pengujian kausalitas granger antara nilai tukar, suku bunga deposito dan harga saham di lima...
DESCRIPTION
PENGUJIAN KAUSALITAS GRANGER ANTARA NILAI TUKAR, SUKU BUNGA DEPOSITO DAN HARGA SAHAM DI LIMA NEGARA ASEAN SEBELUM DAN SESUDAH KRISIS MONETER PERIODE 1995.1 – 2004.6Baca selengkapnya di http://www.contohmakalah77.comTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Krisis keuangan di Asia sejak pertengahan tahun 1997 diyakini
disebabkan oleh beberapa faktor. Pemicu awal krisis ini ditandai oleh
penurunan nilai mata uang regional terhadap Dollar AS sejak tahun
1995. Hal ini ditambah dengan adanya guncangan ekternal seperti
penurunan nilai ekspor sejak tahun 1996 di wilayah Asia yang
membawa kecemasan terhadap pembiayaan neraca transaksi
berjalan yang defisit yang mengarah pada akumulasi pinjaman
jangka pendek dan penurunan nilai mata uang. Penambahan
pinjaman jangka pendek oleh sektor swasta mulanya memang tidak
mengkhawatirkan, mengingat nilai valas yang stabil dan
kemampuan ekspor yang baik, akan mampu membayar pinjaman
tersebut. Namun saat kegiatan perekonomian menurun dan krisis
BAB I PENDAHULUAN
mata uang mulai tampak, terjadi penekanan kemampuan
pembayaran pinjaman oleh sektor swasta domestik.
Sampai pada pertengahan dekade 1990, modal dan hutang
internasional masuk dengan deras ke dalam negara-negara di Asia.
Namun pengalokasian yang lebih banyak pada sektor non-
perdagangan dan beresiko tinggi, seperti properti dan pasar saham,
membuat tingkat pengembalian oleh penghutang domestik lebih
sulit untuk dilakukan saat terjadi penurunan kegiatan ekonomi dan
melonjaknya suku bunga domestik.
Tertekannya tingkat kemampuan pengembalian oleh
penghutang domestik terlihat dari menurunnya peringkat kredit oleh
para pemeringkat kredit internasional. Tingkat krisis di kawasan
Asean yang semakin memanas meningkatkan resiko dan merusak
sentimen pasar maupun kepercayaan investor. Maka aliran modal
yang masuk berubah menjadi penarikan modal besar-besaran
(masive capital outflow) oleh para investor.
Serangan spekulatif terhadap sejumlah mata uang Asia,
kerapuhan mekanisme pasar serta kerapuhan sistem perbankan
merupakan pemicu dari krisis, namun mendalamnya efek penularan
(contagion effect) sangat menentukan aliran arus balik modal yang
2
BAB I PENDAHULUAN
menjadikan kerawanan pada pasar finansial di Asia. Tekanan yang
berawal dari currency turmoil yang melanda Thailand segera
menyebar ke Indonesia dan negara Asean lainnya sehubungan
dengan karakteristik perekonomian yang mirip1.
Pada awalnya upaya menstabilkan mata uang dan menahan
tekanan spekulatif di pasar uang dan bursa saham di beberapa
negara anggota Asean, seperti Indonesia dan Malaysia, dilakukan
dengan melakukan intervensi langsung di pasar valas, menaikan
suku bunga dan menerapkan beberapa pembatasan aliran uang
serta kontrol devisa2. Namun intervensi di pasar valas telah
menyebabkan cadangan devisa negara habis karena ekspor yang
sedang melemah tidak dapat dijadikan andalan sebagai sumber
pemasukan devisa. Melemahnya nilai tukar domestik telah
memberikan dampak serius pada kegiatan ekonomi riil, khususnya
usaha yang tergantung pada bahan baku impor dan pembiayaan
non-rupiah. Sedangkan tindakan pemerintah untuk menaikkan
tingkat suku bunga guna menopang nilai mata uang menyebabkan
1 Soedradjad Djiwandono. 11 Agustus 1998. The Rupiah – One Year After The Float. Pointers for an address to be delivered at a luncheon organized by The Indonesian Australian Business Council.2 Bank Negara Malaysia. Juni 1998. Krisis Asia Timur – Penyebab, Kebijakan Penanggulangan, Pelajaran dan Wawasan., Kertas Kerja Pertemuan G-15.
3
BAB I PENDAHULUAN
tekanan terhadap perekonomian khususnya di sektor riil dan akan
dapat semakin menjatuhkan harga saham di bursa.
