peninggalan sejarah di kabupaten kudus sebagai …... · gugus pangeran cendono, 4)...

137
PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN IPS SEKOLAH DASAR Studi Kasus di SD Se Gugus Pangeran Cendono Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh : Yuli Suryanti S860208030 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009

Upload: trinhngoc

Post on 03-Mar-2019

245 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS

SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN IPS SEKOLAH DASAR

Studi Kasus di SD Se Gugus Pangeran Cendono

Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh :

Yuli Suryanti

S860208030

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2009

Page 2: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

ii

PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS

SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN IPS SEKOLAH DASAR

Studi Kasus di SD Se Gugus Pangeran Cendono

Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus

Disusun oleh:

Yuli Suryanti S 860208030

Telah Disetujui oleh Tim Pembimbing

Dewan Pembimbing

Jabatan Nama/NIP Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing I Dr. Warto, M. Hum

NIP. 131633898

Pembimbing II Dr. Budhi Setiawan, M.Pd

NIP. 131809046

Mengetahui

Ketua Program Pendidikan Sejarah

Dr. Warto, M. Hum NIP. 131633898

Page 3: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

iii

PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS

SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN IPS SEKOLAH DASAR

Studi Kasus di SD Se Gugus Pangeran Cendono

Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus

Disusun oleh:

Yuli Suryanti S 860208030

Telah Disetujui oleh Tim Penguji

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Ketua Dr. Suyatno Kartodirdjo

NIP. 130324012

Sekretaris Prof. HB. Sutopo, M.Sc., M.Sc., Ph.D

NIP. 130444310

Anggota Penguji 1. Dr. Warto, M. Hum

NIP. 131633898

2. Dr. Budhi Setiawan, M.Pd

NIP. 131809046

Surakarta, 29 April 2009

Mengetahui :

Direktur Ketua

Program Pascasarjana UNS Program Pendidikan Sejarah

Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D NIP 131472192

Dr. Warto, M.Hum NIP 131633898

Page 4: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

iv

PERNYATAAN

Nama : Yuli Suryanti NIM : S860208030

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul Peninggalan Sejarah di Kabupaten Kudus Sebagai Media Pembelajaran IPS Sekolah Dasar: Studi Kasus di SD Se Gugus Pangeran Cendono Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.

Kudus, 29 April 2009

Yang Membuat Pernyataan

Yuli Suryanti

Page 5: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

rahmat dan hidayah-Nya maka tesis ini dapat diselesaikan untuk memenuhi

sebagian persyaratan mencapai gelar magister. Tesis ini disusun berdasarkan

penelitian dengan judul “Peninggalan Sejarah di Kabupaten Kudus sebagai Media

Pembelajaran IPS Sekolah Dasar: Studi Kasus di SD se-Gugus Pangeran Cendono

Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus”.

Ucapan terima kasih atas bantuannya dalam menyelesaikan tesis ini,

penulis sampaikan kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. Much. Syamsulhadi, dr. Sp. KJ, selaku Rektor Universitas Sebelas

Maret yang telah memberikan izin belajar di Program Pascasarjana Universitas

Sebelas Maret;

2. Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D, selaku Direktur Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret, yang telah memberikan kesempatan untuk

melanjutkan studi di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret

Surakarta, dan membantu proses perizinan penelitian;

3. Dr. Warto, M. Hum selaku Ketua Program Pendidikan Sejarah Universitas

Sebelas Maret Surakarta, dan sebagai Dosen Pembimbing I, yang telah

memberi motivasi, bimbingan dan arahan kepada penulis tentang isi,

sistematika, dan penggunaan bahasa dalam tesis ini;

4. Dr. Budhi Setiawan, M.Pd selaku Dosen Pembimbing II, yang telah memberi

motivasi, bimbingan dan arahan kepada penulis tentang isi, sistematika, dan

penggunaan bahasa dalam tesis ini;

Page 6: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

vi

5. Semua Dosen di Program Studi Pendidikan Sejarah yang telah memberikan

dukungan moral dan semangat, sehingga penulis dapat menyelesaikan

pendidikan di Pascasarjana UNS;

6. Bapak Khundori, selaku pengelola Klentheng Hok Ling Bio dan Bapak

Denny, selaku pengelola Menara, Masjid dan Makam Sunan Kudus, yang

telah memberikan informasi tentang tempat peninggalan sejarah tersebut;

7. Bapak dan Ibu guru Kelas IV SD se-Gugus Pangeran Cendono Kecamatan

Dawe Kabupaten Kudus, yang telah memberikan informasi dan membantu

penulis dalam menyelesaikan tesis;

8. Sudiran dan Suyatmi, orang tua tercinta yang telah tiada yang selama

hidupnya selalu memberikan dorongan dan semangat untuk terus belajar;

9. Kusnadi, suamiku tercinta dan Dedy Kusuma Putra, anakku tercinta, Bambang

Ganef Bawono Loko, adikku tersayang, yang telah memberikan dukungan

moral dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di

Pascasarjana UNS;

10. Pihak-pihak yang telah banyak membantu namun tidak dapat penulis sebutkan

satu per satu.

Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan

khususnya pendidikan sejarah di Indonesia.

Surakarta, 29 April 2009

Peneliti

Yuli Suryanti

Page 7: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

vii

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ……………..……………………………………………………….. i

PENGESAHAN PEMBIMBING……………………………………………. ii

PENGESAHAN PENGUJI TESIS ………………………………………….. iii

PERNYATAAN …………………………………………………………….. iv

KATA PENGANTAR ………………………………………………………. v

DAFTAR ISI………………………………………………………………… vii

DAFTAR TABEL…………………………………………………………… x

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………….. xi

DAFTAR SINGKATAN ……………………………………………………. xii

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………… xiii

ABSTRAK…………………………………………………………………… xiv

ABSTRACT ………………………………………………………………… xv

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………… 1

A. Latar Belakang Masalah ……………………………………… 1

B. Rumusan Masalah …………………………………………….. 4

C. Tujuan Penelitian ……………………………………………… 5

1. Tujuan Umum …………………………………………… 5

2. Tujuan Khusus ………………………………………….. 5

D. Manfaat Penelitian …………………………………………….. 6

1. Manfaat Teoretis …………………………………………. 6

2. Manfaat Praktis …………………………………………… 6

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PIKIR ………………………….. 8

A. Kajian Teori …………………………………………………… 8

1. Peninggalan Sejarah ………………………………………. 8

a. Pengertian Peninggalan Sejarah ……………………… 8

b. Jenis-Jenis Peninggalan Sejarah ……………………….. 10

c. Fungsi Peninggalan Sejarah …………………………… 10

Page 8: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

viii

d. Upaya Pembelajaran dengan Memanfaatkan Peninggalan

Sejarah …………………………………………………. 11

2. Media Pembelajaran ……………………………………… 15

a. Pengertian Media Pembelajaran …............…………….. 15

b. Ciri-Ciri Media Pembelajaran …………………………. 18

c. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran……………… 21

d. Macam-macam Media Pembelajaran ............................. 29

e. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran ......................... 34

f. Prinsip Pemanfaatan Media ............................................ 36

3. Ilmu Pengetahuan Sosial ………………………………….. 42

a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial ………………….. 42

b. Tujuan Pengajaran IPS ………………………………… 45

c. Ruang Lingkup IPS …………………………………… 47

d. Konsep IPS …………………………………………….. 51

e. Peranan IPS ……………………………………………. 56

B. Kerangka Pikir ………………………………………………… 58

BAB III METODOLOGI PENELITIAN …………………………………… 61

A. Setting Penelitian ……………………………………………… 61

B. Jenis dan Strategi Penelitian ………………………………….. 62

C. Data dan Sumber Data………………………………………… 64

D. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………. 65

E. Teknik Cuplikan (Sampling) ………………………………….. 68

F. Validitas data ………………………………………………… 69

G. Teknik Analisis Data ………………………………………… 72

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …………………… 75

A. Deskripsi Latar………………………………………………… 75

B. Sajian Data …………………………………………………….. 85

C. Pokok-Pokok Temuan ………………………………………… 106

D. Pembahasan …………………………………………………… 109

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ………………………… 120

A. Simpulan ………………………………………………………. 120

Page 9: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

ix

B. Implikasi ………………………………………………………. 121

C. Saran…………………………………………………………… 123

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………. 125

LAMPIRAN…………………………………………………………………. 128

Page 10: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS SD Kelas IV…….... 87

Tabel 2 Silabus IPS SD Kelas IV……………………………………………. 113

Page 11: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Kerangka Pikir …………………………………………………… 60

Gambar 2 Teknik Analisis Data Model Interaktif…………………………… 74

Gambar 3 Menara Masjid Sunan Kudus ……………………………………. 89

Gambar 4 Masjid Sunan Kudus……………………………………………… 90

Gambar 5 Gapuro Padureksan Kidul Menara ………………………………. 91

Gambar 6 Gapuro Kembar ………………………………………………….. 92

Gambar 7 Gapuro Samping …………………………………………………. 92

Gambar 8 Gapuro Gerbang Tajug…………………………………………… 93

Gambar 9 Pancuran Wudlu (8 Pancuran) ………………………………….. 93

Gambar 10 Makam Sunan Kudus …………………………………………… 94

Gambar 11 Altar Pemujaan Klenteng Hok Ling Bio…………………………. 95

Page 12: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

xii

DAFTAR SINGKATAN

IPS : Ilmu Pengetahuan Sosial

SD : Sekolah Dasar

SK : Standar Kompetensi

KD : Kompetensi Dasar

YM3SK : Yayasan Menara, Masjid, dan Makam Sunan Kudus

KBM : Kegiatan Belajar Mengajar

M3SK : Menara, Masjid dan Makam Sunan Kudus

Page 13: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Daftar Informan ………………………………........................... 129

Lampiran 2 Deskripsi Hasil Wawancara …………………………………… 130

Lampiran 3 Proposal Kegiatan Karya wisata ……………………………….. 172

Lampiran 4 Foto-Foto Kegiatan dalam Penelitian ………………………….. 173

Page 14: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

xiv

ABSTRAK

Yuli Suryanti, S860208030. 2009. Peninggalan Sejarah di Kabupaten Kudus Sebagai Media Pembelajaran IPS Sekolah Dasar: Studi Kasus di SD se-Gugus Pangeran Cendono Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus. Tesis: Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Tujuan penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan 1) jenis peninggalan sejarah yang dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran IPS SD se Gugus Pangeran Cendono, 2) kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan kelayakan pemanfaatan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus sebagai media pembelajaran IPS SD se Gugus Pangeran Cendono, 3) penerapan pemanfaatan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus sebagai media pembelajaran IPS SD se Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus sebagai media pembelajaran IPS SD se Gugus Pangeran Cendono, 5) cara guru mengatasi kesulitan dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus sebagai media pembelajaran IPS SD se-Gugus Pangeran Cendono.

Setting penelitian dilakukan di objek-objek Peninggalan Sejarah di Kabupaten Kudus serta di SD se Gugus Pangeran Cendono Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus pada semester I Tahun Ajaran 2008/2009. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif berbentuk studi kasus terpancang. Data yang didapatkan berupa kata dan tulisan yang diperoleh dari informan dan dokumen. Pengambilan sampel digunakan teknik purposive sampling dan time sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara mendalam, observasi langsung baik berperan pasif maupun berperan aktif, dan analisis dokumen. Pengembangan validitas data menggunakan teknik triangulasi sumber dan triangulasi metode. Analisis data menggunakan analisis data model analisis interaktif.

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus yang dapat digunankan sebagai media pembelajaran IPS/Sejarah SD adalah peninggalan sejarah yang sesuai dengan Kompetensi Dasar (KD) Mata Pelajaran IPS SD kelas IV semester I yaitu menghargai berbagai peninggalan sejarah di lingkungan setempat (kabupaten/kota, provinsi) dan menjaga kelestariannya. Kriteria untuk menentukan kelayakan peninggalan sejarah sebagai media pembelajaran adalah peninggalan sejarah yang masih dalam keadaan utuh dan terawat baik sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas kepada siswa. Sebelum guru melaksanakan kegiatan pembelajaran, guru perlu mempersiapkan seperangkat alat pembelajaran. Selama proses pemebelajaran, jika guru mengalami kesulitan, maka guru harus bisa mengatasi kesulitan tersebut.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan sebagai bahan pertimbangan bagi guru SD untuk meningkatkan kemampuan mengajar dalam memanfaatkan peninggalan sejarah sebagai media pembelajaran.

Page 15: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

xv

ABSTRACT

Yuli Suryanti, S860208030. 2009. The Historical Heritage in Kudus Residence as Social Studies Instructional Media for Elementary School (Case Study at SD se-Gugus Pangeran Cendono Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus). Thesis: Post Graduate Program of Sebelas Maret University Surakarta.

The Purposes of the research are to describe : 1) the kinds of historical heritage which can be used as a social studies instructional media for Elementery School at Gugus Pangeran Cendono, 2) the factors or criteria which can be used to take the useful of historical heritage in Kudus Residence as Social studies insctructional media for Elementary School at Gugus Pangeran Cendono, 3) the planning of using historical heritage as Social Studies instructuonal media for Elementary School at Gugus Pangeran Cendono, 4) the teacher difficulties in using historical heritage in Kudus Residence as social studies instructional media for Elementary School at Gugus Pangeran Cendono, 5) the teacher manners to overcome the difficulties instructional media for Elementary School at Gugus Pangeran Cendono.

The setting of the research was done at historical heritage in Kudus Regency at SD se- Gugus Pangeran Cendono in the first semester of academic year 2008/2009. The type of research is descrriptive qualitative formed case study. The data was gotten from informant or document in explanation and article form. The collecting data used interview, observation and document analysis. The writer also uses the triangulation method to measurement the validity data.

The result of the study can be concluded that the historical heritage in Kudus regency which can be used as social studies instructional media in basic competency of fouth grade of Elementary school are : giving appreciate to the various historical heritage at the local environment ( regency, city, or province ) and watch over the preservation. The factor or criteria to determine the historical heritage elegibility as give clear descripton to the students. The teacher shall prepare the instructional media before doing the learning process. If the teacher have some difficulties in learning process, the teacher should over come it.

The writer hopes this study will be reference to the teacher in improving their ability in using the historical heritage as a teaching media.

Page 16: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

xvi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran IPS adalah sebuah sistem. Sistem pembelajaran IPS

mengintegrasikan berbagai komponen pembelajaran untuk mencapai tujuan

pendidikan nasional pada umumnya dan tujuan pembelajaran IPS pada khususnya.

Komponen-komponen pembelajaran harus saling mendukung untuk menciptakan

suasana pembelajaran yang menyenangkan dan interaktif.

Salah satu komponen pembelajaran adalah media pembelajaran. Media

pembelajaran adalah alat bantu yang digunakan guru untuk mengkomunikasikan

materi dan bahan ajar kepada siswa. Media pembelajaran memberikan kemudahan

kepada guru dan murid untuk menyamakan persepsi terhadap materi pembelajaran

yang sedang dibahas.

Guru dituntut untuk menentukan dan memilih media pembelajaran yang

tepat. Pemilihan media harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) tujuan

yang hendak dicapai, 2) ketersediaan sumber media, 3) ketersediaan dana, tenaga

dan fasilitas, 4) keluwesan, kepraktisan, dan daya tahan media, serta 5) efektivitas

media untuk waktu yang panjang (Dick dan Carey dalam Basuki Wibawa dan

Farida Mukti, 2001: 100).

Media pembelajaran IPS yang dipilih oleh guru IPS SD sekarang ini

adalah buku teks dan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi pembelajaran.

Media buku teks lebih mudah didapatkan sehingga guru lebih memilih

menggunakan media tersebut. Buku teks juga menyajikan materi pembelajaran

1

Page 17: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

xvii

dengan lengkap sehingga guru hanya menerangkan kepada siswa segala hal yang

belum dipahami.

Gambar-gambar sebagai media pembelajaran IPS dirasa kurang

memberikan rangsangan kepada siswa untuk mengikuti pembelajaran IPS. Siswa

hanya melihat gambar dua dimensi sehingga makna yang ingin diperoleh dengan

menggunakan gambar-gambar tersebut sebagai media pembelajaran belum dapat

tercapai. Bahkan beberapa siswa ada yang tidak mengerti maksud dari gambar-

gambar yang ditunjukkan oleh guru, sehingga siswa bermain-main selama proses

pembelajaran.

Media buku teks dan gambar-gambar tidak mendukung kondisi

pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan. Siswa cenderung bersikap pasif

dalam pembelajaran bahkan beberapa menganggap pembelajaran dengan media

buku teks dan gambar ini membosankan. Kebosanan siswa ini akan memberikan

dampak pada rendahnya prestasi belajar siswa.

Media pembelajaran yang digunakan guru selain buku teks dan gambar-

gambar adalah media audio visual dengan menggunakan CD Pembelajaran.

Selama proses pembelajaran dengan media CD ini guru tidak menjadi sumber

belajar, hanya menjadi fasilitator dalam pembelajaran. Guru menyediakan media

pembelajaran berupa CD dan membiarkan siswa belajar sendiri. Penggunaan

media CD ini dapat lebih meningkatkan gairah siswa untuk memperhatikan

pelajaran dari pada pembelajaran menggunakan media buku teks dan gambar-

gambar. CD ini belum merupakan CD interaktif yang mengajak siswa berinteraksi

selama proses pembelajaran berlangsung. Guru sebagai fasilitator dalam

Page 18: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

xviii

pembelajaran selama menggunakan media CD justru menjadi pasif dan tidak

berusaha menjadikan pembelajaran lebih interaktif dengan melibatkan siswa.

Kondisi seperti ini membuat siswa lama kelamaan menjadi bosan melihat CD

secara terus menerus.

Kondisi pembelajaran IPS dengan menggunakan media buku teks,

gambar dan CD yang tidak interaktif dan maksimal menuntut guru mencari media

pembelajaran lain yang lebih interaktif dan menyenangkan. Upaya pemilihan

media alternatif dapat dilakukan oleh guru dengan memanfaatkan bahan yang ada

di lingkungan sekitar terutama yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

Penggunaan bahan yang sudah ada di lingkungan akan memberikan nilai positif

karena siswa ditunjukkan pada kondisi riil masyarakat sekitar dan siswa dapat

terlibat langsung selama proses pembelajaran.

Kabupaten Kudus memiliki peninggalan-peninggalan sejarah yang cukup

lengkap, bahkan beberapa peninggalan sejarah tersebut bisa dimanfaatkan sebagai

media pembelajaran IPS. Peninggalan sejarah ini sebagian guru sudah pernah

digunakan oleh guru IPS SD sebagai media pembelajaran, sehingga peninggalan

sejarah tersebut dapat membantu guru dalam pembelajaran IPS yang lebih

interaktif dan menyenangkan.

Peninggalan sejarah yang digunakan sebagai media pembelajaran akan

mengarahkan peran guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran IPS. Peran guru

sebagai fasilitator dalam pembelajaran IPS selama ini tampaknya belum

berkembang secara luas, hal ini didasarkan pada hasil penelitian dari Hamid

Hasan (1998: 275) bahwa 95,17% guru IPS dalam pembelajaran mengguakan

Page 19: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

xix

metode ceramah dan ceramah bervariasi dengan penerapan seperti itu, maka peran

guru mengarah pada satu – satunya sumber informasi, sehingga pembelajarannya

hanya satu arah saja, tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir

secara kritis analitis sehingga pembelajaran yang dialogis sulit diwujudkan.

Kondisi pembejaran tersebut sudah saatnnya perlu adanya perubahan dimana gru

tidak hanya sebagai informator tetapi juga sebagai fasilitator. Dengan guru

sebagai fasilitator, maka kegiatan belajar mengajar akan lebih menyenangkan dan

bermakna.

Peninggalan sejarah sebagai media pembelajaran akan memberikan

gambaran konkret kepada siswa tentang peninggalan sejarah yang dimaksud

dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS SD. Gambaran yang

konkret ini akan memudahkan siswa untuk memahami materi pembelajaran dan

pada akhirnya dapat meningkatkan hasil pembelajaran IPS SD.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka masalah yang dikaji

dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Jenis peninggalan sejarah apa saja yang dapat dimanfaatkan sebagai media

pembelajaran IPS SD se-Gugus Pangeran Cendono?

2. Kriteria-kriteria apa saja yang digunakan untuk menentukan kelayakan

pemanfaatan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus sebagai media

pembelajaran IPS SD se-Gugus Pangeran Cendono?

3. Bagaimana pemanfaatan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus sebagai

media pembelajaran IPS SD se-Gugus Pangeran Cendono?

Page 20: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

xx

4. Kesulitan-kesulitan apa saja yang dihadapi guru dalam memanfaatkan

peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus sebagai media pembelajaran IPS SD

se-Gugus Pangeran Cendono?

5. Bagaimanakah cara guru mengatasi kesulitan dalam memanfaatkan

peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus sebagai media pembelajaran IPS SD

se-Gugus Pangeran Cendono?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan peninggalan

sejarah di Kabupaten Kudus sebagai Media Pembelajaran IPS di SD se-Gugus

Pangeran Cendono.

2. Tujuan Khusus

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan:

a. Jenis peninggalan sejarah yang dapat dimanfaatkan sebagai media

pembelajaran IPS SD se-Gugus Pangeran Cendono.

b. Kriteria-keriteria yang digunakan untuk menentukan kelayakan

pemanfaatan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus sebagai media

pembelajaran IPS SD se-Gugus Pangeran Cendono.

c. Pemanfaatan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus sebagai media

pembelajaran IPS SD se-Gugus Pangeran Cendono.

d. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan

sejarah di Kabupaten Kudus sebagai media pembelajaran IPS SD se-

Gugus Pangeran Cendono.

Page 21: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

xxi

e. Cara guru mengatasi kesulitan dalam memanfaatkan peninggalan sejarah

di Kabupaten Kudus sebagai media pembelajaran IPS SD se-Gugus

Pangeran Cendono.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk

memperkaya khasanah ilmu pengetahuan yang terkait dengan media

pembelajaran khususnya pembelajaran IPS di SD.

2. Manfaat Praktis

Secara Praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

a. Guru

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah kualitas

pembelajaran di SD sehingga siswa menjadi antusias dalam mengikuti

pembelajaran terutama pembelajaran IPS.

b. Siswa

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan perhatian,

semangat, dan gairah belajar siswa dalam mengikuti KBM mata pelajaran

IPS sehingga hasil pembelajaran lebih baik.

c. Sekolah

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menjalin kerja sama antara

sekolah dengan tempat-tempat peninggalan sejarah yang sesuai dengan SK

KD mata pelajaran IPS.

Page 22: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

xxii

d. Pengambil Kebijakan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan informasi untuk

pengambilan kebijakan yang berhubungan dengan pemanfaatan

peninggalan sejarah setempat sebagai media pembelajaran IPS di SD.

BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajian Teori

1. Peninggalan Sejarah

a. Pengertian Peninggalan Sejarah

Sejarah atau dalam bahasa Inggris history berasal dari kata Yunani

istoria yang berarti ilmu. Kata istoria digunakan oleh filsuf Yunani,

Aristoteles, sebagai suatu penjelasan sistematis mengenai seperangkat

gejala alam. Penggunaan ini sekarang dipakai untuk menjelaskan tentang

natural history. Secara umum history atau sejarah berarti masa lampau

manusia (Gottschalk, 1985: 27).

Masa lampau telah berlalu, begitu pula kejadian-kejadian dan

peristiwa-peristiwa yang memang hanya sekali terjadi. Segala hal yang

sudah dianggap lampau tidaklah sepenuhnya lenyap. Peristiwa-peristiwa

masa lampau mempunyai beberapa akibat, sebab peristiwa-peristiwa

Page 23: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

xxiii

tersebut meninggalkan relics (barang peninggalan) atau traces (jejak-

jejak). Kata relics (barang peninggalan) dinyatakan oleh Collingwood

sedangkan traces (jejak-jejak) dipergunakan oleh ahli metodologi,

Langlois dan Seignobos. Pengujian terhadap implikasi-implikasi

hubungan antara relics atau traces dan peristiwa (events) akan

memberikan petunjuk dan bahan-bahan pada para ilmuwan untuk

merekonstruksi peristiwa di masa lampau (Soeri Soeroto, 1980: 1 dan

Renier, 1997: 101).

Barang peninggalan atau jejak yang sampai tidak semuanya dapat

digunakan untuk merekonstruksi peristiwa masa lampau. Barang

peninggalan atau jejak dapat dibedakan menjadi dua kategori berdasarkan

manfaatnya untuk dijadikan bahan penulisan dalam rangka merekonstruksi

masa lampau yaitu : 1) jejak atau peninggalan yang historis, yaitu jejak

atau peninggalan yang menurut penilaian sejarawan memiliki atau

mengandung informasi tentang kejadian-kejadian yang yang historis

sehingga bisa digunakan untuk bahan penyusunan kejadian-kejadian itu

sebagai kisah, 2) jejak atau barang peninggalan tak historis, yaitu jejak

atau barang peninggalan yang informasi di dalamnya dianggap tidak

memiliki nilai sejarah (Soeri Soeroto, 1980: 2).

