penggunaan aplikasi bajakan di dalam sistem operasi

17
PENGGUNAAN APLIKASI BAJAKAN DI DALAM SISTEM OPERASI ANDROID (STUDI KASUS TERHADAP DUA PENGGUNA APLIKASI ANDROID BAJAKAN KATEGORI ADVANCE USER) Oleh: Askar Juara Kriminologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ABSTRACT Development of the Android operating system allows not only lead to a brilliant innovation, but also a long-standing issue in the digital world, which is software piracy. This study discusses the use of pirated apps by Android device users. Although the price is relatively affordable and can be downloaded from anywhere and at anytime, Android device users still use pirated apps. The theory used in this study is a routine activity theory that explains the concept of cyber crime with crime triangle. The research method was descriptive qualitative case study to conduct in-depth interviews with two informants users of pirated Android apps that fall into the category of advanced users. The conclusion of this study that the use of pirated applications is due to the motivation of the perpetrator himself, in the ease of getting pirated apps, and the ineffectiveness of the role of intimate handler. Keywords: Cyber crime, piracy, Android, Routine activity, Crime triangle Sistem operasi Android merupakan salah satu sistem operasi paling populer yang digunakan pada smartphone saat ini. Menurut laporan yang dikeluarkan oleh Gartner, sebuah lembaga riset teknologi, pada kuartal ke-3 tahun 2012 smartphone berbasis Android menduduki peringkat pertama dalam penjualan smartphone dengan total 122.480.000 unit dan market share sebesar 72,4% dari total seluruh penjualan smartphone di dunia (engadget.com, 2012). Jumlah tersebuh meningkat dari kuartal ke-3 tahun 2011 yang menorehkan total penjualan 60.490.400 unit dan market share sebesar 52.5% (engadget.com, 2012). Pesaing terdekatnya, sistem operasi iOS buatan Apple hanya memiliki market share sebesar 13,9% dengan total penjualan 23.550.300 unit (engadget.com, 2012). Hal ini menjadikan sistem operasi Android memiliki pengguna terbanyak pada saat ini. Penggunaan aplikasi..., Askar Juara, FISIP UI, 2013.

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGGUNAAN APLIKASI BAJAKAN DI DALAM SISTEM OPERASI

PENGGUNAAN APLIKASI BAJAKAN DI DALAM SISTEM OPERASI

ANDROID

(STUDI KASUS TERHADAP DUA PENGGUNA APLIKASI ANDROID

BAJAKAN KATEGORI ADVANCE USER) Oleh: Askar Juara

Kriminologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

ABSTRACT Development of the Android operating system allows not only lead to a brilliant innovation, but also a long-standing issue in the digital world, which is software piracy. This study discusses the use of pirated apps by Android device users. Although the price is relatively affordable and can be downloaded from anywhere and at anytime, Android device users still use pirated apps. The theory used in this study is a routine activity theory that explains the concept of cyber crime with crime triangle. The research method was descriptive qualitative case study to conduct in-depth interviews with two informants users of pirated Android apps that fall into the category of advanced users. The conclusion of this study that the use of pirated applications is due to the motivation of the perpetrator himself, in the ease of getting pirated apps, and the ineffectiveness of the role of intimate handler.

Keywords: Cyber crime, piracy, Android, Routine activity, Crime triangle

Sistem operasi Android merupakan salah satu sistem operasi paling populer yang

digunakan pada smartphone saat ini. Menurut laporan yang dikeluarkan oleh Gartner,

sebuah lembaga riset teknologi, pada kuartal ke-3 tahun 2012 smartphone berbasis Android

menduduki peringkat pertama dalam penjualan smartphone dengan total 122.480.000 unit

dan market share sebesar 72,4% dari total seluruh penjualan smartphone di dunia

(engadget.com, 2012). Jumlah tersebuh meningkat dari kuartal ke-3 tahun 2011 yang

menorehkan total penjualan 60.490.400 unit dan market share sebesar 52.5%

(engadget.com, 2012). Pesaing terdekatnya, sistem operasi iOS buatan Apple hanya

memiliki market share sebesar 13,9% dengan total penjualan 23.550.300 unit

(engadget.com, 2012). Hal ini menjadikan sistem operasi Android memiliki pengguna

terbanyak pada saat ini.

Penggunaan aplikasi..., Askar Juara, FISIP UI, 2013.

Page 2: PENGGUNAAN APLIKASI BAJAKAN DI DALAM SISTEM OPERASI

Kunci di dalam kesuksesan Android tersebut tidak hanya terletak pada smartphone

dan tabletnya saja yang memiliki macam ragam dari berbagai merek, tapi juga dari segi

dukungan berbagai macam aplikasi yang tersedia. Dikutip dari Bloomberg, saat ini sudah

ada lebih dari 700.000 aplikasi untuk Android yang bisa diunduh dari Google Play Store

(businessweek.com, 2012). Ini berarti, jumlah aplikasi yang ada di Google Play Store

hampir mendekati jumlah aplikasi yang ada di Apple App Store yang berjumlah lebih dari

700.000 juga (businessweek.com, 2012). Dukungan software inilah yang membuat

masyarakat tertarik untuk menggunakan perangkat Android. Karena semakin banyak

software yang tersedia, semakin banyak yang dapat dikerjakan dengan menggunakan

perangkat Android tersebut.

