peningkatan kemampuan menentukan sinonim dan antonim ( pdf )
DESCRIPTION
UNTUK MENYELESAIKAN TUGAS MATA KULIAH DANI APRIYANTOTRANSCRIPT
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENENTUKAN SINONIM DAN ANTONIM
DENGAN MENERAPKAN METODE TEAMS GAMESTOURNAMENT
PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 01 KABUPATEN SEKADAU
HILIR TAHUN AJARAN 2014/2015
RENCANA PENELITIAN
DI SUSUN
OLEH
DANI APRIYANTO
NIM 511100009
PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
PONTIANAK
2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti haturkan kehadirat Allah Swt, karena atas rahmat-Nya
peneliti dapat menyelesaikan proposal yang berjudul “Peningkatan Kemampuan
Menentukan Sinonim dan Antonim dengan Menerapkan Metode Teams Games
Tournament (TGT) pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 01 kabupaten sekadau kecamatan
sekadau hilir Tahun Ajaran 2014/2015”. Peneliti menyampaikan ucapan terima kasih
kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan proposal ini, khususnya
kepada:
1. Muhammad Lahir, M. Pd. sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia IKIP PGRI Pontianak selaku dosen pembimbing utama
yang telah memberikan bimbingan selama peneliti menyusun proposal ini.
2. Adisti Primi Wulan, M. Pd. sebagai Wakil Ketua Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP PGRI Pontianak selaku dosen pembimbing
kedua yang telah memberikan bimbingan selama peneliti menyusun proposal
ini.
3. Prof. Dr. H. Samion H. A.R, M. Pd. sebagai Ketua IKIP PGRI Pontianak yang
telah memberikan motivasi selama peneliti menempuh perkuliahan.
4. Adisti Primi Wulan, M. Pd. sebagai Dosen Pembimbing Akademik yang telah
memberikan arahan-arahan dalam penyusunan proposal ini.
5. Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP PGRI
Pontianak beserta staf yang telah memberikan semangat dalam penyusunan
proposal ini.
6. Kedua orang tua yang senantiasa memberikan doa, dorongan, dukungan
kepada peneliti.
7. Kepala sekolah smp 01 sekadau hilir dan guru mata pelajaran Bahasa
Indonesia beserta siswa kelas VII yang telah memberikan bantuan selama
melaksanakan penelitian.
Peneliti sudah berusaha dalam penulisan proposal ini, apabila terdapat
kesalahan peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Atas
perhatian semua pihak, peneliti mengucapkan terima kasih, semoga proposal ini
memberikan manfaat.
Pontianak, Mei 2014
Peneliti
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................. i
DAFTAR ISI .............................................................................................................. ii
BAGIAN I RENCANA PENELITIAN ................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................ 1
B. Masalah Penelitian .......................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ............................................................ 4
D. Manfaat Penelitian .......................................................... 5
E. Ruang Lingkup Penelitian .............................................. 6
F. Metodologi Penelitian ..................................................... 7
G. Data dan Sumber Data .................................................... 8
H. Teknik dan alat pengumpul data ...................................... 10
I. Teknik analisis data ......................................................... 11
J. Waktu Kegiatan Penelitian ..............................................
BAGIAN II KAJIAN TEORI ................................................................... 17
A. Pengertian Kemampuan .................................................. 17
B. Pengertian Sinonim ......................................................... 17
C. Pengertian Antonim ......................................................... 19
D. Pengertian Metode .......................................................... 24
E. Pengertian Metode Teams Games Tournament (TGT) ..... 24
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 29
BAGIAN I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aktivitas manusia tidak pernah terlepas dari kegiatan belajar, baik
seseorang melakukan aktivitas sendiri maupun secara berkelompok. Belajar
merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan
bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit. Belajar
juga tidak pernah dibatasi dengan usia, tempat maupun waktu karena aktivitas
belajar tidak pernah berhenti. Teori-teori yang dikembangkan dalam
komponen belajar, meliputi teori tentang tujuan pendidikan, organisasi
kurikulum, isi kurikulum dan modul-modul pengembangan kurikulum.
Kegiatan atau tingkah laku belajar psikhis dan fisis yang saling bekerja sama
secara terpadu supaya mendapatkan suatu kepandaian. Menurut Arthur T.
Jersild (dalam Syaiful, 2013: 12) belajar adalah perubahan atau membawa
akibat perubahan tingkah laku dalam pendidikan karena pengalaman dan
latihan atau karena mengalami latihan. Burton (dalam Aunurrahman, 2009:
35) menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri
individu karena adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu
dengan lingkungannya sehingga mereka mampu berinteraksi dengan
lingkungannya.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah tindakan atau perilaku individu melalui latihan dan pengalaman
tertentu. Pembelajaran Bahasa Indonesia sangat penting dalam kegiatan
belajar mengajar. Belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung
interaksi antara guru dan siswa untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau
hubungan timbal balik merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses
belajar mengajar. Tujuan utama mengajar adalah terjadinya proses nilai
tambah dalam mengajar. Proses pengajaran dengan berinteraksi antara guru
dengan siswa tidak terlepas dari bahasa yang digunakan.
Bahasa digunakan manusia dalam kehidupan sehari-hari sebagai alat
komunikasi. Tanpa bahasa manusia tidak dapat berkomunikasi dengan lancar,
1
apalagi dalam memecahkan masalah yang dihadapi setiap hari karena bahasa
merupakan alat komunikasi manusia yang utama. Bahasa digunakan
seseorang untuk berkomunikasi dengan orang lain, untuk menjelaskan ide dan
saling mencurahkan perasaan, serta memahami pikiran dan gagasan.
Kemampuan berbahasa itu sangat penting bagi manusia dalam berkomunikasi
dengan orang lain. Pembinaan bahasa harus dimulai sejak kecil hingga dewasa
baik di lingkungan masyarakat maupun di lingkungan sekolah. Pemakai
Bahasa Indonesia pada suasana formal dituntut penerapan kaidah bahasa
dalam berkomunikasi, maka mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi
pengajaran Bahasa Indonesia dilakukan dengan tujuan agar penutur memiliki
empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan menyimak (listening
skills), keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan membaca
(reading skills) dan keterampilan menulis (writing skills). Keterampilan
tersebut berhubungan sangat erat dengan proses-proses berpikir yang menjadi
dasar bahasa.
Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi, sebagaimana yang
dikatakan Laccoutere (dalam Sarwiji, 2011: 21) bahwa bahasa adalah alat
manusia untuk menyampaikan pengalaman, perasaan, pikiran, kehendak,
dengan perantara sistem yang terdiri dari lambang-lambang berupa bunyi yang
dihasilkan oleh alat bicara manusia. Menurut Kridalaksana (dalam Sarwiji,
2011: 21) bahasa adalah sistem lambang yang bersifat arbitrer dipakai para
anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan
mengidentifikasi diri.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, diketahui bahwa bahasa
merupakan alat untuk berkomunikasi yang paling penting, tanpa bahasa orang
akan sulit melakukan interaksi satu dengan lainnya. Oleh karena itu, bahasa
yang kita gunakan haruslah mempunyai aturan. Kita tidak bisa berbahasa
sesuka hati bila ingin bahasa yang kita pakai dapat dimengerti orang lain.
Seseorang yang menggunakan bahasa untuk menyampaikan informasi kepada
orang lain harus menggunakan bahasa yang jelas dan mudah dipahami,
sehingga tidak terdapat makna ganda yang dapat membingungkan pendengar.
Siswa ketika praktik berkomunikasi dalam keseharian, kenyataannya
masih banyak yang kurang memahami penggunaan sinonim dan antonim
dalam sebuah wacana baik yang mereka dengar ataupun yang mereka baca.
Kesalahan penafsiran dapat dibuat antara pembicara dan pendengar maupun
pembaca apabila mereka tidak memahami mengenai sinonim dan antonim
yang dipengaruhi karena faktor ketidaktahuan. Sikap pemakai bahasa terhadap
bahasanya sangat berpengaruh dalam memahami sinonim dan antonim. Oleh
karena itu, peneliti mencoba menerapkan salah metode pembelajaran untuk
meningkatkan kemampuan para siswa dalam memahami makna kata, yaitu
menggunakan metode Teams Games Tournament (TGT). Metode Teams
Games Tournament (TGT) adalah salah satu tipe atau model pembelajaran
kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa
harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan
mengandung unsur permainan. Berdasarkan observasi yang dilakukan di SMP
Negeri 1 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya nilai yang diperoleh siswa
sangat rendah maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai
Peningkatan Kemampuan Menentukan Sinonim dan Antonim dengan
Menerapkan Metode Teams Games Tournament (TGT) pada Siswa Kelas VII
SMP Negeri 1 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya Tahun Ajaran 2014/2015.
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian pada penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimanakah proses menentukan sinonim dan antonim dengan
menerapkan metode Teams Games Tournament (TGT) pada siswa kelas
VII SMP Negeri 1 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya Tahun Ajaran
2014/2015?
2. Bagaimanakah kemampuan menentukan sinonim dan antonim dengan
menerapkan metode Teams Games Tournament (TGT) pada siswa kelas
VII SMP Negeri 1 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya Tahun Ajaran
2014/2015?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan sangat penting dirumuskan sebelum suatu kegiatan mulai
dilaksanakan, hal ini sesuai dengan pendapat Surakhmad (1990: 32)
mengatakan bahwa setiap penelitian harus berisi lebih dahulu tentang tujuan.
Penulis mampu mengarahkan pemikiran pembaca serta menempatkan uraian-
uraian itu dalam proporsi yang wajar. Ali (1982: 9) menyatakan bahwa tujuan
penelitian sangat besar pengaruhnya terhadap komponen ataupun elemen
penelitian lain terutama metode teknik, alat ataupun generalisasi yang
diperoleh. Oleh karena itu, ketajaman seseorang dalam merumuskan tujuan
penelitian sangat memengaruhi keberhasilan penelitian yang dilaksanakan.
Tujuan penelitian adalah sesuatu yang menjadi sasaran dari setiap
penelitian dan berfungsi sebagai pemandu terhadap kegiatan penelitian.
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan secara umum dalam
penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peningkatan kemampuan
menentukan sinonim dan antonim dengan menerapkan metode Teams Games
Tournament (TGT) pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Sungai Raya
Kabupaten Kubu Raya Tahun Ajaran 2014/2015. Tujuan umum tersebut dapat
diuraikan menjadi beberapa tujuan khusus sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan proses menentukan sinonim dan antonim menerapkan
metode Teams Games Tournament (TGT) pada siswa kelas VII SMP
Negeri 1 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya Tahun Ajaran 2014/2015.
2. Menjelaskan kemampuan menentukan sinonim dan antonim dengan
menerapkan metode Teams Games Tournament (TGT) pada siswa kelas
VII SMP Negeri 1 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya Tahun Ajaran
2014/2015.
D. Manfaat Penelitian
Segala sesuatu yang kita kerjakan, terutama dalam masalah penelitian
secara sederhana akan selalu membawa manfaat. Penelitian pendidikan juga
diharapkan dapat memberi masukan bagi pengembangan sistem pendidikan
yang ada. Ali (1982: 9) menyatakan bahwa penelitian pendidikan sangat besar
sekali manfaatnya bagi pengembangan sistem pendidikan maupun untuk
kepentingan praktis dalam penyelenggaraan dan hal-hal yang berhubungan
dengan berbagai faktor, baik yang menghambat maupun yang menunjang
pengembangan pendidikan.
Penelitian ini mempunyai manfaat teoretis dan manfaat praktis,
diantaranya sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang sinonim dan
antonim serta penerapan metode Teams Games Tournament (TGT) dalam
proses belajar mengajar.
2. Manfaat praktis
a. Bagi peneliti
Manfaat yang dapat diperoleh oleh peneliti dari penelitian ini adalah
untuk menambah pengetahuan dan pemahaman yang mendalam
tentang sinonim dan antonim serta penerapan metode Teams Games
Tournament (TGT) dalam proses belajar mengajar.
b. Bagi guru
Penelitian ini dapat digunakan sebagai pengetahuan yang perlu
diketahui dan diharapkan dapat memberikan masukan bagi guru
Bahasa Indonesia serta dapat menjadi alternatif materi pengajaran,
khususnya di bidang bahasa dan sastra.
c. Bagi siswa
Penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan minat dan prestasi
belajar berkomunikasi siswa, memudahkan dalam pengembangan
kreativitas dalam memahami sinonim dan antonim, agar mempunyai
variasi pengalaman belajar melalui metode Teams Games Tournament
(TGT) dan meningkatkan kemampuan intelektual siswa.
d. Bagi sekolah
E. Ruang Lingkup Penelitian
1. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel tunggal,
yaitu:
a. Kemampuan menentukan sinonim dan antonim.
b. Metode Teams Games Tournament (TGT).
2. Penjelasan Istilah
Penjelasan istilah dimaksudkan untuk menghindari kekeliruan
dalam menafsirkan istilah-istilah yang terdapat dalam judul penelitian.
