan atau sebagai bagian masyarakat yang ada sebelumnya atau kelompok-kelompok kekerabatan, upaya untuk mempertahankan pola-pola organisasi kelompok yang ada, serta upaya untuk mempertahankan akses ke tanah milik budaya (mis tempat ibadat, pusat-pusat ziarah, pemakaman);
d. Pengaturan yang dilembagakan yang dengannya warga yang dipindah dapat menyampaikan keprihatinannya kepada pihak berwenang dalam proyek selama perencanaan dan pelaksanaan, serta langkah-langkah untuk memastikan bahwa kelompok- kelompok yang rentan diwakili secara memadai; dan
e. Langkah-langkah yang diambil untuk mengurangi dampak pengadaan tanah pada warga/komunitas penerima (jika ada relokasi), termasuk konsultasi dengan warga penerima dan Pemerintah Daerah. Terdapat pengaturan untuk mempercepat pembayaran kepada warga/masyarakat untuk tanah atau aset lain yang terkena dampak, yang kemudian dibeli untuk warga yang dipindahkan, sebagaimana pengaturan untuk mengatasi setiap konflik yang mungkin timbul antara warga yang dimukimkan kembali dan masyarakat penerima; serta setiap langkah yang perlu untuk melengkapi pelayanan (mis, pendidikan, air, kesehatan, dan pelayanan-pelayanan produksi) di lokasi tersebut agar fasilitas milik warga/masyarakat penerima sebanding dengan pelayanan-pelayanan yang diberikan bagi warga yang dimukimkan kembali.
15. Prosedur penanganan keluhan. Prosedur yang dapat diakses (murah dan mudah) oleh pihak
ketiga untuk penyelesaian perselisihan yang timbul dari Kegiatan, sebagaimana tercantum dalam LARAP Komprehensif. Prosedur penanganan keluhan tersebut perlu mempertimbangkan ketersediaan pilihan penyelesaian melalui pengadilan serta mekanisme penyelesaian lainnya, seperti penyelesaian perselisihan berbasis masyarakat dan secara tradisional.
16. Tanggung jawab organisasi. Kerangka organisasi untuk pengadaan tanah dan pemukiman kembali, termasuk identifikasi lembaga-lembaga yang bertanggung jawab atas pelaksanaan LARAP Komprehensif, pelaksanaan prosedur pengadaan tanah dan penyediaan pelayanan; rencana untuk memastikan koordinasi yang memadai antara berbagai lembaga dan yurisdiksi yang terlibat dalam pelaksanaan; serta setiap langkah (termasuk bantuan teknis) yang dibutuhkan untuk memantapkan kapasitas Pengelola Kegiatan guna mendesain dan melaksanakan kegiatan pengadaan tanah; ketentuan-ketentuan untuk mengalihkan kepada pihak berwenang di daerah atau kepada para pemukim kembali tanggungjawab atas pengelolaan fasilitas dan pelayanan yang disediakan berdasarkan proyek dan untuk mengalihkan tanggung jawab lain dari pihak pelaksana pengadaan tanah, bila ada.
17. Jadwal pelaksanaan. Suatu jadwal pelaksanaan yang mencakup semua kegiatan pengadaan tanah, mulai dari persiapan sampai ke pelaksanaan, termasuk tanggal yang ditargetkan untuk pencapaian manfaat-manfaat yang diharapkan bagi para pemukim kembali dan tuan rumah serta penghentian berbagai bentuk bantuan. Jadwal perlu menunjukkan bagaimana kegiatan
92 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU
pengadaan tanah dan pemukiman kembali dikaitkan dengan pelaksanaan kegiatan konstruksi secara keseluruhan.
18. Biaya dan anggaran. Tabel yang memperlihatkan perkiraan biaya yang dicantumkan untuk semua kegiatan pengadaan tanah, termasuk pertimbangan terhadap inflasi, pertumbuhan penduduk, dan biaya tak terduga lainnya; jadwal pengeluaran; sumber dana; dan rencana untuk arus dana yang tepat waktu, dan pendanaan untuk pengadaan tanah, bila ada, pada bidang-bidang di luar yurisdiksi pengelola Kegiatan (dapat dilihat pada Matriks Rencana Tindak Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali).
19. Pemantauan dan evaluasi. Rencana pemantauan terhadap kegiatan pengadaan tanah dan pemukiman kembali oleh instansi pelaksana, yang didukung oleh para pemantau independen sesuai peraturan yang berlaku, untuk memastikan informasi yang lengkap dan obyektif; indikator-indikator pemantauan kinerja guna mengukur input, output, dan hasil untuk kegiatan Pengadaan tanah; keterlibatan WTP dalam proses pemantauan; evaluasi dampak pengadaan tanah selama jangka waktu yang ditentukan setelah semua kegiatan Pengadaan tanah dan kegiatan yang berkaitan dengan pembangunan diselesaikan; menggunakan hasil pemantauan pengadaan tanah untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan selanjutnya.
