peran gizi untuk cegah penyakit kardiovaskuler
DESCRIPTION
giji pencghn pjkTRANSCRIPT
![Page 1: Peran Gizi Untuk Cegah Penyakit Kardiovaskuler](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022080220/55cf9964550346d0339d2455/html5/thumbnails/1.jpg)
Peran Gizi untuk Cegah Penyakit Kardiovaskuler
Rabu, 9 Juli, 2003 oleh: Siswono
Peran Gizi untuk Cegah Penyakit Kardiovaskuler
Gizi.net - Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab utama kematian di
banyak negara maju maupun negara berkembang. Pola makan tak seimbang
merupakan salah satu pemicu utama penyakit kardiovaskuler. Oleh karena
itu, penting bagi masyarakat untuk sadar gizi. Kaitan gizi dengan penyakit
kardiovaskuler dibahas dalam seminar sehari yang diselenggarakan Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia dengan Departemen
Kesehatan, Sabtu (5/7).
Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1972, penyakit
kardiovaskuler masih di peringkat ke-11 penyebab utama kematian di
Indonesia. Tahun 1986 naik ke urutan ketiga. Adapun tahun 1992 dan 1995
sudah di urutan pertama.
Menurut Dr dr Budhi Setianto SpJP dari Bagian Kardiologi Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, penyakit kardiovaskuler/jantung koroner
terjadi jika ada penyempitan pembuluh darah jantung oleh timbunan lemak
(plak) sehingga jantung kekurangan oksigen.
Faktor risiko yang tak dapat diubah adalah usia (lebih dari 60 tahun), jenis
kelamin (pria lebih berisiko), serta riwayat keluarga. Faktor risiko yang bisa
dimodifikasi antara lain kebiasaan merokok, dislipidemia, kurang gerak,
kegemukan, diabetes melitus, stres, infeksi, serta gangguan pada darah
(fibrinogen, faktor trombosis dan sebagainya).
Pola makan
Penelitian mengenai pola asupan gizi dan profil lipid pada etnik
Minangkabau, Sunda, Jawa, dan Bugis sebagaimana dipresentasikan Dr dr
Ratna Djuwita Hatma MPH dari FKM-UI mendapatkan perbedaan bermakna
pada profil plasma lipid (total kolesterol, kolesterol LDL/lipoprotein densitas
rendah/kolesterol jahat dan HDL/lipoprotein densitas tinggi/kolesterol baik).
![Page 2: Peran Gizi Untuk Cegah Penyakit Kardiovaskuler](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022080220/55cf9964550346d0339d2455/html5/thumbnails/2.jpg)
"Seseorang memiliki risiko tinggi terkena penyakit jantung koroner jika nilai
plasma total kolesterol lebih besar dari 240 mg/dl, nilai plasma kolesterol
LDL lebih besar dari 160 mg/dl, dan nilai plasma kolesterol HDL lebih kecil
dari 35 mg/dl," kata Ratna.
Rata-rata plasma total kolesterol dan kolesterol LDL etnik Minangkabau
tertinggi. Hal ini diperkirakan berkaitan dengan pola makan tinggi lemak
hewani, tapi rendah serat dan sayuran. Hal ini pula yang menyebabkan
tingginya proporsi penyakit kardiovaskuler di kalangan etnik Minangkabau.
Makanan tradisional Minangkabau banyak mengandung santan dan daging.
Kadar asam lemak jenuh (SAFA)-yang bisa meningkatkan kadar plasma
kolesterol-kedua bahan makanan itu terhitung tinggi.
Sementara asam lemak tak jenuh majemuk (PUFA) yang bersifat
menurunkan plasma kolesterol banyak terkandung pada kacang-kacangan,
tempe/tahu, ayam, dan ikan.
Etnik Sunda, Jawa, dan Bugis mengonsumsi makanan lebih bervariasi
meliputi protein hewani, sayuran, tempe, dan tahu dibandingkan dengan
etnik Minangkabau. Kelompok yang makan tempe dan tahu meski
mengonsumsi makanan bersantan, kadar kolesterol LDL/kolesterol jahatnya
rendah.
Menurut Dr dr Purwantyastuti MSc SpFK dari Bagian Farmakologi FKUI,
tempe yang terbuat dari kacang kedelai difermentasi merupakan sumber
flavonoids yang berfungsi menghambat peroksidasi lipid. Selain itu, juga
tinggi kandungan PUFA, vitamin E dan B kompleks serta antioksidan.
Namun, perlu diperhatikan cara memasak tempe agar flavonoids tidak
rusak. Mengutip pelbagai penelitian, menurut Purwantyastuti, kadar
isoflavone turun sampai 81 persen jika tempe digoreng, 69 persen jika
dibuat keripik, 54 persen pada sambal goreng, 27 persen pada bacem
tempe, dan 22 persen pada lodeh tempe. Makin tinggi suhu, makin banyak
isoflavone rusak.
![Page 3: Peran Gizi Untuk Cegah Penyakit Kardiovaskuler](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022080220/55cf9964550346d0339d2455/html5/thumbnails/3.jpg)
Direktur Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan dr Rachmi Untoro MPH
memaparkan, masalah gizi dipengaruhi pelbagai faktor yang saling berkait,
baik aspek kesehatan maupun di luar kesehatan. Di tingkat rumah tangga
keadaan gizi banyak dipengaruhi kemampuan rumah tangga menyediakan
pangan bergizi seimbang, asuhan gizi dan perawatan yang dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan dan perilaku.
Timbulnya penyakit degeneratif dipengaruhi kondisi sejak dalam kandungan
dan masa pertumbuhan (balita dan usia sekolah) seperti bayi berat lahir
rendah, kurang gizi serta beberapa penyakit infeksi yang berulang diderita.
Keadaan makin berat jika di usia dewasa menerapkan gaya hidup tidak
sehat (misalnya, merokok, pola makan tak seimbang, dan kurang gerak).
Memperhatikan kondisi itu, kebijakan perbaikan gizi secara umum diarahkan
untuk mewujudkan keluarga sadar gizi. Yaitu, keluarga yang melakukan
perilaku gizi seimbang, mampu mengenali masalah kesehatan dan gizi bagi
setiap anggota keluarga dan mampu mengambil langkah untuk mengatasi
masalah gizi keluarga. Dalam upaya itu Depkes melibatkan organisasi
profesi dan LSM. (ATK)
Sumber:
http://www.kompas.com/kompas%2Dcetak/0307/08/iptek/415079.htm