peranan musyawarah guru mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan dalam meningkatkan kemampuan guru...
TRANSCRIPT
Peranan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Pendidikan Fisika dalam Meningkatkan
Kemampuan Guru Menyusun Program Pembelajaran
Dalam meningkatkan kemampuan guru pendidikan fisika, maka di dalam forum
MGMP ini di buatlah suatu program pembelajaran sebelum proses belajar mengajar
berlangsung pada awal smester. Tujuannya adalah memberikan gambaran kepada guru
tentang materi dan waktu pembelajaran yang akan dilaksanakan selama satu tahun ke
dapan. Adapun program pembelejran itu meliputi :
a. Penyusunan Sylabus
1. Pengertian
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata
pelajaran/tema tertentu yang men-cakup standar kompetensi, kompe-tensi dasar,
materi pokok/pem-belajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi
untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.
Dalam penyusunan sylabus ada beberapa tahap yang diperlukan yaitu :
1. Prinsip Pengembangan, yang terdiri atas :
a. Ilmiah
b. Relevan
c. Sistematis
d. Konsisten
e. Memadai
f. Aktual dan Kontekstual
g. Fleksibel
h. Menyeluruh
2. Unit Waktu
a. Silabus mata pelajaran disusun berdasarkan seluruh alokasi waktu yang
disediakan untuk mata pelajaran selama penyelenggaraan pendidikan di
tingkat satuan pendidikan.
b. Penyusunan silabus memperhatikan alokasi waktu yang disediakan per
semester, per tahun, dan alokasi waktu mata pelajaran lain yang sekelompok.
c. Implementasi pembelajaran per semester menggunakan penggalan silabus
sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk mata
pelajaran dengan alokasi waktu yang tersedia pada struktur kurikulum. Bagi
SMK/MAK menggunakan penggalan silabus berdasarkan satuan kompetensi.
3. Indikator
a. Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai
oleh perubahan perilaku yang dapat diukur/diobservasi yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan.
b. Setiap KD dikembangkan menjadi beberapa indicator (lebih dari dua)
c. Indikator menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur dan/atau
diobservasi
d. Tingkat kata kerja dalam indikator lebih rendah atau setara dengan kata kerja
dalam KD maupun SK
e. Prinsip pengembangan indikator adalah Urgensi, Kontinuitas, Relevansi dan
Kontekstual
f. Keseluruhan indicator dalam satu KD merupakan tanda-tanda, prilaku, dan
lain-lain untuk pencapaian kompetensi yang merupakan kemampuan bersikap,
berpikir, dan bertindak secara konsisten.
4. Kegiatan Pembelajaran
a. Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar
yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antarpeserta didik,
peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam
rangka pencapaian kompetensi dasar.
b. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan
pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik.
c. Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta
didik.
5. Materi Pembelajaran
a. Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar
yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antarpeserta didik,
peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam
rangka pencapaian kompetensi dasar.
b. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan
pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik.
c. Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta
didik.
6. Penilaian
a. Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis,
dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang
dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi
informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.
b. Penilaian pencapaian kompetensi dasar pe-serta didik dilakukan berdasarkan
indikator.
c. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun
lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek
dan/atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.
b. Penyusunan Program Semester
Program semester disusun oleh setiap guru bidang studi sebelum kegiatan belajar
mengajar dilakukan yang berguna untuk guru menargetkan deadline-deadline
pembelajaran. Program semester disusun dengan menyesuaikan keaktifan belajar di
sekolah selama setahun berdasarkan kalender akademik sekolah.
Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
1. Pengertian
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang
menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai
satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam
silabus. Lingkup Rencana Pembelajaran paling luas mencakup 1 (satu)
kompetensi dasar yang terdiri atas 1 (satu) indikator atau beberapa indikator untuk
1 (satu) kali pertemuan atau lebih.
2. Landasan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Berdasarkan PP Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 20 dijelaskan bahwa
perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi
pembelajaran, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar.
3. Komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
a. Tujuan Pembelajaran
b. Materi Ajar
c. Metode pembelajaran
d. Sumber Belajar
e. Penilaian Hasil Belajar
4. Langkah-langkah menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
a. Mengisi kolom identitas
b. Menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk pertemuan yang telah
ditetapkan
c. Menentukan SK, KD, dan Indikator yang akan digunakan yang terdapat pada
silabus yang telah disusun
d. Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan SK, KD, dan Indikator yang
telah ditentukan
e. Mengidentifikasi materi ajar berdasarkan materi pokok/ pembelajaran yang
terdapat dalam silabus. Materi ajar merupakan uraian dari materi
pokok/pembelajaran
f. Menentukan metode pembela-jaran yang akan digunakan
g. Merumuskan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal,
inti, dan akhir.
h. Menentukan alat/bahan/ sumber belajar yang digunakan
i. Menyusun kriteria penilaian, lembar pengamatan, contoh soal, teknik penskoran
D. Peranan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Fisika Dalam Meningkatkan
KemampuanGuru Melaksanakan Strategi Belajar Mengajar
Strategi merupakan pola umum rentetan kegiatan yang dilakukan untuk mencapat
tujuan tertentu. Dikatakan pola umum, sebab suatu strategi pada hakikatnya belum kepada
hal-hal yang bersifat praktis, suatu strategi masih berupa rencana atau gambaran menyeluruh.
Sedangkan, untuku mencapai tujun, memang strategi disusun untuk tujuan tertentu. Tidak ada
suatu strategi, tanpa adanya tujuan yang harus dicapai.
Demikian pula halnya dengan proses pembelajaran. Untuk mencapai tujuan
pembelajaran, perlu disusun suatu strategi agar tujuan itu tercapai debngan optimal. Tanpa
suatu strategi yang cocok, tepat dan jitu, tidak mungkin tujuan dapat tercapai. Dalam konteks
pemblejaran, strategi dapat dikatakan sebagai pola umum yang berisi tentang rentetan
kegiatan yang dapat dijadikan pedoman agar kompetensi sebagai tujuan pembelajaran dapat
tercapai secara optimal. Pola atau cara yang ditetapkan sebagai hasil dari kajian strategi itu
dalam proses pembelajaran dinamakan metode pembelajaran. Jadi dengan demikian metode
pada dasarnya berangkat dari suatu strategi tertentu. Jadi persiapan yang digunakan
Musyawarah Guru Mata Pelajaran Pendidikan Fisika dalam meningkatkan profesionalisme
guru dalam pelaksanaan strategi belajar mengajar adalah :
a. Menyiapkan dan mengembangkan bahan pembelajaran
Sebelum proses belajar mengajar berlangsung guru hendaknya menyiapkan dan
mengembangkan terlebih dahulu bahan pembelajaran yang akan disampakan kepada
peserta didik. Bahan pembelajaran ini dapat diambil dari berbagai buku yang digunakan
maupun dari media massa ataupun internet. Bahan pembelajran tersebut dikemas secara
menarik agar dapat di terima oleh peserta didik dengan baik pula.
b. Menambah dan Mengembangkan Metode Pembelajaran
Beberapa macam metodelogi pembelajaran yang dapat dipergunakan seperti
diuraikan di bawah ini :
1. Pembelajaran Langsung ( Direct Instruction )
Pembelajaran langsung adalah istilah yang sering digunakan untuk teknik
pembelajaran ekspositori, atau teknik penyampaian semacam kuliah ( Sering juga
digunakan istilah “ chalk and talk “ ). Metode pembelajaran langsung, merupakan
bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru.
2. Pembelajaran Diskusi
Diskusi adalah proses pembelajaran melalui interaksi dalam kelompok. Setiap
anggota kelompok saling bertukar ide tentang suatu isu dengan tujuan untuk
memecahkan suatu masalah, menjawab suatu pertanyaan, menambah pengetahuan
atau pemahaman, atau membuat suatu keputusan.
3. Pembelajaran Kerja Kelompok Kecil
Mengorganisasikan siswa dalam kelompok kecil merupaka metode pembelajaran
yang banyak dianjurkan oleh para pendidik. Metode ini dapat dilakukan untuk
mengajarkan materi-materi khusus. Kerja kelompok kecil merupakan metode
pembelajaran yang berpusat kepada siswa.
4. Pembelajaran Cooperative Learning
Cooperative learning adalah metode pembelajaran yang menekankan kepada proses
kerja sama dalam suatu kelompok yang bisa terdiri 3 sampai 5 orang siswa untuk
mempelajari suatu materi akademik yang spesifik sampai tuntas. Metode ini mulai
populer akhir-akhir ini. Melalui cooperative learning siswa di dorong untuk bekerja
sama secara maksimal sesuai dengan keadaan kelompoknya. Kerja sama ini
dimaksudkan setiap anggota kelompok harus saling membantu.
Slavin, Abrani, dan Chabers ( 1996 ) berpendapat bahwa belajar melalui kooperatif
dapat dijelaskan dari beberapa perspektif, yaitu perspektif motivasi, perspektif sosial,
perspektif perkembangan kognitif dan perspektif elaborasi kognitif.
5. Pembelajaran Problem Solving
Mengajarkan memecahkan masalah berbeda dengan penggunaan pemecahan msalah
sebagai suatu metode pembelajaran. Mengajar memecahkan masalah adalah mengajar
bagaimana siswa memecahkan suatu persoalan.
Ada beberapa ciri metode pembelajaran problem solving , pertama, siswa bekerja
secara individuao atau bekerja dalam kelompok kecil; kedua, pembelajran ditekankan
kepada materi pembelajaran yang mengandung persoalan-persoalan untuk dipecahkan
; dan lebih disukai persoalan yang banyak kemungkinan cara pemecahannya; ketiga,
siswa menggunakan banyak pendekatan dalam belajar; keempat, hasil dari pemecahan
masalah adalah tukar pendapat ( sharing ) di antara semua siswa.
c. Menerapkan Prinsip-Prinsip Pembelajaran
Dalam perencanaan pembelajaran, prinsip-prinsip belajar dapat mengungkap batas-
batas kemungkinan dalam pembalajaran. Dalam melaksanakan pembalajaran,
pengetahuan tentang teori dan prinsip-prinsip belajar dapat membantu guru dalam
memilih tindakan yang tepat. Guru terhindar dari tindakan-tindakan yang kelihatannya
baik tetapi nyatanya tidak berhasil meningkatkan proses belajar siswa. Selain itu dengan
teori dan prinsip-prinsip belajar ia memiliki dan mengembangkan sikap yag diperlukan
untuk menunjang peningkatan belajar siswa. Adapun prinsip-prinsip belajar tersebuat
adalah Dimyati, dr ( 2006 : 42 ) sebagai berikut :
1. Perhatian dan motivasi
Perhatian mempunyai peranan yang oenting dalam kegiatan belajar. Dari kajian
teori belajar pengolhana informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tak
mungkin terjadi bekajar ( Gage Berliner, 1984 : 335 ). Perhatian terhadap pelajaran
akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhnnya. Apabila
diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari,
akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya. Apabila perhatian alami ini
tidak ada maka siswa perlu dibangkitksn perhatiannya.
Di samping perhatian, motivasi mempunyai peranan dalam kegiatan belajar.
Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang.
Motivasi dapat dibandingkan dengan mesin dan kemudi pada mobil ( Gage dan
Berliner, 1984 : 372 ).
2. Keaktifan
Kecenderungan psikologi dewasa ini menganggap bahwa anak adalah makhluk
yang aktif. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan
dan aspirasinya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak
bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak akan
mengalami sendiri. John Dewey misalnya mengemukakan, bahwa belajar adalah
menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif
harus datang dari siswa sendiri. Guru sekedar pembimbing dan pengarah ( john
Dewey 1916, dalam Davies, 1937:31 ).
Thorndike mengemukakan keaktifan siswa dalam belajar dengan hukum “ law
of exercise “ nya yang menyatalan bahwa belajar memerlukan adanya latihan-latihan.
Mc Keachie berkenaan dengan prinsip keaktifan mengemukakan bahwa individu
merupakan “ manusia belajar yang aktif selalu ingin tahu, sosial “ ( Mc Keachie,
1976:230 dari Gredler MEB terjemahan Munandir, 1991:105 ).
3. Keterlibatan langsung/berpengalaman
Di muka telah dibicarakan bahwa belajar haruslah dilakukan sediri oleh siswa,
belajar adalah mengalami, belajar tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Edgar
Dale dalam penggolongan pengelaman belajar yang dituangkan dalam kerucut
pengalamannya mengemukan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar melalui
pengalaman langsung. Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak
sekedar mengamati secara langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung
dalam perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya.
Pentingnya terlibat langsung dalam belajar dikemukakan oleh John Dewey
dengan “ learning by doing “ nya. Belajar sebaiknya dialami melalui perbuatan
langsung. Belajar harus dilakukan oleh siswa secara aktif, baik individual maupun
kelompok, dengan cara memecahkan masalah ( problem solving ). Guru bertindak
sebagai pembimbing dan fasilitator.
4. Pengulangan
Prinsip belajar yang menekankan perlunya pengulangan barangkali yang paling
tua adalah yang dikemukan oleh teori Psikologi Daya. Menurut teori ini belajar adalah
melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamat,
menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, berpikir, dan sebagainya. Dengan
mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang. Seperti halnya
pisau yang selalu diasah akan menjadi tajam, maka daya-daya yang dilatih dengan
pengadaan pengulangan-pengulangan akan menjadi sempurna.
5. Tantangan
Teori Medan ( Field Theory ) dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa sistem
dalam situasi belajar berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis. Dalam
situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu
terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif untuk
mengatasi hambatan itu yaitu dengan mempelajari bahan belajar tersebut . Apabila
hambatan itu telah diatasi,m artinya tujuan belajar telah tercapai, maka ia akan masuk
dalam meda baru dan tujuan baru, demikian seterusnya. Agar pada anak timbul motif
yang kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik maka bahan belajar membuat
siswa bergairah untuk mengatasinya. Bahan belajar yang baru, yang banyak
mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untuk
memepelajarinya. Pelajaran yang memberi kesempatan pada siswa untuk
menyebabkan siswa berusaha mencari dan menemukan konsep-konsep, prinsip-
prinsip, dan generalisasi tersebut. Bahan belajar yang telah diolah secara tuntas oleh
guru sehingga siswa tinggal menelan saja kurang menarik bagi siswa.
6. Balikan dan Penguatan
Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan terutama
ditekankan oleh teori belajar Operant Conditionig dari B.F Skinner. Kalau pada teori
conditioning yang diberi kondisi adalah stimulusnya, maka pada operant conditionig
yang diperkuat adalah responnya. Kunci dari teori belajar ini adalah law of effect-nya
Thorndike. Siswa akan belajar lebih bersemangat apabila mengetahui dan
mendapatkan hasil yang baik. Hasil, apalagi hasil yang baik akan merupakan balikan
yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha belajar selanjutny. Namun
dorongan belajar itu menurut B.F Skinner tidak saja oleh penguatan yang
menyenangkan tetapi juga yan tidak menyenangkan. Atau dengan kata lain penguatan
positif maupun negatif dapat memeperkuat belajar ( Gage dan Berliner, 1984:272 ).
7. Perbedaaan Individual
Siswa merupakan individual yan unuk artinya tidak ada dua orang siswa yang
sama persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yan lain. Perbedaan itu
terdapat pada karakteristik psikis, kepribadian dan sifat-sifatnya.
Perbedaan individual ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa.
Karenanya, perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya
pembelajaran. Sistem pendidikan klasikan yag dilakukan di sekolah kita kurang
memperhatikan masalah perbedaan individual, umumnys pelaksanaan pembelajaran
di kelas dengan melihat siswa sebagai individu dengan kemampuan rata-rata,
kebiasaan yang kurang lebih sama, demikian pula dengan pengetahuannya.
E. Peranan Musayawarah Guru Mata Pelajaran Dalam meningkatkan Kemampuan
Guru Dalam Mengevaluasi Hasil Belajar
Menurut Dimyati, dr ( 2006 : 189 ) setiap orang yang melakukan suatu kegiatan akan
selalu ingin tahu hasil dari kegiatan yang dilakukannya. Seringkali pula, orang yang
melaukan kegiatn tersebut, berkeinginan mengetahui baik atau buruknya kegiatan yang
dilakukannya. Siswa dan guru merupakan orang-arang yang terlibat dalam kegiatan
pembelajaran yang dilakukan.Untuk menyediakan informas tentang baik atau buruknya
proses dan hasil kegiatan pembelajaran, maka seorang guru harus menyelenggarakan
evaluasi. Kegiatan evaluasi yang dilakukan guru mencakup evaluasi hasil belajar dan evaluasi
pembelajaran sekaligus.
1. Menyusun Soal Akhir Semester
Menurut PP.19 tahun 2003 ada 3 katagori ulangan yaitu Ulangan Harian, Ulangan Tengah
Semester dan Ulangan Akhir Semester. Agar pelaksanaan penilaian berjalan dengan
transparan maka diperlukan persiapan serta system penilaian yang dapat menjamin
objektivitas secara maksimal.
2. Menilai Hasil Belajar
a. Penilaian Kognitif
1. Pada awal semester 1 guru melalui MGMP sekolah menyusun Silabus dan system
penilaian untuk waktu 1 semester atau satu tahun yang mencakup Ulangan Harian,
Ulangan tengah Semester dan Ulangan Akhir Semester/Kenaikan Kelas . Materi
Ulangan dirancang sedemikian rupa yang terdiri dari 1 atau lebih SK/KD yang
dilaksanakan secara bersamaan dalam satu kegiatan ulangan atau disebut ujian Blok .
Indikator yang ada pada silabus minimal dibuatkan tiga buah soal dengan tujuan
a. 1 soal untuk ujian blok
b. 1 soal untuk ujian susulan
c. 1 soal untuk ujian remedial
2. Mengembangkan Bank Soal
Kegiatan rutin dari pertemuan MGMP terjadwal setiap minggunya, 2 minggu sebelum
pelaksanaan ujian blok, soal sudah disusun bersama dalam forum MGMP dan 1
minggu sebelum ujian diserahkan kepada wakil urusan kurikulum untuk di edit dan
digandakan. Setelah soal diujian guru menganalisa validitas soal kemudian soal
diperbaiki dan dikumpulkan menjadi bank soal. Setiap ujian Blok terpetakan
kompetensi serta diskripsi ketercapaian kompetensinya. ( setiap fasilitator untuk
membuat contoh sesuai mapel masing-masing )
3. Setiap ujian Blok terpetakan kompetensi serta diskripsi ketercapaian kompetensinya.
4. Dibuatkan jadwal ujian minimal 1 semester untuk Ujian Blok dan Ujian Remedial
dan diberikan pada siswa dan orang tua dengan tujuan agar dapat mempersiapkan diri
semaksimal mungkin pada saat menghadapi ujian
5. Guru/Sekolah pada awal semester menjelaskan tentang sistem penilaian serta Kriteria
Ketuntasan Minimal ( KKM ) yang diberlakukan kepada peserta didik, dan orang tua
6. Pelaksanaan ujian dilakukan terjadwal untuk menghindari Peserta didik dari beban
ulangan yang banyak pada hari yang sama. Jadwal pelaksanaan ujian dibagikan
kepada orangtua melalui peserta didik.
a. Penilaian Psikomotorik
Ujian Praktik sulit untuk dilaksanakan secara bersamaan mengingat keterbatasan
sarana dan prasarana untuk itu diserahkan pada guru bidang study untuk
melaksanakannya dan dibuatkan jadwal dengan mempertimbangkan jadwal ujian
kognitif
b. Penilaian Afektif
Penilaian sikap dilakukan pada saat selama proses pembelajaran berlangsung.
FORMAT
Penilaian Afektif
No PERNYATAAN /
INDIKATOR
5 4 3 2 1 SKOR
1 Kehadiran 5
2 Membaca lembar kerja 5
3 Keseriusan dalam mengerjakan
tugas
5
4 Ketepatan waktu mengerjakan
tugas
5
Jumlah 20
Keterangan :
5 : Sangat Baik / sangat sering
4 : Baik /sering
3 : Cukup
2 : Kurang / jarang
1 : Sangat kurang / sangat jarang
Penilaian : Jumlah Skor x 100 %
Jumlah Siswa