Catatan: informasi mengenai contoh jadwal pelaksanaan LARAP Komprehensif dan sumber pendanaan dapat diringkaskan pada Lampiran 19.
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 93
LAMPIRAN 20 CONTOH KERANGKA RENCANA KERJA PENGADAAN TANAH DAN PEMUKIMAN KEMBALI
LARAP SEDERHANA
Catatan: Kerangka ini terutama dipergunakan untuk LARAP Sederhana. Untuk LARAP Komprehensif, perlu ditambahkan hasil dari kajian sosial ekonomi terhadap Warga Terkena Proyek, serta paparan lain yang dibutuhkan sesuai dengan Format LARAP KomprehensiF (Lampiran 18) di atas.
I. Deskripsi Kegiatan
Identifikasi lokasi Kegiatan, termasuk Kabupaten/Kota dan Provinsi Komponen dalam Kegiatan yang memerlukan pengadaan tanah
II. Sensus terhadap Warga Terkena Proyek, kehilangan aset, dan penilaian asset: Nama pemilik aset yang terkena dampak; Luas tanah/bangunan eksisting;
Luas tanah/bangunan yang terkena dampak dari Kegiatan; Luas tanah/bangunan sisa setelah terkena Kegiatan (jika sisa bangunan/tanah tidak
layak untuk dihuni/ditanami lagi, maka dianggap bahwa bangunan/tanah tersebut terkena seluruhnya);
Berapa % tanah/bangunan yang terkena dampak dari Kegiatan; Status kepemilikan dari tanah/bangunan tersebut;
Fungsi tanah/bangunan yang terkena dampak; Kondisi bangunan (permanen, semi permanen, temporer, IMB, non IMB); Tanaman/pohon yang terkena proyek Kegiatan (jenis, jumlah, kondisi, usia,
produktivitas); Aset lain yang terkena dampak, misal sumur, instalasi listrik, pagar, dll, serta biaya
untuk memperolehnya.
Hasil identifikasi & inventarisasi ini akan didiseminasikan di tempat yang mudah dilihat oleh Warga Terkena Proyek. Lihat contoh tabel untuk penyajian hasil identifikasi/inventarisasi, atau dapat mengikuti tabel Daftar Nominatif dalam Lampiran V Peraturan Kepala BPN No. 5/2012, sesuai kebutuhan.
III. Nilai aset & Skema Kompensasi: Alternatif kompensasi yang ditawarkan (uang tunai, tanah pengganti, atau bentuk lain). Nilai NJOP tanah/bangunan bersangkutan. Harga tanah, tanaman, bangunan dan aset di atas bangunan berdasarkan penilaian
tim penilai independen. Bentuk kompensasi yang diinginkan warga sebagai hasil dari konsultasi Proses sertifikasi Proses sertifikasi tanah. Hasil musyawarah/negosiasi akan didiseminasikan di tempat yang mudah dilihat oleh
WTP.
IV. Proses konsultasi mengenai alternatif kompensasi: Bagaimana proses konsultasi dilakukan Kapan dilakukan dan seberapa sering
Dimana konsultasi dilakukan Siapa saja yang menghadiri
94 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU
Perlu dibuat berita acara yang ditandatangani oleh seluruh peserta, serta daftar hadir peserta untuk setiap konsultasi yang dilakukan
V. Mekanisme Penyampaian Keluhan VI. Pembiayaan VII. Pemantauan dan Evaluasi VIII. Kelembagaan pelaksanaan pengadaan tanah dan penanganan keluhan
Organisasi yang bertanggungjawab untuk pelaksanaan pengadaan tanah, termasuk orang/pihak yang bisa dihubungi langsung oleh WTP;
Organisasi yang bertanggungjawab untuk pelaporan dan pemantauan; Mekanisme penyampaian dan penanganan keluhan, termasuk orang/pihak yang
bisa dihubungi jika warga menyampaikan keluhan.
