digilib.uns.ac.id...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id tesis program studi linguistik minat...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
Analisis Teknik Dan Kualitas Terjemahan
Kalimat Tanya pada Subtitle Film Sherlock Holmes
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program
Linguistik Minat Utama Linguistik Terapan Bidang Penerjemahan
Oleh:
Ika Oktaria Cahyaningrum
NIM.S130809008
PROGRAM STUDI LINGUISTIK
MINAT UTAMA LINGUISTIK PENERJEMAHAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
Analisis Teknik Dan Kualitas Terjemahan
Kalimat Tanya pada Subtitle Film Sherlock Holmes
Disusun oleh:
Ika Oktaria Cahyaningrum
S130809008
Telah Disetujui oleh Tim Pembimbing
Pada tanggal: 2013
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Drs. M.R. Nababan, M.Ed., M.A., Ph.D Dr. Tri Wiratno, M.A
NIP. 196303281992011001 NIP. 196109141987031001
Mengetahui
Ketua Program Studi Linguistik
Prof. Drs. M.R. Nababan, M.Ed., M.A., Ph.D
NIP. 196303281992011001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
Analisis Teknik Dan Kualitas Terjemahan
Kalimat Tanya pada Subtitle Film Sherlock Holmes
Disusun oleh:
Ika Oktaria Cahyaningrum
S130809008
Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji
Pada tanggal: 2013
Jabatan Nama Tanda tangan
Ketua : Prof. Dr. Djatmika, M.A. .…………….
Sekretaris : Dra. Diah Kristina, M.A., Ph.D. ……………..
Anggota Penguji: 1. Prof. Dr. MR. Nababan, M.Ed., M.A., Ph.D ……………..
2. Dr. Tri Wiratno, M.A ……………..
Mengetahui,
Direktur Pascasarjana UNS Ketua Program Studi Linguistik
Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S Prof. Drs. M.R. Nababan, M.Ed., M.A., Ph.D
NIP. 196107171986011001 NIP. 196303281992011001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
Nama : Ika Oktaria Cahyaningrum
NIM : S130809008
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul “Analisis Teknik
dan Kualitas Terjemahan Kalimat Tanya pada Subtitle Film Sherlock Holmes”
adalah benar-benar karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya yang
terdapat dalam tesis ini diberi tanda citasi dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari pernyataan saya tersebut terbukti tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang
diperoleh dari tesis tersebut.
Surakarta, 2013
Yang membuat pernyataan,
Ika Oktaria Cahyaningrum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PERSEMBAHAN
Tesis ini penulis persembahkan untuk:
Suami dan Putri kecilku tercinta
Bapak dan Ibuku tersayang
Keluarga Besarku yang kubanggakan
Sahabat-sahabatku teman seperjuangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MOTTO
Awali hidup dan semua usaha dengan doa kepada
ALLAH SWT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil „alamin. Segala puji dan syukur kepada Allah SWT
atas petunjuk, bimbingan, serta pertolonganNYA sehingga penulis bisa
menyelesaikan penelitian ini.
Dengan tulus penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S., Direktur Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret Surakarta,
2. Prof. Drs. M.R. Nababan, M.Ed., M.A., Ph.D, Ketua Program Studi
Linguistik Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta
sekaligus sebagai pembimbing I yang telah menyediakan waktu,
kemudahan, serta bimbingan dan saran dalam menyelesaikan tesis ini,
3. Dr. Tri Wiratno M.A., selaku pembimbing II yang telah memberikan
waktu, kemudahan dan bimbingan serta sarannya selama proses penulisan
tesis ini.
4. Prof. Dr. Djatmika, M.A. dan Dra. Diah Kristina, M.A., Ph.D. selaku ketua
dan sekertaris tim penguji yang telah memberikan masukan yang berharga
demi perbaikan tesis ini.
5. Prof. Dr. Sri Samiati Tarjana, Drs. Riyadi Santosa, M.Ed., Ph.D., dan
semua dosen Pascasarjana UNS yang mengampu pada Program Studi S2
Linguistik minat utama Penerjemahan yang telah memberikan ilmu-
ilmunya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
6. Semua karyawan perpustakaan dan biro administrasi yang telah memberi
bantuan demi kelancaran penulisan tesis ini,
7. Suami tercinta, putri kecilku tersayang dan kedua orang tuaku yang tak
pernah letih dan lupa dalam memberikan doa, semangat, nasihat, dan
dukungan.
8. Sahabat-sahabat dan teman-teman LP 2009: Mita, Agustin, Prima, Mbak
Beta, Bu Titik, Bu Dewi, Reni, Mbak Fella, Pak Yahya, Mas Bayu, dan
Mas Rahmat yang telah memberikan saran, semangat, inspirasi dan juga
bantuan selama masa kuliah dan proses penulisan tesis, serta semua yang
tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah dan selalu memberikan
bantuan, inspirasi, semangat, dan doa kepada penulis.
Dalam kesempatan ini tidak ada yang bisa penulis sampaikan selain
ucapan terima kasih yang tulus. Teriring doa semoga rahmat dan hidayah Allah
SWT senantiasa tercurah kepada mereka atas kebaikan yang diberikan kepada
penulis. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan dalam
studi penerjemahan.
Surakarta, 2013
Ika Oktaria Cahyaningrum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
ABSTRAK
Ika Oktaria Cahyaningrum. S130809008. 2013. Analisis Teknik dan Kualitas
Terjemahan Kalimat Tanya pada Subtitle Film Sherlock Holmes. Tesis.
Pascasarjana Program Magister Linguistik, Minat Utama Penerjemahan.
Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Pembimbing: (1) Prof. Drs. M.R.
Nababan, M.Ed., M.A., Ph.D. (2) Dr. Tri Wiratno, M.A
Seiring dengan perkembangan perfilman yang semakin pesat maka
tuntutan akan adanya terjemahan filmpun semakin tinggi. Penerjemahan subtitle
pada film lebih banyak dinikmati karena tidak mengurangi kualitas dari keaslian
film itu sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan jenis dan fungsi
pragmatis kalimat tanya yang terdapat dalam teks bahasa sumber,
mengidentifikasi teknik penerjemahan yang digunakan dan mengungkapkan
dampak dari penggunaan teknik tersebut terhadap kualitas subtitle dari segi aspek
keakuratan (accuracy), keberterimaan (acceptability), serta keterbacaan
(readabilty).
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif terpancang untuk
kasus tunggal. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa
dokumen yang berupa transkrip film Sherlock Holmes beserta teks terjemahanya
(subtitle) dalam Bahasa Indonesia dan berupa informasi yang didapat dari
responden atau rater. Pengumpulan data dilakukan melalui identifikasi teknik dan
kualitas dari pengkajian dokumen, penyebaran kuesioner dan wawancara
mendalam. Pemilihan sampel data dilakukan bersamaan dengan proses
pengumpulan data. Model analisis sesuai dengan model analisis etnografi yang
diusulkan oleh Spradley.
Hasil analisis menunjukkan terdapat tiga jenis kalimat tanya yaitu WH
question (51,23%), yes-no question (46,28%), dan alternative question (2,47%).
Sebagian besar fungsi pragmatis kalimat tanya pada subtitle tersebut adalah
sebagai rhetoric question dengan prosentase sebesar 56,19% karena tidak saja
untuk menanyakan sebuah informasi semata akan tetapi juga memiliki fungsi
untuk mengungkapkan rasa emosional yang lain. Terdapat 11 teknik yang
digunakan dalam menerjemahkan kalimat tanya pada subtitle film Sherlock
Holmes dengan urutan panggunaan teknik sebagai berikut: teknik literal (29,75%),
transposisi (16,52%), linguistik kompresi (9,09%), linguistik amplifikasi (8,26%),
modulasi dan amplifikasi (7,43%), reduksi (6,61%), partikulasi (4,95%),
peminjaman (4,13%), padanan lazim (3,30%), dan kreasi diskursif (2,47%).
Dampak dari penggunaan teknik terhadap kualitas terjemahan dari nilai overall
quality 2, 82 dengan nilai rata-rata keakuratan terjemahan 2, 74, keberterimaan 2,
88 dan keterbacaan 2, 98. Hal ini mengidentifikasi bahwa subtitle film ini
memiliki kualitas keakuratan, keberterimaan dan keterbacaan yang baik. Teknik
penerjemahan yang memberikan kontribusi positif terhadap kualitas terjemahan
untuk kalimat tanya jenis WH question adalah teknik linguistik amplifikasi,
modulasi, partikulasi, peminjaman dan kreasi diskursif. Jenis kalimat tanya Yes-no
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
question terdapat dua teknik yaitu teknik partikulasi dan peminjaman. Sedangkan
untuk jenis kalimat tanya alternative question , keseluruhan teknik memberikan
dampak positif pada kualitas terjemahan yang dihasilkan.
Terdapat ketentuan-ketentuan dalam penerjemahan subtitling yakni berupa
pembatasan waktu dan tempat. Adanya ketentuan tersebut, seringkali teknik
penghilangan dan teknik penambahan menjadi solusi dalam menghasilkan subtitle
yang singkat, padat atau bahkan bisa ditambahkan informasi-informasi agar lebih
jelas dalam penyampaian pesannya. Di lain pihak, dampak penggunaan teknik ini
juga dapat memberikan dampak negatif pada kualitas terjemahan. Dengan kata
lain penerjemah dituntut agar lebih cermat lagi dalam menerapkan teknik-teknik
tersebut, sehingga dapat menghasilkan terjemahan yang akurat, berterima dan
mudah difahami
Kata Kunci: subtitle, kalimat tanya, teknik penerjemahan, kualitas terjemahan,
keakuratan, keberterimaan dan keterbacaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
ABSTRACT
Ika Oktaria Cahyaningrum. S130809008. 2013. Analisis Teknik dan Kualitas
Terjemahan Kalimat Tanya pada Subtitle Film Sherlock Holmes. Tesis.
Pascasarjana Program Magister Linguistik, Minat Utama Penerjemahan.
Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Pembimbing: (1) Prof. Drs. M.R.
Nababan, M.Ed., M.A., Ph.D. (2) Dr. Tri Wiratno, M.A
The impact of progressing movie‟s development makes increasing movie
translation. Subtitling becomes main option because itsn‟t reduce the quality of
the movie it self. The aims of the research are to describing the types and fuctions
of questions in source text, identifying the translation tecniques applied, and
discovering subtitle‟s quality as the impact of techniques in terms of accuracy,
acceptability, and readability.
This research is a descriptive, qualitative research, and focuses on a single
case. The source of data is the film transcript of Sherlock Holmes and its subtitle
in Indonesian, and the information collected from respondents/rater. Techniques
of collecting data are document analysis, questionnaire distribution, and in-depth
interview. During the data collection process, the analysis was also conducted.
The model of the analysis was conducted at the same time during the data
collection. The model of analysis was ethnographic analysis as proposed by
Spradley.
The result of the analysis shows that there are three kinds of questions
namely Wh question, Yes-no question and Alternative question. The pragmatics
uctions of questions are mostly as rhetorical question with 56,19 %, hence not
only use for asking informations but also to show others emotionals. There are 11
kinds of translation tecnique in translating Sherlock Holmes‟s movie. Based on the
frequencies, the techniques are literal translation (29,75%), transposition
(16,52%), linguistic compression (9,09%), linguistic amplification (8,26%),
modulation and amplification (7,43%), reduction (6,61%), particularization
(4,95%), borrowing (4,13%), established equivalent (3,30%), and discursive
creation (2,47%). The impact of the application of those translation techniques,
toward the translation quality is the overall quality score 2, 82 with the average
score of accuracy 2, 74, acceptability 2, 88, and readability 2, 98. These indicate
that the subtitle has a good quality. The translation techniques which give the
most positive contribution for the WH question‟s types are linguistic
amplification, amplification, particularization, borrowing, and discursive creation.
For Yes-no question types are particularization and borrowing. Alternative
question as the last kinds of question types are the types which is all the
translation tecniques give positive contributions.
Space factor and time factor are ones of the subtitle‟s rules. In relation
with the rules, deletion and addition are required in order to produce an efficient
subtitle or to add any other informations. In the other hand, the impact of this
tecniques is giving bad impact for translation quality. For that reason, translator is
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
suggested to be more carefully on using the tecniques, so that the translator can
produce efficient subtitle in terms accurancy, acceptability, and readability
translation.
Keywords: subtitle, questions, translation technique, translation quality, accuracy,
acceptability and readability.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR ISI
Persetujuan Pembimbing ............................................................................................ ii
Pengesahan Tesis ....................................................................................................... iii
Pernyataan .................................................................................................................. iv
Persembahan ............................................................................................................. v
Motto .......................................................................................................................... vi
Kata Pengantar ........................................................................................................... vii
Abstrak ...................................................................................................................... ix
Abstrack ..................................................................................................................... xi
Daftar Isi .................................................................................................................... xiii
Daftar Gambar ........................................................................................................... xvi
Daftar Tabel .............................................................................................................. xvii
Daftar Lampiran ......................................................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Batasan Masalah .......................................................................................... 9
C. Rumusan Masalah ........................................................................................ 9
D. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 10
E. Manfaat Penelitian........................................................................................ 10
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Kajian Teori
1. Penerjemahan .......................................................................................... 12
1.1. Definisi Penerjemahan ................................................................... 12
1.2. Proses Penerjemahan ..................................................................... 14
1.3. Teknik Penerjemahan .................................................................... 16
1.4. Kualitas Terjemahan ...................................................................... 21
2. Kalimat Tanya........... .............................................................................. 23
2.1. Definisi Kalimat Tanya .................................................................. 23
2.2. Jenis Kalimat Tanya ...................................................................... 24
2.3. Fungsi Kalimat Tanya .................................................................... 31
2.4. Kalimat Tanya dalam Bahasa Indonesia ........................................ 35
2.5. Kalimat Tanya dan Penerjemahan Pragmatik ................................ 37
3. Penerjemahan Subtitle ............................................................................. 39
3.1. Definisi Subtitle ............................................................................. 39
3.2. Standardisasi Subtitling ................................................................. 41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
3.3 Sekilas Film Sherlock Holmes ....................................................... 44
4. Penelitian yang Relevan .......................................................................... 45
B. Kerangka Pikir ............................................................................................. 47
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ............................................................................................ 49
B. Data dan Sumber Data ................................................................................. 50
C. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 52
D. Teknik Cuplikan .......................................................................................... 55
E. Validitas Data .............................................................................................. 56
F. Teknik Analisis Data ................................................................................... 58
G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ................................................................. 59
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Penelitian
1. Penggunaan jenis-jenis Kalimat Tanya dan fungsi pragmatis Kalimat
Tanya ................................................................................................ 61
1.1. WH question beserta fungsi pragmatis ............................................... 63
1.2. Yes-no question beserta fungsi pragmatis........................................... 66
1.3. Alternative question beserta fungsi pragmatis .................................... 68
2. Teknik Penerjemahan ................................................................................... 70
2.1. Teknik Literal ..................................................................................... 71
2.2. Teknik Transposisi ............................................................................. 72
2.3. Teknik Kompresi Linguistik ............................................................... 74
2.4. Teknik Amplifikasi Linguistik ........................................................... 75
2.5. Teknik Modulasi ................................................................................. 76
2.6. Teknik Amplifikasi ............................................................................. 78
2.7. Teknik Reduksi ................................................................................... 79
2.8. Teknik Partikulasi ............................................................................... 80
2.9. Teknik Peminjaman ............................................................................ 81
2.10. Teknik Padanan Lazim ....................................................................... 83
2.11. Teknik Kreasi Diskursif ..................................................................... 84
3. Kualitas Terjemahan ..................................................................................... 85
1. Keakuratan ............................................................................................. 86
1.1. Terjemahan Akurat ........................................................................ 87
1.2. Terjemahan Kurang Akurat ........................................................... 89
2. Keberterimaan ........................................................................................ 92
2.1. Terjemahan Berterima ................................................................... 93
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
2.2. Terjemahan Kurang Berterima ...................................................... 95
3. Keterbacaan ............................................................................................ 97
3.1. Tingkat Keterbacaan Tinggi .......................................................... 99
3.2. Tingkat Keterbacaan Sedang ......................................................... 100
B. Pembahasan ................................................................................................ 102
1. Pemakaian teknik penerjemahan pada kalimat tanya jenis
Yes-no question ....................................................................................... 103
2. Pemakaian teknik penerjemahan pada kalimat tanya jenis
WH question ............................................................................................ 114
3. Pemakaian teknik penerjemahan pada kalimat tanya jenis
Alternative question................................................................................. 123
4. Dampak pemakaian teknik penerjemahan terhadap kualitas terjemahan
Kalimat tanya pada subtitle film Sherlock Holmes ................................. 124
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan ................................................................................................ 129
B.Saran ........................................................................................................... 131
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 133
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Proses Penerjemahan Nida dan Taber ................................................... 14
Gambar 2.2. Proses penerjemahan menurut Suryawinata dan Hariyanto .................. 15
Gambar 2.3. Kerangka Pikir....................................................................................... 48
Gambar 3.1. Skema Trianggulasi Data ...................................................................... 57
Gambar 3.1. Skema Trianggulasi Metode.................................................................. 57
Gambar 4.1. Diagram Tingkat Keakuratan ................................................................ 92
Gambar 4.2. Diagram Tingkat Keberterimaan ........................................................... 97
Gambar 4.3. Diagram Tingkat Keterbacaan .............................................................. 102
Gambar 4.4. Diagram Hasil Kualitas Terjemahan Kalimat Tanya
pada Subtitle film SH 109 ................................................................. 128
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Contoh kalimat tanya Yes-no question beserta fungsi dan teknik ............. 4
Tabel 1.2. Contoh kalimat tanya WH question beserta fungsi dan teknik ................. 5
Tabel 1.3. Contoh kalimat tanya WH question beserta fungsi dan teknik ................. 6
Tabel 3.1. Skala penilaian keakuratan ....................................................................... 53
Tabel 3.2. Skala penilaian keberterimaan .................................................................. 54
Tabel 3.3. Skala penilaian keterbacaan ...................................................................... 54
Tabel 3.4. Kalimat yang termasuk ke dalam data penelitian ..................................... 58
Tabel 3.5. Kalimat yang tidak termasuk ke dalam data penelitian ............................ 58
Tabel 3.6. Klasifikasi jenis, fungsi, dan teknik kalimat tanya ................................... 58
Tabel 3.7. Analisis penilaian kualitas terjemahan ...................................................... 59
Tabel 4.1. Jenis dan fungsi kalimat tanya pada subtitle film SH ............................... 62
Tabel 4.2. Kalimat tanya WH question ...................................................................... 63
Tabel 4.3. Kalimat tanya Yes-no question .................................................................. 66
Tabel 4.4. Kalimat tanya Alternative question .......................................................... 69
Tabel 4.5. Penggunaan teknik dan frekuensi pemakaiannya ..................................... 71
Tabel 4.6. Contoh penggunaan teknik literal ............................................................. 72
Tabel 4.7. Contoh penggunaan teknik transposisi ..................................................... 73
Tabel 4.8. Contoh penggunaan teknik kompresi linguistik ....................................... 74
Tabel 4.9. Contoh penggunaan teknik amplifikasi linguistik .................................... 75
Tabel 4.10. Contoh penggunaan teknik modulasi ...................................................... 77
Tabel 4.11. Contoh penggunaan teknik amplifikasi .................................................. 78
Tabel 4.12. Contoh penggunaan teknik reduksi ......................................................... 79
Tabel 4.13. Contoh penggunaan teknik partikulasi .................................................... 80
Tabel 4.14. Contoh penggunaan teknik peminjaman ................................................. 82
Tabel 4.15. Contoh penggunaan teknik padanan lazim ............................................. 83
Tabel 4.16. Contoh penggunaan teknik kreasi diskursif ............................................ 84
Tabel 4.17. Contoh terjemahan akurat ....................................................................... 87
Tabel 4.18. Contoh terjemahan kurang akurat ........................................................... 89
Tabel 4.19. Contoh terjemahan berterima .................................................................. 93
Tabel 4.20. Contoh terjemahan kurang berterima ...................................................... 95
Tabel 4.21. Contoh keterbacaan tinggi ...................................................................... 99
Tabel 4.22. Contoh keterbacaan sedang ..................................................................... 101
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
Tabel 4.23. Pemakaian teknik pada jenis dan fungsi kalimat tanya
yes-no question ........................................................................................ 104
Tabel 4.24. Pemakaian teknik pada jenis dan fungsi kalimat tanya
WH question ............................................................................................ 115
Tabel 4.25. Pemakaian teknik pada jenis dan fungsi kalimat tanya
Alternative question ................................................................................ 124
Tabel 4.26. Dampak pemakaian teknik penerjemahan pada kalimat tanya
terhadap kualitas penerjemahan .............................................................. 125
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Tabel Rekapitulasi Hasil Penilaian Kualitas Terjemahan Subtitle
Film Sherlock Holmes.. ......................................................................... 136
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Film merupakan salah satu media massa dalam bentuk audio visual yang
digunakan untuk merefleksikan realitas sekaligus menyampaikan suatu informasi
yang dapat dikomsumsi secara mendalam. Allen dan Gomery dalam bukunya
Film History Theory and Practice, film merupakan sebuah penggambaran dari
kondisi sosial sebuah masyarakat, film tersebut diwujudkan dalam bentuk gambar
dan suara sedangkan tema dan cerita berasal dari sebuah penggambaran kondisi
masyarakat itu sendiri (1985:158). Pengertian film kini juga diartikan sebagai
sebuah genre dalam kesenian karena film atau rekaman gambar bergerak dapat
pula ditemukan berbagai jenis seni yang direkam.
Perkembangan film yang semakin pesat mengakibatkan timbul tuntutan
akan adanya terjemahan film yang berkualitas. Terdapat dua jenis terjemahan film
yakni subtitling dan dubbing, keduanya merupakan hasil terjemahan dari suatu
produk film atau proses pengalihan dari bahasa sumber ke bahasa sasaran yang
berbentuk audio visual. Boordwell & Thompson (1990:409) mengatakan “The
most two common form of screen translation are dubbing and subtitling”. Lebih
lanjut Thomson mengatakan “Dubbing as the process of replacing part or all of
the voices on the sountrack in order to correct mistakes or rerecord dialog”.
Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa dubbing atau sulih suara adalah suatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
proses menggantikan suara untuk membetulkan kesalahan-kesalahan yang ada dan
merekam kembali dialog tersebut. Subtitling sedikit berbeda dengan dubbing.
Lebih lanjut Gambier (1993:276) mengatakan “Subtitling is one of two possible
methods for providing the translation of a movie dilaogue, where the original
dialogue soundtrack is left in place and the translation is printed along the bottom
of the film. Dengan kata lain subtitling adalah terjemahan dialog film yang di
tuliskan di bagian bawah pada film tersebut. Dari kedua istilah, dapat disimpulkan
bahwa subtitling dan dubbing sama-sama merupakan suatu proses penerjemahan
dengan mengalihkan pesan dengan cara yang berbeda yaitu dengan sebuah teks
terjemahan tulis yang dimunculkan di bagian bawah layar dan penggantian audio
bahasa sumber ke bahasa sasaran melalui sulih suara dengan baik dan benar.
Pembuatan subtitle sebuah film bukanlah pekerjaan yang mudah karena
dibatasi ruang dan waktu. Profesi penerjemah merupakan profesi yang menuntut
rasa tanggung jawab yang tinggi karena penerjemah adalah pihak yang
menjembatani antara dua budaya yang berbeda. Dalam hal ini, seorang
penerjemah harus paham terhadap film dan konteks yang akan diterjemahkan.
Penerjemahan subtitle lebih banyak diminati karena proses pengalihan pesannya
lebih terasa alami tanpa mengantinya dengan proses sulih suara, sehingga film
yang diminati tidak berkurang kualitasnya, dari segi kealamian suara pada film
tersebut. Dalam menerjemahkan film, kontek situasi dan pemahaman lintas
budaya merupakan bekal utama yang harus dimiliki oleh penerjemah dalam
melakukan pekerjaanya. Film terdapat banyak percakapan yang dimainkan oleh
para pelaku film yang tentunya dalam percakapan itu sendiri terdapat kalimat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
perintah, kalimat tanya dan lain-lain. Sebuah percakapan tidak lepas dari unsur
bertanya dan menjawab, oleh karena itu penulis akan menfokuskan penelitian
pada penerjemahan kalimat tanya dari subtitle film berjudul Sherlock Holmes.
Sherlock Holmes adalah sebuah karya film hasil produksi Wanner Bros
salah satu production house terkemuka di Amerika Serikat, yang menceritakan
sebuah petualangan detektif terkenal Sherlock Holmes yang berasal dari cerita
abad pertengahan di negara Inggris dengan kemampuannya dalam memecahkan
berbagai macam kasus. Setelah dikaji subtitle tersebut, banyak terdapat kalimat
tanya karena latar belakang film tersebut adalah seorang detektif yang lebih
banyak melakukan investigasi, sehingga terdapat banyak percakapan dalam
bentuk tanya jawab dalam dialog. Kalimat tanya merupakan kalimat yang
mengharapkan adanya jawaban secara verbal, jawaban itu dapat berupa
pengakuan, keterangan, alasan atau pendapat dari pihak pendengar atau pembaca
(Chaer, 2009:189). Setelah dikaji lebih lanjut, kalimat tanya dalam bahasa Inggris
terdapat berberapa jenis, tidak hanya berupa yes-no question atau wh question
saja, untuk jenis yes-no question masih terbagi menjadi beberapa macam. Selain
jenisnya juga terdapat fungsi pragmatis yang terkandung dalam kalimat tanya dan
diterjemahkan menjadi bentuk yang lain dalam bahasa Indonesianya. Fokus
permasalahan disini adalah terdapat beberapa kalimat tanya dalam bahasa Inggris
yang berbeda penggunaanya dengan bahasa Indonesia. Pada penerjemahannya
dalam bahasa Indonesia tidak jarang terdapat perubahan struktur ataupun
perubahan makna kalimat. Pemilahan data berupa jenis dan fungsi kalimat tanya
kemudian dianalisa mengenai teknik yang digunakan dalam kalimat tanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Pengunaaan teknik penerjemahan sangatlah mempengaruhi terhadap kualitas
terjemahan yang dihasilkan. Adanya pemakaian teknik seperti teknik reduksi
ataupun penambahan informasi seperti penggunaan teknik amplifikasi menjadikan
ketidaksepadanan makna karena tidak sesuai dengan konteks dari percakapan itu
sendiri. Faktanya aturan baku dalam kebahasaan tidak selamanya diterapkan
dalam bahasa percakapan langsung atau percakapan bahasa sehari-hari. Film ini
merupakan penggambaran ragam budaya termasuk penggunaan bahasa dari para
pelakunya, yang biasanya di setting berdasarkan daerah dan karakter yang
digambarkan dalam film tersebut merupakan refleksi kebiasaan sehari-hari dalam
kehidupan nyata. Untuk memperjelas uraian diatas, berikut ini beberapa contoh
kalimat yang diambil dari film Sherlock Holmes yang selanjutnya akan disingkat
menjadi SH.
Tabel 1.1 : Contoh Kalimat Tanya Yes-no question
No data Bsu Bsa
036 Shall we? Kita minum sekarang?
Contoh kalimat tanya diatas adalah jenis kalimat tanya yes-no question,
yang kemudian diterjemahkan dalam Bsu menjadi “Kita minum sekarang?”.
Terdapat perubahan makna kata dari kata “shall” yang tidak diartikan menjadi
akan atau mau. Bentuk kalimat tanya diatas diterjemahkan ke dalam bentuk
deklaratif yang berfungsi sebagai kalimat tanya. Terdapat perubahan makna
secara linguistik yang kemudian penyampaian ke dalam Bsanya menjadi lebih
rinci dan jelas. Kalimat ini berbentuk kalimat tanya tetapi pada dasarnya bukanlah
suatu pertanyaan. Disini pembicara mempunyai tujuan lain yaitu untuk mengajak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
sebagai upaya untuk mengalihkan pokok pembicaraan mengulas masa lalu Irene
yang kelam. Konteks situasi pada waktu itu adalah Irene yang merupakan mantan
kekasih dari Holmes datang ke apartemenya dengan tujuan untuk membujuk atau
merayu Holmes agar dapat membantunya memecahkan kasus yang ia tangani.
Holmes masih merasa sakit hati terhadap kelakuanya di masa lampau sehingga ia
menyindir dengan mengulas masa lalunya yang telah Irene perbuat terhadapnya.
Irene mencoba mengalihkan pembicaraan dengan menawarinya minum bersama.
