perencanaan dan anggaran pada perbankan syariah review
TRANSCRIPT
1
Perencanaan Bisnis pada Perbankan Syariah dalam
Perspektif Islam
Oleh Lucky Nugroho (Praktisi dan Akademisi Perbankan Syariah) dan Tengku
Chandra H (Praktisi dan Akademisi Perbankan Syariah)
Istilah yang lazim disebut dalam perencanaan dan anggaran bank adalah Rencana Bisnis Bank
(RBB). Merujuk pada Peraturan Bank Indonesia Nomor: 12/21/PBI/2010 Tentang Rencana
Bisnis Bank, definisi RBB adalah dokumen tertulis yang menggambarkan rencana kegiatan
usaha Bank jangka pendek (satu tahun) dan jangka menengah (tiga tahun), termasuk rencana
untuk meningkatkan kinerja usaha, serta strategi untuk merealisasikan rencana tersebut sesuai
dengan target dan waktu yang ditetapkan, dengan tetap memperhatikan pemenuhan ketentuan
kehati-hatian dan penerapan manajemen risiko. Sedangkan tujuan disusunnya RBB adalah
dalam rangka mencapai Visi dan Misi Bank. Secara garis besar, bank syariah memiliki tujuan
yang berbeda dengan bank konvensional, bank syariah sebagai bank yang berlandaskan
syariah dan moral memiliki tujuan bukan hanya mencapai keuntungan semata tetapi juga
memiliki tujuan sosial dan spiritual (maqhasid syariah). Selanjutnya maqhasid syariah atau
tujuan syariah bertujuan untuk mewujudkan kemaslahatan bagi ummat. Oleh karenanya
penyusunan rencana bisnis Bank Syariah harus dilandasi dengan prinsip Sustainability Sharia
Banking Principle.
Apa itu Sustainability Sharia Banking Principle? Sustainability Sharia Banking Principle adalah
prinsip-prinsip bisnis Bank yang berkelanjutan dan mendasarkan pada keseimbangan aspek
dunia dan ukhrawi (maslahat). Prinsip-prinsip bisnis Bank yang berkelanjutan harus
mendasarkan pada keseimbangan aspek dunia; ekonomi, sosial, dan lingkungan secara holistik
serta aspek ukhrawi. Maksud dan tujuan pembuatan Sustainability Sharia Banking Principles
adalah untuk menjaga keberlanjutan Bank Syariah dalam mencapai visi secara konsisten
dengan berdasarkan prinsip prudential banking dan sharia comply yang meliputi aspek: Sharia
Principles, Customer, Business Strategy, Banking Operations, Risk Management, Human
Capital, Community Development.
Pada bank konvensional, tujuan dari keseluruhan transaksi dan operasional bank adalah
menjaga hubungan baik dengan nasabah yang bermaksud untuk menarik klien baru dan
mempertahankan nasabah eksisting atau terdahulu. Sedangkan transaksi dan operasional pada
2
perbankan syariah berdasarkan prinsip-prinsip syariah yaitu Al Qur’an, Sunnah dan sumber-
sumber hukum Islam. Dengan demikian, hubungan nasabah dengan perbankan dalam konsep
perbankan syariah adalah hubungan yang bukan hanya dilandasi oleh transaksi duniawi tetapi
dilandasi oleh transaksi yang bersifat ukhrawi atau prinsip kemitraan yang saling memberikan
manfaat serta prinsip-prinsip praktik Islam dengan tujuan untuk mencapai tujuan dunia dan
akhirat. Hal tersebut tecantum dalam Al-Qashash ayat 77
Artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah
kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan.”
Kondisi Bank Syariah Periode 2014-2015 Sedang Mengalami Perlambatan
Kondisi ekonomi makro yang belum membaik di triwulan pertama dan kedua tahun 2015 telah
mendorong industri syariah khususnya bank-bank syariah untuk mengevaluasi dan meninjau
kembali rencana bisnisnya yang telah disampaikan kepada regulator dalam hal ini Otoritas Jasa
Keuangan (OJK). Jika kita melihat perkembangan aset perbankan syariah dari akhir tahun 2014
sampai dengan triwulan II tahun 2015 (ytd) baru tumbuh Rp1.151 miliar atau tumbuh 0,42%.