Akhirnya pihak yang berwenang pada masing-masing negara
anggota Asean berupaya mencari jalan lain untuk bisa mengatasi
krisis finansial yang terjadi. Reformasi dan restrukturisasi ekonomi
dan sektor perbankan menjadi pilihan untuk mengatasi kelemahan di
kedua sektor ini. Di Indonesia, Thailand, dan Malaysia tindakan ini
diwujudkan dalam penutupan bank-bank dan lembaga keuangan
yang insolven, sedangkan lembaga keuangan yang masih bisa
bertahan diperbaiki melalui rekapitalisasi dan merger. Di Indonesia
untuk mengamankan cadangan devisa yang terus berkurang maka
terjadi perubahan sistem nilai tukar dengan menghapus rentang
intervensi dan menganut sistem tukar mengambang bebas (flexible
exchange rate).
Upaya pemerintah di tiap negara Asia yang terkena krisis
moneter lebih difokuskan pada empat bidang utama dimana dua
diantaranya yaitu, bidang moneter, dengan melakukan kebijakan
moneter ketat untuk mengurangi penurunan atau depresiasi nilai
mata uang domestik yang berlebihan, serta bidang perbankan yang
ditempuh dengan kebijakan perbaikan kelemahan sistem perbankan
4
BAB I PENDAHULUAN
untuk memperbaiki dampak krisis dan menghindari krisis di masa
yang akan datang3.
Krisis di Asia memperlihatkan fluktuasi pada nilai tukar
domestik, suku bunga dan harga saham di tiap negara anggota
Asean. Devaluasi Bath Thailand pada pertengahan tahun 1997 telah
diikuti oleh beberapa negara anggota Asean lain. Fluktuasi ini terus
terjadi saat upaya perbaikan krisis dilakukan. Hal ini tidak hanya
terjadi sebagai dampak dari faktor fundamental ekonomi tapi juga
didukung oleh aksi spekulan valas.
Tabel 1.1 memperlihatkan perubahan nilai tukar di lima negara
Asean periode 1996 – 2003. Gambar 1.1 memperlihatkan
pergerakan pada indeks harga saham di lima negara Asean periode
1995 – Januari 2004. Sedangkan tabel 1.2 memperlihatkan
perubahan tingkat suku bunga deposito 3 bulanan dalam rata-rata
tiap tahun 5 negara Asean periode 1996 – 2003.
Tabel 1.1
Nilai Tukar Nominal Domestik Terhadap Dollar (USD)
di Lima Negara Anggota Asean
Periode 1996 – 2003
3 Sabirin, Syahril. 2000. Upaya Pemulihan Ekonomi Melalui Strategi Kebijakan Moneter-Perbankan dan Independensi Bank Indonesia. Publikasi Bank Indonesia.
5
BAB I PENDAHULUAN
Tahun
Indonesia
Malaysia
Filipina
Singapura
Thailand
1996 2,342 2.52 26.22 1.41 25.32
1997 2,909 2.81 29.47 1.48 31.32
1998 10,014 3.92 40.89 1.67 41.31
1999 7,855 3.80 39.09 1.69 37.79
2000 8,422 3.80 44.19 1.72 40.11
2001 10,250 3.80 50.99 1.79 44.43
2002 9,318 3.80 51.77 1.79 42.96
2003 8,575 3.80 54.20 1.74 41.51
Sumber: ASEAN Finance and Macroeconomic Surveillance Unit
Grafik 1.1
Indeks Harga Saham Gabungan di Lima Negara Asean
Periode 1995 – Januari 2004
Sumber : Statistik Pasar Modal – Biro PIR Bapepam
Keterangan :
Indonesia : IHSG
Singapura : STI
Malaysia : KLSE
Thailand :SETI
Filipina : PSE
6
Tabel 1.2
Tingkat Suku Bunga Rata-Rata Deposito 3 Bulanan
di Lima Negara Asean Periode 1996 – 2003
Sumber: ASEAN Finance and Macroeconomic Surveillance Unit
Setelah mengamati kondisi perekonomian di kawasan negara
anggota Asean sebelum, selama dan setelah krisis, maka fluktuasi
nilai tukar domestik, suku bunga dan harga saham merupakan
salah satu hal yang menarik untuk dicermati. Krisis moneter di
kawasan Asia diperlihatkan oleh fluktuasi yang tinggi pada ketiga
indikator moneter tersebut. Maka timbul pertanyaan apakah
pergerakan pada salah satu variabel diatas memiliki pengaruh pada
masing-masing variabel lainnya.
Terdapat banyak argumen berkaitan dengan pandangan diatas.
Bahkan Granger (2000) menyatakan, hubungan antara variabel bisa
Negara199
6199
7199
9200
0200
1200
2200
3
Indonesia17.0
323.9
212.9
513.2
417.2
413.6
37.14
Malaysia 7.21 9.06 3.33 3.47 3.21 3.20 3.00
Filipina 9.7312.5
07.18
12.09
8.83 3.80 5.34
Singapura
3.41 4.10 1.68 1.70 1.10 0.78 0.42
Thailand 9.75 11.5 3.75 3.00 2.25 1.75 1.00
dua arah4. Misalnya Granger menyatakan, fluktuasi pada nilai tukar
akan dapat mengarah pada pergerakan harga saham, hal ini
disebut juga pendekatan tradisional (traditional approach).
Sebaliknya pergerakan bursa saham dapat menyebabkan aliran
modal yang berakhir pada fluktuasi nilai tukar. Ini dikenal dengan
pendekatan portfolio (portfolio approach).
Disamping itu variabel suku bunga juga ikut mempengaruhi
fluktuasi harga saham dan nilai tukar. Suku bunga deposito menjadi
salah satu tolak ukur masyarakat dalam menanamkan modalnya.
Pemilik modal akan mengalokasikan kekayaannya pada aset
berdasarkan tingkat return dan resiko yang ada pada suatu aset.
Suku bunga deposito menjadi hal yang penting dalam pertumbuhan
dan perkembangan perekonomian khususnya sektor riil serta aliran
modal di suatu negara.
Maka berdasarkan uraian di atas dan perkembangan
perekonomian di lima negara anggota Asean dari sejak awal krisis
hingga saat ini, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul : “PENGUJIAN KAUSALITAS GRANGER ANTARA NILAI
4 Hooi-Hooi et all. 2003. Bivariate Causality Between Exchange Rate and Stock Price On Major Asian Countries. Departement Of Economics National University Of Singapore.
TUKAR, SUKU BUNGA DEPOSITO DAN HARGA SAHAM DI LIMA
NEGARA ASEAN SEBELUM DAN SESUDAH KRISIS MONETER
PERIODE 1995.1 – 2004.6“
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan deskripsi yang dituangkan di atas, maka
pembahasan skripsi ini akan dibatasi pada beberapa pokok
permasalahan sebagai berikut:
1 Bagaimanakah pengaruh nilai tukar domestik terhadap
Dollar (USD) pada indeks harga saham dan suku bunga
deposito sebelum dan sesudah krisis di lima negara
anggota Asean ?
2 Bagaimanakah pengaruh indeks harga saham pada nilai
tukar domestik terhadap Dollar (USD) dan suku bunga
deposito sebelum dan sesudah krisis di lima negara
anggota Asean ?
3 Bagaimanakah pengaruh suku bunga deposito pada nilai
tukar domestik terhadap Dollar (USD) dan indeks harga
saham sebelum dan sesudah krisis di lima negara anggota
Asean ?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh nilai tukar domestik terhadap
Dollar (USD) pada indeks harga saham dan suku bunga
deposito sebelum dan setelah krisis di lima negara
anggota Asean periode 1995.1 – 2004.6
2. Untuk mengetahui pengaruh indeks harga saham pada
nilai tukar domestik terhadap Dollar (USD) dan suku bunga
deposito sebelum dan sesudah krisis di lima negara
anggota Asean periode 1995.1 – 2004.6.
3. Untuk mengetahui pengaruh suku bunga deposito pada
nilai tukar domestik terhadap Dollar (USD) dan indeks
harga saham sebelum dan sesudah krisis di lima negara
anggota Asean periode 1995.1 – 2004.6.
1.4 Manfaat Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi
dua aspek yaitu aspek praktis dan aspek akademis.
1. Kegunaan praktis, penelitian ini dapat menghasilkan implikasi
yang lebih bernilai untuk para pembuat kebijakan dalam
memecahkan permasalahan perekonomian Indonesia dalam
bidang makroekonomi berkaitan dengan fluktuasi nilai tukar,
suku bunga deposito dan harga saham
2. Kegunaan akademis, sebagai referensi bagi penelitian yang
lebih lanjut dan mendalam serta dapat memacu motivasi
kepada peneliti lainnya untuk melakukan penelitian sejenis
dengan menggunakan metode yang lain.
1.5 Kerangka Pemikiran
1.5.1 Nilai Tukar
Nilai tukar adalah sejumlah mata uang asing yang bisa
didapatkan dengan satu unit mata uang domestik. Dengan kata
lain, nilai tukar menjelaskan daya beli mata uang domestik atas
mata uang negara lain. Ketika terjadi kenaikan nilai mata uang
domestik relatif terhadap mata uang negara lain maka dikatakan
mata uang domestik mengalami apresiasi, mata uang domestik kini
dapat ‘membeli’ lebih banyak mata uang lain.
