perbedaan interaksi sosial antara mahasiswa …
TRANSCRIPT
PERBEDAAN INTERAKSI SOSIAL ANTARA MAHASISWA PENDIDIKAN FISIKA YANG TERLATIH DAN
TIDAK TERLATIH DALAM KEGIATAN ORGANISASI INTRA KAMPUS
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar
Oleh
AWAL ASRI JAYA SUMARDI NIM: 20404108010
JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2012
v
KATA PENGANTAR
الحمداللهربالعالمینۅالصلاةۅۅالسلامعاىاشرفالانبیاءۅالمرسلینۅعاىالھۅصحبھاجمعین
Segala Puji bagi Allah swt yang karena Kekuasaan dan Kebesaran-Nya telah
memberikan izin-Nya untuk mengetahui sebagian kecil dari ilmu yang dimiliki-Nya.
Alhamdulillah, karena dengan setitik ilmu tersebut dapat memberikan manfaat yang
begitu besar bagi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Perbedaan Interaksi Sosial Mahasiswa Pendidikan Fisika yang Terlatih dan Tidak
Terlatih dalam Kegiatan Organisasi Intra Kampus UIN Alauddin Makassar.”
Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad saw karena
telah menjadi tauladan dan rahmat bagi seluruh alam, sehingga rahmat tersebut dapat
sampai kepada penulis yang Insya Allah akan selalu taat dan patuh pada ajaran yang
dibawakan Beliau. Amin.
Skripsi ini disusun karena penulis memiliki keinginan dan antusias yang besar
untuk memberikan sebuah karya yang tulus atas segala ilmu dan pengalaman tulus
yang telah diperoleh selama menjadi mahasiswa di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Alauddin Makassar ini, walaupun karya ini sangat sederhana namun semoga
dapat memberikan manfaat kepada para pembaca sekalian, dan penulis akan selalu
berusaha untuk memberikan yang terbaik di masa depan.
vi
Menjadi mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika di Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Alauddin Makassar ini memberikan banyak kebanggaan dan
pengalaman yang tak terkira, sehingga setiap detik kebersamaan yang terlewati terasa
begitu berharga dan bermakna bagi penulis, saat kebersaam dalam perkuliahan,
bercanda, penderitaan dan nikmat sekaligus dalam kegiatan praktikum, pertengkaran,
dan suka duka, kesemuanya itu sungguh merupakan rahmat yang tak akan terlupakan
buat penulis.
Dengan segenap jiwa dan setulus hati saya ucapkan terima kasih kepada orang
tuaku Sultan dan Mardiana. Entah kata apa yang sanggup untuk mengungkapkan
rasa terimakasihku kepada kalian, rasa cintaku untuk kalian dan rasa banggaku untuk
kalian. Terimakasih kepada kalian, tanpa kalian aku tak lebih berharga dari seonggok
buih, terima kasih, aku berjanji akan sepenuh hati dan sepenuh jiwa memenuhi semua
harapan kalian, dan menjadi seperti yang kalian inginkan. Buat saudara-saudariku
yang tak pernah lelah mencintaiku adikku Irwan Wahyu Sultan, Ikbar Andrian
Sumardi dan Putri Wisna Sari Sumardi, sekali lagi terima kasih atas cinta kalian
dan seluruh bantuannya yang tak terkira dan tak pernah sanggup terbalaskan.
vii
Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan dukungan
dari berbagai pihak, baik dalam bentuk dorongan moril maupun materil, maka dalam
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Prof. Dr. H. A.Qadir Gassing, HT, MS. Selaku Rektor UIN Alauddin Makassar
beserta pembantu Rektor I, II, III, IV atas segala fasilitas yang diberikan dan
senantiasa memberikan dorongan, bimbingan dan nasehat kepada penulis.
2. Dr. H. Salehuddin, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
beserta Pembantu Dekan I, II, III atas segala fasilitas yang diberikan dan
senantiasa memberikan dorongan, bimbingan dan nasehat kepada penulis.
3. Drs. Muh. Yusuf Hidayat, M.Pd. dan Muh. Qaddafi, S.Si, M.Si. selaku Ketua
Jurusan dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Alauddin Makassar yang senantiasa memberikan bimbingan dan
nasehat penyusunan skripsi ini.
4. Drs. Saprin Sagena, M.Pd. dan Dra. Kamsinah, M.Pd.I. selaku Pembimbig I
dan Pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi
ini.
5. Dosen serta pegawai dalam lingkungan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN
Alauddin Makassar yang telah membantu penulis dalam menjalani masa studi.
6. Drs. AlwanSuban, M.Ag. dan Dra. KamsinahM.Pd.I. MT. selaku Ketua Gudep
10.073 – 10.074, Dr. Muhammad Shuhufi, M.Ag. dan Dr. Fatmawati, M.Ag.
selaku Pembina di Racana Almaida UIN Alauddin Makassar, Pengurus Dewan
viii
Racana Almaida dan seluruh anggota dan alumni Racana Almaida yang telah
memberikan penulis banyak pengalaman dalam berorganisasi pada umumnya dan
di UKM Pramuka UIN Alauddin Makassar pada khususnya.
7. Sahabat-sahabatku Syamsinar, Asmawati, Fitriani, Jumriani, Misbayana,
Armania, Nurfadlia terima kasih karena telah memberi semangat dan selalu
memotivasi penulis serta membantu dalam penyusunan skripsi ini.
8. Sahabat-sahabatku posko KKN 47 UIN Alauddin Makassar Desa Bilanrengi Kec.
Parigi A. Kusumayanti, Aqmal, Sri Wahyuni, dan Mafatiha Rahma yang
selalu memberi semangat dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
9. Seluruh saudara-saudari seperjuanganku mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika
angkatan 2008 tanpa terkecuali, yang selama ini memberikan banyak pengalaman,
pengetahuan, nasihat dan kasih sayang yang tak pernah henti kepada penulis.
10. Adik-adik mahasiswa jurusan Pendidikan Fisika angkatan 2009-2011 yang tidak
bias saya sebutkan namanya satu per satu yang juga membantu dalam penyusunan
skripsi ini.
ix
Semoga semua bantuannya bernilai ibadah disisi Allah swt, juga untuk semua
yang telah hadir dalam sisi kehidupanku kemarin. Semoga kita mampu menjadi
hamba yang bijak, yang mengerti arti diri dan posisi kita diantara hamba yang lain.
Akhirnya hanya kepada Allah jualah penulis serahkan segalanya. Semoga
semua pihak yang banyak membantu penulis mendapat pahala dari Allah swt, serta
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua orang khususnya bagi penulis
sendiri.
Billahitaufiq WalHidayah
WassalamuAlaikum Wr. Wb.
Makassar, Agustus 2012
Penulis, Awal Asri Jaya Sumardi NIM. 20404108010
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .......................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... iii
PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................................... iv
KATA PENGANTAR ...................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv
ABSTRAK ........................................................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 6
C. Hipotesis ...................................................................................... 6
D. Defenisi Operasional Variabel ...................................................... 7
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................ 10 A. Organisasi Intra Kampus UIN Alauddin Makassar ...................... 10
B. Bentuk-Bentuknya Organisasi Secara Umum .............................. 16
C. Komunikasi dan Interaksi Sosial ................................................. 20
D. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial....................................... .............. 35
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 47
A. Populasi dan Sampel ................................................................... 47 B. Jenis Penelitiandan Model Penelitian ........................................... 50
C. Instrumen Penelitian .................................................................... 51
D. Tahap Pengumpulan Data ............................................................ 52
E. Tehnik Analisa Data .................................................................... 53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 57
A. Gambaran Umum Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar. ....................... 57
B. Interaksi Sosial Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika yang
Terlatih dalam Kegiatan Organisasi Intra Kampus UIN
Alauddin Makassar...................................................................... 59
xi
C. Interaksi Sosial Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika yang
Tidak Terlatih dalam Kegiatan Organisasi Intra Kampus UIN
Alauddin Makassar...................................................................... 64
D. Analsis Inferensial ....................................................................... 70
E. Hasil Crosschek InteraksiSosial Mahasiswa Jurusan
Pendidikan Fisika yang Terlatih dalam Kegiatan Organisasi
Intra Kampus UIN Alauddin Makassar ........................................ 71
F. Hasil Crosschek InteraksiSosial Mahasiswa Jurusan
Pendidikan Fisika yang Tidak Terlatih dalam Kegiatan
Organisasi Intra Kampus UIN Alauddin Makassar ...................... 76
G. Analisis Inferensial Hasil Crosschek ........................................... 82
H. Pembahasan ................................................................................ 83
BAB V PENUTUP ........................................................................................ 88
A. Kesimpulan ................................................................................. 88
B. Implikasi Penelitian ..................................................................... 89
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 90
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP PENULIS
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman Tabel3.1 Anggota sampel untuk mahasiswa Pendidikan Fisika ............................ 50 Tabel 3.2 Organisasi intra kampus yang digeluti oleh mahasiswa Pendidikan
Fisika yang terlatih dalam kegiatan organisasi intra .............................. 50 Tabel 3.3 Kategori nilai untuk tingkat interaksi sosial mahasiswa......................... 55 Tabel 4.1 Mahasiswa Pendidikan Fisika ............................................................... 58 Tabel 4.2 Data mahasiswa yang terlatih dalam kegiatan organisasi intra kampus .. 59 Tabel 4.3 Distribusi frekuensi interak sisosial mahasiswa Pendidikan Fisika
yang terlatih dalam kegiatan organisai intra Kampus UIN Alauddin Makassar .............................................................................................. 61
Tabel 4.4 Tabel penolong untuk rata-rata interaksi social mahasiswa Jurusan
Pendidikan Fisika yang terlatih dalam kegiatan organisasi intra Kampus UIN Alauddin Makassar ......................................................... 62
Tabel 4.5 Tabel penolong untuk standar deviasi interaksi social mahasiswa
Jurusan Pendidikan Fisika yang Terlatih dalam kegiatan organisasi intra Kampus UIN Alauddin Makassar ................................................. 63
Tabel 4.6 Kriteria pengkategorian interaksi social mahasiswa Jurusan
Pendidikan Fisika yang terlatih dalam kegiatan organisasi intra Kampus UIN Alauddin Makassar ......................................................... 64
Tabel 4.7 Data mahasiswa yang tidak terlatih dalam kegiatan organisasi intra
kampus ................................................................................................. 64 Tabel 4.8 Distribusi frekuensi interaksi social mahasiswa Pendidikan Fisika
yang tidak terlatih dalam kegiatan organisai intra Kampus UIN Alauddin Makassar ............................................................................... 67
Tabel 4.9 Tabel penolong untuk rata-rata interaksi social mahasiswa Jurusan
Pendidikan Fisika yang tidak terlatih dalam kegiatan organisasi intra Kampus UIN Alauddin Makassar ......................................................... 67
xii
Tabel 4.10 Tabel penolong untuk standar deviasi interkasi social mahasiswa
Jurusan Pendidikan Fisika yang tidak terlatih dalam kegiatan organisasi intra Kampus UIN Alauddin Makassar ................................. 68
Tabel 4.11 Kriteria pengkategorian interaksi sosial mahasiswa Jurusan
Pendidikan Fisika yang tidak terlatih dalam kegiatan organisasi intra Kampus UIN Alauddin Makassar ......................................................... 69
Tabel 4.12 Data hasil Crosschek mahasiswa yang terlatih dalam kegiatan
organisasi intra kampus ........................................................................ 71 Tabel4.13 Distribusi frekuensi hasil Crosschek interaksi social mahasiswa
Pendidikan Fisika yang terlatih dalam kegiatan organisasi intra Kampus UIN AlauddinMakassar .......................................................... 73
Tabel 4.14 Tabel penolong untuk rata-rata hasil Crosschek interaksi social
mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika yang terlatih dalam kegiatan organisasi intra Kampus UIN Alauddin Makassar ................................. 74
Tabel 4.15 Tabel penolong untuk standar deviasi hasil Crosschek interaksi social
mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika yang terlatih dalam kegiatan organisasi intra Kampus UIN Alauddin Makassar ................................. 75
Tabel 4.16 Kriteria pengkategorian interaksi sosial mahasiswa Jurusan Pendidikan
Fisika yang tidak terlatih dalam kegiatan organisasi intra Kampus UIN Alauddin Makassar ............................................................................... 76
Tabel4.17 Data hasil Crosschek mahasiswa yang tidak terlatih dalam kegiatan
organisasi intra kampus ........................................................................ 77 Tabel 4.18 Distribusi frekuensi hasil Crosschek interaksi social mahasiswa
Pendidikan Fisika yang tidak terlatih dalam kegiatan organisasi intra Kampus UIN Alauddin Makassar ......................................................... 79
Tabel 4.19 Tabel penolong untuk rata-rata hasil Crosschek interaksi social
mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika yang tidak terlatih dalam kegiatan organisasi intra Kampus UIN Alauddin Makassar ................... 79
Tabel 4.20 Tabel penolong untuk standar deviasi hasil Crosschek interkasi social
mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika yang tidak terlatih dalam kegiatan organisasi intra Kampus UIN Alauddin Makassar ................... 80
xii
Tabel 4.21 Kriteria pengkategorian hasil Crosschek interaksi sosial mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika yang tidak terlatih dalam kegiatan organisasi intra Kampus UIN Alauddin Makassar ................................. 81
ABSTRAK N a m a : Awal Asri Jaya Sumardi N I M : 20404108010 J u d u l :Perbedaan Interaksi Sosial antara Mahasiswa Pendidikan Fisika yang Terlatih dan Tidak Terlatih
dalam Kegiatan Organisasi Intra Kampus UIN Alauddin Makassar
Pembimbing I : Drs. Saprin Sagena, M.Pd. Pembimbing II : Dra. Kamsinah, M.Pd.I.
xvi
Fenomena yang ada di lapangan menunjukkan bahwa mahasiswa yang terlatih dalam kegiatan organisasi mempunyai kemampuan interaksi sosial yang baik tetapi masih ada yang mengalami kesulitan dalam berinteraksi. Sedangkan mahasiswa yang tidak terlatih dalam kegiatan organisasi ada yang mempunyai kemampuan untuk berinteraksi dengan baik tetapi juga ada mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam mengadakan interaksi social dengan lingkungannya. Melihat fenomena yang ada di lapangan belum dapat diketahui dengan pasti perbedaan kualitas interaksi sosial antara mahasiswa yang terlatih dalam kegiatan organisasi kampus dengan mahasiswa yang tidak terlatih dalam kegiatan organisasi kampus
Skripsi ini membahas tentang perbedaan interaksi sosial antara mahasiswa Pendidikan Fisika yang terlatih dan tidak terlatih dalam kegiatan organisasi intra kampus UIN Alauddin Makassar. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah interaksi sosial mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika yang terlatih dalam kegiatan organisasi intra kampus UIN Alauddin Makassar? Bagaimanakah interaksi sosial mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika yang tidak terlatih dalam kegiatan organisasi intra kampus UIN Alauddin Makassar? Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara mahasiswa yang terlatih dan yang tidak terlatih dalam berinteraksi sosial antara mahasiswa pada Jurursan Pendidikan Fisika dalam kegiatan organisasi intra kampus di UIN Alauddin Makassar? Tujuan penelitian ini adalah untuk Mengetahui interaksi sosial mahasiswa jurusan pendidikan fisika yang terlatih dalam kegiatan organisasi intra kampus UIN Alauddin Makassar. Mengetahui interaksi sosial mahasiswa jurusan pendidikan fisika yang tidak terlatih dalam kegiatan organisasi intra kampus UIN Alauddin Makassar. Mengetahui perbedaan interaksi sosial antara mahasiswa jurusan pendidikan fisika yang terlatih dan yang tidak terlatih dalam kegiatan organisasi intra kampus UIN Alauddin Makassar.