Teknik yang digunakan dalam kalimat tanya diatas adalah linguistik
amplifikasi, dengan adanya penambahan unsur-unsur linguistik dalam Bsanya
menjadikan terjemahan yang dihasilkan terasa alamiah dan para pembaca dapat
menangkap pesan dengan mudah. Penerapan teknik ini ditujukan agar pesan yang
disampaikan tidak rancu dan membingungkan, hasilnya tentu akan lain apabila
hanya diartikan sesuai dengan kaidah aturan kebahasaan menjadi “Akankah
kita?”, maka akan menghasilkan terjemahan yang terasa kaku dan kurang alami
dikarenakan penyampaian pesan yang kurang terperinci sehingga menghasilkan
terjemahan yang kurang terbaca.
Tabel 1.2 : Contoh Kalimat Tanya Wh question
No data Bsu Bsa
033 How can I help?
apa aku bisa membantumu?
Beda halnya dengan contoh (2), yang tergolong dalam bentuk Wh
question, penerjemahan pada kata tanya how tidak selalu dimaknai dengan
bagaimana. Kata tanya how dalam bahasa Indonesia tidak memiliki multi fungsi
seperti kata tanya dalam bahasa Inggris yang bisa digunakan untuk menanyakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
jarak, lama waktu, usia dan lain sebagainya. Kalimat tanya diatas pada dasarnya
bukanlah suatu pertanyaan, disini pelaku mempunyai tujuan lain yaitu menyindir.
Konteks situasi pada saat itu, Holmes sedang berkunjung ke penjara dimana Lord
Blackwood ada dalam tahanan, dengan adanya peristiwa yang aneh yang terjadi
selama Blackwood dipenjara menjadikan Holmes merasa terganggu dan terusik
kenyamananya. Penekanan pada kalimat diatas adalah bagaimana sindiran
tersebut dapat diungkapkan secara tegas. Kedatangan Holmes menjadikan
Blackwood percaya diri, dia mengutarakan rasa marahnya dengan melontarkan
sebuah sindiran pada Holmes.
Teknik penerjemahan diatas menggunakan teknik transposisi, terdapat
perubahan secara gramatikal, kata tanya how diartikan menjadi apa. Penerapan
teknik transposisi untuk terjemahan kalimat tanya diatas menjadikan terjemahan
terasa kaku dan kurang alamiah. Meskipun pemadanan makna dalam Bsa yang
berbeda akan tetapi tidak begitu mempengaruhi pembaca dalam menangkap pesan
yang disampaikan. Akan lebih akurat lagi apabila penerjemah menerjemahkan
dengan menggunakan teknik literal, tanpa menggeser atau merubah susunan
gramatikalnya menjadi “Bagaiman aku bisa membantumu?”, sehingga pesan yang
disampaikan lebih akurat dengan mengunakan padanan kata yang sesuai.
Tabel 1.3 : Contoh Kalimat Tanya WH question
No data Bsu Bsa
050 What have we got here? Apa ini?
Pada contoh diatas memiliki kesamaan jenis dengan contoh kalimat tanya
pada tabel 1.2 yaitu termasuk kedalam jenis Wh questions akan tetapi terdapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
pergeseran struktur dan susunan kata pada kalimat tanya diatas yang diartikan
kedalam Bsa menjadi “Apa ini?”. Fungsi pragmatis kalimat tersebut termasuk
kedalam Real Question, kalimat tanya yang berfungsi untuk menanyakan
informasi atau mendapatkan keterangan secara langsung, konteks situasi pada saat
itu, dimana Irene yang waktu itu akan dirampok oleh dua orang laki- laki tetapi ia
bisa membela dirinya sendiri dan mengalahkan perampok tersebut. Disertai
dengan kepercayaan diri yang tinggi, ia berganti membalas perampok tersebut
dengan melecehkan sambil mencari-cari barang hasil rampokan yang lain, yang
kemudian ia dapatkan sebuah dompet dari jaket pencuri tersebut dan
mengambilnya.
Teknik yang digunakan pada contoh ini menggunakan teknik linguistik
kompresi, dimana dengan cara mensitesa elemen-elemen linguistiknya menjadi
lebih sederhana lagi pada Bsanya sehingga menghasilkan terjemahan yang alami
dan berterima. Teknik ini diterapkan agar pembaca mampu menangkap pesan
lebih mudah dan lebih ringkas lagi, tanpa mengurangi pesan ataupun makna yang
disampaikan. Selain itu manfaat dari penggunaan teknik ini menghasilkan
terjemahan dalam Bsa terasa lebih sesuai dan juga tidak melanggar kaidah
penulisan subtitle dimana penulisan subtitle tidak boleh lebih dari 40 karakter.
Ketiga contoh diatas dapat diamati bahwa untuk menganalisa kalimat-
kalimat tanya akan lebih mudah bagi seorang penerjemah untuk mengetahui
konteksnya terlebih dahulu. Perlu diperhatikan apabila dalam kalimat tanya
tersebut kehilangan makna atau terdapat ketidaksesuaian antara Bsu dan Bsa maka
akan fatal akibatnya sehingga pesan dalam konteks tidak tersampaikan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
menjadikan isi juga kualitas dari film tersebut menjadi tidak baik. Penerjemahan
kalimat tanya sebaiknya seorang penerjemah lebih memperhatikan fungsi dari
rhetorical questions untuk memudahkan dalam menerjemahkan
(Larson,1984:236). Seorang penerjemah dianjurkan untuk menentukan terlebih
fungsi dari kalimat tanya itu sendiri, kemudian baru menentukan bentuk
terjemahanya sehingga maknanya akan didapat.
Berdasarkan temuan- temuan diatas, penulis tertarik untuk meneliti lebih
lanjut lagi mengenai penerjemahan kalimat tanya khususnya pada subtitle film
berjudul Sherlock Holmes, yang akan membahas mengenai jenis sakaligus fungsi
kalimat tanya, teknik yang digunakan dalam menerjemahkan kalimat tanya serta
dampak dari penggunaan teknik tersebut terhadap keakuratan, keberterimaan dan
keterbacaan.
Penelitian ini relevan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Anik
Nurhaniah (2008) dengan judul “ Terjemahan Kalimat Tanya pada Percakapan di
dalam Novel Remaja Dear No Body ke dalam Bahasa Indonesia”. Peneliti hanya
memfokuskan pada jenis dan fungsi kalimat tanya saja, selain itu peneliti hanya
melihat tingkat kesepadanan makna saja dari kalimat tanya, dengan demikian
peneliti kurang menyentuh aspek yang lain seperti teknik penerjemahannya dan
kualitas terjemahan yang dihasilkan. Peneliti juga mengambil objek penelitian
pada sebuah novel berjudul Dear No Body, di lain pihak, penulis akan meneliti
tidak saja jenis-jenis kalimat tanya juga termasuk fungsi pragmatis yang
terkandung dalam kalimat tanya tersebut. Di samping itu, penulis juga meneliti
teknik penerjemahan yang digunakan beserta dampaknya terhadap aspek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
keakuratan, keberterimaan dan keterbacaan pada sebuah teks subtitle film berjudul
Sherlock Holmes.
B. Batasan Masalah
Agar tujuan dalam pembuatan tesis ini lebih terarah dan terfokus, perlu
diketahui bahwa penulis hanya membatasi mengkaji subtitle yang terdapat dalam
film Sherlock Holmes yang diproduksi oleh Wanner Bross Picture dalam bentuk
film bioskop maupun DVD dengan durasi waktu penayangan rata-rata sekitar 128
menit. Data yang dianalisis berupa dialog; satuan lingual yang terdiri atas kata,
frasa, klausa, dan kalimat tanya yang mengandung teknik penerjemahan, maupun
unsur lain dalam bentuk tertulis yang merupakan bagian dari film tersebut.
Penelitian ini berfokus pada subtitling atau penerjemahan film yang mengandung
kalimat tanya saja dari Bahasa Inggris sebagai bahasa sumber ke dalam Bahasa
Indonesia sebagai bahasa sasaran maka dialog yang tidak mengandung unsur
kalimat tanya tidak diikutsertakan dalam proses analisis.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang uraian diatas, rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Apa sajakah jenis kalimat tanya dan fungsi pragmatis yang terkandung
dalam kalimat tanya yang terdapat dalam teks subtitle film SH?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
2. Teknik-teknik penerjemahan apa yang digunakan dan alasan yang
mendasari penggunaan teknik tersebut dalam menerjemahkan kalimat
tanya dalam teks subtitle film SH?
3. Bagaimana dampak dari penggunaan teknik-teknik dalam teks subtitle film
SH terhadap keakuratan, keberterimaan dan keterbacaan?
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan permasalahan diatas, penelitian ini bertujuan
untuk:
1. Mengidentifikasi, mendeskripsikan dan mengklarifikasi jenis dan fungsi
kalimat tanya yang terdapat dalam teks subtitle film SH.
2. Mengidentifikasi, mendeskripsikan dan mengklarifikasi teknik-teknik
penerjemahan yang digunakan penerjemah beserta alasan yang
mendasari dalam penggunaan teknik tersebut untuk menerjemahkan
kalimat tanya dalam teks subtitle film SH.
3. Mendeskripsikan dampak dari penggunaan teknik terhadap keakuratan,
keberterimaan dan keterbacaan dalam teks subtitle film SH.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
1. Dapat memberikan pengertian dan pemahaman yang mendalam mengenai
gambaran penggunaan jenis dan fungsi kalimat tanya yang terdapat dalam
subtitle film.
2. Dapat memberikan pengertian dan pemahaman yang lebih detail mengenai
teknik disertai alasan yang mendasari penggunaan teknik tersebut terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
penerjemahan kalimat tanya serta dampak yang ditimbulkan terhadap
kualitas terjemahan khususnya kalimat tanya dalam subtitle film.
3. Dapat memberikan pedoman bagi para peneliti lain di bidang
penerjemahan khususnya yang ingin mengadakan penelitian tentang
kalimat tanya dan terjemahanya lebih mendalam lagi mengenai jenis,
fungsi dan teknik serta dampaknya terhadap kualitas terjemahan kalimat
tanya pada subtitle film.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Kajian Teori
1. Penerjemahan
1.1. Definisi Penerjemahan
Menurut Nida dan Taber (1969:12) dalam mendefinisikan penerjemahan
sebagai “reproducing in the receptor language the closest natural equivalent of
the source language massage, fisrt in terms of meaning and secondly in terms of
style”. Mengartikan penerjemahan adalah usaha mereproduksi pesan dari bahasa
sumber ke dalam bentuk yang paling sepadan dalam bahasa sasaran. Menurut
definisi ini, masalah pilihan kata yang tepat dan sepadan menjadi hal pertama
yang harus dihadapi seorang penerjemah sebelum mempermasalahkan mengenai
bentuknya.
Catford (1965:20) menambahkan translation may be defined as follows:
“the replacement of textual material in one language (Source Language) by
equivalent textual material in another language (Target Language)”. Di sini
Catford menyatakan bahwa penerjemahan dapat didefinisikan sebagai
penggantian bahan tekstual dalam satu bahasa (bahasa sumber/BSu) dengan bahan
tekstual bahasa lain (bahasa sasaran/BSa) yang sepadan.
Selanjutnya Larson (1984:3) dalam hal ini menyatakan bahwa
penerjemahan meliputi kegiatan menerjemahkan BSu ke dalam BSa, yaitu dimulai
dari bentuk bahasa pertama menuju bentuk bahasa kedua dengan menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
struktur semantik. Dalam hal ini, maknalah yang dialihkan dan harus dipegang
teguh.
“Translation consists of translating the meaning of the source
language into the receptor language. This is done by going from the
form of the first language to the form of a second language by way of
semantic structure. It is meaning which is being transferred and must
be held constant. Only the form changes.”
Lebih lanjut Bell menegaskan pengertian penerjemahan yang hampir
sama dengan Catford, yakni penerjemahan sebagai suatu bentuk pengungkapan
suatu bahasa dalam bahasa lainnya sebagai bahasa sasaran, dengan
mengedepankan semantik dan ekivalensi. “Translation is the expression in
another language (or sasaran language) of what has been expressed in another,
source language, preserving semantic and stylistic equivalences.”(Bell,1991:4-5).
Pengertian penerjemahan menurut Newmark (1981) bahwa
penerjemahan adalah mengkomunikasikan satu pesan dari satu bahasa ke bahasa
yang berbeda. Hampir sama dengan pengertian penerjemahan menurut Nababan
(2003:19-20) bahwa penerjemahan tidak hanya mengalihkan pesan saja tetapi
juga bentuk bahasanya, baik penerjemah karya sastra atau penerjemah karya
ilmiah perlu mempertimbangkan tidak hanya isi berita tetapi juga bentuk bahasa
dalam terjemahan karena pada hakekatnya setiap bidang ilmu mempunyai gaya
bahasa dalam mengungkapnya.
Dari berbagai macam definisi penerjemahan diatas dapat disimpulkan
bahwa penerjemahan adalah proses pengalihan pesan dari bahasa sumber dengan
padanan alami yang sedekat mungkin ke dalam bahasa sasaran dengan
memperhatikan gaya bahasanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
1.2. Proses Penerjemahan
Menurut Nida dan Taber, 1969:33 mengatakan bahwa proses
penerjemahan mempunyai 3 tahap. Tahap yang pertama adalah analisis, kemudian
dilanjutkan tahap kedua yaitu pengalihan dan tahap terakhir adalah penyusunan
kembali atau restructuring. Lebih jelasnya, Nida dan Taber (1969)
menggambarkan diagram proses penerjemahan tersebut sebagai berikut:
Source Language Receptor Language
Text Text
Analysis Restructuring
Transfer
Gambar 2.1. Proses Penerjemahan Nida dan Taber (1969:33)
Seorang penrjemah harus dapat menganalisis isi teks yang akan
diterjemahkan dengan hati-hati sekali. Hal ini dikarenakan pada tahap analisis,
seorang penerjemah akan menghadapi beberapa kesulitan. Agar dapat
menangakap isi teks dengan benar, maka seorang penerjemah harus mampu
mengatasi kesuitan-kesulitan yang dihadapinya. Oleh karena itu, dirinya harus
berhati-hati dalam melakukan proses analisis ini.
Dalam melakukan penerjemahan, seorang penerjemah akan menghadapi
beberapa masalah yang timbul akibat perbedaan budaya, antara lainbenturan
budaya, dan ketiadaan padanan leksikal. Benturan budaya terjadi bila suatu istilah
dalam bahasa sumber memiliki nilai yang berbeda dengan istilah yang ada dalam
bahasa sasaran. Bila itu terjadi penerjemah harus menjaga makna asli istilah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
dalam bahasa sumber dengan menyesuaikan bentuk symbol cultural, atau dengan
memberikan tambahan informasi untuk menunjukkan kepada teks bahasa sasaran
bagaimana nilai-nilai cultural yang asli dari istilah tersebut. Jika hal itu tidak
dilakukan, pembaca teks bahasa sasaran akan mendapatkan makna yang salah,
sementara penyampaian makna yang asli menjadi tugas utama seorang
penerjemah.
Lebih lanjut Suryawinata dan Hariyanto (2003:19) menperinci tentang
proses penerjemahan menjadi empat tahap seperti pada bagan proses
penerjemahan di bawah ini:
Evaluasi dan revisi
Proses eksternal
Analisis/ Penulisan
restrukturisi/ Proses internal kembali
Pemahaman
Tranfer
Padanan
Gambar 2.2. Proses penerjemahan menurut Suryawinata & Haryanto(2003:19)
Pada bagan diatas, dapat dijelaskan bahwa proses penerjemahan dibedakan
menjadi empat tahap yaitu:
1. Tahap analisis atau pemahaman, dimana pada tahap ini dilakukan suatu
analisa dari Bsu baik itu pada tataran frasa, kata maupun kalimat, selain itu
penerjemah juga harus memahami faktor extralinguistik yang terkait
dengan sosio budaya teks Bsu.
Teks asli
dalam Bsu
Teks asli
dalam Bsu
Konsep,makna
,pesan dari
Bsa
Konsep,makna
,pesan dari
teks Bsu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
2. Tahap transfer, pada tahap ini penerjemah melakukan pengalihan pesan,
makna maupun isi yang terkandung dalam Bsu ke dalam Bsa. Penerjemah
juga dituntut untuk menemukan padanan kata Bsu dalam Bsa secara lisan
maupun tulis untuk memperoleh terjemahan yang terbaik.
3. Restrukturisasi ialah pengubahan proses pengalihan menjadi bentuk
stalistik yang cocok dengan bahasa sasaran, pembaca atau pendengar
(Kridalaksana dalam Nababan, 2003:28). Pada tahap ini seorang
penerjemah perlu memperhatikan ragam bahasa untuk menentukan gaya
bahasa yang sesuai dengan jenis teks yang diterjemahkan.
4. Tahap evaluasi dan revisi merupakan tahap akhir pada proses
penerjemahan. Setelah menganalisa data yang dilanjutkan pada tahap
transfer dan tahap restrukturisasi maka untuk memperoleh hasil
terjemahan yang baik dilakukan kembali evaluasi. Apabila nantinya
terdapat kekurangan dalam padanan ataupun keselarasan maka
dilakukanlah revisi terjemahan.
1.3. Teknik Penerjemahan
Molina dan Albir (2002:509) mendefinisikan teknik penerjemahan
sebagai prosedur untuk menganalisis dan mengklasifikasikan bagaimana
kesepadanan terjemahan berlangsung dan dapat diterapkan pada berbagai satuan
lingual. Di bawah ini dikemukakan teknik penerjemahan versi Molina dan Albir
(2002: 509-511)
1. Adaptasi (adaptation). Adaptasi adalah teknik penerjemahan dimana
penerjemah menggantikan unsur budaya Bsu dengan unsur budaya yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
mempunyai sifat yang sama dalam Bsa dan unsur budaya tersebut akrab bagi
pembaca sasaran.
Misalkan: kata baseball (inggris) diterjemahkan menjadi futbol (spanyol)
2. Amplifikasi (amplification). Amplifikasi adalah teknik penerjemahan yang
mengeksplisitkan atau memparafrase suatu informasi yang implisit dalam
bahasa sumber.
Bsu: What's the major concern?
Bsa : Apa kekhawatiran utama kalian?
3. Peminjaman (borrowing). Peminjaman adalah teknik penerjemahan dimana
penerjemah meminjam kata atau ungkapan dari Bsu. Peminjaman itu bisa
bersifat murni (pure borrowing) dan peminjaman yang sudah dinaturalisasi
(naturalized borrowing)
Pure Borrowing
BSu : hotel
BSa : hotel
Naturalized Borrowing
BSu : calculator
BSa : kalkulator.
4. Kalke (Calcue). Kalke adalah teknik penerjemahan ,dimana penerjemah
menerjemahkan rasa Bsu secar literal.
Contoh: secretariat general diterjemahkan menjadi sekertaris jendral.
5. Kompensasi (compensation). Konpensasi adalah teknik penerjemahan dimana
penerjemah memperkenalkan unsur-unsur informasi atau pengaruh stalistik
teks Bsu ditempat lain dalam teks Bsa.
BSu : enter, stranger, but take heedof what awaits the sin of greed
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
BSa : masuklah, orang asing, tetapi berhati-hatilah terhadap dosa yang
harus ditanggung orang serakah.
6. Diskripsi (description). Diskripsi merupakan teknik penerjemahan yang
diterapkan dengan menggantikan istilah atau ungkapan dengan diskripsi
bentuk dan fungsinya.
Bsu : Panettone (I)
Bsa : The traditional Italian cake eaten on New Year‟s eve (E)
7. Kreasi diskursif (discursive creation). Teknik ini diperkenalkan untuk
menampilkan kesepadanan sementara yang tidak terduga atau keluar dari
konteks. Teknik ini lazim diterapkan dalam menerjemahkan judul buku atau
judul film.
BSu : Shopaholic and Sister
BSa : Si Gila Belanja Punya Kakak.
8. Kesepadanan lazim (established equivalent). Kesepadanan lazim adalah
teknik utu menggunakan istilah atau ungkapan yang sudah lazim(
berdasarkan kamus atau peggunaan sehari- hari). Teknik ini mirip dengan
penerjemahan harfiah.
BSu : afternoon, miss
BSa : selamat siang, Nona.
9. Generalisasi (generalisation). Realisasi dari teknik ini adalah dengan
mengunakan istilah yang lebih umum atau lebih netral.
Misalnya kata penthouse diterjemahkan menjadi tempat tinggal, becak
diterjemahkan menjadi vehicles (subordinat menjadi superordinat)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
10. Amplifikasi Linguistik (linguistic amplification). Perwujudan dari teknik ini
adalah dengan menambah unsur-unsur linguistik dalam teks Bsa. Teknik ini
lazim diterapkan dalam pengalihbahasaan secara konsekutif atau dalam sulih
suara (dubbing)
Bsu : Shall we?
Bsa : kita minum sekarang?
11. Kompresi linguistik (linguistics compression). Teknik penerjemahan yang
dapat diterapkan penerjemah dalam pengalihbahasaan simultan atau dalam
penerjemahan teks film, dengan cara mensintesa unsur-unsur linguistik dalam
teks Bsa.
Bsu : what have we got here?
Bsa : Apa ini?
12. Penerjemahan Harfiah (literal translation). Penerjemahan harfiah merupakan
teknik penerjemahan dimana penerjemah menerjemahkan ungkapan kata
demi kata.
Bsu : Tea, Mr. Holmes?
Bsa : Teh, tuan Holmes?
13. Modulasi (modulation). Modulasi merupakan teknik penerjemahan diman
penerjemah mengubah sudut pandang, fokus atau kategori kognitif dalam
kaitanya dengan teks sumber. Perubahan sudut pandang tersebut dapat
bersifat leksikal atau struktural.
Bsu : So that's, no to the opera then?
Bsa : Jadi kau tidak mau pergi ke opera?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
14. Partikulasi (particulation). Realisasi dari teknik ini adalah dengan
menggunakan istilah yang lebih konkrit atau presisi.
Contoh: air transportation diterjemahkan menjadi helikopter (superordinat
menjadi subordinat)
15. Reduksi (reduction). Teknik ini merupakan kebalikan dari teknik amplifikasi.
Informasi teks Bsu dipadatkan dalam Bsa.
Bsu : Can you taste the comet?
Bsa : Kau bisa merasakan kometnya ?
16. Subtitusi (subtitution). Subtitusi merujuk pada pengubahan unsur-unsur
linguistik dan paralinguistik (intonasi atau isyarat). Bahasa isyarat dalam
bahasa Arab yaitu dengan menaruh tangan di dada diterjemahkan menjadi
terimakasih.
17. Variasi (variation). Realisasi dari teknik ini adalah dengan mengubah unsur-
unsur linguistik atau paralinguistik yang mempengaruhi variasi linguistik:
perubahan tona tekstual, gaya bahasa, dialek sosial, dialek geografis. Teknik
ini lazim digunakan dalam menerjemahkan teks drama.
Bsu : Hi girl!
Bsa : Hai Cewek!
18. Transposisi (transposition). Transposisi merupakan teknik penerjemahan
dengan mengubah kategori gramatikal. Teknik ini sama dengan teknik
pergeseran kategori, stuktur dan unit. Kata kerja dalam Bsu diubah menjadi
kata benda dalam Bsa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Bsu : Couldn't you have a longer engagement?
Bsa: Apa kau tidak bisa memperpanjang pertunanganmu?
1.4. Kualitas Penerjemahan
Berikutnya, Nababan (2004) mengusulkan kajian kualitas terjemahan ini
dikaitkan dengan tiga aspek, yakni tingkat keakuratan, tingkat keberterimaan, dan
tingkat keterbacaan.
a. Keakuratan atau ketepatan (accuracy)
Istilah keakuratan (accuracy) dalam evaluasi penerjemahan sering
digunakan untuk menyatakan sejauh mana terjemahan sesuai dengan teks aslinya
(Shuttleworth & Cowie, 1997:3). Keakuratan merupakan kesesuaian atau
ketepatan pesan yang disampaikan antara BSu dan BSa. Akurasi berhubungan erat
dengan padanan. Hal yang menjadi prioritas dalam penerjemahan bukan
kesejajaran formal (formal correspondence) tapi kesepadanan pesan (equivalence)
antara teks BSu dan BSa. Machali (2000:110) menyatakan bahwa ketepatan ini
dapat dilihat dari aspek linguistik (struktur gramatika), semantik, dan pragmatik.
Keakuratan (accuracy) tidak hanya dilihat dari ketepatan pemilihan kata, tetapi
juga ketepatan gramatikal, kesepadanan makna, dan pragmatik.
b. Keberterimaan (acceptability)
Keberterimaan mengarah pada kelaziman dan kealamiahan teks
terjemahan dalam BSa sesuai dengan kaidah dan norma kebahasaan pembaca
BSa. Teks tersebut harus dapat diterima dan dipahami maksudnya oleh pembaca
sasaran. Pembaca akan memahami makna yang terkandung dalam kalimat-kalimat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
yang membentuk suatu teks terjemahan dan kemudian mengaitkannya dengan
konteks situasi teks tersebut. Istilah keberterimaan (acceptability) ini digunakan
untuk menyatakan ketaatan terjemahan pada aturan linguistik dan norma tekstual
bahasa sasaran (Shuttleworth & Cowie, 1997:2). Toury memberikan gagasan
bahwa suatu terjemahan akan menjadi adequate jika norma yang diikuti berasal
dari budaya dan bahasa sumber, sedangkan terjemahan tersebut disebut berterima
(acceptable) jika norma yang diikuti berasal dari budaya dan bahasa sasaran
(dalam Munday, 2001).
c. Keterbacaan (readibility)
Keterbacaan (readibility), merujuk pada Sakri dalam Nababan (2003:62),
merupakan derajat kemudahan sebuah tulisan untuk dibaca dan dipahami
maksudnya. Suatu teks terjemahan dapat dinilai mempunyai tingkat keterbacaan
yang tinggi jika teks tersebut mudah dibaca dan pembaca dapat menangkap pesan
yang disampaikan, terlepas dari masalah kesesuaian pesan tersebut dengan pesan
yang terdapat dalam teks BSu. Dengan kata lain, pembaca berperan sebagai
subjek yang menentukan tingkat keterbacaan sebuah teks.
Lebih lanjut, tingkat keterbacaan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu; panjang rata-rata kalimat, jumlah kata baru, serta kompleksitas gramatikal
bahasa yang digunakan (Richard et al dan Sakri dalam Nababan, 2003). Selain
faktor kebahasaan, tingkat keterbacaan juga dipengaruhi oleh latar pendidikan dan
budaya pembaca sasaran. Terkait dengan subtitle, sebagai sumber data penelitian,
keterbacaan dibedakan menjadi dua bagian, yaitu legibility dan readability.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Seperti yang diungkapkan oleh Gottlieb dalam Spanakaki (2007) bahwa subtitle
dengan perubahan kualitatif dan kuantitatif untuk mencapai tingkat keterbacaan
yang tinggi merupakan subtitle yang baik. Legibility mencakup hal-hal seputar
posisi pemenggalan kata dalam satu baris, jumlah panjang baris, ukuran dan
warna huruf, penggunaan tanda baca, typeface serta waktu kemunculan teks.
Readibility terkait dengan penyederhanaan kosakata dan struktur kalimat,
penggabungan dialog-dialog pendek dan penghilangan, serta kecenderungan
untuk menetralkan dialog atau ujaran yang tidak baku menjadi lebih jelas dan
sesuai standart. Secara ringkas, readability lebih mengacu pada perubahan-
perubahan kualitatif dan kuantitatif dalam pengalihan informasi pada bahasa
sumber agar dapat dipahami oleh pemirsa, sedangkan legibility berhubungan
dengan penampilan (appearance) teks pada layar.
2. Kalimat Tanya
2.1. Definisi Kalimat Tanya
Kalimat tanya pada umumnya digunakan untuk mendapatkan informasi
tentang sesuatu seperti yang dikemukakan oleh Quirk et al (1985:457) dalam
mendefinisikan kalimat tanya as a sentence that asks for information or a
response. Dengan kalimat tanya seseorang dapat menanyakan berbagai hal
mengenai perasaan, pendapat, tujuan seseorang, kepunyaan dan sebagainya,
dalam hal ini kalimat tanya membantu seseorang untuk mendapatkan informasi
yang diingikanya. Quirk juga menambahkan, Questions are primarily used to seek
information on specific point and (usually) to request the listener to supply this
information verbally (Quirk et al,1985:294).dalam bahsa inggris secara sintaksis,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
kalimat tanya adalah jenis kalimat yang membalikan sebuah subyek dan kata kerja
pertama dalam frasa ferba, (yes- no questions dalam contohnya,“ Is he
coming?”)diawali dengan kata tanya (WH questions seperti “Where is he?”)atau
yang diakhiri dengan tag questions (seperti contoh “Isn‟t he?”).ada beberapa
kalimat tanya menggunakan nada besar sebagai penekananya (“What are you
DOING?”dengan nada tinggi).
2.2. Jenis Kalimat Tanya
Menurut Quirk, Greenboum, Leech, and Svartvick dalam bukunya A
Grammar of Contempory membagi kalimat tanya menjadi dua kelas yaitu kelas
mayor dan kelas minor ( Quirk et al, 1985:06).
