perubahan lingkungan dan iklim purba di indonesia data proksi dari kepulauan mentawai - sumatra
DESCRIPTION
beberapa gejala penting yang berkaitan dengan bencana besar seperti kegempaan, letusan gunung api, banjir hingga kebakaran besar dimasa lalu dapat dikenali dan dicoba diduga perioda ulangnya melalui berbagai analisis unsur apapun yang ada pada material contoh.TRANSCRIPT
PERUBAHAN LINGKUNGAN DAN IKLIM PURBA DI INDONESIA:
Data Proksi dari Kepulauan Mentawai - Sumatra Oleh:
W. S. Hantoro 1), M.R. Djuwansah
1), M. Hamdi
2), D. Prayudi
1) dan E. Kosasih
1).
1) Pusat Penelitian Geoteknologi – LIPI
2) Universitas Negeri Padang, S3 pada Jurusan Fisika ITB
SARI
Keinginan manusia dalam mempermudah kehidupannya berakibat pada kerusakan
lingkungan serta pemborosan sumberdaya. Keadaan ini antara lain akibat dari tidak
dipahaminya proses lingkungan sehingga terjadi konflik antara lingkungan hasil rekaan
dengan mekanisme alamiah lingkungan yang bertautan antara gejala di atmosfer, laut
dan bumi. Cuaca dan iklim adalah salah satu gejala penting yang berpengaruh sehingga
muncul konflik dengan ambisi manusia mengelola alam.
Perangai cuaca pada saat ini menjadi lebih sulit difahami dan diperkirakan
kecenderungannya walaupun upaya untuk itu telah didasarkan pada data yang dicatat
dari suatu kurun waktu yang cukup lama. Selain sedikitnya data tercatat dan rumitnya
kecenderungan perubahan alamiah, mekanisme perubahan cuaca diduga telah
mengalami gangguan sejak adanya tekanan dari kegiatan manusia yang menghasilkan
sejumlah dampak di atmosfer, di lautan maupun pada biota di bumi ini. Penyimpangan
pada mekanisme cuaca atau iklim menyebabkan pula penyimpangan proses alam lain di
suatu tempat yang kemudian dianggap sebagai bencana bagi kehidupan manusia yang
datang kemudian menempatinya.
Serangkaian kegiatan penelitian telah dan terus dilakukan sebagai upaya
mengembangkan metoda untuk memperoleh data proksi disamping mengkaji gejala
dimasa lalu yang meninggalkan data yang dapat mengungkap kondisi cuaca serta iklim
berikut kondisi lingkungan. Hingga sejauh ini, contoh koral masih menjadi inti kajian,
sementara contoh sedimen akan mulai dipelajari bersama speleothem dan kayu sebagai
sumber baru data proksi. Data yang diperoleh dari berbagai jenis contoh diperlukan
sebagai pelengkap dan pembanding untuk mengungkap gejala alam, antara lain ENSO-
El Nino, up-welling, hingga kutub cuaca di Samudra Hindia maupun Asia Tenggara.
Data-data tersebut selain dapat mengungkapkan kondisi iklim purba ("paleo-climat"),
juga sangat bermanfaat guna merekonstruksi kondisi lingkungan, antropologi dan
geologi. Sebagaimana diperkirakan, pola migrasi flora, fauna dan manusia purba erat
kaitannya dengan gejala perubahan cuaca dan iklim global ini. Diyakini, pengembaraan
masyarakat purba maritim Indonesia hingga mencapai Afrika dan Pasifik didukung
pemahamannya pada gejala alam, yaitu "Indian Ocean Dipole" yang terbukti
konsistensinya sejak zaman Holosen (6000 th BP).
Selain itu, beberapa gejala penting yang berkaitan dengan bencana besar seperti
kegempaan, letusan gunung api, banjir hingga kebakaran besar dimasa lalu dapat
dikenali dan dicoba diduga perioda ulangnya melalui berbagai analisis unsur apapun
yang ada pada material contoh.