peran pustakawan dalam pemanfaatan layanan...
TRANSCRIPT
PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK
SEBAGAI MOTIVASI BELAJAR ANAK DI DINAS PERPUSTAKAAN
DAN KEARSIPAN PROVINSI DKI JAKARTA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora untuk memenuhi persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)
Oleh:
WIDAD INAYATI
NIM. 11140251000084
PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1440H / 2018M
i
ABSTRAK
Widad Inayati (NIM. 11140251000084).Peran Pustakawan dalam Pemanfaatan
Layanan Anak Sebagai Motivasi Belajar Anak di Dispusip DKI Jakarta. Di
bawah bimbingan Alfida, MLIS (19710215 199903 2 001) Program Studi
Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran pustakawan dalam
pemanfaatan layanan anak sebagai motivasi belajar anak di Dispusip DKI Jakarta.
Peran pustakawan dalam memotivasi penulis lihat berdasarkan perannya dalam
memotivasi dengan pemberian pujian dah perhatian, perannya dalam memotivasi
dengan mengetahui hasil belajar dan perannya dalam memotivasi dengan
pemberian fasilitas dan hadiah. Metode yang digunkan dalam penelitian ini
adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, dengan teknik
pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan studi pustaka. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan peran pustakawan dalam memotivasi anak belajar
dengan memberikan pujian dan perhatian serta memberikan fasilitas dan hadiah.
Pujian yang diberikan berupa verbal dan juga non verbal. Pujian verbal seperti
kata-kata ―wah bagus sekali gambarnya‖, ―hebat sekali kamu’ ketika pemustaka
anak melakukan hal positif seperti menyerahkan hasil karyanya saat kegiatan
menggambar dan mewarnai, aktif dalam kegiatan storytelling, origami, dan games.
Pujian non verbal diberikan dengan cara menempel hasil karya pemustaka anak
pada mading art corner.Untuk fasilitas yang diberikan berupa peralatan belajar
seperti form menggambar dan mewarnai, alat mewarnai, dan peralatan permainan
serta kertas origami. Sedangakan untuk pemberian hadiah diberikan kepada
pemustaka anak yang aktif dalam mengikuti kegiatan baik dalam kegiatan
menggambar dan mewarnai maupun storytelling. Hadiah yang diberikan berupa
sticker, gelang, gantungan kunci, juga uang dua ribu rupiah. Berdasarkan hal
tersebut, pustakawan telah berperan dalam memotivasi pemustaka anak belajar
hanya saja masih belum maksimal.
Kata Kunci: Peran Pustakawan, Layanan Anak, Motivasi Belajar, Dispusip DKI
Jakarta
ii
ABSTRACT
Widad Inayati (NIM. 11140251000084).The Role of Librarian in in the use of
child services as children's learning motivation in Dispusip DKI
Jakarta.Supervised by Alfida, MLIS (19710215 199903 2 001). Departement
of Library and Information Science, Faculty of Adab and Humanities,
IslamicState University Syarif Hidayatullah Jakarta.
The purpose of this study is to find out the role of librarians in the use of child
services as children's learning motivation in Dispusip DKI Jakarta. The role of
librarians in motivating children based on their role in motivating by giving praise
and attention, their role in motivating by knowing the learning outcomes and their
role in motivating by giving facilities and prizes. The method used in this
reasearch is descriptive method with a qualitative approach, with data collection
techniques through interviews, observation and literature studies. The results of
this study indicated the role of librarians in motivated children to learnedby giving
praise and attention, as well as providing facilities and prizes.The results of this
study indicate the role of librarians in motivating children to learn by giving praise
and attention and providing facilities and gifts. Praise is given in the form of
verbal and also non verbal. Verbal praise such as the words "how good is your
drawing", "you are great" when the children's user do positive things such as
submitting their work during drawing and coloring activities, active in storytelling,
origami and games. Non-verbal praise is given by attaching the results of the work
of the child reader to the mading art corner. For facilities provided in the form of
learning equipment such as form drawing and coloring, coloring tools, and game
equipment and origami paper. While for giving gifts given to children who are
active in participating in activities both in the activities of the story and coloring
and storytelling. Prizes in the form of stickers, bracelets, key chains, as well as
two thousand rupiah. Based on this, librarians have played a role in motivating
children to learn, but it's still not optimal.
Keywords: Children Librarian, Children Services, Learning Motivation,
DispusipDKI Jakarta.
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT. atas berkat rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ―Peran Pustakawan dalam
Pemanfaatan Layanan Anak sebagai Motivasi Belajar Anak di Dispusip DKI
Jakarta‖ ini dengan baik. Terdapat banyak kendala juga hambatan yang penulis
hadapi saat penulisan skripsi ini, namun itu semua penulis jadikan pembelajaran
yang berharga dalam hidup bahwa dibalik kesulitan selalu ada kemudahan.
Kepada semua pihak yang selalu memberikan semangat serta motivasi
kepada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini, penulis ucapkan
terimakasih. Setiap perkataan, perbuatan, bantuan yang diberikan, waktu dan juga
tenaga yang disisihkan sangat berarti bagi penulis. Terlebihkepada kedua orang
tua penulis, Ayah Abdul Basid dan Mamah Yeni Mulyani,atas kepercayaannya
bahwa penulis mampu menyelesaikan ini semua. Atas kesabaran dan penantian
panjang, serta doa yang tidak henti-hentinya dipanjatkan. Mungkin tidak secepat
orang lain namun semoga belum terlambat.
Kepada pihak-pihak yang telah terlibat dalam proses penyelesaian skripsi ini,
izinkan penulis berterimakasihkepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Bapak Prof. Dr.Sukron Kamil, MA, selaku Dekan Fakultas Adab dan
Humaniora.
3. Bapak Pungki Purnomo, MLIS, selaku Ketua Program Studi Ilmu
Perpustakaan.
4. Bapak Mukmin Suprayogi, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu
Perpustakaan.
5. Ibu Alfida, MLIS, selaku dosen pembimbing penulis yang selalu memberikan
masukan-masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh Bapak/Ibu dosen program studi Ilmu Perpustakaan atas ilmu yang
diberikan selama penulis melalui bangku perkuliahan.
iv
7. Pihak Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi DKI Jakarta, khususnya
yang berada di Cikini atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk
melakukan penelitian. Khususnya Bapak/Ibu Pustakawan, Ibu Ruly Diah,
Muhammad Adam, dan Ahmad Jauzi atas informasi yang telah diberikan.
8. Sahabat penulis Khaira Diba atas segala bantuan dan kebersamaannya dalam
suka dan duka. Semoga segala yang kita lakukan tidak sia-sia dan segala yang
kita cita-citakan dapat menjadi kenyataan. Juga kepada Nadhilah yang sudah
terlebih dahulu melalui fase-fase ini, terimakasih sudah selalu bersedia
direpotkan meski tidak pernah merepotkan.
9. Teman-temanseperjuangan Jipers 2014 khususnya kelas C Indah yang selalu
bersama sejak mahasiswa baru. Wita Widya, Nanda Citra, Refi Alamsyah,
May Nur Fatimah, Ursa Agniya, Marisya Ningrum, Oka Aulia. Semoga
kebersamaan kita yang lalu, kini, dan nanti selalu menghadirkan manfaat.
10. Tidak lupa pula kepada Martani Pudyastuty, Putri Rizky, Wardatussammroh,
juga kak Rury Agnesia, Rizki Ahmad, atas semangat dan motivasi yang
diberikan untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
11. Kepada pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu,
namun tidak mengurangi rasa terimakasih penulis atas segala doa dan
bantuannya baik moril maupun materil, waktu maupun tenaga.
Penulis memahami betul masih terdapat banyak kekurangan dalam
penulisan skripsi ini, maka kritik dan saran yang positif sangat penulis harapkan.
Akhir kata, penulis berharap semoga kebaikan yang telah diberikan kepada
penulis mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT. Aamiin.
Jakarta, September 2018
Widad Inayati
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Pembatasan dan Perumusan ......................................................................... 6
1. Pembatasan Masalah ................................................................................... 6
2. Perumusan Masalah ..................................................................................... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................... 7
1. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 7
2. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 8
D. Definisi Istilah .............................................................................................. 8
E. Penelitian Terdahulu .................................................................................... 9
F. Struktur Penulisan ...................................................................................... 11
BAB II TINJAUAN LITERATUR .................................................................... 13
A. Peran Pustakawan....................................................................................... 13
B. Pemanfaatan Layanan Anak dan Perpustakaan Umum ............................. 21
1. Pemanfaatan Layanan Anak ...................................................................... 21
2. Layanan Anak di Perpustakaan Umum ..................................................... 33
3. Perpustakaan Umum ................................................................................. 36
C. Motivasi Belajar ......................................................................................... 40
1. Motivasi dan Belajar ................................................................................. 40
2. Jenis Motivasi Belajar ............................................................................... 44
3. Fungsi Motivasi Belajar ............................................................................ 51
4. Motivasi Belajar di Perpustakaan .............................................................. 52
D. Peran Pustakawan dalam Memotivasi Anak Belajar ................................. 53
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 56
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian................................................................. 56
vi
B. Informan ..................................................................................................... 57
C. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 58
1. Data Primer ............................................................................................... 58
2. Data Sekunder ........................................................................................... 59
D. Keabsahan Data .......................................................................................... 60
E. Teknik Pengolahan dan Analisis ................................................................ 62
1. Reduksi Data ............................................................................................. 62
2. Penyajian Data ........................................................................................... 63
3. Penarikan Kesimpulan ............................................................................... 63
F. Instrumen Penelitian................................................................................... 63
G. Jadwal Penelitian ........................................................................................ 64
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 65
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian ......................................................... 65
1. Profil Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi DKI Jakarta .............. 65
2. Visi dan Misi ............................................................................................. 67
3. Struktur Organisasi .................................................................................... 68
4. Area dan Kegiatan pada Layanan Anak Dispusip DKI Jakarta ................ 68
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan............................................................... 72
1. Motivasi dengan Pemberian Pujian dan Perhatian .................................... 74
2. Motivasi dengan Pemberian Fasilitas dan Hadiah .................................... 83
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 90
A. Kesimpulan ................................................................................................ 90
B. Saran ........................................................................................................... 91
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 92
LAMPIRAN
BIODATA PENULIS
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 ................................................................................................................... 58
Tabel 2 ................................................................................................................... 64
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Art Corner untuk Menempel Hasil Karya Pemustaka Anak
Gambar 2 Potongan Kertas untuk Mengetahui Hasil Belajar Pemustaka Anak
Gambar 3 Fasilitas Berupa Peralatan yang Mendukung Belajar Pemustaka Anak
Gambar 4 Contoh hadiah yang diberikan
Gambar 5 Kegiatan Storytelling
Gambar 6 Menceritakan Kembali usai Storytelling
Gambar 7 Kegiatan Menggambar dan Mewarnai
Gambar 8 Suasana Education Games
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kurun waktu lima tahun awal kehidupan seorang anak
merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan kognitif jugasocial
skills yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan. hal ini harus didukung
dengan pola asuh yang responsif dalam mengetahui kebutuhan anak
termasuk di dalamnya apa yang anak butuhkan dalam proses belajarnya.1
Khususnya untuk anak usia 3-6 tahun yang sedang berada dalam periode
sensitif atau masa peka, yaitu suatu periode dimana suatu fungsi tertentu
perlu dirangsang, diarahkan sehingga tidak terhambat perkembangannya.2
Oleh karena itu dibutuhkan bimbingan dan pendampingan dari orang-
orang disekelilingnya, tidak terkecuali pustakawan.
Keberadaan pustakawan sebagai tenaga profesional sangat penting
dalam pembelajaran bagi anak. Hal ini mengingat ranah kerja pustakawan
ialah perpustakaan yang erat kaitannya dengan pendidikan juga
pembelajaran. Peran pustakawan dalam pembelajaran pemustaka anak
salah satunya yaitudengan cara memotivasi pemustaka anak untuk belajar.
Karena keberhasilan seorang pustakawan dalam mendidik seorang
pemustaka anak tidak dapat terlepas dari motivasi yang diberikan.
1Susan H. Landry., The Role of Parents in Early Childhood Learning (USA: University
of Texas Health Science Center, 2014), diakses pada 28 Juli 2018 melalui <http://www.child-
encyclopedia.com/parenting-skills/according-experts/role-parents-early-childhood-learning.> 2Ernawulan Syaodih, ―Psikologi Perkembangan,‖ n.d., diakses pada 10 Juli 2018 melalui
<http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PGTK/196510011998022-
ERNAWULAN_SYAODIH/PSIKOLOGI_PERKEMBANGAN.pdf.>
2
Rendahnya tingkat pendidikan di Indonesia berdasarkan laporan
UNESCOdikutip Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan
Manusia dan Kebudayaan disebabkan oleh rendahnya motivasi belajar.
3 Hal inidikarenakanminimnyafasilitas sarana dan prasarana, peran
pengajar yang terlalu dominan sehingga mematikan kreativitas anak, dan
juga peran orang tua (keluarga) sebagai pengaruh lingkungan yang secara
ekstrinsik sangat besar ini turut menentukan tinggi rendahnya motivasi
anak dalam belajar.
Hal ini seperti hasil skripsi yang dilakukan oleh Muhammad Doni
pada tahun 2014 yang menjelaskan bahwa rendahnya motivasi belajar
disebabkan oleh faktor yang berasal dari lingkungan keluarga juga
masyarakat. Selain itu berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tirtiana
tentang motivasi belajar siswa SMKN 2 Blora pada tahun 2013, kreativitas
dalam belajar menghasilkan nilai yang tinggi sebesar 21,9%. Oleh
karenanya pustakawan juga harus mencari cara untuk membuat kegiatan
belajar di perpustakaan menjadi lebih menarik.4
Menjawab permasalahan mengenai motivasi belajar anak tersebut,
perpustakaan umum hadir sebagai tempat pembelajaran non formal yang
mampu menyediakan informasi serta pengetahuan bagi masyarakat. Hal
3Kementerian Koordinator Bidang Peembangunan Manusia dan Kebudayaan, ―Indonesia
Peringkat Ke- 57 EDI Dari 115 Negara Tahun 2014,‖ 2015, diakses pada 3 Maret 2018 melalui
https://www.kemenkopmk.go.id/artikel/indonesia-peringkat-ke-57-edi-dari-115-negara-tahun-
2014. 4Nuzliah, ―Kontribusi Motivasi Belajar, Kreativitas Terhadap Problem Solving Siswa
Dalam Belajar Serta Implikasi Terhadap Bimbingan Dan Konseling Di SMPN 29 Padang,‖ Jurnal
Edukasi, 1 (2015): h. 157–73. Diakses pada 3 April 2018 melalui
<http://download.portalgaruda.org/article.php?article=4>
3
ini dilakukan agar kebutuhan informasi mereka dapat terpenuhi dengan
baik melalui berbagai macam layanan dan kegiatan yang ada di dalamnya.
Melalui layanan anak di perpustakaan umum ini pustakawan dapat
mengarahkan pemustaka anak untuk dapat melakukan aktivitas-aktivitas
yang positif dengan memberikan motivasi yang berasal dari luar diri
pemustaka anak itu sendiri yakni motivasi ekstrinsik.
Motivasi itu sendiri merupakan keadaan di mana seseorang
terdorong untuk melakukan sesuatu untuk tercapainya sebuah tujuan.
Sedangkan motivasi ekstrinsik ialah dorongan yang berasal dari luar diri
seseorang dikarenakan suatu hal. Pemberian motivasi ekstrinsik dari
orang-orang disekitarnya bagi seorang anak sangatlah penting, tidak
terkecuali yang berasal dari pustakawan di perpustakaan.Karena motivasi
merupakan salah satu bentuk perhatian yang diberikan kepada pemustaka
anak, namun sayang masih banyak yang meremehkan keberadaan motivasi
ini. Padahal motivasi yang diberikan kepada pemustaka anak akan sangat
membantu proses belajarnya, sehingga apa yang dilakukan pemustaka
anak di perpustakaan dapat bermanfaat.
Keberadaan layanan anak di perpustakaan umum dianggap penting.
Hal ini karena masa anak-anak merupakan masa keemasan sekaligus masa
kritis dalam tahap kehidupan anak yang akan menentukan perkembangan
anak di masa yang akan datang. Oleh karena itu pada masa ini sangat
dibutuhkan bimbingan dari orang-orang disekitarnya termasuk dalam hal
menemukan informasi.
4
Informasi bagi anak-anak tidak lantas diserap begitu saja,
dibutuhkan cara tersendiri untuk mentransfer informasi kepada anak-anak
yaitu dengan cara yang menyenangkan. Misalnya dengan melakukan
berbagai macam kegiatan yang mana kegiatan tersebut diarahkan untuk
untuk mengembangkan imajinasi, meningkatkan minat dan kebiasaan
membaca, serta memberikan sarana rekreasi yang mendidik.Layanan anak
ini diharapkan dapat dimanfaatkan dengan baik oleh pustakawan sebagai
salah satu media dalam memotivasi anak agar mau belajar.
Bicara tentang belajar, Paul B. Diedrich membagi aktivitas belajar
ke dalam beberpa kategori, dan dari beberapa aktivitas yang disebutkan
terdapat beberapa kegiatan yang dapat dilakukan di perpustakaan. Di
antaranya yaitu mendengarkan, memandang, menulis atau mencatat, dan
juga membaca. Aktivitas tersebut dapat dilakukan melalui berbagai
kegiatan yang dilakukan di layanan anak seperti kegiatan mendongeng,
pemutaran film, kegiatan menggambar dan mewarnai, dan juga kegiatan
membaca yang sudah memiliki areanya tersendiri.
Namun sayang, layanan anakDinas Perpustakaan dan Kearsipan
Provinsi DKI Jakarta yang selanjutnya akan disingkat menjadi Dispusip
DKI Jakarta hanya melakukan kegiatan-kegiatan tersebut ketika
mendapatkan kunjungan dari sekolah PAUD atau TK atau hanya pada saat
kondisi layanan anak penuh oleh pemustaka sehingga sulit untuk
dikendalikan.
5
Sebagai perpustakaan umum terbesar yang ada di Jakarta, Dispusip
DKI Jakarta mencoba mengimbangi kebutuhan informasi dan belajar
dengan dunia anak-anak yang menyenangkan. Hal ini diwujudkan melalui
tersedianya satu lantai penuh khusus layanan anak yang terdiri dari tiga
area terpadu, yaitu area membaca yang berisi koleksi fiksi maupun non
fiksi, area education care yang berisi koleksi mainan edukatif dan area
playground indoor.Di dala area playground ini terdapat berbagai macam
permainan fisik seperti flying fox mini, ayunan, kolam mandi bola, mobil
kecil, sepeda kecil, otopet, dll. yang juga dilengkapi papan tulis dengan
berbagai macam poster untuk pembelajaran anak usia dini. Namun area
playground yang sangat penting dalam perkembangan motorik kasar anak
sampai dengan saat ini masih berada di bawah pengawasan sehingga
ditutup sampai dengan batas waktu yang tidak ditentukan.
Animo masyarakat terhadap keberadaan layanan anak di Dispusip
DKI Jakarta cukup besar terutama pada akhir pekan. Kini perpustakaan
dijadikan sebuah pilihan untuk berekreasi. Namun fasilitas yang
disediakan tanpa peran aktif dari pustakawan dalam memotivasi
pemustaka anak untuk belajar akan menjadi sia-sia. Oleh karenanya
sebagai pustakawan masa kini harus menyediakan kegiatan yang menarik
untuk mengajak pemustaka anak berkunjung ke Dispusip DKI Jakarta.
Layanan anak Dispusip DKI Jakarta menerapkan sistem rolling
untuk layanan anak yang terdiri dari dua orang setiap harinya. Namun
petugas layanan anak ini seringnya hanya mengawasi saja dan
6
membiarkan anak-anak tanpa memberikan kontribusi yang siginifikan
dalam memotivasi anak untuk belajar. Selain itu, sebagai salah satu
perpustakaan umum yang terkenal dengan layanan anaknya kegiatan yang
dilakukan di layanan anak Dispusip DKI Jakarta sebenarnya sangat banyak
seperti yang sudah disebutkan di atas. Namun sayang pemanfaatannya
dalam hal memotivasi anak untuk belajar masih minim, terutama pada
hari-hari kerja yang mana kondisi layanan anak tidak seramai ketika akhir
pekan atau hari libur lainnya.
Pemustaka anak di Dispusip DKI Jakarta khususnya yang berada
pada usia 3-6 tahun masih sangat bergantung pada orang-orang di
sekitarnya termasuk pustakawan dalam hal menemukan informasi dan juga
proses pembelajaran. Oleh karena ituperan pustakawan dalam memotivasi
pemustaka anak untuk belajar dengan memanfaatkan kegiatanjuga area
yang telah disediakan oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi
DKI Jakarta (Dispusip DKI Jakarta) sangat lah penting. Berdasarkan latar
belakang tersebut penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan
tersebut ke dalam judul skripsi Peran Pustakawan dalam Pemanfaatan
Layanan Anak Sebagai Motivasi Belajar Anak di Dinas Perpustakaan
dan Kearsipan Provinsi DKI Jakarta.
B. Pembatasan dan Perumusan
1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas penulis akan memfokuskan
penelitian ini pada Peran Pustakawan dalam Pemanfaatan Layanan
7
Anak Sebagai Motivasi Anak dalam Belajar di Dinas Perpustakaan
dan Kearsipan Provvinsi DKI Jakarta. Fokus penelitian ini dibuat agar
tidak melebar dari apa yang diteliti sehingga maksud dan tujuan yang
ingin disampaikan dapat tersampaikan dengan baik oleh pembaca.
2. Perumusan Masalah
Dari pembatasan masalah di atas, penulis menyusun rumusan
masalah pada penelitian ini yaitu Bagaimana Peran Pustakawan dalam
Pemanfaatan Layanan Anak Sebagai Motivasi Belajar Anak di Dinas
Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi DKI Jakarta, dengan pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
a. Bagaimana peran pustakawan dalam memotivasi anak belajar
dengan memberikan pujian dan perhatian?
b. Bagaimana peran pustakawan dalam memotivasi anak belajar
dengan memberikan fasilitas dan hadiah?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas penelitian ini ditujukan untuk
mengetahui bagaimana peran pustakawan dalam pemanfaatan layanan
anak sebagai motivasi belajar anak di Dinas Perpustakaan dan
Kearsipan Provinsi DKI Jakarta. Dengan melihat peran pustakawan
dalam memotivasi anak belajar melalui:
a. Pemberian pujian dan perhatian
b. Pemberian fasilitas dan hadiah
8
2. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas penelitian ini diharapkan
mampu memberikan manfaat sebagai berikut:
a. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan
bagi perkembangan ilmu perpustakaan, khususnya mengenai
layanan anak di perpustakaan umum.
b. Secara praktis, penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan
dan memberikan kontribusi pemikiran bagi Dispusip DKI Jakarta
khususnya dalam melakukan penyelenggaraan layanan anak.
