perbedaan hasil belajar fisika menggunakan ...mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/jurnal...
TRANSCRIPT
PERBEDAAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN MODEL
PEMBELAJARAN STUDENT TEAM ACHIEVEMEN DIVISION (STAD) DENGAN
MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA
SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 PENDOPO LINTANG TAHUN PELAJARAN
2014/2015
JURNAL
Oleh
SURYANI SUPRIKA
NIM 4110109
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU
2015
PERBEDAAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN MODEL
PEMBELAJARAN STUDENT TEAM ACHIEVEMEN DIVISION (STAD) DENGAN
MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA
SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 PENDOPO LINTANG TAHUN PELAJARAN
2014/2015
Oleh
Suryani Suprika1, A. Budi Mulyanto
2, Ida Kurnia
3
Program Study Pendidikan Fisika
(STKIP-PGRI) Lubuklinggau
Abstrack
The title of this thesis is "Differences in results Learning Physics Using Student Team
Learning Model achievemen Division (STAD) with a Learning Model Numbered Heads
Together (NHT) in Class VII SMP Negeri 1 Pendopo Lintang academic year 2014/2015".
The research problem is "Are there differences in the results of learning physics taught
using learning model student achievemen team division (STAD) with that taught using
learning model Numbered Heads Together (NHT) in the seventh grade students of SMP
Negeri 1 Pendopo Lintang 2014/2015 school year?" , This study is a kind of experiment
with the comparison group. As the population is all students of class VII SMP Negeri 1
Hall in the academic year 2014/2015, which consists of 150 students and a sample is class
VII VII C and class D drawn by lot number. Data collected by the testing techniques. Data
were analyzed using t-test. Based on the results of t-test analysis on a significant level
obtained t (1,51) <t table (2.00), so it can be concluded that there are differences between
the results of learning physics student learning model achievemen division team (STAD)
learning model Numbered Heads Together (NHT) in the seventh grade students of SMP
Negeri 1 Hall Latitude school year 2014/2015. Student response after following study
using model physics student achievemen team division (STAD) and learning model
Numbered Heads Together (NHT) is very good.
Key Words: Student Team Achievement Division (STAD), Numbered Heads Together
(NHT), Learning Outcomes, Learning Physics.
A. PENDAHULUAN
Pendidikan memang sangat penting bagi semua orang oleh karena itu pemerintah
mengadakan program wajib belajar selama 12 tahun. Pendidikan merupakan usaha
sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran dan latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah
sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan
dalam berbagai lingkungan hidup secara tetap untuk masa yang akan datang. Hal ini
berarti bahwa proses pendidikan yang dilakukan pada saat ini bukan semata-mata untuk
hari ini saja, melainkan untuk masa depan.
Sekarang ini pengajar dihadapkan dengan tantangan bagaimana cara mengajar
dengan baik dan bisa diterima baik oleh para siswanya. Tentu saja ini bukan tantangan
ringan, karena tiap guru dan tiap daerah mempunyai kelebihan dan kekurangan dari
berbagai aspek pendidikan, seperti fasilitas, jenis murid, dan lain-lain. Guru juga harus
mempunyai strategi yang jitu untuk membuat pembelajaran menjadi mudah dan bisa
diterima oleh siswa, karena sulit membuat semua pembelajaran bisa diterima oleh
siswa.
Penggunaan model pembelajaran yang tepat, relevan dan bervariasi adalah salah
satu faktor penentu dalam mencapai keberhasilan belajar. Peran guru sebagai pendidik
sangatlah penting, guru dituntut dapat menerapkan berbagai model pembelajaran yang
efektif, dapat meningkatkan semangat dan aktivitas serta menarik bagi siswa dalam
proses penyampaian materi pembelajaran sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan
tempat proses pembelajaran berlangsung.
