perhitungan kapasitas infiltrasi daerah potensi pertambangan batu gamping kecamatan rangel
DESCRIPTION
PaperTRANSCRIPT
-
Perhitungan Kapasitas Infiltrasi Daerah Pertambangan Batu Kapur
Kecamatan Rangel, Kabupaten Tuban
Yulia Nur Fajrina, Natassa Adi Putri, M. Shafran Shofyan
Teknik Geofisika
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
ABSTRAK
Kapasitas infiltrasi ialah jumlah maksimum air yang dapat meresap di suatu tanah
melalui periode waktu tertentu. Daerah pertambangan khusunya pertambangan
kapur akan mengalami dampak hidrologi di sekitar lingkungannya, salah satunya
ialah berkurangnya kapasitas infiltrasi di wilyah tersebut. Penelitian ini bertujuan
untuk menghitung dan mengetahui kapasitas infiltrasi yang terjadi sekarang di daerah
tambang batu kapur. Untuk melakukan penelitian ini telah dilakukan pengumpulan
data, yakni porositas efektif tanah, konduktivitas hidrolik, daya serap kapiler tanah,
dan waktu yang dijadikan sampel. Selanjutnya dengan analisa perhitungan kapasitas
infiltrasi yang menggunakan model perhitungan Green-Ampt method, maka dapat
dianalisa hubungan antara kapasitas infiltrasi dengan volume terinfitrasi dan analisa
dampak daerah pertambangan kapur. Dari hasil perhitungan, didapatkan kapasitas
infiltrasi daerah pertambangan batu kapur mencapai 7,4 cm/jam saat 1 jam pertama,
kemudian terus menurun seperti saat 2 jam sebesar 2,8 cm/jam, saat 3 jam 1,95
cm/jam, saat 4 jam 1,6 cm/jam, dan saat 5 jam sebesar 1,4 cm/jam. Hasil kajian dan
analisa daerah ini dapat digunakan sebagai referensi studi lanjutan kapasitas infiltrasi
setelah pertambangan kapur tidak lagi beroperasi. Studi yang berkelanjutan ini akan
bermanfaat untuk pengontrolan kondisi hidrogeologi di daerah tersebut dan kapasitas
cadangan air tanah. Daerah kajian penelitian ini ialah daerah Kecamatan Rangel
Kabupaten Tuban.
Kata kunci : kapasitas infiltrasi, volume terinfiltrasi, Green-Ampt method,
pertambangan batu kapur, porositas.
-
1. Pendahuluan
Kondisi geologi Tuban yang sebagian
wilayahnya terdiri dari wilayah karst atau
tersusun dari batu kapur, membuat wilayah
Tuban sangat berpotensi untuk dijadikan
wilayah pertambangan batu kapur. Salah
satu wilayah potensi pertambangan batu
kapur yang menjadi tempat tinjauan berada
di Kecamatan Rangel. Pemanfaatan batu
kapur dalam skala besar sebagai bahan
tambang dapat menggangu kestabilan
ekosistem di sekitarnya, salah satunya
mengganggu siklus hidrologi. Hal ini
dikarenakan kawasan Karst memiliki
peranan penting dalam pengaturan sistem
hidrologi sebagai daerah resapan air yang
keluar sebagai sumber mata air melalui
rekahan-rekahan batu kapurnya.
Tersedianya air di dalam tanah tidak lepas
dari adanya laju infiltrasi. Infiltrasi
menyebabkan air merembes masuk ke
dalam tanah melalui permukaan tanah
tergantung dari faktor intensitas curah
hujan, karakteristik, dan kondisi tanah.
Penelitian ini dimaksudkan untuk
mengukur kapasitas infiltrasi daerah
potensi pertambangan batu kapur di
Kecamatan , Kabupaten Tuban.
2. Tinjauan Pustaka
Hidrogeologi Wilayah Tuban
Secara geologi Kabupaten Tuban
termasuk dalam cekungan Jawa Timur
utara yang memanjang pada arah barat
timur mulai dari Semarang sampai
Surabaya. Sebagaian besar Kabupaten
Tuban termasuk dalam Zona Rembang
yang didominasi endapan yang umumnya
berupa batuan karbonat dan didominasi
oleh perbukitan kapur. Dari pengamatan
di lapangan menunjukkan lapisan geologi
muda, khususnya Kecamatan Rangel yang
berupa gunung kapur (Limestone).
