pengkajian sistem tumpang sari baris ganda jagung...
TRANSCRIPT
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU UTARA BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN
2 0 1 1
LAPORAN AKHIR TAHUN 2011
PENGKAJIAN SISTEM TUMPANG SARI BARIS GANDA JAGUNG SRIKANDI KUNING DAN KACANG TANAH
TOPO UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI JAGUNG SEBESAR 40 % PER HA
OLEH :
Nofyarjasri Saleh, SP. Yayat Hidayat, SP.
Miskat Ramdhani, M.Si. Ahmad Yunan Arifin, MSi
Wawan Sulistiono, SP, MP. Hermawati Cahyaningrum, SP.
Lubna Baguna, SP.
ii
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU UTARA
2 0 1 1
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN AKHIR 2011
1. Judul Kegiatan : Pengkajian Sistem Tumpang Sari Baris ganda Jagung Srikandi Kuning dan Kacang Tanah Topo untuk Meningkatkan Pendapatan Petani Jagung sebesar 40 % per Ha
2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku Utara
3. Alamat Unit Kerja : Kota Tidore Kepulauan – Maluku Utara
4. Penanggung Jawab
a. Nama : Nofyarjasri Saleh, SP
b. Pangkat/Golongan : Penata,/ IIIc
c. Jabatan
c.1. Struktural :
c.2. Fungsional : Penyuluh Pertanian Muda
5. Lokasi Kegiatan : Kec. Malifut Kab. Halmahera Utara
6. Status Kegiatan : Baru
7. Tahun dimulai : 2011
8. Tahun ke- : I (satu)
9. Biaya Kegiatan TA.2011 : Rp. 72.708.000,-
(Tujuh puluh dua juta tujuh ratus delapan ribu rupiah.)
iii
Mengetahui, Kepala Balai,
Penanggung Jawab Kegiatan
Dr. Ir. Moh. Ismail Wahab, MSi.
Nofyarjasri Saleh, SP
NIP. 19650617 199103 1 002 NIP.19641128 199303 1 002
iv
KATA PENGANTAR
Upaya peningkatan pendapatan petani jagung di Maluku utara saat ini
terus dilakukan dengan mengoptimalkan produktivitas lahan. Salah satu cara
yang digunakan adalah melalui pola tumpangsari jagung kacang tanah.
Dengan menjaga produktivitas jagung tetap optimal maka pendapatan dapat
ditingkatkan dari hasil produksi kacang tanah.
Salah satu cara yang dilakukan yaitu dengan adanya pengkajian pola
tanam tumpang sari baris ganda jagung Srikandi Kuning dengan sisipan
kacang tanah kultivar Topo dalam meningkatkan pendapatan petani jagung.
Pola tanam tumpang sari baris ganda jagung Srikandi Kuning dengan sisipan
kacang tanah kultivar Topo dilakukan dengan jarak tanam jagung
(20x20x140 cm) dan kacang tanah dengan jarak tanam 30x10 cm. Peubah
yang diamati adalah kondisi eksisting petani dan pola budidaya jagung,
pertumbuhan tanaman vegetatif, komponen hasil, dan komponen biaya dan
penerimaan usahatani serta respon petani terhadap teknologi.
Dari hasil pengkajian ini diharapkan diperoleh paket teknologi tumpang
sari baris ganda yang bisa diterima dan diadopsi petani sehingga dapat
meningkatkan pendapatan petani jagung sebesar 40%.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan akhir ini masih
terdapat banyak kekurangan oleh karena itu, kami mengharapkan masukkan
untuk penyempurnaan. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan petunjuk teknis ini, kami sampaikan terima kasih, semoga
petunjuk teknis ini berguna bagi yang memerlukan.
Sofifi, Desember 2011
Kepala Balai, Dr. Ir. Moh. Ismail Wahab, MSi.
NIP. 19650617 199103 1 002
v
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan Laporan Akhir 2011 .................................... iii Kata Pengantar ......................................................................... iv Daftar Isi .................................................................................. v Daftar Tabel .............................................................................. vi Ringkasan ................................................................................. vii Executive Summary ................................................................... ix I Pendahuluan ............................................................................. 1
1.1 Latar belakang .................................................................. 1 1.2 Dasar pertimbangan ........................................................... 2 1.3 Tujuan ............................................................................. 2 1.4 Keluaran .......................................................................... 2 1.5 Prakiraan Manfaat ............................................................. 2 1.6 Prakiraan Dampak ............................................................ 3 II Tinjauan Pustaka ....................................................................... 4 III Metodologi ................................................................................ 6 3.1 Waktu dan Lokasi Pengkajian ............................................. 6 3.2 Bahan dan Alat ................................................................. 6 3.3 Metode Pengkajian ........................................................... 6 3.4 Pelaksanaan Pengkajian .................................................... 6 3.5 Pengamatan ..................................................................... 9 IV Hasil dan Pembahasan . .............................................................. 11 4.1 Keragaan Sistem Tumpangsari Baris Ganda Jagung – Kacang Tanah .............................................................................. 11 4.1.1 Pelaksanaan Participatory Rural Appraisal (PRA) ......... 11 4.1.2 Keragaan Sistem Tumpangsari Baris Ganda Jagung Srikandi Kuning – Kacang Tanah Topo ....................... 13 4.2 Perkembangan dan Pertumbuhan Tanaman ........................ 16 4.3 Analisis Kesuburan Hara Tanah .......................................... 18 4.4 Analisis Usahatani Sistem Tumpangsari Jagung Kacang Tanah ................................................................... 20 4.5 Respon Petani Terhadap Introduksi Teknologi ..................... 22 V Kesimpulan dan Saran ............................................................... 24 5.1 Kesimpulan ...................................................................... 24 5.2 Saran ............................................................................... 24 Daftar Pustaka .................................................................................. 25 Dokumentasi Kegiatan ....................................................................... 26
vi
DAFTAR TABEL
Tabel Uraian Hal
1 Perkembangan dan Pertumbuhan Tanaman Jagung .................... 16
2 Komponen Hasil Tanaman Jagung ............................................. 16
3 Perkembangan dan Pertumbuhan Tanaman Kacang Tanah ......... 17
4 Komponen Hasil Tanaman Kacang Tanah Topo .......................... 18
5 Kandungan Hara Tanah Sebelum, Pelaksanaan, dan Sesudah Pengkajian Sistem Tumpansari Jagung – Kacang Tanah ..............
