perancangan strategi bersaing untuk ......perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user i
PERANCANGAN STRATEGI BERSAING UNTUK PORTOFOLIO BISNIS
PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA. (STUDI KASUS TELKOM DIVRE IV JATENG & DIY )
Skripsi Sebagai Prasyarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
WISHNU SEPTIYANA
NIM I0307084
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user i
PERANCANGAN STRATEGI BERSAING UNTUK PORTOFOLIO BISNIS
PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA. (STUDI KASUS TELKOM DIVRE IV JATENG & DIY )
Skripsi Sebagai Prasyarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
WISHNU SEPTIYANA
NIM I0307084
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat
dan salam tak lupa penulis haturkan untuk Nabi Muhammad SAW.
Dengan segenap ketulusan dan kerendahan hati, penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu memberikan perhatian, kasih sayang,
dukungan dan doa, sehingga penulis selalu bersemangat untuk segera
menyelesaikan skripsi ini. Adikku Pinkan Dyah Bathari calon ST di Teknik
Elektro Universitas Diponegoro terima kasih atas dukungan dan doamu.
2. Bapak Dr. Cucuk Nur Rosyidi ST, MT, selaku Ketua Jurusan Teknik Industri
dan Penguji I, terima kasih atas bimbingan, motivasi, waktu, kesabaran dan
cerita-cerita yang selalu menginspirasi penulis ketika mengikuti kuliah bapak.
3. Bapak Ir. Murman Budijanto, MT, selaku Dosen Pembimbing II, terima kasih
atas bimbingan, motivasi, waktu dan kesabaran yang telah Bapak beri hingga
terselesaikannya laporan ini. Semoga kelak saya bisa menjalani karir
profesional saya sesukses Bapak.
4. Ibu Fakhrina Fahma, ST, MT, selaku Dosen Pembimbing II, terima kasih atas
bimbingan, motivasi, waktu, dan kesabaran yang telah diberikan hingga
terselesaikannya skripsi ini.
5. Ibu Retno Wulan Damajanti, ST, MT, selaku dosen penguji II yang telah
berkenan memberikan saran dan bimbingan perbaikan untuk skripsi ini.
6. Seluruh dosen Teknik Industri UNS yang telah memberikan ilmu dan
pengalaman dan nasehatnya selama penulis mengikuti proses perkuliahan di
Teknik Industri UNS.
7. TU-TI : Mbak Yayuk, Mbak Tutik, Mbak Rina dan Mas Agus atas kesabaran
dan senyumannya setiap kali penulis mengurus administrasi di jurusan.
8. Thanks to, Elanjati Worldailmi atas pinjaman printernya selama tahap
pengerjaan proposal hingga seminar tugas akhir saya.
9. Thanks to Andy Setyawan atas pinjaman printernya selama tahap pasca
seminar hingga sidang tugas akhir saya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vii
10. Thanks to: Elanjati Worldailmi, Achmad Habibie, Andy Setyawan, Dias
Kristanto, Helmy Sabri Nahdi, Fadly Rahman, dan Eka Yudha yang selalu
bersedia untuk menemani bertukar ide, memberi semangat dan mendengar
keluh kesah penulis dari awal penyusunan proposal hingga sidang skripsi.
11. Seluruh teman-teman TI 2007 baik reguler dan Non Reguler, terima kasih atas
bantuan dan dorongan yang diberikan sejak mengikuti masa perkuliahan
hingga penyelesaian tugas akhir.
12. Teman-teman di Kos Anugerah. Semoga tetap berjaya di dunia per-futsal-an !
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas
segala bantuan, doa, dorongan dan pertolongan yang telah diberikan.
Penulis menyadari bahwa laporan skripsi ini masih jauh dari sempurna dan
banyak memiliki kekurangan. Oleh karena itu penulis membuka diri atas segala
kritik, masukan dan saran yang membangun. Semoga laporan skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca sekalian.
Surakarta, 18 Juni 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user viii
ABSTRAK
WISHNU SEPTIYANA, NIM: I0307084. PERANCANGAN STRATEGI BERSAING UNTUK PORTOFOLIO BISNIS PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA (STUDI KASUS TELKOM DIVRE IV JATENG & DIY). Skripsi. Surakarta: Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, Juni 2012.
Perubahan lingkungan eksternal di dalam industri telekomunikasi telah mendorong
terjadinya perubahan sistem dan struktur persaingan telekomunikasi Indonesia, yang berdampak pada semakin ketatnya persaingan dan akan mempengaruhi kondisi internal dari masing-masing perusahaan operator penyedia layanan telekomunikasi. PT. Telkom Divre IV yang merupakan salah satu subsidiary company yang mengelola portofolio bisnis milik Telkom Group area Jateng dan DIY juga terkena dampak dari perubahan lingkungan eksternal industri telekomunikasi. Penelitian ini menawarkan sebuah pendekatan sistematis dan terukur di dalam merancang, merumuskan, dan memilih beberapa competitive alternative strategy tingkat corporate yang sesuai dengan kondisi internal (kekuatan & kelemahan) dengan portofolio bisnis PT. Telkom Divre IV dan dengan mempertimbangkan kondisi ekternal (peluang dan ancaman) dari industri telekomunikasi yang ada saat ini, untuk kemudian corporate strategy terpilih akan dijadikan acuan dalam merancang business unit level strategy.
Pendekatan sistematis dalam melakukan perencanaan, perancangan dan perumusan strategi tingkat corporate menggunakan framework model manajemen strategy yang dikembangkan oleh Fred R. David. Kerangka model manajemen strategy Fred R. David menawarkan model perencanaan, perumusan dan pemilihan alternatif strategy untuk perusahaan yang berbentuk multiple business unit, serta di dalam kerangka model ini memformulasikan lebih dari satu tools yang telah umum digunakan di dalam perumusan dan pemilihan alternatif strategy yakni: internal factor evaluation (IFE) matrix, external factor evaluation (EFE) matrix, competitive profile matrix (CPM), Boston Consulting Group (BCG) matrix, Space Matrix, Internal-External (I-E) Matrix, SWOT Diagram & Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM).
Hasil dari penelitian ini adalah portofolio bisnis milik Telkom Divre IV yang memiliki peluang untuk bertumbuh yang besar berdasarkan posisinya yang terkategorikan star quadran dalam BCG Matrix adalah Telkom Flexi. Kekuatan internal yang dimiliki oleh Telkom Flexi yang dapat digunakan untuk memanfaatkan peluang yang ada berdasarkan pengolahan IFE Matrix adalah direct & indirect outlet distribution, financial, jumlah jaringan yang masih tersedia, jumlah BTS, coverage dan brand image Telkom Flexi yang telah dibangun. Sementara peluang yang dapat dimaksimalkan oleh Telkom Flexi berdasarkan pengolahan EFE Matrix adalah adalah pertumbuhan kebutuhan high speed data, tren smartphone yang berkembang di masyarakat, security, perubahan pola perilaku masyarakat dalam merespon trend teknologi, pertumbuhan penduduk, dan trend pertumbuhan ekonomi nasional. Dari pengolahan menggunakan Space Matrix, I-E Matrix, dan SWOT Diagram direkomendasikan sebelas alternatif strategi bersaing tingkat corporate untuk portofolio bisnis Telkom Flexi Divre IV. Dari kesebelas rekomendasi alternatif strategi tingkat corporate, terpilih empat strategi berdasarkan pengolahan menggunakan QSPM matrix, yaitu pengembangan produk (TAS= 14,47), divestiture strategy (TAS=14,09), pengembangan pasar (TAS=14,06), dan penetrasi pasar (TAS=13,89).
Kata-kata kunci: Manajemen Strategik, Portofolio Bisnis PT. Telkom Divre IV, Telkom Flexi, BCG Matrix, Strategi Bersaing, IFE, EFE, CPM, SWOT Diagram, I-E Matrix, Space Matrix, QSPM, Fred R. David.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ix
ABSTRACT
WISHNU SEPTIYANA, NIM: I0307084.THE DESIGN OF COMPETITIVE STRATEGY for BUSINESS PORTOFOLIO in PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk (Case Study in Telkom Divre IV Jateng & DIY). Thesis, Surakarta: Industrial Engineering, Faculty of Engineering, Sebelas Maret University, June 2012.
A changes in the external environment of telecommunications industry has led to changes in the system and structure of the telecommunications competition in Indonesia, , which have an impact on increasing competition and will affect the internal conditions of each telecommunications services company. PT. Telkom Divre IV, the one of subsidiary company which manages all business portfolio of Telkom Group's in the Central Java and Yogyakarta business area, is also affected by changes in the external environment of the telecommunications industry. This study offers a systematic and measurable approach in design, formulate, and choose some alternative competitive strategy that suitable with internal condition (strengths and weaknesses) of the companyy and taking into account external conditions (opportunities and threats) of the telecommunications industry that exists today. Then corporate strategy which has selected will be used as a reference in design some business unit level strategy.
Systematic approach to planning, designing and formulating corporate level strategy, using a framework model in management strategyc which developed by Fred R. David. Management strategic framework model Fred R. David offers a model of planning, formulation and selection of an alternative strategy for the company in the form of multiple business units company, and also this framework model formulate more than one tool that has been commonly used in the formulation and selection of the alternative strategy: internal factor evaluation (IFE) matrix, external factor evaluation (EFE) matrix, competitive profile matrix (CPM), Boston Consulting Group (BCG) matrix, Space Matrix, Internal-External (IE) Matrix, SWOT diagram & Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM).
The results of this study is the portfolio of businesses owned by Telkom Divre IV which has great opportunities for growth are categorized by their position in the BCG Matrix star Quadrant is Telkom Flexi. Internal resources which is owned by Telkom Flexi can be used to exploit the opportunities that exist based on IFE Matrix are : Direct & indirect outlets distributions, financial, number of network which still available, number of base stations tranceiver, coverage and brand image that has been built. While the opportunities can be maximized by Telkom Flexi based on EFE Matrix are the growing need for high speed data, a growing trend in the smartphone community, security, change behavior patterns of people in response of trend technology, population growth, and national economic growth trends. Based on Space Matrix, IE Matrix, and SWOT Diagrams recommended eleven alternative corporate leve strategy business portfolio Telkom Flexi IV. Alternative recommendation of the eleven corporate level strategy, four selected strategy based on processing using QSPM matrix, are product development (TAS = 14.47), divestiture strategy (TAS = 14.09), market development (TAS = 14.06), and penetration market (TAS = 13.89).
Key words: Manajement strategyc, business portofolio PT. Telkom Divre IV, Telkom Flexi, BCG Matrix, Competitive Strategy, IFE, EFE, CPM, SWOT Diagram, I-E Matrix, Space Matrix, QSPM, Fred R. David.
xvi + 151 pages; 9 pictures; 51 tables; 11 appendixes; References : 25 (1990-2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... ii
LEMBAR VALIDASI .................................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS. ................................................ iv
SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ....................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
ABSTRAK .................................................................................................. viii
ABSTRACT .................................................................................................. ix
DAFTAR ISI .................................................................................................. x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... I-1
1.2 Perumusan Masalah ........................................................................... I-4
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................... I-5
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................. I-5
1.5 Batasan Masalah ................................................................................ I-6
1.6 Sistematika Penulisan ........................................................................ I-7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gambaran Umum Perusahaan............................................................ II-1
2.1.1. Profil PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk................................ II-1
2.1.2. Visi dan Misi PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk ................... II-6
2.2 Manajemen Strategik ......................................................................... II-6
2.2.1 Pengertian Manajemen Strategik ............................................. II-6
2.2.2 Manfaat Manajemen Strategik ................................................ II-9
2.2.3 Tahapan Dalam Manajemen Strategik .................................... II-10
2.2.4 Model Manajemen Strategik ................................................... II-11
2.2.5 Tahapan Dalam Model Manajemen Strategik .......................... II-12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xi
2.3 Analisa Lingkungan .......................................................................... II-25
2.3.1. Analisa Lingkungan Eksternal ................................................ II-26
2.3.2. Analisa Lingkungan Internal ................................................... II-29
2.4 Kapabilitas ......................................................................................... II-31
2.5 Kompetensi Inti .................................................................................. II-31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Diagram Alir Penelitian ..................................................................... III-1
3.2. Penjelasan Diagram Alir Penelitian ................................................... III-2
3.2.1. Tahap Pengamatan ................................................................... III-2
3.2.2. Tahap Pengumpulan Data ........................................................ III-3
3.2.3. Tahap Pengolahan Data ............................................................ . III-4
3.2.4. Tahap Analisis ......................................................................... III-12
3.2.5. Tahap Kesimpulan dan Saran .................................................. III-12
BAB IV PENGOLAHAN DATA
4.1. Pengolahan Data Awal ....................................................................... IV-1
4.1.1. Identifikasi Market Share dan Growth Share ........................... IV-1
4.1.2. Tahap Pemilihan Portofolio Bisnis ........................................... IV-3
4.1.3. Identifikasi Atribut dan Sub-atribut Awal ................................ IV-7
4.1.4. Metode Sampling dalam Pengumpulan Data .......................... IV-9
4.1.5. Pengujian Kuesioner pendahuluan (Kuesioner I) .................... IV-10
4.1.6. Pengujian Hasil Kuesioner Utama (Kuesioner II) ................... IV-16
4.1.7. Perhitungan Likert pada Kuesioner Utama (Kuesioner II) ...... IV-22
4.2. Evaluasi Sub-atribut Penyusun Faktor Kunci Keberhasilan
Internal dan Eksternal ....................................................................... IV-24
4.2.1. Evaluasi Faktor Internal ......................................................... IV-26
4.2.2. Evaluasi Faktor Eksternal ....................................................... IV-53
4.2.3. Penentuan Strength, Weaknesses, Opportunities dan Threat .. IV-80
4.2.4. Internal Factor dan External Factor Evaluation Matrix .......... IV-82
4.2.5. Competitive Profile Matrix...................................................... IV-85
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xii
4.3. SWOT Diagram ................................................................................. IV-86
4.4. SPACE Matrix ................................................................................... IV-88
4.5. Internal-External Matrix ................................................................... IV-90
4.6. Rekomendasi Hasil Perumusan Strategi Bersaing Generic ............... IV-91
4.7. Pemilihan Alternatif Strategi menggunakan QSPM .......................... IV-91
4.8. Perumusan strategi bersaing tingkat bisnis menggunakan
TOWS Matrix ..................................................................................... IV-94
4.9. Alignment TOWS Matrix & QSPM ................................................... IV-99
BAB V ANALISIS
5.1 BCG Matrix Portofolio Bisnis Telkom Divre IV .............................. V-1
5.2 Internal Factor Evaluation & External Factor Evaluation Matrix...... V-3
5.3 Rekomendasi Alternatif Strategi Bersaing Corporate ....................... V-6
5.4 Pemilihan Alternatif Strategi Bersaing dengan QSPM ...................... V-9
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ........................................................................................ VI-1
6.2 Saran .................................................................................................. VI-3
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Matrix EFE ................................................................................. II-13
Tabel 2.2 Matrix IFE .................................................................................. II-15
Tabel 4.1 Data market share dan growth share Divre IV .......................... IV-2
Tabel 4.2 Hasil Rekapitulasi Penelitian Pendahuluan ................................ IV-6
Tabel 4.3 Atribut Awal Faktor Internal Dari Penelitian Terdahulu ........... IV-7
Tabel 4.4 Atribut Awal Faktor Eksternal dari Penelitian Terdahulu.......... IV-8
Tabel 4.5 Rekapitulasi Pengujian Uji Cohran ............................................ IV-12
Tabel 4.6 Rekapitulasi Jumlah sub-Atribut Setelah Uji Cohran ................ IV-13
Tabel 4.7 Pengeliminasian dan Penggabungan Atribut Kuesioner I .......... IV-14
Tabel 4.8 Rekapitulasi Uji Cohran Setelah Eliminasi Atribut ................... IV-14
Tabel 4.9 Atribut dan Sub-Atribut Faktor Internal Kuesioner II................ IV-15
Tabel 4.10 Atribut dan Sub-Atribut Faktor Eksternal Kuesioner II ........... IV-16
Tabel 4.11 Hasil Uji Validitas Produk ....................................................... IV-17
Tabel 4.12 Uji Validitas Physical and Operational Resources .................. IV-17
Tabel 4.13 Hasil Uji Validitas Financial .................................................. IV-18
Tabel 4.14 Uji Validitas Distribution ......................................................... IV-18
Tabel 4.15 Hasil Uji Validitas Human Resource ....................................... IV-19
Tabel 4.16Hasil Uji Validitas Lingkungan Umum .................................... IV-20
Tabel 4.17 Hasil Uji Validitas Lingkungan Industri .................................. IV-20
Tabel 4.18 Hasil Uji Validitas Teknologi .................................................. IV-21
Tabel 4.19 Rekapitulasi Hasil Uji Reliabilitas ........................................... IV-21
Tabel 4.20 Rekapitulasi Skala Likert Kuesioner II ................................... IV-23
Tabel 4.21 Rekapitulasi Skala Likert Kuesioner II (Lanjutan) .................. IV-24
Tabel 4.22 Sub-atribut faktor kunci keberhasilan yang dievaluasi ............ IV-24
Tabel 4.23 Sub-atribut faktor kunci keberhasilan yang dievaluasi ............ IV-25
Tabel 4.24 Perbandingan Tarif Layanan Panggilan Lokal ....................... IV-26
Tabel 4.25 Tarif Layanan Panggilan SLJJ ................................................ IV-28
Tabel 4.26 Tarif Layanan SMS .................................................................. IV-29
Tabel 4.27 Jumlah Fitur yang dimiliki Telkom Flexi dan Kompetitor ...... IV-31
Tabel 4.28 Jenis Fitur yang dimiliki Telkom Flexi dan Kompetitor .......... IV-32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiv
Tabel 4.29 Riset yang Telah dilakukan oleh Media Indonesia (2011 ........ IV-34
Tabel 4.30 Sales Segmen Industri FWA Divre IV Jateng & DIY ............. IV-38
Tabel 4.31Tingkat Churn Segmen Industri FWA Divre IV ....................... IV-38
Tabel 4.32 Growth Sales Segmen Industri FWA Divre IV ........................ IV-38
Tabel 4.33 Rekapitulasi ROA..................................................................... IV-40
Tabel 4.34 Rekapitulasi ROE .................................................................... IV-41
Tabel 4.35 Hasil Penyebaran Kuesioner Sederhana Kemudahan Registrai . IV-44
Tabel 4.36 Penentuan strength, weaknesses, opportunities, dan threat ..... IV-81
Tabel 4.37 Hasil Internal Factor Evaluation Matrix ................................. IV-82
Tabel 4.38 Rekapitulasi Hasil Internal Factor Evaluation Matrix ............ IV-83
Tabel 4.39 Rekapitulasi Hasil Eksternal Factor Evaluation Matrix ......... IV-83
Tabel 4.40 Rekapitulasi Hasil Eksternal Factor Evaluation Matrix .......... IV-84
Tabel 4.41 Competitive Profile Matrix ...................................................... IV-85
Tabel 4.42 Space Matrix ............................................................................ IV-88
Tabel 4.43 Space Matrix (Lanjutan) ........................................................... IV-88
Tabel 4.44 Rekomendasi Alternatif Strategi Bersaing Generic/Utama ..... IV-90
Tabel 4.45 QSPM Matrix ........................................................................... IV-92
Tabel 4.46 QSPM Matrix (Lanjutan) ......................................................... IV-93
Tabel 4.47 S-O Strategy ............................................................................. IV-95
Tabel 4.48 W-O Strategy ............................................................................ IV-96
Tabel 4.49 S-T Strategy .............................................................................. IV-97
Tabel 4.50 W-T Strategy ............................................................................ IV-98
Tabel 4.51 Alignment S-O Strategy ........................................................... IV-99
Tabel 4.52 Alignment W-O Strategy ......................................................... IV-100
Tabel 4.53 Alignment S-T Strategy............................................................ IV-100
Tabel 4.54 Alignment W-T Strategy .......................................................... IV-101
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Model Manajemen Strategi Fred R. David ........... II-11
Gambar 2.2 SWOT Matrix ....................................................................... II-15
Gambar 2.3 Boston Consulting Group Matrix ........................................ II-17
Gambar 2.4 Space Matrix ........................................................................ II-20
Gambar 2.5 GRAND STRATEGY Matrix ................................................ II-21
Gambar 2.6 Internal-External Matrix ..................................................... II-23
Gambar 2.7 Quantitative Strategic Planning Matrix .............................. II-24
Gambar 3.1 Diagram Alir Metode Penelitian ......................................... III-1
Gambar 3.2 Lanjutan Diagram Alir Metode Penelitian .......................... III-2
Gambar 4.1 BCG Matrix Telkom Divre IV Jateng & DIY ..................... IV-3
Gambar 4.2 Perkembangan Telendensitas Broadband Internet .............. IV-76
Gambar 4.3 Perkembangan Telendensitas Mobile Broadband Internet .. IV-77
Gambar 4.4 Diagram SWOT ................................................................... IV-86
Gambar 4.5 Space Matrix ........................................................................ IV-89
Gambar 4.6 Internal-External Matrix ..................................................... IV-89
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 4.1 Rekapitulasi hasil penyebaran kuesioner I ........................... L - 1
Lampiran 4.2 Rekapitulasi hasil penyebaran kuesioner dari uji validitas .. L - 2
Lampiran 4.3 Diagram dan data-data mengenai pangsa pasar dan
tingkat pertumbuhan industri ............................................... L - 3
Lampiran 4.4 Data mengenai tingkat pencapaian revenue growth............. L - 4
Lampiran 4.5 Data mengenai tingkat EBITDA .......................................... L - 5
Lampiran 4.6 Model kuesioner sederhana .................................................. L - 6
Lampiran 4.7 Data mengenai proses bisnis indirect and direct channel
outlet distribution serta jumlah outlet .................................. L - 7
Lampiran 4.8 Data mengenai coverage dari layanan Telkom Flexi dan
kompetitor ............................................................................ L - 8
Lampiran 4.9 Data mengenai perbandingan jumlah kapasitas
terpasang dan jaringan yang tersedia .................................. L - 9
Lampiran 4.10 Data mengenai prosentase Drop call panggilan
untuk Flexi, operator FWA lainnya dan seluler ................... L-10
Lampiran 4.11 Kuesioner yang digunakan dalam QSPM matrix ................. L-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 1
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, serta sistematika penulisan.
1.1 Latar Belakang
Perubahan lingkungan eksternal dalam industri telekomunikasi khususnya
perkembangan ekonomi global dan teknologi telekomunikasi telah mendorong
terjadinya perubahan sistem dan struktur persaingan industri telekomunikasi
Indonesia. Salah satu perubahan lingkungan eksternal yang terjadi dan
pengaruhnya bagi industri tergolong signifikan adalah transformasi struktur pasar
telekomunikasi dari monopoli menuju privatisasi penyelenggaraan sektor
telekomunikasi. Hal tersebut ditandai dengan dikeluarkannya kebijakan
pemerintah melalui UU No-36 tentang upaya liberalisasi industri telekomunikasi
Indonesia. Implikasi dari disahkannya UU tersebut telah membuat pasar
telekomunikasi di Indonesia menjadi lebih kompetitif, bahkan mengalami
pertumbuhan jumlah pelanggan dan jumlah penyelenggara layanan
telekomunikasi (provider) tertinggi di dunia (Nuh, 2008).
Menurut data Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) tahun
2010, sebelum liberalisasi telekomunikasi jumlah penyelenggara operator seluler
(GSM) di Indonesia hanya terdiri dari dua operator yakni PT. Telekomunikasi
Indonesia Tbk dan PT. Indosat, namun kini telah bertumbuh menjadi 9 operator.
Bagi Indonesia yang tergolong negara berkembang, jumlah tersebut merupakan
jumlah operator penyelenggara layanan seluler tertinggi dibandingkan dengan
Amerika Serikat, China, Brazil, Inggris dan India yang hingga Desember 2010
memiliki jumlah operator penyelenggara layanan seluler GSM masing-masing
sebanyak 5, 2, 4, 5,& 4. Sementara itu, total jumlah pengguna layanan seluler per-
Desember tahun 2010 telah mencapai angkat 211.145.429 pelanggan,
dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai angka 230 juta
jiwa. Jumlah pengguna layanan seluler yang mencapai 211 juta jiwa menandakan
bahwa penetrasi pasar telekomunikasi sudah berada di atas angka 90%, yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 2
berarti tingkat penetrasi pasar untuk layanan seluer di Indonesia akan mencapai
angka 100%.
Dalam menentukan titik jenuh pelanggan tidak hanya dilihat prosentase
potensial pasar seperti jumlah penduduk, tetapi juga mempertimbangkan faktor
kesejahteraan dari masyarakat. Di Negara Singapura yang saat ini berpenduduk 4
juta jiwa, penetrasi pelanggan telekomunikasi telah melebihi angka 100%.
Sementara Indonesia yang terkategori negara berkembang, angka 60% penetrasi
pasar sudah dianggap optimal untuk menuju titik puncak jenuh (Zita, 2010).
Tingkat perpindahan pelanggan lintas operator (churn rate) sektor seluler di
Indonesia juga tergolong tinggi. Menurut data dari BRTI pada tahun 2010, churn
rate sektor seluler di Indonesia diperkirakan mencapai 8,6%-/bulan. Angka ini
tergolong sangat tinggi dibanding negara lain seperti India, Malaysia, Filipina,
Thailand, China yang masing masing hanya sebesar 4%, 3,7 %, 3,1 %, dan 2,9 %
-/bulan.
Dampak dari perubahan lingkungan eksternal industri telekomunikasi juga
mempengaruhi kondisi internal PT. Telkom Divre IV Jateng & DIY selaku
subsidiary yang menjalankan fungsi operasional atas seluruh aset yang dimiliki
PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk untuk regional Jateng & DIY. Dari sisi
pendapatan, PT. Telkom Divre IV Jateng & DIY memiliki kecenderungan
pertumbuhan pelanggan yang terus menurun meski masih tetap tumbuh. Total
pertumbuhan pelanggan serta pendapatan konsolidasi PT. Telkom Divre IV untuk
keseluruhan portofolio bisnis selama periode tahun 2007-2010 memiliki
kecenderungan menurun meski masih tetap tumbuh, dimana tingkat pertumbuhan
pendapatan tidak proporsional dibanding pertumbuhan pelanggan. Tingkat
pertumbuhan pelanggan seluler regional Jateng & DIY untuk periode 2008-2010
adalah sebesar 32,23% pada tahun 2008, 28,47% pada tahun 2009, dan 15,31 %
pada tahun 2010, sementara pertumbuhan pendapatan seluler regional Jateng &
DIY pada periode yang sama adalah sebesar 9,67% untuk tahun 2008, 6,73%
untuk tahun 2009, dan 2,21 % untuk tahun 2010. Tingkat pencapaian
pertumbuhan pelanggan dan pendapatan seluler memilki fenomena yang menarik,
karena jika dilihat dari penetapan dan pencapaian target yang ditetapkan oleh PT.
Telkom Divre IV pada tahun 2010, tingkat pertumbuhan pelanggan/sales growth
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 3
seluler telah memenuhi target yang ditetapkan oleh perusahaan, akan tetapi dari
sisi pertumbuhan pendapatan yang telah dicapai pada periode 2010 masih belum
dapat mencapai target yang ditetapkan oleh perusahaan. Apabila pada tahun 2009
untuk meningkatkan jumlah pendapatan sebesar 1% dibutuhkan pertumbuhan
jumlah pelanggan sebesar 4,23 %, maka untuk periode tahun 2010 untuk
meningkatkan jumlah pendapatan sebesar 1% dibutuhkan pertumbuhan jumlah
pelanggan yang lebih besar dari periode 2009 yakni 7,93%. Hal ini dapat diukur
dari penurunan ARPU bulanan campuran (Average Revenue per User) layanan
seluler dari Rp.80.000 pada tahun 2007 menjadi sekitar Rp.59.000 pada tahun
2008, Rp 48.000 pada tahun 2009 dan Rp 42.000 pada tahun 2010. Penurunan
ARPU justru terjadi di tengah terjadinya peningkatan pengguna layanan seluler
PT. Telkom Divre IV.
Persaingan yang ketat karena semakin banyaknya operator penyedia
layanan yang bermain dan tingginya tingkat penetrasi pasar tindustri
telekomunikasi, telah menjadikan lingkungan persaingan industri telekomunikasi
tergolong lingkungan persaingan yang sangat kompleks dan dinamis/senantiasa
berubah (Kertajaya, 2003). Lingkungan yang tergolong kompleks dan dinamis
diperlukan sebuah upaya perencanaan, perancangan, perumusan dan pemilihan
alternatif strategi yang sesuai dengan kondisi internal perusahaan dan
mempertimbangkan perubahan lingkungan eksternal industri yang terjadi. Pada
perusahaan yang berbentuk multiple bussines unit atau perusahaan yang memiliki
Strategy Business Unit (SBU) majemuk seperti PT. Telekomunikasi Indonesia
Tbk, memerlukan sebuah pendekatan dalam proses merancang serta merumuskan
strategi bersaing tingkat corporate/generic untuk portofolio bisnis yang dimiliki.
Framework model manajemen strategik yang dikembangkan oleh Fred R.
David, merupakan framework model yang akan digunakan dalam perancangan
strategi bersaing Telkom Divre IV Jateng & DIY. Model ini menawarkan sebuat
pendekatan sistematis dan terukur di dalam perencanaan, perumusan dan
pemilihan alternatif strategy tingkat corporate untuk portofolio bisnis yang
dimiliki PT. Telkom Divre IV Jateng & DIY. Selain itu, di dalam framework
model Fred R. David juga mencakup Boston Consulting Group Matrix Analisys.
Boston Consulting Group Matrix Analisys memungkinkan sebuah organisasi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 4
berbentuk multiple business unit untuk mengetahui posisi siklus hidup
keseluruhan portofolio bisnis yang dimiliki, dilihat berdasarkan tingkat pangsa
pasar dan tingkat pertumbuhan relatif industri (Fred, 2000). Tingkat pangsa pasar
dan tingkat pertumbuhan relatif industri dalam matriks BCG terbagi ke dalam 4
kuadran yakni Question Marks, Stars, Cash Cows, dan Dogs. Masing-masing
kuadran tersebut menggambarkan posisi portofolio bisnis milik perusahaan yang
dilihat melalui tingkat pangsa pasar dan tingkat pertumbuhan industri dari masing-
masing portofolio bisnis. Dalam penelitian ini, matrix BCG digunakan untuk
melihat posisi keseluruhan portofolio bisnis milik PT. Telkom Divre IV Jateng &
DIY, untuk kemudian penelitian difokuskan untuk mengevaluasi, merancang,
merumuskan dan memilih alternatif strategi bersaing untuk portofolio bisnis yang
memiliki pangsa pasar yang tinggi, serta berada dalam industri yang pertumbuhan
industri relatifnya juga tinggi (stars diagram).
Tahapan di dalam Framework Model perencanaan dan perancangan
strategi bersaing Fred R. David dibagi menjadi tiga tahap, yakni: input stage,
matching stage, dan decision stage. Input stage merupakan tahap pengumpulan
informasi yang relevan. Pada tahap ini seluruh informasi yang telah dikelompokan
menjadi faktor kunci keberhasilan internal dan faktor keberhasilan eksternal
dikumpulkan, untuk kemudian dievaluasi menggunakan internal factor evaluation
matrix (IFE) dan external factor evaluation matrix (EFE). Matching Stage
merupakan tahap perumusan dan pembangkitan alternatif strategi. Pada tahap ini
dirumuskan beberapa alternatif strategi bersaing berdasarkan informasi yang telah
dievaluasi pada tahap input stage. Tools yang digunakan dalam membangkitkan
dan merumuskan alternatif strategi pada tahap matching stage adalah Space
Matrix, I-E Matrix, Grand Strategy Matrix, TOWS Diagram dan Grand Strategy
Matrix. Matching stage merupakan tahap pengambilan keputusan berdasarkan
beberapa alternatif strategi tingkat corporate yang telah dirumuskan.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yanatg telah dipaparkan, perumusan masalah
yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana merancang, merumuskan
dan memilih alternatif strategi bersaing tingkat corporate untuk portofolio bisnis
yang dimiliki PT. Telkom Divre IV Jateng dan DIY.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 5
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merancang, merumuskan dan
memilih alternatif strategi bersaing untuk portofolio bisnis yang dimiliki PT.
Telkom Divre IV Jawa Tengah dan DIY, dengan menggunakan pendekatan
analisa portofolio bisnis metode BCG matrix di dalam memilih portofolio bisnis
yag strateginya akan dirancang. Untuk mencapai tujuan tersebut, ditetapkan
tujuan khusus sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi market share dan tingkat pertumbuhan relatif industri
telekomunikasi untuk setiap produk/portofolio bisnis PT. Telkom Divre IV
Jateng & DIY, menggunakan metode pendekatan analisa portofolio bisnis
BCG matrix di dalam memilih portofolio bisnis yang strateginya akan
dirancang.
2. Mengidentifikasi peluang pertumbuhan, ancaman pertumbuhan, serta
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki unit portofolio bisnis PT. Telkom
Divre IV Jateng & DIY.
3. Merancang, merumuskan dan memilih alternatif strategi utama yang
sesuai untuk diemplementasikan PT. Telkom Divre IV Jateng & DIY
dengan menggunakan QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix).
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui portofolio bisnis unggulan milik PT. Telkom Divre IV Jateng
& DIY.
2. Memberikan gambaran mengenai peluang, ancaman, serta kekuatan dan
kelemahan dari portofolio bisnis terpilih yang dimiliki PT. Telkom Divre
IV Jateng & DIY.
3. Memberikan rekomendasi alternatif strategi bersaing tingkat corporate
yang dapat dikembangkan perusahaan menjadi strategi tingkat bisnis dan
fungsional/divisi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 6
1.5 Batasan Masalah
Agar bahasan pada penelitian tetap berfokus pada rumusan dan tujuan
masalah yang telah ditetapkan maka ditetapkan beberapa batasan masalah, antara
lain:
1. Portofolio bisnis terpilih pada matrix BCG merupakan portofolio bisnis
yang memiliki beberapa kriteria sebagai berikut :
a. Portofolio bisnis terpilih merupakan portofolio bisnis yang berada
dalam kuadran stars matrix BCG.
b. Portofolio bisnis terpilih merupakan portofolio bisnis yang mampu
memberikan kontribusi yang relative besar terhadap pendapatan
konsolidasi perusahaan.
c. Tingkat penetrasi pasar menjadi bahan pertimbangan dalam
menentukan portofolio bisnis terpilih, portofolio bisnis yang memiliki
tingkat penetrasi pasar di bawah 60% lah yang merupakan portofolio
bisnis terpilih yang akan dirancang serta dirumuskan strategi bersaing.
Menurut Ken Zita (2010), Indonesia yang masuk dalam kategori
negara berkembang, angka penetrasi pasar 60% sudah dianggap
optimal untuk menuju titik puncak jenuh.
d. Portofolio bisnis terpilih merupakan portofolio bisnis yang memiliki
tingkat pemanfaatan jaringan di bawah 85 %. Karena menurut PT.
Telkom Divre IV Jateng & DIY angka pemanfaatan jaringan di atas
85% termasuk pemanfaatan jaringan yang tergolong tinggi. Dan dalam
beberapa modul akan mempengaruhi kualitas layanan di dalam
melakukan panggilan.
2. Perancangan, formulasi, serta perumusan strategi bersaing hanya
dilakukan sampai pada strategi bersaing tingkat corporate.
3. Grand Strategy Matrix tidak digunakan dalam penelitian ini, karena
pendekatan dalam perumusan alternatif strategi menggunakan tools ini
lebih pada strategi umum perusahaan (keseluruhan portofolio bisnis),
bukan mengacu pada portofolio bisnis terpilih.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 7
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan merupakan gambaran umum mengenai tata cara
penyusunan laporan penelitian dan isi pokok dari laporan penelitian. Sistematika
penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan
masalah, asumsi, serta sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi teori-teori dasar yang diperlukan sebagai
penunjang dan pedoman di dalam melakan penelitian.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menjelaskan metode penelitian yang berupa
langkah-langkah dalam melakukan perancangan strategi
bersaing PT. Telkom Divre IV Jateng & DIY serta
penjelasan mengenai cara pengumpulan dan pengolahan
data untuk masing-masing langkah.
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Bab ini menjabarkan mengenai metode yang digunakan
dalam pengumpulan dan pengolahan data dalam merancang
strategi bersaing yang sesuai untuk diimplementasikan PT.
Telkom Divre IV Jateng & DIY. Tahap-tahap dalam
melakukan pengumpulan dan pengolahan data tersebut
antara lain: identifikasi market share serta growth share,
tahap penentuan portofolio bisnis terpilih, identifikasi
atribut yang digunakan dalam kuesioner awal serta
kuesioner utama, identifikasi faktor kunci kekuatan,
kelemahan, peluang serta ancaman yang dimiliki, penentuan
bobot rating score faktor penentu kekuatan, kelemahan,
peluang serta ancaman, mapping faktor kunci penentu
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman kedalam matrix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 8
TOWS serta rekomendasi alternatif strategi generic/utama
yang sesuai.
BAB V ANALISIS
Bab ini berisi uraian analisis dan interpretasi terhadap
pengumpulan dan pengolahan data yang telah dilakukan
pada Bab IV. Bab ini juga membahas mengenai alternatif
strategi Strength-Threat, Strength-Opportunities,
Weaknesses-Threat, dan Weaknesses-Opportunities pada
level tingkatan strategi bisnis berdasarkan rekomentasi
alternatif strategi generic/utama dalam Bab IV. Strategi
bisnis dirumuskan berdasarkan strategi utama yang telah
dipilih menggunakan Quantitative Strategic planning
Matrix untuk mendapatkan strategi bisnis terpilih.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan akhir dari proses perancangan
serta perumusan strategi di PT. Telkom Divre IV Jateng &
DIY serta saran perbaikan untuk penelitian lebih lanjut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi teori-teori dasar yang diperlukan sebagai penunjang dan
pedoman di dalam melakukan penelitian.
2.1 Gambaran Umum Perusahaan
2.1.1 Profil PT. Telekomunikasi Indonesia. Tbk
PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk adalah Suatu Badan Milik Negara
(BUMN) yang bergerak dalam bidang jasa Telekomunikasi. PT. Telekomunikasi
Indonesia Tbk menyediakan sarana dan jasa layanan Telekomunikasi dan
informasi kepada masyarakat luas sampai kepelosok daerah di seluruh Indonesia.
Sejarah PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk di Indonesia pertama kali berawal dari
sebuah badan usaha swasta penyediaan layanan pos dan telegrap yang didirikan
kolonial Belanda pada tahun 1882. Pada tahun 1905 pemerintah kolonial Belanda
mendirikan perusahaan Telekomunikasi sebanyak tiga puluh delapan perusahaan.
Kemudian Pada tahun 1906 pemerintah Hindia Belanda membentuk suatu jawatan
Pos, Telegrap dan Telepon (Post, Telegraph en Telephone Dienst/ PTT).
Pada tahun 1961, status jawatan diubah menjadi perusahaan Negara Pos
dan Telekomunikasi (PN Postel). Kemudian pada tahun 1965 pemerintah
memisahkannya menjadi perusahan Negara Pos dan Giro (PN Pos dan Giro) dan
perusahaan Negara Telekomunikasi (PN Telekomunikasi).
Pada tahun 1974, Perusahaan Negara Telekomunikasi disesuaikan
menjadi perusahaan Umum Telekomunikasi (PERUMTEL) yang
menyelenggarakan jasa Telekomunikasi Nasional dan Internasional.
Pada tahun 1980, Indonesia mendirikan suatu badan usaha untuk jasa
Telekomunikasi Internasional yang bernama PT. Indonesian Satelite Corporation
(INDOSAT) yang terpisah dari PERUMTEL.
Pada tahun 1989, pemerintah Indonesia mengeluarkan UU No.3/ 1989
mengenai Telekomunikasi, yang isinya tentang peran swasta dalam
penyelenggaraan Telekomunikasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 2
Pada tahun 1991, PERUMTEL berubah bentuk menjadi perusahaan
perseroan (Persero) Telekomunikasi Indonesia berdasarkan PP No.25/ 1991
sampai sekarang. Perubahan di lingkungan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk
terus berlanjut mulai dari perusahan jawatan sampai perusahaan public.
Perubahan-perubahan besar terjadi pada tahun 1995 meliputi (1) Restrukturisasi
Internal; (2) Kerjasama Internal; (3) Intial Publik Offering (IPO).
Jenis usaha PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk adalah penyelenggara jasa
Telekomunikasi dalam negeri dan bidang usaha terkait seperti jasa sistem Telepon
Bergerak (STBS) sirkuit pelanggan, teleks, penyewaan transpoder satelit, VSAT
(Verry Small Apenture Terminal) dan jasa nilai tambah tertentu.
Pada tanggal 1 Juli 1995 organisasi PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk
berhasil menrekstruktur jenis jasa Telekomunikasi menjadi tujuh divisi regional
dan satu divisi network yang keduanya mengelola bidang usaha utama. Divisi
regional sebagai pengganti struktur WITEL yang memiliki daerah teritorial
tertentu, namun hanya menyelenggarakan jasa telepon lokal dan mendapat bagian
dari jasa SLJJ dan SLI. Divisi network menyelenggarakan jasa Telekomunikasi
jarak jauh.
Unit-unit bisnis PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk Tbk terdiri dari Divisi,
Centre, Yayasan dan Anak Perusahaan. Adapun divisi yang tersedia di perusahaan
yaitu:
1. Divisi Long Distance
2. Carrier dan Interconnection Service
3. Divisi Multimedia
4. Divisi Fixed Wireless Network
5. Enterprise Service
6. Divisi Regional I Sumatera
7. Divisi Regional II Jakarta
8. Divisi Regional III Jawa Barat
9. Divisi Regional IV Jawa Tengah dan Yogyakarta
10. Divisi Regional V- Jawa Timur
11. Divisi Regional VI - Kalimantan
12. Divisi Regional VII Kawasan Timur Indonesia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 3
13. Maintenance Service Centre
14. Training Centre
15. Carrier Development Support Centre
16. Management Consulting Centre
17. Construction Centre
18. I/ S Centre
19. R and D Centre
20. Community Development Centre (CDC)
Adapun yayasan yang dimiliki PT. TELKOM yaitu :
1. Dana Pensiun (Dapentel)
2. Yayasan Pendidikan PT. TELKOM Indonesia, Tbk.
3. Yayasan Kesehatan
4. Yayasan Sandhykara Putra TELKOM (YSPT)
Adapun anak perusahaan yang dimiliki PT. TELKOM yaitu:
a. Kepemilikan > 50%
1. PT. Telekomunikasi Seluler (Telkomsel) : Telekomunikasi (Seluler
GSM) (baru)
2. PT. Dayamitra Telekomunikasi (Dayamitra) : Telekomunikasi (KSO-VI
Kalimantan)
3. PT. Infomedia Nusantara (Infomedia) : Layanan Informasi (baru)
4. PT. AriWest International (AriaWest) : Telekomunikasi Telepon Tetap
(KSO-III Jawa Barat dan Banten)
5. PT. Pramindo Ikat Nusantara (Pramindo) : Telekomunikasi Telepon
Tetap (KSO-I Sumatera)
6. PT. Multimedia Nusantara (Metra) : Multimedia, pay special TV
7. PT. Napsindo Primatel International (Napsindo) : Network Access Point
8. PT. Indonusa Telemedia (Indonusa) : TV Cable (baru)
9. PT. Graha Sarana Duta (GSD) : Properti, Konstruksi dan Jasa (baru)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 4
b. Kepemilikan 20% - 50%.