Tidak sedikit developer yang harus berjuang mati-matian untuk dapat bertahan di

platform Android. Salah satu contoh yang membuat heboh di kalangan gamer di Android

adalah dirubahnya status games Dead Trigger dari berbayar menjadi gratis (guardian.co.uk,

2012). Dead Trigger merupakan sebuah games yang dibuat oleh developer Madfinger

Games. Pada awal peluncurannya di Play Store, game ini dijual seharga US$ 0.99. Lalu

mengapa Madfinger Games merubah game tersebut menjadi gratis? Melalui halaman

Facebook resmi mereka, developer tersebut mengeluarkan pernyataan: "Regarding price

drop. HERE is our statement. The main reason: piracy rate on Android devices, that was

unbelievably high" (guardian.co.uk, 2012). Saat ini game Dead Trigger dapat diunduh

secara gratis di Play Store, namun Madfinger menyediakan layanan in-app purchase, yakni

layanan pembelian konten premium di dalam game tersebut yang dapat membantu para

gamer dalam bermain game tersebut.

Pembajakan di platform Android mungkin merupakan salah satu hal yang menjadi

sangat serius. Appy Entertainment, salah satu developer games asal Amerika Serikat yang

membuat game FaceFighther Gold mengeluhkan mengenai pembajakan tersebut. Steven

Sargent, Excecutive Producer dari developer tersebut mengatakan bahwa pada tahun 2011

pembajakan yang ada di Android rata-rata mencapai angka 70:1 (pocketgamer.biz, 2011).

Artinya, setiap satu aplikasi berbayar resmi diunduh dari Play Store, ada 70 orang yang

mengunduh aplikasi yang sama namun versi bajakan atau modifikasinya yang telah di-

crack oleh orang lain. Developer Sports Interactive, yang meluncurkan sebuah game

Penggunaan aplikasi..., Askar Juara, FISIP UI, 2013.

Page 3: PENGGUNAAN APLIKASI BAJAKAN DI DALAM SISTEM OPERASI

strategi sepakbola yang sangat terkenal, yakni Football Manager, juga mengalami

fenomena pembajakan tersebut. Miles Jacobson, pimpinan dari Sports Interactive

mengatakan pembajakan aplikasi mereka di dalam Android mencapai 9:1, lebih buruk dari

apa yang mereka alami pada game Football Manager 2009 di platform Windows untuk PC

(Personal Computer) yang mencapai 5:1 (eurogamer.net, 2012).

Sebuah lembaga konsultan asal Amerika Serikat, Yankee Group bersama dengan

Skyhook Wireless, sebuah perusahaan mobile location data, melakukan survey terhadap 75

developer aplikasi Android. Dari hasil survey yang mereka dapat, developer-developer

tersebut tidak mendapatkan keuntungan sebesar apa yang didapatkan dari para developer di

platform iOS (informationweek.com, 2011). Mereka menyalahkan Google atas perbedaan

tersebut, dan tentunya perihal pembajakan yang ada di platform Android mereka. Dari 75

developer yang menjadi responden tersebut, 27% dari mereka melihat pembajakan yang

ada di Android merupakan masalah yang sangat besar, dan 26% melihat pembajakan

sebagai sebuah masalah yang cukup mengganggu (informationweek.com, 2011). Selain itu,

53% dari mereka menganggap bahwa Google tidak melakukan upaya yang cukup untuk

menanggulangi masalah pembajakan tersebut (informationweek.com, 2011). Sepertiga dari

responden juga melaporkan bahwa mereka mengalami kerugian lebih dari US$ 10.000 dan

25% responden juga melaporkan naiknya biaya support mereka untuk memelihara aplikasi

dan game yang mereka miliki (informationweek.com, 2011).

Selain Google, United States Department of Justice atau Departemen

Hukum di Amerika Serikat juga melakukan tindakan dalam menanggapi pembajakan

aplikasi di sistem operasi Android. FBI (Federal Bureau of Investigation) telah melakukan

penutupan sejumlah situs yang menyebarkan aplikasi bajakan untuk platform Android

secara cuma-cuma (bbc.co.uk, 2012). Beberapa situs yang dimaksud adalah applanet.net,

appbucket.net, dam snappzmarket.com. Di dalam situs tersebut sekarang terpasang sebuah

peringatan dari FBI yang dituliskan siapa saja yang terlibat di dalam pelanggaran hak cipta

akan mendapatkan hukuman kurungan di penjara hingga lima tahun (bbc.co.uk, 2012). FBI

mengeluarkan pernyataan, yang disebutkan bahwa pencurian dari properti intelektual yang

ada di dalam ranah cyber adalah suatu permasalahan yang sedang berkembang dan

diperhatikan oleh para penegak hukum di pemerintahan Amerika Serikat. Mereka juga

Penggunaan aplikasi..., Askar Juara, FISIP UI, 2013.

Page 4: PENGGUNAAN APLIKASI BAJAKAN DI DALAM SISTEM OPERASI

mengatakan bahwa pencurian tersebut dapat menyebabkan perusahaan, dalam hal ini para

developer aplikasi mengalami kerugian jutaan dollar Amerika Serikat dan dapat

menghambat pengembangan dan implementasi dari ide-ide dan aplikasi-aplikasi baru

(bbc.co.uk, 2012).

Bagaimana jika pembajakan aplikasi Android tersebut terjadi terhadap aplikasi

buatan developer Indonesia? Walau developer aplikasi Android di Indonesia belum bisa

memasarkan aplikasi berbayar, namun tidak menutup kemungkinan kebijakan ini dapat

berubah di waktu yang akan datang. Peraturan mengenai pembajakan software di Indonesia

tertuang di dalam UU nomor 19 tahun 2002 yang menyatakan bahwa program komputer, di

dalam penelitian ini adalah aplikasi Android, adalah termasuk ciptaan yang dilindungi oleh

hukum. Jika ada yang melanggar pasal tersebut maka akan dikenakan pidana penjara paling

lama 5 tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000.

