pengujian galur-galur dihaploid padi gogo · genotipe padi gogo yang unggul. galur tersebut dapat...

40
PENGUJIAN GALUR-GALUR DIHAPLOID PADI GOGO SUHAIMI BIN SATTU DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Upload: nguyentu

Post on 27-Mar-2019

238 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGUJIAN GALUR-GALUR DIHAPLOID PADI GOGO · genotipe padi gogo yang unggul. Galur tersebut dapat diperoleh dari kultur antera. ... Budidaya Padi Gogo 2 Teknik Pemuliaan Konvensional

PENGUJIAN GALUR-GALUR DIHAPLOID PADI GOGO

SUHAIMI BIN SATTU

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 2: PENGUJIAN GALUR-GALUR DIHAPLOID PADI GOGO · genotipe padi gogo yang unggul. Galur tersebut dapat diperoleh dari kultur antera. ... Budidaya Padi Gogo 2 Teknik Pemuliaan Konvensional
Page 3: PENGUJIAN GALUR-GALUR DIHAPLOID PADI GOGO · genotipe padi gogo yang unggul. Galur tersebut dapat diperoleh dari kultur antera. ... Budidaya Padi Gogo 2 Teknik Pemuliaan Konvensional
Page 4: PENGUJIAN GALUR-GALUR DIHAPLOID PADI GOGO · genotipe padi gogo yang unggul. Galur tersebut dapat diperoleh dari kultur antera. ... Budidaya Padi Gogo 2 Teknik Pemuliaan Konvensional

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengujian Galur-Galur

Dihaploid Padi Gogo adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi

mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2013

Suhaimi Bin Sattu

NIM A24088005

Page 5: PENGUJIAN GALUR-GALUR DIHAPLOID PADI GOGO · genotipe padi gogo yang unggul. Galur tersebut dapat diperoleh dari kultur antera. ... Budidaya Padi Gogo 2 Teknik Pemuliaan Konvensional
Page 6: PENGUJIAN GALUR-GALUR DIHAPLOID PADI GOGO · genotipe padi gogo yang unggul. Galur tersebut dapat diperoleh dari kultur antera. ... Budidaya Padi Gogo 2 Teknik Pemuliaan Konvensional
Page 7: PENGUJIAN GALUR-GALUR DIHAPLOID PADI GOGO · genotipe padi gogo yang unggul. Galur tersebut dapat diperoleh dari kultur antera. ... Budidaya Padi Gogo 2 Teknik Pemuliaan Konvensional

ABSTRAK

SUHAIMI BIN SATTU. Pengujian Galur-Galur Dihaploid Padi Gogo. Dibimbing

oleh HENI PURNAMAWATI dan BAMBANG S PURWOKO.

Kebutuhan beras sebagai sumber makanan utama penduduk Indonesia terus

meningkat seiring dengan pertambahan penduduk tiap tahunnya. Salah satu

masukan teknologi untuk meningkatkan produktivitas ialah menggunakan

genotipe padi gogo yang unggul. Galur tersebut dapat diperoleh dari kultur antera.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji karakter agronomi dan hasil galur-galur

padi gogo dihaploid dari kultur antera dan membandingkan dengan varietas

pembanding yaitu Batutegi dan Inpago 4. Penelitian dilakukan di lahan percobaan

Babakan, University Farm, Institut Pertanian Bogor. Penelitian disusun dalam

Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan empat ulangan. Peubah

yang diamati adalah tinggi tanaman vegetatif, tinggi tanaman generatif, jumlah

anakan vegetatif, jumlah anakan produktif, umur berbunga, umur panen, panjang

malai, jumlah gabah bernas per malai, jumlah gabah hampa per malai, jumlah

gabah total, persentase gabah bernas per malai, persentase gabah hampa per malai,

bobot 1 000 butir gabah, dan hasil gabah per petak. Hasil penelitian menunjukkan

genotipe berpengaruh sangat nyata terhadap peubah yang diamati. Terdapat galur

yang produktivitasnya lebih tinggi dibanding varietas pembanding yaitu GM6,

GM7, dan GM8.

Kata kunci: dihaploid, kultur antera, uji daya hasil

ABSTRACT

SUHAIMI BIN SATTU. Yield Trial of Doubled Haploid Line of Upland Rice.

Under supervision of HENI PURNAMAWATI and BAMBANG S PURWOKO

Demand for rice as a main food source of Indonesia's population continues to

increase along with the population increase each year. An important input to

increase rice productivity is the use of superior genotype. The good lines may be

obtained through anther culture. This research was to study the agronomic traits

and yield of doubled haploid lines of upland rice obtained from anther culture and

compared to the check varieties Batutegi and Inpago 4. The study was conducted

in field trials Babakan, University Farm, Bogor Agricultural University. Research

was arranged in a randomized complete block design with four replications.

Variables measured were vegetative plant height, generative plant height, number

of vegetative tillers, number of productive tillers, flowering time, harvesting time,

panicle length, number of pithy grain per panicle, number of empty grains per

panicle, number of total grains, the percentage of pithy grain per panicle, the

percentage of empty grains per panicle, weight of 1 000 grains, and grain yield per

plot. The result showed that genotype gave very significant effect on the observed

variables. There were lines whose productivity was higher than the check

varieties: GM6, GM7, and GM8.

Key words: anther culture, doubled haploid, yield trial

Page 8: PENGUJIAN GALUR-GALUR DIHAPLOID PADI GOGO · genotipe padi gogo yang unggul. Galur tersebut dapat diperoleh dari kultur antera. ... Budidaya Padi Gogo 2 Teknik Pemuliaan Konvensional
Page 9: PENGUJIAN GALUR-GALUR DIHAPLOID PADI GOGO · genotipe padi gogo yang unggul. Galur tersebut dapat diperoleh dari kultur antera. ... Budidaya Padi Gogo 2 Teknik Pemuliaan Konvensional

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

SUHAIMI BIN SATTU

PENGUJIAN GALUR-GALUR DIHAPLOID PADI GOGO

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 10: PENGUJIAN GALUR-GALUR DIHAPLOID PADI GOGO · genotipe padi gogo yang unggul. Galur tersebut dapat diperoleh dari kultur antera. ... Budidaya Padi Gogo 2 Teknik Pemuliaan Konvensional
Page 11: PENGUJIAN GALUR-GALUR DIHAPLOID PADI GOGO · genotipe padi gogo yang unggul. Galur tersebut dapat diperoleh dari kultur antera. ... Budidaya Padi Gogo 2 Teknik Pemuliaan Konvensional

Judul Skripsi : Pengujian Galur-Galur Dihaploid Padi Gogo

Nama : Suhaimi bin Sattu

NIM : A24088005

Disetujui oleh

Dr Ir Heni Purnamawati, MSc. Agr. Prof Dr Ir Bambang S Purwoko, MSc

Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MSc Agr

Ketua Departemen

Tanggal Lulus

Page 12: PENGUJIAN GALUR-GALUR DIHAPLOID PADI GOGO · genotipe padi gogo yang unggul. Galur tersebut dapat diperoleh dari kultur antera. ... Budidaya Padi Gogo 2 Teknik Pemuliaan Konvensional

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan hidayah sehingga penelitian dan penulisan skripsi dengan judul

“Pengujian Galir-Galur Dihaploid Padi Gogo” dapat diselesaikan. Penulis

mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada seluruh pihak yang

membantu dalam pelaksanaan penelitian, terutama:

1. Mama, Bapa, Matua, Paklong, dan keluarga yang saya cintai dan yang telah

banyak memberi saya dukungan.

2. Ibu Dr Ir Heni Purnamawati, MSc. Agr dan Bapak Prof Dr Ir Bambang S

Purwoko, MSc selaku dosen pembimbing akademik dan dosen pembimbing

skripsi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan terhadap penulis

selama kegiatan perkuliahan, melaksanakan penelitian dan penulisan skripsi.

3. Staf pengajar dan staf komisi pendidikan Departemen Agronomi dan

Hortikultura, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

4. Pak Adang dan para petani yang telah banyak membantu di lapangan semasa

pelaksanaan penelitian.

5. Meyrinda, Ipan, Erik, Gayo, dan teman-teman Agronomi dan Hortikultura

angkatan 46 yang membantu dalam proses penelitian.

Semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat terhadap kemajuan

di bidang pertanian di Indonesia.

Bogor, Juli 2013

Suhaimi Bin Sattu

Page 13: PENGUJIAN GALUR-GALUR DIHAPLOID PADI GOGO · genotipe padi gogo yang unggul. Galur tersebut dapat diperoleh dari kultur antera. ... Budidaya Padi Gogo 2 Teknik Pemuliaan Konvensional

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN x

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 1

TINJAUAN PUSTAKA 2

Botani dan Morfologi Padi Gogo 2

Budidaya Padi Gogo 2

Teknik Pemuliaan Konvensional 4

Pemanfaatan Teknologi Kultur Antera 5

Pengujian Daya Hasil 6

BAHAN DAN METODE 7

Tempat dan waktu 7

Alat dan Bahan 7

Rancangan Percobaan 7

Analisis Data 7

Pelaksanaan Percobaan 8

Pengamatan 8

HASIL DAN PEMBAHASAN 10

Kondisi Umum Penelitian 10

Karakter Agronomi Galur Dihaploid Hasil Kultur Antera 11

Pembahasaan Umum 16

KESIMPULAN DAN SARAN 17

Kesimpulan 17

Saran 17

DAFTAR PUSTAKA 18

LAMPIRAN 21

RIWAYAT HIDUP 26

Page 14: PENGUJIAN GALUR-GALUR DIHAPLOID PADI GOGO · genotipe padi gogo yang unggul. Galur tersebut dapat diperoleh dari kultur antera. ... Budidaya Padi Gogo 2 Teknik Pemuliaan Konvensional

DAFTAR TABEL

1 Analisis ragam pengaruh genotipe pada karakter agronomi galur

dihaploid hasil kultur antera 11

2 Hasil rataan tinggi tanaman vegetatif, tinggi tanaman generatif,

jumlah anakan total dan jumlah anakan produktif 12

3 Hasil Rataan Umur Berbunga dan Umur Panen 13

4 Hasil rataan panjang malai, jumlah gabah total, jumlah gabah bernas, dan

jumlah gabah hampa 14

5 Hasil rataan persen gabah bernas, persen gabah hampa, bobot 1 000 butir,

dan produktivitas 15

DAFTAR GAMBAR

1 Gejala penyakit blas dan hawar daun bakteri yang terjadi di lapangan 16

DAFTAR LAMPIRAN

1 Deskripsi varietas Batutegi 22

2 Deskripsi varietas Inpago 4 23

3 Data iklim 24

4 Foto penelitian 25

Page 15: PENGUJIAN GALUR-GALUR DIHAPLOID PADI GOGO · genotipe padi gogo yang unggul. Galur tersebut dapat diperoleh dari kultur antera. ... Budidaya Padi Gogo 2 Teknik Pemuliaan Konvensional

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kebutuhan beras sebagai sumber makanan utama penduduk Indonesia terus

meningkat seiring dengan pertambahan penduduk tiap tahunnya. Menurut BPS

(2010) penduduk Indonesia diperkirakan mencapai 237.641 juta jiwa dengan laju

pertumbuhan penduduk sebesar 1.49% per tahun. Pada tahun 2010 tingkat

konsumsi beras di Indonesia rata-rata mencapai 139.51 kg/kapita/tahun. Produksi

padi di Indonesia mencapai rata-rata 69 juta ton dengan luas sebesar 13.45 juta

hektar (BPS 2011).

