penyusunan kajian strategi pengembangan...
TRANSCRIPT
Ringkasan Eksekutif
Penyusunan Kajian Strategi Pengembangan Sektor Informal Kota Solok 1
Tabel Input Output Kota Solok
1
PENYUSUNAN KAJIAN STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR INFORMAL KOTA SOLOK
A. Latar Belakang
Peningkatan jumlah angkatan kerja di Indonesia terjadi setiap tahunnya
seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Isu penting dari peningkatan jumlah
angkatan kerja ini adalah penciptaan lapangan kerja. Upaya penciptaan lapangan
kerja telah dilakukan melalui berbagai sektor pembangunan namun belum
mencukupi. Terbatasnya daya serap usaha sektor formal menjadi penyebab
terjadinya pengangguran. Alternatif usaha yang ditempuh oleh tenaga kerja yang
tidak terserap di sektor formal adalah membuka usaha kecil-kecilan dengan modal,
keterampilan dan keuntungan yang terbatas. Usaha ini kemudian dikenal dengan
istilah usaha sektor informal. Jumlah pekerja sektor informal ini di Indonesia
mencapai lebih dari 60% (BPS, 2012) dan sebagian besar berada di perkotaan.
Timbulnya sektor informal di perkotaan tidak lain sebagai akibat adanya
ketimpangan dalam pasar tenaga kerja. Jumlah angkatan kerja yang terus
bertambah sebagai akibat adanya urbanisasi dan ketidakmampuan memenuhi
tuntutan pekerjaan sektor formal yang mengharuskan memiliki kualifikasi pendidikan
dan keterampilan memadai, akhirnya mendorong angkatan kerja harus masuk ke
sektor informal untuk bisa terus bertahan hidup di perkotaan. Pada kondisi ini, sektor
informal memiliki peran strategis sebagai katup pengaman pengangguran dan
mendorong pertumbuhan ekonomi perkotaan.
Siapa sektor informal? Pada umumnya sektor informal didefiniskan sebagai
segala jenis pekerjaan yang tidak menghasilkan pendapatan yang tetap, tidak
terdapat keamanan tempat bekerja dan berusaha (no job security), tempat bekerja
dan berusaha tidak memiliki status tetap/permanen dan tidak berbadan hukum,
menggunakan prasarana kota, fasilitas sosial dan fasilitas umum. Selain itu, kegiatan
sektor informal memiliki ciri-ciri mengarah ke persaingan sempurna seperti setiap
orang dapat kapan saja masuk ke jenis usaha informal ini, memanfaatkan sumber
daya lokal, biasanya usaha milik keluarga, berskala kecil, pekerja kasar (blue collar),
padat karya, kemampuan manejerial rendah, keterampilan diperoleh dari luar sistem
formal sekolah dan tidak diatur. Wujud kegiatan sektor informal antara lain
Ringkasan Eksekutif
Penyusunan Kajian Strategi Pengembangan Sektor Informal Kota Solok 2
Tabel Input Output Kota Solok
2
pedagang kaki lima (PKL), becak, penata parkir, pengamen dan anak jalanan,
pedagang pasar, buruh tani dan lainnya.
Walaupun sektor informal memiliki berbagai wujud, wajah utama sektor
informal perkotaan adalah Pedagang Kaki Lima (PKL). Pertumbuhan PKL di
perkotaan memiliki dua sisi yang berbeda. Pada sisi positif, PKL mampu menjadi
katup penyelamat ekonomi melalui kontribusinya dalam penyerapan tenaga kerja
dan bila dikelola dengan baik dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap
pendapatan asli daerah. Pada sisi lain, keberadaannya di ruang publik seperti
membuka lapak di badan-badan jalan dan trotoar dan tidak menyisakan cukup ruang
bagi pejalan kaki, menciptakan masalah kemacetan dan menghambat pergerakan
pedestrian, dan menciptakan lingkungan kotor dan kurang sehat karena buangan
sampahnya yang sembarangan.. Selain itu, kehadiran PKL yang menempati ruang
dan jalan publik juga dapat mendorong terciptanya masalah sosial dan kriminalitas
seperti hadirnya pencopet, pencuri, dan sebagainya. Situasi ini menciptakan masalah
dalam pengelolaan pembangunan dan merusak keindahan kota. Kedua sisi ini
seharusnya dapat dikelola oleh pemerintah kota sehingga PKL dapat diakomodasi
dan tidak bertentangan dengan konsep ruang urban sebagai place for people bagi
seluruh warga kota.