Penggunaan aplikasi bajakan yang ada di dalam sistem operasi Android telah

merugikan banyak developer aplikasi Android. Di dalam latar belakang sudah disebutkan

bahwa beberapa developer mengalami kerugian finansial hingga USD$ 10.000 dan naiknya

biaya support mereka untuk memelihara aplikasi dan game yang mereka miliki akibat dari

pembajakan tersebut. Selain itu, penggunaan aplikasi bajakan dapat mengurangi kreatifitas

dan menghambat pengembangan dari aplikasi Android oleh para developer.

Di Indonesia, penggunaan software bajakan sudah seperti menjadi hal yang lazim.

Penulis dapat menemukan toko-toko yang menjual software komputer bajakan dengan

mudah di pusat pemberlanjaan komputer seperti Mall Mangga Dua atau Mall Ambassador.

Hal yang sama juga dapat ditemukan pada aplikasi Android bajakan. Di internet, peneliti

dapat menemukan situs, forum, ataupun akun Twitter yang menyebarkan aplikasi Android

bajakan.

Jika ada permintaan pasti ada penawaran. Melihat banyaknya penyebaran aplikasi

Android bajakan, peneliti beranggapan bahwa ada banyak pengguna aplikasi Android

bajakan, khususnya di Indonesia. Padahal jika diperhatikan, harga dari sebuah aplikasi

berbayar yang ada di Google Play Store rata-rata berkisar antara USD$ 1 hingga USD$ 10

atau sekitar Rp 10.000 hingga Rp 100.000. Cukup terjangkau jika dibandingkan dengan

software bajakan yang ada di komputer yang berharga ratusan ribu hingga jutaan rupiah.

Penggunaan aplikasi..., Askar Juara, FISIP UI, 2013.

Page 5: PENGGUNAAN APLIKASI BAJAKAN DI DALAM SISTEM OPERASI

Apalagi untuk mendapatkan aplikasi Android, pengguna perangkat Android tinggal

mencari dan mengunduhnya melalui Google Play Store kapan saja dan di mana saja

asalkan terhubung dengan koneksi internet.

Tentunya tidak semua pengguna perangkat Android dapat menggunakan aplikasi

bajakan. Hanya sebagian dari sekian banyak pengguna perangkat Android yang bertemu

dengan sebuah kondisi tertentu yang mengetahui adanya aplikasi Android bajakan dan

dapat menggunakan aplikasi Android bajakan tersebut.

Tinjauan Teoritis

Teori routine activity dipopulerkan oleh Cohen dan Felson. Routine activity

merupakan salah satu turunan dari teori sebelumnya, yakni teori rational choice. Di dalam

tulisannya mereka menyatakan bahwa kejahatan dapat terjadi karena adanya konvergensi

dari tiga aspek, yaitu motivated offender (pelaku kejahatan) tanpa kehadiran dari intimate

handler, suitable target (sasaran korban kejahatan), dan tidak adanya uncapable guardian

(penjagaan) (Cohen dan Felson, 1979). Motivated offender adalah seorang individu yang

berpotensi untuk melakukan kejahatan (Cohen dan Felson, 1979). David Icove menjelaskan

motivated offender secara lebih lanjut, yang dapat membedakan pelaku cyber crime dalam

tiga kategori, yakni crackers, criminals, dan vandals (Icove, 1995).

Di dalam motivated offender, ada beberapa hal yang biasanya dapat memotivasi

seorang individu untuk melakukan kejahatan. Hal-hal tersebut antara lain:

a) Untuk mendapatkan uang atau barang berharga.

b) Untuk mendapatkan akses pada sebuah layanan.

c) Untuk mendapatkan kegembiaraan, atau ketegangan, dan untuk mengisi rasa bosan.

d) Untuk mendapatkan pengakuan dari teman-teman sepermainan atau sebaya.

e) Untuk membuktikan ketangguhan diri dan keberanian.

f) Untuk mendapatkan perhatian dari orang lain.

g) Untuk keluar dari kondisi yang menyusahkan.

h) Untuk menyakiti seseorang yang dianggap sebagai musuh.

Penggunaan aplikasi..., Askar Juara, FISIP UI, 2013.

Page 6: PENGGUNAAN APLIKASI BAJAKAN DI DALAM SISTEM OPERASI

i) Untuk melakukan balas dendam. (Clarke dan Cornish dalam Paternoster dan

Bachman, 2001).

Sebuah konsep yang bernama VIVA (value, inertia, visibility, dan access) dapat

menunjukkan bahwa sebuah obyek dapat menjadi sasaran target kejahatan. Value adalah

sebuah persepsi pelaku kejahatan terhadap nilai yang ada dari sasaran kejahatan. Inertia

mengacu kepada persepsi pelaku terhadap volume atau berat dari sasaran kejahatan untuk

dapat dipindah-pindahkan. Visibility merupakan tingkat pengelihatan sasaran kejahatan

terhadap perilaku kejahatan. Access adalah posisi, letak, atau penempatan dari sasaran

kejahatan.

Pada tahun 1999, Clarke di dalam tulisannya merevisi konsep VIVA tersebut

menjadi konsep CRAVED (Concealable, Removable, Available, Valuable, Enjoyable,

Disposable). Sama dengan VIVA, konsep CRAVED juga menjelaskan mengenai potensi

sebuah obyek dapat menjadi sasaran kejahatan.

Clarke mengatakan bahwa kejahatan seringkali didukung oleh adanya keberadaan

dari fasilitator, yakni obyek yang mendukung atau mempermudah kemungkinan terjadinya

tindak kejahatan yang dapat dilakukan oleh si pelaku. Di dalam bentuk kejahatan tertentu,

peranan obyek sebagai fasilitator sangat berperan penting terhadap terjadinya kejahatan.