Menurut Irawan et al. (2001), dari tahun 1981 sampai tahun 1999 telah

terjadi alih fungsi lahan sawah seluas 1.6 juta hektar dimana sekitar 1 juta hektar

diantaranya terjadi di Pulau Jawa. Apabila diasumsikan, produktivitas lahan

sawah sebesar 6.0 ton/ha GKP maka kehilangan produksi akan mencapai 9.6 juta

ton GKP/tahun (Agus et al. 2004). Selain permasalahan tersebut, terjadinya

fenomena degradasi kesuburan lahan dan perubahan iklim akibat pemanasan

global menyebabkan produktivitas padi sawah irigasi cenderung melandai.

Berkaitan dengan prakiraan terjadinya penurunan produksi tersebut, maka

diperlukan usaha-usaha pengembangan lahan potensial lainnya termasuk di

dalamnya lahan kering khususnya lahan padi gogo.

Padi gogo adalah budidaya padi di lahan kering yang kebanyakan

menggunakan lahan marjinal. Terdapat beberapa masalah dalam pertanaman padi

gogo diantaranya adalah kekeringan, hama penyakit, dan kesuburan lahan. Selain

itu terdapat fase–fase kritis padi gogo, yaitu pada fase awal pertumbuhan,

primordial bunga hingga munculnya bunga, dan pengisian biji. Jika terjadi

kekeringan pada fase tersebut akan menurunkan hasil dan meningkatkan

persentase gabah hampa (Purwono dan Purnamawati 2008). Lahan kering

memiliki potensi ditanami padi gogo. Menurut Toha dan Hawkins (1990) di

Indonesia tingkat hasil padi gogo yang pernah dicapai adalah 6.8 ton/ha pada

pertanaman varietas Poso di Boyolali. Namun demikian kurang tersedianya

varietas unggul baru yang berpotensi tinggi dibanding varietas yang selama ini

ditanam petani menyebabkan padi gogo lahan kering relatif kurang berkembang.

Untuk menghasilkan varietas unggul diperlukan beberapa cara antaranya

adalah mendapatkan galur baru antara lain dengan pemuliaan kultur antera. Kultur

antera dilaporkan dapat menghasilkan tanaman dihaploid atau galur murni (Zapata

1985) dalam waktu singkat. Metode ini akan meningkatkan efisiensi pembentukan

tanaman ideal dan varietas padi lahan kering yang diinginkan. Dari penelitian

sebelumnya telah diperoleh galur dihaploid dan telah dilakukan evaluasi. Menurut

Safitri (2010), galur-galur dihaploid yang dihasilkan masih perlu dievaluasi lebih

lanjut, baik karakter agronomi maupun ketahanannya terhadap hama dan penyakit.

Pengujian galur-galur dihaploid padi gogo diperlukan untuk mendapatkan galur

padi gogo unggul yang berpotensi lebih tinggi.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji penampilan agronomi galur-galur

padi gogo dihaploid dan membandingkan dengan varietas pembanding.

Page 16: PENGUJIAN GALUR-GALUR DIHAPLOID PADI GOGO · genotipe padi gogo yang unggul. Galur tersebut dapat diperoleh dari kultur antera. ... Budidaya Padi Gogo 2 Teknik Pemuliaan Konvensional

TINJAUAN PUSTAKA

Botani dan Morfologi Padi Gogo

Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman pangan

terkemuka di dunia dan makanan pokok sebagian besar penduduk dunia. Tanaman

ini termasuk ke dalam keluarga Gramineae (rumput-rumputan), subfamili

Oryzidae, dan genus Oryza. Pada dasarnya tanaman padi terdiri atas dua fase

utama, yaitu fase vegetatif dan fase generatif (reproduksi). Pada fase vegetatif

terjadi pertumbuhan akar, batang, dan daun sedangkan fase generatif terdiri atas

pertumbuhan malai, gabah, dan bunga (Manurung dan Ismunadji 1988).

Sistem perakaran padi adalah sistem perakaran serabut yang terdiri atas akar

seminal dan akar adventif. Akar seminal muncul dari benih yang berkecambah,

kemudian diikuti dengan pertumbuhan akar adventif. Munculnya akar adventif

terjadi secara akropetal diantara batang utama dan anakan mengikut pola

perkembangan daun. Daun padi terdiri atas helai daun seperti pita dan pelepah

daun yang menyelubungi batang. Panjang dan warna daun berbeda tergantung

varietas padi yang ditanam. Menurut De Datta (1981) padi mempunyai batang

yang tegak, berbentuk silindris, dan berongga kecuali bagian buku pada batang.

Pertumbuhan batang primer bermula dari buku paling bawah yang kemudian

menghasilkan batang sekunder dan seterusnya.

Malai padi terdiri atas bunga-bunga padi dan timbul dari buku yang paling

atas. Bunga padi adalah bunga telanjang, berkelamin dua, dengan bakal buah di

bawah serta jumlah benang sari enam buah. Buah padi atau beras terdiri atas

endosperma yang erat terbalut oleh kulit ari, kulit luar terdiri atas kulit biji dan

dinding buah berpadu menjadi satu (Soemartono et al. 1984). Tanaman padi gogo

memiliki karakteristik yang berbeda dibanding dengan padi sawah. Menurut

Chang dan Vargara (1975), padi gogo memiliki tinggi tanaman yang melebihi

padi sawah, berbatang lebih tebal, akarnya lebih dalam, anakan lebih sedikit, daun

lebih panjang, dan lebih lebar serta lebih tebal.

Budidaya Padi Gogo

Budidaya padi gogo umumnya diusahakan dengan cara yang sederhana

dengan menanam varietas-varietas lokal yang sudah beradaptasi dengan keadaan

setempat. Padi gogo adalah padi yang dibudidayakan di lahan tegalan secara tetap

sehingga telah beradaptasi dengan kondisi lahan kering. Petani dapat menanam

secara monokultur atau tumpang sari dengan tanaman pangan lain seperti jagung

dan kacangan-kacangan (Harahap et al. 1995).

Padi gogo merupakan salah satu alternatif bagi petani untuk diusahakan di

lahan kering. Selain untuk memenuhi kebutuhan pangan di daerah setempat,

pengembangan usahatani padi gogo diharapkan dapat mendukung peningkatan

produksi padi nasional. Pada saat ini untuk perluasan areal tanam dan peningkatan

hasil padi gogo telah dilakukan dengan penyediaan teknologi yang meliputi:

penyediaan varietas unggul, teknik budidaya tanpa olah tanah (TOT), konservasi

lahan, sistem usahatani dan pengelolaan tanaman, serta sumberdaya secara

terpadu (Toha 2008).

Page 17: PENGUJIAN GALUR-GALUR DIHAPLOID PADI GOGO · genotipe padi gogo yang unggul. Galur tersebut dapat diperoleh dari kultur antera. ... Budidaya Padi Gogo 2 Teknik Pemuliaan Konvensional

3

Teknik budidaya tanpa olah tanah (TOT) dengan menggunakan herbisida

glifosat memberikan harapan besar untuk pengembangan tanah serta dapat

mengurangi masukan pupuk karena pemanfaatan hijauan setempat sebagai mulsa.

Dengan pemanfaatan teknik tersebut rata-rata hasil padi gogo diperoleh mencapai

3,55 ton/ha, khususnya dari varietas Cirata, Way Rarem dan Towuti masing-

masing mencapai 3.67, 3.58, dan 3.40 ton/ha (Pirngadi et al. 2001). Olah tanah

minimal dapat dilakukan pada tanah yang bertekstur remah dan sedikit gulma

(Makarim et al. 2005).

Lahan kering yang digunakan masyarakat umum banyak mengarah kepada

lahan kering dengan kebutuhan air tanaman yang tergantung sepenuhnya pada air

hujan dan tidak pernah tergenang air secara tetap (Notohadiprawiro 1989). Terkait

dengan sebaran pola hujan, pertanaman padi gogo membutuhkan curah hujan

>200 mm minimum 4 bulan secara berurutan. Pertanaman padi gogo sebaiknya

dilakukan pada awal musim hujan yaitu, pada awal bulan basah dan dapat dipanen

pada bulan-bulan kering. Bulan basah adalah bulan dimana curah hujan mencapai

>200 mm/bulan dan bulan kering adalah dimana curah hujan <100 mm/bulan

(Oldeman 1975).

Pada umumnya wilayah lahan kering mempunyai produktivitas lahan yang

rendah. Hal ini disebabkan oleh tingkat kesuburan lahannya rendah dan juga

rendahnya intensitas pertanaman karena kebutuhan air tidak tersedia sepanjang

tahun (Safuan 2002). Penggunaan bahan organik juga sangat membantu

memperbaiki sifat fisik tanah dan kimia tanah ultisol serta mengurangi kehilangan

tanah akibat erosi. Penggunaan kombinasi pupuk organik, pupuk anorganik, dan

pupuk hayati secara terpadu dapat mengefisienkan penggunaan pupuk untuk

tanaman pangan lahan kering.

Selain teknik budidaya di atas diperlukan teknik pemeliharaan yang tepat.

Pemeliharaan sangat diperlukan untuk mengantisipasi gangguan biotik dan

abiotik. Gangguan abiotik biasanya berupa kekurangan air dan hara tanah.

Gangguan biotik biasanya berupa serangan hama misalnya penggerek batang dan

penggulung daun. Ketika tanaman sudah keluar malai, biasanya hama yang

menyerang berupa kepik hijau dan walang sangit. Di samping hama, ada juga

penyakit blast yang disebabkan oleh adanya jamur Pyricularia grisea. Penyakit

blas adalah penyakit umum baik pada padi sawah maupun padi gogo.

Dibandingkan dengan lingkungan pertanaman padi sawah, lingkungan padi gogo

lebih mendorong perkembangan penyakit blas (Seshu et al. 1986).