Kota Solok yang memiliki ciri ekonomi perkotaan yang sedang tumbuh dan
berkembang juga menghadapi persoalan persoalan serupa sebagaimana
dikemukakan diatas khususnya keberadaan PKL yang menempati ruang publik.
Keberadaan PKL ini memerlukan penataan dan pemberdayaan untuk meningkatkan
dan mengembangkan usahanya sebagaimana amanah dari Perpres No. 125 Tahun
2012 tentang Koordinasi Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima.
Pertanyaannya sekarang adalah, seperti apa kondisi dan kinerja terkini PKL Kota
Solok? Apa dampaknya terhadap sosial ekonomi masyarakat kota? . Apa saja bentuk
peran pemerintah Kota Solok dalam menata dan memberdayakan PKL? Strategi dan
kebijakan seperti apa yang mesti dirumuskan dalam meningkatkan dan
mengembangkan PKL yang sesuai dengan tata ruang kota? Bagaimana model
pengembangan PKL Kota Solok yang relevan dengan kondisi objektifnya? Persoalan
dan pertanyaan yang dikemukakan ini memerlukan kajian komprehensif untuk dapat
merumuskan strategi pengembangan, penataan dan pemberdayaan yang tepat bagi
keberadaan PKL.
Ringkasan Eksekutif
Penyusunan Kajian Strategi Pengembangan Sektor Informal Kota Solok 3
Tabel Input Output Kota Solok
3
B. Tujuan Panelitian
Tujuan dari kegiatan kajian ini adalah:
1. Mengidentifikasi kinerja PKL di Kota Solok
2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja PKL di Kota Solok.
3. Mengetahui dampak keberadaan PKL di Kota Solok terhadap aspek ekonomi
dan sosial.
4. Mengidentifikasi fasilitas/dukungan yang diperlukan dalam pengembangan
PKL di Kota Solok.
5. Merumuskan model pengembangan PKL di Kota Solok.
Manfaat yang diharapkan dari kajian ini adalah sebagai acuan dalam
penyusunan kebijakan yang terkait dengan PKL.
C. Metodologi Penelitian
Penelitian dilakukan didalam wilayah administratif Kota Solok seluas 57,64
km2 yang terdiri dari 2 kecamatan dan 13 kelurahan. Penentuan lokasi penelitian
mengacu kepada SK Walikota Solok No. 188.45/54/KPTS/WSL/-2013 tentang
Penataan dan Pengaturan Lokasi Pedagang Kaki Lima dan /atau Pedagang Malam di
Kota Solok. Berdasarkan SK tersebut ada 9 lokasi PKL yang ditata dan diatur oleh
pemerintah kota. Lokasi tersebut adalah sebagai berikut : Jalan K.H. Ahmad Dahlan,
Jalan M.Yamin, Jalan Berok, Terminal Angkot, Areal Pasar Raya, Pelataran Parkir
Pertokon Bundo Kandung, Jalan Diponegoro. Jalan A. Yani, dan Jalan By Pass. Lokasi
yang lebih rinci ada tercantum di dalam lampiran SK tersebut.
Data yang diperlukan dalam kajian/penelitian ini terdiri dari data primer dan
data sekunder. Data primer berupa data tentang profil, karakteristik, dan informasi
lainnya dari para PKL yang berada di lapangan. Data ini diperoleh melalui survey
langsung dan wawancara mendalam (indeepth interview) dengan PKL secara acak
serta beberapa tokoh masyarakat setempat. Selain mengacu kepada lokasi PKL,
survey juga dikaitkan dengan waktu berdagang PKL tersebut. Informasi tentang
dampak keberadaan PKL ini juga digali dari konsumen yang datang berkunjung pada
saat survey dilakukan. Waktu survey juga disesuai dengan jadwal berdagang PKL
tersebut.
Kuisioner yang dijalankan berjumlah 150 buah yang terdiri dari 100 untuk
pedagang dan 50 untuk konsumen. Distribusi dari masing-masing kuisioner menurut
Ringkasan Eksekutif
Penyusunan Kajian Strategi Pengembangan Sektor Informal Kota Solok 4
Tabel Input Output Kota Solok
4
lokasi dan waktu berjualan PKL serta waktu pelaksanaan survey adalah sebagai
berikut :
Tabel 3.1 : Jumlah Sebaran Kuisioner Menurut Waktu dan Lokasi Berjualan PKL
No. Waktu Berjualan
Jumlah Kuisioner
Lokasi dan waktu survey PKL
Konsumen
PKL
1 Subuh - Siang 15 7 Pasar pagi terminal Bareh Solok
(Jumat, 12 Juli 2013)
2. Pagi - Sore 45 23 Areal Pasar Raya dan pinggir
jalan diluar pasar raya. (Minggu,
8 Juli 2013)
3 Malam 40 20 Jalan Pandan, Pasar Raya, dan
ruas jalan lainnya, dan taman
kota (Sabtu & Mingggu, 7 & 8
Juli 2013)
jumlah 100 50
Data sekunder berupa informasi tentang jumlah PKL di Kota Solok saat ini,
pengelompokan usaha dan lokasinya, dan kebijakan-kebijakan yang telah dilakukan
oleh Pemerintah Kota Solok untuk PKL. Data ini diperoleh dari BPS dan dinas-dinas
terkait.
Data yang diperoleh dalam kajian/penelitian ini dianalisis dengan memadukan
metode deskriptif dan kuantitatif secara bersamaan. Analisis kuantitatif dilakukan
terhadap data primer PKL dan data sekunder yang telah diolah menggunakan alat
statistik. Sementara analisi kualitatif dilakukan terhadap data dan informasi yang
diperoleh dari wawancara mendalam dan diskusi kelompok terfokus serta
pengamatan di lapangan. Penggabungan kedua analisis diatas, akan lebih
memperluas wawasan gambaran permasalahan dan kondisi objektif PKL di Kota
Solok. Rumusan hasil identifikasi dan kajian akan dipakai untuk mengambil
kesimpulan yang tepat dan membuat rekomendasi yang relevan sesuai dengan
kebutuhan Pemerintah Kota Solok dalam pengembangan dan pemberdayaan PKL.
Ringkasan Eksekutif
Penyusunan Kajian Strategi Pengembangan Sektor Informal Kota Solok 5
Tabel Input Output Kota Solok
5
D. Hasil Penelitian
1. Jumlah, Penyebaran dan Profil PKL Kota Solok
Sesuai dengan karakteristik umum dari PKL yakni manajemen sederhana,
tidak memerlukan izin usaha, modal kecil, dan bersifat padat karya maka setiap
saat jumlah PKL bisa saja bertambah karena siapa saja bisa menjadi PKL. Sulit
untuk menentukan jumlahnya yang pasti namun dapat diperkirakan. PKL yang
berada di Pasar Raya Kota Solok diperkirakan berjumlah 1500 orang
(http://padangekspres.co.id : 20/8/2013). Selain di Pasar Raya Solok, PKL juga
tersebar di berbagai ruas jalan Kota Solok seperti Jalan. KH. A. Dahlan, Jalan
M.Yamin, Jalan A. Yani, Jalan Berok, Jalan VI Suku dan jalan-jalan lainnya.
Jumlah PKL di luar Pasar Raya Kota Solok yang berhasil didata pada tahun 2011
berjumlah 114 unit usaha (Dinas Koperindag Kota Solok, 2011). Selain itu, ada
juga sekitar 100 PKL yang berjualan di Pasar Pagi (di sebelah terminal Regional
Solok) dan puluhan PKL yang berjualan di Taman Kota. Jumlah PKL ini akan
terus bertambah seiring dengan perkembangan aktivitas ekonomi Kota Solok.
Profil PKL Kota Solok ini dapat dijelaskan berdasarkan lokasi dan waktu
berjualannya. Ada empat pengelompokan yang dapat dibuat terhadap PKL Kota
Solok yakni PKL di Pasar Pagi, PKL di Pasar Raya, PKL /Pedagang Malam.
