peraturan anggota dewan gubernur dengan … · (1) bank indonesia memberikan salinan tanda terima...
TRANSCRIPT
PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR
NOMOR 19/16/PADG/2017
TENTANG
KLARIFIKASI ATAS UANG RUPIAH
YANG DIRAGUKAN KEASLIANNYA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa salah satu kewenangan Bank Indonesia adalah
menentukan keaslian uang rupiah yang diragukan
keasliannya;
b. bahwa masyarakat dapat meminta klarifikasi dari
Bank Indonesia atas uang rupiah yang diragukan
keasliannya;
c. bahwa Bank Indonesia perlu meningkatkan layanan
kepada masyarakat yang meminta klarifikasi atas uang
rupiah yang diragukan keasliannya;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu
menetapkan Peraturan Anggota Dewan Gubernur tentang
Klarifikasi atas Uang Rupiah yang Diragukan
Keasliannya;
Mengingat : Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/7/PBI/2012 tentang
Pengelolaan Uang Rupiah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 138, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5323);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR TENTANG
KLARIFIKASI ATAS UANG RUPIAH YANG DIRAGUKAN
KEASLIANNYA.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini yang
dimaksud dengan:
1. Uang Rupiah adalah rupiah sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai mata
uang.
2. Bank adalah bank umum sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang yang mengatur mengenai perbankan
dan bank umum syariah sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang yang mengatur mengenai perbankan
syariah.
3. Aplikasi Bank Indonesia Counterfeit Analysis Center, yang
selanjutnya disebut Aplikasi BI-CAC adalah sistem
informasi yang digunakan untuk melakukan pencatatan,
pengklasifikasian, dan analisis Uang Rupiah yang
diragukan keasliannya yang diterima dari hasil
permintaan klarifikasi oleh masyarakat.
4. Penyelenggara Jasa Pengolahan Uang Rupiah yang
selanjutnya disingkat PJPUR adalah penyelenggara jasa
pengolahan uang rupiah sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan Bank Indonesia yang mengatur mengenai
penyelenggara jasa pengolahan uang rupiah.
Pasal 2
Masyarakat dapat meminta klarifikasi kepada Bank Indonesia
tentang Uang Rupiah yang diragukan keasliannya.
Pasal 3
(1) Masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2,
meliputi:
a. Bank;
b. PJPUR; dan
c. pihak selain Bank dan PJPUR.
(2) Pihak selain Bank dan PJPUR sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c terdiri atas:
a. perseorangan;
b. badan hukum; dan
c. lembaga yang melakukan fungsi penyelidikan dan
penyidikan.
BAB II
CARA MEMPERLAKUKAN
UANG RUPIAH YANG DIRAGUKAN KEASLIANNYA
Pasal 4
Bank sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf a,
yang menerima atau menemukan Uang Rupiah yang
diragukan keasliannya dari nasabah dalam kegiatan layanan
kas (front office) harus:
a. menahan Uang Rupiah yang diragukan keasliannya;
b. mencatat identitas lengkap nasabah yang menyerahkan,
menyetorkan, dan/atau menukarkan Uang Rupiah yang
diragukan keasliannya;
c. memberikan tanda terima atas Uang Rupiah yang
diragukan keasliannya kepada nasabah;
d. menginformasikan kepada nasabah bahwa:
1. Uang Rupiah yang diragukan keasliannya tidak
dikembalikan untuk keperluan permintaan
klarifikasi kepada Bank Indonesia;
2. apabila Uang Rupiah yang diragukan keasliannya
dinyatakan asli oleh Bank Indonesia maka nasabah
akan memperoleh penggantian sebesar nilai
nominal; dan/atau
3. apabila Uang Rupiah yang diragukan keasliannya
dinyatakan tidak asli oleh Bank Indonesia maka
Uang Rupiah tersebut tidak dikembalikan oleh Bank
Indonesia;
e. menjaga kondisi fisik Uang Rupiah yang diragukan
keasliannya;
f. menjaga agar Uang Rupiah yang diragukan keasliannya
tidak diedarkan kembali; dan
g. meminta klarifikasi atas Uang Rupiah yang diragukan
keasliannya kepada kantor Bank Indonesia terdekat.
Pasal 5
Bank sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf a,
yang menerima atau menemukan Uang Rupiah yang
diragukan keasliannya dari kegiatan pengolahan Uang Rupiah
atau dari PJPUR (back office) harus:
a. menjaga kondisi fisik Uang Rupiah yang diragukan
keasliannya;
b. menjaga agar Uang Rupiah yang diragukan keasliannya
tidak diedarkan kembali;
c. menjaga agar Uang Rupiah yang diragukan keasliannya
tidak disetorkan kepada Bank Indonesia; dan
d. meminta klarifikasi atas Uang Rupiah yang diragukan
keasliannya kepada kantor Bank Indonesia terdekat.
Pasal 6
PJPUR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b
yang menemukan Uang Rupiah yang diragukan keasliannya
harus:
a. menjaga kondisi fisik Uang Rupiah yang diragukan
keasliannya;
b. menjaga agar Uang Rupiah yang diragukan keasliannya
tidak disetorkan kepada Bank Indonesia;
c. melaporkan kepada Bank atau pihak lain pemberi
pekerjaan mengenai penemuan Uang Rupiah yang
diragukan keasliannya, dalam hal Uang Rupiah tersebut
milik Bank atau pihak lain; dan
d. dalam hal pemilik Uang Rupiah tersebut adalah Bank
atau pihak lain maka PJPUR harus menyerahkan fisik
Uang Rupiah yang diragukan keasliannya kepada Bank
atau pihak lain, atau meminta klarifikasi kepada kantor
Bank Indonesia terdekat atas persetujuan Bank atau
pihak lain.
Pasal 7
Pihak selain Bank dan PJPUR sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 ayat (1) huruf c yang menemukan Uang Rupiah yang
diragukan keasliannya harus:
a. menjaga kondisi fisik Uang Rupiah yang diragukan
keasliannya;
b. menjaga agar Uang Rupiah yang diragukan keasliannya
tidak diedarkan kembali; dan
c. meminta klarifikasi atas Uang Rupiah yang diragukan
keasliannya kepada kantor Bank Indonesia terdekat.
BAB III
PERMINTAAN KLARIFIKASI OLEH BANK ATAU PJPUR
Bagian Kesatu
Aplikasi BI-CAC
Pasal 8
(1) Bank Indonesia menyediakan Aplikasi BI-CAC kepada
Bank dan PJPUR untuk permintaan klarifikasi atas Uang
Rupiah yang diragukan keasliannya.
(2) Bank dan PJPUR sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. seluruh jaringan kantor Bank, kecuali:
1. kantor kas; dan
2. jaringan kantor Bank yang tidak melakukan
fungsi operasional; dan
b. kantor pusat PJPUR dan kantor cabang PJPUR yang
melakukan kegiatan pengolahan Uang Rupiah.
(3) Bank dan/atau PJPUR menggunakan Aplikasi BI-CAC
dengan tata cara pengoperasian mengacu pada Pedoman
Permintaan Klarifikasi sebagaimana tercantum pada
Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini.
Bagian Kedua
Permintaan Klarifikasi melalui Aplikasi BI-CAC
Pasal 9
(1) Bank atau PJPUR mengajukan permintaan klarifikasi
kepada Bank Indonesia dengan cara mengisi data Uang
Rupiah yang diragukan keasliannya yang dimintakan
klarifikasi melalui Aplikasi BI-CAC sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1).
(2) Data sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit
memuat informasi nasabah atau pengguna jasa, macam
Uang Rupiah, pecahan Uang Rupiah, tahun emisi,
jumlah lembar atau keping, nomor seri, dan jumlah
nominal.
(3) Bank atau PJPUR mencetak surat dan formulir
permintaan klarifikasi dari Aplikasi BI-CAC sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
Pasal 10
(1) Bank atau PJPUR harus menyerahkan Uang Rupiah yang
diragukan keasliannya secara langsung ke kantor Bank
Indonesia terdekat paling lambat 5 (lima) hari kerja
setelah tanggal permintaan klarifikasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1).
(2) Penyerahan Uang Rupiah yang diragukan keasliannya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan
surat dan formulir permintaan klarifikasi dari Aplikasi
BI-CAC sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3).
(3) Bank atau PJPUR harus menyusun Uang Rupiah yang
diragukan keasliannya yang diserahkan kepada Bank
Indonesia sesuai dengan rincian dalam formulir
permintaan klarifikasi dari Aplikasi BI-CAC.
Pasal 11
(1) Bank Indonesia memberikan salinan tanda terima Uang
Rupiah yang diragukan keasliannya kepada Bank atau
PJPUR, sebagaimana contoh tanda terima yang
tercantum pada Lampiran II yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Anggota Dewan
Gubernur ini.
(2) Dalam hal terdapat perbedaan antara Uang Rupiah yang
diragukan keasliannya dengan rincian dalam bukti
permintaan klarifikasi dari Aplikasi BI-CAC maka Bank
Indonesia dapat melakukan penyesuaian rincian tersebut
sesuai dengan Uang Rupiah yang diragukan keasliannya
yang diterima dari Bank atau PJPUR.
(3) Dalam hal terdapat penyesuaian sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) maka Bank Indonesia memberikan salinan
tanda terima Uang Rupiah yang diragukan keasliannya
sesuai rincian yang disesuaikan kepada Bank dan/atau
PJPUR.
Pasal 12
(1) Dalam hal Bank atau PJPUR menyerahkan Uang Rupiah
yang diragukan keasliannya melampaui jangka waktu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) maka
dilakukan tata cara sebagai berikut:
a. Bank Indonesia tetap menerima Uang Rupiah yang
diragukan keasliannya dimaksud dan memberikan
salinan tanda terima sementara kepada Bank atau
PJPUR, sebagaimana contoh tanda terima sementara
pada Lampiran III yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Anggota Dewan
Gubernur ini; dan
b. Bank atau PJPUR harus mengajukan kembali
permintaan klarifikasi Uang Rupiah yang diragukan
keasliannya melalui Aplikasi BI-CAC sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) sesuai rincian
sebagaimana tercantum dalam lampiran tanda
terima sementara pada Lampiran III.
(2) Pengajuan kembali permintaan klarifikasi melalui
Aplikasi BI-CAC sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b dilakukan paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah
tanggal tanda terima sementara.
(3) Tanda terima sementara dari Bank Indonesia
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a memiliki
kedudukan yang sama dengan tanda terima sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) sepanjang tanda
terima tersebut belum diterbitkan.
(4) Dalam hal Bank atau PJPUR akan mengajukan
permintaan klarifikasi lain selama jangka waktu
pengajuan kembali permintaan klarifikasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) maka pengajuan permintaan
klarifikasi tersebut dilakukan dengan tata cara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1)
BAB IV
PERMINTAAN KLARIFIKASI
OLEH PIHAK SELAIN BANK DAN PJPUR
Pasal 13
(1) Pihak selain Bank dan PJPUR mengajukan permintaan
klarifikasi secara langsung atau tidak langsung kepada
Bank Indonesia.
(2) Dalam hal pihak selain Bank dan PJPUR mengajukan
permintaan klarifikasi secara langsung sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) maka dilakukan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. pihak selain Bank dan PJPUR mengisi dan
menandatangani formulir permintaan klarifikasi
sebagaimana contoh yang tercantum dalam
Lampiran IV yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Anggota Dewan
Gubernur ini; dan
b. pihak selain Bank dan PJPUR menyerahkan formulir
permintaan klarifikasi sebagaimana dimaksud dalam
huruf a beserta dengan fisik Uang Rupiah yang
diragukan keasliannya kepada Bank Indonesia.
(3) Bank Indonesia memberikan salinan tanda terima Uang
Rupiah yang diragukan keasliannya kepada pihak selain
Bank dan PJPUR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
ayat (1).
(4) Dalam hal terdapat perbedaan antara Uang Rupiah yang
diragukan keasliannya dengan rincian dalam formulir
permintaan klarifikasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) maka Bank Indonesia dapat melakukan
penyesuaian rincian tersebut sesuai dengan yang
diterima dari pihak selain Bank dan PJPUR.
(5) Dalam hal terdapat penyesuaian sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) maka Bank Indonesia memberikan salinan
tanda terima Uang Rupiah yang diragukan keasliannya
sesuai rincian yang telah disesuaikan kepada pihak
selain Bank dan PJPUR.
Pasal 14
(1) Dalam hal pihak selain Bank dan PJPUR mengajukan
permintaan klarifikasi secara tidak langsung
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) maka
dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. pihak selain Bank dan PJPUR mengisi dan
menandatangani formulir permintaan klarifikasi
sesuai rincian Uang Rupiah yang diragukan
keasliannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13
ayat (2) huruf a;
b. pihak selain Bank dan PJPUR mengirimkan formulir
permintaan klarifikasi sebagaimana dimaksud dalam
huruf a beserta fisik Uang Rupiah yang diragukan
keasliannya kepada Bank Indonesia dengan
menggunakan jasa pengiriman secara tercatat atau
penyedia jasa pengiriman barang;
c. pihak selain Bank dan PJPUR menyusun fisik Uang
Rupiah yang diragukan keasliannya sesuai rincian
dalam formulir permintaan klarifikasi dan
memasukkannya ke dalam kemasan tertutup;
d. pengiriman fisik Uang Rupiah yang diragukan
keasliannya beserta formulir permintaan klarifikasi
ditujukan ke alamat kantor Bank Indonesia
terdekat.
(2) Bank Indonesia menerima formulir permintaan klarifikasi
dari pihak selain Bank dan PJPUR serta mencatat jumlah
fisik Uang Rupiah yang diragukan keasliannya sesuai
dengan jumlah yang diterima dari pihak selain Bank dan
PJPUR tersebut.
(3) Segala risiko yang terjadi terhadap fisik Uang Rupiah
yang diragukan keasliannya selama dalam proses
pengiriman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
menjadi tanggung jawab pihak selain Bank dan PJPUR.
(4) Bank Indonesia menyampaikan salinan tanda terima
permintaan klarifikasi sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II kepada pihak selain Bank dan PJPUR
bersamaan dengan penyampaian klarifikasi.
BAB V
PENELITIAN ATAS
UANG RUPIAH YANG DIRAGUKAN KEASLIANNYA
Bagian Kesatu
Penelitian dan Klarifikasi
atas Uang Rupiah yang Diragukan Keasliannya
Pasal 15
(1) Bank Indonesia melakukan penelitian terhadap fisik
Uang Rupiah yang diragukan keasliannya yang
dimintakan klarifikasi oleh masyarakat.
(2) Berdasarkan penelitian sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Bank Indonesia memberikan klarifikasi dengan
menyatakan:
a. Uang Rupiah yang diragukan keasliannya sebagai
Uang Rupiah asli; atau
b. Uang Rupiah yang diragukan keasliannya sebagai
Uang Rupiah tidak asli.
Pasal 16
(1) Bank Indonesia menyampaikan klarifikasi kepada
masyarakat yang mengajukan permintaan klarifikasi
paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak:
a. tanggal tanda terima sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 ayat (1);
b. tanggal Bank atau PJPUR mengajukan kembali
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2);
c. tanggal tanda terima sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13 ayat (3); atau
d. tanggal diterimanya formulir permintaan klarifikasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2).
(2) Bank Indonesia dapat memperpanjang jangka waktu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan
memberitahukan kepada masyarakat yang mengajukan
permintaan klarifikasi.
(3) Penyampaian klarifikasi kepada masyarakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan pemberitahuan
perpanjangan jangka waktu sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dilakukan melalui:
a. Aplikasi BI-CAC kepada Bank atau PJPUR; atau
b. surat dan/atau surat elektronik kepada pihak selain
Bank dan PJPUR.
Pasal 17
(1) Dalam hal Uang Rupiah yang diragukan keasliannya
merupakan milik nasabah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4, Bank harus memberitahukan klarifikasi dari
Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16
ayat (1) kepada nasabah tersebut.
(2) Dalam hal Uang Rupiah yang diragukan keasliannya
merupakan milik Bank atau pihak lain sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6, PJPUR harus memberitahukan
klarifikasi dari Bank Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 14 ayat (1) kepada Bank atau pihak lain
tersebut.
Bagian Kedua
Uang Rupiah yang Dinyatakan Asli
Pasal 18
(1) Bank Indonesia memberikan penggantian atas Uang
Rupiah yang dinyatakan asli sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 ayat (2) huruf a sebesar nilai nominal
Uang Rupiah tersebut.
(2) Dalam hal Uang Rupiah yang dinyatakan asli dalam
kondisi lusuh, cacat, atau rusak maka penggantian
mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur
mengenai penukaran uang rupiah.
(3) Bank Indonesia melakukan penggantian Uang Rupiah
yang dinyatakan asli sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) dengan cara:
a. mengkredit ke rekening giro Bank yang berada di
Bank Indonesia, dalam hal pihak yang meminta
klarifikasi adalah Bank.
b. tunai atau mengkredit ke rekening Bank yang
ditunjuk, dalam hal pihak yang meminta klarifikasi
merupakan:
1. PJPUR; atau
2. pihak selain Bank dan PJPUR.
Pasal 19
(1) Bank menyampaikan penggantian atas Uang Rupiah
yang dinyatakan asli sebagaimana dimaksud dalam Pasal
18 ayat (1) dan ayat (2) kepada nasabah dengan cara:
a. tunai; atau
b. mengkredit rekening simpanan nasabah pada Bank
tersebut dengan terlebih dahulu memperoleh
persetujuan dari nasabah.
(2) Dalam hal penggantian dilakukan dengan cara tunai
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a maka Bank
memberikan Uang Rupiah yang masih layak edar kepada
nasabah.
(3) PJPUR menyampaikan penggantian atas Uang Rupiah
yang dinyatakan asli sebagaimana dimaksud dalam Pasal
18 ayat (1) dan ayat (2) kepada Bank atau pihak lain
dengan cara:
a. tunai;
b. transfer ke rekening Bank, dalam hal pengguna jasa
PJPUR berupa Bank; atau
c. transfer ke rekening Bank yang ditunjuk oleh pihak
lain, dalam hal pengguna jasa PJPUR berupa pihak
lain.
Pasal 20
Dalam hal PJPUR atau pihak selain Bank dan PJPUR tidak
dapat dihubungi oleh Bank Indonesia selama jangka waktu
3 (tiga) bulan sejak tanggal konfirmasi pertama atau PJPUR
atau pihak selain Bank dan PJPUR tidak diketahui
keberadaannya maka Bank Indonesia mengalihkan
penyelesaian Uang Rupiah penggantian tersebut kepada pihak
yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Bagian Ketiga
Uang Rupiah yang Dinyatakan Tidak Asli
Pasal 21
Bank Indonesia tidak memberikan penggantian atas Uang
Rupiah yang dinyatakan tidak asli sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 ayat (2) huruf b.
Pasal 22
Terhadap Uang Rupiah yang dinyatakan tidak asli
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 maka Bank Indonesia
melakukan langkah sebagai berikut:
a. tidak mengembalikan Uang Rupiah tidak asli kepada
pihak yang mengajukan permintaan klarifikasi;
b. menatausahakan Uang Rupiah tidak asli;
c. melakukan klasifikasi terhadap Uang Rupiah tidak asli;
d. memberikan tanda terhadap Uang Rupiah tidak asli; dan
e. menyerahkan Uang Rupiah tidak asli yang telah
diberikan tanda sebagaimana dimaksud dalam huruf d
kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Pasal 23
(1) Penyerahan Uang Rupiah tidak asli sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 22 huruf e dilakukan setiap bulan
paling lambat tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya.
(2) Dalam hal tanggal 15 (lima belas) jatuh pada hari libur
maka penyerahan Uang Rupiah tidak asli dilakukan pada
hari kerja berikutnya.
(3) Penyerahan Uang Rupiah tidak asli sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan berita acara
serah terima yang ditandatangani oleh pegawai Bank
Indonesia dan petugas Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
Pasal 24
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf a
dan huruf d serta Pasal 23 tidak berlaku apabila permintaan
klarifikasi Uang Rupiah yang diragukan keasliannya diajukan
oleh lembaga yang melakukan fungsi penyelidikan dan
penyidikan.
BAB VI
KETENTUAN LAIN - LAIN
Pasal 25
Ketentuan mengenai tata cara klarifikasi terhadap Uang
Rupiah yang diragukan keasliannya, untuk pembawaan Uang
Rupiah masuk ke dalam wilayah pabean Republik Indonesia
tunduk pada Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini.
Pasal 26
Ketentuan mengenai klarifikasi Uang Rupiah yang diragukan
keasliannya bagi kantor cabang dari bank yang berkedudukan
di luar negeri tunduk pada Peraturan Anggota Dewan
Gubernur ini.
Pasal 27
Dalam hal terjadi gangguan Aplikasi BI-CAC yang
menyebabkan Aplikasi BI-CAC tidak dapat digunakan maka:
a. permintaan klarifikasi yang disampaikan oleh Bank atau
PJPUR dilakukan secara langsung dengan tata cara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2);
dan/atau
b. Bank Indonesia menyampaikan klarifikasi kepada Bank
atau PJPUR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melalui
surat dan/atau surat elektronik.
Pasal 28
(1) Pihak selain Bank dan PJPUR dapat mengajukan
permintaan klarifikasi atas Uang Rupiah yang diragukan
keasliannya pada kegiatan kas keliling Bank Indonesia.
(2) Permintaan klarifikasi oleh pihak selain Bank dan PJPUR
dilakukan dengan tata cara sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 ayat (2).
BAB VII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 29
(1) Bank atau PJPUR mengajukan permintaan klarifikasi
atas Uang Rupiah yang diragukan keasliannya melalui
Aplikasi BI-CAC mulai tanggal 15 Januari 2018.
(2) Bank atau PJPUR masih dapat mengajukan permintaan
klarifikasi atas Uang Rupiah yang diragukan keasliannya
tanpa melalui Aplikasi BI-CAC sampai dengan tanggal
13 April 2018.
(3) Permintaan klarifikasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dilakukan secara langsung dengan tata cara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2).
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 30
Pada saat Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini mulai
berlaku:
a. Bab III angka 3 sampai dengan angka 6 Surat Edaran
Bank Indonesia Nomor 6/22/DLN tanggal 10 Mei 2004
perihal Persyaratan dan Tata Cara Membawa Uang
Rupiah Keluar atau Masuk Wilayah Pabean Republik
Indonesia; dan
b. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 18/28/DPU tanggal
24 November 2016 perihal Tata Cara Klarifikasi atas
Uang Rupiah yang Diragukan Keasliannya,
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 31
Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini mulai berlaku pada
tanggal 15 Desember 2017.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
penempatan Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 30 November 2017
ANGGOTA DEWAN GUBERNUR,
TTD
SUGENG
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR
NOMOR 19/16/PADG/2017
TENTANG
KLARIFIKASI ATAS UANG RUPIAH
YANG DIRAGUKAN KEASLIANNYA
I. UMUM
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang
mengamanatkan kepada Bank Indonesia sebagai lembaga yang berwenang
menentukan keaslian Uang Rupiah yang diragukan keasliannya.
Sehubungan dengan kewenangan tersebut maka masyarakat yang terdiri
atas Bank, PJPUR, dan pihak selain Bank dan PJPUR dapat meminta
klarifikasi dari Bank Indonesia atas Uang Rupiah yang diragukan
keasliannya.
Guna meningkatkan layanan klarifikasi atas Uang Rupiah yang
diragukan keasliannya kepada Bank atau PJPUR maka Bank Indonesia
telah menyediakan Aplikasi BI-CAC. Dengan demikian, tata cara
klarifikasi mulai dari permintaan, penerimaan, pemrosesan, penelitian,
sampai dengan pemberitahuan klarifikasi dilakukan dengan Aplikasi
BI-CAC. Penggunaan Aplikasi BI-CAC merupakan upaya Bank Indonesia
dalam penguatan aspek governance, transparansi, kecepatan layanan, dan
keakuratan data terkait Uang Rupiah yang diragukan keasliannya.
Bank Indonesia juga meningkatkan layanan klarifikasi atas Uang
Rupiah yang diragukan keasliannya kepada masyarakat yang merupakan
pihak selain Bank dan PJPUR dengan cara mengajukan permintaan
klarifikasi secara langsung maupun tidak langsung. Dalam hal ini,
permintaan klarifikasi secara tidak langsung dilakukan dengan
mengirimkan Uang Rupiah yang diragukan keasliannya melalui jasa
pengiriman kepada Bank Indonesia. Selain itu, masyarakat juga dapat
mengajukan permintaan klarifikasi secara langsung pada kegiatan kas
keliling Bank Indonesia.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Termasuk pengertian badan hukum yaitu:
a. lembaga yang memiliki fungsi dan tugas di bidang bea
dan cukai yang menyampaikan permintaan klarifikasi
atas Uang Rupiah yang diragukan keasliannya
sehubungan dengan pembawaan Uang Rupiah masuk
ke dalam wilayah pabean Republik Indonesia;
b. bank perkreditan rakyat dan bank pembiayaan rakyat
syariah.
Huruf c
Lembaga yang melakukan fungsi penyelidikan dan
penyidikan antara lain Kepolisian Negara Republik
Indonesia dan Kejaksaan Republik Indonesia.
Pasal 4
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Menjaga kondisi fisik Uang Rupiah yang diragukan keasliannya
antara lain tidak merusak fisik Uang Rupiah yang diragukan
keasliannya tersebut seperti tidak merobek, memotong, dan
mencoret-coret.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Pasal 5
Huruf a
Menjaga kondisi fisik Uang Rupiah yang diragukan keasliannya
antara lain tidak merusak fisik Uang Rupiah yang diragukan
keasliannya tersebut seperti tidak merobek, memotong, dan
mencoret-coret.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Pasal 6
Huruf a
Menjaga kondisi fisik Uang Rupiah yang diragukan keasliannya
antara lain tidak merusak fisik Uang Rupiah yang diragukan
keasliannya tersebut seperti tidak merobek, memotong, dan
mencoret-coret.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “pihak lain” adalah pengguna jasa
PJPUR selain Bank.
Huruf d
Cukup jelas.
Pasal 7
Huruf a
Menjaga kondisi fisik Uang Rupiah yang diragukan keasliannya
antara lain tidak merusak fisik Uang Rupiah yang diragukan
keasliannya tersebut seperti tidak merobek, memotong, dan
mencoret-coret.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Pasal 8
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Angka 1
Cukup jelas.
Angka 2
Jaringan kantor Bank yang tidak melakukan fungsi
operasional adalah kantor Bank yang tidak menerima
Uang Rupiah dari nasabah dan/atau melakukan
pengolahan Uang Rupiah.
Huruf b
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 9
Ayat (1)
Permintaan klarifikasi kepada Bank Indonesia dalam Aplikasi
BI-CAC termasuk mengisi data kantor Bank Indonesia terdekat
yang dituju.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Bukti permintaan klarifikasi dari Aplikasi BI-CAC digunakan
sebagai dokumen penyerahan Uang Rupiah yang diragukan
keasliannya.
Pasal 10
Ayat (1)
Contoh:
Kantor Bank atau PJPUR yang berdomisili di Karawang, Jawa
Barat mengajukan permintaan klarifikasi kepada Kantor Pusat
Bank Indonesia di Jakarta meskipun secara geografis berada di
wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa
Barat yang berkedudukan di Bandung.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “menyusun Uang Rupiah yang
diragukan keasliannya” antara lain menyusun sesuai dengan
urutan pecahan dari pecahan besar ke pecahan kecil dan nomor
urut data dalam bukti permintaan klarifikasi dari Aplikasi
BI-CAC.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “secara langsung” adalah pihak selain
Bank dan PJPUR datang langsung ke kantor Bank Indonesia
untuk mengajukan permintaan klarifikasi Uang Rupiah yang
diragukan keasliannya.
Termasuk dalam pihak selain Bank dan PJPUR yaitu kuasa atau
wakil dari pihak selain Bank dan PJPUR.
Yang dimaksud dengan “secara tidak langsung” adalah pihak
selain Bank dan PJPUR menggunakan jasa pengiriman secara
tercatat atau penyedia jasa pengiriman barang dalam
mengajukan permintaan klarifikasi Uang Rupiah yang diragukan
keasliannya.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 14
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “kemasan tertutup” antara lain
amplop dan boks.
Huruf d
Yang dimaksud dengan “alamat kantor Bank Indonesia”
adalah alamat sebagaimana tercantum dalam laman resmi
Bank Indonesia.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 15
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “penelitian” adalah pemeriksaan secara
teliti terhadap fisik Uang Rupiah yang diragukan keasliannya.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “Uang Rupiah yang masih layak edar”
adalah Uang Rupiah sesuai dengan standar yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 20
Yang dimaksud dengan “pihak yang berwenang” adalah pihak yang
memiliki fungsi dan tugas mengurus harta peninggalan.
Pasal 21
Bank Indonesia tidak memberikan penggantian atas Uang Rupiah
yang dinyatakan tidak asli dengan pertimbangan bahwa benda
tersebut bukan merupakan Uang Rupiah.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Penyampaian klarifikasi kepada Bank atau PJPUR melalui surat
dan/atau surat elektronik sepanjang Aplikasi BI-CAC masih
mengalami gangguan.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas.