perumusan strategi pemasaran untuk kabupaten …
TRANSCRIPT
PERUMUSAN STRATEGI PEMASARAN UNTUK
KABUPATEN WONOSOBO SEBAGAI DESTINASI
BERBASIS EKOWISATA
TESIS
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN
Diajukan Oleh
Muh Isra Iradat
172222104
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
PERUMUSAN STRATEGI PEMASARAN UNTUK
KABUPATEN WONOSOBO SEBAGAI DESTINASI
BERBASIS EKOWISATA
TESIS
UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN MENCAPAI DERAJAT
SARJANA S-2
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN
Diajukan Oleh
Muh Isra Iradat
172222104
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBINO
TESIS
PERUMUSAN STRA TEOl PEMASARAN UNTUK KABUPATEN WONOSOBO
SEBAOAI DESTINASI BERBASIS EKOWISA TA
Diajukan oleh:
Muh. Isra Iradat
i 72222 104
Telah disetujui oleh dosen pembimbing
Yogyakarta, Februari 2019
\
Ike Janita ewi, S.E., M.B.A., Ph.D
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PENGESAIIAN
PERUMUSAN STRATEGI PEMASARAN UNTUK KABUPATEN WONOSOBO
SEBAGAI DESTINASI BERBASIS EKOWISATA
Oleh:
Muh.Isra Iradat
17 2222 104
Tesis ini telah dipertahankan pada tanggal.12 Februari 2019 di depan Dewan Pengujiyang terdiri dari:
;:-{i .g
-l
versitas Sanata DharmaProsram Studi
h,a YEko Prabowo, M.B.A.. Ph.D.
ilt
Dr. Titus
GsE =d"q
{.^Hl"'&;nlxS'
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan YME atas karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini dengan segala
keterbatasan pengetahuan dan kemampuan. Tesis ini disusun dan diajukan guna
melengkapi salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai derajat sarjana
S-2 pada Program Studi Magister Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas
Sanata Dharma.
Dalam penyusunan tesis ini, penulis tidak terlepas dari berbagai pihak
yang telah membantu dan membimbing, baik langsung maupun tidak langsung
hingga terselesaikannya tesis ini. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada:
1. Bapak T. Handono Eko Prabowo, M.B.A, Ph.D, selaku Kepala Prodi MM
USD yang sudah banyak memberi ilmu dan motivasi mulai sejak jumpa
pertama kali saat wawancara di MM USD, dalam proses belajar dan sampai
pada selesainya penyusunan tesis ini.
2. Ibu Ike Janita Dewi, M.B.A, Ph.D., selaku dosen pembimbing tesis yang telah
banyak meluangkan waktunya untuk memberikan ilmu pengetahuan,
bimbingan, arahan dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan tesis
ini. Selain materil, penulis juga mendapatkan banyak pengalaman melalui
keterlibatan kerja praktis di lapangan serta memberi kesempatan sebagai
asisten peneliti city branding pariwisata di Kabupaten Wonosobo. Hal ini
sangat membantu penulis untuk berinteraksi dengan pemangku kepentingan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
pariwisata Wonosobo serta melakukan penelitian lanjutan untuk kepentingan
penelitian tesis ini.
3. Bapak Dr. Herry Maridjo, M.Si., yang telah memberi masukan dan saran saat
seminar proposal dan ujian kolokium hasil tesis.
4. Dr. Titus Odong Kusumajati, MA., yang telah member masukan dan saran
saat ujian tesis.
5. Bapak/Ibu Dosen MM USD, Drs. A. Triwanggono, MS., Dr. Fransisca Ninik
Yudanti, M.Acc., QIA., Dr. Lukas Purwoto, M.Si., Dr. J. Haryatmoko, SJ.,
dan semua Dosen MM USD yang telah memberikan banyak ilmu dengan
pendekatan humanis selama proses belajar mengajar di MM USD. Serta
segenap staff MM USD yang sudah banyak membantu dan kerjasama dalam
berbagai keperluan dan kegiatan yang penulis lakukan.
6. Seluruh keluarga besar yang memberikan doa, dukungan dan semangat dalam
segala hal. Khusunya kepada orang tua penulis yang senantiasa memberikan
dukungan secara materi maupun inmateril dalam dunia pendidikan yang
dijalani selama ini.
7. Pemerintah Kabupaten Wonosobo dalam hal ini, Badan Perencanaan
Pembengunan Daerah (BAPPEDA) Kab. Wonosobo, Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kab. Wonosobo, serta UPTD yang lain yang telah memberikan
informasi selama proses penelitian tesis ini.
8. Untuk informan Bapak Lucas Agus Tjugianto, Bapak Salim Bawazier, Gus
Blero dan kususnya Bapak Agus Purnomo yang telah memfasislitasi penulis
selama penelitian di Wonosobo dan meluangkan waktu untuk wawancara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
Serta informan lain dari pihak travel agent, wisatawan dan masyarakat
Wonosobo pada umumnya yang telah menerima dan membantu peneliti.
9. Rekan-rekan mahasiswa MM USD khusunya angkatan VIII yang telah
menemani dalam berjuang dengan berbagai dinamika dan proses
kebersamaan sebagai suatu keluarga yang akan selalu melekat di hati dan
ingatan penulis.
10. Komunitas Rumah Buku Carabaca yang selalu menjadi sandaran pengetahuan
tanpa mengabaikan prinsip-prinsip keadilan yang semestinya menjadi tatanan
kehidupan saat ini.
11. Keluaraga besar Asrama Panrannuangku Kabupaten Takalar yang telah
menfasilitasi penulis selama berada di Yogyakarta beserta dukungan dan
motivasi selama menempuh pendidikan.
Tesis dan gelar yang akan diraih dari proses kuliah di MM USD ini,
penulis persembahakan kepada Istri dan Anak yang senantiasa menjadi
penyemangat dan motivasi diiringi dengan doa dan keikhlasan. Penulis
menyadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam materi maupun
penyajian tesis ini maka pengembangan dan penyempurnaan tesis ini akan sangat
berguna bagi kita semua. Akhir kata semoga tesis ini bermanfaat dan berguna bagi
yang berkepentingan.
Yogyakarta, Februari 2019
Muh Isra Iradat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ........................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH .................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN KARYA ILMIAH UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIK ............................................................................. v
KATA PENGANTAR ............................................................................................. vi
DAFTAR ISI............................................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................... xv
ABSTRAK ............................................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .............................................................................. 13
1.3. Pertanyaan Penelitian ......................................................................... 14
1.4. Tujuan Penelitian ............................................................................... 15
1.5. Sistematika Penulisan ........................................................................ 15
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 17
2.1. Konsep Pariwisata Berbasis Ekowisata .............................................. 17
2.1.1. Pariwisata ................................................................................. 17
2.1.2. Pariwisata yang Berkelanjutan (Sustainable) .......................... 19
2.1.3. Ekowisata (Ecotourism) ........................................................... 20
2.2. Definisi Pemasaran Pariwisata Berbasis Ekowisata ........................... 23
2.3. Strategi Pemasaran Pariwisata Berbasis Ekowisata ........................... 25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
2.3.1. Strategi Pemasaran Pariwisata Berbasis Ekowisata ................. 25
2.3.2. Pemasaran Pariwisata yang Bertanggung Jawab
(Responsible Tourism Marketing) ........................................... 30
2.3.3. Bauran Pemasaran (Marketing Mix) ........................................ 32
2.3.4. Konsep DOT dan BAS ............................................................ 37
2.4. Penelitian Sebelumnya ....................................................................... 38
BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................... 41
3.1. Paradigma Penelitian .......................................................................... 41
3.2. Metode dan Strategi Penelitian ........................................................... 42
3.3. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 43
3.4. Metode Analisis Data ......................................................................... 49
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 50
4.1. Potensi Pariwisata Berbasis Ekowisata yang Ada di Wonosobo ........ 50
4.1.1. Desa Tertinggi di Jawa, Sembungan Negeri di Atas Awan ..... 55
4.1.2. Nirwana Para Dewa, Dieng Menjunjung Kearifan Lokal ........ 59
4.2. Strategi Pemasaran yang Sudah Diterapkan ....................................... 62
4.2.1. Analisis Segmentasi, Target dan Posisi ................................... 62
4.2.2. Analisis Bauran Pemasaran...................................................... 76
4.3. Pertimbangan Wisatawan Saat Menentukan Destinasi Wisata........... 131
BAB V PERUMUSAN STRATEGI PEMASARAN PERIWISATA
BERBASIS EKOWISATA ..................................................................... 137
5.1. Strategi Segmentation, Targeting dan Positioning (STP) ................... 137
5.2. Strategi Bauran Pemasaran 8P ............................................................ 140
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ............................................... 148
6.1. Kesimpulan ......................................................................................... 148
6.2. Rekomendasi ...................................................................................... 149
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 151
LAMPIRAN............................................................................................................. 153
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Portfolio Produk Wisata Kementrian Pariwisata ................. 3
Gambar 1.2. 10 Destinasi Pariwisata Prioritas ......................................... 5
Gambar 1.3. Peta Administrasi Kab. Wonosobo ...................................... 6
Gambar 1.4. Puncak Sikunir dan Telaga Warna ...................................... 8
Gambar 1.5. Kawah Sikidang dan Puncak Gunung Prau ......................... 8
Gambar 1.6. Iklan Dieng Culture Fastival Tahun 2014 ........................... 9
Gambar 1.7. Kompleks Candi Arjuna dan Ritual Pencukuran Rambut
Gimbal ............................................................................... 10
Gambar 1.8. Pelepasan Lampion .............................................................. 10
Gambar 1.9. Kebun Teh Tambi ................................................................ 11
Gambar 1.10. Permandian Kalianget ......................................................... 11
Gambar 2.1. Prinsip-prinsip Ekowisata .................................................... 21
Gambar 2.2. Triple Bottom Line ............................................................... 25
Gambar 2.3. AIDA ................................................................................... 29
Gambar 2.4. Pembentukan Citra/Reputasi Pariwisata Indonesia ............. 32
Gambar 2.5. Destination Product............................................................. 36
Gambar 4.1. Keramaian Wisatawan yang Berkunjung ke Lubang Sewu 53
Gambar 4.2. Pemandangan Perbukitan Gundul yang Dijadikan Lahan
Pertanian oleh Warga di Desa Rawa Kleing, Kaliwiro,
Wonosobo. ........................................................................... 56
Gambar 4.3. Warung Makan di Kawasan Candi Arjuna .......................... 58
Gambar 4.4. Bangunan Jualan Makanan dan Cenderamata Milik
Masyarakat di Kawah Sikidang ........................................... 58
Gambar 4.5. Hamparan Es yang Berada di Candi Arjuna........................ 60
Gambar 4.6. Audit Capaian Kinerja Pelayanan Bidang Pariwisata 2012-
2015 ..................................................................................... 63
Gambar 4.7. Kepadatan Pengunjung Gunung Prau .................................. 66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
Gambar 4.8. Moda Transportasi Wisatawan Kab. Wonosobo ................. 67
Gambar 4.9. Lama Tinggal Wisatawan Kab. Wonosobo ......................... 69
Gambar 4.10. Akomodasi/Penginapan Wisatawan Kab. Wonosobo ......... 69
Gambar 4.11. Motivasi Kunjungan Wisatawan Kab. Wonosobo .............. 70
Gambar 4.12. Logo City Branding Pariwisata Kabupaten Wonosobo....... 74
Gambar 4.13. Mie Ongklok Salah Satu Kuliner Khas Wonosobo ............. 78
Gambar 4.14. Daya Tarik Wisata yang Dikunjungi Wisatawan Kab.
Wonosobo ............................................................................ 80
Gambar 4.15. Penilaian Wisatawan Tentang Kab. Wonosobo .................. 81
Gambar 4.16. Longsor di Badan Jalan Menuju Dieng Desa Kalilembu .... 82
Gambar 4.17. Jalan Menuju Dieng Kab. Wonosobo .................................. 83
Gambar 4.18. Kemacetan di Jalan Menuju Dieng Desa Candiasan ........... 84
Gambar 4.19. Jalan Menuju Agrowisata Teh Tambi ................................. 84
Gambar 4.20. Hotel di Wonosobo .............................................................. 88
Gambar 4.21. Homestay di Wonosobo ...................................................... 88
Gambar 4.22. Tenda Wisatawan di Wonosobo .......................................... 88
Gambar 4.23. Tenda Saat Perayaan DCF di Dieng .................................... 89
Gambar 4.24. Banner Joglosemar di Bandara Adi Sucipto Yogyakarta .... 91
Gambar 4.25. Baliho Priwisata di Alun-alun Wonosobo ........................... 93
Gambar 4.26. Calendar Of Events Priwisata di Wonosobo ....................... 93
Gambar 4.27. Handbook Wisatawan (1) .................................................... 94
Gambar 4.28. Brosur Paket Wisata (1)....................................................... 97
Gambar 4.29. Brosur Paket Wisata (2)....................................................... 97
Gambar 4.30. Brosur Paket Wisata (3)....................................................... 98
Gambar 4.31. Brosur Paket Wisata (4)....................................................... 98
Gambar 4.32. Brosur Paket Wisata (5)....................................................... 99
Gambar 4.33. Brosur Paket Wisata (6)....................................................... 99
Gambar 4.34. Brosur Paket Wisata (7)....................................................... 100
Gambar 4.35. Harga Tiket/Karcis Wisata di Wonosobo ............................ 101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
Gambar 4.36. Sumber Informasi Daya Tarik Wisata Kab. Wonosobo ...... 104
Gambar 4.37. Hasil Pencarian Wonosobo di Google ................................. 105
Gambar 4.38. Website Dinas Pariwisata Wonosobo (1) ............................ 106
Gambar 4.39. Website Dinas Pariwisata Wonosobo (2) ............................ 106
Gambar 4.40. Handbook Wisatawan (2) .................................................... 108
Gambar 4.41. Handbook Wisatawan (3) .................................................... 108
Gambar 4.42. Berita tentang Wisata di Wonosobo CNN .......................... 109
Gambar 4.43. Berita tentang Wisata di Wonosobo SCTV ......................... 109
Gambar 4.44. Ulasan Puncak Sikunir di Wonosobo .................................. 111
Gambar 4.45. Travel Blog .......................................................................... 111
Gambar 4.46. Krenova Batik Wonosobo ................................................... 113
Gambar 4.47. Agenda HUT Ke-192 Kabupaten Wonosobo 2017 ............. 113
Gambar 4.48. Festival Kabupaten Wonosobo (1) ...................................... 114
Gambar 4.49. Festival Kabupaten Wonosobo (2) ...................................... 114
Gambar 4.50. Festival Kabupaten Wonosobo (3) ...................................... 115
Gambar 4.51. Festival Rakanan Giyanti Kabupaten Wonosobo ................ 116
Gambar 4.52. Spending Wisatawan Kab. Wonosobo ................................ 121
Gambar 4.53. Pengaturan Perjalanan Wisatawan Kab. Wonosobo ........... 124
Gambar 4.54. Billboard Travel Agent Kab. Yogyakarta ............................ 125
Gambar 4.55. Trip Organizer di Wonosobo .............................................. 126
Gambar 4.56. Oleh-oleh Khas Wonosobo ................................................. 127
Gambar 4.57. Objek Wisata Batu Ratapan Angin ...................................... 127
Gambar 4.58. Klaster Unggulan Joglosemar.............................................. 129
Gambar 4.59. Waktu Berkunjung Favorit Wisatawan Kab. Wonosobo .... 132
Gambar 4.60. Hal yang Menggambarkan Kab. Wonosobo ....................... 133
Gambar 4.61. Iklan Pariwisata Wonderfull Indonesia (1) .......................... 134
Gambar 4.62. Iklan Pariwisata Wonderfull Indonesia (2) .......................... 135
Gambar 4.63. Tingkat Kepuasan Wisatawan yang Berkunjung di Kab.
Wonosobo ............................................................................ 135
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Capaian Kinerja Pelayanan Bidang Pariwisata Kab.
Wonosobo................................................................................. 5
Tabel 4.1. Destinasi Kabupaten Wonosobo .............................................. 51
Tabel 4.2. Jumlah Wisatawan di Kawasan Pegunungan Dieng ................ 64
Tabel 4.3. Ringkasan Analisis STP ........................................................... 75
Tabel 4.4. Jenis, Kelas, dan Jumlah Hotel/Penginapan di Kab.
Wonosobo................................................................................. 87
Tabel 4.5. Detail Harga Tiket Masuk Objek Wisata Dieng Terbaru
Mulai 2019 ............................................................................... 102
Tabel 4.6. Ringkasan Analisis Bauran Pemasaran .................................... 130
Tabel 5.1. Strategi Segmanting, Targeting dan Positioning (STP) ........... 137
Tabel 5.2. Strategi Bauran Pemasaran 8P ................................................. 140
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merumuskan strategi pemasaran pariwisata
yang berbasis ekowisata di Kabupaten Wonosobo. Destinasi yang berbasis
ekowisata belum banyak dikunjungi oleh wisatawan dan belum terdapatnya
strategi pemasaran pariwisata yang berbasis ekowisata. Pertanyaan penelitian
dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui potensi pariwisata Wonosobo yang
berbasis ekowisata, strategi pemasaran yang sudah dijalankan oleh pemangku
kepentingan periwisata di Wonosobo, pertimbangan wisatawan dalam memilih
destinasi tujuan wisata di Wonosobo dan strategi pemasaran pariwisata berbasis
ekowisata yang tepat dilaksanakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Wonosobo memiliki potensi pariwisata berbasis ekowisata yang sangat kuat
karena letaknya yang strategis dan sangat terkenal. Berdasarkan dari hasil analisis
STP dan bauran pemasaran 8P, strategi pemasaran pariwisata yang berbasis
ekowisata di Wonosobo sebagai industri pariwisata belum maksimal. Pariwisata
belum dikembangkan secara efektif dan terintegrasi antara pemerintah, swasta,
dan komunitas. Pertimbangan wisatawan untuk memilih sebuah destinasi yaitu
untuk melihat kaslian dan keasrian pada sebuah objek wisata yang akan dinikmati.
Strategi pemasaran pariwisata sebaiknya mengedepankan kualitas produk melalui
program ekowisata agar menjadi daya tarik yang kuat bagi wisatawan. Program
destinasi berbasis ekowisata disesuaikan dengan segmentasi, target dan posisi
yang telah dirumuskan sehingga menjadi penjualan yang unik (USP) bagi
kepariwisataan di Wonosobo.
Kata Kunci: Pariwisata, berkelanjutan, ekowisata, strategi pemasaran, USP.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
Abstract
The purpose of this research is to formulate marketing strategies for ecotourism-
based tourism in Wonosobo Regency. Ecotourism-based destinations were not
much visited by tourists and yet there is a ecotourism-based tourism marketing
strategy. Research questions in this research are: to know potential of ecotourism
based tourism, to identity marketing strategy implemented by tourism stakeholder
to identity the consideration of tourists in selecting tourism destination, and to
formulate a proper ecoturism-based tourism marketing strategy. The results show
that Wonosobo has a great potential of ecotourism because of its location and
fame. Based on the results of the STP analysis and the marketing mix, the
marketing strategies of ecotourism–based tourism in Wonosobo as the tourism
industry has not been maximised. Tourism has not been developed effectively and
integrally by government, private sector, and community. Considerations of
tourists for choosing a destination is to enjoy the authenticity and atmosphere of
tourist attraction. The marketing strategy of tourism sould emphasise on quality of
product to exert a strong attraction for tourists.The program of ecotourism-based
destination is suited with segmentation, target, and position that has been
formulated so that it becomes a unique sales for tourism in Wonosobo.
Keywords: Tourism, sustainability, ecotourism, marketing strategy, USP.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pariwisata salah satu industri yang berkembang sangat cepat dan menjadi
sumber pendapatan bagi banyak negara. Pariwisata juga membantu merevitalisasi
ekonomi lokal dengan menyediakan banyak kesempatan kerja. Meski demikian,
seperti halnya pembangunan, pariwisata juga dapat menimbulkan banyak
permasalahan, seperti ketimpangan sosial, kehilangan warisan budaya,
ketergantungan ekonomi dan kerusakan ekologi. Belajar dari kondisi ini maka
wisatawan mulai mencari liburan yang lebih bertanggung jawab. Termasuk di
dalamnya adalah wisata yang berkelanjutan, seperti wisata alam dan wisata
budaya (Fatimah, 2013). Wisata yang berkelanjutan adalah wisata yang
menghargai penduduk lokal ataupun pendatang, warisan budaya dan lingkungan
(Fien, 2010).
Ekowisata merupakan kegiatan wisata yang sementara ini dianggap
sebagai kegiatan pariwisata yang berkelanjutan. Wood (2002) mengemukakan
bahwa kegiatan ekowisata berbeda dengan kegiatan pariwisata lain. Ekowisata
adalah sebagian dari sustainable tourism. Sustainable tourism adalah sektor
ekonomi yang lebih luas dari ekowisata yang mencakup sektor-sektor pendukung
kegiatan wisata secara umum, meliputi wisata bahari (beach and sun tourism),
wisata pedesaan (rural and agro tourism), atau perjalanan bisinis (business
travel).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Kepariwisataan Wonosobo memiliki karakteristik alam dan budaya yang
sangat kuat sehingga diperlukan perhatian khusus terhadap ekowisata. Dibutuhkan
perumusan strategi pemasaran yang harus dijalankan untuk meningkatkan
kunjungan wisatawan di Wonosobo. Hal ini bertujuan untuk mencapai kegiatan
pariwisata yang berkelanjutan (sustainable).
Kegiatan pariwisata yang berkelanjutan (sustainable tourism development)
adalah pembangunan berkelanjutan yang dicapai melalui kepariwisataan.
Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan ekonomi yang berperspektif
jangka panjang, yang menyeimbangkan manfaat pembangunan ekonomi dengan
biaya lingkungan dan sosial. Seperti pembangunan berkelanjutan yang bertujuan
untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, pembangunan
kepariwisataan yang berkelanjutan juga bertujuan untuk mewujudkan
pertumbuhan kepariwisataan yang berkelanjutan (Dewi, 2011).
Dengan mengacu pada perumusan strategi pemasaran pariwisata yang
berbasis ekowisata, maka perlu kita melihat beberapa pernyataan yang
menggambarkan peluang pariwisata yang ada di Indonesia. Sebuah portofolio
produk wisata Kementrian Pariwisata menjelaskan bahwa secara umum
Pariwisata di Indonesia dibagi menjadi 3, antara lain dapat dijelaskan dalam
gambar berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Gambar 1.1 Portfolio produk wisata Kementrrian Pariwisata
Sumber: Kemenpar, 2015
Dari gambar di atas dapat kita lihat bahwa pariwisata yang berbasis
ekowisata memiliki tingkat persentase yang cukup besar dalam pembangunan
pariwisata yakni 45% dari 35% produk pariwisata yang berbasis dengan alam.
Akan tetapi yang perlu kita pahami disini bahwa di dalam perumusan strategi
pemasaran pariwisata yang bertanggung jawab (responsible tourism marketing)
dalam sebuah industri pariwisata merupakan penjabaran dari konsep
pengembangan kepariwisataan berkelanjutan (sustainable tourism development),
khususnya terkait dengan aspek-aspek dalam pemasaran pariwisata (Dewi, 2011).
Pemasaran yang bertanggung jawab secara umum juga dikenal dengan istilah
green marketing (Ottman, 1993) atau environmental marketing (Coddington,
1993). Hal ini menjelaskan bahwa strategi pemasaran ekowisata yang
berkelanjutan mencakup keseluruhan produk atau sektor pariwisata yang ada pada
gambar 1.1.
Pariwisata merupakan salah satu sektor unggulan di Indonesia.
Kementerian Pariwisata (Kemenpar) menargetkan 20 juta kunjungan perjalanan
wisatawan mancanegara dan 275 juta kunjungan perjalanan wisatawan nusantara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
pada tahun 2019. Dalam paparan Menteri Pariwisata Indonesia (Yahya, 2015),
sektor pariwisata adalah komoditi yang menyumbang devisa terbesar ketiga
setelah sektor perminyakan dan pertambangan. Menurut Damanik (2013) kegiatan
berwisata bukan lagi dimaknai semata-mata mengisi waktu luang (leisure) dan
mencari kesenangan (pleasure), tetapi juga untuk mencari pengalaman yang
beragam dan unik. Bahkan tren yang mulai terasa juga adalah adanya kegiatan
pariwisata ini menjadi ajang aktualisasi diri di dunia maya seperti media sosial
sebagai bagian dari gaya hidup yang baru bagi masyarakat modern saat ini.
Motivasi orang melakukan perjalanan wisata beragam, tren yang didapat
dari survei (www.tripadvisor, 2015) menunjukkan 69% orang berwisata karena
ingin mencoba hal yang baru. Destinasi alam seperti laut dan gunung menjadi
pilihan destinasi wisata, selain wisata budaya dan wisata kuliner. Seiring dengan
kemajuan ekonomi dan daya beli seseorang terjadi pergeseran kebutuhan dasar,
menjadi kebutuhan yang bersifat psikologis dan aktualisasi diri (Pitana, 2017).
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, Indonesia memiliki potensi yang
sangat besar dalam memenuhi kebutuhan psikologis masyarakat modern saat ini.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2011
tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025,
Bab 1 Pasal 1 No. 4, destinasi pariwisata didefinisikan sebagai kawasan geografis
yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya
terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta
masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan.
Destinasi pariwisata berskala nasional disebut Destinasi Pariwisata Nasional
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
(DPN). Pemerintah menetapkan 10 destinasi wisata prioritas yang dipetakan pada
Gambar 1.2.
Gambar 1.2 10 Destinasi Wisata Prioritas
Sumber: www.dephub.go.id
Dari 10 destinasi pariwisata prioritas tersebut di Indonesia, Wonosobo
adalah salah satu Kabupaten yang berada di sekitar Candi Borobudur. Jumlah
wisatawan Wonosobo mengalami kenaikan dari tahun 2012 hingga 2016 dilihat
dari total keseluruhan wisatawan yang berkunjung, meskipun wisatawan
mancanegara mengalami penurunaan setiap tahunnya.
Tabel 1.1 Capaian Kinerja Pelayanan Bidang Pariwisata Wonosobo
Indikator Kinerja
Pembangunan Daerah 2012 2013 2014 2015
2016
Wisatawan Nusantara 393.638 473.093 593.665 864.735 1.119.084
Wisatawan Mancanegara 19.089 10.335 7.294 5.056 1.491
Sumber: LPPD AMJ 2010-2015, LKPJ 2015 dan Renstra Tahun 2016-
2021
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Wonosobo merupakan salah satu destinasi wisata unggulan Provinsi Jawa
Tengah bahkan Nasional. Perkembangan pariwisata Wonosobo ditopang oleh
kondisi geografis dan budaya seperti: wisata alam, sejarah, budaya, heritage,
kuliner dan lainnya. Wonosobo saat ini didominasi oleh kegiatan wisata alam,
khususnya yang berada di kawasan Pegunungan Dieng.
Gambar 1.3 Peta Administrasi Kab. Wonosobo
Sumber: www.kodim0707.mil.id
Terletak tepat di tengah Provinsi Jawa Tengah, Wonosobo merupakan
kabupaten dengan pandangan pegunungan yang indah. Wonosobo diapit dua
gunung muda yang masih aktif, yakni Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing
dengan ketinggian lebih dari 3000 mdpl. Dengan letak yang strategis tersebut,
Wonosobo memiliki potensi ekonomi, wisata dan pertanian yang begitu besar
dengan tanahnya yang subur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Potensi wisata yang lengkap seperti wisata alam, religi, budaya, wisata
buatan hingga wisata dengan minat khusus membuat Wonosobo menjadi salah
satu Kabupaten dengan kunjungan wisatawan yang sangat populer hingga saat ini.
Sebuah data baru menggambarkan tentang besaran jumlah kunjungan wisatawan
di Wonosobo cukup baik meskipun mengalami penurunan dari tahun 2016. Di
tahun 2017 Laporan Kunjungan wisatawan yang datang ke Kabupaten Wonososbo
sebesar 1.099.432 wisatawan.
Wonosobo juga dianggap sebagai destinasi lanjutan bagi wisatawan usai
berkunjung dari Borobudur karena karena mudah dijangkau. Selain itu banyak
perusahaan travel yang mebuat paket perjalanan Borobudur dan Wonosobo.
Hingga saat ini, kawasan Pegunungan Dieng menjadi keunggulan destinasi wisata
Wonosobo meskipun beberapa di antaranya berada dalam wilayah Kabupaten
lain, yakni Banjarnegara.
Produk Pariwisata yang dimiliki oleh Wonosobo terdiri dari wisata alam,
budaya dan buatan.
1.1.1 Wisata Alam
Wisata alam merupakan segala macam jenis wisata yang menawarkan
alam sebagai daya tarik utamanya (Kartajaya and Nirwandar 2013). Terdapat
pemandangan pegunungan, danau, telaga, air terjun, permandian air panas dan
lembah sebagai daya tarik wisata alam di Wonosobo. Destinasi andalan
Wonosobo terpusat saat ini di kawasan Pegunungan Dieng, antara lain: puncak
sikunir, kawah sikidang, telaga warna, dan puncak gunung Prau.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Gambar 1.4 Puncak Sikunir dan Telaga Warna
Sumber: www.disparbud.wonosobokab.go.id
Gambar 1.5 Kawah Sikidang dan Puncak Gunung Prau
Sumber: www.disparbud.wonosobokab.go.id
1.1.2 Wisata Budaya
Wonosobo kaya akan wisata budaya. Wisata budaya termasuk di dalamnya
adalah souvenir, pertunjukan tarian, kerajinan tangan, makanan, musik, dan
lainnya (Kartajaya and Nirwandar 2013). Selain Kekayaan alam yang dimiliki,
Wonosobo juga memiliki kekayaan budaya yang sangat kuat dan unik,
diantaranya yaitu “Upacara Cukur Rambut Gimbal” yang merupakan bagian dari
acara dieng culture festival (kegiatan Pariwisata Kabupaten Banjar Negara) yang
diselenggarakan setiap tahun di area Candi Arjuna. Selain itu, Wonosobo juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
memiliki tradisi kebudayaan lain seperti, selokromo, upacara pengambilan air
tujuh rupa, tradisi tenongan suran giyanti, boyong kedathon dan ritual Birat
sengkala tradisi larung sukerto.
Gambar 1.6 Iklan Dieng Culture Fastival Tahun 2014
Sumber: www.disparbanjarnegara.com
Dieng Culture Festival adalah kegiatan pariwisata milik Banjarnegara.
Kabupaten ini berbatasan langsung dengan Wonosobo tepatnya di kawasan
Pegunungan Dieng. Beberapa destinasi yang dimiliki Banjarnegara berdampingan
langsung dengan milik Wonosobo seperti Candi Arjuna. Khusus untuk
kebudayaan, ‘upacara pemotongan rambut gimbal’ sebenarnya merupakan
kebudayaan dua kabupaten tersebut, akan tetapi kegiatan kebudayaan yang
dilakukan setiap tahun tersebut diselenggarakan oleh Banjarnegara.
Dieng Cultur Festival saat ini merupakan kegiatan kepariwisataan
unggulan yang selalu berhasil menarik banyak wisatawan berkunjung ke
Pegunungan Dieng. Kegiatan ini pada akhirnya menjadi brand pariwisata
Banjarnegara, meskipun Wonosobo juga mendapatkan keuntungan secara tidak
langsung dari kegiatan ini. Akan tetapi, hal ini menjadi kerugian bagi kegiatan
pariwisata Wonosobo karena tidak berhasil melestarikan dan mengembangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
salah satu tradisi kebudayaan yang dimilikinya yaitu ‘upacara pemotongan rambut
gimbal’.
