peran guru dalam pengelolaan kelas untuk ...pengelolaan kelas untuk mengoptimalkan mutu pembelajaran...
TRANSCRIPT
i
PERAN GURU DALAM PENGELOLAAN KELAS UNTUK
MENGOPTIMALKAN MUTU PEMBELAJARAN DI KELAS II
SEKOLAH DASAR BINTANG YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Wadeltrudis Rohayati
NIM : 151134174
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Teriring rasa hormat dan cintaku, kupersembahkan karya tulis ini sebagai terima
kasihku kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus atas segala berkatNya yang melimpah dalam hidup
saya.
2. Kedua orang tua saya Bapak Yohanes M. Wutun dan Mama Maria Goreti
Pegan Wutun, ketiga adik saya (Imma, Frans dan Ferdin) yang dengan
segala cara dan cintanya memberikan dukungan doa dan semangat kepada
saya.
3. Kongregasi saya tercinta Suster-Suster Santo Dominikus di Indonesia yang
telah memberikan kesempatan, dukungan biaya kepada saya dalam
melanjutkan studi ini khususnya propinsial dan para dewan periode
kepemimpinan 2013-2019, Para Suster Komunitas Santa Katarina.
4. Sr Lusia,OP sebagai ekonom Kongregasi yang sangat membantu dalam
pembiayaan/pendanaan selama kuliah, Sr Thomasine OP sebagai suster
penanggung jawab suster study, Sr Constantia OP, Sr Helena OP dan Sr
Andrea OP yang dengan caranya masing-masing memberikan semangat,
dukungan dan motivasi kepada saya disaat lelah dan menyerah dalam
mengerjakan tugas kuliah.
5. Yayasan Santo Dominikus Kantor Cabang Yogyakarta.
6. Bapak Kepala Sekolah, Ibu Bapak guru karyawan SD Bintang (nama
sekolah disamarkan) yang turut andil dalam menyelesaikan karya tulis ini
7. Para Sahabat, teman-teman seperjuangan yang dengan caranya masing-
masing mewarnai perjalanan hidup saya khususnya selama kuliah ini.
8. Almamaterku tercinta Universitas Sanata Dharma yang menjadi
kebangganku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanMu
(Lukas 1:38)
Inilah aku, utuslah aku
(Yesaya 6:8)
Belajar dari kesalahan orang lain. Anda tak dapat hidup cukup lama untuk
melakukan semua kesalahan itu sendiri.
(Martin Vanbee)
Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut dan bimbang.
Teman yang paling setia, hanyalah keberanian dan keyakinan yang teguh.
(Andrew Jackson)
Allah tidak mencari karakter yang luar biasa untuk menjadi alat-Nya, tetapi Dia
mencari alat yang rendah hati dimana nama Dia dimuliakan sepanjang masa.
(A.B.Simpson)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 09 Juli 2019
Peneliti
Wadeltrudis Rohayati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Wadeltrudis Rohayati
Nomor Mahasiswa : 151134174
Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan
Universitas Sanata Dharma Karyah Ilmiah saya yang berjudul:
PERAN GURU DALAM PENGELOLAAN KELAS UNTUK
MENGOPTIMALKAN MUTU PEMBELAJARAN DI KELAS II
SEKOLAH DASAR BINTANG YOGYAKARTA
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hal untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 09 Juli 2019
Yang menyatakan
Wadeltrudis Rohayati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
PERAN GURU DALAM PENGELOLAAN KELAS UNTUK
MENGOPTIMALKAN MUTU PEMBELAJARAN DI KELAS II
SEKOLAH DASAR BINTANG YOGYAKARTA
Wadeltrudis Rohayati
Universitas Sanata Dharma
2019
Salah satu komponen utama yang menjadi proses penunjang keberhasilan
pendidikan adalah guru. Guru menjadi ujung tombak pelaksanaan pendidikan
dengan tugas dan perannya sebagai perancang pembelajaran atau manejer kelas,
pengelola pembelajaran, motivator, fasilitator, konselor, dan sebagai pelaksana
kurikulum.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran guru dalam
pengelolaan kelas untuk mengoptimalkan mutu pembelajaran di kelas IIA Sekolah
Dasar Bintang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif, desain penelitian adalah studi kasus. Alat pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan dokumentasi untuk
mengecek keabsahan data dalam rangka membuktikan kesesuaian data penelitian
dengan kenyataan di lapangan, peneliti menggunakan teknik triangulasi sumber dan
triangulasi peneliti. Teknik analisis data dimulai dari mereduksi data, penyajian data
dan verifikasi atau penarikan kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diketahui bahwa dalam
pembelajaran di kelas secara teori guru mengetahui dan menguasai peran mereka.
Namun dalam praktek pembelajaran di kelas, khususnya guru kelas 2A belum
melaksanakan perannya sebagaimana mestinya dalam hal pengelolaan kelas dan
menjadi manajer kelas masih perlu diperhatikan dan diperbaiki, sehingga proses
pembelajaran lebih efektif lagi.
Kata kunci : peran guru, pengelolaan kelas, mutu pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
ROLE OF THE TEACHER IN CLASSROOM MANAGEMENT TO
OPTIMIZE THE QUALITY OF LEARNING IN THE 2
Wadeltrudis Rohayati
Sanata Dharma University
2019
One of the main components of the process of supporting education
success is the teacher. The teacher becomes the spearhead of the implementation
of education with its duties and role as a learning designer or classroom
manager, learning manager, motivator, facilitator, console, and as curriculum
implementer.
This study aimsed to find out how the role of teachers in classroom
management to optimize the quality of learning in the class II Bintang Primary
School. The method used in the research is qualitative methods and uses a case
study research desaign. The data collection tools in this study went observation,
interviews and documentation to check the validity of the data, in order to prove
the suitability of the research data with reality in the field, researchers used
source triangulation techniques and researcher triangulation. The data analysis
technique began in the reducing data, presenting data and verifying or drawing
conclusions.
Based on the results of research and discussion, it applared that the
theoretically teachers know and master their role but in classroom learning
practices, especially grade IIA teachers had carried out their roles properly in
terms of classroom management, handling students who went busy when learning
together, accompanying students who had learning difficulties still need attention
and improvement, so that the learning process was more effective.
Keywords: teacher's role, classroom management, quality of learning
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
bimbingannya, penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini,tanpa bimbingan dan
dukungan dari para dosen, orang tua, para suster dan teman-teman. Ucapan terima
kasih kepada yang terhormat Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku
dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, ibu Christiyanti Aprinastuti, S.
Si., M.Pd. selaku ketua Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, dan ibu Kintan
Limansih, S.Pd., M.Pd. sebagai wakil ketua Prodi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar. Ucapan terima kasih kepada Ibu Eny Winarti selaku dosen pembimbing
satu atas kesediaannya berbagi dan mengajarkan banyak hal baru dalam hidup
peneliti dan ibu Wahyu Wido Sari, untuk segala dukungan, waktu dan kesempatan
merasakan banyak pengalaman berarti bagi peneliti.
Terima kasih kepada kedua orang tua peneliti, Bapak Yohanes M.Wutun
dan Mama Maria Goreti Pegan Wutun serta ketiga adikku, Para Suster Dominikan
Indonesia, Para Suster Komunitas Santa Katarina, dan yang teristimewa ucapan
terima kasih kepada Sr Lusia OP, Sr Helena OP dan Sr Andrea OP yang sungguh
luar biasa memberikan cinta, dukungan dan semangat kepada peneliti.
Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada kepala Sekolah, Ibu Bapak
Guru, karyawan, para siswa, orang tua wali murid dan semua partisipan yang
telah bersedia terlibat dalam penelitian ini. Peneliti bersyukur diberi kesempatan
untuk dapat belajar bersama dalam proses pengumpulan data. Tanpa keterlibatan
dan kesediaan mereka semua, peneliti tidak dapat menyelesaikan karya tulis ini
dengan baik.
Ucapan terima kasih kepada teman-teman seangkatan dan seperjuangan
dengan peneliti. Khususnya kepada Joe, Bruder Mikael, Bronto, Bella, Divin,
Cintya, Mikael, Tio, Diah, Hilaria dan Pandu, Wulan, yang selalu memberi
dukungan, semangat, motivasi dan banyak pelajaran berharga bagi peneliti.
Peneliti menyadari bahwa karya tulis ini tidak sempurna dan memiliki
kekurangan, sehingga peneliti menerima kritik dan saran dengan terbuka. Semoga
karya tulis ini dapat menjadi bahan refleksi dan pembelajaran yang bermanfaat
bagi pembaca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii
PERSEMBAHAN .................................................................................................. iv
MOTTO ................................................................................................................. v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ............................................................ vii
ABSTRAK ............................................................................................................. viii
ABSTRACT ............................................................................................................ ix
KATA PENGANTAR ........................................................................................... x
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
TABEL 3.1 ............................................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 6
1.5 Definisi Operasional .................................................................................. 6
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 8
2.1 Kajian Teori ............................................................................................... 8
2.1.1 Pengertian Pendidikan .......................................................................... 8
2.1.2 Pengertian Guru.................................................................................... 9
2.1.3 Peran Guru dalam Pengelolaan Kelas .................................................. 11
2.1.4 Empat Kompetensi guru dalam Pengelolaan Kelas ............................. 15
2.1.4.1 Kompetensi Pedagogis .................................................................. 16
2.1.4.2 Kompetensi Kepribadian ............................................................... 17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
2.1.4.3 Kompetensi Sosial ......................................................................... 18
2.1.4.4 Kompetensi Profesional ................................................................ 18
2.1.5 Tantangan Profesi Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0 .................... 19
2.2 Penelitian yang Relevan ............................................................................ 21
2.3 Kerangka Berpikir .................................................................................... 23
BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................... 24
3.1 Jenis Penelitian .......................................................................................... 24
3.2 Setting Penelitian ....................................................................................... 25
3.2.1 Waktu Penelitian .................................................................................... 25
3.2.2 Tempat Penelitian ................................................................................... 25
3.3 Desain Penelitian ....................................................................................... 25
3.4 Partisipan Penelitian ................................................................................. 26
3.5 Teknik Pengumpulan data ....................................................................... 27
3.5.1 Observasi ................................................................................................ 27
3.5.2 Wawancara Tidak Terstruktur ................................................................ 28
3.5.3 Dokumentasi ........................................................................................... 29
3.6 Instrumen Penelitian ................................................................................. 30
3.7 Kredibilitas dan transferabilitas .............................................................. 31
3.8 Teknik Analisis data .................................................................................. 32
3.8.1 Reduksi Data ........................................................................................... 32
3.8.2 Penyajian Data ........................................................................................ 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 34
4.1 Hasil Penelitian .......................................................................................... 34
4.1.1 Guru Sebagai Perancang Pembelajaran/ Manajer Kelas ........................ 39
4.1.2 Guru Sebagai Pengelola Pembelajaran ................................................... 46
4.1.3 Guru Sebagai Motivator ......................................................................... 49
4.1.4 Guru Sebagai Fasilitator ......................................................................... 52
4.1.5 Guru Sebagai Konselor ........................................................................... 56
4.1.6 Guru Sebagai Pelaksana Kurikulum ....................................................... 62
4.2 Analisis dan Pembahasan ......................................................................... 65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
4.2.1 Peran guru sebagai Perancang Pembelajaran ......................................... 66
4.2.2 Peran guru sebagai Pengelola Pembelajaran .......................................... 68
4.2.3 Peran guru sebagai Motivator ................................................................. 70
4.2.4 Peran guru sebagai Fasilitator................................................................. 71
4.2.5 Peran guru sebagai Konselor .................................................................. 73
4.2.6 Peran guru sebagai Pelaksanan Kurikulum ............................................ 77
4.3 Temuan-Temuan Lain .............................................................................. 80
BAB V PENUTUP ................................................................................................. 81
5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 81
5.2 Keterbatasan Peneliti ................................................................................ 81
5.3 Saran ........................................................................................................... 82
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 83
LAMPIRAN ........................................................................................................... 86
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................. 143
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
Tabel 3.1 Pengumpulan Data .................................................................................. 29
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lembar Observasi Fasilitas Kelas II .................................................................. 86
2. Lampiran RPP .................................................................................................... 91
3. Lembar Pengamatan Penilaian Sikap ................................................................. 99
4. Lembar Pengamatan Pengetahuan ...................................................................... 102
5. Lampiran Observasi Di Kelas II SD Bintang Yogyakarta ................................. 103
5.1 Kelas IIA ...................................................................................................... 103
5.2 Kelas IIB ....................................................................................................... 105
5.3 Kelas IIC ....................................................................................................... 106
6. Lampiran Wawancara Semi Terstruktur Di SD Bintang Yogyakarta ................ 108
6.1 Wawancara Kepala Sekolah ......................................................................... 108
6.2 Guru Wali Kelas IIA .................................................................................... 110
6.3 Guru Wali Kelas IIB .................................................................................... 112
6.4 Guru Wali kelas IIC ..................................................................................... 113
6.5 Siswa Kelas IIA ............................................................................................ 115
7. Tabel Peran Guru Dalam Pengelolaan Kelas untuk mengoptimalkan Mutu
Pembelajaran di Kelas II Sekolah Dasar Bintang .............................................. 117
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada saat ini masyarakat Indonesia tengah memasuki era globalisasi dan
moderenisasi yang penuh dengan tantangan, yang menuntut masyarakat
Indonesia menjadi manusia yang lebih berkualitas tinggi dengan wawasan luas
dalam segala keterampilan yang dimiliki. Oleh karena itu dibutuhkan usaha
yang harus dilakukan melalui pendidikan, untuk memperoleh sumber daya
manusia yang berkualitas tinggi. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 tentang Sistem Pendidikan
Nasional yang menyebutkan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
siswa secara aktif mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia
serta keterampilan yang dibutuhkan siswa, masyarakat dan bangsa.
Salah satu komponen utama yang menunjang keberhasilan proses
pendidikan yaitu guru. Guru menjadi ujung tombak pelaksanaan pendidikan
dengan tugas utama guru adalah mendidik, membimbing, melatih dan
mengembangkan kurikulum (Perangkat Kurikulum) sebagaimana bunyi
prinsip “Ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun karso,tut wuri
handayani.” Artinya seorang guru bisa di depan memberikan suri teladan
(contoh), di tengah memberikan prakarsa dan dibelakang memberikan
dorongan atau motivasi, Rusman,2012:15).
Selain tugas utama guru dalam mengajar dan mendidik, tugas dan
tanggung jawab guru yang lain adalah mengelola kelas. Pengelolaan Kelas di
sekolah bukanlah hal yang mudah. Guru berperan dalam memfasilitasi siswa
memahami materi dengan model kegiatan pembelajaran yang menyenangkan
dan mendalam. Untuk itu diperlukan beragam inovasi dan kreasi dari guru
dalam pembelajaran di kelas sebagaimana yang diungkapkan Arifin (2012:
10).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Peran guru yang lain dalam kelas adalah sebagai manajer. Hal ini
dimaknai sebagai perancang suatu pembelajaran dari persiapan awal hingga
evaluasi atau hasil akhir yang akan diperoleh atau didapatkan oleh siswa. Guru
harus mampu menciptakan kondisi belajar yang menantang kreativitas dan
aktivitas siswa, memotivasi siswa, dan mempertahankan kondisi belajar yang
optimal dan kondusif untuk mencapai tujuan pengajaran, (Rusman,2012 :20).
Menurut undang – undang No 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan
Nasional Pasal 1 Ayat 20, Pembelajaran diartikan sebagai proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar. Senada dengan pendapat di atas, Usman (Jihad dan Haris, 2012: 12)
mengatakan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung
serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang
berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.
Menurut Alben (2006 : 35) pengelolaan kelas yang baik dapat mengurangi
kesempatan terjadinya gangguan, kebosanan, serta meningkatkan keterlibatan
siswa dalam pembelajaran. Pengelolaan kelas yang dimaksud untuk
menciptakan kondisi lingkungan kelas yang baik dan memungkinkan siswa
berbuat sesuai dengan kemampuannya. Selain itu kegiatan pembelajaran bisa
berjalan secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditentukan. Lingkungan belajar yang baik akan mendukung siswa untuk dapat
mengikuti pembelajaran dengan baik pula, sedangkan lingkungan kelas yang
tidak kondusif akan membuat siswa tidak nyaman dalam belajar, bahkan
memungkinkan siswa melakukan hal-hal yang menyimpang dan menimbulkan
masalah-masalah baru dalam pembelajaran.
Salah satu bentuk masalah yang dialami guru untuk menciptakan
lingkungan belajar yang baik, yaitu dalam hal pengelolaan kelas. Hal ini
sejalan dengan pendapat Djamarah (2005: 173) bahwa masalah yang dihadapi
guru, baik pemula maupun yang sudah berpengalaman adalah pengelolaan
kelas. Masalah pengelolaan kelas sebenarnya merupakan masalah klasik.
Suatu kelas tidak bisa berjalan dengan baik apabila pengelolaan atau
pengaturan yang dilakukan oleh guru tanpa memperhatikan kemajuan kelas
dan perkembangan siswa itu sendiri. Berbagai metode, seperti metode bermain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
peran, permainan, diskusi dan sebagainya dimunculkan untuk membantu
fungsi atau peran guru sebagai manajer di dalam kelas. Namun pada
prakteknya masih banyak ditemui para siswa yang ramai, mengganggu teman,
tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru pada saat pembelajaran dan
itu sangat menggangu dalam pengelolaan kelas, namun hanya dibiarkan saja
oleh guru atau tidak ditegur karena sudah lebih dari satu kali ditegur oleh guru
sehingga guru menjadi bosan dan tidak peduli. Bahkan sebagai contoh masih
ada guru yang menjalankan fungsi atau perannya sebagai mandor kelas yang
hanya datang memberikan tugas tanpa memperhatikan keadaan kelas, siswa
bisa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru atau tidak. Cara ini bukan
hanya konvensional tetapi juga tidak sesuai dengan tujuan pendidikan yang
ingin diraih, bahkan berakibat buruk terhadap perkembangan siswa dimasa
yang akan datang khususnya dalam mendapatkan nilai atau mutu lulusan yang
kurang maksimal.
Dari pendapat Alben dan Djamarah, Zain di atas maka dapat disimpulkan
bahwa peran guru dalam pengelolaan kelas sangat penting untuk
menciptakan kondisi kelas yang memungkinkan berlangsungnya proses
pembelajaran yang kondusif dan maksimal sehingga dapat mengoptimalkan
mutu pembelajaran atau mutu pendidikan yang diharapkan oleh guru maupun
oleh peserta didik dalam mencapai tujuan pendidikan.
Oleh karena itu peran guru tidak hanya dilihat dari kemampuan
menyampaikan materi saja, melainkan mampu menciptakan suasana kelas
yang kondusif dan menyenangkan. Untuk mengetahui peran guru dalam
mengoptimalkan mutu pembelajaran di Sekolah Dasar, peneliti melakukan
observasi dan wawancara di SD Bintang Yogyakarta. Peneliti mengambil
lokasi SD Bintang sebagai lokasi penelitian karena sekolah ini termasuk salah
satu sekolah yang menjadi incaran orang tua murid untuk menyekolahkan
putra dan putri mereka. Sekolah ini memiliki nilai akreditasi A, prestasi
siswa baik secara akademik maupun non akademik tidak diragukan lagi.
Tingkat kelulusan siswa selama lima tahun terakhir di SD Bintang semua
siswa dinyatakan lulus dengan nilai rata- rata kelulusan yang sangat bagus.
Selain itu juga peserta didik yang mendapatkan juara dalam perlombaan baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
ditingkat kecamatan, kabupaten, propinsi bahkan nasional dalam bidang olah
raga dan musik. Prestasi-prestasi yang dimiliki oleh sekolah tersebut didukung
oleh pengajaran tenaga guru yang profesional sesuai dengan bidangnya,
semangat belajar siswa yang tinggi dan dukungan orang tua dalam
pembiayaan atau pendanaan.
Peneliti mengambil kelas kecil untuk menjadikan sampel penelitian yaitu
di kelas II. Ada tiga kelas paralel yaitu kelas A, kelas B dan kelas C. Kelas A
dipegang oleh guru Pria dan kelas B dan kelas C dipegang oleh guru wanita.
Saat peneliti melakukan observasi di ketiga kelas ini tampak banyak
perbedaannya kelas yang dipegang guru pria dan kelas yang dipegang oleh
guru wanita.
Dari penataan kelas, pengaturan tempat duduk, kerapihan kelas, penataan
hasil karya siswa, cara menangani siswa yang ngobrol, jalan-jalan atau
menggangu teman pada saat pembelajaran, sudah bisa dilihat perbedaan
pendampingan, teguran dan nasehat yang dilakukan oleh guru pria dan guru
wanita. Ketiga guru ini bukan guru baru melainkan guru yang sudah memiliki
pengalaman dalam mengajar, namun saat peneliti melakukan observasi di
kelas A dimana guru yang mengajar adalah guru pria kira-kira berusia tiga
puluhan tahun ke atas peneliti menjumpai kelas yang ramai , beberapa siswa
ngobrol, main sendiri, bahkan ada yang hanya diam dan tidak mau
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Sekali dua kali ditegur namun
lama kelamaan dibiarkan oleh guru karena tingkah siswa yang sudah
membosankan.
Penataan kelas juga kurang rapi, buku-buku paket maupun buku tugas
siswa masih berantakan di belakang serta hasil karya siswa hanya digantung
seadanya. Namun peneliti juga menjumpai kelas yang sangat tenang, kelas
yang rapi dan sangat kondusif mendukung pembelajaran di kelas. Fasilitas
ketiga kelas ini sama namun pemanfaatannya yang berbeda. Ada yang sudah
menggunakan dan memanfaatkan LCD dalam mengajar namun ada juga
yang belum menggunakan fasilitas LCD untuk mengajar. Kalau dilihat power
guru juga ikut mempengaruhi pembelajaran di kelas. Guru yang telaten, tegas
dalam mendamping anak didiknya bisa membuat kelas lebih nyaman dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
tenang dalam belajar dibandingkan dengan guru yang kesannya santai, tidak
tegas dalam memberikan peringatan kepada peserta didiknya membuat kelas
menjadi ramai atau terganggu proses kegiatan belajar mengajar.
Dari hasil wawancara guru-guru ini juga sudah lebih dari lima tahun
bahkan ada yang lebih dari sepuluh tahun menjadi wali kelas II. Mungkin
perlu juga ada pergantian wali kelas setiap tahun ajaran baru atau dua tahun
sekali, sehingga ada pergantian suasana bagi bapak dan ibu guru tersebut, atau
bisa juga pergantian wali kelas yang sebelumnya di kelas kecil, bisa pindah ke
kelas besar sehingga bisa dilihat guru ini cocok memegang siswa kelas besar
atau kelas kecil bahkan bisa juga untuk mengukur kelas kecil itu cocok
dipegang guru putri atau lebih cocok dipegang guru putra. Perlu rotasi atau
pergantian wali kelas sehingga menambah wawasan, kreatifitas guru,
tantangan dalam mempersiapkan diri untuk menjalankan tugasnya sebagai
guru apalagi guru di era digital dengan perangkat kurikulum 2013 yang
digunakan dalam pembelajaran yang hampir setiap tahun bukunya berubah-
ubah atau direvisi.
Jadi berdasarkan uraian latar belakang di atas penulis ingin mengetahui
secara lebih mendalam mengenai peran guru dalam proses kegiatan belajar
mengajar di Sekolah Dasar dengan judul “ Peran guru dalam pengelolaan
kelas untuk mengoptimalkan mutu pembelajaran di kelas II Sekolah Dasar
Bintang Yogyakarta.”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pembahasan masalah yang peneliti kemukakan di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana peran guru dalam
pengelolaan kelas untuk mengoptimalkan mutu pembelajaran di kelas II
Sekolah Dasar Bintang Yogyakarta?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peran guru
dalam pengelolaan kelas untuk mengoptimalkan mutu pembelajaran di kelas II
Sekolah Dasar BintangYogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan di SD Bintang Yogyakarta ini memiliki beberapa
manfaat antara lain :
1. Manfaat teoritis
Manfaat teroritis yang diperoleh antara lain sebagai berikut:
a. Menambah wawasan bagi mahasiswa keguruan tentang pentingnya
peran guru dalam mengelolah kelas sehingga dapat mengoptimalkan
mutu pembelajaran di Sekolah Dasar.
2. Manfaat praktis
Manfaat praktis yang diperoleh antara lain sebagai berikut:
a. Bagi sekolah
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
untuk memperbaiki dan menyempurnakan pentingnya peran guru
dalam pengelolaan kelas sehingga mutu pembelajaran di kelas lebih
optimal, efektif dan nyaman serta menarik.
b. Bagi peneliti
Penelitian ini memberikan masukan sekaligus pengetahuan dan
keterampilan bagi peneliti untuk mengetahui sejauh mana peran guru
dalam mengelolah kelas sehingga proses pembelajaran lebih optimal
dan bermutu di SD Bintang Yogyakarta.
1.5 Definisi Operasional
Definisi Operasional yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1. Peran guru tidak hanya mengutamakan kemampuan akademik tetapi juga
melihat aspek-aspek lain yang sebenarnya jauh lebih penting seperti
motovasi, empati dan penanaman nilai-nilai lain yang dibutuhkan oleh
siswa. Guru menjadi ujung tombak pelaksanaan pendidikan, di mana guru
berhadapan langsung dengan siswa sebagai subjek belajar. Tugas utama
guru adalah mendidik, membimbing, melatih dan mengembangkan
kurikulum. (Rusman,2012 :15)
2. Pengolahan kelas yang dimaksud untuk menciptakan kondisi lingkungan
kelas yang baik dan memungkinkan siswa berbuat sesuai dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
kemampuannya. Selain itu kegiatan pembelajaran bisa berjalan secara
efektif dan efisien untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditentukan.
Menurut Alben (2006 : 35)
3. Mutu pembelajaran yang optimal menurut undang – undang No 20 Tahun
2003 tentang sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 20, pembelajaran
diartikan sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Senada dengan pendapat di
atas, menurut Usman (Jihad dan Haris, 2012: 12) mengatakan bahwa
pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian
perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang
berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam
pembelajaran guru dan siswa menjadi pelaku terlaksananya tujuan
pembelajaran. Guru dituntut memiliki dasar-dasar keterampilan mengajar
dan mendukung terciptanya pembelajaran yang berkualitas.
4. Sekolah Dasar Bintang Yogyakarta sebagai lokasi penelitian karena SD
Bintang merupakan salah satu sekolah dasar swasta yang sudah
mempunyai akreditasi A. Sekolah ini merupakan salah satu sekolah yang
sangat menekankan kedisiplinan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
BAB II
LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Teori
Pembahasan teori yang akan diuraikan dalam penelitian ini adalah teori-
teori yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
2.1.1 Pengertian Pendidikan
Setiap individu memiliki hak serta kewajiban. Tak terkecuali
dalam pendidikan. Hal ini tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945
pasal 31 ayat 1 yang berbunyi “ Setiap warga negara berhak mendapatkan
pendidikan”. Lalu pada ayat 2 disebutkan pula bahwa “Setiap warga
negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayai”. Karena pendidikan menjadi bekal manusia untuk
menghadapi dunia yang semakin maju.
Agar dapat memahami apa arti pendidikan kita dapat merujuk pada
pendapat beberapa ahli berikut ini: menurut Ki Hadjar Dewantara,
(1994:94) Pendidikan merupakan proses pembudayaan yakni suatu
usaha memberikan nilai-nilai luhur kepada generasi baru dalam
masyarakat yang tidak hanya bersifat pemeliharaan tetapi juga dengan
maksud memajukan serta memperkembangkan kebudayaan menuju
kearah keluhuran hidup manusia yang dimulai sejak anak dilahirkan dan
berakhir setelah meninggal dunia. Jadi pendidikan yang memerdekakan
harus sesuai dengan kodrat manusia yaitu sebagai subjek yang harus
terus memberi, bukan objek yang terus diberi dengan tiga prinsip dasar
kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara yaitu : (a) Ing ngarso sung tuladha
(di depan memberi teladan) Pemimpin harus menjadi contoh bagi anak
buahnya, (b) Ing madya mangun karsa (di tengah memberi kesempatan
untuk berkarya) Pemimpin harus berjuang bersama anak buahnya, (c) Tut
wuri handayani (dari belakang memberi dorongan dan arahan). Ada
saatnya pemimpin membiarkan anak buah melakukan sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Sedangkan pendidikan menurut Driyarkara Sudiarja dkk, (2006:
326) sebagai upaya memanusiakan manusia muda. Pendidikan harus
membantu agar seseorang secara tahu dan mau bertindak sebagai
manusia dan bukan hanya secara instrinsik. Lebih lanjut pendidikan
hendaknya dipahami juga sebagai humanisasi, yaitu usaha agar seluruh
sikap dan tindak serta aneka kegiatan seseorang benar-benar bersifat
manusiawi dan semakin manusiawi.
Selanjutnya menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional,
(2003: 1) Pendidikan adalah Usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan Negara.
Dari pengertian beberapa sumber di atas tentang pendidikan dapat
disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
memanusiakan manusia yang dimulai sejak dini hingga akhir hayat
dalam mengembangkan potensi dirinya yang memerdekakan sehingga
berguna bagi masyarakat, bangsa dan Negara.
2.1.2 Pengertian Guru
Guru dalam bahasa Jawa adalah menunjuk pada seseorang yang
harus digugu dan ditiru oleh semua murid dan bahkan masyarakat. Harus
digugu artinya segala sesuatu yang disampaikan olehnya senantiasa
dipercaya dan diyakini sebagai kebenaran oleh semua murid. Sedangkan
ditiru artinya seseorang guru harus menjadi suri teladan (panutan) bagi
semua muridnya. “Patut digugu dan ditiru” seringkali dianggap sebagai
ungkapan yang mewakili penjelasan betapa mulianya tugas seorang guru.
Walaupun ungkapan tersebut bukan ungkapan baku dari kata guru, tetapi
maknanya memang cukup mewakili hakikat tugas dan misi guru.
(Mulyana, 2013:197)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Guru adalah seorang pengajar suatu ilmu. Dalam kamus besar
bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik profesional dengan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai dan mengevaluasi peserta didik.
Adapun pengertian guru menurut beberapa ahli yaitu Priansa,
dalam bukunya kinerja dan profesionalisme guru 2014:2 guru
merupakan penentu keberhasilan pendidikan melalui kinerjanya pada
tingkat institusional dan intruksional yang memiliki peran dalam
pembelajaran sebagai fasilitator, motivator, perekayasa pembelajaran dan
pemberi inspirasi belajar kepada peserta didik untuk menentukan
keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Sedangkan pengertian guru juga disampaikan oleh Suparlan,
2005:12 bahwa guru adalah orang yang tugasnya terkait dengan upaya
mencerdaskan kehidupan bangsa dalam semua aspeknya, baik spiritual
dan emosional, intelektual, fisikal maupun aspek lainnya.
Pengertian tentang guru juga diperkuat dalam Undang-Undang
No 14 Tahun 2005, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,menilai dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
Dalam peraturan pemerintah nomor 28 Tahun 1990 tentang
pendidikan Dasar Bab I Pasal I Ayat I dikatakan bahwa pengertian guru
adalah jabatan fungsional, yaitu kedudukkan yang menunjukkan tugas,
tanggung jawab,wewenang dan hak seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS)
dalam satu organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan
keahlian atau keterampilan tertentu.
Bahkan pengertian guru juga dijabarkan lagi dalam Peraturan
Umum Kepegawaian (PUK) Yayasan Santo Dominikus Tahun 2018 Bab
I Pasal 1 Nomor 9 halaman 2 bahwa seorang pendidik atau guru adalah
pegawai yang bekerja pada yayasan memiliki tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, mengevaluasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
dan mentransformasi semangat Santo Dominikus kepada peserta didik
dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sampai pendidikan menengah.
Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa guru adalah
seorang pendidik profesional dengan jabatan fungsional yang bertugas
untuk mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai
dan mengevaluasi peserta didik dari pendidikan anak usia dini hingga
pendidikan menengah baik di sekolah negeri maupun di sekolah swasta
sesuai dengan keahliannya.