Sebaliknya, ketika mata uang domestik mengalami penurunan
nilai relatif terhadap mata uang negara lain maka mata uang
domestik dikatakan mengalami depresiasi, mata uang domestik kini
hanya mampu ‘membeli’ lebih sedikit mata uang negara lain.
Berdasarkan definisi diatas maka nilai tukar mengacu pada
harga relatif, sehingga nilai tukar seharusnya ditentukan oleh
kekuatan permintaan dan penawaran relatif. Karena harga relatif
melibatkan dua mata uang, maka nilai tukar seharusnya
berhubungan dengan permintaan dan penawaran dari kedua jenis
mata uang tersebut.
1.5.2 Indeks Harga Saham
Indeks harga saham mengukur kinerja keseluruhan dari saham
yang masuk dalam indeks. Suatu indeks dapat digunakan dalam
mengevaluasi bagaimana kinerja suatu saham atau reksa dana
relatif terhadap saham lain yang ada dalam indeks.Total dari saham
yang ada dalam indeks adalah seluruh saham yang
diperdagangkan, atau kelompok saham tertentu berdasarkan
nilainya maupun jenis perusahaannya.
Penghitungan indeks di bursa adalah indeks yang
menggunakan rata-rata tertimbang dari nilai pasar (market value
weighted average index). Rumus dasar penghitungan adalah5:
……………………………………………. (1.1)
Nilai pasar adalah kumulatif jumlah saham hari ini dikali harga
pasar hari ini (kapitalisasi pasar), atau ditulis dengan formula:
….. …………………………………………….. (1.2)
Dimana: c = Closing price (harga yang terjadi) untuk emiten ke-i. n = Jumlah saham yang digunakan untuk penghitungan indeks (jumlah
saham yang tercatat) untuk emiten ke-i N = Jumlah emiten yang tercatat di bursa saham.
1.5.3 Suku Bunga
Suku bunga merupakan pengembalian (return) dari
peminjaman saat ini dan biaya dari peminjaman saat ini. Atau suku
bunga juga dapat diartikan sebagai pengembalian (return) dari
pengeluaran di masa depan dan biaya dari pembayaran di masa
5 PT Bursa Efek Jakarta. 2001. Panduan Pemodal Seri I : Investasi di Pasar Modal.
depan. Lebih lanjut, tingkat suku bunga merepresentasikan time
value of money dimana seseorang dapat menukarkan nilai beli
(purchasing power) saat ini dengan nilai beli masa depan.
Perubahan pada tingkat suku bunga dipengaruhi oleh perubahan
pada permintaan dan/atau penawaran atas dana. Dimana
permintaan dari dana dipengaruhi oleh pendapatan dan
produktifitas dari suatu investasi. Penawaran atas dana dipengaruhi
oleh kelebihan dana pengeluaran (surplus spending unit) dari pihak
rumah tangga, perusahaan, dan asing serta kebijakan pemerintah
dalam ketersediaan cadangan pada lembaga keuangan. Hal-hal
yang mempengaruhi permintaan dan penawaran atas dana juga
mempengaruhi pergerakan dari tingkat suku bunga.
Pelaku ekonomi yang berniat untuk melakukan transaksi pinjam
meminjam akan sangat memperhatikan tingkat suku bunga
nominal dan inflasi. Tingkat suku bunga nominal adalah tingkat
bunga riil ditambah ekspektasi atas inflasi :
................................................................................
( 1.3)
Maka tingkat suku bunga nominal akan selalu dipengaruhi oleh
pergerakan inflasi. Sementara tingkat suku bunga riil adalah tingkat
bunga yang sudah disesuaikan dengan perubahan nilai beli atas
uang (inflasi)
1.5.4 Teori Portfolio
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang untuk
membeli suatu aset, yakni6 :
1 Kekayaan (Wealth), jika kekayaan seseorang semakin
meningkat maka ia memiliki kemampuan yang lebih tinggi
untuk membeli aset.
2 Harapan Hasil (Expected Return), yakni harapan atas hasil
yang didapatkan dari kepemilikan suatu aset. Pada saat
seseorang menyimpan asetnya dalam mata uang domestik
atau mata uang asing baik berupa giro, tabungan, deposito
atau saham maka ia akan mempertimbangkan ekspektasi
keuntungan yang bisa didapat dari mata uang domestik
atau mata uang asing baik berupa giro, tabungan,
deposito atau saham. Apabila ekspektasi terhadap
6 Mishkin, Frederic. 2001. The Economics of Money Banking and Financial Market. Sixth Edition. Harper Collins.
melemahnya mata uang domestik semakin tinggi maka
permintaan terhadap mata uang asing semakin meningkat.
3 Resiko (Risk), yaitu tingkat ketidakpastian yang
dihubungkan dengan suatu aset relatif terhadap aset-aset
lainnya.Biasanya aset yang memiliki tingkat resiko tinggi
memiliki return yang cukup besar. Seorang risk averse
akan cenderung menghindari kepemilikan aset yang
beresiko tinggi, sebaliknya seorang risk preferer akan
cenderung memilih aset yang beresiko tinggi dengan
return yang tinggi sebagai kompensasinya.
4 Likuiditas (Liquidity), yaitu seberapa cepat dan mudah
suatu aset diubah dalam bentuk uang tunai (cash). Suatu
aset akan semakin likuid jika memiliki banyak pembeli dan
penjual serta biaya transaksi yang rendah.
1.5.5 Interest Parity Condition
Salah satu hal yang mendasari fluktuasi mata uang adalah teori
kesamaan tingkat bunga (interest parity theory). Teori paritas suku
bunga mencerminkan terjadinya keseimbangan di pasar valuta
asing. Pasar valas berada dalam keseimbangan jika deposito dari
semua mata uang memberikan harapan hasil yang sama.
Kondisi paritas suku bunga terbagi menjadi covered dan
uncovered. Perbedaan keduanya terletak pada risiko perubahan
nilai tukar yang dihadapi. Pada kasus uncovered paritas suku
bunga, nilai tukar yang dipakai adalah nilai tukar yang
diekspektasikan, sedangkan untuk covered paritas suku bunga,
yang dipakai adalah nilai tukar forward, yaitu nilai tukar yang
disepakati untuk waktu yang akan datang. Nilai tukar forward bisa
berbeda dari nilai yang diekspektasikan. Formulasi uncovered
paritas suku bunga :
i = i* + (EeRp/$ - ERp/$) / ERp/$ ……….....................….....……………………………………( 1.4)
Dari uraian diatas maka, arus dana dari suatu negara ke negara
lain dipengaruhi oleh tingkat bunga yang berlaku. Adanya
perbedaan tarif bunga antar negara pada dasarnya memberi
kesempatan untuk mengalirkan dana dari suatu mata uang tertentu
ke mata uang yang lain. Oleh sebab itu, pergerakan arus dana
antar dua mata uang dalam rangka mengambil manfaat dari
adanya perbedaan tingkat bunga ditentukan oleh perbedaan kurs
forward dan spot. Dalam pasar yang efisien tanpa adanya biaya
transaksi, perbedaan tingkat bunga akan kurang lebih sama dengan
perbedaan kurs spot dan forward.
1.5.6 Model Mundel Fleming7
Model mundel Fleming merupakan model analisis permintaan
agregat dengan asumsi perekonomian terbuka kecil dengan
mobilitas sempurna. Maka tingkat suku bunga domestik, r, harus
sama dengan tingkat suku bunga dunia r*. Secara matematis :
r = r* …………………………….........................…………. (1.5)
Persamaan diatas menunjukan asumsi bahwa aliran modal
internasional cukup memadai untuk mempertahankan tingkat
bunga domestik sama dengan tingkat bunga dunia. Namun
demikian, karena beberapa alasan tingkat suku bunga di berbagai
negara di dunia berbeda. Ada dua hal yang dapat menyebabkan
perbedaan tersebut, yaitu resiko negara dan perubahan yang
diharapkan dalam kurs. Maka tingkat suku bunga dalam
perekonomian terbuka kecil ditentukan oleh tingkat bunga dunia
r* ditambah premi resiko (θ):
7 Mankiw, Grgory. 2000. Teori Makroekonomi. Edisi empat. Erlangga. Jakarta
r = r* + θ …………..…………………......…...................………
(1.6)
Implikasinya adalah, ekpektasi bahwa mata uang akan
kehilangan nilainya dimasa depan menyebabkan mata uang
tersebut kehilangan nilainya pada saat ini. Dalam jangka pendek,
biasanya resiko dalam suatu negara akan menyebabkan mata uang
mengalami depresiasi.
1.6 Metode Penelitian
1.6.1 Ruang Lingkup Penelitian
Analisis penelitian dibatasi pada pengaruh antar variabel.
Variabel-variabel yang diteliti adalah variabel nilai tukar riil
domestik terhadap Dollar (USD), indeks harga saham, dan suku
bunga deposito riil. Penelitian ini dilakukan pada 5 (lima) negara
anggota Asean yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, dan
Thailand. Adapun data yang digunakan adalah data bulanan dengan
periode penelitian 1995.1 – 2004.6.
1.6.2 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dipergunakan adalah data
sekunder yang bersumber dari :
International Financial Statistics dari IMF
Indikator makroekonomi dari ASEAN
Bursa Efek Jakarta
Berbagai sumber lainnya yang relevan seperti jurnal,
internet, buletin, buku, artikel, surat kabar, majalah dan
hasil-hasil penelitian yang berhubungan dengan
penelitian yang dilakukan.
1.6.3 Metode Analisis
Penelitian pada skripsi ini menggunakan metode analisis
deskriptif-kuantitatif. Metode analisis deskriptif dilakukan dengan
menggunakan analisis tabel dan grafik, berdasarkan data sekunder
yang diperoleh, sementara metode analisis kuantitatif dilakukan
dengan membuat persamaan regresi model ekonometrika dengan
metode time serries untuk menggambarkan ada atau tidaknya
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
Program yang digunakan dalam pengolahan data adalah Excel dan
Eviews 4.1.
Metode pengujian dalam penelitian ini adalah pengujian
kausalitas Granger. Sebelumnya sangat dianjurkan melakukan
pengujian-pengujian awal pada data dengan harapan hasil
pengujian kausalitas Granger akan lebih dapat dipercayai.
Pengujian-pengujian awal yang dianjurkan untuk dilakukan adalah
pengujian stasioneritas, pengujian kointegrasi, dan pendeteksian
adanya gangguan autokorelasi.
1.6.3.1 Tes Stasioneritas
Pengujian stasioneritas data yang akan dianalisis, dilakukan
dengan menggunakan pengujian uji akar (unit root test). Uji
stasioneritas penting untuk dilakukan karena jika data time serries
yang diteliti tidak bersifat stasioner, maka regresi yang berkaitan
dengan data time serries biasanya mengandung R yang relatif
tinggi dan DW yang rendah. Dengan kata lain, kita menghadapi
masalah spurious regression8. Prosedur pengujian yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
Misalnya model time series memiliki bentuk seperti berikut:
8 Gujarati, Damodar. 2003. Basic Econometrics. Fourth Edition. Mcgraw Hill.pp 806-807
1. (tanpa
intercept) .......................(1.7)
2. (dengan
intercept) .....................(1.8)
3. (intercept dan trend waktu)...
(1.9)
Dengan menggunakan tabel yang sesuai dengan salah satu
model time series diatas maka hipotesa yang akan diuji :
Ho : 0 , model tersebut tidak stasioner
H : , model tersebut stasioner
Null hypothesis yang menyatakan tidak adanya sifat stasioner
dalam model akan ditolak, apabila nilai t-statistik yang diperoleh
berkaitan dengan koefisien regresi model ini lebih kecil dari nilai t-
tabel pada tingkat signifikan tertentu.
1.6.3.2 Tes Kointegrasi
Teori kointegrasi telah dikembangkan oleh Engel dan Granger.
Tes ini penting untuk menghindari masalah spurious regresion. Jika
suatu variabel tidak stasioner, variabel tersebut masih dapat
diregres dengan catatan terkointegrasi. Adapun pengujian
kointegrasi menyangkut elemen residual dari suatu model regresi
sehingga variabel-variabel dalam suatu model dinyatakan punya
hubungan jangka panjang. Misalnya dalam model regresi berikut :
………………………….......…………....
(1.10)
Melalui pengujian Dicky-Fuller akan ditemukan bahwa ER
dan SP yang merupakan variabel random walk, bersifat non
stasionary. Dengan ini, model diatas yang disebut model regresi
kointegrasi ditaksir dengan prosedur regresi biasa kemudian diuji
apakah elemen residualnya yaitu bersifat stasioner:
...........................................................................
(1.11)
ER dan SP saling berkointegrasi (cointegrated) apabila elemen
residual dari model regresi kointegrasi bersifat stasioner.
1.6.3.3 Tes Autokorelasi
Tes yang digunakan untuk menguji ada atau tidaknya
autokorelasi pada penelitian ini adalah Breusch-Godfrey (BG) test
atau sering juga disebut Lagrange Multiplier (LM) test. Tes ini
merupakan salah satu tes autokorelasi yang bisa dilakukan pada
regresi dimana terdapat lag dari dependen variabel sebagai
variabel independen dan lebih direkomendasikan untuk jumlah
observasi yang cukup besar9. Disamping itu LM test dapat
dilakukan pada derajat aurokorelasi lebih dari nol. Misalnya AR (1),
AR(2) dan seterusnya.
