pestisida artikel
DESCRIPTION
artikelTRANSCRIPT
http://biotis.co.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=82:apa-itu-
pastisida&catid=14:berita
PENDAHULUAN
Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus
yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud hama
di sini adalah sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu,
penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus,
kemudian nematoda (bentuknya seperti cacing dengan ukuran mikroskopis),
siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan.
BBagi kehidupan rumah tangga, yang dimaksud hama adalah meliputi
semua hewan yang mengganggu kesejahteraan hidupnya, seperti lalat,
nyamuk, kecoak, ngengat, kumbang, siput, kutu, tungau, ulat, rayap,
ganggang serta kehidupan lainnya yang terbukti mengganggu
kesejahteraannya.
Pestisida juga diartikan sebagai substansi kimia dan bahan lain yang
mengatur dan atau menstimulir pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian
tanaman.
Sesuai konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT), penggunaan pestisida
ditujukan bukan untuk memberantas atau membunuh hama, namun lebih
dititiberatkan untuk mengendalikan hama sedemikian rupa hingga berada
dibawah batas ambang ekonomi atau ambang kendali.
Di Indonesia untuk keperluan perlindungan tanaman, khususnya untuk
pertanian dan kehutanan pada tahun 2008 hingga kwartal I tercatat 1702
formulasi yang telah terdaftar dan diizinkan penggunaannya. Sedangkan
bahan aktif yang terdaftar telah mencapai 353 jenis.
Dalam pengendalian hama tanaman secara terpadu, pestisida adalah
sebagai alternatif terakhir. Dan belajar dari pengalaman, Pemerintah saat ini
tidak lagi memberi subsidi terhadap pestisida . Namun kenyataannya di
lapangan petani masih banyak menggunakannya. Menyikapi hal ini, yang
terpenting adalah baik pemerintah maupun swasta terus menerus memberi
penyuluhan tentang bagaimana penggunaan pestisida secara aman dan
benar. Aman terhadap diri dan lingkungannya, benar dalam arti 5 tepat
(tepat jenis pestisida, tepat cara aplikasi, tepat sasaran, tepat waktu, dan
tepat takaran).
PERATURAN PEMERINTAH NO. 7 TAHUN 1973
Untuk melindungi keselamatan manusia dan sumber-sumber kekayaan alam
khususnya kekayaan alam hayati, dan supaya pestisida dapat digunakan
efektif, maka peredaran, penyimpanan dan penggunaan pestisida diatur
dengan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1973. Dalam peraturan tersebut
antara lain ditentukan bahwa:
* tiap pestisida harus didaftarkan kepada Menteri Pertanian melalui Komisi
Pestisida untuk dimintakan izin penggunaannya
* hanya pestisida yang penggunaannya terdaftar dan atau diizinkan oleh
Menteri Pertanian boleh disimpan, diedarkan dan digunakan
* pestisida yang penggunaannya terdaftar dan atau diizinkan oleh Menteri
Pertanian hanya boleh disimpan, diedarkan dan digunakan menurut
ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam izin pestisida itu
* tiap pestisida harus diberi label dalam bahasa Indonesia yang berisi
keterangan-keterangan yang dimaksud dalam surat Keputusan Menteri
Pertanian No. 429/ Kpts/Mm/1/1973 dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan
yang ditetapkan dalam pendaftaran dan izin masing-masing pestisida.
Dalam peraturan pemerintah tersebut yang disebut sebagai pestisida adalah
semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang
dipergunakan untuk:
* memberantas atau mencegah hama atau penyakit yang merusak tanaman,
bagian tanaman atau hasil pertanian
* memberantas gulma
* mematikan daun dan mencegah pertumbuhan tanaman yang tidak
diinginkan
* mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian tanaman,
kecuali yang tergolong pupuk
* memberantas atau mencegah hama luar pada ternak dan hewan piaraan
* memberantas atau mencegah hama air
* memberantas atau mencegah binatang dan jasad renik dalam rumah
tangga
* memberantas atau mencegah binatang yang dapat menyebabkan penyakit
pada manusia atau binatang yang dilindungi, dengan penggunaan pada
tanaman, tanah dan air.
Sesuai dengan definisi tersebut di atas maka suatu bahan akan termasuk
dalam pengertian pestisida apabila bahan tersebut dibuat, diedarkan atau
disimpan untuk maksud penggunaan seperti tersebut di atas.
Sedangkan menurut The United States Federal Environmental Pesticide
Control Act, pestisida adalah semua zat atau campuran zat yang khusus
untuk memberantas atau mencegah gangguan serangga, binatang pengerat,
nematoda, cendawan, gulma, virus, bakteri, jasad renik yang dianggap hama
kecuali virus, bakteria atau jasad renik yang terdapat pada manusia dan
binatang lainnya. Atau semua zat atau campuran zat yang digunakan
sebagai pengatur pertumbuhan tanaman atau pengering tanaman.
PERANAN PESTISIDA
Pestisida tidak hanya berperan dalam mengendalikan jasad-jasad
pengganggu dalam bidang pertanian saja, namun juga diperlukan dalam
bidang kehutanan terutama untuk pengawetan kayu dan hasil hutan yang
lainnya, dalam bidang kesehatan dan rumah tangga untuk mengendalikan
vektor (penular) penyakit manusia dan binatang pengganggu kenyamanan
lingkungan, dalam bidang perumahan terutama untuk pengendalian rayap
atau gangguan serangga yang lain.
Pada umumnya pestisida yang digunakan untuk pengendalian jasad
pengganggu tersebut adalah racun yang berbahaya, tentu saja dapat
mengancam kesehatan manusia. Untuk itu penggunaan pestisida yang tidak
bijaksana jelas akan menimbulkan efek samping bagi kesehatan manusia,
sumber daya hayati dan lingkungan pada umumnya.
Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh
hama-hama tanaman. Dalam konsep Pengendalian Terpadu Hama, pestisida
berperan sebagai salah satu komponen pengendalian. Prinsip
penggunaannya adalah:
* harus kompatibel dengan komponen pengendalian lain, seperti komponen
hayati
* efisien untuk mengendalikan hama tertentu
* meninggalkan residu dalam waktu yang tidak diperlukan
* tidak boleh persistent, (zat mudah terurai)
* dalam perdagangan (transport, penyimpanan, pengepakan, labeling) harus
memenuhi persyaratan keamanan yang maksimum
* harus tersedia antidote untuk pestisida tersebut
* sejauh mungkin harus aman bagi lingkungan fisik dan biota
* relatif aman bagi pemakai (LD50 dermal dan oral relatif tinggi)
Idealnya teknologi pertanian maju tidak memakai pestisida. Tetapi sampai
saat ini belum ada teknologi yang demikian. Pestisida masih diperlukan,
bahkan penggunaannya semakin meningkat. Pengalaman di Indonesia
dalam menggunakan pestisida untuk program intensifikasi, ternyata
pestisida dapat membantu mengatasi masalah hama padi. Pestisida dengan
cepat menurunkan populasi hama, hingga meluasnya serangan dapat
dicegah, dan kehilangan hasil karena hama dapat ditekan.
Pengalaman di Amerika Latin menunjukkan bahwa dengan menggunakan
pestisida dapat meningkatkan hasil 40 persen pada tanaman coklat. Di
Pakistan dengan menggunakan pestisida dapat menaikkan hasil 33 persen
pada tanaman tebu, dan berdasarkan catatan dari FAO penggunaan
pestisida dapat menyelamatkan hasil 50 persen pada tanaman kapas.
Dengan melihat besarnya kehilangan hasil yang dapat diselamatkan berkat
penggunaan pestisida, maka dapat dikatakan bahwa peranan pestisida
sangat besar dan merupakan sarana penting yang sangat diperlukan dalam
bidang pertanian. Usaha intensifikasi pertanian yang dilakukan dengan
menerapkan berbagai teknologi maju seperti penggunaan pupuk, varietas
unggul, perbaikan pengairan dan pola tanam akan menyebabkan perubahan
ekosistem yang sering diikuti oleh meningkatnya problema serangan jasad
pengganggu.
