perbandingan arus puncak ekspirasi pada...
TRANSCRIPT
PERBANDINGAN ARUS PUNCAK EKSPIRASI PADA
KELOMPOK PENYANYI DI PADUAN SUARA MAHASISWA
GITA SASMITA UNIVERSITAS PAMULANG DAN QORIAH
DI PONDOK PESANTREN AL-QUR’AN BAITUL QURRO
CIPUTAT
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan
(S.Kep)
Disusun Oleh:
RISCA YULIANI
1113104000036
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/ 2017
iv
vi
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
SCHOOL OF NURSING
STATE ISLAMIC UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Undergraduate Thesis, June 2017
Risca Yuliani, NIM. 1113104000036
Comparison of Peak Expiratory Flow Rate (PEFR) In Group of Choir Students
Gita Sasmita in University of Pamulang and Qoriah in Pondok Pesantren Al-
Qur'an Baitul Qurro Ciputat
xx + 76 pages + 9 table + 2 diagram + 10 attachment
ABSTRACT
PEFR is influenced by several factors, one of the example is exercise. The
exercises performed by choir singers and qoriah groups are exercises that use the
diaphragm breathing technique. This study aims to determine the difference in
peak expiratory flow rate (PEFR) in the group of singers in the Student Choir Gita
Sasmita in University of Pamulang and qoriah in Pondok Pesantren Al-Qur'an
Baitul Qurro Ciputat. The research design used was quantitative using analytic
observational method with cross sectional approach with α = 0,05. The data were
collected using questionnaires and PEFR measurements using peak flow meter
tools in singers and qoriah groups, each of which amounted to 20 people.
Statistical test using t test (paired-t test). The result of the research (p = 0,031 or p
<0,05) shows that there is a significant difference in the mean value of PEFR
between the singers group in the Gita Sasmita University Student Choir of
Pamulang University and the qoriah at the Qur'an Baitul Qurro Ciputat Pondok
Pesantren. Reading the Qur'an can be used as an intervention in asthma patients in
increasing the value of PEFR.
Keywords: Peak Expirattory Flow Rate (PEFR), Singers, Qoriah
Refferences : 46 (years 1994-2017)
vii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Juni 2017
Risca Yuliani, NIM: 1113104000036
Perbandingan Arus Puncak Ekspirasi (APE) Pada Kelompok Penyanyi di
Paduan Suara Mahasiswa Gita Sasmita Universitas Pamulang dan Qoriah di
Pondok Pesantren Al-Qur’an Baitul Qurro Ciputat
xx + 76 halaman + 9 tabel + 2 bagan + 10 lampiran
ABSTRAK
APE dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah latihan. Latihan yang
dilakukan oleh kelompok penyanyi dan qoriah merupakan latihan yang
menggunakan teknik pernapasan diafragma. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui perbedaan nilai arus puncak ekspirasi (APE) pada kelompok penyanyi
di Paduan Suara Mahasiswa Gita Sasmita Universitas Pamulang dan qoriah di
Pondok Pesantren Al-Qur’an Baitul Qurro Ciputat. Desain penelitian yang
digunakan adalah kuantitatif menggunakan metode observasional analitik dengan
pendekatan cross sectional dengan α = 0,05. Pengumpulan data menggunakan
instrumen penelitian berupa kuesioner dan pengukuran nilai APE menggunakan
alat peak flow meter pada kelompok penyanyi dan qoriah, masing-masing
berjumlah 20 orang. Uji statistik menggunakan uji t test (paired-t test). Hasil
penelitian (p=0,031 atau p<0,05) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan pada nilai rata-rata APE antara kelompok penyanyi di Paduan Suara
Mahasiswa Gita Sasmita Universitas Pamulang dan qoriah di Pondok Pesantren
Al-Qur’an Baitul Qurro Ciputat. Membaca Al-Qur’an dapat dijadikan intervensi
pada pasien asma dalam meningkatkan nilai APE.
Kata Kunci: Arus Puncak Ekspirasi (APE), Penyanyi, Qoriah
Daftar Bacaan: 46 (tahun 1994-2017)
viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Risca Yuliani
Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 17 Juli 1994
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Jl. Diklat Pemda, Kp Curug Wetan Rt 06 Rw 03
No. 39, Kelurahan Curug Wetan, Kecamatan Curug,
Kabupaten Tangerang 15810
HP : 0812 8429 5200
Email : [email protected]
Fakultas/ Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/
Program Studi Ilmu Keperawatan
Riwayat Pendidikan
1. SDN Bojong Nangka 2001-2007
2. SMPN 1 Legok 2007-2010
3. SMK Yuppentek 7 Tangerang 2010-2013
4. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2013-2017
Riwayat Organisasi
1. Pengurus ROHIS SMPN 1 Legok 2008-2009
2. Anggota Karya Ilmiah Remaja SMPN 1 Legok 2008-2009
3. Wakil Ketua ROHIS SMK Yuppentek 7 Tangerang 2010-2012
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. wb.
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji syukur kepada Allah Swt dan
shalawat beriringan salam kepada Nabi Muhammad Saw, berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perbandingan
Arus Puncak Ekspirasi Pada Kelompok Penyanyi di Paduan Suara Mahasiswa
Gita Sasmita Universitas Pamulang dan Qori’ah di Pondok Pesantren Al-Qur’an
Baitul Qurro Ciputat”.
Skripsi ini disusun sebagaimana untuk memenuhi salah satu syarat guna
mencapai gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta serta menerapkan dan mengembangkan teori-teori
yang penulis peroleh selama kuliah.
Penulis menyadari bahwa dalam penyajian skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna. Hal ini disebabkan karena masih terbatasnya pengetahuan, pengalaman
dan kemampuan yang dimiliki oleh penulis dalam melihat fakta, menyelesaikan
masalah yang ada, serta mengeluarkan gagasan ataupun saran-saran. Oleh karena
itu, penulis akan menerima dengan hati terbuka dan rasa terimakasih atas segala
kritik dan saran yang berguna untuk menyempurnakan skripsi ini.
Terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan kerjasama dari
berbagai pihak yang telah membantu penulis dengan sepenuh hati. Oleh karena itu
x
penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada pihak yang telah
membantu, dan semoga segala bantuan yang diberikan kepada penulis
mendapatkan balasan dari Allah Swt.
Rasa syukur dan ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. H. Arif Sumantri S.KM., M.Kes., selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
2. Ibu Maulina Handayani, S.Kp., MSc, selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan dan Ibu Ernawati, S.Kp, M.Kep, Sp.KMB, selaku Sekretaris
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Ratna Pelawati, S.Kp, M.Biomed selaku Dosen Pembimbing
Akademik, yang telah memberikan motivasi, arahan dan nasehat kepada
penulis selama masa akademik ini.
4. Ibu Ita Yuanita, S.Kp., M.Kep, dan Ibu Ns. Uswatun Khasanah, S.Kep.,
MNS selaku Dosen Pembimbing, yang telah meluangkan waktu serta
memberikan arahan dan bimbingan dengan sabar kepada penulis selama
proses pembuatan skripsi ini.
5. Seluruh dosen Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan ilmu dan pengalamannya yang tak
terhingga, serta seluruh staff dan karyawan di lingkungan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
6. Orang tuaku, Ibu Tuti Alawiyah dan Bapak Murtawi, yang telah mendidik,
mencurahkan semua kasih sayang yang tak terhingga, mendo’akan
xi
disetiap langkah penulis, memotivasi, memberikan arahan dan nasehat,
serta memberikan bantuan moril dan materil kepada penulis hingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa adikku tercinta, Ervin
Herdian dan segenap keluarga yang telah memberikan semangat dan
motivasi tanpa pamrih
7. Ibu Dra. Hj. Maria Ulfah, MA selaku pimpinan Pondok Pesantren Al-
Qura’an Baitul Qurro Ciputat yang telah memberikan izin dan
memberikan bantuan kepada penulis dalam melakukan penelitian.
8. Santriwan/ Santriwati Pondok Pesantren Al-Qur’an Baitul Qurro Ciputat,
yang telah bersedia membantu penulis dalam melakukan penelitian.
9. Tim Paduan Suara Mahasiswa Gita Sasmita Universitas Pamulang, yang
telah bersedia membantu penulis dalam melakukan penelitian.
10. Syahrani, Deta, dan Qorina, sahabat yang telah bersama-sama berjuang,
mendo’akan, memotivasi, mencurahkan semua kasih sayang serta
memberikan bantuan baik moril maupun materil kepada penulis selama
proses perkuliahan dan penyelesaian skripsi ini.
11. Arif firdaus yang selalu meluangkan waktu, dan memberikan motivasi
serta nasehat kepada penulis hingga penulis dapat menyelesaikan
pendidikan ini.
12. Rizka, Didit, Anggit dan Fadli, sahabat kecil yang selalu memberikan
semangat dan pengalaman baru, serta memberikan bantuan moril dan
materil kepada penulis.
xii
13. Teman-teman seperjuangan PSIK 2013 yang telah bersama-sama
memotivasi, mengajarkan, mendoa’akan dan berjuang melewati berbagai
kesulitan demi tercapainya cita-cita.
14. Kakak-kakak dan adik-adik keluarga PSIK yang telah menginspirasi dan
memotivasi penulis.
15. Teman-teman dan sahabat yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu
yang telah memberikan bantuan kepada penulis dari awal studi hingga
dapat menyelesaikan penelitian ini.
16. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan kepada
penulis dalam penyelesaian skripsi ini
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................................i
LEMBAR PERNYATAAN................................................................................................ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN....................................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................................iv
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................................v
ABSTRACT........................................................................................................................vi
ABSTRAK.........................................................................................................................vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.........................................................................................viii
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................................... xiii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................................ xvii
DAFTAR TABEL .......................................................................................................... xviii
DAFTAR BAGAN .......................................................................................................... xix
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................................... xx
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 6
xiv
C. Tujuan Penelitian .................................................................................................... 7
1. Tujuan Umum: .................................................................................................... 7
2. Tujuan Khusus: ................................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian .................................................................................................. 7
E. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Sistem Pernapasan .................................................................................................. 9
1. Definisi ................................................................................................................ 9
2. Mekanisme Pernapasan ..................................................................................... 10
3. Volume dan Kapasitas Paru .............................................................................. 16
4. Pemeriksaan fungsi pulmonal ........................................................................... 19
B. Arus Puncak Ekspirasi .......................................................................................... 20
1. Definisi .............................................................................................................. 20
2. Jenis-jenis arus puncak ekspirasi ...................................................................... 21
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai APE ................................................... 22
4. Pengukuran APE dengan peak flow meter ........................................................ 25
5. Langkah-langkah mengukur arus puncak ekspirasi .......................................... 25
6. Cara menginterpretasikan hasil pengukuran APE ............................................. 26
C. Bernyanyi .............................................................................................................. 27
1. Definisi .............................................................................................................. 27
2. Teknik vokal bernyanyi .................................................................................... 27
xv
3. Sifat dan Karakter Jenis Suara Manusia ........................................................... 33
D. Membaca Al-Qur’an ............................................................................................. 33
1. Definisi .............................................................................................................. 33
2. Teknik membaca Al-qur’an .............................................................................. 34
E. Penelitian Terkait .................................................................................................. 39
F. Kerangka teori ....................................................................................................... 41
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka konsep ................................................................................................... 42
B. Hipotesis ............................................................................................................... 43
C. Definisi Operasional ............................................................................................. 43
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain penelitian ................................................................................................... 45
B. Lokasi penelitian ................................................................................................... 45
C. Waktu penelitian ................................................................................................... 45
D. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................................ 45
1. Populasi penelitian ............................................................................................ 45
2. Sampel penelitian .............................................................................................. 46
E. Instrumen penelitian .............................................................................................. 47
F. Tahap penelitian .................................................................................................... 47
G. Analisa data ........................................................................................................... 52
H. Etika penelitian ..................................................................................................... 53
xvi
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian .................................................................................... 56
B. Hasil Analisa Univariat ............................................................................................ 57
C. Hasil Analisa Bivariat ........................................................................................... 62
BAB VI PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden ........................................................................................ 64
B. Perbedaan Nilai APE pada Kelompok Penyanyi dan Qoriah ..................................66
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ............................................................................................................... 73
B. Saran ..................................................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xvii
DAFTAR SINGKATAN
APE : Arus Puncak Ekspirasi
O2 : Oksigen
CO2 : Karbondikosida
PO2 : Tekanan parsial oksigen
PCO2 : Tekanan parsial karbondioksida
ABG : Arterial Blood Gases
mmHg : milimeter air raksa
SO2 : Sulfur dioksida
NO2 : Nitrogendioksida
VT : Volume Tidal
VCI : Volume Cadangan Inspirasi
VCE : Volume Cadangan Ekspirasi
VR : Volume Residual
KI : Kapasitas Inspirasi
KFR : Kapasitas Residual Fungsional
KV : Kapasitas Vital
KTP : Kapasitas Paru Total
VEP1 : Volume Ekspirasi Paksa dalam satu detik
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional.......................................................................44
Tabel 4.1 Distribusi Hasil Normalitas APE...................................................53
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia......................57
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tinggi Badan.......58
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Berat Badan.........59
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jumlah Latihan....60
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Latihan......61
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kegiatan
Olahraga.........................................................................................62
Tabel 5.7 Perbedaan APE Penyanyi dan Qoriah...........................................63
xix
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Teori...............................................................................41
Bagan 3.1 Kerangka Konsep...........................................................................43
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Nilai Normal APE Wanita
Lampiran 2 Informed Consent
Lampiran 3 Kuesioner Penelitian
Lampiran 4 Lembar Permohonan Izin Studi Pendahuluan
Lampiran 5 Lembar Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 6 Rekapitulasi Data Demografi dan Nilai APE Responden
Lampiran 7 Hasil Olahan SPSS Univariat Kelompok Penyanyi
Lampiran 8 Hasil Olahan SPSS Univariat Kelompok Qoriah
Lampiran 9 Hasil Uji Normalitas Data
Lampiran 10 Hasil Olahan SPSS Bivariat
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bernapas adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung oksigen ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang
banyak mengandung karbondioksida ke luar tubuh (Syaifuddin, 2009).
Sistem pernapasan berfungsi untuk menyuplai oksigen ke jaringan dan
mengeluarkan karbondikosida. Fungsi utama dari sistem pernapasan
meliputi ventilasi paru yaitu pemasukan dan pengeluaran udara diantara
atmosfir dan alveolus paru, difusi oksigen dan karbondioksida diantara
alveolus dan darah, transport oksigen dan karbondioksida di dalam darah
dan cairan tubuh ke dan dari sel dan pengaturan respirasi dan segi-segi
respirasi lainnya (Hall, 2016). Volume paru bertambah dan berkurang saat
rongga thorak mengembang dan berkontraksi. Adanya peningkatan atau
penurunan volume rongga thorak biasanya menyebabkan perubahan
volume paru yang simultan.
Sistem pernapasan dapat diukur melalui pemeriksaan fisik dan
pemeriksan diagnostik. Pemeriksaan fisik meliputi observasi keadaan
umum, pemeriksaan tanda-tanda vital dan fokus pemeriksaan pada B1
(pernapasan) dengan pemeriksaan menyeluruh pada sistem pernapasan.
2
Pemeriksaan B1 (pernapasan) dilakukan dengan cara melihat
keadaan umum sistem pernapasan dan menilai adanya tanda-tanda
keabnormalan yang terjadi pada sistem pernapasan seperti sianosis,
pemeriksaan trakhea, bentuk dada, gerakan pernapasan dan kesimetrisan
dada, ekskrusi diafragmatik, pekak hati, pekak jantung dan bunyi napas
(Muttaqin, 2008)
Pemeriksaan diagnostik sistem pernapasan diklasifikasikan dalam
dua kategori yaitu dengan metode fisiologis dan metode morfologis
(Somantri, 2007). Metode fisiologis meliputi pemeriksaan fungsi paru dan
pengukuran gas darah. Sedangkan metode morfologis dibagi menjadi
beberapa pemeriksaan yaitu rontgen thorax, pemeriksaan tomografi, CT
scan, positron emission tomography, fluoroskopi, bronkhografi, angiografi
pembuluh-pembuluh pulmonal, dan bronkhoskopi. Pemeriksaan fungsi
paru dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pengukuran fungsi paru
menggunakan spirometer, dan pengukuran arus puncak ekspirasi (APE)
menggunakan alat peak flow meter (Muttaqin, 2008).
APE adalah titik aliran tertinggi yang dapat dicapai saat ekspirasi
maksimal, yang mencerminkan terjadinya perubahan ukuran jalan napas
menjadi besar (Potter & Perry, 2005). APE adalah besarnya aliran udara
maksimum yang dapat dicapai saat ekspirasi dengan usaha paksa secara
maksimal dari kapasitas paru total. Spirometer merupakan alat
pemeriksaan gold standard, namun bila spirometer tidak tersedia maka
dapat digunakan peak flow meter. Sifat peak flow meter yang mudah
3
digunakan, mudah dibawa serta murah menjadikan peak flow meter ideal
sebagai ambulatory monitoring untuk menilai obstruksi saluran napas
(Maranatha, 2004 dalam Lasmana, 2010).
Pemeriksaan APE bertujuan untuk menggambarkan keadaan
saluran napas terutama saluran napas berkaliber besar. Apabila nilai APE
menurun berarti terdapat hambatan aliran udara ekspirasi di saluran napas.
Aliran udara di saluran napas sangat dipengaruhi oleh tahanan jalan napas
dan tahanan paling besar berada pada saluran napas atas, sehingga APE
merupakan indikator yang baik untuk mengetahui patensi jalan napas besar
(Dermawan, Yunus, & Antariksa, 2013).
Nilai APE dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang
mempengaruhi nilai APE seseorang adalah usia, jenis kelamin, ras, tinggi
badan dan berat badan, kebiasaan merokok, faktor lingkungan (Yunus,
2003 dalam Novarin, Murtaqib, & Widayati, 2015) dan latihan
(Purwaningsih & Arifah, 2013).
Hasil penelitian ditemukan bahwa latihan olah napas dapat
meningkatkan nilai APE seseorang. Perubahan sistem respirasi yang
terjadi akibat olahraga diantaranya bertambahnya ventilasi semenit sebagai
akibat bertambahnya volume tidal dan frekuensi napas, terjadinya
peningkatan efisiensi ventilasi, yaitu jumlah udara yang ikut berventilasi
pada tingkat konsumsi O2 yang sama akan lebih rendah pada orang yang
terlatih. Otot rangka yang aktif mendapat O2 lebih banyak dari otot
4
pernapasan, dan volume paru lebih besar pada orang yang terlatih
(Rogayah, 1998 dalam Purwaningsih & Arifah, 2013).
Penelitian yang dilakukan oleh Saud (2010) menjelaskan bahwa
latihan olah napas dapat meningkatkan nilai APE. Penelitian dengan judul
Pengaruh Latihan Vokal Terhadap Arus Puncak Ekspirasi Pada Usia
Dewasa Muda dilakukan pada kelompok usia dewasa muda sebanyak 40
orang, dimana 20 orang mendapat latihan vokal selama 12 minggu, dan 20
orang lainnya tidak mendapat latihan vokal atau latihan pernapasan
lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok yang mendapat
latihan vokal mengalami peningkatan yang lebih tinggi pada nilai APE
daripada kelompok yang tidak mendapat latihan vokal, sehingga dapat
disimpulkan bahwa latihan dengan beban dalam waktu tertentu dapat
mempengaruhi nilai APE seseorang.
Penelitian lain dilakukan oleh Purwaningsih & Arifah (2013)
mengenai Pengaruh Senam Asma Terhadap Kemampuan Pernapasan.
Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh senam asma terhadap
kemampuan pernapasan pada peserta senam asma. Peningkatan nilai APE
ditunjukkan dengan nilai rata-rata APE responden sebelum senam sebesar
208 liter/menit sedangkan setelah senam rata-rata sebesar 304 liter/menit,
sehingga mengalami rata-rata kenaikan nilai APE antara sebelum dengan
setelah senam sebesar 95 liter/menit. Latihan (olahraga) mempunyai
hubungan timbal balik dengan respirasi. Bila seseorang melakukan senam
asma yang teratur sehingga ia menjadi seseorang yang terlatih, maka akan
5
terjadi peningkatan efesiensi sistem pernapasan (Purwaningsih & Arifah,
2013).
Pernapasan bagi penyanyi dan qori/ qoriah merupakan bagian dasar
yang harus dilatih. Bernapas ketika bernyanyi dan membaca Al-qur’an
berbeda dengan bernapas saat melakukan aktivitas biasa. Gerakan
menghirup napas secara cepat dalam jumlah yang banyak, dan
mengeluarkannya secara perlahan-lahan sesuai dengan irama bisa melatih
efisiensi dan kontrol pernapasan yang lebih baik serta membuat saluran
napas lebih fleksibel (Saud, 2010).
Saat melakukan latihan vokal, seseorang juga harus melatih teknik
pernapasannya dengan benar agar menghasilkan suara yang berkualitas.
Pelantun ayat suci Al-qur’an atau Qori juga menggunakan teknik olah
napas untuk menghasilkan lantunan yang bagus. Teknik pernapasan yang
digunakan yaitu pernapasan diafragma agar menghasilkan pembacaan
ayat-ayat yang panjang dengan baik sesuai aturan yang tertulis.
Penyanyi dan qori adalah kegiatan yang memerlukan olah napas.
Pada kelompok penyanyi ditemukan peningkatan APE dibandingkan
dengan yang bukan penyanyi. Sedangkan pada kelompok Qori belum
diteliti. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Paduan Suara
Mahasiswa Universitas Pamulang, didapatkan hasil pengukuran APE
terbaik pada dua orang anggota paduan suara dengan usia 20 tahun
masing-masing adalah 240 dan 260 liter/menit.. Sedangkan hasil
6
pengukuran APE terbaik di Pondok Pesantren Al-Qur’an Baitul Qurra
Ciputat yang dilakukan pada tiga orang santriwati yang berusia 16 tahun,
20 tahun dan 22 tahun masing-masing adalah 220 liter/menit.
B. Rumusan Masalah
APE dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut
meliputi usia, jenis kelamin, ras, tinggi badan dan berat badan, kebiasaan
merokok, faktor lingkungan (Yunus, 2003 dalam Novarin, Murtaqib, &
Widayati, 2015) dan latihan (Purwaningsih & Arifah, 2013). Latihan
vokal yang dilakukan kepada 20 mahasiswa selama 12 minggu dapat
meningkatkan APE mahasiswa tersebut. Selain itu, senam asma yang
dilakukan kepada penderita asma yang sebagian besar berusia 46-50 tahun
terbukti dapat meningkatkan APE penderita asma tersebut.
Penyanyi dan qori adalah kegiatan yang memerlukan teknik olah
napas. Pada kelompok penyanyi ditemukan adanya peningkatan APE
dibandingkan dengan yang bukan penyanyi. Sedangkan pada kelompok
qori belum diteliti. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai Gambaran Arus Puncak Ekspirasi pada Kelompok Penyanyi dan
Qori’ah.
7
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum:
Untuk mengetahui gambaran arus puncak ekspirasi pada penyanyi
dan qori’ah.
2. Tujuan Khusus:
a. Mengidentifikasi karakteristik responden berdasarkan usia, tinggi
badan, berat badan, latihan, dan kebiasaan merokok
b. Mengidentifikasi latihan (frekuensi latihan, intensitas lamanya
latihan) pada penyanyi
c. Mengidentifikasi latihan (frekuensi latihan, intensitas lamanya
latihan) pada qoriah
d. Mengidentifikasi nilai arus puncak ekspirasi pada penyanyi dan
qoriah
e. Membandingkan nilai arus puncak ekspirasi pada penyanyi dan
qoriah
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
khusunya bagi Program Studi Ilmu Keperawatan secara akademik
bermanfaat untuk menambah pengetahuan mahasiswa keperawataan
mengenai APE pada penyanyi dan qoriah. Adapun manfaat lain yaitu bagi
institusi pelayanan kesehatan hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi bagi petugas kesehatan untuk mengetahui
8
gambaran APE pada penyanyi dan qoriah sehingga dapat memberikan
masukan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang
memiliki masalah pada sistem pernapasannya berupa latihan-latihan dan
teknik yang dilakukan oleh penyanyi dan qoriah agar dapat memperbaiki
masalah pada sistem pernapasan pasien. Bagi peneliti selanjutnya hasil
penelitian ini dapat digunakan sebagai landasan untuk penelitian yang
akan datang mengenai aspek lain tentang APE. Manfaat yang dapat
diambil oleh masyarakat secara umum yaitu agar masyarakat mengetahui
bahwa bernyanyi dapat membuat sistem pernapasan lebih baik, sedangkan
bagi masyarakat yang beragama Islam adalah mengetahui bahwa dengan
membaca Al-Qur’an selain bernilai ibadah juga dapat bermanfaat untuk
kesehatan khusunya sistem pernapasan, sehingga masyarakat Islam dapat
lebih giat lagi untuk berlomba-lomba membaca dan mempelajari Al-
Qur’an.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini peneliti hanya membatasi pada jenis
kelamin perempuan, usia dewasa muda, pengukuran tinggi badan dan berat
badan, frekuensi latihan, dan intensitas lamanya latihan terhadap APE.
Adapun sasaran penelitian yang akan dilakukan yaitu pada kelompok
penyanyi di Paduan Suara Mahasiswa Gita Sasmita Universitas Pamulang
dan kelompok Qoriah di Pondok Pesantren Al-Qur’an Baitul Qurro
Ciputat.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sistem Pernapasan
1. Definisi
Sistem pernapasan adalah suatu pergerakan udara ke dalam paru-
paru dan pergerakan udara ke luar paru-paru (Silverthorn, 2013).
Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung oksigen ke dalam tubuh (inspirasi) serta mengeluarkan udara
yang mengandung karbon dioksida sisa oksidasi ke luar tubuh (ekspirasi)
(Muttaqin, 2008). Fungsi utama respirasi adalah memperoleh oksigen (O2)
untuk digunakan oleh sel tubuh dan untuk mengeluarkan karbon dioksida
(CO2) yang diproduksi oleh sel (Sherwood, 2012). Proses respirasi terjadi
karena adanya perbedaan tekanan antara rongga pleura dan paru
(Muttaqin, 2008). Sistem respirasi dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu
traktus respirasi atas dan traktus respirasi bawah. Traktus respirasi atas
terdiri dari rongga hidung, faring dan laring. Traktus respirasi bawah
terdiri dari trakea, dua bronkus utama, cabang-cabangnya, dan paru-paru
(Applegate, 2011). Traktus bawah disebut juga sebagai bagian torasik
sistem respirasi karena letaknya tertutup dalam toraks (Silverthorn, 2013).
10
2. Mekanisme Pernapasan
Mekanisme pernapasan dapat dibagi menjadi beberapa proses
fungsional utama yaitu ventilasi paru-paru, difusi oksigen dan
karbondioksida diantara alveolus dan darah, transport oksigen dan
karbondioksida di dalam darah dan cairan tubuh ke dan dari sel dan
pengaturan respirasi dan segi-segi respirasi lainnya (Hall, 2016).
Mekanisme pernapasan merupakan proses inspirasi (inhalasi) dan
ekspirasi (ekshalasi) udara dari paru-paru ke lingkungan luar tubuh
(Sloane, 2004).
Paru-paru dan dinding dada dalam keadaan normal memiliki
struktur yang elastis dan terdapat lapisan cairan tipis yang memisah paru-
paru dan dinding dada. Posisi paru-paru dengan mudah bergeser pada
dinding dada. Tekanan pada ruangan antara paru-paru dan dinding dada
berada di bawah tekanan atmosfer. Otot diafragma yang terletak di bagian
dalam dan luar interkostal kontraksinya bertambah dalam. Rongga toraks
menutup dan mengeras ketika udara masuk ke dalam paru-paru, di luar
muskulus interkostalis akan menekan tulang iga dan mengendalikan luas
rongga toraks yang menyokong pada saat eskpirasi sehingga bagian luar
interkostalis dari ekspirasi menekan bagian perut (Syaifuddin, 2009).
Menarik napas dalam akan menyebabkan otot-otot pernapasan
berkontraksi, tetapi pengeluaran pernapasan berada dalam proses yang
pasif. Ketika diafragma menutup, penarikan napas melalui isi rongga dada
kembali memperbesar paru-paru dan dinding badan bergerak, kemudian
11
diafragma dan tulang dada menutup ke posisi semula. Aktivitas bernapas
merupakan dasar yang meliputi gerak tulang rusuk sewaktu bernapas
dalam dan volume udara bertambah (Syaifuddin, 2009).
a. Ventilasi paru
Ventilasi paru merupakan proses pemasukan dan pengeluaran udara
diantara atmosfir dan alveolus paru (Hall, 2016). Udara cenderung
mengalir dari daerah dengan tekanan tinggi ke daerah dengan tekanan
rendah mengikuti gradien tekanan antara alveolus dan atmosfir yang
berbalik arah secara bergantian dan ditimbulkan oleh aktivitas siklik
otot pernapasan (Sherwood, 2012). Terdapat tiga tekanan yang
berperan penting dalam ventilasi (Sherwood, 2012) yaitu:
i) Tekanan atmosfer (barometrik) adalah tekanan yang
ditimbulkan oleh berat udara di atmosfer pada benda di
permukaan bumi. Pada ketinggian permukaan laut tekanan ini
sama dengan 760 mmHg. Tekanan atmosfer berkurang
seiring dengan penambahan ketinggian di atas permukaan
laut karena lapisan udara di atas permukaan bumi juga
semakin menipis.
ii) Tekanan intra-alveolus (tekanan intra paru) adalah tekanan di
dalam alveolus. Udara cepat mengalir menuruni gradien
tekanannya setiap tekanan intra-alveolus berbeda dari
tekanan atmosfir; udara terus mengalir sampai kedua tekanan
seimbang.
12
iii) Tekanan intrapleura adalah tekanan di dalam kantung pleura.
Tekanan ini dikenal juga sebagai tekanan intra thoraks,
adalah tekanan yang ditimbulkan di luar paru di dalam
rongga thoraks. Tekanan intra pleura biasanya lebih rendah
daripada tekanan atmosfir, rerata 756 mmHg saat istirahat.
1) Inspirasi
Sebelum inspirasi dimulai tekanan intra-alveolus setara
dengan tekanan atmosfer karena tidak ada udara yang mengalir,
dan otot-otot pernapasan berada dalam keadaan lemas. Otot
inspirasi utama (otot yang berkontraksi untuk melakukan
inspirasi sewaktu bernapas normal) adalah diafragma dan otot
interkostal eksterna. Pada awitan inspirasi otot-otot ini
dirangsang untuk berkontraksi sehingga rongga thoraks
membesar. Ketika berkontraksi, diafragma turun dan
memperbesar volume rongga thoraks dengan meningkatkan
ukuran vertikal (atas ke bawah). Dinding abdomen jika
melemas menonjol keluar sewaktu inspirasi karena diafragma
yang turun menekan isi abdomen ke bawah dan ke depan.
Ketika berkontraksi, otot interkostal eksterna mengangkat iga
dan selanjutnya sternum ke atas dan ke depan. Sewaktu rongga
thoraks membesar, paru juga dipaksa mengembang untuk
mengisi rongga thoraks yang lebih besar., menyebabkan
tekanan intra-alveolus turun 1 mmHg menjadi 759 mmHg
13
karena jumlah molekul udara yang sama kini menempati
volume paru yang lebih besar. Karena tekanan intra-alveolus
sekarang lebih rendah daripada tekanan atmosfir maka udara
mengalir ke dalam paru mengikuti penurunan gradien tekanan
(Sherwood, 2012). Hal ini sesuai dengan hukum boyle dimana
terjadi peningkatan volume yang menyebabkan penurunan
tekanan (Silverthorn, 2013). Udara terus masuk ke paru sampai
tekanan intra-alveolus setara dengan tekanan atmosfir. Tekanan
intra pleura pun ikut turun menjadi 754 mmHg akibat ekspansi
thoraks (Sherwood, 2012). Pada akhir inspirasi otot inspirasi
akan berelaksasai kembali dan diafragma kembali ke posisi
aslinya seperti kubah.
2) Ekspirasi
Ekspirasi yang dilakukan ketika bernapas dengan
tenang merupakan suatu proses yang pasif yang dipengaruhi
oleh relaksasi otot (Sloane, 2004). Ekspirasi berlangsung bila
tekanan intra pulmonal lebih tinggi daripada tekanan atmosfir
sehingga udara bergerak ke luar paru (Muttaqin, 2008).
Sewaktu paru kembali ke ukuran aslinya, tekanan intra-
alveolus meningkat karena jumlah molekul udara yang lebih
banyak yang awalnya terkandung di dalam volume paru yang
besar pada akhir inspirasi kini termampatkan ke dalam volume
yang lebih kecil. Pada ekspirasi biasan tekanan intra-alveolus
14
meningkat sekitar 1 mmHg di atas tekanan atmosfer menjadi
761 mmHg. Udara kini meninggalkan paru menuruni gradien
tekanan dari tekanan intra-alveolus yang lebih tinggi ke
tekanan atmosfer yang lebih rendah. Aliran udara keluar
berhenti apabila tekanan intra-alveolus setara dengan tekanan
atmosfer (Sherwood, 2012).
b. Difusi Gas
Difusi gas adalah pergerakan molekul gas dari area bertekanan
parsial tinggi ke area bertekanan lebih rendah terlepas dari konsentrasi
gas lain dalam larutan (Sloane, 2004). Pada sistem respirasi difusi
merupakan proses terjadinya pertukaran oksigen dan karbondioksida
pada tempat pertemuan udara dan darah (Smeltzer & Bare, 2007). Pada
proses difusi gas O2 dan CO2 atau partikel lain bergerak dari area yang
memiliki tekanan tinggi ke arah yang memiliki tekanan rendah
(Muttaqin, 2008). Di dalam alveolus PO2 lebih tinggi yaitu 100 mmHg
daripada PO2 di darah yang masuk ke paru 40 mmHg, maka O2
mberdifusi menuruni gradien tekanan parsialnya dari alveolus ke
dalam darah sampai tidak lagi terdapat gradien (Sherwood, 2012).
Sewaktu meninggalkan kapiler paru, darah memiliki PO2 sama dengan
PO2 alveolus yaitu 100 mmHg. Gradien tekanan parsial untuk CO2
memiliki arah yang berlawanan. Darah yang masuk ke kapiler paru
memiliki PCO2 46 mmHg, sementara PCO2 alveolus hanya 40 mmHg,
sehingga menyebabkan CO2 berdifusi dari darah ke dalam alveolus
15
sampai PCO2 darah seimbang dengan PCO2 alveolus (Sherwood,
2012). Setelah meninggalkan paru, darah yang kini memiliki PO2 100
mmHg dan PCO2 40 mmHg kembali ke jantung kemudian dipompa ke
jaringan tubuh sebgau darah arteri sistemik (Sherwood, 2012).
Proses difusi gas dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu gradien
tekanan parsial, ketebalan membran respirasi, area permukaan
membran respirasi, dan solubilitas gas dalam membran respirasi
(Sloane, 2004). Dalam proses difusi gas, organ pernapasan yang
berperan penting adalah alveoli dan darah, Adanya perbedaan tekanan
parsial dan difusi pada sistem kapiler dan cairan interstisial akan
menyebabkan pergerakan O2 dan CO2 yang kemudian akan masuk
pada zona respirasi untuk melakukan difusi respirasi (Muttaqin, 2008).
c. Transpor Gas
Transportasi gas adalah perpindahan gas dari paru ke jaringan dan
dari jaringan ke paru dengan bantuan darah (aliran darah) (Muttaqin,
2008). Oksigen yang diserap oleh darah di paru harus diangkut ke
jaringan untuk digunakan oleh sel, sebaliknya CO2 yang diproduksi di
tingkat sel harus diangkut ke paru untuk dikeluarkan (Sherwood,
2012). Sekitar 97% oksigen dalam darah dibawa eritrosit yang telah
berikatan dengan hemoglobin kemudian membentuk oksihemoglobin
dan sisanya ditransportasikan ke dalam cairan plasma dan sel sebanyak
3% (Sloane, 2004). Agar oksigen dapat disuplai ke sel-sel tubuh secara
opitmal maka diperlukan hemoglobin dalam jumlah dan fungsi yang
16
optimal untuk mengangkut dari sirkulasi yang efektif ke jaringan tubuh
(Muttaqin, 2008). Setiap gram hemoglobin dapat mengikat 1,34 ml
oksigen, hal ini dikarenakan hemoglobin memiliki daya afinitas
terhadap oksigen. Faktor yang mempengaruhi afinitas hemoglobin
adalah pH darah, temperatur tubuh, dan konsentrasi 2,3 difosfogliserat
(Sloane, 2004).
3. Volume dan Kapasitas Paru
Proses ventilasi yang terjadi pada sistem pernapasan dapat
diketahui melalui keadaan volume dan kapasitas paru-paru dalam
menerima maupun mengeluarkan udara pernapasan (Widiyani, 2015).
Volume paru terdiri dari volume tidal, volume cadangan inspirasi, volume
cadangan ekspirasi dan volume sisa. Dari keempat volume ini apabila
dijumlahkan sama dengan volume maksimal paru yang mengembang
(Syaifuddin, 2009). Dalam peristiwa siklus paru-paru diperlukan
menyatukan dua volume atau lebih, kombinasi seperti ini disebut kapasitas
paru (Syaifuddin, 2009). Kapasitas paru terdiri dari kapasitas residual
fungsional, kapasitas inspirasi, kapasitas vital dan kapasitas paru total
(Sloane, 2004).
a. Volume paru
1) Volume alun napas (Volume tidal)
Volume udara yang masuk atau keluar paru-paru selama satu kali
bernapas. Nilai rerata pada kondisi istirahat yaitu 500 ml
(Sherwood, 2012)
17
2) Volume cadangan inspirasi (VCI)
Volume udara tambahan yang dapat secara maksimal dihirup di
atas volume alun napas istirahat. VCI dicapai oleh kontraksi
maksimal diafragma, otot interkostal eksterna, dan otot inspirasi
tambahan. Nilai rerata 3000 ml (Sherwood, 2012)
3) Volume cadangan ekspirasi (VCE)
Volume udara tambahan yang dapat secara aktif dikeluarkan
dengan mengontraksikan secara maksimal otot-otot ekspirasi
melebihi udara yang secara normal dihembuskan secara pasif pada
akhir volume alun napas istirahat. Nilai rerata 1000 ml (Sherwood,
2012)
4) Volume residual
Volume udara minimal yang tertinggal di paru bahkan setelah
ekspirasi maksimal. Nilai rerata 1200 ml (Sherwood, 2012).
Volume residual penting untuk kelangsungan aerasi dalam darah
saat jeda pernapasan (Sloane, 2004).
b. Kapasitas paru
1) Kapasitas inspirasi (KI)
Kapasitas inspirasi adalah jumlah udara yang dapat diinspirasikan
dimulai pada ekspirasi normal dan pengembangan paru sampai
jumla maksimum (Hall, 2016). Volume udara maksimal yang dapat
dihirup pada akhir ekspirasi tenang normal, didapatkan melalui
18
penambahan volume cadangan inspirasi dan volume tidal (KI =
VCI + VT). Nilai rerata 3500 ml (Sherwood, 2012).
2) Kapasitas residual fungsional (KRF)
Jumlah udara sisa yang masih berada di paru-paru pada akhir
ekspirasi pasif. Kapasitas residual fungsional didapatkan melalui
penambahan volume cadangan ekspirasi dan volume rsidual (KRF
= VCE + VR). Nilai rerata 2200 ml (Sherwood, 2012).
3) Kapasitas vital
Volume udara maksimal yang dapat dikeluarkan dalam satu kali
bernapas setelah inspirasi maksimal. Kapasitas vital merupakan
penambahan volume tidal, volume cadangan inspirasi, dan volume
cadangan ekspirasi (KV = VT + VCI + VCE). KV mencerminkan
perubahan volume maksimal yang dapat terjadi pada paru
(Sherwood, 2012). Faktor yang mempegaruhi kapasitas vital paru
adalah postur tubuh, ukuran ronggs toraks, dan komplians paru.
Nilai rerata 4500 ml (Sloane, 2004).
4) Kapasitas paru total (KTP)
Volume udara maksimal yang dapat ditampung oleh paru-paru, dan
sama dengan kapasitas vital ditambah volume residual (KTP = KV
+ VR). Nilai reratanya adalah 5700 ml (Sherwood, 2012).
5) Volume ekspirasi paksa dalam satu detik (VEP1) adalah volume
udara yang dapat dihembuskan selama detik pertama ekspirasi
dalam suatu penentuan kapasitas vital (KV). Biasanya VEP1
19
adalah sekitar 80% dari KV, yaitu dalam keadaan normal 80%
udara yang dapat dihembuskan secara paksa dari paru yang telah
mengembang maksimal dapat dihembuskan dalam satu detik.
Pengukuran ini menunjukkan laju aliran udara paru maksimal yang
dapat dicapai (Sherwood, 2012).
6) Volume respirasi menit adalah volume tidal dikalikan dengan
jumlah pernapasan per menit (Sloane, 2004).
4. Pemeriksaan fungsi pulmonal
Pemeriksaan fungsi pulmonal dilakukan untuk mengkaji fungsi
pernapasan dan untuk mendeteksi adanya keabnormalitas pada paru-paru.
Pemeriksaan fungsi pulmonal berguna dalam mengikuti perjalanan
penyakit pernapasan pada pasien dan mengkaji respon pasien terhadap
terapi yang telah diberikan (Smeltzer, 2002). Selain itu, pemeriksaan
fungsi pulmonal juga berguna untuk meneliti efek latihan pada fisiologi
pernapasan (Asih & Effendy, 2004).
Uji fungsi paru dibagi menjadi dalam dua kategori yaitu uji yang
berhubungan dengan ventilasi paru dan dinding dada, serta uji yang
berhubungan dengan pertukaran gas (S. A. Price, 2013). Uji fungsi
ventilasi termasuk pengukuran volume paru dalam keadaan statis dan
dinamis juga pengukuran tekanan. Uji yang berhubungan dengan
pertukaran gas mencakup analisis gas-gas yang terdapat dalam udara
ekspirasi dan dalam darah. Pengukuran gas darah arteri (ABG) biasanya
mencakup tekanan parsial (tegangan) oksigen arteri (PO2), karbondioksida
20
arteri (PCO2), dan pH serta menggambarkan fisiologi kardiopulmonar
(Price, 2013).
Kemampuan fungsi paru-paru dikaji dengan mengukur properti
yang mempengaruhi ventilasi (statis dan dinamis) dan respirasi (difusi dan
perfusi). Penilaian fungsi paru-paru dilakukan dengan mempertimbangkan
variabel-variabel dari setiap individu yang dievaluasi termasuk usia, jenis
kelamin, berat badan, dan tinggi badan serta upaya individu dalam
melakukan setiap pemeriksaan (Asih & Effendy, 2004).
B. Arus Puncak Ekspirasi
1. Definisi
Arus Puncak Ekspirasi adalah titik aliran tertinggi yang dapat
dicapai saat ekspirasi maksimal, yang mencerminkan terjadinya perubahan
ukuran jalan napas menjadi besar (Potter & Perry, 2005). Arus puncak
ekspirasi adalah besarnya aliran udara maksimum yang dapat dicapai saat
ekspirasi dengan usaha paksa secara maksimal dari kapasitas paru total.
Nilai APE menggambarkan keadaan saluran napas terutama saluran napas
berkaliber besar yaitu jika nilainya menurun berarti terdapat hambatan
aliran udara ekspirasi di saluran napas. Aliran udara di saluran napas
sangat dipengaruhi oleh tahanan jalan napas dan tahanan paling besar
berada pada saluran napas atas, sehinga APE merupakan indikator yang
baik untuk mengetahui patensi jalan napas besar (Dermawan et al., 2013).
Variasi nilai APE sangat diperngaruhi oleh usia, tinggi badan, jenis
21
kelamin, dan ras (Pangestuti & Widayati, 2015). Angka normal APE pada
pria dewasa adalah 500-700 L/menit, dan pada wanita dewasa adalah 380-
500 L/menit (Jain et al, 1998 dalam Lasmana, 2010).
Pengukuran APE dapat dilakukan antara lain dengan menggunakan
alat peak flow meter, pneumotachograph (dengan grafik flow volume),
dan spirometer (Menaldi et al, 2001 dalam Lasmana, 2010). Sifat peak
flow meter yang mudah digunakan, mudah dibawa dan murah menjadikan
peak flow meter ideal sebagai ambulatory monitoring untuk menilai
obstruksi saluran pernapasan (Jain et al, 1998 dalam Lasmana, 2010)
2. Jenis-jenis arus puncak ekspirasi
Nilai arus puncak ekspirasi terdiri dari 3 jenis, yaitu (Lasmana, 2010):
a. Arus puncak ekspirasi (APE) sesaat
Nilai ini didapatkan dari nilai tiupan pada waktu yang tidak tertentu
dan kapan saja. Nilai APE ini berguna untuk:
1) Mengetahui adanya obstruksi pada saat itu
2) Mengetahui derajat obstruksi bila telah diketahui nilai standar
normalnya.
b. Arus puncak ekspirasi (APE) tertinggi
Nilai ini didapatkan dari hasil tiupan APE tertinggi setelah melakukan
evaluasi tiupan sehari 2 kali, pagi dan sore hari, pukul 06.00 dan 20.00
selama 2 minggu pada keadaan asma stabil. Nilai APE tertinggi
digunakan sebagai standar nilai APE seseorang.
22
c. Arus puncak ekspirasi (APE) harian
Nilai ini didapatkan dari hasil tiupan APE selama 2 minggu. Variasi
harian ini berguna untuk mengetahui nilai tertinggi standar normal
seseorang.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai APE
Menurut (Yunus, 2003 dalam Novarin et al., 2015), nilai arus
puncak ekspirasi seseorang dapat beragam dan dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai APE adalah:
a. Faktor host
1) Umur
Faal paru sejak masa kanak-kanak bertambah atau meningkat
volumenya dan mencapai keadaan maksimal pada umur 19-21
tahun. Kekuatan otot pernapasan dan fungsi paru akan menurun
sesuai pertambahan usia, hal ini disebabkan karena terjadi
penurunan elastisitas dinding dada. Selama proses penuaan terjadi
penurunan elastisitas alveoli, penebalan kelenjar bronchial,
penurunan kapasitas paru dan peningkatan jumlah ruang rugi
(Guyton & Hall, 2014 dalam Antoro, 2015)
2) Jenis kelamin
Pengelompokkan berdasarkan jenis kelamin sangat penting
dikarenakan secara biologis berbeda antara laki-laki dan
perempuan. Fungsi paru laki-laki lebih tinggi 20%-25%
dibandingkan perempuan. Selain itu aktivitas laki-laki lebih tinggi
23
dibandingkan perempuan sehingga recoil dan compliance paru
sudah terlatih (Guyton & Hall, 2014 dalam Antoro, 2015). Nilai
APE laki-laki lebih besar daripada wanita berdasarkan tabel nilai
normal APE.
3) Ras
Pada orang kulit hitam, hasil faal parunya lebih kecil bila
dibandingkan dengan orang kulit putih. Salah satu alasannya
adalah bahwa ukuran thoraks kulit hitam lebih kecil daripada orang
kulit putih.
4) Tinggi badan dan berat badan
Tinggi badan mempunyai hubungan positif dengan APE, artinya
dengan bertambahnya tinggi seseorang maka APE akan bertambah
besar. Tinggi badan sangat mempengaruhi fungsi paru, hal tersebut
dikarenakan seseorang yang memiliki tubuh tinggi maka fungsi
ventilasi parunya lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang
bertubuh pendek (Hall, 2016). Sedangkan pada perempuan berat
badan memiliki hubungan yang lebih tinggi daripada tinggi badan
(Mishra, et al. 2013)
5) Kebiasaan merokok
Merokok merupakan faktor utama yang dapat mempercepat
penurunan fungsi paru. Merokok dapat menyebabkan perubahan
struktur jalan napas maupun parenkim paru. Perubahan struktur
jalan napas besar berupa hipertrofi dan hiperplasia kelenjar mukus.
24
Sehingga dapat mempengaruhi nilai arus puncak ekspirasinya
(Hall, 2016). Menurut Smet (1994) dalam (Nasution, 2007) ada
tiga tipe perokok yang dapat dikalsifikasikan berdasarkan
banyaknya rokok yang dihisap, yaitu: perokok berat yang
menghisap lebih dari 15 batang rokok dalam sehari, perokok
sedang 5-14 batang rokok, dan perokok ringan 1-4 batang rokok
dalam sehari.
6) Olahraga/latihan
Olahraga bisa meningkatkan APE seseorang, ini didukung oleh
penelitian yang dilakukan kepada atlet dan orang yang jarang
berolah raga. APE pada atlet lebih besar dibandingkan dengan
orang yang jarang melakukan olahraga (Yunus, 1997 dalam
Purwaningsih & Arifah, 2013)
b. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan dapat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti polusi
udara dan lingkungan kerja. Zat yang paling banyak pengaruhnya
terhadap saluran pernapasan dan paru adalah sulfur dioksida (SO2),
nitrogen dioksida (NO2), dan ozon. Kandungan SO2, NO2 dan ozon
yang tinggi pada udara dapat menginduksi reaksi inflamasi pada paru
dan gangguan sistem imunitas pada tubuh (Budiono, dalam Novarin
2014). Udara dalam keadaan tercemar, partikel polutan ikut terinhalasi
dan sebagian akan masuk ke dalam paru. Selanjutnya sebagian
partikel mengendap di alveoli. Adanya pengendapan di alveoli dapat
25
menyebabkan kemungkinan terjadinya penurunan fungsi paru
(Mengkidi, 2006)
4. Pengukuran APE dengan peak flow meter
Arus puncak ekspirasi yang diukur dengan satuan liter/menit dapat
memberi peringatan dini adanya penurunan fungsi paru dan
menggambarkan adanya penyempitan atau sumbatan saluran napas.
Tekanan akibat ekspirasi paksa menyebabkan diafragma bergerak dan
membuka area orifisium lebih luas. Nilai APE dipengaruhi oleh beberapa
ratus mililiter udara yang dimulai dari inflasi penuh dari paru dan oleh
kekuatan otot dada dan perut (Siregar, 2008).
Cara kerja peak flow meter berdasarkan azas mekanika, dimana
deras arus udara diukur dengan gerakan piston yang terdorong oleh arus
udara yang ditiupkan melalui pipa peniup. Piston akan mendorong jarum
penunjung (marker). Karena piston dikaitkan dengan sebuh pegas, maka
setelah arus berhenti oleh gaya tarik balik (recoil) piston tertarik ke
kedudukan semula dan jarum penunjuk tertinggal pada titik jangkauan
piston terjauh. Nilai APE dibaca pada titik tunjuk jarum penunjuk tersebut
(Siregar, 2008).
5. Langkah-langkah mengukur arus puncak ekspirasi
Langkah-langkah mengukur arus puncak ekspirasi menggunakan peak
flow meter adalah sebagai berikut (Adeniyi & Erhabor, 2011):
26
a. Atur penanda kursor pada peak flow ke posisi nol. Jangan sentuh
penanda kursor ketika menghembuskan udara.
b. Atur posisi klien. Klien diposisikan berdiri tegak dan letakkan peak
flow meter di depan mulut dengan posisi horisontal.
c. Tarik napas dalam dan mouthpiece diletakkan di mulut dengan gigi
disekitar lubang mouthpiece dan bibir mengatup rapat.
d. Hembuskan napas melalui mouthpiece dengan kuat dan sesegera
mungkin. Bila peneliti mencurigai responden mengeluarkan sejumlah
udara yang signifikan dari hidung, pasang penjepit hidung atau minta
responden menutup hidung dengan tangan.
e. Catat angka yang tertera di penanda kursor
f. Atur penanda kursor ke posisi nol lagi dan ulangi langkah-langkah di
atas sebanyak tiga kali. Catat angka tertinggi yang dapat dicapai klien.
6. Cara menginterpretasikan hasil pengukuran APE
Hasil pengukuran APE dengan peak flow meter dicatat, kemudian
nilai arus puncak ekspirasi terbaik dibandingkan dengan nilai prediksi
APE yang tertera pada tabel normal APE sesuai dengan usia dan tinggi
badannya kemudian dikalikan 100 persen (Masnadi, 2010)
Persentase APE = Nilai APE diukur (liter/menit) X 100%
Nilai APE prediksi (liter/menit)
Hasil pencatatan dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu
(Siregar, 2008):
27
a. Zona hijau, apabila nilai APE 80% sampai 100% dibandingkan
dengan nilai prediksi, yang menandakan bahwa fungsi pernapasan
baik.
b. Zona kuning, apabila nilai APE 50% sampai 80% dibandingkan nilai
prediksi, menandakan bahwa mulai terjadi penyempitan saluran napas.
c. Zona merah, apabila nilai APE ≤50% dari nilai prediksi, hal ini
menunjukkan bahwa telah terjadi penyempitan pada saluran
pernapasan besar.
C. Bernyanyi
1. Definisi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bernyanyi adalah
mengeluarkan suara bernada, berlagu dengan lirik atau tidak. Seni
bernyanyi adalah musik yang menggunakan media vokal atau suara
manusia, dengan kata lain vokal berperan sebagai instrumen atau alat
dalam kerja musikalnya (Poetra, 2006).
2. Teknik vokal bernyanyi
a. Pernapasan (My, 2008)
Salah satu unsur utama yang harus dikuasai dalam bernyanyi
adalah teknik pernapasan. Teknik ini merupakan dasar dari teknik olah
vokal. Dalam bernyanyi dibutuhkan cara pernapasan tersendiri yang
digunakan untuk merangkai nada, menjaga pitch control atau
keselarasan, mencapai nada panjang, dan sebagainya. Sebagai
28
penyanyi, selain bernyanyi ia juga harus mampu melakukan gerakan-
gerakan atraktif seperti menari yang sangat memerlukan penguasaan
teknik pernapasan yang tinggi, maka dari itu teknik bernapas sangat
vital peranannya sehingga mutlak harus dikuasai dengan baik.