PKL di Pasar Pagi
Pasar Pagi berada di samping Terminal Regional Bareh Solok. Komoditi
yang dijual di sini adalah hasil-hasil pertanian (palawija) seperti : bawang, kol,
buncis, tomat, cabe, seledri, wortel, kentang, dan lain-lain. Waktu berjualan
(transaksi) mulai dari jam 04.00 WIB pagi hingga jam 11.00 WIB. Aktifitas paling
ramai adalah pada hari Selasa dan Jumat.
PKL di Pasar Pagi bukanlah PKL biasa. Mereka adalah para pedagang
perantara yang datang dari berbagai daerah disekitar Kota Solok. Mereka sudah
mulai berdatangan dengan bus atau truk membawa barang dagangan pada sore
atau malam hari Senin (untuk berjualan hari Selasa) dan Kamis (untuk berjualan
pada hari Jumat). Untuk menggelar barang dagangan, mereka menyewa payung
yang sudah disediakan oleh petugas sebesar Rp 4.000,- (untuk payung kecil) -
dan Rp 5.000,- (untuk payung besar). Pembeli adalah para pedagang pengecer
atau pedagang perantara yang berasal dari daerah lain seperti dari Jambi,
Ringkasan Eksekutif
Penyusunan Kajian Strategi Pengembangan Sektor Informal Kota Solok 6
Tabel Input Output Kota Solok
6
Palembang, Pekan Baru, Bukittinggi, Sawahlunto, dan lain-lain. Transaksi mulai
berlangsung dari jam 04.00 WIB hingga jam 11.00 WIB. Setelah barang
dagangan mereka habis, para PKL kembali lagi ke kampung masing-masing dan
akan datang lagi pada hari pasar berikutnya. Para pembeli juga demikian.
Setelah selesai membeli semua barang yang dibutuhkan, mereka membawanya
ke daerah masing-masing dengan menggunakan truk atau bus.
Gambar 1. Suasana Pasar Pagi, Kota Solok
Bila dilihat dari para penjual dan pembeli, Pasar Pagi bukanlah pasar PKL
biasa. Pasar Pagi lebih tepat disebut pasar grosir (pasar kulakan) karena
pembelinya juga para pedagang yang berasal dari berbagai daerah di luar Kota
Solok. Pasar Pagi ini mempunyai potensi yang cukup besar untuk dikembangkan
menjadi pasar grosir/ kulakan yang lebih besar dan modern untuk komoditi
sayur-sayuran dan palawija. Ada tempat menggelar barang dagangan yang lebih
baik sehingga terlindung dari hujan dan panas serta lebih bersih dengan
dilengkapi berbagai fasilitas umum yang diperlukan. Ada pengelola pasar yang
bisa memberikan pelayanan kepada para pedagang dan para pembeli serta
memberi informasi harga secara transparan. Dengan fasilitas memadai dan
ditambah dengan promosi yang lebih baik maka pasar ini nantinya akan
Ringkasan Eksekutif
Penyusunan Kajian Strategi Pengembangan Sektor Informal Kota Solok 7
Tabel Input Output Kota Solok
7
berkembang lebih cepat. Pasar ini juga bisa menjadi mesin pendorong
pertumbuhan pembangunan pertanian bagi Kota Solok maupun daerah sekitar
Kota Solok.
PKL Pasar Raya Kota Solok (Pagi – Sore)
Komoditi yang diperdagang oleh PKL Pasar Raya Kota Solok pada pagi
hingga sore hari sangat beragam. Mulai dari kebutuhan harian dapur rumah
tangga hingga peralatan rumah tangga dan pakaian. Waktu berjualan setiap hari
mulai dari pagi hingga sore hari. Lokasi berjualan di pinggir jalan seputar Pasar
Raya.
Ada dua kategori PKL Pasar Raya yaitu PKL tetap dan PKL harian lepas.