D. Definisi Istilah
1. Peran Pustakawan
Peran adalah kondisi dimana pustakawan turut serta dalam proses
belajar anak atau pemustaka anak dengan memberikan perhatian
sehingga anak termotivasi untuk belajar.
2. Pemanfaatan Layanan Anak
Pemanfaatan layanan anak adalah bagaimana cara seseorang dalam
memanfaatkan layanan anak agar dapat menjadi sesuatu yang
bermanfaat.
3. Motivasi Belajar
Motivasi belajar adalah segala hal yang mampu menggerakkan
seseorang atau memberi dorongan untuk belajar dan mencapai tujuan
belajar tersebut.
4. Perpustakaan Umum
9
Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang didirikan dan dibiayai
oleh pemerintah di mana keberadaannya diperuntukkan bagi setiap
lapisan masyarakat tanpa membeda-bedakannya ke dalam golongan
untuk dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
E. Penelitian Terdahulu
Pada penelitian ini, penulis menemukan hubungan antara penelitian-
penelitian terdahulu yang berkaitan dengan topik pembahasan, bahkan
memberi inspirasi dan mendasari penelitian yang dilakukan oleh penulis.
Penelitian tersebut dilakukan oleh:
1. Nur Laela Fitriana (2016) mahasiswi Program Studi Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN
Purwokerto dengan judul penelitiannya “Peran Orang Tua dalam
Meningkatkan Motivasi Belajar pada Siswa MI Ma’arif NU 02
Babakan Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas.”
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran orang tua dalam
meningkatkan motivasi belajar pada siswa MI Ma’arif NU 02 Babakan.
Bentuk peran orang tua dalam meningkatkan motivasi belajar siswa
meliputi perhatian pada proses belajar anak, pemberian pengertian
tentang cita-cita, pemberian hadiah dan hukuman, dan penyediaan
fasilitas belajar. Hasil penelitian mengenai peran orang tua dalam
meningkatkan motivasi belajar pada siswa MI Ma’arif NU 02 Babakan
adalah peran orang tua dalam meningkatkan motivasi belajar antara lain
dengan memperhatikan proses belajar anak, memberikan pengertian
10
bahwa dengan belajar cita- cita anak akan tercapai, memberikan hadiah
dan hukuman, dan menyediakan fasilitas belajar. Persamaan penelitian
yang dilakukan peneliti sebelumnya yaitu sama-sama membahas
tentang peran yang dilakukan oleh orang lain dalam meningkatkan
motivasi belajar anak namun yang menjadi perbedaannya adalah
peneliti kali ini melihat lebih dalam bagaimana motivasi belajar itu
diberikan oleh pustakawan anak dengan memanfaatkan layanan anak di
perpustakaan umum.
2. Ayatul Isnain (2016) mahasiswi Program Studi Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Maulana
Malik Ibrahim Malang dengan judul penelitiannya “Optimalisasi
Layanan Perpustakaan untuk Peningkatan Motivasi Minat Baca di
MIN 2 Malang.” Skripsi ini membahas tentang pentingnya
pengelolaan sarana serta koleksi perpustakaan sekolah sebagai sarana
atau sumber belajar siswa dalam mengoptimalkan minat dan motivasi
belajar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
optimalisasi perpustakaan seklah MIN 2 Malang dan untuk
mendeskripsikan peningkatan motivasi minat baca di MIN 2 Malang.
Berdasarkan penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa perpustakaan
sekolah MIN 2 Malang telah melakukan optimalisasi perpustakaan dari
segi layanan, koleksi, fasilitas, dan pustakawan yang profesional. Selain
itu dapat juga diketahui bahwa minat dan motivasi membaca di
perpustakaan sekolah MIN 2 Malang sudah sangat bagus bahkan
11
perpustakaan dimanfaatkan pula sebagai media yang dapat memotivasi
anak untuk membaca. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang
penulis lakukan yaitu sama-sama membahas tentang layanan anak di
perpustakaan dalam hal meningkatkan minat dan motivasi anak dalam
membaca, namun yang menjadi perbedaan adalah penulis melakukan
penelitian di perpustakaan umum dan memfokuskan pada pemanfaatan
layanan anak sebagai motivasi belajar anak dengan melihat peran yang
dilakukan oleh pustakawan dan petugas layanan anak itu sendiri.
F. Struktur Penulisan
Untuk mempermudah mengetahui secara keseluruhan dalam
menyampaikan skripsi ini maka disusun suatu sistematika pembahasan,
sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Bab ini berisi latar belakang masalah, pembatasan
dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
definisi istilah, penelitian terdahulu, dan sistematika
penelitian.
Bab II Tinjauan Literatur
Bab ini berisi kajian teori yang membahas tentang
landasan teoritis terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
masalah yang hendak diteliti yaitu tentang definisi peran
pustakawan, pemanfaatan layanan anak, motivasi belajar,
perpustakaan umum.
12
Bab III Metode Penelitian
Bab ini berisi metodologi penelitian yang berkaitan
dengan jenis dan pendekatan penenelitian, sumber data,
pemilihan informan, teknik pengumpulan data, dan teknik
analisis data yang digunakan oleh penulis.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab ini mengemukakan tahapan penelitian, hasil
penelitian, pembahasan tentang profil dari objek penelitian
yaitu profil Dispusip DKI Jakarta yang terdiri atas sejarah
singkat, visi misi, struktur organisasi, area dan kegiatan
pada layanan anak Dispusip DKI Jakarta serta pembahasan
lain yang terkait dengan layanan anak.
Bab V Penutup
Bab terakhir ini berisi kesimpulan dari pembahasan
penelitian yang dilakukan oleh penulis, serta berisi saran
yang membangun untuk Dispusip DKI Jakarta.
13
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
A. Peran Pustakawan
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan ada pada diri
seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal
maupun non formal. Menurut Oemar Hamalik, peran adalah pola tingkah
laku tertentu yang merupakan ciri khas semua tugas dari pekerjaan atau
jabatan tertentu.5Secara lebih singkat peran adalahtindakan yang dilakukan
oleh seseorang di dalam suatu peristiwa.Seseorangdikatakan telah
menjalankan suatu peran apabila dia telah melaksanakan suatu hakdan
kewajiban seperti yang seharusnya, begitu juga peran pustakawan dalam
memotivasi pemustaka anak belajar.
Pustakawan ialah seorang profesional yang pekerjaannya terkait erat
dengan dunia perpustakaan. Secara lebih jelas pustakawan adalah seorang
individu, yang melakukan kegiatan mulaidari fungsi perpustakaan,
dokumentasi dan informasi dengan memberikan layanan kepada
masyarakat sesuai dengan tujuan utama organisasi, berdasarkan
pengetahuannya sendiri tentang perpustakaan, dokumentasi, dan ilmu
informasi yang telah diperoleh melalui pendidikan.6
Hal yang ditawarkan dari pustakawan adalah jasa informasi kepada
masyarakat, sehingga perpustakaan dan pustakawan harus berada di
5Oemar Hamalik, Psikologi Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2007), h.
33. 6IFLA, ―Code of Ethics for Librarians,‖ n.d., diakses pada 4 Juli 2018 melalui
<https://www.ifla.org/files/assets/faife/codesofethics/indonesia.pdf.>
14
tengah-tengah masyarakat serta membangun hubungan yang harmonis
demi tercapainya keberhasilan profesi dan juga organisasi.7 Sejalan dengan
hal tersebut, keberadaan perpustakaan umum bertujuan untuk memberikan
akses informasi yang mudah hingga sumber daya rekreasi bagi masyarakat.
Perpustakaan tanpa pustakawan hanya tempat sekumpulan buku,
pustakawanlah yang menyatukan semuanya.Peran pustakawan tidak
terlepas dari peran institusi itu sendiri yang mana job descriptionnya tidak
dapat dipisahkan dari tujuan perpustakaan. Di antara peran pustakawan
yang dikutip oleh Chusnul Chatimah ialahberperan dalam keseluruhan
proses transformasi informasi dan yang paling utama ialah menyediakan
dan menyampaikan informasi kepada masyarakat sekaligus sebagai
mediator informasi, mediator dalam belajar, mediator dalam pelestarian
budaya, pembimbing pembelajaran, mediator bagi masa lalu, kini, dan
yang akan datang, serta fasilitator dalam pembinaan minat baca.8
Pustakawan terbagi menjadi beberapa macam, salah satunya dan
yang akan dibahas pada penelitian ini adalah pustakawan anak. Menurut
Levine Clark seperti yang dikutip Suci Lestari pustakawan anak
(children’s librarian) adalah seorang pustakawan yang bertanggung jawab
untuk mengembangkan dan menyediakan layanan dan koleksi untuk anak-
7Zulfikar Zen, ―Pustakawan Dan Kode Etiknya,‖ Jurnal Ikatan Pustakawan Indonesia, 1
(2014): h. 1–9. Diakses pada 4 Juli 2018 melalui
<http://ipi.web.id/jurnal/index.php/jurnalipi/article/view/30/15> 8Chusnul Chatimah and Taufiq Mathar, ―Peran Pustakawan Dalam Meningkatkan Kinerja
Perpustakaan,‖ Jurnal Khizanah Al-Hikmah, 3 (2015): h. 101–11. Diakses pada 5 Juli 2018
melalui
<https://www.researchgate.net/publication/315931001_Peran_Pustakawan_dalam_Meningkatkan_
Kinerja_Perpustakaan_Studi_Kasus_di_Perpustakaan_MAN_I_Makassar>
15
anak. 9 Pustakawan anak khususnya memiliki peran tersendiri dalam
menentukan koleksi bacaan anak, memberikan bimbingan membaca,
bimbingan referensi, melakukan book talk, dan juga storytelling.10
Dalam General Guidelines for Facilitating a Library Activity
Sessiondisebutkan bahwa rewards yang diberikan selama melakukan
kegiatan di perpustakaan terbukti bermanfaat untuk memotivasi pemustaka
anak dan menjaga perilaku mereka untuk tetap mengerjakan apa yang
diperintahkan.11
Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat bahwa yang
terpenting dari seorang pustakawan adalah kreativitas dalam melakukan
berbagai macam kegiatan untuk memotivasi anak belajar seperti yang telah
disebutkan di atas.
Selain pemberian rewards, dalam General Guidelines for
Facilitating a Library Activity Sessiondisebutkan pula salah satu cara
membuat pemustaka anak berperan aktif dalam kegiatan yang dilakukan di
perpustakaan adalah melalui pemberian pujian. Hal ini juga merupakan
cara menerapkan dorongan untuk perilaku positif dan juga cara mengatasi
gangguan-gangguan yang terjadi selama proses berlangsungnya
9Suci Lestari and Malta Nelisa, ―Peran Pustakawan Dalam Memotivasi Anak Usia Dini
Memanfaatkan Layanan Anak Di Badan Perpustakaan Dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat,‖
Jurnal Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan, 4 (2015), diakses pada 10 Juli 2018 melalui
<http://ejournal.unp.ac.id/index.php/iipk/article/view/5142/4039.> 10
Binnie L. Tate, ―The Role of the Children’s Librarian in Serving the Disadvantaged,‖
n.d., h. 392–404. Diakses pada 2 Agustus 2018 melalui
<https://core.ac.uk/download/pdf/4815941.pdf> 11
―Facilitating Library Activity Sessions for Children,‖ Ask About Ireland (blog), diakses
pada 22 Oktober, 2018, melalui <http://www.askaboutireland.ie/libraries/books-and-
reading/childrens-literacy-skills/ideas-for-library-activit/Facilitating-library-activity-sessions-for-
children.pdf.>
16
kegiatanbelajar.12
Pemberiannya dapat dilakukan dengan mengatakan
pujian verbal seperti ―bagus‖, ―hebat kamu‖ atau secara non verbal seperti
melakukan high-five.
Pujian merupakan hal yang umum dilakukan dalam proses
pembelajaran, yang penerapannya pun relevan untuk diterapkan di
perpustakaan. Pemberian pujian yang tulus dikombinasikan dengan
dorongan yang terfokus pada usaha serta kerja keras anak dapat
memberikan dampak yang positif dalam memotivasi pemustaka
anak.13
Dengan begitu juga pustakawan dapat memberikan nilai edukasi
kepada anak terkait hal-hal apa saja yang baik dan juga benar.14
Selain itu disebutkan pula peran pustakawan disamping mengelola
operasional sehari-hari perpustakaan, yakni sebagai berikut:15
a. Membantu pemustaka, banyak pengunjung perpustakaan hanya ingin
menelusuri koleksi perpustakaan untuk membuat pilihan mereka.
Koleksi yang terorganisir dengan baik dan menarik merupakan
keharusan. Buku harus disusun rapih dan dalam urutan yang benar
untuk mempermudah akses pemustaka. Selalu bersiap untuk
memberikan perhatian kepada pemustaka dengan menyarankan ―apa
yang harus dibaca berikutnya‖, atau ―apa yang harus dilakukan
12
Ibid. 13
Sherry R. Crow dan Ruth V. Small, ―Developing the Motivation within: Using Praise
and Rewards Effectively,‖ School Library Monthly, 27 (2011): h. 5–7. Diakses pada 20 Oktober
2018 melalui
<https://www.researchgate.net/publication/234645804_Developing_the_Motivation_within_Using
_Praise_and_Rewards_Effectively> 14
Kartini Kartono, Peranan Keluarga Memandu Anak (Jakarta: Rajawali, 1992), h. 23. 15
―Your Role as Librarian,‖ 2017, diakses pada 2 Agustus 2018 melalui
<http://www.plconnect.slq.qld.gov.au/services/rural-libraries-queensland/manual/your-
role#what.>
17
selanjutnya.‖ Perhatian terdiri dari berbagai macam, namun intinya
adalahwujud ungkapan jiwa seseorang dalam memberikan reaksi pada
suatu objek yang bersifat individu pun berkelompok secara langsung
ataupun tidak langsung. Perhatian seperti yang telah disebutkan di atas
adalah bentuk perhatian yang diberikan oleh pustakawan terkait
kegiatan belajar.
b. Menjaga perpustakaan tampak menarik dan rapih, dengan menjadikan
perpustakaan menarik dan mengundang pemustaka bahkan dari saat
pertama pemustaka masuk ke area. Untuk koleksi dan setiap sudut
corner dijaga agar terhindar dari debu, agar pemustaka merasa
nyaman dalam menemukan koleksi. Hal yang dapat dilakukan dalam
membuat penampilan perpustakaan menarik adalah pustakawan dapat
mendekor setiap corner dengan warna-warna cerah dan
memperhatikan tata letak.
c. Mempromosikan perpustakaan di dalam komunitas, dengan
bekerjasama dengan komunitas ataupun sekolah.
d. Terlibat dalam penyediaan berbagai kegiatan untuk segala usia, tidak
terkecuali anak-anak. Melakukan berbagai macam kegiatan yang
sudah disebutkan di atas. Selain itu dalam setiap kegiatan ini,
pustakawan juga dapat mempromosikan perpustakaan dengan
memasukkan foto-foto kegiatan di media sosial yang sedang ramai
dikalangan masyarakat.
18
e. Menjaga standar koleksi melalui permintaan dan pertukaran dengan
pengembangan perpustakaan publik SLQ.
Di sisi lain, Suherman menyebutkan peran pustakawan ialah,
―melakukan transformasi dari potential user menjadi actual
user.‖ 16 Artinya pustakawan harus melakukan berbagai upaya untuk
menarik masyarakat ke perpustakaan atau mengajak masyarakat untuk
terbiasa untuk membaca buku. Agar pemustaka terbiasa membaca buku,
pustakawan dapat melakukan berbagai macam kegiatan seperti yang telah
disebutkan di atas.
Selain itu, sebagai layanan yang dijalankan oleh seorang professional
dibutuhkan pustakawan anak yang terlatih serta berkomitmen dengan
anak-anak. Menurut International Federation of Library Association and
Institution (IFLA) dalam Guidelines for Children’s Library, terdapat
beberapa kemampuan yang diharapkan ada pada pustakawan anak, yaitu:17
a. Antusias
b. Memiliki kemampuan komunikasi yang baik, kemampuan
interpersonal, kerjasama tim serta kemampuan memecahkan masalah
c. Memiliki kemampuan untuk berjejaring dan bekerja sama
d. Memiliki kemampuan untuk berinisiatif, fleksibel, dan terbuka untuk
perubahan
16
Suherman, Pustakawan Inspriratif(Bandung: MQS Publishing, 2011), h. 12. 17
IFLA, Guidelines for Children Library Services: Libraries for Children and Young
Adults Section (Croatia: IFLA, 2003). h. 13
19
e. Memiliki kemampuan untuk menganalisis kebutuhan pemustaka,
merencanakan, mengelola, dan mengevaluasi layanan dan program
yang dijalankan
f. Memiliki keinginan yang kuat untuk mempelajari keahlian baru serta
berkembang secara professional
Berdasarkan hal yang disebutkan di atas. Berikut tips-tips yang dapat
dilakukan dalam melakukan kegiatan dengan pemustka anak agar kegiatan
yang dilakukan dapat lebih menyenangkan:18
a. Antusias, tunjukkan kepada pemustaka anak bahwa menghabiskan
waktu bersama mereka itu menyenangkan.
b. Buat permainan, anak-anak suka melibatkan permainan dalam
aktivitasnya. Dalam permaianan tersebut dorong pemustaka anak
untuk mencapai tujuan dan melakukan yang terbaik. Misalnya dengan
kata-kata penyemangat.
c. Berikan pemustaka anak peran yang aktif, anak-anak merespon lebih
baik dengan dirinya dibandingkan hanya dengan mendengarkan.
Berikan peran kepada pemustaka anak untuk menjadi tokoh dalam
cerita.
d. Sediakan pengalaman yang nyata, hal ini dapat dilakukan dengan
membahas sesuatu yang sudah dialami oleh pemustaka anak.
18
―Facilitating Library Activity Sessions for Children,‖ Ask About Ireland (blog), diakses
pada 22 Oktober, 2018, melalui <http://www.askaboutireland.ie/libraries/books-and-
reading/childrens-literacy-skills/ideas-for-library-activit/Facilitating-library-activity-sessions-for-
children.pdf.>
20
e. Gunakan warna yang menarik, anak-anak umumnya akan merasa
cepat bosan ketika melakuka aktivitas belajar. Oleh karenanya
gunakan posters, postcard, dan storyboard yang berwarna untuk
menjaga perhatian mereka terhadap aktivitas yang sedang berlangsung.
f. Tegas dan konsisten. Hal ini terkait dengan perilaku yang
dilakukan.Jika menegur atau memberikan penghargaan kepada satu
pemustaka anak untuk jenis perilaku tertentumaka harus konsisten
dilakukan terhadap semua pemustaka anak dan tindakan mereka.
Sebagai seorang pustakawan anak, tentunya juga membutuhkan
pengetahuan dan pemahaman tentang hal-hal sebagai berikut yang akan
berguna dalam menajalankan tugasnya:19
a. Psikologi dan perkembangan anak;
b. Teori perkembangan membaca dan promosi;
c. Peluang seni dan budaya;
d. Sastra untuk anak-anak di buku-buku dan media terkait.
Secara keseluruhan berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat
diketahui bahwa pustakawan anak adalah seseorang yang bertanggung
jawab dalam segala hal yang berada di layanan anak dengan berbekal
keahlian-keahlian khusus. Yang mana memiliki peran sangat penting
dalam keberlangsungan layanan anak serta pencapaian tujuan dari
perpustakaan itu sendiri. Ketika berada di perpustakaan kedudukan
pustakawan dapat dikatakan hampir sama dengan orang tua, dimana
19
Ibid, h. 13
21
pustakawan juga mendidik anak, memotivasi anak agar mau belajar,
memberikan fasilitas seperti buku, mainan dll., serta memberikan
bimbingan baik dalam penggunaan layanan maupun bimbingan belajar.
Oleh karena itu, dalam menjalankan peranannya pustakawan harus
mampu menarik minat anak-anak untuk memanfaatkan layanan anak,
misalnya dengan memberikan petunjuk, memberikan referensi,
mengadakan book talk, bercerita, menulis, membaca puisi, memutarkan
film, memberikan permainan, dll. Hal-hal tersebut merupakan salah satu
cara yang efektif dalam menarik perhatian pemustaka anak.
B. Pemanfaatan Layanan Anak dan Perpustakaan Umum
1. Pemanfaatan Layanan Anak
Menurut kamus besar bahasa Indonesia pemanfaatan merupakan
turunan dari kata manfaat yang berarti guna dan faedah. Sedangkan
pemanfaatan secara umum adalah cara dalam memanfaatkan sesuatu
yang memiliki hasil yang berguna. 20 Dalam konteks layanan anak,
pemanfaatan dapat diartikan sebagai suatu tindakan yang dilakukan
oleh pemustaka anak dalam melakukan suatu kegiatan pada layanan
anak di bawah arahan dari orang tua atau staf yang diharapkan dapat
menambah pengetahuan bagi para pemustaka anak.
a. Pengertian Layanan Anak
Joan M. Reitz memberikan penjelasannya mengenai
pengertian layanan anak yakni sebagai berikut,
20
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa
(Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2008), h. 711.
22
“pelayanan perpustakaan yang ditujukan untuk anak sampai
dengan umur 12-13 tahun, di dalamnya termasuk
pengembangan koleksi anak muda, lapsit services,
mendongeng, membantu pengajaran dalam pengerjaan tugas
atau pekerjaan rumah, program summer reading, yang
biasanya disediakan oleh pustakawan anak di ruang anak
yang ada pada perpustakaan umum.”21
Akinawa seperti yang dikutip oleh Akanwa mengartikan
―perpustakaan anak sebagai bagian dari perpustakaan unum yang
menyediakan buku, berbagai macam kegiatan, dan sumber belajar
lainnya secara gratis tanpa dipungut biaya untuk semua golongan
yang sesuai. Tidak hanya menyediakan koleksi, layanan anak di
perpustakaan juga menyediakan pustakawan yang akan memandu
pemustaka anak dalam memilih buku atau program yang
diinginkan.‖22
Menurut McColvin,―menghabiskan waktu selama satu
sampai dua jam untuk memilih buku di rak perpustakaan bisa
menjadi sebuah pengalaman yang menyenangkan bahkan dapat
memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk membaca dalam
suasana dan kondisi yang lebih menyenangkan daripada di
rumah.‖23 Selain itu Mc Colvin juga mengatakan bahwa keberadaan
layanan anak di perpustakaan adalah untuk mendorong anak-anak
untuk menyukai hubungannya dengan buku, dimulai dari
21
Joan M.Reitz, Dictionary for Library and Information Science (Amerika: Libraries
Unlimited, 2004), h.137. 22
Pearl C. Akanwa, ―Public Library Services in Rural Area,‖ e-journal Libary Philosophy
and Practice, (2013). Diakses pada 4 April 2018 melalui
<http://digitalcommons.unl.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=2491&context=libphilprac> 23
LionelR. McColvin, Public Library Service for Children (France: UNESCO, 1957),
h.17.
