peningkatan hasil belajar siswa subtemacerita fiksi...

160
i PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA SUBTEMACERITA FIKSI MELALUI METODE STORYTELLING DENGAN MEDIA BONEKA TANGAN PADA SISWA KELAS IV MIN 4 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2019/2020 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh : NURUL HIDAYATI NINGSIH 23040160033 FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)SALATIGA 2020 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

Upload: others

Post on 23-Oct-2020

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • i

    PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA SUBTEMACERITA

    FIKSI MELALUI METODE STORYTELLING DENGAN

    MEDIA BONEKA TANGAN PADA SISWA KELAS IV MIN 4

    BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2019/2020

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar

    Sarjana Pendidikan (S.Pd)

    Oleh :

    NURUL HIDAYATI NINGSIH

    23040160033

    FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)SALATIGA

    2020

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

  • ii

  • iii

    PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA SUBTEMACERITA

    FIKSI MELALUI METODE STORYTELLINGDENGAN MEDIA

    BONEKA TANGAN PADA SISWA KELAS IV MIN 4

    BOYOLALI TAHUN PELAJARAN2019/2020

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar

    Sarjana Pendidikan (S.Pd)

    Oleh :

    NURUL HIDAYATI NINGSIH

    23040160033

    FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)SALATIGA

    2020

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

  • iv

  • v

  • vi

  • vii

    MOTTO

    Tahapan pertama dalam mencari ilmu adalah mendengarkan, kemudian diam dan

    menyimak dengan penuh perhatian, lalu menjaganya, lalu mengamalkannya dan

    kemudian menyebarkannya.

    -Sofyan bin Uyainah-

  • viii

    PERSEMBAHAN

    Skripsi ini saya persembahkan kepada:

    1. Kedua orang tuaku Bapak Suyatno dan Ibu Ninik Nuryantini yang selalu

    memberikan doa, membimbing, mendiidik, memberikan kasih sayang, yang

    selalu sabar dalam memberikan nasihat, memberikan semangat, memberikan

    motivasi dan dukungan.

    2. Kedua adikku tersayang Muhammad Riski Irkhamni dan Ana Nur Khasanah

    yang selalu memberikan semangat, dukungan dan motivasi.

    3. Keluarga besarku yang telah memberikan dukungan, memberikan semangat,

    memberikan doa dan yang selalu memotivasi penulis sehingga skripsi ini

    terselesaikan.

    4. Sahabat dan teman-teman dekatku dimanapun kalian berada yang maaf tidak

    bisa ku sebutkan satu persatu nama nya karna begitu banyaknya, yang telah

    memberikan dukungan, semangat, motivasi dari awal perjuang penulis sampai

    dengan skripsi ini terselesaikan.

    5. Kakak – kakak seperjuangan DEMA FTIK IAIN Salatiga Tahun 2018

    6. Sahabat-sahabati dan bolo-bolo di organisasi esktra kampus kota salatiga,

    terimakasih atas dukungan dan motivasinya sehingga penulisan skripsi ini

    terselesaikan.

    7. Teman-teman seperjuangan PPL MI Ma’arif Pulutan Salatiga

    8. Keluarga KKN IAIN Salatiga posko 217 Desa Blumbang yang senantiasa

    memberikan pengalaman bermasyarakat dan bekerja sama yang baik serta

  • ix

    terimakasih atas segala doa, dukungan, dan motivasinya sehingga penulisan

    skripsi ini terselesaikan.

    9. Teman-teman Jurusan S1 Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah angkatan 2016

    yang telah memberikan banyak dukungan dan motivasi selama menempuh

    perkuliahan di IAIN Salatiga.

  • x

    KATA PENGANTAR

    Bismillahirrahmanirrohim

    Puji syukur alhamdulillahi robbil’alamin, senantiasa penulis haturkan

    kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya,

    sehingga skripsi dengan judul Peningkatan Hasil Belajar Siswa Subtema Cerita

    Fiksi Melalui Metode Storytelling dengan Media Boneka Tangan pada Siswa

    Kelas IV MIN 4 Boyolali Tahun Ajaran 2019/2020 dapat terselesaikan. Tak lupa

    Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Agung

    Muhammad SAW semoga beliau selalu dirahmati Allah SWT.

    Penulis skripsi ini tidak akan selesai tanpa motivasi, bimbingan, dan

    bantuan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini selesai. Oleh karena itu, penulis

    sampaikan terima kasih kepada:

    1. Bapak Prof. Dr. Zakiyyudin, M.Ag. selaku Rektor IAIN Salatiga.

    2. Bapak Prof. Dr. Mansur, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

    Keguruan.

    3. Ibu Dr. Peni Susapti, M.Si., selaku Kepala Program Studi PGMI IAIN

    Salatiga,

    4. Ibu Dr. Lilik Sriyanti, M.Si., selaku Pembimbing Skripsi yang telah

    membimbing dengan ikhlas, mengarahkan dan meluangkan waktunya

    untuk penulis sehingga skripsi ini terselesaikan.

    5. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Akademik terimakasih

    atas bimbingannya selama 8 semester ini.

  • xi

  • xii

    ABSTRAK

    Ningsih, Nurul,Hidayati.2020. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Subtema Cerita

    Fiksi Melalui Metode Storytelling dengan Media Boneka Tangan

    pada Siswa Kelas IV MIN 4 Boyolali Tahun Pelajaran

    2019/2020.Skripsi. Program Studi Pendidikan Guru Madrasah

    IbtidaiyahFakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama

    Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Dr. Lilik Sriyanti, M.Si.

    Kata Kunci : Hasil Belajar, Metode Storytelling, Media Boneka Tangan.

    Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa

    subtema cerita fiksi melalui metode storytelling dengan media boneka tangan

    siswa kelas IV MIN 4 Boyolali Tahun Pelajaran 2019/2020.

    Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan

    dalam dua siklus yang masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu,

    perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi melalui metode storytelling

    dengan media boneka tangan. Instrumen penelitian ini meliputi RPP, lembar

    observasi guru, lembar observasi siswa, dan tes evaluasi. Metode pengumpulan

    data yang digunakan yaitu observasi, wawancara, dokumentasi dan tes tertulis.

    Data dianalisis secara statistik menggunakan rumus presentase, apabila ≥ 85%

    siswa tuntas belajar maka siklus dihentikan.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode storytelling dengan media

    boneka tangan dapat meningkatkan hasil belajar subtema cerita fiksi pada siswa

    kelas IV yang berjumlah 28 siswa terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 14 siswa

    perempuan MIN 4 Boyolali Tahun 2020. Peningkatan hasil belajar siswa dapat

    dibuktikan dengan data setiap siklusnya, hasil dari pra siklus, siklus I sampai

    dengan siklus II. Data berikut diperoleh sebagai berikut: Hasil belajar siswa yang

    tuntas dari pra siklus hanya 10 siswa (35,7%) dan 18 siswa (64.3%) belum tuntas

    dengan nilai rata-rata kelas 67,7. Pada siklus I ketuntasan hasil belajar mencapai

    16 siswa (57.1%)dan 12 siswa(42.8%) belum tuntas dengan nilai rata-rata 70.7.

    Jadi dari pra siklus ke siklus 1 mengalami peningkatan hasil belajar sebanyak

    21.4%. Sedangkan hasil ketuntasan belajar siswa pada siklus II mengalami

    peningkatan menjadi 25 aiawa (89.2%) yang tuntas dan 3 siswa (10.7%) belum

    tuntas dengan nilai rata-rata 79.8. Siswa yang belum tuntas tersebut dikarenakan

    siswa masih malu atau minder ketika diminta untuk bercerita di depan kelas

    sehingga ketika siswa diminta untuk mengerjakan tes evaluasihasil belajar belum

    bisa mencapai KBM atau belum bisa dikatakan tuntas. Jadi, terjadi peningkatan

    hasil belajar siklus I dan siklus II sebesar 32.1%. Siswa yang belum tuntas pada

    siklus II akan diberi tindakan mandiri berupa latihan-latihan atau remidi yang

    dipantau oleh guru sehingga diharapkan semua siswa dapat tuntas belajar.

  • xiii

    DAFTAR ISI

    SAMPUL ................................................................................................................. i

    LOGO ..................................................................................................................... iii

    JUDUL ................................................................................................................... iii

    LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................ iv

    PENGESAHAN KELULUSAN ............................................................................. v

    PERRNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAN KESEDIAAN PUBLIKASI ... vi

    MOTTO ................................................................................................................ vii

    PERSEMBAHAN ................................................................................................ viii

    KATA PENGANTAR ............................................................................................ x

    ABSTRAK ............................................................................................................ xii

    DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii

    DAFTAR GAMBAR DAN TABEL .................................................................... xvi

    DAFTARLAMPIRAN ........................................................................................ xvii

    BAB IPENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

    B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 6

    C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 6

    D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 7

    E. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan .......................................... 8

  • xiv

    F. Metode Penelitian......................................................................................... 9

    G. Sistematika Penulisan ................................................................................ 16

    BAB IILANDASAN TEORI

    A. Hasil Belajar Subtema Cerita Fiksi ............................................................ 17

    1. Hasil Belajar ........................................................................................... 17

    2. Subtema Cerita Fiksi .............................................................................. 22

    B. Penerapan Metode Storytelling .................................................................. 27

    1. Pengertian Metode Pembelajaran ........................................................... 27

    2. Jenis Metode Pembelajaran .................................................................... 27

    3. Pengertian Metode Bercerita atau Storytelling ....................................... 28

    4. Manfaat Storyrelling ............................................................................... 28

    C. Media Boneka Tangan ............................................................................... 29

    1. Pengertian Media Pembelajaran ............................................................. 29

    2. Pengertian Media Boneka Tangan.......................................................... 30

    3. Kelebihan media Boneka Tangan ........................................................... 31

    D. Penerapan Metode Storytelling dengan Media Boneka Tangan Pada

    Subtema Cerita Fiksi ......................................................................................... 31

    E. Kajian Pustaka ............................................................................................ 33

    BAB IIIPELAKSANAAN PENELITIAN

    A. Deskripsi Kegiatan Pra Siklus .................................................................... 36

  • xv

    B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I .................................................................. 36

    C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II ................................................................. 41

    BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Deskripsi Hasil Penelitian .......................................................................... 47

    1. Deskripsi Pra Siklus ............................................................................... 47

    2. Deskripsi Siklus I ................................................................................... 50

    3. Deskripsi Siklus II .................................................................................. 53

    B. Pembahasan ................................................................................................ 57

    BAB VPENUTUP

    A. Kesimpulan ................................................................................................ 63

    B. Saran ........................................................................................................... 63

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 65

    LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................... 68

  • xvi

    DAFTAR GAMBARDAN TABEL

    Gambar 1.1 Bagan Rancangan PTK ..................................................................... 10

    Tabel 4.1. Nilai Ulangan Harian (Pra Siklus) ....................................................... 47

    Tabel 4.2. Daftar Hasil Belajar Siklus I ................................................................ 51

    Tabel 4.3. Daftar Hasil Belajar Siklus II ............................................................... 54

    Tabel 4.4. Rekapitulasi Hasil Belajar Pra Siklus – Siklus II ................................. 57

    Tabel 4.5. Rekapitulasi Hasil Belajar Setiap Siklus .............................................. 59

  • xvii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1Surat Keterangan Kegiatan(SKK) ...................................................... 68

