peran opini siaran islam dalam meningkatkan … · 2021. 2. 9. · peran opini siaran islam dalam...
TRANSCRIPT
PERAN OPINI SIARAN ISLAM DALAM MENINGKATKAN
RELIGIUSITAS MASYARAKAT BELPUNRANGA KECAMATAN
PARANGLOE KABUPATEN GOWA
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.sos) Pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran
Islam Fakultas agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
Nuratul Aulia
FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
TAHUN H/ M
v
ABSTRAK
Nuratu Aulia, , , Peran Opini Siara Islam dalam Meningkatkan Religiusitas Masyarakat Belapunranga Kecematan Parangloe Kabupaten. (dibimbing oleh. Wiwik Laela Mukromin dan M. Ilham Muchtar).
Penelitian bertujuan untuk mengetahui : ) Untuk mengetahui bagaimana tingkah religiusitas masyarakat di Desa Balapanranga Kecematan Parangloe Kabupaten Gowa Untuk mengetahui Peran Opini Siara Islam dalam Meningkatkan Religiusitas Masyarakat.
Pemelitian ini bersifat Deskriptif Kualitatif, yakni memberikan gambaran pada temuan-temuan lapangan yang berhubungan dengan objek penelitian dan juga gambar mengenai subjek penelitian dan didukung oleh metodologi dab teoritis yang kuat dan sesuai dengan disiplin yang kuat yang ditekuni di antaranya ) Jenis dan pendekatan penelitian yaitu jenis kualitatif metode deskriptif kualitatif ) Lokasi dan objek penelitian yaitu di Desa Balapanranga, Kecematan Parangloe Kabupaten Gowa. ) Fokus penelitian yaitu Peran Opini Siara Islam dalam meningkatkan Religiusitas Masyarakat Belapunranga Kecematan Parangloe Kabupaten Gowa. ) Deskripsi fokus penelitian ) Sumber data primer yakni dalam bentuk wawancara langsung dan tidak langsung, dan dokumentasi. ) Instrumen penelitian yaitu : a) Instrumen ini peneliti sendiri, b) intrumen pendukung wawancara, dokumentasi, serta observasi. Dan c) Dengan sarana. Pulpen, buku catatan, dan handpone ) Teknik pengumpulandata dengan menggunakan teknik induktif. Induktif adalah menganalisis data dari yang bersifat khusus kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat umum.
Adapun hasil penelitian : . Tingkah Religiusitas masyarakat Berdasarkan pemikiran-pemikiran yang sudah dipaparkan dalam landasan teori maupun lapangan yang dapat menganalisi tingkah religiusitas masyarakat yang ada di Desa Belapunranga Kecematan Parangloe. Maka dari data-data yang di peroleh peneliti, dapat menjadi pembutian bahwa ada kesusaian antara teori dan praktik terhadap tingkah religiusitas sebagai berikut :a.Dimensi aqidah atau idiologi, b.Dimensi ibadah atau religiusitas, c.Dimensi amal dan konsekuensio, d.Dimensi Ilmu dan intelektual, e. Dimensi ihsan dan eksperiensial.“Dalam hal ini tingkah religiusitas masyarakat di Desa Belapunranga memiliki pemahaman keagamaan lumayan baik. Dari kelima dimensi iniz dimensi amal dan konsensio yang paling dominan dalam pemahaman rwligiusitas masyarakat karena di sana masih menjunjung tinggi nilai adat atau kebiasaan yang dilakukan selat ini yaitu tentang gotong royong saling membatu sesama”. .Faktor faktor pembentukan opini religi masyarakat: dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti di Desa Belapunranga Kecematan Parangloe, tentang penayangan acara religi yang ditayang oleh media televisi, seperti : Mama dan A’a di indosiar dan Siraman Kalbu di MNCTV. Mereka menyatakan
vi
bahwa pengaruh media membawa dampak bagi mereka terhadap apa yang di sampaikan media. Pesan atau opini yang disampaikan oleh media membawa dampak. Dan perubahan bagi mereka. Apa yang di sampaikan oleh media, apa lagi acara yang mereka tontong acara Mama dan A’a dan sirama Qolbu, masyarakat di sana yang menontong akan mengikuti dan melaksanakan apa yang di sampaikan.
vii
KATA PENGANTAR
بسم الله الرحمن الرحيم
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi
sebagai salah persyaratan gelar S dengan judul “Peran Opini Siaran
Islam dalam meningkatkan religiusitas masyarakat Belapunranga
kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa”. Tidak lupa kuucapkan junjungan
Nabi besar Muhammad saw, para sahabat, dan tabiin yang telah
mengantarkan Islam kepada seluruh ummat Islam.
Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari peran dan dukungan
segenap pihak terkait yang telah memberikan motivasi dan bantuan. Oleh
karna itu dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan
terimah kasih yang sebesar-besarnya kepada:
. Bapak Prof. Dr. H Abd. Rahman Rahim, SE, MM. selaku rektor
Universitas Muhammadiyah Makassar
. Bapak Drs. H, Mawardi Pawangi, M.Pd.I, selaku Dekan Fakultas
Agama Islam
. Dr. Abbas Baco Miro, Lc.,Ma. Selaku Ketua Prodi Komunikasi
dan Penyiaran Islam Universitas Muhammadiya Makassar,
. Dra.Wiwik Laela Mukramin, M.Pdi. dan DR. M..Ilham Muchtar,
Lc.MA Selaku Dosen pembimbing penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
viii
. Bapak /Ibu para Dosen Fakultas Agama Islam Universitas
Muhammadiyah makassar khususnya dosen Ma’had Al-Birr.
. Kedua orang tua yang senantiasa memberikan dukungan materi
dan doa sehingga [enulis dapat menulis dan menyusun skripsi
dengan baik.
. Keluarga, Teman dan Sahabat penulis, yang selalu memberikan
dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga segala bantuan yang diberikan pada penulis akan dibalas
degan limpahan rahmat dan kebaikan oleh Allah Subhanahu Wata’ala .
Selanjutnya penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak
sekali kekurangan-kekurangan yang sudah sepatutnya diperbaiki, oleh
karena itu adanya saran dan kritik yang membangun sangat penulis
butuhkan demi kebaikan kami dalam menuju masa depan. Akhirnya
semoga skripsi ini dapat berguna bagi penulis pada khusunya dan bagi
pembaca pada umumnya. Ammin Ya Rab.....
Makassar Desember M
Penulis
Nuratul Aulia
NIM:
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.......................................…………………….………i
PENGESAHAN SKRIPSI ..................................................................... .ii
BERITA ACARA MUNAQASYAH...........................................................iII
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI........................................iv
ABSTRAK................................................................................................v
KATA PENGANTAR................................................................................vi
DAFTAR ISI.............................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... .
B. Rumusan Masalah ................................................................ .
C. Tujuan Penelitian .................................................................. .
D. Manfaat Penelitian ................................................................ .
BAB II KAJIAN TEORI..………………………………………………………
A. Tingkat Religiusitas Masyarakat…………………………........
. Penngertian Religiusitas ................................................... .
. Dimensi Religiusitas ..........................................................
. Faktor-faktor yang mempengaruhi religiusitas ...................
a. Faktor Sosial .................................................................
b. Pengalaman keagamaan ..............................................
c. Kebutuhan yang tidak dipenuhi .....................................
. d. proses pemikiran Verbal (Faktorr intelektual) ................
B. Peran Opini Siaran Islam Meningkatkan Religiusitas Masyarakat
............................................................................................. .
. Pengertian Peran ............................................................ .
. Pengertian Opini .............................................................. .
. Pengertian Media ............................................................ .
. Fungsi Media Massa ....................................................... .
. Hipodermic Needle Theory (teori peluru) ......................... ..
. Pengertian Opini………………………………………………..
x
. Opini Siaran Islam Dalam Meningkatkan Religisitas
Masyarakat ...................................................................... .
BAB III METODE PENELITIAN……………………………………………...
A. Metode Penelitian ................................................................. .
B. Pendekatan Penelitian.............................. ............................. .
C. Fokus dan Deskripsi Fokus Penelitian…. .............................. .
. Fokus Penelitian……………………………………………….
. Deskripsi Fakus Penelitian……………………………………
D. Sumber Data......................................................................... .
E. Tehnik Kumpulan Data ......................................................... .
F. Tekni Analisis Data………………………………………………...
BAB IV HASIL PENELITIAN………………………………………………...
A. Deskripsi……………………………….......................................
. Lokasi Penelitian………......................................................
. Letak Geografi …………………..........................................
. Kondosi Geografi………………………………………………
. Deskripsi Informasi Penelitian………………………………..
B. Pembahasan dan Hasil Penelitian..........................................
. Analisis Tingkat Religiusitas
Masyarakat……..................................................................
. Faktor Fakato Pembentukan Opini Religi Masyarakat.……
C. .. Agenda Setting Theory……………………………………….
. Efek Pesan Media Massa……………………………………..
. Efek Efektif……………………………………………………...
. Efek Perubahan………………………………………………...
BAB V PENUTUP……………………………………………………….........
A. kesimpulan............................................................................
B. Saran.....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................
LAMPIRAN LAMPIRAN .........................................................................
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.....................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Media (Televisi) merupakan suatu tema yang menarik untuk
selalu dikaji dan diskusikan. Karena media (Televise) ini merupakan
suatu sarana paling utama dan dan pertama yang paling diminati pada
kalangan masyarakat.
Media (Televisi) merupakan suatu media massa yang
menampilkan suatu audio visual (suara dan gambar) yang
menyebarkan informasi kepada masyarakat dalam jumlah yang
banyak dalam kurung waktu bersamaan. Berbagai acara televise yang
makin hari makin beragam mulai dari berita, gossip, iklan, hingga
sinetron yang makin makin kurang mendidik. Tayangan televisi yang
menyampaikan suatu opini (informasi) ini menimbulkan suatu efek
perubahan yang signifikan membawa suatu perubahan sikap dan
perilaku ditengah-tengah masyarakat yang tidak religiusitas.
Tidak jarang muncul protes dari permirsa melalui berbagaisurat
pembaca dimedia. Tapi yang bersangkutan tak bergeming. Yang
tegas menyuarakan kritik ini umumnya adalah segemen pemirsa umat
Islam, yang biasanya diwakili oleh sejumlah ormas atau organisasi
kepemudaannnya.
Dalam kontes ini, kita bisa menduga bahwa sebagai mayoritas
dapat dipastikanumat Islam juga merupakan pemirsa terbesar setiap
mata acara dan berita (Televisi, internet). Untuk tidak mengatakan
bahwa sebagian besar konsumen juga dari kalangan kaum Muslimin.
Sehingga ironis kalu kebutuhan akan tontonan yang menjadi aspirasi
Muslim begitu tercermin dalam budaya visual kita. Jika memang
demikian yang terjadi, tidak berlebihan kalau muncul keluhan bahwa
umat Islam selama ini memang tak lebih sebagai pasar yang mau tak
mau terpaksa mengkonsumsi acara-acara yang dikemas oleh media
(Televisi) yang ada.1
Berbicara konsep Islam tentang media berarti menelusuri
konsep media komunikasi dalam Al-Quran, As-Sunnah dan
pandangan ulama sebagai komentator kedua sumber Islam tersebut.
Hamid Mowlana menarik teori komunikasi dari kata tabligh yang
dikembangkanIbnu Khaldun2. Dari sana terlihat konsep dkwah
sebagai komunikasi dalam Islam. Sementara itu dari tujuan ataupun
yang mengarah pada content (isi) dapat ditemukan kata-kata seperti
hikmah hikmah, maudza hasanah, maudzah hasanah, mujadalah
yang ahsan, ya‟murunsbil ma‟ruf wa yanhawna „anil-munkar, qulu li
1 A Muis, Komunikasi Islam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, ), h
2 Muhammad Husni Ritonga, Eksistensi Ilmu Komunikasi Islam (Suatu Tinjauan Fisafat IlmuII.
Dalam Amroeni Drajat (editor), Komunikasi Islam dan Tantangan Modernitas. (Bandung : Citapustaka, ), h. .
an-nasi husna, qaulansadidan dan lain-lain. Dari sudut efek misalnya,
terungkap kata yastami‟una a hsanahu, wama „alaika illa al-balaqh3.
Sayyid Qutub setelah mengkritik berbagai faham filsafat Barat
dengan segala konsekuensinya mengajurkan paragdigma Islam4.
paradigma yang dianjurkan oleh Sayyid Qutub adalah ketuhanan
(Rabbaniyya) :Tauhid, realistis, seimbang, komperehensif,positif,
permanen.
Jika melihat paradigm yang ditawarkan Sayyi Qutub keenam
ciri paradigm Islam tersebut harus dalam media komunikasi Islam.
Katakanlah content (isi) media, sebagai contoh, menurut paradigm ini
harus memiliki ciri rabaniyah. Artinya content (isi) harus merupakan
arahan dan bimbingan Tuhan, juga harus merupakan sesuatu yang
berisikan tauhid, realistis, ketentuan yang permanen, komprehensif,
yang senantiasa seimbang dan positif.5
Paradigma seperti yang digagas Sayyid Qutub di atas dipakai
oleh Dilnawas Siddilqul ( ). Misalnya, dalam melihat produksi
pemeberitaan dalam perspektif Islam dibandingkan dengan perspektif
Barat, ia menggunakan konsep Unity dalam berbagai dimensi.
Walaupun Siddiqui belum membahas konsep media secara
3 Ibnu Khaldun, The muqaddimah (An Introduction to History), dalam Hamid Mowlana,
Global Communication as Cultural Ecology. International Comparative Research Group Stratetegic and Analysis Canadian Heritage,
4 M. Tata Taufik. Etika Komunikasi Islam, Bandung : Pustaka Setia, , h. .
5 Sayyid Qutub. Khaasais Tashawuru-i-Islam. Dalam M. Tata Taufik. Etika Komunikasi islam,
h. ..
menyeluruh, namun sudah dapat memberikan arah konsep Islam
tentang pemberitaan yang merupakan bagian dari isi (content) media.
Dalam melihat tafsir terhadap Islam. Ada empat hal yang harus
diperhatikan. ( ) pelaku (intrepretator),yang harus memiliki syarat-
syarat tertentu yang harus dipenuhi; ( ) sumbernya, yakni Al-Quran
dan Al-Hadis ( ) Tujuan penafsiran, yang dimaksudkan untuk
kemaslahatan umat Islam, ( ) Metodologi, yang mengacu kepada
kaidah ushul fiqh dan ditangani oleh orang yang benar-benar mengerti
metodologi itu.
Ibnu Hamad mengemukakan kaedah dan metodologi yang
dipakai harus dikaitkan dengan pekembangan teknologi maju, tidak
dengan cara-cara konservatif. Menurutnya, fiqh adalah teknologi harus
disikronkan dengan keberadaan saat ini.