Kelas mayor dibedakan menjadi 3 jenis yaitu:
1. Yes-No questions
Questions that expect affirmation or negation, as in ”Have you finished the
book?”
2. WH-questions
Questions that typically expect a reply from an open rage of replies, as in
”What is your name?”
3. ALTERNATIVE questions
Questions that expect as the reply for one of two or more options presented in
the question, as in “Would you like to go for a WALK or stay at HOME?”
(Quirk et al., 1985:806)
Penjelasan yang lebih detail, Quirk et al menjelaskan lebih jauh tentang
Yes- no question, Wh question, dan Alternative question.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
1). Yes- no question.
Yes- no question adalah pertanyaan yang dapat dijawab dengan yes atau
no. Quirk membagi Yes- no question sendiri menjadi 3 yaitu:
1.1.Yes- no question dengan tobe atau auxilaries
Pola pada yes-no question yaitu tobe (am, is, are, was, were) diletakkan
sebelum subjek (Robert Krohn,1971:33). Selain Krohn, Quirk et al (1985:807)
juga mengatakan bahwa: “yes-no question are usually for made by placing the
operator before the subject and giving the sentence a rising intonation”.
Seperti yang diungkapkan diatas dalam yes-no qoestion terdapat kalimat
positif dan negatif. Beberapa contoh yang diberikan oleh Quirk untuk bentuk
positif yes-no question adalah sebagai berikut:
Statement Questions
Someone called last night. Did anyone call last night?
The boat has left already. Has the boat left yet?
Pada contoh kalimat tanya diatas terdapat penambahan any, respon
jawaban yang diharapkan dari positif yes-no question yang mendapat penambahan
any atau ever bersifat netral.
Dibawah ini adalah contoh- contoh yes- no question yang berbentuk
negatif:
a. Don‟t you believe me?
b. Aren‟t you joining us this evening?
c. Hasn‟t he told you what to do?
(Quirk et al, 1985:808)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Negative yes-no question adalah kalimat tanya yang berbentuk negatif.
Pola negatif yes-no question sama dengan kalimat positif yaitu tobe (am, is, are,
was, were) dan auxilaries (do/does, did, have/has/had) diletakkan di depan
sebelum subjek tetapi bedanya tobe atau auxilaries ditambahi dengan kata not.
1.2.Yes-no questions dengan modal auxilaries
Selain memakai tobe (am, is, are, was, were dan do/does, have) yes-no
question dapat menggunakan modals seperti may, can, would, dan sebagainya.
Penggunaan modals dalam bentuk kalimat tanya mempunyai fungsi masing-
masing, pada contoh dibawah ini may dan can digunakan untuk meminta izin,
must dan have to untuk suatu keharusan, yang umumnya merupakan otoritas
pembicara dalam pernyataan dan otoritas pendengar dalam suatu pertanyaan
(Quirk et al, 1985:815)
a. (may/ can) I have leave now? („Will you permit me...‟)
Yes you may/ can („I will permit you...‟)
b. Must I/ Do i have leave now? („Are you telling me...‟)
Yes you must/ have to („I‟m telling you...‟)
1.3.Kalimat tanya penegas (tag questions)
Menurut Quirk et al (1985:810-811) tag question adalah jenis yes-no
question yang lebih jauh membahas orientasi negatif atau positif. Biasanya dalam
suatu kalimat diletakkan diakhir dengan menggunakan kata kerja auxilaries.
Tinggi rendahnya nada biasanya didasarkan pada jenis auxilaries, seperti pada
contoh dibawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
jenis 1: He likes his JOB, DOESn‟t he? (nada tinggi)
jenis 2: He doesn‟t like his JOB, DOESn‟t he? (nada tinggi)
jenis 3: he likes his JOB, DOESn‟t he? (nada rendah)
jenis 4: He doesn‟t like his JOB, DOES he? (nada rendah)
Keempat jenis kalimat tanya diatas memiliki arti yang berbeda-beda yang
disesuiakan dengan tinggi rendahnya nada. Pada contoh pertama merupakan
sebuah kalimat asumsi yang menyatakan bahwa dia menyukai pekerjaannya,
sedangkan pada kalimat kedua menyatakan bahwa dia tidak menyukai
pekerjaanya. Pada kalimat ketiga dan keempat memiliki arti yang hampir sama
tetapi dengan menuturkanya dengan nada rendah. Tag question dengan nada
tinggi lebih mengharapkan pendengar untuk memberikan kebenaran dari sebuah
pernyataan, sedangkan tag question dengan nada rendah, lebih megharapkan
sebuah konfirmasi dari sebuah pernyataan dan lebih menekankan seruan dari pada
pertanyaan yang tulus.
1.4.Kalimat tanya deklaratif (declarative questions)
Declarative question adalah jenis kalimat tanya yang diidentikkan
dengan kalimat deklaratif atau pernyataan tetapi fungsinya adalah sebagai
pertanyaan yang ditandai dengan penggunaan nada tinggi. Ini bisa dilihat dari
contoh dibawah ini:
You relize what the RISK are?
Boris will be THERE, I suppose?
He didn‟t finish the RACE?
Kalimat tanya deklaratif tersebut mengundang verifikasi pendengar untuk
menjawab yes atau no (Quirk et al, 1985:814)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
2) Wh- questions
Wh question adalah salah satu jenis kalimat tanya yang paling sederhana
dalam bentuk pertanyaan yang terdiri dari: who, what, where, why, which, when,
how. Wh question juga bisa disebut kalimat tanya informasi, karena Wh question
didukung informasi yang dibutuhkan pembicara dari pendengar. Quirk et al
(1985:817- 818) memberikan contoh seperti dibawah ini.
A: what are you doing? B: I‟m reading.
A: What have you done with my book? B: I‟ve hidden it.
A: What‟s happening? B: It‟s snowing.
Kalimat nomor (1) pembicara A menanyakan apa yang dilakukan B.
Dengan menggunakan bentuk pertanyaan B mengerti apa maksud dari A. Kalimat
no(2) pendengar B dapat mengerti dengan mudah pertanyaan A. Sedangkan
kalimat nomor (3)pembicara A menanyakan keadaan sekarang dan B menjawab
dengan singkat pertanyaan A.
Contoh lain dari Quirk et al (1985:821) tentang Wh questions yang
diawali dengan why don‟t you dan singkatan why not biasanya digunakan untuk
direktif. Direktif berfungsi sebagai saran atau instruksi menurut bahasa inggris
amerika seperti contoh dibawah ini.
Why don‟t you shave?
Why don‟t you clean your teeth?
Why not ignore their remaks?
Why not go by train?
Kalimat yang menggunakan Why don‟t mengekspresikan sebuah nasehat
tapi lebih cenderung pada bentuk kritik dan nada kekesalan ketika si pembicara
menuturkannya. Wh question adalah jenis kalimat tanya yang membutuhkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
sebuah jawaban yang lengkap. Wh question tidak hanya digunakan untuk
menambah informasi tetapi terkadang juga digunakan untuk membuat sebuah
sugesti. Jika kata Wh question diutarakan dengan intonasi tinggi ini berfungsi
sebagai kalimat seru atau reaksi personal dari apa yang didengar oleh pendengar.
3) Pertanyaan dengan Pilihan (alternative questions)
Ada dua jenis alternative question menurut Quirk et al (1985:23), yaitu
tipe pertama yang mirip dengan yes-no question dan tipe kedua yang mirip
dengan Wh question seperti pada contoh dibawah ini:
a. Would you like CHOcolate, vaNILLA, or STRAWberry (ice cream)?
b. Which ice cream would you LIKE, CHOcolate, vaNILLA, or
STRAWberry?
Pada jenis kalimat tanya alternatif diatas berbeda dari hanya sekedar
penggunaan intonasi dari fungsi yes-no question saja. penambahan intonasi tinggi
pada setiap kata untuk menunjukkan beberapa pilihan merupakan hal yang
penting agar tidak terjadi kesalahfahaman nantinya. Contoh lainya terdapat pada
kalimat di bawah ini:
Alternative : A: Shall we go by BUS or TRAIN? B: by TRAIN
Yes-no question : A: Shall we go by bus or TRAIN? B: NO, Let‟s take the CAR
Pada contoh alternative question, A menanyakan pada B bahwa dia harus
memilih bus atau kereta api. Penekanan pada kata bis dan kereta api dengan nada
tinggi lebih memperjelas bahwa pembicara A menawarkan pilihan dengan
menggunakan kalimat tanya. Sedangkan pada contoh kalimat tanya yes-no
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
question, pembicara A hanya menekankan kata kereta api dengan intonsi tinggi,
akan tetapi B menjawab yang berlainan dengan apa yang ditawarkan pilihan A.
Kelas yang kedua yaitu kelas minor menurut Quirk et al dibedakan
menjadi dua, yaitu:
1. Exclamatory question
Kalimat tanya exclamatory merupakan bagian dari kalimat tanya,
tetapi lebih menekankan pada tindak illucosionari dari sebauh pernyataan.
Biasanya kalimat tanya eclamatori berbentuk negatif yes-no question dengan
penambahan nada tinggi dan rendah diakhir kalimat seperti contoh dibawah
ini.
a). Hasn‟t she GROWN!
b). Wasn‟t it a marvelous CONcert!
Dua jenis kalimat diatas mengajak pendengar untuk menyetujui apa yang
diutarakan pembicara tentang perasaanya yang kuat. Quirk et al (1985:825).
2. Rhetorical questions
Jenis kalimat tanya yang kedua menurut Quirk et al (1985:825- 826)
adalah kalimat tanya retorikal. Kalimat tanya retorikal biasanya dalam bentuk
yes-no question dan dalam bentuk Wh question. Kalimat tanya retorikal
dalam yes- no question yang berbentuk positif memiliki pernyataan negatif
yang kuat, sedangkan kalimat tanya dalam bentuk negatif memiliki
pernyataan positif yang kuat. Seperti contoh dibawah ini :
a). Positif: Is that a reason for despair? („surely that is not a reason‟)
b). Negatif: Isn‟t the answer Obvious? („surely the answer is obvious‟)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Tidak seperti kalimat tanya exclamatory, kalimat tanya rhetorical
mempunyai intonasi tinggi yang normal dan ini dapat dibedakan berdasarkan
jarak perpindahan.
Rhetorical dalam bentuk Wh question mempunyai karakteristik yang
spesial, yaitu memiliki bntuk pernyataan yang seimbang baik itu dalam
kalimat rhetorical positif maupun negatif, seperti pada contoh dibawah ini:
Who KNOWS/CARES?(„No body knows/cares‟ or „I don‟t know/cares)
What DIFference does it make? („It makes no difference‟)
How should I know? („There is no reason why I should know‟)
Contoh kalimat diatas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan Wh
question dalam bentuk rhetorical question adalah sebagai penekanan maksud
pembicara kepada pendengar.
2.3. Fungsi Kalimat Tanya
Larson (1984:234) mengungkapkan bahwa daya ilokusi dalam kalimat
tanya dibagi menjadi 3 yaitu statement atau declarative, question, command atau
perintah.secara lebih lanjut larson menjelaskan fungsi kalimat tanya yang tidak
hanya berfungsi untuk menayakan informasi tertentu, tetapi mempunyai fungsi
yang lain seperti menunjukan kemarahan, memberi saran, perintah dan
sebagainya. Dalam hal ini Larson (1984) membuat klasifikasi kalimat tanya yaitu
pertanyaan nyata atau real question dan pertanyaan restoris (rethoric question).
Kalimat tanya retoris dikatakanya sebagai fungsi kedua dalam kalimat tanya,
sedangkan real question adalah merupakan fungsi utama dari sebuah kalimat
tanya. Di lain pihak, Larson mengungkapkan (1984) ada beberapa kalimat tanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
yang berkesesuaian antara daya ilokusi dan bentuk gramatikalnya. Sehingga
kalimat tanya tidak hanya berfungsi sebagai kalimat yang menanyakan informasi
tertentu tetapi mempunyai fungsi lain seperti menunjukkan kemarahan, memberi
saran, perintah dan lain sebaginya.
Dalam hal ini Larson membuat dua klasifikasi kalimat tanya yaitu
pertanyaan nyata (real question) dan pertanyaan retoris (rethoric question).
a) Pertanyaan nyata (Real question)
Menurut Larson (1984:234) “the purpose of a real question is to ask
information”. Real question digunakan untuk meminta informasi, seperti kalimat
berikut:
Where is your home?
What time are you coming?
Dua kalimat diatas, menggunakan bentuk kalimat tanya dan tujuan dari
pembicara bermaksud menanyakan informasi tentang alamat dan waktu
kedatangan.
b) Pertanyaan retoris (Rethorical question)
Di sisi lain menurut Larson (1984), rethoric question adalah kalimat yang
bentuk atau susunan kalimat merupakan kalimat tanya tetapi juga tujuan dari
penggunaan kalimat tersebut lebih sekedar mencari informasi. Pertanyaan retoris
tampak seperti real question tetapi sebenarnya kalimat tersebut bukanlah suatu
pertanyaan. Tujuan dari pertanyaan tersebut mungkin saja untuk menyampaikan
perintah, marah dan sebagainya. Seperti pada contoh berikut:
Why don‟t you wash the dishes?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Kalimat wash the dishes bukan suatu pertanyaan yang kuat sebagai
kalimat perintah tetapi juga bukan suatu pertanyaan. Kalimat tersebut adalah
sebuah saran, jawaban dari kalimat pertanyaan diatas adalah okay, I will. Jika why
adalah kata tanya yang menanyakan informasi maka jawabanya adalah sebuah
alasan, sebagai contoh jawaban di bawah ini:
Because I‟m just too tired
Rethorical question dalam bahasa inggris juga digunakan untuk
menyatakan kemarahan. Larson (1984:235) memberikan contoh dengan kata
tanya when yang digunakan untuk menunjukkan amarah.
When are you empty the garbage?
Kontek kalimat tersebut adalah seorang ibu yang marah terhadap
anaknya karena sampah tidak segera dibuang. Ibunya menyuruh anaknya
membuang sampah dan anak tersebut tahu bahwa itu merupakan kewajiban
anaknya untuk membuang sampah. Ibu itu ingin menyampaikan rasa emosi
kepada anaknya karena anaknya tidak segera menjalankannya.
Kalimat tanya retoris menurut Larson (1984:236) terdapat beberapa
fungsi yaitu kaimat tanya retoris yang berfungsi untuk menekankan fakta, kalimat
tanya retoris yang digunakan untuk menyatakan prihatin atau ketidakpastian,
kalimat tanya retoris yang digunakan untuk mengenalkan topik yang baru atau
permulaan pembicaraan, kalimat tanya yang digunakan untuk menunjukan
keterkejutan, kalimat tanya yang dugunakan untuk menunjukkan teguran atau
desakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Seperti kutipan yang dikemukakan oleh Larson yang membahas tentang
fungsi dari rhetorical questions (Larson, 1984:237) “rhetorical questions are also
used to make statement, to arouse thought or get attention, or to express attitudes
of wonder, admiration, doubt, reproach, indignation, and other emotions”.
Dalam hal ini. rhetorical questions juga digunakan membuat pernyataan
untuk menimbulkan pemikiran atau mendapatkan perhatian, untuk
mengungkapkan sikap keheranan, kakaguman, keraguan, penyesalan, kemarahan,
dan emosi-emosi yang lain.
Menurut Mey (1993:254-256) mengemukakan fungsi kalimat tanya as
orders or requests, enquiries double as advices, confessions that operate like
hidden threats, trap questions and so on. Lebih jauh Mey menjelaskan bahwa
kalimat tanya berfungsi sebagai meminta atau memerintah, menanyakan dengan
tujuan sebagai nasehat, kalimat tanya yang fungsinya sebagai pengakuan, kalimat
tanya jebakan dan lain sebagainya. Contoh dibawah ini merupakan fungsi kalimat
tanya jebakan atau trap question:
When did you stop beating your wife?
Menjawab seperti pada kalimat tanya diatas, penanya harus menyakinkan
dirinya sendiri dengan berbagai jawaban yang ada. Mungkin jawaban yang akan
muncul dari si penutur akan seperti “I never had a wife” atau “but I‟m not in
habit of beating anybody” atau “I never stopped because I never started”. Namun
dalam kontek yang berbeda seperti dalam ruang persidangan atau dalam ruang
investigasi jenis jawaban seperti ini akan lebih menekan si penjawab untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
berkata jujur, dikarenakan si penanya akan menanyakan dengan desakan yang
lebih kuat lagi seperti “Just answer the question: When?”
2.4. Kalimat Tanya Bahasa Indonesia
Kalimat tanya dalam tata baku bahasa Indonesia (Hasan alwi, 2003:357)
secara formal ditandai dengan kata tanya seperti apa, siapa, berapa, kapan, dan
bagaimana dengan atau tanpa partikel kah sebagai penegas. Kalimat tanya
ditandai dengan tanda tanya (?) pada bahasa tulis dan pada bahasa lisan dengan
suara naik, terutama jika ada kata tanya atau suara turun. Bentuk kalimat tanya
digunakan untuk meminta jawaban “ya” atau “tidak” atau meminta informasi.
Sesuai dengan fungsinya, kalimat tanya berfungsi tidak hanya untuk menanyakan
informasi atau sekedar untuk bertanya akan tetapi pada konteks wacana tertentu
dapat berfungsi permintaan atau yang lainya (Hasan Alwi,2003:337). Sedangkan
menurut Chaer, kalimat tanya atau interogatif adalah kalimat yang mengharapkan
adanya jawaban secara verbal, jawaban ini dapat berupa pngakuan, keterangan,
alasan atau pendapat dari pihak pendengar atau pembaca (2009:189). Berdasarkan
penjelasan tersebut menurut Chaer ciri utama kalimat interogatif dalam bahasa
Indonesia adanya intonasi naik pada akhir kalimat. Bila ada intonasi, meskipun
kalimatnya tidak lengkap, maka kalimat tersebut sudah sebagai kalimat interogatif
atau tuturan yang mengemban fungsi menanyakan. Kemudian, semua tuturan
yang berfungsi menanyakan (interogatif) menghendaki adanya jawaban, terutama
jawaban lisan; meskipun kemungkinan jawaban dilakukan dalam bentuk tindakan.
Contohnya tuturan berikut ini yang diujarkan oleh seorang ibu pagi hari kepada
anaknya yang sudah harus segera berangkat sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
A: Kamu belum mandi, Nak?
B: (tidak berkata apa-apa; melainkan langsung mengambil handuk dan masuk ke
kamar mandi).
(Chaer, 2010:79)
Pada tata baku bahasa Indonesia (Hasan Alwi,2003:358) ada beberapa
cara membentuk kalimat tanya dari kalimat deklaratif:
1. Menambahkan partikel penanya apa
Contoh:
Dia istri pak Bambang.
Apa dia istri pak Bambang?
Contoh kalimat diatas memerlukan jawaban “ya” atau “tidak”
2. Membalikan susunan kata dalam kalimat deklaratif, dengan beberapa kaidah
yang perlu diperhatikan, antara lain:
a. Jika dalam kalimat deklaratif terdapat kata seperti dapat, bisa, harus,
sudah, dan mau, kata tersebut dapat dipindahkan ke awal kalimat dan
ditambah partikel kah.
a) Dia dapat pergi sekarang.
b) Dapatkah dia pergi sekarang?
Bentuk kalimat sedang, akan, dan telah umumnya tidak dipakai dalam
bentuk kalimat seperti ini.
b. Kalimat yang prediketnya nomina atau adjektiva urutan subjek dan
prediketnya dapat dibalikkan dan kemudian partikel kah ditambahkan
pada frasa yang telah dipindahkan ke muka.
a) Masalah ini urusan pak Ali.
b) Urusan pak Alikah masalah ini?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
c. Jika prediketnya adalah verba taktransitif, ekatransitif, atau semitransitif,
verba beserta objeknya atau pelengkapnya dapat dipindahkan ke awal
kalimat dan kemudian ditambah partikel kah.
a) Dia menangis kemarin.
b) Menangiskah dia kemarin?
3. Dengan menggunakan kata bukan(kah) atau tidak (kah)
Contoh:
a. Dia sakit
b. Dia sakit, bukan?
c. Bukankah dia sakit?
4. Dengan mempertahankan urutan kalimatnya seperti kalimat deklaratif, tetapi
mengubah intonasi menjadi naik.
Contoh:
a. Jawabanya sudah diterima?
b. Dia jadi pergi ke Medan?
5. Memakai kata tanya apa, berapa, siapa, kapan, dan mengapa.
Contoh:
a. Dia mencari pak Zaed.
b. Dia mencari siapa?
a. Pak Tarigan membaca buku.
b. Pak Tarigan membaca apa?
a. Keluarga pak Guntur akan pindah ke Surakarta.
b. Keluarga pak Guntur akan pindah kemana?
2.5. Kalimat Tanya dan Penerjemahan Pragmatik
Penggunaan bahasa dalam berkomunikasi memerlukan dua sarana
penting yaitu sarana linguistik dan sarana pragmatik. Sarana linguistik berkaitan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
dengan ketepatan bentuk dan struktur bahasa, sedangkan sarana pragmatik
berkaitan dengan kecocokan bentuk dan struktur dengan konteks penggunaanya.
Pragmatik adalah studi tentang bahasa yang digunakan dalam komunikasi, yang
mencakup salah satunya adalah aspek tindak tutur seperti yang dinyatakan Jacobs
(1995:264) “the study of the speech acts is an important part of the field of
pragmatics, which is concerned with how the context of an utterance affects the
way the utterance is understood”. Bahwa tindak tutur merupakan aspek domain
dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan bagian yang terpenting dalam
pragmatik yang mengarah pada bagaimana konteks dari ucapan mempengaruhi
ucapan tersebut sehingga bisa dimengerti. Austin dalam Kempson (1977:50)
membagi tindak tutur menjadi tiga yaitu lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Lokusi
merupakan tindakan untuk mengujarkan kalimat dengan makna tertentu. Ilokusi
adalah tindakan untuk mengujarkan kalimat dengan daya tertentu seperti penutur
bermaksud untuk menyatakan tindak pujian, kritik, persetujuan dan lain
sebagainya. Sedangkan perlokusi merupakan pengaruh lanjutan yang terjadi pada
pihak pendengar yang diinginkan oleh penutur, sehingga menyebabkan pendengar
melakukan sesuatu atau ujaran.
Pembahasan diatas, dapat ditarik garis besar bahwa pragmatik mengkaji
tentang tindak tutur dimana dalam suatu tuturan tersebut terdapat beberapa jenis
kalimat yang digunakan yaitu: kalimat deklaratif, kalimat tanya dan perintah.
Seperti dikemukakan pendapat dari Larson (1984:234) mengenai daya ilokusi
menyatakan bahwa daya ilokusi dalam kalimat tanya dibagi menjadi tiga yaitu:
statement/ declarative, questions, command/ perintah. Jadi dapat disimpulkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
bahwa penerjemahan kalimat tanya lebih difokuskan pada daya ilokusi dimana
tuturan tersebut merupakan pembahasan domain dalam ilmu pragmatik.
Sedangkan pragmatik itu sendiri mempunyai peran dalam penerjemahan sebagai
penyampai pesan atau informasi dalam Bsa yang sesuai dengan informasi yang
terdapat dalam Bsu, dimana sudah disesuaikan dengan konteks budaya dan norma
yang ada. Namun, beberapa kalimat tanya ada yang tidak berkesesuaian antara
daya ilokusi dan bentuk gramatikalnya, sehingga mengakibatkan kalimat tanya
tidak hanya berfungsi sebagai kalimat yang menanyakan informasi tertentu tetapi
mempunyai fungsi yang lain yaitu pertanyaan real questions dan rhetoric
questions (Larson, 1984). Lebih jauh Larson (1984) menyatakan bahwa seorang
penerjemah dalam menerjemahkan kalimat tanya sebaiknya mempelajari fungsi
dari rhetorical questions untuk memudahkan dalam menerjemahkan. Pada saat
menerjemahkan, seorang penerjemah harus menentukan terlebih dahulu kalimat
tanyanya apakah masuk dalam jenis real atau rhetorical questions, kemudian baru
menentukan bentuk terjemahan sehingga makna yang sebenarnya dapat
tertangkap.
3. Penerjemahan Subtitle
3.1. Definisi Subtitle
Film merupakan tontonan berupa gambar bergerak dan bersuara. Saat ini
film telah menjadi media hiburan sekaligus media komunikasi. Pada umumnya
orang menonton film untuk mendapatkan hiburan (Gambier, 1998: 266). Melalui
hiburan yang ditonton tersebut, sesungguhnya terjadi komunikasi antara pembuat
dan penonton film.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Berkaitan dengan perfilmman terdapat 2 istilah yaitu subtitling dan
dubbing, yang mana keduanya merupakan sebuah proses hasil terjemahan yang
berbentuk audio visual. Penerjemahan subtitling film banyak digunakan pada
banyak video berbahasa asing karena terbukti lebih murah dibandingkan dubbing.
Selain itu, subtitle lebih sering diminati oleh penonton dengan pendidikan yang
lebih tinggi khususnya mereka yang memiliki pengetahuan budaya dan bahasa
sumber (O‟Connel, 2007)
Berikut ini merupakan beberapa pengertian subtitle yang dikutip dari
http://accurapid.com/journal/32film:
1. Subtitled is printed translation dialogue in a foreign language movie,
usually appearing at the bottom of the screen (Encarta Dictionary)
2. Subtitling can be defined as the transcription of film or TV dialogue
presented simultaneously on the screen (Baker, 2001:274)
3. Subtitling is the translation of the spoken language (source language) of a
television program or film into target language. The translated text usually
appears in two lines at the bottom of the screen. (Bety White, 2008)
Pengertian dan kesimpulan dari pernyataan diatas adalah: Subtitle
merupakan hasil terjemahan dialog film berbahasa asing dan biasanya
ditempatkan pada bagian bawah layar bioskop ataupun televisi atau bisa juga
didefinisikan sebagai tulisan atau teks dari sebuah film atau dialog dalam acara
televisi yang ditampilkan secara utuh dalam layar. Subtitle juga bisa diartikan
sebagai hasil terjemahan dari dialog bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran
dalam bentuk yang sepadan dan biasanya berada di bagian bawah layar,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
perubahan teks tersebut dapat berarti luas, namun dapat memungkinkan penonton
mencerna hasil terjemahan dengan baik mengingat perbedaan budaya bahasa akan
mempengaruhi hasil terjemahan dan merubah makna dan informasi yang
seharusnya disampaikan kepada penonton. Maka penerjemah harus jeli dalam
mencari pedanan yang tepat dan sesuai.
3.2. Standarisasi Subtitle
Subtitle yang baik harus memenuhi syarat singkat, padat, akan tetapi jelas
dan bahasanya mudah dipahami oleh penonton. Schwarz (1996) menyebutkan
bahwa subtitle yang baik terdiri dari dua baris kalimat yang ditulis di bagian
bawah layar. Tiap barisnya tersusun atas tidak lebih dari 35 karakter yang sudah
mencakup spasi dan waktu tampilanya pada layar berkisar antara 1-11 detik
(http://accurapid.com/journal/22subtitles). Dengan batasan semacam itu, sudah
barang tentu pada penerjemahan film jenis subtitle ini akan terjadi banyak seleksi
dan reduksi informasi serta perubahan-perubahan pada tingkat kalimat dan
pemilihan kata atau diksi, akan tetapi tanpa menghilangkan makna secara
keseluruhan. Terdapat pula beberapa aturan-aturan tentang subtitling yang
mengacu pada panduan subtitling untuk produksi subtitle program televisi di
Eropa.
Karamitroglou (1998) memaparkan aturan-aturan dalam standarisasi
subtitling yang mengacu pada panduan subtitling untuk produksi program televisi
di Eropa berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
1. Posisi pada layar: Teks ditempatkan pada bagian bawah layar sehingga tidak
menutupi gambar. Baris terendah setidaknya seperdua belas dari total tinggi
layar. Posisi teks berada di tengah bagian bawah.
2. Untuk segmentasi dan panjang baris: penempatan baris seharusnya
proporsional antara baris atas dan bawah serta diusahakan agar memiliki
panjang yang sama karena pemirsa terbiasa dengan teks berbentuk segi
empat daripada berbentuk segitiga.
3. Jumlah baris: jumlah yang diperbolehkan maksimal dua baris teks per
tayang dan menempati paling tidak dua per dua belas dari total tinggi layar.
Jika hanya terdiri dari satu baris, hendaknya diletakkan di bagian bawah.
4. Jumlah karakter per baris: masing-masing baris berjumlah tak lebih dari 35
karakter huruf dan tanda baca untuk meminimalkan reduksi pesan. Baris
yang sampai melebihi 40 karakter akan mempengaruhi legibility teks karena
kemungkinan besar ukuran font harus diperkecil.
5. Durasi: penonton atau pemirsa berusia 14-65 dari kalangan sosial menengah
dan berpendidikan baik memiliki kemampuan membaca dengan kecepatan
rata-rata 150-180 kata per menit yang berarti sekitar dua atau tiga kata per
detik. Dengan demikian, teks dua baris terdiri dari 14-16 kata yang
membutuhkan waktu setidaknya 5, 5 detik. Sementara teks satu baris rata-
rata terdiri dari 7-8 kata dan membutuhkan sekitar 3,5 detik per tayang.
6. Tanda baca: tanda titik dipergunakan di setiap akhir ujaran karakter atau
aktor yang berbicara. Tanda tanya (?) dan seru (!) digunakan untuk
menunjukkan pertanyaan dan perintah, seruan yang dikatakan oleh aktor.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Sementara garis pemisah (-) diletakkan sebelum ujaran masing-masing
aktor. Penanda ini umumnya digunakan untuk teks yang berbentuk dialog
dan melibatkan lebih dari satu karakter atau aktor. Tanda garis miring (/)
pun dapat digunakan untuk tujuan yang sama.
7. Bahasa lisan: idealnya, bahasa lisan diterjemahkan dengan gaya bahasa
yang sama untuk mendapatkan efek yang sama, namun penggabungan
kalimat atau ujaran perlu dihindari karena dapat mengganggu penonton atau
pemirsa selama image reading.
8. Kategori faktor-faktor linguistik yang bisa dihilangkan:
a. Padding expression, yaitu ekspresi yang hampir tidak memiliki muatan
semantik dan kemunculannya bersifat fungsional untuk mempertahankan
alur ujaran yang wajar. Contoh ekspresi ini antara lain; well, you know,
as I say, dan sebagainya.
b. Tautological cumulative adjectives/adverbs seperti; great big, super
extra, teeny weeny yang mana kata pertama memiliki peran dalam
penekanan dan bisa digabungkan menjadi satu kata yang sepadan
menjadi huge, extremely, dan tiny.
c. Responsive expression seperti yes, no, ok, please, thanks, thank you, atau
sorry bisa dihilangkan dengan asumsi bahwa ungkapan-ungkapan
tersebut telah dikenal luas oleh sebagian besar masyarakat dunia.
Gottlieb (1998:247) menambahkan tentang jenis subtitling yang dilihat
dari segi linguistik yaitu subtitle intralinguistik dan subtitle interlinguistik.
Subtitle intralinguistik merupakan bentuk subtitle yang sesuai dengan bahasa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
aslinya dan banyak digunakan dalam program-program televisi lokal yang
ditujukan kepada pemirsa yang memiliki gangguan pendengar dan sejenisnya,
selain itu digunakan pula untuk program bahasa asing untuk pembelajar bahasa.
Sedangkan subtitling interlinguistik adalah jenis subtitle yang mentransfer
informasi lisan dalam bahasa asing kemudian dialihkan ke dalam bahasa sasaran
sekaligus dalam bentuk teks sehingga terjadi perubahan mode dan bahasa. Subtitle
interlinguistik melibatkan dua bahasa yaitu bahasa asli yang dituangkan dalam
teks bahasa sasaran.
Subtile yang ditinjau dari teknisnya O‟Connel (2007:125-126)
membedakannya menjadi dua, yaitu closed subtitling dan open subtiling. Closed
subtitling bersifat optional artinya teks bisa dimunculkan atau tidak sesuai
dengan keinginan pemirsanya. Biasanya subtitle jenis ini digunakan oleh
penyandang tuna rungu sehingga dibuat dan disesuaikan dengan kebutuhan yang
ada. Subtitle ini cenderung berbentuk sebuah ringkasan dengan beberapa
penjelasan dibandingkan dengan subtitle biasa. Lain halnya dengan open
subtitling, yang merupakan jenis subtitling pada umumnya yang banyak dijumpai
pada film-film atau program televisi. Open subtiting merupakan jenis terjemahan
dalam bentuk teks yang pemirsa tidak dapat menghilangkan teks tersebut, dengan
kata lain teks tersebut muncul dan menyatu dengan film.
3.3. Sekilas Film Sherlock Holmes
Sherlock Holmes diceritakan sebagai seorang detektif yang memiliki
kemampuan dahsyat dalam memecahkan kasus apapun. Bahkan di dalam berbagai
novelnya, ia dapat memecahkan sebuah kasus tanpa harus meninggalkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
rumahnya barang sejengkal saja. Dalam cerita, Sherlock Holmes ditemani oleh
rekannya yang bernama DR. John H. Watson, dan bertempat tinggal di 221B
Baker Street. Berkisah tentang awal penangkapan seorang penjahat bernama Lord
Blacwood yang telah membuat kekacauan masyarakat London pada waktu itu.
Banyak ditemukan peristiwa dan intrik yang dikemas secara apik oleh sang
sutradara. Perusahaan paling bonafit dan terkemuka yaitu Warnner Bross Picture
merupakan perusahaan yang memproduksi film ini. Film ini sendiri telah menjadi
perbincangan hangat dikalangan pecinta film sejak baru direncanakan akan dibuat
pada tahun 2008 lalu. Film ini disajikan dalam bentuk komedi aksi, jadi tidak akan
dibuat jenuh akan pemecahan kasus yang serius, melainkan akan dibuat tertawa
akan aksi unik sang detektif dalam memecahkan kasus-kasus yang rumit.
1. Penelitian yang Relevan
Adapun beberapa penelitian terdahulu yang juga berhubungan dengan
topik penelitian ini dan juga dijadikan sebagai sumber acuan dalam melakukan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Anik Nurhaniah (2008) dengan judul “Terjemahan Kalimat Tanya pada
Percakapan di dalam Novel Remaja Dear No Body ke dalam Bahasa
Indonesia”. Dalam penelitian ini, peneliti hanya memfokuskan pada jenis
kalimat tanya saja, selain itu peneliti hanya melihat tingkat kesepadanan
makna saja dari kalimat tanya, dengan demikian peneliti kurang menyentuh
aspek yang lain seperti teknik penerjemahannya. Peneliti juga mengambil
objek penelitian pada sebuah novel berjudul Dear No Body, di lain pihak,
penulis akan meneliti tidak saja jenis-jenis kalimat tanya akan tetapi fungsi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
kalimat tanya tersebut. Di samping itu, penulis juga meneliti teknik
penerjemahan yang digunakan beserta dampaknya terhadap aspek keakuratan,
keberterimaan dan keterbacaan pada sebuah teks subtitle film berjudul
Sherlock Holmes.
2. Penelitian yang lainya yang terkait dengan analisis teknik dan kualitas
terjemahan adalah pada penelitian yang dilakukan oleh Nur Kholifah (2010)
dengan judul Analisis Teknik dan Kualitas Teks Subtitle Film My Mom‟s
New Boyfriend. Pada penelitian ini, peneliti mengambil objek yang sama
yang dilakukan oleh penulis yaitu sebuah subtitle film. Akan tetapi fokus dan
target penelitian dari peneliti hanya membahas secara lebih terperinci tentang
taknik juga kualitas yang terdapat pada film tersebut.
3. Masih terkait dengan objek penelitian yaitu berupa subtitle film adalah
penelitian yang dilakukan oleh Putranti (2007) mengenai Kajian Terjemahan
Tindak Ilokusi Ekspresif Dalam Teks Terjemahan Film American Beuty.
Dalam penelitian ini hanya mengkaji tentang tindak tutur ilokusi yang
mempunyai fungsi ekspresif. Fokus penelitian yaitu hanya mengkaji
kesepadanan teks terjemahan tindak ilokusi ekspresif dan juga kebertrimaan,
yang hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Anik Nurhaniah
(2008) dengan fokus permasalahan yaitu mengkaji pada tingkat kesepadanan
kalimat tanya saja.
4. Sumber acuan yang masih terkait dengan objek penelitian ini adalah
penelitian dari Widiani (2010) yang membahas mengenai teknik, metode dan
ideologi penerjemahan subtitle film „Leap Year‟ versi non-komersial dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
versi VCD resmi dan dampaknya pada kualitas terjemahan. Pada penelitian
ini peneliti lebih jauh membahas tentang kualitas terjemahan menggunakan
teori kontrastif dengan membandingkan dua sumber data yang berbeda dalam
satu film yang sama.
B. Kerangka Pikir
Sebagai landasan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut, dalam tesis
ini, diperlukan adanya kerangka pikir untuk memberikan gambaran tentang alur
pemikiran yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian.
Langkah awal yang dilakukan peneliti yaitu dengan mengkaji film secara
lebih mendalam, yang kemudian melakukan pemilahan data dalam jenis, fungsi
kalimat tanya sekaligus penandaan teks yang mengandung teknik penerjemahan.
Data yang telah terkumpul diberi kode berdasarkan bahasa sumber, bahasa
sasaran, dan nomor urut. Data disusun dalam bentuk kuesioner untuk disebarkan
kepada para informan guna memperoleh informasi berbentuk nilai mengenai
kualitas terjemahan yang dihasilkan. Pembaca ahli akan menilai keakuratan dan
keberterimaan terjemahan subtitle film Sherlock Holmes, sementara target
audience akan menilai keterbacaan terjemahan dengan menonton dan memberi
komentar mengenai keterbacaan terjemahan pada subtitle film tersebut. Untuk
lebih jelasnya, alur pikir ini dapat dilihat pada gambar kerangka pikir berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Gambar 2.3. Kerangka Pikir
Kalimat tanya
Bsu dalam
subtitle
Kalimat tanya
Bsa dalam
subtitle
Penerjemah
Data kalimat tanya
Dalam subtitle
Jenis dan fungsi kalimat tanya
dalam subtitle
Teknik penerjemahan
kalimat tanya dalam subtitle
Kualitas penerjemahan
kalimat tanya dalam subtitle
Keakuratan Keberterimaan Keterbacaan
Rater Respondent
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Pada penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kualitatif dimana studi
kasusnya sudah terpancang atau embeded research. Sutopo memperjelas bahwa
pada penelitian kualitatif, data yang dikumpulkan terutama berupa kata-kata,
kalimat atau gambar yang memiliki arti lebih bermakna dan mampu memicu
pemahaman yang lebih nyata dari sekedar sajian angka dan frekuensi (2006:40).
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif karena data yang disajikan
lebih bermakna dan dapat memberikan pemahaman yang nyata dibandingkan data
berupa angka atau frekuensi. Jenis penelitian ini juga bersifat holistik serta lentur
dan terbuka. Disebut holistik karena beragam permasalahan selalu dipandang
tanpa melepas kondisi lain yang berada dalam konteksnya. Variabel sebab dan
variabel akibat saling berinteraksi dan saling mempengaruhi. Desainnya bersifat
lentur dan terbuka sebab penelitian dapat berkembang terus selama pengumpulan
data di lapangan (Sutopo, 2006:38). Dengan kata lain, peneliti lebih menekankan
catatan dengan deskripsi kalimat yang rinci, lengkap dan mendalam yang
menggambarkan situasi sebenarnya guna mendukung penyajian data. Kemudian
penelitian ini akan mengumpulkan data, mendiskripsikannya dan menganalisanya
secara mendalam.
Penelitian ini disebut sebagai penelitian terpancang atau embedded
research karena fokus penelitian, dalam hal ini berupa subtitling, telah ditentukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
sebelumnya (Sutopo, 2006). Bentuk rancangan penelitian ini adalah suatu studi
kasus (case research) karena berusaha mendeskripsikan suatu latar, objek atau
suatu peristiwa tertentu secara mendalam. Dikatakan sebagai studi kasus tunggal,
merujuk pada Sutopo (2006:136), karena tidak ada usaha maupun pemikiran
untuk melakukan generalisasi dan hasil penelitian selalu terikat pada kekhususan
karakteristik konteks yang dipilih serta hanya terarah pada sasaran dengan satu
karakteristik. Orientasi penelitian ini adalah produk atau karya terjemahan, yakni
subtitle film.
Penelitian ini juga termasuk ke dalam penelitian etnografi, dikarenakan
sebuah film merupakan sebuah penggambaran dari kondisi sosial sebuah
masyarakat yang kompleks dengan masing-masing kebudayaan yang berbeda-
beda, seperti yang dikemukakan Speardly (1980:16) bahwa berbagai perbedaan
budaya dan cara berinteraksi orang-orang yang memiliki perpektif berbeda dapat
diketahui melalui etnografi. Dari uraian diatas, maka penelitian ini memfokuskan
permasalahan yang akan diteliti yaitu penerjemahan kalimat tanya dengan fokus
objek yang diteliti pada subtitle film dan terjemahannya.
B. Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa teks kalimat tanya pada
film dan terjemahannya. Selain itu, data ditunjang oleh penelitian rater terkait
dengan kualitas terjemahan. Sedangkan sumber data dalam penelitian ini
diperoleh dari:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
1. Dokumen
Penelitian ini berupa dokumen transkip film Sherlock Holmes yang
diproduksi oleh Wanner Bross Picture tahun 2009 beserta teks terjemahanya
dalam Bahasa Indonesia yang terdapat dalam film tersebut dalam bentuk
subtitle.
2. Informan yang terdiri atas rater dan responden (pemirsa) yang membantu
penilaian kualitas terjemahan. Rater yang terlibat dalam penilaian keakuratan,
sejumlah tiga orang, dipilih sesuai kriteria yang telah ditentukan, yaitu:
a. memiliki pengetahuan tentang penerjemahan dan/atau memiliki keahlian
dalam bidang penerjemahan,
b. menguasai tata Bahasa Inggris dan/atau Bahasa Indonesia dengan baik
serta penggunaannya terutama terkait dengan subtitling,
c. memiliki latar belakang pendidikan bahasa,
d. bersedia terlibat dalam penelitian ini.
Sedangkan rater untuk menilai tingkat keberterimaan dipilih sesuai
kriteria berikut ini:
a. memiliki pengetahuan tentang penerjemahan dan/atau memiliki keahlian
dalam bidang penerjemahan,
b. menguasai tata Bahasa Indonesia dengan baik serta penggunaannya
c. memiliki latar belakang pendidikan bahasa,
d. bersedia terlibat dalam penelitian ini.
Responden (pemirsa) yang dilibatkan dalam penilaian keterbacaan
subtitle, sejumlah tiga orang, akan dipilih sesuai kriteria berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
a. menguasai Bahasa Indonesia dengan baik,
b. berusia 18 tahun keatas,
c. menggemari film, dan belum pernah menonton film Sherlock Holmes.
C. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengetahui teknik penerjemahan dan kualitas terjemahan, maka
dalam penelitian ini menggunakan tiga cara antara lain:
A. Analisa Dokumen
Dokumen tertulis dan arsip seringkali menjadi sumber data atau sumber
informasi yang penting dalam penelitian kualitatif, oleh karena itu perlu dilakukan
teknik mencatat dokumen ini untuk memperoleh beragam hal sesuai dengan
kebutuhan dan tujuan peneliti (Sutopo, 2006:81). Dalam melakukan analisis
dokumen, langkah-langkah yang ditempuh ialah:
a. Mengamati VCD serial televisi Sherlock Holmes dan membaca subtitle yang
terdapat di bagian bawah layar.
b. Mencatat unsur-unsur dalam film, baik yang berbentuk audio maupun
visual, yang tersaji sebagai subtitle dalam bahasa sasaran (Bahasa
Indonesia) untuk kemudian dibandingkan dengan transkrip film dalam
bahasa sumber (Bahasa Inggris).
c. Mengidentifikasi jenis dan fungsi pragmatis kalimat tanya.
d. Mengidentifikasi teknik-teknik penerjemahan yang digunakan.
e. Melakukan analisis ketepatan, keberterimaan, dan keterbacaan data.
f. Melakukan penilaian terhadap data yang telah dianalisis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
B. Kuesioner
Dalam penelitian ini kuesioner bertujuan untuk mendapatkan data awal
dalam memperoleh informasi mengenai kualitas terjemahan dari segi keakuratan,
keterbacaan, dan keberterimaan terjemahan. Teknik pengumpulan data ini dapat
dilakukan secara lisan atau tertulis, namun bentuk tertulis lebih sering digunakan
(Sutopo, 2006). Selanjutnya dijadikan acuan dalam wawancara untuk memperoleh
informasi lebih mendalam. Seperti yang ditegaskan oleh Sutopo (2006: 82),
kuesioner terbuka (open-ended questionnaire) memungkinkan peneliti untuk
memberi kesempatan pada informan agar dapat memaparkan alasan atau
penjelasan, argumen, dan pernyataan atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.
Pada penelitian ini menggunakan kuesioner guna menggali data tentang
tingkat keakuratan, keberterimaan dan keterbacaan subtitle yang didasarkan pada
skala penilaian berdasarkan criteria penilian accurancy rating instrument
(Nababan, 2004:61). Berikut adalah tabel skala penilaian kualitas terjemahan yang
digunakan untuk mengukur tingkat keakuratan, keberterimaan serta keterbacaan
dalam subtitle film Sherlock Holmes dari Nababan (2010):
Tabel 3.1. Skala Penilaian Keakuratan
Skala Kategori Indikator
3 Akurat
Pesan tersampaikan secara akurat ke dalam bahasa
sasaran, tidak terjadi distori makna.
2 Kurang Akurat Pesan tersampaikan secara akurat ke dalam bahasa
sasaran, namun terjadi distorsi makna, terjemahan
makna ganda atau penghilangan makna.
1 Tidak Akurat Pesan tidak tersampaikan secara akurat ke dalam
bahasa sasaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Tabel 3.2. Skala Penilaian Keberterimaan
Skala Kategori Indikator
3 Berterima
Terjemahan terasa alamiah dan sesuai dengan
kaidah dan budaya bahasa sasaran.
2 Kurang Berterima Terjemahan terasa kurang alamiah, terdapat
sedikit bagian yang kurang sesuai dengan
kaidah dan budaya bahasa sasaran.
1 Tidak
Berterima
Terjemahan tidak alamiah, tidak sesuai dengan
kaidah dan budaya bahasa sasaran.
Tabel 3.3. Skala Penilaian Keterbacaan
Skala Kategori Indikator
3 Tingkat
Keterbacaan Tinggi
Terjemahan mudah dipahami oleh pemirsa.
2 Tingkat
Keterbacaan
Sedang
Terjemahan dapat dipahami, namun ada
bagian tertentu yang kurang dapat dipahami
oleh pemirsa.
1 Tingkat
Keterbacaan
Rendah
Terjemahan sulit dipahami oleh pemirsa.
C. Wawancara
Wawancara dimaksudkan untuk meminta pendapat mengenai kualitas
terjemahan pada subtitle yang meliputitingkat keakuratan, keberterimaan dan
keterbacaan. Pada penelitian ini, wawancara akan dilakukan dengan informan
yang telah dipilih secara selektif (purposive sampling) berdasarkan kriteria yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
telah disebutkan sebelumnya pada penjelasan mengenai data dan sumber data.
Pelaksanaan wawancara dilakukan dengan metode mendalam (in-depth
interviewing). Sesuai dengan penjelasan dari Moleong (2000: 148), wawancara
mendalam adalah percakapan yang dilakukan oleh dua pihak dengan maksud
tertentu.
D. Teknik Cuplikan
Sutopo (2006:63) memberikan pemahaman bahwa teknik cuplikan adalah
bentuk khusus atau merupakan proses bagi pemusatan sumber data yang
mengarah pada seleksi. Berbeda dengan penelitian kuantitatif yang teknik
cuplikannya cenderung berupa teknik acak (random sampling), teknik cuplikan
dalam penelitian kualitatif lebih bersifat selektif karena cuplikan diambil bukan
untuk mewakili populasi, namun informasinya. Teknik cuplikan yang diterapkan
dalam penelitian ini adalah purposive sampling atau criterion based sampling
yang digunakan untuk menentukan sumber data maupun informan yang dipilih
berdasarkan posisi dengan akses tertentu dalam kaitannya dengan informasi yang
dibutuhkan dan dipastikan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang
mantap.
Sumber data dalam penelitian ini adalah subtitle film Sherlock Holmes
yang dipilih karena banyaknya animo dari masyarakat tentang film ini sebagai
perwujudan dari sebuah karya novel terkenal yang ditulis oleh Sir Arthur Conan
Doyle yang dipulikasikan pertama kali pada tahun 1885. Dari novel yang sudah
bayak peminatnya, oleh perusahaan perfilman terkemuka di dunia yaitu Wanner
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Bross Picture maka dirilislah film yang menceritakan tentang petualangan
seorang detektif dengan kecerdikan dan kepandaian yang dimilkinya dalam
memecahkan semua kasus yang ada. Dikarenakan film tersebut merupakan jenis
film bergenre action, petualangan dan misteri dalam pemecahan suatu kasusu,
maka banyak ditemukan jenis kalimat tanya dikarenakan sebuah investigasi yang
banyak dilakukan dalam setiap adegan tersebut. Dari hasil pemilahan data, didapat
berbagai jenis dan fungsi kalimat tanya yang kemudian diterjemahkan denga
menggunakan teknik yang berbeda yang berdampak pada kualitas terjemahan
dalam subtitle tersebut yang kemudian dijadikan sumber data dalam penelitian ini.
E. Validitas Data
Teknik triangulasi merupakan, teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data yag digunakan sebagai pembanding
terhadap data yang lain (Moeleong, 2000:17). Trianggulasi merupakan cara yang
digunakan untuk meningkatkan validitas dari data dalam penelitian kualitaatif.
Validitas data dalam penelitian ini menggunakan 2 macam triangulasi yaitu tri
angulasi sumber dan triangulasi metode.
1. Triangulasi sumber
Peneliti diarahkan dalam mengumpulkan data dengan mengunakan
beragam sumber data yang tersedia untuk mengali data yang sejenis (Sutopo,
2006:93). Penekanan sumber data merupakan hal penting dalam teknik ini. Data
yang didapat berasal dari jenis sumber yang berbeda yaitu dokumen yang berupa
teks asli (Bsu) juga teks terjemahan (Bsa) dan sejumlah informan. Sumber data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
yang dimaksud adalah dokumen (subtitle) dan informan yang terdiri dari rater dan
responden. Berikut adalah skema triangulasi data dengan modifikasi.
Analisis dokumen Dokumen/arsip
Data Rater
Kuesioner Responden
Gambar 3.1. Skema Triangulasi Data (Sutopo, 2006 :96)
2. Triangulasi metode
Dalam triangulasi metode pengunaan metode dalam pengumpulan
data yang berbeda akan lebih memperjelas untuk memperoleh informasi dan
dokumen. Terjemahan yang sumber datanya berupa informasi dan dokumen.
Triangulasi metode tidak hanya berfungsi untuk memperoleh informasi, akan
tetapi juga berfugsi untuk memastikan data yang terkait dengan kualitas
terjemahan yang ada pada sumber data. Triangulasi metode dapat
digambarkan sebagai berikut.
Kuesioner Informan
Data Wawancara
Content Analysis Dokumen/ arsip
Gambar 3.2. Triangulasi Metode (Sutopo,2006:96)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
F. Teknik Analisi Data
Pada tahap ini, penelitian menggunakan teori Spreadly (1980) dengan
menggunakan empat tahapan yaitu:
1. Analisis Domain
Dalam tahap ini dilakukan pemilahan terhadap data dan bukan data, seperti
contoh dibawah ini:
Tabel 3.4. kalimat yang termasuk ke dalam data penelitian
Bsu Bsa
As a medical man, have you
enjoyed my work?
Sebagai pria medis, apakah kau
menikmati hasil karyaku?
What have you done to,
Gladstone?
Kali ini, apa yang kau lakukan pada
Gladstone?
Tabel 3.5. kalimat yang tidak termasuk ke dalam data penelitian
Bsu Bsa
Head cooked to the left Kepala miring ke kiri
Partial deafness in ear Tuli sebagian di telinga
2. Analisis Taxonomy
Setelah mengelompokkan data berupa kalimat tanya, selanjutnya dilakukan
tahapan taxonomy dengan mengklasifikasikan berdasarkan pendekatan yang
digunakan
Tabel 3.6. Klasifikasi Jenis, Fungsi dan Teknik Kalimat Tanya
No Data Kalimat Tanya Jenis dan
fungsi
kalimat
tanya
Teknik
Penerjemahan Bsu Bsa
003 have you
enjoyed my
Sebagai pria
medis,
Yes-no
question
Reduksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
work? apakah kau
menikmati
hasil
karyaku?
Sindiran
017 What have you
done to,
Gladstone now?
Kali ini, apa
yang kau
lakukan pada
Gladstone?
Wh
question
Marah
Kreasi
Diskursif
3. Analisis Komponen
Pada tahap ini, data yang sudah dikelompokan berdasarkan jenis dan
tekniknya maka selanjutnya dilakukan analisis tentang tingkat kualitasnya
yang meliputi keakuratan, keberterimaan dan keterbacaan.
Tabel 3.7. Tabel Analisis Penilaian Kualitas Terjemahan
No
Data
Jenis
dan
fungsi
kalimat
tanya
Teknik
penerjemahan
Keakurat
an
Keberterima
an
Keterbaca
an
003 Yes-no
question
Sindiran
Reduksi Kurang
akurat
Kurang
berterima
Tinggi
G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Tahap penelitian dilakukan melalui serangkaian sebagai berikut:
1. Menyaksikan film Sherlock Holmes dan mengulanginya beberapa kali
sehingga dapat memahami keseluruhan cerita yang ada.
2. Mencari transkrip film berjudul Sherlock Holmes
(http://www.subtitledsource.org.com) dari internet dan menyalin teks
subtitled baik ke dalam Bsu maupun Bsa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
3. Pemilihan data yang termasuk ke dalam jenis, fungsi kalimat tanya
sekaligus penandaan teks yang mengandung teknik penerjemahan.
4. Data yang telah terkumpul diberi kode berdasarkan bahasa sumber, bahasa
sasaran, dan nomor urut, sebagai contoh:
Kode : BSu/001
Keterangan : Bsu : bahasa sumber
001 : nomor urut data
Kode : BSa/001
Keterangan : BSa : bahasa sasaran
001 : nomor urut data
5. Data disusun dalam bentuk kuesioner untuk disebarkan kepada para
informan guna memperoleh informasi berbentuk nilai mengenai kualitas
terjemahan yang dihasilkan.
6. Pemeriksaan validitas data dengan menganalisa data dari segi jenis, fungsi,
teknik dan dampak yang ditimbulkan dari penggunaan teknik tersebut
terhadap kualitas terjemahan yang dihasilkan.
7. Berdasarkan semua tahapan analisis yang telah dilakukan, dibuat suatu
kesimpulan sebagai tahap akhir penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASANYA
Pada bab ini penulis akan membahas mengenai temuan penelitian beserta
pembahasannya yang terkait dengan masalah yang diteliti. Pada sub bagian
pertama membahas mengenai temuan penilitian berupa: hasil analisis jenis-jenis
kalimat tanya beserta fungsi pragmatis yang terkandung dalam kalimat tanya,
dilanjutkan dengan pembahasan mendalam tentang teknik-teknik penerjemahan
yang digunakan dalam kalimat tanya dan kualitas terjemahan kalimat tanya yang
terdapat pada subtitle film Sherlock Holmes. Pada sub bagian kedua akan dibahas
secara mendalam mengenai pemaparan dari dampak penggunaan teknik
penerjemahan terhadap kualitas terjemahan pada subtitle.
A. Temuan Penelitian
1. Penggunaan jenis-jenis kalimat tanya dan fungsi pragmatis kalimat
tanya.
Pada bagian ini, mengetengahkan hasil analisis yang telah diambil dari
keseluruhan data yang berupa kalimat tanya, yang mana penulis telah memilah-
milah data kalimat tanya dan memberikan nomer kode pada masing-masing
kalimat tanya agar mudah menganalis data yang telah ada.
Berdasarkan teori dari Quirk et al (1985:06) , jenis kalimat tanya terbagi
menjadi tiga macam yaitu kalimat tanya Yes/no questions, Wh questions, dan
Alternative questions. Sedangkan menurut Kirkpatrick (dalam Larson, 1984:237)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
mengemukakan bahwa fungsi pragmatik dalam kalimat tanya tidak saja hanya
menanyakan suatu informasi akan tetapi juga untuk mengungkapkan sikap seperti
kekaguman, penyesalan, keraguan, kemarahan dan emosi-emosi yang lainya. Hal
ini juga didukung dengan pendapat dari Larson (1984:234), mengenai fungsi
kalimat tanya tidak saja hanya menanyakan suatu informasi melainkan terdapat
beberapa fungsi pragmatis yang terkandung dalam kalimat tanya seperti halnya
mengungkapkan rasa prihatin atau ketidakpastian, keterkejutan, desakan atau
teguran.