    Lampiran 2 Surat Tugas Pembimbing Skripsi ...................................................... 72

    Lampiran 3 Lembar Konsultasi Skripsi ................................................................ 73

    Lampiran 4 Lembar Jawaban Siswa ..................................................................... 75

    Lampiran 5 Lembar Permohonan Izin Penelitian ................................................ 83

    Lampiran 6 Nilai Ulangan Harian (Pra Siklus) ..................................................... 84

    Lampiran 7 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I .......................... 86

    Lampiran 8 Daftar Hasil Belajar Siklus I .............................................................. 95

    Lampiran 9 Daftar Nilai Keterampilan Siklus I .................................................... 99

    Lampiran 10 Lembar Teks Cerita Pada Siklus I ................................................. 102

    Lampiran 11 Lembar Soal Evaluasi Siklus I....................................................... 105

    Lampiran 12 Catatan Lapangan Pelaksaan Pembelajaran Siklus I ..................... 106

    Lampiran 13 Lembar Pengamatan Siswa Siklus I .............................................. 110

    Lampiram 14 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Rpp) Siklus II .................... 112

    Lampiran 15 Daftar Hasil Belajar Siklus II ........................................................ 119

    Lampiran 16 Daftar Nilai Keterampilan Siklus II............................................... 123

    Lampiran 17 Lembar Teks Cerita Siklus II......................................................... 126

    Lampiran 18 Lembar Soal Evaluasi Siklus II ..................................................... 128

    Lampiran 19 Catatan Lapangan Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ................ 129

  • xviii

    Lampiran 20 Lembar Pengamatan Siswa Siklus II ............................................. 133

    Lampiran 21 Dokumentasi .................................................................................. 135

    Lampiran 22 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ........................ 141

    Lampiran 23 Daftar Riwayat Hidup .................................................................... 142

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Pembelajaran didesain untuk membelajarkan siswa, artinya siswa ditempatkan

    sebagai subjek belajar. Dengan kata lain, pembelajaran lebih berorientasi pada

    aktivitas siswa untuk memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek

    kognitif, efektif, dan psikomotor secara profesional. Keaktifan siswa ada yang secara

    langsung dapat diamati dan ada yang tidak dapat diamati secara langsung, seperti

    mengerjakan tugas, berdiskusi,dan menceritakan cerita dengan bahasanya sendiri.

    Kadar keaktifan siswa tidak hanya ditentukan oleh aktivitas fisik semata, tetapi juga

    oleh aktivitas nonfisik seperti mental, intelektual dan emosional. Oleh sebab itu, aktif

    atau tidaknya siswa dalam belajar hanya siswa sendiri yang mengetahui secara pasti

    dan hasil belajar siswa hanya siswa yang dapat menentukan (Sanjaya,2012:43).

    Pembelajaran pada hakekatnya merupakan hal yang bersifat penting bagi

    keberlangsungan pendidikan karena pembelajaran dapat membantu siswa dalam

    memperkaya ilmu. Pembelajaran akan bermakna bagi siswa apabila pembelajaran

    tersebut ditunjang dengan metode dan media yang sesuai dengan materi yang akan

    disampaikan. Tentunya metode dan media pada proses belajar mengajar perlu

    disampaikan oleh guru yang profesionalyaitu guru yang menguasai materi yang akan

    disampaikan dan menguasai metode serta media yang akan digunakan. Dahar

    (2011:99) menjelaskan tentang belajar bermakna dalam pembelajaran yaitu sebagai

    salah satu prasyarat belajar yang bermakna materi yang akan dipelajari harus

  • 2

    bermakna potensial. Kebermaknaan materi tergantung pada dua faktor meliputi

    materi harus memiliki kebermaknaan logis, yaitu merupakan materi nonarbitrar dan

    subtansif. Materi yang nonarbitrar adalah materi yang konsisten dengan yang telah

    diketahui, sedangkan materi yang subtansial adalah materi yang dapat dinyatakan

    dalam berbagai cara tanpa mengubah artinya. Gagasan-gagasan yang relevan harus

    terdapat dalam struktur kognitif siswa. Dalam hal ini harus diperhatikan pengalaman

    siswa, tingkat perkembangan intelektual siswa, intelegensi dan usia.

    Bahasa merupakan aspek yang begitu penting dalam kehidupan

    bermasyarakat. Mengutip pengertian bahasa menurut pendapat Keraf yang

    menyatakan ada dua pengertian bahasa. Pengertian pertama menyatakan bahwa

    bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang

    dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kedua, bahasa adalah sistem komunikasi yang

    menggunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer (Suyatno,

    2011: 15).

    Bahasa memiliki peran penting dalam membentuk karakter manusia. Peran

    bahasa Indonesia adalah sebagai cerminan pembentukan karakter bangsa. Bahasa

    Indonesia harus digunakan sesuai konteks dan kedudukannya secara baik dan benar.

    Selain bahasa Indonesia, Bahasa daerah juga memiliki peran penting dalam

    membentuk karakter manusia. Bahasa daerah merupakan bagian dari kebudayaan

    yang hidup dan berkembang sesuai dengan kebutuhan masyarakat tersebut. Konteks

    dan kedudukan bahasa daerah tidak kalah pentingnya dengan konteks dan kedudukan

    bahasa Indonesia. Bahasa daerah juga dapat menjadikan sumber untuk menemukan

    kembali nilai-nilai moral yang semakin terkikis pada era globalisasi. Jadi, seperti

  • 3

    halnya bahasa Indonesia, bahasa daerah juga dapat menjadi sarana dalam pendidikan

    karakter bangsa.

    Proses penyampaian materi kepada siswa harus menggunakan bahasa yang

    mudah dipahami siswa. Pelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah dasar

    mencakup empat ketrampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca dan

    menulis (Tarigan,2008:1). Setiap ketrampilan mempunyai hubungan yang erat

    dengan proses-proses berfikir yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang

    mencerminkan pemikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah

    dan jelas pula jalan pemikirannya. Pada subtema ini tujuan pembelajaran yang

    ditujukan kepada siswa yaitu siswa akan mampu menceritakan cerita rakyat (cerita

    fiksi) dengan bahasa daerahnya.

    Untuk melatih kemampuan menyimak pada siswa memerlukan suatu cara

    yang dapat menarik minat siswa untuk mendengarkan dan menyimak oleh karena itu

    metode storytelling menjadi pilihan yang tepat untuk digunakan dalam melatih

    kemampuan menyimak siswa. Storytelling merupakan sebuah seni bercerita yang

    dapat digunakan sebagai sarana untuk menanamkan nilai-nilai pada siswa yang

    dilakukan tanpa perlu menggurui. Dalam kegiatan storytelling, proses bercerita

    menjadi sangat penting karena dari proses inilah nilai atau pesan dari cerita dapat

    sampai pada anak (Asfandiyar,2007:2). Dalam penerapan metode storytelling guru

    dapat menggunakan media untuk lebih menarik minat siswa agar lebih

    memperhatikan selama storytelling berlangsung. Jenis media yang dapat menambah

    variasi pada cerita adalah dengan media gambar, papan flannel, boneka tangan atau

    wayang, dan objek (Tomskins dan Hoskisson dalam Siti Mariana, 2014:49).

  • 4

    Observasi yang telah dilakukan peneliti, masalah utama dalam pembelajaran

    di MIN 4 Boyolali adalah masih rendahnya hasil belajar siswa. Hal ini tampak dari

    rata-rata hasil ulangan harian yang belum memenuhi nilai standar KBM. Faktor

    penyebab siswa belum memenuhi nilai standar KBM adalah proses pembelajaran ini

    masih cenderung menempatkan guru sebagai satu-satunya sumber belajar.

    Pelaksanaan pembelajaran masih kurang variatif dalam penggunaan metode dan

    media pembelajaran terutama dalam bidang sastra. Sikap siswa ketika pembelajaran

    berlangsung masih tidak memperhatiakn, malas membaca cerita, malas menyimak

    cerita, siswa ketika disuruh maju kedepan untuk bercerita kebanyakan suara masih

    cenderung lirih. Siswa masih kekurangan bahan ajar dalam bercerita dan siswa juga

    belum menguasai intonasi dan ekspresi saat bercerita serta banyak siswa yang kurang

    antusias dalam kegiatan ini karena mereka cenderung malu untuk tampil dan

    bercerita di depan kelas. Sehingga guru diharapkan mampu memilih metode dan

    media pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran agar diperoleh hasil

    belajar siswa yang baik. Membaca sangat penting untuk dikembangkan untuk

    meningkatkan pengetahuan dan memperluas wawasan, seperti halnya dalam ajaran

    islam banyak yang menganjurkan dan membahas ajaran-ajaran pentingnya membaca.

    Sebagaimana Allah juga memerintahkan manusia untuk bisa membaca seperti yang

    terkandung dalam surat Al Alaq ayat 1-5 berikut ini.

    ِِْبْْا ْرْ ق ْا ٢ْْْ)ْقِْل ْع ْْنْ مِْْاْنْ سْ ن ْل ِْا ْْق ْل ْ(ْخْ ١ْ)ق ْل ْيْخْ ْاَّلِْْكْ ب ِْرْ ْْس ُّك ب ر ا ْو (ْاْق ر

    ُمْ)ْ َلك ر ْ عْ ي ْْمْ اْل ْمْ ْاْنْ سْ ن ْل ِْا ََْْلْ (ْع ٤ْْ)َْل ِْقْ ْل ِْبََْْلْ يْع ْْاَّلِْ(٣ْا (٥)َْل

  • 5

    Artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia yang

    menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha

    Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam. Dia mengajarkan

    kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Qur’an Al Alaq, ayat 1-5).

    Dalam surat Al Alaq Allah memerintahkan manusia untuk membaca, dalam

    ayat kelima Allah juga menegaskan jika membaca dapat membuat manusia

    mengetahui apa yang tidak diketahui yang dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan.

    Sesungguhnya semua pengetahuan berasal dari Allah, dan untuk mengetahuinya

    manusia harus bisa membaca. Oleh karena itu, budaya membaca harus ditanamkan

    sejak dini agar anak-anak juga bisa menggali informasi melalui membaca. Guru juga

    harus menyampaikan betapa pentingnya membaca, karena dengan siswa yang bisa

    membaca siswa juga akan dapat menyimak apa yang disampaikan guru dan akan

    lebih mengetahui wawasan tentang semua bacaan ataupun cerita.

    Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dibutuhkan pembelajaran yang

    efektif. Peneliti melakukan diskusi dengan guru untuk mengatasi masalah tersebut.

    Peneliti memberikan solusi berupa penggunaan metode storytelling dengan media

    boneka tangan. Hal ini didukung oleh pendapat Suhartono (2005:24) yaitu dalam

    mengembangkan keterampilan bercerita anak akan lebih efektif jika menggunakan

    media yang tepat. Tomskins dan Hoskisson (Siti Mariana, 2014: 49) mengungkapkan

    bahwa jenis media yang dapat menambah variasi pada cerita adalah dengan media

    gambar, papan flannel, boneka tangan atau wayang, dan objek. Senada dengan

    pendapat tersebut, Sudarmadji (2010:21) mengungkapkan bercerita dengan alat

  • 6

    peraga dapat menggunakan media boneka tangan, boneka jari, flannel, wayang, dan

    lain-lain.

