perkembangan pusat pasar medan tahun 1970-2013balitbang.pemkomedan.go.id/tinymcpuk/gambar/file/bety...
TRANSCRIPT
PERKEMBANGAN PUSAT PASAR MEDAN TAHUN
1970-2013
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Sejarah
OLEH :
BETTY CAROLINA SILITONGA
NIM: 308 121 029
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2013
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
ABSTRAK
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................... 4
C. Perumusan Masalah .............................................................................. 4
D. Tujuan Penelitian ................................................................................. 4
E. Manfaat Penelitian ................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Konsep ................................................................................... 6
1. Konsep Perkembangan ...................................................................... 6
2. Konsep Pasar ..................................................................................... 7
3. Konsep Fungsi……………………………………………………….. 9
B. Kerangka Berpikir…… .......................................................................... 15
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian ................................................................................. 17
B. Lokasi Penelitian .................................................................................. 17
C. Sumber Data ......................................................................................... 17
1. Sumber primer...……………………………………………………... 17
2. Sumber Sekunder..…………………………………………………… 18
D. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 18
1. Observasi..…………………………………………………………… 18
2. Wawancara……………………………………………………………. 19
3. Arsip/Dokumen………………………………………………………. 19
E. Teknik Analisis Data…………………………………………………….. 19
BAB IV PEMBAHASAN
A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian………………………………………. 21
1.1 Geografis dan sejarah kecamatan Medan Kota……………………… 21
1.2 Gambaran umum pusat pasar kota Medan…………………………... 23
1.3 Keadaan penduduk……………………….………………………….. 24
B. Sejarah Kota Medan……………………………………………………... 32
C. Latar Belakang Berdirinya Pusat Pasar………………………………….. 36
D. Fungsi Pasar Bagi Kehidupan Masyarakat………………………………. 39
1.Fungsi pasar dalam bidang ekonomi…………………………………... 40
1.1 Menambah lapangan pekerjaan…………………………………. 41
1.2 Sumber pendapatan daerah……………………………………… 42
2.Fungsi pasar dalam bidang sosial-budaya …………………………….. 43
E. Perkembangan Pusat Pasar Medan………………………………………. 44
1.1 Pergantian kepengurusan…………………………………………….. 44
1.2 Sarana dan prasarana…………………………………………………. 45
1.3 Jenis-jenis barang dagangan………………………………………….. 47
1.4 Aktivitas di Pusat Pasar Medan………………………………………. 48
1.5 Daya tarik/keunikan Pusat Pasar Medan……………………………… 50
F. Dampak Pasar Bagi Kehidupan Masyarakat……………………………… 52
1. Dampak Ekonomi…………………………………………………….. 52
2. Dampak Sosial………………………………………………………… 53
3. Dampak Budaya………………………………………………………. 54
BAB V KESIMPULAN & SARAN
A. Kesimpulan…………………………………………………………… 57
B. Saran………………………………………………………………….. 60
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….. 62
PETA
PEDOMAN WAWANCARA
DAFTAR INFORMAN
ABSTRAK
Betty Carolina Silitonga NIM 308121029, “Perkembangan Pusat
Pasar Medan tahun 1970-2013”, Skripsi, Jurusan Pendidikan sejarah,
Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan, 2013.
Tujuan penelitian ini adalah: (1) Mengetahui latar belakang berdirinya
Pusat Pasar di kota Medan (2) Mengetahui fungsi Pusat Pasar di kota Medan (3)
Mengetahui perkembangan Pusat Pasar di kota Medan dari tahun 1970-2013 (4)
Mengetahui dampak Pusat Pasar terhadap masyarakat sekitar.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah dengan pendekatan
kualitatif. Peneliti melakukan penelitian lapangan (field research) guna mencari
dan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya yang ada di lapangan. Di dalam
penelitian ini penulis melakukannya langsung di Pusat Pasar, Kelurahan Pusat
Pasar, Kecamatan Medan Kota, Provinsi Sumatera Utara. Peneliti juga
menggunakan penelitian pustaka (library research), dengan cara menelaah buku
atau dokumen yang relevan terhadap masalah yang akan diteliti. Teknik
pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara,
dan studi pustaka yang berkaitan dengan tujuan penelitian. Teknik analisa data
yaitu dengan mengumpulkan data, melakukan interpretasi, menganalisis data, dan
membuat kesimpulan. Hasil penelitian yang diperoleh adalah: Pada tanggal 29
April 1929 dalam sidangnya Gemeenteraad mengusulkan pembangunan sebuah
pasar di atas tanah bekas pacuan kuda, yang oleh masyarakat disebut Pasar
Lomba, pembangunannya dimulai pada tanggal 2 April 1931 dan selesai pada
tanggal 31 Desember 1932. Pada awalnya pasar ini dijadikan sebagai tempat
berkumpulnya pedagang kecil pada hari-hari pasar, akan tetapi dengan semakin
banyaknya jumlah pedagang yang melebihi kapasitas yang telah ditentukan
menyebabkan kondisi pasar semrawut, untuk mengatasinya dilakukanlah
perluasan pasar. Hal ini ditandai dengan dibangunnya sarana infrastruktur pasar
dan jalan. Pasar secara resmi digunakan pada tanggal 1 Maret 1933 dan sejak saat
itu disebut Pusat Pasar.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas segala kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan judul “PERKEMBANGAN PUSAT PASAR MEDAN
TAHUN 1970-2013”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana pendidikan pada Jurusan Pendidikan Sejarah. Penulis menyadari
bahwa di dalam skripsi ini masih terdapat banyak sekali kekurangan, baik dari
segi isi maupun dalam hal penyajian data, mengingat keterbatasan pengetahuan
dan pengalaman penulis sendiri. Oleh sebab itu, dengan kerendahan hati, penulis
mengharapkan kritik dan saran serta sumbangan saran yang sifatnya membangun
demi kesempurnaan skripsi ini.
Penulis menyadari banyak kendala dan tantangan dalam penulisan skripsi
ini, tetapi atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak skripsi ini dapat
diselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Rektor Universitas Negeri Medan Prof. Dr. Ibnu Hajar
Damanik, M.si beserta seluruh staf rektoral.
2. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan DR.
Restu, M.S selaku Dosen FIS beserta stafnya.
3. Ibu Dra. Lukitaningsih, M.Hum selaku ketua Jurusan Pendidikan
Sejarah dan Ibu Dra. Hafnita Sari Dewi Lubis, M.Si selaku Sekretaris
Jurusan Pendidikan Sejarah.
4. Ibu DR. Samsidar Tanjung, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi
yang telah membantu, membimbing dan mengarahkan penulis dalam
menyelesaikan skripsi.
5. Ibu Dra. Hafnita Sari Dewi Lubis, M.Si selaku Dosen Pembimbing
Akademik dan sekaligus Dosen penguji yang telah memberikan
masukan dan saran kepada penulis.
6. Bapak Drs. Ponirin, M.Si dan Ibu Dra. Lukitaningsih, M.Hum sebagai
dosen penguji saya yang telah memberikan masukan dan saran kepada
penulis.
7. Para Bapak dan Ibu Dosen di Lingkungan Program Pendidikan Sejarah
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.
8. Yang sangat saya sayangi dan saya cintai kedua orangtua saya yakni,
Tohap Silitonga dan Rosmiaty Manalu dan juga adik-adik saya yang
telah mendoakan, memberikan dukungan baik moril maupun materil
sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
9. Yang sangat saya sayangi dan saya cintai keluarga besar saya yang
telah memberikan motivasi kepada penulis sampai saat ini.
10. Kepada sahabat-sahabat saya, Evi, Nova, Senja, Dame, Rika.
11. Teman-teman seperjuangan saya, Santa Antinosa, Jonathan Sianturi,
Mulyani Sabatini, seluruh teman-teman yang ada dikelas C-Reguler
dan adik stambuk ’09 dan ‘10 yang tidak bisa disebutkan semuanya..
12. Teman-teman PPL saya di SMA Negeri I Sei Bamban
13. Kepada Bapak Kepala Balitbang Kota Medan beserta stafnya.
14. Kepada Bapak Direktur Perusahaan Daerah Pasar Kota Medan beserta
stafnya.
15. Kepada Bapak Kepala Pasar Pusat Pasar Medan beserta stafnya.
16. Kepada seluruh staf PUSIS, Taman Baca Lukman Sinar, Perpustakaan
Daerah Sumatera Utara, Perpustakaan UNIMED, dan Ruang Baca FIS.
17. Kepada seluruh informan yang telah membantu penulis dalam
penyelesaian skripsi ini.
Medan, Juli 2013
Penulis
Betty Carolina Silitonga
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Upaya manusia untuk memenuhi kebutuhannya sudah berlangsung sejak
manusia itu ada. Salah satu kegiatan manusia dalam memenuhi kebutuhan tersebut
adalah memerlukan adanya pasar sebagai sarana pendukungnya. Sebelum
terbentuknya pasar, manusia sudah terlebih dahulu mengenal yang namanya
bercocok tanam. “ Dengan dikenalkan kegiatan bercocok tanam maka dapat
diperoleh sedikit gambaran mengenai pola-pola tempat tinggal kegiatan
perekonomian pada masa bercocok tanam tersebut. Hasil dari kegiatan itu sudah
diperdagangkan pula secara barter (tukar-menukar barang). Barang-barang yang
dipertukaran sudah diangkut dalam jarak yang jauh melalui sungai, laut dan darat.
Barang yang dipertukarkan bukan saja hasil-hasil dari aktivitas di luar kegiatan
bercocok tanam seperti gerabah, anyaman, dan alat-alat bekerja tetapi juga hasil-
hasil pertanian/ cocok tanam seperti keladi (talas), ubi, sukun, pisang, buah
kelapa, durian, salak, rambutan dan duku. R.P. Suyono dalam Leirissa (1996:7).”
Melakukan kegiatan transaksi jual beli antara produsen dan konsumen
pada dasarnya dapat terjadi dimana saja dan tidak harus dilakukan di tempat-
tempat atau bangunan tertentu. Pada zaman dahulu misalnya, tempat pertemuan
antara penjual dan pembeli tidak diperlengkapi dengan bangunan-bangunan
permanen yang kokoh, tempat pertemuan itu dilakukan tidak secara tetap
melainkan berpindah-pindah sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan
masyarakat. Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya pengertian pasar lebih
dipahami sebagai suatu kegiatan yang melibatkan banyak orang dan dilakukan
pada tempat tertentu yang bersifat permanen dan dilakukan setiap hari.
Keberadaan pasar pada hakekatnya bertujuan untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat agar bisa memenuhi berbagai keinginan yang
dibutuhkan bagi kelangsungan hidup sehari-hari. Tetapi pada perkembangan
sekarang ini pasar tidak hanya berfungsi sebagai sarana pemenuhan kebutuhan
hidup sehari-hari (keperluan akan makanan dan pakaian), namun juga
menawarkan benda-benda lain disamping kebutuhan pokok tersebut. Menyadari
pentingnya peranan pasar, maka kini hampir setiap kelompok masyarakat bahkan
di desa terpencil sekalipun memiliki pasar. Sebagai pusat (sentral), pasar dengan
segala perangkat yang ada di dalamnya secara tidak langsung menjadi panutan
bagi masyarakat sekitarnya. Hal ini menunjukkan bahwa bukan hanya peranan
ekonomi tetapi juga peranan kebudayaan terhadap masyarakat di sekitarnya cukup
besar. Syarifuddin (1990:1-2)
Pasar dibangun di tempat-tempat strategis, maksudnya untuk
memungkinkan orang banyak berdatangan dan itu menempati misalnya
persimpangan jalan, di dekat pelabuhan atau stasiun dan sebagainya. Demikian
pula dengan Medan yang sudah sejak awal abad ke-19 merupakan pusat
berkumpulnya manusia yang kebanyakan beraktivitas di sektor perkebunan
maupun sektor-sektor penunjangnya dimana pasar menjadi salah satu kebutuhan
masyarakat. Koestoro (2006:47)
Pusat pasar merupakan pasar terbesar yang ada di kota Medan, didirikan
pada bulan Maret 1933. Pada awalnya Pusat pasar didirikan di atas tanah bekas
pacuan kuda yang oleh masyarakat disebut Pasar Lomba, sebagai pasar untuk
menampung segala kebutuhan pokok masyarakat yang semakin bertambah
banyak, dan tempat berkumpulnya pedagang kecil pada hari-hari pasar. Jenis-
jenis barang yang diperjual-belikan antara lain seperti: beras, sayur-mayur, ikan,
daging, buah-buahan, alat-alat rumah tangga, pakaian dan sepatu. Pusat pasar
mempunyai arti yang penting bagi kehidupan masyarakat, khususnya kota Medan
baik dalam kehidupan ekonominya (mata pencaharian) maupun kehidupan sosial
budaya.
Perkembangan Pusat pasar yang demikian cepat menjadikan Pusat Pasar
sebagai generator aktivitas komersial yang signifikan serta dinyatakan sebagai
kawasan pasar terbesar di Medan pada masanya. Selain pembangunan
infrastruktur pasar maka untuk menunjang proses transportasi barang dagangan,
pembangunan terminal kendaraan bermotor merupakan sarana vital dalam
menunjang kegiatan pasar, terutama bagi pasar yang terletak di pusat kota,
termasuk terminal di Pusat Pasar. Deni Sutrisna dalam --------,(2004:2,4)
Berdasarkan uraian-uraian di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian
dengan mengangkat judul yakni : “Perkembangan Pusat Pasar Medan Dari Tahun
(1970-2013)”.
B.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dikemukakan suatu
identifikasi sebagai berikut:
1. Latar belakang berdirinya Pusat Pasar di kota Medan
2. Fungsi Pusat Pasar di kota Medan
3. Perkembangan Pusat Pasar di kota Medan dari tahun 1970-2013
4. Dampak Pusat Pasar terhadap masyarakat sekitar
C.Perumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana latar belakang berdirinya Pusat Pasar di kota Medan
2. Bagaimana fungsi Pusat Pasar di kota Medan
3. Bagaimana perkembangan Pusat Pasar di kota Medan dari tahun 1970-
2013
4. Bagaimana dampak Pusat Pasar terhadap masyarakat sekitar
D.Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui latar belakang berdirinya Pusat Pasar di kota Medan
2. Untuk mengetahui fungsi Pusat Pasar di kota Medan
3. Untuk mengetahui perkembangan Pusat Pasar di kota Medan dari
tahun 1970-2013
4. Untuk mengetahui dampak Pusat Pasar terhadap masyarakat sekitar
E.Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai bahan teoritis, praktis, dan akademis mengenai perkembangan
Pusat Pasar Medan dari tahun 1970-2013.
2. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti mengenai
perkembangan Pusat Pasar Medan dari tahun 1970-2013.
3. Untuk menambah bahan pembelajaran khususnya sejarah lokal bagi
mahasiswa jurusan pendidikan sejarah UNIMED.
4. Supaya masyarakat mengetahui perkembangan Pusat Pasar Medan dari
tahun 1970-2013.
5. Peneliti berharap kepada Pemerintah Kotamadya Medan, khususnya
Perusahaan Daerah pasar untuk tetap menjaga kelestarian Pusat Pasar
Medan.
6. Sebagai bahan lanjutan dalam melaksanakan penelitian mengenai
Pusat Pasar kota Medan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Kerangka Konsep
1. Konsep Perkembangan
Istilah perkembangan sering sekali terdengar didalam kehidupan kita baik
itu perkembangan zaman, masyarakat maupun usaha yang berubah dalam bentuk
sengaja ataupun tidak di sengaja.
Menurut Schumpeter dalam Sanusi, Bachrawi (2004:9) yang dimaksud
dengan perkembangan adalah perubahan spontan dan terputus-putus di dalam
keadaan stasioner yang selalu mengubah serta mengganti situasi keseimbangan
yang ada sebelumnya.
Perkembangan ekonomi dapat digunakan untuk menggambarkan faktor-
faktor penentu yang mendasari pertumbuhan ekonomi seperti perubahan dalam
teknik produksi, sikap masyarakat, dan lembaga-lembaga yang terkait.
Sedangkan menurut Prof. Bonne dalam Sanusi, Bachrawi (2004:9)
perkembangan membutuhkan serta melibatkan semacam pengarahan, pengaturan,
dan pedoman dalam rangka menciptakan kekuatan-kekuatan bagi perluasan dan
pemeliharaan.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Pusat Pasar sebagai salah
satu lembaga ekonomi yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat sehari-
harinya mengalami perkembangan baik dari kepengurusan pasar, luas areal pasar,
jumlah pedagang yaitu pribumi dan non pribumi, dan sarana yang terdiri dari kios,
stan dan toko, serta adanya peraturan yang diberlakukan di dalam pasar guna
memelihara dan memajukan pasar.
2. Konsep Pasar
Upaya manusia untuk memenuhi kebutuhannya sudah berlangsung sejak
manusia itu ada. Banyak hal yang menjadi pendorong terhadap usaha pemenuhan
tersebut, diantaranya dorongan yang bersifat alamiah, dorongan untuk
mempertahankan diri, mengembangkan diri maupun untuk mempertahankan
kelompok. Semua dorongan itu akan terlihat dalam bentuk hasrat, kehendak dan
kemauan baik secara individu maupun kelompok. Dalam usaha memenuhi
kebutuhan tersebut, salah satu faktor yang sangat penting yakni memerlukan
adanya pasar sebagai sarana pendukungnya
Menurut Geertz (1973:8) pasar adalah pusat jaringan perdagangan yang
sangat aktif dan meliputi daerah yang amat luas, lewat pasar itu segala macam
dagangan disalurkan, dan dari pasar itu sebagian besar penduduk kota barangkali
mendapat mata pencahariannya.
Menurut Harsono (1995:2) pasar merupakan pusat kegiatan jual beli, itu
biasanya terletak ditempat yang mudah didatangi dari berbagai arah, berlangsung
pada waktu-waktu tertentu dan, mengutamakan benda-benda keperluan hidup
sehari-hari untuk keluarga.
Menurut Weber dalam Sulaiman (1988:290) pasar itu sendiri dilihat dari
segi pengertian ekonomi ialah suatu tempat menetap yang penduduknya terutama
hidup dari perdagangan daripada hidup dari pertanian.
Dalam ilmu ekonomi, pasar itu dibagi menjadi dua golongan: (1) pasar
Nyata, yakni tempat para penjual dan pembeli berkumpul untuk berjual beli akan
barang-barangnya. (2) pasar Niskala (abstrak), barang yang diperdagangkan tidak
sampai di pasar, jual beli berlaku langsung atau hanya menurut contoh barang
Akan tetapi sejalan dengan bertambahnya tuntutan dan perkembangan
masyarakat, di beberapa tempat tertentu biasanya di kota-kota besar, mulai
tumbuh pasar yang melakukan kegiatan setiap saat, setidaknya selama orang
belum tidur. Pada umumnya pasar ini tergolong ke dalam jenis pasar modern
dimana di pasar ini pelayanan terhadap pembeli sangat di utamakan seperti
kenyamanan berbelanja, tempat yang bersih dan sejuk, harga barang sudah
langsung ditentukan, keramah-tamahan pegawai dan barang-barang yang dijual
pada umumnya adalah barang-barang bermerek dan memiliki kualitas yang bagus.
Menurut Syarifuddin (1990:2) pasar yang merupakan tempat bertemunya
para penjual dan pembeli dari berbagai lapisan masyarakat berperan pula sebagai
arena sosial.
Pasar sebagai tempat pertemuan antar masyarakat yang berbeda-beda itu
dapat juga diartikan sebagai pintu gerbang yang menghubungkan dengan dunia
luar. Dengan demikian pasar dapat berperan sebagai pembawa perubahan-
perubahan di dalam kehidupan suatu masyarakat.
Ekonomi pasar memiliki ciri khas antara lain sebagai berikut:
Harga barang tidak pasti, orang dapat tawar-menawar
Barang beralih dari pedagang yang satu ke pedagang yang lain berkali-kali
sebelum akhirnya sampai ke tangan konsumen
Adanya hubungan utang piutang yang kompleks antara pedagang tersebut
Barang dagangan sedikit
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pasar merupakan pusat
kegiatan jual beli dimana bertemunya penjual dan pembeli (dari berbagai lapisan
masyarakat) yang mudah didatangi dari berbagai arah, berlangsung pada waktu-
waktu tertentu dan mengutamakan kebutuhan pokok, selain itu pasar dapat juga
dijadikan sebagai sumber mata pencaharian.
3. Konsep Fungsi
Menurut Malinowski dalam Setiawati (1999:51)
“fungsi adalah semua tingkah laku manusia yang terorganisasi dengan suatu rangkaian kebutuhan naluri organisasme manusia, kemudian ia mengembangkan kebutuhan-kebutuhan dasar dengan meresponnya untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan dasar sehingga kelangsungan hidup tetap terpelihara”.
Menurut Merton dalam Setiawati (1999:51) fungsi adalah sesuatu yang
menjadi kaitan antara satu hal dengan hal lain atau sesuatu yang menyatakan
hubungan antara suatu hal dengan pemenuhan kebutuhan tertentu.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Pusat pasar memiliki fungsi
sebagai tempat untuk melakukan transaksi jual beli antara pedagangang dan
pembeli dimana setiap individu dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok
sehari-hari memerlukan pasar sebagai tempat pendukung dimana dalam hal ini
pedagang dan pembeli saling membutuhkan satu sama lainnya, selain itu pasar
juga berfungsi sebagai sumber matapencaharian, tempat untuk bergaul dan lain-
lain.
Pasar memiliki fungsi tersendiri dalam memenuhi kebutuhan masyarakat
berikut ini merupakan penjelasan beberapa fungsi pasar bagi masyarakat, adalah
sebagai berikut:
1. Aktivitas Ekonomi
Geertz (1973:31) menyatakan bahwa pasar sebagai pranata ekonomi dan
sekaligus cara hidup, suatu gaya umum dari kegiatan ekonomi mencapai segala
aspek yang membahas mengenai pasar sebagai tempat jalinan hubungan penjual
dan pembeli dalam melaksanakan transaksi tukar-menukar, baik pada suatu
tempat maupun dalam suatu keadaan yang lain.
Pasar memiliki beberapa aspek perdagangan di dalamnya, agar dapat
dikatakan sebagai sebuah pasar yang merupakan pranata penting dalam kegiatan
ekonomi dan kehidupan masyarakat, yaitu adanya tempat untuk berlangsungnya
transaksi jual beli atau tukar-menukar barang yang telah diatur dan terorganisasi,
aspek-aspek perdagangan antara lain memiliki lokasi atau tempat, terdapat
ketentuan pajak (retribusi) bagi pedagang, terdapat berbagai jenis barang
dagangan, adanya proses produksi dan distribusi, adanya jaringan transportasi dan
adanya alat tukar (uang). Demikian pula dengan fungsi Pusat Pasar yang erat
kaitannya dengan aspek perdagangan yang di dalamnya terdapat transaksi jual beli
dan tawar-menawar antara pedagang dan pembeli.
2. Aktivitas Sosial Budaya
Selain memiliki fungsi dalam bidang ekonomi, pasar juga pasar juga
berperan dalam bidang sosial-budaya yaitu sebagai tempat aktivitas sosial, pasar
merupakan suatu wadah yang di dalamnya terjadi interaksi, komunikasi,
informasi, tempat keramaian dan hiburan. Pasar merupakan juga kawasan sosial
bagi masyarakat yang berasal dari daerah yang berbeda, yang dipertemukan di
dalam pasar dan melakukan interaksi yang menimbulkan suatu kebudayaan.
Kunjungan masyarakat yang berbeda etnis dalam Pusat Pasar menimbulkan
terjadinya percampuran kebudayaan.
Perubahan tersebut dapat dilihat dalam bahasa, cara berpakaian dan
sebagainya. Misalnya dalam bahasa, pengunjung yang berasal dari masyarakat
Pribumi terpengaruh untuk menggunakan bahasa Mandarin meskipun tidak begitu
dimengerti, contohnya dalam gaya bahasa untuk menyebutkan panggilan bagi
orang-orang Tionghoa, abang menjadi koko, kakak menjadi cici dan lain-lain.
Demikian pula halnya dengan pedagang Tionghoa yang melayani pembeli yang
berasal dari masyarakat Pribumi akan menggunakan bahasa Indonesia yang
betujuan agar pedagang dan pembeli saling mengerti satu sama lain.
Setiap masyarakat selama hidupnya, pasti mengalami perubahan-
perubahan. Perubahan-perubahan di dalam masyarakat dapat mengenai nilai-nilai
sosial, pola perilaku organisasi, susunan lembaga-lembaga kemasyarakatan,
lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan
lain sebagainya.