Hal ini menandakan bahwa kegiatan kepariwisataan Wonosobo relatif
lambat sehingga diperlukan perhatian khusus untuk perumusan strategi dalam hal
pemasaran pariwisata yang berbasis ekowisata. Karena ekowisata dapat menjadi
image yang kuat bagi kegiatan kepariwisataan Wonosobo.
Gambar 1.7 Kompleks Candi Arjuna dan Ritual Pencukuran Rambut
Gimbal
Sumber: www.disparbanjarnegara.com
Gambar 1.8 Pelepasan Lampion
Sumber: www.disparbanjarnegara.com
Wonosobo juga dikenal sebagai Kabupaten seribu budaya yang setiap
kecamatan memiliki kesenian yang bervariasi, salah satunya yaitu kecamatan
Mojotengah yang melestarikan sebuah tari tradisi yaitu tari Topeng Lengger. Tari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
ini biasanya diadakan saat musim panen, musim tanam, dan hari-hari penting
seperti hari raya, syukuran desa, hajatan dan bahkan ruwat gembel.
Selain itu, Wonosobo juga memiliki makanan dan minuman khas yang
dapat menjadi oleh-oleh bagi wisatawan seperti Carica, Purwaceng, Mie Ongklok
Tempe Kemul dan lain-lain. Semua makanan dan minuman di atas dibuat
langsung oleh masyarkat Wonosobo secara home industri dibawah bimbingan dan
pengawasan Dinas UMKM Wonosobo.
1.1.3 Wisata Buatan
Gambar 1.9 Kebun Teh Tambi
Sumber: www.wisatajateng.com
Gambar 1.10 Permandian Kalianget
Sumber: www.wisatajateng.com
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Wisata buatan manusia yang terkenal di Wonosobo yaitu Kebun teh tambi
dan permandian kalianget. Selain itu, masih banyak lagi wisata buatan yang
dimiliki Wonosobo antara lain: Arung jeram Begaluh dan Sedayu Waduk
Wadaslintang.
Wonosobo tidak termasuk ke dalam 10 destinasi uggulan Indonesia, akan
tetapi hal yang perlu diperhatikan adalah tentang strategi pemasaran bagi potensi
wisata yang dimiliki dan diharapkan mampu menjadi saran produksi unggul bagi
Negara. Strategi pemasaran yang akan dilakukan dan diimplementasikan sesuai
dengan persiapan dan perkembangan Wonosobo mengenai aksesibilitas, amenitas,
dan masyarakatnya. Jadi, untuk dapat bersaing diindustri pariwisatta saat ini,
pengembangan pariwisata Wonoobo sekiranya dapat mengembangkan nilai-nilai
yang bertanggung jawab (sustainable) melalui strategi pemasaran pariwisata yang
tepat.
Berdasarkan penelitian UNEP (United Nations Environmental
Programme) dan WTO (World Tourism Organization) 2005, tren atau
kecenderungan wisatawan dunia untuk memilih destinasi wisata yaitu adanya
kekhawatiran yang meningkat akan keselamatan diri wisatawan dan mengatakan
bahwa pantai yang kotor dan laut yang terpolusi menjadi pertimbangan utama
mareka serta pertimbangan akan tingkat kriminalitas dan polusi udara menjadi
epidemik di destinasi yang dipilih. Selain itu ketertarikan wisatawan pada
pengalaman berwisata uyang beragam yang meliputi lingkungan alam dan situs
budaya dan sejarah yang terpelihara akan menjadi pertimbangan utama dalam
menentukan pengalaman baik bagi wisatawan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Strategi pemasaran yang perlu diimplementasikan adalah strategi
pemasaran yang berorientasi pada kebutuhan pasar dan didorong oleh nilai-nilai
(values driven). Pemasar harus dapat mendekati konsumen sebagai manusia utuh
yang memiliki pikiran, perasaan, dan jiwa (mind, heart, spirit). Tidak cukup
hanya pemenuhan fungsional dan emosional, tetapi juga pemenuhan kebutuhan
spiritual manusia. Pariwisata pada level ini sangat bersifat personal, bukan lagi
mass tourism, dimana ketertarikan setiap pribadi untuk mengaktuliasasi diri serta
mampu terlibat langsung (engange) (Florentina, 2017). Seperti yang dikatakan
dalam Tourism Marketing 3.0 turning tourist to advocate, wisatawan akan meng-
advocate orang-orang di sekitarnya, bahkan manusia di belahan dunia lainnya
untuk mengunjungi objek destinasi yang sangat berkesan baginya (Kartajaya dan
Nirwandar, 2013). Dan bisa saja dilakukan dengan cara menuliskan ulasan pada
media sosial, website, maupun blog pribadinya.
Sebenarnya image yang dibangun oleh Wonosobo sudah cukup kuat,
misalkan ketika dilakukan penelusuran di internet (google) tentang Dieng maka
yang akan muncul adalah Wonosobo, begitupun juga ketika kita melakukan
penelusuran tentang Wonosobo maka yang akan muncul adalah kawasan
Pegunungan Dieng. Hal ini menandakan bahwa dalam hal pemasaran pariwisata,
Wonosobo sudah memiliki peluang yang besar untuk mengembangkan branding
yang sudah terjadi antara Wonosobo dan Dieng.
1.2 Rumusan Masalah
Wonosobo yang memiliki banyak potensi wisata yang berbasis Ekowisata
ternyata belum banyak dikunjungi oleh wisatawan. Hal ini kemudian menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
stimulun (penyebab/perangsang) bagi pemangku kepentingan yang ada di
Wonosobo untuk merumuskan strategi pemasaran yang harus dilakukan untuk
memasarkan destinasi wisata Wonosobo yang berbasis ekowisata (ecotourism).
Untuk dapat bertahan dalam persaingan dalam industri pariwisata,
Wonosobo harus memiliki strategi pemasaran pariwisata yang tepat untuk
meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Wonosobo meningkat. Oleh
karena itu, Pemerintah Kabupaten dan pemangku kepentingan pariwisata di
Wonosobo harus melihat kondisi secara actual saat ini mengenai potensi destinasi
wisata yang berbasis ekowisata.
1.3 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan uraian singkat di atas, maka penulis menyusun beberapa
pertanyaan sebagai berikut:
1.3.1 Apa saja potensi pariwisata berbasis ekowisata yang dimiliki oleh
Wonosobo?
1.3.2 Bagaimana strategi pemasaran yang sudah diterapkan oleh pemerintah dan
penyedia jasa wisata di Wonosobo dalam industri pariwisata berbasis
ekowisata?
1.3.3 Apa pertimbangan wisatawan saat memilih dan menentukan destinasi
wisata berbasis ekowisata?
1.3.4 Strategi pemasaran apakah yang harus dterapkan untuk Wonosobo sebagai
destinasi wisata berbasis ekowisata?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah merumuskan strategi pemasaran dengan
menganalisis pertimbangan wisatawan saat memilih dan menentukan destinasi,
menganalisis preferensi sumber informasi, menganalisis image destinasi
Wonosobo, dan menganalisis user experience terhadap Wonosobo. Untuk
merumuskan strategi pemasaran berdasarkan analisis Segmenting, Targeting, dan
Positioning (STP) dan analisis bauran pemasaran, secara rinci strategi pemasaran
yang dirumuskan adalah sebagai berikut:
1.4.1 Merancang strategi pemasaran berdasarkan Segmenting, Targeting, and
Positioning (STP) untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke
Wonosobo.
1.4.2 Merancang strategi pemasaran yang diimplementasikan dalam bauran
pemasaran pariwisata yaitu product, place, price, promotion, people,
packaging, programming dan partnership (8P) untuk mengembangkan
pariwisata Wonosobo yang berkelanjutan (sustainable tourism
development).
1.5 Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan
Bab pendahuluan merupakan bab yang meliputi uraian singkat
mengenai latar belakang masalah (konsep wisata dan profil
pariwisata), rumusan masalah pertanyaan penelitian dan tujuan
penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Bab II Landasan Teori
Bab ini diuraikan mengenai konsep wisata yang berbasis
ekowisata, definisi pemasaran pariwisata dan strategi pemasaran
pariwisata yang berbasis ekowisata.
Bab III Metode Penelitian
Bab ini berisi metode penelitian yang meliputi uraian mengenai
ruang lingkup penelitian, metode pengumpulan data termasuk
pertanyaan wawancara dan kuesioner, serta metode analisis data.
Bab IV Hasil dan Pembahasan
Bab ini membahas tentang hasil penelitian yang dilakukan dengan
metode trianggulasi dengan konten analisis STP dan 8P selain itu
dilakukan juga Analisis terhadap citra Wonosobo.
Bab V Perumusan Strategi Pariwisata Berbasis Ekowisata
Bab ini akan diuraikan beberapa rekomendasi strategi yang bisa di
terapkan dalam pengembangan pariwisata di Wonosobo.
Rekomendasi strategi ini disesuaikan dengan hasil analisis pada
bab IV.
Bab VI Kesimpulan dan Saran
Bab ini akan menyimpulkan seluruh Bab yang telah dibahas
sebelumnya serta saran mengenai beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pengembangan kepariwisataan di Wonosobo.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Konsep Pariwisata Berbasis Ekowisata
2.1.1 Pariwisata
Pariwisata menurut United Nations World Tourism Organization
(UNWTO) adalah kegiatan bepergian keluar dan tinggal di tempat di luar
lingkungan mereka, tidak lebih dari satu tahun untuk bersantai, keperluan bisnis,
dan tujuan lainnya. Industri pariwisata saat ini merupakan growth market yang
mendorong pertumbuhan ekonomi regional. Hal ini terlihat dari peningkatan
perjalanan pariwisata dari tahun ke tahun yang tidak banyak terpengaruh oleh
krisis ekonomi global. Ketika terjadi krisis ekonomi global, wisatawan tetap
melakukan perjalanan wisata, namun mengalami perubahan pilihan destinasi,
wisatawan memilih melakukan perjalanan wisata yang dekat dengan rumah,
fenomena ini disebut staycation (Papatheodorou, 2014).
Wisata budaya, alam dan buatan manusia jika dilihat dari jenisnya, maka
produk wisata terdiri dari tangible product dan intangible product. Tangible
product merupakan kondisi yang terlihat dan nyata pada destinasi. Sedangkan
intangible product berupa budaya dan sejarah di destinasi itu.
Konsumen dalam industri pariwisata adalah wisatawan. Menurut
UNWTO, wisatawan (traveler) dapat dibedakan menjadi beberapa kategori
berdasarkan motivasi kunjungan dan lama kunjungan (Holloway, 2009). Motivasi
orang berwisata dapat didefinisikan sebagai berikut (Schaar, 2013):
Para wisatawan memiliki motivasi yang berbeda-beda untuk mengunjungi
suatu destinasi yang semakin beragam, mereka mencari lebih banyak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
menemukan pengalaman baru dari pada menikmati hiburan pada liburan
mereka. Kecenderungan ini mempengaruhi jenis berwujud dan tidak
berwujud yang dicari oleh wisatwan tertentu. Dalam hubungannya
dengan preferensi untuk menemukan lebih dari kepuasan diri. Konsumen
saat ini adalah 'aspiratif' karena mereka mencari aktualisasi diri dalam
pilihan perjalanan mereka.
Selain wisatawan, ada empat komponen utama yang harus diperhatikan
dalam pariwisata, yaitu attraction, accessibility, amenity, dan ancillary (4A).
Atraksi merupakan produk yang ada di suatu destinasi wisata. Atraksi ini berupa
produk wisata alam, budaya, dan buatan manusia. Komponen kedua adalah
aksesibilitas, yaitu infrastruktur yang tersedia di destinasi wisata. Infrastruktur
meliputi sarana transportasi yaitu jalan raya, bandar udara, pelabuhan, dan
ketersediaan alat transportasi. Kemudian komponen ketiga adalah amenitas, yaitu
fasilitas pendukung pariwisata di destinasi itu, meliputi akomodasi, tempat makan,
fasilitas kesehatan, tempat ibadah, Automatic Teller Machine (ATM), dan lainnya.
Komponen keempat dalam pariwisata adalah ancillary (Holloway, 2009).
Ada kategori lebih lanjut dari berbagai layanan pariwisata yang layak
untuk diperhatikan lebih ini. Kita dapat menyebutnya layanan tambahan -
ini disediakan baik untuk turis atau ke penyedia jasa wisata. Masing-
masing akan ditangani secara bergiliran.
Services yang dimaksud adalah pelayanan yang mendukung kegiatan
pariwisata. Contohnya ketersediaan pemandu wisata, asuransi perjalanan,
ketersediaan money changer, adanya travel consultant, dan lainnya.Pariwisata
juga dapat dijelaskan sebagai suatu system. Menurut Goeldner and Richie (2006)
dalam Cathy (2008) dalam bukunya Tourism Marketing: An Asia Pacific
Perspective mengatakan;
Pariwisata sebagai suatu system adalah sebuah proses, aktivitas dan hasil
yang muncul dari adanya hubungan dan interaksi antara wisatawan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
supplier pariwisata, pemerintah, tuan rumah, masyarakat dan lingkungan
sekitar yang menarik wisatawan.
Sedangkan Mill dan Morison (1998) menggambarkan pariwisata sebagai
suatu sistem dengan empat elemen atau variabel: permintaan (demand), perjalanan
(travel), destinasi (destination) dan pemasaran (marketing). Empat komponen
tersebut saling tergantung dan mempengaruhi sehingga sistem dapat berjalan
dengan baik (Cathy, 2008). Bila digambarkan sebagai suatu model, elemen
permintaan dapat disamakan dengan daerah asal wisatawan atau Tourist
Generating Countries (TGC) sedangkan destinasi dapat disamakan dengan daerah
tujuan wisata atau Tourist Destination Countries (TDC) yang merupakan daerah
tujuan bagi wisatawan. Sedangkan elemen perjalanan (travel) dan pemasaran
(marketing) adalah penghubung antara TGC dan TDC (Sudiarta, 2014).
2.1.2 Pariwisata yang Berkelanjutan (Sustainable Tourism)
Pariwisata salah satu industri yang berkembang sangat cepat dan menjadi
sumber pendapatan bagi banyak negara. Pariwisata juga membantu merevitalisasi
ekonomi lokal dengan menyediakan banyak kesempatan lapangan kerja. Meski
demikian, seperti halnya pembangunan, pariwisata juga dapat menimbulkan
banyak permasalahan, seperti ketimpangan sosial, kehilangan warisan budaya,
ketergantungan ekonomi dan kerusakan ekologi. Belajar dari kondisi ini maka
wisatawan mulai mencari liburan yang lebih bertanggung jawab. Termasuk
didalamnya adalah wisata yang berkelanjutan, seperti wisata alam dan wisata
budaya (Fatimah, 2013). Wisata yang berkelanjutan adalah wisata yang
menghargai penduduk lokal ataupun pendatang, warisan budaya dan lingkungan
(Fien, 2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Pariwisata yang berkelanjutan (Sustainable Tourism) adalah suatu model
pembangunan yang memenuhi kebutuhan namun tetap memberikan manfaat bagi
generasi mendatang. Dalam konteks keseimbangan pembangunan ini mengandung
makna adanya harmoni antara kepentingan ekonomi, sosial dan juga lingkungan.
Sehingga konsep ini sangat cocok diadopsi dalam pembangunan pariwisata,
khususnya pemasaran pariwisata, karena adanya perubahan paradigma green
tourism, green tourist dan juga green destination.
2.1.3 Ekowisata (Ecotourism)
Ekowisata merupakan kegiatan wisata yang sementara ini dianggap
sebagai kegiatan pariwisata yang berkelanjutan. Kegiatan ekowisata berbeda
dengan kegiatan pariwisata lain. Ekowisata adalah sebagian dari sustainable
tourism. Sustainable tourism adalah sektor ekonomi yang lebih luas dari
ekowisata yang mencakup sektor-sektor pendukung kegiatan wisata secara umum,
meliputi wisata bahari (beach and sun tourism), wisata pedesaan (rural and agro
tourism), atau perjalanan bisinis (business travel) (Wood, 2002).
Menurut The International Ecotourism Society atau TIES (1991),
ekowisata adalah perjalanan wisata ke wilayah-wilayah alami dalam rangka
mengkonservasi atau menyelamatkan lingkungan dan memberi penghidupan
penduduk lokal. Menurut Yoeti (2000), ekowisata merupakan jenis pariwisata
yang berwawasan lingkungan, artinya melalui aktifitas yang berkaitan dengan
alam, wisatawan diajak melihat alam dari dekat, menikmati keaslian alam dan
lingkungannya sehingga membuatnya tergugah untuk mencintai alam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Sementara itu United Nations Commission on Sustainable Development
(dalam siding sesi ke 8 tahun 2000) menyatakan bahwa ekowisata adalah
sustainable tourism yang:
1. Menjamin partisispasi yang setara, efektif dan aktif dari seluruh stakeholder,
2. Menjamin partisipasi penduduk lokal menyatakan Iya atau tidak dalam
kegiatan pengembangan masyarakat, lahan dan wilayah,
3. Mengangkat mekanisme penduduk lokal dalam hal kontrol dan pemeliharaan
sumber daya.
Secara konsepsual, ekowisata merupakan suatu konsep pengembangan
pariwisata berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung upaya-upaya
pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan sehingga memberi manfaat ekonomi kepada
masyarakat setempat. Beaumont (1998) menggunakan tiga prinsip yang
digambarkan dalam bagan berikut:
Gambar 2.1 Prinsip-prinsip Ekowisata
Sumber: www.researchgate.net
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Fennel dalam Dowling dan Page (2002) membagi dimensi dan spectrum
ekowisata ke dalam hard ecotourism dan soft ecotourism dengan karakteristik
masing-masing dimensi terurai sebagai berikut:
1. Hard Ecotourism
a. Merupakan tipe ideal aktifitas ekowisata.
b. Pesertanya adalah kalangan yang memiliki komitmen yang tinggi terhadap
prinsip-prinsip sustainability seperti environmentalist, botanist atau ecologist.
c. Mengutamakan keterlibatan yang mendalam dan personal dengan alam.
d. Wilderness setting, lingkungan alam yang masih belum terjamah.
e. Masih adanya keterbatasan baik dalam hal aksesibilitas, pelayanan maupun
fasilitas.
2. Soft Ecotourism
a. Biasanya dalam jangka waktu yang pendek.
b. Interaksi tak langsung dengan alam, dengan media dan perantara.
c. Multipurpose tourism experience.
d. Tingkat komitmen dengan alam tidak terlalu kuat.
e. Pesertanya adalah tidak memiliki komitmen yang terlalu kuat dengan alam,
namun memiliki apresiasi terhadap atraksi dan terbuka untuk belajar mengenai
sustainability dan isu-isu yang terkait.
f. Less natural setting.
g. Memberikan pelayanan dan fasilitas tingkat tinggi.
Berdasarkan definisi, konsep, prinsip-prinsip serta dimensi yang ada pada
ekowisata di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ekowisata adalah kegiatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
perjalanan wisata yang dikemas secara professional, terlatih dan memuat unsur
pendidikan, sebagai suatu sektor/usaha ekonomi, yang mempertimbangkan
warisan budaya, partisipasi dan kesejahteraan penduduk lokal serta upaya-upaya
konservasi sumber daya alam dan lingkungan (Nogroho, 2015).
2.2 Definisi Pemasaran Pariwisata Berbasis Ekowisata
Pemasaran destinasi biasanya dilekatkan dengan strategi yang berorientasi
pertumbuhan dan berfokus pada penciptaan citra, periklanan dan promosi
penjualan yang bertujuan pada penigkatan jumlah kunjungan wisatawan domestik
maupun internasional. Akan tetapi, pembangunan kepariwisataan dunia dan
Indonesia mengamanatkan adopsi etos dan prinsip pemasaran pariwisata yang
bertanggung jawab (Responsible Tourism Marketing) (Dewi, 2011).
Untuk merealisasikam etos dan prinsip pemasaran pariwisata di atas,
Pemerintah Indonesia mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) Republik
Indonesia Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan
Kepariwisataan Nasional (RIPPARNAS) Tahun 2010-2025. Dalam PP disebutkan
bahwa kepariwisataan adalah seluruh kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan
bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan
setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat,
sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah, dan pengusaha. PP Nomor 50
Tahun 2011 ini membahas tentang pembangunan kepariwisataan nasional,
pembangunan Daerah Pariwisata Nasional (DPN), pembangunan pemasaran
pariwisata nasional, pembangunan industri pariwisata nasional, pembangunan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
kelembagaan kepariwisataan nasional, dan indikasi program pembangunan
kepariwisataan nasional.
Pemasaran pariwisata dalam PP Nomor 50 Tahun 2011 dijelaskan sebagai
serangkaian proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, menyampaikan,
produk wisata dan mengelola relasi dengan wisatawan untuk mengembangkan
kepariwisataan dan seluruh pemangku kepentingannya. Pemasaran memegang
peranan penting dalam pengembangan pariwisata, namun pemasaran ini harus
bertanggaung jawab untuk menciptakan pengembangan pariwisata yang
berkelanjutan (sustainable tourism development). Pemasaran pariwisata yang
bertanggung jawab (responsible tourism marketing) adalah menyeimbangkan
kebutuhan wisatawan dengan perlindungan sumber daya sosial, budaya, dan
lingkungan serta peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal (Dewi, 2011). Hal
ini sesuai dengan konsep Triple Bottom Line yang dicetuskan oleh John Elkington
pada tahun 1994, menjadi dasar pemasaran pariwisata yang bertanggung jawab.
Triple bottom line terdiri dari 3P, yaitu planet (lingkungan), people
(sosial), dan profit (ekonomi). 3P akan diimplementasikan dalam bauran
pemasaran pariwisata. Gambar 2.2 menunjukkan bahwa dengan memanfaatkan
kekayaan alam untuk pariwisata maka dapat menghasilkan manfaat ekonomis bagi
daerah itu, namun pertumbuhan ekonomi harus tetap memperhatikan nilai-nilai
sosial. Selain itu, harus ada keseimbangan antara pemanfaatan kekayaan alam
dengan perubahan nilai sosial. Perkembangan pariwisata tidak hanya berfokus
pada pertumbuhan ekonomi, namun tetap memperhatikan keseimbangan alam dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
nilai-nilai sosial di destinasi wisata tersebut. Triple bottom line salah satunya bisa
diwujudkan melalui ekowisata (Ceballos-lascurain, 2006).
”Ecotourism is environmentally responsible travel and visitation to
relatively undisturbed natural areas, in order to enjoy, study and
appreciate nature, to promotes conservation, has low negative visitor
impact, and provides for beneficially active socio-economic involvement of
lokal populations”
Gambar 2.2. Triple Bottom Line
Sumber: www.sustainabletourismonline.com
2.3 Strategi Pemasaran Pariwisata Berbasis Ekowisata
2.3.1 Definisi Strategi Pemasaran Pariwisata Secara Umum
Strategi pemasaran adalah suatu cara untuk memperkenalkan, menarik,
menyadarkan, dan membuat konsumen tertarik terhadap suatu produk. Menurut
Kotler, strategi pemasaran terdiri dari segmentation, targeting, dan positioning
(STP). Dengan STP, pemasar dapat menjual produknya secara tepat karena
mengetahui target calon konsumen dari segmentasi dan bagaimana konsumen
melihat produk tersebut di pasar dibandingkan dengan produk wisata lain. Strategi
pemasaran yang efektif adalah strategi pemasaran yang berorientasi pada pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
pasar, market-driven strategy. Dengan market-driven strategy, pemasar dapat
menentukan target konsumen secara tepat dan menentukan posisi produknya di
pasar, termasuk mengikuti perubahan customer journey. Perkembangan
tekonologi menyebabkan customer journey berubah menjadi 5A, yaitu Awareness,
Appeal, Ask, Act, dan advocate. Dalam fase advocate, konsumen menceritakan
kembali pengalaman mereka saat mencoba barang atau jasa, biasanya dilakukan
melalui media sosial, website, atau blog (Kartajaya, 2013).
Fokus dalam hal pemasaran sangat penting dilakukan, sehingga diperlukan
tahap-tahap dalam penentuan strategi pemasaran. Tahap yang pertama yang harus
dilakukan yaitu strategi pemasaran segmentasi, yaitu membagi konsumen ke
dalam kelompok homogen, konsumen yang memilki kesamaan kebutuhan.
Penentuan segmentasi pasar dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan, yaitu generic
segmentation, product type segmentation, dan product varian segmentation.
Dengan tiga tingkatan segmentasi, maka pemasar akan lebih mudah menentukan
target pasar.
Dalam melakukan segmentasi, pemasar perlu melakukan identifikasi
segmen, kemudian melihat respon dari setiap segmen supaya dapat menentukan
strategi pemasaran yang berbeda di setiap segmennya. Ada beberapa parameter
yang dapat digunakan untuk menentukan segmentasi, yaitu:
1. Geografis: Negara, Kota atau wilayah tertentu.
2. Demografi: umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, penghasilan, agama,
status perkawinan, suku dan lain-lain.
3. Psikografi: kelas sosial, kepribadian dan gaya hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
4. Tingkah laku: pengetahuan / sikap konsumen terhadap produk
Setelah melakukan segmentasi, tahap kedua dalam strategi pemasaran
targeting. Targeting adalah mengevaluasi dan memilih satu atau beberapa
segmenyang sesuai dengan produk yang ditawarkan. Pemasar harus mengetahui
value opportunities dan capability/segment match untuk menentukan target pasar
dari segmentasi yang ada. Targeting berdasarkan product differentiation akan
menghasilkan target pasar yang spesifik.
Tahap ketiga adalah positioning yaitu menentukan suatu hal yang berbeda
dari produk yang ditawarkan dibandingkan dengan produk lain di pasar.
Positioning bisa berhasil jika memiliki Points-of-Difference (PODs) yaitu atribut
atau keunikan dari suatu produk yang identik dan tidak dimiliki oleh produk lain.
Dalam industri pariwisata, atribut ini bisa berupa ikon. Jika tidak memiliki
keunikan yang khas, sulit untuk sebuah ikon bertahan lama. Biasanya hanya akan
bertahan selama beberapa tahun, namun tidak mampu menciptakan sustainability.
Kebanggaan akan muncul atas ikon ini sehingga tidak hanya menarik wisatawan
internasional, tetapi juga menarik wisatawan domestik secara bersamaan
(Kartajaya, 2013).
Untuk menentukan positioning yang efektif, maka pemasar harus
mengetahui target pasar dan kompetitor dari produk itu. Kemudian menggunakan
POD sebagai referensi untuk melakukan branding dari produk yang ditawarkan.
Dengan kuatnya differentiation dan positioning, maka brand akan terangkat
dengan sendirinya. The American Marketing Association (Kotler, 2012)
mendefinisikan sebuah brand:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Sebagai nama, istilah, tanda, simbol, atau desain, atau kombinasi dari
mereka, dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari satu
penjual atau kelompok penjual dan untuk membedakannya dari pesaing.
Dalam suatu brand harus mengandung image dan keunikan dari produk
tersebut, juga bersifat mengenalkan dan menyampaikan pesan. Ketika suatu
destinasi memiliki brand, maka konsumen akan mudah mengingat destinasi
tersebut. POD merupakan poin penting dalam pembentukan destination branding.
Dikatakan dalam www.brandingmagazine.com (Morgan, 2002) yang membahas
tentang destination branding:
Di pasar pariwisata yang kompetitif, tujuan wisata harus membangun
citra merek yang positif dan kuat, yang berasal dari asosiasi citra yang
kognitif, unik, dan afektif, untuk meningkatkan pengunjung yang berulang
dan untuk menarik wisatawan baru ke destinasi
Dengan adanya destination branding, maka kesadaran wisatawan akan
suatu destinasi akan terbentuk (awareness), wisatawan mengenal destinasi itu.
Dari awareness ini akan muncul ketertarikan (interest). Wisatawan akan mulai
mencari tahu tentang destinasi ini sehingga muncul keinginan (desire) untuk
mengunjungi. Pada akhirnya wisatawan akan datang ke tempat tersebut (action).
Untuk menggambarkan tahapan keberhasilan suatu branding digunakan model
AIDA seperti yang ditunjukkan pada Gambar di bawah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Gambar 2.3. AIDA
Sumber: Manajemen Pemasaran Edisi 13, 2008, hal. 234
Selain dari penggunaan model AIDA untuk mengukur tahap keberhasilan
sebuah branding, segmentasi pasar berdasarkan gaya hidup atau VALS (value,
Activities and Lifestyles) adalah dasar pembagian pasar yang paling relevan
digunakan dalam memasarkan destinasi pariwisata yang berbasis pada nilai-nilai
keberlanjutan (sustainable).
Segmentasi dalam perilaku menggolongkan wisatawan berdasarkan
kesamaan pengetahuan, sikap, tingkat penggunaan, maupun respon terhadap suatu
produk. Segmentasi gaya hidup juga sering dikatakan sebagai segmentasi berbasis
karakteristik psikografis yang menghasilkan kelompok-kelompok konsumen
(wisatawan) yang mempunyai gaya, cara dan selera berwisata yang berbeda
(Dewi, 2011).
Sasaran utama dalam segmentasi gaya hidup terhadap jenis dan tipe
konsumen/wisatawan untuk menentukan destinasi wisata yang berbasis ekowisata
adalah konsumen ‘hijau’ pada umumnya dan wisatawan budaya (cultural tourists)
atau wisatawan yang mengunjungi destinasi alam dan budaya (geo tourists). Hal
ini menjadi trend dan wisatawan jenis ini semakin banyak dan jumlahnya tumbuh
relatif pesat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
2.3.2 Pemasaran Pariwisata yang Bertanggung Jawab (Responsible Tourism
Marketing)
Pemasaran pariwisata yang bertanggung jawab sering juga disebut sebagai
upaya memasarkan produk-produk wisata yang berkelanjutan. Produk-produk
wisata yang berkelanjutan didefinisikan sebagai produk wisata yang bertanggung
jawab kepada lingkungan, adil secara sosial dan layak secara ekonomis sehingga
pengguna produk sekarang bisa memenuhi kebutuhannya tanpa mengorbankan
saran produksi atau kebutuhan generasi yang akan datang. Pengembangan produk
wisata yang berkelanjutan merupakan antithesis produk wisata massal, dimana
dampak pada sumber daya alam dan sosial budaya tidak diperhitungkan.
Pengembangan kepariwisataan yang demikian juga dikenal sebagai community-
based touris, eco-tourism, responsible tourism, environmentally-friendly tourism,
ataupun minimum- impact tourism (Dewi, 2011).
Sustainable tourism mendasari semua konsep tersebut dan memastikan
keseimbangan antara manfaat ekonomis, dampak pada lingkungan dan
perlindungan daya budaya. Akan tetapi, pemasaran yang berkelanjutan melibatkan
semua proses, baik secara strategis maupun taktis, yang dilakukan dalam
pemasaran pariwisata, mulai dari analisis pasar, segmentasi, targeting dan
positioning yang dilandasi oleh nilai sebagai etos dan prinsip berkelanjutan
(Dewi, 2011). Pemasaran pariwisata yang bertanggungjawab menambahkan
prinsip-prisip keberlanjutan sebagai variabel dalam standar pengambilan
keputusan pemasaran. Akan tetapi variabel ini unik dan istimewa karena ia hadir
dimana dan kapan saja, sebagai latar belakang saat semua pengambilan keputusan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
strategik dilakukan (Coddington, 1993). Semua keputusan dalam pemasaran
pariwisata, seperti pengembangan produk, promosi dan upaya pemasaran untuk
menarik dan memnangkan loyalitas wisatawan harus memasukkan prinsip-prinsip
tersebut.
Penerapan strategi pemasaran yang bertanggungjawab mempunyai dua
tujuan (Ottman, 1993) yaitu mengembangkan produk yang menyeimbangkan
kebutuhan konsumen akan kualitas, harga terjangkau dan kenyamanan dengan
perlindungan sumberdaya lingkungan, sosial dan budaya. Selanjutnya yaitu
menciptakan citra kualitas tinggi, yang juga meliputi sensitivitas terhadap
lingkungan dan rekam jejak pemeliharaan lingkungan untuk produk wisata yang
dikembangkan suatu destinasi.
Untuk mengintegrasikan keputusan-keputusan pemasaran dengan prinsip-
prinsip pemasaran pariwisata yang bertanggung jawab, elemen-elemen utama
pemasaran harus secara langsung merespon tiga isu penting dalam prinsip-prinsip
pemasaran pariwisata ini (Dewi, 2011):
a. Perncanaan strategi pemasaran yang meliputi analisis segmen pasar, penetapan
pasar sasaran dan pemosisian produk wisata harus didasarkan pada prinsip
tersebut.
b. Pembentukan citra destinasi didasarkan pada upaya untuk mewujudkan
reputasi destinasi dalam hal pemenuhan hak-hak wisatawan, pelibatan
komunitas dan perlindungan (gambar 2.4).
c. Perencanaan dan penetapan strategi bauran pemasaran (marketing mix) harus
didasarkan pada prinsip-prinsip pemsaran pariwisata yang bertanggungjawab.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Gambar. 2.4. Pembentukan Citra/Reputasi Pariwisata Indonesia
Sumber: Responsble Tourism Marketing, 2011, hal. 22
2.3.3 Bauran Pemasaran (Marketing Mix)
Dalam pemasaran dikenal sebuah konsep bauran pemasaran atau yang
lebih dikenal dengan marketing mix. Marketing mix adalah serangkaian unsur
pemasaran yang dapat dikuasai oleh perusahaan untuk mencapai tujuannya
(Kotler, 2012). Marketing mix merupakan implementasi dari strategi pemasaran
STP.
Unsur marketing mix yang utama terdiri dari 4P, yaitu product, place,
price, dan promotion. Kemudian berkembang menjadi 7P, dengan penambahan
people, physical evidence dan proccess. Dalam industri pariwisata terdapat 8P
yaitu product, place, price, promotion, packaging, programming, people, dan
partnership (Pomering, 2009). Keempat tambahan marketing mix dalam
pariwisata digunakan pemasar untuk menciptakan inovasi sehingga dapat menarik
wisatawan dengan customer experience yang diperoleh. Berikut definisi dari
masing-masing bauran pemasaran dalam pariwisata.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
2.3.3.1 Product
Merupakan objek intangible ataupun tangible yang dipasarkan kepada
konsumen, bisa berupa barang maupun jasa. Produk pariwisata berupa daya tarik
wisata itu sendiri dengan komponen 4A yang ada di destinasi wisata. Contohnya
adalah sebuah destinasi wisata dengan pemandangan indah akan memiliki nilai
jual yang tinggi dengan kemudahan akses, ketersediaan listrik, penginapan,
tempat makan, dan jasa pendukung layanan pariwisata.
2.3.3.2 Price
Harga dikendalikan oleh produsen, namun harus berorientasi pada pasar.
Supaya terjadi suatu transaksi, harga harus sesuai antara konsumen dan penyedia
produk. Harga menentukan positioning produk di pasar. Destinasi wisata dengan
biaya transportasi dan penginapan mahal bias menyebabkan positioning destinasi
wisata itu sebagai wisata untuk segmen kelas menengah ke atas. Sedangkan
destinasi wisata yang murah dari sisi transportasi dan akomodasi segmen pasarnya
menjadi lebih luas, yaitu mass tourism. Harga mempengaruhi persepsi wisatawan
terhadap value-for-money.
2.3.3.3 Place
Place berhubungan dengan distribusi, tempat dimana calon konsumen bisa
mendapatkan produk tersebut. Contohnya dalam industri pariwisata adalah travel
agent, institusi atau channel lain yang mempermudah wisatawan untuk pergi ke
suatu destinasi. Distribusi produk wisata sangat beragam, terutama dengan
kemajuan TIK yang menyebabkan banyak munculnya channel distribusi online
dan juga website yang dikelola langsung oleh manajemen destinasi tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
2.3.3.4 Promotion
Promosi adalah cara memperkenalkan suatu produk kepada konsumen.
Tujuan dari promosi adalah menimbulkan awareness sehingga konsumen
membeli produk tersebut. Beberapa macam jenis promosi, diantaranya:
a. Advertising
Contohnya saat ini adalah dengan menggunakan media digital. Media digital
banyak dipakai saat ini karena low cost. Promosi tentang destinasi wisata
dengan menampilkan keindahan alam di sana melalui foto-foto menarik
tentang destinasi wisata itu akan membuat konsumen menyadari mereka
membutuhkan liburan.
b. Word of Mouth (WOM)
Beberapa tahun terakhir ini, dengan berkembangnya dunia digital, maka
dikenal e-WOM contohnya adalah ulasan wisatawan di digital media. Promosi
suatu destinasi wisata saat ini cukup berisiko karena harus berhati-hati supaya
wisatawan tidak berekspektasi tinggi dan salah persepsi sehingga malah
merusak keseimbangan ekosistem di destinasi tersebut.
c. Events and Experiences
Suatu destinasi wisata bisa dikenal melalui events yang diselenggarakan di
tempat itu, seperti event olah raga, event musik, maupun tempat shooting
sebuah film.
d. Media
Paid Media, Owned Media, Sosial Media, Endorse (POSE)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
POSE berkaitan dengan promosi. Yang termasuk dalam paid media adalah
advertising di media cetak dan media digital seperti koran, majalah, stasiun
televisi, dan website publik. Sedangkan owned media adalah website yang
dikelola langsung oleh pihak destinasi wisata. Untuk memanfaatkan media
tanpa berbayar, pemasar dapat menggunakan sosial media seperti Facebook,
Instagram, Twitter, blog, dan lainnya. Peran promosi destinasi wisata di media
sosial tidak bisa dipisahkan dengan endorser seperti public figure, artis dan
selebriti instagram (selebgram) yang memiliki banyak follower di account
media sosialnya.
2.3.3.5 People
Semua pelaku yang berperan dalam industri pariwisata. Menurut
Morrison, people dalam pariwisata tidak hanya pemasar yang memasarkan produk
sehingga bisa membuat konsumen membeli produk itu, namun juga konsumen itu
sendiri. Dalam industri pariwisata yang sebagian besar produknya di bidang jasa,
people merupakan hospitality resources.
2.3.3.6 Packaging
Packaging yang dimaksud adalah cara pengemasan suatu produk.
Contohnya adalah variasi paket wisata yang dikemas secara menarik untuk
ditawarkan kepada konsumen maupun bentuk kemasan dari produk\wisata yang
berupa barang. Paket wisata terdiri dari services, dan facility untuk suatu durasi
tertentu yang ditawarkan oleh trip organizer. Hal ini bertujuan mempermudah
wisatawan untuk mendapatkan produk wisata itu. Salah satunya contohnya adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
paket wisata yang disusun sesuai dengan tempat-tempat utama suatu film atau
minat khusus.
2.3.3.7 Programming
Programming yang dimaksud adalah cara packaging suatu produk wisata
melalui event, festival, dan kegiatan. Penyelenggaraan paket wisata bisa dilakukan
saat upacara adat atau festival. Contoh event atau festival adalah Rambu Solo di
Toraja, Borobudur Maraton, dan Tour de Singkarak dalam event balap sepeda.
Sedangkan kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang dilakukan dalam suatu
perjalanan wisata seperti belajar membuat tenun, belajar tarian adat, live-in di
perkampungan adat, dan lainnya.
2.3.3.8 Partnership
Bentuk partnership atau kemitraan salah satunya diwujudkan dalam
kerjasama dengan pemerintah (private-public partnership). Dalam pengembangan
partnership terbentuk konsep penta helix, kerjasama 5 sektor, yaitu pemerintah,
akademisi, swasta, komunitas, dan media.
Gambar 2.5. Destination Product
Sumber: Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan, 2015, hal. 46.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Physical product, people, packaging, dan programming merupakan
komponen dari destination product dimana empat komponen ini bersifat wajib
untuk dimiliki oleh suatu destinasi wisata. Selain itu diperlukan Destination
Management Ogranization (DMO) yang baik untuk dapat mengkoordinasi dan
mengintegrasikan keempat komponen untuk pemasaran destinasi wisata. DMO
meliputi image-making, branding, pemasaran, dan komunikasi mengenai apa
yang ditawarkan destinasi tersebut ke wisatawan (Morrison, 2012). Destination
Product ditunjukkan pada Gambar.
2.3.4 Konsep DOT dan BAS
Kemenpar menetapkan 2 konsep strategi promosi yaitu Destination,
Origin, Time (DOT) dan Branding, Advertising, Selling (BAS). Arief Yahya
mengatakan (CNN Indonesia 2016):
''Saya sering katakan bahwa Look merupakan hasil dari branding,
sementara Book-Pay adalah hasil dari advertising dan selling. Sementara
conversion rate akan tinggi jika wisatawan tidak hanya Look tetapi juga
Book dan Pay. Jadi jumlah wisatawan yang Book dibanding Look
(Book/Look) itulah conversion rate. Selain itu, jumlah wisatawan yang
Pay dibanding yang Book (Pay/Book) dan pada akhirnya jumlah
wisatawan yang Pay dibanding yang Look (Pay/Look) itulah conversion
rate”
Promosi pembangunan pariwisata yang berkelanjutan harus bersinergi
antara pusat dengan masing-masing daerah supaya setiap daerah bisa mengatur
pariwisata daerahnya. Kedua konsep ini sudah diterapkan dalam pemasaran
pariwisata Indonesia dan bisa diterapkan juga dalam pemasaran pariwisata daerah.
2.3.4.1 Destination, Origin, Time (DOT)
Destinasi yang dimaksud adalah tempat tujuan wisata, sedangkan origin
adalah asal wisatawan, dan time adalah pola musiman pasar. Destinasi tidak bisa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
dipisahkan dengan daya tarik tempat itu. Origin bisa dibedakan berdasarkan
segmentasi geografi, demografi, dan psikografi. Sedangkan time berkaitan dengan
event atau festival yang diselenggarakan di tempat itu, hari libur nasional, dan
musim.
2.3.4.2 Branding, Advertising, Selling (BAS)
Branding bertujuan mengenalkan suatu destinasi wisata dengan
keunikannya. Untuk menimbulkan awareness terhadap brand, diperlukan
advertising. Advertising berkaitan dengan promosi untuk mengubah awareness
menjadi interest, kemudian desire. Dari desire, pemasar menjual (selling)
produknya sehingga terjadi sebuah transaksi (action).
2.4 Penelitian Sebelumnya
Penelitian mengenai perumusan strategi pemasaran pariwisata yang
berbasis ekowisata di Wonosobo yang belum pernah dilakukan sebelumnya.
Penelitian-penelitian lain dengan tema “pariwisata yang berbasis ekowisata yang
merujuk padsa pemasaran pariwsata yang bertanggung jawab dan berkelanjutan
adalah:
1. Peneliti : Florentina Woro Narwastu Ellyanti
Judul Penelitian : Analisis Strategi Pemasaran Pariwisata Sumba
Metode Penelitian : Metode Campuran (Mix Method)
Tujuan Penelitian : Mengevaluasi strategi pemasaran, menganalisis
pertimbangan wisatawan saat memilih dan
menentukan destinasi, menganalisis preferensi
sumber informasi, menganalisis preferensi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
sumber informasi, menganalisis image destinasi
Sumba dan menganalisis user experience
terhadap Sumba.
2. Peneliti : Irawati Dian Sari
Judul Penelitian : Peran Ekowisata Dalam Konsep Pengembangan
Pariwisata Berbasis Masyarakat.
Metode Penelitian : Deskriptif Kualitatif
Tujuan Penelitian : Mengetahui dan mendeskripsikan karakter
produk dan pasar ekowisata dan mengkaji sejauh
mana ekowisata berpengaruh dalam
menggerakkan peran serta masyarakat dan
memberikan manfaat bagi masyarakat.
3. Peneliti : Ari Yuwono
Judul Penelitian : Analisis Pasar Ekowisata Taman Nasional
Gunung Merapi Bagian Selatan dan Implikasinya
Bagi Strategi Pengembangan Pemasaran.
Metode Penelitian : Deskriptif Kualitatif
Tujuan Penelitian : Menganalisis kondisi actual pasar, produk,
neraca atau keseimbangan ekspektasi wisatawan
dan menyusun strategi pengembangan
pemasaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
4. Peneliti : I Nyoman Sudiarta
Judul Penelitian : Strategi Pemasaran: Mengintegrasikan Konsep
Pemasaran Pariwisata, Gaya Hidup Konsumen
dan Manajemen Destinasi Pariwisata Menuju
Kualitas Pengalaman Berkelanjutan.
Metode Penelitian : Deskriptif Kualitatif
Tujuan Penelitian : Perumusan strategi pemasaran dengan
menganalisis dan mengintegrasikan konsep
pemasaran pariwisata, gaya hidup konsumen dan
manajemen destinasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Paradigma Penelitian
Paradigma menurut Wimmer dan Dominick, yaitu seperangkat teori,
prosedur, dan asumsi yang diyakini tentang bagaimana peneliti melihat dunia
(Kriyantono. 2012). Sedangkan paradigma menurut Bogdan dan Biklen, adalah
sekumpulan anggapan dasar mengenai pokok permasalahan, tujuan, dan sifat
dasar bahan kajian yang akan diteliti. Melalui paradigma, peneliti memperhatikan,
menginterpretasi, dan memahami realitas (Tahir. 2011).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan paradigma kritis. Paradigma
ini pada umumnya selalu melihat konteks yang luas, tidak hanya pada satu objek
dan level saja anmun juga mengekplorasi objek lain yang ikut berperan dalam
proses yang menentukan penelitian ini. Paradigma merupakan suatu sistem dasar
keyakinan seseorang yang mengandung berbagai asumsi filosofis meliputi
ontologis, epistemlogis, metodologis, dan aksiologis.
Secara ontologis, paradigma kritis memandang realitas yang teramati
sebagai realitas semu yang telah terbentuk oleh proses sejarah dan kekuatan
sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Secara epistemologis hubungan peneliti
dengan yang diteliti selalu dijembatani oleh nilai-nilai tertentu, serta pemahaman
suatu realitas merupakan value mediated findings (Kriyantono. 2012).
Paradigma kritis akan sangat berperan dalam perumusan strategi
pemasaran pariwista yang sangat luas dengan tingkat objektifitas yang sangat luas.
Secara ideologis, paradigma ini juga akan sangat relevan dalam menganalisis STP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
dan 8P yaitu product, place, price, promotion, packaging, programming, people,
dan partnership. Sehingga akan mempermudah perumusan stratgi pemasaran
pariwisata yang berbasis ekowisata yang ada di Wonosobo.
3.2 Metode dan Strategi Penelitian
Dalam penelitian ini penulis melakukan analisis strategi pemasaran
pariwisata Wonosobo sebagai studi kasus. Metode penelitian yang dilakukan oleh
penulis adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang
mencoba memahami fenomena dalam setting dan konteks naturalnya dimana
peneliti tidak berusaha untuk memanipulasi fenomena yang diamati. Penelitian
kualitati menganggap bahwa realitas adalah bentuk pikiran manusia. Serta proses
penelitian kualitatif lebih fleksibel dan dalam artian langkah selanjutnya akan
ditentukan oleh temuan selama proses penelitian (Sarosa, 2012).
Moleong (2015) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif merupakan
penelitian yang memanfaatkan wawancara terbuka untuk menelaah dan
memahami sikap, pandangan, perasaan, dan perilaku individu atau sekelompok
orang. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder.
Data primer untuk penelitian kualitatif didapat melalui penelitian lapangan
yaitu observasi dan wawancara (in-depth interview) dengan pemangku
kepentingan (stakeholder) pariwisata Wonosobo (destination) dan para pelaku
perjalanan wisata baik yang sudah ke Wonosobo maupun yang belum ke
Wonosobo (origin). Untuk data sekunder, penulis mengambil data dari BPS,
Kemenpar, Dinas Pariwisata Wonosobo, jurnal, dan beberapa literature dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
sumber lain yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas dalam
penelitian ini.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dilakukan penulis dengan observasi dan
wawancara pada saat menentukan strategi pemasaran pariwisata yang berbasis
ekowisata. Observasi dilakukan di beberapa destinasi wisata di Wonosobo.
Peneliti mengumpulkan data secara terbuka kepada sumber data, bahwa peneliti
sedang melakukan penelitian. Jadi mereka yang diteliti mengetahui sejak awal
sampai akhir tentang aktivitas peneliti. Maka hal yang akan di observasi selain
dari destinasi wisata dalm penelitian ini adalah berbagai dokumen melalui
dokumen asli milik pemerintah Wonosobo dan dokumen melalui online atau
langsung yaitu berupa data statistik, media sosial, website resmi, brosur, booklet
dan dokumen lain yang berhubungan dengan perumusan strategi pemasaran
pariwisata yang berbasis ekowisata di Wonosobo.
Data observasi yang dilakukan terdiri dari:
1. Observasi lapangan dalam rangka melakukan pengamatan dan pengecekan
terhadap produk wisata Kabupaten Wonosobo, baik dalam STP dan 8P.
2. Observasi data sekunder yang terkait:
a. RPJMD oleh BAPPEDA Kabupaten Wonosobo tahun 2016-2021.
b. Rencana Strategis Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten
Wonosobo tahun 2016-2021.
c. Rencana Kerja Kegiatan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten
Wonosobo tahun 2018.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
d. Laporan Akhir City Branding Kabupaten Wonosobo Oleh BAPPEDA
e. Media Publikasi, Promosi dan Pemasaran Kepariwisataan Kabupaten
Wonosobo.
f. Peta administrasi Kabupaten Wonosobo
g. Peta Perjalanan Pariwisata Wonosobo
h. BPS Kabupaten Wonosobo
Sedangkan wawancara dilakukan kepada beberapa orang narasumber
dengan posisi dan latar belakang yang berbeda minimal 3 orang dan maksimal 5
orang. Hasil wawancara ini diharapkan dapat memberikan data aktual yang
dibutuhkan sehingga hasil penelitian menjadi valid. Untuk memperkuat data hasil
penelitian kualitatif, dilakukan triangulasi data untuk mengklarifikasi hasil temuan
dari sumber lain untuk menguatkan hasil penelitian.
Dari hasil wawancara tersebut, peneliti ingin mengetahui kondisi aktual
pariwisata Wonosobo. Data kunjungan yang digunakan dari tahun 2015 sampai
2017. Selain itu, perlu juga menganalisis langkah pemasaran yang sudah
dilakukan dan kendala yang dihadapi sampai saat ini. Pertanyaan akan
dihubungkan ke dalam konsep STP dan marketing mix. Pertanyaan yang lebih
mendalam peneliti juga mengetahui segmentation, targeting, dan positioning
pariwisata Wonosobo, bagaimana pertimbangan wisatawan dalam menentukan
destinasi, cara mereka memperoleh informasi, image Wonosobo dan customer
experience wisatawan yang sudah mengunjungi Wonosobo. Data ini didapat dari
hasil wawancara dengan informan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Penelitian dengan pendekatan kualitatif menggunakan instrumen
penelitian berupa pedoman wawancara untuk mendapatkan data yang relevan dan
akurat dari narasumber. Durasi wawancara berkisar antara 40-120 menit untuk
membahas seputar pariwisata Wonosobo. Data yang harus dicatat setiap kali
melakukan wawancara meliputi nama, pekerjaan atau jabatan, tanggal dan waktu
wawancara, serta tempat wawancara. Wawancara dilakukan langsung oleh
peneliti dengan bantuan aplikasi voice recorder pada smartphone.
Kriteria Narasumber yaitu para pemangku kepentingan serta penggiat
pariwisata yang sudah lama berkecimpun dalam upaya pengembangan pariwisata
Kabupaten Wonosobo. Berikut daftar narasumber dalam penelitian ini:
1. Bapak Agus Purnomo sebagai Kepala Kantor Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif Kab. Wonosobo sejak tahun 2017. Mantan Kepala Dinas Sosial
tahun 2014 dan sebagai Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
tahun 2016. Saat ini Pak Agus juga sebagai salah satu dewan Pembina
DPC Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) di Wonosobo.
2. Bapak Lucas Agus Tjugianto sebagai pemilik warung dan restoran
Dieng Warung Makan dan Restaurant di Jl. Sindoro No.12, Wonosobo
Timur, Wonosobo Tim., Kec. Wonosobo. Pak Agus dikenal sebagai
salah satu penggiat pariwisata khususnya di Dieng dan salah satu icon
Parwisata di Wonosobo. Pak Agus sudah berkecimpun di dunia
pariwisata sejak tahun 1970-an hingga saat ini, dimana saat itu warung
makan yang dimilikinya dijadikan sebagai pusat informasi pariwisata
bagi wisatawan khususnya mancanegara. Pak Agus juga sudah sering
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
mendapat penghargaan salah satunya sebagai Duta Pariwisata Provinsi
Jawa Tengah.
3. Bapak Salim Bawazier sebagai ketua DPC Himpunan Pariwisata
Indonesia (HPI) di Wonosobo. Pak Salim juga terkenal sebagai salah
satu penggiat kepariwisataan Wonosobo sejak tahun 1970-an bersama
Pak Lucas Agus Tjugianto.
4. Gus Blero sebagai salah satu budayawan di Wonosobo. Selain itu Gus
Blero dikenal sebagai pemerhati kepariwisataan dan kebudayaan di
Wonosobo.
5. Nuruddin Ardiyanto ST. MT. sebagai Kepala Bidang Bina Marga
Dinas Pekerjaan Umum Kab. Wonosobo. Bidang Bina Marga adalah
bidang yang melakukan pengembangan infrstruktur khususnya jalan
yang ada di Wonosobo.
6. Tiga orang dari penyedia jasa wisata (travel agent) di jalan
Prawirotaman Yogyakarta. Travel agent yang dipilih adalah travel
yang menyediakan paket wisata ke Wonosobo.
a. Adi sebagai pengelola Aria Touris Sercive
b. Cahyo sebagai pengelola Vocation Travel
c. Kartika sebagai pengelola Losari Tours and Travel
Wawancara juga dilakukan pada wisatawan yang sedang dan pernah
melakukan kunjungan wisata di Wonosobo. Pertanyaan pembuka yang ditanyakan
kepada narasumber seputar latar belakang pekerjaan dan interest dari narasumber.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Kemudian pertanyaan penelitian yang dibedakan sesuai dengan background
pekerjaan atau jabatan narasumber.
Daya Saing Wonosobo
1. Bagaimana peminat trip Wonosobo 5 tahun terakhir?
2. Apa yang biasanya menjadi pertimbangan wisatawan untuk
memutuskan pergi ke Wonosobo?
3. Apa yang menjadi daya tarik utama paket wisata Wonosobo?
4. Bagaimana dengan destinasi di Wonosobo, apakah ada destinasi wajib,
atau permintaan khusus wisatawan datang ke Wonosobo khususnya
yang berbasis ekowisata?
5. Bagaimana dengan daya Tarik tradisi Rambut Gimbal dalam rangkaian
acara dieng culture festival di Banjarnegara yang merupakan bagian
dari kebudayaan Wonosobo?
Segmenting, Targeting and Positioning (STP)
6. Siapa saja yang secara mayoritas datang ke Wisata Wonosobo?
(segmenting)
7. Siapa saja yang diharapkan berkunjung ke pariwisata Wonosobo
selama ini? (Targeting)
8. Apa yang menjadi keunikan khas yang dimiliki oleh wisata
Wonosobo? (positioning)
Bauran Pemasaran (Marketing Mix)
9. Bagaimana menjual paket wisata Wonosobo, dari 8P
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
a. Produk: wisata apa yang paling diminati wisatawan dan bagaimana
mengatur Itinerary (rencana perjalanan)?
b. Place: bagaimana cara guide atau pemerintah yang terlibat
mengatur wisatawan untuk menentukan wisata yang mereka akan
kunjungi dan dimana mereka bisa menginap?
c. Price: bagaimana dan siapa saja yang menetapkan harga paket
wisata di Wonosobo?
d. Promosi: apa saja yang telah dilakukan oleh pemangku
kepentingan pariwisata wonosobo untuk memperkenalkannya ke
wisatawan yang lebih luas? Saat ini apa cara yang paling efektif
dilakukan untuk memperkenalkan wisata Wonosobo?
e. People: bagaimana dengan kesediaan masyarakat khususnya yang
telah ditetapkan desa wisata untuk menerima wisatawan dan
memasarkan destinasi wisata? Dan bagaimana peran guide di luar
Wonosobo dalam memfasilitasi wisatawan?
f. Paket dan program: apa saja yang menjadi panduan wisatawan
selama ini dalam menentukan destinasi wisata yang akan
dikunjunginya? Apa saja yang telah dilakukan oleh pemangku
kepentingan dalam menentukan paket perjalanan dan durasi
kunjungan wisatawan?
g. Partnership: bagaimana hubungan kerjasama antara pemerintah,
pihak swasta dan masyarakat dalam hal pengembangan pariwisata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
di Wonosobo? Sejauhmana kepedulian mereka dalam hal
pariwisata yang sustainable atau ecotourism?
3.4 Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini ini, penulis menggunakan kajian isi (content analysis)
untuk menganalisis hasil penelitian kualitatif. Kajian isi adalah teknik yang
digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha menemukan karakteristik
pesan, dilakukan secara objektif dan sistematis (Moleong 2015). Analisis konten
dituangkan dalam menjawab pertanyaan penelitian pada Bab I.
Sebelum melakukan analisis konten, penulis melakukan reduksi data hasil
wawancara yang didapatkan. Reduksi ini bertujuan menajamkan, mengorganisir,
dan membuang data yang tidak diperlukan sedemikian rupa sehingga diperoleh
data yang lebih terfokus. Untuk memeriksa keabsahan data hasil wawancara
digunakan teknik pemeriksaan triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong
2015). Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber
yaitu membandingkan data hasil wawancara dengan suatu informasi yang
diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda. Kemudian hasil analisis disajikan
dalam uraian hasil wawancara yang dikaitkan dengan teori strategi pemasaran.
Kemudian dikembangkan dalam bentuk tabel atau paragraf yang berisi ringkasan
analisis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Potensi Pariwisata Berbasis Ekowisata yang Ada di Wonosobo
Wonosobo adalah kota kedua Jawa tengah yang banyak dikunjungi
wisatawan setelah Magelang dengan destinasinya yang terkenal yaitu Candi
Borobudur. Wonosobo mudah dijangkau dari segala penjuru dan didukung oleh
infrastruktur jalan sebagai prasarana yang memadai. Potensi wisata yang dimiliki
sangatlah beragam yaitu budaya yang ‘adiluhung’ (bermutu) serta objek wisata
yang alami.
Wonosobo kemudian menjadi primadona bagi wisatawan nusantara
ataupun mancanegara. Kabupaten yang terkenal dengan cuacanya yang dingin ini
berada di Provinsi Jawa Tengah yang merupakan 10 destinasi prioritas
Kementrian Pariwisata di Indonesia. Selain itu masuknya kawasan Pegunungan
Dieng sebagai klaster Joglosemar menjadikan Destinasi Tujuan Wisata (DTW)
yang ada di Wonosobo memiliki potensi yang sangat besar dikunjungi oleh
wisatawan.
Dieng is beuty, misty and mysterious adalah sebuah makna yang
menggambarkan tentang keindahan dan keunikan pada suatu tempat yang terkenal
dengan panorama alam dan kebudayaannya. Dieng diibaratkan sebagai bunga
desa yang menyimpan sebuah harapan, membuat banyak orang datang dan
menjadi idola di masyarakat. Hal ini diungkapkan oleh Pak Lucas Agus:
“Dieng is beuty, mistic, and mysteriuous. Dieng itu indah berkabut tapi
menyimpan banyak misteri,, Dieng meskipun memiliki kerusakan seperti
itu, tetap masih menjadi daya tarik bagi wisatawan dengan alasan2 yang
beragam.. Dieng itu punya apa?? Dieng itu punya simpanan harapan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
ibarat bunga desa yang banyak didatangi orang, sehingga menjadi
idola,,”
Kawasan Pegunungan Dieng adalah salah satu potensi besar yang dimiliki
Wonosobo dalam hal pengembangan kepariwisataan. Banyak keindahan alam
yang kemudian bisa dijadikan sebagai Destinasi Tujuan Wisata (DTW) oleh
pemangku kepentingan. Beberapa destinasi wisata tesebut mampu menarik minat
wisatawan baik wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara untuk
datang berkunjung. Berikut ini merupakan daftar destinasi wisata Wonosobo:
Tabel 4.1. Destinasi Wonosobo
No. Atraksi Wisata No. Atraksi Wisata
1. Kawasan Wisata Dieng 14. Arum Jeram Serayu
2. Batu Ratapan Angin 15. Kebun Salak
3. Bukit Sidengkeng Petak 9 Dieng 16. Agrowisata Bedakah
4. Telaga Pengilon 17. Kuburan Budha
5. Kompleks Candi Arjuna 18. Waduk Wadaslintang
6. Pendakian Gunung Prau 19. Agrowisata Tanjungsari
7. Telaga Merdada 20. Pemandian Kalianget dan
Mangli
8. Lobang Sewu 21. Curug Winong
9. Goa Jaran 22. Air Terjun SiKarim
10. Curug Sirawe 23. Telaga Menjer
11. Bukit Sikunir 24. Telaga Warna
12. Telaga Cebong Dieng 25. Agrowisata Tambi
13. Sumur Jalatunda
Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Wonosobo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Tercatat bahwa Wonosobo memiliki 25 destinasi wisata dengan destinasi
wisata alam lebih mendominasi. Selain memiliki ragam destinasi wisata,
Wonosobo merupakan kabupaten yang memiliki cukup banyak event setiap
tahunnya (Lihat Lampiran 1).
Di Wonosobo, dengan struktur alam dan budaya dimilikinya
menggambarkan betapa besar potensi pariwisata yang dapat dikembangkan.
Dirubah sedikit akan menjadi sarana perekonomian baru bagi masyarakat dan
pemerintah. Hal ini diutarakan oleh Pak Agus Purnomo:
“…Jadi waktu saya bertugas sebagai kepala dinas pariwisata saya
mencanangkan kebijakan yaitu pariwisata yang berbasis masyarakat
khususnya bagi pemuda pemudi. Karena wisata Wonosobo alamnya luar
biasa dimana-mana alamnya diubah sedikitpun bisa dijual, bisa jadi duit
banyak. Knp pemuda pemudi bekerja diluar kota bahkan keluar negeri
sedangkan potensi yang ada di daerah asalnya sangat besar. Alamnya
yang luas, dimana mana ada air, diubah dikit jadi uang…”
Sebagai contoh pengembangan pariwisata di Wonosobo yaitu di Lubang
Sewu di Desa Wadaslintang. Awalnya tidak ada wisatawan yang tertarik, namun
setelah dilakukan pengembangan destinasi dan upaya promosi, ribuan pengunjung
langsung datang ke sana. Implikasi dari pengembangan DTW di Lubang Sewu
yaitu adanya geliat perekonomian yang baik di masyarakat. Hal ini dibuktikan
dengan semakin banyaknya pedagang yang ada di sana. Pak Agus Purnomo
kembali menyampaikan:
“…sejak berkembangnya destinasi di lubang sewu yg tadinya tidak ada
pedagang, langsung ratusan pedagang. Bahkan di desanya saat ini tidak
adalagi yang nganggur, semuanya kerja. Hingga saat ini dari pendapatan
desa menjadi sumber pendanaan bagi setiap kegiatan ke masyarakatan di
desa itu. Ini menandakan adanya geliat ekonomi kerakyatan yang sangat
luar biasa…”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Gambar 4.1 Keramaian Wisatawan yang Berkunjung Ke Lubang Sewu
Sumber: @visitwonosobo (instagram)
Selain dari keindahan alam yang dimilik oleh Wonosobo. Terdapat juga
kebudayaan yang sangat terkenal yang dapat menjadi DTW bagi wisatawan.