(Asparini,2006)
Gambar 1 Peta Hidrogeologi Kabupaten Tuban
-
Kecamatan Rangel merupakan salah
satu kecamatan di wilyah Kabupaten
Tuban. Letak Kecamatan Rangel ini lebih
tepatnya berada di sebelah tenggara
Kabupaten Tuban.
Berdasarkan peta hidrogeologi daerah
Tuban yang menjelaskan keterdapatan air
tanah dan produktivitas akuifer,
Kecamatan Rangel, Kabupaten Tuban
termasuk daerah yang memiliki akuifer
produktif sedang. Karakteristik akuifer
wilayah ini mempunyai aliran tanah
terbatas pada zona celahan, rekahan, dan
saluran patahan. Muka air tanah umumnya
dalam, debit sumur dan mata air beragam
dalam kisaran yang baragam.
Karakteristik Batu Kapur
Karst adalah bentukan bentang alam
pada batuan karbonat yang khas berupa
bukit, lembah, cekungan, dan goa. Karst
terbentuk dari proses alam yang disebut
dengan proses kartisifikasi. Kawasan
karst adalah kawasan batu karbonat,
yakni batu kapur CaCo3 dan dolomite
Ca(MgCo3)2. (Notosiswoyo, 2006) .
Batu kapur atau limestone ini
memiliki nilai specific gravity antara 2,5-
2,73 dan merupakan batuan sedimen
yang sedikit lebih lunak dari batuan
beku. Limestone memiliki porositas
sekitar 0,5 dengan tekstur yang mirip
jenis silty loam. (Wanielista, 1997)
Meskipun memiliki porositas yang
rendah karena tersusun oleh senyawa
karbonat, ketika bereaksi dengan air, batu
kapur ini akan dapat larut dengan air. Air
diatas batuan kapur itu akan diserap dan
dialirkan sehingga membentuk lubang-
lubang air yang kelamaan akan menjadi
sungai di bawah permukaan.
Pertambangan Batu Kapur di
Tuban
Potensi bahan galian tambang batu
kapur (limestone) di Kabupaten Tuban
tersebar di beberapa lokasiantaranya di
Kecamatan Kerek, Merakurak,
Tambakboyo, Palang, Semanding,
Montong, dan Rangel. Deposit potensi
batu kapur di Kabupaten Tuban
diperkirakan sebesar 1.089.531.362
ton, dari potensi tersebut sudah
dieksploitasi sebesar 86.175.962 ton.
Produksi batu kapur sebagian besar
dimanfaatkan oleh PT. Semen Gresik
sebagai bahan baku semen dan
dikirimkan ke beberapa industri besar
sebagai bahan pembuatan cat dan lain-
lain. Selain itu banyak juga perusahaan
tambang swasta yang mengolah batu
kapur ini. (Pemerintah Kabupaten Tuban,
2010)
Samodra (2001) menjelaskan bahwa
dalam konteks yang lebih luas, kawasan
karst merupakan perpaduan antara unsur-
unsur morfologi, kehidupan, energi, air,
gas, tanah, dan batuan yang membentuk
satu kesatuan sistem yang utuh.
Gangguan terhadap salah satu unsur akan
mempengaruhi seluruh sistem.
Dampak-dampak yang timbul dari
kegiatan penambangan digolongkan
menurut UNEP (1999) diacu dalam
BAPEDAL (2001) yang berhubungan
dengan hidrologi, yakni pelumpuran dan
Gambar 2 Peta Administrasi Kabupaten Tuban
-
perubahan aliran sungai, perubahan air
tanah dan kontaminasi.
Faktor yang Mempengaruhi
Kapasitas Infiltrasi
Perpindahan air dari atas ke dalam
permukaan tanah baik secara vertikal
maupun secara horizontal disebut
infiltrasi. Banyaknya air yang terinfiltrasi
dalam satuan waktu disebut laju infiltrasi.
Besarnya laju infiltrasi f dinyatakan
dalam cm/jam atau mm/hari. Sedangkan
kapasitan infiltrasi ialah laju infiltasi
maksimum. (Suyono, 1999)
Infiltrasi berubah-ubah sesuai
dengan intensitas curah hujan. Akan
tetapi setelah mencapai limitnya,
banyaknya infiltrasi akan berlangsung
terus sesuai dengan kecepatan absorbsi
setiap tanah. Pada tanah yang sama,
kapasitas infiltrasinya berbeda-beda,
tergantung dari kondisi permukaan tanah,
struktur tanah, tumbuh-tumbuhan dan
lain-lain. Di samping intensitas curah
hujan, infiltrasi berubah-ubah karena
dipengaruhi oleh kelembaban tanah dan
udara yang terdapat dalam tanah. (Todd,
1983)
Perhitungan Kapasitas Infiltrasi
Dalam paper ini, perhitungan
kapasitas infiltrasi didasarkan pada model
Green-Ampt. Green and Ampt
mendeskripsikan pendekatan yang
berdasarkan pada fundamental fisik dan
menghasilkan persamaan empirik yang
sama dengan hasil pengukuran lapangan.
Dalam penelitian ini, persamaan empirik
yang didapatkan akan menjelaskan
keadaan wilayah pertambangan batu
kapur.
Berikut gambar yang memperjelas
metode Green-Ampt.
Persamaan Green-Ampt sebagai berikut :
Persamaan 1 KapasitasInfiltrasi Green-
Ampt
Dimana:
F = volume terinfiltrasi (cm)
K = konduktivitas hidraulik jenuh
(cm/hr)
= selisih antara porositas ()dengan
kandungan air awal (i)
= tekanan isap tanah
Diketahui persamaan Fs adalah :
1
s
is
sKi
F
Dengan keterangan :
K = konduktivitas hidraulik jenuh
(cm/hr)
= tekanan isap tanah
i = curah hujan (cm/hr)
1
FKf
Gambar 3 Metode Green-Ampt
-
setelah diketahui Fs maka dapat dicari
volume air yang terinfiltrasi (F) dengan
persamaan sebagai berikut :
Perhitungan volume terinfiltrasi (F) ini erat
kaitannya dengan kapasitas infiltrasi untuk
mengetahui efek dari infiltrasi sendiri
terhadap tanah. Maksud dari volume
terinfiltrasi ini ialah seberapa dalam
volume air yang bisa terserap sepenuhnya
oleh tanah . Setelah mengetahui besar Fs
dan F maka akan dapat dicari kapasitas
infiltrasi oleh persamaan Green-Ampt.
(Wanielista, 1997)
Model Green-Ampt dapat digunakan
dengan asumsi berikut :
1. Hujan terus-menerus turun dan air
terinfiltrasi dimana wetting front
pada tingkat yang sama dengan
kedalaman yang tersaturasi,
sehingga menghasilkan wetting
front yang jelas.
2. Volume air yang terinfiltrasi
konstan.
3. Daya hisap tanah yang berada
dibawah wetting front konstan.
4. Tidak ada air yang tergenang
sehingga air langsung masuk ke
dalam tanah.
Data-data parameter penunjang seperti
porositas, tekanan hisap, dan lainnya dapat
dilihat dari table Green-Ampt dibawah ini.
Tabel 1 Parameter Penunjang Metode
Green -Ampt. (Wanielista, 1997)
3. Metodologi
Dalam penelitian ini dilakukan
beberapa tahapan metodologi, yakni
pengumpulan data untuk mengetahui
porositas efektif tanah kapur,
konduktivitas hidrolik, daya serap kapiler
tanah, dan waktu yang dijadikan sampel.
Data-data tersebut merupakan kumpulan
data sekunder yang selanjutnya digunakan
untuk menghasilkan data primer pada
Pengumpulan Data
- Porositas efektif tanah - Konduktivitas hidrolik - Daya serap kapiler tanah - Waktu yang dijadikan sampel
Analisa perhitungan kapasitas
infiltrasi Kec. Rangel, Kabupaten
Tuban menggunakan Green-
Ampt Method
Analisa hubungan antara
perhitungan kapasitas infiltrasi dan volume terinfiltrasi Kec. Rangel,
Kabupaten
Analisadampak pertambangan
kapur di Kec. Rangel, Kab. Tuban
terhadap kapasitas infiltrasi.
FsKtF 1ln
-
analisa perhitungan kapasitas infiltrasi.
Selanjutnya juga dilakukan analisa
hubungan kapasitas infiltrasi dengan
volume yang terinfiltrasi untuk
mengetahui seberapa dalam volume air
yang bisa terserap sepenuhnya oleh tanah.
Dengan data primer yang ada akan
dilakukan analisa dampak pertambangan
batu kapur pada wilayah yang berpotensi
di Kecamatan Rangel, Kabupaten Tuban
terhadap kapasitas infiltrasi
4. Hasil dan Pembahasan
Analisa Perhitungan Kapasitas
Infiltrasi Kec. Rangel, Kab. Tuban
Menggunakan Green-Ampt Method
Data-data sekunder yang sudah
didapat kemudian dihitung untuk
mendapatkan nilai dari volume terinflitrasi
dan kapasitas infiltrasi. Perhitungan ini
menggunakan Metode Green-Ampt dengan
data-data sekunder yang telah diolah
sehingga menghasilkan data-data sebagai
berikut.
Tabel 2 Data untuk Metode Green-Ampt
Parameter Nilai
0.1944
Se 0.6
i 0.3066
I 10.5
Fs 0.283545
Dari hasil perhitungan dengan
menggunakan data-data diatas didapatkan
nilai volume terinfiltrasi (F) dan dapat
dihitung selanjutnya nilai kapasitas
infiltrasi setiap jam dengan pengambilan
sampel waktu selama 5 jam. Nilai
kapasitas infiltrasi tersebut sebagai berikut.
Tabel 3 Nilai kapasitas infiltrasi
No. time (hr) f(cm/hr)
1 1 7.405086
2 2 2.840907
3 3 1.957485
4 4 1.581773
5 5 1.373789
Kapasitas infiltrasi di Kecamatan
Rangel, Kabupaten Tuban saat 1 jam
pertama mencapai 7,4 cm/jam, kemudian
terus menurun seperti saat 2 jam sebesar
2,8 cm/jam, saat 3 jam 1,95 cm/jam, saat 4
jam 1,6 cm/jam, dan saat 5 jam sebesar 1,4
cm/jam.
Analisa Hubungan Antara
Perhitungan Kapasitas Infiltrasi dengan
Volume Terinfiltrasi
Tabel 4 Nilai volume terinfiltrasi (F)
dan kapasitas infiltrasi (f) setiap jam
No.
time
(hr) F (cm) f(cm/hr)
1 1 0.312015 7.405086
2 2 0.962015 2.840907
3 3 1.612015 1.957485
4 4 2.262015 1.581773
5 5 2.912015 1.373789
Dari hasil perhitungan yang
dicantumkan pada tabel di atas dapat
terlihat bahwa nilai kapasitas infiltrasi
akan berbanding terbalik dengan volume
terinfiltrasi setiap jamnya. Berikut
dilampirkan grafik hubungan antara
keduanya.
-
Grafik 1 Hubungan antara F dan f
Perbedaan keduanya disebabkan
saat awal turun hujan, tanah yang belum
terserap air, kapasitas infiltrasinya besar
dan lama-kelaman kapasitas infiltrasi ini
berkurang karena keadaan tanah yang
makin lama akan tersaturasi atau jenuh
oleh air. Sedangkan untuk volume
terinfiltrasi di wilayah tanah yang
berkomposisi batu kapur ini akan
menyimpan volume terinfiltrasi yang
makin banyak setiap bertambahnya waktu.
Fungsi kapasitas infiltrasi terhadap
waktu yang terus menurun ini dapat dilihat
pada garis grafik berwarna biru dan fungsi
volume terinfiltrasi terhadap waktu yang
terus naik dapat dilihat pada garis grafik
berwarna merah.
Analisa Dampak Pertambangan
Kapur di Kec. Rangel, Kab. Tuban
terhadap Kapasitas Infiltrasi
Wilayah pertambangan batu kapur,
jika ditambang dalam jumlah besar, maka
akan mengakibatkan perubahan tebal
lapisan tanah di tempat tersebut. Saat tebal
lapisan wilayahnya berubah, beberapa
parameter perhitungan kapasitas infiltrasi
seperti porositas, tekanan isap tanah, dan
konduktivitas hidraulik akan mengalami
perubahan juga. Ketika parameter tersebut
berubah maka akan terjadi perubahan
kapasitas infiltrasi tanah wilayah tersebut.
Batu kapur yang memiliki tekstur
silty loam dimana porositasnya sekitar 0,5
memiliki kempampuan menyimpan air
yang cukup banyak karena ketika batu
kapur bereaksi dengan air, batu kapur akan
larut sehingga membentuk suatu cekungan
dibawah permukaan untuk menampung air
tersebut. Ketika batu kapur tersebut
diambil dalam jumlah besar dan
tergantikan dengan jenis batuan lain,
volume terinfiltrasi untuk tanah tersebut
akan berubah karena batu kapur yang
berpotensi sebagai akuifer tersebut dapat
berkurang. Volume terinfiltrasi juga
merupakan faktor penentu dari kapasitas
infiltrasi yang bilamana faktor ini berubah
ataupun berkurang, kapasitas infiltrasi
wilayah yang menjadi tempat
pertambangan kapur tersebut akan berubah
menjadi lambat.
5. Kesimpulan dan Saran Dari hasil analisa yang telah dilakukan
dapat ditarik beberapa kesimpulan:
Kapasitas infiltrasi di Kecamatan
Rangel, Kabupaten Tuban saat 1 jam
pertama mencapai 7,4 cm/jam, kemudian
terus menurun pada saat 2 jam sebesar 2,8
cm/jam, saat 3 jam 1,95 cm/jam, saat 4
jam 1,6 cm/jam, dan saat 5 jam sebesar 1,4
cm/jam. Selain itu, nilai kapasitas infiltrasi
akan berbanding terbalik dengan volume
terinfiltrasi setiap jamnya.
Karena pertambangan akan
mengakibatkan perubahan tebal lapisan
tanah yang dapat mempengaruhi parameter
kapasitas infiltrasi, perlu adanya studi
lanjutan yang meneliti mengenai
perubahan kapasitas infiltrasi tersebut
setelah pertambangan selesai. Studi
lanjutan dapat menggunakan studi
pengukuran lapangan untuk mendapatkan
hasil yang lebih presisi. Studi yang
berkelanjutan ini akan bermanfaat untuk
pengontrolan kondisi hidrogeologi di
daerah tersebut dan kapasitas cadangan air
tanah.
Daftar Pustaka
Asparini, Ami. (2006). Batu Putih dari
Rangel-Tuban sebagai Bahan Alternatif
y = 0,65x + 0,271R = 1
y = -0,398x + 3,026R = 0,861
0
1
2
3
4
0 2 4 6
qu
anti
ty
time
Hubungan antara F dan f
-
Agregat Campuran HRS. Surabaya:
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Samodra. 2001. Nilai Strategis Kawasan
Karst di Indonedia dan Usaha
Pengelolaanya Secara Berkelanjutan.
Bogor:IAGI
Suyono, Sastrodarsono dan Kensaku
Takeda. (1999). Hidrologi untuk
Pengairan. Bandung:Pradnya
Paramitha.
Todd. (1983). Introduction to Hydrology.
New York: Mc Graw Hill.
Wanielista, Martin. (1997). Hydrology
Water Quantity and Quality Control.
New York:John Willey and Sons Inc.
Pemerintah Kabupaten Tuban. 2010.
Potensi Pertambangan Tuban.
http://tubankab.go.id/potensi
pertambangan (31 Mei 2013)