    Boneka sederhana dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk

    mengembangkan kreativitas dan ketrampilan dramatikanya Tompkins dan Hoskisson

    (Siti Mariana, 2014: 47). Penggunaan media boneka tangan dapat menolong anak

    untuk bernalar, berimajinasi, dan membentuk konsep tentang segala sesuatu yang

    berhubungan dengan objek. Berkaitan dengan hal tersebut, terdapat pengalaman

    Edger Dele (Azhar Arsyad, 2009: 11), media gambar dan boneka tergolong pada

    tingkat yang sama, yakni simbol atau lambang visual. Dengan begitu siswa akan

    terpacu untuk terampil bercerita dihadapan teman-temannya.

    Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan

    penelitian dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Subtema Cerita Fiksi

    Melalui Metode Storytelling dengan Media Boneka Tangan pada Siswa Kelas IV

    MIN 4 Boyolali Tahun Pelajaran 2019/2020.”

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian di atas, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan

    sebagai berikut: Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa subtema cerita fiksi

    melalui metode storytelling dengan media boneka tangan pada siswa kelas IV MIN 4

    Boyolali Tahun Pelajaran 2019/2020?

    C. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan Untuk

    mengetahui:Peningkatan hasil belajar siswa subtema cerita fiksi melalui metode

  • 7

    storytelling dengan media boneka tangan pada siswa kelas IV MIN 4 Boyolali Tahun

    Pelajaran 2019/2020.

    D. Manfaat Penelitian

    Berdasarkan hasil penelitian, peneliti dapat menyimpulkan bahwa manfaat

    yang diambil dari penelitian ini adalah:

    1. Manfaat Secara Teoritik

    a. Sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya yang relevan

    b. Menemukan teori/metode pembelajaran yang inovatif yang dapat mendukung

    peningkatan kualitas pembelajaran di masa datang.

    c. Menambah pengetahuan, pengalaman, dan wawasan dalam meningkatkan

    kompetensi pembelajaran.

    2. Manfaat Secara Praktik

    a. Bagi Guru

    1) Membantu guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa

    2) Menanamkan kreatifitas guru dalam usaha pembenahan pembelajaran.

    b. Bagi Siswa

    1) Memberikan pengalaman yang baru serta menghidupkan suasana belajar

    yang aktif, inovatif dan kreatif.

    2) Meningkatkan hasil belajar siswa pada subtema cerita fiksi

    3) Meningkatkan semangat belajar siswa pada subtema cerita fiksi

  • 8

    c. Bagi Sekolah

    1) Membangun motivasi untuk mengembangkan metode storytelling dan

    media boneka tangan dalam meningkatkan hasil belajar dalam rangka daya

    saing sekolah

    2) Meningkatkan kualitas pembelajaran menjadi lebih efektif dan kreatif.

    d. Bagi Peneliti

    1) Dapat memberikan pengalaman kepada peneliti ketika terjun ke dalam

    dunia pendidikan

    2) Peneliti menjadi tahu pentingnya melakukan variasi metode dan media

    pembelajaran

    E. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan

    1. Hipotesis Tindakan

    Menurut Mulyasa (2011:63) Hipotesis merupakan jawaban sementara

    terhadap masalah yang dihadapi, sebagai alternatif tindakan yang dipandang

    paling tepat untuk memecahkan masalah yang telah dipilih untuk diteliti melalui

    PTK.

    Berdasarkan rumusan masalah serta mempertimbangkan konsep yang ada

    dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti mengambil hipotesis tindakan yaitu :

    Jika metode storytelling dengan media boneka tangan diterapkan dengan baik,

    dapat meningkatkan hasil belajar siswa subtema cerita fiksi pada siswa kelas IV

    MIN 4 Boyolali Tahun Pelajaran 2019/2020.

  • 9

    2. Indikator Keberhasilan

    Setiyawati, dalam Daryanto (2011:83) berpendapat bahwa Indikator

    keberhasilan merupakan tolak ukur tingkat ketercapaian dari tindakan yang

    diberikan. Indikator keberhasilan penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar

    siswa subtema cerita fiksi melalui metode storytelling dengan media boneka

    tangan. Indikator keberhasilan penelitian ini sebagai berikut:

    a. Individu

    Adanya peningkatan hasil belajar pada subtema cerita fiksi. Nilai yang

    diperoleh melebihi KBM yang sudah ditentukan di sekolah tersebut, yaitu≥

    70.

    b. Klasikal

    Pembelajaran secara klasikal dikatakan berhasil apabila dari 85% siswa

    dikelas dapat mencapai KBM≥ 70(Triant, 2010:241).

    F. Metode Penelitian

    1. Rancangan Penelitian

    Rancangan penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

    Berdasarkan namanya sudah menunjukkan isi yang ada di dalamnya, yaitu sebuah

    penelitian yang dilakukan di dalam sebuah kelas. Penelitian Tidakan Kelas

    merupakan penelitian yang memaparkan terjadinya sebab akibat dari perlakuan,

    sekaligus memaparkan apa saja yang terjadi ketika perlakuan diberikan, dan

    memaparkan seluruh proses sejak awal pemberian perlakuan sampai dengan

    dampak dari perlakuan tersebut (Arikunto, 2017:1-2).

  • 10

    Alasan peneliti menggunakan Metode Penelitian Tindakan Kelas adalah

    untuk meningkatkan profesional pendidikan dalam menanggapi proses belajar

    mengajar serta penelitian ini dapat dilakukan secara praktis dan langsung relevan

    untuk situasi yang aktual sehingga pembelajaran pada subtema cerita fiksi melalui

    metode storytelling dengan media boneka tangan dapat meningkat. Penelitian

    Tindakan Kelas yang digunakan adalah jenis Kolaboratif, dimana peneliti

    bertindak sebagai pengamat.

    Ada empat tahapan dalam pelaksanaan PTK, yaitu, (1) perencanaan, (2)

    tindakan, (3) pengamatan, (4) refleksi (Arikunto, 2017: 143). Berikut merupakan

    tahapan empat kegiatan dapat ditampilkan pada gambar 1.1.

    Gambar 1.1. Bagan Rancangan PTK

    (Sumber: Arikunto, 2017:144)

  • 11

    2. Subjek Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di MIN 4 Boyolali dan mengambil siswa kelas

    IV semester 2 MIN 4 Boyolali yang berjumlah 28 siswa terdiri dari 14 siswa laki-

    laki dan 14 siswa perempuan dengan kolaboratornya guru kelas IV yaitu Bapak

    Edi Wahyono, S.Pd.I. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari tahun 2020.

    Penelitian dilakukan dengan 2 siklus yaitu siklus I dilanjutkan Siklus II dengan

    menggunakan Metode storuyelling dengan media boneka tangan.

    3. Langkah-langkah Penelitian

    a. Perencanaan

    Perencanaan merupakan kegiatan merancang secara rinci tentang apa

    dan bagaimana tindakan yang akan dilakukan. Kegiatan ini berupa menyiapkan

    bahan ajar, menyiapkan rrencana pelaksanaan pembelajaran, merencanakan

    bahan untuk pembelajaran, serta menyiapkan hal lain yang diperlukan dalam

    proses pembelajaran (Arikunto, dkk, 2017:143).

    Tahapan dalam perencaan ini terdiri dari:

    1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode

    storytelling dengan media boneka tangan

    2) Menyiapkan sarana pendukung yang dibutuhkan saat proses pembelajaran

    berlangsung

    3) Menyiapkan lembar observasi guru dan siswa untuk mengetahui kondisi

    saat proses pembelajaran berlangsung

    4) Merencanakan tindakan pembelajaran menggunakan metode storytelling

    dengan media boneka tangan

  • 12

    5) Melakukan evaluasi terhadap pembelajaran menggunakan metode

    storytelling dengan media boneka tangan

    b. Tindakan

    Tahap tindakan merupakan penerapan model atau cara mengajar yang

    akan dilakukan di dalam kelas. Guru pada tahap ini sebagai pelaksana harus

    mengetahui dan berusaha menaati apa yang harus dirumuskan dalam

    rancangan, tetapi juga harus berlaku wajar dan tidak dibuat-buat (Arikunto,

    dkk, 2017:144). Jadi dalam tahap ini guru menerapkan pembelajaran sesuai

    dengan RPP yang dibuat oleh peneliti. Dan peneliti bertugas sebagai observer

    dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan.

    c. Pengamatan

    Tahap pengamatan dilakukan bersamaan dengan tahap tindakan.

    Pengamatan melakukan pengamatan untuk mengetahui apakah tindakan yang

    dilakukan telah berjalan sesuai dengan rencana dan mengumpulkan data yang

    dibutuhkan, mencatathal-hal yang terjadi pada saat proses tindakan

    berlangsung. Pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan lembar

    observasi atau evaluasi yang telah disusun. Data yang dikumpulkan dapat

    berupa data kuantitatif (hasil tes, ulangan harian, presentasi, dll) dan data

    kualitatif yang menggambarkan keaktifan siswa, partisipasi siswa dalam

    pembelajaran, dan lain-lain(Setiyawati dalam Daryanto, 2011:27).

    d. Refleksi

    Tahap refleksi merupakan kegiatan untuk mengetahui apa yang kurang

    pada pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan. Kegiatan refleksi dilakukan

  • 13

    ketika guru selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan

    peneliti untuk mendiskusikan penerapan rencana tindakan (Arikunto,

    2017:144). Tahap refleksi ini dilakukan analisis data mengenai proses,

    masalah, hambatan yang dihadapi dan dilanjutkan refleksi terhadap

    dampak pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan. Apabila indikator

    belum tercapai, maka PTK akan dilanjutkan siklus berikutnya.

    4. Teknik Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data merupakan suatu langkah utama dalam

    melakukan penelitian, karena tujuan utama dari sebuah penelitian adalah untuk

    mendapatkan informasi berupa data (Sugiyono, 2013:308). Penelitian ini

    menggunakan tiga teknik pengumpulan data yaitu.

    a. Observasi

    Peneliti melakukan observasi kepada siswa kelas IV dan guru kelas IV

    MIN 4 Boyolali dengan cara melakukan pengamatan dan pencatatan mengenai

    kegiatan siswa selama proses pembelajaran melalui metode storytelling dengan

    media boneka tangan. Observasi akan dilakukan menggunakan lembar

    pengamatan yang telah dibuat peneliti.

    b. Wawancara

    Wawancara akan digunakan untuk mendapatkan data tentang materi

    pokok khususnya pada subtema cerita fiksi. Dalam penelitian ini akan

    dilakukan oleh peneliti terhadap guru kelas IV MIN 4 Boyolali untuk

    mengetahui pendapat mereka terhadap peningkatan hasil belajar siswa melalui

    metode storytelling dengan media boneka tangan yang mana hasil wawancara

  • 14

    tersebut akan dijadikan sebagai bahan evaluasi dan refleksi untuk kegiatan-

    kegiatan berikutnya.

    c. Tes

    Dalam penelitian ini tes digunakan untuk mengetahui tingkat hasil

    belajar siswa kelas IV MIN 4 Boyolali terhadap subtema cerita fiksi. Dalam

    penelitian ini peneliti menggunakan tes tertulis.

    d. Dokumentasi

    Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data yang bertujuan

    untuk memperoleh informasi terkait identitas siswa, catatan siswa, hasil tes

    sebelum dan sesudah tindakan, dokumen pelaksanaan kegiatan tindakan, dan

    catatan kegiatan tindakan pada siswa kelas IV MIN 4 Boyolali.

    5. Instrumen Penelitian

    Menurut pendapat Wina Sanjaya (2011:84), instrumen penelitian

    merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Terdapat

    empat instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

    a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang menggunakan metode

    storytelling.

    b. Lembar tes evaluasi pada subtema cerita fiksi

    c. Lembar pengamatan guru pada saat menerapkan metode storyteling dengan

    media boneka tangan

    d. Lembar pengamatan siswa pada saat penerapkan media boneka tangan

  • 15

    6. Analisis Data

    Analisis data adalah analisis data yang terkumpulkan guna mengetahui

    seberapa besar keberhasilan tindakan dalam penelitian untuk perbaikan belajar siswa

    (Suyadi, 2010:85). Dalam penelitian ini analisis data dilakukan dengan

    membandingkan nilai kondisi awal, siklus I, dan siklus II serta antar siklus maupun

    dengan indikator kinerja. Hipotesis tindakan dibuktikan dengan menganalisis hasil

    penelitian menggunakan statistik untuk menghitung ketuntasan klasikal. Adapun data

    yang dibandingkan adalah Nilai rata-rata kelas dan Ketuntasan belajar. Suatu kelas

    dikatakan tuntas belajarnya jika didalam kelas tersebut lebih dari 85% siswa telah

    tuntas belajarnya (Trianto, 2013:241).

    Pengolahan hasil setiap masing-masing siklus dalam penelitian ini akan

    dilakukan dengan menggunakan perhitungan rata-rata, untuk mengetahui perubahan

    rata-rata dari pra-siklus, siklus I sampai siklus II. Perhitungan rata-rata dapat

    dirumuskan (Sudijono,2011:84) sebagai berikut:

    Nilai Rata-rata kelas = Jumlah nilai siswa

    Jumlah seluruh siswa

    Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar klasikal dihitung

    menggunakan rumus (Daryanto, 2011:192) sebagai berikut:

    Presentase ketuntasan = Jumlah siswa yang tuntas x 100%

    Jumlah seluruh siswa

  • 16

    G. Sistematika Penulisan

    Sistematika yang digunakan dalam penulisan ini terdiri dari lima bab,

    diantaranya sebagai berikut:

    BAB I Pendahuluan merupakan gambaran keseluruhan skripsi yang berisi

    Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Hipotesis

    Tindakan dan Indikator Keberhasilan, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

    BAB II Landasan Teori, bab ini berisi uraian tentang peningkatan hasil belajar

    subtema cerita fiksi, penerapan metode storytelling, media boneka tangan, penerapan

    metode storytelling dengan media boneka tangan pada subtema cerita fiksi, Kajian

    pustaka.

    BAB III Pelaksanaan Penelitian, bab ini berisi tentang deskripsi pelaksanaan

    penelitian pra siklus yang meliputi perencanaan, pelaksanaa, pengamatan, dan

    refleksi. Deskripsi pelaksanaan siklus I, dan siklus II.

    BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, pada bab ini berisi tentang uraian

    hasil deskripsi prasiklus yang membahas mengenai data hasil pengamatan pada

    siklus I, siklus II, dan pembahasan.

    BAB V Penutup, terdiri dari kesimpilan dan saran serta pada bagian akhir

    dilengkapi daftar pustaka dan lampiran-lampiran.

  • 17

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Hasil Belajar Subtema Cerita Fiksi

    1. Hasil Belajar

    a. Pengertian Hasil Belajar

    Menurut I Putu Suka Arsa (2015:2) hasil belajar adalah kecakapan

    dan hasil yang dicapai melalui proses pembelajaran di sekolah yang

    dinyatakan dengan angka-angka atau nilai-nalai melalui tes. Selanjutnya

    Supraktiknya (2012:5) mengemukakan bahwa hasil belajar yang menjadi

    objek penilaian kelas berupa kemampuan-kemampuan baru yang diperoleh

    siswa setelah mereka mengikut proses belajar mengajar tentang mata

    pelajaran tertentu. Menurut (Bloom dalam Suprijono, 2016:6), hasil belajar

    dapat mencakup beberapa kemampuan. Kemampuan tersebut meliputi

    kemampuan kognitif, kemampuan efektif dan kemampuan psikomotorik.

    Di bawah ini beberapa dominan dari ketiga kemampuan tersebut.

    1) Domain Kognitif

    Domain kognitif terdapat beberapa kemampuan yaitu,

    Knowledge (Pengetahuan), Comprehension (Pemahaman), Application

    (Penerapan), Analysis (Menguraikan), Synthesis (Mengorganisasikan),

    dan Evaluation (Menilai).

  • 18

    2) Domain Afektif

    Domain afektif mencakup beberapa kemampuan diantaranya:

    Receicing (Sikap Menerima), Responding (Memberikan Respon) ,

    Valuing (Nilai) , Organizatin (Organisasi), dan Characterization

    (Karakterisasi).

    3) Domain Psikomotorik

    Domain psikomotorik memiliki beberapa kemampuan sebagai

    berikut: Persepsi, Kesiapan, Gerakan terbimbing, Gerakan yang

    terbiasa, Gerakan komplek, Penyesuain pola gerakan, dan Kreativitas.

    Menurut (Depdikbud dalam Trianto, 2009:241), berdasarkan

    ketentuan KTSP penentuan keberhasilan belajar ditentukan oleh

    masing-masing sekolah yang dikenal dengan istilah ketuntasan belajar

    minimal (KBM), dengan berpedoman pada tiga pertimbangan yaitu:

    kemampuan setiap siswa berbeda-beda, fasilitas (sarana) setiap

    sekolah berbeda, dan daya dukung setiap sekolah juga berbeda.

    Berdasarkan dari pengertian diatas peneliti dapat

    menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah nilai yang dimiliki siswa

    setelah mengikuti proses belajar dan hasil tersebut dapat digunakan

    oleh guru untuk dijadikan kriteria dalam mencapai suatu tujuan

    pendidikan serta hal tersebut dapat tercapai apabila siswa sudah

    memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang

    lebih baik, meningkatnya kemampuan belajar melalui proses dan

  • 19

    beberapa aspek sehingga untuk membentuk individu dalam jangka

    waktu tertentu.

    b. Macam-macam Hasil Belajar

    Macam-macam hasil belajar meliputi pemahaman konsep,

    ketrampilan proses, dan sikap siswa (Setiyawati dan Sunarto, 2013:6-11).

    1) Pemahaman Konsep

    Pemahaman konsep merupakan kemampuan siswa dalam

    menerima, menyerap dan memahami pelajaran yang diberikan guru

    kepada siswa, atau sejauh siswa dapat memahami serta dapat

    mengerti apa yang dibaca, dilihat, dan dialami.

    2) Ketrampilan Proses

    Ketrampilan proses merupakan ketrampilan yang mengarah

    kepada pembangunan kemampuan mental,fisik, dan sosial yang

    mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam

    diri individu siswa (Setiyawati dalam Susanto, 2013: 9).

    3) Sikap

    Sikap merupakan kecenderungan untuk melakukan sesuatu

    dengan cara, metode, pola, dan teknik tertentu terhadap dunia

    sekitarnya baik berupa individu-individu maupun objek-objek

    tertentu (Setiyawati dalam Susanto, 2013: 9).

    Hubungan dengan hasil belajar siswa, sikap ini lebih

    diarahkan pada pemahaman konsep. Pemahaman konsep berarti

    domain yang sangat berperan merupakan domain kognitif.

  • 20

    c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

    Menurut Munadi (Rusman, 2012: 124) faktor-faktor yang

    mempengaruhi hasil belajar antara lain meliputi faktor internal dan faktor

    eksternal.

    1) Faktor Internal

    a) Faktor Fisiologi (Kondisi Fisik)

    Faktor fisiologi terdiri dari keadaan fisik siswa yakni

    kurangnya anggota tubuh atau kurang berfungsinya anggota

    tubuh dan cacat. Keadaan kesehatan siswa yakni kurang sehat

    atau sakit dan gangguan kesehatan. Aktifitas belajar siswa

    yakni tidak mempelajari kembali pelajaran ketika di rumah,

    kurang memanfaatkan waktu luang untuk belajar. Dan

    kebiasaan belajar kurang baik yakni belajar dilakukan ketika

    ada tugas dan akan ujian dan penguasaan pelajaran dengan

    cara menghafal (Sriyanti, 2013: 149).

    b) Faktor Psikologis (Kondisi Mental)

    Faktor psikologis terdiri dari intelegensi yakni

    kecerdasan menentukan kemampuan seseorang dalam

    memecahkan masalah. Siswa yang diberikan masalah melebihi

    kemampuannya maka kemungkinan besar siswa tidak dapat

    menyelesaikan masalah tersebut, sehingga siswa mengalami

    kesulitan belajar (Sriyanti 2013: 121). Bakat merupakan

    kelebihan unik yang dimiliki seseorang. Bakat memiliki

  • 21

    peranan yang besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil

    belajar seseorang. Bakat dari setiap individu berbeda-beda

    tergantung pada daya serap belajar siswa. Minat merupakan

    keinginan atau rasa suka terhadap sesuatu yang memungkinkan

    siswa untuk mencapai tujuan tertentu. Minat dapat

    dieskpresikan melalui suatu pertanyaan yang menunjukkan

    bahwa anak didik lebih menyukai suatu hal dalam sebuah

    aktivitas.

    Motivasi belajar merupakan motor penggerak dalam

    perbuatan, maka bila anak didik yang kurang memiliki

    motivasi instrinsik, diperlukan dorongan dari luar, yaitu

    motivasi ekstrinsik agar anak didik termotivasi untuk belajar.

    Lemahnya motivasi akan melemahkan kegiatan dan hasil

    belajar siswa. Motivasi belajar siswa dapat diperkuat dengan

    menciptakan suasana belajar yang nyaman, kondusif, dan

    menggembirakan.

    2) Faktor Eksternal

    Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang terdapat di luar diri

    individu. Menurut sriyanti (2013: 24-25) faktor eksternal terdiri dari

    faktor nonsosial dan faktor sosial. Faktor tersebut meliputi:

    a) Faktor nonsosial

    Faktor nonsosial adalah faktor-faktor di luar diri

    individu yang berupa kondisi fisik yang ada di lingkungan

  • 22

    belajar. Faktor nonsosial merupakan kondisi fisik yang ada di

    lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat. Aspek fisik

    tersebut bisa berupa peralatan sekolah, sarana belajar, gedung

    dan ruang belajar, kondisi geografis sekolah dan rumah, iklim

    dan cuaca, jarak rumah ke sekolah, sarana transportasi yang

    tersedia dan sejenisnya.

    b) Faktor sosial

    Faktor sosial adalah faktor-faktor di luar individu yang

    berupa manusia. Faktor eksternal yang bersifat sosial, bisa

    dipilah menjadi faktor yang berasal dari keuarga, lingkungan

    sekolah dan lingkungan masyarakat (termasuk teman

    pergaulan anak). Misalnya kehadiran orang dalam belajar,

    kedekatan hubungan antara anak dengan orang lain,

    keharmonisan atau pertengkaran dalam keluarga, gaya

    pengasuhan orang tua, hubungan antar personil sekolah, gaya

    mengajar guru, sikap guru terhadap siswanya dan sebagainya.