1. PT. Patra Komunikasi Indonesia (Patrakom) : Layanan VSAT
2. PT. Cita Sari Makmur (CSM) : VSAT dan layanan Telekomunikasi
lainnya
3. PT. Pasifik Satelit Nusantara (PSN) : Transponder Satelit dan
Komunikasi
c. Kepemilikan < 20%
1. PT. Mandara Seluler Indonesia (MSI) : Layanan NMT Seluler dan
CDMA
2. PT. Batam Bintan Telekomunikasi (Babintel) Telepon Tetap di Batam
dan Pulau Bintan
3. PT. Pembangunan Telekomunikasi Indonesia (Bangtelindo) :
Pengelolaan Jaringan dan Peralatan Telekomunikasi
Divisi Multimedia dan Divisi Pembangunan ditetapkan 31 Dsember 1996
berdasarkan keputusan direksi PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. Seiring dengan
diberlakukannya pasar bebas maka PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk
membentuk kerja sama dengan para investor dan operator kelas dunia yang
disebut dengan Pola Kerja Sama Operasi (KSO).
Tujuan dibentuknya KSO adalah :
1. Mempercepat pembangunan Telekomunikasi untuk kurun waktu IV,
karena pendanaan disediakan oleh mitra KSO.
2. Memperoleh ahli teknologi kelas dunia yang bergabung dalam mitra
KSO.
3. Meningkatkan kemampuan berkompetensi dalam era pasar bebas.
Berdasarkan undang-undang No. 36/1999, yang mengatur tentang jasa
layanan telekomunikasi, dimana terjadi perubahan pasar, dari semula pasar
monopoli (dahulu PT. Telkom) kini menjadi non-monopoli / pasar bebas
(pasar persaingan sempurna). Hal tersebut membuat PT. Telekomunikasi
Indonesia Tbk sebagai Incumbent (Operator dominan/operator penyelenggara
jaringan telekomunikasi pertama kali) tidak lagi menguasai pasar sepenuhnya,
melainkan harus mampu bersaing dengan operator penyelenggara jasa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 5
telekomunikasi lainnya di Indonesia, dan mempersiapkan diri menghadapi
operator asing yang akan masuk. Selain adanya perubahan sifat pasar, setiap
penyelenggara jaringan telekomunikasi juga dituntut untuk dapat memberikan
layanan yang terbaik bagi konsumen jasa telekomunikasi (berdasarkan Undang-
Undang No. 8/1999 tentang perlindungan konsumen).
Pada tahun PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk membeli 35% saham PT.
Telkomsel dari PT. Indosat sebagai bagian dari implementasi retrukturisasi
industri jasa telekomunikasi di Indonesia, yang ditandai dengan
pengahapusan kepemilikan bersama dan kepemilikan silang antara PT.
Telekomunikasi Indonesia Tbk dengan PT. Indosat. Dengan 10 transaksi ini, PT.
Telkom menguasai 72,72% saham PT. Telkomsel. PT Telkom membeli 90,32%
saham PT. Dayamitra dan mengkonsolidasikan laporan keuangan PT.
Dayamitra ke dalam laporan keuangan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk.
Pada tahun 2002 PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk membeli seluruh
saham PT. Pramindo melalui 3 tahap, yaitu 30% saham pada saat
ditandatanganinya perjanjian jual beli pada tanggal 15 Agustus 2002, 15% pada
tanggal 30 September 2003 dan sisanya 55% saham pada tanggal 31 Desember
2004. PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk menjual 12,72% saham PT. Telkomsel
kepada PT. Singapore Telecom, dan dengan demikian PT. Telkom memilik 60%
saham PT. Telkomsel. sejak Agustus 2002 terjadi duapoli penyelenggaraan
telekomunikasi lokal.
Memasuki tahun 2003, PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk menjadi
FNSP (Full Network and Service Provider), dan juga mulai digelar kompetisi
dengan format duopoli (PT. Telkom versus PT. Indosat). Semula layanan yang
disajikan hanya POTS (Plain, Ordinary Telephone Service), dan sekarang
lebih dititik beratkan pada pengembangan PMM (Phone, Mobile, and
Multimedia).
Saham Telkom per 31 Desember 2006 dimiliki oleh pemerintah Indonesia
(51,19%) dan pemegang saham politik (48,81%), yang terdiri dari investor asing
(45,54%) dan Investor lokal (3,27%). Sementara itu harga saham PT.
Telekomunikasi Indonesia Tbk di Bursa Efek Jakarta selama tahun 2006 telah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 6
menigkat sebesar 71,2% dari Rp. 5.900,- menjadi Rp. 10.000,- Kapitalisasi
pasar saham Telkom pada akhir 2006 sebesar USD $ 22,6 Miliar.
Dengan pencapaian dan pengakuan yang diperoleh PT. Telekomunikasi
Indonesia Tbk, penguasaan pasar untuk setiap portofolio bisnisnya, kuatnya
kinerja keuangan, serta potensi pertumbuhan dimasa mendatang, saat ini
Telkom menjadi korporasi terbaik di Indonesia. Dalam era baru ini PT. Telkom
harus menyusun sendiri strategi baru yang akan dijalankan oleh manajemen PT.
Telkom bersama seluruh jajarannya.
2.1.2 Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan
Adapun Visi PT. TELKOM yaitu:
1. To become a leading InfoCom player in the region
PT. TELKOM Indonesia, Tbk berusaha untuk menempatkan diri sebagai
perusahaan InfoCom terkemuka di kawasan Asia Tenggara, Asia dan
akan berlanjut ke kawasan Asia Pasifik.
2. To be dominant infoCom player in the region and having strong brand
equit artinya menjadi penyedia layanan infocom yang paling dominant di
Indonesia dan menjadi atau penyampai brand di bidang jasa
Telekomunikasi.
2.2 Manajemen Strategik
2.2.1 Pengertian Manajemen Strategik
Menurut Zainal (2006), strategi adalah rencana jangka panjang dengan
diikuti tindakan-tindakan yang ditujukan untuk mencapai tujuan tertentu, yang
Pengertian strategi menurut Jauch (2003), adalah Rencana yang disatukan,
luas dan berintegrasi yang menghubungkan keunggulan strategis perusahaan
dengan tantangan lingkungan, yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan
utama dari perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh
organisasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 7
Menurut Robinson (2001), pengertian strategi secara umum adalah proses
penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka
panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau tindakan yang bersifat
incremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus, serta dilakukan
berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di
masa depan. Dengan demikian, strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat
terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi
pasar yang baru dan perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti (core
competencies). Perusahaan perlu mencari kompetensi inti di dalam bisnis yang
dilakukan.
Manajemen strategis merupakan proses atau rangkaian kegiatan
pengambilan keputusan yang bersifat mendasar dan menyeluruh, disertai
penetapan cara melaksanakannya, yang dibuat oleh pimpinan dan
diimplementasikan oleh seluruh jajaran di dalam suatu organisasi, untuk mencapai
tujuan (Arikuntol: 1985).
Pengertian manajemen strategik menurut beberapa ahli yaitu :
1. Menurut Robinson (1997), dikatakan bahwa manajemen strategik adalah
kumpulan dan tindakan yang menghasilkan perumusan (formulasi) dan
pelaksanaan (implementasi) rencana-rencana yang dirancang untuk
mencapai sasaran-sasaran organisasi.
2. Menurut Nawawi (2001), adalah perencanaan berskala besar (disebut
perencanaan strategi) yang berorientasi pada jangkauan masa depan yang
jauh (disebut visi), dan ditetapkan sebagai keputusan pimpinan tertinggi
(keputusan yang bersifat mendasar dan prinsipil), agar memungkinkan
organisasi berinteraksi secara efektif (disebut misi), dalam usaha
menghasilkan sesuatu (perencanaan operaional untuk menghasilkan
barang dan atau jasa serta pelayanan) yang berkualitas, dengan diarahkan
pada optimalisasi pencapaian tujuan (disebut strategis) dan berbagai
sasaran (tujuan operasional) organsasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 8
3. David (2006), managemen strategik dapat didefinisikan sebagai ilmu
untuk memformulasikan, mengimplementasikan dan mengevaluasi
keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi dapat mencapai
tujuannya.
4. Menurut Glueck (1988), manajemen strategik adalah sejumlah keputusan
dan tindakan manajerian yang menentukan kinerja perusahaan dalam
jangka panjang.
Dari beberapa definisi mengenai manajemen strategik diatas, dapat
diketahui bahwa pada dasarnya manajemen strategik merupakan proses
berkesinambungan dan merupakan kegiatan yang berurutan dan harus dilakukan
terus menerus dengan alas an bahwa strategi memerlukan peninjauan ulang
sebagai akibat dari perubahan lingkungan organisasi atau perusahaan yang terus
menerus berubah. Inti dari manajemen strategik adalah mengamati dan
mempelajari lebih mendalam mengapa suatu organisasi atau perusahaan lebih
unggul dari perusahaan yang lain. Menurut Freedman (2004), hal ini berarti
bahwa manajemen strategik harus menjawab beberapa pertanyaan diantaranya:
1. Bagaimana suatu organisasi atau perusahaan harus bersaing dalam
rangka menciptakan keunggulan bersaing di pasar.
2. Bagaimana caranya suatu organisasi atau perusahaan mempertahankan
sebuah keunggulan bersaing yang berkesinambungan, dan bukan hanya
bersifat sementara.
Menurut Supratikno (2003), inti dari manajemen strategik adalah
membicarakan dan membahas keadaan yang sedang berlangsung untuk
mengantisipasi perubahan yang mungkin terjadi terhadap masa depat perusahaan
atau organisasi, yang mencakup aspek aspek diantaranya:
1. Analisa sumber daya dan kapabilitas internal perusahaan atau
organisasi.
2. Analisa peluang peluang dan ancaman-ancaman lingkungan.
3. Penetapan ruang lingkup aktivitas-aktivitas perusahaan atau organisasi.
4. Merumuskan dan mengkomunikasikan visi, misi, dan tujuan strategik
perusahaan atau organisasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 9
2.2.2 Manfaat Manajemen Strategik
Menurut Umar (2001), manajemen strategik bermanfat untuk menyediakan
mekanisme analisa dalam membantu perusahaan mencapai sasaran jangka pendek
maupun jangka panjang, sehingga memungkinkan perusahaan proaktif
membentuk masa depannya.
Menurut Raksohadiprojo (2003), manajemen strategik bermanfaat untuk
membantu organisasi atau perusahaan memformulasikan strategi yang lebih baik
dengan menggunakan pendekatan yang lebih sistematis, logis dan rasional unttuk
memilih alternatif strategi.
Menurut David (2006), penelitian telah mengindikasikan bahwa organisasi
yang menggunakan konsep manajemen strategik lebih menguntungkan dan lebih
berhasil dibandingkan dengan organisasi lain yang tidak menggunakannya. Lebih
lajut dijelaskan bahwa bisnis yang menggunakan konsep manajemen strategik
menunjukkan perbaikan signifikan dalam penualan, profitabilitas dan
produktivitas dibandingkan dengan perusahaan tanpa aktivitas perencanaan yang
sistematis.
Greenley (2006), menyatakan bahwa manajemen strategik memberikan
manfaat sebagai berikut:
1. Memungkinkan untuk identifikasi, penentuan prioritas dan eksploitasi
peluang.
2. Memungkinkan alokasi waktu dan sumber daya yang lebih efektif untuk
pendekatan peluang yang lebih terindentifikasi.
3. Memungkinkan alokasi sumber daya dan waktu yang lebih sedikit untuk
mengevaluasi keputusan yang salah atau tidak terencana.
4. Menyediakan pendekatan yang sistematis dan terintegrasi untuk
menghadapi ancaman dan peluang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 10
2.2.3 Tahapan dalam Manajemen Strategik
Menurut Kuncoro (2006), proses manajemen strategik meluputi sejumlah
tahapan yang saling berkaita dan berurutan. Tahapan dalam proses manajemen
strategik tersebut terdiri atas empat tahap yakni:
1. Evaluasi strategi yang diimplementasikan saat ini.
2. Analisa situasi (lingkungan eksternal dan internal)
3. Formulasi strategi
4. Implementasi strategi
5. Evaluasi strategi.
Sementara menurut David (2006), proses manajemen strategik terdiri atas 3
tahap, yakni:
1. Formulasi strategi, meliputi : Pengembangan visi, misi dan tujuan,
mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal perusahaan,
menentukan kekuatan dan kelemahan internal perusahaan, menetapkan
tujuan jangka panjang perusahaan, merumuskan alternatif strategi dan
memilih strategi tertentu yang dilaksanakan.
2. Impelemtasi strategi, adalah proses bagaimana melaksanakan strategi
yang telah diformulasikan yakni : menetapkan tujuan tahunan, membuat
kebijakan, memotivasi karyawan dan mengalokasikan sumber daya
sehingga strategi yang telah diformulasikan dijalankan.
3. Evaluasi strategi, adalah tahap terakhir dalam manajemen strategik
yang merupakan alat utama untuk mendapatkan informasi sebagai alat
untuk: meninjau ulang faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar
strategi saat ini, mengukur kinerja dan melakukan tindakan korektif jika
terjadi ketidak sesuaian atau perubahan lingkungan bisnis.
Untuk perusahaan besar atau perusahaan yang bergerak di dalam multiple
business unit, ketiga tahapan tersebut akan terlihat jelas pemisahannya di tingkat
korporat, divisional atau unit bisnis dan fungsionalnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 11
2.2.4 Model Manajemen Strategi
Menurut Marzuki (2005), pimpinan suatu organisasi, setiap hari berusaha
mencari kesesuaian antaravkekuatan-kekuatan internal perusahaaan dan kekuatan-
kekuatan eksternal (peluang dan ancaman) suatu pasar. Kegiatannya meliputi
pegamatan secara hati-hati persaingan, peraturan, tingkat inflansi, siklus bisnis,
keinginan dan harapankonsumen, serta faktor-faktor lain yang dapat
mengidentisifikasi peluang danvancaman.
Menurut Morrison (1996), suatu perusahaan dapat mengembangkan strategi
untuk mengatasi ancaman eksternal dan merebut peluang yang ada. Proses
analisis, perumusan dan evaluasi strategi-strategi itu disebut perencanaan
strategis. Tujuan utama perencanaan strategis adalah agar perusahaan dapat
melihat secara objektif kondisi-kondisi internal dan eksternal. Untuk membahas
suatu perencanaan strategis hendaknya kita mengacu pada model manajemen
Strategis agar pembahasannya terfokus.
Berikut ini ada satu macam model perencanaan strategis; yaitu Model dari
Fred R. David yang digunakan dalam penelitian ini. Model manajemen strategis
dari Fred R. David yang seperti yang terdapat pada Gambar 2-1.
Gambar 2.1. Kerangka Model Manajemen Strategi Fred R. David
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 12
Tahap 1 dari kerangka kerja perumusan strategi ini terdiri dari tiga macam
matrix, yaitu EFAS Matrix dan IFAS Matrix. Kedua matriks ini disebut juga
sebagai Input Stage, karena ia bertugas menyimpulkan informasi dasar yang
diperlukan untuk merumuskan strategi-strategi
Tahap 2, disebut sebagai Matching Stage, berfokus pada pembangkitan
strategi-strategi alternatif yang dapat dilaksanakan melalui penggabungan factor
eksternal dan internal yang utama. Teknik pada Tahap 2 ini mencakup SWOT
Matrix dan Internal-External (IE) Matrix.
Tahap 3, disebut sebagai decision stage, hanya terdiri dari satu teknik yaitu
Quantitative Strategic Planning Mnativeatrix. QSPM ini menggunakan input
informasi dari tahap 1 untuk mengevaluasikan secara objektif strategi-strategi
alternatif hasil dari tahap 2 yang dapat diimplementasikan sehingga ia
memberikan suatu basis objektif bagi pemilihan strategi-strategi yang paling tepat.
2.2.5 Tahapan Dalam Model Manajemen Strategi
Input Stage
1. External Factor Evaluation Matrix
Menurut Pearce (1996), External Factor Evaluation Matrix merupakan
matrix yang digunakan untuk mengevaluasi dan mengukur faktor-faktor eksternal
yang menentukan keberhasilan bersaing suatu perusahaan. Sub-atribut faktor
kunci penentu keberhasilan yang telah terklasifikasi sebagai peluang
(opportunities) serta ancaman (thread) dikumpulkan untuk kemudian diukur
menggunakan external factor evaluation matrix. Faktor lingkungan eksternal
tersebut meliputi ekonomi, sosial, teknologi, politik, dan persaingan.
Berikut ini adalah cara-cara penentuan Faktor Strategis Eksternal (EFAS).
sampai dengan 10 peluang dan ancaman).
Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat
penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Faktor-faktor tersebut
kemungkinan dapat memberikan dampak terhadap faktor strategis.
Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan
memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor)
berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 13
bersangkutan. Pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif
(peluang yang semakin besar diberi rating +4, tetapi jika peluangnya kecil,
diberi rating +1). Misalnya, jika nilai ancamannya sedikit ratingnya 4.
pada kolom 3, untuk memperoleh
faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk
masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding)
sampai dengan 1,0 (poor).
), untuk memperoleh total skor
pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan
bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis
eksternalnya.
Tabel 2.1. Matrix EFE (External Factor Evaluation)
Kolom 1 Kolom 2 Kolom 3 Kolom 4 Sub-atribut faktor penentu
keberhasilan Weight Rating Weighted Score
Tulis Sub-Atribut Faktor Kunci Penentu Kekuatan
Tulis Sub-Atribut Faktor Kunci Penentu Kelemahan
Total Weighted Score 1,0
2. Internal Factor Evaluation Matrix
Menurut Rampersad (2003), Internal Factor Evaluation Matrix merupakan
alat perumusan strategi yang meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan
kelemahan utama dalam area-area fungsional bisnis, dan juga menjadi landasan
untuk mengidentifikasi serta mengevaluasi hubungan di antara area tersebut.
Untuk membuat matrik faktor strategi internal tersebut, terlebih dahulu harus
melalui beberapa tahapan. Adapun tahapan pembuatan matrik IFE (Internal
Factor Evaluation) adalah sebagai berikut :
sub-atribut faktor kunci penentu keberhasilan yang menjadi
kekuatan serta kelemahan perusahaan dalam kolom 1.
Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0 (paling
penting) sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh faktor-faktor
tersebut terhadap posisi strategis perusahaan. Semua bobot tersebut
jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1 ,0.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 14
Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan
memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor),
berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang
bersangkutan. Variabel yang bersifat positif (semua variabel yang masuk
kategori kekuatan) diberi nilai mulai dari +1 sampai dengan +4 (sangat baik)
dengan membandingkannya dengan rata-rata industri atau dengan pesaing
utama. Sedangkan variabel yang bersifat negatif, kebalikannya. Contohnya,
jika kelemahan perusahaan besar sekali dibandingkan dengan rata-rata
industri, nilainya adalah 1, sedangkan jika kelemahan perusahaan di bawah
rata-rata industri, nilainya adalah 4.
pada kolom 3, untuk memperoleh
faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk
masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding)
sampai dengan 1,0 (poor).
), untuk memperoleh total skor
pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan
bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap sub-atribut faktor kunci
penenti keberhasilan internalnya. Hasil akhir berupa skor bobot total di
bawah 2,5 mencirikan organisasi yang lemah secara internal, sedangkan skor
di atas 2,5 menngindikasikan posisi internal yang kuat. Jumlah faktor, antara
10 sampai 20, tidak memengaruhi kisaran skor bobot total karena bobot
selalu berjumlah 1,0. Ketika suatu faktor internal merupakan kekuatan
sekaligus kelemahan organisasi, faktor ituharus dimasukkan dua kali dalam
IFE Matrix. Bobot serta peringkat pun harus dinerikan pada masing-masing
faktor.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 15
Tabel 2.2. Matrix IFE (Internal Factor Evaluation)
Kolom 1 Kolom 2 Kolom 3 Kolom 4 Sub-atribut faktor penentu
keberhasilan Weight Rating Weighted Score
Tulis Sub-Atribut Faktor Kunci Penentu Kekuatan
Tulis Sub-Atribut Faktor Kunci Penentu Kelemahan
Total Weighted Score 1,0
Matching Stage
1. SWOT Matrix
Menurut David (2006), TOWS Matrix terdiri empat sel untuk key success
factors, empat sel untuk strategi, dan satu sel yang selalu kosong (terletak di
sebelah kiri atas).
Gambar 2.2. SWOT Matrix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 16
Menurut David (2006), ada delapan langkah untuk membuat TOWS
Matrix:
1. Tuliskan peluang eksternal kunci perusahaan
2. Tuliskan ancaman eksternal kunci perusahaan.
3. Tulisan kekuatan internal kunci perusahaan
4. Tuliskan kelemahan internal kunci perusahaan
5. Cocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal, dan catat hasil
strategi S-O.
6. Cocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal, dan catat hasil
strategi W-O.
7. Cocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal, dan catat hasil
strategi S-T.
8. Cocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal, dan catat hasil
strategi W-T.
Tujuan dari masing-masing pencocokkan faktor kunci internal yang
merupakan kekuatan dan kelemahan, serta faktor kunci eksternal yang merupakan
faktor kunci peluang dan ancaman adalah untuk menghasilkan alternatif strategi
bersaing tingkat bisnis yang layak, bukan untuk memilih strategi terbaik. Tidak
semua strategi yang dikembangkan dalam TOWS Matrix akan dipilih untuk
diimplementasikan.
2. Boston Consulting Group (BCG) Matrix
Menurut Jogiyanto (2005), mettode BCG matrik adalah sebuah
perencanaan portofolio model yang dikembangkan oleh Bruce Henderson dari
Boston Consulting Group pada tahun 1970 awal. Hal ini didasarkan pada
pengamatan bahwa unit bisnis perusahaan dapat diklasifikasikan ke dalam empat
kategori berdasarkan kombinasi dari pertumbuhan pasar dan pangsa pasar relatif
-
pertumbuhan berfungsi sebagai proxy untuk daya tarik industri, dan pangsa pasar
relatif berfungsi sebagai proxy untuk keunggulan kompetitif. Pertumbuhan-saham
matriks sehingga peta posisi unit bisnis dalam dua faktor penentu penting dari
profitabilitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 17
Menurut Wahyudi (1996), erangka kerja ini mengasumsikan bahwa
peningkatan pangsa pasar relatif akan menghasilkan peningkatan generasi kas.
Asumsi ini sering benar karena kurva pengalaman; meningkatkan pangsa pasar
relatif menyiratkan bahwa perusahaan bergerak maju pada kurva pengalaman
relatif terhadap pesaingnya, dengan demikian mengembangkan keunggulan biaya.
Asumsi kedua adalah bahwa pasar yang berkembang membutuhkan investasi
dalam aktiva untuk meningkatkan kapasitas dan demikian hasil dalam konsumsi
kas. Dengan demikian posisi bisnis pada saham-pertumbuhan matriks
memberikan indikasi generasi kas dan konsumsi kas.
Menurut Usmara (2003), uang yang diperlukan oleh unit bisnis yang
berkembang pesat dapat diperoleh dari unit lain perusahaan bisnis yang pada
tahap lebih dewasa dan menghasilkan kas yang signifikan. Dengan investasi untuk
menjadi pemimpin pangsa pasar di pasar yang berkembang pesat, unit bisnis bisa
bergerak sepanjang kurva pengalaman dan mengembangkan keunggulan biaya.
Dari alasan ini, BCG Growth-Share Matrix lahir.
Gambar 2.3. Boston Consulting Group Matrix
Empat kategori tersebut adalah :
1. Dog (Anjing) Anjing memiliki pangsa pasar rendah dan tingkat
pertumbuhan yang rendah dan dengan demikian tidak menghasilkan atau
mengkonsumsi sejumlah besar uang tunai. Namun, anjing adalah kas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 18
perangkap karena uang diikat dalam bisnis yang kurang potensial. usaha
tersebut adalah kandidat untuk divestasi.
2. Question Mark (Pertanyaan Mark) tanda Pertanyaan yang berkembang
pesat dan dengan demikian mengkonsumsi uang dalam jumlah besar,
tetapi karena mereka memiliki saham pasar yang rendah mereka tidak
menghasilkan uang banyak. Hasilnya adalah konsumsi bersih kas besar.
Sebua
potensi untuk mendapatkan pangsa pasar dan menjadi bintang, dan
akhirnya sapi kas ketika pertumbuhan pasar melambat. Jika tanda tanya
tidak berhasil menjadi pemimpin pasar, mungkin tahun kemudian setelah
konsumsi tunai itu akan berubah menjadi seekor anjing ketika
pertumbuhan pasar menurun. Pertanyaan tanda harus dianalisa dengan
hati-hati untuk menentukan apakah mereka patut investasi yang
dibutuhkan untuk meningkatkan pangsa pasar.
3. Star (Bintang) Bintang menghasilkan uang dalam jumlah besar karena
pangsa pasar yang kuat relatif mereka, tetapi juga mengkonsumsi uang
dalam jumlah besar karena laju pertumbuhan yang tinggi sehingga tunai di
setiap arah sekitar jala keluar. Jika bintang bisa mempertahankan pangsa
pasar yang besar, ia akan menjadi sapi kas ketika penurunan tingkat
pertumbuhan pasar. Portofolio perusahaan terdiversifikasi harus selalu
memiliki bintang-bintang yang akan menjadi sapi perah generasi
berikutnya dan memastikan kas masa depan.
4. Cash Cow (Kas sapi) Sebagai pemimpin di pasar yang matang, sapi kas
menunjukkan laba atas aset yang lebih besar daripada tingkat pertumbuhan
pasar, dan dengan demikian menghasilkan uang lebih dari yang mereka
investasi sebagai kas sesedikit mungkin. sapi Kas memberikan uang tunai
yang diperlukan untuk mengubah tanda tanya menjadi pemimpin pasar,
untuk menutupi biaya administrasi perusahaan, untuk mendanai penelitian
dan pengembangan, untuk layanan utang perusahaan, dan untuk membayar
dividen kepada pemegang saham. Karena sapi kas menghasilkan arus kas
yang relatif stabil, nilainya dapat ditentukan dengan tingkat akurasi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 19
memadai dengan menghitung nilai sekarang dari aliran kas dengan
menggunakan analisis discounted cash flow.
Menurut Rangkuti (2006), berdasarkan model matriks pertumbuhan-
saham, sebagai suatu industri dewasa dan penurunan laju pertumbuhan, sebuah
unit usaha akan menjadi baik sapi tunai atau anjing, ditentukan oleh apakah ia
telah menjadi pemimpin pasar selama periode pertumbuhan yang tinggi.
Meskipun awalnya dikembangkan sebagai model untuk alokasi sumber daya di
antara berbagai unit bisnis di korporasi, pertumbuhan-saham matriks juga dapat
digunakan untuk alokasi sumber daya antara produk-produk dalam suatu unit
usaha. kesederhanaan adalah kekuatan posisi relatif dari seluruh portofolio
bisnis perusahaan dapat ditampilkan dalam satu diagram.
Menurut Thompson (2003), keterbatasan Pertumbuhan-saham matriks
dulu digunakan secara luas, tetapi sejak memudar dari popularitas sebagai model
yang lebih komprehensif yang telah dikembangkan. Beberapa kelemahan adalah:
1. Tingkat pertumbuhan pasar adalah hanya salah satu faktor dalam daya
tarik industri, dan pangsa pasar relatif hanya satu faktor dalam keunggulan
kompetitif. Pertumbuhan-saham matriks mengabaikan faktor lain di kedua
faktor penentu penting dari profitabilitas.
2. Kerangka kerja ini mengasumsikan bahwa setiap unit bisnis independen
dari yang lain. Dalam beberapa kasus, sebuah unit bisnis yang merupakan
ngan
kompetitif.
3. Matriks sangat bergantung pada luasnya definisi pasar. Sebuah unit usaha
dapat mendominasi ceruk kecil, tetapi memiliki pangsa pasar yang sangat
rendah dalam industri secara keseluruhan. Dalam kasus seperti itu, definisi
pasar dapat membuat perbedaan antara anjing dan sapi kas.
Sementara pentingnya telah berkurang, matriks BCG masih bisa
digunakan sebagai alat sederhana untuk melihat portofolio bisnis korporasi
sekilas, dan dapat berfungsi sebagai titik awal untuk mendiskusikan alokasi
sumber daya antara unit-unit bisnis strategis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 20
3. SPACE Matrix
Menurut David (2001), SPACE Matrix digunakan untuk memetakan
kondisi perusahaan dengan menggunakan model yang dipresentasikan dengan
menggunakan sebuah diagram cartesius yang terdiri dari empat kuadran dengan
skala ukuran yang sama. Kerangka kerja ke empat kuadran itu adalah dengan
menunjukkan apakah hasil analisisnya akan mengindikasikan pemakaian strategi
aggressive, conservative, defensive, atau competitive bagi perusahaan.
Gambar 2.4. Space Matrix
Masing-masing sumbu (axes) dari matriks SPACE menyatakan dua
dimensi, yaitu :
a) Dimensi internal Terdiri dari financial strength (FS) dan competitive
advantage (CA)
b) Dimensi eksternal Terdiri dari environmental stability (ES) dan industry
strength (IS)
Langkah-langkah pengembangan matriks SPACE adalah seperti di bawah
ini :
a) Pilih sejumlah variabel untuk mengukur financial strength (FS),
competitive advantage (CA), environmental stability (ES), dan industry
strength (IS).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 21
b) Beri tanda dengan angka berurutan dari +1 (paling buruk) sampai +6
(paling baik) untuk variabel-variabel dari dimensi FS dan IS. Untuk
variabel-variabel 51 pada dimensi ES dan CA, beri tanda dengan angka
berurutan dari -1 (paling baik) sampai -6 (paling buruk).
c) Hitung nilai rata-rata variabel-variabel tiap dimensi FS, CA, IS, dan ES.
Kemudian petakan nilai rata-rata FS, CA, IS, dan ES pada sumbu di
matriks SPACE.
d) Jumlahkan kedua nilai pada sumbu X dan petakan hasilnya pada sumbu
X. Juga jumlahkan kedua nilai pada sumbu Y dan petakan hasilnya
pada sumbu Y. Selanjutnya, petakan perpotongan kedua titik X dan Y
tersebut.
e) Gambarlah arah vektor dari koordinat 0,0 melalui titik perpotongan yang
baru. Tanda panah ini memperlihatkan tipe strategi yang disarankan
untuk perusahaan, apakah strategi aggressive, competitive, defensive,
atau conservative.
4. Grand Strategy Matrix
Grand Strategy Matrix merupakan rencana umum berupa tindakan
tindakan besar yang digunakan perusahaan untuk meraih sasaran jangka
panjang dalam lingkungan unsaha yang dinamis. Matrix Grand Strategy
seperti yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini digunakan untuk
memvisualisasikan posisi perusahaan berdasarkan koordinat yang dibentuk
dan proses pembobotan dan scoring sebagai hasil dari analisis SWOT.
Gambar 2.5. Grand Strategy Matrix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 22
Matrix Grand Strategy dapat dibedakan ke dalam 3 kategori yakni sebagai
berikut:
1. Pertumbuhan (Growth Strategy) untuk posisi A.
Dapat dilakukan secara internal meliputi pengembangan dari produk
baru atau produk lama yang mengalami perubahan dan secara eksternal
dapat dilakukan dengan memperoleh tambahan divisi bisnis atau
diversivikasi yang artinya mengakuisisi biosnis yang terkait dengan
lini produk saat itu.
2. Stabilitas (Stability Strategy) untuk posisi B dan C.
Organisasi/portofolio bisnis yang berada pada kuadran ini artinya
bahwa organisasi ingin tetap berada pada ukurannya yang sama atau
tumbuh secara perlahan dengan cara-cara yang masih dapat
dikendalikan.
3. Pemangkasan (Retrenchment Strategy) untuk posisi D.
Pada kondisi ini organisasi terpaksa melalui terjadinya penurunan
dengan penyusutan unit bisnis yang ada saat ini atau menjual atau
melikuidasi keseluruhan unit bisnis.
5. Internal-External Matrix
Menurut Wheelan (2001), matrik IE (Internal-External) merupakan matrix
yang memposisikan berbagai divisi organisasi dalam tampilan sembilan sel.
Matriks Internal-Eksternal didasari pada dua dimensi kunci : total rata-rata
tertimbang IFE pada sumbu X dan total rata-rata tertimbang EFE pada sumbu Y.
Total weighted score yang telah dihitung pada IFE dan EFE matrix
memungkinkan pembuatan dan pengembangan matriks internal-eksternal tingkat
korporasi. Pada kedua sumbu dari matriks internal-eksternal, total weighted score
dari 1,0-1,99 dianggap rendah. Nilai dari 2,0 hingga 2,99 adalah menengah, dan
nilai dari 3,0 hingga 4,0 adalah tinggi.
Matriks IE dapat dibagi menjadi tiga daerah utama yang memiliki implikasi
strategi berbeda. Pertama, rekomendasi untuk divisi yang masuk dalam sel I,II,
atau IV dapat digambarkan sebagai tumbuh dan kembang. Strategi intensif
(penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk) atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 23
integrative (integrasi ke belakang, integrasi ke depan, dan integrasi horizontal)
dapat menjadi paling sesuai untuk portofolio produk yang masuk dalam kategori
kuadran ini. Kedua, portofolio produk yang masuk ke dalam sel III, V, atau VII
dapat dikelola dengan cara terbaik dengan strategi jaga dan pertahankan, penetrasi
pasar dan pengembangan produk adalah dua strategi yang umum digunakan untuk
portofolio produk yang terklasifikasi dalam sel ini. Ketiga, rekomendasi yang
umum diberikan untuk portofolio bisnis/produk yang masuk dalam sel VI, VIII,
dan XI adalah divestasi. Organisasi yang berhasil mampu mencapai portofolio
bisnis yang diposisikan dalam atau sekitar sal I dalam matriks IE.
Gambar 2.6. Matrix Internal-External
Decision Stage
1. Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM)
Menurut David (2001), QSPM merupakan alat yang menungkinkan
penyusun strategi untuk mengevaluasi alternatif strategi secara objektif,
berdasarkan faktor kunci keberhasilan internal dan eksternal yang telah
diindentifikasi sebelumnya. Seperti alat perumusan strategi lainnya, perumusan
strategi dengan metode QSPM membutuhkan intuitif judgement yang baik.
Metode ini juga memungkinkan untuk menentukan ketertarikan relatif (relative
attractiveness) dari berbagai alternatif strategi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 24
Kolom sebelah kiri dari QSPM terdiri dari key success factors yang
dihasilkan dari IFE Matrix dan EFE Matrix yang didapat dari Input Stage.
Barisan atas terdiri dari alternatif strategi yang direkomendasikan pada tahapan
matching stage. Kolom weight adalah bobot kemenarikan yang diterima oleh
masing-masing faktor dalam EFE Matrix dan IFE Matrix.
Tabel 2.3. Quantitative Strategic Planning Matrix
Komponen-komponen utama dari suatu QSPM terdiri dari : key success
factors, strategic alternatives, weight (bobot), attractiveness score (AS), total
attractiveness score (TAS), dan sum total attractiveness score.
Langkah-langkah pengembangan suatu QSPM adalah sebagai berikut:
a) Buat daftar peluang, ancaman, kekuatan, dan kelemahan perusahaan di
kolom sebelah kiri QSPM yang diambil dari EFE matrix dan IFE
matrix.
b) Beri bobot pada masing-masing key success factors. Bobot tersebut
sama dengan yang ada di EFE matrix dan IFE matrix.
c) Identifikasi strategi alternatif dari matriks-matriks pada tahap 2. Catat
strategi yang pelaksanaannya harus dipertimbangkan oleh perusahaan,
letakan di baris bagian atas QSPM.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 25
d) Tetapkan nilai yang menunjukkan kemenarikan relatif pada masing-
masing strategi yang terpilih (Attractiveness Score) pada masing-
masing strategi yang terpilih. Batasan nilai Attractiveness Score adalah
1 = tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = secara logis menarik, 4 =
sangat menarik.
e) Kalikan bobot dengan Attractiveness Score untuk mendapatkan Total
Attractiveness Score (TAS).
f) Jumlahkan semua TAS pada masing-masing kolom QSPM untuk
mendapatkan sum total attractiveness score. Nilai TAS dari alternatif
strategi yang tertinggilah yang menunjukkan bahwa strategi tersebut
yang menjadi pilihan utama.
2.3 Analisa Lingkungan
Menurut Umar (2003), Lingkungan merupakan suatu kekuatan, keadaan
dan peristiwa yang saling berkaitan satu sama lain dimana organisasi atau
perusahaan mempunyai atau tidak mempunyai kemampuan untuk
mengenalikannya. Lebih lanjut Husein Umar juga menjelaskan suatu kekuatan,
kondisi, keadaan dan peristiwa yang saling brhubungan dimana organisasi atau
perusahaan tidak mempunyai atau sedikit mempunyai kemampuan untuk
mengendalikan atau mempengaruhinya disebut lingkungan eksternal. Sementara
itu, suatu kekuatan, kondisi, keadaan atau peristiwa yang saling berhubungan
dimana perusahhaan atau organisasi mempunyai kemampuan untuk
mengendalikan atau mempengaruhinya disebut lingkungan internal.
Menurut Porter (1980), analisa lingkungan bertujuan untuk memantau
lingkungan perusahaan. Lingkungan perusahaan merupakan faktor terpenting
untuk menunjang keberhasilan perusahaan dalam persaingan. Dalam menentukan
tujuan, ssasaran, dan strategi-strategi yang akan diambil, diperlukan suatu analisa
mendalam serta menyeluruh mengenai lingkungan dimana perusahaan berada.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 26
Ada dua faktor yang membuat analisa lingkugan itu menjadi analisa
penting dalam proses evaluasi serta perencanaan strategi, yaitu:
1. Perusahaan tidak berdiri sendiri, akan tetapi selalu berinteraksi secara
terus menerus dengan lingkungannya dan lingkungan itu sendiri selalu
berubah setiap saat.
2. Pengaruh lingkungan yang sangat kompleks dan dapat mempengaruhi
kinerja pada masing masing bagian yang ada pada perusahaan
Secara garis besar menurut Porter (2001), dengan melakukan analisa
lingkungan eksternal, perusahaan dapat mengidentifikasi semua peluang
(opportunity) yang sedang berkembang dan menjadi trend (kecenderungan) pada
saat sekarang, semua ancaman (threat) dari para pesaing. Sedangkan analisa
lingkngan internal lebih memfokuskan pada kekuatan (strength) dan kelemahan
(weakness) dari perusahaan untuk menciptakan keunggulan bersaing.
2.3.1 Analisa Lingkungan Eksternal
Analisa lingkungan eksternal merupakan salah satu unsur penting dalam
proses perumusan dan perencanaan strategi usaha. Dari analisa yang dilakukan
terhadap lingkungan eksternal perusahaan ini akan menghasilkan sejumlah
informasi yang diperlukan untuk menilai dan melihat masa depan organisasi atau
perusahaan. Tujuan analisa lingkungan eksternal adalah agar organisasi atau
perusahaan mampu memanfaatkan informasi untuk mendapatkan keunggulan
bersaing di masa depan.
Analisa lingkungan eksternal dilakukan untuk mengidentifikasi dan
menaganalisis faktor-faktor yang berada di luar kendali perusahaan yang dapat
memberikan peluang dan ancaman bagi perusahaan. Sehingga perusahaan mampu
mengembangkan dan menyusun strategi dalam rangka mencapai tujuan jangka
panjang ataupun jangka pendek.
Lingkungan eksternal perusahaan meliputi:
1. Lingkungan Umum
2. Lingkungan Industri
3. Lingkungan Pesaing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 27
2.3.1.1 Lingkungan Umum
Menurut Porter (2001), lingkungan umum adalah suatu lingkungan dalam
lingkungan eksternal organisasi atau perusahaan yang memiliki faktor-faktor
dengan ruang lingkup luas dimana faktor faktor tersebut pada dasarnya terlepas
dari kegiatan operasional perusahaan.
Lebih jauh Porter menjelaskan bahwa Faktor-faktor tersebut diantaranya :
1. Ekonomi
2. Sosial
3. Politik
4. Hukum
5. Teknologi
6. Globalisasi
2.3.1.2 Lingkungan Industri
Lingkungan industry adalah tingkatan dari lingkungan eksternal organisasi
atau perusahaan yang merupakan faktor-faktor yang secara normal memiliki
dampak yang relative lebih spesifik dan langsung terhadap kegiatan operasional
perusahaan. Analisis lingkungan industry dapat dilakukan dengan menggunakan
model yang umum digunakan merupakan model yang dikembangkan oleh Porter
(1980) yaitu :
1. Lima Kekuatan Persaingan (five competitive forces)
2. Daya tarik Industri (driving force)
3. Faktor-faktor keberhasilan industry (key success faktor).
2.3.1.3 Analisa Persaingan
Menurut Pearce dan Robinson (2007), dalam mengidentifikasi pesaing dan
calon pesaing perusahaan, para pengambil keputusan perlu mempertimbangkan
beberapa variable penting yakni:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 28
1. Bagaimana perusahaan mendefinisikan lingkup pasarnya, dijelaskan
lebih lanjut oleh Pearce dan Robinson bahwa semakin mirip ddefinisi
yang dibuat oleh perusahaan-perusahaa, maka akan semakin besar
kemungkinan perusahaan perusahaan tersebut melihat satu sama lain
sebagai pesaing.
2. Seberapa mirip manfaat yang diperoleh pelanggan dari produk dan jasa
yang ditawaekan oleh perusahaan yang lain. Dijelaskan lebih lanjut oleh
Pearce dan Robinsin bahwa semakin mirip manfaat produk atau jasa
yang diperleh oleh pelanggan, maka akan semakin tinggi tingkat
subsitusi di antara produk atau jasa tersebut. Tingkat subsitusi yang
tinggi akan memaksa perusahaan-perusahaan untuk bersaing secara
ketat guna merebut pelanggan.
3. Seberapa besar komitmen perusahaan perusahaan terhadap industri
tersebut serta bagaimana pengembangan kedepan yang akan dilakukan
oleh perusahaan pesaing.
Menurut Porter (1980), analisa pesaing dibutuhkan untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Siapa yang dipilih sebagai lawan dalam industry serta alasan dalam
memilihnya.
2. Apa maksud dan tujuan dari tindakan strategis pesaing dan seberapa
jauh perlu direspon oleh perusahaan.
Selanjutnya dijelaskan oleh Porter, bahwa analisa pesaing dilakukan
dengan menganalisa empat komponen diagnostic, yaitu:
1. Tujuan jangka panjang
2. Strategi yang diimplementasikan saat ini.
3. Asumsi
4. Kapabilitas perusahaan
Pemahaman atas keempat komponen tersebut diatas akan memungkinkan
ramalan yang benar mengenai kemungkinan reaksi dari pesaing dan persaingan di
dalam suatu industry tertentu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 29
2.3.2 Analisa Lingkungan Internal
Menurut Porter (1980), lingkungan internal merupakan lingkungan
organisasi atau perusahaan yang ada di dalam organisasi atau perusahaan dan
secara formal memiliki implikasi atau dampak yang langsung secara khusus pada
organisasi atau perusahaan. Perusahaan sendiri sesuai konsep masa kini
merupakan kumpulan dari berbagai macam sumber daya, kapabilitas dan
kompetensi yang kemudian dapat membentuk market position tertentu. Dengan
demikian analisa lingkungan internal akan meliputi analisa sumber daya,
kapabilitas dan kompentensi inti yang dimiliki oleh perusahaan. Masing masing
komponen analisis lingkungan internal sebagai berikut:
Menurut Porter (1980), sumber daya perusahaan terdari dari tiga sumber
daya yang merupakan pondasi utama dalam menemukan dan mengembangkan
kompentensi inti dari perusahaan. Ketiga komponen sumber daya tersebut
meliputi:
1. Aset yang terlihat (tangible asset)
Aset yang terlihat adalah asset yang paling mudah diindentifikasi dan
sering ditemukan pada laporan neraca perusahaan. Yang termasuk ke
dalam asset ini diantaranya:
a. Fasilitas alat produksi
b. Sumber daya manusia
c. Financial
d. Sistem informasi penunjang
Aset yang terlihat merupakan aset yang digunakan perusahaan untuk
memberikan nilai kepada konsumennya.
2. Aset tak terlihat (intangible)
Aset tak terlihat adalah merupakan aset yang tidak bias dilihat secara
fisik. Yang termasuk ke dalam aset ini misalnya:
a. Merek
b. Reputasi
c. Nilai dan budaya organisasi
d. Peta peran
e. Sistem mutu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 30
f. Sistem informasi
g. Pengetahuan teknis
h. Hak paten
i. Merek dagang
j. Akumulasi pengalaman dari suatu perusahaan
Walaupun aset ini tidak dapat dilihat ataupun disentuh, aset-aset ini
sering memberikan sumbangan yang penting terhadap keunggulan
bersaing (kompetitif).
3. Sumber Daya Manusia
Sumber daya mausia bukan merupakan input yang khas atau spesifik
sebagaimana aset terlihat atau aset tak terlihat, tetapi sumber daya
manusia yang mempunyai keahlian atau kemampuan untuk
mengkombinasikan sumber daya perusahaan dalam menjalankan proses
untuk mencapai tujuan.
Sumber daya manusia berharga jika memiliki karakteristik sebagai
berikut:
1. Sumber daya tersebut dapat menambah nilai yang dapat digunakan
untuk memanfaatkan kondisi ekternal perusahaan untuk
memberikan penghasilan atau dapat digunakan untuk menetralisir
faktor-faktor eksternal yang tidak menguntungkan bagi perusahaan.
2. Sumber daya manusia tersebut langka (rare), tidak dimiliki oleh
pesaing.
3. Sumber daya tersebut sukar untuk ditiru (hard to initiate)
4. Sumber daya manusia tersebut tidak hanya bernilai, langka dan sulit
ditiru, tetapi perusahaan juga harus memiliki kemampuan dalam
memanfaatkannya (ability to exploit)
Keempat karakter tersebut merupakan indikator-indikator yang penting
ddalam menentukan apakah sumber daya dapat dijadikan oleh
perusahaan sebagai keunggulan bersaing atau tidak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 31
2.4 Kapabilitas
Menurut Porter (1980), kapabilitas menunjukkan kapasitas atau
kemampuan perusahaan dalam mengintegrasikan fungsi fungsi utama yang
dimiliki perusahaan atau organisasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Kapabilitas bukan merupakan input yang spesifik sebagaimana aset terlihat
maupun aset tak terlihat, tetapi merupakan keahlian berupa kemampuan dan cara
mengkombinasikan semua sumber daya dan proses yang dapat dimanfaatkan oleh
perusahaan untuk mengubah input menjadi output. Melalui pendekatan value
chain, dimana kapabilitas didasarkan pada serangkaian kegiatan yang berurutan
yang merupakan sekumpulan aktivitas nilai (value activities) yang dilakukan
untuk mendesain, memproduksi, memasarkan, mengirim dan mendukung produk
dan jasa. Atau apabila di dalam evaluasi dan analisis manajemen strategi
dinamakan sebagai faktor kunci penentu keberhasilan atau key success factor.
Menurut Usmara (2003), Kapabilitas dapat terus dikembangkan sebagai
hasil interaksi yang kompleks yang saling menguntungkan serta keterkaitan antara
sumber daya terlihat dan tak terlihat berdasarkan perkembangannya, pertukaran
atau berbagi informasi dan pengetahuan dalam suatu perusahaa.
Menurut Robbins (2005), kapabilitas ini akan menjadi penting ketika
perusahaan dapat mengkombinasikan untuk menciptakan kompentensi inti yang
memiliki nilai untuk menghasilkan keunggulan bersaing.
2.5 Kompentensi Inti (Core Competence)
Menurut Porter (1980), ada dua pengertian mengenai kompentensi, yakni
kompentensi individual dan kompentensi organisasi. Kompentensi individu
meliputi pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki seseorang dalam organisasi
atau perusahaan, sedangkan kompentensi organisasi merupakan tindakan kolektif
dari karakteristik kompentensi individu dalam organisasi. Menurut Hamel dan
Prahalad (1999), kompentensi inti merupakan sekumpulan ketrampilan dan
teknologi yang memungkinkan suatu perusahaan menyediakan manfaat kepada
pelanggan agar bias bersaing lebih efektif. Dengan demikian kompentensi inti
adalah nilai utama organisasi atau perusahaan dalam menciptakan keahlian dan
kapabilitas yang disebarkan melalui berbagi macam garis produksi ataupun bisnis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 32
Kapabilitas akan menjadi kompntensi inti apabila memenuhi kriteria
Sustainable Competitive Advantage, yaitu menambah nilai, langka, sukar ditiru
dan mampu dimanfaatkan secara optimal oleh perusahaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 1
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menjelaskan urutan langkah dalam merancang serta merumuskan
strategi bersaing untuk portofolio bisnis yang dimiliki PT. Telkom Divre IV
Jateng & DIY, serta cara pengumpulan data untuk masing-masing tahapan
penelitian. Urutan langkah dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut.
3.1 Diagram Alir Penelitian
Diagram alir penelitian tentang perancangan dan perumusan strategi
bersaing terhadap portofolio bisnis PT. Telkom Divre IV Jateng & DIY,
ditunjukkan gambar berikut:
Mulai
Identifikasi Masalah
Tujuan Penelitian
Tinjauan Pustaka
Pengumpulan Data PT. Telkom Divre IV& Kompetitor.
Identifikasi portofolio produk di dalam BCG M atrixyang berada di dalam kuadran stars
Peng olahan a tribut yang te rklasifikasistrength & weakness menggunakan
inte rnal fac tor evaluation m atrix
Pengolahan atribut yan g terklasifikasiopportunities & thread menggunakan
ex ternal factor evaluation matrix
Tahap Pengamatan
Tahap Pengumpulan Data
Klasifikasi faktor inte rna l yang menjadi kekuatandan kelemahan dan faktor eksternal yang menjadi
peluang dan ancaman.
Identifikasi a tribut pembentuk faktor inte rna lperusahaan dan eksternal bisnis yang mempengaruhi
porto folio produk terpilih
B
Competitive Profile Matrix
Gambar 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 2
Kesimpulan dan saran
Selesai
Tahap Analisis
Tahap Penarikan Kesimpulan
Alternatif Strategi Bersaing tingkat Bisnis berdasarkan strategiGeneric/Utama terpilih dengan menggunakan TOWS Matrix
Mapping hasil perhitunganMatrix IFE dan EFE ke dalam
SWOT Diagram
Mapping hasil perhitunganmatrix IFE dan EFE
menggunakan Matrix Space
Mapping hasil perhitungan matrixIFE dan EFE menggunakan
Matrix Internal External
BTahap Pengolahan Data
Pemilihan Alternatif Strategi Bersaing Generic/Utamadengan menggunakan Matrix QSPM
Gambar 3.2 Lanjutan Diagram Alir Metodologi Penelitian
3.2 Penjelasan Diagram Alir Penelitian
Diagram alir penelitian mengenai tahapan dalam perancangan strategi
bersaing untuk portofolio bisnis yang dimiliki PT. Telkom Divre IV Jateng &
DIY dijelaskan sebagai berikut:
3.2.1 Tahap Pengamatan
a. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dilakukan, kemudian disusun
sebuah rumusan masalah. Perumusan masalah dilakukan dengan menetapkan
sasaran-sasaran yang akan dibahas untuk kemudian dicari solusi pemecahan
masalahnya dengan teori yang didapat dari bangku kuliah maupun dari referensi.
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana merancang strategi
bersaing untuk portofolio bisnis/produk PT. Telkom Divre IV Jateng & DIY.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 3
b. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dijadikan acuan dalam pembahasan sehingga hasil dari
pembahasan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Sesuai dengan
perumusan masalah di atas, tujuan dari penelitan ini adalah untuk merancang dan
merumuskan strategi bersaing portofolio bisnis yang dimiliki PT. Telkom Divre
IV Jateng & DIY, dengan menggunakan pendekatan analisa portofolio bisnis
metode BCG matrix.
c. Tinjauan Pustaka
Tinjuan pustaka dilakukan untuk mencari rumusan-rumusan dan konsep
teoritis dari berbagai literature yang dapat dipakai sebagai landasan untuk
penelitian serta untuk mendapatkan dasar-dasar referensi yang kuat bagi peneliti
dalam menerapkan suatu metode yang digunakannya. Sumber yang dipakai untuk
studi pustaka berupa buku-buku, jurnal dan referensi lain tentang konsep
membangun strategi bersaing, teori manajemen strategi dan laporan penelitan
pada bidang yang sama.
3.2.2 Pengumpulan Data
Penelitian tugas akhir ini dilakukan di PT. Telkom Divre IV Jateng &
DIY. Langkah awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan
mengumpulkan data-data yang diperlukan, baik data internal PT. Telkom Divre
IV Jateng & DIY, maupun data competitor PT. Telkom Divre IV Jateng & DIY.
Data PT. Telkom Divre IV diperoleh melalui observasi dan kunjungan langsung
ke Kantor Daerah Telekomunikasi Divre IV Yogyakarta. Data competitor PT.
Telkom Divre IV Jateng & DIY diperoleh melalui survey dan observasi langsung
ke setiap perusahaan operator telekomunikasi competitor PT. Telkom Divre IV
Jateng & DIY seperti XL Axiata, Indosat, Bakrie ESIA, Hutchinson serta operator
telekomunikasi lain yang ada di wilayah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Data-data PT. Telkom Divre IV Jateng & DIY yang diperlukan dalam
penelitian ini antara lain:
a. Data jumlah pelanggan tahun 2008-2011 dari seluruh portofolio bisnis
milik PT. Telkom Divre IV Jateng & DIY.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 4
b. Data alat produksi, sumber daya manusia dan infrastruktur yang dimiliki
PT. Telkom Divre IV Jateng & DIY.
c. Annual report PT. Telkom Divre IV Jateng & DIY.
d. Data tingkat pemanfaatan jaringan untuk seluruh portofolio bisnis PT.
Telkom Divre IV Jateng & DIY.
e. Data sales, revenue growth, churn rate, proporsi pendapatan konsolidasi,
serta data lain yang relevan untuk digunakan dalam penelitan.
Selain itu, data-data lainnya yang diperlukan dalam penelitian dan
diperoleh melalui pengumpulan data langsung terhadap kompetitor PT. Telkom
Divre IV Jateng & DIY antara lain:
a. Data Jumlah pelanggan yang dimiliki competitor PT. Telkom Divre IV
Jateng & DIY baik fixed wireline, seluler maupun fixed wireless dari tahun
2008-2011.
b. Annual report kompetitor PT. Telkom Divre IV Jateng & DIY.
c. Data alat produksi, sumber daya manusia, infrastruktur, teknologi serta
tingkat pemanfaatan jaringan untuk seluruh portofolio bisnis yang dimiliki
oleh competitor PT. Telkom Divre IV Jateng & DIY.
d. Data sales, revenue growth, churn rate, proporsi pendapatan usaha
konsolidasi, serta data lain yang relevan untuk digunakan dalam penelitan.
3.2.3 Pengolahan Data
Pengolahan data diperlukan untuk mencari solusi dari masalah yang
sedang diteliti agar pengolahan data sesuai dengan tujuan penelitian. Pengolahan
data dilakukan terhadap seluruh data yang telah dikumpulkan. Langkah-langkah
pemecahan masalah yang digunakan dalam pengolahan antara lain :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 5
1) Input Stage
a. Identifikasi portofolio bisnis yang terklasifikasi ke dalam diagram
stars di dalam Matrix BCG.
Tahap ini merupakan pengolahan data market share dan growth share
untuk setiap produk/portofolio bisnis yang dimiliki PT. Telkom Divre IV Jateng
& DIY menggunakan matrix BCG. Data-data yang dibutuhkan dalam
mapping/pengeplotan matrix BCG yaitu data tingkat pangsa pasar setiap
portofolio bisnis, data tingkat pertumbuhan industri relative serta data proporsi
pendapatan dari masing masing portofolio bisnis terhadap total pendapatan
konsoliodasi perusahaan. Tujuan tahap ini adalah untuk mengetahui klasifikasi
masing-masing portofolio bisnis milik PT. Telkom Divre IV Jateng & DIY di
dalam matrix BCG.
Untuk menghitung pangsa pasar atau market share disini, data yang
dibutuhkan adalah data jumlah pelanggan dari masing-masing operator penyedia
layanan telekomunikasi yang ada regional Jateng & DIY. Data tersebut
merupakan data internal perusahaan. Perhitungan pangsa pasar dilakukan dengan
cara menghitung tingkat proporsi jumlah pelanggan yang dimiliki oleh operator
penyedia layanan telekomunikasi terhadap keseluruhan total jumlah pelanggan.
Market share di dalam matriks BCG ini digambarkan oleh sumbu X dan
dinyatakan dalam persen (%).
Untuk menghitung tingkat pertumbuhan industri relatif atau growth share,
data yang dibutuhkan adalah data jumlah pelanggan year-to-year dari seluruh
operator penyedia layanan telekomunikasi baik seluler ataupun CDMA di regional
Jateng & DIY. Perhitungan growth share dilakukan dengan menghitung
prosentase pertumbuhan jumlah pelanggan industri telekomunikasi secara year-to-
year. Tingkat growth share di dalam matrix BCG digambarkan oleh sumbu Y dan
dalam persen (%). Selain kedua data tersebut, pembuatan matrix BCG juga
membutuhkan data proporsi pendapatan konsolidasi setiap portofolio bisnis PT.
Telkom Divre IV Jateng & DIY. Dan mapping akan membagi produk ke dalam 4
diagram. Portofolio bisnis terpilih merupakan portotofolio bisnis yang berada
pada posisi stars quadran di dalam matriks BCG, dan dengan kriteria seperti yang
ada pada bab I.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 6
b. Identifikasi Atribut dan Subatribut Faktor Kunci Keberhasilan
Internal Perusahaan dan Eksternal Bisnis
Tahap identifikasi atribut dan sub-atribut faktor kunci internal perusahaan
dan eksternal bisnis dilakukan dengan mengevaluasi lingkungan internal
perusahaan dan eksternal bisnis yang dianggap penting dan dapat mempengaruhi
portofolio bisnis yang dimiliki PT. Telkom Divre IV Jateng & DIY. Faktor
internal perusahaan dan eksternal bisnis terdiri dari atribut penyusun yang masing-
masing atribut terdiri dari beberapa sub-atribut pembentuk atribut. Atribut
pembentuk faktor internal perusahaan dan eksternal bisnis diperloleh dari sumber
buku literature yang membahas mengenai manajemen strategik (Robinson, 2003)
dan keunggulan bersaing (Porter, 2001).
Atribut yang diperoleh dari referensi literature tersebut, nantinya menjadi
atribut penyusun faktor internal perusahaan dan eksternal bisnis yang akan
menjadi acuan dalam menentukan sub-atribut pembentuk masing-masing atribut.
Referensi untuk menyusun sub-atribut pembentuk atribut yang digunakan, berasal
referensi penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Rachmawati (2008),
Madandan (2009), Herlianto (2011). Atribut dan sub-atribut tersebut akan
menjadi atribut awal pada kuesioner I.
Responden yang dimintai pendapat untuk pengisian kuesioner I merupakan
para staff setingkat assistant manager dari perusahaan operator penyedia layanan
telekomunikasi yang ada di Divre IV Jateng & DIY. Teknik pengambilan sampel
di dalam penelitinszan ini menggunakan metode purposive sampling, yaitu
pemilihan sampel secara subjektif oleh peneliti karena peneliti memahami bahwa
informasi yang dibutuhkan dapat diambil dari kelompok tertentu (Ferdinand,
2006, p 231).
Pertimbangan sampel yang diambil para pejabat setingkat para pegawai
setingkat kepala cabang dan assistant manager adalah agar penilaian yang
diberikan pada kuesioner representatif, dianggap para pejabat setingkat kepala
cabang dan assistant manager tersebut telah berpengalaman. Sementara jumlah
responden yang diambil sebagai sampling adalah 30 orang responden karena
ukuran sampel lebih dari tiga puluh dan kurang dari lima ratus adalah tepat untuk
kebanyakan penelitian bisnis (Sekaran, 2000).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 7
Digunakan dua skala dalam kuesioner I, karena tujuan dari kuesioner I adalah
untuk mencari kesepakatan mengenai sub-atribut yang akan digunakan pada
kuesioner II. Dilakukan uji cohran untuk menguji kuesioner I, sehingga
menghasilkan sub-atribut terpilih untuk kuesioner II. Responden dan jumlah
responden untuk kesioner II sama dengan kuesioner I. Kuesioner II digunakan
untuk mengetahui perbedaan tingkat kepentingan dari setiap sub-atribut faktor
kunci penentu keberhasilan internal dan eksternal. Untuk kemudian sub-atribut
yang terpilih pada kuesioner II dijadikan acuan dalam menentukan strength,
weakness, threat dan opportunities dari portofolio bisnis terpilih milik PT.
Telkom Divre IV Jateng & DIY.
c. Evaluasi Sub-Atribut Faktor Kunci Keberhasilan Internal dan
Eksternal yang Telah Terpilih pada Kuesioner II.
Evaluasi terhadap sub-atribut dari faktor kunci penentu keberhasilan
internal dan eksternal terpilih dilakukan dengan meminta pertimbangan langsung
dari responden yang dalam hal ini adalah pegawai setingkat assistant manager
yang dianggap berkompeten dan relevan untuk mengevaluasi lingkungan internal
dan eksternal portofolio bisnis terpilih milik PT. Telkom Divre IV Jateng & DIY.
Evaluasi sub-atribut faktor kunci keberhasilan internal dan eksternal dilakukan
untuk mengetahui sub-atribut faktor kunci keberhasilan apa saja yang tergolong
menjadi strength, weaknessses, opportunities, dan threat dari portofolio bisnis
terpilih. Evaluasi dilakukan dengan cara menyebar kuesioner dan meminta
pertimbangan langsung kepada responden berdasarkan atribut dan sub-atribut
yang telah terpilih pada kuesioner II.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 8
d. Mengukur Profil Kompetitor Menggunakan Competitive Profile
Matrix.
Competitive profile matrix digunakan untuk mengukur profil dari
portofolio bisnis terpilih dibandingkan pesaingnya di dalam industri yang sama.
Lima buah sub-atribut faktor kunci keberhasilan internal dan eksternal hasil
pengolahan data kuesioner II dipilih bedasarkan judgement responden yang dalam
hal ini pegawai setingkat assistant manager dari portofolio bisnis terpilih. Kelima
buah sub-atribut faktor kunci keberhasilan internal dan eksternal tersebut
kemudian dijadikan indikator dalam mengukur profil kompetitif dari portofolio
bisnis terpilih milik PT. Telkom Divre IV Jateng & DIY dibanding kompetitor.
Competitive Profile sendiri Matrix terdiri dari lima komponen, yakni
faktor penentu keberhasilan yang merupakan sub-atribut pembentuk atribut pada
kuesioner II, rating score (nilai peringkat), weighted score (nilai bobot), dan total
weighted score (total nilai bobot). Kelima komponen dari Competitive Profile
Matrix tersebut diisi menurut judgement atau penilaian dari responden. Cara
perhitungan Competitive Profile Matrix dapat dilihat pada bab II.
e. Pengolahan sub-atribut faktor kunci keberhasilan internal
menggunakan Matix IFE (Internal Factor Evaluation).
Dari hasil evaluasi sub-atribut faktor kunci penentu keberhasilan internal
yang telah dilakukan, telah diperoleh faktor kunci penentu keberhasilan internal
yang tergolong kekuatan dan kelemahan. Matrix IFE (Internal Factor Evaluation)
digunakan untuk mengukur total weighted score dari masing-masing sub-atribut
yang tergolong kekuatan dan kelemahan. Di dalam Matrix IFE, masing-masing
sub-atribut dari faktor kunci penentu keberhasilan internal yang tergolong
kekuatan dan kelemahan dihitung nilai bobot skala dan rating score nya, untuk
kemudian hasil kali dari nilai bobot dan rating score tersebut digunakan untuk
mendapatkan weighted score untuk masing-masing sub-atribut. Penentuan
besarnya nilai bobot dan rating score dari masing-masing sub-atribut, tergantung
dari justifikasi responden yang dalam hal ini para karyawan setingkat assistant
manager dari PT. Telkom Divre IV Jateng & DIY. Jumlah keseluruhan weighted
score dari tiap sub-atribut faktor kunci keberhasilan internal yang tergolong
kekuatan dan kelemahan merupakan total weighted score lingkungan internal dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 9
portofolio bisnis terpilih milik PT. Telkom Divre IV Jateng & DIY. Total
weighted score yang telah diperoleh ini menggambarkan besarnya kekuatan atau
kelemahan yang dimiliki portofolio bisnis terpilih milik PT. Telkom Divre IV
Jateng & DIY. Perhitungan internal evaluation matrix secara lebih mendetail
dapat dilihat pada Bab II.
f. Pengolahan sub-atribut faktor kunci keberhasilan eksternal
menggunakan Matrix EFE (External Factor Evaluation).
Dari hasil evaluasi sub-atribut faktor kunci penentu keberhasilan eksternal
yang telah dilakukan, telah diperoleh sub-atribut faktor kunci penentu
keberhasilan yang tergolong peluang dan ancaman. Cara penilaian bobot dan
rating score untuk masing-masing sub-atribut faktor kunci penentu keberhasilan
eksternal menggunakan EFE matrix sama dengan pemberian nilai bobot dan
rating score menggunakan IFE matrix, sehingga diperoleh total weighted score
eksternal yang menggambarkan besarnya peluang yang dapat dimanfaatkan atau
besarnya ancaman yang sebaiknya dihindari. Perhitungan external evaluation
matrix secara lebih mendetail dapat dilihat pada Bab II.
2) Matching Stage
a. Mapping Hasil Evaluasi Matrix IFE dan EFE ke dalam TOWS
Diagram
Evaluasi sub-atribut faktor kunci keberhasilan internal dan eksternal
dengan menggunakan Matrix IFE dan EFE yang telah dilakukan pada tahap
sebelumnya, akan mendapatkan nilai total weighted score atau total nilai bobot
akhir internal dan eksternal. Total weighted score faktor internal dan eksternal ini
akan dijadikan data input pada tahap mapping menggunakan TOWS Diagram.
TOWS Diagram terbagi ke dalam 4 kuadran yang untuk setiap masing-masing
kuadran akan menghasilkan alternatif strategi bersaing utama/generic yang
berbeda-berbeda. Di dalam TOWS Diagram, total weighted score faktor internal
yang mempengaruhi portofolio bisnis terpilih milik PT. Telkom Divre IV Jateng
& DIY, dilambangkan oleh sumbu X positif dan sumbu X negatif. Sementara total
weighted score dari faktor eksternal yang mempengaruhi portofolio bisnis terpilih
dilambangkan dengan sumbu Y positif dan sumbu Y negatif. Hasil perpotongan
antara total weighted score faktor kunci keberhasilan internal dan eksternal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 10
merupakan posisi strategis dari portofolio bisnis terpilih, yang akan menghasilkan
beberapa rekomendasi alternatif strategi bersaing corporate/generic. Perhitungan
mapping IFE dan EFE ke dalam TOWS diagram secara lebih mendetail dapat
dilihat pada bab II.
b. Mapping Faktor Internal dan Eksternal dengan Menggunakan Matrix
Space.
Mapping menggunakan Matrix Space diambil dari hasil perhitungan total
weighted score pada matrix IFE dan EFE tahap sebelumnya. Pada Matrix Space
terbagi menjadi 4 sub atribut indikator penilaian yaitu kekuatan financial,
keunggulan kompetitif, stabilitas lingkungan dan kekuatan industri. Masing-
masing atribut indikator penilaian tersusun atas beberapa sub-atribut indikator
penilaian. Sub-atribut indikator penilaian yang digunakan pada Matrix Space
diperoleh dari sub-atribut faktor internal dan eksternal hasil pengolahan kuesioner
II, yang dipilih berdasarkan justifikasi langsung responden yang dalam hal ini
karyawan setingkat assisstant manager PT. Telkom Divre IV yang dianggap
berkompeten dalam memberikan penilaian. Pemberian nilai rating dilakukan
untuk setiap sub-atribut indikator penilaian yang telah dipilih. Nilai berkisar dari
+1 hingga +6 untuk sub-atribut indikator penilaian yang masuk dalam kategori
kekuatan financial dan kekuatan industri, serta -1 hingga -6 untuk sub-atribut
yang masuk dalam kategori keunggulan kompetitif dan stabilitas lingkungan.
Nilai seluruh sub-atribut yang berada dalam satu kategori atribut kemudian
di rata-rata untuk dilakukan pengeplotan pada Space Matrix. Sumbu X pada
matrix Space mewakili jumlah akumulasi rata-rata dari sub-atribut indikator
penilaian yang tergolong kekuatan industri dan keunggulan kompetitif, sementara
sumbu Y mewakili sub-atribut yang tergolong kekuatan financial dan stabilitas
lingkungan. Posisi dari mapping yang dilakukan dengan menggunakan matrix
Space akan menghasilkan rekomendasi strategi bersaing corporate/generic.
Perhitungan Space Matrix yang lebih mendetail dapat dilihat pada bab II.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 11
c. Mapping Faktor Internal dan Eksternal dengan Menggunakan Matrix
Internal-Eksternal.
Matrik IE (Internal-External) memposisikan berbagai divisi organisasi
dalam tampilan sembilan sel. Matriks Internal-Eksternal didasari pada dua
dimensi kunci: total weighted score IFE pada sumbu X dan total weighted score
EFE pada sumbu Y. Total weighted score yang telah dihitung pada IFE dan EFE
matrix kemudian di-plotkan pada matrix I-E, sehingga dihasilkan rekomendasi
alternatif strategi bersaing tingkat corporate/generic. Apabila nilai dari matriks
internal-eksternal, portofolio bisnis memiliki total weighted score IFE dan EFE
berada pada kisaran dari 1,0-1,99 maka portofolio bisnis masuk dalam kategori
portofolio bisnis yang memiliki kekuatan internal dan peluang pertumbuhan
rendah. Nilai dari 2,0 hingga 2,99 masuk dalam kategori kekuatan internal dan
peluang pertumbuhan menengah, sementara nilai dari 3,0 hingga 4,0 adalah
kategori nilai kekuatan pertumbuhan dan peluang pertumbuhan yang tinggi.
Perhitungan Matrix Internal-External lebih mendetail dapat dilihat pada bab II.
3) Decision Stage
a. Pemilihan Alternatif Strategi Bersaing menggunakan Quantitative
Strategic Planning Matrix (QSPM).
Beberapa alternatif strategi bersaing corporate/generic telah dirumuskan
dengan menggunakan SWOT diagram, Space Matrix dan Internal External
Matrix. Tahap berikutnya adalah pemilihan strategi bersaing tingkat
corporate/utama yang akan diimplementasikan. Menurut David (2006), QSPM
merupakan alat yang memungkinkan penyusun strategi untuk mengevaluasi dan
memilih dari beberapa alternatif strategi yang telah dirumuskan secara lebih
objektif. Pemilihan alternatif strategi dengan metode QSPM membutuhkan intuitif
judgement yang baik, sehingga pihak yang memberikan penilaian pada tahap ini
merupakan karyawan setingkat assistant manager yang dianggap berkompeten
dalam memberikan penilaian terhadap portofolio bisnis terpilih. Metde xpenilaian
menggunakan QSPM matr dilakukan dengan menyebar kuesioner untuk kemudian
memberikan penilaian terhadap bobot dan attractiveness score dari masing-
masing alternatif strategi corporate/generic. Dipilih 3 alternatif strategi utama
yang menghasilkan nilai total attractiveness score terbaik. Total attractiveness
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 12
score merupakan hasil kali antara bobot dan attractiveness score dari masing-
masing rekomendasi alternatif strategi. Tahap pengolahan dan perhitungan matrix
QSPM yang lebih mendetail dapat dilihat pada bab II.
b. Perumusan Alternatif Strategi Bersaing Tingkat Bisnis dengan
Menggunakan TOWS Matrix.
Pengembangan alternatif strategi bersaing tingkat bisnis dilakukan
berdasarkan acuan 3 alternatif strategi utama terbaik matrix QSPM pada tahap
sebelumnya. Matrix TOWS merupakan alat untuk mengembangkan strategi
bersaing tingkat bisnis dengan mencocokkan kesesuaian antara faktor eksternal
dan internal kunci. Sehingga matrix ini mengembangkan alternatif strategi
bersaing tingkat bisnis didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan
kekuatan untuk memanfaatkan peluang, dan secara bersamaan dapat menimalkan
kelemahan untuk menghindari ancaman. Berpijak pada logika tersebut, maka ada
empat tipe strategi yang dikembangkan pada Tows Matrix, yakni strategi
strength-opportunities, strategi weakness-opportunities, strategi strength-thread,
dan strategi weakness-thread.
3.2.4 Tahap Analisis
Strategi bersaing tingkat corporate dan bisnis terpilih, akan bahas secara
lebih mendalam pada bab V. Tahap analisis strategi merupakan pemaparan dan
penjelasan secara lebih rinci dan mendalam dari beberapa alternatif strategi
tingkat corporate yang telah dirumuskan dan dipilih menggunakan Matrix QSPM
dan tingkat bisnis yang telah dirumuskan dengan menggunakan TOWS Matrix.
3.2.5 Tahap Kesimpulan & Saran
Setelah diperoleh pemecahan masalah, langkah selanjutnya adalah menarik
kesimpulan berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan,
serta memberikan saran untuk penelitian lanjutan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-1
BAB IV
PENGOLAHAN DATA
Bab ini berisi pengumpulan data perusahaan dan tahap pemformulasian
strategi untuk portofolio bisnis milik Telkom Divre IV yang diawali dari
menentukan portofolio bisnis milik PTPT. Telkom Divre IV Jateng & DIYyang
strateginya akan dirancang dengan menggunakan pendekatan analisa portofolio
bisnis matrik BCG, penentuan atribut faktor internal dan eksternal yang digunakan
dalam mengevaluasi portofolio bisnis terpilih milik Telkom Divre IV,
mengevaluasi faktor internal dan eksternal dari portofolio bisnis terpilih, untuk
kemudian hasil dari evaluasi faktor internal dan eksternal tersebut dijadikan acuan
dalam merancang, dan memformulasikan strategi dari portofolio bisnis terpilih.
Pengumpulan dan pengolahan data tersebut dijelaskan subbab-subbab berikut.
4.1 Pengolahan Data
4.1.1 Identifikasi Market share dan Growth Share menggunakan Matrik
BCG (Boston Consulting Group)
Dalam tahap pengolahan data, hal yang pertama kali dilakukan adalah
mengindentifikasi market share dan growth share untuk setiap portofolio bisnis
yang dimiliki oleh PT. Telkom Divre IV Jateng & DIY dengan menggunakan
pendekatan matrik BCG (Boston Consulting Group). Matrik BCG digunakan
karena menurut Husein Umar (2003), pendekatan dengan menggunakan matrik
BCG sangat sesuai digunakan pada perusahaan yang memiliki multiple portofolio
business unit. PTPT. Telkom Divre IV Jateng & DIYJateng & DIY tergolong
perusahaan yang memiliki multiple portofolio business unit karena memiliki 5
portofolio bisnis unggulan yaitu PSTN, SPEEDY, Flexi, Telkomsel,
TelkomVision.
Identifikasi market share dan growth share menggunakan pendekatan
Matrik BCG dilakukan untuk mengetahui kontribusi pangsa pasar dan tingkat
pertumbuhan industri untuk setiap portofolio bisnis unggulan yang dimiliki PT.
Telkom Divre IV Jateng & DIY. Sehingga strategi yang dirancang dan
dirumuskan dapat berfokus pada portofolio bisnis yang memiliki kontribusi
pangsa pasar yang besar, dan berada pada industri yang tingkat pertumbuhannya
cepat yang apabila diklasifikasikan ke dalam kuadran matrik BCG berada pada
kuadran stars.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-2
Data-data yang dibutuhkan dalam membuat matrik BCG untuk portofolio
bisnis yang dimiliki PT. Telkom Divre IV Jateng & DIY antara lain:
- Data market share dan growth share untuk tiap portofolio produk PT.
Telkom Divre IV.
- Data market share dan growth share pesaing portofolio produk PT.
Telkom Divre IV.
Data-data tersebut merupakan data sekunder yang diperoleh dari laporan
internal perusahaan PT. Telkom Divre IV Jateng & DIY dan perusahaan
pesaing/kompetitor . Data-data tersebut disajikan seperti tabel 4.1 di bawah ini:
Tabel 4.1 Data jumlah pelanggan, market share dan growth share DIVRE IV
Jateng & DIY.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-3
Data-data diatas diolah menggunakan matrik BCG cara pengeplottan yang
telah dijelaskan pada Bab III dan hasilnya disajikan dalam gambar 4.1 di bawah
ini :
Gambar 4.1. Matrik Boston Consulting Group Portofolio Bisnis PT.
Telkom Divre IV Jateng & DIY.
4.1.2 Tahap Pemilihan Portofolio Bisnis.
Dari intrepetasi hasil pengolahan data awal menggunakan matrik BCG
(Gambar 4.1), terindentifikasi bahwa portofolio bisnis yang dimiliki PT. Telkom
Divre IV Jateng & DIY seperti yang ditunjukkan oleh gambar 4.1, untuk
portofolio bisnis Speedy, Telkom Flash, Flexi dan Telkomsel terklasifikasi ke
dalam stars quadran di dalam matrik BCG. Sementara untuk PSTN/Fix Wireline
diklasifikasikan ke dalam Cash-Cow Quadran matrik BCG.
Menurut Husein Umar (2003), portofolio bisnis yang berada pada Cash-
Cow Quadran di dalam matrik BCG merupakan portofolio produk yang pernah
menjadi market-leader di masa lampau dan memiliki kecenderungan untuk
memberikan kontribusi profit cash-flow bagi perusahaan bahkan melebihi
kebutuhannya. Sehingga seringkali portofolio yang berada dalam Cash-Cow
diagram pada matrik BCG ini dijadikan sebagai sumber pembiayaan untuk
membiayai operasional dari portofolio bisnis yang lain. Hal ini sejalan dengan apa
yang terjadi di Telkom Group dan PT. Telkom Divre IV Jateng & DIY.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-4
Portofolio bisnis PSTN/Fix Wireline yang masuk dalam kategori Cash-Cow
dalam matrik BCG merupakan portofolio bisnis yang menjadi market-leader
untuk segmen telepon tetap tak bergerak (fixed wireline) dengan market share
nasional pada tahun 2011 adalah sebesar 99,23 %. Berdasarkan data yang
diperoleh dari annual report Telkom Group di tahun 2011, proporsi kontribusi
pendapatan yang mampu disumbangkan oleh portofolio bisnis PSTN terhadap
total pendapatan konsolidasi perusahaan di tahun 2011 adalah sebesar 20,05 %
dari total pendapatan konsolidasi sebesar U$$ 5.419 juta. Hingga Desember 2011,
terdapat 8,5 juta sambungan fix-wireline terpasang dari total 13,6 juta kapasitas
sambungan yang tersedia, artinya tingkat pemanfaatan jaringan baru mencapai
63% dari total kapasitas jaringan yang tersedia tersebut belumlah optimal.
Ketatnya persaingan antar operator telekomunikasi, tingginya ICPU (installation
cost per-user) fixed wireline serta kelemahan flexibilitas yang ditawarkan fixed-
wireline apabila dibandingkan dengan fixed wireless berbasis CDMA (Flexi) telah
menyebabkan portofolio bisnis fixed-wireline hanya bertumbuh sekitar 2,5 %
selama periode 2010-2011 setelah sebelumnya sepanjang 2006-2009 sempat
mengalami penurunan jumlah pelanggan.
Portofolio bisnis Telkomsel tercatat merupakan portofolio bisnis yang
memberikan kontribusi prosentase pendapatan terbesar, yakni sebesar 42,45% dari
total pendapatan konsolidasi PT. Telekomunikasi Indonesia. Akan tetapi peluang
portofolio bisnis seluler Telkomsel untuk bertumbuh kian mendapati tantangan
yang besar akibat semakin jenuhnya pasar, price war yang semakin kompetitif,
serta beberapa kebijakan yang dikeluarkan oleh BRTI yang disinyalir sangat tidak
cooperatif kepada Telkomsel selaku market leader segmen telepon seluler.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia
per-Desember tahun 2011, total pengguna layanan seluler di Indonesia telah
mencapai angka 220 juta nomor. Ini berarti hampir 92,31 % total penduduk
Indonesia yang berjumlah 232 juta jiwa telah menikmati layanan seluler.
Kejenuhan pasar seluler Indonesia telah mendorong persaingan antar operator
penyedia layanan telekomunikasi di Indonesia kini merubah orientasinya untuk
merebut pelanggan operator dari operator lain karena sudah tidak tersedianya
ruang untuk mendapatkan pelanggan baru. Akibatnya tingkat churn rate
pelanggan segmen seluler di Indonesia untuk tahun 2011 menjadi 15.23% atau
tertinggi di dunia. Sementara menurut pakar telekomunikasi Ken Zita (2003), di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-5
industri telekomunikasi yang sehat churn maksimal adalah 3 %. Kondisi yang
sama juga terjadi pada PT. Telkom Divre IV Jateng & DIY.
Penelitian ini berfokus untuk merancang dan merumuskan strategi
bersaing untuk portofolio bisnis fixed wireless access (FWA) yang dalam hal ini
adalah Telkom Flexi. Berdasarkan hasil pengolahan data matrik BCG yang
disajikan pada gambar 4.1, portofolio bisnis fixed wireless berbasis CDMA (Flexi)
merupakan portofolio yang memiliki tingkat pangsa pasar yang paling besar
diantara portofolio bisnis milik PT. Telkom Divre IV yang lain, yakni sebesar
56,91%. Selain itu portofolio bisnis fixed wireless berbasis CDMA Telkom Flexi
juga masih memberikan ruang untuk bertumbuh yang besar, karena berdasarkan
data yang diperoleh dari Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI)
tingkat penetrasi pasar nasional untuk segmen bisnis fixed wireless berbasis
CDMA baru mencapai 14,77%. Dari segi pemanfaatan jaringan, fixed -wireless
Telkom Flexi baru berada di angka 18,2 juta sst dari total 26,7 juta sst yang
tersedia, yang artinya pemanfaatan jaringan belum dilakukan secara optimal. Dari
segi kontribusi pendapatan yang diberikan, portofolio fixed wireless Telkom Flexi
juga mampu memberikan kontribusi pendapatan sebesar 18,05 % dari total
pendapatan konsolidasi perusahaan tahun 2011 atau terbesar kedua setelah
Telkomsel. Selain itu dimenangkannya licensed rights of frequency atas
penggunaan frekuensi EVDO di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta
memberikan peluang Telkom Flexi untuk terus melakukan pengembangan produk
yang berorientasi pada pendiferensian layanan sesuai dengan kebutuhan
pelanggan. Atas beberapa dasar inilah maka perancangan dan perumusan strategi
bersaing terhadap portofolio bisnis PT. Telkom Divre IV Jateng & DIY pada
penelitian ini difokuskan untuk merancang dan merumuskan strategi bersaing
portofolio bisnis fixed wireless access Telkom Flexi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-6
Tabel 4.2. Hasil Rekapitulasi Penelitian Pendahuluan
4.1.3 Identifikasi Atribut dan Sub-Atribut Awal Faktor Kunci Keberhasilan
Internal dan Eksternal yang Digunakan.
Langkah selanjutnya yang dilakukan setelah Telkom Flexi terpilih sebagai
portofolio bisnis yang strateginya akan dirumuskan dan dirancang adalah
mengidentifikasi atribut dan sub-atribut digunakan untuk mengevaluasi
lingkungan internal dan eksternal dari sebuah portofolio bisnis Telkom Flexi.
Atribut faktor kunci keberhasilan internal dan eksternal ini dikelompokkan
menjadi dua kelompok yaitu atribut faktor kunci keberhasilan internal dan
eksternal, dimana masing-masing atribut terdiri dari beberapa sub-atribut
penyusun atribut. Atribut dan sub-atribut penyusun atribut awal yang digunakan
diperoleh dari literature dan penelitian terdahulu seperti skripsi, tesis, dan jurnal
tentang manajemen strategik yang dapat dilihat pada BAB II.
Atribut-atribut yang berasal dari literature penelitian terdahulu tersebut
disebar melalui kuesioner pendahuluan untuk mendapatkan persetujuan dari
responden yang dalam hal ini adalah pihak manajemen PT. Telkom Divre IV
Jateng & DIY. Atribut dan sub-atribut yang telah terpilih pada kuesioner
pendahuluan (kuesioner I) ini yang merupakan atribut dan sub-atribut yang
digunakan dalam kuesioner II. Atribut dan sub-atribut yang telah terpilih pada
kuesioner II untuk mengetahui tingkat kepentingan dari masing-masing atribut
dan tingkat kepentingan tersebut akan digunakan untuk menentukan bobot pada
tahap selanjutnya. Atribut dan sub-atribut yang terpilih pada kuesioner II,
merupakan atribut terpilih yang dijadikan acuan dalam mengevaluasi lingkungan
internal dan eksternal portofolio bisnis fixed wireless access berbasis CDMA
Telkom Flexi.
N asional 44.52% 29.00% 92.31% 42.45%Divre IV 41.08% 30.20% 76.31% 26.81%N asional 57.16% 20.41% 68.16% 18.05%Divre IV 56.91% 25.32% 66.42% 14.08%N asional 99.45% 2.49% 63.23% 13.05%Divre IV 99.39% 0.06% 68.47% 10.98%N asional 44.42% 43.67% - 17.42%Divre IV 45.61% 34.32% - 35.12%N asional 30.75% 43.67% - 5.67%Divre IV 26.62% 34.32% - 6.11%
3.55%
-
Market Sh are ` (%)
Pemanfaatan Jaringan (%)
Pendapatan Konsolidasi (%)
Cash -Co w
Stars
G rowth Share (%)
Penetrasi Pasar (%)
92.31%
13.37%
Spe edy Stars -
Jenis Portofolio Produk Klasifik asi Pada Matrik BCG
Telkomsel Stars
StarsFlexi
PSTN
TelkomselFlash
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-7
Atribut dan sub-atribut awal yang digunakan untuk kuesioner I, yang
diperoleh dari literature penelitian terdahulu dan akan disebar untuk memperoleh
persetujuan dari responden yang dalam hal ini pihak manajemen PT. Telkom
Divre IV Jateng & DIY ditunjukkan pada Tabel 4.3, dan 4.4di bawah ini:
Tabel 4.3. Atribut Awal faktor Internal dari Penelitian Terdahulu
Faktor Internal Sumber
Produk
1. Tarif Layanan
A
2. Fitur dan Content yang Disediakan
A,B,C
3. Infrastruktur dan Teknologi yang dimiliki untuk menjamin kualitas layanan
4. Flexibilitas Jaringan
B,C
5. Product Image yang Telah Dibangun
A,C
6. Product Quality and Avaibility
B,C
7. Market share
A,B,C
8. Sales
C
Financial
1. ROA (Return of Asset)
B,C
2. ROE (Return of Equities)
B,C
3. Revenue Growth
B,C
4. Profit Margin
B,C
5. EBITDA
A, B, C
Distribution
1 Kemudahan Pelanggan dalam Melakukan Registrasi
A
2. Jumlah Indirect& Direct Channel Outlet Distribution yang Tersedia
A
3. Jaringan Distributor baik Distributor Perdana maupun Pulsa yang Memadai
A
Physical and Operational Resources
1. Jumlah BTS yang dimiliki A
2 Coverage B
3 Number of Connections are Installed and Available Network B
4. Kecepatan menanggapi komplain pelanggan A
5. Drop call A
6 Kegiatan Promo B
7 Kondisi Teknologi Akses Kabel Tembaga B
Human Resource
1. Kualitas Sumber Daya Manusia yang Dimiliki Perusahaan A
2. Ketersediaan Sistem Manajemen Peningkatan Mutu Karyawan yang Berkelanjutan
C
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-8
Tabel 4.4 Atribut Awal Faktor Eksternal dari Penelitian Terdahulu
Atribut & Sub-Atribut Ke-
Faktor Eksternal Sumber
1. Lingkungan
Umum
1. Trend Pertumbuhan Ekonomi Nasional C
2. Tingkat Inflasi B,A
3. Tingkat Suku Bunga B,A
4. Pendapatan Per-Kapita Penduduk C
5. Kondisi Politik Indonesia yang stabil
A,B
6. Aturan/Regulasi yang Dibuat oleh BRTI
A,B
7. Perubahan Pola Perilaku Masyarakat dalam Merespon Trend Teknologi
B
8. Pertumbuhan Penduduk
B
9. Densitas Telepon
A
10 Demand produk telekomunikasi yang meningkat
A
2. Lingkungan
Industri dan
Persaingan
Bisnis
1. Perang Harga / Price War B
2. Intensitas Persaingan dari Operator Lain/Kompetitor B
3. Ancaman Produk/Jasa Subsitusi B,A
4. Kekuatan Pemasok B,A
5. Kekuatan Pembeli
B,A
6. Kemudahan Entry-Barrier
B
3. Teknologi
1. High Speed Data
A
2. Trend Smartphone yang berkembang di masyarakat A
3. Security A
Keterangan kode sumber penelitian terdahulu yang digunakan:
A. Rachmawati, 2008
B. Madandan, 2009
C. Herlianto, 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-9
4.1.4 Metode Sampling dalam Pengumpulan Data
Metode sampling yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu
teknik pengambilan sampel dimana sampel yang diambil merupakan sampel
yang ditentukan sendiri berdasarkan pertimbangan dari pihak peneliti. Kelebihan
dari metode pengambilan sampel jenis ada adalah tujuan dari peneliti dapat
terpenuhi. Pada penelitian ini sampel terdiri dari orang-orang yang
berpengalaman, ahli pada suatu bidang tertentu dan memiliki relevansi dengan
tujuan penelitian. Pada pengumpulan data pendahuluan dengan menggunakan
kuesioner I yang dilakukan, sampel yang dijadikan responden penelitian
merupakan para ahli strategi yang berinteraksi dan berkecimpung langsung di
dalam persaingan industri telekomunikasi khususnya segmen industri
telekomunikasi fixed wireless access berbasis CDMA, yakni para pejabat
setingkat manager dan assistant manager dari operator penyedia layanan
telekomunikasi CDMA yang ada di regional Jawa Tengah dan Daerah Istimewa
Yogyakarta (sesuai dengan studi kasus penelitian). Sehingga kuesioner
pendahuluan atau kuesioner I dalam penitian ini akan disebarkan kepada
responden yang dalam hal ini adalah para staff dan karyawan yang menjabat
sebagai assistant manajer dari operator penyedia layanan fixed wireless access
berbasis CDMA di PT. Telkom Divre IV Jateng & DIY dan kompetitor yakni
Bakrie Esia, dan Star One. Kuesioner pendahuluan atau kuesioner I diperlukan
untuk mengetahui kesepakatan atribut dan sub-atribut dari faktor internal dan
eksternal perusahaan apa saja yang dianggap penting untuk dipertimbangkan
dalam mengevaluasi kondisi lingkungan persaingan tempat dimana portofolio
bisnis CDMA terpilih yakin Telkom Flexi bersaing dengan kompetitornya.
Atribut serta sub-atribut faktor kunci penentu keberhasilan internal dan
dan eksternal dari kuesioner I, telah mendapat persetujuan dari responden akan
menjadi atribut pada kuesioner utama atau kuesioner II. Kuesioner II digunakan
untuk mengetahui perbedaan tingkat kepentingan dari masing-masing sub-atribut
penyusun atribut kunci penentu keberhasilan internal dan eksternal. Perbedaan
kepentingan ini pada akhirnya akan menjadi dasar untuk menentukan nilai bobot
dari tiap-tiap atribut yang digunakan pada internal factor evaluation matrix dan
external factor evaluation matrix.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-10
Jumlah sampel yang diambil adalah sejumlah 30 sampel yang merupakan
para pejabat setingkat manager & assistant manager dari tiga perusahaan
operator penyedia layanan telekomunikasi fixed wireless access berbasis CDMA
yang ada di regional Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (responden
untuk kuesioner I dan II), yakni Telkom Flexi, Bakrie Esia dan Star One.
Menurut Sekaran (2000), ukuran sampel lebih dari atau sama dengan tiga puluh
dan kurang dari lima ratus adalah tepat untuk kebanyakan penelitian. Profil
responden pada kuesioner pendahuluan atau kuesioner I dan dapat dilihat pada 1
L-4.11.
Alasan mengapa untuk kuesioner I dan II responden yang dipilih
merupakan para pejabat setingkat manager dan assistant manager dari 3
perusahaan operator penyedia layanan telekomunikasi berbasis CDMA adalah
karena tujuan dari kuesioner I untuk mencari kesepakatan mengenai atribut dan
sub atribut faktor eksternal dan internal yang dianggap penting oleh keseluruhan
operator penyedia layanan CDMA, untuk dipertimbangkan dalam merancang dan
merumuskan sebuah strategi bersaing. Atribut dan sub-atribut yang telah terpilih
pada kuesioner I itu akan digunakan sebagai atribut dan sub-atribut pada
kuesioner II. Kuesioner II itu sendiri akan digunakan untuk mengetahui
perbedaan tingkat kepentingan dari masing-masing sub-atribut faktor kunci
penentu keberhasilan, yang akan digunakan untuk menghitung bobot yang
digunakan pada internal factor evaluation dan external factor evaluation matrix.
4.1.5 Pengujian Kuesioner Pendahuluan (Kuesioner I)
Skala kuesioner pendahuluan atau kuesioner I menggunakan skala nominal
untuk mendapatkan persetujuan responden dan mengetahui penting atau tidaknya
keseluruhan atribut dan sub-atribut yang kemudian digunakan untuk kuesioner II.
Dari kuesioner yang telah disebar kepada para 30 orang staff setingkat manajer
dan assistant manager dari tiga perusahaan operator penyedia layanan
telekomunikasi FWA di area Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta,
kemudian dilakukan pengujian kuesioner menggunakan Uji Cochran. Uji
Cochran digunakan untuk menguji tiga sampel atau lebih dengan catatan hasil
suatu perlakuan dinyatakan dalam dua nilai, yaitu 0 dan 1 (Santoso, 2003). Uji
ini dilakukan pada penelitian untuk uji sampel yang mempunyai data berskala
nominal (kategori). Dalam penelitian ini, H0 dan H1 yang digunakan adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-11
H0 : Semua atribut memiliki proporsi kepentingan sama
H1 : Terdapat atribut yang memiliki proporsi kepentingan berbeda
Jika semua atribut dianggap responden memiliki proporsi kepentingan
yang sama, maka terima H0 dan tolak H1. Artinya, semua responden dianggap
sepakat mengenai semua atribut sebagai atribut yang akan dipertimbangkan.
Penerimaan H0 dilakukan jika Qtabel lebih besar daripada Qhitung. Namun, jika
Qtabel lebih kecil daripada Qhitung, tolak H0 dilanjutkan penerimaan H1 karena hal
tersebut menandakan bahwa terdapat atribut yang memiliki proporsi kepentingan
berbeda. Artinya, belum ada kesepakatan di antara para responden tentang
atribut. Kemudian, nilai terhadap suatu atribut dijumlahkan. Jumlah nilai atribut
terkecil menunjukkan banyaknya responden yang menganggap tidak penting
sehingga atribut tersebut dihapus dan dilanjutkan pehitungan Uji Cochran lagi
hingga terdapat penerimaan H0. Taraf signifikasi ( ) yang digunakan adalah
sebesar 10%. Karena menurut Santoso (2003), taraf signifikansi 10% merupakan
taraf signifikansi yang diperbolehkan untuk penelitian sosial. Maka, terdapat
sekitar 10 dalam 100 peluang penolakan hipotesis yang seharusnya diterima.
Jadi, keyakinan yang dimiliki sebesar 90% bahwa keputusan yang dibuat benar.
Rekapitulasi hasil penyebaran kuesioner I dapat dilihat pada lampiran L-
4.1. Sementara hasil pengolahan menggunakan Uji Cochran yang dipeoleh dari
SPSS 15 ditampilkan pada tabel 4.5 sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-12
Tabel 4.5 Rekapitulasi Pengolahan Uji Cochran Faktor Internal & Eksternal
FAKTOR INTERNAL
Faktor Internal Iterasi Jml Sub-
Atribut
Df Qtabel Qhitung Keterangan
Produk 1 8 7 10,645 16,036
H0 ditolak
Atribut keempat
dihapus
2 7 6 7,779 4,000 H0 diterima
Physical
and
operational
resources
1 7 6 7,779 4,778 H0 diterima
Financial
1 5 4 7,779 2,000 H0 diterima
Distribusi 1 3 2 4,605
2,333 H0 diterima
Human
Resource 1 3 2 4,605 0,286 H0 diterima
Faktor Eksternal
Faktor Internal Iterasi Jml Sub-
Atribut Df Qtabel Qhitung Keterangan
Lingkungan
Umum 1 10 9 14,684 6.048 H0 diterima
Lingkungan
Persaingan
industri
1 6 5 9,236 6.111 H0 diterima
Teknologi
1 3 2 4,605 1.556 H0 diterima
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-13
Tabel 4.6 Rekapitulasi Jumlah Sub-Atribut yang Digunakan Setelah Uji Cochran
No. Atribut Jumlah Atribut yang Digunakan
Atribut Awal Atribut Akhir
Faktor Internal
1. Produk 8 7
2. Physical & operational
resources 7 7
3. Financial 5 5
4. Distribusi 3 3
5. Human Resource 3 3
Faktor Eksternal
1. Lingkungan umum 10 10
2. Lingkungan Persaingan
Industri 6 6
3. Teknologi 3 3
Dari atribut-atribut yang digunakan, terdapat kemiripan antara satu atribut
dengan yang lain. Kemiripan tersebut memungkinkan untuk dilakukan
penggabungan atribut. Karena semakin banyak variabel atau sub-atribut,
kecenderungan terjadinya pengulangan hasil evaluasi fakor internal dan eksternal
pada internal factor evaluation dan external factor evaluation matrix. Untuk itu,
dilakukan penggabungan atribut yang mirip.. Atribut dan sub-atribut yang
digabungkan, akan ditunjukkan pada tabel 4.7 berikut:
Tabel 4.7. Pengeliminasian dan Penggabungan Sub-Atribut pada kuesioner I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-14
Faktor Internal
Produk
No Sub-Atribut Awal Keterangan No Atribut Akhir
1. Infrastruktur dan Teknologi yang dimiliki untuk menjamin kualitas
layanan
Dihilangkan karena
maksud dari sub-
atribut ini telah
tercermin pada sub-
atribut nomor 1 atribut
physical and
operational resource.
1. Jumlah BTS yang dimiliki
Faktor Lingkungan Eksternal
Lingkungan Umum
1. Trend Pertumbuhan Ekonomi Digabungkan karena maksud dari atribut nomor 2,3, dan 4
telah tercermin pada atribut pertama.
1 Trend Pertumbuhan Ekonomi
Nasional
2. Tingkat Inflasi
3. Tingkat Suku Bunga
4 Pendapatan Per-Kapita Penduduk
Setelah dilakukan penyebaran ulang kuesioner I kepada responden khusus
untuk atribut produk dan lingkungan umum, didapatkan hasil seperti pada tabel
4.8 sebagai berikut:
Tabel 4.8 Rekapitulasi Hasil Pengolahan Uji Cochran setelah merger sub-atribut
Faktor Internal Iterasi Jml Sub-
Atribut
Df Qtabel Qhitung Keterangan
Produk 1 6 5 7,779 3,966 H0 diterima
Faktor Eksternal Iterasi Jml Sub-
Atribut
Df Qtabel Qhitung Keterangan
Lingk Umum 1 7 6 9,432 3,636 H0 diterima
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-15
Dari Uji Cochran yang telah dilakukan, diperoleh sub-atribut faktor kunci
keberhasilan internal dan eksternal yang akan digunakan untuk kuesioner II
seperti pada tabel 4.9 sebagai berikut:
Tabel 4.9. Atribut Faktor Internal yang Digunakan pada Kuesioner II
Faktor Internal
Produk
1. Tarif Layanan 2. Fitur dan Content yang Disediakan 3. Product Image yang Telah Dibangun 4. Product Quality and Avaibility 5. Market share 6. Sales
Financial
1. ROA (Return of Asset) 2. ROE (Return of Equities) 3. Revenue Growth 4. Profit Margin 5. EBITDA
Distribution
1 Kemudahan Pelanggan dalam Melakukan Registrasi
2. Jumlah Indirect dan Direct Channel Outlet Distribution yang Tersedia
3. Jaringan Distributor baik Distributor Perdana maupun Pulsa yang Memadai
Physical and Operational Resources
1. Jumlah BTS yang dimiliki 2 Coverage 3 Number of Connections are Installed and Available Network 4. Kecepatan menanggapi komplain pelanggan 5. Drop call 6. Kegiatan Promo
7. Kondisi Teknologi Akses Kabel Tembaga
Human Resource
1. Kualitas Sumber Daya Manusia yang Dimiliki Perusahaan
2. Ketersediaan Sistem Manajemen Peningkatan Mutu Karyawan yang Berkelanjutan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-16
Tabel 4.10. Atribut Faktor Eksternal yang Digunakan pada Kuesioner II
Lingkungan
Umum
1. Trend Pertumbuhan Ekonomi Nasional
2. Kondisi Politik Indonesia yang stabil
3. Aturan/Regulasi yang Dibuat oleh BRTI
4. Perubahan Pola Perilaku Masyarakat dalam Merespon Trend Teknologi
5. Pertumbuhan Penduduk
6. Densitas Telepon
Lingkungan
Industri dan
Persaingan
Bisnis
1. Perang Harga / Price War 2. Intensitas Persaingan dari Operator Lain/Kompetitor 3. Ancaman Produk/Jasa Subsitusi 4. Kekuatan Pemasok 5. Kekuatan Pembeli 6. Kemudahan Entry-Barrier
Teknologi
1. High Speed Data 2. Trend Smartphone yang berkembang di masyarakat
3. Security
4.1.6 Pengujian Hasil Kuesioner Utama atau Kuesioner II
Setelah atribut dan sub-atribut yang akan digunakan pada kuesioner II
terpilih, maka langkah selanjutnya adalah melakukan penyebaran kuesioner.
Responden yang dipilih pada kuesioner II sama seperti responden pada kuesioner
utama. Kuesioner II menggunakan skala likert dan sub-atribut yang digunakan
merupakan sub-atribut yamg telah mendapat kesepakatan dari para responden pada
kuesioner I. Kuesioner II digunakan untuk mengetahui tingkat perbedaan
kepentingan dari masing-masing sub-atribut yang digunakan, dan perbedaan tingkat
kepentingan tersebut akan digunakan untuk menghitung bobot dari masing-masing
faktor kunci keberhasilan yang akan digunakan tahap internal factor evaluation
matrix dan external factor evaluation matrix. Setelah dilakukan penyebaran
kuesioner II, dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas. Rekapitulasi hasil
penyebaran kuesioner dari uji validitas ada pada lampiran L-4.2.
1. Uji Validitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-17
Uji validitas dilakukan untuk setiap sub-atribut dari atribut yang akan digunakan
untuk mengevaluasi faktor internal dan eksternal perusahaan. Uji validitas dan
reliabilitas dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS 15. Pengukuran
A. Faktor Internal
1) Produk
Tabel 4.11 Hasil Uji Validitas Produk
Item -Total Statis tics
22.6667 5.954 .828 .91422.7333 5.720 .915 .902
22.7667 6.254 .687 .932
22.8333 5.937 .727 .928
22.7333 5.720 .915 .902
22.6000 6.524 .732 .926
Tarif_Layanan
FiturProduc t_Image
Produc t_Quality_and_Av aibility
Market_ShareSales
Scale Mean ifItem Deleted
ScaleVarianc e ifItem Deleted
CorrectedItem-TotalCorrelation
Cronbach'sAlpha if Item
Deleted
Jumlah responden adalah sebanyak 30 responden. Dari tabel koefisien korelasi
momen product pearson, didapatkan nilai sebagai berikut:
Jika n = 30, r = 0.361
Dari hasil r hitung, tampak bahwa r hitung untuk setiap sub-atribut dari atribut
produk tersebut lebih besar daripada r tabel (lebih besar daripada 0,361), maka
dapat dikatakan kesemua sub-atribut dalam atribut produk tersebut valid.
2) Physical and Operational Resources
Tabel 4.12 Hasil Uji Validitas Physical and Operational Resources
Item-Total Statistics
17.8667 3.499 .648 .818
17.9333 3.375 .698 .805
18.0667 3.237 .678 .811
18.0000 3.517 .610 .828
18.1333 3.499 .648 .818
Jumlah_BTS
Coverage
Number_of_connection
Kecptn_Menganggapi_Komplain
Call_Drop
Scale Mean ifItem Deleted
ScaleVariance if
Item Deleted
CorrectedItem-TotalCorrelation
Cronbach'sAlpha if Item
Deleted
Jumlah responden adalah sebanyak 30 responden. Dari tabel koefisien korelasi
momen product pearson, didapatkan nilai sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-18
Jika n = 30, r = 0.361
Dari hasil r hitung, tampak bahwa r hitung untuk setiap sub-atribut dari atribut
operational resource tersebut lebih besar daripada r tabel (lebih besar daripada
0,361), maka dapat dikatakan kesemua sub-atribut dalam atribut Physical and
Operational Resources tersebut valid.
3) Financial
Tabel 4.13. Hasil Uji Validitas Financial
Item-Total Statistics
18.1000 3.197 .638 .837
17.8667 3.499 .718 .81818.0333 3.275 .683 .823
17.9667 3.206 .731 .810
18.1667 3.454 .606 .842
ROA
ROERevenue_Growth
Prof it_Margin
EBITDA
Scale Mean ifItem Deleted
ScaleVariance if
Item Deleted
CorrectedItem-TotalCorrelation
Cronbach'sAlpha if Item
Delet ed
Jumlah responden adalah sebanyak 30 responden. Dari tabel koefisien korelasi
momen product pearson, didapatkan nilai sebagai berikut:
Jika n = 30, r = 0.361
Dari hasil r hitung, tampak bahwa r hitung untuk setiap sub-atribut dari atribut
Finacial tersebut lebih besar daripada r tabel (lebih besar daripada 0,361), maka
dapat dikatakan kesemua sub-atribut dalam atribut financial tersebut valid.
4) Distribution
Tabel 4.14. Hasil Uji Validitas Distribution
Item-Total Statistics
8.9333 1.099 .644 .690
9.0667 1.030 .604 .737
9.0000 1.103 .631 .704
Kemudahan_RegisrtrasiJumlah_Indirect_and_Direct_Channel_Distribution
Jaringan_Distributor_Perdana_maupun_Pulsa
Scale Mean ifItem Deleted
ScaleVariance if
Item Deleted
CorrectedItem-TotalCorrelation
Cronbach'sAlpha if Item
Deleted
Jumlah responden adalah sebanyak 30 responden. Dari tabel koefisien korelasi
momen product pearson, didapatkan nilai sebagai berikut:
Jika n = 30, r = 0.361
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-19
Dari hasil r hitung, tampak bahwa r hitung untuk setiap sub-atribut dari atribut
Distribution tersebut lebih besar daripada r tabel (lebih besar daripada 0,361),
maka dapat dikatakan kesemua sub-atribut dalam atribut distribution tersebut
valid.
5) Human Resource
Tabel 4.15 Hasil Uji Validitas Human Resource
Item -Total Statis tics
8.9667 1.068 .790 .646
9.0000 1.241 .595 .837
9.0333 1.068 .665 .775
Kualitas_SDM
Manajemen_SDM
Teknik_Telepon
Scale Mean ifItem Deleted
ScaleVariance ifItem Deleted
Correc tedItem-TotalCorrelation
Cronbach'sAlpha if Item
Deleted
Jumlah responden adalah sebanyak 30 responden. Dari tabel koefisien korelasi
momen product pearson, didapatkan nilai sebagai berikut:
Jika n = 30, r = 0.361
Dari hasil r hitung, tampak bahwa r hitung untuk setiap sub-atribut dari atribut
Human Resource tersebut lebih besar daripada r tabel (lebih besar daripada
0,361), maka dapat dikatakan kesemua sub-atribut dalam atribut Human
Resource tersebut valid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-20
B. Faktor Eksternal
1) Lingkungan Umum
Tabel 4.16. Hasil Uji Validitas Lingkungan Umum
Item-Total Statistics
40.6333 14.240 .697 .911
40.4667 14.878 .711 .910
40.5667 14.185 .786 .905
40.3667 14.792 .779 .907
40.6000 14.455 .721 .909
40.7333 14.823 .592 .917
40.5333 14.120 .802 .904
40.5000 14.810 .627 .914
40.4667 14.740 .649 .913
40.4333 15.220 .624 .914
Trend_Pertumbuhan_Ekonomi_Nasional
Tingkat_InflasiTingkat_Suku_Bunga
Pendapatan_Perkapita_Penduduk
Kondisi_Stabilitas_Politik_Dalam_Dan_Luar_Negeri
Aturan_Regulasi_BRTI
Perubahan_Pola_Perilaku_Masy
Pertumbuhan_PendudukDensitas_Telekomunikasi
Demand
Scale Mean ifItem Deleted
ScaleVariance if
Item Deleted
CorrectedItem-TotalCorrelation
Cronbach'sAlpha if Item
Deleted
Jumlah responden adalah sebanyak 30 responden. Dari tabel koefisien korelasi
momen product pearson, didapatkan nilai sebagai berikut:
Jika n = 30, r = 0.361
Dari hasil r hitung, tampak bahwa r hitung untuk setiap sub-atribut dari atribut
lingkungan umum tersebut lebih besar daripada r tabel (lebih besar daripada
0,361), maka dapat dikatakan kesemua sub-atribut dalam atribut lingkungan
umum tersebut valid.
2) Lingkungan Industri dan Persaingan Bisnis
Tabel 4.17. Hasil Uji Validitas Lingkungan Umum
Item-Total Statistics
22.8667 3.706 .422 .73822.7667 3.978 .434 .731
22.7000 3.872 .417 .736
22.6333 3.826 .564 .70122.7000 3.459 .639 .675
22.8333 3.523 .506 .713
Perang_harga
Intensitas_PersainganAncaman_Produk_SubsitusiKekuatan_PemasokKekuatan_Pembeli
Kemudahan_Ent ry_Barrier
Scale Mean ifItem Deleted
ScaleVariance if
Item Deleted
CorrectedItem-TotalCorrelation
Cronbach'sAlpha if Item
Deleted
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-21
Dari hasil r hitung, tampak bahwa r hitung untuk setiap sub-atribut dari atribut
lingkungan umum tersebut lebih besar daripada r tabel (lebih besar daripada
0,361), maka dapat dikatakan kesemua sub-atribut dalam atribut lingkungan
umum tersebut valid.
3) Teknologi
Tabel 4.18. Hasil Uji Validitas Teknologi
Item-Total Statistics
8.9000 .990 .424 .697
8.8333 .971 .642 .398
8.9333 1.168 .442 .650
High_speed_data
Trend_Teknologi
Security
Scale Mean ifItem Deleted
ScaleVariance if
Item Deleted
CorrectedItem-TotalCorrelation
Cronbach'sAlpha if Item
Deleted
Dari hasil r hitung, tampak bahwa r hitung untuk setiap sub-atribut dari atribut
teknologi tersebut lebih besar daripada r tabel (lebih besar daripada 0,361), maka
dapat dikatakan kesemua sub-atribut dalam atribut lingkungan umum tersebut
valid.
2. Uji Reliabilitas
Uji realibilitas dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS 15. Hasil uji
reliabilitas akan ditunjukkan pada tabel 4.25 sebagai berikut:
Tabel 4.19. Rekapitulasi Hasil Uji Reliabilitas
Rekapitulasi Hasil Uji Reliabilitas Faktor Internal
1 Produk 0.939 2 Financial 0.856 3 Physical and Operational Resources 0.847 4 Distribution 0.786 5 Human Resources 0.824
Faktor Eksternal 1 Lingkungan Umum 0.919 2 Lingkungan Persaingan dan Bisnis 0.752 3 Teknologi 0.68
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-22
Untuk mengetahui apakah instrumen reliabel atau tidak, dapat dilihat dari nilai
. Menurut Malhotra dan Galletra (1999), suatu instrumen
dikatakan reliabel jika nilai lebih besar dari 0,6.
Pada Faktor internal, keseluruhan atribut dalam faktor internal yaitu produk,
financial, Physical and Operational Resources, Distribution, serta Human
resources memiliki nilai masing-masing sebesar 0,939, 0,856,
0,847, 0,786, 0,824 dimana keseluruhan nilai untuk atribut tersebut lebih besar
dari 0,6. Pada Faktor eksternal, keseluruhan atribut dalam faktor eksternal yaitu
lingkungan umum, lingkungan persaingan dan bisnis, dan teknologi memiliki
nilai masing-masing sebesar 0,919, 0,752, 0,680 dimana
keseluruhan nilai untuk atribut tersebut lebih besar dari 0,6. Sehingga dapat
dikatakan bahwa keseluruhan sub-atribut faktor kunci keberhasilan faktor
internal dan eksternal di atas reliabel.
4.1.7 Hasil Perhitungan Skor Likert Pada Kuesioner Utama atau Kuesioner II
Jawaban responden terhadap skala likert yang diberikan kemudian
dijumlahkan kemudian dibuat range untuk mengetahui letak kecenderungan
jawaban responden (Sugiyono, 2007). Skor likert untuk perhitungan adalah sebagai
berikut:
SP = Sangat Penting diberi skor 5
P = Penting diberi skor 4
R = Ragu-Ragu diberi skor 3
TP = Tidak Penting diberi skor 2
STP = Sangat Tidak Penting diberi skor 1
Rekapitulasi hasil perhitungan skor likert akan ditunjukkan pada tabel 4.20 dan
4.21 sebagai berikut:
STP TP R P
30 60 90 120
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-23
Tabel 4.20. Rekapitulasi Skala Likert Kuesioner II
Faktor Internal Atribut Sub-Atribut Skor Kategori
Produk
Tarif Layanan 130 Daerah Penting Fitur dan Content yang Disediakan
136 Daerah Penting
Flexibilitas Jaringan 140 Daerah Penting Product Image yang Telah Dibangun
135 Daerah Penting
Product Quality and Avaibility 133 Daerah Penting Market share 136 Daerah Penting Sales 129 Daerah Penting
Financial
ROA (Return of Asset) 133 Daerah penting ROE (Return of Equities) 140 Daerah penting Revenue Growth 135 Daerah penting Profit Margin 137 Daerah penting EBITDA 131 Daerah penting
Distribution
Kemudahan Registrasi 137 Daerah penting Jumlah Indirect & Direct Channel Outlet Distribution
133 Daerah penting
Jaringan Distributor Perdana & Pulsa 135 Daerah penting
Physical and Operational Resources
Jumlah BTS yang dimiliki 133 Daerah penting Coverage 137 Daerah penting Number of Connections are Installed and Available Network
133 Daerah penting
Kecepatan menanggapi komplain pelanggan 135 Daerah penting
Drop call 131 Daerah penting
Human Resources
Kualitas SDM 133 Daerah penting Ketersediaan Sistem Manajemen Peningkatan Mutu 137 Daerah penting
Teknik Telepon 133 Daerah penting
Faktor Eksternal
Lingkungan Umum
Trend Pertumbuhan Ekonomi Nasional 132 Daerah Penting
Kondisi Politik Indonesia yang stabil 137 Daerah Penting Aturan/Regulasi yang Dibuat oleh BRTI 134 Daerah Penting Perubahan Pola Perilaku Masyarakat dalam Merespon Trend Teknologi
140 Daerah Penting
Pertumbuhan Penduduk 133 Daerah Penting Densitas Telepon 129 Daerah Penting
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-24
Tabel 4.21 Rekapitulasi Skala Likert Kuesioner II (Lanjutan)
FAKTOR EKSTERNAL Atribut Sub-Atribut Skor Kategori
Lingkungan Industri dan
Persaingan Bisnis
Perang Harga / Price War 138 Daerah Penting Intensitas Persaingan dari Operator
Lain/Kompetitor 136 Daerah Penting
Ancaman Produk/Jasa Subsitusi 140 Daerah Penting Kekuatan Pemasok 125 Daerah Penting Kekuatan Pembeli 121 Daerah Penting
Teknologi
High Speed Data 133 Daerah Penting Trend Smartphone yang berkembang di
masyarakat 135 Daerah Penting
Security 132 Daerah Penting
4.2 Evaluasi Sub-Atribut Penyusun Atribut Faktor Lingkungan Internal Dan
Eksternal
Faktor lingkungan internal dan eksternal yang dievaluasi merupakan hasil
pengolahan data atribut dari faktor-faktor internal dan eksternal pada kuesioner
utama atau kuesioner II. Atribut faktor lingkungan internal dan eksternal yang akan
dievaluasi seperti pada tabel 4.22 dan 4.23 sebagai berikut:
Tabel 4.22. Rekapitulasi sub-atribut faktor kunci keberhasilan yang dievaluasi
Faktor Internal Faktor Eksternal
Produk Lingkungan Umum 1. Tarif Layanan 1. Trend Pertumbuhan Ekonomi
Nasional
2. Fitur dan Content yang Disediakan
2. Kondisi Politik Indonesia yang stabil
3. Product Image yang Telah Dibangun
3. Aturan/Regulasi yang Dibuat oleh BRTI (KM 31/2003 dan KM 35/2004)
4. Product Quality and Avaibility 4. Perubahan Pola Perilaku Masyarakat dalam Merespon Trend Teknologi
5. Market share 5. Pertumbuhan Penduduk
6. Sales 6. Densitas Telepon
7. Demand
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-25
Tabel 4.23. Rekapitulasi sub-atribut faktor kunci keberhasilan yang dievaluasi
Faktor Internal Faktor Eksternal
Financial Lingkungan Industri & Persaingan
1. ROA (Return of Asset) 1. Perang Harga / Price War
2. ROE (Return of Equities) 2. Intensitas Persaingan dari Operator Lain/Kompetitor
3. Revenue Growth 3. Ancaman Produk/Jasa Subsitusi
4. Profit Margin 4. Kekuatan Pemasok 5. EBITDA 5.
Kekuatan Pembeli Distribution 6. Kemudahan Entry-Barrier
1 Kemudahan Pelanggan dalam Melakukan Registrasi Teknologi
2. Jumlah Indirect dan Direct Channel Outlet Distribution yang Tersedia
1. High Speed Data
3. Jaringan Distributor baik Distributor Perdana maupun Pulsa yang Memadai dan Efektif
2. Trend Smartphone yang berkembang
di masyarakat
Physical and Operational Resources 3. Security
1. Jumlah BTS yang dimiliki
2. Coverage
3. Number of Connections are Installed and Available Network
4. Kecepatan menanggapi komplain pelanggan
5. Drop call
6. Kegiatan Promo
7. Kondisi Teknologi Akses Kabel Tembaga
Human Resource
1. Kualitas Sumber Daya Manusia yang Dimiliki Perusahaan
2. Ketersediaan Sistem Manajemen Pengukuran dan Peningkatan Mutu Karyawan yang Berkelanjutan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-26
4.2.1 Evaluasi Faktor Internal
A. Produk
1. Tarif Layanan
Penetapan tarif pada layanan fixed wireless access berbasis CDMA
didasarkan pada keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia No.
35 tahun 2004, yang terdiri dari biaya aktivasi, biaya bulanan, biaya
pemakaian dan biaya fasilitas tambahan. Dalam penerapannya, tarif yang
dikenakan untuk layanan pascabayar terdiri dari biaya bulanan
(abonemen), biaya pemakaian dan biaya fasilitas tambahan. Sedangkan
untuk layananan prabayar, tarif yang dikenakan terdiri dari biaya
pemakaian dan biaya fasilitas tambahan. Evaluasi tarif layanan dilakukan
dengan cara mengkomparasikan besaran tarif layanan panggilan lokal,
SLJJ, SMS dan Data Telkom Flexi terhadap perusahaan operator pesaing
yang ada di Area Jateng & DIY. Berdasarkan data internal PTPT. Telkom
Divre IV Jateng & DIYtahun 2011, kontribusi terhadap pendapatan
Telkom Flexi masih didominasi oleh pemasukan dari penyelenggaran
SMS, panggilan lokal & SLJJ dan layanan data. Sehingga evaluasi tarif
dilakukan terhadap 4 jenis layanan ini. Pada tabel 4.24 di bawah ini
merupakan perbandingan tarif layanan panggilan lokal antar operator
CDMA.
Tabel 4.24. Perbandingan Tarif Layanan Panggilan Lokal
Operator Tarif Satuan Tarif Biaya Fasilitas Tambahan Tarif/jam Free Talk Tariff aDer FreetalkFlexi 49 menit 50 pada menit pertama 2990 V 1495Esia 50 menit 280 pada menit pertama 3280 V 1000
Star One 25 menit 45 pada menit pertama 1545 - 1545
Operator Tarif Satuan Tarif Biaya Fasilitas Tambahan Tarif/jam Free Talk Tariff aDe r FreetalkFlexi 364 menit 50 pada menit pertama 21890 V 10945Esia 250 menit 280 pada menit pertama 15280 - 15280
Star One 250 menit 45 pada menit pertama 15045 - 15045
Operator Tarif Satuan Tarif Biaya Fasilitas Tambahan Tarif/jam Free Talk Tariff aDe r FreetalkFlexi 709 menit 50 pada menit pertama 42590 V 21295Esia 800 menit 280 pada menit pertama 48280 - 48280
Star One 700 menit 45 pada menit pertama 42045 - 42045
Tarif Panggilan LokalSesama Operator
Operator Lain FWA
Ke GSM
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-27
Berdasarkan tabel 4.24, tarif layanan per-menit untuk layanan panggilan
lokal ke sesama operator Telkom Flexi lebih murah dibandingkan dengan
kompetitor utamanya Esia. Namun apabila tarif layanannya tidak dilihat
dari tarif layanan per-menit melainkan per-jam, Bakrie Esia memberikan
tarif layanan yang jauh lebih murah yakni Rp. 1000,- dari tarif yang
semestinya dikenakan yakni Rp. 3280,-.
Berdasarkan data internal dari PTPT. Telkom Divre IV Jateng &
DIYJateng DIY periode Desember 2010-Desember 2011, sekitar 75.3%
lamanya waktu panggilan udara (air talk-time) adalah berada di kisaran
waktu 25-40 menit atau tidak mencapai 1 jam. Sehingga pihak perusahaan
menilai bahwa penetapan kebijakan tarif layanan panggilan lokal sebesar
Rp. 49,- per-menit dan bonus bicara per-menit bukan per-jam dinilai sudah
tepat. Bonus tambahan pulsa bebas bicara yang besaran bonus waktu
bicaranya tergantung dari lamanya waktu terakhir kali melakukan
panggilan, misalnya apabila lamanya waktu pelanggan melakukan
panggilan terakhir kali adalah 15 menit, maka pelanggan itu berhak untuk
mendapatkan bonus tambahan pulsa bebas bicara yang lama waktunya
adalah sebesar 15 menit pada panggilan berikutnya. Bonus pulsa bebas
bicara Telkom Flexi ini berlaku juga untuk panggilan lokal dan SLJJ ke
operator FWA lain dan seluler.
Untuk tarif layanan panggilan lokal ke perusahaan operator FWA (fixed
wireless access) lain, Telkom Flexi memiliki tarif yang relatif lebih mahal
dibandingkan dengan kompetitornya Bakrie Esia yakni sebesar Rp. 364,-
/menit (Rp. 21.890,-/jam) dan Esia sebesar Rp. 250,-/menit (Rp. 15.280,-
/jam). Akan tetapi apabila promo bonus pulsa bebas bicara Telkom Flexi
ini diakumulasikan kedalam tarif, maka besaran tarif layanan panggilan
lokal ke operator FWA lain (fixed wireless access) yang ditetapkan oleh
Telkom Flexi ini akan sama dengan separuh dari tarif layanan lokal lintas
operator FWA yang semestinya dibebankan. Sementara itu berdasarkan
data internal perusahaan PT. Telkom Divre IV periode 2010-2011 apabila
dilihat dari prosentase jumlah panggilan lokal yang dilakukan baik itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-28
panggilan lokal dari Telkom Flexi ke sesama operator, Telkom Flexi ke
operator FWA lain, dan Telkom Flexi ke seluler, maka jumlah aktivitas
panggilan lokal yang dilakukan dari Telkom Flexi ke perusahaan operator
FWA lain hanya sebesar 20%, sementara 80% lainnya berasal dari
penyelenggaraan panggilan lokal ke sesama operator Telkom Flexi (63 %)
dan panggilan lokal dari Telkom Flexi ke seluler (17%). Dengan kata lain,
karena aktivitas panggilan lokal Telkom Flexi lebih didominasi oleh
panggilan lokal ke sesama operator, maka penetapan harga yang murah
lebih di tekankan pada penyelenggaraan layanan lokal ke sesama operator.
Sehingga pihak perusahaan menilai bahwa penetapan besaran tarif layanan
panggilan lokal baik ke sesama operator, lintas operator FWA dan seluer
ini sudah dianggap tepat. Pada tabel 4.25 di bawah ini merupakan
perbandingan tarif layanan SLJJ antar operator CDMA.
Tabel 4.25. Perbandingan Tarif Layanan Panggilan SLJJ
Operator Tarif Satuan Tarif Biaya Fasilitas Tambahan Tarif/jam Free Talk Tariff aDer FreetalkFlexi 49 menit 50 pada menit pertama 2990 V 1495Esia 50 menit 120 pada menit pertama 3280 V 1800
Star One 25 menit 45 pada menit pertama 1545 - 1545
Operator Tarif Satuan Tarif Biaya Fasilitas Tambahan Tarif/jam Free Talk Tariff aDer FreetalkFlexi 1800 menit 50 pada menit pertama 108050 v 54025Esia 1364 menit 120 pada menit pertama 81960 - 81960
Star One 1250 menit 45 pada menit pertama 75045 - 75045
Operator Tarif Satuan Tarif Biaya Fasilitas Tambahan Tarif/jam Free Talk Tariff aDer FreetalkFlexi 1454 menit 50 pada menit pertama 87290 V 43645Esia 2727 menit 120 pada menit pertama 163900 - 163900
Star One 1250 menit 45 pada menit pertama 75045 - 75045
Sesama OperatorTarif SLJJ
Operator Lain FWA
Ke GSM
Berdasarkan Tarif Layanan Panggilan SLJJ yang disajikan pada table 4.25,
besaran tarif layanan panggilan SLJJ per-menit ke sesama operator
Telkom Flexi memberikan tarif layanan per-menit yang jauh lebih murah
dibandingkan tarif kompetitor utamanya Esia. Akan tetapi Esia
menetapkan kebijakan harga layanan SLJJ ke sesama operator Esia yang
jauh lebih murah apabila telah melakukan panggilan minimal satu jam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-29
yaitu Rp 1.800,-/jam dari tarif layanan yang semestinya dibebankan yaitu
Rp. 3.280,-/jam. Berdasarkan data internal dari PT. Telkom Divre IV
Jateng & DIY periode Desember 2010-Desember 2011, sekitar 75.3%
lamanya waktu panggilan udara (air talk-time) adalah berada di kisaran
waktu 20-45 menit atau tidak mencapai 1 jam. Sehingga oleh pihak
Telkom Flexi kebijakan penetapan besaran tarif untuk layanan panggilan
SLJJ ke sesama operator Telkom Flexi sebesar Rp. 49,- /menit telah dinilai
tepat.
Untuk besaran tarif layanan panggilan SLJJ ke perusahaan operator FWA
(Fixed Wireless Access) lain, Telkom Flexi menetapkan tarif per-menit
yang jauh lebih mahal apabila dibandingkan dengan tarif yang ditetapkan
oleh kompetitor utamanya yaitu Bakrie Esia. Berdasarkan data internal
kontribusi pendapatan yang diberikan atas penyelenggaraan layanan
panggilan SLJJ milik PT. Telekomunikasi Divre IV, kontribusi
pendapataan yang diberikan atas penyelenggaraan layanan SLJJ dari
Telkom Flexi ke perusahaan operator FWA lain baru sebesar 13 % dari
total pendapatan penyelenggaran layanan panggilan SLJJ. Sehingga
kebijakan harga ini perlu ditinjau ulang untuk meningkatkan pendapatan
dari sektor layanan panggilan SLJJ dari Telkom Flexi ke perusahaan
operator lain. Sementara untuk layanan panggilan SLJJ ke seluler, Telkom
Flexi menetapkan besaran tarif per-menit yang jauh lebih murah apabila
dibandingkan dengan kompetitornya Bakrie Esia.
Tabel 4.26. Tarif Layanan SMS
Operator Sesama Operator FWA Lain SelulerFlexi 91 150 150ESIA 165 165 165
StarOne 25 150 150
Tarif SMS
Berdasarkan Tabel 4.26 yang merupakan tabel tarif layanan SMS (short
message service), apabila dibandingkan dengan pesaing utamanya yakni
Bakrie Esia, Telkom Flexi memberikan penawaran tarif layanan SMS
yang jauh lebih murah baik ke sesama operator, ke perusahaan operator
FWA lain maupun ke seluler. Kebijakan promosi tarif murah SMS yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-30
ditawarkan oleh Bakrie Esia yakni tarif sms yang dihitung per-karakter
sebesar Rp. 1,-/karakter sepintas memang memberikan metode
perhitungan tarif pulsa SMS yang lebih objektif dan menarik bagi
konsumen. Akan tetapi apabila di hitung berdasarkan 1 SMS yang terdiri
dari 160 karakter, metode perhitungan tarif SMS Rp. 1,-/karakter milik
Bakrie Esia memberikan tarif yang justru jauh lebih mahal yaitu Rp. 160,-
/sms (160 karakter) dibanding dengan Telkom Flexi yang hanya Rp.91,-
/sms (sudah termasuk PPN). Atas dasar yang telah dikemukakan di atas,
maka kebijakan tarif yang telah ditetapkan oleh Telkom Flexi baik Lokal,
SLJJ, SMS dan data sudah dinilai tepat untuk bersaing dengan kompetitor
utamanya yakni Bakrie Esia.
Sehingga tarif layanan yang telah ditetapkan oleh Telkom Flexi
merupakan kekuatan yang dapat dimanfaatkan untuk terus bersaing pada
segmen industri layanan telekomunkasi Fixed Wireless Access (FWA).
Pada sub-atribut tarif layanan pada Internal Factor Evaluation Matrix,
Tarif layanan Telkom Flexi diberi rating score nilai 3 merupakan
indikator kekuatan meski Telkom Flexi bukan merupakan perusahaan
operator yang memberikan tarif layanan paling murah (Tarif layanan Flexi
lebih mahal apabila dibandingkan dengan StarOne, masih jauh lebih
murah apabila dibandingkan dengan tarif layanan kompetitor utamanya
ESIA dan tarif layanan perusahaan operator seluler lain).
2. Fitur dan Content yang Disediakan
Fitur dan Content yang ditawarkan merupakan kelebihan-kelebihan yang
ditawarkan oleh Telkom Flexi dan menjadi suatu identitas pembeda dan
tidak dimiliki oleh perusahaan operator penyedia layanan telekomunikasi
yang lain. Menurut Kotler (2003), sebuah identitas merek/brand yang
dikelola dengan baik, kontinyu dan berkesinambungan merupakan suatu
pendiferensiasi yang dapat dijadikan sebuah kekuatan dan keunggulan
sebuah brand untuk bersaing dengan produk-produk sejenis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-31
Tabel 4.27 Jumlah Fitur yang Dimiliki oleh Masing-Masing operator
Operator Jumlah FiturFlexi 24Esia 31
Star One 15Telkomsel 49
Indosat IM 3 45SmartFren 33
XL 37
Fitur yang 7imiliki
Dari tabel 4.27 dapat dilihat bahwa dari segi jumlah fitur yang ditawarkan
oleh Telkom Flexi masih kalah apabila dibandingkan dengan kompetitor
utamanya Bakrie Esia dan hanya unggul dari Star-One. Secara umum,
fitur-fitur yang ditawarkan oleh operator penyedia layanan general
cellular mobile (GSM) jauh lebih banyak dari sisi jumlah dan lebih
bervariasi dari sisi jenisnya apabila dibandingkan dengan fitur yang
ditawarkan oleh operator penyedia layanan fixed wireless access. Ini tentu
saja akan menjadi kelemahan sekaligus ancaman bagi operator penyedia
layanan telekomunikasi berbasis fixed wireless access khususnya Telkom
Flexi dalam rangka memenangkan persaingan bisnis industri
telekomunikasi yang sudah demikian ketat. Dibutuhkan upaya untuk
memperbaiki kualitas dan kuantitas fitur-fitur yang ditawarkan agar dapat
bersaing dengan operator general cellular mobile. Menurut data internal
PT. Telekomunikasi Indonesia Divre IV, proporsi jumlah pendapatan dari
penggunaan layanan fitur dan content yang ditawarkan Telkom Flexi
terhadap keseluruhan pendapatan Telkom Flexi sepanjang tahun 2010-
2011 baru mencapai angka 2.4 %. Padahal portofolio bisnis Telkom
lainnya yang bergerak pada segmen seluler yaitu Telkomsel Divre IV
Jateng & DIY, pendapatan yang berasal dari penggunaan layanan fitur dan
content telah mencapai angka 4.8%, sementara kompetitor utamanya di
segmen industri perusahaan telekomunikasi fixed wireless mobile Bakrie
Esia telah mencapai angka yang jauh lebih tinggi daripada Telkom flexi
yaitu 6.9%. Ini membuktikan bahwa pengembangan layanan fitur dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-32
content yang ditawarkan oleh Telkom Flexi belum dilakukan secara
maksimal.
Pada tabel 4.28 dibawah ini merupakan fitur-fitur yang dimiliki oleh
Telkom Flexi, dan pada tabel tersebut juga akan diperbandingkan antara
fitur-fitur yang dimiliki oleh Telkom Flexi terhadap fitur yang dimiliki
operator pesaing.
Tabel 4.28. Jenis Fitur yang dimiliki Telkom Flexi dan Kompetitor
Dari fitur-fitur yang dimiliki oleh Telkom flexi seperti yang telah disajikan
pada tabel 4.28, terlihat bahwa hampir seluruh fitur yang dimiliki oleh
Telkom Flexi juga dimiliki oleh operator pesaing baik CDMA maupun
seluler. Telkom Flexi hanya berhasil membangun keunggulan diferensiasi
fitur pada fitur Flexi Radio dan Flexi Hotspot dimana kedua fitur ini tidak
dimiliki oleh operator penyedia layanan telekomunikasi yang lain. Namun
No Jenis Fitur Telkom FLEXI Esia Star One Telkomsel Indosat IM 3 SmartFren
1 Voice MailBox V V V V V2 Call Hold V V V V V3 Call Waiぼng V V V V V4 Call Forwarding V V V V V5 Flexi Confrence V - V V -6 SMS Internasional V V V V V7 Flexi Milis V V V V V8 Facebook SMS V - V V V9 Twiゆer SMS V V V V V
10 SMS Iklan V - V V V11 SMS PRO - - V V -12 Flexi Transfer V - - V -13 Flexi M Banking V V V V V14 Flexi Combo - - V V -15 Flexi Combo Plus - - V V -16 Flexi Radio - - - - -17 Flexi Premi V V V V V18 Flexi Mobile BroadBrand V - V V V19 Flexi Net Unlimited V V V V V20 Flexi PDN V V V V V21 Flexi Hotspot V - - - -22 Acぼvaぼon Schedule Profile V V V V V23 Call Barring V V V V V24 Priority Access V V V V V
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-33
sayang menurut data internal perusahaan PT. Telkom Divre IV periode
2010-2011 kedua fitur tersebut belum berkontribusi secara maksimal,
karena jumlah pengguna layanan Telkom Flexi yang menggunakan kedua
jenis layanan fitur ini masih sangat rendah. Sementara itu disisi yang lain,
kompetitor utamanya yakni Esia telah berhasil membangun keunikan dan
diferensiasi fitur melalui
fitur ini tidak dimiliki oleh operator pesaing baik dari FWA maupun
seluer. Menurut data internal perusahaan PT. Bakrie Telecom Area Jawa
Tengah dan DIY periode 2010-2011 jumlah pengguna Esia yang
berlanggana
20% sejak pertama kali fitur tersebut diluncurkan.
Sehingga pada Internal Factor Evaluation Matrix untuk sub-atribut fitur
dan content yang ditawarkan akan diberi score nilai -4 sebagai indikator
kelemahan karena Telkom Flexi masih belum mampu bersaing secara
kuantitas dan kualitas dalam hal penyediaan layanan fitur dan content.
3. Produk Image yang telah dibangun
Flexi merupakan salah satu portofolio bisnis yang dimiliki oleh PT.
Telekomunikasi Indonesia tbk (Telkom Group). Berdasarkan data yang
diperoleh dari annual report Badan Regulator Telekomunikasi Indonesia,
saat ini Telkom Flexi merupakan market leader dalam segmen industri
penyedia layanan telekomunikasi fixed wireless access (FWA) berbasis
CDMA dengan market share nasional adalah sebesar 57,16%, dan market
share di Telkom Divre IV Jateng & DIY adalah sebesar 56,91 %. Sejalan
dengan posisi Telkom Flexi sebagai market leader di segmen fixed
wireless access telah membuat brand Telkom Flexi dikenal secara luas.
Berdasarkan riset yang telah dilakukan oleh Media Indonesia dan direlease
pada pertengahan 2011, saat ini Telkom Flexi menempati urutan ke-4
sebagai Top of Brand value perusahaan layanan telekomunikasi. Nilai Top
of Brand Value Telkom Flexi berhasil mengungguli kompetitor utamanya
di segmen industri penyedia layanan telekomunikasi FWA Bakrie Esia dan
masih kalah apabila dibandingkan tiga perusahaan operator penyedia
layanan seluler Telkomsel, Indosat IM3 dan XL. Tabel 4.29 di bawah ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-34
merupakan riset yang telah dilakukan oleh Media Indonesia untuk
mengukur top of mind dari setiap opertator penyedia layanan
telekomunikasi di Indonesia.
Tabel 4.29. Riset yang Telah dilakukan oleh Media Indonesia (2011)
Berdasarkan uraian dan data tersebut, maka Internal Factor Evaluation
Matrix untuk sub-atribut Brand Image yang telah berhasil dibangun oleh
Telkom Flexi akan diberi score nilai 3 yang merupakan indikator
kekuatan. Top Brand Image Value dari merek Telkom Flexi masih relatif
unggul apabila dibandingkan dengan kompetitor pada segmen industri
yang sama Bakrie Esia, dan masih kalah apabila dibandingkan perusahaan
operator seluler Telkomsel, Indosat dan XL.
4. Product Quality and Avaibility
Berdasarkan hasil pengukuran CSI (Customer Satisfaction Index) yang
telah dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan PTPT. Telkom Divre
IV Jateng & DIYJawa Tengah dan DIY yang bekerja sama dengan
perusahaan survei independen dengan menggunakan teknik convenience
sampling. Kemudian data-data yang diperoleh diolah dengan
menggunakan metode CSI (Customer Satisfacion Index) yaitu suatu
metode yang digunakan untuk menghitung tingkat kepuasan pelanggan
dan metode ZOT (Zone of Tolerance) yaitu merupakan metode
perhitungan area toleransi yang merupakan nilai yang akan menunjukkan
tingkat terendah dari sebuah pelayanan untuk dapat ditoleransi, serta nilai
tertinggi dimana pelayanan itu diharapkan dapat memenuhi keinginan
konsumen, diperoleh hasil pengukuran bahwa nilai rata-rata harapan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-35
pelanggan untuk layanan dasar Telkom Flexi (SMS, Call, Data Access)
adalah 3,23 yang berarti pelanggan mengharapkan memberikan pelayanan
yang baik kepadanya, sedangkan layanan yang diterima pelanggan berada
pada nilai 2,74 yang berarti performansi atau kualitas dari pelayanan yang
diberikan masih belum dapat memuaskan pelanggan.
Hal ini juga ditunjukkan dengan nilai posisi ZOT sebesar 0,30, yang
berarti kualitas pelayanan yang diberikan hanya baru dapat memenuhi
30% dari harapan pelanggan. Walaupun nilai CSI rata-rata untuk layanan
dasar diperoleh sebesar 84,88%, masih banyak variabel-variabel dari
layanan ini yang nilai CSI nya berada di bawah dari nilai CSI ratarata.
Sehingga dapat dikatakan kualitas pelayanan untuk layanan dasar (SMS,
Call, Data Access) yang diberikan masih relatif buruk.
Untuk layanan pendukung diperoleh bahwa nilai rata-rata harapan
pelanggan adalah sebesar 3,12 dan layanan yang diterima pelanggan
sebesar 2,6, sehingga dapat dikatakan bahwa kualitas layanan yang
diberikan masih belum dapat memuaskan pelanggan. Dimana sama seperti
dengan layanan dasar, kualitas pelayanan yang diterima oleh layanan
pendukung berdasarkan nilai posisi ZOT juga hanya dapat memenuhi 40%
dari harapan pelanggan.
Apabila dibandingkan dengan nilai CSI rata-rata layanan dasar yang
diperoleh yaitu sebesar 84,88% kualitas pelayanan yang dirasakan sudah
memuaskan, namun karena masih banyak variabel-variabel dari layanan
dasar ini yang nilai CSI nya berada di bawah dari nilai CSI rata-rata.
Sehingga dapat dikatakan kualitas pelayanan untuk layanan dasar yang
diberikan masih relatif buruk.
Berdasarkan hasil uraian tersebut, maka Internal Factor Evaluation Matrix
untuk sub-atribut Product Quality and Avaibility oleh Telkom Flexi akan
diberi score nilai -2, karena untuk layanan dasar (SMS, Call, Data Access)
dan layanan pendukung nilai nilai rata-rata yang diterima masih kurang
dari nilai harapan pelanggan pelanggan, meski nilai CSI rata-rata untuk
layanan dasar diperoleh sebesar 84,88%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-36
5. Market share
Berdasarkan data annual report Badan Regulasi Telekomunikasi
Indonesia tahun 2011, Telkom Flexi memiliki market share nasional
untuk segmen industri penyedia layanan telekomunikasi FWA berbasis
CDMA sebesar 57,16 %, sementara kompetitor utamanya untuk segmen
yang sama yaitu Bakrie Esia memiliki pangsa pasar sebesar 38%, diikuti
Star One sebesar 2,2 % dan sisanya terdistribusi secara merata ke operator
CDMA Hepi dan SmartFren. Dari data tersebut dapat dikatakan Telkom
Flexi masih menjadi market leader di segmen FWA berbasis CDMA.
Sementara itu, berdasarkan data internal perusahaan PT. Telkom Divre IV
Jateng dan DIY tahun 2011, pangsa pasar produk Telkom Flexi di Area
Telkom Divre IV juga masih menjadi market leader dengan tingkat pangsa
pasar per-Desember 2011 adalah sebesar 56,91 %, diikuti oleh pesaing
utamanya di segmen yang sama ESIA sebesar 32.57 %.
Untuk tingkat penetrasi pasar nasional segmen industri layanan
telekomunikasi fixed wireless berbasis CDMA baru mencapai 14,77%.
Dari segi pemanfaatan jaringan, fixed wireless Telkom Flexi baru berada di
angka 18,2 juta sst dari total 26,7 juta sst yang tersedia, yang artinya
pemanfaatan jaringan belum dilakukan secara optimal. Karena tingkat
penetrasi pasarnya yang masih rendah, dan tingkat pertumbuhan industri
FWA berbasis CDMA di Area Telkom Divre IV Jateng & DIY pada tahun
2011 yang masih sangat tinggi yaitu 25,32 %, maka peluang untuk meraih
pelanggan di segmen industri FWA ini masih terbuka lebar. Kapasitas
jaringan FWA Telkom Flexi yang masih tersedia dan lebih besar daripada
pesaing utamanya Esia dianggap menjadi faktor penentu kekuatan
bersaing dan daya tarik untuk memperluas pangsa pasar dan meningkatkan
penetrasi pasar Telkom Flexi. Diagram dan data-data mengenai pangsa
pasar dan tingkat pertumbuhan industri CDMA dan seluler dapat dilihat di
lampiran L-4.3.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-37
Maka Internal Factor Evaluation Matrix untuk sub-atribut Market share
Telkom Flexi area Jawa Tengah dan DIY akan diberi score nilai 3 karena
berdasarkan data pendukung penelitian, posisi posisi Telkom Flexi di
segmen industri penyedia layanan telekomunikasi fixed wireless access
memang sebagai market leader. Namun tingkat market share Telkom
Flexi di segmen industri perusahaan penyedia layanan telekomunikasi
umum/campuran setelah diperhitungkan operator penyedia layanan
telekomunikasi seluler dan fixed wireline di dalam perhitungan pangsa
pasar, maka Telkom Flexi Divre IV hanya memiliki tingkat pangsa pasar
sebesar 6,49% atau menempati urutan ke-5 setelah Telkomsel, Indosat
IM3, Xl, dan Tri. Nilai score 4 pada Internal Factor Evaluation Matrix
akan diberikan apabila Telkom Flexi mampu menjadi market leader baik
di segmen industri penyedia layanan FWA maupun seluler.
6. Sales
Menurut Hermawan Kertajaya di dalam bukunya yang berjudul on
Becoming a Customer-Centric Company (2004), di dalam menghitung
tingkat sales growth dari sebuah produk ada dua hal yang seharusnya
diperhatikan. Kedua hal tersebut yaitu tingkat sales dari produk itu sendiri,
dan tingkat churn (kehilangan pelanggan) yang diakibatkan berhentinya
pelanggan dalam menggunakan sebuah layanan produk/jasa serta
beralihnya pelanggan untuk menggunakan jasa produk kompetitor. Dapat
dikatakan juga bahwa apabila sebuah produk memiliki tingkat sales yang
besar, namun disisi lain produk tersebut memiliki tingkat churn yang jauh
lebih besar daripada sales maka dapat dikatakan bahwa growth sales dari
produk tersebut bernilai negatif. Tabel 4.30, 4.31, dan 4.32 di bawah ini
merupakan data sales, tingkat churn dan growth sales dari tiap operator
penyelenggara layanan telekomunikasi CDMA di Jateng & DIY.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-38
Tabel 4.30. Sales Segmen Industri FWA Divre IV Jateng & DIY
Operator 2008 2009 2010 2011Telkom Flexi 52.38% 37.18% 32.17% 19.96%Indosat StarOne 74.92% 21.28% 34.19% 10.65%
Bakrie Telecom Esia 158.30% 91.18% 44.92% 34.04%Mobile 8 Fren 0.00% 0.00% -83.06% 1398.56%
Sales
Tabel 4.31. Tingkat Churn Segmen Industri FWA Divre IV Jateng & DIY
Tabel 4.32. Growth Sales Segmen Industri FWA Divre IV Jateng & DIY
Berdasarkan Tabel 4.32 diatas, Telkom Flexi Divre IV memiliki growth
sales yang paling tinggi dibandingkan dengan kompetitor utamanya pada
segmen bisnis FWA berbasis CDMA yaitu ESIA. Akan tetapi Telkom
Flexi Divre IV gagal mencapai target growth sales yang ditetapkan oleh
perusahaaan pada periode 2010-2011 yakni sebesar 9,98%. Sementara
untuk tingkat churn rate tahun 2011, Telkom Flexi gagal mememenuhi
target yang ditetapkan oleh perusahaan yakni sebesar 10,23 %.
Kompetitor utama Telkom Flexi pada segmen industri layanan FWA ESIA
berhasil melebihi target sales yang ditetapkan untuk tahun 2011 yakni
sebesar 30,41 % namun gagal memenuhi target churn yang ditetapkan
yaitu sebesar 19,41 %. Sementara untuk target growth sales sendiri Esia
gagal mencapai target yang ditetapkan yaitu sebesar 11.00 %.
Angka tersebut merupakan bukti kelemahan Telkom Flexi karena gagal
mengintegrasikan seluruh sumber daya internal yang dimiliki oleh
Operator 2008 2009 2010 2011Telkom Flexi 18.00% 14.35% 11.92% 12.46%Indosat StarOne 36.78% 42.34% 33.67% 37.34%
Bakrie Telecom Esia 27.55% 33.11% 24.44% 28.11%Mobile 8 Fren 36.55% 40.22%
CHURN
Operator 2008 2009 2010 2011Telkom Flexi 34.38% 22.83% 20.25% 7.50%Indosat StarOne 38.14% -21.06% 0.52% -26.69%
Bakrie Telecom Esia 130.75% 58.07% 20.48% 5.93%Mobile 8 Fren 0.00% 0.00% -119.61% 1358.34%
Growth Sales = sales- churn
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-39
perusahaan untuk mencapai target yang telah ditetapkan. Internal Factor
Evaluation Matrix untuk sub-atribut growth sales Telkom Flexi area Jawa
Tengah dan DIY akan diberi score nilai 2 sebagai indikator kekuatan
karena meski Telkom Flexi gagal mencapai target growth sales yang
ditetapkan, Telkom Flexi masih menjadi perusahaan dengan tingkat
growth sales terbaik diantara pesaingnya yang bergerak di segmen industri
layanan telekomunikasi FWA berbasis CDMA.
B. Financial
1. ROA (Return on Asset)
Menurut Hanafi (2000:83)
Return on Asset adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
menghasilkan laba dengan menggunakan total asset (kekayaan) yang
dimiliki perusahaan setelah disesuaikan dengan biaya-biaya untuk
Menurut Waren (2005:63)
usaha, sumber daya ini dapat berbentuk fisik ataupun hak yang
mempunyai nilai eko
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa return on asset
adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. ROA
menunjukkan keefisienan perusahaan dalam mengelola seluruh aktivanya
untuk memperoleh pendapatan. ROA dapat dijadikan sebagai indikator
untuk mengetahui seberapa mampu perusahaan memperoleh laba yang
optimal dilihat dari posisi aktivanya.
Berdasarkan data internal annual report PTPT. Telkom Divre IV Jateng &
DIYperiode 2010, ditunjukkan pencapaian ROA dari tiap opertor
penyelenggara layanan telekomunikasi seperti yang ditunjukkan pada tabel
4.33 di bawah ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-40
Tabel 4.33. Rekapitulasi ROA Operator Layanan Telekomunikas
Dari tabel 4.33 di atas terlihat bahwa PT. Telekomunikasi Indonesia tbk
atau Telkom Group memiliki tingkat return of asset yang paling tinggi
apabila dibandingkan perusahaan kompetitor lain seperti Indosat dan
Bakrie Telecommunication. Hal ini merupakan indikator kekuatan
financial bagi perusahaan karena perusahaan memiliki kemampuan paling
baik dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total asset
(kekayaan) yang dimiliki dibanding kemampuan menghasilkan laba
perusahaan pesaing. Sehingga Internal Factor Evaluation Matrix untuk
sub-atribut Market share Telkom Flexi area Jawa Tengah dan DIY akan
diberi rating score nilai 4.
2. ROE (Return on Equities).
Menurut Susan Irawaty (2006;61),
Return on equity atau yang sering disebut dengan rate of return on net
worth, yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu
perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari modal sendiri yang
Dapat disimpulkan, bahwa return on equity adalah rasio yang digunakan
untuk melihat sejauh mana perusahaan dapat memberikan keuntungan di
masa yang akan datang. Atau dengan kata lain, dengan return on equity
yang tinggi, perusahaan memiliki peluang untuk memberikan pendapatan
yang besar bagi para pemegang saham. Dalam hal ini secara otomatis akan
berdampak pada peningkatan harga saham.
Menurut Agus Sartono (2001;124),
Return on equity atau return on net worth dipengaruhi oleh besar
kecilnya hutang perusahaan. Apabila proporsi hutang makin besar maka
ROA 2007 2008 2009 2010 2011TELKOM 14.70% 16.90% 11.70% 11.70% 11.60%Indosat 6.47% 4.50% 4.06% 2.05% 1.98%Bakrie Telecom 4.71% 2.08% 1.27% 0.75% -1.85%XL Axiata - -0.06% 6.13% 6.87% 7.76%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-41
Dari pernyataan di atas maka faktor yang mempengaruhi tingkat return on
equity salah satunya adalah tingkat hutang perusahaan. Tingkat hutang
perusahaan yang tinggi maka rasio pengembalian akan tinggi pula. Faktor
yang menentukan besar kecilnya return on equity sangat bergantung pada
kinerja perusahaan itu sendiri. Kinerja perusahaan yang baik akan
memberikan tingkat return on equity yang baik atau sebaliknya. Di dalam
laporan keuangan, return on equity diperoleh dengan memperhatikan
jumlah laba bersih setelah pajak dan jumlah total capital. Jika jumlah laba
bersih yang didapat perusahaan tinggi sementara jumlah total modal
sendiri perusahaan rendah maka tingkat retun on equity akan tinggi.
Namun sebaliknya apabila jumlah laba bersih yang didapat perusahaan
rendah sementara jumlah total modal sendiri perusahaan tinggi maka
tingkat return on equity akan rendah.
Berdasarkan data internal annual report PT Telkom Divre IV Jateng &
DIY periode 2010, akan disajikam tebel pencapaian return of equity dari
masing-masing perusahaan operator layanan telekomunikasi baik seluler
maupun CDMA ditunjukkan pada tabel 4.34 di bawah ini:
Tabel 4.34. Rekapitulasi ROE dari Masing-Masing Perusahaan Operator
ROE 2007 2008 2009 2010 2011TELKOM 40.20% 39.20% 31.50% 29.50% 26.00%Indosat 17.71% 13.36% 12.43% 6.06% 5.41%Bakrie Telecom 11.72% 3.50% 2.89% 1.78% -4.62%XL Axiata -0.35% 19.42% 21.75% 24.58% 28.02%
Dari Tabel 4.34 di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan PT.
Telekomunikasi Indonesia tbk/Telkom Group dalam menghasilkan laba
bersih dari modal sendiri yang digunakan oleh perusahaan tersebut
merupakan yang terbaik diantara perusahaan operator pesaing. Hal ini
merupakan indikator kekuatan financial yang dimiliki PT. Telekomunikasi
Indonesia tbk/Telkom Group. Sehingga Internal Factor Evaluation Matrix
untuk sub-atribut ROE akan diberi score nilai 4 karena tingkat ROE dari
tahun ke tahun masih merupakan yang terbaik sekalipun menunjukkan tren
penurunan tingkat ROE apabila dibandingkan periode-periode sebelumnya
dan merupakan indikator kekuatan financial.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-42
3. Revenue Growth
Pertumbuhan revenue PT. Telkom Divre IV Jateng & DIY bersumber dari
5 portofolio bisnis utama yakni Telkomsel, Telkom Flexi, PSTN, Telkom
Vision, dan Telkom Speedy. Besarnya tingkat pertumbuhan revenue dari
tahun 2009-2010 adalah Rp. 95.280.000.000,- sedangkan untuk tahun
2010-2011 adalah sebesar 115.386.000.000,-. Besarnya prosentase tingkat
pertumbuhan revenue growth adalah sebesar 20,10 %. Sementara target
revenue growth yang ditetapkan untuk periode 2011 adalah sebesar
18,80%. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan PT.
Telekomunikasi Indonesia. Tbk/Telkom Group dalam mencapai target
revenue growth yang ditetapkan adalah sangat baik, karena mampu
mencapai bahkan melampui target yang telah ditetapkan. Sementara itu
tingkat pencapaian revenue growth yang mampu dicapai oleh PT.
Telekomunikasi Indonesia tbk/Telkom Group merupakan yang terbaik
apabila dibandingkan dengan pencapaian perusahaan operator pesaing.
Data mengenai tingkat pencapaian revenue growth dari setiap perusahaan
operator layanan telekomunikasi dapat dilihat pada lampiran L-4.4.
Kemampuan PT. Telekomunikasi Indonesia/Telkom Group dalam
mencapai target revenue growth yang ditetapkan serta tingkat pencapaian
revenue growth yang terbaik dibandingkan perusahaan kompetitor
utamanya Indosat merupakan indikator kekuatan financial yang dimiliki
oleh perusahaan. Sehingga Internal Factor Evaluation Matrix untuk sub-
atribut Revenue Growth akan diberi score nilai 4 yang merupakan
indikator kekuatan financial
4. EBITDA
Dari definisinya, EBITDA merupakan earning before interest, taxes,
depreciation and amortization atau laba bersih ditambahkan kembali
dengan beban bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi. Ebitda sering
digunakan sebagai indikator financial untuk memfokuskan diri dalam
mengukur kinerja operasional perusahaan, dan bukan pada biaya atau laba
di luar operasi perusahaan. PT. Telekomunikasi Indonesia. Tbk atau
Telkom Group, memiliki tingkat margin EBITDA untuk periode tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-43
2010 ke 2011 mengalami penurunan 3,7% dari sebelumnya Rp18,76
Triliun menjadi Rp18,07 triliun pada tahun 2011. Meski mengalami
penurunan dari segi tingkat pencapaian Ebitda year to year 2010-2011,
namun PT. Telekomunikasi Indonesia tbk masih membukukan kinerja
margin EBITDA terbaik dibanding perusahaan operator layanan
telekomunikasi pesaing. Hal ini merupakan indikator kekuatan financial
yang dimiliki PT. Telekomunikasi Indonesia tbk apabila dibandingkan
dengan kompetitor utama PT. Telekomunikasi Indonesia tbk yakni
Indosat, sehingga Internal Factor Evaluation Matrix untuk sub-atribut
ROE akan diberi rating score nilai 4. Data mengenai tingkat EBITDA
untuk setiap perusahaan operator layanan telekomunikasi dapat dilihat
pada lampiran L-4.5.
C. Distribusi
1. Kemudahan Pelanggan dalam Melakukan Registrasi
Dalam mengukur tingkat kemudahan pelanggan ketika melakukan
registrasi dilakukan dengan menyebar kuesioner sederhana kepada 100
orang responden baik responden dari Telkom Flexi Prabayar maupun
pasca bayar yang ada di Telkom Divre IV Jateng & DIY. Responden
tersebut diminta untuk memilih salah satu diantara empat pilihan skala
jawaban yang digunakan untuk mengukur kemudahan pelanggan dalam
melakukan registrasi. Pilihan skala yang digunakan pada kuesioner
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Sangat Sulit Melakukan Registrasi
2. Sulit Melakukan Registrasi
3. Mudah Melakukan Registrasi
4. Sangat Mudah Melakukan Registrasi.
Rekapitulasi hasil dari kuesioner sederhana yang disebar kepada 100 orang
responden pengguna Telkom Flexi ditunjukkan oleh tabel 4.35 sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-44
Tabel 4.35. Rekapitulasi Hasil Penyebaran Kuesioner Sederhana
Kemudahan Registrasi
Skala Jumlah RespondenA B1 35 352 43 863 12 364 10 40
Total 100 197
A x B
Kriteria penilaian skor bobot di dalam matrik Internal Factor Evaluation
Matrix adalah sebagai berikut :
Score Bobot -4: 0-50 Score bobot -3 : 50-100
Score bobot -2 : 100-150 Score bobot -1 : 150-200
Score bobot 1 : 200-250 Score bobot 2 : 250-300
Score bobot 3 : 300-350 Score bobot 4 : 350-400
Pada tabel pengolahan data kuesioner sederhana yang disajikan seperti
tabel 4.35, total skor bobot adalah 197. Sehingga berdasarkan kriteria
penilaian bobot skor kemudahan registrasi pada Internal Factor
Evaluation Matrix akan diberikan skor -1 karena berada dalam rentang
skor bobot 150-200, dan ini merupakan indikator kelemahan Telkom Flexi
dalam memberikan layanan registrasi awal kartu perdana yang mudah.
Model kuesioner sederhana yang disebar kepada 100 orang responden
dapat dilihat di dalam lampiran L-4.6.
2. Jumlah Indirect dan Direct Channel Outlet Distribution yang Tersedia
Total jumlah indirect outlet distribution baik pulsa dan perdana binaan PT.
Telkom Divre IV Jateng & DIY yang ada di Regional Jawa Tengah dan
Daerah Istimewa Yogyakarta adalah sebanyak 3216 outlet. Keseluruhan
indirect outlet Channel Distribution sebanyak 3216 outlet tersebut
merupakan outlet milik pihak ketiga yang sudah terdata dan
pengelolaannya berada dalam binaan PT. Telkom Divre IV Jateng & DIY.
Sementara itu, jumlah Direct Channel Outlet Distribution Telkom Flexi
yang dikelola langsung oleh perusahaan atau yang biasa dikenal sebagai
Flexi Center adalah 9 outlet yang telah tersebar di kota-kota besar yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-45
Semarang, Magelang, Yogyakarta, Salatiga, Surakarta, Purwokert, Tegal,
Pekalongan. Berdasarkan data yang diperoleh dari data internal perusahaan
PT. Telekom Divre IV Jateng & DIY, peranan indirect outlet distribution
memegang peranan yang strategis dalam mendongkrak penjualan produk,
baik perdana, pulsa, dan bundling handphone maupun modem Telkom
Flexi. Jumlah outlet milik Telkom Flexi baik yang dikelola secara direct
maupun indirect merupakan jumlah outlet yang paling banyak
dibandingkan dengan perusahaan kompetitor utama yang bergerak di
segmen industri penyedia layanan telekomunikasi baik FWA maupun
seluler. Hal ini merupakan indikator kekuatan perusahaan dalam
mengelola jaringan distribusi baik perdana, pulsa maupun bundling
handphone dan modem. Data mengenai proses bisnis indirect and direct
channel outlet distribution serta jumlah outlet yang dimiliki oleh Telkom
Flexi maupun kompetitor dari segmen seluler dan CDMA dapat dilihat
pada lampiran L-4.7.
Atas dasar tersebut, maka Internal Factor Evaluation Matrix untuk sub-
atribut indirect and direct outlet channel distribution akan diberi score
nilai 4 karena berdasarkan data internal perusahaan, jaringan distribusi
penjualan perdana, pulsa serta bundling handphone dan modem telah
tersebar secara luas dan paling baik dibandingkan kompetitor.
D. Physical and Operational Resource
1. Jumlah BTS yang Dimiliki
Pada tahun 2010, Telkom Flexi telah membangun 98 BTS baru yang
menghasilkan tambahan kapasitas sebanyak 887.770 satuan sambungan
Flexi. Secara total keseluruhan, jumlah BTS pada akhir bulan Desember
2011 adalah sebanyak 5.641 dengan total kapasitas 27 juta satuan
sambungan Flexi. Disamping itu, Telkom Flexi juga telah melakukan
peralihan penggunaan listrik PLN sebanyak 40 lokasi dari semula yang
menggantungkan sambungan listrik PLN beralih menggunakan genset.
Dari kebijakan tersebut Telkom Flexi berhasil mencapai efisiensi biaya
operasi dan pemeliharaan 396 di lokasi dan penurunan daya di 1.530 BTS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-46
Perkembangan penting selanjutnya pada tahun 2010 adalah TELKOM
memenangkan lisensi BWA (WiMax) 2,3 GHz yang mencakup lima
daerah (Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Maluku, Maluku
Utara dan Papua). Lisensi ini melengkapi lisensi-lisensi lainnya yang
dimiliki TELKOM untuk BWA 3,3 GHz di tujuh daerah. Dan ke depannya
bukan tidak mungkin layanan BWA (WiMax) akan disinergikan dengan
layanan Telkom Flexi. Dan apabila ini benar benar terjadi, maka akan
semakin meningkatkan kualitas layanan data access yang menjadi
kelemahan Telkom Flexi apabila dibandingkan dengan layanan data milik
kompetitor utamanya di segmen FWA Bakrie Esia.
Sementara itu, jumlah BTS yang dimiliki oleh PT. Telkom Divre IV
hingga saat ini berjumlah 169 BTS. Persebaran BTS tersebut tidak hanya
mencakup kota kota besar saja, melainkan telah mencakup kecamatan dari
kabupaten-kabupaten yang tidak mampu dijangkau oleh kompetitor
layanan telekomunikasi pesaing utama Telkom Flexi di segmen FWA
berbasis CDMA Bakrie Esia. Saat ini Bakrie Esia hanya memiliki 134
BTS di regional Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Akan
tetapi apabila jumlah BTS yang dimiliki oleh Telkom Flexi tersebut
dibandingkan dengan jumlah BTS yang dimiliki oeh operator layanan
seluler seperti Telkomsel, maka rasio jumlah BTS yang dimiliki oleh
Telkom Flexi dengan jumlah BTS yang dimiliki oleh operator seluler
seperti Telkomsel yang memiliki telah 1356 BTS adalah 169/1356 = 0,12.
Seharusnya kondisi ideal perbandingan satu BTS Telkom Flexi sama
dengan tiga BTS jaringan seluler, dengan kata lain rasio ideal antara BTS
CDMA dengan GSM di dalam satu wilayah adalah 0,3. Maka jumlah BTS
yang dimiliki oleh Telkom Flexi saat ini, menjadi rekomendasi bagi
Telkom Flexi untuk menyediakan infrastruktur jaringan dan BTS yang
memadai demi menjamin kualitas layanan. Indikator lain bahwa jumlah
BTS yang dimiliki oleh Telkom Flexi saat ini masih jauh dari kondisi ideal
adalah masih sering terjadinya Drop call di beberapa kota besar. Data
mengenai prosentase antara panggilan yang sukses dengan panggilan yang
Drop call akan disajikan pada evaluasi sub-atribut Drop call.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-47
Karena jumlah BTS yang dimiliki oleh Telkom Flexi Area Jateng & DIY
masih jauh dari jumlah ideal maka Internal Factor Evaluation Matrix
untuk sub-atribut jumlah BTS yang tersedia menjadi indikator kekuatan
minor yang akan diberi score nilai +2.
2. Coverage Telkom Flexi
Menurut data internal perusahaan PT. Telkom Divre IV, coverage atau
area yang mampu dijangkau oleh Telkom Flexi hingga Desember 2011
telah mampu menjangkau 745 kecamatan dari 46 kabupaten yang ada di
wilayah Regional Jateng & DIY. Apabila dibandingkan dengan kompetitor
utama yang bergerak di segmen industri layanan yang sama yakni Bakrie
Esia, maka coverage Telkom Flexi unggul. Karena berdasarkan data
internal PT. Bakrie Telecom Area Regional Jateng & DIY, hingga
September 2011 perusahaan Bakrie Esia telah menjangkau 436 kecamatan
dari 41 kabupaten di Regional Jateng & DIY. Namun apabila coverage
layanan Telkom Flexi ini dibandingkan dengan operator penyedia layanan
telekomunikasi seluler, maka coverage Telkom Flexi masih jauh berada di
bawah coverage yang mampu oleh dilayani oleh perusahaan operator
seluer seperti Telkomsel dan Indosat. Data mengenai coverage dari
layanan Telkom Flexi dan kompetitor dapat dilihat pada lampiran L-4.8.
Karena coverage yang dimiliki oleh Telkom Flexi Area Jateng & DIY
unggul dari kompetitor utama pada segmen yang sama yakni Bakrie Esia
namun masih berada jauh di belakang layanan selular, maka Internal
Factor Evaluation Matrix untuk sub-atribut coverage yang tersedia akan
diberi score nilai +2.
3. Number of Connections are Installed and Available Network
Berdasarkan data internal PT. Telkom Divre IV, Telkom Flexi merupakan
market leader pada segmen industri penyedia layanan fixed wireless
access di regional Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Jakarta dengan
pangsa pasar sebesar 56,91 %. Sementara itu, tingkat penetrasi pasar
pelanggan pengguna layanan telekomunikasi fixed wireless access di
Regional Divre IV masih sangatlah rendah, yakni baru mencapai 11,47 %
dibanding dengan seluler yang untuk area Divre IV penetrasinya telah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-48
mencapai 84,6 %, peluang Telkom Flexi untuk mempertahankan
dominasinya sebagai market leader serta meningkatkan pangsa pasarnya
masih terbuka lebar karena masih rendahnya tingkat penetrasi pasar
pengguna layanan FWA di Regional Divre IV, serta didukung juga oleh
ketersediaan jaringan yang memungkinkan masuknya calon pelanggan
baru. Berdasarkan data internal perusahaan PT. Telkom Divre IV, tingkat
penggunaan jaringan Fixed Wireless Access di Regional Divre IV milik
Telkom Flexi baru mencapai 65,16 %. Hal ini merupakan indikator kunci
kekuatan Telkom Flexi dalam memanfaatkan peluang penetrasi pasar
segmen fixed wireless access yang masih sangat rendah. Maka Internal
Factor Evaluation Matrix untuk sub-atribut jumlah jumlah jaringan yang
masih tersedia akan diberi score nilai 4 karena Telkom Flexi unggul dari
sisi penyediaan jaringan dibandingkan dengan kompetitornya dari segmen
FWA berbasis CDMA dan seluler. Data mengenai perbandingan jumlah
kapasitas terpasang dan jaringan yang tersedia dapat dilihat pada lampiran
L-4.9.
4. Drop call
Berdasarkan data internal perusahaan PT. Telkom Divre IV periode 2010-
2011, Drop call Flexi secara nasional adalah 4,45 % dan untuk Divre IV
Jateng & DIY sebesar 3,67%, angka tersebut termasuk tinggi karena
apabila dibandingkan target Drop call yang ditetapkan oleh perusahaan
periode 2010-2011 yakni sebesar 0 %. Drop call Telkom Flexi Divre IV
Jawa Tengah dan DIY lebih tinggi dibandingkan kompetitor utama dari
segmen FWA lainnya yakni Bakrie Esia dan operator seluler lainnya
seperti Indosat dan Telkomsel. Data mengenai prosentase Drop call
panggilan untuk Flexi, operator FWA lainnya dan seluer dapat dilihat pada
lampiran L-4.10.
Berdasarkan hal tersebut, maka atribut Physical and Operational Resource
sub-atribut Drop call panggilan menjadi kelemahan yang dimiliki oleh
Telkom Flexi, karena tingkat Drop Call Telkom Flexi masih kalah apabila
dibandingkan dengan operator penyedia layanan lainnya baik dari segmen
fixed wireless access dan seluluer. Maka Internal Factor Evaluation
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-49
Matrix untuk sub-atribut jumlah jumlah jaringan yang masih tersedia akan
diberi score nilai 4 berdasarkan kriteria penilaian :
- Drop call 1-1.5% = skor bobot -1
- Drop call 1.5-2.25% = skor bobot -2
- Drop call 2.26%-3% = skor bobot -3
- Drop call > 3% = skor bobot -4
E. Human Resource
1. Kualitas Sumber Daya yang Dimiliki Perusahaan
Dalam beberapa tahun terakhir ini, PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk
selaku head holding dari PT. Telkom Divre IV Jateng & DIY, melakukan
perubahan mendasar dalam pengelolaan Sumber Daya
dengan cara mengubah konsep human resources menjadi human capital.
TELKOM melihat bakat karyawan (keterampilan individu, pengetahuan,
sikap, kecerdasan, keahlian, pengalaman, kelayakan, kemampuan,
kesesuaian, wewenang, pelatihan, pendidikan, kreativitas dan nilai tambah
lainnya) sebagai aset perusahaan untuk mendorong pembentukan sebuah
organisasi pembelajaran. Kinerja TELKOM selama ini sangat tergantung
dari kualitas dan profesionalisme karyawannya. Agar dapat terus
menciptakan nilai tambah dari sisi sumber daya manusia, PT.
Telekomunikasi Indonesia Tbk melakukan proses penggeseran paradigma
pengelolaan SDM untuk menyelaraskan kembali karyawannya agar dapat
berpartisipasi dalam bisnis new wave yang terus tumbuh. Dengan mengacu
kepada Rencana Induk Human Capital, upaya transformasi SDM
difokuskan untuk mengarahkan transformasi bisnis menuju bisnis new
wave melalui perencanaan SDM, termasuk pengembangan kompetensi dan
pengelolaan keahlian.
Pada tahun 2010, PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk memusatkan
perhatian untuk mengawal transformasi bisnis yang mengarah kepada
bisnis new wave sebagaimana tertuang dalam Rencana Induk Human
Capital. Di dalam Rencana Induk tersebut terdapat arahan bagi
perencanaan SDM yaitu penekanan pada rekrutasi dan peningkatan
kompentensi yang selaras dengan bisnis new wave serta penerapan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-50
program pensiun dini untuk mengurangi kompetensi yang tidak relevan
dengan bisnis new wave. Di samping itu, TELKOM melakukan
transformasi organisasi untuk mendukung bisnis new wave antara lain
dengan membentuk Divisi TELKOM ) yang independen.
Dalam pengelolaan SDM, PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk telah
membangun pengelolaan keahlian, direktori kompetensi dan kebijakan
pengembangan kompetensi yang mengarah kepada tercapainya tujuan
perusahaan dalam bisnis new wave. Tujuan perubahan konsep dari human
resources ke human capital adalah untuk memberikan kesempatan
berkarir yang lebih luas bagi karyawan yang berkinerja baik, sehingga
kualitas dan profesionalisme karyawan dapat dikembangkan. Dalam
menghadapi perubahan lingkungan bisnis, PT. Telekomunikasi Indonesia
Tbk telah mengubah cara berpikir dalam pengelolaan SDM dengan
menjadikan departemen SDM sebagai Penjaga Ni Guard of Value
yang mempunyai lima peran utama (ahli administratif, karyawan yang
unggul, agen perubahan, partner bisnis strategis dan kepemimpin SDM).
Dengan melakukan hal tersebut, maka PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk
berharap agar semangat dan loyalitas karyawan dapat meningkat sehingga
mereka dapat memberikan kontribusi terbaik bagi perusahaan.
Menurut Kepala Kandatel Divre IV Yogyakarta, saat ini program pensiun
dini telah diadakan untuk mengurangi kompetensi yang tidak relevan
dengan bisnis new wave, akan tetapi program ini belum berjalan dengan
optimal. Pernyataan Kandatel tersebut dapat terlihat dari usia rata-rata
karyawan yang masih aktif bekerja di PT. Telkom Divre IV Jateng & DIY
yang tergolong telah berada di ambang batas usia produktif karyawan
untuk bekerja yakni diatas 40 tahun. Total ada 60% karyawan selevel staff
dan eksekutif yang berusia di atas 40 tahun. Dan dari Keseluruhan
karyawan yang berusia di atas 40 tahun tersebut, 70% diantaranya
merupakan karyawan selevel staff dengan pendidikan D3 yang telah
bergabung di Telkom sejak PT. Telekomunikasi Indonesia tbk masih
berstatus sebagai PERUM. Lebih jauh menurut Kepala Kandatel Divre IV
Yogyakarta, semestinya usia rata-rata karyawan berada di bawah 35 tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-51
agar sejalan dengan visi perubahan paradigma pengelolaan sumber daya
manusia TELKOM yakni untuk menjaga serta meningkatkan kompetensi
sumber daya manusia sehingga mampu menyelaraskan diri dengan tiap
tantangan perubahan lingkungan bisnis telekomunikasi yang tergolong
sangat cepat.
Atas dasar tersebut maka Internal Factor Evaluation Matrix untuk sub-
atribut kualitas sumber daya manusia akan diberi bobot score -2 yang
berarti merupakan faktor kunci kelemahan internal karena meski telah
memiliki visi perubahan paradigma pengelolaan sumber daya manusia dari
human resource menjadi human capital, PT. Telkom Divre IV belum
mampu mentransformasikan secara total dan menyeluruh paradigm value
dalam pengelolaan sumber daya manusia tersebut ke dalam proses
bisnisnya. Data mengenai jumlah karyawan, usia, dan level pendidikan
dari karyawan PT. Telkom Divre IV Jateng & DIY dapat dilihat pada L-
4.11.
2. Ketersediaan Sistem Manajemen Pengukuran dan Peningkatan Mutu
Karyawan yang Berkelanjutan.
TELKOM menggunakan Competency Based Human Capital Management
C dalam mengukur kualitas sumber daya yang dimiliki
perusahaan. CBHCM telah digunakan sejak tahun 2007 yang pada
awalnya digunakan untuk memotivasi karyawan dalam meningkatkan
kinerjanya.
Pada tahun 2009, CBHCM telah digunakan secara penuh untuk
mengukur kinerja karyawan , menentukan tingkat gaji dan membangun
kompetensi. Berdasarkan hal tersebut, Telkom juga akhirnya
memperbarui direktori kompetensi dan membangun sebuah Master Plan
untuk memberikan arah bagi pengembangan SDM untuk periode 2008-
2011. Kebijakan CBHCM telah mencakup beberapa bidang, antara lain:
Pengembangan Kompetensi: dilakukan pemutakhiran Direktori
Kompetensi agar dapat mendukung aplikasi assessment tool, kemudian
dilakukan juga evaluasi terhadap aplikasi assessment tool tersebut dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-52
pembaharuan panduan pengembangan kompetensi yang sejalan
dengan transformasi perusahaan menjadi perusahaan InfoComm;
Manajemen Karir: dilaksanakannya job tender dan fit and proper
test untuk posisi tertentu dengan memperhitungkan kecocokan profil;
Manajemen Kinerja: di lakukan evaluasi dan pengembangan terhadap
aplikasi assessment tool dengan penambahan sistem pengukuran
kompetensi 3600, yang keduanya ditujukan untuk membangun
kompetensi dengan tujuan mengurangi penilaian sendiri dan
menambah penilaian oleh atasan.
Sistem Model Competency Based Human Capital Management
C merupakan model yang digunakan untuk mengukur kualitas
sumber daya manusia yang dimiliki oleh Telkom. Model pengukuran
sistem manajemen sumber daya manusia ini merupakan model pengukuran
baru dan PT. Telkom berhasil menjadi pelopor di dalam pengaplikasian
model pengukuran jenis ini untuk sektor perusahaan industri layanan
telekomunikasi sehingga diikuti oleh perusahaan operator layanan
telekomunikasi yang lain. Selain itu, Telkom merupakan satu-satunya
perusahaan operator layanan telekomunikasi yang diberikan hak untuk
menyelenggarakan training dan mengeluarkan lisensi CBHCM kepada
perusahaan penyedia layanan telekomunikasi yang lain. Ini merupakan
indikator kelebihan sumber daya manusia yang dimiliki oleh PT.
Telekomunikasi Indonesia, tbk termasuk Telkom Flexi Divre IV yang
tidak dapat ditiru dan dimiliki oleh perusahaan pesaing. maka Internal
Factor Evaluation Matrix untuk sub-atribut sistem pengukuran dan
peningkatan mutu sumber daya manusia akan diberi bobot score 4.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-53
4.2.2 Evaluasi Faktor Eksternal
A. Lingkungan Umum
1. Stabilitas dan Trend Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Menurut Manager Area Flexi Kandatel Yogyakarta, perubahan pada
ekonomi di Indonesia, regional dan global dapat mempengaruhi kinerja
PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk dan secara otomatis akan
mempengaruhi juga PT. Telkom Divre IV Jateng &DIY. Dua peristiwa
signifikan yang mempengaruhi ekonomi Indonesia adalah krisis di tahun
1997 dan krisis ekonomi global yang dimulai pada tahun 2007. Krisis
ekonomi tahun 1997 mempengaruhi seluruh kawasan Asia Tenggara
termasuk Indonesia, krisis ekonomi muncul karena krisis kredit rumah di
AS menekan ekonomi Indonesia walaupun tidak seburuk tahun 1997. Krisi
kredit rumah di Amerika Serikat berakibat pada paruh kedua tahun 2010
dan awal tahun 2011, nilai tukar Euro mengalami tekanan yang kuat,
terutama disebabkan oleh dari defisit anggaran yang terjadi di Portugal,
Spanyol, Yunani, Irlandia dan Italia. Krisis Euro sangat berpengaruh pada
sektor finansial, meski tidak memiliki dampak yang signifikan atau nyata
pada pertumbuhan ekonomi Indonesia, yang diperkirakan Pemerintah akan
tetap positif pada tahun 2012. Namun, lebih jauh menurut Manager Flexi
Area Divre IV Kandatel Yogyakarta menjelaskan apabila krisis
berlangsung berkepanjangan, perusahaan tidak dapat menjamin tidak
adanya dampak yang material dan merugikan terhadap pertumbuhan
ekonomi Indonesia serta konsekuensinya terhadap usaha milik PT.
Telekomunikasi Indonesia Tbk.
Di masa lalu, volatilitas ekonomi memiliki dampak material dan negatif
pada kualitas dan pertumbuhan bisnis di Indonesia selain faktor lain
seperti depresiasi mata uang, perlambatan pertumbuhan ekonomi dan
peningkatan suku bunga, kenaikan inflasi dan melemahnya daya beli
masyarakat serta gejolak sosial.
Selama tahun 2011, ekonomi Indonesia terbilang stabil seperti terlihat dari
stabilitas nilai tukar Rupiah sekitar Rp 9.000 per Dollar AS dan suku
bunga SBI pada 6,75% per tahun, inflasi single digit dalam dua tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-54
terakhir dan pertumbuhan positif ekonomi. Namun, tetap tidak ada
jaminan bahwa tidak akan terjadi lagi ketidakstabilan ekonomi di masa
mendatang yang tidak akan mempengaruhi kinerja bisnis milik PT.
Telekomunikasi Indonesia Tbk.
Kondisi ekonomi yang merugikan dapat berakibat pada muramnya
kegiatan ekonomi, berkurangnya pendapatan yang tersedia bagi konsumen
untuk dibelanjakan dan mengurangi daya beli konsumen. Hal ini akan
mengurangi permintaan akan layanan komunikasi termasuk layanan
telekomunikasi milik PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk dan ini tentu
dapat berpengaruh pada bisnis, kondisi finansial dan hasil usaha serta
prospek keuangan perusahaan.
Mata uang fungsional yang digunakan Indonesia adalah Rupiah. Salah
satu hal terpenting yang menyebabkan krisis ekonomi di Asia dan
berdampak pada perekonomian di Indonesia adalah depresiasi dan
volatilitas nilai tukar Rupiah terhadap mata uang lainnya, seperti Dolar
AS. Sejak tahun 2007 hingga 2011, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS
berada di kisaran terendahnya dari Rp 12.400 per Dolar AS sampai dengan
Rp 8.460 per Dolar AS. Akibatnya dari sisi voltalitas mata uang Rupiah
terhadap Dollar AS, PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk mencatat
keuntungan sebesar Rp 43 miliar pada tahun 2010, serta mencatat kerugian
sebesar Rp 210 miliar pada tahun 2011. Pada tanggal 31 Desember 2011,
nilai tukar Rupiah/Dolar AS berada di level Rp9.067,5 per Dolar AS.
Meskipun nilai tukar Rupiah relatif stabil terhadap Dolar AS sepanjang
tahun 2011, tren ini dapat berubah jika kondisi ekonomi global berubah.
Saat Rupiah terdepresiasi terhadap mata uang lainnya pada tanggal 31
Desember 2011, kewajiban perusahaan dalam denominasi Dolar AS
hutang usaha, hutang pembelian (procurements payable), pinjaman dalam
mata uang asing dan hutang obligasi seharusnya menjadi meningkat dalam
Rupiah. Depresiasi mata uang Rupiah akan mengakibatkan kerugian
dalam penukaran mata uang asing, mempengaruhi pendapatan lain-lain
dan laba bersih perusahaan serta mengurangi jumlah dividen yang akan
diterima oleh pemilik saham American Depository. Perusahaan tidak dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-55
menjamin akan mampu mengelola risiko akibat nilai tukar dengan baik di
masa depan dengan sukses atau mencegah dampak risiko mata uang itu
terhadap usaha yang dimiliki.
Selain itu, Rupiah kini telah bebas dipertukarkan dan dikirimkan dari
waktu ke waktu, Bank Indonesia (bank sentral Indonesia) telah melakukan
intervensi di pasar mata uang sebagai bagian dari pelaksanaan
kebijakannya, baik dengan melepas Rupiah atau dengan menggunakan
cadangan devisanya untuk membeli Rupiah. PT. Telekomunikasi
Indonesia Tbk tidak dapat menjamin bahwa kebijakan nilai tukar mata
uang mengambang yang diterapkan Bank Indonesia saat ini tidak akan
berubah atau Pemerintah akan mengambil langkah tambahan untuk
menstabilkan, menjaga atau menaikkan nilai tukar Rupiah dan jika salah
satu dari langkah ini diterapkan, akan berhasil. Perubahan pada kebijakan
nilai tukar mata uang mengambang dapat berdampak signifikan pada
kenaikan suku bunga domestik, kurangnya likuiditas, kontrol modal atau
pasar, atau penahanan bantuan keuangan oleh lembaga pemberi pinjaman
multinasional. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan kegiatan ekonomi,
resesi ekonomi, kredit macet dan secara otomatis akan mengakibatkan
menurunnya penggunaan layanan telekomunikasi oleh pelanggan PT.
Telekomunikasi Indonesia Tbk, dan akibatnya, perusahaan pun akan
menghadapi kesulitan mendanai belanja modal dan menerapkan strategi
usaha. Akibat lainnya dapat berupa dampak material terhadap bisnis,
kondisi keuangan, hasil operasi dan prospek usaha perusahaan.
Penurunan peringkat kredit pemerintah atau Perusahaan di Indonesia juga
dapat mempengaruhi bisnis milik PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk.
Pada tanggal Laporan Tahunan, utang jangka panjang berdenominasi
mata uang asing Indonesia dinilai
jangka pendek berdenominasi mata uang asing
peringkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-56
hutang jangka panjang Indonesia menjadi peringkat investasi. Peringkat
ini mencerminkan kemampuan pemerintah untuk memenuhi utang dan
kesediaan untuk memenuhi komitmen keuangannya.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Manager Area Flexi Divre IV
Kandatel Yogyakarta, saat ini kecil kemungkinan lembaga-lembaga ini
melakukan peninjauan atau perubahan peringkat menjadi lebih buruk dari
tahun ini. Namun, PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk pun tidak dapat
menjamin bahwa Moody, Standard & Poor, Fitch atau perusahaan
pemeringkat lainnya tidak akan mengubah atau menurunkan rating kredit
Indonesia atau perusahaan-perusahaan di Indonesia. Setiap penurunan
tersebut dapat berdampak negatif terhadap likuiditas pasar finansial
Indonesia, kemampuan Pemerintah dan perusahaan di Indonesia, termasuk
PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk, untuk mengumpulkan tambahan dana
dan tingkat suku bunga dan kondisi komersial lainnya dimana dana
tambahan tersedia. Suku bunga atas utang berdenominasi Rupiah dengan
tingkat bunga mengambang juga akan meningkat. Peristiwa semacam itu
dapat berdampak material dan merugikan terhadap PT. Telekomunikasi
Indonesia Tbk, kondisi finansial, hasil operasi dan prospek usaha
perusahaan.
2. Stabilitas Politik Indonesia
Perubahan politik di Indonesia ditandai dengan keberhasilan
dilaksanakannya pemilihan umum langsung untuk memilih presiden, wakil
presiden, pimpinan kepala daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat pusat
dan daerah (DPR dan DPRD) pada tahun 2004. Proses ini dengan sukses
berlanjut pada tahun 2009 ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
kembali terpilih untuk kedua kalinya. Demikian halnya pada tingkatan
daerah, pemilihan-pemilihan kepala daerah dilaksanakan selama tahun
2010 dan 2011 tanpa adanya insiden.
Isu-isu terkait dengan ketenagakerjaan telah mengemuka di Indonesia.
Pada tahun 2003, Pemerintah menetapkan sebuah undang-undang
ketenagakerjaan baru yang memberikan perlindungan lebih besar kepada
para pekerja. Hal ini mendorong pergerakan kaum buruh jika mereka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-57
merasa ada kebijakan pemerintah yang dinilai tidak memihak kepada
mereka. Seperti demo besar-besaran yang terjadi dalam perayaan hari
buruh awal Mei 2012, dimana demonstrasi buruh pada saat itu sempat
melumpuhkan aktivitas operasional perusahaan khususnya perusahaan
yang berada di kamar/kawasan industri seperti Jakarta, Cikarang, Ungaran,
dan Sidoarjo. Lebih jauh, menurut surat kabar harian Kompas edisi 12
Desember 2011, Indonesia telah berpengalaman mengalami gejolak sosial
yang disebabkan oleh separatisme khususnya di Aceh di masa lalu dan
belakangan ini di Papua saat ini. Negara ini juga pernah bersinggungan
dengan konflik antar etnis, misalnya di Kalimantan dan juga konflik antar
agama di Maluku dan Poso. Dimana konflik tersebut berhasil diselesaikan
dengan proses mediasi damai.
Menurut pernyataan survei LSI (2008), setiap tahun warga Indonesia
menjadi lebih dewasa dalam menyikapi masalah politik dan demokrasi,
serta dalam mengekspresikan pendapat mereka di depan publik dan dalam
mengatasi perbedaan etnik dan agama. Namun, perkembangan politik dan
sosial di Indonesia tidak dapat diprediksi, sebagaimana yang terjadi di
masa lalu dan tidak ada jaminan bahwa gejolak sosial dan sipil tidak akan
terjadi di masa depan dalam skala yang lebih luas atau gejolak tersebut,
secara langsung atau tidak langsung, berdampak negatif dan material
terhadap bisnis, kondisi keuangan, hasil operasi dan prospek usaha
perusahaan.
3. Stabilitas Keamanan di Indonesia
Aksi terorisme di Indonesia dapat mengganggu Indonesia, yang dapat
berpengaruh pada bisnis, kondisi keuangan dan hasil operasi PT.
Telekomunikasi Indonesia Tbk, serta harga saham PT. Telekomunikasi
Indonesia Tbk di pasar modal. Dalam tujuh tahun terakhir, telah terjadi
beberapa insiden teror di Indonesia diantaranya insiden pengeboman di
Sulawesi Tengah pada bulan Mei 2005, insiden bom Bali pada bulan
Oktober 2005 dan pengeboman JW Marriot dan Ritz Carlton Hotel pada
bulan Juli 2009. Meski Pihak kepolisian telah berhasil menangani
beberapa aktivitas teror dalam beberapa tahun terakhir ini dan menangkap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-58
beberapa orang yang diduga terlibat dalam insiden itu. Namun, insiden
teror yang telah terjadi tersebut dan memberikan dampak yang negatif
pada investasi dan tingkat kepercayaan serta kinerja ekonomi Indonesia,
dan juga dapat menyebabkan kerugian material pada bisnis, kondisi
keuangan dan hasil operasi serta prospek usaha dan harga pasar dari surat
berharga milik PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk di pasar modal. Seperti
aksi teror di JW Marriot dan Ritz Carlton Hotel pada bulan Juli 2009 telah
membuat beberapa portofolio saham unggulan di pasar bursa mengalami
penurunan yang diakibatkan ketidakpercayaan investor kepada pemerintah
dalam menjaga stabilitas keamanan di Indonesia, saham milik PT.
Telekomunikasi Indonesia Tbk mengalami penurunan sebesar 23,1 persen
akibat aksi teror tersebut.
Walaupun pihak kepolisian terus meningkatkan kemampuan anti
terorisnya, tidak ada jaminan bahwa kegiatan teroris tidak akan terjadi lagi
di masa yang akan datang, atau apabila hal tersebut terjadi, hal tersebut
tidak akan berdampak pada kegiatan bisnis atau harga pasar saham di
pasar modal Indonesia.
Jaringan milik PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk, terutama akses kabel
jaringan juga menghadapi potensi ancaman keamanan, seperti pencurian
atau perusakan yang dapat memberikan pengaruh negatif terhadap hasil
operasional perusahaan. Jaringan dan peralatan, khususnya jaringan akses
kabel milik PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk, menghadapi potensi
ancaman keamanan baik fisik dan cyber. Ancaman fisik termasuk
pencurian dan perusakan peralatan pendukung operasional dan serangan
terorganisir terhadap infrastruktur utama dengan maksud mengganggu
kegiatan operasi.
Selain itu, perusahaan telekomunikasi di seluruh dunia menghadapi
peningkatan ancaman keamanan cyber sementara kegiatan bisnis menjadi
semakin tergantung pada telekomunikasi dan jaringan komputer dan
mengadopsi teknologi cloud computing. Ancaman keamanan cyber
termasuk upaya msendapatkan akses tidak sah ke sistem PT.
Telekomunikasi Indonesia Tbk atau memasukkan virus komputer atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-59
perangkat lunak berbahaya di sistem untuk menyalahgunakan data
konsumen dan informasi sensitif lainnya, merusak data atau mengganggu
operasional jaringan milik PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. Akses yang
tidak sah juga dapat diperoleh melalui cara-cara tradisional seperti
pencurian komputer laptop, perangkat data portable dan ponsel serta
pengumpulan intelijen pada karyawan yang memiliki akses.
Meskipun hingga saat ini PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk khususnya
PT. Telkom Divre IV Jateng & DIY belum pernah mengalami serangan
cyber yang kuat, serangan cyber yang berhasil dapat membuat PT.
Telekomunikasi Indonesia Tbk mengeluarkan biaya yang besar untuk
memperbaiki kerusakan atau mengembalikan data, menerapkan perubahan
organisasi yang besar dan melakukan pelatihan untuk mencegah serangan
serupa di masa yang akan datang serta kehilangan pendapatan dan biaya
litigasi akibat dari penyalahgunaan informasi sensitif, dan menyebabkan
rusaknya reputasi yang nyata. PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk
melakukan langkah-langkah pencegahan dan perbaikan, termasuk
meningkatkan kerjasama dengan kepolisian, terutama di daerah yang
rawan terhadap kegiatan kriminal dan secara teratur melakukan
peningkatan keamanan data milik PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk.
Namun demikian, tidak ada jaminan langkah-langkah pengamanan fisik
dan cyber yang telah dilakukan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk akan
berhasil. Kerusakan pada jaringan, peralatan atau data milik PT.
Telekomunikasi Indonesia Tbk dan kebutuhan untuk memperbaiki
kerusakan sebagai akibat dari serangan fisik dan cyber dapat mengganggu
bisnis, kondisi keuangan dan hasil operasi secara material.
4. Aturan Regulasi BRTI
PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk beroperasi di area hukum dan undang-
undang yang tengah mengalami perubahan signifikan. Perubahan Ini akan
menimbulkan peningkatan kompetisi, berujung pada penurunan margin
dan pendapatan operasional, di antaranya akan memberikan efek material
negatif kepada Telkom Group beserta anak perusahaannya. Reformasi
peraturan telekomunikasi Indonesia yang telah dimulai oleh Pemerintah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-60
pada tahun 1999 akan mengakibatkan liberalisasi industri, termasuk
penghilangan hambatan bagi masuknya dan terjadinya persaingan. Akan
tetapi, dalam beberapa tahun terakhir, volume dan kompleksitas dari
perubahan peraturan telah mengakibatkan kondisi peraturan yang tidak
menentu. Selain itu, sejalan dengan perubahan peraturan dan hukum di
sektor telekomunikasi Indonesia, perusahaan pesaing yang memiliki
sumber daya lebih besar dari pada PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk,
dapat memasuki ke sektor telekomunikasi Indonesia dan bersaing dengan
PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. dalam melayani jasa telekomunikasi.
Lebih jauh lagi, PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk tidak mungkin
mengantisipasi kebijakan yang dapat diterapkan pada teknologi baru.
Perusahaan memperoleh pendapatan signifikan dari melayani jasa
interkoneksi karena PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk memiliki jaringan
terbesar di Indonesia dan para pesaingnya harus membayar tarif untuk
menghubungkan dengan jaringan milik PT. Telekomunikasi Indonesia
Tbk. Pemerintah, melalui Kementerian Komunikasi dan Teknologi
Informasi tahun
yang dilaporkan oleh PT.
Telekomunikasi Indonesia Tbk dan Telkomsel sebagai penyedia layanan
yang dominan, dengan Indosat jaringan selulernya
dijadikan perbandingan.
Berdasarkan kebijakan Kemenkominfo, tarif layanan interkoneksi saat ini
yang berlaku, efektif pada tahun 2011, telah menurunkan tarif rata-rata
sebesar 1,5% hingga 3,0% dibandingkan dengan tarif yang berlaku efektif
pada tahun 2008. Lihat Sebagai contoh
lain, pada tahun 2008, Pemerintah mensyaratkan operator telekomunikasi
untuk memperbolehkan para pesaing itu untuk memanfaatkan menara
mereka tanpa ada diskriminasi. Para pesaing PT. Telekomunikasi
Indonesia Tbk dapat menikmati potensi penghematan biaya yang besar
daripada yang PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. lakukan karena
perusahaan memiliki jaringan terbesar dan telah berinvestasi untuk
membangun menara di berbagai wilayah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-61
Lebih lanjut lagi, para pesaing PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk
memperoleh akses ke wilayah-wilayah yang sebenarnya mereka tidak
dapat mengaksesnya karena sangat jarang atau tidak ada menara
telekomunikasi berada di wilayah perkotaan yang padat penduduk
sedangkan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk memiliki lebih sedikit
manfaat karena PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk telah menguasai lokasi
di beberapa
Di masa depan, Pemerintah mungkin akan mengumumkan atau
menerapkan perubahan peraturan lainnya yang dapat berakibat negatif
bagi bisnis milik PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk atau lisensi usaha
yang ada. Dan perusahaan tidak dapat meyakinkan bahwa PT.
Telekomunikasi Indonesia Tbk dapat bersaing dengan operator
telekomunikasi nasional dan asing lainnya, bahwa perubahan peraturan itu
tidak akan menghemat biaya para pesaing PT. Telekomunikasi Indonesia
Tbk atau justru sebaliknya menekan pendapatan perusahaan, atau bahwa
perubahan peraturan itu, revisi atau intepretasi dari peraturan dan hukum
yang berlaku saat ini atau di masa depan yang diterbitkan oleh Pemerintah
tidak akan berdampak negatif bagi bisnis dan hasil-hasil usaha PT.
Telekomunikasi Indonesia Tbk.
Dikeluarkannya kebijakan penghapusan layanan SMS premium oleh
pemerintah juga dapat berdampak negatif bagi pendapatan Perusahaan
yang berasal dari layanan telepon seluler & CDMA serta berakibat
dikenakannya sanksi bagi PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk.
Telkomsel & Telkom Flexi, Anak Perusahaan usaha yang mayoritas
sahamnya dimiliki Perusahaan dan mengoperasikan layanan
telekomunikasi seluler & CDMA, memperoleh pendapatan yang besar dari
layanan SMS Premium dalam beberapa tahun sebelumnya. Layanan ini
termasuk layanan musik dan ring tones, penyediaan wall paper untuk
smartphone dan gambar lainnya, pemberian suara untuk kontes tertentu
dan polling serta layanan konten yang di antaranya horoskop, cuplikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-62
Pada tahun 2011, Badan Regulator Telekomunikasi Indonesia (BRTI)
menyerukan agar perusahaan telekomunikasi meniadakan layanan SMS
Premium dan memberitahukan penghapusan layanan tersebut dengan
memberi opsi untuk menghentikan langganan. Perusahaan ini juga diminta
untuk menghentikan promosi layanan SMS Premium hingga
pemberitahuan lebih lanjut, merangkum besaran biaya yang dikenakan
untuk layanan SMS Premium dan mengembalikan jumlah yang telah
didebet dari pelanggan untuk layanan SMS Premium itu, dan melaporkan
secara mingguan kepada BRTI terkait tindakan yang diambil.
BRTI mengambil tindakan berdasarkan keluhan yang diterima dari
pelanggan karena telah dikenakan biaya atas layanan yang mereka tidak
sadari telah berlangganan dan sulit untuk berhenti berlangganan dari
layanan tersebut. Pelanggan lain mengeluhkan bahwa biaya yang
dikenakan tidak jelas dan sulit untuk diawasi, terutama oleh pelanggan
layanan telepon prabayar.
BRTI telah menjelaskan bahwa pihaknya tidak bermaksud melarang
penyediaan layanan SMS Premium tersebut tetapi mengkaji ulang terlebih
dulu jenis layanannya dan memberikan kesempatan bagi pelanggan untuk
memilih berlangganan atau tidak dari layanan itu. Tindakan BRTI ini
mendapat dukungan dari Menkominfo.
Gangguan terhadap layanan SMS Premium Telkomsel & Flexi yang
disebabkan oleh tindakan BRTI telah berdampak pada turunnya
pendapatan dari layanan ini. Tindakan serupa yang diambil BRTI atau
Menkominfo di masa depan dapat berdampak sama yaitu mengurangi atau
membatasi pertumbuhan pendapatan Telkomsel & Telkom Flexi dari
layanan ini atau produk terkait atau produk baru. BRTI atau Menkominfo
juga dapat mengambil tindakan yang lebih agresif yang dapat mengganggu
penyediaan produk Telkomsel atau mengenakan denda atau sanksi
administratif lainnya. Salah satu faktor ini dapat berdampak materil
maupun negatif terhadap operasional dan kondisi keuangan PT.
Telekomunikasi Indonesia Tbk.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-63
Selain itu, peraturan baru yang dikeluarkan oleh Badan Regulasi
Telekomunikasi Indonesia (BRTI) untuk konfigurasi menara BTS dapat
menunda pendirian menara BTS baru atau mengubah penempatan menara
yang ada dan mengurangi posisi kepemimpinan PT. Telekomunikasi
Indonesia Tbk dengan mewajibkan perusahaan membagi menara dengan
pesaing. Pada tahun 2008 dan 2009, Pemerintah mengeluarkan peraturan
terkait pembangunan, utilisasi dan pembagian menara BTS. Menyusul
regulasi berdasarkan peraturan tersebut, pembangunan menara BTS
memerlukan izin dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah memiliki hak
untuk menentukan penempatan menara, lokasi dimana menara dapat
dibangun, dan juga untuk menentukan biaya lisensi untuk membangun
infrastruktur menara. Peraturan tersebut juga mewajibkan PT.
Telekomunikasi Indonesia Tbk untuk membiarkan operator lain dapat
meminjam ruang dan menggunakan menara telekomunikasi tanpa ada
diskriminasi. Peraturan ini juga dapat berdampak negatif terhadap alokasi
pembangunan atau rencana ekspansi dari menara BTS karena
pengembangan menara baru akan lebih rumit. Peraturan ini juga
berdampak buruk bagi menara BTS milik PT. Telekomunikasi Indonesia
Tbk yang telah ada jika pemerintah membuat perubahan regulasi terhadap
penempatan menara yang telah ada. Persyaratan untuk membagi ruang
dalam menara seluler (Telkomsel) dan menara telepon nirkabel tidak
bergerak (Telkom Flexi) juga akan merugikan PT. Telekomunikasi
Indonesia Tbk sebagai pemimpin pasar dan mengizinkan pesaing untuk
berkembang cepat, terutama di daerah perkotaan, dimana tempat ruang
baru bagi menara tambahan akan sulit untuk didapatkan. Efektif 2011,
Pemerintah daerah diijinkan untuk membebankan biaya hingga 2,0% dari
nilai pajak menara yang dibebankan.
Kebijakan atau regulasi yang dikeluarkan oleh BRTI selaku komite
regulasi pertelekomunikasian merupakan ancaman yang dapat
menghambat dan menghalangi kinerja pertumbuhan Telkom Flexi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-64
5. Pertumbuhan Penduduk
Penduduk Indonesia sebagaimana yang dapat dilihat dalam data jumlah
penduduk yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun
2010, saat ini telah menyentuh angka 237 641 326 jiwa, yang mencakup
mereka yang bertempat tinggal di daerah perkotaan sebanyak 118.320.256
jiwa (49,79 persen) dan di daerah perdesaan sebanyak 119.321.070 jiwa
(50,21 persen).
Jumlah penduduk Provinsi Jawa Tengah sendiri menurut data yang
direlease oleh Badan Pusat Statistik (BPS) adalah sebanyak 32.382.657
jiwa yang mencakup mereka yang bertempat tinggal di daerah perkotaan
sebanyak 14.805.038 jiwa (45,72 persen) dan di daerah perdesaan
sebanyak 17.577.619 jiwa (54,28 persen), jumlah ini meningkat 24.32
persen dibandingkan data sensus yang dilakukan pada periode
sebelumnya. Persentase distribusi penduduk menurut kabupaten/kota
bervariasi dari yang terendah sebesar 0,37 persen di Kota Magelang
hingga yang tertinggi sebesar 5,35 persen di Kabupaten Brebes. Median
umur penduduk Provinsi Jawa Tengah tahun 2010 adalah 30,06 tahun.
Angka ini menunjukkan bahwa penduduk Provinsi Jawa Tengah termasuk
kategori tua. Penduduk suatu wilayah dikategorikan penduduk muda bila
median umur < 20, penduduk menengah jika median umur 20-30, dan
penduduk tua jika median umur > 30 tahun.
Rasio ketergantungan penduduk Provinsi Jawa Tengah adalah 50,31.
Angka ini menunjukkan bahwa setiap 100 orang usia produktif (15-64
tahun) terdapat sekitar 50 orang usia tidak produkif (0-14 dan 65+), yang
menunjukkan banyaknya beban tanggungan penduduk suatu wilayah.
Jumlah penduduk Provinsi DI Yogyakarta adalah sebanyak 3.457.491 jiwa
yang mencakup mereka yang bertempat tinggal di daerah perkotaan
sebanyak 2.297.261 jiwa (66,44 persen) dan di daerah perdesaan sebanyak
1 160 230 jiwa (33,56 persen). Persentase distribusi penduduk menurut
kabupaten/kota bervariasi dari yang terendah sebesar 11,24 persen di Kota
Yogyakarta hingga yang tertinggi sebesar 31,62 persen di Kabupaten
Sleman. Median umur penduduk Provinsi DI Yogyakarta tahun 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-65
adalah 32,05 tahun. Angka ini menunjukkan bahwa penduduk Provinsi DI
Yogyakarta termasuk kategori tua. Penduduk suatu wilayah dikategorikan
penduduk muda bila median umur < 20, penduduk menengah jika median
umur 20-30, dan penduduk tua jika median umur > 30 tahun.
Menurut Badan Pusat Statistik, tingkat laju pertumbuhan penduduk Jawa
Tengah dan DI Yogyakarta selama 10 tahun terakhir yang berakhir pada
tahun 2010, tergolong tinggi yakni sekitar 1-2%. Disamping laju tingkat
pertumbuhan penduduk yang tergolong tinggi, tingkat pendapatan per
kapita serta tingkat belanja konsumsi kebutuhan dasar per-kapita di
regional Divre IV Jateng & DIY juga mengalami peningkatan sebesar
13,27% dan 9,93 % dibanding tahun 2009. Rata-rata usia penduduk di
Divre IV Jateng & DIY yang berada di dalam usia angkatan kerja pun
tergolong usia yang masih sangat produktif yakni 29,23 tahun dan 30,25
tahun. Meningkatnya pendapatan per-kapita provinsi, tingkat konsumsi
per-kapita provinsi, serta rata-rata usia angkatan kerja provinsi Jateng &
DIY yang tergolong tinggi merupakan indikator trend positif pertumbuhan
ekonomi provinsi Jateng & DIY, dan akan berdampak pada meningkatnya
tingkat kesejaheraan dan konsumsi terhadap produk atau jasa termasuk
produk atau jasa telekomunikasi. Hal ini merupakan indikasi
peluang/opportunites bagi pertumbuhan produk Telkom Flexi. Dan akan
diberikan score 4 karena merupakan indikator peluang/opportunities yang
dapat dimanfaatkan, pertumbuhan penduduk tinggi dengan.
6. Densitas Telepon
Menurut Manager Flexi Area Divre IV Jateng & DIY, sejak pertama kali
di-launching dalam waktu kurang dari 3 tahun (2002-2005) Telkom Flexi
telah mendapatkan 3,5 juta pelanggan. Sementara itu operator CDMA lain
seperti Mobile 8, Bakrie dan Indosat juga mulai gencar memperebutkan
pasar yang ada di Indonesia karena masih terbuka lebar dan masih jauh
dari titik jenuh (1), karena densitas telepon waktu itu masih sekitar 9% dari
total telepon tetap dan nirkabel. Angka densitas telepon sebesar 9%
tersebut tergolong rendah pada saat itu. Flexibilitas jaringan Telkom Flexi
apabila dibanding dengan fixed wireline access/telepon rumah menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-66
daya tarik bagi pasar sehingga pasar meresponnya positif dan
mengakibatkan pertumbuhan Telkom Flexi saat itu sangat tinggi. Dengan
rata-rata pertumbuhan 27,24% selama 5 tahun terakhir (2006-2011).
Karena positioning bisnis Telkom Flexi memang disinergikan dengan fixed
wireline access, untuk memanfaatkan alokasi jaringan kabel yang masih
tersedia sangat tinggi, akibatnya pertumbuhan Telkom Flexi mengkanibal
pertumbuhan portofolio bisnis fixed wireline access milik PT. Telkom
Divre IV Jateng & DIY. Meski di dalam perkembangannya Telkom Flexi
ternyata telah mengkanibal potensi pertumbuhan portofolio produk/bisnis
fixed wireless access, pertumbuhan telepon rumah/fixed wireless access
berada di bawah 2% setiap tahunnya selama 4 tahun terakhir. Akan tetapi,
dari sisi pendapatan yang dihasilkan oleh penyelenggaraan komunikasi
jaringan kabel milik PT. Telkom Divre IV Jateng & DIY, masih tetap
tumbuh sebesar 12,58% pada tahun 2010 dan 14,27% pada tahun 2011.
Hingga Desember 2011, total densitas layanan telekomunikasi berbasis
fixed wireless access CDMA di Regional Divre IV Jateng & DIY adalah
sebesar 17 dari 100. Densitas segmen fixed wireless access yang masih
rendah ini merupakan sub atribut indikator peluang yang dapat
dimanfaatkan oleh Telkom Flexi.
7. Perubahan Pola Pikir dan Perilaku Masyarakat Dalam Merespon
Teknologi.
Saat ini perkembangan teknologi telekomunikasi dengan mode mobile
telecommuncation telah berhasil menggeser personal computer. Beberapa
functional tasking yang dulu tidak dapat dilakukan oleh handphone seperti
membuka dan mengedit data baik kuantitatif ataupun kualitatif kini telah
dapat dilakukan melalui handphone sejak diluncurkannya handphone jenis
smartphone. International Data Corporation (IDC),
pasar smartphone di Indonesia diperkirakan akan terus bertumbuh hingga
68% hingga akhir 2011, sehubungan dengan maraknya smartphone-
smartphone dengan harga yang lebih murah dan terjangkau seperti
produk-produk dari HTC, Samsung, dll. Dengan ini, pengguna smartphone
diperkirakan akan terus bertambah. Penggunaan smartphone secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-67
langsung maupun tidak langsung turut mengubah perilaku dan gaya hidup
penggunanya. Sebagai contoh, di antara pengguna Blackberry, kita tidak
lagi menanyakan nomor handphone pada orang yang baru kita kenal,
namun menanyakaan pin BB, yaitu serangkaian kode yang menjadi
identitas dari Blackberry. Selain itu, smartphone juga meningkatkan
jumlah akses internet masyarakat sehari-hari. Lebih mungkin bagi
seseorang yang menggunakan smartphone untuk mengakses internet
secara berkelanjutan daripada menggunakan personal computer.
Berdasarkan data yang di-release oleh Badan Regulasi Telekomunikasi
dan Informasi (BRTI) tahun 2011, untuk pengguna layanan data yang
diakses melalui telepon seluler telah tumbuh sebesar 65% dibanding tahun
2010. Dalam daftar trafik layanan komunikasi Telkomsel, misalnya, trafik
data melonjak signifikan. Jika di tahun 2010 tercatat penggunaan sebesar
63 TeraByte, maka di tahun 2011 tercatat penggunaan sebesar 107
TeraByte. Seiring dengan tingginya permintaan masyarakat akan layanan
data, kualitas jaringan menjadi faktor penentu keberhasilan yang
signifikan. Diperlukan upaya untuk memastikan kemudahan dan
kenyamanan akses komunikasi data sejalan dengan pertumbuhan
pelanggan data, tersedianya pita spektrum yang memadai sehingga akan
memberikan kecepatan akses terhadap beragam layanan komunikasi data
yang pada akhirnya kebutuhan pelanggan di Indonesia dapat dilayani
dengan optimal. Hal ini merupakan peluang sub-atribut faktor kunci
penentu keberhasilan eksternal.
Lebih jauh menurut IDC, smartphone pada awalnya didesain bagi
kalangan eksekutif-eksekutif yang memerlukan akses data dan
kemudahan-kemudahan pekerjaannya. Sebaliknya, pemakai smartphone di
Indonesia malah sebagian didominasi oleh anak-anak muda dan ABG,
bahkan anak usia SD. Sebagaimana kita tahu, anak-anak maupun remaja
belum memiliki kematangan emosional dan pengetahuan moral yang
cukup, sehingga mereka mudah terpengaruh oleh lingkungan luar.
Kebanyakan dari mereka menggunakan smartphone hanya karena ikut-
ikutan teman, maupun terpengaruh tren dan perkembangan zaman, atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-68
karena diberi oleh orang tua. Mereka tidak mengetahui fungsi dari
smartphone sendiri.
Kebanyakan pengguna smartphone tidak menggunakan fitur dan aplikasi
smartphone secara optimal. Pengguna smartphone yang termasuk
golongan para eksekutif mengaku menggunakan smartphone untuk akses
push email yang memungkinkan mereka untuk mengakses email tanpa
perlu membuka dengan komputer, serta fitur open office yang sangat
mendukung orang-orang yang sehari-hari bekerja dengan data. Pengguna
dari kalangan anak muda menggunakan smartphone karena kemudahan
akses jejaring sosialnya serta aplikasi Instant Messenger. Jika menilik dari
artikel yang pernah ditebitkan di Malang Post, Blackberry tipe Curve 8520
atau yang lebih dikenal dengan Gemini dengan harga kurang lebih 1,9 juta
rupiah lebih laku dikalangan remaja. Sementara fitur yang ditawarkannya
tidak terlalu mutakhir, hanya sebatas pada Instant Messeging Blackberry
Messenger (BBM). Hal ini mengindikasikan bahwa kebanyakan pengguna
remaja secara fungsi belum memanfaatkan fungsi smartphone secara
optimal.
Untuk akses internet, smartphone memerlukan koneksi berlangganan pada
provider-provider tertentu dengan biaya yang bervariasi, yaitu berkisar
antara lima ribu rupiah untuk paket per hari, hingga ratusan ribu untuk
paket per bulan. Bagi para pengguna yang tidak cukup mampu untuk
mengaktifkan layanan servis tersebut maka smartphone tinggallah ponsel
biasa tanpa keistimewaan apapun. Gengsi merupakan satu faktor utama
lain yang mendorong orang untuk ikut-ikutan menggunakan smartphone.
Kisaran harga smartphone memang lebih tinggi dari jenis-jenis handphone
lainnya. Sebagai contoh, merk Blackberry yang diproduksi oleh RIM
memiliki harga jual sekitar 2-7 juta di Indonesia. Sementara produk
smartphone keluaran Apple bisa mencapai harga sekitar 7 jutaan per
unitnya. Padahal untuk tipe-tipe handphone biasa, kisaran harga normal
berkisar antara 300 ribu hingga kurang lebih 4 juta rupiah. Dengan harga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-69
yang tinggi, pengguna smartphone dalam
masyarakat dan juga akan meningkatkan prestise penggunanya.
Dibawah ini merupakan hasil riset yang dilakukan oleh Badan Regulasi
Telekomunikasi dan Informasi (BRTI) tahun 2011 mengenai prosentase
penggunaan layanan smartphone beradasarkan fungsi dasar yang dimiliki
oleh smartphone.
Gambar 4.2. Karakteristik Penggunaan Smartphone
Berdasarkan data tersebut, perilaku masyarakat yang paling sering
dilakukan ketika menggunakan smartphone adalah mengakses social
network seperti facebook, tweeter, dll. Yang kemudian diikuti oleh
Browsing, Download, Push-Email dan lain-lain. Kecenderungan
konsumen yang memiliki lebih dari satu perilaku dalam menggunakan
smartphone telah dipertimbangkan di dalam riset yang telah dilakukan .
Perubahan perilaku masyarakat dalam merespon trend teknologi
smartphone yang masuk ke Indonesia, telah mengalami pergeseran yang
signifikan. Kini tidak hanya menggunakan handphone sebagai pendukung
kebutuhan voice dan sms saja, tetapi fungsi handphone kini telah
mengganti fungsi personal computer (PC). Hal ini merupakan indikator
peluang faktor kunci penentu keberhasilan eksternal yang dapat
dimanfaatkan oleh Telkom Flexi. Akan tetapi diperlukan upaya untuk
memastikan kemudahan dan kenyamanan akses komunikasi data sejalan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-70
dengan pertumbuhan pelanggan data, tersedianya pita spektrum yang
memadai sehingga akan memberikan kecepatan akses terhadap beragam
layanan komunikasi data yang pada akhirnya kebutuhan pelanggan di
Indonesia dapat dilayani dengan optimal.
B. Lingkungan Industri & Persaingan.
1. Intensitas Persaingan dari Operator Lain
Intensitas persaingan segmen telepon tetap tanpa kabel (fixed wireless
access) untuk area Jateng & DIY cenderung tinggi dan merupakan
ancaman yang harus dihadapi bagi pertumbuhan Telkom Flexi. Indikator
untuk menilai intensitas persaingan operator lain terhadap Telkom Flexi
dapat dilihat dari biaya investasi dan biaya untuk promosi yang
dialokasikan oleh perusahaan pesaing Telkom Flexi seperti Esia, Star One
dan SmartFren. Bakrie esia dan Smart Fren merupakan operator penyedia
layanan telekomunikasi yang gencar melakukan promosi serta reinvestasi
dalam bentuk perangkat jaringan. Kemudian diikuti oleh Telkom Flexi dan
Esia. Bakrie Esia dan SmartFren sepanjang tahun 2010-2011 telah
melakukan reinvestasi dalam bentuk perangkat jaringan sebesar 59,21
milyar dan 42,67 milyar, sementara biaya promosi kedua perusahaan
operator pesaing Telkom Flexi tersebut mengalami peningkatan yang
signifikan sepanjang tahun 2010-2011, yakni menjadi 3,12 milyar dan 2,21
milyar untuk kedua operator Bakrie Esia dan Smart Fren. Sementara itu
Telkom Flexi sepanjang tahun 2010-2011 hanya mengeluarkan reinvestasi
dalam bentuk perangkat jaringan sebesar 6,38 milyar dan biaya promosi
942 juta. Telkom Flexi Divre IV Jateng & DIY harus segera berbenah
dengan mengalokasikan biaya reinvestasi perangkat dan promosi yang
lebih besar untuk menghadapi persaingan.
2. Ancaman Produk/Jasa Subsitusi
Menurut Manager Flexi Divre IV Kandatel Yogyakarta, produk atau jasa
subsitusi untuk jasa telekomunikasi secara umum adalah Jasa Pos. Era
globalisasi membuat jasa pos semakin kehilangan pasarnya karena banyak
konsumen yang berpindah ke jasa telekomunikasi media elektronik seperti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-71
telepon, SMS dan MMS yang lebih unggul dalam hal kecepatan kepastian
maupun harga. Jasa telekomunikasi semakin berkembang pesat karena
didukung dengan penerapan teknologi yang semakin canggih dan berhasil
merebut sebagian besar pasar jasa pos. Selain itu faktor keunggulan
efisiensi waktu, biaya serta flexibilitas perangkat menjadikan jasa
telekomunikasi lebih unggul dibandingkan jasa pos.
Semakin banyaknya pengguna laptop, personal computer dan smartphone,
meningkatkan jumlah pengakses internet dengan menggunakan laptop atau
personal computer dan smartphone. Ini merupakan ancaman yang akan
dihadapi jasa telekomunikasi khususnya bagi produk layanan dasar seperti
voice, sms dan video call. Seperti kita ketahui saat ini produk-produk
perusahaan pengembang content, software dan aplikasi seperti SKYPE,
Yahoo Messenger, Whats Up, dan lain-lain juga menawarkan manfaat
yang dapat seperti manfaat yang ditawarkan oleh produk layanan dasar
perusahaan operator penyedia layanan telekomunikasi. Seperti fungsi
fasilitas pengirim pesan pesan atau sms, mms, video call, voice, dll,
tersedia dan dapat dilakukan juga oleh aplikasi Skype, Yahoo Messenger
dan Whats Up. Ini merupakan ancaman yang dapat mengambil pasar
pengguna dari penyedia layanan telekomunikasi serta menggerus
pendapatan dari layanan dasar seperti sms, mms, video call dan voice. Dari
segi biaya, untuk melakukan pengiriman pesan, video call, mengirim
gambar dengan menggunakan aplikasi seperti Skype, Yahoo Messenger
dan G-Talk, menawarkan biaya yang lebih kompetitif dibanding
menggunakan jasa telekomunikasi seperti sms, mms dan video call.
Karena dengan hanya membayar paket berlangganan internet sudah dapat
menggunakan fasilitas dari content dan aplikasi yang fungsinya dapat
menggantikan layanan dasar telekomunikasi. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa sub-atribut ancaman produk/jasa subsitusi merupakan
ancaman yang mau tidak mau harus dihadapi oleh Telkom Flexi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-72
3. Kekuatan Pemasok
Kebanyakan penyelenggara jasa telekomunikasi di Indonesia tidak
membuat perangkat mereka sendiri, melainkan membeli dan bekerja sama
dengan vendor baik lokal maupun internasional. Sehingga perangkat
telekomunikasi sangat penting bagi perusahaan penyelenggara layanan
telekomunikasi. Posisi vendor perangkat menjadi sangat penting bagi
operator penyedia layanan telekomunikasi karena pada umumnya ada
ketergantungan antara operator penyedia layanan telekomunikasi dan
perangkat teknologi yang dalam hal ini dapat di-supplay oleh vendor.
Biaya operasional dan pemeliharaan jaringan juga sangat tergantung pada
model teknologi perangkat dari vendor. Kualitas dan kuantitias dari
perangkat yang mampu disediakan oleh vendor sangat menentukan
kualitas jasa telekomunikasi oleh operator. Vendor dalam menjual
perangkat telekomunikasi juga tidak menghadapi produk subsitusi. Karena
perangkat telekomunikasi yang menggunakan licensed teknologi tertentu
pada umumnya dipegang oleh satu vendor sebagai pemegang licensed
right. Produk yang dijual kebanyakan terdiferensiasi dengan berbagai
inovasi teknologi sehingga para operator cenderung loyal terhadap vendor
tertentu karena keunggulan diferensiasi tersebut. Switching cost dalam
industri perangkat telekomunikasi relatif besar. Dengan perkembangan
teknologi yang semakin pesat dan pengaruh dari globalisasi, jumlah
pemasok atau vendor semakin lama semakin bertambah, sehingga para
operator penyedia layanan telekomunikasi semakin diuntungkan karena
memiliki kebebasan untuk menentukan pilihan tidak hanya terbatas pada
satu vendor pemasok perangkat. Selain itu, kini pembelian perangkat juga
telah dilakukan melalui sistem tender. Dengan demikian posisi tawar
pemasok posisinya lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya, karena
perusahaan penyedia layanan telekomunikasi sekarang telah memiliki
kebebasan untuk memilih vendor pemasok. Dan ini merupakan indikator
peluang yang dapat menjadi faktor kunci penentu keberhasilan eksternal
dari perusahaan operator penyedia layanan telekomunikasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-73
4. Kekuatan Pembeli
Menurut Porter (1990), konsumen akan memiliki posisi tawar yang kuat
apabila mereka dapat mempengaruhi perusahaan untuk menurunkan harga,
meningkatkan mutu layanan atau bahkan mengadu perusahaan dengan
kompetitornya. Pada segmen tetap tanpa kabel (fixed wireless access) di
PT. Telkom Divre IV Jateng & DIY, konsumen telah memiliki alternatif
pilihan selain Telkom Flexi, yakni karena telah tersedianya produk
layanan yang sama dari operator lain seperti Star One dan Esia.
Semakin banyaknya produk subsitusi yang bergerak di segmen FWA, akan
membuat konsumen memiliki kebebasan memilih yang lebih besar.
Sehingga membuat bargain position atau posisi tawar konsumen yang
dalam hal ini konsumen yang menggunakan jasa FWA semakin
meningkat. Semakin besar konsumen memiliki kebebasan dalam memilih,
maka konsumen akan semakin mudah memilih produk yang memiliki
harga dan layanan yang sesuai dengan kebutuhan. Biaya untuk switching
cost konsumen termasuk rendah, teruatama pada produk prepaid karena
biaya yang dibutuhkan konsumen untuk berpindah dari satu operator ke
operator lainnya hanya biaya kartunya. Dan kini harga kartu perdana
prepaid untuk segmen layanan seluler GSM dan FWA sangat kompetitif.
Hal ini juga mengakibatkan posisi tawar konsumen untuk segmen FWA
cenderung tinggi.
Semakin rendahnya switching cost menyebabkan konsumen telah dapat
dengan bebas memilih layanan FWA yang sesuai dengan kebutuhan
mereka, dan hal ini menyebabkan Bargain position atau posisi tawar
konsumen untuk segmen layanan FWA tergolong tinggi dan merupakan
ancaman bagi faktor kunci penentu keberhasilan eksternal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-74
5. Kemudahan Entry-Barrier
Ancaman pendatang baru yang masuk ke dalam industri jasa layanan
telekomunikasi baik GSM ataupun FWA di Regional Jateng & DIY
tergolong tinggi, karena hambatan masuk bagi pendatang dan pesaing baru
dalam industri telekomunikasi juga secara umum masih tergolong sangat
tinggi. Ancaman masuk bagi pendatang baru tersebut tergolong tinggi
disebabkan oleh:
a. Skala Ekonomi
Para pemain lama dalam industri layanan telekomunikasi telah
bermain dan berproduksi dalam skala dan area yang lebih luas,
sehingga dapat menurunkan biaya dan harga. Operator penyedia
layanan telekomunikasi incumbent seperti PT. Telkom Divre IV Jateng
& DIY telah memiliki jaringan telekomunikasi yang sangat besar dan
luas sehingga mendapatkan keuntungan efisiensi biaya. Pemain baru
yang akan masuk dan berproduksi dalam skala kecil akan menghadapi
biaya yang tinggi, sehingga mau tidak mau akan menghadapi resiko
tingginya biaya produksi, sementara perang tarif yang ditawarkan oleh
operator penyedia layanan telekomunikasi baik GSM ataupun CDMA
telah gila-gilaan.
b. Diferensiasi produk/Jasa Telekomunikasi.
Segmen layanan seluler dan FWA saat ini telah terdiferensiasi dengan
berbagai fitur layanan yang disediakan oleh berbagai operator
penyedia layanan telekomunikasi dengan switching cost konsumen
yang rendah. Sementara segmen fixed wireline/PSTN cenderung tidak
terdiferensiasi dan operator penyedia layanan telekomunikasi untuk
segmen ini hanya di regional Jateng & DIY hanya 2 perusahaan saja
yaitu Telkom dan Indosat, sehingga menyebabkan switching cost
konsumen masih cenderung tinggi untuk segmen ini. Switching cost
yang rendah untuk segmen seluler dan FWA menyebabkan pendatang
baru harus mengeluarkan biaya yang sangat rendah untuk merebut
pelanggan dari operator yang telah bermain lebih lama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-75
c. Kebutuhan modal.
Menurut manager Telkom Flexi Divre IV Jateng & DIY, industri
telekomunikasi merupakan industri yang padat modal sehingga
membutuhkan modal yang sangat besar untuk membangun jaringan
baru maupun melakukan riset dan pengembangan teknologi. Hal ini
akan mengakibatkan hambatan pesaing baru untuk ikut bermain dalam
bisnis ini sangat besar.
d. Akses ke saluran distribusi
Pemain lama (incumben) telah memiliki jalur distribusi yang luas dan
baik sehingga pemain baru harus mengeluarkan banyak biaya untuk
mengimbanginya. Operator penyedia layanan telekomunikasi
incumben PT. Telekomunikasi Indonesia tbk dengan produknya
Telkom Flexi, saat ini telah memiliki jalur distribusi yang luas karena
produknya telah menjangkau 33 provinsi di seluruh Indonesia. Dan
PT. Telekomunikasi Indonesia tbk telah memiliki jaringan kabel fiber
optic dengan jangkauan paling luas dibanding operator penyedia
layanan telekomunikasi lainnya yakni sepanjang 432.455 km di
seluruh Indonesia. Hal ini tantu akan menyebabkan pemain baru harus
mengeluarkan biaya yang tinggi untuk mengimbanginya.
e. Kebijakan Pemerintah.
Kebijakan pemerintah pada industri telekomunikasi di Indonesia pada
umumnya saat ini sangat mendukung privatisasi sektor telekomunikasi
demi terwujudnya persaingan yang sehat. Akan tetapi beberapa
kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah yang dalah hal ini BRTI
merugikan PT. Telekomunikasi Indonesia tbk. Semisal kebijakan
BRTI yang mewajibkan PT. Telekomunikasi Indonesia tbk membuka
channel inter-koneksi, sharing jaringan dan BTS, tentu saja hal ini
sangat menguntungkan bagi pemain baru yang ingin masuk, karena
dapat menurunkan biaya investasi. Mengingat hingga Desember 2011,
PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk merupakan perusahaan operator
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-76
penyedia layanan telekomunikasi yang memiliki basis pelanggan dan
BTS aktif yang mendominasi dibandingkan operator pesaing.
Dengan demikian, saat ini dapat disimpulkan bahwa ancaman untuk
masuknya pendatang baru dalam industri telekomunikasi secara umum
masih tergolong tinggi. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan ke
depannya ancaman akan semakin rendah apabila kebijakan pemerintah
dalam hal ini BRTI membuka ruang yang seluas-luasnya bagi pendatang
baru untuk masuk dengan memanfaatkan seluruh jaringan dan fasilitas
yang telah dibangun oleh PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk.
C. Teknologi
1. High Speed Data
Menurut Kementrian informasi dan komunikasi (Kemenkominfo),
perkembangan pelanggan fixed broadband internet per 100 penduduk
dalam kurun waktu tahun 2005 sampai dengan 2011 per 100 penduduk
dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2011 menunjukkan tren peningkatan
dari tahun ke tahun. Kenaikannya terlihat semakin tinggi, dimulai dari
teledensitas 0,05 untuk tahun 2005 naik hampir 16 kali lipat menjadi 0,79
pada tahun 2010, dan 1,85 per Desember 2011.
Gambar 4.3. Perkembangan telendensitas jumlah pengguna Fixed
Broadband Internet.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-77
Untuk perkembangan pelanggan Mobile Broadband Internet dalam kurun
2005-2010, perkembangan pelanggan mobile broadband per 100
penduduk dalam memperlihatkan kecenderungan kenaikan yang sangat
pesat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2005 persentase pelanggan hanya
0,02% meningkat 300 kali lebih menjadi 6,41% pada tahun 2009, 16,11 %
pada tahun 2010 dan 38,14% per Desember 2011.
Gambar 4.4. Perkembangan telendensitas jumlah pengguna Mobile
Broadband Internet.
Telkom Flexi sebagai portofolio bisnis/ produk berbasis fixed wireless
access yang dimiliki PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk mau tak mau juga
harus mensinergikan kapabilitas infrastruktur yang dimiliki agar dapat
memenfaatkan peluang meningkatnya permintaan akan layanan data yang
yang terjadi akhir akhir ini. Pada tahun 2008, PT. Telekomunikasi
Indonesia Tbk telah mendapatkan hak licensi atas penggunaan frekuensi
EVDO untuk wilayah Jawa Tengah dan DIY, dan frekuensi EVDO
tersebut akan diintegrasikan dengan layanan milik Telkom Flexi untuk
mendukung penyelenggaraan layanan data. Jumlah menara jaringan untuk
instalasi transmitter yang beroperasi pada EVDO frekuensi perlu ditambah
jumlahnya. Karena saat ini frekuensi EVDO Telkom Flexi baru dinikmati
hanya di 3 kota besar saja, yaitu Yogyakarta, Semarang dan Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-78
Sementara pesaing utama Telkom Flexi yakni Bakrie Esia telah
melakukan penetrasi frekuensi EVDO hingga ke tingkat kabupaten yang
belum dijangkau oleh EVDO frekuensi milik Telkom Flexi.
2. Trend Smartphone yang berkembang di masyarakat
Menurut riset yang dilakukan oleh majalah Pulsa edisi November 2009,
seiring perkembangan zaman dan perkembangan teknologi, kebutuhan
mayarakat akan komunikasi dan akses informasi semakin berkembang.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, manusia menggunakan berbagai
jenis sarana komunikasi seperti surat, email, telepon, internet, dll. Dalam
perkembangannya, alat komunikasi seperti telepon mengalami berbagai
perubahan bentuk dan fungsi, sebagai contohnya handphone.
Saat ini handphone telah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat
modern. Berbagai perusahaan produsen handphone mulai berlomba-lomba
menciptakan inovasi demi inovasi untuk mengembangkan dan
menyempurnakan teknologi handphone. Salah satu produk inovasi
handphone yang marak kita kenal pada saat ini adalah smartphone yang
kini sedang menjadi tren bagi masyarakat.
Ponsel pintar atau yang dikenal dengan smartphone adalah teknologi baru
yang menyerupai Personal Digital Assistant (PDA) yang memiliki
berbagai fungsi dan kemudahan dalam mengakses internet (Phillippi and
Wyatt, 2011). Kecanggihan smartphone dibandingkan ponsel biasa
terletak pada operation system yang tangguh, kecepatan proses yang
tinggi, perangkat multimedia yang mutakhir, koneksi internet terbaik dan
layar sentuh.
Di Indonesia sendiri, pasar smartphone dikuasai oleh beberapa produsen
smartphone terkemuka seperti Blackberry, Apple dan Samsung.
Berdasarkan data yang dikutip dari AFP yang dipublikasi oleh The
Australians, hingga tahun 2011, jumlah pengguna smartphone Blackberry
di Indonesia sudah mencapai angka 5 juta. Angka ini diperkirakan masih
akan mengalami kenaikan sekitar 20% setiap tahunnya. Indonesia jelas
merupakan pasar yang luar biasa menjanjikan bagi perusahaan distributor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-79
Blackberry, RIM. Selain Blackberry, masih ada smartphone jenis Android
yang pelan-pelan mulai memperoleh pasar di Indonesia. Jelas sekali bahwa
smartphone telah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Indonesia.
Menurut
smartphone di Indonesia terus bertumbuh sebesar 68% hingga akhir
2011. Dan dari pertumbuhan sejumlah 68% tersebut, smart phone jenis
Android merupakan jenis smartphone yang memiliki pertumbuhan paling
baik sepanjang tahun 2011 yakni sebesar 31,18%, meski pangsa pasarnya
masih jauh apabila dibandingkan dengan pesaingnya Black Berry.
Peluang smartphone di Indonesia untuk terus tumbuh tergolong cukup
besar. Selain penetrasi ponsel jenis smartphone dibandingkan dengan
ponsel yang telah ada sebelumnya baru mencapai 4,23% (hingga
Desember 2011), semakin banyaknya maraknya smartphone-smartphone
dengan harga yang lebih murah dan terjangkau seperti produk-produk dari
HTC, Samsung, dll semakin mendorong besarnya peluang pertumbuhan
ponsel jenis smartphone di Indonesia. Selain itu di sisi lain,
ketergantungan smartphone terhadap akses internet untuk memaksimalkan
fungsi fitur yang dimiliki dari smartphone itu sendiri telah mendorong
meningkatnya jumlah akses internet masyarakat sehari-hari. Lebih
mungkin bagi seseorang yang menggunakan smartphone untuk mengakses
internet secara berkelanjutan daripada pengguna komputer, karena
smartphone memiliki fitur-fitur yang dapat menggantikan fungsi personal
computer. Ini merupakan indikator peluang faktor kunci penentu
keberhasilan eksternal yang harus dimanfaatkan Telkom Flexi.
3. Security
Security merupakan layanan security berbasis TI yang bernilai tambah
bagi pelanggan layanan konektivitas. Aspek ini merupakan aspek yang
harus dipenuhi dan disediakan oleh setiap penyedia layanan
telekomunikasi baik berbasis seluler ataupun CDMA dalam rangka
menjamin kerahasiaan informasi pengguna layanan, sebagaimana yang
telah dituangkan dalam kebijakan yang dikeluarkan oleh Badan Regulasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-80
Telekomunikasi Indonesia no. 34 Tahun 2008. PT. Telekomunikasi
Indonesia Tbk termasuk di dalamnya PT. Telkom Divre IV Jateng & DIY
telah malukan perluasan penerapan ISO 27000 (Information Security
Management System) di Tahun 2011. Pengelolaan keamanan informasi
telah diterapkan sejak tahun 2006 melalui kebijakan internal Perusahaan
nomor KD.57/HK-290/ITS-30/2006. Tahap demi tahap untuk area produk
strategis telah dijaminkan dan disertifikasi dalam Sistem Manajemen Mutu
ISO 27001:2005 sejak tahun 2009. Pada tahun 2011, penerapaan ISO
27000 kembali diperluas untuk produk strategis lainnya.
Kerangka kerja pengelolaan keamanan informasi di dalam tata kelola IT
mengacu pada Control Objectives for Information and related
yang dituangkan sebagai kebijakan Keamanan
Sistem Informasi (KD 57/Tahun 2007) meliputi:
jaringan dan sarana
penunjang merupakan aset informasi yang sangat penting bagi
Perusahaan;
menjamin integritas aset
dan informasi, sehingga dapat menjaga nilai kompetitif, arus kas,
profitabilitas, kepatuhan hukum dan citra komersial Perusahaan;
penilaian risiko,
penilaian keamanan, kepatuhan pada peraturan dan hukum dan
kebutuhan bisnis;
dapat dicapai
dengan menerapkan pemahaman yang sama, pengendalian, pengawasan
dan evaluasi terhadap implementasi kebijakan.
4.2.3 Penentuan Strength, Weaknesses, Opportunities, dan Threat dari
Portofolio Bisnis Telkom Flexi.
Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan pada sub-bab 4.2.2, dapat
diketahui sub-atribut faktor kunci keberhasilan internal dan eksternal
portofolio bisnis Telkom Flexi yang tergolong strength, weaknesses,
opportunities dan threat. Sub-atribut faktor kunci keberhasilan internal
dan eksternal tersebut akan disajikan seperti tabel 4.36 sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-81
Tabel 4.36. Penentuan strength, weaknesses, opportunities, dan threat.
No Sub Atribut
No Sub Atribut
Strength Weaknesses
P1. Tarif Layanan P2. Fitur dan Content yang Disediakan
P3. Product Image yang Telah Dibangun P4. Product Quality and Avaibility
P5. Market share D1 Kemudahan Pelanggan dalam Melakukan Registrasi
P6. Sales POR4. Kecepatan menanggapi komplain pelanggan
F1. ROA (Return of Asset) POR5. Drop call
F2. ROE (Return of Equities) POR6. Kegiatan Promo
F3. Revenue Growth POR7 Kondisi Teknologi Akses Kabel Tembaga
F4. Profit Margin HR1. Kualitas Sumber Daya Manusia yang Dimiliki Perusahaan
F5. EBITDA
D2. Jumlah Indirect dan Direct Channel Outlet Distribution yang Tersedia
POR1. Jumlah BTS yang dimiliki
POR2. Coverage
POR3. Number of Connections are Installed and Available Network
HR2. Ketersediaan Sistem Manajemen
Peningkatan Mutu Karyawan yang Berkelanjutan
Opportunities Threat
LU1. Trend Pertumbuhan Ekonomi Nasional LU3 Aturan/Regulasi yang Dibuat oleh
BRTI (KM 31/2003 dan KM 35/2004) LU2. Kondisi Politik Indonesia LU7 Resiko Keamanan
LU4 Perubahan Pola Perilaku Masyarakat
dalam Merespon Trend Teknologi LPI1. Perang Harga / Price War
LU5 Pertumbuhan Penduduk
LPI2. Intensitas Persaingan dari Operator Lain/Kompetitor
LU6 Densitas Telepon LPI3. Ancaman Produk/Jasa Subsitusi
T1. High Speed Data LPI5. Kekuatan Pembeli
T2. Trend Smartphone yang berkembang di
masyarakat LPI6. Kemudahan Entry-Barrier
T3. Security LU7 Resiko Keamanan LPI4. Kekuatan Pemasok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-82
4.2.4 Internal Factor Evaluation Matrix dan Exernal Factor Evaluation
Matrix
Hasil evaluasi faktor internal dan eksternal, selanjutnya akan diolah
dengan menggunakan Internal Factor Evaluation Matrix dan External
Factor Evaluation, dan hasilnya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.37. Rekapitulasi Hasil Internal Factor Evaluation Matrix
BOBOT
(A)
Faktor Internal Strength/
Weakness
Bobot
(B)
Rating
Score(C)
Strength
(AxBxC)
Weakness
(AxBxC) Produk
15%
P1. Tarif Layanan Strength 12% 2 0,0655
P2. Fitur dan Content yang Disediakan Weakness 10% 4 0,102
P3. Product Image yang Telah Dibangun Strength 16% 3 0,072
P4. Product Quality and Avaibility Weakness 12% 2 0,147
P5. Market share Strength 30% 2 0,125 P6. Sales Strength 20% 2 0,0888
Financial 100%
24%
F1. ROA (Return of Asset) Strength 20% 4 0,192
P2. ROE (Return of Equities) Strength 20% 4 0,192
F3. Revenue Growth Strength 20% 4 0,192 F4. Profit Margin Strength 20% 4 0,192 F5. EBITDA Strength 20% 4 0,192
Distribution 100%
14%
D1
Kemudahan Pelanggan dalam
Melakukan Registrasi
Weakness 35% 4 0,149
D2.
Jumlah Indirect dan Direct Channel
Outlet Distribution yang Tersedia
Strength 65% 4 0,364
100%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-83
Tabel 4.38. Rekapitulasi Hasil Internal Factor Evaluation Matrix (Lanjutan)
BOBOT
(A)
Faktor Internal Strength/
Weakness
Bobot
(B)
Rating
Score
(C)
Strength
(AxBxC)
Weakness
(AxBxC) Physical and Operational Resources
22%
POR1. Jumlah BTS yang dimiliki Strength 30% 2 0,152
POR2. Coverage Strength 15% 2 0,124
POR3. Number of Connections are Installed and Available Network
Strength 20% 4 0,176
POR4. Kecepatan menanggapi komplain pelanggan
Weakness 6% 2 0,089
POR5. Drop call Weakness 10% 4 0,128
POR 6 Kegiatan Promo Weakness 5% 4 0,113
POR 7 Kondisi Kabel Tembaga Weakness 14% 2 0,108
Human Resource 100%
25%
HR1. Kualitas Sumber Daya Manusia yang Dimiliki Perusahaan
Strength 55% 1 0,23
HR2. Ketersediaan Sistem Manajemen
Peningkatan Mutu Karyawan yang Berkelanjutan
Strength 45% 4 0,55
100% 100% 2,10
Tabel 4.39. Rekapitulasi Hasil Eksternal Factor Evaluation Matrix
Faktor Eksternal Opportunities/ Thread
Bobot (B)
Nilai (C)
Opportunities (AxBxC)
Thrread (AxBxC) Lingkungan Umum
35%
LU1. Trend Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Opportunities 10% 4 0,14
LU2. Kondisi Politik Indonesia Opportunities 10% 3 0,105
LU3 Aturan/Regulasi yang Dibuat oleh BRTI
Threat 28% 4 0,476
LU4
Perubahan Pola Perilaku Masyarakat dalam Merespon Trend
Teknologi
Opportunities 15% 4 0,322
LU5 Pertumbuhan Penduduk Opportunities 14% 3 0.277
LU6 Densitas Telepon Opportunities 7% 4 0,098
LU7 Resiko Keamanan Threat 13% 3 0,2315
100%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-84
Tabel 4.40. Rekapitulasi Hasil Eksternal Factor Evaluation Matrix (Lanjutan)
Faktor Eksternal Strength/
Weakness
Bobot
(B)
Nilai
(C)
Opportunities
(AxBxC)
Thread
(AxBxC) Lingkungan Persaingan Industri 35% LPI1. Perang Harga / Price War Threat 13% 3 0,155
LPI2. Intensitas Persaingan dari Operator Lain/Kompetitor Threat 17% 3 0,178
LPI3. Ancaman Produk/Jasa Subsitusi Threat 13% 4 0,182
LPI4. Kekuatan Pemasok Threat 24% 1 0,092
LPI5. Kekuatan Pembeli Threat 19% 4 0,266 LPI6. Kemudahan Entry-Barrier Threat 14% 4 0,198
Teknologi 1.00
30% T1. High Speed Data Opportunities 33% 4 0,396
T2. Trend Smartphone yang
berkembang di masyarakat Opportunities 32% 4 0,384
T3. Security Opportunities 35% 3 0,315
100% 1.00 1,127
Berdasarkan evaluasi kondisi internal dan eksternal diatas dapat diketahui bahwa
lebih banyak atribut dari faktor internal yang menjadi indikator kekuatan internal
dari Telkom Flexi (2,10) daripada atribut yang merupakan indikator kelemahan.
Kekuatan yang dimiliki Telkom Flexi sebesar 2,10 tersebut dapat digunakan
untuk memanfaatkan kondisi ekternal yang memberikan peluang sebesar (1,127).
Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh nilai kekuatan PT. Telekomunikasi
Indonesia Tbk > nilai peluang yang dapat dimanfaatkan (2,10 > 1,127), sehingga
dapat disimpulkan bahwa kapabilitas internal yang dimiliki Telkom Flexi mampu
untuk merespon peluang yang ada.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-85
4.2.5 Competitive Profile Matrix.
Competitive Profile Matrix digunakan untuk mengevaluasi seberapa kuat
profil kekuatan pesaing utama seperti Bakrie Esia dan Star One
dibanding dengan Telkom Flexi. Indikator faktor kunci
keberhasilan/critical success factor yang digunakan dalam mengevaluasi
merupakan sub-atribut faktor kunci keberhasilan hasil dari pengolahan
sub-atribut kuesioner II. Beberapa sub-atribut yang telah diolah pada
kuesioner II tersebut kemudian dipilih berdasarkan pertimbangan/
judgement dari responden yang dalam hal ini adalah Manager Flexi Area
Divre IV Yogyakarta. Pertimbangan memilih sub-atribut market share,
sales growth, kinerja keuangan, brand image dan kualitas produk serta
layanan seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.41 di bawah ini adalah
karena sub-atribut tersebut merupakan sub-atribut dapat dijadikan
indikator kunci di dalam membandingkan profil kekuatan Telkom Flexi
dengan kompetitor utamanya yakni, Bakrie Esia dan Star One.
Tabel 4.41. Competitive Profile Matrix
Critical Success
Factor Bobot
Telkom Flexi Bakrie Esia Star One
Rating Score Rating Score Rating Score
Market share 0,25 3,00 0,75 2,00 0,50 2,00 0,50
Sales Growth 0,15 1,00 0,15 3,00 0,45 1,00 0,15
Kinerja Keuangan 0,25 4,00 1,00 3,00 0,75 1,00 0,25
Brand Image 0,15 3,00 0,45 3,00 0,45 2,00 0,30
Kualitas Produk 0,20 2,00 0,40 2,00 0,40 1,00 0,20
Total 1,00 2,75 2,55 1,40
Berdasarkan hasil analisa di atas diketahui bahwa market share dan kinerja
keuangan mendapatkan bobot yang paling besar (25%) berdasarkan
judgement dari responden. Kemudian disusul oleh kualitas dari produk
atau layanan sebesar 20%, sehingga dari analisa matrix profil persaingan
(competitive profile matrix) portofolio bisnis Telkom Flexi mendapatkan
nilai tertinggi atau paling dominan yakni sebesar 2,75, Bakrie Esia sebesar
2,55 dan Star One sebesar 1,40.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-86
4.3 SWOT Diagram
Dari hasil pengolahan data menggunakan IFE dan EFE Matrix, diperoleh
total weighted score internal dari Telkom Flexi Divre IV Jateng & DIY adalah
sebesar 2,10 , sementara total weighted score eksternalnya sebesar 1,127. Nilai
total weighted score internal dan eksternal milik Divisi Telkom Flexi Divre IV
Jateng & DIY kemudian menjadi input variable dalam SWOT Diagram.
Gambar 4.5. Diagram SWOT
Dari SWOT Diagram, diketahui bahwa posisi strategis perusahaan berada
pada kuadran I. Dimana Divisi Telkom Flexi Telkom Divre IV Jateng & DIY
memiliki kapabilitas internal sebesar 2,10 dan segmen industri fixed wireline
access berbasis CDMA masih memberikan peluang untuk bertumbuh sebesar
1,127. Hasil evaluasi menggunakan Swot Matrix produk Telkom Flexi yang
berada pada kuadran 1 menunjukkan bahwa perusahaan masih memiliki peluang
walaupun kecil sebagai akibat dari ancaman yang semakin besar dalam
lingkungan eksternalnya. Telkom Flexi masih memiliki kekuatan walaupun hanya
berada pada kisaran rata-rata. Telkom Flexi direkomendasikan untuk
menggunakan strategi generic/utama seperti penetrasi pasar, integrasi vertikal,
strategi diversivikasi konglomerasi, pengembangan pasar, pengembangan produk
untuk dapat menggunakan kekuatannya untuk segera merebut peluang yang masih
tersisa untuk dapat bertahan, bertumbuh, dan berkembang demi memenangkan
persaingan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-87
4.4 SPACE Matrix
Dari hasil pengolahan data menggunakan IFE dan EFE Matrix, diperoleh
total weighted score internal dari Telkom Flexi Divre IV Jateng & DIY adalah
sebesar 2,10, sementara total weighted score eksternalnya sebesar 1,127. Nilai
total weighted score internal dan eksternal milik Divisi Telkom Flexi Divre IV
Jateng & DIY kemudian menjadi input variable dalam pembuatan Space Matrix .
Beberapa sub-atribut dari hasil pengolahan data kuesioner II dipilih berdasarkan
judgement dari responden yang dalam hal ini adalah Manager Flexi Area Jateng &
DIY. Hasil dari mapping space matrix disajikan pada tabel 4.42 di bawah ini:
Tabel 4.42. Tabel Space Matrix
No RaIng (+)1 62 63 64 65 6
6RaIng (-)
1 -1,52 -1,53 -64 -1,55 -16 -37 -48 -4
-2,813,19
MATRIX SPACE
Rata-Rata ESSumbu Y (rata-rata FS + ES)
Resiko Keamanan
Stabilitas Lingkungan (ES)
Perubahan Teknologi
Kemudahan Entry Barrier
Rata-Rata FS
Trend Pert Ekonomi
Kondisi Politik
Regulasi yang Dibuat BRTIPerubahan Perilaku
Pertumbuhan Penduduk
ROA (Return of Asset)ROE (Return of Equities)
Revenue GrowthProfit Margin
EBITDA
Kekuatan Keuangan (FS)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-88
Tabel 4.43. Tabel Space Matrix (Lanjutan)
RaIng (+)1 12 43 14 65 4
3,2RaIng (-)
1 -62 -63 -14 -15 -26 -17 -18 -1
-2,3750,825
MATRIX SPACE
Keunggulan KompeIIf (CA)
Rata-Rata CA Sumbu X (rata-rata IS+CA)
Sales
Fitur dan Content yang Disediakan
Indirect and Direct Channel Outlet DistributionJumlah BTS yang dimiliki
Coverage
Number of Connections are Installed and Available NetworkProduct Image yang Telah Dibangun
Kekuatan Industri (IS)
Ancaman Produk/Jasa Subsitusi
Kekuatan Pemasok
Kekuatan Pembeli
Tingkat Pertumbuhan IndustriSales
Rata-rata (IS)
Tarif Layanan
Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan Space Matrix, diperoleh
nilai rata-rata sumbu X adalah sebesar 0,825, sementara nilai rata-rata
sumbu Y adalah sebesar 3,19. Nilai rata-rata sumbu X dan sumbu Y tersebut
akan menjadi variabel input dalam pembuatan Space Matrix. Dan dari hasil
mapping Space Matrix, maka strategi utama/generic yang direkomendasikan
adalah agressive strategi agressive integrasi ke depan, integrasi ke belakang
dan integrasi horizontal, karena posisi strategis portofolio bisnis/produk
berada di dalam kuadran I Space Matrix.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-89
Gambar 4.6. Space Matrix
4.5 Internal-External Matrix
Dari hasil pengolahan data menggunakan IFE dan EFE Matrix, diperoleh
total weighted score internal dari Telkom Flexi Divre IV Jateng & DIY adalah
sebesar 2,10 , sementara total weighted score eksternalnya sebesar 1,127. Nilai
total weighted score internal dan eksternal milik Divisi Telkom Flexi Divre IV
Jateng & DIY kemudian menjadi input variable dalam Internal-External Matrix.
Gambar 4.7. Internal-External Matrix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-90
Dari hasil pengolahan data menggunakan Internal-External Matrix,
diketahui bahwa posisi strategis perusahaan berada pada kuadran VIII. Strategi
bersaing utama yang direkomendasikan untuk portofolio bisnis yang berada pada
kuadran VI adalah harvest and divestiture strategy.
4.6 Rekapitulasi Rekomendasi Hasil Perumusan Strategi Bersaing
Generic/Utama.
Berdasarkan hasil mapping total weighted score IFE dan EFE Matrix,
diperoleh beberapa rekomentasi alternatif strategi bersaing utama/generic yang
dapat diimplementasikan, seperti pada Tabel 4.45 sebagai berikut:
Tabel 4.44. Rekapitulasi Rekomendasi Alternatif Strategi Bersaing Generic/Utama
Alat Analisis Alternatif Strategi
SWOT Diagram
Penetrasi Pasar
Diversivikasi Horizontal
Pengembangan Pasar
Pengembangan Produk
Space Matrix
Integrasi ke Depan
Integrasi Horisontal
Integrasi ke Belakang
Diversivikasi Konsentrik
Diversivikasi Konglomerasi
Internal-External Matrix
Harvest strategy
Divestiture strategy
Pengembangan Produk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-91
4.7 Pemilihan Alternatif Strategi Bersaing Utama dengan Menggunakan
QSPM Matrix.
Dari kesebelas alternatif strategi yang telah dirumuskan pada tahap
sebelumnya kemudian akan dipilih ketiga alternatif strategi bersaing tingkat
generic berdasarkan total actractiveness score terbaik yang telah dihitung dengan
QSPM matrix. Kuesioner yang digunakan dalam QSPM matrix yang ditujukan
kepada pihak manajemen Telkom Flexi Divre IV Jateng & DIY dapat dilihat pada
lampiran L-4.11. Sementara hasil pengolahan dengan menggunakan QSPM
matrix dapat dilihat pada tabel 4.45 dan 4.46 di bawah ini :
Alternatif strategi :
1. Penetrasi Pasar (ALS1)
2. Diversivikasi Horizontal (ALS2)
3. Pengembangan Pasar (ALS3)
4. Pengembangan Produk (ALS4)
5. Integrasi Ke Depan (ALS5)
6. Integrasi Horisontal (ALS6)
7. Integrasi ke Belakang (ALS7)
8. Diversivikasi Konsentrik (ALS8)
9. Diversivikasi Konglomerasi (ALS9)
10. Harvest strategy (ALS10)
11. Divestiture strategy (ALS11)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-92
Tabel 4.45. QSPM Matrix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-93
Tabel 4.46. QSPM Matrix (Lanjutan)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-94
Berdasarkan Tabel 4.45 dan 4.46 di atas, maka dapat diketahui alternatif
strategi terbaik berdasarkan total atractiveness score di dalam matrix
QSPM. Kesebelas alternatif strategi setelah di-sorting berdasarkan strategi
yang memiliki nilai Total Atractiveness Score terbesar hingga terkecil antara
lain :
a. Pengembangan Produk (ALS4); Total Atractiveness Score= 14,47
b. Divestiture Strategy (ALS11); Total Atractiveness Score=14,09
c. Pengembangan Pasar (ALS3); Total Atractiveness Score= 14,06
d. Penetrasi Pasar (ALS1) ; Total Atractiveness Score= 13,89.
e. Diversivikasi Konsentrik (ALS8); Total Atractiveness Score=13,46
f. Diversivikasi Horizontal (ALS2); Total Atractiveness Score=13,46.
g. Diversivikasi Konglomerasi (ALS9); Total Atractiveness Score=13,44
h. Integrasi Ke Depan (ALS5); Total Atractiveness Score=13,24
i. Harvest strategy (ALS10); Total Atractiveness Score=12,83
j. Integrasi ke Belakang (ALS7); Total Atractiveness Score=12,81
k. Integrasi Horisontal (ALS6); Total Atractiveness Score=12,75
4.8 Perumusan Strategi Bersaing Tingkat Bisnis dengan Menggunakan
TOWS Matrix
Berdasarkan evaluasi faktor internal dan eksternal yang telah dilakukan
pada bab IV, maka akan diketahui peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan
dari lingkungan operasional Telkom Flexi. Kemudian dirancang dan dirumuskan
strategi bersaing tingkat bisnis (S-O, S-T, W-O, W-T) berdasarkan sub-atribut
faktor kunci keberhasilan yang akan disajikan dalam tabel 4.47, 4.48, 4.49, 4.50
sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-9
5
Tab
el 4
.47.
S-O
Str
ateg
y
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-9
6
Tab
el 4
.48.
W-O
Str
ateg
y
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-9
7
Tab
el 4
.49.
S-T
Str
ateg
y
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-9
8
Tab
el 4
.50.
W-T
Str
ateg
y
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-99
4.9 Alignment TOWS Matrix & QSPM
Tahap ini bertujuan untuk mencari kesesuaian/mencocokkan antara
alternatif strategi bersaing tingkat generic yang telah dirumuskan dengan
menggunakan QSPM matrix, dengan alternatif strategi bersaing tingkat
bisnis yang telah dirumuskan dengan menggunakan TOWS Matrix. Dari
pencocokan tersebut diperoleh pengelompokan alternatif strategi bersaing
tingkat bisnis ke dalam 4 alternatif strategi bersaing tingkat utama yang
telah dirumuskan dengan menggunakan QSPM Matrix.
Tabel 4.51. S-O Strategy
S-0 StrategyMengeluarkan Kebijakan Tarif Layanan yang Kompe..f
(P1,POR3,P5-LU6,LU7)V V
Menyiapkan skenario re-investasi untuk mendukung program investasi dan pengembangan Flexi (F1,F2,F3,F4,F5-LU1), (P5,P6-
LU1), (P5,P6-LU2), (F1,F2,F3,F4,F5,P5,P6-LU7)
V V
Menambah biaya promosi dan perluasan coverage Flexi 7ata Net untuk memperluas pasarK karena Flexi 7ata Net baru tersedia di 3 kota di Jateng & DIY (F1,F2,F3,F4,F5,P5,P6-LU1,LU2,LU4,LU7,T1)
V V
Gencar Melakukan pemasaran dan promosi bundling Hv Flexi berbasis Smartvhone seper. Android, Blackberry
(P5,P3,F1,F2,F3,F4,F5,POR3-LU4,TI1,LU7,T2)V V V
Flexi dapat mengeluarkan kebijakan untuk menambah pendapatan dengan menyewakan jaringan ke kompe.tor (POR3-LU7)
V
Flexi harus gencar melakukan pendekatan untuk memenangkan licensi EV7O atau LTE di sejumlah wilayah di Indonesia, untuk
kemudian mengexplorasi bisnisnya (FI,F2,F3,F4,F5-LU4,LU7,T1)V V
Menambah varian Hv dan Modem yang dibundling dengan SIM Card Flexi, karena bundling product Telkom Flexi selama ini terkesan ndeso (P5,P3,F1,F2,F3,F4,F5,POR3-LU4,TI1,LU7,T2)
V
Menambah jaringan aDersales Hp dan bundling modem Telkom Flexi, karena selama ini layanan ADersales baru ada di 3 kota besar saja (Semarang, Solo, dan Yogyakarta)(P5,P3,F1,F2,F3,F4,F5,POR3-
LU4,TI1,LU7,T2)
V
Alignment TOWS & QSPM
ALS4 ALS11 ALS3 ALS1
QSPMTOWS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-100
Tabel 4.52. W-O Strategy
W-0 StrategyMelakukan pengembangan konten dengan menggandeng
mengakuisisi perusahaan pengembang konten dan aplikasiK (P2,P4-LU1,LU7,T1,T2)
V
Meningkatkan kapasitas kanal frekuensi di se.ap BTS yang ada di wilayah central of business Jateng & DIY, karena .ngkat 7rop Call
masih .nggi (D1,P4,POR5-LU1,LU5,LU6,LU7)V
Melakukan peremajaan staff 7ivisi Telkom Flexi, untuk menyelaraskan kualitas S7M dengan lingkungan industri Telekomunikasi yang bergerak sangat cepat (HR1-LU7)
V
Meningkatkan promo layanan Flexi 7ata Net karena Flexi 7ata Net yang telah ada di 3 kota (Yk, Smg, Ska) belum dimanfaatkan secara
op.mal oleh pelanggan Telkom Flexi (POR6-LU7,LU4,T1)V V
Melakukan revitalisasi dan reinvestasi untuk menggan. kabel tembaga dengan kabel fiber op.ct(POR7-LU7,T1)
V
Meningkatkan promo produk bundling Hv dan modem karena penjualan bundling product Telkom Flexi masih kalah dibanding
kompe.tornya Esia (POR6-LU1,LU6,LU7,LU4,T1)V V
Melakukan program edukasi kepada customer service dan staff outsource yang terarah dan berorientasi pada customer
sa.sfac.on (POR4,HR1-LU7,LU5)
Alignment TOWS & QSPM
TOWSQSPM
ALS4 ALS11 ALS3 ALS1
Tabel 4.53. S-T Strategy
S-T Strategy
Berusaha untuk memberikan tarif yang lebih kompe..f untuk mengop.malkan price war (P1,P5, P3-LPI1, LPI5,LPI6)
V
Membuat kebijakan yang bisa mengop.malkan pendapatan tarif layanan SLJJ ke sesama Telkom Flexi, mengingat jumlah panggilan SLJJ sepanjang
tahun 2011 cukup .nggi (P1,P5-LPI1,)
Membuat kebijakan utk mengurangi resiko keamanan yg diakibiatkan oleh pencurian kabel misal membuat MoU kerja sama dgn pihak kepolisian/sistem informasi yang berfungsi sebagai pengawas jaringan (Fi,F2,F3,F4,F5,P3-LU7)
Melakukan rebalancing biaya instalasi kanal frekuensi di .ap-.ap BTS untuk menghitung ulang komposisi biaya sewa dan interkoneksi agar diperoleh komposisi yang menguntungkan, untuk kemudian diusulkan ke regulator
(POR3-LU3,LPI3, LPI6)
V
Mengevaluasi kebijakan interkoneksi agar diketahui apakah kebijakan interkoneksi yang diukur dengan melalui interconnec.on cost tersebut menguntungkan bagi perusahaan (P5, P6, POR3-LU7, LPI5, LPI6, LU3)
V
Menjalin kerja sama yang baik dengan vendor, jika perlu membuat nota kesepahaman agar perusahaan memiliki hak ekslusif dalam mengaplikasi
perkembangan teknologi telekomunikasi terbaru (F1,F2,F3,F4,F5-LPI4,LPI6)V V
mengop.malkan pencapaian penjualan bundling Hp dan Modem melalui outlet-outlet distribusi yang telah tersebar luas di Area Jateng & DIY, dengan
menyediakan tenaga penjualan terbaik di se.ap-se.ap outlet yang telah tersebar luas (POR3, P5,P6,P3,HR1-LPI2,LPI5)
V V
Alignment TOWS & QSPM
TOWS QSPM
ALS4 ALS11 ALS3 ALS1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV-101
Tabel 4.54. W-T Strategy
W-T StrategyMenjalin kerja sama dengan perusahaan aplikasi dan konten supaya konten yang disediakan bervariasi dan sesuai dengan kebutuhan pelanggan (P2,P4-
LPI5)V
Melakukan op.masi secara berkala, op.masi ke.ka ada BTS akan on-air di sekitar BTS Kecamatan vakem dan vasir vu.h, dan op.masi ke.ka
performansi BTS menurun atau bermasalah (P4,D1,POR5-LPI5)V
Menambah karyawan Op.miza.on & Service 7epartment 7TF (HR1-POR5,P4-LPI5,LPI2)
Melakukan kajian rebalancing tarif jasa telepon nirkabel sehingga mendeka. keseimbangan berdasarkan basis biaya dan mengusulkan penetapannya
kepada regulator (LU3,LPI1,LPI5)V
Memperbaiki coverage, yaitu dengan cara menambah BTS baru di sekitar BTS Kecamatan vakem (DIY) dan vasir vu.h (Semarang) (POR5,P4,D1-
LPI2,LPI5)V
Menambah anggaran dan kegiatan promosi terutama dalam rangka mempromosikan fasilitas Flexi 7ataNet yang tersedia di 3 kota besar, karena
pemanfaatan fasilitas ini oleh pelanggan belum op.mal dan belum bisa memberikan kontribusi pendapatan yang nyata bagi perusahaan (P4, POR6,
D1 - LPI1-LPI2,LPI5)
V V
Menambah ak.vitas promosi untuk membidik segmen pelanggan yang masuk dalam kategori pelanggan usia muda, karena segmen pelanggan
Telkom Flexi 48% berada pada usia di atas 29 tahun (72%), dengan usia rata-rata 29,2 tahun (POR6, LPI1 - LPI2,)
V V
Melakukan reinvestasi dengan cara menggan. jaringan yang mayoritas menggunakan kabel tembaga menjadi kabel fiber op.c vOR4, POR7 - LPI2,
LPI3, LPI5)
Alignment TOWS & QSPM
TOWSQSPM
ALS4 ALS11 ALS3 ALS1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB V
ANALISIS DAN INTEPRETASI HASIL
Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap strategi yang telah dirumuskan.
anaisis dilakukan untuk mengartikan dan memberi penjelasan secara leh endaam
mengenai hasil yang diperoleh pada tahap input stage, dan matching stage
menggunakan framework model Fred R. David.
5.1 Boston Consulting Group matrix Portofolio Bisnis Telkom Divre IV
Jateng & DIY.
Dari intrepetasi hasil pengolahan data awal menggunakan matrik BCG
(Gambar 4.1), terindentifikasi bahwa portofolio bisnis yang dimiliki oleh PT.
Telkom Divre IV Jateng & DIY untuk portofolio bisnis Speedy, Telkom Flash,
Flexi dan Telkomsel terklasifikasi ke dalam stars quadran di dalam matrik BCG.
Sementara untuk PSTN/Fixed wireline diklasifikasikan ke dalam Cash-Cow
Quadran matrik BCG.
Portofolio bisnis yang berada pada Cash-Cow Quadran di dalam matrik
BCG merupakan portofolio produk yang pernah menjadi market-leader di masa
lampau dan memiliki kecenderungan untuk memberikan kontribusi profit cash-
flow bagi perusahaan melebihi kebutuhannya. Sehingga seringkali portofolio yang
berada dalam Cash-Cow diagram pada matrik BCG ini dijadikan sebagai sumber
pembiayaan untuk membiayai operasional dari portofolio bisnis yang lain. Hal ini
sejalan dengan apa yang terjadi di Telkom Group dan PT. Telekomunikasi Divre
IV Jateng & DIY. Berdasarkan data yang diperoleh dari annual report PT.
Telekomunikasi Indonesia (Telkom Group) di tahun 2011, portofolio bisnis
PSTN/Fixed wireline yang masuk dalam kategori Cash-Cow dalam matrik BCG
merupakan portofolio bisnis yang menjadi market-leader untuk segmen telepon
tetap tak bergerak (fixed wireline) dengan market share nasional pada tahun 2011
sebesar 99,23 % dan proporsi kontribusi pendapatan yang mampu disumbangkan
oleh portofolio bisnis PSTN terhadap total pendapatan konsolidasi perusahaan
Telkom Divre IV tahun 2011 adalah sebesar 20,05 % dari total pendapatan
konsolidasi sebesar U$$ 5.419 juta. Hingga Desember 2011, terdapat 8,5 juta
sambungan fix-wireline terpasang dari total 13,6 juta kapasitas sambungan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
tersedia, artinya tingkat pemanfaatan jaringan baru mencapai 63% dari total
kapasitas jaringan yang tersedia tersebut belumlah optimal. Ketatnya persaingan
antar operator telekomunikasi, tingginya ICPU (installation cost per-user) fixed
wireline serta kelemahan flexibilitas yang ditawarkan fixed wireline apabila
dibandingkan dengan fixed wireless berbasis CDMA (Flexi) telah menyebabkan
portofolio bisnis fixed wireline yang dimiliki oleh PT. Telekomunikasi Indonesia
hanya bertumbuh sekitar 2,5 % selama periode 2010-2011 setelah sebelumnya
sepanjang 2006-2009 sempat mengalami penurunan jumlah pelanggan.
Portofolio bisnis Telkomsel tercatat merupakan portofolio bisnis yang
memberikan kontribusi prosentase pendapatan terbesar, yakni sebesar 42,45% dari
total pendapatan konsolidasi PT. Telekomunikasi Indonesia. Akan tetapi peluang
portofolio bisnis seluler Telkomsel untuk bertumbuh kian mendapati tantangan
yang besar akibat semakin jenuhnya pasar, price war yang semakin kompetitif,
serta beberapa kebijakan yang dikeluarkan oleh BRTI yang disinyalir sangat tidak
cooperatif kepada Telkomsel selaku market leader segmen telepon seluler.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia
per-Desember tahun 2011, total pengguna layanan seluler di Indonesia telah
mencapai angka 220 juta nomor. Ini berarti hampir 92,31 % total penduduk
Indonesia yang berjumlah 232 juta jiwa telah menikmati layanan seluler.
Kejenuhan pasar seluler Indonesia telah mendorong persaingan antar operator
penyedia layanan telekomunikasi di Indonesia kini merubah orientasinya untuk
merebut pelanggan operator dari operator lain karena sudah tidak tersedianya
ruang untuk mendapatkan pelanggan baru, hal ini dapat dilihat dari tingkat churn
rate pelanggan segmen seluler di Indonesia untuk tahun 2011 sebesar 15.23% atau
tertinggi di dunia. Sementara menurut pakar telekomunikasi Ken Zita (2003), di
industri telekomunikasi yang sehat churn maksimal adalah 3 %.
Penelitian ini berfokus untuk merancang dan merumuskan strategi bersaing
untuk portofolio bisnis fixed wireless access (FWA) yang dalam hal ini adalah
Telkom Flexi. Berdasarkan hasil pengolahan data matrik BCG yang disajikan
pada gambar 4.1 dan 4.2, portofolio bisnis fixed wireless berbasis CDMA (Flexi)
merupakan portofolio yang memiliki tingkat pangsa pasar yang paling besar
diantara portofolio bisnis milik PT. Telekomunikasi Indonesia yang berada pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
posisi stars quadran yaitu sebesar 57,16% untuk nasional dan 56,91% untuk
Divre IV Jateng & DIY. Selain itu portofolio bisnis fixed wireless berbasis
CDMA Telkom Flexi juga masih memberikan ruang untuk bertumbuh yang besar,
karena berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Regulasi Telekomunikasi
Indonesia (BRTI) tingkat penetrasi pasar nasional untuk segmen bisnis fixed
wireless berbasis CDMA baru mencapai 14,77%. Dari segi pemanfaatan jaringan,
fixed -wireless Telkom Flexi baru berada di angka 18,2 juta sst dari total 26,7 juta
sst yang tersedia, yang artinya pemanfaatan jaringan belum dilakukan secara
optimal. Dari segi kontribusi pendapatan yang diberikan, portofolio fixed wireless
Telkom Flexi juga mampu memberikan kontribusi pendapatan sebesar 18,05 %
dari total pendapatan konsolidasi perusahaan tahun 2011 atau terbesar kedua
setelah Telkomsel. Selain itu dimenangkannya licensed rights of frequency atas
penggunaan frekuensi EVDO di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta
memberikan peluang Telkom Flexi untuk terus melakukan pengembangan produk
yang berorientasi pada pendiferensian layanan sesuai dengan kebutuhan
pelanggan. Atas beberapa dasar inilah maka perancangan dan perumusan strategi
bersaing terhadap portofolio bisnis yang dimiliki PT. Telekomunikasi Indonesia
tbk pada penelitian ini difokuskan untuk merancang dan merumuskan strategi
bersaing portofolio bisnis fixed wireless access Telkom Flexi.
5.2 Internal Factor Evaluation Matrix dan External Factor Evaluation
Matirx
Internal Factor Evaluation merupakan matrix alat analisis yang digunakan
untuk mengevaluasi dan mengukur kapabilitas internal dari suatu organisasi atau
portofolio bisnis. Kapabilitas internal sendiri terdiri dari beberapa faktor kunci
keberhasilan yang tergolong menjadi kekuatan internal dan kelemahan internal
dari sebuah organisasi atau portofolio bisnis. Pengevaluasian dan pengukuran
dilakukan terhadap masing-masing faktor kunci keberhasilan. Faktor kunci
keberhasilan yang tergolong sebagai kekuatan internal akan memiliki kisaran nilai
weighted score dari 0 sampai dengan +4, sementara faktor kunci keberhasilan
yang tergolong sebagai kelemahan internal akan memiliki kisaran nilai weighted
score dari -4 sampai dengan 0. Nilai akumulasi jumlah keseluruhan dari faktor
kunci keberhasilan yang telah diukur merupakan total weighted score yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
menentukan apakah portofolio bisnis terpilih memiliki kekuatan yang tergolong di
bawah rata-rata ( total weighted score < 2), kekuatan internal yang tergolong yang
rata-rata ( total weighted score antara 2,0 - 3,0), atau kekuatan internal yang
tergolong di atas rata-rata (total weighted score antara 3,0 4,0). Dari hasil
pengolahan data dengan menggunakan internal factor evaluation yang telah
dilakukan pada bab IV, diperoleh bahwa nilai total weighted score untuk
portofolio bisnis Telkom Flexi berada pada rentang nilai kekuatan internal yang
tergolong rata-rata, yakni sebesar +2,10. Nilai total weighted score sebesar +2,10
tersebut berarti bahwa dari sisi kapabilitas internal, portofolio bisnis Telkom Flexi
memiliki kekuatan internal yang tergolong rata-rata, yang dapat dimanfaatkan
untuk mengoptimalkan peluang dan menghindari dampak dari ancaman yang ada.
Sementara untuk mengukur dan menentukan seberapa besar nilai dari peluang
serta ancaman, akan diukur dengan menggunakan External Factor Evaluation
Matrix.
Faktor kunci keberhasilan lingkungan internal yang tergolong sebagai
kekuatan yang dimiliki oleh Telkom Flexi dan memiliki weighted score tertinggi
hingga terendah secara berurutan adalah jumlah indirect dan direct outlet
distribution (0,364), ROA (0,192), ROE (0,192), Revenue Growth (0,192). Profit
Margin (0,192), EBITDA (0,192), jumlah jaringan yang masih tersedia (0,176),
jumlah BTS yang dimiliki (0,152), market share (0,125), coverage (0,124).
Sementara faktor kunci keberhasilan lingkungan eksternal yang tergolong sebagai
kelemahan yang dimiliki oleh Telkom Flexi dan memiliki weighted score tertinggi
hingga terendah secara berurutan pada internal factor evaluation adalah
kemudahan pelanggan melakukan registrasi (0,149), product quality and
avaibility (0,147), Drop Call (0,128), Kegiatan promo (0,113), Kondisi Kabel
Tembaga (0,108), fitur dan content yang disediakan (0,102), kecepatan menangani
komplain pelanggan dan gangguan (0,089).
External Factor Evaluation merupakan matrix atau alat analisis yang
digunakan untuk mengevaluasi dan mengukur seberapa besar daya tarik
lingkungan persaingan industri dari sisi peluang yang dapat dimanfaatkan dan
peluang yang seharusnya dihindari. Dalam penyusunannya, External Factor
Evaluation Matrix sama atau sejalan dengan Internal Factor Evalution Matrix,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
yaitu terdiri dari beberapa beberapa faktor kunci keberhasilan yang telah
dikelompokkan menjadi peluang pertumbuhan serta ancaman yang seharusnya
dihindari. Dalam menentukan pengelompokan faktor kunci keberhasilan yang
tergolong peluang dan ancaman, didasarkan pada pendapat pihak manajemen
perusahaan yang dalam hal ini merupakan kepala divisi Telkom Flexi Kandatel
Divre IV Jateng & DIY. Faktor kunci keberhasilan yang tergolong sebagai
peluang pertumbuhan akan memiliki kisaran nilai weighted score dari 0 sampai
dengan +4, sementara faktor kunci keberhasilan yang tergolong sebagai ancaman
pertumbuhan akan memiliki kisaran nilai weighted score dari -4 sampai dengan 0.
Nilai akumulasi jumlah keseluruhan weighted score dari faktor kunci keberhasilan
yang telah diukur merupakan total weighted score menentukan apakah portofolio
bisnis terpilih memiliki peluang pertumbuhan yang tergolong kecil ( total
weighted score < 2), peluang pertumbuhan yang rata-rata ( total weighted score
antara 2,0 - 3,0), atau peluang pertumbuhan yang tergolong besar (total weighted
score antara 3,0 4,0). Dari hasil pengolahan data external factor evaluation yang
telah dilakukan pada bab IV, diperoleh bahwa total weight score untuk external
factor evaluation matrix berada pada rentang nilai peluang pertumbuhan yang
tergolong kecil, yakni sebesar +1,127. Nilai total weighted score sebesar +1,127
tersebut berarti bahwa dari sisi daya tarik lingkungan persaingan industri tempat
dimana portofolio bisnis Telkom Flexi berada, Telkom Flexi memiliki peluang
pertumbuhan yang tergolong kecil.
Faktor kunci keberhasilan lingkungan eksternal yang tergolong sebagai
peluang pertumbuhan yang dimiliki oleh Telkom Flexi dan memiliki weighted
score tertinggi hingga terendah secara berurutan adalah pertumbuhan kebutuhan
high speed data (0,396), trend smartphone yang berkembang di masyarakat
(0,384), security (0,315), perubahan pola perilaku masyarakat dalam merespon
trend teknologi (0,322), pertumbuhan penduduk (0,277), trend pertumbuhan
ekonomi nasional (0,14), kondisi politik Indonesia (0,105), Densitas Telepon
(0,098). Sementara faktor kunci keberhasilan lingkungan eksternal yang
tergolong sebagai ancaman pertumbuhan yang dimiliki oleh Telkom Flexi dan
memiliki weighted score tertinggi hingga terandah secara berurutan adalah
regulasi yang dikeluarkan oleh BRTI (0,476), kekuatan pembeli (0,266), resiko
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
keamanan (0,231), kemudahan entry barrier (0,198) ancaman produk/jasa
subsitusi (0,182), intensitas persaingan dari kompetitor (0,178), perang harga
(0,155), kekuatan pemasok (0,092).
Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan internal factor
evaluation matrix dan external factor evaluation matrix, dapat diperoleh
kesimpulan analisis bahwa portofolio bisnis Telkom Flexi milik Divre IV Jateng
& DIY, memiliki kapabilitas internal sebesar 2,10 yang dapat dipergunakan untuk
mengoptimalkan peluang pertumbuhan yang ada sebesar 1,17. Dan dari
pemaparan hasil pengolahan data dimana nilai total weighted score IFE Matrix >
EFE Matrix (2,10>1,17), ini berarti kapabilitas internal Telkom Flexi Divre IV
Jateng & DIY yang tergolong rata-rata dianggap mampu untuk menghindari
ancaman dan merespon peluang pertumbuhan bisnis yang tergolong kecil.
5.3 Rekomendasi Alternatif Strategi Corporate/Generic Dengan
Menggunakan TOWS Diagram, Space Matrix, dan Internal-External
Matrix.
Di dalam kerangka model perancangan dan perumusan strategi bersaing
yang telah dikembangkan oleh Fred R. David, tahapan pengolahan data dengan
menggunakan TOWS Matrix, Space Matrix dan Internal-External Matrix berada
pada tahap matching stage di dalam kerangka model. Tahap ini merupakan tahap
pengembangan dan pembangkitan alternatif strategi tingkat corporate/generic.
Yang menjadi data input pada tahap ini adalah total weighted score yang telah
dihitung dengan menggunakan internal factor evaluation matrix dan external
factor evaluation matrix pada Bab IV. Dari hasil mapping menggunakan TOWS
Diagram, diperoleh bahwa portofolio bisnis Telkom Flexi Divre IV Jateng & DIY
berada pada kuadran I. Dan menurut buku literature tentang manajemen strategi
yang ditulis oleh Robinson, strategi bersaing tingkat corporate/generic yang
direkomendasikan untuk portofolio bisnis atau organisasi yang berada pada
kuadran I di dalam TOWS Diagram adalah Penetrasi Pasar, Diversivikasi
Horizontal, Pengembangan Pasar, dan Pengembangan Produk.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Mapping dengan menggunakan Space Matrix tidak dapat langsung
dilakukan dengan hanya menggunakan total weighted score yang telah dihitung.
Pengindentifikasian dan pengkategorian terhadap faktor kunci keberhasilan
internal dan external ke dalam 4 kategori yakni: financial strength, stability
envirointment, internal strength dan competitive advantage merupakan tahap awal
yang perlu dilakukan di dalam mapping menggunakan space matrix.
Pengindentifikasian dan pengkategorian faktor kunci keberhasilan internal dan
external yang menjadi financial strength, stability envirointment, industrial
strength dan competitive advantage dilakukan dengan meminta pendapat
langsung/judgement dari pihak manajemen Telkom Flexi. Setelah faktor kunci
keberhasilan yang tergolong financial strength, stability envirointment, industrial
strength dan competitive advantage terindentifikasi, maka langkah selanjutnya
adalah melakukan rating terhadap masing masing faktor kunci yang telah
terindentifikasi tadi. Rating dilakukan dengan memberikan nilai dari -6 hingga +6
terhadap masing-masing faktor kunci keberhasilan yang telah terindentifikasi
sebagai financial strength, stability envirointment, industrial strength dan
competitive advantage. Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan
pada Bab IV, diperoleh nilai rata-rata sumbu X yang merupakan selisih total
rating faktor kunci keberhasilan yang tergolong industrial strength dan
competitive advantage adalah sebesar 0,825. Sementara nilai rata-rata sumbu Y
yang merupakan selisih total rating faktor kunci keberhasilan yang tergolong
Financial Strength dan Envirointment Stability adalah sebesar 3,19. Nilai rata-rata
sumbu X dan sumbu Y yang telah diperoleh, kemudian diplotkan ke dalam Space
Matrix. Hasilnya adalah portofolio bisnis milik Telkom Flexi berada pada kuadran
I di dalam Space Matrix. Strategi bersaing tingkat corporate/generic yang
direkomendasikan untuk portofolio bisnis yang berada pada kuadran I dalam
Space Matrix, berdasarkan buku literature manajemen strategi Robinson (2001)
adalah strategi agressive integrasi ke depan, integrasi ke belakang dan integrasi
horizontal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Sementara mapping yang dilakukan dengan menggunakan internal-
external matrix, memposisikan portofolio bisnis Telkom Flexi berada pada
kuadran VIII di dalam internal-external matrix. Alternatif strategi bersaing tingkat
corporate/generic yang direkomendasikan untuk portofolio bisnis atau organisasi
yang berada pada kuadran VIII dalam internal-external matrix adalah Harvest
strategy, Divestiture strategy, dan Pengembangan Produk.
Dari hasil pembangkitan alternatif strategi bersaing tingkat
corporate/generate dengan menggunakan TOWS Diagram, Space Matrix dan
Internal-External Matrix dihasilkan sebelas rekomendasi alternatif strategi
bersaing yang dapat diimplementasikan untuk portofolio bisnis Telkom Flexi
Divre IV Jatreng & DIY. Dari kesebelas alternatif strategi tersebut akan dipilih 4
alternatif strategi yang memiliki nilai total kemenarikan terbaik (total
atractiveness score) berdasarkan judgemen pihak manajemen Telkom Flexi
dengan menggunakan QSPM Matrix.
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan Matrix Swot,
Matrix Space dan Internal-External Matrix pada Bab IV, diperoleh sebelas
rekomendasi alternatif strategi bersaing generic/utama yang dapat
diimplementasikan untuk portofolio bisnis Telkom Flexi. Kesebelas rekomendasi
alternatif strategi tersebut adalah :
a. Penetrasi Pasar (Market Penetration Strategy)
b. Strategi Pengembangan Pasar (Market Development Strategy)
c. Strategi Pengembangan Produk (Product Development Strategy)
d. Integrasi ke Depan
e. Integrasi Horisontal
f. Integrasi ke Belakang.
g. Diversivikasi Konsentrik.
h. Diversivikasi Konglomerasi.
i. Diversivikasi Horizontal.
j. Divestiture strategy.
k. Harvestiture Strategy
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
5.4 Pemilihan Alternatif Strategi dengan Menggunakan QSPM.
Dari kesebelas alternatif strategi yang telah dirumuskan pada tahap
matching stage, kemudian akan dipilih ke empat alternatif strategi yang mampu
menghasilkan total nilai kemenarikan (total actractiveness score) terbaik
berdasarkan pengolahan data yang dilakukan dengan Matrix QSPM. Keempat
alternatif strategi yang memiliki total nilai kemenarikan terbaik berdasarkan hasil
pengolahan data menggunakan Matrix QSPM adalah:
l. Pengembangan Produk (ALS4); Total Atractiveness Score= 14,47
m. Divestiture Strategy (ALS11); Total Atractiveness Score=14,09
n. Pengembangan Pasar (ALS3); Total Atractiveness Score= 14,06
o. Penetrasi Pasar (ALS1) ; Total Atractiveness Score= 13,89.
Strategi tingkat bisnis pengembangan produk, divestiture, pengembangan
pasar dan penetrasi pasar terpilih sebagai strategi terbaik yang dapat
diimplementasikan karena memiliki total atractiveness score atau skor
kemenarikan terbaik berdasarkan pengolahan yang telah dilakukan dengan
menggunakan QSPM matrix. Strategi pengembangan produk dapat dilakukan
dengan memanfaatkan kekuatan internal financial yang dimiliki oleh portofolio
bisnis Telkom Flexi, karena untuk mengimplementasikan alternatif strategi ini
dibutuhkan biaya investasi yang besar untuk biaya riset dan pengembangan
teknologi Telkom Flexi. Pengembangkan produk terhadap layanan Telkom Flexi
yang telah ada dilakukan untuk memenuhi kebutuhan basis pengguna layanan
Telkom Flexi yang telah ada dengan cara melaunching produk baru untuk
memenuhi sub-kebutuhan dari kebutuhan yang belum dapat terpenuhi dan
tersentuh oleh layanan Telkom Flexi ataupun kompetitor sehingga memungkinkan
terciptanya value added dari layanan produk Telkom Flexi, serta mengoptimalkan
pendapatan dari sisi pemanfaatan jaringan karena tren penurunan pendapatan yang
diakibatkan semakin ditinggalkannya layanan dasar seperti SMS, MMS dan voice.
Fokus strategi pengembangan produk beberapa diantaranya adalah untuk men-
drive atau mengarahkan kebutuhan pasar sehingga memungkinkan terciptanya
sub-kebutuhan yang baru dari yang dapat dipenuhi oleh fitur baru produk Telkom
Flexi yang berhasil dikembangkan. Contoh kesuksesan pengimplementasian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
strategi pengembangan produk yang telah dilakukan oleh kompetitor dan dapat
ditiru oleh Telkom Flexi adalah kesuksesan Bakrie-Esia dalam mencipatakan dan
mengembangkan produk layanan Aha-TV, dimana produk ini dinilai sukses dalam
menciptakan dan men-drive pelanggan untuk mengubah life-style atau gaya hidup
dalam menikmati siaran televisi dari yang semula hanya menikmati layanan
televisi melalui stasiun televisi terestial dan TV kabel, kini dapat menikmati
layanan televisi dengan cukup bermodalkan koneksi broadband modem. Dengan
kata lain, strategi pengembangan produk yang relevan untuk diimplementasikan
oleh Telkom Flexi Divre IV Jateng & DIY saat ini adalah strategi pengembangan
produk untuk mengembangkan dan menawarkan produk produk baru yang
berfokus untuk memenuhi kebutuhan akan layanan informasi, edukasi dan
entertantment dari para pelanggan. Pemenuhan atas kebutuhan akan akses
informasi, edukasi dan entertaintment pelanggan sudah tidak lagi dilakukan
dengan cara yang tradisional ataupun konvensional, akses nternet menjadi salah
satu cara yang sudah umum digunakan oleh masyarakat dalam rangka memenuhi
kebutuhan mereka atas layanan informasi, edukasi dan entertaintment. Sehingga
kedepannya, Telkom Flexi Divre IV Jateng & DIY diharapkan mampu
mengembangkan produk-produk serta fitur yang dimiliki ke arah pemanfaatan dan
pengoptimalan jaringan dari yang semula jaringan tersebut hanya digunakan untuk
layanan dasar seperti sms, mms, dan voice saja, kini diharapkan jaringan masih
tersedia lebih dioptimalkan untuk pemanfaatan akses layanan data/internet untuk
memenuhi kebutuhan informasi, edukasi dan entertaintment pelanggan. Akan
tetapi, harus diperhatikan bahwa pengembangan produk yang dilakukan dengan
pengoptimalan jaringan yang masih tersedia ke arah akses layanan data sebaiknya
kurang dari sama dengan 80% dari kapasitas jaringan, karena berdasarkan modul
teknik jaringan PT. Telekomuniasi Indonesia tbk kapasitas jaringan yang melebihi
80% dapat mengganggu kualitas layanan dasar seperti SMS, MMS, voice.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Pertimbangan lain yang mendorong pengimplementasian strategi
pengembangan produk dengan cara pengoptimalan jaringan yang masih tersedia
ke arah layanan data adalah karena berdasarkan data internal PT. Telkom Divre
IV Jateng & DIY, kontribusi yang disumbang atas penyelenggaraan layanan data
Telkom Flexi terhadap pendapatan konsolidasi/pendapatan keseluruhan Telkom
Flexi pada tahun 2011 tergolong rendah apabila dibanding dengan kompetitor
utamanya Bakrie Esia, sementara itu di sisi yang lain meningkatnya kebutuhan
high speed data, trend meningkatnya pengguna smartphone dan black berry di
Indonesia saat ini yang telah mendorong meningkatnya kebutuhan akses layanan
internet, dan cara pandang masyarakat Indonesia dalam memandang teknologi
menjadi peluang yang seharusnya dapat dioptimalkan oleh Telkom Flexi.
Dan di dalam manajemen strategik, pengimplementasian strategi
pengembangan produk biasanya diiringi dengan pengimplementasian strategi
pengembangan pasar dan penetrasi pasar secara bersama-sama. Pengembangan
produk dengan cara pengoptimalan pemanfaatan jaringan yang masih tersedia ke
arah akses layanan data, secara otomatis akan menggarap segmen pelanggan
Telkom Flexi yang belum tergarap, yakni segmen pelanggan Telkom Flexi yang
dalam sehari-hari membutuhkan akses layanan data untuk melakukan koneksi
internet. Segmen ini merupakan segmen yang belum tergarap secara optimal,
karena berdasarkan data internal PT. Telkom Divre IV Jateng & DIY tahun 2011,
kontribusi pendapatan atas penyelenggaraan layanan data terhadap pendapatan
konsolidasi Divisi Telkom Flexi Divre IV Jateng & DIY sepanjang tahun 2011
masih tergolong rendah apabila dibandingkan dengan kompetitor utamanya
Bakrie Esia, namun jumlah pengguna akses layanan data nasional telah
mengalami peningkata yang cukup signifikan. Sehingga Telkom Flexi seharusnya
lebih memanfaatkan kekuatan internal yang dimiliki untuk memanfaatkan peluang
yang ada. Pemanfaatan kekuatan internal Telkom Flexi dalam hal financial,
Coverage dan jaringan distribusi baik direct channel dan indirect channel outlet
distribution merupakan kekuatan utama Telkom Flexi dibandingkan kompetitor
sesama operator penyelenggara telekomunikasi berbasis CDMA yang dapat
dimanfaatkan untuk mendukung penetrasi pasar produk-produk layanan data
Telkom Flexi hingga ke pelosok daerah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Selain strategi pengembangan produk, pengembangan pasar dan penetrasi
pasar, strategi divestiture juga dapat dilakukan dengan cara mengakuisisi aset
yang dimiliki oleh kompetitor atau menjual asset milik Telkom Flexi yang tidak
produktif. Mengakuisisi aset yang dimiliki oleh kompetitor dilakukan dalam
rangka memperoleh basis pelanggan dan basis frekuensi yang menjadi faktor
kunci dalam bisnis industri telekomunikasi seperti isu pengakuisisian Telkom
Flexi oleh Bakrie Esia yang santer berhembus akhir-akhir ini, sementara penjualan
asset milik Telkom Flexi yang tidak produktif seperti menyewakan frekuensi atau
kanal BTS kepada kompetitor dapat dilakukan dalam rangka efisiensi untuk
meminimasi biaya pemeliharaan dan pengoptimalan profit.
Dari pengolahan data dengan menggunakan matrix QSPM, IFE dan EFE
matrix yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan analisis bahwa dalam rangka
mendukung keberhasilan implementasi keempat strategi yang telah terpilih pada
matrix QSPM, dapat dilakukan dengan mengoptimalkan kekuatan internal yang
dimiliki oleh Telkom Flexi dalam hal financial. Hal ini dikarenakan aspek
financial merupakan aspek yang memiliki nilai score kemenarikan atau
atractiveness score yang dinilai kuat untuk menjadi faktor kunci keberhasilan dari
keempat alternatif strategi terpilih.
Beberapa alternatif strategi tingkat bisnis yang direkomendasikan untuk
diimplementasikan pada portofolio bisnis Telkom Flexi Divre IV Jateng & DIY
berdasarkan empat alternatif strategi tingkat corporate yang telah terpilih dapat
dilihat pada tabel 4.51, 4.52, 4.53 dan 4.54.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan mengenai perancangan dan perumusan alternatif
strategi bersaing untuk portofolio bisnis PT. Telkom Divre IV Jateng & DIY, serta
saran yang dapat menjadi usulan perbaikan ke depan.
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan dengan menggunakan
matrix Boston Consulting Group, maka dapat diketahui portofolio bisnis
milik PT. Telkom Divre IV Jateng & DIY, portofolio bisnis Telkomsel,
Telkom Flexi, dan TelkomFlash juga menunjukkan hasil yang sama dengan
portofolio bisnis PT. Telekomunikasi Indonesia tbk, yakni berada pada stars
quadran pada matrix Boston Consulting Group. Sementara portofolio
PSTN/fixed wireline berada pada cashcow quadran pada Matrix Boston
Consulting Group.
Portofolio bisnis milik PT. Telkom Divre IV Jateng & DIY yang memberikan
proyeksi paling berpeluang tumbuh apabila dilihat dari posisis dalam matrix
Boston Consulting Group, high market-share, hight growth-share, low
market-penetration, high contribution to consolidation revenue dan high
avalaible network (low density) adalah Telkom Flexi.
2. Setelah dilakukan evaluasi lingkungan eksternal dan internal yang dapat
mempengaruhi portofolio bisnis Telkom Flexi, maka diperoleh kesimpulan
kekuatan yang dimiliki oleh Telkom Flexi apabila dilihat berdasarkan hasil
kali antara rating score dan weight score terbaik dari masing-masing sub-
atribut faktor kunci keberhasilan lingkungan internal pada internal factor
evaluation adalah jumlah indirect dan direct outlet distribution (0,364), ROA
(0,192), ROE (0,192), Revenue Growth (0,192). Profit Margin (0,192),
EBITDA (0,192), jumlah jaringan yang masih tersedia (0,176), jumlah BTS
yang dimiliki (0,152), Jumlah BTS yang dimiliki (0,152), market share
(0,125), coverage (0,124), Sales (0,0888). Kelemahan yang dimiliki oleh
Telkom Flexi apabila dilihat dari hasil kali antara rating score dan weight
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
score terbaik dari masing-masing sub-atribut faktor lingkungan internal pada
internal factor evaluation adalah kemudahan pelanggan melakukan registrasi
(0,149), product quality and avaibility (0,147), Drop Call (0,128), Kegiatan
promo (0,113), Kondisi Kabel Tembaga (0,108), fitur dan content yang
disediakan (0,102), kecepatan menangani komplain pelanggan dan gangguan
(0,089). Peluang pertumbuhan yang dimiliki Telkom Flexi apabila dilihat dari
hasil kali antara rating score dan weight score terbaik dari masing-masing
sub-atribut faktor lingkungan eksternal pada external factor evaluation adalah
pertumbuhan kebutuhan high speed data (0,396), trend smartphone yang
berkembang di masyarakat (0,384), security (0,315), perubahan pola perilaku
masyarakat dalam merespon trend teknologi (0,322), pertumbuhan penduduk
(0,277), trend pertumbuhan ekonomi nasional (0,14), kondisi politik
Indonesia (0,105), Densitas Telepon (0,098). Ancaman yang seharusnya
dihindari oleh Telkom Flexi berdasarkan hasil pengolahan menggunakan
external factor evaluation adalah regulasi yang dikeluarkan oleh BRTI
(0,476), kekuatan pembeli (0,266), resiko keamanan (0,231), kemudahan
entry barrier (0,198) ancaman produk/jasa subsitusi (0,182), intensitas
persaingan dari kompetitor (0,178), perang harga (0,155), kekuatan pemasok
(0,092).
3. Ada sebelas alternatif strategi bersaing tingkat utama/corporate yang
dirumuskan dengan menggunakan formulasi TOWS diagram, Space Matrix
dan I-E Matrix. Dari kesebelas alternatif strategi tersebut diolah dengan
menggunakan QSPM matrix, menghasilkan empat alternatif strategi bersaing
tingkat corporate dengan nilai total actracttiveness score terbaik yakni :
1. Pengembangan Produk (ALS4); Total Atractiveness Score= 14,47
2. Divestiture Strategy (ALS12); Total Atractiveness Score=14,09
3. Pengembangan Pasar (ALS3); Total Atractiveness Score= 14,06
4. Penetrasi Pasar (ALS1) ; Total Atractiveness Score= 13,89.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
6.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat diberikan
adalah sebagai berikut:
1. Sebaiknya dilakukan dilakukan pencocokan (matching stage) antara strategi
tingkat bisnis dengan strategi utama/corporate yang telah dirumuskan.
2. Sebaiknya dalam membangkitkan subatribut faktor kunci penentu
keberhasilan internal dan eksternal dilakukan dengan menggunakan kuesioner
terbuka sebagai pihak PT. Telkom Divre IV Jateng & DIY dan kompetitor
sebagai responden.
3. Untuk usulan penelitian lanjutan, dapat dirumuskan strategi bersaing tingkat
fungsional yang menghasilkan strategi-strategi dan target yang harus dicapai
oleh setiap sub-unit divisi dari Telkom Flexi yang mengacu pada strategi
tingkat utama/corporate dan strategi tingkat bisnis yang telah ditetapkan.