Bagaimanapun, proses disinasi pesan-pesan informasi perlu
disertai ide, imanjinasi informasi yang memadai dan penuh kebijakan
(wisdom). Kiranya hal inilah yang perlu direnungkan secara saksama
para da’i. Imam Alghazali mengistilahkan kebijakan ini dalam bahasa
Arab, yaitu hikma. Menurutnya kebijakan akan terjadi apabil
“knowledge” dikembangkan secata tepat dan sepurna sehingga dapat
membedakan penilai yang benar dari yang salah, memisahkan
kepercayaan yang baik dari yang jelek, dan membedakan tindakan
yang baik dari tindakan yang salah.6
Tantang yang tampak dalam kegiatan informasi adalah
menerepkan unsur kebijakan penyajian dan penyebarannya, tidak
terlepas dari tiga komponen utama, yaitu fakta, informasi dan
penegtahuan. Dalam setiap sajian informasi, kita dituntut untuk dapat
mengintegrasikan informasi itu sendiri dengan pengetahuan,
kebijakan, dan tempat sehingga dapat diformulasikan suatu konstruksi
pesan-pesan informasi yang berwawasan luas. Fakta dalam suatu
peristiwa merupakan mata rantai yang tidak terlepas dari sumber
fakta, sifat informasi, sistem nilai, serta refleksi kehidupan masyarakat
pada waktu fakta informasi tersebut mucul ke mukaan. Hal ini kiranya
perlu dijadikan landasan berpijak atau setiknya menjadi rujukan
berfikir manakala kita dihadapkan pada keyataan timbulnya informasi
kontemporer. Bagaiman strategi disemienasi yang akan ditempuh
agar pesan-pesan informasi yang disediakan atau disajikan tidak
terlepas dari tatanan yang menghendaki terciptanya
“intellectualpractice and development’ pada masyarakat luas.
6 Dikutip dari Kumpulan Makalah, Pembahasan dan Resolusi pada Congress of Muslim
Librarians and Informatio Specialists di University Utara Malaysia, Kedah Malaysia, - Oktober . Dalam Ase S. Muchyiddin. Pendekatan Sumber-sumber Informasi dalam Proses Komunikasi dan Diseminasi Informasi. Bandung. PT Remaja Rosdakarya,, . H . Dikutip dari Kumpulan Makalah, Pembahasan dan Resolusi Pada Congress of Musli Librarian and Information Specialists di University Utara Malaysia, Kedah
B. Rumusan Masalah
Pokok permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut :
. Bagaimana tingkat religiusitas masyarakat di Desa Belapunranga
Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa?
. Bagaimana peran media Islam dalam meningkatkan religiusitas
masyarakat?
C. Tujuan Penelitian
.. untuk mengetahui bagaimana tingkat religiusitas masyarakat di
Desa Belapunranga Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa!
. untuk mengetahui bagaimana peran media Islam dalam
meningkatkan religiusitas masyarakat!
D. Manfaat Penelitian
. Bagi masyarakat opini media merupakan sarana mereka untuk
suatu informasi yang membawa dampak yang begitu relefan bagi
kehidupan mereka. Yang membawa dampak pola fikir mereka
yang awalnya tidak berpengatuhuan menjadi memiliki wawasan
pengetahuan, dan dari pola pikir yang tidak Islami menjadi Islami,
dan masih banyak dampak yang lainya dari dampak media.
. dengan peran media yang memberikan suatu pemahaman yang
menghasilkan pemikiran yang meningkatkan religiusitas
masyarakat karena media bagi masyarakat merupakan alat yang
signifikan untuk dijadikan sumber pengetahuan bagi mereka. Dan
media juga alat yang praktis untuk dijadikan sarana mereka untuk
memahami ajaran-ajaran Islam.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Tingkat Religiusitas Masyarakat
. Pengertian Religiusitas
Religi : kata religi atau reliji, berasal dari kata religie (Bahasa
Belanda) atau religion (Bahasa Inggris), masuk ke dalam
perbendaharaan bahasa Indonesia dan Nusantara dengan
membawa dan sekaligus menyebarkan agama Kristen dan
Katholik. Kata religi atau religion itu sendiri berasal bahasa Latin,
yang berasal dari kata relegere atau relegare.Kata relegare
msmpunyai pengertian dasar “berhati-hati”, dan berpegang pada
norma-norma atau aturan secar ketat.Dalam arti bahwa religi
tersebut merupakan suatu keyakinan, nilai-nilai dan norma-norma
hidup yang harus dipegangin dan dijaga dengan penuh perhatian,
agar jangan sampai menyimpang dan lepas.Kata dasar relegare,
berrarti “mengikat”, yang maksudnya adalah mengikatkatkan diri
pada kekuatan gaib yang suci.Kekuatan gaib yang suci tersebut
diyakini sebagai kekuatan yang menentukan jalan hidup dan
mempengaruhi kehidupan masnusia. Dengan demikian kata religi
tersebut pada dasrnya mempunyai pengertian sebagai “keyakinan
akan adanya kekuatan gaib yang suci, yang menentukan jalan
hidup dan mempengaruhi kehidupan manusia, yang dihadapi
secara hati-hhati dan diikuti jalan-jalan dan aturan-aturan serta
norma-norma secara ketat, agar tidak sampai menyimpang dan
lepas dari kehendak atau jalan yang telah ditetapkan oleh kekuatan
gaib yang suci tersebut.
Glock dan Stark merumuskan religusitas sebagai komitmen
religious (yang berhubungan dengan agama atau keyakinan iman),
yang dapat dilihat melalui aktivitas atau perilaku individu yang
bersangkutan dengan agama atau keyakinan iman yang
dianut.Religiusitas seringkali diidentikkan dengan
keberagamaan.Religiusitas diartikan sebagai seberapa jauh
pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan, seberapa pelaksanaan
ibadah dan kaidah seberapa dalam penghayatan atas agama yang
dianutnya.Bagi seorang Muslim, religiusitas dapat diketahui dari
seberapa jauh pengetahuan, keyakinan, pelaksanaan, dan
penghayatan atas agama Islam.7
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
religiusitas adalah kedalaman seseorang dalam meyakini suatu
agama disertai dengan tingkat pengetahuan terhadap agamanya
yang diwujudkan dalam pengalaman nilai-nilai agama yakini
mematuhi aturan-aturan dan menjalankan kewajiban-kewajiban
dengan keikhlasan hati dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan
dengan ibadah.
7Fuad Nashori dan Rachmy Diana Mucharam, Mengembangkan Kreativitas dalam
Perspektif Psikologi Islam, (Jogyakarta: Menara Kudus : ), h.
. Dimensi-dimensi Religiusitas
Dalam bukunya American Piety : The Nature of Religius
Commitment, C.Y. Glock dan R. Stark ( ) menyebut ada lima
dimensi keagamaan dalam diri manusia, yakni dimensi praktek
agama, dimensi keyakinan dimensi pengetahuan agama,
dimensi pengalaman keagamaan dan dimensi konsekuensi.8
Menurut Glock dan Stark dalam Widiyanta, kelima dimensi
religiulitas dijelaskan sebagai berikut:
a. Religious Racticef (Ritualistic Dimension)
Religious Racticef (Ritualistic Dimension) yaitu
tingkatan sejauh mana seseorang mengejarkan kewajiban-
kewajiban ritual di dalam agamanya. Unsur yang ada dalam
dimensi ini mencakup pemujaan, kultur serta hal-hal yang
lebih menunjukkan komitmen seseorang dalam agama yang
dianutnya.
Wujud dalam dimensi ini adalah perilaku masyarakat
pengikut agama tertentu dalam menjalankan ritus-ritus yang
berkaitan dengan agama.Dimensi praktek dalam agama
Islam dapat dilakukan dengan menjalankan ibadah seperti
shalat, zakat, puasa, haji dan sebagainya.
8Dadang kahmat, Sosiologi Agama, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, , h.
-
b. Religius Belief (The Idiologis Dimension)
Religius Belief (The Idiologis Dimension) atau disebut
yakinan adalah tingkat sejauh mana seseorang menerima
hal-hal yang dogmatic di dalaam ajaran agamanya.
Misalnya kepercayaan tentang adanya Tuhan, Malaikat,
Kitab-kitab, Nabi dan Rasul, hari kiamat, surga, neraka dan
yang lain-lain yang bersifat domagtik.Meskipun diakui setiap
agama memiliki seperangkat kepercayaan yang secara
doktriner berbeda dengan agama lainnya. Bahkan untuk
agamanya saja terkadang muncul paham yang berbeda dan
tidak jarang berlawan.
Pada dasarnya setiap agama juga menginginkan
adanya unsur ketaatan bagi setiap pengikutnya.Dalam
begitu adapun agama yang dianut oleh seseorang, makn
ayang terpenting adalah kemauan untuk mematuhi aturan
yang berlaku dalam ajaran agama yang dianutnya. Jadi
dimensi keyakinan lebih bersifat doktriner yang harus ditaati
oleh penganut agama.
c. Religious Knowledge (The Intellectual Dimension)
Religious Knowledge (The Intellectual Dimension)
atau dimensi pengetahuan agama adalah dimensi yang
menerangkan seberapa jauh seseorang mengetahui tentang
ajaran-ajaran agamanya, terutama yang ada di dalam kitab
suci maupun yang lainnya.Paling tidak seseorang yang
beragama harus mengetahui hal-hal pokokk mengenai
dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitaab suci dan tradisi.
Dimensi ini menunjukan dalam islam menunjuk kepada
seberapa tingkat pengetahuan dan pemahaman muslim
terhadap ajaran-ajaran agamanya terutama mengenai ajaran
pokok agamanya, sebagai mana yang termuat di dalam kitab
sucinya. Hal ini behubungan dengan aktivitas seseorang
untuk mengetahui ajaran-ajaran dalam agamanya.
d. Religius Feeling (The Experiental Dimension)
Religius Feeling (The Experiental Dimension) adalah
dimensi yang terdiri dari perasaan-perasaan dan
pengalaman-pengalaman keagamaan yang pernah
dirasakan dan dialami.Misalnya seseorang merasa dekat
dengan Tuhan, seseorang merasa takutberbuat dosa,
seseorang merasa doanya dikabulkan Tuhan, dan
sebagainya.
Ancok dan Suroso mengatakan kalau dalam Islam
dimensi ini dapat terwujud dalam perasaan dekat atau akrab
dengan Allah, perasaan bertawakal (pasrah diri dalam hal
positif) kepada Allah. Perasaan khusus ketika melaksanakan
ketika melaksanakan shalat atau berdoa, perasaan bergetar
ketika mendengar adzan,atau ayat-ayat al-Quran, perasaan
bersyukur kepada Allah, perasaan mendapat peringatan atau
pertolongandari Allah.
e. Religius Effect (The Cosenquental Dimension)
Yaitu dimensi yang mengukur sejauh mana perilaku
sekuen oleh ajaran agamanya di dalam kehidupannya. Dari
kelima aspek religious di atas, semakin tinggi tinggkat
religiusitas seseorang akan tercermin dari sikap dan
perilakunya sehari-sehari yang mengarah kepada perilaku
yang sesuai dengan tuntutan agama.
The consequental dimension yaitu dimensi yang
mengukur sejauh mana perilaku seseorang dimotivasi oleh
ajaran-ajaran agamanya dalam kehidupan social, misalnya
apakah ia mengunjungi tetangganya sakit, menolong orang
yang kesulitan, mendermakan hartanya, ikut dalam kegiatan
konversasi lingkungan, ikut melestarikan lingkungan alam
dan lain-lain.
Ancok dan Suroso ( ) mengatakan bahwa mensi
ini dapat diwujudkan dengan melakukan perbuatan atau
perilaku suka menolong, bekerja sama, bederma,
mensejahterakan dan menumbuh kembangkan orang lain,
menegaskan kebenaran dan keadilan, berlaku jujur,
memaafkan, menjaga lingkungan hidup, menjaga amanat,
tidak mencuri, tidak korupsi, tidak menipu, tidak berjudi, tidak
meminum-minuman yang memabukan, mematuhi norma
Islam dalam perilaku seksual, berjuang untuk hidup sukses
menurut ukuran Islam dan sebagainya.9
. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Religiusitas
Beberapa faktor yang mempengaruhi sikap keagamaan
menurut Thouless, yaitu :
a. Pengaruh pendidikan atau pengajaran dan berbagai
tekanan sosial (faktor sosial).
Faktor ini mencakup semua pengaruh sosial dalam
perkembangan keagamaan itu, termasuk pendidikan dari
orang tua, tradisi-tradisi sosial, tekanan dari lingkungan
social untuk menyesuaikan diri dengan berbagai
pendapatdan sikap yang disepakati oleh lingkungan itu.
b. Pengaruh pengalaman yang membantu sikap keagamaan.
terutama pengalaman-pengalaman mengenai:
) Keindahan, keselarasan, dan kebaikan di dunia lain
(faktor alami),
) Konflik moral (faktor moral),
) Pengalaman emosional keagamaan (faktor afektif).
9Ari Widiyanta, Op, Cit, h.
c. Faktor-faktor yang seluruhnya atau timbul dari kebutuhan-
kebutuhan yang tidak terpenuhi, terutama kebutuhan-
kebutuhan terhadap keamanan, cinta kasih,harga diri dan
ancaman kematian.
d. Berbagai proses pemikiran verbal (faktor intelektual)
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi religiusitas antara
lain yaitu pengaruh pendidikan atau pengajaran dan
berbagai tekanan sosial (factor sosial), pengalaman
keagamaan, faktor yang tumbuh dari kebutuhan yang tidak
terpenuhi (keamanan, cinta, kasih, harga diri, kematian),
serta berbagai proses pemikiran verbal (faktor intelektual).
B. Peran Opini Media Meningkatkan Religiusitas Masyarakat.
. Pengertian Peran
Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, peran adalah
sesuatu yang jadi bagian atau yang memegang pimpinan yang
terutama.10Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan
dari seseorang pada situasi sosial tertentu.Bila yang diartikan
dengan peran adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang
dalam suatu status tertentu, maka perilaku peran adalah perilaku
yang sesungguhnya dari orang yang melakukan peran tersebut,
hakekatnya peran juga dapat dirumuskan sebagai suatu rangkaian
perilaku tertentu yang ditimbulkan oleh suatu jabatan tertentu.
10
W.J.S. Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, PN Balai Pustaka, Jakarta, , h.
Peranan (role) merupakan aspek dinamis dari kedudukan
(status).Apabila seorang melaksanakan hak dan kewajibannya
sesuai dengan kedudukannya, maka hal itu berarti dia
menjalankan suatu peran. Keduanya tidak dapat dipisahkan
karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya.
Setiap orang mempunyai macam-macam peranan yang berasal
dari pola-pola pergaulan hidupnya. Hal itu sekaligus berarti bahwa
peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat
serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan masyarakat
kepadanya.11
Menurut Suhardono, bahwa peran menurut ilmu sosial
berarti suatu fungsi yang dibawakan seseorang ketika menduduki
suatu posisi dalam struktur sosial tertentu.12Dengan menduduki
jabatan tertentu, seseorang dapat memainkan fungsinya karena
posisi yang didudukinya tersebut.Artinya bahwa lebih
memperlihatkan konotasi aktif dinamis dari fenomena peran.
Seseorang dikatakan menjalankan peran manakala ia
menjalankan hak dan kewajiban yang merupakan bagian tidak
terpisah dari status yang disandangnya. Setiap status sosial
terkait dengan satu atau lebih status sosial.13
11
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, , h. -
12 http://ariftetsuya.blogspot.co.id/ /pengertian-peran.html diakses tanggal
September 13
Bimo Walgito, Psikologi Sosial, Edisi Revisi, Andi Offset, Yogyakarta, , h.
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan
bahwa peran adalah suatu perilaku atau tindakan yang diharapkan
oleh sekelompok orang dan/atau lingkungan untuk dilakukan oleh
seseorang individu, kelompok, organisasi, badan atau lembaga
yang karena status atau kedudukan yang dimiliki akan
memberikan pengaruh pada sekelompok orang dan/atau
lingkungan tersebut.
e. Pengertian Opini
stilah opinion yang diterjemahkan menjadi “opini” eh
Cutlip dan Center diartikan sebagai pengekspresian suatu sikap
mengenai persoalan yang mengandung pertentangan.Opini juga
diartikan sebagai pendapat atau pandangan tentang suatu
persoalan.14 Ketika seseorang beropini terhadap suatu
permasalahan yang sama akan menimbulkan penilaian yang
berbeda, hal itu dikarenakan opini memiliki sifat subyektif yang
artinya menurut pandangan sendiri-sendiri.
14
Abdullah, Press Relation,( Bandung: Remaja Rosdakarya, ), h.
Sedangkan opini publik dapat dipergunakan untuk
menandakan setiap pengumpulan pendapat yang dikemukakan
individu-individu.Menurut Santoso Sastropoetro istilah opini publik
sering digunakan untuk menunjuk kepada pendapat-pendapat
kolektif dari sejumlah besar orang.15
secara etimologi opini publik adalah terjemahan dari
bahasa Inggris yaitu public opinion. Sementara public opinion
berasal dari bahasa latin yaitu opinari dan publicus. Opinari
mempunyai arti fikir atau menduga sedangkan publicus artinya
adalah milik masyarakat luas.
Secara sederhana opini bisa diartikan pendapat.Tapi
setidaknya ada sebuah ekspresi dari pendapat tersebut baik
secara verbal maupun non verbal.Selama pendapat itu belum di
ekspresikan maka saat itu pendapat itu adalah pendapat pribadi.
Menurut Leonard W. Dood, suatu isu baru dikatakan sebagai opini
publik setelah masyarakat mengungkapkannya.16
Berbeda dengan kerumunan, publik lebih merupakan
kelompok yang tidak merupakan kesatuan. Interaksi terjadi secara
tidak langsung melalui alat-alat komunikasi, seperti pembicaraan-
pembicaraan pribadi berantai, melalui desas-desus, melalui surat
15
Santoso Sastropoetro, Pendapat Publik, Pendapat Umum, dan Pendapat Khalayak dalam Komunikasi Sosial, (Bandung: Remaja Rosdakarya, ), h.
16 Hafied Cangara, Komunikasi politik, Konsep, Teori, dan Strategi, (Jakarata: Raja
Grafindo Persada, ),h.
kabar, radio, televisi dan film. Alat-alat penghubung ini
memungkinkan “publik” mempunyai pengikut yang lebih luas dan
lebih besar jumlahnya. Publik dapat didefinisikan sebagai
sejumlah orang yang mempunyai minat, kepentingan, atau
kegemaran yang sama.
Publik dimengerti sebagai bentuk koordinasi kolektif yang
memiliki tiga hal, yaitu: pertama, identitas lebih kurang sama.
Kedua, setuju atas diagnostik masalah (sebab, tanggung jawab,
dan pemecahan).Ketiga, ikut terlibat untuk suatu upaya
kolektif.Jadi, opini selalu kontekstual terkait dengan budaya dan
dinamika perdebatan.17
Dalam hal ini, mengapa opini publik perlu diungkapkan.
Karena selama tidak diungkapkan tidak akan terjalin sebuah
komunikasi dan selamanya pendapat itu ada dalam diri
Sebenarnya antara sikap dan pernyataan mempunyai arti
yang berbeda.Sikap ada dalam diri seseorang, sedangkan
pernyataan merupakan keluar dari diri seseorang.Tapi ada
kesinambungan antara sikap dan pernyataan dalam menghadapi
suatu persoalan atau situasi tertentu.
17Haryatmoko, “Mengarahkan Opini Publik”, kliping harian Kompas, Februari
Menurut Leonard W. Dood pendapat umum adalah sikap
orang-orang mengenai sesuatu soal, dimana mereka merupakan
anggota dari sebuah masyarakat yang sama.18
Menurut Dra. Djoenaesih S. Sunarjo, ciri-ciri opini itu adalah19:
. Selalu diketahui dari pernyataan pernyataannya;
. Merupakan sintesa atau kesatuan dari banyak pendapat;
. Mempunyai pendukung dalam jumlah besar
Dari pengertian dan pendapat ahli di atas dapat kita ambil
bahwa opini media merupakan kekuatan saluran yang
dimanfaatkan untuk mengendalikan arah dan memberikan
dorongan terhadap perubahan opini sosial. Apa yang dikatakan
pers hampir selalu dipercaya oleh publik. Begitu hebatnya pers,
sehingga seandainya siang dikatakan pers malam pun,
masyarakat terutama yang lugu akan mempercayainya.
f. Pengertian Media
Media adalah bentuk jamak dari medium yang berarti
alat-alat perantara. Medium komunikasi atau proses penyampaian
isi pernyataan (message) dari komunikator atau proses
penyampaian umpan balik (feedback) dari komunikasismpai
kepada komunikator Marshall McLuhan mengatakan : 20
18
Nikmah Hadiati S, Opini Publik, (Pasuruan: Lunar Jaya, ),h. 19
Djonaesih S. Sunarjo, Opini Publik, (Yogyakarta : Liberty, ), h. 20
McLuhan menyatakan hal ini dalam Peter M. Sadam, David M. Rubin, David B. Sachman, Media: An Introductory Analysis Of American Mass Communication, United States of America, , hal. .
The medium is the message, purposely turning the title
into a pun in order toemphasize that the real “message” of a
medium is the way it pokes, jabs, and kneads its audienc-not what
it says. Media are extennsions of one or more of the five senses.
Face to face seach (the holdest of the media) extends all five
senses. Print extands only the eyes, radio the ear.
Lebih lanjut McLuhan21 dalam buku Men Messages,, and
Media, menjelaskan bahwa : Television and radio newspaper and
magazine and filmare media.
Media massa dapat dbagi menurut karakternya, yaitu
media massa non-periodik (misalnya poster, leaflet, bilboard dan
lain-lain) dan media massa periodik (misalnya surat kabar,
majalah, radio, televisi, dan film). Dalam tulisan ini, penulis
membatasi kajian dengan hanya membahas televisi sebagai
media.
g. Fungsi Media Massa
Ada beberapa fungsi media massa yang dapat dicermati berikut
ini.22
. Fungsi memberikan informasi. Media massa sebagai
penyebar informasi bagi pembaca., pendengar, dan pemirsa.
Khalayak selalu mencari informasi tentang hal-hal yang terjadi
di sekitarnya. Sebagai informas diperoleh bukan lagi dari
21 Wibur Sharamn, Men, Messsages, And Media, New York; Harper Row
Publishers, 22 Lihat Karlina dkk dalam komunikasi massa, Jakarta: Universitas Trbuka hal.
sekolah.melankan dari televisi. Misalanya untuk mengeahui
informasi lebih lanjut tentang hasil MOU aantara GAM-
pemerintah Indobesia., khalayak menonton televisi. Dalam era
globalisasi sekarang, media sangat selektif dalam
menyampaikan informasi. Penekanan isu yang dilakukan
sangat sangat ditentukan oleh media. Misalnya, pemberitaan
tentang situasi di Indonesia tahun saat presiden
Soeharto berhenti dar jabatannya, yang ditayangkan oleh
media televisi adalah gambaran masyarakat indonesia yang
menjarah di mal, demonstrasi,kekerasan, pemerkosaan, dan
lain-lain. Oleh sebab itu, tergambar bahwa situasi ndonesia
pada saat itu sangatmencekam, menakutkan dan tidk
nyaman.
. Fungsi memberikan pendidikan dan membimbing. Mdia
massa merupakan sarana pendidikan bagi khalayak (mass
education). Oleh karena itu, media massa menyajikan banyak
hal yang sifatnya mendidik. Dalam semua situasi, nilai-nilai
masyarakat diungkapkan secara tidak langsung, tetapi,
divisualisasikan. Di era informasi dewasa ini, fungsi
pendidikan sudah mulai mengalami pergeseran nilai dengan
seringnya media televisi menayangkan acara yang tidak agi
“mendidik”. Lihat saja contoh sinetron “Tukang Ojek
Pengkolan”, dalam sinetron ini mengggambarkan tenang
pekerjaan sebagai tukang ojek dengan membawa penumpang
yang tidak mengenal jenis kelamin, laki-laki atau perempuan.
Rkrrjaan ini menggambarkn tentang berkhalawat dengan
lawan jenis. Sedangkan dalam ajaran Islam, interaksi dengan
lawan jenis (laki-laki dan perempuan) memilki batasan , begitu
juga engan menaiki kendaraan dengan lawan jenis dalam
ajaran Islam memiliki tata cara.
. Fungsi menghibur. Fungsi hiburan bagi sebuah media televisi
menduduki posisi yang paling tinggi dibanding dengan fungsi-
fungsi yang lain. , karena masyarakat masih menjadikan
televisi sebagai media hiburan. Dalam persaingan media
televisi, pengrlola media harus berusaha keras untuk
menampilkan hiburan. Funfgsi penghibur ini bertujuan untuk
mengurangi ketegangan pkiran khalayak. Dalam menampilkan
hiburan ini, media juga sangat selekif untuk menampilkan
acara yang dapat menghibur khalayak. Misalnya “Deacademi
Indosiar”, para peserta dalam kontesan ini mengajak
masyarakat untuk menhafal lagu-lagu yang tidak
mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
ditambah lagi dengan adanya campur baur serta pakaian yang
tidak selayaknyauntuk dita,pilkan pada khalayak.
. Fungsi mempengaruhi khalayak. Fungsi sangat penting
artinya karena dapat mempengaruhi bagi media televise
terdapat dalam iklan-iklan. Iklan menyampaikan informasi,
tetapi juga sekaligus juga mempengaruhi bagi media televisi
terdapat dalam iklan-iklan. Iklan menyampaikan informasi,
tetapi sekaligus juga mempengaruhi khalayak. Misalnya iklan
sabun “Garnier” seolah-olah jika menggunakan sabun muka
tersebut, maka orang memiliki wajah yang putih dan
cingklong. Media televise mengisahkan seorang perempuan
cantik yang tadinya berwajah tidak lembut, kasar, kusam, tapi
setelah menggunakan “Garnier” menjadi putih dan muulus.
Ddemikian dengan pasta gigi colgate, setelah menggosok gigi
dan berbicara, maka keluar bunga-bunga yang wangi.
Dewasa ini, fungsi tersebutlah yang paling dominan kita lihat
di media televise. Padahal, dalam realitnya tidaklah selalu
demikian.
. Fungsi proses perkembangan mental. Manusia membutuhkan
komunikasi dalam perkembangan mental yang ia peroleh
bukan saja dari manusia, tetapi juga dari media, khususnya
media televise.
. Fungsi adaptasi lingkungan. Adaptasi dengan lingkungan
adalah penyesuaian diri kita kedalam lingkungan di mana kita
berada. Setiap manusia berusaha untuk menyesuaikan diri
dengan dunianya, juga menyesuaikan diri dengan dunianya.
Juga menyesuaikan diri untuk bertahan. Media televise dapat
membantu dalam proses penyesuaian tersebut.
. Fungsi manipulasi lingkungan. Manipulasi di sini bukanlah
diartikan sebagai sesuatu yang negative, tetapi dengan
memanipulasi lingkungan, artinya berusaha untuk
mempengaruhi. Setiap orang berupaya untuk saling
mempengaruhi dunia dan orang-orang yang berada
disekitarnya. Misalnya ketika terjadi krisis monter di Indonesia,
media menayangkan bagaimana masyarakat Indonesia antre
untuk mendapatkan beras murah di daerah tertentu. Atau
ketika BBM langka, gambaran yang ditayangkan televisi
adalah SPBU yang tutup, pembeli minyak tanah yang antre
dan pedagang yang tutup dengan tumpukan jerigen di
halaman warungnya.
Media televise sangat powerfull dalam
mempengaruhi menembus karena memiliki karakter sebagai
berikut:
. Audio –Visual, dengan lihat. Khalayak dapat melihat
gambar dengan bergerak dan mendengar setiap pesan
informasi yang disampaikan televise. Dengan demikian,
orang yang tidak sekolah pun dapat menonton televisi.
. Oleh karena sifatnya audio-visual, pesan atau informasi
yang disampaikan selalu dilengkapi dengan gambar.
Pemirsa padaumumnya merasa terpenuhi
keingintahuanya apabila setiap berita televise dilengkapi
dengan gambar. Apalagi jika kualitas pengambilan
gambar bagus, seolah-olah pemirsa langsung melihat
peristiwa tersebut.
. Berpikir dalam gambar. Bagi seorang komunikator yang
menyampaikan informasi, pendidikan atau hiburan,
sebaiknya dapat melakukan berpikir dalam gambar
melalui tahap:
a. Visualisasi, pengarah harus berusaha menunjukan
objek-objek tertentu menjadi gambar yang jelas
menyajikannya sedemikian rupa, sehingga
mengandung suatu makna. Misalnya orang sedang
sedih, tidak mungkin dengan wajah tertawa
b. Piktuarisasi, yaitu kegiatan merangkai gambar-gambar
individual sedemikian rupa sehingga kontinutisnya
mengandung makna tertentu. Misalnya pros es
menanam padi sampai panen.
Untuk itu perlu diperhatikan beberapa factor, antara lain faktor
pemirsa, baik anak-anak, remaja atau orangtua. Kemudian
faktor waktu, apakah ditayangkan pagi hari, siang hari, atau
malam hari, atau prime time. Akhirnya factor durasi, yaitu
jumlah menit dalam setiap penayangan acara, misalnya
menit, menit, dan lain-lain.
h. Hipodermic Needle Theory (Teori Peluru)
Hypodermic Needle Theory memiliki arti bahwa apa yang
disajikan media massa (koran, televisi dan online) secara
langsung atau kuat memberi rangsangan pada diri audience.
Audience, anggota dari masyarakat dianggap mempunyai ciri
khusus dan tidak mempunyai sedikit kontrol. Dengan kata lain,
tidak ada campur tangan di antara pesan yang disampaikan
dengan penerima. Artinya, pesan yang sangat jelas dan
sederhana akan jelas dan sederhana pula direspon oleh
masyarakat. Jadi, antara penerima dengan pesan yang
disebarkan oleh pengirim tidak ada perantara dan tidak ada
umpan balik dari penerimanya.23
Media masa muncul untuk meyakinkan tingkah laku, nilai,
maksud pengirim adalah kepentingan lebih besar dari pada
penerima.24 Sampai tahun -an dan -an, umumnya apa
yang disajikan media masa secara langsung atau kuat memberi
rangsangan atau berdampak kuat pada diri audience.
23
Nurudin. . Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Rajawali Pers 24
Nurudin ( ), Komunnikassi Massa. Pustaka Pelajar Jogja. h.
Dalam literature komunikasi ini sering disebut dengan
istilah teori jarum hipodermik (hipodermik needle theory) atau teori
peluru.Teori ini lebih didasarkan pada intitusi dari pada bukti
ilmiah.Teori ini di samping mempunyai pengaruh yang kuat juga
mengasumsikan bahwa para pengelola media dianggap sebagai
orang lebih pintar dari audience.Akibatnya audience disuntikan
kedalam ketidaksadaran audience.25
Model jarum suntik pada dasarnya adalah aliran satu
tahap (one step flow).Yaitu media langsung pada khalayak
sebagai mass audience. Model ini mengasumsikan media massa
secara langsung, cepat, dan mempunyai efek yang amat kuat
mass audience. Media masa kini sepadan dengan teori Stimulus-
Response (S-R) yang mekanisis dan sering digunakan pada
penelitian psikologi antara tahun dan .Teori S-R
mengajarkan, setiap stimulus akar menghasilkan respons secara
spontan dan dan otomatis secara seperti gerak refleks. Seperti
bila tangan kita terkena percikan api (S) maka secara spontan,
otomatis dan reflektif kita akan menyatakan taaangan kita (R)
sebagai tanggapan yang berupa gerakan menghindar.
Tanggapan di dalam contoh tersebut sangan mekanistis dan
otomatis, tanpa menenggu perintah dari otak.
25
Ibid, h. .
Teori peluru atau jarum hipodermik mengasumsikan
bahwa media memiliki kekuatan yang sangat perkasa dan
komunikan dianggap pasif atau tidak tahu apa-apa.Teori ini
mengasumsikan bahwa seorang komunikator dapat
menenmbakkan peluru komunikasi yang begitu ajaib kepada
khalayak yang tidak berdaya (pasif).
Elihu Katz bukunya “The Diffusion of new ideas and
practices” menunjukan aspek-aspek yang menarik dari model
hipodermik ini :
a. Media massa memiliki kekuatan yang luar biasa, sanggup
menginjeksikan secara mendalam ide-ide kedalam benak
orang yang tidak berdaya (the all powerfull media are able to
impress ideas on defenseless minds).
b. Mass audience dianggap seperti atom-atom yang atau
terpisah atau sam lain, tidak saling berhubungan dan hanya
berhubungan dengan media massa kalau individu-individu
dalam mass audience mempunyai pendapat yang sama
dalam suatu persoalan , hal ini bukan karena mereka
berhubungan atau berkomunikasi satu dengan yang lain,
melainkan karena mereka memperoleh pesan-pesan yang
sama dari suatu media.
Kehadiran media massa telah mendatangkan perubahan-
perubahan bagi masyarakat yang terjangkau oleh kekuatan media
massa. Terpaan media massa tampak di dalam kehidupan sehari-
sehari seperti nilai-nilai yang timbul sebagai akibat keterpaan
media massa tadi, serta timbulnya produksi massa yang
cenderung menunjukan suatu kebudayaan massa.
. Pengertian Opini
Istilah opinion yang diterjemahkan menjadi “opini”
didefinisikan oleh Cutlip dan Center diartikan sebagai
pengekspresian suatu sikap mengenai persoalan yang
mengandung pertentangan.Opini juga diartikan sebagai pendapat
atau pandangan tentang suatu persoalan.26 Ketika seseorang
beropini terhadap suatu permasalahan yang sama akan
menimbulkan penilaian yang berbeda, hal itu dikarenakan opini
memiliki sifat subyektif yang artinya menurut pandangan sendiri-
sendiri.
26
Abdullah, Press Relation,( Bandung: Remaja Rosdakarya, ), h.
Sedangkan opini publik dapat dipergunakan untuk
menandakan setiap pengumpulan pendapat yang dikemukakan
individu-individu.Menurut Santoso Sastropoetro istilah opini publik
sering digunakan untuk menunjuk kepada pendapat-pendapat
kolektif dari sejumlah besar orang.27
Secara etimologi opini publik adalah terjemahan dari
bahasa Inggris yaitu public opinion. Sementara public opinion
berasal dari bahasa latin yaitu opinari dan publicus. Opinari
mempunyai arti fikir atau menduga sedangkan publicus artinya
adalah milik masyarakat luas.
Secara sederhana opini bisa diartikan pendapat.Tapi
setidaknya ada sebuah ekspresi dari pendapat tersebut baik
secara verbal maupun non verbal.Selama pendapat itu belum di
ekspresikan maka saat itu pendapat itu adalah pendapat pribadi.
Menurut Leonard W. Dood, suatu isu baru dikatakan sebagai opini
publik setelah masyarakat mengungkapkannya.28
Berbeda dengan kerumunan, publik lebih merupakan
kelompok yang tidak merupakan kesatuan. Interaksi terjadi secara
tidak langsung melalui alat-alat komunikasi, seperti pembicaraan-
pembicaraan pribadi berantai, melalui desas-desus, melalui surat
27
Santoso Sastropoetro, Pendapat Publik, Pendapat Umum, dan Pendapat Khalayak dalam Komunikasi Sosial, (Bandung: Remaja Rosdakarya, ), h.
28 Hafied Cangara, Komunikasi politik, Konsep, Teori, dan Strategi, (Jakarata: Raja
Grafindo Persada, ),h.
kabar, radio, televisi dan film. Alat-alat penghubung ini
memungkinkan “publik” mempunyai pengikut yang lebih luas dan
lebih besar jumlahnya. Publik dapat didefinisikan sebagai
sejumlah orang yang mempunyai minat, kepentingan, atau
kegemaran yang sama.
Publik dimengerti sebagai bentuk koordinasi kolektif yang
memiliki tiga hal, yaitu: pertama, identitas lebih kurang sama.
Kedua, setuju atas diagnostik masalah (sebab, tanggung jawab,
dan pemecahan).Ketiga, ikut terlibat untuk suatu upaya
kolektif.Jadi, opini selalu kontekstual terkait dengan budaya dan
dinamika perdebatan.29. Dalam hal ini, mengapa opini publik perlu
diungkapkan. Karena selama tidak diungkapkan tidak akan terjalin
sebuah komunikasi dan selamanya pendapat itu ada dalam diri.
Sebenarnya antara sikap dan pernyataan mempunyai arti
yang berbeda.Sikap ada dalam diri seseorang, sedangkan
pernyataan merupakan keluar dari diri seseorang.Tapi ada
kesinambungan antara sikap dan pernyataan dalam menghadapi
suatu persoalan atau situasi tertentu.
Menurut Leonard W. Dood pendapat umum adalah sikap
orang-orang mengenai sesuatu soal, dimana mereka merupakan
anggota dari sebuah masyarakat yang sama.30
29Haryatmoko, “Mengarahkan Opini Publik”, kliping harian Kompas, Februari
30 Nikmah Hadiati S, Opini Publik, (Pasuruan: Lunar Jaya, ),h.
Menurut Dra. Djoenaesih S. Sunarjo, ciri-ciri opini itu adalah31:
a. Selalu diketahui dari pernyataan pernyataannya;
b. Merupakan sintesa atau kesatuan dari banyak pendapat;
c. Mempunyai pendukung dalam jumlah besar
Dari pengertian dan pendapat ahli di atas dapat kita ambil
bahwa opini media merupakan kekuatan saluran yang
dimanfaatkan untuk mengendalikan arah dan memberikan
dorongan terhadap perubahan opini sosial. Apa yang dikatakan
pers hampir selalu dipercaya oleh publik. Begitu hebatnya pers,
sehingga seandainya siang dikatakan pers malam pun,
masyarakat terutama yang lugu akan mempercayainya.
. Opini Siaran Islam Meningkatkan Religiusitas Masyarakat
Siaran merupakan pesan atau rangkaian pesan dalam
bentuk suara gambar, atau suara atau gambar atau berbentu
grafis, karakter, baik yang bersifat interaktif maupun tidak yang
dapat diterima melalui perangkatyang diterima siaran.
31Djonaesih S. Sunarjo, Opini Publik, (Yogyakarta : Liberty, ), h.
Tujuan penyiaran sebagai sebuah institusi adalah
menyebarluaskaninformasi, mempengaruhi, menghibur, mendidik,
bagi membimbing tindakan atauperilaku individu sebagai anggota
suatu kelompok, masyarakat, atau membimbingcara-cara bagi
setiap individu memenuhi kebutuhan mereka.32
Mengenai istilah penyiaran, media massa atau wasa‟il
i‟lam masih baru dalam fenomena kehidupan umat Islam, tetapi
sejarah penggunaan media bagi menyampaikan pesan Islam
mempunyai sandaran yang cukup kuat. Islam amat mementingkan
ilmu agar dikuasai oleh setiap individu muslim sehingga
membentuk masyarakat yang kaya informasi. Perkataan rasala
(utusan/nabi), naba’ (khabar) dan sebagainya yang termaktub
dalam al-Quran dan al-Sunnah
menggambarkan betapa pentingnya aktivitas penyebaran
dalam ajaran Islam. Jadi, dari pengertian dan tujuan siaran diatas
dapat disimpulkan bahwa opini siaran Islam adalah “cara yang
digunakan untuk menyebarkan pesan-pesan keislaman
(berdasarkan al-Quran dan al-Sunnah) yang disampaikan
komunikator kepada komunikan. ”Dalam penyiaran Islam, perlulah
menepati falsafah penyiaran Islam dan masyarakat (Islamic
Triangular Relationship). Yaitu, segala proses penerbitan produk
media dari soal perancangan hingga output yang dihasilkan dan
32 Alo Liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makna, (Jakarta: Kencana Predana
Media Group, ), h. .
disampaikan kepada khalayak mestilah mengacu pada ketakwaan
kepada Allah dengan mematuhi syariat Islam. Penyiaran Islam
atau siaran Islam tidak harus mengandung “nama” siaran yang
ada kaitannya dengan Islam.Suatu media cukup berlandaskan
falsafah keislaman saja. Islam dengan misi mambawa
kesejahteraan kepada seluruh manusia sangat menekankan
pesan yang dikandungnya untuk disebarkan seluas mungkin
dengan cara menarik. Penyiaran merupakan perantara yang perlu
dimanfaat untuk tujuan tersebut. Walaupun TV, radio atau surat
kabar bukan diciptakan oleh orang Islam, tetapi kita perlu
memanfaatkan sebagai media dakwah. Dan dengan peran siaran
Islam membentuk opini public dan mempengaruhi persepsi serta
tingkah laku yang membentuk religiusitas di tengah-tengah
masyarakat.Terlebih di tengah derasnya arus informasi siaran
yang sangat relefan dijadikan saranan untuk memebentuk suatu
opini memebentuk sikap dan perilak religiusitas bagi masyarakat.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi merupakan sesuatu yang sangat penting dalam
kehidupan ini ketika kita ingin mencapai sesuatu yang dicita-citakan.
Sebagaiman pengertian metedologi yang terdapat dalam kamus besar
bahasa Indonesia yaitu “Cara yang terartur yang digunakan untuk
melakukan suatu pekerjaan agar tercapai sesuatu dengan yang
dikehendaki, atau cara cara kerja yang berisistem untuk memudahkan
pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.33
Sedangkan pengertian metedologi menurut Prantato dan Al Barry
adalah “cara yang terartur dan sistimatis untuk mendapatkan sesuatu
yang diinginkan”.34
Penelitian merupakan suatu kegiatan untuk mencari data
sebagaimana yang diungkapkan Sudikan (dalam Bungin (a) : )
metode yaitu “ salah satu kegiatan rangkaian ilmiah baik untuk keperluan
mengumpulkan data ataupun untuk menarik kesimpulan dari gejala-gejala
tertentu”.
33
Pendidikan Nasional RI, Kamus Besar….h. . 34
A Pius Partano, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya : CV Arkola, ), h. .
Senada dengan pengertian yang diungkapkan oleh Sudikan, David
H. Penny dalam Narbuko dan Achmadi menyebutkan bahwa penelitian
adalah “pemikiran yang sistimatis mengenai berbagai jenis masalah yang
pemecehanhannya memerlukan pengumpulan dan penafsiran fakta-
fakta”.35
Metodolgi penenlitian akan lebih baik jika disesuaikan dengan
subjek/objek penelitian. Metodologi yang tidak tepat dalam melakukan
penelitian akan menimbulkan kerancauan yang pada akhirnya
menyebabkan hasil penelitian tidak valid dan tidak bias
dipertanggungjawabkan. Sebagai ilustrasi untuk menggambarkan metode
penelitian yang tidak tepat dalam melakukan penelitian adalah seperti
orang yang menebang pohon kayu jati dengan menggunakan pisau lipat
atau orang yang memotong bika Ambon dengan menggunakan kapak.
A. Metode Penelitian
Menentukan jenis penelitian sebelum terjun ke lapangan adalah
sangat signifikan, sebab jenis penelitian merupakan payung yang akan
digunakan sebagai dasar utama pelaksanaan riset. Oleh karenanya
penentuan jenis penelitian didasarkan pada pilihan tepat akan
berimplikasi pada keseluruhannya perjalan riset.36
35
Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian ( Jakarta : Bumi Aksara, ), h. .
36Saifullah, Buku Metodologi Penelitian (Hand Out, Fakultas Syariag UIN Malang)
Dilihat dari jenisnya, penelitian ini adalah Fileld Research
(penelitian lapangan), yang mana penelitian ini menitikberatkan pada
hasil pengumpulan data dari informan yang telah ditentukan37 antara
lain
a. Objek Penelitian, dalam penelitian objek yang peneliti untuk
memenuhi data penelitian. Peneliti melakukan objek pada pemuda.
b. Subjek Penelitian, pada subjek penelitian ini peneliti melakukan
penelitian di desa Belanpunranga Kecematan Parangloe Kabubaten
Gowa.
B. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif
adalah suatu pendekatan dalam meneliti status kelompok manusia,
obyek suatu kondisi.Suatu sistem pemikiran ataupunsuatu kelas
peristiwa pada masa sekarang.Sedangkan kualitatif menurut Bogdan
dan Takyor adalah suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis dan lisan dari orang dan perilaku
yang diamati.38
Jadi pendekatan deskriptif kualitatif adalah suatu pendekatan
yang menggambarkan keadaan suatu status fenomena yang terjadi
dengan kata-kata atau kalimat, kemudian dipisah-pisahkan menurut
37
Lexi J. Meleong, Metedologi Penelitian Kualitatif (PT Rosda Karya, ), h. . 38
Lexi J. Meleong, Metedologi Penelitian Kualitatif (PT Rosda Karya, ), h. .
kategori untuk mendapatkan kesimpulan.Sedangkan Soejorno
Soekanto berpendapat bahwa penelitian deskriptif kualitatif adalah
prosedur pemecahan masalah yang diselediki dengan
menggambarkan atau melukiskan keadaan suatu suatu subjek atau
objek panel (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain)
kemudian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak
sebagai objek.39
C. Fokus dan Deskripsi Fokus Penelitian
. Fokus Penelitian
Fokus penelitian merupakan pokok pembahasan yang
sangat menentukan dalam penelitian Deskriptif Kualitatif.Fokus
penelitian berisi pokok masalah yang masih bersifat
umum.Penentuan fokus pada penelitian ini lebih didasarkan pada
Peran Opini Siaran Islam Dalam Meningkatkan Religiusitas
Masyarakat Desa Belanpunranga Tulip Kecematan Parangloe
Kabupaten Gowa.Studi ini menitik beratkan bagaimana Peran Opini
Siaran Islam dalam Meningkatkan Religiusitas Masyarakat.Fokus
juga dapat diartikan sebagai domain tunggal atau beberapa domain
yang terkait dengan situasi social. Fokus penelitian adalah
penelitian apa yang menjadi titik perhatian atau peneltian.
39
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta : UI-Press, )), h.
Fokus merupakan bagian penting dari suatu penelitian,
karena merupakan objek penelitian atau menjadi titik perhatian
penelitian. Sesuai dengan judul dan rumusan penelitian ini maka
yang menjadi fokus penelitian adalah Peran Opini Siaran Islam
Dalam Meningkat Religiusitas Masyarakat Desa Belanpunranga
Kecematan Parangloe Kabupaten Gowa.
. Deskripsi Fakus Penelitian
Deskripsi fokus penelitian dimaksud untuk membatasi
ruang lingkup yanga telah diteliti agar tedak terjadi salah penafsiran
adalah peneliti dan untuk pengukuran dan pengamatan terhadap
varable yang bersangkutan serta pengembangan instrument.
Dalam rangka memberikan pemahaman yang lebih jauh dan
menghindari kesalahan dalam pengertian maka peneliti
menguraikan deskrisi fokus penelitian sebagai berikut :
a. Peran-peran dalam penelitian ini adalah suatu usaha untuk
merncapai suatu tujuan untuk mencapai suatu sasaran dengan
melihat kemampuan pesan dan informasi siara Islam dalam
meningkatkan religiusitas masyarakat Desa Belapunranga
Kecematan Perangloe Kabupaten Gowa.
b. Opini dalam penelitian ini peneliti ingin memberikan suatu
pemahaman tentang pentingnya suatu opini dalam suatu
media (Televisi) dalam memahamkan suatu pesan dan
informasi di tengah-tengah masyarakat terutama dalam
penelitian ini menunjukan pada Desa Belapunranga
Kecematan Parangloe Kabupaten Gowa. Misalnya, opini
siara yang ditayang dalam penelevisian tentang acara-acara
religi yang ditayangkan melaui media televisi, misalnya
Mama dan A’a, Islam itu Indah dan lain sebagainya. Dari
contoh opini media siara ini merupakan sember informasi
untuk membentuk suatu pemahaman dan perilaku ditengah-
tengah masyarakat terutama perilaku masyarakat (remaja)
Desa Belapunranga Kecematan Parangloe Kabupaten
Gowa.
c. Religiusitas dengan adanya opini siara yang berbasis Islam
yang disarkan pada media (Televisi) maka masyarakat pada
Desa Belapunranga Kecematan Parangloe Kabupaten Gowa
akan membentuk suatu opini/pemahaman yang
meningkatkan suatu sikap dan perilaku di tengah-tengah
masyarakat yaitu sikap yang religiusitas.
d. Masyarakat dengan pembentukan suatu opini siaran Islam
sarana pada media (Televisi) maka terbentuk suatu
masyarakat yang dimana peraturan-peraturan dalam
kehudupan mera sesui dengan apa yang telah ditentukan
syariat Islam.
D. Sumber Data
Sumber data prime adalah sember data yang langsung
memberikan data kepada pengumpulan data. Sumber data primer
dalam penelitian ini adalah hasil wawancara dengan masyarakat dan
remaja Desa Belapunranga Kecematan Parangloe Kabupaten Gowa
tentang peran. “Peran Opini Siara Islam dalam Meningkatkan
Religiusitas Masyarakat Desa Belapunranga Kecematan Parangloe
Kabupaten Gowa”. Sumber sekunder dalam penelitian ini adalah
dokumentasi dari yang didapatkan pada masyarakat Desa
Belapunranga Kecematan Parangloe Kabupaten Gowa.
Dalam penelitian studi kasus, peneliti membutukan protokol
studi kasu demi menanjang berjalanya penelitian secara akurat dan
optimal. Protokol ini merupakan cara untuk meningkatkan releabilitas
penelitian studi kasus dan membimbing peneliti itu sendiri untuk fokus
terhadap hal-hal yang perlu untuk ditelah, diamati dan diteliti. Dengan
memiliki protokol studi kasus ini peneliti akan memiliki gambaran
secara jelas tentang pertayaan penelitian, cara-cara jawab pertayaan
penelitian dan juga menjadi lembar cek apakah data sudah mencukupi
atau belum.
. Peneliti
Dalam penelitian Deskriptif kualitatif, peneliti merupakan instrumen
kunci dari penelitian. Oleh karena itu, validitas dalam metode
inibanyak bergantung pada kemampuan, keterampilan, serta
kecermatan peneliti yang melakukan penelitian baik melaui studi
pustaka maupun melaui pengamatan dan wawancara.
Peneliti memiliki pesan yang sangat vital dalam penelitian
ini, karna data dan informasi yang dikumpulkan, kejadian yang
diamati, realitas yang dibangun serta analisis dan semuanya
melaui mata, telinga, dan pemkiran. Maka untuk mencegah
terjadinya biar diri hasil peneliti, akan melakukan validitas untuk
menjamin keabsahan data yang diperoleh oleh peneliti40
. Protokol Observasi
Protokol Observasi perlu mengandung hal-hal yang
perlun diperhatikan selama observasi, yaitu :
a. Peneliti mendapat akses untuk mewawancarai informasi.
b. Bahan-bahan utama penunjangb observasi lapangan seperti :
kertas, pensil, klip lembar protokol observasi
c. Peneliti perlu memperhatikan tempat-tempat dilaksanakanya
wawancara. Tempat yang dipilih merupakan tempat terjadinya
fenomena atau kejadian yang ingin diteliti. Dalam hal ini,
peneliti akan melakukan pengamatan di Desa Belapunranga
Kecematan Perangloe Kabupaten Gowa.
40 Maliln Licthman, Qualitative Research in Educatio a User’s Guride (Amerika: Sage
Publication, ). h. - .
d. Membuat jadwal-jadwal yang jelas untuk mengumpulan
data.41
. Pedoman wawancara
Pedoman wawancara dalam penelitian ini bukanlah dafta
pertanyaan baku yang akan diajukan oleh peneliti kepada
informasi, melainkan dafta tema dan topik yang akan
didiskusikan bersama informan. Pertayaan terbuka ini akan
memungkinkan peneliti untuk mendapatkan informasi
sebanyak-banyaknya sesuai dengan kebutuhan peneliti.
Aspek yang akan ditulis dalam pedoman wawancara adalah
sebagai berikut:
a. Informasi biografi, demografi, dan pribadi informan. Untuk
menjamin keamanan dan keyamanan informan, peneliti,
menjamin kerasiaan informasi tersebut dan informasi
pribadi ni akan peneliti kondifikasi.
b. Topik tema dan topik besar yang akan peneliti diskusikan
bersama informan
c. Jenis-jenis pertayaan yaitu:
C . Pemgetahuan
C . Opini
C . Perasaan
C. . Pengalaman
41 Robert k. Yim, Opt. H. .
d. Fleksibilitas. Karena pertanyaan dalam wawancara ini semi
terstruktur dan terbuka, maka akan mungkin akan muncul
pertanyaan diatas, maka peneliti akan tetap merekam dan
mencatatnya sesuai dengan kategori dan tipe pertanyaan
dilontarkan.42
G. Teknik Pengumpulan Data
Ada dua cara atau teknik yang peneliti gunakan dalam
mengumpulkan data di lapangan, yaitu pengamatan/observasi dan
wawancara.43
. Pengamatan/observasi
secara sederhana pengamatan/observasidapat diartikan
sebagai proses melihat situasi penelitian, dalam penelitian ini
adalah pengamatan yang dilakukan fenomena permasalahan pada
masyarakat desa Tulip Duo Kecematan Barajo yang dimana
mereka merupakan korban dalam menggunakan media masa pada
saat yang menayangkan tidak sesuai dengan fungsi yang
sebagaiman fungsinya sebagai media. Pengamatan adalah teknik
pengumpulan data dimana seorang penelitian melakukan
pengamatan pada masyarakat yang menjadi objeknya.
42 Marlyn Lichtman, Op. Cip. H. . 43
Consevelo G Sevila, Pengantar Metode Penelitian. Tery Alirumuddin Tuwu (Jakarta: Universitas Indonesia ), h.
Menrut Guba dan Lincoln dalam moleong, ada beberapa
alasan mengapa metode pengamatan/observasi dimanfaatkan:
a. Teknik observasi ini didasarkan atas pengalaman secara
langsung, karena pengalaman secara langsung merupakan alat
yang ampuhuntuk mengetes suatu kebenara. Ini dilakukan jika
data yang diperoleh kurang meyakinkan.
b. Teknik pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati
sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana
yang terjdi pada keadaan sebenarnya.
c. Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam
situasi yang berkaitan dengan pengamatan propesional maupun
pengetahuan yang langsung diperoleh dari data.
d. Sering terjadi ada keraguan pada peneliti, jangan-jangan ada
data yang dijaringannya “menceng” atau “bias”. Kemungkinan
meceng itu terjadi karena kurang dapat mengingat peristiwa atau
hasil yang diwawancara dan di amati, ataupun karena reaksi
peneliti yang emosional pada sesuatu saat. Jalan yang terbaik
untu mengecek kepercayaan data tersebut ialah dengan jalan
memanfaatkan pengamatan/observasi.
e. Teknik pengamatan/observasi memungkinkan peneliti mampu
memahami situasi-situasi yang rumit dan untuk perilaku yang
kompleks.
f. Dalam kasus-kasus tertentu di mana teknik komunikasi lainnnya
tidak dimungkinkan, pengamatan/observasi dapat menjadi alat
yang sangat bermanfaat.
Dari beberapa alasan yang diungkapkan oleh Guba dan
Lincoln di atas, maka semakin memantapkan peneliti untuk
menggunakan pengamatan/observasi dalam penelitian ini.Melalui
pengamatan ini, peneliti mencoba melihat fenomena yang terjadi di
tengah-tengah masyarakat, yang dimana dalam memanfaatkan
media ini mereka tidak benar-benar memahami fungsi dari media
itu sendiri.Atau mereka merupakan hasil dari ketiak tahuan mereka
dan mereka hanya ikut-ikuttan karena media siaran yang begitu
gincar di tengah-tengah masyrakat.
Observasi pengamatan ini peneliti lakukan untuk
memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang keadaan yang
sebenarnya, sebagaimana yang dikatakan Nasution, observasi
bertujuan : “ . Untuk memperoleh informasi tentang kelakuan
manusia seperti terjadi dalam kenyataan. . Untuk memperoleh
gambaran yang lebih jelastentang kehidupan social yang sukar
diperoleh dengan metode lain.”44
44
S. Nasution. Metode Research Penelitian Ilmiah, (Bandung : Jermais, ), h. .
. Wawancara
Metode wawancara peneliti gunakan dalam
mengumpulkan data di lapangan adalah dengan
wawancara.Devito mengatakan bahwa “wawancara adalah bentuk
khusus komunikasi antarpribadi.”45
Surakhmad menyebutkan bahwa wawancara adalah
“teknik komunikasi langsung, yakni peneliti mengumpulkan data
dengan jalan mengadakan komunikasi langsung dengan subjek
penelitian baik dalam situasi yang sebenarnya ataupun dalam
situasi buatan.”46
Dari pengertian wawancara di atas, dapat diambil satu
konluksi wawancara adalah komunikasib antara dua oreang atau
lebih untuk mendapatkan informasi dalam rangka mencari solusi
terhadap suatu masalah yang terjadi secara langsung atau tatap
muka.
Dalam pedoman topik wawancara ini akan tercantum dalam
pesoman wawancara yang peneliti untuk melakukan wawancara
yang mendalam dan terarah. Selainterdapat topik wawancara,
prosedur dan kebutuhan dalam wawancara juga tercantum dalam
45
Joseph A Devito. Komunikasi Antar Mansusia, Alih Bahasa Agus Maulana (Jakarta : Provesional Boos ), h. .
46 Winarno Surakhmad. Pengantar Penelitian Ilmiah (Bandung : Tarsito ),
h. .
perdoman wawancara agar peneliti dapat memastikan berjalan
optimal sesuai dengan direncanakan.
Informal yang akan peneliti wawancara terbagi menjadi
dua, yaitu informan pelaku dan informan pengamat. Informan
pelaku adalah orang-orang yang memberikan keterangan
langsung akan dirinya, perbuatannya, sikapnya, dan
interpretasinya akan suatu fenomena yang terjadi, sedangkan
informan pengamat adalah orang-orang yang menjadi saksi akan
suatu kondisi atau memberikan informasi dari hasil pengamatan
dan pengetahuannya.47 Informan pelaku penelitian ini adalah.
a. Masyarakat
b. Meleneal
c. Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang
mengandung arti barang-barang tertulis.48dari pengetian ini
dapat disimpulkan bahwa dokumentasi merupakan
mengumpulan data-data yang diperlukan dalam penelitian
dengan tujuan untuk menelah secara intens sehingga dapat
mendukung dan menambah digubakan dalam penelitian ini
berupa : catatan, dan rekaman. Metode dokumentasi untuk
mencermati pesan opini siara Islam dalam Meningkatkan
47 Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif Sebuah Upaya Mendukung Pengetahuan Penelitian
Kualitatif di Sipli Ilmu, (Depok: PT Raja Grafindo, ) Cet. Ke. h. . 48 Neon Muhajirin, Metode Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, ), h. .
Religiusitas Masyarakat Belapunranga Kecematan Palengloe
Kabupaten Gowa.
H. Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang dimaksud adalah data yang diperoleh
kemudian dikumpulkan, diolah, dan dikerjakan serta dimanfaatkan
sedemikian rupa dengan menggunakan menggunakan metode
deskriptif kualitatif. Penulis akan melakukan pencatatan
serta berupaya mengumpulkan informasi mengenai keadaan
suatu gejala yang terjadi saat penelitian.
Analisis data merupakan upaya untuk mencapai serta menata secara
sistematis catatan hasil wawancar, observasi, dokumentasi dan lainya
untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kuasa yang diteliti
dan menjadikanya sebagai temuan bagi oranglain.49
Tujuan analis data ialah untuk menyederhanakan data kedalam
bentuk yang mudah dipahami. Metode yang digunakan ini ialah
metode yang survey dengan pendekatan kualitatif., yang artinya
setiap data terhimpun dapat dijelaskan dengan berbagai persepsi
yang tidak menyimpang serta sesuai dengan judul peneliti. Teknik
pendekatan deskriptif kualitatif merupakan suatu proses yang
menggambarkan keadaan sasaran sebenarnya, peneliti secara apa
49
Neon Muhajirin, Metode Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, ), h.
adana, sejauh yang penulis dapatkan dan hasil observasi,
wawancara, dan dokumentasi.50
Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan atau
mendeskriptifkan populasi yang sedang diteliti.Analisis deskriptif
dimaksudkan untuk memberikan data yang diamati agar bermakna
dan komunikatif.51
Dalam penelitian ini digunakan metode :
. Induktif untuk menarik suatu kesimpulan terhadap hal-hal atau
peristiwa dari data yang telah dikumpulkan melalui observasi,
wawancara, dan dokumentasi, yang bisa digeneralisasikan (ditarik
kearah kesimpulan umum), maka jelas metode induktif ini menilai
fakta-fakta empiris yang ditemukan lalu dicocokan dengan teori-
teori yang ada. Sedangkan mengenai data yang telah terkumpul,
maka dalam hal ini digunakan dua langkah dalam menganalisis
data tersebut antara lain : 52
a. Persiapan
Di mana dalam persiapan kegiatan yang akan dilakukan oleh
peneliti yaitu mengenai nama dan kelengkapan interview
(sumber informasi) dan benda-benda yang merupakan sumber
data yang telah dikumpulkan. Mengecek kelengkapan dan isian-
isian data yang terkumpul dari sumber informasi penelitian,
50
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, h. 51
Asep Saeful Muhtadi dan Agus Ahmad Safei, Metode Penelitian Dakwah (Bandung: Pustaka Setia, ), h.
52Sheilynurfajriah.Blogspot.Com . tanggal april
termasuk didalamnya tentang tanggal pengutipan data, tanggal
interview dan tanggal dilakukan observasi.
b. Penerapan
Dalam penyususunan skripsi ini, penerapan yang digunakan
adalah yang sesuai dengan penerapan kualitatif, yang telah
cenderung menggunakan analisis induktif yang berangkat dari
khusus keumum, maksudnya mengungkapkan proses
pelaksanaan peran opini media dalam meningkatkan
religiusitas masyarakat belapunranga tersebut.
. Deduktif adalah cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat
umum ditarik kesimpulan keyang bersifat khusus. Penalaran
deduktif merupakan prosedur yang berpangkat pada suatu
peristiwa umum, yang kebenaranya sudah diketahui atau diyakini,
dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang
bersifat lebih khusus.
. Gabungan Induktif dan deduktif atau metode ilmiah merupakan
suatu proses pemikiran dapat dituangkan dalam pembuatan
metode ilmiah, dan metode ilmiah ini juga membuktikan tentang
pemikiran yang melahirkan logika dibantu dengan metode induktif
dan deduktif maka akan menghasilkan pengetahuan yang batru.
Dengan metode ilmiah pengetahuan akan dianggap sah.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Umum Data
. Lokasi Penelitian
Setiap Desa atau daerah memiliki sejarah dan latar
belakang sendiri-sendiri yang rupakan cerminan karakter dan ciri
khas dari suatu daerah. Sejarah desa sering kali tertuang dalam
dongeng-dongeng yang diwariskan secara turun termurun, dari
mulut ke mulut hingga sulit dibuktikan secara fakta.
Saat Raja Gowa XI Kareng Tunibatta memimpin peran
melawan pasukan Bone, ketika itu secara tak disangka, tiba-tiba
ada pasukan elite Bone menghampiri banginda Raja, dan secepat
kilat ia mengayunkan parang kearah kepala Raja. Parang itu yang
sudah terasah tajam itu langsung mengenai kepala baginda dan
terbelah, raja mati bersimbang darah kala itu. Jenajahnya kemudian
dibawah ke Gowa untuk dimakamkan.
Dalam kondisi seperti itulah, Bate Salapanga kemudian
mengangkat penggatinya, yakni I Manggoroi Daeng Mammeta
Karaeng Bonto Langkasa menjadi Raja di Gowa. Raja Gowa I
Manggorai tetap berupaya memperluas wilaya kekuasaannya
dengan cara perang dan cara damai. Kala itu, posisi pertahanan
kerajaan Gowa mulai melemah, namun tekat bagi sang Raja untuk
memperluas wilaya kekuasaannya sang kuat. Suatu ketika, Raja
Gowa bertanya pada seorang boto, namanya Boto lampangang.
"Siapa orang yang bisa diandalkan untuk memperkuat barisan
pertahanan Kerajaan Gowa?". Dari penyataan sang Raja itu,
kemudian dijawab oleh Boto Lempangang bahwa ada orang yang
bisa diandalkan untuk memperkuat pertahanan Kerajaan. Orang
tersebut berada di wilayah timur Gowa, ia sekarang berada di Butta
Bukku (kawasan perbukitan). Bika memaksuki Butta Bukku di
Borisallo, Raja bisa melihat seorang anak muda yang sedang
membuat alat pembajak kerbau fenga menetak parang diatas
kakinya. Kalau ada orang seperti itu, itu dia orangnya, namanya
Punranga. Dari jawaban Sang Boto itulah, Raja Gowa I Manggorai
mengutus beberapa orang stafnya untuk menemui anak muda itu di
Butta Bukku. Dampai disana, dilitnya ada seorang anak muda
sedang membuat alat bajak (pajjeko). Kemudian mereka menyapa
anak muda itu, sambiltl tau, bahwa ia diutus oleh Raja Gowa untuk
memanggil anak muda ni di istana.
Setelah lama mereka berbincang,akhirnya anak muda itu
bersedia ke Istana untuk menghapap Raja Gowa. Sampai di depan
istana, anak muda itupun langsung diperhadapkan pada Raja.
Dihadapan Sang Raja, Punranga kemudian menceritan semua
keajlian yang ia miliki, termasuk Ilmu Beladiri yang dimilikinya yang
membuat ia nerani menghadapi lawan-lawanya.
Anak muda punranga kemudian mengucapkan ikrat (Aru)
di hadapan Sang Raja "Ti....Karena, saya ini pemberaninya
Punranga, mengangkat harkat dan derajat tanah tua (Borisallo),
kalau Sambangku tak berminat, Punranga tak bisa jadi saksi". Sang
Raja kemudian sangat tertarik dengan pernampilan anak muda ini,
dan ia menawarkan untuk menjadikan pasukan Pallapak
Barambang (pimpinan pasukan) di kerajaan Gowa.
Tawaran itu jelas diterimah oleh Punranga, dan saat itu
punranga dipercayakan memimpin pasukan melawan musuh-
musuh Gowa. Pasukan Kerajaan dibawah pimpinan punranga saat
itu mulai bangkit san sangat ditakiti oleh misuhnya. Gowa dibawah
kepemimpinan karaeng I Manggorai Daeng Mammeta menjadi
sebua Kerajaan yang tangguh. Selain menaklukkan daerah
kekuasaan dengan peperangan, juga menggalang persahabatan
dengan beberapa wilaya kerajaan lainnya, yang membuat Raja
makin disegani oleh lawan dan kawan. Mulai saat itu, Manuju
Borisallo masuk menjadi anggota Batesalapanga untuk
memperkuat posisi pertahanan Kerajaan Gowa.
Karena punranga dianggap sangat berjasa dalam membela
Kerajaan Gowa dari seranga musuh-musuhnya, sehingga ia
mendapat gelar kehomatan, yakni "Belapunrang" yang artinya
orang yang membela kehormatan kerajaan dari serangan musuh.
Karena berjasa memperkuat pertahanan Kerajaan maka
Raja Gowa kemudian mengabadikan namanya pada kampung
halamnya, nama Belapunranga, sebagai salah satu daerah
perkampungan dalam wilayah Kerajaan Borisallo. Hingga setelah
Proklamasi Kemerdekaan, Borisallo menjadi sebuah Desa dalam
Wilayah kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa. Dan kini
kampung Belapunranga menjadi sebuah Desa dalam pemekaran
Desa di kecamatan Parangloe.
. Letak Geografis Desa Balepunranga
Secara geografis Desa sedang terletak pada posisi
' " lintang selatan dan " Bujur Timur. Topografi ketinggian
Deda ini adalah berupa daratan sedang yaitu sekitar m diatas
permukaan air laut. Kantor Kepala Desa Belapunranga berada di
Desa Balapunranga Kecamatan parangloe kabupaten gowa.
. Kondisi Gemografis
Berdasarkan data admintrasi pemerintahan Desa
Belapunranga tahun jumlah pendusuk Desa sendang adalah
terdiri dari kk dengan jumlah total . jiwa. Dengan rincian
laki-laki dan . jiwa perempuan yang mayoritas
penduduknya bekerja sebagai pertani. Struktur Organisasi Desa
Balapunranga Kecamatan parangloe kabupaten gowa secara
struktural pemerintah di Desa Belapunranga dipimpin oleh kepala
Deda dan dibantu oleh Badan Perwakilan Deda besrta para wakil-
wakilnya.
. Deskripsi Informasi Penelitian
Informasi yang ditentukan oleh peneliti didasarkan pada
judul yang diangkat yaitu mengenai Peran Opini Media dalam
Meningkatkan Regiusitas Masyarakat Belapunranga Kecematan
Parangloe Kabupaten Gowa. Selama fokus penelitian adalah
masyarakat yang memahami tentang Opini Media. Dalam penelitian
ini peneliti mewawancarai masyarakat di Deda Belapunranga yang
terdiri dari imforma. Imforma ini terdiri dari orang yang
notabenya Imam masjid, remaja, ibu rumah tangga, guru dan tokoh
agama dengan kisaran umur dan tahun. Penelitian informa ini
berdasarkan tingkatan.
Permasalahan yang dialami. Setelah pemilihan informan ini,
peneliti melakukan wawancara dan pengamatan mengenai
resiliensi pada masyarakat Desa Belapunranga kepada masing-
masing informan dengan penanaman Opini Media dalam
Meningkatkan religiusitas masyarakat seperti, bagaimana kondisi
masyarakat dalam memahami religi dalam kehidupan mereka dan
cara yang ditayang indorsiar mama dan a'a dan siraman kolbu di
MNCTV.
Remaja yang bernama St. Umrah adalah remaja yang baru
tamatan Pesantren Hizbul Wathan yang sekitaran umurnya
tahun. Remaja Nurul Hidayah ( ) merupakan remaja yang
tamatan dari Pesantren Huzbuk Wathan yang kesaharianya
merupakan guru ngaji TPA di Desa yang ditepatinya yaitu Desa
Belapunranga . Sekain mengajar mengaji Nurul Hidaya ini juga
nencoba dengan dunia disainer baju muslimah. Remaja Sahara
umur tahun adalah remaja yang baru duduk di kelas x di SMA
pesantren Hizbul Wathan.
Ibu Aisyah adalah pimpinan Orgabisasi Aisiyah di Desa
Belapunranga dan juga bekerja di kementrian Agama di Kabupaten
Gowa. Ibu Ana merupan guru mata pelajaran Sosiologi di
pesantren Hizbul Wathal. Ibu Nginga (Deng Nginga) merupakan
iman mesjid mesjid di dusun Kasimburang Desa Belapunranga.
Bapak Ilyas ( nama samaran) yang merupakan pernah menjadi
imam Mesjid di Dusun Kasimburang Desa Belapunranga.
B. Pembahasan dan Hasil Penelitian
. Analisis Tingkat Religiusitas Masyarakat
Religiusitas merupakan kualitas penghayatan seorang
dalam beragama yang mendikan agama sebagai pembimbing
perilaku sehingga perilaku selaku beroriantasi pada nilai-nilai yang
meyakini.
Berdasarkan pemikiran- pemikiran yang sudah dipaparkan
dalam landasan teori maupun lapangan yang dapat menganasis
tingkat telihiusitas masyarakat yang ada di Desa Belapunranga
Kecematan Parangloe. Maka dari data-data yang di peroleh
peneliti, dapat menjadi pembuktian bahwa ada kesusaian antara
teori dan praktik terhapat tingkat religiusitas sebagai berikut:
a. Dimensi Aqidah atau Idiologis
Dimensi ini menunjukan pada tingkat keyakinan
seseorang terhadap kebenaran ajaran-ajaran Agama yang
funda mental atau bersifat dogmatif, misalnya: yakin kepada
Allah SWT, malaikat, Nabi/Rasul, kitab-kitab Allah, Surga dan
Neraka, serta sebagainya.
Berdasarkan hasil penelitian pada Desa Belapunranga
Kecematan Parangloe terlihat bahwa masyarakat memiliki
tingkat keyakinan terhadap ajaran agama. Terlihat bahwa
masyarakat memiliki keyakinan yang besar terhapap
keimanan yang mereka miliki, hal ini dapat dilihat dari
mayoritas di sana merupakan umat Islam.
b. Dimensin ibadah atau religiusitas
Dimensi ini menunjukan pada tingkat kepatuhan
seseorang dalam mengejarkan kegiatan-kegiatan ritual
sebagaimana diperintahkan atau dianjurkan oleh agamanya,
misal : sholat, zakat, shadaqah dan puasa.
Berdasarkan hasil penelitian di Desa Belapunranga
menunjukan bahwa masyarakat melakukan ibadah yang telah
diperintahkan dalam ajaran Agama, namun masih ada
beberapa Masyarakat yang belum melakukan ibadah
sebagaiman semestinya. Misalnya dalam hal kewajiban untuk
sholat di mesjid itu hanya saja mereka yang tidak
berpetani/bekerja atau yang tidak memiliki aktivitas yang lain
sehingga mereka bisa akan sholat di mesjid.
Penyataan ini, sebagaimana pengungkapan oleh
bapak Ilyas (nama samaran) yaitu:
"Di Desa kami ini, dalam memakmurkan untuk sholat di
mesjid hanya sedikit yang datang untuk melakukan sholat di
mesjid ya sekitarnya paling banyak satu/satu setengah saf
yang datang untuk melakukan sholat di mesjid. Itupun tidak
semua mesjid yang berada di empat dusun Desa
Belapunranga ini yang bisa untuk memenuhi satu/satu
setengah saf melakukan sholat di mesjid itu sendiri. Melaikan
ada beberapa mesjid yang dua tiga dusun saja. Alasan
kenapa mereka tidak bisa untuk melakukan sholat di mesjid
yang paling umum adalah mereka di mana mayoritas
masyarakat di sini adalah para petani, maka mereka tidak
sempat atau tidak bisa untuk melakukan sholat di mesjid".
Dan alasan lain ligi kenapa mereka juga tidak mau sholat ya
karena mereka takut di pilih untuk menjadi imam karena
alasan tidak faseh dalam bacaan Ayat Al- Qur'an. Itu juga
alasan saya juga untuk tidak lagi menjadi imam mesjid".
Selain dari itu juga, masyarakat di sana walaupun
muslim dan melakukan sholat dan menjalankankeempat rukun
Islam yang lainya, namun sebagian masyarakat masih
melakukan ritual-ritual yang tidak di ajarkan dalam Islam.
Misalnya melakukan maulid Nabi yang masih mengikuti nenek
moyang mereka. Hal ini sebagaimana hadil dari wawancara
dari masyarakat yang menyatakan bahwa:
"Di Desa Belapunranga mayoritas di Desa ini
merupakan mayoritas yang semuanya adalah muslim, namun
ada dari warga yang susah sekali untuk bisa membuat ada
istiadat yang nenek moyang mereka lakukan, yaitu dalam hal
ini mereka masih melakukan maulid Nabi yang tidak di
anjurkan dalam Islam atau yang kita kenal dalam ajaran
Agama adalah bid'ah. Ada istiadat maulid yang mereka
lakukan adalah sejenis naulid yang banyak daerah lakukan
yaitu membuat tumpeng dan diisi dengan hiasan telur yang
membedakanny adalah dalam setiap rumah melaksanakan
membuat tumpeng akan menjaui rumah tetangganya dan
setelah ini tetanggahnya akan melakukan dengan yang sama
yaitu membawa tumpeng yang tetangga bagikannya tadi".
c. Dimensi Amal dan Komsekuesiona
Dimensi ini memperlihatkan beberapa tingkatan
seseorang dalam berprilaku disini lebih menekankan dalam
hal perilaku "duniawi", yakni bagaiman indifidu berelasi
dengan dunianya,isalnya : perilaku suka menolong,
menegakan kebenaran dan keadilan, berprilaku jujur, pemaaf
dan sebagainya.
Berfasarkan hasil penelitian ini menyatakan bahwa
masyarakat sudah berperilaku baik dalam kehidupan sehari-
hari. Seperti : menolong sesama, berperilaku jujur, dan
sebagainya. Hal ini peneliti melakukan wawancara dan turun
langsung dalam kegiatan sosial yang diadalkan masyarakat di
Desa Belapunranga.
Untuk membuktikan hal ini, sebagaimana peneliti yang
mewawancarai salah satu warga dan sekaligus tokoh
kepercayaan masyarakat s bagai petinggi pemegang
pengurus TPA di Desa Belapunranga Ibu Aisyah. Hasil
wawancara yang penelti simpulkan dalam wawancara dengan
ibu Aisyah dan beliau menyatakan bahwa :
"Di Desa Belapanranga ini masyarakat dalam hal tolong
menolong masih didomisi warga di sini. Sebagaimana baru-
baru ini saya mengadalkan pernikahan anak laki-laki saya dan
dalam hal ini untuk membuat atau mengolah makanan dan
membuat kue untuk acara penikahan anak saya. Saya
menggunakan jasa warga di sini untuk membantu untuk
menyuseskan acara. Sebagaimana pada saat ini, masyarakat
modern menggunakan jasa ketring untuk acara-acara mereka.
Namun di Desa kami ini masih membutuhkan jasa sosial dari
warga dalam kegiatan- kegiatan seperti acara pernikahan dan
tidak hanya acara penikahan, syukuran dan lain sebagainya".
Untuk hal sosial ini juga peneliti menghadiri acara
aqiqahan salah satu warga dan adik dari pemilik yayasan
pesantren Hizbuh Wathan Bapak H. Mansyur. Dalam acara
syukuran aqiqahan tersebut, memilih acara tidak
menggunakan jasa ketring untuk mengolah daging sembelih
melainkan-melainkan gotong royong dari masyarakat untuk
saling membantu untuk menyukseskan acara.
d. Dimensi Ilmu dan Intelektual
Dumensi ini menujukan tingkat pengetahuan dan
pemahaman seseorang terhapap agamanya. Terutama
mengenai ajaran pokok agamanya. Berdasarkan hasil
penelitian pada Desa Belapunranga bahwa Masyarakat di
sana sedikit sekali pemahaman ilmu pengetahuan tentang
ajaran agama yang baik, baik dunia maupun di akhirat.
Namun masyarakat di sana memiliki rasa untuk mau menuntut
ilmu pengetahuan tentang Islam dan mendorong generasi
mereka untuk mau menimba ilmu Islam walaupun dalam
tahap untuk belajar membaca Al-Qur'an dalam tingkat TPA
dan harapan terhadapan sekolah agama di sekitar Desa
mereka untuk menjadikan generasi yang lebih baik.
Hal ini menunjukan bahwa Allah SWT menunjukan
kekuasaanya terhadap makhluk yang diciptanya bahwa
manusia awalnya diciptakan tidak memiliki ilmu pengetahuan
dan atas dasar perintah Allah memerintahkan untuk menuntut
ilmu pengetahuan. Sehingga dapat akhirnya manusia memiliki
tingatan pengetahuan yang tinggi sesuai dengan keinginan
manusia untuk belajar ilmu pengetahuan.
e. Dimensi Ihsan Eksperiensial
Dimensi ini memperlihatkan pada tingkatan seseorang
merasakan, mengalami perasaan-perasaan dan pengalaman-
pengalaman religius, seperti : merasakan rasa takut akan
larangan perintah Allah, parasaan akan kehadiran Allah,
perasaan doa terkabulkan dan perasaan bersyukur.
Berdasarkan hasil penelitian ini bahwa Masyarakat di
Desa Belapunranga sebagian dari warga di sana memiliki rasa
takut akan perintah Allah dan mereka juga merasa bersyukur
atas apa yang melimpahkan dalam kehidupan mereka.
Berdasarkan penjelasn di atas menunjukan bahwa
pemahaman masyarakat akan nilai-nilai keagamaan dalam
kategori lumayan baik, pemahaman ini mencakup ranah-ranah
religiusitas yaitu Aqidah, Ibadah, Amal, Ilmu dan Iksan yang
kemudian diamalkan dalam sikap dan perilaku sehari-hari.
Selara dengan pendapat dari Quraish Sihab bahwa
karekteristik Agama adalah hubungan makhluk dengan sang
pencipta, yang terwujudkan dalam sikap batinya, tampak
dalam Ibadah yang dilakukanya. Dari penyataan Quraish
Sihab dapat dapat dikatakan bahwa tidak hanya bersifat
vertikal dalam hubungan manusia dengan tuhannya sebatas
ritual Ibadah saja. Akan tetapi, Agama juga bersifat horizontal
yaitu Agama mengajarkan kepada umatnya bagaimana
hubungan dengan sesama manusia dan juga alam sekitarnya.
Pendapat Fuad Nashori mendifinisikan religiusitas
adalah seberapa pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan,
seberapa pelaksanaan Ibadah dan kaidah, dan seberapa
dalam penghayatan Agama yang dianut oleh seseorang. Dan
meskipun dalam hal ini religiusitas umumnya selalu
menekankan pada pendekatan keagamaan bersifat pribadi,
kondisi ini senantiasa mendorong seseorang untuk
mengembangkan dan menegaskan keyakinan ini dalam sikap,
tingkah laku, dan praktek keagamaan yang dianutnya.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan
pada Desa Balapunranga tentang tingkat religiusitas,
menujukan bahwa tingkat religius Masyarakat lumayan sedikit
baik, hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian peneliti
menjelaskan bahwa masyarakat lumayan berprilaku sesuai
dengan ranah-ranah religiusitas, yaitu masyarakat
mempunyau keyakinan yang tinggi terhadap kebenaran ajaran
Agama, patuh terhapat kegiatan ritual (Ibadah) yang
diajunrkan, berperilaku sesuai dengan ajaran Agama,
berusaha untuk memiliki ilmu pengetahuan dan pemahaman
tentang ajaran Agama dan yang terakhir mempunyai tingkah
religius
. Faktor Fakato Pembentukan Opini Religi Masyarakat
Dapak media sangat mempergaruhi opini bagi publik/
masyarakat. Penyampaian atau pesan yang disampaikan oleh
media mempergaruhi dalam kehidupan sosial mereka. Dalam hal
ini beberapa teori yang menjelaskan tentak dampak
media/tayangan yang diselengarakan, yaitu sebagai berikut :
a. Teori Peluru Jarum Suntik atau Hypodermic Needle Theory
Media menyajikan stimuli perkasa yang secara
perubahan perilaku53. Dalam hal ini khalayak dianggap pasif.
Media masa diibaratkan peluru. Jika peluru itu ditembakkan ke
53 Winarni, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Malang: Penerbitan Universitas
Muhammadiyah,
sasaran, maka sasaran tidak akan bisa menghidar. Menurut teori
ini media massa mempunyai kekuatan luar biasa (all powerfull).
Efek ini didasarkan pada serangan diperhatikan oleh massa.
Setiap individu akan memberikan respons yang sama pada
stimuli yang datang dari medua massa.
Untuk membuktikan teori ini, hadil penelitian yang
dilakukan peneliti di Deda Belapunranga ketika menayakan
tentang acara religi yang ditayangkan di indorsiar Mama dan A'a
dan acara-acara religi yang lainya seperti siara MNCTV. Mereka
menyatakan ketika menyaksikan acara yang bermuasa religi
tersebut dapat mengubah perilaku yang bisa mengubah tingkah
laku dalam keseharian mereka. Dari yang tidak paham menjadi
paham, dan yang paham menambah wawasan pengetahuanya.
Media begitu berpengaruh bagi masyarakat begitu juga dengan
berpengaruhnya masyarakat di Desa Balapanranga.
Untuk pembuktian ini, peneliti melakukan wawancara
pada masyarakat, dan hasil wawancara tersebut yang
menuatakan :
"Ketika menontong acara yang bermuansa religi seperti
yang ditanyangkan di imdosiar Mana dan A'a saya dan juga
keluarga saya senang dengan acara tersebut dan saya merasa
ada penambahan wawasan tentang ilmu Islam yang sedikit
banyak yang mengantarkan saya tentang Islam itu sendiri. Saya
lupa acara apa yang saya tontong mama dedeh atau apa ketika
itu ada audiens yang menanyakan tentang pembahasan mentup
aurah dan ustadzah menjawab dengan lendang dan logis.
Sehingga audiens terpaku dengan jawaban dan begitu juga
dengan saya. Dan dengan menontong acara itu saya mengubah
sedikit penampilan saya yang dulunya hanya di sekolah pake
kerudung dan sekarang busa melakukannya diluar juga"
a. Cultivation Theory (Teori Kulitivasi)
Teori ini untuk melihat bagaiman pengaruh menontong
televis. Begitu juga dengan pengaruhnya masyarakat di Desa
Belapanranga ketika menontong acara-acara yang ditayangkan
di media televisi seperti acara religi Mama dan A'a dan siraman
kalbu. Menurut teori kultivasi ini, dan hasil suevei dan wawacara
di Desa Belapunranga menyatakan televisi menjadikan media
atau alat utama di mana para penontong televisi belajar tentang
masyarakat dan kultur lingkunganya. Dengan kata lain, persepsi
apa yang terbangun di nenak masyarakat di Desa Belapunranga
dan budaya di sana sangat ditentukan oleh televisi indosiar dan
MNCTV dengan acara naunsa religi Mana dab A'a dan siraman
kalbu bisa mepengaruhi menentukan jehidupan bermasyarakat
mereka.
Hal yang dirasakan oleh gadis umur btahun di desa
Belapunranga yang mana dia menyaksikan siaran acara Mama
dan A’a dan pesan yang disampaikan dalam acara tersebut
membawa dampak yang signifikan bagi gadis tersebut, yang di
mana St. Umrah ini yang awalnya memakai kerudung hanya
diwilayah sekolah lambat laun dengan
mendengarkan menyaksikan acara Mama dan A’a dia berubah
dengan menggunakan kerudung diluar sekolah.
Dan pernyataan lain juga menyatakan dari masyarakat ibu
Nginga (deng Nginga) menyatakan bahwa54 :
“Dengan adanya acara kegiatan religi yang ditayangkan di
televises seperti yang sering saya nonton pagi hari, yaitu
acaranya ustadz Danu (siraman kalbu). Penyampaian pesan
yang disampaikan oleh ustadz tentang penyebab penyakit yang
diderita oleh manusia aadalah akibat perbuatan atau kesalahan
dari manusia itu sendiri. Manusia melakukan suatu perbuatan
keluar dari ajaran Islam. Dan dari sini saya bias mengontrol dan
berkehati-hatian dalam melakukan suatu perbuatan dan
menyebabkan perbuatan yang dilakukan akan himpas kekita”.
54 Ibu nginga
C. Agenda Setting Theory
Pada teori ini menyataka bahwa media merupakan tempat
menyampaiakan opini kepada khalayak atau masyarakat mengikuti
apa yang disampaikan oleh media. Dari hasil observasi di desa
Belapunranga, masyarakat di sana dalam menonton acara-acara yan
ditayangkan televise akan membawa dampak yang signifikan bagi
mereka. Begitu juga acara-acara yang ditayangkan di televisi,
masyarakat akan mengikuti apa yang disampaikan oleh media. Baik
melalui pesan yang disampaikan ataau hal lain. Sebagaimana peneliti
mewawancarai warga di desa belapunranga ibu Aisyah, beliau
menyatakan bahwa :
“media televisi merupakan sarana yang dapat mempengaruhi
bagi kita, karena setiap pesan atau apa yang ditayangkan akan bias
diikuti oleh audiens/pemirsanya. Dalam hal ini saya mengambil contoh
tentang acara religi yang ditayangkan indosiar Mama dan A’a. dalam
acara tersebut jamaah majelis ta’lim yang mengikuti kajiannya mama
Dedeh mereka menggunakan pakaian seragam yang syar’I dalam
mengikuti kajiannya beliau. Dan dari situ ada jamaah majelis ta’lim
saya yang mengikuti cara pakaian yang apa mereka pakaikan. Dan di
mana jamaah kajian saya baru beberapa kali mengikuti kajian saya
dan belum terlalu memahami tentang ilmu menutup aurat itu sendiri.
Dan ketika mereka nonton acara Mama dan A’a mereka mengikuti
gaya pakaian yang ada dalam majelis tersebut.
. Faktor-faktor Pendukung Opini Siaran Religi Masyarakat
a. Efek Pesan Media Masa
a. . Efek kognitif (perubahan pengetahuan) adalah dalam efek
kognitif ini media massa dapat membantu khalayak dalam
mempelajari informai yang bermanfaat dan
mengembangkan keterampilan kognitifnya. Melalui media
massa, masyarakat di desa Belapunranga kecamatan
Parangloe memperoleh informasi tentang apa yang
disampaikan oleh media. Misalnya dari hasil survey dan
wawancara dengan masyarakat tentang acara religi yang
ditayangkan oleh indosiar Mama dan A’a dan acara religi
yang lainnya yang ada dalam televisi mereka sangat
berantusia dalam menanggapi acara tersebut dan
membantu pengetahuan yang membawa perubahan dalam
keseharian mereka. Sebagaimana peneliti mewawancarai
gadis remaja umur tahun Nurul Hidayah ia
menyatakan55:
“opini pesan yang disampaikan oleh media sangat
mempengaruhi bagi masyarakat misalnya dalam suatu
snetron yang bernuansa religi yang dimana dalam
pemeran tersebut menyampaikan pesan kepada khalayak
55 Nurul Hidayah
tentang berpakaian Islami (kerudung) dan gamis maka
membawa efek pengetahuan bagi masyarakat dari yang
awalnya mereka yang masih acuh tak acuh terhadap
menutup aurat dan dengan mereka menontong acara
tersebut bisa menarik perhatian mereka untuk mencari tahu
tentang ilmu memakai kerudung. Dan belum lagi acara
ceramah yang ditayangkan oleh Mama dan A’a di indosiar
yang dimana dalam acara relegi tersebut audiens bebas
bertanya tentang ilmu Islam yang berkaitan dalam
kehidupan sehari-hari mereka dan penceramah (Mama
Dedeh) dengan lugas menjawab pertayaan audiens. Dan
pertanyaan dan jawaban yang ditayakan dalam acara religi
tersebut membawa perubahan bagi masyarakat/Akhlaknya
baik yang di dalam studio maupun di rumah.
b. . Efek Afektif (Perubahan Sikap)
Adalah perubahan internal pada diri seseorang yang
diorganisir dalam bentuk prinsip, sebagai hasil evaluasi yang
dilakukanya terhadap suatu objek, baik yang terdapat di
dalam maupun diluar dirinya. Dalam banyak ha, terutama
yang barkaitan dengan kepercayaan atau idiologi, orang bisa
berubah sikap karena melihat bahwa apa yang tadinya
dipercaya tidak benar56. Dan oleh karena, isi berubah sikap
untuk mengganti dengan kepercayaan lain. ,isalnya, merasa
sedih, senang, gembira, marah, jengkel dan sebagainya
terhadap informasi yang diterimanya dan media massa.
Misalnya, setelah penayangan-penayangan acara religi pada
televise yaitu penayangan acara Mama dan A’a dan siraman
kalbu. Membawa dampak perubahan bagi audiens yang
menonton acara tersebut.
Dalam hal ini peneliti melakukan penelitian di desa
belapunranga dan mewawancarai warga di sana. Dan dalam
pernyataan salah satu warga yaitu Sarah, pelajar kelas XII
MA pesantren hizbul wathan dan hasil wawancaranya adalah
“pesan media televise yang dapat mempengaruhi
perubahan yang dilakukan oleh individu itu sendiri.
Tergantung dengan apa yang ia tonton. Misalnya: tema
saya/saya sendiri menonton acara-acara televisi yang
disiarkan dalam televisi, akademi indosiar dan acara sinetron
kaya anak langit di SCTV yang menceritakan tentang
bagaimana gaya pacaran, berpakaian, dan banyak pesan
negatif yang disampaikan sinetron tersebut. Maka efek dari
apa yang saya tontong ini akan membawa sikap teman/ saya
dalam kehidupan sehari-hari. Dan apabila saya. Maka saya
Rafindo Persada,
, hal.
akan selalu belajar dan mengapilkasikan dalam kehidupan
sehari-hari saya dri si membawa efek perubahan tingkah
laku saya dalam kehidupan sehari-hari”.
c. . Efek Behaviroal ( Perubahan Perilaku)
Ialah perubahan yang terjdi dalam bentuk tindakan.
Dalam penelitian yang di lakukan peneliti di Desa
Balapanranga setelah melakukan observasi dan beberapa
orang msyarakat diwawacara, dari hasil observasi dan
wawancara tersebut menyatakan religi dimedi televisi seperti
acara Mama dan A’a dan lain-lain, membawa pengaruh bagi
perubahan sikap dan perikaku mereka. Perubahan perilakub
biasanya didahului oleh perubahan sikap. Misalnya, setelah
melihat model baju yang dugunakan oleh pembawa acara
atau pakaian yang menerut mereka menarik dan bermoder.
Lebih lanjut hal itu dapat dipahami dengan memperhatikan
ragaan yang dibuat oleh Lavidge dan Steiner sebagai berikut
57:
57 Sumber. R Lavidge dan G.A. Steiner, “A Model For Predictive Measuremens of
Asvertising Effectiviness,” Journal of Marketing , . , diterbirkan oleh American Marketing A ssociation dalam Warner J, Severin- James W. Tankard, Jr., Teori Komunikasi, , hal. .
Konatif Pembelian
Bidan Motivasi
Pesan-pesan Merangsang
Atau mengarahkan keinginan Penyataan
Pilihan
Afektif
Bidan emosi
Pesan-pesan mengubah tingkah laku Kekuasaan
Dan perasaan Kekuasaan
Kognitif Bidang pemikiran/gagasan
Pesan-pesan menyediakan
Iformasi dan keyataan-keyataan
Kesadaran
. Faktor Penghambat Pembentukan Opini Religi Masyarakat
Berdasarkan fakta dan realitas yang dikemukakan penelitian
di Desa Balapanranga, dengan jelas terlihat bahwa telah terjadi
ketimpangan dalam tayangan dan pemberitaan tentang acara
Mana dan A’a di televise, serta menurutnya daya tarik pemirsa
akan paket acara bermuasa Islami. Semua itu disebabkan oleh
beberapa faktor, antara lain adalah sebagai berikut :
a. Kemasa paket acara yang disajikan masih kurang menarik daya
pikat pemirsa
b. Waktu penyiaran yang kurang efektif, misalnya terlalu pagi atau
larut malam.
c. Paket siaran pada stasiun televisi lain lebih menarik dayak minat
pemirsa.
d. Ruang paket acara yang bermuasa Islami masih sangat sedikit
disediakan oleh sebagian besar stasiun televisi.
e. Pesan Islam melaui televisi menghilang setelah ditrasmisikan
karena ditampilkan dalam bentuk elektronik.
f. Dunia pertelevisian dikuasai dan kendalikan oleh kaum Zionis,
senhingga pemberitaan tentang Islam terkesan sepihak dan
dimanipulasi.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian peneliti ini menyimpulkan bahwa :
. Tingkah religiusitas masyarakat kualitas penghayatan seseorang
dalam beragama yang menjadikan agama sebagai pembimbing
perilaku sehingga perilaku selalu beroriantansi pada nilai-nilai
yang meyakini. Berdasarkan pemikiran-pemikiran yang sudah
dipaparkan dalam landasan teori maupun lapangan yang dapat
menganalisi tingkah religiusitas masyarakat yang ada di Desa
Belapanranga Kecematan Parangloe. Maka dari data-data yang di
peroleh peneliti, dapat menjadi pembutian bahwa ada kesusaian
antara teori dan praktik terhapap tingkah religiusitas sebagai
berikut :
a. Dimensi Aqidah atau idiologi
b. Dimensi Ibadah atau religiusitasi
c. Dimensi Amal dan konsekuensio
d. Dimensi Ilmu dan interlektual
e. Dimensi Ihsan dan Eksperiensial
. Faktor-faktor Pembentukan Opini Religi Masyarakat
media sangat mempergaruhi opini bagi publik/
masyarakatpenyampean atau pesan yang disampaikan oleh
media mempergaruhi dalam kehidupan sosial mereka.
Dalam hal ini beberapa teori yang menjelaskan tentang dampak
media/tayangan yang diselengarakan, yaitu sebagai berikut :
a. Teori peluru
b. Teori kultivasi
c. Agenda seething theory
. Fakto-fakto pendukung pembentukan opini religi masyarakat yaitu
:Efek pesan media masa terdiri dari : efek kognitif (perubahan
pengetahuan), efek afektif (perubahan sikap).
. Faktor-faktor penghambat pembentukan opini religi masyarakat.
B. Saran
Media adalah sarana pesan yang mampu membuat
masyarakat percaya dan mengikuti apa-apa yang disampaikan oleh
media. Namun pesan yang disampaikan di tengah-tengah masyarakat
tidak berfungsi sebagai sarana yang dapat mengubah masyarakat
untuk membentuk suatu sikap yang meningkatka religiusitas di
tengah-tengah masyarakat. Namun sebaliknya pesan media
membawa dampak yang tidak baik.
Dengan ini dalam hasil penelitian ini supaya media berfungsi
dengan tujuan yang seharusnya, maka media harus mengubah sikron
penayangan-penayangan yang tidak Islami menjadi Islami, yang
membawa dampak signifikan terhadap masyarakat. Dan dari
penayangan ini, dapat mengubah opini masyarakat yang membentuk
suatu sikap religi di tengah-tengah masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Press Relation,( Bandung: Remaja Rosdakarya, ), h.
A Muis, Komunikasi Islam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, ), h
Abdullah, Press Relation,( Bandung: Remaja Rosdakarya, ), h.
Bimo Walgito, Psikologi Sosial, Edisi Revisi, Andi Offset, Yogyakarta,
, h.
Dadang kahmat, Sosiologi Agama, Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
, h. -
Fuad Nashori dan Rachmy Diana Mucharam, Mengembangkan Kreativitas
dalam Perspektif Psikologi Islam, (Jogyakarta: Menara Kudus
: ), h.
Hafied Cangara, Komunikasi politik, Konsep, Teori, dan Strategi,
(Jakarata: Raja Grafindo Persada, ),h.
Haryatmoko, “Mengarahkan Opini Publik”, kliping harian Kompas,
Februari
Hafied Cangara, Komunikasi politik, Konsep, Teori, dan Strategi,
(Jakarata: Raja Grafindo Persada, ),h.
http://ariftetsuya.blogspot.co.id/ /pengertian-peran.html diakses
tanggal September
Ibnu Khaldun, The muqaddimah (An Introduction to History), dalam Hamid
Mowlana, Global Communication as Cultural Ecology.
International Comparative Research Group Stratetegic and
Analysis Canadian Heritage,
Lihat Karlina dkk dalam komunikasi massa, Jakarta: Universitas Trbuka
hal.
Muhammad Husni Ritonga, Eksistensi Ilmu Komunikasi Islam (Suatu
Tinjauan Fisafat IlmuII. Dalam Amroeni Drajat (editor),
Komunikasi Islam dan Tantangan Modernitas. (Bandung :
Citapustaka, ), h. .
M. Tata Taufik. Etika Komunikasi Islam, Bandung : Pustaka Setia, , h.
.
McLuhan menyatakan hal ini dalam Peter M. Sadam, David M. Rubin,
David B. Sachman, Media: An Introductory Analysis Of American
Mass Communication, United States of America, , hal. .
Nurudin. . Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Rajawali Pers
Nikmah Hadiati S, Opini Publik, (Pasuruan: Lunar Jaya, ),h.
Djonaesih S. Sunarjo, Opini Publik, (Yogyakarta : Liberty, ),
h.
Nurudin ( ), Komunnikassi Massa. Pustaka Pelajar Jogja. h.
Santoso Sastropoetro, Pendapat Publik, Pendapat Umum, dan Pendapat
Khalayak dalam Komunikasi Sosial, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, ), h.
Sayyid Qutub. Khaasais Tashawuru-i-Islam. Dalam M. Tata Taufik. Etika
Komunikasi islam, h. Dikutip dari Kumpulan Makalah,
Pembahasan dan Resolusi pada Congress of Muslim Librarians
and Informatio Specialists di University Utara Malaysia, Kedah
Malaysia, - Oktober . Dalam Ase S. Muchyiddin.
Pendekatan Sumber-sumber Informasi dalam Proses
Komunikasi dan Diseminasi Informasi. Bandung. PT Remaja
Rosdakarya,, . H . Dikutip dari Kumpulan Makalah,
Pembahasan dan Resolusi Pada Congress of Musli Librarian
and Information Specialists di University Utara Malaysia, Kedah
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, PT. RajaGrafindo
Persada, Jakarta, , h. -
Santoso Sastropoetro, Pendapat Publik, Pendapat Umum, dan Pendapat
Khalayak dalam Komunikasi Sosial, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, ), h.
Wibur Sharamn, Men, Messsages, And Media, New York; Harper Row
Publishers,
W.J.S. Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, PN Balai
Pustaka, Jakarta, , h.
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
Nuratul Aulia, Lahir di desa o’okabupaten Dompu
provinsi NTB, tepatnya pada tanggal Agustus ,
anak ke lima dari enam bersaudara, dari pasangan bapak
Ilyas dan St. Khadijah. Pernah menyelesaikan pendidikan
sekolah dasar di SDN Dompu - kemudian
melanjutkan pada tingkat SMP pada tahun - ,
dan pada tahun itu juga melanjutkan pendidikan di tingkat MAN - .
Setelah pada tahun sampai sekarang mengambil Jurusan Komunikasi
Penyiaran Islam Fakultas Agama Islam di Universitas Muhammadiyah Makassar.