    2. Subtema Cerita Fiksi

    a. Pengertian Cerita Fiksi

    Karya sastra terbagi menjadi dua yaitu, karya satra nonfiksi dan

    fiksi. karya sastra nonfiksi adalah karya sastra yang ditulis berdasarkan

    kajian keilmuan atau pengalaman. Sedangkan, karya sastra fiksi yaitu

    cerita rekaan atau cerita khayalan. Hal ini disebabkan fiksi merupakan

    karya naratif yang isinya tidak menyarankan pada kebenaran sejarah

  • 23

    (Nurgiantoro, 2010:2). Karya sastra fiksi menyaran pada suatu karya yang

    menceritakan sesuatu yang tidak terjadi sungguh-sungguh sehingga tidak

    perlu mencari kebenarannya di dunia nyata. Membaca sebuah karangan

    fiktif berarti menikmati cerita, menghibur diri untuk memperoleh kepuasan

    batin (Nurgiantoro, 2010:3). Cerita fiksi adalah roman, cerpen, drama,

    puisi, dan novel.

    b. Ciri-ciri Cerita Fiksi

    Dari beberapa pengertian dari cerita fiksi, mengenali cerita fiksi

    dapat dilakukan dengan mengetahui karakteristiknya. Berikut ini adalah

    ciri-ciri dari cerita fiksi.

    1) Bersifat rekaan atau imajinasi pengarang, cerita fiksi umumnya

    diciptakan dari khayalan pengarang. Pengarang biasanya

    menyisipkan cerita khayalan yang dapat menarik minat pembacanya

    (Warsiman, Jurnal Thaqafiyyat, 14(1), 2013: 183)

    2) Tidak memiliki sistematika yang baku, dalam pembuatan cerita fiksi

    tidak ada patokan sistematikanya, melainkan pengarang bebas

    menyusun cerita yang sesuai dengan khayalannya sendiri.

    3) Terdapat kebenaran yang relatif atau tidak mutlak, kebenaran yang

    terdapat dalam cerita fiksi biasanya hanya beberapa saja. karena

    dalam cerita fiksi terdapat cerita yang sebenarnya tidak bisa di logika

    4) Menggunakan bahasa yang bersifat konotatif atau bukan sebenarnya,

    seperti namanya yaitu fiksi yang merupakan rekaan pengarangnya,

  • 24

    bahasa yang digunakan biasanya adalah bahasa yang dipilih untuk

    memberi kesan indah dalam cerita.

    5) Dapat merangsang emosi atau perasaan pembacanya, bukan logika:

    umumnya cerita fiksi ini dapat membawa seseorang seperti ikut

    dalam cerita tersebut, walupun ceritanya terkadang tidak dapat

    diterima oleh logika.

    6) Terdapat pesan moral atau amanat tertentu, seperti pada karangan-

    karangan yang lain, cerita fiksi diciptakan dengan tujuan tertentu.

    Salah satunya adalah menyampaikan pesan moral atau amanat

    kepada pembacanya.

    c. Unsur-unsur Cerita Fiksi

    Menurut Welker dan Warren (dalam Warsiman, Jurnal

    Thaqafiyyat, 14(1), 2013: 184), pola utama fiksi naratif adalah sifatnya

    mencakup semua unsur penceritaan. Unsur penceritaan dalam suatu diktif

    naratif merupakan struktur dari pembentukan cerita. Unsur-unsur itu

    meliputi plot (alur), tokoh (penokohan), tema, latar, amanat, sudut

    pandang.

    1) Plot (Alur)

    Alur merupakan jalan cerita yang menggambarkan sebuah

    peristiwa yang susul menyusul, atau sebuah peristiwa yang diikuti

    oleh peristiwa lain, lalu diikuti oleh peristiwa lain lagi,dan

    seterusnya. Dengan kata lain alur ini merupakan rangkaain

    peristiwa yang diikat oleh sebab-akibat.

  • 25

    Urutan peristiwa ini dapat dimulai dari mana saja, tidak

    harus dimulai dari perkenalan para tokoh atau latar, tetapi bisa juga

    dimulai dari konflik yang telah meningkat. Selain itu, dalam sebuah

    cerita plot bisa lebih dari satu.

    2) Tokoh (Penokohan)

    Tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam

    cerita rekaan sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita.

    Penokohan yaitu penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh

    yang dapat membedakan dengan tokoh yang lain (Wisrawaty

    Wahyuddin, Jurna Bastra, 1(1), Maret 2016: 4). Melalui tokoh yang

    berperan dalam suatu cerita, biasanya pembaca seolah-olah ikut

    dalam cerita tersebut.

    3) Latar (setting)

    Latar adalah segala penjelasan mengenai waktu, tempat, dan

    suasana suatu peristiwa dalam cerita fiksi. Latar dapat dibedakan

    menjadi tiga unsur pokok diantaranya adalah:

    a) Latar tempat, yaitu tempat kejadian peristiwa dalam suatu

    cerita

    b) Latar waktu, bagian yang menceritakan kapan peristiwa

    diceritakan itu terjadi

    c) Latar sosial, merupakan tata cara kehidupan masyarakat yang

    tercakup didalam cerita. Misalnya kebiasaan hidup, adat

    istiadat, tradisi, keyakinan, pandnagan hidup, cara berfikir,

  • 26

    bersikap, dan sebagainya. (Warsiman, Jurnal Thaqafiyyat,

    14(1), 2013: 193)

    4) Tema

    Tema adalah ide pokok suatu cerita fiksi. Tema merupakan

    bagian yang sangat penting dalam suatu cerita, karena dengan dasar

    tema itu pengarang mampu berkhayal tentang cerita yang akan

    dibuat kemudian diterapkan pada kalimat demi kalimat yang akan

    membentuk satu cerita utuh. Dalam sebuah cerita fiksi, pengarang

    tidak mencantumkan apa yang menjadi latar belakang atau tema

    dalam cerita tersebut, tetapi pembaca akan mengetahui tema yang

    dipakai ketika sudah selesai membaca cerita.

    5) Amanat

    Amanat adalah pesan moral yang ingin disampaikan oleh

    pengarang kepada pembaca. Pengarang cerita fiksi terkadang

    memberikan amanat melalui watak dari seorang tokoh atau juga

    perbuatan serta peritiwa yang terjadi dalam suatu cerita. Ada juga

    amanat yang memang sengaja dituliskan dalam bentuk perintah,

    nasehat, larangan, serta anjuran yang berhubungan dengan cerita

    atu kisah yang ditulisnya

    6) Sudut pandang

    Sudut pandang ialah tempat penceritaan dalam hubungannya

    dengan cerita, dari sudut mana pencintraan menyampaikan

    kisahnya. Sudut pandang dilihat dari posisi pengarang dan pusat

  • 27

    pengisahan pada posisi penceritaan. (Wahid dalam Wirsawaty

    Wahyuddin, Jurnal Bastra, 1(1), Maret 2016: 6). Sudut pandang

    sendiri merupakan tempat atau posisi pengarang terhadap cerita

    yang dikarangnya, artinya apakah pengarang itu ada di dalam cerita

    atau diluar cerita itu.

    B. Penerapan Metode Storytelling

    1. Pengertian Metode Pembelajaran

    Metode pembelajaran didefinisikan sebagai upaya untuk membelajarkan

    siswa. Dalam definisi ini terkandung makna bahwa dalam metode

    pembelajaran ada kegiatan memilih, menetapkan dan mengembangkan metode

    yang optimal untuk mencapai hasil pembelajaran yang diingikan Suyatna

    (2011 : 23).

    2. Jenis Metode Pembelajaran

    Menyebutkan beberapa metode pembelajaran antara lain: Syaodin (2005 : 34)

    1) Metode Ceramah

    2) Metode diskusi

    3) Metode demontrasi

    4) Metode bermain peran

    5) Metode bercerita (storytellimg)

    6) Metode percobaan

    7) Metode karya wisata

  • 28

    8) Metode Discovery

    9) Metode inquiry

    3. Pengertian Metode Bercerita atau Storytelling

    Storytelling yaitu bercerita atau mendongeng adalah sebuah teknik atau

    kemampuan untuk menceritakan sebuah kisah, pengaturan adegan, event, dan

    juga dialog. Kalau difilm maker bersenjatakan kamera, dikomik para komiks

    bersenjatakan gambar dan agle cerita, dicerpen atau novel, para penulis

    bersenjatakan pena, diksi dan permainan kata serta diskripsi, dengan

    menyampaikan sebuah cerita dengan cara mendongeng (Atin

    Istiarni,2018:189).

    Storytelling menggunakan kemampuan penyaji untuk menyampaikan

    sebuah cerita dengan gaya, intonasi dan alat bantu yang menarik minat

    pendengar. Storytelling sering digunakan dalam proses belajar mengajar

    utamanya pada tingkat pemula atau anak-anak. Dikatakan berhasil

    menggunakan metode Storytelling. Jika pendengar mampu menangkap jalan

    cerita serta merasa terhibur. Selain itu, peran moral dalam cerita juga diperoleh

    (Agus,2010:7).

    4. Manfaat Storyrelling

    Menurut Hibana (dalam Kusmiadi, 2008:21), manfaat dari kegiatan

    mendongeng atau bercerita antara lain:

    1) Menumbuhkan minat baca

    2) Media pembelajaran

  • 29

    3) Menanamkan nila-nilai dan budi pekerti

    4) Mengembangkan aspek kognitif, efektif,sosial, dan konatif (penghayatan)

    5) Mengembangkan daya pikir dan imajinasi anak.

    C. Media Boneka Tangan

    1. Pengertian Media Pembelajaran

    Suhartono (2005:144) mengemukakan bahwa media pembelajaran

    adalah sarana untuk perpanjangan kemampuan komunikasi. Arif S Sadiman (

    2008: 7) menjelaskan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang

    dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima pesan.

    Dalam hal ini adalah proses merangsang pikiran, perasaan, dan minat serta

    perhatian siswa sehingga proses belajar dapat terjalin.

    Gerlach dan Elly (Azhar Aarsyad, 2009: 3) mengatakan bahwa media

    apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang

    membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,

    kemampuan, dan sikap.

    Berdasarkan penyataan tersebut dapat peneliti simpulkan bahwa media

    pembelajaran adalah sarana pendukung yang digunakan guru sebagai bahan

    ajar dalam pembelajaran. Oleh sebab itu media pembelajaran menjadi salah

    satu sarana yang sangat membantu dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.

    Media pembelajaran menjadi sarana untuk memudahkan siswa memahami apa

    yang sedang mereka pelajari.

  • 30

    2. Pengertian Media Boneka Tangan

    Menurut Sudjana dan Rivai (2013:156) media tiga dimensi yang sering

    digunakan dalam pengajaran adalah model dan boneka. Dalam penggunaan

    boneka dimanfaatkan sebagai media pembelajaran dengan cara dimainkan

    dalam sandiwara boneka. Untuk keperluan sekolah dapat dibuat boneka yang

    disesuaikan dengan cerita-cerita jaman sekarang. Untuk tiap daerah pembuatan

    boneka ini disesuaikan dengan keadaan daerah masing-masing. Penggunaan

    media boneka sebagai media pembelajaran dapat dibuat dengan menyesuaikan

    perkembangan zaman, tujuan penggunaan dan keadaan sosio-kultural masing-

    masing (Daryanto, 2012:33).

