perbandingan variasi condyle

17
Judul : Perbandingan variasi bentuk dan ukuran kondilus mandibula serta ketinggian fossa glenoidalis pada penderita maloklusi klas II dan III dengan menggunakan radiografi sefalometri 1. Latar Belakang Salah satu bagian terpenting dan unik yang terdapat pada tubuh yaitu temporomandibular joint (TMJ) . TMJ adalah persendian kondilus mandibula dengan fossa glenoidalis dari tulang temporal dan merupakan satu- satunya sendi dikepala yang bertanggung jawab terhadap pergerakan membuka dan menutup rahang, mengunyah serta berbicara, dan terletak dibelakang telinga (Hegde et all, 2013). Morfologi dari kondilus mandibula sendiri yaitu berbentuk membulat dengan bagian atas yang cembung dan oval pada permukaan axial, pada daerah antero-posterior lebih pendek dibandingkan dengan medial lateral ( Valladares et all, 2010). Pada keadaan normal kepala kondilus haruslah berbentuk convex dan simetris dengan kontralateralnya. Morfologi dari kondilus mandibula sudah diteliti dari dahulu. Pada tahun 1960-1970, penelitian mengenai kondilus mandibularis dilakukan pada tengkorak kering dan hasil autopsy. Penelitian ini menggunakan observasi makroskopik yaitu dengan radiografi cephalometri dan tomography. Pada tahin 1961, Yale et al menemukan pertama kali perbedaan bentuk dari kondilus mandibula. Yale membagi beberapa bentuk kondilus mandibula menjadi cekung, cembung dan datar. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, pada tahun 1980

Upload: pratama-budi-sasongko

Post on 17-Nov-2015

71 views

Category:

Documents


21 download

TRANSCRIPT

Judul : Perbandingan variasi bentuk dan ukuran kondilus mandibula serta ketinggian fossa glenoidalis pada penderita maloklusi klas II dan III dengan menggunakan radiografi sefalometri1. Latar BelakangSalah satu bagian terpenting dan unik yang terdapat pada tubuh yaitu temporomandibular joint (TMJ) . TMJ adalah persendian kondilus mandibula dengan fossa glenoidalis dari tulang temporal dan merupakan satu-satunya sendi dikepala yang bertanggung jawab terhadap pergerakan membuka dan menutup rahang, mengunyah serta berbicara, dan terletak dibelakang telinga (Hegde et all, 2013). Morfologi dari kondilus mandibula sendiri yaitu berbentuk membulat dengan bagian atas yang cembung dan oval pada permukaan axial, pada daerah antero-posterior lebih pendek dibandingkan dengan medial lateral ( Valladares et all, 2010). Pada keadaan normal kepala kondilus haruslah berbentuk convex dan simetris dengan kontralateralnya. Morfologi dari kondilus mandibula sudah diteliti dari dahulu. Pada tahun 1960-1970, penelitian mengenai kondilus mandibularis dilakukan pada tengkorak kering dan hasil autopsy. Penelitian ini menggunakan observasi makroskopik yaitu dengan radiografi cephalometri dan tomography. Pada tahin 1961, Yale et al menemukan pertama kali perbedaan bentuk dari kondilus mandibula. Yale membagi beberapa bentuk kondilus mandibula menjadi cekung, cembung dan datar. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, pada tahun 1980 dilakukan penelitian morfologi kondilus mandibula berhubungan dengan klas maloklusi dan juga jenis kelamin, penelitian itu menyebutkan bahwa ukiran kondilus mandibula pada pria lebih besar dari pada wanita dan garis tengah diskrepansi terlihat significant meningkat seiring pertumbuhan usia. Pada penelitian sebelumnya, morfologi kondilus mandibula terlihat bahwa variasi bentuk dari kondilus berhubungan dengan inclinasi dari kepala kondilus, sedangkan bentuk dari fossa berhubungan dengan inklinasi dari eminence dan ketinggian fossa (Hegde et all, 2013).Beberapa faktor penyebab yang memepengaruhi bentuk dari kodilus yaitu umur, jenis kelamin, dan tipe maloklusi. Penelitian tentang morfologi dari bentuk kondilus mandibula dapat dilakukan menggunakan beberapa metode seperti penelitian dengan tengkorak kering, outopsy tengkorak manusia, histologi,dan radiografi. Salah satu radiografi yang dapat digunakan untuk meneliti variasi kondilus ini dengan menggunakan radiografi sefalometri. Sefalometri merupakan salah satu metode radiologi yang dapat mengukur berbagai bagian serta mencatat posisi dan bentuk dari struktur kranial dan wajah. Radiografi sefalometri sering digunakan untuk perawatan ortodonsi karena merupakan pilar dalam penetapan diagnosa yang komprehensif, penyusunan rencana perawatan dan evaluasi hasil perawatan ortodonsi. (Perabuwijaya, 2007). Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitain tentang perbandingan variasi bentuk dan ukuran kondilus mandibula dan ketinggian fossa glenoidalis pada pasien maloklusi klas II dan III yang berusia antara 15-30 tahun dengan menggunakan metode radiografi sefalometri. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan atau referensi mengenai perbedaan bentuk variasi dan ukuran kondilus mandibula dan ketinggian fossa glenoidalis yang berhubungan dengan tipe maloklusi dan pertambahan usia.