19
6 Analisis Usahatani Sistem Tumpangsari Baris Ganda Jagung Srikandi Kuning dengan Kacang Tanah Seluas 1 Ha ....................
20
7 Analisis Usahatani Sistem Monokultur Jagung Seluas 1 Ha .......... 21
8 Rekapitulasi Hasil Kuisioner Introduksi Sistem Tumpangsari Baris Ganda Jagung Srikandi Kuning dengan Kacang Tanah Topo ........
23
vii
RINGKASAN
Pola pertanaman sistem tumpang sari baris ganda jagung dengan sisipan
kacang tanah dapat memberikan keuntungan di antaranya pemakaian tenaga
kerja lebih efektif, populasi tanaman dapat diatur, penggunaan lahan dan sinar
matahari lebih efisien, mengurangi gulma, diperoleh hasil produksi lebih dari satu
macam, mempertahankan kelestarian kesuburan tanah, dan dapat terhindar dari
serangan hama dan penyakit tertentu. Dengan pola tanam ini, diharapkan
memberi nilai tambah sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani jagung
dari tanaman sela kacang tanah sebesar 40 %. Pola tumpangsari jagung-kacang
tanah merupakan sistem baru di Maluku Utara sehingga belum ada rekomendasi
teknologi yang spesifik lokasi dan dapat dengan mudah diadopsi petani. Untuk
itu dilakukan pengkajian pola tumpangsari baris ganda jagung dan kacang tanah.
Pengkajian ini dilaksanakan di Desa Tafasoho Kecamatan Malifut
Kabupaten Halmahera Utara mulai dari Maret sampai denga Desember 2011.
Pada pengkajian ini menggunakan pendekatan before-after. Perlakuan yang diuji
adalah teknologi pola tumpang sari baris ganda jagung-kacang tanah. Sedangkan
perlakuan kontrolnya adalah pola monokultur jagung yang pada musim tanam
sebelumnya yang diusahakan petani. Analisis data dengan menggunakan statistik
deskriptif. Untuk mengetahui perbedaan dari sisi pendapatan usahatani maka
digunakan analisis margin benefit cost ratio (MBCR).
Kegiatan pengkajian dimulai dengan participatory rural appraisal (PRA)
untuk mengetahui karakterisasi masyarakat di lokasi. Secara agronomis pola
tumpangsari baris ganda jagung Srikandi Kuning dengan kacang tanah kultivar
Topo dapat tumbuh optimal dengan produktivitas jagung 6,35 ton/ha dan kacang
tanah 1,04 ton/ha. Hal itu menunjukkan bahwa tumpangsari baris ganda jagung
Srikandi Kuning dan kacang tanah Topo dapat meningkatkan produktivitas lahan
pertanian dan membentuk interaksi saling menguntungkan.
Secara finansial nilai R/C yang diperoleh dari tumpangsari baris ganda
jagung kacang Srikandi Kuning dengan kacang tanah Topo adalah sebesar 2,68
berarti bahwa setiap Rp. 1,- biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan
penerimaan sebesar 2,68,-. Sehingga usahatani tersebut layak untuk
dikembangkan.
viii
Penerapan pola tumpang sari baris ganda jagung Srikandi Kuning dengan
kacang tanah Topo memberikan peningkatan pendapatan sekitar 92 % atau Rp.
6.605.000,-. Adanya peningkatan pendapatan tersebut dihasilkan dari tambahan
penerimaan kacang tanah sebagai tanaman sela pada pola tumpang sari baris
ganda. Kandungan hara P, K, C-organik dan pH tanah di lokasi pengkajian tidak
mengalami perubahan antara hasil pengujian sebelum, pelaksanaan dan sesudah
pengkajian. Respon petani dari hasil kuisioner yang dibagikan sangat antuias
untuk mengaplikasikan introduksi teknologi sistem tumpangsari baris ganda
jagung kacang tanah.
ix
EXECUTIVE SUMMARY
Cropping pattern of double row intercropping maize with peanut inserts can
provide benefits include more effective use of manpower, plant populations can
be regulated, land use and sunlight more efficiently, reduce weeds, the results
obtained by the production of more than one kind, retaining fertility preservation
soil, and can avoid the attack of pests and certain diseases. With this cropping
pattern, expected to provide value-added so as to increase the income of corn
farmers plant peanuts interrupted by 40%. Pattern of maize-peanut intercropping
is a new system in North Maluku, so there is no recommendation of specific
technologies and locations can be easily adopted by farmers. For that conducted
the assessment pattern of double row intercropping maize and peanuts.
The assessment was conducted in the Village Tafasoho Malifut North
Halmahera district from March until the premises in December 2011. In this
assessment using the before-after approach. The treatments were tested
technology is a double row intercropping patterns of maize-peanuts. While the
control treatment is a monoculture of corn in the previous growing season
farmers cultivated. Data analysis using descriptive statistics. To find the
difference of the farm income is used margin benefit cost ratio analysis (MBCR).