    Daryanto (2012:33) mengklasifikasikan boneka menjadi lima jenis

    sebagai berikut:

    1) Boneka jari, dimainkan dengan jari tangan

    2) Boneka tangan, satu tangan memainkan satu benda

    3) Boneka tongkat seperti wayang-wayangan

    4) Boneka tali (marionet), cara menggerakkan melalui tali yang

    menghubungkan kepala, tangan, dan kaki

    5) Boneka bayang-bayang (shadow puppet), dimainkan dengan cara

    mempertontonkan gerak bayang-bayangan.

    Berdasarkan paparan di atas menurut peneliti Boneka yang

    memiliki daya tarik sangat kuat adalah boneka tangan. Sesuai dengan

    namanya boneka ini dimainkan dengan tangan. Kepala boneka diletakkan

  • 31

    pada jari tangan, kemudian siswa menggerakkannya sambil bercerita di

    depan teman-temannya.

    3. Kelebihan media Boneka Tangan

    Kelebihan menggunakan boneka tangan sebagai media pembelajaran

    menurut (Daryanto, 2013: 33) adalah sebagai berikut:

    1) Efisien terhadap waktu, tempat, biaya, dan persiapan

    2) Tidak memerlukan keterampilan yang rumit

    3) Dapat mengembangkan imajinasi dan aktivitas anak dalam suasana

    gembira.

    (Sudarmadji, 2010: 21) mengungkapkan berdasarkan pemanfaat

    alat peraga, bercerita dapat dibedakan dengan alat peraga dan bercerita

    tanpa alat peraga. Bercerita dengan alat peraga yaitu menggunakan boneka

    tangan, boneka jari, boneka flannel, wayang, dan lain-lain. Bercerita tanpa

    menggunakan alat peraga lebih mengoptimalkan seluruh anggota tubuh.

    D. Penerapan Metode Storytelling dengan Media Boneka Tangan Pada Subtema

    Cerita Fiksi

    Penerapan metode storytellingpada tahap persiapan peneliti menyiapkan RPP

    sebagai acuan guru dalam pembelajaran. Peneliti menyiapkan media berupa media

    boneka tangan sebagai bahan atau alat peraga dalam pembelajaran. Peneliti

    mengharapkan guru menerapkan metodestorytelling dengan media boneka tangan

    pada subtema cerita fiski.

  • 32

    Peran gurusebelum menerapkan dalam pembelajaran guru harus menyiapkan

    diri untuk menghafal naskah cerita dan berlatih membagi nada suara untuk

    membedakan karakter yang diperankan.Guru juga harus berlatih bagaimana

    memainkan boneka tangan agar sesuai dengan cerita yang akan disampaikan.

    (Tompkins dan Hoskison dalam Siti Mariana, 2014:47) menyatakan bahwa boneka

    sederhana yang disediakan dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk

    mengembangkan kreativitas dan keterampilan dramatiknya.Menurut pendapat

    tersebut penggunaan metode storytelling dengan media boneka tangan merupakan

    tindakan yang tepat.

    Tahap selanjutnya yaitu evaluasi, pada tahap ini siswa diberi lembar tes berisi

    pertanyaan-pertanyaan yang bersumber dari cerita yang telah disampaikan guru

    melalui metodestorytelling dengan media boneka tangan. Evaluasi selanjutnya

    terhadap guru dalam penerapan metode storytelling yaitu dalam penerapan metode

    storytelling guru dapat menggunakan media untuk lebih menarik minat siswa agar

    lebih memperhatikan selama storytelling berlangsung.

    Jenis media yang dapat menambah variasi pada cerita adalah dengan media

    gambar, papan flannel, boneka tangan atau wayang, dan objek (Tomskins dan

    Hoskisson dalam Siti Mariana, 2014:49). Menurut peneliti metode storytelling

    dengan media boneka tangan tepat digunakan pada subtema cerita fiksi. Karena

    storytelling merupakan proses bercerita menjadi sangat penting karena dari proses

    inilah nilai atau pesan dari cerita tersebut dapat sampai pada anak (Asfandiyar,

    2007:2).

  • 33

    E. Kajian Pustaka

    Kajian pustaka merupakan uraian tentang hasil penelitian yang relevan

    dengan penelitian yang sudah terencanakan. Berikut beberapa penelitian yang

    relevan dengan penelitian ini diantaranya.

    1. Penelitian yang dilakukan oleh Durrotun Nashihah

    Penelitian yang dilakukan Durrotun Nashihah dengan judul

    “Pengembangan media boneka tangan untuk meningkatkan kemampuan

    menceritakan kembali cerita anak yang didengarkan dengan menggunakan

    kata-kata sendiri kelas II SDN Ngadirejo 3 Tahun Pelajaran 2016/2017”.

    Dengan hasil penelitian bahwa proses pengembangan media boneka tangan

    dilakukan sesuai langkah-langkah yang tersedia cukup mudah dibuat. Nilai

    rata-rata pre-tes siswa 81,2 sedangkan nilai rata-rata kemampuan post-tes

    dilakukan dengan menggunakan media boneka tangan adalah 86,8. Sehingga

    dikatakan bahwa media boneka tangan efektif digunakan. Validitas dan

    efektifitas media boneka tangan dilakukan oleh ahli media dan ahli materi total

    nilai yang diperoleh yaitu 85,285% sehingga dinyatakan bahwa media boneka

    tangan sangat valid, sangat efektif, sangat tuntas, dapat digunakan tanpa

    perbaikan.

    2. Penelitian yang dilakukan oleh Gustian Rauf Prabowo

    Penelitian yang dilakukan Gustian Rauf Prabowo dengan judul

    “Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Materi Memahami Isi Dongeng

    Mengunaan Metode Storytelling dengan Media Hand Puppet Siswa Kelas 2,

    MI Islamiyah Kauman Kidul,Sidorejo,Kota Salatiga Tahun Peajaran

  • 34

    2018/2019”. Dengan hasil penelitian bahwa pada penelitian pra skilus,siklus I,

    siklus II diperoleh data sebagai berikut : KKM mata pelajaran Bahasa

    Indonesia adalah 70, sebelum menggunakan metode storytelling dan media

    Hand Puppet, hanya ada 23,33% (7siswa) yang tuntas, sedangkan 76,66% (23

    siswa) belum tuntas. Setelah penggunaan metode storytelling dan media Hand

    Puppet pada siklus I diperoleh data 53,33% (16 siswa) tuntas dan 46,66% (14

    siswa) belum tuntas, sehingga terjadi peningkatan sebesar 30% dibandingkan

    pada prasiklus ke siklus I. Setelah dilakukan refleksi pada siklus I , terjadi

    peningkatan hasil belajar pada siklus II yaitu sebesar 90% (27 siswa) tuntas dan

    10% (3 siswa) belum tuntas. Dengan demikian terjadi peningkatan hasil belajar

    siswa sebesar 37% dari siklus I ke siklus II. Banyaknya siswa yang

    memperoleh nilai lebih dari satu dengan 70 (Kriteria Ketuntasan Minimal)

    sudah melebihi dari 85%, dengan demikian sudah memenuhi Kriteria

    Ketuntasan Klasikal sebesar 85% dengan KKM 70.

    Berdasarkan dua contoh penelitian di atas, kesamaan penelitian dalam

    penelitian yang dilakukan oleh Durrotun Nashihah dan Penelitian yang

    dilakukan Gustian Rauf Prabowo dengan yang akan peneliti teliti yaitu

    penelitian PTK yang sama-sama menggunakan metode storytelling. Dan hasil

    penggunaan metode storytelling dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Yang

    membedakannya, penelitian yang dilakukan oleh Durrotun Nashihah dengan

    penelitian yang dilakukan oleh Gustian Rauf Prabowo serta penelitian yang

    dilakukan oleh peneliti yaitu terletak pada media yang digunakan dalam

    penelitian, subjek penelitian, materi pembelajaran, tempat penelitian, waktu

  • 35

    pelaksanaan penelitian dan nilai hasil belajar siswa serta dalam penelitian ini

    siswa diminta untuk membuat cerita nonfiksi atau pengalaman siswa, lalu

    siswa menceritakan isi cerita yang telah dibuat siswa di depan kelas dengan

    menggunakan media boneka tangan yang telah disipakan peneliti.

  • 36

    BAB III

    PELAKSANAAN PENELITIAN

    A. Deskripsi Kegiatan Pra Siklus

    Tindakan Pra Siklus ini dilaksanakan sebagai dasar untuk melihat ada atau

    tidaknyaperkembangan setelah dilakukan penelitian pada Siklus I dan Sikus II.

    Dalamtahapan Pra Siklus digunakan sebagai dasar peneliti melakukan penelitian

    tindakankelas dalam peningkatan hasil belajar siswa kelas IV Bahasa Indonesia pada

    subtemacerita fiksi. Pada hasil tes Pra Siklus banyak siswa yang memperoleh nilai

    dibawahKBM. Oleh karena itu, peneliti melakukan perbaikan dengan menggunakan

    metodestorytelling dengan media boneka tangan untuk mempermudah siswa

    memahami isicerita rakyat. Adapun hasil dari nilai ulangan harian terlampir.

    B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I

    1. Perencanaan

    Kegaitan yang dilaksanakan peneliti pada tahap perencanaan tindakan

    siklus I adalah sebagai berikut:

    a. Melakukan observasi terhadap proses pembelajaran di kelas dan hasil

    belajar siswa

    b. Peneliti menyususn Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) subtema

    cerita fiksi melalui metode storytelling dengan media boneka tangan

    c. Peneliti menyiapkan media pembelajaran dan teks cerita fiksi

    d. Peneliti menyiapkan soal tes dan lembar kerja siswa

  • 37

    e. Peneliti menyiapkan lembar pengamatan guru dan siswa dalam

    pelaksanaan pembelajaran

    2. Pelaksanaan

    Penelitian Tindakan Kelas siklus I dilaksanakan pada hari Selasa, 28

    Januari 2020 pukul 08.00 sampai 09.10 WIB diruang kelas IV MIN 4 Boyolali

    dengan jumlah siswa sebanyak 28 siswa. Materi yang diajarkan pada siklus I

    adalah subtema cerita fiksi. langkah-langkah pelaksanaan siklus I dapat

    dicermati di bawah ini:

    a. Menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses

    pembelajaran

    b. Guru mengucapkan salam “Assalamu’alaikum Warahmatullahi

    Wabarakatuh”

    c. Siswa menjawab salam “Waalaikumussalam Warahmatullahi

    Wabarakatuh”

    d. Guru memeriska posisi duduk siswa “Sebelum berdo’a, ayo duduk yang

    manis, badan tegak, tangan diatas meja”

    e. Siswa yang dapat jadwal memimpin do’a diminta untuk maju kedepan dan

    langsung berdo’a bersama-sama

    f. Guru mengabsensi siswa sambil menanyakan kabar “Apa kabar hari ini?

    Siapa yang tidak berangkat ya?”

    g. Guru mengajak siswa untuk bernyanyi satu nusa satu bangsa sebagai ice

    breaking dan sebagai apersepsi dalam mengingat pembelajaran

    sebeluumnya serta sebagai penyemangat sebelum pembelajaran dimulai

  • 38

    h. Guru menyampaikan cakupan materi dan tujuan pembelajaran dihari ini “

    hari ini kita belajar tentang cerita fiksi, dimana nanti anak-anak akan

    paham bagaimana memerankan sebuah cerita dan kita akan belajar

    bercerita dengan boneka tangan ini (guru menunjukkan boneka tangan

    dihadapan siswa)”.

    i. Guru bertanya “siapa yang pernah bercerita dengan boneka tangan?

    j. Guru mencontohkan cara bercerita dengan boneka tangan “Sebelum anak-

    anak memainkan boneka ini, sekarang lihat pak guru dulu ya anak dan

    simak teks bacaan yang sudah ada diatas meja kalian”

    k. Guru memberikan arahan “ Gimana asyik kan bercerita dengan boneka

    ini? Ok, anak-anak akan bercerita juga dengan boneka ini tapi sekarang

    anak-anak membuat cerita rakyat dengan bahasa daerah atau bahasa

    sehari-hari kalian, tema bebas, contohnya seperti cerita yang telah bapak

    contohkan tadi ya anak-anak.”

    l. Siswa maju satu persatu dengan rasa percaya diri untuk menceritakan

    cerita rakyat yang telah siswa buat dengan bahasa daerahnya

    menggunakan media boneka tangan yang telah tersedia

    m. Guru melakukan penilaian saat siswa bercerita

    n. Guru merefleksi pembelajaran hari ini dengan menanyakan “Hari ini kita

    belajar apa saja? pengalaman berkesan dari pembelajaran dihari apa saja?

    o. Guru memotivasi siswa untuk bangga dengan bahasa daerah yang ada

    dalam diri siswa

  • 39

    p. Guru meminta siswa mengumpulkan semua cerita nonfiksi yang telah

    siswa buat

    q. Guru mengakhiri pembelajaran dengan bacaan hamdallah dan diikuti oleh

    siswa

    r. Guru menutup pembelajaran dengan salam

    3. Pengamatan

    Peneliti melakukan pengamatan secara berlangsung selama proses

    pembelajaran dengan menggunakan lembar pengamatan yang telah disusun.

    Lembar pengamatan digunakan untuk mengetahui keterampilan guru dalam

    mengelola pembelajaran melalui metode storytelling dengan media boneka

    tangan selama proses pembelajaran. Pengamatan ini juga dibantu oleh guru

    dalam pengamatan terhadap siswa selama proses pembelajara sedang

    berlangsung. Hasil pengamatan akan dituliskan dalam lembar catatan lapangan

    terlampir.

    4. Refleksi

    Hasil pelaksanaan penelitian pada siklus I dapat dilakukan refleksi

    untuk mengetahui kelemahan kegiatan yang dilakukan guru dengan siswa

    sehingga dapat digunakan untuk memperbaiki siklus selanjutnya dalam

    mencapai indikator keberhasilan belajar. Dalam refleksi ini dapat dianalisis

    hal-hal yang diamati selama proses pembelajaran yaitu meliputi kinerja guru,

    respon siswa dan hasil belajar berupa tes yang dikerjakan siswa diakhir

    kegiatan inti pada proses pembelajaran. Hasil analisis tersebut digunakan

  • 40

    sebagai acuan untuk menentukan langkah-langkah lebih lanjut dalam mencapai

    tujuan penenlitian serta dalam menyiapkan siklus berikutnya.

    Kelemahan-kelemahan yang dihadapi yaitu:

    a. Guru kurang sanggup mengkondisikan siswa, sehingga masih terdapat 4

    siswa yang berbicara sendiri saat pembelajaran.

    b. Guru masih terlihat kaku atau kurang terampil dalam penggunaan media

    boneka tangan

    c. Guru masih terlihat kurang cakap dan inovatif dalam menyampaian cerita

    dengan metode storytelling

    d. Masih ada 3 siswa yang malu ketika diminta untuk bercerita didepan

    kelas

    Cara mengatasi kendala pada siklus I peneliti bersama guru

    melakukan diskusi untuk merencanakan perbaikan pada siklus berikutnya

    pada waktu yang telah ditentukan. Hal ini dilakukan agar siklus

    berikutnya tidak terjadi kelemahan yang sama. Rencana perbaikan

    tersebut yaitu:

    a. Guru mengkondisikan kelas sebelum pembelajaran dimulai

    b. Guru perlu melakukan latihan dalam penggunaan media dengan

    metode storytelling secara individu dahulu, sebelum mempraktekkan

    dihadapan siswa

    c. Guru perlu pemahaman isi teks cerita sehingga akan lebih cakap dan

    inovatif hketika bercerita dihadapan siswa

  • 41

    d. Guru melatih mental siswa dengan mendekati siswa, memberi

    perhatian siswa berupa pertanyaan-pertanyaan, memberikan

    kesempatan siswa untuk maju kedepan kelas dengan leluasa dan

    perlu dibimbing secara perlahan untuk bisa tidak malu ketika diminta

    untuk maju kedepan kelas

    Kelemahan yang terjadi pada Siklus I menyebabkan indikator

    keberhasilan belum terpenuhi, untuk itu pada Siklus II diharapkan

    melalui metode storytelling dengan media boneka tangan pada

    subtema cerita fiksi hasil belajar siswa dapat meningkat.

    C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II

    1. Perencanaan

    a. Peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) subtema

    cerita fiksi melalui metode storytelling dengan media boneka tangan

    b. Peneliti menyiapkan media pembelajaran berupa boneka tangan dan teks

    cerita fiksi

    c. Peneliti menyiapkan soal tes dan lembar kerja siswa

    d. Peneliti menyiapkan lembar pengamatan guru dan siswa dalam pelaksaan

    pembelajaran subtema cerita fiksi dengan Rencanan Pelakasanaan

    Pembelajaran, yang telah disusun.

    2. Pelaksanaan

    Penelitian Tindakan Kelas Siklus II dilaksanakan pada hari Jum’at, 31

    Januari 2020 pukul 10.10 sampai 11.20 WIB di ruang kelas IV MIN 4 Boyolali

    yang diikuti oleh 28 siswa. Tindakan yang dilakukan merujuk pada RPP yang

  • 42

    sudah dibuat pada subtema cerita fiksi. Penelitian tindakan kelas ini

    berlangsung selama satu kali pertemuan (2 x 35 menit). Berikut adalah

    langkah-langkah pelaksanaan tindakan pada siklus II:

    a. Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan

    pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya

    b. Menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses

    pembelajaran

    c. Guru mengucapkan salam “Assalamu’alaikum Warahmatullahi

    Wabarakatuh”

    d. Semua siswa serentak menjawab salam “Waalaikumussalam

    Warahmatullahi Wabarakatuh”

    e. Guru memeriksa posisi duduk siswa “Sebelum berdo’a, ayo duduk yang

    manis, badan tegak, tangan diatas meja”

    f. Siswa yang dapat jadwal memimpin do’a diminta untuk maju kedepan dan

    langsung berdo’a bersama-sama

    g. Guru mengabsensi siswa sambil menanyakan kabar “Apa kabar hari ini?

    Siapa yang tidak berangkat ya?”

    h. Guru mengajak siswa untuk bernyanyi satu nusa satu bangsa sebagai ice

    breaking dan sebagai apersepsi dalam mengingat pembelajaran

    sebeluumnya serta sebagai penyemangat sebelum pembelajaran dimulai

    i. Guru mengkondisikan siswa untuk lebih fokus dalam pembelajaran dan

    mengingatkan kepada seluruh siswa bahwa pembelajaran kali ini peralatan

    yang ada diatas meja hanya buku tulis, pensi dan penghapus. Selain 3 alat

  • 43

    tulis tersebut untuk dimasukkan kedalam tas. Dan lebih menekankan

    kepada 4 siswa yang pada pembelajaran sebelumnya masih berbicara

    sendiri untuk lebih fokus lagi dalam pembelajaran kali ini.

    j. Guru menyampaikan cakupan materi dan tujuan pembelajaran dihari ini “

    hari ini kita belajar tentang cerita fiksi, dimana nanti anak-anak akan

    paham bagaimana memerankan sebuah cerita dan kita akan belajar

    bercerita dengan boneka tangan ini (guru menunjukkan boneka tangan

    dihadapan siswa)”.

    k. Guru bertanya “siapa yang pernah bercerita dengan boneka tangan?

    l. Guru mencontohkan cara bercerita dengan lebih terampil dan semangat

    dalam penggunaan boneka tangan “Sebelum anak-anak memainkan

    boneka ini, sekarang lihat pak guru dulu ya anak dan simak teks bacaan

    yang sudah ada diatas meja kalian”

    m. Guru bercerita menggunakan boneka tangan dengan lebih cakap dan

    inofatif dalam bercerita dihadapan siswa.

    n. Guru memberikan arahan “ Gimana asyik kan bercerita dengan boneka

    ini? Ok, anak-anak akan bercerita juga dengan boneka ini tapi sekarang

    anak-anak membuat cerita rakyat dengan bahasa daerah atau bahasa

    sehari-hari kalian, tema bebas, contohnya seperti cerita yang telah bapak

    contohkan tadi ya anak-anak.”

    o. Guru menekankan atau memeberi peringatan kepada seluruh siswa untuk

    bercerita maju kedepan kelas sesuai cerita yang telah siswa buat” bapak

    peringatkan ya, jika masih ada yang malu untuk tidak bercerita didepan

  • 44

    kelas, maka bapak tidak akan mengajar di kelas ini lagi. Jadi semua siswa

    wajib maju ya?

    p. Siswa serentak menjawa “Iya pak guru.”

    q. Siswa maju satu persatu dengan rasa percaya diri untuk menceritakan

    cerita rakyat yang telah siswa buat dengan bahasa daerahnya

    menggunakan media boneka tangan yang telah tersedia

    r. (Pada siklus I masih ada 3 siswa yang malu ketika diminta untuk bercerita

    di depan kelas) Guru memberikan perhatian lebih kepada seluruh siswa,

    memberikan keleluasaan kepada seluruh siswa dalam pembelajaran,

    dengan mendekati dan memberi arahan atau motivasi kepada siswa untuk

    berani maju kedepan kelas untuk bercerita.

    s. Guru melakukan penilaian saat siswa bercerita

    t. Guru memberikan pertanyaan asyik kepada 3 siswa yang kemarin masih

    malu dalam bercerita di depan kelas “ Gimana perasaanmu ketika maju

    bercerita? Asyikkan? Inget jangan malu-malu lagi ya! semua sama-sama

    manusia jadi jangan malu.”

    u. Guru merefleksi pembelajaran hari ini dengan menanyakan “Hari ini kita

    belajar apa saja? pengalaman berkesan dari pembelajaran dihari apa saja?

    v. Guru memotivasi siswa untuk bangga dengan bahasa daerah yang ada

    dalam diri siswa

    w. Guru meminta siswa mengumpulkan semua cerita nonfiksi yang telah

    siswa buat

  • 45

    x. Guru mengakhiri pembelajaran dengan bacaan hamdallah dan diikuti oleh

    siswa

    y. Guru menutup pembelajaran dengan salam

    3. Pengamatan

    Peneliti melakukan pengamatan secara langsung selama proses

    pembelajaran dengan menggunakan lembar pengamatan yang disusun

    sebagaimana pada siklus I. Lembar pengamatan digunakan untuk mengetahui

    ketrampilan guru dalam mengelola pembelajaran melalui metode storytelling

    dengan media boneka tangan selama proses pembelajaran. Pengamatan ini juga

    dibantu oleh guru dalam pengamatan terhadap siswa selama proses

    pembelajaran sedang berlangsug. Tindakan pada siklus II, peneliti mengamati

    apakah ada perubahan tingkah laku dan hasil belajar siswa dari siklus I. Hasil

    pembelajaran akan dituliskan dalam lembar catatan lapangan terlampir.

