persentase karkas dan lemak abdominal broiler … · dan potongan komersil karkas broiler. sebanyak...
TRANSCRIPT
i
PERSENTASE KARKAS DAN LEMAK ABDOMINAL BROILER YANG DIBERI PREBIOTIK INULIN UMBI BUNGA DAHLIA
(Dahlia variabillis)
SKRIPSI
Oleh
RITA MASSOLO
I111 12 330
FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2016
ii
PERSENTASE KARKAS DAN LEMAK ABDOMINAL BROILER YANG DIBERI PREBIOTIK INULIN UMBI BUNGA DAHLIA
(Dahlia variabillis)
SKRIPSI
Oleh
RITA MASSOLO I111 12 330
Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Peternakan
pada Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2016
iii
PERNYATAAN KEASLIAN
1. Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Rita Massolo
NIM : I111 12 330
menyatakan dengan sebenarnya bahwa:
a. Karya Skripsi yang saya tulis adalah asli.
b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari karya skripsi ini, terutama dalam
Bab Hasil dan Pembahasan, tidak asli atau plagiasi maka bersedia
dibatalkan dan dikenakan sanksi akademik yang berlaku.
2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat digunakan seperlunya.
Makassar, 12 Juli 2016
Rita Massolo I111 12 330
iv
v
ABSTRAK
RITA MASSOLO. I111 12 330. Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Broiler yang Diberi Prebiotik Inulin Umbi Bunga Dahlia (Dahlia variabillis). Di bawah bimbingan: ANDI MUJNISA dan LAILY AGUSTINA.
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui level optimal penggunaan tepung umbi bunga terhadap persentase karkas, lemak abdominal, dan potongan komersil karkas broiler. Sebanyak 160 ekor ayam ras pedaging strain lohmann dipelihara sampai umur 35 hari. Perlakuan berupa penambahan tepung umbi bunga dahlia dalam pakan basal dengan level yang berbeda (masing-masing 0%, 0,8% 1,0% dan 1,2%). Rancangan yang digunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan. Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam (ANNOVA) dan bila terdapat perbedaan nyata dilanjutkan dengan Uji Jarak Duncan (Steel dan Torrie,1993). Hasil menunjukkan bahwa pemberian tepung umbi bunga dahlia dalam pakan hingga level 1,2 % berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap persentase karkas, persentase dada, persentase paha, persentase sayap dan tidak pengaruh nyata (P>0,05) terhadap persentase lemak abdominal, namun penggunaan tepung umbi bunga dahlia dalam pakan pada level 0,8% sudah menunjukan hasil yang lebih baik. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penambahan tepung umbi bunga dahlia hingga level 1,2% mampu memperbaiki nilai perentase karkas, persentase dada, persentase paha dan menurunkan kandungan lemak abdominal broiler. Kata kunci: Umbi dahlia, inulin, prebiotik, broiler, persentase karkas, lemak
abdominal, potongan komersil.
vi
ABSTRACT
RITA MASSOLO. I111 12 330. Percentage carcass and abdominal fat content of broilers fed dietary of Inulin a Prebiotic Dahlia variabillis leaf meal (DVLM). Supervised by: ANDI MUJNISA and LAILY AGUSTINA. This research is to study about the optimal level of Dahlia variabillis leaf meal (DVLM) on percentage carcass, abdominal fat content, and commercial cut carcass of broiler. A total of 160 day old chicks (DOC) of broiler strain Lohmann were used and kept for 35 days and in completely randomized design with 4 replications and 5 treatments. The treatments were the addition of various level of DVLM to basal feed (respectively: 0%., 0,8%., 1,0%, and 1,2 %). The data were analyzed by analysis of variance (Annova) and when there are real differences continued with Duncan Range Test (Steel and Torrie, 1993). The results showed that the dahlia tuber starch in the use at the level of 1.2% significantly (P <0.05) on carcass percentage, the percentage of chest, thigh percentage, percentage wings and no real effect (P> 0.05) on percentage abdominal fat, but the use of dahlia tuber starch in the use at a level of 0.8% has shown better results. Based on the results of this study concluded that the addition of dahlia tuber flour up to the level of 1.2% were able to fix the value perentase carcass, percentage chest, thigh and lower percentage of abdominal fat content of broilers. Key Word: Dahlia tuber, inulin, a prebiotic, broiler, carcass percentage,
abdominal fat, commercial pieces.
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil Alamin, puji syukur senantiasa penulis panjatkan
kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena dengan segala berkah, kehendak, rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian hingga
penyusunan tugas akhir yang berjudul “Persentase Karkas dan Lemak
Abdominal Broiler yang Diberi Prebiotik Inulin Umbi Bunga Dahlia (Dahlia
variabillis)”, sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada Fakultas
Peternakan Universitas Hasanuddin. Shalawat dan salam tak lupa penulis haturkan
pada Nabiullah Muhammad SAW sebagai suri tauladan ummat manusia.
Penulisan tugas akhir ini tidak terlepas dari bantuan, petunjuk, arahan, dan
masukan yang berharga dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan
hati, penulis ingin menyampaikan terima kasih serta penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada :
1. Ibu Dr. Andi Mujnisa, S.Pt., MP selaku pembimbing utama dan Ibu Prof. Dr.
Ir. Laily Agustina. MS sebagai pembimbing anggota yang telah meluangkan
waktunya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan mulai dari awal
penelitian hingga selesainya penulisan tugas akhir ini.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Asmuddin Natsir, M.Sc., Bapak Dr.Ir. Syamsuddin, MP.,
Bapak Ir. Muhammad Zain Mide, MS., dan Ibu Ir. Anie Asriany, M.Si.
sebagai pembahas yang telah memberikan masukan dalam proses perbaikan
tugas akhir ini.
3. Bapak Dr. Muhammad Ichsan A. Dagong, S.Pt., M.Si selaku penasehat
akademik yang senantiasa memberikan arahan dan motivasi kepada penulis
selama berada di bangku perkuliahan.
4. Ibu Dr. Sri Purwanti, S.Pt., M.Si yang senatiasa memberi semangat, motivasi
dan bantuan yang berarti kepada penulis.
viii
5. Kakanda Andi Waliyana, S. Pt., Nesmawati, Kamal, Wahyu, dan Dewi selaku
teman penelitian yang telah banyak memberikan bantuan, kerjasama dan
pengertian selama penelitian berlangsung.
6. Rekan-rekan ”Unggas crew” kak Tawa, kak Oyeng, Sul, Auliya, Nasrun, atas
segala bantuannya selama penelitian berlangsung.
7. Sahabat-sahabatku: Yani, Mba Siti, Unge, Eni, Imu, Ulfa, Ega, Mega, Nisa,
Cimo, Yessi, Tika, Herdi, Rudi nal, Asfar Syafar, Namira, Tiya, Aii, dan
Nurul yang telah banyak mengajarkan arti berbagi dan kebersamaan yang tak
ternilai harganya, sebagai tempat curhat, memperbaiki diri, dan banyak hal
yang tak bisa diuraikan satu persatu.
8. Teman-teman” Rahim, Kandi, Jihad, Rambu, Baim, Eni, Sukma, Kurni,
Wawan, Agus, Widya, Nita, Rika, Bunga, Fidah, Dila, Irmayanti, Mita Arifa,
Tilawati,Tumianti, dan semua-semuanya yang telah banyak membantu dan
memberikan dukungannya.
9. Teman-teman HUMANIKA dan SEMA FAPET UH sebagai tempat belajar
banyak hal.
10. Rekan-rekan mahasiswa seperjuangan Flock Mentality 012 terutama FAPET
D 2012.
11. Semua pihak yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung
dalam penyelesaian tugas akhir ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per
satu.
Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua Orang tua saya, Ayahanda
Dawa Massolo dan Ibunda Yayuk Susilowati yang telah memberikan dukungan
yang selalu menjadi kekuatan dalam diri dan doa bagi setiap langkah, serta dengan
sepenuh hati memberikan dukungan spiritual maupun materil sehingga penulisan
tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik dan kepada saudara-saudaraku:
ix
Sinta Massolo, dan Vanisa Massolo atas perhatian, doa dan dorongan yang
diberikan hingga penulis mampu menyelesaikan studi ini
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan
meski telah berusaha melakukan yang terbaik. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati penulis mengharapkan saran ataupun kritikan yang bersifat
konstruktif dari pembaca demi penyempurnaan karya tulis ini.
Akhir kata, semoga Tuhan yang Maha Esa melimpahkan Rahmat-Nya
kepada kita, dan Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak
yang berkepentingan.
Makassar, 08 Juli 2016
Penyusun
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL .................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... ii
PERNYATAAN KEASLIAN .......................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv
ABSTRAK ...................................................................................................... v
ABSTRACT .................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR TABEL........................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii
PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................... 4
Gambaran Umum Tanaman Bunga Dahlia (Dahlia variabilis) ................ 4
Inulin ...................................................................................................... 6
Inulin Sebagai Prebiotik .......................................................................... 8
Karakteristik Broiler ............................................................................... 11
Persentase Karkas ................................................................................... 12
Persentase Lemak Abdominal ................................................................. 14
Persentase Potongan Komersil Karkas .................................................... 15
Hipotesis Penelitian ................................................................................ 16
METODE PENELITIAN ................................................................................. 17
Waktu dan Tempat .................................................................................. 17
Materi Penelitian..................................................................................... 17
Prosedur Penelitian ................................................................................. 17
Rancangan Penelitian .............................................................................. 24
Parameter Penelitian ............................................................................... 24
xi
Analisis Data .......................................................................................... 26
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 27
Persentase Karkas Broiler ....................................................................... 27
Persentase Lemak Abdomina .................................................................. 29
Persentase Potongan Komersil Karkas .................................................... 31
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 36
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 37
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
xii
DAFTAR TABEL
No. Halaman Teks
1. Komposisi kimia umbi bunga dahlia .......................................................... 6
2. Kebutuhan nutrien broiler fase starter ......................................................... 20
3. Kebutuhan nutrien broiler fase finisher ....................................................... 20
4. Komposisi bahan pakan fase starter ........................................................... 21
5. Komposisi bahan pakan fase finisher ......................................................... 22
6. Presentase karkas yang diberi tepung umbi dahlia ..................................... 27
7. Persentase lemak abdominal yang diberi tepung umbi dahlia ..................... 29
8. Presentase potongan komersil karkas yang diberi tepung umbi dahlia........ 31
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman Teks
1. Hasil analisis ragam nilai persentase karkas................................................ 43
2. Hasil analisis ragam nilai persentase lemak abdominal ...................................... 45
3. Hasil analisis ragam nilai persentase potongan sayap ........................................ 47
4. Hasil analisis ragam nilai persentase potongan paha .......................................... 49
5. Hasil analisis ragam nilai persentase potongan dada .......................................... 51
6. Dokumentasi selama penelitian .................................................................. 53
1
PENDAHULUAN
Peningkatan jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun berdampak
pada peningkatan konsumsi produk peternakan (daging) yang secara tidak
langsung memberikan peluang usaha dalam memajukan industri peternakan
Indonesia termasuk perunggasan. Ternak unggas memberikan kontribusi yang besar
terhadap pemenuhan gizi khususnya protein asal hewani. Berdasarkan data Dirjen
Peternakan dan Kesehatan Hewan (2014) ternak unggas memberi sumbangan daging
untuk kebutuhan nasional sebesar 66,27 persen dan dari jumlah tersebut ayam ras
pedaging menyumbang 77,17 persen. Ayam ras pedaging atau lebih sering dikenal
broiler adalah salah satu jenis ternak ayam yang mudah dipelihara,
pertumbuhannya cepat, dan murah biaya pemeliharaannya. Output akhir dari
broiler adalah daging yang merupakan sumber protein asal hewani yang banyak
dikonsumsi oleh masyarakat, dan harganya relatif terjangkau.
Keberhasilan dalam pemeliharaan broiler salah satunya ditentukan oleh
pakan. Pakan menghabiskan kurang lebih 60-70% dari biaya produksi. Dalam
pengembangan usaha broiler, umumnya peternak menggunakan pakan komersil yang
telah disesuaikan dengan kebutuhan nutrisi broiler. Meski harga pakan komersil
relatif mahal, namun pakan ini banyak tersedia di pasaran dan mudah didapat.
Didalamnya telah ditambahkan imbuhan pakan (feed additive) yang dapat memacu
pertumbuhan broiler. Salah satu imbuhan pakan yang digunakan untuk
meningkatkan performa broiler dalam pakan komersil adalah antibiotik.
Penggunaan antibiotik sebagai imbuhan pakan dapat meninggalkan residu
dalam karkas broiler sehingga dikhawatirkan dapat menyebabkan efek resistensi
antibiotik apabila dikonsumsi oleh manusia. Van Den Boogard et al. (2000) telah
2
membuktikan resisten antibiotika pada ternak dapat mentransfer gen resisten ke
manusia melalui rantai makanan. Hal ini tentunya sangat merugikan konsumen,
karena manusia yang terinfeksi dengan bakteri yang resisten tersebut tidak dapat lagi
diobati dengan dosis pemberian antibiotik yang sama. Selain penggunaan antibiotik
sebagai imbuhan pakan, masalah lain yang merugikan konsumen adalah daging
broiler sebagai sumber protein hewani ternyata mengandung kolestrol yang sangat
tinggi. Menurut Setiawan dan Sujana (2009) kandungan kolesterol yang terdapat
pada daging broiler sekitar 200 mg, lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan
kolesterol yang terdapat pada ayam kampung yang berkisar antara 100 mg
sampai 120 mg. Tingginya kandungan kolesterol akan menimbulkan berbagai
macam penyakit seperti jantung koroner, stroke,dan lain-lain, sehingga hal ini
sangat merugikan konsumen.