Penggunaan varietas unggul amat penting untuk menunjang kesiapan dan

tersedianya benih padi gogo. Varietas unggul harus dapat dibudidayakan untuk

menghasilkan produktivitas yang tinggi. Varietas unggul adalah varietas padi

gogo yang memiliki sifat-sifat yang diinginkan, antara lain adalah potensi hasil

tinggi, daya adaptasi lebih baik terhadap kondisi lingkungan suboptimal, tahan

terhadap hama dan penyakit utama, umur lebih pendek (genjah), kandungan dan

kualitas gizi yang lebih baik (Chang 1979). Sifat-sifat unggul ini bisa diperoleh

dengan melakukan perakitan varietas baru melalui teknik pemuliaan.

Page 18: PENGUJIAN GALUR-GALUR DIHAPLOID PADI GOGO · genotipe padi gogo yang unggul. Galur tersebut dapat diperoleh dari kultur antera. ... Budidaya Padi Gogo 2 Teknik Pemuliaan Konvensional

4

Teknik Pemuliaan Konvensional

Pemuliaan tanaman padi adalah teknik menciptakan tanaman melalui

perbaikan genetik untuk mendapatkan genotipe padi yang unggul dan homozigot.

Pemuliaan dilakukan dengan cara menggabungkan sejumlah sifat dari beberapa

tetua sehingga dihasilkan varietas unggul baru dengan produktivitas dan stabilitas

hasil tinggi. Program pemuliaan yang umum dilakukan adalah dengan cara

konvensional. Salah satunya adalah hibridasi yang dilanjutkan dengan seleksi.

Cara ini digunakan untuk membentuk populasi awal dengan melakukan

persilangan antara tertua tanaman sehingga terbentuk suatu populasi baru yang

dapat dijadikan bahan baru (Allard 1960).

Seleksi adalah suatu kegiatan pemilihan tanaman baik secara individu

maupun populasi berdasarkan karakter target yang diinginkan untuk diperbaiki.

Proses memilih genotipe unggul dilakukan pada populasi yang memiliki

keragaman genetik tinggi. Agar seleksi yang dilakukan lebih efisien, perlu

digunakan suatu metode yang tepat dan sesuai dengan tujuan pemuliaan. Metode

seleksi yang diterapkan tergantung pada cara perkembangbiakan tanaman

(generatif dan vegetatif). Metode seleksi yang sering digunakan antaranya metode

pedigree dan metode bulk.

Metode pedigree bertujuan mendapatkan varietas baru dengan

mengabungkan gen-gen yang diinginkan melalui seleksi. Menurut Gupta dan

O’toole (1986), metode pedigree efektif untuk karakter kualitatif yang

dikendalikan oleh gen monogenik yang pola pewarisan genya sederhana sehingga

mudah diidentifikasi pada generasi awal, contohnya karakter untuk ketahanan

terhadap hama dan penyakit. Tahapan seleksi di mulai dari persilangan dua tertua

yang menghasilkan generasi awal (F1). Kemudian dengan penyerbukan sendiri

diperoleh generasi F2. Pada generasi inilah seleksi individu mula dilakukan

karena memiliki keragaman paling tinggi. Pada generasi F7 galur kemudian diuji

daya hasilnya dengan menyertakan varietas pembanding. Pada generasi F8

dilakukan uji multilokasi yang sesuai mengikuti prosedur pelepasan varietas

(Syukur et al. 2012).

Pada metode bulk, yang diinginkan adalah membentuk galur-galur

homozigot. Tahapan seleksi dimulai dengan melakukan persilangan antara dua

tertua. Persilangan dilakukan sampai generasi seterusnya yaitu F5. Pada generasi

inilah dilakukan seleksi secara individu karena genotipe tanaman sudah lebih

homozigot. Pada generasi F8 galur kemudian diuji daya hasilnya dengan

menyertakan varietas pembanding. Pada generasi F9 dilakukan uji multilokasi

terlebih dahulu sebelum dilakukan pelepasan varietas dan perbanyakan benih

untuk disebar (Syukur et al. 2012). Metode bulk efektif untuk karakter kuantitatif

yang dikendalikan oleh gen-gen poligenik. Karakter ini mempunyai pola

pewarisan yang kompleks, heritabilitas yang rendah sehingga tidak mudah

diidentifikasikan pada generasi awal, tetapi pada generasi selanjutnya, contohnya

karakter untuk daya hasil tinggi.

Teknik pemuliaan konvensional mempunyai kelemahan di antaranya

memerlukan waktu yang panjang yaitu lebih dari 5 tahun untuk menghasilkan

varietas unggul baru. Beberapa upaya dapat dilakukan untuk memecahkan

permasalahan ini antara lain adalah melalui pemanfaatan teknologi kultur antera.

Page 19: PENGUJIAN GALUR-GALUR DIHAPLOID PADI GOGO · genotipe padi gogo yang unggul. Galur tersebut dapat diperoleh dari kultur antera. ... Budidaya Padi Gogo 2 Teknik Pemuliaan Konvensional

5

Pemanfaatan Teknologi Kultur Antera

Kultur antera merupakan bagian dari teknik kultur jaringan dalam

bioteknologi yang sudah banyak diaplikasikan untuk membantu program

pemuliaan. Dari kultur antera akan didapatkan tanaman haploid. Manfaat tanaman

haploid dalam pemuliaan tanaman adalah apabila digandakan kromosomnya

dengan kolkisin atau spontan akan diperoleh tanaman 100% homozigot. Selain itu

kultur antera juga dapat mempercepat waktu pembentukan galur dihaploid (galur

murni) dari polen tanaman F1, sehingga seleksi untuk sifat unggul yang

diharapkan dapat dilakukan lebih awal. Teknik ini lebih efektif dibandingkan

dengan cara pemuliaan konvensional yang memerlukan beberapa generasi setelah

persilangan sehingga dapat menghemat waktu dan biaya.

Teknik kultur antera dimulai dengan mengkulturkan sumber gametofit

jantan. Perbanyakan menggunakan gametofit jantan semacam ini disebut sebagai

androgenesis. Secara teknis kultur antera padi terdiri atas dua tahap yaitu tahap

induksi kalus dari polen yang terdapat dalam antera dan tahap regenerasi tanaman

dari kalus menjadi planlet. Kalus akan beregenerasi menjadi planlet kemudian

diaklimatisasi dan dipelihara hingga fase generatif. Planlet yang dihasilkan adalah

berupa tanaman dihaploid, sehingga dapat menghasilkan biji dan diperbanyak lagi

untuk evaluasi lebih lanjut (Badan Litbang Pertanian 2010).

Menurut Dewi dan Purwoko (2011) produksi tanaman haploid dimulai dari

persiapan eksplan, sterilisasi eksplan, kultur in vitro antera (meliputi tahap

inokulasi/penanaman eksplan dan regenerasi tanaman dari kalus), aklimatisasi,

pengamatan tahap perkembangan mikrospora, pengamatan kromosom pada akar,

dan penggandaan kromosom. Untuk menghasilkan haploid terbaik, kondisi

optimum yang harus diperhatikan untuk setiap kultur atau spesies yaitu, tahap

perkembangan mikrospora, komposisi media, pra perlakuan antera, sumber,

kondisi, dan umur tanaman dimana antera diambil (Nasir 2002). Media yang biasa

digunakan untuk kultur jaringan adalah media MS (Murashige dan Skoog). Media

MS mengandung sejumlah hara organik yang dibuat khusus untuk memenuhi

kebutuhan tanaman. Medium ini telah banyak digunakan untuk perbanyakan

berbagai jenis tanaman baik tanaman berkayu, tanaman herbal, dan untuk

berbagai spesies.

Teknik kultur antera juga mempunyai beberapa kelemahan yaitu: persentase

regenerasi tanaman hijau rendah, karena dihasilkan tanaman albino, tidak semua

genotipe responsif terhadap kultur antera, beragamnya ploidi tanaman yang

dihasilkan, penampilan galur inbred turunan haploid ganda mungkin lebih inferior

dibanding penampilan galur inbred hasil pemuliaan konvensional (Somantri et al.

2003).

Page 20: PENGUJIAN GALUR-GALUR DIHAPLOID PADI GOGO · genotipe padi gogo yang unggul. Galur tersebut dapat diperoleh dari kultur antera. ... Budidaya Padi Gogo 2 Teknik Pemuliaan Konvensional

6

Pengujian Daya Hasil

Daya hasil merupakan kriteria penting untuk menentukan hasil akhir yang

diinginkan dari pemuliaan. Calon varietas yang dihasilkan perlu diuji di lapangan

untuk mengetahui keunggulannya. Uji daya hasil terdiri atas uji daya hasil

pendahuluan, uji daya hasil lanjutan (UDHL), dan uji multilokasi (UML).

Pengujian daya hasil akan dilakukan secara bertahap. Uji daya hasil pendahuluan

dilakukan untuk melihat keragaan karakter agronomi galur-galur yang dihasilkan.

Dengan menggunakan galur yang banyak dengan benih yang terbatas maka

dilakukan pengujian hanya pada satu lokasi dalam satu musim (Pemuliaan

Tanaman Terapan 2008). Galur-galur yang ditanam kemudian diuji daya hasilnya

dengan menyertakan varietas pembanding sehingga diperoleh galur yang

berpotensi dikembangkan.

Seperti halnya uji daya hasil pendahuluan, uji daya hasil lanjutan juga

merupakan salah satu bentuk pengujian yang dilakukan dalam program pemuliaan

tanaman. Pada uji daya hasil lanjutan ini, biasanya jumlah galur sudah berkurang

dengan jumlah benih yang lebih banyak dibandingkan dengan yang ada pada

UDHP, sehingga pengujian bisa dilakukan pada beberapa lokasi, satu musim atau

beberapa musim, satu lokasi. Kedua bentuk pengujian tersebut bertujuan untuk

menilai pengaruh faktor lingkungan yang tidak dapat dikendalikan pada respon

tanaman (Diptaningsari 2013). Selanjutnya galur yang berpotensi tadi akan diuji

lanjut dengan uji multilokasi.

Uji multilokasi merupakan tahapan akhir atau lanjutan uji daya hasil lanjut.

Pengujian ini merupakan tahap penting sebelum suatu galur harapan dilepas

sebagai varietas unggul baru. Pengujian ini dilakukan untuk mengidentifikasi

stabilitas dan adaptabilitas galur harapan padi pada lokasi yang mungkin berbeda

kesuburan sifat (kondisi) tanahnya selain untuk mendapatkan informasi serta

rekomendasi mengenai galur-galur harapan yang memiliki keunggulan menonjol

bila dibandingkan dengan varietas yang sudah ada baik dari segi potensi hasil dan

sifat agronomis penting lainnya (Destiwarni 2004).

Menurut (Gomez dan Gomez 2010) uji multilokasi bertujuan memberikan

saran tentang bentuk praktek baru yang merupakan perbaikan atau dapat

menggantikan praktek yang dilakukan petani sekarang ini. Dasar utama dalam

memilih lokasi pengujian adalah menunjukkan area geografis. Pengujian pada

beberapa lokasi umumnya mempunyai gugus perlakuan yang sama dan

menggunakan rancangan percobaan yang sama.