23
pengenalan huruf dan gambar sampai nanti ketika dewasa dapat
memenuhi kebutuhan dengan kebebasan untuk memilih namun
juga di bawah bimbingan apabila diperlukan.24
Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
layanan anak merupakan layanan yang khsusu disediakan untuk
anak-anak mulai dari usia pra sekolah sampai dengan usia 13 tahun
yang di dalamnya terdapat berbagai macam koleksi yang dapat
menunjang kecerdasan anak pada masa pertumbuhannya dengan
berbagai kegiatan yang tentunya juga menyenangkan. Sebagai
layanan yang dilayankan, layanan anak tentu memiliki tujuan dan
sasaran kepada siapa layanan ini ditujukan dan untuk apa layanan
ini dilayankan.
b. Tujuan dan Sasaran Layanan Anak
Menurut IFLA Guidelines for Children Library Services,
tujuan keberadaan layanan anak adalah untuk:25
1) Memfasilitasi hak anak dalam hal: informasi, fungsional,
visual, digital dan literasi media, pengembangan kebudayaan,
pengembangan minat baca, pembelajaran seumur hidup, dan
program kreatif pada saat waktu luang
2) Menyediakan akses terbuka yang memadai untuk sumber daya
dan media kepada anak-anak
24
Ibid, h.15. 25
IFLA, Guidelines for Children Library Services: Libraries for Children and Young
Adults Section, h. 7.
24
3) Menyediakan berbagai kegiatan untuk anak, orang tua atau
pengasuh
4) Memfasilitasi keluarga untuk masuk dalam komunitas
masyarakat
5) Memberdayakan serta mendukung kebebasan dan keamanan
anak-anak
6) Mendorong anak agar tumbuh menjadi anak yang percaya diri
dan kompeten
7) Memperjuangkan perdamaian dunia demi masa depan anak-
anak
Menurut Guideliness for Children Libraries Services yang
diterbitkan oleh IFLA, kelompok sasaran untuk layanan anak di
perpustakaan adalah:26
1) Bayi usia 0-12 bulan dan bayi 12 bulan-3 tahun
2) Anak-anak pra sekolah
3) Anak usia sekolah sampai dengan usia 13 tahun
4) Kelompok berkebutuhan khusus
5) Orangtua dan anggota keluarga lainnya
6) Pengasuh
7) Orang dewasa lainnya yang bekerja dengan anak-anak, buku
dan media
26
Ibid, h. 6.
25
Meskipun rentang usia pada layanan anak sampai dengan anak
berusia 13 tahun, namun pada penelitian kali ini penulis akan lebih
terfokus pada anak usia 3-6 tahun yang masih sangat bergantung
kepada orang-orang disekitarnya dalam hal menemukan informasi
termasuk pustakawan.
Layanan anak di sebuah perpustakaan mengandung unsur-
unsur di dalamnya yang mendukung keberadaan dari layanan anak
itu sendiri, unsur-unsur dalam layanan anak juga menjadi daya tarik
tersendiri bagi para pemustaka anak.
c. Unsur Layanan Anak
Unsur layanan anak adalah apa-apa saja yang terdapat pada
layanan anak, diantaranya yaitu:
1) Koleksi
Koleksi bahan pustaka ialah segala yang tersedia di
perpustakaan dan siap dilayankan kepada pemustaka. Koleksi
perpustakaan secara umum dapat dibedakan menjadi koleksi
karya cetak seperti buku, majalah, surat kabar, koleksi karya
non cetak seperti kaset, rekaman audio dan video, koleksi
mikro seperti microfilm dan mikrofis, koleksi elektronik
seperti disket, koleksi yang diasosiasikan dengan computer,
serta koleksi ebook.27
27
Sulistyo Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan (Tangerang Selatan: Universitas
Terbuka, 2013), h. 1.5.
26
Koleksi pada layanan anak tentunya tentunya berbeda
dengan koleksi untuk remaja dan orang dewasa untuk itu
koleksi cetak maupun non cetak pada layanan anak harus
disesuaikan dengan kebutuhan anak, karena koleksi juga
menjadi bagian terpenting dari sebuah perpustakaan yang
dapat menentukan baik atau tidaknya perpustakaan itu sendiri.
Koleksi pada layanan anak menurut IFLA Guidelines for
Children Libraries Service harus menyertakan berbagai macam
koleksi dengan berbagai jenis yang sesuai dengan usia anak,
termasuk di antaranya koleksi cetak (buku, majalah, komik,
dan brosur), media (CD, DVD, kaset), mainan anak, permainan
edukatif yang mendidik, komputer, perangkat lunak untuk
anak dan koneksi internet yang diharapkan mampu memotivasi
anak dalam proses pembelajaran.28
Teruntuk koleksi anak khususnya koleksi tercetak,
bentuk dan jenisnya lebih beragam dibandingkan dengan buku
untuk remaja dan orang dewasa, hal ini dikarenakan diperlukan
strategi khusus untuk menarik perhatian anak untuk mau
membaca. Strategi tersebut disiasati dengan menyediakan
koleksi buku yang menarik seperti buku karton tebal (board
book), buku lagu anak, buku mengenal alfabet, belajar
berhitung, buku bergambar untuk belajar membaca, buku
28
IFLA, Guidelines for Children Library Services: Libraries for Children and Young
Adults Section, h.9.
27
bergambar untuk belajar konsep (picture book), dan buku
cerita bergambar (picture story book).
Dilihat dari isi kandungannya, materi yang ada dalam
buku anak dapat dikategorikan menjadi dua yaitu, fiksi dan
non fiksi. Fiksi merupakan buku yang berisi rekaan dari
penulis itu sendiri sedangkan non fiksi ialah buah pemikiram
dan pengamatan dari penulis.
Selain menyediakan koleksi buku bacaan, koleksi pada
layanan anak juga harus menyeimbangkan dunia anak-anak
yang menyenangkan dan penuh dengan bermain. Hal ini
dikarenakanbermain adalah cara anak belajar. Untuk itu, selain
menyediakan koleksi buku, layanan anak juga harus
menyediakan koleksi mainan anak.Koleksi mainan anak
berguna untuk perkembangan motorik halus dan juga motorik
kasar anak.
Apabila koleksi perpustakaan pada bagian layanan anak
sudah mumpuni, ada baiknya pula jika didukung dengan
fasilitas-fasilitas yang mumpuni.
2) Fasilitas
Masa anak-anak merupakan masa keemasan (golden age)
yang sudah sepantasnya diisi dengan hal-hal positif dan juga
kegiatan-kegiatan menarik yang sesuai dengan minat dan bakat
sehingga dapat menunjang anak-anak dalam masa
28
perkembangannya. Oleh karenanya fasilitas yang mumpuni dalam
menunjang masa-masa emas tersebut sangat lah
diperlukan.Fasilitas yang disediakan perpustakaan dan pustakawan
dapat menjadi daya tarik sendiri bagi para pemustaka untuk datang
berkunjung
Fasilitas merupakan merupakan segala perlengkapan yang
memudahkan pemustaka dalam memanfaatkan perpustakaan, juga
dalam memperlancar kegiatan pustakawan dalam mengolah
perpustakaan.29Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa
fasilitas merupakan sarana dan prasarana yang ada disediakan dan
harus diperhatikan demi menunjang kegiatan yang dilakukan di
perpustakaan.
Fasilitas yang disediakan oleh perpustakaan dapat lebih
bermanfaat apabila pemanfaatannya dikawal oleh pustakawan.
Karena itu salah satu peran pustakawan ialah sebagai fasilitator.
Pada umumnya, fasilitas yang disediakan merupakan fasilitas fisik
berupa fasilitas ruang belajar lengkap dengan meja, kursi, koleksi
buku bacaan sampai dengan koleksi mainan. Selain itu juga
menyediakan peralatan yang dibutuhkan dalam proses belajar yang
disesuaikan dengan kegiatan yang dilakukan di perpustakaan itu
sendiri misalnya alat tulis, alat menggambar dan mewarnai, dll.
29
Listiani Lawe, Syanne Harindah, dan Jonny J. Senduk, ―Peran Fasilitas Perpustakaan
Terhadap Kinerja Pustakawan di BPAD Provinsi Sulawesi Utara,‖ 3, V (2016), Diakses pada 2
Agustus 2018 melalui
<https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/actadiurna/article/view/12773/12365.>
29
Hal lain yang harus diperhatikan dalam layanan anak adalah
jenis layanan apa saja yang disediakan untuk menarik pemustaka
anak agar menjadikan layanan anak ini sebagai tempat belajar yang
menyenangkan.
3) Layanan
Layanan perpustakaan anak berorientasi pada pelayanan yang
ditujukan untuk pemustaka yang mana seluruh kegiatannya
dilakukan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan informasi
pemustaka anak. Seperti yang disebutkan dalam Panduan
Penyelenggaraan Perpustakaan Daerah, layanan yang diberikan
pada layanan anak setidaknya adalah sebagai berikut:30
a) Peminjaman Buku
Layanan ini merupakan jenis layanan paling dasar yang
harus ada di perpustakaan, kegiatan yang mencakup di
dalamnya termasuk peminjaman dan pengembalian yang biasa
disebut sirkulasi. Melalui layanan ini pemustaka bisa
mendapatkan koleksi yang diinginkan dengan terlebih dahulu
menunjukkan kartu anggota perpustakaan untuk peminjaman
yang kemudian dibaca di rumah.
b) Bimbingan Membaca
Hal ini diberikan kepada pemustaka secara perorangan
sesuai kebutuhannya akan informasi atau hiburan, dengan
30
Perpustakaan Nasional RI, PanduanPenyelenggaraan Perpustakaan Daerah (Jakarta:
Perpustakaan Nasional RI, 1992), h. 32.
30
memberikan rekomendasi buku apa yang tepat untuk dibaca.
Hal yang harus diperhatikan pada kegiatan ini adalah:
Pustakawan harus meluangkan waktu untuk memberi
perhatian pada anak-anak.
Anak-anak dilatih untuk berani meminta bantuan
mencarikan bahan bacaan atau informasi yang dibutuhkan.
Pustakawan harus memperlihatkan buku yang cocok untuk
anak-anak.
Pustakawan pada layanan ini harus mampu melihat minat
anak, buku yang disuka atau tidak disuka, kemampuan
membaca pada anak yang berbeda, dan buku yang cocok
untuk anak.
c) Layanan Rujukan
Layanan rujukan atau referensi ialah jasa perpustakaan
dalam memberikan informasi berdasarkan referensi pada
pemakai.31 Pustakawan yang berada pada layanan ini harus
mampu menjawab pertanyaan dari para pemustaka dan
membantu pemustaka dalam menemukan informasi yang
dibutuhkan.
d) Layanan Belajar
Perpustakaan merupakan tempat untuk belajar dan
menambah ilmu pengetahuan, karenaya sudah semestinya
31
Sulistyo Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan (Tangerang Selatan: Universitas
Terbuka, 2013), h.7.14.
31
menyediakan layanan belajar ini berupa sebuah ruang belajar
atau disebut juga study carrel yang diperuntukkan bagi para
pemustaka yang menginginkan tempat tenang untuk belajar.
Aktivitas yang dapat dilakukan dalam belajar seperti yang
dikatakan oleh Paul B. Diedrich antara lain, yaitu membaca,
menggambar, memperhatikan gambar, bertanya, memberikan
saran, menulis cerita, karangan, mencatat, mendengarkan, dan
berbicara.32
e) Bercerita
Layanan bercerita atau mendongeng atau dalam bahasa
Inggris storytelling ini merupakan layanan tambahan yang
dapat menjadi strategi tersendiri untuk menarik perhatian
pemustaka anak. Mendongeng adalah kegiatan bercerita yang
dapat dilakukan dengan menggunakan teks atau tidak
menggunakan teks. Komitmen perpustakaan untuk
mendongeng bukan hanya tradisi masa lalu tetapi sebuah
praktek yang harus terus dilestarikan dengan menampilkan
cerita tradisional maupun pribadi untuk memperluas cakupan
pendengar yang mendengarkan.33
32
Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, 1st ed. (Jakarta: Rajawali,
1990). h. 43. 33
Del Negro M. Janice, ―Storytelling in Libraries,‖ Storytelling, Self, Society, 12 (2016):
h. 1–3. Diakses pada 23 Februari 2018 melalui
<https://search.proquest.com/openview/34eb3ff3a7d285a2edb864c1c2849b1c/1.pdf?pq-
origsite=gscholar&cbl=2034460>
32
Membacakan dongeng kepada anak dapat menumbuhkan
minat baca sejak dini yang sangat penting peranannya dalam
kehidupan anak. Storytelling di perpustakaan tumbuh dari
menghubungkan pendengar ke dalam cerita, untuk
menghubungkan pendengar dengan budaya mereka sendiri dan
budaya orang lain, dan juga untuk menghubungkan para
pendengar satu sama lain.34
Kegiatan mendongeng ini sangat digemari oleh anak-
anak, terutama usia balita dan jenjang awal sekolah dasar yang
tidak dapat dipaksakan untuk membaca buku. Namun melalui
kegiatan mendongeng ini anak tetap bisa menikmati dan
memahami isi cerita meski pun dengan perantara pendongeng
atau storyteller. Oleh karenanya pelaksanan kegiatan ini
sebaiknya dilakukan secara berkala dengan memiliki
jadwalnya tersendiri agar anak-anak mudah untuk
mengetahuinya.
f) Mainan Anak
Pada masa perkembangan kecerdasannya anak-anak
membutuhkan media untuk merangsang kecerdasannya
tersebut salah satunya dengan mainan. Mainan yang disediakan
pada layanan anak tentunya harus menarik dan teruji aman
digunakan oleh pemustaka anak. Mainan yang bagus dapat
34
Ibid.
33
melatih imajinasi dan menumbuhkan kreatifitas anak yang
sangat dibutuhkan seiring dengan masa pertumbuhannya.
Karenya dalam pemilihan mainan anak di layanan anak sebuah
perpustakaan harus diperhatikan, mainan edukatif seperti lego,
puzzle, catur, monopoli, balok, halma, dll. yang juga dapat
melatih kecerdasan intelektual anak sangat disarankan.
2. Layanan Anak di Perpustakaan Umum
Sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 50
hingga 60 persen dari seluruh pengguna perpustakaan umum adalah
kaum muda. Dalam sebuah survei yang dilakukan pada tahun 1995
oleh Pusat Nasional untuk Statistik Pendidikan, misalnya, disebutkan
pustakawan memperkirakan bahwa 35 persen dari pengguna mereka
adalah anak-anak di bawah usia sebelas tahun, sementara 23 persen
berusia dua belas sampai delapan belas tahun.35
Terdapat berbagai alasan mengapa anak membutuhkan
perpustakaan khusunya layanan anak, yaitu:36
a. Kebutuhan informasi, perpustakaan umum menyediakan koleksi
buku dan non-buku untuk memperkaya kehidupan pemustaka anak,
memberikan kesempatan untuk belajar dan peka dengan
lingkungan sosial, ekonomi, dan perkembangan dunia sains.
35
Virginia A. Walter, ―Public Library Service to Children and Teens: A Research
Agenda,‖ Library Trends, 51 (2003): h. 571–89. Diakses pada 22 Juni 2018 melalui
<https://pdfs.semanticscholar.org/0e49/c314300d1a528ede5af1d612705f8ef9950c.pdf> 36
Pearl C. Akanwa, ―Public Library Services in Rural Area.‖ Diakses pada 4 April 2018
melalui <http://digitalcommons.unl.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=2491&context=libphilprac>
34
b. Tambahan pengetahuan, penggunaan perpustakaan yang baik akan
membantu anak-anak untuk tumbuh menuju pengetahuan yang
berpengetahuan layaknya orang dewasa.
c. Mengembangkan kemampuan membaca, melalui layanan seperti
diskusi buku, kompetisi membaca, dan bercerita dapat menamkan
kebiasaan membaca dalam diri anak yang akan berguna sepanjang
hidupnya.
d. Mengetahui pengetahuan tentang budaya, memalui koleksi yang
ada anak dapat belajar tentang budaya, tradisi, dan norma yang
berlaku pada masyarakat.
e. Belajar menggunakan perpustakaan, hal ini merupakan semacam
perkenalan lebih dalam lagi dengan perpustakaan agar anak-anak
merasa nyaman berada di perpustakaan.
f. Memperoleh kemampuan tambahan, keterampilan ini salah satunya
adalah kemampuan dalam menyeleksi informasi yang paling
relevean dari berbagai macam sumber yang ada.
g. Memperkenalkan kemampuan IT, hal ini sangat dibutuhkan untuk
mengahadapi kehidupan di era yang modern agar tidak tertinggal.
Karenanya layanan anak di perpustakaan umum harus
menyediakan materi dan kegiatan yang beragam, yang mampu
memberikan tidak hanya pengetahuan tapi juga kesempatan bagi anak-
anak untuk mengalami kegembiraan dari kegiatan belajar serta tidak
lupa pula kegiatan yang mampu mengembangkan imajinasi. Selain itu,
35
menyediakan koleksi dan memberikan layanan yang baik dan sesuai
kebutuhan anak akan membuat anak-anak nyaman berlama-lama
berada di perpustakaan untuk melakukan kegiatan belajar.
Dalam memanfaatkan layanan anak, pemustaka anak dan orang
tuanya memerlukan bimbingan agar tujuan dari layanan ini menjadi
tepat sasaran. IFLA Public Library Manifesto mengatakan terdapat
tiga misi perpustakaan umum yang berkaitan dengan anak, yaitu
diantaranya:37
a. Menciptakan dan menggalakan gemar membaca pada anak usia
dini
b. Mengembangkan kreativitas dan imajinasi anak
c. Mendukung dan berpartisipasi pada aktifitas dan program literasi
untuk semua kelompok umur
Sebagai perpustakaan yang memiliki tanggung jawab khusus
untuk memberikan layanan anak perpustakaan umum harus
mendukung proses pembelajaran membaca, mempromosikan buku
dan media lain untuk anak. Layanan anak juga harus menyediakan
kegiatan khusus untuk anak seperti story telling dan kegiatan lain yang
berkaitan dengan layanan dan koleksi perpustakaan.38
37
IFLA, ―IFLA/UNESCO Public Library Manifesto 1994,‖ 2016, diakses pada 21 Januari
2018 melalui <https://www.ifla.org/publications/iflaunesco-public-library-manifesto-1994.> 38
IFLA, Guidelines for Children Library Services: Libraries for Children and Young
Adults Section, h.3.
36
3. Perpustakaan Umum
a. Pengertian Perpustakaan Umum
Setiap ahli maupun organisasi memiliki artian yang berbeda-
beda untuk perpustakaan umum meskipun maksud dan intinya
sama, untuk itu penulis mengutip berbagai pengertian perpustakaan
umum dari para ahli dan organisasi perpustakaan, diantaranya:
Menurut definisi yang tertera dalam Interanational
Federation of Library Assosiation General Conference pada tahun
1985,
“Perpustakaan umum adalah sebuah perpustakaan yang
didirikan dan dibiayai oleh pemerintah daerah atau dalam
kasus tertentu oleh pemerintah pusat atau badan lain yang
diberi wewenang untuk bertindak atas nama badan, tersedia
bagi masyarakat bagi siapa saja yang ingin menggunakannya
tanpa bias atau diskriminasi.”39
Menurut Unesco Public Library Manifesto yang diselenggarakan
pada November 1994, perpustakaan umum memiliki arti sebagai
berikut,
“Perpustakaan umum merupakan pusat informasi lokal yang
bertujuan agar semua jenis pengetahuan dan informasi mudah
diakses dan digunakan oleh pemustaka. Layanan yang ada di
perpustakaan umum disediakan atas dasar kesetaraan akses
bagi semua pemustaka, tanpa memandang usia, ras, jenis
kelamin, agama, kebangsaan, bahasa atau status sosial.”40
Selain itu, dalam bukunya Sutarno menyebutkan pengertian
perpustakaan umum adalah ―lembaga pendidikan bagi masyarakat
39
SulistyoBasuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan (Tangerang Selatan: Universitas
Terbuka, 2013), h. 2.7. 40
IFLA, ―IFLA/UNESCO Public Library Manifesto 1994,‖ 2016, diakses pada 27 April
2017 melalui <https://www.ifla.org/publications/iflaunesco-public-library-manifesto-1994.>
37
umum dengan cara menyediakan berbagai macam informasi, ilmu
pengetahuan, teknologi dan budaya, sebagai sumber belajar untuk
memperoleh dan meningkatkan ilmu pengetahuan bagi seluruh
lapisan masyarakat.‖41
Dari berbagai definisi di atas dapat diambil kesimpulan
bahwa perpustakaan umum merupakan pusat informasi yang
memiliki tugas menghimpun, mengelola, serta memberikan
informasi agar dapat berguna untuk masyarakat disekitarnya.Yang
mana dibiayai oleh dana umum dan seluruh layanan serta kegiatan
yang disediakan di dalamnya ditujukan untuk siapa saja tanpa
memandang perbedaan agama, ras, jenis kelamin, pekerjaan,
maupun status sosial lainnya yang mana keberadaannya harus
dimanfaatkan dengan semaksimal mungkin oleh semua lapisan
masyarakat. Keberadaan perpustakaan umum selain untuk
memberikan informasi kepada masyarakat tentunya juga memiliki,
tugas dan fungsi yang lainnya.
b. Tugas dan Fungsi Perpustakaan Umum
1) Tugas
Dalam keberadaannya perpustakaan umum mempunyai
tugas untuk mengumpulkan, menyimpan, memelihara,
mengatur, dan mendayagunakan koleksi untuk kebutuhan
pendidikan, penerangan, penelitian, pelestarian, serta
41
Sutarno NS, Perpustakaan dan Masyarakat (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003),
h.32.
38
pengembangan kebudayaan dan rekreasi seluruh golongan
masyarakat. 42 Menurut Sutarno tugas perpustakaan umum
adalah memberikan layanan kepada seluruh lapisan masyarakat
sebagai pusat informasi, pusat sumber belajar, tempat rekreasi,
penelitian, dan pelestarian koleksi bahan pustaka yang
dimiliki.43
2) Fungsi
Selain itu perpustakaan umum, sebagai perpustakaan
yang diperuntukkan bagi masyarakat memiliki fungsi sebagai
berikut:44
a) Menyediakan bahan pendidikan
b) Menyediakan dan menyebarluaskan informasi
c) Menyediakan bahan-bahan yang digunakan bagi rekreasi
d) Menyediakan petunjuk, pedoman, dan bahan-bahan
rujukan bagi masyarakat
e) Melestarikan bahan-bahan hasil budaya bangsa agar dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat umum
f) Menyediakan layanan penelitian (untuk riset kualitatif
maupun kuantitatif)
42
Perpustakaan Nasional RI, Panduan Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum, h.5. 43
Sutarno NS, Perpustakaan dan Masyarakat (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003), h.
37. 44
Perpustakaan Nasional RI, Panduan Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum. h. 5
39
c. Makna dan Tujuan Perpustakaan Umum
Dalam menajalankan tugas dan fungsinya, setiap lembaga
haruslah memiliki maksud dan tujuan yang ingin dicapai. Begitu
pula dengan perpustakaann umum, berikut adalah maksud dan
tujuan berdirinya perpustakaan umum:
1) Maksud
Perpustakaan merupakan sarana dalam mencerdaskan
kehidupan bangsa sebagaimana yang diamanatkan dalam
Undang-Undang Dasar Negara RI tahun 1945. Begitu pula
perpustakaan umum yang hadir sebagai wahana pembelajaran
sepanjang hayat yang mampu mengembangkan potensi
masyarakat. Agar dapat menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab dalam mendukung
penyelenggaraan pendidikan nasional.
2) Tujuan
Tujuan umum perpustakaan adalah membina dan
mengembangkan kebiasaan membaca dan belajar sebagai suatu
proses berkesinambungan seumur hidup serta kesegaran
jasmani dan rohani masyarakat yang berada dalam jangkauan
layanannya.Sehingga daya kreasi dan inovasi masyarakat dapat
40
berkembang demi meningkatnya produktifitas masyarakat
dalam rangka menunjang pembangunan nasional.
C. Motivasi Belajar
1. Motivasi dan Belajar
a. Motivasi
Motivasi berasal dari kata motif yang berarti daya upaya yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif juga dapat
diartikan sebagai daya penggerak dari dalam diri seseorang untuk
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.
Kata motif dan motivasi sangat berkaitan sehingga sulit untuk
dibedakan secara tegas. Namun secara singkatnya dijelaskan dalam
buku Psikologi Pendidikan, motif menunjukkan suatu dorongan
yang timbul dari dalam diri seseorang yang menyebabkan orang
tersebut mau bertindak melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi
adalah pendorongan; suatu usaha yang disadari untuk
mempengaruhi tingkah laku seseorang agar hatinya tergerak untuk
bertindak melakukan sesuatu demi tercapainya hasil atau tujuan.45
Menurut Mc. Donald dalam Sardiman, motivasi merupakan
perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan
munculnya feeling dan didahalui dengan tanggapan terhadap
adanya tujuan. 46 Sedangkan menurut Hamzah B. Uno motivasi
adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah
45
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h.71. 46
Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, 1st ed. (Jakarta: Rajawali,
1990), h.73.
41
laku.47 Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut motivasi dapat
diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang terdorong untuk
melakukan sesuatu demi tercapainya tujuan.
Banyak bermunculan teori yang melandasi motivasi, namun
pada penelitian kali ini penulis akan lebih menekankan pengertian
motivasi menurut perspektif behavior yang menekankan faktor
eksternal seperti reward dan punishment sebagai kunci dalam
menentukan motivasi belajar anak. Berdasarkan penjelasan di atas
dapat diketahui bahwa motivasi menurut perspektif behavior
merupakan faktor pendorong eksternal yang perlu dilakukan dalam
mengubah pola perilaku seseorang seperti yang diharapkan dengan
pemberian reward atau punishment.
b. Belajar
Definisi belajar menurut Gagne seperti yang dikutip Ratna
Wilis Dahar merupakan suatu proses dimana suatu organisasi
berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.48 Skinner, seperti
yang dikutip Barlow dalam bukunya Educational Psychology: The
Teaching-Leaching Process berpendapat bahwa belajar adalah
suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang berlangsung
secara progresif.
Sedangkan Reber dalam kamusnya, Dictionary of Psychology
membatatasi belajar dengan dua definisi. Pertama, belajar adalah
47
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h.1. 48
Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar dan Pembelajaran (Bandung: Erlangga, 2011),
h. 2.
42
The process of acquiring knowledge (proses memperoleh
pengetahuan) dan yang kedua belajar adalah A relatively permanent
change in respons potentiality which occurs as a result of
reinforced practice (suatu perubahan kemampuan bereaksi yang
relatif berlangsung lama sebagai hasil latihan yang diperkuat). 49
Dari berbagai pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah sebuah tahap perubahan tingkah laku seseorang dalam
memperoleh pengetahuan yang berasal dari hasil pengalaman
dengan dipengaruhi beberapa faktor, salah satunya oleh lingkungan.
Terdapat banyak teori tentang belajar, namun pada
kesempatan kali ini penulis akan lebih menekankan pada teori
belajar menurut pandangan behavior yang dikembangkan oleh B.F
Skinner. Teori ini disebut juga dengan teori pembiasaan perilaku
respons (operant conditioning) dengan memperhatikan bagaimana
seseorang memiliki tingkah laku baru, menjadi lebih terampil, dan
menjadi lebih tahu.50
Pandangan behavior inimenitik beratkan pada perilaku
seseorang. Perilaku seseorang dinilai ada karena adanya stimulus
(rangsangan eksternal). Reaksinya berupa gerak dan perubahan
jasmani yang bisa diamati secara objektif, serta bisa dapat
diamatidari luar.Teori Operant conditioning ini merupakan tipe
perilaku belajar yang dipengaruhi oleh adanya penguatan-
49
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), h. 64–66. 50
Alwisol, Psikologi Kepribadian (Malang: UMM Press, 2009), h.322.
43
penguatan (reinforcement) positif dan atau negatif dengan
lingkungan sebagai salah satu faktor yang paling
berpengaruh.51Menurut Reber seperti yang dikutip oleh Muhibbin
Syah menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan operant
conditioning adalah sejumlah perilaku yang membawa efek yang
sama terhadap lingkungan.
Menurut Hamzah B. Uno motivasi belajar adalah dorongan
internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk
mengadakan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator
atau unsur-unsur yang mendukung.52 Berdasarkan hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa motivasi belajar merupakan sesuatu yang dapat
menggerakkan seseorang untuk belajardemi tercapainya tujuan.
Sedangkan pengertian motivasi belajar menurut perspektif
behavior adalah dorongan terhadap seorang individu dalam mencapai
tujuan dan cita-cita yang diimpikan. Yang mana dorongan ini lebih
banyak hadir dari luar diri individu (eksternal) seperti faktor
lingkungan dengan cara mengubah dan mengontrol perilaku dengan
melakukan penguatan (reinforcement). Penguatan terbagi menjadi dua,
yakni penguatan positif dan juga penguatan negatif.
51
Sigit Sanyata, ―Teori dan Aplikasi Pendekatan Behavioristik dalam Konseling,‖ Jurnal
Paradigma, 7 (2012), http://staffnew.uny.ac.id/upload/132297302/penelitian/B.1c.Artikel+Ilmiah-
Teori+dan+Aplikasi+Behavioristik+dalam+Konseling.pdf. Diakses pada 3 April 2018 melalui
<http://staffnew.uny.ac.id/upload/132297302/penelitian/B.1c.Artikel+Ilmiah-
Teori+dan+Aplikasi+Behavioristik+dalam+Konseling.pdf> 52
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi Dan Pengukurannya: Analisis Di Bidang Pendidikan
(Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 23.
44
Penguatan positif ialah penguatan yang menyenangkan seperti
hadiah atau pujian. Hal ini dilakukan karena seseorang telah
melakukan suatu perbuatan yang sesuai dan juga diharapkan. Tujuan
dari penguatan positif ini adalah untuk mempertahankan perbuatan
tersebut bahkan menjadi lebih baik lagi. Sedangkan penguatan negatif
adalah penguatan yang tidak menyenangkan. Seperti hukuman,
dilakukan karena seseorang tidak atau belum melakukan suatu
perbuatan yang sesuai dan juga diharapkan. Tujuan dari penguatan
negatif ini adalah agar seseorang mampu melakukan perbuatan seperti
yang sesuai dan juga diharapkan.
Terdapat berbagai macam motivasi, salah satunya yang dilihat
berdasarkan asal usulnya. Agar lebih memahami asal usul motivasi
dalam diri seseorang, maka harus terlebih dahulu mengetahui jenis-
jenis motivasi belajar.
2. Jenis Motivasi Belajar
Apabila dilihat dari segi asal usul atau sumber dorongan,
terdapat dua jenis motivasi belajar, yaitu:53
a. Motivasi intrinsik, yaitu motivasi internal untuk melakukan
sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri). Secara umum
motivasi instrinsik merujuk pada kegiatan yang dilakukan dalam
bentuk kesenangan dan kepuasaan yang berasal dari dalam
53
Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, 1st ed. (Jakarta: Rajawali,
1990), h. 68.
45
diri.54Ketika seseorang termotivasi, orang tersebut akan terlibat
dalam kegiatan yang menarik minat mereka, dan mereka
melakukannya dengan bebas, penuh kemauan dan tanpa
kebutuhan material. 55 Terdapat tiga jenis motivasi intrinsik,
yaitu:56
1) Motivasi intrinsik untuk mengetahui kepuasan yang didapat
dari belajar sesuatu yang baru.
2) Motivasi intrinsik untuk menikmati pengalaman ketika
mencapai sesuatu.
3) Motivasi instrinsik untuk mengalami rangsangan sensorik
yang didapat dari belajar.
Woolfolk mengatakan bahwa sumber motivasi intrinsik
adalah faktor-faktor internal seperti, minat, kebutuhan,
kenikmatan, dan juga rasa ingin tahu.
b. Motivasi ekstrinsik, merupakan motivasi yang datang karena
disebabkan oleh dorongan dari luar diri seseorang seperti
pengaruh reward dan punishment. 57 Memberikan reward yang
54
Kaylene C. Williams dan Caroline C. Williams, ―Five Key Ingredients for Improving
Student Motivation,‖ Research in Higher Education Journal, 11, diakses pada 14 Maret 2018,
<https://scholarsarchive.library.albany.edu/cgi/viewcontent.cgi?referer=https://www.google.co.id/
&httpsredir=1&article=1000&context=math_fac_scholar.> 55
Edward L. Deci et al., ―Motivation and Education: The Self-Determination
Perspective,‖ Educational Psyhchologist, 26 (1991), diakses pada 12 Mei 2018 melalui
<https://pdfs.semanticscholar.org/6277/de5e8d8d8f39474eb754ef9bb8c9c9b1c315.pdf.> 56
.Kevin O. Cokley, ―What Do we Know about the Motivation of American Students?,‖
Harvard Educational Review, 73 (2003): h. 524–558. Diakses pada 4 Februari 2018 melalui
<https://search.proquest.com/docview/212296854/fulltextPDF/C284F6B310A04158PQ/1?account
id=38628> 57
JohnW.Santrock, Educational Psychology, 3rd ed. (New York: Mc Graw-Hill, 2008), h.
451.
46
nyata terkadang dapat meningkatkan pembelajaran terutama
ketika kegiatan pembelajaran dianggap membosankan. 58 Oleh
karenanya pustakawan sebagai profesional yang bekerja dengan
anak-anak harus memanfaatkan motivasi ekstrinsik anak ini untuk
meningkatkan pembelajaran. Motivasi ekstrinsik mengacu pada
berbagai perilaku yang berkaitan dengan seseorang atau sarana
prasarana dan bukan karena diri sendiri untuk mencapai suatu
tujuan.59 Motif-motif tersebut antara lain:
1) Keinginan untuk meraih prestasi, misalnya juara kelas dan
nilai yang besar.
2) Keinginan mendapatkan hadiah dan pujian, seperti sanjungan
baik verbal maupun non verbal dari guru, orang tua, dll.
Verbal
Uzer Usman memaknai penguatan verbal sebagai
penguatan yang biasanya diungkapkan dengan
menggunakan kata-kata pujian, penghargaan, persetujuan.
Misalnya; bagus, bagus sekali, betul, pintar, seratus buat
kamu!. Hal ini dilakukan pengajar dalam rangka
memberikan umpan balik agar siswa dapat
58
Martin V. Covingtonartin, ―Intrinsic Versus Extrinsic Motivation in Schools: A
Reconciliation,‖ Current Direction in Physchologycal Science, 9 (2000): h. 22–25. Diakses pada 5
Mei 2018 melalui <http://journals.sagepub.com/doi/abs/10.1111/1467-8721.00052> 59
Rif’ati Dina Handayani, ―Analisis Motivasi Instrinsik Dan Ekstrinsik Mahasiswa Calon
Guru Fisika,‖ Jurnal Kependidikan, 1 (2017): h. 335–38. Diakses pada 12 Maret 2018 melalui
<https://journal.uny.ac.id/index.php/jk/article/view/8449/pdf>
47
mempertahankan perilaku positif tersebut.60 Penghargaan
secara verbal dapat memiliki aspek pengendalian yang
signifikan sehingga mengarahkan seseorang untuk terlibat
dalam perilaku khusus untuk mendapatkan pujian yang
menyebabkan berpotensi merusak motivasi intrinsik. 61
Oleh karenanya diperlukan timing yang tepat dalam
pemberiannya. Pujian verbal dan feedbacknya dapat
meningkatkan nilai dari sebuah aktivitas.62
Non Verbal
Menurut Wina Sanjaya penguatan nonverbal adalah
respon yang dilakukan pengajar terhadap perilaku siswa
berupa bahasa isyarat. 63 Misalnya melalui anggukan
kepala tanda setuju, menggelengkan kepala tanda tidak
setuju, mengangkat pundak, dan sebagainya. Menurut
Hamzah B. Uno beberapa komponen keterampilan
pemberian penguatan yang termasuk ke dalam penguatan
nonverbal yaitu: a) penguatan gestural, b) penguatan
dengan cara mendekati, c) penguatan dengan sentuhan, d)
60
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT. Mancana Jaya
Cemerlang, 2006), h. 81. 61
Edward L. Deci, RichardKoestner, dan Richard M. Ryan, ―Extrinsic Rewarrds and
Intrinsic Motivation in Education: Reconsidered Once Again.,‖ Review of Educational Research,
71 (2001): h. 1–27. Diakses pada 27 Juli 2018 melalui
<https://selfdeterminationtheory.org/SDT/documents/2001_DeciKoestnerRyan.pdf> 62
JudyCameron and David W. Pierce, ―The Debate About Rewards and Intrinsic
Motivation: Protests and Accusations Do Not Alter the Results,‖ Review of Educational Research,
66 (1996): h. 39–51. Diakses pada 4 Mei 2018 melalui
<http://web.cortland.edu/andersmd/psy501/intrinsic.pdf> 63
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta:
Kencana Pernada Media Grup, 2009), h. 36.
48
penguatan berupa tanda atau benda, e) penguatan dengan
memberikan kegiatan yang menyenangkan.64
3) Keinginan berbuat sesuatu demi kegiatan itu sendiri,
misalnya belajar karena besok akan diadakan ujian.
4) Keinginan untuk menhindari hukuman, seperti menghafal
materi yang diberikan guru agar dapat menjawab ketika
bertanya dan tidak dimarahi.
Motivasi ekstrinsik menurut Kevin O. Cokley dalam
tulisannya dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:65
1) Identified regulation, keterlibatan perilaku karena dinilai atau
diinternalisasi.
2) Introjected regulation, keterlibatan perilaku karena dinilai
dan diinternalisasi atau diharuskan berperilaku dengan cara
tertentu (ada tekanan).
3) External regulation, keterlibatan perilaku karena adanya
hadiah yang diharapkan atau pemberlakuan hukuman, dan
mewakili perilaku motivasi ekstrinsik yang paling tidak
ditentukan oleh diri sendiri.66 Motivasi ekstrinsik ini kontras
dengan motivasi intrinsik, yang mana mengacu pada
melakukan suatu kegiatan sederhana untuk menikmati
64
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi Dan Pengukurannya: Analisis Di Bidang Pendidikan,
h. 169. 65
Kevin O. Cokley, ―What Do we Know about the Motivation of American Students?,‖
Harvard Educational Review, 73 (2003): h. 524–558. Diakses pada 4 Februari 2018 melalui
<https://search.proquest.com/docview/212296854/fulltextPDF/C284F6B310A04158PQ/1?account
id=38628> 66
Ibid.
49
aktivitas itu sendiri, dari pada nilai instrumentalnya. 67
Sebagai contoh, seorang atlet berlatih dengan keras dalam
menghadapi kompetesi untuk mendapatkan medali
penghargaan.
Dengan memanfaatkan dorongan yang berasal dari luar ini
pustakawan dapat memotivasi anak untuk belajar. Menurut
Sardiman A.M, berikut adalah cara-cara menumbuhkan motivasi
ekstrinsik dalam belajar, yaitu:68
a) Hadiah
b) Saingan atau kompetisi
c) Ego involvement
d) Memberi ulangan
e) Mengetahui hasil
f) Pujian
g) Hukuman
h) Hasrat untuk belajar
i) Minat
j) Tujuan yang diakui
Cara-cara di atas merupakan penguatan yang dapat
dilakukan oleh pustakawan dalam memotivasi anak belajar.
Penguatan itu sendiri merupakan respon positif yang diberikan
67
Richard M. Ryan dan Edward L. Deci, ―Intrinsic and Extrinsic Motivations: Classic
Definitions and New Direction,‖ Contemporary Educational Psychology, 25 (n.d.): h. 54–67.
Diakses pada 24 Maret 2018 melalui <https://mmrg.pbworks.com/f/Ryan,+Deci+00.pdf> 68
Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, 1st ed. (Jakarta: Rajawali,
1990), h. 90.
50
atas perilaku positif yang dicapai dalam proses belajar anak. Hal
ini dilakukan dengan tujuan untuk mempertahankan dan
meningkatkan perilaku positif tersebut.
Ratna Wilis Dahar membagi penguatan menjadi dua, yaitu
primer yang nilainya diperolah setelah diasosiasikan dengan
penguatan lainnya yang sudah pasti. Sedangkan untuk penguatan
sekunder terbagi lagi menjadi tiga kategori dasar, yaitu penguatan
sosial (pujian, senyuman, atau perhatian), penguatan aktivitas
(pemberian mainan, permainan, atau kegiatan yang
menyenangkan), dan penguatan simbolik (uang, angka, bintang,
atau poin yang bisa digantikan dengan penguatan lainnya).69
Dengan melihat penjelasan mengenai penguatan dalam teori
belajar di atas, serta menyesuaikan dengan penelitian yang penulis
lakukan. Maka penulis menetapkan indikator dalam penelitian ini
sebagai berikut, pemberian pujian dan perhatian jugapemberian
fasilitas dan hadiah. Indikator-indikator ini apabila dikaitkan
dengan penguatan dalam teori belajar maka menjadi sebagai
berikut: pujian dan perhatian sebagai bagian dari penguatan sosial,
pemberian hadiah dan fasilitas sebagai bagian dari penguatan
aktivitas dan penguatan simbolik yang mana pemberiannya terkait
dengan belajar.
69
Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar dan Pembelajaran (Bandung: Erlangga, 2011),
h. 21.
51
Pada dasarnya berdasarkan penjelasan tentang macam-macam
motivasi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi didorong
oleh naluri seseorang, atau oleh keinginannya dalam memperoleh
kepuasan, atau bahkan karena kebutuhan hidupnya yang mendesak
yang juga dapat hadir dari dalam atau dari luar diri seseorang seperti
lingkungan. Apabila jenis motivasi belajar sudah diketahui, maka
selanjutnya yang tidak kalah penting adalah mengetahui fungsi dari
motivasi belajar itu sendiri.
3. Fungsi Motivasi Belajar
Dalam proses belajar, motivasi sangatlah diperlukan, dengan
adanya motivasi dalam diri seseorang pembelajaran pun akan lebih
optimal, apabila pembelajaran sudah optimal maka pembelajaran
tersebut dapat dikatakan berhasil. Seperti pengertian motivasi di atas,
jelas bahwa motivasi tidak terlepas dari sebuah tujuan atau cita-cita
begitu pula motivasi dalam belajar. Semakin berharga tujuan itu bagi
seseorang, semakin kuat pula motifnya, jadi apabila seseorang
memiliki tujuan yang kuat untuk mencapai suatu hal maka ia akan
melakukan apa saja untuk mencapai tujuannya tersebut.
Sardiman A.M mengungkapkan pendapatnya tentang fungsi
motivasi belajar, yakni sebagai berikut:70
a. Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan yang
membuat seseorang berkeinginan untuk belajar.
70
Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, 1st ed. (Jakarta: Rajawali,
1990), h.84.
52
b. Motivasi sebagai pengarah menuju kepada apa yang menjadi tujuan
seseorang.
c. Motivasi sebagai penggerak yang dapat menentukkan cepat atau
lambatnya suatu pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang.
Dari berbagai macam pendapat tentang fungsi motivasi belajar
dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar selain memberikan
semangat kepada anak untuk belajar juga dapat membantu dalam
mencapai tujuan belajar, tentunya dengan melakukan berbagai macam
upaya agar diperoleh hasil yang optimal. Berdasarkan penjelasan
tentang belajar dan motivasi belajar, dapat kita ketahui bersama bahwa
belajar tidak selalu tentang sekolah formal. Kegiatan atau aktivitas
dalam belajar dapat dilakukan dimana saja salah satunya di
perpustakaan.
4. Motivasi Belajar di Perpustakaan
Seperti yang dikatakan oleh Ibrahim Bafadal yang dikutip oleh
Sutarno bahwa setiap orang di perpustakaan dapat mengembangkan
diri dengan semangat belajar secara terus menerus tanpa terikat
dengan pendidikan formal. Selain itu yang tidak kalah penting di
perpustakaan seseorang dapat memperoleh kesenangan, rekreasi, juga
kepuasan batin yang tidak dapat ditemukan di tempat lain.71
Perpustakaan pada dasarnya merupakan salah satu dari berbagai
sumber belajar yang menjadi sarana yang harus ada di tengah-tengah
71
Sutarno NS, Perpustakaan dan Masyarakat (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003), h.
26.
53
masyarakat. Perpustakaan berperan sebagai sumber belajar yang harus
dimanfaatkan dalam kegiatan belajar demi tercapainya sebuah tujuan.
Dengan segala layanan dan kegiatan yang tersedia di perpustakaan
akan sangat baik apabila dapat dimanfaatkan secara optimal terutama
untuk anak-anak.
D. Peran Pustakawan dalam Memotivasi Anak Belajar
Berbeda dengan zaman dahulu, penelitian baru-baru ini
menunjukkan bahwa peran dalam pendidikan dan pembelajaran anak
bukan hanya berada di tangan guru akan tetapi juga orang tua di rumah.
Begitu pula dengan peran pustakawan, yang kini dapat bertindak sebagai
pendidik di dalam perpustakaan. Hal ini dilakukan dengan memberikan
sarana belajar yang menyenangkan bukan hanya sekedar penjaga buku.
Selain berperan sebagai pendidik, pustakawan juga berperan sebagai
motivator bagi pemustaka anak dalam belajar. Hal tersebut dapat
dilakukan oleh pustakawan anak ketika menjalankan tugasnya di layanan
anak dengan memberikan motivasi selama anak melakukan kegiatan
belajar.Motivasi yang dimaksud adalah motivasi yang berasal dari luar diri
anak (ekstrinsik) salah satunya adalah dengan pemberian perhatian melalui
layanan referensi, bimbingan membaca koleksi bahan pustaka, bimbingan
belajar untuk anak-anak yang belum bisa membaca.
Keberadaan layanan anak di perpustakaaan beserta unsur yang
mengikutinya secara tidak langsung dapat memotivasi anak untuk belajar,
Sehingga anak-anak merasa terpacu untuk lebih giat lagi atau lebih baik
54
lagi dalam belajar. Bahkan dalam membimbing anak yang berada di
perpustakaan, pustakawan dapat mempraktekkan prinsip premack, yakni
dengan menggabungkan kegiatan yang kurang disenangi dengan kegiatan
yang disenangi atau diinginkan.
Kunci dari prinsip ini adalah bahwa tindakan dan kesempatan untuk
membuatnya, diperkuat oleh aksi lainnya.72Maksudnya adalah pustakawan
dapat menggabungkan kegiatan yang kurang disukai oleh pemustaka anak
dengan kegiatan yang lebih digemari tentunya dengan memanfaatkan
berbagai macam area dan layanan yang telah disediakan. Misalnya
kegiatan membaca yang diiringi dengan kegiatan menggambar dan
mewarnai, dengan keadaan seperti ini pemustaka anak akan merasa lebih
tertarik dan juga termotivasi.
Motivasi yang dapat diberikan oleh pustakawan salah satunya dengan
memanfaatkan pemberian rangsangan. Rangsangan itu sendiri merupakan
dorongan ekstrinsik yang berasal dari luar diri individu misalnya pujian dan
hadiah. Selain untuk memotivasi anak belajar, keberadaan layanan anak
juga tidak terlepas dari upaya untuk mengoptimalkan fasilitas dan sumber
daya yang tersedia bagi pemustaka. Pemanfaatan sumber daya
perpustakaan untuk layanan anak bertujuan untuk mengenalkan dunia
kepustakawanan dan pendidikan literasi dini kepada anak-anak yang juga
merupakan salah satu peran dari pustakawan anak.
72
Peter R. Killeen, ―Pavlov + Skinner = Premack Peter R. Killeen,‖ International Journal
of Comparative psychology, 27 (2014): h. 544–68. Diakses pada 30 Juli 2018 melalui
<https://www.researchgate.net/publication/269873794_Pavlov_Skinner_Premack>
55
Menurut Masjidi dalam Krishandini dan Endang Sri Wahyuni
manfaat layanan anak antara lain adalah sebagai media mengajarkan
keterampilan membaca, media mengembangkan imajinasi dan kreativitas,
media mengajarkan ilmu pengetahuan, media membina moral anak,
mengajarkan bahasa asing, dan media relaksasi.73
Manfaat-manfaat yang telah disebutkan tersebut tidak dapat
dirasakan apabila pustakawan tidak menjalankan perannya dengan baik.
Oleh karena itu memotivasi anak untuk belajar dengan memanfaatkan
layanan anak ini menjadi salah satu alternatif dalam mensiasati kegiatan
belajar formal yang baku seperti sekolah, dengan kegiatan-kegiatan serta
area menyenangkan yang disediakan di layanan anak sebuah perpustakaan.
73
Krishandini dan Endang Sri Wahyuni, ―Pembelajaran BIPA di Institut Pertanian Bogor:
Motivasi, Sikap, dan Harapan Mahasiswa,‖ Jurnal Metalingua, 14 (2016): h. 189–96. Diakses pada
21 Februari 2018 melalui
<http://metalingua.kemdikbud.go.id/jurnal/index.php/metalingua/article/download/195/94>
56
BAB III
METODE PENELITIAN
Berikut ini adalah metodologi penelitian dilakukan oleh penulis dalam
penelitian ini. Metode penelitian ini dilakukan untuk mendukung pembahasan
dalam skripsi yang sesuai dengan judul dan permasalahan yang penulis
lakukan.
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penulisan skripsi
ini ialah jenis penelitian deskriptif, yaitu sebuah penelitian dengan
menggambarkan keadaan subjek atau objek selama proses penelitian
berdasarkan dengan fakta-fakta yang muncul dan apa adanya. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran secara utuh dan
mendalam tentang pemanfaatan layanan anak sebagai motivasi belajar di
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi DKI Jakarta.
Sedangkan pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif. Kualitatif adalah analisis yang dilakukan terhadap
data-data non angka seperti hasil wawancara atau catatan laporan bacaan
dari buku-buku, artikel, dan termasuk pula non tulisan seperti foto, gambar,
atau film.74
Pendekatan kualitatif menurut Moleong adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh
subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll.
74
Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian (Jakarta: STIA-LAN, 1999), h. 99.
57
Secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan
bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagi metode alamiah.75 Melalui pendekatan kualitatif ini,
penulis akan melakukan penelitian yang membahas tentang pemanfaatan
layanan anak sebagai motivasi dalam belajar di Dinas Perpustakaan dan
Kearsipan Provinsi DKI Jakarta.
B. Informan
Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan
informasi tentang situasi dan konsidi latar penelitian. 76 Penentuan
informan ditentukan dengan terlebih dahulu mencari tahu pihak yang
paling memahami objek penelitian, dalam penelitian ini informan
ditentukan dengan berdasarkan metode purposive sampling. Purposive
sampling adalah metode penentuan informan dengan cara secara sengaja
memilih informan-informan tertentu dengan mengabaikan informan
lainnya karena informan tertentu ini memiliki cirri-ciri khusus yang tidak
dimiliki informan lain.77
Berikut adalah informan yang penulis wawancarai yakni pustakawan
yang telah bekerja di Dispusip DKI Jakarta selama lebih dari satu tahun.
Pustakawan-pustakawan tersebut akan penulis wawancarai untuk
mendapatkan informasi mengenai penelitian yang dilakukan yakni peran
75
Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2005), h. 6. 76
Ibid, h. 90. 77
Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian (Jakarta : STIA-LAN,1999), h. 183.
58
pustakawan dalam pemanfaatan layanan anak sebagai motivasi anak
belajar.
Tabel1
Daftar Nama Informan Berdasarkan Lama Bekerja
No Nama Pustakawan Lama Bekerja
1 Ruly Diah K. 5-7 Tahun
2 Muhammad Adam 3-4 Tahun
3 Ahmad Jauzi 1-2 Tahun
C. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini disesuaikan dengan fokus
dan tujuan penelitian. Data dikumpulkan berdasarkan data primer dan data
sekunder.
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diambil langsung, tanpa perantara,
dari sumbernya.78 Data primer juga dapat diartikan sebagai data yang
diambil dari hasil pengamatan langsung dari sumber data atau hasil
penelitian lapangan. Untuk mendapatkan data primer ini penulis
melakukan berbagai macam cara, yaitu:
a. Wawancara
Wawancara, yaitu cara pengumpulan data yang dilakukan langsung
melalui tanya jawab antara penulis dengan petugas yang berwenang
dan memiliki hubungan dengan masalah yang diteliti hal ini
78
Ibid, h. 86.
59
dilakukan untuk mengetahui lebih dalam tentang bagaimana
pemanfaatan layanan anak sebagai motivasi dalam belajar di Dinas
Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi DKI Jakarta terkait peran
pustakawan dalam memanfaatkan layanan anak sebagai motivasi
belajar anak.
b. Observasi
Observasi, yaitu metode penelitian yang pengambilan
datanya bertumpu pada pengamatan langsung terhadap objek.79Hal
ini dimaksudkan untuk membandingkan keterangan-keterangan
yang diperoleh melalui wawancara dengan kenyataan yang ada di
lapangan. Adanya kegiatan observasi ini peneliti dapat mengetahui
bagaimana peran pustakawan dalam memanfaatkan layanan anak
sebagai motivasi belajar anak.
2. Data Sekunder
Pengertian dari data sekunder adalah sumber data yang tidak
langsung. Data ini dapat diperoleh atau dikumpulkan dari sumber-
sumber yang telah ada, baik sudah berbentuk file publikasi atau file
digital. Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai data sekunder
adalah struktur organisasi,catatan dokumentasi, jurnal dan lain
sebagainya.Penulis juga melakukan studi kepustakaan dengan
melakukan kunjungan ke berbagai perpustakaan untuk mendapatkan
data dari berbagai literature dan referensi lain seperti buku, majalah,
79
Ibid, h. 63.
60
makalah, surat kabar, jurnal, serta artikel yang sesuai dengan
pembahasan yang sedang penulis teliti.
D. Keabsahan Data
Kriteria keabsahan data diterapkan dalam rangka membuktikan
temuan hasil lapangan dengan kenyataan yang diteliti dilapangan.
Kebasahan data dilakukan dengan meneliti kredibilitasnya, formulasi
dalam pemeriksaan keabsahan data menyangkut kriteria derajat
kepercayaan (credibility), keteralihan (tranferability), kebergantungan
(dependability), dan kepastian (confirmability). Dari empat kriteria
tersebut, pendekatan kualitatif memiliki delapan teknik pemeriksaan data,
yaitu perpanjangan keikut-sertaan, ketekunan pengamatan, triangulasi,
pengecekan sejawat, kecukupan referensi, kajian kasus negatif,
pengecekan anggota, dan uraian rinci.80
Sedangkan teknik yang penulis gunakan dalam memeriksa
kredibilitas data pada penelitian ini adalah teknik triangulasi. Triangulasi
itu sendiri merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data tersebut.81Triangulasi adalah metode
sintesa data terhadap kebenarannya dengan menggunakan metode
pengumpulan data yang lain atau berbagai paradigma. Data yang
dinyatakan valid melalui triangulasi akan memberikan keyakinan kepada
80
Sumasno, ―Pemeriksaan Keabsahan Data Penelitian Kualitatif Pada Skripsi,‖ Jurnal
Ilmu Pendidikan, 22 (2016): h. 74–79. Diaksess pada 24 Juni 2018 melalui
<http://journal.um.ac.id/index.php/jip/article/view/8721/4194> 81
Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2001), h. 330.
61
penulis terkait keabsahan datanya, sehingga tidak ragu dalam proses
penarikan kesimpulan terhadap penelitian yang dilakukan.82
Menurut Susan Stainback dalam Sugiyono triangulasi adalah ―the
aim is not the determinate the truth about same social phenomenon, rather
than the purpose of triangulation is to increase one’s understanding of
what ever is being investigated‖83 yang artinya triangulasi bukan bertujuan
mencari kebenaran melainkan meningkatkan pemahaman penulis terhadap
data dan fakta yang dimiliki. Denzin seperti yang dikutip oleh Moleong
memaparkan terdapat empat macam triangulasi, yaitu:84
1. Triangulasi Sumber, membandingkan dan mengecek balik derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat
yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Misalnya membandingkan
hasil wawancara dengan observasi, membandingkan apa yang
dikatakan di depan umum dengan yang dikatakan secara pribadi, serta
mmembandingkan hasil wawancara dengan data yang sudah ada.
2. Triangulasi Teori, dapat dilakukan dengan memanfaatkan lebih dari
satu teori untuk kemudian diadu atau dipadu. Teknik ini juga
membandingkan teori yang ditemukan berdasarkan kajian lapangan
dengan teori-teori yang telah ditemukan oleh para pakar ilmu sosial
82
Bachtiar S. Bachri, ―Meyakinkan Validitas Data Melalui Triangulasi Pada Penelitian
Kualitatif,‖ Jurnal Teknologi Pendidikan, 10 (2010): h. 46–62. Diakses pada 29 Juli 2018 melalui
<http://yusuf.staff.ub.ac.id/files/2012/11/meyakinkan-validitas-data-melalui-triangulasi-pada-
penelitian-kualitatif.pdf> 83
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif(Bandung: Alfabeta, 2013), h. 330. 84
Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2001), h. 330.
62
sebagaimana yang telah diuraikan dalam bab landasan teori yang telah
ditemukan.
3. Triangulasi Metode, merupakan sebuah usaha untuk mengecek
keabsahan data yang dapat dilakukan dengan menggunakan lebih dari
satu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan data yang sama.
4. Triangulasi Peneliti, dilakukan dengan menggunakan lebih dari satu
peneliti dalam proses observasi atau wawancara.
Untuk membuktikan keabsahan data dalam penelitian ini, teknik
yang digunakan yaitu tringulasi sumber. Keabsahan data dilakukan
penulis dengan cara mengecek jawaban dari pernyataan-pernyataan yang
diajukan kepada informan.
E. Teknik Pengolahan dan Analisis
Menganalisis data berarti mengurai data atau menjelaskan data yang
telah dikumpulkan. Sehingga dari data yang telah dikumpulkan dapat
ditarik pengertian-pengertian dan kesimpulan. Tujuannya yaitu
menyimpulkan pesan dari data tersebut menjadi sebuah informasi yang
dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan. Data-data yang telah
diperoleh tersebut akan dianalisa melalui tiga tahapan, yaitu:85
1. Reduksi Data
Data yang diperoleh penulis melalui penelitian lapangan,
wawancara, kajian pustaka dan observasi dicatat dengan rinci,
mengelompokkan atau memilah–milah dan memfokuskan pada hal
85
Sugiyono, Memahami Penelitian KualitatifBandung: Alfabeta, 2013), h. 99.
63
penting. Dengan demikian data yang didapat bisa memberikan
gambaran yang jelas. Jadi, reduksi data adalah suatu bentuk analisis
yang mempertajam, memilih, memfokuskan, membuang menyusun
data dalam suatu cara dimana kesimpulan akhir dapat digambarkan
dan diverifikasikan.86
2. Penyajian Data
Setelah data direduksi penulis melakukan penyajian dalam
bentuk tabel frekuesi dan teks bersifat naratif.87
3. Penarikan Kesimpulan
Penulis membuat kesimpulan dari data–data yang terangkum
yang dijabarkan dalam bentuk naratif. Kesimpulan digunakan untuk
menjawab rumusan masalah.88
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat-alat perlengkapan yang
digunakan saat penelitian. Alat-alat tersebut akan berguna dalam kegiatan
mengumpulkan informasi, seperti perekam suara pada handphone, pulpen,
kertas, kamera, dan daftar pertanyaan.
86
Krisyanto,Teknik Praktis Riset Komunikasi(Jakarta : Prenada Media Group, 2006),
h.96. 87
Ibid., h. 131. 88
Sugiyono,Memahami Penelitian Kualitatif(Bandung : Alfabeta, 2010), h. 99.
64
G. Jadwal Penelitian
Tabel2
Jadwal Penelitian
Bulan Kegiatan Penelitian
Maret Pengajuan Proposal
April Sidang Proposal
Mei – Juli Bimbingan Skripsi
Agustus-
September
Penelitian Lapangan dan Penyusunan
Laporan
Oktober Sidang Skripsi
65
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan hasil penelitian dan temuan-temuan dalam
penelitian yang telah ditemukan oleh penulis melalui wawancara dengan
informan. Secara lebih lanjut dalam bab ini akan dipaparkan mengenai
gambaran umum objek penelitian dari mulai profil, visi dan misi, struktur
organisasi, dll.
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian
1. Profil Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi DKI Jakarta
Kegiatan perpustakaan dan kearsipan telah dirintis sejak tahun
1950 dengan sebutan Perpustakaan Kotapradja Djakarta Raja. Pada
tahun 1961 Kotapradja Djakarta Raja ditingkatkan statusnya menjadi
tingkat I Daerah Khusus Ibukota Djakarta Raja yang kemudia
berimbas pada pergantian nama perpustakaan menjadi Perpustakaan
Balaikota Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Djakarta Raja.
Pada tahun 1978 melalui Keputusan Gubernur Kepala Daerah
Khusus Ibukota Jakarta dibentuklah Lembaga Perpustakaan Umum
yang menangani jenis perpustakaan umum di lingkungan Pemerintah
DKI Jakarta, seperti Perpustakaan Umum Gelanggang Mahasiswa
Soemantri Brodjonegoro dan Perpustakaan Umum di lima wilayah
kotamadya DKI Jakarta. Perpustakaan Umum di lima wilayah
kotamadya DKI Jakarta dialihkan pengelolaannya kepada Dinas
Pendidikan dan Pengajaran DKI Jakarta sebagai Unit Pelaksana
66
Teknis Dinas (UPTD), sedangkan Perpustakaan Umum Soemantri
Brodjonegoro masih tetap dikelola Biro Bina Mental Spiritual DKI
Jakarta.
Tahun 1993 dibentuk Perpustakaan Umum Pemerintah Daerah
DKI Jakarta melalui Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 8 Tahun
1993 sebagai penyelenggara perpustakaan umum daerah. Keberadaan
perpustakaan pun semakin penting di tengah masyarakat ibu kota
maka dibentuklah Peraturan Daerah DKI Jakarta nomor 3 tahun 2001
yang menyatakan Pembentukan Kantor Perpustakaan Umum Daerah
DKI Jakarta dengan keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta nomor
109 tahun 2001.Tahun 2009 berdasarkan Peraturan Daerah DKI
Jakarta Nomor 10 Tahun 2008 dan Peraturan Gubernur Provinsi DKI
Jakarta Nomor 153 ditetapkan Pembentukan Organisasi dan Tata
Kerja Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah (BPAD) provinsi DKI
Jakarta dan Badan Perpustakaan dan Arsip Kota (KPAK) yang
bertugas sebagai penyelenggara kegiatan perpustakaan umum daerah.
Terakhir, melalui Peraturan Daerah Nomor 5 tahun 2016, tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi DKI Jakarta,
dengan penetapan Peraturan Gubernur Nomor 282 tahun 2016 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Perpustakaan dan Kearsipan, Badan
Perpustakaan dan Arsip Daerah (BPAD) Provinsi DKI Jakarta
berubah nama menjadi Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi
DKI Jakarta (Dispusip).
67
2. Visi dan Misi
Perpustakaan umum memiliki visi dan misi yang mampu
menunjang tujuan dibentuknya perpustakaan umum yaitu turut serta
dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dengan menggalakkan gemar
membaca. Visi dari Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi DKI
Jakarta itu sendiri adalah ―Terwujudnya layanan prima dalam bidang
perpustakaan dan kearsipan.‖ Sedangkan misi dari Dinas Perpustakaan
dan Kearsipan adalah:
a. Mewujudkan tata kelola penyelenggaraan perpustakaan dan arsip
yang baik dengan menerapkan kaidah-kaidah good governance
b. Mengembangkan sarana dan pra-sarana perpustakaan dan arsip
bertaraf nasional bahkan internasional
c. Meningkatkan peran serta fungsi perpustakaan dan arsip dalam
kehidupan bermasyarakat, berpemerintahan, berbangsa, dan
bernegara
68
3. Struktur Organisasi
4. Area dan Kegiatan pada Layanan Anak Dispusip DKI Jakarta
Sebagai sebuah living organism perpustakaan harus terus
tumbuh mengikuti perkembangan zaman, salah satunya adalah dengan
memberikan terobosan baru agar dapat mendukung tercapainya visi
juga misi yang dicita-citakan. Berbagai cara dilakukan pada layanan
anak baik dengan menyediakan berbagai macam area maupun
mengadakan kegiatan-kegiatan yang menarik, hal tersebut dilakukan
sebagai bentuk motivasi bagi pemustaka anak dalam belajar dan untuk
memberikan pandangan baru kepada pemustaka anak bahwa
perpustakaan adalah tempat yang menyenangkan.
69
Area dan kegiatan pada layanan anak di Dinas Perpustakaan dan
Kearsipan Provinsi DKI Jakarta, antara lain:
1. Area, disediakan khusus untuk layanan anak pada lantai dua
gedung Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi DKI Jakarta
yang terbagi menjadi tiga area, yaitu:
a. Area membaca, terdiri dari lebih kurang 15-16 ribu koleksi
yang terbagi menjadi koleksi fiksi dan juga non fiksi seperti
buku belajar matematika, belajar bahasa Inggris dan kamus
bahasa Inggris, tata surya, macam-macam binatang, calistung,
dll. Sedangkan untuk koleksi fiksi seperti buku dongeng
rakyar, cerita puteri, dan fable. Area membaca ini merupakan
pusat kegiatan yang berada di lantai dua, dilengkapi dengan
karpet dan meja untuk membaca dapat membuat pemustaka
anak betah berlama-lama berada di area ini. Area ini dibuat
dengan tujuan membudayakan membaca sejak dini kepada
anak-anak.
b. Area education games, letaknya bersebelahan dengan area
membaca berisi berbagai macam permainan edukatif seperti
lego, puzzle, bongkar pasang, dll. Area ini dibuat dengan
tujuan melatih motorik halus anak, permainan yang
disediakan ini dapat digunakan untuk umum namun terdapat
koleksi-koleksi tertentu yang masih disimpan di dalam lemari
sehingga banyak pemustaka anak yang menangis karena
70
ingin memainkan mainan yang terdapat di lemari tersebut.
Diindikasikan permainan yang berada di dalam lemari adalah
macam-macam mainan yang kualitasnya lebih bagus dari
pada koleksi mainan yang sudah disediakan, dan mainan ini
berfungsi untuk menjadi pengganti ketika ada mainan yang
sampai rusak parah.
c. Area playground, yang berlokasi indoor ini berisi berbagai
macam permainan fisik seperti flying fox mini, ayunan, kolam
mandi bola, mobil kecil, sepeda kecil, otopet, dll. yang juga
dilengkapi papan tulis dengan berbagai macam poster untuk
pembelajaran anak usia dini berupa abjad, huruf hijaiyah,
angka, perhitungan sederhana, buah-buahan, hewan, rambu-
rambu lalu lintas, pengenalan anggota tubuh dan lain
sebagainya. Area playground sampai dengan disusunnya
skripsi ini masih berada di bawah pengawasan akibat gempa
yang terjadi beberapa waktu lalu, dampaknya banyak
pemustaka anak yang kecewa karena tidak bisa bermain di
area playground.Namun di sisi lain terdapat orang tua yang
justru merasa lega akan ditutupnya area playground ini
karena menurutnya area playground membuat suasana
perpustakaan menjadi crowded dan tidak terkendali.
2. Kegiatan, terdapat banyak kegiatan yang dilakukan di Dinas
Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi DKI Jakarta dalam rangka
71
menunjang pembelajaran baik yang dilakukan secara rutin
maupun tidak rutin, diantaranya:
a. Menggambar dan mewarnai, biasanya dilakukan setiap hari
khusus untuk senin-jumat bentuk gambarnya sama akan
tetapi untuk weekend akan diprint kembali gambar yang
terbaru. Kegiatan ini sifatnya bebas, dilakukan untuk
pemustaka yang memang ingin menggambar atau mewarnai,
sistemnya pemustaka yang datang bisa langsung meminta
gambar dan ala mewarnai kepada petugas yang berjaga di
lantai 2.
b. Mendongeng, kegiatan ini terbagi menjadi dua yakni
dilakukan oleh pustakawan dan juga yang dilakukan oleh
professional. Kegiatan mendongeng yang dilakukan oleh
pustakawan dilakukan dengan tujuan untuk mengurai
keramaian ketika suasana layanan anak sudah terlalu ramai
sehingga sulit untuk dikendalikan. Sedangkan untuk kegiatan
mendongeng yang dilakukan oleh pendongeng profesional
(storyteller) dilakukan rutin setiap sabtu atau minggu.
c. Pemutaran Film, dilakukan ketika musim libur sekolah tiba.