Berkaitan dengan asumsi sebagian masyarakat terhadap bahaya penggunaan
antibiotik dalam pakan imbuahn dan bahaya kolesterol, maka perlu dilakukan
upaya-upaya untuk mengatasi hal tersebut. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan adalah manipulasi pakan dengan menggunakan prebiotik alami sebagai
imbuhan pakan. Prebiotik merupakan bahan pakan yang memberikan keuntungan
dan tidak dapat tercerna hewan inang, serta secara selektif menstimulasi
pertumbuhan dan aktivitas bakteri non patogen saluran pencernaan
(Roberfroid,2007). Salah satu jenis imbuhan pakan yang dapat digunakan pada
ternak unggas adalah inulin. Umbi bunga dahlia merupakan salah satu sumber
inulin. Kadar inulinnya yaitu 69,50 sampai 75,48% (Saryono dkk., 1998).
Kandungan inulin pada umbi bunga dahlia dapat dimanfaatkan sebagai prebiotik.
Menurut Krismiyanto dkk, (2015) pemberian prebiotik inulin pada taraf 1, 17%
3
pada ayam lokal persilangan mampu meningkatkan populasi bakteri asam laktat,
sehingga berdampak pada perbaikan kondisi saluran pencernaan yang dapat
berimplikasi terhadap penyerapan nutrien menjadi optimal. Penggunaan prebiotik
inulin pada broiler diharapkan mampu merangsang mikroba asam laktat dalam
usus sehingga komposisi bakteri asam laktat (BAL) dapat mempengaruhi fungsi
usus. Proses penyerapan makanan kedalam tubuh akan menjadi optimal, dan
berdampak pada bertambahnya bobot badan yang akan berkaitan terhadap
persentase karkas. Persentase karkas broiler bervariasi antara 65 – 75% dari bobot
badan, semakin berat ayam yang dipotong, maka karkasnya semakin tinggi pula
(North dan Bell, 1992 ). Namun demikian pengaruh penggunaan inulin umbi
bunga (Dahlia variabillis) terhadap persentase karkas, lemak abdominal, dan
potongan komersil broiler belum diketahui, sehingga peran inulin yang
terkandung dalam umbi bunga dahlia sebagai prebiotik alami untuk imbuhan
pakan broiler perlu dikaji lebih lanjut.
Penelitian ini diharapkan sebagai sumber informasi bagi masyarakat
khususnya peternak tentang manfaat pemberian inulin umbi bunga dahlia sebagai
prebiotik dalam pakan untuk meningkatkan kualitas karkas (persentase karkas,
potongan komersil karkas), dan menurunkan lemak abdominal.
4
TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Umum Tanaman Bunga Dahlia (Dahlia variabillis)
Dahlia merupakan tanaman bunga hias berupa tumbuhan tahunan yang
tegak. Tanaman ini berasal dari pegunungan Meksiko. Tanaman dahlia dapat
ditemukan di daerah dataran tinggi. Tanaman dahlia memiliki bunga yang indah
dan umbi dengan akar lunak. Tanaman dahlia dapat tumbuh dengan baik dan
produktif pada daerah berhawa sejuk dengan suhu ideal berkisar antara 10-15°C
pada ketinggian tanah 560-1400 m diatas permukaan laut dengan curah hujan
antara 1900-3000 mm per tahun dan memerlukan aerasi dan drainase yang baik
serta memerlukan sinar matahari yang penuh dan terbuka. Kondisi tanah baik
untuk pertumbuhan dahlia adalah tanah lempung bepasir dengan banyak humus,
memiliki pH 6,5-7,0 dan mengandung banyak unsur hara fosfor (Biotrop, 2008).
Klasifikasi tanaman Dahlia variabilis adalah sebagai berikut (Dole dan
Wilkins, 2005) :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Liliales
Famili : Compositae / Asteraceae
Genus : Dahlia
Spesies : Dahlia variabilis
5
Dahlia merupakan tanaman perdu yang berbunga di sepanjang musim.
Umbi dari tanaman dahlia terhubung pada pamgkal batang, pada bagian ini setiap
tunas baru dihasilkan. Tanaman ini berbunga pada musim panas sampai musim
gugur (Abdillah, 2012). Dahlia mempunyai batang yang tegak, bercabang, dan
tidak berbulu. Letak daun- daunnya tersusun bersebelahan dan memiliki satu
sampai tiga buah sirip dengan pinggiran yang bergerigi. Di atas tangkai yang
kecil, halus dan panjang, terdapat bunga yang indah dengan warna-warna tertentu.
Tinggi tanaman ini sekitar 60 sampai 150 cm (Adam, 1999).
Umbi bunga dahlia merupakan tempat cadangan makanan tanaman bunga
dahlia yang tersimpan pada bagian akarnya. Umbi dahlia banyak mengandung
inulin. Umbi akar dahlia mengandung 80% air dan 20% padatan. Padatan ini
tersusun oleh kira-kira 85% gula jenis inulin dan bahan berselulosa (Vandamme
dan Derycke 1983, dalam Mangunwidjaja dkk., 2014).
Sumber : Dokumentasi pribadi, 2016.
Gambar 1. (A) Tanaman Bunga Dahlia (B) Umbi Dahlia
6
Komposisi kimia kandungan dari umbi bunga dahlia dapat dilihat pada
Tabel 1:
Tabel 1. Komposisi kimia umbi bunga dahlia
Komposisi Proksmat Nilai Air (%) 79,90 Karbohidrat (%) 80,80 Protein (%) 5,92 Lemak (%) 1,39 Abu (%) 3, 83 Serat Kasar (%) Inulin (%)
8, 06 80,09
Sumber : Mangunwidjaja dkk., 2014
Kandungan inulin dari umbi bunga dahlia yang cukup tinggi (Tabel 1),
menunjukan bahwa inulin umbi bunga dahlia dapat digunakan sebagai prebiotik
bahan pakan pada ternak dalam bentuk tepung.
Inulin
Inulin adalah salah satu karbohidrat yang berfungsi sebagai prebiotik yang
efektif. Inulin merupakan oligosakarida alami yang dihasilkan oleh banyak
tanaman. Inulin dalam tanaman disimpan pada akar atau umbi. Kebanyakan
tanaman yang mensintesis dan menyimpan inulin tidak menyimpan bahan dalam
bentuk pati (Hidayat, 2006). Menurut Brownawell et al., (2012) Inulin sebagai
komponen pangan yang tidak dapat dicerna oleh tubuh, maka inulin termasuk
dalam kelompok serat pangan Inulin didefinisikan sebagai komponen pangan
yang tidak dapat dicerna dan dapat merangsang secara selektif pertumbuhan dan
aktivitas bakteri yang menguntungkan dalam saluran pencernaan. Inulin dapat
bertahan di saluran pencernaan atas dan kemudian difermentasi di usus besar.
Inulin merupakan serbuk berwarna putih, tidak berasa, tidak berbau, dan tahan
panas (Roberfroid, 2007).
7
. Inulin bersifat larut dalam air, tetapi tidak dapat dicerna oleh enzim-enzim
dalam sistem pencernaan mamalia sehingga mencapai usus besar tanpa
mengalami perubahan struktur. Meskipun demikian, inulin dapat mengalami
fermentasi akibat aktivitas mikroflora yang terdapat di dalam usus besar sehingga
berimplikasi positif terhadap kesehatan tubuh. Di dalam usus besar, hampir
seluruh inulin difermentasi menjadi asam-asam lemak rantai pendek dan beberapa
mikroflora spesifik menghasilkan asam laktat. Hal ini menyebabkan penurunan
pH kolon sehingga pertumbuhan bakteri patogen terhambat. Mekanisme seperti
ini berimplikasi pada peningkatan kekebalan tubuh (Widowati, 2006).
Salah satu manfaat inulin yaitu inulin dapat digunakan sebagai agen
bifidogenic yang mampu menjaga pertumbuhan Bifidobacterium di usus besar.
Bifidobacterium merupakan salah satu probiotik yang akan meningkatkan
aktivitas proliferasinya dengan adanya inulin ataupun oligosakarida.
Bifidobacterium merupakan probiotik yang mempunyai manfaat menghambat
pertumbuhan bakteri yang merugikan, merangsang komponen sistem imun, dan
menghasilkan produk fermentasi yang bermanfaat (Kaur and Gupta, 2002).
Menurut Krismiyanto (2015) penambahan sumber inulin yang berasal dari
umbi dahlia, baik dalam bentuk tepung maupun ekstrak mampu meningkatkan
populasi BAL, menurunkan pH dan populasi Escherichia coli serta panjang relatif
dan bobot caecum bertambah pada ayam kampung persilangan periode starter.
Semakin meningkat populasi BAL dalam melakukan proses fermentasi, maka
nilai pH hasil fermentasi menurun. Peningkatan populasi BAL menghasilkan lebih
banyak enzim untuk mendegradasi senyawa polisakarida menjadi bentuk
monomer yang lebih sederhana. Selama proses fermentasi inulin didalam usus
8
halus, proses depolimerisasi senyawa inulin menghasilkan molekul hidrogen.
Hidrogen bebas berikatan satu sama lain dan akumulasi molekul hidrogen
memberikan kontribusi langsung pada nilai pH. Semakin baik proses fermentasi
substrat inulin berlangsung, molekul hidrogen yang dihasilkan semakin banyak
dan pH semakin rendah (Gulfi et al., 2005). Bertambahnya bobot dan panjang
relatif caecum didukung meningkatnya kerja populasi BAL sehingga menekan
pertumbuhan Escherichia coli. Peran populasi BAL yang meningkat di caecum
untuk memecah karbohidrat yang selanjutnya dapat difermentasi oleh bakteri
selulolitik (Krismiyanto dkk,. 2015). Yu et al. (2008) melaporkan bahwa β
glukanase yang diproduksi oleh BAL dapat meningkatkan bobot organ
pencernaan kemudian berimplikasi terhadap pertambahan bobot badan.
Penelitian Fajrih et al. (2014) penggunaan umbi dahlia dalam bentuk
ekstrak mampu meningkatkan pertambahan bobot badan ayam lokal persilangan
dengan perlakuan pemberian pada level 1,17% (T6 : 885.90 g/ekor). Krismiyanto
dkk, (2015) menunjukkan penambahan inulin baik dalam bentuk tepung maupun
ekstrak pada taraf 1, 17% pada ayam lokal persilangan mampu meningkatkan
populasi BAL, menurunkan pH dan populasi Escherichia col
Inulin Sebagai Prebiotik
Prebiotik adalah substrat/food ingredient tidak tercerna yang mempunyai
pengaruh baik terhadap inang dengan memicu aktivitas, pertumbuhan yang
selektif bakteri penghuni kolon. Prebiotik pada umumnya adalah karbohidrat
yang tidak dicerna dan tidak diserap, biasanya dalam bentuk oligosakarida dan
serat pangan (Gibson dan Roberfroid, 1995).
9
Menurut Fuller, 1997 dalam Arief dkk., (2014), probiotik adalah produk
yang tersusun oleh biakan mikroba atau pakan alami mikroskopik yang bersifat
menguntungkan dan memberikan dampak bagi peningkatan keseimbangan
mikroba saluran usus hewan inang. Gibson dan Fuller, 2000 dalam Mujnisa,
(2012) menambahkan probiotik sebagai suplemen makanan yang mengandung
mikrobia hidup yang disuplementasikan ke dalam makanan atau pakan memiliki
efek yang menguntungkan bagi inangnya yang mengkonsumsi, dengan cara
memeperbaiki keseimbangan mikroflora saluran pencernaan.
Menurut Leeson dan Summers, 2005 dalam Mujnisa, (2012), mekanisme
kerja probiotik masih belum jelas, namun probiotik dapat berfungsi a). Mengubah
flora dalam saluran pencernaan dengan menekan E.colli, b). Meningkatkan
produksi laktat yang selanjutnya terjadi perubahan pH usus halus, c) Produksi
senyawa yang mirip antibiotika. Probiotik memberikan kontribusi terhadap
kesehatan ternak melalui mekanisme kompetisi dengan bakteri patogen,
menstimulasi sitem imun, memproduksi sitem lemak rantai pendek, mengontrol
fungsi usus, meningkatkan pencernaan dan penyerapan zat-zat nutrisi.
Dhingra, 1993 dalam Arief dkk., (2014) menjelaskan bahwa probiotik
bermanfaat dalam mengatur lingkungan mikroba pada usus, menghalangi
mikroorganisme patogen usus dan memperbaiki efisiensi pakan dengan melepas
enzim yang membantu proses pencernaan makanan. Dalam meningkatkan nutrisi
pakan, bakteri yang terdapat dalam probiotik memiliki mekanisme dalam
menghasilkan beberapa enzim untuk pencernaan pakan seperti amylase, protease,
lipase dan selulose. Enzim tersebut yang akan membantu menghidrolisis nutrien
pakan (molekul kompleks), seperti memecah karbohidrat, protein dan lemak
10
menjadi molekul yang lebih sederhana. Untuk viabilitas mikrobiota ini maka di
perlukan prebiotik.
Prebiotik merupakan bahan pakan yang memberikan keuntungan dan tidak
dapat tercerna hewan inang, serta secara selektif menstimulasi pertumbuhan dan
aktivitas bakteri non patogen saluran pencernaan (Roberfroid, 2007). Salah satu
senyawa yang termaksud kelompok prebiotik antara lain adalah inulin. Inulin
sebagai prebiotik dapat menghasilkan short chain fatty acids (SCFA) yang
meliputi propionat, butirat, asetat, dan laktat. Asam laktat dapat membuat pH usus
menjadi asam, kondisi ini menyebabkan ion kalsium menjadi lebih mudah larut,
sehingga meningkatkan penyerapan kalsium pada usus besar (Herminiati dkk.,
2015).