Pembahasan diatas, maka penulis menganalisa data yang telah ada dan
mengkategorikan dengan membaginya berdasarkan jenis dan fungsi kalimat
tanya. Hasil analis data mengenai pembahasan jenis dan fungsi pragmatis kalimat
tanya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.1. Jenis dan fungsi Kalimat Tanya pada Subtitle film Sherlock Holmes
No Jenis dan Fungsi Kalimat Tanya Jumlah Persentase
1. Jenis Kalimat Tanya
a. Yes-no question 56 46,28%
Yes-no question dengan tobe 18 14,87%
Yes-no question dengan
modals
11 9,09%
Tag question atau penegas 5 4,13%
Declarative question 22 18,18%
b. Wh question 62 51,23%
What 30 24,79%
Where 2 1,65%
Who 2 1,65%
Why 10 8,26%
How 13 10,74%
When 3 2,47%
Which 2 1,65%
c. Alternative question 3 2,47 %
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
1.1. WH question beserta fungsi Pragmatisnya
Pembasan melalui tabel diatas dapat disimpulkan bahwa penggunaan
Jenis kalimat tanya lebih didominasi oleh jenis WH question, karena dalam
percakapan yang terdapat pada film tersebut lebih cenderung bersifat interogasi,
dimana percakapan lebih sering menggunakan kalimat tanya WH question untuk
menanyakan suatu informasi atau bahkan menunjukkan kekesalan atau amarah
semata. Terdapat 62 data (51,23 %) termasuk ke dalam jenis kalimat tanya WH
question seperti tabel dibawah ini berikut beserta fungsi pragmatisnya :
Tabel 4.2. Kalimat Tanya WH questions
No Data Fungsi Pragmatis No Data Fungsi Pragmatis a. WHAT (tidak mengalami pergeseran
fungsi Pragmatisnya)
d. WHY (tidak mengalami pergeseran
fungsi Pragmatisnya)
Penggunaan kata „apa‟ sebagai padanan Penggunaan kata “mengapa” sebagai
padanan
010 Mengeluh 005 Menyindir
017 Mencemaskan 038 Bertanya/ Real
023 Meminta 043 Menyindir
026 Bertanya 072 Menyesal
027 Bertanya 075 Menyesal
029 Menantang 076 Meragukan
045 Menyindir 094 Meminta
2. Fungsi Kalimat Tanya
a. Real question 53 43,80%
b. Rhetoric question 68 56,19%
Sindiran 23 19,00%
Kemarahan 10 8,26%
Permintaan/ Request 8 6,61%
Trap/ Jebakan 5 4,13%
Ketidakpastian 5 4,13 %
Penawaran/ offering 6 4,95%
Imperatif / perintah 3 2,47%
Nasehat/ advice 3 2,47%
Keterkejutan 2 1,65%
Kesedihan 3 2,47%
Jumlah Total 121 data 100 %
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
046 Menyindir 095 Bertanya/ Real
048 Bertanya/ Real 098 Bertanya/ Real
050 Bertanya/ Real Penggunaan kata “bagaimana” sebagai
padanan
051 Menghina 108 Memaksa
052 Bertanya/ Real e. HOW (tidak mengalami pergeseran
fungsi Pragmatisnya)
054 Bertanya/ Real Penggunaan kata “apa” sebagai padanan
057 Bertanya/ Real 033 Menyindir
063 Bertanya/ Real Penggunaan kata “berapa” sebagai
padanan
078 Menyindir 037 Menyindir
086 Bertanya/ Real 087 Menyindir
096 Bertanya/ Real 110 Bertanya/ Real
097 Bertanya/ Real 116 Bertanya/ Real
104 Bertanya/ Real Penggunaaan kata “dimana” sebagai
padanan
105 Menyesal 059 Bertanya/ Real
113 Bertanya/ Real Penggunaaan kata “Bagaimana” sebagai
padanan
115 Bertanya/ Real 004 Bertanya/ Real
117 Bertanya/ Real 028 Bertanya/ Real
Penggunaan kata “bagaimana” sebagai
padanan
079 Menyangkal
022 Menawarkan 088 Bertanya/ Real
056 Bertanya/ Real 121 Bertanya/ Real
065 Bertanya/ Real Penggunaaan kata “mengapa” sebagai
padanan
067 Menantang 074 Bertanya/ Real
090 Menyarankan/ Menasehati f. WHERE (tidak mengalami pergeseran
fungsi Pragmatisnya)
Perubahan bentuk menjadi kalimat tanya
deklaratif
Penggunaaan kata “dimana” sebagai
padanan
084 Menantang 002 Bertanya/ Real
b. WHEN (tidak mengalami pergeseran
fungsi Pragmatisnya)
101 Bertanya/ Real
Penggunaan kata “kapan” sebagai
padanan
g. WHICH (tidak mengalami pergeseran
fungsi Pragmatisnya)
006 Bertanya/ Real Penggunaaan kata “mana” sebagai
padanan
080 Menyangkal 091 Bertanya/ Real
081 Menyangkal 092 Bertanya/ Real
c. WHO (tidak mengalami pergeseran
fungsi Pragmatisnya) JUMLAH
Penggunaan kata “siapa” sebagai padanan Real question : 35 data
040 Bertanya/ Real Retoris question : 25 data
102 Bertanya/ Real
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Pada penelitian ini, terdapat pula terjemahan pada Bsa yang tidak semua
diterjemahkan menjadi kata tanya dalam Bahasa Indonesia akan tetapi ada pula
perubahan bentuk menjadi kalimat tanya deklaratif, seperti halnya pada jenis
kalimat tanya yang diawali dengan „What‟ pada data 084. Peletakkan kalimat
tanya pada kalimat Bsa sangat bervariasi, tidak selalu diletakkan di depan seperti
halnya Bsu. Untuk terjemahan kalimat tanya pada Bsa juga sangat bervariasi dan
tidak monoton diterjemahkan sesuai dengan artinya, meskipun demikian
terjemahan pada Bsanya sudah disesuaikan dengan kaidah atau aturan yang
terdapat dalam Bahasa Indonesia.
Fungsi pragmatisnya, terdapat 6 jenis fungsi pada kalimat tanya jenis WH
question yaitu : mengungkapkan sebuah sindiran dengan data berjumlah 12,
mengekspresikan rasa kemarahan sebanyak 7 data, dan 6 data untuk
mengungkapkan rasa mengeluh, menantang, menyindir, menyesal, menyarankan
dan juga menasehati pada setiap masing-masing data. Meskipun terdapat
perubahan bentuk dan jenis kalimat tanya dalam Bsanya namun tidak ditemukan
pergeseran fungsi pragmatis pada jenis kalimat tanya WH question, hal ini
disebabkan fungsi pragmatis dalam kalimat tanya tersebut dapat mempengaruhi
penyampaian isi pesan pada Bsa jadi tidak tersampaikan. Dapat disimpulkan
bahwa jumlah keseluruhan data adalah 60 data yang mana berdasarkan fungsinya
data tersebut terbagi menjadi 2 yaitu kalimat tanya real question dengan jumlah
35 data dan kalimat tanya retoris dengan jumlah 25 data.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
1.2. Yes-no question beserta fungsi Pragmatisnya
Jenis kalimat tanya yang kedua adalah Yes-no question dengan data
berjumlah 56 data (46,28 %) dari keseluruhan data yang ada, dimana masing-
masing fungsi kalimat tanya tidak hanya berfungsi sebagai kalimat tanya dengan
jawaban ya atau tidak saja akan tetapi juga berfungsi untuk mengungkapkan rasa
emosional dari penutur. Sama seperti kalimat tanya WH question juga terdapat
pula perubahan jenis kalimat tanya itu sendiri. Berikut ini merupakan tabel yang
menunjukkan jenis beserta fungsi pragmatis yang terkandung pada kalimat tanya
Yes-no question:
Tabel 4.3. Kalimat Tanya Yes-no questions
No Data Fungsi Pragmatis No Data Fungsi Pragmatis
a. Tobe / auxilaries (tidak mengalami
pergeseran fungsi Pragmatisnya) c. Declarative (tidak mengalami
pergeseran fungsi Pragmatisnya) Penggunaan kata “apa/ apakah” sebagai
padanan
001 Menyindir
003 Menantang 008 Meragukan
016 Menyindir 013 Mengeluh
021 Meragukan 015 Menawarkan
030 Menawarkan 018 Menekan
044 Menyindir 019 Menekan
053 Bertanya/ Real 020 Menekan
066 Menyangkal 024 Menyakinkan
068 Menantang 025 Menyakinkan
070 Bertanya/ Real 031 Meragukan
099 Menantang 032 Menawarkan
100 Bertanya/ Real 034 Menyindir
106 Bertanya/ Real 041 Bertanya/ Real
107 Menyindir 042 Memerintah
112 Menekan 058 Menyindir
Penggunaan kata “bukan” sebagai
padanan
060 Bertanya/ Real
014 Menyarankan/ Menasehati 062 Menyindir
Perubahan bentuk menjadi kalimat tanya
deklaratif
077 Ketidak pastian
069 Bertanya/ Real 083 Menekan
082 Meragukan 085 Bertanya/ Real
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
118 Bertanya/ Real 103 Bertanya/ Real
b. Modals (tidak mengalami pergeseran
fungsi Pragmatisnya)
Perubahan bentuk menjadi kalimat tanya
penegas
Penggunaan kata “bisa/ bisakah/ boleh”
sebagai padanan
055 Bertanya/ Real
012 Meminta d. Tag/ Penegas (tidak mengalami
pergeseran fungsi Pragmatisnya)
049 Meminta Penggunaan kata “bukan/ partikel -kah”
sebagai padanan
061 Meminta 007 Bertanya/ Real
120 Meminta 009 Bertanya/ Real
Penggunaan kata “apa” sebagai padanan 089 Bertanya/ Real
011 Meminta 111 Bertanya/ Real
071 Menawarkan Perubahan bentuk menjadi kalimat tanya
deklaratif
Perubahan bentuk menjadi kalimat tanya
deklaratif
047 Bertanya/ Real
036 Mengajak JUMLAH
064 Menawarkan
073 Menawarkan Real question : 17 data
093 Bertanya/ Real
Penggunaan kata “bukan” sebagai
padanan Retoris question : 39 data
119 Meminta
Dari tabel diatas, dapat disimpulkan mengenai pembagian jenis kalimat
tanya Yes-no question terbagi menjadi 4 kategori yaitu yes-no question dengan
tobe/ auxilaries, modals, tag question/ penegas dan declarative question, yang
masing-masing jenis tersebut juga memiliki fungsi pragmatis yang berbeda.
Penggunaan padanan pada terjemahan Bsanya sangatlah bervariasi, tidak hanya
itu, banyak pula terdapat perubahan jenis kalimat tanya itu sendiri menjadi bentuk
kalimat tanya deklaratif bahkan penegas, hal ini dapat dilihat dari setiap jenis
kalimat Yes-no question. Sama halnya dengan jenis kalimat tanya WH question
yang peletakannya bervariasi, begitu pula dengan peletakkan kalimat tanya Yes-no
question pada terjemahan Bsanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Dilihat dari segi fungsi pragmatisnya, fungsi retoris lebih banyak
jumlahnya dari pada fungsi real atau sebenarnya. Hal ini disebabkan, banyaknya
kalimat tanya yang dilontarkan si penutur dengan tujuan tidak saja memperoleh
informasi semata dan jawaban yang dihasilkannyapun tidak lantas berupa kata „ya
atau tidak saja‟ akan tetapi ungkapan yang lebih mendalam seperti sebuah
sindiran atau kemarahan balik dari si penutur dalam menyampaikan pesan.
Terdapat 39 data yang masing-masing berfungsi sebagai: ungkapan
menyampaikan rasa menekan pada lawan tutur dengan tujuan untuk memperoleh
jawaban yang sebenarnya dari lawan bicaranya, ungkapan rasa meminta dan
menawarkan, dan ungkapan perasaan lain seperti mengeluh, menantang lawan
bicaranya, menyindir, meragukan, menyangkal dan juga mengajak. Sama halnya
dengan fungsi pragmatis WH question, dalam tabel diatas tidak ditemukan
pergeseran fungsi pragmatis dari Bsu ke dalam Bsa karena hal ini akan
mempengaruhi penyampaian isi pesan.
1.3. Alternative question beserta fungsi Pragmatisnya
Jenis kalimat tanya yang terakhir adalah alternative question, dengan
prosentase data terkecil diantara data yang sudah ada. Hanya terdapat tiga kalimat
saja dengan jumlah prosentase sebanyak 2,47 %. Berdasarkan teori dari Jacobs
(1995:263) susunan kalimat tanya alternatif question biasanya menggunakan kata
sambung “or”. Dari teori tersebut, terdapat data kalimat tanya yang ditemukan
dengan menggunakan kata sambung “or” seperti pada tabel di bawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Tabel 4.4. Kalimat Tanya Alternative questions
No Data Fungsi Pragmatis (tidak mengalami pergeseran fungsi
Pragmatisnya)
109 Bertanya/ Real
Penggunaan kata “apa” sebagai padanan
035 Menyindir
039 Menyindir
Dari tabel diatas penggunaan kata “apa/apakah” dipakai sebagai padanan
dalam Bsanya, sedangkan pada data 109 tidak diawali dengan penggunaan kata
tanya dalam Bsanya, sedangkan jenisnya lebih cenderung pada kalimat tanya
deklaratif dengan penggunaan kata sambung “atau” dalam terjemahanya. Fungsi
pragmatis pada data diatas tidak terdapat pegeseran dan terbagi menjadi 2 fungsi,
1 data berfungsi sebagai kalimat tanya real atau sungguhan dan 2 data berfungsi
untuk mengungkapkan sindiran dari si penutur. Kalimat tanya alternative question
biasanya digunakan karena si penutur tidak sabar dengan lawan bicaranya yang
tidak segera memberikan jawaban yang diinginkan, seperti pada contoh data no
035, dimana Holmes menyindir dengan keras kepada Irene tentang asal mula
kalung permata yang dipakainya. Holmes merasa yakin bahwa kalung yang
dipakainya adalah hasil curian dari seorang raja yang merasa kehilangan.
Dari hasil analisis diatas, dapat disimpulkan bahwa kalimat tanya tidak
hanya berfungsi untuk menyakan suatu informasi semata akan tetapi juga memilki
fungsi-fungsi pragmatis seperti ungkapan emosianal dari si penutur kepada lawan
bicaranya. Begitu pula dengan jenis kalimat tanya, terutama pada jenis kalimat
tanya yes-no question dimana jawaban yang dituturkan tidak hanya berupa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
jawaban ya atau tidak saja, akan tetapi juga memiliki variasi jawaban yang
berbeda.
Dari pemilahan dan pembahasan kalimat tanya diatas terdapat pula
terjemahan kalimat tanya yang dalam Bsanya dihilangkan atau terdapat pula
penambahan informasi-informasi dengan pergeseran unsur-unsur linguistik baik
itu secara struktural maupun kontekstual. Oleh sebab itu, hal-hal seperti ini
mendasari penulis untuk meneliti lebih jauh lagi tentang penggunaan teknik
penerjemahan dalam kalimat tanya yang terdapat pada data-data diatas. Hal ini
juga akan mempengaruhi kualitas terjemahan yang dihasilkan.
2. Teknik Penerjemahan
Terkait dengan pembahasan diatas mengenai jenis dan fungsi kalimat
tanya, bahwa kalimat tanya yang terdapat pada bahasa sumber tidak mesti
diartikan sama ke dalam bahasa sasaran. Terdapat pula perubahan makna dan
penambahan kalimat yang diterjemahkan lain ke dalam bahasa sasaran dengan
tujuan agar lebih mudah dimengerti oleh pemirsa. Dari kilasan diatas, maka
penulis akan lebih jauh membahas mengenai teknik-teknik yang digunakan oleh si
penerjemah dalam menerjemahkan khususnya pada kalimat tanya diatas. Dalam
penelitian ini juga diperkuat dengan menggunakan teori yang berasal dari teori
Molina dan Albir (2002) yang merupakan dasar acuan untuk mengidentifikasi
data-data mengenai teknik penerjemahan yang digunakan dalam subtitle film
Sherlock Holmes. Terdapat 12 teknik yang digunakan dalam menerjemahkan
subtile film ini. Selain itu, ditemukan pula lebih dari satu penggunaan teknik yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
diterapkan pada sebuah ujaran. Berikut merupakan tabel yang berisi tentang
penggunaan macam-macam teknik beserta frekuensi pemakaianya.
Tabel 4.5. Penggunaan Teknik dan Frekuensi Pemakaianya
No Teknik Jumlah Prosentase
1. Literal 36 29,75 %
2. Transposisi 20 16,52 %
3. Linguistik Kompresi 11 9,09 %
4. Linguistik Amplifikasi 10 8,26 %
5. Modulasi 9 7,43 %
6. Amplifikasi 9 7,43 %
7. Reduksi 8 6,61 %
8. Partikulasi 6 4,95 %
9. Peminjaman 5 4,13 %
10. Padanan lazim 4 3,30 %
11. Kreasi diskursif 3 2,47 %
JUMLAH 121 data 100 %
2.1. Teknik Literal
Penerjemahan literal atau sering juga disebut dengan penerjemahan
harfiah merupakan jenis penerjemahan yang dilakukan dengan cara
menerjemahakan kata demi kata. Teknik ini mempersyaratkan pemadanan leksikal
yang masih terikat dengan Bsu tetapi susunanya leksikal yang membentuk suatu
ungkapan sudah disesuaikan dengan kaidah Bsa. Berdasarkan dari tabel diatas,
penerjemahan literal menduduki prosentase terbanyak dari teknik penerjemahan
yang lainya. Terdapat sekitar 36 data (29,75 %) dari keseluruhan data kalimat
tanya yang ada, berikut ini beberapa contoh penerjemahan literal yang telah
diambil dari data yang ada:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Tabel 4.6. Contoh Penggunaan Teknik Literal
No Data Bsu Bsa
006 When you moving in? Kapan kau pindah?
012 Oh. Can I see that? oh. Bisa aku melihat itu?
015 Tea, Mr. Holmes? Teh, tuan Holmes?
Dari tabel diatas tampak jelas bahwa pemadanan kata-kata yang
membentuk frasa-frasa sangat terikat dengan Bsunya tetapi susunanya sudah
disesuaikan dengan susunan kata dalam frasa Bahasa Indonesia. Kalimat tanya
yang didahului dengan Wh question dengan fungsi pragmatis sebagai kalimat
tanya real question dari Bsu juga diartikan sama ke dalam Bsa, begitu pula
dengan kalimat tanya yes-no question menggunakan modal pada data 012 yang
memiliki fungsi pragmatis bertanya atau real question dengan tujuan untuk
memperoleh jawaban dari lawan tuturnya dan kalimat tanya declarative dengan
fungsi kalimat untuk menawarkan minuman dari si penutur yang terdapat pada
data 015 juga diartikan secara kata demi kata dapat mengurangi tingkat kesalahan
dalam terjemahanya. Sehingga dengan penggunaan teknik literal ini, diharapkan
mampu menghindari distorsi makna dan mampu mencapai keberterimaan
terjemahan.
2.2. Teknik Transposisi
Transposisi merupakan salah satu teknik yang banyak digunakan setelah
teknik penerjemahan literal. Teknik kedua ini digunakan dengan cara merubah
susunan secara gramatikal agar hasil terjemahan lebih berterima. Terdapat 20 data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
dengan prosentase 16,52 % dalam penggunaan teknik ini. Teknik Transposisi
dapat ditemukan pada contoh tabel dibawah ini:
Tabel 4.7.Contoh Penggunaan Teknik Transposisi
No Data Bsu Bsa
022 What about a complete
stranger?
Bagaimana dengan orang
asing?
033 How can I help?
Apa aku bisa membantumu?
056 What of the coffin? Bagaimana degan peti matinya?
Dari tabel diatas, terdapat perubahan kelas kata dari Bsu ke Bsa dimana
kalimat tanya pada Bsu yang diawali dengan Wh questions yang kemudian oleh
penerjemah dicarikan padanan yang berbeda dari Bsa agar hasil terjemahan yang
dihasilkan lebih bisa diterima dan terasa alami. Dalam proses penerjemahan,
penerjemah selalu berusaha mendapatkan unsur bahasa sasaran yang sepadan
dengan bahasa sumbernya agar dapat mengungkapkan pesan yang sama dalam
teks sasaran. Fungsi pragmatis pada contoh kalimat tanya diatas sebagai
ungkapan menawarkan diri untuk ditebak identitas personalnya (022), ungkapan
sindiran yang dilontarkan si penutur (033) dan kalimat tanya real untuk
menanyakan keadaan peti mati pada saat kejadian berlangsung (056) yang
kesemuanya diterjemahkan tidak disesuaikan dengan padanan kalimat tanya pada
Bsanya. Dengan penyesuaian secara gramatikal pada terjemahan Bsanya
menjadikan terjemahan kalimat tanya diatas tidak terasa kaku dan alamiah dengan
perubahan yang sudah disesuaikan terlebih dahulu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
2.3. Teknik Kompresi Linguistik
Pada penggunaan teknik ini terdapat 11 data dengan prosentase 9,09 %
dari total data yang ada. Teknik ini merupakan kebalikan dari teknik linguistik
Amplifikasi dimana teknik ini digunakan dengan cara mensintasis elemen
linguistik yang ada menjadi lebih sederhana. Tebel dibawah ini merupakan contoh
dari penggunaan teknik Linguistik Kompresi:
Tabel 4.8.Contoh Penggunaan Teknik Kompresi Linguistik
No Data Bsu Bsa
026 What the hell's going on here,
Charlie?
Apa yang terjadi, Charlie?
047 That's no consequence to you
really, is it Watson?
Itu bukan urusanmu lagi kan
Watson?
050 Don't move! Now, what have we
got here?
Jangan bergerak! Apa ini?
Pada data-data diatas dapat dilihat bahwa terdapat pemadatan kalimat
tanya dari Bsu yang kemudian diterjemahkan lebih sederhana ke dalam Bsa.
Meskipun terdapat beberapa pengurangan kata atau perubahan elemen pada
kalimat diatas, akan tetapi hasil terjemahan Bsanya tetap mudah dimengerti tanpa
mengubah jenis kalimat tanyanya yaitu kalimat tanya WH question dan taq
question besrta fungsi pragmatisnya. Dengan adanya pemadatan pada Bsanya
menjadikan terjemahan lebih berterima dan lebih pendek dalam penulisanya
sehingga tidak melanggar aturan dalam subtile yaitu dalam satu baris subtitle
maksimum terdiri dari 40 karakter, termasuk spasi dan tanda bacanya. Pada data
026 dengan fungsi pragmatis bertanya yang diucapkan oleh inspektur Lestrade
pada bawahanya, penerjemah berusaha mencarikan padanan yang sudah biasa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
dipergunakan pada Bsa sebagai padanan kalimat untuk menanyakan suatu kondisi.
Sedangkan pada data 047 dan 050 dengan fungsi pragmatis yang sama untuk
menanyakan informasi pada lawan tuturnya, penerjemah menerjemahkanya lebih
ringkas dan padat guna mendapatkan hasil terjemahan yang lebih berterima dan
mudah ditangkap makna yang akan disampaikan pada pemirsa.
2.4. Teknik Amplifikasi Linguistik
Teknik ini merupakan teknik yang berlawanan dengan teknik linguistik
kompresi, dimana teknik ini digunakan dengan menambahkan unsur-unsur
linguistik agar pesan yang disampaikan lebih berterima. Terdapat 10 data dengan
prosentase 8,26 % yang menggunaan teknik ini. Berikut contoh dari penggunaan
teknik linguistik aplifikasi:
Tabel 4.9. Contoh Penggunaan Teknik Amplifikasi Linguistik
No
Data
Bsu Bsa
036 Shall we? kita minum sekarang?
070 Do you have my cut?
Apa kau membawa potonganku
dari pertarunganmu?
071 Should I look after it for you?
apa aku sebaiknya menyimpan sisa
uangmu itu?
Jenis kalimat tanya yang diawali dengan modals dengan fungsi pragmatis
sebagai ungkapan ajakan dari si penutur yaitu Irene pada data 036, diterjemahkan
ke dalam Bsa diterjemahkan menjadi „Kita minum sekarang?‟ merupakan bentuk
terjemahan yang meskipun mengalami banyak perubahan secara struktural,
dengan penambahan unsur-unsur linguistik pada Bsanya akan tetapi secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
kontekstual arti dan makna terjemahan terasa lebih berterima dikarenakan
disesuaikan dengan situasi yang ada pada waktu kejadian itu berlangsung.
Penambahan unsur-unsur linguistik pada terjemahan Bsa juga bisa menjadikan
terjemahan Bsa menjadi lebih rinci dan jelas namun juga bisa mempengaruhi
ketidaktepatan dalam penyampaian pesan seperti pada data 070, dimana “my cut”
diterjemahkan menjadi “potongan dari pertarunganku” menimbulkan distorsi
makna, sehingga pesan jadi tidak terasa ilmiah dan kaku. Penerjemah
menambahkan informasi yang kurang terperinci sehingga menimbulkan
kerancuan pada makna yang disampaikan. Sebaliknya untuk data 071 dengan
fungsi pragmatis menawarkan diri yang diungkapkan oleh si penutur yaitu
Holmes pada lawan tuturnya Watson, penerjemah memcarikan padanan yang
sesuai sehingga menghasilkan terjemahan yang tidak kaku, kata „look after it for
you‟ diartikan ke dalam Bsa menjadi „menyimpan sisa uangmu itu‟ menjadikan
terjemahan menjadi lebih berterima dan pesan yang disampaikan mudah
ditangkap oleh pemirsa.
2.5. Teknik Modulasi
Merupakan sebuah teknik penggantian sudut pandang, fokus atau
kategori kognitif dalam teks Bsu, bisa dalam tataran leksikal maupun struktural.
Pada penggunaan teknik ini hanya terdapat 9 data (7,43 %) dari total keseluruhan
data. Penggunaan teknik modulasi dapat ditemukan seperti contoh pada tabel
dibawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Tabel 4.10.Contoh Penggunaan Teknik Modulasi
No Data Bsu Bsa
031 So that's, no to the opera
then?
Jadi kau tidak mau pergi ke
opera?
032 Care to come along? kamu mau ikut?
045 What she after, anyway? Apa yang dia inginkan?
Dari contoh tabel diatas terdapat penggantian sudut pandang yang
diterjemahkan berbeda ke dalam bsa. Pada data 031, dengan fungsi pragmatis
meragukan, ujaran tersebut memiliki arti mengulangi kembali sebuah ajakan yang
diutarakan Holmes kepada Watson. Holmes merasa tidak yakin dengan keputusan
Watson. Penerjemah menerjemahkannya dengan pergantian sudut pandang
menjadi terjemahan yang mudah dimengerti dan difahami oleh pemirsa. Contoh
lainya adalah pada data no 032, dengan fungsi pragmatis menawarkan ajakan pada
Watson, dalam terjemahan Bsa dirasa lebih mudah dimengerti dan difahami
meskipun terdapat perbedaan terjemahan akan tetapi tidak merubah pesan yang
disampaikan. Beda halnya dengan data 045, dimana fungsi pragmatisnya untuk
mengungkapkan rasa menyindir dari Watson pada Holmes. Pada kata “after”
diterjemahkan menjadi “inginkan”, dengan perubahan sudut pandang dari Bsunya,
maka terjemahan yang dihasilkan mempunyai dampak yang positif terhadap
penggunaan teknik ini, terjemahan yang dihasilkan terasa lebih berterima dan
lebih alamiah. Sehingga penggunaan teknik ini dirasa lebih tepat karena mencari
fokus sudut pandang yang lebih mudah diterima dalam Bsanya akan terasa lebih
mudah dimengerti dan difahami oleh penontonya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
2.6. Teknik Amplifikasi
Teknik Amplifikasi digunakan jika diperlukan tambahan informasi atau
parafrase yang eksplisit yang tidak terdapat dalam BSu guna mempermudah
penyampaian pesan. Teknik ini merupakan kebalikan dari teknik kompensasi
dengan data 9 jenis kalimat tanya prosentase sebanyak (7,43 %). Dibawah ini
adalah contoh dari penggunaan teknik amplifikasi:
Tabel 4.11.Contoh Penggunaan Teknik Amplifikasi
No Data Bsu Bsa
041 You remember the Grand? kau ingat hotel Grand?
054 What's the major concern?
Apa kekhawatiran utama kalian?
106 Aren't you--?
Apa kau tidak pergi...?
Bagan data diatas terdapat beberapa unsur penambahan yang terdapat
pada Bsa, masing-masing penambahan informasi pada Bsa membuat hasil
terjemahan lebih mudah difahami dan dimengerti oleh pembacanya seperti pada
contoh data 041, dengan fungsi pragmatis untuk bertanya, dimana terdapat
penambahan informasi pada Bsa yaitu pada kata „Hotel‟, dengan adanya
penambahan kata tersebut menjadikan pesan dalam Bsa terasa lebih akurat lagi
karena pemirsa akan merasa terbantu dengan penambahan kata “hotel” di depan
kata “Grand”, tidak semua pemirsa faham apa arti kata “Grand” sehingga dengan
adanya penambahan informasi ini menghasilkan terjemahan yang lebih berterima
lagi. Sedangkan fungsi pragmatis yang sama yaitu untuk menanyakan informasi
dari lawan penutur yaitu pada data 054, terdapat penambahan subjek pada Bsa
yaitu “kalian”, yang menjadikan terjemahan terasa lebih tepat dan lebih rinci, ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
dimaksudkan agar pembaca lebih mudah lagi dalam merangkai satu kesatuan
cerita pada film tersebut. Pada data 106, dimana pada Bsu terdapat penghilangan
kata akan tetapi hasil terjemahan Bsanya terdapat penambahan kata kerja „pergi‟.