Menurut Jamalus (1988) dalam Lele (2013) ada 3 jenis pernapasan
yang sering digunakan dalam bernyanyi yaitu:
1) Pernapasan dada.
Pernapasan ini dilakukan dengan cara memasukkan udara ke dalam
paru-paru sehingga paru-paru menjadi lebih besar. Pernapasan dada
tidak baik digunakan dalam benryanyi
2) Pernapasan perut
Pernapasan ini disebabkan oleh gerakan perut yang semakin
mengembung, rongga perut membesar sehingga udara di luar
masuk memenuhi perut. Rongga dada bebas dari ketegangan. Paru-
paru, trakhea, selaput suara, alat-alat pengucapan dapat
menghasilkan suara dengan wajar, akan tetapi tidak memberikan
dorongan yang kuat.
3) Pernapasan diafragma
Diafragma terletak diantara rongga dada dan rongga perut. Pada
saat bernyanyi,otot diafragma dapat memberi dorongan yang kuat
kepada paru-paru serta dapat mengatur tenaga aliran udara melalui
trakea menggetarkan selaput suara dan keluar melalui mulut.
29
4) Pernapasan bahu
Selain 3 jenis pernapasan di atas, pernapasan bahu juga merupakan
salah satu pernapasan yang digunakan dalam bernyanyi.
Pernapasan bahu adalah pernapasan yang mengambil atau
mengalihkan/ mengangkat kekuatan bahu untuk mengisi napas
pada paru-paru, sebab pusat napas adalah di paru-paru (Paramyuda
2010 dalam Lele 2013).
Dari keempat jenis pernapasan yang sering digunakan dalam
bernyanyi, pernapasan yang paling baik digunakan dalam
bernyanyi adalah pernapasan diafragma, karena pernapasan
diafragma akan menghasilkan napas yang panjang dan ringan,
santai dan suara yang diproduksikan lebih bermutu.
Teknik yang dilakukan dalam pernapasan diafragma yaitu
(My, 2008)
1) Pertama penyanyi harus melakukan pemanasan terlebih dahulu
agar pelaksanaan pelatihan dapat terfokus dan alat-alat
pernapasan yang diperlukan (paru-paru, rongga dada, rongga
perut, dan diafragma) berada dalam keadaan siap. Setelah
pemanasan barulah dimulai dengan latihan pernapasan
diafragma. Latihan menarik napas sekali dalam setiap detik
lalu ditahan dan dikeluarkan jika sudah tidak mampu lagi
menahan napas. Dalam tahap awal biasanya mampu menahan
napas pada tarikan ketiga dalam waktu tiga detik. Standar
30
pernapasan diafragma adalah 8 tarikan napas dalam 8 detik.
Jika sudah mencapai standar tersebut maka dapat dikatakan
telah menguasai teknik pernapasan diafragma dengan baik.
2) Setelah itu barulah melakukan teknik menggunakan
pernapasan diafragma untuk menyanyi. Ada beberapa teknik
yang harus dilakukan. Pertama adalah mengambil napas pada
kapasitas yang maksimal (sebanyak-banyaknya) kemudian
dihembuskan pelahan-lahan dalam waktu paling lama. Tahap
kedua adalah mendengau, caranya yaitu seperti langkah
pertama namun keluarnya napas disertai dengan suara
sepanjang napas berupa gumam. Teknik ketiga adalah bermain
nada. Caranya sama seperti langkah kedua namun suara
gumam diganti dengan rangkaian nada-nada. Dimulai dari
nada yang terendah sesuai kemampuan sampai pada batas
kemampuan tertinggi. Teknik latihan ini dimaksudkan untuk
memperoleh stabilitas dan akurasi dalam bernyanyi.
b. Artikulasi
Artikulasi adalah pengucapan kata-kata pada lirik lagu dengan jelas
dan benar. Unsur-unsur pesan dalam sebuah lagu harus sampai pada
pendengarnya. Agar dapat sampai dan dipahami oleh pendengar,
seorang penyanyi harus menguasai teknik artikulasi dengan baik.
Selain itu, syarat utama bagi seorang penyanyi adalah harus menguasai
dan menghafalkan syair dan lagu dengan baik.
31
Artikulasi dibagi menjadi 3 jenis yaitu Widyastuti (2007) dalam
Lele (2013):
1) Artikulasi vokal (huruf hidup)
Terdapat 5 huruf vokal yaitu a, i, u, e, dan o. Kelima huruf ini yang
membangun semua kata-kata dalam bahasa Indonesia dan bahasa
asing lainnya.
2) Artikulasi konsonan (huruf mati)
Konsonan merupakan bunyi bantu untuk huruf vokal/ huruf hidup,
pengucapan satu dengan yang lainnya akan berbeda berdasarkan
pembentukan bunyinya.
3) Artikulasi vokal rangkap (diftong)
Diftong adalah bunyi dua vokal yang berurutan, keduanya berbeda
antara kualitas huruf vokal awal dan akhir. Dalam menyanyikan
diftong, vokal pertama dinyanyikan lebih lama daripada vokal
keduanya, maka vokal yang mendahului diberi tekanan sedikit
kemudian berubah menjadi rileks ke bunyi vokal yang
mengikutinya.
c. Resonansi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia resonansi adalah
dengungan (gema, getaran) suara. Resonansi adalah usaha untuk
memperindah suara dengan memfungsikan rongga-rongga udara yang
turut bervibrasi atau bergetar disekitar mulut dan tenggorokan, dan
resonansi adalah pemantulan suara ikutnya getaran nada-nada alam
32
atau benda lain (Khodijat-Marzoeki, 2004 dalam Kurnianingsih, 2013).
Cara melatih resonansi yaitu bunyi ‘m’ dibunyikan dengan lembut,
bibir dikatupkan ke dalam sedangkan gigi tidak saling bersentuhan,
rongga mulut dan kerongkongan membentuk ruas seluas luasnya.
Lakukan humming untuk merasakan getaran suara (resonansi)
terutama resonansi kepala dan fokus suara (Kurnianingsih, 2013).
d. Phrasering
Phrasering adalah aturan pemenggalan kalimat yang baik dan
benar, tetapi tetap mempunyai arti yang utuh dan mudah dimengerti.
Phrasering memudahkan penyanyi dalam memberi tanda-tanda untuk
mengatur napas dalam bernyanyi. Apabila pengambilan napas tidak
pada tempatnya, maka akan mempengaruhi pesan dari lagu yang akan
disampaikan (Lele, 2013).
e. Ekspresi
Ekspresi adalah cara yang dilakukan penyanyi untuk membawakan
lagu dengan baik dari suatu ciptaan sesuai denga jiwa lagu tersebut.
Misalnya sedih, gembira, semangat dan lain-lain (Soewito, 1996 dalam
Lele, 2013). Sedangkan menurut (Jamalus, 1988 dalam Lele, 2013)
ekspresi dalam musik adalah ungkapan pikiran dan perasaan yang
mencakup semua nuansa dari tempo, dinamik dan warna suara dari
unsur-unsur pokok musik, dalam pengelompokkan frase yang
diwujudkan oleh seniman musik/penyanyi dan disampaikan pada
pendengarnya.
33
Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa ekspresi
merupakan suatu ungkapan perasaan dari penyanyi kepada
pendengarnya yang mecakup semua nuansa dari tempo, dinamik dan
warna suara.
3. Sifat dan Karakter Jenis Suara Manusia
Sifat dan karakter jenis suara manusia dibagi menjadi 4, yaitu
soprano, alto, tenor dan bass. Soprano dan alto merupakan jenis suara
perempuan, dimana soprano merupakan jenis suara yang berambitus tinggi
dengan karakter enerjik, sedangkan alto merupakan ambitus suara paling
rendah dengan karakter berat, dalam dan berwibawa. Tenor dan bass
adalah jenis suara laki-laki, dimana tenor merupakan jenis suara yang
berambitus (range) paling tinggi dengan karakter yang enerjik dan
primadona, sedangkan bass merupakan suara yang berambitus sangat
rendah, besar dan dalam yang biasanya berfungsi untuk mengimbangi
suara alto (Simanungkalit, 2008)
D. Membaca Al-Qur’an
1. Definisi
Al-qur’an merupakan kitab suci yang diturunkan oleh Allah Swt
kepada Nabi Muhammad Saw melalui Malaikat Jibril. Al-qur’an
merupakan pedoman dan sumber hukum bagi umat Islam. Membacanya
dinilai sebagai ibadah, oleh karena itu Al-qur’an harus dibaca dengan
tajwid dan tartil. Tajwid menurut bahasa ialah memperindah, sedangkan
34
menurut istilah adalah ilmu yang mempelajari tata cara membaca Al-
qur’an.
Menurut para ulama ahli tajwid, tingkatan-tingkatan tempo atau
ritme membaca Al-qur’an dibagi menjadi empat, (Ahmad & Shihabuddin,
2012):
a. At-tartil: membaca dengan pelan dan tidak terburu-buru sehingga tetap
memperhatikan tajwid dan makhraj huruf serta berusaha menghayati
maksud ayat yang sedang dibaca.
b. Al-hadr (cepat): membaca dengan cepat tetapi tetap memperhatikan
makhraj dan tajwid. Cara ini sangat sulit dilakukan. Jarang yang
mampu karena salah sedikit bisa keluar dari ketentuan yang telah
mutawatir dari Nabi Muhammad SAW.
c. At-tadwir (sedang): bacaan antara tartil dan hadr, tidak terlalu cepat dan
tidak terlalu lambat sehingga makhraj dan tajwid terbaca jelas sesuai
haknya.
d. At-tahqiq: membaca seperti tartil tetapi lebih pelan dan lebih tenang
sehingga pas untuk dipraktikkan bagi yang sedang belajar atau yang
akan mengajakan Al-qur’an.
2. Teknik membaca Al-qur’an
Teknik dalam membaca Al-qur’an sama dengan teknik dalam
bernyanyi atau teknik vokal. Qori dan Qoriah memiliki teknik pernapasan
diafragma, infitah atau artikulasi dan intonasi. Namun terdapat beberapa
perbedaan, yaitu dalam hal makhorijul huruf, syarat suci dari najis dan
35
hadast, pemenggalan kata, dan tempat yang diperbolehkan membaca Al-
qur’an (Jiajulaikhaningsih, 2013).
Makhorijul huruf menurut istilah dalam ilmu tajwid yaitu tempat
atau letak keluarnya huruf-huruf hijaiyah ketika membunyikannnya.
Sedangkan maksud dari syarat suci dari najis dan hadast yaitu keadaan
suci setelah membersihkan najis yag ada di badan, pakaian dan tempat.
Sedangkan yang dimaksud dengan pemenggalan kata adalah setiap ayat
yang dibaca memiliki arti sendiri sehingga pemenggalan kata harus
diperhatikan dengan baik. Tempat yang diperbolehkan membaca Al-
qur’an yaitu masjid dan rumah, namun yang lebih dianjurkan adalah
masjid karena lebih bersih dan mulia (Jiajulaikhaningsih, 2013).
a. Artikulasi atau Infitah
Belajar infithah sangat diutamakan dalam membaca Al-qur’an. Salah
satu teknik membaca Al-qur’an dengan baik yaitu mulut harus dibuka
secara sempurna untuk menghasilkan suara yang sempurna. Ketika
membaca huruf hijaiyah yang bertanda fathah mulut harus dibuka
secara penuh, yaitu dengan membuka mulut minimal setinggi dua
baris tangan yang disusun secara vertikal.
b. Teknik pernapasan diafragma
Sama halnya seperti penyanyi, pernapasan diafragma untuk seorang
qori berperan penting dalam memproduksi suara. Pernapasan yang
bagus akan menghasilkan pembacaan ayat-ayat panjang dengan baik
sesuai aturan mizan yang tertulis. Apabila qori membaca al-qur’an
36
dengan posisi atau sikap badan duduk, diusahakan tubuh dalam
kondisi tegap agar udara yang masuk ke perut mengembung dan
disimpan dalam diafragma. Membaca satu ayat al-qur’an dengan satu
waqof dianjurkan dilakukan dengan satu tarikan napas, karena jika
tidak sampai pada ujung ayat maka penggalan ayat tersebut tidak
mengandung satu artian penuh.
c. Intonasi
Intonasi dalam al-qur’an adalah nada lagu yang dihasilkan oleh
bermacam-macam jenis harokat yang bertemu dengan huruf hijaiyah.
Panjang nada dalam membaca al-qur’an bervariasi antara 1 kata, 2
kata, 3 kata hingga 6 kata. Panjang pendek bacaan al-qur’an berasal
dari bacaan mad (panjang), ghunnah (dengung), ikhfa (samar-samar),
idzhar (jelas) dan lainnya.
3. Macam lagu dalam seni baca Al-Qur’an
Untuk melagukan Al-Qur’an, para quro di Indonesia membagi lagu atas 7
macam yaitu sebagai berikut (Salim, 2004 dalam Amin, 2017):
a. Lagu bayyati
Bayyati merupakan salah satu dari tujuh macam lagu yang sangat
populer yang selalu ditempatkan pada maqom pertama dalam
tradisi melagukan Al-Qur’an oleh para qori senior di Mesir.
Maqom bayyati memiliki ciri khusus yaitu lembut, meliuk-liuk
gerak lambat dengan pergeseran nada yang tajam waktu turun naik
dan yang sering kali terjadi secara beruntun. Bayyati memiliki
37
ruang lingkup yang luas, fleksibel serta mudah diterima (Munir,
1997 dalam Erizanti, 2013). Lagu bayyati umumnya digunakan
sebagai lagu pembuka dan penutup dalam tilawatil Al-qur’an.
Bayyati memiliki 4 tingkatan nada yaitu qoror (dasar), nawa
(menengah), jawab (tinggi) dan jawabul jawab (tertinggi),
sedangkan husaini dan syurri merupakan variasi khusus dari
maqom bayyati. Husaini ditempatkan pada tingkat nada setelah
nawa sebelum jawab, sedangkan syuri sebaiknya ditempatkan
setelah nada jawabul jawab.
b. Lagu nahawand
Lagu nahawand mempunyai karakteristik sedih sehingga sangat
sesuai untuk melantunkan ayat Al-qur’an yang bernuansa
kesedihan. Tingkatan nada pada maqom nahawand yaitu nawa,
jawab dan quflah mahur. Quflah mahur adalah nada akhir khusus
yang dimiliki oleh lagu nahawand. Nada suara awal pada lagu
nahawand hendaknya dimulai dari nada antara nawa dan jawab.
c. Lagu hijaz
Lagu hijaz memiliki irama yang ringan, cepat , lincah, dan
memiliki banyak variasi turun dan naik secara tajam. Lagu hijaz
dipakai setelah lagu nahawand maka awal maqom hijaz hendaknya
dimulai sama dengan akhir nada jawab nahawand sebelumnya.
Hijaz memiliki 4 tingkatan nada yaitu awal maqom, hijaz kar, hijaz
kar dan kur, dan alwan hijaz.
38
d. Lagu rost
Lagu rost memiliki irama yang hidup, semangat, cepat, lincah, dan
memiliki getaran-getaran ringan. Maqom ini sedikit lebih cepat
dari lagu murrotal sehingga biasanya digunakan ketika
mengumandangkan adzan dan digunakan imam ketika mengimami
sholat. Lagu rost memiliki 4 tingkatan nada yaitu awal maqom
rost, kufllah jinjiron, syabir alarrost dan alwan rost.
e. Lagu sika
Lagu ini memiliki karakteristik ketimuran, merakyat dan mudah
dikenali. Lagu sika sangat polular bagi rakyat mesir karena
memiliki keistimewaan dan sering digunakan ketika melatunkan
ayat Al-qur’an. Lagu sika memiliki irama yang lambat serta
hidmat. Sika memiliki 3 tingkatan nada yaitu iraqi (nawa), turki
(jawab) dan variasi raml.
f. Lagu jiharkah
Lagu jiharkah memiliki irama raml atau minor, iramanya
menimbulkan perasaan yang dalam. Awal lagu jiharkah biasanya
sama dengan awal lagu sikah, dilanjutkan dengan suara minor
dengan relatif lurus kemudian diikuti oleh nada sedikit lebih tinggi
dengan menjaga gerakan-gerakan yang sama sebelumnya,
kemudian diakhiri dengan nada gerakan lurus secara wajar. Lagu
jiharkah memiliki 2 tingkatan nada yaitu nawa dan jawab.
39
g. Lagu shabaa
Lagu shabaa memiliki karakter halus dan lembut, nuansa penuh
kesedihan sehingga menggugah perasaan. Gerak irama pada
maqom ini memiliki sifat yang ringan, agak mendatar, syahdu serta
mengalun perlahan-lahan. Lagu shaba memiliki 4 tingkatan nada
yaitu nada awal maqom shabaa, asyiron (nawa), ajami (jawab), dan
quflah bustanjar.
