permasalahan gizi yang banyak terjadi di indonesia adalah kasus gizi buruk atau manultrisi
TRANSCRIPT
Permasalahan gizi yang banyak terjadi di Indonesia adalah kasus gizi buruk atau manultrisi.
Keadaan gizi yang buruk akan menurunkan daya tahan anak sehingga anak mudah sakit hingga
bisa berakibat pada kematian Kasus ini merupakan hal yang tidak dapat disepelkan begitu saja
karena Indonesia adalah salah satu Negara berkembang terlebih dalam bidang pangan. Pada
sebuah artikel dijelaskan bahwa konsumsi protein hewani yang rendah banyak terjadi pada anak
usia bawah lima tahun (balita), sehingga terjadi kasus busung lapar dan malnutrisi. Usia balita
disebut sebagai periode “the golden age” (periode emas pertumbuhan), dimana sel-sel otak anak
manusia sedang berkembang pesat. Fase ini, otak membutuhkan suplai protein hewani yang
cukup agar berkembang optimal. Asupan kalori-protein yang rendah pada anak balita berpotensi
menyebabkan gangguan pertumbuhan, meningkatkan risiko terkena penyakit, mempengaruhi
perkembangan mental, menurunkan kecerdasan dan performa mereka di sekolah serta
produktivitas tenaga kerja setelah dewasa ( Ahmad Rusfidra, 2005 ).
Permasalahan gizi dan pangan Indonesia tentu dapat diselesaikan dengan pengorganisasian
kebijakan pemerintah pusat dan daerah yang baik. Untuk mencapai status perbaikan gizi dan
pangan nasional peran pemerintah saja tidak cukup, karena proses pengawasan dan pendanaan
yang setingkat nasional tidaklah mudah. Disini peran daerah diperlukan untuk dapat
melaksanakan maupun menginovasikan program gizi dan pangan. Selama ini program tingkat
nasional belum memberikan hasil yang baik dibandingkan program nasional di era orde baru
seperti posyandu, KB, imunisasi, karena dipandang kebutuhan dan permasalahan di daerah
berbeda-beda. Pemerintah daerah yang dianggap lebih memahami permasalahan daerahnya
dituntut akan inovasinya serta jalinan hubungan kemitraan dengan swasta.
Di beberapa daerah, pengelolaan pangan seperti Klaten dengan swasembada beras dan
Yogyakarta dengan berbagai program seperti Rumah Pemulihan Gizi, akan terwujud karena
perhatian pemerintah daerah serta pengalokasian dana daerah yang baik. Apabila setiap daerah
memiliki prestasi akan program gizi dan pangannya, tentu lebih memudahkan pemerintah pusat
tercapainya status gizi dan pangan yang baik. Seperti halnya bidang kesehatan, jika pemerintah
pusat harus menanggung biaya kesehatan nasional, maka anggaran dana cepat habis sebelum
digunakan untuk kesejahteraan. Untuk itu lebih bijak dilaksanakan program pencegahan daripada
pengobatan, kaitannya dengan gizi dan pangan tadi, tindakan pencegahan berupa pemerintahan
daerah yang baik dalam melakukan program.