Hasil penelitian yang diperoleh melalui analisis deskriptif menunjukkan bahwa interaksi sosial mahasiswa yang terlatih dalam kegiatan organisai intra kampus yang dikategorikan tinggi mencapai presentase 70% dan sangat tinggi mencapai 30%. Sedangkan untuk mahasiswa yang tidak terlatih dalam kegiatan organisasi intra kampus yang dikategorikan tinggi mencapai 85% dan sangat tinggi mencapai 15%. Berdasarkan data tersebut, setelah dilakukan analisis inferensial dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara interaksi sosial mahasiswa Pendidikan Fisika yang terlatih dalam kegiatan organisasi intra kampus UIN Alauddin Makassar dengan yang tidak terlatih dalam kegiatan organisasi intra kampus UIN Alauddin Makassar.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar pada tahun akademik yang
sedang berjalan, aktif mengikuti kuliah dan atau kegiatan akademik lainnya.1
Tidak semua orang yang kuliah adalah mahasiswa yang ideal, terkadang kuliah
hanyalah tempat bermain-main. Mahasiswa yang ideal yaitu mahasiswa yang
mampu menyadari, memahami dan menjalankan peran yang diberikan kepada
mereka dengan sebaik-baiknya.
Ad Rookakkers menjabarkan cara menjadi mahasiswa yang ideal adalah
sebagai berikut:
1. Ikutilah kuliah secara teratur dan buatlah catatan dengan cara yang tepat.
2. Disamping itu anda membuat ringkasan dari buku-buku wajib.
3. Pada waktu masa tentamen tiba, maka anda telah mempunyai diktat kuliah
dengan catatan yang menunjukkan bahwa anda telah mengetahui isi kuliah,
juga anda mempunyai ringkasan ringkasan dari buku-buku wajib.
1UIN Alauddin Makassar, Buku Saku Mahasiswa UIN Alauddin Makassar. (Makassar: UIN Alauddin Makassar, 2008), h. 60.
2
4. Dekat waktu tentamen anda mempelajari diktat itu dari hasil ringkasan-
ringkasan. Anda hanya tinggal menyegarkan kembali pengetahuan anda,
karena sebelumnya segala sesuatunya telah anda ketahui dan kerjakan.2
Ciri-ciri mahasiswa ideal :
1. Memiliki wawasan yang luas.
2. Mampu membagi waktu.
3. Memahami seluk beluk tempat menuntut ilmu.
4. Pintar, rajin, aktif.
5. Pintar berdiskusi.3
Salah satu faktor yang mempengaruhi cara belajar mahasiswa adalah
pengalaman sebagai hasil interaksi dengan lingkungan dan teman bergaulnya.
Bagi mahasiswa yang terlatih dalam organisasi intra kampus tentu memiliki cara
belajar yang berbeda dengan mahasiswa pasif, di mana tidak memiliki aktivitas-
aktivitas lain di luar kurikuler (kuliah formal).
Tidak sedikit mahasiswa aktivis organisasi yang relative lebihkritis,
analitis daripada mahasiswa pasif. Hal ini bias jadi dipengaruhi tingginya
intensitas kegiatan yang mengarah kepada pengembangan intelektual dan
kreativitas yang mereka geluti di luar kurikuler atau waktu kuliah formal. Karena
2“BEM Tadris Biologi IAIN Raden Intan Lampung.”
http://bemtadrisbiologi.blogspot.com/2010/05/tidak-semua-orang-yang-kuliah-adalah.html(18 Maret 2012).
3Mashiro, Manzo, “Ciri-Ciri Mahasiswa Ideal.” Blog Manzo Mashiro. http://sahatparsaulian.wordpress.com/2011/12/14/ciri-ciri-mahasiswa-ideal/ (14 Desember 2011).
3
itu mereka menjadi lebih terlatih dalam berbicara, menulis, dan meluangkan
waktunya untuk belajar. Jadi bagi mereka, organisasi adalah "kampus kedua”
yang dapat menunjang belajar tersendiri.
Secara fenomenalogis, tidak sedikit pula mahasiswa aktivis organisasi
yang nilai akademisnya rendah disbanding mahasiswa pasif. Hal ini bias jadi
dipengaruhi oleh "keterlenaan" mereka dalam aktivitas-aktivitas praktis
organisasi tanpa diikuti oleh bacaan-bacaan yang memadai yang dapat
menunjang aktivitas kuliah mereka sehari-hari.
Fenomena di atas, dapat melahirkan asumsi dikalangan mahasiswa bahwa
organisasi kemahasiswaan disatu sisi dapat memberikan kontribusi positif bagi
peningkatan prestasi belajar mahasiswa, sebaliknya disisi lain, organisasi
kemahasiswaan khususnya organisasi intra kampus justru menghambat aktivitas
perkuliahan mahasiswa bahkan dapat mereduksi prestasi (nilai) akademis
mahasiswa.
Di sampingitu, ide dasar tentang pentingnya berorganisasi juga dapat kita
jumpai dalam firman Allah SWT .Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an surah
As-Shaf ayat 4,
Artinya: "Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-
nyadalambarisan yang tersusun rapi seakan mereka itu sebuah bangunan yang
kokoh."( Q.S. As-Shaf : 4).
4
Allah juga berfirman
Artinya: ”dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhan dan
melaksanakan salat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah
antaraaa mereka, dan mereka menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami
berikan kepada mereka.” (Q.S. Asy-Syura: 38).
AyatAl’Qur’an yang membahas tentang interaksi social, khususnya yang mengenai interaksi pendidikanya itu firman Allah dalam surat Ash-Shaffat ayat 102.
Artinya: Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-
sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya Aku melihat dalam
mimpi bahwa Aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia
menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya
Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".
Nabi Ibrahim telah berhasil melakukan interaksi pendidikan Islam karena
beliau telah meyakinkan Nabi Ismail untuk rela dijadikan qurban. Tentunya
dalam mendidiknya tersebut beliau menggunakan metode dan bahasa yang tepat
yang mudah difahami oleh sianak. Agar anaknya dapat menerima dengan baik
dan melaksanakan perintah Allah tanpa merasa terbebani.
Jurusan Pendidikan Fisika merupakan salah satu jurusan yang ada di UIN
Alauddin Makassar, para mahasiswanya merupakan bagian dari anggota
5
organisasi yang ada baik ditingkat jurusan, fakultas, maupun universitas.
Mahasiswa di Jurusan Pendidikan Fisika sebagian terlatih dalam kegiatan
organisasi dan sebagian tidak terlatih dalam kegiatan organisasi.Mahasiswa yang
terlatih dalam kegiatan organisasi lebih sedikit daripada mahasiswa yang tidak
terlatih dalam kegiatan organisasi.
Fenomena yang ada di lapangan menunjukkan bahwa mahasiswa yang
terlatih dalam kegiatan organisasi mempunyai kemampuan interaksi sosial yang
baik tetapi masih ada yang mengalami kesulitan dalam berinteraksi. Sedangkan
mahasiswa yang tidak terlatih dalam kegiatan organisasi ada yang mempunyai
kemampuan untuk berinteraksi dengan baik tetapi juga ada mahasiswa yang
mengalami kesulitan dalam mengadakan interaksi social dengan lingkungannya.
Melihat fenomena yang ada di lapangan belum dapat diketahui dengan
pasti perbedaan kualitas interaksi social antara mahasiswa yang terlatih dalam
kegiatan organisasi kampus dengan mahasiswa yang tidak terlatih dalam kegiatan
organisasi kampus, hal ini dikarenakan belum ada penelitian mengenai perbedaan
kualitas interaksi social antara mahasiswa yang terlatih dan yang tidak terlatih
dalam kegiatan organisasi intra kampus. Oleh sebab itu penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul “Perbedaan Interaksi Sosial Antara
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika Yang Terlatih dan Tidak Terlatih Dalam
Kegiatan Organisasi Intra Kampus UIN Alauddin Makassar”.
B. Rumusan Masalah
6
Bertolak dari latar belakang tersebut di atas, yang menjadi permasalahan
adalah:
1. Bagaimanakah interaksi sosial mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika yang
terlatih dalam kegiatan organisasi intra kampus UIN Alauddin Makassar?
2. Bagaimanakah interaksi sosial mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika yang
tidak terlatih dalam kegiatan organisasi intra kampus UIN Alauddin
Makassar?
3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara mahasiswa yang terlatih
dan yang tidak terlatih dalam berinteraksi sosial antaraaa mahasiswa pada
Jurursan Pendidikan Fisika dalam kegiatan organisasi intra kampus di UIN
Alauddin Makassar?
C. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan adalah:
H0 = Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara mahasiswa Jurusan
Pendidikan Fisika yang terlatih dalam kegiatan organisasi dengan yang tidak
terlatih dalam kegiatan organisasi intra kampus UIN Alauddin Makassar.
H1 = Terdapat perbedaan yang signifikan antara mahasiswa Jurusan Pendidikan
Fisika yang terlatih dalam kegiatan organisasi dengan yang tidak terlatih dalam
kegiatan organisasi intra kampus UIN Alauddin Makassar.
D. Defenisi Operasional Variabel
7
1. Variabel X1: Interaksi Sosial Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika yang
Terlatih dalam Kegiatan Organisasi Intra Kampus
Terlatih adalah memiliki atau menunjukkan pengetahuan, kemampuan,
atau pelatihan untuk melakukan aktivitas tertentu atau tugas dengan baik,
biasanya berdasarkan pada pelatihan atau pengalaman sehingga dapat
menunjukkan keahlian. Mahasiswa yang terlatih dalam kegiatan organisasi
yang relative lebih kritis, analitis daripada mahasiswa pasif. Hal ini bias jadi
dipengaruhi tingginya intensitas kegiatan yang mengarah kepada
pengembangan intelektual dan kreativitas yang mereka geluti di luar kurikuler
atau waktu kuliah formal. Karena itu mereka menjadi lebih terlatih dalam
berbicara, menulis, dan meluangkan waktunya untuk belajar. Jadi bagi
mereka, organisasi adalah "kampus kedua” yang dapat menunjang belajar
tersendiri.
2. Variabel X2: Interaksi Sosial Mahasiswa yang Tidak Terlatih dalam Kegiatan
Organisasi Intra Kampus
Tidak terlatih adalah tidak memiliki kemampuan atau pengetahuan
dalam bidang tertentu. Organisasi mahasiswa intra kampus adalah organisasi
mahasiswa yang memiliki kedudukan resmi di lingkungan perguruan tinggi
8
dan mendapat pendanaan kegiatan kemahasiswaan dari pengelola perguruan
tinggi.4
Interaksi sosial merupakan faktor utama dalam kehidupan sosial.
Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut
hubungan timbal balik antara individu, antara kelompok manusia, maupun
antara individu dengan kelompok manusia. Bentuk interaksi sosial adalah
akomodasi, kerja sama, persaingan dan pertikaian.5
Menurut Kimball Young dan Raymond, W. Mack (1959) interaski
sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial karena tanpa interaksi
sosial, tak akan mungkin ada kehidupan bersama. Menurut Gillin dan Gillin
(1954) interaski sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis
yang menyangkut hubungan antara orang-orang-perorangan, antara
kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan
kelompok manusia. Apabila dua orang bertemu, interaksi sosial dimulai pada
saat itu. Mereka saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara atau bahkan
mungkin berkelahi. Aktivitas-aktivitas semacam itu merupakan bentuk-bentuk
interaksi sosial.6
4“Organisasi Mahasiswa di Indonesia.” Wikipedia Ensiklopedia Bebas.
http://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi_kemahasiswaan_intra_kampus (18 Mei 2012).
5Herimanto, Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar.(Jakarta Timur: PT Bumi Aksara,
2010), h. 52.
6Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2010), h. 54-55.
9
E. Tujuan dan Manfaat
Tujuan penelitian menunjukkan tentang apa yang ingin diperoleh.7 Oleh
karena itu, tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Mengetahui interaksi sosial mahasiswa jurusan pendidikan fisika yang terlatih
dalam kegiatan organisasi intra kampus UIN Alauddin Makassar.
2. Mengetahui interaksi sosial mahasiswa jurusan pendidikan fisika yang tidak
terlatih dalam kegiatan organisasi intra kampus UIN Alauddin Makassar.
3. Mengetahui perbedaan interaksi sosial antaraaa mahasiswa jurusan pendidikan
fisika yang terlatih dan yang tidak terlatih dalam kegiatan organisasi intra
kampus UIN Alauddin Makassar.
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Secara Ilmiah
Menambah khasanah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan
peningkatan interaksi social melalui kegiatan organisasi.
2. Secara Praktis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi mahasiswa bahwa
mengikuti organisasi kampus merupakan sarana untuk belajar meningkatkan
interaksi sosial, meningkatkan komunikasi dan mahasiswa dapat bergaul
dengan siapa saja.
7Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h.
15.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Organisasi Intra Kampus UIN Alauddin Makassar
1. Pengertian Organisasi
Organisasi adalah berasal dari istilah Yunani organon dan istilah Latin
organum yang berarti alat, bagian, anggota, atau badan. Dalam literatur
dewasa ini, arti organisasi beraneka ragam, tergantung dari sudut mana ahli
yang bersangkutan melihatnya.1 Pada dasarnya pengertian organisasi dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu organisasi dalam arti statis dan
organisasi dalam arti dinamis. Organisasi dalam arti statis merupakan wadah
atau tempat kegiatan administrasi dan manajemen yang berlansung dengan
gambaran yang jelas tentang saluran hirarkhi daripada kedudukan, jabatan
wewenang, garis komando dan tanggung jawab. Sedangkan organisasi dalam
arti dinamis merupakan proses kerja sama antara orang-orang yang tergabung
dalam suatu wadah tertentu untuk mencapai tujuan bersama seeperti yang
telah ditetapkan secara bersama pula.2
Menurut Indriyo Gitosudarmo, organisasi adalah suatu sistem yang
terdiri dari pola aktivitas kerjasama yang dilakukan secara teratur dan
1MM. Manullang, Dasar-Dasar Manajemen (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2008), h. 59. 2 Wursanto, Dasar-Dasar Ilmu Organisasi (Yogyakarta: Andi Yogyakarta,
2002), h. 41-43.
11
berulang-ulang oleh sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan.3
Menurut Oliver Sheldon (1923) organisasi adalah proses penggabungan
pekerjaan yang para individu atau kelompok-kelompok harus melakukan
dengan bakat-bakat yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas sedemikian
rupa, memberikan saluran terbaik untuk pemakaian yang efisien, sistematis,
positif, dan terakomodasi dari usaha yang tersedia.4
Organisasi dapat juga diartikan sebagai sistem kerja sama, sebagai tata
hubungan kerja, dan sebagai proses pembagian tugas. Organisasi sebagai
sistem kerja sama dapat diartikan sebagai suatu sistem mengenai pekerjaan-
pekerjaan yang dirumuskan dengan baik, dan masing-masing pekerjaan itu
mengandung wewenang, tugas dan tanggung jawab tertentu yang
memungkinkan orang-orang dari suatu organisasi dapat bekerjasama secara
efektif dalam usaha mencapai tujuan bersama. Organisasi sebagai sistem tata
hubungan kerja dapat diartikan sebagai suatu sistem tata hubungan kerja yang
sangat rumit tetapi sistematis sehingga dapat menimbulkan suatu bentuk kerja
sama yang baik dan serasi di antara para anggota atau antar unit satuan kerja
yang ada sebagai usaha untuk mencapai tujuan bersama. Organisasi sebagai
proses pembagian tugas dapat diartikan sebagai suatu proses menetapkan dan
mengelompokkan jenis pekerjaan yang akan dilakukan serta merumuskan
3Komang Ardana, Perilaku Keorganisasian, edisi 2 (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2009), h. 1. 4Sutarto. Dasar-Dasar Organisasi (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2006), h. 22.
