perlindungan peserta asuransi jiwa syariah...

81
PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH DITINJAU DARI UU NO.8 TAHUN 1999 DAN POJK NO.01/POJK.07/2013 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi (S.E) OLEH : MIFTAHUL JANNAH 1112046200014 PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H / 2017 M

Upload: lyminh

Post on 19-Mar-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH DITINJAU

DARI UU NO.8 TAHUN 1999 DAN POJK NO.01/POJK.07/2013

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Ekonomi (S.E)

OLEH :

MIFTAHUL JANNAH

1112046200014

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H / 2017 M

Page 2: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih
Page 3: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih
Page 4: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih
Page 5: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

v

Daftar Riwayat Hidup

I. Data Pribadi

1. Nama Lengkap : Miftahul Jannah

2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 1 April 1994

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Agama : Islam

5. Kewarganegaraan : Indonesia

6. Status : Belum Menikah

7. Alamat : Jl. Inspeksi Saluran Gg. H. Dasuki RT001/RW016

No 35 Jakarta Timur 13440

8. No Kontak : 089515002021

9. Email : [email protected]

II. Pendidikan Formal

1. SDN Duren Sawit 08 Pagi Tahun 2000 s.d 2005

2. SMP Negeri 51 Jakarta Tahun 2006 s.d 2009

3. MAN 9 Jakarta Tahun 2009 s.d 2012

III. Pengalaman Organisasi

1. Anggota Marching Band SMPN 51 Jakarta Tahun 2008 s.d 2009

2. Anggota PIK - KRR Tahun 2011 s.d 2012

3. Kepala Bidang 4 (Pers dan Komunikasi) Tahun 2015 s.d 2016

PMII Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta

4. Pengurus Bag. Kaderisasi PC IPPNU TangSel Tahun 2015 s.d Sekarang

5. Pengurus Departemen Ekonomi dan

Kewirausahaan PP IPPNU Tahun 2016 s.d Sekarang

IV. Riwayat Pekerjaan

1. Pembimbing dalam event Pesantren

Kilat Ramadhan 1000 Anak Jalanan Tahun 2013 & 2014

2. Bekerja part time di PT Palma One,

Bag. Koding dan Entry Data Tahun 2015 s.d Sekarang

3. Anggota Panwaslu dalam

keg. Pemilu Raya di Kampus Tahun 2015

4. Bekerja part time Tour Leader

di Black Diamond Tour Tahun 2016 s.d Sekarang

Demikian riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya.

Jakarta, 27 Maret 2017

Hormat Saya,

Miftahul Jannah

Page 6: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

vi

ABSTRACT

Miftahul Jannah. NIM 1112046200014. Analysis of Consumer Protection Takaful

Judging from Act No. 8 of 1999 and POJK NO.01 / POJK.07 / 2013. Department

of Islamic Economics. Economics and Business Faculty. Syarif Hidayatullah State

Islamic University Jakarta. 1438 H / 2017 AD

Raw contract manufacturing practices in the insurance companies are often made

with the condition that is not balanced. This causes a problem when insurance

participants file a claim and make consumers be harmed. This research expects the

public to know the extent of the effect of Law No. 8 of 1999 and POJK 1 /

POJK.07 / 2013 on consumer protection Takaful through how the views of the

law and regulations on consumer protection Takaful, efforts to do when insurance

participants unfulfilled rights and legal consequences for insurance companies that

violate the provisions of the legislation.

The method used is the type of qualitative research is descriptive analysis is to

collect, organize and describe documents, data and real-time information. The

data have been obtained will be interpreted in the form of presentation and

analysis so I can give you a conclusion in this study.

Based on the results of the study showed that:

1. So far the Law No. 8 of 1999 and POJK NO. 01 / POJK. 07/2013 has not

affected the fullest. Because they found some standard clauses that are prohibited

in the legislation.

2. Regarding the dispute, both have been in accordance with OJK rules which did

lead to legislation. Both these policies have an internal dispute resolution facility.

But if the dispute is not completed, the company advised consumers to continue to

OJK and LAPS.

3. The insurance company that violates the provisions of Law No. 8 of 1999 and

POJK No. 01 / POJK 07/2013 will be subject to administrative sanctions by the

OJK as an umbrella institution supreme Law of Business Financial Services.

Keywords: Takaful, Takaful contracts, consumer protection

Supervisor: Ahmad Chairul Hadi, MA

Bibliography: 1981 s.d 2016

Page 7: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

vii

ABSTRAK

Miftahul Jannah. NIM 1112046200014. Analisis Perlindungan Konsumen

Asuransi Syariah Ditinjau dari UU NO 8 TAHUN 1999 DAN POJK

NO.01/POJK.07/2013. Jurusan Ekonomi Syariah. Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 1438 H/2017 M.

Praktik pembuatan kontrak baku di perusahaan asuransi seringkali dibuat

dengan kondisi yang tidak berimbang. Hal ini meyebabkan masalah ketika peserta

asuransi mengajukan klaim dan membuat konsumen menjadi dirugikan. Penelitian

ini mengharapkan masyarakat mengetahui sejauh mana pengaruh UU No.8 Tahun

1999 dan POJK No.1/POJK.07/2013 terhadap perlindungan konsumen asuransi

syariah melalui bagaimana pandangan UU dan peraturan tersebut tentang

Perlindungan konsumen asuransi syariah, upaya-upaya yang dapat dilakukan

ketika hak peserta asuransi tidak terpenuhi dan Akibat hukum bagi perusahaan

asuransi yang melanggar ketentuan perundang-undangan tersebut.

Metode yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatif yang bersifat

analisis deskriptif yaitu dengan mengumpulkan, menyusun dan mendeskripsikan

berbagai dokumen, data dan informasi yang aktual. Data-data yang telah diperoleh

akan diinterpretasikan dalam bentuk pemaparan dan analisa sehingga penulis

dapat memberikan kesimpulan pada penelitian ini.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa:

1. Sejauh ini UU No 8 Tahun 1999 dan POJK NO 01/POJK 07/2013 belum

berpengaruh secara maksimal. Karena masih ditemukan beberapa klausula

baku yang dilarang dalam perundang-undangan.

2. Mengenai persengketaan, keduanya telah sesuai dengan peraturan OJK

yang memang mengarah kepada perundang-undangan. Kedua polis

tersebut memiliki fasilitas penyelesaian sengketa secara internal. Tetapi

jika sengketa tersebut tidak selesai, perusahaan menyarankan konsumen

untuk melanjutkannya ke OJK dan LAPS.

3. Perusahaan asuransi yang melanggar ketentuan UU No 8 Tahun 1999 dan

POJK No 01/POJK 07/2013 akan dikenakan sanksi administratif oleh OJK

sebagai lembaga Payung Hukum tertinggi Usaha Jasa Keuangan.

Keywords: Asuransi Syariah, kontrak asuransi syariah, perlindungan

konsumen

Pembimbing: Ahmad Chairul Hadi, MA

Daftar Pustaka: Tahun 1981 s.d Tahun 2016

Page 8: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

viii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb,

Segala puji serta syukur, penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan

semesta alam yang memberikan nikmat sehat dan nikmat iman, taufiq dan

hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikam penulisan skipsi ini, serta

shalawat dan salam penulis panjatkan kepada junjungan kepada Nabi besar kita

Muhammad SAW serta keluarga dan para sahabatnya.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak menghadapi hambatan dan

rintangan, kesulitan, suka maupun duka namun Alhamdulillah atas ridho dan

kuasa Allah SWT serta doa dan bantuan dari berbagai pihak secara langsung

maupun tidak langsung hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis sadar, skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,

izinkanlah penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada :

1. Bapak Asep Saepudin Jahar, MA., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Syariah

dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak AM Hasan Ali, MA, sebagai Ketua Prodi Muamalat Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Bapak Abdurrouf, Lc., MA., selaku Sekretaris Prodi Ekonomi

Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Semua pihak Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Page 9: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

ix

5. Bapak Ahmad Chairul Hadi, MA selaku Dosen Pembimbing atas segala

bimbingan, arahan, dan bantuan serta motivasi yang diberikan kepada

penulis dalam penulisan skripsi ini.

6. Bapak Dr. H. A. Juaini Syukri, Lcs, MA dan Bapak Dr. Nahrowi, MH

selaku Dosen penguji skripsi atas segala bimbingan, dan arahan yang

diberikan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

7. Seluruh Bapak dan Ibu dosen beserta staff dan karyawan Fakultas Syariah

dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang

dengan ikhlas memberikan ilmunya kepada peneliti selama masa kuliah.

8. Seluruh Staff Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah yang dengan

iklhas memberikan pelayanannya kepada peneliti selama masa kuliah.

9. Kedua orang tua penulis yang tersayang dan tercinta, Ayahanda

(Almarhum) Hasbullah dan Ibunda Nurulhuda. Terima kasih atas segala

cinta kasih, rasa sayang,dan doa yang selalu tercurah, serta dukungan dan

dorongan serta semangat yang diberikan kepada penulis dalam masa

penulisan skripsi ini agar segera selesai. Terima kasih atas segala

kesabaran Abeh dan umi dalam mendengarkan keluh kesah penulis. Juga

terima kasih kepada kakak dan adik tersayang, Bang Ajis, bang Anan ,

bang Olis, Ka Ela, Ka Nisa, Teh Via, mba Ira dan Rara Serta ponakan

yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih atas

doa dan dukungan yang diberikan kepada penulis baik secara moril

maupun materiil.

Page 10: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

x

10. Sahabat penulis WARNAFI, Sahabat MAN 9 Lia, soffi, Mala, Shaila,

Sena, Fika, serta sahabat SELUSIN 12 dan kakak-kakak tercinta ka Puput

dan Ka Mira serta seluruh sahabat KOMFAKSYAHUM terkhusus Husnul,

Syamazka, Imas, Rara, Lutfah, Vivin. Sahabat IPPNU Tangsel dan PP

IPPNU Terima kasih atas persahabatan, suka duka, kebahagiaan dan canda

tawa dan dukungan yang kalian berikan kepada penulis selama masa

kuliah.

11. Kepada Asuransi Syariah 2012 terutama SELUSIN 2012, Hafiz, Eka,

Sabila, Aisyah, Isti, Tari, Susi, Tami, Tika dan Evi serta Teman KKN

Edelwise. terima kasih atas pertemanan yang berikan di masa perkuliahan

ini. Terima kasih atas segala canda, tawa, obrolan, dan saran yang sudah

diberikan.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda

kepada semua pihak yang telah memberikan, doa, dukungan, dan bantuan

dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa tentunya masih banyak kekurangan dari

skripsi ini. Namun demikian, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak. Aamiin.

Jakarta, 14 Januari 2017

Miftahul Jannah

Page 11: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

xi

DAFTAR ISI

COVER

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING .............................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ........................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN ......................................................................... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................... v

ABSTRACT ................................................................................................... vi

ABSTRAK ..................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ................................................................................... viii

DAFTAR ISI .................................................................................................. xi

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1

B. Pokok Permasalahan ................................................................................... 5

1. Identifikasi Masalah ............................................................................. 5

2. Batasan Masalah ................................................................................... 6

3. Rumusan Masalah ................................................................................ 7

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ................................................. 7

D. Review Studi Terdahulu ............................................................................. 9

E. Kerangka Konsep dan Teori ........................................................................ 11

G. Metode Penelitian ....................................................................................... 13

H. Sistematika Penulisan ................................................................................. 16

Page 12: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

xii

BAB II Perlindungan Konsumen Menurut UU No 8 Tahun 1999 dan

POJK No.01/POJK.07/2013

A. Sejarah Perlindungan Konsumen ................................................................... 17

B. Pengertian Perlindungan Konsumen .............................................................. 22

C. Asas dan Tujuan perlindungan Konsumen .................................................... 23

D. Prinsip Perlindungan Konsumen .................................................................... 25

E. Hak dan Kewajiban Konsumen ...................................................................... 25

F. Ketentuan Pencantuman Klausula Baku ........................................................ 29

G. Mekanisme Pelayanan dan Penyelesaian Pengaduan Konsumen .................. 32

BAB III Teori Asuransi Syariah

A. Pengertian Asuransi Syariah ........................................................................... 36

B. Akad asuransi Syariah ..................................................................................... 37

C. Prinsip–prinsip Hukum Asuransi Syariah ....................................................... 42

D. Kontrak Baku Asuransi (POLIS) .................................................................... 46

BAB IV: ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Perlindungan Konsumen Asuransi syariah menurut UU NO 8

Tahun 1999 dan POJK NO 01/POJK 07/2013 ........................................... 48

B. Upaya konsumen ketika haknya tidak terpenuhi ...................................... 55

C. Akibat Hukum bagi Perusahaan yang melangar UU NO 8Tahun

1999 dan POJK NO 01/POJK 07/2013 ..................................................... 59

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................................................ 61

Page 13: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

xiii

B. Saran ........................................................................................................... 62

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 64

LAMPIRAN

Page 14: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

1

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Di zaman yang semakin modern ini segala hal yang kita lakukan

dan kita miliki pastinya selalu berisiko. Setiap manusia tidak pernah tahu

apa yang akan terjadi di masa depan secara sempurna meskipun analisis

telah dilakukan sekalipun, maka wajar jika sebagian orang telah

mempersiapkan antisipasi risiko yang mungkin dan pasti akan terjadi.

Risiko-risiko tersebut antara lain kematian, sakit, kehilangan barang

berharga, ataupun pemecatan diri dari tempat bekerja. Hal-hal tersebut

menyebabkan seseorang mengalami kerugian yang terkadang tidak sedikit.

Oleh sebab itu asuransi hadir untuk melindungi masyarakat dari

kemungkinannya tertimpa kerugian.

Berdasarkan Annual Report OJK tahun 2015, total asset Industry

Keuangan Non Bank ( IKNB ) mengalami kenaikan sebesar 5,42%

menjadi Rp48,78 triliun apabila dibandingkan dengan total asset di tahun

2014 yang hanya sebesar Rp46,27 triliun. Di mana kenaikan terbesar

dialami oleh industri asuransi syariah.1 Hal ini membuktikan bahwa

perkembangan industri asuransi syariah cukup bagus.

1 Annual Report OJK. 2015. h. 214-215. http://www.ojk.go.id/id/data-dan-

statistik/ojk/Documents/Pages/Laporan-Tahunan-OJK-2015%2c-Memacu-Pertumbuhan-

Ekonomi-Melalui-Sektor-Jasa-Keuangan-Yang-Kontributif%2c-Stabil-dan-

Inklusif/OJK%20Annual%20Report%202015.pdf .Di akses pada tanggal 23 juni 2016.

Page 15: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

2

Sepanjang tahun 2014, total pengaduan konsumen yang masuk di

Layanan Konsumen Terintegrasi OJK mencapai 2.197 pengaduan.

Sementara hingga 11 Maret 2015, tercatat sebanyak 308 pengaduan. Untuk

daerah terbanyak yang melaporkan pengaduan pada tahun 2014, posisi

pertama ditempati daerah DKI Jakarta dengan 847 pengaduan, Jawa Barat

430, Jawa Timur 418, Jawa Tengan 306 dan Sumatera Utara 194

Pengaduan. Selain itu, pada tahun 2014 jumlah pengaduan yang sampai di

BMAI tercatat sebanyak 265 kasus pada Asuransi Jiwa, 4 kasus pada

asuransi sosial dan 258 pada asuransi umum.2

Untuk sektor yang tertinggi dilaporkan adalah masalah perbankan,

lalu asuransi, lembaga pembiayaan dan pasar modal. Persoalan perbankan

kebanyakan menyangkut lelang agunan, restrukturisasi kredit, dan alat

pembayaran menggunakan kartu. Untuk masalah asuransi biasanya paling

banyak klaim polis, sementara kasus lembaga pembiayaan banyak

diadukan mengenai penarikan jaminan yang difidusiakan perlakuan debth

collector (penagih hutang), sementara di pasar modal pengaduan terbanyak

datang dari masalah produk Medium Term Notes (surat hutang).3

Seiring dengan perkembangan asuransi syariah yang terbilang

bagus. Namun perlindungan konsumen belum menjadi perhatian penting

2 Rekapitulasi Sengketa.

http://bmai.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=166&Itemid=707 . diakses pada tanggal 1 April 2017.

3 OJK “Tingkat Pengaduan Konsumen dan Tingkat Kesadaran Masyarakat

Meningkat”, di akses pada 15 November 2016 dari

http://www.ojk.go.id/id/kanal/edukasi-dan-perlindungan-konsumen/berita-dan-

kegiatan/info-terkini/Pages/ojk-tingkat-pengaduan-konsumen-dan-tingkat-kesadaran-

masyarakat-meningkat.aspx#sthash.FXrfedpN.dpuf

Page 16: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

3

oleh pelaku usaha asuransi syariah tersebut. Bentuk perjanjian baku pada

polis asuransi dinilai masih terlalu rumit dan berbelit-belit sehingga rentan

terhadap pelanggaran hak konsumen. Misalanya pembuatan kontrak baku

atau yang biasa disebut dengan polis terkadang tidak memihak kepada

konsumen. Hal ini disebabkan kurang telitinya calon peserta asuransi atau

bahkan pelaku usaha yang memang sengaja membuat kontrak baku (polis)

dengan tulisan yang sulit dibaca bahkan dimengerti.

Praktik kontrak baku sering dibuat dalam kondisi yang tidak

berimbang di mana konsumen menjadi pihak yang lemah sehingga

menjadikan produsen atau pelaku usaha memanipulasi perjanjian yang

dibuat dalam ketentuan klausula baku. Biasanya perjanjian tersebut lebih

menguntungkan salah satu pihak yaitu pelaku usaha.4 Selain kontrak baku

yang tidak berimbang masih banyak faktor-faktor lain yang menyebabkan

kecurangan perusahaan terhadap konsumen. Hal inilah yang dapat

menyebabkan perselisihan di kemudian hari. Seperti klaim nasabah yang

tidak dibayarkan oleh perusahaan asuransi dan masih banyak masalah

lainnya. Akibat yang terjadi adalah dari laporan dan berita yang beredar

membuat citra asuransi syariah menjadi buruk di masyarakat. Sehingga

mereka malas dan tidak berminat sama sekali untuk mengasuransikan

dirinya.

4 Abdul Hakim Barkatullah, Hak-Hak Konsumen ( Bandung : Nusa Media, 2010

), h.53

Page 17: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

4

Berdasarkan posisi konsumen tersebut, mereka harus dilindungi

hukum, karena salah satu sifat sekaligus tujuan hukum adalah memberikan

perlindungan kepada masyarakat.5 Selain itu konsumenpun harus

diberikan pembelajaran mengenai hak dan kewajiban konsumen.

Intervensi pemerintah dalam perlindungan konsumen tertuang dalam UU

No 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen. Selain itu OJK sebagai

payung hukum di sektor jasa keuanganpun memiliki kewenangan edukasi,

pelayanan pengaduan, sampai dengan pembelaan hukum terhadap

konsumen yang dirugikan oleh lembaga jasa keuangan. Pembentukan OJK

adalah untuk melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat6 yang

menggunakan atau memanfaatkan pelayanan lembaga jasa keuangan.

Dalam rangka perlindungan konsumen di sektor jasa keuangan, OJK telah

menerbitkan POJK No. 1/POJK.07/2013 Tentang Perlindungan Konsumen

Sektor Jasa Keuangan.

Dengan adanya penelitian ini diharapkan masyarakat mengetahui

sejauh mana pengaruh UU No.8 Tahun 1999 dan POJK

No.1/POJK.07/2013 terhadap perlindungan konsumen asuransi syariah

melalui bagaimana pandangan UU No.8 Tahun 1999 dan POJK

No.1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan konsumen asuransi syariah,

upaya-upaya yang dapat dilakukan ketika hak peserta asuransi tidak

5 Edmon Makarim, Kompilasi Hukum Telematika. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2009, h.23. 6 Pasal 4 huruf (c) UU OJK Otoritas Jasa Keuangan

Page 18: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

5

terpenuhi selama akad berlangsung dan Akibat hukum bagi perusahaan

asuransi yang melanggar ketentuan perundang-undangan tersebut.

Berdasarkan latar belakang nampak ada sesuatu hal yang menarik

yang perlu diangkat. Ada suatu hal yang mendasar tentang pokok bahasan

skripsi. Sebab itu penulis tertarik untuk menjadikan tema itu sebagai

pokok bahasan skripsi dengan judul Analisis Perlindungan Peserta

Asuransi Jiwa Syariah ditinjau dari UU No.8 Tahun 1999 dan POJK

No. 1/POJK.07/2013.

2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat

meidetifikasi masalah yang muncul, diantaranya:

a. Apa saja jenis kecurangan asuransi syariah yang dapat di laporkan

konsumen ke ojk?

b. Bagaimana UU No.8 Tahun 1999 berbicara tentang perlindungan

konsumen asuransi syariah?

c. Bagaimana POJK No 1/POJK.07 /2013 berbicara perlindungan

konsumen asuransi syariah?

d. Apakah pada praktiknya pembuatan klausula baku asuransi atau polis

asuransi syariah sudah melindungi konsumen?

e. Apa saja upaya yang dapat dilakukan konsumen terhadap pelaku

usaha yang merugikan dalam ketentuan UU No.8 Tahun 1999 dan

POJK No 1/POJK.07 /2013?

Page 19: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

6

f. Apa akibat hukum bagi perusahaan asuransi yang melanggar menurut

UU No.8 Tahun 1999 dan POJK No 1/POJK.07 /2013 tentang

perlindungan konsumen?

3. Pembatasan dan Rumusan Masalah

a. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis

perlu membatasi pembahasan skripsi ini agar pembahasannya

menjadi terarah dan jelas. Maka penulis membatasinya menjadi

Perlindungan Peserta Asuransi Jiwa Syariah ditinjau dari UU

No.8 Tahun 1999 dan POJK No. 1/POJK.07/2013.

b. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas,

maka dapat dirumuskan beberapa masalah, yaitu:

1. Bagaimana UU No.8 Tahun 1999 dan POJK No 1/POJK.07

/2013 berbicara tentang perlindungan peserta asuransi syariah?

2. Apakah pada praktiknya pembuatan klausula baku asuransi

atau polis asuransi syariah sudah melindungi konsumen?

3. Apa akibat hukum bagi perusahaan asuransi yang melanggar

menurut UU No.8 Tahun 1999 dan POJK No 1/POJK.07 /2013

tentang perlindungan konsumen?

4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

a. Tujuan Penelitian

Page 20: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

7

1. Untuk menganalisa dan mengkaji perlindungan peserta asuransi

syariah menurut UU No.8 Tahun 1999 dan POJK No

1/POJK.07 /2013.

2. Untuk memberitahu masyarakat mengenai upaya-upaya yang

dapat dilakukan ketika hak-haknya tidak terpenuhi selama

berlangsungnya akad.

3. Agar masyarakat sadar akan hak-hak dan kewajibanya

khususnya dalam berasuransi.

4. Agar masyarakat mengetahui jenis kecurangan apa saja yang

dilakukan perusahaan asuransi terhadap konsumen.

5. Sebagai dasar acuan pembuatan polis (kontrak baku )

perusahaan asuransi syariah agar sesuai dengan UU No.8

Tahun 1999 dan POJK No 1/POJK.07 /2013.

b. Manfaat Penelitian, adapun manfaat dari penelitian ini adalah

1. Bagi Penulis

a. Penelitian ini menambah pengetahuan bagi penulis

mengenai hak-hak dan kewajiban pada peserta asuransi

jiwa syariah menurut UU No.8 Tahun 1999 dan POJK No

1/POJK.07 /2013

b. Sebagai salah satu persyaratan untuk menerima gelar S1 di

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Bagi Akademisi

Page 21: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

8

a. Menjadi sumber informasi mengenai salah satu aspek

hukum perlindungan konsumen

b. Menjadikan kontribusi untuk pengembangan ilmu

pengetahuan

3. Bagi Masyarakat

a. Agar penelitian ini mampu menjelaskan hak-hak dan

kewajiban konsumen terutama dalam berasuransi

syariah

b. Agar masyarakat percaya untuk mengasuransikan

dirinya, tidak perlu mengkhawatirkan dirinya ketika

berasuransi

c. Agar masyarakat mengetahui upaya yang harus

dilakukan ketika hak-haknya tidak terpenuhi dalam

akad

d. Agar perusahaan atau pelaku usaha asuransi semakin

sadar akibat hukum yang didapat ketika melakukan

kecurangan dalam akad asuransi.

5. Review Studi Terdahulu

1. Arief Hannany. 109048000009. Hukum Bisnis. Program Studi Ilmu

Hukum. Fakutas Syariah dan Hukum. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2013. Perlindungan Konsumen Perbankan Oleh Otoritas Jasa

Keuangan (Studi Komparatif Perlindungan Konsumen Perbankan oleh

Page 22: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

9

Bank Indonesia. Skripsi ini membahas karena adanya ketentuan

perpindahan fungsi pengaturan dan pengawasan perbankan dari BI ke

OJK. Kesimpulan penelitian ini menujukan bahwa setelah lahirnya

Undang-Undang OJK, kewenangan perlindungan kosumen oleh BI

terkait dengan tugasnya memberikan kredit atau pembiayaan bagi bank

yang mengalami kesulitan pendanaan jangka pendek. Perbedaan

dengan penelitian ini adalah perbedaan lembaga keuangan, dimana

peneliti terbaru meneliti tentang perlindungan konsumen Asuransi

Syariah.

2. Afika Yumya Syahmi. Fakultas Hukum. Universitas Indonesia Tahun

2008. “Pengaruh pembentukan Otoritas Jasa Keungan Terhadap

Kewenangan Bank Indonesia di Bidang Pengawasan perbankan”.

Skripsi ini membahas kemungkinan dan urgensi pengawasan

perbankan di Indonesia oleh lembaga yang bernama Otoritas Jasa

Keuangan (OJK). Skripsi tersebut disusun sebelum diundangkannya

Undang-Undang No 21 tahun 2011, sehingga penelitian itu cenderung

pada analisis hukum yang seyogyanya ada . Yang membedakan

dengan skripsi ini adalah pengaruh dikeluarkannya UU No.8 Tahun

1999 dan POJK No 1/POJK.07 /2013 terhadap perlindungan

konsumen asuransi syariah.

Page 23: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

10

3. Mohammad Ihsan 102046225379, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. “Efektivitas Perlindungan Hukum

Terhadap pemegang polis Asuransi Syariah ditinjau dari Hukum Islam

dan UU No.8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen. Skripsi ini

bertujuan untuk mengetahui hubungan antara asas kebebasan

berkontrak klausula baku dan ketentuan pasal 18 UUPK dengan

hukum islam serta mengkaji dan meganalisa bagaimana penerapannya

dalam polis asuransi syariah. Perbedaan pada skripsi ini adalah pada

skripsi akan ditambah instrument yaitu meganalisis perlindungan

konsumen selain dengan UUPK perlindungan konsumen asuransi

syariah tetapi juga menggunakan POJK No.1/POJK.07/2013.

4. Ridwan. Fakultas Syariah dan Hukum. UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. “ Perlindungan Konsumen Perspektif Hukum Islam (Analisis

Terhadap Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999). Skripsi ini

bertujuan untuk mengetahui pandangan hukum islam terhadap UU No

8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen serta untuk mengetahui

mengenai hakikat undang-undang tersebut dan nilai-nilai islam. Yang

membedakan dengan penelitian sekarang adalah memfokuskan

penelitian perlindungan konsumen menurutUU No.8 TAhun 1999 dan

POJK No.1/POJK.07 /2013.

Page 24: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

11

5. Intan Syahputri 1111046200025. Efektivitas Penanganan Insurance

Fraud DalamPerusahaan Asuransi Syariah . Muamalat. Fakultas

Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk menilai seberapa efetiktif

perusahaan asuransi kerugian syariah dan perusahaan asuransi jiwa

syariah memahami penanganan Insurance fraud, dan cara perusahaan

melakukan penanganan pada kasus Insurance fraud dan model-model

yang fraud yang ada dalam asuransi. Penelitian ini menggunakan

pendekatan kualitatif. Perbedaanya dengan penelitian ini, penelitian

tersebut membahas mengenai kecurangan dalam asuransi dari berbagai

model kecurangan atau fraud. Sedangkan penelitian ini membahas

mengenai hak-hak konsumen dan langkah yang harus dilakukan oleh

konsumen jika hak-haknya tidak terpenuhi selama berlangsungnya

akad menurut UU No.8 Tahun 1999 dan POJK No 1/POJK.07 /2013.

6. Kerangka Teori dan Konseptual

a. Perlindungan Konsumen

Pasal 1 Angka 1 UU No.8 Tahun 1999 menyatakan bahwa:

“Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya

kepastian hukum untuk memberikan perlindungan kepada konsumen”.

Selain itu POJK No.01/POJK 07/2013 juga mengartikan bahwa “

Page 25: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

12

perlindungan konsumen adalah perlindungan terhadap konsumen

dengan cakupan perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan “.

b. Konsumen

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI ) konsumen

adalah pemakai barang hasil produksi atau pemakai jasa. Sedangkan

konsumen menurut POJK Pasal 1 Angka 2 adalah ”Pihak-pihak yang

menempatkan dananya dan/atau memanfaatkan pelayanan yang

tersedia di Lembaga Jasa Keuangan antara lain nasabah pada

perbankan, pemodal di Pasar Modal, pemegang polis pada

perasuransian, dan peserta pada Dana Pensiun, berdasarkan peraturan

perundang-undangan di sektor jasa keuangan”.

c. Asuransi Syariah

Menurut kitab undang-undang hukum dagang (KUHD) pasal

246 asuransi adalah suatu perjanjian timbal balik dengan mana seorang

penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung dengan

menerima suatu premi untuk memberikan penggantian kepadanya

karena suatu kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang

diharapkan yang mungkin dideritanya karena peristiwa yang tak tentu7.

Sedangkan asuransi syariah adalah usaha saling melindungi dan

tolong-menolong diantara pihak-pihak melalui investasi dalam bentuk

asset dan/atau dana tabarru’ yang memberikan pola pengembalian

7 Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) Pasal 246

Page 26: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

13

untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad atau perikatan yang

sesuai dengan syariah.8

d. Kontrak baku asuransi atau polis, adalah dokumen yang memuat hak

dan kewajiban Badan dan Pemegang polis dan/atau Penerima

Manfaatnya sehubungan dengan pertanggungan, yang dilampiri

dengan Surat Permintaan Asuransi (SPAJ), Rincian Polis, Rincian dan

Ketentuan Rider, berikut semua perubahan (jika ada) yang sah dan

ditandatangani oleh Badan.

e. UU No.8 Tahun 1999 dan POJK No 1/POJK.07 /2013 Tentang

Perlindugan Konsumen Jasa Keuangan

7. Metode penelitian

1. Jenis penelitian

Peneliti menggunakan metode sesuai dengan permasalahan yang

diteliti, jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian

kualitatif yang bersifat analisis deskriptif yaitu dengan mengumpulkan,

menyusun dan mendeskripsikan berbagai dokumen, data dan informasi

yang aktual.9 Data-data yang telah diperoleh akan diinterpresentasikan

dalam bentuk pemaparan dan analisa sehingga penulis dapat

memberikan kesimpulan pada penelitian ini.

8 Fatwa No.21 /DSN –MUI/X/2001

9 Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (Bandung: Alvabeta, 1999), h.209

Page 27: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

14

Penelitian dengan pendekatan kualitatif menekankan analisis

proses dari proses berfikir secara induktif yang berkaitan dengan

dinamika hubungan antar fenomena yang diamati dan senantiasa

menggunakan logika ilmiah. Penelitian kualitatif tidak berarti

menggunakan dukungan dari data kuantitatif, tetapi lebih ditekankan

pada kedalaman berpikir formal dari peneliti dalam menjawab

permasalahan yang dihadapi10

.

A. Sumber Data

Jenis data yang diberlakukan dalam penelitian ini meliputi:

a) Data Primer dalam penulisan ini berupa peraturan perundang-

undangan yang terkait dengan perlindungan konsumen di

Indonesia yaitu UU No.8 Tahun 1999 dan peraturan dari OJK

yaitu POJK No 1/POJK.07 /2013.

b) Data sekunder penulis ambil Polis Takafullink Individu

Asuransi Takaful Keluarga dan Polis Suransi Jiwa Unit Link

Mitra BP-Link Syariah AJB Bumiputera, buku-buku, internet

dan penelitian terdahulu dan sumber-sumber tertulis lainnya

yang mengandung informasi yang berhubungan dengan

pembahasan masalah.

10

Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif, Teori dan Praktik, (Jakarta: Bumi

Aksara 2013) h. 80

Page 28: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

15

B. Teknik Pengumpulan Data

Riset kepustakaan, yaitu teknik pengumpulan data dimana

penulis meneliti dengan merujuk pada literatur yang ada. Dalam

hal ini yaitu Undang-undang, Peraturan, buku-buku, skripsi

terdahulu,jurnal situs internet dan sebagainya.

C. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dipakai dalam menganalisa data

kualitatif yakni dengan deskriptif mengenai hal-hal yang dilarang

dalam pencantuman klausula baku, hak-hak dan kewajiban

konsumen khususnya asuransi syariah, upaya yang dapat dilakukan

konsumen ketika terjadi kecurangan pada dirinya yang dilakukan

oleh perusahaan asuransi serta akibat hukum bagi perusahaan yang

melanggar. Bahan-bahan penelitian yang telah ditentukan tersebut

dipelajari dengan seksama sehingga diperoleh kesimpulan yang

terkandung didalamnya ,baik berupa ide, usul, argumentasi

maupun ketentuan-ketentuan terkait.

8. Sistematika Penulisan

BAB I

Bab ini berisi uraian mengenai latar belakang, identifikasi masalah,

pembatasan masalah dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

metodologi penelitian, studi terdahulu, kerangka berpikir, kerangka teori

dan sistematika penulisan.

Page 29: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

16

BAB II

Bab ini membahas lebih dalam mengenai teori perlindungan konsumen,

seperti sejarah perlindungan konsumen, pengertian perlindungan konsumen

menurut UU No.8 Tahun 1999 dan POJK No.1/POJK.07/2013, hak dan

kewajiban konsumen serta hal-hal yang dilarang dalam penulisan klausula

baku.

BAB III

Bab ini membahas mengenai asuransi syariah dan segala aspeknya. Seperti

Pengertian asuransi syariah, prinsip-prinsip asuransi syariah dan akad

dalam asuransi syariah, serta perjanjian kontrak baku dalam asuransi

syariah.

BAB IV

Bab ini membahas mengenai analisis perjanjian asuransi syariah menurut

UU No.8 Tahun 1999 dan POJK No.1/POJK.07/2013 dan mengenai

langkah-langkah yang harus ditempuh konsumen ketika haknya tidak

terpenuhi selama berlangsungnya akad perjanjian asuransi syariah.

BAB V

Bab ini membahas mengenai kesimpulan dari pembahasan yang telah

diuraikan pada bab-bab sebelumnya, serta kritik dan saran-saran yang dapat

penulis sampaikan pada penelitian skripsi ini.

Page 30: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

17

BAB II

PERLINDUNGAN KONSUMEN MENURUT UU NO.8 TAHUN 1999

DAN POJK NO.1/POJK 07/2013

1. Sejarah Perlindungan Konsumen

a. Munculnya UU No.8 tahun 1999

Dalam sebuah pasar perekonomian. Konsumen adalah

objek utama agar produk suatu perusahaan tersebut terjual. Oleh

sebab itu perlindungan konsumen menjadi suatu hal utama yang

perlu dilakukan perusahaan begitupun dengan pemerintah.

Konsumen pada akhirnya dihadapkan pada berbagai jenis barang

dan jasa yang ditawarkan secara variatif, baik yang berasal dari

produksi domestik maupun yang berasal dari luar negeri. Kondisi

yang demikian disatu sisi sangat bermanfaat bagi konsumen,

karena kebutuhan yang diinginkan dapat dipenuhi dengan disertai

kebebasan untuk memilih variasi barng atau jasa tersebut. Tetapi di

sisi yang lain dapat mengakibatkan kedudukan pelaku usaha dan

konsumen tidak seimbang dimana konsumen pada posisi yang

lemah. Konsumen hanya dijadikan objek aktivitas bisnis untuk

meraup keuntungan yang sebesar-besarnya oleh pelaku usaha

melalui kiat promosi, cara penjualan, serta penerapan perjanjian

standar yang merugikan konsumen.

Keresahan di ataspun menggerakan sebuah organisasi

gerakan perlindungan konsumen di seluruh dunia. Dan lahirlah

senuah gerakan perlindungan konsumen yang merupakan bukti

bahwa hak-hak masyarakat(konsumen) dijunjug tinggi dan

dihargai. Adapun gerakan perlindungan konsumen secara

terorganisisr diawali pada tahun 1898, yaitu dengan terbentukya

Liga Konsumen yang untuk pertama kali di New York, pada tahun

1898 di tingkat Nasional Amerka Serikat terbentuk Liga

Page 31: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

18

Konsumen nasional (The National Consumer’s League).

Organisasi ini tumbuh dan berkembang dengan pesat sehingga

pada tahun 1903 berkembang menjadi 64 cabang yang meliputi 20

negara bagian.1

Pada tahun 1962 Presiden AS John F. Kennedy

menyampaikan Consummer Massage kepada konggres, dan ini

dianggap sebagai era baru gejolak konsumen. Setelah itu,

Perserikatan Bangsa-Bangsa mengeluarkan resolusi nomor 39/248

Tahun 1985 tentang perlindungan konsumen (guidlenis for

consumer protection), juga merumuskan hak-hak konsumen yang

perlu dilindungi, yang meliputi:2

1. Perlindungan konsumen dari bahaya-bahaya terhadap

kesehatan dan keamanannya.

2. Promosi dan perlindungan kepentingan ekonomi social

konsumen.

3. Tersedianya informasi yang memadai bagi konsumen untuk

memberikan kemampuan mereka melakukan pilihan yang tepat

sesuai kehendak dan kepentingan pribadi.

4. Pendidikan konsumen.

5. Tersedianya upaya ganti rugi yang efektif.

6. Kebebasan untuk membentuk organisasi konsumen.

Sampai dengan tahun 1995, CI telah mempunai 203

anggota yang berasal dari 80 negara termasuk Indonesia. Di

Indonesia ditandai dengan terbentukya Yayasan Lembaga

Konsumen Indonesia(YLKI) pada tanggal 11 mei 1973. Dalam

perkembagannya di Indonesia telah terbentuk kurang lebih 19

organisasi konsumen termasuk Lembaga Pembinaan dan

Perlindungan konsumen (LP2K) semarang.

1 Wijaya, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen, h.13

2 Ibid., h.27-28

Page 32: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

19

Sejak YLKI di dirikan muncul panca hak konsumen yang

terdiri atas:3

1. Hak atas keamanan dan keselamatan.

2. Hak informasi.

3. Hak untuk memilih.

4. Hak untuk didengar.

5. Hak atas lingkungan hidup yang baik.

Secara konseptual hak-hak konsumen tersebut dalam

bentuk konsep rancangan UUPK hukum yang disampaikan pada

pemerintah dan semua pihak yang bertanggung jawab agar

dimasukan dalam jaringan hukum Indonesia sehingga dapat

menjadi salah satu instrument hukum.4

Pada tahun 1981 untuk pertama kalinya YLKI

mengusulkan kepada pemerintah Indonesia untuk mengeluarkan

Undang-undang perlindungan konsumen, karena banyaknya

keluhan konsumen yang disampaikan kepada lembaga ini. Tetapi

usulan ini ditolak dengan alasan di Indonesia telah ada aturan yang

membahas tentang konsumen. Kaidah-kaidah hukum yang

berkaitan dengan masalah konsumen itu termuat dalam lingkungan

hukum perdata (KUH Perdata, KUHD dan lain-lain) maupun

hukum publik (Hukum Pidana, hukum adaministrasi, hukum

internasional, hukum acara perdata, hukum acara pidana dan lain-

lain). Di samping itu bentuk lain dari hubungan dan masalah

konsumen terdapat pula penanggulangannya dalam etika bisnis

yang lazim disebut regulasi sendiri self regulation dari kalangan

pengusaha atau profesi ( antara lain: kode etik, kode pemasaran,

3 Nasution, Konsumen dan Hukum, h.30

4 Ibid., h.60

Page 33: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

20

kode praktek pengusaha atau profesi)5. Oleh karena itu pemerintah

berangapan belum perlu adanya perundnag-undangan yang baru.

Tetapi pada kenyataanya “Hukum Konsumen” yang

dimaksud oleh pemerintah Indonesia, menurut Az Nasution, SH,

banyak yang mengalami kendala dalam pemanfaatannya, yaitu6 :

1. Peraturan perundang-undangan tersebut diterbitkan bukan

untuk tujuan khusus untuk mengatur dana atau melindungi.

2. Dalam peraturan tersebut tidak menyebutkan dengan jelas

apa yang dimaksud dengan kepentingan konsumen, hal ini

membuktikan bahwa perundang-undangan tersebut sudah

tidak memadai lagi.

3. Hukum acara yang berlaku tidak mudah dimanfaatkan oleh

konsumen yang dirugikan.

4. Berbagai kepentingan konsumen sebagaimana yang telah

disepakati oleh berbagai kepentingan konsumen

sebagaimana yang telah disepakati oleh PBB dalam resolusi

tentang pedoman perlindungan konsumen memerlukan

sarana dan prasarana hukum untuk dapat diwujudkan bagi

kepentingan masyarakat.

Oleh karena itu masyarakat Indonesia melalui organisasi

konsumen terus berusaha agar Undang-undang Perlindungan

Konsumen di Indonesia dapat segera terbentuk. Akhirnya

perjuangan selama bertahun-tahun itu membuahkan hasil, yaitu

pada tanggal 20 April 1999 pemerintah telah bersedia

mengeluarkan UU No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen yang disahkan oleh presiden B.J Habibie Presiden

Indonesia pada waktu itu.

5 Ibid., hal.62

6 Ibid., hal 80-81

Page 34: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

21

Dengan munculnya UUPK ini diharapkan akan dapat

mendidik mayarakat Indonesia untuk lebih meyadari akan hak dan

kewajiban yang dimiliki konsumen dan pelaku usaha.

b. Terbitnya POJK No.01/POJK.07/20137

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menerbitkan Peraturan

Otoritas Jasa Keuangan ( POJK ) tentang perlindungan konsumen

sektor jasa keuangan. POJK No.01/POJK.07/2013 yang ditanda

tangani 26 Juli 2013 ini merupakan POJK pertama yang

dikeluarkan. Penerbitan peraturan ini bertujuan untuk melindungi

kepentingan konsumen industri jasa keuangan dan masyarakat.

Selain itu yang mendasari adanya POJK perlindungan

konsumen karena adanya 5 masalah utama dalam mayarakat, yaitu:

1. Informasi yang asimetris;

2. Perlakuan yang tidak adil;

3. Kualitas layanan yang tidak memadai;

4. Penggunaan data pribadi konsumen;

5. Penanganan pengaduan yang kurang efektif.

POJK sebagai payung hukum bagi Pengaturan

Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan di Indonesia. Oleh

karena itu POJK ini mengandung tiga aspek utama, yaitu pertama,

peningkatan transparasi dan pengungkapan manfaat, risiko serta

biaya atas produk dan/atau jasa Pelaku Usaha Jasa Keuangan

(PUJK). Kedua, tanggung jawab PUJK untuk melakukan penilaan

kesesuaian produk dan/atau jasa dengan risiko yang dihadapi oleh

konsumen keuangan. Ketiga, prosedur yang lebih sederhana dan

kemudahan konsumen keuangan untuk menyampaikan pengaduan

dan penyelesaian sengketa atas produk dan/atau jasa PUJK.

7 http://finance.detik.com/moneter/d-2318894/ojk-terbitkan-aturan-

untuk-pertama-kalinya-apa-isinya

Page 35: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

22

Ketentuan dalam POJK ini menggunakan prinsip pokok yang

menjadi acuan dalam pelaksanaan pengawasan terhadap perilaku

hubungan antara PUJK dengan konsumennnya yang terdiri atas

transparasi, perlakuan yang adil, keandalan, kerahasiaan, dan

keamanan data atau informasi konsumen, dan penanganan

pengaduan serta penyelesaian sengketa konsumen secara

sederhana, cepat dan biaya tejangkau.

2. Pengertian Perlindungan Konsumen

Perlindungan konsumen adalah upaya yang terorganisir yang di

dalamnya terdapat unsur-unsur pemerintah, konsuemen dan pelaku

usaha yang jujur dan bertanggung jawab untuk meningkatkan hak-hak

konsumen.8 Perlindungan konsumen menurut UUPK adalah segala

upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi

perlindungan kepada konsumen.9 Kalimat yang menyatakan “Segala

upaya yang menjamin adanya kepastian hukum”, diharapkan sebagai

benteng untuk meniadakan tindakan sewenang-wenang yang

merugikan pelaku usaha hanya demi untuk kepentingan perlindungan

konsumen.10

Sedangkan perlindungan konsumen menurut POJK adalah

perlindungan terhadap konsumen dengan cakupan perilaku pelaku

usaha jasa keuangan.11

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) konsumen

adalah pemakai barang hasil produksi atau pemakai jasa.12

Pasal 1

angka (2) UUPK menyatakan, konsumen adalah Setiap orang pemakai

8 Soffa Ihsan, Fikih Perlindungan Konsumen, (Ciputat: Pustaka

Cendikiamuda), 2011, h.10. 9 Ahmad Miru dan Sutarman Yodo, Hukum perlindungan Konsumen, (

Jakarta: Raja grafindo persada, 2004) h. 1 10

Ibid,. h. 1 11

POJK No.1/POJK.07/2013 Pasal 1 Ketentuan Umum 12

Kamus Besar Bahasa Indonesia

Page 36: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

23

barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik untuk

kepentingan sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain

dan tidak diperdagangkan.

Menurut POJK konsumen adalah pihak-pihak yang

menempatkan dananya dan/atau memanfaatkan pelayanan yang

tersedia di Lembaga Jasa Keuangan antara lain nasabah pada

perbankan, pemodal di Pasar Modal, pemegang polis pada

perasuransian, dan perserta pada Dana Pensiun, berdasarkan peraturan

perundang-undangan di sector jasa keuangan.13

3. Asas dan Tujuan Perlindungan Kosumen

Pada penjelasan pasal 2 Undang-Undang Perlindungan

Konsumen NO 8 Tahun 1999 dijelaskan tentang asas-asas dalam

perlindungan konsumen. Perlindungan konsumen diselenggarakan

sebagai usaha bersama berdasarkan lima asas yang relavan dalam

pembangunan nasional, yaitu:

1. Asas manfaat dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa

segala upaya dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen

harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan

konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan.

2. Asas keadilan dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat

diwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan

kepada konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya

dan melaksanakan kewajiban secara adil.

3. Asas keseimbangan dimaksudkan untuk memberikan

keseimbangan antara kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan

pemerintsh dalam arti materiil ataupun spiritual.

13

POJK No.1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa

Keuangan

Page 37: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

24

4. Asas keamanan dan keselamatan konsumen dimaksudkan untuk

memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada

konsumen dalam penggunaan dan pemakaian dan pemanfaatan

barang dan/atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan.

5. Asas kepastian hukum dimaksudkan agar baik pelaku usaha

maupun konsumen menaati hukum dan memperoleh keadilan

dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta negara

menjamin kepastian hukum.

Selain merumuskan asas dalam perlindungan konsumen

Undang-Undang Perlindungan Konsumen juga merumuskan tujuan

Perlindungan Konsumen yang terdapat pada pasal 3 UU No 8

Tahun 1999, yaitu:

1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian

konsumen untuk melindungi diri;

2. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara

menghindarkannya dari akses negatif pemakaian barang

dan/atau jasa;

3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih,

menetukan dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen;

4. Menciptakan sistem perlindugan konsumen yang mengandung

unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses

untuk mendapatkan informasi;

5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya

perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan

bertanggung jawab dalam berusaha;

6. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa, kesehatan,

kenyamananan, keamanan, dan keselamatan konsumenen.

4. Prinsip Perlindungan Konsumen menurut POJK :

1. Transparansi;

Page 38: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

25

2. Perlakuan yang adil;

3. Keandalan;

4. Kerahasiaan dan keamanan data/informasi konsumen; dan

5. Penanganan pengaduan serta penyelesaian segketa konsumen

secara sederhana, cepat, dan biaya terjangkau.

5. Hak dan Kewajiban Konsumen

A. Hak Konsumen menurut Pasal 4 UU No.8 Tahun 1999:14

a. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam

mengonsumsi barang dan/atau jasa;

b. Hak untuk memilih dan mendapatkan barang dan/atau jasa

sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yag

dijanjikan;

c. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai

kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa;

d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang

dan/atau jasa yang digunakan;

e. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan

penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;

f. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;

g. Hak untuk diperlakukan dan dilayani secara benar dan jujur

serta tidak diskriminatif;

h. Hak untuk mendapat kompensasi, ganti rugi atau

penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima

tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana

mestinya;

i. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan perundang-undngan

lainnya;

14

Ahmad Miru dan Sutarman Yodo , Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta:

PT Rajagrafindo Persada, 2004) , h.38.

Page 39: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

26

Sedangkan hak-hak konsumen dalam POJK dijabarkan

secara luas khususnya untuk konsumen jasa keuangan, yang

asuransi termasuk di dalamnya yaitu15

:

a. Hak mendapatkan informasi mengenai produk yang akan

dibelinya secara akurat, jujur, jelas dan tidak menyesatkan.

b. Hak mendapatkan dokumen perjanjian sebagai tanda bukti

berlakunya kontrak.

c. Hak mendapatkan informasi terkini dan mudah diakses

tentang produk atau layanan.

d. Hak mendapatkan informasi mengenai penerimaan,

penundaan, atau penolakan permohonan produk dan/atau

pelayanan.

e. Hak mendapatkan kontrak baku dengan kalimat yang

sederhana dalam Bahasa Indonesia yang mudah dimengerti,

yang dapat digunakan dalam mengambil keputusan,

memuat pernyataan dan dapat mengikat konsumen secara

hukum.

f. Hak mendapatkan ringkasan informasi produk dan/atau

layanan secara tertulis yang memuat manfaat, risiko, biaya

produk dan/atau layanan serta syarat dan ketentuan.

g. Hak mendapatkan pemahaman dari pelaku usaha mengenai

hak dan kewajibannya dalam perjanjian.

h. Hak mendapatkan informasi mengenai perubahan manfaat,

biaya, risiko, syarat dan ketentuan yang tercantum dalam

dokumen dan/atau perjanjian mengenai produk dan /atau

layanan paling lambat 30 hari kerja sebelum berlakunya

perubahan tersebut.

15

POJK No.1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa

Keuangan

Page 40: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

27

i. Hak untuk memutuskan produk dan/atau layanan apabila

tidak menyetujui perubahan tersebut tanpa dikenakan ganti

rugi apapun.

j. Hak mendapatkan edukasi dalam rangka meningkatkan

literasi keuangan dan menerima laporan keuangan tahunan

perusahaan.

k. Hak memilih produk jasa yang sesuai kebutuhan dan sesuai

dengan kemampuannya.

l. Hak mendapatkan kontrak baku yang memenuhi unsur

keseimbangan, keadilan, dan kewajaran.

m. Hak mendapatkan pelayanan khusus bagi konsumen yang

berkebutuhan khusus (seperti buta).

n. Hak mendapatkan ganti rugi atas kesalahan pelaku usaha

jasa keuangan.

o. Hak privasi megenai data pribadinya.

B. Kewajiban konsumen

Di mana ada hak pasti ada kewajiban, dalam hal usaha

jasa keuangan kosumen memanglah salah satu objek yang

penting selain pelaku usaha jasa keungan wajib memenuhi

kewajibannya terhadap konsumen, konsumen pun memiliki

kewajiban terhadap pelaku jasa keuangan menurut Undang-

Undang Perlindungan Kosumen, UU No.8 Tahun 1999. Sebab

kewajiban ini adalah untuk mengimbangi hak konsumen agar

Page 41: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

28

mendapatkan upaya penyelesaian sengketa perlindungan

konsumen secara patut.16

Kewajiban tersebut antara lain17

:

a. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur

pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa demi

keamanan dan keselamatan.

b. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian

barang dan/atau jasa.

c. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati.

d. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa

perlindungan konsumen secara patut.18

Pentingnya kewajiban ini karena sering pelaku usaha

telah menyampaikan peringatan secara jelas pada label suatu

produk, namun konsumen tidak membaca peringatan yang

telah disampaikan kepadanya.

Menyangkut kewajiban konsumen beritikad baik hanya

tertuju pada transaksi pembelian barang dan/atau jasa. Hal ini

tentu saja disebabkan karena bagi konsumen, kemungkinan

untuk dapat merugikan produsen mulai pada saat melakukan

transaksi dengan produsen. Berbeda dengan pelaku usaha

kemungkinan terjadinya kerugian bagi konsumen dimulai sejak

barang dirancang atau diproduksi oleh produsen.19

6. Ketentuan pencantuman Klausula Baku

16

Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, ( Jakarta:

Raja Grafindo Persada, 2004), h.50. 17

Ibid., h. 47. 18

Ibid., h.48. 19

Kewajiban Pelaku Usaha Beritikad Baik, sepenuhnya diuraikan dalam telaah

terhadap ketentuan Pasal 7 UUPK.

Page 42: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

29

A. Ketentuan pencantuman klausua baku menurut UU No 8 Tahun

1999 Pasal 18, yaitu:20

Ayat 1: Pelaku usaha dalam menawarkan barang

dan/atau jasa yang ditunjukan untuk diperdagangkan dilarang

membuat dan /atau mencantumkan klausula baku pada setiap

dokumen dan/atau perjanjian apabila :

a. Menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha;

b. Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak

menyerahkan kembali barang yang dibeli konsumen;

c. Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak

penyerahan kembali uang yang dibayarkan atas barang

dan/atau jasa yang dibeli oleh konsumen;

d. Menyatakan pemberian kuasa dari konsumen kepada

pelaku usaha baik secara langsung maupun tidak langsung

untuk melakukan segala tindakan sepihak yang berkaitan

dengan barang yang dibeli oleh konseumen secara

angsuran;

e. Mengatur perihal pembuktian atas hilangnya kegunaan

barang atau pemanfaatan jasa yang dibeli oleh konsumen;

f. Memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi

manfaat jasa atau mengurangi harta kekayaan konsumen

yang menjadi objek jual beli jasa;

g. Menyatakan tunduknya konsumen kepada peraturan yang

berupa aturan baru , tambahan, lanjutan, dan/atau

pengubahan lanjutan yang dibuat sepihak oleh pelaku usaha

dalam masa konsumen memanfaatkan jasa yang dibelinya;

h. Menyatakan bahwa konsumen memberi kuasa kepada

pelaku usaha untuk pembebanan hak tanggungan , hak

20

Ibid,. h.108.

Page 43: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

30

gadai atau hak jaminan terhadap barang yang dibeli oleh

konsumen secara angsuran.

Ayat 2 : Pelaku usaha dilarang mencantumkan klausula baku

yang letak atau bentuknya sulit terlihat atau tidak dapat dibaca

secara jelas atau yang mengungkapkannya sulit dimengerti.

Ayat 3 : Setiap klausula baku yang telah ditetapkan pelaku usha

pada dokumen atau perjanjian yang memenuhi ketentuan

sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan 2 dinyatakan batal

demi hukum.

Ayat 4 :Pelaku usaha wajib menyesuaikan klausula baku yang

bertentangan dengan undang-undang ini.

B. Syarat-syarat Penyusunan Kontrak baku menurut POJK No

01/POJK 07/201321

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan juga menjelaskan

mengenai penyusunan kontrak baku yang harus sesuai dengan

perundang-undangan, seperti yang tercantum dalam ayat (1)

Pasal 22 yang berbunyi:

“ Dalam hal Pelaku Usaha Jasa Keuangan menggunakan

perjanjian baku, perjanjian baku tersebut wajib disusun sesuai

dengan peraturan perundang-undangan.”

Begitupun dijelaskan dalam ayat (3) pasal 22 yang berbunyi:

“Perjanjian baku sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang

digunakan oleh Pelaku Usaha Jasa Keuangan dilarang:

a. Menyatakan pengalihan tanggung jawab atau kewajiban

Pelaku Usaha Jasa Keuangan kepada Konsmen;

21

POJK No 01/POJK 07/2013

Page 44: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

31

b. Menyatakan bahwa Pelaku Usaha Jasa Keuangan berhak

menolak pengembalian uang yang telah dibayar oleh

Konsumen atas produk dan/atau layanan yang diberi;

c. Menyatakan pemberian kuasa dari Konsumen kepada

Pelaku Usaha Jasa Keuangan, baik secara langsung maupun

tidak langsung, untuk melakukan segala tindakan sepihak

atas barang yang digunakan oleh Konsumen, kecuali

tindakan sepihak tersebut dilakukan berdasarkan peraturan

perundang-undangan.

d. Mengatur tentang kewajiban pembuktian oleh Konsumen,

jika Pelaku Usaha Jasa Keuangan menyatakan bahwa

hilangnya kegunaan produk dan/atau jasa yang dibeli oleh

konsumen, bukan merupakan tanggung jawab Pelaku

Usaha Jasa Keuangan;

e. Memberi hak kepada Pelaku Usaha Jasa Keuangan untuk

mengurangi kegunaan produk dan/atau jasa atau

mengurangi harta kekayaan kosumen yang menjadi objek

perjanjian produk dan jasa;

f. Menyatakn bahwa konsumen tunduk pada peraturan baru,

tambahan, lanjutan dan/atau perubahanyang dibuat secaara

sepihak oleh Pelaku Usaha Jasa Keuangandalam masa

konsumen memanfaatkan produk dan/atau layanan yang

dibelinya;

g. Menyatakan bahwa konsumen memberi kuasa kepada

Pelaku Usaha Jasa Keuangan untuk pembebanan hak tak

tanggungan, hak gadai, atau hak jaminan atas produk

dan/atau layanan yang dibeli oleh konsumen secara

angsuran.

Page 45: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

32

7. Mekanisme Pelayanan dan Penyelesaian Pengaduan Konsumen

menurut SE OJK No 2/SE OJK.07/201422

1. Pengaduan adalah ungkapan ketidakpuasan Konsumen yang

disebabkan oleh adanya kerugian dan/atau potensi kerugian

finansial pada Konsumen yang diduga karena kesalahan atau

kelalaian Lembaga Jasa Keuangan

2. PUJK wajib melayani dan menyelesaikan adanya pengaduan

Konsumen sebelum pengaduan tersebut disampaikan kepada

pihak lain.

3. PUJK wajib segera menindaklanjuti dan menyelesaikan

pengaduan paling lambat 20 (dua puluh) hari kerja setelah

tanggal penerimaan pengaduan.

4. Dalam hal terdapat kondisi tertentu, PUJK dapat

memperpanjang jangka waktu sampai dengan paling lama 20

(dua puluh) hari kerja berikutnya.

5. Kondisi tertentu sebagaimana dimaksud pada angka 4 adalah:

a. kantor PUJK yang menerima pengaduan tidak sama

dengan kantor PUJK tempat terjadinya permasalahan

yang diadukan dan terdapat kendala komunikasi di

antara kedua kantor PUJK tersebut;

b. transaksi keuangan yang diadukan oleh Konsumen

memerlukan penelitian khusus terhadap dokumen-

dokumen PUJK;

c. terdapat hal-hal lain di luar kendali PUJK seperti

adanya keterlibatan pihak ketiga di luar PUJK dalam

transaksi keuangan yang dilakukan oleh Konsumen.

6. Perpanjangan jangka waktu penyelesaian pengaduan

sebagaimdimaksud pada angka 4 wajib diberitahukan secara

22

SE OJK No 2/SE OJK.07/2014 Tentang Pelayanan dan Penyelesaian

Pengaduan Konsumen Pada Pelaku Usaha Jasa Keuangan , Nomor II

Page 46: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

33

tertulis kepada konsumen yang megajukan pengaduan

sebelum jangka waktu sebagaimana dimaksud pada angka 3

berakhir

7. PUJK harus mempunyai prosedur pelayanan dan penyelesaian

pengaduan yang sekurang-kurangnya mencakup hal-hal

sebagai berikut :

a. penerapan prinsip aksesibilitas, independensi,

keadilan, efisiensi, dan efektifitas;

b. pelaksanaan penerimaan pengaduan Konsumen

melalui berbagai cara antara lain tatap muka, email

dan surat namun tidak termasuk pengaduan yang

dilakukan melalui pemberitaan di media massa;

c. PUJK wajib segera menindaklanjuti dan

menyelesaikan pengaduan paling lambat 20 (dua

puluh) hari kerja sebagaimana dimaksud pada angka 3;

d. dalam hal terdapat kondisi tertentu, PUJK dapat

memperpanjang jangka waktu sampai dengan paling

lama 20 (dua puluh) hari kerja berikutnya sebagaimana

dimaksud pada angka 4;

e. Kondisi tertentu sebagaimana dimaksud pada huruf d

mengikuti ketentuan sebagaimana dimaksud pada

angka 5;

f. Tatacara komunikasi kepada Konsumen paling kurang

mencakup :

1. prosedur pelayanan dan penyelesaian

pengaduan dalam format yang mudah

dimengerti dan mudah diakses oleh Konsumen;

dan

2. penawaran penyelesaian jika dari hasil analisa

dan evaluasi yang dilakukan oleh PUJK

terjadinya pengaduan disebabkan kesalahan

Page 47: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

34

dari PUJK.

g. Merahasiakan informasi mengenai Konsumen yang

melakukan pengaduan kepada pihak manapun, kecuali:

1. kepada Otoritas Jasa Keuangan;

2. dalam rangka penyelesaian pengaduan;

3. diwajibkan oleh peraturan perundang-

undangan; dan/atau

4. atas persetujuan Konsumen

8. PUJK wajib memberikan pelayanan dan penyelesaian

pengaduan, dengan ketentuan sebagai berikut:

a. memberikan perlakuan yang seimbang dan objektif

kepada setiap pengaduan;

b. memberikan kesempatan yang memadai kepada

Konsumen untuk menjelaskan materi pengaduan;

c. memberikan kesempatan kepada pihak lain yang

mempunyai kepentingan terhadap pengaduan, untuk

memberikan penjelasan dalam penyelesaian

pengaduan (jika ada).

9. PUJK dilarang memungut biaya atas pelayanan dan

penyelesaian pengaduan

10. PUJK wajib mengadministrasikan pelayanan dan penyelesaian

pengaduan. Pengadministrasian wajib memuat informasi

paling kurang:

a. identitas Konsumen;

b. materi pengaduan; dan

c. tindakan yang telah dilakukan untuk menyelesaikan

pengaduan

11. PUJK menyediakan informasi mengenai status pengaduan

Konsumen melalui berbagai sarana komunikasi yang

disediakan oleh PUJK antara lain melalui website, surat, email

Page 48: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

35

atau telepon.

12. PUJK dan Konsumen dapat memantau perkembangan status

Penanganan Pengaduan yang disampaikan oleh Konsumen

kepada Otoritas Jasa Keuangan melalui Sistem Pelayanan

Konsumen Terintegrasi Sektor Jasa Keuangan.

13. Otoritas Jasa Keuangan dapat meminta atau mengakses status

perkembangan Penanganan Pengaduan yang disampaikan oleh

Konsumen kepada PUJK.

Page 49: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

36

BAB III

ASURANSI SYARIAH

1. Pengertian Asuransi syariah

Kata asuransi berasal dari Bahasa Inggris, Insurance,1 yang dalam

Bahasa Indonesia telah menjadi Bahasa popular dan diadopsi dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia dengan padanan kata “pertanggungan”.2

Muhammad Muslehuddi dalam bukunya Insurance and Islamic

law mengadopsi pengertian asuransi dari Ensyclopedia Britanica sebagai

suatu persediaan yang disiapkan oleh sekelompok orang, yang dapat

tertimpa kerugian, guna menghadapi kejadian yang tidak dapat

diramalkan, sehingga bila kerugian tersebut menimpa salah seorang di

antara mereka maka beban kerugian tersebut akan disebarkan ke seluruh

kelompok.3

Menurut kitab undang-undang hukum dagang (KUHD) pasal 246

asuransi adalah suatu perjanjian timbal balik dengan mana seorang

penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggug dengan

menerima suatu premi untuk memberikan penggantian kepadanya karena

suatu kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan

yang mungkin dideritanya karena peristiwa yang tak tentu.4

Sedangkan definisi asuransi menurut Undang-Undang No.2 Tahun

1992 Tentang Usaha Perasuransian adalah “ Perjanjian antara dua pihak

atau lebih, dengan mana pihak penanggung /mengikatkan diri pada

tertanggung dengan menerima premi asuransi untuk memberikan

1 John M. Echols dan Hassan Sadilly, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta:

Gramedia,1990) h. 326 2 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), h.63

3 Muhammad Muslehuddin, Insurance Islamic Law,(Ter. Oleh Burhan

Wirasubrata) Menggugat ASuransi Modern : Mengajukan Asuatu Alternatif baru dalam

perspektif hukum islam, (Jakarta: Lentera,1999) Cet. Ke-1. H. 3. Lihat juga dalam

Ensyclopedia Britanica (Eleven Edition), (Cambridge:,1910), h. 656 4 Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) Pasal 246

Page 50: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

37

pergantian pada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan

keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum pada pihak

ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu

peristiwa yang tidak pasti atau untuk memberikan pebayaran yang

didasrkan atas meninggal atau hidupnya seorang yang dipertanggung

jawabkan.5

Asuransi Syariah secara umum adalah konsep asuransi konven

yang berdasarkan prinsip syariah yaitu berdasarkan al-Qur’an dan Hadits.

Asuransi syariah yang juga dikenal dengan takaful berasal dari kata kerja

takafala, yatakafulu, takaful, yang berarti saling menanggung atau

menanggung bersama atau “ menjamin seseorang untuk menghindari

kerugian”. dari sudut pandang ekonomi, kata takaful berarti “menjamin

bersama” (mutual guaranty) yang disediakan oleh sekelompok orang yang

hidup dalam berkelompok yang sama terhadap risiko atau bencana tertentu

yang menimpa hidup seseorang, kekayaan atau barang-barang lainnya.

Oleh karenanya takaful lebih dikenal sebagi asuransi bersama(cooperatife

insurance).6 Konsep takaful ini menjadi landasan pengertian asuransi

syariah menurut Fawa Dewan Syariah Nasioanal No.21/DSN-

MUI/X/2001,(MUI 2003:135) yang merumuskan ASuransi syariah adalah

suatu usaha saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah

orang/pihak melalui investasi dalam bentuk asset atau tabarru’

memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui

akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.7

2. Akad pada Asuransi Syariah

Asuransi sebagai suatu bentuk kontrak modern tidak dapat

terhindar dari akad yang membentuknya. Hal ini disebabkan karena dalam

praktiknya asuransi melibatkan dua orang yang terikat oleh perjanjian

5 Ahmad Chairul Hadi, Hukum ASuransi Syariah (Ciputat: UIN PRESS, 2015), h. 2.

6 Ibid., h. 5.

7 Ibid., h. 6.

Page 51: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

38

untuk saling melaksanakan kewajiban, yaitu antara peserta asuransi

dengan perusahaan asuransi. Sedangakan pengertian akad menurut as-

Syanhuri pengarang kitab Nadzariyyah al-Aqd adalah kesepakatan antara

dua kehendak untuk memangun kewajiban atau memindahkan kewajiban

atau megakhiri kewajiban.8 Dalam hal ini as-Syanhuri memberikan

tinjauan terhadap pengertian akad di atas dari sudut perundang-undangan.

Dalam muammalah kejelasan bentuk akad sangat menentukan

apakah transaksi yang dilakukan sudah sah atau tidak menurut kaidah

syar’I. demikian pula dalam berasuransi, ketidakjelasan bentuk akad

berpotensi menimbulkan permasalahan dari segi legalitas hukum islam.

Bentuk akad dapat berupa surat permintaan (SP) asuransi yang

disampaikan oleh calon peserta dan surat penerimaan peserta dalam

bentuk lembaran polis yang dikeluarkan oleh perusahaan yang berisi

tentang perjanjian kedua belah pihak.9

Akad dalam perjanjian asuransipun terbagi menjadi dua yaitu, akad

tabarru dan tijarri. Dimana akad tijaripun terbagi lagi menajdi

mudharabah musytarakah dan wakallah bil ujrah.

A. Akad tabarru

Tabarru’ berasal dari kata tabara’a yang artinya derma. Orang yang

berderma disebut mutabarri (dermawan). Tabarru’ berarti

memberikan dana kebajikan dengan niat ikhlas untuk tujuan membantu

satu sama lain sesame peserta asuransi syariah apabila salah satu

diantaranya mendapat musibah. Dana klaim yang diberikan diambil

dari dana tabarru’ yang sudah diniatkan oleh semua peserta ketika akan

menjadi peserta asuransi syariah, untuk kepentingan dana kebajikan.

Akad tabarru’ merupakan bentuk transaksi atau perjanjian kontrak

yang bersifat nirlaba (social) sehingga tidak boleh digunakan untuk

8 As-Syanhuri, Nadzariyyah al-Aqd, h. 77-80.

9 Abdullah Amrin, Meraih Berkah Melalui Asuransi Syariah, (Jakarta: PT. Elex

Media Kompetindo, 2011), hal. 103

Page 52: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

39

tujuan komersial atau bisnis tapi semata-mata untuk tujuan tolong-

menolong dalam rangka kebajikan. Pihak yang meniatkan tabarru tidak

boleh mensyaratkan imbalan apapun. 10

Selain itu akad dana tabarru’

hanya boleh digunakan untuk hal-hal yang secara langsung

berhubungan dengan nasabah seperti, klaim, cadangan dana tabarru’

dan reasuransi syariah.11

Sesuai fatwa MUI, kedudukan para peserta dalam akad tabarru yaitu:

a. peserta memberikan dana hibah yang akan digunakan untuk

menolong peserta lain yang terkena musibah,

b. peserta secara individu merupakan pihak yang berhak

menerima dana tabaarru’ (muabarru’ lahu) dan secara kolektif

sebagai mutabarri’.

c. perusahaan bertindak sebagai pengelola dana hibah, atas dasar

akad wakalah dari peserta diluar pengelolan investasi.

Kata tabarru’ merujuk pada kata al-birr (kebajikan)

sebagaimana firman Allah SWT :

10

Kuat Ismanto, Asuransi Syariah”Tinjauan Asas-asas Hukum Islam”,

Ungaran: Pustaka Pelajar, 2007, h.69. 11

Agus Edi Sumanto, dkk.,Solusi Berasuransi Lebih Indah Dengan Syariah, h. 77.

Page 53: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

40

Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu

kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman

kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi

dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak

yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan)

dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba

sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang

yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar

dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah

orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang

yang bertakwa. (QS. Al-Baqarah 177).

B. Akad Tijarah

Menurut peraturan Meneteri Keuangan No. 18/PMK.010/2010 pada

BAB I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat ( 8) dijelaskan akad tijarah

adalah akad antara peserta secara kolektif atau secara individu dan

perusahaan dengan tujuan komersial.12

Akad Tijarah dibagi lagi mejadi dua, yaitu:

a. Akad Wakalah bil Ujrah

Dalam PMK No.18/PMK.010/2010 Pasal 1 ayat (9) dijelaskan

bahwa13

“ Akad wakalah bil ujrah adalah akad tijarah yang memberikan

kuasa kepada perusahaan sebagai wakil peserta untuk mengelola

Dana Tabarru’ dan/atau dana investasi peserta, sesuai kuasa atau

wewenang yang diberikan, dengan imbalan berupa ujrah (fee)”

12

Peraturan Menteri Keuangan No. 18/PMK.010/2010 “Penerapan

Prinsip Dasar Penyelenggaraan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan

Prinsip Syariah. Pasal 8

13 Ibid., Pasal 9

Page 54: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

41

Wakalah bil ujrah adalah pemberian kuasa dari pesera kepada

perusahaan asuransi atau reasuransi untuk mengelola dana peserta

dan/atau melakukan kegiatan lain. Wakalah bil ujrah dapat

diterapkan pada produk asuransi syariah yang mengandung unsur

saving ataupun non saving.

Kedudukan para pihak dalam akad wakalah bil ujrah :

a. dalam akad ini perusahaan bertindak sebaga wakil( yang

mendapat kuasa) untuk melakukan kegiatan sebagaimana

disebutkan.

b. peserta bertindak sebagai muwakil (pemberi kuasa)

c. wakil tidak boleh mewakilkan kepada pihak lain atas kuasa

yang diterimanya, kecuali atas izin muwakkil.

d. akad wakalah bersifat amanah bukan tanggungan. Sehingga

wakil tidak menanggung risiko terhadap kerugian investasi

dengan mengurangi fee yang telah diterimanya, kecuali

karena kecerobohan.

Perusahaan asuransi sebagai wakil tidak berhak

memperoleh bagian dari hasil investasi karena akad yang

digunakan adalah akad wakalah.

b. Akad Mudharabah

Yaitu suatu bentuk akad yang didasarkan pada prinsip profit and

loss sharing (berbagi atas untung dan rugi) di mana dan yang

terkumpul dalam total rekening tabungan dapat diinvestasikan oleh

perusahaan asuransi yang risiko investasi ditanggung bersama

antara perusahaan dan nasabah.14

14

AM. Hasan Ali, Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam, (Jakarta:

Prenada Media, 2004) , h.141.

Page 55: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

42

Akad ini terwujud apabila dana yang terkumpul dalam perusahaan

asuransi itu diinvestasikan dalam wujud usaha yang diproyeksikan

menghasilkan keuntungan ( profit ). Karena landasan dasar awal

dari akad mudharabah ini adalah prinsip profit and loss sharing

jika dalam investasinya mendapat keuntungan, maka keuntungan

tersebut dibagi bersama sesuai dengan porsi ( nisbah ) yang

disepakati. Sebaliknya jika dalam investasinya mengalami

kerugian , maka kerugian tersebut juga ditanggung bersama antara

peserta asuransi dengan perusahaan.15

3. Prinsip-prinsip Hukum Asuransi Syariah

Menurut Sri Rejeki Hartono16

perjanjian asuransi bisa saja

diadakan antara tertanggung dengan pihak penanggung sebab dengan kata

sepakat saja perjanjian asuransi telah terbentuk, karena kata sepakat para

pihak merupakan dasar atau landasan bagi ada atau tidaknya perjanjian

asuransi. Selain itu dalam perjanjian asuransi termasuk semua klausul-

klausulnya secara material benar-benar ditentukan oleh pelaku usaha

sepenuhnya. Berkaitan dnegan kebebasan untuk membentuk dan

menentukan klausul-klausul dalam sebuah perjanjiaan dalam hukum islam

dikenal dengan asas kebebasan berkontrak (al- mabda ‘ huriyyah at-

ta’aqud). Yang dimaksud dengan asas kebebasan berkontrak adalah suatu

prinsip hukum bahwa orang bebas untuk membuat perjanjiaan macam

apapun sekalipun belum ada dalam undang-undang dan mengisikan

kepentingan apasaja ke dalamnya sekalipun berlawanan dengan pasal-

15

Ibid., h.141. bandingkan dengan konsep profit and loss sharing dalam

perbankan syariah. Lihat Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan

KEuangan,( Jakarta: RAjaGrafindo Persada, 2011), h.210. 16

Hartono, Sri Rejeki, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, Cet.ke-2,

(Malang: Bayu Media. 2007), h.123.

Page 56: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

43

pasal hukum perjanjiaan, di dalam batas-batas kesusilaan dan ketertiban

umum.17

Berikut ini adalah prinsip-prinsip asuransi, yaitu:

A. Principle of Insurable Interest

Principle Insurable of Interest ini dalam kancah hukum asuransi

Indonesia disebut dengan prinsip kepentingan yang dapat diasuransikan.

Secara sederhana insurable interest dapat dipahami bahwa orang itu akan

menderita apabila peristwa yang dipertanggungkan itu terjadi.18

Maksud

prinsip ini adalah bahwa pihak tertanggung mempunyai keterlibatan

sedemikian rupa dengan akibat dari suatu peristiwa yang belum pasti

terjadinya dan yang bersangkutan menjadi menderita kerugian.19

Darmawi mendefinisikan insurable interest sebagai hak atau

adanya hubungan dnegan persoalan pokok dari kontrak, seperti menderita

kerugian finasnsial sebagai akibat terjadinya kerusakan, kerugian, atau

kehancuran suatu harta.20

Tanpa insurable interest, suatu kontrak hanya

kan menjadi kontrak perjudian, lagipula dapat menimbulkan niat jahat

untuk meyebabkan terjadinya kerugian dengan memperoleh santunan. Jika

insurable interest itu ada maka tidak mungkin mendapatkan kentungan dari

peristiwa tersebut.21

B. Utmost Good Faith (Kejujuran Sempurna)

Utmost Good Faith, dari prinsip ini dapat dinyatakan bahwa

tertanggung wajib menginformasikan kepada penanggung mengenai suatu

fakta dan hal pokok yang diketahuinya, serta hal-hal yang berkaitan

dengan risiko terhadap pertanggungan yang dilakukan. Keterangan yang

17

Satrio, Hukum Perjanjian Yang Lahir dari Perjanjian, Buku I dan II,

(Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1995), h.9. 18

Lihat Gene A. Morton, Op., cit., h.8. 19

Sri Rejeki Hartono, Hukum Asuransi, h.100 20

Herman Darmawi, Op., cit., I, h. 68. 21

Hasan Ali, Asuransi DAlam Perspektif Hukum Islam, (Jakarta: Prenada Media,

2004),h.78.

Page 57: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

44

tidak benar dan informasi yang tidak disampaikan dapat mengakibatkan

batalnya perjanjiaan asuransi.22

Prinsip ini menjelaskan risiko-risiko yang dijamin maupun yang

dikecualikan, segala persyaratan dan kondisi pertanggungan secara jelas

serta telti. Kewajiban untuk memberikan fakta-fakta penting tersebut

berlaku :

a. Sejak perjanjian mengenai perjanjian asuransi dibicarakan sampai

kontrak asuransi selesai dibuat, yaitu pada saat kami meyetujui

kontrak tersebut.

b. Pada saat perpanjangan kontrak asuransi.

c. Pada saat terjadi perubahan pada kontrak asuransi dan mengenai

hal-hal yang ada kaitannya dengan perubahan-perubahan tersebut.

C. Principles of Indemnity (Idemnitas)

Dari prinsip ini dapat dipahami bahwa pertanggungan bertujuan

untuk memberikan penggantiaan atas kerugian. pergantian tersebut tidak

boleh melebihi kerugian riil tertanggung sehingga ia diuntungkan.

Menurut Sri Rejeki Hartono23

bahwa asas indemnitas adalah satu

asas utama dalam perjanjiaan asuransi, karena indemnitas merupakan asas

yang mendasari mekanisme kerja dan memberi arah dan tujuan dari

perjanjiaan asuransi. Namun demikian, asas ini hanya khusus ada pada

asuransi kerugian, bukan pada asuransi jiwa. Perjanjiaan asuransi memiliki

tujuan utama dan spesifik yaitu untuk memberikan suatu ganti kerugian

kepada pihak tertanggung oleh pihak penanggung.24

22

Kuat Ismanto, Asuransi Syariah”Tinjauan Asas-asas Hukum Islam”,

(Ungaran: Pustaka Pelajar, 2007), h.97. 23

Hartono, Sri Rejeki, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, ( Malang:

Bayu Media), 2007,h.98.

24 Kuat Ismanto, Asuransi Syariah”Tinjauan Asas-asas Hukum Islam”, (

Ungaran: Pustaka Pelajar, 2007), h.109.

Page 58: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

45

D. Principles of Subrogation (Subrogasi)

Prinsip subrogasi diatur dalam pasal 284 kitab Undang-udang

Hukum Dagang, yang berbunyi: “Apabila seorang penanggung telah

membayar ganti rugi sepenuhnya kepada tertanggung, maka penanggung

akan menggantikan kedudukan tertanggung dalam segala hal untuk

menuntut pihak ketiga yang telah menimbulkan kerugian pada

tertanggung.

Pada umumnya, seseorang yang menyebabkan suatu kerugian

bertanggung jawab atas kerusakan/kerugian itu. Dalam hubungannya

dengan asuransi, pihak penanggung mengambil alih hak menagih ganti

kerugian pada pihak yang menyebabkan kerugian setelah penaggung

melunasi kewajibannya pada tertanggung.25

Namun perlu diingat bahwa subrogasi dalam asuransi adalah

subrogasi berdasarkan undang-undang. Artiya keberlakuan asas subrogasi

dilaksanakan baik berdasarkan undang-undang .oleh karena itu menurut

Eni Pangaribuan , hanya bisa ditegakan apabila memenuhi dua syarat:

pertama , apabila terttanggung di samping mempunyai hak terhadap

penanggung masih mempunyai hak-hak terhadap pihak ketiga. Kedua, hak

tersebut timbul karena terjadinya suatu kerugian.26

E. Contribution (Kontribusi)

Tertanggung dapat saja mengasuransikan harta benda yang sama

pada beberapa perusahaan asuransi. Namun bila terjadi kerugian atas objek

yang diasuransikan maka secara otomatis berlaku prinsip kontribusi.

Prinsip kontribusi berarti bahwa apabila penanggung telah membayar

penuh ganti rugi yang menjadi hak tertanggung , maka penanggung brhak

menuntut perusahaan-perusahaan lain yang terlibat suatu pertanggungan

25

Herman Darmawi, Op. Cit., h. 69. 26

Emy Pangaribuan Simanjuntak, Hukum Pertaggungan Kerugian Pada

Umumnya, Kerugian dan Jiwa ( Yogyakarta: Seksi Hukum Dagang Fakultas Hukum

UGM, tt.) hlm.96

Page 59: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

46

untuk membayar bagian kerugian masing-masing yang besarnya sebanding

dengan jumlah pertanggungan yang ditutupnya.27

F. Proximate Cause (Kausa Proksimal)

Apabila kepentingan yang diasuransikan mengalami musibah atau

kecelakaan, maka pertama-tama penanggung akan mencari sebab-sebab

yang aktif dan efisien yang menggerakan suatu rangkaian peristiwa tanpa

terputus sehingga pada akhirnya terjadilah musibah atau kecelakaan

tersebut. Melalui kausa proksimal akan dapat diketahui apakah penyebab

terjadinya musibah atau kecelakaan tersebut dijamin dalam kondisi polis

asuransi atau tidak.

4. Kontrak Baku Asuransi

Menurut Pasal 255 KUHD mengatakan bahwa suatu perjanjian

pertanggungan harus dilakukan secara tertulis dengan sebuah akta yang

bernama polis. Memperhatikan pasal 255 KUHD tersebut seolah-olah

perjanjian pertanggungan itu baru sah bila dibuat secara tertulis dengan

suatu akta yang disebut polis. Sehingga dapat dikatakan bahwa polis

merupakan syarat untuk adanya perjanjiaan.28

Menurut Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor

13/SEOJK.07/2014 pada bagian I Ketentuan Umum dijelaskan Perjanjian

Baku adalah perjanjian tertulis yang ditetapkan secara sepihak oleh PUJK

dan memuat klausula baku tentang isi, bentuk, maupun cara pembuatan,

dan gigunakan untuk menawarkan produk dan/atau layanan kepada

Konsumen secara massal.

Kontrak baku atau yang biasa disebut konrak standar adalah

beberapa istilah yang digunakan terhadap perjanjian yang seluruh klausul-

klausulnya sudah dibakukan oleh pemakainya dan pihak yang lain pada

dasarnya tidak mempunyai peluang untuk merundingkan atau minta

perubahan.29

Karena di tengah perkembangan bisnis yang semakin pesat

27

Kuat Ismanto, Asuransi Syariah”Tinjauan Asas-asas Hukum

Islam”,(Ungaran: Pustaka Pelajar, 2007), h. 127. 28

Emy Pangaribuan, Hukum Pertanggungan, (Yoyakarta: Gramedia 1980) h. 19. 29

Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan Yang

Seimbang Bagi Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, (Jakarta: Institut

Bankir Indonesia,1993), h.66.

Page 60: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

47

diperlukan kontrak yang baku untuk mengefisienkan biaya, tenaga, dan

waktu dalam perjalanan bisnis.30

Ciri-ciri kontrak baku menurut Mariam Badrulzaman, yaitu31

:

a. Isi ditetapkan secara sepihak oleh pihak yang posisi (ekonominya)

kuat;

b. Masyarakat (konsumen) sama sekali tidak ikut bersama-sama

menentukan isi perjanjian;

c. Terdorong oleh kebutuhannya, debitur terpaksa menenerima

perjanjian itu;

d. Bentuknya tertulis;

e. Di persiapkan secara massal dan kolektif.

Berdasarkan penjelasan dan pengertian di atas dapat dipahami

bahwa kontrak baku merupakan surat perjanjian antara PUJK dengan

konsumen di mana konsumen menjadi pihak yang lemah karena tidak

memiliki hak untuk mengubah perjanjiaan tersebut. Konsumen hanya

berhak membaca dan menyetujui atau tidaknya perjanjian tersebut.

Begitupun dengan polis asuransi, yang dimaksud dengan polis

adalah kontrak baku yang telah dibuat oleh perusahaan asuransi yang

berisi perjanjian antara peserta asuransi dengan perusahaan yang memuat

hak dan kewajiban konsumen serta perusahaan, di mana perusahaan

menjadi pihak utama yang membuat kontrak tersebut dan peserta asuransi

hanya memiliki hak untuk membaca dan menyetujui atau tidaknya

perjanjian tersebut.

30

Salim HS, dkk., Perancang Kontrak, h .37. 31

Ibid., hal.70-71.

Page 61: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

45

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Perlindungan Konsumen Asuransi Syariah Ditinjau dari UU

No 8 Tahun 1999 dan POJK No 01/POJK 07/2013

Perlindungan konsumen adalah segala upaya untuk menjamin

adanya kepastian hukum terhadap konsumen. Karena dengan adanya

perlindungan konsumen sudah pasti membuat konsumen semakin percaya

terhadap suatu produk dan kesetiaan konsumenpun akan semakin

meningkat. Kita tidak dapat memungkiri bahwa konsumen adalah objek

terpenting dalam suatu kegiatan ekonomi. Begitupun dengan asuransi

syariah yang sangat membutuhkan konsumen demi terjualnya produk jasa

asuransi tersebut.

Seperti yang disebutkan dalam Pasal 255 KUHD bahwa perjanjian

pertanggungan harus dilakukan secara tertulis dengan sebuah akta yang

bernama polis. Memperhatikan pasal 255 KUHD tersebut seolah-olah

perjanjian pertanggungan itu baru sah bila dibuat secara tertulis dengan

suatu akta yang disebut polis. Sehingga dapat dikatakan bahwa polis

merupakan syarat untuk adanya perjanjiaan asuransi.

Selain itu asuransi syariah yang berdasarkan atas hukum islam

memandang perlindungan konsumen bukan semata sebagai hubungan

keperdataan semata, melainkan menyangkut kepentingan publik

(maslahah mursalah) secara luas, bahkan menyambgkut hubungan antara

manusia dengan Tuhan (hablum minallah). Hukum islam sendiri sudah

membahas konsep-konsep seperti pengertian akad, rukun akad, tujuan dan

sebab akad, syarat-syarat akad, asas kebebasan berkontrak, hal-hal yang

merusak, keadaan suka sama suka dalam akad, kebolehan pembatalan

akad, jual beli gharar, hak khiyar, dan sebagainya. Konsep-konsep tersebut

Page 62: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

46

merupakan pijakan paradigmatis dan praktis bagi perlindungan

konsumen.1

Pada dasarnya perlindungan konsumen yang dimaksud oleh

undang-undang perlindungan konsumen dan peraturan otoritasa jasa

keuangan mengenai perlindungan konsumen jasa keuangan adalah sama.

Karena UU memiliki kedudukan tertinggi di atas peraturan lembaga. Dan

dalam pembuatannya sendiripun adanya POJK No 01/POJK 07/2013

dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 31 Undang-undang No 21

Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan yang juga berdasarkan atas

UU No 8 Tahun 1999.

Untuk melindungi konsumen pembuatan kontrak baku atau yang

biasa disebut dengan polis asuransipun menjadi salah satu factor penentu

perlindungan konsumen. Seperti hal-hal yang dilarang dicantumkan dalam

pembuatan kontrak baku.

Peraturan mengenai ketentuan perjanjian baku/polis pada asuransi

telah diatur oleh Undang-undang Perlindungan Konsumen No 8 Tahun

1999 Pasal 18 dalam empat ayat dan dalam Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan No.01 /POJK.07/ 2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor

Jasa Keuangan pasal 22 ayat (3) menyebutkan hal-hal yang dilarang untuk

dicantumkan dalam polis standar, yaitu:

1. Menyatakan pengalihan tanggung jawab atau kewajiban pelaku

usaha/perusahaan kepada Konsumen

Perusahaan asuransi yang notabennya perusahaan jasa, maka

kepercayaan haruslah dibangun sejak awal, sehingga nantinya antar

peserta asuransi dan pelaku usaha dapat menjalin kerjasama yang baik

dan bermanfaat bagi kedua belah pihak. Namun jika di awal perjanjian

1 Soffa Ihsan, Fikih Perlindungan Konsumen, (Ciputat: Pustaka Cendikiamuda),

2011, h.51.

Page 63: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

47

saja perusahaan sudah mengalihkan tanggung jawabnya, hal inilah

yang mungkin akan menimbulkan kekecewaan kepada peserta asuransi

tersebut.

1.1 Polis Takafulink Individu Asuransi Takaful Keluarga2

Menurut Pasal 14 Bab Ketentuan Umum Polis Takafulink

Individu mengenai Risiko Investasi meyatakan “ Risiko investasi yang

timbul karena pilihan investasi, baik atas penetapan Nilai Unit maupun

hasil pengembangan investasi per unit, ditanggung sepenuhnya oleh

Pemegang Polis ”

1.2 Polis Asuransi Jiwa Unit Link Mitra BP-LINK Syariah AJB

Bumiputera3

Pasal 17 ayat ( 4 ) mengenai investasi menyatakan " Seluruh

risiko yang timbul sehubungan dengan penempatan dana pada jenis

Dana Investasi sebagaimana tercantum pada pasal 17 Ayat (1)

sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemegang polis "

Berdasarkan analisis di atas dapat diketahui bahwa polis

takafulink dan polis Asuransi Jiwa Unit Link Syariah Bumiputera telah

sesuai dalam investasinya. Karena pada dasarnya investasi dalam polis

asuransi unitlink syariah menggunakan prinsip akad wakalah bil ujrah.

Yaitu akad tijarah yang memberikan kuasa kepada perusahaan sebagai

wakil peserta untuk mengelola Dana Tabarru’ dan/atau dana investasi

peserta, sesuai kuasa atau wewenang yang diberikan, dengan imbalan

berupa ujrah (fee).4 jadi setiap surplus ataupun defisit semua menjadi

tanggung jawab peserta asuransi secara kolektif. Dalam asuransi

syariah dan dalam akad dijelaskan bahwa pelaku usaha hanya sebagai

2 Polis Takafulink Individu Asuransi Takaful Keluarga, Syarat-syarat

Umum Ketentuan Polis, h.6. 3 Syarat-syarat Umum Polis Asuransi Jiwa Mitra BP-Link Syariah, Pasal 17

ayat (4) , h.6. 4 Ibid,. Pasal 3 Akad Wakalah bil Ujrah, h.3.

Page 64: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

48

muwwakil yaitu pihak yang mewakilkan dalam pengelolaan dana

investasi.5

2. Pelaku Usaha Menolak Pengembalian Uang Yang Telah

Dibayarkan Konsumen

Aturan yang sebenarnya mengatur mengenai pengembalian

uang yang telah dibayarkan kepada pelaku usaha dilarang dalam UU

No.8 Tahun 1999 ayat (1) huruf b dan dalam POJK No

01/POJK.07/2013 Pasal 22 ayat (3) huruf b yang pada intinya

mengatur:

“Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak kembalikan uang

yang telah dibayarkan atas barang dan/atau jasa yang dibeli oleh

konsumen”

Klausul tersebut ditemukan dalam Polis Takafulink Individu

Asuransi Takaful Keluarga dalam Pasal 2 ayat (3) huruf a mengenai

Dasar Akad Takaful yaitu6

“Apabila kekeliruan, ketidakbenaran atau penyembunyian

keadaaan tersebut berkaitan dengan manfaat Takaful Dasar, maka polis

dan perjanjian polis dengan sendirinya menjadi batal serta harus

dianggap tidak pernah berlaku dan dalam hal demikian Pemegang

Polis dan Peserta harus bertanggung jawab atas segala risiko, kerugian,

dan biaya yang timbul sebagai akibat dari penerbitan polis. Dalam hal

demikian, maka pemegang polis tidak berhak atas pembayaran apapun

selain Dana Investasi sesuai dengan nilai unit terdekat setelah

kekeliruan, ketidakbenaran atau penyembunyian keadaan itu diketahui

oleh Perusahaan”

5 Syarat-syarat Umum Polis Takafulink Individu, PAsal 1 Istilah dan

Pengertian ayat (8), h.1.

6 Ibid,. h.3.

Page 65: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

49

Polis asuransi Takafullink Individu menolak untuk mengganti

kerugian dan biaya yang timbul akibat dari penerbitan polis. Hal ini

seharusnya sudah menjadi tanggung jawab pelaku usaha. Karena

perusahaan di awal akad tidak teliti dalam SPAJ. Sehingga ketika

peserta sudah mengeluarkan banyak uang untuk pendaftaran,

penerbitan serta pemeriksaan kesehatan lainnya menjadi dirugikan

ketika diketahui bahwa polis akan batal sepenuhnya apabila kekeliruan

tersebut terjadi dan baru diketahui oleh Pelaku Usaha.

Berbeda dengan polis Asuransi Jiwa Mitra BP-Link Syariah

yang menyediakan masa peninjauan polis atau free look up yang

disebutkan dalam Pasal 10 mengenai Masa Peninjauan Polis7

“Pemegang Polis memiliki hak untuk membatalkan dan

mengembalikan Polis ini kepada Badan dalam jangka waktu 14 (empat

belas) hari kalender sejak diterbitkan polis. Apabila pemegang polis

tidak setuju dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang

tercantum dalam polis ini . atas pembatalan dan pengembalian polis

ini, Badan akan mengembalikan kontribusi yang telah dibayarkan dan

nilai investasi (jika ada) dalam polis ini setelah dikurangi dengan biaya

pemeriksaan kesehatan jika ada dan ujrah administrasi”

Polis di atas tidak melanggar ketentuan perundang-undangan,

karena disebutkan bahwa perusahaan akan mengembalikan kontribusi

yang telah dibayarkan dan nilai investasi, meskipun biaya pemeriksaan

kesehatan tidak akan dikembalikan jika ada dan ujrah administrasi

tetap menjadi hak perushaan. Setidaknya polis Asuransi Jiwa BP-Link

Bumiputera telah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan dalam

hal ini.

3. Pemberian Kuasa dari Konsumen Kepada Pelaku Usaha

7 Syarat-syarat Umum Polis Asuransi Jiwa Mitra BP-Link Syariah, Pasal 10, h.4.

Page 66: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

50

Pemberian kuasa kepada perusahaan asuransi untuk

mengurangi produk dan/atau layanan tidak boleh dicantumkan dalam

polis standar. Ketentuan dijelaskan dalam UUPK pasal 18 ayat (1)

huruf d dan POJK pasal 22 ayat (3) huruf c sebagai berikut:

“Menyatakan pemberian kuasa dari konsumen kepada pelaku

usaha jasa keuangan, baik secara langsung ataupun tidak langsung,

untuk melakukan segala tindakan sepihak atas barang yang diagunkan

oleh Konsumen, kecuali tindakan sepihak tersebut dilakukan

berdasarkan peraturan perundang-undangan.”

Berdasarkan analisis Polis Takafulink Individu Asuransi

Takaful Keluarga dan Polis Asuransi Jiwa Mitra BP-Link Syariah AJB

Bumiputera, klausul di dalam kedua polis tersebut tidak melanggar

aturan di atas.

4. Kewajiban Pembuktian oleh Konsumen

Kewajiban pembuktian oleh konsumen jika hilangnya layanan

yang diberikan Pelaku Usaha Jasa Keuangan dilarang dicantumkan

dalam polis standar. Ketentuan tersebut dijelaskan dalam UUPK Pasal

18 ayat (1) huruf e dan POJK pasal 22 ayat (3) huruf d sebagai berikut:

“Mengatur tentang kewajiban pembuktian oleh konsumen, jika

pelaku usaha jasa keuangan menyatakan bahwa hilangnya kegunaan

produk dan/atau layanan yang dibeli oleh konsumen, bukan

merupakan tanggung jawab Pelaku Usaha Jasa Keuangan”.

Berdasarkan analisis Polis Takafulink Individu Asuransi

Takaful Keluarga dan Polis Asuransi Jiwa Unit Link Syariah AJB

Bumiputera, klausul di dalam kedua polis tersebut tidak melanggar

aturan di atas.

Page 67: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

51

5. Pemberian kewenangan untuk mengurangi kegunaan produk atau

layanan

Perusahaan tidak memiliki hak untuk mengurangi kegunaan

produk dan/layanan. Hal ini dijelaskan dalam dalam UUPK pasal 18

ayat (1) huruf f dan POJK No 13 Tahun 1999 Pasal 2 ayat (3) huruf e

mengenai larangan dalam kontrak baku yang menyatakan:

“Memberi hak kepada Pelaku Usaha Jasa Keuangan untuk

mengurangi kegunaan produk dan/atau layanan atau mengurangi harta

kekayaan konsumen yang menjadi obyek perjanjian produk dan

layanan”

Berdasarkan analisis Polis Takafulink Individu Asuransi

Takaful Keluarga dan Polis Asuransi Jiwa Mitra BP-Link Syariah AJB

Bumiputera, klausul di dalam kedua polis tersebut tidak melanggar

aturan di atas.

6. Menyatakan bahwa konsumen tunduk pada peraturan

baru/lanjutan yang dibuat sepihak oleh pelaku usaha/perusahaan

Ketentuan mengenai konsumen tunduk pada peraturan baru

jelas dilarang dalam UUPK pasal 18 ayat (1) huruf g dan POJK pasal

22 ayat (3) huruf f sebagai berikut:

“Menyatakan bahwa konsumen tunduk pada peraturan baru,

tambahan, lanjutan dan/atau perubahan yang dibuat secara sepihak

oleh Pelaku Usaha Jasa Keuangan dalam masa Konsumen

memanfaatkan produk dan/atau layanan yang dibelinya “

Pada kenyataannya banyak perusahaan yang melakukan

perubahan terhadap biaya kontribusi, biaya pengelolaan, baya free look

biaya administrasi, biaya top up, biaya pengalihan, biaya pengelolaan

investasi dan biaya pengakhiran polis secara sepihak meskipun ada

pemberitahuan sebelumnya kepada pemegang polis.

Page 68: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

52

Seperti yang dinyatakan dalam polis Polis Takafulink Individu

Asuransi Takaful Keluarga pasal 8 ayat (3) Syarat-syarat Umum Polis

mengenai Ujrah (Biaya)8

“Besar dan jenis biaya sebagaimana dinyatakan dalam Ayat 1

Pasal ini tercantum dalam ikhtisar polis serta dapat berubah sewaktu-

waktu dengan pemberitahuan sebelumnya kepada pemegang polis”.

Begitupula dengan polis Asuransi Jiwa Unit Link AJB

Bumiputera dalam Pasal 21 ayat (6) mengenai Biaya-biaya

menyatakan9

"Besarnya biaya-baya sebagaimana dimaksud pada pasal ini

ditentukan oleh Badan dan dapat berubah sewaktu-waktu"

Klausula dalam kedua polis tersebut tidak sesuai dengan

prinsip perlindungan konsumen mengenai perlakuan yang adil yang

ditetapkan dalam POJK NO 01/POJK 07/2013.

B. Upaya-upaya yang dilakukan Konsumen Jika Haknya dalam Akad

Tidak Terpenuhi

Jika ditemukan hal-hal yang mengarah kepada sengketa, konsumen

dapat melakukan pengaduan kepada Pelaku Usaha. Pengaduan adalah

ungkapan ketidakpuasan konsumen yang disebabkan oleh adanya kerugian

dan/atau potensi kerugian finansial pada Konsumen yang diduga karena

kesalahan atau kelalaian Lembaga Jasa Keuangan. Ketika hak-hak

konsumen tidak terpenuhi dalam polis, maka konsumen berhak melakukan

pengaduan ke bagian internal perusahaan yang mengurus mengenai

persengketaan tersebut sebagai respon dari Pelaku Usaha Jasa Keuangan

atas program monitoring yang dihimbau oleh OJK. Di dalam Surat Edaran

OJK Nomor 02/SEOJK 07/2014 juga disebutkan bahwa, pelaku usaha

8 Syarat-syarat Umum Polis Asuransi Jiwa Mitra BP-Link Syariah, Pasal 8, h. 4

9 Ibid., Pasal 21 ayat (6), h. 7

Page 69: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

53

wajib melayani dan menyelesaikan adanya pengaduan konsumen sebelum

pengaduan tersebut disampaikan kepada pihak lain, paling lambat 20 hari

kerja.

Lalu Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib melakukan tiga hal

berikut, yaitu:10

a. Pemeriksaan internal atas pengaduan secara kompeten, benar,

dan objektif;

b. Melakukan analisis untuk memastikan kebenaran pengaduan;

dan

c. Menyampaikan pernyataan maaf dan menawarkan ganti rugi

atau perbaikan produk dan/atau jasa, jika pengaduan konsumen

benar.

Terhadap beberapa kasus yang tidak terselesaikan di PUJK maka

OJK mendorong masyarakat untuk meneruskan kepada lembaga alternatif

penyelesaian sengketa LAPS dengan tahapan proses yang dapat dilalui

meliputi mediasi, ajudikasi dan arbitrase. Untuk Kasus yang terjadi dalam

Asuransi syariah, konsumen dapat melaporkannya ke BMAI ( Badan

Mediasi Asuransi Insonesia), BASYARNAS (Badan Arbitrase Syariah

Nasional) dan dapat juga dapat melanjutkannya ke Pengadilan Agama.

OJK juga memfasilitasi segala bentuk pengaduan konsumen yang

berindikasi sengketa antara Pelaku Usaha Jasa Keuangan dengan

konsumen. Pemberian fasilitas penyelesaian pengaduan yang

dilaksaanakan oleh Otoritas Jasa Keuangan merupakan upaya

mempertemukan konsumen dengan Pelaku Usaha Jasa Keuangan untuk

mengkaji ulang permasalahan secara mendasar dalam rangka memperoleh

kesepakatan penyelesaian.

Syarat-syarat dalam pengaduan konsumen oleh OJK menurut

POJK No 01/POJK 07/2013 Pasal 41 dalam BAB III mengenai “

10

POJK No 01/pojk 07/2013 Bab II Ketentuan Perlindungan Konsumen Jasa

Keuangan Pasal 38, h.13.

Page 70: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

54

Pengaduan Konsumen dan Pemberian Fasilitas Penyelesaian Pengaduan

oleh Otoritas Jasa Keuangan” yaitu:11

1. Konsumen mengalami kerugian finansial yang ditimbulkan oleh

pelaku usaha jasa keuangan termasuk asuransi jiwa di dalamnya paling

banyak sebesar Rp500.000.000,00 dan Rp700.000.000,00 untuk

asuransi umum;

2. Mengajukan permohonan secara tertulis disertai dengan dokumen

pendukung yang berkaitan dengan pengaduan;

3. Pelaku usaha jasa keuangan telah melakukan upaya penyelesaian

pengaduan namun Konsumen tidak dapat menerima penyelesaian

tersebut atau telah melewati batas waktu sebagaimana yang telah

ditetapkan dalam POJK;

4. Pengaduan yang diajukan bukan merupakan sengketa sedang dalam

proses atau pernah diputus oleh lembaga arbitrase atau peradilan atau

lembaga mediasi lainnya;

5. Pengaduan yang diajukan bersifat keperdataan;

6. Pengajuan yang diajukan belum pernah difasilitasi oleh Otoritas Jasa

Keuangan;

7. Pengajuan penyelesaian pengaduan tidak melebihi 60 (enam puluh)

hari kerja sejak tanggal surat hasil penyelesaian pengaduan yang

disampaikan PUJK.

Berikut pernyataan yang disebutkan dalam Polis Takafulink

Individu Asuransi Keluarga Takaful Mengenai Syarat-syarat umum Polis

Pasal 35 Penyelesaian Pengaduan disebutkan bahwa:12

1. Polis ini beserta segala akibat hukumnya tuduk pada dan harus

ditafsirkan menurut hukum Negara Republik Indonesia

11

POJK No 01/POJK 07/2013, Bab III PengaduanKonsumen dan Pemberian

Fasilitas Penyelesaian Pengaduan Oleh Otoritas Jasa Keuangan, Pasal 41. 12

Syarat-syarat Umum Polis Takafulink Individu, Pasal 35 Penyelesaian

Perselisihan ayat (1)(2)(3), h.12.

Page 71: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

55

2. Apabila timbul suatu perselisihan pendapat dalam penafsiran dan

pelaksanaan dari polis ini, maka akan diselesaikan melalui perdamaian

dan musyawarah dalam waktu tidak lebih dari 60 (enam puluh) hari

kalender sejak terjadi perselisihan. Perselisihan terjadi terjadi sejak

Perusahaan dan Pemegang Polis menyatakan secara tertulis

ketidaksepakatan atas hal yang diperselisihkan.

3. Apabila penyelesaian perselisihan melalui perdamaian dan

musyawarah tidak dapat dicapai , perusahaan memberikan kebebasan

kepada Pemegang Polis untuk melanjutkan kasus ke BMAI, Basyarnas

dan Pengadilan Agama.

Sama halnnya dengan yang disebutkan dalam Polis Asuransi Jiwa

Mitra BP- Link Syariah Bumiputera dalam pasal 32 Persengketaan,

yaitu:13

1. Dalam hal timbul perselisihan antara Badan dan Pemegang Polis,

Badan dan Pemegang Polis bersepakat menyelesaikan secara

musyawarah dalam waktu 20 hari.

2. Dalam hal tidak mencapai kesepakatan penyelesaian perselisihan,

Pemegang polis dapat melakukan penyelesaian melalui pengadilan,

melalui BMAI, atau melalui LAPS yang telah ditetapkan OJK.

3. Dalam hal perselisihan tidak dapat diselesaikan oleh lembaga alternatif

penyelesaian sengketa, maka Pemegang Polis dapat menyampaikan

permohonan kepada OJK untuk memfasilitasi penyelesaian pengaduan

konsumen yang dirugikan oleh Badan dengan mengacu kepada

perundang-undangan.