Menurut Gillin dan Gillin dalam Soekanto (1982:269) yang menyatakan
perubahan-perubahan sosial adalah suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah
diterima, yang disebabkan baik karena perubahan-perubhan kondisi geografis
maupun kebudayaan materiil, komposisi penduduk, dan ideologi dalam
masyarakat tersebut.
Hal ini sejalan dengan pendapat Soemardjan dalam Soekanto (1982:269)
yang menyatakan bahwa perubahan-perubahan sosial adalah segala perubahan-
perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat
yang mempengaruhi sistim sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap-
sikap dan pola-pola perikelakuan di antara kelompok-kelompok dalam
masyarakat.
Begitu pula dengan Pusat Pasar dengan keberadaan pasar ini maka secara
langsung terdapat perubahan-perubahan sosial yang terjadi di dalamnya baik
secara cepat maupun lambat.
3. Tempat Mendapatkan Kebutuhan
Dengan adanya pasar sebagai sarana dalam pemenuhan kebutuhan
manusia, baik kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan pendukung
(sekunder). Oleh sebab itu masyarakat yang ingin memenuhi kebutuhan hidupnya
dapat mendapatkan kebutuhan tersebut melalui keberadaan pasar. Segala sesuatu
yang dibutuhkan masyarakat dengan mudah dapat ditemukan dalam pasar yang
telah menyediakan segalanya, terutama peralatan-peralatan rumah tangga dan
kebutuhan yang penting bagi kelangsungan hidup masyarakat sehari-hari.
Sehingga pasar berfungsi sebagai tempat untuk mendapatkan kebutuhan hidup
sehari-hari.
4. Sebagai Tempat Bergaul dan Bertukar Informasi
Dalam fungsi ini Pusat Pasar bukan hanya dijadikan sebagai tempat jual
beli bagi masyarakat tetapi juga menjadi tempat bergaul dan bertukar informasi
bagi sesama pedagang maupun pedagang dengan pembeli. Di pasar dapat
ditemukan kelompok atau suatu organisasi yang dibentuk oleh para pedagang
yang terkadang juga melibatkan para pembeli. Selain itu diantara pedagang yang
mempunyai hubungan yang erat seperti keluarga. Yang mana telah terjalin rasa
persaudaraan yang kuat diantara kalangan pedagang-pedagang yang lain. Tetapi
dalam berebut pelanggan atau pembeli mereka tetap bersaing walaupun
persaingan ini berjalan dengan sengit.
5. Sebagai Tempat Rekreasi
Pasar juga merupakan sebagai salah satu tempat rekreasi yang paling
sering dikunjungi oleh masyarakat pada umumnya. Hal ini dikarenakan
banyaknya kegiatan yang dapat dijumpai dipasar seperti: melihat barang-barang
yang sedang trend (baru), melihat atraksi lokal, menghibur diri dengan keunikan
yang ada pada pasar tersebut dan lain-lain. Inilah yang menyebabkan mengapa
masyarakat pada umumnya lebih memilih menghabiskan waktu senggang (libur)
untuk pergi ke pasar.
Segala sesuatu yang ada di bumi ini, semuanya memiliki fungsinya
masing-masing. Demikian halnya dengan pasar yang memiliki fungsinya sendiri,
baik fungsi bagi masyarakat sekitar maupun bagi pemerintah daerah dimana pasar
tersebut didirikan. Sama seperti Pusat Pasar yang berada di kecamatan Medan
Kota, pasar tersebut memiliki fungsinya sendiri yaitu bagi masyarakat berfungsi
sebagai tempat yang menyediakan segala kebutuhan hidup sehari-hari masyarakat.
Dan bagi pemerintah kota Medan sendiri, Pusat Pasar dapat menjadi sumber
pendapatan daerah dari sektor ekonomi.
B.Kerangka Berpikir
Latar belakang berdirinya Pusat pasar adalah untuk memenuhi segala
kebutuhan pokok masyarakat, mengingat semakin bertambahnya jumlah
LATAR BELAKANG BERDIRINYA PUSAT
PASAR
PERKEMBANGAN PUSAT PASAR DARI TAHUN 1970-2013
SARANA DAN
PRASARANA
KEPENGURUSAN
/PENGELOLAPASAR
DAMPAK PUSAT PASAR
JENIS-JENIS BARANG
YANG DIJUAL
FUNGSI PUSAT PASAR
masyarakat di kota Medan dan sebagai tempat untuk pedagang berjualan sehingga
tidak menimbulkan kesemrawutan. Di dalam masyarakat yang semakin
berkembang, peran pasar sangat penting dirasakan bagi masyarakat pada
umumnya. Di pasar inilah pedagang dan pembeli saling berhubungan dalam usaha
untuk memenuhi kebutuhannya baik berupa barang maupun jasa. Selain itu pasar
juga memiliki fungsi bagi masyarakat yaitu: sebagai tempat untuk melakukan
aktivitas ekonomi, sosial-budaya, dan sebagai tempat untuk mendapatkan
kebutuhan sehari-hari. Jenis-jenis barang dagangan yang diperjual-belikan pada
umumnya di Pusat Pasar ini berupa : beras, sayur-mayur, ikan, daging, buah-
buahan, pakaian, sepatu, tas dan lain-lain.
Pasar juga berperan sebagai pembawa perubahan-perubahan di dalam
kehidupan suatu masyarakat. Selain melihat perkembangan pasar baik dari
kepengurusan pasar, jenis-jenis barang dagangan yang dijual, maupun sarana dan
prasarananya. Kemudian melihat dampak Pusat Pasar terhadap masyarakat sekitar
baik dari bidang ekonomi, sosial dan budaya. Peneliti juga akan terjun langsung
ke lapangan untuk melihat aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat yang ada di
Pusat Pasar. Dan peneliti juga ingin mengetahui bagaimana eksistensi Pusat Pasar
di kota Medan sampai sekarang.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan
(Field Research) metode ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data melalui
wawancara, dan pengamatan langsung (observasi) di lapangan dan didukung dari
sumber-sumber dan data yang relevan dari berbagai buku, arsip, dokumentasi, dan
surat kabar yang berkenaan dengan penelitian yang akan diteliti. Pendekatan yang
digunakan yaitu pendekatan deskriptif kualitatif.
B.Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Pusat Pasar jalan Sutomo, kelurahan Pusat
Pasar, Kecamatan Medan Kota, Provinsi Sumatera Utara.
C.Sumber Data
Pada hakikatnya suatu penelitian sejarah membutuhkan sumber data.
Dalam penelitian ilmiah ini sumber data yang digunakan terbagi menjadi dua
kelompok, yaitu:
1. Sumber Primer
Menurut Gottschalk, Louis (1975:35) sumber primer adalah kesaksian
daripada seorang saksi dengan mata-kepala sendiri atau saksi dengan pancaindera
yang lain, atau dengan menggunakan alat mekanis. Juga arsip yang ditulis pada
saat peristiwa tersebut berlangsung berkaitan dengan perkembangan Pusat pasar di
kota Medan, antara lain:
Informan adalah orang yang memeberikan informasi berdasarkan
pedoman wawancara mengenai sejarah perkembangan Pusat Pasar
Wawancara adalah cara untuk memperoleh informasi yakni dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada pihak-pihak yang dapat
memberikan keterangan tentang sejarah perkembangan Pusat Pasar
seperti kepala dinas pasar, sejarahwan, tokoh-tokoh masyarakat dan
pedagang ataupun pembeli.
2. Sumber Sekunder
Yaitu data yang merupakan kesaksian daripada siapapun yang bukan
merupakan saksi pandangan mata atau berasal dari buku, dokumen-dokumen,
arsip dan surat kabar yang relevan dengan masalah yang diteliti.
D.Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan salah satu faktor yang prinsipil
dalam suatu penelitian. Oleh karena itu, teknik pengumpulan data harus ditangani
secara teliti agar diperoleh hasil yang tepat.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Observasi
Yaitu pengamatan langsung terhadap pasar dengan maksud untuk
memperoleh data tentang bagaimana perkembangan pusat pasar, mengamati
perkembangan lingkungan pasar dan kegiatan sehari-hari para pedagang di Pusat
Pasar.
2. Wawancara
Wawancara adalah cara untuk memperoleh informasi yakni dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada pihak-pihak yang dapat memberikan
keterangan tentang perkembangan Pusat Pasar seperti kepala dinas pasar,
sejarahwan, tokoh-tokoh masyarakat dan pedagang.
3. Arsip/Dokumen
Yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara menelaah arsip-arsip atau
dokumen-dokumen yang diperoleh dari lapangan (kantor dinas pasar) atau studi
kepustakaan.
E.Teknik Analisa Data
1. Mengumpulkan data yang di dapat di lapangan maupun dari literatur, arsip
dan dokumen tentang perkembangan Pusat Pasar.
2. Mengusut semua evidensi (bukti) yang relevan dengan topik, Sjamsuddin
Helius (2007:89)
3. Melakukan interpretasi dan analisis data dilakukan dengan berdasarkan
data primer dan didukung oleh data sekunder.
4. Membuat kesimpulan, setelah mengumpulkan data, melakukan kritik
sumber, menginterpretasi dan menganalisis data-data maka peneliti
mengambil suatu kesimpulan yang kemudian dituliskan ke dalam laporan
penelitian.
BAB IV
PEMBAHASAN
A.Keadaan Umum Lokasi Penelitian
1.1 Geografi & Sejarah Kecamatan Medan Kota
Letak geografis kecamatan Medan Kota terletak antara 20° - 30° Lintang
Utara sampai 98° - 44° Bujur Timur, berada di ketinggian 27 sampai 35 meter di
atas permukaan laut, luas wilayah 5,98 Km². Kecamatan Medan Kota merupakan
salah satu wilayah kota Medan, yang dipimpin oleh seorang kepala pemerintahan
yang disebut Asisten Wedana. Kecamatan Medan Kota dibentuk dan berdiri
secara resmi sejak tanggal 1 desember 1952 sesuai dengan SK. Gubernur
Sumatera Utara No. 688/II P.S.U tanggal 1 November 1952 yang diikuti dengan
Maklumat Walikota Medan menjadi 4 (empat) wilayah kecamatan, yaitu:
1. Kecamatan Medan Kota
2. Kecamatan Medan Timur
3. Kecamatan Medan Barat
4. Kecamatan Medan Baru
Kecamatan Medan Kota yang luasnya 1.130,43 Ha yang membawahi 26
(dua puluh enam) kepenghuluan/kampung/desa yang pada waktu itu kepala desa
diangkat/dipilih berdasarkan pemilihan masyarakat masing-masing desa yang
bersangkutan.
Sesuai dengan peraturan pemerintah (SK. Menteri Dalam Negeri) No.
138/4064/PUOD tanggal 13 Desember 1983 tentang pembentukan 10 perwakilan
kecamatan di Kotamadya Tingkat I Provinsi Sumatera Utara No. 138/218/K/84,
dengan keputusan Walikotamadya KDH Tingkat I Medan No. 361/SK/1984
tanggal 9 Agustus 1984, membentuk perwakilan kecamatan yang mana kecamatan
Medan Kota terbentuk menjadi 3 (tiga) perwakilan, yaitu:
1. Perwakilan Kecamatan Medan I
2. Perwakilan Kecamatan Medan II
3. Perwakilan Kecamatan Medan III
Sesuai dengan peraturan pemerintah No. 50 tahun 1991, hal penambahan
dan pemekaran wilayah daerah Propinsi Sumatera Utara salah satu daerah
pemekaran tersebut adalah Daerah Tingkat II Medan, maka sejak tanggal 30
Oktober 1991 Kecamatan Medan Kota mengalami pengurangan wilayah
pemerintahan kelurahan yang mempunyai luas 599 Ha terdiri atas, 12 kelurahan
dan 138 lingkungan, RW 179, RT 446. Demikianlah pemerintahan kecamatan
Medan Kota berjalan terlaksana dari tahun 1952 hingga saat ini kepala
pemerintahannya disebut Camat.