Peninggalan sejarah menurut UU No. 5 Tahun 1992 memiliki

pengertian yaitu suatu benda buatan manusia, baik merupakan kesatuan

atau kelompok, bagian-bagian yang telah berumur sekurang-kurangnya

lima puluh tahun atau mewakili gaya khas dan mewakili masa gaya

Page 24: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

xxiv

sekurang-kurangnya lima puluh tahun serta dianggap mempunyai nilai

penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan.

Jejak-jejak sejarah atau peninggalan sejarah dan purbakala banyak

mengandung informasi atau keterangan peristiwa dalam skala sempit

maupun skala luas. Jejak sejarah atau peninggalan sejarah dan purbakala

merupakan sumber informasi atau sumber sejarah. Selain itu, jejak sejarah

ini merupakan bukti suatu kejadian atau sejarah masa lampau dan juga

menjadi sumber belajar (Renier, 1997: 102).

b. Jenis-Jenis Peninggalan Sejarah

Peninggalan sejarah atau jejak sejarah dapat dibedakan menjadi

peninggalan sejarah material dan peninggalan sejarah non material.

Peninggalan sejarah material adalah peninggalan sejarah yang berwujud

benda dan dapat berupa peninggalan tertulis maupun peninggalan benda

sejarah biasa. Peninggalan sejarah atau jejak sejarah untuk lebih

mudahnya dibedakan menjadi tiga yaitu 1) peninggalan sejarah atau jejak

sejarah immaterial, adalah ketentuan-ketentuan yang masih hidup atau

terdapat dalam masyarakat seperti lembaga-lembaga sosial, kepercayaan,

adat kebiasaan, norma-norma etik yang berlaku, tradisi, legenda,

ketakhayulan, dan juga bahasa, 2) jejak sejarah atau peninggalan sejarah

material adalah jejak atau peninggalan dari aktivitas orang yang hidup di

masa lampau yang berwujud. Jejak material dapat berfungsi sampai

sekarang, seperti masjid, candi, monumen-monumen, meja kursi, 3) jejak

sejarah atau peninggalan sejarah tertulis dapat dikatakan mengajarkan

Page 25: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

xxv

sesuatu tentang apa yang terkandung di dalamnya atau dalam arti terbatas

disebut dokumen (Soeri Soeroto, 1980: 2-3 dan Renier, 1997: 104).

c. Fungsi Peninggalan Sejarah

Peninggalan sejarah memiliki Fungsi antara lain : (1) Sebagai

bukti-bukti sejarah dan budaya, (2) Sebagai sumber-sumber sejarah,

(3) objek ilmu pengetahuan sejarah dan budaya, (4) Cermin sejarah dan

budaya, (5) sebagai media pembinaan dan pengembangan nilai-nilai

budaya, (6) sebagai media pendidikan budaya bangsa sepanjang masa,

(7) sebagai media untuk memupuk kepribadian bangsa di bidang

kebudayaan dan ketahanan nasional, (8) sebagai objek wisata (Tim

Inventarisasi BCB, 2007: 2).

d. Upaya Pembelajaran dengan Memanfaatkan Peninggalan Sejarah

Lingkungan yaitu situasi yang tersedia di mana pesan itu di terima

oleh siswa. Lingkungan terdiri atas lingkungan fisik dan nonfisik.

Lingkungan fisik seperti gedung sekolah, perpustakaan, laboratorium,

studio, auditorium, taman, objek-objek peninggalan sejarah dan lain-lain.

Lingkungan non fisik seperti penerangan sirkulasi udara dan lain-lain.

Secara teoritis pemanfaatan lingkungan sebagai media pembelajaran

mempunyai berbagai arti penting di antaranya lingkungan mudah di

jangkau, biayanya relatif murah, objek permasalahan dalam lingkungan

beraneka ragam dan menarik serta tidak pernah habis (Novrianti, 2008).

Page 26: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

xxvi

Sehubungan dengan pemanfaatan lingkungan sebagai sumber

belajar ini, Nasution (dalam Novrianti: 2008) menyatakan bahwa

pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar dapat dilakukan dengan

dua cara yaitu : dengan cara membawa sumber-sumber dari masyarakat ke

atau lingkungan ke dalam kelas dan dengan cara membawa siswa ke

lingkungan. Tentunya masing-masing cara tersebut dapat dilakukan

dengan pendekatan, metoda, teknik dan bahan tertentu yang sesuai dengan

tujuan pengajaran.

Lebih lanjut Nasution menjelaskan ada beberapa metode yang

dapat digunakan dalam rangka membawa siswa ke dalam lingkungan itu

sendiri yaitu metode Karya wisata, service proyek, school camping,

surfer dan interviu. Lewat karyawisata umpamanya, siswa akan

memperoleh pengalaman secara langsung, membangkitkan dan

memperkuat belajar siswa, mengatasi kebosanan siswa balajar dalam

kelas serta menanamkan kesadaran siswa tentang lingkungan dan

mempunyai hubungan yang lebih luas dengan lingkungan.

Namun metode karya wisata ini memiliki kelemahan yang

berkaitan dengan waktu sehingga karya wisata ini perlu diperhatikan

secara cermat. Demikian juga dengan metode lain yang membawa siswa

ke luar kelas, metode yang dipilih memerlukan rencana yang lebih cermat

dan matang serta harus berpedoman kepada tujuan pengajaran yang

hendak dicapai. Cara yang kedua yaitu dengan cara membawa sumber dan

Page 27: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

xxvii

lingkungan luar ke dalam kelas, seperti membawa narasumber, contoh-

contoh dan koleksi tertentu ke dalam kelas.

Kedua cara yang telah dijelaskan di atas sebenarnya saling

berkaitan satu dengan yang lainnya karena keduanya dapat

dikombinasikan. Misalnya melalui karya wisata siswa mempunyai

kesempatan untuk mengumpulkan berbagai benda sehingga koleksi benda

tersebut dapat memperkaya khasanah laboratorium di sekolah dan

sewaktu-waktu benda-benda tersebut dapat digunakan sebagai media

sekaligus sebagai sumber belajar.

Pendayagunaan lingkungan dalam proses pembelajaran dapat

dilaksanakan dengan berbagai cara. Pemanfaatan ini dapat dengan cara

membawa lingkungan ke dalam kelas atau dengan cara membawa siswa

ke masyarakat (Oemar Hamalik, 2005:100).

Pengertian lingkungan dalam hal ini adalah segala sesuatu baik

yang berupa benda hidup maupun benda mati yang terdapat di sekitar kita

(di sekitar tempat tinggal maupun sekolah). Berbagai benda yang terdapat

di lingkungan dapat dipilih untuk dijadikan media dan sumber belajar

bagi siswa di sekolah. Bentuk dan jenis lingkungan ini bermacam macam,

misalnya : sawah, hutan, pabrik, lahan pertanian, gunung, danau,

peninggalan sejarah, museum, dan sebagainya. Media di lingkungan

juga bisa berupa benda-benda sederhana yang dapat dibawa ke ruang

kelas, misalnya : batuan, tumbuh-tumbuhan, binatang, peralatan rumah

Page 28: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

xxviii

tangga, hasil kerajinan, dan masih banyak lagi contoh yang lain (Aristo

Rahadi, 2008: 1).

Teknik penggunaan lingkungan sebagai media dan sumber

pembelajaran menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2007:209-212)

yaitu:

1) Survey, yaitu siswa mengunjungi lingkungan seperti masyarakat

setempat untuk mempelajari proses sosial, budaya, ekonomi,

kependudukan, dan lain-lain. Kegiatan belajar dilakukan siswa melalui

observasi, wawancara dengan nara sumber, mempelajari data atau

dokumen yang ada dan lain-lain. Hasilnya dicatat dan dilaporkan untuk

dibahas bersama dan disimpulkan oleh guru dan siswa untuk

melengkapi bahan pembelajaran.

2) Camping atau kemah. Kemah memerlukan waktu yang cukup sebab

siswa harus dapat menghayati bagaimana kehidupan alam seperti suhu,

iklim, suasana dan lain-lain.

3) Karya wisata, yaitu kunjungan siswa keluar kelas untuk mempelajari

objek tertentu sebagai bagian integral dari kegiatan kurikuler di

sekolah.

4) Praktek lapangan dilakukan siswa untuk memperoleh keterampilan dan

kecakapan khusus.

5) Mengundang nara sumber ke sekolah untuk memberikan penjelasan

mengenai keahliannya di hadapan para siswa.

Page 29: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

xxix

6) Proyek pelayanan dan pengabdian pada masyarakat, yakni dengan

melakukan kegiatan dalam rangka memberikan bantuan kepada

masyarakat seperti pelayanan, penyuluhan, partisipasi dalam kegiatan

masyarakat.

Pemanfaatan peninggalan sejarah sebagai media pembelajaran

dengan teknik-teknik di atas memiliki kelemahan yang terjadi saat

pelaksanaannya, yaitu :

1) Kegiatan pembelajaran kurang dipersiapkan sebelumnya sehingga saat

siswa dibawa ke lokasi tujuan pembelajaran tidak mengadakan proses

pembelajaran.

2) Adanya kesan bahwa pemanfaatan peninggalan sejarah sebagai media

pembelajaran dengan menggunakan teknik-teknik tersebut

membutuhkan waktu lama sehingga menghabiskan waktu untuk

belajar di kelas.

3) Sempitnya pandangan guru bahwa kegiatan pembelajaran hanya terjadi

di kelas (Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, 2007: 209).

2. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Kata ‘media’ berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk

jamak dari kata ‘medium’. Arti media secara harfiah adalah ‘perantara’

atau ‘pengantar’. Media berarti wahana penyalur informasi belajar atau

penyalur pesan (Syaiful B. Djamarah & Aswan Zain, 2006:120). Dalam

bahasa Arab, media adalah perantara (wasaaila) atau pengantar pesan dari

Page 30: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

xxx

pengirim kepada penerima pesan (Azhar Arsyad, 2007: 3). Media oleh

Fleming dalam Azhar Arsyad (2007: 3) diganti dengan mediator yaitu

penyebab atau alat yang turut campur tangan dalam dua pihak dan

mendamaikannya. Istilah mediator membuat media menunjukkan fungsi

atau perannya yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak

utama dalam proses belajar – siswa dan isi pelajaran. Mediator dapat pula

mencerminkan pengertian bahwa setiap sistem pembelajaran yang

melakukan peran mediasi, mulai dari guru sampai kepada peralatan paling

canggih, dapat disebut media. Ringkasnya media adalah alat yang

menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pembelajaran.

Suatu medium (jamak media) adalah pengertian dari sebuah

komunikasi dan sumber informasi. Diperolah dari kata Latin yang artinya

“antara”, istilah ini mengacu pada segala sesuatu yang dapat

menyampaikan informasi antara sumber dan penerima (Smaldino, 2005:9)

Makna umum media adalah segala sesuatu yang dapat

menyalurkan informai dan sumber informasi kepada penerima informasi.

Istilah media populer di bidang komunikasi. Proses belajar mengajar pada

dasarnya juga merupakan proses komunikasi sehingga media yang

digunakan dalam pembelajaran disebut media pembelajaran (Etin

Solihatin & Raharjo, 2007:22-23).

Schramm mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah

teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan

pembelajaran. Sementara itu, Briggs berpendapat bahwa media

Page 31: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

xxxi

pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi

pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya. Sedangkan,

National Education Associaton mengungkapkan bahwa media

pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun

pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras (Achmad Sudrajat,

2008).

Secara garis besar dapat dipahami bahwa media adalah manusia,

materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa

mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Berdasarkan

pengertian tersebut maka guru, buku teks, lingkungan sekolah merupakan

media juga (Azhar Arsyad, 2007: 3).

AECT dalam Arief S. Sadiman dkk (2002: 6) memberikan batasan

media. AECT menyatakan bahwa media pembelajaran adalah:

Semua sumber data (data, manusia, barang atau material) yang dapat digunakan oleh peserta didik secara individual atau secara bersamaan, biasanya menggunakan tata cara formal, untuk memfasilitasi pembelajaran. Sumber ini termasuk pesan-pesan, manusia, material, peralatan, teknik-teknik dan tempat atau lingkungan.

Marshall McLuhan (dalam Oemar Hamalik, 2003:201)

berpendapat bahwa media adalah suatu ekstensi manusia yang

memungkinkannya mempengaruhi orang lain yang tidak mengadakan

kontak langsung dengan dia.

Gagne (dalam Etin Solihatin dan Raharjo, 2007:23) mengartikan

media sebagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat

merangsang mereka untuk belajar. Kutipan dari Brigg oleh Etin Solihatin

Page 32: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

xxxii

dan Raharjo (2007:23) menyebutkan bahwa media adalah alat untuk

memberikan perangsang bagi siswa agar terjadi proses belajar.

Oemar Hamalik (2003:202) menyatakan bahwa media tidak hanya

meliputi media komunikasi elektronik yang kompleks tetapi juga meliputi

alat-alat sederhana seperti slide, fotografi, diagram, bagan buatan guru,

objek-objek nyata serta kunjungan ke luar sekolah.

Media pembelajaran sifatnya lebih khusus, maksudnya media

pendidikan yang secara khusus digunakan untuk mencapai tujuan belajar

tertentu yang telah dirumuskan secara khusus. Alat peraga adalah alat

(benda) yang digunakan untuk memperagakan fakta, konsep, prinsip, atau

prosedur tertentu agar tampak lebih nyata/konkret. Alat bantu adalah alat

(benda) yang digunakan oleh guru untuk mempermudah tugas dalam

mengajar. Audio Visual Aids (AVA) mempunyai pengertian dan tujuan

yang sama hanya saja penekanannya pada peralatan audio visual,

sedangkan alat bantu belajar penekanannya pada pihak yang belajar.

Semua istilah tersebut dapat kita rangkum dalam satu istilah umum yaitu

media pembelajaran (Etin Solihatin & Raharjo, 2007:23)

b. Ciri-ciri Media Pembelajaran

Berdasarkan batasan-batasan tentang media, media pembelajaran

memiliki ciri-ciri umum. Ciri-ciri umum media menurut Azhar Arsyad

(2007: 6) adalah :

Page 33: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

xxxiii

1) Media pembelajaran memiliki pengertian fisik yang dewasa ini

dikenal sebagai hardware (perangkat keras), yaitu sesuatu benda yang

dapat dilihat, didengar, atau diraba dengan panca indera.

2) Media pembelajaran memiliki pengertian nonfisik yang dikenal

sebagai software (perangkat lunak), yaitu kandungan pesan yang

terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isi yang ingin

disampaikan kepada siswa.

3) Penekanan media pembelajaran terdapat pada visual dan audio.

4) Media pembelajaran memiliki pengertian alat bantu pada proses

belajar baik di dalam maupun di luar kelas.

5) Media pembelajaran digunakan dalam rangka komunikasi dan

interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran.

6) Media pembelajaran dapat digunakan secara massal, kelompok besar

dan kelompok kecil atau perorangan.

7) Sikap, perbuatan, organisasi, strategi, dan manajemen yang

berhubungan dengan penerapan suatu ilmu.

Gerlach dan Ely dalam Azhar Arsyad (2007: 12-14)

mengemukakan tiga ciri media yang merupakan petunjuk mengapa media

digunakan dan apa saja yang dapat dilakukan oleh media yang mungkin

guru tidak mampu (atau kurang efisien) melakukannya. Tiga ciri media

pembelajaran tersebut adalah:

1) Ciri Fiksatif (Fixative Property)

Page 34: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

xxxiv

Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam,

menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau

objek. Suatu peristiwa atau objek dapat diurutkan dan disusun kembali

dengan media seperti fotografi, video tape, audio tape, disket

komputer, dan film. Suatu objek yang telah diambil gambarnya

(direkam) dengan kamera atau video kamera dengan mudah dapat

direproduksi kapan saja diperlukan. Dengan ciri fiksatif ini, media

memungkinkan suatu rekaman kejadian atau objek yang terjadi pada

satu waktu tertentu ditransportasikan tanpa mengenal waktu.

Ciri ini amat penting bagi guru karena kejadian-kejadian atau

objek yang telah direkam atau disimpan dengan format media yang

dapat digunakan setiap saat. Peristiwa yang kejadiannya hanya sekali

(dalam satu dekade atau satu abad) dapat diabadikan dan disusun

kembali untuk keperluan pembelajaran.

2) Ciri Manipulatif (Manipulative Property)

Transfomasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena

media memiliki ciri manipulatif. Kejadian yang memakan waktu

berhari-hari dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga

menit dengan teknik pengambilan gambar time-lapse recording.

Misalnya, bagaimana proses larva menjadi kepompong kemudian

menjadi kupu-kupu dapat dipercepat dengan teknik rekaman fotografi

tersebut. Di samping dapat dipercepat dengan teknik rekaman

fotografi tersebut, suatu kejadian dapat pula diperlambat pada saat

Page 35: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

xxxv

menayangkan kembali hasil suatu rekaman video. Manipulasi kejadian

atau objek dengan jalan mengedit hasil rekaman dapat menghemat

waktu.

3) Ciri Distributif (Distributive Property)

Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau

kejadian ditransportasikan melalui ruang dan secara bersamaan

kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan

stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu. Sekali

informasi direkam dalam format media apa saja, ia dapat direproduksi

seberapa kali pun dan siap digunakan secara bersamaan di berbagai

tempat atau digunakan secara berulang-ulang di suatu tempat.

Konsistensi informasi yang telah direkam akan terjamin sama atau

hampir sama dengan aslinya.

c. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran

Hamalik (dalam Azhar Arsyad, 2007: 15) mengemukakan bahwa

pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat

membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi

dan rangsangan kegiatan belajar, bahkan membawa pengaruh-pengaruh

psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap

orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses

pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu.

Selain membangkitkan motivai dan minat belajar, media pembelajaran

juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data

Page 36: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

xxxvi

dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan

memadatkan informasi.

Levie dan Lentz (dalam Azhar Arsyad, 2007: 16) mengemukakan

empat fungsi media pembelajaran., khususnya media visual, yaitu

1) fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan

mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran

yang berkaitan dengan maksud visual yang ditampilkan atau menyertai

teks materi pelajaran, 2) fungsi afektif media visual dapat terlihat dari

tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (atau membaca) teks bergambar.

Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa

misalnya informasi yang menyangkut masalah sosial atau ras, 3) fungsi

kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang

mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar

pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan

yang terkandung dalam gambar, 4) fungsi kompensatoris media

pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang

memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah

dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan

mengingatnya kembali. Media pembelajaran dengan kata lain berFungsi

untuk mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat menerima dan

memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara

verbal.

Page 37: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

xxxvii

Media pembelajaran, menurut Kemp dan Dayton (dalam Azhar

Arsyad, 2007: 19), dapat memenuhi tiga fungsi utama apabila media

digunakan untuk perorangan, kelompok, atau kelompok pendengar yang

besar jumlahnya, yaitu 1) memotivasi minat atau tindakan, 2) menyajikan

informasi, dan 3) memberi instruksi. Untuk memenuhi fungsi motivasi,

media pembelajaran dapat direalisasikan dengan teknik drama atau

hiburan. Hasil yang diharapkan adalah melahirkan minat dan merangsang

para siswa untuk bertindak. Untuk tujuan informasi, media pembelajaran

dapat digunakan dalam rangka penyajian informasi dihadapan sekelompok

siswa. Isi dan bentuk penyajian bersifat amat umum, berfungsi sebagai

pengantar, ringkasan laporan, atau pengetahuan latar belakang. Media

berfungsi untuk tujuan instruksi di mana informasi yang terdapat dalam

media harus melibatkan siswa baik dalam benak atau mental maupun

dalam bentuk aktivitas yang nyata sehingga pembelajaran dapat terjadi.

Akhmad Sudrajat (2008) menyatakan bahwa fungsi media

pembelajaran adalah: 1) media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan

pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik. Pengalaman tiap

peserta didik berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang

menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku,

kesempatan melancong, dan sebagainya. Media pembelajaran dapat

mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta didik tidak mungkin dibawa ke

objek langsung yang dipelajari, maka objeknyalah yang dibawa ke peserta

didik. Objek dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun

Page 38: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

xxxviii

bentuk gambar – gambar yang dapat disajikan secara audio visual dan

audial; 2) media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas.

Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas

oleh para peserta didik tentang suatu objek, yang disebabkan, karena :

(a) objek terlalu besar; (b) objek terlalu kecil; (c) objek yang bergerak

terlalu lambat; (d) objek yang bergerak terlalu cepat; (e) objek yang terlalu

kompleks; (f) objek yang bunyinya terlalu halus; (f) objek mengandung

berbahaya dan resiko tinggi. Melalui penggunaan media yang tepat, maka

semua objek itu dapat disajikan kepada peserta didik; 3) media

pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta

didik dengan lingkungannya; 4) media menghasilkan keseragaman

pengamatan; 5) media dapat menanamkan konsep dasar yang benar,

konkrit, dan realistis; 6) media membangkitkan keinginan dan minat baru;

7) media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar;

8) media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang

konkrit sampai dengan abstrak.

Media pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar mengajar

sehingga dapat mempertinggi pencapaian hasil belajar. Alasan pertama

berkenaan dengan peningkatan hasil belajar siswa adalah berkaitan dengan

manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa yaitu:

(1) pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga

menumbuhkan motivasi belajar; (2) materi pembelajaran akan lebih jelas

maknanya sehingga lebih mudah dipahami siswa dan memungkinkan

Page 39: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

xxxix

siswa menguasai tujuan pembelajaran lebih baik; (3) metode mengajar

lebih membosankan sehingga tidak membosankan dan guru tidak

kehabisan tenaga; (4) siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar,

tidak hanya mendengarkan penjelasan guru tetapi juga mengamati,

mendemonstrasikan dan lain-lain; (5) alasan kedua mengapa media

pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar adalah berkenaan dengan

taraf berpikir siswa. Taraf berpikir siswa mengikuti perkembangan dari

berpikir konkret ke berpikir abstrak. Penggunaan media pembelajaran

akan mengkonkretkan materi pembelajaran yang semula abstrak (Nana

Sudjana & Ahmad Rivai, 2007: 2-3).

Secara umum, manfaat media pembelajaran adalah memperlancar

interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran akan

lebih efektif dan efisien. Manfaat media pembelajaran secara khusus

seperti disampaikan oleh Kemp dan Dayton (dalam Etin Solihatin &

Raharjo, 2007:13-25) adalah:

1) Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan. Setiap guru

mungkin mempunyai penafsiran yang berbeda-beda terhadap suatu

konsep materi pelajaran tertentu. Penggunaan media pembelajaran

dapat menghindari penafsiran yang berbeda terhadap suatu materi

pelajaran.

2) Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik. Media dapat

menampilkan informasi melalui suara, gambar, gerakan, dan warna,

baik secara alami maupun manipulasi. Potensi media ini dapat

Page 40: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

xl

membangkitkan rasa ingin tahu siswa, merangsang siswa beraksi baik

secara fisik maupun emosional. Guru akan terbantu untuk menciptakan

suasana belajar menjadi lebih hidup, tidak monoton dan membosankan.

3) Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif. Media dapat membantu

guru dan siswa melakukan komunikasi dua arah secara aktif selama

proses pembelajaran.

4) Efisiensi dalam waktu dan tenaga. Penggunaan media secara maksimal

dapat membantu guru dalam menyampaikan materi pelajaran secara

lebih jelas dan siswa lebih dapat memahami materi yang sedang

dibahas.

5) Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa. Penggunaan media tidak

hanya membuat proses pembelajaran lebih efisien tetapi juga

membantu siswa menyerap materi pelajaran lebih mendalam dan utuh.

6) Media memungkinkan proses belajar mengajar dapat dilakukan di

mana saja dan kapan saja. Media pembelajaran dapat dirancang

sedemikian rupa sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar

secara lebih leluasa, kapan pun dan di mana pun.

7) Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan

proses belajar. Proses pembelajaran yang menarik akan menumbuhkan

inisiatif dan kreativitas siswa.

8) Mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif.

Pemanfaatan media dengan baik akan memberikan peluang waktu yang

banyak bagi guru sehingga waktunya tidak habis untuk menjelaskan

Page 41: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

xli

materi pelajaran, tetapi dapat memberi perhatian pada aspek edukatif

lain seperti membantu kesulitan belajar siswa, memotivasi belajar dan

lain-lain.

Dale dalam Azhar Arsyad (2007: 23) mengemukakan bahwa

bahan-bahan audio visual dapat memberikan banyak manfaat asalkan guru

berperan aktif dalam proses pembelajaran. Hubungan guru-siswa tetap

merupakan elemen paling penting dalam sistem pendidikan modern. Guru

harus selalu hadir untuk menyajikan materi pelajaran dengan bantuan

media apa saja agar manfaat berikut ini dapat terealisasikan :

1) Meningkatkan rasa saling pengertian dan simpati dalam kelas;

2) Membuahkann perubahan signifikan tingkah laku siswa;

3) Menunjukkan hubungan antara mata pelajaran, kebutuhan dan minat

siswa dengan meningkatnya motivasi belajar siswa;

4) Membawa kesegaran dan variasi bagi pengalaman belajar siswa;

5) Membuat hasil belajar lebih bermakna bagi berbagai kemampuan

siswa;

6) Mendorong pemanfaatan yang bermakna dari mata pelajaran dengan

jalan melibatkan imajinasi dan partisipasi aktif yang mengakibatkan

meningkatnya hasil belajar;

7) Memberikan umpan balik yang diperlukan yang dapat membantu

siswa menemukan seberapa banyak telah mereka pelajari;

8) Melengkapi pengalaman yang kaya dengan pengalaman itu konsep-

konsep yang bermakna dapat dikembangkan;

Page 42: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

xlii

9) Memperluas wawasan dan pengalaman siswa yang mencerminkan

pembelajaran nonverbalistik dan membuat generalisasi yang tepat;

10) Meyakinkan diri bahwa urutan dan kejelasan pikiran yang siswa

butuhkan jika mereka membangun struktur konsep dan sistem gagasan

yang bermakna.

Media memiliki beragam fungsi dalam pendidikan. Fungsi utama

media adalah untuk memfasilitasi pembelajaran siswa. Salah satu cara

media memfasilitasi pembelajaran adalah dengan menyajikan simulasi

lingkungan yang diperkaya. Media dapat menyediakan beragam

pengalaman, di mana siswa tidak perlu pergi ke luar negeri untuk

mempelajarinya. Media viual dapat memberikan arti yang lebih mendalam

bagi kata-kata. Siswa dapat melihat bentuk penemuan baru, tidak hanya

mendengar atau membaca deskripsi penemuan baru secara lisan. Media

memiliki fungsi lain yaitu media digunakan dalam evaluasi. Siswa dapat

diminta untuk mengidentifikasi sebuah objek atau bagian objek pada

gambar atau mendeskripsikan pergerakan komposisi musik yang

diperdengarkan melalui tape recorder (Newby, etc, 1996: 100-101).

Encyclopedia of Educational Research dalam Azhar Arsyad (2007:

25) merincikan manfaat media pendidikan sebagai berikut:

1) Meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berpikir, oleh karena itu

mengurangi verbalisme.

2) Memperbesar perhatian siswa.

Page 43: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

xliii

3) Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar,

oleh karena itu membuat pelajaran lebih mantap.

4) Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan

berusaha sendiri di kalangan siswa.

5) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu, terutama melalui

gambar hidup.

6) Membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membantu

perkembangan kemampuan berbahasa.

7) Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara

lain, dan membantu efisiensi dan keragaman yang lebih banyak dalam

belajar.

d. Macam-macam Media Pembelajaran

Media pembelajaran banyak sekali jenis dan macamnya. Beberapa

media yang akrab dan hampir semua sekolah memilikinya adalah buku

teks dan papan tulis. Pengenalan dan pemanfaatan media pembelajaran

yang lain oleh guru mutlak dilakukan untuk meningkatkan kualitas belajar

siswa.

Media pembelajaran merupakan komponen instruksional yang

meliputi pesan, orang dan peralatan. Perkembangan media pembelajaran

mengikuti perkembangan teknologi. Teknologi paling tua yang

dimanfaatkan dalam proses belajar adalah percetakan yang bekerja atas

dasar prinsip mekanis. Selanjutnya lahir teknologi audio-visual yang

menggabungkan penemuan mekanis dan elektronis untuk tujuan

Page 44: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

xliv

pembelajaran. Teknologi yang terakhir muncul adalah teknologi

mikroprosesor yang melahirkan pemakaian komputer dan kegiatan

interaktif (Seels & Richey dalam Azhar Arsyad, 2007: 29).

Media pembelajaran dapat digolongkan menjadi empat berdasarkan

perkembangan teknologi di atas yaitu :

1) Media hasil teknologi cetak. Teknologi cetak adalah cara untuk

menghasilkan atau menyampaikan materi seperti buku dan materi

visual statis terutama melalui proses percetakan mekanis atau

fotografis. Kelompok media hasil teknologi cetak meliputi teks,

grafik, foto atau representasi fotografik dan reproduksi. Materi cetak

dan visual merupakan dasar pengembangan dan penggunaan

kebanyakan media pembelajaran yang lain. Teknologi ini

menghasilkan materi dalam bentuk salinan tercetak. Dua komponen

pokok teknologi ini adalah materi teks verbal dan materi viual yang

dikembangkan berdasarkan teori yang berkaitan dengan persepsi

visual, membaca, memproses informasi, dan teori belajar. Teknologi

cetak memiliki ciri-ciri yaitu : a) teks dibaca secara linear, sedangkan

visual diamati berdasarkan ruang, b) baik teks maupun visual

menampilkan komunikasi satu arah dan reseptif, c) teks dan visual

ditampilkan statis (diam), d) pengembangannya sangat tergantung

kepada prinsip-prinsip kebahasaan dan persepsi visual, e) baik teks

maupun visual berorientasi pada siswa, f) informasi dapat diatur

kembali atau ditata ulang oeh pemakai.

Page 45: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

xlv

2) Media hasil teknologi audio-visual. Pembelajaran melalui audio-visual

memakai perangkat keras selama proses pembelajaran seperti mesin

proyektor film, tape recoder, dan proyektor visual yang lebar. Ciri-ciri

utama media hasil teknologi audiovisual adalah: a) mereka biasanya

bersifat linear, b) biasanya menyajikan visual yang dinamis,

c) digunakan dengan cara yang telah ditetapkan sebelumnya oleh

perancang/pembuatnya, d) merupakan representasi fisik dari gagasan

real atau gagasan abstrak, e) dikembangkan menurut prinsip

psikologis behaviorisme dan kognitif, f) berorientasi pada guru

dengan tingkat pelibatan interaktif murid yang rendah.

3) Media hasil teknologi berbasis komputer. Perbedaan antara media ini

dengan dua media hasil teknologi lainnya adalah karena

informasi/materi disimpan dalam bentuk digital, bukan dalam bentuk

cetakan atau visual. Berbagai jenis aplikasi teknologi berbasis

komputer dalam pembelajaran dikenal dengan computer-assisted

instruction (pembelajaran dengan bantuan komputer). Aplikasi

tersebut apabila dilihat dari cara penyajian dan tujuan yang ingin

dicapai meliputi tutorial (penyajian materi pelajaran secara bertahap),

drills and practice (latihan untuk membantu siswa menguasai materi

yang telah dipelajari sebelumnya), permainan dan simulasi (latihan

mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang baru dipelajari),

dan basis data (sumber yang dapat membantu siswa menambah

informasi dan pengetahuannya sesuai dengan keinginan masing-

Page 46: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

xlvi

masing). Ciri-ciri media hasil teknologi komputer adalah: a) dapat

digunakan secara acak, non-sekuensial, atau secara linear, b) dapat

digunakan berdasarkan keinginan siswa atau berdasarkan keinginan

perancang/pengembang sebagaimana direncanakannya, c) biasanya

gagasan-gagasan disajikan dalam gaya abstrak dengan kata, simbol,

dan grafik, d) prinsip-prinsip ilmu kognitif untuk mengembangkan

media ini, e) pembelajaran dapat berorientasi siswa dan melibatkan

interaktivitas siswa yang tinggi.

4) Media hasil teknologi gabungan. Perpaduan beberapa jenis teknologi

dianggap teknik yang paling canggih apabila dikendalikan oleh

komputer yang memiliki kemampuan yang hebat seperti jumlah

random acces memory yang besar, hard disk yang besar dan monitor

yang beresolusi tinggi ditambah dengan periperal (alat-alat tambahan

seperti videodisk, player, perangkat keras untuk bergabung dalam satu

jaringan, dan sistem audio. (Azhar Arsyad, 2007: 29-32).

Nana Sudjana & Ahmad Rivai (2007:3-4) menyatakan bahwa ada

beberapa jenis media yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran,

yaitu : (1) Media grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan atau diagaram,

poster, kartun, komik dan lain-lain. Media grafis sering juga disebut media

dua dimensi yakni media yang hanya memiliki ukuran panjang dan lebar.

Media tiga dimensi yaitu dalam bentuk model seperti model padat (solid

model), model penampang, model susun, model kerja, diorama dan lain-

Page 47: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

xlvii

lain; (2) Media proyeksi seperti slide, film strips, film, penggunaan OHP

dan lain-lain; (3) Penggunaan lingkungan.

Anderson seperti dikutip oleh Etin Solihatin & Raharjo (2007:26)

mengelompokkan media menjadi sepuluh golongan sebagai berikut:

(1) Audio. Contoh dalam pembelajaran adalah kaset audio, siaran radio,

CD, telepon; (2) Cetak. Contoh: buku pelajaran, modul, brosur, leaflet,

gambar; (3) Audio cetak. Contoh: kaset audio yang dilengkapi bahan

tertulis; (4) Proyeksi visual diam. Contoh: OHT (overhead Tranparency),

slide; (5) Proyeksi audiovisual diam. Contoh: slide bersuara; (6) Visual

gerak. Contoh: film bisu; (7) Audio-visual gerak. Contoh: film gerak

bersuara, VCD, televisi; (8) Objek fisik. Contoh: benda nyata, model,

spesimen; (9) Manusia dan lingkungan. Contoh: guru, pustakawan,

laboran; (10) Komputer. Contoh: CAI (pembelajaran berbantuan

komputer), CBI (pembelajaran berbasis komputer).

Pengertian media pembelajaran, memberikan penafsiran media

pembelajaran dari sudut pandang yang luas, dalam arti tidak hanya

terbatas pada alat-alat audio/visual yang dapat dilihat dan didengar,

melainkan sampai pada kondisi di mana para siswa dapat melakukan

sendiri, dalam pola demikian itu, maka tercakup pula di dalamnya pribadi

dan tingkah laku guru Secara menyeluruh macam media pembelajaran

adalah:

1) Bahan-bahan cetakan atau bacaan (suplementary materials), berupa

bahan bacaan seperti: buku, koran, komik, majalah, bulletin, folder,

Page 48: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

xlviii

periodikal, pamflet, dan lain-lain. Bahan-bahan ini lebih

mengutamakan kegiatan membaca atau penggunaan simbol-simbol

kata dan visual.

2) Alat-alat audio-visual. Alat-alat yang tergolong ke dalam kategori ini,

terdiri dari: a) Media tanpa proyeksi, seperti: papan tulis, papan

tempel, papan planel, bagan, diagram, grafis, poster, kartoon, gambar,

dan lain-lain; b) Media pembelajaran tiga dimensi. Alat-alat yang

tergolong ke dalam kategori ini, terdiri dari: model, benda asli,

contoh/specimen, benda tiruan/mock-ups, diorama, boneka, topeng,

peta, globe, pameran, museum sekolah, dan lain-lain; c) Media

pembelajaran yang mengunakan teknik atau masinal. Alat-alat yang

tergolong ke dalam kategori ini, meliputi antara lain: slide dan film

strip, OHP, film, rekaman radio, televisi, laboratorium, perkakas oto-

instruktif, ruang kelas otomatis, sistem interkomuniasi, dan komputer.

3) Sumber-sumber masyarakat. Berupa objek-objek, peninggalan sejarah,

dokumentasi, bahan-bahan, masalah-masalah, dan sebagainya dari

berbagai bidang, yang meliputi: daerah, penduduk, sejarah, jenis-jenis

kehidupan, mata pencaharian, industri, perbankan, perdagangan,

pemerintahan, kebudayaan, politik, dan lain-lain. Untuk mempelajari

hal-hal tersebut diperlukan berbagai metode, yakni: karyawisata,

manusia sumber, survey, berkemah, pengabdian sosial, kerja

pengalaman, dan lain-lain.

Page 49: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

xlix

4) Kumpulan benda-benda (material collections). Berupa benda-benda

atau barang-barang yang dibawa dari masyarakat ke sekolah untuk

dipelajari, seperti: potongan kaca, potongan sendok, daun, bibit, bahan

kimia, darah, dan lain-lain.

5) Contoh-contoh kelakuan yang dicontohkan oleh guru. Meliputi semua

contoh kelakuan yang ditunjukkan oleh guru sewaktu mengajar,

misalnya dengan tangan, dengan kaki, gerakan badan, mimik, dan

lain-lain. Peragaan tersebut sangat tergantung kepada kreasi dan

inisiatif pribadi guru sendiri. Jenis media ini hanya dapat dilihat,

didengar dan ditiru oleh siswa.

(http://www.blogger.com/feeds/2754832685471863545/posts/default)

e. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran

Secara umum, kriteria yang harus dipertimbangkan dalam

pemilihan media pembelajaran menurut Etin Solihatin & Raharjo

(2007:31-32) dan Nana Sudjana & Ahmad Rivai (2007:4-5) adalah

sebagai berikut:

1) Tujuan. Media pembelajaran dipilih atas dasar tujuan-tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan. Tujuan pembelajaran tersebut

harus masuk dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

2) Sasaran Didik. Pemilihan media harus relevan dengan karakteristik,

jumlah, latar belakang sosial, motivasi dan minat belajar peserta didik.

Page 50: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

l

3) Karakteristik media yang bersangkutan. Pemilihan media harus tepat

dengan memperhatikan kelebihan dan kekurangan media tersebut

dalam mendukung proses pembelajaran.

4) Waktu. Tersedianya waktu untuk menggunakan media yang dipilih

sehingga dapat bermanfaat bagi siswa selama pembelajaran

berlangsung.

5) Biaya. Penggunaan media pada dasarnya dimaksudkan untuk

meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Jika penggunaan

suatu media mengakibatkan pemborosan maka media tersebut kurang

tepat dipilih.

6) Ketersediaan media. Media yang diperlukan mudah diperoleh setidak-

tidaknya mudah dibuat oleh guru. Media yang susah diperoleh sebisa

mungkin dihindari.

7) Konteks penggunaan media. Konteks penggunaan maksudanya adalah

dalam kondisi dan strategi bagaimana media tersebut akan digunakan.

Dalam hal ini perlu merancang strategi pembelajaran secara

keseluruhan yang akan digunakan dalam proses pembelajaran, sehingga

tergambar kapan dan bagaimana konteks penggunaan media tersebut

dalam pembelajaran.

8) Mutu teknis. Kriteria ini terutama dipakai untuk memilih atau membeli

media siap pakai, sehingga perlu dipilih media yang berkualitas

sehingga saat penggunaannya tidak menimbulkan masalah.

Page 51: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

li

9) Sesuai dengan taraf berpikir siswa. Pemilihan media pembelajaran

harus sesuai dengan taraf berpikir siswa, sehingga makna yang

terkandung di dalamnya dapat dipahami oleh siswa.

f. Prinsip Pemanfaatan Media

Heinich, dkk dalam Azhar Arsyad (2007: 67) mengajukan model

perencanaan model perencanaan penggunaan media yang efektif yang

dikenal dengan istilah ASSURE (Analyze learner characteristics, State

objective, Select or modify media, Utilize, Require learner response, and

Evaluate). Model ini menyarankan enam kegiatan utama dalam

perencanaan pembelajaran sebagai berikut:

1) Menganalisis karakteristik umum kelompok sasaran, apakah mereka

siswa sekolah lanjutan atau perguruan tinggi, anggota organisasi

pemuda, perusahaan, usia, jenis kelamin, latar belakang budaya dan

sosial ekonomi, serta menganalisis karakteristik khusus mereka yang

meliputi antara lain pengetahuan, keterampilan, dan sikap awal mereka.

2) Menyatakan atau merumuskan tujuan pembelajaran, yaitu perilaku atau

kemampuan baru (pengetahuan, keterampilan, atau sikap) yang

diharapkan dimiliki dan dikuasai siswa, setelah proses belajar mengajar

selesai. Tujuan ini akan mempengaruhi pemilihan media dan urut-

urutan penyajian dan kegiatan belajar.

3) Memilih, memodifikasi, atau merancang dan mengembangkan materi

dan media yang tepat. Apabila materi dan media pembelajaran yang

telah tersedia akan dapat mencapai tujuan, materi, dan media itu

Page 52: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

lii

sebaiknya digunakan untuk menghemat waktu, tenaga, dan biaya. Di

samping itu perlu pula diperhatikan apakah materi dan media akan

mampu membangkitkan minat siswa, memiliki ketepatan informasi,

memiliki kualitas yang baik, memberikan kesempatan bagi siswa untuk

berpartisipasi, telah terbukti efektif – jika pernah diujicobakan, dan

menyiapkan petunjuk untuk berdiskusi atau kegiatan follow – up.

4) Menggunakan materi dan media, setelah memilih materi dan media

yang tepat, diperlukan persiapan bagaimana dan berapa banyak waktu

yang diperlukan untuk menggunakannya.

5) Meminta tanggapan siswa. Guru sebaiknya mendorong siswa untuk

memberikan respon dan umpan balik mengenai keefektifan proses

belajar mengajar.

6) Mengevaluasi proses belajar. Tujuan utama evaluasi di sini adalah

untuk mengetahui tingkat pencapaian siswa mengenai tujuan

pembelajaran, keefektifan media, pendekatan, dan guru sendiri.

Berbagai kondisi dan prinsip-prinsip psikologis yang perlu

mendapat pertimbangan dalam pemilihan dan penggunaan media dari segi

teori belajar menurut Azhar Arsyad (2007: 72-75) adalah sebagai berikut:

1) Motivasi. Harus ada kebutuhan, minat, atau keinginan untuk beajar

dari pihak siswa sebelum meminta perhatiannya untuk mengerjakan

tugas dan latihan. Pengalaman yang akan dialami siswa harus relevan

dan bermakna baginya.

Page 53: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

liii

2) Perbedaan individual. Siswa belajar dengan cara dan tingkat

kecepatan yang berbeda-beda. Faktor-faktor seperti kemampuan

intelegensia, tingkat pendidikan, kepribadian, dan gaya belajar

mempengaruhi kemampuan dan kesiapan siswa untuk belajar. Tingkat

kecepatan penyajian informasi melalui media harus berdasarkan

kepada tingkat pemahaman.

3) Tujuan pembelajaran. Jika siswa diberitahukan apa yang diharapkan

mereka pelajari melalui media pembelajaran itu, kesempatan untuk

berhasil dalam pembelajaran semakin besar. Pernyataan mengenai

tujuan belajar yang ingin dicapai juga dapat mendorong perancang

dan penulis materi pelajaran. Tujuan ini akan menentukan bagian isi

mana yang harus mendapatkan perhatian pokok dalam media

pembelajaran.

4) Organisasi isi. Pembelajaran akan mudah jika isi dan prosedur atau

keterampilan fisik yang akan dipelajari diatur dan diorganisasikan ke

dalam urut-urutan yang bermakna. Siswa akan memahami dan

mengingat lebih lama materi pelajarn yang secara logis disusun dan

dirut-urutkan secara teratur.

5) Persiapan sebelum belajar. Siswa sebaiknya telah menguasai secara

baik pelajaran dasar atau memiliki pengalaman yang diperlukan secara

memadai yang mungkin merupakan prasyarat untuk penggunaan

media dengan sukses. Rancangan materi pembelajaran harus ditujukan

kepada sifat dan tingkat persiapan siswa.

Page 54: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

liv

6) Emosi. Pembelajaran yang melibatkan emosi dan perasaan pribadi

serta kecakapan amat berpengaruh dan bertahan. Media pembelajaran

adalah cara yang sangat baik untuk menghasilkan respons emosional

seperti takut, cemas, empati, cinta kasih, dan kesenangan. Perhatian

khusus harus ditujukan kepada elemen-elemen rancangan media jika

hasil yang diinginkan berkaitan dengan pengetahuan dan sikap.

7) Partisipasi. Agar pembelajaran berlangsung dengan baik, seorang

siswa harus menginternalisasikan informasi, tidak sekedar

diberitahukan kepadanya. Belajar memerlukan kegiatan. Partisipasi

aktif oleh siswa jauh lebih baik dari pada mendengarkan dan

menonton secara pasif. Partisipasi artinya kegiatan mental atau fisik

yang terjadi di sela-sela penyajian materi pelajaran. Dengan partisipasi

kesempatan lebih besar terbuka bagi siswa untuk memahami dan

mengingat materi pelajaran.

8) Umpan balik. Hasil belajar dapat meningkat apabila secara berkala

siswa diinformasikan kemajuan belajarnya. Pengetahuan tentang hasil

belajar, pekerjaan yang baik, atau kebutuhan untuk perbaikan pada

sisi-sisi tertentu akan memberikan sumbangan terhadap motivasi

belajar yang berkelanjutan.

9) Penguatan (reinforcement). Apabila siswa berhasil belajar, ia didorong

untuk terus belajar. Pembelajaran yang didorong oleh keberhasilan

sangat bermanfaat, dapat membangun kepercayaan diri, dan secara

positif mempengaruhi perilaku di masa-masa yang akan datang.

Page 55: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

lv

10) Latihan dan pengulangan. Sesuatu hal yang baru jarang sekali dapat

dipelajari secara efektif hanya dengan sekali jalan. Agar suatu

pengetahuan atau keterampilan dapat menjadi bagian kompetensi atau

kecakapan intelektual seseorang, haruslah pengetahuan atau

keterampilan itu sering diulangi dan dilatih dalam berbagai konteks.

Dengan demikian ia dapat tinggal dalam ingatan jangka panjang.

11) Penerapan. Hasil belajar yang diinginkan adalah meningkatkan

kemampuan seseorang untuk menerapkan atau mentransfer hasil

belajar pada masalah atau situasi baru. Tanpa dapat melakukan ini,

pemahaman sempurna belum dapat dikatakan dikuasai.

Prinsip umum yang perlu diperhatikan dalam pemanfaatan media

sesuai pendapat Etin Solihatin & Raharjo (2007:32-33) adalah :

1) Setiap jenis media memiliki kelebihan dan kelemahan. Satu media

tidak akan cocok jika diterapkan dalam segala macam proses belajar

dan dapat mencapai semua tujuan belajar.

2) Penggunaan beberapa macam media secara bervariasi perlu dilakukan

tetapi penggunaan media terlalu banyak secara sekaligus akan

membingungkan siswa bahkan tidak akan memperjelas pelajaran.

3) Penggunaan media harus dapat memperlakukan siswa secara aktif.

4) Sebelum media digunakan harus direncanakan dengan matang dalam

penyusunan rencana pelajaran.

5) Hindari penggunaan media hanya sebagai selingan atau sekadar

pengisi waktu luang.

Page 56: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

lvi

6) Perlu melakukan persiapan sebelum menggunakan media. Kurangnya

pesiapan justru membuat proses kegiatan belajar mengajar tidak

efektif dan efisien.

Nana Sudjana seperti dikutip Syaiful Bahri Djamarah & Aswan

Zain (2006:127) mengemukakan prinsip-prinsip pemilihan dan

pemanfaatan media adalah sebagai berikut:

1) Menentukan jenis media dengan tepat, artinya, guru memilih terlebih

dahulu media mana yang sesuai dengan tujuan dan bahan pelajaran

yang akan diajarkan.

2) Menetapkan atau memperhitungkan subjek dengan tepat, artinya perlu

diperhitungkan apakah penggunaan media sesuai dengan tingkat

kematangan/kemampuan anak didik.

3) Menyajikan media dengan tepat, artinya teknik dan metode

penggunaan media dalam pembelajaran harus sesuai dengan tujuan,

bahan, metode, waktu, dan sarana yang ada.

4) Menempatkan atau memperlihatkan media pada waktu, tempat dan

situasi yang tepat. Artinya kapan dan dalam situasi mana media

digunakan pada waktu mengajar.

3. Ilmu Pengetahuan Sosial

a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 dalam Tim Penyusun

(2006: 5) tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 6 ayat (1)

menyatakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan dan

Page 57: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

lvii

khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas:

(a) kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia; (b) kelompok mata

pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian; (c) kelompok mata pelajaran

ilmu pengetahuan dan teknologi; (d) kelompok mata pelajaran estetika;

(e) kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan.

Mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial termasuk dalam kelompok

mata pelajaran yang dimaksudkan untuk peningkatan kesadaran dan

wawasan peserta didik akan status, hak, dan kewajibannya dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta peningkatan

kualitas dirinya sebagai manusia. Selain itu mencakup juga kesadaran dan

wawasan termasuk wawasan kebangsaan, jiwa dan patriotisme bela

negara, penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia, kemajemukan

bangsa, pelestarian lingkungan hidup, kesetaraan gender, demokrasi,

tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum, ketaatan membayar pajak,

dan sikap serta perilaku anti korupsi, kolusi dan nepotisme (Tim

Penyusun, 2006: 5).

Ilmu Pengetahuan Sosial berdasarkan berasal Social Studies (studi

sosial). Jarolimek (dalam Suhartono, 1994:2) berpendapat bahwa pada

dasarnya pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) berhubungan dengan

pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang memungkinkan

bagi mereka (anak-anak) berperan serta dalam kelompok hidupnya.

Pendapat Jarolimek tersebut bila dikaji, lebih menekankan kepada

pembentukan anak sebagai warga atau anggota yang mampu berperan

Page 58: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

lviii

serta dalam kelompok hidupnya dan belum memberikan batasan yang

jelas dalam mengemukakan pengertian IPS.

Nasution mendefinisikan IPS sebagai pelajaran yang merupakan

suatu fusi atau paduan dari sejumlah mata pelajaran sosial. Kemudian

Naution melengkapi pendapatnya dan mendefinisikan IPS sebagai suatu

program pendidikan yang merupakan suatu keseluruhan, yang pada

pokoknya mempersoalkan manusia dalam lingkungan alam, fisik maupun

dalam lingkungan sosialnya di mana bahannya diambil dari berbagai ilmu

sosial, seperti sejarah, geografi, ekonomu, antropologi, sosiologi, ilmu

politik, psikologi (Sutiyah, 1991: 1-2).

Dari pengertian ini dapat ditemukan bahwa kelompok hidup dapat

diartikan luas yaitu masyarakat dunia (dari keluarga, rukun tetangga

sampai PBB).

William B Ragan (dalam Sutiyah, 1191: 3) menyatakan bahwa

Studi sosial adalah berkenaan dengan pemberian informasi yang luas, pengembangan keterampilan sosial dan penyempurnan sosial perilaku. Program studi sosial mengambil materi dari berbagai ilmu sosial, tetapi juga mengambil bahan-bahan dari masyarakat setempat yang tidak dapat digolongkan pada salah satu disiplin ilmu-ilmu sosial. Program studi sosial di Sekolah Dasar modern tidaklah menekankan kepada subjek pokok saja, tetapi kepada Fungsi dari pokok-pokok bahasan yang menjadi sumber pengembangan keterampilan sosial, tingkah laku sosial anak didik.

Michaelis (dalam Suhartono, 1994:3) mendefinisikan Ilmu

Pengetahuan Sosial sebagai berikut :

Program IPS meliputi aspek-aspek hubungan manusia dan nilai-nilai sosial, kondisi, serta perubahan yang dipercaya sangat besar kepentingannya bagi pendidikan umum para siswa. Interaksi kemanusiaan dikaji secara mendalam dalam kajian hubungan

Page 59: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

lix

antara manusia satu dengan yang lain, antara manusia dengan lembaga atau institusi, antara manusia dengan lingkungan alam, dan antara manusia dengan sistem nilai. Aspek-aspek sosial, ekonomi, dan politik yang menjadi latar belakang perkembangan budaya kita diselidiki dalam suatu latar yang bervariasi, seperti sekolah, keluarga dan komunitas, negara bagian, wilayah serta dalam negara. Kebudayaan lain, kuno maupun modern, dipelajari juga.

Dari definisi yang disampaikan di atas, dapat diketahui bahwa Ilmu

Pengetahuan Sosial merupakan perpaduan kajian ilmu-ilmu sosial

ekonomi, sosiologi, politik, geografi, sejarah, dan civil atau

ketatanegaraan.

b. Tujuan Pembelajaran IPS

Tujuan pembelajaran IPS SD terkait langsung dengan tujuan

pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional sebagaimana tercantum

dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 Pasal 4

adalah sebagai berikut :

Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Michaclis, Grossman dan Scoot (dalam Suhartono, 1994: 7)

mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran IPS adalah 1) untuk

memungkinkan para siswa berFungsi secara efektif sebagai warga negara

sesuai dengan nilai-nilai yang menghormati individu, kesamaan, keadilan,

Page 60: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

lx

dan kesejahteraan umum, 2) untuk mengembangkan pengertian tentang

interaksi dan hubungan manusia berdasarkan data, konsep, dan

generalisasi yang mengambil dari ilmu-ilmu pengetahuan sosial, 3) untuk

mengembangkan proses berpikir, membuat keputusan, menemukan dan

menilai, 4) untuk mengembangkan dan melatih individu dan kelompok

belajar bekerja yang menyediakan keterampilan-keterampilan untuk ilmu

pengetahuan sosial, 5) untuk mengembangkan sikap dan keterampilan

yang mencakup belajar bagaimana belajar.

Sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, mata pelajaran IPS bertujuan agar

peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan

masyarakat dan lingkungannya.

b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin

tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan

sosial.

c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan.

d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi

dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional dan global.

Para ahli sering mengaitkan tujuan IPS dengan berbagai sudut

kepentingan dan penekanan dari program pendidikan tersebut. Gross

(dalam Etin Solihatin dan Rahardjo, 2007: 14) menyebutkan bahwa tujuan

Page 61: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

lxi

IPS adalah untuk mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik

dalam kehidupannya di masyarakat. Tujuan lain IPS adalah untuk

mengembangkan kemampuan siswa menggunakan penalaran dalam

mengambil keputusan setiap persoalan yang dihadapinya.

Kosasih (dalam Etin Solihatin dan Raharjo, 2007: 14) menyatakan

bahwa IPS membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya.

Lingkungan masyarakat di mana siswa tumbuhh dan berkembang sebagai

bagian dari masyarakat, dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada

dan terjadi di lingkungan sektarnya. Pendidikan IPS membantu siswa

dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi sehingga akan

menjadikannya semakin mengerti dan memahami lingkungan sosial

masyarakatnya.

Pada dasarnya tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik

dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk

mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan

lingkungannya, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan

pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Berdasarkan pengertian dan tujuan dari

pendidikan IPS, dibutuhkan suatu pola pembelajaran yang mampu

menjembatani tercapainya tujuan tersebut. Kemampuan dan keterampilan

guru dalam memilih dan menggunakan berbagai model, metode, strategi

dan media pembelajaran senantiasa harus ditingkatkan, agar pembelajaran

IPS benar-benar mampu mengondisikan upaya pembekalan kemampuan

dan keterampilan dasar bagi siswa untuk menjadi manusia dan warga

Page 62: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

lxii

negara yang baik (Kosasih dan Azis Wahab dalam Etin Solihatin dan

Raharjo, 2007: 15).

c. Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial

Pembahasan tentang keterkaitan antara tujuan pembelajaran dengan

ruang lingkup atau isi pelajaran IPS SD, terlebih dahulu perlu

dikemukakan rincian pembelajaran IPS SD berdasarkan analisis terhadap

tujuan tersebut. Fraenkel (dalam Suhartono, 1994: 8–9) mengemukakan

adanya empat kategori kemampuan yang ada dalam tujuan pembelajaran

IPS SD, sebagai berikut:

1) Pengetahuan, tujuan utama dari pengajaran IPS SD adalah membantu

siswa belajar tentang diri mereka sendiri, lingkungan fisik serta

lingkungan sosial mereka.

2) Keterampilan, yang utama lainnya adalah keterampilan ilmu

pengetahuan sosial meliputi keterampilan berpikir, keterampilan

akademik, dan keterampilan sosial.

3) Sikap, terbagi menjadi dua kategori yaitu sikap perilaku intelektual

meliputi keterbukaan, keobjektifan, keterbatasan, empati, dan

toleransi. Sedangkan sikap perilaku sosial meliputi kesadaran dan

minat, tanggung jawab serta keterlibatan atau peran serta.

4) Nilai, nilai yang utama dalam pengajaran IPS SD adalah nilai-nilai

demokrasi yang meliputi harkat dan martabat dari setiap manusia,

kebebasan pribadi, kesamaan dan keadilan bagi semua orang,

Page 63: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

lxiii

perdamaian dan ketertiban di antara manusia, persamaan ekonomi, dan

rasa tanggung jawab.

George W. Maxim (dalam Suhartono, 1994: 9) membagi

pengembangan dalam pengajaran IPS SD menjadi empat meliputi

pengembangan pengetahuan, pengembangan kepercayaan demokratis,

pengembangan keterampilan berpikir, dan pengembangan berpatisipasi.

Berdasarkan analisis tujuan pengajaran IPS SD menurut Fraenkel

dan Maxim maka pembelajaran IPS merupakan sebuah sistem

pembelajaran. Komponen pembelajaran terdiri dari tujuan pembelajaran,

isi pelajaran, media, teknik dan latar. Komponen-komponen pembelajaran

saling terkait satu dengan yang lainnya, atau dengan kata lain antara

tujuan pembelajaran IPS SD dengan isi pelajaran IPS SD haruslah saling

terkait, konsisten, dan berkesesuaian antara satu dengan yang lain. Tujuan

pembelajaran IPS SD adalah berjenjang, maka isi pelajaran IPS SD juga

berjenjang. Perjenjangan dalam isi pelajaran IPS SD dan hakikat

pembelajaran IPS SD yang terkait dengan kehidupan sehari-hari, memiliki

pengaruh terhadap ruang lingkup pembelajaran IPS SD. Pengaruh ini

berupa adanya kecenderungan ruang lingkup pembelajaran IPS SD

dimulai dari lingkup yang sempit ke arah lingkup yang luas (Suhartono,

1994: 9).

Fraenkel mengungkapkan bahwa isi yang menjadi fokus

pembelajaran IPS SD meliputi: 1) keluarga, 2) komunitas lokal, 3) tempat

komunitas, 4) sumbangan berbagai kelompok terhadap Negara Kesatuan

Page 64: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

lxiv

Amerika Serikat, 5) sumbangan Afrika, Indian, Portugis, dan Spanyol

terhadap Amerika Tengah dan Selatan, dan 6) Amerika Serikat–Rakyat

dan perkembangannya. Maxim mengemukakan bahwa ruang lingkup

pembelajaran IPS SD meliputi : 1) orang dalam keluarga, 2) orang dalam

bertetangga, 3) orang dalam komunitas atau kota, 4) orang dalam negara

bagian, 5) orang dalam negara Amerika, dan 6) orang dalam perubahan.

Berdasarkan uraian dari Fraenkel dan Maxim, maka kajian lanjut

terhadap hakikat pembelajaran IPS SD di Indonesia meliputi empat

dimensi. Keempat dimensi pembelajaran IPS tersebut adalah sebagai

berikut :

1) Dimensi Personal, yaitu konsepsi, nilai-nilai, gaya belajar mengajar

yang dimilki oleh siswa dan guru.

2) Dimensi sosial, yaitu interaksi antara siswa dengan siswa lain, siswa

dengan guru, siswa dan guru dengan lingkungan budaya, nilai, sikap,

adat istiadat, serta lingkungan alam yang dekat maupun yang jauh dari

masyarakat di mana mereka (siswa dan guru) hidup.

3) Dimensi waktu, yaitu interaksi antara manusia dengan masa lampau,

saat ini dan masa mendatang.

4) Dimensi tempat, yaitu interaksi manusia dengan tempat hidupnya dan

dengan tempat lain yang bukan tempat hidupnya sehari-hari,

(Suhartono dkk, 1994:5).

Ruang lingkup mata pelajaran IPS SD menurut Tim Penyusun

(2006) meliputi aspek-aspek sebagai berikut :

Page 65: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

lxv

a. Manusia, Tempat, dan Lingkungan.

b. Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan.

c. Sistem Sosial dan Budaya.

d. Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan.

Dari ruang lingkup pengajaran IPS SD ini dapat diketahui bahwa

adanya lintas disiplin ilmu (interdisipliner) di dalamnya. Disiplin ilmu

yang bahan kajiannya termasuk dalam IPS SD adalah geografi, ekonomi,

sosiologi, antropologi, tata negara dan sejarah (Mulyasa, 2006; Tim

Penyusun, 2006).

d. Konsep Ilmu Pengetahuan Sosial

Konsep IPS menurut Etin Solihatin dan Raharjo (2007: 15-16) di

Indonesia dibagi menjadi 14 aspek yaitu interaksi, saling ketergantungan,

kesinambungan dan perubahan, keragaman/kesamaan/perbedaan, konflik

dan konsensus, pola, tempat, kekuasaan, nilai kepercayaan, keadilan dam

pemerataan, kelangkaan, kekhususan, budaya, nasionalisme. Penjelasan

masing-masing aspek tersebut adalah :

1) Interaksi

Interaksi merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, sehingga

manusia harus mampu melakukan interaksi dengan pihak lain.

Interaksi dapat dilakukan secara verbal maupun non verbal. Interaksi

memiliki 3 unsur, yaitu komunikator (orang yang melakukan

komunikasi), komunikan (orang yang dijadikan sasaran atau objek)

Page 66: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

lxvi

dan informasi (bahan yang dijadikan komunikasi atau interaksi). Hal

ini dilakukan karena manusia memiliki naluri untuk berinteraksi,

berhubungan, dan bergaul dengan sesamanya sejak dilahirkan sampai

sepanjang hidupnya. Interaksi dapat semakin bertambah sejalan

dengan semakin meluasnya pergaulan dan seiring dengan

bertambahnya usia seseorang.

2) Saling ketergantungan

Setiap orang dapat dipastikan memerlukan orang lain, meskipun hanya

untuk berinteraksi sejenak. Oleh karena itu, manusia harus menghargai

manusia lainnya, sebab baik secara langsung maupun tidak langsung

seseorang memerlukan bantuan orang lain. Manusia dapat saling

bergantung dalam beragam cara, mulai dari pemeliharaan (perawatan)

dan dukungan perasaan sampai pada pertukaran barang dan jasa.

Manusia tidak dapat hidup secara sendiri secara layak.

3) Kesinambungan dan perubahan

Sejumlah nilai, simbol dan kebiasaan yang lahir dari satu generasi

senantiasa dipelihara dan disosialisaikan kepada generasi berikutnya.

Meskipun terjadi pembaharuan dan perubahan tetapi inti dan muatan

nilai, simbol dan kebiasaannya pada umumnya tetap diteruskan secara

berkesinambungan. Kesinambungan kehidupan dalam suatu

masyarakat terjadi karena adanya lembaga perkawinan, melalui

lembaga perkawinan manusia dilahirkan dan dapat melanjutkan

keturunan yang kemudian melakukan perkawinan pula.

Page 67: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

lxvii

Kesinambungan ini terjadi dalam berbagai aspek kehidupan

masyarakat. Individu, kelompok dan masyarakat mengalami

perubahan, tidak ada yang berhenti berproses.

4) Keragaman/kesamaan/perbedaan

Setiap orang memiliki karakteristik sendiri-sendiri yang merupakan

keunikan setiap orang. Keunikan ini harus dihargai sebagai sesuatu

yang datang secara kodrati dan alami. Keragaman, perbedaan dan

kesamaan terjadi karena setiap individu menginginkan keberadaan

dirinya (eksistensinya). Semakin banyak jumlah manusia maka

semakin beraneka ragam perangai dan pada akhirnya akan

memunculkan banyak perbedaan di masyarakat.

5) Konflik dan konsensus

Konflik dan konsensus merupakan dua kegiatan laksana pedang

bermata dua. Masyarakat senantiasa memunculkan konflik yang

ditimbulkan oleh berbagai sebab, bahkan konflik dapat muncul di

dalam dirinya sendiri. Konsensus dapat muncul setelah adanya konflik

atau bahkan sebaliknya karena satu pihak dengan pihak tertentu

melakukan konsensus maka pihak ketiga justru menimbulkan konflik.

Fenomena ini terjadi setiap saat dengan skala dan kualitas yang

berbeda-beda. Konsensus atau kesepakatan dapat menghindari atau

pun mengatasi konflik. Konsensus sangat penting untuk menjalin kerja

sama, menegakkan tertib hidup bermasyarakat, bahkan tertib hidup

internasional. Konsensus dapat dicapai dengan berbagai cara seperti

Page 68: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

lxviii

melalui dialog, diskusi, perundingan, saling menolong, serta

pengorbanan kepentingan diri demi untuk kepentingan umum.

6) Pola

Pola dapat diartikan sebagai suatu corak, model, atau bentuk yang

sama yang ditiru, yang terulang, dan bersifat repetitif. Setiap pribadi

maupun masyarakat memiliki pola hidup tersendiri. Pola hidup yang

dijalani selama bertahun-tahun akan melahirkan karakteristik tertentu.

Misalnya masyarakat yang tinggal di tepi pantai akan memiliki pola

hidup yang relatif “keras”. Hal ini terbentuk karena pola

lingkungannya memengaruhi pertumbuhhan masyarakat di sekitarnya.

Manusia dapat berubah dari satu pola ke pola lainnya secara evolutif

dan tidak dapat secara revolutif karena perubahan itu terjadi dalam

waktu yang lama dan relatif sulit melakukannya.

7) Tempat (lokasi)

Setiap makhluk, baik biotik maupun abiotik pasti akan menempati

ruang dan lokasi. Tiap peristiwa alam dan peristiwa sosial, termasuk

peristiwa sejarah tidak hanya terjadi dalam waktu tetapi juga pada

tempat (ruang) tertentu. Perebutan tempat atau ruang yang sama dapat

menimbulkan benturan atau tabrakan dan akibatnya dapat terjadi

perubahan bentuk (deformasi).

8) Kekuasaan

Kekuasaan adalah kemampuan membuat orang lain melakukan sesuatu

dengan yang dikehendaki. Kekuasaan memiliki tiga elemen utama,

Page 69: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

lxix

yaitu pengaruh, wewenang, dan kekuatan. Seseorang dapat memiliki

salah satu dari unsur tersebut atau bahkan dapat memiliki ketiganya

sekaligus. Seseorang yang memiliki pengaruh dapat ditaati oleh orang

lain tetapi sesungguhnya ia tidak memiliki kekuasaan.

9) Nilai kepercayaan

Nilai, simbol, dan lambang adalah sesuatu yang berharga dan memiliki

karakteristik tertentu. Nilai merupakan keyakinan yang dipegang dan

dilaksanakan dari generasi ke generasi secara turun temurun

dipelihara. Nilai adalah sesuatu yang menjadi ciri atau karakteristik

suatu masyarakat. Jika suatu masyarakat tidak memiliki nilai maka

masyarakat tersebut tidak akan berharga di mata masyarakat. Nilai

inilah yang mengangkat derajat seseorang, kelompok atau masyarakat ,

bahkan suatu bangsa.

10) Keadilan dan pemerataan

Keadilan dan pemerataan merupakan dua permasalahan yang tidak

akan pernah hilang dari pandangan setiap orang. Keadilan merupakan

dambaan setiap orang. Adil berarti menempatkan sesuatu pada

tempatnya. Keadilan akan lebih mudah dirasakan dengan jalan

melakukan pemerataan. Delapan jalur pemerataan yang pernah

dilancarkan oleh pemerintah melalui konsep yang harus digalakkan.

Artinya antara keadilan dan pemerataan akan mengalami

keseimbangan. Jika pemerataan tidak berhasil diwujudkan maka yang

lahir adalah ketimpangan.

Page 70: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

lxx

11) Kelangkaan

Permintaan bertambah dan jumah barang terbatas maka harga barang

akan naik, namun bila permintaan berkurang dan jumlah barang

melimpah maka harga akan turun.

12) Kekhususan

Dalam tingkat ilmu pengetahuan ada yang dikelompokkan pada

generalization. Generalisasi terdiri dari sejumlah konsep, dan konsep

terdiri dari sejumlah fakta, sedangkan fakta tediri dari sejumlah data.

Dalam perkembangan hidup dewasa ini, pola hidup telah lebih

mengarah pada hal-hal khusus (spesifik). Perilaku hidup kolektif

dewasa ini relatif ditinggalkan, teutama pada kehidupan di kota-kota

besar. Namun demikian, pola hidup kolektif masih terasa di daerah-

daerah atau pedesaan. Seiring dengan perubahan pola hidup tersebut

maka muncullah yang spesifik.

13) Budaya

Budaya dari kata budhi dan daya, artinya segala sesuatu yang

dihasilkan manusia adalah bentuk budaya. Setiap generasi mengalami

perubahan dan menerima peninggalan budaya dari generasi

sebelumnya. Budaya selayaknya kepercayaan harus dipertahankan,

jika budaya itu merupakan hal yang baik.

14) Nasionalisme

Nasionalisme merupakan sense atau rasa cinta yang ada pada setiap

warga negara terhadap negaranya. Aktualisasi dari “rasa cinta”

Page 71: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

lxxi

bermacam-macam, ada yang menjadi pahlawan karena gugur di medan

juang dalam mempertahankan kemerdekaan, ada pula yang

melakukannya dengan cara tidak mau menggunakan produk dari luar

negeri.

e. Peranan Ilmu Pengetahuan Sosial

IPS diharuskan berperan bagi siswa dalam mengembangkan

berbagai aspek kehidupan dalam masyarakat. Berbagai aspek kehidupan

masyarakat akan meliputi antara lain : 1) sosialisasi, yaitu membantu

siswa untuk menjadi anggota masyarakat yang beragama dan efektif,

2) pengambilan keputusan, yakni membantu siswa mengembangkan

keterampilan berpikir dan keterampilan akademis, 3) sikap dan nilai, yaitu

membantu siswa untuk menandai atau mengidentifikasi, menyelidiki,

memutuskan dan menilai diri sendiri dalam hubungannya dengan

kehidupan masyarakat sekitarnya, 4) kewarganegaraan, yaitu membantu

siswa untuk menjadi warga negara yang baik, 5) pengetahuan, yaitu

tanggap dan peka terhadap kemajuan pengetahuan dan teknologi, sehingga

dapat mengambil manfaat dari padanya (Sutiyah, 1991: 11).

Pendidikan IPS diharapkan dapat membentuk siswa dalam hal

sikap sosialnya. Hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu :

1) siswa menjadi sumber pemikiran utama, jadi bagaimana keterampilan

berpikirnya dibentuk, bagaimana kemampuan menanggapi dan

memecahkan masalah-masalah lingkungan dan seterusnya,

Page 72: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

lxxii

2) siswa diintegrasikan dengan lingkungan sosial, fisik, geografis,

kultural dan sebagainya, dengan arah membina siswa menjadi manusia

sosial yang rasional serta bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan

kekuatan bersama. Pengintegrasian tersebut artinya selalu

dihubungkan dengan keadaan yang nyata, baik kejadian di alam

sekitar, kejadian di tempat yang lain ataupun kejadian di masa lampau,

3) siswa dibina untuk menjadi warga negara yang nantinya diharapkan

dapat membudayakan lingkungan menurut nilai-nilai masyarakat

Pancasila, sehingga dapat terealisasikan atau terciptakannya masa

depan yang cemerlang,

4) siswa dibina agar secara fisik dan mental menyadari hak dan tanggung

jawabnya sebagai insan Ilahi, insan pribadi, insan sosial, dan insan

masyarakat atau negara,

5) siswa dibina, melalui berbagai latihan, kemampuannya untuk

menganalisis, memahami, dan memecahkan masalah-masalah sosial,

baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama.

Pengembangan peranan IPS yang menyangkut berbagai aspek dapat

dilakukan berdasarkan perumusan tujuan pendidikan dalam program dan

yang dijabarkan ke dalam tujuan pembelajaran IPS di sekolah-sekolah.

Pendidikan hendaknya mengembangkan tiga aspek kepribadian secara

bulat dan urut, yaitu aspek-aspek yang meiputi antara lain : 1) ketaqwaan

terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang berarti mendidik watak dan budi

pekerti dan kepribadian, 2) kecerdasan dan daya penangkapan Ilmu dan

Page 73: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

lxxiii

teknologi, 3) keterampilan dan kemampuan jasmani pada umumnya

(Sutiyah, 1991: 11-12).

B. Kerangka Pikir

Sebelum pelaksanaan pembelajaran IPS, guru harus mempersiapkan

perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran ini meliputi program tahunan,

program semester, silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Rencana

pelaksanaan pembelajaran merupakan perangkat pembelajaran yang penting

karena dalam RPP memuat indikator, materi, tujuan dan media pembelajaran,

dengan kata lain RPP adalah pedoman pelaksanaan pembelajaran di kelas yang

harus dilaksanakan guru untuk mencapai suatu standar penilaian yang telah

ditentukan. Salah satu komponen dalam RPP adalah media pembelajaran. Ada

berbagai macam kriteria dalam pemilihan media pembelajaran. Pemilihan media

pembelajaran harus disesuaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Jenis

media yang dapat digunakan dalam pembelajaran ada bermacam-macam,

diantaranya adalah peninggalan sejarah. Di kabupaten Kudus terdapat banyak

peninggalan sejarah yang dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran.

Dalam penggunaan peninggalan sejarah sebagai media pembelajaran

tentunya terdapat kendala-kendala baik teknis, praktis maupun teoretis. Kendala-

kendala tersebut perlu dicari penyelesaian dan pemecahannya sehingga didapatkan

hasil pembelajaran IPS yang maksimal.

Page 74: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

lxxiv

Untuk jelasnya kerangka pikir dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1. Kerangka Pikir

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

B. Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat yaitu 1) lokasi peninggalan

sejarah Menara, Masjid dan Makam Sunan Kudus, serta klenteng Hok Ling

Bio, 2) SD-SD Negeri se-Gugus Pangeran Cendono Kecamatan Dawe

Kabupaten Kudus. Beberapa faktor yang mendukung terhadap pemilihan

Kriteria yang layak digunakan sebagai media pembelajaran

Proses pemanfaatan Kesulitan

Solusi Guru Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran

Kegiatan Pembelajaran

Peninggalan sejarah Jenis peninggalan sejarah

Page 75: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

lxxv

tempat penelitian adalah : 1) Lokasi penelitian dekat dengan lokasi

peninggalan-peninggalan sejarah yang diakui secara nasional dan sesuai

dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS yang diajarkan di SD

terutama materi sejarah, 2) Inventarisasi peninggalan-peninggalan sejarah dan

penelitian tentang peninggalan sejarah tersebut telah dilakukan baik oleh

Dinas Pariwisata Kabupaten Kudus maupun pihak lain sehingga penelusuran

data dapat dilakukan dengan mudah.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada semester 1 Tahun Ajaran

2008/2009. Waktu penelitian ini dipilih karena pada semester 1 terdapat

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS yang sesuai dengan

pemanfaatan peninggalan sejarah setempat.

C. Jenis dan Strategi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, hal ini sesuai

dengan pendapat Bogdan dan Taylor (dalam Lexy J. Moleong, 2006: 4), yang

mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

mengahasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang –

orang dan perilaku yang dapat diamati.

Menurut Sutopo (2006: 227) penelitian deskriptif kualitatif akan

mampu menangkap berbagai informasi kualitatif dengan deskripsi teliti, penuh

Page 76: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

lxxvi

nuansa yang lebih berharga dan lebih menekankan pada masalah proses dan

makna.

Jenis penelitian ini termasuk penelitian terapan karena tujuannya tidak

hanya untuk memahami masalahnya tetapi juga secara khusus mengarah pada

pengambangan cara pemecahan masalah dengan tindakan untuk tujuan praktis

bukan tujuan teoretis (Sutopo, 2006: 137).

2. Strategi Penelitian

Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus

tunggal yaitu suatu penelitian yang difokuskan pada satu karakteristik dan satu

permasalahan (Sutoopo, 2006: 140). Penelitian ini dilakukan pada satu jalur

yaitu SD se-Gugus Pangeran Cendono Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus

dan permasalahan yang diangkat yatiu peninggalan sejarah di Kabupaten

Kudus sebagai media pembelajaran IPS SD kelas IV. Penelitian ini disebut

studi kasus terpancang (embedded research) karena permasalahan dan fokus

peneliti sudah ditentukan dalam proposal sebelum peneliti terjun dan

mengenali permasalahan di lapangan (Sutopo, 2006: 139)

Sesuai dengan tujuan studi kasus, penelitian ini berusaha memberikan

gambaran secara mendetail mengenai jenis-jenis peninggalan sejarah yang

dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran IPS SD, kriteria yang dapat

digunakan untuk menentukan kelayakan peninggalan sejarah sebagai media

pembelajaran IPS SD, pelaksanaan pemanfaatan peninggalan sejarah sebagai

media pembelajaran IPS SD, kesulitan yang dialami guru dalam

memanfaatkan peninggalan sejarah sebagai media pembelajaran IPS SD, dan

Page 77: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

lxxvii

cara guru mengatasi kesulitan dalam memanfaatkan peninggalan sejarah

sebagai media pembelajaran IPS SD.

3. Metode Penelitian

Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha

menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek

yang diteliti secara tepat. Alasan pemilihan metode penelitian deskriptif ada

dua. Pertama, dari pengamatan empiris didapat bahwa sebagian besar laporan

penelitian dilakukan dalam bentuk deskriptif. Kedua, metode deskriptif sangat

berguna untuk mendapatkan variasi permasalahan yang berkaitan dengan

bidang pendidikan maupun tingkah laku manusia (Sukardi, 2003: 157).

D. Data dan Sumber Data

Data yang mendukung penelitian ini diambil dari beberapa sumber data.

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata – kata dan tindakan

selebihnya data tambahan seperti dokumen dan lain – lain (Lexy J. Moleong,

2006: 157).

Sumber data dalam penelitian ini meliputi tiga macam sumber, yaitu :

informan atau narasumber, tempat dan peristiwa, dan dokumen.

1. Informan atau narasumber

Informan atau narasumber yang digunakan penelitian ini adalah staf

YM3SK (Yayasan Menara Masjid dan Makam Sunan Kudus), juru kunci

Page 78: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

lxxviii

Klenteng Hok Ling Bio, pelakasana pembelajaran IPS SD yaitu guru kelas IV

SD se-Gugus Pangeran Cendono Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus.

2. Tempat dan Peristiwa

Tempat yang menjadi sumber peristiwa adalah tempat peninggalan

sejarah, yaitu : Menara, Masjid dan Makam Sunan Kudus, Klenteng Hok Ling

Bio dan terjadinya kegiatan belajar mengajar mata pelajaran IPS antara guru

dan siswa kelas IV SD se-Gugus Pangeran Cendono Keamatan Dawe

Kabupaten Kudus

3. Dokumen

Sumber data dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

inventarisasi peninggalan sejarah Dinas Pariwisata Kabupaten Kudus, silabus,

dan RPP IPS SD kelas IV semester I tahun pelajaran 2008 / 2009.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

wawancara mendalam, observasi berperan aktif, analisis dokumen (content

analysis).

1. Wawancara mendalam (in-depth interviewing)

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan

oleh dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang

diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2006:

186-187). Wawancara dilakukan pada waktu dan konteks yang dianggap tepat

Page 79: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

lxxix

untuk memperoleh data yang mempunyai kedalaman serta dilakukan berulang

kali sesuai dengan kebutuhan yang diistilahkan dengan in-depth interviewing.

Menurut Sutopo (2006: 69) wawancara mendalam dilakukan dengan

pertanyaan yang bersifat terbuka (open-ended), dan mengarah pada kedalaman

informasi serta dilakukan tidak secara formal terstruktur, guna menggali

pandangan subjek yang diteliti tentang banyak hal yang sangat bermanfaat

untuk menjadi dasar bagi penggalian informasi secara lebih jauh, lengkap dan

mendalam..

Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara

mendalam karena wawancara ini bersifat lentur dan terbuka serta dalam

suasana keakraban, sehingga mengarah pada kedalaman informasi.

Wawancara dilakukan kepada:

a. Staf pengelola YM3SK dan juru kunci Klenteng Hok Ling Bio untuk

mendapatkan data tentang jenis-jenis peninggalan sejarah di Kabupaten

Kudus;

b. Guru Kelas IV SD se-Gugus Pangeran Cendono untuk mendapatkan data

tentang: 1) jenis-jenis peninggalan sejarah yang dapat dimanfaatkan

sebagai media pembelajaran IPS SD, 2) kriteria yang dapat menentukan

kelayakan peninggalan sejarah sebagai media pembelajaran IPS SD, 3)

pelaksanaan pembelajaran dengan memanfaatkan peninggalan sejarah

sebagai media pembelajaran IPS SD, 4) kesulitan yang dialami guru dalam

memanfaatkan peninggalan sejarah sebagai media pembelajaran IPS SD,

Page 80: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

lxxx

5) cara guru mengatasi kesulitan dalam memanfaatkan media

pembelajaran IPS SD.

2. Observasi langsung berperan aktif dan pasif

Observasi berperan aktif merupakan cara khusus dan peneliti tidak

bersikap hanya sebagai pengamat tetapi memainkan berbagai peran yang

dimungkinkan dalam suatu situasi yang berkaitan dengan penelitiannya

dengan mempertimbangkan posisi yang bisa memberikan akses yang bisa

diperolehnya untuk bisa dimanfaatkan bagi pengumpulan data yang lengkap

dan mendalam (Sutopo, 2006: 79-80). Observasi berperan pasif adalah suatu

cara pengumpulan data di mana peneliti hanya mendatangi lokasi, tetapi sama

sekali tidak berperan sebagai apa pun selain sebagai pengamat pasif, namun

peneliti benar-benar hadir di lokasi (Sutopo, 2006: 77).

Obserasi langsung berperan aktif dilakukan untuk mendapatkan data

tentang: 1) Menara, Masjid dan Makam Sunan Kudus serta 2) klenteng Hok

Ling Bio. Observasi langsung berperan pasif dilakukan untuk mendapatkan

data tentang: pelaksanaan pembelajaran dengan memanfaatkan peninggalan

sejarah sebagai media pembelajaran IPS SD.

3. Content Analysis atau Analisis Dokumen

Analisis dokumen dan arsip dilakukan untuk mengumpulkan,

mengidentifikasi dan menganalisis data yang bersumber dari dokumen dan

arsip (Sutopo, 2006: 80-81). Dokumen tertulis dan arsip merupakan sumber

data yang memiliki posisi penting dalam penelitian ini. Sumber data tertulis ini

Page 81: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

lxxxi

merupakan sumber data pokok dalam penelitian untuk mendukung proses

menginterpretasikan setiap peristiwa yang berlangsung dalam penelitian.

Teknik mencatat dokumen ini oleh Yin digunakan untuk menemukan

beragam hal sesuai dengan kebutuhan dan tujuan peneitian. Dalam melakukan

teknik ini, peneliti tidak hanya mencatat isi penting yang tersurat dalam

dokumen atau arsip, tetapi juga mencatat makna yang tersirat. Dokumen yang

ditemukan wajib dikaji kebenarannya, baik secara eksternal (kritik eksternal)

yang berkaitan dengan keaslian dokumen, dan juga internal (kritik internal)

yang berkaitan dengan kebenaran isi dokumen atau pernyataan yang ada,

biasanya dengan membandingkan dengan dokumen lain atau jenis sumber data

lain yang berkaitan dengan isi dokumen tersebut (Sutopo, 2006: 80-81).

Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Dokumen Inventarisasi BCB (Benda Cagar Budaya) Dinas Pariwisata

Kabupaten Kudus. Hasil analisis dokumen ini untuk menggali informasi

tentang Menara, Masjid dan Makam Sunan Kudus serta Klenteng Hok

Ling Bio;

b. Data profil sekolah;

c. Silabus dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Analisis silabus

dan RPP dilakukan untuk mendapatkan data tentang pelaksanaan

pembelajaran IPS dengan memanfaatkan peninggalan sejarah sebagai

media pembelajaran IPS SD.

Page 82: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

lxxxii

F. Teknik Cuplikan (Sampling)

Dalam penelitian ini teknik cuplikan yang digunakan adalah purposive

sampling. Teknik ini dipakai karena kecenderungan peneliti untuk memilih

informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam

dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap (Sutopo, 2006: 64).

Sampling dimaksudkan untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari

berbagai sumber dengan tujuan untuk memerinci kekhususan yang ada dalam

konteks yang unik. Maksud kedua adalah menggali informasi yang akan menjadi

dasar dari rancangan dan teori yang muncul. Purposive Sampling dapat diketahui

dari ciri-ciri yaitu : rancangan sampel yang muncul, pemilihan sampel secara

berurutan, penyesuaian berkelanjutan dari sampel dan pemilihan berakhir jika

sudah terjadi pengulangan (Moleong, 2006: 224-225).

Penentuan seseorang menjadi sampel dalam purposive sampling

didasarkan pada tujuan tertentu. Dalam penelitian ini adalah keterlibatan sampel

dalam memanfaatan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus sebagai media

pembelajaran IPS secara langsung (Sukardi, 2003: 64).

Berdasarkan pendapat di atas maka sampel yang dipilih untuk

mendapatkan informasi tentang pemanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten

Kudus sebagai media pembelajaran IPS di SD se-Gugus Pangeran Cendono

adalah staf YM3SK dan juru kunci Klenteng Hok Ling Bio untuk mendapat data

tentang jenis peninggalan sejarah yang dapat dimanfaatkan sebagai media

pembelajaran IPS SD, guru kelas IV SD se-Gugus Pangeran Cendono.

Page 83: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

lxxxiii

G. Validitas Data

Data dan informasi yang diperoleh harus diyakini kebenarannya.

Keabsahan data menurut Moleong (2006: 320-321) adalah bahwa setiap keadaan

harus memenuhi (1) mendemonstrasikan nilai yang benar, (2) menyediakan dasar

agar hal itu dapat diterapkan, (3) memperbolehkan keputusan luar yang dapat

dibuat tentang konsistensi dari prosedurnya dan kenetralan dari temuan dan

keputusan-keputusannya.

Teknik yang paling umum digunakan untuk mencari validitas data adalah

menggunakan teknik triangulasi. Teknik triangulasi menurut Sutopo (2006: 92-

94) adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang

lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding

terhadap data itu. Dalam penelitian validitas data dikembangkan menggunakan

triangulasi sumber/data dan triangulasi metode. Setelah mendapatkan validitas

data dengan menggunakan triangulasi sumber/data dan triangulasi metode maka

dilakukan review informan kunci. Langkah selanjutnya adalah penyusunan data

base.

1. Triangulasi sumber/data.

Cara ini mengarahkan peneliti agar dalam mengumpulkan data, wajib

menggunakan beragam sumber data yang tersedia. Artinya, data yang sama

atau sejenis, akan lebih mantap kebenarannya bila digali dari beberapa sumber

data yang berbeda. Dengan demikian apa yang diperoleh, juga diperoleh dari

sumber lain yang berbeda, baik kelompok sumber yang sejenis atau pun yang

Page 84: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

lxxxiv

berbeda. Dalan konteks penelitian ini misalnya data tentang jenis-jenis

peninggalan sejarah diperoleh dari informan yaitu staf pengelola YM3SK dan

Juru kunci Klenteng Hok Ling Bio, ditriangulasikan dengan data tentang jenis-

jenis peninggalan sejarah hasil analisis Dokumen Inventarisasi (BCB)

Pariwisata Kabupaten Kudus dan data dari hasil Observasi.

2. Triangulasi metode.

Menurut Sutopo (2006:95) teknik triangulasi ini bisa dilakukan seorang

peneliti dengan cara mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan

teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda. Di sini yang ditekankan

adalah penggunaan metode pengumpulan data yang berbeda dan bahkan lebih

jelas diusahakan mengarah pada sumber data yang sama untuk menguji

kemantapan informasinya.

Misalnya, data pemanfaatan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

sebagai media pembelajaran diperoleh dari observasi berperan aktif dan

observasi berperan pasif dan wawancara dengan pengelola tempat peninggalan

sejarah tersebut berada dan data hasil analisis dokumen.

3. Review Informan Kunci

Peneliti perlu mengkomunikasikan data setelah mendapatkan data yang

cukup lengkap kepada informan khususnya informan pokok, untuk

mengetahui apakah laporan yang ditulis tersebut merupakan pernyataan yang

dapat disetujui mereka. Informan kunci dalam penelitian ini adalah orang-

orang yang terkait langsung dengan pemanfaatan peninggalan sejarah di

Page 85: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

lxxxv

Kabupaten Kudus sebagai media pembelajaran IPS SD yaitu Staf YM3SK

(DANH), Juru Kunci Klenteng Hok Ling Bio, guru-guru kelas IV SD se-

Gugus Pangeran Cendono.

4. Penyusunan Data Base

Data base adalah bukti data yang telah dikumpulkan dalam segala

bentuk: deskripsi, gambar, skema, rekaman wawancara, matriks dan

sebagainya, guna memudahkan reviu serta usaha penelusuran kembali proses

penelitian bilamana diperlukan (Sutopo, 2006: 100). Data base dalam

penelitian ini diwujudkan dalam bentuk: daftar profil sekolah, gambar denah

SD se-Gugus Pangeran Cendono, daftar isian guru, daftar pedoman

wawancara, rekaman hasil wawancara, deskripsi hasil wawancara, deskripsi

hasil pencatatan dokumen, deskripsi hasil observasi, foto-foto kegiatan

wawancara, dan foto-foto kegiatan observasi.

H. Teknik Analisis Data

Bogdan dan Biklin (dalam Lexy J. Moleong, 2006: 248) bahwa analisis

data kualitatif adalah upayan yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,

mengorganisasikan data, memilah - milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,

mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting

dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang

lain.

Teknik analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah teknik analisis

interaktif. Teknik analisis interaktif adalah suatu teknik di mana setiap unit data

Page 86: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

lxxxvi

yang diperoleh dari beragam sumber data, selalu diinteraksikan atau dibandingkan

dengan unit tujuan penelitiannya (keluasan, kesepadanan, perbedaan, bentuk

hubungan keterkaitan antarunsurnya, dan sebagainya). Komparasi data ini

dilakukan sejak diperoleh data dalam unit yang paling kecil dan selanjutnya juga

dilakukan pada unit-unit atau kelompok data yang semakin besar, yang mengarah

pada pengelompokan beragam variabel yang terdapat dalam rumusan masalah

penelitiannya (Sutopo, 2006:107).

Kegiatan pokok analisis model inteaktif meliputi tiga komponen yaitu

reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan serta verifikasi.

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan

dan abstraksi dari semua jenis informasi yang tertulis lengkap dalam catatan

lapangan (Sutopo, 2006: 114)

Millis dan Huberman (2000: 16) berpendapat bahwa reduksi data

merupakan suau bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,

mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data

dengan cara sedemikian rupa sehingga simpulan – simpulan finalnya dapat

ditarik dan diverifikasi.

2. Sajian Data

Page 87: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

lxxxvii

Sajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi

dalam bentuk narasi lengkap yang selanjutnnya memungkinkan simpulan

penelitian dapat dilakukan. Sajian data ini disusun berdasarkan pokok – pokok

yang terdapat dalam reduksi data, dan disajikan dengan menggunakan kalimat

dan bahasa peneliti yang merupakan rakitan kalimat yang disusun secra logis

dan sistematis, sehingga bila dibaca akan mudah dipahami (Sutopo, 2006:

114-115).

Menurut Millis dan Huberman (2000: 17) bahwa sajian data adalah

sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan

simpulan dan pengambilan tindakan.

3. Penarikan Simpulan dan Verifikasi

Penarikan simpulan adalah membuat simpulan dari data yang telah

diperoleh sejak awal penelitian. Menurut Sutopo (2006: 116) agar hasil

penelitian lebih mantap dan benar – benar bisa dipertanggungjawabkan,

verifikasi perlu dilakukan dengan tujuan untuk memantapkan dengan cacra

menulusuri kembali kebenaran laporan selama penelitian berlangsung.

Proses analisis interaktif tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Page 88: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

lxxxviii

Gambar 2. Model Analisis Interaktif Sumber: Sutopo, 2006:120

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini peneliti menyajikan temuan penelitian yang berupa berbagai

macam informasi untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang telah

dirumuskan di bab pertama. Kajian temuan yang akan disajikan dalam bab ini

dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama mendeskripsikan tentang latar lokasi

penelitian, bagian kedua tentang hasil penelitian yang disesusikan dengan

rumusan masalah, dan bagian ketiga adalah pembahasan.

A. Deskripsi Latar

II Sajian Data

Pengumpulan Data

I Reduksi Data

III Penarikan

Simpulan/Verifikasi

Page 89: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

lxxxix

Setting penelitian ada dua macam yaitu kompleks Menara, Masjid dan

Makam Sunan Kudus (M3SK) yang dijadikan media pembelajaran IPS SD dan

yang kedua adalah SD-SD Negeri se-Gugus Pangeran Cendono sebagai lembaga

penyelenggara pembelajaran dengan memanfaatkan kompleks M3SK dan

Klenteng Hok Ling Bio sebagai media pembelajaran.

Kabupaten Kudus adalah Kabupaten terkecil di Provinsi Jawa Tengah,

terletak antara 1100,36 - 1100,37 BT, 6,51 - 70,16 LS, terdiri dari 9 kecamatan,

125 Desa dan 7 Kelurahan. Luas wilayah Kabupaten Kudus adalah 42,516 hektar

atau 1,31 % dari luas provinsi Jateng. Jumlah penduduk Kabupaten Kudus adalah

730.754 jiwa.

Kudus memiliki banyak peninggalan arkeologis atau peninggalan sejarah

dan purbakala, bahkan peninggalan sejarah di Kudus dapat dikatakan lengkap.

Peninggalan sejarah yang ada di Kabupaten Kudus berasal dari periode prasejarah,

periode Hindu–Budha, periode pengaruh Islam dan periode Kolonial sampai

masa-masa perebutan kemerdekaan Indonesia. Lintasan peristiwa penting yang

mengukir dalam sejarah di Kudus selalu ada. Hal ini dibuktikan dengan adanya

temuan-temuan Benda Cagar Budaya dan benda-benda bersejarah, serta

bangunan-bangunan kuno yang merupakan Benda Cagar Budaya.

Salah satu peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus menjadi kebanggaan

nasional karena memiliki keunikan dan ciri khas pada zamannya, yaitu Menara

Kudus. Menara Kudus terletak di kompleks Menara, Masjid dan Makam Sunan

Kudus (M3SK) di Desa Kauman Kecamatan Kota Kabupaten Kudus. Kompleks

ini terdapat di tengah kota sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat yang ingin

Page 90: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

xc

berziarah ke sana. Peninggalan sejarah lain yang ada di kompleks M3SK adalah

Masjid Al Aqsa atau Masjid Al Manar dan Makam Sunan Kudus.

Desa Cendono Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus merupakan desa yang

terletak paling selatan di wilayah Kecamatan Dawe. Desa Cendono merupakan

perbatasan antara Kecamatan Dawe dan Kecamatan Bae. Desa Cendono memiliki

satu kantor desa, satu kantor UPT Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga, satu

Madrasah Tsanawiyah, satu Madrasah Aliyah, dan tujuh SD Negeri. Tujuh SD

negeri yang terdapat di Desa Cendono adalah SD 1 Cendono, SD 3 Cendono, SD

4 Cendono, SD 5 Cendono, SD 6 Cendono, SD 7 Cendono, dan SD 8 Cendono.

Tujuh SD tersebut dimasukkan dalam dua gugus yaitu Gugus Honggojoyo dan

Gugus Pangeran Cendono. SD yang termasuk Gugus Honggojoyo hanya SD 8

Cendono, sedangkan 6 SD lainnya yaitu SD 1 Cendono, SD 3 Cendono, SD 4

Cendono, SD 5 Cendono, SD 6 Cendono, SD 7 Cendono masuk dalam Gugus

Pangeran Cendono.

SD-SD di Gugus Pangeran Cendono yang merupakan SD tertua adalah

SD 1 Cendono yang dulunya bernama SD 1 Dawe. SD yang menjadi SD inti

adalah SD 6 Cendono, sedangkan SD lainnya merupakan SD imbas. Deskripsi

masing-masing SD disampaikan sebagai berikut :

SD 1 Cendono beralamat di Desa Cendono RT 01 RW III Kecamatan

Dawe Kabupaten Kudus dengan Nomor Statistik Sekolah 101031909001 dan

Nomor Pokok Sekolah Nasional 20318068. SD 1 Cendono memiliki Visi yaitu

terwujudanya pribadi manusia yang berbudi luhur, unggul dalam prestasi yang

bernalar ilmuah objektif berlandaskan Iman dan Taqwa kepada Tuhan Yang Maha

Page 91: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

xci

Esa serta berwawasan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mampu menghadapi

tantangan jaman. Misi yang diangkat dari penjabaran visi tersebut adalah:

1) membentuk manusia mandiri, berprestasi, keratif, inovatif, memiliki kecakapan

hidup, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga mampu meraih

berbaai peluang di masayarakat sesuai dengan potensi siswa dan karier di masa

depan, 2) meningkatkan disiplin dan menumbuhkembangkan penghayatan dan

pengalaman agama serta budi pekerti, 3) menyelenggarakan Program Pendidikan

yang senantiasa berakar pada sistem nilai, adat, istiadat dan budaya masyarakat

dengan tetap mengikuti perkembangan dunia luar, 4) mengembangkan potensi

siswa dalam kegiatan olah raga dan seni budaya secara optimal.

SD 1 Cendono dikepalai oleh Karmain, S.Pd. Jumlah murid pada tahun

ajaran 2008/2009 sejumlah 109 anak dengan perincian 54 murid laki-laki dan 55

murid perempuan. Semua murid SD 1 Cendono beragama Islam. Jumlah guru dan

karyawan adalah 11 orang yang terdiri dari 10 orang guru dan 1 penjaga sekolah.

Guru dan karyawan tersebut sembilan diantaranya adalah PNS sedangkan dua

orang berstatus non PNS. Pendidikan guru di SD 1 Cendono terdiri dari sarjana

sebanyak 2 orang, D2 sebanyak 5 orang, SPG 2 orang dan PGAN 1 orang. Sarana

dan prasarana SD 1 Cendono belum lengkap karena belum mempunyai ruang

perpustakan tetapi memiliki rak untuk buku perpustakaan. SD 1 Cendono sudah

memiliki gedung SD sendiri sebanyak 2 buah, rumah dinas guru sebanyak 1 buah,

kamar mandi 1 buah.