IX. Matriks Rencana Tindak Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali X. Jadwal pelaksanaan dan pembayaran
Berikut jadwal tahapan pelaksanaan pengadaan tanah. Jenis aktivitas disesuaikan
dengan pelaksanaan di lapangan :
Contoh jadwal kegiatan untuk LARAP Komprehensif dan LARAP Sederhana
Program
Ke
giatan
Ke
luaran
Lokasi
Un
it
Pe
nan
ggun
g jawab
Waktu
Pe
laksanaan
Ke
bu
tuh
an B
iaya
Sum
be
r
Biaya
Ke
teran
gan
1. Tim Pengadaan tanah
2. Pembentukan Tim Penilai Independen
3. Sosialisasi kepada WTP
4. Pengukuran dan Pematokan tanah
5. Musyawarah
6. Penilaian tanah dan asset
7. Negosiasi
8. Pembayaran kompensasi
9. Penyerahan tanah yang terkena dampak dan sertifikasi untuk sisa tanah
10. Pemindahan dan Perlindungan Utilitas Terkena Proyek
11. Pemantauan
12. Pelaporan
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 95
36
MA
TR
IK
S R
EN
CA
NA
TIN
DA
K P
EN
GA
DA
AN
TA
NA
H D
AN
PE
MU
KIM
AN
KE
MB
ALI K
OM
PR
EH
EN
SIF
/S
ED
ER
HA
NA
(Conto
h:
Pro
yek J
ala
n)
No.
Pro
gra
m
Lokasi
Kegia
tan
Unit
Penanggung
jaw
ab
Waktu
pela
ksa
naan
Sum
ber
bia
ya (
000)
Kete
rangann
Pem
erinta
h
APBN
APBD
Pro
v
APBD
Kab
1.
PEM
UKIM
AN
KEM
BALI
RU
SU
NAM
I
“MAKM
UR”
KELU
RAH
AN
SEJA
HTER
A
RELO
KASI
12
KK D
AR
I D
ESA T
ILAS
12 U
NIT
U
PT D
INAS
CIP
TA K
ARYA
JAN
2015
-
120 J
UTA
-
-
96 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU
LAMPIRAN 21 FORMAT STUDI KAJIAN SOSIAL MASYARAKAT HUKUM ADAT
• Deskripsi Kegiatan Proyek
• Informasi tentang lokasi Kegiatan Proyek dan kondisi MA
1. Karakteristik Sosial Ekonomi Masyarakat Adat a. Karakteristik Umum Masyarakat Adat b. Karakteristik Khusus Masyarakat Adat
Institusi Sosial Budaya Kondisi Ekonomi dan Sumber mata Pencaharian Praktek Budaya dll
c. Asesmen Pemangku Kepentingan 2. Proses konsultasi selama Kajian Sosial yang mencerminkan prinsip konsultasi/rembug
agar mendapatkan dukungan luas dari kelompok MA yang terkena dampak untuk usulan Kegiatan
3. Temuan dan Dampak Kegiatan (positif dan negatif)
a. Potensi negatif (beri contoh) Dominasi ekonomi dari kaum pendatang Alih hak ulayat …………………
b. Usulan Mitigasi (beri contoh) Mitigasi terkait dominasi kaum pendatang ………………….
c. Potensi dampak positif dan upaya untuk memaksimalkan dampak tersebut
4. Rencana Tindakan: berupa tabel yang berisi (untuk dimasukkan di dalam konsep RKP-MA):
a. Rencana memaksimalkan dampak positif; b. Isu negatif sebagaimana teridentifikasi dari studi, yang perlu dimitigasi; c. Program mitigasinya;
d. Kegiatan-kegiatan dalam program mitigasi tersebut; e. Lokasi dimana dampak berada dan mitigasi akan dilakukan; f. Kerangka kerja konsultasi (musyawarah) untuk menyusun dan melaksanakan RKP-MA;
g. Institusi yang bertanggungjawab untuk menyusun dan melaksanakan RKP-MA; h. Jadwal pelaksanaan ;
i. Anggaran; j. Sumber anggaran; k. Keterangan (hal-hal lain yang perlu dimasukkan).
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 97
98 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 99
LAMPIRAN 23 CONTOH RINGKASAN DOKUMENTASI
PENANGANAN KELUHAN
No Tanggal Pengaduan
Jenis Pengaduan
Nama/ Asal/ Alamat
Pengaduan
Tindak Lanjut Pengaduan
Instansi yang Menangani
Tindak Lanjut
Tindak Lanjut Diberitahu
Melalui
Tanggal Tindak Lanjut
1 3 Desember
20xx
Jalan yang
dibuat
kontraktor
merusak
pagar tanpa perbaikan
Amir
(diterima dari
sms 0813
555 xxx
Kontraktor sudah
diminta
memperbaiki
dan di lapangan sudah diperbaiki
SKPD ……… SMS dari Unit
Pengaduan/Pe
nanganan
Keluhan ke
nomor alamat
pengirim
aduan/keluhan
6
Desember 20xx
Dst
100 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 101
102 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU
LAMPIRAN 24 KONSOLIDASI TANAH
(LAND CONSOLIDATION/LC)
Dasar Hukum
Menurut Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 4 Tahun 1991 tentang
Konsolidasi Tanah, konsep konsolidasi tanah adalah kebijaksanaan mengenai penataan
kembali penguasaan dan penggunaan tanah serta usaha pengadaan tanah untuk
kepentingan pembangunan, untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan pemeliharaan
sumber daya alam dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat. Pada hakikatnya,
konsolidasi tanah adalah penataan tanah yang dilengkapi dengan fasilitas umum dan
fasilitas sosial. Alasan diadakannya konsolidasi tanah adalah untuk membantu pemerintah
daerah untuk menata bagian wilayahnya yang tidak teratur menjadi teratur sesuai Rencana
Tata Ruang dan Rencana Pembangunan Daerah. Dengan demikian, kewenangan negara
dalam Undang-undang Pertanahan dan Agraria (UUPA) ini untuk melakukan pengaturan,
penataan, penguasaan, dan penggunaan tanah yang ditafsirkan termasuk penataan melalui
konsolidasi tanah.
Konsolidasi Tanah merupakan alternatif strategis yang ditawarkan dalam penyediaan tanah
untuk pembangunan, karena melalui konsolidasi, masyarakat tidak tergusur tetapi turut
serta berpartisipasi menyumbangkan tanahnya, turut serta menikmati hasil-pembangunan,
nilai tanahnya menjadi naik, dan yang jelas memeperoleh jaminan kepastian hak atas tanah
karena menerima sertipkat, serta memperoleh lingkungan yang tertata, serasi, selaras dan
seimbang. Konsolidasi tanah/lahan di program KOTAKU menjadi bagian dari dokumen
perencanaan pembangunan RP2KP-KP/SIAP dan RPLP/RTPLP.
Definisi
Konsolidasi Tanah adalah kebijaksanaan pertanahan mengenai penataan kembali
penguasaan dan penggunaan tanah serta usaha pengadaan tanah untuk kepentingan
pembangunan, untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan pemeliharaan sumber daya
alam dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat (Peraturan KaBPN No. 4 tahun 1991
pasal 1 ayat 1).
Tujuan Konsolidasi Tanah
Kegiatan konsolidasi tanah memiliki tujuan untuk mencapai pemanfaatan tanah secara
optimal melalui peningkatkan efisiensi dan produktifitas penggunaan tanah. Sedangkan
sasaran yang ingin dicapai adalah terwujudnya suatu tatanan penguasaan dan penggunaan
tanah yang tertib dan teratur dan dilengkapi dengan prasarana-sarana lingkungan
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 103
Manfaat Konsolidasi Tanah, Untuk kawasan perumahan dan permukiman, konsolidasi tanah
dapat member manfaat berupa :
1. Kesempatan kepada pemilik tanah untuk menikmati secara langsung keuntungan
dari konsolidasi tanah, baik kenaikan harga tanah maupun kenikmatan lainnya
karena terciptanya lingkungan yang teratur;
2. Terhindar dari ekses-ekses yang sering timbul dalam penyediaan tanah secara
konvensional;
3. Adanya percepatan laju pembangunan wilayah permukiman;
4. Tertib administrasi pertanahan serta menghemat pengeluaran dana Pemerintah
untuk biaya pembangunan prasarana, fasilitas umum, ganti rugi dan operasional.
Prinsip-Prinsip Dasar Konsolidasi Tanah
Prinsip dasar pelaksanaan Konsolidasi Tanah adalah penataan kembali bentuk, luas dan
letak, penguasaan, pemilikan, dan penggunaan tanah, sehingga tertata apik dan teratur
dilengkapi sarana prasarana dan semua kapling menghadap jalan. Tanah untuk kepentingan
pembangunan berupa jalan, fasilitas umum dan fasilitas sosial diperoleh dari sumbangan
peserta konsolidasi tanah dalam bentuk Sumbangan Tanah untuk Pembangunan (STUP)
yang besarnya disepakati bersama dengan jalan musyawarah. Adapaun prinsip Dasar
konsolidasi Tanah sbb:
1. Membangun tanpa menggusur;
2. Kegiatan pembangunan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat;
3. Dilaksanakan berdasarkan kesepakatan bersama (musyawarah);
4. Penyediaan tanah melalui STUP (Sumbangan Tanah Untuk Pembangunan) ;
5. Pembangunan dibiayai melalui TPBP (Tanah Pengganti Biaya Pelaksanaan);
6. Transparansi;
7. Keadilan;
8. Kepastian hak atas tanah dengan lingkungan yang tertata.
Pelaksanaan Konsolidasi Tanah
A. Persyaratan
Berdasarkan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Konsolidasi Tanah Perkotaan Bidang Pengaturan
Penguasaan Tanah, menyatakan bahwa syarat-syarat yang diperlukan dalam permohonan
konsolidasi tanah adalah :
1. Surat Permohonan konsolidasi tanah.
2. Gambar lokasi tanah.
3. Sketsa Rencana Desain Konsolidasi Tanah.
4. Foto copy Sertipikat/Petuk/Leter C.
5. Akta Jual Beli/Hibah/Pembagian Hak Bersama.
6. Surat Kuasa (Apabila dikuasakan).
7. Syarat Pernyataan Persetujuan ikut kegiatan konsolidasi tanah perkotaaan.
104 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU
8. Surat Keterangan dari Kepala Desa/Kelurahan apabila obyek konsolidasi tanah belum
bersertipikat.