Dengan adanya fasilitator ini maka kesadaran mengenai keberadaan fasilitator ini menjadi

sangat penting, karena untuk melakukan identifikasi tempat-tempat di mana akan dilakukan

penjagaan atau pengamanan atau membuat sebuah regulasi yang mengatur penggunaan

obyek tersebut (Clarke, 1997). Di dalam konteks cyber crime, menjamurnya warung

internet dengan sistem pencatatan pelanggan yang kurang baik merupakan fasilitator yang

sempurna bagi pelaku.

Felson merangkum social control theory dari Hirschi untuk memperkenal sebuah

konsep yang disebut individual handler. Indivual handler tersebut dianggap mampu

merepresentasikan individu yang memiliki pengetahuan yang cukup dan keberadaannya

disadari oleh para individu yang berpotensi untuk menjadi pelaku kejahatan di dalam

memberikan pengaruh penggentarjeraan (special deterrence) dengan mengingatkan pelaku

akan ikatan sosial yang dimilikinya sehingga individu tersebut mengurungkan niatnya dan

dapat mencegah dilakukannya kejahatan oleh individu tersebut (Felson, 1986). Di dalam

Penggunaan aplikasi..., Askar Juara, FISIP UI, 2013.

Page 7: PENGGUNAAN APLIKASI BAJAKAN DI DALAM SISTEM OPERASI

konteks cyber crime, kurangnya sosialiasi akan kesadaran akan keamanan, lemahnya

pengawasan dari pihak yang berwenang berperan dalam meningkatkan kemungkinan

terjadinya kejahatan tersebut.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. John W. Creswell

mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan dan mengolah

data yang sifatnya deskriptif, seperti transkrip wawancara, catatan lapangan, gambar, foto,

rekaman video, dan lain-lain (Creswell, 2007). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan

strategi penelitian kualitatif melalui studi kasus, yaitu strategi penelitian yang digunakan

untuk menyelidiki secara cermat sesuatu program, peristiwa, aktivitas, proses, atau

sekelompok individu (Creswell, 2007). Dalam penelitian ini studi kasus dilakukan terhadap

dua orang informan AM dan RF sebagai pengguna aplikasi Android bajakan.

Penelitian ini dilakukan dalam suatu rentang waktu yang relatif pendek. Penelitian

ini dilakukan selama lima bulan, yaitu dari pertengahan Januari 2012 hingga akhir Mei

2013. Dalam rentang lima bulan tersebut peneliti menyusun proposal penelitian,

menggumpulkan data, mengolah data dan menganalisis data penelitan. Untuk proses turun

ke lapangan dilakukan mulai akhir Maret 2013 sampai dengan akhir April 2013.

Untuk informan RF, peneliti bertemu pada tanggal 25 April 2013 di sebuah kafe

bernama Ngopi Doeloe, Dago, Bandung. Peneliti membuat janji bertemu pada sore hari.

Setelah bertemu dengan RF, peneliti tidak langsung melakukan wawancara, melainkan

membangun raport terlebih dahulu. Kemudian, peneliti melakukan wawancara dengan RF

selama lebih kurang 20 menit.

Untuk informan AM, peneliti bertemu pada tanggal 28 April 2013 di rumah AM di

daerah Kebon Kacang, Tangerang. Peneliti membuat janji bertemu pada siang hari. Setelah

bertemu dengan AM, sama dengan apa yang dilakukan peneliti dengan RF, peneliti

membangun raport terlebih dahulu. Kemudian peneliti melakukan wawancara dengan AM

selama lebih kurang 20 menit.

Penggunaan aplikasi..., Askar Juara, FISIP UI, 2013.

Page 8: PENGGUNAAN APLIKASI BAJAKAN DI DALAM SISTEM OPERASI

Analisis Hasil

Peneliti akan mencoba menganalisis temuan data yang sudah dijabarkan di bagian

sebelumnya dengan kerangka pemikiran yang digunakan di dalam penelitian ini. Informan

AM mengatakan bahwa ia senang menggunakan aplikasi versi PRO atau aplikasi berbayar,

karena memiliki banyak keunggulan dan fitur-fitur yang tidak bisa didapatkan pada aplikasi

versi gratis.

Informan RF pun memiliki pendapat yang sama. Ia mengatakan bahwa ia membutuhkan

fitur-fitur yang ada di dalam aplikasi versi PRO.

Jika dilihat dari pernyataan kedua informan di atas, maka peneliti dapat

menyimpulkan bahwa aplikasi PRO atau aplikasi berbayar yang ada di Android masuk ke

dalam kategori available. Di mana sebuah obyek, dalam hal ini adalah aplikasi PRO,

memiliki nilai inovasi baru yang menarik yang dapat memunculkan sebuah pangsa pasar

yang ilegal (Clarke, 1999). Inovasi terletak pada fitur-fitur yang ada di dalam aplikasi PRO

yang dibutuhkan oleh para penggunanya. Sedangkan di aplikasi gratis, fitur-fitur tersebut

biasanya dihilangkan.

Aplikasi PRO dapat diunduh secara mudah dari Google Play Store, namun tentunya

dengan mengeluarkan sejumlah uang. Informan RF berpendapat bahwa ada beberapa

pengguna Android yang ingin menggunakan aplikasi PRO akan tetapi tidak memiliki uang

untuk membelinya. Sehingga beberapa dari pengguna Android mencari alternatif lain,

yakni dengan menggunakan aplikasi PRO bajakan. Hal ini dimanfaatkan oleh beberapa

developer, atau mungkin lebih tepat disebut dengan cracker, untuk membajak aplikasi PRO

yang ada di dalam Google Play Store.

