penyakit sistemik _jadi_
TRANSCRIPT
EKSODONSI PADA PENDERITA DENGAN PENYAKIT SISTEMIK
Pada tindakan ekstraksi gigi, pertama-tama operator harus memastikan keadaan umum
pasien, siap atau tidak untuk dilakukan tindakan. Kesiapan itu, dapat dinilai dari keadaan psikis
(tegang, takut, atau biasa), keadaan sistemik (terkontrol atau tidak), riwayat penyakit, dan juga
riwayat pengobatan.
Pemeriksaan awal tersebut, sangat menentukan tingkat keberhasilan perawatan. Karena
kondisi pasien yang tidak normal, akan dapat mempersulit tindakan eksodonsi. Salah satunya
adalah adanya kelainan sistemik yang tidak terkontrol, maka dapat memici timbulnya komplikas
perioperatif maupun pasca operatif. Beberapa penyakit sistemik yang dapat menjadi penyulit
dalam tindakan eksodonsia, antara lain:
1. Hipertensi
2. Diabetes Mellitus
3. Penyakit Kardivaskular
4. Hipertiroidisme
5. Gagal Ginjal Kronis
6. Penyakit Hati Kronis
7. Asma
1. HIPERTENSI
Definisi:
Hipertensi juga disebut sebagai tekanan darah tinggi (HTN atau HPN) adalah suatu
kondisi medis di mana tekanan darah tinggi yang berkesinambungan atau menurut JNC-7
(Joint National Comitte) hipertensi adalah kenaikan tekanan darah arteri yang tetap, yang
mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi, yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke
jaringan tubuh yang membutuhkan.
Dalam penggunaan saat ini, kata "hipertensi" biasanya merujuk ke sistemik
(hipertensi arterial). Sedangkan jenis lain adalah pulmonary hipertensi yang melibatkan
sirkulasi paru-paru.
1
Klasifikasi Tekanan Darah Dewasa
Patofisiologi:
a. Hipertensi esensial (Hipetensi primer) bersifat idiopatik yang belum
jelaspenyebabnya. Dipengaruhi usia, kelamin, merokok, kolesterol, berat badan.
b. Hipertensi sekunder. Dipengaruhi oleh obat, penyakit ginjal, penyakit endokrin
(diabetes melitus, tiroid, Cushing).
Gejala dan Tanda-tanda Klinis:
Biasanya tanpa menimbulkan gejala (asimtomatik). Namun biasanya disertai
beberapa tanda-tanda klinis, yaitu: pusing prosimal, berkeringat, takikardia, palpitasi.
Adapun tanda-tanda fisik yang terlihat, diantaranya adalah:
• Gelisah
• Mudah marah
• Wajah kemerahan
• Lambat
• Obesitas
• Sering tremor
• Sukar tidur
• Mudah lelah
• Mimisan
• Telinga berdengung
• Mata berkunang-kunang
• Pembesaran ginggiva dan xerostomia
(karena konsumsi obat antihipertensi)
Diagnosa:
Penegakkan diagnose dapat dilakukan dengan melakukan:
a. Anamnesa
b. Pemeriksaan gejala dan tanda-tanda klinis
2
Klasifikasi SISTOL (mmHg) DIASTOL (mmHg)
Normal
Normal Tinggi
Stadium 1 (Hipertensi ringan)
Stadium 2 (Hipertensi sedang)
Stadium 3 (Hipertensi berat)
Stadium 4 (Hipertensi maligna)
< 130
130-139
140-159
160-179
180-209
≥ 210
< 85
85-89
90-99
100-109
110-119
≥120
c. Pemeriksaan tekanan darah (sesuai dengan table diatas)
Terapi:
Pengobatan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis yaitu:2
1. Pengobatan non farmakologis diantaranya adalah :
a. Diet rendah garam/kolesterol/lemak jenuh
b. Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh. Nasehat pengurangan garam, harus
memperhatikan kebiasaan makan penderita. Pengurangan asupan garam secara
drastis akan sulit dilaksanakan. Cara pengobatan ini hendaknya tidak dipakai sebagai
pengobatan tunggal, tetapi lebih baik digunakan sebagai pelengkap pada pengobatan
farmakologis.
c. Ciptakan keadaan rileks. Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis
dapat mengontrol sistem saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.
d. Melakukan olah raga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit
sebanyak 3-4 kali seminggu.
e. Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol
2. Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)
Obat-obatan antihipertensi. Terdapat banyak jenis obat antihipertensi yang beredar
saat ini. Untuk pemilihan obat yang tepat diharapkan menghubungi dokter.
a. Diuretik
Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat
kencing) sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya
pompa jantung menjadi lebih ringan. Contoh obatannya adalah Hidroklorotiazid.
b. Penghambat Simpatetik
Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis (saraf yang
bekerja pada saat kita beraktivitas ). Contoh obatnya adalah : Metildopa, Klonidin
dan Reserpin.
c. Betabloker. Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya
pompa jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui
mengidap gangguan pernapasan seperti asma bronkial. Contoh obatnya adalah :
Metoprolol, Propranolol dan Atenolol. Pada penderita diabetes melitus harus hati-
3
hati, karena dapat menutupi gejala hipoglikemia (kondisi dimana kadar gula dalam
darah turun menjadi sangat rendah yang bisa berakibat bahaya bagi penderitanya).
Pada orang tua terdapat gejala bronkospasme (penyempitan saluran pernapasan)
sehingga pemberian obat harus hati-hati.
d. Vasodilator
Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos
(otot pembuluh darah). Yang termasuk dalam golongan ini adalah : Prasosin,
Hidralasin. Efek samping yang kemungkinan akan terjadi dari pemberian obat ini
adalah : sakit kepala dan pusing.
e. Penghambat ensim konversi Angiotensin
Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat Angiotensin II
(zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh obat yang
termasuk golongan ini adalah Kaptopril. Efek samping yang mungkin timbul adalah :
batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.
f. Antagonis kalsium
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat
kontraksi jantung (kontraktilitas). Yang termasuk golongan obat ini adalah :
Nifedipin, Diltiasem dan Verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah :
sembelit, pusing, sakit kepala dan muntah.
g. Penghambat Reseptor Angiotensin II
Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat Angiotensin II pada
reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obat-obatan yang
termasuk dalam golongan ini adalah Valsartan (Diovan). Efek samping yang
mungkin timbul adalah : sakit kepala, pusing, lemas dan mual.
Dengan pengobatan dan kontrol yang teratur, serta menghindari faktor resiko
terjadinya hipertensi, maka angka kematian akibat penyakit ini bisa ditekan.
Masalah:
Pada pasien yang hipertensi beresiko terjadi:
a. Perdarahan dan thrombosis
4
b. Resiko terjadinya injeksi intravascular dan adrenalin pada obat anastesi lokal masuk ke
dalam pembuluh darah, sehingga dapat menyebabkan takikardi, stroke volume
meningkat, sehingga tekanan darah menjadi tinggi.
Penatalaksanaan:
Penggunaan anastesi lokal yang mengandung adrenalin perlu dipertimbangkan, juga
pemberian obat-obatan dari golongan NSAID.
Pemberian sedatif berupa N20 sebelum perawatan hanya bila diperlukan (sebagai
kontrol kecemasan).
Untuk pasien hipertensi pada tingkat normal tinggi, masih bisa dilakukan pemberian
anastesi lokal yang mengandung vasokontriktor (adrenalin) dengan perbandingan
1:200000. Atau bisa juga dilakukan pengenceran pehakain dengan mencampur 1ml
pehakain 2% dengan 1ml lidocain 2% murni.
Hindari waktu perawatan pada jam-jam sibuk dan cuaca yang tidak mendukung.
Bila diperlukan perawatan gigi sebaiknya dikonsultasikan segera dan perawatan bedah
dilakukan dalam kerja tim.
2. DIABETES MELLITUS
Definisi:
Diabetes mellitus yang umum dikenal sebagai kencing manis adalah penyakit yang
ditandai dengan hiperglikemia (peningkatan kadar gula darah) yang terus-menerus dan
bervariasi, terutama setelah makan. Semua jenis diabetes mellitus memiliki gejala yang
mirip dan komplikasi pada tingkat lanjut. Hiperglikemia sendiri dapat menyebabkan
dehidrasi dan ketoasidosis.