MACAM DAN CONTOH NAMA PESTISIDA
Pestisida dapat digolongkan menjadi bermacam-macam dengan berdasarkan
fungsi dan asal katanya. Penggolongan tersebut disajikan sbb.:
* Akarisida, berasal dari kata akari yang dalam bahasa Yunani berarti tungau
atau kutu. Akarisida sering juga disebut sebagai mitesida. Fungsinya untuk
membunuh tungau atau kutu.
* Algisida, berasal dari kata alga yang dalam bahasa latinnya berarti
ganggang laut. Berfungsi untuk melawan alge.
* Avisida, berasal dari kata avis yang dalam bahasa latinnya berarti burung.
Berfungsi sebagai pembunuh atau zat penolak burung serta pengontrol
populasi burung.
* Bakterisida, berasal dari kata latin bacterium atau kata Yunani bacron.
Berfungsi untuk melawan bakteri.
* Fungisida, berasal dari kata latin fungus atau kata Yunani spongos yang
berarti jamur. Berfungsi untuk membunuh jamur atau cendawan.
* Herbisida, berasal dari kata latin herba yang berarti tanaman setahun.
Berfungsi membunuh gulma (tumbuhan pengganggu).
* Insektisida, berasal dari kata latin insectum yang berarti potongan, keratan
atau segmen tubuh. Berfungsi untuk membunuh serangga.
* Larvisida, berasal dari kata Yunani lar. Berfungsi untuk membunuh ulat
atau larva.
* Molluksisida, berasal dari kata Yunani molluscus yang berarti berselubung
tipis lembek. Berfungsi untuk membunuh siput.
* Nematisida, berasal dari kata latin nematoda atau bahasa Yunani nema
yang berarti benang. Berfungsi untuk membunuh nematoda (semacam
cacing yang hidup di akar).
* Ovisida, berasal dari kata latin ovum yang berarti telur. Berfungsi untuk
membunuh telur.
* Pedukulisida, berasal dari kata latin pedis berarti kutu, tuma. Berfungsi
untuk membunuh kutu atau tuma.
* Piscisida, berasal dari kata Yunani piscis yang berarti ikan. Berfungsi untuk
membunuh ikan.
* Rodentisida, berasal dari kata Yunani rodera yang berarti pengerat.
Berfungsi untuk membunuh binatang pengerat, seperti tikus.
* Predisida, berasal dari kata Yunani praeda yang berarti pemangsa.
Berfungsi untuk membunuh pemangsa (predator).
* Silvisida, berasal dari kata latin silva yang berarti hutan. Berfungsi untuk
membunuh pohon.
* Termisida, berasal dari kata Yunani termes yang berarti serangga pelubang
daun. Berfungsi untuk membunuh rayap.
Berikut ini beberapa bahan kimia yang termasuk pestisida, namun namanya
tidak menggunakan akhiran sida:
* Atraktan, zat kimia yang baunya dapat menyebabkan serangga menjadi
tertarik. Sehingga dapat digunakan sebagai penarik serangga dan
menangkapnya dengan perangkap.
* Kemosterilan, zat yang berfungsi untuk mensterilkan serangga atau hewan
bertulang belakang.
* Defoliant, zat yang dipergunakan untuk menggugurkan daun supaya
memudahkan panen, digunakan pada tanaman kapas dan kedelai.
* Desiccant. zat yang digunakan untuk mengeringkan daun atau bagian
tanaman lainnya.
* Disinfektan, zat yang digunakan untuk membasmi atau menginaktifkan
mikroorganisme.
* Zat pengatur tumbuh. Zat yang dapat memperlambat, mempercepat dan
menghentikan pertumbuhan tanaman.
* Repellent, zat yang berfungsi sebagai penolak atau penghalau serangga
atau hama yang lainnya. Contohnya kamper untuk penolak kutu, minyak
sereb untuk penolak nyamuk.