2. Rumusan MasalahVariasi bentuk dan ukuran kondilus mandibula dapat dipengaruhi berbagai macam faktor seperti umur, jenis kelamin dan tipe maloklusi. morfologi kondilus mandibula terlihat dari bentuk kondilus yang berhubungan dengan inclinasi dari kepala kondilus, sedangkan bentuk dari fossa berhubungan dengan inklinasi dari eminence dan ketinggian fossa (Hegde et al, 2013). Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti mengambil rumusan masalah seberapa besarkah perbandingan bentuk dan ukuran kondilus mandibula dan ketinggian fossa glenoidalis pada orang maloklusi klas II dan III pada pasien yang berusia antara 15-30 tahun dengan menggunakan metode radiografi sefalometri.

3. Tujuan penelitianMendeskripsikan dan menganalisis variasi bentuk dan ukuran kondilus mandibula dan ketinggian fossa glenoidalis pada orang maloklusi klas II dan III pada pasien yang berusia antara 15-30 tahun dengan menggunakan metode radiografi sefalometri

4. Landasan TeoriA. Temporomandibular Joint (TMJ)Temporomandibular joint (TMJ) dibentuk oleh kondilus yang terletak pada tulang mandibula dan fossa pada tulang temporal. Kedua tulang ini dipisahkan oleh discus artikularis (Epstein, J.B. et al , 2001). Menurut Kardos,T & Kieser Jules (2000) TMJ adalah sendi kiri dan kanan pada mandibula dihubungkan oleh ligamen dan otot yang menghasilkan hubungan bilateral antara satu bagian mandibula dengan kranium. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terdapat beberapa variasi bentuk dari kondilus mandibularis dan kedalaman fossa glenoid menurut Saccucci et al (2012) yaitu sebagai berikut :a. Perbedaan UsiaUsia merupakan salah satu faktor pendukung dari variasi bentuk kondilus mandibula dan kedalaman fossa glenoid, menurut penelitian yang dilakukan oleh Saccucci et al (2012) disebutkan bahwa terdapat variasi bentuk kondilus mandibula pada usia 15-30 tahun, pada subjek yang lebih tua variasi bentuk kondilus mandibula lebih mendatar dan sudah terdapat progresive degeneratif kondisi yang parah dengan terdapat erosi, sclerosis, osteophytes, resobsi yang menyebabkan perubahan volume kondilus mandibularis dan juga letak pada fossa glenoid. Terdapat beberapa penelitian yang menyebutkan bahwa usia tidak berpengaruh pada bentuk kondilus mandibula, Katsavrias (2004) menyebutkan bahwa ukuran dan variasi kondilus mandibularis tidak dipengaruhi dari perubahan usia kecuali pada maloklusi klas III yang memiliki perubahan significant. Pada penelitain tersebut disebutikan bahwa pertumbuhan fossa dan kondilus mandibula telah lengkap pada usia muda. Tetapi tidak menutup kemungkinan masih terdapat pertumbuhan kondilus mandibula pada usia tua, seperti yang terdapat pada maloklusi klas IIb. Jenis kelaminPermukaan kondilus mandibularis pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan, menurut penelitian yang dilakukan oleh Saccucci et al (2012) terdapat perbedaan ketinggian dari kondilus mandibularis 3-5% pada frontal-lateral pasien muda sampai tua antara laki-laki dan perempuan. Pada variabel morphologi index menunjukkan rasio