penutup

5
Penutup Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa para ilmuan muslim itu telah memiliki pandangan ilmiah yang integral, yang melandasi penggunaan metode-metode ilmiah di berbagai cabang pengetahuan. Terutama tentang ilmu matematika dan ilmu alam. Hal demikian disebabkan oleh karakteristik pemikiran ilmiah yang dimiliki mereka yang telah menyingkapkan ‘gudang- gudang’ pengetahuan yang menunjukan warisan ilmu bersifat original. Kontribusi mereka di bidang metodologi pada ilmu matematika dan ilmu alam merupakan bukti terbesar atas kemampuan para ilmuan muslim itu di bidang pengetahuan lainnya. Juga menunjukkan kepeloporan mereka dalam penyingkapan metode ilmiah dengan seluruh karakteristiknya. Adalah suatu metode ilmiah yang tidak jauh berbeda dari metode ilmu modern saat menyelesaikan berbagai persoalan ilmu. Merupakan hal yang menuntut perhatian di bidang kontribusi atau sumbangan pemikiran yang mengungkapkan semangat metode ilmiah modern, juga tentang konteks metode ilmiah modern yang bercirikan bahasa kuantitatif dan bukan kualitatif, selian sebagai ungkapan tentang teori-teori (epistemologi) ilmiah di berbagai cabang pengetahuan manusia. Para ilmuan Barat pun telah menyatakan penilaiannya atas prestasi- prestasi ini. Misalnya para Orientalis yang objektif adalah mengakui kepeloporan ilmuan muslim, yang bila tanpa sumbangan ilmuan itu maka Eropa tidak akan menemukan masa pencerahannya. Melainkan akan tetap diliputi masa kebodohan selama berabad-abad. Karena itu, para ilmuan muslim sangat berjasa. Mereka telah melestarikan warisan ilmu itu yang kemudian diterima oleh peradaban kuno lalu diperliharanya lagi dan kemudian dikoreksi hingga ditemukan ilmu yang belum pernah dikenalnya. Kemudian ilmu itu berpindah ke Eropa pada masa awal kebangkitannya hingga mendorong perkembangan ilmu pengetahuan seperti disaksikan sekarang ini.

Upload: dudung-alwi

Post on 01-Jul-2015

5.799 views

Category:

Education


2 download

DESCRIPTION

bagian terjemahan

TRANSCRIPT

Page 1: Penutup

Penutup

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa para ilmuan muslim itu telah memiliki pandangan ilmiah yang integral, yang melandasi penggunaan metode-metode ilmiah di berbagai cabang pengetahuan. Terutama tentang ilmu matematika dan ilmu alam. Hal demikian disebabkan oleh karakteristik pemikiran ilmiah yang dimiliki mereka yang telah menyingkapkan ‘gudang-gudang’ pengetahuan yang menunjukan warisan ilmu bersifat original.

Kontribusi mereka di bidang metodologi pada ilmu matematika dan ilmu alam merupakan bukti terbesar atas kemampuan para ilmuan muslim itu di bidang pengetahuan lainnya. Juga menunjukkan kepeloporan mereka dalam penyingkapan metode ilmiah dengan seluruh karakteristiknya. Adalah suatu metode ilmiah yang tidak jauh berbeda dari metode ilmu modern saat menyelesaikan berbagai persoalan ilmu. Merupakan hal yang menuntut perhatian di bidang kontribusi atau sumbangan pemikiran yang mengungkapkan semangat metode ilmiah modern, juga tentang konteks metode ilmiah modern yang bercirikan bahasa kuantitatif dan bukan kualitatif, selian sebagai ungkapan tentang teori-teori (epistemologi) ilmiah di berbagai cabang pengetahuan manusia.

Para ilmuan Barat pun telah menyatakan penilaiannya atas prestasi-prestasi ini. Misalnya para Orientalis yang objektif adalah mengakui kepeloporan ilmuan muslim, yang bila tanpa sumbangan ilmuan itu maka Eropa tidak akan menemukan masa pencerahannya. Melainkan akan tetap diliputi masa kebodohan selama berabad-abad.

Karena itu, para ilmuan muslim sangat berjasa. Mereka telah melestarikan warisan ilmu itu yang kemudian diterima oleh peradaban kuno lalu diperliharanya lagi dan kemudian dikoreksi hingga ditemukan ilmu yang belum pernah dikenalnya. Kemudian ilmu itu berpindah ke Eropa pada masa awal kebangkitannya hingga mendorong perkembangan ilmu pengetahuan seperti disaksikan sekarang ini.

Page 2: Penutup

Metodologi Penelitian Imiah IslamiProf. Dr. Ahmad Fuad Basya

Penelitian ilmiah merupakan kegiatan pelik yang dilakukan para ilmuan, dengan penelitian metodologis guna menambah sejumlah pengetahuan ilmiah dan mekanismenya. Akan tetapi kebanyakan para ilmuan penelitian ilmiah di bidang ilmu-ilmu alam adalah meyakini bahwa kajian ilmiah apa pun tentang cara-cara melakukan penelitian ilmiah, tidak mungkin menghasilkan manfaat yang sebanding dengan latihan diri sang peneliti itu, selain merespon pengalaman-pengalaman para ilmuan sebelumnya saat melaksanakan prosefur-prosedur penelitian.

Adapun para sejarahwa ilmu (pengamat) kerap berpendapat bahwa proses penelitian ilmiah, bila benar-benar meninggalkan pengalaman-pengalaman pribadi dan praktik penelitian yang menyita banyak waktu serta menguras pikiran, adalah semuanya tak menjamin dapat membuahkan hasil yang diharapkan. Karenanya, para pengamat itu, menganalisis metode-metode yang digunakan oleh para ilmuan maupun filosof bahkan ahli logika. Adalah metode yang teah menyingkapkan berbagai ilmu, termasuk menganalisa sebagian aturan-aturan berupa pendapat para ilmuan yang telah berhasil, untuk dijadikan kemudian sebagai kaidah umum maupun metodologi penelitian ilmiah. Tentu saja berbagai cabang ilmu kerap menuntut berbagai metode. Sekalipun ada sebagian prinsip-prinsip dasar dan pola pikir yang disepakati bersama di kalangan ilmuan penelitian ilmiah. Ilmu yang diperoleh dengan metode penelitian guna mencapai hakikat atau pembuktiannya adalah dinamakan metodologi. Biasanya dimasukan ke dalam bahasan filsafat ilmu yang ruang lingkupnya di masa sekarang mencakup kajian dan analisa terhadap apa saja tentang ilmu, bahasanya, perkembangannya, maupun mekanismenya dari berbagai askpenya (keilmuan, metode, nilai, ontologi, dimensi sosial maupu historisnya). Adalah bertujuan mengetahui posisi ilmu dalam kehidupan kita serta peranannya dalam membentuk pandangan manusia yang menyeluruh terhadap berbagai persoalan hidup.

Cara yang digunakan dalam pembentukan metodologi sejak kemuculannya di masa modern adalah biasanya penggabungan pengalaman ilmuan spesialis ilmu tertentu dengan kegeniusan filosof atau ahli logika, yang mengkaji perkembangan akal manusia dan mengetahui berbagai kemampuannya. Kemudian melakukan perumusan kesimpulan umum

Page 3: Penutup

tentang karakteristik metode yang digunakan. Selanjutnya diakhiri dengan perumusan aliran pola pikir manusia dari aspek karakteristik penelitian ilmiahnya. Namun penggabunga yang ideal antara pendapat ilmuan dengan pendapat filosof ahli logika itu adalah masih jauh dari kenyataan. Malah muncul pencampuran antar pemahaman itu hingga pondasi-pondasi metode penelitian itu tidak jelas sama sekali di kalangan para intelektual. Apalagi di kalangan orang-orang awam termasuk membingungkan para penulis maupun para pengajar metodologi ilmiah.

Sebagai bukti atas kegalauan ran kerancuan pada ilmu penelitian ilmiah di masa sekarang ialah sejumlah pertanyaan masalah penggunaan istilah “metode” (المنهج) dan “metodologi” (المنهجية) selain istilah “ mode/stile ilmiah” (العلمى dalam berbagai naskah akademik yang memaparkan ( اللسلوب persoalan-persoalan pemikiran islami. Apakah maksudnya adalah membatasi makna-makna istilah itu pada kerangka proses argumentasi logis berupa analogi, induksi, dan deduksi ..? ataukah maksudnya sebagai cara maupun langkah-langkah prosedural yang dilaksanakan oleh seorang peneliti, dari satu tahap ke tahap berikutnya dalam penelitian ? Cara ini tentunya berbeda sesuai perbedaan setiap ilmu ? Ataukah maksud metodologi ilmiah adalah jalan yang ditempuh oleh setiap peneliti dan digunakannya untuk melontarkan rumusan masalah (pertanyaan) fokus penelitian ?

Tiga rumusan pertanyaan di atas merupakan hubungan subjek (peneliti) dengan objek penelitiannya. Apakah disyaratkan peneliti harus melepaskan ideologi yang dianutnya dan kemudian menuruti kecenderungan teoretiknya dalam ruang lingkup pengetahuan yang dikajinya. Selanjutnya apakah peneliti harus sadar pada komitmen filosofi yang dipilihnya dan diutamakan daripada persfektif yang lain. Lalu apakah peneliti harus selaras dengan aliran keilmuan yang diikutinya sehingga tak ada netralitas filosofis dalam merumuskan berbagai fokus penelitian maupun hipotesanya ? Ataukah peneliti sesuai metode ilmiah harus melepaskan aliran pemikiran papa pun yang dapat mempengaruhi alur penelitiannya ?

Lalu bagaimana kerancuan maupun kesimpangsiuran pendapat-pendapat para pakar muslim, yang tersebar pada tulisan-tulisan mereka, saat mencampuradukan antara metodologi dengan metode ? Apakah kita memiliki satu metode islami ataukah lebih banyak ? Manakah yang merupakan pola islami bagi metode ilmiah yang bisa digunakan rujukan dalam berbagai cabang ilmu ? Mungkinkan kita mengajarkannya kapada para mahasiswa di berbagai perguruan tinggi negara Arab maupun muslim lainnya, secara

Page 4: Penutup

berdampingan dengan pola Barat yang mengklaim mampu menjelaskan gerak sejarah ilmu maupun pengetahuan dan menyangka tidak menghalangi peluang penemuan baru bagi teori-teori baru ? Padahal pola Barat itu kenyataannya telah memaksakan sudut pandang tertentu terhadap berbagai hal, selain telah memilih logika yang ‘lunak’ bagi penemuan ilmiah, dan konteks tertentu bagi pengalaman manusia. Misalnya saja, Pola Thomas Kuhn (tentang paradigma laju pengetahuan) dan ‘logika penemuan ilmiah’ dari Carl Poper yang kerap dipopulerkan saat memaparkan teori-teori dan metodologi (epistemologi). Apakah benar pendapat para ilmuan metodologi bahwa persoalan metode telah final hingga tak perlu dikoreksi.

Apakah bila kita hendak menghasilkan penemuan ilmu baru –sebagaimana dilakukan Barat- harus mengenal terlebih dahulu metode Bacon, John Stuart Mill, dan Rene Descartes, sampai-sampai kita melihatnya laksana daftar menu aturan yang tidak boleh melanggarknya (mengoreksi), seakan-akan resep mujarab yang mengharuskan setiap peneliti mematuhinya di bidang kajian penelitian ilmiah.

Akhirnya, apa penyebab kerancuan tersebut yang telah menimpa timbangan produk pemikiran dalam hal ini, sekira cenderung tulisan-tulisan para pakar ilmu memaparkan metode penelitian itu dari sudut pandang filosofis dan menapikan yang lain misalnya sosiologi penelitian ilmiah dan pengalaman-pengalaman pribadi ilmuan, harus diperbandingkan dengan persfektif Islam.

Berbagai rumusan masalah di atas (pertanyaan-pertanyaan) adalah menunjukkan sejauh mana jurang pembeda antara persfektif idealis dengan realita pada metodologi penelitian pada berbagai cabang ilmu, khususnya matematika dan ilmu alam. Kritik yang tajam lah terhadap tulisan-tulisan di bidang ilmu dan filsafat yang memungkinkan kita menemukan bahwa metodologi penelitian ilmiah bukanlah kaidah sakral untuk dikoreksi. Melainkan berubah-rubah sesuai tuntutan ilmu dan alat-alat penemuannya, kaidah itu bisa saja diganti hingga mampu mengayomi tuntutan-tuntutan ilmu baru. Kalau tidak direspon dengan koreksi maka akan menjadi beban bagi gerak ilmu dan perkembangannya.

Ilmu-ilmu modern memang telah menjadi integral dan saling terkait membentuk jejaring hingga sulit dipisahkan antara pondasinya yang tetap dari cabang-cabangnya yang dilandasi dialektika hubungan yang berubah-rubah antara observasi eksperimental dengan penafsiran ilmiah atau logisnya. Rincian cabang-cabang metodologi ilmiah itu masih terus

Page 5: Penutup

berkembang dan berubah serta tergantung kepada situasi mekanik di laboratorium penelitian selain tergantung kepada karakteristik objek penelitiannya yang berbeda-beda, dan terkadang berbeda pula meski pada satu ruang lingkup ilmu. Itulah metodlogi ilmiah yang mendorong laju penemuan ilmiah, kemajuan ilmu dan teknologi. Yang menjadi norma dalam mengukur kebenaran suatu metode adalah nilai yang sebenarnya yang diperoleh oleh ilmu itu. Karena itu, harus memegang aksioma yang tetap selain melanjutkan koreksi terhadap hubungan antara subjek peneliti dengan objek penelitiannya pada alam semesta yang maha luas ini.1

Itulah sebagian latar belakang yang mendorong kami mengkaji akar sejarah ilmu ini guna merumuskan persfektif Islami yang dapat mengatur berbagai metodologi penelitian ilmiah. Untuk kemudian kita merumuskan karakteristik umum dari persfektif Islam, serta mengambil unsur-unsur utamanya dari realita problematika penelitian ilmiah dan sejarahnya. Kita juga dapat membentuk unit-unit ilmu itu di atas pondasi yang kuat maupun perubahan-perubahan konteks pemikiran beserta praktik ilmu-ilmu alam dan teknologi. Agar kemudian kita menyediakan peluang seluas-luasnya bagi penyiapan penelitian ilmiah yang tepat sambil memanfaatkan pengalaman atau cara-cara yang pernah dilakukan oleh para peneliti terdahulu.

Islamisasi Metode Ilmiah

1 . untuk lebih rinci tentang perkembangan ilmu penelitian ilmiah juga sebagian pemikirannya, silahkan rujuk: Abdurrahman Badawi ( اللمى البحث ;Kuwait: 1977 (مناهجPol Moi, ( العلوم وفلسفة ) ,terj. Fuad Zakaria, Kuwait: 1981; Shalah Qansuwah (المنطق

العلم ) ,Cairo: 1981; I B Yafrdig (فلسفة العلمى البحث terj Darul Iqra, Kuwait: 1983; Mahir (فنAbd. Qadir, ( العلوم Beirut: 1984 , (فلسفة