SD 3 Cendono beralamat di Desa Cendono RT 02 RW III Kecamatan

Dawe Kabupaten Kudus dengan Nomor Statistik Sekolah 101031909021. Visi SD

Page 92: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

xcii

3 Cendono adalah “Giat beajar, berlatih, berdedikasi, berakhlaq mulia, berdasar

Imtaq, berpandangan luas serta mengembangkan Iptek yang inovatif dengan

ketangguhan dan percaya diri. Misi yang ingin dicapai SD 3 Cendono adalah:

1) meningkatkan mutu pendidikan yang berorientasi kecakapan hidup serta

mengembangkan sifat patriotisme yang berwawasan luas untuk mewujudkan

manusia berkualitas lahir dan batin, 2) mengacu program Pendidikan Nasonal

dengan mengoptimalkan potensi guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar

yang berorientasi pada manajemen pendidikan berbasis kompetensi. SD 3

Cendono dikepalai oleh Sukirno. A.Ma.Pd.

Jumlah murid pada tahun ajaran 2008/2009 sejumlah 118 anak dengan

perincian 64 murid laki-laki dan 54 murid perempuan. Semua murid SD 3

Cendono beragama Islam. Jumlah guru dan karyawan adalah 12 orang yang terdiri

dari 11 orang guru dan 1 penjaga sekolah. Guru dan karyawan tersebut delapan

diantaranya adalah PNS sedangkan empat orang berstatus non PNS. Pendidikan

guru di SD 3 Cendono terdiri dari sarjana sebanyak 2 orang, D2 sebanyak 3 orang,

SPG sebanyak 4 orang, SMA sebanyak 1 orang. Sarana dan prasarana SD 3

Cendono belum lengkap karena belum mempunyai ruang perpustakaan tetapi

memiliki rak untuk buku perpustakaan. SD 3 Cendono sudah memiliki gedung SD

sendiri sebanyak 2 buah, rumah dinas Kasda sebanyak 1 buah, rumah dinas

penjaga sekolah 1 buah, ruang kasda 1 buah, Kantor SD 2 buah kamar mandi 1

buah dan WC 3 buah.

SD 4 Cendono yang terletak di Jl. Kudus – Colo Km 7 RT 05 RW VIII

Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus. SD 4 Cendono terletak di daerah pedesaan

Page 93: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

xciii

dan perbatasan antara Kecamatan Bae dan Kecamatan Dawe. Sekolah tersebut

dibangun pada tahun 1986, dengan Nomor Identitas Sekolah 101031909027.

Status sekolah adalah Negeri sesuai dengan Keputusan Gubernur Kepala Daerah

Tingkat I Jawa Tengah dengan nomor 421.2/008/04/74/86 pada tanggal 1 Pebruari

1986. Visi SD 4 Cendono adalah “Terwujudanya masyarakat sekolah yang cerdas

maju dalam Iptek, berakhlaq dan berbudi pekerti luhur”. Saat ini SD 4 Cendono

memiliki 12 orang tenaga kependidikan maupun karyawan yang terdiri dari

seorang kepala sekolah, tujuh orang guru kelas, satu orang guru pendidikan agama

Islam, satu orang guru penjaskes dan dua orang penjaga sekolah. Sebelas orang

dari tenaga kependidikan dan karyawan tersebut berstatus sebagai pegawai negeri

sipil (PNS) dan masih satu orang bukan PNS. SD 4 Cendono memiliki dua orang

tenaga kependidikan yang berpendidikan terakhir sarjana (S1) yaitu kepala

sekolah dan satu guru kelas, Diploma (D2) dua orang guru kelas, satu orang guru

pendidikan Agama Islam dan satu guru Penjaskes, sedangkan yang berpendidikan

SPG ada empat orang guru kelas.

Guru dan siswa SD 4 Cendono dalam mengikuti berbagai lomba/kegiatan

sering mendapat kejuaraan baik Tingkat Kecamatan maupun Tingkat Kabupaten.

Data tiga tahun terakhir mulai tahun 2006-2007 sampai 2008-2009 beberapa

prestasi telah dicapai sekolah tersebut baik tingkat Kecamatan maupun

Kabupaten. Data prestasi tahun 2006-2007 adalah 1) Juara kedua guru teladan

tingkat kecamatan, 2) juara pertama LCC dokter kecil tingkat kecamatan, 3) juara

ketiga LCC dokter kecil tingkat kabupaten, 4) Juara pertama lomba gerak jalan

tingkat kecamatan, 5) juara pertama putri lomba menyanyi nasional tingkat

Page 94: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

xciv

kecamatan, 6) juara ketiga putra lomba menyanyi nasional tingkat kecamatan, 7)

juara pertama lomba seni tari klasik tingkat kecamatan, 8) juara kedua lomba

siswa berprestasi tingkat kecamatan, 9) juara kedua lomba regu tergiat HUT

Pramuka tingkat kecamatan.

Data prestasi tahun 2007-2008 siswa-siswi dan guru SD 4 Cendono juga

banyak mendapatkan kejuaraan di berbagai kegiatan yaitu : 1) juara kedua putri

lomba geguritan tingkat kabupaten, 2) Juara II Seni Tari Tingkat Kecamatan, 3)

Juara II Siswa Berprestasi Tingkat Kecamatan, 4) Juara II LCC Siswa Berprestasi

Tingkat Kecamatan, Juara I Kreativitas Siswa Tingkat Kecamatan, 5) Juara II

LCC Dokter Kecil Tingkat Kabupaten, 6) Juara III Bahasa Jawa Tingkat

Kecamatan, 7) Juara I Guru Teladan Tingkat Kecamatan, 8) Juara IV Guru

Teladan Tingkat Kabupaten.

Data prestasi siswa-siswi dan guru SD 4 Cendono tahun 2008-2009 adalah:

1) Juara II Putra Regu Tergiat Tingkat Kecamatan, 2)Juara I Putri Geguritan

Tingkat Kabupaten, 3) Juara III Putra Geguritan Tingkat Kabupaten, 4) Juara I

Putra Gerak Jalan Tingkat Kecamatan, 5) Juara II Solo Song Tingkat Kecamatan,

6) Juara I LCC Tingkat Gugus.

SD 4 Cendono memiliki sarana prasarana yang lengkap untuk mendukung

kegiatan pembelajaran. Sarana prasarana yang dimiliki SD 4 Cendono yaitu :

1) Ruang kelas ada 6 ruang, 2) Ruang Guru ada 1 ruang, 3) Ruang Kepala Sekolah

ada 1 ruang, 4) Ruang Laboratorium ada 1 ruang, 5) Ruang Perpustakaan ada

1 ruang, 6) Ruang UKS ada 1 ruang, 7) Ruang Kegiatan ada 1 ruang, 8) Musholla

ada 1 ruang, 9) Tempat Wudhu ada 1 ruang, 10) Kamar Mandi/WC Siswa ada

Page 95: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

xcv

4 ruang, 11) Kamar Mandi/WC Guru ada 2 ruang, 12) Gudang ada 1 ruang,

13) Dapur ada 1 ruang.

Jumlah siswa di SD 4 Cendono pada tiga tahun terakhir cukup memenuhi

persyaratan dalam SPM (Standar Pelayanan Minimal) yaitu tahun 2006-2007

berjumlah 108 siswa, tahun 2007-2008 berjumalh 138 siswa dan tahun 2008-2009

berjumlah 144 siswa, di mana untuk SPM (Standar Pelayanan Minimal) adalah 60

siswa untuk jenjang Sekolah Dasar. Berdasarkan data siswa, para siswa SD 4

Cendono kebanyakan berasal dari keluarga petani, pedagang dan buruh, sebagaian

besar orang tua murid adalah buruh tani dan buruh pabrik. Namun para siswa

termasuk siswa yang rajin karena semua kegiatan yang diadakan sekolah selalu

diikuti dengan baik dan tekun bahkan memperoleh kejuaraan dalam lomba-lomba.

Struktur kurikulum SD 4 Cendono dapat dijabarkan dalam tiga kelompok

yaitu kelompok mata pelajaran, muatan lokal dan kelompok pengembangan diri.

Komponen mata pelajaran Pendidikan Agama; Pendidikan Kewarganegaraan;

Bahasa Indonesia; Matematika; Ilmu Pengetahuan Alam; Ilmu Pengetahuan

Sosial; Seni Budaya dan keterampilan; Pendidikan Jasmani, Olahraga dan

kesehatan sedangkan Muatan Lokal terdiri dari Bahasa Jawa, Seni Suara Daerah,

Bahasa Inggris. Pengembangan diri meliputi beragam kegiatan ekstrakurikuler

sesuai dengan minat dan bakat siswa. Kelas 1, 2, dan 3 dalam proses

pembelajarannya menggunakan pendekatan tematik.

SD 5 Cendono beralamat di Desa Cendono RT 05 RW I Kecamatan Dawe

Kabupaten Kudus dengan Nomor Statistik Sekolah 101031909032. SD 5 Cendono

dikepalai oleh Suharyono. Visi SD 5 Cendono adalah ”Berperestasi, terampil,

Page 96: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

xcvi

berakar pada budaya bangsa, berdasarkan Iman dan Taqwa”. Misi yang ingin

diwujudkan sebagai penjabaran visi sekolah adalah: 1) meningkatkan kegiatan

pembelajaran yang efektif, agar daya serap peserta didik menjadi optimal,

2) meningkatkan kualitas kegiatan ekstra kurikuler yang mendukung tercapainya

prestasi sekolah, 3) membentuk sikap dan perilaku peserta didik yang disiplin,

sopan, berlandaskan iman dan taqwa, 4) meningkatkan potensi keterampilan dasar

peserta didik melalui kegiatan pembelajaran.

Jumlah murid pada tahun ajaran 2008/2009 sejumlah 170 anak dengan

perincian 99 murid laki-laki dan 71 murid perempuan. Semua murid SD 5

Cendono beragama Islam. Jumlah guru dan karyawan adalah 12 orang yang terdiri

dari 11 orang guru dan 1 penjaga sekolah. Guru dan karyawan tersebut sembilan

diantaranya adalah PNS sedangkan tiga orang berstatus non PNS. Pendidikan

guru di SD 5 Cendono terdiri dari sarjana sebanyak 3 orang, D2 sebanyak 6 orang,

SPG sebanyak 2 orang. Sarana dan prasarana SD 5 Cendono belum lengkap

karena belum mempunyai ruang perpustakan tetapi memiliki rak untuk buku

perpustakaan. SD 5 Cendono sudah memiliki gedung SD sendiri sebanyak 2 buah,

rumah dinas guru sebanyak 1 buah, rumah dinas penjaga sekolah 1 buah, Kantor

SD 1 buah, kamar mandi 1 buah dan WC 3 buah. Prestasi yang diraih pada tahun

2007/2008 oleh siswa SD 5 Cendono adalah Juara I dan II Badminton tingkat

Kecamatan dan prestasi tahun 2008/2009 yaitu juara II dan III Badminton tingkat

Kecamatan.

SD 6 Cendono beralamat di Desa Cendono RT 01 RW III dengan Nomor

Statistik Sekolah 10103190903. Visi SD 6 Cendono yaitu ” berprestasi, terampil

Page 97: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

xcvii

berakar budaya bangsa berlandaskan iman dan taqwa”. Misi sekolah yaitu:

1) meningkatkan kegiatan pembelajaran yang efektif agar daya serap peserta didik

menjadi optimal, 2) meningkatkan kualitas kegiatan ekstrakurikuler yang

mendukung tercapainya prestasi sekolah, 3) membentuk sikap dan perilaku

peserta didik yang disiplin, sopan berlandaskan iman dan taqwa, 4) meningkatkan

potensi keterampilan dasar peserta didik melalui kegiatan pembelajaran. SD 6

Cendono tidak mempunyai Kepala Sekolah.

Jumlah murid pada tahun ajaran 2008/2009 sejumlah 196 anak dengan

perincian 114 murid laki-laki dan 82 murid perempuan. Murid SD 6 Cendono

yang beragama Islam sebanyak 191 orang, beragama Kristen sebanyak 1 orang

dan yang beragama Katholik sebanyak 4 orang. Jumlah guru dan karyawan adalah

14 orang yang terdiri dari 13 orang guru dan 1 penjaga sekolah. Guru dan

karyawan tersebut sebelas di antaranya adalah PNS sedangkan tiga orang

berstatus non PNS. Pendidikan guru di SD 6 Cendono terdiri dari sarjana

sebanyak 8 orang, D2 sebanyak 3 orang, SPG sebanyak 2 orang. Sarana dan

prasarana SD 6 cendono sudah terbilang lengkap karena memiliki ruang

perpustakan dan memiliki rak untuk buku perpustakaan sebanyak 2 buah. SD 6

Cendono sudah memiliki gedung SD sendiri sebanyak 2 buah, rumah dinas Kasda

sebanyak 1 buah, kantor SD 1 buah, ruang UKS 1 buah, Komputer 2 set, kamar

mandi 4 buah dan WC 4 buah. Prasarana penunjang KBM seperti meja kursi

siswa,meja kursi guru, papan tulis sudah terbilang lengkap dan mencukupi jumlah

murid yang ada di SD 6 Cendono.

Page 98: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

xcviii

Prestasi yang diraih SD 6 Cendono pada tahun 2008 yaitu: 1) juara II

lomba pidto putra tingkat kabupaten, 2) Juara II lomba gerak jalan putri tingkat

kecamatan, 3) Juara I lomba Seni Tari putra dan putri tingkat kecamatan, 4) Juara

II Lomba Macapat putri tingkat kecamatan, 5) Juara III Lomba Macapat Putra

tingkat Kecamatan, 6) Juara I Siswa berprestasi putra tingkat kecamatan, 7) Juara

I Solosong putra dan putri tingkat kecamatan.

SD 7 Cendono beralamat di Desa Cendono Kecamatan Dawe Kabupaten

Kudus dengan Nomor Statistik Sekolah 101031909065. Visi Sd 7 Cendono yaitu

terwujudnya masyarakat sekolah yang cerdas, terampil, berakhlaq mulia serta

berbudi pekerti luhur. Misi yang diusung sekolah adalah: 1) membentuk

masyarakat sekolah yang cerdas dan trampil, 2) membentuk masyarakat sekolah

yang berakhlaq mulia dengan mengembangkan kegiatan keagamaan,

3) membentuk masyarakat sekolah yang berbudi pekerti luhur. Kepala Sekolah

SD 7 Cendono adalah Moh. Yamin, A.Ma.Pd. Jumlah murid pada tahun ajaran

2008/2009 sejumlah 232 anak dengan perincian 131 murid laki-laki dan 101

murid perempuan. Semua murid SD 7 Cendono beragama Islam. Jumlah guru dan

karyawan adalah 12 orang yang terdiri dari 11 orang guru dan 1 penjaga sekolah.

Guru dan karyawan tersebut sepuluh di antaranya adalah PNS sedangkan dua

orang berstatus non PNS. Pendidikan guru di SD 7 Cendono terdiri dari sarjana

sebanyak 2 orang, D2 sebanyak 5 orang, SPG sebanyak 2 orang, KPG sebanyak 1

orang, SGO 1 orang. Sarana dan prasarana SD 7 cendono belum lengkap karena

belum mempunyai ruang perpustakan tetapi memiliki rak untuk buku

perpustakaan. SD 7 Cendono sudah memiliki gedung SD sendiri sebanyak 2 buah,

Page 99: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

xcix

rumah dinas Kasda sebanyak 1 buah, Kantor SD 2 buah, sumur biasa 1 buah dan

WC 1 buah.

B. Sajian Data

1. Jenis-jenis peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus yang dapat

dimanfaatkan sebagai media pembelajaran IPS SD se-Gugus Pangeran

Cendono

Guru-guru IPS SD se-Gugus Pangeran Cendono mengetahui bahwa di

Kudus terdapat peninggalan-peninggalan sejarah. Mereka mengetahui adanya

peninggalan sejarah tersebut kebanyakan dari buku. Beberapa dari mereka

mengetahui keberadaan peninggalan sejarah dari informasi masyarakat sekitar

dan cerita orang-orang tua serta berkunjung langsung ke lokasi peninggalan

sejarah.

Peninggalan-peninggalan sejarah tersebut memiliki arti dan fungsi bagi

generasi selanjutnya. Peninggalan-peninggalan tersebut mengandung nilai-

nilai yang dapat diteladani oleh generasi selanjutnya. Nilai-nilai yang

terkandung tersebut dapat memberikan motivasi kepada masyarakat umum

terutama generasi sekarang dan generasi yang akan datang (Tim Penyusun,

1997:1).

Peninggalan-peninggalan sejarah Kabupaten Kudus menurut Tim

Penyusun (2007: 1) , antara lain :

Page 100: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

c

a. Periode Prasejarah antara lain dibuktikan dengan temuan fosil manusia

ourba (Homo erectus) dan fosil-fosil binatang purba, misalnya Gajah Purba

(Stegodon) di Kubah Pati Ayam tahun 1979, 1982 dan 2005.

b. Masa Hindu-Budha dibuktikan dengan temuan menhir (batu berdiri),

lumpang batu, Yoni, pilar batu di situs Langgar Bubrah desa Demangan

Kecamatan Kota, Yoni dan batu petilasan di Menawan dan Rahtawu

Kecamatan Gebog, Klenteng atau Biara.

c. Masa Awal Masuknya Islam, diantaranya situs Menara Kudus dan Masjid

Aqsa, Masjid Langgar Dalem, Gapura Padureksa Loram Kulon, Gapura

Masjid Jepang, Masjid Bubar dan Kompleks Makam Sunan Muria.

d. Masa Kolonial berupa bangunan pendopo dan Rumah Dinas Bupati Kudus,

Stasiun Kudus, PG Rendeng.

e. Masa Awal Kemerdekaan, di antaranya Monumen Ahmad Yani.

Pendapat informan menyatakan bahwa dalam kurikulum IPS SD

terdapat SKKD yang menyebutkan tentang peninggalan sejarah. Pendapat

Rm, peninggalan sejarah yang dapat dimanfaatkan sebagai media

pembelajaran harus sesuai dengan kurikulum. Komponen kurikulum yang

sesuai dengan penelitian ini adalah SKKD Kelas IV semester I yang disajikan

dalam tabel berikut :

Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS SD

Kelas Standar Kompetensi Kompetensi Dasar IV 1. Memahami sejarah,

kenampakan alam, dan keragaman suku bangsa di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi

1.5 Menghargai berbagai peninggalan sejarah di lingkungan setempat (kabupaten, kota, provinsi) dan menjaga kelestariannya

Page 101: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

ci

Sumber: KTSP SD 4 Cendono

Pendapat DJ, peninggalan sejarah yang cocok digunakan sebagai

media pembelajaran IPS SD di Gugus Pangeran Cendono adalah peninggalan

sejarah yang lokasinya tidak terlalu jauh dari SD, mudah dijangkau dan

ditemukan, mempunyai unsur sejarah yang kental serta bangunan fisiknya

masih kokoh dalam keadaan baik dan utuh.

Berdasarkan pendapat informan dan pencatatan dokumen tentang

SKKD di atas dan berdasarkan kajian teori tentang kriteria media

pembelajaran, maka jenis-jenis peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus yang

dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran disesuaikan dengan

Kompetensi Dasar yang harus dicapai, materi pembelajaran IPS dan mudah

dipahami oleh anak. Menurut pendapat para informan dan analisis dokumen

maka peninggalan sejarah yang dapat dimanfaatkan sebagai media

pembelajaran adalah:

a. Menara Kudus

Berita mengenai pendiri Menara Masjid Kudus, masih simpang

siur. Ada yang menyatakan bangunan itu merupakan peninggalan zaman

Hindu, sebaliknya ada yang menyatakan bahwa bangunan itu merupakan

peninggalan Islam.Bentuk dan kontruksi menara Kudus seperti candi yaitu

bangunan Hindu yang dibangun untuk menghormati orang penting yang

meninggal, terdiri atas kaki, badan dan atap. Pada bagian atas kaki

bangunan terdapat ornamen geometrik yang berupa hiasan segi empat yang

Page 102: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

cii

masing-masing ujung kiri dan kanannya disambung dengan hiasan

berbentuk segi tiga. Pada tiang atap menara terdapat candra sangkala yaitu

gapura rusak ewahing jagad atau jika diterjemahkan adalah tahun Jawa

1609 atau sekitar 1685 M.

Sunan Kudus sebagai perancang pembangunan Menara Masjid

Kudus, jelas mempunyai ide dan tujuan tertentu dalam rangka misi Islam.

Hal tersebut jika ditinjau dari segi sejarah, maka pembangunan Menara

Majsid Kudus mempunyai fungsi : 1) Sebagai tempat adzan, 2) Sebagai

tempat berdzikir, 3) Sebagai tempat untuk memanggil, mengumpulkan

masyarakat untuk tujuan tertentu, 4) Sebagai tempat untuk menyimpan

bedhug dan kentongan dari kayu.

Gambar 3. Menara Masjid Sunan Kudus Sumber : Koleksi pribadi peneliti

b. Masjid Sunan Kudus

Page 103: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

ciii

Kompleks ini terdiri dari masjid, menara dan makam terletak di

Desa Kauman KecamatanKota Kabupaten Kudus. Masjid Al Aqso

berukuran panjang 6.333 cm, lebar 2.722 cm, tinggi 1.700 cm dengan luas

tanah 6.325 m2 dan luas bangunan 1.723,8426 m2. Konsepsi atau unsur-

unsur bangunannya menunjukkan campuran antara Hindu dan Islam.

Bentuk asli masjid Sunan Kudus sukar untuk diketahui karena telah

mengalami beberapa kali perbaikan.

Masjid Al Aqsa adalah peninggalan sejarah Islam pada masa Sunan

Kudus berkuasa. Pendirian Masjid Al Aqsa dapat diketahui berdasarkan

inkripsi yang terdapat di atas mihrab masjid, maka masjid ini didirikan

pada tahun 956 H atau 1549 M. Masjid tersebut juga dinamakan Al Aqso

Al Manar. Inkripsi batu tersebut berbunyi:

Bismillahirrahmanirrahim. Agama bina al masjid al aqsha wa balad al kuds chalifatu badana dahr habru ( aali ) Muhammad, jasjtari izzan fi djannat al chuldi . . . . qurban min arrahman bibalaad al kuds ansja’a haddha al masjid al manar al musammabil aqsha chalifatullahi fil-ardhi . . . . al’ulja wal mudjahid assayyid al ariefal kamil al fadhi al maqsus bi inajati . . . . al kadhi Dja’far as-Shadiq . . . . sanat sittin wa chomsina wa tis’imia’atin min al hidjrah annabawiyah wa ashabihi adjmai’in.

Terjemahannya dalam bahasa Indonesia :

Dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Telah mendirikan masjid Aqsha ini dan negeri Kudus khalifah pada zaman Ulama dari keturunan Muhammad untuk membeli kemuliaan surga yang kekal . . . . untuk mendekati Tuhan di negeri Kudus, membina masjid Al-Manar ( ? ) yang dinamakan Al-Aqsha khalifatullah di bumi ini . . . . yang Agung dan mujtahid sayyid (tuan) yang arief (maha mengetahui) Kamil (yang sempurna) fadhil (yang melebihi) al maqsus (yang dikhususkan) bi inajati (dengan pemeliharaan) al Kadhi (penghulu hakim) Dja’far Shadiq . . . . pada tahun 956 H Nabi Muhammad SAW.

Page 104: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

civ

Gambar 4. Masjid Sunan Kudus Sumber : Koleksi pribadi peneliti

c. Gapuro Padureksan Kidul Menara Kudus

Gapura ini terletak di sebelah Selatan Menara Kudus, masih dalam

satu kompleks dengan Menara Kudus. Gapura memiliki ukuran panjang

617 cm, lebar 189 cm, tinggi 489 cm, sedangkan pintunya memiliki ukuran

tinggi 220 cm dan lebar 132 cm.

Gapura Padureksan ini dianggap paling keramat, banyak rajah yang

tersimpan di pintu pertama masuk tajug menara. Kekeramatan gapura ini

sangat terkenal sehingga setiap pejabat yang akan berziarah disarankan

tidak melewati gapura ini karena adanya kepercayaan masyarakat yang

menyatakan bahwa setiap pejabat yang masuk melewati pintu ini akhirnya

pangkatnya melorot atau bahkan turun dari jabatannya.

Page 105: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

cv

Gambar 5. Gapuro Padureksan Kidul Menara Kudus Sumber : Koleksi pribadi peneliti

d. Gapuro Kembar

Gapuro kembar berada di serambi luar Masjid Al Manar Sunan

Kudus. Gapuro ini memiliki panjang 548 cm, lebar 272 cm, dan tinggi 625

cm. Tinggi pintu gerbang ini adalah 271 cm dengan lebar 116 cm. Gapura

ini semula untuk pagar benteng zaman kewalian Sunan Kudus, sekarang

untuk pengamanan masjid dan pendidikan Islam. Gapuro ini terbuat dari

bahan batu merah kuno yang disusun rapi tanpa bahan perekat.