Untuk pedagang kaki lima tetap, Dinas Pasar Kota Solok memungut biaya
retribusi sebesar Rp 1.500 per hari, biaya kebersihan Rp 1.000 per hari dan
biaya listrik Rp 5.000-10.000 per hari tergantung pemakaian jika pedagang
menggunakan listrik dalam berjualan. Pedagang kaki lima tetap ini ditandai
dengan pemberian fasilitas berupa meja besi yang diseragamkan dari Dinas
Pasar dan ditempatkan umumnya satu tempat di dalam pasar raya. Jadi jika
pedagang kaki lima menggunakan meja besi, pastilah itu pedagang kaki lima
tetap bukan harian.
Gambar 2. Kondisi PKL di Pasar Raya Solok
Ringkasan Eksekutif
Penyusunan Kajian Strategi Pengembangan Sektor Informal Kota Solok 8
Tabel Input Output Kota Solok
8
Untuk PKL harian lepas, Dinas Pasar Kota Solok memungut biaya
retribusi sebesar Rp 1.000 per hari, biaya kebersihan Rp 1.000 per hari,
dan biaya listrik Rp 5.000-10.000 per harinya jika pedagang
menggunakan listrik dalam berjualan. PKL harian lepas biasanya berjualan
tidak berkelompok di satu tempat melainkan menyebar sesuai dimana
yang mereka inginkan. Hal ini disebabkan karena mereka tidak difasilitasi
dengan meja besi dari Dinas Pasar.
Ada beberapa persoalan yang perlu mendapat perhatian. Persoalan
pertama adalah belum terlihatnya keteraturan dan ketertiban para PKL terutama
yang berada di pinggir jalan seputar Pasar Raya. Bahkan ada yang menggelar
barang dagangannya tepat di tengah jalan sehingga menghilangkan fungsi jalan.
Persoalan lainnya adalah adanya keluhan dari pemilik toko atas keberadaan PKL
yang tepat di depan toko mereka karena mengurangi akses dan kenyamanan
konsumen untuk berbelanja ke toko mereka. Sepertinya jumlah PKL di Pasar
Raya sudah terlalu banyak dan perlu direlokasi ke tempat lain.
Hal menarik yang ditemukan adalah berkaitan dengan PKL tetap. Ada
diantara mereka yang menjadikan areal atau tempat berdagang mereka berupa
meja besi sebagai lahan bisnis. PKL tetap yang telah memiliki Buku Kepemilikan
Tempat Usaha, seringkali memperjual belikan tempat usaha mereka kepada
pedagang lain. Harga yang ditawarkan cukup fantastis berkisar antara Rp 50-70
juta rupiah, dengan harga beli awal dari Dinas Pasar hanya sebesar Rp
1.500.000,-.Oleh sebab itu mesti ada aturan yang jelas dan tegas tentang
kepemilikan tempat usaha bagi PKL Pasar Raya ini.
PKL/Pedagang Malam
Lokasi PKL yang berdagang pada malam hari tersebar di beberapa ruas jalan
utama Kota Solok. Sebagian ada yang berjualan di pelataran parkir Pasar Raya.
Berdasarkan Surat Keputusan Walikota No. 188.45/54/KPTS/WSL-2013 ada 9
(sembilan) lokasi yang ditetapkan/diizinkan sebagai lokasi PKL /Pedagang Malam
yaitu :
Ringkasan Eksekutif
Penyusunan Kajian Strategi Pengembangan Sektor Informal Kota Solok 9
Tabel Input Output Kota Solok
9
1. Lokasi I : Jln KH. A. Dahlan.
2. Lokasi II : Jln M. Yamin
3. Lokasi III : Jln Berok
4. Lokasi IV : Terminal Angkot
5. Lokasi V : Dalam Areal Pasar Raya Solok
6. Lokasi VI : Pelataran Parkir Depan Pertokoan Bundo Kanduang.
7. Lokasi VII : Jln Diponegoro VI Suku
8. Lokasi VIII : Jln A. Yani VI Suku
9. Lokasi IX : Jln By Pass
Gambar 3. Kondisi PKL/Pedagang Malam di Beberapa Ruas Jalan Kota Solok
Jenis barang yang yang dijual oleh PKL/Pedagang Malam kebanyakan
adalah makanan dan minuman (kuliner). Ada juga beberapa pedagang yang
menjual pakaian, asesoris/mainan, kaset/VCD, pulsa/kartu telepon, dan lain-
lain. Waktu berjualan pada malam hari hingga tengah malam namun persiapan
menggelar barang dagangannya sudah dimulai dari sore karena tenda/tempat
berjualan mereka bersifat buka-pasang (tidak permanen). Setelah selesai
berjualan pada tengah malam, mereka membuka tenda/tempat berjualan dan
akan memasangnya esok hari ketika akan berjualan kembali. Bisa saja di
tempat yang sama tapi bisa juga di tempat yang berbeda.
Ringkasan Eksekutif
Penyusunan Kajian Strategi Pengembangan Sektor Informal Kota Solok 10
Tabel Input Output Kota Solok
10
Selain 9 (sembilan) lokasi yang ditetapkan oleh SK Walikota No.
188.45/54/KPTS/WSL-2013 ada juga puluhan PKL yang berjualan setiap hari di
Taman Kota pada sore hingga jam 22.00 malam. Komoditi yang dijual
kebanyakan mainan anak-anak, asesori, dan makanan ringan.
Tampilan tenda/payung/tempat berjualan para pedagang di
sepanjang jalan yang telah ditetapkan sebagai lokasi PKL/Pedagang Malam
belum memperlihatkan keteraturan, kebersihan, dan keindahan. Kebanyakan
mereka menggelar barang dagangan diatas trotoar hingga ke badan jalan yang
dapat menimbulkan kemacetan. Bentuk tenda/payung yang mereka gunakan
juga sangat bervariasi. Lampu penerangan disekitar tempat bejualan juga
kurang terang. Pada pedagang makanan dan minuman belum terlihat adanya
katalog atau daftar harga makanan/minuman yang membuat harga lebih
transparan.
2. Karakteristik PKL Kota Solok
Dari hasil survey yang telah dilakukan terhadap sejumlah pedagang
informal (PKL) dan pengunjung dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai
berikut :
a. Kebanyakan para PKL Kota Solok menggunakan pinggiran jalan untuk
menggelar barang dagangannya.
b. Waktu berjualan PKL bervariasi. PKL di Terminal Regional Bareh Solok
berjualan dari jam 04.00 sampai jam 10.00 WIB dan PKL di Pasar Raya dan
pinggiran jalan sekitar Pasar Raya berjualan dari pagi jam 06.00 WIB –
18.00WIB. PKL yang berjualan dari sore sampai tengah malam tersebar
mulai dari area parkir Pasar Raya Solok hingga ke berbagai ruas jalan di
seputar Kota Solok.
c. Modal kerja para PKL kebanyakan kurang dari Rp 10 juta dengan omset rata
perminggu berkisar Rp 1 juta hinggan Rp 3 juta.
d. Sumber modal para PKL kebanyakan milik sendiri. Sedikit sekali yang berasal
dari pinjaman perbankan.
e. Aset yang ingin ditambah oleh para PKL kebanyakan adalah penambahan
modal kerja disamping ada juga sebagian yang menginginkan untuk
menambah/meninngkatkan tenda, payung, atau gerobak tempat berjualan.
Ringkasan Eksekutif
Penyusunan Kajian Strategi Pengembangan Sektor Informal Kota Solok 11
Tabel Input Output Kota Solok
11
f. Pengunjung berharap adanya peningkatan kualitas tampilan (performance)
stan PKL dan penataan lalu lintas yang lebih baik agar tidak menimbulkan
kemacetan.
E. Regulasi dan Strategi Pengembangan Sektor Informal (PKL) Kota
Solok
Pemerintah Kota Solok telah melakukan berbagai upaya untuk menata PKL
Kota Solok. Ada beberapa peraturan dan surat keputusan yang telah dikeluarkan
oleh pemerintah Kota Solok. Beberapa peraturan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Perwako Solok No. 29 tahun 2012 tentang Penataan dan Pembinaan PKL
2. Keputusan Walikota No. 188.45/54/KPTS/WSL-2013 tentang Penataan dan
Pengaturan Lokasi PKL dan/atau Pedagang Malam.
3. Keputusan Walikota Solok No. 188.45/183/KPTS/WSL-2013 tentang
Pembentukan Tim Monitoring dan Pengaturan Lokasi PKL dan/atau
Pedagang Malam.
4. Keputusan Walikota Solok No. 188.45/104/KPTS/WSL-2010
5. PERDA tentang PKL. (Masih dalam pembahasan dengan DPRD).
Untuk memperkuat payung hukum penanganan sektor informal khususnya
PKL Kota Solok maka Pemerintah Kota Solok harus segera menyelesaikan proses
penyusunan Peraturan Daerah tentang ini. Dengan adanya payung hukum ini
nantinya diharapkan penanganan PKL dapat memperlihatkan hasil yang maksimal.
Penanganan pedagang informal (PKL) di Kota Solok dapat dilakukan melalui
dua bentuk strategi utama yaitu Penataan dan Pemberdayaan. Strategi Penataan
dapat pula dilakukan dilakukan melalui 2 pendekatan yaitu Penataan Secara Fisik dan
Penataan Secara Non Fisik.
1. Penataan Secara Fisik.
Penataan secara fisik adalah penataan dalam bentuk sarana, prasarana dan tata
ruang. Penataan secara fisik ini dapat berupa :
Ringkasan Eksekutif
Penyusunan Kajian Strategi Pengembangan Sektor Informal Kota Solok 12
Tabel Input Output Kota Solok
12
a. Penetapan Lokasi yang diizinkan untuk PKL. Strategi ini sudah dilaksanakan
oleh Pemerintah Kota Solok melalui beberapa Keputusan dan Peraturan
Walikota. Namun demikian strategi perlu diperkuat dengan strategi lainnya
agar penataan PKL ini menjadi lebih maksimal dan efektif.
b. Pengaturan Waktu Berdagang. Strategi ini juga sudah dilaksanakan oleh
Pemerintah Kota Solok yakni pada ruas-ruas jalan tertentu para PKL
dibolehkan berjualan di atas trotoar dan di pinggir jalan pada jam-jam
tertentu. Pengaturan waktu berdagang juga telah diterapkan di areal parkir
Pasar Raya dimana ketika pagi hingga sore lahan tersebut digunakan untuk
tempat parkir dan dari sore hingga tengah malam dapat digunakan oleh PKL
untuk berdagang sehingga lebih banyak pedagang yang mendapat
kesempatan berdagang. Strategi ini dapat dikembangkan pada tempat-
tempat lainnya di Kota Solok yang mempunyai lahan cukup luas tapi fungsi
formalnya hanya dari pagi hingga sore seperti tempat pencucian mobil,
halaman kantor, halaman pertokoan, dll.
c. Pengaturan Tampilan (Performance). Strategi ini sudah diterapkan juga oleh
Pemerintah Kota Solok melalui Dinas Pasar yakni pemberian meja besi pada
PKL dalam Pasar Raya. Dampak pengaturan tampilan ini belum
memperlihatkan hasil yang optimal karena belum terlihat keteraturan dan
kerapian di dalam Pasar Raya Solok seperti yang diinginkan. Pemerintah
Kota Solok dapat mencontoh apa yang dilakukan oleh beberapa daerah yang
telah melakukannya. Pontianak, Blitar, dan Solo, adalah beberapa daerah
yang telah melakukan hal ini. Untuk melakukan pengaturan penampilan
memang perlu dana yang cukup besar karena harus menyiapkan tenda atau
meja berjualan yang seragam namun dampaknya akan mudah terlihat.
Pemerintah Kota Solok dapat melakukan kerjasama dengan pihak lain seperti
perusahaan swasta atau BUMN.
Gambar 4. Kondisi PKL di beberapa Kota Setelah Pengaturan Tampilan.
Ringkasan Eksekutif
Penyusunan Kajian Strategi Pengembangan Sektor Informal Kota Solok 13
Tabel Input Output Kota Solok
13
d. Pengelompokan Pedagang (Clustering Concept), adalah konsep
penataan pedagang informal dengan membuat pengelompokan
pedagang berdasarkan jenis usaha. Jenis usaha yang bisa dikelompokkan
misalnya kelompok makanan/minuman (kuliner), penjual barang kerajinan
dari kayu, penjual buah, pedagang makanan ikan/ayam, pedagang buah, dll.
e. Memberikan peruntukan ruang (space) kepada PKL secara terencana ketika
pemerintah lakukan peremajaan Kota (Urban Renewal).
2. Penataan dengan Pendekatan Non Fisik
Penataan nonfisik bertujuan untuk merubah mental dan perilaku pedagang
informal menjadi warga yang sadar hukum dan berwawasan
lingkungan. Mengajak para pedagang informal /PKL untuk tetap menjaga dan
memelihara segala sesuatu yang telah diatur berkaitan dengan ketertiban dan
kebersihan dan keindahan lingkungan tempat berdagang. Penertiban dan
Ringkasan Eksekutif
Penyusunan Kajian Strategi Pengembangan Sektor Informal Kota Solok 14
Tabel Input Output Kota Solok
14
penegakan hukum (Perda) secara rutin yang bertujuan agar peratutan
perundang-undangan dipatuhi secara bersama.
Pemberdayaan PKL dapat dilakukan dalam bentuk peningkatan
kemampuan berusaha (manajemen usaha), fasilitasi akses permodalan, penguatan
kelembagaan dan kelompok usaha bersama, peningkatan kualitas dan standar mutu
layanan/produk, bantuan promosi usaha, dan mendorong terciptanya kerjasama dan
kemitraan dengan dunia usaha atau lembaga terkait.
F. Kesimpulan dan Rekomendasi
1. Kesimpulan
Paradigma baru tentang sektor informal (khususnya PKL) memandang bahwa
meskipun PKL merupakan salah satu faktor penyebab timbulnya kemacetan,
merusak tata kota (berjualan di lokasi yang tidak di peruntukkan, membuat
lingkungan menjadi kumuh), meninggalkan sampah sembarangan, dan lain lain,
namun di sisi lain PKL merupakan salah satu faktor penggerak perekonomian kota
dan sebagai katup pengaman bagi penyediaan lapangan kerja. Oleh sebab itu,
penanganan PKL bukan bermakna menghilangkannya dari aktifitas ekonomi
perkotaan melainkan menatanya sedemikian rupa sehingga menjadi suatu energi
baru bagi perekonomian dan menjadi daya tarik tersendiri (ciri khas atau landmark)
bagi kota Solok.
2. Rekomendasi
Berdasarkan hasil kajian yang telah dilakukan dalam penelitian ini maka
dapat diberikan beberapa rekomendasi kepada Pemerintah Kota Solok yaitu :
a. Menyelesaikan penyusunan dan pengesahan PERDA tentang penataan dan
pemberdayaan PKL sebagai payung hukum dalam pengembangan PKL.
Ringkasan Eksekutif
Penyusunan Kajian Strategi Pengembangan Sektor Informal Kota Solok 15
Tabel Input Output Kota Solok
15
b. Mengembangkan Pasar Pagi di samping Terminal Regional Bareh Solok menjadi
pasar grosir/kulakan untuk komoditi sayuran dan palawija. Pengembangan
dapat dilakukan dengan membangun berbagai fasiltas yang dibutuhkan dan
melakukan promosi dan penyebaran informasi secara luas.
c. Memindahkan PKL Pasar Raya yang menempati ruas jalan di belakang dan di
samping pasar raya ke tempat lain agar fungsi jalan tidak terganggu atau
menjadikan jalan tersebut sebagai kawasan perluasan pasar khusus PKL
dengan cara menata dan membangun berbagai fasilitas pendukung sesuai
kebutuhan para PKL.
d. Mengembangkan PKL di luar Pasar Raya untuk kelompok barang tertentu
(misalnya dimulai dari kelompok makanan/minuman atau kuliner) di sebuah
lokasi/kawasan tertentu yang nantinya dapat menjadi keunikan (land mark)
Kota Solok. Pengembangan dimulai dari penataan lokasi, pengaturan tampilan,
peningkatan kualitas layanan dan kualitas produk, dan pengaturan waktu
berjualan.
e. Memberikan peruntukan ruang (space) untuk para PKL secara terencana ketika
pemerintah Kota Solok melakukan peremajaan kota (urban renewal).
f. Mendorong dan mengajak berbagai pihak untuk ikut berpartisipasi dalam
mengembangkan PKL di Kota Solok.