Klasifikasi:
1. DM Tipe 1 :
Defisiensi Insulin absolute akibat dekstruksi sel beta pankreas. Penyebabnya bisa karena
autoimmune dan juga idiopatik.
5
2. DM Tipe 2 :
Defisiensi insulin relatif. Disebabkan karena defek sekresi insulin lebih dominan
daripada resistensi insulin dan resistensi insulin lebih dominan daripada defek sekresi
insulin. Dibedakan menjadi tipe gemuk dan tidak gemuk.
Gejala:
Gejala khas dari penderita diabetes mellitus, adalah:
Poliuria (sering buang air kecil)
Polidipsi
Polifagia
BB menurun cepat tanpa penyebab yang jelas
Sedangkan gejala yang tidak khas dari penderita diabetes mellitus, adalah:
Kesemutan
Gatal di daerah genital
Infeksi yang sulit sembuh
Bisul yang hilang timbul
Penglihatan kabur
Cepat lelah
Mudah mengantuk, dll
Tanda-tanda Klinis:
Manifestasi rongga mulut pada penderita diabetes antara lain:
Penyakit gusi yang semakin luas
Gingivitis
Kandidiasis
Lichen planus
Ulserasi mukosa
Cheilosis angularis
Penyakit periodontal progresif
Periodontitis, kehilangan gigi, luka sulit
sembuh
Infeksi dan penyakit mulut gigi
Karies
Sakit pada lidah
Mulut kering/xerostomia
Mulut terasa terbakar
Disfungsi pada pengecapan
6
Diagnosa:
Penegakkan diagnose dapat dilakukan dengan melakukan:
a. Anamnesa
b. Pemeriksaan gejala dan tanda-tanda klinis
c. Pemeriksaan kadar gula darah:
Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl
Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl
Terapi:
Diet rendah gula
Pemberian Insulin
Obat Anti-diabetes, seperti: Tolbutamid, chlorpropamide, tolazamid, glipizid, dan
glibenklamid.
Masalah:
a. Hilangnya pengendalian metabolik. Dapat disebabkan karena stress, obat anastesi lokal
(terutama yang mengandung adrenalin atau vasokonstriktor lainnya), dan krisis
hipoglikemik.
b. Meningkatnya kemungkinan terjadinya infeksi. Disebabkan oleh terganggunya produksi
antibodi yang diakibatkan oleh kurangnya glikogen, imunitas selular dan hormonal
penderita diabetes mellitus menurun, fungsi leukosit terganggu dan kadar gula dalam
darah tinggi.
c. Pembekuan darah pada penderita diabetes mellitus, baik yang tipe 1 maupun tipe 2,
sedikit terganggu. Artinya cloating time penderita tidak seperti orang non diabetes.
d. Kecenderungan perdarahan yang meningkat. Hal tersebut berhubungan dengan vasopati
dan infeksi yang sering kambuh pada mukosa mulut. Perdarahan selama dan setelah
tindakan eksodonsi biasanya dapat dikendalikan melalui perawatan lokal.
e. Salah satu komplikasi akut diabetes mellitus adalah koma hiperosmoler non ketotik.
Penyakit ini disebabkan tingginya kadar gula darah melebihi 600 mg% yang
mengakibatkan pasien mudah shock.
Penatalaksanaan:
7
Informasi riwayat kasus yang menyeluruh (anamnesa).
Pemeriksaan kadar gula sebelum dan sesudah tindakan.
Dilakukan penambahan insulin guna mencegah terjadinya shock.
Anastesi lokal tanpa penambahan bahan vasokonstriktor. Karena adrenalin dapat
meningkatkan kadar glukosa darah.
Pada tindakan pembedahan, terdapat sedikit perbedaan antara penderita diabetes
mellitus tipe 1 dan tipe 2. Pada penderita diabetes mellitus tipe 1, sebelum dilakukan
pembedahan harus dilakukan terapi insulin, dengan memberikan suntikan insulin karena
jumlah insulinnya tidak mencukupi kebutuhan. Sedangkan pada tipe 2, tidak perlu
diberikan suntikan insulin.
Teknik operasi konservatif dan drainasi luka, misalnya pemberian tampon selam 30
menit setelah ekstraksi gigi.
Mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi iatrogenik, gangguan lipid darah,
peningkatan tekanan darah, hiperkoagulasi darah.
Kemungkinan pemberian profilaksis antibiotik.
Tindakan pencabutan atau operasi sebaiknya dilakukan pada pagi hari dan setelah
makan, karena pada waktu itu keadaan metabolic relatif stabil.
3. PENYAKIT KARDIOVASKULAR
Definisi:
Penyakit kardiovaskular adalah penyakit sistemik yang melibatkan jantung dan
pembuluh darah. Ada banyak penyebab penyakit kardiovaskular, antara lain: faktor
keturunan, penyakit infeksi, gaya hidup yang tidak sehat, suka merokok, dan berbagai
faktor resiko lainnya. Kadang-kadang, tindakan perawatan gigi dan pemakaian obat-obatan
tertentu dapat mempengaruhi kondisi medis pasien dengan penyakit kardiovaskular.
Gejala:
Hipoksemia
Sianosis
Clubbing finger pada tangan dan kaki
Polisitemia karena hipoksemia
8
Tanda-tanda Klinis (intraoral):
Erups igigi sulung dan permanen terlambat
Hipoplasia enamel
Vasodilatasi pulpa
Gigi tampak putih kebiruan
Karies dan penyakit periodontal
Diagnosa:
Penegakkan diagnose dapat dilakukan dengan melakukan:
a. Anamnesa
b. Pemeriksaan gejala dan tanda-tanda klinis
Terapi:
Pemberian obat anti konvulsi, seperti: aspirin, heparin, dll.
Masalah:
Komplikasi peredaran darah, seperti perdarahan dan trombosis
Infeksi Endokarditis
Penatalaksanaan:
Harus menghindari penggunaan vasokonstriksi dalam anastesi lokal, karena dalam
hubungannya dengan catecholamine yang dilepaskan secara endogen, dapat
menyebabkan komplikasi peredaran darah.
Berhati-hati dalam melakukan tindakan perawatan gigi.
Penggunaan profilaksis antibiotik.
Sedangkan untuk tindakan operasi, sebaiknya operasi dilakuakn dengan monitor ECG
dan disertai infuse IV dengan maksud untuk segera mengetahui komplikasi dan
melakukan perawatan. Tindakan ini harus dilakukan di rumah sakit sehingga dapat
dilakukan pengawasan oleh spesialis yang berwenang (Test and Wagner, 1992).
Berusaha sebisa mungkin untuk mengurangi rasa cemas pasien selama tindakan
perawatan gigi dilakukan. Karena penderita penyakit kardiovaskular yang berat
terkadang memiliki kondisi medis yang mudah sekali dipengaruhi oleh emosinya.
Sangat dianjurkan untuk berkonsultasi dengan dokter yang selama ini merawat pasien
untuk mengetahui dengan jelas bagaimana kondisi medis pasien saat ini, obat-obat apa
9
saja yang dipergunakan oleh pasien, dan apa saja yang harus dihindarkan selama
dilakukan tindakan perawatan gigi pada pasien penderita penyakit kardiovaskular
tersebut
4. HIPERTIROIDISME
Definisi:
Kerja kelenjar tiroid yang berlebihan. Sehingga produksi tiroksin jadi berlebihan.
Gejala:
Heat intolerance
Gelisah
Tremor
Keringat berlebihan
Kelemahan otot
Diare
Peningkatan nafsu makan
Penurunan berat badan
Pada orangtua bisa terjadi fibrilasiatrial, angina dan gagal jantung kongesti
Tanda-tanda Klinis:
Tremor dan takikardi
Exophtalmos
Pembesaran kelenjar tiroid
Kulit tipis dan soft
Refleks hiperaktif
Diagnosa:
Penegakkan diagnose dapat dilakukan dengan melakukan:
a. Anamnesa
b. Pemeriksaan gejala dan tanda-tanda klinis
c. Pemeriksaan laboratorium:
- Peningkatan T3 dan T4
- Penurunan TSH
Terapi:
Penatalaksanaan hipertiroidisme secara farmakologi menggunakan empat kelompok
obat ini yaitu: a) obat antitiroid, b) penghambat transport iodida, c) iodida dalam dosis
besar menekan fungsi kelenjar tiroid, d) yodium radioaktif yang merusak sel-sel kelenjar
10
tiroid. Obat antitiroid bekerja dengan cara menghambat pengikatan (inkorporasi) yodium
pada TBG (thyroxine binding globulin) sehingga akan menghambat sekresi TSH (Thyreoid
Stimulating Hormone) sehingga mengakibatkan berkurang produksi atau sekresi hormon
tiroid. Antitiroid digunakan untuk :[1]
a. mempertahankan remisi pada strauma dengan tirotoksikkosis
b. mengendalikan kadar hormon pada pasien yang mendapat yodium radioaktif
c. menjelang pengangkatan tiroid (Anonim, 2000).
Adapun obat-obat yang temasuk obat antitiroid adalah Propiltiourasil, Methimazole,
Karbimazol dan Tiamazole.
Beta-adrenergic reseptor antagonist. Obat ini adalah untuk mengurangi gejala-gejala
hipotiroidisme. Contoh : Propanolol
Masalah:
Resiko terjadinya krisis tiroid
Penatalaksanaan:
Hindari penambahan adrenalin pada pemberian anastesi lokal, karena adanya
pelepasan adrenalin secara endogen sehingga dapat menyebabkan krisis tirotoksik.
5. ASMA
Definisi:
Asma diartikan sebagai penyakit radang kronis dari saluran pernafasan yang ditandai
dengan meningkatnya respons cabang tracheobronchial terhadap stimulus yang berulang.
Asma merupakan penyakit yang hilang – timbul, dengan eksaserbasi akut menyebar.
Umumnya waktu serangan pendek, terjadi antara beberapa menit hingga beberapa jam, dan
secara klinis pasien dapat pulih sempurna setelah serangan. Walaupun jarang terjadi,
serangan akut dapat menimbulkan kematian
Klasifikasi:
Asma dibedakan jadi dua jenis, yakni asma bronkial dan kardial. Penderita asma
bronkial, hipersensitif dan hiperaktif terhadap rangsangan dari luar, seperti debu rumah,
bulu binatang, asap, dan bahan lain penyebab alergi. Gejala kemunculannya sangat
mendadak, sehingga gangguan asma bisa datang secara tibatiba. Jika tidak mendapatkan
11
pertolongan secepatnya, risiko kematian bisa datang. Gangguan asma bronkial juga bisa
muncul lantaran adanya radang yang mengakibatkan penyempitan saluran pernapasan
bagian bawah. Penyempitan ini akibat berkerutnya otot polos saluran pernapasan,
pembengkakan selaput lendir, dan pembentukan timbunan lendir yang berlebihan.
Sedangkan asma yang timbul akibat adanya kelainan jantung disebut asma kardial.
Gejala asma kardial biasanya terjadi pada malam hari, disertai sesak napas yang hebat.
Kejadian ini disebut nocturnal paroxymul dyspnea. Biasanya terjadi pada saat penderita
sedang tidur.
Gejala dan Tanda Klinis:
Gejala dan tanda klinis sangat dipengaruhi oleh berat ringannya asma yang diderita.
Bisa saja seorang penderita asma hampir-hampir tidak menunjukkan gejala yang spesifik
sama sekali, di lain pihak ada juga yang sangat jelas gejalanya. Gejala dan tanda tersebut
antara lain:
· Batuk
· Nafas sesak (dispnea) terlebih pada saat mengeluarkan nafas (ekspirasi)
· Wheezing (mengi)
· Nafas dangkal dan cepat
· Ronkhi
· Retraksi dinding dada
· Pernafasan cuping hidung (menunjukkan telah digunakannya semua otot-otot
bantu pernafasan dalam usaha mengatasi sesak yang terjadi)
· Hiperinflasi toraks (dada seperti gentong)
Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis,
tapi pada saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan dalam, gelisah, duduk dengan
menyangga ke depan, serta tanpa otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras.
Diagnosa:
Penyakit asma dapat didiagnosis melalui metode berikut(www.nature.com):
(a)Sebuah alat yang bernama ‘peak flow meter’/ pengukur aliran puncak dapat digunakan
untuk mendiagnosis asma. Peak flow meter dapat mengukur seberapa banyak, dan
seberapa cepat udara dapat dikeluarkan dari paru- paru/ pulmo. Alat ini juga dapat
12
digunakan untuk menentukan terapi macam apa yang paling sesuai untuk perawatan asma
di tiap kasus yang berbeda.
(b)Test Spirometry dapat mengukur seberapa baik fungsi dari paru- paru, dan dapat
memberikan informasi yang lebih lengkap dari peak flow meter.
(c)X-ray rongga dada/ thoraxic cavity, tetapi metode ini agak kurang umum dilaksanakan.
(d)Test alergi pada kulit, dan test darah, untuk mengetahui adakah alergi terhadap bahan-
bahan tertentu.
Terapi:
Terapi medikasi asma dibagi menjadi 2 kategori, yaitu quick relief dan medikasi
kontrol jangka panjang.
Quick relief : - mengatasi eksaserbasi akut asma
- Beta agonis aksi pendek, antikolinergik dan kortikosteroid sistemik.
- Pemulihan cepat dari eksaserbasi akut
Medikasi kontrol jangka panjang :
- kortikosteroid inhalasi
- cromolyn sodium
- nedocromil
- beta agonis jangka panjang
- methylxantine
- leukotrien antagonis
Bronkodilator
Merupakan pengobatan simptomatis dari bronkospasme pada eksaserbasi akut asma/
kontrol gejala jangka panjang : Albuterol, levalbuterol, salmeterol, ipratropium (atrovent),
teofilin.
Antagonis reseptor leukotrien
Antagonis direk dari mediator yang menyebabkan inflamasi jalan napas pada asma.
Alternatif pengobatan jangka panjang selain kortikosteroid inhalasi dosis rendah :
montelukast.
Kortikosteroid
13
Obat pilihan untuk pengobatan asma kronis dan pencegahan eksaserbasi akut asma.
Beberapa kortikosteroid inhalasi yang digunakan pada asma : beclomethasone, budenoside,
turbuhaler, flunisolide, fluticasone, triamcinolone.
Mast cell stabilizer
Mencegah pelepasan mediator dari sel mast yang menyebabkan inflamasi jalan napas
dan bronkospasme. Diindikasikan untuk terapi rumatan untuk asma ringan hingga
moderat : cromolyn
Terapi asma kardial (gagal jantung):
1) Pengobatan Aritmia :
– Anti Aritmia : Diuretik, ACE inhibitor, Beta blocker, dll.
– Pacu Jantung
2) Pengobatan Bedah
3) Transplantasi Jantung
4) Pengobatan metabolik
Masalah:
Pasien mengalami kesulitan bernafas.
Penatalaksanaan:
Anamnesa tentang alergi obat.
Hindari penggunaan obat-obat yang merangsang reaksi alergi pada pasien.
Jika pasien mengalami serangan asma, maka: (Rylander, 1997)
(a) Segera gunakan inhaler reliever dilengkapi spacer.
(b) Duduk dan relax, jangan tidur telentang.
(c) Tunggu 5-10 menit, jika serangan asma tidak reda juga, gunakan inhaler reliever
tiap 1 menit sekali, selama 5 menit, hingga serangan asma tersebut reda.
(d) Jika serangan asma masih tidak reda, segera panggil ambulance, dan tetap gunakan
inhaler reliever 1x setiap menit.
6. GAGAL GINJAL KRONIS
Definisi:
14
Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal mengalami
penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali dalam hal penyaringan
pembuangan elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti
sodium dan kalium didalam darah atau produksi urine.
Gejala dan tanda-tanda klinis:
Hipertonia
Lemas, tidak ada tenaga, nafsu makan, mual, muntah, bengkak, kencing berkurang,
gatal, sesak napas, pucat/anemi.
Kelainan urin: Protein, Eritrosit, Lekosit. Kelainan hasil pemeriksaan Lab. lain:
Creatinine darah naik, Hb turun, Urin: protein selalu positif
Diagnosa:
Penegakkan diagnose dapat dilakukan dengan melakukan:
a. Anamnesa
b. Pemeriksaan gejala dan tanda-tanda klinis
c. Pada pemeriksaan darah dan urin akan ditemukan:
Peningkatan kadar urea dan kreatinin
Anemia
Asidosis (peningkatan keasaman darah)
Hipokalsemia (penurunan kadar kalsium)
Hiperfosfatemia (peningkatan kadar fosfat)
Peningkatan kadar hormon paratiroid
Penurunan kadar vitamin D
Kadar kalium normal atau sedikit meningkat
Analisa air kemih menunjukkan berbagai kelainan, berupa ditemukannya sel-sel
yang abnormal dan konsentrasi garam yang tinggi
Masalah:
Gangguan detoksifikasi obat
Kecenderungan perdarahan
Penatalaksanaan:
15
Mempertimbangkan penggunaan obat-obatan yang sifatnya diekskresi oleh ginjal.
Karena adanya bahaya akumulasi yang sangat tinggi.
7. PENYAKIT HATI KRONIS
Definisi:
Dalam kasus penyakit hati kronis, misalnya sirosis hati dan hepatitis. Terjadi
gangguan terhadap fungsi hati. Dan hal itu dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya
perdarahan.
Gejala:
Jaundice, edema, perdarahan lambung, mental confusion
Hepar mengkerut dan keras, splenomegali
Asites dan edema perifer (pembesaran yang nyeri pada perut region kanan atas)
Manifestasi kulit : spider angioma/nevi, palmarerythema, ruam kulit dan urtikaria
Diagnosis:
Penegakkan diagnose dapat dilakukan dengan melakukan:
d. Anamnesa
e. Pemeriksaan gejala dan tanda-tanda klinis
f. Pemeriksaan laboratorium:
- CT scan, USG abdomen, biopsihepar
- Tes fungsi hepar (SGOT/AST dan SGPT/ALT) meningkat
- Adanya antigen dan antibodi virus hepatitis
Masalah:
Gangguan detoksifikasi obat
Kecenderungan perdarahan
Resiko penularan infeksi viral hepatitis
Penatalaksanaan:
Pemeriksaan fungsi hati, untuk menghindari peningkatan perdarahan.
Penggunaan anastesi lokal golongan ester, untuk mengurangi penimbunan obat dalam
hati akibat pemecahan yang cukup banyak yang terjadi didalam jaringan dan darah.
16
Jika menggunakan anastesi lokal golongan amida, maka dosis maksimum yang
diperbolehkan harus dianggap sebagai dosis maksimum untuk hari ini.
Penundaan perawatan pada pasien dengan peningkatan fungsi hepar
Untuk pasien dengan infeksi aktif:
- Perawatandilakukanterakhir
- Universal precaution
REFERENCE:
Tetsch, Peter and Wilfried Wagner. 1992. Operative Extraction of Wisdom Teeth. Jakarta:
EGC
Pedersen, GW. 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Jakarta: EGC
Rylander R, Dahlberg C, Rubenowitz E. Magnesium supplementation decreases airway
responsiveness among hyper-reactive subjects. Magnesium-Bulletin 1997;19:4–6.
Price, Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson.1994. Patofisiologi konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 4.Jakarta: EGC.
Kumar, Abbas, Fausto. 2005. Robin and Cotran Pathologic Basics of Disease 7th Edition :
Elseiver Saunders
Kasper Dennis L. et.al. 2004. Harrison's Principles of Internal Medicine 16th Edition:
McGraw-Hill Professional
Unknown(website Rumah Sakit Budi Kemuliaan).Darah tinggi/ Hipertensi. http://www.rsbk-
batam.co.id/?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=25. Accessed on: December,2008
www.pdgi-online.com
www.medicastore.com
http://www.nature.com/nrd/journal/v3/n10/abs/nrd1524.html
17