* Sterilan tanah, zat yang berfungsi untuk mensterilkan tanah dari jasad
renik atau biji gulma.
* Pengawet kayu, biasanya digunakan pentaclilorophenol (PCP).
* Stiker, zat yang berguna sebagai perekat pestisida supaya tahan terhadap
angin dan hujan.
* Surfaktan dan agen penyebar, zat untuk meratakan pestisida pada
permukaan daun.
* Inhibitor, zat untuk menekan pertumbuhan batang dan tunas.
* Stimulan tanaman, zat yang berfungsi untuk menguatkan pertumbuhan
dan memastikan terjadinya buah.
FORMULASI PESTISIDA
Pestisida sebelum digunakan harus diformulasi terlebih dahulu. Pestisida
dalam bentuk murni biasanya diproduksi oleh pabrik bahan dasar, kemudian
dapat diformulasi sendiri atau dikirim ke formulator lain. Oleh formulator
baru diberi nama. Berikut ini beberapa formulasi pestisida yang sering
dijumpai:
1. Cairan emulsi (emulsifiable concentrates/emulsible concentrates)
Pestisida yang berformulasi cairan emulsi meliputi pestisida yang di
belakang nama dagang diikuti oleb singkatan ES (emulsifiable solution), WSC
(water soluble concentrate). B (emulsifiable) dan S (solution). Biasanya di
muka singkatan tersebut tercantum angka yang menunjukkan besarnya
persentase bahan aktif. Bila angka tersebut lebih dari 90 persen berarti
pestisida tersebut tergolong murni. Komposisi pestisida cair biasanya terdiri
dari tiga komponen, yaitu bahan aktif, pelarut serta bahan perata. Pestisida
golongan ini disebut bentuk cairan emulsi karena berupa cairan pekat yang
dapat dicampur dengan air dan akan membentuk emulsi.
2. Butiran (granulars)
Formulasi butiran biasanya hanya digunakan pada bidang pertanian sebagai
insektisida sistemik. Dapat digunakan bersamaan waktu tanam untuk
melindungi tanaman pada umur awal. Komposisi pestisida butiran biasanya
terdiri atas bahan aktif, bahan pembawa yang terdiri atas talek dan kuarsa
serta bahan perekat. Komposisi bahan aktif biasanya berkisar 2-25 persen,
dengan ukuran butiran 20-80 mesh. Aplikasi pestisida butiran lebih mudah
bila dibanding dengan formulasi lain. Pestisida formulasi butiran di belakang
nama dagang biasanya tercantum singkatan G atau WDG (water dispersible
granule).
3. Debu (dust)
Komposisi pestisida formulasi debu ini biasanya terdiri atas bahan aktif dan
zat pembawa seperti talek. Dalam bidang pertanian pestisida formulasi debu
ini kurang banyak digunakan, karena kurang efisien. Hanya berkisar 10-40
persen saja apabila pestisida formulasi debu ini diaplikasikan dapat
mengenai sasaran (tanaman).
4. Tepung (powder)
Komposisi pestisida formulasi tepung pada umumnya terdiri atas bahan aktif
dan bahan pembawa seperti tanah hat atau talek (biasanya 50-75 persen).
Untuk mengenal pestisida formulasi tepung, biasanya di belakang nama
dagang tercantum singkatan WP (wettable powder) atau WSP (water soluble
powder).
5. Oli (oil)
Pestisida formulasi oli biasanya dapat dikenal dengan singkatan SCO
(solluble concentrate in oil). Biasanya dicampur dengan larutan minyak
seperti xilen, karosen atau aminoester. Dapat digunakan seperti
penyemprotan ULV (ultra low volume) dengan menggunakan atomizer.
Formulasi ini sering digunakan pada tanaman kapas.
6. Fumigansia (fumigant)
Pestisida ini berupa zat kimia yang dapat menghasilkan uap, gas, bau, asap
yang berfungsi untuk membunuh hama. Biasanya digunakan di gudang
penyimpanan.