9. Daftar Peserta.
10. Surat Keterangan Waris, dilengkapi apabila subyek hak telah meninggal dunia.
11. Tanda bukti diri/KTP.
12. Surat Pernyataan Kesanggupan membayar biaya Konsolidasi Tanah Swadaya
B. Tahap-tahap dalam pelaksanaan Konsolidasi Tanah Perkotaan
Pelaksanaan Konsolidasi secara fungsional oleh Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota. Setiap
langkah ataupun prosedur Konsolidasi Tanah perkotaan dilaksanakan secara teratur yaitu
mulai dari pemilihan calon lokasi sampai dengan penerbitan sertipikat Konsolidasi Tanah
Perkotaan. Adapun tahap-tahap Konsolidasi Tanah Perkotaan di Kantor Pertanahan
Kabupaten/Kota berdasarkan Surat Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 410–245 tanggal
7 Desember 1991 tentang Petunjuk Pelaksanaan Konsolidasi Tanah adalah sebagai berikut:
1) Penjajagan penetapan lokasi/pemilihan lokasi
Kegiatan Konsolidasi Tanah Perkotaan diawali dengan pemilihan calon lokasi.Dalam
pemilihan calon lokasi tersebut harus sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan
dengan memperhatikan faktor fisik wilayah dan faktor non fisik untuk menghindari
sebaiknya lebih dari satu lokasi. Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota beserta tim
koordinasi Konsolidasi Tanah Perkotaan menentukan lokasi Konsolidasi Tanah
Perkotaan. Pemilihan lokasi Konsolidasi Tanah Perkotaan harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut :
a. Lokasi Konsolidasi Tanah Perkotaan harus wilayah pemukiman yang pesat
perkembangannya.
b. Daerah yang direncanakan menjadi daerah pemukiman yang baru.
c. Wilayahnya diperkirakan akan berkembang sesuai dengan tata kota tersebut.
d. Daerah pinggiran kota yang mempunyai potensi untuk berkembang sebagai tempat
pemukiman.
2) Penyuluhan
Dengan mengadakan kegiatan lapang dengan diawali adanya penyuluhan kepada pserta
KTP, penyuluhan tersebut dilakukan secara berulang-ulang agar peserta Konsolidasi
Tanah dapat mengetahui maksud dan tujuan dari adanya Konsolidasi Tanah.
Kegiatannya adalah sebagai berikut:
a. Penyuluhan diberikan kepada seluruh masyarakat dan aparat pelaksana pada lokasi
yang dipilih agar masyarakat mengerti tentang manfaat konsolidasi tanah dan bagi
aparat mengerti tugas dan tanggung jawab dalam konsolidasi tersebut. Penyuluhan
dilakukan oleh Tim Koordinasi dan petugas yang ditunjuk serta diupayakan secara
langsung. Penyuluhan secara tidak langsung dapat melalui Ketua RT/RW dan pemuka
masyarakat setempat.
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 105
b. Materi Penyuluhan yang terdiri dari:
1. Tentang Konsolidasi Tanah secara umum.
2. Arti pentingnya Konsolidasi Tanah bagi peserta Konsolidasi Tanah itu sendiri.
3. Rencana Umum Pelaksanaan Konsolidasi Tanah (RUPKT) terhadap calon lokasi
yang telah dipilih.
4. Adanya Sumbangan Tanah Untuk Pembangunan (STUP) untuk sarana dan
prasarana jalan atau fasilitas umum atau sosial lainnya. Besarnya STUP sudah
diinformasikan pada saat penyuluhan dan sudah diberi pengarahan bagaimana
cara perhitungannya. Sedangkan perkiraan besarnya STUP yang di informasikan
kepada masyarakat harus berdasarkan hasil laporan dari lokasi yang telah di pilih
(penjajagan lokasi).
5. Hal lain-lainnya yang berhubungan dengan pelaksanaan Konsolidasi Tanah.
3) Penjajagan Kesepakatan
Membuat Surat pernyataan secara tertulis oleh peserta Konsolidasi Tanah tentang
persetujuan diadakannya kegiatan konsolidasi tanah dan kesanggupan peserta untuk
memberikan sumbangan berupa sebagian tanahnya untuk pengadaan prasarana jalan
dan prasarana umum lainnya yang penting. Dalam Konsolidasi Tanah sudah ditentukan
sekurang-kurangnya 85% untuk proyek dan 100% untuk swadaya dan peserta
menyatakan persetujuannya.
4) Penetapan Lokasi Konsolidasi Tanah
Penetapan lokasi Konsolidasi Tanah adalah dengan Surat Keputusan Bupati/Walikota
setempat.
5) Pengajuan Daftar Usulan Rencana Kegiatan Konsolidasi Tanah (DURK)
a. Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota setempat menyampaikan DURK kepada Kantor
Wilayah BPN Propinsi paling lambat bulan juli pada tahun yang bersangkutan.
b. Kemudian Kanwil BPN Propinsi melakukan, menyampaikan, koreksi dan rekapitulasi
DURK Kantor Wilayah Propinsi dalam lembar organisasi atau lokasi dengan
dilengkapi daftar yang berisikan Unit Kerja, Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara
(KPKN), lokasi kegiatan, penerimaan, penggunaan dan saldo/jumlah yang disetorkan
kepada ke Kas Negara, Kepala
c. BPN, dan Departemen Keuangan.
d. Setelah DURK yang telah dibahas dan disetujui, Kepala BPN menyiapkan DRK dan
penyampaikannya kepada Menteri Keuangan.
e. Kepala BPN menyampaikan DRK dan petunjuk operasional yang telah dibubuhi Surat
pengesahan dari Menteri Keuangan kepada Kakanwil BPN Propinsi dan unit satuan
pelaksana dipusat.
106 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU
6) Identifikasi subyek dan obyek
Diadakaannya pendataan berupa identifikasi subyek dan obyek tanah agar diketahui
jumlah peserta, tempat tinggal, bukti kepemilikan tanah, luas dan letaknya masing-
masing bidang tanah, jumlah bidang, batas-batas bidang pemilikan tanah. Persyaratan
bagi peserta Konsolidasi Tanah Perkotaan adalah sebagai berikut:
a. Peserta tersebut mempunyai surat atau bukti kepemilikan tanah.
b. Peserta tersebut bersedia melepaskan hak atas tanahnya sebagai dasar pemberian
hak baru setelah dikonsolidasi.
c. Peserta tersebut bersedia menyumbangkan sebagian tanahnya untuk prasarana
umum misalnya untuk jalan dan untuk fasilitas umum lainnya.
d. Jika tanah yang dalam keadaan sengketa maka kedua belah pihak harus
menyatakan persetujuannya dan ikut bersedia dalam Konsolidasi Tanah.
e. Peserta harus memenuhi syarat khusus:
1. Daftar nama peserta
2. Surat permohonan
3. Identitas peserta
4. Pernyataan kesanggupan peserta
5. Bukti kepemilikan tanah
6. Sketsa lokasi atau bidang tanah
7) Pengukuran/pemetaan keliling
Dilakukan pengukuran keliling lokasi Konsolidasi Tanah karena hal ini bertujuan untuk
mengetahui luas tanah yang akan di Konsolidasikan dan sebagai dasar untuk
menerbitkan Surat Keputusan Bupati/Walikota tentang penetapan lokasi. Para pemilik
tanah tidak diperkenankan melakukan perubahan penguasaan dan penggunaan
tanahnya selama kegiatan Konsolidasi Tanah tersebut dilaksanakan baik dengan cara
mengalihkan hak atas tanahnya maupun mendirikan bangunan diatas lokasi Konsolidasi
Tanah Perkotaan. Agar perubahan tersebut tidak terjadi maka pada awal kegiatan perlu
dipasang suatu papan pengumuman tentang larangan perubahan penguasaan tanah.
8) Pemetaan rincikan
Adanya pengukuran rincikan bidang yang bertujuan untuk mengetahui secara luas
bidang tanah masing-masing peserta. Semua yang ada diatas bidang tanah harus
terlihat jelas agar memudahkan dalam pembuatan rencana desain tata ruang
Konsolidasi Tanah Perkotaan.
9) Pengukuran topografi dan pemetaan penggunaan tanah
Diadakannya pengukuran topografi atau kemiringan tanah untuk mengetahui
kemiringan dan lereng areal yang akan di Konsolidasikan serta memudahkan rencana
jaringan jalan dan saluran air. Membuat pemetaan penggunaan tanah agar diketahui
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 107
jenis apa penggunaan tanahnya yamg ada dilokasi sekaligus sebagai pertimbangan
dalam penyusunan desain tata ruang.
10) Membuat peta rencana jaringan jalan dan fasilitas pendukung lainnya seperti fasilitas
umum dan sosial (pra desain tata ruang).
11) Pembuatan Desain Tata Ruang (DTR)
Rencana desain penataan bidang-bidang tanah harus di musyawarahkan terlebih
dahulu dengan peserta. Setelah dapat diterima barulah desain tata ruang disahkan oleh
Bupati/Walikota dan digunakan sebagai dasar/pedoman penataan selanjutnya.
12) Musyawarah mengenai besarnya Sumbangan Tanah Untuk Pembangunan (STUP)
Besarnya STUP yang dikenakan kepada peserta ditetapkan secara musyawarah tetapi
STUP juga ditentukan oleh:
a. Status Tanah
Jika tanah hak/yasan maka besarnya STUP ditetapkan dengan kesepakatan bersama
peserta konsolidasi tanah dengan mengacu pada Rencana Tata Ruang Daerah..
b. Rata-rata luas pemilikan kapling tanah
Jika rata-rata kepemilikan tanah kecil-kecil maka STUP menjadi besar, banyak jalan
yang dibangun karena jarak antara dua jalan relatif dekat.
c. Prasarana dan fasilitas umum
Semakin banyak dibutuhkan prasarana dan fasilitas umum maka STUP semakin
besar.
13) Pelepasan hak atas tanah oleh peserta
Pada saat pelepasan HAT maka sertipikat tanah/bukti pemilikan tanah harus diserahkan
kepada Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota dan akhirnya nanti dikembalikan lagi
dengan luas dan letak tanah yang baru.
14) Penegasan tanah sebagai obyek konsolidasi
Tanah tersebut ditetapkan menjadi tanah negara obyek konsolidasi tanah perkotaan.
15) Setelah tanah dilepaskan menjadi tanah negara maka BPN melaksanakan penataan
kembali (realokasi/penerapan kapling baru) setelah itu akan
dikembalikan/diredistribusikan kembali kepada peserta KTP dengan luas, bentuk dan
letak yang baru sesuai dengan Desain Tata Ruang.
16) Pekerjaan Kontruksi
Yaitu pembentukan badan jalan, parit dan fasilitas umum lainnya agar tujuan
Konsolidasi Tanah Perkotaan benar-benar bisa terwujud.
17) Redistribusi/penerbitan SK pemberian hak
Setelah terbit Surat Keputusan KBPN tentang penegasan Tanah Negara obyek
Konsolidasi, maka Kakanwil Propinsi atas usul Kepala Kantor Pertanahan
Kabupaten/Kota menerbitkan Surat Keputusan pemberian HAT kepada peserta
108 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU
Konsolidasi Tanah Perkotaan tanpa melalui permohonan dari masing-masing peserta
KTP yang semula sudah memiliki suatu hak dibebaskan dari kewajiban membayar uang
pemasukan kepada negara dan hanya dikenai biaya administrasi yang sudah ditentukan
dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 220 Tahun 1981 dan biaya pendaftaran
tanah.
18) Sertifikasi
Sesuai dengan Surat keputusan pemberian HAT, maka Kepala Kantor Pertanahan
Kabupaten/Kota menerbitkan sertipikat tanah dan diberikan kepada peserta konsolidasi
yang berhak.
C. Kewajiban Peserta Konsolidasi Tanah Perkotaan
Peserta Konsolidasi Tanah Perkotaaan mempunyai beberapa kewajiban yang harus
dipenuhi oleh setiap peserta konsolidasi tanah diantaranya yaitu :
1. Bersedia menyumbangkan sebagian tanahnya sebagai partisipasinya untuk
penyediaan fasilitas jalan, fasilitas sosial dan fasilitas umum lainnya yang diperlukan
(STUP).
2. Bersedia membuat pernyataan tertulis untuk menjadi peserta konsolidasi tanah.
3. Bersedia melepaskan Hak Atas Tanahnya terlebih dahulu, sebagai dasar pemberian
hak baru melalui konsolidasi tanah.
4. Apabila tanah dalam sengketa harus diselesaikan dahulu dari kedua belah pihak
menyatakan persetujuan tertulis untuk bersedia ditata dengan cara Konsolidasi
Tanah Perkotaan.
5. Melengkapi surat-surat tanda bukti pemilikan tanah/penguasaan tanah.
6. Bersedia membayar Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) atas
tanah yang diperolehnya.
D. Organisasi Pelaksana
Organisasi pelaksana konsolidasi tanah adalah organisasi seperti yang dimaksud dalam
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 4 Tahun 1991 pasal 5, yang terdiri dari
:
1. Tim Pengendali Konsolidasi Tanah Provinsi
2. Tim koordinasi Pengendali Konsolidasi Tanah Kabupaten/Kota
3. Pelaksana atau Satuan Tugas (Satgas) Konsolidasi Tanah
Pembiayaan Konsolidasi Tanah mengandung konsekuensi bahwa masyarakat bersedia
menanggung pembiayaan secara mandiri (swadaya), sesuai PerKa BPN No.4 Tahun 1991
: “Pada asasnya pembiayaan Konsolidasi Tanah ditanggung para peserta Konsolidasi
Tanah, melalui sumbangan berupa tanah dan atau berupa uang maupun bentuk-bentuk
sumbangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam pasal 6.
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU 109
Diagram Tahapan Konsolidasi Tanah:
Penjajakan/pemilihan lokasi
Penjajakan Kesepakatan
Penetapan lokasi Konsolidasi Lahan
Pengajuan DURK
Identifikasi subyek dan obyek tanah
Pengukuran/ pemetaan keliling
SK Bupati/Walikota
DRK dan petunjuk operasional dari Ka
BPN
Peserta memenuhi syarat umum dan syarat
khusus.
Pemetaan Rincikan
Keseluruhan Luas tanah yang akan LC
kan
Luas tanah masing- masing peserta LC
Pemetaan topografi dan penggunaan tanah
Pemetaan kemiringan lahan dan penggunaan
tanah eksisting.
Pembuatan Desain Tata Ruang (DTR)
Rencana jaringan infrastruktur dan
fasilitas pendukung lainnya
Musyawarah STUP Luas pelepasan HAT
Realokasi/penerapan kapling baru
- SK Pemberian Hak dari Ka. BPN
- Sertifikasi
Lokasi memenuhi syarat
- Arti pentingnya LC - RUPKT - STUP & informasi lain
yg terkait
Surat Pernyataan Persetujuan dari peserta
LC
Penyuluhan kepada peserta LC
110 Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial – Program KOTAKU
Pembiayaan :
Pada dasarnya pembiayaan konsolidasi tanah oleh para perserta konsolidasi tanah
melalui: ( Pasal 7 ayat 1 ): Sumbangan berupa tanah, Sumbangan uang,
Sumbangan dalam bentuk-bentuk lainnya
Sumbangan berupa tanah ini, para peserta konsolidasi dilepaskan Hak Atas
Tanahnya atau garapannya kepada Negara dihadapan Kepala Kantor Pertanahan
setempat. (Pasal 7 ayat 2)
Tanah pengganti biaya pelaksanaan diperuntukan bagi pembiayaan pelaksanaan
konsolidasi yang penggunaannya diserahkan bagi peserta yang memiliki persil tanah
terlalu kecil. ( Pasal 7 ayat 3 )
Penyerahan sumbangan tanah untuk pembangunan dilakukan oleh Kepala Kantor
Pertanahan setempat dengan menerbitkan Surat Izin Menggunakan Tanah, yang
menjadi dasar pemberian hak Atas Tanah kepada yang bersangkutan (Pasal 7 ayat 4)
Sumbangan berupa uang diterima oleh bendaharawan khusus serta merupakan uang
penerimaan Negara, dapat dipergunakan langsung untuk pembiayaan pelaksanaan
konsolidasi tanah berdasarkan Daftar Rencana Kegiatan Konsolidasi Tanah. ( Pasal 7
ayat 5 )
Dana konsolidasi tanah disimpan dalam rekening bendaharawan khusus pada Bank
Pemerintah dan dibukukan dalam buku kas umum dan buku pembantu dana
konsolidasi tanah. ( Pasal 7 ayat 6 )
Pertanggung jawaban dana konsolidasi tanah disampaikan oleh Kepala Kantor
Pertanahan Kabupaten/Kota kepada Kepala Badan Pertanahan Nasional cq. Kepala
Biro Keuangan dan tembusannya disampaikan kepada Kepala Kantor Wilayah Badan
Pertanahan Nasioanl Provinsi secara bulanan berdasarkan Keppres No 29 Tahun
1984. ( Pasal 7 ayat 7 )
Penyelesaian Hak Atas Tanah :
Proses penetapan objek konsolidasi tanah, para peserta konsolidasi tanah harus
melepaskan Hak Atas Tanahnya. Hal ini dilakukan oleh Kepala Badan Pertanahan
Nasional atas usul Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota setempat melalui
Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Provinsi. ( Pasal 8 ayat 1 )
Hak Atas Tanah objek konsolidasi tanah diberikan kepada peserta konsolidasi tanah
sesuai dengan rencana penataan kapling yang disetujui para peserta konsolidai tanah.
( Pasal 8 ayat 2 )
Pemberian Hak Atas Tanah dilkasanakan secara kolektif sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. ( Pasal 8 ayat 3 )
Peserta konsolidasi tanah dibebaskan dari kewajiban membayar uang pemasukan
kepada Negara dan hanya diwajibkan membayar biaya administrasi dan biaya
pendaftaran tanah. ( Pasal 8 ayat 4 ).
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Jl. Pattimura 20, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan - 12110 | www.pu.go.id
www.kotatanpakumuh.id