Para cracker tersebut melihat bahwa aplikasi PRO adalah suatu obyek yang

valuable, di mana sebuah kondisi bahwa sebuah obyek berpotensi untuk menjadi sasaran

kejahatan karena memiliki nilai yang dianggap berharga (Clarke, 1999). Aplikasi PRO

tersebut memiliki nilai, jika melihat pada pernyataan kedua informan, yakni fitur-fitur yang

tidak ada di aplikasi gratis. Sehingga banyak pengguna Android yang ingin

menggunakannya.

Baik informan AM maupun RF sama-sama menikmati dari penggunaan aplikasi

PRO bajakan di perangkat Android masing-masing. Kedua informan mengatakan bahwa

Penggunaan aplikasi..., Askar Juara, FISIP UI, 2013.

Page 9: PENGGUNAAN APLIKASI BAJAKAN DI DALAM SISTEM OPERASI

mereka merasa puas menggunakan aplikasi bajakan, walaupun ada beberapa kekurangan.

Hal ini termasuk ke dalam enjoyable, yakni sebuah kondisi bahwa sebuah obyek berpotensi

untuk menjadi sasaran kejahatan apabila si pelaku dapat memperoleh kepuasan dan

keuntungan dari kejahatan yang dilakukannya, selain dari keuntungan materi (Clarke,

1999). Baik AM maupun RF memperoleh kepuasan menggunakan aplikasi bajakan, di

mana mereka dapat menggunakan fitur-fitur aplikasi PRO namun tidak perlu mengeluarkan

biaya.

Data instalasi aplikasi Android adalah berupa file berekstensi .apk. File ini biasanya

berukuran tidak terlalu besar (kurang dari 100 megabytes) walaupun di beberapa aplikasi,

terutama games file instalasinya dapat lebih dari 100 megabytes. Karena data instalasinya

berbentuk digital, tentunya dengan mudah file tersebut dapat berpindah tempat dari satu

komputer ke komputer lainnya. Kondisi ini sama dengan apa yang dijelaskan Clarke yakni

sebuah obyek bersifat removable apabila dapat dengan mudah berpindah tempat bisa

menjadi sasaran kejahatan yang potensial, baik dilihat dari ukuran fisiknya, proses

pemindahan tempat dari obyek tersebut, dan kesempatan atau waktu yang cukup untuk

proses pemindahannya (Clarke, 1999).

Selain bersifat removable, data instalasi aplikasi Android juga bersifat concealable,

yakni ketika sebuah kondisi bahwa sesuatu yang dapat dengan mudah disembuyikan atau

disamarkan bisa menjadi sebuah sasaran kejahatan (Clarke, 1999). Data instalasi Android

yang berbentuk .apk hanya bisa dibuka di dalam perangkat Android. Namun, data tersebut

dapat dilihat di komputer. Dengan kecanggihan teknologi yang ada, tentunya data digital

dapat dimanipulasi sehingga dapat tidak terlihat.

Data digital juga dapat bersifat disposable, yakni sebuah kondisi bahwa sebuah

obyek dapat berpotensi menjadi sasaran kejahatan jika obyek tersebut dengan mudah dapat

dihapus atau dibuang kembali ke pasar (Clarke, 1999). Kemudahan fungsi delete yang ada

di komputer maupun di perangkat Android, sangat memungkinkan jika data instalasi

aplikasi Android tersebut dihapus dengan segera.

Informan AM mengatakan tidak sulit bagi dirinya untuk mendapatkan sumber

unduhan aplikasi Android bajakan. Menurut penuturannya, banyak forum dan akun Twitter

yang menyebarkan link unduhan aplikasi bajakan tersebut. Akun-akun Twitter seperti

Penggunaan aplikasi..., Askar Juara, FISIP UI, 2013.

Page 10: PENGGUNAAN APLIKASI BAJAKAN DI DALAM SISTEM OPERASI

@droiders, @apk_file, dan @droidindo menyebarkan link unduhan aplikasi Android

bajakan secara cuma-cuma. Setelah peneliti mencoba untuk melihat akun-akun Twitter

tersebut, ternyata banyak akun-akun Twitter serupa yang juga menyebarkan link unduhan

aplikasi Android bajakan. Setelah peneliti melakukan pengamatan terhadap linimasa dari

masing-masing akun, mereka tidak hanya menyebarkan link unduhannya saja, tapi juga

terkadang menyertakan review dari aplikasi yang mereka sediakan.

Jika peneliti mengaitkan akun-akun Twitter tersebut dengan teori crime facilitators,

maka akun-akun tersebut adalah sebuah fasilitator yang mendukung atau mempermudah

kemungkinan terjadinya tindak kejahatan yang dapat dilakukan oleh si pelaku (Clarke,

1997). Dengan menyediakan link unduh dan review, otomatis para pengguna Android yang

menjadi followers pada akun-akun tersebut cenderung akan tergoda untuk mengunduh

aplikasi bajakan yang disediakan.

Jika AM lebih sering mendapatkan dari akun Twitter, RF sedikit berbeda. Ia

mencari aplikasi bajakan dari forum dan situs yang menyediakannya. Di dalam forum-

forum seperti Kaskus dan Indowebster, ada sebuah thread yang khusus membahas

mengenai aplikasi bajakan. Pada thread tersebut, pengguna perangkat Android yang sudah

tergabung dalam forum dapat mengunduh aplikasi bajakan yang sudah tersedia. Jika

aplikasi yang dicari tidak ada, maka pengguna dapat melakukan request kepada

pengunggah aplikasi bajakan tersebut.

Selain di forum, RF juga mengatakan ada sebuah situs yang bernama

blapkmarket.com yang sudah menyediakan aplikasi bajakan untuk perangkat Android.

Pengguna hanya tinggal mendaftarkan diri untuk menjadi anggota situs tersebut secara

gratis. Jika sudah terdaftar, maka pengguna dapat melihat daftar aplikasi bajakan yang

tersedia di situs tersebut. Setelah peneliti melakukan observasi di internet, ternyata banyak

situs-situs lain yang juga menyediakan aplikasi bajakan. Sebut saja pandaapp.com,

apkmania.co, dan apkdownloads.com. Situs-situs tersebut menyediakan berbagai macam

aplikasi bajakan untuk perangkat Android.

Walau sekilas terlihat mereka menyediakan aplikasi bajakan secara gratis, namun

ternyata ada motif uang yang agak terselubung. Ketika peneliti mencoba mengunduh

sebuah aplikasi, peneliti di bawa ke sebuah halaman iklan selama 5 detik sebelum peneliti

Penggunaan aplikasi..., Askar Juara, FISIP UI, 2013.

Page 11: PENGGUNAAN APLIKASI BAJAKAN DI DALAM SISTEM OPERASI

dapat mengunduh aplikasi yang akan diunduh. Artinya, setiap seseorang mengunduh

aplikasi di situs tersebut, si pengunggah aplikasi bajakan itu mendapatkan keuntungan

berupa uang.

Jika peneliti mengaitkan situs-situs tersebut dengan teori crime facilitators, maka

situs-situs tersebut adalah sebuah fasilitator yang mendukung atau mempermudah

kemungkinan terjadinya tindak kejahatan yang dapat dilakukan oleh si pelaku (Clarke,

1997). Dengan menyediakan link unduh secara “gratis”, otomatis para pengguna Android

yang membuka situs tersebut cenderung akan tergoda untuk mengunduh aplikasi bajakan

yang disediakan. Pengunggah untung dari pendapatan iklan, pengunduh nya juga untung

karena menemukan aplikasi bajakan yang dibutuhkan.

Terlepas dari penggunaan halaman iklan untuk mendapatkan uang, sepertinya

pengunggah memiliki rasa untuk berbagi yang cukup kuat kepada sesama pengguna

perangkat Android. Terlihat dari mereka ingin meluangkan waktu untuk menggunggah dan

menyebarkan aplikasi tersebut. Bahkan beberapa menyertakan review. Diduga akun-akun

Twitter maupun situs-situs tersebut dikelola oleh lebih dari satu orang.

Rasa berbagi yang cukup kuat tersebut mungkin terbawa dari interaksi antar

member di sebuah forum. Di mana para member saling bertukar pikiran, berbagi

pengalaman, ataupun sekedar mengobrol biasa. Interaksi tersebut kemungkinan dapat

berlanjut kepada rasa saling tolong-menolong. Sehingga tumbuhlah rasa saling berbagi di

antara para member tersebut.

Informan AM mengatakan bahwa orang tuanya termasuk orang-orang yang tidak

terlalu mengikuti perkembangan teknologi. Sehingga kedua orang tuanya pun bersikap

cuek dan tidak peduli apakah AM menggunakan aplikasi bajakan di perangkat Androidnya

atau tidak. Jika peneliti kaitkan dengan teori intimate handler, maka dapat disimpulkan

bahwa kedua orang tua dari AM termasuk intimate handler yang tidak berpartisipasi dalam

mencegah niat pelaku (AM) untuk melakukan kejahatan (menggunakan aplikasi bajakan).

Di dalam teori intimate handler, kedua orang tua AM seharusnya mampu

merepresentasikan individu yang memiliki pengetahuan yang cukup dan keberadaannya

disadari oleh para individu yang berpotensi untuk menjadi pelaku kejahatan di dalam

memberikan pengaruh penggentarjeraan (special deterrence) dengan mengingatkan pelaku

Penggunaan aplikasi..., Askar Juara, FISIP UI, 2013.

Page 12: PENGGUNAAN APLIKASI BAJAKAN DI DALAM SISTEM OPERASI

akan ikatan sosial yang dimilikinya sehingga individu tersebut mengurungkan niatnya dan

dapat mencegah dilakukannya kejahatan oleh individu tersebut (Felson, 1986). Hal ini juga

ditemukan pada kedua orang tua RF. Walaupun kedua orang tuanya menggunakan

perangkat Android, namun untuk hal penggunaan aplikasi bajakan mereka tidak

menghiraukannya. Mungkin karena kedua orang tua RF hanyalah sebatas basic user saja.

Jika melihat kepada saudara kandung dari kedua informan, peneliti mendapatkan

hasil yang lebih kurang sama. Baik AM maupun RF sama-sama memiliki adik kandung

laki-laki. Keduanya pun menggunakan perangkat Android. Sama seperti orang tua kedua

informan, adik dari AM maupun RF juga tidak termasuk intimate handler yang baik.

Masing-masing mengikuti jejak dari kakak mereka, yakni belajar untuk mendalami

Android sehingga bisa menjadi advance user, dan tentunya, dengan menggunakan aplikasi

bajakan.

Peer group atau teman bermain dari kedua informan juga tidak termasuk intimate

handler yang baik. AM mengatakan bahwa teman-temannya tidak mempermasalahkan jika

AM menggunakan aplikasi bajakan pada perangkat Androidnya. Mereka cenderung ikut

menikmati aplikasi bajakan yang dimiliki oleh AM. Hal serupa juga dikemukakan oleh RF.

Sehingga bisa disimpulkan beberapa teman bermain dari kedua informan tidak termasuk

intimate handler yang dapat mengurangi niat kedua informan untuk menggunakan aplikasi

bajakan di perangkat Androidnya.

Sudah dijelaskan di bagian sebelumnya, bahwa para pengguna perangkat Android

dapat dengan mudah menemukan ataupun saling berbagi di jejaring sosial, situs forum,

ataupun situs web di internet. Keberadaan mereka seakan didiamkan saja oleh pihak yang

berwajib, dalam hal ini kepolisian. Sepengetahuan peneliti, belum ada tindakan yang

dilakukan kepolisian mengenai penyebaran aplikasi Android bajakan.

Melalui observasi di beberapa situs berita di internet, peneliti hanya menemukan

tindakan polisi yang melakukan razia software bajakan di sejumlah pusat pemberlanjaan

komputer. Seperti misalnya yang baru dilakukan pada bulan Juni 2013 lalu di Bandung.

Petugas Direktorat II Tindak Pidana Khusus Mabes Polri menggelar inspeksi mendadak

(sidak) ke Bandung Elektronic Center (BEC) pada hari Rabu tanggal 19 Juni 2013

(bandung.okezone.com, 2013). Akan tetapi jika melihat pada tindakan serupa polisi

Penggunaan aplikasi..., Askar Juara, FISIP UI, 2013.

Page 13: PENGGUNAAN APLIKASI BAJAKAN DI DALAM SISTEM OPERASI

sebelumnya, hal ini tidak mampu menanggulangi penyebaran software bajakan tersebut.

Beberapa waktu setelah razia para pedagang akan kembali menjual software bajakan lagi.

Pihak kepolisian sepertinya juga lebih berkonsentrasi untuk melakukan tindakan

kepada penggunaan software bajakan di tingkat perusahaan dibandingkan dengan

perorangan. Bekerja sama dengan Business Software Alliance pada bulan Maret 2013,

polisi menertibkan 20 perusahaan pengguna software bajakan yang berada di kawasan

industri di sekitar Subang, Bogor, dan Cikarang. Mereka memeriksa lebih dari 400

perangkat komputer dan menyita software tidak berlisensi senilai USD$ 177.018 atau

sekitar Rp 1,7 miliar yang dimiliki Adobe, Autodesk, Microsoft, dan Symantec

(inet.detik.com, 2013).

Ketiadaan penjagaan yang seharusnya diwakilkan oleh pihak kepolisian dalam

mencegah ataupun memberantas penyebaran aplikasi Android bajakan membuat para

pengguna Android merasa aman-aman saja mereka menggunakan aplikasi bajakan. Para

penyebarnya juga menjadi tidak takut karena apa yang mereka lakukan untuk sementara ini

belum ditindak oleh kepolisian. Hal ini sesuai dengan uncapable guardian, suatu kondisi

dimana tidak adanya penjagaan yang dapat mencegah terjadinya kejahatan (Cohen dan

Felson, 1979).

Setelah membahas satu per satu, peneliti akan menggabungkan semua

analisis ke dalam satu kesinambungan. Teori CRAVED, crime facilitator, dan intimate

handler tergabung dalam satu konsep yang disebut dengan teori routine activity. Teori ini

menyatakan bahwa kejahatan dapat terjadi karena adanya konvergensi dari tiga aspek, yaitu

motivated offender (pelaku kejahatan), suitable target (sasaran korban kejahatan), dan

uncapable guardian (penjagaan) (Cohen dan Felson, 1979).

Motivated offender (pengguna perangkat Android) dapat termotivasi untuk

melakukan kejahatan (menggunakan aplikasi bajakan) jika adanya crime facilitators yang

dapat membantu orang tersebut untuk melakukan kejahatan. Menurut analisis yang sudah

dilakukan oleh peneliti, adanya akun-akun Twitter dan forum yang menyebarkan aplikasi

bajakan mendorong si pelaku untuk mengunduh dan menggunakan aplikasi bajakan

tersebut. Motivasi lainnya juga datang dari intimate handler, yakni orang-orang di sekitar si

pelaku seperti kedua orang tua, saudara kandung, dan teman sepermainan. Hasil analisis

Penggunaan aplikasi..., Askar Juara, FISIP UI, 2013.

Page 14: PENGGUNAAN APLIKASI BAJAKAN DI DALAM SISTEM OPERASI

menunjukkan bahwa ketiganya bukanlah termasuk intimate handler yang baik. Mereka

tidak peduli dengan tindak kejahatan yang dilakukan oleh si pelaku.

Adanya suitable target (aplikasi bajakan) yang memiliki unsur-unsur yang ada di

dalam CRAVED membuat si pelaku tertarik untuk mencari, mengunduh, serta

menggunakan aplikasi bajakan tersebut. Tentunya hal ini berkaitan dengan crime

facilitators yang sudah menyediakan dan menyebarkan aplikasi tersebut secara cuma-cuma

sehingga si pelaku dengan mudah melakukan tindak kejahatannya.

Uncapable guardian yang tidak berfungsi untuk mencegah niat si pelaku untuk

melakukan kejahatan membuat si pelaku dapat lebih mudah untuk melakukan tindak

kejahatannya. Di dalam analisis yang sudah dilakukan oleh peneliti, uncapable guardian

yang di maksud adalah pihak kepolisian yang dianggap tidak berbuat apa-apa dalam

permasalahan penggunaan aplikasi Android bajakan di tingkat individual.

Keterikatan antara tiga unsur tersebut menjadikan apa yang dilakukan oleh AM

maupun RF masuk ke dalam teori routine activity. Dibuktikan oleh tiga unsur yang sudah

dibahas sebelumnya. Hasil analisis memperlihatkan bahwa apa yang dilakukan oleh kedua

informan tersebut terjadi karena adanya kesinambungan antara adanya crime facilitators

dan minimnya peran intimate handler yang mendorong motivated offender untuk

melakukan tindak kejahatan, adanya suitable target yang dicari oleh si pelaku, dan

uncapable guardian yang diwakilkan oleh kepolisian yang kurang peduli dengan apa yang

pelaku lakukan.

Kesimpulan

Setelah melakukan pengumpulan data dan melakukan analisis dengan teori dan

konsep yang digunakan, peneliti menemukan beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Adanya sebuah kondisi yang membuat motivated offender (AM dan RF) termotivasi

untuk menggunakan aplikasi Android bajakan yang dibantu oleh adanya crime

facilitators (situs-situs, forum Kaskus, dan Twitter yang menyebarkan aplikasi

Android bajakan) dan intimate handler yang tidak berperan dengan baik.

2. Suitable target (aplikasi bajakan) yang mengandung beberapa unsur dari CRAVED

membuat pengguna perangkat Android mengunduh aplikasi bajakan tersebut.

Penggunaan aplikasi..., Askar Juara, FISIP UI, 2013.

Page 15: PENGGUNAAN APLIKASI BAJAKAN DI DALAM SISTEM OPERASI

3. Uncapable guardian yang diwakilkan oleh pihak kepolisian, membuat pengguna

aplikasi Android bajakan tidak takut untuk menggunakan aplikasi Android bajakan.

Saran

Peneliti telah membuat beberapa kesimpulan dari penelitian ini di bagian

sebelumnya. Mengacu pada kesimpulan-kesimpulan tersebut, peneliti memiliki beberapa

saran:

1. Melakukan sosialisasi mengenai kerugian penggunaan aplikasi bajakan kepada

kedua orang tua, saudara kandung, dan teman-teman si pelaku.

2. Memberantas situs-situs web, akun Twitter, ataupun thread yang ada di situs

forum komunitas yang menyebarkan aplikasi Android bajakan.

3. Pihak kepolisian dapat menindak lebih tegas terhadap pelanggar yang

membajak, menyebarkan, serta menggunakan aplikasi Android bajakan.

Daftar Pustaka

Icove, David, et. al.“Computer Crime : A Crimefighter’s Handbook”, O’Reilly and

Associates Inc., 1995.

Felson, M. “Linking Criminal Choices, Routine Activities, Informal Control, and Criminal

Outcomes”. Di dalam D. Cornish and R. Cornish (eds.), “The Reasoning Criminal :

Rational Choice Perspectives on Offending”. New York: Springer-Verlag, 1986.

Creswell, John W. “Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing Among Five

Approaches Second Edition”. Thousand Oaks, CA: Sage Publications Inc, 2007.

Cohen, L. and Felson, M. “Social Change and Crime Rate Trends : A Routine Activity

Approach”. American Sociological Review, Vol 44 No 4, 1979.

Clarke, Ronald V., “Hot Products: Understanding, Anticipating and Reducing Demand for

Stolen Goods”, Police Research Series Paper 112, Home Office Policing and

Reducing Crime Unit Research, Development and Statistics Directorate, 1999.

Tulisan oleh Jared Newman yang berjudul “Android's Piracy Problem Drives Dead

Trigger Price to Zero”, diakses pada 23 Juli 2012.

Penggunaan aplikasi..., Askar Juara, FISIP UI, 2013.

Page 16: PENGGUNAAN APLIKASI BAJAKAN DI DALAM SISTEM OPERASI

http://www.pcworld.com/article/259686/androids_piracy_problem_drives_dead_tri

gger_price_to_zero.html

Tulisan oleh Stuart Dredge yang berjudul “Developer says piracy forced Dead Trigger

Android game to go free”, diakses pada 23 Juli 2012.

http://www.guardian.co.uk/technology/appsblog/2012/jul/23/dead-trigger-android-

free-piracy

Tulisan pada situs bbc.co.uk yang berjudul “US seizes Android app piracy sites in

copyright crackdown”, diakses pada 22 Agustus 2012.

http://www.bbc.co.uk/news/technology-19347543

Tulisan oleh Jamie Rigg yang berjudul “Gartner: smartphone sales up 47 percent in Q3,

Android's OS market share increases”, diakses pada 14 November 2012.

http://www.engadget.com/2012/11/14/gartner-phone-sales-q3-2012/

Tulisan oleh Brian Womack yang berjudul “Google Says 700,000 Applications Available

for Android”, diakses pada 29 Oktober 2012.

http://www.businessweek.com/news/2012-10-29/google-says-700-000-applications-

available-for-android-devices

Tulisan oleh Thomas Claburn yang berjudul “Android Survey Highlights Piracy Problem”,

diakses pada 8 September 2012.

http://www.informationweek.com/security/application-security/android-survey-

highlights-piracy-problem/231601064

Tulisan oleh Wesley Yin-Poole yang berjudul “Football Manager dev hopes to stick with

Android despite 9:1 piracy rate”, diakses pada 24 April 2012.

http://www.eurogamer.net/articles/2012-04-24-football-manager-dev-hopes-to-

stick-with-android-despite-9-1-piracy-rate

Tulisan oleh Oris Riswan yang berjudul “Bandung Jadi Sasaran Razia Software Bajakan”,

diakses pada 7 Juli 2013.

http://bandung.okezone.com/read/2013/06/20/526/824709/redirect

Tulisan oleh Rachmatunisa yang berjudul “20 Perusahaan Kena Razia Software Bajakan”,

diakses pada 7 Juli 2013.

Penggunaan aplikasi..., Askar Juara, FISIP UI, 2013.

Page 17: PENGGUNAAN APLIKASI BAJAKAN DI DALAM SISTEM OPERASI

http://inet.detik.com/read/2013/05/09/131132/2241857/399/20-perusahaan-kena-

razia-software-bajakan

Penggunaan aplikasi..., Askar Juara, FISIP UI, 2013.