12
suatu pelimpahan wewenang dan tanggung jawab yang memungkinkan orang-
orang yang diserahi tugas itu dapat bekerjasama secara efisien dan efektif
dalam usaha mencapai tujuan yang ditetapkan.5
2. Organisasi Intra Kampus
Organisasi mahasiswa intrakampus adalah organisasi mahasiswa yang
memiliki kedudukan resmi di lingkungan perguruan tinggi dan mendapat
pendanaan kegiatan kemahasiswaan dari pengelola perguruan tinggi.6
Organisasi kemahasiswaan dalam lingkungan UIN Alauddin adalah
organisasi intera, sebagai wahana dan prasarana pengembangan akademik,
keluhuran akhlak, peningkatan ketaqwaan, dan pembinaan integritas
bermasyarakat melalui kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler. Kegiatan
kurikuler adalah kegiatan mahasiswa yang mencakup akademik, penelitian
dan pengabdian kepada masyarakat. Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan
menyangkut kemahasiswaan yang meliputi pembinaan akhlak, moral,
pengembangan akademik, penelaran dan keilmuan, minat dan bakat,
pengabdian pada masyarakat, serta upaya mewujudkan kesejahteraan bagi
mahasiswa dalam lingkungan UIN Alauddin Makassar.7
5 Wursanto, op. cit., h. 45-51. 6“Organisasi Mahasiswa di Indonesia.” Wikipedia Ensiklopedia Bebas.
http://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi_kemahasiswaan_intra_kampus (18 Mei 2012).
7UIN Alauddin Makassar, Buku Saku Mahasiswa UIN Alauddin Makassar (Makassar: UIN Alauddin Makassar, 2008), h. 60-61.
13
Organisasi mahasiswa intra kampus dalam lingkungan UIN Alauddin
Makassar terdiri dari beberapa tingkatan yaitu Badan Eksekutif Mahasiswa
Universitas (BEM-U) adalah organisasi kemahasiswaan tingkat
institut/universitas, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas (BEM-F) adalah
organisasi kemahasiswaan tingkat fakultas, Himpunan Mahasiswa Jurusan
(HMJ) adalah organisasi kemahasiswaan yang merupakan wadah berhimpun
mahasiswa pada tingkat jurusan di setiap fakultas, Unit Kegiatan Mahasiswa
(UKM) adalah wadah berhimpun mahasiswa UIN Alauddin Makassar pada
tingkat institut/universitas yang ingin mengembangkan diri dari pembinaaan
bakat dan minat.8
Dalam organisasi apapun, komunikasi menjadi begitu penting karena
organisasi tersebut mempunyai dua pilar yakni anggota dan lingkungan.
Organisasi akan eksis apabila mampu mengendalikan anggota serta
lingkungnnya. Komunikasi adalah media yang cukup efektif untuk
mengendalikan dua pilar itu. Melalui strategi komunikasi yang baik atau tepat,
segala persoalan yang timbul dapat diselesaikan. Lewat komunikasi yang baik
orang dapat memindahkan ide, mengendalikan perilaku anak buah. Melalui
komunikasi yang tepat maka konflik, keresahan, kesalahpahaman bisa
diselesaikan.9
8Ibid., h. 61-62. 9Komang Ardana, op. cit., h. 55
14
3. Unsur-Unsur Organisasi
Organisasi mempunyai unsur-unsur sebagai berikut:
a. Sistem
Bahwa organisasi adalah kumpulan dari sub-sub sistem.
b. Pola aktivitas
Bahwa di dalamnya ada aktivitas-aktivitas yang dilakukan orang yang
dilaksanakan secara relatif teratur dan cenderung berulang.
c. Sekelompok orang
Organisasi adalah kumpulan orang-orang.
d. Tujuan
Setiap organisasi didirikan adalah untuk mencapai suatu tujuan.10
Secara sederhana organisasi mempunyai 3 unsur, yaitu orang-orang,
ada kerja sama, dan ada tujuan bersama. Akan tetapi organisasi modern
mempunyai unsur-unsur lengkap yang terdiri dari:
a. Man (orang-orang)
Man (orang-orang), dalam kehidupan organisasi atau
ketatalembagaan sering disebut dengan istilah pegawai atau personnel.
Pegawai atau personnel terdiri dari semua anggota atau warga organisasi,
yang menurut fungsi dan tingkatannya terdiri dari unsur pimpinan sebagai
unsur pimpinan tertinggi dalam organisasi, para manager yang memimpin
suatu unit satuan kerja sesuai dengan fungsinya masing-masing dan para
10Ibid., hal. 1.
15
pekerja. Semuanya itu secara bersama-sama merupakan kekuatan
manusiawi (man power) organisasi.
b. Kerja sama
Yang dimaksud dengan kerja sama adalah suatu perbuatan bantu-
membantu atau suatu perbuatan yang dilakukan secara bersama-sama
untuk mencapai tujuan bersama. Oleh karena itu semua anggota atau
semua warga yang menurut tingkatan-tingkatannya dibedakan menjadi
administrator, manager, dan pekerja (workers), secara bersama-sama
merupakan kekuatan manusiawi (man power) organisasi.
c. Tujuan bersama
Tujuan merupakan arah atau sasaran yang dicapai. Tujuan
menggambarkan tentang apa yang akan dicapai, yang diharapkan. Tujuan
merupakan titik akhir tentang apa yang harus dikerjakan. Tujuan juga
menggambarkan tentang apa yang harus dicapai melalui prosedur,
program, pola, kebijaksanaan, strategi, anggaran, dan peraturan-peraturan
yang telah ditetapkan.
d. Peralatan (equipment)
Unsur yang keempat daripada organisasi adalah peralatan yang
terdiri dari semua sarana, berupa materi, mesin-mesin, uang, dan barang
modal lainnya (tanah, gedung/bangunan/kantor).
16
e. Lingkungan (environment)
Yang termasuk sebagai faktor lingkungan ini misalnya keadaan
sosial, budaya, ekonomis, dan teknologis. Termasuk dalam unsur
lingkungan adalah kondisi atau situasi, tempat atau lokasi, dan wilayah
operasi.
f. Kekayaan alam
Yang termasuk dalam kekayaan alam ini misalnya keadaan iklim,
udara, air, cuaca, flora dan fauna.11
B. Bentuk-Bentuk Organisasi Secara Umum
Menurut pola hubungan kerja, serta lalu linta wewenang dan tanggung
jawab, maka bentuk-bentuk organisasi itu dapat dibedakan sebagai berikut;
a. Bentuk orgsnisasi garis
Organisasi garis adalah bentuk organisasi yang tertua dan paling
sederhana. Penciptanya adalah Henry Fayol dari Prancis. Sering juga
disebut bentuk organisasi militer karena digunakan pada zaman dahulu
dikalangan militer. Ciri-ciri bentuk organisasi garis adalah organisasi
masih kecil, jumlah karyawan sedikit dan saling kenal, serta spesialisasi
kerja belum begitu tinggi.
b. Bentuk organisasi fungsional
Organisasi fungsional diciptakan oleh F. W. Taylor, di mana
segelintir pimpinan tidak mempunyai bawahan yang jelas sebab setiap
11Wursanto, op. cit., h. 54-56.
17
atasan berwenang memberi komando kepada setiap bawahan, sepanjang
ada hubungannya dengan fungsi atasan tersebut.
c. Bentuk organisasi garis dan staf
Bentuk oragnisasi ini pada umumnya dianut oleh organisasi
besar, daerah kerjanya luas dan mempunyai bidang-bidang tugas yang
beraneka ragam serta rumit, serta jumlah karyawannya banyak. Pada
bentuk organisasi garis dan staf, terdapat satu atau lebih tenaga staf. Staf
yaitu orang yang ahli dalam bidang tertentu yang tugasnya memberi
nasihat dan saran dalam bidangnya kepada pejabat pemimpin di dalam
organisasi tersebut.
d. Bentuk organisasi fungsional dan staf
Bentuk organisasi fungsional dan staf merupakan kombinasi dari
bentuk organisasi fungsional dan bentuk organisasi garis dan staf.12
Atas dasar macam-macam tata hubungan yang ada di dalam
organisasi maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat berbagai
macam bentuk organisasi yaitu:13
a. Bentuk organisasi staf
b. Bentuk organisasi lini
c. Bentuk organisasi fungsi
d. Bentuk organisasi lini dan staf
12M. Manullang, op. cit., h. 61-64. 13Wursanto, op. cit., h. 81.
18
e. Bentuk organisasi fungsi dan staf
f. Bentuk organisasi lini dan fungsi
g. Bentuk organisasi lini, staf dan fungsi
1. Prinsip-Prinsip Organisasi
Prinsip-prinsip organisasi sering disebut dengan asas-asas organisasi.
Prinsip atau asas merupakan dasar, pondasi, atau sesuatu kebenaran yang
menjadi pokok atau tumpuan berpikir. Dengan demikian yang dimaksud
prinsip organisasi adalah pondasi yang menjadi pokok dasar atau yang
menjadi pangkal tolak di dalam menggerakkan organisasi. Oleh karena itu
organisasi dibangun dan digerakkan di atas pondasi yang berupa prinsip
organisasi, dan setiap prinsip mengandung suatu kebenaran.14 Penerapan
prinsip organisasi bertujuan agar organisasi dapat berjalan dengan baik.
Dalam rangka membentuk suatu organisasi yang baik atau dalam usaha
menyusun suatu organisasi, perlu diperhatikan atau dipedomani beberapa asa
atau prinsip organisasi. Ada beberapa prinsip organisasi, yaitu:
a. Perumusan tujuan dengan jelas;
b. Pembagian kerja;
c. Delegasi kekuasaan;
d. Rentangan kekuasaan;
e. Tingkat-tingkat pengawasan;
f. Kesatuan perintah dan tanggung jawab;
14Ibid., h. 217.
19
g. Koordinasi.15
Organisasi memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Mempunyai tujuan yang jelas
b. Mempunyai kesatuan perintah
c. Ada keseimbangan
d. Ada pendistribusian pekerjaan
e. Ada rentangan pengawasan
f. Ada pelimpahan wewenang
g. Ada departementalisasi
h. Ada penempatan pegawai yang tepat
i. Ada koordinasi
j. Ada balas jasa yang memuaskan.16
2. Perilaku Organisasi
Mempelajari perilaku organisasi berarti mempelajari perilaku para
anggota organisasi, baik secara individu maupun secara kelompok.
Mempelajari perilaku organisasi bukan berarti mempelajari bagaimana
organisasi itu berperilaku, tetapi mempelajari bagaimana para anggota
organisasi itu berperilaku. Memahami perilaku anggota (individu, manusia)
adalah suatu hal yang sangat sulit karena setiap manusia sebagai individu
mempunyai perilaku yang berbeda-beda. Perilaku manusia dipengaruhi oleh
15M. Manullang, op. cit., h. 64. 16Wursanto, op. cit., h. 219.
20
beberapa faktor, secara umum yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
Berdasarkan faktor yang mempengaruhi perilaku, maka perilaku organisasi
dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu perilaku intern dan perilaku ekstern.
Selain itu perilaku dapat pula dibedakan menjadi perilaku individu dan
perilaku kelompok, perilaku negatif dan perilaku positif, perilaku nyata dan
perilaku yang diarahkan.17
C. Komunikasi dan Interaksi Sosial 1. Komunikasi Dalam Organisasi
Komunikasi dalam organisasi adalah suatu proses penyampaian
informasi, ide-ide, di antara para anggota organisasi secara timbal balik dalam
rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dari pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa komunikasi dalam organisasi pada dasarnya merupakan
suatu kegiatan intern di dalam organisasi. Akan tetapi perlu diketahui bahwa
dalam prakteknya, kegiatan komunikasi dalam organisasi itu dapat melampaui
batas-batas organisasi itu sendiri. Oleh karena itu masalah dalam organisasi
menyangkut dua segi, yaitu masalah komunikasi itu sendiri dan masalah
organisasi. Semua masalah yang timbul dalam organisasi akan segera dapat
diatasi apabila komunikasi yang berlansung dalam organisasi dapat berjalan
dengan baik.18
17Ibid., h. 275. 18Ibid., h. 157.
21
Dalam organisasi apapun komunikasi menjadi begitu penting karena
organisasi tersebut mempunyai dua pilar yakni anggota dan lingkungan.
Organisasi akan eksis apabila mampu mengendalikan anggota serta
lingkungnnya. Komunikasi adalah media yang cukup efektif untuk
mengendalikan dua pilar itu. Melalui strategi komunikasi yang baik atau tepat
segala persoalan yang timbul dapat diselesaikan. Lewat komunikasi yang baik
orang dapat memindahkan ide, mengendalikan perilaku anak buah. Melalui
komunikasi yang tepat maka konflik, keresahan, kesalahpahaman bisa
diselesaikan.19
Jaringan komunikasi adalah suatu sistem pemrosesan informasi serta
pusat-pusat pembuatan keputusan yang dihubungkan dengan sejumlah jalur
media komunikasi. Jaringan komunikasi formal dalam organisasi memberikan
aturan-aturan serta batasan-batasan terhadap arus informasi diantara anggota
organisasi. Untuk lebih mudah memahami fungsi jaringan komunikasi
organisasi, dapat dibedakan ada 3 jaringan komunikasi, yaitu:
a. Komunikasi ke bawah;
b. Komunikasi ke atas;
c. Komunikasi lateral.20
19Komang Ardana, loc. cit. 20Kenneth N. Wexley, Organizational Behavior and Personnel Psychology,
terj. Muh. Shobaruddin, Perilaku Organisasi dan Psikologi Personalia, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005), h. 77.
22
Mengenai pentingnya komunikasi Allah berfirman dalam QS.Thaha : 44
Artinya: “Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-
kata yang lemah lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau takut".
2. Pengertian Interaksi Sosial
Roucek dan Warren mengemukakan bahwa interaksi adalah satu
proses melalui tindak balas tiap-tiap kelompok berturut-turut menjadi unsur
penggerak bagi tindak balas dari kelompok lain. Ia adalah suatu proses timbal
balik, dengan mana satu kelompok dipengaruhi tingkah laku reaktif pihak lain
dan dengan berbuat demikian ia mempengaruhi tingkah laku orang lain.21
Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial karena
tanpa interaksi sosial, tak akan mungkin ada kehidupan bersama. Interaksi
sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi
sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut
hubungan antara orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia,
maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Apabila dua
orang bertemu, interkasi sosial dimulai pada saat itu.22
Interaksi sosial merupakan faktor utama dalam kehidupan sosial.
Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut
hubungan timbal balik antar individu, antar kelompok manusia, maupun antar
21Abdulsyani, Sosiologi (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), h. 153. 22Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada, 2010), h. 55.
23
orang dengan kelompok manusia. Apabila dua orang atau lebih bertemu akan
terjadi interaksi sosial. Interaksi sosial tersebut bisa dalam situasi
persahabatan ataupun permusuhan, bisa dengan tutur kata, jabat tangan,
bahasa isyarat, atau tanpa kontak fisik. Bahkan hanya dengan bau keringat
sudah terjadi interkasi sosial karena telah mengubah perasaan atau saraf orang
bersamgkutan untuk menentukan tindakan.23 Walaupun orang-orang yang
bertemu muka tersebut tidak saling berbicara atau tidak saling menukar tanda-
tanda, interkasi sosial telah terjadi, karena masing-masing sadar akan adanya
pihak lain yang menyebabkan perubahan-perubahan dalam perasaan maupun
syaraf syaraf orang-orang yang bersangkutan.24
Dilihat dari sudut subjeknya, ada tiga macam interaksi sosial, yaitu:
a. Interaksi antar orang perorangan.
b. Interaksi antar orang dengan kelompoknya, dan sebaliknya.
c. Interaksi antar kelompok
Dilihat dari segi caranya, ada dua macam interaksi sosial, yaitu:
a. Interaksi lansung (direct interaction), yaitu interaksi fisik, seperti
berkelahi, hubungan seks/kelamin, dan sebagainya.
23Herimanto, Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar (Jakarta Timur: PT Bumi
Aksara, 2010), h. 52. 24Soerjono Soekanto, loc. cit.
24
b. Interaksi simbolik (symbolic interaction), yaitu interaksi dengan
mempergunakan bahasa (lisan/tertulis) dan simbol-simbol lain (isyarat),
dan lain sebagainya.25
3. Faktor-faktor Interaksi Sosial
Berlansungnya interaksi social didasarkan atas berbagai faktor, antara
lain factor imitasi, sugesti, identifikasi, simpati, motivasi, danempati.
a. Imitasi
Imitasi adalah proses atau tindakan seseorang untuk meniru orang
lain baik sikap, perbuatan, penampilan, dan gaya hidup.26Faktor imitasi
adalah dorongan untuk meniru orang lain. G. Tarde menyatakan bahwa
imitasi ini merupakan faktor satu-satunya yang melandasi interaksi
sosial.27 Imitasi adalah suatu tindakan meniru orang lain yang dilakukan
dalam bermacam-macam bentuk, seperti gaya bicara, tingakah laku, adat
dan kebiasaan, pola pikir serta apa saja yang dimiliki atau dilakukan oleh
seseorang. Menurut A.M.J. Chorus ada syarat yang harus dipenuhi dalam
mengimitasi, yaitu adanya minat atau pehatian terhadap objek atau subjek
yang akan ditiru serta adanya sikap menghargai, mengagumi, dan
memahami sesuatu yang akan ditiru.28
25Gunawan, Sosiologi Pendidikan (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), h. 32. 26Herimanto, op. cit., h. 53. 27 Abdullah, Sosiologi Pendidikan: Individu, Masyarakat, dan Pendidikan
(Jakarta. PT. Rajagrafindo Persada, 2011), h. 88. 28Syahrial Syarbaini, Dasar-dasar Sosiologi (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009),
h. 27.
25
Faktor imitasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam
proses interaksi sosial. Salah satu segi positifnya adalah bahwa imitasi
dapat mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai
yang berlaku. Namun demikian, imitasi mungkin pula mengakibatkan
terjadinya hal-hal yang negatif misalnya, yang ditiru adalah tindakan-
tindakan yang menyimpang. Selain itu, imitasi juga dapat melemahkan
atau bahkan mematikan pengembangan daya kreasi seseorang.29
b. Sugesti
Faktor sugesti adalah dorongan bagi seseorang untuk melakukan
atau bersikap seperti apa yang diharapkan oleh pemberi sugesti. Dalam
sugesti, orang dengan sengaja secara aktif memberikan pandangan,
pendapat, saran, norma, dan sebagainya, agar orang lain dapat menerima
dan melakukan apa yang diberikan.30 Sugesti adalah ransangan,
pengaruh, atau stimulus yang diberikan individu kepada individu lain
sehingga orang yang diberi sugesti itu melaksanakan apa yang
disugestikan tanpa sikap kritis dan rasional.31
Faktor sugesti berlansung apabila seseorang memberi suatu
pandangan atau sesuatu sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian
diterima oleh pihak lain. Proses sugesti terjadi apabila orang yang
memberikan pandangan adalah orang yang berwibawa atau mungkin
29Soerjono Soekanto, op. cit., h. 57. 30Abdullah, loc. cit. 31Herimanto, loc. cit.
26
karena sifatnya yang otoriter. Berlansungnya sugesti dapat terjadi karena
pihak yang menerima dilanda emosi, yang menghambat daya berpikirnya
secara rasional.32
Sugesti yang muncul ketika si penerima sedang dalam kondisi
yang tidak netral sehingga tidak dapat berpikir rasional. Pada umumnya
sugesti berasal dari orang yang mempunyai wibawa, karismatik,
memiliki kedudukan tinggi, dari kelompok mayoritas kepada minoritas.33
c. Identifikasi
Faktor identifikasi adalah faktor yang mendorong untuk menjadi
identik dengan orang lain. Orang cenderung untuk identik terhadap orang
lain yang dihormati bernilai tinggi, dikagumi, dan sebagainya.34
Identifikasi adalah upaya yang dilakukan individu untuk menjadi sama
(identik) dengan individu yang ditirunya. Proses identifikasi erat
kaitannya dengan imitasi.35 Identifikasi merupakan kecenderungan-
kecenderungan atau keinginan-keinginan dalam diri seseorang untuk
menjadi sama dengan pihak lain. Identifikasi sifatnya lebih mendalam
daripada imitasi, karena kepribadian seseorang dapat terbentuk atas dasar
proses ini.
32Soerjono Soekanto, loc. cit. 33Syahrial Syarbaini, loc. cit. 34Abdullah, loc. cit. 35Herimanto, loc. cit.
27
Proses ini dapat berlansung dengan sendirinya, maupun dengan
disengaja karena sering kali seseorang memerlukan tipe-tipe ideal
tertentu di dalam proses kehidupannya. Walaupun dapat berlansung
dengan sendirinya, proses ini berlansung dalam satu keadaan di mana
seseorang yang beridentifikasi benar-benar mengenal pihak lain (yang
menjadi idealnya) sehingga pandangan, sikap maupun kaidah-kaidah
yang berlaku pada pihak lain dapat melembaga bahkan menjiwainya.36
d. Simpati
Faktor simpati adalah faktor perasaan rasa tertarik kepada orang
lain. Simpati tersebut berkembang dalam hubungannya terhadap orang
lai, dengan adanya simpati, maka akan terjalin saling pengertian yang
mendalam atau menimbulkan rasa sosial bagi yang simpati.37 Simpati
adalah proses kejiwaan seorang individu yang merasa tertarik dengan
individu atau kelompok karena sikap, penampilan, atau perbuatannya.38
Proses simpati sebenarnya merupakan suatu proses di mana
seseorang merasa tertarik pada pihak lain. Di dalam proses ini perasaan
memegang peranan yang sangat penting, walaupun dorongan utama pada
simpati adalah keinginan untuk memahami pihak lain dan untuk bekerja
sama dengannya.39
36Soerjono Soekanto,loc. cit. 37Abdullah, loc. cit. 38Herimanto, op. cit., h. 54. 39Soerjono Soekanto,op. cit., h. 58.
28
e. Motivasi
Motivasi merupakan dorongan, ransangan, pengaruh, atau
stimulasi yang diberikan individu kepada individu lain sehingga orang
yang diberi motivasi melaksanakannya secara kritis, rasional, dan
tanggung jawab.
f. Empati
Empati adalah proses kejiwaan seorang individu untuk larut
dalam perasaan orang lain baik suka maupun duka.40 Empati merupakan
simpati mendalam yang dapat mempengaruhi kejiwaan dan fisik
seseorang, seperti seorang ibu akan merasa kesepian ketika anaknya yang
bersekolah keluar kota, ia rindu memikirkan anaknya sehingga ia jatuh
sakit.41
4. Syarat-Syarat Terjadinya InteraksiSosial
Terjadinya interaksi sosial sebagaimana yang dimaksud, karena
adanya saling mengerti tentang maksud dan tujuan masing-masing pihak
dalam suatu hubungan sosial. Interaksi merupakan proses timbal balik, dengan
mana satu kelompok dipengaruhi tingkah laku reaktif pihak lain dan dengan
demikian ia mempengaruhi tingkah laku orang lain. Orang mempengaruhi
tingkah laku orang lain melalui kontak dan komunikasi.42 Interaksi sosial
40Herimanto, loc. cit. 41Syahrial Syarbaini, loc. cit. 42Abdulsyani, loc. cit.
29
tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat, yaitu adanya
kontak sosial dan adanya komunikasi.43
a. Kontak Sosial
Kata kontak berasal dari bahasa Latin con atau cum yang artinya
bersama-sama, dan tango yang artinya menyentuh. Jadi, artimya secara
harfiah adalah bersama-sama menyentuh. Secara fisik, kontak baru terjadi
apabila terjadi hubungan badaniah.44 Kontak sosial merupakan usaha
pendekatan pertemuan fisik dan rohaniah.45 Kontak sosial adalah
hubungan antara satu orang atau lebih, melalui percakapan dengan saling
mengerti tentang maksud dan tujuan masing-masing dalam kehidupan
masyarakat.46
Secara konseptual kontak sosial dapat dibedakan antara kontak
sosial primer dan kontak sosial sekunder. Kontak sosial primer adalah
kontak sosial yang terjadi secara lansung antara seseorang dengan orang
atau kelompok masyarakat lainnya secara tatap muka. Sedangkan kontak
sosial sekunder terjadi melalui perantara yang sifatnya manusiawi maupun
dengan teknologi.47
43Soerjono Soekanto, loc. cit. 44Ibid., op. cit., h. 59. 45Syahrial Syarbaini, op. cit., h. 26. 46Abdulsyani, op. cit., h. 154. 47Burhan Bungin, Sosiologi Komunikas i(Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2009), h. 56.
30
Kontak sosial juga dapat bersifat positif dan negatif. Kontak sosial
yang positif mengarah pada suatu kerja sama, sedang yang negatif
mengarah pada pertentangan atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan
interaksi sosial.48 Kontak sosial positif terjadi oleh karena hubungan
antara kedua belah pihak terdapat saling pengertian, di samping
menguntungkan masing-masing pihak tersebut, sehingga biasanya
hubungan dapat berlansung lebih lama, atau mungkin dapat berulang-
ulang dan mengarah pada suatu kerja sama. Sedangkan yang negatif
terjadi karena hubungan antara kedua belah pihak tidak melahirkan saling
pengertian, mungkin merugikan masing-masing atau salah satu pihak,
sehingga mengakibatkan suatu pertentangan dan perselisihan.49
Kontak sosial dapat berlansung dalam lima bentuk, yaitu:
1) Dalam bentuk proses sosialisasi yang berlansung antara pribadi orang
per orang.
2) Antara orang per orang dengan suatu kelompok masyarakat atau
sebaliknya.
3) Antara kelompok masyarakat dengan kelompok masyarakat lainnya
dalam sebuah komunitas.
4) Antara orang per orang dengan masyarakat global di dunia
internasional.
48Syahrial Syarbaini, loc. cit. 49Abdulsyani, loc. cit.
31
5) Antara orang per orang, kelompok, masyarakat dan dunia global, di
mana kontak sosial terjadi secara simultan di antara mereka.50
Kontak sosial dapat berlansung dalam tiga bentuk, yaitu sebagai
berikut:
1) Antara orang-perorangan
Kontak sosial ini adalah apabila anak kecil mempelajari
kebiasaan-kebiasaan dalam keluarganya. Proses demikian terjadi
melalui sosialisasi, yaitu suatu proses, di mana anggota masyarakat
yang baru mempelajari norma-norma dan nilai-nilai masyarakat di
mana dia menjadi anggota.
2) Antara orang-perorangan dengan suatu kelompok manusia atau
sebaliknya
Kontak sosial ini misalnya adalah apabila seseorang
merasakan bahwa tindakan-tindakannya berlawanan dengan norma-
norma masyarakat atau apabila suatu partai politik memaksa anggota-
anggotanya untuk menyusuaikan diri dengan ideologi dan
programnya.
3) Antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya
Umpanya adalah dua partai politik mengadakan kerja sama
untuk mengalahkan partai politik yang ketiga di dalam pemilihan
umum. Atau apabila dua buah perusahaan bangunan mengadakan
50Burhan Bungin,loc. cit.
32
suatu kontrak untuk membuat jalan raya, jembatan, dan seterusnya di
suatu wilayah yang baru dibuka.51
b. Komunikasi
Sosiologi menjelaskan komunikasi sebagai sebuah proses
memaknai yang dilakukan oleh seseorang terhadap informasi, sikap, dan
perilaku orang lain yang berbentuk pengetahuan, pembicaraan, gerak
gerik, atau sikap, perilaku dan perasaan-perasaan sehingga seseorang
membuat reaksi-reaksi terhadap informasi, sikap, dan perilaku tersebut
berdasarkan pada pengalaman yang pernah dia alami.52 Komunikasi sosial
adalah syarat pokok lain daripada proses sosial. Komunikasi sosial
mengandung pengertian persamaan pandangan orang-orang yang
berinteraksi terhadap sesuatu.53 Komunikasi merupakan usaha
penyampaian informasi kepada manuisa lainnya. Tanpa komunikasi tidak
mungkin terjadi proses interaksi sosial.54
Arti terpenting komunikasi adalah bahwa seseorang memberikan
tafsiran pada perilaku orang lain yang berwujud pembicaraan, gerak-
gerak badaniah atau sikap, perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan
oleh orang tersebut.55 Dengan tafsiran pada orang lain, seseorang
51Soerjono Soekanto, op. cit., h. 59. 52Burhan Bungin, op. cit., h. 57. 53Abdulsyani, op. cit., h. 155. 54Syahrial Syarbaini, loc. cit. 55Soerjono Soekanto, op. cit., h. 60.
33
memberi reaksi berupa tindakan terhadap maksud orang lain tersebut.56
Dengan adanya komunikasi, maka sikap dan perasaan di satu pihak orang
atau sekelompok orang dapat diketahui dan dipahami oleh pihak orang
atau sekelompok orang lain.57
Komunikasi menggunakan isyarat-isyarat sederhana adalah bentuk
paling dasar dan penting dalam komunikasi. Karakteristik komunikasi
manusia tidak hanya menggunakan bentuk isyarat fisik, akan tetapi juga
berkomunikasi menggunakan kata-kata yaitu simbol-simbol suara yang
mengandung arti bersama dan bersifat standar. Dalam komunikasi sering
muncul berbagai macam perbedaan penafsiran terhadap makna suatu
tingkah laku orang lain akibat perbedaan konteks sosialnya.58 Seulas
senyum, misalnya dapat ditafsirkan sebagai keramah-tamahan, sikap
berrsahabat, atau bahkan sebagai sikap sinis, dan sikap ingin
menunjukkan kemenangan. Selarik lirikan misalnya, dapat ditafsirkan
sebagai tanda bahwa orang yang bersangkutan merasa kurang senang atau
bahkan sedang marah.
Komunikasi memungkinkan kerja sama antara orang perorangan
atau antara kelompok-kelompok manusia dan memang komunikasi
merupakan salah satu syarat terjadinya kerja sama. Akan tetapi, tidak
selalu komunikasi menghasilkan kerja sama bahkan suatu pertikaian
56Herimanto, op. cit., h. 53. 57Abdulsyani, loc. cit. 58Syahrial Syarbaini, loc. cit.
34
mungkin akan terjadi sebagai akibat salah paham atau karena masing-
masing tidak mau mengalah.59Agar komunikasi tidak menimbulkan hal-
hal yang tidak diinginkan maka hendaknya kita menyampaikan suatu
informasi dengan kata-kata yang pantas kita ucapkan. Sebagaimana
firman Allah dalam QS. Al-Isra’ ayat 28:
Artinya: “Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk
memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang kamu harapkan, Maka
Katakanlah kepada mereka Ucapan yang pantas.”
Komunikasi mempunyai tiga unsur penting yang selalu hadir,
yaitu sumber informasi, saluran informasi, dan penerima informasi.
Sumber informasi adalah seseorang atau institusi yang memiliki bahan
informasi untuk disebarkan kepada masyarakat luas. Saluran informasi
adalah media yang digunakan untuk kegiatan pemberitaan oleh sumber
berita, berupa media interpersonal yang digunakan secara tatap muka
maupun media massa yang digunakan untuk khalayak umum. Sedangkan
penerima informasi adalah per orang atau kelompok dan masyarakat yang
menjadi sasaran informasi atau yang menerima informasi. Selain tiga
unsur ini, yang terpenting dalam komunikasi adalah aktivitas
memaknakan informasi yang disampaikan oleh sumber informasi dan
59Soerjono Soekanto, op. cit., h. 61-62.