4. Dalam hal penyelesaian melalui pengadilan, Badan dan Pemegang

Polis memilih tempat kedudukan yang tidak berubah (domisili) di

kantor kepanitraan Pengadilan Negeri Kantor Pusat Badan mempunyai

kantor atau tempat kedudukan pemegang polis.

13

Syarat-syarat Umum Polis Asuransi Jiwa Mitra BP-Link Syariah, Pasal 32 ayat 1-4

Page 72: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

56

Polis pada kedua perusahaan asuransi tersebutpun menawarkan

pengendalian internal dan memberikan kebebasan kepada pemegang polis

untuk penyelesaian sengketa yang terjadi. Polis tersebut telah sesuai

dengan POJK No 01/POJK 07/2013.

C. Akibat Hukum bagi Perusahaan yang melangar UU NO 8 Tahun 1999

dan POJK NO 01/POJK 07/2013

Adanya Perundang-undangan dan peraturan adalah agar setiap

konsumen khususnya asuransi merasa dirinya terlindungi. Selai itu aga r

tidak lagi ragu dan percaya untuk ikut membeli jasa asuransi. Namun

terkadang Pelaku Usaha masih kurang mematuhi peraturan yang telah

dibuat. Maka dari itu POJK menetapkan akibat hukum bagi Pelaku usaha

yang melanggar POJK NO. 01/POJK 07/2013 Tentang Perlindungan

Konsumen Jasa Keuangan yang berdasarkan atas UU No 8 Tahun 1999.

Menurut Pasal 53 ayat (1) POJK sanksi yang akan didapat oleh

perusahaan adalah sanksi administrative yang dikenakan kepada

perusahaan yaitu:

1. Peringatan tertulis.

2. Denda.

3. Pembatasan kegiatan usaha.

4. Pembekuan kegiatan usaha.

5. Pencabutan izin kegiatan usaha.

6. OJK dapat mengumumkan pengenaan sanksi administratif kepada

masyarakat.

Pada kenyataannya dalam Polis Asransi Jiwa Mitra BP-Link Syariah

Bumiputera menyebutkan bahwa polis tersebut telah sesuai dengan perundang-

Page 73: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

57

undangan termasuk ketentuan peraturan Otoritas Jasa Keuangan yang dituangkan

dalam pasal 33 Syarat-syarat Umum Polis yang menyatakan bahwa:14

“Perjanjian ini telah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan

termasuk ketentuan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan”.

Namun dari analisis di atas ditemukan bahwa masih ada beberapa klausul

yang tidak sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan yang berdasarkan atas

UU NO 8 Tahun 1999. Ternyata pernyataan tersebutpun tidak menjamin bahwa

perjanjian yang dibuat benar-benar telah melindungi konsumen.

Sedangkan dalam Polis Takafulink Individu Asuransi Takaful Keluarga

tidak menyatakan bahwa polis/perjanjian yang dibuat telah sesuai dengan

perundang-undangan termasuk ketentuan peraturan Otoritas Jasa Keuangan.

Namun dalam web Takaful Keluarga ada pernyataan mengenai perusahaan

tersebut terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan.15

Seharusnya agar

lebih jelas perusahaan mencantumkan pernyataan mengenai kesesuaian Polis

dengan POJK No 01/POJK. 07/2013. Jadi pembuatan Polis menjadi perhatian

penting bagi Otoritas Jasa Keuangan agar tercipta Perusahaan Asuransi Syariah

yang benar-benar melindungi konsumennya. Serta meningkatkan jumlah

konsumen yang akan mengasuransikan dirinya.

14

Syarat-syarat Umum Polis Asuransi Jiwa Mitra BP-Link Syariah, Pasal 33, h. 9 15

www.takaful.co.id , diakses pada tanggal 31 Januari 2017.

Page 74: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

61

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan bab-bab sebelumnya maka penulis dapat

mengambil kesimpulan serta dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan dari

rumusan masalah yang telah dipaparkan di awal bab.

Pertama, berdasarkan analisis dari polis Asuransi Jiwa Unitlink

Individu di Takaful dan Polis Asuransji Jiwa Mitra BP-Link Syariah

Bumiputera. Sejauh ini UU No 8 Tahun 1999 dan POJK NO 01/POJK

07/2013 belum berpengaruh secara maksimal. Karena masih ditemukan

Klausula-klausula yang mengarah kepada persengketaan. Masih

ditemukan beberapa klausula yang tidak memihak kepada konsumen,

klausula tersebut yang dapat menimbulkan persengketaan di kedepannya.

Beberapa klausula yang dilarang dalam polis ditemukan oleh penulis, yaitu

mengenai pelaku usaha yang melakukan penolakan pengembalian uang

yang telah dibayarkan konsumen kepada perusahaan yang ditemukan di

Asuransi Jiwa Unitlink Individu di Takaful dan tentang pernyataan bahwa

konsumen tunduk pada peraturan baru yang dibuat oleh kedua perusahaan

tersebut tidak mematuhi peraturan yang dibuat oleh OJK yang berdasarkan

perundang-undangan tersebut. Serta hal tersebut tidak sesuai dengan

prinsip perlakuan yang adil yang disebutkan dalam POJK No 01/POJK

07/2013. Namun selebihnya pada kedua polis tersebut telah memenuhi

Page 75: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

62

persyaratan kontrak baku menurut UU No 8 Tahun 1999 dan POJK No

01/POJK 07/2013 Tentang Perlindungan Konsumen.

Kedua, Yang disebutkan di dalam polis Asuransi Jiwa Unitlink

Individu dan Asuransi Jiwa Mitra BP-Link Syariah mengenai

persengketaan, keduanya telah sesuai dengan peraturan OJK yang

memang mengarah kepada perundang-undangan. Yaitu kedua polis

tersebut memiliki fasilitas penyelesaian sengketa secara internal. Tetapi

jika sengketa tersebut tidak selesai, perusahaan menyarankan konsumen

untuk melanjutkannya ke OJK dan LPAS.

Ketiga, bagi perusahaan asuransi yang melanggar ketentuan UU

No 8 Tahun 1999 dan POJK No 01/POJK 07/2013 akan dikenakan sanksi

administratif oleh OJK sebagai lembaga payung hukum atas Lembaga Jasa

Keuangan. Sanksi yang akan di dapat oleh perushaan yaitu peringatan

tertulis, denda, pembatasan kegiatan usaha, pembekuan kegiatan usaha,

pencabutan izin kegiatan usaha serta OJK dapat mengumumkan

pengenaan sanksi administrative kepada masyarakat. Hal tersebutlah yang

akan menurunkan citra perusahaan asuransi yang bersangkutan.

B. Saran-saran

Pertama, untuk calon konsumen tidak perlu khawatir untuk

menjadi peserta asuransi syariah. Karena banyak keuntungan yang didapat

ketika kita berasuransi. Terlebih sekarang ini OJK sedang menggembor-

gemborkan masalah perlindungan konsumen sektor jasa keuangan.

Page 76: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

63

Asuransipun termasuk di dalamnya, jadi konsumen asuransi akan

terlindungi. Tidak perlu lagi takut klaimnya tidak akan dibayarkan. Ketika

ditemukan hal-hal yang mengarah kepada sengketa, maka segeralah

melakukan pengaduan ke bagian internal perushaan. Perusahaan akan

menerima dan menyelesaikan pengaduan tersebut melalui upaya

permintaan maaf dan ganti rugi. Tetapi di sini konsumenpun memiliki hak

untuk melanjutkan proses pengaduan ke lembaga alternatif penyelesaian

sengketa LAPS dengan tahapan mediasi, ajudikasi dan arbitrase. Untuk

konsumen asuransi syariah dapat melanjutkan ke LAPS sektor

perasuransian yaitu BMAI ( Badan Mediasi dan Arbitrase Asuransi

Indonesia) yang beralamat di Gedung Menara Duta lt.7 Wing A Jl. HR

Rasuna Said Kav. B-9 Jakarta 12910. Jadilah konsumen cerdas yang kritis

dan teliti.

Kedua, untuk perusahaan asuransi syariah. Sebaiknya lebih teliti

lagi mengenai kontrak baku yang dibuat. Karena hal tersebut mungkin

akan merugikan di kedepannya. Selain itu dalam hal pembayaran klaim,

perusahaan asuransi syariah seharusnya tidak punya alasan untuk menunda

pembayara klaim. Penundaan klaim tidak boleh dilakukan karena klaim

merupakan suatu proses yang telah diantisipasi sejak awal oleh perusahaan

dan klaim merupakan hak peserta. Luruskan niat untuk membangun usaha

asuransi syariah yang berdasarkan asas tolong-menolong.

Ketiga, Perusahaan seharusnya mengklasifikasikan antara peserta

yang mudah mendapatkan klaim dalam kondisi tertentu, misalnya ketika

Page 77: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

64

peserta sudah sakit parah, peserta lansia yang memang mebutuhkan agent

sebagai wakilnya dan lain sebagainya.

Keempat, dalam pengajuan klaim, jangan dibuat dengan prosedur

yang sulit . contohnya penyediaan surat dan persyaratan lain yang

ditentukan oleh perusahaan. Yang kemungkinan dapat berubah-ubah

sesuai keinginan perusahaan.

Kelima, Untuk masyarakat, jangan berharap terlalu banyak dari

asuransi, asuransi hanyalah sebuah media untuk kita yang ingin saling

membantu dalam kebaikan. Media untuk menolong dikala kita dalam

keadaan sulit.

Keenam, Mengenai perusahaan yang sudah pasti ingin

mendapatkan untung, itu memang wajar. Karena kita membutuhkan tenaga

mereka untuk mengelola uang yang kita titipkan. Dan mengenai manfaat

yang didapat akan diperhitungkan secara matang oleh perusahan karea itu

adalah hak dari setiap peserta asuransi. Hanya saja disini dibutuhkan itikad

baik, baik dari pihak perusahaan dan peserta asuransi itu sendiri. jika

mentaati prosedur yang ditetapkan maka klaimpun akan dapat dengan

mudah dibayarkan

Keenam, untuk OJK, pengawasan terhadap polis yang diterbitkan

oleh perusahaan asuransi lebih diperketat dan dimaksimalkan lagi.

Page 78: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

65

Daftar Pustaka

Ali M. Hasan, Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam, Jakarta:

Prenada. 2004.

Ali, Zainuddin. Hukum Asuransi Syariah. Jakarta: Sinar Grafika. 2007.

Al-Qur’an

As-Syanhuri, Nadzariyyah al-Aqd, First Edition, Tehran,

Khorsandi Publication.

Barkatullah, Abdul Hakim. Hak-Hak Konsumen, Bandung: Nusa. 2010.

Chairul Hadi, Ahmad. Hukum Asuransi Syariah. Ciputat: UIN

PRESS, 2015.

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1996.

Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif “Teori dan

Praktik”. Jakarta: Bumi Aksara. 2013.

H.S, Salim. Hukum Kontrak Teori & Teknik Penyusunan Kontrak.

Jakarta: Sinar Grafika. 2013.

Hartono, Sri Rejeki. Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi.

Cet.ke-2. Malang: Bayu Media. 2007.

Herman Darmawi, Manajemen Risiko, Jakarta:Bumi Aksara. 2010.

Ihsan, Sofia. Fikih Perlindungan Konsumen. Ciputat: Pustaka

Cendikiamuda. 2011

Page 79: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

66

Ismanto, Kuat. Asuransi Syariah ”Tinjauan Asas-Asas Hukum

Islam”, Ungaran: Jakarta. 2007.

John M. Echols dan Hassan Sadilly. Kamus Inggris-Indonesia.

Jakarta: Gramedia,1990.

Kusumaniangtuti S. Soetiono. Modul Workshop Perlindungan

konsumen di Sektor Jasa Keuangan ,Jakarta. 2005

Media.Edmon Makarim, Kompilasi hukum Telematika, Jakarta:

Rajawali Pers. 2003

Miru Ahmad dan Yodo, Sutarman. Hukum Perlindungan

Konsumen. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2004.

Morton, Gene R., Principles of Life and Health Insurance, Penerj.

Penerj. oleh Yayasan Dharma Bumiputera, Dasar-dasar Asuransi Jiwa

dan Asuransi Kesehatan. Jakarta: Yayasan Dharma Putera. 1995. Cet.Ke-

1.

Muslehuddin, Muhammad, Insurance and Islamic Law, Penerj:

Burhan Wirasubrata, Menggugat Asuransi Modern Menggunakan Suatu

Alternatif Baru dalam Perspektif Hukum Islam, Jakarta: Lentera, 1999 cet.

Ke-1.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Memacu Pertumbuhan Ekonomi

Melalui Sektor Jasa Keuangan yang Kontributif, Stabil dan Inklusif.

Annual Report. 2015.

Page 80: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

67

Peter Mahmud Marzuki. Penelitian Hukum ,Jakarta: Kencana. 2005.

Polis Asuransi Unitlink Individu Takaful Keluarga.

Polis Asuras Jiwa Unit Link mitra BP-LINK Syariah Bumiputera.

Projodikoro, Wirjono. Hukum Asuransi di Indonesia. Jakarta: PT.

Intermasa. 1981

Satrio, Hukum Perjanjian Yang Lahir dari Perjanjian, Buku I dan

II, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1995)

Simanjuntak, Emy Pangaribuan. Hukum Pertaggungan Kerugian

Pada Umumnya, Kerugian dan Jiwa( Yogyakarta: Seksi Hukum Dagang

Fakultas Hukum UGM.

Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, Bandung: Alvabeta. 1999.

Perundang-Undangan

Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) Pasal 246

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999

Tentang Perlindungan Konsumen

UU OJK. UU No 21 Tahun 2001 Tentang Otoritas Jasa Keuangan

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07 /2013

Tentang Perlindungan Konsumen Jasa Keuangan

Dewan Syariah Nasional (DSN). Himpunan Fatwa Dewan Syariah

Nasional.2013

Website

Page 81: PERLINDUNGAN PESERTA ASURANSI JIWA SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35511/1/MIFTAHUL... · yang lucu-lucu dede Azhmi, kaka Nuri dan dede Hisyam. Terimakasih

68

OJK “Tingkat Pengaduan Konsumen dan Tingkat Kesadaran

Masyarakat Meningkat”, di akses pada 15 November 2016 dari :

http://www.ojk.go.id/id/kanal/edukasi-dan-perlindungan-konsumen/berita-

dan-kegiatan/info-terkini/Pages/ojk-tingkat-pengaduan-konsumen-dan-

tingkat-kesadaran-masyarakat-meningkat.aspx#sthash.FXrfedpN.dpuf

Detik Finance “ OJK Terbitkan Aturan Untuk Pertama Kalinya,

Apa Isinnya? “, di akses pada 15 November 2016 dari :

http://finance.detik.com/moneter/d-2318894/ojk-terbitkan-aturan-untuk-

pertama-kalinya-apa-isinya

OJK “ Modul Perlindungan Konsumen Pelaku Usaha Jasa

Keuangan:”, di akses pada 15 November 2016 dari:

http://www.ojk.go.id/id/kanal/edukasi-dan-perlindungan-konsumen/berita-

dan-kegiatan/publikasi/Documents/Pages/Materi-Pelatihan-Perlindungan-

Konsumen-Pelaku-Usaha-Jasa-

Keuangan/MODUL%20PERLINDUNGAN%20KONSUMEN.pdf