Penambahan kata “pergi” pada Bsa didasarkan dengan adegan pada film tersebut,
hal ini didukung dengan sebuah permintaan dari Holmes untuk Irene dan Watson
agar cepat pergi dari tempat ia bersembunyi sedangkan ia tetap tinggal di
tempatnya sehingga muncullah sebuah pertanyaan dari Watson yang kemudian
dalam Bsanya, penerjemah menambahkan kata “pergi”. Dengan adanya
penambahan kata menjadikan pesan yang disampaikan lebih detail dan lebih
komplit lagi sehingga pemirsa tidak mengalami kesulitan dalam menangkap isi
pesan tersebut.
2.7. Teknik Reduksi
Teknik reduksi lebih menekankan pada pengurangan item informasi
dalam Bsa, teknik ini merupakan kebalikan teknik amplifikasi. Sama halnya
dengan teknik amplifikasi, teknik reduksi juga hanya terdapat 8 data atau
sebanyak 6,61 % saja dari total keseluruhan data yang ada Beberapa penggunaan
teknik ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.12.Contoh Penggunaan Teknik Reduksi
No Data Bsu Bsa
003 have you enjoyed my work? apa kau menikmatinya?
009 He wont be moving with you, will
he?
Tidak akan pindah
bersamamukan?
046 What could she possibly need? Apa yang dia butuhkan?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Penghilangan objek pada data Bsa 009 dengan fungsi pragmatis untuk
menanyakan sebuah informasi atau jawaban dan kata “possibily” pada data 046,
dengan fungsi pragmatisnya untuk mengungkapkan rasa sindiran yang diutarakan
Watson pada Holmes, tidak membuat pesan menjadi rancu dan membingungkan
hal ini dilakukan untuk memadatkan kalimat agar menjadi lebih ringkas dan dapat
sekali baca sesuai dengan kaidah penulisan subtitle pada film. Teknik ini biasanya
digunakan karena informasi yang dihilangkan dianggap tidak terlalu penting dan
mempengaruhi dalam penyampaian pesan, sedangkan pada percakapan tersebut
terdapat konflik yang juga membutuhkan kecepatan membaca oleh pembaca.
Sehingga penerjemah lebih memprioritaskan untuk terjemahan yang lainnya.
Penghilangan unsur teks Bsu dari Bsa dapat pula dilakukan untuk menghindari
pengulangan kata yang sama, oleh sebab itu penghilangan seperti ini bersifat
optional atau bebas.
2.8. Partikulasi
Teknik ini merupakan kebalikan dari teknik generalisasi. Teknik
penerjemahan dimana penerjemah menggunakan istilah yang lebih konkrit, presisi
atau spesifik, dari superordinat ke subordinat. Terdapat 6 data dengan prosentase
sebesar 4,95 % dengan contoh pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.13.Contoh Penggunaan Teknik Partikulasi
No Data Bsu Bsa
014 Don't you think it's time you
found another one?
Bukankah menurutmu sudah
waktunya kau mencari kasus
baru?
035 Is that the Maharajah's missing Apakah itu intan maharajah yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
diamond? Or just another
souvenir?
hilang? atau hanya cendera mata
lainya?
089 He's a professor, isn't he? Klaienmu seorang profesor
bukan?
Meskipun antara data yang satu dengan yang lain mempunyai perbedaan
pada jenis dan fungsi pragmatisnya akan tetapi pada data Bsu diatas
diterjemahakan ke dalam terjemahan yang lebih spesifik sehingga menghasilkan
terjemahan yang lebih terperinci lagi dan pemirsa menjadi lebih jelas dalam
menangkap pesan yang disampaikan. Kalimat “another one” pada data 014
dengan fungsi pragmatis untuk mengungkapkan rasa menasehati atau memberikan
saran, diterjemahkan menjadi lebih detail lagi menjadi sebuah kasus membuat
pesan yang disampaikan lebih akurat dan terperinci, sama halnya dengan “anothe
souvenir” pada data 035 dengan fungsi pragmatisnya untuk mengungkapkan rasa
sindiriran, diterjemahkan dengan cenderamata lain dari sebuah kerajaan yang
hilang. Untuk subjek “he” pada data 089 lebih ditekankan pada terjemahan
Bsanya menjadi “klein” yang memiliki pengertian lebih terperinci dan spesifik
lagi tentang siapa orang yang berada dibelakang semua kasus ini.
2.9. Peminjaman
Penggunaan teknik ini lebih menekankan pada penggunaan kata atau
ungkapan langsung dari bahasa lain. Pada teknik ini terdapat dua sifat yaitu
peminjaman murni dan peminjaman natural. Teknik peminjaman alami
memprasyaratkan penyesuaian lafal dari kata yang dipinjam dengan lafal yang
lebih lazim pada Bsa. Sedangkan peminjaman murni merujuk pada Bsu secara
utuh tanpa disertai penyesuaian lafal. Penggunaan teknik ini teridentifikasi 5 data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
dengan prosentase (4,13 %) yang mana 3 data termasuk ke dalam peminjaman
alami dan 2 data termasuk ke dalam peminjaman murni. Penggunaan teknik ini
terdapat pada data 020 dengan penjelasan sebagai berikut:
Tabel 4.14.Contoh Penggunaan Teknik Peminjaman
No Data Peminjaman Murni
Bsu Bsa
001 You remember your revolver? Kau membawa pistol revolver?
030 Did you know the opera house
is featuring "Don Giovanni"?
Apa kau tahu "Don
Giovanni"akan tampil dirumah
opera?
Peminjaman Alami
002 Where is the inspector?
Dimana inspektur?
020 The Royal? Royal?
039 Should I answer
chronologically or
alphabetically?
Apa aku harus menjawab secara
kronologis, atau secara alfabet?
Kata “revolver” pada data 001 dengan fungsi pragmatis untuk
mengungkapkan rasa sindiran, tidak mengalami perubahan tanpa adanya
penyesuaian pada lafalnya. Pada data tersebut juga ditemukan penggunaan teknik
lainya seperti penggunaan teknik amplifikasi dengan menambahkan kata “pistol”
di depan kata “revolver”, perubahan secara gramatikal juga terjadi akibat dari
penggunaan teknik transposisi, perubahan kata dari “remember” yang kemudian
diterjemahkan menjadi “membawa” membuat data menjadi kurang akurat, akan
tetapi memiliki tingkat keberterimaan yang tinggi. Sedangkan untuk data 030
terdapat 2 peminjaman murni yaitu “don giovani” dan “opera” yang mana
dipinjam secara utuh tanpa peyesuaian lafalnya, hal ini dikarenakan menghindari
terjadinya kerancuan dan distorsi makna pada pesan. Pada data 002 termasuk ke
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
dalam teknik peminjaman alami dimana peminjaman kata atau ungkapan yang
diikuti pelafalan. Teknik ini memprasyaratkan penyesuaian lafal dari kata yang
dipijam dengan lafal yang lazim terdapat dalam Bsanya. Kata “royal”
menunjukkan sebuah nama hotel terkenal di Inggris pada waktu itu, untuk
menunjukan suatu tempat atau nama dalam tata cara penulisan Bahasa Inggris
biasanya ditambahkan sebuah article di depan kata benda, namun beda dengan
aturan yang terdapat dalam Bahasa Indonesia, terjemahan diatas mengalami
perubahan yang sudah disesuaikan dengan kaidah Bsanya. Sedangkan untuk
peminjaman alami pada data 039 terjemahan pada Bsanya terkesan kaku karena
tidak biasa dipergunakan dalam penggunaan kata dalam Bahasa Indonesia.
2.10. Padanan Lazim
Teknik dengan penggunaan istilah atau ungkapan yang sudah lazim
(berdasarkan kamus atau penggunaan sehari-hari). Teknik ini mirip dengan
penerjemahan harfiah. Jumlah data yang diidentifikasi masuk ke dalam teknik
padanan lazim adalah 4 data dengan prosentase sebesar 3,30 % dari keseluruhan
data yang ditemukan. Berikut contoh dan penjelasan penggunaan teknik padanan
lazim:
Tabel 4.15.Contoh Penggunaan Teknik Padanan Lazim
No Data Bsu Bsa
016 Is it poisoned, "Nanny"?
Apakah ada racunya, "nenek"?
053 Have the newspapers got wind
of it yet?
Apa surat kabar sudah mendengar
ini?
099 Have you Iost your mind? apa kau sudah gila?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Pada tabel diatas ditunjukkan beberapa kata dalam Bsu yang kemudian
diterjemahkan ke dalam Bsa dengan cara menyesuaikan padanan yang sudah
terdapat dalam kamus atau sudah umum digunakan dalam Bsa. Semisal kata
“nanny” pada data 016 dengan fungsi pragmatisnya sebagai ungkapan sindiran,
merupakan padanan kata “nenek”. Padanan kata yang sudah biasa ditemukan
dalam Bsa juga digunakan pada data 053 dengan fungsi pragmatisnya untuk
menanyakan suatu keadaan, kata “got wind” diterjemahakan menjadi
“mendengar” terasa lebih alami dan mudah ditangkap maknanya oleh pemirsa.
Contoh data lainya yaitu pada kata “lost your mind” pada data 099 dengan fungsi
pragmatis untuk mengungkapkan rasa tantanganya pada Blackwood akan lebih
umum dan mudah ditangkap pesanya dalam Bsa menjadi “gila”. Dengan mencari
padanan yang sudah umum digunakan dalam kaidah Bsa, menjadikan terjemahan
lebih berterima bagi pemirsanya.
2.11. Teknik Kreasi Diskursif
Teknik terakhir dari penerjemahan subtilte film ini adalah teknik kreasi
diskursif dimana teknik ini diperkenalkan untuk menampilkan kesepadanan
sementara yang tidak terduga atau keluar dari konteks. Teknik ini lazim
diterapkan dalam menerjemahkan judul buku atau judul film. Penggunaan teknik
ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini dengan 3 data (2,47 %) yang
teridentifikasi, antara lain sebagai berikut:
Tabel 4.16.Contoh Penggunaan Teknik Kreasi Diskursif
No Data Bsu Bsa
017 What have you done to, Kali ini apa yang kau lakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Gladstone now?
pada, Gladstone ?
074 How so? Mengapa begitu?
076 Why else?
Mengapa begitu?
Dua data dari tiga data diatas (074 dan 076) merupakan contoh dari
penggunaan teknik diskursif dimana si penerjemah menerjemahkan kalimat tanya
tersebut ke dalam terjemahan yang sama dalam Bsanya. Dengan adanya
penggunaan teknik ini, terjemahan yang di hasilkan menjadi tidak kaku dan terasa
alamiah. Pemakaian teknik ini juga sudah didasari dan disesuaikan dengan kaidah
yang sudah biasa diterapkan dalam Bahasa Indonesia. Sedangkan untuk
keterangan waktu “now” diterjemahkan menjadi “kali ini” merupakan contoh dari
sebuah padanan yang biasa atau lazim digunakan dalam Bsanya sehingga hasil
terjemahanya menjadi tidak kaku dan berterima.
3. Kualitas Terjemahan
Tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak dari
penerapan dari teknik penerjemahan pada kualitas terjemahan. Sebagai seorang
penerjemah tentunya memiliki landasan pemikiran untuk selalu berusaha
menghasilkan terjemahan yang berkualitas dengan menerapkan berbagai teknik
penerjemahan, akan tetapi dalam menerapkan teknik tersebut, kemungkinan
seorang penerjemah kurang tepat dalam mengambil keputusan yang mana akan
mempengaruhi pada kualitas terjemahan.
Kualitas terjemahan diibaratkan seperti tiga sisi mata uang logam, yaitu
sisi pertama merupakan sisi keakuratan pengalihan pesan, sisi kedua merupakan
sisi kebertrimaan terjemahan, dan sisi yang ketiga merupakan tingkat keterbacaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
terjemahan. Penilaian tentang kualitas terjemahan dapat terlihat dari ketiga sisi
tersebut.
Terdapat terjemahan yang mana isi dan pesanya antara Bsu dan Bsa sama
akan tetapi dalam pengungkapannya kurang sesuai dengan kaidah norma atau
budaya yang berlaku dalam Bsa. Hal ini sama dengan pendapat yang diutarakan
oleh Spradley (1997: 16) tentang sebuah subtitle film yang dibuat dapat
mempengaruhi penyampaian makna budaya asli. Terdapat kemungkinan lainya
mengenai kebertrimaan yang tinggi namun pesanya menyimpang dari isi pesan
teks Bsu, bahkan ada pula terjemahan dapat difahami dengan mudah oleh
pembaca sasaran namun tingkat keakuratan dan kebertrimaanya sangat rendah.
Dalam penilaian kualitas terjemahan, dilibatkan tiga orang rater untuk
menentukan nilai pada masing-masing data, yang kemudian diambil nilai rata-rata
yang akan dipergunakan untuk membantu pendiskripsian data.
Dari ulasan diatas, maka pada pokok pembahasan di bawah ini akan
dibahas mengenai kualitas terjemahan baik dari tingkat keakuratan pengalihan
pesan, tingkat kebertrimaan dan tingkat keterbacaan terjemahan. Di bawah ini
merupakan bentuk pemaparan mengenai kualitas terjemahan pada subtitle film
Sherlock Holmes.
1. Keakuratan
Inti dari penilaian keakuratan adalah kesesuaian atau ketepatan pesan
yang disampaikan antara Bsu dan Bsa baik itu dilihat dari aspek linguistik
(struktur gramatika), semantik dan pragmatik. Dari keseluruhan data terdapat 104
data (85,95 %) termasuk ke dalam terjemahan akurat dan 17 data (14,04 %)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
masuk ke dalam terjemahan kurang akurat. Untuk terjemahan tidak akurat dalam
subtitle film ini tidak ditemukan, dikarenakan kecenderungan si penerjemah
menggunakan teknik literal dan transposisi yang menjadikan terjemahan tidak
terasa kaku.
1.1. Terjemahan yang Akurat
Terjemahan yang akurat mengacu pada tataran makna kata, frasa,
klausa, dan kalimat yang dialihkan secara akurat ke dalam Bsa. Tidak terdapat
distorsi makna atau kerancuan makna dalam penyampaian pesan. Terdapat 104
data (85,95 %) yang termasuk ke dalam terjemahan yang akurat dengan nilai rata-
rata 2,66-3. Berikut ini merupakan contoh subtitle yang diterjemahkan secara
akurat ke dalam Bsa.
Tabel 4.17. Contoh Terjemahan Akurat
No data Bsu Bsa
002 Where is the inspector?
Dimana inspektur?
008 Your colleague? rekanmu?
015 Tea, Mr. Holmes? Teh, tuan Holmes?
017 What have you done to,
Gladstone now?
Kali ini apa yang kau lakukan
pada, Gladstone ?
Konteks situasi pada data 002: Percakapan dilakukan oleh si penutur yaitu
Holmes kepada lawan bicaranya Watson dengan fungsi pragmatis untuk
menanyakan keberadaan Inspektur Lestrade di sebuah gedung tua tempat
penyergapan akan dilangsungkan.
Konteks situasi pada data 008: Dituturkan oleh pasien dari Watson dengan lawan
bicaranya Watson dengan fungsi pragmatis untuk mengungkapkan sebuah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
keraguan akan keberadaan teman dari dr.Watson yaitu Holmes, yang diutarakan si
pasien di ruang praktik Watson.
Konteks situasi pada data 015: Diutarakan oleh pengurus rumah tangga yaitu
Ny.William di salah satu ruangan apartemen miik Holmes dengan fungsi
pragmatis untuk menawarkan secangkir teh pada Holmes.
Konteks situasi pada data 017: Penutur yaitu Watson mengungkapkan rasa
kekhawatiranya kepada anjing kesayanganya yaitu Gladstone.
Pemakaian teknik peminjaman alami pada data 002 terjemahan yang
dihasilkan tidaklah begitu mengalami perubahan ataupun pergeseran secara
struktural sehingga pesan yang disampaikan mudah ditangkap oleh pemirsa. Kata
“inspektur” dalam Bsanya sudah biasa dipergunakan oleh aparat keamanan yang
menunjukkan pada sebuah kepemimpinan. Sehingga dengan penggunaan teknik
ini, pesan yang disampaikan dapat dengan mudah diterima dan difahami oleh
pemirsanya. Terjemahan akurat yang lainya juga ditunjukkan dengan penggunaan
teknik literal pada data 008, meskipun terdapat pegeseran posisi dari MD dalam
Bsunya menjadi DM dalam Bsanya tidak menyebabkan distorsi makna yang dapat
mengurangi keakuratan dalam penyampaian pesan. Hal ini hampir sama dengan
penggunaan teknik literal pada data kalimat tanya nomer 015 yang mempengaruhi
terhadap keakuratan pesan yang disampaikan, dengan menerjemahkanya kata
demi kata memperkecil kemungkinan kesalahan secara gramatikal dan struktural.
Selain itu teknik literal menghasilkan pesan yang sepadan dengan Bsunya.
Sedangkan untuk data 017, seharusnya terjemahanya menjadi “kali ini apa yang
telah kau lakukan pada Gladstone?” pada Bsa akan tetapi pemirsa tetap mampu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
menangkap pesan yang disampaikan penerjemah, meskipun terdapat pergeseran
posisi pada keterangan waktunya dan terjemahan yang dihasilkan menghasilkan
sebuah kreasi terjemahan namun kesepadanan yang digunakan tidak
mempengaruhi pesan yang disampaikan. Untuk penilaian ke empat data diatas,
ketiga rater memberikan penilaian yang sempurna yaitu 3.
Dapat disimpulkan bahwa penggunaan keempat teknik diatas
memberikan dampak positif pada kualitas terjemahan yaitu keakuratan dalam
penyampaian pesan.
1.2. Terjemahan Kurang Akurat
Terjemahan kurang akurat mengacu pada terjemahan yang sebagian
makna kata, istilah, teknis, frasa, klausa atau kalimat Bsu sudah dialihkan secara
akurat ke dalam Bsa, akan tetapi masih terdapat distorsi makna atau terjemahan
ganda (taksa) atau terdapat pula penghilangan makna yang mengganggu keutuhan
pesan. Terdapat 17 data (14,04 %) yang termasuk ke dalam teerjemahan kurang
akurat dengan nilai rata-rata 2- 2,33 , antara lain dapat dilihat pada tabel di bawah
ini:
Tabel 4.18.Contoh Terjemahan Kurang Akurat
No Data Bsu Bsa
003 have you enjoyed my work? apa kau menikmatinya?
028 How did you lure them in?
Bagaimana kau bisa memikat
masuk?
059 And how is our witness?
dimana saksi kita?
070 Do you have my cut?
Apa kau membawa potonganku
dari pertarunganmu?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Konteks situasi pada data 003: Percakapan berlangsung di sebuah tempat
penyergapan yang diutrakan oleh Blackwood dengan fungsi pragmatis sebagai
ungkapan rasa menantang pada Watson agar ia terpancing emosinya dan terjebak
dalam perangkap mautnya.
Konteks situasi pada data 028: Dilakukan oleh penutur yaitu Watson di ruangan
sempit dimana Holmes sedang asyik dengan eksperimenya. Fungsi pragmatis
pada kalimat tanya yaitu untuk menanyakan informasi semata kepada Holmes.
Konteks situasi pada data 059: Holmes sebagai penutur menanyakan keadaan dan
kondisi saksi pada inspektur Lestrade di sebuah pemakaman dimana makam
Blackwood telah dibongkar secara misterius.
Konteks situasi pada data 070: Diujarkan oleh Watson pada Holmes dengan
fungsi pragmatis untuk menanyakan uang yang dibawa oleh Holmes.
Untuk ujaran kalimat tanya pada data 003 dan 028, terdapat penghilangan
objek yang ditemukan pada Bsa. Dengan penggunaan teknik Reduksi, pesan yang
ada pada Bsu terutama objeknya “my work” pada kalimat tanya yang
diterjemahkan ke dalam Bsanya menjadi “apa kau menikmatinya?” (data 003) dan
“them” pada kalimat tanya Bsa menjadi “bagaimana kau bisa memikat masuk?”
(data 028) menghasilkan terjemahan terasa kaku dan kurang alamiah sehingga
pesan yang disampaikan menjadi kurang akurat. Kata “menikmatinya” bisa
mengacu pada hal apa saja, akan tetapi dengan penambahan objek pada Bsa “apa
kau menikmati karyaku?” akan menjadikan pesan yang akan disampaikan menjadi
lebih terfokus lagi. Sedangkan penghilangan obyek pada data Bsa 028
“bagaimana kau bisa memikat masuk?” terdapat kerancuan dan distorsi makna.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Yang dimaksudkan oleh Watson adalah kunang-kunang yang bisa masuk ke
dalam botol hanya dengan sebuah iringan petikan gitar dari Holmes. Kata
“memikat” memiliki padanan kata yang kurang alamiah dalam Bsa, karena kata
memikat kurang sesuai jika dipakai untuk binatang. Menurut pendapat rater, kata
“memikat” seharusnya diganti menjadi “membujuk” dengan terjemahannya dalam
Bsa menjadi “bagaimana kau bisa membujuknya masuk?”. Meskipun terdapat
penghilangan objek pada Bsu menghasilkan terjemahan yang kurang akurat, akan
tetapi pemirsa masih dapat memahami maksud pesan yang disampaikan oleh
penutur Lord Blackwood pada Watson.
Ujaran pada data 059, terdapat perubahan arti kalimat tanya dari “how”
diterjemahkan menjadi “dimana”, yang menghasilkan terjemahan terasa kaku dan
kurang alamiah. Walaupun Lastrade menjawab dengan pertanyaan “he‟s over
there” akan tetapi maksud dari Holmes adalah untuk menanyakan keadaan saksi,
jadi sebaiknya terjemahan menjadi “bagaimana dengan saksi kita?” akan terasa
lebih alamiah dan lebih akurat dalam penyampaian pesannya. Penggunaan teknik
amplifikasi pada data 070 “my cut” dan “have” yang diterjemahkan menjadi “apa
kau membawa potongan dari pertarunganku?”, terasa kaku dan tidak alamiah
dalam Bsanya. Dengan adanya penambahan informasi yang kurang sesuai
menjadikan terjemahan kurang akurat meskipun para pemirsa masih mampu
dalam menangkap pesan yang disampaikan. Maksud dari Watson adalah untuk
menanyakan lembaran kertas judi yang dimenangkan oleh Holmes untuknya.
Holmes harus bertanggung jawab untuk hilangnya cicin pertunangan Watson
sewaktu terjadi perkelahian membantu holmes. Jadi untuk membayar hutang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Watson, Holmes mengikuti pertandingan pertarungan judi yang akhirnya
dimenangkan oleh Holmes. Dia membawa selebaran kertas judi yang bisa
ditukarkan dengan sejumlah uang.
Penggunaan teknik reduksi dalam terjemahan ini tidak memberi dampak
positif pada hasil terjemahan terutama keakuratan pesan yang disampaikan. Sama
halnya dengan penambahan informasi yang kurang sesuai dengan pesan yang
akan disampaikan, juga akan menimbulkan kebingungan pada hasil terjemahanya.
Ketiga rater memberikan nilai 2 untuk masing-masing data diatas terhadap
keakuratan terjemahan yang dihasilkan.
Gambar 4.1. Diagram Tingkat Keakuratan Terjemahan
2. Keberterimaan
Penilaian kualitas terjemahan yang kedua dapat dilihat dari segi
keberterimaannya. Dikatakan terjemahan yang berterima apabila terjemahan
dalam Bsa lebih mengarah pada kelaziman dan kealamiahan yang mana sudah
disesuaikan dengan norma dan kaidah yang ada dalam Bsa. Dalam penelitian ini,
tidak ditemukan terjemahan yang tidak berterima, hal ini karena si penerjemah
menggunakan padanan kata atau istilah yang sudah lazim digunakan dalam Bsa,
Akurat 86%
Kurang Akurat
14%
Keakuratan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
sehingga terjemahan yang dihasilkan terasa alamiah dan pemirsa mudah
memahami pesan yang disampaikan. Terdapat 112 data (92,56%) tergolong pada
terjemahan yang sudah berterima dan 9 data (7,47%) tergolong pada terjemahan
yang kurang berterima.
2.1. Terjemahan Berterima
Suatu terjemahan dikatakan berterima jika terjemahan tersebut terasa
alamiah dan terdengar akrab bagi pembacanya baik itu dari segi kata, frasa,
maupun kalimat yang sudah disesuaikan dengan norma dan kaidah yang terdapat
dalam Bsanya. Untuk terjemahan berterima terdapat 112 data (92,56%), dengan
nilai rata-rata 2,66-3 dan pembahasanya sebagai berikut:
Tabel 4.19. Contoh Terjemahan Berterima
No
Data
Bsu Bsa
040 Who are you working for? Kau bekerja untuk siapa?
078 What do you call this?
Lalu ini apa?
090 What if we trusted each other? Bagaimana kalau kita saling
percaya?
099 Have you Iost your mind? apa kau sudah gila?
Konteks situasi pada data 040: Percakapan dilakukan oleh Holmes yang
menanyakan rasa penasaranya pada Irene di apartement Holmes.
Konteks situasi pada data 078: Dituturkan oleh Watson pada Holmes di sebuah
penjara dengan fungsi pragmatis sebagai ujaran untuk menyindir kelakuan yang
telah Holmes perbuat terhadapnya yang mempengaruhi semua perubahan
hidupnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Konteks situasi pada data 090: Di sebuah apartemen milik Irene, percakapan
diutarakan oleh Irene pada Holmes dengan fungsi pragmatis memberikan saran
atau nasehat pada Holmes agar ia kembali percaya pada Irene.
Konteks situasi pada data 099: Dilakukan oleh seorang duta besar pengikut
fanatik sebuah ordo yang mana dia mengungkapkan sebuah tantangan pada
Blackwood yang telah melakukan tindakan semena-mena pada perkumpulan ordo
yang dia ikuti.
Pada data 040 pada kalimat tanya yang diawali dengan Wh question
“who” diterjemahkan ke dalam Bsa dengan cara pergeseran posisi dimana subjek
dalam Bsa diletakkan terlebih dahulu dan diakhiri dengan kata tanyanya siapa.
Dengan adanya pergeseran posisi yang sudah disesuaikan dengan kaidah dan
norma yang berlaku dalam Bahasa Indonesia, menjadikan terjemahan kalimat
tanya diatas menjadi lebih alami dan lebih berterima. Hal yang sama juga
dilakukan pada data 078, dimana terdapat pergeseran yang tepat sehingga pesan
tersampaikan dengan baik dan terdengar akrab dalam Bsanya. Sedangkan untuk
data 090, penggunaan teknik transposisi sangat mempengaruhi keberterimaan
suatu pesan yang disampaikan, dimana kata “what if” diterjemahkan ke dalam Bsa
tetap menjadi kata tanya namun berbeda arti menjadi “bagaimana” dengan adanya
penyesuaian atau pemadanan yang tepat pada kata tanya tersebut menjadikan hasil
terjemahanya lebih berterima. Penggunaan teknik tranposisi untuk ketiga data
diatas memberikan dampak positif pada penilaian keberterimaan. Lain halnya
dengan penggunaan teknik padanan lazim pada data 099 yang telah dicarikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
padanan katanya dalam Bsa menjadi “gila”, terjemahan yang dihasilkan terasa
lebih alamiah dan terdengar akrab ketimbang diartikan “hilang akal sehatmu”.
2.2. Terjemahan Kurang Berterima
Terjemahan kurang berterima mengarah pada terjemahan yang terasa
kurang alamiah dan kurang terdengar akrab bagi pembacanya baik itu dari segi
kata, frasa, maupun kalimat yang sudah disesuaikan dengan norma dan kaidah
yang terdapat dalam Bsanya. Terdapat 9 data (7,43%) dengan pemilaian rata-rata
2,33-2 tergolong pada terjemahan yang kurang berterima.
Tabel 4.20.Contoh Terjemahan Kurang Berterima
No Data Bsu Bsa
007 Hammer on nail, wasn't it? Palu dan paku bukan?
080 When do I complain about
you setting fire to my room?
kapan aku mengeluh tentang kau
membakar kamar- kamarku.?
084 what is this some parlour
game where we have to guess
what you're thinking?
kau pikir ini permainan dimana
kau harus menebak yang kau
pikirkan?
Konteks situasi pada data 007: Diutarakan oleh seorang pasien Watson yang
terkejut setelah mendengar suara tembakan yang berasal dari salah satu ruangan
apartemen milik watson.
Konteks situasi pada data 080: Diujarkan oleh Watson yang merasa kesal terhadap
Holmes dengan sebuah sindiran-sindiran yang terus diucapkannya dengan tujuan
untuk menekan Holmes.
Konteks situasi pada data 084: Inspektur Lastrade yang merasa kesal
mengutarakanya pada Holmes agar kasus yang ia percayakan pada Holmes segera
diselesaikan tanpa adanya permainan yang membingungkan lagi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
Penggunaan teknik transposisi pada data 007 menghasilkan terjemahan
yang sedikit kurang berterima, hal ini dikarenakan terjemahan kata tanya pada Bsa
yaitu kata “on” diterjemahkan menjadi “dan” menjadikan terjemahan tidak
alamiah sehingga pemirsa tidak dapat memahami maksud yang disampaikan.
Pendapat dari rater terjemahan tersebut akan lebih tepat jika diterjemahkan
menjadi “sedang memaku bukan?”, hal ini disesuaikan dengan situasi dan kondisi
pada waktu peristiwa berlangsung yaitu si penutur mempunyai maksud
menyakinkan diri sendiri bahwa suara tersebut merupakan suara orang sedang
memaku di tembok. Sedangkan untuk penggunaan teknik literal pada data 080,
menghasilkan terjemahan yang terasa kaku, terdapat perubahan pada obkenya dari
bentuk tunggal “my room” menjadi jamak “kamar-kamarku”, sebaiknya jika
terjemahannya diubah dengan tetap memperhatikan kaidah dan norma pada Bsa,
menjadi “Kapan aku mengeluh padamu saat kau membakar kamarku?”, sehingga
ujaran yang disampaikan lebih terasa berterima. Penggunaan teknik linguistik
kompresi juga terdapat data 084, dalam data tersebut juga terdapat padanan yang
tidak sesuai dengan artinya terjemahan menjadi rancu dan kurang alamiah karena
adanya perubahan subjek pada kata “we” yang diartikan “kau”. Tidak hanya
penggantian subjeknya akan tetapi juga terdapat penghilangan kata tanya pada
kalimat tersebut sehingga hal ini menjadikan perubahan jenis kalimat tanya dari
jenis Wh question berubah menjadi kalimat tanya deklaratif. Terdapat pula kata
yang tidak diterjemahkan seperti kata “parlour”, dari teknik ini menghasilkan
terjemahan yang tidak mudah difahami maksudnya oleh pemirsanya sehingga
terjemahanya menjadi kurang berterima. Teknik diatas tidaklah memberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
dampak positif terhadap hasil terjemahan pada Bsa, begitu pula juga tidak
memberikan dampak positif apabila sudah terdapat unsur-unsur penggantian atau
pengilangan yang tidak dibutuhkan untuk menilai kualitas terjemahan dari segi
aspek keberterimaan.
Gambar 4.2. Diagram Tingkat Keberterimaan Terjemahan
3. Keterbacaan
Tingkat penilaian terakhir untuk mengetahui kualitas terjemahan adalah
keterbacaan, dimana untuk mengukur serta mengetahui tingkat keterbacaan
kalimat tanya pada subtitle film Sherlock Holmes dibagikan kuesioner kepada
responden. Dimana pertanyaan tersebut menyangkut aspek readibility dan
legibility. Aspek readibility menyangkut pada perubahan-perubahan kualitatif
dan kuantitatif dalam pengalihan informasi pada bahasa sumber agar dapat
dipahami oleh pemirsa, sedangkan legibility mengacu pada penampilan
(appearance) teks pada layar.
Jawaban yang didapat dari beberapa responden yang menyangkut pada
legibilty dalam subtitle, seluruh pemirsa mengungkapkan bahwa subtitle atau
teks terjemahan pada film Sherlock Holmes terutama fokus penelitian pada
Berterima 93%
Kurang Berterima
7%
Keberterimaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
kalimat tanya tidaklah terlalu panjang, dalam satu kali tayang maksimal terdapat
dua baris yang berjumlah 15 kalimat tanya sedangkan sisanya 106 kalimat tanya
muncul bersamaan dengan kalimat lainya. Menurut perhitungan yang telah
dilakukan sebelumnya, jumlah karakter dari dua baris terdiri tidak lebih dari 40
karakter termasuk spasi dan tanda baca. Pada baris ke dua sesuai dengan aturan
pada subtitle baris yang kedua lebih pendek dari pada baris yang pertama.
Untuk pengaturan posisi subtitle, semua respoden menyatakan bahwa
kemunculan subtitle di bawah tengah layar dengan huruf yang berukuran cukup
besar dan jelas, sehingga tidak mengganggu respoden saat memperhatikan
gambar pada layar.
Berkaitan dengan penayangan subtitle pada film Sherlock Holmes,
durasi penayangan pada satu baris subtitle minimal tidak lebih dari tiga detik
sedangkan dua baris subtitle tidak lebih dari lima detik. Untuk hasil sinkronisasi
antara gambar dan suaranya, seluruh responden menjawab tidak ada
permasalahan yang didapat terutama pada objek penelitian yaitu kalimat tanya.
Pertanyaan seputar readibility, didapat bahwa tidak ada responden
yang menyatakan bahwa terjemahan kalimat tanya pada subtitle film ini sulit.
Meskipun terdapat pula kalimat tanya yang sedikit kurang dimengerti oleh
responden, hal ini dapat langsung tertutupi dengan jawaban dari pertanyaan
tersebut, sehingga keseluruhan pesan yang disampaikan dapat dimengerti oleh
responden. Dengan adanya subtitle yang terdapat pada film Sherlock Holmes
tersebut, terutama pada bagian kalimat tanya beserta jawabanya menjadikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
penyampaikan keseluruhan pesan dapat tersampaikan dengan baik, antara alur
cerita satu dengan yang lain menjadi satu kesatuan yang utuh.
3.1. Tingkat Keterbacaan Tinggi
Berdasarkan penilaian dari sejumlah kuesioner didapat terjemahan
yang rata-rata memiliki tingkat keterbacaan tinggi karena secara kata, istilah,
teknis, frasa, kalusa dan kalimat terjemahanya dapat difahami dengan mudah
oleh pemirsa. Dalam penelitian ini teridentifikasi 118 data (97,52 %) termasuk
kategori keterbacaan tinggi antara lain dapat dicontohkan melalui kalimat
dibawah tanya dibawah ini:
Tabel 4.21.Contoh Keterbacaan Tinggi
No Data Bsu Bsa
031 So that's, no to the opera then?
Jadi kau tidak mau pergi ke
opera?
032 Care to come along?
kamu mau ikut?
033 How can I help?
apa aku bisa membantumu?
045 What she after, anyway? Apa yang dia inginkan?
Konteks situasi pada data 031: Diujarkan oleh Holmes kepada Watson sebagai
wujud menyakinkan kembali untuk mengajak Watson.
Konteks situasi pada data 032: Sebuah ajakan dituturkan oleh Holmes pada
temanya Watson agar ia mau menemaninya menemui Blackwood di penjara, akan
tetapi ajakan tersebut akhirnya ditolak oleh Watson.
Konteks situasi pada data 033: Blackwood menuturkan kalimat tanya dengan
fungsi pragmatis sebagai ungkapan sindiran pada Holmes yang mungkin masih
merasa penasaran terhadap semua kejahatan yang telah ia buat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
Konteks situasi pada data 045: Watson dengan nada menyindir mengujarkannya
kepada Holmes tentang bantuan yang Irene inginkan dari Holmes.
Penggunaan teknik modulasi pada data 031, 032 dan 045 menjadikan
hasil terjemahan pada Bsa lebih mudah untuk difahami dan dimengerti oleh
pemirsanya. Penggunaan kata-kata yang tepat dan tidak terlalu panjang juga sudah
disesuaikan dengan kaidah dan norma dalam Bsanya menjadikan terjemahannya
memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi. Untuk kalimat tanya 033, penggunaan
teknik transposisi dirasa sangat tepat sekali dikarenakan ujaran yang diutarakan
Blackwood bukanlah pertanyaan yang sesungguhnya akan tetapi hanya sebagai
sindiran semata. Blackwood tidak benar-benar ingin membantu Holmes, dia
hanya berusaha memancing argumen Holmes tentang dirinya. Sehingga
terjemahan terasa tepat dan tidak membingungkan, lain halnya bila diterjemahkan
menjadi “bagaimana aku bisa membantumu?” menjadikan terjemahannya terasa
kaku dan tidak mudah dimengerti oleh pemirsa yang menyaksikanya. Dapat
disimpulkan bahwa penggunaan teknik modulasi dan transposisi untuk penilaian
tingkat keterbacaan memberikan dampak positif bagi terjemahan yang dihasilkan,
sehingga para penikmat film tidak mengalami kesulitan ataupun hambatan yang
berarti dalam penerjemahan subtitle film tersebut.
3.2. Tingkat Keterbacaan Sedang
Dari hasil penelitian tentang keterbacaan kalimat tanya terdapat 3 data
(2,47%) teridentifikasi pada terjemahan yang memiliki tingkat keterbacaan
sedang. Hal ini disebabkan penggunaan padanan yang kurang lazim dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
Bahasa Indonesianya sehingga pemirsa kurang dapat memahami pesan yang
disampaikan. Keterbacaan sedang dapat dilihat dari bagan di bawah ini:
Tabel 4.22.Contoh Keterbacaan Sedang
No Data Bsu Bsa
007 Hammer on nail, wasn't it? Palu dan paku bukan?
028 How did you lure them in?
Bagaimana kau bisa memikat
masuk?
070 Do you have my cut?
Apa kau membawa potonganku
dari pertarunganmu?
Seperti yang sudah dibahas dalam penilaian keakuratan dan
keberterimaan, kedua data diatas juga mendapat penilaian dari rater untuk tingkat
keterbacaan sedang. Dimana pada data 007 penggunaan teknik transposisi
menghasilkan terjemahan yang tidak akurat dan kurang berterima. Begitu pula
untuk penilaian keterbacaan, dirasa terjemahanya terasa kaku dan menyebabkan
distorsi makna dimana terjemahan Bsanya “palu dan paku, bukan?” membuat
pembaca menjadi bingung karena yang dimaksudkan adalah kegiatan yang
dilakukanya bukan untuk menjelaskan memilih barang yaitu palu atau paku.
Untuk data 028 dan 070 penggunaan teknik literal dan amplifikasi linguistik
menjadikan terjemahan terasa membingungkan bagi pembacanya, karena dengan
penambahan informasi yang kurang tepat membuat pesan menjadi ambigu atau
membingungkan. Padanan kata “lure” yang diterjemahkan secara literal menjadi
kata “memikat” menghasilkan terjemahan yang kaku dan kurang sesuai karena
kata memikat kurang tepat jika digunakan untuk binatang kunang-kunang. Kata
“my cut” disini diartikan “potongan dari pertarunganku”, yang sebenarnya
memiliki arti kertas taruhan yang dimenangkan Holmes dalam pertarungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
judinya, dimana kertas tersebut dapat ditukarkan dengan sejumlah uang untuk
membayar hutang kepada Watson untuk hilangnya cicin tunanganya. Penambahan
informasi yang kurang tepat atau penggunaan teknik amplifikasi diatas
menjadikan terjemahan memiliki tingkat keterbacaan sedang karena pembaca
mengalami kebingungan dan bahasa terjemahanya tidak biasa dipergunakan
dalam kaidah Bsanya. Ketiga data diatas mendapatkan penilaian yang sama dari
rater sebesar 2,3 untuk tingkat keterbacaanya.
Gambar 4.3. Diagram Tingkat Keterbacaan Terjemahan
B. Pembahasan
Dimana setelah melalui beberapa proses penelitian dan menemukan serta
mengumpulkan data-data yang diperoleh dalam temuan penelitaian diatas, maka
pada sub bagian kedua ini akan mengetengahkan beberapa pembahasan yang akan
mengulas lebih rinci lagi mengenai dampak yang ditimbulkan dari penggunaan
teknik terhadap kualitas terjemahan pada subtitle film Sherlock Holmes. Berikut
ini adalah hasil analisis yang didapat dari beberapa temuan penelitian diatas, yaitu
1. Mengenai pemakaian teknik penerjemahan pada kalimat tanya jenis Yes-no
questions, 2. Pemakaian teknik penerjemahan pada kalimat tanya jenis WH
keterbacaan Tinggi
98%
keterbacaan sedang
2%
Keterbacaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
questions, 3. Pemakaian teknik penerjemahan pada kalimata tanya jenis
alternative questions dan yang terakhir adalah dampak pemakaian teknik
penerjemahan terhadap kualitas terjemahan kalimat tanya pada subtitle film
Sherlock Holmes.
1. Pemakaian teknik penerjemahan pada kalimat tanya jenis Yes-no
questions
Berikut ini tabel yang memaparkan penggunaan teknik penerjemahan
pada kalimat tanya Yes-no questions:
K1 : Keakuratan
K2 : Keberterimaan
K3 : Keterbacaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
No Jenis dan fungsi Teknik
Yes-no questions Jumlah pemakaian
teknik Tobe/aux Tag Modals Declarative
Real Rethoric Real Rethoric Real Rethoric Real Rethoric
1. Literal - 021,066,107 111 - - 012,049,061 060 008,015,018, 019,024,025, 042,058, 062-KA
17 data
2. Transposisi 118 082 007- KA,KB,KT
- 093 064,073 055 001- KA 8 data
3. Ling. Amplifikasi 070-KA, KB, KT
- - - - 036,071 103- KA - 4 data
4. Ling. Kompensasi 100 - 047 - - - - 062- KB 083
4 data
5. Modulasi - - - - - - 031,032,034 3 data
6. Amplifikasi 106- KA 044, 112- KA
- - - 011-KA 119
041 - 6 data
7. Reduksi - 003- KA, KB 009 - - - 085 013 4 data
8. Partikulasi 069 014,068 089 - - - - - 4 data
9. Padanan Lazim 053 016-KA 099
- - - 120-KA, KB - - 4 data
10. Peminjaman - 030 - - - - - 020 2 data
11. Kreasi Diskursif - - - - - - - - -
Jumlah jenis dan fungsi Kalimat Tanya
6 data 12 data 5 data - 1 data 10 data 5 data 17 data 56 data
Tabel 4.24. Pemakaian teknik pada jenis dan fungsi Kalimat Tanya Yes-no questions
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
Dilihat dari tabel penggunaan teknik penerjemahan diatas, terdapat 10
teknik yang digunakan dengan rincian pada masing-masing data berupa: 17 data
yang menggunakan teknik transposisi, 6 data menggunakan teknik amplifikasi. 4
data ditemukan pada masing-masing penggunaan teknik linguistik amplifikasi,
linguistik kompensasi, reduksi, partikulasi dan padanan lazim. Teknik modulasi
terdapat 3 data dan 2 data menggunakan teknik peminjaman. Tidak terdapat
penggunaan teknik kreasi diskursif.
Berikut merupakan pembahasan terperinci penggunaan teknik
penerjemahan untuk setiap jenis kalimat tanya Yes-no question:
1. Teknik Literal
Terdapat 17 data dengan fungsi pragmatis sebagai kalimat tanya
sesungguhnya atau real question dengan 6 data dan 12 data sisanya dengan fungsi
pragmatisnya sebagai kalimat tanya rethoric question atau kalimat tanya retoris.
Teknik ini mempersyaratkan pemadanan leksikal yang masih terikat dengan Bsu
tetapi susunanya leksikal yang membentuk suatu ungkapan sudah disesuaikan
dengan kaidah Bsa. Hal ini disebabkan penerjemah menerjemahkanya kata demi
kata guna menghindari tingkat kesalahan dalam terjemahanya. Sehingga dengan
penggunaan teknik literal ini, diharapkan mampu menghindari distorsi makna dan
mampu mencapai keberterimaan terjemahan. Dari
a) Yes-no question dengan tobe/ auxilaries
Terdapat 3 data yang menggunakan teknik ini yaitu data 021, 066 dan 107
dengan masing-masing fungsi pragmatisnya sebagai kalimat tanya retoris
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
yaitu meragukan, menyangkal dan menyindir. Ketiga teknik ini memberikan
kontribusi positif pada hasil terjemahan yang dihasilkan, tidak ditemukan
terjemahan yang kurang akurat, kurang berterima ataupun kurang terbaca.
b) Taq question/ kalimat tanya penegas
Hanya terdapat satu data yaitu data 111, dengan fungsi pragmatis sebagai
kalimat tanya real question atau kalimat tanya sesungguhnya. Sama halnya
dengan kalimat tanya yes-no question dengan tobe/ aux, pemakaian teknik
ini mengasilkan terjemahan yang akurat, berterima dan terbaca.
c) Yes-no question dengan modals
Terdapat empat data dengan fungsi pragmatis sebagai kalimat tanya real
question data yaitu data 012, 049 dan 061 yaitu sebagai ungkapan rasa
meragukan dan meminta. Keseluruhan data termasuk ke dalam terjemahan
yang akurat, berterima dan terbaca dengan penilaian rata-rata yaitu 3 dari
para rater.
d) Declarative question
Fungsi pragmatis kalimat tanya sebagai real question hanya terdapat satu
data saja yaitu data 060 sedangkan 9 data memiliki fungsi pragmatis sebagai
kalimat tanya retoris yaitu data 008, 015, 018, 019, 024, 025, 042, 058 dan
062. Hanya terdapat satu data yang kurang akurat yaitu pada data 062, hal
ini disebabkan penerjemah berusaha menyesuaikan terjemahannya dengan
struktur kalimat pada bahasa Indonesia akan tetapi malah mengahasilkan
terjemahan yang kurang alamiah dan terasa kaku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
2. Teknik Transposisi
Teknik ini dalam bentuk pergeseran struktur merupakan teknik yang
paling lazim diterapkan apabila struktur Bsa berbeda dari stuktur Bsu. Karena
struktur bahasa Inggris dan struktur bahasa Indonesia berbeda pergeseran struktur
menjadi bersifat wajib( obligatory)agar terjemahan yang dihasilkan sesuai dengan
kaedah kaedah yang berlaku dalam bahasa indonesia.
a) Yes-no question dengan tobe/ auxilaries
Pada penggunaan teknik ini terdapat 2 data yang masing-masing data
memiliki fungsi pragmatis sebagai kalimat tanya real question dan kalimat
tanya retoris yaitu untuk mengungkapkan rasa meragukan. Sama halnya
dengan pemakaian teknik literal, teknik ini juga memberikan kontribusi
positif terhadap hasil terjemahan yang dihasilkan. Pada data 118 dan data
082 termasuk ke dalam terjemahan yang akurat, berterima dan terbaca.
b) Taq question/ kalimat tanya penegas
Hanya terdapat satu data 007 dengan fungsi pragmatis sebagai kalimat tanya
real question. Terjemahan yang dihasilkan kurang akurat, kurang berterima
dan kurang terbaca, hal ini disebabkan penerjemah merubah struktur kata
dalam Bsa sehingga menimbulkan distorsi makna karena ketidaksesuaian
dalam padanan katanya.
c) Yes-no question dengan modals
Data 093 dengan fungsi pragmatis sebagai kalimat tanya real question dan
dua data berikutnya dengan fungsi pragmatis sebagai kalimat tanya retoris
yaitu data 064 dan 073 yang mengungkapkan penawaran pada lawan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
tuturnya. Keseluruhan data termasuk ke dalam terjemahan yang akurat,
berterima dan terbaca.
d) Declarative question
Terdapat dua data yaitu data 055 dengan fungsi pragmatis sebagai kalimat
tanya real question dan satu data berikutnya dengan fungsi pragmatis
sebagai kalimat tanya retoris yaitu data 001, menyindir adalah rasa yang
diungkapkan oleh si penutur. Pada data 001, terjemahan yang dihasilkan
kurang akurat dikarenakan pengubahan susunan struktural yang berbeda
dari Bsanya sehingga terjemahan yang dihasilkan terasa kaku dan kurang
alami. Namun demikian terjemahannya tetap masih mudah terbaca dan
berterima.
3. Teknik Ling. Amplifikasi
Terdapat 4 data dengan penggunaan teknik ini, dimana teknik ini
digunakan oleh penerjemah dengan menambahkan unsur-unsur linguistik agar
pesan yang disampaikan lebih berterima. hanya terdapat tiga jenis kalimat tanya
tipe yes-no question yaitu:
a) Yes-no question dengan tobe/ auxilaries
Hanya terdapat satu data 070 dengan fungsi pragmatis sebagai kalimat tanya
real question. Hasil terjemahan pada data 070 termasuk ke dalam
terjemahan yang kurang akurat, kurang berterima dan kurang terbaca. Hal
ini disebabkan karena penerjemah menambahkan unsur-unsur linguistik
yang kurang sesuai sehingga mengakibatkan ketidaktepatan dalam
penyampaian pesan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
b) Yes-no question dengan modals
Dua data yaitu 036 dan 071 yang juga mempunyai fungsi pragmatis sebagai
kalimat tanya retoris masuk ke dalam penggunaan teknik ini. Keseluruhan
data menghasilkan terjemahan akurat, berterima dan terbaca. Masing-
masing rater memberikan penilaian 3 untuk terjemahan yang dihasilkan.
c) Declarative question
Satu data dengan fungsi pragmatis sebagai kalimat tanya real question yaitu
data 103 yang telah diidentifikasi menggunakan teknik ini. Pada data
tersebut terjemahan yang dihasilkan kurang akurat dikarenakan penerjemah
menambahkan informasi yang kurang tepat secara struktural pada Bsanya
sehingga terjemahan yang dihasilkan terasa kaku dan kurang akurat.
Meskipun terjemahan terasa kaku akan tetapi tidak mengurangi pesan yang
disampaikan pada pemirsa sehingga terjemahan pada Bsanya masih bisa
berterima dan mudah terbaca pesan yang disampaikan.
4. Teknik Ling. Kompensasi
Sama halnya dengan teknik ling. Amplifikasi, pada teknik ini hanya
terdapat tiga kalimat tanya dimana teknik ini digunakan oleh penerjemah dengan
cara mensintasis elemen linguistik yang ada menjadi lebih sederhana. Teknik
tersebut ditemukan pada jenis kalimat tanya:
a) Yes-no question dengan tobe/ auxilaries dan Taq question/ kalimat tanya
penegas
Hanya terdapat satu data yang ditemukan untuk masing-masing jenis
kalimat tanya ini. Tipe yes-no question dengan tobe yaitu pada data 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
dengan fungsi pragmatis sebagai kalimat tanya real question, sedangkan
jenis taq question pada data 047 dengan fungsi pragmatis yang sama yaitu
sebagai kalimat tanya real question. Terjemahan yang dihasilkan akurat,
berterima dan terbaca, dikarenakan penerjemah menggunakan padanan yang
tepat dan telah disesuaikan dengan Bsanya.
b) Declarative question
Dua data yang ditemukan pada penggunaan teknik ini yaitu pada data 062
dan 083 yang memiliki fungsi pragmatis yang sama sebagai kalimat retoris
yang mengungkapkan rasa menyindir dan menekan pada lawan tuturnya.
Terjemahan kurang berterima terdapat pada data 062, disebabkan
penggunaan padanan yang kurang tepat pada Bsa sehingga menghasilkan
terjemahan yang kurang alamiah.
5. Teknik Modulasi
Teknik kelima adalah teknik modulasi dengan satu jenis kalimat tanya
yang ditemukan pada pemakaian teknik ini yaitu jenis declarative question.
Teknik ini digunakan oleh penerjemah dengan cara mengubah sudut pandang,
fokus atau kategori kognotif dalam kaitanya dengan Bsu. Terdapat tiga data pada
jenis kalimat tanya declarative ini yaitu data 031, 032, dan 034, yang kesemuanya
memiliki fungsi pragmatis sama yaitu sebagai kalimat tanya retoris. Terjemahan
yang dihasilkan akurat, berterima dan terbaca.
6. Teknik Amplifikasi
Sama halnya dengan dua teknik sebelumnya, pada penggunaan teknik ini
juga terdapat tiga jenis kalimat tanya saja yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
a) Yes-no question dengan tobe/ auxilaries
Kalimat tanya dengan fungsi pragmatis real question terdapat pada data 106
sedangkan dua data sisanya yaitu 044 dan 112 memiliki fungsi rethoric
question. Kekurang akuratan ditemukan pada data 106 dan 112, hal ini
dilatarbelakangi karena penerjemah menambahkan informasi yang kuarang
tepat sehingga terjemahan terasa kaku dan pesan yang disampaikan menjadi
rancu atau membingungkan. Meskipun demikian terjemahan pada Bsa tetap
berterima dan mudah terbaca oleh pemirsa.
b) Yes-no question dengan modals
Terdapat dua data dengan fungsi pragmatis sebagai kalimat tanya retoris
yaitu pada data 011 dan 119. Sama halnya dengan tipe yes-no question
dengan tobe, kekurang akuratan juga terdapat pada data 011. Penambahan
informasi pada Bsanya menghasilkan terjemahan yang terasa terasa kaku
dan kurang alamiah.
c) Declarative question
Untuk tipe ini hanya terdapat satu data yaitu data 041 dengan fungsi
pragmatis sebagai kalimat tanya sesungguhnya atau real question.
Penerjemah sangat tepat menggunakan teknik ini karena terjemahan yang
dihasilkan mampu menyampaikan pesan secara akurat, mudah diterima dan
terbaca oleh pemirsa.
7. Teknik Reduksi
Penerjemah menggunakan teknik ini dengan cara menghilangan unsur
teks Bsu dari Bsa atau dapat pula dilakukan untuk menghindari pengulangan kata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
yang sama, oleh sebab itu penghilangan seperti ini bersifat optional atau bebas.
Terdapat tiga jenis kalimat tanya yes-no question untuk teknik ini yaitu:
a) Yes-no question dengan tobe/ auxilaries
Fungsi rethorical question ditemukan pada jenis ini yaitu pada data 003.
Disamping itu pula, data tersebut menghasilkan terjemahan yang kurang
akurat dan kurang berterima. Penghilangan objek pada data menghasilkan
terjemahan yang kurang akurat dan kurang alami sehingga pesan yang
disampaikan menjadi rancu dan membingungkan.
b) Taq question/ kalimat tanya penegas
Satu data yaitu pada data 009 dengan fungsi pragmatis sebagai kalimat
tanya real question, data tersebut memiliki terjemahan yang akurat,
berterima dan terbaca dengan baik oleh pembaca sasaran.
c) Declarative question
Data 085 dengan fungsi pragmatis sebagai kalimat tanya real question dan
data 013 dengan fungsi kalimat sebagai kalimat tanya retoris memiliki
terjemahan yang akurat, berterima dan mudah terbaca. Penerjemah berusaha
menerjemahkan kalimat tersebut menjadi lebih padat dan ringkas lagi
dengan cara mencarikan padanan yang tepat pada Bsa, sehingga pesan
tersampaikan dengan mudah pada pembaca sasaran.
8. Teknik Partikulasi
Tiga data (069, 014, dan 068) termasuk ke dalam jenis yes-no question
dengan tobe dimana pada data 069 memiliki fungsi sebagai kalimat tanya real
question dan data sisanya memilki fungsi rethorical question. Satu data lagi yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
pada data 089 masuk ke dalam jenis kalimat tanya taq question atau kalimat
tanya penegas dimana fungsi pragmatisnya sebagai kalimat tanya real question.
Keseluruhan data yang ada termasuk terjemahan yang akurat, berterima dan
mudah terbaca. Penerjemah mencarikan padanan atau istilah yang tepat dan telah
disesuaikan dengan Bsanya sehingga menghasilkan terjemahan yang lebih
explisit dan kongkrit pada terjemahanya.
9. Teknik Padanan Lazim
Teknik yang hampir dengan teknik literal yaitu teknik padanan lazim,
dimana penerjemah menggunakan istilah atau ungkapan yang sudah lazim
ditemukan dalam Bsa. Sama halnya dengan teknik partikulasi, teknik ini juga
hanya terdapat dua jenis kalimat tanya yaitu:
a) Yes-no question dengan tobe/ auxilaries
Terdapat tiga data pada penggunaan teknik ini yaitu data 053 dengan fungsi
kalimat tanya real question dan dua data (016, 099) berikutnya dengan
fungsi kalimat tanya retoris. Kekurang akuratan terdapat pada data 016
dimana penerjemah menggunakan padanan istilah yang terasa kaku dan
kurang alami sehingga terjemahannya menjadi kurang akurat.
b) Yes-no question dengan modals
Pada tipe ini, hanya terdapat satu data yang ditemukan yaitu data 120
dimana data tersebut juga termasuk ke dalam terjemahan kurang akurat dan
kurang berterima. Penyebabnya penerjemah mencarikan padanan yang
kurang tepat sehingga hasil terjemahannya menjadi terasa kaku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
10. Teknik Peminjaman
Teknik terakhir untuk jenis kalimat tanya yes-no question adalah teknik
peminjaman. Dimana terdapat dua jenis kalimat tanya yaitu yes-no question
dengan tobe pada data 030 dan kalimat tanya declarative pada data 020. Kedua
data tersebut memiliki fungsi pragmatis yang sama yaitu sebagai kalimat tanya
rethoric question dan juga memiliki terjemahan yang akurat, berterima dan
mudah terbaca. Pada data 030, penerjemah menggunakan teknik peminjaman
alami dengan cara menyesuaikan lafal dari kata yang dipinjam dengan lafal yang
lebih lazim pada Bsa. Sedangkan untuk data 020, penerjemah menggunakan
teknik peminjaman murni dengan cara merujuk pada Bsu secara utuh tanpa
disertai penyesuaian lafal. Sehingga kesalahan dan distorsi makna dapat
dihindari.
2. Pemakaian teknik penerjemahan pada kalimat tanya jenis WH questions
Sama halnya dengan pembahasan pertama, pada pembahasan yang kedua
akan dibahas secara rinci dan jelas tentang penggunaan teknik penerjemahan
pada kalimat tanya jenis WH questions dengan tabel rincian sebagai berikut:
K1 : Keakuratan
K2 : Keberterimaan
K3 : Keterbacaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
No Jenis dan fungsi Teknik
What When Where Why How Who Which Jumlah pemakaian
teknik Real Retho Real Retho Real Retho Real Retho Real Retho Real Retho Real Retho
1. Literal 048, 086, 096, 097, 104, 115
010, 023, 029, 057
006 081 101-KB - 095 - 004, 028-KA, KB,KT 110
- 040, 102
- - - 19 data
2. Transposisi 056, 065, 117
022- KA 067, 090
- - - - - 043, 075-KB
059-KA 114
033, 087 - - - - 12 data
3. Ling. Amplifikasi 063 105 - - - - - - 121 - - - 091, 092
- 5 data
4. Ling. Kompensasi 026, 027, 050, 113
078 084-KB
- - - - - - 088 - - - - - 7 data
5. Modulasi - 045 - - - 098 005, 072, 094, 108
- - - - - - 6 data
6. Amplifikasi 054 - - 080-KB - - 038 - - - - - - 3 data
7. Reduksi 052 046-KA - - - - - - 116-KA
079 - - - - 4 data
8. Partikulasi - - - - - - - - - 037 - - - - 1 data
9. Padanan Lazim - - - - - - - - - - - - - - -
10. Peminjaman - 051 - - 002 - - - - - - - - - 2 data
11. Kreasi Diskursif - 017 - - - - - 076 074 - - - - - 3 data
Jumlah jenis dan fungsi Kalimat Tanya
16 data
14 data 1 data 2 data 2 data - 3 data
7 data 9 data
4 data 2 data
- 2 data
- 62 data
Tabel 4.25. Pemakaian teknik pada jenis dan fungsi Kalimat Tanya WH questions
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
Pembahasan yang kedua ini, penggunaan teknik literal tetap
mendominasi dengan 19 data yang telah teridentifikasi. 12 data ditemukan dengan
menggunakan teknik transposisi. Teknik linguistik kompensasi lebih banyak
penggunaanya yaitu sebesar 7 data dibanding dengan penggunaan teknik
linguistik amplifikasi yaitu 5 data. Hal ini disebabkan karena aspek terjemahan
pada subtitle film yang terbatasi oleh waktu dan lama waktu kemunculan juga
banyaknya karakter penulisan dalam layar yang harus dipatuhi sehingga dengan
mensintesa elemen-elemen linguistik menjadi bentuk yang lebih sederhana lebih
banyak digunakan dari pada teknik linguistik amplifikasi. 6 data teridentifikasi
menggunakan teknik modulasi dan 3 data menggunakan teknik amplifikasi.
Penggunaan teknik reduksi hanya terdapat 4 data dan 3 data menggunakan teknik
kreasi diskursif. 2 data terakhir menggunakan teknik peminjaman dan hanya 1
data teridentifikasi menggunakan teknik partikulasi.
Berikut merupakan pembahasan terperinci penggunaan teknik
penerjemahan untuk setiap jenis kalimat tanya Wh question:
1. Teknik Literal
Terdapat 19 data yang menggunakan teknik literal dimana masing-
masing data terdapat pada jenis kalimat tanya wh question yang diawali dengan
kata tanya sebagai berikut:
a) What, When, Why dan Who
Jenis kalimat tanya yang diawali dengan kata tanya What ditemukan pada
data 048, 086, 096, 097, 104, 105 dengan fungsi pragmatis sebagai kalimat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
tanya real question dan pada data 010, 023, 029 dan 057 dengan fungsi
pragmatis kalimat tanya sebagai kalimat retoris. Keseluruhan data yang ada
termasuk ke dalam terjemahan yang akurat, berterima dan mudah terbaca.
Sedangkan untuk kalimat tanya yang diawali dengan kata tanya When hanya
terdapat dua data saja yaitu data 006 (fungsi pragmatis sebagai kalimat
tanya real question) dan data 081 (fungsi pragmatis sebagai kalimat tanya
retoris). Kedua data tersebut juga diterjemahkan oleh penerjemah dan
menghasilkan terjemahan yang akurat,berterima dan terbaca. Kalimat tanya
yang diawali dengan kata tanya Why ditemukan pada data 095 dengan
fungsi pragmatis sebagai kalimat tanya real question, sedangkan kalimat
tanya tanya yang diawali dengan kata tanya Who terdapat pada data 040 dan
102, dimana kedua data tersebut berfungsi sebagai kalimat tanya retoris.
Kedua jenis kalimat tanya tersebut, semua datanya menghasilkan
terjemahan yang akurat, berterima dan mudah terbaca oleh pembaca
sasaran.
b) Where dan How
Kata tanya yang diawali dengan Where ditemukan pada data 101 dengan
fungsi pragmatis sebagai kalimat tanya real question. Data tersebut masuk
ke dalam terjemahan yang kurang berterima. Penerjemah menerjemahkan
kata demi kata tanpa disesuaikan dengan Bsa yang berlaku sehingga
mengakibatkan terjemahan terasa kurang alami. Untuk kalimat tanya yang
diawali dengan How terdapat pada data 004, 028, dan 110 yang mana
kesemua data tersebut memiliki fungsi pragmatis sebagai kalimat tanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
retoris. Pada data 028 terjemahan yang dihasilkan kurang akurat, kurang
berterima dan kurang terbaca, hal ini dikarenakan penerjemah
menerjemahkanya tanpa mempertimbangkan kesepadan kata pada Bsanya
sehingga terjemahan yang dihasilkan terasa kaku, kurang alami dan pesan
yang disampaikan menjadi rancu.
2. Teknik Transposisi
Pemakaian teknik yang kedua ini terdapat 12 data yang masing-masing
data terdapat pada jenis kalimat tanya wh question yang diawali dengan kata
tanya sebagai berikut:
a) What
Terdapat 6 data dengan masing-masing data yaitu data 056, 065, 117 (fungsi
pragmatis sebagai kalimat tanya real question) dan data 022, 067, 090
(fungsi pragmatis sebagai kalimat tanya retoris). Kekurang akuratan
ditemukan pada data 022, dimana penerjemah mengubah susunan struktur
yang tidak disesuaikan dengan Bsa, sehingga terjemahan yang dihasilkan
terasa kaku dan kurang akurat.
b) Why
Untuk jenis kalimat tanya ini terdapat pada data 043 dan 075, dimana kedua
data tersebut berfungsi sebagai kalimat tanya retoris. Untuk jenis kalimat
tanya ini, kekurang berterimaan ditemukan pada data 075. Perubahan
susunan gramatikal menjadikan pesan yang disampaikan terasa rancu dan
kurang alamiah, sehingga mengahasilkan terjemahan yang kurang
berterima.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
c) How
Pada data 059 dan 114 memiliki fungsi pragmatis sebagai kalimat tany real
question, sedangkan dua data berikutnya yaitu data 033 dan 087 memiliki
fungsi pragmatis sebagai kalimat tanya retoris. Data yang kurang akurat
juga ditemukan pada jenis ini yaitu pada data 059 dimana perubahan secara
struktural menjadikan terjemahan terasa kaku dankurang akurat.
3. Teknik ling. Amplifikasi
Lima data diidentifikasi menggunakan teknik ini, data tersebut terdapat
pada jenis kalimat tanya wh question yang diawali dengan kata tanya What,
dengan dua data yang ditemukan yaitu data 063 dengan fungsi pragmatis sebagai
kalimat tanya real question dan data 105 dengan fungsi pragmatis sebagai
kalimat tanya rethoric question. Data lainnya adalah kalimat tanya yang diawali
dengan kata tanya How yaitu pada data 121, dimana real question atau bertanya
dalam artian sesungguhnya merupakan fungsi pragmatis dari kalimat tanya itu
sendiri. Dua data terakhir adalah data 091 dan 092 dimana kedua data tersebut
memiliki fungsi pragmatis yang sama sebagai kalimat tanya real question.
Keseluruhan data pada ketiga jenis kalimat tanya diatas mempunyai hasil
terjemahan yang akurat, berterima dan mudah terbaca.
4. Teknik ling. Kompensasi
Pada penggunaan teknik yang keempat ini, terdapat dua jenis kalimat
tanya wh question dengan diawali kata tanya What dan How. Kata tanya yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
diawali dengan What ditemukan pada data 026, 027, 050, 113 (fungsi pragmatis
sebagai kalimat tanya real question) dan pada data 078, 084 (fungsi pragmatis
sebagai kalimat tanya retoris). Ketidak berterimaan ditemukan pada data 084,
dimana penerjemah melakukan beberapa pengurangan kata atau perubahan
elemen pada kalimat, akan tetapi padanan yang dihasilkan terasa tidak alamiah
sehingg hasil terjemahan pada Bsanya menjadi kurang berterima. Lain halnya
dengan kalimat tanya yang diawali dengan kata tanya How, hanya terdapat satu
data saja yaitu data 088 dimana fungsi pragmatisnya sebagai kalimat tanya real
question dan terjemahan yang dihasilkannyapun merupakan terjemahan yang
akurat, berterima dan mudah terbaca.
5. Teknik Modulasi
Sama halnya dengan teknik ling. Amplifikasi, pada pemakaian teknik ini
hanya terdapat dua jenis data dengan kata tanya yang diawali dengan What yaitu
pada data 045 (fungsi pragmatis sebagai kalimat tanya real question) dan kata
tanya yang diawali dengan Why yaitu pada data 098 (fungsi pragmatis sebagai
kalimat tanya real question) dan data 005, 072, 094, 108 (fungsi pragmatis
sebagai kalimat tanya retoris). Keseluruhan data tersebut termasuk ke dalam
terjemahan yang akurat, berterima dan mudah terbaca.
6. Teknik Amplifikasi
Pada pemakaian teknik ini, terdapat tiga data yang ditemukan, dua data
pertama yaitu kalimat tanya dengan kata tanya yang diawali What yaitu pada data
054 dan Why pada data 038, kedua data tersebut memiliki fungsi pragmatis yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
sama yaitu sebagai kalimat tanya retoris dimana terjemahan yang
dihasilkanyapun termasuk ke dalam terjemahan yang akurat, berterima dan
mudah terbaca. Satu data terakhir adalah kata tanya yang diawali When yaitu
pada data 080 dengan fungsi kalimat sebagai kalimat tanya retoris.
Kekurangberterimaan terjadi pada data ini dikarenakan penerjemah memberikan
informasi tambahan yang tidak disesuaikan terlebih dahulu Bsanya sehingga
menghasilkan terjemahan yang rancu dan kurang alamiah.
7. Teknik Reduksi
Penggunaan teknik ini juga ditemukan pada dua jenis kalimat tanya yang
diawali dengan What dan How. Untuk data yang diawali dengan What terdapat
pada data 052 dan 046 dimana masing-masing data tersebut berfungsi sebagai
kalimat tanya real question dan kalimat tanya retoris. Dua data berikutnya adalah
kalimat tanya yang diawali dengan kata tanya How, yaitu pada data 116 dan 079
dimana fungsi pragmatisnya sama seperti kata tanya sebelumnya. Dua data pada
dua jenis kalimat tanya ini masuk ke dalam jenis terjemahan kurang akurat yaitu
pada data 046 dan 116. Penerjemah dengan melakukan pengurangan informasi
yang dibutuhkan pada Bsa malah menimbulkan terjemahan yang kaku dan
kurang akurat.
8. Teknik Partikulasi
Pada pemakaian teknik yang ke delapan ini, hanya terdapat satu data
yang ditemukan yaitu pada data 037 dimana fungsi pragmatisnya sebagai kalimat
tanya retoris yaitu mengungkapkan sindiran pada lawan bicaranya. Data tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
termasuk ke dalam data yang akurat, berterima dan mudah terbaca. Pemakaian
teknik ini dirasa tepat karena penerjemah mencarikan padanan istilah yang lebih
terperinci dan sering dipergunakan padananya dalam Bsa sehingga menhasilkan
terjemahan yang baik.
9. Teknik Peminjaman
Dua data dengan jenis kalimat tanya diawali dengan What yaitu data 051
dan Where yaitu pada data 002. Dimana fungsi pragmatis pada data 051 sebagai
kalimat tanya retoris dan pada data 002 sebagai kalimat tanya real question.
Kedua data yang ditemukan termasuk ke dalam terjemahan yang akurat,
berterima dan mudah terbaca. Penerjemah menggunakan teknik ini guna
menghindari kesalahan dalam terjemahanya yaitu dengan cara meminjam kata
yang disesuaikan ataupun telah disesuiakan lafalnya dalam Bsanya sehingga
pesan tersampaikan dengan baik dan benar.
10. Teknik Kreasi Diskursif
Teknik terakhir yang tidak ditemukan pada jenis kalimat tanya yes-no
question adalah penggunaan teknik kreasi diskursif dengan tiga jenis kalimat
tanya yang ditemukan pada pemakaian tenik ini yaitu kalimat tanya yang diawali
dengan kata What (data 017), Why (data 076) dan How (data 074). Fungsi
pragmatis sebagai kalimat tanya sesungguhnya atau real question terdapat pada
data 074 sedangkan fungsi pragmatis rethoric question terdapat pada data 017
dan 076. Keseluruhan data tersebut termasuk ke dalam terjemahan yang akurat,
berterima dan mudah terbaca.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
3. Pemakaian teknik penerjemahan pada kalimat tanya jenis Alternative
questions
Jenis kalimat tanya yang terakhir dan juga memiliki data terkecil yaitu 3
data adalah kalimat tanya alternative questions, dimana setiap data yang
teridentifikasi masing-masing menggunakan tiga teknik penerjemahan yang
berbeda pula, teknik yang digunakan adalah teknik linguistik amplifikasi yaitu
data 109, teknik partikulasi pada data 035, dan teknik peminjaman pada data 039.
Ketiga data tersebut memiliki terjemahan yang akurat, berterima, dan mudah
terbaca. Tidak ditemukan terjemahan yang kurang, hal ini disebabkan
penggunaan teknik pada Bsa dirasa tepat dari segi penambahan unsur elemen
linguistik, pencarian padanan yang sudah umum digunakan dan peminjaman kata
yang sudah disesuaikan dengan lafalnya pada Bsa, yang menjadikan terjemahan
akurat, berterima, dan mudah terbaca. Berikut merupakan tabel yang
menunjukkan penggunaan teknik penerjemahan pada kalimat tanya alternative
questions.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
Tabel 4.26.Pemakaian teknik pada jenis dan fungsi Kalimat Tanya Alternative
questions
4. Dampak pemakaian teknik penerjemahan terhadap kualitas terjemahan
kalimat tanya pada subtitle film Sherlock Holmes.
Dari beberapa pembahasan diatas, pada bagian sub bagian terakhir ini
merupakan suatu kesimpulan atau inti pembahasan yang didapat dari penelitian
mengenai kualitas terjemahan kalimat tanya pada subtitle film Sherlock Holmes.
Pada tabel berikut ini merupakan hasil pemaparan mengenai penggunaan teknik
penerjemahan terhadap kualitas terjemahan kalimat tanya beserta kesimpulanya.
Keterangan :
K1 : Keakuratan
K2 : Keberterimaan
K3 : Keterbacaan
No Jenis dan
Fungsi
Teknik
Alternatif questions Jumlah
pemakaian
teknik Real Rethoric
1. Literal - - -
2. Transposisi - - -
3. Ling. Amplifikasi 109 - 1 data
4. Ling. Kompensasi - - -
5. Modulasi - - -
6. Amplifikasi - - -
7. Reduksi - - -
8. Partikulasi - 035 1 data
9. Padanan Lazim - - -
10. Peminjaman - 039 1 data
11. Kreasi Diskursif - - -
Jumlah jenis dan fungsi
Kalimat Tanya
1 data 2 data 3 data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
Jenis dan fungsi kalimat tanya
Teknik Kualitas terjemahan
Literal Transposisi Ling. Amplifikassi
Ling. Kompensasi
Modulasi Amplifikasi Reduksi Partikulasi Padanan Lazim
Peminjaman Kreasi Diskursif
Yes-no questions
K1 Akurat 94,11 % 75 % 50 % 100 % 100 % 50 % 75 % 100 % 50 % 100 % -
Kurang Akurat 5, 88 % 25 % 50 % - - 50 % 25 % - 50 % - -
Tidak Akurat - - - - - - - - - - -
K2 Berterima 100 % 87,5 % 75 % 75 % 100 % 100 % 75 % 100 % 75 % 100 %
Kurang Berterima - 12,5 % 25 % 25 % - - 25 % - 25 % - -
Tidak Berterima - - - - - - - - - - -
K3 Mudah Terbaca 100 % 87,5 % 75 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % -
Kurang Terbaca - 12,5 % 25 % - - - - - - - -
Tidak Terbaca - - - - - - - - - - -
WH questions
K1 Akurat 94,73 % 83,33 % 100 % 100 % 100 % 100 % 50 % 100 % - 100 % 100 %
Kurang Akurat 5,26 % 16,66 % - - - - 50 % - - - -
Tidak Akurat - - - - - - - - - - -
K2 Berterima 89,47 % 91,66 % 100 % 85,75 % 100 % 66,66 % 100 % 100 % - 100 % 100 %
Kurang Berterima 10,52 % 8,33 % - 14,28 % - 33,33 % - - - - -
Tidak Berterima - - - - - - - - - - -
K3 Mudah Terbaca 89,47 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % - 100 % 100 %
Kurang Terbaca 10,52 % - - - - - - - - - -
Tidak Terbaca - - - - - - - - - - -
Alternative questions
K1 Akurat - - 100 % - - - - - 100 % 100 % -
Kurang Akurat - - - - - - - - - - -
Tidak Akurat - - - - - - - - - - -
K2 Berterima - - 100 % - - - - - 100 % 100 % -
Kurang Berterima - - - - - - - - - - -
Tidak Berterima - - - - - - - - - - -
K3 Mudah Terbaca - - 100 % - - - - - 100 % 100 % -
Kurang Terbaca - - - - - - - - - - -
Tidak Terbaca - - - - - - - - - - -
Tabel 4.27. Dampak Pemakaian Teknik Penerjemahan pada Kalimat Tanya Terhadap Kualitas Penerjemahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
Terlihat pada bagan tabel diatas, pada jenis kalimat tanya Yes-no
questions, meskipun terdapat terjemahan kurang akurat pada penggunaan teknik
literal akan tetapi tidak mengurangi tingkat keberterimaan dan keterbacaan. Beda
halnya dengan penggunaan teknik transposisi dan linguistik amplifikasi, dimana 2
data teridentifikasi kurang akurat, 1 data teridentifikasi kurang berterima dan
kurang kurang terbaca. Teknik linguistik kompensasi menjadikan terjemahan
akurat dan mudah terbaca tetapi kurang berterima, begitu pula penggunaan teknik
reduksi dan padanan lazim yang menghasilkan terjemahan kurang akurat dan
kurang berterima tetapi mudah terbaca. Dapat disimpulkan bahwa dari segi
keakuratan, penggunaan teknik linguistik kompensasi, modulasi, partikulasi dan
peminjaman memberikan dampak positif pada keakuratan, sedangkan dari segi
keberterimaan penggunaan teknik literal, modulasi, amplifikasi, partikulasi dan
peminjaman menjadikan terjemahan terasa alamiah. Untuk tingkat keterbacaan
dampak negatif hanya ditemukan pada penggunaan teknik transposisi dan
linguistik amplifikasi.
Untuk jenis kalimat tanya yang kedua adalah Wh questions, penggunaan
teknik literal menjadikan terjemahan kurang akurat, kurang berterima, dan kurang
terbaca, hal ini juga disebabkan karena penggunaan teknik lain yang terdapat pada
satu ujaran kalimat tanya, teknik tersebut adalah teknik reduksi yang menjadikan
terjemahan terasa kaku dan kurang alamiah sehingga pesan yang disampaikan
tidak mudah dipahami maksudnya. Penggunaan teknik linguistik kompensasi dan
amplifikasi juga menghasilkan terjemahan yang kurang berterima akan tetapi
tidak mempengaruhi keakuratan dan keterbacaan terjemahan. Sedangkan teknik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
transposisi menjadikan terjemahan kalimat tanya Wh questions menjadi
terjemahan kurang akurat dan kurang berterima tetapi masih memiliki tingkat
keterbacaan yang tinggi. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan teknik linguistik
amplifikasi, linguistik kompensasi, modulasi, amplifikasi, partikulasi,
peminjaman dan kreasi diskursif memberikan dampak positif pada terjemahan,
sedangkan linguistik kompensasi, modulasi, reduksi, partikulasi, peminjaman, dan
kreasi diskursif memberikan dampak positif pada aspek keberterimaan. Teknik
literal berpadu dengan teknik reduksi memberikan dampak negatif pada aspek
keterbacaan, sedangkan teknik yang lainya tidak mempengaruhi kualitas
keterbacaan.
Jenis kalimat tanya yang terakhir adalah alternative questions, dimana
terdapat data paling rendah dengan penggunaan teknik yang menghasilkan
kualitas terjemahan yang akurat, berterima dan mudah terbaca. Penggunaan teknik
tersebut terdapat pada masing-masing data antara lain penggunaan teknik
linguistik amplifikasi, padanan lazim dan kreasi diskursif.
Berikut ini merupakan diagram yang menunjukkan hasil kualitas
terjemahan dari segi keakuratan, keberterimaan dan keterbacaan:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
Gambar 4.4. Diagram Hasil Kualitas Terjemahan Kalimat Tanya pada
subtitle film Sherlock Holmes
Dari beberapa kesimpulan diatas, maka dapat diambil garis besar inti dari
pembahasan mengenai dampak yang dihasilkan dari penggunaan teknik
penerjemahan terhadap kualitas terjemahan kalimat tanya pada subtitle film
Sherlock Holmes adalah akurat, berterima dan memiliki tingkat keterbacaan yang
tinggi.
KeakuratanKeberterimaan
Keterbacaan
86.77% 91.73% 97.50%
13.22% 8.64%
2.47%
Kualitas Terjemahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab terakhir ini terdapat 2 sub bagian yaitu kesimpulan dan saran
dari hasil penelitian yang telah dikumpulkan dan dianalisis yaitu mengenai
pembahasan jenis dan fungsi pragmatis kalimat tanya, penggunaan teknik dalam
kalimat tanya tersebut serta kualitas kalimat tanya dari subtitle film Sherlock
Holmes dan saran bagi penelitian-penelitian selanjutnya.
A. Kesimpulan
Dari hasil analisis data penelitian dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Hasil kesimpulan dari penelitian mengenai jenis kalimat tanya dan fungsi
pragmatis kalimat tanya terdapat tiga jenis kalimat tanya yang mana jenis Wh
question menduduki jumlah terbanyak dari kedua jenis kalimat tanya yang
lainya yaitu sebesar 56 data (51,23%) yang kemudian dilanjutkan dengan
jenis yes-no question dengan 56 data (46,28%) dan alternative question
dengan tiga data (2,47%). Dengan fungsi pragmatis yang terdapat pada
kalimat tanya yang sebagian besar mempunyai fungsi sebagai kalimat tanya
rhetoric question yaitu sejumlah 68 data (56,19 %). Fungsi pragmatis dari
kalimat tanya tidak saja berfungsi untuk menanyakan sebuah informasi
semata akan tetapi juga memiliki fungsi pragmatis lainya seperti halnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
mengungkapkan rasa penyangkalan, penyesalan, permintaan bahkan sebuah
sindiran.
2. Penggunaan teknik penerjemahan pada subtitle film ini sebanyak 11 teknik
dengan teknik literal (36 data) menduduki peringkat terbanyak dalam hal
penggunaanya, kemudian teknik transposisi dengan 20 data, 11 data
teridentifikasi menggunakan teknik linguistik kompensasi, 10 data berikutnya
menggunakan teknik linguistik amplifikasi. Sedangkan teknik modulasi dan
amplifikasi terdapat 9 data, teknik reduksi dengan 8 data dan teknik
partikulasi dengan 6 data. Padanan lazim hanya terdapat 4 data, dengan 5 data
teridentifikasi menggunakan teknik peminjaman dan 3 data terakhir
menggunakan teknik kreasi diskursif.
3. Pada setiap jenis kalimat tanya terdapat perbedaan penggunaan teknik, dari
beberapa penggunaan teknik tersebut secara garis besar dapat ditarik
kesimpulan mengenai teknik yang memberikan dampak positif pada kualitas
terjemahan. Untuk jenis kalimat tanya Yes-no questions, hanya terdapat 2
teknik yang memberikan kontribusi positif pada terjemahan yaitu teknik
partikulasi dan peminjaman. Dengan meminjam kata dan menjadikan
terjemahan pada Bsa menjadi lebih terperinci lagi menjadikan pesan yang
disampaikan terasa alamiah dan mudah dimengarti maksud pesannya.
Sedangkan untuk jenis kalimat tanya Wh questions, terdapat 4 teknik yang
memberikan kontribusi positif pada kualitas terjemahan yaitu teknik
linguistik amplifikasi, modulasi, partikulasi, peminjaman, dan kreasi
diskursif. Keempat teknik diatas, mampu memberikan terjemahan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
akurat, berterima dan mudah terbaca. Jenis kalimat tanya yang terakhir adalah
alternative questions dengan data dan penggunaan teknik terkecil dari jenis
kalimat tanya yang lain. Keseluruhan teknik memberikan dampak yang
positif pada kualitas terjemahan, tidak ditemukan kekurangan dalam kualitas
terjemahan yang dihasilkan.
4. Dari total keseluruhan data yang ada, 105 data termasuk ke dalam terjemahan
yang akurat, ditinjau dari segi keberterimaan, terdapat 111 data termasuk ke
dalam terjemahan yang sudah berterima, dan terdapat 118 data termasuk ke
dalam kategori terjemahan dengan tingkat keterbacaan yang tinggi. Dari
pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa terjemahan kalimat tanya pada
subtitle film Sherlock Holmes, mempunyai terjemahan yang akurat, berterima
dan memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi.
B. Saran
1. Bagi penerjemah diharapkan untuk lebih hati-hati dan memperhatikan faktor
legability lainya, misalnya dengan berbagai batasan tempat dan waktu dalam
subtitle diharapkan penggunan teknik menjadikan terjemahan subtitle lebih
efektif lagi. Dalam penerjemahan kalimat tanya pada subtitle film Sherlock
Holmes, penerjemah harus lebih memperhatikan penggunaan teknik literal,
transposisi atau reduksi dimana teknik ini menghasilkan terjemahan yang
kurang akurat dibanding dengan teknik penerjemahan yang lain.
2. Pemilihan kata, pemakaian istilah dan padanan kata juga faktor yang penting
yang perlu diperhatikan oleh seorang penerjemah. Pemilihan kata yang lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
disesuaikan dengan kaidah dan norma Bsa menjadikan terjemahan lebih
berterima karena pemakaian kata yang tepat dan tidak asing dalam Bsa.
3. Penelitian ini masih jauh dari sempurna, sehigga penetilian ini perlu dikaji
lebih lanjut dan mendalam, terutama jenis penelitian subtitle pada
penerjemahan audiovisual lainnya dengan pendekatan yang sama atau
berbeda, misalnya dari segi metode dan ideologi penerjemahan kalimat tanya.
4. Pada penelitian ini tidak melibatkan penerjemah film Sherlock Holmes,
sehingga informasi yang didapat kurang terperinci dan mendalam. Misalnya
penggunana teknik reduksi dan amplifikasi yang bertolak belakang, apa yang
mendasari penerjemah menggunakan kedua teknik tersebut, apakah si
penerjemah tidak mengetahui padanan yang tepat sehingga mereduksi begitu
saja ataukah ada alasan yang kuat untuk menambahkan informasi agar
penerjemahan yang dihasilkan menjadi lebih akurat dalam penyampaian
pesan.