35
pemaknaan yang dibuat oleh penerima informasi terhadap informasi yang
diterimanya (Bungin, 2009: 58).60
D. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial
Bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa kerja sama, persaingan, dan
bahkan dapat juga berbentuk pertentangan atau pertikaian. Suatu pertikaian
mungkin mendapatkan suatu penyelesaian. Mungkin penyelesaian tersebut hanya
akan dapat diterima untuk sementara waktu, yang dinamakan akomodasi, dan ini
berarti bahwa kedua belah pihak belum tentu puas sepenuhnya.61
Menurut Gillin dan Gillin ada dua macam proses sosial yang timbul
sebagai akibat adanya interaksi sosial yang merupakan bentuk interaksi sosial,
yakni:
a. Proses yang asosiatif yaitu suatu proses sosial yang mengindikasikan adanya
gerak pendekatan atau penyatuan. Bentuk-bentuk khusus proses sosial yang
asosiatif adalah koperasi, akomodasi, asimilasi, dan akulturasi.
b. Proses yang diasosiatif yaitu proses sosial yang mengidikasikan pada gerak
ke arah perpecahan. Bentuk-bentuk khusus proses sosial yang diasosiatif
adalah kompetisi, konflik, dan kontravensi.62
Beberapa bentuk interaksi sosial, ada yang berbentuk positif, ada pula
yang berbentuk negatif. Yang positif dinamakan integrasi atau associatif process,
yaitu proses yang menyatukan. Termasuk dalam proses yang menyatakan
60Burhan Bungin, op. cit., h. 58. 61Soerjono Soekanto, op. cit., h. 64. 62Syahrial Syarbaini, op. cit., h. 27.
36
integrasi ialah koperasi, kerja sama, assimilasi. Sedangkan yang negatif
dinamakan disintegrasi atau disassociatif proces, yaitu proses yang memisahkan.
Termasuk dalam proses yang memisahkan ialah konflik dan kompetisi.63
Bentuk-bentuk interaksi sosial tersebut dapat terjadi secara berantai terus-
terus, bahkan dapat berlansung seperti lingkaran tanpa berujung. Proses sosial
tersebut bisa bermula dari setiap bentuk kerja sama, persaingan, pertikaian
ataupun akomodasi, kemudian dapat berubah lagi menjadi kerja sama, begitu
seterusnya.
a. Kerja sama
Roucek dan Warren mengatakan bahwa kerja sama berarti bekerja
bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama.64Kerja sama adalah usaha
bersama antara individu atau kelompok untuk mencapai satu atau beberapa
tujuan bersama.65
Charles Horton Cooley mengemukakan kerja sama timbul apabila
orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang
sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan
pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan
yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan
63Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2007), h.
100. 64Abdulsyani, op. cit., h. 155-156. 65Burhan Bungin, op. cit., h. 59.
37
dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-
kepentingan tersebut melalui kerja sama.66
Koperasi dalam 3 jenis yang didasarkan perbedaan di dalam
organisasi group atau di dalam sikap group, yaitu:
1) Kerjasama primer
2) Kerja sama sekunder
3) Kerja sama tertiaer (accomodation).67
Beberapa bentuk kerjasama, yaitu:
1) Gotongroyong dan kerjabakti
2) Bargaining
3) Co-optation
4) Coalition
5) Joint-venture.68
Kerja sama dapat dibedakan lagi dengan:
1) Kerja sama spontan (spontaneous cooperation)
2) Kerja sama lansung (directed cooperation)
3) Kerj sama kontrak (contractual cooperation)
4) Kerja sama tradisional (traditional cooperation).
66Soerjono Soekanto ,op. cit., h. 66. 67Abu Ahmadi, op. cit., h. 101. 68Burhan Bungin, loc. cit.
38
b. Akomodasi
Menurut Gillin dan Gillin akomodasi adalah suatu pengertian yang
digunakan oleh para sosiolog untuk menggambarkan suatu proses dalam
hubungan-hubungan sosial yang sama.69 Akomodasi adalah proses sosial
dengan dua makna, pertama adalah proses sosial yang menunjukkan pada
suatu keadaan yang seimbang (equilibrium) dalam interaksi sosial antara
individu dan antara kelompok di dalam masyarakat. Kedua adalah menuju
pada suatu proses yang sedang berlansung, di mana accomodation
menampakkan suatu proses untuk meredam suatu pertentangan yang sedang
terjadi di masyarakat.
Bentuk-bentuk accomodation adalah sebagai berikut:
1) Coersion, yaitu bentuk akomodasi yang terjadi karena adanya paksaan
maupun kekerasan secara fisik atau psikologis.
2) Compromise, yaitu bentuk akomodasi yang dicapai karena masing-
masing pihak yang terlibat dalam proses ini saling mengurangi
tuntutannya agar tercapai penyelesaian oleh pihak ketiga atau badan yang
kedudukannya lebih tinggi dari pihak-pihak yang bertentangan.
3) Mediation, yaitu bentuk akomodasi yang dilakukan melalui penyelesaian
oleh pihak ketiga yang netral.
4) Conciliation, yaitu bentuk akomodasi yang terjadi melalui usaha untuk
mempertemukan keinginan-keinginan dari pihak-pihak yang berselisih.
69Soerjono Soekanto, op. cit., h. 67, 69.
39
5) Toleration, yaitu bentuk akomodasi secara tidak formal dan dikarenakan
adanya pihak-pihak yang mencoba untuk menghindari diri dari
pertikaian.
6) Stalemate, yaitu pencapaian akomodasi di mana pihak-pihak yang
bertikai dan mempunyai kekuatan yang sama berhenti pada satu titik
tertentu dan masing-masing di antara mereka menahan diri.
7) Adjudication, yaitu di mana berbagai usaha akomodasi yang dilakukan
mengalami jalan buntu sehingga penyelsaiannya menggunakan jalan
pengadilan.70
Tujuan akomodasi dapat berbeda-beda sesuai dengan situasi yang
dihadapinya, yaitu:
1) Untuk mengurangi pertentangan antara perorangan atau kelompok-
kelompok manusia sebagai akibat perbedaan paham. Akomodasi ini
bertujuan untuk menghasilkan suatu sintesa antara kedua pendapat
tersebut, agar menghsilkan suatu pola yang baru.
2) Mencegah meledaknya suatu pertentangan untuk sementara waktu atau
temporer.
3) Untuk memungkinkan terjadinya kerja sama antara kelompok-kelompok
sosial yang hidupnya terpisah sebagai akibat faktor-faktor sosial
psikologis dan kebudayaan, seperti yang dijumpai pada masyarakat yag
mengenal sistem berkasta.
70Burhan Bungin, op. cit., h. 61.
40
4) Mengusahakan peleburan antara kelompok-kelompok sosial yang
terpisah, misalnya lewat perkawinan campuran atau asimilasi dalam arti
luas.71
c. Asimilasi
Asimilasi merupakan proses lanjutan dari akomodasi. Pada proses
asimilasi terjadi proses peleburan kebudayaan, sehingga pihak-pihak dari
berbagai kelompok yang tengah berasimilasi akan merasakan adanya
kebudayaan tunggal yang dirasakan milik bersama. Proses asimilasi ditandai
adanya usaha-usaha mengurangi berbagai perbedaan yang terdapat antara
orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia dan juga meliputi usaha-
usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap-sikap dan proses-proses
mental dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan dan tujuan-tujuan
bersama.72
Menurut Bungin (2009: 62), proses asimilasi terjadi apabila:
1) Kelompok-kelompok yang berbeda kebudayaan.
2) Individu sebagai waraga kelompok bergaul satu dengan lainnya secara
intensif untuk waktu relatif lama.
3) Kebudayaan dari msing-masing kelompok saling menyesuaikan
terakomodasi satu dengan lainnya.
71Soerjono Soekanto, op. cit., h. 69. 72Syahrial Syarbaini, op. cit., h. 30.
41
4) Dan menghasilkan budaya baru yang berbeda dengan budaya induknya.73
Dalam proses asimilasi, ada beberapa bentuk interaksi sosial yang
memberi arah ke suatu proses asimilasi bila memiliki syarat-syarat sebagai
berikut:
1) Interaksi sosial tersebut bersifat suatu pendekatan terhadap pihak lain, di
mana pihak yang lain tadi juga berlaku sama.
2) Interaksi sosial tersebut tidak mengalami halangan-halangan atau
pembatasan-pembatasan.
3) Interaksi sosial tersebut bersifat lansung dan primer.
4) Frekuensi interaksi sosial tinggi dan tetap, serta keseimbangan antara
pola-pola asimilasi tersebut.74
Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya suatu proses asimilasi
antara lain:
1) Toleransi
2) Kesempatan-kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi
3) Sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya
4) Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat
5) Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan
6) Adanya musuh bersama di luar.75
73Burhan Bungin, op. cit., h. 62. 74Soerjono Soekanto, op. cit., h. 74. 75Syahrial Syarbaini, op. cit., h. 31.
42
Selain faktor-faktor yang mempermudah asimilasi, ada pula faktor-
faktor yang menghambat proses tersebut. faktor-faktor yang menjadi
penghalang terjadinya asimilasi antara lain:
1) Terisolasinya kehidupan suatu kelompok tertentu dalam masyarakat.
2) Kurangnya pengetahuan tentang kebudayaan yang dimiliki kelompok
lain di dalam masyarakat.
3) Perasaan takut terhadap kekuatan suatu kebudayaan yang dihadapi.
4) Perasaan bahwa suatu kebudayaan golongan atau kelompok tertentu
lebih tinggi daripada kebudayaan golongan atau kelompok lainnya.
5) perbedaan warna kulit atau ciri-ciri badaniah.
6) Kuatnyain-group feeling, yakni adanya suatu perasaan yang kuat sekali
bahwa individu terikat pada kelompok dan kebudayaan kelompok yang
bersangkutan.
7) Jika golongan minoritas mengalami gangguan-gangguan dari golongan
yang berkuasa.
8) Perbedaan kepentingan dan konflik pribadi.
d. Persaingan
Persaingan dapat diartikan sebagai suatu proses sosial, di mana
individu atau kelompok-kelompok manusia yang bersaing mencari
keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu
menjadi pusat perhatian umum dengan cara menarik perhatian public atau
dengan mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan
43
ancaman atau kekerasan. Persaingan mempunyai dua tipe umum, yakni yang
bersifat pribadi dan tidak pribadi.Persaingan yang bersifat pribadi, orang-
perorangan, atau individu secara langsung bersaing.di dalam persaingan yang
tidak bersifat pribadi, yang langsung bersaing adalah kelompok.76
Bentuk persaingan dapat berupa:
1) Persaingan ekonomi
2) Persaingan kebudayaan
3) Persaingan status sosial
4) Persaingan ras.77
Persaingan dalam batas-batas tertentu dapat mempunyai beberapa
fungsi, yaitu sebagai berikut:
1) Menyalurkan keinginan-keinginan individu atau kelompok yang bersifat
kompetitif.
2) Sebagai jalan di mana keinginan, kepentingan serta nilai-nilai yang pada
suatu masa menjadi pusat perhatian, tersalurkan dengan baik oleh mereka
yang bersaing.
3) Sebagai alat untuk mengadakan seleksi atas dasar seks dan sosial.
4) Sebagai alat menyaring para warga golongan karya (fungsional) yang
akhirnya akan menghasilkan pembagian kerja yang efektif.78
76Soerjono Soekanto, op. cit., h. 83. 77Syahrial Syarbaini, op. cit., h. 32. 78Soerjono Soekanto, op. cit., h. 85.
44
e. Pertikaian (conflict)
Pertiakaian merupakan proses sosial di mana seseorang atau
kelompok social berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menantang
lawannya dengan ancaman atau kekerasan. Pertikaian terjadi karena
perbedaan dipertajam oleh emosi/perasaan, apalagi di dukung pihak ketiga.
Bila kekuatan pihak yang bertikai berimbang dan disusul perubahan sikap
dan penyesuaian diri pada kondisi perubahan, maka disebut akomodasi. Jika
kekuatan tidak seimbang, lalu pihak terkuat atau terbesar memaksakan
pendiriannya, maka disebut dominasi.79
Adapun sebab-sebab pertikaian ialah:
1) Perbedaan budaya yang melatarbelakangi sikap atau pendirian kelompok
yang menyebabkan pertentangan antara kelompok.
2) Perbedaan pendirian atau sikap yang tidak terkendali oleh akal.
3) Bentrokan kepentingan, misalnya bidang ekonomi, politik dan
sebagainya.
4) Perubahan sosial yang diiringi perubahan sikap tentang nilai tertentu
sebagai akibat perubahan atau disorganisasi.80
Petikaian (conflict) yang terjadi dapat berupa:
1) Pertikaian pribadi,
2) Pertikaian rasial dan budaya
79Syahria lSyarbaini, op. cit., h. 33. 80Ibid., h. 34.
45
3) Pertikaian antara kelassosial
4) Pertikaian politik dan pengaruh
5) Pertikaian internasional
f. Kontravensi
Kontravensi berasal dari kata Latin, yakni conta dan venire, yang
berarti menghalangi atau menantang.dalam kata ini mengandung makna
usaha untuk menghalangi pihak lain mencapai tujuan. Hal utama dalam
proses social ini adalah menggagalkan tercapainya tujuan pihak lain.
Sebabnya ada rasa tidak senang terhadap keberhasilan pihak lain yang dirasa
merugikan, walaupun tidak bermaksud menghancurkan pihak lain.81
Kontravensi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses sosial
yang berada antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian. Dalam
bentuknya yang murni, kontravensi merupakan sikap mental yang
tersembunyi terhadap orang-orang lain atau terhadap unsur-unsur kebudayaan
suatu golongan tertentu. Sikap tersembunyi tersebut dapat berubah menjadi
kebencian, tetapi tidak sampai menjadi pertentangan atau pertikaian.
Bentuk kontravensi menurut Leopold von Wiese dan Howard Becker
ada lima, yaitu:
1) Yang umum meliputi perbuatan-perbuatan seperti penolakan,
perlawanan, perbuatan menghalang-halangi, protes, gangguan-gangguan,
perbuatan kekerasan, dan mengacaukan rencana pihak lain.
81Ibid., h. 35.
46
2) Yang sederhana seperti menyangkal pernyataan orang lain di muka
umum, memaki-maki melalui surat selebaran, mencerca, memfitnah,
melemparkan beban pembuktian kepada pihak lain, dan seterusnya.
3) Yang insentif mencakup penghasutan, menyebarkan desas-desus,
mengecewakan pihak-pihak lain, dan seterusnya.
4) Yang rahasia, umpamanya mengumumkan rahasia pihak lain, perbuatan
khianat, dan seterusnya.
5) Yang taktis, misalnya mengejutkan lawan, mengganggu atau
membingungkan pihak lain.82
Kontravensi dapat dilakukan dengan cara-cara berikut:
1) Kasar dan halus
2) Terbuka dan tersembunyi
3) Resmi dan tidak resmi.83
82Soerjono Soekanto, op. cit., h. 88. 83Syahrial Syarbaini, loc. cit.
47
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk medapatkan
data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut ada empat kata
kunci yang perlu diperhatikan, yaitu cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan. Cara
ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu
rasional, empiris dan sistematis. Data yang diperoleh melalui penelitian itu adalah
data empiris (teramati) yang mempunyai kriteria tertentu yaitu valid. Setiap
penelitian mempunyai tujuan dan kegunaan tertentu. Secara umum tujuan penelitian
ada tiga macam yaitu yang bersifat penemuan, pembuktian, dan pengenmbangan.
Secara umum data yang telah diperoleh dari penelitian dapat digunakan untuk
memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah.1
A. PopulasidanSampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas; obyek/subyek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi
bukan hanya orang, tetapi juga benda-benda alam yang lain. Populasi juga
1Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D (Bandung:
Alfabeta, 2011), h. 2.
48
bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi
meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh obyek/subyekitu.2
Dalam suatu penelitian, ada objek yang diteliti untuk memperoleh data
yang dibutuhkan. Objek tersebut adalah populasi, yaitu seluruh elemen yang
menjadi objek penelitian. Dengan kata lain, data secara menyeluruh terhadap
elemen yang menjadi objek penelitian, tanpater kecuali.3 Selain itu, populasi
juga didefenisikan sebagai keseluruhan sel unit-unit tentang informasi yang
diinginkan.4 Pengertian lain menyebutkan bahwa populasi adalah kelompok
besar dan wilayah yang menjadi lingkup penelitian.5
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa populasi
merupakan keseluruhan objek yang menjadi sasaran penelitian. Maka populasi
pada penelitian ini adalah Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika UIN
Alauddin Makassar semester 2 sampai semester 6 berjumlah 268 orang.
Mahasiswa yang terlatih dalam kegiatan organisasi intra kampus berjumlah
108 orang dan yang tidak terlatih berjumlah 160 orang.
2Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian (Cet. 6; Bandung: Alfabeta, 2004), h. 55.
3Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), h. 28.
4Muri Yusuf, Statistik Pendidikan (Padang: Angkasa Raya, 1987), h. 16. 5 Nana Sudjana, Penelitian dan Penilaian Pendidikan (Bandung: Sinar Baru
Algesindo, 2010), h. 250.
49
2. Sampel
Sampel adalah kelompok kecil yang secara nyata kita teliti dan tarik
kesimpulan dari padanya.6 Sampel juga merupakan bagian dari populasi.7
Selain itu, sampel juga didefinisikan sebagai penilitian sebagian kecil saja dari
seluruh elemen yang menjadi objek penelitian.8
Sampel merupakan sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti.
Apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua dan jika
subjeknya besar dapat diambil 10-15 % atau 20-25 % atau lebih tergantung
kemauan peneliti dari segi dana, tenaga dan besar kecilnya resiko yang
ditanggung peneliti.9
Dari uraian di atas,maka penulis akan menggunakan teknik simple
random sampling, yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi yang
dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi
itu,10 dengan menetapkan sebesar 20 % sehingga ditetapkan anggota sampel
untuk mahasiswa yang terlatih dalam kegiatan organisasi berjumlah 20 orang
dan yang tidak terlatih berjumlah 20 orang.
6Ibid., h. 250. 7Moh.Nasir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), h. 325. 8Anas Sudijono, op. cit., h. 29. 9Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Jakarta: RinekaCipta, 2009), h.
108. 10Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 82.
50
Tabel 3.1 Anggota sampel untuk mahasiswa Pendidikan Fisika
No Semester Terlatih Tidak Terlatih Jumlah
1 2 3 13 16
2 4 6 4 10
3 6 11 3 14
Jumlah 20 20 40
Tabel 3.2 Organisasi intra kampus yang digeluti oleh mahasiswa Pendidikan
Fisika yang terlatih dalam kegiatan organisasi intra
No Jumlah Anggota Sampel Organisasi Intra
1 8 HMJ Pendidikan Fisika, UKM Pramuka
2 12 HMJ Pendidikan Fisika
B. JenisPenelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif komparatif.
Penelitian kuantitatif adalah sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada
filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,
pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif/ statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan.11 Dikatakan penelitian komparatif karena rumusan masalah yang
digunakan adalah rumusan masalah komparatif yaitu rumusan masalah penelitian
yang membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih
sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda.12
11Sugiyono, Kuantitatif, h. 8. 12Sugiyono, Pendidikan, h. 36.
51
C. InstrumenPenelitian
Secara fungsional kegunaan instrument penelitian adalah untuk
memperoleh data yang diperlukan ketika peneliti sudah menginjak pada langkah
pengumpulan informasi dilapangan.13 Instrumen penelitian sebagai alat
pengumpul data, dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu tes, wawancara dan
kuesioner, daftar inventory, skala pengukuran, observasi, dan sosiometri.14
Berdasarkan jenis-jenis instrumen di atas, jenis instrument penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah angket ataukuesioner, daftar inventory.
Angket biasanya terdiri atas sejumlah pernyataan yang harus dinilai atau
pertanyaan yang harus dijawab oleh responden. Angket dibicarakan dengan
memusatkan perhatian pada masalah yang ingin dipecahkan. Setiap pernyataan
atau pertanyaan merupakan bagian dari hipotesis yang akan diuji. Angket yang
digunakan peneliti ada 2 yaitu angket untuk diberikan kepada responden dan
angket untuk diberikan kepada dosen dan mahasiswa sebagai bentuk crosscek
terhadap responden.
13Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: BumiAksara, 2010), h.
75. 14Nana Sudjana, Penelitian dan Penilaian Pendidikan (Bandung: Sinar Baru
Algesindo, 2010), h. 99.
52
D. Tahap Pengumpulan Data
1. Tahap Persiapan
Yaitu tahap awal dalam memulai suatu kegiatan sebelum peneliti
mengadakan penelitian langsung kelapangan untuk mengumpulkan data. Pada
tahap ini penulis melakukan persiapan seperti menyiapkan proposal
penelitian, menyususn instrument penelitian yaitu angket, mengurus surat izin
untuk mengadakan penelitian kepada pihak-pihak yang bersangkutan.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap ini merupakan tindak lanjut dari tahap persiapan. Pada tahap ini
peneliti melakukan penelitian lansung kelapangan yang akan diteliti dengan
menggunakan instrument penelitian yaitu angket atau kuesioner. Tahap ini
digunakan untuk mengumpulkan data yang diinginkan dalam penelitian untuk
menguji kebenaran hipotesis.
3. Tahap Pengolahan Data
Setelah melakukan penelitian untuk mengumpulkan data yang
diinginkan, peneliti melakukan tahap pengolahan data. Pada tahap ini, peneliti
mulai melakukan analisis data dari data yang diperoleh dari tahap
pelaksanaan.
4. Tahap Finalisasi dan Pelaporan
Setelah pengolahan data dilakukan, peneliti melakukan tahap
selanjutnya yaitu tahap finalisasi dan pelaporan. Pada tahap ini peneliti
melakukan penyusunan skripsi secara lengkap.
53
E. Teknik Analisis Data
Dalam penulisan hasil penelitian ini, untuk menjawab rumusan masalah
yang diangkat, maka penulis menggunakan beberapa analisis antara lain:
1. Statistik Deskriptif
Stastistik deskriptif adalah stastistik yang digunakan untuk
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data
yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat
kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.
Penggunaan statistik deskriptif dalam hal ini berfungsi untuk
menjawab permasalahan pertama, kedua dan ketiga dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
1) Membuat tabulasi frekuensi dengan langkah langkah sebagai berikut:
a) Menentukan Rentang Nilai (RT) adalah nilai terbesar dikurangi nilai
terkecil
RT = NT – NR
Keterangan: RT = RentangNilai
NT = NilaiTerbesar
NR = NilaiTerkecil
b) Menentukan banyak interval kelas
K= 1 + (3,3) log n
Keteragan: K = Kelas interval
N = jumlah mahasiswa.
54
c) Menghitung Panjang kelas interval.15
� = �������
�����������.
2) Menghitung mean Mean Score (�̅).16
�̅ =∑ �
�
Keterangan:
�̅ = Mean yang kita cari
Σ = Jumlah dari hasil perkalian antara Mean point dari masing-masing
interval dan frekuensi
� = Banyaknya Responden (frekuensi data).
� = Nilai mentah yang dimiliki subjek/ skor
3) Menghitung simpangan baku (standar deviasi) dengan menggunakan
rumus:
�� = �∑���
�
Keterangan :
�� = Standar Deviasi
∑��� = Jumlah hasil perkalian antara frekuensi masing-masing
skor, dengan deviasi skor yang telah dikuadratkan.
� = Banyaknya Responden.17
15Subana, Statistik Pendidikan (Bandung: Pustaka Setia, 2000), h. 39-40. 16Ibid.,h. 63.
55
4) Membuat Kategori
� =∑�����∑�����������������
∑��������
Kategori variabel
Tabel 3.3 Kategori nilai untuk tingkat interaksi sosial mahasiswa
No Kategori Nilai
SR R S T ST
Keterangan : SR = Sangat Rendah
R = Rendah
S = Sedang
T = Tinggi
ST = Sangat tinggi
2. StatistikInferensial
Statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis penelitian.
Dengan rumus sebagai berikut:
1) Menentukan harga t hitung dengan menggunakan rumus t dua sampel
sebagai berikut ;
� =�� − ���������������
����
��+���
��
17Anas Sudijono, op. cit., h. 158.
56
Keterangan:
� = Harga t
�̅ = Mean
� = Standar deviasi
� = Banyaknya subjek
2) Penentuan Taraf Signifikan
α = 0,05 n = 40 sehingga: ttabel= 2,021
3) Pengujian Hipotesis
H0 = ditolak jika, -ttabel ≤ thitung ≤ ttabel
H1 = diterima jika, thitung > ttabel atau – thitung< -ttabel. 18
18Sugiyono, Kuantitatif, h. 197.
57
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar
Prodi Pendidikan Fisika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin
Makassar menerima mahasiswa sejak tahun 2004 yang dipimpin oleh Ketua
Jurusan Muh. Yusuf Hidayat dan Wakil Ketua Jurusan Andi Halimah dengan Visi
dan Misi jurusan sebagai berikut:
1. Visi
Sebagai wadah pengembangan dan pembinaan tenaga pendidik fisika yang
profesional."
2. Misi
a. Membentuk tenaga pendidik yang menguasai ilmu pengetahuan Fisika.
b. Membina tenaga pendidik Fisika yang mencintai tugasnya, menaati aturan
dan etika keguruan serta norma-norma ajaran Islam.
c. Mengingkatkan kualitas tenaga pendidik Fisika, baik aqidah, akhlak,
maupun sikap yang ilmiah.
d. Membina tenaga pendidik Fisika yang memiliki pola pikir yang logis,
berparadigma, bermoral, berwawasan kebangsaan dan kemanusiaan yang
dilandasi dengan iman dan takwa yang kuat.
58
e. Membina tenaga pendidik Fisika yang memiliki ketajaman intelektual
sehingga mampu mentransfer nilai-nilai pendidikan secara sistematis yang
bersumber dari ajaran ke-Islam-an.
f. Membantu menyelesaikan persoalan manusia secara universal dengan
pendekatan ilmu Pendidikan Fisika yang bernuansa Islam.
Adapun banyaknya mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar mulai dari angkatan 2004
sampai dengan angkatan 2011 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 : Mahasiswa Pendidikan Fisika
Angkatan Jumlah Mahasiswa
2004 33
2005 39
2006 51
2007 69
2008 69
2009 66
2010 106
2011 96
Jumlah total mahasiswa 529
59
B. Interaksi Sosial Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika yang Terlatih dalam Kegiatan Organisasi Intra Kampus UIN Alauddin Makassar
Dari data hasil penelitian terhadap 20 orang mahasiswa yang menjadi
sampel dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan data tentang interaksi sosial
mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika yang terlatih dalam kegiatan organisasi
intra kampus UIN Alauddin Makassar
Data tersebut disajikan dalam bentuk data mentah yakni sebagai berikut:
Tabel 4.2 Data mahasiswa yang terlatih dalam kegiatan organisasi intra kampus
No Nama Semester Nilai
1 Alrianti 4 232
2 Imam Permana 6 264
3 Fitriani Kadir 6 273
4 Ilman Borahima 6 258
5 Anugrah Syamsuar 4 245
6 Azmar 4 266
7 Gigih Adrian Said 2 229
8 Aslamuddin MM. 6 271
9 Farhan Rahman 4 239
10 Edi Putra Irawan 6 278
11 Tajrin 6 253
12 Nurhadi Kusuma H. 2 230
13 Abdul Majid 6 241
14 Hasan Wahyudi 2 212
15 Asdar 6 279
16 Zulkifli 4 199
17 Mustawarman 6 227
18 Jusman 6 240
19 Hajeriati 6 237
20 Sumitro Jaya 4 195
60
1. Membuat Tabel Frekuensi
Untuk mengetahui rata-rata atau mean skor, interaksi sosial mahasiswa
jurusan Pendidikan Fisika yang terlatih dalam kegiatan organisasi intra
kampus tersebut berdistribusi normal atau tidak, maka data tersebut dianalisis
melalui statistik deskriptif. Oleh karena itu, skor tersebut dimasukkan dalam
tabel frekuensi.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan tabel
frekuensi adalah sebagai berikut:
a. Menghitung rentang data dengan rumus
R = (Xt – Xr)
= 279 - 195
= 84
b. Menghitung jumlah kelas interval
K = 1 + 3,3 log n
Dimana n adalah jumlah sampel
K = 1 + 3,3 log 20
= 1 + 3,3 (1,301)
= 1 + 4,29
= 5, 29
= 5 (pembulatan)
61
c. Panjang kelas
� =�
�
=84
5
= 16,8
= 17 (pembulatan)
d. Tabel distribusi frekuensi
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi interaksi sosial mahasiswa Pendidikan Fisika
yang terlatih dalam kegiatan organisasi intra Kampus UIN
Alauddin Makassar
No Kelas Kelas Interval Frekuensi 1 2 3 4 5
195 – 211 212 – 228 229 – 245 246 – 262 263 – 279
2 2 8 2 6
Jumlah 20
Untuk memudahkan dalam pengambilan kesimpulan mengenai
interaksi sosial mahasiswa Pendidikan Fisika yang terlatih dalam kegiatan
organisasi intra Kampus UIN Alauddin Makassar, maka penulis harus
menganalisis untuk menentukan rata-rata atau mean skor.
62
Tabel 4.4 Tabel penolong untuk rata-rata interaksi sosial mahasiswa
Jurusan Pendidikan Fisika yang terlatih dalam kegiatan
organisasi intra Kampus UIN Alauddin Makassar
No. Interval Fi Xi FiXi
1 2 3 4 5
195 – 211 212 – 228 229 – 245 246 – 262 263 – 279
2 2 8 2 6
203 220 237 254 271
406 440 1896 508 1626
Jumlah 20 1185 4876
2. Menghitung Rata-Rata
�̅ =∑����∑��
=4876
20
= 243,8
3. Menghitung Standar Deviasi
N
fxSD
2
63
Tabel 4.5 Tabel penolong untuk standar deviasi interaksi sosial mahasiswa
Jurusan Pendidikan Fisika yang Terlatih dalam kegiatan organisasi
intra Kampus UIN Alauddin Makassar.
No. Interval f x f.x fx2
1 2 3 4 5
195 – 211 212 – 228 229 – 245 246 – 262 263 – 279
2 2 8 2 6
-2 -1 0 1 2
-4 -2 0 2 6
8 2 0 2
12 Jumlah 20 2 22
Jadi,
N
fxSD
2
20
22SD
1,1SD
05,1SD
4. Menentukan Presentase
Karena angket penelitian ini berjumlah 80 item soal dengan 4
alternatif jawaban, dan 5 kriteria penilaian, sehingga interval penelitian
dapat diperoleh sebagai berikut:
� =80 × 4
5
=64
64
Jika data tersebut dikelompok kedalam 5 kelompok, maka dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.6 Kriteria pengkategorian interaksi sosial mahasiswa Jurusan
Pendidikan Fisika yang terlatih dalam kegiatan organisasi intra
Kampus UIN Alauddin Makassar
No Interval Frekuensi Kategori Presentase (%) 1 2 3 4 5
0 – 64 65 – 129 130 – 194 195 – 259 260 - 324
0 0 0
14 6
Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi
Sangat Tinggi
0 0 0
70 % 30 %
Jumlah 20 100%
C. Interaksi Sosial Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika yang Tidak Terlatih dalam Kegiatan Organisasi Intra Kampus UIN Alauddin Makassar
Dari data hasil penelitian terhadap 20 orang mahasiswa yang menjadi
sampel dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan data tentang interaksi sosial
mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisikayang tidak terlatih dalam kegiatan
organisasi intra Kampus UIN Alauddin Makassar.
Data tersebut disajikan dalam bentuk data mentah yakni sebagai berikut:
Tabel 4.7 Data mahasiswa yang tidak terlatih dalam kegiatan organisasi intra
kampus
No Nama Semester Nilai
1 Cici Antasari 2 231
2 Ilham Badawi 2 221
3 Dia Fajar Wati Ningsi 2 260
4 Alifah Nur Rahmah 2 256
65
5 Awalia A. 6 202
6 Rubiati 4 197
7 Nurfadillah 6 204
8 Kasmawati 2 226
9 Devi Dina Mardiana 2 256
10 Fitriani 2 241
11 Rosni Hasnim 4 286
12 Fardiana Jamhal 2 238
13 Hani Rahmadianti 2 236
14 Ramlah 4 239
15 Ridha Mustakim 2 223
16 Tafikuddin A. 2 289
17 Sutrisno 2 246
18 Kurnia 6 226
19 Haslina Hamka 2 233
20 Desi Ahmad 4 243
1. Membuat Tabel Frekuensi
Untuk mengetahui rata-rata atau mean skor, interaksi sosial mahasiswa
Jurusan Pendidikan Fisikayang tidak terlatih dalam kegiatan organisasi intra
kampus tersebut berdistribusi normal atau tidak, maka data tersebut dianalisis
melalui statistik deskriptif. Oleh karena itu, skor tersebut dimasukkan dalam
tabel frekuensi.
66
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan tabel
frekuensi adalah sebagai berikut:
a. Menghitung rentang data dengan rumus
R = (Xt – Xr)
= 289 - 197
= 92
b. Menghitung jumlah kelas interval
K = 1 + 3,3 log n
Dimana n adalah jumlah sampel
K = 1 + 3,3 log 20
= 1 + 3,3 (1,301)
= 1 + 4,29
= 5, 29 = 5 (pembulatan)
c. Panjang kelas
� =�
�
=92
5
= 18,4
= 18 (pembulatan)
67
d. Tabel distribusi frekuensi
Tabel 4.8 Distribusi frekuensi interaksi sosial mahasiswa Pendidikan Fisika
yang tidak terlatih dalam kegiatan organisasi intra Kampus UIN
Alauddin Makassar
No Kelas Kelas Interval Frekuensi 1 2 3 4 5
197 – 215 216 – 234 235 – 253 254 – 272 273 - 291
3 5 6 3 2
Jumlah 20
Untuk memudahkan dalam pengambilan kesimpulan mengenai
interaksi sosial mahasiswa Pendidikan Fisika yang tidak terlatih dalam
kegiatan organisasi intra Kampus UIN Alauddin Makassar, maka penulis
harus menganalisis untuk menentukan rata-rata atau mean skor.
Tabel 4.9 Tabel penolong untuk rata-rata interaksi sosial mahasiswa
Jurusan Pendidikan Fisika yang tidak terlatih dalam kegiatan
organisasi intra KampusUIN Alauddin Makassar.
No. Interval Fi Xi FiXi
1 2 3 4 5
197 – 215 216 – 234 235 – 253 254 – 272 273 – 291
3 5 6 3 2
206 225 244 263 282
618 1125 1464 789 564
Jumlah 20 1220 4560
68
2. Menghitung Rata-Rata
�̅ =∑����∑ ��
=4560
20
= 228
3. Menghitung Standar Deviasi
�� = �∑���
�
Tabel 4.10 Tabel penolong untuk standar deviasi interkasi sosial mahasiswa
Jurusan Pendidikan Fisika yangtidak terlatih dalam kegiatan
organisasi intra Kampus UIN Alauddin Makassar
No. Interval f x f.x fx2
1 2 3 4 5
197 – 215 216 – 234 235 – 253 254 – 272 273 – 291
3 5 6 3 2
-2 -1 0 1 2
-6 -5 0 3 4
12 5 0 3 8
Jumlah 20 -4 28
Jadi,
N
fxSD
2
20
28SD
69
4,1SD
18,1SD
4. Menentukan Presentase
Karena angket penelitian ini berjumlah 80 item soal dengan 4
alternatif jawaban, dan 5 kriteria penilaian, sehingga interval penelitian dapat
diperoleh sebagai berikut:
� =80 × 4
5
=64
Jika data tersebut dikelompok kedalam 5 kelompok, maka dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.11Kriteria pengkategorian interaksi sosial mahasiswa Jurusan
Pendidikan Fisika yang tidak terlatih dalam kegiatan organisasi
intra Kampus UIN Alauddin Makassar
No Interval Frekuensi Kategori Presentase (%) 1 2 3 4 5
0 – 64 65 – 129
130 – 194 195 – 259 260 - 324
0 0 0
17 3
Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi
Sangat Tinggi
0 0 0
85 % 15 %
Jumlah 100%
70
D. Analisis Inferensial
Analisis inferensial interaksi sosial mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika
yang terlatih dan yang tidak terlatih dalam kegiatan organisasi intra Kampus UIN
Alauddin Makassar
1. Menentukan harga t hitung dengan menggunakan rumus t dua sampel
sebagai berikut ;
Untuk menganalisi inferensial dari penelitian ini, maka peneliti
menggunakan rumus uji t sebagai berikut:
� =�� − ��
����
��+
���
��
� =243,8 − 228
��,���
��+
�,���
��
� =15,8
�0,07 + 0,05
� =15,8
√0,12
� =15,8
0,37
� = 42,7
71
2. Penentuan Taraf Signifikan
α = 0,05
ttabel= 2,021
Karena ������� = 42,7 > ������ = 2,021 maka Ho di tolak atau H1 diterima.
Kesimpulannya:
Terdapat perbedaan yang signifikan antara Interaksi Sosial Mahasiswa
Jurusan Pendidikan Fisika yang Terlatih dan yang Tidak Terlatih dalam
Kegiatan Organisasi Intra Kampus UIN Alauddin Makassar
E. Hasil Crosscek Interaksi Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika yang Terlatih dalam Kegiatan Organisasi Intra Kampus UIN Alauddin Makassar
Dari data hasil crosscek terhadap 20 orang mahasiswa yang menjadi sampel
dalam penelitian ini yang dilakukan oleh dosen dan mahasiswa, maka dapat
disimpulkan data tentang interaksi sosial mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika
yang terlatih dalam kegiatan organisasi intra Kampus UIN Alauddin Makassar.
Data tersebut disajikan dalam bentuk data mentah yakni sebagai berikut:
Tabel 4.12 Data hasil crosscek mahasiswa yang terlatih dalam kegiatan
organisasi intra kampus
No Nama Semester Nilai
1 Alrianti 4 32
2 Imam Permana 6 59
3 Fitriani Kadir 6 44
4 Ilman Borahima 6 67
5 Anugrah Syamsuar 4 27
6 Azmar 4 56
72
7 Gigih Adrian Said 2 33
8 Aslamuddin MM. 6 70
9 Farhan Rahman 4 21
10 Edi Putra Irawan 6 42
11 Tajrin 6 58
12 Nurhadi Kusuma H. 2 29
13 Abdul Majid 6 46
14 Hasan Wahyudi 2 28
15 Asdar 6 73
16 Zulkifli 4 22
17 Mustawarman 6 69
18 Jusman 6 68
19 Hajeriati 6 71
20 Sumitro Jaya 4 31
1. Membuat Tabel Frekuensi
Untuk mengetahui rata-rata atau mean skor, hasil crosscek interaksi
sosial mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika yang terlatih dalam kegiatan
organisasi intra kampus tersebut berdistribusi normal atau tidak, maka data
tersebut dianalisis melalui statistik deskriptif. Oleh karena itu, skor tersebut
dimasukkan dalam tabel frekuensi.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan tabel
frekuensi adalah sebagai berikut:
a. Menghitung rentang data dengan rumus
R = (Xt – Xr)
= 73 - 21
= 52
73
b. Menghitung jumlah kelas interval
K = 1 + 3,3 log n
Dimana n adalah jumlah sampel
K = 1 + 3,3 log 20
= 1 + 3,3 (1,301)
= 1 + 4,29
= 5, 29 = 5 (pembulatan)
c. Panjang kelas
� =�
�
=52
5
= 10,4= 10 (pembulatan)
d. Tabel distribusi frekuensi
Tabel 4.13 Distribusi frekuensi hasil crosscek interaksi sosial mahasiswa
Pendidikan Fisika yang terlatih dalam kegiatan organisasi intra
Kampus UIN Alauddin Makassar
No Kelas Kelas Interval Frekuensi 1 2 3 4 5
21 – 31 32 – 42 43 – 53 54 – 64 65 – 75
6 3 2 3 6
Jumlah 20
74
Untuk memudahkan dalam pengambilan kesimpulan mengenai
interaksi sosial mahasiswa Pendidikan Fisika yang terlatih dalam kegiatan
organisasi intra Kampus UIN Alauddin Makassar, maka penulis harus
menganalisis untuk menentukan rata-rata atau mean skor.
Tabel 4.14 Tabel penolong untuk rata-ratahasil crosscek interaksi sosial
mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika yang terlatih dalam
kegiatan organisasi intra Kampus UIN Alauddin Makassar
No. Interval Fi Xi FiXi
1 2 3 4 5
21 – 31 32 – 42 43 – 53 54 – 64 65 - 75
6 3 2 3 6
26 37 48 59 70
156 111 96
177 420
Jumlah 20 1220 960
2. Menghitung Rata-Rata
�̅ =∑����∑��
=960
20
= 48
3. Menghitung Standar Deviasi
N
fxSD
2
75
Tabel 4.15 Tabel penolong untuk standar deviasihasil crosscek interaksi
sosial mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika yang terlatih dalam
kegiatan organisasi intra Kampus UIN Alauddin Makassar.
No. Interval f X f.x fx2
1 2 3 4 5
21 – 31 32 – 42 43 – 53 54 – 64 65 - 75
6 3 2 3 6
-2 -1 0 1 2
-12 -3 0 3
12
24 3 0 3
24 Jumlah 20 0 0 54
Jadi,
N
fxSD
2
20
54SD
7,2SD
64,1SD
5. Menentukan Presentase
Karena angket penelitian ini berjumlah 91 item soal dengan 2
alternatif jawaban, dan 5 kriteria penilaian, sehingga interval penelitian dapat
diperoleh sebagai berikut:
� =91× 2
5
=36,4 = 36 (pembulatan)
76
Jika data tersebut dikelompok ke dalam 5 kelompok, maka dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.16 Kriteria pengkategorian interaksi sosial mahasiswa Jurusan
Pendidikan Fisika yang tidak terlatih dalam kegiatan organisasi
intra Kampus UIN Alauddin Makassar
No Interval Frekuensi Kategori Presentase (%) 1 2 3 4 5
0 – 36 37 – 73 74 – 110
111 – 147 148 - 184
8 12 0 0 0
Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi
Sangat Tinggi
40% 60%
0 0 0
Jumlah 20 100% F. Hasil Crosscek Interaksi Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika yang Tidak
Terlatih dalam Kegiatan Organisasi Intra Kampus UIN Alauddin Makassar
Dari data hasil crosscek terhadap 20 orang mahasiswa yang menjadi
sampel dalam penelitian ini yang dilakukan oleh dosen dan mahasiswa, maka
dapat disimpulkan data tentang interaksi sosial mahasiswa Jurusan Pendidikan
Fisika yang tidak terlatih dalam kegiatan organisasi intra Kampus UIN Alauddin
Makassar.
Data tersebut disajikan dalam bentuk data mentah yakni sebagai berikut:
Tabel 4.17 Data hasil crosscek mahasiswa yang tidak terlatih dalam kegiatan
organisasi intra kampus
No Nama Semester Nilai
1 Cici Antasari 2 28
2 Ilham Badawi 2 21
77
3 Dia Fajar Wati Ningsi 2 16
4 Alifah Nur Rahmah 2 22
5 Awalia A. 6 60
6 Rubiati 4 26
7 Nurfadillah 6 47
8 Kasmawati 2 14
9 Devi Dina Mardiana 2 15
10 Fitriani 2 25
11 Rosni Hasnim 4 40
12 Fardiana Jamhal 2 24
13 Hani Rahmadianti 2 19
14 Ramlah 4 53
15 Ridha Mustakim 2 20
16 Tafikuddin A. 2 30
17 Sutrisno 2 32
18 Kurnia 6 64
19 Haslina Hamka 2 17
20 Desi Ahmad 4 37
1. Membuat Tabel Frekuensi
Untuk mengetahui rata-rata atau mean skor, hasil crosscekinteraksi
sosial mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika yang tidak terlatih dalam
kegiatan organisasi intra kampus tersebut berdistribusi normal atau tidak,
maka data tersebut dianalisis melalui statistik deskriptif. Oleh karena itu, skor
tersebut dimasukkan dalam tabel frekuensi.
78
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan tabel
frekuensi adalah sebagai berikut:
a. Menghitung rentang data dengan rumus
R = (Xt – Xr)
= 64 - 14
= 60
b. Menghitung jumlah kelas interval
K = 1 + 3,3 log n
Dimana n adalah jumlah sampel
K = 1 + 3,3 log 20
= 1 + 3,3 (1,301)
= 1 + 4,29
= 5, 29 = 5 (pembulatan)
c. Panjang kelas
� =�
�
=60
5
= 12
79
d. Tabel distribusi frekuensi
Tabel 4.18 Distribusi frekuensi hasil crosscek interaksi sosial mahasiswa
Pendidikan Fisika yang tidak terlatih dalam kegiatan organisasi
intra Kampus UIN Alauddin Makassar
No Kelas Kelas Interval Frekuensi 1 2 3 4 5
14 – 26 27 – 39 40 – 52 53 – 64 65–77
11 4 2 3 0
Jumlah 20
Untuk memudahkan dalam pengambilan kesimpulan mengenai
interaksi sosial mahasiswa Pendidikan Fisika yang tidak terlatih dalam
kegiatan organisasi intra Kampus UIN Alauddin Makassar, maka penulis
harus menganalisis untuk menentukan rata-rata atau mean skor.
Tabel 4.19 Tabel penolong untuk rata-ratahasil crosscek interaksi sosial
mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika yang tidak terlatih dalam
kegiatan organisasi intra Kampus UIN Alauddin Makassar.
No. Interval Fi Xi FiXi
1 2 3 4 5
14 – 26 27 – 39 40 – 52 53 – 64 65–77
11 4 2 3 0
20 33 46 58 71
220 132 92
174 0
Jumlah 20 228 618
80
2. Menghitung Rata-Rata
�̅ =∑����∑ ��
=618
20
= 30,9
3. Menghitung Standar Deviasi
�� = �∑���
�
Tabel 4.20 Tabel penolong untuk standar deviasi hasil crosscek interkasi
sosial mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika yang tidak terlatih
dalam kegiatan organisasi intra Kampus UIN Alauddin Makassar
No. Interval f x f.x fx2
1 2 3 4 5
14 – 26 27 – 39 40 – 52 53 – 64 65–77
11 4 2 3 0
-2 -1 0 1 2
-22 -5 0 3 0
44 5 0 3 0
Jumlah 20 -24 52
Jadi,
N
fxSD
2
20
52SD
81
6,2SD
61,1SD
4. Menentukan Presentase
Karena angket penelitian ini berjumlah 91 item soal dengan 2
alternatif jawaban, dan 5 kriteria penilaian, sehingga interval penelitian dapat
diperoleh sebagai berikut:
� =91× 2
5
=36,4 = 36 (pembulatan)
Jika data tersebut dikelompok ke dalam 5 kelompok, maka dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.21 Kriteria pengkategorian hasil crosscek interaksi sosial mahasiswa
Jurusan Pendidikan Fisika yang tidak terlatih dalam kegiatan
organisasi intra Kampus UIN Alauddin Makassar
No Interval Frekuensi Kategori Presentase (%) 1 2 3 4 5
0 – 36 37 – 73 74 – 110
111 – 147 148 - 184
14 6 0 0 0
Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi
Sangat Tinggi
70% 30%
0 0 0
Jumlah 20 100%
82
G. Analisis Inferensial Hasil Crosscek
Analisis inferensial interaksi sosial mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika
yang terlatih dan yang tidak terlatih dalam kegiatan organisasi intra Kampus UIN
Alauddin Makassar
1. Menentukan harga t hitung dengan menggunakan rumus t dua sampel sebagai
berikut ;
Untuk menganalisis inferensial dari penelitian ini, maka peneliti
menggunakan rumus uji t sebagai berikut:
� =�� − ��
����
��+
���
��
� =48 − 30,9
��,���
��+
�,���
��
� =17,1
√0,14 + 0,13
� =17,1
√0,27
� =17,1
0,52
� = 32,88
83
2. Penentuan Taraf Signifikan
α = 0,05
ttabel = 2,021
Karena ������� = 32,88 > ������ = 2,021 maka Ho di tolak atau H1
diterima.
Kesimpulannya:
Terdapat perbedaan yang signifikan antara Interaksi Sosial Mahasiswa
Jurusan Pendidikan Fisika yang Terlatih dan yang Tidak Terlatih dalam
Kegiatan Organisasi Intra Kampus UIN Alauddin Makassar
H. Pembahasan Perbedaan Interaksi Sosial mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika yang Terlatih dan yang Tidak Terlatih dalam Kegiatan Organisasi Intra Kampus UIN Alauddin Makassar
Berdasarkan tabel 4.5 dari hasil analisis data dengan menggunakan
statistik deskriptif dapat dikemukakan bahwa interaksi sosial mahasiswa jurusan
Pendidikan Fisika yang terlatih dalam kegiatan organisasi intra kampus UIN
Alauddin Maskassar dikategorikan tinggi, dimana mean score (��) = 243,8 yang
berada pada nilai 195 - 259 dengan jumlah responden 20 orang dengan kategori
tinggi. Terbukti bahwa dari 20 responden tersebut yang memiliki kategori
interaksi social tinggi yaitu sebanyak 14 orang atau 70 % sedangkan untuk
kategori sangat tinggi sebanyak 6 orang dari keseluruhan responden atau 30%.
Dari penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa untuk interaksi sosial mahasiswa
jurusan Pendidikan Fisika yang terlatih dalam kegiatan organisasi intra kampus
84
UIN Alauddin Makassar yang dikategorikan tinggi mencapai 70% dan yang
sangat tinggi 30%.
Berdasarkan tabel 4.16 dari hasil analisis data dengan menggunakan
statistik deskriptif dapat dikemukakan bahwa hasil crosscek interaksi sosial
mahasiswa jurusan Pendidikan Fisika yang terlatih dalam kegiatan organisasi
intra kampus UIN Alauddin Maskassar dikategorikan rendah, dimana mean score
(��) = 48 yang berada pada nilai 37 – 73 dengan jumlah responden 20 orang
dengan kategori rendah. Terbukti bahwa dari 20 responden tersebut yang
memiliki kategori interaksi sosial rendah yaitu sebanyak 12 orang atau 60 %
sedangkan untuk kategori sangat rendah sebanyak 8 orang dari keseluruhan
responden atau 40%. Dari penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa untuk hasil
crosscek interaksi sosial mahasiswa jurusan Pendidikan Fisika yang terlatih dalam
kegiatan organisasi intra kampus UIN Alauddin Makassar yang dikategorikan
rendah mencapai 60% dan yang sangat rendah40%.
Berdasarkan tabel 4.9 diatas menunjukkan bahwa interaksi sosial
mahasiswa jurusan Pendidikan Fisika yang tidak terlatih dalam kegiatan
organisasi intra kampus UIN Alauddin Makassar dikategorikan tinggi, dimana
mean score (��) = 228 yang berada pada nilai 195-259 dengan jumlah responden
20 orang dengan kategori tinggi. Terbukti bahwa dari 20 responden tersebut yang
memiliki kategori interaksi sosial tinggi yaitu sebanyak 17 orang atau 85%
sedangkan untuk kategori sangat tinggi sebanyak 3 orang dari keseluruhan
85
responden atau 15%. Dari penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa untuk
interkasi sosial mahasiswa jurusan Pendidikan Fisika yang tidak terlatih dalam
kegiatan organisasi intra kampus UIN Aauddin Makassar yang dikategorikan
tinggi mencapai 85% dan sangat tinggi 15%
Berdasarkan tabel 4.21 diatas menunjukkan bahwa dari hasil crosscek
interaksi sosial mahasiswa jurusan Pendidikan Fisika yang tidak terlatih dalam
kegiatan organisasi intra kampus UIN Alauddin Makassar dikategorikan sangat
rendah, dimana mean score (��) = 30,9 yang berada pada nilai 27 – 39 dengan
jumlah responden 20 orang dengan kategori sangat rendah. Terbukti bahwa dari
20 responden tersebut yang memiliki kategori interaksi sosial rendah yaitu
sebanyak 14 orang atau 70% sedangkan untuk kategori sangat rendah sebanyak 6
orang dari keseluruhan responden atau 30%. Dari penjelasan ini dapat
disimpulkan bahwa untuk interkasi sosial mahasiswa jurusan Pendidikan Fisika
yang tidak terlatih dalam kegiatan organisasi intra kampus UIN Aauddin
Makassar yang dikategorikan sangat rendah mencapai 70% dan rendah30 %.
Berdasarkan analisis inferensial yang telah dilakukan terhadap mahasiswa
Pendidikan Fisika yang terlatih dan yang tidak terlatih dalam kegiatan organisasi
intra kampus UIN Aauddin Makassar antara keduanya diperoleh nilai th = 42,7.
Setelah membandingkan dengan nilai ttabel , pada taraf signifikan 0,05 dengan dk
sebesar 40 diperoleh nilai ttabel= 2,021 . Karena th = 42,7 > ttabel= 2,021 maka Ho
di tolak atau H1 diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
86
yang signifikan antara interaksi sosial mahasiswa jurusan Pendidikan Fisika yang
terlatih dan yang tidak terlatih dalam kegiatan oraganisasi intra kampus UIN
Alauddin Makassar.
Berdasarkan analisis inferensial yang telah dilakukan terhadap mahasiswa
Pendidikan Fisika yang terlatih dan yang tidak terlatih dalam kegiatan organisasi
intra kampus UIN Aauddin Makassar antara keduanya diperoleh nilai th = 42,7.
Setelah membandingkan dengan nilai ttabel , pada taraf signifikan 0,05 dengan dk
sebesar 40 diperoleh nilai ttabel = 2,021 . Karena th = 42,7 > ttabel = 2,021 maka Ho
di tolak atau H1 diterima. Setelah melakukan crosscek terhadap dosen dan
mahasiswa pada jurusan Pendidikan Fisika diperoleh nilai th = 32,88.Setelah
membandingkan dengan nilai ttabel , pada taraf signifikan 0,05 dengan dk sebesar
40 diperoleh nilai ttabel = 2,021 . Karena th = 32,88 > ttabel = 2,021 maka Ho di tolak
atau H1 diterima. Maka pada penelitian ini ata yang diperoleh baik setelah
melakukan crosscek maupun lansung dari responden dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara interaksi sosial mahasiswa jurusan
Pendidikan Fisika yang terlatih dan yang tidak terlatih dalam kegiatan oraganisasi
intra kampus UIN Alauddin Makassar.
87
Yusuf Hidayat berpendapat bahwa antara mahasiswa yang terlatih dan tidak terlatih dalam kegiatan organisasi intra kampus UIN Alauddin Makassar jelas perbedaannya ada. Mahasiswa yang memiliki kegiatan tambahan di luar kegiatan kuliah formal jelas ada peningkatan dari beberapa segi yaitu: 1. Keidisiplinannya 2. Wawasannya 3. Kematangan emosionalnya yaitu kesiapannya beradaptasi dengan segala
perubahan 4. Manajemen waktunya..1
Berdasarkan observasi lansung yang ditemukan dilapangan bahwa salah
satu faktor yang mempengaruhi cara belajar mahasiswa adalah pengalaman
sebagai hasil interaksi dengan lingkungan dan teman bergaulnya. Bagi mahasiswa
yang terlatih dalam organisasi intra kampus tentu memiliki cara belajar yang
berbeda dengan mahasiswa pasif, dimana tidak memiliki aktivitas-aktivitas lain di
luar kurikuler (kuliah formal).
Biasanya, tidak sedikit mahasiswa aktivis organisasi yang relatif lebih
kritis, analitis dari pada mahasiswa pasif. Hal ini bisa jadi dipengaruhi tingginya
intensitas kegiatan yang mengarah kepada pengembangan intelektual dan
kretivitas yang mereka geluti di luar kurikuler atau waktu kuliah formal. Karena
itu mereka menjadi lebih terlatih dalam berbicara, menulis, dan meluangkan
waktunya untuk belajar. Jadi bagi mereka, organisasi adalah "kampus kedua”
yang dapat menunjang belajar tersendiri.
1 Yusuf Hidayat, Ketua Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Alauddin Makassar, wawancara oleh penulis di Kampus 2 UIN Alauddin Makasssar, 17 September 2012.
88
Sebaliknya juga secara fenomenalogis, tidak sedikit pula mahasiswa
aktivis organisasi yang nilai akademisnya rendah dibanding mahasiswa pasif. Hal
ini bisa jadi dipengaruhi oleh "keterlenaan" mereka dalam aktivitas-aktivitas
praktis organisasi tanpa diikuti oleh bacaan-bacaan yang memadai yang dapat
menunjang aktivitas kuliah mereka sehari-hari.
Berdasarkan fenomena di atas, dapat melahirkan asumsi dikalangan
mahasiswa bahwa organisasi kemahasiswaan disatu sisi dapat memberikan
kontribusi positif bagi peningkatan prestasi belajar mahasiswa, sebaliknya disisi
lain, organisasi kemahasiswaan khususnya organisasi intra kampus justru
menghambat aktivitas perkuliahan mahasiswa bahkan dapat mereduksi prestasi
(nilai) akademis mahasiswa.
89
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan tinjauan pustaka dan hasil analisis di atas, maka penulis
dapat menyimpulkan sebagai berikut :
1. Hasil análisis data menunjukkan bahwa interaksi sosial mahasiswa
Pendidikan Fisika yang terlatih dalam kegiatan organisasi intra kampus UIN
Alauddin Makassar setelah dianalisis diperoleh interaksi sosial kategori
tinggi sebesar 70 % atau 14 0rang mahasiswa dan kategori sangat tinggi
sebesar 30 % atau 6 orang mahasiswa dengan rata-rata sebesar 243,8 dan
stándar deviasi sebesar 1,05.
2. Hasil análisis data menunjukkan bahwa interaksi sosial mahasiswa
Pendidikan Fisika yang tidak terlatih dalam kegiatan organisasi intra kampus
UIN Alauddin Makassar setelah dianalisis diperoleh interaksi sosial kategori
tinggi sebesar 85 % atau 17 0rang mahasiswa dan kategori sangat tinggi
sebesar 15 % atau 3 orang mahasiswa dengan rata-rata sebesar 228 dan
stándar deviasi sebesa 1,18.
3. Hasil analisis statistik inferensial diperoleh nilai thitung = 42,7 sedangkan ttabel
= 2,021. Karena thitung = 42,7 > ttabel = 2,021 maka Ho di tolak atau H1
diterima. Berarti dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara interaksi sosial mahasiswa Pendidikan Fisika yang terlatih
90
dan tidak terlatih dalam kegiatan organisasi intra kampus UIN Alauddin
Makassar.
B. Implikasi Penelitian
1. Untuk mahasiswa Pendidikan Fisika jangan selalu beranggapan bahwa
dengan aktif dalam sebuah organisasi hanya akan membuat aktivitas kuliah
kita akan menjadi terbengkalai, akan tetapi dengan memasuki organisasi akan
melatih kita dalam segala hal misalnya dalam mengatur waktu antara waktu
untuk kuliah dan waktu untuk kegiatan yang lainnya.
2. Hasil penelitian ini diharapkan tidak terbatas sampai disini saja melainkan
dapat dilanjutkan oleh peneliti selanjutnya dalam jumlah populasi yang lebih
besar lagi ataupun menambahkan variable penelitian yang lain.
3. Dalam pengumpulan data penelitian, peneliti harus bekerjasama dengan
pihak-pihak tertentu yang sesuai dengan sasaran penelitian yang paling utama
adalah mahasiswa yang menjadi objek penelitian.
91
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah. Sosiologi Pendidikan: Individu, Masyarakat, dan Pendidikan. Jakarta. PT
Rajagrafindo Persada, 2011.
Abdulsyani. Sosiologi. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007.
Ahmadi, Abu. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2007.
Ardana, Komang. Perilaku Keorganisasian, edisi 2. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009.
Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
Bungin, Burhan. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2009.
“BEM Tadris Biologi IAIN Raden Intan Lampung.”
http://bemtadrisbiologi.blogspot.com/2010/05/tidak-semua-orang-yang-
kuliah-adalah.html (18 Maret 2012).
Gunawan. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010.
Herimanto. Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar. Jakarta Timur: PT Bumi Aksara, 2010.
Manullang, M. Dasar-Dasar Manajemen. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2008.
Mashiro, Manzo. “CiriCiriMahasiswa Ideal.” Blog Manzo Mashiro.
http://sahatparsaulian.wordpress.com/2011/12/14/ciri-ciri-mahasiswa-ideal/
(14 Desember 2011).
Nasir, Moh. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988.
Nursalam. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika, 2009.
“Organisasi Mahasiswa di Indonesia.” Wikipedia Ensiklopedia Bebas.
http://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi_kemahasiswaan_intra_kampus (18
Mei 2012).
92
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,
2010.
Subana. Statistik Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia, 2000.
Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2009.
Sugiyono. Statistika Untuk Penelitian. Cet. 6; Bandung: Alfabeta, 2004.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta,
2011.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2011.
Sudjana, Nana. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru
Algesindo, 2010.
Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumiaksara, 2010.
Sutarto. Dasar-Dasar Organisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2006.
Syarbaini, Syahrial. Dasar-dasar Sosiologi. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009.
UIN Alauddin Makassar. Buku Saku Mahasiswa UIN Alauddin Makassar. Makassar:
UIN Alauddin Makassar, 2008.
Wusanto. Dasar-Dasar Ilmu Organisasi. Yogyakarta: Andi Yogyakarta, 2002.
Yusuf, Muri. Statistik Pendidikan. Padang: Angkasa Raya, 1987.
RIWAYAT HIDUP
Awal Asri Jaya Sumardi dilahirkan di Kabupaten Bulukumba Kecamatan Bontotiro Desa Batang, tepatnya tanggal 25 Mei 1990. Anak Pertama dari 4 bersaudara, anak dari pasangan Sultan dan Mardiana. Penulis mulai memasuki jenjang pendidikan di Taman Kanak-Kana k Tunas Harapan Bangsa, Desa Batang Kec. Bontotiro Kab. Bulukumba tahun 1994 dan tamat tahun 1996. Kemudian melanjutkan sekolah tingkat pertama di SD Negeri 218 Batang di Kabupataen Bulukumba pada tahun yang sama yaitu 1996 dan tamat tahun 2002.
Kemudian pada tahun yang sama Penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 2 Bontotiro dan
tamat tahun 2005. Di tahun yang sama, Penulis kembali melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 2 Bulukumba dan tamat tahun 2008. Selanjutnya, setelah menamatkan pendidikan di bangku SMA, penulis pun di terima sebagai mahasiswa bebas tes atau melalui Jalur Penerimaan Mahasiswa Jalur Khusus (PMJK) di Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar pada Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan pada tahun 2008 dan menyelsaikan studi pada tahun 2012.
Pengalaman organisasi penulis selama menempuh dunia pendidikan dimulai ketika masih duduk dibangku sekolah dasar (SD) yaitu pada tahun 1999 ketika duduk di kelas 4 bergabung menjadi anggota pramuka selama 3 tahun sampai kelas 6. Setelah masuk SMP juga bergabung dalam anggota pramuka selama 3 tahun dan pada tahun ketiga menjadi Pemimpin Regu Utama (Pratama). Setelah masuk SMA penulis tidak bergabung lagi menjadi anggota pramuka (ambalan) akan tetapi tetap aktif dalam organisasi pramuka yaitu menjadi bina damping (bindap) di SMP N 2 Bontotiro sampai sekarang (2012) masih sering membina di sekolah tersebut namun tidak serutin ketika masih duduk di bangku SMA karena jarak yang begitu jauh. Setelah masuk di lingkungan UIN Alauddin Makassar, pada tahun 2008 bergabung di UKM LDK Al-Jami’, aktif di HMJ Pendidikan Fisika mulai tahun 2009 sampai sekarang, dan bergabung di UKM Pramuka UIN Alauddin Makassar pada tahun 2010 dan menjabat sebagai Sekretaris Dewan Putra Racana Alauddin pada periode 2012.