    4. Refleksi

    Pelaksanaan tindakan siklus II ini siswa mengikuti pembelajaran dengan

    cukup baik. Guru dan peneliti mengadakan refleksi dan evaluasi setelah

    pembelajaran berakhir. Pada Siklus II ini peneliti menemukan banyak

    peningkatan yang diperoleh dari Pra Siklus dan Siklus II serta Kelemahan-

    kelemahan yang terjadi pada siklus I juga dapat diatasi pada siklus II ini.

    Penelitian ini dihentikan pada siklus II karena peneliti menemukan banyak

    peningkatan yang diperoleh dari pra siklus dan siklus I pada subtema cerita

    fiksidan hasil belajar siswa sudah menunjukkan indikator ketuntasan klasikal

    yang diharapkan yaitu ≥85% siswa tuntas belajar terlihat dari tercapainya target

  • 46

    penelitian yang ditargetkan peneliti pada sekolah tersebut sehingga dengan

    penggunaan dua siklus pada penelitian ini peneliti tidak ragu lagi untuk

    menghentikannya pada siklus II dengan peningkatan hasil belajar siswa

    subtema cerita fiksi melalui metode storytelling dengan media boneka tangan

    pada siswa kelas IV MIN 4 Boyolali Tahun Pelajaran 2019/2020. Siswa yang

    belum tuntas pada siklus II akan diberi tindakan mandiri berupa latihan-latihan

    atau remidi yang dipantau oleh guru, sehingga diharapkan seluruh siswa dapat

    tuntas belajar. Peningkatan-peningkatan dalam pembelajaran pada Siklus II,

    meliputi:

    a. Siswa lebih serius dalam memperhatikan apa yang disampaikan guru, hal

    ini tampak pada peningkatan hasil tes tertulis yang telah dikerjakan siswa

    b. Adanya peningkatan ketuntasan secara klasikal. Terlihat pada aspek

    keaktifan siswa ketika diminta bercerita didepan kelas sudah lebih percaya

    diri dan penggunaan metode storytelling dengan media boneka tangan

    dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada subtema cerita fiksi.

  • 47

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Deskripsi Hasil Penelitian

    1. Deskripsi Pra Siklus

    Penelitian Pra Siklus dilaksanakan pada hari Senin, 27 Januari 2020.

    Peneliti memperoleh data dari hasil wawancara dengan guru kelas IV mengenai

    masalah pembelajaran pada kelas IV MIN 4 Boyolali bahwa masih ada

    beberapa siswa yang belum memenuhi standar Ketuntasan Belajar Minimal

    (KBM) yang telah ditetapkan di MIN 4 Boyolali yaitu 70. Berdasarkan

    pengamatan dan wawancara dengan guru kelas diperoleh hasil belajar pada pra

    siklus dari 28 siswa hanya terdapat 35.7% (10 siswa) tuntas dan 64.3% (18

    siswa) belum tuntas. Nilai tersebut diambil dari buku nilai kelas IV hasil

    ulangan harian. Berdasarkan hal ini peneliti mencoba untuk melakukan

    tindakan perbaikan dengan cara menggunakan metode storytelling dan media

    boneka tangan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada subtema certita

    fiksi.

    Tabel 4.1. Nilai Ulangan Harian (Pra Siklus)

    No Nama KKM Nilai Keterangan

    1 AA 70 65 Belum Tuntas

    2 AMA 70 65 Belum Tuntas

    3 ARMP 70 75 Tuntas

  • 48

    4 ARAR 70 60 Belum Tuntas

    5 AA 70 65 Belum Tuntas

    6 AAPP 70 65 Belum Tuntas

    7 DAI 70 75 Tuntas

    8 EKPS 70 60 Belum Tuntas

    9 GRI 70 65 Belum Tuntas

    10 GDP 70 65 Belum Tuntas

    11 HAN 70 70 Tuntas

    12 HS 70 65 Belum Tuntas

    13 I NA 70 60 Belum Tuntas

    14 KJH 70 60 Belum Tuntas

    15 MHAS 70 65 Belum Tuntas

    16 MVP 70 75 Tuntas

    17 MEP 70 60 Belum Tuntas

    18 MIAS 70 75 Tuntas

    19 PM 70 70 Tuntas

    20 RAP 70 65 Belum Tuntas

    21 RKH 70 90 Tuntas

    22 SDM 70 80 Tuntas

    23 SDF 70 75 Tuntas

    24 SSO 70 80 Tuntas

    25 T LM 70 60 Belum Tuntas

  • 49

    26 WDP 70 60 Belum Tuntas

    27 WR 70 65 Belum Tuntas

    28 ZMS 70 60 Belum Tuntas

    Jumlah 1895

    Nilai Tertinggi 90

    Nilai Terendah 60

    Nilai Rata-rata Kelas 67.7

    Tuntas 10

    Presentase Tuntas 35.7%

    Belum Tuntas 18

    Presentasi Tidak

    Tuntas

    64.3%

    a. Nilai rata-rata hasil tes Pra Siklus

    Nilai Rata-rata kelas = Jumlah nilai siswa

    Jumlah seluruh siswa

    = 1895

    28

    = 67.7

    b. Nilai presentase ketuntasan dihitung berdasarkan rumus berikut:

    Presentase ketuntasan = Jumlah siswa yang tuntas x 100%

    Jumlah seluruh siswa

  • 50

    = 10x 100%

    28

    = 35.7%

    c. Nilai presentase belum tuntas dihitung berdasarkan rumus berikut:

    Presentase belum tuntas = Jumlah siswa yang belum tuntas x 100%

    Jumlah seluruh siswa

    = 18x 100%

    28

    = 64.3%

    2. Deskripsi Siklus I

    Penelitian Siklus I dilaksanakan pada hari Selasa, 28 Januari 2020.

    Pembelajaran berlangsung selama 70 menit (2 x 35 menit). Proses

    pembelajaran pada Siklus I dilaksanakan di kelas IV MIN 4 Boyolali pada

    subtema cerita fiksi. Hasil penelitian pada Siklus I terdapat hasil pengamatan

    dan hasil belajar. Hasil pengamatan yang didapatkan pada penelitian ini adalah

    pengamatan terhadap keterampilan guru dalam mengelola kelas saat

    pembelajaran melalui metode storytelling dengan media boneka tangan pada

    subtema cerita fiksi serta aktivitas siswa dalam keaktifan dan antusias siswa

    selama proses pembelajaran berlangsung. Pelaksanaan proses pembelajaran

    sudah dianggap berjalan cukup baik dan lancar.

    Nilai rata-rata yang telah dicapai pada Siklus I mencapai 70.7 dari

    jumlah siswa kelas IV. Siswa yang tuntas belajar (mencapai KBM) terdapat 16

    siswa (57.1%). Sedangkan siswa yang belum tuntas belajar terdapat 12 siswa

  • 51

    (42.8%). Hasil presentase pada Siklus I belum tuntas secara klasikal, karena

    siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 (nilai KBM) hanya mencapai 57.1% dari

    jumlah siswa keseluruhan sedangkan hasil presentasi yang harus dicapai dalam

    indikator keberhasilan yaitu ≥ 85% dari keseluruhan jumlah siswa. Jadi harus

    dilaksaakan Siklus selanjutnya yaitu Siklus II pada waktu yang telah

    ditentukan. Nilai hasil belajar siswa pada Siklus I dapat dilihat pada Tabel 4.2.

    Tabel 4.2. Daftar Hasil Belajar Siklus I

    No Nama Nilai Keterangan

    1 AA 75 Tuntas

    2 AMA 65 Belum Tuntas

    3 ARMP 75 Tuntas

    4 ARAR 70 Tuntas

    5 AA 70 Tuntas

    6 AAPP 60 Belum Tuntas

    7 DAI 90 Tuntas

    8 EKPS 70 Tuntas

    9 GRI 65 Belum Tuntas

    10 GDP 60 Belum Tuntas

    11 HAN 75 Tuntas

    12 HS 55 Belum Tuntas

    13 I NA 70 Tuntas

  • 52

    14 KJH 65 Belum Tuntas

    15 MHAS 65 Belum Tuntas

    16 MVP 75 Tuntas

    17 MEP 70 Tuntas

    18 MIAS 80 Tuntas

    19 PM 75 Tuntas

    20 RAP 60 Belum Tuntas

    21 RKH 90 Tuntas

    22 SDM 85 Tuntas

    23 SDF 90 Tuntas

    24 SSO 75 Tuntas

    25 T LM 65 Belum Tuntas

    26 WDP 60 Belum Tuntas

    27 WR 60 Belum Tuntas

    28 ZMS 65 Belum Tuntas

    Jumlah 1980

    Nilai Tertinggi 90

    Nilai Terendah 55

    Nilai Rata-rata Kelas 70.7

    Tuntas 16

    Presentase Tuntas 57.1%

    Belum Tuntas 12

    Presentasi Tidak Tuntas 42.8%

  • 53

    a. Nilai rata-rata hasil tes Pra Siklus

    Nilai Rata-rata kelas = Jumlah nilai siswa

    Jumlah seluruh siswa

    = 1980

    28

    = 70.7

    b. Nilai presentase ketuntasan dihitung berdasarkan rumus berikut:

    Presentase tuntas = Jumlah siswa yang tuntas x 100%

    Jumlah seluruh siswa

    = 16 x 100%

    28

    = 57.1%

    c. Nilai presentase belum tuntas dihitung berdasarkan rumus berikut:

    Presentase belum tuntas = Jumlah siswa yang belum tuntas x 100%

    Jumlah seluruh siswa

    = 12 x 100%

    28

    = 42.8%

    3. Deskripsi Siklus II

    Penelitian Siklus II dilaksanakan pada hari Jum’at, 31 Januari 2020.

    Pembelajaran berlangsung selama 70 menit (2 x 35 menit). Proses

    pembelajaran pada Siklus I dilaksanakan di kelas IV MIN 4 Boyolali pada

  • 54

    subtema cerita fiksi. Kelemahan-kelemahan yang terjadi pada Siklus I berhasil

    diperbaiki pada Siklus II. Pembelajaran pada Siklus II dapat berjalan lancar

    sesuai yang telah direncanakan. Proses pembelajaran pada Siklus II sudah

    berjalan dengan baik.

    Nilai rata-rata yang telah dicapai pada Siklus II mencapai 79.8 dari

    jumlah siswa kelas IV. Siswa yang tuntas belajar (mencapai KBM) terdapat 25

    siswa (89.2%). Sedangkan siswa yang belum tuntas belajar terdapat 3 siswa

    (10.7%).

    Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa Siklus II sudah dianggap

    mencapai kriteria ketuntasan klasikal karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 70

    (Nilai KBM) sudah mencapai 89.2% dari keselurihan jumlah siswa dan hasil

    presentase tersebut sudah lebih dari indikator keberhasilan yaitu ≥ 85% dari

    keseluruhan jumlah siswa. Pembelajaran pada Siklus II dianggap berhasil

    sehingga penelitian dihentikan sampai Siklus II. Nilai hasil belajar siswa pada

    Siklus II dapat dilihat pada Tabel 4.3.

    Tabel 4.3. Daftar Hasil Belajar Siklus II

    No Nama Nilai Keterangan

    1 AA 80 Tuntas

    2 AMA 70 Tuntas

    3 ARMP 75