Misalnya dari persamaan 1.10 diasumsikan bahwa residualnya
mengikuti autokorelasi derajat 2 atau AR(2) :
.......................................................... (1.12)
Maka residual dari persamaan (1.10) diregres terhadap semua
variabel independen lainnya serta nilai lag dari residual pada
persamaan (1.12) sebagai regresor tambahan dalam model :
................................ (1.13)
Null hypothesis pada LM test diatas adalah Ho = atau
tidak terdapat autokorelasi pada derajat 2. Penentuan ditolak atau
tidaknya Null hypothesis mengikuti tabel chi square dengan
sebagai derajat kebebasannya. Jika nilai yang didapat dari
9 Gujarati, Damodar.2003. Basic Econometrics. Fourth Edition. Mcgraw Hill.p 681.
persamaan (1.13) lebih besar dari nilai chi square maka null
hypothesis ditolak, dengan kata lain terdapat masalah autokorelasi.
1.6.3.4 Tes Kausalitas Granger
Tes kausalitas Granger digunakan untuk mengetahui hubungan
antara dua variabel yang secara teori memiliki hubungan. Prinsip
dasar dari pengujian Granger pada penelitian ini adalah untuk
membantu menjelaskan hubungan antara SP (harga saham – Stock
Price), ER (nilai tukar – Exchange Rate), DR (suku bunga deposito-
Deposit Interest Rate).
Jika dalam suatu penelitian diketahui tiga variabel SP, ER, dan
DR maka akan ditentukan apakah :
Antara variabel SP dan ER
(1) variabel SP ditentukan oleh variabel ER,
(2) variabel ER ditentukan oleh variabel SP,
(3) terdapat hubungan dua arah antara variabel SP dan ER,
atau
(4) kedua variabel tersebut saling independen.
Antara variabel SP dan DR
(1) variabel SP ditentukan oleh variabel DR,
(2) variabel DR ditentukan oleh variabel SP,
(3) terdapat hubungan dua arah antara variabel SP dan DR,
atau
(4) kedua variabel tersebut saling independen
Antara variabel ER dan DR
(1) variabel ER ditentukan oleh variabel DR,
(2) variabel DR ditentukan oleh variabel ER,
(3) terdapat hubungan dua arah antara variabel ER dan DR,
atau
(4) kedua variabel tersebut saling independen
Dalam penggunaan metode Granger, dibentuk dua model
regresi atas dua perangkat data time series, yaitu :
Pengujian kausalitas Granger antara SP dan ER
Apakah ER mempengaruhi SP :
SP = + …………………………
( 1.14)
Apakah SP mempengaruhi ER :
……………………..….…... (1.15)
Pengujian kausalitas Granger antara SP dan DR
Apakah DR mempengaruhi SP :
SP = + ……………..…………
( 1.16)
Apakah SP mempengaruhi DR :
……………..…...………… (1.17)
Pengujian kausalitas Granger antara ER dan DR
Apakah DR mempengaruhi ER :
………………………….. (1.18)
Apakah ER mempengaruhi DR :
…………………………... (1.19)
Dimana :
SP : Indeks harga saham (Stock Price) negara z
ER : Nilai tukar nominal (Exchange Rate) negara z
DR : Suku bunga deposito riil (Deposit Interest Rate)negara z
SP : Indeks harga saham negara z periode sebelumnya
ER : Nilai tukar nominal negara z periode sebelumnya
DR : Suku bunga deposito riil negara z periode sebelumnya
u dan v : error terms ; m = n = r = s dan tidak saling
berkorelasi
z : 1,2,3,4,5 (lima negara anggota Asean, 1 = Indonesia, 2 =
Malaysia,
3 =Singapura, 4 =Filipina, 5 = Thailand)
Dalam melakukan pengujian adanya hubungan kausalitas
antara kedua variabel tersebut dikenal dua macam metode yaitu :
1. Melihat koefisien-koefisian regresi secara keseluruhan model
regresi linier dan menguji t yang didapat. Misalnya pada
persaman (1.14) dan (1.15) terbagi atas kondisi :
a) Kausalitas satu arah dari SP ke ER
terjadi jika dan
b) Tidak ada hubungan antara ER ke SP
terjadi jika dan
c) Kausalitas satu arah dari ER ke SP
terjadi jika dan
d) Kausalitas dua arah antara ER dan SP
terjadi jika dan
Langkah pengujian :
Persamaan model Granger diregresi sehingga memperoleh nilai t
dari variabel independennya. t yang diperoleh dibandingkan
dengan nilai t .
Ho = Variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependen
H = Variabel independen mempengaruhi variabel dependen
Kondisi Ho ditolak jika t > t .
2. Menggunakan dua model regresi yaitu regresi tanpa
pembatasan (unrestriction regresion) dan regresi dengan
pembatasan (resticted regresion).
Model persamaaan tanpa pembatasan
……………………. (1.20)
Model dengan pembatasan
………………………….....……… (1.21)
Langkah pengujian :
Regresikan masing-masing model sehingga mendapatkan 2
macam nilai residual sum of square (RSS) yaitu RSS dan RSS .
