perilaku pemilih menjelang pilkada kabupaten

17
1 LAPORAN SURVEY PERILAKU PEMILIH MENJELANG PILKADA KABUPATEN LAMONGAN Oleh: PUSAT STUDI DEMOKRASI DAN HAM ( PuSDekHAM ) FISIP UNISDA LAMONGAN 2015

Upload: doannhu

Post on 19-Jan-2017

231 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERILAKU PEMILIH MENJELANG PILKADA KABUPATEN

1

LAPORAN SURVEY

PERILAKU PEMILIH MENJELANG PILKADA KABUPATEN LAMONGAN

Oleh:

PUSAT STUDI DEMOKRASI DAN HAM ( PuSDekHAM )

FISIP UNISDA LAMONGAN

2015

Page 2: PERILAKU PEMILIH MENJELANG PILKADA KABUPATEN

2

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………………………………………...………… .2

PENGANTAR……………………………………………………………………………………………………………………………………. .3

METODE…………………………………………………………………………………………………………………..................................... .5

TEMUAN………………………………………………………………………………………………………………………………………… .6

a. Karakteristik Sosial dan Demografi Responden………………………………………………………………………………………….. .6 b. Perilaku masyarakat memilih……………………………………………………………………………………………….…………… .13 c. Media kampanye yang efektif………………………………………………………………………………………………..………….. .16

KESIMPULAN…………………………………………………………………………………………………………………….…………… .18

Page 3: PERILAKU PEMILIH MENJELANG PILKADA KABUPATEN

3

PENGANTAR

Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah Langsung menempatkan rakyat sebagai pihak yang paling menetukan siapa yang paling layak menjadi pemimpin

dalam pemerintahan daerah. Hal ini memberikan banyak konsekuensi kepada calon Kepala Daerah bukan semata-mata pada saat atau ketika dia terpilih sebagai

Walikota, Bupati atau Gubernur, tetapi juga pada saat ia baru menjadi kandidat. Sebab, pertama, calon kepala daerah dituntut mampu merumuskan Visi, Isu,

program dan semacamnya sesuai dengan preferensi masyarakat. Calon kepala daerah tidak bias lagi merumuskan Visi, Isu, program dan semacamnya hanya

berdasarkan harapan, imajinasi dan obsesi dirinya secara pribadi dari belakang meja, tetapi harus didasarkan pada preferensi pemilih. Calon kepala daerah juga

tidak bias mendasarkan pada harapan, aspirasi dan kepentingan para elit ( saja ) tetapi harus benar-benar didasarkan pada preferensi pemilih. Kedua, calon kepala

daerah harus mampu merumuskan strategi yang jitu agar mendapat dukungan dari pemilih. Perumusan strategi ini harus sesui dengan kecenderungan Voting

Behavior para pemilih, peta politik, tokoh yang berpengaruh, termasuk metode kampanye, pemilihan jurkam dan pembentukan tim ( manager ) kampanye.

Untuk itu, setiap kandidat kepala daerah harus mampu merumuskan “ barang daganggannya “ kepada para pembeli sehingga laku terjual. Dalam dunia

politik, para pembeli adalah rakyat yang sudah mempunyai hak pilih. Tak ubahnya dalam dunia bisnis dikenal dengan prinsip “pembeli adalah raja”, hal yang sama

juga berlaku dalam dunia politik “pemilih adalah raja”. Dalam system politik demokrasi dimana pemilihan pejabat public dilakukan secara langsung oleh rakyat,

suara pemilih adalah suara “tuhan”. Para kandidat harus mampu menyelami, memahami dan mendalami kemauan pemilih, kemudian dirumuskan dalam agenda

public yang selanjutnya diartikulasikan dalam proses politik.

Laporan ini adalah hasil survey yang dapat digunakan sebagai bahan awal bagi calon kepala daerah di kabupaten lamongan untuk mengetahui karakteristik

para pemilih, preferensi pemilih terhadap isu dan figure calon kepala daerah, tingkat popularitas, liketabilitas dan elektabilitas. Hasil studi ini juda dapat digunakan

sebagai referensi untuk merumuskan visi, isu, program dan strategi kemenangan.

Page 4: PERILAKU PEMILIH MENJELANG PILKADA KABUPATEN

4

METODE

Survey dilakukan pada tanggal 25 juni samapi dengan 20 juli 2015 di seluruh kecamatan yang ada di kabupaten lamongan. Populasi survey ini adalah

seluruh penduduk yang berusia 17 tahun keatas atau yang sudah pernah menikah. Sedangkan jumlah sample yang diambil sebsar 401 responden dengan tingkat

toleransi 2-3 persen. Metode penarikan sample yang digunakan adalah sample acak bertahap (multistage random sampling) berdasarkan wilayah. Dari seluruh

kecamatan yang ada, diambil secara acak unit dibawahnya ( Desa/Kelurahan ) begitu seterusnya hingga terpilih responden yang akan di wawancarai.

Dalam survey ini secra khusus akan diukur empat aspek penting dalam memilih, yaitu pilihan partai politik menjelang pemilihan bupati lamongan tahun

2015 dan evaluasi pilihan partai politik tahun 2014, dasar pertimbangan dalam memilih, model kampanye yang di suka dan sikap terhadap politik uang. Populasi

survey ini adalah seluruh penduduk Kabupaten Lamongan yang masuk pemilihan berusia 17 tahun ke atas atau sudah pernah menikah. Sedangkan jumlah sample

yang diambil sebesar 401 responden dengan margin of error sebesar ±3 persen. Metode penarikan sample yang digunakan adalah sample acak bertahap (multistage

random sampling) berdasarkan wilayah. Dari seluruh kecamatan yang ada di wilaya Lamongan, diambil secara acak unit dibawahnya: desa/kelurahan, RW, RT dan

begitu seterusnya hingga terpilih responden yang akan diwawancara.

Page 5: PERILAKU PEMILIH MENJELANG PILKADA KABUPATEN

5

TEMUAN

a. Karakteristik social dan demografi responden Dalam survey ini responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 45.6 persen dan responden berjenis kelamin laki-laki 54.4 persen. Seperti yang ditunjukan pada gambar 1.

40

42

44

46

48

50

52

54

56

Laki-Laki Perempuan

54,4

45,6

Gambar 1. Jenis Kelamin Responden

Page 6: PERILAKU PEMILIH MENJELANG PILKADA KABUPATEN

6

Dari sisi umur, sebanyak 0.7 persen responden mengaku berumur kurang dari 20 tahun. Kemudian sebanyak 9.7 persen berumur antara 20 sampai dengan 29 tahun; 20.7 Persen berumur antara 30 sampai dengan 39 tahun; 37.4 persen berumur antara 40 sampai dengan 49 tahun dan 31.4 Persen mengaku berusia lebih dari 50 tahun.

0

5

10

15

20

25

30

35

40

<20 th 20-29 th 30-39 th 40-49 th >50 th

0,7

9,7

20,7

37,4

31,4

Gambar 2. Usia Responden

Page 7: PERILAKU PEMILIH MENJELANG PILKADA KABUPATEN

7

Dari tingkat pendidikannya diketahui responden yang mengaku tidak pernah mengenyam pendidikan formal/tidak sekolah ada 10.0 persen. Kemudian yang hanya mengenyam pendidikan SD atau sederajat sebanyak 30.9 persen, SLTP atau sederajat 23.7 persen. Mereka yang sedang atau yang pernah mengenyam pendidikan SLTA atau sederajat 30.4 persen dan perguruan tinggi atau sederajat sebanyak 5.0 persen.

0,0

5,0

10,0

15,0

20,0

25,0

30,0

35,0

Tdk Sekolah SD/Sederajat SMP/Sederajat SMA/Sederajat PT/Sederajat

10,0

30,9

23,7

30,4

5,0

Gambar 3. Tingkat Pendidikan Responden

Page 8: PERILAKU PEMILIH MENJELANG PILKADA KABUPATEN

8

Sedangkan dari pekerjaannya diketahui responden yang mengaku PNS 1.5 persen, TNI/Polri 1.7 persen, pedagang 13.7 persen, karyawan swasta 14.7 persen, petani 46.1 persen, sector informal 3.0 persen, pengusaha 1.2 persen, nelayan 5.0 persen, pelajar/mahasiswa 1.6 persen, dII jumlahnya sekitar 12.7 persen.