KIMIA PESTISIDA
Pestisida tersusun dan unsur kimia yang jumlahnya tidak kurang dari 105
unsur. Namun yang sering digunakan sebagai unsur pestisida adalah 21
unsur. Unsur atau atom yang lebih sering dipakai adalah carbon, hydrogen,
oxigen, nitrogen, phosphor, chlorine dan sulfur. Sedangkan yang berasal dari
logam atau semi logam adalah ferum, cuprum, mercury, zinc dan arsenic.
1. Sifat pestisida
Setiap pestisida mempunyai sifat yang berbeda. Sifat pestisida yang sering
ditemukan adalah daya, toksisitas, rumus empiris, rumus bangun, formulasi,
berat molekul dan titik didih.
2. Tata Nama Pestisida
Pengetahuan pestisida juga meliputi struktur dan cara pemberian nama atau
dikenal dengan tata nama.
3. Cara Kerja Pestisida
* Pestisida kontak, berarti mempunyai daya bunuh setelah tubuh jasad
terkena sasaran.
* Pestisida fumigan, berarti mempunyai daya bunuh setelah jasad sasaran
terkena uap atau gas
* Pestisida sistemik, berarti dapat ditranslokasikan ke berbagai bagian
tanaman melalui jaringan. Hama akan mati kalau mengisap cairan tanaman.
* Pestisida lambung, berarti mempunyai daya bunuh setelah jasad sasaran
memakan pestisida.
CARA PENGGUNAAN PESTISIDA
Cara penggunaan pestisida yang tepat merupakan salah satu faktor yang
penting dalam menentukan keberhasilan pengendalian hama. Walaupun
jenis obatnya manjur, namun karena penggunaannya tidak benar, maka
menyebabkan sia-sianya penyemprotan. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam penggunaan pestisida, di antaranya adalah keadaan angin, suhu
udara, kelembapan dan curah hujan. Angin yang tenang dan stabil akan
mengurangi pelayangan partikel pestisida di udara. Apabila suhu di bagian
bawah lebih panas, pestisida akan naik bergerak ke atas. Demikian pula
kelembapan yang tinggi akan mempermudah terjadinya hidrolisis partikel
pestisida yang menyebabkan kurangnya daya racun. Sedang curah hujan
dapat menyebabkan pencucian pestisida, selanjutnya daya kerja pestisida
berkurang.
Hal-hal teknis yang perlu diperhatikan dalam penggunaan pestisida adalah
ketepatan penentuan dosis. Dosis yang terlalu tinggi akan menyebabkan
pemborosan pestisida, di samping merusak lingkungan. Dosis yang terlalu
rendah menyebabkan hama sasaran tidak mati. Di samping berakibat
mempercepat timbulnya resistensi.
1. Dosis pestisida
Dosis adalah jumlah pestisida dalam liter atau kilogram yang digunakan
untuk mengendalikan hama tiap satuan luas tertentu atau tiap tanaman
yang dilakukan dalam satu kali aplikasi atau lebih. Ada pula yang
mengartikan dosis adalah jumlah pestisida yang telah dicampur atau
diencerkan dengan air yang digunakan untuk menyemprot hama dengan
satuan luas tertentu. Dosis bahan aktif adalah jumlah bahan aktif pestisida
yang dibutuhkan untuk keperluan satuan luas atau satuan volume larutan.
Besarnya suatu dosis pestisida biasanya tercantum dalam label pestisida.
2. Konsentrasi pestisida
Ada tiga macam konsentrasi yang perlu diperhatikan dalam hal penggunaan
pestisida
* Konsentrasi bahan aktif, yaitu persentase bahan aktif suatu pestisida
dalam larutan yang sudah dicampur dengan air.
* Konsentrasi formulasi, yaitu banyaknya pestisida dalam cc atau gram
setiap liter air.
* Konsentrasi larutan atau konsentrasi pestisida, yaitu persentase
kandungan pestisida dalam suatu larutan jadi.
3. Alat semprot
Alat untuk aplikasi pestisida terdiri atas bermacam-macam seperti knapsack
sprayer (high volume) biasanya dengan volume larutan konsentrasi sekitar
500 liter. Mist blower (low volume) biasanya dengan volume larutan
konsentrasi sekitar 100 liter. Dan Atomizer (ultra low volume) biasanya
kurang dari 5 liter.
4. Ukuran droplet
Ada bermacam-macam ukuran droplet:
Veri coarse spray
lebih 300 µm
Coarse spray
400-500 µm
Medium spray
250-400 µm
Fine spray
100-250 µm
Mist
50-100 µm
Aerosol
0,1-50 µm
Fog
5-15 µm
5. Ukuran partikel
Ada bermacam-macam ukuran partikel:
Macrogranules
lebih 300 µm
Microgranules
100-300 µm
Coarse dusts
44-100 µm
Fine dusts
kurang 44 µm
Smoke
0,001-0,1 µm
6. Ukuran molekul hanya ada satu macam, yatu kurang 0,001 µm
PETUNJUK PENGGUNAAN PESTISIDA
1. Memilih pestisida
Di pasaran banyak dijual formulasi pestisida yang satu sama lain dapat
berbeda nama dagangnya, walaupun mempunyai bahan aktif yang sama.
Untuk memilih pestisida, pertama yang harus diingat adalah jenis jasad
pengganggu yang akan dikendahikan. Hal tersebut penting karena masing-
masing formulasi pestisida hanya manjur untuk jenis jasad pengganggu
tertentu. Maka formulasi pestisida yang dipilih harus sesuai dengan jasad
pengganggu yang akan dikendalikan. Untuk mempermudah dalam memilih
pestisida dapat dibaca pada masing-masing label yang tercantum dalam
setiap pestisida. Dalam label tersebut tercantumjenis-jenis jasad
pengganggu yang dapat dikendahikan. Juga tercantum cara penggunaan dan
bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan.
Untuk menjaga kemanjuran pestisida, maka sebaiknya belilah pestisida yang
telah terdaftar dan diizinkan oleb Departemen Pertanian yang dilengkapi
dengan wadah atau pembungkus asli dan label resmi. Pestisida yang tidak
diwadah dan tidak berlabel tidak dijamin kemanjurannya.
2. Menyimpan pestisida
Pestisida senantiasa harus disimpan dalam keadaan baik, dengan wadah
atau pembungkus asli, tertutup rapat, tidak bocor atau rusak. Sertakan pula
label asli beserta keterangan yang jelas dan lengkap. Dapat disimpan dalam
tempat yang khusus yang dapat dikunci, sehingga anak-anak tidak mungkin
menjangkaunya, demikian pula hewan piaraan atau temak. Jauhkan dari
tempat minuman, makanan dan sumber api. Buatlah ruang yang terkunci
tersebut dengan ventilasi yang baik. Tidak terkena langsung sinar matahari
dan ruangan tidak bocor karena air hujan. Hal tersebut kesemuanya dapat
menyebabkan penurunan kemanjuran pestisida.
Untuk berjaga-jaga apabila sewaktu-waktu pestisida tumpah, maka harus
disediakan air dan sabun ditergent, beserta pasir, kapur, serbuk gergaji atau
tanah sebagai penyerap pestisida. Sediakan pula wadah yang kosong,
sewaktu-waktu untuk mengganti wadah pestisida yang bocor.
3. Menggunakan pestisida
Untuk menggunakan pestisida harus diingat beberapa hal yang harus
diperhatikan:
* Pestisida digunakan apabila diperlukan
* Sebaiknya makan dan minum secukupnya sebelum bekerja dengan
pestisida
* Harus mengikuti petunjuk yang tercantum dalam label
* Anak-anak tidak diperkenankan menggunakan pestisida, demikian pula
wanita hamil dan orang yang tidak baik kesehatannya
* Apabila terjadi luka, tutuplah luka tersebut, karena pestisida dapat terserap
melalui luka
* Gunakan perlengkapan khusus, pakaian lengan panjang dan kaki, sarung
tangan, sepatu kebun, kacamata, penutup hidung dan rambut dan atribut
lain yang diperlukan
* Hati-hati bekerja dengan pestisida, lebih-lebih pestisida yang
konsentrasinya pekat. Tidak boleh sambil makan dan minum
* Jangan mencium pestisida, karena pestisida sangat berbahaya apabila
tercium
* Sebaiknya pada waktu pengenceran atau pencampuran pestisida dilakukan
di tempat terbuka. Gunakan selalu alat-alat yang bersih dan alat khusus
* Dalam mencampur pestisida sesuaikan dengan takaran yang dianjurkan.