E. Penelitian Terkait
1. Saud (2010) menjelaskan hasil penelitiannya mengenai Pengaruh Latihan
Vokal terhadap Arus Puncak Ekspirasi pada Usia Dewasa Muda yang
menggunakan metode quasi experimental two groups parallel pretest-
posttest dengan jumlah sampel sebanyak 40 orang, dimana 20 orang
sampel mendapat perlakuan mengikuti latihan vokal di paduan suara
Universitas Diponegoro selama bulan Maret sampai Juni, dan 20 orang
lainnya sebagai kelompok kontrol. Menunjukkan hasil bahwa nilai APE
pada kelompok latihan vokal adalah lebih tinggi secara bermakna
dibanding kelompok tanpa latihan vokal (p<0,001)
2. Purwaningsih & Arifah (2013) menjelaskan hasil penelitiannya mengenai
Pengaruh Senam Asma terhadap Kemampuan Pernapasan pada Peserta
Senam Asma di Rumah Sakit Islam Klaten, menggunakn metode quasi
eksperimen dengan desain pretest posttest dengan teknik pengambilan
sampel menggunakan total sampling dan didapatkan sampel sebanyak 31
40
orang. Hasil yang didapatkan menunjukkan rata-rata APE sebelum senam
208 L/menit dan setelah senam mengalami kenaikan menjadi 304 L/menit.
3. Widiyani (2015) memaparkan hasil penelitiannya mengenai Pengaruh
Pursed Lips Breathing Exercise terhadap Arus Puncak Ekspirasi (APE)
pada Pasien Bronkitis Kronis di Poli Spesialis Paru B Rumah Sakit Paru
Kabupaten Jember, dengan menggunakan desain penelitian randomized
pretest posttest with control grup dan menggunakan teknik pengambilan
sampel dengan simple random sampling dengan jumlah sampel sebanyak
30 orang yang terbagi menjadi 15 orang kelompok eksperimen dan 15
orang kelompok kontrol. Hasil analisis data menunjukkan terdapat
perbedaan yang signifikan arus puncak ekspirasi pada kelompok
eksperimen saat pretest dan posttest dengan nilai p value 0,000 < α
(0,005), dan terdapat perbedaan nilai arus puncak ekspirasi antara
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dengan nilai p value 0,000 <
α (0,005).
41
F. Kerangka teori
Arus puncak ekspirasi seseorang dapat beragam dan dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai arus puncak ekspirasi
yaitu usia, jenis kelamin, tinggi badan dan berat badan, ras (Pangestuti &
Widayati, 2015), faktor lingkungan, kebiasaan merokok (Novarin et al., 2015)
dan latihan (Purwaningsih & Arifah, 2013).
Kerangka teori dapat digambarkan secara sederhana dalam bagan
berikut ini:
Bagan 2.1 Kerangka Teori
Nilai Arus Puncak
Ekspirasi
Keterangan:
: Faktor yang diteliti
: Faktor yang tidak diteliti
(Pangestuti & Widayati, 2015), (Novarin et al., 2015) & (Purwaningsih & Arifah,
2013)
Karakteristik:
- Usia
- Tinggi badan dan berat
badan
- Latihan
- Kebiasaan merokok
- Jenis kelamin
- Ras
- Faktor lingkungan
42
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka konsep
Konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat
dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan
keterkaitan antar variabel (baik variabel yang diteliti maupun yang tidak
diteliti). Kerangka konsep akan membantu peneliti menghubungkan hasil
penemuan dengan (Nursalam, 2009).
Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep
satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti.
Kerangka konsep ini digunakan untuk menghubungkan atau menjelaskan
secara luas tentang suatu topik yang akan dibahas (Setiadi, 2007)
Variabel yang diteliti pada penelitian ini adalah usia, tinggi badan
dan berat badan, latihan yang dilakukan, dan kebiasaan merokok,
sedangkan variabel yang tidak diteliti yaitu jenis kelamin, faktor
lingkungan dan ras. Jenis kelamin tidak diteliti karena sampel sudah
homogen yaitu jenis kelamin perempuan, faktor lingkungan tidak diteliti
karena lingkungan tempat tinggal responden penelitian sama-sama tinggal
di komplek perumahan, ras tidak diteliti karena karakteristik fisik dari
responden yang diteliti sama yaitu suku bangsa Indonesia dengan ras
mongoloid malaya.
43
B. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan nilai arus
puncak ekspirasi antara kelompok penyanyi di Paduan Suara Mahasiswa
Gita Sasmita Universitas Pamulang dan qoriah di Pondok Pesantren Al-
Qur’an Baitul Qurro Ciputat.
C. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah unsur penelitian yang menjelaskan
bagaimana caranya menentukan variabel dan mengukur suatu variabel.
Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah
yang akan digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga
mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian (Setiadi,
2007)
Arus Puncak Ekspirasi
- Penyanyi
- Qori’ah
Bagan 3.1 Kerangka Konsep
44
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala
1. Usia Jumlah tahun yang dilalui seseorang
sejak lahir hingga ulang tahun terakhir
Mengisi kuesioner Kuesioner Dinyatakan dalam tahun Interval
2. Tinggi badan Jarak antara tumit dengan pucak kepala
dengan posisi badan bediri tegak
Pengukuran tinggi
badan
Stature meter Dinyatakan dalam cm Rasio
3. Berat badan Ukuran tubuh dalam sisi beratnya yang
ditimbang dalam keadaan berpakaian
minimal tanpa perlengkapan apapun
Pengukuran berat
badan
Timbangan berat badan
digital
Dinyatakan dalam kg Rasio
4. Latihan Latihan yang dilakukan yang bermanfaat
pada sistem pernapasan
Mengisi kuesioner Kuesioner
1. Frekuensi latihan
0-7 kali/ minggu Rasio
2. Intensitas lama latihan 0-60 menit/ satu kali
latihan
Rasio
5. Kebiasaan
merokok
Perilaku merokok responden yang diukur
melalui jumlah batang rokok yang
dihisapnya.
Mengisi kuesioner
Kuesioner 1. Perokok berat =
>15 batang / hari
2. Perokok sedang =
5-14 batang / hari
3. Perokok ringan 1-
4 batang / hari
Ordinal
6. Arus puncak
ekspirasi
Titik aliran tertinggi yang dapat dicapai
saat ekspirasi maksimal
Pemeriksaan
dilakukan 3 kali
dan diambil nilai
tertinggi.
Peak flow meter 0-800 liter/menit Rasio
45
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan
metode observasional analitik dengan pendekatan cross sectional.
B. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di 2 lokasi yang berbeda yaitu Universitas
Pamulang Jl. Surya Kencana No.1, Pamulang Barat, Pamulang, Tangerang
Selatan-Banten dan Pondok Pesantren Al-Qur’an Baitul Qurro Jl. Suli
Block D KH. 26, Ciputat Baru, Sawah Lama, Tangerang Selatan-Banten.
C. Waktu penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan bulan Maret 2017.
D. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi penelitian
Populasi adalah keseluruhan subjek yang akan diteliti (Wasis,
2008). Populasi merupakan subjek yang memenuhi kriteria yang telah
ditetapkan (Nursalam, 2009). Populasi dalam penelitian ini adalah
kelompok Paduan Suara Mahasiswa di Universitas Pamulang dengan jenis
kelamin perempuan yang berjumlah 22 orang dan santriwati di Pondok
Pesantren Baitul Qurra Ciputat berjumlah 30 orang, dari 30 orang
santriwati yang berusia 15-21 tahun adalah 20 orang
46
2. Sampel penelitian
Sampel penelitian adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang
diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Setiadi, 2007). Sampel
terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai
subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2009).
a. Kriteria sampel
Kriteria inklusi:
1) Bersedia menjadi responden
2) Jenis kelamin perempuan
3) Usia 15-21 tahun
Kriteria eksklusi:
1) Penyanyi: ada riwayat sebagai qoriah
2) Qoriah: ada riwayat sebagai penyanyi
3) Sedang mengalami gangguan pada sistem pernapasan
4) Memiliki riwayat asma
b. Teknik pengambilan sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
non probability sampling yaitu sampel jenuh atau sering disebut total
sampling. Sampel jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua
anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2011). Jumlah
sampel dalam penelitian ini adalah seluruh anggota Paduan Suara
47
Mahasiswa Gita Sasmita Universitas Pamulang dan seluruh santriwati
Pondok Pesantren Al-Qur’an Baitul Qurro Ciputat
E. Instrumen penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Lembar kuesioner, meliputi:
a. Inisial nama, usia, tinggi badan dan berat badan, pekerjaan, dan
kebiasaan merokok
b. Latihan yang dilakukan berupa: frekuensi latihan dan intensitas
lamanya latihan dan kolom nilai APE
2. Peak flow meter
3. Alcohol swab 70% (sterilisasi)
4. Alat ukur tinggi badan (stature meter)
5. Alat ukur berat badan (timbangan digital)
F. Tahap penelitian
1. Prosedur Administrasi
a. Peneliti mengajukan surat izin penelitian dari fakultas untuk
pengambilan data dan melakukan penelitian di Paduan Suara
Mahasiswa Universitas Pamulang dan Pondok Pesantren Baitul
Qurra Ciputat
b. Peneliti melakukan kontrak dengan responden penelitian mengenai
waktu penelitian
48
2. Prosedur kerja
a. Peneliti dibantu oleh beberapa orang asisten dalam melakukan
pengukuran tinggi badan, berat badan dan APE. Peneliti
menjelaskan kepada asisten mengenai tata cara pengukuran
sehingga asisten penelitian memiliki interpretasi yang sama
dengan peneliti
b. Peneliti menjelaskan kepada responden penelitian mengenai
maksud dan tujuan dari penelitian yang akan dilakukan
c. Responden diminta untuk mengisi informed consent
d. Responden diminta untuk mengisi kuesioner
e. Tinggi badan responden penelitian diukur dengan berdiri tegak
dan tanpa menggunakan alas kaki
f. Berat badan responden penelitian diukur dengan berdiri tegak
di atas timbangan digital tanpa menggunakan alas kaki,
aksesoris maupun barang yang memiliki berat
g. Pengukuran APE dilakukan ketika responden penelitian telah
selesai melakukan latihan menyanyi/ qira’ah. Pengukuran
dilakukan sebanyak tiga kali berturur-turut dalam 1 hari dan
dicatat hasilnya oleh peneliti. Langkah-langkah pengukuran
APE (Adeniyi, & Erhabor, 2011):
1) Atur penanda kursor pada peak flow meter ke posisi nol.
Jangan sentuh penanda kursor ketika menghembuskan
udara.
49
2) Atur posisi responden. Responden diposisikan berdiri tegak
dan letakkan peak flow meter di depan mulut dengan posisi
horisontal.
3) Responden penelitian diminta untuk tarik napas dalam dan
mouthpiece diletakkan di mulut, pastikan sekitar lubang
mouthpiece dan bibir tertutup rapat
4) Responden penelitian diminta untuk hembuskan napas
melalui mouthpiece dengan kuat dan secepat mungkin. Bila
peneliti mencurigai responden mengeluarkan sejumlah
udara yang signifikan dari hidung, pasang penjepit hidung
atau minta sampel menutup hidung dengan tangan.
5) Catat angka yang tertera di penanda kursor.
6) Atur penanda kursor ke posisi nol lagi dan ulangi langkah-
langkah di atas sebanyak tiga kali. Catat angka tertinggi
yang dapat dicapai klien.
7) Setelah pemeriksaan selesai, mouthpiece pada peak flow
meter dibersihkan dengan alcohol swab 70% guna
mencegah kontaminasi pada responden berikutnya.
8) Hasil pengukuran dicatat, kemudian nilai APE terbaik
dibandingkan dengan nilai prediksi APE yang tertera pada
tabel normal APE untuk wanita Indonesia sesuai dengan
usia dan tinggi badannya kemudian dikalikan 100 persen.
50
9) Persentase APE = Nilai APE ukur (liter/menit) X 100%
Nilai APE prediksi (liter/menit).
h. Data yang telah di dapat dikumpulkan untuk selanjutnya
dilakukan pengolahan dan analisis data.
3. Prosedur Risk Management
Penelitian ini menggunakan manusia sebagai subjek
penelitian. Alat yang digunakan untuk pengukuran APE yaitu peak
flow meter. Alat ini digunakan secara bergantian dari responden
yang satu kepada responden yang lain. Untuk mengurangi resiko
penularan penyakit melalui droplet maupun melalui alat yang
digunakan, maka perlu dilakukan risk management, yaitu sebagai
berikut:
a. Sebelum melakukan prosedur kerja penelitian, peneliti menyiapkan
alat yang akan digunakan untuk penelitian, kemudian mencuci
tangan menggunakan cairan antiseptik.
b. Sebelum digunakan oleh responden, mouthpiece pada peak flow
meter dibersihkan menggunakan alcohol swab 70% untuk
mencegah adanya bakteri.
c. Selanjutnya peak flow meter telah dapat digunakan untuk
mengukur nilai APE responden. Setelah responden pertama selesai
diukur, mouthpiece dibersihkan kembali menggunakan alcohol
swab 70% untuk mencegah kontaminasi antara responden yang
satu dengan responden yang lain.
51
4. Prosedur Pengolahan data
c. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali dengan teliti
kebenaran data yang diperoleh atau yang dikumpulkan. Editing
dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data
terkumpul.
d. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)
terhadap data yang terdiri atas beberapa kategorik. Pemberian kode
ini sangat penting apabila pengolahan dan analisa data
menggunakan computer. Peneliti memberikan kode yang sesuai
dengan kategorik yang ditentukan.
e. Entry data
Entry data adalah kegiatan memasukkan data yang telah terkumpul
ke dalam tabel atau database komputer, kemudian membuat
distribusi frekuensi sederhana.
f. Cleaning data
Cleaning data merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang
sudah dimasukkan ke dalam tabel atau database komputer agar
terlihat ada atau tidaknya kesalahan. Mungkin dapat terjadi
kesalahan pada saat memasukkan data, maka dari itu peneliti
melihat kembali missing yang berada di hasil olah data spss.
52
G. Analisa data
Tujuan dilakukan analisa data adalah untuk mengolah data dalam bentuk
yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan, serta untuk menguji secara
statistik kebenaran hipotesis yang telah ditetapkan (Sumantri, 2011).
Analisis penelitian ini menggunakan dua bentuk analisa data yaitu:
1. Analisis univariat
Analisis ini bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian (Sumantri, 2011). Hasil analisis
univariat ini terdiri dari distribusi frekuensi dan persentase untuk data
kategorik, sedangkan data numerik meliputi mean, min-maks dan
standar deviasi (usia, tinggi badan dan berat badan, frekuensi latihan,
lama latihan, dan arus puncak ekspirasi) pada kelompok penyanyi di
Paduan Suara Mahasiswa Gita Sasmita Universitas Pamulang dan
Qori’ah di Pondok Pesantren Al-Qur’an Baitul Qurro Ciputat.
2. Analisis bivariat
Analisis ini diperlukan untuk menjelaskan perbedaan variasi pada dua
kelompok dependen yaitu kelompok penyanyi dan kelompok qori’ah
dimana kriteria kedua kelompok tersebut telah dihomogenkan. Data
yang diperoleh pada penelitian ini dianalisis dengan analisis statistik
inferensial menggunakan uji beda dua kelompok yaitu uji t
berpasangan (paired-t test) untuk menguji hipotesis yang diajukan
setelah sebelumnya dilakukan uji normalitas data dengan shapiro wilk
test.
53
a) Uji Normalitas APE pada Kelompok Penyanyi dan Qoriah
Normalitas hasil pengukuran APE pada kelompok penyanyi dan qoriah
sesudah latihan dapat dilihat ada tabel 4.1
Tabel 4.1
Distribusi Hasil Normalitas APE Setelah Latihan pada Kelompok Penyanyi
dan Qoriah
Test of Normality
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig
APE penyanyi 0,954 20 0,430
APE qoriah 0,910 20 0,064
Uji normalitas di atas menggunakan uji Shapiro Wilk. Hasil uji
yang didapat disimpulkan bahwa semua data APE sesudah latihan pada
kelompok penyanyi dan qoriah berdistribusi normal (p>0,05).
H. Etika penelitian
Dalam penelitian etika penelitian merupakan aspek yang pentng, karena
dalam sebuah penelitian keperawatan hampir 90% subjek yang
dipergunakan adalah manusia, maka dari itu peneliti harus memahami
prinsip-prinsip etika penelitian. Secara umum prinsip etika dalam
penelitian dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu (Nursalam, 2009):
1. Prinsip manfaat
a. Bebas dari penderitaan
54
Penelitian yang dilaksanakan dengan tidak mengakibatkan
penderitaan kepada responden khususnya apabila menggunakan
suatu intervensi atau tindakan khusus kepada responden.
b. Bebas dari eksploitasi
Partisipasi responden dalam penelitian harus dihindarkan dari
keadaan yang tidak menguntungkan. Responden diberi keyakinan
bahwa partisipasinya dalam penelitian atau informasi yang telah
diberikan tidak akan dipergunakan dalam hal-hal yang dapat
merugikan responden dalam bentuk apapun.
c. Risiko (benefits ratio)
Peneliti harus berhati-hati dalam mempertimbangkan risiko dan
keuntungan yang akan berakibat kepada responden pada setiap
tindakan.
2. Prinsip menghargai hak asasi manusia (respect human dignity)
a. Hak untuk ikut atau tidak menjadi responden (right to self
determination)
Responden mempunyai hak untuk menentukan apakah mereka
bersedia atau tidak menjadi responden dalam penelitian. Responden
juga mempunyai hak untuk bertanya, menolak memberikan
informasi atau mengakhiri keikutsertaan mereka dalam penelitian
yang dilakukan. Selain itu, responden juga berhak untuk bebas
dalam paksaan apapun.
55
b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan
(right to full disclosure)
Peneliti memberikan penjelasan secara rinci kepada responden
mengenai penelitian yang dilakukan, dan bertanggung jawab jika
ada suatu hal yang terjadi pada responden dalam proses penelitian.
c. Informed consent
Responden mendapatkan informasi secara lengkap mengenai
penelitian dan tujuan dari penelitian yang akan dilaksanakan, bebas
berpartisipasi atau menolak menjadi responden.
3. Prinsip keadilan (right to justice)
a. The right to fair treatment
Dalam penelitian, responden berhak untuk diperlakukan secara adil
baik sebelum, selama dan sesudah keikutsertaannya dalam
penelitian.
b. The right to privacy
Responden mempunyai hak untuk meminta kepada peneliti bahwa
data yang diberikan harus dirahasiakan, dan peneliti pun wajib
menjaga kerahasiaan informasi atau data yang diberikan oleh
responden. Kerahasiaan ini dapat dijaga salah satunya dengan tidak
menyebutkan nama (anonymity) atau dengan prosedur lainnya
56
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan kepada dua kelompok yaitu kelompok
penyanyi dan kelompok qoriah. Kelompok penyanyi berasal dari Tim
Paduan Suara Mahasiswa (PSM) Gita Sasmita Universitas Pamulang yang
beralamat di Jl. Surya Kencana No.1, Pamulang Barat, Pamulang,
Tangerang Selatan-Banten. Penelitian dilakukan pada hari Selasa tanggal 7
Maret 2017 pukul 16.00 WIB hingga pukul 19.00 WIB dengan jumlah
responden 20 orang. PSM Gita Sasmita merupakan salah satu Unit
Kegiatan Mahasiswa yang begerak di bidang seni khususnya paduan suara
di Universitas Pamulang. PSM Gita Sasmita dibentuk sejak tanggal 26
Januari 2007 di bawah naungan Dr. Ir. Umi Rosilawati MM.
Penelitian pada kelompok yang kedua yaitu kelompok qoriah
dilakukan di Pondok Pesantren Baitul Qurro yang beralamat di Jl. Suli
Block D KH. 26, Ciputat Baru, Sawah Lama, Tangerang Selatan-Banten.
Penelitian dilakukan pada hari Kamis tanggal 20 Maret 2017 pukul 16.30
WIB hingga pukul 17.30 WIB dengan jumlah responden 20 orang. Pondok
Pesantren Al-Qur’an Baitul Qurro (PPABQ) didirikan oleh Dra. Hj. Maria
Ulfah, MA pada tanggal 1 Juli 2001. Pondok Pesantren Al-Qur’an Baitul
Qurro merupakan lembaga pendidikan non formal yang spesifik di bidang
57
Al-Qur’an bertujuan untuk menghantarkan generasi Qur’ani yang mampu
membaca Al-Qur’an dengan baik, membina dan mengembangkan bakat
santriwan/santriwati di bidang seni membaca Al-Qur’an, juga memahami
makna yang terkandung di dalamnya sehingga dapat diaplikasikan dalam
kehidupan bermasyarakat.
B. Hasil Analisa Univariat
Analisa univariat digunakan untuk memberikan gambaran dan
penjelasan mean, standar deviasi dan data minimal-maksimal dari variabel
numerik. Data-data yang dilakukan analisis univariat dalam penelitian ini
adalah: karakteristik responden yang terdiri dari usia, tinggi badan, berat
badan, olahraga, jumlah latihan dan lama latihan pada kelompok penyanyi
di Paduan Suara Mahasiswa Universitas Pamulang dan Qori’ah di Pondok
Pesantren Al-Qurr’an Baitul Qurro Ciputat.
1. Karakteristik Responden berdasarkan Usia
Data yang diperoleh dari penelitian tentang karakteristik responden
berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel 5.1
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Kelompok Mean Min-Maks SD 95% CI
Penyanyi 19,80 18-22 1,005 19,35-20,25
Qoriah 18,45 15-22 2,395 17,37-19,47
Berdasarkan hasil pengamatan tabel 5.1, rata-rata usia responden
kelompok penyanyi adalah 19,80 tahun dengan standar deviasi sebesar
1,005 tahun, sedangkan rata-rata usia responden kelompok qoriah adalah
58
18,45 tahun dengan standar deviasi sebesar 2,395. Usia termuda pada
kelompok penyanyi adalah 18 tahun dan usia tertua adalah 22 tahun,
sedangkan usia termuda pada kelompok qoriah adalah 15 tahun dan usia
tertua adalah 22 tahun. Berdasarkan hasil estimasi interval diketahui
bahwa rata-rata usia responden penelitian pada kelompok penyanyi berada
pada rentang 19,30-20,25, sedangkan pada kelompok qoriah 17,37-19,47
tahun.
2. Karakteristik responden berdasarkan Tinggi Badan
Data karakteristik responden berdasarkan tinggi badan dapat dilihat
pada tabel 5.2
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tinggi Badan Kelompok Mean Min-Maks SD 95% CI
Penyanyi 155,90 143-166 6,577 153,12-158,71
Qoriah 153,88 146-162 4,217 152,17-155,74
Berdasarkan hasil pengamatan tabel 5.2 rata-rata tinggi badan
responden pada kelompok penyanyi adalah 155,90 cm dengan standar
deviasi sebesar 6,57, sedangkan pada kelompok qoriah adalah 153,88 cm
dengan standar deviasi sebesar 4,21. Tinggi badan minimal pada
kelompok penyanyi adalah 143 cm dan tinggi badan maksimal adalah 166
cm, sedangkan tinggi badan minimal pada kelompok qoriah adalah 146 cm
dan tinggi badan maksimal adalah 162 cm. Berdasarkan hasil estimasi
interval, diketahui bahwa rata-rata tinggi badan responden pada kelompok
59
penyanyi berada pada rentang 153,12-158,71 cm, sedangkan pada
kelompok qoriah berada pada rentang 152,17-155,74 cm.
3. Karakteristik Responden berdasarkan Berat Badan
Data karakteristik responden berdasarkan berat badan dapat dilihat pada
tabel 5.3
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Berat Badan Kelompok Mean Min-Maks SD 95% CI
Penyanyi 55,30 43-81 11,448 50,65-60,53
Qoriah 49,94 35-69 8,536 46,44-53,61
Hasil pengamatan tabel 5.3 rata-rata berat badan responden pada
kelompok penyanyi adalah 55,30 kg dengan standar deviasi sebesar
11,448, sedangkan pada kelompok qoriah adalah 49,94 kg dengan standar
deviasi sebesar 8,536. Berat badan minimal pada kelompok penyanyi
adalah 43 kg dan berat badan maksimal adalah 81 kg, sedangkan berat
badan minimal kelompok penyanyi adalah 35 kg dan berat badan
maksimal 69 kg. Berdasarkan hasil estimasi interval, diketaui bahwa rata-
rata berat badan pada kelompok penyanyi berada pada rentang 50,65-
60,53, sedangkan pada kelompok qoriah berada pada rentang 46,44-53,61.
4. Karakteristik Responden berdasarkan Jumlah Latihan
Data karakteristik responden berdasarkan jumlah latihan dapat dilihat pada
tabel 5.4
60
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jumlah Latihan dalam Satu
Minggu
Kelompok Mean Min-Maks SD 95% CI
Penyanyi 3,30 2-4 0,733 3,00-3,64
Qoriah 4,60 3-7 1,046 4,18-5,00
Berdasarkan hasil pengamatan tabel 5.4 rata-rata jumlah latihan
dalam satu minggu pada responden kelompok penyanyi adalah 3,30 kali
dengan standar deviasi 0,733, sedangkan pada kelompok qoriah adalah
4,60 kali dengan standar deviasi 1,046. Jumlah latihan minimal pada
kelompok penyanyi adalah 2 kali dalam seminggu dan maksimal 4 kali
latihan dalam seminggu, sedangkan jumlah latihan minimal pada
kelompok qoriah adalah 3 kali dalam seminggu dan maksimal 7 kali dalam
seminggu. Berdasarkan hasil estimasi interval, diketahui bahwa rata-rata
jumlah latihan pada kelompok penyanyi berada pada rentang 3,00-3,64
kali, sedangkan pada kelompok qoriah berada pada rentang 4,18-5,00 kali
dalam seminggu.
5. Karaktersitik Responden berdasarkan Lama Latihan
Data karakteristik responden berdasarkan lama latihan dapat dilihat pada
tabel 5.5
61
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Latihan dalam Menit
dalam Satu Minggu
Kelompok Mean Min-Maks SD 95% CI
Penyanyi 558 360-720 164,144 483,79-630,00
Qoriah 273 120-450 84,237 232,52-309,37
Berdasarkan hasil pengamatan tabel 5.5 rata-rata lama latihan pada
kelompok penyanyi dalam satu minggu adalah 558 menit dengan standar
deviasi sebesar 164,144, sedangkan rata-rata lama latihan pada kelompok
qoriah adalah 273 menit dengan standar deviasi 84,237. Lama latihan
minimal pada kelompok penyanyi adalah 360 menit dan lama latihan
maksimal 720 menit, sedangkan lama latihan minimal pada kelompok
qoriah adalah 120 menit dan maksimal 450 menit. Berdasarkan hasil
estimasi interval, diketahui bahwa rata-rata lama latihan pada kelompok
penyanyi berada pada rentang 483,79-630,00 menit, sedangkan pada
kelompok qoriah 232,52-309,37 menit.
6. Karakteristik Responden Berdasarkan Kegiatan Olahraga
Data karakteristik responden berdasarkan kegiatan olahraga dapat dilihat
pada tabel 5.6
62
Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kegiatan Olahraga
Kelompok Olahraga
Ya % Tidak %
Penyanyi 4 20 16 80
Qoriah 2 10 18 90
Jumlah 6 30 34 170
Berdasarkan hasil pengamatan tabel 5.6 pada kelompok penyanyi
yang terdiri dari 20 responden, 4 orang rutin melakukan olahraga dan 16
orang tidak pernah melakukan olahraga secara rutin. Kelompok qoriah
yang terdiri dari 20 responden, 2 orang rutin melakukan olahraga dan 18
orang tidak pernah melakukan olahraga secara rutin.
Jumlah responden keseluruhan yang rutin melakukan olahraga
yaitu 6 orang dengan jenis olahraga yang berbeda, yaitu berupa jogging, sit
up, lompat tali dan senam.. Rata-rata APE dari keenam responden tersebut
adalah 395 L/menit. Jumlah responden yang tidak rutin melakukan
olahraga adalah 34 orang. Rata-rata APE dari responden yang tidak
melakukan olahraga adalah 342,64 L/menit.
C. Hasil Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk menjelaskan perbedaan variasi
pada dua kelompok independen yaitu kelompok penyanyi dan kelompok
qoriah. Data pada kedua kelompok dilakukan uji normalitas menggunakan
Shapiro Wilk didapatkan hasil bahwa kedua data tersebut terdistribusi
normal. Analisa bivariat pada penelitian ini menggunakan uji t (paired-t
63
test) dilakukan untuk melihat beda rata-rata APE pada kelompok penyanyi
dan qoriah. Uji beda rata-rata dilakukan untuk menilai apakah terdapat
perbedaan yang signifikan pada APE kedua kelompok tersebut.
1. Perbedaan APE Setelah Latihan pada Kelompok Penyanyi di Paduan
Suara Mahasiswa Universitas Pamulang dan Qoriah di Pondok
Pesantren Al-Qur’an Baitul Qurro Ciputat
Perbedaan APE pada kelompok penyanyi dan qoriah dapat dilihat pada
tabel 5.7
Tabel 5.7
Perbedaan APE Penyanyi dan Qoriah Setelah Latihan Paired Differences
Kelompok Mean SD Mean SD 95% Confidence
Interval of
Difference
t Sig. (2-
tailed)
Lower Upper . (2-tailed)
Penyanyi
Qoriah
330,00
371,00
57,674
60,428
-41,000
78,60
-77,786
-4,214
-2,333
0,031
Berdasarkan tabel 5.7 dapat dijelaskan bahwa rata-rata nilai APE
kelompok penyanyi adalah 330,00 L/menit dengan standar deviasi sebesar
57,674, sedangkan pada kelompok qoriah adalah 371,00 L/menit dengan
standar deviasi sebesar 60,428. Rata-rata perbedaan APE kedua kelompok
tersebut adalah -41,000 L/menit. Nilai signifikansi pada kedua kelompok
tersebut adalah 0,031. Dengan demikian diketahui bahwa p<0,05 maka
dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-
rata APE kelompok penyanyi dan rata-rata APE pada kelompok qoriah.
64
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden
Karakteristik usia terhadap tinggi badan dan berat badan pada
kelompok penyanyi dan qoriah tidak jauh berbeda yaitu 19,8 tahun
dengan rata-rata tinggi badan 155,90 cm dan rata-rata berat badan 55,3
kg, sedangkan kelompok qoriah 18,45 tahun dengan rata-rata tinggi
badan 153,88 cm dan rata-rata berat badan 49,94 kg. Kelompok
penyanyi memiliki rata-rata IMT 23,04 sedangkan qoriah 21,34.
Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2011
tentang standar antopometri penilaian status gizi anak, rentang IMT
normal pada usia 18-19 tahun adalah 16,5 - 25,0. Hal ini menjelaskan
bahwa nilai IMT pada kelompok penyanyi dan qoriah berada dalam
rentang normal sehingga dapat dikatakan bahwa status gizi pada
kelompok penyanyi dan qoriah berada dalam kategori normal.
Rata-rata pendidikan santriwati yang menjadi responden
penelitian berada pada jenjang pendidikan SMA hal ini sejalan dengan
data Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2011/2012 bahwa
usia 16-18 tahun merupakan kelompok usia SMA dan sederajat. Usia
rata-rata kelompok penyanyi adalah 19,8 tahun, hal ini sejalan dengan
data Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2011/2012 bahwa
65
usia 19-23 tahun merupakan kelompok usia yang berada pada jenjang
pendidikan Perguruan Tinggi dan sederajat.
Responden penelitian yang rutin melakukan kegiatan olahraga
selain latihan menyanyi atau qiraah terdapat 6 orang. Jenis olahraga
yang dilakukan berbeda-beda yaitu senam, lari, sit up dan lompat tali.
Rata-rata nilai APE dari 6 responden tersebut adalah 395 L/menit,
sedangkan rata-rata APE dari 34 responden yang tidak rutin
melakukan olahraga adalah 342,64 L/menit. Rata-rata APE responden
yang rutin melakukan olahraga lebih tinggi daripada responden yang
tidak melakukan olahraga secara rutin. Penelitian yang dilakukan oleh
Herman (2010) mengenai latihan fisik atau olahraga yang dilakukan
secara teratur dapat meningkatkan volume dan kapasitas paru. Cooper
(1983) dalam Siswanto (2014) menjelaskan bahwa orang yang rutin
melakukan latihan fisik jika melakukan kegiatan mempunyai
kemampuan untuk menghisap udara lebih banyak dalam periode waktu
yang lebih lama, juga mampu menghembuskan sisa-sisa pembakaran
lebih banyak karena otot-otot di sekeliling paru-paru terlatih untuk
melakukan kerja lebih banyak.
Jumlah rata-rata latihan pada kelompok penyanyi adalah 3,3 kali
dengan rata-rata lama latihan 558 menit dalam seminggu, didapatkan
rata-rata nilai APE 330 L/menit. Sedangkan pada kelompok qoriah
adalah 4,6 kali rata-rata lama latihan 273 menit dalam seminggu,
didapatkan rata-rata nilai APE 371 L/menit. Frekuensi latihan yang
66
dilakukan oleh penyanyi lebih sedikit daripada qoriah, sedangkan
intensitas lama latihan yang dilakukan oleh penyanyi lebih besar
daripada qoriah.
Pada usia muda saat tubuh masih berkembang, latihan teratur akan
meningkatkan kemampuan pernapasan. Pada orang yang dilatih selama
beberapa bulan terjadi perbaikan pengaturan pernapasan. Secara teori
latihan fisik selama 18 minggu akan meningkatkan VO2 max (Yunus,
1997). Frekuensi latihan yang dilakukan secara teratur dalam
penelitian ini sejalan dengan penelitian Supriyantoro (2004) bahwa
senam akan memberikan hasil bila dilakukan sedikitnya 6 sampai 8
minggu. Penelitian Sahat (2011) menjelaskan bahwa senam asma yang
dilakukan selama 8 minggu berturut-turut dimana seminggu
melakukan senam 3 kali dapat meningkatkan fungsi paru sebesar 11,9
%. Sejalan dengan hasil analisis peneliti bahwa semakin sering
melakukan latihan maka peningkatan nilai APE akan semakin baik.
B. Perbedaan Nilai APE pada Kelompok Penyanyi dan Qoriah
Ada perbedaan nilai APE yang bermakna antara kelompok
penyanyi dan kelompok qoriah, dimana nilai APE pada kelompok
penyanyi lebih rendah (330 L/menit) daripada nilai APE kelompok
qoriah (371 L/menit). Nilai APE pada kelompok penyanyi bila
dibandingkan dengan nilai prediksi APE berdasarkan tabel fungsi paru
adalah 78,8 %, sedangkan kelompok qoriah adalah 90,79 %. Bila
dilihat dari karakteristik responden, kelompok penyanyi memiliki rata-
67
rata usia, tinggi badan dan berat badan serta intensitas latihan yang
lebih tinggi dibandingkan kelompok qoriah. Meskipun demikian,
kelompok qoriah memiliki nilai APE yang lebih tinggi daripada
kelompok penyanyi, hal ini dikarenakan frekuensi latihan yang
dilakukan oleh kelompok qoriah lebih sering dibandingkan penyanyi.
Semakin sering saluran pernapasan dilatih, maka fungsi pernapasan
akan semakin baik.
Ketika melakukan latihan, jumlah oksigen dalam darah yang
memasuki paru-paru akan meningkat karena jumlah oksigen
bertambah dalam setiap unit darah dan aliran darah permenit yang
memasuki paru-paru meningkat. PO2 oksigen dalam darah yang masuk
ke paru-paru kapiler menurun dari 40 menjadi 25 mmHg, sehingga
PO2 gradien di alveolar-kapiler meningkat dan oksigen yang masuk ke
dalam darah dalam jumlah yang banyak. Aliran darah per menit
meningkat dari 5,5 L/menit menjadi 20-35 L/menit. Jumlah O2 yang
memasuki darah meningkat dari 250 ml/menit menjadi 4000 ml/menit.
Jumlah CO2 yang pindah dari setiap unit darah meningkat, ekskresi
CO2 meningkat dari 200 ml/menit menjadi 8000 ml/menit.
Peningkatan O2 sebanding dengan beban kerja hingga maksimum
(Barrett et. al 2012). Teori ini sejalan dengan penelitian Sahat (2011)
yang menjelaskan bahwa senam asma yang dilakukan selama 8
minggu berturut-turut dimana seminggu melakukan senam 3 kali dapat
meningkatkan fungsi paru sebesar 11,9 %.
68
Rata-rata berat badan kelompok penyanyi lebih tinggi
dibandingkan kelompok qoriah. Pada penelitian (Mishra et al., 2013)
menjelaskan bahwa pada perempuan berat badan memiliki hubungan
yang lebih tinggi daripada tinggi badan terhadap APE. Dalam
penelitian ini rata-rata APE qoriah lebih tinggi meskipun rata-rata
berat badannya lebih rendah daripada penyanyi.
Penyanyi di Paduan Suara Mahasiswa Gita Sasmita dalam
melakukan latihan menyanyi dibagi menjadi beberapa bagian. Pertama
melakukan pemanasan atau peregangan otot-otot yaitu kepala, tangan
dan kaki. Pemanasan ini dilakukan kurang lebih dalam waktu 15-20
menit pertama. Selanjutnya yaitu proses pengambilan nada pada
masing-masing jenis suara. Teknik pernapasan yang digunakan adalah
pernapasan diafragma. Posisi tubuh pada saat latihan yaitu berdiri.
Setelah nada didapatkan dari masing-masing jenis suara, selanjutnya
adalah latihan menyanyikan lagu. Jumlah lagu yang dinyanyikan pada
setiap latihan berkisar antara 4-6 lagu dengan genre yang berbeda-
beda.
Berbeda dengan kelompok penyanyi, kelompok qoriah di
Pondok Pesantren Al-Qur’an tidak melakukan pemanasan apapun
sebelum latihan qiraah, selain itu posisi tubuh saat latihan juga berbeda
yaitu kelompok qoriah melakukan latihan dengan posisi duduk. Teknik
pernapasan yang digunakan oleh qoriah sama dengan penyanyi yaitu
pernapasan diafragma. Menguasai pernapasan diafragma adalah hal
69
penting bagi qori/qoriah karena dalam melantunkan Al-Qur’an akan
dihadapkan kepada kaidah tajwid yang mengharuskan untuk berhenti
(waqof) dan memulai bacaan (ibtida). Selain itu, teknik pernapasan
yang baik akan menghasilkan bacaan ayat Al-Qur’an sesuai dengan
wazan mad dan qoshr (keselarasan panjang dan pendek). Pada saat
latihan, qoriah melantunkan nagham yang berbeda pada setiap ayat
yang dibacanya, tingkatan nada dimulai dari tingkatan suara yang
paling rendah hingga tingkatan suara yang paling tinggi.
Hal lain yang harus dikuasai oleh qori/qoriah adalah artikulasi.
Artikulasi atau pelafalan dalam membaca Al-Qur’an juga penting
untuk menghasilkan suara yang sempurna. Selain itu, qori/qoriah juga
harus memahami makhorijul huruf yaitu tempat-tempat keluarnya
huruf pada waktu huruf dibunyikan. Membaca Al-Qur’an diwajibkan
untuk membunyikan huruf sesuai dengan makhrajnya, karena jika
terdapat kesalahan dalam pelafalan huruf maka akan menimbulkan arti
yang berbeda (Suwarno, 2016).
Posisi tubuh penyanyi pada saat latihan adalah berdiri,
sedangkan posisi tubuh qoriah adalah duduk, namun pada rata-rata
nilai APE lebih tinggi kelompok qoriah daripada penyanyi. Namun
penelitian ini tidak sejalan dengan teori yang ada. Peningkatan tekanan
akibat gravitasi mempengaruhi volume sirkulasi darah efektif melalui
beberapa cara. Pertama peningkatan tekanan hidrostatik yang terjadi di
kaki ketika seseorang berdiri akan mendorong keluar dinding vena
70
sehingga menyebabkan distensi. Hasilnya adalah menggumpalnya
darah di pembuluh vena. Sebagian darah yang berasal dari kapiler akan
masuk ke pembuluh vena yang melebar daripada kembali ke jantung.
Dalam waktu yang sama, peningkatan tekanan kapiler yang
disebabkan oleh gaya gravitasi menyebabkan peningkatan filtrasi
cairan dari kapiler ke ruang interstisial. Akibat menggumpalnya darah
di vena dan peningkatan filtrasi kapiler, akan mengurangi volume
sirkulasi darah efektif. Pada posisi duduk, pusat gravitasi berada pada
bagian anterior ischia dan sekitar 25 % berat badan ditransmisikan ke
bawah melalui ekstremitas bawah sehingga anggota tubuh dalam
keadaan rileks (Manembu, Rumampuk, & Danes, 2015).
Penelitian lain menyebutkan bahwa hubungan posisi secara
mekanik dengan terbatasnya gerakan dada dapat membatasi
pengembangan paru dan menyebabkan berkurangnya volume paru.
Pada orang sehat yang sadar, kapasitas vital pada posisi lateral
menurun hingga 10% dibandingkan posisi duduk. Pada orang dewasa
fungsional residual capacity (FRC) mengalami penurunan hingga 16%
apabila merubah posisi tubuh dari duduk ke posisi lateral (Rustandi,
Fatimah, & Mulyati, 2014). Penelitian Mubarok (2005) menjelaskan
bahwa nilai VC lebih besar ketika pada posisi berdiri dibandingkan
posisi duduk dan berbaring. Hal ini dikarenakan aktivitas fisik lebih
sering dilakukan pada posisi berdiri. Diafragma akan turun ketika
tubuh berada pada posisi berdiri sehingga kapasitas rongga toraks
71
meningkat, sedangkan ketika berbaring seluruh abdomen menekan
diafragma yang mengakibatkan kapasitas rongga dada menurun. Pada
posisi berbaring, oleh karena adanya efek gravitasi aliran darah paru
meningkat menyebabkan kapasitas vital menurun, sedangkan pada
posisi berdiri darah akan terkumpul pada daerah ektremitas bawah
sehingga aliran darah balik vena menurun, kemudian aliran udara paru
menurun yang menyebabkan nilai VC meningkat (K. G, Pravati P.
2006)
Penelitian lain mengenai perbandingan fungsi paru ketika
berdiri dan duduk tegak di kursi yang datar pada orang sehat tanpa
obesitas tidak terdapat perbedaan yang signifikan diantara kedua
posrtur itu terhadap KV, FVC, FEV atau PEF, tetapi pada perempuan
FEV1 berkurang atau lebih kecil ketika duduk. Penelitian Kera dan
Maruyama (2005) juga menemukan tidak ada perbedaan yang
signifikan pada VC antara duduk dan berdiri. Penelitian Quanjer et. al
(1993) menjelaskan bahwa pada usia dewasa menengah VC 70 ml
lebih rendah ketika duduk dibandingkan berdiri. Faktor penting dalam
respirasi biomekanik ketika berdiri, tegangan otot abdomen 30% lebih
banyak daripada duduk (van Ramshorst et al. 2011) dan tekanan intra
abdominal meningkat 20% (Cobb et al. 2005). Ketegangan otot
abdomen lebih besar pada waktu inspirasi daripada ekspirasi dan naik
bahkan lebih tinggi selama valsava manuver (van Ramshorst et al.
2011). Ketika berdiri kebutuhan dinding perut untuk mengatasi
72
ketegangan dalam rangka mendorong diafragma naik menjelaskan
mengapa aktivitas otot perut lebih besar (meskipun lingkar perut lebih
rendah) daripada duduk (K. Price, Schartz, & Watson, 2014)
Hipotesis yang dapat diambil oleh peneliti adalah adanya
perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata APE penyanyi dan
qoriah dimana APE qoriah lebih tinggi daripada penyanyi dikarenakan
terdapat beberapa ketentuan yang harus dijalankan oleh seorang qoriah
dalam melantunkan Al-Qur’an berbeda dengan ketentuan seorang
penyanyi. Qoriah harus menguasai ilmu tajwid, sebab jika
memperindah bacaan Al-Qur’an namun mengabaikan tajwid maka
bacaan seperti itu menjadi haram hukumnya (Tamrin, 2016). Selain itu
setiap bacaan huruf Al-Qur’an harus sesuai dengan makhorijul
hurufnya agar bacaan sesuai dengan arti yang seharusnya. Artikulasi
yang baik sangat dibutuhkan agar menghasilkan suara yang sempurna.
Intonasi yang jelas dalam membaca Al-qur’an juga diharuskan agar
sesuai dengan wazan mad dan qoshr sehingga dapat menciptakan
keharmonisan dalam lantunan ayat Al-Qur’an.
Penelitian ini dapat diteiliti lebih dalam namun karena
keterbatasan referensi terkait penelitian yang ada sehingga diharapkan
penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk penelitian lebih lanjut.
73
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Penelitian ini tentang perbeandingan arus puncak ekspirasi (APE)
pada kelompok penyanyi di Paduan Suara Mahasiswa Gita Sasmita
Universitas Pamulang dan qoriah di Pondok Pesantren Al-Qur’an Baitul
Qurro Ciputat yang berdasarkan uraian pembahasan penelitian, maka
mendapatkan beberapa kesimpulan:
1. Gambaran usia pada kelompok penyanyi memiliki usia rata-rata adalah
19,80 tahun, sedangkan kelompok qoriah memiliki usia rata-rata adalah
18,45 tahun. Usia rata-rata penyanyi lebih tua daripada usia rata-rata
qoriah.
2. Gambaran tinggi badan rata-rata penyanyi adalah 155,90 cm dengan
berat badan rata-rata sebesar 55,30 kg, sedangkan kelompok qoriah
memiliki tinggi badan rata-rata 153,88 cm dengan berat badan rata-rata
adalah 49,94 kg. Kelompok penyanyi memiliki rata-rata tinggi badan
dan berat badan lebih tinggi daripada kelompok qoriah.
3. Gambaran rata-rata frekuensi latihan penyanyi adalah 3,30 kali dengan
rata-rata lamanya latihan 558 menit dalam seminggu, sedangkan pada
kelompok qoriah adalah 4,60 dengan rata-rata lamanya latihan sebesar
273 menit dalam seminggu. Kelompok qoriah memiliki frekuensi
74
latihan lebih banyak daripada penyanyi, sedangkan durasi latihan pada
kelompok penyanyi lebih lama dibandingkan kelompok qoriah.
4. Distribusi frekuensi responden yang melakukan olahraga secara rutin
adalah 6 responden (15%) dengan nilai APE rata-rata sebesar 395
L/menit, sedangkan yang tidak melakukan olahraga secara rutin adalah
34 responden (85%) dengan nilai APE rata-rata sebesar 342,64 L/menit.
Nilai APE rata-rata responden yg melakukan olahraga secara rutin lebih
tinggi daripada responden yang tidak melakukan olahraga secara rutin.
5. Penyanyi dan qoriah memiliki beberapa perbedaan dan persamaan
dalam latihan. Kelompok penyanyi melakukan pemanasan sebelum
latihan sedangkan kelompok qoriah tidak, kelompok penyanyi
melakukan latihan dengan posisi berdiri sedangkan kelompok qoriah
dengan posisi duduk. Persamaan yang dimiliki oleh kedua kelompok ini
yaitu teknik pernapasan yang digunakan adalah pernapasan diafragma.
6. Terdapat perbedaan nilai rata-rata APE pada kelompok penyanyi di
Paduan Suara Mahasiswa Gita Sasmita Universitas Pamulang dan
qoriah di Pondok Pesantren Al-Qur’an Baitul Qurro Ciputat dengan
nilai p value 0,031. Nilai rata-rata APE kelompok qoriah lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok penyanyi.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan di atas, maka
peneliti memeiliki beberapa saran untuk berbagai pihak sebagai berikut:
75
1. Bagi Tim Paduan Suara Mahasiswa Universitas Pamulang dan Qoriah
Pondok Pesantren Baitul Qurro Ciputat
Hasil penelitian ini dapat dijadikan pengetahuan untuk kelompok
penyanyi dan qoriah bahwasannya latihan menyanyi dan qoriah
merupakan kegiatan yang bermanfaat bagi kesehatan khususnya pada
sistem pernapasan. Saran untuk kelompok penyanyi dan qoriah lebih
ditingkatkan lagi frekuensi latihannya menjadi setiap hari agar saluran
pernapasan lebih terlatih sehingga nilai APE semakin baik.
2. Bagi institusi pendidikan keperawatan
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan perkuliahan
bahwasannya latihan menyanyi dan qiraah dapat dijadikan sebagai
terapi untuk meningkatkan APE.
3. Bagi pelayanan kesehatan keperawatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai intervensi pada
asuhan keperawatan pasien dengan masalah pada sistem pernapasan
misalnya terapi alternative pada pasien asma dalam meningkatkan nilai
APE nya.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Peneliti menyarankan pada penelitian selanjutnya adalah:
a. Penelitian dengan eksperimen pada 2 kelompok penyanyi dan
qoriah dengan metode time serries dengan melihat APE dan
pengukuran dengan menggunakan spirometer.
76
b. Penelitian dengan eksperimen pada kelompok qori/qoriah
untuk melhat kekuatan otot pernapasan dan APE.
DAFTAR PUSTAKA
Adeniyi, B. O., & Erhabor, G. E. (2011). The Peak Flow Meter and Its Use in
Clinical Practice. African Journal of Respiratory Medicine. Hal 5-8
Adriskanda, B. Yunus, F. Setiawan B. (1997). "Perbandingan Nilai Kapasitas
Difusi Paru antara Orang yang Terlatih dan tidak Terlatih". Jurnal
Respirologi Indonesia, 17, 76-83
Ahmad, J. A. B., & Shihabuddin, S. (2012). Cepat & Mudah Belajar Membaca
AlQuran dengan Benar. Depok: Kaysa Media.
Amin, Khoirul. (2017). "Manajemen Pembinaan Seni Baca Al-Qur'an dalam
Meningkatkan Kualitas Tilawah Santri Pondok Pesantren Darussa'adah
Kecamatan Talang Padang Kabupaten Tanggamus". Skripsi. Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Institut Agama Islam Negeri Raden Intan
Lampung
Antoro, B. (2015). "Pengaruh Senam Asma Terstruktur Terhadap Peningkatan
Arus Puncak Ekspirasi (APE) Pada Pasien Asma". Jurnal Kesehatan, 6, 1,
69-74.
Asih, N. G. Y., & Effendy, C. (2004). Keperawatan Medikal Bedah: Klien dengan
Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: EGC.
Barrett, K., Barman, S., Boitano, S., & Brooks, H. (2012). Ganong’s Review of
Medical Physiology (24th ed.). Singapore: Mc Graww Hill.
Dermawan, R., Yunus, F., & Antariksa, B. (2013). Uji Diagnostik Rasio Tetap
Terhadap Batas Bawah Normal VEP 1 / KVP untuk Menilai Obstruksi
Saluran Napas. Jurnal Respirologi Indonesia, 33 No.4.
Hall, John E. (2016). Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology, thirteen
edition. Philadelphia: Elsevier
Jiajulaikhaningsih. (2013). "Teknik Vokal Dalam Seni Membaca Al Qur’an".
Skripsi. Fakultas Bahasa dan Seni, Pendidikan Seni Musik, Universitas
Negeri Yogyakarta.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2012. Ikhtisar Data Pendidikan Tahun
2011/2012. Sekretariat Jenderal Pusat Data Statistik Pendidikan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Standar Antopometri
Penilaian Status Gizi Anak. Kementrian Kesehatan RI
Kurnianingsih, W. (2013). "Pembelajaran Vokaldi Purwacaraka Musik Studio
Semarang". Skripsi. Fakultas Bahasa dan Seni, Sendratasik, Universitas
Negeri Semarang.
Lasmana, P. D. (2010). "Perbedaan Nilai Arus Puncak Ekspirasi Antara Polisi
Satlantas dengan Polisi Bagian Administrasi". Skripsi.Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Lele, A. A. U. (2013). "Upaya Meningkatkan Teknik Vokal pada Paduan Suara
Inovatif dengan Menggunakan Metode Imitasi dan Drill". Skripsi. Fakultas
Bahasa dan Seni, Pendidikan Seni Musik, Universitas Negeri Yogyakarta.
Manembu, M., Rumampuk, J., & Danes, V. (2015). Pengaruh Posisi Duduk dan
Berdiri terhadap Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik pada Pegawai Negeri
Sipil Kabupaten Minahasa Utara. E-Biomedik, 3.
Masnadi, N. R. (2010). "Nilai Arus Puncak Ekspirasi dan Faktor yang
Berhubungan pada Anak Asma Usia 6-7 Tahun di Kota Padang". Tesis.
Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
Mengkidi, D. (2006). "Gangguan Fungsi Paru dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya pada Karyawan PT . Semen Tonasa Pangkep Sulawesi
Selatan". Tesis. Program Pasca Sarjana, Universitas Diponegoro Semarang.
Mishra, J., et al. (2013). Variations in PEFR among Males and Females With
Respect To Anthropometric Parameters. IOSR Journal of Dental and
Medical Sciences (IOSR-JDMS), 5, 1, 47-50
Mubarok, W. (2015). Perbedaan Nilai Vital Capacity, Forced Expiratory Volume
in One Second Antar Cabang Olahraga pada Atlet Usia 6-12 tahun. Skripsi.
Program Pendidikan Sarjana Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro.
Muttaqin, A. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.
My, Rudi. (2008). Panduan Olah Vokal. Yogyakarta: Media Pressindo.
Nasution, I. K. (2007). "Perilaku Merokok Pada Remaja". Penelitian
Dosen.Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara.
Novarin, et al. (2015). "Pengaruh Progressive Muscle Relaxation terhadap Aliran
Puncak Ekspirasi Klien dengan Asma Bronkial di Poli Spesialis Paru B
Rumah Sakit Paru Kabupaten Jember". e-Jurnal Pustaka Kesehatan, 3, 2,
311-318.
Nursalam. (2009). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Pangestuti, S. D., & Widayati, N. (2015). "Pengaruh Diaphragmatic Breathing
Exercise terhadap Fungsi Pernapasan ( RR dan APE ) pada Lansia di UPT
PSLU Kabupaten Jember". e-Jurnal Pustaka Kesehatan, 3, 1, 74-81.
Poetra, adjie esa. (2006). 1001 jurus mudah menyanyi. Bandung: Mizan
publishing.
Price, K., Schartz, P., & Watson, A. (2014). The Effect Of Standing And Sitting
Postures On Breathing In Brass Players. SpingerPlus.
Price, S. A. (2013). Patofisiologi : konsep klinis proses-prose penyakit (6th ed.).
Jakarta: EGC.
Purwaningsih, I., & Arifah, S. (2013). "Pengaruh Senam Asma Terhadap
Kemampuan Pernapasan Pada Peserta Senam Asma di Rumah Sakit Islam
Klaten". Laporan Penelitian Dosen. Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat, AKPER 17 Karanganyar.
Rustandi, B., Fatimah, S., & Mulyati, T. (2014). "Pengaruh Pemberian Posisi
terhadap Nilai Tidal Volume". Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti
Nganjuk, 2, 1.
Sahat, C., Irawaty, D., & Hastono, S. (2011). Peningkatan Kekuatan Otot
Pernapasan dan Fungsi Paru Melalui Senam Asma pada Pasien Asma. Jurnal
Keperawatan Indonesia, 14, 101–106.
Saud, F. M. (2010). "Pengaruh Latihan Vokal Terhadap Nilai Arus Puncak
Ekspirasi Pada Usia Dewasa Muda". Skipsi. Fakultas Kedokteran, Program
Pendidikan Sarjana Kedokteran, Universitas Diponegoro.
Setiadi. (2007). Konsep & Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Sherwood, L. (2012). Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC.
Silverthorn. (2013). Human Physiologi and Integrated Approach (2nd ed.). New
Jersey: Prentice Hall Upper Saddle.
Simanungkalit, N. (2008). Teknik Vokal Paduan Suara. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Siregar, F. Z. (2008). "Perbandingan Arus Puncak Ekspirasi Sebelum dan Sesudah
Latihan Fisik Pada Anak Obesitas dan Tidak Obesitas". Tesis. Bagian Ilmu
Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara.
Sloane, E. (2004). Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC.
Smeltzer, S. C. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth (8th ed.). Jakarta: EGC.
Somantri, I. (2007). Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan pada
Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.
Suwarno. (2016). Tuntunan Tahsin Al-Qur’ann (1st ed.). Yogyakarta: Deepublish.
Syaifuddin. (2009). Fisiologi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Tamrin. (2016). Pola Pembinaan Tahsin Al-Quran di Kalangan Mahasiswa
(Analisis Pola Pembinaan pada Himpunan Qari Qariah Mahasiswa Sulawesi
Tengah (HIQMAH)). Rausyan Fikr, 12, 22, 315–350.
Wasis. (2008). Pedoman Riset Praktis untuk Profesi Perawat. Jakarta: EGC.
Widiyani, C. T. C. (2015). "Pengaruh Pursed Lips Breathing Exercise Terhadap
Arus Puncak Ekspirasi (Ape) Pada Pasien Bronkitis Kronis Di Poli Spesialis
Paru B Rumah Sakit Paru Kabupaten Jember". Skripsi. Program Studi Ilmu
Keperawatan, Universitas Jember.
Lampiran 1 Nilai normal APE wanita
Lampiran 2 Informed Consent
INFORMED CONSENT
PERBANDINGAN ARUS PUNCAK EKSPIRASI PADA KELOMPOK
PENYANYI DI PADUAN SUARA MAHASISWA UNIVERSITAS
PAMULANG DAN QORI’AH DI PONDOK PESANTREN BAITUL
QURRA CIPUTAT
Assalamu’alaikum wr. wb
Nama : Risca Yuliani
NIM : 1113104000036
Saya mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sedang
melaksanakan penelitian untuk penulisan skripsi sebagai tugas akhir untuk
menyelesaikan pendidikan sebagai Sarjana Keperawatan.
Dalam lampiran ini terdapat beberapa pertanyaan serta tindakan yang akan
saya lakukan yang berhubungan dengan penelitian. Untuk itu saya berharap
dengan segala kerendahan hati agar kiranya anda bersedia meluangkan waktunya
untuk mengisi kuesioner dan bersedia untuk diukur tinggi badan, berat badan serta
arus puncak ekspirasi. Penulis menjamin kerahasiaan segala informasi yang anda
berikan
Informasi dan keikutsertaan anda sangat berharga dalam penelitian ini.
Apabila anda setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, saya mohon
kesediaannya untuk menandatangani pernyataan untuk menjadi responden
penelitian.
Saya ucapkan terimakasih. Jika ada yang ingin ditanyakan terkait dengan
proses penelitian, dapat ditanyakan langsung kepada penulis.
Tangerang selatan, Maret 2017
Hormat Saya, Responden
Risca Yuliani ( )
Lampiran 3 Kuesioner Penelitian
Kuesioner Penelitian
A. Karakteristik responden
1. Insial nama :
2. Usia :
3. Tinggi badan : cm
4. Berat badan : kg
5. Pekerjaan : (kelas/semester.....)
6. Apakah anda merokok? : Ya Tidak
Jika ya, berapa banyak dalam satu hari?
C. >15 batang / hari
D. 5-14 batang / hari
E. 1-4 batang / hari
7. Apakah anda sedang mengalami gangguan pada sistem perrnapasan? Ya
Tidak
Jika ya, (flu/ batuk/ asma/ lainnya) sebutkan. . .
8. Apakah anda memiliki riwayat penyakit asma? Ya
Tidak
9. Apakah anda rutin melakukan olahraga? Ya
Tidak
Jika ya, jenis olahraga apa? . . .
Berapa kali dalam seminggu? . . .
10. Untuk penyanyi: Apakah anda memiliki riwayat sebagai qoriah? Ya
Tidak
No. Responden
11. Untuk qoriah: Apakah anda memiliki riwayat sebagai penyanyi? Ya
Tidak
B. Penyanyi
1. Jumlah latihan dalam satu minggu? . . . . . kali
2. Lamanya latihan dalam satu waktu? . . . . . menit
3. Arus puncak ekspirasi (diisi oleh peneliti)
C. Qori’ah
a. Jumlah latihan dalam satu minggu? . . . . . kali
b. Lamanya latihan dalam satu waktu? . . . . . menit
c. Arus puncak ekspirasi (diisi oleh peneliti)
APE I APE II APE III
Sebelum latihan
Setelah latihan
APE I APE II APE III
Sebelum latihan
Setelah latihan
Lampiran 4 Lembar Permohonan Izin Studi Pendahuluan
Lampiran 5. Lembar Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 6. Rekapitulasi data demografi dan nilai APE responden
Penyanyi
No. Usia TB BB Olahraga Jml latihan
perminggu
Lama
latihan
perminggu
APE
post
1 21 156 43 Ya 4 720 330
2 19 161 54 Tidak 2 360 400
3 19 162 44 Tidak 4 720 260
4 20 157 45 Ya 4 720 410
5 20 164 69 Ya 4 720 400
6 18 152 51 Tidak 3 540 290
7 21 153 71 Tidak 4 720 320
8 20 143 49 Tidak 4 720 200
9 20 165 52 Tidak 4 720 340
10 21 149 81 Tidak 4 720 310
11 19 157 77 Tidak 3 360 290
12 19 150 56 Tidak 2 360 390
13 19 149 45 Tidak 2 360 300
14 19 166 60 Tidak 3 360 340
15 21 147 44 Tidak 3 360 250
16 19 163 65 Tidak 4 720 280
17 19 154 51 Tidak 3 360 350
18 20 152 48 Tidak 3 540 380
19 22 162 51 Ya 3 540 380
20 20 156 50 Tidak 3 540 380
Qoriah
No Usia TB BB Olahraga Jml latihan
perminggu
Lama
latihan
perminggu
APE
post
1 18 154 37 Tidak 7 420 370
2 16 158 47 Tidak 5 450 350
3 16 149 62 Tidak 5 300 320
4 21 162 52 Tidak 5 300 390
5 17 151 46 Tidak 3 120 370
6 22 152 53 Ya 5 300 500
7 16 155 48 Ya 5 300 350
8 17 146 44 Tidak 3 180 300
9 21 149 41 Tidak 3 180 330
10 20 155 69 Tidak 5 300 420
11 21 149 42 Tidak 3 180 400
12 21 156 55 Tidak 5 150 520
13 19 159 54 Tidak 5 300 410
14 15 152 35 Tidak 5 300 330
15 19 150 58 Tidak 5 300 340
16 19 153 50 Tidak 5 300 370
17 21 160 52 Tidak 3 180 400
18 20 155 52 Tidak 5 300 360
19 15 159 59 Tidak 5 300 290
20 15 154 43 Tidak 5 300 300
Lampiran 7. Hasil Olahan SPSS Univariat Kelompok Penyanyi
Descriptives
Descriptive Statistics
Statistic Bootstrapa
Bias Std. Error 95% Confidence Interval
Lower Upper
Usia
N 20 0 3 14 26
Minimum 18
Maximum 22
Mean 19,80 ,00 ,21 19,40 20,25
Std. Deviation 1,005 -,034 ,138 ,698 1,240
Tb
N 20 0 3 14 26
Minimum 143
Maximum 166 Mean 155,90 ,01 1,49 152,83 158,80
Std. Deviation 6,577 -,185 ,772 4,863 7,974
BB
N 20 0 3 14 26
Minimum 43
Maximum 81 Mean 55,30 -,11 2,51 50,45 60,87
Std. Deviation 11,448 -,498 1,848 7,050 14,143
Jml latihan
N 20 0 3 14 26
Minimum 2
Maximum 4 Mean 3,30 ,00 ,16 3,00 3,62
Std. Deviation ,733 -,022 ,091 ,507 ,869
Lama latihan per minggu
N 20 0 3 14 26
Minimum 360
Maximum 720 Mean 558,00 ,06 35,67 483,79 630,00
Std. Deviation 164,144 -4,492 11,910 133,217 179,622
APE post
N 20 0 3 14 26
Minimum 200
Maximum 410 Mean 330,00 -,10 12,50 304,21 353,73
Std. Deviation 57,674 -2,031 7,987 40,535 71,662
Valid N (listwise) N 20 0 3 14 26
Frequencies Statistics
Usia Tb BB Olahraga Jml latihan Lama latihan
per minggu
APE post
N Valid 20 20 20 20 20 20 20
Missing 0 0 0 0 0 0 0
Mean 19,80 155,90 55,30 3,30 558,00 330,00
Median 20,00 156,00 51,00 3,00 540,00 335,00
Mode 19 149a 51 4 720 380
Std. Deviation 1,005 6,577 11,448 ,733 164,144 57,674
Minimum 18 143 43 2 360 200
Maximum 22 166 81 4 720 410
Frequency Table Usia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
18 1 5,0 5,0 5,0
19 8 40,0 40,0 45,0
20 6 30,0 30,0 75,0
21 4 20,0 20,0 95,0
22 1 5,0 5,0 100,0
Total 20 100,0 100,0
Tb
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
143 1 5,0 5,0 5,0
147 1 5,0 5,0 10,0
149 2 10,0 10,0 20,0
150 1 5,0 5,0 25,0
152 2 10,0 10,0 35,0
153 1 5,0 5,0 40,0
154 1 5,0 5,0 45,0
156 2 10,0 10,0 55,0
157 2 10,0 10,0 65,0
161 1 5,0 5,0 70,0
162 2 10,0 10,0 80,0
163 1 5,0 5,0 85,0
164 1 5,0 5,0 90,0
165 1 5,0 5,0 95,0
166 1 5,0 5,0 100,0
Total 20 100,0 100,0
BB
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
43 1 5,0 5,0 5,0
44 2 10,0 10,0 15,0
45 2 10,0 10,0 25,0
48 1 5,0 5,0 30,0
49 1 5,0 5,0 35,0
50 1 5,0 5,0 40,0
51 3 15,0 15,0 55,0
52 1 5,0 5,0 60,0
54 1 5,0 5,0 65,0
56 1 5,0 5,0 70,0
60 1 5,0 5,0 75,0
65 1 5,0 5,0 80,0
69 1 5,0 5,0 85,0
71 1 5,0 5,0 90,0
77 1 5,0 5,0 95,0
81 1 5,0 5,0 100,0
Total 20 100,0 100,0
Olahraga
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
tidak 16 80,0 80,0 80,0
ya 4 20,0 20,0 100,0
Total 20 100,0 100,0
Jml latihan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
2 3 15,0 15,0 15,0
3 8 40,0 40,0 55,0
4 9 45,0 45,0 100,0
Total 20 100,0 100,0
Lama latihan per minggu
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
360 7 35,0 35,0 35,0
540 4 20,0 20,0 55,0
720 9 45,0 45,0 100,0
Total 20 100,0 100,0
APE post
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
200 1 5,0 5,0 5,0
250 1 5,0 5,0 10,0
260 1 5,0 5,0 15,0
280 1 5,0 5,0 20,0
290 2 10,0 10,0 30,0
300 1 5,0 5,0 35,0
310 1 5,0 5,0 40,0
320 1 5,0 5,0 45,0
330 1 5,0 5,0 50,0
340 2 10,0 10,0 60,0
350 1 5,0 5,0 65,0
380 3 15,0 15,0 80,0
390 1 5,0 5,0 85,0
400 2 10,0 10,0 95,0
410 1 5,0 5,0 100,0
Total 20 100,0 100,0
Lampiran 8. Hasil Olahan SPSS Univariat Kelompok Qoriah
Descriptives
Descriptive Statistics
Statistic Bootstrapa
Bias Std. Error 95% Confidence Interval
Lower Upper
Usia
N 20 0 3 14 26
Minimum 15
Maximum 22
Mean 18,45 ,00 ,53 17,43 19,44
Std. Deviation 2,395 -,073 ,219 1,873 2,722
Tb
N 20 0 3 14 26
Minimum 146
Maximum 162 Mean 153,88 ,01 ,93 152,09 155,74
Std. Deviation 4,217 -,120 ,527 3,038 5,103
BB
N 20 0 3 14 26
Minimum 35
Maximum 69 Mean 49,94 ,03 1,89 46,25 53,57
Std. Deviation 8,536 -,270 1,265 5,836 10,785
Jml latihan
N 20 0 3 14 26
Minimum 3
Maximum 7 Mean 4,60 ,00 ,23 4,13 5,11
Std. Deviation 1,046 -,041 ,176 ,616 1,338
Lama latihan per minggu
N 20 0 3 14 26
Minimum 120
Maximum 450 Mean 273,00 ,91 18,63 236,68 309,98
Std. Deviation 84,237 -3,644 13,435 53,683 105,919
APE post
N 20 0 3 14 26
Minimum 290
Maximum 520 Mean 371,00 -,71 13,20 346,67 398,32
Std. Deviation 60,428 -3,376 11,721 33,604 76,954
Valid N (listwise) N 20 0 3 14 26
Frequencies Statistics
Usia Tb BB Olahraga Jml latihan Lama latihan
per minggu
APE post
N Valid 20 20 20 20 20 20 20
Missing 0 0 0 0 0 0 0
Mean 18,45 153,88 49,94 4,60 273,00 371,00
Median 19,00 154,00 51,10 5,00 300,00 365,00
Mode 21 149a 52 5 300 370
Std. Deviation 2,395 4,217 8,536 1,046 84,237 60,428
Minimum 15 146 35 3 120 290
Maximum 22 162 69 7 450 520
Frequency Table
Usia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
15 3 15,0 15,0 15,0
16 3 15,0 15,0 30,0
17 2 10,0 10,0 40,0
18 1 5,0 5,0 45,0
19 3 15,0 15,0 60,0
20 2 10,0 10,0 70,0
21 5 25,0 25,0 95,0
22 1 5,0 5,0 100,0
Total 20 100,0 100,0
Tb
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
146 1 5,0 5,0 5,0
149 3 15,0 15,0 20,0
150 1 5,0 5,0 25,0
151 1 5,0 5,0 30,0
152 2 10,0 10,0 40,0
153 1 5,0 5,0 45,0
154 2 10,0 10,0 55,0
155 3 15,0 15,0 70,0
156 1 5,0 5,0 75,0
158 1 5,0 5,0 80,0
159 2 10,0 10,0 90,0
160 1 5,0 5,0 95,0
162 1 5,0 5,0 100,0
Total 20 100,0 100,0
BB
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
35 1 5,0 5,0 5,0
37 1 5,0 5,0 10,0
41 1 5,0 5,0 15,0
42 1 5,0 5,0 20,0
43 1 5,0 5,0 25,0
44 1 5,0 5,0 30,0
46 1 5,0 5,0 35,0
47 1 5,0 5,0 40,0
48 1 5,0 5,0 45,0
50 1 5,0 5,0 50,0
52 1 5,0 5,0 55,0
52 2 10,0 10,0 65,0
53 1 5,0 5,0 70,0
54 1 5,0 5,0 75,0
55 1 5,0 5,0 80,0
58 1 5,0 5,0 85,0
59 1 5,0 5,0 90,0
62 1 5,0 5,0 95,0
69 1 5,0 5,0 100,0
Total 20 100,0 100,0
Olahraga
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
tidak 18 90,0 90,0 90,0
ya 2 10,0 10,0 100,0
Total 20 100,0 100,0
Jml latihan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
3 5 25,0 25,0 25,0
5 14 70,0 70,0 95,0
7 1 5,0 5,0 100,0
Total 20 100,0 100,0
Lama latihan per minggu
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
120 1 5,0 5,0 5,0
150 1 5,0 5,0 10,0
180 4 20,0 20,0 30,0
300 12 60,0 60,0 90,0
420 1 5,0 5,0 95,0
450 1 5,0 5,0 100,0
Total 20 100,0 100,0
APE post
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
290 1 5,0 5,0 5,0
300 2 10,0 10,0 15,0
320 1 5,0 5,0 20,0
330 2 10,0 10,0 30,0
340 1 5,0 5,0 35,0
350 2 10,0 10,0 45,0
360 1 5,0 5,0 50,0
370 3 15,0 15,0 65,0
390 1 5,0 5,0 70,0
400 2 10,0 10,0 80,0
410 1 5,0 5,0 85,0
420 1 5,0 5,0 90,0
500 1 5,0 5,0 95,0
520 1 5,0 5,0 100,0
Total 20 100,0 100,0
Lampiran 9. Hasil Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
APE post ,157 20 ,200* ,954 20 ,430
APEpostqoriah ,157 20 ,200* ,910 20 ,064
PENYANYI
QORIAH
Lampiran 10. Hasil Olahan SPSS Bivariat (Paired-t test)
T-Test
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 APE post 330,00 20 57,674 12,896
APEpostqoriah 371,00 20 60,428 13,512
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 APE post & APEpostqoriah 20 ,115 ,630
Paired Samples Test
Paired Differences T df Sig. (2-
tailed) Mean Std.
Deviati
on
Std.
Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair 1
APE post -
APEpostqor
iah
-41,000 78,600 17,575 -77,786 -4,214 -2,333 19 ,031