Penelitian Fanani dkk., (2014) menyatakan penggunaan inulin umbi bunga
dahlia ternyata dapat mempengaruhi pada pertambahan bobot badan (PBB). PBB
dipengaruhi oleh penyerapan nutrien yang semakin membaik ditandai dengan
peningkatan retensi nitrogen dan kecernaan protein. Hal ini akibat dari pemberian
umbi bunga dahlia sebagai sumber prebiotik inulin, sehingga terjadi peningkatan
perkembangan bakteri menguntungkan seperti BAL. El-Banna et al., (2010)
melaporkan bahwa suplementasi prebiotik dapat meningkatkan bobot badan.
Peningkatan BAL mengakibatkan kesehatan saluran pencernaan semakin baik,
efeknya enzim-enzim yang dihasilkan saluran pencernaan menjadi optimal untuk
merombak protein menjadi produk yang dapat diserap tubuh dan pada akhirnya
dimanfaatkan untuk pertumbuhan ataupun perkembangan jaringan baru yang
dapat dilihat dari pertambahan bobot badan.
11
Peran inulin menstimulasi BAL menyebabkan kondisi saluran pencernaan
yang sehat, ditandai perubahan morfologi usus, bersama dengan ini permukaan
penyerapan meluas, usus sehat, akan menghasilkan kapasitas penyerapan yang
lebih tinggi (Klessen et al., (2003). Seperti diketahui bahwa dalam zat prebiotik
terdapat dua senyawa yaitu frukto-oligosakarida dan insulin. Kedua komponen
yang termasuk karbohidrat dimanfaatkan secara luas untuk menambah kadar serat
yang tidak dapat dihidrolisis (dicerna) oleh enzim percernaan. Prebiotik akan
sampai di usus besar (kolon) dalam keadaan utuh sehingga kebanyakan akan
menjadi substrat untuk fermentasi bagi bakteri yang hidup di kolon. Dengan
demikian, merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri yang
menguntungkan di dalam usus besar (Fuller,1997; dalam Daud dkk., 2007).
Karakteristik Broiler
Broiler merupakan strain ayam hasil seleksi yang memiliki pertumbuhan
yang cepat, konversi pakan yang rendah dan dapat dipotong pada usia yang relatif
muda sehingga sirkulasi pemeliharaannya lebih cepat dan efisien serta
menghasilkan daging yang berkualitas baik. Penelitian Setiawan dan Sujana
(2009) menunjukkan bahwa pemanenan broiler pada umur 21 hari bobot badan
akhirnya ±1 kg, pada umur 30 hari ±1,6 kg, dan umur 39 hari ±2,2 kg,
menggunakan broiler strain Cobb. Menurut data Japfa Comfeed Indonesia, (2008)
bobot badan akhir dari ayam strain New Lohman MB 202, umur 30 hari adalah
±1,4 kg, dan pada umur 35 hari sekitar ±1,8 kg.
Broiler memiliki beberapa kelebihan yakni dagingnya empuk, ukuran badan
besar, bentuk dada lebar, padat dan berisi, efisiensi terhadap pakan cukup tinggi,
sebagian besar dari pakan diubah menjadi daging dan pertambahan bobot badan
12
sangat cepat. Namun demikian, memerlukan pemeliharaan secara intensif dan
cermat, relatif lebih peka terhadap suatu infeksi penyakit, dan sulit beradaptasi
(Rahmanto, 2012).
Faktor yang perlu diperhatikan untuk mencapai pertumbuhan broiler yang
optimal adalah suhu lingkungan dan kelembaban udara yang tinggi merupakan
faktor utama yang dapat menyebabkan terjadinya heat stress (cekaman panas).
Hampir setengah dari terlambatnya pertumbuhan pada daerah dengan iklim panas,
disebabkan oleh pengaruh langsung dari suhu dan kelembaban udara yang tinggi
(May and Lott., 2000).
Pengembangan usaha peternakan broiler di Indonesia umumnya memiliki
beberapa hambatan yang dapat berpengaruh terhadap performance diantaranya
suhu lingkungan dan kelembaban yang cukup tinggi dan ketersedian pakan.
Ketersediaan pakan harus sangat di perhatikan terutama dalam efisiensi
penggunaan pakan yang akan berdampak terhadap nilai ekonomis dalam usaha
peternakan tersebut, sedangkan suhu dan kelembaban yang relatif tinggi
menyebabkan broiler menjadi sangat rawan terhadap cekaman panas. Pada
umumnya ayam akan berproduksi optimal pada zona nyamannya (comfort zone),
apabila kondisi lingkungan berada di bawah atau di atas zona nyamannya, ayam
akan mengalami stress (Kusnadi, 2008).
Persentase Karkas
Karkas broiler adalah bagian tubuh ayam yang disembelih lalu dikeluarkan
isi perut, kaki, leher, kepala, bulu, darah. Karkas ayam dibedakan menjadi :
Karkas kosong yaitu ayam yang telah disembelih dan dikurangi dengan darah,
organ dalam, kepala dan kaki. Karkas isi yaitu ayam yang telah disembelih dan
13
dikurangi bulu, darah, kepala, leher, kaki dan organ dalam kecuali jantung, hati
dan rempela (gizzard). Persentase karkas sering digunakan untuk menilai produksi
ternak daging (Priyatno, 2003). Menurut Abubakar, (2003) berdasarkan cara
penanganannya, karkas broiler dibedakan menjadi: karkas segar, yaitu karkas
yang baru selesai diproses selama tidak lebih dari 6 jam dan tidak mengalami
perlakuan lebih lanjut, karkas dingin segar, yaitu karkas segar yang segera
didinginkan setelah selesai diproses sehingga suhu di dalam daging menjadi
antara 4-50C, karkas beku, yaitu karkas yang telah mengalami proses pembekuan
cepat atau lambat dengan suhu penyimpanan antara 120C sampai dengan 180C.
Haroen (2003) menjelaskan pencapaian bobot karkas sangat berkaitan
dengan bobot hidup dan pertambahan bobot badan. Pertambahan bobot badan
disebabkan secara langsung oleh ketersediaan asam amino pembentuk jaringan
sehingga konsumsi protein pakan berhubungan langsung dengan proses
pertumbuhan, oleh karena itu sangat memerlukan perhatian khusus mengenai
manajemen penggunaan bahan pakan yang mengandung protein yang cukup
sesuai dengan kebutuhan broiler untuk memenuhi asupan asam amino yang
dibutuhkan oleh tubuh (Winedar dkk., 2006). Persentase karkas broiler bervariasi
antara 65 – 75% dari bobot badan, semakin berat ayam yang dipotong, maka
karkasnya semakin tinggi pula (North dan Bell, 1992 ).
Berdasarkan beberapa literatur (Fanani dkk., 2014, Herminiati dkk., 2015,
dan Widodo dkk.,2015) dapat disimpulkan bahwa mekanisme kerja prebiotik
inulin yang berkaitan dengan persentase karkas yaitu inulin merupakan makanan
untuk probiotik. Inulin larut dalam air, namun tidak dicerna oleh enzim-enzim
pencernaan, tetapi dapat difermentasi oleh mikroflora kolon atau usus besar.
14
Inulin difermentasi oleh mikroflora kolon atau usus besar sehingga menghasilkan
short chain fatty acids (SCFA) dan asam laktat yang mampu menurunkan pH usus
menjadi asam. Kondisi asam meningkatkan bakteri non patogen, sehingga terjadi
proses eliminasi bakteri patogen yang menempel pada vili-vili usus. Proses
eliminasi bakteri patogen akan memperluas permukaan vili-vili usus, sehingga
penyerapan makanan menjadi lebih efisien dan berdampak pada performa yang
berkaitan dengan persentase karkas yang dihasilkan.
Persentase Lemak Abdominal
Pengukuran lemak abdominal dapat digunakan sebagai indikator dari total
lemak tubuh. bobot lemak abdominal cenderung meningkat seiring dengan
pertambahan umur. Pada periode ternak awal, lemak yang disimpan dalam tubuh
jumlahnya sedikit, namun pada pertumbuhan akhir proses pertumbuhan lemak
akan berlangsung cepat dan lemak akan disimpan di bawah kulit, di sekitar organ
dalam, antara lain empedal, usus, dan otot. Penimbunan lemak abdominal di
dalam rongga perut akan berpengaruh terhadap bobot karkas (Salam dkk., 2013).
Persentase lemak abdominal karkas broiler berkisar antara 0,73% sampai
3,78%. Lemak abdominal mempunyai hubungan korelasi dengan total lemak
karkas, semakin tinggi kandungan lemak abdominal maka semakin tinggi
kandungan lemak karkas pada broiler (Salam dkk., 2013). Jika lemak abdominal
broiler presentasinya semakin meningkat, dapat menurunkan kuantitas dan
kualitas daging yang dikonsumsi dan dianggap terjadi penghamburan energi
pakan broiler. Penimbunan lemak abdominal dipengaruhi beberapa faktor,
antara lain tingkat energi dalam ransum, umur dan jenis kelamin (Al-Sultan.,
2003).
15
Menurut Gaman (1992) perlemakan tubuh diakibatkan dari konsumsi
energi yang berlebih yang akan disimpan dalam jaringan tubuh yaitu pada
bagian intramuscular, subkutan dan abdominal. Kelebihan energi pada ayam
akan menghasilkan karkas yang mengandung lemak lebih tinggi dan
rendahnya konsumsi menyebabkan lemak dan karbohidrat yang disimpan dalam
glikogen rendah.
Broiler cenderung menyimpan lemak bila penggunaan energi tidak efisien
dan dalam waktu lama. Pemeliharaan broiler di daerah tropis akan menghasikan
lemak abdomen 2,85% dari bobot hidup pada umur 6 minggu. Kelebihan energi
akan menghasilkan lemak, lemak disimpan dalam tubuh sehingga broiler akan
terlihat gemuk, penimbunan lemak akan semakin meningkat setelah broiler
memasuki fase akhir, karena setelah puncak pertambahan bobot badan di usia 4
minggu, pertambahan lemak semakin meningkat, penimbunan lemak ini akan
semakin intensif kalau broiler kurang bergerak. Tinggi rendahnya kualitas karkas
broiler ditentukan dari jumlah lemak abdominal yang terdapat dari broiler
tersebut. Karkas yang baik harus mengandung daging yang banyak,
mengandung kadar lemak yang rendah (Yuniastuti,2002).
Persentase Potongan Komersil Karkas (Dada, Paha, dan Sayap)
Karkas ayam dibedakan menjadi karkas kosong yaitu ayam yang telah
disembelih dan dikurangi dengan darah, alat tubuh bagian dalam, kepala dan kaki.
Adapun karkas segarnya diisi dengan hati, jantung dan rempela yang telah
dibersihkan. Rata-rata bobot karkas ayam berkisar antara 65-75% dari bobot hidup
pada waktu siap potong. Persentase bagian-bagian karkas adalah persentase
karkas dada sekitar 23,45 -25,5% dan dada merupakan bagian yang banyak
16
mengandung daging, persentase karkas paha sekitar 21,80%, persentase karkas
punggung sekitar 20%, dan persentase karkas sayap 8,6% ( Zaenab, dkk 2005).
Nilai rataan persentase irisan karkas komersil (dada, paha dan sayap) ayam
broiler yang dipelihara selama 35 hari sebagai berikut; persentase potongan dada
ayam broiler adalah 34,11- 38,12%, persentase potongan paha adalah 28,86-
30,77% dan persentase sayap berkisar antara 10,52-13,75% (Helena 2011),
Persentase punggung pada ayam jantan jauh lebih tinggi dibandingkan
dengan betina, tapi persentase bobot sayap pada jantan lebih rendah, persentase
sayap pada broiler yang berumur 7 minggu untuk jantan dan betina, masing-
masing 8,7 % dan 8,6 %. Juga dinyatakan bahwa persentase potongan paha dan
betis broiler rata-rata 22,45 % dan 21,80 % dari bobot hidup (North and Bell,
1992).
Hipotesis Penelitian
Diduga bahwa penambahan prebiotik inulin umbi bunga dahlia dalam
pakan berpengaruh terhadap persentase karkas, lemak abdominal broiler, dan
potongan komersil.
17
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian telah dilakukan pada bulan Maret sampai dengan Mei 2016,
bertempat di Laboratorium Produksi Ternak Unggas, Jurusan Produksi Ternak
Universitas Hasanuddin, Makassar sebagai tempat pemeliharaan.
Materi Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan antara lain: ayam ras pedaging strain
Lohmann MB 202, tepung umbi bunga dahlia, pakan basal starter dan finisher, air
minum, vaksin, kertas koran, sekam kayu, plastik dan kertas label.
Alat yang digunakan antara lain: kandang percobaan sebanyak 20 petak,
tempat pakan dan tempat minum, timbangan, lampu pijar sebanyak 20 buah,
peralatan sanitasi, timbangan, wadah penyimpanan, peralatan bedah, sarung
tangan, meja processing, panci, dan kompor.
Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan
- Persiapan Kandang
Kandang penelitian dan peralatan terlebih dahulu didesinfektan dengan
tujuan untuk memutus rantai kehidupan mikroorganisme yang merugikan. Proses
desinfeksi menggunakan larutan formalin yang dicampurkan dengan air bersih
dengan perbandingan 25 ml formalin : 15 litter air, kemudian larutan tersebut
disemprotkan keseluruh bagian kandang. Setelah kering, dilakukan pengapuran
secara merata pada dinding dan lantai kandang. Peralatan kandang tempat makan
dan air minum sebelumnya dicuci menggunakan sabun, kemudian dibilas
menggunakan air desinfektan.
18
Kandang penelitian berukuran 100 cm x 100 cm x 50 cm sebanyak 20 petak,
terbuat dari bambu, dan litter kandang dari serutan kayu setebal ± 5 cm. Masing-
masing petakan kandang telah dilengkapi dengan tempat makan dan tempat
minum.
- Pembuatan tepung umbi bunga dahlia
Umbi bunga dahlia yang digunakan berasal dari tanaman bunga dahlia
lokal yang sehat. Umbi bunga dahlia dikumpulkan dan dipisahkan dari tangkai
dan bunga tanaman. Pertama umbi dahlia dibersihkan dari kotoran, dicuci dengan
air mengalir, kemudian dikupas, dan diiris tipis-tipis. Irisan tersebut dijemur di
bawah sinar matahari langsung atau dapat diovenkan pada suhu ± 600C. Irisan
umbi yang sudah kering dihaluskan dengan digiling menggunakan mesin
penggiling hingga halus, sehingga dihasilkan tepung. Berdasarkan hasil analisis
in-vitro di PT. SIG Saraswati Bogor diperoleh bahwa dalam 100 g tepung umbi
bunga dahlia terdapat inulin sebanyak 79,58 %.
2. Tahap Pemeliharaan
Penelitian ini menggunakan day old chick (DOC) ayam pedaging sebanyak
160 ekor strain Lohmann MB 202 berjenis kelamin campuran dengan bobot awal
± 35 sampai 40 gram dan dipelihara selama 35 hari. Setiap unit percobaan terdiri
dari 8 ekor. Fase pemeliharaan dibagi menjadi dua, yaitu :
Fase starter umur 1-14 hari, ayam sebanyak 160 ekor di tempatkan
langsung pada kandang petakan yang terbuat dari bambu. Petakan kandang
ditempatkan secara berjejer dan pengacakan dilakukan pada setiap unit percobaan.
Setiap petak diisi 8 ekor ayam, dan menggunakan lampu pijar (60 watt) sebagai
pemanas pengganti indukan. Setiap petakan telah disediakan tempat pakan dan
19
tempat minum. Koran ditambahkan diatas litter sekam kayu, dan disekeliling
kandang ditutup dengan tirai plastik sebagai pelindung udara dingin.
Pemberian pakan dilakukan dua kali sehari. Pakan yang diberikan yaitu
pakan basal yang telah dicampurkan dengan tepung umbi bunga dahlia berbentuk
tepung (mash). Komposisi penyusunan kebutuhan pakan fase starter dan finisher
berdasarkan standar National Research Council (1994) dan Standar Nasional
Indonesia (2006) yang dapat dilihat pada Tabel 2 dan 3. Pemberian air minum
pada hari pertama, DOC diberikan air dengan campuran gula pasir, hal ini
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan energi yang hilang selama perjalanan,
setelah 4 jam air larutan gula diganti dengan air biasa yang diberikan secara ad-
libitum. Vaksinasi dilakukan pada umur 4 hari dengan vaksin strain NDB1
melalui tetes mata.
Fase finisher umur 15-35 hari sumber penerangan berasal dari lampu pijar
yang ditempatkan pada bagian atas kandang. Pencahayaan selama penelitian 24
jam. Pakan yang diberikan yaitu pakan basal yang telah dicampurkan dengan
tepung umbi bunga dahlia berbentuk tepung (mash). Vaksinasi gumboro
dilakukan pada hari ke 14 melalui air minum, ND lasota dan AI pada umur 21 hari
melalui injeksi dibagian dada (suntik).
Pemberian pakan basal yang ditambahkan tepung umbi bunga dahlia (P1,
P2, P3) pada fase starter umur 1-14 hari dan fase finisher umur 15-35 diberikan
pada pagi hari, sedangkan pemberian pakan basal tanpa campuran tepung umbi
bunga dahlia (P0) sebagai kontrol diberikan disore hari, hal ini bertujuan agar
pakan perlakuan (pakan basal + tepung umbi bunga dahlia) bisa termakan habis.
20
Proses pencampuran pakan dilakukan setiap minggu. Pemberian air minum
menggunakan air biasa secara ad-libitum.
Kebutuahan nutrien broiler fase starter (1-14 hari) broiler dapat di lihat pada
Tabel 2 sebagai berikut :
Tabel 2. Kebutuhan Nutrien Broiler Fase Starter (1-14 Hari).
Komponen Fase Starter (1-14 hari) 1* 2**
Energi metabolis (kkal/kg) 3.200* Min 2900 Protein Kasar (%) 23,00* Min.19 Serat Kasar (%) - Maks 6,0 Lemak kasar (%) - Maks. 7,4 Lisisn (%) 1,10* Min 1,10 Methionin (%) 0,50 Min 0,40 Kalsium Ca (%) 0,95 0,90-1,20 Fosfor (%) 0,45 Min, 0,40 Keterangan : *. National Research Council (1994), **. Standar Nasional Indonesia
(2006)
Kebutuahan nutrien broiler fase finisher (15-35 hari) broiler dapat di lihat
pada Tabel 3. sebagai berikut :
Tabel 3. Kebutuhan Nutrien Broiler Fase Finisher (15-35 Hari).
Komponen Fase finisher (15-25 harii) 1* 2**
Energi metabolis (kkal/kg) 3.200 Min.2900 Protein Kasar (%) 20,00 Min. 18 Serat Kasar (%) - Maks 6,0 Lemak kasar (%) - Maks. 8,0 Lisisn (%) 1,00 Min. 0,90 Methionin (%) 0,38 Min. 0,30 Kalsium Ca (%) 0,90 0,90-1,20 Fosfor (%) 0,35 Min. 0,40
Keterangan : *. National Research Council (1994), **. Standar Nasional Indonesia (2006).
21
Komposisi dan kandungan nutrien pakan basal Fase Starter (umur 1- 14
hari) dapat dilihat pada Tabel. 4 sebagai berikut :
Tabel 4. Komposisi Bahan Pakan Fase Starter (1−14 Hari)
Jenis Pakan Perlakuan Pakan P0 P1 P2 P3
Jagung (%) 58,0 58,0 58,0 58,0 Pollard (%) 5,50 5,50 5,50 5,50 Bungkil Kedelai (%) 13,0 13,0 13,0 13,0 Kedelai (%) 9,10 9,10 9,10 9,10 Tepung Ikan (%) 5,00 5,00 5,00 5,00 MBM (%) 9,00 9,00 9,00 9,00 DCP (%) 0,10 0,10 0,10 0,10 Mineral mix (%) 0,10 0,10 0,10 0,10 Lysin (%) 0,10 0,10 0,10 0,10 Methionin (%) Total (%)
0,10 100
0,10 100
0,10 100
0,10 100
Inulin (%) 0 0,80 1,00 1.20 Kandungan Nutrisi Pakan Berdasaran Perhitungan Energi Metabolis (ME) (kkal/kg)* 2900 2900 2900 2900 Protein kasar (%)* 19,0 19,0 19,0 19,0 Serat kasar (%)** 6,00 6,00 6,00 6,00 Lemak kasar (%)** 7,40 7,40 7,40 7,40 Lysine (L) (%)* 1,10 1,10 1,10 1,10 Methionine (DL) (%)* 0,40 0,40 0,40 0,40 M+C* Ca (%)*
0,60 1,20
0,60 1,20
0,60 1,20
0,60 1,20
P (%)* 0,40 0,40 0,40 0,40 Keterangan: Komposisi Mineralmix Per Kilogram; Vitamin A; 1.250.000 UI, Vitamin D; 250.000
UI, Vitamin E; 750 IU, Vitamin K; 200 mg, Vitamin C. 5000 mg,Vitamin B; 250 mg, Vitamin B2; 400 mg, Vitamin B6; 100 mg, Vitamin B12; 1,2 mg,Biotin; 20 mg, Folic Acaid; 50 mg, Nicotinic Acaid; 3.000 mg, Calcium-D-Pantothenate; 400 Mg, Choline Chloride; 1.500 mg, Copper; 500 Mg,Iron; 2.500 mg, Iodine; 20 mg, Manganese; 6.000 mg, Selenium; 20 mg, Methionine; 5.000 mg, Threonine; 4.000 mg, dan Antioksidan; 800 mg. Dihitung berdasarkan tabel kebutuhan komposisi nutrient pakan fase starter (National Research Council, 1994) **Dihitung berdasarkan tabel kebutuhan komposisi nutrient pakan fase starter (SNI, 2006).
22
Komposisi dan kandungan nutrien pakan perlakuan (Pakan basal + tepung
umbi bunga dahlia) Fase Finisher (umur 15-35 hari) dapat dilihat pada Tabel. 5
sebagai berikut :
Tabel 5. Komposisi Bahan Pakan Fase Finisher (15-35 Hari).
Jenis Pakan Perlakuan Pakan P0 P1 P2 P3
Jagung (%) 57,0 57,0 57,0 57,0 Pollard (%) 12,5 12,5 12,5 12,5 Bungkil Kedelai (%) 14,0 14,0 14,0 14,0 Kedelai (%) 5,00 5,00 5,00 5,00 Tepung Ikan (%) 3,00 3,00 3,00 3,00 MBM (%) 8,00 8,00 8,00 8,00 DCP (%) 0,10 0,10 0,10 0,10 Mineral mix (%) 0,10 0,10 0,10 0,10 Lysin (%) 0,10 0,10 0,10 0,10 Methionin (%) Total (%)
0,20 100
0,20 100
0,20 100
0,20 100
Inulin (%) 0 0,80 1,00 1.20 Kandungan Nutrisi Pakan Berdasaran Perhitungan Energi Metabolis (ME) (kkal/kg)* 2900 2900 2900 2900
Protein kasar (%) 18,0 18,0 18,0 18,0 Serat kasar (%)** 6,00 6,00 6,00 6,00 Lemak kasar (%)** 8,00 8,00 8,00 8,00 Lysine (L) (%)* 1,90 1,90 1,90 1,90 Methionine (DL) (%)* 0,30 0,30 0,30 0,30 M+C* Ca (%)*
0,60 1,20
0,60 1,20
0,60 1,20
0,60 1,20
P (%)* 0,35 0,35 0,35 0,35 Keterangan: Komposisi Mineralmix Per Kilogram; Vitamin A; 1.250.000 UI, Vitamin D;
250.000 UI, Vitamin E; 750 IU, Vitamin K; 200 mg, Vitamin C. 5000 mg,Vitamin B; 250 mg, Vitamin B2; 400 mg, Vitamin B6; 100 mg, Vitamin B12; 1,2 mg,Biotin; 20 mg, Folic Acaid; 50 mg, Nicotinic Acaid; 3.000 mg, Calcium-D-Pantothenate; 400 Mg, Choline Chloride; 1.500 mg, Copper; 500 Mg,Iron; 2.500 mg, Iodine; 20 mg, Manganese; 6.000 mg, Selenium; 20 mg, Methionine; 5.000 mg, Threonine; 4.000 mg, dan Antioksidan; 800 mg. *Dihitung berdasarkan tabel kebutuhan komposisi nutrient pakan fase finisher (National Research Council, 1994) **Dihitung berdasarkan tabel kebutuhan komposisi nutrient pakan fase finisher (SNI, 2006).
23
3. Proses Pengkarkasan
Pengkarkasan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut (Koswara,
2009) :
Penyembelihan ayam dilakukan dengan cara memotong vena jugularis
dan arteri carotis di dasar rahang. Saat penyembelihan darah harus keluar
sebanyak mungkin. Pengeluaran darah harus dilakukan dengan sempurna karena
dapat mempengaruhi mutu daging. Pengeluaran darah yang kurang sempurna
menyebabkan karkas akan berwarna merah di bagian leher, bahu, sayap dan pori-
pori. Pengeluaran darah dapat dilakukan dengan cara digantung dan sebaiknya
dilakukan secara tuntas selama 50 - 70 detik sehingga ayam kehilangan darah
sekitar 4% dari berat badannya.
Selanjutnya dilakukan perendaham dalam air panas dengan tujuan untuk
memudahkan proses pencabutan bulu. Lama pencelupan dan suhu air yang
digunakan 54,5o C selama 60 – 120 detik. Perendaman terlalu lama dapat
menyebabkan kulit menjadi gosong atau coklat. Setelah pencabutan bulu
pencabutan, Kemudian dilakukan pemotongan kaki, pengambilan jeroan, dengan
cara membuat irisan lubang yang cukup besar dari bagian bawah anus.
Pengambilan jeroan dilakukan dengan cara memasukkan tangan ke dalam rongga
perut dan menarik seluruh isi perut hingga keluar, setelah itu dilakukan pemisahan
organ dalam, yaitu hati dan empedu, rempela, dan jantung. Isi rempela
dikeluarkan, demikian pula empedu dipisahkan dari hati dan dibuang. Selanjutnya
dilakukan pencucian karkas dengan tujuan untuk membersikan karkas dari
kotoran yang masih tertinggal di bagian dalam permukaan karkas. Sebelum
24
dilakukan penimbangan, karkas terlebih dahulu ditiriskan hal ini bertujuan untuk
mengurangi jumlah air pada karkas.
4. Tahapan Pengumpulan Data
Data yang diamati meliputi penimbangan bobot akhir broiler, bobot
karkas, lemak abdominal, dan potongan komersil (dada,paha,dan sayap). Pada
umur 35 hari dilakukan pengambilan sampel secara acak dari setiap unit percoban,
sebanyak 1 ekor ayam, sehingga total sampel sebanyak 20 ekor ayam.
Rancangan Penelitian
Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan sehingga terdapat 20 unit percobaan yang
terdiri dari 8 ekor per unitnya. Ayam dibagi secara acak ke dalam 20 unit
kandang, tanpa pemisahan jenis kelamin (straigt run), dan setiap kandang diberi
label untuk memudahkan pencatatan. Perlakuan yang akan diterapkan ada 4
dengan susunan ransum yang sebagai berikut :
P0 : Pakan basal (Kontrol)
P1 : Pakan basal + 10,0 g / kg pakan (0,8% Inulin umbi bunga dahlia)
P2 : Pakan basal + 12,5 g / kg pakan (1,0% Inulin umbi bunga dahlia)
P3 : Pakan basal + 15,0 g / kg pakan (1,2% Inulin umbi dahlia)
Parameter Penenelitian
Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah Persentase karkas,
persentase lemak abdominal, dan potongan komersil (dada, sayap, dan paha).
25
1. Persentase Karkas
Persentasi karkas dapat diukur dengan membandingkan bobot ayam
tanpa bulu, darah, kepala, leher, kaki dan organ dalam (g) kecuali jantung, hati
dan gizzard dengan bobot hidup (g) kemudian dikalikan 100% (Priyatno, 2003).
Bobot karkas (g)
Persentase Karkas (%) = x 100% Bobot hidup (g)
2. Persentase Lemak Abdominal
Persentase lemak abdominal dilakukan dengan cara menimbang lemak yang
didapat dari lemak yang berada pada sekeliling gizzard dan lapisan yang
menempel antara otot abdomen serta usus dan selanjutnya ditimbang (Salam dkk.,
2013).
Sembiring (2001) menyatakan bahwa tinggi rendahnya kualitas karkas
broiler ditentukan dari jumlah lemak abdominal yang terdapat dari broiler
tersebut, selain itu banyaknya kandungan lemak akan mempengaruhi penyusutan
dari daging. Karkas yang baik harus mengandung daging yang banyak, sebagian
yang dimakan harus baik, mengandung kadar lemak yang tidak tinggi.
Persentase lemak abdominal (g) diperoleh dengan membandingkan bobot
lemak abdominal dengan bobot karkas (g ) dikalikan 100%.
Bobot lemak abdominal (g)
Lemak Abdominal (%) = x 100% Bobot karkas (g)
26
3. Persentase Potongan Komersial (Paha, Sayap, dan Dada)
Potongan komersial karkas dinyatakan dalam bobot dan persentase
terhadap bobot karkas. Setiap potongan ditimbang bobotnya kemudian dihitung
rasio perbandingannya dalam persen karkas dari setiap perlakuan yang diberikan.
Bagian-bagian karkas yang termaksud dalam potongan komersil adalah dada,
sayap dan paha. Menurut Zaenab dkk., (2005) rumus yang digunakan untuk
menghitung persentase setiap bagian karkas adalah sebagai berikut :
Bagian-bagian Karkas (%) =
Analisis Data
Data yang diperoleh diolah dengan analisis ragam dan untuk mengetahui
pengaruh perlakuan terhadap perubah yang diukur. Apabila berpengaruh nyata
dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan (Steel dan Torrie, 1991). Adapun
model linear untuk menjelaskan tiap nilai pengamatan yaitu:
Yij = µ + τi + εij Keterangan
Yij = Hasil pengamatan dari perlakuan ke- i dengan ulangan ke-j
µ = Rata-rata pengamatan
τi = Pengaruh perlakuan ke – i (i = 1,2,3, dan 4)
εij = Pengaruh Galat percobaan dari galat perlakuan ke – i pada
pengamatan ulangan ke – j (j = 1,2,3, 4, dan 5), dimana:
i = Banyaknya perlakuan tepung umbi bunga dahlia
j = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan.
Bobot bagian karkas (g) X 100 % Bobot karkas
27
HASIL DAN PEMBAHASAN
Persentase Karkas Broiler
Karkas broiler adalah bagian tubuh ayam yang disembelih lalu dikeluarkan
isi perut, kaki, leher, kepala, bulu, dan darah. Persentasi karkas dapat diukur
dengan membandingkan bobot ayam tanpa bulu, darah, kepala, leher, kaki dan
organ dalam (g) kecuali jantung, hati dan gizzard dengan bobot hidup (g)
kemudian dikalikan 100% (Priyatno, 2003). Persentase karkas yang didapatkan
dalam penelitian ini disajikan ke dalam Tabel 6.
Tabel 6. Persentase Karkas Broiler Yang Diberi Tepung Umbi Bunga Dahlia Pada Umur 35 Hari.
Perlakuan Persentase karkas (%)
P0 66,37 ± 2,96a P1 73,2 9 ± 6,54b P2 70,36 ± 2,46ab P3 70,36 ± 3,37ab
a,b,ab : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang signifikan pada P<0,05.
Keterangan : P0 (0% inulin umbi dahlia ); P1 (0,8% inulin umbi dahlia ); P2 (1,00% inulin umbi dahlia); P3 (1,2% inulin umbi dahlia).
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian tepung umbi
bunga dahlia dalam pakan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap persentase
karkas. Perlakuan P0 (66,37%) berbeda nyata dengan perlakuan P1 (73,29%),
tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan P2 (70,31%) dan P3 (70,36%).
Perlakuan P1 (73,29%), tidak berbeda nyata dengan perlakuan P2 (70,31%) dan P3
(70,36%), tetapi berbeda nyata dengan perlakuan P0 (66,37%). Perlakuan P2
(70,31%) dan P3 (70,36%), tidak berbeda nyata dengan perlakuan P0 (66,37%) dan
P1 (73,29%).
28
Rata-rata persentase karkas yang diperoleh dalam penelitian ini berkisar
66,37% sampai 73,29%. Hal ini sesuai dengan pendapat North dan Bell (1992)
bahwa persentase karkas broiler bervariasi antara 65 – 75% dari bobot badan,
semakin berat ayam yang dipotong, maka karkasnya semakin tinggi pula.
Persentase karkas broiler berkisar 65,35% sampai 66,56% (Daud., dkk, 2007).
Penambahan tepung umbi bunga dahlia pada penelitian ini
memperlihatkan bahwa penggunaan tepung umbi bunga dahlia level 0,8% sampai
1,2% mampu memperbaiki persentase karkas dibanding dengan tanpa
penambahan umbi dahlia (kontrol), hal ini dapat disebabkan karena adanya
kandungan inulin yang tinggi. Berdasarkan anlisis yang telah dilakukan di PT.
SIG Saraswati Bogor diperoleh bahwa dalam 100 g tepung umbi bunga dahlia
terdapat inulin sebanyak 79,58 % (Agustina, 2016). Inulin dimanfaatkan sebagai
prebiotik yang dapat merangsang pertumbuhan BAL dalam usus, sehingga
penyerapan makanan menjadi lebih efisien, dan berdampak pada pertambahan
bobot badan yang secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap persentase
karkas. Hal ini sesuai dengan Fanani dkk. (2014) menyatakan penggunaan inulin
umbi bunga dahlia ternyata dapat mempengaruhi pertambahan bobot badan
(PBB). Jull (1972) bahwa produksi karkas yang dinyatakan dengan persentase
karkas dipengaruhi oleh bobot badan akhir dan bobot karkas.
Persentase karkas yang baik menunjukan mekanisme kerja prebiotik inulin
berjalan dengan baik, sehingga proses penyerapan makanan menjadi optimal. Hal
ini di dukung oleh Fanani dkk (2014), Herminiati dkk (2015), dan Widodo dkk
(2015) menyatakan mekanisme kerja prebiotik inulin terhadap persentase karkas
yaitu inulin difermentasi oleh mikroflora kolon atau usus besar sehingga
29
menghasilkan short chain fatty acids (SCFA) dan asam laktat yang mampu
menurunkan pH usus menjadi asam. Kondisi asam meningkatkan bakteri non
patogen, sehingga terjadi proses eliminasi bakteri patogen yang menempel pada
vili-vili usus. Proses eliminasi bakteri patogen akan memperluas permukaan vili-
vili usus, sehingga penyerapan makanan menjadi lebih efisien dan berdampak
pada performa yang berkaitan dengan persentase karkas.
Persentase Lemak Abdominal
Lemak abdominal adalah lapisan lemak yang terdapat disekitar gizzard dan
lapisan antara otot abdominal dan usus (Salam dkk., 2013). Persentase lemak
abdominal (g) diperoleh dengan membandingkan bobot lemak abdominal dengan
bobot karkas (g) dikalikan 100%. Persentase lemak abdominal dalam penelitian
ini disajikan kedalam Tabel 7.
Tabel 7. Persentase Lemak Abdominal Broiler Yang Diberi Tepung Umbi Bunga Dahlia Pada Umur 35 Hari.
Perlakuan Persentase lemak abdominal (%)
P0 2,15 ± 0,52 P1 1,99 ± 0,65 P2 2,04 ± 0,96 P3 2,08 ± 0,98
Berdasarkan hasil analisis ragam, penggunaan tepung umbi bunga dalam
pakan tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap persentase lemak abdominal
broiler. Rata-rata persentase lemak abdominal yang diperoleh dalam penelitian
(Tabel 7) masih termasuk dalam kisaran normal yaitu sebesar 1,99 sampai 2,15%.
Hal ini sesuai dengan pendapat Salam (2013) bahwa persentase lemak abdominal
karkas broiler berkisar antara 0,73% sampai 3,78%.
Keterangan : P0 (0% inulin umbi dahlia ); P1 (0,8% inulin umbi dahlia ); P2 (1,00% inulin umbi dahlia); P3 (1,2% inulin umbi dahlia).
30
Penggunaan tepung umbi bunga dahlia hingga level 1,2% tidak
berpengaruh nyata terhadap persentase lemak abdominal kemungkinan dapat
disebabkan oleh kandungan energi dan protein dalam ransum yang digunakan
adalah sama, sehingga tidak terjadi kelebihan energi yang berdampak pada tidak
terjadinya penimbunan lemak. Ini sesuai dengan pendapat Maruyuni dan Wibowo
(2005) bahwa pertumbuhan dan penimbunan lemak dipengaruhi oleh komposisi
ransum terutama tingkat energi dalam ransum.
Persentase lemak abdominal pada level 0,8% sampai 1,2% cenderung
menurun dibandingkan dengan perlakuan tanpa tepung umbi bunga dahlia
(kontrol). Hal ini kemungkinan disebabkan karena adanya kandungan serat kasar
dalam tepung umbi bunga dahlia sebesar 8,06% (Mangunwidjaja dkk. 2014).
Kandungan serat kasar yang tinggi dapat mempengaruhi lemak abdominal broiler.
Menurut Zuprizal dan Kamal (2005) bahwa batasan serat kasar dalam pakan ayam
broiler tidak boleh lebih dari 4 sampai 4,5%.
Menurut Poendjiadi (2005) bahwa serat kasar yang berasal dari pakan
setelah dikonsumsi akan mengikat asam empedu sesampainya di saluran
pencernaan, sehingga menyebabkan fungsi empedu untuk membantu penyerapan
lemak akan terhambat. Selanjutnya asam empedu yang sudah terikat oleh serat
kasar akan dikeluarkan dari tubuh dalam bentuk feses sehingga mengakibatkan
penurunan deposisi lemak abdominal. Hal ini sejalan dengan Sutardi (1992)
bahwa serat dapat mengurangi absorsi lemak sehingga deposisi lemak ke dalam
tubuh ayam dapat di tekan. Selanjutnya, Mahfudz dkk (2000) menambahkan
untuk mencerna serat kasar dibutuhkan energi yang banyak sehingga ayam tidak
memiliki energi yang berlebih untuk di simpan dalam bentuk lemak.
31
Rendahnya persentase lemak abdominal yang dihasilkan menunjukkan
bahwa kondisi perlemakan yang dihasilkan cenderung lebih baik. Sebagaimana
yang telah diketahui bahwa lemak abdominal merupakan hasil ikutan yang dapat
mempengaruhi kualitas karkas. Oleh karena itu semakin rendah persentasi lemak
abdominal maka semakin baik karkas yang diperoleh. Hal ini sesuai dengan
Yuniastuti (2002) bahwa tinggi rendahnya kualitas karkas broiler ditentukan dari
jumlah lemak abdominal yang terdapat dari broiler.
Persentase Potongan Komersil Karkas (Dada, Paha, dan Sayap)
Bagian-bagian karkas yang termasuk dalam potongan komersil adalah
potongan dada, paha dan sayap. Persentase bagian-bagian karkas (g) diperoleh
dengan membandingkan bobot bagian-bagian karkas dengan bobot karkas (g)
dikalikan 100% (Zaenab dkk.,2005). Rataan persentase bagian-bagian karkas
dalam penelitian ini disajikan kedalam Tabel 8.
Tabel 8. Persentase Potongan Komersil Karkas ( Paha, Sayap, Dan Dada) Broiler Yang Diberi Tepung Umbi Bunga Dahlia Pada Umur 35 Hari.
Perlakuan Dada (%) Paha (%) Sayap (%) P0 25,05 ± 1,53 a 24,40 ± 1,24 a 12, 06 ± 0,51b P1 29,73 ± 0,43 b 25,13 ± 1,38 a 11,79 ± 0,43 b P2 28, 54 ± 0,94 b 25,63 ± 1,06 a 11,43 ± 0,43 b P3 29,51 ± 2,07 b 27,57 ± 0,93 b 10, 34 ± 0,6 a
a, b : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang signifikan pada P<0,05.
Keterangan : P0 (0% inulin umbi dahlia ); P1 (0,8% inulin umbi dahlia ); P2 (1,00% inulin umbi dahlia); P3 (1,2% inulin umbi dahlia).
Persentase Potongan Dada
Hasil analisis ragam (Tabel 8) menunjukkan bahwa pemberian tepung
umbi bunga dahlia dalam pakan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap persentase
potongan dada. Perlakuan P0 (25,05%) berbeda nyata dengan perlakuan P1
(29,73%), P2 (28,54%), dan P3 (29,51%), tetapi antara perlakuan yang
mendapatkan tepung umbi bunga dahlia P1 (29,73%), P2 (28,54%), dan P3
32
(29,51%) menunjukan perbedaan yang tidak signifikan. Nilai rata-rata persentase
potongan dada yang diperoleh dalam penelitian ini berkisar 25,05 % sampai
29,51 %. Hasil rata-rata persentase potongan dada yang dihasilkan dalam
penelitian ini lebih tinggi dibanding dengan hasil penelitian Resnawati (2004)
yaitu persentase karkas dada sekitar 24,13% sampai 26,79%.
Penggunaan tepung umbi bunga dahlia hingga level 1,2% dapat
memperbaiki persentase potongan dada, namun secara statistik penambahan
tepung umbi bunga dahlia pada level 0,8% sudah menunjukan hasil yang lebih
baik (29,73%) dibanding dengan level 1% (28,54%), dan 1,2% (29,51%). Hal ini
disebabkan adanya kandungan inulin yang cukup tinggi yaitu sebanyak 79,58%
dalam ransum perlakuan. Inulin dimanfaatkan sebagai prebiotik yang dapat
merangsang pertumbuhan BAL dalam usus, sehingga penyerapan makanan
menjadi lebih efisien, dan berdampak pada pertambahan bobot badan yang secara
tidak langsung akan berpengaruh terhadap persentase karkas. Hal ini sesuai
dengan pendapat Fanani dkk., (2014) menyatakan penggunaan inulin umbi bunga
dahlia ternyata dapat mempengaruhi pertambahan bobot badan (PBB). Persentase
karkas yang tinggi akan mempengaruhi bobot dada dan persentase potongan dada
yang dihasilkan. Hal ini sejalan dengan Hadiwiyoto, (1992) persentase karkas
yang tinggi memungkinkan bobot dada yang dihasilkan juga tinggi. Jull (1972)
menambahkan besarnya potongan dan bobot dada dijadikan ukuran menilai
kualitas perdagingan karena sebagian besar otot yang merupakan komponen
karkas paling besar terdapat disekitar dada.
33
Persentase Potongan Paha
Hasil analisis ragam (Tabel 8) menunjukkan bahwa pemberian tepung
umbi bunga dahlia dalam pakan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap persentase
potongan paha. Perlakuan P0 (24,40%), P1 (25,13%), dan P2 (25,63%) berbeda
nyata dengan perlakuan P3 (25,13%), namun pada perlakuan P0 (24,40%), P1
(25,13%), dan P2 (25,63%) menunjukan perbedaan yang tidak signifikan.
Pemberian tepung umbi bunga dahlia cenderung meningkatkan persentase
potongan paha. Nilai rata-rata persentase potongan paha yang diperoleh dalam
penelitian ini berkisar antara 24, 40% sampai 27, 57%. Menurut Sari, dkk (2014)
bahwa nilai rataan persentase karkas broiler yang dipelihara selama 35 hari yaitu
berkisar 27,14% sampai 28, 48%.
Penggunaan tepung umbi bunga dahlia dalam pakan hingga level 1,2%
cenderung meningkatkan persentase potongan paha. Semakin meningkatnya
persentase karkas, maka semakin tinggi persentase potongan paha yang
dihasilkan. Besarnya persentase paha dalam penelitian ini kemungkinan dapat
disebabkan karena besarnya tulang. Muryanto dkk, (2002) menyatakan bahwa
kecilnya deposit daging pada bagian-bagian karkas sangat dipengaruhi oleh
besarnya persentase tulang. Hal ini didukung pendapat Herminiati dkk., (2015)
bahwa inulin sebagai prebiotik dapat menghasilkan short chain fatty acids
(SCFA) yang meliputi propionat, butirat, asetat, dan laktat. Asam laktat dapat
membuat pH usus menjadi asam, kondisi ini menyebabkan ion kalsium menjadi
lebih mudah larut, sehingga meningkatkan penyerapan kalsium.
34
Tingginya persentase karkas yang dihasilkan akan mempengaruhi
persentase bagian-bagian karkas lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat
Suswono, dkk (1992) menyatakan persentase bagian-bagian karkas berhubungan
erat dengan bobot karkas, sedangkan bobot karkas dipengaruhi oleh bobot hidup.
Oluyemi and Robert (1980) bahwa persentase bobot paha ditentukan oleh
besarnya bobot karkas dan bagian-bagian karkas lainnya.
Persentase Potongan Sayap
Hasil analisis ragam (Tabel 8) menunjukkan bahwa pemberian tepung
umbi bunga dahlia dalam pakan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap persentase
potongan sayap. Perlakuan P0 (12,06%), P1 (11,79 %), dan P2 (11,43%) berbeda
nyata dengan perlakuan P3 (10, 34%), namun perlakuan P0 (12,06%), P1 (11,79 %),
dan P2 (11,43%) menunjukan perbedaan yang tidak signifikan, dibandingakan
dengan persentase potongan dada dan paha , hasil persentase potongan sayap
lebih rendah. Namun rata-rata persentase potongan sayap yang diperoleh dalam
penelitian ini masih lebih tinggi berkisar 10,34% sampai 12,06%, dibandingkan
dengan hasil penelitian Yulia (2004) bahwa sayap sebesar 7,54% untuk broiler
yang berumur 6 minggu, dan Helena (2011) berkisar antara 10,52-13,75%.
Persentase potongan sayap pada penelitian ini lebih kecil dibandingkan
dengan persentase potongan dada dan paha, kemungkinana hal ini dapat
disebabkan besarnya persentase tulang pada sayap. Muryanto dkk, (2002)
menyatakan bahwa kecilnya deposit daging pada bagian-bagian karkas sangat
dipengaruhi oleh besarnya persentase tulang. Sari dkk (2014) mengatakan bahwa
persentase daging dada berkisar dari 78,66- 83,24% dengan persentase tulang
berkisar dari 14,19- 17,25%. Pada persentase daging paha berkisar dari 77,24-
35
82,07% dan persentase tulang berkisar dari 14,69- 19,81%, sedangkan untuk
persentase daging sayap berkisar dari 62,67- 70,96% dan persentase tulangnya
berkisar dari 24,15- 31,94%.
36
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian tepung umbi bunga dahlia (dahlia variabillis) dalam pakan
sampai level 1,2% mampu memperbaiki perentase karkas, persentase potongan
dada, persentase potongan paha serta mampu menurunkan kandungan lemak
abdominal broiler dan persentase potongan sayap. Penggunaan tepung umbi
bunga dahlia dalam pakan yang paling efektif yaitu pada level 0,8% .
Saran
Diharapkan pada penelitian selanjutnya penggunanan tepung umbi bunga
dahlia dalam ransum sebaiknya dicampur kedalam pakan terlebih dahulu,
kemudian di buat dalam bentuk butiran (pellet), hal ini dikarenakan jumlah inulin
yang digunakan sedikit sehingga perlu dilakukan pencampuran secara merata atau
homogen dengan pakan lainnya.
37
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, M. R. 2012. Studi Komparasi Kandungan Metabolit Sekunder Inulin pada Tanaman Dahlia (Dahlia pinnata) Secara In Vivo dan In Vitro Melalui Pembentukan Kalus pada Efektifitas Kombinasi BAP dan NAA. Tesis. Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.
Abubakar. 2003. Mutu karkas ayam hasil pemotongan tradisional dan penerapan sistem hazard analiysis critical control point. Jurnal litbang pertanian. Bogor, 22 (1): 33-39.
Adam, T.1999. Tanaman Hias. Penerbit Gama Utama. Medan
Agustina,L. 2016. Kajian Manfaat Umbi Bunga Dahlia (Dahlia pinnata) Sumber Inulin sebagai Prebiotik pada Unggas. Laporan Penelitian Mandiri. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Al-Sultan, S. I. 2003. The effect of Curcuma longa (tumeric) on overall performance of broiler chickens. International Journal of Poultry Science, 2 (5): 351-353.
Arief, M., N. Fitriani dan S. Subekti. 2014. Pengaruh pemberian probiotik berbeda pada pakan komersial terhadap pertumbuhan dan efisiensi pakan ikan lele sangkuriang (Clarias sp.). Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, VI (1): 49-53.
Biotrop. 2008. Tanaman Dahlia. http://brmc.biotrop.org/web/conten produkfull- Plm. Diakses tanggal 7 Desember 2015.
Brownawell, A.M., W. Caries., G. R. Gibson., C.W. B. Kedall., K.D. Lawis., Y. Rigel and J. Salavin. 2012. Prebiotics and the health benefits of fiber: current regulatory status, future research, and goals. The Journal of Nutrition, 142: 962–974.
Daud, M., W. G. Piliang dan P. Kompiang. 2007. Persentase dan kualitas karkas ayam pedaging yang diberi probiotik dan prebiotik dalam ransum. JITV, 12 (3): 167-174.
Dhingra, M. M. 1993. Probiotic in Poultry Diet Livestock Production and Management. Sania Enterprises Indore 452001. India.
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2014. Laporan Kinerja Tahun 2014. Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan. Jakarta.
38
Dole, J. M and H. F. Wilkins. 2005. Floriculture: Principles dan Spesies. 2nd Ed.
Pearson dan Prentice Hall, New Jersey.
El-Bana, H.A., H.Y. El-Zorba., T.A. Attiaand and A. A. Elatif. 2010. Effect of probiotic, prebiotic and symbiotic on broiler performance. World Appl. Sci. J. 11 (4): 388–393.
Fajrih, N., N. Suthama and V. D. Yunianto. 2014. Body resistance and productive performances of crossbred local chicken fed inulin of Dahlia tubers. J. Med. Pet. 37 (2): 108-114.
Fanani. A.F., N. Suthama., dan B. Sukamto. 2014. Retensi nitrogen dan konversi pakan.ayam lokal persilangan yang diberi ekstrak umbi dahlia (Dahlia variabilis) sebagai sumber inulin. Jurnal Sains Peternakan, 12 (2): 35-37.
Fuller, R. 1997. Probiotics 2. Aplication and Practical Aspects. 1st Ed.. Chapman and Hall, London.
Gaman, P.M. 1992. Ilmu Pangan Pengantar Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi. Edisi Kedua. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Gibson, G. R and M. B. Roberfroid. 1995. Dietary modulation of the human colonic microbiota: introducing the concept of prebiotics. J. Nutr, 125: 1401-1412.
Gibson, G. R and R. Fuller. 2000. Aspects of on vitro an in vivo research approaches directed toward identifying probiotict and prebiotics for human use. J. Nurt 125: 1401- 1412.
Gulfi, M., Arrigoni and R. E. Armando. 2005. Influence of structure on in vitro fermentability of commercial pectins and partially hydrolysed pectin preparations. J. Charbohydrate Polimers, 56 : 247- 255.
Hadiwiyoto, S. 1992. Kimia dan Teknologi Daging Unggas. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Universitas Gajah Mada.Yogyakarta.
Haroen, U. 2003. Respon ayam broiler yang diberi tepung daun sengon (Abizzania falcataria) dalam ransum terhadap pertumbuhan dan hasil karkas. Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Peternakan, 6 (1): 34-41.
Helena, M. D. 2011. Persentase Karkas dan Potongan Komersial Ayam Broiler yang diberi Pakan Nabati dan Komersial. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian. Bogor.
Herminiati, A, Rimbawan., B. Setiawan., D. A. Astuti dan L. Z. Udin. 2015. Karakteristik yoghurt kering yang diperkaya difructose anhydride III dari umbi dahlia sebagai minuman fungsional. AGRITECH, 35 (2); 135-145.
39
Hidayat, N. 2006. Membuat Minuman Prebiotik dan Probiotik. Trubus Agrisarana. Surabaya.
Jull, M. A. 1972. Poultry Husbandry. 2nd Ed. Tata McGraw Hill Book Publishing Co.Ltd., New Delhi.
Kaur, N and A. K. Gupta., 2002. Applications of inulin and oligofructosa in health and nutrition. Journal of Bioscience, 27: 703-714.
Kleessen, B., L. Hartmann and M. Blaut. 2003. Fructans in the diet cause alterations of intestinal mucosal architecture, released mucins and mucosa-associated bifidobacteria in gnotobiotic rats. J. Nutr, 89 (5): 597–606.
Koswara. S. 2009. Pengolahan Unggas. http://www.indabook.org/preview/pengolahan-unggas-teknologi-pangan-unimus.html. Diakses tanggal 27 Januari 2016.
Krismiyanto, L. 2015. Penambahan Inulin dari Umbi Dahlia (Dahlia variabilis) terhadap Perkembangan Bakteri Usus Halus dan Produktivitas Ayam Kampong Persilangan. Tesis. Magister Ilmu- Ternak, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro. Semarang.
. ., N. Suthama., and H. I. Wahyuni. 2015. Feeding effect of inulin derived from dahlia variabilis tuber on intestinal microbes in starter period of crossbred native chickens. J. Indonesian Trop. Anim. Agric, 39 (4) : 217 -223.
Kusnadi, E. 2008. Pengaruh temperatur kandang terhadap konsumsi ransum dan komponen darah broiler. J. Indon. Trop. Anim. Agric, 33 (3) : 197-202.
Lesson. S and J. D. Summers. 2005. Commercial Poultry Nutrition. 3th Ed. University Books. Ontario.
Mahfudz, L. D., W. Sarengat dan B. Srigandono. 2000. Penggunaan ampas tahu sebagai bahan penyususn ransum broiler. Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Peternakan Lokal, Universitas Jendral Sudirman, Purwokerto.
Mangunwidjaja, D., M. Rahayuningsih dan R. Suparwati. 2014. Pengaruh konsentrasi enzim dan waktu hidrolisis enzimatis terhadap mutu frukto-oligosakarida dari inulin umbi dahlia (Dahlia pinnata). E-Jurnal Agroindustri Indonesia, 3 (1): 2252 – 3324.
May, J. D and B. D. Lott. 2000. The effect of environmental temperature on growth and feed conversion of broiler to 21 days of age. Poult. Sci, 79: 669 – 671.
40
Mujnisa, A. 2012. Potensi Bakteri Asam Laktat Hasil Isolasi dari Feses Broiler sebagai Imbuhan Pakan terhadap Produktivitas Broiler. Disertasi Doktor Program Pasca Sarjana, Universitas Hasanuddin. Makassar.
Muryanto, P.S. Hardjosworo, R. Herman, H dan H. Setijanto. 2002. Evaluasi Karkas Hasil Persilangan Antara Ayam Kampung Jantan dengan Ayam Ras Petelur. Animal Production, Vol. 4, No. 2, Nopember 2002: 71-76
National Research Council, 1994. Nutrient Requirement of poultry. 8th Ed. National Academy of Science.
North, M.O and D.D. Bell. 1992. Commercial Chicken Production Manual.2nd Ed. The Avi Publishing Co. Inc. Wesport, Conecticut, New York.
Oluyemi, J.A. and F. A. Roberts. 1980. Poultry Production in Warm Wet Climates. The Mac Millan Press, Ltd. London.
Poendjiadi A. 2005. Dasar-dasar biokimia. Jakarta (Indonesia): UI Press.
Priyatno, M. A. 2003. Mendirikan Usaha Pemotongan Ayam. Penebar Swadaya. Jakarta.
PT. Japfa Comfeed Indonesia, 2008. Broiler Management Program. Jakarta.
Rahmanto, R. 2012. Struktur Histologik Usus Halus dan Efisiensi Pakan Ayam Kampung dan Broiler. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.
Resnawati, H. 2004. Bobot potongan karkas dan lemak abdomen ayam ras pedaging yang diberi ransum mengandung tepung cacing. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Balai Penelitian Ternak, Bogor.
Roberfroid, M. B. 2007. Prebiotic: the concept revisited. The Journal of Nutrition, 137 : 830-837.
Salam, S., A. Fatahilah., D. Sunarti dan Isroli. 2013. Bobot karkas dan lemak abdominal broiler yang diberi tepung jintan hitam (Nigella sativa) dalam ransum selama musim panas. Jurnal Sains Peternakan, 11 (2): 84-89.
Sari, M. L., F. N. L. Lubis dan L. D. Jaya. 2014. Pengaruh Pemberian Asap Cair Melalui Air Minum Terhadap Kualitas Karkas Ayam Broiler. Agripet 1 (14), 71-75.
Saryono, A., M. Chainulfiffah, D. S. Silvera, H. S. Monalisa dan Dasli. 1998. Pemanfaatan Umbi Dahlia (Dahlia variabilis) untuk Produksi Sirup Fruktosa (HFS) dan Fruktooligosakarida. Seminar Nasional PBBMI XIV. Bandung.
41
Sembiring, H. 2001. Komoditas Unggulan Pertanian Propinsi Sumatera Utara. Sumatera Utara : Badan Penelitian dan Pengembangan Teknologi.
Setiawan, I dan E. Sujana. 2009. Bobot akhir, persentase karkas dan lemak abdominal ayam broiler yang dipanen pada umur yang berbeda. seminar nasional fakultas peternakan unpad “Pengembangan Sistem Produksi dan
Pemanfaatan Sumberdaya Lokal untuk Kemandirian Pangan Asal Ternak”.
Bandung. ISBN : 978 – 602 – 95808 – 0 – 8.
Steel, R. G. D dan J.H Torrie. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika. PT.Gramedia. Jakarta.
Stadardisasi Nasional Indonesia. 2006. Pakan Ayam Ras Pedaging (Broiler Starter). SNI 01-3930-2006.
. 2006. Pakan Ayam Ras Pedaging (Broiler Finisher). SNI 01-3931-2006.
Suswono, I., Rosidi dan E Tugiyanti. 1992. Bagian-Bagian Karkas Ayam Broiler Dibawah Pengaruh Lantai Kandang Dan Frekuensi Pemberian Pakan Yang Berbeda. Laporan Hasil Penelitian. Fakultas Peternakan Unsoed. Purwokerto.
Sutardi. 1992. Pengawetan Pangan: Pendinginan dan Pengeringan. PAU Pangan dan Gizi. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Van Den Bogaard, A.E., N. Bruinsm and E.E. Stobberingh. 2000. The effect of banning avopracin on VRE carriage in the Netherlands (five abattoirs) and Sweden. J. Antimicrob. Chemother. 46 (1): 146-148.
Vandamme, E. J and D.G. Derycke. 1983. Microbial Inulinase: Fermentation Process, Properties and Applications. Advance in Appl. Micro 29: 139-176.
Widodo, T. S., B. Sulistiyanto dan C. S. Utama. 2015. Jumlah bakteri asam laktat (bal) dalam digesta usus halus dan sekum ayam broiler yang diberi pakan ceceran pabrik pakan yang difermentasi. Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang. AGRIPET, 15 (2) : 98-103.
Winedar, H., S. Listyawati dan Sutarno. 2006. Daya cerna protein pakan, kandungan protein daging, dan pertambahan bobot badan broiler setelah pemberian pakan yang difermentasi dengan effective microorganisms-4 (EM-4), Bioteknologi 3 (1): 14-19.
42
Yu, B., J. R. Liu., F. S. Hasiao and P. W. S. Chiao. 2008. Evaluation of Lactobacillus reuteri Pg4 strain expressing heterologous β- glukanase as a probiotic in poultry diets based on barley. Anim. Feed Sci. and Tech. 141:82-91.
Yulia. 2004. Pengaruh suplementasi kolin klorida terhadap potongan karkas komersil ayam broiler umur 6 minggu. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Yuniastuti, A., 2002. Efek pakan berserat pada ransum ayam terhadap kadar
lemak dan kolesterol daging broiler. JITV, 9 (3) : 175 - 183.
Zaenab, A, B. Bakrie., T. Ramadhan dan Nasrullah. 2005. Pengaruh Pemberian Jamu Ayam terhadap Kualitas Karkas Ayam Buras Potong. Laporan Penelitian Balai Pengkajian Tekhnologi Pertanian DKI Jakarta, Jakarta.
Zuprizal dan M. Kamal. 2005. Nutrisi dan Pakan Unggas. Jurusan Nutrisi dan
Makanan Ternak Fakultas Peternakan UGM.Yogyakarta.
43
Lampiran 1. Hasil analisis ragam nilai persentase karkas broiler yang diberi tepung umbi bunga dahlia (dahlia variabillis).
UNIANOVA PERSENTASE.KARKAS BY PERLAKUAN
/METHOD=SSTYPE(3)
/INTERCEPT=INCLUDE
/POSTHOC=PERLAKUAN(DUNCAN LSD)
/EMMEANS=TABLES(OVERALL)
/PRINT=DESCRIPTIVE
/CRITERIA=ALPHA(.05)
/DESIGN=PERLAKUAN. [DataSet0]
Between-Subjects Factors
Value Label N
PERLAKUAN 0 P0 KONTROL 5
1 P1 UMBI BUNGA DAHLIA
0.8% 5
2 P2 UMBI BUNGA DAHLIA
1.00% 5
3 P3 UMBI BUNGA DAHLIA
1.2% 5
Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:PERSENTASE.KARKAS
Source Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 121.093a 3 40.364 2.336 .112
Intercept 98240.948 1 98240.948 5.684E3 .000
PERLAKUAN 121.093 3 40.364 2.336 .112
Error 276.524 16 17.283
Total 98638.565 20
Corrected Total 397.617 19
a. R Squared = .305 (Adjusted R Squared = .174)
Descriptive Statistics
Dependent Variable:PERSENTASE.KARKAS
PERLAKUAN Mean Std. Deviation N
P0 KONTROL 66.3700 2.96887 5
P1 UMBI BUNGA DAHLIA 0.8% 73.2920 6.54506 5
P2 UMBI BUNGA DAHLIA 1.00%
70.3140 2.46961 5
P3 UMBI BUNGA DAHLIA 1.2% 70.3680 3.37342 5
Total 70.0860 4.57462 20
44
Post Hoc Tests PERLAKUAN
Multiple Comparisons Dependent Variable:PERSENTASE KARKAS
(I) PERLAKUAN (J) PERLAKUAN Mean
Difference (I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
LSD P0 KONTROL P1 UMBI BUNGA DAHLIA 0.8%
-6.9220* 2.62928 .018 -12.4958 -1.3482
P2 UMBI BUNGA DAHLIA 1.00%
-3.9440 2.62928 .153 -9.5178 1.6298
P3 UMBI BUNGA DAHLIA 1.2%
-3.9980 2.62928 .148 -9.5718 1.5758
P1 UMBI BUNGA DAHLIA 0.8%
P0 KONTROL 6.9220* 2.62928 .018 1.3482 12.4958
P2 UMBI BUNGA DAHLIA 1.00%
2.9780 2.62928 .274 -2.5958 8.5518
P3 UMBI BUNGA DAHLIA 1.2%
2.9240 2.62928 .283 -2.6498 8.4978
P2 UMBI BUNGA DAHLIA 1.00%
P0 KONTROL 3.9440 2.62928 .153 -1.6298 9.5178
P1 UMBI BUNGA DAHLIA 0.8%
-2.9780 2.62928 .274 -8.5518 2.5958
P3 UMBI BUNGA DAHLIA 1.2%
-.0540 2.62928 .984 -5.6278 5.5198
P3 UMBI BUNGA DAHLIA 1.2%
P0 KONTROL 3.9980 2.62928 .148 -1.5758 9.5718
P1 UMBI BUNGA DAHLIA 0.8%
-2.9240 2.62928 .283 -8.4978 2.6498
P2 UMBI BUNGA DAHLIA 1.00%
.0540 2.62928 .984 -5.5198 5.6278
Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = 17.283.
*. The mean difference is significant at the .05 level.
Homogeneous Subsets
PERSENTASE.KARKAS
PERLAKUAN N
Subset
1 2
Duncana P0 KONTROL 5 66.3700
P2 UMBI BUNGA DAHLIA 1.00%
5 70.3140 70.3140
P3 UMBI BUNGA DAHLIA 1.2% 5 70.3680 70.3680
P1 UMBI BUNGA DAHLIA 0.8% 5 73.2920
Sig. .168 .299
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 17.283.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.
45
Lampiran 2. Hasil analisis ragam nilai persentase lemak abdominal broiler yang diberi tepung umbi bunga dahlia (dahlia variabillis).
UNIANOVA PERSN.LEMAK.ABDOMINAL BY PERLAKUAN /METHOD=SSTYPE(3) /INTERCEPT=INCLUDE /POSTHOC=PERLAKUAN(DUNCAN LSD) /EMMEANS=TABLES(OVERALL) /PRINT=DESCRIPTIVE /CRITERIA=ALPHA(.05) /DESIGN=PERLAKUAN. [DataSet0]
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:PERSN.L.A
Source Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model .069a 3 .023 .035 .991
Intercept 85.450 1 85.450 131.673 .000
PERLAKUAN .069 3 .023 .035 .991
Error 10.383 16 .649
Total 95.902 20
Corrected Total 10.452 19
a. R Squared = .007 (Adjusted R Squared = -.180)
Between-Subjects Factors
Value Label N
PERLAKUAN 0 P0 KONTROL 5
1 P1 UMBI BUNGA DAHLIA
0.8% 5
2 P2 UMBI BUNGA DAHLIA
1.00% 5
3 P3 UMBI BUNGA DAHLIA
1.2% 5
Descriptive Statistics
Dependent Variable:PERSN.L.A
PERLAKUAN Mean Std. Deviation N
P0 KONTROL 2.1540 .52324 5
P1 UMBI BUNGA DAHLIA 0.8% 1.9940 .65519 5
P2 UMBI BUNGA DAHLIA 1.00%
2.0400 .96039 5
P3 UMBI BUNGA DAHLIA 1.2% 2.0800 .98509 5
Total 2.0670 .74170 20
46
Post Hoc Tests PERLAKUAN
Multiple Comparisons
Dependent Variable:PERSN.L.A
(I) PERLAKUAN (J) PERLAKUAN
Mean Difference
(I-J) Std.
Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound
Upper Bound
LSD P0 KONTROL P1 UMBI BUNGA DAHLIA 0.8%
.1600 .50949 .758 -.9201 1.2401
P2 UMBI BUNGA DAHLIA 1.00%
.1140 .50949 .826 -.9661 1.1941
P3 UMBI BUNGA DAHLIA 1.2%
.0740 .50949 .886 -1.0061 1.1541
P1 UMBI BUNGA DAHLIA 0.8%
P0 KONTROL -.1600 .50949 .758 -1.2401 .9201
P2 UMBI BUNGA DAHLIA 1.00%
-.0460 .50949 .929 -1.1261 1.0341
P3 UMBI BUNGA DAHLIA 1.2%
-.0860 .50949 .868 -1.1661 .9941
P2 UMBI BUNGA DAHLIA 1.00%
P0 KONTROL -.1140 .50949 .826 -1.1941 .9661
P1 UMBI BUNGA DAHLIA 0.8%
.0460 .50949 .929 -1.0341 1.1261
P3 UMBI BUNGA DAHLIA 1.2%
-.0400 .50949 .938 -1.1201 1.0401
P3 UMBI BUNGA DAHLIA 1.2%
P0 KONTROL -.0740 .50949 .886 -1.1541 1.0061
P1 UMBI BUNGA DAHLIA 0.8%
.0860 .50949 .868 -.9941 1.1661
P2 UMBI BUNGA DAHLIA 1.00%
.0400 .50949 .938 -1.0401 1.1201
Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = .649.
Homogeneous Subsets PERSNTASE.LEMAK.ABDOMINAL
PERLAKUAN N
Subset
1
Duncana P1 UMBI BUNGA DAHLIA 0.8% 5 1.9940
P2 UMBI BUNGA DAHLIA 1.00%
5 2.0400
P3 UMBI BUNGA DAHLIA 1.2% 5 2.0800
P0 KONTROL 5 2.1540
Sig. .777
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = .649.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.
47
Lampiran 3. Hasil analisis ragam nilai persentase potongan karkas sayap broiler yang diberi tepung umbi bunga dahlia (dahlia variabillis)
UNIANOVA PERSENTASE.SAYAP BY PERLAKUAN
/METHOD=SSTYPE(3)
/INTERCEPT=INCLUDE
/POSTHOC=PERLAKUAN(DUNCAN LSD)
/EMMEANS=TABLES(OVERALL)
/PRINT=DESCRIPTIVE
/CRITERIA=ALPHA(.05)
/DESIGN=PERLAKUAN.
Descriptive Statistics
Dependent Variable:PERSN.SAYAP
PERLAKUAN Mean Std. Deviation N
P0 KONTROL 12.0600 .51706 5
P1 UMBI BUNGA DAHLIA 0.8% 11.7940 .43339 5
P2 UMBI BUNGA DAHLIA 1.00%
11.4380 .43471 5
P3 UMBI BUNGA DAHLIA 1.2% 10.3420 .61755 5
Total 11.4085 .81624 20
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:PERSENTASE.SAYAP
Source Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 8.557a 3 2.852 11.125 .000
Intercept 2603.077 1 2603.077 1.015E4 .000
PERLAKUAN 8.557 3 2.852 11.125 .000
Error 4.102 16 .256
Total 2615.736 20
Corrected Total 12.659 19
a. R Squared = .676 (Adjusted R Squared = .615)
Between-Subjects Factors
Value Label N
PERLAKUAN 0 P0 KONTROL 5
1 P1 UMBI BUNGA DAHLIA
0.8% 5
2 P2 UMBI BUNGA DAHLIA
1.00% 5
3 P3 UMBI BUNGA DAHLIA
1.2% 5
48
Post Hoc Tests PERLAKUAN
Multiple Comparisons
Dependent Variable:PERSNTASE.SAYAP
(I) PERLAKUAN (J) PERLAKUAN
Mean Difference
(I-J) Std.
Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound
Upper Bound
LSD P0 KONTROL P1 UMBI BUNGA DAHLIA 0.8%
.2660 .32024 .418 -.4129 .9449
P2 UMBI BUNGA DAHLIA 1.00%
.6220 .32024 .070 -.0569 1.3009
P3 UMBI BUNGA DAHLIA 1.2%
1.7180* .32024 .000 1.0391 2.3969
P1 UMBI BUNGA DAHLIA 0.8%
P0 KONTROL -.2660 .32024 .418 -.9449 .4129
P2 UMBI BUNGA DAHLIA 1.00%
.3560 .32024 .283 -.3229 1.0349
P3 UMBI BUNGA DAHLIA 1.2%
1.4520* .32024 .000 .7731 2.1309
P2 UMBI BUNGA DAHLIA 1.00%
P0 KONTROL -.6220 .32024 .070 -1.3009 .0569
P1 UMBI BUNGA DAHLIA 0.8%
-.3560 .32024 .283 -1.0349 .3229
P3 UMBI BUNGA DAHLIA 1.2%
1.0960* .32024 .003 .4171 1.7749
P3 UMBI BUNGA DAHLIA 1.2%
P0 KONTROL -1.7180* .32024 .000 -2.3969 -1.0391
P1 UMBI BUNGA DAHLIA 0.8%
-1.4520* .32024 .000 -2.1309 -.7731
P2 UMBI BUNGA DAHLIA 1.00%
-1.0960* .32024 .003 -1.7749 -.4171
Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = .256.
*. The mean difference is significant at the .05 level.
Homogeneous Subsets
PERSENTASE.SAYAP
PERLAKUAN N
Subset
1 2
Duncana P3 UMBI BUNGA DAHLIA 1.2% 5 10.3420
P2 UMBI BUNGA DAHLIA 1.00%
5
11.4380
P1 UMBI BUNGA DAHLIA 0.8% 5 11.7940
P0 KONTROL 5 12.0600
Sig. 1.000 .083
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .256.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.
49
Lampiran 4. Hasil analisis ragam nilai persentase potongan karkas paha broiler yang diberi tepung umbi bunga dahlia (dahlia variabillis)
UNIANOVA PERSEN.PAHA BY PERLAKUAN /METHOD=SSTYPE(3) /INTERCEPT=INCLUDE /POSTHOC=PERLAKUAN(DUNCAN LSD) /EMMEANS=TABLES(OVERALL) /PRINT=DESCRIPTIVE /CRITERIA=ALPHA(.05) /DESIGN=PERLAKUAN. [DataSet0]
Descriptive Statistics
Dependent Variable:PERSEN.PAHA
PERLAKUAN Mean Std. Deviation N
P0 KONTROL 24.4000 1.24573 5
P1 UMBI BUNGA DAHLIA 0.8% 25.1320 1.38475 5
P2 UMBI BUNGA DAHLIA 1.00%
25.6300 1.06153 5
P3 UMBI BUNGA DAHLIA 1.2% 27.5780 .93243 5
Total 25.6850 1.61539 20
Between-Subjects Factors
Value Label N
PERLAKUAN 0 P0 KONTROL 5
1 P1 UMBI BUNGA DAHLIA 0.8%
5
2 P2 UMBI BUNGA DAHLIA 1.00%
5
3 P3 UMBI BUNGA DAHLIA 1.2%
5
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:PERSEN.PAHA
Source Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 27.718a 3 9.239 6.762 .004
Intercept 13194.384 1 13194.384 9.656E3 .000
PERLAKUAN 27.718 3 9.239 6.762 .004
Error 21.863 16 1.366 Total 13243.965 20
Corrected Total 49.580 19 a. R Squared = .559 (Adjusted R Squared = .476)
50
Post Hoc Tests PERLAKUAN
Multiple Comparisons
Dependent Variable:PERSENTASE.PAHA
(I) PERLAKUAN (J) PERLAKUAN
Mean Difference (I-
J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
LSD P0 KONTROL P1 UMBI BUNGA DAHLIA 0.8%
-.7320 .73930 .337 -2.2992 .8352
P2 UMBI BUNGA DAHLIA 1.00%
-1.2300 .73930 .116 -2.7972 .3372
P3 UMBI BUNGA DAHLIA 1.2%
-3.1780* .73930 .001 -4.7452 -1.6108
P1 UMBI BUNGA DAHLIA 0.8%
P0 KONTROL .7320 .73930 .337 -.8352 2.2992
P2 UMBI BUNGA DAHLIA 1.00%
-.4980 .73930 .510 -2.0652 1.0692
P3 UMBI BUNGA DAHLIA 1.2%
-2.4460* .73930 .004 -4.0132 -.8788
P2 UMBI BUNGA DAHLIA 1.00%
P0 KONTROL 1.2300 .73930 .116 -.3372 2.7972
P1 UMBI BUNGA DAHLIA 0.8%
.4980 .73930 .510 -1.0692 2.0652
P3 UMBI BUNGA DAHLIA 1.2%
-1.9480* .73930 .018 -3.5152 -.3808
P3 UMBI BUNGA DAHLIA 1.2%
P0 KONTROL 3.1780* .73930 .001 1.6108 4.7452
P1 UMBI BUNGA DAHLIA 0.8%
2.4460* .73930 .004 .8788 4.0132
P2 UMBI BUNGA DAHLIA 1.00%
1.9480* .73930 .018 .3808 3.5152
Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = 1.366.
*. The mean difference is significant at the .05 level.
Homogeneous Subsets
PERSENTASE.PAHA
PERLAKUAN N
Subset
1 2
Duncana P0 KONTROL 5 24.4000
P1 UMBI BUNGA DAHLIA 0.8% 5 25.1320
P2 UMBI BUNGA DAHLIA 1.00% 5 25.6300
P3 UMBI BUNGA DAHLIA 1.2% 5 27.5780
Sig. .133 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 1.366.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.
51
Lampiran 5. Hasil analisis ragam nilai persentase potongan karkas dada broiler yang diberi tepung umbi bunga dahlia (dahlia variabillis)
UNIANOVA PERSNTASE.DADA BY PERLAKUAN /METHOD=SSTYPE(3) /INTERCEPT=INCLUDE /POSTHOC=PERLAKUAN(DUNCAN LSD) /EMMEANS=TABLES(OVERALL) /PRINT=DESCRIPTIVE /CRITERIA=ALPHA(.05) /DESIGN=PERLAKUAN. [DataSet0]
Between-Subjects Factors
Value Label N
PERLAKUAN 0 P0 KONTROL 5
1 P1 UMBI BUNGA DAHLIA
0.8% 5
2 P2 UMBI BUNGA DAHLIA
1.00% 5
3 P3 UMBI BUNGA DAHLIA
1.2% 5
Descriptive Statistics
Dependent Variable:PERSN.DADA
PERLAKUAN Mean Std. Deviation N
P0 KONTROL 25.0580 1.53910 5
P1 UMBI BUNGA DAHLIA 0.8% 29.7300 .48667 5
P2 UMBI BUNGA DAHLIA 1.00% 28.5460 .94791 5
P3 UMBI BUNGA DAHLIA 1.2% 29.5100 2.07710 5
Total 28.2110 2.31148 20
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:PERSN.DADA
Source Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 70.242a 3 23.414 11.979 .000
Intercept 15917.210 1 15917.210 8.143E3 .000
PERLAKUAN 70.242 3 23.414 11.979 .000
Error 31.274 16 1.955
Total 16018.727 20
Corrected Total 101.516 19
a. R Squared = .692 (Adjusted R Squared = .634)
52
Post Hoc Tests PERLAKUAN
Multiple Comparisons Dependent
Variable:PERSTASEN.DADA
(I) PERLAKUAN (J) PERLAKUAN
Mean Difference (I-
J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound
Upper Bound
LSD P0 KONTROL P1 UMBI BUNGA DAHLIA 0.8% -4.6720* .88423 .000 -6.5465 -2.7975
P2 UMBI BUNGA DAHLIA 1.00% -3.4880* .88423 .001 -5.3625 -1.6135
P3 UMBI BUNGA DAHLIA 1.2% -4.4520* .88423 .000 -6.3265 -2.5775
P1 UMBI BUNGA DAHLIA 0.8%
P0 KONTROL 4.6720* .88423 .000 2.7975 6.5465 P2 UMBI BUNGA DAHLIA 1.00% 1.1840 .88423 .199 -.6905 3.0585
P3 UMBI BUNGA DAHLIA 1.2% .2200 .88423 .807 -1.6545 2.0945
P2 UMBI BUNGA DAHLIA 1.00%
P0 KONTROL 3.4880* .88423 .001 1.6135 5.3625 P1 UMBI BUNGA
DAHLIA 0.8% -1.1840 .88423 .199 -3.0585 .6905
P3 UMBI BUNGA DAHLIA 1.2% -.9640 .88423 .292 -2.8385 .9105
P3 UMBI BUNGA DAHLIA 1.2%
P0 KONTROL 4.4520* .88423 .000 2.5775 6.3265 P1 UMBI BUNGA
DAHLIA 0.8% -.2200 .88423 .807 -2.0945 1.6545
P2 UMBI BUNGA DAHLIA 1.00% .9640 .88423 .292 -.9105 2.8385
Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = 1.955.
*. The mean difference is significant at the .05 level. Homogeneous Subsets
PERSN.DADA
PERLAKUAN N
Subset
1 2
Duncana P0 KONTROL 5 25.0580
P2 UMBI BUNGA DAHLIA 1.00%
5
28.5460
P3 UMBI BUNGA DAHLIA 1.2% 5 29.5100
P1 UMBI BUNGA DAHLIA 0.8% 5 29.7300
Sig. 1.000 .222
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 1.955.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.
53
Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian
54
55
56
57
58
59
RIWAYAT HIDUP
Rita Massolo, lahir di Banyuwangi pada tanggal 18 April
1994, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, buah hati
dari pasangan Bapak Dawa Massolo dan Ibu Yayuk
Susilowati.
Jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh adalah
sebagai murid akademik di SD Inpres Timika IV Mimika Papua. Kemudian
setelah lulus tahun 2006, melanjutkan studi Sekolah Menengah Pertama di SMP
Negeri V Mimika Papua lulus tahun 2009 dan melanjutkan di Sekolah Menengah
Kejuruan di SMK Negeri 2 Mapurujaya Mimika Papua, lulus pada tahun 2012.
Setelah menyelesaikan Sekolah Menengah Kejuruan, pada tahun yang
sama penulis diterima di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) melalui jalur ujian tes
tertulis Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Fakultas
Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makasssar. Selama berada di bangku
perkuliahan, selain penulis sempat aktif sebagai asisten laboratorium di
Laboratorium Bahan Makanan Ternak dan Laboratorium Ransum Unggas Non
Ruminansia, penulis juga sempat menjadi pengurus di Himpunan Mahasiswa
Nutrisi dan Makanan Ternak Universitas Hasanuddin.