Adapun batas-batas pemerintahan wilayah kecamatan Medan Kota,
adalah:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan kecamatan Medan Timur
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan kecamatan Medan Amplas
3. Sebelah Timur berbatasan dengan kecamatan Medan Denai/kecamatan
Medan Area
4. Sebelah Barat berbatasan dengan kecamatan Medan Maimun
1.2 Gambaran Umum Pusat Pasar Kota Medan
Secara administratif lokasi Pusat Pasar Kota Medan berada di kelurahan
Pusat Pasar yang merupakan salah satu dari 12 kelurahan yang ada di kecamatan
Medan Kota, Provinsi Sumatera Utara yang luasnya mencapai 45,6 Ha. Kelurahan
ini mempunyai tanah pemukiman dan perkantoran seluas ± 36.5 Ha, dan jalan
serta fasilitas umum seluas ± 9.1 Ha. Kelurahan Pusat Pasar Medan terdiri atas 9
lingkungan yang masing-masing dipimpin oleh Kepala Lingkungan.
Pusat Pasar Medan berdiri pada tahun 1933 sejak masa pemerintahan
Hindia Belanda. Sampai sekarang kita masih bisa melihat Pusat Pasar yang
menjadi ikon kota Medan, akan tetapi bangunan pada Pusat Pasar yang sekarang
kita lihat tidak lagi seindah pada saat didirikan, hal ini disebabkan karena
peristiwa kebakaran yang terjadi di Pusat Pasar sebanyak 2 (dua) kali, dimana
kebakaran yang pertama terjadi pada tahun 1971 dua dari empat bangunan pasar
habis terbakar. Dan pada tahun 1978 dua dari bangunan yang tersisa juga terbakar.
Pusat Pasar Medan merupakan pasar tradisional terbesar dan terlengkap di kota
Medan yang terhubung langsung dengan Medan Mall sehingga memudahkan
pembeli/pengunjung untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain.
Adapun batas-batas wilayah kelurahan Pusat Pasar Kota Medan adalah
sebagai berikut:
Sebelah Timur berbatasan dengan kelurahan Pandau Hulu I
Sebelah Barat berbatasan dengan kelurahan Pasar Baru
Sebelah Utara berbatasan dengan kelurahan Pandau Hilir
Sebelah Selatan berbatasan dengan kelurahan Sei Rengas I
1.3 Keadaan penduduk
Kecamatan Medan Kota dihuni oleh 72.663 orang penduduk, yang terdiri
atas beraneka ragam etnis yang saling hidup berdampingan antara lain: Melayu,
Aceh, Batak, Padang, Jawa, Cina, India/Tamil. Dimana penduduk terbanyak
berada di kelurahan Sudi Rejo I yakni sebanyak 12.616 orang dan jumlah
penduduk terkecil berada di kelurahan Pasar Baru sebanyak 2.883 orang. Bila
dibandingkan antara penduduk serta luas wilayahnya, maka kelurahan Kota
Matsum III merupakan kelurahan terpadat yaitu 5.174 jiwa tiap Km². kecamatan
Medan Kota terdiri atas 17.138 rumah tangga, sehingga rata-rata anggota rumah
tangganya masing-masing terdiri atas 4 (empat) orang. Jumlah penduduk di lihat
berdasarkan jenis kelamin antara lain sebagai berikut: laki-laki berjumlah 35.274
orang, perempuan berjumlah 37.389 orang, sedangkan jika dilihat berdasarkan
kelompok umur jumlah penduduk yang bermukim di kecamatan Medan Kota
relatif lebih banyak berusia produktif (15-44 tahun) berjumlah 39.499 jiwa.
Tingkat pendidikan di kecamatan Medan Kota dilihat dari banyaknya
jumlah sekolah yang terdiri dari: 15 sekolah Taman Kanak-kanak (TK), 18
Sekolah Dasar Negeri (SDN), 25 Sekolah Dasar Swasta, 5 Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama Negeri (SLTPN), 21 Sekolah lanjutan Tingkat Pertama Swasta, 1
Sekalah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN), 10 Sekolah Menengah Kejuruan
Swasta, 4 Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri (SLTA), 18 Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas Swasta.
Tabel I
Luas Wilayah Dirinci Berdasarkan Kelurahan Di Kecamatan Medan Kota
No Kelurahan Luas (Km²) Persentase %
1 Siti Rejo I 0,45 7,53 %
2 Sudi Rejo I 0,90 15,05 %
3 Sudi Rejo II 0,72 12,04 %
4 Teladan Timur 0,70 11,71 %
5 Teladan Barat 0,98 16,39 %
6 Pasar Merah Barat 0,32 5,35 %
7 Mesjid 0,28 4,68 %
8 Kota Matsum III 0,31 5,18 %
9 Sei Rengas I 0,29 4,85 %
10 Pasar Baru 0,22 3,68 %
11 Pusat Pasar 0,46 7,69 %
12 Pandau Hulu I 0,35 5,85 %
Medan Kota 5,98 100 %
Sumber: BPS, Kecamatan Medan Kota dalam angka 2012
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa kelurahan Teladan Barat
merupakan kelurahan yang memiliki luas terbesar di kecamatan Medan Kota
yakni 0,98 Km² sedangkan kelurahan Mesjid merupakan kelurahan terkecil yakni
0,28 Km². Dan total keseluruhan luas kecamatan Medan Kota sebesar 5,98 Km².
Tabel II
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Di Kecamatan Medan Kota
No Kelurahan Jenis Kelamin Jumlah
(jiwa) Laki-laki Perempuan
1 Siti Rejo I 3.344 3.529 6.873
2 Sudi Rejo I 6.232 6.384 12.616
3 Sudi Rejo II 4.139 4.699 8.838
4 Teladan Timur 5.241 4.994 10.235
5 Teladan Barat 3.525 3.747 7.272
6 Pasar Merah Barat 1.458 1.579 3.037
7 Mesjid 1.500 1.561 3.061
8 Kota Matsum III 2.497 2.677 5.174
9 Sei Rengas I 2.074 2.338 4.412
10 Pasar Baru 1.401 1.482 2.883
11 Pusat Pasar 1.677 1.782 3.459
12 Pandau Hulu I 2.186 2.617 4.803
Medan Kota 35.274 37.389 72.663
Sumber: BPS, Kecamatan Medan Kota dalam Angka 2012
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat jumlah penduduk yang tinggal di
kecamatan Medan Kota berjumlah 72.663 jiwa, berdasarkan jenis kelamin jumlah
penduduk laki-laki sebanyak 35.274 jiwa dan jumlah penduduk perempuan
sebanyak 37.389 jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa rasio kelahiran penduduk
berjenis kelamin perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki.
Tabel III
Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama Di Kecamatan Medan Kota
No Kelurahan Islam Kristen Budha Hindu Katholik
1 Siti Rejo I 2.629 899 35 0 3.310
2 Sudi Rejo I 7.141 4.526 0 7 942
3 Sudi Rejo II 4.192 2.171 1.952 0 523
4 Teladan Timur 593 6.678 18 35 2.911
5 Teladan Barat 2.537 754 53 0 3.928
6 Pasar Merah Barat 2.063 921 18 0 35
7 Mesjid 1.503 89 1.081 5 383
8 Kota Matsum III 2.521 2.363 172 12 106
9 Sei Rengas I 41 166 4.100 0 105
10 Pasar Baru 128 37 2.147 18 553
11 Pusat Pasar 540 420 2.061 6 432
12 Pandau Hulu I 132 178 3.304 15 174
Medan Kota 25.020 19.202 14.941 98 13.402
Sumber: BPS, Kecamatan Medan Kota dalam angka 2012
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat jumlah penduduk yang bermukim
di Kecamatan Medan Kota lebih dominan beragama Islam berjumlah 25.020 jiwa,
diikuti dengan agama lainnya yaitu: Kristen Protestan, Budha, Katholik, dan
Hindu. Ditambah lagi dengan adanya sarana tempat beribadah untuk masing-
masing agama seperti: Mesjid, Langgar, Gereja, Kelenteng, dan Vihara. Akan
tetapi jika dilihat dari kelurahan Pusat Pasar dimana penelitian ini dilaksanakan
mayoritas penduduknya beragama Budha, hal ini disebabkan karena pada
umumnya etnis Tionghoa beragama Budha.
Tabel IV
Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Di Kecamatan Medan
Kota
No Kelurahan Pegawai Lainnya
Negeri Swasta ABRI Pedagang Pensiunan
1 Siti Rejo
I
302 401 23 496 194 0
2 Sudi
Rejo I
228 399 15 585 160 0
3 Sudi
Rejo II
35 1.321 20 437 14 0
4 Teladan
Timur
398 1.118 29 321 142 0
5 Teladan
Barat
82 5.578 41 122 41 0
6 Pasar
Merah
Barat
195 98 6 123 23 0
7 Mesjid 26 647 3 690 5 0
8 Kota
Matsum
III
68 491 1 2.054 43 0
9 Sei 9 1.353 3 2.618 3 0
Rengas I
10 Pasar
Baru
0 615 0 615 2 0
11 Pusat
Pasar
5 780 1 877 3 0
12 Pandau
Hulu I
3 1.644 0 2.202 1 0
Medan Kota 1.631 14446 142 11.140 757 0
Sumber: BPS, Kecamatan Medan Kota dalam angka 2012
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa mayoritas penduduk yang
bermukim di kecamatan Medan Kota bermatapencaharian sebagai pegawai swasta
sebanyak 14.446 jiwa dan pedagang sebanyak 11.140 jiwa, dibandingkan dengan
pegawai negeri sipil. Dari tabel diatas dapat dilihat, kelurahan Pusat Pasar
mayoritas penduduknya bermatapencaharian sebagai pedagang, hal ini disebabkan
karena pada umumnya etnis Tionghoa lebih cenderung bekerja di bidang
perekonomian (berdagang) dibandingkan bekerja sebagai pegawai negeri sipil,
akan tetapi hal ini sangat berbanding terbalik dengan etnis Pribumi (lokal) yang
lebih cenderung bekerja sebagai pegawai negeri sipil.
Tabel V
Banyaknya Jumlah Pasar Dan Pertokoan Di Kecamatan Medan Kota
No Kelurahan Pasar Pertokoan Swalayan Mall/Plaza
1 Siti Rejo I 0 8 0 0
2 Sudi Rejo I 0 3 0 0
3 Sudi Rejo II 2 2 2 0
4 Teladan Timur 0 2 1 1
5 Teladan Barat 0 3 0 1
6 Pasar Merah Barat 2 2 1 1
7 Mesjid 1 5 1 1
8 Kota Matsum III 0 5 1 0
9 Sei Rengas I 0 22 0 0
10 Pasar Baru 0 34 2 0
11 Pusat Pasar 2 11 2 1
12 Pandau Hulu I 2 31 1 0
Medan Kota 9 128 11 5
Sumber: BPS, Kecamatan Medan Kota dalam angka 2012
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa perekonomian di kecamatan
Medan Kota berkembang dengan pesat selain itu di dukung dengan tempatnya
yang sangat strategis terletak di tengah-tengah kota, hal ini ditandai dengan
adanya pertokoan, swalayan/minimarket, pasar, dan plaza/mall, dimana kesemua
tempat ini bergerak dalam bidang perekonomian yang bertujuan sebagai sumber
pendapatan masyarakat dan menambah sumber pendapatan daerah.
B.Sejarah Kota Medan
Medan didirikan oleh Guru Patimpus, lokasinya terletak di Tanah Deli.
Maka sejak zaman penjajahan orang selalu menghubungkan Medan dengan Deli
(Medan-Deli). Setelah zaman kemerdekaan lama-kelamaan istilah Medan Deli
secara berangsur-angsur menghilang. Dahulu orang menamakan Tanah Deli mulai
dari sungai Ular (Deli Serdang) sampai ke sungai Wampu di Langkat sedangkan
Kesultanan Deli yang berkuasa pada waktu itu, wilayah kekuasaannya tidak
mencakup daerah diantara kedua sungai tersebut. John Anderson, orang Eropa
pertama yang mengunjungi Deli pada tahun 1833, menemukan sebuah kampung
yang bernama Medan. Kampung ini berpenduduk 200 orang dan seorang
pemimpin bernama Tuanku Pulau Berayan sudah sejak beberapa tahun bermukim
disana untuk menarik pajak dari sampan-sampan pengangkut lada yang menuruni
sungai.
Menurut Volker pada tahun 1860 Medan masih merupakan hutan rimba
dan di sana sini terutama di muara-muara sungai diselingi pemukiman-
pemukiman penduduk yang berasal dari Karo dan Semenanjung Malaya. Deli
kemudian mulai didatangi pengusaha Hollandia dari Java Timoer bernama
Jacobus Nienhuys pada tahun 1863. Jacobus Nienhuys dan Sultan Mahmud
Perkasa Alam membuat suatu persetujuan dimana orang Holland mulai diberi
kesempatan untuk membuka perkebunan tembakau di Deli. Nienhuys pun
mendapat konsesi dari Sultan yang awalnya berada di tepi sungai Deli di sekitar
Labuhan. Jika pada awalnya tanaman tembakau di Deli ditanam dan dikelola
secara tradisional oleh para penduduk lokal, maka sejak kedatangan Nienhuys
tanaman tembakau ditanam pada kebun yang lebih luas dan dikelola oleh orang
asing. Pada tahun 1869 Nienhuys memindahkan kantor perusahaan
perkebunannya Deli Maatschappij, pada sebuah kampong bernama Medan Putri.
Avan, (2010:40-41)
Pada tahun 1887 Medan ditetapkan sebagai ibukota residensi baru
Sumatera Timur dengan luas wilayah 90.000 km². Pindahnya Sultan Deli ke kota
ini menyebabkan Medan juga menjadi tempat kedudukan pemerintahan pribumi.
Afdeling Deli yang juga meliputi Serdang dan Langkat lalu dipecah-pecah
menjadi beberapa onder afdeling yang masing-masing dikepalai oleh seorang
kontrolir. Breman, (1997:50)
Pada awal perkembangannya, Medan merupakan sebuah kampung kecil
bernama Medan Putri, perkembangan ini tidak terlepas dari posisinya yang
strategis karena letaknya yang lebih tinggi dari wilayah ibukota Sultan, dirasa
aman dari ancaman banjir, kampong ini juga berada di jalur jalan antara kota
Labuhan dan wilayah lain yang disebut dengan Deli Tua, selain itu juga kampong
ini terletak di pertemuan sungai Deli dan sungai Babura, tidak jauh dari jalan Putri
Hijau sekarang. Kedua sungai tersebut pada zaman dahulu merupakan jalur lalu
lintas perdagangan yang cukup ramai. Sehingga dengan demikian kampung
Medan Putri yang merupakan cikal bakal kota Medan, cepat berkembang menjadi
pelabuhan transit yang sangat penting.
Tahun 1909, Medan menjadi kota yang penting di luar Jawa, terutama
setelah pemerintah kolonial membuka perusahaan perkebunan secara besar-
besaran. Dewan kota yang pertama dibentuk terdiri dari 12 anggota orang Eropa,
2 orang Bumiputera, 1 orang Tionghoa. Diakhir abad ke 19 dan awal abad ke 20
terdapat 2 gelombang migrasi besar ke Medan. Gelombang pertama berupa
kedatangan orang Tionghoa dan Jawa sebagai kuli kontrak perkebunan. Tetapi
setelah tahun 1880 perusahaan perkebunan berhenti mendatangkan orang
Tionghoa. Karena sebagian besar dari mereka lari meninggalkan kebun dan sering
melakukan kerusuhan. Perusahaan kemudian sepenuhnya mendatangkan orang
Jawa sebagai kuli perkebunan. Orang-orang Tionghoa bekas buruh perkebunan
kemudian didorong untuk mengembangkan sektor perdagangan. Gelombang
kedua ialah kedatangan orang Minangkabau, Mandailing dan Aceh. Mereka
datang ke Medan bukan untuk bekerja sebagai buruh, tetapi untuk berdagang,
menjadi guru dan ulama.
Secara keseluruhan jenis tanah di wilayah deli terdiri dari tanah liat, tanah
pasir, tanah campuran, tanah hitam, tanah coklat, dan tanah merah. Hal ini
merupakan penelitian dari Van Hissink tahun 1900 yang dilanjutkan oleh
penelitian Vriens tahun 1910 bahwa di samping tanah tadi ada lagi di temui jenis
tanah liat yang lebih spesifik. Tanah liat inilah pada zaman penjajahan Belanda
berada ditempat yang bernama bakaran batu (Sekarang Medan Tenggara-
Menteng) orang membakar batu bata yang berkualitas tinggi dan salah satu pabrik
batu bata pada zaman itu adalah Deli Klei. Mengenai curah hujan di tanah Deli
digolongkan atas 2 macam yakni: Maksima Utama dan Maksima Tambahan.
Maksima Utama terjadi pada bulan Oktober sampai Desember sedangkan
Maksima Tambahan terjadi antara bulan Januari sampai September. Secara rinci
curah hujan di Medan rata-rata 2000/tahun dengan intensitas rata-rata 4,4
mm/jam.
Pada tahun 1918 penduduk Medan tercatat sebanyak 43.826 jiwa yang
terdiri dari Eropa 409 orang, Indonesia 35.009 orang, Cina 8.269 orang dan
Timoer Asing lainnya 139 orang. Sejak itu kota Medan berkembang semakin
pesat, berbagai fasilitas dibangun beberapa diantaranya adalah Kantor Stasiun
Percobaan AVROS di Kampung Baru (1919) sekarang RISPA, hubungan Kereta
Api Pangkalan Berandan-Besitang (1919), Konsulat Amerika, Sekolah Guru
Indonesia di jalan HM. Yamin (1923), Mingguan Soematra (1924), Perkumpulan
Renang Medan, Pusat Pasar, Rumah Sakit Elizabeth, Klinik sakit mata, dan
Lapangan Olahraga Kebun Bunga (1929).
Sejak tahun 1950, Medan telah beberapa kali melakukan perluasan areal,
dari 1.853 Ha menjadi 26.510 Ha pada tahun 1974, dengan demkian dalam tempo
25 tahun setelah penyerahan kedaulatan, kota Medan telah bertambah luas hampir
delapan belas kali lipat. Secara historis perkembangan kota Medan, telah menjadi
pusat perdagangan (ekspor-impor) sekaligus pusat pemerintahan.
B.Latar Belakang Berdirinya Pusat Pasar
Sejak abad ke-19, Medan dan sekitarnya merupakan daerah perkebunan,
yang hasilnya merupakan komoditas perdagangan antara lain tembakau, karet,
kopi, kelapa sawit, dan lain-lain. Dampak dari adanya perkebunan menyebabkan
kehidupan sosial/budaya dan ekonomi berkembang pesat yang ditandai dengan
tumbuhnya bangunan-bangunan kota. Bangunan besar dan juga rumah besar saat
itu banyak yang dibangun pada pertenghan abad 19 sampai pertengahan abad 20,
salah satunya dengan dibangunnya pasar.
Pasar biasanya dibangun di tempat-tempat yang strategis, maksudnya
untuk memungkinkan orang banyak berdatangan seperti di persimpangan jalan,
pelabuhan, bandar sungai dan sebagainya. Adapun pasar di kota Medan yang
pertama kali dikenal adalah untuk mensuplai kebutuhan konsumsi daging ternak.
Pasar tersebut dibangun pada tahun 1886 terletak di jalan Perdagangan. Kemudian
pasar diperluas untuk mensuplai kebutuhan konsumsi ikan segar, dan arealnya
sampai ke jalan Pembelian (sekarang menjadi Pasar Ikan Lama). Seiring dengan
bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan akan komoditi khususnya makanan
pokok juga bertambah. Maka pada tahun 1905 dibangunlah Pasar Sayur untuk
keperluan penjualan sayur-mayur yang terletak di jalan Cirebon (sekarang dikenal
dengan Pasar Hongkong). Adapun untuk penjualan alat perkakas dapur maka pada
tahun 1915 dibangun pasar di Petisah dan ketika itu orang lebih mengenalnya
dengan sebutan Pasar Bundar.
Keletakan/penempatan pasar dengan jenis penjualan barang dagangan
yang berbeda dirasa kurang efisien. Kondisi tersebut telah mengugah pemerintah
kolonial saat itu untuk membangun lagi pasar yang mampu menampung segala
kebutuhan terutama kebutuhan-kebutuhan pokok. Untuk keperluan itu maka pada
tanggal 29 April 1929 dalam sidangnya Gemeenteraad (Pemerintah Kotapraja
Medan) mengusulkan pembangunan sebuah pasar diatas tanah bekas pacuan kuda,
yaitu satu-satunya lapangan yang pernah disinggahi oleh kapal terbang HN ACC
dari negeri Belanda, yang oleh masyarakat disebut Pasar Lomba. Pembangunan
fisiknya dimulai pada tanggal 2 April 1931 dan selesai pada tanggal 31 desember
1932, yaitu lebih kurang selama 21 bulan. Hal ini disebabkan karena krisis
ekonomi (malaise) pada tahun 1931/1932. Thaib, (1959:323)
Letaknya ketika itu berada di sebelah timur dari simpang jalan M.T
Haryono dan jalan H.M Yamin. Sebelum dibangun pasar yang permanen, pasar
tersebut awalnya dijadikan tempat berkumpulnya pedagang kecil pada hari-hari
pasar. Semakin ramainya pasar dan banyaknya jumlah pedagang yang melebihi
kapasitas tempat dagang yang telah ditentukan menyebabkan kondisi pasar sangat
semrawut dan sebagian pedagang tidak tertampung lagi. Untuk mengatasi hal
tersebut, dilakukan perluasan pasar. Perluasan pasar ditandai dengan dibangunnya
sarana infrastruktur pasar dan jalan. Pasar secara resmi digunakan pada bulan
Maret 1933 dan sejak itu disebut Pusat Pasar dan sebagai satu-satunya pasar yang
cukup indah dan besar.
Pusat Pasar tersebut terdiri dari beberapa bangunan yaitu 4 (empat) buah
bangunan besar dan panjang yang megah berukuran 115 x 36 M dan dikelilingi
sebanyak 183 pertokoan yang terdiri dari 60 bangunan untuk pedagang pribumi,
60 bangunan untuk pedagang Cina, 60 bangunan untuk pedagang keturunan
Arab/India dan 3 (tiga) bangunan lainnya untuk perkantoran. Pembangunannya
menghabiskan biaya sebesar 1.567.208 Gulden (Pemda Tingkat I Sumatera Utara,
1996). Adapun letak pasar setelah mengalami perluasan meliputi kawasan sekitar
jalan Sutomo yang saat itu bernama Wihelminestraat, dan jalan Sambu yang
disebut dengan Hospitaalweg. ………, (2004:1-2)
Pemda telah mendirikan sejumlah kios-kios seperti memperbaiki Loods
Pusat Pasar dengan biaya Rp. 1.619.437, pada tahun 1971/1972 mengangkat
puing-puing bekas kebakaran Pusat Pasar ke Delitua telah menelan biaya
pengangkutan sebesar Rp.7.500.000, pada tahun itu telah didirikan sejumlah 312
buah kios di kompleks Pusat Pasar dengan biaya sebesar Rp.5.085.000. Pada
tahun 1972/1973 Pemda telah mendirikan sejumlah 328 buah kios penampungan
di Pusat Pasar dengan biaya Rp.5.514.664, proyek Pusat Pasar pertama kali
dibangun oleh P.T. Sumatera Contractor dengan biaya sebesar Rp.168.211.171.
Kemudian proyek Pusat Pasar bekas pasar kebakaran dibangun oleh
Perusahaan Swasta P.T. Mercu Buana dengan biaya sebesar Rp.1.600.000.000.
Proyek Pusat Pasar yang sudah diresmikan pembukaannya oleh Menteri Dalam
Negeri dibangun oleh pengusaha swasta nasional P.T. Mercu Buana
pimpinan/Direktur Utama ialah Probosutedjo. Pusat Pasar yang dibangun itu
merupakan pusat perbelanjaan siang malam yang terdiri dari empat lantai, lantai
ke 4 belum dapat dimanfaatkan. Sedangkan lantai 1 terdiri dari 891 kios, lantai 2
terdiri dari 676 kios, dan lantai 3 terdiri dari 686 kios. Jumlah kios seluruhnya
2.253 kios. Harga kios menurut Dirut PT. Mercu Buana antara Rp.75.000.000 dan
Rp.1.600.000. Mengenai penerangan lampu, Pusat Pasar ini dilengkapi dengan
eskalator sebanyak 4 buah, lift pengangkut orang dan lift pengangkut barang.
Penerangan mempergunakan 3 buah Disel Catterpilar dengan kekuatan 250 KVA
sedangkan arus listrik yang diperlukan hanya sekitar 400 KVA.
Bangun,(1974:228-229)
C.Fungsi Pasar Bagi Kehidupan Masyarakat
Pusat Pasar yang merupakan salah satu pasar tradisional yang ada di kota
Medan, mayoritas orang yang berjualan dan membeli di dalamnya ialah 50%
orang Pribumi, 45% orang Tionghoa dan 5% orang India. Dilihat dari pedagang
yang terdapat di dalam pasar ini dan dari jenis barang dagangan yang
diperdagangkan, maka akan tampak bahwa pedagang ikan (kering) seperti:
bermacam-macam teri, ikan asin, pakaian sembako lebih di dominasi oleh etnis
Tionghoa dari pada etnis Pribumi yang lebih dominan berdagang ikan basah,
sayur-mayur, pakaian, dan lain-lain, sedangkan untuk bumbu-bumbu dapur lebih
di dominasi oleh etnis India. Umumnya para pedagang pribumi yang berjualan di
Pusat Pasar sangat beraneka ragam antara lain: etnis Tionghoa, India, Batak
(Toba, Karo, Mandailing), Padang, Jawa.
Sebuah pasar pastilah memiliki fungsi bagi masyarakat. Demikian halnya
dengan Pusat Pasar Medan yang merupakan pasar tradisional ini, juga memiliki
fungsi tersendiri baik bagi masyarakat Tionghoa maupun masyarakat Pribumi
dalam bidang ekonomi maupun bidang sosial dan budaya. Antara lain sebagai
berikut yaitu:
1. Fungsi pasar dalam bidang ekonomi
Adapun fungsi pasar dalam bidang ekonomi bagi masyarakat pada
umumnya adalah sebagai tempat mendapatkan kebutuhan sehari-hari, dapat
menambah lapangan pekerjaan, menjadi sumber pendapatan daerah, dan dapat
menjadi tempat hubungan kerja sama dalam kegiatan perekonomian dengan
masyarakat luar.
Pasar merupakan tempat berkumpulnya para pedagang dengan berbagai
jenis barang dagangannya. Pada dasarnya pasar mempunyai fungsi untuk
menyediakan kebutuhan hidup masyarakat banyak. Biasanya orang pergi ke pasar
untuk berbelanja keperluan hidup sehari-hari. Adapun barang yang biasanya dicari
di pasar adalah seperti: beras, ikan, sayur, minyak makan, buah-buahan, pakaian
dan lain sebagainya. Yang dianggap perlu dan dibutuhkan keberadaannya.
Pasar tradisional khususnya Pusat Pasar memiliki fungsi yang sama
dengan pasar-pasar lainnya, dimana Pusat Pasar menjadi tempat untuk
mendapatkan kebutuhan sehari-hari bagi masyarakat yang ada disekitarnya
maupun yang berasal dari luar kota. Pusat Pasar merupakan pasar tradisional yang
terdapat di kelurahan Pusat Pasar, kecamatan Medan Kota, pasar ini merupakan
tempat yang sangat ramai di kunjungi oleh masyarakat pada umumnya yang
berasal dari sekitar kota Medan maupun dari luar kota Medan. Sama seperti pasar
tradisional lainnya, di pasar ini juga terjadi tawar-menawar antara penjual dan
pembeli untuk mendapatkan kecocokan harga barang yang diinginkan.
1.1. Menambah lapangan pekerjaan
Pasar secara tidak langsung memiliki pengaruh yang sangat besar bagi
kehidupan ekonomi masyarakat yaitu menambah lapangan pekerjaan bagi
masyarak yang ada di sekitar pasar tersebut. Selain pekerjaan sebagai pedagang di
pasar, keberadaan pasar telah memberikan pekerjaan lain bagi mereka yang dapat
melihat peluang lain selain berdagang, misalnya tukang parkir, tukang kebersihan,
dan tukang angkat barang. Selain berdagang Pusat Pasar merupakan tempat bagi
masyarakat lain yang bukan pedagang untuk mencari nafkah, misalnya: sopir
angkot dan tukang becak yang berada di sekitar lingkungan pasar.
Menurut Ibu Nesty (Hasil wawancara pada tanggal 28 Mei 2013) “saya
berjualan buah-buahan di Pusat Pasar sudah 23 tahun, saya merupakan lulusan
sarjana ekonomi karena susahnya mencari pekerjaan setelah saya lulus dari
Perguruan Tinggi, saya mencoba berdagang buah-buahan setiap harinya ternyata
hasil yang saya dapat setiap harinya lumayan besar dimana para pembeli yang
datang setiap harinya berasal dari dalam maupun luar kota, akan tetapi pembeli
yang berasal dari luar kota seperti: Aceh, Padang, dan Siantar yang lebih dominan
dibandingkan pembeli dari dalam kota Medan”.
Berdasarkan pendapat di atas, hal tersebut dianggap wajar melihat
banyaknya persaingan dalam mencari pekerjaan pada masa kini dimana jumlah
pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah pekerjaan yang tersedia,
menyebabkan banyaknya jumlah pengangguran. Akan tetapi ibu tersebut tidak
menyerah dengan situasi dan kondisi yang tejadi, ibu tersebut memanfaatkan
ilmunya/keahliannya dalam membuka usaha sendiri seperti berdagang buah-
buahan di Pusat Pasar, bahkan bisa mempekerjakan beberapa orang untuk
membantunya dalam berdagang.
1.2. Sumber pendapatan daerah
Pasar merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yaitu melalui
retribusi yang dikutip setiap bulannya. Pusat Pasar yang pada awalnya dikelolah
oleh pihak pemerintah yaitu Dinas Pasar kemudian beralih ke Perusahaan Daerah
Pasar. Setiap pedagang yang berjualan di dalam pasar ini dan usaha-usaha lainnya
yang berada disekitar pasar memiliki peranan penting dalam memberikan
sumbangan pendapatan bagi pemerintah.
Menurut Bapak Rudi Hartono (Hasil wawancara pada tanggal 28 Mei
2013) “hasil retribusi yang dikutip setiap bulannya dari pedagang akan digunakan
untuk memperbaiki sarana dan prasarana yang ada di Pusat Pasar selain itu pihak
PD Pasar akan memberikan sebahagian hasil retribusi tersebut kepada pemerintah
kota Medan sebagai sumber pendapatan daerah”.
Berdasarkan pendapat di atas, hal tersebut sangat wajar dilakukan
mengingat adanya campur tangan Pemerintah Kota Medan terhadap semua pasar-
pasar yang ada di kota Medan, dengan menjalin hubungan kerjasama dengan
pihak Perusahaan Daerah Pasar. Dari hasil pendapatan yang diperoleh
berdasarkan retribusi yang dikutip setiap bulannya dari pedagang, sebahagiannya
akan diserahkan kepada Pemerintah Kota Medan sebagai sumber pendapatan dari
sektor perdagangan.
2. Fungsi pasar dalam bidang sosial dan budaya
Pasar sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli, juga merupakan
suatu tempat yang dapat menciptakan hubungan interaksi sosial bagi masyarakat
yang melakukan pertemuan di dalam pasar. Pertemuan yang dilakukan secara
terus-menerus antara penjual dan pembeli yang berasal dari etnik yang berbeda-
beda dapat mempengaruhi satu dengan yang lain. Baik pengaruh dalam bidang
sosial maupun budaya. Interaksi yang terjadi antara pedagang dan pembeli pada
saat melakukan transaksi jual beli akan mempengaruhi antara satu dengan yang
lainnya. Misalnya seorang pedagang Tionghoa akan menggunakan bahasa
Mandarin kepada pembeli yang juga berasal dari etnik Tionghoa, hal ini juga
didasari karena adanya kesamaan etnis yang berguna untuk mempererat hubungan
komunikasi.
Menurut Bapak A Huat (Hasil wawancara pada tanggal 28 Mei 2013)
“Saya sering belanja di Pusat Pasar ini karena di sini semua jenis barang dagangan
yang saya butuhkan sudah tersedia, ditambah lagi saya sudah menjadi pembeli
tetap (langganan) pada pedagang yang khususnya berasal dari etnis Tionghoa,
selain itu harga yang dipatokkan lebih murah dibandingkan pedagang dari etnis
lain dan adanya kesamaan sosial budaya memudahkan saya berinteraksi dalam
membeli barang kebutuhan sehari-hari”.
Berdasarkan pendapat di atas, hal tersebut sangat wajar kita jumpai dalam
kehidupan sehari-hari baik dari semua etnis pada umumnya, dan secara khusus
dengan adanya kesamaan etnis cenderung akan berdampak pada hubungan
komunikasi yang terjalin dengan baik dan lebih mempererat hubungan
kekeluargaan.
D.Perkembangan Pusat Pasar Medan
1. Pergantian Kepengurusan
Pada tahun 1960-an hingga tahun 1992 pasar-pasar yang ada di kota
Medan berada di bawah pengawasan Dinas Pasar yang berada dalam susunan
birokrasi pemerintah yang ditetapkan oleh pejabat tertentu. Tugas mereka adalah
mengurus pasar, memungut cukai/retribusi, dan lain-lain. Selanjutnya untuk
menunjang terlaksananya tujuan pemerintah menciptakan pasar yang bersih,
teratur dan memenuhi hasrat masyarakat maka melalui Peraturan Daerah Kota
Madya Tingkat II Medan nomor 15 tahun 1993 pengelolaan pasar yang selama ini
dikelola oleh Dinas Pasar telah beralih kepada Perusahaan Daerah Pasar hingga
sekarang. Pusat Pasar merupakan salah satu pasar yang dikelola oleh Perusahaan
Daerah Pasar Kota Medan Cabang I yang berkantor di jalan Pusat Pasar (tepat
berada di atas gedung tempat/los berjualan ikan basah).
Adapun Visi dan Misi Perusahaan Daerah Pasar yaitu: Memberikan
pelayanan dan jasa yang terbaik kepada pedagang dan pembeli.
Langkah-langkah yang dilakukan oleh Perusahaan Daerah Pasar dalam
memajukan Pusat Pasar sebagai berikut:
Membuka kembali lantai 3 (tiga) yang sedang dalam tahap
penyelesaian
Membangun dan menggunakan eskalator dan lift yang selama ini tidak
pernah dipergunakan (dalam tahap pengerjaan)
Adanya pergantian kabel listrik yang sudah rusak untuk menghindari
terjadinya mati lampu dan kebakaran
Adanya peninggian los ikan basah untuk menghindari terjadinya
kebecekan pada saat hujan
Adapun faktor-faktor yang menghambat kemajuan Pusat Pasar ini adalah
sebagai berikut:
Adanya pedagang-pedagang liar yang berdagang tidak pada tempatnya
Kurangnya pengoptimalan tempat untuk berjualan seperti: kios, stand,
dan los
Banyaknya sampah yang berserakan
Kurangnya pemeliharaan pada setiap sarana yang ada
Kurangnya kesadaran para pedagang dalam mematuhi peraturan yang
berlaku
2. Sarana dan Prasarana yang ada di Pusat Pasar Medan
Adapun sarana yang ada di Pusat Pasar adalah sebagai berikut:
Kios sebanyak 2.781 unit
Stand sebanyak 207 unit
Meja daging sebanyak 68 unit
Stand ikan basah sebanyak 206 unit
Toko mini sebanyak 4 unit
Warung makanan (Food Count) sebanyak 26 unit
Toilet/WC sebanyak 3 unit
Lampu
AC
Eskalator dan Lift manusia sebanyak 2 unit dan barang 1 unit (dalam
tahap pengerjaan)
Tempat penitipan anak
Sedangkan prasarana yang ada di Pusat Pasar adalah sebagai berikut:
Gedung
Tempat Parkir
Taman
Jalan Raya
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan secara langsung di Pusat Pasar,
baik sarana dan prasarana yang ada di pasar ini masih kurang memadai ditambah
lagi dengan banyaknya sarana dan prasarana yang telah rusak namun belum ada
dilakukan tindakan perbaikan, melainkan dibiarkan seperti itu saja, banyaknya
sampah yang berserakan di setiap lorong maupun di tiap-tiap bangunan yang tidak
digunakan.
Berdasarkan bukti-bukti yang ada dilapangan, bisa dikatakan bahwa pihak
PD pasar sangat lamban/kurang bersungguh-sungguh dalam menjalankan
tugasnya, hal inilah yang membuat banyak pedagang yang sangat kecewa karena
selain berdampak pada berkurangnya jumlah pembeli, pendapatan para pedagang,
juga pada Pusat Pasar itu sendiri. Akan tetapi melihat perkembangan yang terjadi
di Pusat Pasar Medan ini baik dari bangunan (gedung), jenis barang dagangan dan
sarana parasarananya, Pusat Pasar ini mengalami kemunduran, hal ini disebabkan
karena ketidakpedulian pihak-pihak yang bertanggungjawab (seperti: pengelola
pasar, pedagang, dan masyarakat sekitar) atas keberadaan Pusat Pasar Medan.
3. Jenis-jenis barang dagangan yang diperjual belikan
Adapun jenis-jenis barang dagangan yang diperjual-belikan di Pusat Pasar
pada tahun 1970-1990 adalah sebagai berikut, antara lain:
Sayur-mayur, cabai, bawang dan lain-lain
Daging
Ikan basah dan kering
Barang-barang pokok seperti: beras, telur, minyak, bumbu dapur
(instan), dan lain-lain
Makanan ringan seperti: kue-kue, manisan, keripik dan lain-lain
Buah-buahan
Pakaian
Sepatu/tas
Ulos, kain sarung, dan tandok (kantong beras yang terbuat dari daun
pandan berduri atau plastik)
Sepeda
Barang pecah belah seperti: piring, gelas, peralatan dapur, dan lain-lain
Sedangkan jenis-jenis barang dagangan yang bertambah di Pusat Pasar
pada tahun 2000-2013 adalah sebagai berikut, antara lain:
Aksesoris (kalung, jepitan rambut, alat-alat make up dan lain-lain)
Alat-alat tulis Kantor dan lain-lain
Lukisan, Kaligrafi dan bunga-bunga hias (plastik)
Cinderamata untuk pesta pernikahan, miniatur rumah adat lokal dan
keramik hias (pajangan lemari dan tempat kue)
Emas dan berlian (Perhiasan)
Barang-barang elektronik
Peralatan olahraga (sport)
4. Aktivitas Di Pusat Pasar Medan
Meskipun sudah ada pasar-pasar yang baru dibangun untuk menampung
keramaian dan kepadatan Pusat Pasar bukan semakin berkurang malah semakin
bertambah. Banyaknya bangunan tempat berjualan tanpa izin semakin menjadi-
jadi dan banyaknya jumlah pedagang yang sudah menyesak, tetapi tidak mau
dipindahkan ke pasar-pasar yang lain seperti: Pasar Peringgan, Halat, Sukaramai
dan lain-lain. Mereka pada umumnya masih berusaha dengan berbagai jalan
supaya mendapat tempat di sekitar Pusat Pasar yang semakin ramai dan sibuk.
Setiap harinya kita akan melihat keramaian yang terjadi di Pusat Pasar, hal
ini disebabkan karena setiap individu yang datang ke pasar memiliki
kepentingannya masing-masing seperti: pedagang yang menjual barang-barang
dagangannya, pembeli yang membeli kebutuhan sehari-hari, pegawai PD Pasar
yang bertugas untuk mengatur, mengutip iuran dan lain-lain. Pusat Pasar
merupakan salah satu pasar tradisional di pasar ini kita dapat melihat pedagang
dan pembeli saling berinteraksi dalam menentukan harga yang diinginkan.
Hal ini juga menimbulkan persaingan diantara para pedagang dalam
merebut pembeli yakni dengan cara menawarkan harga yang lebih murah
dibandingkan dengan pedagang yang lainnya. Selain pedagang dan pembeli,
pegawai PD Pasar merupakan salah satu faktor penting dalam pasar yaitu untuk
mencegah terjadinya kesemrawutan pedagang-pedagang yang berjualan di pasar
maka pihak PD Pasar menyediakan tempat bagi pedagang berupa kios, stand, dan
los. Dimana setiap akhir bulannya pegawai PD Pasar akan mengutip iuran bulanan
seperti: iuran tempat berjualan yang mana iuran ini sangat bervariasi berdasarkan
jenis dagangan dan luas kios, iuran kebersihan sebesar Rp. 31.500, iuran listrik
tergantung pamakaiannya.
Menurut Bapak Limbong (Hasil wawancara pada tanggal 28 Mei 2013)
“selama saya berjualan di Pusat Pasar ini pihak PD Pasar dianggap kurang tegas
dalam melaksanakan tugasnya karena menurutnya banyak pedagang yang
berjualan di depan gerbang pintu masuk pasar, di lorong-lorong jalan khususnya
pada lantai 1 (satu) yang menyebabkan para pembeli susah/malas untuk masuk ke
dalam pasar, hal ini sangat berdampak pada omzet pendapatan pedagang, padahal
setiap bulannya saya harus membayar retribusi kios, listirk dan kebersihan”.
Berdasarkan pendapat diatas dan pengamatan secara langsung, dimana
pada saat memasuki pintu gerbang utama dan pintu lainnya di Pusat Pasar kita
akan melihat banyak sekali pedagang yang berdagang tidak pada tempatnya
ditambah lagi dengan adanya pedagang-pedagang nakal maupun musiman yang
menyebabkan terhambatnya pembeli untuk masuk ke dalam pasar sehingga
berdampak pada berkurangnya pendapatan yang diperoleh padahal setiap
bulannya pihak PD pasar melakukan kutipan retribusi. Dalam hal ini, para
pedagang sangat mengharapkan ketegasan pihak PD pasar dalam melaksanakan
tugasnya sehingga Pusat Pasar ini dapat terus berdiri/bertahan.
5. Daya tarik/Keunikan Pusat Pasar Medan
Yang menjadi daya tarik Pusat Pasar ini adalah sistem yang digunakan
pada saat ini (dalam tahap pengerjaan) cenderung semi Mall yang dimana pada
lantai 2 (dua) dan 3 (tiga) akan menggunakan keramik untuk lantainya, AC (Air
Conditioner) dan akan di aktifkannya lagi eskalator yang selama ini tidak pernah
aktif/digunakan, akan tetapi Pusat Pasar ini masih tetap dipertahankan sebagai
pasar tradisional. Selain itu di Pusat Pasar ini juga terdapat tempat penitipan anak
yang mana hanya dapat dijumpai di Pusat Pasar saja, tidak ada di pasar-pasar
lainnya khususnya daerah Sumatera Utara.
Pusat Pasar Medan merupakan pasar terbesar dan terlengkap di kota
Medan dengan luas 12,8 Ha dan di pasar ini menyediakan semua kebutuhan
sehari-hari, selain itu pembeli/pengunjung yang datang pada umumnya berasal
dari dalam dan luar kota Medan bahkan ada yang datang dari luar negeri.
Keunikan lainnya dapat dilihat dari bangunannya, dimana Pusat Pasar ini
terhubung langsung dengan Medan Mall sehingga memudahkan
pembeli/pengunjung untuk berpindah tempat dari pasar tradisional ke pasar
modern yang mana secara jelas terdapat perbedaan yang sangat mencolok baik
dari segi bangunannya, pelayanannya, kebersihannya, jenis barang dan harga.
Menurut Ibu Sri Yati (Hasil wawancara pada tanggal 28 Mei 2013) “saya
setiap harinya berbelanja kebutuhan sehari-hari di Pusat Pasar ini, karena rumah
saya dekat dari sini keunikan dari Pusat Pasar ini adalah terhubungnya pasar
tradisional dan pasar modern dimana saya bisa leluasa berpindah dari satu tempat
ke tempat lain dalam mencari kebutuhan sehari-hari, selain itu pemandangan yang
sangat mencolok dapat dilihat dari gedung, fasilitas, pelayanan, jenis barang
dagangannya dan harganya”.
Berdasarkan pendapat di atas, penulis sangat setuju bahwa salah satu daya
tarik dari Pusat Pasar ini adalah bangunannya yang terhubung dengan Medan Mall
yang merupakan pasar modern dimana kedua tempat ini memiliki perbedaan yang
sangat jauh dan juga memiliki kesamaan. Perbedaannya antara lain: keadaan
bangunan/gedung, fasilitas, tata letak/posisi tempat berdagang, pelayanan,
penentuan harga, dan pembelinya (berdasarkan pendapatan) sedangkan
kesamaanya: sama-sama menjual kebutuhan sehari-hari, pembelinya berasal dari
dalam dan luar kota Medan.
E.Dampak Pasar Bagi Kehidupan Masyarakat
1. Dampak ekonomi
Pasar merupakan pusat kegiatan ekonomi, dimana pasar merupakan tempat
pertemuan antara penjual dan pembeli atau tempat dimana produsen dan
konsumen dipertemukan. Pada awalnya pasar berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat yang bersangkutan, untuk perkembangan selanjutnya pasar
menampung berbagai hasil sumber daya alam yang di distribusikan oleh produsen
dan langsung memasarkannya ke konsumen.
Pasar yang berfungsi sebagai tempat kegiatan ekonomi mendorong dan
memperlancar aktivitas yang bersifat ekonomis bagi masyarakat setempat. Salah
satunya adalah dengan adanya Pusat Pasar yang dibangun pada tahun 1933 hingga
2013 pengaruhnya sangat besar terhadap kehidupan masyarakat setempat secara
khusus dan kota Medan pada umumnya.
Adapun dampaknya dalam bidang ekonomi adalah masyarakat setempat
lebih dominan bekerja sebagai pedagang/pengusaha dimana jumlah pendapatan
yang diperoleh relatif besar. Berdasarkan dari pengamatan yang dilakukan secara
langsung di Pusat Pasar, banyak masyarakat yang sangat bergantung pada Pusat
Pasar karena di pasar ini para pedagang melakukan kegiatan jual-beli dengan para
pembeli. Selain itu dampak negatif yang ditimbulkan yaitu adanya persaingan
harga antara pedagang yang satu dengan yang lainnya dalam memperebutkan
pembeli.
Menurut Bapak Teddy (Hasil wawancara pada tanggal 28 Mei 2013) “saya
sudah 15 tahun berjualan ikan teri di Pusat Pasar ini, pendapatan yang saya
peroleh setiap harinya bisa mencapai Rp. 4.000.000, dimana pembeli yang datang
berasal dari dalam dan luar kota Medan, pada umumnya para pembeli yang
menjadi langganan saya berasal dari luar kota seperti: Siantar, Tebing, Jakarta dan
mereka membeli dalam jumlah banyak. Dengan adanya Pusat Pasar ini saya bisa
berdagang untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga saya sehari-harinya”.
Berdasarkan pendapat di atas, pendapatan yang diperoleh setiap harinya
relatif besar dimana para pembeli yang datang berasal dari dalam dan luar kota
yang membeli dalam jumlah banyak guna dijual kembali, digunakan untuk
keperluan pribadi maupun untuk oleh-oleh/ buah tangan dari kota Medan.
2. Dampak Sosial
Pasar menjadi penting kedudukannya dalam aktivitas kehidupan
masyarakat. Demikian pula halnya dengan masyarakat yang berada di kecamatan
Medan Kota, pasar tidak saja merupakan tempat untuk mendapatkan penghasilan
dan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari tetapi juga sebagai tempat terjadinya
interaksi sosial antar individu, kelompok dan masyarakat sekitar bahkan belanjut
di luar pasar.
Dengan adanya Pusat Pasar ini sebagai arena pergaulan sosial yang
melibatkan pedagang dengan pedagang, pembeli dengan pembeli, buruh dengan
pedagang, pedagang dengan petugas pasar dan antar warga masyarakat yang
berada di sekitarnya. Adapun dampak negatif yang ditimbulkan yaitu adanya
pengelompokkan sesama etnis di antara pedagang dan pembeli.
Menurut Ibu Intan (Hasil wawancara pada tanggal 28 Mei 2013) ”teman-
teman sesama pedagang sering mengundang saya pada perayaan resepsi pesta
pernikahan atau upacara adat begitupun sebaliknya, bahkan apabila ada salah
seorang pedagang yang tertimpa musibah atau kemalangan biasanya kami para
pedagang yang sudah berhubungan cukup baik/lama akan memberikan bantuan
berupa uang. Bahkan jika ada pembeli yang datang ke tempat saya untuk mencari
barang yang dibutuhkan dan bertepatan barang atau ukuran yang dicari tersebut
habis maka saya akan meminjamnya dari teman-teman pedagang yang
menyediakan barang tersebut, dan biasanya saya menggantinya dalam bentuk
uang seharga pembelian (modalnya)”.
Berdasarkan pendapat di atas, adanya sikap solidaritas yang terjalin di
antara para pedagang dapat ditunjukkan dengan cara menghadiri perayaan resepsi
pernikahan atau upacara adat dan memberikan bantuan berupa uang bagi
pedagang yang tertimpa musibah/ kemalangan bahkan tidak jarang juga kita
melihat seorang pedagang yang akan meminjam barang dagangan milik pedagang
lainnya yang mana pada saat barang tersebut laku terjual pedagang tadi akan
mengganti dalam bentuk uang seharga pembelian (modalnya) ataupun
mengembalikan dalam bentuk barang yang sama.
3. Dampak Budaya
Pasar menghimpun berbagai nilai sosial budaya baru sebagai perwujudan
dari adanya pertemuan antara kebudayaan yang berbeda-beda. Kunjungan ke
pasar akan berdampak pada pertemuan antara individu yang memiliki
pengetahuan budaya yang berbeda. Dengan demikian akan terjadi hubungan yang
saling mempengaruhi secara timbal-balik sehingga terbentuk pengalaman ataupun
pengetahuan tentang pengalaman masing-masing yang pada awalnya diperlukan
saling pengertian sesama anggota masyarakat sehingga dapat berlangsungnya
komunikasi yang baik.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan secara langsung di Pusat Pasar,
ada banyak ragam etnis yang berdagang di pasar ini antara lain yaitu: etnis
Pribumi (Jawa, Aceh, Padang dan Batak), etnis Cina dan etnis India/Tamil. Pada
umumnya setiap pedagang (sesuai dengan etnisnya) akan mempengaruhi etnis
lainnya yang ada di Pusat Pasar ini, sebagaimana yang kita ketahui budaya Jawa
dan Cina dalam penggunaan bahasa cenderung lembut dan halus berbeda dengan
budaya Batak yang cenderung kuat (vokal) dan keras, selain itu dalam hal
perkawinan dapat dijumpai adanya dua kebudayaan yang berbeda dalam sebuah
keluarga seperti: etnis Padang dengan etnis Jawa dan lain-lain, adanya
pengelompokkan pedagang berdasarkan etnisnya masing-masing, Akan tetapi
inilah yang menjadi daya tarik bagi pembeli yang datang, sehingga tidak jarang
kita jumpai para pedagang dari etnis lain juga melakukan hal yang sama.
Sedangkan budaya Cina yang kita ketahui dalam berdagang adalah lebih
baik barang dagangannya laku/habis dengan untung yang sedikit dan memiliki
banyak pelanggan dari pada untung banyak tetapi barang daganganya tidak habis
terjual dan pembelinya sedikit sehingga tidak terjadi yang namanya perputaran
barang dimana hal inilah yang menyebabkan para pedagang mengalami
kerugian/bangkrut. Dan banyak pedagang dari etnis lain yang menerapkan budaya
tersebut dalam berdagang.
Menurut Bapak Manurung (Hasil wawancara pada tanggal 28 Mei 2013)
“sehari-harinya saya berjualan ikan untuk menarik perhatian para pembeli saya
harus menggunakan suara yang keras sembari menawarkan harga yang sedikit
lebih murah dari penjual ikan yang lainnya, ditambah lagi ikan-ikan yang saya
jual memang ikan yang masih segar diambil langsung dari Belawan”.
Berdasarkan pendapat di atas, etnis Batak terkenal dengan suara yang
keras (vokal), pekerja keras, sangar, dan sensitif. Hal ini menjadi salah satu
dampak budaya yang terjadi di setiap pasar, dimana setiap etnis akan
menunjukkan/menampilkan kebudayaannya masing-masing dimanapun mereka
berada sekaligus menjadi tambahan ilmu tentang kebudayaan dari tiap-tiap etnis
dan menjadi daya tarik tersendiri bagi para pembeli yang datang ke pasar ini.
BAB V
KESIMPULAN & SARAN
A.KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab IV, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Adapun pasar di kota Medan yang pertama kali dikenal adalah untuk
mensuplai kebutuhan konsumsi daging ternak, dibangun pada tahun 1886
terletak di jalan Perdagangan. Kemudian pasar diperluas untuk mensuplai
kebutuhan konsumsi ikan segar, sampai ke jalan Pembelian (sekarang
menjadi Pasar Ikan Lama). Dengan bertambahnya jumlah penduduk,
kebutuhan akan komoditi khususnya makanan pokok juga bertambah.
Maka pada tahun 1905 dibangunlah Pasar Sayur untuk keperluan
penjualan sayur-mayur yang terletak di jalan Cirebon (sekarang dikenal
dengan Pasar Hongkong). Adapun untuk penjualan alat perkakas dapur
maka pada tahun 1915 dibangun pasar di Petisah dan ketika itu orang lebih
mengenalnya dengan sebutan Pasar Bundar. Pada tanggal 29 April 1929
dalam sidangnya Gemeenteraad (Pemerintah Kotapraja Medan)
mengusulkan pembangunan sebuah pasar di atas tanah bekas pacuan kuda,
yang oleh masyarakat disebut Pasar Lomba, pembangunan fisiknya
dimulai pada tanggal 2 April 1931 dan selesai pada tanggal 31 Desember
1932. Pada awalnya pasar ini dijadikan sebagai tempat berkumpulnya
pedagang kecil pada hari-hari pasar, akan tetapi dengan semakin ramainya
pasar dan banyaknya jumlah pedagang yang melebihi kapasitas tempat
dagang yang telah ditentukan sehingga menyebabkan kondisi pasar yang
sangat semrawut, untuk mengatasi hal tersebut dilakukanlah perluasan
pasar. Perluasan pasar ditandai dengan dibangunnya sarana infrastruktur
pasar dan jalan. Pasar secara resmi digunakan pada tanggal 1 Maret 1933
dan sejak saat itu disebut Pusat Pasar.
2. Adapun fungsi pasar dalam bidang ekonomi bagi masyarakat pada
umumnya adalah sebagai tempat mendapatkan kebutuhan sehari-hari,
dapat menambah lapangan pekerjaan, menjadi sumber pendapatan daerah,
fungsi pasar dalam bidang sosial-budaya selain adanya hubungan interaksi
yang terjadi antara pedagang dan pembeli dalam aktivitas jual beli, pada
saat yang bersamaan pasar juga berfungsi sebagai tempat pertemuan
budaya yang berbeda-beda dan akan mempengaruhi antara satu dengan
yang lainnya.
3. Perkembangan Pusat Pasar ditandai dengan adanya pergantian pengurus
Pusat Pasar yakni melalui Peraturan Daerah Kota Madya Tingkat II Medan
nomor 15 tahun 1993, pengelolaan pasar yang selama ini dikelola oleh
Dinas Pasar telah beralih kepada Perusahaan Daerah Pasar hingga
sekarang, perkembangan sarana dan prasarana ditandai dengan adanya
penambahan sarana berupa tempat penitipan anak, adanya penggunaan
lift/eskalator, AC (sedang dalam tahap pengerjaan), dan perkembangan
jenis barang dagangan ditandai dengan adanya penambahan jenis barang
dagangan antara lain: aksesoris, alat tulis kantor, kaligrafi, lukisan,
cinderamata, emas dan berlian (perhiasan).
4. Dampak Pusat Pasar terhadap kehidupan masyarakat dalam bidang
ekonomi adanya peningkatan pendapatan yang diperoleh para pedagang,
dalam bidang sosial adanya sikap solidaritas yang ditunjukkan dalam
kehidupan sehari-hari baik pada saat di luar pasar seperti menghadiri
perayaan resepsi pesta pernikahan, memberikan bantuan berupa uang
kepada pedagang yang tertimpa musibah atau kemalangan, dan dalam
bidang budaya adanya perbedaan budaya di antara etnis yang ada di Pusat
Pasar ini menjadi suatu daya tarik tersendiri bagi pembeli yang datang dan
menjadi tambahan pengetahuan bagi setiap individu yang ada di dalam
pasar.
B.SARAN
Melalui penelitian ini maka penulis menyampaikan saran sebagai berikut:
1. Sebaiknya pihak PD Pasar lebih tegas dalam melaksanakan peraturan yang
berlaku dan lebih konsisten dalam memelihara dan memajukan Pusat
Pasar, karena Pusat Pasar ini merupakan salah satu aset yang sangat
penting terutama dilihat secara historis Pusat Pasar merupakan salah satu
pasar tertua dan yang terbesar di kota Medan, hal ini tidak dapat dipungkiri
melihat Pusat Pasar yang sampai saat ini masih merupakan ikon
perbelanjaan di kota Medan karena menyediakan berbagai perlengkapan
barang-barang kebutuhan sehari-hari sekaligus berada di dekat Medan
Mall (pasar modern), pertokoan, dan pasar Sambu (pasar tradisional).
2. Pemerintah kota Medan dan pihak PD Pasar sebaiknya bekerjasama dalam
memperkenalkan Pusat Pasar sebagai salah satu tempat wisata yang layak
untuk dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun mancanegara, dimana hal
ini tentu saja akan lebih melestarikan dan memajukan Pusat Pasar itu
sendiri.
3. Pemerintah kota Medan dan pihak PD Pasar harus bekerjasama dalam
melindungi dan melestarikan bangunan-bangunan lama yang ada di Pusat
Pasar guna untuk menambah daya tarik/eksotisme Pusat Pasar dan
mendidik anak-anak kita untuk mencintai sejarah lokalnya dan
menanamkan nilai-nilai sejarah agar generasi kita selanjutnya bangga akan
kekayaan sejarah yang dimikinya, belajar dari adanya sejarah
(pengalaman) dalam menghadapi masa yang akan datang dan menjadi
sumber pendapatan daerah.
4. Kepada pihak PD Pasar sebaiknya harus bekerja lebih sungguh-sungguh
lagi dalam menjalankan tugasnya agar keberadaan Pusat Pasar yang
menjadi kebanggaan masyarakat kota Medan ini tidak hancur oleh karena
pihak-pihak tertentu. Melainkan masih dapat diwariskan kepada anak,
cucu kita di masa yang akan datang.
5. Pihak PD Pasar harus lebih tegas dalam menertibkan pedagang-pedagang
liar yang berdampak pada pendapatan pedagang tetap. Selain itu
berdampak pula pada keindahan pasar dan kenyamanan pembeli. Sehingga
hubungan antara pedagang dan pembeli terjalin dengan baik, begitupun
hubungan antara pedagang dan pihak PD Pasar.
DAFTAR PUSTAKA
Alexander, Avan, (2010), Parijs van Soematra, Rainmaker, Medan
Bangun, Mulya, (1974), Sumatera Utara Ditinjau Dari Sektor Pembangunan
Ekonomi dan Sosial, Kardina, Medan
Breman, Jan, (1997), Menjinakkan Sang Kuli, Grafiti, Jakarta
Geertz, Cliford, (1973), Penjaja dan Raja, LPEM Universitas Indonesia, Jakarta
Gottschalk, Louis, (1985), Mengerti Sejarah, UI-Press, Jakarta
Harsono, T. Dibyo dkk, (1995), Dampak Pembangunan Ekonomi (Pasar)
Terhadap Kehidupan Sosial-Budaya Daerah Riau, Depdikbud, Riau
Koestoro, Lucas dkk, (2006), Medan , Kota di Pesisir Timur Sumatera Utara dan
Peninggalan Tuanya, Balai Arkeologi, Medan
Leirissa, RZ dkk, (1996), Sejarah Perekonomian Indonesia, Defit Prima Karya,
Jakarta
Sanusi, Bachrawi, (2004), Pengantar Ekonomi Pembangunan, Rineka Cipta,
Jakarta
------------------, (2004), Pusat Pasar Medan, Sekilas Tentang Arsitektur dan
Sejarah Perkembangannya, dalam Berkala Arkeologi Sangkhakala No.13,
Balai Arkeologi, Medan
Sulaiman, Irchami dkk, (1988), Perdagangan, Pengusaha Cina dan Perilaku
Pasar, PT. Pustaka Grafika, Jakarta
Setiawati, dkk, (1999), Keberadaan Paguyuban-Paguyuban Etnik di Daerah
Perantauan Dalam Menunjang Pembinaan Persatuan dan Kesatuan,
Depdikbud, Jakarta
Sjamsuddin, Helius, (2007), Metodologi Sejarah, Ombak, Yogyakarta
Syarifuddin, dkk, (1990), Peranan Pasar Pada Masyarakat Pedesaan Daerah
Kalimantan Selatan, Depdikbud, Jakarta
Thayyib, Rustam dkk, ( 1959), 50 Tahun Kotapraja Medan, Djawatan Penerangan
Kotapraja-I Medan, Medan