antara volume dan permukaan berbeda antara laki-laki dan perembuan sebesar 2,8%. Menurut Katsavrias (2004) tidak terdapat perbedaan bentuk kondilus mandibularis dan keladaman fossa glenoid pada berbagai tipe maloklusi kecuali pada maloklusi klas III yang memiliki kedalaman dan besarnya lebih significan dibandingkan maloklus klas I dan II. Selain itu, bentuk fossa juga lebih mendatar dibandingkan dengan maloklusi klas I dan II. Pada penelitian lainnya disebutkan bahwa pada perempuan bentuk kondilus mandibularis memiliki kecenderungan bertipe konveks, sedangkan pada laki-laki cenderung bertipe konkave.c. Perbedaan Relasi Klas MaloklusiPerbedaan tekanan mengunyah yang diterima kondilus mandibularis berbeda antara tiap tipe maloklusi. Pada maloklusi klas II tekanan menguyah lebih besar dibandingkan dengan maloklusi klas I dan III. Tekanan menguyah yang diterima ini merupakan salah satu faktor pendukung terjadinya perbedaan bentuk variasi dari kondilus mandibularis.Tekanan pengunyahan ini mengakibatkan peruahan pertumbuhan dari tulang kartilago kondilus mandibularis dan morphologi dari mandibula. Pada pasien remaja maloklusi klas III terlihat asimetris inklinasi kondilus mandibula ketika dibandingkan dengan pasien maloklusi klas I dan II. Menurut penelitian sebelumnya disebutkan bahwa pada maloklusi klas II bentuk kondilus mandibula lebih kecil dibandingkan dengan tipe maloklusi lainnya (Saccucci, 2012) . Menurut Saccucci, morphologi TMJ memiliki hubungan yang kuat antara morphologi dari skeletal dan khususnya hubungan antara artikulasi eminensia dan oklusal dan mandibular planes. Pada maloklusi klas III cenderung lebih kecil dengan inklinasi kondilus mandibula yang asimetris dibandingkan dengan maloklusi klas I dan II. Pada maloklusi klas III terdapat perbedaan bentuk dari kondilus mandibula dan bentuk fossa dibandingkan maloklusi klas II. Pada maloklusi klas III kondilus mandibula lebih panjang dan inklinasi lebih anterior, sedangkan bentuk fossa lebih luas dan dangkal dibandingkan dengan maloklusi klas II (Katsavrias,2004). Menurut Burke et al, penelitian pada pasien maloklusi klas II dibagi menjadi 2 subgroup yaitu morphologi vertikal dan horizontal yang menyebutkan bahwa pada maloklusi klas II tidak terdapat spesifikasi bentuk kondilus mandibulaTMJ memiliki bentuk variasi yang berbeda-beda yang telah dibuktikan dari penelitian terdahulu. Bentuk variasi dari morphologi kondilus mandibula sendiri memiliki beberapa variasi yaitu konkave, konveks, datar, bersiku dan membulat. Morfologi kondilus mandibula terlihat bahwa variasi bentuk dari kondilus berhubungan dengan inclinasi dari kepala kondilus, sedangkan bentuk dari fossa berhubungan dengan inklinasi dari eminence dan ketinggian fossa ( Hegde, 2013). Berikut merupakan variasi bentuk dari kondilus mandibula menurut Hedge (2013) yaitu sebagai berikut.

Gambar 2.2 Variasi bentuk kondilus mandibularis. Tipe A datar. Tipe B konveks, Tipe C bersiku. Tipe D membulatBeberapa bentuk kondilus mandibula lainnya yang terlihat dari pembedahan yaitu sebagai berikut :

Normal Kondilus MandibulaOblique Kondilus Mandibula

Excavated Kondilus MandibulaRound Kondilus Mandibula

Flattered Kondilus Mandibula

Gambar 2.3 Variasi bentuk kondilus mandibula yang terlihat dari pembedahanB. Radiografi SefalometriPenemuan sina X oleh William Conrad Roentgen pada tahun 1895 merupakan revolusi di bidang radiografi kedokteran. Keunggulan radiografi sefalometri dijumpai dalam akurasi, teknik pengambilan pengukuran kraniofasial. Metode dari sefalometri sendiri dikembangkan oleh Hofrath dn Broadbent yakni dengan menggunakan alat khusus yaitu sefalostat yang dapat meletakkan posisi kepala pasien secara akurat dan stabil dalam pemaparan radiografi. Radiografi sefalometri merupakan pilar dalam penetapan diagnosa yang komprehensif, penyusunan rencana perawatan dan evaluasi hasil perawatan ortodonsi. Beberapa fungsi radiografi sefalometri dalam ortodonti yaitu :a. Diagnosa ortodonti untuk pemaparan struktur skeletal, dental dan jaringan lunakb. Klasifikasi abnormalitas skeletal dan dental serta tipe fasialc. Pembuatan rencana perawatand. Evaluasi hasil perawatan dengan cara pemaparan perubahan yang terjadi dari perawatan semulae. Perkiraan arah pertumbuhanf. Sebagai alat bantu dalam penelitian yang meliobatkan regio kranio-dento-facialBeberapa kekurangan dari radiografi sefalometri yaitu kesalaham pembuatan cephalogram yang disebabkan karena posisi pasien yang tidak benar, waktu penyinaran yang kurang, penentuan jarak bidang sagital film yang tidak benar,selain itu dapat terjadi pembesaran dan distorsi, kesalahan penampkan/ tracing, dan kesalahan menggunakan metode5. Metode Penelitiana. Hipotesis1) Terdapat perbedaan variasi bentuk dan ukuran kondilus mandibula serta ketinggian fossa gleniodalis pada penderita maloklusi klas II 2) Terdapat perbedaan variasi bentuk dan ukuran kondilus mandibula serta ketinggian fossa gleniodalis pada penderita maloklusi klas III3) Terdapat pengaruh faktor usia yang dalam variasi bentuk dan ukuran kondilus mandibula serta ketinggian fossa gleniodalisb. Jenis penelitianJenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian observasional retrospektif. dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Metode observasionalretrospektif adalah aktivitas penelitian yang melakukan kilas balik waktu untuk mempelajari aktivitas yang berhubungan dengan kejadian luar biasa yang telah terjadi. Sedangkan pendekatan cross sectional adalah jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran atau observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali, pada satu saat ( Budiarto, 2003)

c. Lokasi penelitianPenelitian di salah satu rumah sakit gigi dan mulut Jakartad. Variabel penelitian1. Variabel bebas, terdiri dari :a. Penderita maloklusi klas IIb. Penderita maloklusi klas III2. Variabel terikat, terdiri dari :a. Variasi bentuk dan ukuran kondilus mandibulab. Variasi ketinggian fossa gleniodalise. Definisi operasionalNoVariabelDefinisiCara ukurSkala Data

1Penderita maloklusi klas II divisi IIndividu berusia 15-30 tahun, penamopakan radiografi sefalometri sebelum dilakukan perawatan ortodontiPada penampakan radiografi terlihat mesio buccal cusp M1 RA letaknya lebih mesial dari buccal groove M1 RB. GigiI RA protrusiNominal

2Penderita maloklusi klas II divisi IIIndividu berusia 15-30 tahun, penamopakan radiografi sefalometri sebelum dilakukan perawatan ortodontiPada penampakan radiografi terlihat mesio buccal cusp M1 RA letaknya lebih mesial dari buccal groove M1 RB. Gigi insisiv atas berjejal dan inklinasinya lebih ke-lingual (steep bite)Nominal

3Penderita maloklusi klas IIIIndividu berusia 15-30 tahun, penamopakan radiografi sefalometri sebelum dilakukan perawatan ortodontiPada penampakan radiografi terlihat mesio buccal M1 RA letaknya lebih ke distal dari buccal groove M1 RB.Nominal

4Variasi bentuk dan ukuran kondilus mandibulariskondilus mandibula memiliki beberapa variasi yaitu konkave, konveks, datar, bersiku dan membulatHasil tracing sefalometri pada kondilus mandibularisRasio

5Variasi ketinggian fossa gleniodalis

Ketinggian fossa gleniodalis yang mengikuti bentuk dari kondilus mandibularisHasil tracing sefalometri pada kondilus mandibularisRasio

f. Populasi dan sampelPopulasi penelitian ini adalah penderita maloklusi klas II dan III di salah satu Rumah Sakit Gigi dan Mulut Jakarta dan responden berusia 15-30 tahun1. Kriteria Inklusia. Penderita maloklusi klas II divisi I dan IIb. Penderita maloklusi klas IIIc. Usia 15-30 tahund. Radiografi sefalometri sebelum dilakukan perawatan ortodonsie. Kondulis mandibularis dan fossa glenoidalis dalam keadaan normalf. Tidak membedakan suku bangsa2. Kriteria Ekslusia. Menderita kelainan parafungsionalb. Menderita degenerasi TMJc. Menderita kelainan endokrin ( Gigantisme, acromegaly, hypotyroid dan Hypopituitarism)d. Menderita inflamasi (Septic arthitis, psoriatic arthitis, rheumatoid arthitis)e. Menderita tumor dan kista pada TMJg. Instrumen penelitianAlat yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah :a. radiografi sefalometrib. acetate matte tracing paper (kertas asetat) 0,003 inci ukuran 8x10 incic. scotch taped. iluminator/ negatoscopee. pensil 4Hf. penggarish. Rekam medis Pasien Perawatan ortodonsiMaloklusi klas IIICara penelitian

Maloklusi klas II

Radiografi sefalometri sebelum dilakukan perawatanRadiografi sefalometri sebelum dilakukan perawatan

Pembuatan tracing sefalometriPembuatan tracing sefalometri

Analisis hasil tracing sefalometri

Analisis statistik

6. Metode AnalisisMetode analisis pada penelitian ini menggunakan Kruskall Wallis ANOVA dan uji mann-whitney (U-test). Kruskall wallis test disebut juga H test merupakan prosedur alternatif dari one way ANOVA yang mengasumsikan bahwa varian antar k populasi (treatment) adalah sama, tetapi k(populasi) tersebut berdistribusi continue dan mempunyai bentuk yang sama (skewed, bimodal atau lainnya). Kruskall wallis merupakan metode alternatif nonparametrik dan dapat digunakan untuk data respon yang ordinal atau ranked data. Sedangkan uji mann-whitney (U-test) merupakan uji yang digunakan untuk menguji dua sample independen dengan bentuk data ordinal.

7. Daftar PustakaBudiarto, E. 2003. Metodologi Penelitian Kedokteran : Sebuah Pengantar. EGC : JakartaEpstein, J. B. Et all. 2001. The Utility of Panoramic The Temporomandibular Joint in Patients with Temporomandibular Disorders. Oral Surgery, Oral Medicine, Oral Pathology, Oral Radiology, and Endodontics. 1991. 1992(2) : 236-239Hedge, Shurthi. BN, Praveen. Shetty, Shishir Ram. Morphological and Radiological Variations of Mandibular Condyles in Health and Diseases : A Systemic Reviw. Dentistry 3. 2013. 154 (3)Kardos, T. Kieser, Jules.2000. Clinical Oral Biology. Second Edition. Unigraphics ITS. Denedin. Hal 33-37, 53-62, 93-101Katsavrias, Elias G. Halazonetis, Demetrios J. Condyle and Fossa Shape in Class II and Class III Skeletal Patterns : A morphometric Tomographic Study. J Ortod Dentifacial Orthop. 2005. 128: 337-46Perabuwijaya, Benny. Analisa Konveksitivitas Wajah Jaringan Lunak Secara Sefalometri Lateral pada Manusai Deutro-Melayu FKG USU usia 20-25 Tahun. Skripsi. Medan : Departemen Ortodonti FKG USU. 2007Saccucci, Mateo. Et all. Condylar Volume and Condylar Area in Class I, Class II, and Class III Young Adult Subjects. Head and Face Medicine. 2012. 8:34Valladares, Neto J. Estrela C, Bueno MR. Guedes OA, Porto OCL. Pecora. JD. Mandibular Condyle Dimensional Changes in Subjects From 3 to 20 Years of Age Using Cone Beam Computed Tomography : A Preliminary Study. Dental Press J Orthod. 2010. 15 (5) : 172-81