Dengan pertumbuhan tersebut, boleh dikatakan perbankan syariah hampir tidak tumbuh atau
stuck jika dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2014 (yoy) sebesar Rp30.067 miliar atau
tumbuh 12,41%. Pertumbuhan aset 2014 perbankan syariah dideterminasi oleh peningkatan
penghimpunan dana pihak ketiga, yaitu tumbuh sebesar Rp34.324 miliar atau tumbuh 18,70%.
Namun pada triwulan II tahun 2015 pertumbuhan dana pihak ketiga (ytd) tumbuh negatif
Rp4.382 miliar atau tumbuh negatif 2,01%. Dari sisi penyaluran dana perbankan syariah juga
mengalami perlambatan sampai dengan triwulan II 2015 (ytd) tumbuh sebesar Rp6.726 miliar
atau 3,37% dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2014 (yoy) sebesar Rp15.208 miliar atau
8,26%.
3
Dengan perlambatan ekonomi dan kondisi makro yang belum kondusif dan diperkirakan masih
berlanjut untuk tahun mendatang, maka perencanaan bisnis khususnya bank syariah harus
lebih mendalam dan komprehensif dan memiliki satu tujuan untuk dicapai bersama dengan
berlandaskan asas keadilan. Setiap perencanaan yang telah dibuat bersama akan menjadi
komitmen dan tanggung jawab bersama dalam menghadapi kondisi apapun. Dalam Al-Quran
diterangkan sbb:
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai
berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah)
bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat
Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah
menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu
agar kamu mendapat petunjuk.” (Qs. Ali Imraan (3): 103).
Dalam ayat tersebut, bahwa setiap muslim bila ingin mendapatkan kemenangan atau
keberhasilan atau kejayaan, maka harus memiliki pegangan yang kuat (komitmen) dalam
kebersamaan (berjamaah), karena dengan kebersamaan tersebut secara sunnatullah Islam dan
ummatnya akan semakin kuat ('izzul-lslam wal-muslimin), sebagaimana yang telah dipraktekkan
Oleh nabi Muhammad SAW dalam membangun kebersamaan dengan para sahabatnya dalam
mewujudkan syari'at atau nilai ajaran Islam yang berada di Madinah, yang pada akhirnya
berkembang dan meluas hampir di seluruh dunia sampai sekarang ini.
Satu hal yang menjadi persyaratan untuk menegakkan nilai ajaran Islam tersebut adalah
dengan secara bersama-sama, dan tidak boleh secara sendirian, karena dengan sendirian itu
tidak akan menumbuhkan kekuatan atau keberhasilan, atau kekuatan menjadi lemah atau
terpuruk, atau compang-camping atau porak-porandanya persatuan atau persaudaraan dalam
Islam.
Islamic Values
4
Moral atau akhlaq sebagai pilar ekonomi Islam adalah seluruh aktivitas ekonomi harus
berlandaskan pada moral. Moral menempati posisi penting dalam ajaran Islam, karena
sebagaimana hadist riwayat Bukhari-Muslim “Nabi Muhammad SAW bersabda, Aku diutus
untuk menyempurnakan akhlaq ummat manusia.” Oleh karenanya moral yang baik (akhlaqul
karimah) menjadi pijakan dalam bertransaksi dalam ekonomi Islam. Akhlak tidak bisa
dipisahkan dengan aqidah. Keduanya merupakan sebuah kesatuan yang tidak mungkin
dipisahkan. Bahkan, baik dan tidaknya aqidah seorang muslim, bisa dilihat dengan mudah dari
akhlaknya. Inilah mengapa pada suatu ketika Nabi pernah berpesan, “Barangsiapa beriman
kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaknya memuliakan tamunya. Barangsiapa yang
beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka janganlah menyakiti tetangganya. Dan barangsiapa
yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaklah berbicara yang baik atau diam.
(HR Bukhari Muslim dari Abi Syuraih dan Abi Hurairah). Apabila ditinjau dari eksistensi manusia
sebagai makhluk Allah SWT dalam bermuamalah yaitu:
Artinya: “sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia dan makhluk lainnya
hadist (HR. Thabrani dan Daruquthni), maka dalam ekonomi Islam harus mengandung nilai-nilai
Islam (Islamic Values) yang meliputi:
1. Adil, secara garis besar adil adalah keadaan dimana terdapat kesamaan perlakuan dimata
hukum, kesamaan hak kompensasi, hak hidup secara layak, hak menikmati pembangunan
dan tidak adanya pihak yang dirugikan serta adanya keseimbangan dalam setiap aspek
kehidupan.