Hal ini dikarenakan jika libur sekolah tiba bukan hanya
weekend akan tetapi weekdays pun ramai pengunjung. Film-
film yang ditayangkan sudah diseleksi oleh pustakawan dan
berisi tentang edukasi serta menghibur. Khusus untuk di luar
72
musim libursekolah biasanya kegiatan ini menyesuaikan
dengan situasi dan kondisi perpustakaan dan pemustaka anak.
d. Kegiatan Kreativitas lainnya, kegiatan ini sifatnya tergantung
pada kretivitas dari pustakawan dan juga petugas yang
sedang berjaga. Kegiatan kretivitas yang biasa dilakukan
misalnya, games dan membuat origami.
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai hasil dari penelitian dan
juga pembahasan tentang peran pustakawan dalam pemanfaatan layanan
anak sebagai motivasi belajar anak di Dispusip DKI Jakarta.Hal ini penulis
peroleh dengan melakukan observasi dan wawancara untuk mengetahui
bagaimana peran pustakawan dalam memotivasi pemustaka anak belajar
berdasarkan indikator-indikator yang telah penulis tentukan.
Dalam bab ini penulis juga akan memaparkan hasil wawancara
dengan para narasumber yakni tiga orang pustakawan. Terdiri dari Ibu
Ruly Diah yang telah bekerja selama 5 tahun di Dispusip DKI Jakarta,
Bapak Muhammad Adam yang telah bekerja selama 3 tahun di Dispusip
DKI Jakarta, dan terakhir Bapak Ahmad Jauzi yang telah bekerja selama 1
tahun di Dispusip DKI Jakarta. Kegiatan observasi dan wawancara ini
dilakukan lebih kurang selama satu bulan, sejak tanggal 1 Agustus 2018
sampai dengan 31 Agustus 2018.
73
Pustakawan sebagai orang yang bertanggung jawab atas layanan
anak memiliki peran yang sangat penting. Sikap yang ditunjukkan oleh
pustakawan menjadi hal yang berarti bagi pemustaka anak dalam proses
belajarnya. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat kegiatan-kegiatan
menarik seperti yang telah dilakukan oleh layanan anak Dispusip DKI
Jakarta. Melalui hal tersebut dapat terlihat bagaimana peran pustakawan
dalam memanfaatkan layanan anak sebagai memotivasi belajar anak.
Hal tersebut senada dengan yang diungkapkan oleh salah satu
pustakawan ketika penulis melakukan wawancara,
“Fungsi perpustakaan itu kan banyak, gak cuma baca buku tapi
ada fungsi rekreasi, edukasi. Nah keberadaan pustakawan ini
harus menstimulasi anak-anak melalui kegiatan dan area yang
ada karena anak usia 3-6 tahun itu mudah jenuh paling lama
bertahan baca buku itu sekitar 30 menit, jadi setelah itu kita
arahkan ke area education games. Mainan yang disediakan juga
bukan sembarangan, tapi yang dapat melatih motoriknya.”89
Terkait peran pustakawan dalam memotivasi anak belajar, akan
penulis jelaskan secara lebih rinci berdasarkan wawancara penulis
dengan pustakawan layanan anak dan observasi yang penulis lakukan.
Hal ini dengan memfokuskan pada indikator-indikator yang telah
penulis tetapkan. Adapun indikator yang penulis tetapkan tersebut
penulis jadikan acuan dalam menjawab pertanyaan penelitian, yakni
bagaimana peran pustakawan dalam memotivasi anak belajar dengan
memberikan pujian dan perhatianjuga memberikan fasilitas dan hadiah.
89
Ahmad Jauzi, Hasil Wawancara Pribadi, 24 Agustus, 2018.
74
1. Motivasi dengan Pemberian Pujian dan Perhatian
Pemustaka layanan anak yang biasanya berusia 3-6 tahun
membutuhkan arahan dan bimbingan dalam proses belajarnya.
Dalam menjalankan perannya sebagai pustakawan yang
berkontribusi dalam pendidikan pemustaka anak, pustakawan dapat
memanfaatkan layanan anak di perpustakaan seperti layanan anak
pada Dispusip DKI Jakarta dengan cara memberikan motivasi
ekstrinsik terhadap pemustaka anak.
Melalui pemberian motivasi ekstrinsik ini pustakawan dapat
mendekatkan diri dengan pemustaka anak. Yang mana tujuannya
adalah untuk mempermudah kegiatan yang dilakukan di
perpustakaan. Salah satuyang dapat dilakukan oleh pustakawan ialah
dengan pemberian pujian dan perhatian, yang masing-masing
pemberiannya harus dilakukan dengan tepat sasaran.
Berdasarkan wawancara penulisdengan pustakawan, peran
pustakawan dalam pemberian pujian sebagai salah satu cara
memotivasi anak belajar adalah sebagai berikut,
―Lucunya anak memang sukanya dipuji, banyak anak yang sekiranya
kita puji seperti ―wah hebat‖ ―wah bagus‖ jadi tambah semangat dan
besoknya malah nagih. Kadang kita memberikan pujian yang biasa
tapi buat mereka luar biasa.‖90
Pemberian pujian diberikan kepada pemustaka anak melalui kalimat-
kalimat verbal seperti ―wah bagus sekali gambarnya‖, ―hebat sekali
kamu‖ ketika pemustaka anak menunjukkan hasil karyanya pada
90
Muhammad Adam, Hasil Wawancara Pribadi, 18 Agustus, 2018.
75
kegiatan menggambar dan mewarnai atau kegiatan lainnya seperti
pada saat berlangsungnya kegiatan storytelling, origami, atau pun
games.
Pujian yang diberikan selama berlangsungnya kegiatan dapat
memotivasi anak untuk melakukan yang terbaik dalam kegiatan yang
dilakukan. Hal ini ditunjukkan dengan pemustaka anak menjadi lebih
aktif, dan percaya diri dalam mengeksplor imajinasinya melalui
kegiatan-kegiatan yang dilakukan.Hal ini seperti yang disebutkan
dalam sebuah jurnal, yakni pujian verbal dan feedbacknya dapat
meningkatkan nilai dari sebuah aktivitas.91
Selain itu, memotivasi pemustaka anak melalui pemberian
pujian dalam melakukan kegiatan belajar di perpustakaan sesuai
dengan yang disebutkan dalam General Guidelines for Facilitating a
Library Activity Session.Yang mengatakan bahwa salah satu cara
membuat pemustaka anak berperan aktif dalam aktivitas yang
dilakukan di perpustakaan adalah melalui pemberian pujian.92
Hal serupa diungkapkan oleh pustakawan selanjutnya yang
penulis wawancarai, namun pustakawan kedua ini lebih menekankan
pada pujian secara non verbal yakni dengan
91
Cameron Judy and Pierce W. David, ―The Debate About Rewards and Intrinsic
Motivation: Protests and Accusations Do Not Alter the Results.‖ 92
―Facilitating Library Activity Sessions for Children,‖ Ask About Ireland (blog), diakses
pada 22 Oktober, 2018, melalui <http://www.askaboutireland.ie/libraries/books-and-
reading/childrens-literacy-skills/ideas-for-library-activit/Facilitating-library-activity-sessions-for-
children.pdf.>
76
memberikanpenghargaaan kepada pemustaka anak, seperti
penggalan wawancara berikut,
―Jelas ketika anak dipuji secara verbal dia akan senang, dia jadi ingin
datang lagike perpustakaan. Tapi selain verbal, ada juga pujian
secara non verbal yaitu memberikan penghargaan kepada pemustaka
anak yang hasil menggambar dan mewarnainya bagus dengan cara
memajang hasil karyanya pada art corner. Dengan begitu banyak
pemustaka anak yang termotivasi agar gambarnya dipajang pada art
corner tersebut.‖93
Selain itu, apresiasi diberikan pula kepada pemustaka anak
yang berhasil menyelesaikan membaca satu buah buku. Kemudian
pustakawan akan memberikannya potongan kertas yang berisi nama,
judul buku, dan hal apa yang pemustaka anak dapatkan dari buku
yang telah dibaca. Berikut kutipan wawancaranya,
―Kita biasanya memberikan potongan kertas kepada pemustaka anak
yang telah selesai membaca satu buku untuk kemudian ditulis nama
pemustaka anak tersebut dan juga buku apa yang ia berhasil
selesaikan pada hari itu, kemudian hasilnya akan ditempel pada art
corner seperti hasil karya menggambar dan mewarnai.‖94
Selain sebagai bentuk apresiasi, dengan memberikan potongan
kertas pustakawan dapat mengetahui pemahaman anak atas apa yang
telah dilakukan di perpustakaan. Sehingga kegiatan tersebut dapat
menjadi lebih efektif. Tidak jarang pula pustakawan memberikan
pertanyaan-pertanyaan singkat bahkan meminta pemustaka anak
untuk menceritakan kembali usai kegiatan storytelling.
Dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan singkat dan
menceritakan kembali ini, pustakawan telah memberikan peran pada
93
Ahmad Jauzi, Hasil Wawancara Pribadi, 24 Agustus, 2018. 94
Ahmad Jauzi, Hasil Wawancara Pribadi, 24 Agustus, 2018.
77
pemustaka anak untuk terlibat dalam aktivitas belajar seperti yang
telah disebutkan dalam bahwa salah satu tips dalam melakukan
aktivitas dengan pemustaka anak ialah dengan memberikan peran
aktif kepada mereka.95
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat dilihat bahwa
pustakawan biasanya memberikan pujian kepada pemustaka anak
jika pemustaka anak berhasil melakukan hal-hal yang positif. Pujian
yang diberikan biasanya bersifat verbal seperti kata-kata pujian dan
kata-kata penyemangat yang dapat membuat anak termotivasi untuk
berbuat lebih baik lagi.
Kemudian menempel karya pemustaka anak pada area art
cornerjuga merupakan salah satu bentuk apresiasi sebagai
perwujudan dari pujian non verbal berupa barang atau tanda yang
diberikan oleh pustakawan atas usaha dari pemustaka anak. Karena
disebutkan oleh Cross bahwa pujian dan motivasi dapat membuat
anak terdorong untuk lebih giat lagi daripada sebelumnya.96
Pemberian pujian yang dilakukan oleh pustakawan juga
diungkapkan oleh orang tua pemustaka anak yang penulis
wawancarai,
95
―Facilitating Library Activity Sessions for Children,‖ Ask About Ireland (blog), diakses
pada 22 Oktober, 2018, melalui <http://www.askaboutireland.ie/libraries/books-and-
reading/childrens-literacy-skills/ideas-for-library-activit/Facilitating-library-activity-sessions-for-
children.pdf.> 96
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta:
Kencana Pernada Media Grup, 2009), h. 147.
78
―Dalam hal memuji, biasanya dilakukan ketika anak berhasil
melakukan hal yang baik dalam belajar, seperti mampu
menyelesaikan tantangan menggambar dan mewarnai yang diberikan.
Pujian yang diberikan bersifat verbal dan juga non verbal, untuk non
verbal gambar yang dihasilkan apabila bagus akan dipajang pada art
corner di area education games.‖
Meskipun pujian itu perlu, para pustakawan yang penulis
wawancarai sepakat bahwa pemberian pujian ini harus dilakukan
sesuai dengan tempatnya. Hal ini karena pustakawan tidak
menjadikan sebuah pujian menjadi suatu yang utama dalam
berkegiatan. Hal ini dilakukan bukan agar anak terbiasa menerima
imbalan berupa pujian akan tetapi agar anak semangat dan merasa
tertantang untuk melakukan sesuatu yang lebih baik lagi.
Hal ini sesuai dengan yang disebutkan oleh Sherry R. Crow
dan Ruth V. Small bahwa pemberian pujian yang tulus
dikombinasikan dengan dorongan yang terfokus pada usaha serta
kerja keras anak dapat memberikan dampak yang positif dalam
memotivasi pemustaka anak.97
Artinya fokus usaha dan kerja keras
dari pemustaka anak inilah yang dinilai dan diberikan apresiasi.
Pemberian pujian secara verbal maupun non verbal untuk
memotivasi anak belajar pada saat kegiatan di Dispusip DKI Jakarta
sebenarnya sudah dilakukan. Hanya saja kegiatan yang
menghasilkan pujian tersebut masih jarang dilakukan. Misalnya
97
Sherry R. Crow dan Ruth V. Small, ―Developing the Motivation within: Using Praise
and Rewards Effectively,‖ School Library Monthly, 27 (2011): h. 5–7. Diakses pada 20 Oktober
2018 melalui
<https://www.researchgate.net/publication/234645804_Developing_the_Motivation_within_Using
_Praise_and_Rewards_Effectively>
79
selama melakukan penelitian lebih kurang satu bulan penulis hanya
melihat pustakawan dan petugas melakukan kegiatan menggambar
dan mewarnai yang sebanyak dua kali. Hal ini tentu saja sangat
disayangkan, kegiatan yang justru menjadi daya tarik bagi
pemustaka anak tidak memiliki sistem yang jelas dan konsistensi
waktu yang pasti.
Sedangkan pemberian perhatian ditunjukkan melalui perbuatan
seperti mengawasi pemustaka anak, membimbing serta membantu
kesulitan pemustaka anak dengan memberikan layanan bimbingan
referensi, bimbingan membaca, juga bimbingan belajar. Berdasarkan
hasil wawancara penulis dengan pustakawan, dapat diketahui bahwa
anak yang aktif dalam belajar dengan memanfaatkan layanan anak
tidak luput dari perhatian yang diberikan oleh pustakawan dalam hal
mengawasi, maupun membimbing dalam hal belajar ataupun
bermain bersama.
―Kami selalu membimbing anak untuk membaca dulu, kalau saya
pribadi dengan cara menanyakan kepada orang tuaunya buku apa
yang disukai anaknya. Kejadian di lapangan biasanya anak ada yang
suka dinosaurus, tata surya, binatang, ataupun kendaran. Ketika
sudah mengetahui itu saya langsung carikan buku yang berkaitan
karena kita sudah hafal maka dibawakan sekitar 4-5 buku referensi
terutama yang banyak gambarnya dibandingkan tulisannya.‖98
Hal yang dilakukan oleh pustakawan dalam kutipan
wawancara di atastelah sesuai dengan peran pustakawan anak yang
disebutkan oleh Binnie.Yakni memiliki peran tersendiri dalam
98
Muhammad Adam, Hasil Wawancara Pribadi, August 18, 2018.
80
menentukan koleksi bacaan anak, memberikan bimbingan membaca,
bimbingan referensi, melakukan book talk, dan juga storytelling.99
Salah satu peran pustakawan di luar operasional sehari-hari
juga disebutkan yakni selalu bersiap untuk memberikan perhatian
kepada pemustaka dengan menyarankan ―apa yang harus dibaca
berikutnya‖, atau ―apa yang harus dilakukan selanjutnya.‖100
Dengan
melakukan hal seperti yang disebutkan dalalm wawancara, maka
pustakawan Dispusip DKI Jakarta telah memberikan perhatian yang
terkait belajar kepada pemustaka anak dengan memberikan layanan
bimbingan referensi.
Meskipun begitu tidak semua pemustaka anak bisa didekati
untuk diberikan layanan-layanan tersebut, seperti yang dikatakan
salah satu pustakawan sebagai berikut,
―Sebagai pustakawan dituntut harus peka, sambil mengawasi juga
harus memahami gerak-gerik anak, kalau yang sekiranya kesulitan
dalam membaca dibantu namun biasanya pemustaka anak justru
malu kemudian malah meninggalkan area tersebut. Tapi ada juga
yang justru malah diajarkan membaca, biasanya petugas perempuan
yang melakukan.‖101
Hal tersebut senada dengan yang dikatakan pustakawan ketika sesi
wawancara, bahwa pemustaka Dispusip DKI Jakarta datang dari
berbagai macam kalangan ekonomi dan juga pendidikan.Misalnya
99
Binnie L. Tate, ―The Role of the Children’s Librarian in Serving the Disadvantaged,‖
n.d., h. 392–404. Diakses pada 2 Agustus 2018 melalui
<https://core.ac.uk/download/pdf/4815941.pdf> 100
―Your Role as Librarian,‖ 2017, Diakses pada 2 Agustus 2018 melalui
<http://www.plconnect.slq.qld.gov.au/services/rural-libraries-queensland/manual/your-
role#what.> 101
Muhammad Adam, Hasil Wwancara Pribadi, 18 Agustus, 2018.
81
seperti anak-anak kali pasir yang kurang beruntung secara ekonomi
dan pendidikan.
Anak-anak kali pasir banyakyang datang hanya untuk bermain
akan tetapi ada juga yang memang datang untuk membaca.
Meskipun begitu, tidak semua anak kali pasir yang datang bisa
membaca. Oleh karena itu diadakan bimbingan belajar membaca
bersama dengan media buku alphabet yang dilakukan oleh
pustakawan atau petugas. Namun hal tersebut dilakukan apabila
pemustaka anak berkeinginan untuk melakukannya, karena
pustakawan tidak bisa memaksakan, berikut yang dikatakan oleh
pustakawan ketika penulis wawancarai,
―..terkadang anak kali pasir yang tidak bisa membaca, kita
kumpulkan untuk belajar membaca namun kembali lagi tidak semua
anak mau ada yang justru malu dan malah kabur. Kalau sudah begitu
yasudah kita kan tidak mau memaksakan, kita hanya memberi
fasilitas kalau mau silahkan kalau tidak yasudah.‖102
Akan sangat disayangkan apabila kegiatan yang dilakukan
terlalu bergantung dengan kondisi psikologis pemustaka anak yang
tidak menentu. Menanggapi hal tersebut, sudah seharusnya
pustakawan membekali dirinya dengan ilmu-ilmu yang berkaitan
dengan ranah kerjanya seperti yang disebutkan dalam International
Federation of Library Association and Institution (IFLA) dalam
102
Ahmad Jauzi, Hasil Wawancara Pribadi, 24 Agustus, 2018.
82
Guidelines for Children’s Library, yakni di antaranya psikologi
perkembangan anak.103
Dengan begitu pustakawan akan lebih mudah dalam
melakukan berbagai kegiatan dengan pemustaka anak. Selain itu
akan lebih mudah puladalam menjalankan perannya
denganmemberikan perhatianyang terkait dengan belajar.Di
antaranya yakni melalaui pemberian layanan dalam hal layanan
referensi, membaca, dan juga bimbingan belajar.
Selanjutnya dalam hal mengawasi pemustaka anak belajar,
pustakawan lebih sering melakukannya dari meja petugas. Hal ini
memang sudah seharusnya demikian, sebab petugas yang berjaga
tidak boleh terlalu lama meninggalkan meja petugas karena diawasi
oleh cctvyang langsung menuju ke dinas.Hal ini seiring dengan yang
dikatakan oleh pustakawan yang penulis wawancara, yakni sebagai
berikut,
―Untuk mengawasi hanya dari meja pengawas, karena prosedur
untuk berjaga di lantai 2 itu kita harus berada di meja petugas kita
juga diawasi dengan cctv yang langsung dari dinas makanya untuk
layanan anak kita sangat kerjasama kepada orang tua karena tidak
semua bisa kita pantau, kalau kita sering keluar dari meja nanti
disangka tidak ada petugas dan semacamnya kecuali ada kegiatan
barulah kita bisa meninggalkan meja itu lebih lama karena
kegiatannya memang jelas.‖
Dengan situasi seperti ini, kesempatan bagi pustakawan untuk
mendampingi pemustaka anak dalam area membaca maupun area
103
IFLA, ―Guidelines for Library Services to Babies and Toddlers,‖ 2007, Diakses pada
10 Maret 2018, melalui <https://www.ifla.org/files/assets/hq/publications/professional-
report/100.pdf.>
83
education games sangat minim. Kecuali pada saat-saat tertentu
seperti pada saat berlangsungnya kegiatan storytelling yang
dilakukan oleh pustakawan ataupun terdapat kunjungan dari sekolah.
Namun hal tersebut tidak menutup kemungkinan bagi pustakawan
untuk membantu kebutuhan pemustaka anak di layananan anak.
Kegiatan yang dilakukan merupakan salah satu cara yang
pustakawan anak lakukan untuk berkomunikasi dan melakukan
pendekatan dengan pemustaka anak. Karena seperti yang disebutkan,
bahwa seorang pustakawan anak yang memiliki tujuan utama untuk
menanamkan pengetahuan daripada menjaga buku akan mencari
berbagai macam cara untuk berkomunikasi dan mengembangkan
komunikasi dengan pemustaka anak seperti membacakan cerita
tradisional, melakukan kegiatan menulis, melakukan kegiatan
membaca puisi, melakukan kegiatan pemutaran film, dll.104
2. Motivasi dengan Pemberian Fasilitas dan Hadiah
Proses belajar tidak akan berjalan lancar tanpa adanya fasilitas
yang disediakan. Berdasarkan hal tersebut, perpustakaan dan
pustakawan harus mampu memenuhi fasilitas belajar anak baik dari
segi sarana maupun prasarana. Fasilitas yang disediakan berupa
fasilitas fisik seperti ruang membaca, ruang bermain, dan juga
peralatan belajar yang digunakan langsung untuk belajar.
104
Binnie L. Tate, ―The Role of the Children’s Librarian in Serving the Disadvantaged,‖
n.d., h. 392–404. Diakses pada 2 Agustus 2018 melalui
<https://core.ac.uk/download/pdf/4815941.pdf>
84
Peralatan belajar yang diberikan untuk mendukung kegiatan
yang dilaksanakan.Contohnya adalah alat menggambar dan
mewarnai yang bisa didapatkan dengan cara meminta langsung
kepada petugas yang berjaga di lantai dua layanan anak Dispusip
DKI Jakarta. Kegiatan menggambar dan mewarnai ini dilakukan
oleh para pemustaka anak yang memang ingin melakukan hal
tersebut, jika tidak ingin maka tidak ada paksaan untuk
melakukannya. Hal tersebut berdasarkan dengan hasil wawancara
yang penulis lakukan dengan pustakawan, yakni sebagai berikut,
―Kegiatan ini sifatnya tidak dipaksa, siapa yang ingin melakukan
maka dipersilahkan. Kegiatan ini juga sudah disediakan plus crayon
dan pensil warna jadi pengunjung yang sudah sering datang juga
sudah tahu ketika mereka datang mereka akan langsung bertanya
untuk meminta tanpa khawatir tidak membawa peralatan dari
rumah.‖105
Disamping penyediaan fasilitas untuk menggambar dan
mewarnai seperti pensil warna dan crayon, disediakan pula kertas
origami yang dapat digunakan untuk membuat kreasi pun pula
dijadikan hiasan dekorasi pada layanan anak. Pelaksanaannya yaitu
pustakawan dan pemustaka anak bersama-sama membuat kreasi
origami tersebut. Namun tetap kegiatan ini sifatnya spontan dan
tidak memaksa serta tidak ada jadwal tertentu yang pasti tergantung
dari kreativitas dari pustakawan ataupun petugas yang bertugas.
Penyediaan fasilitas ini sesuai dengan peran pustakawan di luar
operasional sehari-hari yang telah disebutkan yakni berperan sebagai
105
Ruly Diah K, Hasil Wawancara Pribadi, 24Agustus, 2018.
85
mediator informasi, mediator belajar, mediator dalam pelestarian
budaya, pembimbing pembelajaran, mediator masa lalu kini dan
nanti, serta fasilitator dalam pembinaan minat baca. 106 Namun bukan
hanya fasilitator dalam hal minat baca, lebih besar lagi pustakawan
juga berperan sebagai fasilitator dalam hal belajar.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, fasilitas yang
disediakan Dispusip DKI Jakarta sudah mumpuni untuk ukuran
perpustakaan umum. Namun sayangnya kegiatan untuk
memanfaatkan fasilitas yang tersedia ini masih jarang dilakukan.
Seperti kegiatan menggambar dan mewarnai sebenarnya selalu
disediakan alat-alatnya di meja petugas hanya saja sosialisasi yang
kurang menyebabkan pemustaka anak tidak memanfaatkan fasilitas
tersebut. Sama halnya dengan kegiatan kreativitas lainnya yang
mana peralatannya pun sudah disediakan namun sangat jarang
dilakukan dan tidak menentu. Selama melakukan penelitian, tidak
sekalipun penulis lihat pustakawan atau petugas melakukan kegiatan
kreativitas atau games.
Mengenai pemberian hadiah juga penting dilakukan untuk
memotivasi anak, Namun pemberiannya harus diperhatikan agar
tidak terlalu berlebihan. Berikut hasil wawancara penulis dengan
pustakawan,
106
Chusnul Chatimah and Taufiq Mathar, ―Peran Pustakawan Dalam Meningkatkan
Kinerja Perpustakaan.‖
86
―..saya juga suka memberikan tantangan dengan hadiah merchandise
berupa gelang ketika anak berhasil membaca minimal satu buku hal
itu diawasi oleh petugas dan juga orang tua, setalah itu baru kami
arahkan untuk permainan edukasi ketika mereka sudah boring atau
bosan.‖107
Hal ini juga sesuai dengan prinsip premack,yang artinya
menghubungkan sesuatu pada kegiatan-kegiatan yang lebih digemari
dengan kegiatan yang kurang digemari. Hal ini juga berarti dalam
melakukan tindakan dan kesempatan, diperkuat oleh aksi
lainnya.108
Pada Dispusip DKI Jakarta ini biasanya kegiatan yang
digemari seperti menggambar dan mewarnai serta bermain
dihubungkan terlebih dahulu dengan kegiatan membaca.
Selain hadiah berupa merchandise, ada juga hadiah berupa
uang seperti yang dikatakan pustakawan sebagai berikut,
―..Ketika mereka melakukan suatu kreasi yang wah di perpustakaan
biasanya gini kalau ada gambar yang bagus pada kegiatan
menggambar dan mewarnai ini kita berikan reward berupa gelang,
gantungan kunci atau uang sebesar dua ribu rupiah.‖109
Hadiah yang diberikan dalam kegiatan yang dilaksanakan
merupakan salah satu usaha yang dilakukan untuk menjaga perilaku
seseorang untuk tetap berperilaku sesuai dengan yang diharapkan.
Dalam General Guidelines for Facilitating a Library Activity
Session disebutkan bahwa rewards yang diberikan selama
melakukan kegiatanbelajar di perpustakaan terbukti bermanfaat
107
Muhammad Adam, Hasil Wawancara Pribadi, 18 Agustus, 2018. 108
Peter R. Killeen, ―Pavlov + Skinner = Premack Peter R. Killeen,‖ International Journal
of Comparative psychology, 27 (2014): h. 544–68. Diakses pada 30 Juli 2018 melalui
<https://www.researchgate.net/publication/269873794_Pavlov_Skinner_Premack> 109
Ahmad Jauzi, Hasil Wawancara Pribadi, 24 Agustus, 2018.
87
untuk memotivasi pemustaka anak dan menjaga perilaku mereka
untuk tetap mengerjakan apa yang diperintahkan.110
Dalam teori pembelajaran dikenal pula istilah penguatan
positif, yakni berupa hadiah dan juga pujian. Yang mana dilakukan
karena seseorang telah melakukan suatu perbuatan yang sesuai dan
juga diharapkan.111 Dalam hal ini hadiah disebut sebagai penguatan
positif (menyenangkan) tersebut. Namun salah satu pustakawan yang
penulis wawancarai mengatakan bahwa hadiah hanyalah sedikit
apresiasi, yang utama tetap prosesnya,
―Sebenernya itu hanya sebatas penghargaan dan apresiasi kepada
mereka supaya lebih aktif. Gak dikasih reward juga udah aktif sih,
supaya lebih seru. Jangan sampe reward ini yang utama proses yang
utama, kita gak mau karena kita iming-imingi sesuatu mereka jadi
berharap kepada itu. Hanya sedikit apresiasi, sedikit aja supaya lebih
aktif lebih tertantang dalam melakukan sesuatu.‖112
Hadiah ini diberikan kepada pemustaka anak yang telah
melakukan kegiatan positif pada layanan anak.Misalnya pemustaka
anak mampu menyelesaikan minimal satu buku kemudian menulis
nama serta judul buku yang sudah selesai dibaca. Selain itu,
pemustaka anak bersedia menyerahkan hasil menggambar dan
mewarnainya kepada pustakawan atau petugas. Atau pemustaka
anak yang dapat menceritakan kembali cerita pada kegiatan
110
―Facilitating Library Activity Sessions for Children,‖ Ask About Ireland (blog), diakses
pada 22 Oktober, 2018, melalui <http://www.askaboutireland.ie/libraries/books-and-
reading/childrens-literacy-skills/ideas-for-library-activit/Facilitating-library-activity-sessions-for-
children.pdf.> 111
Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar dan Pembelajaran, 41. 112
Ruly Diah K, Hasil Wawancara Pribadi, 24 Agustus, 2018.
88
storytelling. Pemberian hadiah juga berlaku pada saat kegiatan
games yang dilakukan oleh pustakawan terhadap pemustaka anak.
Pemberian hadiah lebih banyak dilakukan pada saat Dispusip
DKI Jakarta mendapat kunjungan dari sekolah TK/PAUD yang
kemudian melakukan kegiatan disana. Namun tidak menutup
kemungkinan diberikan kepada pemustaka lain yang aktif dalam
kegiatan pembelajaran.Tentunya selama persediaan hadiah masih
ada.
Pemberian hadiah juga diberikan tidak terkecuali kepada
anak kali pasir. Dari sekian banyak anak kali pasir yang datang,
memang tidak semua memiliki motivasi intrinsik untuk belajar.Akan
tetapi dengan adanya stimulus berupa hadiah ini membuat mereka
dapat mengikuti kegiatan belajar dengan baik dan tertib. Pada saat
itulah peran pustakawan dalam memberikan motivasi ekstinsik bagi
pemustaka anak. Seperti yang dikatakan salah satu pustakawan pada
saat sesi wawancara,
―..Anak kali pasir ini merupakan anak-anak dari lingkungan sekitar
dispusip yang kurang mampu, kurang pendidikan, ada juga yang
bandel tapi makanya kita didik justru gak kita marahi tapi kita
edukasi dengan kegiatan yang menyenangkan salah satunya dengan
menggambar dan mewarnai kalau memang bagus nanti dapat gelang
atau uang dua ribu akhirnya anak itu jadi diam dan dapat mengikuti
kegiatan dengan baik, jadi contoh juga buat yang lain.‖113
Perilaku yang ditunjukkan oleh anak kali pasir ini
menunjukkan bahwa external regulation yang berperan dalam
113
Muhammad Adam, Hasil Wawancara Pribadi, 18 Agusttus, 2018.
89
memotivasi belajar mereka, yakni keterlibatan perilaku karena
adanya hadiah yang diharapkan.114 Oleh karenanya pemberian hadiah
harus dengan dosis yang pasagar terbentuk sikap positif yang
berulang.
Hal ini terbukti dengan apa yang dikatakan pustakawan bahwa
ada pemustaka anak yang terus menerus ingin menggambar dan
mewarnai agar hasil gambar dan mewarnainya itu dapat terpajang di
madingart corner dan dapat dilihat oleh pemustaka yang lain.
Menjadi kepuasan dan kebahagiaan tersendiri bagi pemustaka anak
apabila usaha yang dilakukan dihargai dengan nyata oleh
pustakawan, orang tua mereka, atau bahkan pemustaka lain yang
datang.
Dengan memanfaatkan area dan kegiatan sebagai media dalam
pembelajaran bagi pemustaka anak, pustakawan dapat memberikan
motivasi ekstrinsik kepada pemustaka anak. Hal ini dilakukan agar
pemustaka anak menjadi lebih giat lagi dalam belajar. Tentunya
penumbuhan motivasi intrinsik yang berasal dari dalam diri pemustaka
anak ini sangat penting. Namun apabila hal tersebut belum tumbuh maka
melalui motivasi ekstrinsik ini pustakawan dapat membantu pemustaka
anak untuk menumbuhkan motivasi intrinsik tersebut.
114
Cokley O. Kevin, ―What Do we Know about the Motivation of American Students?‖
90
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di atas mengenai ―Peran Pustakawan
dalam Pemanfaatan Layanan Anak sebagai Motivasi Belajar Anak di
Dispusip DKI Jakarta‖, maka dapat penulis simpulkan bahwa pustakawan
telah berperan dalam memotivasi anak belajar melalui:
1. Pemberian pujian dan perhatian dilakukan dengan cara memberikan
pujian verbal maupun non verbal kepada pemustaka anak yang aktif
dalam mengikuti kegiatan di Dispusip DKI Jakarta. Pujian verbal
seperti ―kamu hebat‖, ―bagus sekali‖ sedangkan pujian non verbal
dengan cara menempel hasil karya pemustaka anak pada mading art
corner yang telah disediakan. Mengenai perhatian lebih banyak
dilakukan dengan cara mengawasi, memperingati tentang tata tertib di
layanan anak Dispusip DKI Jakarta. Sedangkan perhatian yang terkait
belajar seperti layanan bimbingan referensi, bimbingan membaca, dan
bimbingan belajar masih jarang dilakukan.
2. Pemberian fasilitas dan hadiah dilakukan dengan cara menyediakan
fasilitas berupa peralatan belajar seperti ruang belajar, koleksi buku,
dan koleksi mainan edukatif. Namun disamping itu fasilitas dalam
pelaksanaan kegiatan juga disediakan yakni dengan cara penyediaan
form menggambar dan mewarnai, alat mewarnai, peralatan permainan,
serta kertas origami untuk menunjang kegiatan kreativitas yang
91
dilakukan. Sedangkan hadiah diberikan kepada pemustaka anak yang
aktif dalam mengikuti kegiatan di Dispusip DKI Jakarta. Baik dalam
kegiatan menggambar dan mewarnai, maupun storytelling. Hadiah yang
diberikan berupa merchandise berupa sticker, gelang, gantungan kunci,
juga uang dua ribu rupiah. Sayangnya kegiatan yang dilakukan untuk
memanfaatkan fasilitas dan yang menghasilkan hadiah masih kurang
aktif pelaksanannya.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, berikut ialah saran yang dapat
penulis berikan:
1. Dalam pemberian perhatian dengan cara memberikan layanan
sepertilayanan referensi, layanan bimbingan membaca, dan layanan
bimbingan belajar sebaiknya dilakukan tanpa menunggu inisiatif datang
dari pemustaka anak. Setiap kegiatan yang dilakukan juga sebaiknya
disosialisasikan lebih gencar lagi dengan konsistensi jadwal yang pasti.
2. Dalam memberikan fasilitas dan hadiah, agar pemustaka anak lebih
nyaman dalam mengikuti berbagai macam kegiatan,sebaiknyadilakukan
kerjasama dengan melibatkan orang tua dalam kegiatan yang akan
dilakukan.
92
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Alwisol. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press, 2009.
Craig, D. Sidney, and YB. Tugiyarso. Mendidik Dengan Kasih. Yogyakarta: Kanisius,
1994.
Dahar, W. Ratna. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Erlangga, 2011.
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
Hamalik,Oemar. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2007.
Irawan,Prasetya. Logika dan Prosedur Penelitian. Jakarta: STIA-LAN, 1999.
Kartono,Kartini. Peranan Keluarga Memandu Anak. 1st ed. Jakarta: Rajawali, 1992.
McColvin, R. Lionel. Public Library Service for Children. France: UNESCO, 1957.
M, A.Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. 1st ed. Jakarta: Rajawali,
1990.
Moleong, J. Lexy. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya,
2011.
Purwanto,Ngalim. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.
Perpustakaan Nasional RI. Panduan Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum.
Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2000.
———. Panduan Penyelenggaraan Perpustakaan Daerah. Jakarta: Perpustakaan
Nasional RI, 1992.
Reitz, M. Joan. Dictionary for Library and Information Science. Amerika: Libraries
Unlimited, 2004.
Santrock, W. John. Educational Psychology. 3rd ed. New York: Mc Graw-Hill, 2008.
Sanjaya.Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:
Kencana Pernada Media Grup, 2009.
S, N.Sutarno. Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003.
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2013.
Suherman. Pustakawan Inspriratif. Bandung: MQS Publishing, 2011.
93
Sulistyo-Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Tangerang Selatan: Universitas
Terbuka, 2013.
Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Pers, 2015.
Uno, B. Hamzah. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara, 2011.
Usman, U.Moh. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Mancana Jaya Cemerlang,
2006.
Jurnal
Akanwa C. Pearl. ―Public Library Services in Rural Area,‖ e-journal Libary Philosophy
and Practice, 2013.
http://digitalcommons.unl.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=2491&context=libphil
prac.
Bachtiar S. Bachri. ―Meyakinkan Validitas Data Melalui Triangulasi Pada Penelitian
Kualitatif,‖ Jurnal Teknologi Pendidikan, 10 (2010): 46–62.
Cameron Judy, dan Pierce W. David. ―The Debate About Rewards and Intrinsic
Motivation: Protests and Accusations Do Not Alter the Results,‖ Review of
Educational Research, 66 (1996): 39–51.
Chusnul Chatimah, dan Taufiq Mathar. ―Peran Pustakawan Dalam Meningkatkan
Kinerja Perpustakaan,‖ Jurnal Khizanah Al-Hikmah, 3 (2015): 101–11.
Cokley O. Kevin. ―What Do we Know about the Motivation of American Students?,‖
Harvard Educational Review, 73 (2003): 524–58.
Covingtonartin V. Martin. ―Intrinsic Versus Extrinsic Motivation in Schools: A
Reconciliation,‖ Current Direction in Physchologycal Science, 9 (2000): 22–25.
Crow, R. Sherry dan Small V. Ruth . ―Developing the Motivation within: Using Praise
and Rewards Effectively,‖ School Library Monthly, 27 (2011): 5–7.
Deci L. Edward, Vallerand J. Robert, Pelletier G. LUG, dan RyanM. Richard.
―Motivation and Education: The Self-Determination Perspective,‖ Educational
Psyhchologist, 26 (1991).
https://pdfs.semanticscholar.org/6277/de5e8d8d8f39474eb754ef9bb8c9c9b1c315
.pdf.
Deci, L. Edward, Koestner Richard, dan Ryan Richard M. ―Extrinsic Rewarrds and
Intrinsic Motivation in Education: Reconsidered Once Again.,‖ Review of
Educational Research, 71 (2001): 1–27.
Ernawulan Syaodih. ―Psikologi Perkembangan,‖ n.d.
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PGTK/196510011998022-
ERNAWULAN_SYAODIH/PSIKOLOGI_PERKEMBANGAN.pdf.
94
Janice M. Del Negro. ―Storytelling in Libraries,‖ Storytelling, Self, Society, 12 (2016):
1–3.
Handayani, D. Rif’ati. ―Analisis Motivasi Instrinsik Dan Ekstrinsik Mahasiswa Calon
Guru Fisika,‖ Jurnal Kependidikan, 1 (2017): 335–38.
Krishandini, dan Endang Sri Wahyuni. ―Pembelajaran BIPA di Institut Pertanian Bogor:
Motivasi, Sikap, dan Harapan Mahasiswa,‖ Jurnal Metalingua, 14 (2016): 189–96.
Landry, H. Susan. The Role of Parents in Early Childhood Learning. USA: University
of Texas Health Science Center, 2014. http://www.child-
encyclopedia.com/parenting-skills/according-experts/role-parents-early-
childhood-learning.
Lestari,Suci, dan NelisaMalta. ―Peran Pustakawan Dalam Memotivasi Anak Usia Dini
Memanfaatkan Layanan Anak Di Badan Perpustakaan Dan Kearsipan Provinsi
Sumatera Barat,‖ Jurnal Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan, 4 (2015).
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/iipk/article/view/5142/4039.
Listiani Lawe, Syanne Harindah, dan Jonny J. Senduk. ―Peran Fasilitas Perpustakaan
Terhadap Kinerja Pustakawan di BPAD Provinsi Sulawesi Utara,‖ 3, V (2016).
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/actadiurna/article/view/12773/12365.
Nuzliah. ―Kontribusi Motivasi Belajar, Kreativitas Terhadap Problem Solving Siswa
Dalam Belajar Serta Implikasi Terhadap Bimbingan Dan Konseling Di SMPN 29
Padang,‖ Jurnal Edukasi, 1 (2015): 157–73.
Peter, Killeen R. ―Pavlov + Skinner = Premack Peter R. Killeen,‖ International Journal
of Comparative psychology, 27 (2014): 544–68.
Ryan M. Richard, dan Deci L. Edward. ―Intrinsic and Extrinsic Motivations: Classic
Definitions and New Direction,‖ Contemporary Educational Psychology, 25
(n.d.): 54–67.
Sigit Sanyata. ―Teori dan Aplikasi Pendekatan Behavioristik dalam Konseling,‖ Jurnal
Paradigma, 7 (2012).
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132297302/penelitian/B.1c.Artikel+Ilmiah-
Teori+dan+Aplikasi+Behavioristik+dalam+Konseling.pdf.
Sumasno. ―Pemeriksaan Keabsahan Data Penelitian Kualitatif Pada Skripsi,‖ Jurnal
Ilmu Pendidikan, 22 (2016): 74–79.
Tate, L. Binnie ―The Role of the Children’s Librarian in Serving the Disadvantaged,‖
n.d., 392–404.
Walter A. Virginia. ―Public Library Service to Children and Teens: A Research Agenda,‖
Library Trends, 51 (2003): 571–89.
Williams C. Kaylene, and Williams C. Caroline. ―Five Key Ingredients for Improving
Student Motivation,‖ Research in Higher Education Journal, 11. Accessed March
14, 2018.
95
https://scholarsarchive.library.albany.edu/cgi/viewcontent.cgi?referer=https://ww
w.google.co.id/&httpsredir=1&article=1000&context=math_fac_scholar.
our-role#what.
Zulfikar Zen. ―Pustakawan Dan Kode Etiknya,‖ Jurnal Ikatan Pustakawan Indonesia, 1
(2014): 1–9.
Web
―Facilitating Library Activity Sessions for Children.‖ Ask About Ireland (blog).
Accessed October 22, 2018. http://www.askaboutireland.ie/libraries/books-and-
reading/childrens-literacy-skills/ideas-for-library-activit/Facilitating-library-
activity-sessions-for-children.pdf.
IFLA. ―Code of Ethics for Librarians,‖ n.d.
https://www.ifla.org/files/assets/faife/codesofethics/indonesia.pdf.
———. Guidelines for Children Library Services: Libraries for Children and Young
Adults Section. Croatia: IFLA, 2003.
———. ―IFLA/UNESCO Public Library Manifesto 1994,‖ 2016.
https://www.ifla.org/publications/iflaunesco-public-library-manifesto-1994.
Kementerian Koordinator Bidang Peembangunan Manusia dan Kebudayaan. ―Indonesia
Peringkat Ke- 57 EDI Dari 115 Negara Tahun 2014,‖ 2015.
https://www.kemenkopmk.go.id/artikel/indonesia-peringkat-ke-57-edi-dari-115-
negara-tahun-2014.
―Your Role as Librarian,‖ 2017. http://www.plconnect.slq.qld.gov.au/services/rural-
libraries-queensland/manual/your-role#what.
Wawancara
Ahmad Jauzi. Hasil Wawancara Pribadi, 24 Agustus, 2018.
Muhammad Adam. Hasil Wwancara Pribadi, 18 Agustus, 2018.
Ruly Diah K. Hasil Wwancara Pribadi, 24 Agustus, 2018
LAMPIRAN
Pertanyaan Wawancara
1. Adakah kegiatan yang dilakukan untuk mendukung anak belajar? Seperti
storytelling, menggambar dll?
2. Apakah peralatan dalam kegiatan yang mendukung belajar anak seperti
menggambar dan mewarnai anak sudah difasilitasi?
3. Ketika anak sedang melakukan kegiatan belajar dengan menggunakan
media permainan bagaimana anda mengawasinya?
4. Ketika bertugas apakah anda membantu menjelaskan cara menggunakan
mainan atau membantu pemustaka anak ketika mengalami kesulitan dalam
memilih dan membaca buku yang diinginkan? Bagaimana anda
menyikapinya?
5. Ketika anak berhasil menjawab pertanyaan pada sesi tanya jawab kegiatan
storytelling atau ketika anak menyelesaikan kegiatan menggambar dan
mewarnai, apakah anda memberikan pujian secara verbal maupun non
verbal? Seperti apa contohnya?
6. Dengan pemberian pujian, bagaimana sikap pemustaka anak terkait belajar?
7. Selain memfasilitasi anak untuk datang ke perpustakaan, apakah anda juga
memberikan hadiah ketika anak mampu menjawab pertanyaan pada
kegiatan mendongeng atau menunjukkan hasil gambarnya?
8. Dengan penyediaan fasilitas berupa peralatan yang mendukung kegiatan
belajar dan pemberian hadiah bagaimana sikap pemustaka anak terkait
belajar?
9. Apakah anda menanyakan kepada pemustaka anak terkait hal apa saja yang
dipelajari dan dilakukan selama berkegiatan di Dispusip DKI Jakarta?
Bagaimana cara anda menanyakan hal tersebut?
10. Adakah bentuk nyata dari hasil belajar anak yang dihasilkan oleh pemustaka
anak? Bagaimana anda menghargai hasil belajar anak dan bagaimana sikap
pemustaka anak terkait hal tersebut?
Transkrip dengan Wawancara 1
1. Adakah kegiatan yang dilakukan untuk mendukung anak belajar? Seperti
storytelling, menggambar dll?
“Untuk di lantai anak ada menggambar dan mewarnai biasanya
setiap hari untuk senin-jumat gambar dan mewarnainya sama tapi
untuk weekend akan diprint lagi yang terbaru Ada juga kegiatan
storytelling, ada yang dari pustakawan ada yang dari professional.
Biasanya dari kita menggunakan buku cari dari rak atau dipersiapkan
dengan matang jika ada kunjungan dengan alat peraga dan latihan
tapi kalau memang dadakan seperti untuk mengurai situasi yang
gaduh biasanya kita adakan storytelling dengan melakukan
pengumuman di mic akhirnya disana kita storytelling dengan buku.
Ada juga kegiatan edu games, kalau ada games yang melakukan dari
pustakawan. Selanjutnya ada layanan nonton film, dan dilakukan
kalau sedang liburan sekolah karena kalau libur sekolah gak cuma
weekend tapi weekdays juga ramai. Jadi kalau libur sekolah sudah
langsung dibuat jadwal layaknya teater di bioskop. Kalau untuk di
luar liburan sekolah biasanya kita lihat situasi dan kondisi
perpustakaan, hal ini juga merupakan salah satu cara mengurai
kebisingan. Film-film yang ditayangkan sudah diseleksi oleh
pustakawan dan dapat dijamin aman dari hal-hal yang tidak
seharusnya, yang jelas edukasi dan lucu.”
2. Apakah peralatan dalam kegiatan yang mendukung belajar anak seperti
menggambar dan mewarnai anak sudah difasilitasi?
“Iya. Kegiatan menggambar dan mewarnai ini sudah disediakan plus
crayon dan pensil warna jadi pengunjung yang sudah sering datang
juga sudah tahu ketika mereka datang mereka akan langsung
bertanya untuk meminta.”
3. Ketika anak sedang melakukan kegiatan belajar dengan menggunakan
media permainan bagaimana anda mengawasinya?
“Untuk mengawasi hanya dari meja pengawas, karena prosedur
untuk berjaga di lantai 2 itu kita harus berada di meja petugas kita
juga diawasi dengan cctv yang langsung dari dinas makanya untuk
layanan anak kita sangat kerjasama kepada orang tua karena tidak
semua bisa kita pantau, kalau kita sering keluar dari meja nanti
disangka tidak ada petugas dan semacamnya kecuali ada kegiatan
barulah kita bisa meninggalkan meja itu lebih lama karena
kegiatannya memang jelas.”
4. Ketika bertugas apakah anda membantu menjelaskan cara menggunakan
mainan atau membantu pemustaka anak ketika mengalami kesulitan dalam
memilih dan membaca buku yang diinginkan? Bagaimana anda
menyikapinya?
“Untuk mainan enggak sih, anak-anak sendiri aja. Walau mainan
rusak pun, anak-anak gak masalah karena imajinasi mereka lebih
tinggi dari pada kita bahkan kadang bukan mobilan dijadikan
mobilan dsb. Untuk layanan lainkita memang harus peka, petugas
kan tugasnya mengawasi jadi ketika mengawasi ini kita harus bisa
membaca gerak-gerik anak yang kiranya sulit dalam membaca itu
langsung kita samperin dan ditanya dan kebanyakan mereka malu
dan justru malah kabur. Kita juga harus lihat kondisi anak-anaknya
karena ada yang disamperin untuk diberikan layanan bimbingan
membaca justru malah kabur. Tapi ada juga yang mau diajarin baca,
biasanya yang petugas perempuan sih ya kalau laki-laki
jarang.Kalau saya pribadi lebih banyak memberikan layanan
referensi dengan cara menanyakan kepada ortunya anaknya suka
buku apa dan di lapangan biasanya anak ada yang suka dinosaurus,
tata surya, binatang, ataupun kendaran ketika sudah mengetahui itu
saya langsung carikan buku yang berkaitan karena kita sudah hafal
maka dibawakan sekitar 4-5 buku referensi terutama yang banyak
gambarnya dibandingkan tulisannya.”
5. Ketika anak berhasil menjawab pertanyaan pada sesi tanya jawab kegiatan
storytelling atau ketika anak menyelesaikan kegiatan menggambar dan
mewarnai, apakah anda memberikan pujian secara verbal maupun non
verbal? Seperti apa contohnya?
“Iya. Ketika mereka melakukan suatu kreasi yang wah di
perpustakaan biasanya gini kita juga memberikan penghargaan
dengan menempel karya tersebut yang anak berikan kepada kita.
Kalau anak-anak ingin membawa pulang hasil karyanya boleh tapi
kalau dikembalikan ke pustakawan dan memang bagus maka akan
dipajang di mading yang berada di area edu games.”
6. Dengan pemberian pujian, bagaimana sikap pemustaka anak terkait belajar?
“..Lucunya anak memang sukanya dipuji, banyak anak yang
sekiranya kita puji “wah hebat” “wah bagus” jadi tambah semangat
dan besoknya malah nagih lagi ya itu mereka pasti nagih lagi ya
mungkin emang karakter anak sukanya dipuji dan besokannya senang.
Kadang kita memberikan pujian yang biasa tapi buat mereka luar
biasa, bahkan ada juga ada pujian kita ketika ada orang tua yang
menyuruh anaknya merapihkan mainan membantu pekerjaan kita
terus kita Cuma bilang “wah besok datang lagi” udah seneng digituin,
anak jadi aktif malah seneng rapihin ketimbang mainin.”
7. Selain memfasilitasi anak untuk datang ke perpustakaan, apakah anda juga
memberikan hadiah ketika anak mampu menjawab pertanyaan pada
kegiatan mendongeng atau menunjukkan hasil gambarnya?
“Untuk ukuran anak sd yang sudah bisa dibimbing justru kita berikan
reward kalau gambar atau warnainnya bagus akan diberikan
merchandise seperti gantungan kunci atau gelang atau bahkan uang 2
ribu.Biasanya sasaran kita selain anak yang datang dengan orang
tuanya ada juga anak kali pasir.”
8. Dengan penyediaan fasilitas berupa peralatan yang mendukung kegiatan
belajar dan pemberian hadiah bagaimana sikap pemustaka anak terkait
belajar?
“Anak kali pasir ini merupakan anak-anak dari lingkungan sekitar
dispusip yang kurang mampu kurang pendidikan, ada juga yang
bandel tapi makanya kita didik justru gak kita marahi tapi kita
edukasi dengan kegiatan yang menyenangkan salah satunya dengan
menggambar dan mewarnai kalau memang bagus nanti dapat gelang
atau uang 2 ribu akhirnya anak itu jadi diam dan dapat mengikuti
kegiatan dengan baik, jadi contoh juga buat yang lain.”
9. Apakah anda menanyakan kepada pemustaka anak terkait hal apa saja yang
dipelajari dan dilakukan selama berkegiatan di Dispusip DKI Jakarta?
Bagaimana cara anda menanyakan hal tersebut?
“Iya. Misalnya kalau abis kegiatan storytelling kan kita suka adakan
tanya jawab terkait cerita yang baru saja dibawakan. Biasanya
dilakukan saat storytelling bersama dengan pustakawan atau petugas.”
10. Adakah bentuk nyata dari hasil belajar yang dihasilkan oleh pemustaka anak?
Bagaimana anda menghargai hasil belajar anak dan bagaimana sikap
pemustaka anak terkait hal tersebut?
“Ada. Kalau anak berhasil menyelesaikan satu buku maka anak
diberikan potongan kertas oleh petugas, anak bisa menuliskan nama
dan judul buku yang baru saja ia baca dan juga hal apa yang paling
berkesan dari buku tersebut.Potongan kertas ini nantinya akan
ditempel pada mading art corner jika tempatnya masih tersedia.”
Transkrip Wawancara dengan Pustakawan 2
1. Adakah kegiatan yang dilakukan untuk mendukung anak belajar? Seperti
storytelling, menggambar dll?
“Iya ada kaya storytelling yang setiap minggu kita lakukan,
pelatihan-pelatihan, bimbingan belajar, menggambar dan
mewarnaiyang selalu disediakan di meja petugas. Jadi pemustaka
anak yang ingin menggambar dan mewarnai dapat meminta langsung
kepada petugas, kreasi permainan dll. Hal ini juga dilakukan ketika
ada kunjungan dari sekolah. Tekadang juga ada komunitas yang
bekerjasama untuk melakukan kegiatan di layanan anak, misalnya
komunitas bahasa untuk mengajarkan anak-anak belajar bahasa
inggris. Karena kalau dari kita doang kan kita ini shiftnya ganti-
gantian jadi paling kalau ada kerjasama aja. Pernah juga ada
komunitas robot, jadi mereka datang mengisi kegiatan menjelaskan
tentang komunitas mereka dan melakukan peragaan-peragaan.”
2. Apakah peralatan dalam kegiatan yang mendukung belajar anak seperti
menggambar dan mewarnai anak sudah difasilitasi?
“Iya. Terutama untuk menggambar dan mewarnai seperti yang telah
saya bilang peralatannya sudah disediakan berupa form gambar,
pensil warna, juga crayon. Untuk kegiatan lain seperti origami juga
kita sediakan kertas origaminya setelah itu kita coba praktekan
membuat karya dari kertas origami tersebut.”
3. Ketika anak sedang melakukan kegiatan belajar dengan menggunakan
media permainan bagaimana anda mengawasinya?
“Mobile, keliling misalnya ada yang bandel atau merusak buku
karena ada aja kejadian buku rusak, mainan rusak, ya kita beri
arahan aja kalau mau baca buku pelan-pelan. Biasanya setengah jam
sekali kita ingatkan melalui mic kalau buku sudah selesai letakkan di
drop box, jangan berisik, dan peraturan yang lainnya. Kadang kita
juga menghimbau kepada orang tua untuk merapihkan mainan yang
sudah selesai digunakan, disini kita juga tetap merapihkan tapi
dengan seperti itu kita mau mengajarkan kepada anak untuk
bertanggung jawab dan juga mandiri, hal tersebut juga merupakan
salah satu bentuk edukasi yang diberikan di layanan anak.”
4. Ketika bertugas apakah anda membantu menjelaskan cara menggunakan
mainan atau membantu pemustaka anak ketika mengalami kesulitan dalam
memilih dan membaca buku yang diinginkan? Bagaimana anda
menyikapinya?
“Kalau anak kesulitan kami bantu, terutama mainan di area
playground. Bantunya dengan memberikan penjelasan secara lisan
ataupun tulisan berupa peraturan yang telah kami buat.Anak yang
mengalami kesulitan terlihat dari gerak-geriknya, kalau dalam
mencari koleksi buku sih biasanya anak memilih sendiri apa yang
diinginkan kita hanya membantu dengan cara mengklasifikasi
berdasarkan warna agar lebih mudah ditemukan. Secara sistem kita
terapkan tapi melatih kemandirian anak juga tidak kita lupakan.
Mengenai bimbingan membaca ada juga terkadang anak kali pasir
yang tidak bisa membaca, kita kumpulkan untuk belajar membaca
namun tidak semua anak mau ada yang justru malu dan malah kabur.
Kalau sudah begitu yasudah kita kan tidak mau memaksakan, kita
hanya memberi fasilitas kalau mau silahkan kalau tidak yasudah.”
5. Ketika anak berhasil menjawab pertanyaan pada sesi tanya jawab kegiatan
storytelling atau ketika anak menyelesaikan kegiatan menggambar dan
mewarnai, apakah anda memberikan pujian secara verbal maupun non
verbal? Seperti apa contohnya?
“Untuk verbal sendiri paling kita bilang “wah bagus” “rajin sekali
kamu bacanya”, kalau untuk non verbal pertama kita bilang, kalau
misalnya yang mewarnainya bagus nanti dipasang di atau diupload
ke instagram. Anak-anak dipajang aja udah seneng. Tujuan kita
memposting itu agar masyarakat dan juga pemerintah mengetahui hal
positif yang kita lakukan di perpustakaan.”
6. Dengan pemberian pujian, bagaimana sikap pemustaka anak terkait belajar?
“Mereka jadi nyaman dan otomatis mau balik lagi, dan kalau dia
bawa orang tua nanti pasti orang tuanya nge-tag foto. Baik buruknya
kita dia nge tag, jadi serba salah kalau kita melakukan hal yang baik
feedback ke kitanya juga baik begitu sebaliknya dengan begitu juga
dapat membantu promosi perpustakaan karena orang tua yang datang
kemudian memberitahukan hal tersebut kepada teman-temannya yang
lain.”
7. Selain memfasilitasi anak untuk datang ke perpustakaan, apakah anda juga
memberikan hadiah ketika anak mampu menjawab pertanyaan pada
kegiatan mendongeng atau menunjukkan hasil gambarnya?
“Ada reward tapi kalau hadiah tidak selalu ada karena terkait APBD.
Kita suka kasih merchandise-merchandise semacam sticker,
gantungan kunci, dan juga gelang kaya lomba dongeng dia bisa
menjelaskan kembali, itu ada foto-fotonya di instagram.
8. Dengan penyediaan fasilitas berupa peralatan yang mendukung kegiatan
belajar dan pemberian hadiah bagaimana sikap pemustaka anak terkait
belajar?
“Mereka sangat antusias untuk datang lagi ke perpustakaan. Bahkan
anak-anak yang sudah terbiasa datang menjadi dekat dengan kami
serta tidak ragu untuk berkomunikasi.”
9. Apakah anda menanyakan kepada pemustaka anak terkait hal apa saja yang
dipelajari dan dilakukan selama berkegiatan di Dispusip DKI Jakarta?
Bagaimana cara anda menanyakan hal tersebut?
“Iya hal ini dengan cara memberikan potongan kertas kepada
pemustaka yang telah selesai membaca satu judul buku. Potongan
kertas itu kemudian ditulis nama pemustaka anak, dan juga judul
buku yang telah dibaca serta ringkasan dari isi cerita yang baru saja
dibaca.”
10. Adakah bentuk nyata dari hasil belajar yang dihasilkan oleh pemustaka anak?
Bagaimana anda menghargai hasil belajar anak dan bagaimana sikap
pemustaka anak terkait hal tersebut?
“Hasilnya ya itu, ptongan kertas tadi kemudian kita tempel di mading
art corner kalau spacenya masih cukup. Hal apapun yang membuat
nama pemustaka anak ditempel di mading art corner membuat
pemustaka anak terpacu untuk melakukan yang terbaik, apabila
namanya ada di mading art corner membuat pemustaka anak bangga
dan terpacu untuk berbuat lebih baik lagi.”
Transkrip Wawancara dengan Pustakawan 3
1. Adakah kegiatan yang dilakukan untuk mendukung anak belajar? Seperti
storytelling, menggambar dll?
“..Termasuk juga kita suka kasih bimbingan membaca, bimbingan
belajar, games, mewarnai tergantung kreativitas petugasnya. Kadang
suka games untuk merangsang otak anak, tebak-tebakan bahasa
inggris apapun bisa atau kalian baca dulu terus kalau udah ceritain
yang bisa certain lebih baik dikasih souvenir. Apapun bisa dilakukan
oleh pustakawan dengan pendekatan seperti melakukan kegiatan.
Awalnya memang harus dirangsang dengan kegiatan yang membuat
mereka tertarik datang. Pertama gini kita ngajak anak datang ke
perpustakaan bukan hanya untuk sekedar membaca disini mereka bisa
berkreativitas karena konsep yang ingin kita tampilkan adalah living
library jadi perpustakaan sebagai salah satu sarana masyarakat
apapun termasuk anak-anak tidak hanya untuk membaca-minjem
buku-pulang tapi mereka juga bisa berkreativitas disini mau belajar
kelompok boleh mau ngadain kegiatan boleh mau mewarnai boleh,
diskusi juga boleh. Jadi kita memang membuat perpustakaan
semenarik mungkin supaya mereka nyaman datang kesini, kemudian
tempatnya juga dibuat senyaman mungkin agar mereka betah. Salah
satunya dengan penyediaan sarana yang mumpuni, di dalamnya itu
juga disisipi juga dengan berbagai aktivitas yang awalnya memang
merangsang tapi lama kelamaan ketika mereka datang merasa
perpustakaan adalah tempat yang asik untuk belajar. Intinya untuk
merangsang otak anak agar aktif. Storytelling juga rutin kita lakukan
karena memang itu langsung dari dinas dari kita juga kadang kita
undang storyteller.”
2. Apakah peralatan dalam kegiatan yang mendukung belajar anak seperti
menggambar dan mewarnai anak sudah difasilitasi?
“Iya. Selain menyediakan buku, mainan kita juga sediakan perlatan-
peralatan lain yang mendukung kegiatan seperti form gambar dengan
pensil warna dan crayonnya. Untuk kegiatan lain yang kita lakukan
juga sudah pasti kita siapkan fasilitasnya.”
3. Ketika anak sedang melakukan kegiatan belajar dengan menggunakan
media permainan bagaimana anda mengawasinya?
“Tergantung merekanya. Kalau mereka lagi sibuk sendiri kita coba
kasih mereka ruang agar mereka bisa ngerjain tugasnya sendiri, tapi
ada waktu-waktu dimana ketika sebenarnya kita lebih masuk ketika
kita ingin melakukan kegiatan aja jadi secara spontan kadang juga
sudah direncanain sih kalau spontan mungkin lebih ke personal terus
kira-kira mereka sudah gak disibukin lagi sama tugas mereka karena
tugas kan mereka gak mau diganggu jadi kalau memang mereka
sudah selesai baru kita suka masuk terus buat kegiatan lagi seperti
games, tapi tetap yang merangsang otak anak.”
4. Ketika bertugas apakah anda membantu menjelaskan cara menggunakan
mainan atau membantu pemustaka anak ketika mengalami kesulitan dalam
memilih dan membaca buku yang diinginkan? Bagaimana anda
menyikapinya?
“Anak-anak kalau sama mainan udah pada pinter sendiri ya, jadi
paling kita hanya mengingatkan untuk merapihkan mainannya
kembali pada tempatnya. Terutama anak-anak yang sudah biasa
kesini kan udah kenal sama petugasnya, jadi mereka gak ragu buat
nanya sama petugasnya. Biasanya kan memang anak lingkungan sini
yang belajar kaya anak kali pasir mereka datang excited karena
emang kita kasih fasilitas sarana dan prasarana memang untuk
mereka.Termasuk juga kita suka kasih bimbingan membaca,
bimbingan belajar, games, mewarnai tergantung kreativitas
petugasnya. Tapi semua tergantung sama anaknya, kita bukan
membiarkan tapi jangan memaksakan kalau mereka gak mau.
Memang ada yang introvert. Pendekatan ke anak memang beda-beda,
harus melihat karakter dari masing-masing anak .”
5. Ketika anak berhasil menjawab pertanyaan pada sesi tanya jawab kegiatan
storytelling atau ketika anak menyelesaikan kegiatan menggambar dan
mewarnai, apakah anda memberikan pujian secara verbal maupun non
verbal? Seperti apa contohnya?
“Selalu. Anak-anak lebih senen dikasih pujian yang positif ya, kalau
saya pribadi sejelek apapun hasil gambarnya jangan bilang jelek, kita
harus kasih input positif supaya mereka bisa berkembang jangan
belum apa-apa udah matahin semangat anak. Harus menghargai
imajinasi anak, paling kalau mau mengarahkan aja, misalnya kalau
apelnya warna merah jadi lebih bagus iyakan? Kaya gitu.”
6. Dengan pemberian pujian, bagaimana sikap pemustaka anak terkait belajar?
“Mereka jadi open ke kita. Karena kalau udah langsung dibilang
jelek mereka jadi malu untuk nunjukin hasil mereka. Tpai ketika
dikasih semangat bahwa apapun yang dilakukan gak ada yang salah
pokoknya do it your self, selama kalian bisa lakukan. Kalau sudah
begitu mereka jadi suka jelasin ke kita kalau ini gambar ini warnanya
ini, kita tanya-tanya dia malah seneng jadi excited.”
7. Selain memfasilitasi anak untuk datang ke perpustakaan, apakah anda juga
memberikan hadiah ketika anak mampu menjawab pertanyaan pada
kegiatan mendongeng atau menunjukkan hasil gambarnya?
“Sebenernya reward semacam merchandise gitu hanya sebatas
penghargaan dan apresiasi kepada mereka supaya lebih aktif. Gak
dikasih reward juga udah aktif sih, supaya lebih seru. Jangan sampe
reward ini yang utama proses yang utama, kita gak mau karena kita
iming-imingi sesuatu mereka jadi berharap kepada itu. Hanya sedikit
apresiasi, sedikit aja supaya lebih aktif lebih tertantang dalam
melakukan sesuatu. “
8. Dengan penyediaan fasilitas berupa peralatan yang mendukung kegiatan
belajar dan pemberian hadiah bagaimana sikap pemustaka anak terkait
belajar?
“Mereka jadi lebih aktif dalam mengikuti kegiatan, setiap yang
dilakukan jadi tantanga sendiri buat mereka. Pokoknya hal-hal yang
menjadikan itu positif kita akan dukung.”
9. Apakah anda menanyakan kepada pemustaka anak terkait hal apa saja yang
dipelajari dan dilakukan selama berkegiatan di Dispusip DKI Jakarta?
Bagaimana cara anda menanyakan hal tersebut?
“Iya. Kegiatan apapun asalkan positif kan termasuk dalam belajar ya,
jadi kegiatan apapun itu selalu kita tanyakan kepada mereka untuk
mengetahui apakah mereka menangkap apa yang kita sampaikan hal
ini sebagai feedback juga buat kittanya. Jadi kita tahu metode kita
udah benar atau belum.”
10. Adakah bentuk nyata dari hasil belajar yang dihasilkan oleh pemustaka anak?
Bagaimana anda menghargai hasil belajar anak dan bagaimana sikap
pemustaka anak terkait hal tersebut?
“Hasil belajar pemustaka anak bisa dilihat di mading art corner,
yang tertempel disana merupakan hasil karya pemustaka anak. Ada
yang berupa hasil menggambar dan mewarnai, ada juga hasil karya
dari kegiatan kreativitas dari origami berupa burung bangau.”
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Art Corner untuk Menempel Hasil Karya Pemustaka Anak
Gambar 2
Potongan Kertas untuk Mengetahui Hasil Belajar Pemustaka Anak
Gambar 3
Fasilitas Berupa Peralatan yang Mendukung Belajar Anak
Gambar 4
Contoh Reward yang Diberikan
Gambar 5
Kegiatan Storytelling
Gambar 6
Kegiatan Menceritakan Kembalai Usai Storytelling
Gambar 7
Kegiatan Menggambar dan Mewarnai
Gambar 8
Suasana Area Education Games
BIODATA PENULIS
WIDAD INAYATI. Lahir di Jakarta 08 Mei 1997, merupakan
anak tunggal dari Bapak Abdul Basid dan Ibu Yeni Mulyani.
Bertempat tinggal di Jalan Raya Condet, Cililitan, Jakarta Timur.
Penulis menempuh pendidikan sekolah mulai dari dasar sampai
dengan tingkat atas di Jakarta, yaitu MI Asy-Syuhada (2008),
MTsN 6 (2010), dan SMAN 93 (2014) dengan konsentrasi jurusan Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS). Di tahun yang sama usai kelulusan dari Sekolah
Menengah Atas, penulis melanjutkan pendidikan S1 di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta dengan Program Studi Ilmu Perpustakaan. Selama
kuliah penulis sempat menjabat sebagai bendahara Divisi Pengembangan Minat
dan Bakat Himpunan Mahasiswa Jurusan periode 2015/2016. Selain itu penulis
juga memiliki beberapa pengalaman bekerja di bidang Ilmu Perpustakaan antara
lain magang di Perpustakaan Sekolah SMK Bhayangkari Delog pada tahun 2016,
magang di Perpustakaan Kementerian Sekretariat Negara RI pada tahun 2017.
Penulis jugasempat mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Nyata di Desa Cikareo,
Solear, Kabupaten Tangerang.