Peneliti melakukan wawancara dengan ibu Nopisurbayani, S.Pd., guru mata
pelajaran IPA kelas VII semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015 pada hari Senin,
tanggal 25 Agustus 2014 di SMP Negeri 1 Pendopo, hasil wawancara tersebut
menunjukkan bahwa pencapaian kompetensi mata pelajaran fisika siswa kurang
optimal, bahwa sebanyak 55% siswa rata-rata nilai ulangan hariannya belum mencapai
Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Sedangkan KKM yang telah ditetapkan sekolah
tetap 72 tetapi masih banyak siswa yang tidak tuntas dalam proses pembelajaran.
Dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, guru harus dapat menciptakan suasana
belajar yang menarik dan menyenangkan bagi siswa, serta guru dapat memotivasi siswa
agar memiliki kemandirian belajar. Cara untuk memotivasi siswa agar memiliki
kemandirian belajar salah satunya ialah dengan menggunakan model pembelajaran
Student Team Achievemen Division (STAD) atau model pembelajaran Numbered Heads
Together (NHT). Model pembelajaran Student Team Achievemen Division (STAD)
merupakan model pembelajaran kooperatif yang mengelompokkan kemampuan
campuran siswa baik itu tingkat prestasi, jenis kelamin dan suku (Suyatno, 2009:52).
Sedangkan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) merupakan model
pembelajaran yang lebih banyak melibatkan siswa dalam menelaah materi yang
tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi
pelajaran (Trianto, 2011:82).
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, kedua model tersebut
merupakan model-model pembelajaran yang efektif. Namun, untuk meningkatkan hasil
belajar siswa, guru membutuhkan salah satu model yang paling efektif dalam proses
pembelajaran sehingga peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul
“Perbedaan Hasil Belajar Fisika menggunakan Model Pembelajaran Student Team
Achievemen Division (STAD) dengan Model Pembelajaran Numbered Heads Together
(NHT) pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Pendopo Tahun Pelajaran 2014/2015”.
Kemudian rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat perbedaan
hasil belajar fisika siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran student team
achievemen division (STAD) dengan siswa yang diajar menggunakan model
pembelajaran numbered heads together (NHT) pada siswa kelas VII SMP Negeri 1
Pendopo tahun pelajaran 2014/2015?”.
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan yang
ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar
fisika siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran student team achievemen
division (STAD) dengan siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran
numbered heads together (NHT) pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Pendopo tahun
pelajaran 2014/2015. Dengan adanya penelitian ini diharapkan (1) dapat menumbuhkan
semangat kerjasama siswa karena keberhasilan individu merupakan tanggungjawab
kelompok, dapat meningkatkan motivasi dan daya tarik siswa terhadap mata pelajaran
fisika, dan siswa merasa senang karena dilibatkan dalam proses pembelajaran. (2) Guru
dapat semakin semangat dalam belajar mengajar dan guru akan termotivasi untuk
meningkatkan keterampilan mengajar yang menyenangkan. (3) Dapat meningkatkan
mutu dan kualitas pendidikan sekolah. (4) Menambah wawasan bagi peneliti agar
menjadi tenaga pendidik profesional dan memperoleh pengalaman langsung mengenai
penggunaan model pembelajaran STAD dengan model pembelajaran NHT.
B. LANDASAN TEORI
1. Tinjauan tentang Belajar dan Pembelajaran
Menurut Rusman (2010:134), belajar adalah proses perubahan tingkah laku
individu sebagai hasil dari pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungan.
Sedangkan menurut Sudjana (dalam Rusman, 2012:1), belajar pada hakikatnya
adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu. Belajar
dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat
melalui berbagai pengalaman. Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku individu
sebagai hasil dari pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungan, belajar
bukan hanya sekedar menghafal, melainkan suatu proses mental yang terjadi dalam
diri seseorang.
Menurut Usman (dalam Jihad dan Haris, 2010:12) pembelajaran merupakan
suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar
hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai
tujuan tertentu. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah suatu proses kegiatan interaksi antara guru dengan siswa serta
antara siswa dengan siswa.