Assessment activities began with participatory rural appraisal (PRA) to
determine the location of community characterization. In agronomic pattern of
double row intercropping Srikandi Kuning maize with Topo peanuts cultivars can
grow optimally with the productivity of maize 6.35 t/ha and peanuts 1.04 t/ha. It
shows that the double row intercropping maize and peanuts Heroine Yellow Topo
can increase the productivity of agricultural land and form a mutually beneficial
interaction.
Financially, the value of R / C obtained from the double row intercropping
Srikandi Kuning maize with Topo peanuts amounted to 2.68 means that each Rp.
1, - the cost will generate revenues of 2.68, -. So farming is feasible to develop.
Application of a double row intercropping pattern Srikandi Kuning maize with
Topo peanuts provides increased revenue about 92% or Rp. 6.605.000, -. An
increase in revenue was generated from the additional revenue as a plant
peanuts between the double row intercropping pattern. Nutrient content of P, K,
x
C-organic and soil pH on-site assessment has not changed the test results
before, and after the implementation of the assessment. The response of farmers
from the results of questionnaires that were distributed very enthusiastic to apply
the technology introduction double row intercropping corn peanuts.
xi
PENGKAJIAN SISTEM TUMPANG SARI BARIS GANDA JAGUNG SRIKANDI KUNING DAN KACANG TANAH TOPO UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI JAGUNG SEBESAR 40 %
PER HA
Nofyarjasri, Yayat, Miskat, Yunan, Wawan, Hermawati, dan Lubna Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku Utara
PENDAHULUAN
Budidaya jagung di Maluku Utara lebih banyak diusahakan di lahan kering
dengan rata-rata produktivitas masih rendah (3,4 ton/ha). Rendahnya
produktivitas tersebut menjadi salah satu penyebab pendapatan petani jagung
sulit meningkat. Apalagi sistem budidaya monokultur yang diusahakan
memberikan risiko kegagalan yang tinggi.
Peningkatan produktivitas lahan dengan tanaman jagung dan kacang
tanah di Maluku Utara dapat dilakukan dengan perbaikan teknik budidaya melalui
sistem tumpangsari. Tumpang sari merupakan usaha menanam beberapa jenis
tanaman pada lahan dan waktu yang sama, yang diatur sedemikian rupa dalam
barisan-barisan tanaman (Warsana, 2009). Sistem tumpang sari lebih
menguntungkan dibandingkan dengan sistem monokultur karena produktivitas
lahan menjadi lebih tinggi, jenis komoditas yang dihasilkan beragam, hemat
dalam pemakaian sarana produksi dan risiko kegagalan dapat diperkecil (Beets,
1982).
Sistem tumpang sari juga dapat memperkecil tingkat erosi, bahkan cara
ini dapat mempertahankan kesuburan tanah (Ginting dan Yusuf, 1982). Tumpang
sari dapat meningkatkan produktivitas lahan pertanian jika jenis-jenis tanaman
yang dikombinasikan dalam sistem ini membentuk interaksi saling
menguntungkan (Vandermeer, 1989).
Kombinasi antara jenis tanaman legum dan non legum dapat
meningkatkan produktivitas lahan pertanian. Pola tumpangsari jagung-kacang
tanah merupakan sistem baru di Maluku Utara sehingga adanya rekomendasi
teknologi yang spesifik lokasi dapat dengan mudah diadopsi petani.
xii
METODOLOGI
Pengkajian dilakukan secara partisipatif pada lahan petani kooperator
seluas 1 ha pada kelompok tani Ama Minye Gapoktan Tagamat di Desa Tafasoho
Kecamatan Malifut Kabupaten Halmahera Utara. Tempat pelaksanaan kegiatan
termasuk lahan kering iklim basah dataran rendah pada ketinggian + 7 m dpl
dengan jenis tanah lempung berpasir. Waktu kegiatan dilaksanakan pada musim
tanam Januari-Desember 2011.
1.1 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah benih jagung varietas Srikandi Kuning
dengan kelas benih dasar (FS) sebanyak 25 kg, benih kacang tanah kultivar Topo
sebanyak 55 kg biji, pupuk urea, NPK phonska, pestisida (furadan) dan herbisida
(gramoxon). Sedangkan peralatan yang digunakan adalah Perangkat uji tanah
kering (PUTK), handsprayer, cangkul, traktor, sabit, penggaris, dan timbangan.
1.2 Metode pengkajian
Pada pengkajian ini menggunakan pendekatan before-after. Perlakuan
yang diuji adalah teknologi pola tumpang sari baris ganda jagung-kacang tanah.
Sedangkan perlakuan kontrolnya adalah pola monokultur jagung yang pada
musim tanam sebelumnya yang diusahakan petani. Analisis data dengan
menggunakan statistik deskriptif. Untuk mengetahui perbedaan dari sisi
pendapatan usahatani maka digunakan analisis margin benefit cost ratio (MBCR)
1.3 Pelaksanaan Pengkajian
Introduksi paket teknologi tumpang sari baris ganda jagung Srikandi
Kuning dengan sisipan kacang tanah Topo adalah sebagai berikut :
1. Pelaksanaan participatory rural appraissal (PRA) untuk mengetahui
kondisi eksisting pola pertanaman jagung di lokasi pengkajian.
2. Persiapan tanam
Pada persiapan tanam dimulai dengan pengolahan tanah sempurna
yang dikerjakan pada waktu memasuki musim penghujan. Pengolahan
tanah bertujuan untuk menggemburkan tanah sekaligus menghilangkan
xiii
gulma. Setelah lahan selesai diolah, selanjutnya dilakukan pengujian
kandungan unsur hara dengan menggunakan Perangkat Uji Tanah Kering
(PUTK).
3. Penanaman
Pola tanam tumpang sari baris ganda jagung Srikandi Kuning dengan
sisipan kacang tanah, diatur di mana jagung sebagai tanaman pokok dan
kacang tanah sebagai tanaman sela. Benih jagung Srikandi Kuning yang
ditanam adalah jagung komposit (bersari bebas) berlabel FS yang sudah
diberi seed treatment. Lubang tanam dibuat dengan cara ditugal 2-3 cm,
dengan jarak tanam baris ganda (20X20x140 cm), jarak tanam dalam
barisan 20 cm, antar barisan 20 cm, dan antar barisan ganda 160 cm.
Untuk kacang tanah yang akan ditanam adalah kacang tanah lokal,
dengan klon kacang tanah Topo. Jarak tanaman kacang tanah dalam
setiap lorongnya disisipkan sebanyak 3 baris, dengan jarak tanam 30x10
cm, dan jarak kacang tanah dari tanaman jagung adalah 40 cm.
4. Pemupukan
Pemupukan pola tumpang sari menggunakan pupuk organik (pupuk
kandang) dan pupuk anorganik. Pupuk kandang diberikan sebagai pupuk
dasar yang diberikan sebelum penanaman. Selanjutnya pemupukan
jagung dilakukan dua kali yaitu pada saat 7-10 HST dan saat tanaman
telah berumur 28-30 HST.
5. Penyulaman tanaman
Pemeliharaan tanaman meliputi beberapa kegiatan antara lain
penyulaman, penyiangan, dan pembumbunan. Penyulaman sebaiknya
dilakukan pada saat tanaman berumur 4-7 HST untuk jagung, dan 5-10
HST untuk kacang tanah.
6. Penyiangan dan pembumbunan
penyiangan dan pembumbunan dilakukan paling tidak dua kali atau
menyesuaikan dengan kondisi gulma, bila gulma tumbuh dominan dapat
dilakukan penyiangan lagi. Penyiangan I dilakukan pada saat tanaman
berumur 15 HST, sedangkan yang kedua dilakukan setelah tanaman
berumur 30 HST sebelum pemupukan susulan II.
xiv
20 cm
cm
140 cm
cm 30 cm
cm 10 cm
cm
20 cm
cm
40 cm
cm
Keterangan :
Jagung
Kacang Tanah
7. Pengendalian hama penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menerapkan pola
pengelolaan hama penyakit terpadu.
8. Panen
Pemanenan jagung dapat dilakukan setelah tanaman berumur sekitar
90 HST. Kacang tanah dapat dipanen apabila telah berumur + 100 HST.
Untuk analisis data kesuburan tanah di lokasi kegiatan dilakukan uji
kandungan hara tanah dengan menggunakan Perangkat Uji Tanah Kering
(PUTK). Pengujian dilakukan sebelum penanaman dan setelah panen. Hal
tersebut dilakukan untuk membadingkan kandungan hara tanah sebelum
dengan sesudah menggunakan pola tanam tumpang sari baris ganda.
Lay out pengkajian pola tanam tumpang sari baris ganda jagung Srikandi
Kuning dengan sisipan kacang tanah Topo.
xv
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.1 Keragaan Sistem Tumpang Sari Baris Ganda Jagung Srikandi
Kuning - Kacang Tanah Topo
Persiapan tanam dimulai dengan pengolahan tanah sempurna yang
dikerjakan pada waktu memasuki musim penghujan (24 Agustus 2011).
Pengolahan tanah bertujuan untuk menggemburkan tanah sekaligus
menghilangkan gulma. Kemudian dibuat alur guludan yang memanjang dengan
arah manghadap barat – timur. Setelah lahan selesai diolah, selanjutnya
dilakukan pengujian kandungan unsur hara dengan menggunakan Perangkat Uji
Tanah Kering (PUTK). Di mana pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui
pengaruh pola tanam tumpang sari jagung baris ganda dengan sisipan kacang
tanah, apakah dengan pola tanam tersebut berpengaruh terhadap penyerapan
kandungan hara tanah atau tidak.
Penanaman dilaksanakan dalam dua tahap yaitu tanam I (12-13
September 2011) dan tanam II (24-25 September 2011). Penanaman pada
sistem baris ganda dilakukan dengan menanam kacang tanah terlebih dahulu,
kemudian sekitar 2 MST kacang tanah ditanam jagung dengan jarak yang sudah
diatur seperti gambar lay out format pengkajian. Adanya perbedaan tanam
antara jagung dan kacang tanah ini dimaksudkan, karena jika jagung ditanam
terlebih dahulu, maka pertumbuhan kacang tanah akan terhambat akibat
naungan daun jagung yang lebar.
Untuk kacang tanah yang akan ditanam adalah kacang tanah lokal,
dengan klon kacang tanah Topo, varietas ini rata-rata mempunyai 2 biji /polong
dan warna biji merah. Jarak tanaman kacang tanah dalam setiap lorongnya
disisipkan sebanyak 3 baris, dengan jarak tanam 30x10 cm, dan jarak kacang
tanah dari tanaman jagung adalah 40 cm. Populasi kacang tanah dalam setiap 1
ha dengan jarak tanam 25x25 cm adalah sekitar 160.000 tanaman atau sekitar
75% dengan pola tanam sisipan pada tumpang sari baris ganda dibandingkan
pola monokultur. Kebutuhan benih untuk setiap 1 ha lahan dengan pola ini
adalah 55 kg biji kering.
xvi
Sistem tanam tumpang sari baris ganda jagung Srikandi Kuning dengan
sisipan kacang tanah, diatur di mana jagung sebagai tanaman pokok dan kacang
tanah sebagai tanaman sela. Benih jagung Srikandi Kuning yang ditanam adalah
jagung komposit (bersari bebas) berlabel FS yang sudah diberi seed treatment.
Lubang tanam dibuat dengan cara ditugal 2-3 cm, dengan jarak tanam baris
ganda (20X20x140 cm), jarak tanam dalam barisan 20 cm, antar barisan 20 cm,
dan antar barisan ganda 140 cm. Kebutuhan benih jagung setiap hektar dengan
pola tanam tumpang sari baris ganda adalah sama dengan cara monokultur yaitu
sekitar 25 kg/ha (1 biji/lubang). Sehingga jumlah populasi jagung adalah sekitar
62.500 batang.
Pemupukan pada pengkajian pola tumpang sari ini menggunakan pupuk
organik (pupuk kandang) dan pupuk anorganik. Pupuk kandang diberikan
sebagai pupuk dasar yang diberikan sebelum penanaman dengan dosis 1000
kg/ha. Selanjutnya pemupukan jagung dilakukan dua kali yaitu pada saat 7-10
HST dan saat tanaman telah berumur 28-30 HST. Dosis pupuk untuk jagung
adalah 300 kg urea dan 450 kg NPK Ponska. Sedangkan dosis pupuk untuk
kacang tanah adalah 40 kg urea, dan 350 Kg NPK Ponska, yang diberikan
sekaligus bersamaan dengan pemupukan I jagung.
Penggunaan pupuk NPK ponska pada pengkajian dikarenakan
ketersediaan pupuk tunggal (SP36 dan KCl)di lapangan sangat sulit untuk
mendapatkannya, namun penggunaan NPK ponska tersebut berdasarkan
konversi dari kebutuhan pupuk tunggal ke pupuk majemuk berdasarkan uji
PUTK. Pemupukan dilakukan dengan mencampur semua pupuk menjadi satu,
kemudian dibuat larikan dekat barisan tanaman ( + 5 cm dari batang tanaman
dengan kedalaman 5-7 cm), pupuk ditabur dalam larikan kemudian ditutup lagi
dengan tanah. Untuk pemupukan kedua disesuaikan dengan kondisi tajuk
tanaman. Sedangkan untuk kacang tanah sama dengan jagung, hanya 1 kali
pemupukan.
Pemeliharaan tanaman meliputi beberapa kegiatan antara lain
penyulaman, penyiangan, dan pembumbunan. Penyulaman dilakukan pada saat
tanaman berumur 4-7 HST untuk jagung, dan 5-10 HST untuk kacang tanah.
Penyulaman dilakukan agar tidak ada spot-spot kosong yang akan diisi oleh
gulma di antara tanaman. Untuk mengatasi gulma di area pertanaman,
penyiangan dan pembumbunan dilakukan paling tidak dua kali atau
xvii
menyesuaikan dengan kondisi gulma, bila gulma tumbuh dominan dapat
dilakukan penyiangan lagi.
Penggunaan herbisida (gramoxon) digunakan juga untuk mengatasi
gulma dan disesuaikan dengan kondisi gulma di lapangan. Penyiangan I
dilakukan pada saat tanaman berumur 15 HST, sedangkan yang kedua dilakukan
setelah tanaman berumur 30 HST sebelum pemupukan susulan II. Pada
penyiangan ini sekaligus dilakukan pembumbunan, dengan cara menggemburkan
tanah di sekitar batang. Untuk kacang tanah dilakukan pembumbunan sekali lagi
pada saat tanaman berumur 40 HST.
Pengendalian hama penyakit dilakukan agar tanaman dapat tumbuh dan
berkembang optimal. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan
menerapkan pola pengelolaan hama penyakit terpadu. Penggunaan pestisida
hanya diperkenankan setelah terlihat adanya hama yang dapat membahayakan
proses produksi jagung. Adapun pestisida yang digunakan yaitu pestisida yang
dipakai untuk mengendalikan ulat. Pelaksanaan penyemprotan hendaknya
memperlihatkan kelestarian musuh alami dan tingkat populasi hama yang
menyerang, sehingga perlakuan ini akan lebih efisien. Pengamatan OPT
dilakukan mulai dari tanam sampai menjelang panen, dengan interval waktu 10
hari.
Pemanenan jagung dan kacang tanah dilaksanakan bersamaan, hal
tersebut karena waktu penanaman berbeda sehingga waktu panen bisa
dilakukan bersamaan. Pemanenan jagung dilakukan setelah tanaman berumur
sekitar 95 HST, dengan tanda-tanda biji jagung cukup tua untuk dipanen, yaitu :
klobot telah berwarna kuning kecoklatan, bila dikupas biji mengkilap, dan bila
ditekan dengan kuku tidak meninggalkan bekas. Cara panen dilakukan dengan
menyabit batang jagung setinggi pinggang, kemudian jagung langsung dipetik
dan dijemur sampai kadar air 12%.
Kacang tanah dipanen apabila telah berumur + 100 HST. Adapun tanda-
tanda panen adalah sebagai berikut : tanaman telah tua dengan sebagian besar
daun telah menguning, bila dicabut 75 % polong mengeras dan guratan pada
kulit polong terlihat nyata. Cara panen dilakukan dengan mencabut tanaman.
Untuk menghindari banyak polong yang tertinggal dalam tanah, diusahakan
panen dilakukan pada kondisi tanah lembab.
xviii
4.2 Perkembangan dan Pertumbuhan Tanaman
Pengamatan kegiatan di lapangan difokuskan pada komponen
perkembangan tanaman serta komponen hasil. Adapun data perkembangan
tanaman dapat dilihat pada Tabel berikut :
Tabel 1. Perkembangan dan Pertumbuhan Tanaman Jagung
Perkembangan dan pertumbuhan jagung dengan pola tumpangsari baris
ganda dengan kacang tanah secara morfologis dapat tumbuh optimal ( Tabel 1).
Pada pengamatan 21 HST rerata pertumbuhan tinggi tanaman adalah 68,56 cm,
dan rerata tinggi maksimal adalah 188,22 cm. Berdasarkan deskripsi varietas
jagung srikandi kuning, rata-rata jumlah tongkol per tanaman adalah 1 buah
sedangkan hasil pengkajian rerata jumlah tongkol adalah 1,22 buah/tanaman
dengan rerata kedudukan tongkol 104,56 cm.
Tabel 2. Komponen Hasil Tanaman Jagung
xix
Berdasarkan Tabel 2. Komponen hasil yang disajikan untuk jagung
Srikandi Kuning adalah sebagai berikut, rerata panjang tongkol 19,66 cm dengan
rerata jumlah baris per tongkol 13,89 dan rerata jumlah biji per tongkol sebanyak
513,44 biji. Untuk berat 1000 butir, reratanya 2,78 dan produktivitasnya 6,35
ton/ha. Hal tersebut menunjukkan bahwa produktivitas jagung srikandi kuning
yang ditanam dengan pola tumpang sari baris ganda mempunyai potensi hasil
sesuai dengan deskripsi tanamannya dan dengan optimalisasi lahan provitasnya
masih bisa sama dengan sistem monokultur.
Tabel 3. Perkembangan dan Pertumbuhan Tanaman Kacang Tanah
Lanjutan Tabel 3. Perkembangan dan Pertumbuhan Tanaman Kacang Tanah
Tabel 3. menunjukkan bahwa pertumbuhan kacang tanah Topo masih
bisa optimal walaupun ditumpangsarikan dengan tanaman jagung. Hal tersebut
dapat dilihat rerata jumlah cabang maksimal 7,67 dan jumlah daun majemuknya
80,33 dengan rerata tinggi tanaman 53 cm. Dilihat dari jumlah bakal biji yaitu
dari rerata jumlah ginofornya 39,89 hal tersebut menunjukkan bahwa kultivar
kacang tanah Topo mempunyai potensi daya hasil yang tinggi. pada
xx
perkembangannya intensitas serangan OPT terutama tikus mulai menyerang
tanaman pada fase pemasakan biji, namun masih bisa dikendalikan dengan
sanitasi lingkungan dan pengaplikasian pestisida sistemik dengan dosis minimal.
Tabel 4. Komponen Hasil Tanaman Kacang Tanah
Data komponen hasil kacang tanah dari hasil pengkajian tumpangsari
baris ganda disajikan pada Tabel 4. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa rerata
jumlah polong per tanaman adalah 21,22 dan rerata polong hampa/ tanamannya
1,89 sedangkan untuk rerata berat per 100 biji dengan kadar air 14% adalah
45,73 serta produktivitasnya 1,04 ton/ha dengan produksi riil dilapangan 780 kg.
Berdasarkan data di atas, kultivar kacang tanah Topo yang ditanam dengan
tumpangsari baris ganda dengan jagung dapat berproduksi optimal walaupun
tumbuh dalam naungan tanaman jagung. Hal itu menunjukkan bahwa
tumpangsari baris ganda jagung Srikandi Kuning dan kacang tanah Topo dapat
meningkatkan produktivitas lahan pertanian dan membentuk interaksi saling
menguntungkan (Vandermeer, 1989).
4.3 Analisis Kesuburan Hara Tanah
Analisis data kesuburan tanah di lokasi kegiatan dilakukan melalui uji
kandungan hara tanah dengan menggunakan Perangkat Uji Tanah Kering
(PUTK). Pengujian dilakukan sebelum penanaman, pelaksanaan (vegetative dan
generative) dan setelah panen. Hal tersebut dilakukan untuk membandingkan
kandungan hara tanah sebelum dengan sesudah menggunakan pola tanam
tumpang sari baris ganda. Data kandungan hara P, K, C organik dan pH tanah
dapat dilihat pada Tabel berikut.
xxi
Tabel 5. Kandungan Hara Tanah Sebelum, Pelaksanaan Dan Sesudah Pengkajian Sistem Tumpang Sari Jagung- Kacang Tanah
Pengujian Sebelum Pelaksanaan I
(vegetative)
Pelaksanaan II
(generative) Sesudah
P
K
C-Organik
pH
Berdasarkan Tabel 5. data kandungan hara P, K, C-organik dan pH tanah
di lokasi pengkajian tidak mengalami perubahan antara hasil pengujian sebelum,
pelaksanaan dan sesudah pengkajian. Hal tersebut menunjukkan bahwa dengan
adanya sistem tumpang sari jagung kacang tanah tidak berpengaruh terhadap
pengurasan kandungan hara tanah. Namun jika dilihat dari hasil penelitian yang
sudah dilakukan, tanaman jagung secara monokultur sangat membutuhkan
masukkan hara yang banyak bagi pertumbuhannya, sehingga dapat
menyebabkan perubahan kandungan hara antara sebelum dan sesudahnya.
Tidak terjadinya pengurasan kandungan hara tanah pada pengkajian tumpang
xxii
sraai jagung kacang tanah bisa disebabkan adanya interaksi mutualisme antara
jagung dan kacang tanah.
4.4 Analisis Usahatani Sistem Tumpang Sari Jagung Kacang Tanah
Tabel 6. Analisis Usahatani Sistem Tumpangsari Baris Ganda Jagung Srikandi Kuning dengan Kacang Tanah Topo seluas 1 Ha
Tabel 6. menunjukkan bahwa untuk tanaman sistem tumpang sari baris
ganda dalam 1 Ha dapat menghasilkan produksi jagung sebanyak 6.350 kg
dengan harga jual rata-rata Rp. 2.000,- per kg, maka besarnya penerimaan yang
diperoleh mencapai Rp. 12.700.000,-. Dan produksi kacang tanah sebanyak 780
kg dengan harga jual rata-rata Rp. 12.000,- penerimaan yang diperoleh Rp.
9.360.000,- sehingga total penerimaan dari jagung dan kacang tanah Rp.
22.060.000,- Sedangkan total biaya yang dikeluarkan untuk usaha tani sistem
tumpang sari baris ganda sebesar Rp. 8.240.000,-. pendapatan bersih yang
diperoleh dari sistem tersebut adalah Rp. 13.820.000,-.
xxiii
Hasil analisis finansial menunjukan pula bahwa nilai R/C yang diperoleh
sebesar 2,68 berarti bahwa setiap Rp. 1,- biaya yang dikeluarkan akan
menghasilkan penerimaan sebesar 2,68,- ini berarti bahwa analisa usaha dari
kegiatan introduksi sistem tumpang sari baris ganda jagung Srikandi Kuning
dengan kacang tanah Topo layak untuk dilaksanakan lagi untuk kegiatan-
kegiatan berikutnya karena dapat memberikan keuntungan yang memadai.
Tabel 7. Analisis Usahatani Sistem Monokultur Jagung seluas 1 Ha
Analisis usahatani sistem monokultur jagung pola petani seluas 1 Ha
dapat dilihat pada Tabel 7. Hasil yang diperoleh adalah produksi jagung
sebanyak 6.000 kg dengan harga jual rata-rata Rp. 2.000,- per kg, maka
besarnya penerimaan yang diperoleh mencapai Rp. 12.000.000,- Sedangkan total
biaya yang dikeluarkan untuk usaha tani sistem monokultur jagung sebesar Rp.
4.785.000,- . pendapatan bersih yang diperoleh dari sistem tersebut adalah Rp.
7.215.000,-.
Secara finansial usaha tani monokultur menunjukan layak juga untuk
diusahakan, hal tersebut dilihat dari nilai R/C 2,51. Namun jika dibandingkan
xxiv
antara pola tumpang sari dengan monokultur terdapat perbedaan terutama
adanya peningkatan pendapatan sekitar 92 % atau Rp. 6.605.000,-. Adanya
peningkatan pendapatan tersebut dihasilkan dari tambahan penerimaan kacang
tanah sebagai tanaman sela pada pola tumpang sari baris ganda. Jika
dibandingkan besarnya penerimaan jagung secara monokultur dengan jagung
sistem baris ganda, terdapat pula peningkatan sebesar 5,8 % atau Rp.
700.000,- per hektar.
Untuk mengetahui indikator produksi dan pendapatan yang diterima
petani sebelum dan sesudah pengkajian digunakan perhitungan MBCR (Kadariah,
1988; Soekartawi, 2002).
penerimaan introduksi - pola petani MBCR = --------------------------------------------------
pengeluaran introduksi - pola petani
MBCR = 2,91
Berdasarkan nilai MBCR yang dihasilkan dari pola introduksi tumpang sari
baris ganda jagung kacang tanah dengan pola monokultur jagung dengan nilai
2,91 berarti dengan adanya pola introduksi yang dilakukan dari setiap rupiah
yang dikeluarkan menghasilkan 2,91 kali lipat dibandingkan dengan sistem
monokultur. Sehingga pola tumpang sari baris ganda jagung kacang tanah
sangat layak untuk dikembangkan di masyarakat.
4.5 Respon Petani Terhadap Introduksi Teknologi
Untuk mengetahui tentang respon petani terhadap kegiatan introduksi
teknologi sistem tumpang sari baris ganda jagung Srikandi Kuning dengan
kacang anah Topo, maka dibuatlah kuisioner yang berisi tentang seberapa jauh
petani mengetahui kegiatan ini dan bagaimana dampak dari introduksi ini bagi
mereka. Petani tersebut berasal dari Desa Tafasoho, Desa Ngofa Kiaha, dan
desa-desa sekitar lokasi kegiatan. Bersamaan dengan kegiatan panen di
lapangan, disebarkan juga kuisioner kepada petani yang berjumlah 50
eksemplar. Kuisioner ini berisi tentang bagaimana respon petani terhadap
kegiatan ini. Kuisioner yang dikembalikan berjumlah 48 eksemplar dengan rincian
sebagai berikut.
Tabel 8. Rekapitulasi Hasil Kuisioner Inroduksi Sistem Tumpangsari Baris Ganda
Jagung Srikandi Kuning dengan Kacang Tanah Topo
xxv
N
o Pertanyaan
Jawaban dari responden
A B C D
1
2
3 4
5 6
Penerapan teknologi
Pengelolaan usaha tani ditingkat petani
Kegiatan introduksi perlu dilaksanakan lagi Pengetahuan tentang teknologi usahatani
Kondisi lokasi Kesan dalam kunjungan lokasi introduksi
48
7
45 21
25 41
-
34
3 27
21 5
-
7
- -
2 2
-
-
- -
- -
Jumlah 187
(65%)
90
(31%)
11
(4 %)
0
Sumber : Data primer, diolah
Keterangan : A. Responden dapat menerima informasi teknologi usahatani B. Responden masih ragu-ragu dengan penerapan teknologi C. Responden masih lambat dalam menerima informasi D. Responden tidak tahu
Tabel 8. menunjukkan bahwa hasil dari kuisioner yang diolah sebagai
berikut:
1. 100 % Responden setuju dengan kegiatan introduksi sistem tumpang sari
baris ganda jagung – kacang tanah.
2. 15 % Responden dalam mengelola usahataninya telah menerapkan teknologi.
70 % Hanya sebagian teknologi yang diterapkan.
15 % Tidak menerapkan teknologi.
3. 94 % Perlu adanya kelanjutan kegiatan Introduksi teknologi tumpang sari
baris ganda.
6 % Masih ragu dengan kegiatan introduksi
4. 44 % Responden dapat menerima teknologi yang diterapkan di kegiatan
introduksi.
46 % Responden merasa cukup memuaskan dengan keragaan teknologi pada
kegiatan introduksi.
5. 52 % Responden menyatakan lokasi kegiatan sangat memuaskan.
44 % Menyatakan kurang strategis.
4 % Menyatakan tidak tahu lokasi
6. 86 % Responden merasa sangat puas dengan kegiatan kunjungan lapangan.
10 % Memuaskan, dan
4 % Merasa tidak memuaskan.
xxvi
I. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Secara agronomis pola tumpangsari baris ganda jagung Srikandi Kuning
dengan kacang tanah kultivar Topo dapat tumbuh optimal dengan
produktivitas jagung 6,35 ton/ha dan kacang tanah 1,04 ton/ha. Hal itu
menunjukkan bahwa tumpangsari baris ganda jagung Srikandi Kuning dan
kacang tanah Topo dapat meningkatkan produktivitas lahan pertanian dan
membentuk interaksi saling menguntungkan.
2. Secara finansial nilai R/C yang diperoleh dari tumpangsari baris ganda
jagung kacang Srikandi Kuning tanah Topo adalah sebesar 2,68 berarti
bahwa setiap Rp. 1,- biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan
penerimaan sebesar 2,68,-. Sehingga usahatani tersebut layak untuk
dikembangkan.
3. Penerapan pola tumpang sari baris ganda jagung Srikandi Kuning dengan
kacang tanah Topo memberikan peningkatan pendapatan sekitar 92 %
atau Rp. 6.605.000,-. Adanya peningkatan pendapatan tersebut dihasilkan
dari tambahan penerimaan kacang tanah sebagai tanaman sela pada pola
tumpang sari baris ganda. Jika dibandingkan besarnya penerimaan jagung
secara monokultur dengan jagung sistem baris ganda, terdapat pula
peningkatan sebesar 5,8 % atau Rp. 700.000,- per hektar.
4. Kandungan hara P, K, C-organik dan pH tanah di lokasi pengkajian tidak
mengalami perubahan antara hasil pengujian sebelum, pelaksanaan dan
sesudah pengkajian. Tidak terjadinya pengurasan kandungan hara tanah
pada pengkajian tumpangsari jagung kacang tanah bisa disebabkan adanya
interaksi mutualisme antara jagung dan kacang tanah.
5.2 Saran
Peran stake holders (Dinas Pertanian, BP3K), gapoktan maupun petani
kooperator harus lebih proaktif dalam membantu mendiseminasikan paket
teknologi tumpangsari baris ganda kepada pengguna, karena berdasarkan hasil
kajian yang telah dilakukan paket teknologi tersebut layak untuk diusahakan dan
dikembangkan untuk peningkatan pendapatan petani.
xxvii
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2005. Kebijakan Pembangunan Pertanian Propinsi Maluku Utara, Maluku
Utara
---------. 2007. Pemilihan Farming System Zone Di Propinsi Maluku Utara.
Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku Utara, Maluku Utara.
Beets, W.C. 1982. Multiple Cropping and Tropical Farming System.
Gower Publ. Co. Chicago. 304p.
BPTP Maluku Utara. 2009. Laporan Tahunan BPTP Maluku Utara 2009. Maluku
Utara.
Departemen Pertanian. 2008. Panduan Umum PTT Jagung. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Jakarta.
Francis, C.A. 1986. Multiple Cropping System. Macmilan Publishing Company,
New York. 363p.
--------, 1989. Biological efficiencies in Multiple Cropping System. In Anvances in
Agronomy. Vol. 42. Acad Press. New York.
Ginting, A.N. and H. Yusuf. 1983. Aliran Permukaan dan Erosi Pada
Lahan Beberapa Jenis Tanaman dan Hutan di Waspada, Garut.
Lap. PUSLITHUT.413;12-16.
Hanafi. A., 1986. Memasyarakatkan Ide-Ide Baru Usaha Nasional, Surabaya.
IP2TP Mataram. 2000. Paket Teknologi Anjuran Budidaya Kacang Tanah di Lahan
Kering. Liptan IP2TP Mataram No. 09/Liptan/2000.
Robert Chambers. 1992. Participatory rural appraisal (PRA): Analysis of
experience. Institute of Development Studies, Brighton, USA.
Soekartawi. 2002. Analisis usahatani. Universitas Indonesia Press. Hal 85-87.
Vandermeer, J. 1989. The Ecology on Intercropping. Cambridge
University. Press. New York.
Warsana. 2009. Introduksi Teknologi Tumpang Sari Jagung dan Kacang
Tanah. Sinar Tani. Jakarta.