Menurut (Syukur et al. 2012) pelaksanaannya harus mengikuti prosedur

pelepasan varietas tanaman yaitu jumlah lokasi pengujian, jumlah musim, jumlah

ulangan, jumlah genotipe, dan jumlah varietas pembanding. Varietas harapan

yang terbukti unggul berdasarkan hasil uji multilokasi dan memenuhi persyaratan

dapat dilepas menjadi varietas baru melalui menteri pertanian.

Page 21: PENGUJIAN GALUR-GALUR DIHAPLOID PADI GOGO · genotipe padi gogo yang unggul. Galur tersebut dapat diperoleh dari kultur antera. ... Budidaya Padi Gogo 2 Teknik Pemuliaan Konvensional

BAHAN DAN METODE

Tempat dan waktu

Penelitian dilakukan di lahan percobaan Babakan, University Farm, Institut

Pertanian Bogor pada bulan November 2012 sampai dengan April 2013.

Alat dan Bahan

Bahan tanaman yang digunakan adalah 8 galur baru padi gogo hasil kultur

antera yaitu FG1R-36-1-1-MG, FG1-6-1-2-MG, FG1-65-1-2-MG, BMS15-SK,

BMS19-SK, AGHIW-67-BG, RUTB13-2e-BG, AGHIW-56-SB, dan 2 varietas

pembanding yaitu BATUTEGI dan INPAGO 4. Deskripsi varietas disajikan pada

Lampiran 1 dan 2. Setiap galur diberi kode yaitu GM1, GM2, GM3, GM4, GM5,

GM6, GM7, GM8, dan untuk varietas pembanding adalah GM9 dan GM10.

Pupuk yang digunakan adalah Urea, SP-36, KCl dan pupuk kandang. Untuk

mengatasi serangan hama digunakan insektisida berbahan aktif Fipronil. Alat

yang digunakan adalah alat yang umum dipakai dalam penelitian pertanian

seperti, meteran, cangkul, timbangan, dan alat tulis. Data iklim disajikan pada

Lampiran 3.

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Kelompok

Lengkap Teracak (RKLT) dengan 4 ulangan menggunakan 8 galur baru padi gogo

dan 2 varietas pembanding sehingga terdapat 40 satuan percobaan. Model linier

RKLT dengan banyaknya kelompok (ulangan) 4 dan banyaknya perlakuan 10

adalah:

Yij = μ+ τi + βj + εij

Dimana i = 1, 2,…, 10 dan j = 1, 2, 3, 4

Dengan:

Yij = pengamatan pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j

μ = nilai tengah

τi = pengaruh perlakuan ke-i

βj = pengaruh kelompok ke-j

εij = pengaruh acak dari perlakuan ke-i dan kelompok ke-j

Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam dengan uji F

pada taraf nyata 5%. Jika uji F berpengaruh nyata maka nilai tengah diuji lanjut

dengan uji jarak berganda Duncan (Duncan Multiple Range Test/DMRT) pada

taraf nyata 5%. Sidik ragam disajikan pada Lampiran 4.

Page 22: PENGUJIAN GALUR-GALUR DIHAPLOID PADI GOGO · genotipe padi gogo yang unggul. Galur tersebut dapat diperoleh dari kultur antera. ... Budidaya Padi Gogo 2 Teknik Pemuliaan Konvensional

8

Pelaksanaan Percobaan

Persiapan Lahan

Tanah diolah atau digemburkan pada kondisi kering sedalam 15-20 cm.

Lahan yang digunakan seluas 800 m2

dan dibuat 10 petakan dalam satu kelompok

dengan luas setiap petakan berukuran 4 m × 5 m dan diulang 4 ulangan. Jumlah

satuan percobaan yang digunakan sebanyak 40 petakan.

Penanaman

Waktu tanam dilakukan pada tanggal 3 dan 4 Desember 2012. Jarak tanam

yang digunakan adalah 30 cm × 15 cm, sehingga pada petakan percobaan terdapat

13 baris dan pada tiap baris terdapat 33 lubang tanam (populasi per petak 429

rumpun). Benih ditanam langsung dengan cara tugal dan jumlah benih 5 butir tiap

lubang tanam.

Pemeliharaan

Pemeliharaan meliputi penyulaman, penyiangan, pengendalian hama

penyakit, dan pemupukan. Penyulaman dilakukan pada 1-3 MST. Penyiangan

dilakukan 3 kali selama masa tanam yaitu saat 3 MST, 6 MST, dan 9 MST. Pupuk

yang digunakan adalah pupuk NPK dan pupuk kandang. Pupuk NPK dengan dosis

200 kg/ha Urea, 100 kg SP-36/ha dan 100 kg KCl/ha. Pupuk urea diberikan 3

tahap yaitu 80 gram/petak pada saat tanam, 160 gram/petak pada 4 minggu setelah

tanam, dan 160 gram/petak lagi diberikan pada saat 7 minggu setelah tanam,

sedangkan pupuk SP-36 dan KCl diberikan sepenuhnya saat tanam. Pupuk

kandang yang digunakan sebesar 10 ton/ha dan diberikan saat olah tanah.

Penggunaan insektisida berbahan aktif Fipronil mulai diaplikasikan pada 50 HST

dengan dosis 500 ml/ha. Insektisida digunakan karena ada serangan atau untuk

pencegahan serangan hama dan pemberian Furadan 3G sebanyak 10 kg/ha saat

tanam.

Panen

Panen dilakukan apabila 80% malai sudah menguning. Pelaksanaan panen

dilakukan dengan memotong batang kira-kira 20 cm di atas permukaan tanah

menggunakan sabit.

Pengamatan

A. Pengamatan dilakukan pada 5 rumpun tanaman contoh pada tiap petak yang

ditentukan secara acak. Adapun peubah-peubah yang diamati adalah sebagai

berikut :

1. Tinggi tanaman (cm); diukur dari permukaan tanah sampai ujung daun

tertinggi, pengukuran dilakukan dua kali yaitu pada fase vegetatif (50

HST) dan fase generatif (sebelum panen) tiap rumpun contoh.

Page 23: PENGUJIAN GALUR-GALUR DIHAPLOID PADI GOGO · genotipe padi gogo yang unggul. Galur tersebut dapat diperoleh dari kultur antera. ... Budidaya Padi Gogo 2 Teknik Pemuliaan Konvensional

2. Jumlah anakan vegetatif (batang/rumpun). Pengamatan dilakukan dengan

menghitung jumlah anakan total pada tiap rumpun contoh, penghitungan

dilakukan pada 50 HST

3. Jumlah anakan produktif (batang/rumpun). Pengamatan dilakukan

dengan menghitung jumlah anakan yang bermalai. Pengamatan

dilakukan sebelum panen.

4. Panjang malai (cm). Pengamatan dilakukan dengan mengukur dari leher

sampai ujung malai dengan mengambil 5 malai per rumpun contoh.

5. Jumlah gabah total/malai (butir). Pengamatan dilakukan dengan

menghitung jumlah total gabah dari tiap malai sebanyak 5 malai per

rumpun contoh. Pengamatan dilakukan setelah panen.

6. Jumlah gabah bernas/malai (butir). Pengamatan dilakukan dengan

menghitung jumlah total gabah bernas dari tiap malai sebanyak 5 malai

per rumpun contoh. Pengamatan dilakukan setelah panen.

7. Jumlah gabah hampa/malai (butir). Pengamatan dilakukan dengan

menghitung jumlah total gabah hampa dari tiap malai sebanyak 5 malai

per rumpun contoh. Pengamatan dilakukan setelah panen.

8. Persentase gabah bernas/malai (%). Pengamatan dilakukan dengan

membandingkan antara jumlah gabah isi per malai dengan jumlah gabah

total per malai dikalikan seratus.

9. Persentase gabah hampa/malai (%). Pengamatan dilakukan dengan

membandingkan antara jumlah gabah hampa per malai dengan jumlah

gabah total per malai di kali seratus. Pengamatan dilakukan setelah

panen.

10. Bobot 1 000 butir diperoleh dengan menimbang 1 000 butir gabah bernas

dari masing-masing petak percobaan dalam setiap galur. Pengamatan

dilakukan setelah gabah dikeringkan.

11. Produktivitas (ton); dihitung dari bobot gabah kering bernas yang berasal

dari ubinan berukuran 11.745 m2 per petak tanpa tanaman contoh dan

tanaman pinggir.

B. Pengamatan pada setiap unit percoban

1. Umur berbunga, yaitu pada saat 50% tanaman telah berbunga dalam

satuan petak percobaan.

2. Umur panen, yaitu dihitung saat tanam sampai 80% malai telah

menguning.

Page 24: PENGUJIAN GALUR-GALUR DIHAPLOID PADI GOGO · genotipe padi gogo yang unggul. Galur tersebut dapat diperoleh dari kultur antera. ... Budidaya Padi Gogo 2 Teknik Pemuliaan Konvensional

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Penelitian

Secara umum penelitian berjalan baik. Rata-rata curah hujan dan kondisi

iklim lainnya sangat mendukung pertumbuhan vegetatif tanaman. Pada minggu

pertama hampir semua tanaman dalam petakan sudah terlihat tumbuh, namun

pada galur GM 4 daya tumbuhnya kurang baik sehingga harus dilakukan

penyulaman sebanyak 10% dari jumlah tanaman.

Penyulaman juga dilakukan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh di

semua petakan. Benih yang tidak tumbuh diperkirakan akibat serangan burung

saat tanam. Selain burung terdapat serangan belalang (Valanga nigricornis) yang

terjadi pada fase vegetatif hingga menjelang panen di semua petakan. Serangan ini

menyebabkan daun berlubang. Selama masa tanam pertumbuhan gulma cukup

banyak karena dipicu curah hujan yang tinggi. Beberapa gulma yang ditemukan di

lahan penelitian ialah Mimosa pudica, Eleusine indica, Panicium repens, dan

Mikania michranta. Akibatnya aktivitas penyiangan dilakukan sebanyak tiga kali

ulangan di semua petakan yaitu saat 3 MST, 6 MST, dan 9 MST.

Saat memasuki fase generatif terlihat beberapa serangan hama diantaranya

walang sangit (Leptocorisa oratoris) dan penggerek batang. Serangan walang

sangit terjadi pada semua petakan per galur dengan cara menghisap cairan pada

bulir padi sehingga menyebabkan gabah menjadi hampa, sedangkan serangan

hama penggerek batang terjadi pada galur GM5. Serangan penggerek batang

menyebabkan batang berlubang dan malai berubah warna menjadi agak keputihan

dan hampa. Selain serangan hama tanaman juga diserang penyakit yaitu penyakit

blas dan hawar daun bakteri yang terjadi pada galur GM1, GM2, dan GM3.