2.1.3 Peran Guru dalam Pengelolaan Kelas
Peran guru sangatlah penting dalam mengajar dan mendidik siswa
serta dalam memajukan dunia pendidikan. Peran guru dalam
menjalankan tugas di sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai
orang tua kedua dan mampu menarik simpati para siswa sehingga
pelajaran apapun yang diberikan oleh guru menjadi motivasi bagi siswa
dalam belajar mengajar. Usman (Amiruddin, 2013:3)
Seorang guru juga berperan untuk membantu siswa dalam
mengembangkan keterampilan serta pengetahuan siswa. Oleh karena itu
guru harus membuat siswanya tertarik untuk mengikuti pembelajaran di
kelas. Bila seorang guru dalam penampilannya sudah tidak menarik,
maka siswa akan enggan untuk mengikuti pelajaran yang akan diberikan
oleh guru tersebut.
Adapun peran guru menurut beberapa sumber di bawah ini yaitu:
Peraturan Pemerintah Nomor 74 tentang guru pasal 52 ayat 1 Peran
guru yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran,
menilai hasil belajar , membimbing dan melatih peserta didik serta
melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan tugas
pokok.
Wiyani, (2013 : 90) Peran guru yaitu sebagai perancang
pembelajaran atau manager kelas yang membantu peserta didik
menetapkan tujuan belajar dan menstimulasi peserta didik untuk
mencapai tujuan belajar, merencanakan kegiatan belajar bersama peserta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
didik, langkah-langkah kegiatan, merencanakan sarana belajar yang
diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar.
Peran guru yang lain adalah sebagai pengelola pembelajaran
mengurus dan menata berbagai sarana belajar dalam pengaturan ruang
kelas yang meliputi kegiatan-kegiatan berikut ini: (1) Mengadakan sarana
belajar yang diperlukan dalam kegiatan belajar-mengajar. (2) Menata
letak sarana belajar yang telah didapatkannya untuk mendukung
pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar. (3) Merawat sarana belajar yang
ada di ruang kelas agar awet dan selalu siap digunakan untuk mendukung
keberhasilan tujuan pembelajaran. (4) Melakukan perbaikan terhadap tata
letak sarana belajar yang ada di ruang kelas. Wiyani, (2013:130)
Peran guru menurut Priansa, (2014: 26) menjelaskan guru sebagai
fasilitator yang mampu memahami kondisi yang dihadapi setiap peserta
didik dan membantu peserta didik kearah perkembangan potensi dan
kepribadian yang baik yaitu: 1) memiliki pemahaman dan pengetahuan,
2) memiliki kepedulian kepada peserta didik, 3) memahami peserta didik,
4) memiliki minat belajar yang berbeda-beda, dan 5) memiliki jiwa
pemimpin yang baik.
Peran guru yang lain masih menurut Priansa, (2015: 26) adalah
sebagai konselor diharapkan dapat merespon segala masalah tingkah laku
yang terjadi dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus
dipersiapkan agar: (1) Dapat menolong peserta didik memecahkan
masalah–masalah yang timbul antara peserta didik dengan orang tuanya.
(2) Bisa memperoleh keahlian dalam membina hubungan yang
manusiawi dan dapat mempersiapkan peserta didik untuk berkomunikasi
dan bekerja sama dengan bermacam–macam manusia.
Sedangkan menurut Kompri, (2014: 280) menjelaskan peran guru
sebagai pelaksana Kurikulum adalah seperangkat pengalaman belajar
yang akan didapat oleh peserta didik selama mereka mengikuti suatu
proses pendidikan. Peranan guru dalam pembinaan dan pengembangan
kurikulum secara aktif dapat dijabarkan sebagai berikut: (1) Dalam
perencanaan kurikulum dirancang dan dirumuskan oleh para pakar dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
berbagai bidang disiplin ilmu yang terkait, (2) Dalam pelaksanaan di
lapangan para guru bertanggung jawab sepenuhnya dalam pelaksanaan
kurikulum, (3) Dalam proses penilaian, guru diminta saran atau pendapat
maupun menilai kurikulum yang sedang berjalan guna melihat kebaikan
dan kelemahan yang ada, (4) Pengadministrasian, guru harus menguasai
tujuan kurikulum, isi program yang harus diberikan kepada peserta didik
dan Perubahan kurikulum.
Selanjutnya peran guru menurut Sardiman, 2012:143 ada tiga
peran guru yang disampaikan yaitu (1) peran guru sebagai komunikator,
sahabat yang dapat memberikan nasehat-nasehat, motivator sebagai
pemberi inspirasi dan dorongan, pembimbing dalam pengembangan
sikap dan tingkah laku serta nilai-nilai,orang yang menguasai bahan yang
diajarkan. (2) Guru di sekolah sebagai pegawai dalam hubungan
kedinasan, sebagai bawahan terhadap atasannya, sebagai kolega dalam
hubungannya dengan teman sejawat, sebagai mediator dalam
hubungannya dengan anak didik, sebagai pengatur disiplin, sebagai
evaluator atau pengevaluasi dan sebagai pengganti orang tua. (3) Guru
berperan menguasai dan mengembangkan materi pelajaran,
merencanakan dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol dan
mengevaluasi kegiatan siswa.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa peran
guru dalam proses belajar mengajar begitu besar sebagai penentu
keberhasilan setiap upaya pendidikan mulai dari membuat rencana
pengajaran sampai mengevaluasi dan menilai hasil pembelajaran peserta
didik. Selain sebagai seorang perancang pembelajaran atau manejer
dalam kelas seorang guru juga diharapkan dapat menjadi informator,
komunikator, motivator, fasilitator, mediator dan evaluator yang handal
bagi peserta didik dalam proses belajar mengajar di kelas.
Selain guru berperan dalam perkembangan belajar peserta didik,
guru juga memiliki peran yang sangat penting dalam pengelolaan kelas.
Di bawah ini beberapa pengertian tentang pengelolaan kelas menurut
beberapa tokoh atau sumber yaitu: Arikunto, (2013:175) pengelolaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
mengandung suatu pengertian yaitu sekelompok siswa yang pada waktu
yang sama menerima pengajaran yang sama dari guru yang sama.
Sedangkan Fathurruhman, (2007:103) pengelolaan kelas
merupakan suatu proses seleksi tindakan yang dilakukan guru dalam
fungsinya sebagai penanggungjawab kelas dan seleksi penggunaan alat-
alat belajar yang tepat sesuai dengan masalah yang ada dan karakteritik
kelas yang dihadapi.
Kemudian menurut Djamarah dan zain, (2006: 173) pengelolaan
kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara
kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi
gangguan dalam proses belajar mengajar.
Jadi pengelolaan kelas dapat disimpulkan sebagai suatu
keterampilan guru dalam menciptakan dan memelihara kondisi kelas
serta mendayagunakan seluruh potensi kelas baik sebagai komponen
utama pembelajaran maupun komponen pendukungnya untuk mencapai
suatu tujuan pembelajaran yang optimal.
Adapun tujuan pengaturan kelas menurut beberapa tokoh adalah
sebagai berikut: Djamarah dan Zain, 2010: 178 tujuan pengelolaan kelas
pada hakikatnya telah terkandung dalam tujuan pendidikan. Secara
umum tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi
bermacam-macam kegiatan belajar dan bekerja siswa dalam lingkungan
sosial, emosional dan intelektual dalam kelas.
Arikunto (2013:68) tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap
anak di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan
pengajaran secara efektif dan efisien. Dan menurut Rusydie (Wiyani,
2013:61) ada enam tujuan dari pengelolaan kelas sebagai berikut (1)
Memudahkan kegiatan belajar peserta didik. (2) Mengatasi hambatan-
hambatan yang menghalangi terwujudnya interaksi dalam kegiatan
belajar mengajar. (3) Mengatur berbagai penggunaan fasilitas belajar. (4)
Membina dan membimbing peserta didik sesuai dengan berbagai latar
belakang sosial, ekonomi, budaya serta sifat-sifat individunya. (5)
Membantu peserta didik belajar dan bekerja sesuai dengan potensi dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
kemampuan yang dimilkinya. (6) Menciptakan suasana sosial yang baik
di dalam kelas.
Sedangkan tujuan dari pengelolaan kelas adalah untuk
memudahkan suatu proses kegiatan belajar mengajar di kelas membantu
peserta didik untuk menciptakan suasana pembelajaran yang
menyenangkan sehingga peserta didik dapat belajar dan bekerja sesuai
dengan potensi dan kemampuan yang dimilikinya.
2.1.4 Empat Kompetensi Guru dalam Pengelolaan Kelas
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa kompetensi adalah
seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus
dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan.
Kompetensi guru terkait dengan kewenangan melaksanakan
tugasnya, dalam hal ini dalam menggunakan bidang studi sebagai bahan
pembelajaran yang berperan sebagai alat pendidikan, dan kompetensi
pedagogis yang berkaitan dengan fungsi guru dalam memperhatikan
perilaku peserta didik belajar (Djohar, 2006 : 130).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru
adalah hasil dari penggabungan dari kemampuan-kemampuan yang
banyak jenisnya, dapat berupa seperangkat pengetahuan, keterampilan,
dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam
menjalankan tugas keprofesionalannya.
Menurut Suparlan (2008:93) menambahkan bahwa standar
kompetensi guru dipilah ke dalam tiga komponen yang saling berkaitan,
yaitu pengelolaan pembelajaran, pengembangan profesi, dan penguasaan
akademik.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Guru, terdapat beberapa kompetensi yang harus dimiliki
oleh tenaga guru atau pendidik antara lain: kompetensi pedagogis,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
kepribadian, profesional dan sosial yang diperoleh melalui pendidikan
profesi. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru.
2.1.4.1 Kompetensi Pedagogis
Kompetensi pedagogis meliputi pemahaman guru terhadap peserta
didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar,
dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya. Secara rinci setiap subkompetensi dijabarkan
menjadi indikator esensial sebagai berikut:
a. Memahami peserta didik secara mendalam memiliki indikator
esensial: memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-
prinsip perkembangan kognitif, memahami peserta didik dengan
memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian, dan mengidentifikasi
bekal awal peserta didik.
b. Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan
pendidikan untuk kepentingan pembelajaran memiliki indikator
esensial: memahami landasan kependidikan, menerapkan teori
belajar dan pembelajaran, menentukan strategi pembelajaran
berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin
dicapai, dan materi ajar, serta menyusun rancangan pembelajaran
berdasarkan strategi yang dipilih.
c. Melaksanakan pembelajaran memiliki indikator esensial: menata
latar (setting) pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran yang
kondusif.
d. Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran memiliki
indikator esensial: merancang dan melaksanakan evaluasi proses
dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan berbagai
metode, menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil belajar untuk
menentukan tingkat ketuntasan belajar, dan memanfaatkan hasil
penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program
pembelajaran secara umum.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
e. Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensinya, memiliki indikator esensial: memfasilitasi peserta didik
untuk pengembangan berbagai potensi akademik, dan memfasilitasi
peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi non
akademik.
2.1.4.2 Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang
mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
Secara rinci subkompetensi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Kepribadian yang mantap dan stabil memiliki indikator esensial:
bertindak sesuai dengan norma hukum, bertindak sesuai dengan
norma sosial, bangga sebagai guru, dan memiliki konsistensi dalam
bertindak sesuai dengan norma.
b. Kepribadian yang dewasa memiliki indikator esensial:
menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan
memiliki etos kerja sebagai guru.
c. Kepribadian yang arif memiliki indikator esensial: menampilkan
tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah,
dan masyarakat serta menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan
bertindak.
d. Kepribadian yang berwibawa memiliki indikator esensial: memiliki
perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan
memiliki perilaku yang disegani.
e. Akhlak mulia dan dapat menjadi teladan memiliki indikator
esensial: bertindak sesuai dengan norma religius (iman dan taqwa,
jujur, ikhlas, suka menolong), dan memiliki perilaku yang
diteladani peserta didik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
2.1.4.3 Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan
masyarakat sekitar. Kompetensi ini memiliki subkompetensi dengan
indikator esensial sebagai berikut:
a. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta
didik memiliki indikator esensial: berkomunikasi secara efektif
dengan peserta didik.
b. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama
pendidik dan tenaga kependidikan.
c. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang
tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.
2.1.4.4 Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan
materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang
menaungi materinya, serta penguasaan terhadap stuktur dan metodologi
keilmuannya. Setiap subkompetensi tersebut memiliki indikator esensial
sebagai berikut:
a. Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi
memiliki indikator esensial: memahami materi ajar yang ada dalam
kurikulum sekolah, memahami struktur, konsep dan metode
keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar,
memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait, dan
menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.
b. Menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki indikator
esensial menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis
untuk memperdalam pengetahuan/materi bidang studi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Keempat kompetensi tersebut di atas bersifat holistik dan integratif
dalam kinerja guru. Oleh karena itu, secara utuh kompetensi guru
meliputi (a) pengenalan peserta didik secara mendalam, (b) penguasaan
bidang studi baik disiplin ilmu (disciplinary content) maupun bahan ajar
dalam kurikulum sekolah, (c) penyelenggaraan pembelajaran yang
mendidik yang meliputi perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran,
evaluasi proses dan hasil belajar, serta tindak lanjut untuk perbaikkan dan
pengayaan, dan (d) pengembangan kepribadian dan profesionalitas secara
berkelanjutan. Guru yang memiliki kompetensi akan dapat melaksanakan
tugasnya secara profesional (Ngainun Naim, 2009:60).
2.1.5 Tantangan Profesi Pendidik di Era Revolusi Industri 4.0
Saat ini tidak dapat dipungkiri tren perkembangan teknologi yang
sedemikan canggihnya memberi pengaruh besar terhadap segala aspek
kehidupan yang membantu dan memudahkan pekerjaan manusia.
Revolusi industri 4.0 secara umum diketahui sebagai perubahan cara
kerja yang menitikberatkan pada pengelolaan data, sistem kerja industri
melalui kemajuan teknologi, komunikasi dan peningkatan efisensi kerja
yang berkaitan dengan interaksi manusia.
Keberadaan manusia sebagai fasilitator yang kita sebut sebagai
suatu profesi mulai tergeser karena kemudahan teknologi yang sangat
praktis seperti robot atau semacamnya, telah sedikit banyak memangkas
tenaga-tenaga manusia dan menggantinya dengan mesin dan perangkat
yang sangat canggih. Dalam dunia pendidikan hal tersebut dapat menjadi
tantangan besar bagi para pendidik. Pertanyaannya “Masihkah sosok
guru dibutuhkan di era revolusi industri 4.0?”
Zaman sekarang tidak mengherankan dalam suatu proses
pembelajaran, siswa dapat menggunakan berbagai perangkat teknologi di
ruang kelas. Bahkan saat mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh
guru, tinggal duduk manis, lalu ketik pertanyaan yang akan dicari di
google, maka segala informasi yang dibutuhkan akan keluar tanpa harus
bersusah payah mencari buku, membaca bahkan meringkas untuk bisa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
menjawab pertanyaan tersebut. Hal ini merupakan bentuk revolusi
generasi keempat yang dikenal dengan istilah Internet of things, sebuah
konsep dimana suatu objek yang memiliki kemampuan untuk
mentransfer data melalui jaringan tanpa memerlukan interaksi manusia
ke manusia atau manusia ke komputer.
Menurut Kartono (2011: 261) lazim terjadi dalam berbagai forum
diskusi atau seminar, peserta menyodorkan flashdisk untuk mengopi
powerpoint yang disajikan pembicara, untuk mendalami pemahaman di
rumah, entah juga sekedar untuk disimpan. Di ruang-ruang kelas dan
perkuliahan pun telah jamak tersedia perangkat teknologi untuk
menyampaikan pembelajaran. Sebagai guru, saya tidak bisa memaklumi
kebiasaan kopi mengkopi tersebut jika terjadi di kelas, baik untuk siswa
maupun mahasiswa.
Ada kesadaran diam-diam di kalangan sebagian pendidik bahwa
kebiasaan mengkopi powerpoint telah menyuburkan kemalasan membaca
buku-buku. Pun memberikan peluang untuk para siswa atau mahasiswa
sekedar “tahu sedikit tentang banyak”. Tengoklah ruang ujian yang
bersifat open-book, bisa dipastikan sebagian besar isi kelas hanya
membawa acuan dari kopian powerpoint yang diberikan pengajarnya.
Yang menjadi persoalan bukan menimpakan kesalahan pada
teknologi yang dipakai sebagai alat pembelajaran, tetapi betapa kehadiran
teknologi pun membutuhkan penyiapan karakter baik dari siswa maupun
dari guru-gurunya, untuk bekerja keras dalam memburu pengetahuan
yang lebih luas, bukan yang serba praktis dan serba gampang karena
kehadiran teknologi (Kartono, 2011:262).
Oleh karena itu peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM)
melalui jalur pendidikan formal mulai dari tingkat pendidikan dasar dan
menengah hingga ke perguruan tinggi adalah kunci untuk mampu
menyadarkan para siswa, mahasiswa dan guru dalam mengikuti
perkembangan Revolusi Industri 4.0 ini. Tak terkecuali dalam menempuh
pendidikan, penyesuaian juga bisa dilakukan dengan cara reorientasi
kurikulum untuk membangun kompetensi era Revolusi Industri 4.0 dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
menyiapkan pembelajaran berbasis daring (online). Para pendidik
dituntut menguasai keahlian, kemampuan beradaptasi dengan teknologi
baru dan tantangan global ini.
Setidaknya terdapat lima kualifikasi dan kompetensi guru yang
dibutuhkan di era Pendidikan 4.0. Kelimanya meliputi: (1) Educational
competence, kompetensi mendidik/pembelajaran berbasis internet of
thing sebagai basic skill di era ini; (2) Competence for technological
commercialization, punya kompetensi membawa siswa memiliki
sikap entrepreneurship (kewirausahaan) dengan teknologi atas hasil
karya inovasi siswa; (3) Competence in globalization, dunia tanpa sekat,
tidak gagap terhadap berbagai budaya, kompetensi hybrid, yaitu global
competence dan keunggulan memecahkan problem nasional;
(4) Competence in future strategies, dunia mudah berubah dan berjalan
cepat, sehingga punya kompetensi memprediksi dengan tepat apa yang
akan terjadi di masa depan dan strateginya, dengan cara joint-lecture,
joint-research, joint-resources, staff mobility dan rotasi, dan lain
sebagainya. (5) Conselor competence, mengingat ke depan masalah anak
bukan pada kesulitan memahami materi ajar, tapi lebih terkait masalah
psikologis, stres akibat tekanan keadaan yang makin komplek dan berat.
2.2 Penelitian yang Relevan
Tinjauan kepustakaan adalah uraian tentang hasil penelitian terdahulu
yang relevan dengan penelitian yang sedang direncanakan. Secara umum telah
banyak orang yang meneliti mengenai peran guru dalam pengelolaan kelas di
Sekolah Dasar. Adapun beberapa peneliti tersebut adalah:
Pertama, Saudari Dewi Sartika (2014) dalam skripsinya yang berjudul
“Peran Guru dalam Pengelolaan Kelas di SD Negeri 44/1 Padang Kelapo
Kecamatan Maro Sebu Ulu Kabupaten Batanghari”. Yang mengatakan bahwa
peran guru dalam pengelolaan kelas di SD Negeri 44/1 Padang Kelapo
Kecamatan Maro Sebu Ulu Kabupaten Batanghari masih perlu ditingkatkan
atau masih kurang kondusif yang disebabkan oleh keterbatasan sarana dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
prasarana yang mendukung untuk memotivasi belajar siswa dan juga kendala
sosial yang membuat peserta didik kurang disiplin dalam memulai pelajaran.
Kedua, Ervina Puspitaningrum (2016) dalam skripsinya yang berjudul
“Kemampuan guru dalam Pengelolaan Kelas di SD Negeri Minomartani 2”.
Yang mengatakan bahwa setiap guru SD Minomartani 2 memiliki kemampuan
yang berbeda-beda dalam mengelola kelas, ada guru yang bisa menciptakan
kelas menjadi kondusif untuk pembelajaran namun juga masih ada kelas yang
belum dikelola dengan baik untuk pembelajaran.
Ketiga, Skripsi saudari Esti (2016) yang berjudul “ Pengelolaan Kelas di
Sekolah Dasar Muhammadiyah Sapen Kota Yogyakarta”. Hasil Penelitian ini
menunjukkan bahwa pengelolaan kelas di SD Muhammadiyah Sapen
menggunakan pendekatan elektis pluralistik sehingga terjalin hubungan yang
positif , guru mengelola interaksi belajar dengan menerapkan kurikulum 2013
dan pendidikan karakter namun masih mengalami hambatan dan kesulitan
dalam pengaturan ruangan karena jumlah rombel yang besar.
Persamaan dari ketiga peneliti terdahulu dengan penelitian yang akan
peneliti teliti adalah sama-sama meneliti tentang peran guru dalam
pengelolaan kelas di Sekolah Dasar, dengan lokasi sekolah dua peneliti berada
di wilayah Yogyakarta yaitu SD N Minomartani 2 dan SD Muhammadyah
Sapen sedangkan peneliti di SD Bintang, kemudian peneliti yang satu lagi
melakukan penelitian di SD Negeri 44/1 Padang Kelapo Kecamatan Maro
Sebu Ulu Kabupaten Batanghari. Perbedaan dari ketiga peneliti ini adalah
saudara Dewi meneliti tentang keterampilan guru dalam mengembangkan
pelajaran serta keterampilan dalam mengelolah kelas dengan menggunakan
sarana prasarana yang ada di sekolah tersebut. Saudara Ervina meneliti
kemampuan semua guru di SD Minomartani 2 dalam pengelolaan kelas
sedangkan peneliti hanya mengambil tiga guru kelas dua untuk dijadikan
sampel penelitian dan peneliti yang terakhir adalah saudara Esti tentang peran
guru dalam pengelolaan kelas menggunakan pendekatan elektis pluralistik
sehingga terjalin hubungan positif dalam mengelola intraksi belajar dengan
menerapkan kurikulum 2013 dan pendidikan karakter.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
2.3 Kerangka Berpikir
Peran guru di dalam kelas selain tuntutan profesi, seorang guru juga
diharapkan mampu mengelola kelasnya dengan baik agar jalannya pendidikan
dan pengajaran dapat berjalan dengan baik dan lancar. Apalagi dengan
diterapkannya kurikulum 2013 dengan berbagai sistem pengajaran dan
penilaian yang berubah-ubah. Terciptanya kelas yang kondusif tentu tidak
lepas dari pengaturan peserta didik, pengaturan kelas dan peran guru dalam
mengelola kelas tersebut sehingga mampu mengurangi hambatan-hambatan
yang akan dialami oleh guru maupun siswa yang ada di dalam kelas. Perlu ada
ketegasan dari guru saat menghadapi peserta didik yang membuat kegaduhan
atau keributan dalam kelas sehingga kondisi kelas bisa maksimal dan mutu
pembelajaran bisa lebih ditingkatkan atau lebih efektif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
BAB III
METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penulis dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif
karena permasalahan berhubungan dengan manusia yang secara fundamental
bergantung pada data konkret yang dijumpai penulis di lapangan. Menurut
Moleong (2011:6) bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara
holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa.
Pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan
berbagai metode alamiah. Sedangkan definisi pendekatan kualitatif menurut
Sugiyono (2015: 15) bahwa metode yang berdasarkan pada filsafat
postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah,
dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data
dilakukan dengan cara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat
induktif/kualitatif, dan hasil penelitian lebih menekankan makna daripada
generalisasi.
Berdasarkan dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan
kualitatif adalah pendekatan yang dilakukan secara utuh kepada subjek
penelitian, dimana peneliti menjadi instrumen kunci dalam penelitian, dan
hasil penelitian diuraikan dalam bentuk kata-kata yang tertulis data empiris
yang telah diperoleh serta pendekatannya lebih menekankan makna daripada
generalisasi.
Jadi pendekatan kualitatif dipilih oleh peneliti karena pendekatan ini tidak
menggunakan alat-alat pengukur atau bersifat natural, data hasil penelitian
lebih berkenan dengan interprestasi terhadap data yang ditemui di lapangan
atau tidak ada manipulasi data sehingga sangat relevan digunakan penulis
untuk meneliti sejauhmana peran guru dalam pengelolaan kelas di SD Bintang
khususnya di kelas II.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
3.2 Setting Penelitian
3.2.1 Waktu Penelitian
Waktu penelitian mengenai peran guru dalam pengelolaan kelas
untuk mengoptimalkan mutu pembelajaran dilaksanakan kurang lebih
selama enam bulan dimulai dari bulan November 2018 – bulan April
2019.
3.2.2 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Bintang Yogyakarta. Sekolah ini
cukup diminati oleh kalangan menengah ke atas. Sistem penerimaan
siswa baru untuk sekolah ini dengan cara tes dari seratus atau bahkan
lebih pendaftar hanya tujuh puluh lima siswa yang diterima untuk tiga
kelas.
3.3 Desain Penelitian
Berawal dari pengalaman peneliti saat melakukan PPL (Program
Pengalaman Lapangan) pengelolaan kelas di Sekolah Dasar menjadi suatu
pengalaman yang paling tidak menyenangkan baik saya sebagai calon guru
maupun sebagai guru yang sudah berpengalaman dalam mengelolah kelas.
Ada beberapa kesulitan dan tantangan yang harus dihadapi oleh guru, dan
disinilah peran guru juga sangat dibutuhkan dalam menangani segala
permasalahan yang ada di kelas maka desain penelitian yang dipakai oleh
peneliti adalah studi kasus.
Penelitian studi kasus, seperti yang dirumuskan Yin (2003:1) merupakan
sebuah metode yang mengacu pada penelitian yang mempunyai unsur
bagaimana dan mengapa pada pertanyaan utama penelitiannya dan meneliti
masalah-masalah kontemporer (masa kini) serta sedikitnya peluang peneliti
dalam mengontrol peristiwa (kasus) yang ditelitinya. Dikatakan demikian
karena dalam penelitian ini diperlukan adanya data-data untuk melengkapi
penelitian, artinya untuk mengetahui peran guru kelas II Bintang dalam
pengelolaan kelas sehingga bisa mencegah perilaku-perilaku buruk seperti
siswa yang ramai di kelas, ngobrol atau menggangu teman pada saat
pembelajaran didalam kelas. Di sini guru kelas 2A dengan inisal pak GK akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
menjadi kunci utama dari penelitian ini. Sedangkan guru kelas 2B dengan
inisial ibu RO dan guru kelas 2C dengan inisial ibu RH sebagai satu tim
pengajar atau wali kelas dua yang lain, kepala sekolah dengan inisial pak TT
dan peserta didik yaitu Niko, Agatha, Frederik, Echa, Rea, Bima dan Arif
nama samaran sebagai partisipan lain yang bisa menjadi sumber inspirasi
untuk mendapatkan data bagaimana cara atau peran guru dalam mengelola
kelas.
3.4 Partisipan Penelitian
Untuk memperoleh gambaran dan informasi yang jelas mengenai peran
guru dalam pengelolaan kelas di SD Bintang Yogyakarta, peneliti memilih
dan menenentukan subjek penelitian. Penentuan subjek penelitian ini
menggunakan teknik purpisive yaitu teknik penentuan subjek menggunakan
pertimbangan tertentu (Sugiyono,2012:85). Namun beberapa penelitian
kualitatif yang kritis terhadap hubungan kekuasaan yang tidak setara dalam
penelitian tradisional, telah menganjurkan adanya pergeseran hak istimewa
peneliti terhadap penelitian dan jenis hubungan baru artinya penelitian
kualitatif menetapkan posisi partisipan setara dengan peneliti, jadi tidak
menganggap partisipan sebagai objek atau subjek penelitian. Pada penelitian
ini ada dua jenis partisipan yang terlibat yaitu key participant dan other
participant.
Key participant adalah tokoh utama yang diamati dan dilihat dari ragam
sudut pandang berbeda oleh other participant. Pada penelitian ini key
participant adalah guru wali kelas IIA dengan inisial Pak GK yang diamati
oleh peneliti segala tugas atau perannya dalam mengelola kelas.
Sedangkan yang menjadi other participant adalah guru wali kelas IIB
dengan inisial ibu RO, guru wali kelas IIC dengan inisial ibu RH , kepala
sekolah dengan inisial pak TT dan para siswa kelas II yaitu (Nila, Ajeng,
Ferdin, Radit, Ria, Bayu dan Alfin) yang mengenal key participant. Semua
nama partisipan penelitian yang tercantuk adalah nama samaran untuk
menjaga privasi pihak bersangkutan maupun pihak sekolah. Tidak ada
batasan penentuan partisipan dalam penelitian kualitatif. Partisipan bisa saja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
yang memiliki hubungan atau intraksi dengan key Participant atau objek
penelitian serta kedalaman informasi yang bisa didapatkan dari orang tersebut
mengenai topik yang akan dibahas.
3.5 Teknik Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data merupakan strategi atau cara yang digunakan
oleh peneliti dalam mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam
penelitian agar data yang didapatkan dapat dikatakan valid. Sugiyono
(2015:308) menjelaskan dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data
dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting). Sumber data terdiri
dari data primer dan data sekunder.
Sumber data primer merupakan sumber data yang langsung memberikan
data kepada pengumpul data sedangkan sumber data sekunder merupakan
sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data
misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Oleh karena itu teknik
pengumpulan data untuk mengetahui sejauhmana peran guru dalam
pengelolaan kelas dapat dilakukan dengan cara observasi, wawancara tidak
terstruktur, dokumentasi.
3.5.1 Observasi
Observasi merupakan salah satu teknik pengambilan data dalam
penelitian dengan melakukan pengamatan terhadap kegiatan
pembelajaran yang sedang berlangsung di kelas. Nana (2010 : 220)
menjelaskan bahwa dalam observasi partisipatif peneliti ikut serta dalam
kegiatan yang sedang berlangsung dengan demikian peneliti dapat
menggali informasi atau mengumpulkan informasi lebih banyak lagi.
Peneliti memposisikan diri sebagai pengamat yang melihat proses
pembelajaran di kelas, cara guru mengajar, tingkah laku dari para peserta
didik, hasil kerja para peserta didik, buku penunjang yang digunakan
guru serta segala fasilitas yang ada dalam kelas tersebut yang digunakan
untuk menunjang proses pembelajaran. Data yang didapatkan oleh
peneliti terdiri dari catatan lapangan, yang dideskripsikan secara
terperinci, termasuk lokasi dimana pengamatan dilakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Hal-hal yang di observasi oleh peneliti dalam penelitian ini antara
lain adalah peran guru dalam mengajar, yaitu 1) guru sebagai perancang
pembelajaran atau manajer kelas, 2) guru sebagai pengelola
pembelajaran, 3) guru sebagai motivator, 4) guru sebagai fasilitator, 5)
guru sebagai konselor,dan 6) guru sebagai pelaksana kurikulum.
Sedangkan pada penelitian ini yang diamati peneliti dari partisipan
penelitian yaitu 1) bagaimana kerjasama tim wali kelas dalam
melaksanakan perannya sebagai guru dalam pengelolaan kelas,
menyiapkan bahan pengajaran, strategi-strategi yang digunakan dalam
pengelolaan kelas, peraturan dalam kelas dan lain sebagainya, apakah
setiap kelas memiliki aturan main sendiri-sendiri atau ada kesepakatan
bersama yang dibuat oleh tim wali kelas dua ( Kelas 2A,Kelas 2B dan
kelas 2C).
Kepala sekolah sebagai penanggung jawab utama bila guru
menghadapi kesulitan atau tantangan dalam pengelolaan kelas apakah
ikut terlibat dalam memberi masukan atau solusi dan peserta didik
dengan berbagai karakter yang mereka miliki yang bisa membuat guru
menjadi kewalahan dalam mengelola kelas sehingga pembelajaran
menjadi terganggu atau kurang kondusif.
3.5.2 Wawancara Tidak Terstruktur
Esterberg (Sugiyono, 2015: 317) Mendefinisikan wawancara
(interview) adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu
topik tertentu. Wawancara dilakukan dengan bertatap muka dengan
informan. Adapun yang menjadi informan dalam wawancara penelitian
ini adalah guru-guru kelas IIA sebagai key Informan yaitu pak GK.
Kemudian dilanjutkan dengan guru kelas IIB (ibu RO) dan IIC (ibu RH),
kepala sekolah (Pak TT) dan siswa (Nila, Ajeng, Ferdin, Radit, Ria, Bayu
dan Alfin) guna mendapatkan data yang lebih objektif mengenai peran
guru dalam pengelolaan kelas di SD Bintang khususnya di kelas IIA.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Pedoman wawancara yang digunakan oleh peneliti adalah
wawancara tidak terstruktur atau sering juga disebut open ended
interview yaitu wawancara yang bebas dimana peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistimatis
dan lengkap untuk pengumpulan datanya atau tanpa kisi-kisi dan
mengikuti alur respon partisipan, menghasilkan tanggapan tentang
pengalaman, persepsi, pendapat, perasaan dan pengetahuan Esterberg
(Sugiyono, 2015: 319). Untuk mendapatkan data wawancara, dibutuhkan
alat bantu berupa daftar pertanyaan dan perekam. Wawancara yang telah
direkam kemudian ditranskripsikan peneliti untuk membantu dalam
analisis data
3.5.3 Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental
dari seseorang. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan
metode wawancara dan observasi dalam penelitian kualitatif (Sugiyono,
2015: 329). Dengan adanya dokumentasi, hasil wawancara dan observasi
akan lebih dipercaya jika terdapat bukti-bukti fisik berupa tulisan, foto-
foto dan penilaian selama proses pembelajaran di kelas.
Peneliti menggunakan berbagai dokumen seperti foto-foto kondisi
fisik ruangan kelas, tata tertib yang berlaku di sekolah dan proses
kegiatan belajar-mengajar serta media-media pembelajaran yang
digunakan dalam pembelajaran.
Tabel 3.1 Tabel Pengumpulan Data
No Jenis Data Sumber data
Teknik
Pengumpulan
data
Instrumen
1 Peran guru
a. Sebagai
perancang
pembelajaran
a. Guru
b. Kepala
sekolah
c. Siswa
a. Observasi
b. Wawancara
c. Dokumentasi
a. Lembar
Observasi
b. Panduan
Wawancara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
b. Sebagai
pengelola
pembelajaran
c. Sebagai
motivator
d. Sebagai
fasilitator
e. Sebagai
konselor
f. Sebagai
pelaksana
kurikulum
3.6 Instrumen Penelitian
Sugiyono (2015: 305 ) berpendapat bahwa di dalam penelitian kualitatif
yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Peneliti
harus memiliki kemampuan untuk memandang objek secara holistik sehingga
dapat memperoleh data secara alami. Setelah menemukan fokus
permasalahan, maka peneliti membutuhkan instrumen pendukung dalam
pengambilan data di lapangan agar mempermudah proses penelitian yang akan
dilakukan.
Berdasarkan peristiwa serta pengalaman yang pernah dialami oleh peneliti
dimana sebelumnya peneliti juga pernah menjadi guru. Peran guru dalam
mengelola kelas menjadi pengalaman dan tantangan tersendiri yang sungguh
luar biasa, apalagi pengalaman mengajar di Sekolah Dasar kelas bawah atau
kelas kecil. Bagi peneliti mengajar di kelas besar khususnya di SMP lebih
mudah dibandingkan mengajar di Sekolah Dasar. Mengajar di kelas besar atau
menengah peserta didik bisa diajak kerjasama dalam pembelajaran, tidak
banyak menguras tenaga guru dalam mengajar maksudnya peserta didik sudah
bisa membaca dan menulis dengan lancar bisa diajak komunikasi atau
berpendapat. Sedangkan di SD kelas rendah tidak semua siswa sudah lancar
dalam membaca dan menulis serta berhitung. Dan itu menjadi pekerjaan guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
SD untuk bisa melatih peserta didik kelas rendah untuk bisa membaca,
menulis dan berhitung. Itu bukan pekerjaan yang mudah, butuh kesabaran dari
guru, dan ini menjadi suatu tantang tersendiri bagi peneliti untuk mengetahui
bagaimana peran guru dalam mengelola kelas di SD khususnya di kelas
rendah sehingga pembelajarannya itu lebih efektif atau menyenangkan.
3.7 Kredibilitas dan transferabilitas
Data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang
dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada objek yang
diteliti. Untuk mengetahui data yang didapatkan peneliti sudah valid atau
belum, maka perlu dilakukan uji keabsahan data. Sugiyono (2015: 366)
menyatakan bahwa uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji
credibility (validitas internal), transferability (validitas eksternal),
dependability (reliabilitas), dan confirmability (objektivitas).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji kredibilitas untuk menguji
keabsahan data. Alasan peneliti memilih uji kredibilitas, yaitu untuk
mengukur derajat kepercayaan data dan kecocokan data antara konsep
penelitian dengan hasil penelitian agar mendapatkan data penelitian yang
valid.
Menurut Sugiyono (2015: 368) uji kredibilitas data atau kepercayaan
terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan
perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian,
triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan member
check. Dalam pengujian kredibilitas penelitian ini, peneliti menggunakan
triangulasi karena sesuai dengan cara pengumpulan data dalam penelitian
tentang kemampuan guru dalam pengelolaan kelas. Sugiyono (2015: 372)
memaparkan bahwa triangulasi dalam pengujian kredibilitas diartikan sebagai
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai
waktu. Teknik triangulasi yang dilakukan menggunakan triangulasi teknik dan
triangulasi sumber.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
3.8 Teknik Analisis data
Analisis data merupakan langkah-langkah atau proses untuk menyusun
dan mengolah data-data yang telah didapatkan di lapangan sehingga dapat
dimengerti oleh diri sendiri maupun orang lain. Sugiyono (2015: 244)
menyatakan bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan
dokumentasi dengan cara mengorganisasikan ke dalam kategori, menjabarkan
ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih
mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan
sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Analisis data dalam penelitian kualitatif berlangsung sejak sebelum
peneliti terjun ke lapangan, selama di lapangan, dan setelah kegiatan di
lapangan, tetapi kegiatan analisis ini tetap banyak difokuskan dalam tahap
pencarian data di lapangan. Pada saat tahap pengumpulan data, peneliti harus
menganalisis hasil data mentah yang telah didapatkan agar dapat menentukan
kredibilitas data tersebut. Apabila data yang didapatkan dirasa kurang akurat,
maka peneliti harus terus menerus mencari data sampai tuntas. Hal ini senada
dengan pendapat Miles dan Huberman (1984) dalam bukunya Sugiyono
(2015: 246) bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara
interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, karena metode
analisis belum dirumuskan dengan baik, maka dalam menganalisis data
memerlukan kerja keras, daya kreatifitas dan kemampuan intelektual yang
tinggi.
Berikut langkah-langkah analisis data yang akan dilakukan:
3.8.1 Reduksi data
Reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang
memerlukan kecerdasan dan keluasan serta kedalaman wawasan
yang tinggi. Dalam mereduksi data, peneliti akan dipandu dengan
tujuan yang akan dicapai. Peneliti diharapkan dapat
memperhatikan dan menemukan segala sesuatu yang dipandang
asing, tidak dikenal, belum memiliki pola ataupun suatu temuan
tertentu yang menjadi tujuan utama dalam penelitian kualitiatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
(Sugiyono, 2012:249). Langkah-langkah penelitian dalam
melakukan reduksi data disajikan sebagai berikut:
2.8.1.1 Data-data yang dikumpulkan di lapangan dirangkum,dipilih
hal-hal pokoknya (difokuskan pada hal-hal penting) agar
mampu segera untuk dianalisis.
2.8.1.2 Peneliti dapat membuat kategori berdasarkan data yang penting
dan sebagainya (Sugiyono, 2012:247).
2.8.1.3 Peneliti akan memilih data yang relevan dan bermakna untuk
disajikan dengan cara memilih data yang pokok dengan fokus
pada peran guru dalam pengelolaan kelas untuk meningkatkan
mutu pembelajaran di kelas II Sekolah Dasar Bintang
Yogyakarta.
3.8.2 Penyajian data
Dalam penelitian ini, penyajian data dapat dilakukan dalam
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antara kategori dan
sejenisnya (Sugiyono, 2012:249). Sekumpulan informasi dalam
suatu uraian akan memberikan kemungkinan dalam suatu
penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data
dalam penelitian ini tentu saja tidak terlepas dari analisis yang
dilakukan oleh peneliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Sebelum membahas hasil penelitian tentang peran guru dalam pengelolaan
kelas di SD Bintang Yogyakarta, peneliti akan memaparkan secara singkat
tokoh-tokoh yang berperan dalam penelitian ini yaitu :
a. Pak GK sebagai guru wali kelas IIA (tokoh utama dalam penelitian ini)
Pak GK adalah wali kelas IIA, kelahiran 1981, usianya kira-kira 38
tahun, Lulusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar salah satu Univeristas
terkenal di Kota Yogyakarta. Bekerja di sekolah Bintang dari tahun 2004,
atau kira-kira sudah 15 tahun berkarya di sekolah ini dan mengampu kelas
IIA sudah 12 tahun atau sejak tahun 2007 sebagai wali kelas.
Pembawaan dari Pak GK orangnya santai, tidak banyak bicara,
orang-orang tertentu yang dirasa beliau cocok itu menjadi teman bercanda
dan berbagi pengalaman. Segala tugas yang dipercayakan kepadanya
diselesaikan namun memang terkadang tidak sesuai dengan yang
diharapkan oleh pemimpin. Beliau orangnya halus, kalem, gaya bicaranya
pelan dan lembut, nada bicara akan keras seperti marah pada situasi-situasi
tertentu saat berhadapan dengan siswa-siswi yang mungkin bagi beliau
sudah diambang batas kesabarannya.
Pak GK dari usia bisa dikatakan masih tergolong guru muda, masih
banyak hal yang bisa didapatkan dari beliau misalnya dalam hal
pembelajaran, kreatifitas yang bisa membuat beliau lebih berkembang lagi.
Namun beliau seperti sudah berada di Zona nyaman, dan untuk bergerak
maju itu butuh dukungan, semangat dari orang lain. Prinsip beliau
weslah.... sebisanya saja terkadang membuat rekan-rekan setim, yang
berada disekitarnya tidak banyak menuntut beliau untuk berubah karena
tahu gaya dan kemampuan beliau. Hobby beliau adalah memancing dan
main Badminton. Walaupun kecil dan tidak tinggi tetapi sangat gesit kalau
sudah di lapangan dan sering menang dalam turnamen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Pembinaan secara rohani baik dalam rekoleksi, retret guru,
karyawan dan pelatihan-pelatihan yang diberikan pihak yayasan, sekolah
maupun dinas juga tidak banyak membuat perubahan. Untuk loyalitasnya
terhadap yayasan bagus, prinsip bahwa tempat kerjanya sekarang menjadi
rumah kedua beliau sangat bagus maka beliau ingin mengabdi di sekolah
ini, mau gaji kecil kaya apapun diterima saja. Pada saat dituntut secara
kedinasan supaya naik pangkat atau jabatan dengan segala persyarat
misalnya menulis karya ilmiah, penelitian tindakan kelas atau persyaratan
yang lain yang berhubungan dengan sertifikasi guru harus selalu
diingatkan terus oleh teman guru satu angkatan atau bahkan pemimpin.
Pembuatan media berbasis ICT sebenarnya Pak GK bisa,
menyiapkan perangkat pembelajaran juga,beliau bukan orang yang gagap
teknologi, fasilitas seperti LCD sudah disediakan oleh pihak sekolah,
yang menjadi kendala terkadang kurang dimanfaatkan oleh guru dengan
baik dalam pembelajaran. Guru lebih memilih metode ceramah
dibandingkan menggunakan metode-metode inovatif.
b. Ibu RO sebagai guru wali kelas IIB (Teman satu tim wali kelas II)
Ibu Ro adalah Guru wali kelas IIB, menjadi rekan kerja Pak GK
mulai semester dua di tahun ajaran 2018-2019 atau kurang lebih baru satu
setengah bulan menjadi wali kelas. Lulusan Bimbingan dan Konseling
angkatan 2010 Universitas yang sama tempat Pak GK kuliah. Masa kerja
di sekolah ini sudah tujuh tahun atau sejak tahun 2012 bergabung di
sekolah ini khusus memegang Bimbingan dan Konseling dari kelas satu
sampai kelas enam SD Bintang dan mulai semester kedua ini
menggantikan guru wali kelas yang sebelumnya yaitu Bu E yang pindah
menjadi guru wali kelas IC karena beberapa guru yang keluar di semester
ini mengikuti CPNS.
Ibu guru kelahiran 1987, usia beliau sekitar 32 tahun menjadi guru
wali kelas pengganti ditengah semester memang tidak mudah bagi beliau
apalagi dalam mengelola kelas, harus mengenal dan menyesuaikan diri
lagi dari nol dengan siswa. Guru sebelumnya termasuk tegas dan disiplin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
jadi para siswa bisa tenang dalam belajar. Sedangkan dengan ibu RO
sebagai guru wali kelas baru beberapa siswa putra seperti merasakan
kebebasannya jadi semaunya sendiri, ditegur tidak ikut, jalan-jalan di kelas
maupun mengajak bicara teman lain sehingga membuat kelas tidak
kondusif. Masih mencari cela dalam menangani dan mendampingi siswa-
siswi di kelas IIB.
c. Ibu RH sebagai guru wali kelas IIC (Teman satu tim Wali kelas II)
Ibu RH adalah guru wali kelas IIC. Lulusan Sarjana Bahasa
Inggris, Univeristas yang sama tempat Pak GK dan Bu RO kuliah lulus
tahun 2002. Bekerja di sekolah ini sejak tahun 2002 atau sudah 17 tahun,
dan menjadi wali kelas dua sejak tahun 2015. Pengalaman mengajar dari
awal bekerja di SD Bintang sudah banyak dari kelas satu sampai kelas
enam, baik menjadi guru wali kelas maupun mengajar mata pelajaran
Bahasa Ingris untuk kelas atas atau empat sampai kelas enam. Usia ibu
RH 48 tahun atau wanita kelahiran tahun 1971 ini orangnya tegas,
disiplin, nada suara pelan tapi penuh wibawa dimata peserta didiknya,
sehingga dalam mengelola kelas bisa tertangani dengan baik, para siswa
bisa tenang dalam belajar, kelas menjadi kondusif.
Beliau bekerja sama dengan pak GK kurang lebih jalan tahun
keempat. Selama bekerja sama beliau termasuk salah satu guru yang sabar
dan telaten bersama dengan guru wali kelas IIB sebelumnya yaitu ibu E.
Jiwa kepemimpinan beliau sangat nampak dalam sikap dan tutur katanya.
Beliau juga bukan orang yang cerewet, orangnya pendiam. Tugas dan
tanggung jawabnya diselesaikan dengan baik tanpa banyak bicara dan
menyalakan orang lain atau rekan kerja bahkan membantu rekan guru lain
yang membutuhkan bantuannya. Untuk semester ini beliau menjadi
penanggungjawab atau koordinator untuk wali kelas II dalam pembuatan
perangkat pembelajaran dan segala urusan yang perlu dikoordinasikan
bersama wali kelas II.
Walaupun usia beliau lebih tua dari Pak GK dan Bu Ro namun
beliau mau belajar dalam pembuatan media pembelajaran berbasis ICT
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
dan juga mengajar menggunakan fasilitas LCD yang disediakan pihak
sekolah sebisa dan semampu beliau. Dengan peserta didik juga ibu RH
bisa belajar, bermain bersama, menyesuaikan dan menempatkan diri
dengan baik sehingga disukai dan disenangi oleh peserta didik.
d. Pak TT sebagai Kepala Sekolah di sekolah tempat Pak GK mengajar.
Pak TT adalah kepala sekolah SD Bintang, tahun ini adalah tahun
ketiga beliau menjabat sebagai kepala sekolah menggantikan ibu BS yang
sudah pensiun. Bekerja di sekolah ini sejak tahun 2004 bersamaan dengan
Pak GK. Sebelum menjadi kepala sekolah Pak TT adalah guru wali kelas
VB dan wakil kepala sekolah bagian kurikulum dari tahun 2011, lulusan
Sarjana Sosial. Kualitasnya sebagai guru sangat bagus, mau belajar, tidak
banyak bicara, kerja yang lebih diutamakan, rela membantu teman-teman
rekan guru yang membutuhkan bantuannya. Secara seni beliau juga bagus
khususnya melukis. Hobby Pak TT adalah memancing sama dengan pak
GK dan beberapa guru SD Bintang yang lain.
Menjadi kepala sekolah bukan impian beliau namun paksaan dari
pemilik sekolah karena tidak ada calon yang lebih kompeten dari beliau.
Walaupun awalnya adalah suatu paksaan yang harus diterima oleh beliau,
beliau bisa menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang
pemimpin dengan baik, dalam mendamping bapak-ibu guru karyawan dan
peserta didik dengan baik. Cepat bertindak disaat menjumpai hal-hal yang
kurang berkenan atau menjadi suatu hambatan atau halangan dalam
perkembangan sekolah ini.
Beliau sangat mengenal kemampuan dan kualitas guru-gurunya
sehingga sangat tepat dalam melakukan pemetaan guru siapa yang
bertanggungjawab menjadi wali kelas, koordinator bahkan orang
kepercayaannya yang akan membantunya dibagian kurikulum, kesiswaan,
humas, sarana dan prasarana dan koordinator kegiatan lain. Selain mencari
orang kepercayaannya ada dilema buat beliau dalam menempatkan guru
untuk menjadi wali kelas apalagi kalau guru tersebut sudah sekian lama
berada di kelas yang sama karena keterbatasan kemampuan yang dimiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
oleh guru mau dinaikkan ke kelas besar atau turun ke kelas lebih kecil juga
kasihan. Terkadang sebagai teman budaya untuk menegur bapak ibu guru
dan karyawan menjadi kendala atau hambatan dari beliau sebagai
pemimpin. Namun karena tuntutan maka beliau harus menegur atau
melakukan pembinaan kepada bapak,ibu guru karyawan yang melakukan
kesalahan atau hal-hal yang tidak berkenan untuk perkembangan sekolah
ini.
e. (Nila, Ajeng, Radit, Bayu dan Alfin) (Siswa Kelas IIA murid pak GK)
Kelima siswa ini adalah murid kelas IIA murid pak GK. Secara
intelektual mereka memiliki kelebihan, kritis, berani untuk bertanya,
siswa-siswi yang cerdas, sopan, enak diajak bicara. Pemikiran dan gaya
bicara mereka dewasa. Tahu kesalahan yang mereka buat dalam
pembelajaran di kelas sehingga membuat guru marah bahkan berani juga
mengoreksi bila dalam pembelajaran guru melakukan kesalahan dalam
penyampaian materi secara khususnya siswa yang bernama Ajeng super
cerdas dan kritis.
f. Ferdin (Siswa kelas IIC)
Siswa kelas IIC murid ibu RH, siswa yang cerdas dan mudah
bergaul dengan teman-teman dari kelas lain, sopan dan enak diajak bicara
serta kritis. Di kelas IIC Frederik adalah ketua kelas, rela dan mau
membantu guru khususnya menegur dan mengingatkan teman-teman yang
ramai pada saat pembelajaran serta rela membantu teman-temannya yang
masih kesulitan dalam belajar dan membutuhkan penjelasan, dengan
senang hati membantu.
Selanjutnya hasil penelitian tentang peran guru dalam pengelolaan kelas di
SD Bintang Yogyakarta khususnya di kelas dua yang dilakukan di tiga kelas
paralel yaitu kelas IIA, kelas IIB dan kelas IIC dengan tiga guru sebagai
berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
4.1.1 Guru Sebagai Perancang Pembelajaran/ Manajer Kelas
Guru kelas IIA, kelas IIB dan kelas IIC mengatur jalannya
pembelajaran di kelas mereka masing-masing sesuai dengan
pembelajaran yang dilaksanakan pada hari yang bersangkutan. Hal ini
dapat dibuktikan saat peneliti melakukan observasi di kelas maupun
saat wawancara bersama ketiga guru tersebut dan juga peneliti melihat
beberapa dokumen yang digunakan atau dipersiapan guru untuk
mengajar.
Sebagai contoh di kelas IIA peneliti mendapatkan data tentang
peran guru sebagai perancang pembelajaran atau sebagai manajer di
kelas pada saat peneliti melakukan observasi maupun melakukan
wawancara bersama guru wali kelas yaitu Pak GK. Peneliti melihat
secara langsung jalannya pembelajaran di kelas mulai dari awal sampai
akhir. Guru menempatkan diri sebagai seorang pemimpin yang
mengatur jalannya pembelajaran khususnya dalam pembelajaran
Penjaskes dan Matematika.
Dari awal pembelajaran guru menyiapkan para siswa untuk
memulai pembelajaran dengan berdoa bersama, kemudian guru
melanjutkan dengan menyampaikan maksud dan tujuan dari
pembelajaran yang akan mereka lakukan hari ini bersama-sama
khususnya pelajaran Penjaskes di halaman tengah SD Bintang.
Peraturan apa saja yang akan ditaati dalam kebersamaan mereka
selama pembelajaran di luar kelas yaitu yang tidak mendengarkan
guru, yang ramai tidak boleh mengikuti permainan yang akan
dilakukan oleh mereka bersama diakhir pembelajaran.
Para siswa berbaris dengan rapi dan tertib sesuai dengan
pengarahan dari guru pada saat masih berada di dalam kelas dan
berjalan dari kelas mereka yaitu kelas IIA mengikuti guru mereka
menuju ke lapangan tengah sekolah untuk mengikuti pelajaran
Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Materi yang akan diberikan oleh
guru kepada para siswa hari ini adalah tentang peraturan baris berbaris.
Guru menyampaikan maksud dan tujuan dari mereka berlatih peraturan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
baris berbaris supaya para siswa bisa disiplin khususnya saat
mengikuti upacara sehingga tertib dan tidak berbaris di atas panggung
bagi yang tidak tertib saat mengikuti upacara.
Guru melatih para siswa baris berbaris hadap kiri, hadap kanan,
balik kiri dan balik kanan, jalan di tempat, istirahat di tempat dengan
sikap tegas, mimik muka yang serius dalam melatih para siswa, dan
bila ada siswa yang tidak serius dalam mengikuti latihan langsung
ditegur oleh guru. Bahkan mereka menjadi contoh nyata sikap siswa
yang kurang disiplin atau tidak mengikuti aturan yang telah disepakati
bersama sebelum pembelajaran.
Siang harinya guru merancang pembelajaran matematika kerja
kelompok menimbang berat benda-benda yang telah disiapkan atau
dibawa oleh siswa dari rumah yaitu ada sayur-sayuran seperti wortel,
timun, sawi, tomat,buah-buahan seperti jeruk, pisang, apel dan pir
bahkan ada siswa yang membawa bumbu masak yaitu cabe, bawang
merah dan bawang putih. Masing-masing kelompok memiliki
timbangan masing-masing yang digunakan untuk menimbang berat
barang yang telah disiapkan siswa.
Jalannya pembelajaran baik di luar kelas maupun di dalam kelas
sedikit ramai, dan guru berusaha untuk menegur para siswa khususnya
yang ramai, jalan-jalan tidak mengikuti latihan baris-berbaris maupun
mengerjakan tugas mereka dikelompok dalam menimbang berat
barang. Sebelum melakukan praktek baris berbaris maupun praktek
menimbang benda-benda yang telah dipersiapkan oleh siswa, guru
memberi contoh atau mendemonstrasikan terlebih dahulu. Beberapa
siswa langsung tertarik untuk mencoba baris berbaris dan menimbang
barang-barang yang mereka bawah, namun ada juga para siswa yang
ogah-ogahan dalam melaksanakan tugas mereka. Peneliti bertanya
kepada pak GK mengapa sampai ada siswa yang rajin sekali namun
ada yang cuek saja seperti begitu (tidak mengerjakan tugas). Pak GK
hanya menjawab bahwa anaknya agak susah diberitahu dan diatur
apalagi kalau ada guru baru atau tamu di kelas ini seperti mencari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
perhatian begitu. Sekali dua kali ditegur diam tetapi nanti balik lagi
seperti semula ribut. Kalau waktu sudah mau habis pelajaran dan harus
mengumpulkan tugas-tugas mereka bisanya kelang kabut dan ujung-
ujungnya menangis karena tidak bisa mengerjakan.
Selain mengamati secara langsung jalannya pembelajaran peneliti
juga melakukan wawancara dengan Pak GK tentang apa saja peran
yang sudah dilakukan oleh guru dalam pembelajaran di kelas? Pak Ga
menjawab bahwa peran yang utama yang harus dimiliki oleh guru
adalah karena guru itu adalah seorang manajer di kelas maka guru
harus bisa merancang pembelajaran (membuat persiapan mengajar,
baik itu Rencana Pelaksanan Perencanaan Harian (RPPH), Silabus,
Program Tahunan, Program Semester bahkan media pembelajaran
yang berbasis IT misalnya membuat atau mencari video pembelajaran
atau menyiapkan materi pembelajaran dalam bentuk powerpoint
sehingga bisa digunakan untuk pembelajaran baik selama satu
semester maupun selama satu tahun pelajaran.
Dalam menyusun perangkat pembelajaran dilakukan bersama-sama
satu rombel misalnya guru kelas satu tiga orang maka mereka bertiga
kumpul dan buat bersama-sama begitu juga dengan guru kelas dua,
tiga dan seterusnya bahkan program pembuatan perangkat
pembelajaran itu sudah diagendakan oleh pihak sekolah misalnya
semester satu bulan Juni dan Juli sudah diagendakan untuk buat
bersama, kalau semester dua biasanya bulan Desember itu setelah ujian
akhir semester satu kami sudah mulai buat perangkat sehingga bisa
digunakan saat pembelajaran sudah mulai efektif.
Hal ini dibenarkan oleh kepala Sekolah Pak TT pada saat peneliti
melakukan wawancara bersama beliau. Peneliti bertanya bagaimana
sistem yang digunakan di sekolah ini dalam pembuatan perangkat
pembelajaran kurikulum 2013? Apakah masing-masing guru
bertanggungjawab sendiri-sendiri atau bagaimana? Pak TT menjawab
bahwa untuk perangkat pembelajaran masing-masing guru wajib
memiliki hanya dibuat secara bersama-sama yang didahului dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
diklat atau pelatihan yang diberikan oleh dinas maupun oleh sesama
guru yang telah lebih dahulu mengikuti pelatihan, sehingga semua
guru bisa mengikuti karena sekolah kami ini termasuk salah satu
sekolah yang ditunjuk oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota
Yogyakarta untuk melaksanakan kurikulum 2013 dalam pembelajaran
mulai tahun ajaran 2014/2015. Jadi pembuatan perangkat pembelajaran
untuk kelas dua dilakukan bersama-sama oleh ketiga guru wali kelas.
Namun di semester ini ada pengecualian untuk guru kelas IIB
terjadi pergantian guru di tengah semester karena ada guru yang
mengundurkan diri dari sekolah ini, karena mengikuti tes Calon
Pegawai Negeri Sipil dan itu mendadak jadi belum mendapatkan guru
pengganti dalam waktu yang singkat ini. Maka saya (selaku kepala
sekolah) dalam wawancara dengan peneliti mengatakan bahwa supaya
pembelajaran bisa berjalan semuanya dengan baik maka harus
melakukan pemetahan terhadap guru-guru yang ada untuk bertugas
menjadi wali kelas dibeberapa kelas yang kosong untuk sementara
waktu sambil mencari guru baru yang sesuai dengan bidangnya. Oleh
Karena itu yang menjadi guru wali kelas IIB adalah guru Bimbingan
dan Konseling yang sudah bertugas di sekolah ini kurang lebih empat
tahun.
Penggunaan perangkat pembelajaran dalam mengajarpun antara
ketiga guru ini masih harus berkoordinasi dengan baik misalnya
minggu ini tema berapa yang diajarkan materinya diambil dari buku
apa karena banyak buku pegangan yang dimiliki oleh guru biar bisa
sama antara ketiga kelas tersebut, tidak jalan sendiri-sendiri. Kalau
mau praktek, materi apa yang digunakan untuk praktek, bahan yang
harus disiapkan pun juga harus dikoordinasikan biar orang tua murid
itu tidak ribut di luar kelas, mengapa kelas A materi lebih dulu, kelas C
materi paling tertinggal sendiri jadi harus kerjasama tim antar sesama
wali kelas. Dalam penyampaian materi pembelajaran masing-masing
guru diberi kepercayaan untuk menggunakan fasilitas IT yang telah
disediakan oleh sekolah, supaya lebih menarik minat belajar siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Yang menjadi masalah fasilitas sudah disediakan namun tidak
digunakan oleh guru dengan baik misalnya mengajar masih
menggunakan metode ceramah, mengkopi materi bacaan dari buku dan
dibagikan kepada para siswa. Sebetulnya bisa menggunakan
powerpoint bisa lebih menarik untuk para siswa.
Kemudian Peneliti melanjutkan observasinya di kelas IIB saat
pelajaran tematik Bahasa Indonesia, peneliti melihat secara langsung
guru menyampaikan maksud dan tujuan pembelajaran hari ini yang
akan dicapai oleh para siswa dan langkah-langkah apa saja yang akan
mereka lakukan dalam pembelajaran pagi ini, dengan materi yang akan
mereka bahas bersama yaitu tentang unsur-unsur pokok dalam sebuah
cerita serta mengatur jalannya pembelajaran hari ini.
Ibu RO menayangkan salah satu bacaan cerita rakyat dengan judul
“Tikus dan Singa” pada layar Liquid Crystal Display (LCD) proyektor
yang ada di kelas IIB kemudian bacaan tersebut dibaca bersama-sama.
Setelah itu diadakan tanya jawab bersama untuk mencari unsur-unsur
pokok dari bacaan atau cerita tersebut. Yang akan dibahas bersama
yaitu judul atau tema dari bacaan “Tikus dan Singa” apa? Tokohnya
siapa saja? Watak dari masing-masing tokoh apa? Latar belakang
ceritanya dimana? Alur ceritanya apa? Dan amanat dari cerita tersebut
apa? Jalannya pembelajaran pagi ini masih tertib dan lancar namun
saat guru membagi kelompok berdua-dua untuk mengerjakan tugas
yang akan dikerjakan oleh para siswa, ada siswa yang tidak mau
mengikuti pembagian kelompok dari guru tersebut dan memilih teman
sendiri, pada hal teman yang dipilih oleh siswa A tersebut sudah
memiliki teman kelompok pembagian dari ibu RO. Siswa A tetap
ngotot untuk bergabung dengan siswa yang menjadi pilihannya
akibatnya ada siswa yang tidak memiliki teman untuk bekerja
bersama-sama karena siswa di kelas IIB berjumlah 26 orang.
Ibu RO mendekati peneliti dan menyampaikan permohonan maaf
karena kelas ramai, beberapa siswa laki-laki yang ngobrol, jalan-jalan
di kelas walaupun sudah ditegur beberapa kali tetapi tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
mengindahkan teguran guru atau cuek saja. Ibu RO mengatakan bahwa
makhlum guru wali kelas baru, apalagi pergantian ditengah semester
sehingga mereka belum terlalu mengenal saya dengan baik dan saya
juga baru belajar untuk mengenal karakter dari para siswa di kelas ini.
Guru yang lama tegas dan disiplin tahu kelemahan mereka sehingga
mudah dalam penanganan, sedangkan saya mau langsung keras juga
belum mengetahui karakter siswa. Apalagi baru satu setengah bulan
saya menjadi wali kelas mereka, jadi harus sabar dulu sambil berjalan
bersama peneliti di dalam kelas mengawasi para siswa mengerjakan
tugas mereka ibu RO membagikan pengalamannya yang singkat
menjadi guru wali kelas IIB.
Dalam wawancara singkat bersama ibu RO peneliti mengajukan
pertanyaan Bagaimana pengalaman ibu menjadi seorang guru wali
kelas dalam jangka waktu yang singkat ini? Beliau mengatakan semua
dalam proses dan harus disyukuri dan dinikmati pekerjaan atau tugas
baru yang diberikan oleh atasan. Kalau disuruh memilih saya lebih
senang mengajar sesuai dengan ilmu yang saya dapatkan yaitu
Bimbingan dan Konseling, namun karena satu dua hal yang terjadi
ditengah semester yaitu pergantian guru wali maka saya bersedia untuk
menerima tugas ini karena memang guru juga tidak ada lagi, mencari
guru ditengah semester kaya gini juga tidak mudah maka pak kepala
sekolah yaitu Pak TT melakukan pemetaan dan memanfaatkan bapak
ibu guru yang ada di sekolah ini untuk sementara sambil mencari guru
baru untuk tahun ajaran besok yaitu 2019-2020.
Mengenai persiapan dalam mengajar kurikulum 2013 saya masih
harus belajar dari kedua rekan kerja saya yaitu Pak GK dan Ibu RH
dalam pembuatan perangkat pembelajaran khususnya materi tematik
yang sesuai dengan kurikulum 2013 dengan ciri khas Sekolah-sekolah
Dominikan yang berParadigma Pendidikan Dominikan (PPD) yaitu
harus ada lima unsur pokok dalam kegiatan inti pembelajaran yaitu
Learning, Contemplating, Aktuating, Sharing dan Reflecting.Untuk
pembuatan perangkat pembelajaran milik Bimbingan dan Konseling
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
saya tahu alurnya tetapi kalau pelajaran Tematik saat ini saya masih
butuh proses untuk belajar karena saya bukan dari PGSD melainkan
dari BK.
Selanjutnya peneliti juga melakukan observasi di kelas IIC pada
siang hari sekitar pukul 09.15 – 11.00 WIB. Pelajarannya masih
tematik khususnya pelajaran Bahasa Indonesia dan PPKn tentang
menceritakan pengalaman pribadi siswa dalam bekerjasama dan
bermain bersama teman. Saat pembelajaran peneliti melihat secara
langsung guru memimpin jalannya pembelajaran dengan suara yang
halus namun tegas dalam mendampingi para siswanya didahului
dengan menyampaikan maksud dan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai hari ini dan langkah-langkah pembelajaran yang akan
digunakan serta peraturan atau kesepakatan bersama yang harus ditaati
bersama yaitu yang ramai, ngobrol, jalan-jalan harus bercerita di depan
kelas lebih dahulu walaupun urutannya masih dibelakang misalnya Si
Sandi dengan nomor absen dua puluh karena ramai maka harus maju
dan bercerita pengalamannya pertama atau nomor urut satu.
Peneliti melihat bahwa di kelas IIC lebih tertib dan tenang dalam
belajar dibandingkan didua kelas yang lain yaitu di kelas IIA dan di
kelas IIB. Dari pembawaan guru sudah sangat jelas terlihat
wibawanya, suaranya yang tegas dalam mengajar atau mendidik para
siswa di kelasnya. Ibu RH selalu mengingatkan para siswanya untuk
menghormati dan menghargai guru atau teman-teman yang berbicara
di depan kelas. Dan diantara para siswa sendiri mereka saling
mengingatkan satu sama lain apabila ada temannya yang ribut atau
menggangu temannya dalam belajar.
Langkah-langkah pembelajaran yang digunakan dalam
pembelajaran kali ini sesuai dengan yang disiapkan oleh guru dalam
Rencana Pelaksanaan Perencanaan Harian. Cara memimpin dan
mendamping para siswa juga sangat tenang namun tegas dalam
berbicara sehingga para siswa juga bisa tenang dan tertib dalam
belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Setelah selesai pembelajaran peneliti bertanya kepada ibu RH
“Kelasnya ko bisa tenang dan tertib sekali digunakan dalam
pembelajaran ya bu, strateginya apa ya bu? Ibu RH dengan tenang
menjawab bahwa kita sebagai guru harus tegas dalam mendidik dan
mendampingi mereka. Yang sering membuat kegaduhan di kelas
jangan dijadikan satu tempat tetapi dipisahkan sehingga mudah kita
kontrol mereka, usahakan tempat duduk mereka jangan dibelakang
tetapi di depan dekat meja guru sehingga mudah dalam pengawasan.
Selanjutnya pertanyaan peneliti kepada Guru RH tentang apa saja
peran guru dalam suatu pembelajaran? Jawaban Mis RH adalah guru
sebagai manajer kelas atau sebagai perancang pembelajaran harus bisa
menempatkan diri untuk menjadi seorang pemimpin dalam memimpin
kelasnya atau mengatur jalannya pembelajaran di dalam kelasnya.
Mengenai pembuatan perangkat pembelajaran di sekolah ini buat
bersama satu rombel misalnya guru kelas dua yang semua guru kelas
dua buat bersama. Untuk pelaksanaan RPP juga diharapkan bisa
dilaksanakan sesuai yang ada dalam pembuatan RPP. Misalnya
minggu ini tema berapa, sub tema berapa pembelajaran ke berapa
kalau bisa tiga kelas ini harus bisa jalan bersama.
Oleh karena itu butuh kreatifitas dari guru masing-masing dalam
mempersiapkan pelaksanaan pembelajarannya sehingga siswa bisa
mengikuti atau tidak tertinggal dari kelas lain, karena kalau tertinggal
terkadang diantara sesama orang tua murid saling cek kelas A sampai
dimana, kelas B sampai dimana dan kelas C sampai dimana? Dan
kalau terlambat mereka pasti akan komplin juga ke gurunya bahkan ke
kepala sekolah.
4.1.2 Guru Sebagai Pengelola Pembelajaran
Saat peneliti melakukan observasi dan juga wawancara di kelas
IIA, kelas IIB dan juga di kelas IIC peneliti melihat secara langsung
persiapan sarana belajar yang akan digunakan untuk belajar seperti di
kelas IIA persiapan tempat untuk olah raga, peralatan-peralatan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
akan digunakan untuk pelajaran matematika khususnya dalam
pembagian kelompok mengerjakan tugas yang diberikan guru yaitu
saat praktek menimbang benda-benda yang dibawah oleh para siswa
dari rumah misalnya timbangan didalam satu kelompok ada satu
bahkan ada dua timbangan, sayuran misalnya wortel, tomat, timun,
buah misalnya jeruk, apel dan cabe.
Tiap-tiap kelompok tempatnya sudah ditentukan oleh guru
misalnya kelompok A di pojok kanan bagian depan, kelompok B di
tengah, kelompok C di pojok kiri, kelompok D di pojok kanan
belakang, kelompok E di tengah bagian belakang dan kelompok F
dipojok kiri bagian belakang. Masing-masing kelompok terdiri dari
lima sampai enam siswa. Para siswa masuk ke dalam kelompoknya
masing-masing dan menempatkan tempat yang sudah dibagikan oleh
guru. Ada siswa yang cepat bergeraknya masuk kelompok ada yang
masih ngobrol dengan teman dan ada juga yang santai- santai saja
masih duduk di tempat duduk mereka sampai guru harus
mengingatkan mereka yang belum masuk kelompok sehingga mau
bergerak dan bergabung dengan teman-temannya satu kelompok.
Selanjutnya di kelas IIB peneliti melihat secara langsung persiapan
sarana belajar yang akan digunakan untuk belajar tematik Bahasa
Indonesia. Guru menyiapkan laptop, Liquid Crystal Display (LCD)
proyektor untuk menayangkan bacaan yang akan mereka bahas
bersama dan juga untuk mencari unsur-unsur pokok dalam sebuah
cerita yaitu ada tema atau judul, ada tokoh, watak, latar belakang
cerita, alur cerita dan amanat atau pesan dari cerita tersebut ditulis oleh
guru di papan tulis juga sebagai salah satu media yang digunakan
untuk pembelajaran. Guru memberi contoh cara mencari unsur-unsur
sebuah cerita dari bacaan tentang “Tikus dan Singa” yang telah dibaca
bersama tadi. Setelah itu dibahas bersama judulnya apa? Tokoh apa
saja? Watak dari masing-masing tokoh, latar belakang, alurnya
bagaimana dan pesannya apa?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Kemudian guru membagikan lembar kerja siswa cerita lain tentang
“Pemburu dan Seekor Harimau”. Para siswa diminta untuk menuliskan
unsur-unsur pokok apa saja yang ada dalam cerita tersebut dibuku
tematik mereka masing-masing. Selanjutnya guru membagi peserta
didik untuk mengerjakan tugas secara berdua-dua (posisi duduk siswa
pindah bergabung dengan teman yang telah ditunjuk oleh guru.
Yang terakhir adalah kelas IIC guru menyiapkan peserta didik
untuk belajar, siswa terlihat tenang dan tertib duduk ditempat duduk
mereka masing-masing mendengarkan penjelasan guru dan aturan
main (kesepakatan bersama di kelas). pelajaran yang dibahas adalah
pelajaran Bahasa Indonesia dan PPKn menceritakan pengalaman
pribadi siswa bekerjasama dan bermain bersama dengan temannya.
Siswa diminta oleh guru untuk menuliskan ceritanya terlebih
dahulu dibuku tematik mereka masing-masing dan kemudian setelah
semua siswa selesai mengerjakan tugasnya diminta untuk satu persatu
membagikan hasil kerja mereka atau membacakan cerita mereka di
depan kelas, yang menarik buat peneliti adalah peraturan atau
perjanjian yang telah disepakati bersama di kelas itu sungguh sangat
diberlakukan yaitu yang ramai harus bercerita lebih dahulu walaupun
nomor urut untuk mendapat giliran bercerita masih di nomor dua puluh
bisa maju di nomor urut dua atau tiga.
Kalau dilihat ketiga guru ini bukan guru yang gagap teknologi,
mereka bisa menggunakan fasilitas IT yang disediakan oleh sekolah
dalam pembelajaran. Pemanfaatan sarana prasarana ini sebenarnya
lebih menarik siswa untuk belajar bahkan guru juga menambah
wawasan dalam pembuatan media namun kenyataannya di lapangan
pada saat peneliti melakukan observasi masih ada guru yang dalam
pengajarannya lebih menggunakan metode ceramah dibandingkan
membuat inovasi baru dalam pembelajaran menggunakan IT.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
4.1.3 Guru Sebagai Motivator
Peran guru sebagai motivator di kelas IIA nampak saat para siswa
latihan baris berbaris dan ada beberapa siswa yang tidak mau
mengikuti latihan itu dimana mereka lebih milih ngobrol dengan
teman-teman atau jalan-jalan tidak mau mendengarkan gurunya,
gurunya datang menyapa mereka dan memberikan masukan bahwa
kita latihan baris-berbaris ini maksudnya untuk melatih kita supaya
disiplin saat mengikuti upacara bendera, kalau tidak tertib atau ramai
saat upacara bendera nanti tempatnya harus baris di atas panggung dan
dilihat oleh kakak kelas dan adik kelas mau? Dan siswanya
mengatakan tidak mau sehingga ikut latihan baris berbaris bersama
teman-temannya yang lain, walaupun masih ada satu dua siswa yang
tidak mengikuti peraturan yang telah disepakati bersama pada awal
pelajaran penjaskes.
Saat di kelas pun siswa yang ramai, ngobrol dengan teman bahkan
berdiri dan melihat atau nonton teman-temannya dari kelompok lain
menimbang benda-benda yang mereka bawah dari rumah Pak GK
mendekati mereka, ajak berbicara dan mengajak mereka kembali ke
kelompoknya dan mendampingi mereka mengajari mereka menimbang
benda-benda yang mereka bawah dari rumah baik itu buah-buahan,
sayur-sayuran maupun bumbu dapur dengan sabar dan telaten dalam
mengajari mereka. Kalau barangnya berat seperti wortel, apel ada yang
sampai satu kilogram, jeruk ada yang hanya lima ratus gram atau bisa
dihitung masuk dalam kelompok setengah kilogram dan ada yang
hanya ons seperti cabai sepuluh biji saat ditimbang hanya dua ons
sehingga dipindahkan ke gram sama dengan dua ratus gram. Para
siswa semangat mencoba menimbang berat apa saja yang mereka ingin
timbang seperti beberapa siswa menimbang sepatu masing-masing dan
saling membedakan sepatu siapa yang lebih berat.
Selanjutnya peran guru sebagai motivator di kelas IIB nampak
pada saat Ibu RO dengan sabar dan telaten, mendekati dan
mendampingi siswa yang tidak mau bergabung bersama teman yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
telah ditunjuk oleh guru, memberi masukan untuk berteman tidak
pilih-pilih karena siswa A maunya bekerja bersama siswa D,
sedangkan yang dibagi oleh guru adalah siswa B. Akhirnya setelah
mendengarkan nasehat dari guru siswa A mau bergabung bersama
siswa B untuk bekerja bersama-sama dan hal ini dilihat secara
langsung oleh peneliti saat melakukan observasi di kelas IIB.
Sedangkan di kelas IIC peran guru sebagai motivator nampak pada
saat guru memberikan dukungan kepada siswa yang tidak mau
bercerita karena malu bercerita di depan kelas. Ibu RH dengan sabar
dan telaten memberi dorongan sampai akhirnya siswanya mau
walaupun harus dilompati tiga temannya misalnya siswanya di nomor
urut dua tapi karena tidak mau maju untuk cerita jadi dilompati dulu
oleh temannya setelah mau, baru bercerita di nomor urut ke enam.
Bahkan ibu RH juga memberikan dorongan kepada siswa yang
belum selesai menuliskan cerita mereka dibuku tulis tematik untuk
menyelesaikan tugas mereka dan dikumpulkan ke guru sehingga siswa
tidak sibuk sendiri dengan tugasnya melainkan mendengarkan
temannya yang sedang membagikan pengalamannya di depan kelas,
sehingga pada saat ditanya guru tentang cerita temannya tadi apa
judulnya, bermain atau bekerjasama dengan siapa saja siswa bisa
menjawabnya. Namun ada beberapa siswa yang ngobrol tidak
mendengarkan cerita temannya sehingga pada saat guru bertanya
tentang cerita yang baru diceritakan oleh Ferdin siswa tersebut tidak
bisa menjawab, dan membuat nada suara guru agak keras dalam
menegur tiga siswa yang sedang nobrol tersebut.
Kemudian pada saat melakukan wawancara dengan guru kelas IIA
yaitu Pak GK Peneliti bertanya kalau peran guru sebagai motivator itu
seperti apa? Pak GK menjawab bahwa motivator itu kan penyemangat
jadi guru harus bisa memberi masukkan atau dorongan kepada siswa
untuk belajar menyelesaikan segala tugas dan tanggungjawab yang
diberikan oleh guru saat pembelajaran. Contohnya di kelas IIA ada
perjanjian atau kesepakatan bersama sebelum belajar, siapa yang lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
dulu mengumpulkan hasil kerjanya akan mendapat bintang sedangkan
yang tidak menyelesaikan tugasnya bintangnya dikurangi dapat kartu
kuning atau kartu merah. Hal- hal ini bisa menjadi penyemangat buat
siswa untuk belajar lebih bertanggung jawab dengan segala tugas
mereka walaupun awal-awal itu menjadi suatu paksaan namun lama
kelamaan bisa menjadi suatu kebiasaan yang baik buat siswa dalam
bersaing mendapatkan nilai yang bagus. Untuk siswa yang pintar, rajin
mendapat bintang itu suatu kebanggan atau penyemangat namun bagi
siswa yang biasa-biasa saja guru harus extra tenaga mengingatkan
mereka buat menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya bahkan
sampai guru harus marah-marah dulu baru mereka mau mengerjakan
tugas mereka. Karena mendapat peringatan keras dari guru misalnya
sebelum tugasnya selesai tidak boleh pulang dan itu juga disaksikan
oleh peneliti pada saat pelajaran Tematik Matematika berakhir. Siswa
yang sudah selesai mengerjakan tugasnya berdoa dan pulang
sedangkan enam siswa tidak pulang karena belum selesai mengerjakan
tugas maka dilakukan les tambahan oleh Pak GK.
Di kelas IIC pada saat peneliti melakukan wawancara dengan ibu
RH tentang bagaimana peran guru sebagai motivator? Di sini ibu RH
menjawab bahwa kita sebagai guru harus pintar-pintar memberi
dorongan atau motivasi kepada para siswa sehingga mau belajar, mau
mengerjakan tugas dan lain-lain. Masing-masing kelas pasti ada siswa
yang membutuhkan pendampingan khusus baik dalam membaca yang
belum lancar, menulis, dan berhitung.
Biasanya ada tambahan pelajaran sepulang sekolah buat para siswa
yang masih membutuhkan pendampingan karena kalau mengulang
materi lagi kasihan siswa yang sudah bisa dan hari efektif juga terbatas
karena satu sub tema ada enam pembelajaran sedangkan di sini hanya
lima hari sekolah jadi guru harus pintar-pintar mengatur waktu
sehingga semua pembelajaran dalam satu sub tema bisa diberikan
kepada para siswa maka dari itu kerjasama tim (guru kelas) sangat
penting dalam suatu pembelajaran misalnya yang belum lancar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
membaca dari ketiga kelas tersebut dikumpulkan jadi satu nanti yang
memberi tambahan pelajaran gurunya siapa, yang menulis siapa dan
berhitung siapa? Sebagai contoh misalnya Pak GK memberi les
tambahan berhitung, Ibu RO memberi tambahan membaca dan saya
(Ibu RH) memberi tambahan menulis. Selain itu kami guru kelas dua
juga masih memberi tambahan pelajaran untuk siswa kami di kelas
yang masih mengalami kesulitan dalam belajar misalnya pembelajaran
empat agak sulit dan banyak siswa yang belum paham maka kami
menawarkan siapa yang mau ikut les tambahan pembelajaran empat ini
dan lain-lain. Bahkan beberapa siswa yang sebenarnya sudah bisa
namun karena belum dijemput oleh orang tuanya mereka malah
semangat ikut les.
4.1.4 Guru Sebagai Fasilitator
Terkait peran guru sebagai fasilitator terlihat saat proses kegiatan
belajar mengajar berlangsung baik guru kelas IIA, kelas IIB maupun
kelas IIC tidak menjadi satu-satunya fasilitator tunggal atau sumber
belajar yang utama dalam pembelajaran. Guru memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk berexpermen dengan segala kegiatan yang
hari itu masing-masing kelas lakukan sesuai dengan pembelajaran.
Adapun hasil observasi dan wawancara yang di dapat dari guru
kelas IIA yaitu Pak GK. Pada waktu melakukan observasi peneliti
melihat peran guru sebagai seorang pemimpin guru sudah berusaha
untuk menjelaskan materi pembelajaran hari ini kepada para siswa
dengan baik, mau peduli dengan siswa yang masih mengalami
kesulitan dalam belajar dengan gaya khas yang dimiliki oleh pak GK
yaitu suara yang sangat halus dan lembut serta sabar dalam
mendampingi namun bila sudah beberapa kali menegur para siswa
yang ramai, jalan-jalan tidak diikuti maka intonasi atau suara dari pak
GK juga bisa sangat keras sehingga membuat para siswa takut dan siap
untuk belajar lagi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Seperti siang ini pak GK memarahi salah satu siswa karena dari
pagi jalan-jalan terus, ngobrol terus dan tidak bisa tenang dalam
mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Pak GK
mengatakan bahwa kalau ga mau ikut perintah guru, semaunya sendiri
pak GK akan lapor ke mamimu lho. Siswa ini langsung duduk diam
dan tertunduk tidak berani menatap pak GK yang ada dihadapannya.
Pembelajaran hari ini sudah sangat bagus karena pembelajarannya
tidak hanya bersumber pada guru namun siswa juga terlibat secara
langsung dalam praktek pembelajaran seperti waktu baris-berbaris di
lapangan dan juga waktu praktek menimbang benda-benda yang telah
dibawakan oleh siswa. Guru hanya menjelaskan dan memberi contoh
pada awal kegiatan setelah itu para siswa diminta untuk mencoba
sendiri tetapi masih tetap dalam pendampingan, bimbingan dan
pengawasan guru.
Selanjutnya peneliti melakukan observasi di kelas IIB di sini ibu
RO sangat tenang dan sabar dalam mendampingi para siswa belajar,
walaupun masih ada beberapa siswa putra yang duduk dibelakang
masih berbuat semaunya sendiri misalnya sudah ditegur untuk tidak
jalan-jalan ke meja temannya yang lain, tidak ngobrol tapi
mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru mereka tidak
mengindahkan teguran guru, paling diam sebentar setelah guru serius
dalam mengajar atau perhatian guru tidak ke mereka, mereka berulah
lagi yaitu ngobrol lagi. Peneliti sempat merasa gemes juga melihat
tingkah mereka. Guru berusaha untuk memindahkan tempat duduk
mereka ke depan dekat dengan meja guru tetapi tiga siswa ini tidak
mau pindah ke depan, mau tetap ditempat duduk mereka. Ibu RO
memperbolehkan tetapi dengan catatan tidak boleh ribut atau
mengganggu temannya yang lain. Ibu RO berusaha untuk bisa
menguasai kelas dengan cara berusaha mengkondisikan kembali kelas
bila terjadi gangguan seperti siswa ribut dan tidak mendengarkan
penjelasan guru atau tidak mau mengerjakan pekerjaan yang diberikan
oleh guru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Pembelajaran di kelas IIB hampir sama dengan pembelajaran di
kelas IIA guru memberi contoh terlebih dulu dalam praktek mencari
unsur-unsur pokok sebuah cerita, kemudian siswa diberi kesempatan
secara berdua-dua untuk mencoba menjawab sendiri pertanyaan-
pertanyaan yang telah disiapkan oleh guru.
Sedangkan observasi di kelas IIC Guru memfasilitasi pembelajaran
hari ini dengan sabar namun tegas dari nada bicara guru sehingga para
siswa juga terlihat tenang dalam belajar. Guru sangat menguasai kelas,
sehingga suasana kelas tenang dan siswa mengikuti pembelajaran hari
ini dengan cermat. Para siswa secara berurutan maju di depan kelas
membacakan cerita pengalaman mereka mulai nomor urut absen satu
dan seterusnya sampai nomor urut duapuluh tujuh, namun baru sampai
nomor urut ke delapan belas bel istirahat sudah berbunyi jadi tidak
dilanjutkan lagi atau pembelajaran Tematik Bahasa Indonesia dan
PPKn sudah berakhir. Ibu RH duduk di depan kelas bagian tengah
sambil memangku hasil pekerjaan siswa yang telah dikumpulkan ke
beliau dan dengan suara yang tidak pelan dan juga tidak keras
memanggil satu persatu para siswa sesuai nomor urutannya untuk maju
membacakan cerita mereka, Guru mendengakan pengalaman para
siswa yang ditulis dan telah dibacakan tadi kemudian memberi umpan
balik dengan bertanya kepada para siswa yang lain (yang duduk) cerita
teman mereka yang baru saja dibacakan dengan tanya jawab singkat
misalnya judul ceritanya apa? Bermain bersama siapa? Tempatnya
dimana? Wibawa Guru Ra sebagai seorang guru sangat terlihat dalam
mengajar di kelas IIC
Sedangkan berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Pak GK
tentang apa peran guru sebagai fasilitator? disini Pak GK menjawab
pertanyaan peneliti bahwa zaman sekarang guru tidak menjadi satu-
satunya sumber belajar. Model ceramah itu sudah bukan zamannya
lagi. Guru harus kreatif dalam membuat pembelajaran sehingga
menarik dan diminati oleh para siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Terkadang orang tua murid juga bisa mengakses materi
pembelajaran dengan mudah dan gampang di internet. Buku-buku
penunjang pembelajaran juga mudah untuk didapatkan di toko-toko
buku. Misalnya saya mau menyampaikan materi matematika tentang
nilai tempat puluhan dan satuan, baru mau menyampaikan atau
menjelaskan ada beberapa siswa yang pintar langsung mengatakan
sudah tahu pak cara kerjanya. Dan saya hanya bisa mengatakan sabar
ya teman-temannya yang lain belum tahu caranya jadi pak GK jelaskan
dulu.
Bersyukurnya fasilitas di sekolah ini juga sangat membantu untuk
pembelajaran misalnya masing-masing kelas ada LCD, ada speaker
aktif, sehingga kalau guru mau memutar video atau menyampaikan
materi dalam bentuk powerpoint tinggal dihubungan dengan LCD.
Bahkan ruangan kelas juga sangat nyaman digunakan untuk belajar
karena dilengkapi dengan dua Air Conditioner/AC di masing-masing
kelas itu juga sangat menunjang pembelajaran di kelas.
Sedangkan wawancara dengan Ibu RH kelas IIC tentang apa peran
guru sebagai fasilitator? Ibu RH menjawab harus berwibawa di depan
para siswa, dekat boleh dengan mereka namun harus jaga sikap
sehingga para siswa juga bisa tahu atau menempatkan diri kapan ada
candaan antara guru dengan siswa dan kapan kita serius dalam belajar.
Kalau guru kurang tegas terkadang juga membuat para siswa kurang
menghargai guru karena merasa guru tidak akan marah dengan mereka
saat tidak mengerjakan tugas, saat ribut dan lain-lain (membuat
gangguan-gangguan kecil di kelas).
Yang biasanya saya lakukan saat mendapat murid baru di kelas
saya, saya akan lebih dahulu mendalami masing-masing karaketer dari
peserta didik saya misanya si A sukanya belajar Matematika, Si D
tidak suka matematika tetapi senangnya menggambar dan siswa yang
lain senangnya dalam bidang apa? Dengan mengetahui kelebihan dari
siswa-siswa saya ini sudah lancar membaca, ini belum, yang itu jago
berhitung tulisannya bagus maka lebih memudahkan saya dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
mendampingi mereka. Kalau semua saya pukul rata bahwa sudah kelas
dua berarti sudah bisa membaca, menulis dan berhitung itu tidak
mungkin karena masing-masing siswa punya kelebihan dan
kekurangan. Tinggal bagaimana cara saya dalam mendampingi mereka
khususnya yang masih kurang sehingga tidak tertinggal dari teman-
teman yang lain. Soalnya kalau dibiarkan bisa menjadi gangguan atau
hambatan dalam proses belajar mengajar. Yang akan kesulitan adalah
saya sebagai guru mereka namun bila dari awal guru tegas dalam
mendamping mereka (siswa), mereka juga akan patuh dan taat dengan
gurunya. Tahu kapan jamnya bermain, kapan jamnya serius dalam
belajar.
Kalau para siswa sudah terbentuk dengan baik maka belajarnyapun
lebih tertib dan tenang tidak butuh extra tenaga untuk teriak-teriak dan
marah-marah di kelas. Bersyukurnya siswa-siswa di kelas ini dari kelas
satu sudah dilatih oleh guru mereka untuk tertib dan tenang saat berada
dalam kelas atau saat belajar.
4.1.5 Guru Sebagai Konselor
Peran guru kelas IIA yaitu pak GK sebagai konselor pada saat
peneliti melakukan observasi nampak pada saat Pak GK mendampingi
siswa yang mengalami kesulitan belajar. Siswa ini dalam
menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru tidak selesai
bahkan jawaban dari siswa ini tidak sesuai dengan pertanyaan yang
diajukan oleh guru. Misalnya pada saat guru mengulang materi Bahasa
Indonesia tentang cerita pengalaman berlibur di rumah Paman Tono
dan di sana ada arisan keluarga yang dilakukan setiap bulan secara
bergantian dari rumah ke rumah di lingkungan tempat tinggal paman
Tono. Pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa tersebut adalah di
rumah siapa arisan diadakan? Siswa tersebut menjawab di rumah saya.
Pertanyaan selanjutnya arisan diadakan setiap? Jawaban yang benar
dari bacaan yang diterima siswa adalah setiap bulan, namun siswa ini
menjawab setiap hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Pak GK sempat mengatakan kepada siswa tersebut dibaca dulu nak
ceritanya baru dijawab, semua jawaban ada dalam bacaan ini sambil
mengangkat buku guru yang digunakan untuk pembelajaran. Siswa ini
duduk diam dan sudah mau nangis. Pak GK mendekati siswa ini dan
mengatakan Pak GK tidak marah jadi tidak usah menangis, ini dilihat
didalam bacaannya ada tidak jawabannya, sambil dibimbing dan
diarahkan dengan pelan-pelan untuk menjawab pertanyaan guru
tersebut.
Begitupula saat pelajaran Penjaskes pagi tadi saat selesai latihan
baris berbaris pak GK mengadakan permainan melatih konsentrasi
dengan para siswa sebagai pendinginan, salah satu siswa putri yaitu
Dila setiap kali tidak bisa menjawab baik nama buah, nama tanaman,
sayuran, makanan sesuai kesepakatan bersama yang tidak bisa
konsentrasi dalam menjawab sehingga menjawab jawaban yang sudah
dijawab oleh temannya harus keluar dari lingkaran permainan ini.
Siswa perempuan ini tidak mau keluar dan langsung menangis dengan
suara keras sehingga tetap ikut dalam permainan. Kesepakatan ini
tidak berlaku untuk Dila, yang lain kalau tidak bisa menjawab
langsung keluar dari lingkaran dan melihat teman-temannya yang lain
bermain bersama Pak GK. Pak GK menasehati Dila ga usah nangis
kalau ga bisa jawab, konsentrasi ya biar bisa jawab. Oke! Ketegasan
guru dalam memberlakukan aturan atau kesepakatan bersama di kelas
IIA masih kurang.
Observasi selanjutnya dilakukan di kelas IIB peneliti melihat peran
guru sebagai konselor yaitu Guru berusaha mendekati siswa yang
ramai, yang ngobrol dengan teman memberi nasehat untuk menghargai
guru atau teman yang sedang berbicara. Saat ditegur guru tiga siswa
cowok yang berada dibangku paling belakang terlihat tidak senang
ditegur oleh guru, namun dengan segala keterpaksaan mereka harus
menurut dengan guru untuk belajar. Ketegasan guru di sini nampak
dalam memberlakukan kesepakatan atau aturan yang berlaku di kelas
IIB.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Sedangkan di kelas IIC saat pembelajaran Farel mengeluh sakit
perut karena telat sarapan, jam istrahat dipakai untuk bermain bukan
untuk sarapan terlebih dahulu. Ibu RH mendekati Farel dan menasehati
supaya ke depan tidak diulang. Jam istirahat harus makan bukan
bermain dulu sehingga lupa sarapan dan meminta salah satu teman
Farel yaitu Diko untuk mengantarkan Farel ke ruang UKS untuk
berobat.
Selain itu ibu RH dengan sabar mendampingi salah satu siswa
yaitu Novan yang pekerjaan menulis cerita belum dikerjakan sama
sekali, hanya judul yang ditulis yaitu “Bermain bersama teman” Siswa
ini duduknya dibagian belakang, tidak menghadap ke gurunya tetapi
melihat ke arah peneliti. Pada saat gilirannya harus membacakan
ceritanya ternyata ceritanya belum ditulis. Pada saat ditanya guru apa
alasannya belum menulis? Novan menjawab tidak punya pengalaman
bermain atau bekerjasama bersama teman. Padahal tugas yang
diberikan oleh guru menulis cerita bekerjasama atau bermain bersama
teman baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan rumah. Guru
mendatangi siswa dan meminta siswa tersebut untuk pindah di depan
dekat dengan meja guru supaya menyelesaikan tugasnya karena kalau
tidak selesai nanti tidak mendapatkan nilai dan siswa inipun mau untuk
pindah di depan dekat guru.
Sedangkan berdasarkan hasil wawancara Pak GK dengan peneliti,
Peneliti bertanya bertanya bagaimana cara guru dalam mendampingi
para siswa yang mengalami kesulitan belajar? Pak GK membagi
pengalamannya dalam mendampingi siswanya yang mengalami
kesulitan belajar. Guru menjalin komunikasi dengan orang tua
bagaimana cara biar siswanya bisa belajar misalnya dengan minta
bantuan orang tua supaya siswanya diberi les tambahan di luar jam
sekolah.
Ada siswa yang ada peningkatan dalam belajar namun ada yang
belum terlalu kelihatan masih manja, makan masih disuapin kalau
tidak bisa menjawab menangis, banyak tingkah mereka. Saya sendiri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
(Pak GK) juga bingung dengan kelas saya kali ini. Tahun ajaran ini
saya mendapat murid yang luar biasa over, ada yang cerewet, ada yang
pintar, ada yang masih manja, ada yang belum bisa baca dan menulis
dengan lancar padahal sudah di kelas dua, extra tenaga dalam
mendampingi mereka. Peneliti menanyakan Langkah atau strategi apa
yang digunakan dalam mendamping para siswa ini? Ya koordinasi
dengan orang tua murid siswa yang masih mengalami kesulitan. Orang
tua yang sadar biasanya membantu dengan cara leskan anaknya
sedangkan orang tua yang tidak peduli, pasrah total sama pihak
sekolah, ya saya yang stres, kadang kalau sudah kesel ya galak juga
sama anak-anaknya.
Hal ini dibuktikan saat peneliti berbicara dengan salah satu siswa
yang bernama Nila dan teman-temannya saat jam istrahat peneliti
menemani mereka makan siang di koridor depan kelas Kelas IIA.
Iseng-iseng peneliti bertanya kepada Nila Pak GK baik atau sayang ga
ya sama kalian di kelas? Nila menjawab baik tapi kadang galak juga
suka marah-marah dengan kami? Lah Ko bisa galak pak GK nya? Nila
menjawab karena kami salah, kami nakal, kami ribut saat belajar ga
mendengarkan pak GK jadi pak GK marah dengan kami. Terus? Ya
kalau marah kami semua hanya diam karena takut dan mengerjakan
tugas yang diberikan pak GK? Berarti Pak GK marahnya demi
kebaikan atau tidak ya? Demi kebaikan kami jawab Niko.
Peneliti masih tetap penasaran dengan kelas IIA ini sebenarnya di
kelas ini banyak siswanya yang cerdas dan pemikirannya, pemikiran
orang dewasa. Saat para siswa mendapat tugas dari guru berbagi
pengalaman tentang keluarga dengan temannya, salah satu siswa sebut
saja siswa Kinan bercerita dengan temannya Siswa Angel tentang
kakeknya yang sudah berusia delapan puluh satu (81) tahun, namun
masih sehat dan masih bisa antar dan jemput Kinan sekolah. Angel
kaget mendengar cerita Kinan sebenarnya Angel ingin mengatakan
“Ko masih sehat” namun yang keluar dari bibirnya “Ko ga mati-mati”
Pernyataan ini membuat Kinan marah-marah dengan Angel sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Angel menangis, dan teman-temannya yang lain datang menemui
peneliti memberitahu masalah ini.
Saat peneliti mendatangi mereka dan bertanya sebenarnya ada
masalah apa? Kinan dengan gayanya yang agak centil membagikan
kronologi kejadian kepada peneliti sambil marah-marah mengatakan
bahwa Angela itu mendoakan kakek saya supaya cepat mati dan Angel
masih membela diri dengan mengatakan bahwa bukan begitu maksud
saya. Pemikiran Si Kinan sudah pemikiran orang dewasa sedangkan
pemikiran Si Angela masih pemikiran seorang anak sehingga untuk
menanggapi cerita si Kinan tentang kakeknya yang masih sehat saja
tidak bisa diungkapkan dengan baik dan pada akhirnya yang keluar
dari mulut Si Angel adalah ko ga mati-mati.
Menurut Pak GK di kelasnya masih ada sekitar delapan siswa yang
masih mengalami kesulitan dalam belajar. Dan itu sangat mengganggu
kegiatan belajar mengajar, sudah baca, tulis, berhitung belum lancar
anaknya juga tidak bisa diam ramai terus di kelas, jalan ke depan, ke
belakang sesukanya diberitahu tidak menurut juga. Sebenarnya yang
belum lancar baca, tulis dan berhitung ini dari kelas satu sudah
kelihatan namun dipaksakan naik di kelas dua dan akhirnya saya yang
ketumpuan. Kalau sekarang diberi tambahan pelajaran juga belum bisa
dan dipaksa naik ke kelas tiga nanti guru kelas tiga juga marah-marah
dengan saya, jadi serba salah, mau saya apakan lagi bingung, orang
tuanya juga cuek. Sepenggal kisah perjalanan Pak GK dalam
menghadapi siswa-siswinya yang super luar biasa di kelas IIA.
Tak lupa Peneliti juga melakukan wawancara dengan guru kelas
IIB yaitu ibu RO tentang peran guru sebagai konselor itu seperti apa?
Ibu RO menjawab bahwa harus bisa mengenal karakter dari masing-
masing siswa yang ada di dalam kelasnya. Jadi misalnya siswanya dua
puluh tujuh orang berarti ada dua puluh tujuh karakter yang harus bisa
dikuasai oleh guru, si A baca tulisnya sudah lancar atau belum, Si B
punya kesulitan apa dan lain-lain sehingga kita sebagai guru bisa
menyelesaikan masalah mereka dengan baik dan benar. Siswanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
belum lancar baca ya bagaimana cara kita melatih sehingga dia mau
belajar membaca, tidak mau mengerjakan tugas, ramai saja di kelas
atau jalan-jalan terus harus dicari tahu sebenarnya ada apa dengan
siswa tersebut baik di rumah maupun di sekolah. Guru harus pintar-
pintar membangun komunikasi dengan peserta didik maupun orang tua
murid.
Pertanyaan peneliti selanjutnya kepada beliau lebih enak mana bu
jadi guru BK atau jadi guru wali kelas? Beliau berkata kalau disuruh
memilih ya lebih enak jadi guru BK tetapi karena dibutuhkan maka
saya harus bisa menjalankan tugas dan kepercayaan yang diberikan
oleh kepala sekolah kepada saya untuk menjadi wali kelas IIB ini.
Saya harus banyak belajar khususnya dalam mengajar tematik dimana
semua mata pelajaran harus bisa saya kuasai itu tidak mudah, masih
harus belajar mengenal karakter siswa-siswi di kelas saya yang baru,
masih harus berjuang jadi mungkin dalam mengelola kelas belum
sesuai dengan yang peneliti harapkan saat observasi tadi.
Kemudian peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas IIC
yaitu ibu RH. Pertanyaan peneliti adalah yang menjadi peran guru
sebagai konselor itu seperti apa? Ibu RH menjawab bahwa guru harus
bisa mengenal peserta didiknya satu persatu dengan karakter mereka
masing-masing. Kalau ada siswa yang memiliki masalah dalam belajar
disapa, diajak belajar bersama teman yang disukai siswa tersebut.
Membangun komunikasi dengan orang tua, mencari tahu siswa ini
sekarang nilai turun ada apa? Kelihatan murung ada apa? Guru harus
bisa melihat situasi dan kondisi siswa juga.
Terkadang kita sebagai guru tidak tahu masalah siswa misalnya
selalu datang terlambat, tidak mengerjakan tugas, nilainya turun, jadi
murung langsung marah-marah dengan siswanya, tidak cari tahu dulu
sebenarnya penyebabnya apa? Siswa menjadi korban kemarahan kita
padahal mungkin di rumah juga siswa kita mengalami suatu tekanan
atau masalah, jadi kita sebagai guru harus bisa mencari penyebabnya
dengan sabar, jangan langsung emosi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Ketiga guru kelas dua ini sebenarnya bukan guru baru di sekolah
ini. Misalnya Pak GK sudah sangat berpengalaman dan kurang lebih
sudah dua belas tahun menjadi wali kelas II atau dari tahun 2007. Dari
pendidikan beliau juga adalah seorang guru lulusan dari Pendidikan
Guru Sekolah Dasar (PGSD) dibandingkan kedua guru kelas dua yang
lain. Ibu Ro adalah sarjana dari Bimbingan dan Konseling, untuk
menjadi wali kelas adalah tugas terbaru beliau yang baru dijalankan
kurang lebih satu setengah bulan ini. Kurang lebih lima tahun (2014)
ibu RO bekerja di sekolah ini dalam menangani berbagai permasalahan
para siswa khususnya di BK. Dan semua berjalan dengan baik menurut
pengalaman yang dibagikan oleh kepala sekolah yaitu pak TT.
Sedangkan Ibu RH adalah seorang sarjana lulusan Bahasa Inggris.
Namun beliau sudah lama juga bekerja di sekolah ini dan untuk
pengalamannya menjadi guru wali kelas sudah sangat banyak pernah
menjadi wali kelas VI, turun menjadi wali kelas I dan sejak tahun 2017
menjadi guru wali kelas IIC. Jadi pengalaman Bu RH dalam
mendampingi para siswa yang kesulitan dalam belajar sudah banyak
sehingga bisa mengetahui trik dan strategi yang tepat yang bisa
digunakan dalam pendampingan.
4.1.6 Guru Sebagai Pelaksana Kurikulum
Peneliti mengamati setelah selesai pembelajaran ada evaluasi yang
diberikan pak GK kepada para siswa sesuai dengan materi yang
didapatkan dalam pembelajaran hari itu. Dalam Proses penilaian ada
pekerjaan siswa yang langsung dinilai oleh pak GK namun yang
kumpulnya terakhir pekerjaan mereka dikumpulkan oleh guru. Setelah
selesai pembelajaran dan semua siswa pulang baru guru mengoreksi
hasil pekerjaan siswa.
Sedangkan saat peneliti melakukan observasi di kelas IIB dan kelas
IIC tentang pelaksanaan kurikulum dalam hal penilaian hasil kerja
siswa tidak langsung dinilai oleh ibu RO maupun ibu RH, masih
dikumpulkan di meja guru dan guru melakukan sesi tanya jawab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
bersama pertanyaan–pertanyaan yang telah dijawab oleh para siswa.
Hasil pekerjaan siswa akan dikoreksi dan dinilai oleh ibu RO maupun
ibu RH setelah para siswa pulang sekolah. Karena waktunya tidak
memungkinkan untuk koreksi pekerjaan siswa.
Peneliti bertanya kepada Pak GK bagaimana cara Pak GK dalam
melakukan penilaian? Pak GK menjawab Penilaian hasil belajar
peserta didik dilakukan pada akhir pelajaran kalau waktu mencukupi
tetapi kalau waktu tidak cukup biasanya dikumpulkan dulu di meja
guru, akan dinilai oleh guru setelah jam pulang sekolah peserta didik.
Untuk penilaian di sekolah ini orang tua bisa melihat di web sekolah.
Jadi orang tua bisa tahu nilai anaknya, mana yang nilai hariannya
lengkap dan mana yang masih kurang nilai sehingga bisa dilengkapi
apalagi kalau pekerjaan rumah yang belum dikerjakan atau sudah
dikerjaan namun belum dikumpulkan ke guru.
Peneliti tidak melakukan wawancara dengan guru kelas IIB tentang
peran guru sebagai pelaksana Kurikulum karena ibu RO masih proses
belajar untuk pembuatan nilai mengingat kriteria penilaian di
kurikulum 2013 sangat banyak dan ribet. Untuk nilai harian para siswa
ada namun untuk masuk ke aplikasi penilaian yang dibuat sekolah
masih harus belajar sehingga tidak salah memasukan data ke bagian
penilaian.
Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas IIC
yaitu ibu RH tentang bagaimana cara ibu RH dalam melakukan
penilaian? Ibu RH menjawab pertanyaan peneliti bahwa Penilaian
dilakukan setelah akhir satu pembelajaran pada hari itu misalnya habis
pelajaran Tematik Bahasa Indonesia ya ada penilaian dibuku kerja
siswa. Kalau tidak bisa dikoreksi dan diberi nilai hari itu biasanya
setelah siswa pulang sekolah jam kosong guru menggunakan untuk
koreksi hasil kerja siswa.
Penilaian untuk kurikulum 2013 ini sangat banyak satu tema
dengan empat sub tema, satu sub tema masih terdiri dari enam
pembelajaran. Kalau hasil kerja para siswa tidak langsung dinilai dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
ditumpuk-tumpuk buat kita guru juga menjadi berat, jadi harus
menyisikan waktu untuk koreksi dan membuat penilaian, apalagi
sebentar lagi akan memasuki ulangan tengah semester ada pembuatan
raport tengah semester juga kalau nilai tidak dibuat terus mau ambil
nilai dari mana. Penilaian di sekolah ini Online jadi orang tua murid
juga bisa membuka dan melihat nilai dari putra-putri mereka. Kita
guru harus siap dikritik kalau salah dalam menilai.
Jadi secara umum peran guru dalam pengelolaan kelas di ketiga
kelas ini yaitu kelas IIA,IIB dan IIC dengan masa kerja guru wali kelas
yang berbeda-beda, ada yang sudah dua belas tahun menjadi wali kelas
II, ada yang sudah empat tahun dan ada juga yang baru satu setengah
bulan dalam menjalankan tugasnya sebagai wali kelas sangat nampak
perbedaannya. Kalau guru yang baru satu setengah bulan dalam
mengelola kelas masih ada kekurangannya wajar karena belum
mengenal karaketer anak didiknya dengan baik, masih butuh
penyesuaian dikedua belah pihak.
Yang menjadi pertanyaan adalah kalau itu guru lama dalam
mengelola kelas secara teori mengetahui tetapi kenapa dalam praktek
pembelajaran sehari-hari tidak dijalankan sebagaimana mestinya.
Apakah guru kurang mengenal karaktek anak didiknya? Atau tidak ada
usaha dari guru mencari stategi dalam mendidik putra dan putri yang
dipercayakan kepadanya karena berada di zona nyaman dan tidak ada
usaha untuk lebih berkembang lagi. Terkadang terlalu lama berada di
suatu tempat (Kelas yang sama sekian tahun) membuat guru merasa
jenuh dan bosan juga dan bahkan tidak berkembang. Materi
pembelajaran dari tahun ke tahun hampir sama, kalau cara
menyampaikannya juga sama dengan tahun-tahun sebelumnya yaitu
model ceramah perlu perhatian khusus dari kepala sekolah atau
pendampingan. Murid datang dan pergi silih berganti setiap tahun
ajaran dengan karakter yang berbeda-beda sedangkan guru tetap di
kelas yang sama. Kalau guru yang tidak mengenal karakter siswanya
dengan baik akan memperlakukan muridnya sama dari tahun ke tahun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
dan akibatnya pengelolaan kelas menjadi tidak kondusif. Perbedaan
perlakuan dan penanganan siswa dari guru Pria dan wanita juga bisa
dilihat. Guru Pria memerlukan waktu lebih lama untuk belajar
mengenal anak-anak sedangkan guru wanita lebih cepat karena sifat
keibuan yang nampak dari diri mereka. Itulah yang terlihat sehingga
kelas ibu RH yang menjadi rekan kerja Pak GK di kelas dua dalam
kurun waktu empat tahun dapat tertata dengan baik dalam menjalankan
perannya mengelola kelas, dibandingkan Pak GK yang sudah menjadi
wali kelas 2A selama kurang lebih dua belas tahun.
Dalam pemanfaatan media pembelajaran yang berbasis IT, ketiga
guru ini juga bukan guru yang gagap teknologi. Pak GK juga bisa
mengopersikan komputer dengan baik, saat pelatihan pembuatan
media pembelajaran pun juga beliau bisa mengajarkan atau membantu
bapak ibu guru yang lebih tua dari beliau. Ibu RO dan ibu RH juga
bisa mengoperasikan, menyambungkan dengan LCD dan
menggunakan saat pembelajaran. Fasilitas sudah disediakan oleh
sekolah, hanya laptop yang harus dibawa oleh guru dari rumahnya.
Saat ditanya kenapa ceritanya tadi tidak disorot saja melalui
proyektor? Dengan gaya khasnya sambil malu-malu dan senyum-
senyum pak GK mengatakan tidak bawa laptop karena tas sudah berat
dengan buku-buku yang lain atau laptop dibawa istri. Ya apa boleh
buat? Pengajaran dan pembelajaran seadanya saja menggunakan buku
pelajaran siswa atau lembar kerja siswa yang sudah di fotocopy dan
dibagikan kepada para siswa.
Dokumentasi yang digunakan oleh peneliti pada saat mengambil
data tentang peran guru sebagai pelaksana kurikulum dibuktikan
dengan foto-foto kegiatan saat pembelajaran serta perangkat kegiatan
pembelajaran.
4.2 Analisis dan Pembahasan
Dari pembahasan sebelumnya, peneliti telah menguraikan, data-data hasil
penelitian yang peneliti temui selama observasi, wawancara dan dokumentasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
di tiga kelas yaitu kelas IIA, Kelas IIB dan Kelas IIC SD Bintang .
Selanjutnya peneliti akan membahas secara keseluruhan dari data-data yang
telah diperoleh kedalam enam aspek yang ada pada penelitian tentang peran
guru yaitu (1) peran guru sebagai perancang pembelajaran atau manajer kelas,
(2) peran guru sebagai pengelola pembelajaran, (3) peran guru sebagai
motivator, (4) peran guru sebagai fasilitator , (5) peran guru sebagai konselor
dan (6) adalah peran guru sebagai pelaksana kurikulum. Di bawah ini adalah
pembahasannya.
4.2.1 Peran guru sebagai Perancang Pembelajaran
Dalam Proses pembelajaran peran guru sebagai perancang
pembelajaran atau manajer kelas dapat dilihat oleh peneliti saat
melakukan observasi di tiga kelas yakni di kelas IIA, kelas IIB dan
kelas IIC. Guru menempatkan dirinya sebagai sorang pemimpin untuk
mengatur jalannya pembelajaran. Hal ini sangat nampak dilihat saat
peneliti melakukan observasi di ketiga kelas tersebut. Masing-masing
guru baik Pak GK, Bu RO maupun Bu RH dengan caranya masing-
masing membuka pembelajaran, mengatur jalannya pembelajaran,
menyampaikan maksud dan tujuan pembelajaran serta menutup
pembelajaran berdasarkan perangkat pembelajaran yang telah
disediakan oleh guru yaitu Rencana Pelaksanan Pembelajaran Harian
(RPPH).
Sikap dan tutur kata guru pun dapat terlihat ada yang tegas, disiplin
dalam mengatur pembelajarannya di kelas atau dapat mengontrol
suasana kelas dengan baik sehingga kelasnya menjadi lebih kondusif
untuk belajar seperti di kelas IIC oleh Bu RH, peraturan atau
kesepakatan bersama di kelas diberlakukan kepada semua siswa tanpa
membeda-bedakan, untuk melatih siswa tanggung jawab dalam
menyelesaikan segala tugas-tugas mereka dan lebih disiplin dalam
belajar di kelas bila melakukan kesalahan yang tidak sesuai dengan
kesepakatan bersama, siswa yang salah tersebut wajib menerima
hukumannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Namun sikap kurang tegas juga masih diberlakukan di kelas IIA
oleh Pak GK dalam pembelajaraanya. Sangat terlihat pada saat siswa
yang tidak konsentrasi dalam permainan bersama tidak mau keluar dari
lingkaran permainan dan langsung menangis, sedangkan beberapa
siswa yang lain yang melakukan kesalahan karena kurang konsentrasi
dalam permainan dengan sukarela mau keluar dari lingkaran
permainan dan melihat teman-temannya yang lain yang masih dalam
lingkaran permainan bermain. Cara memimpin dan mengatur kelas
masing-masing guru berbeda-beda dalam prakteknya di lapangan.
Sedangkan secara umum peran guru dalam merancang
pembelajaran sudah baik berdasarkan hasil wawancara dari dua guru
yaitu Pak GK dan Bu RH yang mengatakan bahwa peran yang utama
yang harus dimiliki oleh guru adalah menjadi seorang manajer di kelas
maka guru harus bisa merancang pembelajaran (membuat persiapan
mengajar, baik itu Rencana Pelaksanan Perencanaan Harian (RPPH),
Silabus, Program Tahunan, Program Semester yang diperlukan
sehingga bisa digunakan untuk mengajar baik selama satu semester
maupun selama satu tahun pelajaran.
Ada kerjasama yang baik dari masing-masing guru kelas dalam
pembuatan perangkat pembelajaran maupun dalam pelaksanaan. Hal
ini bisa dibuktikan dengan dokumen-dokumen perangkat pembelajaran
yang dimiliki oleh Pak GK dan Bu RH. Selain pembuatan perangkat
ketiga guru ini juga masih harus berkoordinasi mengenai materi
pengajaran misalnya minggu ini tema berapa yang diajarkan materinya
diambil dari buku apa karena banyak buku pegangan yang dimiliki
oleh guru biar bisa sama antara ketiga kelas tersebut. Kalau mau
praktek, materi apa yang digunakan untuk praktek, bahan yang harus
disiapkan pun juga harus dikoordinasikan biar orang tua murid itu
tidak ribut di luar sekolah hanya karena salah satu kelas lebih dahulu
dalam pembahasan materi dan kelas yang lain paling terlambat atau
tertinggal. Karena diantara sesama orang tua murid saling cek kelas A
sampai dimana, kelas B sampai dimana dan kelas C sampai dimana?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Dan kalau ada kelas yang paling terlambat sendiri orang tua siswa
pasti akan komplin juga ke gurunya bahkan ke kepala sekolah, dan hal
ini juga dibenarkan oleh kepala sekolah saat peneliti melakukan
wawancara dengan beliau. Jadi menurut ibu RH dalam wawancara
bersama peneliti bahwa butuh kreatifitas dari masing-masing guru
dalam merangcang pembelajaran sehingga lebih menarik dan
memudahkan siswa dalam belajar.
Data dokumentasi yang dilihat oleh peneliti saat observasi adalah
Rencana Pelaksanaan Perencanaan Harian yang digunakan saat
pembelajaran hari ini di kelas masing-masing. Semua kelas dua masih
berada di bab empat dengan judul pengalamanku sub tema tiga dengan
judul pengalamanku di tempat bermain yang membedakan adalah
pembelajarannya kelas IIC di pembelajaran ke dua karena peneliti
melakukan observasi pada hari Selasa tanggal 19 Februari 2019
pelajaran tematik Bahasa Indonesia dan PPKn, kelas IIA di
pembelajaran ke empat hari Kamis tanggal 21 Februari 2019 pelajaran
tematik Penjaskes dan Matematika dan kelas IIB Sub tema ke empat
pembelajaran pertama di hari Selasa tanggal 26 Februari 2019.
Tematik pelajaran Bahasa Indonesia.
4.2.2 Peran guru sebagai Pengelola Pembelajaran
Peran guru sebagai pengelola pembelajaran dibuktikan dengan
persiapan segala sarana prasarana yang akan digunakan oleh guru
misalnya tempat untuk belajar, media atau alat peraga yang
dibutuhkan untuk pembelajaran misalnya pak GK menyiapkan tempat
untuk belajar di luar kelas dan tempat untuk kerja kelompok satu
kelompok terdiri dari lima sampai enam siswa di dalam kelas sudah
ditentukan oleh pak GK, Bu RO menyiapkan cerita yang sudah
difotocopy sejumlah siswanya, menyiapkan laptop dan LCD, membagi
siswa dalam kelompok satu kelompok berdua-dua, bahan-bahan
keperluan praktek menimbang berat barang di kelas IIA oleh Pak GK
sedangkan persiapan pembelajaran di kelas IIC lebih mengarah kepada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Bu RH menyiapkan para siswa untuk tenang dan tertib dalam belajar.
Masing-masing guru mempunyai trik-trik tersendiri yang digunakan
dalam proses pembelajaran, misalnya memberlakukan peraturan
sebelum belajar ada yang sudah berfungsi dengan baik namun ada juga
yang masih perlu dibenahi dalam memberlakukan peraturan. Dan itu
disaksikan sendiri oleh peneliti saat observasi di ketiga kelas tersebut.
Bahkan dari hasil wawancara peneliti dengan ketiga guru kelas dua
ini didapatkan informasi bagaimana usaha dan pengalaman mereka
dalam mempersiapkan pembelajaran mulai dari menata tempat untuk
belajar, materi yang akan diberikan, media dan sarana prasarana lain
yang akan digunakan serta kerjasama tim baik diantara para guru
sendiri maupun kerjsama dengan orang tua wali murid masing-masing
kelas melalui grup WA kelas karena walaupun sudah dituliskan di
buku diary siswa terkadang orang tua tidak membacanya sehingga
kalau ada salah satu atau dua orang tua murid yang mulai ribut digrup
tentang peralatan atau tugas yang harus dibawah oleh siswa hari itu,
orang tua yang lain juga ikut ribut dan itu membuat pusing gurunya
sudah ditulis dibuku siswa tidak diperhatikan, tanya dan tanya lagi
menurut pengalaman pak GK dan Bu RH yang sudah berpengalaman
lama menjadi guru kelas dua dibandingkan Bu RO yang baru menjabat
sebagai guru wali kelas II dipertengahan semester dua ini sehingga
semua masih proses dalam belajar mengelola kelas, mengenal dan
mendalami karakter dari siswa-siswinya.
Selain itu bu RH juga memiliki cara atau strategi sendiri dalam
mengatur pembelajaran di kelas IIC. Siswa yang dianggap pintar
menurut beliau ditempatkan dimasing-masing baris sebagai pemimpin
untuk membantu guru dalam belajar misalnya ada diskusi kelompok
mereka diharapkan bisa membantu teman-temannya dalam bekerja
kelompok sehingga mendapatkan nilai yang bagus. Dan semua itu
sangat terlihat dalam pembelajaran di kelas IIC, kelas yang tenang dan
kondusif untuk belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
4.2.3 Peran guru sebagai Motivator
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan tiga orang
guru kelas dua, peneliti melihat secara langsung bagaimana ketiga guru
ini menjalankan peran mereka sebagai sang motivator yang baik untuk
para siswanya secara khusus pada saat para siswa mengalami kesulitan
belajar, tidak bisa duduk diam dengan tenang di tempat duduk masing-
masing, berbicara dengan teman, guru dengan sabar dan telaten
mendekati mereka ajak berbicara dan menasehati mereka dengan
segala kelembutannya baik di kelas IIA, kelas IIB maupun di kelas
IIC.
Dari ketiga guru ini nada suara expresi mereka saat menjumpai
para siswa yang membuat kelas kurang kondusif masih terlihat tenang
dan sabar. Suara masih pelan, tidak membentak dan dengan santainya
mengatakan saya harus gimana lagi sabar dengan kamu nak? Diminta
maju di depan kelas nangis, ga bisa jawab juga nangis, tapi giliran
kalau ramai nomor satu. Harus sabar hadapi anak-anak zaman
sekarang ini, dilatih untuk lebih disiplin dan tanggung jawab juga
tidak bisa pengalaman pak GK dalam menghadapi peserta didiknya.
Sedangkan pengalaman Bu RH dalam menjalankan perannya
sebagai seorang motivator bagi anak didiknya adalah harus pintar-
pintar mencari cela untuk memberi dorongan dan motivasi kepada para
siswa. Masing-masing siswa punya kelemahan dan kesulitan tersendiri
dalam belajar. Sebagai guru kalau kita tahu celanya maka lebih
memudahkan kita dalam mendampingi mereka. Oleh karena itu
mengenal karakteristik peserta didik itu wajib dilakukan oleh guru.
Kalau siswa sudah dipegang guru, guru tahu mana yang masih
kesulitan dalam membaca, menulis dan berhitung, kita bisa melakukan
pendampingan belajar melalui tambahan pelajaran seperti yang telah
dilakukan oleh ketiga guru ini. Dari ketiga kelas mana yang kesulitan
membaca dijadikan satu dalam satu kelas dan diberi pendampingan
oleh guru siapa, yang kesulitan menulis oleh guru siapa dan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
kesulitan berhitung oleh guru siapa sehingga lebih memudahkan tugas
guru dalam mendampingi para siswa.
4.2.4 Peran guru sebagai Fasilitator
Peran guru sebagai fasilitator dikatakan oleh pak GK dalam
wawancara bahwa zaman sekarang guru tidak menjadi satu-satunya
sumber belajar. Model ceramah itu sudah bukan zamannya lagi. Guru
harus kreatif dalam membuat pembelajaran sehingga menarik dan
diminati oleh para siswa. Sumber belajar itu sangat banyak dan mudah
buat didapatkan. Terkadang orang tua murid juga bisa mengakses
materi pembelajaran dengan mudah dan gampang di internet. Buku-
buku penunjang pembelajaran juga mudah untuk didapatkan di toko-
toko buku. Misalnya kita mau menyampaikan materi matematika
tentang nilai tempat puluhan dan satuan, kita baru mau menyampaikan
atau menjelaskan ada beberapa siswa yang pintar langsung
mengatakan sudah tahu pak cara kerjanya dan lain-lain. Kalau guru
tidak kreatif dalam menyampaikan materi maka siswa akan merasa
bosan juga dan kurang menghargai guru, sikap dan tutur kata siswa
bisa seenaknya sendiri.
Oleh karena itu seorang guru harus tegas dan menampakkan
wibawanya di depan para siswa seperti pendapat yang disampaikan
oleh Bu RH dalam wawancara dengan peneliti. Membangun relasi
yang akrab dan dekat dengan siswa boleh-boleh saja namun harus jaga
sikap sehingga para siswa juga bisa tahu atau menempatkan diri kapan
waktu bercanda antara guru dan siswa dan kapan kita serius dalam
belajar karena siswa akan merasa guru tidak akan marah dengan
mereka saat tidak mengerjakan tugas, saat ribut, saat guru tidak
memberlakukan kesepakatan kelas dan lain-lain akan menimbulkan
gangguan-gangguan kecil di kelas saat pembelajaran.
Menurut ibu RH sebagai fasilitator juga guru harus mengenal dan
mendalami karakter dari masing-masing peserta didik sehingga lebih
memudahkan guru dalam melakukan pembelajaran misanya si A
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
sukanya belajar Matematika, Si D tidak suka matematika tetapi
senangnya menggambar dan siswa yang lain senangnya dalam bidang
apa? Dengan mengetahui kelebihan dan kekurangan para siswa yang
saya miliki akan lebih memudahkan saya dalam mendampingi mereka.
Kalau semua saya pukul rata bahwa sudah kelas dua berarti sudah bisa
membaca, menulis dan berhitung itu tidak mungkin karena masing-
masing siswa punya kelebihan dan kekurangan saat peneliti melakukan
wawancara dengan Bu RH.
Masih menurut pengalaman Bu RH bahwa kalau para siswa sudah
terbentuk dengan baik maka belajarnyapun lebih tertib dan tenang
tidak butuh extra tenaga untuk teriak-teriak dan marah-marah di kelas.
Bersyukurnya siswa-siswa di kelas ini dari kelas satu sudah dilatih
oleh guru mereka untuk tertib dan tenang saat berada dalam kelas atau
saat belajar.
Berbeda dengan pengalaman observasi dan wawancara yang
didapat peneliti di kelas pak GK dan kelas Bu RO. Kedua guru ini
sudah berusaha untuk menjelaskan materi pembelajaran hari ini kepada
para siswa dengan baik, mau peduli dengan siswa yang masih
mengalami kesulitan dalam belajar, dengan penuh kesabaran, nada
suara yang lembut dan halus dalam mendampingi para siswa namun
bila sudah beberapa kali menegur para siswa yang ramai, jalan-jalan
tidak diikuti maka intonasi atau suara dari Pak GK maupun Bu RO
juga bisa sangat keras dan tegas sehingga membuat para siswa takut
dan siap untuk belajar lagi seperti yang dilakukan pada salah satu
siswa putra yang dari pagi ramai atau ngobrol dan jalan-jalan terus
tidak bisa diam untuk mengikuti pembelajaran.
Ibu RO sudah berusaha untuk memindahkan tempat duduk mereka
(para siswa putra yang membuat keributan dalam kelas) untuk pindah
ke depan dekat dengan meja guru tetapi tiga siswa ini tidak mau
pindah ke depan, mau tetap ditempat duduk mereka harus dengan
ancaman melaporkan ke orang tua mereka seperti yang diutarakan oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
guru GK akan melaporkan siswa yang jalan-jalan terus, tidak mau
mengerjakan tugas dan ramai kepada mami siswa tersebut.
Jadi peran ketiga guru ini sebagai fasilitator di kelasnya masing-
masing sudah berusaha untuk mengontrol suasana kelas dengan baik.
Memperhatikan gangguan-gangguan kecil yang dilakukan oleh peserta
didik dalam proses pembelajaran, dengan cara dan strategi masing-
masing guru kelas, sehingga peserta didik dapat memusatkan
perhatiannya pada pembelajaran yang diberikan oleh guru. Guru juga
sudah berusaha dalam menyampaikan materi pembelajaran tidak hanya
berpusat pada guru tetapi sudah berusaha melibatkan siswa dalam
pembelajaran baik melalui praktek secara langsung, diskusi kelompok
dan belajar melatih keberanian siswa dalam membagikan
pengalamannya kepada teman-temannya sehingga kelas menjadi aktif
bahkan menyenangkan dalam pembelajaran. Memang masih ada
beberapa siswa yang kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran
namun sebagaian besar siswa di ketiga kelas ini siswanya antusias
mengikuti pelajaran sehingga sesuai dengan tujuan pembelajaran yang
diinginkan bersama.
4.2.5 Peran guru sebagai Konselor
Peran guru sebagai konselor ini nampak saat peneliti melakukan
observasi dan wawancara dengan guru kelas dua yaitu Pak GK, Ibu
RO dan Ibu RH. Dengan cara dan kreatifitas mereka sendiri dalam
mendampingi siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. Sangat
terlihat dengan jelas kesabaran dan ketelatenan mereka dalam
membimbing dan mendampingi putra-putri yang dipercayakan oleh
orang tua kepada mereka. Seperti di kelas IIA pak GK saat pelajaran
Penjaskes dan ada permainan bersama melatih konsentrasi salah siswa
putri yang tidak bisa konsentrasi dan selalu salah dalam menyebutkan
nama buah-buahan, sayuran, tananan tidak mau keluar dari lingkaran
permainan karena selalu menangis dan pada akhirnya diperbolehkan
oleh pak GK untuk ikut bermain lagi dan diminta untuk konsentrasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
namun tetap salah. Kemudian Pak GK juga mendampingi siswa yang
kesulitan dalam membaca sehingga dalam menjawab soal-soal yang
ada dalam buku paket mereka selalu salah atau tidak nyambung. Pak
GK sangat telaten dan sabar dalam mengajari.
Sedangkan ibu RO masih dengan usahanya untuk berproses
bersama peserta didik yang dipercayakan oleh pihak sekolah
kepadanya di semester dua ini. Ibu RO berusaha mendekati siswa yang
ramai, yang ngobrol dengan teman memberi nasehat untuk menghargai
guru atau teman yang sedang berbicara. Memang pada saat ditegur
guru tiga siswa cowok yang berada di bangku paling belakang terlihat
tidak senang ditegur oleh guru, namun dengan segala keterpaksaan
mereka harus menurut dengan guru untuk belajar.
Berbeda dengan ibu RH mempunyai pengalaman tersendiri dalam
mendamping peserta didiknya seperti yang didapatkan peneliti saat
melakukan observasi. Salah satu siswa yang duduknya dibagian
belakang, sebelah kiri dari peneliti duduknya tidak menghadap ke
gurunya tetapi melihat ke arah peneliti. Pada saat gilirannya harus
membacakan ceritanya ternyata belum ditulis. Pada saat ditanya guru
alasannya mengapa belum menulis pengalamannya? Siswa ini
menjawab tidak punya pengalaman bermain atau bekerjasama bersama
teman. Padahal tugas yang diberikan oleh guru menulis cerita
bekerjasama atau bermain bersama teman baik di lingkungan sekolah
maupun di lingkungan rumah. Guru mendatangi siswa dan meminta
siswa tersebut untuk pindah di depan dekat dengan meja guru supaya
menyelesaikan tugasnya karena kalau tidak menyelesaikan tugasnya
nanti tidak mendapatkan nilai dan siswa inipun mau untuk pindah di
depan dekat guru.
Selain pengalaman mendampingi siswa yang kesulitan dalam
belajar di sekolah guru juga membangun atau menjalin komunikasi
dengan orang tua murid untuk membantu siswa yang mengalami
kesulitan belajar misalnya dengan cara dileskan oleh orang tua mereka
di luar jam sekolah. Ada siswa yang mengalami peningkatan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
belajar namun ada juga yang belum mengalami peningkatan seperti
pengalaman yang dibagikan oleh pak GK dalam wawancara dengan
peneliti bahwa siswa-siswa yang belum mengalami kemajuan dalam
belajar yang kembali kepada guru kelasnya lagi yang memberi
tambahan pelajaran kepada mereka. Dan ini tidak hanya berlaku di
kelas pak GK tetapi di kelas ibu RO dan di kelas Ibu RH juga.
Pak GK juga membagikan pengalamannya bahwa ditahun ajaran
ini saya mendapat murid yang luar biasa over, ada yang cerewet, ada
yang pintar, ada yang masih manja, ada yang belum bisa baca dan
menulis dengan lancar padahal sudah di kelas dua, extra tenaga dalam
mendampingi mereka. Lalu strategi yang digunakan pak GK adalah
berkoordinasi dengan orang tua murid siswa yang masih mengalami
kesulitan. Orang tua yang sadar biasanya membantu dengan cara
leskan anaknya sedangkan orang tua yang tidak, pasrah total sama
pihak sekolah, ya saya yang stres, kadang kalau sudah kesel ya galak
juga sama anak-anaknya.
Saat peneliti bertanya kepada para siswa kenapa pak GK galak dan
suka marah-marah, para siswa dengan sadar mengatakan bahwa karena
mereka nakal, tidak mendengarkan pak guru dalam mengajar, tidak
mengerjakan tugas sehingga membuat pak GK marah terhadap
mereka. Namun saat ditanya apakah bersedia wali kelasnya diganti
dengan kelas IIB atau kelas IIC, para siswa di kelas IIA langsung
mengatakan tidak mau tetap sama pak GK karena orangnya asik juga,
kata beberapa siswa yang berkumpul di koridor depan kelas mereka
sambil menikmati makan siang mereka.
Sebenarnya banyak siswa cerdas dan kritis juga dalam kelas IIA
namun masih ada juga siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar
sekitar delapan siswa dan ini sangat menggangu proses pembelajaran,
mau cepat dalam penyampaian materi agak susah tetapi kalau lambat
juga akan dikomplin oleh orang tua murid yang lain. Permasalahannya
sebenarnya mulai dari kelas satu sudah kelihatan kalau siswa-siswa ini
masih mengalami kesulitan dalam belajar yaitu belum lancar dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
membaca, menulis dan berhitung namun dipaksakan untuk dinaikan ke
kelas dua. Saya sendiri (guru GK) juga belum tahu besok akan
dinaikan ke kelas tiga atau tidak. Kalau dipaksakan naik saya pasti
akan dikomplin oleh guru kelas tiga, tetapi kalau ga naik juga jadi
masalah besar lagi orang tua mereka komplin, bisa-bisa sekolah
dipanggil oleh dinas pendidikan karena aturan siswa tidak boleh
tinggal kelas. Serba salah dan susah, saya bingung harus mendampingi
mereka seperti apalagi. Yang satu ini orang tuanya tidak peduli sama
sekali karena sibuk dengan usaha mereka jualan komputer. Anaknya
salah, nilainya jelek semakin dimarah-marahi oleh papinya. Kakaknya
dulu juga murid saya (kelas dua) tetapi pintar kakaknya ujar pak GK.
Sedangkan menurut ibu RO dan ibu RH dalam wawancara
mengatakan bahwa peran kita (guru) sebagai konselor adalah bahwa
guru harus bisa mengenal peserta didiknya satu persatu dengan
karakter mereka masing-masing. Kalau ada siswa yang memiliki
masalah dalam belajar disapa, diajak belajar bersama teman yang
disukai siswa tersebut. Tak lupa juga membangun komunikasi dengan
orang tua, mencari tahu penyebab siswa nilainya turun, kelihatan
murung atau tidak gembira, harus bisa melihat situasi dan kondisi
peserta didik kita.
Jadi dari ketiga guru ini peran mereka sebagai konselor sudah
dijalankan oleh masing-masing guru di kelas dua dengan cara dan
strateginya masing-masing dalam mengatasi permasalah-permasalahan
yang terjadi dalam proses belajar mengajar di kelas. Guru tidak
membiarkan siswa semakin mengalami kesulitan dalam belajar namun
sudah berusaha dalam mendampingi para siswa yang kesulitan dalam
belajar. Memang tidak semuanya berhasil dengan baik masih ada satu
dua siswa yang masih mengalami kesulitan maka diusahakan ada
komunikasi dan kerjasama dengan orang tua murid dalam
menyelesaikan permasalah-permasalah yang terjadi di dalam kelas
khususnya pada saat proses belajar mengajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
4.2.6 Peran guru sebagai Pelaksanan Kurikulum
Peran guru sebagai pelaksanan kurikulum khususnya evaluasi dan
penilaian pada saat peneliti melakukan observasi, wawancara
menemukan bahwa masing-masing guru sudah melakukan tugasnya
dalam menilai hasil kerja para siswa, ada yang langsung dinilai pada
saat pembelajaran karena siswa yang cepat dalam menyelesaikan
tugasnya sehingga bisa dinilai lebih dahulu oleh guru seperti
menjumpai di kelas IIA atau di kelas Pak GK, hasil pekerjaan siswa
yang selesai lebih dahulu langsung dikoreksi dan diberi nilai oleh guru
namun yang kumpul belakangan dan jam pembelajarannya berakhir
dikumpulkan terlebih dahulu di meja guru nanti setelah para siswa
pulang sekolah baru dikoreksi oleh guru seperti yang dilakukan oleh
pak GK, Ibu RO dan Ibu RH (hasil kerja yang belum selesai di
koreksi)
Penilaian tematik untuk kurikulum 2013 sangat banyak dan ribet
menurut ibu RO sebagai guru baru dalam pembuatan nilai siswa.
Butuh waktu extra untuk belajar apalagi sebentar lagi mau ujian tengah
semester dan ada pembuatan raport yang harus dibagikan kepada orang
tua wali murid. Untuk nilai harian para siswa ibu RO memiliki data-
data yang lengkap. Rekap semua nilai baik, nilai tematik maupun nilai
dari guru matapelajaran lain seperti pendidikan Agama,
Kedominikanan, Mandarin, Bahasa Inggris, Komputer butuh waktu
untuk belajar sehingga tidak salah memasukkan data atau nilai siswa.
Sedangkan bagi Pak GK dan Ibu RH mereka sudah memiliki
pengalaman dalam membuat penilaian dengan segala kriteria yang
dibutuhkan dalam format penilaian atau aplikasi yang telah dibuat
oleh pihak sekolah jadi lebih memudahkan mereka. Seperti pak GK
setiap kali selesai melakukan penilaian langsung memasukan datanya
ke aplikasi yang telah disediakan jadi bisa tahu siswa mana yang
nilainya masih kurang atau belum lengkap dalam mengumpulkan
tugas. Bahkan orangtua wali murid pun bisa mengakses dengan mudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
untuk mengetahui kemampuan atau nilai anaknya selama belajar di
semester ini.
Jadi dari pembahasan sebelumnya dapat dianalisis tentang peran guru
dalam pengelolan pembelajaran di kelas II secara teori guru mengetahui dan
menguasai peran mereka namun dalam praktek pembelajaran baik guru yang
sudah lama bekerja khususnya menjadi wali kelas IIA maupun guru yang
baru bekerja menjadi wali kelas IIB dalam jangka waktu kurang lebih satu
setengah bulan dengan guru yang masa kerjanya sudah lebih dari sepuluh
tahun dalam mengelolah kelas masih perlu ditingkatkan atau diperhatikan
sehingga kelas lebih kondusif lagi dalam belajar seperti di kelas IIC yang
gurunya bisa menguasai kelasnya, para siswanya aktif dan terlibat dalam
pembelajaran, bersama-sama menciptakan kelas yang kondusif untuk belajar.
Peran pemimpin dalam mengelolah kelas sangat nampak diterapkan oleh
gurunya.
Walaupun secara usia guru kelas IIC lebih tua dari guru kelas IIA dan
IIB namun beliau mau dan berusaha untuk belajar menyesuaikan diri dengan
perkembangan dan tuntutan zaman, mau berubah, belajar menggunakan
fasilitas-fasilitas yang disediakan pihak sekolah dalam pembelajaran yang
berbasis IT. Yang menjadi akar dari permasalahan di kelas IIA kenapa guru
sudah lebih dari sepuluh tahun menjadi wali kelas di kelas dua tetapi dalam
pengelolaan kelas masih menjadi kendala, kelas kurang kondusif untuk
belajar? Bisa dilihat dari pembahasan-pembahasan sebelumnya pada saat
peneliti melakukan wawancara dan observasi bahwa guru yang terlalu lama
menempati satu jenjang misalnya wali kelas pasti mengalami kejenuhan dan
kebosanan juga. Akibatnya guru menjadi tidak berkembang atau berada di
zona nyaman. Materi dari tahun ke tahun hampir sama, metode yang
digunakan juga lebih banyak cara lama yakni ceramah sehingga kurang
menatang kreatifitas para siswa dan juga guru itu sendiri. Kalau ada
perubahan dalam pembelajaran guru juga mendapatkan ilmu baru dan para
siswa juga mendapatkan ilmu sesuai kemampuan mereka. Guru mungkin
mengampuh di kelas itu lebih dari sepuluh tahun tanpa pindah baik naik ke
kelas tiga atau turun ke kelas satu namun perlu menjadi perhatian bahwa para
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
siswa yang datang dan pergi silih berganti guru harus mengenal karakter dari
masing-masing angkatan, tahun kemarin anaknya begitu misalnya pintar dan
pendiam, tahun sekarang anaknya begini misalnya cerewet, tidak bisa diam di
tempat secara intelektual masih banyak yang perlu pendampingan sehingga
gangguan-gangguan kecil yang terjadi dalam kelas bisa ditangani dengan
baik. Kalau semua dari tahun ke tahun dipukul rata ya tidak bisa, kemampuan
dan karakter siswa setiap tahun pasti berbeda-beda. Guru kelas IIB sebagai
guru baru juga masih belajar untuk mengenal karakter dari para siswanya
yang semester sebelumnya dipegang oleh guru yang tegas dan disiplin
sehingga anak bisa tenang dalam belajar sedangkan sekarang dipegang guru
baru siswa seperti merasakan kebebasan sehingga saat ribut ditegur tidak
mengindahkan teguran guru. Ibu RO masih belajar mengenal karakter
siswanya, mau didik secara keras juga belum bisa maka semua butuh proses
dalam pembelajaran mencari strategi yang cocok dan tepat dalam
pendampingan.
Zaman sekarang bukan zaman kuno yang sumber belajar hanya bisa
diambil dari buku paket yang sudah disediakan. Sekarang zaman teknologi
banyak pembelajaran, strategi yang dibisa didapatkan dengan mudah oleh
guru, tinggal mencari dimesin pencarian google sudah bisa menemukan
banyak jawaban yang dibutuhkan. Ketiga guru kelas dua ini bukan guru yang
gagap teknologi, bisa menggunakan teknologi secara khusus pak GK dalam
pembuatan media pembelajaran, dan pembuatan perangkat beliau bisa
mengikut bahkan mau dan rela berbagi mengajarkan dan membantu bapak
ibu guru kelas lain yang lebih tua dari beliau. Yang menjadi kendala adalah
kemauan dari guru untuk mau berubah dan mau menggunakan fasilitas yang
berbau IT dalam pembelajaran atau tidak? Fasilitas sudah disediakan oleh
pihak sekolah namun tidak digunakan atau dimanfaatkan dengan baik.
Terkadang guru baru lebih kreatif dalam membuat pembelajaran
dibandingkan guru lama yang kemungkinan besar sudah bosan dan jenuh
dengan pembelajaran yang rutin seperti itu setiap tahun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
4.3 Temuan-Temuan Lain
Dalam penelitian yang menjadi temuan lain yang didapatkan oleh peneliti
adalah yang pertama terjadi pergantian guru wali kelas di tengah semester.
Kelas IIB semester pertama mendapat wali kelas lain dan semester dua
mendapat wali kelas lain karena beberapa guru mengikuti tes Calon Pegawai
Negeri Sipil (CPNS) dan diterima sehingga tidak melanjutkan kontak kerja
mereka dengan SD Bintang, dan itu sangat berpengaruh pada perkembangan
belajar siswa, para siswa harus menyesuaikan diri lagi dengan guru wali kelas
yang baru, begitu juga sebaliknya. Guru wali kelas walaupun guru lama di
sekolah ini tetapi dari bidang Bimbingan dan Konseling harus masuk menjadi
wali kelas untuk sementara waktu bukan perkara yang mudah juga buat beliau
karena tuntutan kurikulum 2013 mulai dari perancangan pembelajaran hingga
penilaian termasuk berat buat bu RO. Namun beliau berusaha untuk belajar
dan menerima tugas ini, terus mencoba belajar bersama para siswa di kelas
IIB.
Yang kedua perlu adanya rotasi guru karena dalam penelitian peneliti
menemukan salah satu guru wali kelas yang menjadi wali kelas dua sudah
lebih dari sepuluh tahun tidak ada rotasi baik naik tingkat mengajar di kelas
besar maupun turun ke kelas kecil. Kalau ada rotasi misalnya setiap dua tahun
atau tiga tahun guru lebih memiliki banyak pengalaman dan kreatifitas baik
dalam mengembangkan anak didik maupun menambah wawasan guru itu
sendiri karena ada tantangan baru yang akan dihadapi oleh guru bila ada
rotasi tugas mengajar. Namun bila tetap di satu jenjang selama lebih dari lima
bahkan sepuluh tahun bisa juga menjadi salah satu penghambat yang
membuat guru merasa berada di zona nyaman dan menjadi kurang
berkembang dalam menyiapkan pembelajaran karena materinya setiap tahun
misalnya materinya sama seperti tahun kemarin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
BAB V
PENUTUP
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian dan memperoleh data dari berbagai
sumber, maka berdasarkan data-data tersebut dapat diketahui bahwa peran
guru kelas II di Sekolah Dasar Bintang Yogyakarta secara teori guru
mengetahui dan menguasai peran mereka. Namun dalam praktek sehari-
hari di kelas khususnya guru kelas IIA dan IIB belum melaksanakan
perannya dengan baik yaitu dalam pengelolaan kelas, menangani para
siswa yang ramai pada saat pembelajaran masih perlu diperhatikan dan
diperbaiki. Untuk itu diperlukan sikap yang tegas, berwibawa dan kreatif
yang perlu nampak dari pribadi guru dalam mengatur atau mengelola kelas
sehingga bisa berjalan dengan baik, tidak terjadi hambatan-hambatan atau
gangguan-gangguan yang ditimbulkan dari peserta didik maupun dari
sikap guru yang kurang tegas dalam mendampingi peserta didik.
Selain itu butuh kerjasama tim pemilik sekolah, kepala sekolah,
sesama wali kelas, Bapak, ibu guru, karyawan sekolah, orang tua wali
murid dan juga peserta didik untuk bersama-sama saling mendukung
sehingga dapat tercipta suatu iklim pembelajaran yang menyenangkan,
yang efektif dan dapat meningkatkan mutu pembelajaran di SD Bintang
Yogyakarta.
5.2 Keterbatasan Peneliti
Penelitian ini telah dilaksanakan dan disusun berdasarkan kaidah
penulisan serta prosedur ilmiah, namun masih memiliki beberapa
keterbatasan, diantaranya:
1. Penelitian ini terbatas pada peran guru dalam pengelolaan kelas
untuk meningkatkan mutu pendidikan di SD Bintang Yogyakarta
secara khusus di kelas II.
2. Pemilihan salah satu partisipan pada observasi awal berbeda
dengan pada saat penelitian karena terjadi pergantian guru wali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
kelas IIB sehingga peneliti kurang mendapatkan informasi yang
dibutuhkan, guru pengganti bukan guru wali kelas.
5.3 Saran
Berdasarkan kesimpulan, maka dalam kesempatan ini penulis ingin
memberikan saran sebagai berikut:
1. Perlu studi atau penelitian lebih lanjut mengapa secara teori guru
mengetahui dan menguasai peran mereka namun dalam praktek
pembelajaran di kelas sehari-hari belum dilaksanakan dengan baik.
2. Guru kelas sebaiknya tidak lebih dari dua tahun mengajar di kelas atau
jenjang yang sama perlu ada perubahan misalnya naik ke kelas besar atau
turun ke kelas kecil sehingga ada pengalaman baru dalam menyiapkan
perangkat pembelajaran, bahkan menambah ilmu dan wawasan bagi guru
bila ada rotasi wali kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
DAFTAR PUSTAKA
A.M. Sardiman. (2012). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta:
Rajawali Pers.
Ambarita Alben. (2006). Manajemen Pembelajaran. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Arifin, Zainal. (2012). Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Ardi Novan Wiyani. (2013). Manajemen Kelas. Yogjakarta : Ar-Ruzz Media.
Depdiknas. (2003). Undang-undang RI No.20 tahun 2003.tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Djohar. (2006). Guru, pendidikan dan pengembangannya (Penerapan dalam
Pendidikan dalam UU Guru). Jakarta : Rajawali Press.
Dewantara Hadjar Ki. (1994). Kebudayaan, Majelis Luhur Persatuan Taman
Siswa, Yogyakarta.
Driyarkara. (2006). Karya Lengkap Esai-Esai Filsafat Pemikir yang Terlibat
Penuh dalam Perjuangan Bangsanya, PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Fathurrahman, Muhammad dan Sulistyorini. (2012). Belajar & Pembelajaran,
Meningkatkan Mutu Pembelajaran Sesuai Standar Nasional. Yogyakarta:
Teras.
Jihad Asep & Abdul haris. (2012). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi
Presindo.
Kartono St. (2011). Menjadi Guru Untuk Muridku. Yogyakarta: PT Kanisius.
Kompri. (2015). Motivasi Pembelajaran Perspektif Guru dan Siswa. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya Offset.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Lexy J. Moleong. (2011). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Nana Syaodih Sukmadinata. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Ngainun Naim. (2009). Menjadi Guru Inspiratif: Membudayakan dan Mengubah
Jalan Hidup Siswa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rokhmat Mulyana. (2013). Model Pembelajaran Nilai melalui pendidikan Agama
Islam. Saadah Pustaka Mandiri, Jakarta.
Rusman. (2012). Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer Mengembangkan
Profesionalisme Guru abad 21. Bandung: Alfabeta.
Rusman. (2012). Model-Model Pembelajaran.Bandung : Seri manajemen Sekolah
bermutu.
Suharsimi Arikunto. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Suparlan. 2005. Menjadi Guru Efektif. Yogjakarta: Hikayat.
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. (2010). Strategi Belajar mengajar, Cet
4 Jakarta: Reineka Cipta.
Syaiful Bahari Djamarah. (2005). Guru dan anak Didik dalam intraksi edukatif,
Jakarta: Rineka Cipta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 Ayat I dan 2, Republik Indonesia, Jakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan
Dosen.
Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI) Nomor 20 tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1990 Tentang
Pendidikan Dasar.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2007
tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.
Peraturan Umum Kepegawaian (PUK) Yayasan Santo Dominikus Tahun 2018.
Priansa, Donni Juni. (2014). Kinerja dan Profesionalisme Guru.
Bandung:Alfabeta.
Yin, Robert K. (2003). Studi Kasus: Desain & Metode, M.Djauzi Mudjakir
(penerjemah), PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
LAMPIRAN
LEMBAR OBSERVASI FASILITAS KELAS II
Nama Sekolah : SD Bintang Yogyakarta
Hari/Tanggal : Senin 18 Februari 2019
No Aspek Ada Tidak
Keterangan 2a 2b 2c 2a 2b 2c
1 Ruang kelas V V V Ruangan
berukuran
9mx8m
Meja kursi guru V V V Satu set meja
dan kursi guru.
Meja kursi siswa V V V Meja dan kursi
siswa dicat
berbagai
macam warna
ada pink,
merah, biru,
kuning dan
ungu. Jumlah-
nya kelas 2a:
27, kelas 2b:
26 dan kelas
2c: 27 pasang.
Laptop V V V Masing-
masing guru
memiliki
laptop
Liquid Crystal Display/LCD V V V Masing-
masing kelas
terdapat satu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
buah LCD
beserta layar
Speaker V V V Terdapat satu
buah speaker
besar yang
sudah
ditempelkan di
dinding untuk
bel,
pengumuman
yang
terhubung
dengan saluran
pusat di TU.
Satu buah
speaker aktif
kecil untuk
pembelajaran
di kelas.
Sirkulasi udara di dalam kelas
Air Conditioner (AC)
V V V Terdapat
delapan buah
jendela, dua
buah Air
Conditioner
(AC) pada
masing-
masing kelas
Pencahayaan V V V Terdapat lima
buah lampu
pada masing-
masing kelas
Buku-Buku Penunjang V V V Buku-buku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
pembelajaran tematik
dibagikan
kepada para
siswa.
Peraturan dalam kelas V - - Di kelas 2a
ada peraturan
kelas yang
ditempelkan di
depan papan
tulis.
Sedangkan
kelas 2b dan
2c tidak
menemukan
peraturan
secara tertulis
namun guru
selalu
menyinggung
peraturan
bersama
secara lisan.
Tempat Pemajangan hasil
karya siswa
V V V Masing-
masing kelas
memiliki
tempat
pemajangan
hasil karya
siswa
Lemari arsip V V V Masing-
masing kelas
terdapat satu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
lemari besar
untuk tempat
penyimpanan
arsip-arsip
misalnya rapor
para siswa dan
data-data
penting
lainnya.
Rak buku siswa - V V Tempat
penyimpanan
buku tugas
siswa dan juga
buku paket
yang sudah
tidak
digunakan
dalam
pembelajaran.
Satu set peralatan untuk
berdoa.
V V V Masing kelas
terdapat
peralatan yang
digunakan
untuk berdoa
Papan tulis V V V Papan tulis
terdiri dari dua
macam yaitu
satu papan
tulis kotak-
kotak yang
bisa digunakan
saat pelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
matematika,
menggunakan
kapur untuk
menulis dan
satu lagi papan
tulis
whiteboard
alat tulis yang
digunakan
adalah spidol.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
LAMPIRAN RPP KELAS 2A (OBSERVASI KELAS)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
SEKOLAH : SD BINTANG
MATA PELAJARAN : MATEMATIKA
KELAS / SEMESTER : II / DUA
MATERI POKOK : Pengukuran Panjang, Berat, dan Waktu
ALOKASI WAKTU : 10 × 40 menit
A. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Menjelaskan , menentukan, dan melakukan pengukuran panjang (termasuk
jarak), berat, dan waktu dalam satuan baku, yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari.
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR
Kompetensi Dasar (KD) Indikator
1.6. Menjelaskan dan
menentukan panjang
(termasuk jarak), berat,
dan waktu dalam satuan
baku, yang berkaitan
dengan kehidupan
sehari-hari.
1. Siswa dapat menentukan panjang (termasuk
jarak), berat, dan waktu dalam satuan baku.
2. Siswa dapat melakukan pengukuran panjang
(termasuk jarak), berat, dan waktu dalam satuan
baku.
3. Siswa dapat menyelesaikan berbagai
permasalahan yang berkaitan dengan panjang
(termasuk jarak), berat, dan waktu.
4.6 Melakukan pengukuran
panjang (termasuk jarak),
berat, dan waktu dalam
satuan baku, yang
berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari.
1. Dengan merangkum informasi dari berbagai
sumber belajar siswa dapat melakukan resume
secara lengkap, komprehensif dan dibantu guru
dari konsep yang dipahami, keterampilan yang
diperoleh maupun sikap lainnya tentang materi
yang telah dipelajari.
2. Siswa dapat menyajikan secara tertulis dan lisan
hasil pembelajaran atau apa yang telah dipelajari
pada tingkat kelas atau tingkat kelompok mulai
dari apa yang telah dipahami, keterampilan
menentukan panjang (termasuk jarak), berat, dan
waktu dalam satuan baku yang dikuasai, contoh
masalah yang diselesaikan dengan bahasa yang
jelas, sederhana, dan sistematis.
3. Dengan berdiskusi dengan kelompok siswa dapat
memberikan tanggapan hasil presentasi meliputi
tanya jawab untuk mengkonfirmasi, memberikan
tambahan informasi, melengkapi informasi
ataupun tanggapan lainnya.
C. MATERI PEMBELAJARAN
1. Pengukuran Panjang
2. Pengukuran Berat
3. Pengukuran Waktu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
D. METODE PEMBELAJARAN
1. Pendekatan : Proses Ilmiah (Scientific)
2. Model Pembelajaran : Penyingkapan (Discovery) Diskusi, Tanya Jawab, dan
Penugasan
3. Metode :
Diskusi
Tanya jawab
Penugasan
E. MEDIA PEMBELAJARAN
Buku ESPS Matematika untuk SD/MI Kelas II
Power point
QR Code
F. SUMBER BELAJAR
Buku ESPS Matematika untuk SD/MI Kelas II
G. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN Spiritual :Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
Sosial :Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(toleran, gotong royong), santun, dan percaya diri dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan
pergaulan dan keberadaannya
Pengetahuan :Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan
prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian
tampak mata.
Keterampilan :Mengolah, menyaji dan menalar dalam ranah konkret
(menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat)
dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar,
dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan
sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
1) Pertemuan I ( 2 X 40 menit)
Tahap Aktivitas Belajar Waktu
80 menit
Pendahuluan
a. Orientasi
1) Guru mengucapkan salam dan mengecek kehadiran
siswa.
2) Guru menjelaskan secara umum materi Matematika kelas
II tentang pengukuran panjang, berat, dan waktu.
10 menit
b. Apersepsi 1) Guru memberikan gambaran tentang pentingnya
memahami pengukuran panjang, berat, dan waktu.
2) Sebagai apersepsi untuk mendorong rasa ingin tahu dan
berpikir kritis, siswa diminta untuk mengamati dan
menganalisis gambar yang ada pada halaman muka bab
4.
3) Guru merangsang siswa dengan pertanyaan yang
mengarah pada konteks pengukuran panjang, berat, dan
waktu.
4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai.
5) Guru menyampaikan kegunaan memahami materi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
pengukuran panjang, berat, dan waktu.
6) Guru membagi kelompok heterogen, serta meminta siswa
berkolaborasi untuk menyelesaikan masalah.
Kegiatan Inti
1) Guru mengajak siswa untuk memahami konsep awal
pengukuran panjang dengan satuan baku melalui kegiatan
pengantar pada halaman 90.
2) Guru menampilkan peristiwa, kejadian, fenomena,
konteks, atau situasi yang berkaitan dengan pengukuran
panjang benda dengan satuan baku.
3) Guru bersama siswa mendiskusikan mengenai alat yang
digunakan untuk mengukur benda dan cara pengukuran
panjang benda dengan satuan baku.
4) Guru memberikan contoh soal pengukuran panjang benda
dengan satuan baku.
5) Guru meminta beberapa siswa untuk menjawab contoh
soal yang telah diberikan oleh guru.
6) Guru memberikan tugas kepada setiap kelompok untuk
melakukan kegiatan mengenai pengukuran panjang benda
dengan satuan baku pada kegiatan 4.1 halaman 63.
7) Guru secara acak menunjuk salah satu kelompok untuk
menjelaskan hasil jawabannya di depan kelas.
8) Guru bersama dengan siswa menyimpulkan mengenai
pengkuran panjang benda dengan satuan baku.
60 menit
Penutup 1) Guru menanyakan kepada siswa kesan belajar hari ini.
2) Guru memberikan beberapa soal Latihan 1 halaman 92
(nomor 1 dan 2) sebagai bentuk penilaian pengetahuan
dari hasil belajar.
3) Guru memberikan tugas rumah yaitu mengerjakan soal
Latihan 1 halaman 92 (nomor 3).
4) Guru mengingatkan siswa untuk membuat tugas di rumah
dan mengumpulkannya pada pertemuan berikutnya.
5) Guru mengakhiri kegiatan belajar dengan pesan untuk
tetap semangat belajar dan memberi salam, murid
menjawab salam guru.
10 menit
2) Pertemuan II ( 2 X 40 menit)
Tahap Aktivitas Belajar
Waktu
160
menit
Pendahuluan
a. Orientasi
1) Guru mengucapkan salam dan mengecek kehadiran
siswa.
2) Guru menanyakan konsep hasil belajar pada pertemuan
sebelumnya dan siswa memberi jawaban sesuai
pertanyaan guru.
3) Guru meminta siswa mengumpulkan tugas pertemuan
sebelumnya yang sudah dibuat.
10 menit
b. Apersepsi 1) Sebagai apersepsi untuk mendorong rasa ingin tahu dan
berpikir kritis, siswa memahami konsep pengukuran jarak
dengan satuan baku dengan menjawab kegiatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
pengantar yang ada pada halaman 94.
2) Siswa mengamati dan dirangsang untuk mengemukakan
beberapa pertanyaan berkaitan dengan masalah tersebut.
3) Guru merespon pertanyaan yang muncul dengan meminta
siswa menjawab.
4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai.
5) Guru menyampaikan kegunaan memahami pengukuran
jarak dengan satuan baku.
6) Guru membagi kelompok heterogen serta meminta siswa
berkolaborasi untuk menyelesaikan masalah.
Kegiatan Inti
1) Guru meminta siswa pada masing-masing kelompok
untuk mencermati satuan jarak yang sering digunakan
dan pengukuran jarak dengan satuan baku.
2) Guru dan siswa berdiskusi pengukuran jarak dengan
satuan baku, misal: Manakah jarak yang lebih jauh antara
100 m dengan 1 km?
3) Guru memberikan contoh soal mengenai pengukuran
jarak dengan satuan baku..
4) Guru memberikan tugas dan meminta siswa berdiskusi
dalam kelompok untuk melakukan kegiatan pengukuran
jarak dua tempat dengan satuan baku pada kegiatan 4.2
halaman 95.
5) Salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi
sebelum dikumpulkan.
6) Guru bersama dengan siswa menyimpulkan materi yang
telah dipelajari.
60 menit
Penutup 1) Guru menanyakan kepada siswa kesan belajar hari ini.
2) Guru memberikan beberapa soal Latihan 2 halaman 95
(nomor 1− 3) sebagai bentuk penilaian pengetahuan dari
hasil belajar.
3) Guru memberikan tugas rumah mengerjakan soal Latihan
2 halaman 95 (nomor 4 dan 5).
4) Guru mengingatkan siswa untuk membuat tugas di rumah
dan mengumpulkannya pada pertemuan berikutnya.
5) Guru mengakhiri kegiatan belajar dengan pesan untuk
tetap semangat belajar dan memberi salam, murid
menjawab salam guru.
10 menit
3) Pertemuan III ( 4 X 40 menit)
Tahap Aktivitas Belajar Waktu
160
menit
Pendahuluan
a. Orientasi
1) Guru mengucapkan salam dan mengecek kehadiran
siswa.
2) Guru menanyakan konsep hasil belajar pada pertemuan
sebelumnya dan siswa memberi jawaban sesuai
pertanyaan guru.
3) Guru meminta siswa mengumpulkan tugas pertemuan
sebelumnya yang sudah dibuat.
10 menit
b. Apersepsi 1) Sebagai apersepsi untuk mendorong rasa ingin tahu dan
berpikir kritis, siswa diajak untuk memahami konsep
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
awal mengenai pengukuran berat dengan melakukan
kegiatan pengantar halaman 96.
2) Siswa mengamati dan dirangsang untuk mengemukakan
beberapa pertanyaan berkaitan dengan masalah tersebut.
3) Guru merespon pertanyaan yang muncul dengan meminta
siswa menjawab.
4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai.
5) Guru menyampaikan kegunaan memahami pengukuran
berat dengan satuan baku dan penyelesaian permasalahan
yang berkaitan dengan pengukuran berat.
6) Guru membagi kelompok heterogen serta meminta siswa
berkolaborasi untuk menyelesaikan masalah.
Kegiatan Inti
1) Guru memberikan contoh satuan-satuan baku pada
pengukuran berat, cara membaca berat pada jenis-jenis
timbangan dan permasalahan yang berkaitan dengan
pengukuran berat.
2) Guru dan siswa berdiskusi tentang cara membaca berat
pada jenis-jenis timbangan dan permasalahan yang
berkaitan dengan pengukuran berat.
3) Guru menampilkan berbagai contoh masalah sehari-hari
yang berkaitan dengan permasalahan tersebut.
4) Guru memberikan tugas dan meminta siswa berdiskusi
dalam kelompok untuk melakukan kegiatan
memperkirakan dan mengukur berat benda pada kegitan
4.3 halaman 98 dan Latihan 4 halaman 100 (nomor 1 –
3).
5) Guru secara acak meminta salah satu kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi di depa kelas.
6) Guru dan siswa menyimpulkan materi yang telah
dipelajari.
120
menit
Penutup 1) Guru menanyakan kepada siswa kesan belajar hari ini.
2) Guru memberikan beberapa soal Latihan 3 halaman 99
(nomor 1, 2a – b) dan Latihan 4 halaman 100 (nomor 4
dan 5) sebagai bentuk penilaian pengetahuan dari hasil
belajar.
3) Guru memberikan tugas mengerjakan soal Latihan 3
halaman 99 (nomor 1, 2c – d) dan Latihan 4 halaman 100
(nomor 6).
4) Guru mengingatkan siswa untuk membuat tugas di rumah
dan mengumpulkannya pada pertemuan berikutnya.
5) Guru mengakhiri kegiatan belajar dengan pesan untuk
tetap semangat belajar dan memberi salam, murid
menjawab salam guru.
30 menit
4) Pertemuan IV ( 2 X 40 menit)
Tahap Aktivitas Belajar Waktu
80 menit
Pendahuluan
a. Orientasi
1) Guru mengucapkan salam dan mengecek kehadiran
siswa.
2) Guru menanyakan konsep hasil belajar pada pertemuan
sebelumnya dan siswa memberi jawaban sesuai
10 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
pertanyaan guru.
3) Guru meminta siswa mengumpulkan tugas pertemuan
sebelumnya yang sudah dibuat.
b. Apersepsi 1) Sebagai apersepsi untuk mendorong rasa ingin tahu dan
berpikir kritis, siswa memahami konsep awal mengenai
pengukuran waktu dengan melakukan kegiatan
pengantar halaman 101.
2) Siswa mengamati dan dirangsang untuk mengemukakan
beberapa pertanyaan berkaitan dengan masalah tersebut.
3) Guru merespon pertanyaan yang muncul dengan meminta
siswa menjawab.
4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai.
5) Guru menyampaikan kegunaan memahami pengukuran
waktu.
6) Guru membagi kelompok heterogen serta meminta siswa
berkolaborasi untuk menyelesaikan masalah.
Kegiatan Inti
1) Guru meminta siswa pada masing-masing kelompok
untuk mencermati waktu yang ditunjukkan pada jam
analog dan jam digital.
2) Guru dan siswa berdiskusi mengenai bagaimana
membaca dan menulis tanda waktu yang ditunjukkan jam
analog dan digital.
3) Guru memberikan contoh soal mengenai cara membaca
dan menulis tanda waktu yang ditunjukkan jam analog
dan digital.
4) Guru memberikan tugas dan meminta siswa berdiskusi
dalam kelompok untuk mengerjakan Latihan 5 halaman
102 (nomor 1a−d, 2a−b) dan Latihan 6 halaman 104
(nomor 1a−d, 2a−b).
5) Guru secara acak menunjuk salah satu kelompok untuk
menjelaskan hasil diskusi di depan kelas.
6) Guru bersama dengan siswa menyimpulkan materi yang
telah dipelajari.
60 menit
Penutup 1) Guru menanyakan kepada siswa kesan belajar hari ini.
2) Guru memberikan beberapa soal Latihan 5 halaman 102
(nomor 3) dan latihan 6 halaman 104 (nomor 1a−d, 2c−d)
sebagai bentuk penilaian pengetahuan dari hasil belajar.
3) Guru memberikan tugas rumah mengerjakan Latihan 5
halaman 102 (nomor 4) dan latihan 6 halaman 104
(nomor 1a−d, 2e−f).
4) Guru mengingatkan siswa untuk membuat tugas di rumah
dan mengumpulkannya pada pertemuan berikutnya.
5) Guru mengakhiri kegiatan belajar dengan pesan untuk
tetap semangat belajar dan memberi salam, murid
menjawab salam guru.
10 menit
5) Pertemuan V ( 2 X 40 menit)
Tahap Aktivitas Belajar Waktu
80 menit
Pendahuluan
a. Orientasi
1) Guru mengucapkan salam dan mengecek kehadiran
siswa. 10 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
2) Guru menanyakan konsep hasil belajar pada pertemuan
sebelumnya dan siswa memberi jawaban sesuai
pertanyaan guru.
3) Guru meminta siswa mengumpulkan tugas pertemuan
sebelumnya yang sudah dibuat.
b. Apersepsi 1) Sebagai apersepsi untuk mendorong rasa ingin tahu dan
berpikir kritis, guru memberikan konsep mengenai
menentukan lama waktu.
2) Siswa mengamati dan dirangsang untuk mengemukakan
beberapa pertanyaan berkaitan dengan masalah tersebut.
3) Guru merespon pertanyaan yang muncul dengan meminta
siswa menjawab.
4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai.
5) Guru membagi kelompok heterogen serta meminta siswa
berkolaborasi untuk menyelesaikan masalah.
Kegiatan Inti
1) Guru meminta siswa pada masing-masing kelompok
untuk mencermati lama waktu yang ditunjukkan
stopwatch yang sebelumnya dibawa oleh guru.
2) Guru dan siswa berdiskusi mengenai bagaimana
menentukan lama waktu, misal: Ayu memulai les
matematika pukul 15.00 dan selesai pukul 17.00, berapa
lama Ayu les matematika?
3) Guru memberikan contoh soal mengenai cara
menentukan lama waktu.
4) Guru memberikan tugas dan meminta siswa berdiskusi
dalam kelompok untuk mengerjakan Kuis halaman 107,
Latihan 7 halaman 106 (bagian A), dan Latihan 8
halaman 107 (nomor 1 – 2).
5) Guru secara acak menunjuk beberapa siswa untuk
menjelaskan hasil diskusi di depan kelas.
6) Guru bersama dengan siswa menyimpulkan materi yang
telah dipelajari.
60 menit
Penutup 1) Guru menanyakan kepada siswa kesan belajar hari ini.
2) Guru memberikan beberapa soal Latihan Ulangan Bab 4
halaman 108 sebagai bentuk penilaian pengetahuan dari
hasil belajar mengenai bab panjang, berat, dan waktu.
3) Guru memberikan tugas rumah mengerjakan Latihan 7
halaman 106 (bagian B), dan Latihan 8 halaman 107
(nomor 3 – 5).
4) Guru mengingatkan siswa untuk membuat tugas di rumah
dan mengumpulkannya pada pertemuan berikutnya.
5) Guru mengakhiri kegiatan belajar dengan pesan untuk
tetap semangat belajar dan memberi salam, murid
menjawab salam guru.
10 menit
H. PENILAIAN HASIL BELAJAR
Aspek Teknik Penilaian Bentuk Instrumen
Sikap
a. Terlibat aktif dalam kegiatan
pembelajaran yang
dilakukan.
Observasi selama kegiatan
belajar
Catatan dalam Jurnal guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
b. Bekerjasama dalam kegiatan
kelompok.
c. Toleran terhadap proses
pemecahan masalah yang
berbeda dan kreatif.
d. Peduli dalam kegiatan
pembelajaran.
e. Disiplin selama proses
pembelajaran.
f. Jujur dalam menjawab
permasalahan yang
diberikan.
g. Tanggung jawab dalam
menyelesaikan tugas.
Pengetahuan
Menyelesaikan soal yang relevan.
Penugasan :
a) Tugas Individu
Rubrik penilaian Tugas
individu
b) Tugas Kelompok
Rubrik Penilain tugas
kelompok
Ketrampilan
Terampil menerapkan
konsep/prinsip dan strategi
pemecahan masalah yang relevan
yang berkaitan dengan
pengukuran panjang, berat, dan
waktu.
Portofolio Rubrik penilaian
presentasi
Daftar ceklis
keterampilan
I. Instrumen Penilaian hasil Belajar
1. Penilaian Sikap : Observasi
2. Penilaian Pengetahuan : Penugasan
3. Penilaian Ketrampilan : Portofolio
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
1. LEMBAR PENGAMATAN PENILAIAN SIKAP
Penilaian Observasi
Satuan Pendidikan : SD BINTANG
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/ Semester : II / 2
Tahun Pelajaran : 2017/2018
Waktu Pengamatan : Pada saat Pelaksanaan pembelajaran.
Kompetensi dasar :
2.1. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleran, gotong
royong), santun, dan percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya
Indikator : 1. Aktif
: 2. Kerjasama
: 3. Toleran
Rubrik:
Indikator sikap aktif dalam pembelajaran:
1. Kurang baik jika menunjukkan sama sekali tidak ambil bagian dalam
pembelajaran
2. Cukup jika menunjukkan ada sedikit usaha ambil bagian dalam pembelajaran
tetapi belum ajeg/konsisten
3. Baik jika menunjukkan sudah ada usaha ambil bagian dalam pembelajaran
tetapi belum ajeg/konsisten
4. Sangat baik jika menunjukkan sudah ambil bagian dalam menyelesaikan
tugas kelompok secara terus menerus dan ajeg/konsisten
Indikator sikap bekerjasama dalam kegiatan kelompok.
1. Kurang baik jika sama sekali tidak berusaha untuk bekerjasama dalam
kegiatan kelompok.
2. Cukup jika menunjukkan ada sedikit usaha untuk bekerjasama dalam
kegiatan kelompok tetapi masih belum ajeg/konsisten.
3. Baik jika menunjukkan sudah ada usaha untuk bekerjasama dalam kegiatan
kelompok tetapi masih belum ajeg/konsisten.
4. Sangat baik jika menunjukkan adanya usaha bekerjasama dalam kegiatan
kelompok secara terus menerus dan ajeg/konsisten.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Indikator sikap toleran terhadap proses pemecahan masalah yang berbeda dan
kreatif.
1. Kurang baik jika sama sekali tidak bersikap toleran terhadap proses
pemecahan masalah yang berbeda dan kreatif.
2. Cukup jika menunjukkan ada sedikit usaha untuk bersikap toleran terhadap
proses pemecahan masalah yang berbeda dan kreatif tetapi masuih belum
ajeg/konsisten
3. Baik jika menunjukkan sudah ada usaha untuk bersikap toleran terhadap
proses pemecahan masalah yang berbeda dan kreatif tetapi masuih belum
ajeg/konsisten.
4. Sangat baik jika menunjukkan sudah ada usaha untuk bersikap toleran
terhadap proses pemecahan masalah yang berbeda dan kreatif secara terus
menerus dan ajeg/konsisten.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Bubuhkan tanda √ pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan
No Nama
siswa
Sikap
Tanggung
Jawab Jujur Peduli Kerja Sama Santun Percaya Diri Disiplin
K C B SB K C B SB K C B SB K C B SB K C B SB K C B SB K C B SB
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Keterangan:
K : Kurang
C : Cukup
B : Baik
SB : Sangat Baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
2. LEMBAR PENGAMATAN PENGETAHUAN
Penugasan
Satuan Pendidikan : SD BINTANG
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas : II
Kompetensi dasar
3.6 Menjelaskan dan menentukan panjang (termasuk jarak), berat, dan waktu
alam satuan baku, yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
Selesaikan soal-soal Latihan Ulangan Bab 4 halaman 108 - 110
Rubrik Penilaian
No. Kriteria Kelompok
4 3 2 1
1 Kesesuaian dengan konsep dan prinsip
matematika
2 Ketepatan memilih bahan
3 Kreativitas
4 Ketepatan waktu pengumpulan tugas
5 Kerapihan hasil
Jumlah skor
Keterangan:
4 = sangat baik
3 = baik
2 = cukup baik
1 = kurang baik
Nilai Perolehan =50
SkorJumlah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
LAMPIRAN OBSERVASI DI KELAS II
SD BINTANG YOGYAKARTA
A. Kelas IIA (Kunci Penelitian)
Hari ini Kamis 20 Februari 2019 Peneliti diberi kesempatan untuk boleh
observasi di kelas IIA. Pengalaman yang paling menyenangkan bisa belajar
bersama para siswa di kelas ini. Peneliti meminta ijin untuk ikut belajar
bersama para siswa dari pagi hingga pulang sekolah, namun ternyata siang
jam 09.15 sampai pukul 11.00 WIB, Kelas IIA ada pelajaran Mandarin jadi
tidak bisa masuk full di kelas ini. Dan pagi ini setelah doa pagi dan perwalian
peneliti diperkenankan masuk kelas mulai pukul 07.40 – 08.45 WIB, untuk
melakukan observasi pada pelajaran tematik khususnya pelajaran Pendidikan
dan Kesehatan (Penjaskes) di lapangan.
Tema yang digunakan pada pembelajaran hari ini adalah kerjasama antar
teman untuk bisa melatih kedisiplinan para siswa dalam baris berbaris ( hadap
kiri, hadap kanan, balik kiri, balik kanan) dan juga ada permainan bersama
menyebutkan nama benda. Sebenarnya pelajaran kali ini menyenangkan
hanya karena siswanya termasuk dalam kelas yang butuh extra perhatian
(siswa perempuan banyak yang cerewat, yang putra banyak yang masih suka
main atau jalan-jalan ke sana kemari sesuai keinginan atau ngobrol dengan
temannya, belum mandiri, kalau salah ditegur menangis, tidak bisa menjawab
pertanyaan guru juga menangis. Butuh extra tenaga dari guru (Pak GK) dalam
mendampingi mereka belajar di luar kelas.
Suara harus keras dan harus tegas sehingga siswa bisa mengikuti
pembelajaran. Untuk satu guru mendampingi duapuluh tujuh siswa di
lapangan terbuka seperti itu sangat berat. Peneliti juga ikut membantu guru
tersebut mengatur siswa tetapi hanya diam sebentar saja, kalau guru tidak
memperhatikan mereka ramai lagi. Sikap kurang menghargai orang lain
sangat nampak, guru berbicara di depan mereka ngobrol sendiri, ditegur
temanpun juga tidak diikuti, sampai gurunya agak keras dalam menegur baru
mereka bisa ikut atau diam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Setelah selesai Olah raga guru mengajak siswa untuk melakukan
permainan sederhana menyebutkan nama tanaman, nama hewan, nama buah
secara berurutan, dengan syarat tidak boleh menyebutkan nama buah,
sayuran, hewan atau tanaman tersebut dua kali, jadi yang salah harus keluar
dari barisan permainan tersebut dan mereka mendapat hukuman menyanyi
sambil joget. Namun ada salah satu siswa yang walaupun tidak bisa
menjawab sampai dua atau tiga kali putaran tidak mau keluar dari barisan.
Saat diminta oleh guru dan teman-temannya untuk sportif dia langsung
menangis dengan keras, jadi hukuman itu tidak berlaku buat siswa tersebut.
Untuk pagi hari ini peran guru dalam pembelajaran sebagai motivator dan
fasilitator yang sabar dalam menghadapi karakteristik siswanya di kelas.
Pukul 11.00 sampai pukul 12.00 peneliti masuk kembali ke kelas IIA saat
pembelajaran matematika. Pembelajaran siang ini memang ramai tapi
menyenangkan karena pembelajarannya menarik yaitu menimbang berat
barang-barang keperluan rumah tangga yang sudah dipersiapkan dan dibawah
oleh siswa dari rumah masing-masing. Jadi setiap kelompok harus membawa
satu timbangan dengan keperluan rumah tangga seperti sayuran buah-buahan
bahkan beras atau tepung, gula pasir dan bumbu dapur. Mereka harus
menimbang barang-barang yang mereka bawah baik dalam bentuk ons, gram
dan kilogram.
Melihat tingkah lucu mereka dengan kebingungannya bagaimana cara
menulis angka-angka ditimbangan, lihatnya bagaimana, hitungnya
bagaimana, walaupun sudah dijelaskan tetap saja mereka masih bingung dari
ons naik ke gram atau ke kilogram hitungnya bagaimana? Yang menarik buat
saya sebagai peneliti yang siang ini bisa belajar bersama mereka adalah
bahwa walaupun kelas ramai tapi masih ada siswa yang aktif dan bertanya ke
guru kelas mereka bahkan ke saya bagaimana caranya menghitungnya.
Di sini saya melihat guru Gk dengan sabar mendamping para siswa
menyelesaikan tugas-tugas mereka menimbang benda-benda yang mereka
bawa dari rumah dan menuliskan pada buku mereka masing-masing.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Memberi semangat dan mendampingi dengan sabar para siswa yang belum
selesai mengerjakan tugas mereka.
B. Kelas II B ( Kelas Partisipan Penelitian)
Selasa 26 Februari 2019 Pukul 07.40 sampai pukul 08.45 peneliti
mendapat kesempatan untuk observasi di kelas IIB saat tematik Bahasa
Indonesia tentang unsur-unsur pokok dalam sebuah cerita yaitu ada tema atau
judul, ada tokoh, watak, latar belakang cerita, alur cerita dan amanat atau
pesan dari cerita tersebut. Guru (ibu RO) memberi contoh salah satu cerita
rakyat tentang “Tikus dan Singa”. Setelah dibahas bersama judulnya apa?
Tokoh apa saja? Watak dari masing-masing tokoh, Latar belakang, Alurnya
bagaimana dan pesannya apa? Kemudian guru membagikan lembar kerja
untuk siswa cerita lain dengan judul “Pemburu dan Seekor Harimau”. Para
siswa diminta untuk menuliskan unsur-unsur pokok apa saja yang ada dalam
cerita tersebut.
Saat pembelajaran kelas sedikit ramai dan guru extra tenaga untuk
menjaga agar kelas bisa kondusif untuk belajar. Jumlah siswa yang mengikuti
pembelajaran hari ini berjumlah duapuluh enam orang Penulis juga akhirnya
ikut terlibat membantu mengawasi dan meminta anak-anak yang ramai,
ngobrol sendiri dan jalan-jalan untuk kembali ke tempat duduk dan ikut
belajar menuliskan jawaban-jawaban yang telah diminta oleh guru. Memang
kelas ini ada pengecualian karena terjadi pergantian guru kelas di tengah-
tengah semester jadi baik guru dan siswa masih berusaha untuk
menyesuaikan diri satu sama lain.
Guru di kelas IIB ini memang guru lama di sekolah ini hanya keahlian
yang dimilikinya adalah sebagai seorang guru Bimbingan Konseling bukan
guru kelas, hanya karena satu dan lain hal serta kekurangan guru maka beliau
diminta untuk sementara waktu menjadi guru wali kelas di kelas IIB sampai
akhir semester ini kalau sudah mendapatkan guru. Beliau sempat
menyampaikan permohonan maaf kepada Peneliti karena kondisi kelas yang
kurang kondusif saat pembelajaran. Buat saya pribadi, bapak ibu guru yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
asli lulusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, bahkan guru yang lamapun
masih susah dalam mengelolah kelas apalagi di kelas kecil, apalagi guru wali
kelas baru masih perlu belajar untuk bisa mengelolah dan menguasai kelas
seperti guru-guru yang menjadi teladan atau guru-guru favorit yang dijuluki
oleh orang tua murid. Yang jelas perannya di kelas untuk mendamping,
membimbing, menjadi motivator, fasilitator bagi siswa sudah bisa dijalankan
oleh guru demi mendidik putra dan putri menjadi lebih baik dalam belajar.
C. Kelas IIC (Kelas Partisipan Penelitian)
Selasa 19 Februari 2019 Pukul 09.15 sampai pukul 11.00 WIB. Peneliti
melakukan observasi di kelas IIC. Saat itu Kelas IIC pelajaran tematik dan
pelajaran yang dibahas adalah pelajaran Bahasa Indonesia dan PPKn
menceritakan pengalaman pribadi siswa bekerjasama dan bermain bersama
dengan temannya. Siswa diminta oleh guru (ibu RH) untuk menuliskan
ceritanya terlebih dahulu dibuku tematik mereka masing-masing dan
kemudian setelah semua siswa selesai mengerjakan tugasnya diminta untuk
satu persatu membagikan hasil kerja mereka atau membacakan cerita mereka
di depan kelas, yang menarik buat peneliti adalah peraturan atau perjanjian
yang telah disepakati bersama di kelas itu sungguh sangat diberlakukan.
Siswa sangat membantu guru dalam belajar kalau ada temannya yang ramai
atau jalan-jalan di kelas siswa langsung melaporkan ke guru mereka dan
sebagai hukumannya siswa yang ramai tersebut walaupun belum mendapat
giliran untuk bercerita di depan kelas harus maju lebih dulu untuk bercerita.
Di sini peran guru sebagai seorang pemimpin, fasilitatir, motivator sangat
terlihat dengan jelas, dimana guru berusaha untuk menciptakan kelasnya
supaya bisa nyaman, aman dan tertib dalam belajar. Kerja sama dan
komunikasi yang baik dari para siswa dengan guru, sikap saling menghormati
dan menghargai orang lain juga bisa terlihat saat teman yang satu berbicara di
depan kelas, siswa yang lain berusaha untuk mendengarkan dan menyimak
cerita temannya sehingga saat temannya selesai bercerita dan guru bertanya
tentang cerita yang baru saja diceritakan oleh temannya apa saja? Dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
siapa dia bermain? Di lokasi atau tempat bermainnya di mana, para siswa bisa
menjawab dengan baik pertanyaan guru tersebut. Jadi peran guru sebagai
fasilitator, sebagai pendamping atau pembimbing, sebagai komunikator,
sebagai motivator bisa terlihat dalam pembelajaran di kelas ini.
Penanaman karakter dari para siswa walaupun kelas kecil sudah terbentuk
dengan baik. Memang tidak semua sempurna masih ada satu dua para siswa
yang suka jalan-jalan atau mengganggu temannya saat pembelajaran tetapi
guru berusaha untuk meminta siswa-siswa tersebut duduknya dipindahkan di
depan kelas agar dekat dengan meja guru sehingga guru bisa lebih mudah
mengontrol mereka saat ramai atau saat mengganggu temannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
LAMPIRAN WAWANCARA SEMI TERSTRUKTUR
DI SD BINTANG YOGYAKARTA.
A. Identitas Narasumber (Pertanyaan untuk Kepala Sekolah) Partisipan
Nama : TT
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Pendidikan Terakhir : S1
Mulai berkarya : tahun 2004
Tanggal Wawancara : Kamis 28 Februari 2019
Pukul : 08.00 – 09.00 WIB
Tempat : Ruang tamu Kepala Sekolah
1. Dari ketiga guru di kelas dua guru mana yang lebih lama menjadi wali
kelas dua? Pak Kepala sekolah menjawab bahwa yang lebih lama adalah
pak Gk kurang lebih dua belas tahun menjadi wali kelas kemudian ibu Rh
kurang lebih enam tahun dan yang terakhir ibu Ro mulai awal semester ini
karena ada satu dua hal yang membuat terjadi pergantian guru ditengah
semester (beberapa guru yang mengikuti tes CPNS) dan tidak
memberitahu sebelumnya ke pihak sekolah jadi agak susah untuk
mendapatkan guru baru ditengah semester seperti ini maka saya selaku
pemimpin disini melakukan pemetaan ulang dan untuk sementara
memanfaatkan guru-guru yang ada dulu yang setidaknya siswa sudah
kenal dengan bapak ibu gurunya dibandingkan guru baru yang kami
sendiri pun belum tentu mengetahui kualitas mereka dengan baik. Jadi cari
guru sambil jalan atau kalau dapat dikader dulu supaya lebih baik dalam
memegang kelas.
2. Apakah ada kriteria yang ditentukan oleh sekolah ini misalnya guru A
cocok di kelas kecil dan guru B cocok di kelas besar sehingga sampai
bertahun-tahun mengajar di kelas yang sama? Apakah tidak bosan?
Untuk penempatan guru pada kelas-kelas bisanya ada pemetaan yang
dilakukan oleh kepala sekolah dan juga melihat kemampuan dari guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
tersebut, apalagi kurikulum 2013 pembelajaranya tematik dimana guru
harus bisa menguasai semua mata pelajaran Bahasa Indonesia, IPA, IPS,
Matematika, PKn karena sekarang tidak ada guru bidang studi lagi kecuali
Pendidikan Agama, Mandarin, komputer dan Penjaskes yang masih guru
bidang studi jadi harus bisa mengetahui kemampuan guru. Guru ini tidak
cocok di kelas kecil berarti cocoknya di kelas besar yang di kelas besar
juga belum tentu bisa mengampu di kelas kecil.
Ada beberapa guru sudah dicoba untuk naik ke kelas besar dari
kelas kecil tetapi ternyata banyak mengalami kesulitan dan komplin dan
orang tua wali murid jadi hanya bisa di kelas kecil. Bahkan ada juga yang
dari kelas besar turun ke kelas kecil misalnya dari kelas enam turun ke
kelas satu itu bisa terjadi. Untuk siswa-siswi di sekolah ini misalnya kelas
satu di kelas A nanti naik di kelas dua juga mereka masih satu kelas yang
sama entah di kelas B atau C bahkan juga di kelas A. Setelah di kelas tiga
baru ada pembagian kelas siswa-siswinya mulai dipencar atau dibagi tidak
satu kelas lagi atau bertemu murid yang sama.
Untuk menjadi guru kelas dua sebenarnya enak kalau siswa dari
kelas satu sudah terbentuk (baca,tulis,penanaman karakter) di kelas dua
tinggal melanjutkan tapi kalau di kelas satu juga belum terbentuk dengan
baik guru kelas dua punya tugas dan tanggung jawab yang besar untuk
membentuk mereka sehingga di kelas tiga tidak menghadapi kesulitan.
Namun terkadang di kelas satu terbentuk dengan baik di kelas dua hancur
dan di kelas tiga harus extra lagi gurunya untuk membentuk siswa
tersebut. Ujung- ujungnya saling menyalahkan guru kelas dua
menyalahkan guru kelas satu, guru kelas tiga menyalahkan guru kelas dua
karena memaksakan diri untuk menaikkan siswa yang masih mengalami
kesulitan dan guru kelas satu menyalahkan tim penerima siswa baru
kenapa bisa lolos tes dan macam-macam alasannya.
3. Sedangkan untuk hasil belajar sekolah ini bagaimana pak? Untuk hasil
belajar dan kelulusan selama lima tahun terakhir selalu seratus persen, soal
nilai selalu naik turun tergantung kualitas peserta didik dan tidak hanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
sekolah ini hampir semua sekolah dasar di Kota Yogyakarta pasti
mengalami naik dan turunya prestasi atau hasil belajarnya. Yang jelas
untuk kelulusan semua selalu lulus 100% setiap tahun ajarannya hanya
peringkatnya naik turun tetapi selalu masuk sepuluh besar untuk SD
Wilayah kota Yogyakarta.
B. Identitas Narasumber (Pertanyaan untuk Guru Kelas 2a) Kunci
Penelitian
Nama : GK
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Pendidikan Terakhir : S1 PGSD lulus tahun 2004
Mulai berkarya tahun : Tahun 2004
Tahun lahir : 1981 ( 38 Tahun)
Tanggal Wawancara : Rabu 27 Februari 2019
Pukul : 09.15 – 10.00 WIB
Tempat : Ruang Bimbingan dan Konseling
Garis besar pertanyaan:
1. Sudah berapa lama Bapak mengajar atau menjadi wali kelas 2A?
Kurang lebih dua belas tahun mengajar di kelas IIA
2. Bagaimana Perasaan Bapak senang atau tidak mengajar di kelas 2?
Secara umum senang bisa mendamping anak-anak di kelas 2.
3. Apa saja peran yang sudah dilakukan oleh guru dalam pembelajaran di
kelas? Pak Gk menjawab bahwa peran yang utama yang harus dimiliki oleh
guru adalah karena guru itu adalah seorang manajer di kelas maka guru harus
bisa merancang pembelajaran (membuat persiapan mengajar, baik itu RPP,
Silabus, Program Tahunan, Program Semester yang diperlukan sehingga bisa
digunakan untuk mengajar baik selama satu semester maupun selama satu
tahun pelajaran dan biasanya menyusun perangkat pembelajaran itu bersama-
sama satu rombel misalnya guru kelas satu tiga orang ya mereka bertiga
kumpul dan buat bersama sama-sama begitu juga dengan guru kelas dua, tiga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
dan seterusnya bahkan program pembuatan perangkat pembelajaran itu sudah
diagendakan oleh sekolah misalnya semester satu bulan Juni dan Juli sudah
diagendakan untuk buat bersama, kalau semester dua biasanya di bulan
Desember setelah ujian akhir semester satu kami sudah mulai buat perangkat
sehingga bisa digunakan saat pembelajaran sudah mulai efektif.
Saat perangkat ini digunakan dalam mengajarpun antara ketiga guru ini
masih berkoordinasi dengan baik misalnya minggu ini tema berapa yang
diajarkan materinya diambil dari buku apa karena banyak buku pegangan
yang dimiliki oleh guru biar bisa sama antara ketiga kelas tersebut. Kalau
mau praktek, materi apa yang digunakan untuk praktek, bahan yang harus
disiapkan pun juga harus dikoordinasikan biar orang tua murid itu tidak ribut
di luar ko kelas ini lebih dulu, kelas ini paling tertinggal sendiri jadi harus
kerjasama tim antar sesama wali kelas.
4. Selain sebagai manajer kelas dalam merancang pembelajaran peran guru
apa lagi yang biasa digunakan oleh Pak Ga? Kalau guru sudah merancang
suatu pembelajaran dengan baik guru harus mengurus dan menata berbagai
sarana atau fasilitas yang diperlukan untuk pembelajaran di kelas misalnya
menata letak sarana belajar yang dibutuhkan misalnya buku-buku yang
diperlukan, LCD berfungsi dengan baik atau tidak, Pembelajarannya ada
diskusi kelompok atau tidak? Kalau diskusi kelompok tempat duduk harus
ditata sedemikian rupa sehingga tidak memakan waktu pembelajaran, karena
kalau kelas kecil kita tidak menyiapkan dengan baik saat mulai pelajaran baru
menyiapkan biasanya agak susah, kalau sudah diminta untuk masuk
kelompok masing-masing itu kesempatan untuk bisa ngobrol atau jalan-jalan
dulu, lari-lari dulu dan itu extra tenaga untuk bisa mengatur mereka untuk
siap memulai pembelajaran yang lebih tertib dan kondusif.
5. Kalau peran guru sebagai motivator itu seperti apa pak Gk? Kalau
Motivator itu kan penyemangat jadi guru harus bisa memberi masukan atau
dorongan kepada siswa untuk belajar menyelesaikan segala tugas yang
diberikan saat pembelajaran contohnya misalnya ada perjanjian di kelas siapa
yang lebih dulu mengumpulkan hasil kerjanya akan mendapat bintang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
sedangkan yang tidak menyelesaikan tugasnya bintangnya dikurangi dapat
kartu kuning atau kartu merah. Hal- hal ini bisa menjadi penyemangat buat
siswa untuk belajar lebih bertanggung jawab dengan segala tugas mereka
walaupun awal-awal itu menjadi suatu paksaan namun lama kelamaan bisa
menjadi suatu kebiasaan yang baik buat siswa dalam bersaing mendapatkan
nilai yang bagus.
C. Identitas Narasumber (Pertanyaan untuk Guru Kelas 2B) Partisipan
Nama : RO
Jenis Kelamin : Perempuan
Lahir tahun : 1987 (32 Tahun)
Pendidikan Terakhir : S1Bimbingan dan Konseling ( 2010)
Mulai berkarya : Tahun 2014
Tanggal Wawancara : Selasa 26 Februari 2019
Pukul : 09.00 – 09.15 WIB
Tempat : Ruang kelas IIB
Garis besar pertanyaan:
1. Sudah berapa lama ibu mengajar atau menjadi wali kelas 2B?
Saya baru mengajar sebagai wali kelas 2B kurang lebih satu setengah bulan,
kalau bekerja di sekolah ini sudah sekitar lima tahun.
2. Bagaimana Perasaan ibu senang atau tidak mengajar di kelas 2?
Kalau dengan anak-anak saya senang, menjadi guru BK juga senang hanya
menjadi wali kelas masih proses untuk belajar lagi, dan itu tidak mudah buat
saya pribadi. Namun secara umum saya senang dengan anak-anak dan
mencoba menikmati tugas saya yang baru.
3. Peran guru sebagai konselor itu seperti apa? Buat ibu RO guru sebagai
konselor itu guru harus bisa mengenal karakter dari masing-masing siswa
yang ada di dalam kelasnya. Jadi misalnya jumlah siswa duapuluh tujuh
orang berarti ada duapuluh tujuh karakter yang harus bisa dikuasai oleh guru,
si A baca tulisnya sudah lancar atau belum, Si B punya kesulitan apa dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
lain-lain sehingga kita sebagai guru bisa menyelesaikan masalah mereka
dengan baik dan benar. Siswanya belum lancar baca ya bagaimana cara kita
melatih sehingga dia mau belajar membaca, tidak mau mengerjakan tugas,
ramai saja di kelas atau jalan-jalan terus harus dicari tahu sebenarnya ada apa
dengan siswa tersebut baik di rumah maupun di sekolah. Guru harus pintar-
pintar membangun komunikasi dengan peserta didik maupun orang tua
murid.
4. Pertanyaan saya selanjutnya kepada beliau lebih enak mana bu jadi guru BK
atau jadi guru wali kelas? Beliau berkata kalau disuruh memilih ya lebih
enak jadi guru BK tetapi karena dibutuhkan maka saya harus bisa
menyelesaikan tugas dan kepercayaan yang diberikan oleh kepala sekolah
kepada saya untuk menjadi wali kelas IIB ini. Saya harus banyak belajar
khususnya dalam mengajar tematik dimana semua mata pelajaran harus bisa
saya kuasai itu tidak mudah, masih harus belajar mengenal karakter siswa-
siswi di kelas saya yang baru, masih harus berjuang jadi mungkin dalam
mengelola kelas belum sesuai dengan yang peneliti harapkan saat observasi
tadi.
D. Identitas Narasumber (Pertanyaan untuk Guru Kelas 2C) Partisipan
Nama : RH
Jenis Kelamin : Perempuan
Tahun lahir : tahun 1971
Pendidikan Terakhir : S1 Bahasa Inggris
Mulai berkarya : Tahun 2002 (17 tahun)
Tanggal Wawancara : Selasa 19 Februari 2019
Pukul : 12.00 -12.30 WIB
Garis besar pertanyaan:
1. Sudah berapa lama ibu mengajar atau menjadi wali kelas 2C)
Saya menjadi wali kelas IIC dari tahun 2015 jadi kurang lebih empat tahun.
Kalau lama kerja di sekolah ini jalan tujuh belas tahun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
2. Bagaimana Perasaan ibu senang atau tidak mengajar di kelas 2C?
Senang-senang saja mengajar di kelas II, apalagi kalau dapat siswanya yang
enak, tidak banyak gaya, bisa diajak kerjasama itu lebih menyenangkan lagi.
Dan tahun ini saya bersyukur dapat siswa yang enak, anteng, bisa diajak
kerjasama jadi tidak terlalu menguras tenaga dalam mendampingi mereka.
Dari kelas satu sudah terbentuk kelasnya (wali kelas I) tegas dan disiplin jadi
anaknya terbentuk.
3. Apa saja peran guru dalam suatu pembelajaran di kelas? Jawaban ibu RH
adalah guru sebagai manajer kelas atau sebagai perancang pembelajaran, guru
sebagai pengelola pembelajaran, sebagai motivator, dan sebagai fasilitator
dan yang terakhir sebagai pelaksana kurikulum. Untuk pembuatan perangkat
pembelajaran di sekolah ini buat bersama satu rombel misalnya guru kelas
dua yang semua guru kelas dua buat bersama, sedangkan pelaksanaan RPP
juga diharapkan bisa dilaksanakan sesuai yang ada dalam pembuatan RPP.
Misalnya minggu ini tema berapa, sub tema berapa pembelajaran ke berapa
kalau bisa tiga kelas ini bisa jalan bersama.
Oleh karena itu butuh kreatifitas dari guru masing-masing dalam
mempersiapkan pelaksanaan pembelajarannya sehingga siswa bisa mengikuti
atau tidak tertinggal dari kelas lain, karena kalau tertinggal terkadang diantara
sesama orang tua murid saling cek kelas A sampai dimana, kelas B sampai
dimana dan kelas C sampai dimana? Dan kalau terlambat mereka pasti akan
komplin juga ke gurunya. Jadi guru harus pintar-pintar memberi dorongan
atau motivasi kepada para siswa sehingga mau belajar, mau mengerjakan
tugas dan lain-lain. Masing-masing kelas pasti ada siswa yang membutuhkan
pendampingan khusus baik dalam membaca yang belum lancar, menulis, dan
berhitung. Biasanya ada tambahan pelajaran sepulang sekolah buat para siswa
yang masih membutuhkan pendampingan karena kalau mengulang materi lagi
kasihan siswa yang sudah bisa dan hari efektif juga terbatas karena satu sub
tema ada enam pembelajaran, sedangkan di sini hanya lima hari sekolah jadi
guru harus pintar-pintar mengatur waktu, sehingga semua pembelajaran
dalam satu sub tema bisa diberikan kepada para siswa. Maka dari itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
kerjasama tim (guru kelas) sangat penting dalam suatu pembelajaran misalnya
yang belum lancar membaca dari ketiga kelas tersebut dikumpulkan jadi satu
nanti yang memberi tambahan pelajaran gurunya siapa, yang menulis siapa
dan berhitung siapa? Kalau di Sekolah juga belum lancar atau mahir biasanya
kami minta orang tua untuk leskan anaknya di luar sekolah ini.
E. Identitas Narasumber (Pertanyaan untuk Siswa kelas 2) Partisipan
Nama : Nila, Ajeng, Ferdin, Radit, Ria, Bayu dan Alfin)
Tanggal Wawancara : Kamis 21 Februari 2019
Pukul : 09.15 – 10.00 WIB
Tempat : Koridor Kelas IIA
Kamis 21 Februari 2019 saat jam istriahat sambil menemani para siswa
bermain dan ada yang makan siang, iseng-iseng peneliti bertanya kepada
beberapa siswa yang saat itu bermain dan makan didekat peneliti. Pertanyaan
peneliti adalah Siapa guru kelas dua yang mengajarnya paling asyik? Dari
enam anak yang menjawab mereka membanggakan guru wali kelasnya
masing-masing, ada pak Gk, ada ibu Ro dan ada ibu Rh. Pak Gk baiknya
gimana coba ceritakan dong? Ada yang mengatakan sabar, bisa diajak
bermain bersama, namun ada yang mengatakan tapi galak juga suka marah-
marah. Kenapa bisa marah-marah atau galak? Ya karena kami nakal, ga
nurut sama pak Gk di kelas, jalan-jalan sendiri, ngobrol atau ramai, tidak
mengerjakan pekerjaan rumah. Berarti yang salah siapa pak Gk atau kalian
(Para siswa)? Kami yang salah, misalnya wali kelas kalian semester ini
ditukar kelas IIA dengan Bu Ro , Pak Gk pindah ke kelas IIC boleh atau
tidak? Para siswa mengatakan jangan kami sudah enak belajar dengan pak
Gk. Jadi siswa sendiri tidak mau gurunya ditukar atau diganti dengan guru
kelas lain walaupun itu guru sesama kelas dua.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
Contoh Lampiran Tabel
PERAN GURU DALAM PENGELOLAAN KELAS UNTUK MENGOPTIMALKAN MUTU PEMBELAJARAN DI
KELAS II SEKOLAH BINTANG
No Nama Guru Peran Guru Observasi Wawancara Dokumentasi
1 Pak Gk Guru sebagai
perancang
Pembelajaran atau
sebagai Manajer.
Saat observasi peneliti
melihat secara langsung
guru menyampaikan
maksud dan tujuan
pembelajaran hari ini yang
akan dicapai oleh siswa
dan langkah-langkah
pembelajaran apa saja yang
akan di gunakan dalam
pembelajaran oleh guru
dan siswa.
Saat wawancara Pak
Gk menceritakan
pengalamannya
mempersiapkan
perangkat pembelajaan
bersama teman-teman
satu tim di kelas dua
yaitu Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP)
Silabus, Program
Tahunan, Program
Semester yang
Dibuktikan dengan adanya
Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran yang
digunakan oleh guru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
diperlukan sehingga
bisa digunakan untuk
mengajar baik selama
satu semester maupun
selama satu tahun
pelajaran dan biasanya
menyusun perangkat
pembelajaran itu
bersama-sama satu
rombel misalnya guru
kelas dua tiga orang ya
mereka bertiga kumpul
dan buat bersama sama-
sama.
Guru sebagai pengelola
pembelajaran
Saat observasi peneliti
melihat secara langsung
persiapan sarana belajar
yang akan digunakan untuk
belajar seperti tempat
Saat wawancara pak
GK menceritakan
pengalamanya dalam
mempersiapkan
pembelajaran mulai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
untuk olah raga, peralatan-
peralatan yang akan
digunakan untuk pelajaran
matematika khususnya
dalam pembagian
kelompok mengerjakan
tugas yang diberikan guru
yaitu saat praktek
menimbang benda-benda
yang di bawah oleh para
siswa dari rumah misalnya
timbangan di dalam satu
kelompok ada satu bahkan
ada dua timbangan. Yang
ditimbang sayuran
misalnya wortel, tomat,
timun, buah misalnya
jeruk, apel dan cabe.
Masing-masing kelompok
dari menata tempat
untuk pembelajaran,
apa saja yang akan
digunakan dalam
pembelajaran
khususnya yang harus
di bawah siswa dari
rumah untuk praktek
harus ditulis dengan
jelas dibuku diary siswa
untuk disampaikan ke
orang tua dan juga
diingatkan lagi digrup
WhatsApp (WA) orang
tua siswa karena siswa
kelas kecil kalau ada
yang lupa membawa
peralatan yang
dibutuhkan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
tempatnya sudah
ditentukan oleh guru
misalnya kelompok A di
pojok kanan bagian depan,
kelompok B ditengah,
kelompok C dipojok kiri,
kelompok D dipojok kanan
belakang, kelompok E di
tengah bagian belakang
dan kelompok F dipojok
kiri bagian belakang.
Masing-masing kelompok
terdiri dari lima sampai
enam siswa.
belajar ada yang
menangis namun ada
juga yang cuek.
Terkadang orang tua
ada juga yang kurang
perhatian dengan
anaknya sudah ditulis
dibuku diary maupun
di grup WA tidak
dibaca juga nanti kalau
pagi-pagi mau
berangkat sekolah baru
mulai ribut tanya-tanya
apa saja yang harus di
bawah. Selain itu untuk
diskusi kelompok
tempat duduk harus
ditata sedemikian rupa
sehingga tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
memakan waktu
pembelajaran, karena
kalau kelas kecil kita
tidak menyiapkan
dengan baik saat mulai
pelajaran baru
menyiapkan bisanya
agak susah, kalau sudah
diminta untuk masuk
kelompok masing-
masing itu kesempatan
untuk bisa ngobrol atau
jalan-jalan dulu, lari-
lari dulu dan itu extra
tenaga untuk bisa
mengatur mereka untuk
siap memulai
pembelajaran yang
lebih tertib dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
kondusif.
Guru sebagai
Motivator
Guru sebagai motivator ini
nampak saat para siswa
latihan baris berbaris dan
ada beberapa siswa yang
tidak mau mengikuti
latihan itu dimana mereka
lebih milih ngobrol dengan
teman-teman atau jalan-
jalan tidak mau
mendengarkan gurunya,
gurunya datang menyapa
mereka dan memberikan
masukan bahwa kita
latihan baris-berbaris ini
maksudnya untuk melatih
kita supaya disiplin saat
mengikuti upacara
bendera, kalau tidak tertib
Motivator itu kan
penyemangat jadi guru
harus bisa memberi
masukkan atau
dorongan kepada siswa
untuk belajar
menyelesaikan segala
tugas yang diberikan
saat pembelajaran
contohnya misalnya
ada perjanjian di kelas
siapa yang lebih dulu
mengumpulkan hasil
kerjanya akan
mendapat bintang
sedangkan yang tidak
menyelesaikan
tugasnya bintangnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
atau ramai saat upacara
bendera nanti tempatnya
harus baris diatas
panggung dan dilihat oleh
kakak kelas dan adik kelas
mau? Dan siswanya
mengatakan tidak mau
sehingga ikut latihan baris
berbaris. Saat di kelas
siswa yang ramai ngobrol
dengan teman bahkan
nonton teman dari
kelompok lain menimbang
benda-benda yang mereka
bawah dari rumah guru Gk
mendekati mereka ajak
berbicara dan mengajak
mereka kembali ke
kelompoknya dan
dikurangi dapat kartu
kuning atau kartu
merah. Hal- hal ini bisa
menjadi penyemangat
buat siswa untuk
belajar lebih
bertanggung jawab
dengan segala tugas
mereka walaupun awal-
awal itu menjadi suatu
paksaan namun lama
kelamaan bisa menjadi
suatu kebiasaan yang
baik buat siswa dalam
bersaing mendapatkan
nilai yang bagus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
mendampingi mereka
mengajari mereka
menimbang benda-benda
yang mereka bawah dari
rumah baik itu buah-
buahan, sayur-sayuran
maupun bumbu dapur
dengan sabar dan telaten
dalam mengajari.
Guru sebagai fasilitator Sebagai seorang pemimpin
guru sudah berusaha untuk
menjelaskan materi
pembelajaran hari ini
kepada para siswa dengan
baik mau peduli dengan
siswa yang masih
mengalami kesulitan dalam
belajar dengan gaya khas
yang dimiliki oleh guru Gk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
yaitu suara yang sangat
halus dan lembut dalam
mendampingi namun bila
sudah beberapa kali
menegur para siswa yang
ramai, jalan-jalan tidak
diikuti intonasi atau suara
dari Guru GK juga bisa
sangat keras.
Guru sebagai konselor Guru menolong peserta
didik memecahkan
masalah-masalah yang
timbul antara peserta didik
dengan orang tuanya yaitu
siswa mengalami ketakutan
dalam belajar.
Berdasarkan hasil
wawancara guru
dengan peneliti, guru
membagi
pengalamannya dalam
mendampingi siswanya
yang mengalami
kesulitan belajar. Guru
menjalin komunikasi
dengan orang tua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
bagaimana cara biar
siswanya bisa belajar
misalnya dengan minta
bantuan orang tua
supaya siswanya diberi
les tambahan diluar jam
sekolah. Ada siswa
yang ada peningkatan
dalam belajar namun
ada yang belum terlalu
kelihatan masih manja,
makan masih disuapin
kalau tidak bisa
menjawab menangis.
Guru sebagai
pelaksana kurikulum
Setelah pembelajaran ada
evaluasi yang diberikan
oleh guru dan guru
langsung menilai hasil
pekerjaan peserta didik
Penilaian hasil belajar
peserta didik dilakukan
pada akhir pelajaran
kalau waktu mencukupi
tetapi kalau waktu tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
cukup biasanya
dikumpulkan dulu di
meja guru, akan dinilai
oleh guru setelah jam
pulang sekolah peserta
didik.
No Nama Guru Peran Guru Observasi Wawancara Dokumentasi
1 Ibu RO Guru sebagai
perancang
Pembelajaran
Saat observasi peneliti
melihat secara langsung
guru menyampaikan
maksud dan tujuan
pembelajaran hari ini yang
akan dicapai oleh siswa
dan langkah-langkah
pembelajaran apa saja yang
akan digunakan dalam
pembelajaran oleh guru
dan siswa.
Perangkat
pembelajaran sudah
disiapkan oleh guru
sebelumnya bersama
dua guru lain dari kelas
IIA dan IIC
(Guru Baru).
Dibuktikan dengan adanya
Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran yang
digunakan oleh guru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
Guru sebagai
pengelolah
pembelajaran
Saat observasi peneliti
melihat secara langsung
persiapan sarana belajar
yang akan digunakan untuk
belajar tematik Bahasa
Indonesia tentang unsur-
unsur pokok dalam sebuah
cerita yaitu ada tema atau
judul, ada tokoh, watak,
latar belakang cerita, alur
cerita dan amanat atau
pesan dari cerita tersebut.
Guru memberi contoh
salah satu cerita rakyat
tentang “Tikus dan Singa”.
Setelah dibahas bersama
judulnya apa? Tokoh apa
saja? Watak dari masing-
masing tokoh, latar
Sedang belajar
menyesuaikan diri dan
mendalami karakter
dari para siswa
sehingga bisa lebih
memudahkan guru
dalam mengajar,
mengenal kekurangan
dan kelebihan siswa
karena sebagai guru
baru baru belajar
mengingat nama
peserta didik dan
mendalami karakter
dari masing-masing
siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
belakang, alurnya
bagaimana dan pesannya
apa? Kemudian guru
membagikan lembar kerja
siswa cerita lain tentang
“Pemburu dan Seekor
harimau”. Para siswa
diminta untuk menuliskan
unsur-unsur pokok apa saja
yang ada dalam cerita
tersebut. Selanjutnya guru
membagi peserta didik
untuk mengerjakan tugas
secara berdua-dua (posisi
duduk siswa pindah
bergabung dengan teman
yang telah ditunjuk oleh
guru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
Guru sebagai motivator Guru mendekati dan
mendampingi siswa yang
tidak mau bergabung
bersama teman yang telah
ditunjuk oleh guru,
memberi masukan untuk
berteman tidak pilih-pilih
karena siswa A maunya
bekerja bersama siswa D,
sedangkan yang dibagi
oleh guru adalah siswa B.
Setelah mendengarkan
nasehat dari guru akhirnya
siswa A mau bergabung
bersama siswa B untuk
bekerja bersama-sama.
Guru sebagai fasilitator Guru sangat tenang, sabar
dan bijak dalam
mendamping para siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
belajar secara khusus
berusaha mengingat nama-
nama peserta didik.
Guru sebagai konselor Guru harus bisa
mengenal karakter dari
masing-masing siswa
yang ada di dalam
kelasnya. Jadi misalnya
siswanya 27 orang
berarti ada 27 karakter
yang harus bisa
dikuasai oleh guru, si A
baca tulisnya sudah
lancar atau belum, Si B
punya kesulitan apa
dan lain-lain sehingga
kita sebagai guru bisa
menyelesaikan masalah
mereka dengan baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
dan benar. Siswanya
belum lancar baca ya
bagaimana cara kita
melatih sehingga dia
mau belajar membaca,
tidak mau mengerjakan
tugas, ramai saja di
kelas atau jalan-jalan
terus harus dicari tahu
sebenarnya ada apa
dengan siswa tersebut
baik di rumah maupun
di sekolah. Guru harus
pintar-pintar
membangun
komunikasi dengan
peserta didik maupun
orang tua murid.
Guru sebagai Untuk penilaian di kelas ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
pelaksana kurikulum belum dilaksanakan karena
hasil kerja peserta didik
dikumpulkan di meja guru
dan guru melakukan sesi
tanya jawab bersama
pertanyaan-pertanyaan
yang telah dijawab oleh
peserta didik.
No Nama Guru Peran Guru Observasi Wawancara Dokumentasi
1 Ibu RH Guru sebagai
perancang
Pembelajaran
Saat observasi peneliti
melihat secara langsung
guru menyampaikan
maksud dan tujuan
pembelajaran hari ini yang
akan dicapai oleh siswa
dan langkah-langkah
pembelajaran apa saja yang
akan di gunakan dalam
Untuk pembuatan
perangkat pembelajaran
di sekolah ini buat
bersama satu rombel
misalnya guru kelas dua
yang semua guru kelas
dua buat bersama.
Untuk pelaksanaan RPP
juga diharapkan bisa
Dibuktikan dengan adanya
Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran yang
digunakan oleh guru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
pembelajaran oleh guru
dan siswa.
dilaksanakan sesuai
yang ada dalam
pembuatan RPP.
Misalnya minggu ini
tema berapa, sub tema
berapa pembelajaran ke
berapa kalau bisa tiga
kelas ini bisa jalan
bersama. Oleh karena
itu butuh kreatifitas dari
guru masing-masing
dalam mempersiapkan
pelaksanaan
pembelajarannya
sehingga siswa bisa
mengikuti atau tidak
tertinggal dari kelas
lain, karena kalau
tertinggal terkadang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
diantara sesama orang
tua murid saling cek
kelas A sampai dimana,
kelas B sampai dimana
dan kelas C sampai
dimana? Dan kalau
terlambat mereka pasti
akan komplin juga ke
gurunya.
Guru sebagai
pengelolah
pembelajaran
Guru menyiapkan peserta
didik untuk belajar, siswa
terlihat tenang dan tertib
duduk ditempat duduk
mereka masing-masing
mendengarkan penjelasan
guru dan aturan main
(kesepakatan bersama di
kelas). pelajaran yang
dibahas adalah pelajaran
Memiliki stategi sendiri
dalam mengatur
pembelajaran. Siswa
yang dianggap pintar
oleh guru dilihat dari
hasil belajar
ditempatkan dimasing-
masing baris sebagai
pemimpin untuk
membantu guru dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
Bahasa Indonesia dan
PPKn menceritakan
pengalaman pribadi siswa
bekerjasama dan bermain
bersama dengan temannya.
Siswa diminta oleh guru
untuk menuliskan ceritanya
terlebih dahulu dibuku
tematik mereka masing-
masing dan kemudian
setelah semua siswa selesai
mengerjakan tugasnya
diminta untuk satu persatu
membagikan hasil kerja
mereka atau membacakan
cerita mereka di depan
kelas, yang menarik buat
peneliti adalah peraturan
atau perjanjian yang telah
belajar misalnya ada
diskusi kelompok
mereka diharapkan bisa
membantu teman-
temannya dalam
bekerja sama sehingga
mendapatkan nilai yang
bagus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
disepakati bersama di kelas
itu sungguh sangat
diberlakukan yaitu yang
ramai harus bercerita lebih
dahulu walaupun nomor
urut mendapat giliran
untuk bercerita masih di
nomor dua puluh bisa maju
di nomor urut dua atau
tiga.
Guru sebagai motivator Memberikan dukungan
kepada siswa yang tidak
mau bercerita karena malu,
dengan sabar dan telaten
memberi dorongan sampai
akhirnya siswanya mau
walaupun harus diloncati
tiga temannya misalnya
siswanya dinomor urut dua
Guru harus pintar-
pintar memberi
dorongan atau motivasi
kepada para siswa
sehingga mau belajar,
mau mengerjakan tugas
dan lain-lain. Masing-
masing kelas pasti ada
siswa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
tapi karena tidak mau maju
untuk cerita jadi dilompati
dulu oleh temannya setelah
mau baru bercerita di
nomor urut ke enam.
membutuhkan
pendampingan khusus
baik dalam membaca
yang belum lancar,
menulis, dan berhitung.
Biasanya ada tambahan
pelajaran sepulang
sekolah buat para siswa
yang masih
membutuhkan
pendampingan karena
kalau mengulang materi
lagi kasihan siswa yang
sudah bisa dan hari
efektif juga terbatas
karena satu sub tema
ada enam pembelajaran
sedangkan di sini hanya
lima hari sekolah jadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
guru harus pintar-pintar
mengatur waktu
sehingga semua
pembelajaran dalam
satu sub tema bisa
diberikan kepada para
siswa maka dari itu
kerjasama tim (guru
kelas) sangat penting
dalam suatu
pembelajaran misalnya
yang belum lancar
membaca dari ketiga
kelas tersebut
dikumpulkan jadi satu
nanti yang memberi
tambahan pelajaran
gurunya siapa, yang
menulis siapa dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
berhitung siapa?
Guru sebagai fasilitator Guru memfasilitasi
pembelajaran hari ini
dengan sabar namun tegas
dari nada bicara guru
sehingga para siswa juga
terlihat tenang dalam
belajar. Mendengakan
pengalaman para siswa
yang ditulis dan dibacakan
di depan kelas. Memberi
umpan balik dengan
bertanya kepada para siswa
yang lain (yang duduk)
cerita teman mereka yang
baru saja dibacakan dengan
tanya jawab singkat
misalnya judul ceritanya
apa? Bermain bersama
Guru harus berwibawa
di depan para siswa,
dekat boleh dengan
mereka namun harus
jaga sikap sehingga
para siswa juga bisa
tahu atau menempatkan
diri kapan ada candaan
antara guru dan siswa
dan kapan kita serius
dalam belajar kalau
guru kurang tegas
terkadang juga
membuat para siswa
kurang menghargai
guru karena merasa
guru tidak akan marah
dengan mereka saat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
siapa? Tempatnya dimana?
Wibawa Guru RH sebagai
seorang guru sangat
terlihat dalam mengajar di
kelas IIC.
tidak mengerjakan
tugas, saat ribut dan
lain-lain (membuat
gangguan-gangguan
kecil di kelas.
Guru sebagai konselor Saat pembelajaran siswa F
mengeluh sakit perut
karena telat sarapan, jam
istrahat dipakai untuk
bermain bukan untuk
sarapan terlebih dahulu.
Guru RH menasehati siswa
tersebut supaya ke depan
tidak diulang lagi dan
meminta salah satu teman
F untuk mengantarkan F ke
ruang UKS untuk berobat.
Guru harus bisa
mengenal peserta
didiknya satu persatu
dengan karakter mereka
masing-masing. Kalau
ada siswa yang
memiliki masalah
dalam belajar disapa,
diajak belajar bersama
teman yang disukai
siswa tersebut.
Membangun konsultasi
dengan orang tua, siswa
ini sekarang nilai turun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
ada apa? Kelihatan
murung ada apa? Guru
harus bisa melihat
situasi dan kondisi
siswa juga.
Guru sebagai
pelaksana kurikulum
Penilaian hasil kerja siswa
peneliti tidak melihat
karena buku siswa setelah
dibacakan cerita mereka
dikumpulkan semuanya di
meja guru.
Penilaian dilakukan
setelah akhir satu
pembelajaran hari itu
misalnya habis Tematik
Bahasa Indonesia ada
penilaian dibuku kerja
siswa. Kalau tidak bisa
dikoreksi dan diberi
nilai hari itu biasanya
setelah siswa pulang
sekolah jam kosong
guru menggunakan
untuk koreksi hasil
kerja siswa. Penilaian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
di sekolah ini Online
jadi orang tua murid
juga bisa membuka dan
melihat nilai dari putra-
putri mereka. Kita guru
harus siap dikritik kalau
salah dalam menilai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Wadeltrudis Rohayati lahir di Larantuka, Flores Timur, 06
Nopember 1976. Merupakan anak pertama dari lima bersaudara,
pasangan suami istri Bapak Yohanes M. Wutun dan Ibu Maria Goreti
Pegan Wutun. Peneliti sekarang bertempat tinggal di Biara Santa
Katarina Jln. Kaliurang Km 5,5 Gang Pandega Duta III No 11A
Yogyakarta.
Pendidikan yang telah ditempuh oleh peneliti dimulai dari TK Santa
Elisabeth Lewuka Lembata, SDK Lewuka Lembata, SMP Swasta Adhyaksa 2
Kupang, SMEA Katolik Kawula Karya Lewoleba, kemudian melanjutkan
pendidikan di Novisiat Suster-Suster Santo Dominikus di Indonesia untuk
menjadi seorang biarawati Dominikan. Setelah menyelesaikan pendidikan di
Novisiat sempat bekerja sebagai guru Taman Kanak-Kanak di Cimahi Bandung
Jawa Barat, Guru SD Fatima Rawaseneng, Guru SMP Negeri I Wonosari, Guru
SD Joannes Bosco Baciro Yogyakarta dan sekarang menyelesaikan tugas studi
dari Kongregasi di Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta sejak tahun 2015.
Penulis aktif mengikuti beberapa kegiatan selama menempuh kuliah di
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Pada tahun 2016, menjadi peserta dalam
kegiatan Kursus Pembinaan Pramuka Mahir Tingkat Dasar (KMD). Tahun 2017
menjadi pendamping retret guru dan karyawan Yayasan Santo Dominikus Kantor
Cabang Yogyakarta dan selalu mengikuti pertemuan Suster-Suster Karya
Pendidikan Yayasan Santo Dominikus yang diadakan setiap tahun mulai tahun
2016-2019 serta seminar-seminar yang diadakan oleh kampus maupun kegiatan
gereja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI