peningkatan kemampuan berbicara melalui metode …
TRANSCRIPT
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI
METODE FUN LEARNING PADA SISWA KELAS VIIA
SMP MUHAMMADIYAH 14 MAKASSAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
OLEH
ALIF DIAN PUTRA RUDI
10533 06327 10
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2017
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI
METODE FUN LEARNING PADA SISWA KELAS VIIA
SMP MUHAMMADIYAH 14 MAKASSAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
OLEH
ALIF DIAN PUTRA RUDI
10533 06327 10
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2017
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERNYATAAN KEASLIAN
Saya bertanda tangan di bawah ini
Nama : Alif Dian Putra Rudi
NIM : 10533 06327 10
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Judul Skripsi : Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui Metode
Fun Learning Pada Siswa Kelas VII A SMP
Muhammadiyah 14 Makassar
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji
adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang
dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Demikian pernyataan ini saya buat dan saya bersedia menerima sanksi yang telah
ditetapkan FBS Universitas Muhammadiyah Makassar apabila pernyataan ini
tidak benar.
Makassar, April 2017
Yang membuat pernyataan
Alif Dian Putra Rudi
NIM. 10533 06327 10
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
SURAT PERJANJIAN
Saya bertanda tangan di bawah ini
Nama : Alif Dian Putra Rudi
NIM : 10533 06327 10
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya
akan menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).
2. Dalam menyusun skripsi, sya akan selalu melakukan konsultasi dengan
pembimbing yang telah ditetapkan oleh pemimpin falkutas.
3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (Plagiat) dalam penyusunan skripsi.
4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3, saya bersedia
menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.
Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.
Makassar, April 2017
Yang membuat perjanjian
Alif Dian Putra Rudi
NIM. 10533 06327 10
Mengetahui
Ketua Jurusan
Pendidikan Bahasan dan Sastra Indonesia
Dr. Munirah, M. Pd
NBM: 951576
vii
MOTTO
”Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan
sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami ini.” (Q.S. Al
Kahfi: 10)
”Ya Rabbku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku,
dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku”
(Qs. Thoha: 25-28)
“Siapapun yang berhenti belajar akan membuat dirinya tua, meskipun dia berusia
dua puluh tahun atau delapan puluh tahun. sedangkan yang tidak berhenti belajar
akan tetap muda. Hal yang terpenting dalam hidup adalah untuk tetap menjaga
pemikiran kita selalu muda” (Henry Ford)
Manusia terbaik adalah yang memberi manfaat kepada orang lain.
“… adapun yang member manfaat kepada manusia, maka ia akan tetap bertahan
di muka bumi.”(QS. Ar Ra’d:17)
viii
PERSEMBAHAN
Berkat doa yang tiada henti mengalir dan pengorbanan yang tiada ternilai, untuk
keberhasilan dan kesuksesan Ananda
Kupersembahkan karya sederhana ini kepada
kedua orang tuaku tercinta Ayahanda La Rudi dan Ibunda Sitti Daniah, saudara-
saudaraku, serta orang-orang yang kusayangi dan menyayangiku.. Jazakumullahu
khairan.
Almamaterku
Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
viii
ABSTRAK
Alif Dian Putra Rudi. 2016. Peningkatan Kemampuan Berbicara
Melalui Metode Fun Learning Pada Siswa Kelas VIIA SMP Muhammadiyah
14 Makassar. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, Universitas
Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Hamali dan Pembimbing II Roslaeny
B.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan di SMP
Muhammadiyah 14 Makassar. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIIA dengan
jumlah 30 siswa yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan.
Penelitian ini terdiri dari dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu
perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, refleksi. Penelitian ini dilakukan
secara kolaboratif antara peneliti bersama guru Bahasa Indonesia. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket,
pengamatan, wawancara, catatan lapangan, dokumentasi foto, dan penilaian
keterampilan berbicara. Instrumen penelitian berupa catatan lapangan, lembar
pengamatan, angket, dan lembar penilaian berbicara. Data yang diperolah
dianalisis secara deskriptif kualitatif yang didukung oleh data kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode fun learning
dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas VIIA SMP
Muhammadiyah 14 Makassar. Peningkatan keterampilan berbicara siswa tampak
pada kualitas proses pembelajaran yang ditunjukkan oleh keaktifan, perhatian
pada pelajaran, antusiasme selama pembelajaran, keberanian berbicara di depan
kelas dan kerjasama kelompok sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang
menyenangkan, aktif dan kreatif. Peningkatan secara produk dapat dilihat dari
peningkatan skor hasil berbicara siswa pada setiap siklus. Kemampuan rata-rata
siswa dalam berbicara sebelum adanya tindakan berkategori kurang. Namun,
setelah implementasi tindakan selama dua siklus, kemampuan rata-rata siswa
dalam berbicara menjadi kategori baik. Peningkatan kualitas produk/hasil dapat
dilihat dari perbandingan skor rata-rata berbicara siswa pada tahap pratindakan
sampai pascatindakan Siklus II. Dimana nilai rata-rata kemampuan berbicara
siswa pada tahap pratindakan yaitu 21,07 dengan persentase 60%. Siklus I
diperoleh rata-rata nilai 26,4 dengan persentase sebesar 75% sedangkan siklus II
rata-rata nilai meningkat menjadi 27,97 dengan persentase sebesar 80%. Dengan
demikian, keterampilan berbicara siswa kelas VIIA SMP Muhammadiyah 14
Makassar telah mengalami peningkatan baik secara proses maupun produk setelah
diberi tindakan menggunakan metode fun learning.
Kata kunci: metode, fun learning, kemampuan berbicara
xv
INCREASING THE SPEAKING SKILLS THROUGH THE USING OF
FUN LEARNING METHOD ON VIIA GRADE STUDENT IN SMP
MUHAMMADIYAH 14 MAKASSAR
Alif Dian Putra Rudi 1), Hambali 2), Roslaeny)
1) Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, Universitas
Muhammadiyah Makassar 2) Dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, Universitas
Muhammadiyah Makassar
Email: [email protected]
ABSTRACT
This research is a classroom action research which conducts in SMP
Muhammadiyah 14 Makassar. The researching subject is the VIIA grade student
with a total of a 30 students which consists of 9 sons and 21 girls. This studying
consists of two cycles. Each cycle consist of four phase, namely planning,
executing, observing, reflection. This studying carried out with collaborative
among the researcher and the teacher in these schools. The techniques of data
collecting that used in this research are questionnaire, observation, interview, field
note, documentation, and assessment of speaking skill. The data that got will
analyze through qualitative descriptive what supported by quantitative data.
The observation result showed that the using of fun learning methods can
increase speaking skills of VIIA grade student in SMP Muhammadiyah 14
Makassar. Improved speaking skills of student looked on learning processes
qualities what showed by activeness, attention to lessons, and enthusiasm during
learning processes, courage to speak in front of the class and teamwork so it can
make the meaningful learning, active and creative. Product upgrades can be seen
of the increased score of students' speaking results each cycle. The ability of the
average student in speaking before act, in this case is the using of fun learning
methods is in less category. However, after implementation of fun learning
methods for two cycles, the ability student in speaking is better. Improved
product/yield quality can be seen from comparison of average speaking skills at
the pre-action until post-action (cycle II). Where the average value of speaking
ability of student at the pre-action is 21,07 with presentation is 60%. Cycle I
obtained the average value is 26,4 with 75% while cycle II increased to 27,97
with 80%. Therefore, speaking skills of VIIA grade student on SMP
Muhammadiyah 14 Makassar has improved both process and product after being
given action using fun learning method.
Key word: methods, fun learning, speak competence
xi
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah, dan shalawat serta salam atas Rasulullah,
keluarga dan para sahabatnya. Hanya dengan pertolongan dan karunia Allah
semata sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi hasil penelitian yang
berjudul “Peningkatan Kemampuan Berbicara melalui Metode Fun Learning
pada Siswa Kelas VIIA SMP Muhammadiyah 14 Makassar”.
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini, penulis tidak luput dari
berbagai macam hambatan dan tantangan. Namun, berkat kasih sayang Allah dan
bantuan dari berbagai pihak semua hambatan dapat terlewati dengan baik. Oleh
karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan, petunjuk dan bimbingan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Secara khusus, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
Ayahanda Drs. Hambali, S. Pd., M. Hum selaku pembimbing I dan Ibunda Dra.
Hj. Roslaeny B, M. Si selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu,
tenaga, dan pikiran dalam memberikan bimbingan dan kesempatan yang sangat
berharga bagi penulis. Semoga Allah Subhaanahu wa ta’aala membalasnya
dengan pahala yang berlipat ganda. Jazakumullahu khairan.
Dengan tidak bermaksud mengurangi penghargaan dan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah memberikan bantuan dalam penulisan skripsi ini, penulis
menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Kepada ayahanda Dr. H. Abd. Rahman Rahim, S.E., M.M. selaku Rektor
Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah menerima penulis menjadi
mahasiswa di jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia, Fakulatas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan. Ayahanda Erwin Akib, M. Pd., Ph.D selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah mengatur segala kebijakan di FKIP
Universitas Muhammadiyah Makassar. Ibunda Dr. Munirah, M. Pd selaku Ketua
xii
Jurusan FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah mengatur segala
aturan dan kebijakan di jurusan pendidikan Bahasa Indonesia dan menjadi
tuntunan penulis selama menjadi mahasiswa. Kepada Ayahandaku terhebat La
Rudi, dan Ibundaku tercinta Siti Daniah atas segala kasih, doa, kesabaran dan
pengorbanan yang tiada henti-hentinya. Terima kasih banyak telah menjadi kedua
malaikatku di dunia ini. Sahabat-sahabat seperjuangan selama menempuh studi di
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Akhir kata, suatu kebahagian menghadirkan karya sederhana ini semoga
skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Semoga bantuan yang
telah diberikan mendapat pahala disisi Allah SWT. Amiin Ya Rabbal ‘Aalamiin.
Makassar, Mei 2017
Penulis
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN .......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING .......................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN ...................................................................... v
PERJANJIAN PENULIS ............................................................................ vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................................. vii
ABSTRAK .................................................................................................... ix
ABSTRACT ................................................................................................. x
KATA PENGANTAR .................................................................................. xi
DAFTAR ISI ................................................................................................. xiv
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xvi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Masalah Penelitian .................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian .................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian .................................................................. 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka ......................................................................... 9
xii
B. Kerangka Pikir ........................................................................ 34
C. Hipotesis .................................................................................. 36
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ........................................................................ 37
B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................. 37
C. Subjek dan Objek Penelitian ................................................... 38
D. Prosedur Penelitian .................................................................. 38
E. Metode Pengumpulan Data ..................................................... 42
F. Instrumen Penelitian ................................................................ 45
G. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 47
G. Teknik Analisis Data ............................................................... 47
H. Indikator Keberhasilan ............................................................. 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Awal Keterampilan Berbicara Siswa ......................... 50
B. Pelaksanaan Tindakan Kelas dengan Metode Fun Learning .. 60
C. Pembahasan ............................................................................. 81
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 88
B. Saran ........................................................................................ 88
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 90
Persuratan
Riwayat Hidup
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Lembar Penilaian Keterampilan Berbicara .......................................... 46
Tabel 4.1 Hasil Penelitian Kemampuan Berbicara Siswa pada Tahap Pratindakan
.......................................................................................................... 54
Tabel 4.2 Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa dari Pratindakan ke
Siklus I ................................................................................................. 69
Tabel 4.3 Peningkatan Skor Rata-rata tiap Aspek Kemampuan Berbicara
Siswa kelas VIIA dari Pratindakan, Siklus I, sampai Siklus II ........... 79
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 5.1 Penggunaan Media Papan Tulis saat Menjelaskan Materi Berbicara
dengan Teknik Mind map ........................................................... 67
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ...................................................... 94
Lampiran 2. Silabus .......................................................................................... 96
Lampiran 3. RPP Pra Tindakan ......................................................................... 99
Lampiran 4. RPP Siklus I .................................................................................. 103
Lampiran 5. RPP Siklus II ................................................................................ 108
Lampiran 6. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Bahasa Indonesia .... 113
Lampiran 7. Materi Pembelajaran ..................................................................... 117
Lampiran 8. Pedoman Wawancara dengan Guru dan Siswa pada Tahap
Pratindakan ........................................................................................................ 122
Lampiran 9. Hasil Wawancara dengan Guru dan Siswa pada Tahap Pratindakan 123
Lampiran 10. Pedoman Wawancara dengan Guru dan Siswa Pascatindakan ... 130
Lampiran 11. Hasil Wawancara dengan Guru dan Siswa Tahap Pascatindakan 131
Lampiran 12. Angket Pratindakan .................................................................... 134
Lampiran 13. Angket Pascatindakan ................................................................. 135
Lampiran 14. Hasil Angket Pratindakan ........................................................... 136
Lampiran 15. Hasil Angket Pascatindakan ....................................................... 138
Lampiran 16. Daftar Hadir Siswa Tahap Pratindakan ..................................... 140
Lampiran 17. Daftar Hadir Siswa Siklus 1 ....................................................... 141
Lampiran 18. Daftar Hadir Siswa Siklus 2 ....................................................... 142
Lampiran 19. Keterangan Kategori Tiap-tiap Aspek dalam Penilaian Keterampilan
Berbicara ........................................................................................................... 143
xii
Lampiran 20. Lembar Pengamatan Siswa ......................................................... 146
Lampiran 21. Pedoman Penilaian ..................................................................... 148
Lampiran 22. Lembar Observasi Pratindakan Pertemuan 1............................... 152
Lampiran 23. Lembar Observasi Pratindakan Pertemuan 2............................... 153
Lampiran 24. Lembar Observasi Siklus 1 Pertemuan 1 ..................................... 154
Lampiran 25. Lembar Observasi Siklus 1 Pertemuan 2 ..................................... 155
Lampiran 26. Lembar Observasi Siklus 1 Pertemuan 3 ..................................... 156
Lampiran 27. Lembar Observasi Siklus 2 Pertemuan 2 ..................................... 157
Lampiran 28. Lembar Observasi Siklus 2 Pertemuan 3 ..................................... 158
Lampiran 29. Lembar Observasi Siklus 2 Pertemuan 3 ..................................... 159
Lampiran 30. Daftar Skor Siswa kelas VIIA Pada Tahap Pratindakan ............ 160
Lampiran 31. Daftar Skor Siswa kelas VIIA Pada Tahap Siklus I ................... 163
Lampiran 32. Daftar Skor Siswa Kelas VIIA pada Tahap Siklus II ................. 166
Lampiran 33. Rekapitulasi Peningkatan Skor Kelas VIIA dari Tahap Pratindakan,
Siklus I, Siklus II ............................................................................................... 169
Lampiran 34. Dokumentasi ............................................................................... 170
Lampiran 35. Persuratan ................................................................................... 171
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa tidak hanya berasal dari kata-kata yang dikeluarkan oleh
ucapan (vocal), namun juga menggunakan bahasa isyarat atau bahasa gambar.
Bahasa itu sendiri berfungsi sebagai alat komunikasi yang dipergunakan
secara luas dalam aspek kehidupan, ilmu pengetahuan, pendidikan, bisnis,
hiburan, dan sebagainya. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan
intelektual, sosial, dan emosional peserta didik, serta merupakan penunjang
keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa
membantu peserta didik mampu mengemukakan gagasan dan perasaan,
berpartisipasi dalam masyarakat, dan bahkan menemukan serta menggunakan
kemampuan analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya. Dalam pelajaran
tersebut, peserta didik dilatih untuk bagaimana dapat berinteraksi dengan
orang lain, khususnya dalam hal berbicara.
Pelajaran berbicara di Sekolah Menengah Pertama (SMP) selama ini
cenderung diabaikan, hal ini disebabkan oleh adanya anggapan-anggapan yang
salah terhadap pengajaran kemampuan berbicara itu sendiri. Kebanyakan
orang sepakat bahwa pengajaran berbicara siswa telah berakhir ketika telah
dapat membaca dan menulis, yaitu ketika selesainya pengajaran membaca dan
menulis permulaan, sekitar kelas tiga Sekolah Dasar (SD), sehingga pada
jenjang sekolah yang lebih tinggi, pengajaran berbicara tidak mendapat
2
perhatian. Akibatnya, kebiasaan berbicara yang buruk terus berkembang
sampai menjadi orang dewasa.
Berbicara yang baik dan benar akan membantu proses pendidikan
untuk mencapai tujuannya, maka kelahiran pembelajaran berbicara
menentukan keberhasilan pendidikan. Sebab, siswa akan mudah memahami
tujuan berbicara. Berbicara itu sangat penting dalam pendidikan, antara lain
disebutkan bahwa siswa diusahakan agar memiliki pengetahuan fungsional
tentang bahasa dan penggunaannya sebagai alat yang penting untuk
melakukan komunikasi dengan orang lain dan bersosialisasi dengan
masyarakat luas, maka peran berbicara dirasakan sangat berfungsi
sebagaimana disebutkan ahli bahasa tentang fungsi bahasa:
a. Untuk menyatakan ekspresi
b. Sebagai alat komunikasi
c. Alat untuk mengadakan adaptasi sosial
d. Alat untuk mengadakan kontrol sosial (Keraf, 1979: 3)
Sebenarnya, fungsi yang dikembangkan di atas tidak dapat dipisahkan
satu sama lain dalam kehidupan sehari-hari sehingga untuk menetapkan di
mana yang satu mulai dan di mana yang satu berakhir sangatlah sulit. Pada
tahap permulaan waktu kecil belajar menyimak kemudian berkembang
menjadi belajar berbicara.Selama ini, guru hanya terikat pada buku teks saja.
Hal ini memberikan kesan kurang kreasi dalam proses belajar mengajar
(PBM), khususnya dengan metode yang monoton digunakan setiap harinya.
Ketidakmampuan siswa dalam berbicara juga dipengaruhi dari siswa
itu sendiri, yaitu siswa merasa kurang termotivasi dalam menggunakan
nalarnya, dengan kata lain siswa kurang senang, bahkan cenderung tidak
3
berani dalam mengungkapkan gagasannya diakibatkan metode yang
digunakan guru selama ini tidak bervariasi dan siswa kadang merasa jenuh
ataupun bosan sehingga perhatian siswa tidak terfokus pada pelajaran.
Dewasa ini, guru dituntut menggunakan metode yang tidak monoton
agar siswa merasa tertarik dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Penggunaan
metode yang tepat dalam proses belajar mengajar (PBM) dapat berpengaruh
terhadap proses dan hasil belajar karena besar kecilnya perhatian siswa
terhadap materi pelajaran yang diberikan guru dipengaruhi oleh
penyajiaannya, dengan kata lain jika seorang guru dalam proses belajar
mengajar hanya menggunakan metode ceramah terus menerus, maka siswa
cepat bosan dan kurang perhatiannya. Sebagai tenaga pengajar, guru
hendaknya berupaya menciptakan suasana yang kondusif untuk belajar di
kelas, agar siswa mendapatkan pengalaman berharga dalam kehidupannya.
Pola pembelajaran monoton, kurangnya kreasi bermain dan humor dalam
pembelajaran serta kurangnya metode pembelajaran yang inovatif akan
semakin membingungkan dan membuat siswa jenuh dalam belajar.
Pengajaran bahasa Indonesia di zaman modern ini, guru dituntut
kreatif dan terampil dalam meningkatkan kemampuan siswa dengan
menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi. Dari hasil observasi awal
di SMP Muhammadiyah 13 Makassar, yakni masih banyak siswa yang belum
mampu berbicara di depan kelas, masih banyak pula siswa yang terpengaruh
dengan bahasa daerah, dan guru belum pernah menggunakan metode Fun
Learning termasuk pada kompetensi berbicara. Berdasarkan observasi awal
4
pada sekolah tersebut, menunjukkan bahwa hanya 35% siswa yang mencapai
ketuntasan belajar dari 75% skor ideal tuntas belajar secara individual.
Hal ini mungkin disebabkan karena guru masih menerapkan metode
ceramah dalam pembelajaran, sehingga siswa kurang tertarik dan kurang
senang belajar, serta malu dan segan untuk naik ke depan kelas berbicara di
hadapan teman-temannya. Rendahnya presentase ketuntasan belajar siswa
juga disebabkan ruang kelas yang tidak kondusif. Ketidakkondusifan area
belajar menimbulkan situasi belajar yang tidak bersahabat. Ketidakkondusifan
bisa disebabkan karena pembelajaran yang moton, munculnya anggapan “guru
killer”, sehingga ketika proses pembelajaran berlangsung siswa sangat kaku
dan siswa selalu tidak memiliki kesiapan untuk menerima pelajaran. Rasa
takut dicemoohkan oleh teman sekelasnya jika salah menjawab meliputi
pikirannya. Tentu kondisi ini merupakan situasi yang sangat tidak baik untuk
perkembangan siswa baik dari segi mental dan hasil belajar.
Dengan melihat keadaan siswa seperti di atas, seharusnya seorang
guru menggunakan suatu metode yang baru dalam mengajar yang
mengaktifkan siswa dan membuat siswa merasa senang dalam mengikuti
pelajaran. Salah satu upaya yang dapat dilakukan ialah menerapkan metode
pembelajaran yang menyenangkan (Fun Learning).
Metode Fun Learning merupakan salah satu metode mengajar yang
segala kegiatan pembelajaran dikemas secara fun agar tercipta kondisi kelas
yang menyenangkan. Defenisi lain yang mendukung bahwa fun learning
mengangkat kehidupan secara natural dan real serta indah dan nyaman. Proses
5
pembelajaran ini menjadi sebuah aktivitas kehidupan real yang dihayati
dengan penuh kegembiraan. Metode ini membuat anak merasa tidak dibebani
atau tidak merasa dipaksa untuk belajar. Diharapkan hal ini mampu memberi
kekuatan keberanian siswa untuk tampil ke depan kelas berbicara di hadapan
teman-temannya, yang akhirnya juga mempengaruhi ketuntasan belajar bahasa
Indonesianya. Bagi sebagian besar siswa, pelajaran bahasa Indonesia
merupakan pelajaran yang membosankan.
Berdasarkan hasil penelitian tentang peningkatan hasil belajar
matematika dengan menggunakan metode Fun Learning yang dilakukan oleh
Awal (2011), diperoleh hasil bahwa Fun Learning dapat meningkatkan hasil
belajar siswa. Namun, pada penelitian ini, penulis termotivasi untuk
melakukan Penelitian Tindakan kelas (PTK) yang berfokus peningkatan
kemampuan berbicara siswa dengan judul: “Peningkatan Kemampuan
Berbicara melalui Metode Fun Learning pada Siswa Kelas VIIA SMP
Muhammadiyah 14 Makassar.
B. Masalah Penelitian
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah disebutkan, maka
dapat diidentifikasi permasalahan dalam penelitian, yaitu “rendahnya
kemampuan berbicara siswa kelas VIIA SMP Muhammadiyah 14
Makassar yang disebabkan oleh rasa jenuh dan kurang antusiasnya siswa
mengungkapkan idenya dalam proses pembelajaran”
6
2. Alternatif Pemecahan Masalah
Masalah tentang rendahnya kemampuan berbicara siswa kelas VIIA SMP
Muhammadiyah 14 Makassar akan dipecahkan dengan menerapkan
metode fun learning dalam proses pembelajaran.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini ialah “apakah penerapan metode
Fun Learning dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelas VIIA
SMP Muhammadiyah 14 Makassar?”
C. Tujuan Penelitian
Merujuk pada permasalahan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai
melalui penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa
kelas VIIA SMP Muhammadiyah 14 Makassar melalui metode Fun Learning.
D. Manfaat Penelitian
Ada dua manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini, yaitu manfaat teoritis
dan manfaat praktis.
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi Siswa
Penelitian ini merupakan sebuah upaya peningkatan kemampuan
berbicara siswa dalam pembelajaran sehingga hasil penelitian
diharapkan dapat berkontribusi terhadap teori dan strategi
pembelajaran.
7
b. Bagi Guru
Menambah koleksi guru tentang metode penelitian dalam
pembelajaran sehingga guru dapat berkreasi di dalam proses
pembelajaran agar tercipta situasi kelas yang variatif dan
menyenangkan.
c. Bagi Sekolah
Menambah koleksi metode pembelajaran sebagai upaya meningkatkan
kemampuan siswa.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
Metode Fun Learning memadukan proses pembelajaran yang
menyenangkan, menciptakan suasana belajar yang tidak kaku.
Kondisi ini dapat mendorong siswa untuk aktif dalam
pembelajaran, memiliki keberanian dalam mengajukan pendapat.
Aktif dalam mengajukan pendapat berdampak pada peningkatan
kemampuan berbicara siswa. Kemampuan berbicara pada pelajaran
bahasa Indonesia sangat dibutuhkan dalam menunjang hasil belajar
siswa dari segi kognitif, afektif dan psikomotorik. Pencapaian
ketiga domain hasil belajar dalam pembelajaran dapat
mengarahkan siswa untuk memperoleh pembalajaran yang
bermakna.
8
b. Bagi Guru
Metode Fun Learning dapat menjadi alternatif bagi guru untuk
menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Penggunaan
metode belajar yang menyenangkan dan tidak kaku dalam
pembelajaran dapat membantu guru untuk mengeksplor seluruh
kemampuan siswa terutama kemampuan berbicara. Hasil belajar
tanpa ditunjang kemampuan berbicara yang baik maka hanya
menghasilkan pelajar yang berkemampuan verbalis, sedangkan
pelajar yang dibutuhkan adalah yang berkompeten yaitu pelajar
yang mampu mengomunikasikan seluruh ilmu yang diperoleh dari
sekolah ke kehidupan sehari-harinya.
c. Bagi Sekolah
Metode Fun Learning dapat menjadi metode yang efektif dalam
rangka perbaikan mutu pembelajaran. Oleh karena itu, penelitian
ini dapat menjadi bahan informasi tambahan bagi sekolah agar
pada perancangan pembelajaran selanjutnya dapat memadukan
metode Fun Learning pada seluruh proses pembelajaran.
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
1. Penelitian yang Relevan
Penelitian ini berjudul “Peningkatan Kemampuan Berbicara melalui
Metode Fun Learning pada Siswa Kelas VII A SMP Muhammadiyah 13
Makassar”. Penelitian yang relevan adalah penelitian yang dilakukan oleh
Syahriani (2014) dengan mengangkat judul “Peningkatan Keterampilan
Menulis Karangan Narasi melalui Metode Fun Learning Siswa Kelas VII
SMP Negeri 1 Takalar Kabupaten Takalar” terbukti bahwa penggunaan
metode Fun Learning mampu meningkatkan hasil belajar siswa dari nilai rata-
rata 66,78 menjadi 77,64. Adapun penelitian ini, penulis ingin menggunakan
metode yang sama namun dalam hal peningkatan kemampuan berbicara siswa.
Selain penelitian di atas, terdapat penelitian lain yang relevan dengan
penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh Fujia Nurfadillah Maulani,
dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan Strategi Belajar Ceria dalam
Pembelajaran Menulis Puisi”. Penelitian ini sama-sama menggunakan strategi
belajar yang menyenangkan, hanya saja perbedaannya ada pada menulis puisi
dan kemampuan berbicara. Penelitian tersebut membuktikan bahwa dengan
strategi pembelajaran yang dikemas secara menarik, efektif untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis puisi. Penelitian relevan juga
dilakukan oleh Budi Lestari dengan judul “Keefektifan Strategi Fun Learning
10
dalam Pembelajaran Menulis Karangan Narasi pada Siswa Kelas VII SMP
Negeri 3 Godean Sleman Yogyakarta”. Penelitian ini sama-sama
menggunakan metode fun learning, perbedaannya terletak pada aspek yang
ingin ditingkatkan. Dimana penelitian ini menitikberatkan pada kemampuan
menulis karangan narasi sedangkan pada penelitian ini, peneliti
menitikberatkan pada aspek peningkatan kemampuan berbicara. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa strategi fun learning efektif dalam
meningkatkan keterampilan menulis narasi.
2. Pembelajaran Bahasa Indonesia
Pembelajaran adalah suatu proses yang dilaksanakan secara sistematik
pada setiap komponen yang saling berpengaruh, secara implisit terdapat
kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode untuk mencapai
hasil pembelajaran yang diinginkan. Pembelajaran menaruh perhatian pada
bagaimana membelajarkan pebelajar dan lebih menekankan pada cara untuk
mencapai tujuan.
Fungsi utama bahasa adalah komunikasi, sedangkan hakikat belajar
bahasa adalah berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia
diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi
dengan menggunakan bahasa Indonesia, baik lisan maupun tertulis.
Kemampuan berkomunikasi penting dimiliki siswa, sebab keterampilan yang
baik dalam berbahasa dapat membuat komunikasi antarwarga berlangsung
dengan tentram dan damai (Depdiknas, 2008). Pada kurikulum 2006, standar
kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia mencakup komponen
11
kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek
mendengarkan, membaca, menulis, dan berbicara.
3. Kemampuan Berbicara
a. Pengertian Kemampuan
Secara leksikal, kamampuan berasal dari kata “mampu”, yang berarti
kuasa, sanggup melaukukan sesuatu. Kemampuan berarti kapasitas seseorang
untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. Kemampuan (ability)
adalah sebuah penilaian terkini atas apa yang dapat dilakukan seseorang.
Kemampuan berarti kapasitas seseorang individu unutk melakukan beragam
tugas dalam suatu pekerjaan. kecakapan atau potensi seseorang individu untuk
menguasai keahlian dalam melakukan atau mengerrjakan beragam tugas
dalam suatu pekerjaan atau suatu penilaian atas tindakan seseorang.
Kemudian, Partini (1990: 869) menjelaskan pula bahwa kemampuan
adalah kesanggupan, kecakapan, dan kekuatan. Kemampuan dalam hal ini
merupakan kesanggupan siswa dalam melaksanakan dan mengerjakan apa
yang diperintahkan oleh guru dan teman sehingga mendapatkan hasil yang
lebih baik.
Berdasarkan pengartian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu. Seseorang
dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang harus ia lakukan.
Jadi, kemampuan berbicara siswa adalah siswa mampu berbicara dengan baik
dengan memperhatikan aspek-aspek kebahasaan sehingga apa yang menjadi
topik pembicaraanya mempunyai nilai plus.
12
b. Pengetian Berbicara
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (2005: 1478), kata berbicara
berasal dari kata “bicara” yang berarti berbahasa, berkata. Berbicara adalah
berkata, bercakap, dan berbahasa. Sedangkan dalam kamus linguistik
(Hanapiah. 2011: 54) berbicara (wicara) diartikan sebagai perbuatan
menghasilkan bahasa untuk berkomunikasi sebagai salah satu keterampilan
dasar dalam berbahasa. Menurut Arsjad dan Mukti (1988: 17) bahwa berbicara
adalah kemampuan mengungkapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan
kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, dan menyampaikan pikiran.
Seorang ahli bernama Munir (2010: 1) berpendapat bahwa berbicara
adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Lebih lanjut
Tarigan dalam Mahmudah (2012: 82) menyatakan bahwa berbicara adalah
sebagai sesuatu yang berhubungan dengan tindakan dalam bentuk ujaran
(bahasa lisan).
Perkembangan bahasa merupakan aspek perkembangan yang penting
untuk dikuasai. Bahasa terdiri dari bahasa lisan dan bahasa tertulis. Bahasa
lisan merupakan unsur penting dalam interaksi atau sosialisasi. Menurut
Djiwandono (2008) dalam Halida (2011) berbicara adalah mengungkapkan
pikiran secara lisan. Sejalan dengan pendapat Djiwandono, Tarigan dalam
Azizah (2013:10) mengatakan bahwa berbicara merupakan kemampuan
mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi untuk mengekspresikan serta
menyampaikan pikiran dan perasaan. Diungkapkannya pula bahwa berbicara
merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor
13
fisik, psikologis, neurologis, semantik, dan linguistik sedemikian ekstensif,
secara luas sehingga dapat dianggap sebagai alat manusia yang penting bagi
kontrol sosial.
Menurut Suharyanti (1996) dalam Dhennis (2010: 8), berbicara adalah
suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan yang kelihatan
(visible) yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia
demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan yang dikombinasikan. Ini berarti
bahwa berbicara merupakan pengucapan bunyi-bunyi untuk
mengomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun sesuai dengan kebutuhan
penyimak.
Berbicara bukanlah sekedar kegiatan mengucapkan bunyi-bunyi
bahasa, namun perlu didukung oleh penguasaan beberapa hal sebagai
penunjang yang harus dipelajari terlebih dahulu agar bisa dikatakan terampil.
Keterampilan berbicara itu akan terlihat manakala seseorang tampil
mengekspresikan ide, pikiran, perasaan, aspirasi, dan berbagai pengalaman
hidup kepada orang lain secara lisan. Untuk mendapatkan suatu keterampilan
berbicara yang baik diperlukan suatu proses. Keterampilan berbicara adalah
kemampuan untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan ide,
pikiran, gagasan, atau isi hati kepada orang lain dengan menggunakan bahasa
lisan yang dapat dipahami oleh orang lain (Ratna. 2013: 20).
Keterampilan berbicara adalah bagian dari keterampilan berbahasa
yang berhubungan dengan bagian lain yaitu ketrampilan menyimak, dan
14
ketrampilan membaca yang bersifat reseptif, serta keterampilan menulis yang
bersifat produktif (Esti. 2013: 47).
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar (2008) dalam Azizah (2013: 9)
mengungkapkan bahwa keterampilan berbicara pada hakikatnya merupakan
keterampilan memproduksi arus sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan
kehendak, kebutuhan perasaan, dan keinginan kepada orang lain. Ketrampilan
ini juga didasari oleh kepercayaan diri untuk berbicara secara wajar, jujur,
benar dan bertanggungjawab dengan menghilangkan masalah psikologis
seperti rasa malu, rendah diri, ketegangan, berat lidah, dan lain-lain.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, peneliti dapat
menyimpulkan bahwa berbicara merupakan keterampilan atau kemampuan
menyampaikan pesan berupa pikiran, gagasan dan perasaan melalui bahasa
lisan kepada orang lain dan kemampuan berbicara merupakan faktor yang
sangat mempengaruhi kemahiran seseorang dalam penyampaian informasi
secara lisan. Berbicara bukan sebatas mengeluarkan bunyi dari rongga mulut
namun berbicara harus memiliki makna. Makna dari suatu informasi yang
disampaikan dapat dimengerti orang lain apabila pembicara memperhatikan
segala aspek yang mendukung keterampilan berbicara itu sendiri.
c. Tujuan Berbicara
Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Komunikasi
merupakan pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang
atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Oleh karena itu,
agar dapat menyampaikan pesan secara efektif, pembicara harus memahami
15
apa yang akan disampaikan atau dikomunikasikan (Ningsih. 2014: 245).
Ningsih juga mengutip apa yang dikemukakan oleh Tarigan yang
mengemukakan bahwa berbicara mempunyai tiga maksud umum yaitu untuk
memberitahukan dan melaporkan (to inform), menjamu dan menghibur (to
entertain), serta untuk membujuk, mengajak, mendesak dan meyakinkan (to
persuade).
Menurut Tarigan (1994: 37-39) ada beberapa tujuan berbicara yang
dapat dibedakan atas lima golongan, yaitu:
1. Menghibur
Sesuai dengan namanya, berbicara untuk menghibur para pendengar,
pembicara menarik perhatian pendengar dengan berbagai cara seperti humor,
spontanitas, menggairahkan, kisah-kisah jenaka, petualangan, dan sebagainya.
Tujuan berbicara untuk menghibur biasanya dilakukan oleh pelawak, pemain
dagelan seperti Srimulat, pembawa acara, penghibur, dan sejenisnya. Suasana
pembicaraan pun biasanya santai, rileks, penuh canda, dan menyenangkan.
2. Menginformasikan
Berbicara untuk tujuan menginformasikan, untuk melaporkan
dilaksanakan bila seseorang ingin: (1) menjelaskan sebuah proses, (2)
menguraikan, menafsirkan, atau menginterpretasikan suatu hal, (3) member,
menyebarkan, atau menanamkan pengetahuan, (4) menjelaskan kaitan,
hubungan, relasi antara benda, hal, atau peristiwa.
16
3. Menstimulasi
Berbicara untuk menstimulasi pendengar jauh lebih kompleks, sebab
pembicara harus lebih pintar merayu, mempengaruhi, atau meyakinkan
pendengarnya. Ini dapat tercapai jika pembicara benar-benar mengetahui
kemauan, minat, inspirasi, kebutuhan, dan cita-cita pendengarnya.
4. Meyakinkan
Tujuan utama berbicara untuk meyakinkan ialah meyakinkan
pendengarnya akan sesuatu. Melalui pembicaraan yang meyakinkan, sikap
pendengar dapat diubah, misalnya dari sikap menolak menjadi sikap
menerima.
5. Menggerakkan
Berbicara untuk menggerakkan diperlukan pembicara yang berwibawa,
panutan, atau tokoh idola masyarakat. Melalui kepintarannya berbicara,
kelihatannya membakar emosi, kecakapan, memanfaatkan situasi, ditambah
penguasaannya terhadap ilmu jiwa massa, pembicara dapat menggerakkan
pendengarnya.
Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat
disimpulkan bahwa tujuan berbicara yang utama ialah untuk berkomunikasi.
Sedangkan tujuan berbicara secara umum ialah untuk memberitahukan atau
melaporkan informasi kepada penerima informasi, meyakinkan atau
mempengaruhi penerima informasi, untuk menghibur, serta menghendaki
reaksi dari pendengar atau penerima informasi.
17
d. Pentingnya Kemampuan Berbicara
Kemampuan berbicara pada dasarnya harus dimiliki oleh semua orang
yang di dalam kegiatannya membutuhkan komunikasi, baik yang sifatnya satu
arah maupun yang timbal balik. Seseorang yang memiliki keterampilan
berbicara yang baik akan mudah dalam bergaul, baik di rumah, di sekolah,
atau di tempat lainnya. Dengan keterampilan yang dimiliki seseorang, maka
segala pesan yang disampaikannya akan mudah dicerna, sehingga komunikasi
dapat berjalan lancar dengan siapa saja.
Kemampuan berbicara mempunyai peranan yang sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan kemampuan berbicara, siswa dapat
menyampaikan ide, pekiran, gagasan, dan perasaannya kepada orang lain. Atar
(dalam Fatmawati 1997: 51) mengemukakan bahwa peranan kemampuan
berbicara antara lain:
(1) diterima baik dalam pergaulan, disebabkan karena tidak menyinggung
perasaan lawan bicara, (2) mempunyai banyak sahabat sebab dapat
berkomunikasi dengan baik dan menarik (3) dapat menyumbangkan pikiran
yang berharga bagi teman-teman yang memerlukan berkat kepandaiannya
menyampaikan gagasan dan cara penyampaiannya. (4) mempunyai
kesempatan yang besar untuk menjadi pemimpin memerlukan kemampuan
berbicara dengan orang yang dipimpinnya (5) mempunyai peluang yang lebih
sukses dalam mencari ilmu dan memberikan ilmu kepada orang lain (6)
mempunyai kemampuan untuk sukses dalam menjalankan pekerjaan yang ada
kaitannya dengan orang lain karena kemampuannya berbicara atau
berkomunikasi. Berdasarkan kenyataan sehari-hari, maka kemampuan
berbicara sangat penting untuk dimiliki seseorang. Dengan demikian,
kemampuan berbicara harus dipelajari sejak dini agar terampil
berbicarasehingga apa yang disampaikan dapat dimengerti oleh penyimak.
e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Berbicara
Menurut Ahmad Rofi’uddin dan Darmiyati Zuhdi (1998) dalam Esti
(2013: 14) berbicara merupakan bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan
18
faktor-faktor seperti fisik, psikologis, neurologis, semantik, dan linguistik.
Faktor-faktor tersebut diuraikan sebagai berikut.
1. Seseorang memanfaatkan faktor fisik yaitu alat ucap untuk menghasilkan
bunyi serta organ tubuh seperti kepala, tangan, dan roman atau mimik
muka.
2. Faktor psikologis mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap
kelancaran dan kefasihan dalam berbicara. Emosi yang stabil, yang tidak
saja berpengaruh pada kualitas suara yang dihasilkan oleh alat ucap tetapi
juga berpengaruh pada keruntutan bahan pembicaraan, apakah seseorang
berbicara dengan tertata atau tidak.
3. Faktor neurologis, yaitu jaringan saraf yang menghubungkan otak kecil
dengan mulut, telinga, dan organ tubuh lain yang ikut dalam aktivitas
berbicara.
4. Faktor semantik atau makna dan faktor linguistik yaitu struktur bahasa
yang digunakan. Bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap saat berbicara
haruslah menggunakan bahasa yang runtut, tertata, dan bermakna.
Bermakna di sini adalah seseorang yang berbicara tidak hanya sekedar
berbicara, akan tetapi ada maksud dan tujuan yang disampaikan, sehingga
tidak menimbulkan kekeliruan.
Nurbiana Dhieni, dkk (2005) dalam Emi (2014: 12-15), menyatakan
bahwa ada beberapa faktor yang menjadi penunjang kemampuan berbicara
seseorang. Faktor-faktor tersebut terdiri dari aspek kebahasaan dan non
kebahasaan. Aspek kebahasaan meliputi: (a) ketepatan ucapan; (b)
19
penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai; c) pilihan kata;
(d) ketepatan sasaran pembicaraan. Sedangkan aspek non kebahasaan
meliputi (a) sikap tubuh; (b) kesediaan menghargai pembicaraan orang lain;
(c) kenyaringan suara dan kelancaran dalam berbicara; (d) relevansi,
penalaran, dan penguasaan terhadap topik tertentu. Faktoryang telah
disebutkan diatas harus diperhatikan oleh pendidik dalam mengajarkan
keterampilan berbicara agar tujuan pembelaaran tercapai dengan maksimal.
f. Faktor yang Menghambat Berbicara
Adapun faktor yang dapat menghambat keterampilan berbicara
menurut Cahyani (2007) dalam Khumairoh (2015:18) adalah sebagai berikut:
a) Hambatan internal
a) Ketidaksempurnaan alat ucap, kesalahan yang diakibatkan kurang
sempurna alat ucap akan mempengaruhi keefektifan dalam berbicara,
pendengar pun akan salah menafsirkan maksud pembicara.
b) Penguasaan komponen kebahasaan, komponen kebahasan meliputi
lafal dan intonasi, pilihan kata, struktur bahasa, dan gaya bahasa.
c) Penggunaan komponen isi, komponen isi meliputi hubungan isi
dengan topik, struktur isi, kualitas isi, dan kuantitas isi.
d) Kelelahan dan kesehatan fisik maupun mental.
b) Hambatan eksternal
Selain hambatan internal, pembicara akan menghadapi hambatan yang
datang dari luar dirinya. Hambatan ini kadang-kadang muncul dan tidak
20
disadari sebelumnya oleh pembicara. Hambatan eksternal meliputi hal-hal
di bawah ini:
a) Suara atau bunyi
b) Kondisi ruangan
c) Media
d) Pengetahuan pendengar
Penghambat yang sering muncul dan menjadi penyebab rendahnya
kemampuan seseorang dalam berbicara Kecemasan berbicara mempunyai
makna keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan seseorang
yang dipengaruhi rasa cemas karena khawatir, takut, dan gelisah.
Gejala yang dirasakan apabila merasa cemas dalam berbicara,
antara lain detak jantung yang cepat, telapak tangan atau punggung yang
berkeringat, nafas terengah-engah, mulut kering dan sukar menelan,
ketegangan otot dada, tangan, leher, dan kaki, tangan atau kaki gemetar,
berbicara cepat dan tidak jelas, serta tidak sanggup konsentrasi
(Jiwo. 2012: 2-3).
Penyebab kecemasan berbicara dialami bila seseorang tidak
mengetahui apa yang harus ia lakukan. Ia tidak tahu bagaimana memulai
pembicaraan, dan ia tidak dapat memperkirakan apa yang diharapkan
pendengar. Ia menghadapi sejumlah ketidakpastian. Untuk itu, latihan dan
pengalaman sangat menentukan (Wahyuni. 2014:.53).
g. Aspek Kemampuan Berbicara
21
Menjadi pembicara yang baik, selain harus member kesan penguasaan
berbicara, juga harus memperlihatkan keberanian dan kegairahan serta
berbicara dengan jelas dan tegas (Arsyad dan Mukti 1988: 103). Aspek-aspek
keefektifan berbicara diantaranya adalah aspek kebahasaan dan non
kebahasaan. Aspek kebahasaan antara lain ketepatan ucapan, penempatan
tekanan, nada, jangka, intonasi dan ritme, serta pilihan kata dan kalimat.
Aspek non kebahasaan yaitu sikap wajar, pandangan, kesedihan, menghargai
pendapat orang lain, gerak gerik dan mimic, kenyaringan suara, relevansi, dan
penguasaan topik.
Berdasarkan paparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa aspek
kebahasaan dalam kemampuan berbicara antara lain:
a) Ketepatan Ucapan
Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-
bunyi bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat
dapat mengalihkan perhatian pendengar. Sudah tentu pola ucapan dan
artikulasi yang kita gunakan tidak selalu sama, masing-masing kita
mempunyai gaya tersendiri dan gaya bahasa yang kita pakai berubah-ubah
sesuai dengan pokok pembicaraan, perasaan, dan sasaran. Akan tetapi, jika
perbedaan dan perubahan itu terlalu mencolok sehingga menjadi suatu
penyimpangan, maka keefektifan komunikasi akan terganggu.
Darmodiharjo (1982: 48) menyatakan bahwa pengucapan bahasa dianggap
baik diantara kalimat-kalimatnya fungsional dan situasional sesuai dengan
jenis dan bentuknya, tekanan dan jedanya tepat, ketepatan pelafalan bunyi-
22
bunyi vokal dan konsonannya dan memiliki pola-pola intonasi yang tepat
serta tekanan kata maupun kalimat yang jelas dan pasti.
Menurut Muhajir (1975: 29), kesalahan dalam mengucapkan
konsonan dan vokal akan menyebabkan arti yang berbeda dengan apa
yang diucapkan. Pendapat tersebut jelas menyatakan bahwa kesalahan dari
pelafalan konsonan dan vokal akan menyebabkan maksud dari ucapan itu
berbeda.
b) Penempatan Tekanan, Nada, Jangka, Intonasi, dan Ritme
Penempatan tekanan, nada, jangka, intonasi dan ritme yang sesuai
akan menjadi daya tarik tersendiri dalam berbicara, bahkan merupakan
salah satu faktor penentu dalam keefektifan berbicara. Suatu topik
pembicaraan mungkin kurang menarik, namun dengan penempatan
tekanan, nada, jangka, intionasi dan ritme yang tepat, maka pembicaraan
tersebut akan menjadi menarik. Sebaliknya, apabila penyampaiannya datar
saja, maka mungkin akan timbul kejenuhan pada pendengar dan
keefektifan dalam berbicara tentu akan berkurang. Bahkan tidak tepatnya
penempatan tekanan, nada, jangka, intonasi dan ritme dapat membuat
perhatian pendengar beralih kepada cara berbicara pembicara, sehingga
topik atau pokok pembicaraan yang disampaikan kurang diperhatikan
(Munir, 2010: 2).
c) Penggunaan Pilihan Kata dan Kalimat
Pilihan kata hendaknya tepat, jelas dan bervariasi. Jelas,
maksudnya mudah dipahami oleh pendengar yang menjadi sasaran.
23
Pendengar akan lebih paham bila kata-kata yang digunakan adalah kata-
kata yang lazim dikenal oleh pendengar.
Demikian pula dengan penggunaan kalimat hendaknya
diperhatikan. Siswa harus perlu dilatih menggunakan struktur kalimat
yang benar pada berbagai kesempatan dalam proses belajar mengajar.
Adapun aspek non kebahasaan antara lain:
a) Sikap Wajar, Tenang, dan Tidak Kaku
Pembicara yang tidak tenang, lesu, dan kaku tentu akan memberikan kesan
yang kurang menarik. Padahal hal ini sangat menjamin adanya
kesinambungan perhatian pendengar. Dari sikap yang wajar saja
sebenarnya pembicara sudah dapat menunjukkan otoritas dan integrasi
dirinya. Tentu saja sikap ini sangat banyak ditentukan oleh situasi, tempat,
dan penguasaan materi. Penguasaan materi yang baik akan menghilangkan
kegugupan. Namun, sikap ini memerlukan latihan. Jika sudah biasa, lama
kelamaan sikap gugup akan hilang dan akan timbul sikap tenang.
b) Pandangan Harus Diarahkan kepada Lawan Bicara
Ketika pendengar dan pembicara betul-betul terlibat dalam kegiatan
berbicara, maka pandangan pembicara sangat membantu. Hal ini sering
diabaikan oleh pembicara itu sendiri. Pandangan yang tertuju pada satu
arah akan menyebabkan pendengar merasa kurang diperhatikan. Banyak
pembicara kita saksikan berbicara dengan tidak memperhatikan
pendengar, tetapi melihat ke atas, ke samping, atau menunduk. Akibatnya
perhatian pendengar berkurang.
24
c) Kesediaan Menghargai Pendapat Orang Lain
Seorang pembicara hendaknya memiliki sikap terbuka, dalam arti dapat
menerima pendapat orang lain, bersedia menerima kritik, bersedia
mengubah pendapatnya jika ternyata memang keliru.
d) Gerak Gerik dan Mimik yang Tepat
Gerak gerik dan mimik yang tepat dapat pula menunjang keefektifan
dalam berbicara. Hal-hal yang penting selain tekanan, biasanya juga
dibantu oleh gerakan tangan dan mimik. Hal ini dapat menghidupkan
komunikasi. Namun, gerak gerik yang berlebihan akan mengganggu
keefektifan dalam berbicara. Karena boleh jadi perhatian pendengar
terarah pada gerak gerik dan mimik yang berlebihan ini, sehingga pokok
pembicaraan kurang dipahami.
e) Kenyaringan Suara
Tingkat kenyaringan suara tentu disesuaikan dengan situasi, tempat, dan
jumlah pendengar. Tetapi perlu diperhatikan bahwa diasahakan agar tidak
berteriak. Aturlah kenyaringan suara agar dapat didengar oleh semua
pendengar dengan jelas.
f) Kelancaran
Seorang yang lancar dalam berbicara akan memudahkan pendengar
menangkap isi pembicaraan. Seringkali kita mendengar seorang pembicara
berbicara dengan terputus-putus, bahkan bagian-bagian yang terputus
25
tersebut diselipkan bunyi-bunyi tertentu yang sangat mengganggu daya
tangkap pendengar. Misalnya menyelipkan bunyi ee, oo, dan sebagainya.
Namun sebaliknya, pembicara yang terlalu cepat berbicara juga akan
menyebabkan pendengar sulit menangkap dan memahami pokok
pembicaraan.
g) Relevansi atau Penalaran
Gagasan demi gagasan haruslah berhubunhan dan logis. Proses berpikir
untuk sampai pada suatu kesimpulan haruslah logis. Hal ini berarti
hubungan bagian-bagian dalam kalimat hendaknya relevan dengan pokok
pembicaraan.
h) Penguasaan Topik
Pembicaraan formal selalu menuntut persiapan yang baik agar topik yang
akan dibicarakan betul-betul dikuasai oleh pembicara. Penguasaan topik
yang baik akan menumbuhkan keberanian dan kelancaran berbicara.
Dengan demikian, penguasaan topik sangat penting, bahkan merupakan
faktor utama dalam berbicara. Hal ini akan berhubungan dengan
pengetahuan dan pengalaman. Jika pengetahuan dan pengalaman luas,
maka pembicara dengan mudah menguasai topik pembicaraan yang
disajikan.
h. Langkah-langkah Berbicara
Dalam berbicara terdapat langkah-langkah yang harus dikuasai dengan
baik oleh seorang pembicara. Menurut Tarigan yang dikutip oleh Isnani (2013:
26
17-18). Berikut ini merupakan langkah-langkah yang harus dikuasai oleh
seorang pembicara yang baik yaitu:
a) Memilih topik pembicaraan
Dalam memilih topik pembicaraan harus menyesuaikan dengan kondisi
sekitar terutama kondisi pendengar. Komunikan harus pandai dalam
menentukan tema pembicaraan agar apa yang disampaikan dapat menarik
perhatian pendengar. Sangat ditekankan dalam pemilihan topik, memuat
informasi terbaru, terpercaya dan menarik.
b) Menentukan tujuan
Menentukan tujuan bermakna topik pembicaraan yang diangkat diarahkan
kehal yang lebih spesifik agar topik pembicaraan tidak meluas. Selain itu,
makna menentukan tujuan bermakna kepada siapa akan disampaikan
pembicaraan yang kita angkat.
c) Mengumpulkan bahan
Berdasarkan tema pembicaraan yang dipilih maka komunikan harus
memperlajari lebih mendalam tentang maksud tema pembicaraan agar
menentukan bahan yang dibutuhkan. Entah bahan berupa alat peraga
pembicaraan atau media penunjang lainnya.
d) Menyusun kerangka pembicaraan
Menyusun kerangka pembicaraan sangat dibutuhkan agar saat berbicara di
depan umum alur pembicaraan terstruktur. Selain itu, kerangka
pembicaraan dapat membantu kecemasan saat berbicara.
27
Kelangsungan kegiatan berbicara dipengaruhi oleh si pembicara
sendiri itu. Pembicara harus memperhatikan beberapa hal agar kegiatan
berbicara berjalan dengan baik. Maidar yang dikutip dalam Isnani (2013: 18)
yaitu: (a) menguasai masalah yang dibicarakan, (b) mulai berbicara kalau
situasi sudah mengizinkan, (c) pengarahan yang tepat akan dapat memancing
perhatian pendengar, (d) berbicara harus jelas dan tidak terlalu cepat, (e)
pandangan mata dan gerak-gerik yang membantu, (f) pembicara sopan,
hormat, dan melihatkan rasa persaudaraan, (g) dalam komunikasi dua arah,
mulailah berbicara kalau sudah dipersilakan, (h) kenyaringan suara, serta (i)
pendengar akan lebih terkesan kalau ia dapat menyaksikan pembicara
sepenuhnya.
4. Metode Fun Learning
a. Pengertian Metode
Metode berasal dari bahasa Yunani “methodes” yang berarti cara atau
jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode
menyangkut masalah kerja untuk memahami objek yang menjadi sasaran ilmu
yang bersangkutan. Artinya, fungsi metode ialah sebagai alat untuk mencapai
tujuan.
Metode (method) secara harfiah berarti cara. Selain itu, metode atau
metodik berasal dari bahasa Greeka, metha (melalui atau melewati), dan hodos
(jalan atau cara). Jadi, metode bisa berarti jalan atau cara yang harus dilalui
untuk mencapai tujuan tertentu. Secara umum atau luas, metode atau metodik
28
berarti ilmu tentang jalan yang dilalui untuk mengajar kepada anak didik
supaya dapat tercapai tujuan belajar dan mengajar.
Metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai
maksud (dalam ilmu pengetahuan) atau cara kerja yang bersistem untuk
memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan dalam mencapai tujuan yang
ditentukan (Djajasudarma, 2006: 14).
Metode pengajaran adalah pola-pola tindakan pembelajaran yang
dirancang untuk mencapai hasil pembelajaran tertentu. Tiap-tiap metode
pengajaran menggunakan asumsi tertentu tentang sifat bahasa, proses belajar,
peran guru dan pembelajar, serta jenis-jenis kegiatan pembelajaran dan materi
pengajaran (Ghazali, 2010: 91).
Menurut Rianto (2006: 9) ciri-ciri metode yang berpeluang
memfasilitasi peserta didik selama proses pembelajaran, antara lain:
1. Memungkinkan terciptanya kondisi yang kondusif selama proses
pembelajaran.
2. Memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam mempelajari bahan ajar
selama proses pembelajaran.
3. Memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi secara aktif dalam setiap
kegiatan pembelajaran.
4. Memungkinkan peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang
mencakup segenap potensi dalam dirinya secara seimbang.
29
5. Memungkinkan peserta didik untuk melakukan refleksi secara bebas
terhadap pengalaman belajar yang diperoleh ketika berinteraksi dengan
lingkungan sekitar (fisik dan social).
6. Mendorong tumbuh-kembangnya kepribadian peserta didik, utamanya
sikap terbuka, demokratis, disiplin, tanggung-jawab, dan toleran serta
komitmen terhadap nilai-nilai sosio-budaya bangsanya.
b. Pengertian Metode Fun Learning
Fun memiliki arti menyenangkan, sedangkan learning berarti
pengajaran/ pembelajaran, maka fun learning berarti menciptakan suasana
belajar yang menyenangkan. Menyenangkan bukan berarti menciptakan
suasana glamour dan hura-hura. Situasi menyenangkan disini berarti
membangkitkan minat/ motivasi untuk belajar, dapat merangsang keterlibatan
penuh siswa sehingga dapat menciptakan pemahaman atas materi yang
dipelajari.
Menurut Lestari (2013), Fun Learning menawarkan sesuatu yang baru
dalam pembelajaran, yaitu dengan menciptakan dan mengkondisikan suasana
yang nyaman dan menyenangkan bagi siswa. Ketika siswa belajar dalam
keadaan yang menyenangkan hatinya, maka otaknya akan terkondisi untuk
menyerap informasi pelajaran dengan optimal. Oleh karena itu, Fun learning
dapat menjadi salah satu alternatif pemecahan masalah dalam pembelajaran,
terutama pembelajaran bahasa Indonesia yang cenderung dianggap
membosankan oleh beberapa siswa.
30
Pembelajaran menyenangkan sangat perlu dalam proses pembelajran
karena akan membuat anak merasa tidak dibebani atau tidak terasa dipaksa
untuk belajar. Kondisi nyaman sangat membantu peserta didik untuk bisa
menjadikan bahan pelajaran menjadi bermakna dan memperoleh kepuasan
belajar. Hal ini disebabkan karena ketika kondisi kelas bersahabat dengan hati
peserta didik maka tidak akan ada ketakutan untuk dicemooh, dilecehkan
sehingga dapat menjadi lebih bebas dalam mengaktualisasikan kemampuan
dirinya (Muhaemin. 2011).
Menurut De Porter dalam Lestari (2013) mengutarakan bahwa melalui
metode pembelajaran fun learning, maka guru dapat mengubah kelas menjadi
“komunitas belajar” yaitu dengan bagaimana cara mengatur bangku,
menentukan kebijakan kelas, hingga kepada cara merancang pengajaran.
Dengan demikian siswa dengan dinamis dapat mengikuti pembelajaran
sehingga dunia guru dengan dunia siswa dapat terjembatani untuk
memudahkan guru membangun jalinan, menyelesaikan bahan pelajaran
dengan cepat, membuat hasil belajar lebih melekat, dan memasitkan terjadinya
pengalihan pengetahuan.
c. Cara Menciptakan Metode Fun Learning
Metode fun learning adalah bentuk kegiatan meraih ilmu dengan cara
sangat menyenangkan tanpa ada unsur paksaan, sehingga proses belajar
dilakukan “bermain sambil belajar”. Penyajian fun learning disesuaikan
dengan kemampuan daya nalar anak. Ada banyak cara untuk menciptakan fun
learning atau suasana belajar yang menyenangkan. Tetapi secara umum, ada
31
dua hal yang harus diperhatikan, yaitu: pertama, kegiatan belajar itu harus
sesuai dengan perkembangan anak pada usianya. Masing-masing anak
memiliki fase perkembangan sesuai dengan perkembangan usianya. Anak usia
delapan tahun memiliki rentang konsentrasi yang lebih sempit dibanding anak
yang berusia dua belas tahun. Kedua, fun learning hanya bisa diciptakan
melalui beragam kreativitas, baik dalam pemilihan waktu, tempat, penataan
suasana hingga pemakaian metode pembelajaran (Lestari. 2013).
Menurut De Porter (2003:19), ada beberapa cara untuk menciptakan
strategi fun learning dalam proses pembelajaran, yaitu:
1. Membangun kekuatan niat
Pendidik harus memahami perasaan dan sikap siswa yang terlibat dan
berpengaruh penuh pada proses belajarnya, sehingga pendidik bisa
mengajar sesuai dengan kondisi peserta didik. Menciptakan suasana yang
menyenangkan bagi peseta didik, maka terjalin sebuah hubungan
emosional yang tinggi antara peserta didik dan pendidik, dan juga pserta
didik mampu menyingkirkan segala tekanan dan ancaman psikis dari
suasana belajar.
Langkah-langkah yang dilakukan oleh pendidik untuk mengenal emosi
siswa adalah:
a. Memberikan kebebasan kepada anak mengungkapkan sukacita dan
kemarahan mereka pada saat belajar.
b. Menggunakan cara menulis atau menggambar untuk meluapkan emosi
c. Membaca perasaan anak.
32
2. Jalinan rasa simpati dan saling pengertian
Peserta didik harus mampu menjalin sebuah hubungan berupa rasa simpati
dan seling pengertian dengan peserta didik, karena dengan adanya
hubungan atau saling mengenanl antara pendidik dan peserta didik akan
menciptakan suasana yang terbuka dan efektif.
3. Keriangan dan ketakjuban
Rasa gembira dalam diri memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap
perkembangan sikap mental seseorang untuk menerima sesuatu di luar dari
dirinya. Sehingga sangat dibutuhkan suasana yang menyenangkan di ruang
kelas ketika proses belajar mengajar terjadi.
4. Pengambilan risiko
Untuk menemukan hal-hal yang baru atau belajar sesuatu yang baru, kita
perlu mengambil resiko yang cukup besar di luar dari kebiasaan yang
menjadi kesenangan kita.
5. Rasa saling memiliki
Membangun rasa saling memiliki akan mempercepat proses pengajran dan
meningkatkan rasa tanggung jawab peserta didik. Rasa saling memiliki
dapt diwujudkan dengan melibatkan partisipasi anak didik dengan
sringnya melemparkan pertanyaan dan member kebabasan berekpresi pada
anak agar mereka dapat menemukan sesuatu yang teraktualkan dari
potensinya.
6. Keteladanan
33
Keteladan membangun hubunga, memperbaiki kredibilitas dan
meningkatkan pengaruh. Adapun cara itu adalah:
1) Teladankan komunikasi yang jelas
2) Akui setiap usaha
3) Senyum
4) Gunakan energi untuk menciptakan lebih banyak energi
5) Jadilah pendengar yang baik
Menurut Ekomadyo (2005: 17) dalam Muhaemin, dengan adaya
kondisi lingkungan belajar yang menyenangkan, memiliki pengaruh yang
sangat besar terhadap perkembangan anak, yaitu:
1. Kemampuan menciptakan sesuatu yang baru dan unik;
2. Kemampuan untuk mentransformasi gagasan lama ke dalam bentuk-
bentuk baru.
3. Kemampuan untuk membangun imajinasi dan fantasi yang baru dan
terarah;
4. Kemampuan untuk melihat berbagai kemungkinan jawaban terhadap suatu
masalah.
5. Adanya rasa ingin tahu yang luas dan mendalam.
6. Adanya minat yang besar dan keinginan bereksplorasi.
7. Adanya perhatian terhadap proses, bukan sekedar hasil akhir.
8. Adanya kesenangan dan kepuasan diri dalam melakukan pekerjaan.
9. Adanya pengetahuan awal sebagai modal.
10. Kepekaan akan keindahan (sense of beauty).
34
11. Kemampuan berpikir asosiatif dan bermain dengan gagasan.
12. Kepekaan melihat hal unik dari lingkungan sekitar dan aktifitas sehari-
hari.
Sehingga dengan penerapan metode Fun Learning, diharapkan lahir
sebuah minat yang besar berupa adanya ketertarikan peserta didik untuk
mengikuti proses pembelajaran yang berlangsung, adanya motivasi yang besar
untuk belajar, dan adanya perhatian penuh terhadap pelajaran. Hal ini akan
berakibat meningkatnya daya pikir dan semangat peserta didik.
B. Kerangka Pikir
Keberhasilan dalam pembelajaran merupakan tujuan semua para guru.
Agar proses belajar mengajar tercapai dengan baik, maka guru perlu
mengatasi berbagai masalah dengan memperhatikan komponen-komponen
pembelajaran.
Suasana belajar mengajar di sekolah sering dijumpai beberapa
masalah. Para siswa memiliki sejumlah pengetahuan yang pada umumnya
diterima dari guru sebagai informasi dan mereka tidak dibiasakan untuk
mencoba menemukan sendiri pengetahuan tersebut sehingga pelajaran kurang
bermakna dan cepat terlupakan. Dari hasil belajar bahasa Indonesia,
khususnya kemampuan berbicara siswa, terdapat kekurangan dan
kecenderungan siswa tidak berani tampil di depan kelas. Mereka juga merasa
segan mengungkapkan langsung pendapat-pendapat mereka yang berkaitan
langsung dengan materi pelajaran. Hal ini menyebabkan kurangnya
peningkatan kemampuan berbicara mereka.
35
Pembelajaran Bahasa
Indonesia
Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP)
Aspek Keterampilan Berbahasa
Menulis Membaca Berbicara Menyimak
Metode Fun Learning
Aspek
Kebahasaan
Aspek Non
Kebahasaan
1. Sikap
2. Penguasaan Topik
1. Ketepatan Ucapan
2. Nada, Intonasi, dan Ritme
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mencoba melaksanakan
metode baru dalam pembelajaran bahasa Indonesia, yakni menggunakan
metode Fun Learning. Keunggulan strategi ini adalah melatih siswa untuk
lebih rileks, dalam mengungkapkan segala idenya tanpa ada rasa takut
dicemoohkan oleh teman sekelas dan rasa takut dimarahi sang guru jika
salah.Sangat diharapkan dengan metode tersebut, siswa tidak bosan dan jenuh
menerima pelajaran, serta mereka bisa lebih aktif dalam pembelajarannya,
lebih berani mengungkapkan pendapatnya, juga dapat tampil di depan
kelasnya dengan rasa percaya diri.
36
Analisis
Kemampuan Berbicara Siswa Kelas VIIA SMP
Muahammadiyah 14 Makassar meningkat
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan penjelasan kajian pustaka dan kerangka pikir yang telah
disebutkan di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah “jika
metode Fun Learning diterapkan pada pembelajaran bahasa Indonesia, maka
kemampuan berbicara siswa kelas VIIA SMP Muhammadiyah 14 Makassar
dapat meningkat.”
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action
research) yang dilakukan secara bersiklus. Setiap siklus terdiri atas 4 tahap,
yaitu: (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) observasi dan evaluasi, (4) refleksi.
Penelitian tindakan kelas dimaksudkan untuk memberikan
informasi proses tindakan yang tepat untuk meningkatkan kemampuan
berbicara siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Oleh karena itu,
penelitian ini difokuskan pada tindakan- tindakan sebagai usaha untuk
meningkatkan kemampuan berbicara siswa dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia. Penelitian ini dilakukan secara kolaboratif dan partisipasif.
Kolaboratif artinya peneliti berkolaborasi atau bekerjasama dengan guru
Bahasa Indonesia kelas VIIA SMP Muahammadiyah 14 Makassar, yaitu Ibu
Kamariah, S.Pd. Partisipatif artinya peneliti dibantu rekan peneliti selama
penelitian berlangsung, yakni membantu saat pengambilan foto dan
sebagai observer. Dalam penelitian ini, peneliti berperan sebagai pengajar
dan Ibu Kamariah, S. Pd sebagai pengontrol kelas.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Tindakan penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 14
Makassar, yang beralamat di Jalan Abubakar Lambogo. Pengambilan data
dilaksanakan pada bulan Oktober-November 2016.
38
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muahammadiyah 14 Makassar
dengan subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas VIIA dengan jumlah 30
siswa yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan. Penentuan
kelas didasarkan pada tingkat permasalahan yang dimiliki sesuai dengan
hasil wawancara dengan guru yang dilakukan sebelum penelitian.
Permasalahan yang ditemukan yaitu masih rendahnya kemampuan
berbicara siswa.
2. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah keseluruhan proses dan hasil
pembelajaran. Objek penelitian yang berupa proses adalah pelaksanaan
proses pembelajaran berbicara yang berlangsung pada siswa kelas VIIA
SMP Muhammadiyah 14 Makassar tahun ajaran 2016/2017 dengan
menggunakan metode Fun Learning. Objek hasil atau produk penelitian
adalah skor yang diperoleh siswa selama pelaksanaan pembelajaran
berbicara dengan menggunakan metode Fun Learning.
D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini terdiri dari dua siklus. Di mana antara siklus I
dan siklus II merupakan rangkaian kegiatan yang saling berkaitan, dalam
artian pelaksanaan siklus II merupakan kelanjutan dari pelaksanaan siklus I.
Setiap siklus dalam penelitian ini dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan
39
Tahap awal
Tahap
perencanaan
siklus I
Tahap
tindakan
siklus I
Tahap
observasi/tes
siklus I
Tahap
refleksi
tindakan I
Belum
berhasil
Menyusun
rencana
siklus II
Tahap
refleksi
tindakan II
Tahap
observasi/tes
siklus II
Tahap
tindakan
siklus II
Kemampuan
berbicara
meningkat
meningkat
Adapun langkah-langkah setiap siklus dijabarkan sebagai berikut.
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan penelitian ini, disusun bersama antara
peneliti dengan guru bahasa Indonesia selaku kolabolator. Peneliti
melakukan wawancara kepada guru untuk mengetahui informasi awal
mengenai kemampuan berbicara siswa dalam pembelajaran bahasa
Indonesia.
Kegiatan pratindakan akan menjadi dasar perencanaan kegiatan
pembelajaran siklus I. Adapun rencana yang dilaksanakan adalah sebagai
40
berikut.
1) Peneliti bersama guru Bahasa Indonesia kelas VIIA menyamakan
persepsi dan berdiskusi untuk penerapan metode fun learning dalam
pembelajaran.
2) Merancang pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbicara dengan
menggunakan metode fun learning.
3) Menyiapkan skenario pelaksanaan tindakan kelas pada siklus I.
4) Adapun skenario pada siklus I yaitu peneliti menggunakan teknik mind
map sebagai alat bagi siswa dalam merangkai cerita. Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Herlina (2012), pembelajaran mind map
merupakan suatu cara menciptakan pembelajaran yang menyenangkan.
5) Menyiapkan bahan pelajaran dan instrumen yang akan digunakan
sebelum dan selama tindakan. Instrument tersebut berupa lembar
pengamatan, lembar penilaian kemampuan berbicara siswa dan alat
untuk mendokumentasikan kegiatan.
b. Pelaksanaan Tindakan
Tahap ini merupakan realisasi dari rencana yang sudah dirancang
sebelumnya. Tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus I adalah sebagai
berikut.
1) Pada tahap awal pembelajaran siswa diberikan apersepsi untuk
mengungkap pengetahuan siswa tentang kegiatan berbicara. Peneliti
kemudian menjelaskan tujuan pembelajaran pada pertemuan tersebut.
2) Pada tahap selanjutnya guru (-red:peneliti) menjelaskan materi tentang
41
bercerita dan cara bercerita yang baik dengan memperhatikan faktor
kebahasaan dan nonkebahasaan saat bercerita. Guru menjelaskan bahwa
bercerita merupakan bagian kegiatan berbicara.
3) Guru memberikan penjelasan bercerita dengan menggunakan teknik
mind map. Selain itu, Guru menjelaskan prosedur pembuatan mind map
dengan memberikan beberapa contoh mind map.
4) Guru kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
atau memberikan tanggapan mengenai materi keterampilan bercerita
dan pelaksanaan bercerita menggunakan teknik mind map serta materi
kebahasaan dan nonkebahasaan yang kurang dimengerti siswa.
5) Guru meminta siswa secara individual membuat mind map tentang
cerita dengan tema yang telah ditentukan. Setelah itu secara bergantian
siswa menceritakan cerita di depan kelas sesuai dengan mind map yang
dibuat.
6) Siswa yang lain diberi kesempatan untuk mengomentari temannya
yang bercerita tentang cerita.
7) Siswa bersama dengan Guru mengadakan refleksi terhadap proses dan
hasil belajar yang telah dilaksanakan. Guru memberikan kesempatan
lagi kepada siswa untuk menanggapi pembelajaran keterampilan
berbicara yang telah dilaksanakan, lalu guru menutup pertemuan.
c. Observasi atau Pengamatan
Pada tahap ini kegiatan peneliti dipusatkan pada proses dan
kemampuan berbicara siswa. Observasi bertujuan mengamati proses
42
tindakan di kelas. Peneliti mengadakan penilaian dengan
menggunakan pedoman pengamatan. Oleh karena itu, peneliti
mengamati perubahan sikap siswa terhadap pembelajaran yang
menekankan pada kemampuan berbicara setelah mendapat tindakan
bercerita menggunakan teknik mind map.
Dalam proses pengamatan ini, data diperoleh melalui beberapa
cara, yakni tes kemampuan berbicara siswa, observasi, dan
dokumentasi foto. Hasil observasi digunakan sebagai data bersifat
kualitatif yang menilai keberhasilan penelitian secara proses.
43
Produk pembelajaran juga dinilai berdasarkan pedoman
penskoran keterampilan bercerita. Rekaman berupa foto siswa ketika
bercerita berlangsung menjadi salah satu data yang dianalisis sebagai
hasil observasi pada tindakan siklus.
d. Refleksi
Pada tahap ini peneliti bersama kolaborator mendiskusikan dan
menganalisis masalah serta kendala dalam tindakan siklus I. Tujuan
refleksi mengkaji segala hal yang terjadi pada tahap tindakan dan
digunakan sebagai bahan masukan dalam menetapkan langkah selanjutnya.
E. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan cara yang digunakan untuk
mengumpulkan data penelitian. Untuk memperoleh data yang benar dan
akurat dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan beberapa metode,
yakni wawancara, angket, lembar pengamatan, rekaman kegiatan, dan tes
kemampuan berbicara.
a) Wawancara
Dalam penelitian ini, pihak yang diwawancarai peneliti adalah
orang-orang yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran yaitu
beberapa orang siswa yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu dan guru
mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas VIIA. Wawancara dilakukan
dengan dua cara, (1) wawancara tidak terencana, yaitu peneliti melakukan
wawancara secara informal dan spontan dengan kolabolator maupun
44
subjek penelitian, (2) terencana, yaitu peneliti melakukan wawancara
dengan subjek penelitian sesuai bahan pertanyaan yang sudah
dipersiapkan. Wawancara bertujuan menggali informasi dan memperoleh
data yang berkenaan aspek-aspek pembelajaran, penentuan tindakan,
respon yang timbul sebagai akibat dari tindakan yang telah dilakukan.
b) Lembar Pengamatan
Lembar pengamatan digunakan untuk mengamati tindakan yang
dilakukan di kelas. Hasil pengamatan berupa gambaran proses praktik
berbicara siswa, sikap siswa selama kegiatan belajar mengajar, serta
kegiatan guru dari awal sampai akhir pembelajaran. Pengamatan dilakukan
untuk mendiskripsikan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa dan
guru serta mencatat tingkah laku siswa selama proses pembelajaran
berlangsung.
c) Rekaman kegiatan
Rekaman kegiatan dilakukan dengan cara melihat hal-hal penting
selama penelitian berlangsung. Rekaman kegiatan tersebut antara lain
berupa hasil pekerjaan siswa yang dapat memberikan informasi data serta
foto untuk memperoleh gambaran visual pembelajaran.
d) Tes kemampuan berbicara
Menurut Arikunto (2004:205), tes adalah serentetan pertanyaan atau
latihan serta alat yang digunakan untuk mengukur keterampilan,
pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu
atau kelompok. Dalam penelitian ini menggunakan tes berbicara, dengan
45
cara menugasi siswa bercerita tentang pada setiap siklusnya. Tujuan tes
untuk mengukur kemampuan berbicara siswa.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat bantu penelitian bagi peneliti dalam
menggunakan metode pengumpulan data. Instrumen utama atau instrument
kunci dari penelitian ini adalah kehadiran peneliti di dalam kelas. Namun
terdapat beberapa instrumen lain yang menjadi pendukung kelancaran
penelitian, yaitu sebagai berikut.
a) Pedoman wawancara, untuk menggali data tentang tanggapan siswa
terhadap metode pembelajaran yang telah dilaksanakan. Wawancara
dilakukan pada beberapa orang siswa yang dipilih berdasarkan
pertimbangan tertentu. Isi dari daftar wawancara adalah poin-poin
pertanyaan yang akan diajukan untuk mewancarai narasumber
penelitian, agar pertanyaan tersebut tidak terlalu luas. Adapun pedoman
wawancara terdapat pada halaman lampiran.
b) Lembar observasi, digunakan untuk mengamati tingkah laku siswa
selama kegiatan pembelajaran berlangsung di kelas. Adapun aspek-
aspek yang diamati saat proses pembelajaran yaitu (1) keaktifan para
siswa, (2) perhatian dan konsentrasi siwa terhadap penjelasan guru, (3)
minat siswa saat pembelajaran, (4) keberanian siswa berbicara di depan
kelas.
c) Catatan lapangan, merupakan catatan tertulis tentang apa yang
46
didengar, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data.
Catatan lapangan digunakan untuk mendata, mendeskripsikan
kegiatan pembelajaran siswa dan guru pada saaat pembelajaran
berlangsung.
d) Lembar penilaian berbicara, digunakan dalam menilai siswa setelah
proses pengajaran berlangsung yang diukur dengan keterampilan siswa
saat berbicara di depan kelas. Aspek-aspek yang terdapat dalam lembar
penilaian meliputi aspek kebahasaan (ketepatan ucapan, penempatan
tekanan dan nada, pilihan kata atau diksi), dan aspek non kebahasaan
(sikap penghayatan cerita, gerak-gerik dan mimik yang tepat, volume
suara, kelancaran, dan penguasaan cerita).
Aspek-aspek yang digunakan untuk mengukur keterampilan
berbicara siswa ini telah dikonsultasikan kepada dosen pembimbing dan
guru bahasa Indonesia SMP Muhammadiyah 14 Makassar. Adapun
gambaran penilaian keterampilan bercerita setelah dimodifikasi adalah
sebagai berikut.
Tabel 3.1. Lembar Penilaian Keterampilan Berbicara Siswa
No. Aspek yang Dinilai Skala Skor
1 2 3 4 5
1. Pelafalan
2. Penempatan tekanan dan nada
3. Pilihan kata (diksi)
4. Ekspresi
5. Suara
6. Kelancaran
7. Penguasaan cerita
Jumah Skor
47
G. Teknik Pengumpulan Data
1. Data mengenai interaksi yang terjadi, baik antara siswa dengan siswa
maupun siswa dengan guru dalam proses pembelajaran dikumpulkan
melalui pengamatan saat kegiatan pembelajaran berlangsung.
2. Data mengenai hasil kemampuan berbicara siswa dikumpulkan dengan
menggunakan tes lisan pada setiap akhir siklus.
H. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan pendekatan deskriptif
kualitatif. Hal ini sesuai dengan pendapat Madya (2007: 123-124) menyatakan,
untuk menganalisis hasil dari penelitian tindakan digunakan teknik deskriptif
kualitatif. Data yang terkumpul dalam penelitian ini berupa hasil angket,
catatan lapangan, hasil tes dan dokumentasi pembelajaran diananlis secara
deskriptif kualitatif. Hal tersebut bertujuan untuk mendeskripsikan perubahan-
perubahan yang terlihat selama tindakan.
Teknik analisis data dibagi menjadi dua, yaitu analisis proses tindakan
dan hasil tindakan. Analisis data ini mencakup keduanya, dan dilakukan
secara terus menerus selama proses penelitian berlangsung. Analisis data
proses diambil pada waktu pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbicara
dengan menggunakan metode fun learning. Analisis secara produk diambil
dari hasil keterampilan berbicara pada waktu melakukan praktik berbicara.
Adapun analisis meliputi: 1) reduksi data, merupakan proses pemilihan data
yang relevan, penting, bermakna, kemudian dirangkum dalam bentuk
48
ringkasan dan menyederhanakan data dalam pola yang lebih sederhana; 2)
penyajian data, yakni dengan cara data hasil reduksi disajikan dengan cara
mendeskripsikan dalam bentuk paparan data atau tabel agar mudah dianalisis;
3) penarikan kesimpulan, merupakan intisari dari analisis yang memberikan
pernyataan tentang dampak dari penelitian tindakan kelas.
I. Indikator Keberhasilan
Dalam penelitian ini kriteria keberhasilan terbagi menjadi dua
aspek, yaitu keberhasilan proses dan keberhasilan produk. Sesuai dengan
karakteristik penelitian tindakan, keberhasilan penelitian tindakan ditandai
dengan adanya perubahan menuju arah perbaikan.
1. Indikator keberhasilan proses dapat dilihat dari beberapa hal, yaitu:
a. Proses pembelajaran dilaksanakan dengan menarik dan
menyenangkan,
b. siswa terlibat aktif dan merespon guru dalam pembelajaran bercerita,
c. siswa berkonsentrasi dan memperhatikan guru dalam mengikuti
pembelajaran bercerita,
d. siswa memiliki keantusiasan atau minat saat mengikuti
pembelajaran,
e. siswa memiliki keberanian saat bercerita di depan kelas dan
menunjukan sikap dan kemampuan bercerita siswa meningkat.
2. Indikator keberhasilan produk, dapat dilihat dari keberhasilan siswa
dalam praktik berbicara setelah penerapan metode Fun Learning.
49
Tindakan dikatakan berhasil apabila 75% dari seluruh jumlah siswa
telah mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sesudah diberi
tindakan.
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 18 Oktober sampai 19
November 2016. Sebelum hasil penelitian dipaparkan, akan dijelaskan
terlebih dahulu mengenai kondisi awal atau pratindakan keterampilan
berbicara siswa kelas VIIA SMP 14 Muhammadiyah Makassar . Dengan
demikian, secara urut bab ini akan menjelaskan tentang (a) kondisi awal
kemampuan berbicara siswa kelas VIIA SMP 14 Muhammadiyah Makassar;
(b) pelaksanaan tindakan serta hasil penelitian; (c) pembahasan hasil
penelitian. Penelitian tindakan kelas dilakukan selama dua siklus dengan
masing-masing siklus terdiri dari empat tahap. Tahap tersebut meliputi
kegiatan perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi.
A. Kondisi Awal Keterampilan Berbicara Siswa
Peneliti melakukan observasi sebelum melaksanakan penelitian.
Observasi bertujuan mengetahui kondisi awal siswa, baik proses
pembelajaran maupun hasil kemampuan berbicara siswa kelas VIIA SMP
14 Muhammadiyah Makassar. Hasil dari observasi digunakan menentukan
tindakan yang akan dilaksanakan ketika penelitian.
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan guru,
keterampilan berbicara menjadi sesuatu yang sulit untuk diajarkan karena
selama pembelajaran berlangsung, sebagian siswa tidak aktif. Keaktifan yang
51
dimaksud mengandung arti aktif mengajukan pertanyaan, pendapat, menjawab
pertanyaan maupun aktif dalam kegiatan diskusi. Siswa cenderung diam bila
guru mengajukan pertanyaan, bahkan ada pula yang tidak memperhatikan
pertanyaan dari guru. Ada juga siswa yang meminta temannya yang dianggap
pintar di kelas itu untuk menjawab, sehingga yang aktif di kelas hanyalah
siswa yang dianggap pintar tersebut.
Setelah dilakukan diskusi dengan guru, maka peneliti menyusun
rencana pelaksana pembelajaran (RPP) untuk kegiatan pratindakan.
Kegiatan pratindakan dilaksanakan selama dua kali pertemuan. Setiap
pertemuan terdiri atas 2 jam pelajaran atau 2X40 menit. Kegiatan
pratindakan ini dilakukan pada tanggal 27 Oktober 2016 pukul 13.00-
14.20 WITA dan 29 Oktober 2016 pukul 13.00-14.20 WITA.
Pelaksanaan pratindakan berjalan cukup lancar, namun siswa terlihat
kurang aktif dalam mengikuti pelajaran. Selama proses berlangsung,
beberapa siswa yang duduk di kursi bagian depan terlihat memperhatikan
guru, namun tidak sedikit siswa yang berbicara dengan temannya,
menompang dagu dan beraktivitas sendiri. Menurut dari hasil pengisian
angket yang menyatakan bahwa siswa yang memperhatikan dan
konsentrasi selama proses pembelajaran hanyalah 13 siswa atau sekitar
43%.
Pada tahap pratindakan ini, siswa juga kurang antusias saat
mendapat tugas dari guru untuk menuliskan cerita dalam buku. Siswa
terlihat jenuh sehingga kurang antusias dalam merangkai pokok-pokok
52
cerita menjadi sebuah cerita. Berdasarkan hasil wawancara, siswa
menuturkan bahwa mereka merasa bosan karena kurang mempunyai ide
dan bingung apa yang harus ditulis. Suasana kelas tersebut juga dapat
dilihat dari hasil pengisian angket yang menyatakan siswa berminat dan
antusias dalam pembelajaran yang menekankan pada kemampuan
berbicara hanya 13 siswa atau 43% dari keseluruhan siswa. Jumlah ini
terbilang cukup banyak. Namun yang menjadi akar permasalahan bahwa
antusias mereka terkadang hilang apabila menemui jalan buntu dalam
merangkai kata.
Pada tahap pratindakan, keberanian siswa saat berbicara sangat
kurang. Hal ini dapat dilihat ketika guru menugasi siswa untuk
menceritakan cerita di depan kelas.. Sebagian besar siswa memberikan
respon tidak senang. Siswa meminta guru agar diberi waktu untuk
menghafalkan cerita, sehingga suasana kelas menjadi gaduh. Kondisi ini
terdapat dalam lampiran catatan lapangan yang tergambar dalam vignet 1
berikut.
Setelah seluruh siswa membuat cerita singkat yang ditulis di buku,
maka guru menginstruksikan kepada siswa untuk maju membacakan
hasil tulisannya secara bergiliran. Namun, usaha yang dilakukan oleh
guru kurang berhasil. Guru sudah beberapakali menyuruh siswa
untuk maju, tetapi tidak ada satupun siswa yang bersedia maju.
Banyak siswa yang mengatakan, “belum siap Pak!” dan sebagainya.
(CL. 27-10-2016)
Keadaan tersebut maka guru berinisiatif memberikan waktu selama 10
menit kepada siswa untuk mengingat-ingat cerita yang ingin mereka
ceritakan.
53
Berdasarkan pengamatan peneliti, walaupun sudah diberi
kesempatan 10 menit tetap menunjukkan tidak ada satupun siswa yang
bersedia maju bercerita. Siswa justru melakukan aksi saling tunjuk saat
guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk maju bercerita. Oleh
karena itu, guru memiliki alternatif menunjuk salah satu siswa yang
merupakan peringkat 1 di kelas tersebut , kemudian siswa yang sudah maju
harus memilih salah satu temannya untuk maju. Siswa kemudian maju satu
persatu, namun beberapa siswa masih terlihat kurang siap. Siswa hanya
diam dan kesulitan untuk memulai bercerita. Terdapat siswa yang tidak
bersedia maju bercerita walaupun sudah ditunjuk oleh temannya.
Sikap keberanian siswa pada pratindakan ini masih kurang. Hal ini
juga diperkuat dari hasil pengamatan proses yang menyatakan bahwa
siswa tidak berani bercerita di depan kelas sebanyak 13 siswa. Hasil
pengisian angket siswa juga menunjukkan terdapat 17 atau 56% siswa tidak
berani tampil di depan kelas. Siswa beralasan tidak berani bercerita karena
siswa merasa belum siap, malu, grogi, dan belum ada ide, namun setelah
dibujuk siswa mulai bercerita walaupun sangat singkat. Siswa juga
menyampaikan bahwa salah satu penyebab mengapa tidak tampil berani di
kelas karena sering lupa akan cerita yang telah mereka tulis.
Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil angket pada pratindakan,
menujukkan proses pembelajaran siswa masih kurang, sehingga perlu
alternatif untuk meningkatkan kemampuan berbicara. Salah satu usaha
yang dapat digunakan adalah penerapan teknik pembelajaran yang tepat.
54
Terkait dengan hal tersebut, dalam angket, seluruh siswa menyatakan perlu
adanya teknik pembelajaran yang diharapkan dapat mendukung
pembelajaran berbicara. Berdasarkan hasil angket yang diisi oleh siswa
kelas VIIA seluruh siswa menyatakan perlu adanya teknik pembelajaran
yang dapat mendukung keberhasilan bercerita, dalam hal ini meningkatkan
kemampuan berbicara siswa.
Pengamatan pada pratindakan ini tidak hanya dilakukan pada
proses pembelajaran, namun keterampilan berbicara siswa juga diamati.
Menurut hasil tes keterampilan berbicara pada pratindakan, keterampilan
berbicara masih tergolong rendah. Keterampilan awal dilihat dari hasil tes
pratindakan. Skor rata-rata kelas tiap aspek dihitung untuk mengetahui
kemampuan berbicara siswa. Adapun hasil penilaian dari kegiatan
pratindakan kemampuan berbicara siswa sebelum dikenai tindakan
disajikan pada tabel 4.1 berikut ini.
Tabel 4.1: Hasil Penilaian Kemampuan Berbicara Siswa pada Tahap
Pratindakan
No. Aspek Jumlah
Nilai
Rata‐rat
a Kelas Kategori
1 Pelafalan 99 3.3 C
2 Penempatan tekanan dan nada 91 3.03 C
3 Diksi 93 3.1 C
4 Ekspresi 75 2.5 K
5 Volume suara 114 3.4 C
6 Kelancaran 78 2.6 K
7 Penguasaan cerita 83 2.73 K
Keterangan:
SB : Sangat baik dengan skor nilai rata-rata kelas 4,6 –5
B : Baik dengan skor nilai rata-rata kelas 3,7 – 4,5
55
C : Cukup dengan skor nilai rata-rata kelas 2,8 – 3,6
K : Kurang dengan skor nilai rata-rata 1,9 – 2,7
SK : Sangat kurang dengan skot nilai rata-rata 1 – 1,8
Keterampilan berbicara pada tiap-tiap aspek pada saat tahap
pratindakan akan dideskripsikan
a. Pelafalan
Aspek pelafalan ini terkait dengan pelafalan fonem pada saat siswa
berbicara. Aspek pelafan yang dinilai yaitu apakah suara siswa dapat terdengar
dengan jelas dan kejelasan intonasi apakah sesuai dengan isi cerita atau tidak.
Nilai rata-rata kemampuan berbicara siswa pada saat pratindakan bila dilihat
dari pelafalan sebesar 3,3 atau sebesar 66%, sehingga aspek pelafalan
termasuk dalam kategori cukup. Dalam pratindakan ini terdapat 2 siswa
yang berbicara tidak jelas, 17 siswa cukup jelas walupun sesekali tidak jelas,
sedangkan siswa yang mendapat kategori jelas pengucapan saat bercerita
sebanyak 11 siswa.
Pada aspek ini, beberapa siswa masih terpengaruh dialek bugis
Makassar, karena sebagian besar siswa adalah keturunan asli Makassar. Meski
suara cukup jelas namun masih terdengar gemetar sehingga kata-kata yang
keluar sulit dipahami. Kondisi tersebut terdapat dalam catatan lapangan yang
tergambar dalam vignet 2 berikut ini.
Saat bercerita, siswa dengan inisial ST pelafalan fonemnya masih
terpengaruh dialek bugis Makassar, sehingga kata-kata yang
diucapkannya menjadi aneh didengar. Aneh tapi lucu. Sebagai contoh
saat ST mengatakan,”Saya tidak maumi lagi balap-balap di jalan raya”.
CL. 27-10-2016
56
b. Penempatan Tekanan dan Nada
Aspek penempatan tekanan dan nada terkait dengan pengucapan
bunyi-bunyi bahasa saat siswa berbicara di depan kelas. Berdasarkan Tabel
4.1 menunjukkan aspek penempatan tekanan dan nada dalam kategori
cukup, yaitu ditandai dengan perolehan nilai rata-rata 3,03. Pada tahap
pratindakan siswa kurang memberikan tekanan dan nada pada kata-kata
atau kalimat yang penting. Misalnya, tidak ada perbedaan nada suara
antara orang marah, orang sedih, orang terkejut atau orang sedang
memanggil. Kondisi ini terdapat dalam lampiran catatan lapangan yang
tergambar dalam vignet 3 berikut ini.
….Saat siswa maju bercerita, beberapa siswa terlihat hanya
bercerita datar (tanpa intonasi) karena hanya membaca buku.
Siswa yang berinisial F membawa buku saat bercerita,
sehingga intonasi datar. F tidak memberikan tekanan saat
mengatakan “Ma, saya akan berangkat ke sekolah”….
(CL. 27-10-2016)
c. Diksi
Aspek diksi atau pilihan kata terkait dengan penggunaan kata-kata,
penggguanaan istilah dan pilihan kata yang bervariasi dalam berbicara.
Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan aspek diksi yang dipakai siswa dalam
berbicara berada dalam kategori cukup. Nilai rata-rata yang di dapat
sebanyak 3,1 dengan presentase 62%. Sebanyak 17 siswa telah
menggunakan istilah, kata-kata dan ungkapan tepat namun sesekali kurang
tepat, diksi sesuai cerita dan variatif. Sebanyak 8 siswa cukup variatif dan
57
tepat menggunakan pilihan kata dalam bercerita. Kondisi ini terdapat
dalam lampiran catatan lapangan yang tergambar dalam vignet 4 berikut
ini.
…. Bagi siswa pemula tentu sulit menempatkan kata-kata
secara variatif, banyak kata sambung yang berulang.
Misalnya, siswa berinisial NA yang selalu mengulang kata
“kemudian, setelah itu, terus”….
(CL. 29-10-2016)
d. Ekspresi atau Tingkah Laku
Aspek ekspresi atau tingkah laku terkait dengan sikap siswa dalam
berbicara. Berdasarkan Tabel 5 di atas dapat dijelaskan, aspek ekspresi saat
bercerita berada dalam kategori kurang. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-
rata siswa yang diperoleh sebanyak 2,5. Sebagian besar siswa merasa kaku,
grogi, malu, tegang, pandangan terarah ke guru atau arah bawah dan atas
saat bercerita. Selain itu terdapat beberapa siswa yang melakukan sikap
tidak wajar. Hal itu disebabkan karena mereka masih malu, grogi dan
membaca buku saat tampil berbicara di depan, sehingga tidak
menggunakan mimik yang tepat. Kondisi ini terdapat dalam lampiran
catatan lapangan yang tergambar dalam vignet 5 berikut ini.
….Saat siswa maju berbicara di depan kelas, beberapa siswa
terlihat hanya berbicara datar (tanpa intonasi) karena hanya
membaca buku. Siswa yang berinisial NH, saat berbicara
pandangannya selalu ke atas, gelisah sehingga tidak
menampilkan ekspresi yang sesuai. Kondisi ini juga terjadi
pada siswa lain seperti pada siswa yang berinisial MI dan MR.
Mereka melihat ke atas atau atap, tatapan mata selalu mengahadap
ke guru, selalu memejamkan mata untuk mengingat-ingat cerita,
dan melenggok-lenggokan badan. Selain itu juga terdapat siswa
yang berbicara namun terlalu banyak tertawa sendiri dari awal
cerita hingga akhir, sehingga cerita tidak jelas dan tidak bisa
58
dipahami oleh pendengar.
(CL. 29-10-2016)
e. Volume Suara
Aspek volume suara terkait dengan volume suara pada saat siswa
berbicara di depan kelas, suara siswa dapat terdengar dengan jelas, dan
intonasi juga jelas. Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dijelaskan bahwa suara
siswa ketika berbicara berada dalam kategori cukup. Hal ini ditandai
dengan perolehan nilai rata-rata siswa sebesar 3,23 dengan presentase
65%. Walaupun dalam aspek ini termasuk dalam kategori cukup, namun
masih terdapat beberapa siswa yang volume suaranya kurang. Terdapat
beberapa siswa yang sedang sakit, sehingga tidak dapat berbicara dengan
suara keras. Selain itu, juga terdapat siswa yang mempunyai volume suara
dalam kategori lembut, karena siswa memiliki kualitas suara yang tidak
bisa keras. Sebanyak 8 siswa suaranya kerasa dan jelas, dan terdapat 9
siswa saat berbicara suara cukup jelas. Siswa yang suaranya masih lirih
dan tidak jelas sebanyak 13 siswa. Penyebab siswa tidak menunjukkan
volume suara yang besar karena malu. Kondisi ini terdapat dalam lampiran
catatan lapangan yang tergambar dalam vignet 6 berikut.
Volume suara memegang peran penting saat seseorang
berbicara sehingga apa yang disampaikan terdengar oleh
pendengar. Pada tahap pratindakan ini siswa dengan inisial MT
memiliki suara yang besar sehingga ketika tampil di depan suara
dapat terdengar.
(CL. 29-10-2016)
59
f. Kelancaran
Aspek kelancaran berbicara dipengaruhi oleh sikap keberanian
siswa dan penguasaan dalam cerita. Aspek kelancaran berbicara terkait
dengan tersendat-sendat atau tidak ketika berbicara dan apakah jeda cerita
sesuai dengan isi cerita. Pada saat berbicara mereka sering tersendat-sendat
dan berhenti berbicara walau dia memegang catatan kecil dan mengeluarkan
bunyi “eee”. Pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa nilai rata-rata aspek
kelancaran berjumlah 2,73 dan berada dalam kategori kurang. Pada aspek
ini siswa secara keseluruhan kurang lancar dalam berbicara, siswa masih
terlihat malu-malu, dan bertingkah kurang wajar. Kondisi ini terdapat
dalam lampiran catatan lapangan yang tergambar dalam vignet 7 berikut
ini.
Rasa grogi menghalangi siswa berbicara secara runtut/ tersendat-
sendat. Sebagai contoh siswa yang berinisial ANA, AA, DLT
dalam bercerita masih kebingungan, tertawa-tawa sendiri, dan
diam terlalu lama saat bercerita. Misalnya siswa DLT yang
bercerita tentang pengalaman berkesan “(sebelum bercerita diam
dan tertawa cukup lama). Setiap jeda kalimat selalu diikuti
eeeee….
(CL. 29-10-2016)
g. Penguasaan Cerita
Penguasaan cerita terkait dengan keterampilan siswa dalam
menyajikan cerita yang ditulisnya. Sebagian besar siswa kurang mampu
dalam menguasai cerita yang mereka buat. Siswa masih kesulitan dalam
mengkonsep cerita secara runtut dan menarik, sehingga penyampaian
cerita tidak jelas. Hal ini dapat dilihat dari perolehan skor rata-rata kelas
60
sebanyak 2,73 dengan presentase 55%. Terdapat beberapa siswa yang
masih mendapatkan nilai kurang, yaitu siswa yang belum memahami
ceritanya sendiri, sehingga ketika berbicara di depan kelas cenderung
membaca buku, alur cerita tidak jelas, dan cerita sulit dipahami. Hal ini juga
dapat dilihat dalam vignet 8 berikut ini.
Siswa yang berinisial MR kebingungan untuk memulai cerita,
sehingga saat di depan kelas hanya diam lama. Guru kemudian
membantu dengan cara menstimulus siswa dengan tema cerita
pribadi. Siswa mampu berbicara namun tidak lancar, sangat
singkat dan ide cerita tidak terkonsep dengan baik sehingga
mengakibatkan cerita menjadi tidak jelas.
(CL. 29-10-2016)
Berdasarkan hasil analisis data baik dalam bentuk tes (skor rata-rata
kelas) dan nontes (catatan lapangan, lembar observasi, dan angket) pada
tahap pratindakan ini menunjukkan, baik secara proses maupun produk
pembelajaran berbicara masih dalam kategori kurang. Pembelajaran
keterampilan berbicara khususnya bercerita perlu dilakukan tindakan agar
masalah yang dihadapi saat proses pembelajaran dapat segera diatasi.
Proses pembelajaran berbicara menjadi lebih bervariasi dan memberi
manfaat bagi peningkatan kualitas siswa, guru, dan sekolah apabila
menggunakan teknik pembelajaran yang tepat dan bervariasi. Perbaikan
dalam proses berbicara merupakan langkah dalam perubahan kemampuan
berbicara yang standar menjadi lebih baik.
61
B. Pelaksanaan Tindakan Kelas pada Pembelajaran Keterampilan
Berbicara dengan Menggunakan Metode Fun Learning
a. Paparan Hasil Penelitian Tindakan Kelas Siklus I
1. Perencanaan Penelitian
Berdasarkan survei awal yang telah dilakukan dalam kegiatan
pratindakan, diketahui bahwa kemampuan berbicara siswa kelas VIIA
SMP 14 Muhammadiyah Makassar masih rendah. Oleh karena itu, peneliti
berasumsi bahwa perlu dilakukan tindakan yang mampu mengatasi
permasalahan tersebut. Setelah mengetahui kekurangan-kekurangan serta
kelebihan kegiatan pembelajaran yang berlangsung pada saat pratindakan,
maka peneliti mulai menyusun perencanaan pelaksanaan siklus pertama.
Tahap pertama dari siklus I adalah perencanaan tindakan. Kegiatan
ini dilakukan pada hari Selasa, 02 November 2016 di ruang guru. Pada
kesempatan tersebut peneliti bersama guru bahasa Indonesia kelas VIIA
mendiskusikan dan berkoordinasi untuk merencanakan tindakan yang akan
dilaksanakan pada siklus I terkait dengan masalah yang ditemukan. Guru
mengungkapkan sebagian besar siswa mempunyai permasalahan dalam
mengungkapkan ide-ide cerita. Siswa merasa kesulitan dalam
mengorganisasi ide cerita sehingga mengakibatkan siswa kurang percaya
diri, malu, suara lirih dan penyampaian cerita kurang lancar. Hal ini yang
membuat peneliti dan guru memutuskan menggunakan metode fun
learning. Metode fun learning merupakan metode pembelajaran dimana
suasana pembelajaran diciptakan menjadi suasana yang menyenangkan.
Selama menerapkan metode fun learning, peneliti menyuruh siswa untuk
62
merangkai cerita dalam sebuah mind map. Tujuan penggunaan mind map
adalah untuk membantu siswa agar lebih mudah menyampaikan cerita di
depan kelas dan lebih rileks menerima pelajaran.
Adapun rencana yang akan dilaksanakan dalam penelitian adalah
sebagai berikut: 1) peneliti bersama guru bahasa Indonesia menyamakan
persepsi dan berdiskusi untuk memecahkan permasalahan yang muncul
dalam pembelajaran bahasa Indonesia terutama pada pembelajaran yang
menekankan pada kemampuan berbicara seperti pada kegiatan bercerita;
2) peneliti dan guru merancang pelaksanaan pembelajaran keterampilan
berbicara dengan menggunakan teknik mind map; peneliti menyampaikan
kepada guru bahasa Indonesia bahwa teknik mind map merupakan salah
satu cara untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan. Hal
tersebut berkaitan dengan makna metode fun learning itu sendiri, yakni
metode yang mengharuskan pengajar membawa situasi kelas yang fun,
enjoy. Pandangan peneliti bahwa penerapan minda map dalam metode fun
learning dapat menciptakan suasana menyenangkan didukung oleh
pendapat Roisa (2013: 4) yang memaparkan bahwa apliaksi mind map
memiliki keunggunlan yaitu prosesnya yang fun, tidak membosankan
karena banyak menggunakan unsure otak kanan seperti gambar, warna,
dimensi sehingga sifatnya unik. Sifat unik tersebutlah yang membuat
materi mudah dingat. 3) Peneliti mengajukan materi bercerita untuk
melihat kemampuan berbicara siswa. Hal ini berkaitan dengan pemetaan
SK, KD oleh BSNP untuk Satuan Dasar dan Menengah (4) peneliti dan
63
guru bersama-sama mengkaji RPP untuk siklus I yang dibuat oleh peneliti;
5) menyiapkan bahan pelajaran dan instrumen yang akan digunakan
sebelum dan selama tindakan. Instrumen tersebut berupa lembar
pengamatan, lembar penilaian berbicara siswa dan alat untuk
mendokumentasikan kegiatan; 6) menentukan waktu pelaksanaan
tindakan, yaitu 3 kali pertemuan dalam satu siklus.
2. Pelaksanaan Tindakan
Siklus I dilakasanakan selama tiga kali pertemuan, pada tanggal 3,
5, 10 November 2016. Pertemuan pertama berisi tentang; a) penjelasan
secara singkat tentang pengertian berbicara, tujuan berbicara, tipe kegiatan
berbicara, unsur-unsur yang harus diperhatikan ketika seseorang berbicara; b)
penjelasan dan pengajaran teknik mind map; c) pembuatan mind map
dalam pembelajaran berbicara. Sedangkan pertemuan kedua dan ketiga
berisi kegiatan evaluasi berbicara secara individu. Pelaksanaan tindakan
pembelajaran berbicara dengan metode fun learning pada siklus I ini,
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa baik proses
maupun produk, terutama pada siswa kelas VIIA SMP 14 Muhammadiyah
Makassar. Adapun diskripsi pelaksanaan tindakan pada siklus I adalah
sebagai berikut.
a) Siklus I Pertemuan Pertama
Siklus I pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Kamis, 03
November 2016 dan berlangsung selama 2X40 menit tepatnya pada pukul
07.30-08.20 WITA. Ibu Kamariah, S. Pd. selaku guru bahasa Indonesia di
64
SMP 14 Muhammadiyah Makasssar berperan sebagai pengatur, peninjau
jalannya kegiatan pembelajaran, sedangkan peneliti bertugas sebagai
pengajar, dan rekan peneliti sebagai dokumenter dan observer. Rekan
peneliti membantu peneliti mengisi lembar penilaian. Pengamatan terfokus
terhadap suasana kelas, siswa dan hasil kemampuan berbicara siswa pada
saat bercerita.
Langkah-langkah yang dilakukan peneliti selaku guru atau pengajar
dalam pembelajaran pada siklus I ini dapat diuraikan sebagai berikut.
1) Guru membuka pembelajaran dengan doa, kemudian melakukan
presensi kehadiran siswa.
2) Guru melakukan apersepsi, memotivasi siswa bahwa kemampua
berbicara sangat penting dalam kehidupana sehari-hari agar informasi
dapat tersampaiakn dengan jelas.
3) Selanjutnya guru menjelaskan tujuan pembelajaran pada pertemuan I.
4) Guru menjelaskan materi tentang berbicara, tujuan berbicara, tipe
kegiatan berbicara, unsur-unsur yang harus diperhatikan ketika seseorang
berbicara.
5) Guru dan siswa melakukan tanya jawab mengenai materi yang telah
dijelaskan, dan pada hal ini guru mengkondisikan siswa untuk
berkonsentrasi dengan materi berbicara menggunakan metode fun
learning.
6) Siswa memperhatikan penjelasan guru di papan tulis tentang materi,
dimana guru menjelaskan materi menggunakan teknik mind map.
65
7) Siswa dan guru melakukan tanya jawab mengenai materi keterampilan
berbicara.
8) Siswa secara individual, menyusun mind map tentang cerita dengan
tema yang telah ditentukan.
9) Beberapa siswa menyampaikan cerita di depan kelas sesuai dengan
mind map yang telah dibuat.
10) Siswa yang lain mengomentari temannya setelah bercerita.
11) Siswa dan guru mengadakan refleksi terhadap proses dan hasil belajar
yang telah dilaksanakan.
12) Pelajaran diakhiri dengan salam.
b) Siklus I Pertemuan Kedua
Pelaksanaan pertemuan kedua berlangsung pada tanggal 5
November 2016, tepatnya hari Sabtu. Pada pukul 07.30-08.20 WITA di
kelas VIIA SMP 14 Muhammadiyah Makasssar. Adapun langkah-langkah
yang dilakukan oleh guru pada pertemuan kedua siklus I ini adalah guru
menjelaskan ulang materi secara singkat berkaitan dengan materi
sebelumnya. Guru dan siswa kemudian melakukan tanya jawab tentang
materi yang dirasa kurang jelas oleh siswa. Siswa secara bergiliran
meneruskan praktik berbicara sesuai dengan mind map yang telah disusun
pada hari sebelumnya.
c) Siklus I Pertemuan Ketiga
Siklus I pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Kamis, 10
November 2011, pukul 07.30-08.20 WITA di kelas VIIA SMP 14
66
Muhammadiyah Makasssar. Langkah-langkah pembelajaran yang
dilakukan oleh guru pada pertemuan ketiga sama dengan pertemuan
kedua. Guru menjelaskan materi berbicara dengan menggunakan mind
map, kemudian dilanjutkan dengan meneruskan praktik berbicara.
3. Pengamatan
Pengamatan pada tindakan siklus I ini dilakukan oleh peneliti
secara cermat dengan menggunakan instrument penelitian yang sudah
disiapkan dan sudah disetujui oleh guru mata pelajaran. Instrument yang
digunakan dalam penelitian ini berupa lembar catatan lapangan, lembar
observasi, pedoman penilaian, dokumentasi berupa foto. Pengamatan
terfokus pada pengamatan proses selama pembelajaran dan produk.
Pengamatan secara proses meliputi aktivitas fisik siswa selaku subjek
penelitian, respon siswa terhadap pembelajaran dan situasi yang
tergambar ketika pembelajaran berlangsung. Pengamatan secara produk
berupa skor yang dihasilkan siswa setelah berbicara di depan kelas setelah
diberi tindakan dengan menggunakan metode fun learning.
a) Pengamatan Proses
Hasil pengamatan dilakukan dengan cara mengamati jalannya
kegiatan pembelajaran. Aspek yang diamati dalam observasi ini meliputi
perilaku yang ditunjukkan siswa selama mengikuti proses pembelajaran.
Hal ini dilakukan untuk memperoleh data yang ditunjukkan siswa selama
mengikuti proses pembelajaran. Aspek yang diamati adalah (1) keaktifan
siswa selama pembelajaran, (2) perhatian atau fokus siswa dalam
67
pembelajaran, (3) keantusiasan atau minat siswa dalam mengikuti
pembelajaran, (4) keberanian siswa dalam berbicara di depan kelas.
Aspek keaktifan siswa pada siklus I mengalami peningkatan dari
pratindakan. Hal itu dapat dilihat dari keseriusan siswa dalam mengikuti
pelajaran, aktif bertanya apabila terdapat materi yang belum jelas, dan
semangat siswa saat menyusun peta pikiran. Seluruh siswa terlibat dalam
pembuatan mind map, namun masih terdapat beberapa siswa yang diam
karena belum jelas dengan penyusunan mind map. Aspek perhatian atau
fokus siswa dalam pembelajaran pada siklus I cukup meningkat.
Peningkatan pada siklus ini terlihat pada siswa yang memperhatikan guru
saat memberikan materi, bahkan terdapat beberapa siswa yang selalu
merespon pertanyaan guru. Siswa memberikan respon baik, terhadap
guru ketika memberikan penjelasan teknik mind map di papan tulis. Hal
ini dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 5.1: Penggunaan Media Papan Tulis saat Menjelaskan
Materi Berbicara dengan Teknik Mind map
68
Gambar di atas menunjukkan guru menjelaskan materi dengan teknik mind
map. Pada saat guru menjelaskan materi terdapat sekelompok siswa
memperhatikan dengan seksama.
Aspek keantusiasan atau minat siswa dalam mengikuti
pembelajaran terlihat cukup baik. Sikap antusias siswa dapat dilihat dari
respon siswa yang menampakkan ekspresi senang terhadap teknik
mengajar guru. Teknik mind map membantu siswa dalam menuangkan
ide-ide cerita dengan mudah dalam menyusun sebuah cerita.
Aspek terakhir yang diamati yakni keberanian siswa pada saat
berbicara di depan kelas. Aspek keberanian pada siklus I cukup meningkat
dibandingkan pada tahap pratindakan. Beberapa siswa yang awalnya tidak
berani maju berbicara di depan kelas karena alasan belum siap, tetapi pada
siklus I siswa sudah berani maju berbicara tanpa dibujuk. Adapun siswa
yang berani maju tanpa ditunjuk berinisial AA. Saat ditunjuk AA merasa
sudah siap berbicara dan lebih percaya diri, walaupun hanya menampilkan
cerita yang sederhana.
Hasil pengamatan menunjukkan, secara umum pelaksanaan siklus I
berjalan sesuai dengan yang direncanakan. Pada siklus I terlihat
peningkatan, yakni siswa lebih bersemangat, siswa merespon senang, siswa
antusias. Selain itu, beberapa siswa mulai aktif bertanya dan merespon
guru. Guru menerapkan metode tanya jawab agar siswa tidak bosan dan
selalu aktif. Guru selalu aktif mengelilingi kelas untuk menjaga
perhatian siswa agar tetap konsentrasi pada pelajaran. Guru memberikan
69
bimbingan dan motivasi positif terhadap siswa.
b) Pengamatan Produk
Pengamatan produk dilakukan saat siswa berbicara di depan kelas.
Peneliti mengamati dan menilai keterampilan masing-masing siswa.
Peningkatan siklus pertama dalam kategori cukup dibandingkan pada
pratindakan. Pembelajaran dengan metode fun learning dengan menyusun
cerita menggunakan teknik mind map mendukung siswa dalam belajar.
Namun, masih terlihat beberapa siswa yang malu-malu,
kebingungan atau belum siap saat berbicara. Melalui hal itu peneliti
mengetahui bahwa keberanian dan kesiapan berbicara adalah hal utama
yang diperlukan siswa untuk melatih kemampuan berbicara. Berikut ini
tabel peningkatan siswa dari pratindakan ke siklus I.
Tabel 4.2. Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa dari
Pratindakan ke Siklus I
No. Aspek Skor
Pratindakan
Skor
Siklus I Peningkatan
1. Pelafalan 3.3 4.1 0.8
2. Penempatan tekanan/ nada 3.03 3.5 0.47
3. Diksi 3.1 3.7 0.6
4. Ekspresi/ tingkah laku 2.5 3 0.5
5. Suara 3.8 4.53 0.73
6. Kelancaran 2.6 3.63 1.03
7. Penguasaan cerita 2.73 3.93 1.2
Jumlah 21.07 26.4 5.33
Pada Tabel 4.2 dan grafik 4.1 di atas menunjukkan, kemampuan
berbicara siswa mengalami peningkatan. Jumlah skor rata-rata pada tahap
pratindakan sebesar 21,07 meningkat menjadi 26,4 pada siklus I. Peningkatan
terjadi pada setiap aspek penilaian berbicara, yakni (1) pelafalan mengalami
70
peningkatan sebesar 0,8 (2) aspek tekanan dan nada mengalami peningkatan
sebesar 0,47, aspek diksi mengalami peningkatan 0,6 (3) aspek ekspresi
mengalami peningkatan sebesar 0,5 (5) aspek suara mengalami peningkatan
sebesar 0,73, (6) aspek kelancaran mengalami peningkatan sebesar 1,03 (7)
aspek penguasaan cerita mengalami peningkatan sebesar 1,2.
Adapun deskripsi peningkatan hasil pembelajaran pada
keterampilan berbicara pada setiap aspek-aspek penilaian berbicara siswa
sebagai berikut.
(1) Aspek Pelafalan
Pelafalan siswa sudah cukup baik karena seluruh siswa tidak
memiliki gangguan alat ucap yang mengganggu pelafalan. Beberapa siswa
yang memperoleh nilai dalam kategori kurang disebabkan oleh tempo
berbicara yang cepat, sehingga ada kata-kata atau kalimat yang terdengar
kurang jelas pengucapannya dan sering salah dalam pengucapan.
Peningkatan skor rata-rata kelas pada aspek pelafalan sebesar 0,8.
(2) Aspek Tekanan dan Nada
Aspek tekanan dan nada terkait dengan penempatan nada saat
berbicara, yakni penggunaan intonasi. Pada aspek ini mengalami
peningkatan namun hanya sedikit. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa
siswa yang belum menggunakan intonasi suara dengan baik, sehingga
cerita masih datar dari awal hingga akhir cerita. Siswa yang seharusnya
mengucapkan kata-kata yang diberikan tekanan, namun siswa hanya
menyampaikan cerita dengan datar. Sesuai Tabel 4.2 dapat dijelaskan,
71
peningkatan skor rata-rata kelas yang terjadi pada aspek intonasi sebesar
0,47.
(3) Aspek Diksi
Aspek diksi terkait dengan penggunaan istilah, kata-kata dan
ungkapan tepat, sesuai dengan cerita dan variatif dalam bercerita. Pada
siklus I, sebagian besar siswa cukup menggunakan diksi yang tepat dan
variatif, sehingga terjadi perubahan (peningkatan). Skor peningkatan rata-
rata kelas pada aspek diksi sebesar 0,6.
(4) Aspek ekspresi dan tingkah laku
Aspek ekspresi terkait dengan tingkah laku siswa saat berbicara.
Pada siklus I ini, beberapa siswa terlihat lebih ekspresif saat
menyampaikan cerita. Namun, beberapa siswa juga masih terlihat malu-
malu, dan takut untuk mengekspresikan cerita. Siswa saat menyampaikan
cerita, bersikap kurang wajar, misalnya cenderung diam, sekali-sekali
tertawa sendiri, menggoyang-goyangkan badan. Siswa masih terlihat
canggung, malu-malu dan bersikap tidak wajar saat menyampaikan cerita
di depan kelas. Saat berbicara beberapa kali melihat ke atas untuk
mengingat-ingat cerita. Namun, pada siklus I, aspek ekspresi mengalami
peningkatan skor rata-rata. Hal ini dapat ditunjukkan dari peningkatan
skor rata-rata kelas yang mencapai 0,5 dan dapat terlihat dari beberapa
siswa yang menyampaikan cerita dengan ekspresi yang cukup baik.
(5) Aspek Suara
Aspek suara terkait dengan kejelasan suara dan volume keras
72
tidaknya siswa saat berbicara. Aspek suara siswa pada siklus I sudah
termasuk dalam kategori cukup. Hal ini dapat ditunjukan dari perolehan
skor rata-rata kelas yang mengalami perubahan (meningkat) sebanyak
0,73.
(6) Aspek Kelancaran
Aspek kelancaran mengalami peningkatan sebesar 1,03.
Peningkatan ini ditunjukan dari beberapa siswa yang mampu berbicara
dengan lancar dibandingkan sebelum menggunakan metode fun learning.
Namun, sebagian besar siswa ketika berbicara kalimatnya masih sering
terputus-putus, diulang-ulang, atau berhenti terlalu lama (terjadi jarak
yang cukup lama antara kalimat satu dengan kalimat lainnya).
(7) Aspek Penguasaan Cerita
Aspek penguasaan cerita terkait dengan kemampuan siswa saat
menyampaikan cerita, yakni alur cerita, kesesuaian cerita, cerita terkonsep
dengan baik sehingga cerita menjadi menarik. Aspek ini terdapat
keterkaitan dengan aspek kelancaran siswa saat berbicara. Siswa rata-rata
sudah menguasai cerita yang dibuat dengan menggunakan teknik mind
map. Skor peningkatan rata-rata kelas pada aspek penguasaan cerita
sebesar 1,2.
4. Refleksi
Tahap yang dilakukan setelah pengamatan adalah tahap refleksi.
Pada tahap ini, peneliti dan guru mendiskusikan kembali tindakan yang
telah dilaksanakan pada siklus I. Kegiatan refleksi yang dilakukan
73
didasarkan pada pencapaian indikator keberhasilan penelitian. Oleh karena
itu, refleksi siklus I dapat dilihat dari proses dan produk pembelajaran.
Secara proses dapat disimpulkan bahwa siswa lebih aktif dalam mengikuti
proses pembelajaran. Hal itu dapat dilihat dari aktivitas seluruh siswa saat
menyusun cerita dengan teknik mind map, keaktifan siswa saat merespon
guru, memberikan tanggapan terhadap teman yang berbicara di depan
kelas. Siswa lebih konsentrasi saat pembelajaran berlangsung, ketertarikan
dan minat siswa dalam pembelajaran meningkat.
Proses pembelajaran pada siklus I tersebut tidak terlepas dari
pengaruh penggunaan metode fun learning Namun, terlepas dari
peningkatan yang ada, beberapa aspek dari keterampilan berbicara masih
kurang diterapkan oleh siswa, sehingga perlu ditingkatkan. Beberapa siswa
masih belum berani maju berbicara tanpa teks.
Pencapaian yang kurang maksimal pada siklus I disebabkan oleh
kendala yang dihadapi. Kendalah-kendala yang dihadapi adalah sebagai
berikut.
a. Siswa masih terlihat takut dan malu-malu dalam menyampaikan cerita,
sehingga kemampuan berbicara siswa pada siklus I (setelah diadakan
tindakan) tidak jauh beda dengan kemampuan siswa pada saat
pratindakan (sebelum tindakan). Melalui hal ini, peneliti dan
kolabulator menyimpulkan bahwa keberanian aspek lebih ditingkatkan,
sehingga yang menjadi perhatian utama dalam siklus selanjutnya
adalah menumbuhkan keberanian siswa dan penguasan teknik
74
berbicara yang lain.
b. Siswa masih malu-malu dan kebingungan saat guru meminta untuk
mengekspresikan cerita sehingga aspek ekspresi siswa perlu
ditingkatkan.
c. Pelafalan bunyi bahasa siswa kurang jelas, karena suara sangat lirih
sehingga aspek pelafalan dan suara perlu ditingkatkan lagi.
d. Siswa sering berbicara tersendat-sendat dan kurang lancar, sehingga
aspek kelancaran perlu ditingkatkan lagi.
e. Keseluruhan peningkatan skor tiap-tiap aspek yang diperoleh kurang
maksimal.
b. Paparan Hasil Penelitian Tindakan Kelas Siklus II
1) Perencanaan Penelitian
Pelaksanaan tindakan serta hasil yang dicapai dalam siklus I
menjadi acuan bagi pelaksanaan siklus II. Perencanaan tindakan pada
siklus II ini bertujuan untuk meningkatkan aspek-aspek berbicara yang
belum tercapai pada sikus I. Aspek-aspek tersebut sebenarnya sudah
cukup baik namun masih perlu ditingkatkan lagi agar hasilnya dapat
maksimal. Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan peneliti pada
siklus II adalah sebagai berikut.
a) Guru sebagai kolabolator akan meningkatkan beberapa hal yang
kurang dicapai pada siklus sebelumnya. Guru akan meningkatkan
motivasi keberanian siswa dalam berbicara, guru akan banyak
berinteraksi dengan siswa, memberikan hadiah terhadap siswa yang
75
aktif.
b) Guru memberikan motivasi kepada siswa agar mampu berbicara
dengan memperhatikan aspek-aspek kebahasaan ataupun non
kebahasaan, terutama dalam aspek kelancaran, suara, dan ekspresi.
c) Peneliti dan kolabolator menentukan tema cerita, yakni tontonan
favorit. Tema tersebut dipilih karena hampir seluruh siswa suka
menonton.
d) Menyiapkan bahan pelajaran dan instrumen yang akan digunakan
sebelum dan selama tindakan. Instrumen tersebut berupa lembar
pengamatan, lembar penilaian berbicara siswa dan alat untuk
mendokumentasikan kegiatan.
e) Menentukan waktu pelaksanaan tindakan siklus II, yaitu tiga kali
pertemuan dalam satu siklus.
2) Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan penelitian pada siklus II ini dilaksanakan dengan
rencana yang lebih matang daripada siklus I. Adanya perbaikan-perbaikan
pembelajaran yang mengarah pada peningkatan hasil belajar, hasil
pembelajaran baik yang berupa proses maupun nilai tes keterampilan
berbicara siswa dapat meningkat dibandingkan pada siklus I. Siklus II
dilakasanakan selama tiga kali pertemuan, yaitu pada tanggal 12, 17, 19
November 2016. Adapun diskripsi pelaksanaan tindakan pada siklus I
adalah sebagai berikut.
a) Siklus II Pertemuan Pertama
76
Siklus II pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Sabtu, 12
November 2016 dan berlangsung selama 2X40 menit, pukul 07.30- 08.20
WITA di kelas VIIA SMP 14 Muhammadiyah Makassar. Langkah-langkah
yang dilakukan guru dalam pembelajaran keterampilan berbicara pada
siklus II dapat diuraikan sebagai berikut.
1) Guru membuka pembelajaran dengan doa, kemudian presensi siswa.
2) Guru menyampaikan kepada siswa bahwa pertemuan kali ini masih
membahas tentang keterampilan berbicara khususnya bercerita.
3) Guru menjelaskan materi berbicara dan cara berbicara yang baik
dengan memperhatikan faktor kebahasaan dan nonkebahasaan.
4) Siswa dan guru tanya jawab mengenai materi keterampilan berbicara
dan pelaksanaan berbicara menggunakan teknik mind map serta materi
kebahasaan dan nonkebahasaan yang kurang dimengerti siswa.
5) Guru dibantu peneliti membagikan contoh mind map pada siswa
6) Siswa secara individual, menyusun mind map tentang cerita yang
bertema “tontonan favorit”.
9) Beberapa siswa menyampaikan ceritanya di depan kelas.
10) Siswa yang lain diberi kesempatan mengomentari teman yang berbicara.
11) Siswa dan guru mengadakan refleksi.
12) Pelajaran diakhiri dengan salam.
b) Siklus II Pertemuan Kedua
Pelaksanaan pertemuan kedua berlangsung pada tanggal 17
November 2016. Pada pukul 07.30-08.20 WITA. Adapun langkah-langkah
77
yang dilakukan guru pada pertemuan kedua yakni guru menjelaskan ulang
tentang materi berbicara. Guru juga menjelaskan lebih detail tentang
pembuatan mind map. Setelah guru memberikan penjelasan kemudian
dilanjutkan dengan praktik berbicara.
c) Siklus II Pertemuan Ketiga
Siklus II pertemuan ketiga dilaksanakan hari Sabtu, 19 November
2016, selama 2X40 menit, pukul 07.30-08.20 WITA di kelas VIIA SMP 14
Muhammadiyah Makassar. Langkah-langkah pembelajaran yang
dilakukan guru yakni guru menyampaikan materi, memberikan contoh-
contoh ekspresi dalam cerita, dan aspek nonkebahasaan bercerita. Selain
itu, guru memberikan motivasi kepada siswa agar lebih memperhatikan
aspek-aspek berbicara. Siswa kemudian praktik berbicara di depan kelas.
3) Pengamatan
Pengamatan pada tindakan siklus II ini dilakukan oleh peneliti dan
kolabulator secara cermat. Hasil yang diperoleh dari pengamatan meliputi
dampak tindakan terhadap hasil pembelajaran (proses dan produk).
Adapun deskripsi peningkatan proses dan produk yang terjadi pada
siklus II adalah sebagai berikut.
c. Keberhasilan Proses
Hasil pengamatan dilakukan dengan cara peneliti mengamati
jalannya kegiatan pembelajaran keterampilan berbicara dengan
menggunakan metode fun learning. Hasil dari pengamatan menunjukan
bahwa tindakan pada siklus II ini telah sesuai dengan yang direncanakan.
78
Hal ini dapat dilihat dari perubahan (peningkatan) yang terjadi pada
perilaku subjek. Adapun aspek yang diamati adalah (a) keaktifan para
siswa selama pembelajaran, (b) perhatian atau fokus siswa selama
mengikuti pembelajaran, (c) antusias atau semangat siswa dalam
mengikuti pembelajaran, (d) keberanian siswa berbicara di depan kelas.
Dalam siklus II ini, seluruh perilaku siswa selama proses
pembelajaran berlangsung, diamati oleh peneliti. Proses pembelajaran
pada siklus II ini, menunjukan peran siswa lebih baik daripada siklus
sebelumnya. Keaktifan siswa meningkat, yaitu siswa lebih aktif bertanya,
menjawab pertanyaan guru, menanggapi teman yang bercerita, dan aktif
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
Secara keseluruhan, siswa telah memperhatikan dan konsentrasi
saat mengikuti pembelajaran. Perhatian dan konsentrasi sebagian besar
siswa menunjukkan tidak melakukan kegiatan-kegiatan di luar
pembelajaran, walaupun masih terdapat beberapa siswa yang berbicara di
luar materi dan sesekali berjalan-jalan di dalam kelas. Namun, hal itu tidak
sampai mengganggu siswa lain seperti yang terjadi pada siklus I.
Antusias siswa saat pembelajaran keterampilan berbicara yaitu
pada kegiatan bercerita menggunakan metode fun learning dan
penggunaan teknik mind map sebagai sarana untuk menuangkan segala
pikiran pada siklus II lebih baik daripada siklus I.
Penggunaan teknik mind map dalam pembelajaran cerita ini juga
mempengaruhi keberanian siswa berbicara di depan kelas semakin
79
meningkat. Hal ini diawali dari rasa percaya diri yang muncul, kesiapan
bercerita dan diikuti dengan konsentrasi siswa selama menerima materi
dari guru. Adanya rangkaian cerita yang termuat dalam mind map, siswa
mampu menggali ide-ide cerita dan menyusun ide tersebut sehingga cerita
siswa lebih terkonsep dengan baik. Hal tersebut membuat siswa lebih siap
dan percaya diri berbicara di depan kelas, tanpa dibujuk guru.
Berdasarkan pengamatan selama proses pembelajaran didapatkan
bahwa, terjadi perubahan (peningkatan) cukup baik di siklus II
dibandingkan siklus I. Pada siklus II, pembelajaran berjalan sesuai rencana
yang telah ditentukan. Suasana kelas lebih kondusif, siswa terlihat senang
dan antusias saat mengikuti pembelajaran, siswa lebih akif bertanya dan
merespon guru dan keberanian saat berbicara meningkat. Seluruh siswa
berbicara tanpa harus dibujuk oleh guru, dan siswa tidak membawa buku
ketika berbicara di depan kelas.
d. Keberhasilan Produk
Hasil tes keterampilan berbicara siswa melalui kegiatan bercerita
kelas VIIA SMP 14 Muhammadiyah Makassar pada siklus II ini dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.3. Peningkatan Skor Rata-rata tiap Aspek Kemampuan
Berbicara Siswa kelas VIIA dari Pratindakan, Siklus I, sampai Siklus II
No Aspek Rerata Skor
Pratindakan
Rerata Skor
Siklus I
Rerata Skor
Siklus II Peningkatan
1 Pelafalan 3.3 4.1 4.1 3.3
2 Penempatan
tekanan / nada 3.03 3.5 3.63 3.16
3 Diksi 3.1 3.7 3.8 3.2
80
4 Ekspresi/ tingkah
laku 2.5 3 3.53 3.03
5 Suara 3.8 4.53 4.6 3.87
6 Kelancaran 2.6 3.63 4.13 3.1
7 Penguasaan
cerita 2.73 3.93 4.16 2.96
Jumlah Rata-rata 21.07 26.4 27.97 22.64
Jumlah 632 792 839 207
Skor Ideal 1050 1050 1050 1050
Prosentase 60% 75% 80% 20%
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan terjadi peningkatan skor tes
berbicara siswa kelas VIIA SMP 14 Muhammadiyah Makassar. Artinya
bahwa terjadi peningkatan kemampuan berbicara siswa. Sebelum diberi
tindakan, skor rata-rata kelas berjumlah 21,07 atau sebesar 60%. Pada siklus I
meningkat menjadi 26,4 atau sebesar 75% dan pada sikus II meningkat
menjadi 27,97 atau sebesar 80%. Kenaikan skor rata-rata mulai dari
pratindakan hingga siklus II peningkatan yang paling tinggi atau yang paling
baik terjadi pada aspek pelafalan, sedangkan aspek yang mengalami
peningkatan paling kecil adalah aspek ekspresi.
Berdasarkan uraian data di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan
metode fun learning dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa. Hal ini
juga didukung dengan hasil angket pascatindakan yang dibagikan ke siswa
dan hasil wawancara antara peneliti dengan guru dan siswa. Ibu Kamariah, S.
Pd menuturkan bahwa metode fun learning dapat menjadi inovasi baru dalam
mengajar. Guru pengampu mata pelajaran bahasa Indonesia ini juga
menyampaikan bahwa salah satu tingkat keberhasilan dari penggunaan
metode ini adalah tugas yang dibebankan kepada siswa dekat dengan
81
kehidupan nyata siswa. Suasana kelas yang ringan juga menjadi alasan
mengapa metode ini dapat memberikan perubahan yang baik bagi kemampuan
berbicara siswa. Penggunaan teknik mind map dalam menyusun cerita juga
memberikan kesan positif. Adapun hasil pengisian angket, sebagian besar
mengatakan bahwa metode fun learning sangat memudahkan mereka dalam
berbicara didepan kelas. Apalagi metode fun learning memadukan
penggunaan teknik mind map sebagai tempat bagi siswa untuk merangkai
cerita. Hal tersebut membuat pelajaran yang menuntut berbicara bukan
sesuatu yang menakutkan lagi karena metode fun learning menciptakan
suasana menyenangkan di hati mereka.
C. Pembahasan
1. Proses Pembelajaran Keterampilan Berbicara melalui Metode Fun
Learning
Mata pelajaran bahasa Indonesia adalah program untuk
mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa dan sikap positif
terhadap bahasa Indonesia. Proses pembelajaran mata pelajaran Bahasa
Indonesia sebaiknya diterapkan dalam pembelajaran yang menarik dan tidak
membuat siswa menjadi bosan. Secara umum aspek-aspek yang harus dicapai
dalam pelajaran bahasa Indonesia yaitu aspek mendengarkan, berbicara,
menulis, dan membaca.
Keterampilan berbicara merupakan suatu keterampilan bahasa yang
perlu dikuasai dengan baik. Keterampilan ini merupakan suatu indikator
82
terpenting bagi keberhasilan pelajar terutama dalam belajar. Dengan
penguasaan keterampilan berbicara yang baik, pelajar dapat
mengomunikasikan ide-ide mereka.
Dalam kegiatan pembelajaran, keterampilan berbicara tidak hanya
harus dikuasai oleh guru, tetapi juga harus dikuasai oleh siswa sebagai peserta
didik (Dewi, dkk. 2014: 2). Keterampilan berbicara tidak datang begitu saja,
tetapi perlu dilatih secara berkala agar dapat berkembang maksimal.
Keterampilan berbicara diperoleh dan dikuasi dengan jalan praktik.
Peningkatan mutu pendidikan di sekolah dapat dilihat dari hasil belajar
yang dicapai siswa. Oleh karena itu, untuk meningkatkan mutu proses
pembelajaran bahasa, khususnya keterampilan berbicara perlu adanya metode
pembelajaran yang bervariasi disesuaikan dengan kondisi siswa
(Sunarsi, 2012: 36).
Aspek keterampilan berbicara merupakan bagian tersulit. Untuk
meningkatkan keterampilan berbicara salah satunya adalah dengan
memberikan pemecahan masalah terhadap permasalahan yang menghambat
siswa. Hal ini dapat dilaksanakan antara lain dengan mengadakan penelitian
tindakan kelas.
Peneliti bersama guru kelas VIIA mengidentifikasi permasalahan yang
menghambat pembelajaran keterampilan berbicara. Berdasarkan hasil
pengamatan pada pembelajaran pratindakan Bahasa Indonesia, dimana guru
(-red:peneliti) belum menggunakan metode Fun Learning. Guru
menggunakan metode ceramah dan diskusi untuk mempermudah
83
menyampaikan tujuan pembelajaran. Siswa cenderung diam bila guru
mengajukan pertanyaan, bahkan ada pula yang tidak memperhatikan
pertanyaan guru. Siswa berbicara hanya seperluanya saja, misalnya ketika
guru bertanya dan menunjuk salah satu siswa, kemudian siswa tersebut
menjawab pertanyaan yang diberikan.
Peneliti beranggapan bahwa guru sebaiknya memberikan banyak
kesempatan siswa untuk berlatih dan praktik secara langsung. Selama proses
pembelajaran. Keterampilan berbicara diperoleh melalui jalur sekolah
direncanakan secara khusus dan latihan-latihan. Setiap siswa diberikan
dorongan dan motivasi untuk mengemukakan pandangan dan pendapatnya,
sehingga makin lama terbentuk kebiasaan memperhatikan, memahami, dan
menanggapi secara kristis pembicaraan orang lain.
Bertitik tolak dari hal ini guru dan peneliti berusaha untuk
memperbaiki agar permasalahan yang dihadapi segera dapat dipecahkan.
Peneliti berdiskusi dengan guru melakukan penelitian tindakan kelas untuk
melaksanakan proses pembelajaran keterampilan berbicara mata pelajaran
Bahasa Indonesia di kelas VIIA dengan menggunakan metode fun learning.
Metode ini memberikan kesempatan siswa menempatkan diri dalam situasi
yang fun dan enjoy, merasakan semua materi yang dipelajari berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari siswa. Keterkaitan materi dengan kehidupan siswa dapat
meningkatkan minat dan antusias siswa dalam belajar.
Kegiatan berbicara tersebut dapat bermakna jika informasi (pokok
pembicaraan) dapat diterima dengan baik oleh lawan berbicara. Oleh karena
84
itu, seorang pembicara sebaiknya menguasai aspek-aspek keterampilan
berbicara.
Pengukuran kemampuan berbicara siswa dapat melalui kegiatan
dialog atau wawancara, diskusi, debat, tanya jawab, pidato, bercerita, dan
response (Sunarsih, 2012 : 36). Peneliti mengambil kegiatan bercerita untuk
mengukur kemampuan berbicara siswa. Peneliti terinspirasi mengambil
kegiatan bercerita karena bercerita bukan hal tabu bagi siswa. Bercerita
merupakan hal yang mudah akan tetapi tidak semua orang dapat bercerita
dengan baik.
Peneliti terinspirasi untuk melakukan penelitian mengenai
pembelajaran berbicara khususnya dalam bercerita dengan metode fun
learning yang mengarah pada pembelajaran yang aktif, inovatif, dan kreatif,
serta berpusat pada siswa dan menyenangkan bagi siswa. Adapun
penyusunan cerita dimuat dalam mind map. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Ainin (2015), penerapan metode humoristik berbasis mind
map meningkatkan hasil belajar siswa pada materi genetika.
Peneliti menyiapkan sejumlah perangkat yang dibutuhkan, antara lain
RPP, lembar pengamatan guru dan lembar pengamatan kegiatan siswa,
lembar pengamatan keterampilan berbicara siswa. Lembar pengamatan guru
berfungsi agar dalam proses PBM lebih terarah. Lembar pengamatan
kegiatan siswa digunakan untuk melihat segala kegiatan siswa selama PBM
sehingga guru dapat mengetahui mana siswa yang aktif dan mana siswa yang
tidak. Lembar pengamatan kegiatan berbicara siswa berfungsi sebagai acuan
85
dalam melakukan penilaian.Penerapan pembelajaran menggunakan metode
fun learning dalam penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus
diadakan dalam 3 kali pertemuan.
Berdasarkan kegiatan pada tahap pratindakan aspek kebahasaan yang
sudah dikuasai yaitu kosa kata/ungkapan atau diksi, dan struktur kalimat yang
digunakan. Aspek nonkebahasaan yang sudah dikuasai yaitu keberanian,
keramahan, dan sikap. Sebagian besar siswa belum menguasai aspek-aspek
kebahasaan dan nonkebahasaan dalam keterampilan berbicara. Aspek
kebahasaan yang belum dikuasai diantaranya: tekanan, ucapan, nada dan
irama. Aspek nonkebahasaan yang belum dikuasai meliputi kelancaran dan
penguasaan materi. Aspek-aspek kebahasaan dan nonkebahasaan yang belum
dikuasai siswa disebabkan karena siswa tidak menguasai materi, dan tidak
hafal cerita yang ditulis. Penguasaan aspek kebahasaan dan nonkebahasaan
yang masih kurang menyebabkan pendengar (siswa lain) menjadi bosan dan
tidak memperhatikan pokok pembicaraan yang disampaikan siswa.
Tindakan pembelajaran siklus II berbeda dengan siklus I. Siklus I
tindakan pembelajaran dimana siswa dituntut untuk menceritakan
pengalaman berkesan. Sedangkan pada siklus II siswa menceritakan tentang
tontonan yang paling disukai. Perlakuan cerita yang berbeda disetiap siklus
berguna agar wawasan siswa bertambah dan menjadi tantangan bagi siswa.
Dalam tindakan kelas ini, siswa menuangkan cerita dalam sebuah mind map.
Hal ini bertujuan agar siswa lebih terstruktur dalam berbicara di depan kelas
saat mendapat giliran untuk tampil di depan.
86
Kegiatan lain yang membedakan siklus I dan siklus II yaitu peneliti
dan guru mempunyai alternatif tindakan untuk meningkatkan keterampilan
berbicara siswa yaitu dengan mewajibkan setiap siswa untuk menghafal isi
cerita sehingga tidak ada lagi alasan untuk membawa buku saat mendapat
giliran untuk menceritakan hasil ceritanya. Siswa dilatih untuk terampil
berbicara pada setiap pertemuan. Keterampilan berbicara pada dasarnya
merupakan suatu proses yang memerlukan latihan secara berkala. Latihan
keterampilan yang berkala siswa perlu dilatih tekanan, ucapan, nada dan
irama, kosa kata/ungkapan atau diksi, kelancaran, penguasaan materi,
keberanian, sikap dalam berbicara.
2. Hasil Pembelajaran Kemampuan Berbicara melalui Metode Fun
Learning
Berdasarkan hasil pengamatan mana nilai rata-rata kemampuan
berbicara siswa pada tahap pratindakan yaitu 21,07 dengan persentase 60%.
Rata-rata nilai keterampilan berbicara siklus I yang diperoleh sebesar 26,4
dengan persentase ketuntasan mencapai 75%.
Hasil pembelajaran siklus II mengalami peningkatan. Rata-rata nilai
kemampuan berbicara yang diperoleh sebesar 27,97 dengan persentase
ketuntasan mencapai 80%. Peningkatan keterampilan berbicara siswa siklus
II ditunjukkan adanya peningkatan rata-rata nilai yang dicapai oleh siswa dari
proses pembelajaran siklus I ke siklus II. Siklus I diperoleh rata-rata nilai
26,4, sedangkan siklus II rata-rata nilai meningkat menjadi 27,97
menunjukkan bahwa peningkatan sebesar 22,64. Sikus I persentase sebesar
87
75%, sedangkan siklus II persentase meningkat menjadi 80% menunjukkan
bahwa peningkatan sebesar 20%.
Berdasarkan peningkatan nilai rata-rata keterampilan berbicara siswa,
dan persentase di atas diketahui bahwa penggunaan metode fun learning
dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia pada siswa kelas VIIA SMP 14 Muhammadiyah Makassar.
Pembelajaran siklus II masih ditemukan anak yang belum menguasai aspek
keterampilan berbicara. Oleh karena target dalam penelitian nilai rata-rata
sama dengan atau lebih besar 75 dan persentase ketuntasan sama dengan atau
lebih besar dari 75% sudah tercapai pada siklus II maka penelitian berhenti di
siklus II. Sebenarnya pada siklus I ketuntasan nilai sudah tercapai yaitu telah
mencapai 75%, namun peneliti tetap melaksanakan siklus II dengan materi
yang lebih berat dengan perlakuan yang sama. Selain karena masih terdapat
beberapa siswa yang belum tuntas, peneliti juga ingin melihat kemampuan
berbicara siswa dengan materi yang lebih berat dari perlakuan sebelumnya.
D. Keterbatasan Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini memiliki keterbatasan-keterbatasan
sebagai berikut.
1. Keterampilan berbicara siswa tidak hanya dipengaruhi oleh metode yang
digunakan dalam pembelajaran. Ada banyak faktor lain yang
mempengaruhi keterampilan berbicara siswa.
88
2. Teori keterampilan berbicara belum diterapkan guru secara maksimal
dalam pembelajaran.
3. Jumlah siswa kelas VIIA berjumlah 30 siswa, sehingga observasi dalam
aspek pengamatan dilakukan peneliti secara klasikal.
88
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan
bahwa penggunaan metode fun learning dalam pelajaran bahasa Indonesia
dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa baik aspek kebahasaan
maupun nonkebahasaan. Peningkatan kemampuan berbicara siswa sebesar
20% dari tahap pratindakan sampai tahap siklus II. Dimana nilai rata-rata
kemampuan berbicara siswa pada tahap pratindakan yaitu 21,07 dengan
persentase 60%. Siklus I diperoleh rata-rata nilai 26,4 dengan persentase
sebesar 75% sedangkan siklus II rata-rata nilai meningkat menjadi 27,97
dengan persentase sebesar 80%.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka saran-saran
yang peneliti berikan sebagai berikut.
1. Guru
Guru sebaiknya menggunakan metode fun learning dalam pembelajaran
bahasa Indonesia karena terbukti dapat meningkatkan keterampilan
berbicara siswa. Diharapkan guru dapat menerapkan metode pembelajaran
Fun Learning dengan menggunakan alternatif model pembelajaran yang
bervaritif.
89
2. Siswa
a. Siswa hendaknya banyak berlatih berbicara di depan kelas agar
keterampilan berbicara mereka bisa menjadi lebih baik.
b. Siswa hendaknya meningkatkan rasa percaya diri dengan banyak
berlatih agar berani tampil berbicara di depan umum.
c. Siswa sebaiknya memperhatikan aspek-aspek kebahasaan dan
nonkebahasaan yang dapat menunjang keefektivan berbicara dalam
kegiatan pembelajaran.
3. Peneliti selanjutnya
Penelitian ini dapat dikembangkan untuk penelitian selanjutnya dan
memberikan pengalaman belajar yang dapat menumbuhkan inovasi dalam
keterampilan berbahasa.
90
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad dan Mukti. 1988. Aspek-Aspek Berbicara. Yogyakarta: Cinta Pena.
Awal. 2011. Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP 3
Muhammadiyah pada Materi Phytaghoras. Skripsi: Pendidikan Matematika.
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Azizah, Nur. 2013. Tingkat Keterampilan Berbicara Ditinjau dari Metode
Bermain Peran pada anak usia 5-6 Tahun. Skripsi: Pendidikan Guru
Pendidikan Anak Usia Dini. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri
Semarang.
Darmodiharjo. 1982. Bunyi Bahasa. Jakarta: Rineka Cipta.
De Porter, Bobbi dan Mark Reardon. 2000. Membiasakan Belajar Nyaman dan
Menyenangkan. Bandung: Penerbit Kaifa.
Dewi, dkk. Meningkatkan Keterampilan Berbicara (Bercerita) Melalui Penerapan
Teknik Menyelesaikan Cerita Siswa Kelas VII J SMPN 2 Ubud Gianyar. e-
Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia (Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014).
Dhennis, Shinta Irianto. Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Penerapan
Metode Pasangan Terstruktur Pada Siswa Kelas VII E SMP Negeri 2
Karangjati. Skripsi: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret: Surakarta.
Djajasudarma, Fatimah. 2006. Metode Linguistik. Bandung: Refika Aditama.
Emi, Tiastin Wijayanti. 2014. Peningkatan Keterampilan Berbicara Awal Melalui
Media Kartu Kata Bergambar Pada Kelompok B1 Taman Kanak-Kanak
Suryodiningratan Mantrijeron. Skripsi: Program Studi Pendidikan Guru
Pendidikan Anak Usia Dini. Jurusan Pendidikan Prasekolah Dan Sekolah
Dasar. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Yogyakarta.
Esti, Yulia Katrini. Ketrampilan Berbicara Dan Kekuatan Bahasa Dalam
Pengajaran Di Perguruan Tinggi. Vol. 39 No. 2, 15 Agustus 2013 : 46-53.
Fatmawati. 1997. Kreatif Berbahasa. Yogyakarta: Kanisus.
Ghazali, Syukur. 2010. Pembelajaran Keterampilan Berbicara. Malang: Refika
Aditama.
91
Halida. 2011. Metode Bermain Peran dalam Mengotimalkan Kemampuan
Berbicara Anak Usia Dini (4-5 tahun). Jurnal [online]. Pontianak: PAUD
FKIP Universitas Tanjungpura.
http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jckrw/article/view/270/275. Diakses 23
November 2016.
Hanapiah, Jenep. Peningkatan Keterampilan Berbicara Dengan Teknik Bermain
Peran Bagi Siswa Kelas V SDN 2 Ngali Kecamatan Belo Kabupaten Bima
Tahun 2010-2011. J-TEQIP, Tahun 1, Nomor 1, November 2010.
Herlina, Lina. 2012. Penggunaan Metode Mind Map untuk Meningkatkan Hasil
Belajar IPA Materi Sistem Organ di SMPN 281 Jakarta. Jurnal Lemlit
UHAMKA.
Hikmat. 2011. Meningkatkan Keterampilan Menulis Puisi dengan Menggunakan
Metode Silent Way di Sekolah Dasar Negeri Bungbulang 2 Kabupaten
Garut. Universitas Pendidikan Indonesia.
Isnani. 2013. Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Metode Bermain
Peran Pada Siswa Kelas V SDN 2 Wates. Skripsi: Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar. Jurusan Pendidikan Pra Sekolah dan Sekolah Dasar.
Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Yogyakarta.
Jiwo, Tirto. 2012. Social Anxiety Disorder (Social Fobia). Bahan Kuliah Online
Gratis.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2005. Jakarta: Depdiknas.
Keraf, Gorys. 1979. Membaca sebagai suatu Keterampilan Berbahasa Indonesia.
Bandung: Angkasa.
Lestari, Budi. 2013. Keefektifan Strategi Fun Learning Dalam Pembelajaran
Menulis Karangan Narasi Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Godean
Sleman. Skripsi Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia:
Universitas Negeri Yogyakarta.
Mahmudah. 2012. Teori Belajar Bahasa. Makassar: Universitas Muhammadiyah
Makassar.
Maulani. Nurfadillah Fujia. 2008. Penerapan Belajar Ceria dalam Pembelajaran
Menulis Puisi (Penelitian Eksperimen pada Siswa Kelas IV SD
Laboratorium UPI Kampus Cibiru Bandung tahun Ajaran 2007/ 2008).
Skripsi Sarjana Pendidikan pada FPBS UPI. Bandung: tidak diterbitkan.
Muhaemin. 2011. Pengaruh Penggunaan Metode “Fun Teaching“ Terhadap
Hasil Belajar Matematika. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah:
Jakarta.
92
Muhajir. 1975. Evaluasi Pendidikan. Bandung: Usaha Nasional.
Munir, Abdul. 2010. Dasar Keterampilan Berbicara. Makassar: Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Munir, Abdul. 2010. Dasar Keterampilan Berbicara. Makassar: Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Ningsih, Suwarti. 2014. Peningkatan Keterampilan Berbicara melalui Metode
Bercerita Siswa Kelas III SD Negeri 1 Beringin Jaya Kecamatan Bumi Raya
Kabupaten Morowali. Jurnal Kreatif Tadulako Online. Vol. 2 No. 4. ISSN
2354-614X.
Partini. 1990. Kreatif Berbahasa. Yogyakarta: Usaha Nasional.
Prabantara Esti Wijayanti. 2013. Peningkatan Keterampilan Berbicara
Menggunakan Metode Bercerita Siswa Kelas V Sekolah Dasar 1 Pedes,
Sedayu, Bantul. Skripsi: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
Jurusan Pendidikan Pra Sekolah dan Sekolah Dasar. Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.
Purwadarminta, WJS. 1985. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Ratna, Hesti Sari. Peningkatan Keterampilan Berbicara Menggunakan Metode
Sosiodrama Siswa Kelas VB SD Negeri Keputran I Yogyakarta. Skripsi:
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Jurusan Pendidikan
Prasekolah dan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri
Yogyakarta.
Roisa, Citra Himawati. Penerapan Strategi Mind Map untuk Peningkatan Hasil
Belajar IPS Siswa SD Kelas V. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
Volume 01 Nomor 02 Tahun 2013, 0-216.
Sri Sunarsih. Pembelajaran Keterampilan Berbicara Model Kooperatif Teknik
Mencari Pasangan dan Teknik Kancing Gemerincing pada Siswa Introver
dan Ekstrover di SMP. Seloka: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia. http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/seloka. SELOKA 1 (1)
(2012) . ISSN 2301-6744.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Syahriani. 2014. Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi melalui
Metode Fun Learning Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Takalar Kabupaten
Takalar. Skripsi Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia:
Universitas Muhammadiyah Makassar.
93
Tarigan, Henry Guntur. 1994. Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.
Wahyuni, Sri. Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Kecemasan Berbicara
Di Depan Umum Pada Mahasiswa Psikologi. eJournal Psikologi, 2014,
2(1): 50-64. ISSN 0000-0000, ejournal.psikologi.fisip-unmul.ac.id.
94
Lampiran 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
No Hari/
Tanggal Kegiatan Observer
1. Kamis, 27
Oktober
2016
Guru melakukan tes pratindakan untuk
mengetahui keterampilan awal siswa
pada saat berbicara (Guru menjelaskan
materi tentang berbicara, siswa
berbicara di depan kelas).
Rekan peneliti
(HS)
2. Sabtu, 29 Oktober 2016
Melanjutkan pelaksanaan keterampilan
berbicara pratindakan (Guru
menjelaskan kembali materi pertemuan
sebelumnya, siswa melanjutkan
berbicara di depan kelas)
Rekan peneliti
(HS)
3. Kamis, 3
November
2016
Guru melaksanakan tindakan
keterampilan berbicara Siklus I dengan
menggunakan metode fun learning.
(Guru menjelaskan materi tentang
berbicara, guru menjelaskan cara
membuat mind map untuk merangkai
cerita pengalaman pribadi, siswa
berbicara di depan kelas dengan
menampilkan mind map yang telah
dibuatnya. (Teknik mind map
merupakan salah satu cara menciptakan
pembelajaran yang menyenangkan)
Rekan peneliti
(HS)
4. Sabtu, 5 November 2016
Melanjutkan pelaksanaan tindakan
siklus I. (Guru tanya jawab dengan
siswa tentang materi yang diberikan
pada pertemuan sebelumnya, siswa
melanjutkan berbicara di depan kelas)
Rekan peneliti
(HS)
5. Kamis, 10
November
2016
Melanjutkan pelaksanaan tindakan
siklus I.(Guru tanya jawab dengan siswa
tentang materi yang diberikan pada
pertemuan sebelumnya, siswa
melanjutkan berbicara di depan kelas).
Rekan peneliti
(HS)
6. Sabtu, 12
November
2016
Guru melaksanakan tindakan Siklus II
dengan menggunakan metode fun
learning. (Guru menjelaskan kembali
materi tentang berbicara, siswa kembali
merangkai cerita dengan tekhnik mind
map yang selanjutnya ditampilkan
didepan kelas)
Rekan peneliti
(HS)
95
7. Kamis, 17
November
2016
Melanjutkan pelaksanaan tindakan
siklus II. (Guru tanya jawab dengan
siswa tentang materi yang diberikan
pada pertemuan sebelumnya, siswa
melanjutkan berbicara di depan kelas).
Rekan peneliti
(HS)
8. Sabtu, 19
November
2016
Melanjutkan pelaksanaan tindakan
siklus II. (Guru tanya jawab dengan
siswa tentang materi yang diberikan
pada pertemuan sebelumnya, siswa
melanjutkan berbicara di depan kelas).
Rekan peneliti
(HS)
96
Lampiran 2. Silabus Pembelajaran
SILABUS
Sekolah : SMP 14 Muhammadiyah Makassar
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VII (Tujuh) /1 (Satu)
Standar Kompetensi : Berbicara
6. Mengekspresikan pikiran dan perasaan melalui kegiatan bercerita
Kompetensi
Dasar
Materi
Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
Indikator Pencapaian
Kompetensi
Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar Teknik
Penilaian
Bentuk
Instrumen
Contoh
Instrumen
6.1 Bercerita dengan
urutan yang baik,
suara, lafal, intonasi,
gestur, dan mimik
yang tepat
Penyampaian
cerita • Menentukan buku
cerita yang menarik
berdasarkan
persediaan buku di
perpustakaan.
• Membaca buku cerita
yang menarik itu.
• Berdiskusi untuk
menentukan pokok-
pokok cerita
• Merangkai pokok-
pokok cerita menjadi
urutan cerita yang baik
dan menarik
• Berlatih bercerita
• Bercerita dengan
urutan yang baik,
lafal, intonasi, gestur,
• Mampu menentukan
pokok-pokok cerita
• Mampu merangkai
pokok-pokok cerita
menjadi urutan cerita
yang baik dan
menarik
• Mampu bercerita
dengan urutan yang
baik, suara, lafal,
intonasi, gestur, dan
mimik yang tepat
Tes
tertulis
Tes
praktik/ki
nerja
Uraian
Uji petik
kerja
• Tulislah pokok-
pokok cerita
yang terdapat di
dalam buku
cerita yang
kamu baca!
• Rangkailah
pokok-pokok
cerita itu
menjadi urutan
cerita!
• Berceritalah
dengan urutan
yang baik serta
suara, lafal,
intonasi, gestur,
dan mimik yang
tepat!
6 X 40’ Perpustakaan
Buku cerita
Buku teks
97
dan mimik yang tepat
❖ Karakter siswa yang diharapkan : Dapat dipercaya ( Trustworthines)
Rasa hormat dan perhatian ( respect )
Tekun ( diligence )
Tanggung jawab ( responsibility )
Berani ( courage )
Ketulusan ( Honesty )
6.2 Bercerita
dengan alat
peraga
Penyampaian
cerita dengan
alat peraga
• Mencermati model
bercerita
• Mendiskusikan suara,
lafal, intonasi, gestur,
dan mimik model
• Membaca teks cerita
yang menarik.
• Berdiskusi untuk
menentukan pokok-
pokok cerita
• Merangkai pokok-
pokok cerita menjadi
kerangka cerita yang
baik dan menarik
• Menyiapkan alat
peraga untuk
mendukung cerita
• Berlatih bercerita
dengan alat peraga
• Bercerita dengan alat
• Mampu menentukan pokok-
pokok cerita
• Mampu merangkai pokok-
pokok cerita menjadi kerangka
cerita yang menarik
• Mampu bercerita dengan
menggunakan alat peraga
berdasarkan kerangka cerita
Tes
tertulis
Tes lisan
Uraian
Rubrik Tes
Lisan
• Tulislah pokok-
pokok cerita
yang terdapat di
dalam teks cerita
yang kamu baca!
• Rangkailah
pokok-pokok
cerita itu menjadi
kerangka cerita!
• Berceritalah
dengan dukungan
alat peraga!
4 X 40’ Alat peraga
Buku teks
Buku cerita
98
peraga
❖ Karakter siswa yang diharapkan : Dapat dipercaya ( Trustworthines)
Rasa hormat dan perhatian ( respect )
Tekun ( diligence )
Tanggung jawab ( responsibility )
Berani ( courage )
Makassar, 21 Oktober 2016
Mengetahui,
Kepala SMP 14 Muhammadiyah Makassar
NIP.
Mahasiswa
Alif Dian Nusa Putra
NIM.
99
Lampiran 3. RPP Pra Tindakan
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah : SMP 14 Muhammadiyah Makassar
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VII/1
Standar Kompetensi : Berbicara
6. Mengekspresikan pikiran dan perasaan melalui
kegiatan bercerita
Kompetensi dasar : 6.1. Bercerita dengan urutan yang baik, suara,
lafal,intonasi, gesture, dan imik yang tepat
Alokasi Waktu : 2x 40 menit
A. Indikator
6.1.1 Mampu menentukan pokok-pokok cerita dengan tepat
6.1.2 Mampu merangkai pokok-pokok cerita menjadi urutan cerita yang baik
dan menarik
6.1.3 Mampu bercerita dengan urutan yang baik, suara, lafal, intonasi,
gestur, dan mimik yang tepat
B. Tujuan Pembelajaran
6.1.1.1 Mampu menentukan pokok-pokok cerita dengan tepat
6.1.2.1 Mampu merangkai pokok-pokok cerita menjadi urutan cerita yang baik
dan menarik
6.1.3.1 Peserta didik mampu bercerita dengan urutan yang baik,suara,lafal,
intonasi, gesture dan mimik yang tepat
C. Materi Pokok
1. Pengertian berbicara dan bercerita
2. Langkah-langkah bercerita
3. Teknik bercerita yang tepat
D. Strategi Pembelajaran
Metode : Tanya Jawab, Demonstrasi
E. Kegiatan Pembelajaran
Langkah-langkah kegiatan Pembelajaran (Pertemuan Pertama)
Fase Aktivitas Guru Alokasi
Waktu
Kegiatan
Awal
• Berdoa
• Mengecek kehadiran peserta didik 15’
100
• Apersepsi, “Bercerita merupakan salah satu
kegiatan berbicara. Adik-adik tidak perlu
risau, merasa takut dengan pelajaran kita hari
ini. Kita akan buat pelajaran hari ini lebih
menyenangkan. Adik-adik perlu ketahui
bahwa berbicara sangat bermanfaat karena
dengan kita berbicara maka kita bisa saling
memberi informasi dengan orang lain.
Berbicara dengan teman sekelas maupun lain
tentu sudah menjadi kebutuhan kalian. Di
rumah, jika kalian menginginkan sesuatu
pasti harus berbicara dengan orang tua di
rumah. Selain bercerita, melakukan dialog
dengan teman juga merupakan bagian dari
berbicara.”
• Menginformasikan KD, indikator, dan tujuan
pembelajaran
Kegiatan Inti
• Guru menjelaskan materi berbicara,
bercerita, langkah-langkah bercerita yang
baik, aspek-aspek yang harus diperhatikan
ketika bercerita.
• Guru melakukan Tanya jawab dengan
peserta didik mengenai materi
• Guru menginstruksikan peserta didik untuk
menentukan cerita yang menarik
berdasarkan persediaaan buku di
perpustakaan
• Guru meminta peserta didik untuk
menentukan pokok-pokok cerita yang
selanjutnya dirangkai menjadi urutan cerita
yang baik dan menarik
• Guru meminta peserta didik untuk
melaporkan kerjanya di depan kelas dan
menginstruksikan ke peserta didik lain untuk
memperhatikan temannya yang tampil
• Guru dan peserta didik mengomentari
penampilan peserta didik yang tampil
55’
Penutup • Guru bersama-sama dengan peserta didik
dan/ atau sendiri membuat rangkuman/
simpulan pelajaran
• melakukan penilaian dan/atau refleksi
terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan
• menyampaikan rencana pembelajaran pada
pertemuan berikutnya menugaskan peserta
didik untuk berlatih bercerita
10’
101
• mengakhiri pembelajaran dengan berdoa
Langkah-langkah kegiatan Pembelajaran (Pertemuan Kedua)
Kegiata
n
Langkah-langkah Pembelajaran Wakt
u Awal • Guru membuka pelajaran dengan berdoa kemudian
bertanya mengenai siswa yang tidak hadir
• Guru melakukan apersepsi
• Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
10’
Inti • Guru menjelaskan secara ringkas materi pertemuan
sebelumnya
• Melanjutkan kegiatan pembelajaran sebelumnya,
yaitu setiap peserta didik tampil di depan kelas untuk
memaparkan hasil cerita yang ditulisnya
60’
Akhir • Siswa dan guru melakukan refleksi pembelajaran
dengan menanyakan kesulitan siswa terhadap materi
pelajaran yang telah diberikan.
• siswa dan guru mengakhiri pembelajaran dengan
berdoa
• guru memotivasi siswa agar selalu berlatih di rumah
10’
F. Sumber belajar
1. Buku Bahasa Indonesia kelas VII
G. Penilaian
a. Teknik : Pengamatan
b. Bentuk Instrumen : Lembar pengamatan dan pedoman penilaian
c. Instrumen Penilaian :
Ceritakanlah secara lisan cerita yang ditulis di depan kelas!
Tabel Lembar Penilaian Keterampilan Bercerita Siswa
No.
Aspek yang Dinilai
Skala Skor
1 2 3 4 5
1. Ketepatan ucapan 2 Penempatan tekanan dan nada 3 Pilihan kata (diksi)
4 Ekspresi/Tingkah laku
5 Volume suara 6. Kelancaran
7. Penguasaan cerita JUMAH SKOR
102
Perhitungan nilai akhir dalam skala 0- 100 adalah sebagai berikut:
Nilai akhir =Skor yang diperoleh
Skor maksimal×100
Makassar, 17 Oktober 2016
Guru Kelas Mahasiswa
Alif Dian Nusa Putra
NIM. 10533 06327 10
103
Lampiran 4. RPP Siklus I
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah : SMP 14 Muhammadiyah Makassar
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VII/1
Standar Kompetensi : Berbicara
6. Mengekspresikan pikiran dan perasaan melalui
kegiatan bercerita
Kompetensi dasar : 6.1. Bercerita dengan urutan yang baik, suara, lafal,
intonasi, gesture, dan imik yang tepat
Alokasi Waktu : 6 x 40 menit
A. Indikator
6.1.4 Mampu mengetahui aspek-aspek yang diperlukan dalam
kegiatan bercerita
6.1.5 Mampu menentukan pokok-pokok cerita dengan tepat
6.1.6 Mampu merangkai pokok-pokok cerita menjadi urutan cerita yang baik
dan menarik
6.1.7 Mampu bercerita dengan urutan yang baik, suara, lafal, intonasi,
gestur, dan mimik yang tepat
B. Tujuan Pembelajaran
6.1.1.2 Peserta didik dapat menjelaskan aspek-aspek yang diperlukan dalam
kegiatan bercerita
6.1.2.2 Mampu menentukan pokok-pokok cerita dengan tepat
6.1.3.1 Mampu merangkai pokok-pokok cerita menjadi urutan cerita yang baik
dan menarik
6.1.7.1 Peserta didik mampu bercerita dengan urutan yang baik,suara,lafal,
intonasi, gesture dan mimik yang tepat
C. Materi Pembelajaran
1. Pengertian berbicara
2. Manfaat berbicara
3. Jenis-jenis kegiatan berbicara
4. Cara menentukan pokok-pokok cerita
104
5. Aspek-aspek yang harus diperhatikan pada saat bercerita
D. Strategi Pembelajaran
Tanya jawab, ceramah, dan penugasan
E. Langkah-langkah Kegiatan
Fase Aktivitas Guru dan Siswa Alokasi
Waktu
Awal a. Guru membuka pelajaran dengan berdoa kemudian
presensi
b. Guru melakukan apersepsi dengan cara bertanya
kepada siswa apa manfaat seseorang berbicara
c. Guru dan siswa bertanya jawab
d. Guru kemudian menyampaikan kompetensi dasar
dan tujuan pembelajaran
10’
Inti a. Guru menyampaiakan materi tentang keterampilan
berbicara dengan menggunakan teknik mind map
(Lampiran 1)
b. Guru menjelaskan cara menyusun mind map dan
memberi contoh menyusun mind map
c. Guru menentukan tema cerita dan menjelaskan
langkah- langkahnya yaitu sebagai berikut.
- Guru memberikan intruksi membuat mind map
dengan memposisikan kertas HVS memanjang
kemudian memulai dari bagian tengah kertas.
- Siswa memulai dari tengah gambar kertas
dengan menggambarkan gambar sentral di
tengah kertas yang mewakili tema cerita. Siswa
dapat pula menuliskan judul atau sesuatu yang
dapat mengingatkan tentang cerita. Lingkupi
judul cerita tersebut dengan persegi, atau
bentuk lain berdasarkan kreativitas.
60’
105
- Pandang sejenak gambar sentral yang telah
dibuat kemudian siswa disuruh memikirkan
tentang hal-hal yang akan dikembangkan dari
cerita tersebut
- Gambar lima cabang berupa garis lengkung dari
ide dengan menggunakan warna berbeda untuk
setiap cabangnya. Setiap cabang mewakili
pikiran-pikiran utama yang berkaitan dengan
cerita.
- Pandangi kata kunci yang telah ditulis dan
memulai mengembangkan kata kunci disetiap
cabang. Gambarlah cabang-cabang lanjutan
yang memancar dari setiap kata kunci. Tulis ide
pada setiap anak cabang. Siswa dapat pula
menambahkan simbol-simbol atau ilustrasi
untuk mempermudah mengingat ide pada setip
anak cabang.
d. Siswa diberikan tugas untuk menyusun mind map
tentang cerita yang bertema “Pengalaman yang
Berkesan”.
e. Beberapa siswa menyampaikan ceritanya di depan
kelas sesuai dengan mind map yang telah dibuat
f. Siswa yang lain diberi kesempatan untuk
mengomentari temannya yang bercerita.
Penutup a. Siswa dan guru melakukan refleksi pembelajaran
dengan menanyakan kesulitan siswa terhadap
materi pelajaran yang telah diberikan.
b. Siswa dan guru merangkum dan menyimpulkan cara
bercerita yang baik.
c. Siswa dan guru mengakhiri pembelajaran dengan
berdoa
10’
106
Pertemuan II dan III
Fase Aktivitas Guru Alokasi
Waktu
Awal • Guru membuka pelajaran dengan berdoa
kemudian presensi
10’
Inti • Siswa dan guru tanya jawab mengenai materi
bercerita dengan menggunakan mind map yang
sudah dijelaskan pada pertemuan sebelumnya.
• Siswa menerima mind map yang telah dibuat
pada pertemuan sebelumnya, kemudian siswa
mempebaiki mind map yang belum selesai
• Siswa secara bergantian bercerita di depan
kelas dengan urutan cerita yang baik dan jelas,
suara, intonasi, gesture dan diksi yang tepat.
• Siswa mengamati temannya yang sedang
bercerita di depan kelas.
• Guru memberikan pertanyaan kepada siswa,
tentang sikap dan cerita temannya.
60’
Penutup • Guru bersama siswa merangkum dan
menyimpulkan cara bercerita yang baik
• Menyampaikan kepada siswa agar tetap
berlatih berbicara di depan umum.
10’
F. Sumber belajar
1. Buku-buku yang berisi cerita
G. Penilaian
a. Teknik : Pengamatan
b. Bentuk Instrumen : Lembar pengamatan dan pedoman penilaian
c. Instrumen Penilaian :
107
Ceritakanlah secara lisan cerita yang ditulis di depan kelas!
Tabel Lembar Penilaian Keterampilan Bercerita Siswa
No.
Aspek yang Dinilai
Skala Skor
1 2 3 4 5
1. Ketepatan ucapan 2 Penempatan tekanan dan nada 3 Pilihan kata (diksi) 4 Ekspresi/Tingkah laku 5 Volume suara 6. Kelancaran 7. Penguasaan cerita JUMAH SKOR
Perhitungan nilai akhir dalam skala 0- 100 adalah sebagai berikut:
Nilai akhir =Skor yang diperoleh
Skor maksimal×100
Makassar, 17 Oktober 2016
Guru Kelas Mahasiswa
Kamariah, S. Pd Alif Dian Nusa Putra
NIM. 10533 06327 10
108
Lampiran 5. RPP Siklus II
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah : SMP 14 Muhammadiyah Makassar
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VII/1
Standar Kompetensi : Berbicara
6. Mengekspresikan pikiran dan perasaan melalui
kegiatan bercerita
Kompetensi dasar : 6.1. Bercerita dengan urutan yang baik, suara, lafal,
intonasi, gesture, dan imik yang tepat
Alokasi Waktu : 6 x 40 menit
A. Indikator
6.1.8 Mampu mengetahui aspek-aspek yang diperlukan dalam kegiatan
bercerita
6.1.9 Mampu menentukan pokok-pokok cerita dengan tepat
6.1.10 Mampu merangkai pokok-pokok cerita menjadi urutan cerita yang baik
dan menarik
6.1.11 Mampu bercerita dengan urutan yang baik, suara, lafal, intonasi,
gestur, dan mimik yang tepat
B. Tujuan Pembelajaran
6.1.1.3 Peserta didik dapat menjelaskan aspek-aspek yang diperlukan dalam
kegiatan bercerita
6.1.2.3 Mampu menentukan pokok-pokok cerita dengan tepat
6.1.3.2 Mampu merangkai pokok-pokok cerita menjadi urutan cerita yang baik
dan menarik
6.1.11.1 Peserta didik mampu bercerita dengan urutan yang baik,suara,lafal,
intonasi, gesture dan mimik yang tepat
C. Materi Pembelajaran
1. Aspek-aspek yang harus diperhatikan pada saat bercerita
2. Cara menentukan pokok-pokok cerita
3. Unsur-unsur ekstrinsik dan intrisik dalam suatu cerita
109
D. Strategi Pembelajaran
Tanya jawab, ceramah, dan penugasan
E. Langkah-langkah Kegiatan
Fase Aktivitas Guru dan Siswa Alokasi
Waktu
Awal e. Guru membuka pelajaran dengan berdoa kemudian
presensi
f. Guru melakukan apersepsi, “Siapa yang suka
nonton? Siapa yang menceritakan apa yang
dinontonnya kepada teman kelas mengenai apa
yang telah dinontonya? (Diharapkan siswa
menjawab pertanyaan guru)
g. Guru kemudian menyampaikan kompetensi dasar
dan tujuan pembelajaran
10’
Inti g. Guru menyampaiakan materi singkat tentang
keterampilan berbicara, aspek-aspek yang harus
diperhatikan pada saat bercerita, cara menentukan
pokok-pokok cerita, unsur-unsur ekstrinsik dan
intrisik dalam suatu cerita
h. Guru menentukan tema cerita “Tontonan Favorit”
i. Guru memberikan contoh menyusun cerita pada
mind map berdasarkan tema yang diberikan
(lampiran 2)
j. Siswa diberikan tugas untuk menyusun mind map
tentang cerita berdasarkan tema yang diberikan
k. Beberapa siswa menyampaikan ceritanya di depan
kelas sesuai dengan mind map yang telah dibuat
l. Siswa yang lain diberi kesempatan untuk
mengomentari temannya yang bercerita.
60’
110
Penutup d. Siswa dan guru melakukan refleksi pembelajaran
dengan menanyakan kesulitan siswa terhadap
materi pelajaran yang telah diberikan.
e. Siswa dan guru merangkum dan menyimpulkan cara
bercerita yang baik.
f. Siswa dan guru mengakhiri pembelajaran dengan
berdoa
10’
Pertemuan II dan III
Fase Aktivitas Guru Alokasi
Waktu
Awal • Guru membuka pelajaran dengan berdoa
kemudian presensi
10’
Inti • Siswa dan guru tanya jawab mengenai materi
bercerita dengan menggunakan mind map yang
sudah dijelaskan pada pertemuan sebelumnya.
• Siswa menerima mind map yang telah dibuat
pada pertemuan sebelumnya, kemudian siswa
mempebaiki mind map yang belum selesai
• Siswa secara bergantian bercerita di depan
kelas dengan urutan cerita yang baik dan jelas,
suara, intonasi, gesture dan diksi yang tepat.
• Siswa mengamati temannya yang sedang
bercerita di depan kelas.
• Guru memberikan pertanyaan kepada siswa,
tentang sikap dan cerita temannya.
70’
Penutup • Guru bersama siswa merangkum dan
menyimpulkan cara bercerita yang baik
• Menyampaikan kepada siswa agar tetap
berlatih berbicara di depan umum.
5’
111
F. Sumber belajar
1. Buku-buku yang berisi cerita
G. Penilaian
a. Teknik : Pengamatan
b. Bentuk Instrumen : Lembar pengamatan dan pedoman penilaian
c. Instrumen Penilaian :
Ceritakanlah secara lisan cerita yang ditulis di depan kelas!
Tabel Lembar Penilaian Keterampilan Bercerita Siswa
No. Aspek yang Dinilai Skala Skor
1 2 3 4 5
1. Ketepatan ucapan 2 Penempatan tekanan dan nada 3 Pilihan kata (diksi) 4 Ekspresi/Tingkah laku 5 Volume suara 6. Kelancaran 7. Penguasaan cerita JUMAH SKOR
Perhitungan nilai akhir dalam skala 0- 100 adalah sebagai berikut:
Nilai akhir =Skor yang diperoleh
Skor maksimal×100
Makassar, 17 Oktober 2016
Guru Kelas Mahasiswa
Kamariah, S. Pd Alif Dian Nusa Putra
NIM. 10533 06327 10
112
Lampiran 6. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Bahasa Indonesia
112
Lampiran Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Bahasa Indonesia
Kelas VII, Semester 1
STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR
Mendengarkan
1. Memahami wacana lisan melalui
kegiatan mendengarkan berita
1.1. Menyimpulkan isi berita yang
dibacakan dalam beberapa kalimat
1.2. Menuliskan kembali berita yang
dibacakan ke dalam beberapa kalimat
Berbicara
2. Mengungkapkan pengalaman
dan informasi melalui kegiatan
bercerita dan menyampaikan
pengumuman
2.1. Menceritakan pengalaman yang
paling mengesankan dengan
menggunakan pilihan kata dan
kalimat efektif
a) Menyampaikan pengumuman dengan
intonasi yang tepat serta
menggunakan kalimat-kalimat yang
lugas dan sederhana
Membaca
3. Memahami ragam teks nonsastra
dengan berbagai
3.1. Menemukan makna kata tertentu
dalam kamus secara cepat dan tepat
sesuai dengan konteks yang
diinginkan melalui kegiatan membaca
memindai
3.2. Menyimpulkan isi bacaan setelah
membaca cepat 200 kata per menit
3.3. Membacakan berbagai teks perangkat
upacara dengan intonasi yang tepat
Menulis
4. Mengungkapkan pikiran dan
pengalaman dalam buku harian
dan surat pribadi
4.1. Menulis buku harian atau pengalaman
pribadi dengan memperhatikan cara
pengungkapan dan bahasa yang baik
dan benar
4.2. Menulis surat pribadi dengan
memperhatikan komposisi, isi, dan
bahasa
4.3. Menulis teks pengumuman dengan
bahasa yang efektif, baik dan benar
Mendengarkan
5. Mengapresiasi dongeng yang
diperdengarkan
5.1. Menemukan hal-hal yang menarik
dari dongeng yang diperdengarkan
5.2. Menunjukkan relevansi isi dongeng
dengan situasi sekarang
Berbicara
6. Mengeskpresikan pikiran dan
perasaan melalui kegiatan
bercerita
6.1. Bercerita dengan urutan yang baik,
suara, lafal, intonasi, gestur, dan
mimik yang tepat
6.2. Bercerita dengan alat peraga
Membaca
7. Memahami isi berbagai teks
bacaan sastra dengan membaca
7.1. Menceritakan kembali cerita anak
yang dibaca
7.2. Mengomentari buku cerita yang
dibaca
113
Menulis
8. Mengekspresikan pikiran,
perasaan, dan pengalaman
melalui pantun dan dongeng
8.1. Menulis pantun yang sesuai dengan
syarat pantun
8.2. Menulis kembali dengan bahasa
sendiri dongeng yang pernah dibaca
atau didengar
114
Lampiran 7. Materi Pembelajaran
Materi Pembelajaran
A. Ciri-ciri Pembicara yang Baik
Ciri-ciri pembicara yang baik yaitu: (1) pandai menemukan topik yang tepat
dan up to date (terkini), (2) menguasai materi, (3) memahami pendengar, (4)
memahami situasi, (5) merumuskan tujaun dengan jelas, (6) memiliki
keterampilan berbahasa yang memadai, (7) menjalin kontak dengan pendengar,
dan (8) menguasai pendengar.
B. Hal-hal yang Dipersiapkan dalam Berbicara
Hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam berbicara meliputi: (1) menentukan
maksud (tujuan) berbicara, (2) menganalisis pendengar dan situasi, (3) memilih
dan menyempitkan topik, (4) mengumpulkan bahan, (5) membuat kerangka, (6)
menguraikan kerangka secara mendetail, serta (7) berlatih dengan suara yang
nyaring.
C. Aspek dalam Keterampilan Berbicara
Aspek yang menjadi fokus penilaian dalam keterampilan berbicara yaitu:
1. Aspek Kebahasaan
a. Tekanan
Penempatan tekanan yang sesuai akan merupakan daya tarik tersendiri
dalam berbicara. Tekanan merupakan faktor penentu dalam keefektivan
berbicara. Suatu topik pembicaraan mungkin akan kurang menarik, namun
dengan tekanan yang sesuai akan mengakibatkan pembicaraan itu menjadi
menarik. Sebaliknya, apabila penyampaiannya datar saja, dapat menimbulkan
115
kejemuan bagi pendengar dan keefektivan berbicara akan berkurang.
Kekurangtepatan dalam penempatan tekanan pembicara, sehingga pokok
pembicaraan yang disampaikan kurang diperhatikan.
b. Ucapan
Seorang pembiacara harus biasa menggunakan kalimat yang tepat dan
jelas. Pengucapan yang kurang jelas dapat mempengaruhi perhatian
pendengarnya.
c. Nada dan irama
Penempatan nada dan irama yang sesuai akan merupakan daya tarik
tersendiri dalam berbicara. Suatu topik pembicaraan mungkin akan kurang
menarik, namun dengan nada dan irama yang sesuai akan mengakibatkan
pembicaraan itu menjadi menarik. Sebaliknya, apabila penyampaiannya datar
saja, dapat menimbulkan kejemuan bagi pendengar dan keefektivan berbicara
akan berkurang. Kekurangtepatan dalam penempatan nada dan irama
pembicara, sehingga pokok pembicaraan yang disampaikan kurang
diperhatikan.
d. Kosa kata/ungkapan atau diksi
Kata dan ungkapan yang digunakan dalam berbicara hendaknya baik,
konkret, dan bervariasi. Pemilihan kata dan ungkapan yang baik, maksudnya
adalah pemilihan kata yang tepat dan sesuai dengan keadaan para
pendengarnya. Misalnya, jika yang menjadi pendengarnya para petani, maka
kata-kata yang dipilih adalah kata-kata atau ungkapan yang mudah dipahami
oleh para petani. Pemilihan kata dan ungkapan harus konkret, maksudnya
116
pemilihan kata atau ungkapan harus jelas, mudah dipahami para pendengar.
Kata-kata yang jelas biasanya kata-kata yang sudah dikenal oleh pendengar
yaitu kata-kata popular. Pemilihan kata atau ungkapan yang abstrak akan
menimbulkan kekurangjelasan pembicaraan. Pemilihan kata dan ungkapan
yang bervariasi, maksudnya pemilhan kata atau ungkapan dengan bentuk atau
kata lain lebih kurang maknanya sama dengan maksud agar pembicaraan tidak
menjemukan pendengar.
e. Struktur kalimat yang digunakan
Susunan penuturan berhubungan dengan penataan pembicaraan atau
uraian tentang sesuatu. Hal ini menyangkut penggunaan kalimat. Pembicaraan
yang menggunakan kalimat efektif akan lebih memudahkan pendengar
menangkapisi pembicaraan. Pemakaian kalimat yang sederhana memudahkan
pendengar menangkap pembicaraan pembicara.
2. Aspek Nonkebahasaan
a. Kelancaran
Kelancaran dalam berbicara akan memudahkan pendengar menagkap
isi pembicaraan. Pembicaraan yang terputus-putus atau bahkan diselingi
dengan bunyi-bunyi tertentu, misalnya, e…, em…, apa itu.., dapat
mengganggu penangkapan isi pembicaraan bagi pendengar. Di samping itu,
juga jangan berbicara terlalu cepat sehingga menyulitkan pendengar sukar
menangkap isi atau pokok pembicaraan.
b. Penguasaan materi
117
Penguasaan materi pembicaraan berarti pemahaman suatu pokok
pembicaraan. Dengan pemahaman tersebut pembicara memiliki kesanggupan
untuk mengemukakan materi itu kepada para pendengar. Oleh karena itu,
sebelum melakukan kegiatan berbicara didepan umum seharusnya pembicara
harus menguasai materi terlebih dahulu. Sebab, dengan penguasaan materi
akan membangkitkan keberanian dan menunjang kelancaran berbicara.
c. Keberanian
Untuk dapat mengungkapkan pendapat tentang sesuatu diperlukan
keberanian. Pembicara mengemukakan pendapat di samping memiliki ide atau
gagasan, juga harus memiliki keberanian untuk mengemukakannya. Ada
orang yang mempunyai banyak ide namun tidak dapat mengungkapkannya
karena tidak memiliki keberanian. Atau, sebaliknya ada orang yang berani
mengungkapkan pendapat namun tidak atau kurang idenya sehingga apa yang
ia ungkapkan terkesan asal bunyi.
d. Keramahan
Kegiatan berbicara berlangsung menunjukkan adanya hubungan
interaksi dan keramahan antara pembicara dan pendengar. Interaksi dapat
berlangsung searah, dua arah, dan bahkan multi arah. Kegiatan berbicara yang
berlangsung satu arah, misalnya laporan pandangan mata pertandingan sepak
bola, tinju, pembacaan berita. Kegiatan berbicara yang berlangsung dua arah,
misalnya pembicaraan dalam bentuk dialog atau wawancara. Sedangkan
kegiatan berbicara yang berlangsung multi arah biasanya terjadi pada acara
diskusi, diskusi kelompok, rapat, seminar, dan sebagainya.
118
e. Sikap
Dalam berbicara, kita harus bersikap wajar, tenang, dan tidak kaku.
Bersikap wajar, berarti berbuat biasa sebagaimana adanya tidak mengada-ada.
Sikap yang yang tenang adalah sikap dengan perasaanhati yang tidak gelisah,
tidak gugup, dan tidak tergesa-gesa. Sikap tenang dapat menjadikan jalan
pikiran dan pembicaraan menjadi lebih lancar. Dalam berbicara tidak boleh
bersikap kaku, tetapi harus bersikap luwes.
119
Lampiran 8. Pedoman Wawancara dengan Guru dan Siswa pada Tahap
Pratindakan
a) Pedoman Wawancara dengan Guru (pratindakan)
1. Bagaimana proses pembelajaran yang menekankan pada kemampuan
berbicara siswa yang telah ibu lakukan selama ini?
2. Apakah siswa antusias atau berminat ketika melaksanakan proses
pembelajaran yang menekankan pada kemampuan berbicara?
3. Kesulitan apakah yang Ibu hadapi dalam mengajarkan pembelajaran
yang menekankan pada kemampuan berbicara?
4. Usaha apa yang Ibu lakukan untuk membantu mengatasi masalah
tersebut?
5. Apakah Ibu pernah mencoba menggunakan metode, media, atau cara
lain untuk mengajarkan yang menekankan pada kemampuan berbicara
siswa?
6. Apakah Ibu pernah mendengar tentang metode fun learning?
b) Pedoman Wawancara dengan Siswa (Pratindakan)
1. Apakah Anda menyukai pembelajaran bahasa Indonesia yang
menuntut Anda berbicara didepan kelas? Berikan alasannya?
2. Apa kesulitan yang Anda hadapi ketika pelajaran bahasa Indonesia
yang menuntut Anda banyak berbicara di depan kelas?
3. Usaha apa yang dilakukan oleh guru untuk membantu mengatasi
kesulitan Anda?
4. Bagaimana suasana kegiatan proses pembelajaran yang mana siswa
dituntut untuk terampi dalam berbicara yang telah berlangsung di kelas
selama ini?
5. Apakah Anda pernah dengar metode pembelajaran fun learning?
6. Pernahkah guru menggunakan metode fun learning dalam
pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan berbicara kalian?
Lampiran 9. Hasil Wawancara dengan Guru dan Siswa Tahap Pratindakan
a) Hasil Wawancara dengan Guru (Pratindakan)
Hari/Tanggal : Kamis, 20 Oktober 2016
Tujuan : Memperoleh data kondisi awal kemampuan berbicara
siswa
Waktu : 10.00 WITA
Tempat : Ruang guru SMP 14 Muhammadiyah Makassar
Jenis : Wawancara terstruktur
Informan/ G : Kamariah, S.Pd. (Guru Bahasa Indonesia kelas VIIA)
Pewawancara/ P : Alif Dian Nusa Putra (Mahasiswa FBS Unismuh
Makassar)
Deskripsi :
P : Selamat pagi, Bu.
G : Iya.(tersenyum)
P : Maaf Bu, saya ingin melakukan wawancara dengan Ibu yang
berkenaan dengan penelitian yang akan saya lakukan di kelas Ibu.
G : Iya, Silahkan de’.
P : Bagaimana proses pembelajaran yang menekankan pada
kemampuan berbicara siswa yang telah ibu lakukan selama ini?
G : Menurut Ibu, mengukur kemampuan berbicara siswa bisa dilakukan
dengan praktik bercerita. Bercerita kan sudah masuk kegiatan
berbicara juga. Biasanya, saya menyuruh siswa untuk menulis cerita
di buku terlebih dahulu sebelum praktik maju. Mereka saya suruh
menghafal, baru maju.
P :Siswa diberi tema terlebih dahulu atau tidak, Bu?
G : Biasanya saya sesuaikan dengan buku pelajarannya.
P :Lalu, bagaimana dengan siswanya Bu? Apakah menurut Ibu siswa
antusias atau berminat ketika melaksanakan proses pembelajaran yang
menekankan mereka aktif berbicara, seperti itu?
G : Masalah antusias, sebenarnya kalau menulis cerita, siswa sangat
antusias. Namun, siswa kurang antusias bila disuruh maju, malah
saling menyuruh temannya agar maju lebih dulu.
P : Kemudian kesulitan apa yang sering Ibu hadapi dalam mengajarkan
keterampilan bercerita kepada siswa agar siswa memiliki kemampuan
berbicara yang baik?
G : yang jadi titik permasalahan adalah, setiap anak itu ‘kan memiliki
karakter yang berbeda-beda. Ada siswa yang memiliki sikap percaya
diri lebih ada pula yang pemalu. Jadi, saya selalu kesulitan dalam
menghadapi anak yang pemalu dan sulit tampil di depan umum,
seperti disuruh maju bercerita di depan kelas. Jangankan bercerita,
kegiatan-kegiatan lain yang menuntut kemampuan berbicara mereka
juga malu untuk tampil didepan kelas.
P : Usaha apa yang Ibu lakukan untuk membantu mengatasi masalah
tersebut?
G : Selama ini saya hanya memberikan apresiasi bagus terhadap siswa
Biasanya saya selalu memberikan komentar-komentar bagus atau
motivasi terutama kepada anak-anak yang memiliki kepercayaan diri
rendah.
P : Lalu, apakah Ibu pernah mencoba dengan metode atau media lain?
G : Biasanya saya hanya mengambil dari buku pelajaran saja.
P : Apakah ibu pernah mendengar tentang metode fun learning?
G : Belum pernah, de’. Apa itu?
P : Metode fun learning artinya itu kita menciptakan suasana kelas yang
menyenangkan, fun dan enjoy. Dan diharapkan siswa tidak tertekan,
tidak kaku saat menerima pelajaran. Diharapkan juga bisa
memperbaiki kemampuan berbicara siswa.
G : Jadi, bagaimana penerapannya nanti di dalam kelas?
P : Seperti biasa ji bu. Tapi disini kita mengusahakan agar suasana kelas
menyenangkan bagi siswa. Mungkin, selama ini kita menyuruh siswa
berpatokan pada buku, tapi disini kita menyuruh siswa untuk
merangkai cerita berdasar pengalaman mereka. Bukan hanya
pengalaman tapi jelasnya berkaitan dengan kejadian yang mereka
alami dikehidupan mereka. Disini juga, saya mencoba untuk
menghadirkan mind map sebagai alat untuk siswa dalam merangkai
cerita. Jadi, disini siswa tidak lagi disuruh untuk menulis panjang
lebar ceria tapi dirangkai dalam bentuk mind map. Jadi, diharapkan
siswa tidak takut untuk berbicara karena alasan belum siap.
G : Iya, saya rasa tidak apa-apa kalau dicoba de’. Saya justru malah
senang. Bisa menjadi inovasi mengajar baru bagi saya.
P : Bu, saya rasa wawancaranya cukup. Terima kasih atas waktunya.
Maaf, sudah mengganggu waktu istirahat Ibu.
P : Iya, tidak apa-apa. Sama-sama, de’.
Refleksi:
Guru pengampu pelajaran bahasa Indonesia (Kamariah, S.Pd.) yang
merupakan informan mengungkapkan, materi berbicara khususnya bercerita
sulit untuk diajarkan ke siswa. Banyak kendala yang dihadapi guru. Salah
satunya adalah siswa tidak aktif dalam pembelajaran, siswa kurang antusias
saat proses pembelajaran, siswa masih malu, grogi dan kurang percaya diri
saat bercerita di depan umum. Hal itu mengakibatkan nilai siswa masih
rendah, meskipun siswa bersikap tenang dan tidak membuat gaduh di kelas.
Guru hanya mengambil materi dari buku pelajaran, menyuruh siswanya
menuliskan ide-idenya di buku dan menghafalnya, kemudian menyuruh siswa
untuk maju secara bergiliran. Guru memberi tanggapan positif ketika peneliti
menyarankan menggunakan metode fun learning sebagai alternatif untuk
meningkatkan kemampuan berbicara siswa.
b) Hasil Wawancara dengan Siswa pada Tahap Pratindakan
Tempat : Ruang Kelas VIIA SMP 14 Muhammadiyah Makassar
Tujuan : Memperoleh data tentang kondisi awal siswa
Hari/Tanggal : Sabtu/ 22 Oktober 2016
Waktu : 10.00 WIB (Istirahat)
Jenis : Wawancara terstruktur
Informan/ S : Nur Rahma
Pewawancara/ P : Alif Dian Nusa Putra (Mahasiswa FBS Unismuh
Makassar)
Deskripsi :
P : Selamat pagi dek, siapa namata?
S : Nur Rahma, Kak.
P : Dek, apakah Kamu suka dengan pelajaran Bahasa Indonesia?
S : Iya,saya suka.
P : Dari semua materi bahasa Indonesia, bagian mana yang paling kamu suka?
S : Saya suka pantun, karena seru saja
P : Dan apakah kamu suka dengan pelajaran berbicara?
Berikan alasannya?
S : lumayanlah, saya kadang kesulitan dalam menata atau mengolah ide-
idenya. Saya juga takut kalau ditunjuk berbicara didepan kelas secara
tiba-tiba.
P : Nah, terus dalam kesulitan tersebut usaha apa yang dilakukan oleh
guru untuk membantu mengatasi kesulitan Anda?
S : Ibu guru biasanya memancing ide-idenya.
P : Coba ceritakan suasana proses pembelajaran yang menuntut kalian
banyak berbicara yang telah berlangsung di kelas selama ini?
S : Biasanya ibu guru menyuruh siswa untuk maju bergiliran setelah
diterangkan atau dijelaskan materi.
P : Terus sebelum maju apa yang kamu kerjakan di belakang?
S : Berpikir, tentang apa yang akan diceritakan
P : Hasil pemikiran itu ditulis atau tidak Dek?
S : Ditulis dibuku kemudian disuruh menghafalkan ceritanya, tapi
kadang diperbolehkan maju sambil membawa buku.
P : Biasanya diberi tema terlebih dahulu atau tidak?
S : Iya, tapi sulit kalau harus menulis idenya.
P : Pernah dengar metode pembelajaran fun learning?
S : Apa itu?
P : Metode pembelajaran fun learning itu metode yang digunakan dalam
kegiatan belajar. Tapi disini kita akan menciptakan suasana kelas yang
menyenangkan, sehingga adik-adik tidak bosan dan bisa lebih berani
dalam berbicara didepan kelas. Pernahkah guru menggunakan metode
pembelajaran fun learning dalam pembelajaran bercerita?
S : Belum.
P : Oh iya, terimakasih Dek.
S : Sama-sama, kak.
Refleksi:
Wawancara dengan siswa menunjukkan bahwa siswa menyukai pelajaran
Bahasa Indonesia, khususnya dalam materi berbicara. Namun, siswa masih
sering kesulitan dalam mengolah ide, menata ide-ide cerita. tidak menyukai
kegiatan berbicara karena selalu merasa gugup jika berada di depan kelas,
sehingga sering lupa dengan hafalannya dan sulit menuliskan idenya dalam
buku. Siswa ini tidak menyukai jika ditunjuk secara tiba-tiba untuk tampil di
depan. Siswa belum pernah mendengar mengenai metode pembelajaran fun
learning.
Informan/ S : Muh. Tegar
Pewawancara/ P : Alif Dian Nusa Putra (Mahasiswa FBS Unismuh)
Deskripsi :
P : Pagi dek, siapa namata?
S : Muh. Tegar
P : Apakah Kamu suka dengan pelajaran Bahasa Indonesia atau tidak?
S : Biasa suka, biasa tidak.
P : Biasa bagaimana dek?
S : Biasa, tidak terlalu suka.
P : Kenapa tidak terlalu suka?
S : Materimapapun selalu disuruh praktik berbicara.
P : Memangnya kenapa dengan praktik berbicara? Sering jki’ bercerita sama
temanta to?
S : Kalau bisa sama teman, iya sering. Tapi kalau dipelajaran bahasa
Indonesia saya sering lupa dengan cerita yang akan saya ceritakan.
P : Kenapa bisa dilupa?
S : Maksudnya kalau bercerita di belakang bisa, tetapi kalau sudah di depan
banyak teman-teman saya jadi “gugup”, jadi lupa ceritanya
P : Nah, terus dalam kesulitan tersebut usaha apa yang dilakukan oleh guru
untuk membantu mengatasi kesulitan Anda?
S : Guru kadang membantu dengan mengingatkan atau memancing ide
P : Coba ceritakan suasana kegiatan proses pembelajaran keterampilan
bercerita yang telah berlangsung di kelas selama ini?
S : Guru menjelaskan materi kemudian siswa disuruh maju bergiliran depan
kelas
P : Apakah siswa diberi kesempatan untuk menuliskan ceritanya di buku
sebelum bercerita di depan?
S : Oh, iya kak. Guru menyuruh siswa menulis cerita di buku lalu maju satu-
satu
P : Biasanya diberi tema terlebih dahulu atau tidak?
S : Iya, dikasi tema terlebih dahulu.
P : Pernah dengar teknik pembelajaran metode fun learning?
S : Belum
P : Pernahkah guru menggunakan metode fun learning?
S : Belum. Namanya saja baru saya dengar.
P : Oh iya. Terimakasih dek
S : Iya. Sama-sama, kak.
Refleksi:
Wawancara dengan siswa menunjukkan bahwa siswa tidak terlalu menyukai
pelajaran Bahasa Indonesia, khususnya dalam materi berbicara. Siswa tidak
menyukai kegiatan berbicara karena selalu merasa gugup jika berada di depan
kelas, sehingga sering lupa dengan hafalannya dan sulit menuliskan idenya
dalam buku. Siswa belum pernah mendengar mengenai metode fun learning.
Hal itu menunjukan bahwa teknik ini merupakan hal baru bagi siswa.
Lampiran 10. Pedoman Wawancara dengan Guru dan Siswa Pascatindakan
A. Bagi Guru
1. Menurut Ibu, apakah dengan metode fun learning dapat membantu
mengatasi kesulitan yang Ibu hadapi dalam pembelajaran keterampilan
berbicara?
2. Apa yang siswa rasakan dengan pembelajaran keterampilan berbicara
dengan menggunakan metode fun learning?
3. Menurut Ibu, apa siswa merasa bosan atau jenuh saat pembelajaran
keterampilan berbicara dengan menggunakan metode fun learning?
4. Apakah dengan menggunakan metode fun learning dapat memacu
keberanian siswa dalam berbicara?
5. Apakah Ibu mengalami hambatan ketika pembelajaran keterampilan
berbicara dengan menggunakan metode fun learning?
B. Bagi Siswa
1. Apa yang kamu rasakan ketika pembelajaran keterampilan berbicara
menggunakan metode fun learning?
2. Bagaimana tanggapanmu setelah melakukan berbicara dengan
menggunakan metode fun learning?
3. Dengan metode fun learning, apakah kamu mejadi berani berbicara?
4. Apakah dengan menggunakan metode fun learning dapat mengatasi
kesulitanmu dalam berbicara? Misalnya rasa malu, tidak berani
berbicara di depan kelas, grogi dan tidak ada ide untuk berbicara?
5. Apa yang kamu rasakan dengan menggunakan metode fun learning,
apakah merasa asyik, senang atau jenuh? Berikan alasannya!
6. Adakah kendala atau kesulitan selama kamu melaksanakan
pembelajaran berbicara dengan menggunakan metode fun learning?
Lampiran 11. Hasil Wawancara dengan Guru dan Siswa Tahap
Pascatindakan
a) Hasil Wawancara dengan Guru (Pascatindakan)
Hari/Tanggal : Sabtu, 19 November 2016
Tujuan :Memperoleh data setelah dikenakan tindakan
dengan menggunakan metode fun learning pada
pembelajaran keterampilan bercerita dalam meningkatkan
kemampuan berbicara siswa Waktu : 10.00 WITA
Tempat : Ruang guru SMP 14 Muhammadiyah Makassar
Jenis : Wawancara terstruktur
Informan/ G : Kamariah, S.Pd. (Guru Bahasa Indonesia kelas VIIA)
Pewawancara/ P : Alif Dian Nusa Putra (Mahasiswa FBS Unismuh)
Deskripsi :
P : Menurut Ibu, apakah metode fun learning dapat membantu mengatasi
kesulitan dalam pembelajaran yang menekankan siswa banyak
berbicata?
G : Menurut saya metode fun learning ini bagus diterapkan ke siswa,
siswa lebih aktif dan berani saat menyampaikan cerita karena siswa
merasa lebih siap.
P : Apa yang siswa rasakan dengan menggunakan metode fun learning
dalam pembelajaran bercerita?
G : Seperti yang kita lihat, bahwa siswa terlihat lebih berani saat bercerita
karena ide terkonsep
P : Apakah metode fun learning dapat meningkatkan kemampuan
berbicara siswa?
G : Iya, keterampilan siswa meningkat baik saat mengikuti pelajaran dan
hasil skor yang didapat siswa jauh lebih baik.
P : Apakah ada hambatan yang dihadapi ketika pembelajaran bercerita
menggunakan metode fun learning?
G : Kalau dari saya, tidak ada, karena metode ini cukup mudah untuk
dilakukan. Kalau siswa mungkin ada beberapa siswa yang tidak bisa
menggambar bagus, namun mereka tetap senang mengikuti pelajaran
sampai selesai.
P : Manfaat apakah yang Ibu dapatkan dalam pembelajaran keterampilan
bercerita melalui metode fun learning?
G : Ya seperti yang saya katakana tadi, bahwa siswa lebih senang
selama mengikuti pembelajaran hingga akhir, keberanian siswa saat
bercerita meningkat, dan keterampilan berbicara siswa meningkat.
P : Apakah Ibu akan menggunakan metode ini dalam pembelajaran
terlebih pada pelajaran yang menekankan siswa banyak berbicara?
G : Iya, insyaAllah saya akan gunakan metode fun learning ini.
P : Oh,,iya buk, terimakasih ibu, atas kerjasamanya
G : Iya de’, sama-sama.
b) Hasil Wawancara dengan Siswa pada Tahap Pascatindakan
Tempat : Ruang Kelas VIIA SMP 14 Muhammadiyah
Makassar
Tujuan :Memperoleh data setelah dikenakan tindakan
dengan menggunakan metode fun learning
Hari/Tanggal : Sabtu/ 19 November 2016
Waktu : 10.00 WITA (Istirahat)
Jenis : Wawancara terstruktur
Informan/ S : Nur Rahma
Pewawancara/ P : Alif Dian Nusa Putra (Mahasiswa FBS Unismuh)
Deskripsi :
P : Apakah Anda merasa senang apabila metode fun learning
diterapkan dalam pembelajaran berbicara?
S : Senang sekali kak.
P : Menurut Anda apakah metode ini mudah dipahami?
S : Iya.
P : Menurut Anda apakah metode fun learning dapat membantu
Anda dalam mengatasi kesuliatan dalam berbicara?
S : Iya, apalagi, dalam metode ini kakak menggunakan mind map
sehingga saya lebih mudah menuangkan pikiran
P : Bagaimana tanggapan Anda setelah melewati proses pembelajaran
yang menuntut anda berbicara dengan metode fun learning?
S : Sangat memudahkan saat menyusun cerita dan mengungkapkan
ceritanya.
P : Apakah manfaat yang Anda dapatkan dalam pembelajaran
keterampilan berbicara dengan menggunakan metode fun learning?
S : Memudahkan saya dalam menyampaikan cerita, karena tidak lupa,
dan cerita lebih terstruktur.
P : Adakah kendala atau kesuliatan selama Anda melaksanakan
pembelajaran bercerita dengan menggunakan metode fun learning?
S : kesulitannya mungkin bagaimana menyajikan agar lebih menarik.
P : Terima kasih atas waktunya de’. Tetap semangat.
S : Sama-sama kak.
Lampiran 12. Angket Pratindakan Siswa Kelas VIIA SMP 14
Muhammadiyah Makassar
Kisi-kisi Angket Pratindakan
No
.
Indikator Nomor Pertanyaan
1. Kawasan kognitif siswa (pengetahuan awal
tentang berbicara)
1
2. Kawasan afektif (terkait dengan kesukaan,
minat, sikap, perasaaan siswa tentang
pelajaran berbicara)
2, 3, 4, 8, 10
3. Kawasan psikomotorik (proses mengikuti
pembelajaran berbicara)
4, 5, 6, 7, 9
1. Apakah Anda mengetahui tentang apa itu kegiatan berbicara?
a. Ya b. Tidak
2. Ketika pembelajaran yang menuntut banyak berbicara, apakah guru sering
memberi tugas kepada siswa untuk bercerita di depan kelas?
a. Ya b. Tidak
3. Apakah Anda merasa senang mendapatkan tugas dari guru untuk berbicara di
depan kelas?
a. Ya b. Tidak
Mengapa?
4. Ketika pembelajaran yang menuntut banyak berbicara, apakah Anda aktif
berperan serta selama proses pembelajaran berlangsung?
a. Ya b. Tidak
5. Apakah Anda mengalami kesulitan menentukan ide cerita ketika guru
menunjuk Anda tampil berbicara didepan kelas?
a. Ya b. Tidak
6. Ketika pembelajaran yang menuntut keterampilan berbicara, apakah Anda
memperhatikan dan konsentrasi selama proses pembelajaran berlangsung?
a. Ya b. Tidak
7. Ketika pembelajaran yang menunutut banyak berbicara, apakah Anda berminat
dan antusias selama proses pembelajaran berlangsung?
a. Ya b. Tidak
8. Apakah Anda berani berbicara di depan kelas pada saat Anda ditunjuk secara
tiba-tiba oleh guru?
a. Ya b. Tidak
9. Menurut Anda, perlukah adanya suatu metode belajar yang digunakan untuk
mendukung keberhasilan pembelajaran keterampilan berbicara Anda?
a. Ya b. Tidak
10. Apakah Anda menyukai lelucon dalam pembelajaran?
a. Ya b.Tidak
Lampiran 13. Angket Pascatindakan Siswa Kelas VIIA SMP 14
Muhammadiyah Makassar
Kisi-kisi Angket Pascatindakan
No. Indikator Nomor Pertanyaan
1. Kawasan kognitif siswa (pengetahuan
tentang bercerita)
1, 2, 8
2. Kawasan afektif (terkait dengan
kesukaan, minat, sikap, perasaaan
siswa tentang bercerita)
3, 6, 10
3. Kawasan psikomotorik (proses
mengikuti pembelajaran bercerita)
4, 5, 7, 9
1. Apakah Anda merasa senang mengikuti pembelajaran keterampilan
berbicara dengan menggunakan metode fun learning?
a. Ya b. Tidak
2. Menurut Anda, apakah pembelajaran dengan metode fun learning
menghilangkan rasa takut berbicara di depan kelas?
a. Ya b. Tidak
3. Selama proses pembelajaran yang menuntut keterampilan Anda berbicara,
apakah Anda berminat dan antusias dengan menggunakan metode fun
learning?
a. Ya b. Tidak
4. Selama proses pembelajaran dengan metode fun learning,apakah Anda
masih merasa malu, grogi dan tidak mempunyai ide cerita pada saat
Anda berbicara di depan kelas?
a. Ya b. Tidak
5. Selama proses pembelajaran dengan metode fun learning, ketika
mendapatkan tugas untuk berbicara dengan metode fun learning, apakah
Anda masih merasa kesulitan?
a. Ya b. Tidak
6. Pada saat teman Anda berbicara di depan kelas, apakah Anda
mendengarkan dan mengamati cerita dari teman Anda?
a. Ya b. Tidak
7. Apakah dengan menggunakan metode fun learning dapat memperbaiki
keterampilan Anda dalam berbicara?
a. Ya b. Tidak
8. Apakah pembelajaran metode fun learning dapat membantu Anda dalam
membuat cerita secara terstruktur?
a. Ya b. Tidak
9. Apakah penerapan metode fun learningmemotivasi Anda untuk bercerita
di depan kelas?
a. Ya b. Tidak
10. Apakah pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbicara dengan
menggunakan metode fun learning memberi kesan pada diri Anda?
a. Ya b. Tidak
Mengapa?
Lampiran 14. Presentase Angket Pratindakan Siswa Kelas VIIA SMP 14
Muhammadiyah Makassar
No. Pertanyaan
Jawaban Pertanyaan Siswa
a (Ya) b (Tidak)
Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase
1. Apakah Anda mengetahui
tentang apa itu kegiatan
berbicara?
30 100% 0 0%
2.
Ketika pembelajaran yang
menuntut banyak berbicara,
apakah guru sering
memberi tugas kepada
siswa untuk bercerita di
depan kelas?
30 100% 0 0%
3.
Apakah Anda merasa
senang mendapatkan tugas
dari guru untuk berbicara
di depan kelas?
13 43% 17 57%
4.
Ketika pembelajaran yang
menuntut banyak berbicara,
apakah Anda aktif berperan
serta selama proses
pembelajaran berlangsung?
14 47% 16 53%
5.
Apakah Anda mengalami
kesulitan menentukan ide
cerita ketika guru
menunjuk Anda tampil
berbicara didepan kelas?
7 23% 23 77%
6.
Ketika pembelajaran yang
menuntut keterampilan
berbicara, apakah Anda
memperhatikan dan
konsentrasi selama proses
pembelajaran berlangsung?
13 43% 17 57%
7.
Ketika pembelajaran yang
menunutut banyak
berbicara, apakah Anda
berminat dan antusias
selama proses
pembelajaran berlangsung?
17 57% 13 43%
8.
Apakah Anda berani
berbicara di depan kelas
pada saat Anda ditunjuk
secara tiba-tiba oleh guru?
11 37% 19 63%
9.
Menurut Anda, perlukah
adanya suatu metode
belajar yang digunakan
untuk mendukung
keberhasilan pembelajaran
keterampilan berbicara
Anda?
23 77% 7 23%
10. Apakah Anda menyukai
lelucon dalam
pembelajaran?
24 80% 6 20%
Lampiran 15. Hasil Angket Pascatindakan Siswa Kelas VIIA SMP 14
Muhammadiyah Makassar
No Pertanyaan
Jawaban Pertanyaan Siswa
a (Ya) b (Tidak)
Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase
1 Apakah Anda merasa
senang mengikuti
pembelajaran
keterampilan berbicara
dengan menggunakan
metode fun learning?
25 83% 5 17%
2 Menurut Anda, apakah
pembelajaran dengan
metode fun learning
menghilangkan rasa
takut berbicara di
depan kelas?
23 77% 7 23%
3
Selama proses
pembelajaran yang
menuntut keterampilan
Anda berbicara, apakah
Anda berminat dan
antusias dengan
menggunakan metode
fun learning?
25 83% 5 17%
4
Selama proses
pembelajaran dengan
metode fun
learning,apakah Anda
masih merasa malu,
grogi dan tidak
mempunyai ide cerita
pada saat Anda
berbicara di depan
kelas?
18 60% 12 40%
5
Selama proses
pembelajaran dengan
metode fun learning,
ketika mendapatkan
tugas untuk berbicara
dengan metode fun
learning, apakah Anda
masih merasa
kesulitan?
27 90% 3 10%
6
Pada saat teman Anda
berbicara di depan
kelas, apakah Anda
mendengarkan dan
mengamati cerita dari
teman Anda?
24 80% 6 20%
7
Apakah dengan
menggunakan metode
fun learning dapat
memperbaiki
keterampilan Anda
dalam berbicara?
19 63% 11 37%
8
Apakah pembelajaran
metode fun learning
dapat membantu Anda
dalam membuat cerita
secara terstruktur?
30 100% 0 0%
9
Apakah penerapan
metode fun
learningmemotivasi
Anda untuk bercerita di
depan kelas?
20 67% 10 33%
10
Apakah pelaksanaan
pembelajaran
keterampilan berbicara
dengan menggunakan
metode fun learning
memberi kesan pada
diri Anda?
30 100% 0 0%
Lampiran 16. Daftar Hadir Siswa Tahap Pratindakan
Nama Siswa JK Pertemuan ke-
1 2
ANA p
AS l
AA p
APP p
AF p
DLT p
F p
FI p a
F p
F p a a
H p
MYAP l a
MAH l
MI l
MT l
MR l a
NH p
NH l
NS p
N p
NA p
RF l a
R p
SA p
SK p
S p
SS p
W p
NH p
A l
Jumlah Siswa 30 27 27
Keterangan:
S = Sakit
A = Alpa (tidak ada keterangan)
I = Ijin
Lampiran 17. Daftar Hadir Siswa Siklus I
Nama Siswa JK Pertemuan ke-
1 2 3
ANA p
AS l
AA p
APP p
AF p
DLT p
F p a a a
FI p
F p
F p a a a
H p
MYAP l a a a
MAH l
MI l
MT l
MR l
NH p
NH l
NS p
N p
NA p
RF l
R p
SA p
SK p
S p
SS p
W p
NH p
A l
Jumlah Siswa 30 27 27 28
Keterangan:
S = Sakit
A = Alpa (tidak ada keterangan)
I = Ijin
Lampiran 18. Daftar Hadir Siswa Siklus II
Nama Siswa JK Pertemuan ke-
1 2 3
ANA p
AS l
AA p
APP p
AF p
DLT p
F p
FI p
F p
F p a
H p a a
MYAP l a
MAH l
MI l
MT l
MR l
NH p
NH l
NS p
N p
NA p
RF l a
R p
SA p
SK p
S p
SS p
W p
NH p
A l
Jumlah Siswa 30 28 29 28
Keterangan:
S = Sakit
A = Alpa (tidak ada keterangan)
I = Ijin
Lampiran 19. Keterangan Kategori Tiap-tiap Aspek dalam Penilaian
Keterampilan Berbicara
No Aspek Penilaian Indikator Skor
1. Volume Suara Sangat baik: Volume sudah terdengar
oleh seluruh pendengar secara jelas dan
lantang
5
Baik: Volume sudah terdengar oleh
seluruh pendengar 4
Cukup: Volume terdengar tapi belum
terdengar oleh seluruh pendengar 3
Kurang: Volume tidak terlalu terdengar
dan tidak jelas 2
Sangat kurang: Volume sama sekali
tidak terdengar 1
2. Pelafalan Sangat baik: Pelafalan fonem sangat
jelas, tidak terpengaruh dialek, intonasi
sangat jelas
5
Baik: Pelafalan fonem jelas, tidak
terpengaruh dialek, intonasi jelas 4
Cukup: Pelafalan fonem cukup jelas,
sedikit terpengaruh dialek, intonasi
cukup jelas
3
Kurang: Pelafalan fonem kurang jelas, terpengaruh dialek, intonasi kurang jelas
2
Sangat kurang: Pelafalan fonem tidak
jelas, sangat terpengaruh dialek, intonasi
tidak jelas
1
3. Keterampilan
Mengembangkan
Ide
Sangat baik: Cerita dikembangkan
secara kreatif tanpa keluar dari tema.
Alur, tokoh, dan setting terkonsep
dengan jelas dan menarik. Amanat cerita
sesuai dengan tema.
5
Baik: Cerita dikembangkan secara
kreatif tidak keluar dari tema. Alur,
tokoh, dan setting terkonsep dengan jelas
namun kurang menarik. Amanat cerita
sesuai dengan tema.
4
Cukup: Cerita dikembangkan dengan
cukup kreatif, tidak keluar dari tema.
Setting dan tokoh terkonsep jelas, namun
alur kurang terkonsep dengan jelas.
Amanat cerita cukup sesuai dengan
tema.
3
Kurang: Cerita dikembangkan dengan 2
kurang kreatif dan tidak keluar dari tema.
Alur, setting, tokoh tidak terkonsep
dengan jelas. Amanat cerita kurang
sesuai dengan tema.
Sangat kurang: Cerita tidak
dikembangkan dengan baik. Alur,
setting, dan tokoh tidak terkonsep
dengan jelas. Amanat cerita tidak sesuai
dengan tema.
1
4. Sikap
Penghayatan
Cerita
Sangat baik: Mimik, gerak, dan suara
sesuai dengan karakter tokoh yang
diperankan, ada improvisasi terhadap
mimik, gerak dan suara, dan improvisasi
yang dilakukan sangat tepat dan tidak
berlebihan
5
Baik: Mimik, gerak dan suara sesuai
dengan karakter tokoh yang diperankan,
ada improvisasi trhadap mimik, gerak,
dan suara
4
Cukup: Mimik, gerak dan suara cukup
sesuai dengan karakter tokoh, tidak ada
improvisasi terhadap mimik, gerak dan
suara
3
Kurang: Mimik, gerak dan suara tidak
sesuai dengan karakter tokoh dan tidak
punya improvisasi
2
Sangat kurang: mimik, gerak-gerik dan
suara tidak sesuai dengan karakter tokoh
dalam cerita
1
5. Kelancaran Sangat baik: Berbicara lancar, tidak
tersendat-sendat, penempatan jeda sesuai 5
Baik: Berbicara lancar, tidak tersendat-
sendat, penempatan jeda kurang sesuai 4
Cukup: Berbicara lancar, tidak
tersendat-sendat, tidak ada jeda 3
Kurang: Berbicara kurang lancar,
tersendat-sendat, tidak ada jeda 2
Sangat kurang: Berbicara tidak lancar,
tersendat-sendat, tidak ada jeda 1
6. Ketepatan Ucapan Sangat baik: Pengucapan bunyi-bunyi
bahasa tepat sekali sehingga kata yang
diucapkan terdengar jelas sekali
5
Baik: Pengucapan bunyi-bunyi bahasa
sudah tepat 4
Cukup: Pengucapan bunyi-bunyi bahasa
sudah cukup tepat 3
Kurang: Pengucapan bunyi-bunyi
bahasa kurang tepat 2
Sangat kurang: Pengucapan bunyi-
bunyi bahasa tidak tepat 1
7. Pilihan Kata Sangat baik: Penggunaan kata-kata,
istilah sesuai dengan tema dan karakter
tokoh, terdapat variasi dalam pemilihan
kata
5
Baik: Penggunaan kata-kata, istilah
sesuai dengan tema dan karakter tokoh,
kurang terdapat variasi dalam pemilihan
kata
4
Cukup: Penggunaan kata-kata, istilah
sesuai dengan tema dan karakter tokoh,
tidak ada variasi dalam pemilihan kata
3
Kurang: Penggunaan kata-kata, istilah
kurang sesuai dengan tema dan karakter
tokoh, tidak ada variasi dalam pemilihan
kata
2
Sangat kurang: penggunaan kata-kata,
istilah tidak sesuai dengan tema dan
karakter tokoh, tidak ada variasi dalam
pemilihan kata
1
Lampiran 20. Lembar Pengamatan Siswa dalam Proses Pembelajaran
Keterampilan Berbicara
No Perilaku Amatan Keterangan Skor
1. Keaktifan Siswa sangat aktif bertanya, sangat aktif
menjawab pertanyaan, aktif
mengerjakan tugas
5
Siswa aktif bertanya, aktif menjawab
pertanyaan, aktif mengerjakan tugas
4
Siswa cukup aktif bertanya, cukup aktif
menjawab pertanyaan, aktif
mengerjakan tugas
3
Siswa kurang aktif bertanya, kurang
aktif menjawab pertanyaan, kurang aktif
mengerjakan tugas
2
Siswa tidak aktif bertanya, tidak aktif
menjawab pertanyaan, aktif
mengerjakan tugas
1
2. Perhatian dan
Konsentrasi Siswa pada
Pelajaran
Siswa tidak mengantuk, tidak melamun,
menopang dagu, tidak sibuk beraktifitas
sendiri, sangat memperhatikan
penjelasan guru
5
Siswa mengantuk, tidak
melamun atau menopang dagu,
tidak sibuk beraktifitas sendiri,
memperhatikan penjelasan guru
4
Siswa tidak mengantuk, melamun atau
menopang dagu, tidak sibuk beraktifitas
sendiri, cukup memperhatikan pelajaran
guru
3
Siswa tidak mengantuk, melamun/
menopang dagu, sedikit sibuk
beraktifitas sendiri, kurang
memperhatikan penjelasan guru
2
Siswa mengantuk, melamun/ menopang
dagu, sibuk beraktifitas sendiri, tidak
memperhatikan penjelasan guru
1
3. Minat Siswa Selama
Pembelajaran
Siswa sangat antusias dalam
mengembangkan tema, merangkai
pokok-pokok cerita menjadi sebuah
cerita
5
Siswa antusias dalam mengembangkan
tema, merangkai pokok-pokok cerita
menjadi sebuah cerita
4
Siswa cukup antusias mengembangkan 3
tema, merangkai pokok-pokok cerita
menjadi sebuah cerita
Siswa kurang antusias mengambangkan
tema, merangkai pokok-pokok cerita
menjadi sebuah cerita
2
Siswa tidak antusias mengembangkan
tema, merangkai pokok-pokok cerita
menjadi sebuah cerita
1
4. Keberanian Siswa
berbicara di depan
kelas
Siswa dengan spontan berani tampil di
depan kelas
5
Siswa berani berbicara di depan kelas 4
Siswa cukup berani tampil di depan
kelas
3
Siswa kurang berani berbicara di depan
kelas
2
Siswa tidak berani berbicara di depan
kelas
1
5. Kerja sama Kelompok Siswa sangat aktif kerjasama dengan
kelompok
5
Siswa aktif kerjasama dengan kelompok 4
Siswa cukup aktif kerjasama dengan
kelompok
3
Siswa kurang aktif kerjasama dengan
kelompok
2
Siswa tidak berperan aktif dengan
kelompok
1
Lampiran 21. Pedoman Penilaian
Nama :
No.Absen :
No. Aspek yang Dinilai Skala Skor
1 2 3 4 5
1. Pelafalan
2. Penempatan tekanan dan nada
3. Pilihan kata (diksi) 4. Ekspresi dan tingkah laku
5. Volume suara
6. Kelancaran
7. Penguasaan cerita
Perhitungan nilai akhir dalam skala 0- 100 adalah sebagai berikut:
Nilai akhir =Perolehan Skor
Skor maksimum×100
Rubrik Penilaian Keterampilan Berbicara
No Aspek Penilaian Indikator Skor
1. Volume Suara Sangat baik: Volume sudah terdengar
oleh seluruh pendengar secara jelas dan
lantang
5
Baik: Volume sudah terdengar oleh
seluruh pendengar 4
Cukup: Volume terdengar tapi belum
terdengar oleh seluruh pendengar 3
Kurang: Volume tidak terlalu terdengar
dan tidak jelas 2
Sangat kurang: Volume sama sekali
tidak terdengar 1
2. Pelafalan Sangat baik: Pelafalan fonem sangat
jelas, tidak terpengaruh dialek, intonasi
sangat jelas
5
Baik: Pelafalan fonem jelas, tidak
terpengaruh dialek, intonasi jelas 4
Cukup: Pelafalan fonem cukup jelas,
sedikit terpengaruh dialek, intonasi
cukup jelas
3
Kurang: Pelafalan fonem kurang jelas, terpengaruh dialek, intonasi kurang jelas
2
Sangat kurang: Pelafalan fonem tidak
jelas, sangat terpengaruh dialek, intonasi
tidak jelas
1
3. Keterampilan
Mengembangkan
Ide
Sangat baik: Cerita dikembangkan
secara kreatif tanpa keluar dari tema.
Alur, tokoh, dan setting terkonsep
dengan jelas dan menarik. Amanat cerita
sesuai dengan tema.
5
Baik: Cerita dikembangkan secara
kreatif tidak keluar dari tema. Alur,
tokoh, dan setting terkonsep dengan jelas
namun kurang menarik. Amanat cerita
sesuai dengan tema.
4
Cukup: Cerita dikembangkan dengan
cukup kreatif, tidak keluar dari tema.
Setting dan tokoh terkonsep jelas, namun
alur kurang terkonsep dengan jelas.
Amanat cerita cukup sesuai dengan
tema.
3
Kurang: Cerita dikembangkan dengan 2
kurang kreatif dan tidak keluar dari tema.
Alur, setting, tokoh tidak terkonsep
dengan jelas. Amanat cerita kurang
sesuai dengan tema.
Sangat kurang: Cerita tidak
dikembangkan dengan baik. Alur,
setting, dan tokoh tidak terkonsep
dengan jelas. Amanat cerita tidak sesuai
dengan tema.
1
4. Sikap
Penghayatan
Cerita
Sangat baik: Mimik, gerak, dan suara
sesuai dengan karakter tokoh yang
diperankan, ada improvisasi terhadap
mimik, gerak dan suara, dan improvisasi
yang dilakukan sangat tepat dan tidak
berlebihan
5
Baik: Mimik, gerak dan suara sesuai
dengan karakter tokoh yang diperankan,
ada improvisasi trhadap mimik, gerak,
dan suara
4
Cukup: Mimik, gerak dan suara cukup
sesuai dengan karakter tokoh, tidak ada
improvisasi terhadap mimik, gerak dan
suara
3
Kurang: Mimik, gerak dan suara tidak
sesuai dengan karakter tokoh dan tidak
punya improvisasi
2
Sangat kurang: mimik, gerak-gerik dan
suara tidak sesuai dengan karakter tokoh
dalam cerita
1
5. Kelancaran Sangat baik: Berbicara lancar, tidak
tersendat-sendat, penempatan jeda sesuai 5
Baik: Berbicara lancar, tidak tersendat-
sendat, penempatan jeda kurang sesuai 4
Cukup: Berbicara lancar, tidak
tersendat-sendat, tidak ada jeda 3
Kurang: Berbicara kurang lancar,
tersendat-sendat, tidak ada jeda 2
Sangat kurang: Berbicara tidak lancar,
tersendat-sendat, tidak ada jeda 1
6. Ketepatan Ucapan Sangat baik: Pengucapan bunyi-bunyi
bahasa tepat sekali sehingga kata yang
diucapkan terdengar jelas sekali
5
Baik: Pengucapan bunyi-bunyi bahasa
sudah tepat 4
Cukup: Pengucapan bunyi-bunyi bahasa
sudah cukup tepat 3
Kurang: Pengucapan bunyi-bunyi
bahasa kurang tepat 2
Sangat kurang: Pengucapan bunyi-
bunyi bahasa tidak tepat 1
7. Pilihan Kata Sangat baik: Penggunaan kata-kata,
istilah sesuai dengan tema dan karakter
tokoh, terdapat variasi dalam pemilihan
kata
5
Baik: Penggunaan kata-kata, istilah
sesuai dengan tema dan karakter tokoh,
kurang terdapat variasi dalam pemilihan
kata
4
Cukup: Penggunaan kata-kata, istilah
sesuai dengan tema dan karakter tokoh,
tidak ada variasi dalam pemilihan kata
3
Kurang: Penggunaan kata-kata, istilah
kurang sesuai dengan tema dan karakter
tokoh, tidak ada variasi dalam pemilihan
kata
2
Sangat kurang: penggunaan kata-kata,
istilah tidak sesuai dengan tema dan
karakter tokoh, tidak ada variasi dalam
pemilihan kata
1
Lampiran 22. Lembar Observasi Pratindakan Pertemuan 1
Hari/ Tanggal : Kamis/ 27 Oktober 2016
Berilah tanda () pada kolom 1-4, jika siswa berperilaku aktif atau memiliki
kondisi seperti pada keterangan.
Keterangan:
1. Keaktifan para siswa
2. Perhatian atau fokus para siswa
3. Keantusiasan dan minat siswa
4. Keberanian siswa saat berbicara
Nama Siswa JK Aspek Proses
1 2 3 4
ANA p - - -
AS l - -
AA p -
APP p -
AF p - -
DLT p - - -
F P - -
FI p - -
F p - -
F p - -
H p - -
MYAP l - -
MAH l - -
MI l - -
MT l - - -
MR l - -
NH p - -
NH l - -
NS p -
N p - -
NA p - - -
RF l -
R p - -
SA p - -
SK p - - - -
S p - - -
SS p - - - -
W p -
NH p - -
A l - -
Lampiran 23. Lembar Observasi Pratindakan Pertemuan 2
Hari/ Tanggal : Sabtu/ 29 Oktober 2016
Berilah tanda (√) pada kolom 1-4, jika siswa berperilaku aktif atau memiliki
kondisi seperti pada keterangan.
Nama Siswa JK Aspek yang Dinilai
1 2 3 4 ANA p - √ - -
AS l √ - - √ AA p — √ - √ APP p - √ - √ AF p √ √ - -
DLT p - - √ - F P - √ - √ FI p - - √ √ F p - √ - √ F p - √ - - H p - √ - √
MYAP l √ - √ √ MAH l √ √ - √
MI l - - - √ MT l - - - √ MR l S S S S NH p √ - - √ NH l - √ - √ NS p √ √ - √ N p - - √ √
NA p - - √ √ RF l - - √ √ R p √ √ - √
SA p - √ - √ SK p - - - √ S p - √ - √
SS p √ - - √ W p √ - - √ NH p - √ - √ A l - √ - √
Keterangan:
1. Keaktifan para siswa
2. Perhatian atau fokus para siswa
3. Keantusiasan dan minat siswa
4. Keberanian siswa saat bercerita
Lampiran 24. Lembar Observasi Siklus 1 Pertemuan 1
Hari/ Tanggal : Kamis/ 3 November 2016
Berilah tanda (√) pada kolom 1-4, jika siswa berperilaku aktif atau memiliki
kondisi seperti pada keterangan.
Nama Siswa JK Aspek yang Dinilai
1 2 3 4
ANA p √ - √ -
AS l √ - √ √ AA p - √ √ √ APP p - √ - √ AF p √ √ - √
DLT p - - √ √ F P - √ √ √ FI p - - √ √ F p √ - √ √ F p - - √ √ H p - √ √ √
MYAP l - - √ √ MAH l - √ √ √
MI l √ - √ √ MT l √ - - √ MR l - √ √ √ NH p - - - √ NH l S S S S NS p √ √ √ √ N p √ - √ √
NA p - - - √ RF l √ - √ √ R p √ √ √ √
SA p - - - √ SK p S S S S S p - √ - √
SS p √ - √ √ W p √ √ √ √ NH p - - √ √ A l S S S S
Keterangan:
1. Keaktifan para siswa
2. Perhatian atau fokus para siswa
3. Keantusiasan dan minat siswa
4. Keberanian siswa saat bercerita
Lampiran 25. Lembar Observasi Siklus 1 Pertemuan 2
Hari/ Tanggal : 5 November 2016
Berilah tanda () pada kolom 1-4, jika siswa berperilaku aktif atau memiliki
kondisi seperti pada keterangan.
Nama Siswa JK Aspek yang Dinilai
1 2 3 4
ANA p - -
AS l -
AA p -
APP p - -
AF p -
DLT p - -
F P -
FI p - -
F p -
F p - -
H p -
MYAP l - -
MAH l S S S S
MI l -
MT l - -
MR l -
NH p - -
NH l -
NS p
N p -
NA p - -
RF l - -
R p
SA p - -
SK p - -
S p - -
SS p -
W p
NH p - -
A l S S S S
Keterangan:
1. Keaktifan para siswa
2. Perhatian atau fokus para siswa
3. Keantusiasan dan minat siswa
4. Keberanian siswa saat bercerita
Lampiran 26. Lembar Observasi Siklus 1 Pertemuan 3
Hari/ Tanggal : Sabtu/ 10 November 2016
Berilah tanda () pada kolom 1-4, jika siswa berperilaku aktif atau memiliki
kondisi seperti pada keterangan.
Nama Siswa JK Aspek yang Dinilai
1 2 3 4
ANA p -
AS l -
AA p
APP p -
AF p
DLT p - —
F P -
FI p - -
F p - -
F p - -
H p -
MYAP l - -
MAH l -
MI l -
MT l - -
MR l -
NH p - -
NH l S S S S NS p
N p
NA p - -
RF l
R p
SA p - -
SK p - -
S p -
SS p -
W p S S S S NH p - -
A l - -
Keterangan:
1. Keaktifan para siswa
2. Perhatian atau fokus para siswa
3. Keantusiasan dan minat siswa
4. Keberanian siswa saat bercerita
Lampiran 27. Lembar Observasi Siklus 2 Pertemuan 1
Hari/ Tanggal : 12 November 2016
Berilah tanda () pada kolom 1-4, jika siswa berperilaku aktif atau memiliki
kondisi seperti pada keterangan.
Nama Siswa JK Aspek yang Dinilai
1 2 3 4
ANA p -
AS l - -
AA p
APP p -
AF p
DLT p —
F P -
FI p -
F p -
F p -
H p
MYAP l -
MAH l
MI l -
MT l -
MR l -
NH p -
NH l -
NS p
N p
NA p - -
RF l
R p
SA p -
SK p -
S p -
SS p
W p -
NH p -
A l S S S S
Keterangan:
1. Keaktifan para siswa
2. Perhatian atau fokus para siswa
3. Keantusiasan dan minat siswa
4. Keberanian siswa saat bercerita
Lampiran 28. Lembar Observasi Siklus 2 Pertemuan 2
Hari/ Tanggal : Kamis/ 17 November 2016
Berilah tanda () pada kolom 1-4, jika siswa berperilaku aktif atau memiliki
kondisi seperti pada keterangan.
Nama Siswa JK Aspek yang Dinilai
1 2 3 4
ANA p —
AS l -
AA p -
APP p
AF p -
DLT p -
F P -
FI p -
F p -
F p -
H p
MYAP l — - —
MAH l -
MI l -
MT l - -
MR l -
NH p -
NH l -
NS p
N p -
NA p -
RF l
R p
SA p - -
SK p -
S p -
SS p —
W p -
NH p -
A l -
Keterangan:
1. Keaktifan para siswa
2. Perhatian atau fokus para siswa
3. Keantusiasan dan minat siswa
4. Keberanian siswa saat bercerita
Lampiran 29. Lembar Observasi Siklus 2 Pertemuan 3
Hari/ Tanggal : Sabtu/ 19 November 2016
Berilah tanda () pada kolom 1-4, jika siswa berperilaku aktif atau memiliki
kondisi seperti pada keterangan.
Nama Siswa JK Aspek yang Dinilai
1 2 3 4
ANA p
AS l
AA p
APP p
AF p
DLT p -
F P -
FI p -
F p
F p -
H p
MYAP l - —
MAH l
MI l -
MT l - -
MR l
NH p -
NH l
NS p
N p
NA p -
RF l
R p
SA p - -
SK p -
S p -
SS p
W p -
NH p -
A l -
Keterangan:
1. Keaktifan para siswa
2. Perhatian atau fokus para siswa
3. Keantusiasan dan minat siswa
4. Keberanian siswa saat bercerita
Lampiran 30. Daftar Skor Siswa kelas VIIA Pada Tahap Pratindakan
Nama
Siswa JK
Pelafalan
Penempatan
tekanan dan
nada
Diksi
Ekspresi/
tingkah
laku
Volume
suara Kelancaran
Penguasaan
cerita Jumlah
Nilai
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
ANA p 3 3 3 2 5 2 2 20 57
AS l 4 3 2 2 4 3 3 27 77
AA p 4 3 3 2 3 2 3 20 57
APP p 3 3 3 1 4 3 3 20 57
AF p 2 4 3 3 4 3 3 22 63
DLT p 3 3 3 2 5 2 2 20 57
F P 3 2 3 2 3 2 2 17 49
FI p 4 4 3 3 4 2 3 23 66
F p 3 4 4 3 3 3 3 23 66
F p 3 3 3 3 3 2 3 20 57
H p 3 3 3 2 3 2 3 19 54
MYAP l 4 3 2 3 4 2 3 21 60
MAH l 4 3 4 3 4 4 4 27 77
MI l 3 3 3 2 3 3 3 20 57
MT l 3 3 4 3 4 3 3 23 66
MR l 3 3 4 2 3 3 2 20 57
NH p 4 4 3 3 3 3 2 22 63
NH l 3 3 4 2 3 3 3 21 60
NS p 4 3 3 3 4 3 2 22 63
N p 2 3 3 3 3 2 2 18 51
NA p 3 3 2 2 3 2 3 18 51
RF l 4 2 2 3 5 3 3 22 63
R p 4 3 4 3 4 2 2 22 63
SA p 3 2 2 2 5 3 2 19 54
SK p 4 3 3 2 4 3 3 22 63
S p 3 3 3 3 3 2 3 20 57
SS p 3 2 2 3 4 2 3 19 54
W p 3 4 3 3 4 3 2 28 80
NH p 3 2 4 2 4 2 2 19 54
A l 3 3 3 2 3 2 2 18 51
Jumlah
99 91 93 75 114 78 82 632 60
Rata-rata
3.27 3.03 3.1 2.5 3.8 2.6 2.73 21.06
Skor Ideal 150 150 150 150 150 150 150 1050
Presentase
66% 61% 62% 50% 76% 52% 55% 60%
Nilai Pratindakan
Nomor
Urut Nama Siswa Nilai Pencapaian KKM
1. ANA 57 Belum Tercapai
2. AS 77 Tercapai
3. AA 57 Belum Tercapai
4. APP 57 Belum Tercapai
5. AF 63 Belum Tercapai
6. DLT 57 Belum Tercapai
7. F 49 Belum Tercapai
8. FI 66 Belum Tercapai
9. F 66 Belum Tercapai
10. F 57 Belum Tercapai
11. H 54 Belum Tercapai
12. MYAP 60 Belum Tercapai
13. MAH 77 Tercapai
14. MI 57 Belum Tercapai
15. MT 66 Belum Tercapai
16. MR 57 Belum Tercapai
17. NH 63 Belum Tercapai
18. NH 60 Belum Tercapai
19. NS 63 Belum Tercapai
20. N 51 Belum Tercapai
21. NA 51 Belum Tercapai
22. RF 63 Belum Tercapai
23. R 63 Belum Tercapai
24. SA 54 Belum Tercapai
25. SK 63 Belum Tercapai
26. S 57 Belum Tercapai
27. SS 54 Belum Tercapai
28. W 80 Tercapai
29. NH 54 Belum Tercapai
30. A 51 Belum Tercapai
Jumlah
632
Rata-rata 60
Jumlah siswa yang mencapai KKM 3
Jumlah siswa yang belum
mencapai KKM 27
Persentase pencapaian KKM 10%
Lampiran 31. Daftar Skor Siswa kelas VIIA Pada Tahap Siklus I
Nama Siswa JK Pelafalan
Penempatan
tekanan dan
nada
Diksi
Ekspresi
/ tingkah
laku
Volume
suara Kelancaran
Penguasaan
cerita Jumlah Nilai
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
ANA p 5 3 4 3 5 4 5 29 83
AS l 4 4 4 3 5 4 4 28 80
AA p 4 4 3 3 4 4 3 25 71
APP p 4 4 4 2 5 4 5 28 80
AF p 3 4 4 3 5 3 3 25 71
DLT p 4 3 4 3 4 4 5 27 77
F P 4 3 4 3 4 4 4 26 74
FI p 5 4 3 2 5 3 5 27 77
F p 5 5 4 3 4 3 4 28 80
F p 4 3 3 3 5 3 4 25 71
H p 4 4 4 3 4 4 4 27 77
MYAP l 5 4 3 3 4 3 3 25 71
MAH l 5 3 4 3 4 3 4 26 74
MI l 4 3 3 3 4 4 3 24 69
MT l 4 3 5 3 5 4 4 28 80
MR l 4 4 4 3 5 4 4 28 80
NH p 3 4 3 3 5 3 3 24 69
NH l 4 3 5 3 4 3 3 25 71
NS p 4 3 3 3 4 4 4 25 71
N p 4 3 3 3 4 3 3 23 66
NA p 4 3 3 3 5 5 5 28 80
RF l 4 3 4 3 5 3 5 27 77
R p 4 3 4 3 4 4 3 25 71
SA p 4 3 4 3 5 4 5 28 80
SK p 4 4 3 3 3 4 3 24 69
S p 4 4 3 4 5 2 3 25 71
SS p 4 3 4 3 5 4 4 27 77
W p 4 4 5 4 5 4 4 30 86
NH p 4 3 4 3 5 4 4 27 77
A l 4 4 3 3 5 4 5 28 80
Jumlah 123 105 111 90 136 109 118 792 75
Rata-rata 4.1 3.5 3.7 3 4.53 3.63 3.93 26.4
Skor Ideal 150 150 150 150 150 150 150 1050
Presentase 82% 70% 74% 60% 91% 73% 79% 75%
Nilai Siklus I
Nomor
Urut Nama Siswa Nilai Pencapaian KKM
1. ANA 83 Tercapai
2. AS 80 Tercapai
3. AA 71 Belum Tercapai
4. APP 80 Tercapai
5. AF 71 Belum Tercapai
6. DLT 77 Tercapai
7. F 74 Belum Tercapai
8. FI 77 Tercapai
9. F 80 Tercapai
10. F 71 Belum Tercapai
11. H 77 Tercapai
12. MYAP 71 Belum Tercapai
13. MAH 74 Belum Tercapai
14. MI 69 Belum Tercapai
15. MT 80 Tercapai
16. MR 80 Tercapai
17. NH 69 Belum Tercapai
18. NH 71 Belum Tercapai
19. NS 71 Belum Tercapai
20. N 66 Belum Tercapai
21. NA 80 Tercapai
22. RF 77 Tercapai
23. R 71 Belum Tercapai
24. SA 80 Tercapai
25. SK 69 Belum Tercapai
26. S 71 Belum Tercapai
27. SS 77 Tercapai
28. W 86 Tercapai
29. NH 77 Tercapai
30. A 80 Tercapai
Jumlah 792
Rata-rata 75
Jumlah siswa yang mencapai KKM 16
Jumlah siswa yang belum mencapai KKM 14
Persentase pencapaian KKM 40%
Lampiran 32. Daftar Skor Siswa kelas VIIA Pada Tahap Siklus II
Daftar Skor Siswa Kelas VIIA pada Tahap Siklus II
Nama
Siswa JK
Pelafalan
Penempatan
tekanan dan
nada
Diksi
Ekspresi
/ tingkah
laku
Volume
suara Kelancaran
Penguasaan
cerita Jumlah
Skor
Nilai
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
ANA p 5 3 4 3 5 5 4 29 83
AS l 4 4 4 4 5 5 4 30 86
AA p 4 3 4 3 4 5 4 27 77
APP p 4 3 4 3 5 4 5 28 80
AF p 3 4 4 4 5 3 4 27 77
DLT p 4 4 4 3 5 4 4 27 80
F P 5 4 4 4 5 4 4 30 86
FI p 5 4 3 3 5 3 3 26 74
F p 5 4 4 4 4 3 4 28 80
F p 4 3 4 4 5 3 3 26 74
H p 4 4 3 3 4 5 5 28 80
MYAP l 5 4 4 4 4 3 3 27 77
MAH l 5 3 4 4 5 4 4 29 83
MI l 4 3 4 3 4 5 4 27 77
MT l 4 3 3 4 5 5 5 29 83
MR l 4 4 3 3 5 4 5 28 80
NH p 3 4 4 3 5 3 5 27 77
NH l 4 4 5 4 4 3 3 27 77
NS p 4 3 4 4 4 5 4 28 80
N p 4 4 3 3 4 4 5 27 77
NA p 4 3 5 4 4 4 5 29 83
RF l 4 5 3 5 5 5 4 31 89
R p 4 3 4 4 4 5 3 27 77
SA p 4 3 4 4 5 4 4 28 80
SK p 4 4 3 3 3 5 5 27 77
S p 4 4 3 4 5 3 4 27 77
SS p 4 4 4 3 5 4 4 28 80
W p 4 4 4 4 5 5 5 31 89
NH p 4 3 4 3 5 4 4 27 77
A l 4 4 5 3 5 4 4 29 83
Jumlah 123 109 114 106 138 124 125 839
Rata-rata 4.1 3.63 3.8 3.53 4.6 4.13 4.17 27.97
Skor Ideal 150 150 150 150 150 150 150 1050
Presentase 82% 73% 76% 71% 92% 83% 83% 80% 80
Nilai Siklus II
Nama Siswa Nilai Pencapaian
ANA 83 Tercapai
AS 86 Tercapai
AA 77 Tercapai
APP 80 Tercapai
AF 77 Tercapai
DLT 80 Tercapai
F 86 Tercapai
FI 74 Belum Tercapai
F 80 Tercapai
F 74 Belum Tercapai
H 80 Tercapai
MYAP 77 Tercapai
MAH 83 Tercapai
MI 77 Tercapai
MT 83 Tercapai
MR 80 Tercapai
NH 77 Tercapai
NH 77 Tercapai
NS 80 Tercapai
N 77 Tercapai
NA 83 Tercapai
RF 89 Tercapai
R 77 Tercapai
SA 80 Tercapai
SK 77 Tercapai
S 77 Tercapai
SS 80 Tercapai
W 89 Tercapai
NH 77 Tercapai
A 83 Tercapai
Jumlah 839
Rata-rata 80
Jumlah siswa yang mencapai KKM 28
Jumlah siswa yang belum mencapai KKM 2
Persentase pencapaian KKM 80%
Lampiran 33. Rekapitulasi Peningkatan Skor Kelas VIIA dari Tahap
Pratindakan, Siklus I, Siklus II
No. Aspek Rata-rata
Skor
Pratindaka
n
Rata-rata
Skor
Siklus I
Rata-
rata Skor
Siklus II
Peningkatan
1. Pelafalan 3.27 3.57 4 3.7
2. Penempatan
tekanan / nada
3 3.3 3.57 3.27
3. Diksi 3.03 3.43 3.7 3.3
4. Ekspresi/ tingkah
laku
2.47 2.97 3.53 3.03
5. Suara 3.23 3.53 3.93 3.63
6. Kelancaran 2.5 3.17 3.67 3
7. Penguasaan cerita 2.6 3.07 3.63 3.16
Jumlah Rata-rata 20.1 22.47 25.07 22.7
Presentase 57% 64% 72% 14%