2. Tinjauan Hasil Belajar
Menurut Nana Sudjana (2009:22), hasil belajar adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Menurut Hamalik (2011:30) hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang
diharapkan pada siswa setelah melakukan proses belajar mengajar. Sedangkan
menurut Hamalik (2011:30) hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang
diharapkan pada siswa setelah melakukan proses belajar mengajar. Menurut Slameto
(2010:54) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi
dua jenis yaitu faktor internal (dari dalam) dan faktor eksternal (dari luar). Hasil
belajar yang mencakup tiga ranah memiliki penekanan pada masing-masing
ranahnya. Menurut Bloom (29 Agustus 2012) dalam kemampuan kognitif terdiri dari
beberapa tingkatan, yaitu kemampuan menghafal (knowledge) C1, kemampuan
pemahaman (comprehension) C2, kemampuan penerapan (application) C3,
kemampuan analisis (analysis) C4, kemampuan sintesis (synthesis) C5, dan
kemampuan evaluasi (evaluation) C6.
Dari beberapa pendapat di atas, pengertian hasil belajar dalam penelitian ini
adalah perubahan tingkah laku seseorang setelah melakukan kegiatan belajar, dari
yang tidak tahu menjadi tahu, dan tidak mengerti menjadi mengerti sehingga dapat
menambah pengetahuan, kecakapan, keterampilan baik dalam menganalisis,
memecahkan masalah, dan pengambilan keputusan.
3. Tinjauan Tentang Model Pembelajaran
Menurut Rusman (2010:132) mengatakan bahwa model pembelajaran dapat
dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang
sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya. Sedangkan menurut Joyce
dan Weil (dalam Rusman, 2010:133), model pembelajaran adalah suatu rencana atau
pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran
jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing
pembelajaran dikelas atau yang lain. Dari pendapat yang telah dikemukakan tersebut
dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual
pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh
guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.
4. Tinjauan Model Pembelajaran Student Team Achievemen Division (STAD)
Menurut Trianto (2011:68) model pembelajaran STAD merupakan salah satu
tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok
kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Slavin
menyatakan bahwa pada STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan
4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin dan
suku. Menurut Suyatno (2009:52) langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif
tipe STAD yaitu: mengarahkan siswa untuk bergabung ke dalam kelompok,
membuat kelompok heterogen (4-5 orang), mendiskusikan bahan belajar,
mempresentasikan hasil kerja kelompok hingga terjadi diskusi kelas, mengadakan
kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok,
mengumumkan rekor tim dan individual dan memberikan penghargaan.
Kelebihan Model Pembelajaran STAD diantaranya yaitu:
(a) Menggalakkan interaksi secara aktif dan kerjasama anggota kelompok menjadi
lebih baik (Slavin, 2005:105) dan (Ahmadi, 2011:65).
(b) Membantu siswa untuk memperoleh hubungan pertemanan yang lebih banyak
(Slavin, 2005:105).
(c) Melatih siswa dalam mengembangkan aspek kecakapan sosial di samping
kecakapan kognitif (Isjoni, 2010:72).
(d) Peran guru juga menjadi lebih aktif dan lebih terfokus sebagai fasilitator, mediator
dan motivator (Isjoni, 2010:62).
Kelemahan Model Pembelajaran STAD diantaranya yaitu:
(a) Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru sehingga pada umumnya guru
tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif tife STAD.
(b) Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk murid sehingga sulit mencapai target
kurikulum.
(c) Menuntut sifat tertentu dari murid, misalnya sifat suka bekerjasama.
5. Tinjauan Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)
Menurut Trianto (2011:82) Numbered Heads Together (NHT) atau
pernomoran berpikir bersama adalah jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang
untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur
kelas tradisional. Menurut Trianto (2011:82) dalam mengajukan pertanyaan kepada
seluruh siswa, guru menggunakan empat fase yaitu sebagai berikut: guru membagi
siswa kedalam kelompok 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi
nomor antara 1-5, guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa, pertanyaan
dapat bervariasi atau berbeda pada setiap kelompoknya, siswa menyatukan
pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan dan meyakinkan tiap anggota dalam
timnya mengetahui jawaban tim dan guru memanggil nomor-nomor tertentu,
kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba
menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.