‘Ritual Rambut Gembel’ adalah salah satu tradisi kebudayaan yang sangat
terkenal hingga mancanegara. Selain itu terdapat pula peninggalan sejarah dan
tradisi keagamaan di Wonosobo. Hal ini disampaikan oleh Pak Salim:
“…ada peninggalan-peninggalan sejarah dari beberapa kultur budaya dan
agama, misalkan saja kebudayaan Islam, di sini terdapat makam-makam Kiyai,
tokoh Islam dan para Wali.. dan itu sering dikunjungi untuk berziarah,, tidak
hanya orang Jawa, bahkan di luar Jawa-pun,, sekarang pariwisata digalakkan,
informasi itu semakain berkembang, sehingga menjadi stimulun bagi orang-
orang datang ke Wonosobo,,, selanjutnya Hindu,, dan Wonosobo banyak sekali
candi-candi peninggalan Hindu, itukan menandakan bahwa ada sesuatu di
Wonosobo ‘the soul of Wonosobo’… sampai skarang pun orang-orang dari Bali
sering berkunjung ke Dieng tepatnya di candi arjuna.. selain itu, mereka
mengambil air suci yang dibawa ke Bali,, yaitu telaga warna dan mata air
bimolukar..”
Pak Agus Purnomo juga menyampaikan:
“…Wonosobo itu pusat dari semua tradisi di Jawa bahkan Dunia…
terdapat gua yang besar tempat petapaan bagi orang Hindu, dulunya
Wonosobo ini mau dijadikan sebagai pusat Hindu di Dunia mulai dari
Negara asia tenggara hingga orang India,, orang Bali sering datang ke
sini untuk bertapa, terus membawa air suci di Dieng…”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Implikasi dari sebuah pengembangan kepariwisataan diharapkan mampu
mengedepankan prinsip-prinsip keberlanjutan (sustainable). Karena dengan
adanya prinsip tersebut kualitas alam, kebudayaan dan perekonomian berjalan
seimbang. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan program ekowisata bagi
setiap destinasi.
Kepariwisataan yang berbasis ekowisata seharusnya berbasis pada
ekonomi kerakyatan. Masyarakat selalu harus dilibatkan dari setiap
pengembangan destinasi karena masyarakat yang paling tahu dengan
lingkungannya dan cara memperlakukan alam yang ada di sekitarnya. Seperti
yang dikatakan oleh Agus Purnomo:
“…Jadi waktu saya bertugas sebagai kepala dinas pariwisata saya
mencanangkan kebijakan yaitu pariwisata yang berbasis masyarakat
khususnya bagi pemuda pemudi. Hal ini dilakukan karena diharapkan
mereka menjadi motor penggerak pariwisata yang ada dilingkungannya”
Gus Blero juga menyampaikan:
“…Berbicara tentang sustainability itu berbicara tentang program yang
dibuat oleh pemangku kepentingan,, tetapi yang harus diperhatikan
bahwa,, lokasi destinasi wisata itu sebenarnya ya milik orang yang hidup
di situ,, candi arjuna, ya milik masyarakat Dieng,, mereka yang paling
paham dengan lingkungannya.. jadi harus dilibatkan… kemampuan
masyarakat hanya mampu mengolah dan mencintai… tapi kemudian tugas
pemerintah adalah bagaimana pemerintah menjaga mereka semua… jadi
yang butuhkan disisni adalah,, sebuah kehendak baik,,, jadi jika ada
kerjasama dengan pihak swasta ya harus membuat program yang tanpa
mengabaikan apapun…”
Merujuk pada latar belakang dilakukannya penelitian ini, pengembangan
pariwisata memiliki dampak negatif jika dilakukan tanpa prinsip-prinsip
berkelanjutan. Prinsip-prinsip keberlanjutan ini bisa dilakukan salah satunya
dengan mengembangkan produk pariwisata yang berbasis ekologi atau yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
dikenal ekowisata (ecotourism). Oleh karena itu dibutuhkan pemasaran periwisata
yang bertanggung jawab (responsible tourism marketing).
Dari hasil observasi yang dilakukan tentang pariwisata di Wonosobo pada
belum ditemukan program khusus yang telah berjalan dengan mengupayakan
terjadinya pengembangan pariwisata yang berkelanjutan. Selanjutnya akan
menggambarkan pentingnya ekowisata pada sebuah destinasi di Wonosobo.
Gambaran tentang potensi ekowsata ini adalah himpunan dari hasil wawancara
dan observasi dilapangan yang dikemas dalam bentuk catatan lapang (Field Note).
4.1.1. Desa Tertinggi Di Jawa, Sembungan Negeri di Atas Awan
Desa Sembungan merupakan salah satu desa yang berada di Wonosobo.
Desa ini memiliki kekayaan alam yang terbentang luas di kawasan Pegunungan
Dieng. Desa Sembungan yang terletak dibagian timur Desa Dieng dengan luas
291.703 ha merupakan desa tertinggi (2350 m.dpl) dan bersuhu terdingin (±5°C)
di Pulau Jawa. Selain itu banyak objek wisata yang dapat kita temui di sana yang
diantaranya adalah Puncak Sikunir dan Telaga Warna. Selain kondisi alam,
Sembungan juga memiliki komoditas pertanian yang kuat serta kearifan lokal
yang unik.
Puncak sikunir dan Telaga warna adalah primadona bagi wisatawan saat
ini. Pertimbangan wisatawan sendiri sangat beragam, akan tetapi yang paling kuat
adalah mereka ingin menikmati keindahan alam secara natural dan terlepas dari
rutinitas mereka di perkotaan. Banyaknya wisatawan yang kemudian masuk ke
Sembungan memberi dampak positif khususnya mengenai adanya sarana produksi
(mata pencaharian) baru bagi masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Awalnya masyarakat yang hidup di kawasan Pegunungan Dieng
khususnya Desa Sembungan, sudah terlalu nyaman dengan kehidupan bertaninya.
Mereka cenderung menolak kegiatan kepariwisataan karena menganggap
kehidupan bertani adalah satu-satunya sarana produksi yang baik. Sebenarnya
tidak ada yang salah dengan pilihan masyarakat untuk bertahan dengan cara
bertani, akan tetapi cara-cara eksploitatif yang dilakukan masyarakat terhadap
alam justru merusak lingkungan mereka sendiri. Cara-cara eksploitatif yang
dimaksud adalah mentransformasi hutan gunung dan perbukitan menjadi ladang
pertanian. Hal ini kemudian menimbulkan banyaknya longsor yang terjadi di
kawasan Pegunungan Dieng termasuk Desa Sembungan.
Gambar 4.2. Pemandangan Perbukitan Gundul yang Dijadikan Lahan Pertanian
oleh Warga di Desa Rawa Kleing, Kaliwiro, Wonosobo.
Sumber: www.antarafoto.com
Saat ini, setelah 35 tahun masyarakat yang hanya mengandalkan
kehidupan pertaniannya justru merusak lingkungannya sendiri mulai tersadarkan.
Hal ini juga dikarenakan pengembangan pariwisata sehingga masyarakat langsung
melibatkan diri dan mengatakan ‘tourism is good’.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Upaya pengembangan destinasi tujuan wisata ini sudah dilakukan sejak
lama oleh beberapa akademisi dan aktifis kepariwisataan di Wonosobo. Upaya
yang dilakukan seperti memberi pemahaman tentang sadar wisata, memberi
pelatihan menjadi guide, berbahasa inggris dan lainnya.
Kegiatan kepariwisataan pun berjalan secara kolaboratif antara
pemerintah, masyarakat dan swasta di Desa Sembungan. Akan tetapi respon yang
dilakukan terhadap upaya pengembangan destinasi justru kembali merusak
tatanan alam sebagaimana mestinya. Kegiatan kepariwisataan dianggap terlalu
berlebihan dan kurang mempertimbangkan asas keberlanjutan melalui
pengawasan dan program yang tepat. Pak Lucas Agus menjelaskan:
“…yang hilang itu situation,, suasananya,, kalau masalah destinasi itu
nggak ada yang berubah,, tapi suasana, kalau dulu itu lingkungannya
indah, kalau sekarang banyak ironisnya,, banyak bangunan dimana-mana
yang tidak tertata rapi,, kenapa?,, saya sudah sejak dulu berbicara
dibeberapa kesempatan,, Please,,!! kita menjual hijaunya Wonosobo,
keindahan alamnya, keseniannya,, bukan bangunan kongkrit seperti
bangunan secara berlebihan,, biarkanlah alam itu seperti itu,
sebagaimana mestinya,,.”
Terdapat banyak bangunan yang tidak semestinya berada di kawasan
destinasi karena mengurangi unsur alamiah dan keindahan alam di Desa
Sembungan. Saat ini sedang terjadi ‘euphoria’ tentang kepariwisataan secara
umum di Wonosobo. Menikmati hasil kunjungan wisatawan sedangkan untuk
kedepannya belum tahu apa yang akan dilakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Gambar 4.3. Warung Makan di Kawasan Candi Arjuna
Sumber: Data Pribadi
Kebanyakan bangunan yang ada di dekat candi arjuna seperti homestay
dan warung makan berada di kawasan cagar budaya. Bangunan tersebut
merupakan jenis bangunan permanen dan semi permanen. Selain itu terdapat juga
bangunan kosong tanpa memiliki fungsi apapun yang dibangun oleh masyarakat
sekitar. Konsekuensi dari itu semua adalah degradasi keindahan alam dan situs
cagar budaya yang ada di sana. Seperti yang dikatakan oleh Pak Lucas Agus:
“sekarang daerah situs pubakala, seperti komplek candi itu aslinya (UU
Kolonial Hindia Belanda) seluas kurang lebih 100 hektar lebih tahun
1937,, sekarang tidak ada separuh,, karena mereka mebangun di daerah
situs, daerah yang seharusnya dilindungi…”
Gambar 4.4. Bangunan Jualan Makanan dan Cenderamata Milik Masyarakat di
Kawah Sikidang
Sumber: Data Pribadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Gambar di atas juga menjelaskan tentang kondisi bangunan destinasi yang
ada di kawah sikidang yang kurang dalam penataan. Hal ini kemudian dapat
menjadi perhatian pemangku kepentingan pariwisata Wonosobo untuk melakukan
pengembangan destinasi berbasis ekowisata.
4.1.1. Nirwana Para Dewa, Dieng Menjujung Kearifan Lokal
Dieng is beuty, misty and mysterious. Ungkapan tersebut adalah ucapan
yang keluar dari mulut seorang penggiat wisata ketika menggambarkan Dieng.
Dieng diibaratkan sebagai bunga desa yang menyimpan sebuah harapan, membuat
banyak orang datang dan menjadi idola di masyarakat.
Dataran tinggi Dieng atau dalam bahasa Prancis Dieng Plateau berada di
ketinggian 2093 m.dpl yang diapik oleh dua daerah Wonosobo dan Banjarnegara.
Sruktur alam yang sangat indah sehingga menjadi pusat pengembangan pariwisata
dan kebudayaan di Indonesia.
Nama Dieng berasal dari kata ‘diyang’ atau ‘dihyang’ yang berarti tempat
Hyang/Dewa. ‘Hyang’ sendiri berarti ‘arwah leluhur yang secara harfiah
bermakna temapat bagi para dewa yang bagaikan ‘nirwana’. Banyak situs sejarah
dan keindahan alam serta tradisi kebudayaan yang memukau menjadikan Dieng
sebagai tempat yang sangat misterius. Hal ini juga tercatat dalam sebuah prasasti,
di Dieng:
“kawrat ing seratan Tjanggal Sang Prabu Sanjaya ngandikaaken:
pepunden Civa kanglinuwih endahe, punika karsanipun boten sanes
inggih naming ing diyeng. Makaten ugikawrat ingserat undangbab siti
mardikan ing Prambanan Sang Prabu Daksangantos kapingtiga
anggenipun nyebataken; gunung wingit padewatan Civa”
Arti dari catatan prasasti tersebut adalah:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
“tercatat pada prasasti Tjanggal, prabu Sanjaya menyebutkan: Pemujaan
Dewa Civa yang terindah, tidak lain letaknya hanya d Dieng. Juga
catatan undang-undang bab tanah Negara di Prambanan, sang prabu
Daksa sampai tiga kali menyebutkan; gunung yang menyimpan misteri
tempat dewa Civa.”
Dataran tinggi Dieng hampir setiap saat diselimuti oleh kabut yang cukup
tebal. Pada musim-musim tertentu di bulan juli hingga agustus terjadi hujan es
dengan cuaca di sekitar -3°C. orang Dieng menyebutnya ‘bun upas’ atau embun
racun karena dapat mematikan tanaman pertanian mereka.
Gambar 4.5. Hamparan Es yang Berada di Candi Arjuna
Sumber: www.nationaltempo.co
Cuaca sangat dingin tersebut juga membentuk kebiasaan orang Dieng
dalam menjalani kehidupannya sehari-hari. Dari kebiasaan itu kemudian menjadi
sebuah kearifan lokal bagi masyarakat di Dieng. Orang Dieng memiliki ruangan
khusus untuk berkumpul. Di tengah ruangan itu terdapat ‘tungku api’ kemudian
mengelilinginya dengan tujuan menghangatkan badan sambil makan dan minum.
Makna dari kebiasaan itu adalah orang Dieng menghargai sebuah
kesederhanaan, kesetaraan dan gotong royong. Kearifan lokal ini yang kemudian
mulai tergerus akibat dari berubahnya cara pandang mereka memaknai dan
memperlakukan alam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Alam sudah jauh dari dari unsur keasliannya, beberapa destinasi alih-alih
melestarikan kearifan lokalnya, justru membuat atraksi produk pariwisata yang
justru bertolak belakang dengan harapan wisatawan. Misalnya touris mancanegara
datang ke sini untuk melihat ‘kemurnian’ dari alam. Akan tetapi ketika alam
diwarnai, maka kemurniannya akan hilang. Gunung dibabat dijadikan lokasi
wisata dan lokasi cagar budaya dibanguni bangunan yang permanen, nantinya
akan terlihat secara spiritual ini akan mengganggu keseimbangan ekosistem antara
Tuhan, alam dan manusia. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Gus Blero:
“…adakalanya kebudayaan itu ditemptkan diruangnya sendiri dan tindak
menjadi konsumsi yang umum karena adanya batasan-batasan. Tetapi
hari ini kita melihat banyak yang kemuian terlalu over yang terlalu
berame rame yang membuka destinasi baru tanpa ada kontrol yang
semestinya.. gunung-gunung di babat, langit-langit diwarnai,, batu-batu
dikasi lipstip sama sekali kurang memperhatikan kearifan lokal..”
Ketika orang sudah sadar wisata, yang paling diharapkan adalah upaya
untuk menjaga lingkungannya dan melestarikan kebudayaan. Secara umum, yang
terjadi di Dieng sudah banyak upaya dan program yang akan dilakukan oleh
pemangku kepentingan kepariwisataan di sana. Akan tetapi dari segi tatanan sosial
terabaikan, hal ini tidak mencakup sebuah prinsip keberlanjutan.
Implikasi dari pengembangan destinasi dengan mengabaikan tatanan sosial
yang merujuk pada kearifan lokal seperti relasi yang kapitalistik adalah konflik
yang terjadi secara vertikal ataupun horizontal. Seperti yang terjadi saat ini ketika
adanya sebuah perusahaan yang ingin membangun hotel di Dieng, orang beramai-
ramai menolak pembangunan itu dengan alasan yang egosentris dan tidak
menjunjung rasa kebersamaan. Hal ini kemudian dibutuhkan aturan-aturan yang
jelas. Seperti yang dikatakan oleh Pak Lucas Agus:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
“…dan sekarang dengan adanya sebuah perusahaan swasta yang ingin
membangun sebuah hotel di kawasan cagar budaya,,, saya dengar mereka
ribut di sana,, saya mendapat telfon dari para warga di sana,,apa kalian
mau demo?, jadi pada intinya,, apa yang terjadi di Dieng sudah salah
sejak awal penerapannya oleh oknum-oknum,, jadi sudah kaprah, kalau
mau diperbaiki itu seperti air yang sudah terlanjur keruh.. mereka
mengutamakan ego sendiri, tidak mau bekerja sama-sama,,”
Prototype saat ini yang berkembang hanya melihat sesuatu secara empiris,
atau kasat mata, tetapi tidak melihat tatanan alam yang sudah harus dijaga.
Begitupun dengan kebudayaan dan kearifan lokal juga harus di jaga dengan narasi
yang bukan hanya sebatas pikiran, tetapi juga dengan hati.
4.2 Strategi Pemasaran Yang Sudah Diterapkan
Strategi pemasaran yang sudah diterapkan oleh Pemerintah Wonosobo
dapat dilihat dengan menganalisis segementasi, target dan posisi yang ditetapkan.
Selain itu dilakukan juga analisis 8P yang menggambarkan strategi apa saja yang
telah dilakukan oleh para pemangku kepentingan di Wonosobo. Berikut hasil
analisis yang telah dilakukan.
4.2.1 Analisis Segmentasi, Target dan Posisi Pasar Pemasaran
4.2.1.1. Segmenting
Pertama, berdasarkan geografis, wisatawan dapat dibedakan ke dalam
asal negaranya dimana wistawan bisa berasal dalam negeri atau mancanegara.
Awal mula perkembangan pariwisata di Wonosobo berawal pada tahun 1970
dimana saat itu wisatawan belum memiliki informasi yang jelas tentang pariwisata
Wonosobo. Kondisi itu berakhir ketika terdapat sebuah restoran yang bernama
Warung Dieng milik Pak Agus Lucas Tjugianto menjadi pusat informasi
pariwisata di Wonosobo. Pak Agus pun secara tidak sengaja menjadi guide bagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
para wisatawan khususnya mancanegara yang kemudian datang berbondong-
bondong ke destinasi khususnya Dieng hingga mencapai 40.000 wisatawan pada
tahun 1980-1990. Hal ini diceritakan oleh Pak Agus Lucas Tjugianto melalui
wawancara:
“Pada tahun 1970an, secara tidak sengaja saya menjadi guide bagi para
turis,, awalnya mereka cuman datang untuk makan di warung saya,,
mereka kemudian menanyakan tentang pariwisata yang ada di Wonosobo
khususnya Dieng,, sejalan dengan itu, saya kemudian menjadi informasi
lebih jauh tentang Dieng dan membuat map sendiri, dan memfoto-foto
spot yang di Dieng saat itu lalu saya menempelkannya di diniding warung,
sehinggga warung saya saat itu menjadi pusat informasi pariwisata di
Wonosobo saat itu,, begitupun dengan akses untuk menuju kesana,, hingga
pada tahun 1980 dan 1990 wisatawan asing yang datang ke Dieng sangat
luar biasa hingga mencapai lebih dari 40rb orang,, ketika saya Tanya
tentang alasan dia datang dan siapa yang memberi informasi,, mereka
menjawab dari mulut ke mulut para wisatawan asing,,,”
Kemudian Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Wonosobo memberi
informasi tentang perkembangan kunjungan wisatawan juga menjelaskan tentang
segmentasi geografis wisatawan Wonosobo. Hal ini dapat dilihat dari data berikut:
Gambar 4.6. Audit Capaian Kinerja Pelayanan Bidang Pariwisata 2012-
2015
Sumber: Laporan Akhir City Branding Kabupaten Wonosobo
(BAPPEDA)
2012 2013 2014 2015
Wisnus 393,638 473,093 593,665 864,735
Wisman 19,089 10,335 7,291 5,056
Total 412,727 483,428 600,959 869,791
-
100,000
200,000
300,000
400,000
500,000
600,000
700,000
800,000
900,000
1,000,000
Wisnus
Wisman
Total
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Dari data di atas dapat kita ketahui bahwa wisatawan dalam negri
mengalami peningkatan setiap tahunnya dengan rata-rata peningkatan 30,44%.
Sedangkan wisatawan mancanegara mengalami penurunan dari tahun 2012 hingga
tahun 2015. Kebanyakan dari pengunjung destinasi di Wonosobo berasal dari
wisatawan dalam negri (Nusantara).
Wisatawan Wonosobo secara geografis juga dapat dikategorikan sebagai
pengunjung dari Jawa Tengah dan pengunjung yang berasal dari luar jawa tengah.
Hal ini dapat kita temui dari unggahan Badan Pusat Statistik Wonosobo melalui
website Wonosobokab.bps.go.id. Dari data tersebut dapat kita ketahui
perbandingan jumlah pengunjung yang berasal dari jawa Tengah dan di luar Jawa
Tengah ke kawasan Pegunungan Dieng Wonosobo.
Tabel 4.2. Jumlah Wisatawan di Kawasan Pegunungan Dieng
Tahun Jumlah Wisatawan (Jiwa)
Jawa Tengah Luar Jawa Tengah
2010 38562 69786
2011 38776 59322
2012 50924 81611
2013 72563 105548
2014 99114 162237
Total 299939 478504
Sumber: BPS Wonosobo
Tabel di atas juga menunjukkan bahwa adanya peningkatan kunjungan
wisatawan yang terjadi terus menerus setiap tahunnya baik dari Jawa Tengah
maupun di luar Jawa Tengah. Dari data itu juga kita dapat mengetahui bahwa
pengunjung yang berasal dari luar provinsi Jawa Tengah lebih besar dibandingkan
pengunjung dari Jawa Tengah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Kedua, berdasarkan psikografi, wisatawan dibagi berdasarkan minat
khusus dan moda transportasi yang digunakan. Berdasarkan minat khusus seperti
minat budaya, touring, fotografi, pecinta alam dan kegiatan lain yang sesuai
dengan hobi wisatawan mampu disediakan oleh destinasi di Wonosobo. Minat
khusus seperti komunitas Honda CRV yang melakukan touring dari Cirebon ke
Wonosobo, setelah itu lanjut ke Semarang dan Jogjakarta. Begitupun dengan para
fotografi yang mengambil gambar di kawasan Pegunungan Dieng seperti puncak
sikunir, telaga warna, gunung prau dan lain sebagainya.
Saat ini, gunung prau menjadi destinasi yang begitu favorit di Wonosobo.
Tribunjateng.com menjelaskan melalui hasil wawancaranya dengan salah satu
pengelola basecamp gunung prau pada tanggal 8 juni 2018 bahwa pada malam
minggu dibulan biasa, jumlah pengunjung atau pendaki gunung prau yang melalui
Patakbanteng Kejajar Wonosobo mencapai 1000 orang. Pada hari yang sama di
bulan ramadhan ini, pendaki yang naik hanya berkisar 150 orang. Hal yang senada
tentang maraknya pengunjung gunung Prau diungkapkan oleh Pak Agus
Purnomo:
“…justru akhir-akhir ini, saya mendapat laporan bahwa yang tinggi nilai
jualnya dan banyak dikunjungi oleh orang-orang yaitu gunung prau,,,
karena kita tau kalau disana itu menyajikan keindahan alam yang
sungguh luar biasa, sehingga banyak yang suka mendaki dan berfoto
datang ke sana…mungkin sekitar seribuan orang yang kesana setiap akhir
pekan…”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Gambar 4.7. Kepadatan Pengunjung Gunung Prau
Sumber: Tribunjateng.com
Sedangkan untuk moda transportasi yang digunakan untuk mengunjungi
destinasi wisata di Wonosobo itu bervariasi. Kebanyakan wisatawan yang datang
menggunakan mobil pribadi, akan tetapi jika dilihat dari jumlah unit kendaraan,
motor wisatawan yang paling banyak digunakan untuk datang ke destinasi
khususnya kawasan Pegunungan Dieng. Seperti yang dijelaskan oleh Pak Agus
Purnomo:
“..orang-orang biasanya datang dengan menggunakan kereta (kereta
identik digunakan oleh orang Wonosobo sebagai bahasa pengganti dari
sepeda motor),, kebanyakan dengan itu, karena mungkin akses menuju
Dieng agak sempit dan menghindari kemacetan karena mobil pribadi dan
bus yang mengangkut para pengunjung juga banyak…”
Data dari BAPPEDA juga menunjukkan tentang moda transportasi yang
digunakan wisatawan untuk berkunjung ke destinasi wisata di Wonosobo. Dari
data tersebut juga menggambarkan bahwa mobil pribadi menjadi sarana
transportasi yang mendatangkan banyak wisatawan. Berikut penelitian yang
dilakukan oleh BAPPEDA:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Gambar 4.8. Moda Transportasi Wisatawan Kab. Wonosobo
Sumber: Laporan Akhir City Branding Kabupaten Wonosobo
(BAPPEDA)
Tabel di atas merupakan hasil penelitian yang dilakukan oleh BAPPEDA
yang bekerjasama dengan Universitas Sanata Dharma yang diselenggarakan pada
saat perumusan city branding Wonosobo. Grafik tersebut terdiri dari hasil
kuesioner yang berjumlah 100 orang wisatawan yang dibagi secara acak pada
lokasi destinasi wisata. Hasilnya menujukkan bahwa sebanyak 26 orang yang
berkunjung ke Wonosobo menggunakan mobil pribadi sebagai jumlah terbanyak
dalam hal moda transportasi.
Ketiga, berdasarkan perilaku, wisatawan dikelompokkan menjadi tiga
bagian yaitu lama tinggal wisatawan dan motivasi wisatawan. Dari ketiga hal itu
akan menjelaskan tentang sikap, pengetahuan hingga tanggapan wisatawan
terhadap destinasi pariwisata yang dikunjungi.
Lama tinggal wisatawan yang bekunjung ke Wonosobo khususnya Dieng
biasanya dipengaruhi oleh akses menuju lokasi yang lumayan jauh. Hal ini terjadi
26
23
18
11
6
3
0
5
10
15
20
25
30
Mobil
Pribadi
Bus Kendaraan
Sewa
Sepeda
Motor
Angkutan
Umum
Lain-lain
Moda Transportasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
pada wisatawan yang memulai perjalanan pariwisatanya di luar Jawa Tengah.
Selain itu jumlah akomodasi/penginapan juga yang sangat terbatas di Wonosobo.
Ini juga yang membuat perusahaan travel yang melayani perjalanan menentukan
untuk tidak menginap di Wonosobo. Ada pula hal lain yang menjadi
pertimbangan perusahan travel yaitu tidak adanya tempat lain yang bisa
dikunjungi di Wonosobo selain kawasan Pegunungan Dieng. Hal ini diutarakan
oleh salah satu pengelolah Aria Touris Sercive di jalan Prawirotaman Mas Adi:
“…biasanya wisatawan langsung balik,,, karena kami memberi paket
perjalanan Borobudur ke Dieng… cuman belakangan ini kami tidak
mengambil Dieng karena terakhir mobil kami ke sana ada kendala
persoalan akses ke Wonosobo… ada juga wisatawan yang nginap jika dia
mau ke sikunir karena memang harus bermalam di Dieng, jadi kami
memberi biaya tambahan karena mobil harus kembali ke jogja nanti
mereka akan di jemput kembali…”
Mas Cahyo dari Vocation Travel mengatakan:
“…kalau persoalan nginap di Wonosobo itu 50:50 sih mas,, ada yang
nginap ada yang langsung pulang,, tapi itu tergantung dari yang di
kunjungi sih… kalau dia mau ke gunung prau dan puncak sikunir pasti
nginap cuman semalam,, cuman biasanya kami beri biaya tambahan sih,,,
cuman uang transprotasi saja… sedangkan untuk kendala untuk ke Dieng
sendiri sih,, pasti aksesnya,, karena kemarin sempat jembatannya jebol
karena longsor juga…”
Data yang didapatkan dari BAPPEDA juga menyatakan bahwa lama
tinggal wisatawan sebagian besar adalah satu hari yang menggambarkan bahwa
51% wisatwan tidak menginap di Wonosobo. Berikut gambar 4.9 dan gambar
4.10 menjelaskan hal tersebut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Gambar 4.9. Lama Tinggal Wisatawan Kab. Wonosobo
Sumber: Laporan Akhir City Branding Kabupaten Wonosobo
(BAPPEDA)
Gambar 4.10. Akomodasi/Penginapan Wisatawan Kab. Wonosobo
Sumber: Laporan Akhir City Branding Kabupaten Wonosobo
(BAPPEDA)
Alasan wisatawan yang datang ke Wonosobo sebagai motivasi mereka
kebanyakan untuk menikmati wisata alam. Wisata alam yang ada di Wonosobo
seperti puncak sikunir, telaga warna, gunung prau dan lain-lainnya. Seperti yang
dikatakan oleh Mas Cahyo:
“…mereka (wisatwan) beralasan ingin ke Dieng karena ingin menikmati
keindahan alam di sana,, mereka kemudian memilih untuk camping di
gunung prau..”
1 HARI 2 HARI 3 HARI > 3 HARI
Series1 51 28 18 3
0
10
20
30
40
50
60
Lama Tinggal (Length of Stay)
51
2318
5 2 1
0
20
40
60
Akomodasi/Penginapan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Pak Salim juga mengatakan:
“…saya pernah mendapat alas an yang cukup unik dari salah satu
pengunjung Wonosobo Dieng,, dia datang hanya untuk menghirup udara
segar bahkan menikmati sentuhan embun yang mengenai kulitnya…”
Informasi tentang motivasi kunjungan wisatawan datang ke Wonosobo
dapat dilihat dari laporan akhir city branding Wonosobo oleh BAPPEDA. Dimana
wisata alam dan budaya merupakan motivasi utama wisatawan untuk berkunjung
ke Wonosobo:
Gambar 4.11. Motivasi Kunjungan Wisatawan Kab. Wonosobo
Sumber: Laporan Akhir City Branding Kabupaten Wonosobo
(BAPPEDA)
Dari semua segmentasi yang dapat dianalisis tentunya ada yang menjadi
pertimbangan khusus yang perlu dilakukan oleh pemangku kebijakan dan para
akademisi dalam pengembangan pariwisata di Wonosobo. Salah satu dari
segmentasi pasar wisatawan yang cukup kuat yaitu besarnya keinginan
masyarakat untuk menikmati kualitas alam yang dimiliki oleh Wonosobo. Hal ini
kemudian menjadi perhatian agar kualitas alam tetap terjaga maka unsur-unsur
sustainable atau keberlanjutan dilakukan untuk setiap destinasi. Unsur
keberlanjutan ini dapat menjadi Unique Selling Proposition (USP) bagi destinasi
74
2013 12 11
5 3 3 1 1
0
20
40
60
80
Motivasi Kunjungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
destinasi Wonosobo. Hal ini diharapkan menjadi bahan untuk mengidentifikasi
segmentasi pasar menurut minat wisatawan untuk menentukan target yang tepat.
4.2.1.2. Targeting
Untuk saat ini, pariwisata di Wonosobo belum memilik target yang secara
spesifik dan tertulis. Hal ini dikarenakan belum adanya publikasi Rencana Induk
Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPARDA). Target wisatawan Wonosobo
yang saat ini dilakukan hanya berfokus pada wisatawan yang memiliki minat
khusus. Minat khusus wisatawan yang datang ke Wonosobo tergantung pada jenis
atraksi yang ada di destinasi yang ada di Wonosobo.
Masing-masing destinasi memiliki target dan daya tarik tersendiri bagi
para wisatawan dengan motivasi yang berbeda. Seperti target destinasi puncak
sikunir berbeda dengan desa wisata yang ada di Wonosobo. Begitupun dengan
wisatawan yang datang ke kebun teh tambi atau wisatawan yang suka highing
tentunya akan ke gunung prau. Oleh karena itu, pengelola daya tarik wisata dan
penyedia jasa wisata harus fokus dan mengenali targetnya sehingga fasilitas
ditempat itu sesuai dengan kebutuhan wisatwan sebagai konsumennya. Pariwisata
secara umum harus memenuhi standar sadar wisata dan sapta pesona. Karena
denga hal itu, akan selalu menjadi daya tarik wisatawan untuk datang berkunjung
ke Wonosobo. Seperti yang dikatakan oleh Pak Lucas Agus:
“..setelah saya mendapat gelar duta pariwisata di Wonosobo, saya baru
sadar ternyata yang telah saya lakukan selama ini terhadap pariwisata
Wonosobo sudah memenuhi standar sapta pesona begitupun dengan
memberi pemahaman kepada masyarakat akan sadar wisata…”
Atraksi di Wonosobo yang memiliki target pasar wisatawan minat khusus yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
1. Alam
Keindahan alam Wonosobo sangat beragam, hal ini dikarenakan
keberadaannya yang dekat dengan kawasan pegunungan sindoro dan gunung
sumbing. Bagi wisatawan yang menyukai ketinggian dan menikmati udara
dingin hingga terbitnya matahari semua ada di kawasan Dieng Plateau. Dieng
plateuau atau dataran tinggi Dieng berada pada ketinggian 2093 mdpl. Di sana
menjadi akses utama wisatawan untuk mengunjungi destinasi seperti puncak
sikunir, gunung prau, kawah sikidang, batu ratapan angin dan telaga warna dan
beberapa destinasi lainnya yang berada di kawasan Pegunungan Dieng. Selain
itu juga di Wonosobo juga dapat kita temukan wisata alam lainnya seperti
telaga menjer, sumur jalatunda dan beberapa agrowisata seperti perkebunan the
tambi, permandian kalianget dan lainnya. Sedangkan di desa Sembungan salah
satu desa di Wonosobo dapat kita temukan air terjun seperti sikarim, seloka
dan sirawe, dan juga terdapat telaga seperti swiwi, nila dan dringo.
2. Budaya
Kebudayaan yang sangat terkenal di Wonosobo yaitu rambut gembel. Rambut
gembel adalah sebuah ritual yang dilakukan di kawasan Pegunungan Dieng
tepatnya candi arjuna. Selain itu ada juga tradisi kebudayaan lain yang dimiliki
seperti festival budaya selokromo, pengambilan air tujuh sumber, pawitan
budaya jawi dan unduh-unduhan, boyong kedathon dan prosesi ritual birat
sengkala, tari missal 5000 topeng lengger, tradisi larung sukerto serta tradisi
Rakanan Giyanti. Untuk Rakanan Giyanti sendiri, Wonosobo sedang gencar
melakukan pemasaran dan melakukan festival yang diharapkan menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
referensi lain bagi Wonosobo. Nama kegiatan festifal tersebut yaitu ‘The
Legend Of Lengger Giyanti’.
4.2.1.3. Positioning
Positioning berkaitan dengan bagaimana suatu brand diposisikan dalam
pikiran target wisatawan. Dalam istilah psikologi disebut mental conception, yaitu
bagaimana orang memiliki persepsi yang kuat di alam bawah sadarnya akan suatu
objek, dalam hal ini wisatawan. Sebelum menentukan positioning, pemerintah dan
beberapa pemangku kepentingan pariwisata Wonosobo dalam hal ini sebagai
pemasar harus menentukan segmentasi dan target pasar terlebih dahulu. Hal ini
nantinya akan bertujuan untuk mendatangkan wisatawan sebanyak mungkin ke
destinasi.
Untuk menentukan positioning, maka diperlukan branding terhadap
destinasi pariwisata di Wonosobo. Karena dengan adanya perumusan city
branding oleh suatu daerah, selain mendatangkan wisatawan juga akan
menggerakkan perekonomian masyarakat karena adanya implikasi terhadap
investasi dan perdagangan di Wonosobo. Hal tersebut di sampaikan oleh Ibu Ike
Janita Dewi dalam sebuah Fucus Group Discusion pertama bersama para
pemangku kepentingan pariwisata di Wonosobo.
“…Selain dari tujuan untuk mendatangkan wisatawan, branding juga
membantu daerah maupun masyarakat untuk menentukan jenis investasi,
karakteristik wisatawan atau pengunjung dan perdagangan yang ingin di
tarik ke Kabupaten Wonosobo. Satu hal yang tidak kalah penting adalah
sebuah brand juga mencerminkan cita-cita dan inspirasi suatu daerah
maupun masyarakat….”
Wonosobo sendiri sudah melakukan City Branding yang launching pada
tanggal 24 Agustus 2018 yaitu “The Soul of Java”. Tagline ini memiliki arti yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
sangat filosofis dan diputuskan secara bersama-sama dalam sebuah forum FGD
yang diselenggarakan oleh BAPPEDA. Hal ini disampaikan oleh Pak Salim
Bawazier sebagai ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia di Wonosobo:
“..Wonosobo sendiri memiliki kebudayaan dan kearifan lokal yang sangat
kuat,, Wonosobo memiliki arti sesuai dengan branding Wonosobo, the soul
of java,, wonososbo,, sobo dalam arti bahasa jawa artinya berkunjung,,
dan secara mendalam artinya berkunjung yang terjadi berkali-kali,
sedangkan wono artinya ada apa,,, jadi secara filosofis sangat bermakna
ketika mengartikan wonososbo, ada apa sehingga orang datang
berkunjung..? jadi kenapa orang datang kesini sejak jamn dahulu, karena
di sini ada soul, ada interest di kabupaten ini,, jadi ini menjadikan
branding Wonosobo menjadi sangat pas..”
Gambar 4.12. Logo City Branding Pariwisata Kabupaten Wonosobo
Sumber: www,bappeda.Wonosobokab.go.id
Sudah banyak hal yang direncanakan dan sedang dilakukan oleh para
pemangku kepentingan pariwisata Wonosobo setelah dilakukannya city branding.
Dikutip dari Sindonews.com dalam sebuah wawancara dengan Bapak Bupati
Wonosobo Eko Purnomo pada tanggal 20 November 2018 menutarakan:
“…Setidaknya ada enam objek wisata unggulan daerah, yakni Dieng,
Sindoro Sum bing, Panto Domas Sapuran, Serayu serta Winong sari
Kaliwiro yang tengah di kembangkan oleh Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kabupaten Wonosobo. Tak hanya itu, potensi desa-desa
wisata serta tumbuhnya industri ekonomi kreatif juga didorong agar
sektor pariwisata di daerah dengan city branding “The Soul of Java” ini
kian mendunia…. Seiring tuntutan wisatawan yang kini mulai mengarah
ke destinasi wisata alam, kami terus bergerak mendorong desa-desa untuk
berbenah demi optimalisasi potensi alam mereka. Sampai saat ini ada 22
desa yang tengah mengembangkan potensi wisata alamnya…”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Hal ini juga disampaikan oleh Pak Salim:
“Sejak berkembangnya destinasi wisata (pasca city branding), banyak
yang kemudian mulai belajar menjadi guide, berbahasa iunggris dan
lainnya.. saat ini dengan banyaknya desa wisata, mereka sekarang
berlomba-lomba menjadikan desa mereka sebagai desa wisata,, karena
sekarang mereka sadar, dengan menjadi desa wisata akan memebawa
banyak manfaat bagi desa,,, mereka kemudian kembali menjunjung
kearifan lokal, kebudayaan, melestariakan alam mereka,,,”
Dengan melihat situasi pariwisata Wonosobo, para pemangku kepentingan
dapat menentukan segmen, target dan positioning wisatawan sebagai konsumen.
Sudah adanya branding yang di miliki pariwisata Wonosobo sudah sangat
membantu dalam hal pengembangan destinasi pariwisata di Wonosobo.
Strategi pemasaran dari situasi ini kemudian dapat diimplementasikan ke
dalam analisis bauran pemasaran yang terdiri dari product, place, price,
promotion, people, program, packaging dan partnership. Dari analisis STP yang
sudah dilakukan oeh pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya tentang
pariwisata Wonosobo dapat kita simpulkan sebagai berikut:
Tabel 4.3 Ringkasan Analisis STP
Segmenting • Segmen geografis terutama mancanegara dan segmen minat
khusus wisatawan.
• Dinas Pariwisata mengidentifikasi perilaku wisatawan
khususnya mengenai keberlangsungan destinasi (ekowisata)
sehingga dapat menentukan target yang tepat.
Targeting • Target wisatawan yang berbeda-beda, hal ini tergantung atraksi
yang ditawarkan.
• Pemerintah dan pemangku kepentingan pariwisata lainnya di
Wonosobo sebaiknya mengetahui karakteristik target
wisatawan.
Positioning • Kepariwisataan Wonosobo sudah memiliki city branding yaitu
‘The Soul of Java’.
• Pemerintah sudah melakukan banyak perencanaan pasca city
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
branding untuk menentkuan positioning destinasi pariwisata
Wonosobo.
4.2.2. Analisis Bauran Pemasaran
4.2.2.1. Product
Komponen produk pariwisata terdiri dari 3A, yaitu atraksi, aksesibilitas
dan amenitas. Analisis dilakukan pada tiga komponen utama produk pariwisata di
Wonosobo. Wonosobo memiliki banyak produk pariwisata, namun belum semua
destinasi dapat dipasarkan dengan baik karena masih dalam tahap pengembangan
khususnya dalam hal infrastruktur seperti jalan, penginapan dan fasilitas umum
yang lainnya. Seperti yang dikatakan oleh Pak Agus Purnomo sebagai mantan
Kepala Dinas Pariwisata Wonosobo dan saat ini sebagai pengawas Himpunan
Pramuwisata Indonesia:
“…Saat ini masyarakat Dieng mulai menggantungkan hidupnya di
pariwisata. Mereka sudah mulai membuat hotel warung makan hingga
restaurant. Bahkan setiap hari bisa kita lihat puluhan truk membawa
pasir, batu semen ke arah Dieng…”
Kepala Bina Marga Bapak Nuruddin Ardiyanto juga menyampaikan:
“terkait dengan jalan infrastruktur ke wisata, dinas PU telah melakukan
penggaran pembangunan jalan alternative menuju kawasan Pegunungan
Dieng… Pegunungan Dieng juga bagian dari prioritas pembangunan
infrastruktur jalan sebab Dieng adalah wisata nasional…”
Dari analisis STP dapat kita temukan bahwa kecenderungan wisatawan
dalam menentukan destinasi di Wonosobo harus dilandasi dengan unsur-unsur
sustainability. Dominannya wisatawan untuk menikmati alam yang secara natural
sehingga menjadi perhatian pemangku kepentingan untuk menjada dan
melestarikan keindahan alam di Wonosobo. Keuntungan secara ekonomi (profit)
bukan semata-mata yang dicari, akan tetapi adanya keterlibatan masyarakat lokal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
melalui pemberdayaan, menjunjung tinggi kearifan lokal dan menjaga kelestarian
lingkungan (alam). Sebuah destinasi harus menjaga keseimbangan antara
ekonomi, sosial dan lingkungan agar terjadi sebuah pariwisata yang berbasis
ekowisata sebagai salah satu cara untuk mencapai sustainable. Seperti yang
dikatakan oleh ketua HPI Pak Salim Bawazier:
“…kami inginnya pariwisata Wonosobo itu sesuai dengan branding,, dan
ini harus digerakkan secara bersama-sama, baik secara pribadi, oleh
pemerintah dan masyarakat yang memang mereka yang mengerti tentang
lingkungan dan kebudayaannya yang saat ini kita jadikan sebagai
destinasi,,, dan ketika hal itu terjadi maka akan terus berlanjut secara
jangka panjang… dan secara pribadi saya akan terus mendidik orang-
orang Wonosobo tentang penting pariwisata …”
Berbicara tentang produk pariwisata di Wonosobo selain dari objek wisata
oleh alam. Wonosobo memiliki produk yang sangat kuat dalam hal kuliner dan
kerajinan tangan seperti ‘carica’ dan ‘purwaceng’. Pengembangan kuliner dan
kerajinan (UMKM) saat ini masih bekerjasama dengan dinas pariwisata. Hal ini
mengimplikasikan upaya pembinaan secara langsung belum dapat dilakukan
secara maksimal. Ada sebuah komunitas yang bernama KOKI (pelaku usaha
kuliner) yang terbentuk dari asosiasi pelaku usaha kuliner di Wonosobo.
Komunitas KOKI sering mengikuti pameran dan perayaan lain tentang kuliner
dengan membawa ciri khas Wonosobo. Komunitas ini aktif dalam berkreasi dan
berinovasi dengan dorongan diri dan semangat organisasi itu sendiri. Potensi
kuliner Wonosobo sangat baik, dengan adanya branding itu sangat membantu
memasarkan ciri khas kuliner milik Wonosobo, seperti mie ongklok, tempe kemul
dan untuk oleh2 ada carica, purwaceng sebagai produk unggulan kuliner
Wonosobo.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Gambar 4.13 Mie Ongklok Salah Satu Kuliner Khas Wonosobo
Sumber: www.mieongklokinstant.com
Akan tetapi jika berbicara tentang kebudayaan Wonosobo, ‘Ritual Rambut
Gembel’ yang merupakan tradisi orang-orang Pegunungan Dieng itu justru
berhasil dipasarkan oleh Pemerintah Kabupaten Banjarnegara. ‘Dieng Culture
Festival’ adalah salah satu kegiatan besar yang dilakukan oleh Banjarnegara di
Pegunungan Dieng. Kegiatan ini diadakan setiap tanggal 4-6 dibulan Agustus
setiap tahunnya. Dimana Tradisi kebudayaan Rambut Gembel merupakan salah
satu rangkaian acaranya. Hal ini dapat kita lihat pada gambar 1.6 pada BAB 1.
Lokasi Dieng memang berada pada perbatasan geografis antara Wonosobo dan
Banjarnegara. Hal ini kemudian menjadi perhatian khusus bagi pemangku
kepentingan pariwisata Wonosobo untuk memasarkannya meskipun Wonosobo
mendapat banyak keuntungan dari kegiatan pariwisata tersebut.
1. Atraksi
Wonosobo memiliki banyak atraksi yang bisa menjadi daya tarik bagi para
wisatawan. Beberapa diantaranya sudah memenuhi standar sapta pesona yakni
aman, bersih, tertip, indah dan kenangan. Jenis atraksi yang ada di suatu destinasi
merupakan hal yang banyak menjadi pertimbangan wisatawan sebelum berwisata.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Atraksi yang banyak dijual oleh pariwisata Wonosobo yaitu alam dan budaya.
Seperti yang dijelaskan oleh Pak Salim:
“..banyak hal yang menjadi nilai jual dari destinasi di Wonosobo,,
misalkan saja puncak sikunir,, dimana kita bias melihat matahari terbit
hingga dua kali,,? Di sikunir itu ada, yang pertama itu gold sunrise dan
yang kedua itu silver sunrise,,, untuk saat ini, perkembangan desa wisata
yang ada di Wonosobo belum siap 100%, meskipun sudah bisa dikunjungi
oleh wisatawan… dengan nilai jual yang beraneka ragam,,”
“ada peninggalan sejarah dari beberapa kultur budaya dan agama,
misalkan saja kebudayaan Islam, di sini terdapat makam-makam Kiyai,
Tokoh Islam dan Para Wali.. dan itu sering dikunjungi untuk berziarah,,
tidak hanya orang jawa, bahkan di luar jawa-pun,, sekarang pariwisata
digalakkan, informasi itu semakain berkembang, sehingga menjadi
stimulun bagi orang-orang datang ke Wonosobo,,, selanjutnya Hindu,,
dan Wonosobo banyak sekali candi peninggalan Hindu, itukan
menandakan bahwa ada sesuatu di Wonosobo the soul of Wonosobo…
sampai sekarang pun orang-orang dari Bali sering berkunjung ke Dieng
tepatnya di candi arjuna.. selain itu, mereka mengambil air suci yang
dibawa ke Bali,, yaitu telaga warna dan mata air serayu..”
Dengan apa yang ditawarkan oleh pariwisata Wonosobo, kebanyakan
wisatawan lebih banyak yang tertarik dengan atraksi tentang alam dan budaya.
Daya tarik wisatawan yang paling banyak di kunjungi adalah puncak sikunir,
candi arjuna, kawah sikidang dan telaga warna.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Gambar 4.14. Daya Tarik Wisata yang Dikunjungi Wisatawan Kab.
Wonosobo
Sumber: Laporan Akhir City Branding Kabupaten Wonosobo
(BAPPEDA)
Apa yang dilakukan oleh pemerintah dan beberapa pemangku kepentingan
pariwisata Wonosobo secara garis besar sudah sangat baik. Misalkan adanya
penyampaian kepada masyarakat untuk tidak menjual barang, makanan dan sewa
penginapan yang terlalu mahal. Akan tetapi dalam beberapa sudut pandang
mengenai tata kelola ruang dan bangunan khususnya untuk kawasan candi arjuna
dan destinasi lainnya di Dieng yang masih sangat buruk. Hal ini kemudian
mengurangi keelokan dan keindahan Dieng secara natural sehingga menciptakan
kondisi tidak nyaman dan kenangan yang kurang baik bagi wisatawan. Kondisi ini
dikhawatirkan menimbulkan bad user experience yang akan dengan mudahnya
tersebar melalui cerita (WOM).
Kondisi tidak nyaman ini menjadi kekurangan dari pariwisata di
Wonosobo. Dinas pariwisata sebagai penggerak utama pariwisata Wonosobo
sebaiknya melakukan pemetaan untuk mengenali kelebihan dan kekurangan
masing-masing daya tarik wisata. Selain itu, diperlukan manajemen yang baik
59 55
42 39
2113 11 8 6 6 5 5 3 3 2
010203040506070
DAYA TARIK WISATA YANG
DIKUNJUNGI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
sehingga keaslian alam dan budaya tetap terpelihara dengan memperhatikan unsur
keberlanjutan. Perlunya koordinasi yang baik dengan beberapa pihak antara lain:
1. Dinas PU membahas tentang tata ruang di destinasi wisata agar adanya
penertipan bangunan di lokasi destinasi.
2. Masyarakat yang terlibat langsung sebagai pengelola dan pengembangan
destinasi agar sadar akan unsur keberlanjutan
3. UMKM untuk membantu masyarakat menciptakan ekonomi kreatif yang dapat
menjadi pelengkap atraksi destinasi seperti cenderamata.
4. BPN agar terjadi konsolidasi tanah yang baik pada potensi destinasi pariwisata
di Wonosobo.
2. Aksesibilitas
Saat ini, jalan menuju ke beberapa destinasi Wonosobo sedang dilakukan
pengembangan infrastruktur jalan. Berdasarkan hasil penilaian tentang Wonosobo
bahwa transportasi memperoleh hasil penilaian yang tereendah.
Gambar 4.15. Penilaian Wisatawan Tentang Kab. Wonosobo
Sumber: Laporan Akhir City Branding Kabupaten Wonosobo
(BAPPEDA)
8.00
7.88
7.44
8.37
6.89
7.71
7.31
7.39
7.63
7.78
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00
Wonosobo destinasi istimewa
Daya tarik beragam
Banyak tujuan wisata baru
Kebersihan terjaga
Transportasi mudah
Destinasi yang tertib
Oleh-olehnya beragam
Wisata kuliner menarik
Informasi berkualitas
Harga-harga terjangkau
Penilaian tentang Wonosobo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Dengan kondisi tersebut, pemerintah melalui dinas Pekerjaan Umum telah
melakukan upaya seperti melakukan pelebaran jalan, membuka jalan baru menuju
destinasi dan lain sebagainya. Sebelumnya telah diketahui bahwa terkait dengan
infrastruktur menuju kawasan wisata khususnya Dieng, dinas PU telah melakukan
pengaggaran pembangunan jalan alternatif menuju destinasi. Pembangunan jalan
alternatif ini perlu dilakukan karena dalam musim penghujan kawasan atau jalan
menuju Dieng terkadang mengalami longsor yang menimbun bahu jalan sehingga
harus melakukan penutupan jalan dan mengarahkan ke jalan alternatif yang sudah
ada. Bapak Nuruddin Ardiyanto lanjut menjelaskan:
“…Jalan alternatif yang sekarang ini dibangun yaitu jalan yang
menghubungkan Garung sampai ke Sembungan… tapi karena jalannya
masih cukup parah dan ekstrem, biasanya para pengguna jalan lebih
memilih menunggu perbaikan jalan yang tertimbun longsor tersebut….”
Gambar 4.16. Longsor di Badan Jalan Menuju Dieng di Desa Kalilembu
Kab. Wonosobo
Sumber: Wonosobo.com
Saat ini, Wonosobo sedang fokus membangun proyek infrastruktur di jalan
kabupaten yang memiliki panjang hampir 1000 km. Dimana Pegunungan Dieng
juga bagian dari prioritas pembangunan infrastruktur jalan sebab Dieng adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
salah satu daya tarik wisata Nasional. Terdapat 4 ruas jalan menuju Dieng saat ini,
yaitu Kota Wonosobo melalui Desa Candiasan - lingkar utara Wonosobo,
Magelang yang tembus ke Desa Kapulogo, Desa Lakepanangkaran dan yang
terakhir dari Kabupaten Batang ke Desa Pranten Kecamatan Bawang.
Gambar 4.17. Jalan Menuju Dieng Kab. Wonosobo
Sumber: Data Pribadi
Jalan menuju Dieng memiliki ruas jalan yang cenderung kecil/sempit. Hal
ini mengakibatkan kemacetan yang cukup parah terlebih di hari-hari tertentu
dimana wisatawan banyak yang berkunjung ke Dieng seperti ‘Dieng Culture
Festival’ (Gambar 4.18). Sudah banyak usulan untuk pelebaran jalan menuju
Dieng akan tetapi mengalami beberapa kendala; penganggaran proyek jalan dan
pembebasan jalan dan jalur yang cukup eksrim untuk melakukan pelebaran atau
membuat jalan baru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Gambar 4.18. Kemacetan di Jalan Menuju Dieng di Desa Candiasan Kab.
Wonosobo Tanggal 4-8-2018
Sumber: www.wonosobo.com
Meskipun saat ini, fokus pembangunan infrastruktur jalan berada pada
destinasi wisata yang di Dieng, bukan berarti jalan menuju ke destinasi lain yang
ada di Wonosobo terabaikan. Akan tetapi jalan menuju destinasi lain seperti
agrowisata teh tambi, Waduk Wadaslintang, lubang sewu dan lainnya aksesnya
masih sangat baik. Namun jika ada lagi tempat wisata baru maka tidak langsung
dilakukan pembuatan jalan, karena hal ini harus berdasarkan dari OPD terkait dan
kemudian melakukan penganggaran.
Gambar 4.19. Jalan Menuju Agrowisata Teh Tambi
Sumber: Data Pribadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Untuk meningkatkan kenyamanan wisatawan dalam perjalanan ke
destinasi wisata di Wonosobo, pemerintah memang perlu meningkatkan
pengembangan infrastruktur jalan melalui program pembuatan jalan baru dan
pelebaran jalan. Selain itu, kurang tersedianya angkutan umum untuk menuju ke
beberapa destinasi khususnya Dieng. Dengan kondisi tersebut dinas pariwisata
diharapkan mampu bekerjasama dengan dinas perhubungan untuk memfasilitasi
wisatawan yang datang ke Wonosobo dengan menggunakan kendaraan umum dari
luar daerah menuju destinasi pariwisata (Lihat Gambar 4.9).
3. Amenitas
Amenitas merupakan ketersediaan fasilitas penunjang pariwisata di
Wonosobo. Fasilitas yang dimaksud di sini yaitu penginapan, tempat makan,
toilet, dan tempat sampah. Kondisi amenitas saat ini yang ada di Wonosobo,
belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan wisatawan, terutama penginapan, toilet
umum dan tempat sampah.
Pada tahun 2014, Pak Agus Purnomo sebagai Kepala Dinas Sosial
melakukan program kerja bakti di kawasan Pegunungan Dieng bersama Pemuda
Karangtaruna Wonosobo. Kegiatan itu berlangsung hanya sehari namun memiliki
dampak yang sangat luar biasa bagi perilaku kehidupan sehari-hari masyarakat
Dieng hingga saat ini.
“…Dieng, saya dulu mencoba, yang katanya dulu orangnya susah diajak
untuk bersih-bersih, saat itu saya masih menjabat sebagai Kadin sosial
(2014), saya mengajak pemuda karangtaruna untuk ke Dieng sekaligus
kegiatan bersih-bersih desa Dieng, saya bawakan truk, cuman saat itu jadi
bingung karena Dieng tidak mempunyai tempat pembuangan sampah
(TPA),, dan hal yang paling penting saat itu adalah kurangnya kamar
mandi umum, yang membuat kesulitan sendiri bagi orang yang datang
berkunjung ke Dieng… meskipun akhirnya masyarakat ikut terlibat dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
kegiatan bersih-bersih itu... Di situ dapat kami simpulkan bahwa orang
Dieng ternyata bisa diajak bersih-bersih….”
Tumpukan sampah di Dieng memuncak ketika setelah melakukan
pegelaran ‘Dieng Cultur Festival’. Hingga pada tahun 2017 Pemerintah
Wonosobo bersama warga menyepakati komitmen dan mendeklarasikan ‘Dieng
Bersih Harga Mati’. Kemudian dilanjutkan dengan langkah-langkah konkrit untuk
mengatasi sampah di Dieng, seperti yang diberitakan oleh www.AntaraJateng.com
melalui wawancara dengan Kepala Pariwisata Wonosobo One Andang Wardoyo:
“…Tentu kami bersyukur langkah untuk membenahi masalah sampah di
kawasan wisata Dieng ini mendapat dukungan dari warga masyarakat,
bahkan kemudian tumbuh kesadaran untuk mendeklarasikan Dieng Bersih
Harga Mati,,, langkah tersebut secepatnya bakal diikuti dengan
pembangunan tempat pembuangan akhir sementara (TPAS) yang
rencananya berlokasi di Dusun Siterus, Desa Sikunang…”
Untuk penginapan, Wonosobo saat ini sedang melakukan pembangunan
amenitas khususnya penginapan dan tempat makan. Khususnya untuk kawasan
wisata Dieng, masyarakat yang bekerja sebagai guide di sana juga menyediakan
penginapan sebagai usaha perekonomian mereka. Selain itu ada juga yang
membangun warung makan di sekitar destinasi wisata yang ada di sana. Bapak
Agus Purnomo menjelaskan:
“…ada juga guide yang punya usaha homestay dengan menjadikan
rumahnya tersebut sebagai homestay. Pendapatan mereka cukup luar
biasa. Saat ini masyarakat Dieng mulai menggantungkan hidupnya di
pariwisata. Mereka sudah mulai membuat hotel warung makan hingga
restaurant. Bahkan setiap hari bisa kita lihat puluhan truk membawa
pasir, batu semen ke arah Dieng….”
Jumlah penginapan yang ada saat ini di Wonosobo juga dapat kita lihat dari SIPD
tahun 2014:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Tabel 4.4. Jenis, Kelas, dan Jumlah Hotel/Penginapan di Kabupaten
Wonosobo
Hotel 2010 2011 2012 2013 2014
Bintang lima 0 0 0 0 0
Bintang empat 1 1 1 2 0
Bintang tiga 1 1 1 2 0
Bintang dua 0 0 1 0 0
Bintang satu 0 0 1 0 0
Non bintang 30 16 15 16 16
Sumber: SIPD Tahun 2014
Jumlah hotel di Wonosobo terus mengalami penurunan. Hal ini
dikarenakan menurunnya hotel berbintang karena kurangnya pengunjung hotel.
Selain itu meningkatnya jumlah homestay yang berada disekitar objek wisata
Dieng juga menjadi faktor turunnya jumlah hotel (Lihat gambar 4.10). Selain itu
ada juga wisatawan yang membawa tenda khususnya yang mereka yang
berkunjung ke Puncak Sikunir dan Gunung Prau.
Berikut beberapa gambar hotel, homestay dan penginapan lainnya di Wonosobo:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Gambar 4.20. Hotel di Wonosobo
Sumber: Data Pribadi
Gambar 4.21. Homestay di Wonosobo
Sumber: Data Pribadi
Gambar 4.22. Tenda Wisatawan di Wonosobo
Sumber: www.wisatadiengwonosobo.com
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Gambar 4.23. Tenda Saat Perayaan DCF di Dieng
Sumber: www.wisatadiengwonosobo.com
Untuk gambar 4.23 panitia dan beberapa orang yang ada di wilayah
kawasan Pegunungan Dieng melakukan penyewaan tenda kepada wisatawan yang
berkunjung ke perayaan DFC tahun 2018. Hal ini dilakukan karena jumlah
penginapan yang masih sangat kurang di kawasan Pegunungan Dieng.
Sedangkan untuk warung dan restoran yang ada di Wonosobo juga sedang
tahap pembangunan oleh beberapa pengusaha yang bergerak di bidang kuliner.
Sebenarnya sudah cukup banyak warung makan yang ada di Wonosobo, baik di
Kota ataupun di beberapa destinasi. Kuliner khas Wonosobo menjadi menu
andalan yang disediakan oleh warung ataupun restoran seperti Mie Ongklok,
tempe kemul dan lainnya. Sedangkan untuk beberapa restoran juga menyediakan
western menu. Diperlukan banyak tempat makan seperti ini dan jika dapat
dilengkapi dengan penjualan cenderamata akan sangat mendukung kegiatan
kepariwisataan Wonosobo.
Untuk mempercepat pembangunan fasilitas di destinasi wisata Wonosobo,
diperlukan koordinasi antara beberapa bidang diantaranya pemerintah dan swasta,
seperti yang dilakukan untuk percepatan pengembangan 10 destinasi unggulan di
Indonesia. Kerjasama ini akan dibahas lebih lanjut dalam partnership.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
4.2.2.2. Place
Channel distribusi pemasaran paiwisata Wonosobo saat ini belum cukup
maksimal meskipun telah dilakukan branding dan promosi pemasaran pariwisata
yang cukup maksimal. Hal ini bisa terjadi karena branding masih baru dilakukan
dan promosi yang belum terlalu efisien. Fungsi utama dari place (distribusi)
dalam strategi pemasaran pariwisata adalah untuk mempermudah wisatawan
dalam pembelian layanan wisata dan memperluas market share. Place yang
berkaitan dengan promotion dan akan dibahas lebih spesifik pada pembahasan
promotion.
Place yang ada dalam industri pariwisata Wonosobo yaitu bandara,
terminal bus, stasiun, travel agent, institusi hingga pada restoran dan penginapan.
Channel distribusi yang terbaru saat ini yaitu online dan website yang dikelolah
langsung oleh manajemen destinasi Wonosobo.
Dari hasil observasi yang dilakukan di bandara sebagai salah satu pintu
masuk kedatangan wisatawan seperti Bandara Adi Sucipto Yogyakarta, belum
terdapat satupun informasi tentang pariwisata di Wonosobo. Baik dari spanduk,
baliho dan lainnya, Sedangkan hal tersebut sangat penting sebagai saluran
distribusi destinasi Wonosobo. Ini kemudian menandakan belum efektifnya
distribusi pemasaran di tempat strategis seperti bandara sebagai media informasi.
Perlu diamati bahwa masuknya Dieng sebagai salah satu jaringan
Joglosemar, sangat membantu pemasaran pariwisata di Wonosobo. Joglosemar
nantinya akan dibahas secara spesifik di partnership. Destinasi pariwisata
Wonosobo melalui Joglosemar bisa diketahui oleh wisatawan ketika mendatangi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Travel Agent dan Tourist Center. Sebagaimana diungkapkan oleh Mas Anang
pengelola MSS Tour and Travel yang ada di Bandara Udara Adi Sucipto:
“…ada juga sih mas perjalanan menuju ke Wonosobo, tapi sangat jarang,
apalagi untuk berwisata,, tourist biasanya tahu cara bagaimana ke
Wonosobo jika bertanya ke kami sebagai Travel Agent,, dan bisa juga
mereka bertanya ke Tourist Information Center yang ada di dalam
Bandara... untuk brosur dan billboard tentang Wonosobo kami gak ada,
tapi kami memberi informasi bahwa Dieng Wonosobo ketika turis
bertanya tentang Joglosemar yang fotonya banyak terpajang di Bandara
(sesuai dengan gambar 4.20),, Wonosobo juga bisa di kunjungi oleh
mereka jika mereka ingin ke Borobudur dengan menyediakan perjalanan
paket wisata…”
Kebanyakan dari travel yang menawarkan perjalanan wisata dengan
sistem drop atau hanya mengantar ke destinasi wisata atau ke tempat tertentu
tergantung dari wisatawan. Sedangkan untuk ke Wonosobo sendiri travel agent
memberi penawaran untuk antar dan jemput saja sedangkan untuk perjalanan ke
beberapa destinasi wisata di Wonosobo di luar tanggungan. Tidak adanya brosur,
billboard, booklet, spanduk, baliho dan sebagainya tentang Wonosobo ditambah
dengan ketidakpastian perjalanan ke destinasi Wonosobo tentunya menjadi
pertimbangan yang berat wisatawan.
Gambar 4.24. Banner Joglosemar Di Bandara Adi Sucipto Yogyakarta
Sumber: Data Pribadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Penyebab Channel Dinas Pariwisata saat ini masih kurang efektif karena
masih menggunakan sistem pemasaran yang konvensional. Pemasaran
konvensional seperti bergantung pada informasi kepariwisataan Wonosobo lewat
travel agent yang ada di luar Wonosobo.
Sebenarnya Pemerintah Wonosobo sedang gencar memasarkan
pariwisatanya. Untuk di Wonosobo sendiri sudah memasang banyak Baliho dan
beberapa media informasi wisatawan yang berada di Wonosobo (lihat gambar
4.25). Selain itu Dinas pariwisata sudah mencetak brosur dan sebagainya untuk di
mengikuti pameran-pameran pariwisata baik dalam dan luar negri. Sebagaimana
yang di jelaskan oleh Bambang Triono Kepala Pemasaran Dinas Pariwisata
Wonosobo melalui wawancara yang dilakukan oleh Bagas Arif Buana pada
tanggal 14 maret 2018:
“…di samping itu juga kita mencetak brosur wisata terus kita juga
mengikuti pameran-pameran di luar daerah kita, baik di Jawa Tengah,
Jawa, maupun Luar Jawa dan untuk tahun ini kita mencoba mengikuti
pameran di Luar Negeri, rencana ke Australia dan Malaysia. Tahun ini
ada di Palembang, Medan, Jakarta, ada di Yogyakarta juga terus di Jawa
Tengah…”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Gambar 4.25. Baliho Priwisata Di Alun-alun Wonosobo
Sumber: Data Prbadi
Gambar 4.26. Calendar Of Events Priwisata Di Wonosobo
Sumber: Data Prbadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Gambar 4.27. Handbook Wisatawan (1)
Sumber: Data Prbadi
Penempatan channel dengan menyediakan media informasi di tempat
kedatangan seperti bandara, stasiun, dan terminal cukup efektif karena merupakan
tempat pertama yang dikunjungi dan tidak semua wisatawan datang dengan
memiliki fixed itinerary. Sehingga masih ada peluang agar wisatawan datang
berkunjung ke destinasi di Wonosobo.
Dengan memilih tempat pemasaran yang tepat, maka suatu produk akan
lebih banyak dikenal oleh wisatawan. Permasalahannya jika wisatawan belum
mengenal produk wisata itu, tidak ada awareness yang pasti tidak adakan
menimbulkan action untuk mengunjungi destinasi itu. Untuk memperluas channel
distribusi pemasaran pariwisata, selain menitipkan ke tour operator, Dinas
Pariwisata bisa meletakkan brosur di bandara, tempat penginapan, dan juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
menggunakan channel digital seperti website dan media sosial. Digital marketing
strategy lebih efektif dan efiesien saat ini, mengingat keterbatasan anggaran
menjadi kendala pengelola daya tarik wisata dan Dinas Pariwisata. Digital
marketing strategy yang berkaitan dengan promosi melalui media digital akan
dibahas lebih lanjut pada promotion dan partnership.
4.2.2.3. Price
Aspek harga mempengaruhi segmen wisatawan yang datang ke
Wonosobo. Hal ini menjadi pertimbangan utama wisatawan untuk menjatuhkan
pilihan datang ke Wonosobo sehingga dibutuhkan rencana strategi harga yang
tepat. Untuk saat ini, dari hasl observasi di Jalan Sosrowijayan dan Jalan
Prawirotaman Yogyakarta, biaya perjalanan ke Dieng Wonosobo yang ditawarkan
oleh beberapa travel agent cukup beragam. Harga tersebut berkisar Rp.275.000
hingga Rp.300.000 per-orang yang berlaku pada wisatawan dalam negri dan
mancanegara. Namun jika mengambil paket perjalanan Borobudur Dieng, harga
yang ditawarkan sekitar Rp.300.000 sampai Rp.350.000 per-orang. Mas Wahyu
sebagai pengelolah Vocatio Travel di jalan prawirotaman mengatakan:
“….jadi kami melayani perjalanan ke Dieng jika wisatawan mau
mengambil paket perjalanan Borobudur ke Dieng, dengan harga sekitar
300 sampai 350 ribu perorang..”
Mbak Kartika pengelola Losari Tours and Travel mengatakan:
“…sebenarnya kami tidak menawarkan perjalanan hanya khusus ke Dieng
saja, kami menawarkan paket, tapi jika memang ada yang mau kami
memberi harga 275 ribu atau 300 ribu perorang, itupun jika mobil penuh
(6-7 orang), jadi biasanya wisatawan itu saling mengajak biar kami bisa
melayani perjalanan ke sana…”
Mas Adi pengelola Aria Tourist Service juga mengatakan:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
“…karena Dieng itu hitungan diluar kota ya, jadi kami biasanya meberi
harga paket sekitar 700 ribu,,, itu sudah termasuk biaya sewa mobil,
driver dan bahan bakar,,”
Fasilitas yang wisatawan dapatkan dengan harga yang dijelaskan di atas
hanya mencakup fasilitas transport. Harga tour di atas tidak termasuk tiket masuk
destinasi. Wisatawan dipersilakan untuk membeli tiket masuk destinasi setelah
memasuki kawasan wisata Dieng. Tiket masuk ke kawasan Dieng, berada pada
satu gerbang dan berlaku untuk satu orang saja. Sedangkan untuk memasuki objek
wisata yang ada di sana, wisatawan harus kembali membayar untuk itu. Hal
tersebut berlaku pula untuk kebutuhan konsumsi wisatawan.
Perjalanan ke Dieng Wonosobo memakan waktu sekitar 5 jam dari arah
Jogjakarta. Sehingga dibutuhkan manajemen waktu yang baik agar wisatawan
puas dengan perjalanan wisatanya. Terdapat 2 waktu keberangkatan menuju
Dieng yaitu pada jam 07:00 dan pada jam 22:00 apabila wisatawan ingin melihat
Golden Sunrise di Puncak Sikunir. Sehingga wisatawan memiliki waktu sekitar 12
jam untuk menikmati destinasi pariwisata Dieng diluar kunjungan destinasi
lainnya yang ada di Wonosobo.
Harga tour dan waktu untuk berwisata tertera tersebut berbeda apabila
wisatawan menginginkan paket menginap dan paket all include Dieng. Dengan
paket menginap maka fasilitas yang akan wisatawan dapatkan adalah kendaraan,
penginapan, dan breakfast. Paket menginap lebih banyak dipilih oleh wisatawan
private tour. Sedangkan untuk paket all include Dieng wisatawan mendapatkan
fasilitas kendaraan, penginapan, breakfast, dan tiket masuk destinasi.
Berikut beberapa brosur paket perjalanan wisata yang dianalisis:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Gambar 4.28. Brosur Paket Wisata (1)
Sumber: Data Prbadi
Gambar 4.29. Brosur Paket Wisata (2)
Sumber: Data Prbadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Gambar 4.30. Brosur Paket Wisata (3)
Sumber: Data Prbadi
Gambar 4.31. Brosur Paket Wisata (4)
Sumber: Data Prbadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Gambar 4.32. Brosur Paket Wisata (5)
Sumber: Data Prbadi
Gambar 4.33. Brosur Paket Wisata (6)
Sumber: Data Prbadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Gambar 4.34. Brosur Paket Wisata (7)
Sumber: Data Pribadi
Biaya lain ketika berwisata di Wonosobo khususnya Dieng yaitu
penginapan dan makan. Biaya penginapan cenderung murah bagi wisatawan
dengan kisaran harga homestay sekitar Rp.100.000 sampai Rp.250.000 permalam
untuk satu kamar. Sedangkan jika rombongan dengan mengambil satu rumah
sekaligus harganya sekitar Rp.600.000 sampai Rp.800.000 perharinya. Untuk
hotel sendiri harganya sekitar Rp.250.000 hingga harga Rp.1-5 juta tergantung
jenis kamar yang di ambil. Adapun jenis penginapan lain yaitu penyewaan tenda
di telaga cebong sekitar harga Rp.50.000 perhari dan jika membawa tenda sendiri
yaitu Rp.10.000.
Sedangkan untuk makanan di Wonosobo harganya sekitar Rp.10.000
sampai Rp.15.000 jika dilihat dari menu makanan, bahkan bisa lebih sesuai
dengan selera dan kemampuan wisatawan. Jadi secara umum apa yang ditawarkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
oleh Wonosobo masih terjangkau (lihat gambar 4.15). Pak Salim Bawazier
mengatakan:
“sejauh ini alasan orang datang kembali ke Wonosobo yaitu, karena
alamnya yang begitu indah,, makanan yang enak,, dan tidak terlalu
mahal,,, “kami sarankan kepada masyarakat agar jangan ajimumpung,,
jangan sampai dengan banyaknya wisatawan yang datang sehingga
mereka menaikkan harga penginapan dan makanan,, bisa jadi masyarakat
akan jadi penonton jika itu terlalu mahal sehingga wisatawan kurang
yang menginap di Wonosobo dan membawa makanan sendiri…”
Pertimbangan harga lain yang diperhatikan wisatawan yaitu harga tiket
masuk ke destinasi. Untuk masuk ke kawasan Pegunungan Dieng sendiri itu
seharga Rp.10.000 per-orang. Sedangkan untuk kawasan destinasi lainnya
beragam dan beberapa diantaranya gratis seperti Candi Bima, Perkebunan Teh
Tambi, Waduk Wadaslintang dan beberapa destinasi lainnya yang tergolong baru.
Gambar 4.35. Harga Tiket/Karcis Wisata Di Wonosobo
Sumber: Data Prbadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Berikut tabel tentang biaya yang dikeluarkan wisatawan saat berkunjung
ke destinasi yang ada di Dieng. Kawasan Dieng menjadi destinasi unggulan
Wonosobo sehingga dijadikan sebagai cerminan perkembangan pariwisata di
Wonosobo. Data tersebut bersumber dari data dari Dinas Pariwisata Wonosobo
yang digabungkan dari hasil observasi dari beberapa perusahaan Travel Cityhyang
Dieng Tour.
Tabel 4.5 Detail Harga Tiket Masuk Objek Wisata Dieng Terbaru Mulai
2019
No Tourism Object Indonesian People Foreign
1 Kawasan Tpr Garung IDR 10.000 IDR 10.000
2 Candi Arjuna IDR 7.500 IDR 15.000
3 Kawah Sikidang IDR 7.500 IDR 15.000
4 Bukit Sikunir IDR 10.000 IDR 10.000
5 Bukit scotter IDR 5.000 IDR 5.000
6 Gunung Prau IDR 10.000 IDR 10.000
7 Bukit Sidengkeng IDR 3.000 IDR 20.000
8 Sumur Jalatunda IDR 5.000 IDR 5.000
9 Padang Savana IDR 10.000 IDR 10.000
10 Museum Kailasa IDR 5.000 IDR 5.000
11 Telaga Merdada IDR 5.000 IDR 5.000
12 Kawah Sileri IDR 5.000 IDR 5.000
13 D-Qiano Water Park IDR 30.000 IDR 30.000
14 Dieng Culture Festival 2019 IDR 350.0000 IDR 350.000
15 Gunung Pakuwojo IDR 10.000 IDR 10.000
16 Rekreasi Kalianget IDR 5.000 IDR 5.000
17 Bukit Saroja IDR 6.000 IDR 6.000
18 Telaga Dringo IDR 5.000 IDR 5.000
19 Kawah Candradimuka IDR 5.000 IDR 5.000
20 Dieng Theater Ticket Kawasan Ticket Kawasan
21 Gardu Pandang Ticket Kawasan Ticket Kawasan
22 Tuk Bimolukar Ticket Kawasan Ticket Kawasan
23 Candi Bima Free Free
24 Perkebunan Teh Tambi Free Free
25 Telaga menjer IDR 5.000 IDR 5.000
26 Telaga Warna dan Pengilon IDR Wd 15.000 Wk 15.000 IDR Wd 100.000 Wk 150.000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
4.2.2.4. Promotion
Promosi yang dilakukan saat ini oleh Wonosobo sangat beragam. Promosi
seperti membagi brosur, memasang baliho hingga pada media cetak seperti surat
kabar dan majalah serta media online seperti website, facebook, instagram, whats
up, blog dan vlog di youtube. Selain itu, Pariwisata Wonosobo juga beberapa kali
masuk di media elektronik seperti radio dan televisi. Hal ini disampaikan oleh Pak
Bambang Triono Kepala Pemasaran Dinas Pariwisata Wonosobo:
“…strategi pemasaran untuk Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Wonosobo, kami menggunakan beberapa media ya. Yang pertama media
cetak ada surat kabar, kemudian kita bekerja sama dengan media masa.
Ada media cetak surat kabar, ada media elektronik berupa televisi baik
nasional maupun swasta, terus ada juga melalui media sosial, ada
Facebook, Instagram, Website, dan sebagainya, disamping itu juga kita
mencetak brosur wisata…”
Berkembangnya media digital membuat digital marketing strategy lebih
efektif dan efisien dalam melakukan promosi. Dengan mengikuti tren wisatawan
saat ini ’look book pay’ yang semuanya dilakukan melalui gadget dengan akses
internet maka pemangku kepentingan pariwisata Wonosobo harus mengikuti trend
konsumen (market driven) agar destinasi wisata Wonosobo laku di pasar
pariwisata.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Gambar 4.36. Sumber Informasi Daya Tari Wisata Kab. Wonosobo
Sumber: Laporan Akhir City Branding Kabupaten Wonosobo
(BAPPEDA)
Gambar di atas menunjukkan bahwa sumber informasi wisatawan saat ini
adalah media online. Media digital yang dimakasud yaitu browsing di internet
(blog, youtube/vlog) dan sosial media seperti facebook, instagram dan lainnya.
Informasi melalui media online biasanya akan disertai dengan ulasan dari
wisatawan yang pernah berkunjung di salah satu destinasi. Ulasan tersebut bisa
menjadi pengalaman dan penilaian wisatawan terhadap destinasi sehingga
menjadi referensi bagi calon wisatawan.
Promosi melalui media digital lebih banyak dilakukan oleh pihak swasta
seperti media sosial, blog, vlog dan website. Meskipun ada juga dari kelompok
pemuda yang ada di Wonosobo yang memasarkan destinasi melalui sosial media
seperti @visitwonosobo. Sedangkan dari pihak Pemerintah Wonosobo sendiri
sudah menjalankan konsep pemasaran dari segala aspek di atas. Hal ini
menandakan keseriusan pemerintah Wonosobo memasarkan kepariwisataannya.
4036
25
157
3 1 00
1020304050
Sumber Informasi tentang Daya Tarik Wisata di
Wonosobo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Gambar 4.37. Hasil Pencarian Wonosobo Di Google
Hasil pencarian di google pada Januari 2019 dengan kata kunci Wonosobo
menampilkan lebih dari 11 juta hasil seperti pada gambar 4.37. dan dari belasan
jutaan itu, ada sebuah website resmi milik Wonosobo melalui UPTD Pariwisata
yaitu www.disparbud.Wonosobokab.go.id. Website tersebut sangat lengkap
memberi informasi tentang kepariwisataan Wonosobo (lihat gambar 4.38 dan
4.39).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Gambar 4.38. Website Dinas Pariwisata Wonosobo (1)
Gambar 4.39. Website Dinas Pariwisata Wonosobo (2)
Dalam teori BAB II, dijelaskan bahwa pemasaran melalui promosi perlu
memperhatikan konsep responsible tourism marketing. Dibutuhkan sebuah nilai
lebih untuk memasarkan keunikan pariwisata Wonosobo, yaitu human
relationship management. Seperti yang diutarakan oleh Pak Lucas Agus:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
“…human relationship manajemen sudah menjadi prinsip pengembangan
pariwisata Wonosobo sejak mulai berkembangnya,,, meskipun tak memberi
keuntungan yang banyak dari segi uang, akan tetapi dengan banyaknya teman,
sahabat yang perhatian terhadap pariwisata Wonosobo, itu akan menjadi
keuntungan yang sangat luar biasa…”
Promosi tidak hanya menampilkan semua keindahan dan keunikan
Wonosobo. Akan tetapi yang paling diharapkan adalah mengajak wisatawan
untuk peduli terhadap kualitas pariwisata dengan menjaga sikap dan perilaku
selama berwisata. Hal penting lainnya adalah wisatawan akan datang secara
berjejaring melalui informasi dari pengalaman wisatawan yang baik selama di
Wonosobo atau word of mouth (WOM).
1. Advertising
Sebelumnya telah dijelaskan tentang promotion dalam hal ini advertising
yang dilakukan Dinas Pariwisata Wonosobo adalah media cetak, digital dan
elektronik. Untuk media cetak seperti brosur, baliho, handbook dan booklet yang
telah ditampilkan sebelumnya, seharusnya didistribusikan juga di tempat-tempat
strategis yang dikunjungi oleh wisatawan seperti bandara, terminal, agen
perjalanan dan lainnya. Secara konten, khususnya untuk handbook, apa yang ada
di dalamnya sudah sangat baik menjelaskan informasi tentang deskripsi masing-
masing destinasi. Selain itu dilengkapi juga informasi tentang peta perjalanan,
makanan dan beberapa pegelaran kebudayaan Wonosobo.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Gambar 4.40. Handbook Wisatawan (2)
Sumber: Data Pribadi
Gambar 4.41. Handbook Wisatawan (3)
Sumber: Data Pribadi
Media elektronik yang dilakukan Wonosobo yaitu televisi. Beberapa kali
destinasi wisata Wonosobo dimuat dalam berita televisi nasional, seperti CNN
dan SCTV. Destinasi pariwisata Wonosobo yang dimuat yaitu desa wisata di desa
lumajang tentang pasar tradisional dan bebrapa destinasi alam di Dieng seperti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
batu rapatan angin, telaga warna dan kawah sikidang serta beberapa kuliner khas
Wonosobo.
Gambar 4.42. Berita tentang Wisata Di Wonosobo CNN
Sumber: CNN Indonesia
Gambar 4.43. Berita tentang Wisata Di Wonosobo SCTV
Sumber: Liputan6.com
Advertising lain yang digunakan Pemerintah Wonosobo untuk
memasarkan pariwisatanya yaitu media online. Dan yang paling optimal yang saat
ini dilakukan yaitu pengembangan website yang sangat baik. Di dalam website
tersebut terdapat banyak informasi tentang pariwisata Wonosobo yang dilengkapi
dengan deskripsi untuk masing-masing destinasi. Selain itu dilengkapi dengan
jadwal event yang akan diselenggarakan oleh Wonosobo serta berita-berita lain
mengenai kepariwisataan Wonosobo.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
2. Word of Mouth (WOM)
WOM merupakan salah satu cara promosi yang paling efisien dan efektif
yang dapat dilakukan oleh Pemangku kepentingan kepariwisataan Wonosobo.
Proses ini berjalan ketika wisatawan yang pernah ke Wonosobo akan
menceritakannya ke banyak orang melalui secara lisan atau langsung. Seperti
yang dikatakan oleh Mas Adi sebagai pengelola travel:
“biasanya wisatawan tahu tentang Dieng Wonosobo dari teman ke
teman,,,”
Pak Agus Purnomo juga mengatakan:
“…ketika saya Tanya tentang alasan dia datang dan siapa yang memberi
informasi,, mereka menjawab dari mulut ke mulut para wisatawan,,,”
Selain itu keberadaan restoran dan warung makan akan menjadi pusat
informasi wisatawan khususnya mancanegara tentang destinasi wisata Wonosobo.
Pak Lucas Agus sebagai pemilik Dieng Warung Makan dan Restaurant
mengatakan:
“…Pada tahun 1970-an, secara tidak sengaja saya menjadi guide bagi
para turis,, awalnya mereka cuman datang untuk makan di warung saya,,
mereka kemudian menanyakan tentang pariwisata yang ada di Wonosobo
khususnya Dieng,, sejalan dengan itu, saya kemudian mencari informasi
lebih jauh tentang Dieng dan membuat map sendiri, dan memfoto-foto
spot yang di Dieng saat itu lalu saya menempelkannya di dinding warung,
sehinggga warung saya saat itu menjadi pusat informasi pariwisata di
Wonosobo saat itu,,,”
Dengan berkembangnya teknologi informasi terutama untuk media digital,
WOM kemudian berubah menjadi e-WOM. Promosi kemudian dilakukan melalui
blog dan ulasannya pada sebuah marketplace akan destinasi yang telah
dikunjunginya seperti pada gambar 4.44.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Gambar 4.44. Ulasan Puncak Sikunir Di Wonosobo
Sumber: www.tripadvisor.com
Gambar 4.45. Travel Blog
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Dari ulasan melalui blog dan marketplace yang diterima akan menjadi
sumber referensi yang kuat bagi wisatawan untuk menentukan pilihan
berwisatanya. Hal ini juga dikarenakan wisatawan dapat menilai dan bertanya
langsung bagi wisatawan yang menulis ulasan tentang pengalamannya berwisata d
Wonosobo. Hal ini kemudian akan menjadi sangat efektif untuk pertukaran
informasi bagi para wisatawan.
3. Events and Experience
Event and experiences (acara dan pengalaman) seperti yang dijelaskan
pada BAB II adalah penyelenggaraan aktivitas dan program yang disponsori oleh
pemerintah Wonosobo atau swasta terhadap sebuah destinasi. Hal ini bertujuan
untuk menciptakan interaksi secara terus-menerus pada suatu brand.
Pemerintah Wonosobo sudah menyelenggarakan berbagai event seperti
‘Hari Jadi Wonosobo’ yang diselenggarakan setiap tanggal 24 juli. Pegelaran ini
dimanfaatkan untuk mengangkat kebudayaan dan keindahan alam Wonosobo.
Selain itu, semakin banyaknya Desa wisata yang melakukan acara tradisional
seperti Pasar Tradisional oleh Desa Sampulungan dan juga desa-desa lain yang
berkembang menjadi desa wisata. Hal ini di ungkapkan oleh Pak Agus Purnomo:
“…setiap pegelaran hari jadi Wonosobo, hal yang paling ditonjolkan
adalah kebudayaannya,,, alamnya juga ikut dipamerkan… ada juga
pameran desa wisata yang dilakukan di sana, jadi semua ada dalam satu
rangkaian pameran,, dan ditutup tari missal 5000 topeng…”
Ada banyak event yang dilakukan oleh Wonosobo. Ini bisa kita lihat dari
calendar of events yang dikeluarkan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Wonosobo (Lampiran 1). Event lain yang juga pernah dilakukan seperti kuliner,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
souvenir dan kegiatan ekonomi kreatif lainnya sudah pernah dilakukan oleh
penggiat pariwisata di Wonosobo.
Gambar 4.46. Krenova Batik Wonosobo 2017
Sumber: www.disdagkopukm.Wonosobokab.go.id
Gambar 4.47. Agenda HUT Ke-192 Kabupaten Wonosobo 2017
Sumber: www.Wonosobokab.go.id
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Gambar 4.48. Festival Kabupaten Wonosobo (1)
Sumber: www.disdagkopukm.wonosobokab.go.id
Gambar 4.49. Festival Kabupaten Wonosobo (2)
Sumber: www.wonosobokab.go.id
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Gambar 4.50. Festival Kabupaten Wonosobo (3)
Sumber: www.wonosobokab.go.id
Wonosobo termasuk kabupaten yang cukup giat dalam hal pengembangan
pemasaran Pariwisatanya. Selain dari berbagai macam festival yang dilakukan
Wonosobo. Terdapat satu festival yang diselenggarakan oleh Kabupaten
Banjarnegara yaitu ‘Dieng Cultur Festival’ yang sudah sangat terkenal. Secara
administratif, kawasan Pegunungan Dieng berada di antara Wonosobo dan
Banjarnegara. ‘Dieng Cultur Festival’ memberi dampak positif bagi pemasaran
Pariwisata Wonosobo terlepas dari kegagalan untuk menyelenggarakan kegiatan
tersebut terlebih dahulu. Oleh karena itu Penggiat Pariwisata Wonosobo membuat
pegelaran sejenis yang mulai dilirik oleh Wisatawan yaitu ‘Rakanan Giyanti’ yang
diselenggarakan setiap tanggal 2-7 Oktober.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
Gambar 4.51. Festival Rakanan Giyanti Kabupaten Wonosobo
Sumber: www.disparbud.wonosobokab.go.id
Promosi Wonsobo terutama promosi digital masih banyak yang perlu
ditingkatkan karena sebagian besar wisatawan mencari informasi melaui media
digital. Konten yang menarik dan penggunaan hashtag yang tepat sangat
membantu dalam promosi. Dengan kemajuan teknologi, trend saat ini adalah
look-book-pay dengan adanya integrated platform dan smartphone. Dengan
menggunakan sebuah gadget wisatawan dapat mencari informasi (look). Ketika
mereka tertarik, maka akan segera memesan (book) baik itu tiket atau penginapan.
Kemudian langsung melakukan pembayaran (pay). Aktifitas ini bisa dilakukan
dalam waktu yang singkat dengan sebuah gadget. Wonosobo tourism must go
digital untuk dapat bersaing dengan destinasi pariwisata lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
4.2.2.5. People
Produk wisata yang paling banyak mengandung komponen dalam sebuah
pengembangan pariwisata adalah jasa dan pelayanan. People dalam pariwisata
Wonosobo adalah semua orang yang terlibat dalam kepariwisataan, yaitu para
pemangku kepentingan yang terdiri dari Kementrian Pariwisata, Dinas Pariwisata
Provinsi Jawa Tengah, dan Dinas Pariwisata Wonsobo. Selain itu dukungan dari
masyarakat lokal, penyedia jasa wisata, penyedia fasilitas serta wisatawan itu
sendiri diperlukan.
Sumber daya manusia Wonosobo fleksibel dalam hal interaksi untuk
menerima Wisatawan, tetapi kesiapan dan perencanaannya dalam pariwisata
belum merata dan efektif. Pemerintah melalui HPI Wonosobo kemudian
melakukan pengembangan SDM untuk meningkatkan kompetensi masyarakat
dalam kepariwisataan melalui pelatihan. Pak Salim menyampaikan:
“… kami melakukan berbagai macam program yang saat ini sudah
dijalankan oleh masyarakat, hingga sekarang fungsi kami sebagai
pengawas saja,,, HPI Wonosobo sangat memiliki peran yang cukup
central bagi perkembangan pariwisata, berada di naungan dinas
pariwisata kabupaten Wonosobo, HPI memberi pendidikan tentang
pramuwisata terhadap masyarakat seperti memberi pelatihan berbahasa
inggris, guide dll, serta memberi konsep wisata bagi berdirinya destinasi
baru…”
Pak Lucas Agus melanjutkan:
“…Sejak berkembangnya destinasi wisata, banyak yang kemudian mulai
belajar menjadi guide, berbahasa iunggris dan lainnya.. akan tetapi yang
terpenting disini yaitu memberi pemahaman tentangsadar wisata yang
dilandasi dengan pengetahuan tentang alam dan kearifan lokal ”
Pak Agus Purnomo juga manyampaikan:
“…Setelah jadi kepala pariwisata, saya gerakkan pemuda disana lewat
kegiatan pariwisata., kami menggerakkan pokdarwis dengan melakukan
pembinaan seperti tour guide dan pelaku wisata, khususnya untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
masyarakat Dieng agar tertarik dengan pariwisata, dan hasilnya saat ini
Dieng memiliki tour guide yang sangat banyak…”
Ketika masyarakat memiliki pengetahuan dan kesadaran tentang
daerahnya sendiri, maka dapat dibentuk sebuah Destination Management
Organization (DMO) dari komunitas warga lokal. Pengetahuan dan kesadaran
menjadi sangat penting karena masyarakat sendiri yang paling bisa memahami
lingkungannya melalui kearifan lokal dan kebiasaan mereka sehari-hari. Salah
satu implementasi DMO dalam pariwisata di Indonesia adalah Kelompok Sadar
Wisata (Pokdarwis). Pokdarwis merupakan Community Based Tourism (CBT)
dimana komunitas ini dibentuk untuk mengelola daerahnya secara mandiri.
Tujuan dari CBT ini adalah pemberdayaan warga setempat untuk
pengembangan pariwisata suatu daerah secara berkelanjutan dengan
memperhatikan keseimbangan alam (planet), menjaga budaya dan tatanan sosial
(people), bukan hanya untuk mendapatkan keuntungan (profit). Hal ini juga
disampaikan oleh Gus Vero sebagai salah satu Budayawan Wonosobo:
“…pariwisata adalah salah satu bentuk kapitalisasi dari perpaduan
antara alam dan kebudayaan kemudian itu dijual… akan tetapi ada
kalanya alam dan budaya itu ditempatkan diruangnya sendiri melalui
kearifan lokal masyarakat, karena dibutuhkan kesepemahaman agar
terjadi kesimbangan di dalamnya…”
Secara umum orang lebih suka mendengar sejarah dibandingkan membaca
sejarah, sehingga diperlukan warga lokal yang dapat menjadi pemandu wisata
yang profesional dan juga paham tentang budaya setempat. Dengan adanya
Pokdarwis ini maka akan sangat membantu pengembangan kepariwisataan untuk
masyarakat lokal secara mandiri dan terstruktur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
Berikut adalah contoh pengembangan Pokdarwis di Wonosobo. Pokdarwis
merupakan suatu organisasi yang memiliki struktur. Dari hasil observasi, beberapa
Pokdarwis yang sedang berkembang di Wonosobo yaitu:
1. Pokdarwis Selo Nyajiwi Desa Selokromo,
2. Pokdarwis Cebong Sikunir Desa Dieng,
3. Pokdarwis Dewi Sri Desa Sendangsari,
4. Pokdarwis Gerbang Dhewa Desa Kadipaten,
5. Pokdarwis Bumi Lestari Desa Winongsari, dan
6. Pokdarwis Mutiara Sindoro Desa Reco.
Belum semua desa yang ada di Wonosobo yang menerima kunjungan dari
para wisatawan memiliki Pokdarwis sehingga masih banyak kekurangan seperti
akses, produk yang dijual dan kesiapan masyarakat lainnya yang punya interaksi
langsung dengan Wisatawan. Pemeintah dalam hal ini Dinas Pariwisata
bekerjasama dengan akademisi dan penggiat pariwisata seperti HPI dapat
berperan sebagai fasilitator dan pembuat regulasi dalam pembinaan masyarakat.
Hal ini juga disampaikan oleh Pak Salim:
“…untuk saat ini, perkembangan desa wisata yang ada di Wonosobo
belum siap 100%, meskipun sudah bisa dikunjungi oleh wisatawan…
dengan nilai jual yang beraneka ragam, sehingga peran stakehoulder
sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan masyarakat,,,”
Pariwisata mulai menjadi sarana penghidupan baru di Wonosobo. Mereka
kemudian berbondong-bondong untuk menjadikan desa mereka menjadi desa
wisata. Akan tetapi banyak yang perlu dipertimbangkan oleh para stakehoulder
pariwisata di Wonosobo untuk menentukan sebuah Desa wisata, antara lain:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
1. Diperlukan pemahaman akan pengetahuan masyarakat tentang potensi wisata
yang dimiliki.
2. Kesadaran dan kesiapan masyarakat secara umum untuk menerima Wisatawan
secara fleksibel,
3. Kualitas pelayanan masyarakat sebagai penyedia jasa kepada wisatawan,
4. Akses menuju desa wisata yang memadai begitupun dengan fasilitas bagi
wisatawan.
5. Pemahaman kepada masyarakat tentang keberlanjutan wisata.
6. Pencegahan Konflik horizontal yang mungkin bisa terjadi antar masyarakat
ataupun dengan wisatawan.
4.2.2.6. Programming
Dalam industri pariwisata, packaging dan programming merupakan
elemen penting yang ikut menentukan daya saing produk destinasi wisata. Sebuah
destinasi yang dipasarkan dan kemudian dijual dengan sangat menarik akan
membentuk pengalaman berwisata yang menarik pula. Programming yang telah
dijalankan oleh Wonosobo sudah sangat beraneka ragam seperti yang telah
dibahas sebelumnya tentang events and experiences. Hal ini bisa kita lihat dari
calendar of event yang dibuat oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Wonosobo
(Lampiran 1).
Program yang dikembangkan seharusnya bertujuan untuk menarik dan
meningkatkan pembelanjaan wisatawan selama berkunjung, atau memberikan
nilai tambah pada destinasi wisata. Hal ini pula yang dikatakan oleh Pak Agus
Purnomo:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
“…Yang kita harapkan yaitu program-program yang sudah atau yang
akan dijalankan menonjolkan ciri khas Wonosobo seperti kuliner yang
dipaketkan dengan alam dan kebudayaannya ya,,, hal ini pasti akan
membuat wisatawan membelanjakan banyak uangnya untuk
masyarakat,,,”
Dari data yang didapatkan dari BAPPEDA uang yang dibelanjakan oleh
wisatawan selama berkunjung (spending) masih relatife rendah (Lihat Gambar
4.52). Hal ini bisa saja dikarenakan kurangnya lama tinggal (length of stay)
wisatawan dan juga harga-harga yang ditawarkan oleh destinasi wisata baik alam,
budaya, kuliner, cenderamata dan lainnya tergolong murah (Lihat gambar 4.11).
Gambar 4.52. Spending Wisatawan Kab. Wonosobo
Sumber: Laporan Akhir City Branding Kabupaten Wonosobo
(BAPPEDA)
Jika dilihat dari Rencana Kerja Kegiatan Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Wonosobo tahun 2018 beberapa program kepariwisataan mengacu
pada peningkatan kualitas pelayanan baik dari segi Infrastruktur, Pengembangan
SDM dan pengembangan destinasi desa wisata sebagai ekonomi kreatif (Lampiran
2).
19
1210
13
3
10
3
17
0
5
10
15
20
Uang yang Dibelanjakan selama berwisata
(Spending)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
Jika dilihat dari acuan tersebut maka program kepariwisataan oleh Dinas
terkait akan bekerjasama dengan beberapa Dinas lainnya. Dinas yang lain seperti
Koperasi dan UKM untuk program produk lokal dan distribusi rumah tangga,
Dinas PU untuk program infrastruktur pariwisata dan tata ruang. Selain itu dapat
juga dilakukan kerjasama dengan Perangkat Desa yang disertai dengan
masyarakat dan kelompok atau komunitas seperti Pokdarwis untuk menjalankan
program tersebut.
Output dari sebuah programming pariwisata yaitu atraksi akan sebuah
produk atau destinasi. Atraksi alam sudah tentu menjadi potensi wisata yang
paling kuat di Wonosobo, sehingga diperlukan program yang bersifat
berkelanjutan atau sustainability agar atraksi ini tetap menjadi potensi alam
berumur panjang. Seperti pada pembahasan sebelumnya, dibutuhkan kesimbangan
antara ekonomi, sosial dan lingkungan terhadap suatau pengembangan destinasi
pariwisata.
Ekowisata adalah salah satu cara pengembangan wisata yang
berkelanjutan. Desa Sembungan Kecamatan Kejajar Wonosobo adalah salah satu
desa yang memiliki potensi pengembangan pariwisata yang berbasis ekowisata.
Struktur keindahan alam yang membentang dengan predikat desa tertinggi di
pulau Jawa serta kerifan lokalnya yang sangat kuat dikenal sebagai petani kentang
yang tangguh ini bisa menggambarkan tentang pentingnya pengembangan
Ekowisata. Hal tersebut kemudian menjadi perhatian bagi para wisatawan yang
pernah berkunjung ke desa tersebut. Cerita tentang Desa Sembungan telah dibahas
sebelumnya. Pak Salim mengemukakan:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
“…terlepas dari longsor yang sering terjadi… mereka justru kagum
dengan kondisi alam Wonosobo khususnya Desa Sembungan ,, dengan
melihat petani yang bekerja diladangnya sampai mendekati puncak, itu
justru menjadi surprise dan hal yang sangat menarik bagi mereka,,,”
Selain dari atraksi alam, atraksi budaya juga bisa menjadi program
alternatif untuk pengembangan pariwisata di Wonosobo. Membuat program
seperti “Hari Jadi Wonosobo’ yang dirangkaikan dengan kegiatan kebudayaan
seperti ‘Pawitan Budaya Jawi’ dan prosesi ritual ‘Birat Sengkala’ merupakan
kegiatan yang sangat progresif oleh Pemerintah Wonosobo. Selain itu ada juga
kegiatan kebudayaan seperti ‘The Legend of Lengger Giyanti’ atau ‘Rakanan
Giyanti’ yang saat ini sedang gencar dipasarkan oleh Wonosobo.
Jika wisatawan yang datang ke Wonosobo namun masih ingin mencoba
atraksi yang lain yang ada, maka program wisata yang bisa dilakukan yaitu Edu-
wisata seperti tradisi ‘Tenongan Suran Giyanti’. Kegiatan ini juga member
pelatihan tenun kepada wisatawan, akan tetapi kegiatan hanya berlangsung
setahun sekali. Oleh karena itu stakehoulder bisa membuat program yang bersifat
terus-menerus agar menjadi daya tarik bagi wisatawan di luar hari pegelaran
tersebut. Hal yang lain yang bisa dilakukan adalah memberi edukasi kepada
wisatawan seperti belajar menari, menenun, membatik dan lainnya, hal ini akan
menjadi life experience bagi wisatawan. Yang pada intinya life experience ini
yang dijual kepada wisatawan.
Dengan semua program yang telah dikemukan di atas, hal yang perlu
disadari adalah semakin meningkatnya pendidikan wisatawan, kesadaran akan
kelestarian alam dan budaya menjadi pengalaman tersendiri sebagai aksi
kepedulian mereka. Hal ini kemudian menjadi pertimbangan dan motivasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
wisatawan untuk memilih destinasi apa yang akan dia kunjungi. Jika pemangku
kepentingan pariwisata mampu melakukan program ekowisata ini maka
sustainable tourism development dapat terwujud.
4.2.2.7. Packaging
Packaging merupakan kombinasi dari jasa dan daya tarik wisata yang
saling berkaitan dalam satu paket penawaran harga. Packaging ini dilakukan oleh
Trip Organizer yang sudah cukup banyak dengan tujuan destinasi ke Wonosobo.
Namun trip organizer ini sebagian besar berasal dari luar Wonosobo seperti
Yogyakarta. Paket yang ditawarkan meliputi transportasi dan akomodasi ke
Wonosobo. Travel agent adalah salah satu trip organizer yang melayani jasa
perjalanan ke Wonosobo.
Gambar 4.53. Pengaturan Perjalanan Wisatawan Kab. Wonosobo
Sumber: Laporan Akhir City Branding Kabupaten Wonosobo
(BAPPEDA)
Data di atas menjelaskan bahwa sebagian besar wisatawan (45%)
mengatur perjalanan sendiri, tetapi cukup banyak (25%) menggunakan jasa agen
perjalanan. Hal ini juga menendakan bahwa masih kurang optimalnya penawaran
45
25
13
2 2
0
10
20
30
40
50
Mengatur
sendiri
Agent
Perjalanan
Dibantu klg Aplikasi on
line
Diatur instansi
(dinas)
Pengaturan Perjalanan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
yang dilakukan oleh travel agent terhadap destinasi pariwisata Wonosobo. Mas
Adi salah satu travel agent di Jogjakarta mengatakan:
“…untuk perjalanan ke Dieng Wonosobo kami memang tidak menawari
secara langsung, kecuali ketika wisatawan yang memang tahu tentang
Dieng, baru kami melayani perjalanan ke sana…”
Dari hasil observasi di jalan Prawirotaman dan Sosrowijayan di Jogjakarta,
tagline tentang pariwisata di Wonosobo yang muncul pada billboard travel agent
masih sangat kurang. Dan hanya beberapa diantaranya yang memasang informasi
tentang pariwisata Wonosobo seperti pada gambar 4.54.
Gambar 4.54. Billboard Travel Agent Kab. Yogyakarta
Sumber: Data Pribadi
Trip Organizer di Wonosobo yang masih terbatas. Dari hasil penelusuran
google, dengan kata kunci ‘trip organizer Wonosobo’ hanya ada 6 trip organizer
yang ada di Wonosobo seperti pada gambar 4.55.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
Gambar 4.55. Trip Organizer Di Wonosobo
Packaging tidak hanya terbatas pada paket wisata yang ditawarkan, tetapi
juga pada penataan sumberdaya alam yang ada, penyajian kuliner yang baik,
kemasan cenderamata dan oleh-oleh khas Wonosobo. Dan dari hasil observasi
Wonosobo sudah melakukan banyak upaya terhadap hal di atas sehingga tingkat
emotional buying dari wisatawan cukup tinggi (Lihat Gambar 4.15).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
Gambar 4.56. Oleh-oleh Khas Wonosobo
Sumber: Data Pribadi
Gambar 4.57. Objek Wisata Batu Ratapan Angin
Sumber: @visitwonosobo (instagram)
Khusus untuk Objek Wisata Batu Ratapan Angin, paket wisata yang ada di
sana cukup lengkap. Selain dari Batunya sendiri sebagai objek foto yang berlatar
telaga warna sebagai objek wisata lain di Wonosobo, terdapat juga beberapa spot
foto yang di buat dengan serta beberapa fasilitas yang bersifat memacu adrenalin
seperti jembatan gantung dan panjat tebing.
Hal ini kemudian paket yang ditawarkan oleh beberapa destinasi itu
kemudian terus berkembang sesuai dengan prinsip sustainability atau tetap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
menjadikan alam sebagai nilai utama dan keasliannya sebagai nilai lebih akan
sebuah destinasi. Ini juga diharapkan agar beberapa destinasi lain juga ikut
berkembang.
4.2.2.8. Partnership
Partnership atau kemitraan yang dimaksud di sini adalah kerjasama antara
beberapa sektor. Beberapa sektor yang dimaksud adalah bekerjasama dengan
pihak swasta, akademisi, media dan komunitas. Kerjasama yang dilakukan
pemerintah Wonosobo dengan swasta, akademisi, dan masyarakat saat ini yaitu
dengan kerjasama pengembangan objek wisata bersama PT. Alam Indah. Seperti
yang dijelaskan oleh Pak Agus Purnomo:
“…Dan diharapkan dengan adanya pembangunan objek wisata yang
dilakukan oleh PT. Alam Indah ini akan menjadi contoh bagi pelaku usaha
pariwista di Wonosobo khususnya Dieng. Saya berharap di Wonosobo
khususnya Dieng itu memiliki objek wisata yang representatif, layak dijual
ke orang-orang asing. Untuk saat ini, perusahaaan tersebut sudah
menjalankan usahanya dengan memberikan bonus bagi para guide, jika
membawa touris 100 orang, akan mendapat bonus 20%, jika 50 orang
saja akan mendapat 10% dari penjualan tiket…”
Hal yang dilakukan oleh PT. Alam Indah adalah menanamkan investasi di
kawasan wisata alam Telaga Warna dan Telaga Pengilon. Selain itu membuka
kesempatan bagi kalangan swasta untuk turut berkontribusi dalam pengelolaan
dan pelestarian kawasan konservasi. Hal ini tentunya kan sangat positif bagi
pengembangan pariwisata di Wonosobo dan bersifat jangka panjang.
Disisi lain Pak Salim Bawazier juga menjelaskan awal pengembangan pariwisata
dari sektor swasta di Wonosobo yaitu:
“kami selalu melihat touris datang dan berbicara tentang pariwisata di
Wonosobo, member informasi dan menimbah ilmu juga dari mereka, dan
karena kami senang dengan pariwisata, kami ajak mereka untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
bekerjasama mengembangkan pariwisata dan mempromosikan juga
meskipun saat itu belum memiliki landasan yang berorientasi profit…”
Sektor kerjasama lain yang di lakukan oleh Wonosobo dalam
pengembangan Pariwisata adalah pemasaran. Letak geografis yang sangat
strategis yang dimiliki Wonosobo sangat menguntungkan dalam hal pemasaran
tentang destinasi di Wonosobo. Selain dari lokasinya yang terletak di Jawa
Tengah sebagai salah satu 10 destinasi prioritas Nasional juga berdekatan dengan
Borobudur yang sampai saat ini masih menjadi salah satu primadona kunjungan
wisatawan dunia.
Hal yang paling menguntungkan juga yaitu masuknya Dieng sebagai salah
satu klaster unggulan Joglosemar. Pariwisata Wonosobo berada dalam satu
jejaring dengan Jogjakarta, Semarang dan Solo (Joglosemar). Joglosemar
memiliki delapan klaster unggulan pengembangan pariwisata dimana Dieng
Wonosobo berada didalamnya.
Gambar 4.58 Klaster Unggulan Joglosemar
Sumber: www.avenzamaps.com
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
Sebuah hasil penelitian yang dikeluarkan oleh Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Wonosobo saat melakukan city branding
pariwisata Wonosobo pada tahun 2018, mengungkapkan bahwa 100%
pengunjung berasal dari wisatawan dalam negri dan 80% dari total seluruh
pengunjung di Dieng dalam satu pekan melakukan perjalanan wisata dari klaster
Joglosemar.
Kolaborasi antara beberapa pihak dan dari beberapa sektor diharapkan
menjadi strategi pemasaran pariwisata di Wonosobo. Hal ini juga diharapkan agar
terjadinya peningkatan kualitas SDM serta program produk pariwisata.
Tabel 4.6 Ringkasan Analisis Bauran Pemasaran
No Bauran
Pemasaran
Analisis
1. Product
Atraksi 1. Atraksi sudah dikembangkan secara maksimal, akan
tetapi masih ada aspek negatif yang timbul seperti
penataan bangunan di DTW (Destinasi Tujuan Wisata)
2. Masih kurangnya atraksi pelengkap di beberapa destinasi,
dalam hal ini ekonomi kreatif
Aksesibilitas 1. Terdapatnya akses jalan yang sempit dan rusak karena
banyaknya kejadian alam seperti longsor.
2. kurangnya kendaraan umum menuju DTW khususnya
Dieng.
Amenitas Amenitas secara umum belum optimal untk beberapa DTW.
2 Place 1. Masih menggunakan brosur dan booklet
2. Tidak ada brosur, booklet dan sejenisnya di bandara.
3 Price 1. Harga yang ditawarkan tergolong murah
2. Harga tiket yang berbeda di setiap destinasi
4 Promotion Semua jenis promosi sudah dilakukan meskipun hasil yang
belum optimal
5 People Kualitas SDM dalam hal ini pelyanan yang kurang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
6 Programming Masih banyak destinasi yang belum paham dan peduli
tentang prinsip keberlanjutan
7 Packaging Paket wisata yang ditawarkan sebatas wisata alam dan
budaya.
8 Partnership Kerjasama sudah dilakukan dari beberapa sektor secara
maksimal.
4.3. Pertimbangan Wisatawan Saat Memilih Dan Menentukan Destinasi
Wisata
Pertimbangan Wisatawan saat berkunjung ke sebuah destinasi dapat dilihat
dari; pertama, Motivasi kunjungan wisatawan. Dari hasil analisis pada gambar
4.10 motivasi alam dan budaya merupakan motivasi utama untuk berkunjung ke
Wonosobo. Motivasi menjadi sangat penting karena menjadi alasan utama
seseorang untuk berwisata.
Kedua, Harga selama berwisata. Dari hasil analisis bauran pemasaran,
biaya kunjungan ke Wonosobo tergolong murah. Hal ini dikarenakan letaknya
yang strategis dan didukung dengan infastruktur jalan yang terus berkembang.
Paket perjalanan yang ditawarkan oleh travel agent relatif normal dengan selisih
harga yang tidak jauh dari kunjungan ke tempat wisata di daerah lain, ini
menandakan bahwa harga yang ditawarkan mampu bersaing.
Ketiga, akomodasi/penginapan ketika berkunjung ke destinasi. Dari hasil
analisis pada gambar 4.6, sebagian besar yang datang ke Wonosobo tidak
menginap atau perjalanan dilakukan hanya sehari. Hal ini disebabkan oleh masih
kurangnya penginapan yang ada di Wonosobo khususnya Dieng.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
Keempat, waktu berkunjung. Dari data yang diambil dari BAPPEDA,
waktu kunjungan favorit wisatawan di Wonosobo adalah weekend dan liburan
sekolah. Pertimbangan ini diambil untuk mengisi hari libur dengan berwisata
diluar dari rutinitasnya sehari-hari.
Gambar 4.59. Waktu Berkunjung Favorit Wisatawan Kab. Wonosobo
Sumber: Laporan Akhir City Branding Kabupaten Wonosobo
(BAPPEDA)
Sumber informasi tentang DTW juga sangat mempengaruhi pertimbangan
wisatawan. Dari hasil analisis pada gambar 4.32 Informasi yang paling memegang
peranan sebagai sumber informasi bagi wisatawan ada tiga, yaitu: internet
(website, marketplace, blog, vlog dan youtube) melalui ulasan dan tampilan
gambar yang menarik, pengalaman dari teman/kerabat yang pernah berkunjung,
sosial media melalui ulasan dan deskripsi yang dibagi secara luas oleh
penggunanya setelah melakukan kunjungan wisata di Wonosobo.
Sebab penting wisatawan untuk berkunjung ke sebuah Destinasi Tujuan
Wisata (DTW) mengenai informasi bisa di lihat dari image atau citra dan user
experience atau pengalaman saat berwisata. Dari data yang didapatkan melalui
BAPPEDA ditemukan bahwa ada lima hal yang menggambarkan Wonosobo
27
22
15 14
9
0
0
5
10
15
20
25
30
Weekend Liburan
sekolah
Long
weekend
Event
tertentu
Lain-lain Idul Fitri
Waktu berkunjung favorit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
menurut wisatawan, yaitu dingin, sejuk, indah, pemandangan bagus dan alam.
Akan tetapi ketika dirangkaikan semuanya, hal ini menjelaskan bahwa Wonosobo
memiliki image tentang potensi alam yang kuat.
Gambar 4.60. Hal Yang Menggambarkan Kab. Wonosobo
Sumber: Laporan Akhir City Branding Kabupaten Wonosobo
(BAPPEDA)
Image ini biasanya terbentuk dari iklan, film dan foto-foto yang beredar di
media sosial dan website. Selain itu pengalaman langsung oleh wisatawan yang
berkunjung ke sebuah destinasi di Wonosobo juga sangat membentuk image
Wonsobo. Image ini sangat berkaitan dengan city branding dan Wonosobo sudah
melakukan hal itu. Beberapa wisatawan yang berkunjung ketika ditanya tentang
apa yang anggapan mereka tentang Wonosobo, Wisatawan menjawab keindahan
0 10 20 30 40
dingin
sejuk
indah
pemandangan bagus
alam
asri
kuliner
bersih
banyak tempat wisata
carica
nyaman
candi
bukit
menyenangkan
ramah
berbudaya
akses jalan menantang
tentram
kawah
tenang
berkabut
tertib
rambut gimbal
hijau
negri di atas awan
gunung
sunrise
istimewa
jauh
subur
ramai
HAL YANG COCOK MENGGAMBARKAN WONOSOBO
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
alam Wonosobo. Seperti yang jelaskan oleh Pak Misman wisatawan dari
Banjarnegara:
“…Apa ya… Wonosobo itu juga Dieng seperti Banjarnegara… alamnya
yang sangat sejuk, indah membuat orang datang ke sini…”
Hal yang sama juga dikatakan oleh Mbak Ulfa:
“…Wonosobo itu indah, banyak pemandangan alamnya, sehingga untuk
yang suka foto gitu banyak spotnya…”
Dingin menjadi top of mind bagi wisatawan menggambarkan Wonosobo.
Suhunya yang berada di sekitar 10-14 °C, bahkan di hari tertentu suhu di Dieng
khususnya berada dibawah 5 °C. Menurut Pak Salim Bawazier tentang hal apa
saja yang menggambarkan Wonosobo:
“Jadi Wonosobo memiliki keunikan tersendiri,, udaranya sendiri sudah
merupakan kemurahan dari Allah SWT,, dan bahkan setahun sekali suhu
di Dieng di bawah nol derajat,, serta adat istiadat yang sangat unik ...
sejauh ini alasan orang datang kembali ke Wonosobo yaitu, karena
alamnya yang begitu indah,, makanan yang enak,, dan tidak terlalu
mahal,,”
Berikut beberapa destinasi wisata di Wonosobo yang dimunculkan oleh iklan
Wonderfull Indonesia melalui Televisi dan Youtube:
Gambar 4.61. Iklan Pariwisata Wonderfull Indonesia (1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
Gambar 4.62. Iklan Pariwisata Wonderfull Indonesia (2)
Berkaitan dengan Image wisatawan terhadap produk atau destinasi yang
pernah di kunjungi yaitu user experience. Keunikan Wonosobo adalah keindahan
alam dan cuaca yang sejuk, seperti yang telah banyak dijelaskan sebelumnya.
Berikut ini adalah data yang diperoleh dari BAPPEDA yang melakukan penelitian
melalui kuesioner terhadap wisatawan yang berjumlah 100 orang pada tahun
2018.
Gambar 4.63. Tingkat Kepuasan Wisatawan yang Berkunjung di Kab.
Wonosobo
Sumber: Laporan Akhir City Branding Kabupaten Wonosobo
(BAPPEDA)
KURANG PUAS
DAN TIDAK
INGIN KEMBALI
4%
PUAS DAN
AKAN
MEREKOMENDASIKAN
41%
PUAS DAN
INGIN
KEMBALI51%
LAINNYA
4%
Kesan setelah dari Wonosobo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
Data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar wisatawan yang merasa
puas dan ingin kembali serta akan merekomendasikannya sebesar 91%. Hal ini
berarti bahwa wisatawan mendapatkan user experience yang positif terhadap
produk/destinasi pariwisata Wonosobo.
Citra atau reputasi pariwisata terdiri dari pembauran antara hak-hak
wisatawan, perlindungan sumber daya dan pelibatan masyarakat (gambar 2.4).
Hal inilah yang menjadi keunikan dari pengembangan pariwisata yang berbasis
ekowisata. Hal ini berbanding lurus dengan motivasi wisatawan yang datang
berkunjung dengan tujuan untuk menikmati secara langsung kemurnian dari
sebuah alam (Gambar 4.11). Gus Blero melalui penjelasannya:
“…destinasi jangan sampai bertolak belakang dengan interesting orang-
orang, misalnya touris mancanegara kan datang ke sini untuk melihat
genuitas yang natural, tapi ketika alam diwarnai, maka naturalitasnya
akan hilang,,, kemurnian alam itu tidak dipedulikan,,
Wonosobo sudah memiliki citra yang baik dari wisatawan. Akan tetapi
perlu juga diperhatiakan bahwa agar keuntungan yang didapatkan dari kegiatan
berpariwisata ini tetap berlanjut diperlukan pengembangan DTW yang
berkelanjutan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
BAB V
PERUMUSAN STRATEGI PEMASARAN PARIWISATA BERBASIS EKOWISATA
5.1. Strategi Segmenting, Targeting dan Positioning (STP)
Tabel 5.1 Strategi STP Pariwisata Wonosobo
STP Analisis Solusi Keterangan
Segmenting
Wisatawan
terbagi dari
beberapa segmen,
antara lain
geografis dan
psikografis
Berdasarkan
geografis
wisatawan yang
berkunjung ke
Wonosobo harus
dibagi menjadi dua
segmen, yaitu
wisatawan
mancanegara dan
wisatawan
nusantara.
1. Wisatawan didominasi oleh wisatawan nusantara dan terus berkembang
secara kuantitas, namun kurangnya tingkat persentase wisatawan
nusantara yang berkunjung kembali mencerminkan kualitas sebuah
destinasi, begitupun dengan wisatawan mancanegara yang setiap tahun
semakin menurun, sedangkan banyaknya wisatawan mancanegara
menggambarkan kualitas sebuah destinasi.
2. Wisatawan mancanegara juga membantu menaikkan standar pelayanan
dan pemasaran pariwisata yang kuat bagi sebuah destinasi.
3. Wisatawan mancanegara sebenarnya memiliki karakteristik yang
beragam sesuai dengan kultur yang terbangun oleh negranya masing-
masing sehingga ditentukan langkah yang tepat untuk memilih target
pasar wisatawan mancanegara.
Berdasarkan
psikografi,
wisatawan yang
datang ke
Wonosobo harus
1. Saat ini, wisatawan yang berkunjung ke Wonosobo kebanyakan dari
minat khusus seperti touring dan potografi.
2. Minat khusus adalah bagian dari motifasi utama pada nilai dan gaya
hidup yang masuk dalam kelompok self-expression motivation.
Kelompok ini berorientasi pada tindakan (action-oriented), dimana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
dilihat dari value,
attitude dan
lifestyle (VALS).
wisatawan jenis ini mengekspresikan segala perilaku berwisatanya sesuai
interpretasi dan ekspektasi dari informasi yang didapatkannya agar
mendapat experiences, nostalgic yang baik dan kegiatan yang
responsible.
Targeting Kepariwisataan
Wonosobo secara
spesifik belum
memiliki target
pasar wisatawan
Wisatawan asal
Eropa dijadikan
sebagai target
pemasaran
pariwisata
Wonosobo.
1. Karakteristik wisatawan Eropa lebih mengedepankan unsur alamiah yang
mensyaratkan kualitas alam dan budaya pada sebuah destinasi. Oleh
karena itu, pemangku kepentingan harus memenuhi kebutuhan pelayanan
jasa yang diinginkan oleh rata-rata wisatawan mancanegara dengan
melihat karakteristiknya.
2. Dengan banyaknya wisatawan mancanegara khusunya Eropa, pemangku
kepentingan juga dapat menaikkan harga atau tarif setiap atraksi produk
pariwisata. Hal ini dikarenakan adanya upaya dalam meningkatkan
kualitas produk sehingga wisatawan tidak keberatan membayar harga
tersebut.
3. Dengan tingginya standar kualitas sebuah destinasi juga akan
memberikan pengalaman yang baik dan nostalgia yang menyenangkan
sehingga wisatawan akan memberikan nilai sesuai dengan interpretasi
dan ekspektasi.
Positoning Kepariwisataan
Kabupaten
Wonosobo sudah
memiliki city
branding yaitu
‘The Soul of
Java’ akan tetapi
belum memilki
Mewujudkan citra
destinasi yang
berbasis nilai
keberlanjutan
melalui program
destinasis berbasis
ekowisata sebagai
nilai unik (USP)
1. Wisatawan Eropa memiliki karakteristik wisatawan yang pro terhadap
keberlanjutan (pro-sustainability). Hal ini sesuai dengan minat
wisatawan eropa untuk menikmati unsur-unsur alamiah yang disajikan
oleh sebuah destinasi. Originalitas alam dan budaya menjadi motivasi
utama wisatawan Eropa untuk menikmati sebuah objek wisata karena
mencerminkan kualitas akan sebuah objek wisata.
2. Selain meningkatkan standar kualitas serta image kuat yang terbangun
akibat dari banyaknya wisatawan asal Eropa, juga akan membantu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
unique selling
point (USP)
kepariwisataan
Wonosobo.
destinasi bersifat jangka panjang karena adanya kegiatan kepariwisataan
yang berbasis ekowisata yaitu menyeimbangkan kepentingan ekonomi,
sosial dan lingkungan pada sebuah destinasi.
3. Nilai penting dari sebuah pengembangan pariwisata yang berbasis
ekowisata adalah munculnya sebuah nilai kebersamaan antara penyedia
pariwisata dan wisatawan untuk melakukan tindakan responsible
(bertanggung jawab) terhadap sebuah lingkungan (alam dan budaya).
5.2 Strategi Bauran Pemasaran 8P
Tabel 5.2. Strategi 8P Pariwisata Wonosobo
No Bauran
Pemasaran Analisis Solusi Rekomendasi Strategi
1. Product
Atraksi Atraksi sudah
dikembangkan
secara maksimal,
akan tetapi masih
ada aspek negatif
yang timbul seperti
penataan bangunan
di DTW (Destinasi
Tujuan Wisata)
Memberi penyadaran
kepada masyarakat
tentang prinsip
keberlanjutan bagi
setiap destinasi
Memberi himbauan dan pendampingan pada masyarakat sebagai
pelaku usaha.
Pembentukan
manajemen destinasi
sehingga objek
Pembentukan Pokdarwis sebagai penggerak manajemen destinasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
terpelihara.
Menerapkan aturan
tentang larangan
membangun bangunan
yang tidak ramah
lingkungan
Aturan harus dibuat secara bersama-sama termasuk masyarakat agar
menjadi tanggung jawab bersama tentang pentingnya menjaga
lingkungan demi kelestarian yang menjadi alasan wisatawan
berkunjung.
Belum diterapkan
jenis atraksi yang
berbasis ekowisata
Menyusun program
destinasi berbasis
ekowisata dengan
melihat aspek
konsumen atau
wisatawan
Membuat stand khusus bagi pencinta fotografi untuk dapat mengambil
gambar keindahan alam Wonosobo secara alami.
Mengoptimalkan promosi dan program yang ditawarkan melalui
produk destinasi. Pariwisataan Wonosobo harus mengedapankan
beberapa aspek antara lain
1. Aspek ekonomi; selain ekonomi diukur melalui pendekatan pasar
secara makro ataupun mikro untuk meningkatkan perekonomian
melalui industri pariwisata, tapi juga mengedepankan nilai ekonomi
lingkungan seperti melibatkan penduduk lokal sebagai peran
mereka dalam melestarikan budaya dan lingkungan.
2. Aspek sosial; diperlukan pembelajaran bersama antar stakeholder
untuk memahami konsep ekowisata yang kemudian
diimplementasikan bersama kebeberapa destinasi melalui program
yang akan di tawarkan nantinya.
3. Aspek lingkungan; peningkatan kesadaran penduduk lokal terhadap
konservasi melalui program penghijauan. Selain itu, mendeteksi
sejak awal ancaman dari pengembangan destinasi melalui program
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
yang menekankan aturan hukum serta larangan seperti
pembangunan infrastruktur dan perilaku wisatawan saat berwisata.
Masih kurangnya
atraksi pelengkap di
beberapa destinasi,
dalam hal ini
ekonomi kreatif
Dinas pariwisata
berkolaborasi dengan
beberapa pihak untuk
mengembangkan
industry kreatif bagi
masyarakat di sekitar
DTW
1. kerjasama dengan dinas UMKM untuk melakukan pelatihan
membuat industry kreatif dan menentukan jenis produk yang akan
dijual
2. kerjasama dengan koperasi tentang bantuan dana dan cara
pendistribusiannya.
Aksesibilitas Terdapatnya akses
jalan yang sempit
dan rusak karena
banyaknya kejadian
alam seperti longsor.
Kerjasama multisektor
yaitu Dinas Pariwisata
dengan Dinas PU dan
sektor lainnya untuk
memperbaiki aspal
jalan menuju objek
wisata.
1. Membuka akses kebeberapa destinasi dengan mempertimbangakan
dampak lingkungan sehingga perjalanan bagi wisatawan khususnya
bagi touring bisa menikmati keindahan alam yang natural.
2. Melakukan pelebaran jalan dan melakukan pembetonan jalan di
setiap sisi jalan.
3. Membuka jalur alternatif, seperti jalan arah menuju Dieng.
4. Melakukan reboisasi disepanjang jalan yang rawan longsor.
kurangnya
kendaraan umum
menuju DTW
khususnya Dieng.
Bekerjasama dengan
dinas perhubungan
untuk membuka akses
perjalanan umum ke
DTW.
Sistem rental dapat dilakukan, dikarenakan kebanyakan wisatawan
menggunakan kendaraan pribadi sehingga tidak dimungkinkan untuk
melakukan perjalanan terus menerus saat ini.
Amenitas Amenitas secara
umum belum
optimal untuk
beberapa DTW.
Menyediakan
penginapan yang
memadai dengan
memperhatikan tata
1. Diperlukan daerah strategis khusus untuk pembangunan penginapan
bagi para wisatawan, hal ini bertujuan agar pembangunan yang ada
saat ini tidak menggerus lingkungan DTW.
2. Tinggi, bentuk dan volume menyesuaikan dengan topografi dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
ruang yang baik pada
pembangunannya.
keadaan lingkungan.
3. Desain bangunan yang berada di kawasan DTW harus
menyesuaikan dengan sejarah, karakteristik lokasi, warna dan
bahasa lokal.
Memperbanyak fasilitas
umum
1. Membangun ruang medis untuk setiap destinasi yang ada sebagai
wujud responsible tourism marketing.
2. Membangun ATM di beberapa destinasi prioritas di tempat-tempat
strategis khususnya di kawasan Pegunungan Dieng.
3. Membuat TPA agar terjadi sebuah distribusi aktif untuk
menanggulangi masalah sampah yang ada di DTW. Dan pengadaan
toilet di setiap destinasi dan beberapa tempat yang dianggap banyak
wisatawan berinteraksi.
2 Place Masih menggunakan
brosur dan booklet
Lebih mengoptimalkan
lagi penggunaan
Channel digital seperti
website dan media
sosial
Melengkapi website dengan konten yang lengkap: apa saja atraksi yang
ada dan cara menuju ke sana.
Tidak ada brosur,
booklet dan
sejenisnya di
bandara.
Penempatan advertising
di tempat ramai seperti
bandara
Penempatan advertising di bandara Jogjakarta atau kota besar lainnya
dengan tujuan untuk memperkenalkan pariwisata di Wonosobo.
3 Price Harga yang
ditawarkan tergolong
Dilakukan penyelarasan
antara harga dan atraksi
Menerapkan paket wisata untuk setiap destinasi. Setiap destinasi harus
menawarkan banyak atraksi sehingga mendongkrak pendapatan tanpa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
murah yang diberikan
menaikkan harga pada tiket destinasi.
Menaikkan harga tiket
yang berbasis ekowisata
Harga dinaikkan dengan cara memberikan biaya tambahan bagi
wisatawan untuk melibatkan diri dalam hal menjaga keberlanjutan
sebuah destinasi. Biaya ini bisa disebut sebagai biaya sukarela untuk
menjaga keasrian alam dan budaya.
Harga tiket yang
berbeda di setiap
destinasi
Memberlakukan harga
paket produk dengan
harga diskriminasi
berdasarkan jenis
produk dan dengan
pemberian harga
diskon.
Strategi harga paket produk. Strategi ini terkait dengan produk atau
atraksi yang kemas dalam bentuk paket wisata. Harga yang harus
dibayar wisatawan dalam strategi harga produk ini lebih besar, tetapi
wisatawan akan mendapat kompensasi berupa atraksi, fasilitas dan
pelayanan yang lebih berkualitas.
4. Promotion Semua jenis promosi
sudah dilakukan
meskipun hasil yang
belum optimal
Go digital: e-WOM,
media sosial dan
website
Cara efektif dan efisien untuk meraih masyarakat dunia saat ini yaitu
melalui internet dalam hal ini website, media sosial dan youtube. Hal
yang penting dari website dll ini adalah menjadi interface antara
destinasi dengan wisatawan. Selain informatif, juga harus bersifat
internasional, yang artinya sudah menggambarkan pengalaman yang
akan dialami wisatawan saat berkunjung. Idealnya, melalui internet ini
akan menjadi medium interaktif, yang mnfasilitasi komunikasi vertikal
antara pemasar dan wisatawan, dan secara horizontal antar wisatawan.
Langkah konkrit yang bisa dilakukan yaitu membuat akun media sosial
resmi (Facebook Page, Instagram, Twitter) untuk pariwisata Wonosobo
dan selalu diupdate dengan konten pemasaran pariwisata. Di media
sosial menggunakan hashtag yang sesuai dengan konten contohnya:
#Wonosobo #Diengwonosobo #explorewonosobo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
#wonderfulindonesia #pesonaindonesia
Merancang materi
promosi yang ramah
lingkungan
The soul of java sebagai branding pariwisata Wonosobo mampu
menjadi USP dengan cara menerapkan green marketing atau ikut
terlibat dalam kampanye global warming.
5. People Kualitas SDM dalam
hal ini pelayanan
yang kurang
khususnya
pemahaman tentang
ekowisata
Pelatihan dan edukasi
guide tentang
peningkatan pelayanan
dan pemahaman tentang
prinsip keberlanjutan
melalui ekowisata
1.Memprioritaskan pemuda sebagai penggerak kepariwataan serta
pengawasan dan pendampingan yang dilakukan oleh HPI.
2.Menjalin kerjasama dengan instansi atau lembaga pemerhati
lingkungan seperti BPN dan Walhi untuk mengetahui cara mengurangi
dampak negatif yang timbul akibat pengembangan pariwisata.
6. Programming Masih banyak
destinasi yang belum
paham dan peduli
tentang prinsip
keberlanjutan
Edukasi dan
pendampingan ke
beberapa destinasi
1.mengembangkan pariwisata secara komunal, artinya bahwa
masyarakat harus terlibat aktif dalam pengambangan destinasi
2.program sadar wisata digerakkan oleh Pokdarwis agar menjadi efek
baik wisatawan yang juga akan ikut peduli terhadap lingkungan.
Pengembangan
program yang
berorientasi kepada
kemanfaatan
1. Menyusun pengembangan kebjakan green practice, seperti;
menggunakan teknologi dan bahan yang ramah lingkungan, hal ini
bertujuan untuk meminimalisir dampak lingkungan dalam wujud
limbah, sampah, suara atau polusi lain.
2. Merancang produk yang berbasis ekowisata, seperti menginap plus
menyaksikan musik tradisional, desain kamar yang ramah lingkungan
dan lainnya.
3. Mendesain aktivitas wisatawan saat berkunjung sesuai dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
kebiasaan mayarakat lokal seperti menanam sayuran, melakukan tari
tradisional, menggimbalkan rambut sehingga menjadi hal yang unik
bagi wisatawan. Aktivitas ini juga secara tidak langsung juga
menghidupkan dan mempertahankan tradisi.
Membuat
pengembangan wisata
yang memperhatikan
visitor management
1.Dibuat jalur khusus bagi wisatawan ketika mengunjungi DTW
seperti diberlakukannya kebijakan mengenai mana jalur yang bisa
diakses secara umum dan mana yang tidak boleh dengan tujuan
menghindari dapak kerusakan lingkungan.
2.Membuat panduan does dan dont’s, seperti papan pengumuman
tentang aturan dalam berkunjung ke destinasi seperti; larangan
membuang sampah disembarang tempat, kawasan bebas rokok dan
lainnya.
3.Tujuan dari visitor management agar adanya sebuah interpretasi yang
baik yang dirasakan langsung oleh wisatawan sehingga ini bisa
menjadi image yang kuat tentang pariwisata di Wonosobo. Contohnya
yaitu membuat visualisasi awal tentang destinasi yang memberi
informasi tentang apa saja yang akan dinikmati dan dipelajari
wisatawan saat berkunjung.
7. Packaging Paket wisata yang
ditawarkan sebatas
wisata alam dan
budaya.
Variasi paket wisata
tidak hanya berkunjung
ke suatu destinasi,
tetapi dikombinasikan
dengan program
interaktif yang
1.Tari lengger bisa menjadi paket wisata yang sangat menarik.
Wisatawan dapat membeli tiket untuk melihat tarian, belajar hingga
pada wisatawan melakukan tarian sendiri dan direkam sehingga ini
pengalaman yang sangat menarik bagi wisatawan
2. Melibatkan masyarakat dalam upaya reboisasi seperti adanya
destinasi yang menawarkan paket menikmati keindahan alam disertai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
melibatkan wisatawan. dengan penanaman pohon di sekitar destinasi.
Mengelompokkan jenis wisatawan seperti:
1. Wisatawan yang belum berpengalaman. Wisatawan jenis ini
terbuka pada proses edukasi, tetapi biasanya perilaku mereka belum
bisa menyesuaikan diri dengan adat/kebiasaan/ nilai-nilai
masyarakat di destinasi. Dalam kondisi tersebut pemangku
kepentingan harus member edukasi dan informasi untuk
meningkatkan awareness mereka. Produk dan informasi yang
diberikan kepada wisatawan ditekankan bahwa pentingnya perilaku
wisatawan untuk peduli dan sesnsitif terhadap alam dan
kebudayaan lokal destinasi. Aktivitas wisata perlu dirancang untuk
wisatawan secara pasif dan aktif berinteraksi dengan masyarakat
lokal.
2. Wisatawan yang mengunjungi untuk pertama kali. Jenis wisatawan
ini masih sensitive dengan harga. Oleh karena itu, sulit untuk
mengkomunikasikan kualitas produk hanya bergantung pada harga
untuk bisa menjual produk wisata. Keunikan dan otentisitas perlu
ditekankan pada wisatawan jenis ini agar mereka kembali datang
berkunjung menikmati atraksi ini. Selain itu dibutuhkan informasi
yang tepat untuk wisatawan agar pesan mengenai produk ini
terkomunikasikan dengan baik yaitu dengan cara panduan
perjalanan (travel guide) dan simbol/tanda/sertifikasi kualitas
produk yang pro terhadap keberlanjutan (Lampiran 15).
3. Wisatawan yang merupakan pengunjung ulang. Biasanya jenis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
wisatawan ini mendukung produk-produk sustainability.
Wisatawan jenis ini lebih cenderung menhargai keunikan
karakteristk suatu destinasi, yang biasanya terkait dengan
ekowisata. Akan tetapi, perlu diingat bahwa keunikan dan
karakteristik ekowisata perlu dibarengi dengan kualitas produk dan
jasa memenuhi standar produk yang pro-keberlanjutan
(sustainability). Oleh karena itu dibutuhkan program khusus
mengenai peningkatan kualitas SDM sebagai penyedia jasa serta
beberapa aturan yang pro-keberlanjutan.
8. Partnership Kerjasama sudah
dilakukan dari
beberapa sektor
secara maksimal.
Kerjasama antara
akademisi, pemerintah,
swasta, media dan
masyarakat terwujud.
Kerjasama 5 sektor untuk meningkatkan pariwisata Wonosobo.
Akademisi: bekerjasama dengan sekolah atau universitas untuk
mendapatkan masukan dan referensi pengembangan pariwisata dari sisi
akademis, sehingga pengembangan lebih terkonsep. Pemerintah:
Kementerian Pariwisata, Dinas Pariwisata, dan Dinas lainnya sebagai
pembuat kebijakan. Swasta: berkontribusi dalam modal pengembangan
pariwisata. Media: berkontribusi dalam promosi pariwisata.
Komunitas: sebagai pelaku pariwisata di daerah itu sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Dari pembahasan tentang pariwisata Kab. Wonosobo dapat disimpulkan
bahwa Wonosobo memiliki potensi dalam industri pariwisata yang berbasis
ekowisata. Berkaitan dengan strategi pemasaran pariwisata Wonosobo, berikut
jawaban dari rumusan pertanyaan penelitian pada Bab I:
1. Potensi pariwisata Wonosobo yang berbasis ekowisata sangat kuat dan
beragam karena letaknya yang sangat strategis. Dengan mengacu pada
motivasi wisatawan yang datang ke Wonosobo, kebanyakan ingin
menikmati keindahan alam yang secara natural dapat dinikmati. Selain dari
ke indahan alamnya, tradisi dan kebudayaan yang bermutu dan sudah
cukup terkenal mampu menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Hal
lain yang menjadi perhatian adalah bagaimana keindahan alam ini tetap
bertahan, maka yang perlu ditanamkan prinsip-prinsip keberlanjutan
melalui program ekowisata.
2. Strategi pemasaran yang sudah diterapkan oleh pemerintah dan penyedia
jasa wisata di Wonosobo dikaitkan dengan STP dan bauran pemasaran
dalam industri pariwisata yang berbasis ekowisata belum maksimal.
Pariwisata belum dikembangkan secara efektif dan terintegrasi antara
pemerintah, swasta, dan komunitas. Pemasaran pariwisata tidak hanya
mengembangkan produk pariwisata, namun aspek lain dalam bauran
pemasaran seperti promosi, kesiapan warga lokal dan penyedia jasa wisata,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
penawaran paket dan program wisata di Wonosobo, dan juga kerjasama
antar para pemangku kepentingan yang bisa diwujudkan.
3. Dalam menentukan destinasi, wisatawan mempertimbangkan biaya (price)
yang akan dikeluarkan yang mencakup harga tiket dan biaya hidup selama
di sana. Pertimbangan kedua wisatawan adalah dari sisi produk pariwisata,
yaitu atraksi, aksesibiltas dan amenitas yang ada di tempat itu.
Pertimbangan ketiga wisatawan adalah paket dan program yang
ditawarkan oleh penyedia jasa wisata, karena sebagian wisatawan memilih
menggunakan jasa penyedia paket wisata. Pemerintah bersama swasta
dapat bekerja sama dalam hal ini.
4. Strategi pemasaran pariwisata yang berbasis ekowisata di Wonosobo
berdasarkan dari hasil analisis STP dan bauran pemasaran 8P dapat
langsung diterapkan dalam kurun waktu yang dekat ini. Hal ini
dikarenakan potensi yang dimiliki serta adanya dukungan tentang prinsip
keberlanjutan dilihat dari cara pandang dan kemauan masyarakat untuk
peduli terhadap kondisi lingkungannya melalui kegiatan pariwisata,
kondisi alam yang sudah saatnya diperhatikan, serta peran SDM dan
pemangku kepentingan yang memadai untuk mengembangkan destinasi
berbasis ekowisata sebagai unic selling point (USP).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
6.2. Saran
Langkah-langkah strategis yang sebaikanya dilakukan oleh para pemangku
kepentingan pariwisata Wonosobo agar bisa melaksanakan strategi pemasaran
secara efektif dan efisien dilakukan dengan:
1. Mensosialisasikan Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah
(RIPPARDA) kepada warga supaya mengetahui prioritas pembangunan
pariwisata daerah saat ini.
2. Membentuk kelompok kerja dan Bappeda untuk akselerasi pembangunan
destinasi wisata berbasis ekowisata.
3. Melakukan pengembangan pariwisata secara komunal (bersama) dan menjaga
keseimbangan antara ekonomi, lingkungan dan sosial sebagai langkah untuk
menanamkan prinsip keberlanjutan melalui ekowisata di Destinasi Tujuan
Wisata.
4. Melakukan promosi yang baik melalui pengembangan informasi secara
online atau pun secara fisik melalui papan iklan di beberapa lokasi
strategis.
5. Melakukan pemetaan kekuatan dan kelemahan pariwisata Wonosobo dan juga
posisi pariwisata Wonosobo dalam industri pariwisata.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
Daftar Pustaka
Beaumont, N., 1998, An Australian Perspective, Pacific Tourism Review, 2: 239 - 50.
Ceballos-lascurain, A R Q Hector. 2006. “HECTOR CEBALLOS-LASCURAIN. Interview
on Page 2 Director’ S Cut:” INTERNATIONAL ECOTOURISM MONTHLY 7(85):
24–26.
Coddington, Walter. 1993. Environmental Marketing: Positive Strategies for Reaching the
Green Consumer, New York: McGraw-Hill.
CNN Indonesia. 2016. “Arief Yahya Bicara Go Digital Dalam CEO Message #11.” CNN
Indonesia. http://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20160929162536-307-
162173/arief-yahya-bicara-go-digital-dalam-ceo-message-11/.
Damanik, Janianton. 2013. Pariwisata Indonesia Antara Peluang Dan Tantangan. 1st ed.
Yogyakarta: PustakaPelajar.
Dewi, Ike Janita. 2011. Responsible Tourism Marketing. Jakarta: Kementerian Kebudayaan
dan Pariwisata Republik Indonesia.
Dowling, R.K. and Page, S.J., 2002, Ecotourism, London: Prenctice Hall.
Fatimah, S. Hanum., Kurniawan, A., Setiadi, I.G.W. dan Muntadliroh. 2013.
PedomanFasilitatorUntuk Pembangunan Ekowisata. Jakarta: LIPI Press
Fien, J.; M. Calder and C. White. 2010. Teaching for a Sustainable World (UNESCO).
http://www.unesco.org/education/tlsf/mods/theme_c/mod16.html
Florentina W.N., 2017. ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PARIWISATA SUMBA. Tesis
Program Magister. Jakarta: Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Universitas Gajah Mada.
Goldner, Charles R and Ritchie, J.R.Brent. 2006. Tourism: Principles, Practices,
Philosophies. Tenth edition. Jhon Willey & Sons, Inc. New Jersey
Holloway, J Christopher. 2009. The Business of Tourism. 8th editio. London: Prentice Hall
Pearson Education.
Kartajaya, Hermawan, and Sapta Nirwandar. 2013. Tourism Marketing 3.0 Turning Tourist
to Advocate. ed. Kevin Leonard Rachman. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kasali, Rhenald. 2007. MembidikPasar Indonesia: Segmentasi, Targeting and Positioning.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Kotler, Philip. 2012. Marketing Management. 14th Edition. Pearson.
Kriyantono, Rakhmat. 2012. TkenikPraktisRisetKomunikasi. Jakarta: Kencana..
Mill, Robert Christie dan Alastair M. Morisson. 2002. The Tourism System, 6 Edition,
Sidney: Kendall Hunt Publising Company.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
Morgan, Nigel, Annette Pritchard, and Roger Pride. 2002. “Destination Branding.”
(SEPTEMBER). http://www.econis.eu/PPNSET?PPN=561074003.
Morrison, Alastair. 2012. “Destination Management and Destination Marketing: The
Platform for Excellence in Tourism Destinations.” New York: Routledge.
Moleong, Lexy J. 2015. Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Revi. Bandung: PT Remaja
Rosda karya.
Nugroho, Iwan. 2015. Ekowisatadan Pembangunan Berkelanjutan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Ottman, Jacquelyn. 1993. Green Marketing: Challenges and Opportunities for the New
Marketing Age, Lincolnwood: NTC Publishing Group.
Papatheodorou, Andreas, and Pavlos Arvanitis. 2014. “Tourism and the Economic Crisis in
Greece - Regional Perspectives.” Region et Developement.
Pitana, I Gde. 2017. Indonesia Tourism Outlook 2017. Jakarta.
Pomering, Alan, and Lester W Johnson. 2009. “Sustainable Tourism Marketing: What
Should Be in the Mix?”: 1–8.
Schaar, Rebecca, Faculty Sponsor, and Ryan White. 2013. “Destination Branding: A
Snapshot.” Schaar UW-L Journal of Undergraduate Research XVI (2013): 1–10.
Sudiarta, I Nyoman. 2010. Strategi Pemasaran: Mengintegrasikan Konsep Pemasaran
Pariwisata, Gaya Hidup Konsumen dan Manajemen Destinasi Pariwisata Menuju
Kualitas Pengalaman Berkelanjutan. Dosen Fakultas Pariwisata Universitas
Udayana- Bali dan Mahasiswa Program Doktor (S3) Pariwisata. Pasca Sarjana
Universitas Udayana. [email protected]
Tahir, Muh. 2011. Pengantar Metodologi Penelitian. Makassar: Universitas Muhammadiyah
Makassar.
Tripadvisor. 2015. “6 Key Travel Trends for 2016.”
https://www.tripadvisor.com/TripAdvisorInsights/n2670/6-key-travel-trends- 2016.
United Nations Commission on Sustainable Development. 2000. What Is Ecotourism? 8th
session http://www.uneptie.org/pc/tourism/ecotourism/home.htm
United World Tourism Organization. 2016. Annual Report Annual Report 2015. Madrid:
UWTO
Wood, M.E. 2002. Ecotourism: Principles Practices and polisies for Sustainability. UNEP.
http://www.unepie.org/tourism/library/ecotourism.htm.
Yahya, Arief. 2015. Kementrian Pariwisata Republik Indonesia Pembangunan Infrastruktur
Untuk Peningkatan Daya Saing Pariwisata.
http://musrenbangnas.bappenas.go.id/files/pramus/penutupan/1. Paparan Menteri
Pariwisata.pdf.
Yoeti, Oka A., 2003, Tours and Travel Marketing, Jakarta: Pradnya Paramita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
Lampiran 1. Calender of Events Pariwisata Wonosobo
NO NAMA EVENT WAKTU PELAKSANAAN
LOKASI
1 WONOSOBO LANTERN PARK FESTIFAL (malam seribu cinta)
1 – 31 MARET 2018 OBJEK WISATA KALIANGET
2 LOMBA DRUMBAND TINGKAT NASIONAL
15-18 MARET 2018 ALUN-ALUN WONOSOBO
3 GELAR KARYA SPERROSEL 24 MARET 2018 ALUN-ALUN WONOSOBO
4 FESTIVAL DURIAN APRIL 2018 DESA WILAYU,SELOMERTO
5 PESONA WANASABA 29 APRIL DESA SAWANGAN,LEKSONO
6 FESTIVAL BUDAYA SELOKROMO
19-21 APRIL DESA WISATA SELOKROMO,LEKSONO
7 PESONA WANASABA 29 APRIL DESA SAWANGAN LEKSONO
8 FESTIVAL DURIAN APRIL 2018 DESA WILAYU,SELOMERTO
9 PAWIYATAN BUDAYA JAWI DAN UNDUH-UNDUHAN
21-23 JULI 2018 DESA SENDANGSARI KEC GARUNG
10 PENGAMBILAN AIR TUJUH SUMBER
10 JULI 2018 7 SUMBER MATA AIR
11 SERAH TERIMA DAN KIRAB PANJI
14 JULI 2018 ALUN-ALUN WONOSOBO DAN 15 KECAMATAN
12 ZIARAH MAKAM PENDIRI KABUPATEN WONOSOBO
18-19 JULI 2018 9 MAKAM PENDIRI WONOSOBO
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
13 HARI JADI KECAMATAN KALIBAWANG
19 JULI 2018 KECAMATAN KALIBAWANG
14 GRAND FINAL MAS DAN MBAK DUTA WISATA WONOSOBO
21 JULI 2018 GEDUNG SASANA ADIPURA
15 BOYONG KEDHATON DAN PROSESI RITUAL BIRAT SENGKALA
23 JULI 2018 PENDOPO BUPATI,PASEBAN ALUN-ALUN
16 PROSESI HARI JADI,DAN PISOWANAN AGUNG
24 JULI 2018 ALUN-ALUN WONOSOBO
17 WONOSOBO NIGHT COSTUM CARNIVAL
24 JULI 2018 ALUN-ALUN WONOSOBO
18 TARI MASSAL 5000 TOPENG LENGGER DAN KONSER BUSIK BUNDENGAN
25 JULI 2018 ALUN-ALUN WONOSOBO
19 RITUAL CUKUR RAMBUT GEMBEL
30 JULI 2018 TELAGA MENJER GARUNG
20 CARICA DAY 30 JULI 2018 ALUN-ALUN WONOSOBO
21 KARNAVAL (pawai pembangunan)
18 AGUSTUS 2018 JALAN PROTOKOL WONOSOBO MENUJU ALUN-ALUN
22 PENTAS ARTIS IBU KOTA 19-19 AGUSTUS 2018 ALUN-ALUN WONOSOBO
23 MANDI SENDANG SURODILOGO
10 SEPTEMBER 2018 (malam 1 suro)
DESA PAGEREJO,KERTEK
24 TRADISI LARUNG SUKERTO 10 SEPTEMBER 2018 (malam 1 suro)
DUSUN SRUNI,KELURAHAN JARAKSARI WONOSOBO
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
25 GREBEG SURAN MASSAL SEPTEMBER 2018 (bulan syuro)
ALUN-ALUN WONOSOBO
26 BUPATI CUP PARALAYANG SKALA NASIONAL
14-16 SEPTEMBER 2018 DESA LENGKONG MOJOTENGAH
27 KONSER MUSIK BUNDENGAN
16 SEPTEMBER 2018 ALUN-ALUN WONOSOBO
28 HAFLAH KHOTMIL QUR’AN PONPES AL-ASY’ARIYYAH
21-23 SEPTEMBER 2018 PONPES AL ASY’ARIYYAH,KALIBEBER MOJOTENGAH
29 KHAUL HAJI MUNTAHA A HAFIDZ
21 SEPTEMBER 10 muharram
PONPES AL ASY’ARIYYAH,KALIBEBER MOJOTENGAH
30 FESTIVAL DESA WISATA 10-12 OKTOBER 2018 DESA WISATA GIYANTI,KADIPATEN,SELOMERTO
31 TRADISI TENONGAN SURAN GIYANTI
12 OKTOBER DESA WISATA GIYANTI,KADIPATEN,SELOMERTO
32 MERTI BUMI IGIRMRANAK 18-19 OKTOBER DESA IGIRMRANAK KEJAJAR
33 MALAM PERGANTIAN TAHUN
31 DESEMBER 2018 ALUN-ALUN WONOSOBO
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
Lampiran 2. Rencana Program dan Kegiatan Daerah Tahun 2018 Dinas Pariwisata Wonosobo Tentang Pengembangan SDM
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
Lampiran 3. Rencana Program dan Kegiatan Daerah Tahun 2018 Dinas Pariwisata Wonosobo Tentang Peningkatan Fasilitas
Destinasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
Lampiran 4. Rencana Program dan Kegiatan Daerah Tahun 2018 Dinas Pariwisata Wonosobo Tentang Pengembangan Promosi
Pariwisata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
Lampiran 5. Peta Perbatasan Administrasi Daerah di Dieng
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
Lampiran 6. Laporan Kunjungan Wisatawan Kabupaten Wonosobo Tahun 2017 Catur Wulan I
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
Lampiran 7. Laporan Kunjungan Wisatawan Kabupaten Wonosobo Tahun 2017 Catur Wulan II
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
Lampiran 8. Laporan Kunjungan Wisatawan Kabupaten Wonosobo Tahun 2017 Catur Wulan III
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
Lampiran 9. Peta Kota Wonosobo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
Lampiran 10. Lokasi 10 Destinasi Pariwisata Prioritas
Lampiran 11. Lokus Potensial Pengembangan Kepariwisataan Kabupaten
Wonosobo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
Lampiran 12. Tabel 2. 1. Pembagian Wilayah Kabupaten Wonosobo
No Kecamatan Luas (Ha)
Persentase Luas wilayah
(%)
Jumlah desa
Jumlah kelurahan
Desa dan kelurahan
1 Wonosobo 3.238 3,29 7 13 19
2 Kertek 6.214 6,31 19 2 21
3 Selomerto 3.971 4,03 22 2 24
4 Leksono 4.407 4,48 13 1 24
5 Garung 5.122 5,20 14 1 14
6 Mojotengah 4.507 4,58 16 3 19
7 Kejajar 5.762 5,85 15 1 16
8 Watumalang 6.823 6,93 15 1 16
9 Sapuran 7.772 7,89 16 1 17
10 Kalikajar 8.330 8,46 18 1 19
11 Kepil 9.387 9,53 20 1 21
12 Kaliwiro 10.008 10,16 20 1 21
13 Wadaslintang 12.716 12,91 16 1 17
14 Sukoharjo 5.429 5,51 17 - 17
15 kalibawang 4.782 4,86 8 - 8
98.468 100,00 236 29 265
Sumber : BPS Kabupaten Wonosobo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
Lampiran 13. Tabel 2. 2. Program Promosi Pariwisata Kabupaten Wonosobo
No Kegiatan Rincian Dan Pelaksanaan Kegiatan
Sasaran
1. Fasiilitasi Pameran/Promosi Pariwisata
Kegiatan pameran dilaksanakan di :
1. Jakarta
2. Semarang
3. Bogor
4. Jogjakarta
5. Bengkulu
6. Bandung
Sasaran kegiatan ini :
1. Wisatawan/pengunjung pameran
2. BPW/APW
2. Pengadaan sarana promosi pariwisata
Pembuatan sarana promosi :
1. VCD potensi wisata
2. Brosur wisata
3. Kalender wisata
4. Calendar of events
Sasaran kegiatan ini :
1. Wisatawan domestic/wisatawan asing
2. BPW/APW
3. Famtrip Kegiatan dilaksanakan di 4 (empat) desa wisata :
1. Dusun Giyanti
2. Dusun Sembungan
3. Desa Lengkong
4. Desa Sendang Sari
Rincian Kegiatan :
1. Gala Dinner
2. Kunjungan Ke Desa Wisata
Peserta Famtrip :
1. Duta Besar Bosnia,Mesir Dan Vietnam
Sasaran kegiatan ini :
1. Wisatawan domestic/wisatawan asing
2. BPW/APW
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
2. Deputy Kemenpar
3. Bpw/Apw
4. Wartawan/Jurnalis
4. Kerjasama promosi dengan java promo
Kegiatan promosi bersama (dengan 14 kabupaten/kota se jateng dan DIY) dengan rincian kegiatan sebagai berikut :
1. Promosi bersama ke China,Malaysia,Singapore,Bangka Belitung,Kalimantan
2. Travel Dialog ke Jakarta dan Banyuwangi
3. Brosur wisata gabungan 14 anggota
Sasaran kegiatan ini :
1. Wisatawan domestic/wisatawan asing
2. BPW/APW
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo, 2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
Lampiran 14. Tabel 2.3. Perkembangan Seni Budaya Kabupaten Wonosobo
No Indicator Kinerja Capaian Kinerja 2011 2012 2013 2014 2015
1 Penyelenggaraan festiva seni dan budaya
37
39
38
38
38
2 Jumlah sarana penyelenggaraan seni dan budaya
6
8
10
10
11
3 Benda,situs dan kawasan cagar budaya yang dilestarikan
52%
49%
49%
48%
48%
4 Jumlah sanggar kesenian
240 240 250 265 265
5 Jumlah kelompok seni
240 240 250 265 265
6 Jumlah seniman 2.650 2.650 2.650 2.650 2.650 7 Persentase grup
kesenian aktif 40% 40% 40% 40% 60%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
Lampiran 15. Contoh-contoh Sertifikasi Produk yang Berbasis Nilai-nilai
Berkelanjutan dan Organisasi Pro-Sustainability
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI