peran asean dalam memerangi terorisme
TRANSCRIPT
peran ASEAn dalam memerangi terorisme
Pendahuluan
1. Latar Belakang Masalah.
Semenjak terjadi targedi 11 september 2001 di Amerika. Amerika terus menyuarakan
gerakan Anti-terorisme dan menjadikan Asia tenggara sebagai kawasan jaringan teroris setelah
kawasan Timur Tengah. hal ini terlihat pada kunjungan Mentri Luar Negeri AS Colin Powel ke
delapan Negara di Asia Tenggara, pada 26 Juli hingga 3 Agustus 2002. Asia Tenggara menjadi
target kampanye anti-teroris dikarenakan dua hal. Pertama, mayoritas penduduk dikawasan ini
merupakan beragama Islam, yaitu agama yang sama dipeluk oleh Osama Bin Laden. Yang
dituduh oleh Amerika Serikat sebagai actor utama dalam tagedi September tersebut. Kedua,
karena dikawasan ini terdapat kelompok-kelompok minoritas islam yang cenderung keras dalam
menyampaikan aspirasinya, seperti di Indonesia, Malaysia, dan Pilipina.
Dengan adanay tuduhan bahwa Kawasan Asia tenggra sebagai negara yang memiliki
jaringan Terorisme, tidaklah mudah diterima oleh negara-negara dikawasn ini. Amerika tidak
dapat menuduh begitu saja dengan mnegtas namakan Negara Islam sebagai Negara teroris.
Agama islam memeng agama yang dianut oleh sebagian besar penduduk diwilayah ini,
wa;aupun dibeberapa Negara memang memiliki kelompok-kelompok aliran keras. Akan tetapi
tingkat kekerasan ini dilakukan lebih focus terhadap negaranya sendiri tidak ke luar nagaranya.
Idonesia, terdapat organisasi-organisa islam terbesar, yaitu Muhammadiyah dan
Nahdhlatul Ulama. Akan tetapi organisasi ini menentang gerakan-gerakan berbahaya yang
disertai dengan kekerasan dan para kelompok-kelompok aliran keras di Indonesia terfokus di
Indonesia saja. Di Pilipian, terdapat aliran keras seperti di Indonesia yang dikenal dengan
sebutan kelompok Abu Syyaf, tetapi focus mereka juga hanya diwilayah negaranya dan tidak
menjadikan Amerika Serikat sebagai focus mereka, jadi tuduhan Amerika Serikat terhadap
kawasan ini yang dikatakan memiliki hubugan dengan Al-qaeda.
ASEAN sebagai lembaga yang angotanya adalah negara-negara dikawasan Asia Tenggra,
mulai mengambil peranannya dan menaggapi isu terorisme yang dituduhkan oleh Amerika
Serikat terhadap kawasan ini denagn mengadakan pertemuan-pertemuan melalui forum-forum
dialog yang ada secara resmi maupun tidak. Disinilah peranan ASEAN sebagai lembaga yang
beranggotakan negara-negara di kawasan Asia tenggara akan terlihat upayanya dalam memerangi
terorisme.
1.2 Research Question.
Berdasarkan penjelasan di atas mengenai pengarusutamaan gender maka dapat di
paparkan beberapa rumusan masalah, sebagai berikut :
Apakah yang dimaksud dengan Terorisme ?
Bagaimana peranan ASEAN sebagai kelembagaaan di Asia Tenggara dalam menangani
maslah terorisme ?
1.3 Kerangka Pemikiran.
Proses pembahasan dari permasalahn pada penulisan ini, akan didasari oleh beberapa
kerangka teori yang terkait. Dilandasi oleh adanya teori Liberalis yang dikemmukakan oleh
Robert Keohane dan Joseph Nye yang memperkenalkan konsep Complex interpendence. ciri dari
Complex interpendence antara lain: Pertama Hubungan internasional atau politik global
dilaksanakan melalui multiple channels atau banyak jalur disamping jalur resmi pemerintah,
sebagai aktor dalam politik global negar yang tidak selalu bertindak sebagai actor yang unitary
dan kelompok-kelompok yang ada didalamnya tidak selalu bertindak koheren. Selain Negara,
masih banyak actor untuk menangani masalah seperti Organisasi Internasional, seperti ASEAN.
Kedua, dalam mengatasi konflik, kekuatan militer tidak selalu relevan. 1
Oleh karena itu, tidaklah selalu mengunakan kekuatan militer dalam penyelasaian suatu
masalah, perlu aktor –aktor negara yang turut menentukan arah terbentuknya kerjasama,
khususnya dalam menangani masalah terorisme. Dalam penyelesaian maslah ancaman dari
terorisme internasional, khususnya di Asia Tenggara diperlukan kerjasma untuk menciptakan
perdamaian dunia.
Namun dalam menciptakan perdamaian dunia Immanuel Kant menganjurkan
pembentukan Federasi dunia yang terdiri dari Negara-negara yang menghormati kebebasan
individu. Kant optimis bahwa anarki internasional yang memicu konflik dan perang dapat
dicegah melalui kepatuhan negara-nagar terhadap hukum internasional atau lembaga
internasional. 2
Disisi lain, internasional terrorism atau terorisme internasioanal dapat didefinisikan
sebagai gerakan teroris yang turut melibatkan sekelompok masyarakat lebih dari satu Negara.
Artinya, jika sekelompok terorisme dari satu negara melakukan serangan kepada turis asing yang
sedang berkunjung, maka aksi tersebut dapat dikatagorikan kedalam gerakan internasional. 3
Skala terorisme internasional yang mencangkup lebih dari suatu wilayah pada akhirnya
akan menarik kerjasama secara bilateral maupun internasional sebagai upaya dalam mengatasi
permasalahan ini
Pembahasan
1.1 Definisi teroris.
Istilah terorisme berasal dari bhasa latin terrere, yang artinya “untuk menakuti”. Terorisme
adalah serangan-serangan terkoordinasi yang bertujuan membangkitkan perasaan teror terhadap
kelompok masyarakat. Aktornaya pun bisa individu atau negara. Biasanya dilakukan oleh
kelompok-kelompok yang termajinalkan. Mereka melakukan tindakan teror ini sebagai usaha
untuk mendapatkan perhatian yang khusus dari dunia internasional.terorisme berbeda dengan
perang, aksi ini dilakukan secara tiba-tiba, dan sering kali mejadikan warga sipil sebagai korban,
dimana seberarnya warga sipil ini tidak mengerti mengenai atas dara apa mereka bisa menjadi
korban dari tindakan teroris. Namun dalam perkembangannya terorisme telah membangun
organisasi dan mempunyai jaringan global dimana kelompok-kelompok terorisme internasional
serta mempunyai hubungan dan mekanisme kerjasama satu sama lain baik dalam aspek
operasional infrastruktur maupun infrastruktur pendukung bahwa teroris ini memiliki jaringan
yang begitu luas dan selalu diidentikan dengan islam radikal. Seprti pernyataan Amerika Serikat
yang menyatakan bahwa pelaku tindakan teroris adalah kelompok-kelompok muslim radikal.
Terorisme biasanya dirumuskan secara singkat sebagai puncak “kekerasan”: terrorism is
the apex of violence!kekerasan bisa terjadi tanpa terror, tetapi tidak ada terror yang tanpa
kekerasan. Menciptakan rasa ketakutan dan kecemasan yang mendalam adalah tujuan pelaku
terror. Untuk itu, pelaku terror biasanya melakukan perang mental, perang urat syaraf, sebagai
bagian dari strategi propaganda untuk menakut-nakuti atau mengancam yang lain, salah satunya
sebagi sarana perang mental adalah media. Terorisme sebagai sebuah tindakan criminal yang
cenderung mencari publisitas, dan yang paling mudah adalah melalui media. 4
dengan adnya makna negtif dari "teroris" dan "terorisme", para teroris umumnya
menyebut diri mereka sebagai separatis, pejuang pembebasan, pasukan perang salib, militan,
mujahidin, dan lain-lain. Adapun makna sebenarnya dari jihad, mujahidin adalah jauh dari
tindakan terorisme yang menyerang penduduk sipil dan tidak terlibat perang. Terkadang sering
mengatasnamakan islam.
1.2 Gerakan sparatisme di Asia Tenggara.
Kampanye anti teroris yang dikampanyekan Amerika ke kawasan Asia tenggara, membuat
opini baru bahwa di kawasan ini terjapat jaringan terorisme. Di beberapa Negara di kawasan
Asia Tenggra memang terdapat kelompok-kelopmpok mulim yang termajinalkan dan ingin
pemerintahnya mendengarkan mereka, biasanya kelompok-kelompok ini diidentikan
dengantindakan yang berbahaya dank eras tau sering disebut islam radikal, kelompok-kelompok
itu tersebar diberbagai negara antara lain:
Indonesia
Sejak terjadi tragedi Bom Bali pada tanggal 12 oktober 2002 dan 1 Oktober
2005, tragedi ini diidentikan sebagai tindakan terorisme jamaah islamiah, suatu organisasi
yang berhubungan dengan Al-qaeda. Para tokoh Islam yang selama ini dinilai mempunyai
pendirian garis keras pun mulai “diburu”. Sosok Abu Bakar Ba'Asyir adalah salah satu tokoh
kontrovesial dan dituduh menjadi “dalang” tindakan teror di indonesia dan Asia tenggara.
Tuduhan ini bermula dari Omar al-Faruq, warga asing yang beristrikan orang idonesia. Faruq
ditangkap dinas intelijen Indonesia dan dibawa ke Amerika.5 sesungguhnya tidak ada satu
pun para petinngi negara yang paham siapa Faruq. Namun dengan kerjasma yang dilakukan
oleh indonesia dengan berbagai pihak, maka terungkaplah siapa pelaku pemboman di bali,
mereka adalah Imam samudra, amrozi,danMukhlas, mera pun telah dieksekusi pada akhir
tahun 2008.
Philipina
sejak Rebruari sampai Juni 2002, lebih dari 1.300 prajurit Amerika Serikat berada difilipina
untuk meburu kelompok Abu Sayyap, kelompok penjahat dan penculik yang diduga memiliki
hubungan dengan ancaman teroris global terhadap Amerika.
pada 23 Juni 2006, sebuah bom meledak dan menewaskan enam orang di sebuah pasar di
Propinsi Maguindanao, Filipina Selatan. Pihak militer menuduh Jamaah Islamiyah sebagai
pelaku serangan tersebut, namun pihak Pemda Maguindanao, Gubernur Andal Ampatuan
membantah hal tersebut dan menyataan bahwa pelaku adalah kelompok gerakan anti Manila
(tanpa menyebutkan kelompok tertentu). Seperti diketahui, Manila saat ini tengah menghadapi
beberapa kelompok anti Pemerintah, diantaranya adalah New People Army (sayap militer Partai
Komunis Philipina), Abu Sayyaf Group, Rajah Sulaiman Movement, dan berbagai sempalan
kelompok MILF dan MNLF.6
Thailand
dalam enam bulan terakhir konflik Thailand Selatan kembali menghangat. Gerakan separatis
Thailand Selatan yang kerap mengunakan pola-pola terorisme dimana sasaran serangan tidak
lagi hanya aparat keamanan namun juga sasaran lunak masyarakat sipil, hal ini telah
menimbulkan berbagai spekulasi ditengah-tengah penegak hukum Thailand, bahwa kelompok-
kelompok terorisme asing telah bermain didalam konflik lokal ini, sebagai contoh aparat
keamanan Thailand (polisi dan Militer) kerap menuduh Jamaah Islamiyah berada dibelakang
serangan teroris yang kerap terjadi di Thailand Selatan. Namun semua tuduhan tersebut menjadi
mentah, manakala mereka tidak dapat menemukan bukti valid tentang hal tersebut. Bahkan
secara eksplisit aparat keamanan Thailand menyatakan bahwa mereka tidak dapat
mengidentifkasi struktur organisasi, pemimpin organisasi, metoda komunikasi, proses
pendanaan, strategi dan para pelaku serangan teroris tersebut. Sejak bulan Juni 2006 hingga awal
September 2006, tercatat sebanyak 150 serangan terror dalam berbagai bentuk (pemboman,
penembakan, pembunuhan, dll) terjadi di kawasan Thailand Selatan7
Malaysia
Perkembangan Islam radikal di Malaysia sebenarnya dapat dilihat secara lebih
jelas setelah Kerusuhan Rasial 1969, dengan munculnya organisasi-organisasi silat yang
berorientasi Islam dan cenderung milenarian. Kelompok-kelompok ini dapat dilacak ke gerakan
bersenjata Sabililah yang menyerang perkampungan China pedesaan dan mempertahankan diri
selama bentrokan Sino-Melayu akhir 1945 setelah Jepang menyerah kepada Inggris. Banyak dari
mahasiswa saat itu menjadi anggota atau pendukung kelompok-kelompok organisasi silat.
Dugaan Dr Azahari dan Noordin M Top sebagai otak utama terbukti. Dua gembong teroris itu
adalah warga negara Malaysia. Kondisi ini memunculkan tudingan,
Malaysia menjadi produsen terorisme. Sebab, berbagai kelompok Islam ada di Malaysia, dari
yang moderat hingga yang radikal. Ada kelompok Islam Hadari, yakni Islam versi pemerintah
karena menjadi bagian dari upaya pemerintah untuk menciptakan satu penafsiran Islam yang
sesuai dengan program pemerintah (Mohd Nakhaie Ahmad, 2004). Ada Islam Politik yang
diwakili Partai Islam se-Malaysia (PAS) sebagai satu-satunya partai Islam yang hingga kini eksis
di perhelatan pemilu melawan partai pemerintah, UMNO.
Selain itu terdapat Islam Progresif, yang mengusung gagasan-gagasan progresif tentang
demokrasi, HAM (hak asasi manusia), jender, dan kebebasan berpikir, seperti
Zainah Anwar (Sister in Islam), Chandra Muzaffar (JUST), dan Farish Noer, serta kelompok
Islam radikal yang tidak mampu bangkit akibat represi Pemerintah Malaysia. Lalu, mereka
menjadi kelompok minoritas yang keberadaannya tidak jelas. Yaitu Kelompok Mujahidin
Malaysia (KMM), Maunah (organisasi silat), dan Jamaah Islamiyyah.
1.3 Peran ASEAN dalam mengatasi tindakan terorisme.
Upaya ASEAN untuk menangani terorisme dan kejahatan transnasional dimulai bahkan sebelum
11 September 2001 serangan di Amerika Serikat. Mengadopsi Deklarasi ASEAN tentang
Kejahatan Transnasional di ASEAN 1997 dan Rencana Aksi untuk Memerangi Transnational
Crime pada tahun 1999 untuk menerapkan Deklarasi.
ARF (ASEAN Regional Forum)
Dalam penanganan kasus terorisme ASEAN bekerjasama dengan negara-negara lain yang
tergabung dalam forum kerjasama ARF (ASEAN Regional Forum). ASEAN dan ARF merasa
perlu menangani masalah teroris, karena terorisme kini telah menjadi permasalahan bersama.
ARF adalah forum dialog resmi antar pemerintah dan juga merupakan bagian dari upaya untuk
membangun kepercayaan dikalangan negara-negara Asia Pasifik. Hal ini digunakan oleh negara-
negara anggota untuk membicarakan permasalahan intern maupun eksteren secara terbuka dan
transparasi. Tujuannya adalah untuk menciptakan lingkungan keamanan yang lebih luas,
sehingga kemajuan dari ASEAN menjadi salah satu pusat perhatian dunia. Jumlah negara yang
tergabung dalam ARF ini sekarang sekitar 21 negara, yaitu seluruh negara anggota ASEAN
(Indonesia, Brunei, Malaysia, Filipina, Kamboja, Laos, Myanmar, Singapura, Thailand,
Vietnam) sepuluh negara mitra dialog ASEAN (Amerika Serikat, Australia, China, Jepang,
India, Kanada, Korea Selatan, New Zealand, Rusia, Uni Eropa dan negara berstatus peninjau
(Papua Nugini dan Mongolia).
Tahap pertama ARF adalah sebagai lembaga yang bertugas merumuskan cara-cara meningkatkan
rasa salling percaya. Selanjutnya adalah tahap kedua, tujuan ARF adalah diplomasi preventif
yaitu merumuskan agenda diplomasi prefentive yang meliputi prinsip-prinsip pengembangan
dasar untuk mencapai pengertian bersama di kawasan tersebut. Tahap ketiga dari tujuan ARF,
pendekatan penyelesaian konflik merupakan pendekatan yang paling rumit dan membutuhkan
waktu yang cukup lama dalam meyelesaikannya. Hal ini menyangkut keputusan tentang
mekanisme apa yang ingin dikembangkan dalam mewujudkan kerja sama keamanan ARF.
Namun, ARF sebagai forum kerjasama memiliki beberapa hambatan dalam pelaksanaanya
harus menghadapi berbagai tantangan yang harus dihadapi, diantaranya ; Pertama, sampai sejauh
mana ARF akan tetap dianggap sebagai forum yang mengutamakan konsensus, seperti diketahui
perkembangan dari maslah dan isu-isu kontemporer sangatlah cepat pertumbuhannya dan juga
membutuhkan waktu yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan yang ada.
Kedua adalah masalah keanggotaan, dimana anggota ARF dibatasi oleh keadaan geografis,
kepentingan, atau kriteria lain.
Ketiga masalah kepemimpinan dalam ARF itu sendiri. Maslah ini harus menjadi perhatian
ASEAN, bahwa sampai sejauh mana ASEAN cukup solid sehingga ARF tidak didominasi oleh
negara-negara besar dan tidak adanya kepentingan yang bersifat superior terhadap satu anggota
dengan anggota yang lain sehingga tidak akan ada yang namanya menentukan kepentingannya
sendiri-sendiri dalam ARF.
KTT ke-7 ASEAN Summit
Pada tanggal 5 November 2001 di Brunei Darussalam yang menghasilkan Deklarasi Joint Action
to Counter Terrorism dan ASEAN Minister Meeting on Transnational Crime (AMMTC).
Terorisme mereka lihat sebagai ancaman besar untuk perdamaian dan keamanan internasional
dan "tantangan langsung kepada pencapaian perdamaian, kemajuan dan kemakmuran ASEAN
dan mewujudkan Visi ASEAN 2020" Deklarasi Bersama Aksi ke Counter Terrorism 2001.
ASEAN memaparkan langkah-langkahnya dalam memerangi tindakan terorisme dengan cara,8
meninjau dan memper kuat mekanisma nasional dalam memerangi tindakan kejahatan terorisme
yang semakin meluas, menndatangani dan konvensi anti-teroris yang telah di sepakati, termasuk
konvensi Internasional untuk penindasan dari Financing of Terrorism, memperdalam barisan
kerjasama drngan penegak hukum, memperkuat kerjasama yang terorganisir pada Pertemuan
Menteri Transnational Crime (AMMTC) dan badan-badan lain yang terkait dalam ASEAN
countering, suppressing dan mencegah segala bentuk tindakan teroris.
Mengembangkan kapasitas yang ada program untuk meningkatkan kemampuan negara-negara
anggota ASEAN untuk menyelidiki, mendeteksi, memantau dan melaporkan tindakan teroris,
Membahas dan mencari ide-ide praktis dan inisiatif untuk meningkatkan peran dalam ASEAN
dan keterlibatan dengan masyarakat internasional termasuk mitra luar daerah yang ada di dalam
kerangka seperti ASEAN + 3 (Cina, Jepang dan rok), Mitra Dialog ASEAN dan ASEAN
Regional Forum (ARF) untuk memerang tindakan teroris yang didasarkan pada enam strategis
thrusts: pertukaran informasi, kerja sama dalam persoalan hukum; kerjasama dalam hal
penegakan hukum, peningkatan kapasitas kelembagaan; pelatihan, dan ekstra-kerjasama
regional.
Ini langkah-langkah tertentu yang tergabung dalam Komponen dari Terorisme Kerja Program
Khusus diadopsi oleh ASEAN pada Pertemuan Menteri Kejahatan Transnasional di Kuala
Lumpur pada bulan Mei 2002. Kerja Program memiliki komponen, antara lain, di dalam
perdagangan senjata ringan, ilegal dan perdagangan narkoba pencucian uang. Ini adalah langkah-
langkah strategis 6 berdasarkan thrusts yaitu pertukaran informasi, kerja sama dalam persoalan
hukum, kerjasama dalam hal penegakan hukum, peningkatan kapasitas kelembagaan, pelatihan,
dan ekstra-kerjasama regional.
Konferensi ASEAN Chiefs of Police (ASEANAPOL)
Diselenggarakan pada bulan Mei 2002 di Phnom Penh, inti dari pertemuan ini adalah
berkomitmen dalam memerangi tindakan terorisme. Semua anggota ASEANAPOL memiliki
kemampuan untuk secara efektif memonitor, berbagi informasi dan memberantas segala bentuk
kegiatan teroris. Mereka sepakat untuk meningkatkan kerjasama antara lembaga penegak hukum
melalui berbagi pengalaman pada counter-terorisme dan pertukaran informasi tentang dugaan
teroris, organisasi dan modus operandi. Indonesia, Malaysia dan Filipina menandatangani
Perjanjian tentang Pertukaran Informasi dan Komunikasi Pendirian prosedur untuk bekerja sama
dalam memerangi kejahatan transnasional, termasuk terorisme. Thailand dan Kamboja yang
kemudian acceded pada Perjanjian. Pada bulan November 2002, Malaysia membentuk Daerah
Counter-Terrorism Centre.
Pertemuan dengan Forum Regional ASEAN (ARF) di Bandar Seri Begawan
pada tanggal 30 Juli 2002, ARF,menyeepakati langkah-langkah konkrit yang meliputi:
pembekuan aset teroris, penerapan standar internasional, kerjasama mengenai pertukaran
informasi dan kegiatan-kegiatan lainnya, serta sepakat untuk mendirikan pertemuan di counter-
terorisme dan kejahatan transnasional (ISM-CT/TC), yang akan dipimpin bersama-sama di tahun
2002-2003 oleh Malaysia dan Amerika Serikat.
Partnership with the United States.
ASEAN dan Amerika Serikat menandatangani Deklarasi Bersama untuk Kerjasama
Internasional untuk Memerangi Terorisme pada Agustus 2002 di Brunei Darussalam. Pada
kesempatan itu, sebuah Rencana Kerjasama ASEAN (ACP) diadopsi, bertujuan meningkatkan
hubungan ASEAN-AS, yang dibahasa adalah: dukungan ASEAN untuk integrasi, kerjasama
pada masalah-masalah transnasional termasuk terorisme, dan memperkuat Sekretariat ASEAN,
di Jakarta, Indonesia.
ASEAN Summit ke 8 pada tanggal 4 November 2002 di Phnom Penh.
Pada ASEAN Summit ke 8 pada tanggal 4 November 2002 di Phnom Penh,ASEAN
mengeluarkan Deklarasi tentang Terorisme. Mereka menyatakanmemberikan dukungan penuh
semua tindakan yang akan dilakukan dalam menberantas jaringan terorime. Pada saat yang sama
mereka juga mengidentifikasi wilayah-wilayah terorisme dengan agama tertentu atau kelompok-
kelompok etnis.
pada Januari 2003,di Jakarta ASEAN polisi dan aparat penegak hukum disepakati bahwa setiap
Negara Anggota ASEAN akan membuat anti-terorisme satuan tugas untuk memperkuat kerja
sama di counter-terorisme dan bekerja sama dengan negara Anggota ASEAN terpengaruh
berikut sebuah serangan teroris. dapat meminta bantuan dalam bentuk, tetapi tidak terbatas pada
identifikasi, dan apprehending mengejar tersangka, pemeriksaan saksi (es), pencarian dan
perebutan bukti, evacuating dan merawat korban, laboratorium forensik dan kejahatan. Proposal
telah disebut "Kolaborasi ASEAN di Pos Terrorist Attack", dan telah didukung oleh 3. Tahunan
SOMTC, yang diadakan pada bulan Juni 2003 di Ha Noi, Vietnam.
ARF ISM CT – TC ARF ISM CT - TC
ARF the Inter-Sessional pada Rapat Counter Terrorism dan Transnational Crime (ISM CT - TC)
digelar di Sabah pada bulan Maret 2003. Penyalahgunaan difokuskan pada gerakan rakyat;
pergerakan barang dan dokumen keamanan. Beberapa anggota kunci ARF tabled mereka
prioritas daerah di counter-tindakan terorisme. Dalam hal ini, Amerika Serikat saat ini
menyediakan dukungan teknis ARF ke beberapa negara di berbagai bidang terorisme yang
terkait dengan hal-hal seperti pasca ledakan forensik dan investigasi, pelatihan cepat tanggap tim,
keamanan perbatasan perangkat lunak, deteksi dari penipuan dan dokumentasi teroris pemegatan
program.
Beberapa kegiatan dalam pipa termasuk sebuah lokakarya tentang keamanan penerbangan, yang
akan diselenggarakan bersama oleh Amerika Serikat dan Singapura di kemudian setengah tahun
2003. Australia dan Singapura co-host dalam sebuah lokakarya Juni 2003 di Darwin untuk
anggota ARF pada "Mengelola Consequences of the Terorisme "fokus pada kimia, biologi,
Radiological / serangan nuklir pada bulan Juni 2003.
ASEAN – EU ASEAN - Uni Eropa
ASEAN dan Uni Eropa yang dikeluarkan pada Deklarasi Bersama untuk Kerjasama Memerangi
Terorisme pada akhir 14. ASEAN-Uni Eropa di Brussels Pertemuan Menteri pada tanggal 28
Januari 2003. The Deklarasi Bersama yg diulangi komitmen dari kedua belah pihak untuk
bekerja sama dan memberikan kontribusi pada upaya global untuk membasmi terorisme. Sebagai
tindak ke Deklarasi, sebuah Konsultasi ASEAN-Uni Eropa digelar di Ha Noi pada bulan Juni
2003. Selama Konsultasi, baik ASEAN dan Uni Eropa menegaskan keinginan untuk daerah
pendekatan dan mereka sepakat untuk fokus koperasi usaha khususnya di daerah-daerah berikut:
bantuan teknis dan peningkatan kapasitas daerah dalam counter-terorisme dan sistem operasi9
UN-CTC PBB-CTC
Sekretariat ASEAN berpartisipasi dalam sebuah rapat khusus dari Dewan Keamanan PBB dari
Counter Terrorism Committee (CTC) di New York, pada bulan Maret 2003. Pertemuan
difokuskan pada tiga item agenda utama yaitu standar global pada counter-terorisme.
Pada pertemuan antara cina dan ASEAN di Phnom Penh pada tanggal 4 November 2002, mereka
mengeluarkan Joint Deklarasi ASEAN dengan Cina di Bidang Non-Traditional Security Issues.
Terorisme telah dimasukkan sebagai satu dari prioritas untuk kerja sama ASEAN-Cina.
ASEAN+3 Cooperation
ASEAN adalah kerjasama dengan China, Jepang dan Korea Selatan di bawah ASEAN +3 untuk
mengatasi ancaman terorisme dan kejahatan transnasional. Pertemuan Pprtama diadakan pada
bulan Juni 2003 di Ha Noi, Vietnam, dan akan diikuti dengan AMMTC ke-3, dan pada awal
Januari 2004,diadakan petemuan kembali, mereka juga telah menyepakati bahwa kerjasama ini
dilakukan untuk memerangi kejahatan transnasional.
Kesimpulan
Setelah kejadian terorisme di gedung WTC pada 11 september 2001, tindakan terorisme semakin
meluas ke berbagai kawasan di dunia, salah satunya di kawasan Asia tenggara. ASEAN dan
negara-negara anggotanya berkomitmen untuk memerangi tindakan terorisme didunia.ASEAn
secara bertahap menanggapi isu terorisne, melalui serangkaian forum-forum resmi, diantaranya:
seteelah beberapa bulan taragedi 11 September 2001, ASEAN mengadakan pertemuan puncak
ASEAN ketujuh di Brunei Darussalam untuk mengajak anggotanya ikut dalam memerangi
terorisme internasional.tidak hanya sampai di situ saja, ASEAN juga memebuka berbagai forum
dialog sebagai tindakan kelanjutan dari forum-forum sebelumnya.
ASEAN secara kelembagaan trus menigkatkan kreadibilitasnya dalam menangani masalah-
masalh antar anggota maupun dalam menaggapi isu-isu kontemporer yang sedang berkembanga
di dunia internasional. Seperti dalam isu terorisme ini, ASEAN terus melakukan upaya untuk
memerangi tindakan terorisme yang terjadi di negara-negara anggota seperti indonesia, malaysia,
thailand, dan fiipina. ASEAN tidak hanya memerangi tindakan terorisme di negara-negara
anggota saja , tetapi juga memerangi tindakan terotisme internasional. Hal ini dapat dilihata
dengan dukungan ASEAN melalui puncak ARF kesembilan di Brunei juli 2002, pertemuan
puncak ASEAN di Phnom Penh bulan novenber 2002, ASEAN Ministerial Meeting on
Transnational Crime (AMMTC),dan hingga tahun 2004 ASEAn terus melakukan pertemuan
melalui foru-forum dialog untuk memerangi terorisme.Namun, berkurangnya ancaman terorisme
pada saat ini, terlihat pula berkurangnya pertemuan atau forum-forum dialog yang dibuat oleh
ASEAN.