1,5

1,7

14,7

3,0

1,2

13,7

46,1

5,0

1,6

12,7

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

PNS

TNI/Polri

Karyawan Swasta

Sektor Informal

Pengusaha

Pedagang

Petani

Nelayan

Pelajar/Mahasiswa

Lainnya

Gambar 4. Pekerjaan Responden

Page 9: PERILAKU PEMILIH MENJELANG PILKADA KABUPATEN

9

Dari penghasilan setiap bulan diketahui mereka yang mengaku berpenghasilan kurang dari Rp. 500.000,- setiap bulanya ada 8.5 persen, berpenghasilan antara Rp. 500.000,- sampai dengan Rp. 1.000.000,- ada 30.7 persen, berpenghasilan antara Rp. 1.000.000,- sampai dengan Rp. 1.500.000,- ada 33.9 persen, berpenghasilan antara Rp. 1.500.000,- sampai dengan Rp. 2.000.000,- ada 9.3 persen dan yang mengaku berpenghasilan lebih dari Rp. 2.000.000,- perbulan ada 17.6 persen.

0

5

10

15

20

25

30

35

Rp. 500 rb Rp. 500 rb - Rp. 1 juta

Rp. 1 juta - 1.5 juta

Rp. 1.5 juta - 2 juta

>2 juta

8,5

30,733,9

9,3

17,6

Gambar 5. Tingkat Penghasilan Responden

Page 10: PERILAKU PEMILIH MENJELANG PILKADA KABUPATEN

10

Berdasarkan aktifitas organisasi social kemasyarakatan, responden yang mengaku bagian dari ormas Hindu sebesar 0.7 persen, NU 67.3 persen, Muhammadiyah 24.4 persen, Islam lainya 5.5 persen, Gereja 0.0 persen. Sementara yang mengaku organisasi lainya mencapai 2.0 persen.

0,7

67,3

24,4

5,5

0,0

2,0

0 10 20 30 40 50 60 70 80

Hindu

NU

Muhammadiyah

Islam lainnya

Gereja

Lainnya

Gambar 6. Ormas Responden

Page 11: PERILAKU PEMILIH MENJELANG PILKADA KABUPATEN

11

Jika ditinjau dari wilayah kecamatan tempat tinggal responden dapat dilihat pada gambar 9. Dimana responden tersebar secara proporsional sesuai dengan jumlah penduduk di setiap kecamatan.

4,2

7,5

10,1

4,2 4,5

3,2 3,52,7

5,2

2,0

3,2

4,7

3,02,5 2,5 2,2

3,74,2

3,0 2,72,0 1,7

3,7

4,74,2

2,2 2,0

0,0

2,0

4,0

6,0

8,0

10,0

12,0

Gambar 7. Kecamatan Tempat Tinggal Responden

Page 12: PERILAKU PEMILIH MENJELANG PILKADA KABUPATEN

12

b. Perilaku masyarakat memilih. Pada pemilu 2014 responden memili PD 15.2 persen, PDI-P 15.2 persen, PG 7.7 persen, PKS 4 persen, PAN 8.7 persen, PKB 15.7 persen, PPP2.2 persen, Gerindra 5.5 persen, Hanura 1.7 persen, Nasdem 1.2 persen, dan responden yang tidak memilih atau golput 9.2 persen sedangkan memilih partai lainya 13.2 persen.

02468

10121416

15,2 15,2

7,7

4

8,7

15,7

2,2

5,5

1,7 1,2

9,2

13,2

Gambar 8. Pilihan Partai 2014

Page 13: PERILAKU PEMILIH MENJELANG PILKADA KABUPATEN

13

Pemilihan Bupati Lamongan tahun 2015 responden memili PD 7.5 persen, PDI-P 8.0 persen, PG 3.7 persen, PKS 2.0 persen, PAN 5.0 persen, PKB 7.2 persen, PPP 1.0 persen, Gerindra 4.2 persen, Hanura 0.7 persen, Nasdem 1.2 persen, dan responden yang tidak memilih atau golput 0.5 persen sedangkan memilih partai lainya 57.9 persen.

0,0

10,0

20,0

30,0

40,0

50,0

60,0

7,5 8,03,7 2,0 5,0 7,2

1,0 4,20,7 1,2 0,5

57,9

Gambar 9. Pilihan Partai 2015

Page 14: PERILAKU PEMILIH MENJELANG PILKADA KABUPATEN

14

Dalam survey ini juga dapat diketahui dasar pertimbangan dalam memilih. Sebagaimana yang disajikan pada gambar 10, kualitas calon menjadi pertimbangan pertama dalam memilih ( 45.1 persen ). Urutan berikutnya adalah program kerja sebesar 18.0 persen, sedangkan lembaran materi/uang 16.7 persen. Memilih karena ketokohan juga cukup tinggi mencapai 8.2 persen. Pertimbangan-pertimbangan lainya bisa dilihat pada gambar.

8,245,1

18,00,50,2

1,50,2

1,70,7

4,21,7

16,71,0

0,0 5,0 10,0 15,0 20,0 25,0 30,0 35,0 40,0 45,0 50,0

KetokohanKualitas CalonProgram Kerja

Isu Yang DiangkatAgama

Faktor Tokoh/Adat/AgamaKesukuanKeluarga

TemanKesamaan ParpolKesamaan Ormas

Lembaran Materi/UangDan lain-lain

Gambar 10. Pertimbangan Dalam Memilih

Page 15: PERILAKU PEMILIH MENJELANG PILKADA KABUPATEN

15

c. Media kampanye yang efektif Salah satu aspek penting dalam menunjang pemenangan kandidat adalah mengetahui akses model kampanye yang efektifitas dalam pelaksanaan pilkada di kabupaten lamongan. Berikut ini disajikan data-data tentang efektifitas model kampanye:

0

5

10

15

20

25

3,7

22,2

15,7

8,7

15,717,7

7,5 7,2

1,5

Gambar 11. Model Kampanye Yang Disukai

Page 16: PERILAKU PEMILIH MENJELANG PILKADA KABUPATEN

16

Aspek penting yang kedua dalam menunjang pemenangan kandidat adalah mengetahui sejauh mana pemilih berpengaruh terhadap politik uang. Berikut ini disajikan sikap dan perilaku masyarakat jika salah satu kandidat memberikannya uang.

0

10

20

30

40

50

60

70

Memilih Calon Tersebut Menerima Tapi Golput Menerima Tapi sesuai Hati Nurani

34,4

3,7

61,8

Gambar 12. Sikap Memberi Uang

Page 17: PERILAKU PEMILIH MENJELANG PILKADA KABUPATEN

17

KESIMPULAN

1. Evaluasi responden terhadap pemilihan tahun 2014, memili PD 15.2 persen, PDI-P 15.2 persen, PG 7.7 persen, PKS 4 persen, PAN 8.7 persen, PKB 15.7

persen, PPP2.2 persen, Gerindra 5.5 persen, Hanura 1.7 persen, Nasdem 1.2 persen, dan responden yang tidak memilih atau golput 9.2 persen sedangkan

memilih partai lainya 13.2 persen.

2. Mengetahui responden terhadap pemilihan Bupati Lamongan tahun 2015, responden memilih PD 7.5 persen, PDI-P 8.0 persen, PG 3.7 persen, PKS 2.0

persen, PAN 5.0 persen, PKB 7.2 persen, PPP 1.0 persen, Gerindra 4.2 persen, Hanura 0.7 persen, Nasdem 1.2 persen, dan responden yang tidak memilih

atau golput 0.5 persen sedangkan memilih partai lainya 57.9 persen.

3. Mengenai pertimbangan kesukuan dan agama, sebanyak 0.2 persen menganggap factor kesukuan sebagai hal yang biasa. Kemudian 03 persen menganggap

kurang penting dan 1.2 persen tidak penting. Hanya 0.5 persen saja yang menganggap factor kesukuan menjadi cukup penting dalam memilih. Berbeda

dengan factor agama, sebanyak 0.2 persen memandang factor agama cukup penting, kemudian 1.5 persen menganggap biasa saja 1.7 persen kurang penting

dan 1.0 persen menganggap tidak penting.

4. Model kampanye yang diharapkan oleh pemilih sebagian besar adalah pengajian mencapai 22.2 persen, pengobatan gratis 17.7 persen, pemberian bantuan

lansia dan hiburan dangdut/pop mencapai 15.7 persen, kemudian di susul pemberian beasiswa bagi pelajar 8.7 persen, peminjaman modal usaha 7.5 persen,

di lanjut pelatihan usaha 7.2 persen, pemasangan gambar calon 3.7 persen dan kampanye lainya 1.5 persen.

5. Untuk tingkat pengaruh politik uang terhadap perilaku pemilih. Sebagian besar menerima tapi sesuai hati nurani mencapai 61.8 persen, kemudian memilih

calon tersebut di urutan kedua mencapai 34.4 persen dan sikap menerima tapi golput 3.7 persen.