Dalam pengujian Granger dengan menggunakan pembatasan kita
perlu mengacu pada definisi kausalitas Granger. Menurut Granger
apabila terdapat dua variabel yaitu Xt dan Yt maka variabel Xt
dikatakan mempengaruhi Yt jika nilai Yt dapat diduga lebih baik
apabila seluruh informasi pada periode yang lalu (t-i) di dalam
semesta digunakan untuk memprediksi Yt, daripada nilai X
dikeluarkan dari semesta.
Berdasarkan definisi tersebut maka untuk menyatakan SP
mempengaruhi ER, varian dari model regresi tanpa pembatasan
haruslah lebih kecil dari varian dari model regresi dengan
pembatasan. Hal ini diperlukan pada uji F untuk mengetahui apakah
nilai dari model regresi dengan pembatasan dinyatakan dengan
nilai yang signifikan.
Menghitung F uji :
(RSS - RSS ) /m
RSS / n-k ......................................................... (1.22) Dimana :
m = jumlah lag yang digunakan dalam model
n = jumlah observasi
k = jumlah parameter dalam regesi unrestricted.
Dengan uji F kemudian melakukan pengujian apakah secara
keseluruhan nilai-nilai yaitu parameter-parameter yang berkaitan
dengan SP secara signifikan tidak sama dengan nol.
Hasil pengujian :
Ho : , maka SP tidak mempengaruhi ER
H = , maka SP mempengaruhi ER
Ho diterima jika F < F . Berarti SP tidak mempengaruhi
ER dan sebaliknya prosedur pengujian yang sama dapat dilakukan
F =
untuk menguji hipotesis nol yang lain yaitu ER tidak mempengaruhi
SP. Hal ini juga berlaku untuk persamaan lain pada penelitian ini.
Dalam pengujian kausalitas Granger ini sangat dianjurkan
melakukan pengujian-pengujian awal pada data dengan harapan
hasil pengujian kausalitas Granger akan lebih dapat dipercayai.
Pengujian-pengujian awal yang dianjurkan untuk dilakukan adalah
pengujian stasioneritas, pengujian kointegrasi, dan pendeteksian
adanya gangguan autokorelasi.
Untuk lebih jelasnya bagan alur proses penelitian ini dapat
dilihat pada lampiran 13.
1.6.4 Spesifikasi Data
Seperti telah dijelaskan di atas bahwa data-data yang menjadi
objek penelitian adalah sebagai berikut :
Nilai tukar terhadap Dollar (USD)
Nilai tukar yang digunakan adalah nilai tukar riil domestik
terhadap Dollar US yang berasal dari lima negara anggota Asean;
Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand dan Filipina untuk periode
1995.1 – 2004.6. Nilai ini didapat dengan mengalikan nilai tukar
nominal dengan rasio antara tingkat harga agregat luar negeri
terhadap tingkat harga agregat dalam negeri. Tingkat harga
agregat diproksi dengan indeks harga konsumen atau consumer
price index (CPI). Baik data nilai tukar nominal dan CPI didapat dari
International Financial Statistics dari IMF dengan tahun 2000
sebagai tahun dasar.
Suku Bunga Deposito riil
Tingkat suku bunga deposito yang digunakan adalah tingkat
suku bunga deposito riil dari 5 negara anggota Asean ; Indonesia,
Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina untuk periode 1995.1 –
2004.6. Nilai ini didapat dengan mengurangi tingkat suku bunga
nominal deposito dengan tingkat inflasi yang terjadi pada masing-
masing negara anggota Asean yang diteliti. Inflasi diproksi dengan
CPI. Baik suku bunga nominal dan CPI didapat dari data sekunder
International Financial Statistics dari IMF dengan tahun 2000
sebagai tahun dasar. Di Indonesia, Singapura, dan Filipina tingkat
suku bunga deposito yang digunakan adalah suku bunga deposito
rata-rata mengambang tiga bulanan, di Malaysia menggunakan
tingkat suku bunga deposito rata-rata tiga bulanan yang telah
ditetapkan. Sedangkan di Thailand menggunakan tingkat suku
bunga deposito rata-rata perbankan domestik. Perbedaan tingkat
suku bunga deposito yang digunakan disebabkan keterbatasan data
yang tersedia. Tingkat suku bunga lainnya tidak lengkap dimiliki
oleh masing-masing negara.
1.6.4.3 Indeks harga saham
Indeks harga saham yang digunakan adalah nilai indeks rata-
rata tiap bulan yang diambil dari data harian dan berasal dari JSX
untuk indonesia, KLSE untuk Malaysia, SGX untuk Singapura, PSE
untuk Filipina, dan SET untuk Thailand pada periode 1995.1 – 2004.