Serangan belalang, walang sangit, dan penggerek batang ditangani dengan

melakukan penyemprotan rutin menggunakan insektisida berbahan aktif Fipronil.

Tidak terdapat serangan burung saat menjelang panen karena semua petakan

ditutup menggunakan jaring. Panen dilakukan saat 80% bulir padi sudah

menguning. Pada kondisi ini padi diperkirakan sudah mencapai tahap masak.

Panen dilakukan secara bergilir karena setiap galur mencapai masak tidak

serempak.

Page 25: PENGUJIAN GALUR-GALUR DIHAPLOID PADI GOGO · genotipe padi gogo yang unggul. Galur tersebut dapat diperoleh dari kultur antera. ... Budidaya Padi Gogo 2 Teknik Pemuliaan Konvensional

11

Karakter Agronomi Galur Dihaploid Hasil Kultur Antera

Pengujian genotipe galur padi gogo hasil kultur antera dilakukan dengan

menggunakan sidik ragam. Pengujian dilakukan terhadap 14 karakter agronomi.

Hasil pengujian sidik ragam tersebut didapatkan bahwa genotipe galur-galur

berpengaruh sangat nyata terhadap semua karakter. Hasil awal koefisien

keragaman (KK) pada analisis ragam yang melebihi 20% harus ditransformasikan

(Sastrosupadi 2000), seperti yang terlihat pada Tabel 1. Transformasi bertujuan

memperoleh nilai koefisien keragaman yang lebih kecil dengan tingkat

kehomogenan yang lebih tinggi.

Tabel 1 Analisis ragam pengaruh genotipe pada karakter agronomi galur

dihaploid hasil kultur antera No Karakter F hitung Koefisien keragaman

1 Tinggi tanaman fase vegetatif 37.94 ** 7.54

2 Tinggi tanaman fase generatif 73.42 ** 5.38

3 Jumlah anakan vegetatif 23.65 ** 15.83

4 Jumlah anakan produktif 26.23 ** 14.78

5 Umur berbunga 29.92 ** 2.19

6 Umur panen 61.65 ** 0.92

7 Panjang malai 9.57 ** 5.27

8 Jumlah gabah isi 5.35 ** 4.35 z)

9 Jumlah gabah hampa 17.42 ** 5.97 z)

10 Jumlah total gabah per malai 21.03 ** 15.18

11 Bobot 1 000 butir 24.49 ** 4.79

12 Persen gabah isi 6.38 ** 10.50

13 Persen gabah hampa 6.38 ** 15.73

14 Produktivitas tanaman 6.90 ** 14.56 z) Keterangan: **: berpengaruh nyata pada taraf 5%, z): hasil tranformasi logaritma (log x + 1).

Tinggi Tanaman

Tinggi tanaman juga merupakan karakter yang mempengaruhi daya hasil

varietas. Pengurangan tinggi tanaman adalah faktor terpenting dalam peningkatan

potensi hasil gabah. Tanaman tinggi dan rimbun mengakibatkan sedikit cahaya

yang diterima oleh daun-daun yang lebih bawah (Vergara 1995). Tinggi tanaman

saat vegetatif (50-60 HST) galur-galur yang diuji berkisar 42-95 cm dan tinggi

tanaman pembanding berkisar 71-74 cm (Tabel 2). Tanaman yang tertinggi adalah

galur GM3 dan yang terendah adalah galur GM8. Pada fase generatif rata-rata

tinggi tanaman berkisar 71-136 cm, dimana yang tertinggi adalah tanaman

varietas Inpago 4 dan tanaman yang terendah adalah galur GM8.

Uji lanjut DMRT menunjukkan tinggi tanaman saat vegetatif galur GM1,

GM3, GM4, GM5, GM6, dan GM8 memiliki tinggi tanaman yang berbeda nyata

terhadap pembanding, sedangkan galur GM2 dan GM7 tidak berbeda nyata

terhadap pembanding. Tinggi tanaman fase generatif galur GM1, GM2, GM4,

GM5, GM6, GM7, dan GM8 nyata lebih rendah dari pembanding, sedangkan

tinggi galur GM3 tidak berbeda nyata dengan pembanding (Tabel 2).

Page 26: PENGUJIAN GALUR-GALUR DIHAPLOID PADI GOGO · genotipe padi gogo yang unggul. Galur tersebut dapat diperoleh dari kultur antera. ... Budidaya Padi Gogo 2 Teknik Pemuliaan Konvensional

12

Jumlah Anakan

Anakan vegetatif dihitung saat tanaman berumur 50-60 HST. Jumlah

anakan vegetatif berkisar 10-31 anakan (Tabel 2). Jumlah anakan galur GM2,

GM3, GM5, GM6, dan GM8 berbeda nyata dengan tanaman pembanding,

sedangkan galur GM1, GM4, dan GM7 tidak berbeda nyata dengan pembanding.

Jumlah anakan vegetatif akan mempengaruhi jumlah anakan produktif. Menurut

Soemartono (1993) karakter jumlah anakan selain dipengaruhi secara genetik

karakter ini juga sangat dipengaruhi oleh lingkungan.

Pada fase generatif, jumlah anakan produktif berkisar 6-19 anakan. Anakan

produktif adalah anakan yang mengeluarkan malai. Galur GM6 memiliki jumlah

anakan terbanyak dengan rataan 19.3 anakan, sedangkan jumlah anakan terendah

dimiliki galur GM3. Jumlah anakan produktif galur GM1, GM2, dan GM3 tidak

berbeda nyata dengan pembanding. Terdapat galur yang memiliki jumlah anakan

produktif yang lebih banyak daripada varietas pembanding yaitu galur GM5,

GM6, GM7, dan GM8 (Tabel 2).

Tabel 2 Hasil rataan tinggi tanaman vegetatif, tinggi tanaman generatif, jumlah

anakan vegetatif, dan jumlah anakan produktif Galur/

Varietas

Tinggi tanaman

vegetatif (cm)

Tinggi tanaman

generatif (cm)

Jumlah anakan

vegetatif

Jumlah anakan

produktif

GM1 53.76 d 84.03 d 18.6 c 10.6 cde

GM2 77.15 b 120.10 b 10.2 d 8.0 ef

GM3 94.85 a 136.23 a 10.1 d 6.7 f

GM4 60.49 d 111.88 bc 15.6 c 11.1 cd

GM5 53.66 d 80.00 de 24.6 b 15.5 b

GM6 55.61 d 87.34 d 30.8 a 19.3 a

GM7 68.80 c 107.62 c 18.8 c 13.2 ab

GM8 42.05 e 71.73 e 29.5 a 18.5 a

Batutegi 74.00 bc 132.23 a 15.2 c 8.6 def

Inpago 4 71.28 bc 136.73 a 15.5 c 7.9 ef Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil

yang tidak berbeda nyata menurut uji DMRT 5%.

Umur Berbunga dan Umur Panen

Umur berbunga tercepat dimiliki galur GM5 dan GM7 yaitu 79 HST,

sedangkan galur GM4 dan varietas Batutegi memiliki umur berbunga terlama

yaitu 92 HST. Berdasarkan hasil uji lanjut galur GM1, GM2, GM3, GM5, GM6,

GM7, dan GM8 memiliki umur berbunga nyata lebih awal daripada umur

berbunga varietas pembanding. Galur GM4 memiliki umur berbunga yang tidak

berbeda nyata dengan varietas pembanding (Tabel 3).

Menurut BB Padi (2010) umur panen padi dikelompokkan menjadi enam

kelompok yaitu ultra genjah (<85 hari), super genjah (85-94 hari), sangat genjah

(95-104 hari), genjah (105-124 hari), sedang (125-164 hari) dan berumur dalam

(>165 hari). Pada penelitian ini panen dilakukan apabila kondisi tanaman

kelihatan 80% menguning. Umur panen galur-galur yang diuji berkisar 108-117

HST. Varietas pembanding mempunyai umur panen 117 HST. Umur panen

tercepat dicapai oleh galur GM2, GM5, dan GM7 yaitu 108 HST, sedangkan

umur panen terlama dicapai oleh galur GM 4, varietas Batutegi dan Inpago 4 yaitu

117 HST.

Page 27: PENGUJIAN GALUR-GALUR DIHAPLOID PADI GOGO · genotipe padi gogo yang unggul. Galur tersebut dapat diperoleh dari kultur antera. ... Budidaya Padi Gogo 2 Teknik Pemuliaan Konvensional

13

Berdasarkan hasil uji lanjut diketahui galur GM3 dan GM4 tidak berbeda

nyata dengan pembanding varietas Batutegi dan Inpago 4, sedangkan umur panen

galur GM1, GM2, GM5 ,GM6, GM7, dan GM8 berbeda nyata dengan varietas

pembanding (Tabel 3). Secara umum umur tanaman yang diuji masih termasuk

berumur genjah yaitu antara 105-124 hari.

Tabel 3 Hasil rataan umur berbunga dan umur panen Galur/varietas Umur berbunga (HST) Umur panen (HST)

GM1 86.0 b 112.5 b

GM2 80.3 d 108.5 d

GM3 86.0 b 116.8 a

GM4 92.0 a 117.3 a

GM5 79.0 d 108.5 d

GM6 83.0 c 109.3 cd

GM7 79.0 d 108.5 d

GM8 85.3 bc 110.5 c

Batutegi 92.0 a 117.3 a

Inpago 4 91.3 a 117.5 a Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan

hasil yang tidak berbeda nyata menurut uji DMRT 5% ; HST : hari setelah

tanam.

Panjang Malai

Panjang malai dapat menentukan jumlah biji per malai. Semakin panjang

malai diharapkan jumlah biji semakin banyak. Rusdiansyah (2006)

mengelompokkan panjang malai ke dalam tiga kelompok yaitu malai pendek (≤

20 cm), malai sedang (panjang 20-30 cm), dan malai panjang (panjang > 30 cm).

Rata-rata panjang malai galur-galur yang diuji berkisar 20-25 cm. Panjang

malai pembanding yaitu varietas Batutegi dan Inpago 4 berkisar 21-23 cm. Galur

GM2 memiliki malai terpanjang, sedangkan galur yang memiliki malai terpendek

adalah galur GM1 dan GM5. Panjang malai varietas Batutegi dan Inpago 4

berbeda nyata dengan Galur GM2 (Tabel 4).

Jumlah Gabah

Jumlah gabah bernas galur-galur yang diuji berkisar 58-107 butir. Varietas

pembanding mempunyai jumlah gabah bernas yang lebih banyak berkisar 102-

107 butir (Tabel 4). Jumlah gabah bernas galur GM1, GM3, GM4, GM5 ,GM6,

dan GM8 berbeda nyata dengan varietas pembanding sedangkan galur GM2 dan

GM7 tidak berbeda nyata. Jumlah gabah hampa galur-galur yang diuji berkisar

25-107 butir. Jumlah gabah hampa galur GM1, GM3, GM4, GM5 ,GM6, GM7,

dan GM8 berbeda nyata dengan varietas pembanding Batutegi dan Inpago 4,

sedangkan galur GM2 tidak berbeda nyata dengan varietas pembanding. Varietas

Batutegi dan Inpago 4 mempunyai jumlah gabah hampa yang lebih banyak

berkisar 99-107 butir.