Penelitian ini terdapat definisi operasional, yaitu:
a. Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kakuatan kita berusaha
dengan diri sendiri (Muhammad Zain dalam Milman Yusdi, 2010: 10).
b. Sinonim adalah hubungan atau persamaan makna (Wijana, 2008: 20).
c. Antonim adalah ungkapan (bisa berupa kata, frasa atau kalimat) yang
maknanya dianggap kebalikan dari makna ungkapan lain Verhaar
(dalam Abdul Chaer, 2009: 89).
d. Metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan suatu cara
kerja (sistematis) untuk memahami suatu subjek atau objek penelitian,
sebagai upaya untuk menemukan jawaban yang dapat dipertanggung
jawabkan secara ilmiah dan termasuk keabsahannya (Rosdy Ruslan,
2003: 24).
e. Metode Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu tipe atau
model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan
aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan
peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan
dan reinforcement (Slavin, 2008: 13).
f. Siswa kelas VII SMP Negeri 1 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya
yang terdiri dari 4 kelas sebanyak 160 orang, yaitu 100 siswa
perempuan dan 60 siswa laki-laki.
F. Metodologi Penelitian
1. Metode penelitian
Menurut Sarwiji (2011: 84) metode adalah suatu cara, jalan,
petunjuk pelaksaan atau petunjuk praktis suatu penelitian dilakukan. Agar
penelitian memperoleh hasil yang valid dan sesuai dengan tujuan, maka
diperlukan data yang objektif. Mendapatkan data yang objektif ini
diperlukan metode penelitian yang tepat. Menurut Narbuko dan Ahmadi
(2013: 3) metode penelitian adalah ilmu mengenai jalan yang dilewati
untuk mencapai pemahaman. Moh. Nasir (dalam Mahmud, 2011: 98)
menyatakan bahwa ada empat metode yang dapat digunakan dalam sebuah
penelitian, yaitu metode historik studi, metode deskriptif, metode
eksperimental dan metode grounded research. Oleh karena itu, sesuai
dengan bingkai masalah dalam penelitian ini, maka metode yang dipakai
adalah metode deskiptif, yaitu metode penelitian yang digunakan untuk
mendeskripsikan fenomena yang diteliti. Cara utama itu digunakan setelah
penyelidikan memperhitungkan kewajarannya ditinjau dari tujuan serta
penyelidikan.
Pendapat di atas diperkuat oleh pendapat Mahmud (2011: 100)
menyatakan bahwa penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang
diupayakan untuk mengamati permasalahan secara sistematis dan akurat
mengenai fakta dan objek tertentu. Langkah-langkah yang dilakukan
dengan menyimpulkan klasifikasi, analisis pengolahan data, membuat
kesimpulan dan laporan bertujuan untuk menggambarkan tentang suatu
keadaan secara objektif dalam suatu deskriptif situasi. Berdasarkan
beberapa pendapat pakar penelitian di atas, maka metode penelitian yang
sesuai digunakan dengan penelitian ini adalah metode deskriptif, karena
dianggap relevan dengan permasalahan yang akan diteliti.
2. Bentuk penelitian
Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan bentuk
penelitian yang mengadakan kerja sama antara peneliti dan guru.
Penggunaan bentuk penelitian tindakan kelas terhadap Peningkatan
Kemampuan Menentukan Sinonim dan Antonim dengan Menerapkan
Metode Teams Games Tournament (TGT) pada Siswa Kelas VII SMP
Negeri 1 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya Tahun Ajaran 2014/2015
bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil dan proses pembelajaran
menentukan sinonim dan antonim.
3. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini akan membahas mengenai prosedur, yaitu
perencanaan, tindakan, observasi dan releksi. (Arikunto, 2010: 138-140)
a. Penelitian Awal (pra siklus)
Penelitian kelas diawali dengan proses belajar mengajar tanpa
menggunakan metode Teams Games Tournament (TGT) dalam
pembelajaran sinonim dan antonim, penelitian awal ini bertujuan untuk
mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam menentukan sinonim dan
antonim, sebagai titik tolak penelitian dan perbandingan terhadap hasil
yang diperoleh setelah menggunakan metode latihan dalam
pembelajaran menentukan sinonim dan antonim.
Penelitian tes awal ini kita harus membuat perencanaan
pembelajaran yang berupa RPP yang nantinya akan dipakai sebagai
acuan dalam proses belajar mengajar khususnya pembelajaran
menentukan sinonim dan antonim kemudian dilanjutkan dengan
pengolahan data dari tes awal tersebut dari hasil tes awal yang
diperoleh dalam penelitian kualitatif sesuai dengan apa yang
dikemukakan dalam latar belakang penelitian ini maka perlu diadakan
perbaikan karena siswa belum optimal dalam proses belajar
mengajar bahasa Indonesia khususnya menentukan sinonim dan
antonim. Hasil penelitian awal berdasarkan hasil tes menentukan
sinonim dan antonim diperoleh skor standar keseluruhan dari 160
siswa, yaitu skor yang diperoleh rata-rata mencapai 51,62 sedangkan
ketuntasan klasikal tergolong sangat kurang karena telah mencapai
6,45%.
b. Siklus I
Penelitian yang dilakukan pada siklus I meliputi:
1) Perencanaan
a) Penyusunan persiapan pengajaran siswa dengan pokok bahasan
yang akan disajikan tiap pertemuan (RPP).
b) Menyajikan media pembelajaran dengan pokok bahasan yang
diajarkan menentukan metode pengajaran.
c) Menyiapkan alat evaluasi.
2) Pelaksanaan Tindakan
a) Siswa mendengarkan penjelasan tentang sinonim dan antonim.
b) Pembagian lembar kerja pada siswa.
c) Siswa menentukan sinonim dan antonim dalam sebuah wacana
dan ditulis di lembar kerja yang dibagikan. Metode Teams
Games Tournament (TGT) ini diberikan pada saat siswa
menentukan sinonim dan antonim secara berkelompok.
d) Secara berkelompok siswa maju ke depan kelas menempelkan
kata yang mengandung sinonim dan antonim di papan tulis
yang sudah ditulis di kertas karton secara bergantian.
e) Penguatan dan kesimpulan.
f) Kegiatan evaluasi.
3) Observasi
Tahap observasi ini dilakukan selama proses belajar
mengajar berlangsung untuk mengetahui berjalanya siklus sesuai
dengan yang direncanakan. Kegiatan belajar mengajar
berlangsung, observasi diarahkan pada proses itu sendiri, aktivitas
menentukan sinonim dan antonim siswa serta evaluasi. Seluruh
hasil observasi dianalisis oleh peneliti setelah pelaksanaan siklus.
4) Refleksi
Tahap ini dilakukan setelah semua informasi tindakan
terkumpul, informasi tersebut berupa kualitas langkah-langkah
yang dilakukan serta perolehan nilai siswa berdasarkan langkah-
langkah tersebut dalam refleksi dilakukan analisis yang mendalam
terhadap kelebihan dan kekurangan tindakan. Hasil refleksi berupa
temuan siklus yang harus ditindaklanjuti. Adapun yang menjadi
acuan kriteria keberhasilan penelitian pada siklis I ini, yaitu:
a) Rata-rata kelas mencapai standar minimal sekitar 70 dengan
ketentuan sebagian besar (75%) siswa mampu memperoleh
nilai 70-100 pada kemampuan menentukan sinonim dan
antonim.
b) Sebagian siswa 75% siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran
di kelas. Apabila siklus pertama dikatakan gagal atau tidak
berhasil, maka peneliti mengambil tindakan, yaitu melanjutkan
ke siklus II.
c. Siklus II
Siklus ini ditentukan oleh hasil siklus I. Siklus II
berdasarkan hasil refleksi siklus I maka hambatan yang ditemui
akan diperbaiki dalam siklus II lebih lengkapnya akan disusun
rencana sebagai berikut:
1) Tahap Perencanaan
Peneliti membuat rencana pembelajaran berdasarkan hasil
refleksi pada siklus I.
2) Tahap Pelaksanaan
Guru melaksanakan pembelajaran menentukan sinonim
dan antonim menggunakan metode Teams Games Tournament
(TGT) berdasarkan rencana pembelajaran hasil refleksi pada
siklus I dan pelaksanaan pembelajaran menulis surat pribadi ini
guru menggunakan lembar kerja siswa. Pengamatan (observasi)
pada penelitian ini melakukan pengamatan terhadap siswa di
dalam proses belajar mengajar berlangsung, adapun hal yang
diamati, yaitu:
a) Selama proses belajar mengajar berlangsung diamati
tingkah laku siswa.
b) Penilaian terhadap hasil belajar dengan menggunakan tes
dilakukan pada akhir proses belajar mengajar.
3) Refleksi
Refleksi terhadap tindakan siklus II untuk memberikan
arti dan menyimpulkan hasil penelitian pada tindakan yang
berjudul “Peningkatan Kemampuan Menentukan Sinonim dan
Antonim dengan Menerapkan Metode Teams Games
Tournament (TGT) pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1
Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya Tahun Ajaran 2014/2015”.
G. Data dan Sumber Data
1. Data
Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa hasil observasi
pelaksanaan pembelajaran, hasil observasi aktivitas siswa perindividu,
hasil angket kepada siswa untuk mendapatkan tanggapan siswa terhadap
pembelajaran dengan menerapkan metode Teams Games Tournament
(TGT) serta hasil tes menentukan sinonim dan antonim dalam sebuah
wacana.
2. Sumber data
Loflan (dalam Moleong, 2004: 154) mengatakan sumber data
utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya
adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal
itu, sumber data dalam penelitian ini adalah guru Bahasa Indonesia dan
siswa kelas VII B SMP Negeri 1 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya yang
terdiri dari 35 orang, yaitu 20 siswa perempuan dan 15 siswa laki-laki.
3. Lokasi Penelitian
Berdasarkan judul penelitian yang penulis tetapkan, yaitu
Peningkatan Kemampuan Menentukan Sinonim dan Antonim dengan
Menggunakan Metode Teams Games Tournaments (TGT) pada Siswa
Kelas VII B SMP Negeri 1 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya maka
dipilih lokasi penelitian di SMP Negeri 1 Jalan Adisusipto, Km. 12,1
Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya Provinsi Kalimantan
Barat.
H. Teknik dan Alat Pengumpul Data
1. Teknik Pengumpul Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini,
yaitu:
a. Observasi langsung dilakukan pada proses pembelajaran berlangsung.
b. Komunikasi langsung dengan wawancara dan percakapan.
c. Dokumenter.
d. Pengukuran melalui tes.
2. Alat Pengumpul Data
Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam
penelitian, karena itu seorang peneliti harus terampil dalam
mengumpulkan data agar mendapatkan data yang valid. Pengumpulan data
adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang
diperlukan.
a. Pengamatan atau observasi
Pengamatan yang dilakukan adalah pengamatan berperan serta
secara pasif. Pengamatan ini dilakukan terhadap guru ketika
memberikan materi pelajaran menentukan makna kata dalam wacana
di kelas dan mengamati kinerja siswa selama proses belajar mengajar
berlangsung. Hasil observasi ditulis di lembar observasi.
b. Wawancara atau diskusi
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si
penanya dengan si penjawab menggunakan alat yang dinamakan
interview guide (panduan wawancara). Tujuan penulis menggunakan
metode ini, untuk memperoleh data secara jelas dan kongkrit tentang
kemampuan menentukan sinonim dan antonim pada siswa kelas VII
SMP 1 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya. Peneliti akan mengadakan
wawancara dengan guru bidang studi Bahasa Indonesia.
c. Kajian dokumen
Kajian dokumen yang peneliti lakukan adalah mengkaji hasil
nilai, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Kurikulum serta
materi pelajaran.
4. Tes
Menurut Sarwiji (2012: 64) pemberian tes bertujuan untuk
mengukur seberapa jauh hasil yang diperoleh siswa setelah kegiatan
pemberian tindakan. Jadi, dalam penelitian ini peneliti memberikan tes
kepada subjek peneliti setelah mereka mengikuti proses pemberian
tindakan. Pemerolehan hasil yang optimal dalam penelitian ini, peneliti
memberikan lembar tugas yang berisi perintah kepada siswa untuk
menentukan sinonim dan antonim dalam sebuah wacana.
3. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data
kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan
tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.
Berdasarkan rumusan di atas, dapat menarik garis besar bahwa analisis data
bermaksud pertama-tama mengorganisasikan data. Data yang terkumpul
banyak sekali dan terdiri dari catatan lapangan, komentar peneliti, gambar,
foto, dokumen berupa laporan, biografi, artikel dan sebagainya. Data dari
lapangan terkumpul dengan menggunakan metode pengumpulan data di atas,
maka peneliti akan mengolah dan menganalisis data tersebut dengan
menggunakan analisis secara deskriptif kualitatif, tanpa menggunakan teknik
kuantitatif.
Analisis deskriptif kualitatif merupakan suatu tehnik yang
menggambarkan dan menginterpretasikan arti data-data yang telah terkumpul
dengan memberikan perhatian dan merekam sebanyak mungkin aspek situasi
yang diteliti pada saat itu, sehingga memperoleh gambaran secara umum dan
menyeluruh tentang keadaan sebenarnya. Menurut M. Nazir bahwa tujuan
deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan
antar fenomena yang diselidiki. Analisis data yang dilakukan, yaitu:
1. Pengumpulan data, yaitu pengumpulan data di lokasi studi dengan
melakukan observasi dan mencatat dokumen menentukan strategi
pengumpulan data yang dipandang tepat dan menentukan fokus serta
pendalaman data pada proses pengumpulan data.
2. Reduksi data
Reduksi data adalah proses penyederhanaan yang dilakukan melalui
seleksi data mentah menjadi data yang bermakna. Data yang diseleksi
untuk digunakan dan mendukung dalam penelitian ini adalah hasil
observasi sikap siswa dan hasil belajar siswa sebelum tindakan, hasil
wawancara dari guru dan beberapa siswa, dan hasil observasi terhadap
kegiatan guru dan siswa serta hasil keterampilan setelah siklus I dan siklus
II.
3. Penyajian data
Data yang sudah terkumpul dan terseleksi kemudian dikelompokkan
dalam beberapa bagian sesuai dengan jenis data supaya makna
peristiwanya lebih mudah dipahami. Sajian data dalam penelitian ini
disajikan dalam bentuk paparan deskriptif, tabel dan grafik.
4. Penarikan kesimpulan
Simpulan dalam penelitian ini ditarik berdasarkan reduksi dan penyajian
data. Penarikan simpulan dilakukan sebagai proses pengambilan intisari
dan penyajian data yang telah terorganisasi tersebut dalam bentuk
pernyataan kalimat yang singkat dan padat, tetapi mengandung pengertian
yang luas.
4. Waktu Kegiatan Penelitian
Penelitian ini direncanakan selama enam bulan, terhitung dari bulan
Januari 2014 sampai bulan Juni 2014. Rincian waktu penelitian tersebut dapat
dilihat dalam tabel sebagai berikut:
TABEL 1.1
RINCIAN WAKTU PENELITIAN
No. Jenis
Kegiatan
Bulan atau Minggu ke
Januari Februari Maret April Mei Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pengajuan
judul
2. Pembahasan
3. Konsultasi
4. Rencana
seminar
5. Pengumpulan
data
6. Persiapan
pendaftaran
ujian
7. Rencana ujian
skripsi
BAGIAN II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Kemampuan
Istilah kemampuan berasal dari kata dasar “mampu” yang mendapat
konfiks “ke-an”. Menurut Poerwadarminta (1984: 682) dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia “mampu” berarti kuasa, sanggup melakukan sesuatu,
sedangkan “kemampuan” berarti kesanggupan, kecekatan dan kekuatan untuk
melakukan sesuatu. Menurut Muhammad Zain dalam Milman Yusdi (2010:
10) kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kakuatan kita berusaha
dengan diri sendiri. Anggiat M. Sinaga dan Sri Hadiati (2001: 34)
mendefinisikan kemampuan sebagai suatu dasar seseorang yang dengan
sendirinya berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan secara efektif atau sangat
berhasil. Robbin (2007: 57) menyatakan bahwa kemampuan berarti kapasitas
seseorang individu unutk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan.
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan
(Ability) adalah kecakapan atau potensi seseorang individu untuk menguasai
keahlian dalam melakukan atau mengerrjakan beragam tugas dalam suatu
pekerjaan atau suatu penilaian atas tindakan seseorang. Tiap individu
mempunyai kemampuan sendiri, kemampuan itu bisa datang sendiri atau
pembawaan dari lahir dan faktor lingkungan adalah apabila seseorang diasuh
atau dididik terampil dalam suatu bidang atau lapangan, maka ia mampu
melakukan kegiatannya dalam bidang tersebut. Kemampuan dalam hal ini
adalah kesanggupan menentukan makna kata dalam sebuah wacana.
B. Pengertian Sinonim
Secara etimologi kata sinonim berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu
onoma berarti nama sedangkan syn berarti dengan. Maka secara harfiah kata
sinonim berarti nama lain untuk benda atau hal yang sama. Secara semantik
Verhaar (dalam Abdul Chaer, 2009: 83) menyatakan bahwa sinonim adalah
17
ungkapan (bisa berupa kata, frasa atau kalimat) yang maknanya kurang lebih
sama dengan makna ungkapan lain. Menurut Wijana (2008: 20) sinonim
adalah hubungan atau persamaan makna. Keraf (2005: 34) menyatakan bahwa
sinonim adalah suatu istilah yang dapat dibatasi sebagai telaah kata-kata yang
memiliki makna sama.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa sinonim adalah bentuk bahasa yang maknanya sama dengan bentuk
lain. Kesamaan itu berlaku untuk kelompok kata, frasa atau kalimat. Prof.
W.E. Collinson membedakan antara sinonim-sinonim ada sembilan
kemungkinan sebagai berikut:
1. Satu kata lebih umum daripada yang lain, yaitu bandingkan kata binatang
dengan hewan.
2. Satu kata lebih khusus dari yang lain, yaitu bandingkan kata mengamati
dengan memandang.
3. Satu kata lebih emotif dari yang lain, yaitu bandingkan kata memohon
dengan meminta.
4. Satu kata dapat mencakup penerimaan atau penolakan moral sedangkan
yang lain netral, yaitu bandingkan kata sedekah dengan pemberian.
5. Satu kata lebih profesional daripada yang lain, yaitu bandingkan kata riset
dengan penelitian.
6. Satu kata lebih literer daripada yang lain, yaitu bandingkan dengan kata
puspa dengan bunga.
7. Satu kata lebih bersifat keseharian daripada yang lain, yaitu bandingkan
kata aku dengan saya.
8. Satu kata lebih bersifat dialek daripada yang lain, yaitu bandingkan kata lu
dan gua (Jakarta) dengan kamu dan saya.
9. Salah satu sinonim termasuk bahasa anak-anak, yaitu bandingkan kata
mama dengan ibu.
Jadi, memang benar bahwa sinonim hanya sedikit yang dapat
dipertukarkan dalam segala konteks tanpa ada perubahan sedikit pun dari
makna objektifnya, rasa dengan nada dan nilai yang terkandung di dalamnya.
Sinonim bukan hanya dalam bidang kata tetapi juga mencakup pada morfem,
yaitu:
1. Sinonim antara morfem bebas dengan morfem terikat.
Contoh : bukan teman saya
bukan temanku
2. Sinonim antara kata dengan kata.
Contoh : rumahnya buruk
rumahnya jelek
3. Sinonim antara kata dengan frasa atau sebaliknya.
Contoh : nenek telah meninggal
nenek telah tutup usia
4. Sinonim antara frasa dengan frasa.
Contoh : adik menggunakan sepeda baru
adik menggunakan sepeda yang baru
5. Sinonim antara kalimat dengan kalimat.
Contoh : Ibu membeli sayur.
Sayur dibeli ibu.
C. Pengertian Antonim
Kata antonim berasal dari kata Yunani Kuno, yaitu onoma yang
artinya nama dan anti artinya melawan. Maka secara harfiah antonim berarti
nama lain untuk benda lain pula. Secara semantik Verhaar (dalam Abdul
Chaer, 2009: 89) menyatakan bahwa ungkapan (bisa berupa kata, frasa atau
kalimat) yang maknanya dianggap kebalikan dari makna ungkapan lain. Istilah
antonim kadang-kadang dipertentangankan dengan istilah sinonim, tetapi
status kedua istilah ini berbeda. Antonim biasanya teratur dan dapat
diidentifikasikan secara tepat. Contoh kata-kata yang antonim.
Besar x kecil bodoh x pandai
Lebar x sempit mudah x sukar
Ciri-ciri antonim yang dirumuskan Cruse tersebut jelas bahwa istilah
antonim mengacu hanya kepada oposisi yang bergradasi. Pasangan kata
antonim menunjukkan gradasi makan yang dinyatakan oleh pasangan kata
yang berantonim tersebut. Pasangan kata panjang-pendek misalnya,
menunjukkan adanya gradasi ukuran linier (kepanjangan) suatu objek yang
ditunjuk, mulai dari ukuran pendek terus bergradasi sampai ke panjang atau
sebaliknya. Apabila gradasi keberlawanan pasangan sinonim kata panjang-
pendek menjadi dua ranah menjadi ranah panjang dan ranah pendek. Ukuran
seberapa yang menjadi batas referen yang ditunjuk oleh ranah panjang dan
pendek tidak dapat ditentukan. Ukuran panjang dan pendek bersifat relative
dan konteks tuturan menentukkan apakah sebuah objek itu termasuk pendek
atau panjang.
1. Antonim dan Pengembangan Kosakata
Telaah antonim merupakan suatu cara yang efektif untuk
meningkatkan perbendaharaan serta keterampilan kosakata. Pada dasarnya
murid-murid sekolah dasar kelas satu dan kelas dua telah memahami
konsep lawan kata, seperti:
Atas >< Bawah
Besar >< Kecil
Antonim dapat pula di urutkan dari yang mudah (seperti yang tertera di
atas) menuju yang lebih sulit, seperti:
Moral >< a moral
Internal >< Eksternal
Seperti juga halnya bahwa tidak ada dua sinonim yang sama benar-
benar maknanya, maka sedikit sekali antonim yang benar-benar
merupakan lawan dari kata-kata lain. Tetapi seperti juga halnya kita dapat
mengelompokkan sinonim dengan tepat berdasarkan makna umumnya,
maka kita pun dapat pula mengklasifikasikan istilah-istilah tertentu
sebagai lawan atau hampir berlawanan dengan makna. Maka, kata pria
harus diajarkan serentak dengan kata wanita, begitu pula halnya:
Ayah dengan Ibu
Paman dengan Bibi
Pada tingkat yang lebih tinggi dan lebih sulit kita pun dapat mengajarkan
sebagai berikut:
Optimis dengan Pesimis
Alfa dengan Omega
Menelaah antonim dapat merupakan suatu bagian dari analisis kata.
b. Antonim yang terbentuk dari prefiks:
Progresif − Regresi
Pretes − Postes
c. Sufiks yang menyatakan perbedaan atau pertentangan jenis kelamin:
Wartawan − Wartawati
Sastrawan − Sastrawati
Mempergunakan antonim-antonim sebagai bagian dari analisis
kata, jelas melibatkan penggunaan pergantian dan peninjauannya, satu
konsep dengan konsep lain, mengadakan asosiasi-asosiasi, membangun
serta membentuk pengetahuan baru berdasarkan pengetahuan lama. Salah
satu latihan dalam bidang sastra, misalnya para siswa dapat mencatat
perbedaan antara:
Fiksi dengan Fakta
Denotasi dengan Konotasi
Antonim dapat pula ditelaah sebagai adjektif atau kata keadaan, misalnya:
Kuat dengan Lemah
Pandai dengan Bodoh
Dari pembicaraan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk
meningkatkan kualitas dan kuantitas kosakata para siswa, maka
sepantasnyalah sang guru membuat latihan-latihan yang teratur dan
terpimpin mengenai konsep-konsep yang sama dan yang tidak sama. Para
guru dapat memanfaatkan penggunaan sinonim dan antonim sebagai suatu
metode telaah kosakata dengan menyajikan kepada para siswa contoh-
contoh yang cukup banyak dan beraneka ragam. Penggunaan metode
tersebut dapatlah diharapkan kosakata para siswa bertambah kaya baik
secara kuantitas maupun kualitasnya. Sebelum sampai dapat mengenal
antonim dalam konteks, maka terlebih dahulu kita mengenal secara
khusus “ragam antonim”.
1. Ragam Antonim
Fromkin dan Rodman (1983: 193) serta Heatherington (1980: 139-
140) membedakan antonim menjadi lima macam, yaitu antonim
komplementer, antonim perbandingan (gradable), antonim relasional dan
antonim resiprokal.
a. Antonim komplementer
Antonim berkomplementer, yaitu pasangan yang saling
melengkapi.
Contoh: Hidup = tidak mati
Mati = tidak hidup
b. Antonim gradable (perbandingan)
Suatu antonim dapat disebut sebagai antonim gradable apabila
penegatifan suatu kata tidaklah bersinonim dengan kata yang lain.
Contoh: Tidak senang ≠ sedih
Tidak sedih ≠ senang
Namun, satu hal yang perlu diperhatikan dan juga dianggap benar
mengenai antonim-antonim yang merupakan pasangan gradable ini
ialah bahwa kelebihan sesuatu adalah merupakan kekurangan yang
lainnya.
Contoh: Lebih besar adalah kurang kecil
Lebih tinggi adalah kurang rendah
Ciri lain pasangan antonim gradable ialah bahwa berciri atau
bertanda dan yang satu lagi tidak berciri atau tidak bertanda. Anggota
pasangan yang tidak berciri atau bertanda itu biasanya dipakai dalam
petrtanyaan-pertanyaan yang ada kaitannya dengan kadar atau tingkat.
Contoh dalam kehidupan sehari-hari kita biasanya bertanya, yaitu:
Berapa tingginya? bukan Berapa rendahnya?
Berapa jauh? bukan Berapa dekatnya?
Atas pertanyaan diatas kita bisa menjawab:
Tingginya lima meter.
Jauhnya sepuluh kilometer.
Perlu kita perhatikan benar-benar bahwa makna kata-kata
keadaan tersebut dan juga yang sejenis dengan itu bersifat relasional.
Kata-kata itu sendiri tidaklah memberikan atau menyatakan suatu
informasi mengenai ukuran yang pasti karena pengetahuan kita
mengenai bahasa, dan juga mengenai benda-benda atau hal-hal di
dunia, maka hal-hal ini pada hakikatnya tidaklah menimbulkan
kebingungan atau keragu-raguan.
c. Antonim relasional
Antonim yang memperlihatkan kesimetrisan dalam makna
anggota pasangannya disebut antonim relasional, karena antara
anggota pasangan antonim itu terdapat hubungan yang sangat erat.
Contoh: Guru dengan Murid
Pengajar dengan Pelajar
d. Antonim resiprokal
Antonim resiprokal adalah sejenis antonim yang mengandung
pasangan yang berlawanan atau bertentangan dalam makna tetapi juga
secara fungsional berhubungan erat, hubungan itu justru hubungan
timbal balik.
Contoh: Saya menjual kepada kamu dan kamu membeli dari saya.
Perlu kita sadari bahwa pembagian ragam antonim atas pasangan-
pasangan komplementar, gradable, relasional, resiprokal itu tidaklah
bersifat mutlak, artinya lebih bersifat relatif. Suatu pasangan antonim tidak
harus hanya termasuk pada satu jenis antonim tertentu saja, tetapi
mungkin saja dimasukan kedalam dua atau lebih ragam antonim.
D. Pengertian Metode
Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos’’ yang berarti cara atau
jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode
menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi
sasaran ilmu yang bersangkutan. Menurut Sarwiji (2011: 84) metode adalah
suatu cara, jalan, petunjuk pelaksaan atau petunjuk praktis suatu penelitian
dilakukan. Menurut Rosdy Ruslan (2003: 24) metode merupakan kegiatan
ilmiah yang berkaitan dengan suatu cara kerja (sistematis) untuk memahami
suatu subjek atau objek penelitian, sebagai upaya untuk menemukan jawaban
yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan termasuk
keabsahannya.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa metode adalah
teknik atau cara yang berkaitan dengan cara kerja untuk melakukan suatu
kegiatan supaya mendapatkan sebuah jawaban yang ilmiah.
E. Pengertian Metode Teams Games Tournament (TGT)
Teams Games Tournament (TGT) pada mulanya dikembangkan oleh
David DeVries dan Keith Edwards. Para siswa dikelompokkan dalam tim
belajar yang terdiri atas empat orang yang heterogen. Guru menyampaikan
pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa
semua anggota tim telah menguasai pelajaran (Slavi, 2008: 13). Secara umum,
pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki prosedur belajar yang terdiri atas
siklus regular dari aktivitas pembelajaran kooperatif. Games Tournament
dimasukkan sebagai tahapan review setelah setelah siswa bekerja dalam tim.
Siswa memainkan game akademik dengan anggota tim lain untuk
menyumbangkan poin bagi skor timnya. Siswa memainkan game ini bersama
tiga orang pada “meja-turnamen”, di mana ketiga peserta dalam satu meja
turnamen ini adalah para siswa yang memiliki rekor nilai terakhir yang sama.
Sebuah prosedur “menggeser kedudukan” membuat permainan ini cukup adil.
Peraih rekor tertinggi dalam tiap meja turnamen akan mendapatkan 60 poin
untuk timnya, tanpa menghiraukan dari meja mana ia mendapatkannya.
Mereka yang berprestasi rendah (bermain dengan yang berprestasi rendah
juga) dan yang berprestasi tinggi (bermain dengan yang berprestasi tinggi)
kedua-duanya memiliki kesempatan yang sama untuk sukses. Tim dengan
tingkat kinerja tertinggi mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan tim
lainnya.
TGT memiliki dimensi kegembiraan yang diperoleh dari penggunaan
permainan. Teman satu tim akan saling membantu dalam mempersiapkan diri
untuk permainan dengan mempelajari lembar kegiatan dan menjelaskan
masalah-masalah satu sama lain, tetapi sewaktu siswa sedang bermain dalam
game temannya tidak boleh membantu, memastikan telah terjadi tanggung
jawab individual. Permainan TGT berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis
pada kartu-kartu yang diberi angka. Tiap-tiap siswa akan mengambil sebuah
kartu dan berusaha untuk menjawab pertanyaan yang sesuai dengan angka
yang tertera. Turnamen ini memungkinkan bagi siswa untuk menyumbangkan
skor-skor maksimal buat kelompoknya. Turnamen ini juga dapat digunakan
sebagai review materi pelajaran.
Menurut Slavin (2008: 170-171) ada empat langkah utama dalam
pembelajaran dengan teknik TGT yang merupakan siklus regular dari aktivitas
pembelajaran, yaitu:
1. Pengajaran, pada tahap ini guru menyampaikan materi pelajaran.
2. Belajar Tim, para siswa mengerjakan lembar kegiatan dalam tim mereka
untuk menguasai materi.
3. Turnamen, para siswa memainkan game akademik dalam kemampuan
yang homogen, dengan meja turnamen tiga peserta (kompetisi dengan tiga
peserta).
4. Rekognisi Tim, skor tim dihitung berdasarkan skor turnamen anggota tim,
dan tim tersebut akan direkognisi apabila mereka berhasil melampaui
kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pelaksanaan games dalam bentuk turnamen dilakukan dengan
prosedur, sebagai berikut:
1. Guru menentukan nomor urut siswa dan menempatkan siswa pada meja
turnamen (3 orang dengan kemampuan yang setara). Setiap meja terdapat
1 lembar permainan, 1 lembar jawaban, 1 kotak kartu nomor, 1 lembar
skor permainan.
2. Siswa mencabut kartu untuk menentukan pembaca I (nomor tertinggi) dan
yang lain menjadi penantang I dan II.
3. Pembaca I menggocok kartu dan mengambil kartu yang teratas.
4. Pembaca I membaca soal sesuai nomor pada kartu dan mencoba
menjawabnya. Jika jawaban salah, tidak ada sanksi dan kartu
dikembalikan. Jika benar kartu disimpan sebagai bukti skor.
5. Jika penantang I dan II memiliki jawaban berbeda, mereka dapat
mengajukan jawaban secara bergantian.
6. Jika jawaban penantang salah, dia dikenakan denda mengembalikan kartu
jawaban yang benar (jika ada).
7. Selanjutnya siswa berganti posisi (sesuai urutan) dengan prosedur yang
sama.
8. Setelah selesai, siswa menghitung kartu dan skor mereka dan diakumulasi
dengan semua tim.
9. Penghargaan sertifikat, tim super untuk kriteria atas, tim sangat baik
(kriteria tengah) dan tim baik (kriteria bawah)
10. Untuk melanjutkan turnamen, guru dapat melakukan pergeseran tempat
siswa berdasarkan prestasi pada meja turnamen.
Riset tentang pengaruh pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran
telah banyak dilakukan oleh pakar pembelajaran maupun oleh para guru di
sekolah. Terdapat dasar teoritis yang kuat untuk memprediksi bahwa metode-
metode pembelajaran kooperatif yang menggunakan tujuan kelompok dan
tanggung jawab individual akan meningkatkan pencapaian prestasi siswa dari
tinjuan psikologis. Dua teori utama yang mendukung pembelajaran kooperatif
adalah teori motivasi dan teori kognitif. Menurut Slavin (2008: 34) perspektif
motivasional pada pembelajaran kooperatif terutama memfokuskan pada
penghargaan atau struktur tujuan di mana para siswa bekerja. Deutsch (dalam
Slavin, 2008: 34) mengidentifikasikan tiga struktur tujuan dalam
pembelajaran kooperatif, yaitu:
1. Kooperatif, di mana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu memberi
konstribusi pada pencapaian tujuan anggota yang lain.
2. Kompetitif, di mana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu
menghalangi pencapaian tujuan anggota lainnya.
3. Individualistik, di mana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu tidak
memiliki konsenkuensi apa pun bagi pencapaian tujuan anggota lainnya.
Struktur tujuan kooperatif menciptakan sebuah situasi di mana satu-
satunya cara anggota kelompok bisa meraih tujuan pribadi mereka adalah jika
kelompok mereka sukses dari pespektif motivasional. Oleh karena itu, mereka
harus membantu teman satu timnya untuk melakukan apapun agar kelompok
berhasil dan mendorong anggota satu timnya untuk melakukan usaha
maksimal.
Menurut Slavin (2008: 36) pembelajaran kooperatif menekankan pada
pengaruh dari kerja sama terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. Asumsi
dasar dari teori pembangunan kognitif adalah bahwa interaksi di antara para
siswa berkaitan dengan tugas-tugas yang sesuai mengingkatkan penguasaan
mereka terhadap konsep kritik. Pengelompokan siswa yang heterogen
mendorong interaksi yang kritis dan saling mendukung bagi pertumbuhan dan
perkembangan pengetahuan atau kognitif. Penelitian psikologi kognitif
menemukan bahwa jika informasi ingin dipertahankan di dalam memori dan
berhubungan dengan informasi yang sudah ada di dalam memori, orang yang
belajar harus terlibat dalam semacam pengaturan kembali kognitif atau
elaborasi dari materi. Salah satu cara elaborasi yang paling efektif adalah
menjelaskan materinya kepada orang lain.
Namun, tidak ada satupun model pembelajaran yang cocok untuk
semua materi, situasi dan anak. Setiap model pembelajaran memiliki
karakteristik yang menjadi penekanan dalam proses implementasinya dan
sangat mendukung ketercapaian tujuan pembelajaran. Secara psikologis,
lingkungan belajar yang diciptakan guru dapat direspon beragama oleh siswa
sesuai dengan modalitas mereka. Dalam hal ini, pembelajaran kooperatif
dengan teknik TGT, memiliki keunggulan dan kelemahan dalam
implementasinya terutama dalam hal pencapaian hasil belajar dan efek
psikologis bagi siswa.
Slavin (2008) melaporkan beberapa laporan hasil riset tentang
pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap pencapaian belajar siswa yang
secara inplisit mengemukakan keunggulan dan kelemahan pembelajaran TGT,
sebagai berikut:
1. Para siswa di kelas-kelas yang menggunakan TGT memperoleh teman
yang secara signifikan lebih banyak dari kelompok rasial mereka dari pada
siswa yang ada dalam kelas tradisional.
2. Meningkatkan perasaan atau persepsi siswa bahwa hasil yang mereka
peroleh tergantung dari kinerja dan bukannya pada keberuntungan.
3. TGT meningkatkan harga diri sosial pada siswa tetapi tidak untuk rasa
harga diri akademik mereka.
4. TGT meningkatkan kekooperatifan terhadap yang lain (kerja sama verbal
dan nonberbal, kompetisi yang lebih sedikit)
5. Keterlibatan siswa lebih tinggi dalam belajar bersama, tetapi
menggunakan waktu yang lebih banyak.
6. TGT meningkatkan kehadiran siswa di sekolah pada remaja-remaja
dengan gangguan emosional, lebih sedikit yang menerima skors atau
perlakuan lain.
Sebuah catatan yang harus diperhatikan oleh guru dalam pembelajaran
TGT adalah bahwa nilai kelompok tidaklah mencerminkan nilai individual
siswa. Dengan demikian, guru harus merancang alat penilaian khusus untuk
mengevaluasi tingkat pencapaian belajar siswa secara individual.
DAFTAR PUSTAKA
Suwandi, Sarwiji. (2011). Semantik: Pengantar Kajian Makna. Yogyakarta:
Media Perkasa.
Mulyana. (2005). Kajian Wacana Teori, Metode dan Aplikasi Prinsip-Prinsip
Analisis Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Rohmadi, Muhammad dan Aninditya Sri Nugraheni. (2011). Belajar Bahasa
Indonesia. Surakarta: Cakrawala Media.
Zuldafrial dan Muhammad Lahir. (2011). Penelitian Kualitatif. Surakarta: Yuma
Pustaka.
Suwandi, Sarwiji. (2011). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penulisan Karya
Ilmiah. Surakarta: Yuma Pustaka.
Ismawati, Esti. (2011). Metode Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra.
Surakarta: Yuma Pustaka.
Wijana, I Dewa Putu dan Muhammad Rohmadi. (2008). Semantik: Teori dan
Analisis. Surakarta: Yuma Pustaka.
Keraf, Gorys. (2005). Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Subroto, Edi D. (2011). Pengantar Studi Sementik dan Pragmatik. Surakarta:
Cakrawala Media.
Ullmann, Stephen. (2011). Pengantar Semantik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
29
Chaer, Abdul. (2009). Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka
Cipta.
Slavin, Robert E. (2008). Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik.
Bandung: Nusa Media.
Sagala, Syaiful. (2013). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kualitatif,
Kuantitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.