Gambar 6. Gapuro Kembar Sumber : Koleksi pribadi peneliti

Page 106: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

cvi

e. Gapuro Samping

Gapuro dengan tembok ini dibangun semasa kewalian Sunan

Kudus berukuran panjang 617 cm, lebar 189 cm, tinggi 496 cmdengan luas

bangunan 11,6013 m2 dan luas tanah 6,323 m2. Gapuro ini dibangun pada

abad XV dengan kondisi masih terawat baik. Gapuro ini berguna untuk

pembatas antara Masjid Al Aqsa dengan ke tajug. Bangunan ini terbuat

dari bata merah yang tersusun tanpa semen.

Gambar 7. Gapuro Samping Sumber : Koleksi pribadi peneliti

f. Gapuro Gerbang Tajug

Gapuro peninggalan Sunan Kudus di gerbang pintu tajug untuk

menyambut tamu penting dan kerabat dekat Sunan Kudus.

Gambar 8. Gapuro Gerbang Tajug

Page 107: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

cvii

Sumber : Koleksi pribadi peneliti

g. Pancuran Wudlu (8 Pancuran)

Pancuran Wudlu ini berada dalam kompleks Menara, Masjid dan

Makam Sunan Kudus terbuat dari batu dan batu bata merah, dibangun pada

abad XV dengan panjang 630 cm, lebar 80 cm, tinggi 170 cm. Bangunan

peninggalan Sunan Kudus tempat untuk berwudlu bagi orang Islam yang

akan menjalankan sholat. Tujuh pancuran pada Pancuran Wudlu ini

mengambil filosofi ajaran Budha yaitu delapan jalan kehidupan.

Gambar 9. Pancuran Wudlu (8 Pancuran) Sumber : Koleksi pribadi peneliti

h. Makam Sunan Kudus

Makam Sunan Kudus dilindungi cungkup dan diberi kain/kelambu

warna putih dan daun pintu ukiran jati. Makam Sunan Kudus berukuran

panjang 225 cm. lebar 70 cm dan tinggi 40 cm. Batu Nisannya memiliki

ukuran tinggi 68 cm dan lebar 14 cm. Setiap tanggal 10 Suro diadakan

acara penggantian kelambu yang dikenal dengan tradisi Buka Luwur. Saat

acara ini masyarakat datang dari seluruh penjuru memberikan do’a dan

meminta nasi buntel yang katanya membawa berkah.

Page 108: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

cviii

Gambar 10. Makam Sunan Kudus Sumber : Koleksi Pribadi peneliti

i. Klenteng Hok Ling Bio

Klenteng Hok Ling Bio terletak di Desa Langgar Dalem

Kecamatan Kota berukuran panjang 16,50 m; lebar 16 m, tinggi 8 m.

dengan luas tanah 611 m2. Klenteng ini terdiri dari dua bangunan dengan

luas masing-masing bangunan 300 m2 dan 80 m2. Klenteng Hok Ling Bio

dilindungi oleh pagar tinggi dan berpintu gerbang dari besi. Bahan

bangunan terdiri dari tembok batu, bata merah, semen, kayu jati dan

genting. Bangunan ini milik Yayasan Nyoo Thiam Huk dan sejak dulu

berfungsi sebagai tempat ibadah penganut Kong Hu Cu. Kondisinya

terawat baik. Klenteng ini dibangun pada zaman Majapahit.

Klenteng ini menghadap barat, dengan motif hias fauna gambaran

Naga dan Singa. Bangunan ini sudah ada sejak dulu sekitar abad XV,

sehingga usianya lebih tua dari Menara. Pintu masuk pertama terdapat 2

(dua) pasang patung singa dan 2 (dua) patung Kilin. Depan bangunan

terdapat pohon dewa daru yang kayunya sering diambil untuk kepentingan

khusus.

Page 109: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

cix

Kata Bio dalam Hok Ling Bio berarti tempat ibadah, kata ini

berasal dari bahasa Cina. Sedangkan klenteng berasal dari bahasa Jawa di

mana pada zaman dahulu di tempat ibadah ini dibunyikan lonceng yang

berbunyi teng…teng…teng untuk memanggil orang yang bersembahyang

sehingga tempat ibadah tersebut dinamakan klenteng. Klenteng ini terbuat

dari batu, batu bata merah dan semen. Klenteng ini didirikan pada zaman

Kolonial Belanda sekitar 200-250 tahun yang lalu dan digunakan sebagai

tempat ibadah sampai sekarang.

Gambar 11. Altar Pemujaan Klenteng Hok Ling Bio Sumber : Koleksi pribadi peneliti

Klenteng ini sekarang digunakan sebagai tempat ibadah ajaran Tri

Darma yaitu suatu ajaran yang berasal dari 3 guru yaitu Kong Hu Chu,

Taoisme (Tau Chiang Locin) dan Budha. Kegiatan ritual yang dilakukan

oleh umat Tri Darma di klenteng ini adalah :

1) Peringatan Tahun Baru Imlek yaitu tahun baru Cina

2) Perayaan kebesaran Ciu Thian Sian Nie (Anak buah Tau Chiang

Locin I)

Page 110: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

cx

3) Perayaan kesempurnaan Hian Thian Siang Tee (Dewa Welas Asih ahli

pengobatan)

4) Perayaan kesempurnaan Kwan Seng Tee Kun, dan She Jit Tiong, Than

Goan Swe Lie Loci (Dewa Perang yang punya kepahlawanan)

5) Perayaan Tahun Baru Imlek pada bulan pertama Imlek yaitu bulan Cia

Gwee

6) Ruwatan yang dilakukan untuk menolak bala terhadap orang-orang

yang mendapat nasib jelek di tahun tersebut

2. Kriteria-kriteria yang digunakan untuk menentukan kelayakan

peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus sebagai media pembelajaran

IPS SD se-Gugus Pangeran Cendono

Semua informan dalam penelitian ini telah mengenal dan mengetahui

pengertian dari media pembelajaran. Mereka menyatakan bahwa pemilihan

dan penggunaan media pembelajaran harus memenuhi kriteria-kriteria

tertentu. Berdasarkan hasil wawancara, mereka dapat menentukan kriteria-

kriteria yang menentukan kelayakan suatu media sebagai media pembelajaran.

Kriteria-kriteria untuk menentukan kelayakan peninggalan sejarah

sebagai media pembelajaran perlu diperjelas agar pemanfaatan dan

penggunaan media pembelajaran dapat dilaksanakan dengan efisien.

Penggunaan dan pemanfaatan media yang tepat dapat meningkatkan

pemahaman dan kebermaknaan materi pembelajaran yang pada akhirnya

dapat meningkatkan hasil evaluasi pembelajaran siswa.

Page 111: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

cxi

Penggunaan dan pemanfaatan media pembelajaran harus disesuaikan

dengan kondisi dan tingkat pemahaman siswa. Media yang baik adalah media

yang dapat memberikan gambaran yang konkret bagi siswa SD tentang materi

pembelajaran yang sedang dihadapi sehingga mereka dapat menjelaskan dan

menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Pendapat ES, kriteria-kriteria yang dapat menentukan kelayakan

peninggalan sejarah sebagai media pembelajaran adalah 1) bentuk bangunan

sebagai bukti fisik peninggalan sejarah masih utuh bentuknya. Artinya

peninggalan sejarah tersebut dapat dikenali bentuk dan ciri-cirinya, 2) lokasi

peninggalan sejarah sudah dikenal oleh masyarakat sehingga guru tidak

kesulitan menemukan lokasi peninggalan sejarah, 3) aktivitas yang nampak di

sekitar lingkungan dapat mempengaruhi dalam kehidupan sehari-hari siswa.

Aktivitas yang ditemui siswa selama melakukan kegiatan pembelajaran di

lokasi peninggalan sejarah akan memberikan gambaran dan deskripsi yang

jelas kepada siswa tentang arti penting dari peninggalan sejarah tersebut.

Pendapat ES, kriteria-kriteria kelayakan ini harus didukung oleh hal

lain yaitu: 1) lokasi peninggalan sejarah mudah dijangkau dan tidak jauh dari

SD dan mudah ditemukan, 2) peninggalan tersebut mempunyai unsur sejarah

dan mudah dipahami oleh anak.

Pendapat DJ sesuai dengan pendapat ES namun masih terdapat

tambahan kriteria-kriteria yang menentukan kelayakan peninggalan sejarah

dimanfaatkan sebagai media pembelajaran yaitu ada suatu cerita baik yang

sudah dipublikasikan maupun belum dipublikasikan yang menyatakan bahwa

Page 112: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

cxii

tempat tersebut adalah peninggalan sejarah. Faktor ini penting karena suatu

tempat dapat dikatakan sebagai peninggalan sejarah memiliki kriteria dan ciri

khusus di mana penentuan ini biasanya dilakukan oleh pemerintah melalui

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan.

Pendapat SW lebih mendalam dalam menentukan faktor yang dapat

digunakan untuk menentukan kelayakan pemanfaatan peninggalan sejarah

sebagai media pembelajaran. Kriteria-kriteria tersebut adalah: 1) media

peninggalan sejarah harus sesuai dengan materi yang diajarkan. Hal ini perlu

diperhatikan karena penggunaan media yang tidak sesuai dengan materi akan

menyebabkan pemahaman siswa terhadap materi tersebut tidak berhasil

bahkan siswa akan bingung dan pembelajaran tidak dapat bermakna baginya,

2) media peninggalan sejarah dapat memberikan gambaran yang jelas kepada

siswa untuk memahami peninggalan sejarah yang ingin disampaikan guru.

Pemanfaatan media peninggalan sejarah secara langsung harus memberikan

kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan, meneliti dan mengamati

bentuk peninggalan sejarah tersebut.

3. Penerapan pemanfaatan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

sebagai media pembelajaran IPS SD se-Gugus Pangeran Cendono

Penerapan pemanfaatan peninggalan sejarah sebagai media

pembelajaran IPS SD berkaitan dengan kegiatan pembelajaran. Sebelum

melaksanakan kegiatan pembelajaran, guru IPS SD melakukan persiapan-

persiapan meliputi penyusunan Program Tahunan (Prota), Program Semester

Page 113: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

cxiii

(Promes), Silabus, RPP dan media pembelajaran yang akan digunakan.

Komponen-komponen tersebut dinamakan perangkat pembelajaran yang

mutlak ada sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung.

Program tahunan (Prota) berisi identitas mata pelajaran, satuan

pendidikan, kelas dan tahun pelajaran. Sedangkan isi program tahunan ini

memuat kesatuan waktu semester. Program Semester (Promes) memuat Pokok

bahasan, sub pokok bahasan, alokasi waktu dan keterangan. Proses

penyusunan perangkat mengajar ini adalah sebagai berikut :

a. Proses Penyusunan Program Tahunan

Penyusunan Program Tahunan terdiri dari : a) mengidentifikasikan

kegiatan tatap muka, b) menghitung jumlah materi pokok pembelajaran, c)

membaca dan memahami standar kompetensi mengenai distribusi alokasi

waktu dalam satu tahun.

b. Proses Penyusunan Program Semester

Program semester disusun setelah a) menjabarkan standar

kompetensi, menghitung jumlah minggu efektif dalam satu semester ke

dalam mingguan dengan melihat kalender akademik, b) mendistribusikan

alokasi waktu berdasarkan hasil analisis materi.

c. Proses Penyusunan Silabus

Silabus adalah rencana pembelajaran pada satu atau kelompok

mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi,

kompetensi dasar, materi pokok pembelajaran, indikator, penilaian,

Page 114: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

cxiv

alokasi waktu dan sumber atau alat pelajaran. Silabus dikembangkan oleh

satuan pendidikan berdasarkan: Standar Isi dan Standar Kompetensi

Lulusan, dan Panduan Penyusunan KTSP. Silabus dapat memberikan

gambaran media pembelajaran apa yang cocok digunakan dalam kegiatan

pembelajaran dengan materi yang telah disebutkan.

Dalam pelaksanaannya, pengembangan silabus dapat dilakukan

oleh: para guru secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah/

madrasah atau beberapa sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata

Pelajaran (MGMP) atau Pusat Kegiatan Guru (PKG), dan Dinas

Pendidikan.

Pengembangan silabus disusun di bawah supervisi dinas

kabupaten/kota yang bertanggung jawab untuk jenjang SD dan SMP, dan

dinas provinsi untuk jenjang SMA dan SMK, serta departemen yang

menangani urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI, MTs, MA.

d. Proses penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar

peserta didik dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan

pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis.

RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali

pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap

pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan.

Setelah perangkat pembelajaran disusun, maka pelaksanaan kegiatan

pembelajaran dapat dikerjakan. Pendapat ES dan KP, salah satu cara

Page 115: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

cxv

pelaksanaan kegiatan pembelajaran dalam rangka memanfaatkan peninggalan

sejarah sebagai media pembelajaran adalah karya wisata. Pembelajaran

dengan karya wisata adalah pembelajaran dengan mengajak siswa ke tempat

peninggalan sejarah yaitu Kompleks Menara, Masjid dan Makam Sunan

Kudus, Klenteng Hok Ling Bio. Penerapan pemanfaatan peninggalan sejarah

dengan karya wisata memiliki kelebihan yaitu 1) siswa antusias mengikuti

kegiatan pembelajaran karena mereka dapat melihat, meraba, memperhatikan

secara langsung benda-benda peninggalan sejarah yang diceritakan guru di

kelas. Sambil mendengarkan penjelasan dari pengelola atau juru kunci tempat

peninggalan sejarah tersebut, siswa dapat mengetahui benda-benda yang

sedang dijelaskan sehingga penjelasan tersebut lebih lama diingat dan lebih

mudah dipahami siswa, 2) Interaksi siswa terjalin dengan baik karena mereka

terstimulasi oleh benda-benda yang sedang mereka pelajari ada di hadapan

mereka sehingga mereka akan aktif bertanya dan terdorong untuk mencari

tahu lebih banyak tentang benda-benda tersebut. Interaksi ini terjalin tidak

hanya antara siswa dengan pengelola tempat peninggalan sejarah tetapi juga

antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru yang menjadi fasilitator

dalam kegiatan pembelajaran ini, 3) Kegiatan pembelajaran karya wisata

dapat mengubah peran guru menjadi fasilitator dalam pembelajaran, artinya

guru tidak mendikte dan mendoktrin siswa dengan materi pelajaran yang

harus mereka kuasai tapi guru menjadi fasilitator agar siswa memperoleh

peluang dan kesempatan untuk mempelajari materi pembelajaran yang ingin

disampaikan oleh guru.

Page 116: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

cxvi

Penerapan pemanfaatan peninggalan sejarah sebagai media

pembelajaran yang lain menurut SW dan DJ adalah dengan pemberian tugas

terstruktur. Pemberian tugas ini dilakukan karena penerapan pemanfaatan

peninggalan sejarah sebagai media pembelajaran dengan karya wisata tidak

memungkinkan. Pemberian tugas terstruktur akan mendorong siswa untuk

mengenal peninggalan sejarah secara langsung dengan bertanya kepada orang

yang mengetahui tentang peninggalan sejarah yang ditugaskan oleh guru atau

melakukan studi pustaka tentang peninggalan sejarah. Pemberian tugas

terstruktur ini lebih mudah dan tidak menghabiskan waktu pelajaran di

sekolah yang hanya 3 x 35 menit setiap minggunya.

Bentuk penerapan lain dari pemanfaatan peninggalan sejarah sebagai

media pembelajaran IPS adalah dengan demonstrasi. Pendapat DJ, siswa

diajak mengenal peninggalan sejarah melalui miniatur Menara Kudus dan

gambar Masjid serta Menara Kudus yang dibawa di dalam kelas. Guru

memandu siswa untuk melakukan diskusi dan analisis terhadap peninggalan

sejarah tersebut setelah mengamati gambar dan miniatur peninggalan sejarah

sehingga mereka dapat mengenal benda-benda peninggalan sejarah di

Kabupaten Kudus dan pada akhirnya akan berhasrat untuk melestarikan

peninggalan sejarah tersebut.

4. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan

peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus sebagai media pembelajaran

IPS SD se-Gugus Pangeran Cendono

Page 117: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

cxvii

Kesulitan yang timbul dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di

Kabupaten Kudus berhubungan dengan bentuk penerapan pemanfaatan

peninggalan sejarah sebagai media pembelajaran IPS. Penerapan pemanfaatan

peninggalan sejarah sebagai media pembelajaran dengan diskusi dan tugas

terstruktur tidak menimbulkan kesulitan yang berarti bagi guru. Pendapat RM,

pelaksanaan pemanfaatan peninggalan sejarah dengan diskusi dan tugas

terstruktur tidak menimbulkan masalah bagi guru karena guru bertindak

sebagai fasilitator dan evaluator dalam kegiatan ini. Siswalah yang berperan

aktif untuk menemukan jawaban bagi permasalahan yang diberikan oleh guru

yaitu mengenal peninggalan sejarah yang ada di Kabupaten Kudus.

Guru-guru IPS SD se-Gugus Pangeran Cendono mengalami kesulitan

dalam memanfaatkan peninggalan sejarah sebagai media pembelajaran IPS

SD dengan menerapkan karya wisata dalam pembelajaran. Pendapat ES dan

DJ kesulitan yang dihadapi oleh guru terutama disebabkan oleh tempat

peninggalan sejarah terlalu jauh dari sekolah. Faktor jarak ini sangat

berpengaruh dalam proses pembelajaran karena siswa dan guru akan

mengalami kesulitan untuk mencapai tempat peninggalan sejarah tersebut

tanpa adanya fasilitas yaitu transportasi. Mereka tidak dapat mencapai lokasi

peninggalan sejarah yang akan dipelajari dengan berjalan kaki atau dengan

kendaraan yang dimiliki siswa yaitu sepeda. Jarak yang jauh untuk mencapai

tempat peninggalan sejarah yang digunakan sebagai media pembelajaran

membutuhkan waktu tempuh yang lama. Tempat yang jauh ini juga

membutuhkan sarana akomodasi untuk mencapai tempat tersebut, dengan kata

Page 118: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

cxviii

lain membutuhkan biaya ekstra akomodasi untuk mencapai tempat

peninggalan sejarah.

Pendapat KP, kesulitan yang dihadapi guru dalam pembelajaran karya

wisata adalah sulitnya mengorganisasi siswa agar kegiatan pembelajaran

dengan karya wisata dapat berlangsung maksimal, efektif dan efisien.

Kesulitan guru yang lain adalah sikap siswa yang hanya bermain-main selama

kegiatan pembelajaran tersebut berlangsung sehingga apa yang diharapkan

dan menjadi tujuan dari kegiatan pembelajaran tersebut tidak dapat dicapai.

Selain itu kendala waktu juga dihadapi guru. Kegiatan pembelajaran dengan

karya wisata membutuhkan waktu yang relatif plama dan tidak dapat

diselesaikan dalam satu dua kali pertemuan sesuai alokasi waktu pembelajaran

SD yaitu dua sampai empat kali jam pelajaran yang lamanya setiap satu jam

pelajaran adalah 35 menit. Pemanfaatan peninggalan sejarah sebagai media

pembelajaran tidak dapat dilakukan pada jam pelajaran efektif karena dapat

mengganggu jam pelajaran lain.

5. Cara guru mengatasi kesulitan dalam memanfaatkan peninggalan

sejarah di Kabupaten Kudus sebagai media pembelajaran IPS SD se-

Gugus Pangeran Cendono

Kesulitan dan kendala yang dihadapi guru dalam memanfaatkan

peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus sebagai media pembelajaran dapat

diatasi sesuai dengan jenis kesulitan yang dihadapi. Pendapat KP, kesulitan

yang dihadapi guru dalam metode pembelajaran karya wisata yaitu sulitnya

Page 119: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

cxix

mengorganisasi siswa dapat diatasi dengan membentuk kelompok-kelompok

pengamatan dan dipilih anak yang mampu memimpin dan memandu teman-

temannya selama kegiatan di luar kelas berlangsung. Selain itu dalam

pelaksanaan kegiatan, guru yang mendampingi kegiatan ini lebih dari satu

sehingga dapat memantau siswa secara keseluruhan dengan pembagian tugas.

Kesulitan biaya untuk pelaksanaan karya wisata dapat diatasi dengan

mengalokasikan sebagian dana BOS. Pengalokasian dana BOS untuk kegiatan

ini dapat dibenarkan karena menyangkut peningkatan kualitas pendidikan

murid. Pengalokasian dana BOS ini dapat memberikan kemudahan bagi guru

untuk memanfaatkan peninggalan sejarah sebagai media pembelajaran.

Pendapat KP, untuk mengatasi kesulitan di mana siswa bermain-main

selama kegiatan pembelajaran maka sebelum kegiatan berlangsung guru

memberikan penjelasan dan pengarahan tentang pokok-pokok yang harus

siswa ketahui selama kegiatan pembelajaran di luar kelas. Sedangkan kendala

yang berkaitan dengan waktu adalah pemanfaatan peninggalan sejarah sebagai

media pembelajaran tidak dapat dilakukan pada jam pelajaran efektif karena

dapat mengganggu jam pelajaran lain. Untuk mengatasi kendala ini guru dapat

memanfaatkan hari libur sebagai alternatif pelaksanaan kegiatan

pembelajaran.

C. Pokok-Pokok Temuan

Page 120: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

cxx

1. Jenis-jenis peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus yang dapat

dimanfaatkan sebagai media pembelajaran IPS SD se-Gugus Pangeran

Cendono

Jenis-jenis peninggalan sejarah yang dapat dimanfaatkan sebagai

media pembelajaran IPS SD se-Gugus Pangeran Cendono adalah peninggalan

sejarah yang sesuai dengan kurikulum yang diajarkan di SD. Kurikulum yang

dimaksud adalah Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas IV SD

semester I. Berdasarkan SK/KD tersebut, peninggalan sejarah yang dapat

dimanfaatkan sebagai media pembelajaran adalah:

a. Menara Kudus

b. Masjid Sunan Kudus

c. Gapuro Padureksan Kidul Menara Kudus

d. Gapuro Kembar

e. Gerbang Samping

f. Gapuro Gerbang Tajug

g. Pancuran Wudlu

h. Makam Sunan Kudus

i. Klenteng Hok Ling Bio

2. Kriteria-kriteria yang digunakan untuk menentukan kelayakan

peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus sebagai media pembelajaran

IPS SD se-Gugus Pangeran Cendono

Page 121: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

cxxi

Kriteria utama dalam menentukan kelayakan peninggalan sejarah

sebagai media pembelajaran adalah kesesuaian peninggalan sejarah tersebut

dalam mencapai tujuan pembelajaran yang merupakan penjabaran dari

Kompetensi Dasar IPS SD. Kriteria-kriteria yang dapat digunakan untuk

menentukan kelayakan peninggalan sejarah sebagai media pembelajaran IPS

SD se-Gugus Pangeran Cendono adalah:

a. Peninggalan sejarah harus sesuai dengan materi pelajaran yang diajarkan.

b. Peninggalan sejarah harus dapat memberikan gambaran yang jelas bagi

siswa sehingga mereka dapat memahami kompetensi yang ingin dicapai.

c. Peninggalan sejarah dapat memberikan gambaran yang jelas kepada siswa

tentang bangunan peninggalan sejarah sehingga siswa mampu memahami

dan mengerti tentang arti penting peninggalan sejarah.

d. Tempat peninggalan sejarah tidak terlalu jauh, mudah dijangkau dan

mudah ditemukan.

e. Peninggalan sejarah tersebut memiliki cerita dan unsur sejarah yang

kental.

f. Bangunan fisik peninggalan sejarah masih terawat baik dan utuh.

3. Penerapan pemanfaatan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

sebagai media pembelajaran IPS SD se-Gugus Pangeran Cendono

Penerapan pemanfaatan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

sebagai media pembelajaran IPS SD se-Gugus Pangeran Cendono dapat

menggunakan karya wisata, demontrasi dan tugas terstruktur.

Page 122: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

cxxii

Penerapan karya wisata memberikan peluang kepada siswa untuk

melihat dan memperhatikan langsung benda-benda peninggalan sejarah

tersebut. Pengalaman langsung ini akan lebih memberikan makna kepada

siswa dalam mempelajari peninggalan sejarah. Pembelajaran dengan karya

wisata meningkatkan interaksi aktif siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Penerapan pembelajaran dengan demonstrasi dapat memberikan

latihan kepada siswa untuk menganalisa suatu peninggalan sejarah dengan

memperhatikan miniatur dan gambar peninggalan sejarah. Tugas tersetruktur

akan memberikan siswa kemandirian dalam bekerja secara kelompok tanpa

mengandalkan guru.

4. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan

peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus sebagai media pembelajaran

IPS SD se-Gugus Pangeran Cendono

Kesulitan guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah sebagai

media pembelajaran dengan menggunakan karya wisata yaitu:

a. Tempat peninggalan sejarah terlalu jauh dari sekolah

b. Biaya transportasi mahal

c. Waktu pelaksanaan lama yaitu sekitar 3 jam atau lebih

d. Sulitnya mengorganisasi siswa agar kegiatan pembelajaran dengan karya

wisata dapat berlangsung maksimal, efektif dan efisien

Page 123: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

cxxiii

5. Cara guru mengatasi kesulitan dalam memanfaatkan peninggalan

sejarah di Kabupaten Kudus sebagai media pembelajaran IPS SD se-

Gugus Pangeran Cendono

Guru mengatasi kesulitan dalam pelaksanaan pembelajaran dengan

karya wisata memerlukan analisa yang mendalam terhadap kesulitan yang

dihadapi. Kesulitan dalam pelaksanaan pembelajaran dengan karya wisata

dapat diatasi dengan mengalokasikan dana BOS untuk mengunjungi

peninggalan sejarah dan memanfaatkan waktu liburan untuk mengunjungi

tempat peninggalan sejarah, atau mencari cara pelaksanaan lain.

D. Pembahasan

Peningkatan mutu pendidikan dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah

satunya adalah dengan berusaha untuk memahami bagaimana peserta didik

belajar dan bagaimana informasi yang diperoleh dapat diproses dalam pikiran

mereka sehingga menjadi milik mereka serta bertahan lama dalam pikirannya.

Dengan kata lain, kita perlu menyadari bahwa peserta didik merupakan sumber

daya manusia sebagai aset bangsa sangat berharga. Oleh sebab itu, perlu

diupayakan penerapan iklim belajar yang tepat untuk menciptakan lulusan yang

benar-benar kreatif, inovatif dan berkeinginan untuk maju melalui pemanfaatan

sumber belajar dan media pembelajaran secara optimal untuk mengembangkan

potensinya secara utuh dan optimal.

Masih ada sebagian pendidik yang beranggapan bahwa media

pembelajaran selalu berkaitan dengan peralatan elektronik atau peralatan canggih

Page 124: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

cxxiv

yang mahal harganya. Anggapan seperti itu merupakan pandangan yang terlalu

sempit terhadap makna media pembelajaran. Sesungguhnya, media pembelajaran

sangat banyak jenis dan jumlahnya. Mulai dari jenis media yang paling

sederhana dan murah, hingga jenis media yang canggih dan mahal. Ada

media buatan pabrik, ada pula jenis media yang dapat dibuat sendiri oleh guru.

Bahkan banyak pula jenis media yang telah tersedia di lingkungan sekitar kita

yang langsung dapat kita gunakan untuk keperluan pembelajaran. Oleh karena

itu, seharusnya tidak ada lagi guru yang enggan menggunakan media

pembelajaran karena alasan ketiadaan biaya.

Kegiatan belajar mengajar bukanlah berproses pada kehampaan tetapi

berproses pada kemaknaan. Kegiatan pembelajaran mengandung sejumlah nilai

yang disampaikan kepada anak didik. Nilai-nilai itu tidak datang dengan

sendirinya tetapi diambil dari berbagai sumber guna dipakai dalam proses belajar

mengajar, salah satunya adalah lingkungan

Lingkungan yaitu situasi yang tersedia di mana pesan itu diterima oleh

siswa. Lingkungan terdiri atas lingkungan fisik dan non fisik. Lingkungan fisik

seperti gedung sekolah, perpustakaan, laboratorium, studio, auditorium, taman dan

lain-lain. Lingkungan non fisik seperti penerangan sirkulasi udara dan lain-lain.

Selanjutnya lingkungan yang disebut sebagai sumber belajar dan media

pembelajaran adalah tempat atau ruangan yang dapat mempengaruhi siswa.

Tempat dan ruangan tersebut ada yang dirancang (by Design) khusus untuk

tujuan pengajaran, misalnya gedung sekolah ruang perpustakaan dan

laboratorium, studio dan sebagainya. Selain itu ada juga tempat atau ruangan

Page 125: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

cxxv

yang bukan dirancang secara khusus atau hanya dimanfaatkan sebagai sumber

belajar dan media pembelajaran untuk tujuan pengajaran, seperti gedung dan

peninggalan sejarah, bangunan industri, lingkungan pertanian, museum, pasar,

tempat rekreasi dan lain-lain.

Peninggalan sejarah merupakan media pembelajaran yang berasal dari

lingkungan sehingga metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk

memanfaatkannya haruslah tepat, efektif dan efisien. Penggunaan media harus

dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan

peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri

peserta didik.

Peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus jumlahnya sangat banyak dan

terdiri dari periode pra sejarah dan periode sejarah yaitu periode Hindu-Budha,

Islam, Masa Kolonial dan Masa Kemerdekaan. Untuk itu dalam pemanfaatan

peninggalan sejarah diperlukan batasan-batasan tertentu sehingga tujuan-tujuan

dalam pembelajaran dapat tercapai, baik tujuan pendidikan nasional, tujuan

sekolah maupun tujuan pembelajaran. Batasan-batasan dan kriteria peninggalan

sejarah yang dapat dimanfaatkan kegiatan pembelajaran harus disesuaikan dengan

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SK/KD) IPS SD. SKKD IPS SD

yang memuat tentang peninggalan sejarah adalah SKKD Kelas IV. Pemilihan

peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus sebagai media pembelajaran harus

memperhatikan beberapa hal sehingga tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan

pembelajaran dapat terwujud karena pemilihan media pembelajaran yang tepat,

efektif dan efisien untuk mendukung kegiatan pembelajaran.

Page 126: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

cxxvi

Pemilihan peninggalan sejarah yang akan dijadikan media pembelajaran

juga harus memperhatikan keadaan fisik bangunan bersejarah itu sendiri.

Peninggalan sejarah yang dipilih sebagai media pembelajaran IPS, keadaan

fisiknya harus baik, utuh dan mampu mempresentasikan kondisi pada zamannya

sehingga siswa mampu memahami keadaan saat peninggalan sejarah itu didirikan.

Pemenuhan SKKD ini dapat tercapai dengan mengembangkan silabus

pembelajaran. Dalam silabus pembelajaran ini terdapat tujuan pembelajaran sesuai

dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran IPS Sekolah

Dasar. Tujuan pembelajaran ini tercantum dalam petikan silabus mata pelajaran

IPS berikut ini :

Page 127: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

cxxvii

Tabel 2. Silabus IPS SD Kelas IV

SILABUS Nama Sekolah : SD 4 Cendono Kelas / Semester : IV (empat) / 1 (Gasal) Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial Standar Kompetensi : 1. Memahami sejarah, kenampakan alam, dan

keragaman suku bangsa di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi

Kompetensi Dasar

Materi Pokok

Kegiatan Pembelajaran

Tujuan Pembelajaran

Alokasi waktu

Sumber Belajar

1.5 Menghargai berbagai peninggalan sejarah di lingkungan setempat (kabupaten/kota, provinsi) dan menjaga kelestarian nya

- Asal-usul suatu tempat

- Arti dan bentuk-bentuk peninggalan sejarah

- Ciri-ciri peningga lan sejarah

- Cara dan manfaat menjaga kelestari an peninggalan sejarah

- Menjelaskan asal usul tempat

- Mencatat peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

- Mengklasifikasikan jenis-jenis peninggalan sejarah

- Menjelaskan ciri- ciri peninggalan sejarah

- Menjelaskan cara menjaga kelestarian peninggalan sejarah

- Menjelaskan manfaat menjaga kelstarian peninggalan sejarah

- Menjelaskan asal usul nama suatu tempat

- Mencatat peninggalan sejarah di kabupaten Kudus

- Mengklasifikasikan jenis-jenis peninggalan sejarah

- Menjelaskan ciri- ciri peninggalan sejarah

- Menjelaskan cara menjaga kelestarian peninggalan sejarah

- Menjelaskan manfaat menjaga kelstarian peninggalan sejarah

9 JP Peninggalan sejarah Kabupaten Kudus, Buku Teks Ilmu Pengetahuan Sosial Jakarta : Erlangga

Sumber : Silabus Mata Pelajaran IPS Kelas IV disusun oleh Guru Kelas IV

Berdasarkan tujuan pembelajaran di atas maka peninggalan sejarah di

kabupaten Kudus yang dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran adalah

asal usul nama kota Kudus, mendata peninggalan-peninggalan sejarah di

kabupaten Kudus terutama peninggalan sejarah berskala nasional seperti Menara

Page 128: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

cxxviii

Kudus, Masjid Sunan Kudus, Makam Sunan Kudus, Klenteng Hok Hien,

Klenteng Hok Ling Bio.

Pembelajaran merupakan sebuah sistem di mana semua komponen

pembelajaran harus saling mendukung. Media pembelajaran merupakan

komponen yang membantu siswa untuk memahami materi pembelajaran dengan

lebih baik sehingga membutuhkan suatu batasan-batasan atau kriteria agar tujuan

yang ingin dicapai dalam pembelajaran dapat terlaksana. Peninggalan sejarah

merupakan media pembelajaran yang berasal dari lingkungan. Media ini tidak

sengaja dibuat untuk tujuan pembelajaran sehingga guru harus jeli dalam memilih

kriteria-kriteria untuk menentukan kelayakan peninggalan sejarah ini agar dapat

dimanfaatkan sebagai media pembelajaran.

Kriteria yang paling penting untuk menentukan kelayakan media

peninggalan sejarah adalah peninggalan sejarah tersebut harus sesuai dengan

materi yang diajarkan, dengan kata lain harus sesuai dengan kurikulum IPS yang

diajarkan di SD dijabarkan dalam SKKD IPS SD Kelas IV. Peninggalan sejarah

harus dalam keadaan utuh dan terawat baik sehingga dapat membantu pemahaman

siswa tentang materi yang sedang diajarkan.

Kriteria-kriteria lain yang harus diperhatikan adalah media peninggalan

sejarah harus dapat meangsang kreatifitas siswa dalam kegiatan pembelajaran dan

sesuai dengan tingkat pemahaman siswa sehingga siswa dapat memahaminya

dengan lebih baik. Peninggalan sejarah dapat digunakan sebagai media

pembelajaran secara individu, kelompok maupun klasikal.

Page 129: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

cxxix

Kriteria-kriteria penentuan kelayakan peninggalan sejarah untuk

dimanfaatkan sebagai media pembelajaran ini sesuai dengan prinsip pemilihan

dan penggunaan media yang disampaikan oleh Heinich dkk (dalam Azhar Arsyad,

2007: 67). Prinsip pemilihan dan penggunaan media menurut Heinich dkk adalah

1) menganalisis karakteristik umum kelompok sasaran, artinya seorang guru

dalam memilih media pembelajaran harus sesuai dengan siswa yang akan

menggunakan media tersebut, karena siswa SD harus mendapat gambaran tiga

dimensi terhadap segala sesuatu yang disampaikan oleh guru, maka peninggalan

sejarah yang sudah mereka kenal tentu lebih baik pemahamannya bila

disampaikan kepada siswa dengan menunjukkan benda yang sedang dibicarakan,

2) menyatakan atau merumuskan tujuan pembelajaran, artinya media

pembelajaran yang dipilih oleh guru harus sesuai dengan tujuan yang ingin

dicapai dalam pembelajaran. Tujuan pembelajaran IPS dengan memanfaatkan

media peninggalan sejarah adalah: a) menjelaskan asal usul nama suatu tempat

yaitu asal usul nama Kudus, b) mencatat peninggalan sejarah di kabupaten Kudus,

yaitu Menara, Masjid dan Makam Sunan Kudus serta klenteng Hok Ling Bio,

c) mengklasifikasikan jenis-jenis peninggalan sejarah, yaitu dengan

mengklasifikasikan Menara, Masjid dan Makam Sunan Kudus sebagai

peninggalan sejarah pada jaman Islam dan klenteng Hok Ling Bio sebagai

peninggalan sejarah jaman Hindu-Budha, d) menjelaskan ciri-ciri peninggalan

sejarah, e) menjelaskan cara menjaga kelestarian peninggalan sejarah,

f) menjelaskan manfaat menjaga kelstarian peninggalan sejarah.

Page 130: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

cxxx

Sebelum pelaksanaan kegiatan pembelajaran dilakukan, guru perlu

mempersiapkan dokumen-dokumen yaitu silabus dan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP). Dalam RPP ini memuat tentang cara pelaksanan

pembelajaran yang dilakukan yaitu karya wisata, demonstrasi dan tugas

terstruktur.

Kunjungan ke lokasi peninggalan sejarah membuat peserta didik

mengetahui gambaran tentang ciri-ciri peninggalan sejarah. Mereka dapat melihat

langsung peninggalan sejarah tersebut sehingga dapat menjelaskan ciri-ciri

peninggalan sejarah tersebut. Cara pelaksanaan pembelajaran ini menjadikan

peserta didik sebagai subjek pembelajaran, sehingga peserta didik dapat

mengembangkan potensi diri secara optimal. Metode pembelajaran ini menuntut

peserta didik mampu belajar mandiri, selain itu mereka menjadi bergairah dalam

mempelajari IPS. Kegairahan dalam mempelajari IPS dan optimalisasi potensi diri

peserta didik pada akhirnya akan menjadikan prestasi belajar peserta didik

menjadi optimal.

Kegiatan demonstrasi dengan menunjukkan miniatur peninggalan sejarah

dapat digunakan sebagai alternatif dalam pelaksanaan pembelajaran IPS dengan

memanfaatkan peninggalan sejarah sebagai media pembelajaran.

Kesulitan yang dihadapi guru dalam pemanfaatan peninggalan sejarah

sebagai media pembelajaran IPS SD terkait dengan pelaksanaan pembelajaran

yang dipakai dalam memanfaatkan peninggalan sejarah sebagai media

pembelajaran. Dalam metode karya wisata guru menghadapi kendala yaitu

sulitnya mengorganisasi siswa dan masalah biaya untuk mengunjungi tempat

Page 131: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

cxxxi

peninggalan sejarah tersebut terutama masalah biaya akomodasi siswa dan guru.

Dalam metode karya wisata siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran di luar

kelas, artinya siswa bebas bergerak tanpa dibatasi oleh dinding ruang kelas.

Kondisi ini menjadikan siswa lebih suka bermain-main dari pada melaksanakan

kegiatan pembelajaran. Siswa beranggapan bahwa kegiatan pembelajaran di luar

kelas ini adalah bentuk lain dari bermain dan berekreasi sehingga mereka lebih

mementingkan kegiatan tersebut dibandingkan kegiatan pembelajaran itu sendiri.

Kegiatan karya wisata ini adalah membawa siswa ke tempat peninggalan

sejarah, dengan kata lain kegiatan ini memerlukan akomodasi agar dapat

terlaksana dengan baik. Biaya akomodasi untuk membawa satu kelas siswa

dengan guru tentu membutuhkan biaya yang cukup besar. Dengan latar belakang

orang tua murid yang berpenghasilan kecil, maka tidak mungkin membebankan

biaya ini kepada mereka.

Selain itu metode karya wisata ini memerlukan waktu yang cukup banyak

agar hasilnya dapat terlaksana dengan maksimal. Maka pelaksanaannya menjadi

tidak efektif dan efisien jika dilakukan pada jam pelajaran IPS karena hal ini pasti

akan mengacaukan jam pelajaran mata pelajaran yang lain.

Apabila perencanaan guru sebagai fasilitator dan penyelenggara

pendidikan kurang persiapan maka kegiatan belajar mengajar di lokasi

peninggalan sejarah tidak dapat berlangsung secara optimal terutama jika yang

menjadi peserta adalah siswa SD. Tanpa pengarahan dan persiapan peserta didik

akan bermain-main dan bukannya melakukan kegiatan pembelajaran. Untuk

mengatasi kesulitan tersebut, guru dapat memberikan pengarahan dan bimbingan

Page 132: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

cxxxii

baik sebelum kegiatan di luar sekolah maupun saat kegiatan belajar mengajar

dengan memanfaatkan peninggalan sejarah berlangsung. Arahan dan bimbingan

tersebut dapat membantu peserta didik lebih fokus dan berkonsentrasi dalam

kegiatan belajar mengajar tanpa menghilangkan unsur eksplorasi dan rasa

keingintahuan mereka, sehingga mereka dapat mencari tahu tentang sejarah

peninggalan yang dikunjungi, ciri-ciri, cara memanfaatkan serta melestarikan

peninggalan sejarah tersebut. Siswa didorong untuk mengajukan pertanyaan-

pertanyaan seputar peninggalan sejarah yang dikunjungi sehingga mereka dapat

lebih memahami makna dari peninggalan sejarah tersebut.

Selain itu guru dapat membentuk kelompok-kelompok kecil di mana

dalam kelompok tersebut dipilih anak yang mampu memimpin sebagai ketua.

Melalui ketua-ketua kelompok ini guru dapat memantau pelaksanaan

pembelajaran sehingga pelaksanaan pembelajaran dapat berlangsung dengan baik.

Kesulitan yang dialami guru juga menyangkut waktu pelaksanaan

kegiatan belajar mengajar dengan memanfaatkan media pembelajaran peninggalan

sejarah. Kegiatan belajar mengajar tidak dapat dilakukan dengan alokasi waktu

yang telah ditentukan oleh sekolah. Untuk itu perlu mencari waktu selain waktu

pembelajaran di kelas yang telah ditentukan oleh sekolah, misalnya waktu hari

libur. Pemanfaatan waktu liburan ini untuk kegiatan pembelajaran selain sebagai

sarana rekreasi juga menjadi sarana edukasi yang terarah. Sedangkan kegiatan

pembelajaran di kelas dapat dipergunakan untuk evaluasi kegiatan di luar kelas

yang telah dilakukan. Kegiatan ini memberikan pengaruh yang lebih signifikan

bagi peningkatan hasil belajar IPS dengan materi tersebut.

Page 133: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

cxxxiii

Biaya juga menjadi kendala yang cukup memberatkan guru untuk

menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar dengan memanfaatkan peninggalan

sejarah sebagai media pembelajaran. Kegiatan belajar mengajar ini membutuhkan

biaya yang besar, dan apabila ditanggung oleh siswa akan memberatkan orang tua

murid. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan mengalokasikan

sebagian dana BOS yang diterima sekolah untuk kegiatan ini.

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasar pada sajian data, pokok temuan penelitian dan pembahasan dapat

disimpulkan bahwa peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus yang dapat

dimanfaatkan sebagai media pembelajaran IPS/Sejarah SD adalah peninggalan

sejarah yang sesuai dengan Kompetensi Dasar (KD) Mata Pelajaran IPS SD. KD

yang sesuai dengan deskripsi ini adalah KD Kelas IV Semester I yaitu

“Menghargai berbagai peninggalan sejarah di lingkungan setempat

(kabupaten/kota, provinsi) dan menjaga kelestariannya”.

Kriteria-kriteria yang menentukan kelayakan peninggalan sejarah sebagai

media pembelajaran adalah peninggalan sejarah yang digunakan sebagai media

Page 134: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

cxxxiv

pembelajaran harus sesuai materi pelajaran yang diajarkan. Peninggalan sejarah

harus dalam keadaan utuh dan terawat baik sehingga dapat memberikan gambaran

yang jelas kepada siswa tentang materi pembelajaran yang dipelajari.

Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan

peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus sebagai media pembelajaran perlu dibuat

perencanaan pembelajaran dan perangkat pembelajaran meliputi program tahunan,

program semester, silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

Pemanfaatan peninggalan sejarah sebagai media pembelajaran dengan cara karya

wisata memerlukan persiapan khusus agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan

dengan lancar, efektif dan efisien.

Kendala dan kesulitan yang dihadapi guru dalam pemanfaatan

peninggalan sejarah sebagai media pembelajaran dalam pelaksanaan pembelajaran

dengan karya wisata adalah kesulitan mengorganisir siswa agar fokus pada

kegiatan pembelajaran. Kendala/kesulitan lain adalah membutuhkan waktu

pelaksanaan yang lama dan membutuhkan biaya transportasi yang besar.

Kendala – kendala tersebut di atasi dengan cara menganalisa kendala dan

kesulitan itu sendiri. Kendala dan kesulitan mengorganisir anak dapat dikurangi

dengan memberikan penjelasan, bimbingan dan arahan kepada anak sebelum

kegiatan pembelajaran dilaksanakan, selain itu guru dapat membentuk kelompok-

kelompok untuk memudahkan koordinasi dan organisasi siswa. Kendala waktu

dapat diatasi dengan memanfaatkan waktu liburan untuk kegiatan pembelajaran di

luar kelas. Sedangkan masalah biaya dapat diatasi dengan menggunakan dana

BOS untuk mendukung kegiatan ini.

Page 135: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

cxxxv

B. Implikasi

Peninggalan sejarah merupakan kekayaan budaya yang sudah ada di

lingkungan sekitar. Peninggalan sejarah ini menyimpan nilai-nilai edukatif yang

perlu diketahui oleh siswa sehingga dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi

Dasar Sekolah Dasar tercantum tentang pelestarian peninggalan sejarah di daerah

setempat. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ini memberikan acuan bagi

guru untuk memanfaatkan peninggalan sejarah sebagai media pembelajaran.

Keanekaragaman peninggalan sejarah menuntut guru untuk jeli memilih

peninggalan sejarah yang dapat digunakan sebagai media pembelajan agar tujuan

pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal. Dampak positif dari pemanfaatan

peninggalan sejarah sebagai media pembelajaran adalah guru belajar untuk

mencari media pembelajaran inovatif dan bervariasi untuk menunjang

keberhasilan pembelajaran.

Guru dituntut untuk mencari peninggalan sejarah yang dapat dimanfaatkan

sebagai media pembelajaran dengan menggunakan kriteria-kriteria media

pembelajaran yang baik dan sesuai dengan dengan tujuan pembelajaran. Dampak

positif dari guru menentukan sendiri peninggalan sejarah yang dapat dimanfaatkan

sebagai media pembelajaran adalah guru dapat mencari peninggalan sejarah di

daerah sekitarnya yang sesuai dengan potensi, tingkat pemahaman siswa sekolah

dasar. Kelompok kerja guru juga dapat digiatkan dengan diskusi-diskusi untuk

mencari peninggalan sejarah di kabupaten Kudus yang dapat dimanfaatkan

sebagai media pembelajaran IPS.

Page 136: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

cxxxvi

Penggunaan media pembelajaran yang tepat akan membantu siswa

memahami materi pembelajaran karena media pembelajaran tersebut membantu

siswa memvisualkan materi yang dikatakan guru atau dibaca siswa dalam bentuk

kata-kata. Pemanfaatan peninggalan sejarah di kabupaten Kudus sebagai media

pembelajaran merupakan langkah yang tepat karena guru dapat memanfaatkan

media yang sudah tersedia di lingkungan. Guru juga menjadi lebih profesional

dalam memanfaatkan media pembelajaran yang ada untuk membantu siswa dalam

memahami materi pembelajaran.

Kendala-kendala yang dihadapi guru dalam kegiatan pembelajaran dengan

memanfaatkan peninggalan sejarah setempat merupakan kendala teknis. Kendala

dapat dipecahkan oleh guru sendiri dibantu oleh seluruh civitas akademika.

Namun kendala tersebut justru membuat guru malas melaksanakan kegiatan

pemanfaatan peninggalan sejarah sebagai media pembelajaran dengan karya

wisata.

C. Saran-Saran

Berdasarkan kajian literatur sebagai kondisi ideal serta kondisi nyata di

lapangan seperti yang tersajikan dalam simpulan, beberapa saran yang dapat

diajukan adalah sebagai berikut :

1. Perlunya kerja sama antara Dinas Pariwisata dan Dinas Pendidikan Nasional

dalam memanfaatkan peninggalan sejarah sebagai media pembelajaran. Dinas

Pariwisata dapat memberikan jenis-jenis peninggalan sejarah di Kabupaten

Kudus dan memberikan masukan tentang penjelasan dan sejarah di Kabupaten

Page 137: PENINGGALAN SEJARAH DI KABUPATEN KUDUS SEBAGAI …... · Gugus Pangeran Cendono, 4) kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam memanfaatkan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus

cxxxvii

Kudus, sedangkan Dinas Pendidikan Nasional memberikan masukan tentang

peninggalan sejarah apa saja yang cocok dimasukkan dalam media

pembelajaran.

2. Perlu adanya sosialisasi dan pelatihan tentang cara menggunakan lingkungan

sekitar, terutama peninggalan sejarah setempat sebagai media pembelajaran

dengan memperhatikan kriteria-kriteria yang sesuai dengan media

pembelajaran yang baik dalam proses pembelajaran.

3. Pemanfaatan peninggalan sejarah di kabupaten Kudus sebagai media

pembelajaran perlu dibahas dalam Musyawarah Guru untuk mendapatkan

metode yang paling efektif dan efesien sehingga mudah dilaksanakan.

4. Perlu adanya dorongan dan dukungan dari sekolah dan masyarakat agar guru

bersemangat dalam memanfaatkan peninggalan sejarah sebagai media

pembelajaran.

5. Perlunya pembahasan dan evaluasi dalam KKG dan MGMP tentang

pemecahan dan pelaksanaan pembelajaran IPS dengan memanfaatkan

peninggalan sejarah.