Jumlah gabah total varietas Batutegi berbeda nyata dengan galur

GM1,GM2, GM3, GM4, GM5 ,GM6, GM7, dan GM8, sedangkan jumlah gabah

total galur GM2 tidak berbeda nyata dengan varietas Inpago 4. Secara umum

jumlah gabah total varietas pembanding lebih tinggi dari galur yang diuji.

Page 28: PENGUJIAN GALUR-GALUR DIHAPLOID PADI GOGO · genotipe padi gogo yang unggul. Galur tersebut dapat diperoleh dari kultur antera. ... Budidaya Padi Gogo 2 Teknik Pemuliaan Konvensional

14

Tabel 4 Hasil rataan panjang malai, jumlah gabah total, jumlah gabah bernas,

dan jumlah gabah hampa Galur/varietas Panjang

malai (cm)

Jumlah gabah

bernas/malai z)

Jumlah gabah

hampa/malai z)

Jumlah

gabah

total/malai

GM1 20.1 e 72.2 bc 33.3 cd 105.5 cd

GM2 25.2 a 91.6 ab 85.4 a 176.9 b

GM3 24.7 ab 74.3 bc 55.7 b 125.3 c

GM4 23.2 bc 64.7 c 56.1 bc 107.6 cd

GM5 20.1 e 60.5 c 39.9 bc 100.5 cd

GM6 23.4 bc 62.1 c 37.9 bc 100.0 cd

GM7 22.0 cd 87.3 ab 35.5 cd 122.8 c

GM8 20.5 de 58.1 c 25.4 d 83.6 d

Batutegi 21.7 cde 107.4 a 107.7 a 215.1 a

Inpago 4 23.3 bc 102.2 a 99.8 a 201.9 ab Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil

yang tidak berbeda nyata menurut uji DMRT 5% ; z): hasil tranformasi logaritma

(log x + 1) dan angka merupakan hasil awal sebelum ditransformasi.

Hasil rataan persen gabah bernas galur-galur yang diuji berkisar 51-71%,

yang nilainya lebih tinggi daripada pembanding yaitu varietas Batutegi dan

Inpago 4 (Tabel 5). Varietas pembanding mempunyai persen gabah bernas 49%.

Berdasarkan uji lanjut gabah isi Galur GM1, GM4, GM5, GM6, GM7, dan GM8

berbeda nyata dengan varietas pembanding dan galur GM2 dan GM3 tidak

berbeda nyata dengan pembanding. Menurut Vergara (1995), persentase gabah isi

yang diharapkan bagi varietas unggul adalah ≥ 80% dari gabah total. Namun galur

yang diuji dan varietas pembanding yang ditanam tidak ada yang memiliki gabah

bernas ≥ 80% dari gabah total.

Persen gabah hampa yang diuji berkisar 28-50 %. Varietas Batutegi dan

Inpago 4 memiliki persen gabah hampa tertinggi. Galur GM1, GM4, GM5, GM6,

GM7, dan GM8 menghasilkan persen gabah hampa yang nyata lebih sedikit

daripada varietas pembanding Batutegi dan Inpago 4. Persen gabah hampa galur

GM2 dan GM3 tidak berbeda nyata dengan pembanding (Tabel 5). Persen gabah

hampa varietas pembanding hampir sama dari persen gabah isi. Menurut Vergara

(1995), penyebab kehampaan bulir diantaranya rebah, kurang intensitas cahaya,

serangan penyakit, pemberian pupuk terlalu banyak serta suhu rendah sedangkan

kelembaban tinggi pada masa pembentukan malai dan pembungaan.

Page 29: PENGUJIAN GALUR-GALUR DIHAPLOID PADI GOGO · genotipe padi gogo yang unggul. Galur tersebut dapat diperoleh dari kultur antera. ... Budidaya Padi Gogo 2 Teknik Pemuliaan Konvensional

15

Tabel 5 Hasil rataan persen gabah bernas, persen gabah hampa, bobot 1 000

butir, dan produktivitas

Galur/Varietas Persen gabah

bernas

(%)

Persen gabah

hampa

(%)

Bobot 1 000

butir (g)

Produktivitas

(ton/ha) z)

GM1 68.5 ab 31.5 de 23.8 c 1.30 cd

GM2 51.8 de 48.2 ab 26.5 b 1.49 bc

GM3 57.1 cde 42.9 abc 29.0 a 0.98 d

GM4 59.9 bcd 40.1 bcd 23.0 cd 1.01 d

GM5 60.3 bcd 39.7 bcd 22.5 cde 1.60 bc

GM6 62.1 abc 37.9 cde 22.0 cde 1.98 ab

GM7 71.0 a 28.9 e 21.5 de 2.46 a

GM8 69.4 ab 30.6 de 23.5 c 2.09 ab

Batutegi 49.7 e 50.3 a 19.5 f 1.78 bc

Inpago 4 49.9 e 50.1 a 21.0 ef 1.86 abc

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil

yang tidak berbeda nyata menurut uji DMRT 5%, z): hasil tranformasi

logaritma (log x + 1) dan angka merupakan hasil awal sebelum ditransformasi

Bobot 1 000 butir`

Rata-rata bobot 1 000 butir galur-galur yang diuji lebih tinggi dibandingkan

dengan varietas pembanding (Tabel 5). Bobot 1 000 butir yang tertinggi adalah

galur GM3 (29 gram), sedangkan yang terendah adalah varietas Batutegi (19.5

gram). Berdasarkan hasil uji lanjut diketahui semua galur yang diuji menghasilkan

bobot 1 000 butir yang nyata lebih berat daripada varietas pembanding Batutegi.

Galur GM4, GM5, GM6, dan GM7 bobot 1 000 butir gabahnya tidak berbeda

nyata dengan pembanding Inpago 4. Benih dengan densitas dan bobot 1 000 butir

yang tinggi menunjukkan tingkat pengisian biji yang lebih baik (Wahyuni et al.

2004). Menurut Ma et al. (2006) untuk tipe tanaman ideal diperlukan bobot 1 000

butir antara 28-30 gram. Pada penelitian ini hanya galur GM3 saja yang memiliki

bobot tipe tanaman ideal yaitu seberat 29.0 gram.

Peng et al. (1999) melaporkan penyebab rendahnya pengisian biji pada padi

tipe baru adalah apikal dominan yang kecil pada malai, susunan gabah pada malai,

dan terbatasnya seludang pembuluh untuk pengangkutan asimilat. Hasil penelitian

Kobata dan Iida (2004) menyatakan bahwa rendahnya pengisian biji pada padi

tipe baru disebabkan karena rendahnya efisiensi partisi asimilat ke biji.

Produktivitas

Produktivitas galur-galur yang diuji berkisar 1-2.5 ton/ha. Dari hasil

perhitungan terdapat 3 galur yaitu GM6 (1.98 ton/ha), GM7 (2.46 ton/ha), dan

GM8 (2.09 ton) yang mempunyai produktivitas yang lebih tinggi dari galur lain

dan varietas pembanding Batutegi (1.78 ton/ha) dan Inpago 4 (1.86 ton/ha) (Tabel

5). Jika dilihat dari Galur GM1, GM2, GM3, dan GM4 memiliki produktivitas

yang sangat rendah berkisar 1-1.5 ton/ha. Galur-galur ini adalah tanaman yang

banyak sekali terserang penyakit blas dan juga hawar daun bakteri. Penyakit blas,

yang merupakan salah satu masalah dalam produksi padi dapat menyebabkan

kehilangan hasil berkisar antara 1-50% (Koga 2001). Cendawan Pyricularia

grisea sebagai penyebab peyakit blas dapat merusak daun (leaf blast), buku (node

blast), dan leher malai (neck blast).

Page 30: PENGUJIAN GALUR-GALUR DIHAPLOID PADI GOGO · genotipe padi gogo yang unggul. Galur tersebut dapat diperoleh dari kultur antera. ... Budidaya Padi Gogo 2 Teknik Pemuliaan Konvensional

16

Rendahnya produktivitas galur-galur dan varietas pembanding juga

disebabkan serangan walang sangit. Walang sangit (L. oratorius L) adalah hama

yang menyerang tanaman padi setelah berbunga dengan cara menghisap cairan

bulir padi menyebabkan bulir padi menjadi hampa atau pengisiannya tidak

sempurna.

Gambar 1 Gejala penyakit blas (A) dan hawar daun bakteri (B) yang

terjadi di lapangan

Pengamatan penyakit dilakukan secara visual dengan cara mengamati gejala

yang terjadi pada setiap tanaman contoh. Serangan juga terjadi pada tanaman

bukan contoh. Gejala penyakit blas kelihatan pada bagian daun yang berwarna

coklat kemerahan, ditandai adanya bercak-bercak kecil pada daun berwarna ungu

kekuningan. Semakin lama bercak menjadi besar, berbentuk seperti belah ketupat

dengan bagian tengahnya berupa titik berwarna putih atau kelabu dengan bagian

tepi kecoklatan. Serangan juga menyebabkan pada pangkal malai membusuk,

berwarna kehitaman dan mudah patah (busuk leher). Gejala hawar daun bakteri

diawali dengan bercak kelabu umumnya di bagian pinggir daun. Pada varietas

yang rentan bercak berkembang terus, dan akhirnya membentuk hawar. Pada

keadaan yang parah, pertanaman terlihat kering seperti terbakar. Pada galur GM6,

GM7, dan GM8 tidak ditemukan gejala serangan penyakit blas dan hawar daun

bakteri.

Pembahasaan Umum

Galur GM1, GM2, dan GM3 memiliki beberapa karakter agronomi yang

diuji lebih baik dari galur lain dan varietas pembanding. Seperti tinggi tanaman

lebih rendah, jumlah anakan produktif lebih banyak dan ada beberapa karakter

yang lebih unggul dari varietas pembanding dan galur–galur lainnya. Namun,

ketiga galur ini diduga rentan terhadap penyakit blas dan hawar daun bakteri

dibanding galur-galur lain dan varietas pembanding. Galur GM4 mempunyai daya

tumbuh kurang baik sehingga harus disulam beberapa kali. Pada galur GM5

terdapat serangan penggerek batang. Serangan terjadi sebesar 3% dari total

rumpun dalam petakan setiap ulangan. Hal ini sangat dikhawatirkan karena dapat

mempengaruhi hasil. Produktivitas kelima galur di atas juga lebih rendah jika

dibandingkan dengan galur lain dan varietas pembanding sehingga galur-galur

tersebut tidak menjadi galur ungulan pada penelitian ini.

Page 31: PENGUJIAN GALUR-GALUR DIHAPLOID PADI GOGO · genotipe padi gogo yang unggul. Galur tersebut dapat diperoleh dari kultur antera. ... Budidaya Padi Gogo 2 Teknik Pemuliaan Konvensional

17

Galur GM6, GM7, dan GM8 memiliki keunggulan terhadap galur lain dan

varietas pembanding pada beberapa karakter agronomi seperti tinggi tanaman

yang lebih rendah, jumlah anakan produktif lebih banyak, umur berbunga dan

panen yang lebih awal, persen gabah bernas lebih tinggi, bobot 1 000 butir yang

lebih berat dan produktivitas yang lebih tinggi seperti yang terlihat pada Tabel 2-

4. Galur-galur ini berpotensi dikembangkan.

Menurut penelitian Ornai (2010), varietas Batutegi juga pernah ditanam di

lokasi yang sama dan diperoleh hasil sebesar 1.88 ton/ha. Jumlah tersebut tidak

banyak berbeda dengan hasil penelitian ini. Menurut Kushartanti et al. (2011)

varietas pembanding Batutegi dan Inpago 4 masing-masing dapat mencapai hasil

rata-rata sebesar 3.00 ton/ha dan 4.15 ton/ha. Hasil yang diperolehi varietas

Batutegi dan Inpago 4 ini tidak sesuai dengan literatur yang ada (Lampiran 1 dan

2).

Produktivitas yang rendah disebabkan beberapa faktor pembatas biotik dan

abiotik seperti serangan hama dan penyakit, pertumbuhan gulma yang cepat,

kondisi lahan penelitian yang agak berbatu ataupun suboptimum, dan faktor iklim

seperti lama penyinaran matahari dan intensitas radiasi matahari yang rendah serta

hari hujan dan kelembapan yang tinggi. Menurut Yoshida dan Parao (1976)

intensitas cahaya yang diperlukan untuk produksi padi maksimum adalah 400

Cal/Cm2 pada fase pertumbuhan dan 475 Cal/Cm2 pada fase pengisian. Makin

tinggi intensitas cahaya matahari pada saat tanaman dalam fase reproduktif

sampai pemasakan gabah, maka makin baik hasil padi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Terdapat beberapa galur padi gogo dihaploid yang menghasilkan

produktivitas lebih tinggi dari pembanding yaitu galur GM6 (1.98 ton/ha), GM7

(2.46 ton/ha), dan GM8 (2.09 ton/ha). Varietas pembanding menghasilkan 1.78

ton/ha (Batutegi) dan 1.86 ton/ha (Inpago 4).

Galur GM7 lebih unggul dibandingkan galur-galur lain karena mempunyai

produktivitas paling tinggi (2.46 ton/ha), jumlah gabah total lebih tinggi (122

bulir), persen gabah bernas tertinggi (71.0%), persen gabah hampa terendah

(28.9%), umur panen (108.5 hari) yang termasuk berumur genjah.

Saran

Perlu dilakukan pengujian galur GM6, GM7, dan GM8 di lokasi yang

berbeda untuk mendapatkan informasi produktivitas.

Page 32: PENGUJIAN GALUR-GALUR DIHAPLOID PADI GOGO · genotipe padi gogo yang unggul. Galur tersebut dapat diperoleh dari kultur antera. ... Budidaya Padi Gogo 2 Teknik Pemuliaan Konvensional

DAFTAR PUSTAKA

Agus F, Irawan. 2004. Alih Guna dan Aspek Lingkungan Lahan Sawah. Tanah

Sawah dan Teknologi Pengelolaannya. Di dalam: Toha HM. 2006. Padi

Gogo dan Pola Pengembanganya. Subang (ID): Balai Penelitian Tanaman

Padi.

Allard RW. 1960. Principles of Plant Breeding. New York (US): J Wiley.

Badan Litbang Pertanian. 2010. Pemanfaatan Teknik Kultur Antera pada

Pemuliaan Tanaman Padi [Internet]. Bogor (ID): [diunduh 2013 juli 10].

Tersedia pada: http://www.litbang.deptan.go.id/berita/one/843/

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Jumlah dan distribusi penduduk. Sensus

penduduk 2010. [Internet]. [diunduh 2013 juli 25]. Tersedia pada:

http://sp2010.bps.go.id/

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Luas panen, produktivitas, produksi tanaman

padi seluruh provinsi. Tanaman pangan. [Internet]. [diunduh 2013 juli 25].

Tersedia pada: http://www.bps.go.id/tnmn_pgn.php

[BB Padi] Balai Besar Penelitian Padi. 2010. Pedoman Umum IP Padi 400.

Subang (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Chang TT, Vergara BS. 1975. Varieties Diversity and Morpho-Agronomic

Characteristic of Upland Rice. In IRRI. Major Research in Upland Rice.

Losbanos (PH): International Rice Risearch Institute.

Chang TT. 1979. Plant Breeding Perspectives. Sneep, Hendriksen AJT, editor.

Wageningen (NL): Centr. for Agr. Ub & Doc.

De Datta SK. 1981. Principles and Practice of Rice Production. Losbanos (PH):

A Willey Interscience Publication.

Dewi IS, Purwoko BS. 2011. Kultur in vitro untuk produksi tanaman haploid

androgenik. Di dalam: GA Wattimena, NA Mattjik, NM Armini W, A

Purwito, D Effendi, BS Purwoko, N Khumaida, editor. Bioteknologi Dalam

Pemuliaan Tanaman. Ed ke-1. Bogor: IPB Press. hlm 107-157.

Destiwarni. 2004. Uji multilokasi dua belas galur harapan padi sawah di lima

lokasi dengan ekoregional yang berbeda [Internet]. [diunduh 2013 juli 5].

Tersedia Pada: http://etd.ugm.ac.id/index.php.

Diptaningsari D. 2013. Analisis keragaan karakter agronomis dan stabilitas galur

harapan padi gogo turunan padi lokal pulau Buru hasil kultur antera

[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Gomez KA, Gomez AA. 2010. Prosedur statistik untuk penelitian pertanian.

Sjamsuddin E, Baharsyah JS (Eds.). Terjemahan Bahasa Inggris. Prosedur

Statistik untuk Penelitian Pertanian. Edisi ke 2. UI press. Jakarta. 698 hal.

Gupta PC, Otoole JC. 1986. Uplad Rice: A Global Perspective. Los Banos (PH):

International Rice Risearch Institute.

Harahap Z, Suwarno, Lubis E, Susanto TW. 1995. Padi Unggul Toleran

Kekeringan dan Naungan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman

Pangan. Jakarta (ID): Badan Litbang Pertanian.

Irawan B, Friyanto S, Supriyatna A, Anugrah IS, Kirom NA, Rohman B, Wiryono

B. 2001. Perumusan modal kelembagaan konversi lahan pertanian. Pusat

Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Di dalam: Toha HM. 2006. Padi Gogo

dan Pola Pengembanganya. Subang (ID): Balai Penelitian Tanaman Padi.

Page 33: PENGUJIAN GALUR-GALUR DIHAPLOID PADI GOGO · genotipe padi gogo yang unggul. Galur tersebut dapat diperoleh dari kultur antera. ... Budidaya Padi Gogo 2 Teknik Pemuliaan Konvensional

19

Kobata T, Iida K. 2004. Low grain ripening in the New Plant Type rice due to

shortage of assimilate supply. New directions for a diverse planet:

Proceedings of the 4th International Crop Science Congress Brisbane,

Australia, 26 Sep–1 Oct 2004.

Koga H. 2001. Cytological aspects of infection by the rice blast fungus

Pyricularia oryzae. In Sreenivasaprasad S, Johnson R. (Ed), Major fungal

disease of rice Recent Advances. Kluwer Academic Publishes. 87-110 p.

Kushartanti E, Suhendrata T, Budisetyaningrum SC, Chanifah. 2011. Padi

Varietas Unggul dan Sistem Tanam Jajar Legowo. Jawa Tengah (ID): Balai

Pengkajian Teknologi Pertanian.

Ma J, Ma W, Ming D, Yang S, Zhu Q. 2006. Characteristics of rice plant with

heavy panicle. Agricultural Sciences in China 5(12):101- 105.

Makarim KA, Fagi AM, Pane H, Juliardi I, Adnyana MO, Las I. 2005. Panduan

Inovasi Teknologi Padi di Daerah Terlanda Tsunami. Subang (ID): Badan

Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Manurung SO, Ismunadji M. 1988. Morfologi dan Fisiologi Padi. Hal 63-73. Di

Dalam: Partohardjono M, Syam S, Widjono M ( Eds.). Padi Buku 1. Bogor

(ID): Puslitbangtan.

Narendra A. 2012. Penerapan sistem pertanian berkelanjutan pada budidaya padi

gogo di lahan marginal [Internet]. [diunduh 2013 juli 26]. Tersedia pada:

http://sustainablemovement.wordpress.com/2012/11/

Nasir M. 2002. Bioteknologi Potensi dan Keberhasilannya Dalam Bidang

Pertanian. Jakarta (ID): Grafindo Persada

Notohadiparwiro T. 1989. Dampak Pembangunan Pada Tanah, Lahan dan Tata

Guna Lahan. Pusat Studi Lingkungan. Yogyakarta (ID): Universitas Gajah

Mada.

Oldeman LR. 1975. Agroclimatic Map of Java. Di dalam: Toha HM. 2006. Padi

Gogo dan Pola pengembanganya. Subang (ID): Balai Penelitian Tanaman

Padi.

Ornai JMA. 2010. Uji daya hasil galur-galur harapan padi gogo tipe baru dan

evaluasi ketahanan terhadap penyakit blas [tesis]. Bogor (ID): Institut

Pertanian Bogor.

Pemuliaan Tanaman Terapan. 2008. [Internet]. [diunduh 2013 juli 5]. Tersedia

Pada: http://pttipb.wordpress.com.

Peng S, Cassman KG, Virmani SS, Sheehy J, Khush GS. 1999. Yield potential

trends of tropical rice since the release of IR8 and the challenge of

increasing rice yield potential. Crop Sci. 39:1552-1559

Pirngadi K, Toha HM, Permadi K, Guswara A. 2001. Sistem Olah Tanah dan

Pengelolaan Bahan Organik terhadap Hasil Padi Gogo di Lahan Kering

didominasi Gulma Alang-Alang. Prosiding Seminar Nasional Air, Lahan

dan Pangan. Pusat Penelitian Manageman Air dan Lahan, Lembaga

Penelitian Universitas Sriwijaya. Hal:161-167.

Purwono, Purnamawati H. 2008. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul.

Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Rusdiansyah. 2006. Identifikasi padi gogo dan padi sawah lokal asal kecamatan

Sembakung dan Sebuku Kabupaten Nunukan. Proyek FORMACS-CARE

International Indonesia-Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman

Samarinda. Samarinda

Page 34: PENGUJIAN GALUR-GALUR DIHAPLOID PADI GOGO · genotipe padi gogo yang unggul. Galur tersebut dapat diperoleh dari kultur antera. ... Budidaya Padi Gogo 2 Teknik Pemuliaan Konvensional

20

Safuan LO. 2002. Kendala Pertanian Lahan Kering Masam Daerah Tropika dan

Cara Pengelolaannya. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Safitri H. 2010. Kultur antera dan evaluasi galur haploid ganda untuk

mendapatkan padi gogo tipe baru [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian

Bogor.

Sastrosupadi A. 2000. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian.

Yogyakarta (ID): Kanisius.

Seshu DV, Kwak TS, Mackill DJ. 1986. Global evaluation of rice varieties

reaction to blast diease, p. 1-32. In IRRI. Progress in Uplad Rice Research.

Proceeding of the 1985 Conference. IRRI. Los Banos. Phillippines.

Soemartono, Samad B, Harjono R. 1984. Bercocok Tanam Padi. Jakarta (ID):

CV. Yasaguna.

Soemartono. 1993. Pewarisan sifat komponen hasil padi gogo (Oryza sativa L.).

Ilmu Pertanian. 5(2): 613-622.

Somantri IA, Ambarwati AD, Apriana A. 2003. Perbaikan varietas padi melalui

kultur antera. Prosiding Hasil Penelitian Rintisan dan Bioteknologi

Tanaman. Hal 208-214.

Syukur M, Sujiprihati S, Yunianti R. 2012. Teknik Pemuliaan Tanaman. Bogor

(ID): Penebar Swadaya.

Toha HM, Hawkins R. 1990. Potensi Peningkatan Produksi Tanaman Pangan

melalui Perbaikan Varietas dan Pemupukan di DAS Jratunseluna Bagian

Hulu. Di dalam: Toha HM. 2006. Padi Gogo dan Pola Pengembanganya.

Subang (ID): Balai Penelitian Tanaman Padi.

Toha HM. 2008. Pengembangan padi gogo menunjang program P2BH. Prosiding

Seminar Hasil Penelitian Padi Menunjang P2BH. BBPPTP. Badan Litbang

Pertanian.

Toha H, Suwarno, Yamin M. 2008. Petunjuk Teknis Lapang Pengelolaan

Tanaman Terpadu (PTT) padi Gogo. Jakarta (ID): Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian.

Vergara BS. 1995. Bercocok Tanam Padi. Pusat Nasional PHT, penerjemah.

Bogor (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Balai

Penelitian Tanaman Pangan Sukarami. Bogor. Terjemahan dari: A Farmer’s

Primer on Growing Rice.

Wahyuni S, Nugraha US, Kadir TS. 2004. Hasil dan mutu benih padi gogo pada

lingkungan tumbuh berbeda. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan

[Internet]. [diunduh 2013 April 06]: Vol. 25 No. 1 2006. Tersedia pada:

http:www.litbang.deptan.go.id/.../padi/jpptp_2006_2501.

Yoshida S, Parao FT. 1976. Climatic influence on yield component of lowland

rice in tropics. In International Rice Research Institute, Climate and Rice.

471-489p.

Zapata FJ. 1985. Rice anther culture at IRRI. In Biotechnology in International

Agriculture Research. IRRI. 85-89p.

Page 35: PENGUJIAN GALUR-GALUR DIHAPLOID PADI GOGO · genotipe padi gogo yang unggul. Galur tersebut dapat diperoleh dari kultur antera. ... Budidaya Padi Gogo 2 Teknik Pemuliaan Konvensional

LAMPIRAN

Page 36: PENGUJIAN GALUR-GALUR DIHAPLOID PADI GOGO · genotipe padi gogo yang unggul. Galur tersebut dapat diperoleh dari kultur antera. ... Budidaya Padi Gogo 2 Teknik Pemuliaan Konvensional

22

Lampiran 1 Deskripsi varietas Batutegi

Nomor seleksi : TB154E-TB2

Asal persilangan : B6876B-MR-10/B6128B-TB-15

Golongan : Cere

Umur tanaman : 112-120 hari

Bentuk tanaman : Tegak

Tinggi tanaman : 120-128 cm

Anakan produktif : 8-12 batang

Warna kaki : Hijau

Warna batang : Hijau

Warna telinga daun : tidak berwarna

Warna lidah daun : tidak berwarna

Warna daun : Hijau

Muka daun : Kasar

Posisi daun : Tegak

Daun bendera : Mendatar

Bentuk gabah : Bulat sedang

Warna gabah : Kuning bersih

Kerontokan : Sedang

Kerebahan : Tahan

Tekstur nasi : Pulen

Kadar amilosa : 22.3%

Bobot 1 000 butir : 25 g

Rata- rata hasil : 3.0 t/ha

Potensi hasil : 6.0 t/ha

Ketahanan terhadap

Penyakit : Tahan terhadap blas daun, blas leher, bercak daun

coklat

Cekaman

lingkungan

: Agak toleran terhadap keracunan Al, dan bereaksi

moderat terhadap kekeringan.

Keterangan : Baik dibudidayakan pada lahan kering subur dan

lahan kering podzolik Merah Kuning (PMK) dengan

tngkat keracunanalumunium sedang, dari dataran

rendah sampai ketinggian 500 m dpl.

Pemulia : E. Lubis, M. Diredja, W.S.Ardjasa, B. Kustianto dan

Suwarno.

Teknisi : Tusrimin, Sularjo, Gusnimar dan Ade Santika

Dilepas tahun : 2001

Sumber: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (2011).

Page 37: PENGUJIAN GALUR-GALUR DIHAPLOID PADI GOGO · genotipe padi gogo yang unggul. Galur tersebut dapat diperoleh dari kultur antera. ... Budidaya Padi Gogo 2 Teknik Pemuliaan Konvensional

23

Lampiran 2 Deskripsi varietas Inpago 4

Nomor seleksi : TB490C-TB-1-2-1

Asal persilangan : Batutegi/Cigeulis/Ciherang

Golongan : Cere (Indica)

Umur tanaman : 124 hari

Bentuk tanaman : Tegak

Tinggi tanaman : 134 cm

Anakan produktif : 11 batang

Warna kaki : Hijau

Warna batang : Hijau

Warna telinga daun : tidak berwarna

Warna lidah daun : tidak berwarna

Warna daun : Hijau

Muka daun : Kasar

Posisi daun : Mendatar

Daun bendera : Mendatar

Bentuk gabah : Lonjong

Warna gabah : Kuning Jerami

Kerontokan : Sedang

Kerebahan : Sedang

Tekstur nasi : Pulen

Kadar amilosa : 21%

Bobot 1 000 butir : 25 g

Rata- rata hasil : 4.15 t/ha

Potensi hasil : 6.08 t/ha

Ketahanan terhadap

Penyakit : Tahan terhadap blast (Pyricularia Oryzae)

Cekaman

lingkungan

: Agak toleran terhadap keracunan Al, dan bereaksi

moderat terhadap kekeringan.

Keterangan : Baik ditanam dilahan kering subur, lahan kering

podsolik merah kuning

dengan tingkat keracunan alumunium sedang

Pemulia : Erwina Lubis, Aris Hairmansis, B.Kustianto,

S.Suharsono, Suwarno

Peneliti : Santoso, Anggiani Nasution, Husin M.Toha

Teknisi : Padio,Sunaryo,Endang Suparman,A.Santika,Pantja

H.Siwi

Dilepas tahun : 2009

Sumber: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (2011).

Page 38: PENGUJIAN GALUR-GALUR DIHAPLOID PADI GOGO · genotipe padi gogo yang unggul. Galur tersebut dapat diperoleh dari kultur antera. ... Budidaya Padi Gogo 2 Teknik Pemuliaan Konvensional

24

Lampiran 3 Data klimatologi

Lokasi : Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor

Lintang : 06º31' LS

Bujur : 106º44' BT

Elevasi : 207 m

Bulan

Curah

Hujan

(mm)

Hari

hujan

(HH)

Temperatur

Rata-rata

(ºC)

Kelembaban

Udara (%)

LPM

8 Jam

%

IRM

Cal/Cm2

Des- 12 358.8 26 27.0 85.0 49 285

Jan- 13 509.8 28 26.1 88.0 25 228

Feb- 13 406.2 24 27.15 85.0 49 294

Mar-13 289.8 26 27.7 84.0 63 330

Apr-13 216.0 25 27.95 85.0 61 314

Keterangan: LPM (Lama penyinaran matahari), IRM (Intesitas Radiasi Matahari)

Page 39: PENGUJIAN GALUR-GALUR DIHAPLOID PADI GOGO · genotipe padi gogo yang unggul. Galur tersebut dapat diperoleh dari kultur antera. ... Budidaya Padi Gogo 2 Teknik Pemuliaan Konvensional

25

Lampiran 4 Foto penelitian

Pengolahan tanah Penanaman penyiangan

Tanaman 4 MST Serangan belalang Pengamatan

Gulma Penggunaan Jaring Serangan Penggerek batang

Berbunga Panen Serangan walang sangit

Page 40: PENGUJIAN GALUR-GALUR DIHAPLOID PADI GOGO · genotipe padi gogo yang unggul. Galur tersebut dapat diperoleh dari kultur antera. ... Budidaya Padi Gogo 2 Teknik Pemuliaan Konvensional

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Papar, Sabah, Malaysia pada 3 September 1985.

Penulis adalah anak kedua dari pasangan Sattu Tjonggeng dan Dg. Ajar binti

Zakaria. Penulis lulus SMA pada tahun 2002. Setelah lulus SMA penulis sempat

bekerja sebagai pegawai perusahaan swasta selama 2 tahun. Pada tahun 2006

penulis meneruskan pendidikannya lagi di Institut Pertanian Sabah, Malaysia

selama 2 tahun dan mengambil pengkhususan dalam bidang Peladangan Kelapa

Sawit. Setelah lulus, pada tahun 2008 penulis melanjutkan studi di Institut

Pertanian Bogor dan diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan

Hortikultura.

Penulis aktif mengikuti organisasi luar akademik yaitu Persatuan

Kebangsaan Pelajar Malaysia di Indonesia (PKPMI) cabang Bogor. Di dalam

organisasi penulis pernah memegang jabatan sebagai Ketua Hal Ehwal Pelajar

sesi 2010/2011, Exco Imigerasi sesi 2011/2013 dan Timbalan Ketua Pelajar sesi

2011/2012. Penulis juga aktif dalam olahraga sehingga pernah mengikuti lomba

futsal (PKPMI) seluruh Indonesia di Bandung pada tahun 2011 dan 2012.