Jangan berlebih atau kurang
* Tidak diperkenankan mencampur pestisida lebih dari satu macam, kecuali
dianjurkan
* Jangan menyemprot atau menabur pestisida pada waktu akan turun hujan,
cuaca panas, angin kencang dan arah semprotan atau sebaran berlawanan
arah angin. Bila tidak enak badan berhentilah bekerja dan istirahat
secukupnya
* Wadah bekas pestisida harus dirusak atau dibenamkan, dibakar supaya
tidak digunakan oleh orang lain untuk tempat makanan maupun minuman
* Pasanglah tanda peringatan di tempat yang baru diperlakukan dengan
pestisida
* Setelah bekerja dengan pestisida, semua peralatan harus dibersihkan,
demikian pula pakaian-pakaian, dan mandilah dengan sabun sebersih
mungkin.
PETUNJUK KEAMANAN, PERTOLONGAN PERTAMA PADA KERACUNAN
* Petunjuk Keamanan
o Jangan makan/minum atau merokok pada waktu bekerja.
o Pakailah sarung tangan, pelindung tubuh, topeng muka, gunakan pakaian
berlengan panjang /celana panjang serta jauhkan dari nyala api pada waktu
membuka wadah dan memindahkan pada waktu bekerja
o Sebelum makan, minum atau merokok dan setelah bekerja, cucilah tangan
atau kulit yang terkena insektisida ini dengan air sabun, yang banyak,
jangan menggunakan insektisida ini 10 hari sebelum tanaman dipanen untuk
tanaman pangan.
o Setelah digunakan cucilah dengan air semua peralatan semprot dan
pakaian pelindung jangan mencemari kolam, perairan dan sumber air
lainnya dengan insektisida ini atau wadah bekasnya.
o Simpan insektisida ini secara tertutup rapat di tempat sejuk dan kering,
jauh dari bahan makanan, api, sumber air dan jangkauan anak-anak.
o Rusakkanlah wadah bekasnya, kemudian tanamlah sekurang-kurangnya
0,5 meter di dalam tanah dan jauh dari sumber air.
* Gejala Dini Keracunan
o Kulit atau mata terasa gatal atau terbakar, pusing, sakit kepala, banyak
menimbulkan keringat, mual, mencret,badan gemetar, pingsan.
o Apabila satu atau lebih gejala tersebut timbul, segera berhenti bekerja,
lakukan tindakan pertolongan pertama dan pergilah ke Puskesmas/dokter
terdekat.
* Petunjuk Pertolongan Pertama pada Keracunan
o Tanggalkan pakaian yang terkena insektisida ini.
o Apabila kulit terkena, segera cuci dengan sabun dan air yang banyak.
o Apabila mata terkena, cucilah segera dengan air bersih selama sedikitnya
15 menit.
o Apabila tertelan dan penderita masih sadar, segera usahakan
permuntahan dengan memberikan segelas air hangat yang diberi 1 sendok
garam dapur atau dengan cara menggelitik tenggorokan penderita dengan
jari tangan yang bersih sampai cairan muntahan menjadi jernih.
o Jangan memberi sesuatu melalui mulut kepada penderita yang
pingsan/tidak sadar.
o Apabila terhisap segera dibawa ke ruangan yang berudara sejuk/segar,
apabila perlu berikan pernafasan buatan melalui mulut atau dengan
pemberian oksigen.
* Perawatan oleh Dokter
Perawatan dilakukan secara simptomatik sesuai dengan gejala yang timbul