2. Khilafah, makna khilafah secara umum adalah amanah atau bertanggungjawab, sehingga
manusia diberikan tanggung jawab untuk mengelola seluruh sumber daya yang telah
diamanahkan Allah SWT untuk mewujudkan maslahat (kemakmuran) bagi ummat dan
tentunya mencegah segala jenis kerusakan di muka bumi.
3. Takaful, Islam mengajarkan bahwa seluruh muslim adalah bersaudara, oleh karenanya inti
dari nilai takaful adalah belum sempurna imannya seseorang sebelum ia mencintai
saudaranya melebihi cintanya pada diri sendiri.
Peran Pemimpin Dalam Perencanaan Bisnis Pada Bank Syariah
5
Peran pemimpin dalam menentukan keberhasilan suatu organisasi sangatlah besar,
dikarenakan pemimpin tersebutlah yang memegang kendali dalam menjalankan operasional,
termasuk dalam perbankan syariah. Oleh karenanya karyawan atau anggota organisasi
tersebut hendaknya dapat mengikuti arahan, instruksi dan kebijakan yang telah dibuat dan
direncanakan oleh pemimpin yang amanah (melaksanakan syariat Islam dalam
kepemimpinannya) . Dalam Islam sendiri, kepemimpinan memiliki peran yang sangat penting
dalam menuntun, membimbing, mengarahkan dan memberikan keteladanan dalam
menjalankan berbagai aktifitas dan rutinitasnya sesuai dengan tugas masing-masing sehingga
dengan berbagai alasan maka kepemimpinan (khalifah) menjadi sesuatu yang tidak dapat
dilepaskan dan ditinggalkan.
Lebih lanjut aspek penting dalam manajemen yang antara lain adalah Perencanaan,
Pengorganisasian, Kepemimpinan dan Pengendalian menjadi landasan dalam mengelola suatu
organisasi. Islam mengajarkan kepada umatnya bahwa dalam melakukan sesuatu pekerjaan
harus dilakukan secara tepat, terarah, jelas dan tuntas atau dikenal dengan istilah “Itqan” selain
itu harus dilakukan secara maksimal dan optimal atau dikenal dengan istilah “Ihsan”. Dasar
manajemen Islami dalam perbankan syariah meliputi 3 aspek sebagai berikut:
1. Perilaku, nilai Islam dalam perilaku ini terkait dengan dasar bertindak dan tujuan
bertindak dalam suatu manajemen. Dasar bertindak dalam manajemen islami adalah
nilai-nilai keimanan dan ketauhidan, sementara tujuan bertindak dalam manajemen
islami adalah suatu amal shaleh yang sepenuhnya dilakukan untuk mencari keridhoan
dari Allah SWT. Amal shaleh ini dilandasi oleh sikap ikhlas, sesuai dengan syariah dan
dilakukan secara sungguh-sungguh.
2. Struktur Organisasi, organisasi dalam Islam merupakan suatu sunnatullah karena Allah
SWT menciptakan manusia berbeda-beda salah satunya dalam hal kemampuan dan
kepintaran. Dalam organisasi ini, manusia yang memiliki kemampuan beerbeda-beda ini
berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan bersama. Dalam interaksi tersebut
mengharuskan adanya pembagian tugas dan wewenang sehingga muncul stratifikasi
dalam bentuk jabatan-jabatan. Hasil interaksi tersebut juga memunculkan
kepemimpinan di dalam organisasi tersebut. Organisasi yang islami berlandaskan nilai-
nilai Islam menurut al Quran dan Sunnah Rasul. Nilai-nilai tersebut adalah keikhlasan,
kebersamaan dan pengorbanan (tidak egois).
3. Sistem, sistem adalah aturan yang menyebabkan perilaku pelakunya berjalan dengan
baik yang bersumber dari Al Quran dan Sunah Rasul. Aturan-aturan ini dimaksudkan
6
untuk menjamin keselamatan kehidupan baik menyangkut keselamatan agama, diri,
akal, harta benda serta keturunan yang semua itu merupakan kebutuhan primer
(Maqhasid Syariah-Daruriyat).
Apabila dihubungkan dengan fenomena kondisi perbankan syariah yang saat ini mengalami
penurunan kinerja, maka untuk menghadapi tahun 2016 diperlukan suatu perencanaan.
Tentunya perencanaan tersebut tidak terlepas dari peran seorang pemimpin yang nota bene
adalah penyusun, pembuat dan yang bertanggung jawab atas berhasilnya implementasi
rencana tersebut dalam rangka mewujudkan Sustainability Sharia Banking Principles.
Perencanaan merupakan kegiatan awal dalam suatu pekerjaan dalam bentuk memikirkan hal
hal yang terkait dengan pekerjaan itu agar mendapat hasil yang optimal. Konsep manajemen
perencanaan dalam Islam beerlandaskan dari filosofi “setiap manusia hendaknya
memperhatikan apa yang telah diperbuat pada masa yang telah lalu dan merencanakan hari
esok”. Dalam Al Quran Surah Al Hasyr ayat 18, Allah SWT berfirman: “ Hai orang-orang yang
beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaknya setiap diri memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok (akhirat) dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah
maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. Selanjutnya dalam hadist juga dinyatakan hal
yang sama, yaitu: “Jika engkau ingin mengerjakan sesuatu pekerjaan maka pikirkanlah
akibatnya, maka jika perbuatan tersebut baik maka ambilah dan jika perbuatan itu jelek maka
tinggalkanlah “ (HR Ibnul Mubarak). Perencanaan yang Islami dapat digambarkan sebagai
berikut:
1. Didasarkan kepada keyakinan bahwa apa yang dilakukan itu baik yaitu sesuai dengan
ajaran Islam.
2. Berdasarkan hal tersebut, manajemen Islami tidak boleh melakukan perencanaan untuk
kegiatan yang dilarang dalam Islam.
3. Dipastikan bahwa sesuatu yang dilakukan bermanfaat. Islam mengajarkan kepada kita
untuk menjauhi perbuatan yang sia-sia dan pemborosan.
4. Didasarkan kepada ilmu yang berkaitan dengan apa yang dilakukan.
5. Dilakukan dengan proses/cara yang baik dan sesuai dengan Islami Values.
Ada beberapa istilah pemimpin dalam Islam, namun yang akan disampaikan adalah istilah
Umara dan Khadimul Ummah.
7
Istilah Umara terdapat al Quran yaitu surat an Nisa ayat 59 yang artinya adalah: “Hai orang
yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya, dan Ulil Amri diantara kamu. Kemudian jika
kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah dan Rasul-
Nya, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih
utama dan lebih baik akibatnya”. Dalam ayat tersebut diatas dikatakan bahwa ulil amri adalah
orang yang mendapat amanah untuk mengurus urusan orang lain. Dengan kata lain, pemimpin
itu adalah orang yang mendapat amanah untuk mengurus urusan rakyat. Istilah khadimul
ummah berarti pelayanan umat, dengan demikian pemimpin itu harus menempatkan diri pada
posisi sebagai pelayan masyarakat atau anggota yang dipimpinnya. Pemimpin merupakan
suatu jabatan. Islam memandang jabatan merupakan sarana untuk beribadah kepada Allah
SWT. Oleh karena itu cara mendapatkannya harus dilakukan dengan cara:
1. Tidak berlaku zalim.
2. Tidak dengan cara bathil (suap-menyuap).
3. Tidak dengan rekayasa negatif (memfitnah).
Selanjutnya dalam implementasi kepemimpinannya seorang pemimpin harus memiliki kapasitas
sebagai berikut:
1. Beriman dan bertaqwa.
2. Berilmu pengetahuan.
3. Mampu menyusun perencanaan dan evaluasi.
4. Memiliki kekuatan mental melaksanakan kegiatan.
5. Memilki kesadaran dan tanggung jawab moral, serta mau menerima kritik.
Kembali pada pembahasan di atas terkait dengan peran pemimpin dalam perencanaan untuk
meningkatkan kinerja perbankan syariah di masa yang akan datang, maka dalam penyusunan
perencanaan rencana bisnis harus didasari dengan rasa keadilan dan tidak berlaku zhalim.
Penetapan-penetapan strategi, target harus dilaksanakan secara demokratis dan adil, tidak
diperkenankan hanya dari satu sisi saja, yaitu mengamankan kepentingan pemimpin atas
jabatannya dan tidak diperkenankan terdapat asymetris information dalam penetapan target
(target ganda), yaitu terdapat perbedaan antara target pemimpin kepada pemegang saham
(target lebih rendah) dan antara pemimpin kepada jajaran di bawahnya (target lebih tinggi),
tetapi segala sesuatunya harus didasarkan transparansi, asas keadilan serta rasa kebersamaan
dan komitmen untuk mencapai satu tujuan. Dengan adanya tujuan yang sama akan lebih fokus