Kelebihan Model Pembelajaran NHT yaitu:
a) Setiap siswa menjadi siap semua.
b) Siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
c) Siswa yang pandai dapat memberitahu siswa yang kurang pandai.
d) Siswa yang kurang pandai dapat bertanya pada siswa yang pandai.
Kelemahan Model Pembelajaran NHT yaitu:
a) Kemungkinan nomor yang sudah dipanggil akan dipanggil lagi oleh guru.
b) Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.
C. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Pendopo Lintang Tahun Pelajaran
2014/2015. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 25 Agustus 2014 sampai dengan 25
September 2014. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 1
Pendopo Lintang Tahun Pelajaran 2014/2015 yang terdiri dari 5 kelas dengan jumlah
siswa 150. Pengambilan sampel dilakukan secara acak, dengan cara menuliskan nama-
nama kelas dalam sebuah kertas dan memilihnya secara acak diambil 2 kelas yang akan
menjadi sampel penelitian dengan disaksikan oleh guru mata pelajaran fisika di SMP
Negeri 1 Pendopo Lintang sehingga terpilih 2 kelas untuk menjadi sampel penelitian
yaitu kelas eksperimen pertama kelas VII C untuk model pembelajaran STAD dan kelas
eksperimen kedua yaitu kelas VII D untuk model pembelajaran NHT. Pada penelitian
ini menggunakan desain control group Pre-test dan Post-test. Desain control group
Pre-test dan Post-test merupakan desain yang menggunakan dua kelompok yang dipilih
secara random, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal, adakah
perbedaan antara kelompok eksperimen pertama dan eksperimen kedua (Sugiyono,
2013:113). Menurut Sugiyono (2013:112), desain penelitian dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1
Pre-test Post-test Control Group Design
sumber: Sugiyono (2013:112)
Keterangan:
R = Kelompok eksperimen I dan II yang diambil secara random
O1 = Pretest kelompok eksperimen I
O2 = Posttest kelompok eksperimen I
O3 = Pretest kelompok eksperimen II
O4 = Posttest kelompok eksperimen II
X1 = Perlakuan dengan model Students Team Achievement Division (STAD)
X2 = Perlakuan dengan model Numbered Heads Together (NHT)
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes
yang terdiri dari soal tes tertulis berbentuk essay yang berjumlah lima soal. Kemudian,
dalam penelitian ini setelah data diperoleh, maka selanjutnya dilakukan analisis data
yaitu:
1. Analisis Data Hasil Tes
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terhadap hasil
belajar siswa, yaitu dengan menggunakan cara statistik. Hasil tes siswa yang
diperoleh disusun dalam tabel distribusi frekuensi dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Menyusun rentang yaitu data terbesar dikurang data terkecil.
b. Menentukan banyaknya kelas interval dengan menggunakan aturan Strugess,
yaitu banyaknya kelas = 1 + 3,3 log n, dengan n adalah banyaknya data.
c. Menentukan banyaknya kelas interval (i)
i = 𝑅𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔 (𝑅)
𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 (𝐵𝑅) (Sudjana, 2005:67)
d. Menentukan nilai rata-rata masing-masing kelompok :
𝑥 = 𝑓𝑥 𝑖
𝑛 (Sudjana, 2005:67)
e. Menentukan simpangan baku dengan rumus :
Group Pretest Treatment Posttest
R O1 X1 O2
R O3 X2 O4
𝑆 = 𝑓(𝑥𝑖−𝑥 )2
𝑛−1 (Sudjana, 2005:67)
f. Menentukan uji normalitas
Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui kenormalan data. Rumus
yang digunakan dalam uji normalitas ini adalah uji kecocokan 𝑥2 (chi kuadrat).
h
h
f
ff 2
02 )(
Kriteria pengujian sebagai berikut:
Jika 𝜒2hitung < 𝜒2
tabel, artinya data berdistribusi normal.
Jika 𝜒2hitung ≥ 𝜒2
tabel, artinya data berdistribusi tidak normal.
g. Menentukan uji hipotesis
Untuk menguji hipotesis penelitian digunakan uji kesamaan dua rata-rata.
Jika kedua kelompok data berdistribusi normal dan bervarians homogen maka
digunakan uji t, dengan rumus:
21
21
11
nns
xxt
dengan,
2
)1()1(
21
2
22
2
112
nn
snsns (Sudjana, 2005:239)
Keterangan:
1x = Skor rata-rata kelas eksperimen I
2x = Skor rata-rata kelas eksperimen II
n1 = Jumlah siswa kelas eksperimen I
n2 = Jumlah siswa kelas eksperimen II
1s = Simpangan baku kelas eksperimen I
2s = Simpangan baku kelas eksperimen II
Kriteria pengujiannya adalah H0 diterima jika thitung< ttabel dimana ttabel
didapat dari daftar distribusi t dengan (α = 0,05), dk = n1 + n2 – 2. Untuk harga-
harga t lainnya H0 ditolak.
HH0 : 21
HHa : 21
Hipotesis nol atau pembanding, tidak terdapat perbedaan hasil
belajar siswa kelas eksperimen I dengan siswa kelas eksperimen II.
Hipotesis alternatif atau kerja, terdapat perbedaan hasil belajar
siswa kelas eksperimen I dengan siswa kelas eksperimen II.
Kriteria pengujian sebagai berikut:
Jika thitung < ttabel maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Jika thitung ≥ ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima.
(Sugiyono, 2006:199)
Dimana ttabel didapatkan dari daftar distribusi t dengan ( = 0,05), dk = n-1.
D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian
Deskripsi data penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran
secara umum mengenai data yang diperoleh di lapangan. Sebelum penelitian ini
dilakukan, maka dilakukan observasi awal ke sekolah untuk mengetahui
permasalahan pembelajaran di kelas VII SMP Negeri 1 Pendopo Lintang. Hasil
pengamatan peneliti terhadap proses pembelajaran di SMP Negeri 1 Pendopo
Lintang diperoleh hasil yaitu kurangnya penggunaan strategi pembelajaran saat
proses belajar mengajar dikelas, guru hanya menyampaikan materi dengan ceramah
sehingga siswa menjadi tidak aktif dalam mengikuti pelajaran. Penelitian ini
dilaksanakan di dua kelas yaitu kelas VII C dan VII D. Data penelitian didapat dari
uji coba instrumen yang peneliti lakukan dengan soal tes esay 8 soal, Kemudian soal
uji coba instrumen dianalis sehingga mendapatkan 5 soal yang layak untuk diujikan
sebagai pre-test dan post-test. Setelah melakukan pre-test maka kelas tersebut
mendapatkan perlakuan dalam pembelajaran fisika pada materi Besaran dan Satuan,
kemudian dilakukan post-test data tersebut diolah dan dianalisis dengan
menggunakan rumus uji-t untuk mengetahui hasil belajar siswa yang diajarkan
dengan model pembelajaran STAD dan NHT.
Dari hasil perhitungan pre-test, dapat dikemukakan rekapitulasi rata-rata dan
simpangan baku pretest dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2
Rekapitulasi Hasil Pre-test
No Data Eksperimen 1 Eksperimen 2
1 Jumlah siswa 30 30
2 Rata-rata nilai 21 23,9
3 Nilai tertinggi 35 42
4 Nilai terendah 7 7
5 Simpangan baku 7,856 8,997
Berdasarkan tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa belum ada siswa yang
mendapat nilai lebih dari 72, semuanya mendapat nilai kurang dari 72. Nilai tertinggi
pada kelas eksperimen 1 pretest ini adalah 35 dan yang terendah adalah 7, sedangkan
nilai tertinggi pada kelas eksperimen 2 pretest ini adalah 42 dan yang terendah
adalah 7. Artinya siswa yang tuntas pada pre-test 0% sedangkan yang tidak tuntas
100%. Hal ini disebabkan karena semua siswa di kelas VII C dan VII D belum
pernah mendapatkan pembelajaran tentang materi Besaran dan Satuan. Jadi secara
deskriptif dapat disimpulkan bahwa tes awal sebelum pembelajaran dengan
menerapkan model pembelajaran STAD dan NHT masih belum baik karena nilai
rata-rata siswa masih kurang dari 72 (𝑥 < 72).
Sedangkan kemampuan akhir siswa dalam penguasaan materi Besaran dan
Satuan merupakan hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.
Kemampuan akhir diperoleh melalui post-test. Dari hasil perhitungan post-test, dapat
dikemukakan rekapitulasi rata-rata dan simpangan baku dari post-test dapat dilihat
pada tabel 3.
Tabel 3
Rekapitulasi Hasil Post-test
No Data Eksperimen 1 Eksperimen 2
1 Jumlah siswa 30 30
2 Rata-rata nilai 79,73 75
3 Nilai tertinggi 100 100
4 Nilai terendah 60 47
5 Simpangan baku 11,73 12,58
Berdasarkan tabel 3 di atas dapat dilihat perbedaan hasil belajar antara
kemampuan awal (pre-test) dengan kemampuan akhir (post-test), terdapat
peningkatan hasil belajar setelah mengikuti pembelajaran. Pada post-test ini siswa
kelas VII C dan VII D yang mendapat nilai kurang dari 72 sebanyak 8 siswa dan
yang mendapat nilai lebih besar atau sama dengan 72 sebanyak 22 siswa. Artinya
siswa yang tuntas mencapai KKM sebesar 73% sedangkan yang tidak tuntas sebesar
27%. Jadi secara deskriptif dapat disimpulkan bahwa hasil post-test siswa setelah
pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran STAD dan NHT sudah baik
karena nilai rata-ratanya lebih dari 72 (𝑥 ≥ 72).
Berdasarkan ketentuan perhitungan statistik mengenai uji normalitas data
dengan taraf kepercayaan 𝛼 = 0,05, Jika 𝜒𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 < 𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
2 , maka masing-masing data
berdistribusi normal. Hasil perhitungan uji normalitas dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4
Hasil Uji Normalitas Tes Akhir
Kelas hitung
2 Dk tabel
2 Kesimpulan
Eksperimen Pertama 6,4076 5 11,07 Normal
Eksperimen Kedua 3,3969 5 11,07 Normal
Pada tabel 4 menunjukan bahwa nilai 𝜒𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 data tes awal dan tes akhir
lebih kecil dari pada 𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙2 . Berdasarkan ketentuan pengujian uji normalitas dengan
menggunakan uji 𝜒2 (chi-kuadrat) dapat disimpulkan bahwa masing-masing data
baik kelas VII C maupun kelas VII D berdistribusi normal pada taraf kepercayaan
𝛼 = 0,05 dengan derajat kebebasan (dk) = 5.
Untuk menarik kesimpulan data hasil post-test, maka dilakukan pengujian
hipotesis secara statistik. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah “Terdapat
perbedaan signifikan hasil belajar fisika siswa yang diajar menggunakan model
pembelajaran student team achievemen division (STAD) dengan siswa yang diajar
menggunakan model pembelajaran numbered heads together (NHT) pada siswa
kelas VII SMP Negeri 1 Pendopo Lintang tahun pelajaran 2014/2015”. Setelah
diketahui data pre-test dan post-test berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan
uji hipotesis. Data perhitungan uji hipotesis pada pre-test dan post-test dapat dilihat
pada tabel 5.
Tabel 5.
Uji Hipotesis pre-test dan post-test Data thitung
Dk ttabel Kesimpulan
Tes Awal -1,32
58 2,00
thitung < ttabel Ho diterima
Tes Akhir 1,51 58 2,00 thitung < ttabel Ho diterima
Hipotesis statistik yang diujikan adalah:
Ha : 12 hipotesis alternatif atau kerja, terdapat perbedaan signifikan nilai
rata-rata kelas ekperimen pertama dengan nilai rata-rata kelas
ekperimen kedua.
Ho : 12 hipotesis nol atau pembanding, tidak terdapat perbedaan signifikan
nilai rata-rata kelas ekperimen pertama dengan nilai rata-rata kelas
ekperimen kedua.
Selanjutnya thitung dibandingkan dengan ttabel dengan derajat kebebasan (dk) =
58, 𝛼 = 5% diperoleh ttabel 2,00. Jika thitung < ttabel berarti Ho diterima dan Ha ditolak.
Dengan demikian berdasarkan perhitungan hasil belajar siswa, maka hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini ditolak kebenarannya, sehingga dapat disimpulkan
hasil belajar setelah penerapan model pembelajaran STAD dan NHT pada
pembelajaran fisika siswa kelas VII SMP Negeri 1 Pendopo Lintang tahun pelajaran
2014/2015 secara signifikan sudah tuntas.
2. Pembahasan
Penelitian yang telah dilaksanakan pada kelas VII SMP Negeri 1 Pendopo
Lintang tahun pelajaran 2014/2015 di kelas VII C dan VII D. Data penelitian didapat
dari uji coba instrumen yang peneliti lakukan dengan soal tes esay 8 soal, Kemudian
soal uji coba instrumen dianalis sehingga mendapatkan 5 soal yang layak untuk
diujikan sebagai pre-test dan post-test. Setelah itu melakukan pre-test yang berfungsi
untuk mengetahui kemampuan awal siswa kemudian kelas tersebut mendapatkan
perlakuan dalam pembelajaran fisika pada materi Besaran dan Satuan. Kemudian
dilakukan post-test untuk mengetahui kemampuan siswa setelah perlakuan. Data
post-test diolah dan dianalisis dengan menggunakan rumus uji-t untuk mengetahui
hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran STAD dan NHT.
Dapat dilihat dari perbandingan hasil tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test) yang
diberikan sebelum dan setelah melaksanakan kegiatan belajar mengajar pada sampel
yaitu kelas VII C dan VII D. Dari hasil perhitungan, tes awal sebelum diberi
penerapan pembelajaran didapatkan bahwa kemampuan awal siswa belum mencapai
ketuntasan yang sudah ditentukan yaitu 72. Sehingga langkah selanjutnya diberikan
perlakuan penerapan pembelajaran dengan model pembelajaran STAD pada kelas
VII C dan NHT pada kelas VII D sehingga ditemukan terdapat peningkatan hasil
belajar.
Berdasarkan analisis data pre-test (terlampir) terdapat perbedaan hasil belajar
antara kelas eksperimen pertama dan kelas eksperimen kedua sebelum diberikan
perlakuan. Nilai rata-rata kelas eksperimen pertama diperoleh 21 dengan simpangan
baku 7,856 dan nilai rata-rata kelas eksperimen kedua diperoleh 23,9 dengan
simpangan baku 8,997. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan guru mata
pelajaran IPA ibu Nopisurbayani, S.Pd , kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada
kelas VII SMP Negeri 1 Pendopo ditetapkan adalah 72. Dari data awal yang diperoleh
penulis, nilai rata-rata yang diperoleh di kelas eksperimen pertama dan kelas
eksperimen kedua perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, agar nilai rata-rata yang
diperoleh dari dua sampel yaitu kelas ekperimen pertama dan kelas ekperimen kedua
bisa mencapai nilai KKM.
Berdasarkan analisis data post-tes yang (terlampir) terdapat perbedaan walau
tidak signifikan hasil belajar antara kelas eksperimen pertama dan kelas eksperimen
kedua. Hal ini disebabkan karena perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen
pertama yaitu diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran student team
achievemen division (STAD), diperoleh rata-rata )(x 79,73 dan simpangan baku (s)
11,73. Pada kelas eksperimen kedua yang diajar dengan menggunakan model
pembelajaran numbered heads together (NHT), diperoleh rata-rata )(x 75 dan
simpangan baku (s) 12,58. Nilai rata-rata yang diperoleh di kelas eksperimen pertama
berdasarkan KKM yang ditetapkan sekolah adalah 72, maka penulis mengatakan
bahwa kelas ekperimen pertama telah mencapai KKM yaitu kelas VII C dan kelas
eksperimen kedua dari nilai rata-rata yang diperoleh, maka penulis mengatakan bahwa
kelas eksperimen kedua juga telah mencapai KKM yaitu kelas VII D. Kedua kelas
eksperimen tersebut sudah mencapai KKM tetapi nilai rata-rata hasil post-test kelas
eksperimen pertama sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan kelas eksperimen kedua.
Maka model pembelajaran student team achievemen division (STAD) dan numbered
heads together (NHT) baik digunakan untuk meningkatkan hasil belajar fisika.
Dengan menggunakan uji-t, didapat thitung < ttabel (1,51< 2,00). Dengan demikian
hipotesis yang berbunyi, “Terdapat perbedaan signifikan hasil belajar fisika siswa yang
diajar menggunakan model pembelajaran student team achievemen division (STAD)
dengan siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran numbered heads together
(NHT) pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Pendopo Lintang tahun pelajaran
2014/2015 ditolak.
Berdasarkan data keterampilan siswa dalam menerapkan model pembelajaran
student team achievemen division (STAD) dan model pembelajaran numbered heads
together (NHT) tiap indikator, diperoleh rata-rata kemampuan siswa. Penggunaan
model pembelajaran student team achievemen division (STAD) yang dilaksanakan
telah menunjukkan interaksi antar siswa lebih aktif, keterampilan dalam pemecahan
masalah dan pemberian hadiah membuat siswa lebih bersemangat, menyenangkan dan
tidak membosankan, hal ini dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik terhadap
materi yang diajarkan oleh guru. Tingginya hasil belajar siswa pada kelas eksperimen
pertama disebabkan oleh beberapa keunggulan dari penggunaan model pembelajaran
student team achievemen division (STAD) karena dalam pembelajaran ini hampir
semua siswa aktif sehingga siswa benar-benar memahami pembelajaran tersebut.
E. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data post-test, kemudian dilakukan
dengan uji t sebagai uji hipotesis, didapat harga 𝑡𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 1,51, Sedangkan harga t
yang didapat dari tabel distribusi t sebesar 2,00. Sehingga dapat disimpulkan hasil
belajar fisika siswa kelas VII C dan VII D setelah mengikuti pembelajaran fisika dengan
menerapkan model pembelajaran STAD untuk kelas VII C dan NHT untuk kelas VII D
SMP Negeri 1 Pendopo Lintang Tahun Pelajaran 2014/2015 terdapat perbedaan walau
tidak signifikan. Nilai rata-rata hasil belajar siswa kelas VII C adalah 75, sedangkan
nilai rata-rata hasil belajar siswa kelas VII D adalah 79,73.
DAFTAR PUSTAKA
Anggara, Jean. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads
Together (NHT) Terhadap hasil belajar Fisika Siswa di Kelas X SMA Negeri
Muara Kelingi Tahun Pelajaran 2011/2012. Lubuklinggau: Jurusan Pendidikan
MIPA STKIP-PGRI Lubuklinggau.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.
Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Dalyono, M. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Daryanto. 2010. Belajar dan Mengajar. Bandung: CV. Yrama Widya.
Dimyati. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Isjoni. 2010. Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung:
Alfabeta.
Rasyid, Harun. 2007. Penilaian Hasil Belajar. Bandung: Wacana Prima.
Riduwan. 2010. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru dan Karyawan dan Peneliti
Pemula. Bandung: Alfabeta.
Rusman. 2011. Seri Manajemen Sekolah Bermutu. Model-model pembelajaran.
Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali pers.
Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana Prenada Media.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Slavin, R. E. 2005. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.
Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Suherman, Eman dan Sukjaya, Yaya. 1990. Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan
Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: