penggunaaan media kartu bergambar ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48880...yusi...
TRANSCRIPT
PENGGUNAAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR TERHADAP
KEMAMPUAN MENULIS TEKS EKSPLANASI SISWA
KELAS VIII SMPN 14 TANGERANG SELATAN
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
oleh
Laras Oktavia
NIM 11150130000056
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
i
ABSTRAK
Laras Oktavia. 11150130000056. Skripsi. “Penggunaan Media Kartu
Bergambar Terhadap Kemampuan Menulis Teks Eksplanasi Siwa Kelas VIII
SMPN 14 Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2018/2019”. Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Dosen Pembimbing Dr. Hindun M.Pd. 2019
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan media kartu
bergambar terhadap kemampuan menulis teks eksplanasi siswa kelas VIII
SMPN 14 Tangerang Selatan tahun pelajaran 2018/2019. Subjek dalam
penelitian ini adalah siswa kelas VIII-8 semester genap yang berjumlah tiga
puluh lima orang. Objek penelitian berupa media kartu bergambar yang
mengusung tujuh tema. Ketujuh tema tersebut, yakni peristiwa banjir, longsor,
hujan, kemiskinan, kemacetan, sampah, dan kebudayaan.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Teknik
analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari reduksi data,
penyajian data, dan membuat kesimpulan. Peneliti menggunakan media kartu
bergambar yang dibuat dari karton duplex dan kertas hvs, serta gambarnya
bersumber dari situs web.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan menulis teks
eksplanasi siswa kelas VIII-8 SMPN 14 Tangerang Selatan dengan
menggunakan media kartu bergambar sudah tergolong baik, yakni memperoleh
nilai rata-rata 76,4. Sebagaimana perinciannya adalah sejumlah delapan siswa
atau 22,9% mendapatkan predikat baik sekali, sebanyak dua puluh tiga siswa
atau 65,7% mendapatkan predikat baik, dan terdapat empat siswa atau 11,4%
mendapatkan predikat cukup.
Kata Kunci: Media Kartu Bergambar, Menulis, Teks Eksplanasi.
ii
ABSTRACT
Laras Oktavia. 11150130000056. Skripsi. “The Using of Picture Card Media
for Explanation Text Writing Skills of Grades VIII Student SMPN 14 South
Tangerang on Year Study 2018/2019”. Indonesian Language and Literary
Education, Faculty of Tarbiyah and Teaching Science, Syarif Hidayatullah
State Islamic University Jakarta. Advisor: Dr. Hindun M. Pd. 2019.
This research purpose to know about the using of picture card media
for explanation text writing skills of grades VIII student SMPN 14 South
Tangerang on year study 2018/2019. The subjects of this research are students
of grade VIII-8 in even semester who totally about thirty-five people. The
object in this research is picture card media which raise seven themes, are
flood incident, avalanche, rain, poverty, traffic, trash, and culture.
This research is using descriptive qualitative method. Data analysis
technic which used in this research are data reduction, data display, and
making the conclusion. This research is using picture card media that made of
duplex cupboard and hvs paper, the picture sourced by website.
The result shows us that explanations text writing skills of grade VIII-8
student SMPN 14 South Tangerang by using of picture card media is already
good, the average value is 76,4. As the detail are eight students or 22,9 % a got
“very well” predicate, twenty-three students or 65,7% a got “good” predicate,
and four students or 11,4% got “quite” predicate.
Keywords: Picture Card Media, Writing, Explanation Text.
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil „Alamiin. Puji serta syukur ke hadirat Allah SWT
karena limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat
selesai sesuai waktu yang diharapkan. Salawat dan salam selalu tercurahkan
kepada junjungan Nabi Muhammad SAW kepada keluarga, sahabat, dan para
pengikutnya yang senantiasa istiqomah dalam melakukan amal kebaikan.
Skripsi yang disusun dengan judul Penggunaan Media Kartu Bergambar
Terhadap Kemampuan Menulis Teks Eksplanasi Siswa Kelas VIII SMPN 14
Tangerang Selatan merupakan persyaratan untuk menyelesaikan studi S1 Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulisan skripsi ini dapat selesai, tentu dengan dukungan, bantuan, dan
motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Dr. Sururin, M. Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Makyun Subuki, M.Hum., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Novi Diah Haryanti, M. Hum., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dr. Hindun, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang sudah bersedia
meluangkan waktunya, memberi arahan, serta dukungan kepada penulis
semasa menyelesaikan penulisan skripsi.
5. Dra. Mahmudah Fitriyah Z.A., M.Pd., selaku dosen penguji I dan Nur
Syamsiyah, M.Pd., selaku dosen penguji II yang telah memberikan arahan
untuk perbaikan skripsi ini.
6. Seluruh dosen FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan ilmu
iv
pengetahuan dan pemahaman semasa penulis menjalani proses perkuliahan.
7. Seluruh Staf Perpustakaan Tarbiyah dan Perpustakaan Utama yang telah
memberikan pelayanan dengan baik semasa penulis menyelesaikan penulisan
skripsi.
8. Drs. Muslih, M.Pd., selaku kepala sekolah SMPN 14 Tangerang Selatan dan
Putu Desi Indrawati, M. Pd., selaku wakil kepala sekolah SMPN 14
Tangerang Selatan yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian.
9. Yusi Devina, S.Pd., selaku guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas VIII-8
SMPN 14 Tangerang Selatan, Muharom, S.Pd., selaku wali kelas VIII-8, serta
seluruh guru dan staf yang telah membantu kelancaran penulis dalam
melakukan pengambilan data.
10. Siswa-siswi kelas VIII-8 SMPN 14 Tangerang Selatan yang telah membantu
kemudahan pengambilan data, terkhusus dalam pengumpulan tugas menulis
teks eksplanasi.
11. Teristimewa untuk kedua orang tua penulis, yaitu Ayahanda Sediyono dan
Ibunda Yani Apriyanti yang selalu menyayangi, mendidik, tidak pernah henti
mendoakan, serta senantiasa memberikan beragam motivasi dalam bentuk
lisan maupun tulisan untuk kesuksesan penulis.
12. Teruntuk kakakku Atika Julianti yang setia memberikan doa, dukungan, serta
motivasi agar penulis tetap semangat sehingga jauh dari rasa lelah dan
menyerah dalam proses menyelesaikan penulisan skripsi.
13. Teruntuk sahabatku Syarifah Aulia, Nikmatus Saniyah, Siti Ma’usarah, dan
Dini Tri Hastuti yang selalu mendoakan, memberi penguatan, serta dukungan
semasa penulis menjalani perkuliahan dan menyelesaikan penulisan skripsi.
14. Teman-teman seperjuangan di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia (PBSI) kelas A dan B angakatan 2015 yang selalu memberikan
semangat serta doa kepada penulis. Semoga PBSI angakatan 2015 selalu
diberikan kemudahan serta kesuksesan dalam menggapai cita-cita.
15. Semua pihak yang telah memberi kemudahan dan membantu kelancaran
penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi yang tidak dapat dituliskan
satu per satu.
v
Penulis mengharapkan agar semua pihak yang telah tulus memberikan
dukungan, doa, motivasi, serta bantuan dalam bentuk apapun terhadap proses
menyelesaikan skrispi ini, mendapat balasan kebaikan pula dari Allah SWT.
Selain itu, semoga Allah SWT selalu meridhoi apapun yang menjadi cita-cita serta
harapan semua pihak yang telah membantu penulis dan semoga Allah SWT juga
menjadikan segala kebaikan yang telah diberikan dapat menjadi ladang amal dan
pahala yang terus mengalir. Aamiin ya Rabbal „alamiin.
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan
skripsi ini, seperti pada aspek isi maupun teknik penulisan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
perbaikannya. Penulis juga berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca
dan dapat dijadikan sumber acuan bagi peneliti lain yang memfokuskan penelitian
di bidang pendidikan.
Tangerang, 23 Oktober 2019
Laras Oktavia
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK .............................................................................................................. i
ABSTRACT ............................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................... 8
C. Pembatasan Masalah ................................................................................... 8
D. Rumusan Masalah ....................................................................................... 9
E. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 9
F. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 9
BAB II LANDASAN TEORITIS ....................................................................... 11
A. Hakikat Media Pembelajaran .................................................................... 11
1. Pengertian Media .................................................................................. 11
2. Pengertian Media Pembelajaran ........................................................... 12
3. Fungsi Media Pembelajaran ................................................................. 14
4. Manfaat Media Pembelajaran ............................................................... 15
5. Klasifikasi Media Pembelajaran ........................................................... 16
6. Kriteria dalam Pemilihan Media Pembelajaran .................................... 18
B. Hakikat Media Kartu Bergambar .............................................................. 20
1. Pengertian Media Kartu ........................................................................ 20
2. Pengertian Media Gambar .................................................................... 21
3. Kelebihan dan Kekurangan Media Gambar ......................................... 23
4. Pengertian Media Kartu Bergambar ...................................................... 24
C. Hakikat Menulis ........................................................................................ 27
vii
1. Pengertian Menulis ............................................................................... 27
2. Tujuan Menulis ..................................................................................... 29
3. Langkah-Langkah Kegiatan Menulis ................................................... 32
4. Kriteria Tulisan yang Baik ................................................................... 34
5. Tulisan Bernada Penjelasan .................................................................. 35
D. Hakikat Teks Eksplanasi ........................................................................... 36
1. Pengertian Teks .................................................................................... 36
2. Pengertian Teks Eksplanasi .................................................................. 37
3. Struktur Teks Eksplanasi ...................................................................... 39
4. Kaidah Kebahasaan Teks Eksplanasi ................................................... 42
5. Langkah-Langkah Menulis Teks Eksplanasi ........................................ 44
6. Hasil Penelitian yang Relevan .............................................................. 46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 50
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 50
B. Subjek Penelitian ....................................................................................... 50
C. Objek Penelitian ........................................................................................ 50
D. Metode Penelitian ...................................................................................... 51
E. Instrumen Penelitian .................................................................................. 53
F. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 60
G. Teknik Analisis Data ................................................................................. 64
BAB IV ANALISIS DATA ................................................................................. 67
A. Profil Sekolah ............................................................................................ 67
1. Sejarah Singkat SMPN 14 Tangerang Selatan ..................................... 67
2. Visi dan Misi SMPN 14 Tangerang Selatan ......................................... 68
3. Keadaan Guru dan Tenaga Kependidikan ............................................ 69
4. Siswa dan Prestasi Siswa ...................................................................... 71
5. Sarana dan Prasarana ............................................................................ 74
B. Deskripsi Data Hasil Penelitian ................................................................. 75
C. Analisis Data ............................................................................................. 77
D. Rekapitulasi Data Hasil Kemampuan Menulis Teks Eksplanasi Siswa . 197
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 203
A. Simpulan .................................................................................................. 203
viii
B. Saran ........................................................................................................ 203
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 205
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT PENULIS
ix
DAFTAR TABEL
3.1 : Instrumen Penilaian Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi .............................. 54
3.2 : Kriteria Penilaian Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi ............................. 55
3.3 : Kriteria Penilaian Standar Berskala Teori Anas Sudijono .............................. 59
3.4 : Rubrik Rekapitulasi Nilai Kemampuan Menulis Teks Eksplanasi ........................ 59
4.1 : Tabel Keadaan Guru SMPN 14 Tangerang Selatan .............................................. 70
4.2 : Tabel Keadaan Pegawai Administrasi SMPN 14 Tangerang Selatan ................... 71
4.3 : Tabel Jumlah Siswa SMPN 14 Tangerang Selatan................................................ 72
4.4 : Tabel Daftar Prestasi Siswa SMPN 14 Tangerang Selatan ................................... 72
4.5 : Tabel Daftar Sarana dan Prasarana SMPN 14 Tangerang Selatan ........................ 74
4.6 : Tabel Hasil Analisis Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa No.1 ........... 77
4.7 : Tabel Hasil Analisis Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa No.2 ........... 81
4.8 : Tabel Hasil Analisis Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa No.4 ........... 84
4.9 : Tabel Hasil Analisis Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa No.5 ........... 87
4.10 : Tabel Hasil Analisis Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa No.6 ........... 90
4.11 : Tabel Hasil Analisis Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa No.9 ........... 93
4.12 : Tabel Hasil Analisis Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa No.10 ......... 97
4.13 : Tabel Hasil Analisis Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa No.11 ....... 100
4.14 : Tabel Hasil Analisis Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa No.12 ....... 103
4.15 : Tabel Hasil Analisis Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa No.13 ....... 107
4.16 : Tabel Hasil Analisis Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa No.14 ....... 110
4.17 : Tabel Hasil Analisis Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa No.15 ....... 113
4.18 : Tabel Hasil Analisis Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa No.16 ....... 116
4.19 : Tabel Hasil Analisis Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa No.17 ....... 120
4.20 : Tabel Hasil Analisis Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa No.18 ....... 123
4.21 : Tabel Hasil Analisis Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa No.19 ....... 127
4.22 : Tabel Hasil Analisis Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa No.20 ....... 130
4.23 : Tabel Hasil Analisis Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa No.21 ....... 134
4.24 : Tabel Hasil Analisis Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa No.22 ....... 137
x
4.25 : Tabel Hasil Analisis Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa No.23 ....... 140
4.26 : Tabel Hasil Analisis Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa No.24 ....... 144
4.27 : Tabel Hasil Analisis Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa No.25 ....... 148
4.28 : Tabel Hasil Analisis Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa No.26 ....... 152
4.29 : Tabel Hasil Analisis Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa No.27 ....... 156
4.30 : Tabel Hasil Analisis Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa No.28 ....... 159
4.31 : Tabel Hasil Analisis Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa No.29 ....... 162
4.32 : Tabel Hasil Analisis Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa No.30 ....... 166
4.33 : Tabel Hasil Analisis Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa No.32 ....... 169
4.34 : Tabel Hasil Analisis Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa No.33 ....... 172
4.35 : Tabel Hasil Analisis Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa No.34 ....... 176
4.36 : Tabel Hasil Analisis Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa No.35 ....... 179
4.37 : Tabel Hasil Analisis Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa No.36 ....... 182
4.38 : Tabel Hasil Analisis Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa No.37 ....... 186
4.39 : Tabel Hasil Analisis Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa No.38 ....... 189
4.40 : Tabel Hasil Analisis Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa No.39 ....... 193
4.2.1:Tabel Rekapitulasi Nilai Hasil Kemampuan Menulis Teks Eksplanasi
Siswa Kelas VIII 8 ............................................................................................... 197
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Uji Referensi
Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Lampiran 3 : Hasil Wawancara Guru Bahasa Indonesia Kelas VIII-8
Lampiran 4 : Hasil Wawancara Siswa Kelas VIII-8
Lampiran 5 : Dokumentasi Kegiatan Belajar Mengajar
Lampiran 6 : Media Kartu Bergambar
Lampiran 7 : Hasil Teks Eksplanasi Siswa
Lampiran 8 : Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 9 : Surat Izin Penelitian
Lampiran 10 : Surat Pernyataan Penelitian dari Sekolah
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran merupakan proses pemberian ilmu dari guru kepada
siswa untuk menambah pengetahuan, membentuk karakter, dan
mengembangkan keterampilan. Guru memiliki peran penting dalam kegiatan
belajar mengajar, terutama pada komponen merencanakan, menyampaikan
materi, membimbing, memberikan latihan, serta melakukan penilaian untuk
mengetahui tingkat kepahaman siswa terhadap materi yang diajarkan.
Pembelajaran yang efektif membutuhkan berbagai sarana penunjang dan
kreativitas guru dalam mendesain suasana belajar, agar proses perpindahan
ilmu dapat diterima dengan baik. Pada pembelajaran bahasa, guru harus
mumpuni dalam menciptakan kondisi belajar yang komunikatif dan kondusif.
Hal ini, dapat memotivasi siswa untuk belajar sehingga mudah dalam
menyerap kosakata serta mampu memperluas pengetahuan kebahasaannya
secara kompleks. Untuk mengembangkan minat belajar pada pembelajaran
bahasa Indonesia, terdapat keterampilan berbahasa guna mengoptimalkan
tercapainya tujuan komunikasi.
Keterampilan berbahasa yang diajarkan pada mata pelajaran bahasa
Indonesia terdapat empat aspek, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan
menulis. Keterampilan yang dikhususkan sebagai kegiatan menerima, yakni
menyimak dan membaca. Kemudian, keterampilan yang dikhususkan sebagai
kegiatan menghasilkan, yakni berbicara dan menulis. Keempat aspek
keterampilan berbahasa, tersusun atas urutan yang mempunyai hubungan
sangat erat. Untuk mempelajari satu keterampilan, seorang pembelajar juga
perlu terlibat dengan keterampilan yang lainnya, agar proses komunikasi
berjalan dengan lancar dan informasi tersampaikan dengan baik dari pemberi
pesan kepada penerima pesan. Menulis adalah keterampilan berbahasa yang
2
dianggap paling menjenuhkan untuk siswa. Ketidaktertarikan tersebut,
disebabkan kurangnya pemahaman tentang kegiatan menulis. Mayoritas siswa
membuat sebuah tulisan tanpa memberikan makna dan pesan yang ingin
disampaikan.
Menulis merupakan kegiatan penuangan ide dan gagasan seseorang
ke dalam media tulisan.1 Menulis dapat berarti sebuah proses yang produktif
dengan memberikan keleluasaan berpikir, agar dapat mengungkapkan gagasan
sesuai topik pembahasan sehingga dapat diketahui dan dipahami oleh
masyarakat luas. Menulis menjadi salah satu aspek keterampilan berbahasa
yang diajarkan di tingkat sekolah menengah pertama, khususnya di kelas VIII.
Materi-materi yang diajarkan di kelas VIII memang wujudnya berupa teks dan
mengharuskan siswa melakukan kegiatan membaca, untuk menambah
informasi sehingga dapat menghasilkan tulisan yang variatif, kritis, dan
sistematis. Kegiatan menulis di kelas VIII, lebih menuntut siswa agar memiliki
pengetahuan yang luas dan terampil mengungkapkan gagasan untuk membuat
teks yang sifatnya memberikan penjelasan, seperti teks eksplanasi.
Dengan mempelajari teks eksplanasi, siswa dapat lebih kritis
menanggapi berbagai peristiwa yang terdapat di lingkungan sekitar, baik yang
terjadi secara alamiah ataupun melibatkan campur tangan manusia.
Mempelajari teks eksplanasi dapat juga memberikan wawasan kepada siswa
bahwa peristiwa-peristiwa yang terjadi bukan serta merta ada dan terbentuk.
Akan tetapi, melalui sebuah proses yang dapat melibatkan peristiwa lain dalam
kurun waktu yang lampau sehingga mampu dijadikan pembelajaran serta
pemberian informasi kepada pembaca. Berdasarkan pengetahuan dan daya
ingatnya mengenai peristiwa yang penah ditemui atau dialami secara langsung
di dalam kehidupan bersosial, siswa terlatih untuk kreatif menguraikan setiap
peristiwa yang dijadikan ide utamanya.
Menulis teks eksplanasi merupakan kegiatan menulis dengan
mengungkapkan penjelasan terhadap suatu fenomena alam, sosial, dan budaya
1 Yeti Mulyati dkk, Bahasa Indonesia, (Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2014),
cet. ke-17, h. 7.1.
3
untuk sebuah karangan yang bersifat faktual, informatif, padat, dan akurat.
Pada penulisan teks eksplanasi, proses terjadinya sesuatu dapat dijelaskan
dengan memunculkan pertanyaan mengapa dan bagaimana dengan disertai
ulasan pada bagian penutup, terkait objek yang dijelaskan. Maka dari itu,
dalam penulisan teks eksplanasi dibutuhkan pengetahuan yang luas dan
gagasan yang logis untuk dapat menghasilkan teks yang baik dari segi struktur
dan kaidah kebahasaan sehingga mudah dipahami.
Eksplanasi merupakan teks yang baru termuat dalam kurikulum
2013. Maka dari itu, teks eksplanasi juga memiliki hubungan keterkaitan
dengan teks-teks nonfiksi lainnya, seperti dari segi pengungkapan isi, fungsi,
dan bahasa yang digunakan. Salah satu teks yang memiliki keterkaitan dengan
eksplanasi, yaitu teks narasi. Keterkaitan antara teks eksplanasi dan narasi
terdapat pada tujuan, fungsi penyajian teks secara umum, dan kaidah
kebahasaan yang digunakan. Teks eksplanasi bertujuan untuk menjelaskan
proses terjadinya suatu peristiwa/fenomena alam, sosial, dan budaya.
Eksplanasi mendetailkan pada rangkaian kejadian dari suatu peristiwa, dengan
menyertakan keterangan waktu berupa penggunaan konjungsi kausalitas atau
kronologis sebagai salah satu kaidah kebahasaan yang mencirikannya.
Kemudian, teks narasi memiliki tujuan untuk menceritakan seorang
tokoh, peristiwa, atau suatu permasalahan dengan sistem rangkaian kejadian,
serta menggunakan konjungsi temporal sebagai aspek pendukungnya. Fungsi
dari kedua teks tersebut adalah memberikan pengetahuan dan wawasan yang
luas untuk pembaca. Dengan demikian, teks eksplanasi dan narasi memiliki
keterkaitan pada aspek penjelasannya yang menggunakan sistem rangkaian
kejadian dan menyertakan konjungsi keterangan waktu dari setiap peristiwa
yang diuraikan.
Berdasarkan pengamatan peneliti selama kegiatan Pengenalan
Lapangan Persekolahan (PLP), keterampilan menulis umumnya sulit
ditumbuhkan pada siswa, apabila guru hanya menjelaskan materi dengan
metode ceramah lalu memberikan tugas untuk mengerjakan latihan yang
terdapat dalam buku paket. Pengetahuan yang didapat hanya sebatas pada teks
4
bacaan dengan jenis tertentu saja, tanpa melibatkan teks jenis lain yang
memiliki pola pengembangan berbeda. Misalnya, pada pembelajaran teks
eksplanasi terdapat dua pola pengembangan, yaitu kausalitas dan kronologis.
Kedua pola pengembangan tersebut dapat menghasilkan karakteristik tulisan
yang berbeda. Atas dasar peristiwa tersebut, mayoritas siswa kesulitan
menentukan teks dengan pola kronologis atau kausalitas karena kurangnya
pemahaman tentang struktur dan kaidah kebahasaan. Lalu, kurang inovatifnya
penggunaan media dan metode yang digunakan guru, menjadikan siswa lebih
banyak yang kurang mampu untuk membuat teks yang sifatnya nonfiksi.
Beberapa fenomena di atas, dapat diatasi dengan penggunaan media
yang efektif untuk mengasah potensi siswa dalam hal keterampilan menulis.
Penggunaan media dalam proses belajar mengajar di dalam kelas sebagai alat
penyalur pesan sekaligus pembuktian terhadap hasil belajar siswa. Untuk
mendapatkan hasil yang maksimal, seorang guru haruslah dapat memberikan
suatu kesan yang berbeda dari cara mengajarnya. Contohnya menggunakan
media yang kreatif dengan keberagaman fenomena alam, sosial, dan budaya
seperti dalam pembelajaran teks eksplanasi, untuk menumbuhkan minat belajar
siswa, sehingga lebih mudah dalam mengungkapkan informasi faktual dan
gagasan dalam karangannya.
Media yang dapat digunakan guru untuk merangsang minat belajar
siswa, dapat dengan cara visual, audio, ataupun audiovisual sesuai kebutuhan
terhadap materi yang akan diajarkan. Proses belajar mengajar yang dirancang
dengan menggunakan media merupakan cara yang efektif untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam menghasilkan karya. Media juga dapat memberikan
dampak positif, seperti penyampaian materi menjadi lebih variatif,
memunculkan motivasi belajar, memudahkan untuk menyampaikan ilmu, serta
dapat mengembangkan kemampuan berbahasa siswa.
Media kartu bergambar merupakan jenis media visual yang tepat
untuk meningkatkan keterampilan menulis pada siswa kelas VIII tingkat SMP,
khususnya dalam pembelajaran menulis teks eksplanasi. Keunggulan media
kartu bergambar dalam proses pembelajaran, yakni mudah dibawa sehingga
5
dapat digunakan di mana saja, baik belajar mengajar di luar ataupun di dalam
kelas. Selain itu, sangat praktis dibuatnya tidak perlu menggunakan material-
material mahal dan alat yang digunakan pun mudah ditemukan. Selanjutnya,
kelebihan untuk siswa, yaitu dapat memberikan keleluasaan berpikir serta
memunculkan pehamahaman melalui gambar yang tertera pada kartu yang
didapatnya. Kartu bergambar tersebut juga dapat merangsang ingatan siswa
terkait peristiwa alam, sosial, dan budaya yang sedang terjadi atau pernah
disaksikan dan dialami langsung oleh siswa. Jadi, penggunaan media kartu
bergambar dalam pembelajaran teks eksplanasi sangat efisien dan efektif untuk
dipraktikkan dalam proses belajar mengajar. Terlebih teks eksplanasi
merupakan karangan yang mengharuskan siswa memberikan penjelasan terkait
tulisannya, dapat terbantu dengan adanya media kartu bergambar.
Keunggulan media kartu bergambar dibandingkan dengan video,
yakni sebagai berikut. Pertama, siswa lebih leluasa menguraikan fakta dan ide
berdasarkan gambar yang dilihatnya sehingga tidak hanya terfokus dengan
kalimat dan kosakata yang dituturkan dalam tayangan video. Kedua, media
kartu bergambar yang disajikan dengan keberagaman fenomena dapat
memunculkan minat belajar siswa untuk menggali informasi yang lebih luas
melalui kegiatan diskusi bersama teman yang mendapat kartu dengan
fenomena yang sama. Sedangkan pada media video, komunikasi yang terjalin
sering kali satu arah karena hanya menayangkan satu objek di dalam pokok
pembahasan sehingga guru harus memberikan umpan balik dengan wujud yang
lain. Ketiga, memfokuskan pemahaman dan pengamatan siswa terkait objek
sehingga konsentrasi lebih terjaga dan menghilangkan terjadinya saling adu
bicara untuk mengulang tayangan video yang telah diputar. Keempat, dapat
memperlihatkan pokok permasalahan secara detail karena sifatnya yang
realistis sehingga setiap siswa dapat menelaah dengan saksama gambar yang
didapatnya. Selain itu, siswa dapat memiliki persepsi berbeda dengan
keberagaman gambar yang disajikan dan tidak terfokus pada satu permasalahan
yang sama.
6
Kartu bergambar yang digunakan untuk merelevansikan dengan
materi teks eksplanasi, dapat diangkat dari peristiwa yang hadir di kehidupan
sehari-hari, seperti banjir, longsor, hujan, kemiskinan, kemacetan, sampah, dan
kebudayaan. Ketujuh peristiwa tersebut telah merangkum fenomena alam,
sosial, dan budaya, yang menjadi pokok pembahasan dalam teks eksplanasi.
Gambar yang dijadikan media untuk menyalurkan pesan, diambil peneliti dari
beberapa situs web berikut ini. Pertama, peristiwa alam banjir diunduh dari
situs web http://www.cnnindonesia.com/nasional/banjir-rendam8kecamatan-di-
bandung-37-ribu-warga-terdampak. Kedua, peristiwa alam bencana longsor
diunduh dari situs web https://www.merdeka.com/pertistiwa/sepanjang-2018-
terjadi-438-bencana-alam-peristiwa-longsor-terbanyak-makan-korban.html.
Ketiga, peristiwa proses turunnya hujan diunduh dari situs web
sebagai berikut https://www.ruangguru.co.id/pengertiandanproses-siklus-air-
hidrologi. Keempat, peristiwa kemiskinan diunduh dari situs web
http://www.medanbisnisdaily.com/news/online/2019/02/15/penduduk_medan_
miskin_jauh_di_atas_nasional_9_66/. Kelima, peristiwa kemacetan diunduh
dari situs web https://www.jawapos.com/jpg-today/17/06/2019/survei-tomtom-
jakarta-alami-penurunan-kemacetan-terbesar-di-dunia/. Keenam, peristiwa
sampah menumpuk diunduh dari situs web https://news.detik.com/berita-jawa-
timur/gencarkan-kali-bersih-sungai-di-situbondo-ini-malah-dipenuhi-sampah/.
Ketujuh, peristiwa hadirnya kebudayaan asing di Indonesia diunduh dari situs
web https://www.kompasiana.com/retil/demam-korea-di-kalangan-remaja/.
Adapun hasil wawancara dengan guru dan observasi yang telah
dilakukan pada siswa kelas VIII SMPN 14 Tangerang Selatan yang
melatarbelakangi penelitian ini, yakni ditemukannya beberapa permasalahan.
Pertama, guru hanya sering melakukan pembiasaan literasi pada karya fiksi.
Hal tersebut menyebabkan siswa kurang mampu menuangkan ide pada
penulisan wacana nonfiksi yang membutuhkan pengetahuan luas dan disertai
pembahasan yang kritis. Terbatasnya buku-buku yang dibaca siswa dan guru
yang tidak memperkenalkan pada bahan bacaan literatur menjadikan
pembelajaran menulis teks kurang diminati siswa.
7
Kedua, keterbatasan sarana dan prasarana yang terdapat di sekolah
menjadi salah satu hambatan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran.
Sekolah kurang memfasilitasi media pendukung terlaksananya proses belajar
mengajar. Atas dasar permasalahan tersebut, menjadikan guru hanya
menggunakan buku paket sebagai media mengajarnya. Oleh karena itu,
diperlukan media visual dengan desain yang praktis, mudah untuk dirancang,
dan mampu memberikan pesan yang objektif. Peneliti tertarik menggunakan
media kartu bergambar pada pembelajaran menulis teks eksplanasi untuk dapat
memperjelas tema yang dijadikan pokok pembahasan dan merangsang
pengetahuan siswa untuk mengungkapkan informasi faktual terkait gambar
yang disediakan.
Ketiga, menulis menjadi keterampilan yang perlu dikuasai oleh
setiap siswa dan dijadikan pembiasaan sehingga dapat terlatih untuk
menuangkan ide atau gagasan dalam bahasa tulis. Pada pembelajaran menulis
teks eksplanasi, siswa diharuskan terampil mengungkapkan fakta dan gagasan
untuk mengkritisi berbagai fenomena yang terjadi. Akan tetapi, mayoritas
siswa masih sulit mengemukakan fakta dan gagasan dalam tulisannya.
Kesulitan dalam mengungkapkan fakta dan gagasan juga disebabkan
kurangnya bahan bacaan, serta minimnya pengetahuan terkait fenomena apa
saja yang dapat dikritisi. Maka, dengan adanya media kartu bergambar yang
memperlihatkan kejelasan dari suatu fenomena, siswa dapat terbantu untuk
memberikan gagasan logis dan fakta objektif terkait fenomena yang dilihat.
Berdasarkan fakta yang telah dipaparkan, terlihat bahwa menulis
teks eksplanasi bukan sesuatu keterampilan yang mudah untuk dikuasai oleh
setiap siswa. Pengetahuan yang luas, pemahaman, serta daya ingat menjadi
beberapa aspek yang harus dimiliki siswa agar terciptanya hasil tulisan dengan
kualitas terbaik, atas pembelajaran yang telah dilakukan. Oleh karena itu,
peneliti tertarik untuk meneliti dengan judul “Penggunaan Media Kartu
Bergambar Terhadap Kemampuan Menulis Teks Eksplanasi Siswa Kelas VIII
SMPN 14 Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2018/2019”
8
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan, maka
identifikasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Guru kurang memotivasi siswa dalam pembelajaran menulis teks.
2. Guru belum memanfaatkan media dengan optimal dalam proses belajar
mengajar.
3. Minat menulis siswa masih rendah, khususnya dalam penulisan wacana
nonfiksi.
4. Siswa kesulitan dalam mengungkapkan fakta dan gagasan pada
keterampilan menulis teks eksplanasi.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang diuraikan, agar permasalahan
tidak meluas dan menimbulkan banyak perbedaan pendapat. Oleh karena itu,
peneliti memberikan pembatasan masalah penelitian sehingga dapat tertuju
dengan baik. Pembatasan masalah dalam penelitian ini yaitu:
1. Penggunaan media kartu bergambar yang akan dipraktikkan dalam proses
belajar mengajar yaitu berjenis foto. Gambar fotografi yang digunakan
dalam penelitian ini merupakan jenis media visual. Akan tetapi, gambar-
gambar dipilih peneliti diambil dari situs web sehingga dapat tergolong
media visual elektronik.
2. Kartu bergambar yang akan dijadikan media dalam proses belajar
mengajar pada materi teks eksplanasi, yaitu mengenai fenomena alam,
sosial, dan budaya.
3. Media kartu bergambar digunakan peneliti, untuk melihat potensi siswa
terhadap kemampuan menulis teks eksplanasi mata pelajaran bahasa
Indonesia.
4. Teks eksplanasi yang dijadikan fokus penelitian merupakan teks buatan
siswa kelas VIII-8.
9
5. Tempat peneliti melakukan penelitian, yaitu di kelas VIII-8 dengan jumlah
39 siswa, yang terdiri dari 20 perempuan dan 19 laki-laki. Penelitian
dilakukan pada semester genap di SMPN 14 Tangerang Selatan.
6. Penelitian dilakukan pada materi teks eksplanasi, sesuai dengan silabus
pada kurikulum 2013 mata pelajaran bahasa Indonesia semester genap
tahun pelajaran 2018/2019.
D. Rumusan Masalah
Permasalahan yang diteliti oleh penulis, yaitu “Bagaimana
penggunaan media kartu bergambar terhadap kemampuan menulis teks
eksplanasi buatan siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas VIII
semester genap, SMPN 14 Tangerang Selatan, tahun pelajaran 2018/2019”?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah
untuk “mendeskripsikan penggunaan media kartu bergambar terhadap
kemampuan menulis teks eksplanasi pada siswa mata pelajaran bahasa
Indonesia kelas VIII semester genap, SMPN 14 Tangerang Selatan, tahun
pelajaran 2018/2019?
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat menjadi masukan terhadap bidang ilmu
pengetahuan, khususnya kegiatan belajar mengajar dalam meningkatkan
kemampuan menulis teks eksplanasi siswa sehingga memperoleh hasil yang
maksimal.
a. Penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi guru untuk menggunakan
media kartu bergambar dalam pembelajaran menulis teks eksplanasi.
b. Untuk memperluas pengetahuan tentang perkembangan kemampuan
siswa dalam menulis wacana nonfiksi, seperti teks eksplanasi.
10
c. Untuk menambah wawasan guru perihal penggunaan media dalam
proses belajar mengajar, agar lebih tepat dan mendukung materi
pembahasan sehingga mampu memotivasi siswa dalam meningkatkan
hasil belajarnya terhadap pembelajaran bahasa Indonesia.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
Penelitian ini dapat bermanfaat untuk guru dalam memperluas
pengetahuan mengenai proses pembelajaran menulis teks eksplanasi, agar
dapat memperbaiki media yang digunakan sehingga mampu menciptakan
suasana belajar yang kondusif dan efisien, serta mempermudah guru dalam
menyampaikan materi.
b. Bagi Siswa
Melalui penggunaan media kartu bergambar siswa diharapkan
memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas untuk meningkatkan hasil
belajarnya terkhusus dalam keterampilan menulis teks eskplanasi.
c. Bagi Sekolah
Penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan kepala sekolah
dalam hal menentukan kebijakan terutama pada kegiatan belajar mengajar
mata pelajaran bahasa Indonesia sehingga kompetensi siswa dapat
ditingkatkan, khususnya pada keterampilan menulis teks eksplanasi.
d. Bagi Peneliti Lain
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan menjadi sumber
rujukan pada penelitian berikutnya sehingga mampu mengembangkan media
dan bahan ajar yang kreatif untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
menulis teks eksplanasi.
11
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Hakikat Media Pembelajaran
1. Pengertian Media
Media adalah alat saluran komunikasi. Kata media berasal dari
bahasa Latin, yang merupakan bentuk jamak dari kata medium. Secara
harfiah, media berarti perantara, yaitu perantara antara sumber pesan (a
source) dengan penerima pesan (a receiver).1 Gagne mengungkapkan bahwa
media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat
merangsangnya untuk belajar. Kemudian, Briggs menyatakan bahwa media
adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa
untuk belajar.2
Begitu pula, Gerlach dan Ely mengemukakan bahwa media apabila
dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang
membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,
keterampilan, atau sikap.3 Pendapat lain dari Raharjo, yang mengungkapkan
bahwa media adalah wadah dari pesan yang oleh sumbernya ingin diteruskan
kepada sasaran atau penerima pesan tersebut. Materi yang diterima adalah
pesan intruksional, sedangkan tujuan yang dicapai adalah tercapainya proses
belajar.4
Media adalah perantara dari sumber informasi ke penerima
informasi, contohnya video, televisi, komputer, dan lain sebagainya. Alat-alat
tersebut merupakan media manakala digunakan untuk menyalurkan informasi
1 Dina Indriana, Ragam Alat Bantu Media Pengajaran, (Jogjakarta: DIVA Press, 2011),
cet. ke-1, h. 13.
2Arief S. Sadiman dkk, Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2014), cet. ke-17, h. 6. 3 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2010), cet. ke-
13, h. 3. 4 Cecep Kustandi dan Bambang Sutjipto, Media Pembelajaran Manual dan Digital,
(Bogor: Ghalia Indonesia, 2016), cet. ke-2 Edisi Kedua, h. 7.
12
yang akan disampaikan.5 Heinich menyatakan bahwa media merupakan alat
saluran komunikasi seperti film, televisi, diagram, bahan tercetak (printed
materials), komputer dan instruktur.6
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa media
merupakan alat penyalur komunikasi dari pengirim kepada penerima pesan.
Di dunia pendidikan, pesan dapat tersampaikan melalui guru dengan
memberikan materi pembelajaran dalam bentuk tercetak ataupun elektronik.
Media dapat pula dideskripsikan sebagai suatu perantara yang dapat
memotivasi siswa untuk belajar dan memperoleh pengetahuan. Dalam proses
belajar mengajar, media merupakan suatu alat yang penting untuk
merangsang kecerdasan dan keterampilan siswa, sehingga tercapainya tujuan
pembelajaran.
2. Pengertian Media Pembelajaran
Media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat
menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana
sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana penerimanya
dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif.7
Cecep Kustandi dan Bambang Sutjipto mengungkapkan bahwa
media pembelajaran adalah sarana untuk meningkatkan kegiatan proses
belajar mengajar. Mengingat banyaknya bentuk-bentuk media tersebut, maka
guru harus dapat memilihnya dengan cermat, sehingga dapat digunakan
dengan tepat. Dalam kegiatan belajar mengajar, sering pula pemakaian kata
media pembelajaran digantikan dengan istilah-istilah, seperti: bahan
pembelajaran (instructional material), komunikasi pandang-dengar (audio-
visual
5 Wina Sanjaya, Media Komunikasi Pembelajaran, (Jakarta: Prenamedia Group, 2016),
Cet. ke-3, h. 57. 6 Rudi Susilana dan Cepi Riyana, Media Pembelajaran Hakikat, Pengembangan,
Pemanfaatan, dan Penilaian, (Bandung: CV Wacana Prima, 2009), Cet. ke-1, h. 6. 7 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung Persada
Press, 2010), Cet. ke-3, h. 7-8.
13
communication), alat peraga pandang (visual education), alat peraga dan
media penjelas.8
Begitu pula, Wina Sanjaya mengemukakan bahwa media
pembelajaran adalah segala sesuatu seperti alat, lingkungan, dan bentuk
kegiatan yang dikondisikan untuk menambah pengetahuan, mengubah sikap,
atau menanamkan keterampilan pada setiap orang yang memanfaatkannya.9
Musfiqon juga menyatakan bahwa media pembelajaran dapat didefinisikan
sebagai alat bantu berupa fisik maupun nonfisik yang sengaja digunakan
sebagai perantara antara guru dan siswa dalam memahami materi
pembelajaran agar lebih efektif dan efisien. Sehingga materi pembelajaran
lebih cepat diterima siswa dengan utuh serta menarik minat siswa untuk
belajar lebih lanjut.10
Sehubungan dengan pendapat para pakar, Rudi Susilana dan Cepi
Riyana menjelaskan bahwa media pembelajaran selalu terdiri atas dua unsur
penting, yaitu unsur peralatan atau perangkat keras (hardware) dan unsur
pesan yang dibawanya (software). Media pembelajaran memerlukan peralatan
untuk menyajikan pesan, namun yang terpenting bukanlah peralatan itu,
tetapi pesan atau informasi belajar yang dibawakan oleh media tersebut.11
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran merupakan segala komponen baik yang berwujud visual, audio,
audiovisual, alat peraga, serta lingkungan yang dapat mengirimkan pesan dari
guru kepada siswa agar terciptanya kondisi belajar yang kondusif dan efisien.
Media pembelajaran harus berupa pesan yang mampu menambah
pengetahuan dan memunculkan keterampilan siswa untuk memudahkannya
memahami materi serta memecahkan berbagai permasalahan dalam proses
belajar.
8 Kustandi dan Sutjipto, op. cit., h. 9.
9 Sanjaya, op. cit., h. 61.
10 Musfiqon, Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran, (Jakarta: PT Prestasi
Pustakarya, 2016), cet. ke-2, h. 28. 11
Susilana dan Riyana, op. cit., h. 7.
14
3. Fungsi Media Pembelajaran
Wina Sanjaya mengemukakan bahwa media pembelajaran memiliki
lima fungsi yaitu sebagai berikut:
a. Fungsi komunikatif. Media pembelajaran digunakan untuk memudahkan
komunikasi antara penyampai pesan dan penerima pesan.
b. Fungsi motivasi. Pengembangan media pembelajaran tidak hanya
mengandung unsur artistik saja akan tetapi juga memudahkan siswa
mempelajari materi pelajaran sehingga dapat lebih meningkatkan gairah
siswa untuk belajar.
c. Fungsi kebermaknaan. Melalui penggunaan media pembelajaran dapat
lebih bermakna, yakni pembelajaran bukan hanya dapat meningkatkan
penambahan informasi berupa data dan fakta sebagai pengembangan
aspek kognitif tahap rendah, akan tetapi dapat meningkatkan kemampuan
siswa menganalisis dan mencipta sebagai aspek kognitif tahap tinggi.
d. Fungsi penyamaan persepsi. Walaupun pembelajaran di setting secara
klasikal, namun pada kenyataannya proses belajar terjadi secara
individual. Artinya, setiap siswa akan menginterpretasi materi pelajaran
secara berbeda. Melalui pemanfaatan media pembelajaran, diharapkan
dapat menyamakan persepsi setiap siswa, sehingga setiap siswa memiliki
pandangan yang sama terhadap informasi yang disuguhkan.
e. Fungsi individualitas. Siswa datang dari latar belakang yang berbeda,
sehingga memungkinkan gaya dan kemampuan belajarnya pun tidak
sama. Demikian juga halnya mengenai bakat dan minat siswa.
Pemanfaatan media pembelajaran berfungsi untuk dapat melayani
kebutuhan setiap individu yang memiliki minat dan gaya belajar yang
berbeda.12
Berdasarkan informasi di atas, dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran memiliki lima fungsi yang dapat merangsang minat belajar
siswa dalam memahami isi materi, yaitu komunikatif, motivasi,
kebermaknaan, penyamaan persepsi, dan individualitas. Fungsi utama media
12 Sanjaya, op. cit., h. 73-75.
15
adalah mampu memudahkan guru dalam mengondusifkan proses belajar
mengajar. Keefektifan pemakaian sebuah media juga perlu menyesuaikan
dengan pencapaian pengetahuan yang harus diperoleh siswa sehingga
mendapatkan hasil yang maksimal.
4. Manfaat Media Pembelajaran
Kemp dan Dayton dalam Azhar Arsyad mengemukakan delapan
manfaat media pembelajaran yaitu sebagai berikut: 13
a. Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku. Setiap pelajar yang melihat
atau mendengar penyajian melalui media menerima pesan yang sama.
Meskipun para guru menafsirkan isi pelajaran dengan cara yang berbeda-
beda, dengan penggunaan media ragam hasil tafsiran itu dapat dikurangi
sehingga informasi yang sama dapat disampaikan kepada siswa sebagai
landasan untuk pengkajian, latihan, dan aplikasi lebih lanjut.
b. Pembelajaran bisa lebih menarik. Kejelasan dan keruntutan pesan, daya
tarik image yang berubah-ubah, penggunaan efek khusus yang dapat
menimbulkan keingintahuan menyebabkan siswa tertawa dan berpikir,
yang kesemuanya menunjukkan bahwa media memiliki aspek motivasi
dan meningkatkan minat.
c. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori belajar
dan prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalam hal partisipasi, umpan
balik, dan penguatan.
d. Lama waktu pembelajaran yang diperlukan dapat dipersingkat karena
kebanyakan media hanya memerlukan waktu singkat untuk
mengantarkan pesan-pesan dan isi pelajaran dalam jumlah yang cukup
banyak dan kemungkinannya dapat diserap oleh siswa.
e. Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan bilamana integrasi kata dan
gambar sebagai media pembelajaran dapat mengomunikasikan elemen-
13
Arsyad, op. cit., h. 21-23.
16
elemen pengetahuan dengan cara yang terorganisasikan dengan baik,
spesifik, dan jelas.
f. Pembelajaran dapat diberikan kapan dan di mana diinginkan terutama
jika media pembelajaran dirancang untuk penggunaan secara individu.
g. Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap
proses belajar dapat ditingkatkan.
h. Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif; beban guru untuk
penjelasan yang berulang-ulang mengenai isi pelajaran dapat dikurangi.
Berdasarkan informasi di atas, dapat disimpulkan bahwa manfaat
media dalam proses pembelajaran adalah mempermudah siswa menerima dan
menafsirkan pesan yang disampaikan guru. Media juga bermanfaat
menciptakan suasana belajar yang interaktif dan menarik. Artinya, guru dapat
menyesuaikan media, materi pelajaran yang akan dibahas, serta tempat yang
cocok dijadikan ruang belajar sehingga dapat terciptanya pembelajaran yang
lebih komunikatif. Guru diharuskan mumpuni dalam menggunakan media
pembelajaran, selain untuk memudahkan dalam menjelaskan materi juga
untuk meningkatkan proses belajar siswa.
5. Klasifikasi Media Pembelajaran
Taksonomi menurut Rudy Bretz mengidentifikasi ciri utama dari
media menjadi tiga unsur pokok, yaitu suara, visual, dan gerak. Visual
dibedakan menjadi tiga yaitu gambar, garis (line graphic), dan simbol yang
merupakan suatu kontinum dari bentuk yang dapat ditangkap dengan indra
penglihatan. Bretz juga membedakan antara media siar (telecommunication)
dan media rekam (recording) sehingga terdapat 8 klasifikasi media: 1) media
audio visual gerak, 2) media audio visual diam, 3) media audio semi-gerak, 4)
media visual gerak, 5) media visual diam, 6) media semi-gerak, 7) media
audio, dan 8) media cetak.14
14
Sadiman, dkk., op. cit., h. 20.
17
Pengelompokan berbagai jenis media yang dapat digunakan dalam
proses belajar mengajar juga dikemukakan oleh Leshin, Pollock dan
Reigeluth, yang mengklasifikasikan media ke dalam lima kelompok yaitu:15
a. Media berbasis manusia
Media berbasis manusia mengajukan dua teknik yang efektif, yaitu
rancangan yang berpusat pada masalah dan bertanya ala Socrates.
Rancangaan pembelajaran yang berpusat pada masalah dibangun berdasarkan
masalah yang harus dipecahkan oleh pelajar. Penekanan teknik bertanya ala
Socrates adalah pada penjelasan konsep-konsep dan gagasan-gagasan melalui
penggunaan pertanyaan-pertanyaan pancingan. Beberapa komponen yang
tergolong media berbasis manusia seperti: guru, instruktur, tutor, main peran,
kegiatan kelompok, dan field-trip.
b. Media berbasis cetak
Materi pembelajaran berbasis cetakan yang paling umum dikenal
adalah buku teks, buku penuntun, jurnal, majalah, dan lembaran lepas. Teks
berbasis cetakan menuntut enam elemen yang perlu diperhatikan pada saat
merancang, yaitu konsistensi, format, organisasi, daya tarik, ukuran huruf,
dan penggunaan spasi kosong.
c. Media berbasis visual
Media berbasis visual (image atau perumpamaan) memegang peran
yang sangat penting dalam proses belajar. Media visual dapat memperlancar
pemahaman (misalnya melalui elaborasi struktur dan organisasi) dan
memperkuat ingatan. Visual dapat pula menumbuhkan minat siswa dan dapat
memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata. Bentuk
visual bisa berupa (a) gambar representasi seperti gambar, lukisan atau foto;
(b) diagram; (c) peta; (d) grafik seperti tabel, grafik, dan chart (bagan).
d. Media berbasis audio-visual
Media visual yang menggabungkan penggunaan suara memerlukan
pekerjaan tambahan untuk memproduksinya. Salah satu pekerjaan penting
15
Arsyad, op. cit., h. 81-96.
18
yang diperlukan dalam media audio-visual adalah penulisan naskah dan
storyboard yang memerlukan persiapan yang banyak, rancangan, dan
penelitian. Bentuk audio-visual seperti: video, film, program slide-tape, dan
televisi.
e. Media berbasis komputer
Komputer berperan sebagai manajer dalam proses pembelajaran
yang dikenal dengan nama Computer-Managed Instruction (CMI). Ada pula
peran komputer sebagai pembantu tambahan dalam belajar; pemanfaatannya
meliputi penyajian informasi isi materi pelajaran, latihan, atau kedua-duanya.
Modus ini dikenal sebagai Computer-Assisted Instruction (CAI). Komponen
yang tergolong media berbasis komputer, yaitu interaktif video dan hypertext.
Berdasarkan informasi di atas, dalam penelitian ini penulis
menggunakan media berbasis visual berupa gambar yang diambil dari situs
web, untuk meningkatkan kemampuan menulis pada siswa khususnya
menulis teks eksplanasi. Media gambar juga mampu merangsang
pengetahuan, daya ingat, serta kemampuan berpikir kritis untuk menafsirkan
fenomena alam, sosial, dan budaya. Kemudian unsurnya yang praktis, mudah
untuk dirancang, serta biaya produksi yang tidak terlalu mahal, menjadikan
penulis memililih media gambar tersebut.
6. Kriteria dalam Pemilihan Media Pembelajaran
Beberapa kriteria yang patut diperhatikan dalam memilih media,
yaitu sebagai berikut. 16
a. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Media dipilih berdasarkan
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dan secara umum, mengacu
kepada salah satu atau gabungan dari dua atau tiga ranah kognitif.
b. Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep,
prinsip, atau generalisasi. Media yang berbeda, misalnya film dan grafik,
16
Kustandi dan Sutjipto, op. cit., h. 80-81.
19
memerlukan simbol dan kode yang berbeda, karenanya memerlukan
proses dan keterampilan mental yang berbeda untuk memahaminya.
c. Praktis, luwes, dan bertahan. Jika tidak tersedia waktu, dana, atau sumber
daya lainnya untuk memproduksi, tidak perlu dipaksakan. Media yang
mahal dan memakan waktu lama untuk memproduksinya. Kriteria ini
menuntun para guru untuk memilih media yang ada, mudah diperoleh,
atau mudah dibuat sendiri oleh guru.
d. Guru terampil menggunakannya. Ini merupakan salah satu kriteria utama.
Apapun media itu, guru harus mampu menggunakannya dalam proses
pembelajaran. Nilai dan manfaat amat ditentukan oleh guru yang
menggunakannya.
e. Pengelompokan sasaran. Media yang efektif untuk kelompok besar
belum tentu sama efektifnya jika digunakan pada kelompok kecil atau
perorangan. Ada media yang tepat untuk jenis kelompok besar, kelompok
sedang, kelompok kecil, dan seterusnya.
f. Mutu teknis. Pengembangan visual, baik gambar maupun fotografi harus
memenuhi persyaratan teknis tertentu.
Berdasarkan informasi di atas, dapat disimpulkan bahwa pemilihan
media sangat memengaruhi tingkat ketercapaian siswa dalam memahami isi
materi pelajaran yang disampaikan. Oleh karena itu, guru diharuskan dapat
memilih media yang tepat dalam menunjang ilmu pengetahuan yang akan
dibahasnya di kelas, praktis untuk dipresentasikan, serta dapat menyesuaikan
dengan sasaran (keadaan siswa). Selain itu, guru harus terampil atau
mumpuni dalam mengorganisasikan media. Artinya, dapat menguasai dari
teknis pembuatan hingga cekatan dalam penggunaannya sehingga media yang
dipilih dapat menyalurkan pesan dengan baik kepada siswanya.
20
B. Hakikat Media Kartu Bergambar
1. Pengertian Media Kartu
Kartu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan kertas
besar yang tak seberapa besar, biasanya pesrsegi panjang untuk berbagai
keperluan; seperti tanda anggota, permainan, domino, pei, kongking, dan lain-
lain.17
Kartu merupakan sebuah media yang terbuat dari kertas dengan
ukuran tertentu yang digunakan sebagai alat peraga untuk keberhasilan proses
pembelajaran di sekolah. Arsyad menyatakan, bahwa kartu gambar atau
flashcard merupakan kartu kecil yang berisi teks, gambar, atau simbol yang
mengingatkan dan menuntun siswa kepada sesuatu yang berhubungan dengan
gambar itu. Kartu gambar ini dapat digunakan sebagai media untuk
mendukung keterampilan berbicara, mengeja, dan memperkaya kosakata.
Kartu gambar termasuk ke dalam jenis media visual atau media yang dapat
dilihat. Selain itu, Daryanto mengemukakan bahwa kartu gambar berdasarkan
jenisnya merupakan jenis media visual diam yaitu media yang mengandalkan
indra penglihatan dan penyajiannya hanya menampilkan gambar diam.18
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa media kartu
adalah media pembelajaran yang praktis digunakan dalam pembelajaran di
kelas, karena ukurannya dapat disesuaikan dengan kebututuhan guru. Selain
itu, dapat merangasang pengetahuan siswa untuk meningkatkan keterampilan
berbahasa, khususnya kegiatan menulis. Melalui pesan dalam wujud gambar
yang terkandung di dalam media kartu, mampu memberikan keleluasaan
berpikir. Dengan demikian, siswa mampu memperluas pengetahuan dan
mengembangkan kemampuan berbahasa, yakni dengan melibatkan peristiwa
lain yang masih relevan dengan pesan yang dilihatnya.
17
Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Lux, (Semarang:
Widya Karya, 2017), cet ke-11, h. 226. 18
Emy Budisayekti, Upaya Meningkatkan Keterampilan Bercerita dan Kemampuan
Mengemukakan Gagasan Melalui Media Kartu Bergambar Tokoh Idola Pada Siswa Kelas VII F
SMP Negeri 24 Surakarta Semester Genap Tahun Pelajaran 2016/2017, KONVERGENSI Jurnal
Pendidikan Konvergensi April 2018 Edisi 24 Volume V, April 2018, ISSN: 2301-9050, h. 61.
21
2. Pengertian Media Gambar
Gambar atau foto adalah media yang paling umum dipakai. Dia
merupakan bahasa yang umum, yang dapat dimengerti dan dinikmati di
mana-mana. Oleh karena itu, pepatah Cina yang mengatakan bahwa sebuah
gambar berbicara lebih banyak daripada sebuah kata.19
Wina Sanjaya mengungkapkan bahwa gambar dan foto merupakan
media yang umum dipakai untuk berbagai macam kegiatan pembelajaran.
Gambar yang baik bukan hanya dapat menyampaikan saja tetapi dapat
digunakan untuk melatih keterampilan berpikir serta dapat mengembangkan
kemampuan imajinasi siswa. Misalkan diberikan kepada siswa sebuah
gambar, kemudian mereka disuruh untuk menceritakan kejadian yang nampak
pada gambar sesuai dengan persepsinya.20
Pendapat lain dari Cecep Kustandi dan Bambang Sutjipto
mengemukakan bahwa gambar atau foto adalah media pembelajaran yang
sering digunakan. Media ini merupakan bahasa yang umum, dapat
dimengerti, dan dinikmati oleh semua orang dimana-mana. Gambar atau foto
berfungsi untuk menyampaikan pesan melalui gambar yang menyangkut
indra penglihatan. Pesan yang disampaikan dituangkan ke dalam simbol-
simbol komunikasi visual. Simbol-simbol tersebut perlu dipahami dengan
benar agar proses penyampaian pesan dapat berhasil dan efisien. Selain itu,
media grafis mempuyai tujuan untuk menarik perhatian, memperjelas materi,
mengilustrasikan fakta atau informasi yang mungkin akan cepat jika
diilustrasikan dengan gambar.21
Demikian juga, Daryanto menyatakan bahwa gambar fotografi pada
dasarnya membantu mendorong para siswa dan dapat membangkitkan
minatnya pada pelajaran. Membantu mereka dalam mengembangkan
kemampuan berbahasa, kegiatan seni, dan pernyataan kreatif dalam bercerita,
dramatisasi, bacaan, penulisan, melukis dan menggambar, serta membantu
19
Sadiman, dkk., op. cit., h. 29. 20
Sanjaya, op. cit., h. 166. 21
Kustandi dan Sutjipto, op. cit., h. 41.
22
mereka menafsirkan dan mengingat-ingat isi materi bacaan dari buku teks.
Demikian pula pemahaman pengertian mengenai kemasyarakatan dapat
diperoleh dari gambar fotografi. Dalam situasi tertentu, gambar fotografi
merupakan sumber terbaik untuk tujuan penelitian atau penyelidikan.22
Sehubungan dengan pendapat para pakar, Dina Indriana menjelaskan
bahwa media gambar diam adalah media visual yang berupa gambar yang
dihasilkan melalui proses fotografi. Media gambar atau foto mampu
memberikan detail dalam bentuk gambar apa adanya, sehingga anak didik
mampu untuk mengingatnya dengan lebih baik dibandingkan dengan metode
verbal. Selain itu, media gambar atau foto juga bisa memecahkan masalah
yang ada dalam media oral atau verbal, yakni dalam hal keterbatasan daya
ingat dalam bercerita atau menjelaskan sesuatu.23
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa media gambar
merupakan media yang paling umum digunakan serta mampu merangsang
pengetahuan siswa. Melalui sebuah gambar, siswa dapat leluasa berpikir dan
berargumen untuk menceritakan kejadian sesuai dengan tanggapannya
masing-masing. Gambar fotografi yang digunakan dalam penelitian ini,
tergolong ke dalam media visual. Akan tetapi, dikarenakan gambar-gambar
yang dipilih peneliti diambil dari situs web sehingga dapat tergolong media
visual elektronik. Media gambar fotografi sangat efektif digunakan dalam
proses pembelajaran, selain membantu siswa untuk melatih kemampuan
berpikir kritis dan memperkaya kosakata, dapat pula memberi kemudahan
untuk mengungkapkan fakta-fakta yang dapat menunjang kesempurnaan
tulisannya.
22
Daryanto, Media Pembelajaran, (Bandung: PT Sarana Tutorial Nurani Sejahtera,
2011), cet. ke-1, h. 99. 23
Indriana, op. cit., h. 64-65.
23
3. Kelebihan dan Kekurangan Media Gambar
Sadiman mengungkapkan beberapa kelebihan media gambar/foto
yaitu sebagai berikut:24
a. Sifatnya konkret; gambar/foto lebih realistis menunjukkan pokok masalah
dibandingkan dengan media verbal semata.
b. Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Tidak semua benda,
objek, atau peristiwa dapat dibawa ke kelas, dan tidak selalu bisa anak-
anak dibawa ke objek/peristiwa tersebut.
c. Media gambar/foto dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita. Sel
atau penampang daun yang tak mungkin kita lihat dengan mata telanjang
dapat disajikan dengan jelas dalam bentuk gambar atau foto.
d. Foto dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk
tingkat usia berapa saja, sehingga dapat mencegah atau membetulkan
kesalahpahaman.
e. Foto harganya murah dan gampang didapat serta digunakan, tanpa
memerlukan peralatan khusus.
Selain kelebihan-kelebihan tersebut, gambar/foto mempunyai
beberapa kelemahan yaitu:
a. Gambar/foto hanya menekankan persepsi indera mata;
b. Gambar/foto benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan
pembelajaran;
c. Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar.
Adapun jenis-jenis gambar/foto yang dapat dipergunakan sebagai
media pembelajaran, dikemukakan oleh Usman, antara lain sebagai berikut: 25
1) Foto dokumentasi, yaitu gambar yang mempunyai nilai sejarah bagi
individu maupun masyarakat.
2) Foto aktual, yaitu gambar yang menjelaskan sesuatu kejadian yang
meliputi berbagai aspek kehidupan, misalnya: angin puting beliung, banjir,
dan sebagainya.
24
Sadiman, dkk., op. cit., h. 30-31. 25
Musfiqon, op. cit., h. 75-76.
24
3) Foto pemandangan, yaitu gambar yang melukiskan pemandangan sesuatu
daerah/lokasi.
4) Foto iklan/reklame, yaitu gambar yang digunakan untuk memengaruhi
orang atau masyarakat konsumen.
5) Foto simbolis, yaitu gambar yang menggunakan bentuk simbol atau tanda
yang mengungkapkan message (pesan) tertentu dan dapat mengungkapkan
kehidupan manusia yang mendalam serta gagasan-gagasan atau ide-ide
anak didik.
Berdasarkan informasi di atas, dalam penelitian ini peneliti
menggunakan media pembelajaran dengan jenis foto aktual. Pemilihan
gambar yang digunakan peneliti berdasarkan peristiwa alam, sosial, dan
budaya yang sangat sering terjadi dan masih menjadi perbincangan publik.
Media gambar/foto mampu memberikan keleluasaan berpikir siswa karena
peristiwanya yang mudah dideskripsikan menjadi sebuah tulisan dengan
tujuan untuk menjelaskan. Oleh karena itu, peneliti menggunakan
gambar/foto aktual sebagai media yang dapat merangsang pengetahuan dan
daya ingat siswa untuk dituangkan dalam sebuah teks eksplanasi.
4. Pengertian Media Kartu Bergambar
Jaruki mengungkapkan bahwa kartu gambar, yaitu kartu yang berisi
kata-kata dan terdapat gambar. Selain itu, Paramadhi mengemukakan bahwa
kartu gambar merupakan media untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Kartu gambar berfungsi sebagai stimulasi munculnya ide, pikiran, maupun
gagasan baru. Gagasan ini selanjutnya mendorong anak untuk berbuat,
mengikuti pola berpikir seperti gambar atau justru muncul ide dan
menggugah rasa.26
Jadi, dapat dipahami bahwa media kartu bergambar merupakan kartu
berbentuk persegi panjang yang berisi sebuah gambar peristiwa/fenomena
tertentu dengan penambahan kata-kata. Kartu bergambar merupakan media
26
Lilis Madyawati, Strategi Pengembangan Bahasa pada Anak Edisi Pertama, (Jakarta:
Kencana, 2016), cet. ke-1, h. 213-214.
25
pembelajaran yang efektif digunakan dalam kegiatan belajar mengajar.
Dengan tampilan yang sederhana, menjadikan guru lebih mudah
mendapatkan materialnya dan mumpuni dalam menggunakannya. Kartu
bergambar juga mampu merangsang indra penglihatan siswa dalam
mengungkapkan ide serta gagasan melalui pesan yang terdapat dalam
gambar.
Untuk keperluan proses pembelajaran, media kartu bergambar
tentang fenomena yang sifatnya faktual juga aktual dapat memberikan kesan
estetika pada siswa. Kebanyakan siswa, lebih tertarik dengan pembelajaran
yang sifatnya visual sebab dapat melatih daya ingatnya sehingga leluasa
berargumentasi, dibandingkan media verbal yang menjadikan siswa tidak
leluasa dalam menuangkan gagasannya. Kartu bergambar dengan
menghadirkan beragam fenomena dapat menghilangkan keterbatasan siswa
untuk melakukan penjelasan terkait gambar yang dikuasainya.
Penggunaan media kartu bergambar, didesain untuk memberikan
keleluasaan berpikir siswa terkait fenomena faktual yang disediakan.
Pemilihan fenomena yang termuat dalam gambar merupakan fenomena yang
terjadi di lingkungan sekitar. Hal ini, untuk memudahkan siswa
mengeksplorasi pengetahuannya. Media kartu bergambar adalah hasil
adaptasi dari media flashcard, yakni penggunaan kartu sebagai material
tambahan untuk dilekatkan gambar serta penambahan kata-kata sehingga
dapat merangsang minat belajar dan mengembangkan kemampuan berbahasa
siswa.
a. Pengertian FlashCard
Flashcard adalah media pembelajaran dalam bentuk kartu
bergambar yang berukuran 25x30 cm. Gambar-gambarnya dibuat
menggunakan tangan atau foto, atau memanfaatkan gambar/foto yang sudah
ada yang ditempelkan pada lembaran-lembaran flashcard. Gambar-gambar
26
yang ada pada flashcard merupakan rangkaian pesan yang disajikan dengan
keterangan setiap gambar yang dicantumkan pada bagian belakangnya.27
Beberapa kelebihan dari flashcard di antaranya yaitu: 1) Mudah
dibawa. Dengan ukuran yang kecil flashcard dapat disimpan di tas bahkan di
saku, sehingga tidak membutuhkan ruang yang luas, dapat digunakan di mana
saja, di kelas ataupun di luar kelas. 2) Praktis. Dilihat dari cara pembuatan
dan penggunaannya, media flashcard sangat praktis, dalam menggunakan
media ini guru tidak perlu memiliki keahlian khusus, media ini tidak perlu
juga membutuhkan listrik. 3) Gampang diingat. Karakteristik media flashcard
adalah menyajikan pesan-pesan pendek pada setiap kartu yang disajikan.
Kombinasi antara gambar dan teks cukup memudahkan siswa untuk
mengenali konsep sesuatu, untuk mengetahui nama sebuah benda dapat
dibantu dengan gambarnya, begitu juga sebaliknya untuk mengetahui apa
wujud sebuah benda atau konsep dengan melihat huruf atau teksnya. 4)
Menyenangkan. Media flashcard dalam penggunaannya bisa melalui
permainan. Misalnya siswa secara berlomba-lomba mencari satu benda atau
nama-nama tertentu dari flashcard yang disimpan secara acak, dengan cara
berlari siswa berlomba untuk mencari sesuai perintah. Selain mengasah
kemampuan kognitif juga melatih ketangkasan (fisik).28
Berdasarkan informasi di atas, peneliti menggunakan kartu
bergambar atau flashcard sebagai media dalam proses belajar mengajar pada
materi teks eksplanasi. Gambar yang diperoleh peneliti, diambil dari situs
web yang berkaitan dengan peristiwa alam, sosial, dan budaya. Untuk hal ini,
peneliti menggunakan bahan-bahan yang sederhana seperti, karton duplex dan
kertas hvs yang dipotong dengan ukuran 18x14 cm. Kemudian,
merancangnya sehingga berbentuk seperti kartu lalu ditempelkan gambar
yang telah dicetak. Media kartu bergambar atau flashcard dipilih dan
digunakan peneliti karena dianggap relevan dengan materi teks eksplanasi,
sekaligus menambah pengetahuan dan pemahaman siswa untuk menuangkan
27
Susilana dan Riyana, op. cit., h. 94. 28
Susilana dan Riyana, loc. cit.
27
fakta, ide, serta gagasan pada tulisan yang mengharuskan memberikan
penjelasan dengan informasi faktual.
C. Hakikat Menulis
1. Pengertian Menulis
Menulis merupakan keterampilan yang sangat menguras pikiran dan
tenaga, karena seseorang terkadang sulit untuk mengungkapkan ide dan
pokok pikiran dalam bentuk tulisan. Sehingga kata-kata yang keluar
merupakan hasil dari proses berpikir yang sangat panjang, yang bertujuan
agar tulisan tersebut dapat dimengerti oleh pembaca.29
Adapun, Henry Guntur
Tarigan menyatakan bahwa menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa
yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara
tatap muka dengan orang lain. 30
Selain itu, Dalman mengemukakan bahwa menulis merupakan suatu
kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan (informasi) secara tertulis
kepada pihak lain dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau
medianya. Dapat juga diartikan sebagai sebuah proses kreatif menuangkan
gagasan dalam bentuk bahasa tulis dalam tujuan, misalnya memberitahu,
meyakinkan, atau menghibur.
Menulis merupakan proses penyampaian
informasi secara tertulis berupa hasil kreativitas penulisnya dengan
menggunakan cara berpikir yang kreatif, tidak monoton, dan tidak terpusat
pada satu pemecahan masalah saja. 31
Demikian juga, Ahmad dan Alek mengungkapkan bahwa menulis
merupakan suatu kegiatan menciptakan suatu catatan atau informasi pada
suatu media dengan menggunakan aksara. Menulis bisa dilakukan pada kertas
29
Astuti Samosir dan Ade Siti Haryanti, Menulis, (Tangerang: PT Pustaka Mandiri,
2016), cet. ke-1, h. 1. 30
Henry Guntur Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung:
Angkasa Bandung, 2008), Edisi Revisi, h. 3-4. 31
Dalman, Keterampilan Menulis, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2016), cet. ke-5, h.
3-5.
28
dengan menggunakan alat tulis seperti pena atau pensil.32
Menulis merupakan
suatu proses kreatifitas menuangkan gagasan ataupun ide yang ada di dalam
pikiran ke dalam bentuk tulisan dengan tujuan tertentu. Menulis adalah suatu
bentuk berfikir di mana yang dituangkan dalam kata-kata yang lebih mudah
dipahami dan mudah dimengerti. Menulis tidak jauh berbeda dengan
mengarang, baik menulis maupun mengarang kedua-duanya sama-sama
pengungkapan ide atau gagasan dalam bentuk tulisan di mana tulisan tersebut
mempunyai tujuan tertentu.33
Menulis adalah salah satu keterampilan berbahasa selain menyimak,
berbicara, dan membaca. Menulis itu sendiri merupakan kegiatan
menuangkan gagasan-gagasan dalam lambang-lambang tulisan. Bagi
sebagian orang, menulis merupakan kegiatan yang dianggap sulit. Bagi
sebagian yang lain menulis merupakan proses kreatif yang membuahkan
banyak karya, baik itu puisi maupun prosa. Selain itu, wacana, artikel, bahkan
sebuah buku menjadi hasil proses kreatif dari kegiatan menulis.34
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis adalah
proses kreatif dengan menuangkan gagasan, ide, serta lambang-lambang
dalam bentuk bahasa tulis. Menulis dapat dikatakan sebagai keterampilan
berbahasa yang sifatnya produktif dan ekspresif, seseorang dapat
mengekspresikan kondisi diri atau lingkungannya secara menyeluruh dan
spesifik untuk keperluan pribadi maupun instansi. Selanjutnya, disebut
produktif karena seseorang dapat menyampaikan informasi yang sifatnya
memberi penjelasan kepada pembaca secara berkala tanpa harus tatap muka.
Keterampilan menulis sangat perlu ditumbuhkan pada diri siswa, sehingga
siswa lebih terbiasa mengungkapkan informasi faktual dan argumennya
dalam wujud tulisan.
32
Ahmad H. P dan Alek, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi: Substansi Kajian
dan Penerapannya, (Jakarta: Erlangga, 2016), cet. ke-1, h. 62. 33
Dindin Ridwanudin, Bahasa Indonesia, (Ciputat: UIN Press, 2015), cet. ke-1, h. 165. 34
Ganjar Harimansyah Wijaya, dkk., Bahasa Indonesia Tata Bahasa dan Komposisi,
(Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2016), cet. ke-4, h. 8.2.
29
2. Tujuan Menulis
Hugo Hartig mengemukakan beberapa tujuan menulis yaitu sebagai
berikut. 35
a. Assignment purpose (tujuan penugasan)
Tujuan penulisan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama
sekali. Penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan
sendiri.
b. Altruistic purpose (tujuan altruistik)
Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca,
menghindarkan kedudukan para pembaca, ingin menolong para pembaca
memahami, menghargai perasaan, dan penalarannya, ingin membuat hidup
para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu.
c. Persuasive purpose (tujuan persuasif)
Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran
gagasan yang diutarakan.
d. Informational purpose (tujuan informasional, tujuan penerangan)
Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau
keterangan/penerangan kepada para pembaca.
e. Self-expressive purpose (tujuan pernyataan diri)
Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang
pengarang kepada para pembaca.
f. Creative purpose (tujuan kreatif)
Tujuan ini erat berhubungan dengan tujuan pernyataan diri. tetapi
“keinginan kreatif” di sini melebihi pernyataan diri, dan melibatkan dirinya
dengan keinginan mencapai norma artistik, atau seni yang ideal, seni idaman.
g. Problem-solving purpose (tujuan pemecahan masalah)
Dalam tulisan seperti ini penulis ingin memecahkan masalah yang
dihadapi. Penulis ingin menjelaskan, menjernihkan, menjelajahi serta meneliti
35
Hugo Hartig dalam Tarigan, op. cit., h. 25-26.
30
secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar dapat
dimengerti dan diterima oleh para pembaca.
Berdasarkan informasi di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis
memiliki beberapa tujuan yaitu: pertama, untuk keperluan penugasan.
Umumnya pada bidang pendidikan, guru memberi tugas dengan
memerintahkan siswa untuk menulis sebagai tahapan penilaian (evaluasi).
Dengan seperti itu, guru dapat melihat tingkat kepahaman siswa terhadap
materi yang disampaikan. Menulis untuk penugasan ini juga dapat
mengembangkan aspek kognitif juga psikomotor siswa agar lebih leluasa
berargumen dan terampil mengungkapkan gagasan. Kedua, untuk tujuan
altruistik (menolong pembaca). Untuk hal ini, penulis menghasilkan karyanya
supaya mudah dipahami pembaca, dengan menggunakan bahasa yang lugas
ataupun konflik dan alur yang disajikan dapat dimaknai dengan baik dan
tidak menyebabkan multitafsir. Tujuan penulis adalah agar pembaca senang
dengan karya yang dibuatnya.
Ketiga, menulis untuk persuasif. Artinya penulis memiliki maksud
untuk meyakinkan pembaca agar tertarik dan ikut serta terhadap karya yang
ditulisnya. Biasanya, bahasa yang digunakan mengandung makna ajakan agar
pembaca tertarik, setuju dengan berbagai fakta yang dipaparkan, dan
mendukung gagasan yang diungkapkannya. Keempat, untuk tujuan memberi
penerangan. Berbagai informasi serta penjelasan yang mendetail dari suatu
peristiwa disajikan agar memberikan pengetahuan dan menambah wawasan
pembaca. Menulis untuk memberi penerangan ini, sifatnya faktual, aktual,
logis dan sistematis artinya lebih banyak mengungkapkan fakta, tulisan lebih
terstruktur, serta sifatmya yang ilmiah. Kelima, untuk pernyataan diri. Dapat
dikatakan, penulis memiliki apresiasi yang begitu besar terhadap diri sendiri
dan ingin khalayak umum mengetahui seputar identitas dirinya, sejarah
hidup, motivasinya, hingga beberapa tokoh, warna, makanan favorit, serta
hobi yang paling disukai. Menulis untuk tujuan ini, ide yang disampaikan
tergolong santai dan tidak bertujuan untuk memengaruhi orang lain.
31
Keenam, untuk tujuan kreatif. Pada poin ini, penulis melibatkan
dirinya sendiri untuk menghasilkan tulisan yang memiliki unsur seni.
Biasanya, kisah pengalaman hidup yang berkesan dapat dijadikan sebagai
bahan menarik dan mudah dimodifikasi menjadi rangkaian kalimat yang
dapat menghibur pembaca. Ide-ide yang disampaikan pun memiliki ciri khas
gaya penulisan. Dengan demikian, menulis untuk kreatif tergolong fiksi dan
menonjolkan segi imajinatif. Ketujuh, menulis untuk memecahkan masalah.
Keterampilan menulis seharusnya dapat digiatkan pada jenjang sekolah
hingga tingkat universitas. Pembiasaan pada kegiatan membaca, mampu
mendorong seseorang untuk berpikir kritis, cakap dalam mengungkapkan
pendapat, hingga mahir melakukan analisis. Hasil tulisan yang baik,
sebenarnya bukan hanya terletak pada penguatan aspek kebahasaan yang
mudah dipahami, tetapi bagaimana seseorang dapat melakukan penemuan
baru terhadap sesuatu dan menyampaikan segala tahapan penelitian hingga
hasilnya dalam bentuk tulisan. Menulis untuk keperluan studi yang sifatnya
ilmiah, memang bertujuan untuk memecahkan masalah. Jadi, seseorang dapat
membagikan informasi kepada banyak pihak melalui hasil risetnya dan
membantu para pembaca untuk mengkaji lebih lanjut terhadap fakta-fakta
atau opini yang diberikan.
Berdasarkan uraian di atas, dalam penelitian ini peneliti
mengorganisasikan hasil tulisan teks eksplanasi siswa termasuk tujuan
penulisan untuk memberikan informasi/penerangan kepada pembaca. Teks
eksplanasi siswa yang memiliki sifat sistematis, logis, dan faktual dapat
menambah pengetahuan pembaca khususnya pada fenomena alam, sosial, dan
budaya. Penjelasan yang terperinci mengenai bagaimana dan mengapa suatu
peristiwa dapat terjadi, juga disajikan dengan pemberian data-data yang
faktual.
32
3. Langkah-Langkah Kegiatan Menulis
Kartono mengungkapkan terdapat tiga langkah menulis untuk
menghasilkan tulisan yang baik dan mudah dipahami pembaca. 36
a. Langkah Persiapan
Langkah awal menulis di antaranya adalah menemukan ide,
menentukan sikap terhadap ide tersebut, mencari angle atau sudut pandang
yang berbeda dari pembahasan sebelumnya, mencari argumen untuk
mendukung dan menguapkan sikap.
b. Proses Penulisan
1) Memilih topik dan menemukan tema
Seluruh isi karangan hendaknya berfokus pada satu ide pokok,
sebagai inti atau topik utama tulisan. Tema yang menarik tentu akan dibaca
oleh banyak orang, persoalan yang aktual pasti mendesak untuk dituliskan,
kompetensi dan penguasaan atas bidang tertentu menjadi ukuran kemampuan
menulis, dan kecukupan data berkait dengan uraian yang lengkap sebagai
hasil sebuah tulisan.
2) Membuat peta pikiran
Cara yang sangat baik untuk menghasilkan dan menata gagasan
adalah dalam menyusun peta pikiran (mind maping). Cara tersebut sangat
membantu di dalam mengekspresikan dan menata ide, perasaan, pengalaman,
ataupun segala hal yang terdapat di dalam diri penulis.
3) Menyusun paragraf
Paragraf disebut juga karangan singkat, dengan satu ide pokok.
Antara lain, paragraf dapat dikembangkan dengan cara pola definisi, contoh
atau ilustrasi, urutan waktu atau kronologis, kausalitas, umum khusus, dan
perbandingan.
4) Memanfaatkan bahasa
Tulisan yang bagus memaparkan soal yang konkret dan spesifik.
Cara terbaik untuk menguraikan ide ke dalam sebuah paragraf, antara lain
36
E. Kosasih, dkk., Pengajaran Keterampilan Berbahasa, (Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka, 2016), cet. ke-3, h. 11.17-11.21.
33
dengan menerapkan konsep “show-not-tell” atau (ilustrasikanlah dan bukan
dengan sekadar mengatakan).
5) Merefleksikan pengalaman dan perhatian konteks
Menulis adalah menemukan realitas, pengalaman, pemikiran,
kemudian merefleksikannya. Dalam dinamika reflektif, siapa pun perlu
berusaha memahami dan mengenal latar belakang setiap orang, peristiwa,
atau tempat yang dihadapinya.
6) Membangun bentuk tulisan
Membangun sebuah tulisan untuk mengungkapkan pendapat atau
opini terdiri atas pengungkapan masalah, pemaparan evaluasi, dan solusi.
7) Menimbang isi tulisan
Selama proses menulis, ada baiknya tulisan dijaga agar tetap tajam,
berbobot, dan berimbang. Tulisan tajam merupakan tulisan yang membahas
persoalan tanpa berbelit-belit, ditulis dengan sederhana, lugas, dan tidak
menimbulkan multitafsir.
8) Terfokus dan menarik
Batasi persoalan agar ide awal tulisan tidak melebar kemana-mana.
Selain itu, argumen-argumen yang tidak mendukung tulisan sebaiknya juga
tidak perlu dipakai. Tulisan dapat menarik dengan menggunakan kosakata
yang beragam.
c. Langkah Setelah Tulisan Selesai
1) Mengendapkan tulisan
Penulis perlu mengendapkan hasil tulisan sesaat dengan tujuan
mengambil jarak terhadap tulisannya sendiri. Jarak antara penulis dan
tulisannya akan memberikan ruang objektif, penulis dapat memosisikan
dirinya sebagai pembaca.
2) Mengoreksi ulang
Pada saat penulis telah memosisikan dirinya sebagai pembaca, dia
akan lebih bebas melihat kesalahan (baik teknis maupun nonteknis) serta
dapat melihat hal-hal yang perlu ditambah atau dikurangi dari tulisannya
tersebut.
34
4. Kriteria Tulisan yang Baik
Terdapat beberapa kriteria yang digunakan untuk menilai apakah
suatu tulisan dianggap sudah baik atau kurang baik. Berikut dijabarkan
kriteria-kriteria tulisan yang baik. 37
a. Kesesuaian Topik. Kesesuaian topik dapat dilihat dari relevansi dan
akurasi tulisan dengan topik yang diangkat.
b. Kesesuaian Antarparagraf. Kesesuaian antarparagraf terlihat dari
pengaruh tulisan terhadap pembaca, kerekatan antarparagraf, kesesuaian
argumen yang dilontarkan, kesesuaian ide dalam paragraf, kesesuaian
bukti yang diberikan, kemudahan dimengerti, informasi disusun secara
terstruktur, hubungan antarkalimat berjalan dengan “mulus”, fokus
langsung ke persoalan, ide yang dilontarkan bersifat logis, serta ide dan
bukti relevan satu sama lain.
c. Pemilihan Kata dan Rangkaian Kalimat. Dalam memilih kata dan
merangkai kalimat yang akan digunakan dalam tulisan, seorang penulis
harus memerhatikan ejaan (spelling).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kriteria tulisan
yang baik dapat dinilai melalui tiga aspek, di antaranya kesesuaian topik,
kesesuaian antarparagraf, serta pemilihan kata dan rangkaian kalimat. Tulisan
yang mudah dipahami harus memiliki keruntutan dari segi struktur
pembangun karangannya, terdapat topik yang akan memunculkan gagasan
utama serta gagasan pendukung sehingga merelevansikan setiap pendapat
atau fakta yang diberikan, kesesuaian antarparagraf berguna untuk
menginformasikan kepada pembaca terkait tulisan yang dibuat agar
komunikasi antara pembaca dan penulis tercapai, dan pemilihan kata yang
tepat serta rangkaian kalimat yang baik mampu menunjang ketersampaian ide
serta dapat mengakuratkan tulisan yang dibuat.
37
Ahmad H. P dan Alek, op. cit., h. 63-64.
35
5. Tulisan Bernada Penjelasan
Tulisan yang bernada penjelasan (the explanatory voice) biasanya
disebut tulisan penyingkapan (expository writing). Sebenarnya dapat
dikatakan bahwa hampir semua yang kita tulis dapat diklasifikasikan sebagai
tulisan informatif, tulisan yang bernada memberi penerangan. Di samping itu,
ada perbedaan di antara keduanya.
Tulisan penyingkapan berbeda dari tulisan penerangan karena
tujuannya tidaklah hanya sekadar menceritakan, melukiskan,
menggambarkan, ataupun meyakinkan; tujuan utama adalah menjelaskan (to
explain) sesuatu kepada para pembaca. Tulisan penyingkapan
mempergunakan berbagai cara untuk mencapai tujuan itu, misalnya dengan
pengklasifikasian, pembatasan, penganalisisan, penjelajahan, penafsiran, dan
penilaian.38
Selain itu, Mahsun mengungkapkan bahwa tulisan dengan jenis
ekspositori memiliki tujuan sosial, yaitu menjelaskan atau menganalisis
proses muncul atau terjadinya sesuatu.39
Berdasarkan informasi di atas, dapat disimpulkan bahwa semua
tulisan yang bernada penjelasan dapat dinamakan tulisan penyingkapan. Pada
dasarnya, semua jenis tulisan yang bertujuan untuk memberikan informasi
kepada pembaca tergolong tulisan penerangan. Sementara itu, penyingkapan
dan penerangan memiliki karakteristik yang berbeda. Tulisan penerangan
hanya menekankan pada melukiskan, menceritakan, dan meyakinkan.
Sedangkan, tulisan penyingkapan bertujuan untuk memberikan penjelasan
tentang sesuatu kepada pembaca secara detail. Dengan demikian, informasi
yang diterima pembaca semakin terperinci. Oleh karena itu, teks eksplanasi
yang digunakan sebagai materi dalam penelitian ini termasuk ke dalam
tulisan penyingkapan (expository writing) yakni teks yang bertjuan untuk
memberikan penjelasan tentang bagaimana proses terjadinya sesuatu dan
mengapa sesuatu dapat terjadi.
38
Tarigan, op. cit.,h. 65. 39
Mahsun, Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Teks Edisi Kedua, (Depok: PT
RajaGrafindo Persada, 2018), cet. ke-2, h. 20.
36
D. Hakikat Teks Eksplanasi
1. Pengertian Teks
Halliday dan Ruqaiyah mengungkapkan bahwa teks merupakan jalan
menuju pemahaman tentang bahasa. Itu sebabnya, teks menurutnya
merupakan bahasa yang berfungsi atau bahasa yang sedang melaksanakan
tugas tertentu dalam konteks situasi. Semua contoh bahasa hidup yang
mengambil bagian tertentu dalam konteks situasi disebut teks. Dengan
demikian, teks merupakan ungkapan pernyataan suatu kegiatan sosial yang
bersifat verbal.40
Begitu pula, Kosasih dan Endang menyatakan bahwa dengan
memperhatikan culture atau konteksnya, segala jenis teks yang ada di dalam
kehidupan masyarakat diharapkan menjadi pengetahuan dan keterampilan
para siswa. Adapun teks yang dimaksud dalam hal ini tidak berarti tulisan
yang berbentuk artikel. Teks yang dimaksud merupakan kegiatan atau
peristiwa berbahasa, yang bisa berupa lisan maupun tulisan. Oleh karena itu,
segala peristiwa berbahasa yang terjadi di lingkungan kehidupan siswa,
sebaiknya menjadi materi pelajaran bahasa, seperti diskusi, pidato, pantun,
surat, dongeng, dan sejenisnya.41
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa teks
merupakan segala bentuk peristiwa berbahasa yang disampaikan secara lisan
ataupun tulisan dan memiliki fungsi untuk menginformasikan, memperjelas,
memaknai, menghibur, serta mengambil alih suasana komunikasi dalam
konteks sosial, budaya, pendidikan, dan lain-lain. Hal ini bertujuan untuk
membantu seseorang memahami pesan dari sumbernya yang disampaikan
melalui bahasa verbal maupun bahasa tulis.
40
Ibid., h. 1. 41
E. Kosasih dan Endang Kurniawan, Jenis-jenis Teks Fungsi, Struktur, dan Kaidah
Kebahasaan, (Bandung: Yrama Widya, 2018), cet. ke-1, h. 3.
37
2. Pengertian Teks Eksplanasi
Pie Corbett dan Julia Strong dalam bukunya mengungkapkan tentang
teks eksplanasi bahwa:
”Explanation text is any text that explains actions, ideas or
processes to the reader. It is probably the most difficult of the text
types as you really have to be able to understand something very
well to be able to explain it clearly. To make matters worse,
explanation is easily confused with instructions-intructions tell you
know to make or do something, while explanation tells you why
something happens or how it works.”42
Teks eskplanasi adalah jenis
teks yang menjelaskan tentang tindakan, gagasan, atau rangkaian
proses tertentu kepada para pembaca. Teks ini mungkin tergolong
paling sulit di antara jenis teks lain sebab kamu benar-benar harus
bisa memahami sesuatu dengan baik untuk dapat menjelaskannya
secara detail. Lebih lagi, eksplanasi sangat membingungkan dengan
adanya instruksi-instruksi yang memerintahkan kamu untuk
membuat atau melakukan sesuatu, sambil memberitahu kamu
mengapa sesuatu dapat terjadi atau bagaimana hal itu bekerja.
Sehubungan dengan pendapat di atas, Kosasih dan Endang
Kurniawan mengungkapkan bahwa eksplanasi adalah teks yang menjelaskan
suatu peristiwa, baik itu berupa peristiwa alam, peristiwa sosial, dan budaya,
ataupun peristiwa pribadi. Peristiwa alam, misalnya proses banjir dan gunung
berapi. Peristiwa sosial/budaya, misalnya proses upacara adat, proses
penerimaan siswa baru, proses menjalankan ibadah keagamaan. Adapun
peristiwa pribadi, misalnya berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan/dialami
oleh seorang diri.43
Pendapat lain, dari John Barwick dalam bukunya mengungkapkan
tentang teks eksplanasi bahwa:
“An explanation is written to explain how and why something in the
world happens. It is about actions rather than about things.
Explanations play a valuable role in building and storing our
knowledge. Technical and scientific writing are often expressed in
this form. This types links with Science and Technology topics where
explanations of natural or non-natural phenomena are explored, for
example how a televison works, why earthquakes occur, how
42
Pie Corbett and Julia Strong, Talk For Writing Across the Curriculum, (New York:
Open University Press, 2011), cet. ke-1, p. 110. 43
E. Kosasih dan Kurniawan, op. cit., h. 114
38
tornadoes are formed and how sound moves through a variety of
materials.”44
Eksplanasi merupakan tulisan untuk menjelaskan
bagaimana dan mengapa suatu hal di dunia dapat terjadi. Ini adalah
tentang suatu tindakan atau perilaku dan bukan mengenai suatu
benda. Eksplanasi memainkan peran penting dalam membangun dan
menyimpan pengetahuan kita. Penulisan teknis dan alamiah
seringkali dituangkan dalam bentuk ini. Bentuk ini berhubungan
dengan topik mengenai ilmu sains dan teknologi di mana penjelasan
mengenai fenomena alam atau non-alam tereksplorasi, misalnya
bagaimana televisi bekerja, mengapa gempa bumi terjadi, bagaimana
tornado terbentuk, dan bagaimana suara terdengar melalui berbagai
alat.
Isnatun dan Farida mengungkapkan bahwa teks eksplanasi
merupakan sebuah tulisan yang memberikan penjelasan terperinci tentang
proses-proses terjadinya fenomena alam dan menjelaskan hubungan logis dari
beberapa peristiwa. Sebuah peristiwa timbul karena ada peristiwa lain
sebelumnya dan peristiwa tersebut mengakibatkan peristiwa yang lain lagi
sesudahnya.45
Peter Knapp dan Megan Watkins mengemukakan tentang teks
eksplanasi. Seperti dalam tuturan lengkapnya“Explanation has two main
orientations – to explain why and to explain how; often both will appear in a
explanatory text.” 46
Eksplanasi memiliki dua orientasi utama, yaitu untuk
menjelaskan mengapa dan menjelaskan bagaimana; seringkali keduanya akan
muncul dalam teks penjelasan.
Demikian juga, Mahsun mengungkapkan bahwa teks eksplanasi
memiliki fungsi sosial menjelaskan atau menganalisis proses muncul atau
terjadinya sesuatu. Tujuan dari teks ini adalah memaparkan sesuatu agar
bertambah pengetahuan.47
Djatmika mengungkapkan bahwa pada intinya,
44
John Barwick, dkk., Targeting Text: Information Report, Explanation, Discussion,
(Australia: Blake Education, 2006), Cet. ke-3, p. 50. 45
Asdar, Perangkat Pembelajaran Menulis Teks Eksplanasi Berbasis Model Problem
Based Learning (Studi Pengembangan Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 8 Makasar),
RETORIKA Jurnal Bahasa Sastra, dan Pengajarannya, Volume 9, Nomor 2, Agustus 2016, ISSN:
2614-2716, h. 109. 46
Peter Knapp and Megan Watkins, Genre, Text, Grammar Technologies for Teaching
And Assesing Writing, (Australia: University of New South Wales Press, 2005), Cet. ke-1, p. 126. 47
Mahsun, op. cit., h. 33.
39
sebuah teks eksplanasi itu digunakan untuk menjelaskan proses-proses atau
tahap-tahap proses terjadinya atau terbentuknya sesuatu yang sifatnya alami
(natural), yang sifatnya sosiokultural, atau yang sifatnya kurang natural
karena ada campur tangan manusia.48
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa teks eksplanasi
adalah teks yang menjelaskan proses terjadinya suatu peristiwa atau
fenomena baik alam, sosial, ataupun budaya dengan menghubungkan
antarperistiwa yang satu dengan peristiwa lainnya dan mengungkapkan data-
data faktual serta gagasan dalam penulisannya. Teks eksplanasi dapat
dijelaskan dengan menggunakan dua orientasi, yaitu bagaimana proses
terjadinya suatu peristiwa dan mengapa suatu peristiwa dapat terjadi. Oleh
karena itu, dalam menulis teks eksplanasi perlu mengacu pada dua pertanyaan
faktual, yakni how (bagaimana) dan why (mengapa) untuk menghasilkan
jawaban yang kritis.
3. Struktur Teks Eksplanasi
Teks eksplanasi memiliki struktur berpikir: judul, pernyataan umum,
deretan penjelas, dan interpretasi. Pada struktur pernyataan umum berisi
penjelasan atau definisi suatu peristiwa atau fenomena yang terjadi; bagian
deretan penjelas berisi paparan rangkaian atau urutan mengapa peristiwa itu
terjadi, dan pada bagian struktur teks teks interpretasi berisi pendapat penulis
teks atas peristiwa yang dijelaskan itu.49
Begitu pula, Kosasih dan Endang mengungkapkan bahwa struktur
teks eksplansi mencakup pernyataan umum, deretan penjelas (eksplanasi),
dan interpretasi.
a. Pernyataan umum, berupa penjelas awal tentang latar belakang, keadaan
umum, atas tema yang akan disampaikan.
48
Djatmika, Mengenal Teks dan Cara Pembelajarannya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar
(Anggota IKAPI), 2018), cet. ke-1, h. 78. 49
Mahsun, loc. cit.
40
b. Deretan penjelas yang berupa rangkaian peristiwa/kejadian, baik itu
disusun secara kronologis ataupun secara kausalitas.
c. Interpretasi, yakni berupa penafsiran, pemaknaan, atau penyimpulan atas
rangkaian kejadian yang diceritakan sebelumnya.50
Kosasih juga menyatakan bahwa teks eksplanasi dibentuk oleh
bagian-bagian tertentu. Struktur tersebut diawali dengan pengenalan
fenomena, rangkaian peristiwa, hingga ulasan. Berikut penjelasannya.
a. Identifikasi fenomena, mengidentifikasi sesuatu yang akan diterangkan.
Hal itu bisa terkait dengan fenomena alam, sosial, budaya, dan fenomena
lain.
b. Penggambaran rangkaian kejadian, sebagai perincian atas kejadian yang
relevan dengan identifikasi fenomena. Bagian ini dapat disusun dengan
pola kausalitas ataupun kronologis.
c. Ulasan, berupa komentar atau penilaian tentang konsekuensi atas
kejadian yang dipaparkan sebelumnya.51
Pie Corbett dan Julia Strong menyatakan tentang struktur teks
eksplanasi, seperti dalam tuturan lengkapnya ”Typical structure of
explanation text: 1) Series of logical – often cronological – explanatory
steps; 2) Paragraphs usually beginning with a topic sentence; 3) Often
illustrated by diagrams to aid understanding.”52
Struktur yang khas dari teks
eksplanasi meliputi: 1) Serangkaian kalimat yang logis – seringkali berbentuk
kronologis – langkah-langkah penjelas; 2) Paragraf biasanya dimulai dengan
kalimat topik; 3) Sering diilustrasikan oleh diagram untuk membantu
pemahaman.
John Barwick menyatakan tentang struktur teks eksplanasi, seperti
dalam tuturan lengkapnya “Explanations have the following structure: 1)
Title; 2) General statement introducing or identifying the phenomenon; 3)
50
E. Kosasih dan Kurniawan, loc. cit. 51
E. Kosasih, Bahasa Indonesia SMP/MTS Kelas VIII/Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. Edisi Revisi. (Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017), cet. ke-2, h.
138-139. 52
Corbett and Strong, op. cit., p. 111.
41
Series of sequanced paragraphs; 4) Concluding paragraph; 5) Laballed
diagrams and flow charts.”53
Eksplanasi memiliki struktur sebagai berikut: 1)
Judul; 2) Pernyataan umum yang memperkenalkan atau mengidentifikasi
fenomena; 3) Serangkaian paragraf yang berurutan; 4) Paragraf penutup; 5)
Diagram dan bagan yang dipetakan.
Pendapat lain dari Djatmika, yang mengungkapkan bahwa sebuah
teks eksplanasi akan disusun atas dua unit yang memuat pernyataan umum
atau memperkenalkan sesuatu yang akan diuraikan, dan unit wacana yang
berisi tentang penjelasan-penjelasan dari tahap-tahap proses pembuatan atau
kejadian yang disusun secara runtut.
Bagian pertama membuka teks dengan memperkenalkan fenomena
yang akan dijelaskan tahap-tahapnya. Selain memperkenalkan fenomena
tersebut, di dalam bagian ini sebenarnya penulis juga pada saat yang sama
mempersiapkan para pembaca pada posisi sebagai pihak yang akan menerima
penjelasan.
Unit wacana kedua dari teks eksplanasi berisi penjelasan (maka dari
itu dinamakan teks explanation atau eksplanasi) tentang semua tahap dari
proses terjadinya atau proses pembuatan sebuah fenomena natural,
sosiokultural, dan fenomena yang mendapat campur tangan manusia. Setiap
tahap tersebut akan dipresentasikan oleh sebuah bagian dan diberi nama
misalnya eksplanasi satu, eksplanasi dua, dan seterusnya.54
Berdasarkan informasi di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
struktur teks eksplanasi yang tepat dan dapat dijadikan sebagai standar dalam
penulisan wacana ilmiah meliputi: judul, identifikasi fenomena, rangkaian
kejadian (kausalitas/kronologis), dan ulasan. Peneliti juga menjadikan ketiga
struktur tersebut sebagai acuan untuk penilaian hasil tulisan teks eksplanasi
siswa.
53
Barwick, dkk., loc. cit. 54
Djatmika, loc. cit.
42
4. Kaidah Kebahasaan Teks Eksplanasi
Kosasih dan Endang mengungkapkan kaidah kebahasaan teks
eksplanasi ditandai oleh hal-hal berikut: 55
a. Menggunakan konjungsi hubungan waktu (kronologis), seperti ketika,
pada waktu itu, ketika itu, sebelum, akhirnya. Banyak pula menggunakan
konjungsi kausalitas atau penyebaban, seperti karena, sebab, oleh karena
itu, oleh sebab itu.
b. Menggunakan kata kerja tindakan, seperti berpergian, berwisata,
mengajak, berkunjung, berjalan-jalan. Kata-kata itu akan sesuai dengan
objek yang diceritakannya. Kata kerja yang menyertai objek orang akan
berbeda dengan yang objeknya alam ataupun fenomena sosial/budaya.
c. Menggunakan kata benda umum apabila objek penceritaannya berupa
alam, seperti hujan, sungai, gunung, awan.
d. Menggunakan peristilahan atau kata-kata teknis yang terkait dengan tema
yang dibahasnya. Misalnya, apabila temanya tentang gejala alam, istilah-
istilah yang digunakannya tentang ke-IPA-an; apabila berkenaan dengan
fenomena sosial, istilah-istilahnya tentang ke-IPS-an.
Demikian juga, Kosasih mengungkapkan bahwa teks eksplanasi
memiliki kaidah-kaidah kebahasaan yang relatif berbeda dengan teks lain.
Kaidah-kaidah yang dimaksud sebagai berikut: 56
a. Menggunakan konjungsi kausalitas, antara lain, sebab, karena, oleh sebab
itu, oleh karena itu, sehingga.
b. Menggunakan konjungsi kronologis (hubungan waktu), seperti
kemudian, lalu, setelah itu, pada akhirnya.
c. Menggunakan kata benda yang merujuk pada jenis fenomena, bukannya
pada kata ganti penceritanya.
d. Di dalam teks itu pun sering dijumpai kata teknis atau peristilahan, sesuai
dengan topik yang dibahasnya.
55
E. Kosasih dan Kurniawan, op. cit., h.115. 56
E. Kosasih, op. cit., h. 144-145.
43
Pie Corbett dan Julia Strong dalam bukunya menyatakan tentang
kaidah kebahasaan teks eksplanasi, seperti dalam tuturannya“Typical
language features of explanation text: 1) Formal language; 2) Present tense;
3) Causal connectives and sentence signposts to link explanation; 4)
Generalisation; 5) Detail to help understand points – often in form of
information; 6) Technical vocabulary.” Karakteristik bahasa yang umum dari
teks eksplanasi, yaitu 1) Bahasa baku; 2) Menggunakan kata kerja bentuk
sekarang; 3) Penghubung kausalitas dalam kalimat sehingga dapat
menghubungkan penjelasan; 4) Generalisasi; 5) Kalimat untuk membantu
memahami ide pokok - seringkali dalam bentuk informasi; 6) kata teknis.57
Pendapat lain dari Yadi Mulyadi tentang kaidah kebahasaan teks
eksplanasi berkaitan dengan fungsi teks eksplanasi, yakni untuk memaparkan
proses. Berikut ini aspek kebahasaan teks eksplanasi yang perlu diketahui. 58
a. Kata Hubung (Konjungsi)
Konjungsi yang digunakan merupakan jenis konjungsi kronologis
dan kausalitas yang disesuaikan dengan pola teks eksplanasi yang digunakan.
1) Kata penghubung temporal yang bemakna kronologis, seperti kemudian,
lalu, setelah itu, dan pada akhirnya.
2) Kata penghubung yang bermakna kausalitas, seperti sebab, oleh karena
itu, dan oleh sebab itu.
b. Kata Ganti
Teks eksplanasi juga banyak menggunakan kata ganti. Berkenaan
dengan itu, kata ganti yang digunakan langsung merujuk pada jenis fenomena
yang dijelaskan. Kata ganti yang digunakan umumnya berupa kata tunjuk,
seperti itu, ini, tersebut.
c. Istilah bidang
Teks eksplanasi banyak menginformasikan ilmu-ilmu yang sifatnya
ilmiah. Di dalamnya, pasti dijumpai kata-kata teknis ataupun peristilahan
57
Corbett and Strong, loc. cit. 58
Yadi Mulyadi, dkk, Buku Teks Pendamping Bahasa Indonesia untuk Siswa SMP-MTS
Kelas VIII, (Bandung: Yrama Widya, 2018), cet. ke-2, h. 125-126.
44
yang terkait dengan bidang yang dibahasnya. Penggunaan istilah dalam setiap
teks eksplanasi akan berbeda-beda bergantung pada tema yang diusungnya.
Berdasarkan informasi di atas, peneliti menyimpulkan bahwa adanya
empat kaidah kebahasaan yang tepat dan dapat digunakan dalam penulisan
teks eksplanasi, di antaranya yaitu: terdapatnya konjungsi yang menyatakan
kausalitas (seperti: karena, sebab, oleh karena itu, dan sehingga), jika
menggunakan pola pengembangan kausalitas; terdapatnya konjungsi yang
menyatakan kronologis seperti: (kemudian, lalu, setelah itu, pada akhirnya,
dan ketika), jika menggunakan pola pengembangan kausalitas; kata benda
yang merujuk fenomena yang sesuai dengan tema yang dibahas (seperti:
sampah, saluran, hujan, matahari, awan, dll); terdapatnya kata kerja tindakan
yang merujuk fenomena atau objek yang diceritakan (seperti: mengolah,
membuang, mengalir, memperluas, dll); terdapatnya kata teknis/perisitilahan
yang menyatakan tema atau topik yang dibahas (seperti: banjir, hujan,
longsor, kemiskinan, dll).
5. Langkah-Langkah Menulis Teks Eksplanasi
Untuk menyajikan teks eksplanasi secara tertulis, terdapat langkah-
langkah yang perlu dilakukan, yaitu sebagai berikut.
a. Menentukan topik. Topik-topik yang dipilih haruslah berupa topik yang
dapat memperluas wawasan ataupun pengetahuan pembacanya tentang
suatu proses, yakni topik yang bersifat ilmiah, misalnya fenomena alam
atau fenomena sosial.
b. Membuat kerangka berisi rincian proses. Dalam membuat kerangka
karangan yang memuat rincian, terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan,
yaitu sebagai berikut:
1) Penulis harus mengetahui perincian-perincian secara menyeluruh.
2) Penulis harus membagi proses tersebut berdasarkan tahapan-tahapan
kejadiannya.
45
3) Penulis menjelaskan setiap urutan ke dalam detail-detail yang tegas
sehingga pembaca dapat melihat seluruh proses dengan jelas.
c. Mengembangkan kerangka berdasarkan fakta. Memaparkan kerangka
teks eksplanasi harus berdasarkan fakta ataupun pendapat-pendapat yang
benar; bukan hasil imajinasi, rekaan, ataupun sesuatu yang bersifat
fiksi.59
Begitu pula, Kosasih mengungkapkan bahwa secara umum teks
eksplanasi dimulai dengan identifikasi fenomena, rangkaian peristiwa, dan
diakhiri dengan ulasan/penyimpulan. Langkah-langkah penyusunannya
sebagai berikut:
a. Menentukan topik atau suatu kejadian yang menarik, dikuasai, dan
aktual.
b. Menyusun kerangka teks, yakni dengan mengembangkan topik utama ke
dalam rincian-rincian topik yang lebih spesifik. Topik-topik itu dapat
disusun dengan urutan kronologis atau kausalitas.
c. Mengumpulkan bahan, berupa fakta atau pendapat para ahli terkait
dengan kejadian yang dituliskan dari berbagai sumber, misalnya melalui
observasi lapangan ataupun dengan studi literatur.
d. Mengembangkan kerangka yang telah disusun menjadi teks eksplanasi
yang lengkap dan utuh dengan memperhatikan struktur bakunya:
identifikasi fenomena/kejadian, proses kejadian, dan ulasan. Perhatikan
pula kaidah-kaidah kebahasaan yang berlaku pada teks eksplanasi.60
Berdasarkan informasi di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
langkah-langkah menulis teks eksplanasi, yaitu menentukan topik, menyusun
kerangka teks, mengumpulkan bahan, dan mengembangkan kerangka yang
telah disusun menjadi teks eksplanasi. Dalam penulisan teks eksplanasi perlu
memerhatikan kelengkapan struktur dan kaidah kebahasaan, serta
penggunaan kalimat logis agar paragraf yang dihasilkan saling bertautan.
59
Ibid., h. 128-129. 60
E. Kosasih, op. cit., h. 150.
46
6. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian relevan yang sudah dilakukan mahasiswa terkait menulis
teks eksplanasi dengan media dan metode yang beraneka ragam, yaitu sebagai
berikut:
1. “Peningkatan Keterampilan Menyusun Teks Eksplanasi Secara Tertulis
Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based
Learning) Pada Peserta didik Kelas VII A SMP Negeri 19 Tegal Tahun
Pelajaran 2014/2015” oleh Siska Ulfa Noviani. Skripsi, Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Semarang. Hasil penelitian ini tentang keterampilan
menyusun teks eksplanasi secara tertulis dengan menggunakan model
pembelajaran berbasis masalah pada siswa kelas VII A SMP Negeri 19
Tegal tergolong baik dan mengalami peningkatan dari sisklus I ke siklus
II, yaitu dari rerata persentase 78,12% menjadi 89,29% dengan uraian
sebagai berikut: pada siklus I sebesar 73,06 dalam kategori cukup
menjadi 84,19 dalam kategori baik. Pertama, keterampilan menyusun
teks eksplanasi secara tertulis dengan menggunakan model pembelajaran
berbasis masalah untuk indikator perubahan perilaku ke arah positif,
peningkatan nilai perilaku sosial yang diperoleh peserta didik pada siklus
I sebesar 3,19 menjadi 3,67 pada siklus II. Kedua, indikator peningkatan
pengetahuan peserta didik dari siklus I ke siklus II, yaitu dari nilai rata-
rata pada siklus I sebesar 77,25 menjadi 87,40 pada siklus II. Ketiga,
indikator peningkatan nilai keterampilan menyusun teks eksplanasi
secara tertulis peserta didik dari siklus I ke siklus II, yaitu dari nilai rata-
rata pada siklus I sebesar 73,03 dalam kategori cukup menjadi 84,19
dalam kategori baik.61
61
Siska Ulfa Noviani, “Peningkatan Keterampilan Menyusun Teks Eksplanasi Secara
Tertulis Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Pada
Peserta didik Kelas VII A SMP Negeri 19 Tegal Tahun Pelajaran 2014/2015”, Skripsi, (Semarang:
Universitas Negeri Semarang, 2015), https://lib.unnes.ac.id/20230/1/2101411133-S.pdf diiunduh
pada tanggal 26 September 2019 pukul 08.39 WIB.
47
Perbedaan skripsi tersebut dengan penelitian ini sebagai berikut:
1) Penelitian Siska dilakukan di tahun 2015, sedangkan penelitian
pada skripsi ini dilakukan di tahun 2019.
2) Model pembelajaran yang digunakan pada penelitian Siska yaitu
berbasis masalah (problem solving). Sedangkan skripsi ini
menggunakan media kartu bergambar dengan mengusung
fenomena alam, sosial, dan budaya.
3) Penelitian Siska menggunakan jenis penelitian tindakan kelas,
dengan pengambilan data yang berlangsung secara dua siklus.
Sedangkan skripsi ini menggunakan metode deskriptif kualitatif.
2. “Kemampuan Menulis Teks Eksplanasi dengan Menggunakan Media
Gambar Seri Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Turi, Sleman, Yogyakarta
Tahun Ajaran 2015/2016” oleh Martha Novitasari Lagur. Skripsi Tahun
2016, Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, jurusan
Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Tujuan penelitian ini adalah
mendeskripsikan seberapa tinggi kemampuan menulis teks eksplanasi
dengan menggunakan media gambar seri siswa kelas VII SMP Negeri 2
Turi, Sleman, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016. Hasil penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis teks eksplanasi dengan
menggunakan media gambar seri pada siswa kelas VII SMP Negeri 2
Turi, Sleman, Yogyakarta tergolong hampir sedang dan ditunjukkan
bahwa kemampuan rata-rata siswa adalah 76,03 dengan simpangan baku
6,99. Setelah dikonversikan ke dalam skala seratus, rata-rata tersebut
masuk dalam interval 45%-55% dengan rentangan skor 74,29-77,76.
Hasil penelitian tentang kemampuan menulis teks eksplanasi siswa
berdasarkan aspek isi, organisasi, kosakata, penggunaan bahasa, dan
mekanik adalah cukup-baik.62
62
Martha Novitasari Lagur, “Kemampuan Menulis Teks Eksplanasi dengan
Menggunakan Media Gambar Seri Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Turi, Sleman, Yogyakarta
Tahun Ajaran 2015/2016”, Skripsi, (Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, 2016),
48
Perbedaan skripsi tersebut dengan penelitian ini sebagai berikut:
1) Penelitian Martha dilakukan di tahun 2016, sedangkan penelitian
pada skripsi ini dilakukan di tahun 2019.
2) Media yang digunakan Martha dalam penelitiannya adalah
menggunakan media gambar berseri dan hanya mengacu pada
satu fenomena alam yaitu hujan. Sedangkan skripsi ini
menggunakan media kartu bergambar dengan mengacu tiga
fenomena, yakni alam, sosial, budaya dan mengusung tujuh tema,
yaitu banjir, longsor, hujan, kemiskinan, kemacetan, sampah, dan
kebudayaan.
3) Penelitian Martha menggunakan metode penelitian deskriptif
kuantitatif. Sedangkan skripsi ini, menggunakan metode
deskriptif kualitatif.
3. “Peningkatan Keterampilan Menyusun Teks Eksplanasi yang
Bermuatan Pengetahuan Alam dengan Menggunakan Model
Pembelajaran CIRC dan Media Flashcard Peserta Didik Kelas VII SMP
Negeri 1 Batang” oleh Sailirrohmah. Skripsi Tahun 2015, Program
Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan
Seni Universitas Negeri Semarang. Pengambilan data dilakukan dengan
tes dan nontes. Alat pengambilan data berupa pedoman observasi,
jurnal, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang
digunakan adalah analisis data kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian
disimpulkan bahwa keterampilan menyusun teks eksplanasi dengan
menggunakan model pembelajaran CIRC dan Media Flashcard peserta
didik kelas VII SMP Negeri 1 Batang tergolong baik dan telah terbukti
dapat meningkatan pembelajaran menyusun teks eksplanasi dari siklus I
ke siklus II dengan uraian sebagai berikut. Pertama, persentase
ketuntasan hasil pengamatan proses pembelajaran dari prasiklus
69,13% menjadi 84,54% atau meningkat 16%. Kedua, persentase
https://repository.usd.ac.id/8612/2/121224047_full.pdf diunduh pada tanggal 26 September 2019
pukul 08.39 WIB.
49
peningkatan pengetahuan, dari siklus I ke siklus II meningkat sebesar
22,86% menjadi 94,28% dengan rerata klasikal 85,43. Ketiga,
persentase aspek keterampilan yaitu peningkatan rata-rata nilai teks
eksplanasi pada siklus I dan siklus II peningkatan rata-rata mencapai
0,38. Pada siklus I persentase ketuntasan mencapai 65,71% dan siklus II
97,14%. Keempat, peningkatan aspek sikap spiritual pada siklus I
ketuntasannya adalah 68,57%, mengalami peningkatan sebesar 14,29%.
Pada siklus II menjadi 100%, meningkat 31,43%. Kelima, persentase
ketuntasan sikap jujur dari siklus I ke siklus II meningkat menjadi
100%.63
Perbedaan skripsi tersebut dengan penelitian ini sebagai berikut:
1) Penelitian Sailirrohmah dilakukan di tahun 2015, sedangkan
penelitian pada skripsi ini dilakukan di tahun 2019.
2) Model pembelajaran yang digunakan pada penelitian
Sailirrohmah yaitu CIRC (Cooperative Integrated Reading and
Composition) dan penggunaan media flashcard yang hanya
mengacu pada fenomena alam yaitu proses terjadinya petir.
Sedangkan skripsi ini menggunakan media kartu bergambar
dengan mengacu fenomena alam, sosial, dan budaya. Penelitian
skripsi ini juga mengusung tujuh tema, yaitu banjir, longsor,
hujan kemiskinan, kemacetan, sampah, dan kebudayaan.
3) Penelitian Sailirrohmah menggunakan jenis penelitian tindakan
kelas, dengan pengambilan data yang berlangsung secara dua
siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Sedangkan skripsi ini
menggunakan metode deskriptif kualitatif.
63
Sailirrohmah, “Peningkatan Keterampilan Menyusun Teks Eksplanasi yang Bermuatan
Pengetahuan Alam dengan Menggunakan Model Pembelajaran CIRC dan Media Flashcard
Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 1 Batang”, Skripsi, (Semarang: Universitas Negeri
Semarang, 2015), https://lib.unnes.ac.id/28548/ diunduh pada tanggal 26 September 2019 pukul
08.59 WIB.
50
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 14 Tangerang Selatan. Sekolah
ini beralamatkan di Jl. AMD No.66, Pondok Kacang Barat, Kecamatan
Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan, kode pos 15226.
Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Maret-Oktober 2019.
Kemudian, pengambilan data dilakukan pada bulan April, semester genap
tahun pelajaran 2018/2019.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII-8 SMPN 14 Tangerang
Selatan Tahun Pelajaran 2018/2019, yang berjumlah 39 siswa dengan terdiri
dari dua puluh perempuan dan sembilan belas laki-laki. Peneliti memilih
siswa kelas VIII-8 sebagai subjeknya dikarenakan atas tujuan penelitian,
yakni dengan keberagaman tingkat kecerdasan yang dimiliki dan siswa yang
antusias dalam proses belajar mengajar menjadikan peneliti lebih mudah
untuk melakukan pengambilan data. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa
kelas VIII-8 merupakan kelas yang siswanya heterogen, aktif, dan mudah
untuk bekerja sama.
C. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah media kartu bergambar yang
mencakup fenomena alam, sosial, dan budaya dengan mengusung tujuh tema,
yakni banjir, longsor, hujan, kemiskinan, kemacetan, sampah, dan
kebudayaan. Pada penelitian ini, produk yang dihasilkan adalah teks
eksplanasi buatan siswa dengan penggunaan media kartu bergambar yang
didasarkan pada penilaian isi, organisasi (struktur teks eksplanasi), kosakata
(kaidah kebahasaan), penggunaan bahasa (penggunaan kalimat efektif), dan
51
mekanik (ketepatan ejaan dan tanda baca). Teks eksplanasi adalah jenis teks
yang belum banyak dijadikan pilihan penelitian skripsi, khususnya dengan
menggunakan kartu bergambar sebagai media mengajarnya. Maka, peneliti
menetapkan teks eksplanasi sebagai objek yang digunakan dalam penelitian.
D. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif (descriptive research) adalah
penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan atau menjelaskan secara
sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta dan sifat populasi tertentu.
Dengan kata lain pada penelitian deskriptif, peneliti hendak menggambarkan
suatu gejala (fenomena) atau sifat tertentu; tidak untuk mencari atau
menerangkan keterkaitan antarvariabel. Penelitian deskriptif hanya
melukiskan atau menggambarkan apa adanya.1 Pada penelitian ini, peneliti
menjelaskan mengenai kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan
media kartu bergambar dalam pembelajaran teks eksplanasi. Selain itu,
peneliti juga mendeskripsikan data hasil tulisan siswa berdasarkan komponen
penilaian keterampilan menulis teks eksplanasi.
Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang temuan-temuannya
tidak diperoleh melalui prosedur kuantifikasi, perhitungan statistik, atau
bentuk cara-cara lainnya yang menggunakan ukuran angka. Kualitatif berarti
sesuatu yang berkaitan dengan aspek kualitas, nilai atau makna yang terdapat
dibalik fakta. Kualitas, nilai atau makna hanya dapat diungkapkan dan
dijelaskan melalui linguistik, bahasa, atau kata-kata.2
Nana Syaodih menyatakan bahwa penelitian kualitatif (qualitative
research) adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan
menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan,
1 Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode, dan Prosedur, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2013), cet. ke-1, h. 59. 2 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2013), cet. ke-1, h. 82.
52
persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok. Beberapa
deskripsi digunakan untuk menemukan prinsip-prinsip dan penjelasan yang
mengarah pada penyimpulan. Penelitian kualitatif bersifat induktif: peneliti
membiarkan permasalahan-permasalahan muncul dari data atau dibiarkan
terbuka untuk interpretasi. Data dihimpun dengan pengamatan yang seksama,
mencakup deskripsi dalam konteks yang mendetil disertai catatan-catatan
hasil wawancara yang mendalam, serta hasil analisis dokumen dan catatan-
catatan.3
Selain itu, Jane Richie mengungkapkan bahwa penelitian kualitatif
adalah upaya untuk menyajikan dunia sosial, dan perspektifnya di dalam
dunia, dari segi konsep, perilaku, persepsi, dan persoalan tentang manusia
yang diteliti.4. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang berupaya
menganalisis kehidupan sosial dengan menggambarkan dunia sosial dari
sudut pandang atau interpretasi individu (informan) dalam latar ilmiah.
Dengan kata lain penelitian kualitatif berupaya memahami bagaimana
seorang individu melihat, memaknai, dan menggambarkan dunia sosialnya.5
Berdasarkan informasi di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian
deskriptif kualitatif adalah penelitian dengan mendeskripsikan dan
menganalisis berbagai fenomena, seperti aktivitas, pandangan, perilaku dari
objek yang diteliti dengan mengungkapkan fakta yang sebenarnya terjadi di
lapangan. Penelitian kualitatif menggunakan bahasa tulis untuk
menggambarkan data-data yang didapatkan. Oleh karena itu, dalam penelitian
ini, peneliti menganalisis dan mendeskripsikan berbagai fenomena yang
terdapat pada proses belajar mengajar di kelas VIII-8 SMPN 14 Tangerang
Selatan khususnya terhadap keterampilan menulis teks eksplanasi.
3 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2013), cet. ke-9, h. 60. 4 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2017), cet. ke-36, h. 6. 5 Sudaryono, Metodologi Penelitian, (Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2018), cet. ke-2,
h. 91.
53
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang diperlukan atau yang
dipergunakan untuk mengumpulkan data.6 Instrumen penelitian dalam
penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri, maksudnya bahwa data sangat
bergantung pada validitas peneliti dalam melakukan pengamatan dan
eksplorasi langsung ke lokasi penelitian. Penelitian merupakan pusat dan
kunci data yang paling menentukan dalam penelitian kualitatif.7
Sehubungan dengan pemaparan di atas, Sugiyono mengungkapkan
bahwa dalam penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti sendiri,
namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan
akan dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang diharapkan dapat
melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan
melalui observasi dan wawancara. Peneliti akan terjun ke lapangan sendiri,
baik pada grand tour question, tahap focused and selection, melakukan
pengumpulan data, analisis, dan membuat kesimpulan.8
Peneliti melakukan penelitian di kelas VIII-8, SMPN 14 Tangerang
Selatan untuk melihat kemampuan menulis teks eksplanasi siswa dengan
menggunakan media kartu bergambar. Selanjutnya, peneliti menganalisis
hasil tulisan siswa dan memberikan penilaian, serta deskripsi yang
menjelaskan tingkat ketercapaian siswa. Untuk melakukan analisis, peneliti
menyesuaikan dengan kriteria penilaian keterampilan menulis teks
eksplanasi.
Instrumen penilaian teks eksplanasi yang digunakan untuk menilai
hasil tugas siswa, yaitu diambil dari teori Burhan Nurgiyantoro dalam
bukunya yang berjudul Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis
Kompetensi. Komponen yang dinilai pada keterampilan menulis teks
6 Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan
Penelitian Kualitatif Dalam Berbagai Disiplin Ilmu, (Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2017),
cet. ke-4, h. 134. 7 Beni Ahmad Saebani, Pedoman Aplikatif Metode Penelitian dalam Penyusunan Karya
Ilmiah, Skripsi, Tesis, dan Disertasi, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2017), cet. ke-1, h. 161. 8 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2016), cet. ke-23, h. 223-224.
54
eksplanasi, yakni isi, organisasi (struktur teks eksplanasi), kosakata (kaidah
kebahasaan), penggunaan bahasa (penggunaan kalimat efektif), dan mekanik
(ejaan dan tanda baca).
Tabel 3.1
Instumen Penilaian Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi*
Komponen yang
Dinilai
Skor Maksimum
Ideal
Skala
Interval
Skor
Siswa
Kriteria
Isi 30 27-30
22-26
17-21
13-16
Organisasi 20 18-20
14-17
10-13
7-9
Kosakata 20 18-20
14-17
10-13
7-9
Penggunaan Bahasa 25 22-25
18-21
11-17
5-10
Mekanik 5 2-5
Jumlah Skor 100
Nilai =
100
Keterangan:
*Sudah diubahsuaikan dari teori Burhan Nurgiyantoro dan Anas
Sudijono
Tabel di atas merupakan instrumen penilaian yang digunakan
peneliti untuk menganalisis hasil tulisan siswa dalam menulis teks eksplanasi.
Instrumen tersebut sudah berdasarkan penyesuaian dengan rubrik penilaian
tugas menulis karangan nonfiksi, yang diambil dari teori Burhan
Nurgiyantoro. Instrumen penilaian yang disertai dengan pembobotan tiap
55
komponen dan menggunakan skala interval untuk setiap kriteria, dapat
memudahkan peneliti agar lebih detail dalam memberikan skor pada hasil
tugas siswa. Peneliti juga menggunakan Penilaian Beracuan Kriteria (PAK)
dari teori Anas Sudijono, untuk menentukan nilai hasil teks eksplanasi siswa.
Tabel 3.2*
Kriteria Penilaian Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi dengan
Pembobotan Tiap Komponen9
9 Burhan Nurgiyantoro, Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi,
(Yogyakarta: BPFE Anggota IKAPI, 2016), cet. ke 7, h. 480-481.
Profil Penilaian Karangan
Nama :
Judul :
Skor Kriteria
I
S
I
27-30 Sangat Baik-Sempurna: isi gagasan sesuai dengan media kartu
bergambar; menguasai topik permasalahan/fenomena; pola
pengembangan teks eksplanasi dideskripsikan dengan
tuntas/lengkap; informasi faktual yang diungkapkan relevan
dengan tema dari kartu bergambar.
22-26 Cukup-Baik: isi gagasan cukup sesuai dengan media kartu
bergambar; cukup menguasai topik permasalahan/fenomena; pola
pengembangan teks eksplanasi terbatas artinya dideskripsikan
dengan cukup lengkap; informasi faktual yang diungkapkan
relevan dengan tema dari kartu bergambar tetapi tidak terlalu
terperinci.
17-21 Sedang-Cukup: isi gagasan kurang sesuai dengan media kartu
bergambar; kurang menguasai topik permasalahan/fenomena;
pola pengembangan teks eksplanasi kurang dideskripsikan dengan
baik; informasi faktual yang diungkapkan kurang relevan dengan
tema dari kartu bergambar sehingga pengembangan tema kurang
memadai artinya penulisan teks eksplanasi kurang terperinci.
56
13-16 Sangat Kurang: isi gagasan tidak sesuai dengan media kartu
bergambar; tidak menguasai topik permasalahan/fenomena; tidak
menggunakan pola pengembangan teks eksplanasi; informasi
faktual yang diungkapkan tidak relevan dengan tema dari kartu
bergambar sehingga tidak terdapat pengembangan tema.
O
R
G
A
N
I
S
A
S
I
18-20 Sangat Baik-Sempurna: penulisan sudah berdasarkan struktur teks
eksplanasi (judul, identifikasi fenomena, rangkaian kejadian,
ulasan); judul yang dicantumkan sangat sesuai dengan topik
pembahasan; gagasan dan fakta pada bagian identifikasi,
rangkaian kejadian , dan ulasan diungkapkan dengan logis, jelas,
dan tertata baik; memiliki kepaduan antarparagraf yang sesuai
topik pembahasan.
14-17 Cukup-Baik: menuliskan dan memaparkan hanya tiga struktur;
judul yang dicantumkan kurang spesifik dengan topik
pembahasan atau tidak mencantumkan judul; ide pokok
ternyatakan; pada bagian identifikasi fenomena, rangkaian
kejadian, dan ulasan pengungkapan gagasan pendukung terbatas
dan fakta diungkapkan dengan jelas dan logis tetapi kurang
lengkap; antarparagraf yang dihasilkan cukup padu dan cukup
sesuai dengan topik pembahasan.
10-13 Sedang-Cukup: penulisan struktur teks kurang lengkap hanya
menuliskan dan memaparkan dua struktur; pada bagian
identifikasi, rangkaian kejadian atau ulasan pengungkapan
gagasan tidak logis atau tidak terkait, fakta diungkapkan kurang
jelas dan logis, serta kurang lengkap; antarparagraf yang
dihasilkan kurang padu dan kurang sesuai dengan topik.
7-9 Sangat Kurang: hasil tulisan teks eksplanasi hanya memiliki satu
struktur; pada bagian identifikasi rangkaian kejadian, atau ulasan
pengungkapan gagasan dan fakta tidak terorganisasi/tidak jelas
serta tidak logis; tidak ada kepaduan antarparagraf.
57
K
O
S
A
K
A
T
A
18-20 Sangat Baik-Sempurna: pemanfaatan potensi kata tepat; pilihan
kata dan ungkapan efektif, serta luas dalam pemilihan kosakata;
menguasai pembentukan kata; ketepatan kaidah kebahasaan dan
kelengkapan penulisan (kata teknis, konjungsi
kausalitas/kronologis, kata benda yang merujuk pada fenomena,
serta kata kerja tindakan) yang diungkapkan secara terperinci
dalam penulisan teks eksplanasi.
14-17 Cukup-Baik: pemanfaatan kata memadai artinya banyak kosakata
yang diungkapkan berulang; pilihan, bentuk, dan penggunaan
kata/ungkapan kadang-kadang kurang tepat artinya memiliki 1-3
kesalahan, tetapi tidak mengganggu; penggunaan kaidah
kebahasaan teks eksplanasi cukup memadai terdapatnya (kata
teknis, konjungsi kausalitas/kronologis, kata benda yang merujuk
pada fenomena, serta kata kerja tindakan) tetapi tidak terlalu
diungkapkan dengan terperinci.
10-13 Sedang-Cukup: pemanfaatan potensi kata terbatas artinya
penggunaan kosakata sedikit karena paragraf tidak dipaparkan
secara luas; sering terjadi kesalahan artinya terdapat 4-6 kesalahan
bentuk, pilihan, dan penggunaan kosakata/ungkapan; makna
masih dapat terbaca/tergambarkan; penggunaan kaidah
kebahasaan teks eksplanasi terbatas hanya menuliskan tiga atau
dua kaidah.
7-9 Sangat Kurang: pemanfaatan potensi kata asal-asalan, ungkapan,
dan pembentukan kata rendah; terdapat 7-10 kesalahan; makna
membingungkan; hanya menggunakan satu kaidah kebahasaan
teks eksplanasi.
P
E
N
G
22-25 Sangat Baik-Sempurna: konstruksi kalimat kompleks tetapi
efektif; hanya terjadi sedikit kesalahan artinya terdapat satu
kesalahan penggunaan bentuk kebahasaan (urutan/fungsi kata,
pronominal, dan preposisi).
58
Keterangan:
*Dengan mengubahsuaikan dari teori Burhan Nurgiyantoro
Anas Sudijono mengungkapkan mengenai pemberian kriteria
penilaian pada rapor atau Surat Tanda Tamat Belajar (STTB) bagi peserta
didik pada Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, dan Sekolah
Menengah Umum, digunakan nilai standar berskala sepuluh, yaitu rentangan
G
U
N
A
A
N
B
A
H
A
S
A
18-21 Cukup-Baik: konstruksi kalimat sederhana dan efektif; terjadi
sejumlah kesalahan artinya terdapat 2-4 kesalahan dalam
konstruksi kalimat tunggal/kompleks (kesalahan pada
fungsi/urutan kata, pronominal, dan preposisi); tetapi makna
cukup jelas.
11-17 Sedang-Cukup: sering terjadi kesalahan artinya terdapat 5-7
kesalahan dalam konstruksi kalimat tunggal/kompleks (kesalahan
pada urutan/fungsi kata, pronominal, dan preposisi); makna
membingungkan.
5-10
Sangat Kurang; tidak menguasai penyusunan kalimat yang
efektif; terdapat 8-10 kesalahan pada (urutan/fungsi kata,
pronominal, dan preposisi); bahasa yang digunakan kurang
komunikatif.
M
E
K
A
N
I
K
5 Sangat Baik-Sempurna: menguasai aturan penulisan; hanya
terjadi beberapa kesalahan ejaan artinya terdapat satu kesalahan
ejaan, tanda baca, dan penggunaan huruf kapital.
4 Cukup Baik: kadang-kadang terjadi kesalahan ejaan artinya
terdapat 2-4 kesalahan ejaan, tanda baca, dan penggunaan huruf
kapital; tidak mengaburkan makna atau makna dapat terbaca jelas.
3 Sedang-Cukup: sering terjadi kesalahan ejaan artinya terdapat 5-7
kesalahan ejaan, tanda baca, dan penggunaan huruf kapital; tetapi
makna masih dapat terbaca dan tergambarkan.
2 Sangat Kurang: tidak menguasai aturan penulisan yang ideal;
terdapat 8-10 kesalahan ejaan, tanda baca, dan penggunaan huruf
kapital; makna tidak dapat terbaca dan tergambarkan.
59
nilai mulai dari 1 sampai dengan 10; di perguruan tinggi dipergunakan nilai
standar berskala 100 yang selanjutnya diubah atau dikonversikan ke dalam
nilai-nilai huruf A, B, C, D, dan E dengan patokan sebagai berikut:10
Tabel 3.3
Kriteria Penilaian Standar Berskala Teori Anas Sudijono
Nilai Angka Nilai Huruf Predikat
80 ke atas A Baik Sekali
66-79 B Baik
56-65 C Cukup
46-55 D Kurang
45 ke bawah E Gagal
Untuk melakukan penilaian, peneliti menyesuaikan dengan KKM
mata pelajaran bahasa Indonesia di SMPN 14 Tangerang Selatan, yaitu 74.
Oleh karena itu, apabila hasil penilaian terhadap tulisan teks eksplanasi siswa
mendapatkan skor 74 maka penilaian tersebut mengacu pada teori Anas yang
menunjukkan rentang nilai 66-79 dengan mendapatkan predikat B, yaitu baik.
Tabel 3.4
Rubrik Rekapitulasi Nilai Kemampuan Menulis Teks Eksplanasi
No. Nama Siswa Komponen Penilaian
Teks Eksplanasi
Jumlah Predikat
1 2 3 4 5
1
2.
3.
4.
Untuk menghitung rata-rata (mean), peneliti menggunakan rumus
dari Burhan Nugiyantoro. Cara perhitungannya, yakni menjumlahkan seluruh
skor yang diperoleh siswa lalu dibagi dengan jumlah siswa, sebagai berikut:
10
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2016), cet. ke-15, h. 35.
60
Nilai rata-rata: 11
X =
Keterangan:
X = Simbol rata-rata hitung (mean)
X = Jumlah seluruh skor siswa
N = Jumlah siswa
Kemudian, untuk menghitung tingkat persentil dari hasil nilai yang
diperoleh siswa, peneliti mengelompokkan siswa menjadi tiga kategori.
Pengkategorian meliputi: nilai tetinggi, sedang, dan rendah. Cara
perhitungannya, yaitu siswa yang mendapat nilai tertinggi/sedang/rendah
dibagi jumlah siswa, dan dikali 100. Rumus yang digunakan peneliti, yaitu
sebagai berikut: TP =
× 100
12
Keterangan:
TP =Tingkat presentil yang dicari
Fb =Jumlah frekuensi atau frekuensi kumulatif di bawahnya (jumlah
frekuensi yang dihitung tingkat persentil)
N =Jumlah subjek
100= Bilangan tetap
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan
data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan
mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.13
Bila dilihat
dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber
primer, dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang
11
Nurgiyantoro, op. cit., h. 243. 12
Nurgiyantoro, op. cit., h. 263. 13
Sugiyono, loc. cit.
61
langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder
merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul
data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Selanjutnya bila dilihat
dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data
dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan), interview (wawancara),
kuisioner (angket), dokumentasi, dan gabungan keempatnya.14
Untuk tahap pengumpulan data, peneliti menggunakan sumber data
primer yang didapat secara langsung, yaitu dari hasil tulisan teks eksplanasi
siswa SMPN 14 Tangerang Selatan dengan berbantu media kartu bergambar.
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti meliputi: observasi
(pengamatan), wawancara, tes, dan dokumentasi.
1. Observasi (pengamatan)
Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek
penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Apabila objek
penelitian bersifat perilaku, tindakan manusia, dan fenomena alam (kejadian-
kejadian yang ada di dalam sekitar), proses kerja, dan penggunaan responden
kecil. Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara
mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan
yang sedang berlangsung. Observasi dapat dilakukan dengan partisipasi
ataupun nonpartisipasi.15
Kemudian, Nawawi dan Martini mengungkapkan
bahwa observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik
terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala
dalam objek penelitian.16
Peneliti mengumpulkan data melalui kegiatan observasi partisipasi,
yakni ikut serta dalam proses pembelajaran dan mengamati secara langsung
aktivitas belajar siswa kelas VIII-8, SMPN 14 Tangerang Selatan khususnya
pada materi teks eksplanasi. Pada observasi ini, peneliti juga melakukan
pencatatan beberapa aspek dan peristiwa yang terjadi pada subjek penelitian
14
Sugiyono, op. cit., h. 225. 15
Sudaryono, op. cit., h. 216. 16
Saebani, op. cit., h. 168.
62
(siswa) selama pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Untuk mengetahui
seberapa besar kemampuan siswa dalam menulis teks eksplanasi.
2. Wawancara
Hadeli mengungkapkan bahwa wawancara adalah suatu cara
pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung
dari sumbernya. Wawancara ini digunakan bila ingin mengetahui hal-hal dari
responden secara lebih mendalam serta jumlah responden sedikit. Ada
beberapa faktor yang akan memengaruhi arus informasi dalam wawancara,
yaitu: pewawancara, responden, pedoman wawancara, dan situasi wawancara.
Kemudian, Cresswell berpendapat bahwa isi pertanyaan atau pernyataan bisa
mencakup fakta, data, pengetahuan, konsep, pendapat, persepsi atau evaluasi
responden berkenaan dengan fokus masalah atau variabel-variabel yang dikaji
dalam penelitian.17
Salah satu teknik pengumpulan data yang lazim
dipergunakan oleh peneliti dalam penelitian kualitatif untuk mengumpulkan
data adalah wawancara mendalam.18
Untuk tahap wawancara, peneliti mewawancarai guru bahasa
Indonesia kelas VIII-8 yang siswanya dijadikan sebagai subjek penelitian.
Pertanyaan yang diajukan mengenai proses pembelajaran menulis. Hasil dari
percakapan tersebut, yaitu mayoritas siswa antusias dalam keterampilan
menulis. Akan tetapi, hanya pada menulis fiksi sebab guru bahasa Indonesia
yang mengajar di kelas VIII-8 sering menugaskan untuk pembiasaan literasi
pada buku-buku fiksi, seperti novel dan cerpen. Oleh sebab itu, keterampilan
menulis siswa khususnya pada wacana nonfiksi, seperti teks eksplanasi dapat
dikatakan tergolong rendah. Fenomena tersebut dapat dilihat, bahwa terdapat
siswa yang kurang berminat terhadap keterampilan menulis teks eksplanasi
karena terbatasnya pengetahuan yang didapat dan bahan bacaan yang kurang
mendukung. Peneliti juga mewawancarai siswa kelas VIII-8 untuk
mengetahui ketertarikannya terhadap keterampilan menulis dan tanggapannya
mengenai proses pembelajaran dengan menggunakan media kartu bergambar.
17
Sudaryono, op. cit., h. 212. 18
Afrizal, op. cit., h. 135.
63
3. Tes
Tes merupakan salah satu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu
alat untuk mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek. Dalam
pembelajaran objek ini bisa berupa kecakapan peserta didik, minat, motivasi,
dan sebagainya.19
Selain itu, Nunuk dan Leo mengungkapkan bahwa tes
adalah serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan
untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, kecerdasan, kemampuan, atau
bakat yang dimiliki seseorang atau kelompok.20
Peneliti memberikan tes tertulis berupa latihan kepada siswa secara
individual. Latihan tersebut memuat pertanyaan esai terkait pembuatan teks
eksplanasi yang harus mengacu pada gambar dan tema yang telah disediakan.
Kartu bergambar yang disediakan peneliti mencakup fenomena alam, sosial,
dan budaya dengan mengusung tujuh tema, yaitu banjir, longsor, hujan,
kemiskinan, kemacetan, sampah, dan kebudayaan. Peristiwa yang dipilih
peneliti memiliki sifat faktual juga aktual. Untuk hal ini, siswa ditugaskan
untuk kreatif dan leluasa dalam mengungkapkan fakta dan gagasannya
sehingga menghasilkan paragraf yang padu. Tes dilaksanakan untuk menilai
potensi melalui pengujian kemampuan siswa dalam membuat teks eksplanasi
dengan menggunakan media kartu bergambar.
4. Dokumentasi
Dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari
tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan,
laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter, data yang relevan penelitian.
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.21
Peneliti mengumpulkan data dengan mendokumentasikan hasil
tulisan siswa dalam menulis teks eksplanasi dan proses pembelajaran yang
19
Eko Putro Widoyoko, Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2017), cet. ke-6, h. 57. 20
Nunuk Suryani dan Leo Agung, Strategi Belajar Mengajar, (Yogyakarta: Ombak
(Anggota IKAPI), 2012), cet. ke-1, h. 170-171. 21
Sudaryono, op, cit., h. 219.
64
dilakukan di kelas VIII-8, SMPN 14 Tangerang Selatan. Dokumentasi yang
digunakan dalam penelitian ini, yaitu berbentuk foto. Pengambilan foto pada
hasil tugas siswa dan aktivitas belajar mengajar, dimaksudkan sebagai
pembuktian bahwa sudah dilakukannya penelitian di kelas VIII-8.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu teknik
analisis deskriptif kualitatif. Sugiyono mengungkapkan bahwa analisis data
adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh
dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan
yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami
oleh diri sendiri maupun orang lain.22
Miles dan Huberman mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis
data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus
menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam
analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion
drawing/verification.23
Langkah-langkah untuk menganalisis data dalam
penelitian deskriptif kualitatif berdasarkan model Miles dan Huberman adalah
sebagai berikut:
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk
itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti
merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang
penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi
akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti
untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila
diperlukan.
22
Sugiyono, op. cit., h. 244. 23
Sugiyono, op. cit., h. 246-253.
65
Cara peneliti dalam mereduksi data berupa hasil tulisan teks
eksplanasi siswa, yaitu dengan membaca secara teliti teks eksplanasi yang
ditulis berdasarkan media kartu bergambar. Selanjutnya, mengumpulkan hasil
tulisan siswa yang termasuk ke dalam teks eksplanasi dan memisahkan
tulisan yang bukan tergolong teks eksplanasi. Kemudian, mengelompokan
tulisan-tulisan yang memiliki kriteria sangat baik, yakni mengandung struktur
dan kaidah kebahasaan teks eksplanasi secara lengkap serta menggunakan
ejaan dan tanda baca yang benar, kriteria sedang dan cukup yang berarti hasil
tulisan siswa belum sepenuhnya memenuhi komponen penilaian, serta kriteria
sangat kurang yang berarti hasil tulisan siswa tergolong rendah atau tidak
menguasai penulisan sebuah teks eksplanasi.
2. Data Display (Penyajian Data)
Langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Kalau dalam
penelitian kualitatif penyajian data ini dapat dilakukan dalam bentuk tabel,
grafik, phie chard, pictogram, dan sejenisnya. Melalui penyajian data
tersebut, maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan,
sehingga akan semakin mudah dipahami.
Untuk penyajian data, peneliti menggunakan bentuk tabel yang telah
memuat komponen dan kriteria penilaian teks eksplanasi. Skor yang disajikan
menggunakan model skala interval sehingga lebih terperinci dalam
melakukan pembobotan nilai. Komponen yang dinilai dalam pembelajaran
menulis teks eksplanasi, yaitu isi, organisasi, kosakata, penggunaan bahasa,
dan mekanik. Pada tahap penyajian data, peneliti mendeskripsikan hasil
tulisan siswa secara menyeluruh. Selanjutnya, informasi yang didapat dari
teks eksplanasi siswa disesuaikan dengan setiap komponen penilaian.
3. Conclusion Drawing/Verification
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah temuan baru yang
sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran
suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga
setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif,
hipotesis atau teori.
66
Cara peneliti menarik kesimpulan dalam penelitian ini, yaitu
menggunakan hubungan kausal atau interaktif. Peneliti memberikan ujian
tertulis kepada siswa untuk membuat teks eksplanasi dengan menggunakan
media kartu bergambar yang telah dibagikan dan jangka waktu yang
ditetapkan. Sumber data yang dianalisis adalah teks eksplanasi siswa kelas
VIII-8, SMPN 14 Tangerang Selatan. Kemudian, peneliti membuat
kesimpulan berdasarkan hasil tulisan teks eksplanasi siswa dengan
menggunakan media kartu bergambar.
67
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Profil Sekolah
1. Sejarah Singkat SMPN 14 Tangerang Selatan
SMPN 14 Tangerang Selatan merupakan sekolah menengah pertama
yang berlokasi di Jl. AMD No.66, Pondok Kacang Barat, Kecamatan Pondok
Aren, Kota Tangerang Selatan. Awal berdirinya SMPN 14 Tangerang
Selatan, yakni dari proses pembangunan gedung SDN Pondok Kacang Barat
03 yang dilakukan secara partisipatif dari berbagai kalangan masyarakat. Atas
kehendak Bapak Hamid Muhammad selaku Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah, sekolah yang sedang dibangun ini berencana
difungsikan sebagai program Sekolah Satu Atap (SATAP) untuk SD-SMP.
Sebagai sponsor dalam program pembangunan partisipatif ini, Bapak
Imam B. Prasodjo Ph.D selaku Direktur Yayasan Nurani Dunia meminta
kepada anggota komite SDN Pondok Kacang Barat 03, agar segera
menindaklanjuti rencana yang dimaksud dengan mempersiapkan data-data
yang diperlukan untuk proses perizinan selanjutnya. Melalui kerjasama antara
pihak SDN Pondok Kacang Barat 03 dan sponsor yang menyediakan
pendanaan. Maka dari itu, pada tahun 2006 SMPN 14 Tangerang Selatan
resmi berdiri. Penerimaan murid baru untuk angkatan pertama dan memulai
kegiatan belajar mengajar juga dilakukan di tahun 2006.
Hingga saat ini, SMPN 14 Tangerang Selatan pernah dipimpin oleh
dua kepala sekolah yaitu:
1. Iqbal, S. Pd, M.M (Periode 2006-2009 )
2. Drs. H. Muslih, M. Pd (Periode 2009-sekarang)
Adapun identitas SMPN 14 Tangerang Selatan adalah sebagai berikut:
Nama Sekolah : SMP Negeri 14 Tangerang Selatan
NPSN : 20613509
Jenjang Pendidikan : SMP
68
Status Sekolah : Negeri
Alamat Sekolah : Jl. AMD Raya No.15/16 RT 004/ RW 001
Kode Pos : 15226
Kelurahan : Pondok Kacang Barat
Kecamatan : Pondok Aren
Kabupaten/Kota : Kota Tangerang Selatan
Provinsi : Banten
Tanggal SK Pendirian : 2006-04-26
SK Izin Operasional : 421/Kep.134-HUK/2006
Tanggal Izin SK Operasional: 2006-04-26
Status Kepemilikan : Pemerintah Daerah
Luas Tanah Milik : 5.856 m2
Luas Tanah Bukan Milik : 1.522 m2
Nomor Telepon : 0217333917
Email : [email protected]
Website : http://smpn14tangsel.sch.id
2. Visi dan Misi SMPN 14 Tangerang Selatan
a. Visi SMPN 14 Tangerang Selatan
“Unggul dalam Prestasi, Jujur, Disiplin, Menciptakan Lingkungan
yang bersih Berdasarkan Iman dan Takwa “.
Indikator :
1) Unggul dalam perolehan nilai ujian akhir
2) Unggul dalam persaingan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi
3) Unggul dalam kerja sama ilmiah remaja
4) Unggul dalam lomba kreativitas
5) Unggul dalam lomba kesenian
6) Unggul dalam lomba olahraga
7) Unggul dalam disiplin
8) Unggul dalam aktivitas keagamaan, dan
69
9) Unggul dalam kepedulian sosial.
b. Misi SMPN 14 Tangerang Selatan
Sehubungan dengan visi tersebut, SMPN 14 Tangerang Selatan
mengemban misi:
1) Mengembangkan sikap dan perilaku religiusitas dan juga budaya bangsa
sehingga menjadi sumber kearifan dalam bertindak baik di lingkungan
dalam dan luar sekolah.
2) Mengembangkan budaya gemar membaca, rasa ingin tahu, bertoleransi,
bekerja sama, saling menghargai, disiplin, jujur, kerja keras, kreatif, dan
mandiri.
3) Menciptakan lingkungan sekolah yang aman, rapi, bersih, dan nyaman.
4) Menciptakan suasana pembelajaran yang menantang, menyenangkan,
komunikatif, tanpa takut salah, dan demokratis.
5) Mengupayakan pemanfaatan waktu belajar, sumber daya fisik, dan
manusia agar memberikan hasil yang terbaik bagi perkembangan peserta
didik.
6) Menanamkan kepedulian sosial dan lingkungan, cinta damai, cinta tanah
air, semangat kebangsaan, dan hidup demokratis.
2. Keadaan Guru dan Tenaga Kependidikan
a. Guru yang mengajar di SMPN 14 Tangerang Selatan, baik PNS
atau non PNS secara keseluruhan berjumlah empat puluh enam orang.
Sebagaimana pendataan di bawah ini, sekaligus disertakan bidang mata
pelajaran yang diampu oleh masing-masing guru, yaitu sebagai berikut:
70
Tabel 4.1
Keadaan Guru SMPN 14 Tangerang Selatan
No Nama JK Mata Pelajaraan
1 Acep Syaripudin, S.Pd. L B. Inggris
2 Agus Yulianto, S.Pd. L Matematika
3 Agusnita, S.Pd. P B.Inggris
4 Ahmad Mujahid Yaumul, S.Pd. L Penjasorkes
5 Andi Arnida, S.Pd. P B.Inggris
6 Cucu Purnama Alam, S.Pd. L IPS
7 Dawati Amaliah, M.Pd. P IPA
8 E Bontor Naingolan, S.Pd. L Pend. Agama Kristen
9 Eka Komalasari, S.Pd. P IPS
10 Endang Purnamasari, S.Pd. P Pend. Agama Islam
11 Esther Vebiola Sitompul, S.Pd. P Seni Budaya dan Musik
12 Etti Sumiyati, S.Pd. P PKn
13 Fahmi Azhari, S.Pd. L Penjasorkes
14 Fenti Maesaroh, S.Pd. P IPA
15 Hj. Budiyanti, S.Pd. P Bimbingan Konseling
16 Hj. Tri Muryati, S.Pd. P B.Indonesia
17 Idah Nurhaidah, S.Pd. P Biologi
18 Intan Puspitasari Sunardi, S.Pd. P TIK
19 Junaidih, S.Pd. L B.Indonesia
20 Khairudin Am, S.Pd. L IPS
21 Kusumawati, S.Pd. P B.Indonesia
22 Dra. Labora Purba P IPA
23 Mariantis, S.Pd. P Geografi
24 Matalih, S.Pd. L Pend. Agama Islam
25 Muharom, S.Pd. P B. Inggris
26 Muntiani, S.Pd. P Matematika
27 Musa, S.Pd. L Pend. Agama Islam
28 Nasuha, S.Pd. L Pend. Agama Islam
29 Nita, S.Pd. P TIK
30 Peti Lestari, S.Pd. P PKn
31 Dra. Puji Astuti. P B.Indonesia
32 Putu Dessy Indrawati, M.Pd. P Matematika
33 R.s. Rosmini, S.Pd. P IPS
34 Ramlan, S. Pd. L Sejarah
35 Rusli Setiawan, M.Pd. L Penjasorkes
71
b. Tenaga kependidikan/pegawai administrasi di SMPN 14
Tangerang Selatan secara keseluruhan berjumlah 6 orang, diperincikan dalam
bentuk tabel berikut jabatannya, yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.2
Keadaan Pegawai Administrasi SMPN 14 Tangerang Selatan
No. Nama JK Jabatan
1. Arif Setiawan, S. Pd L Pelaksana TU
2. Hartono, S.E L Pelaksana TU
3. Aldo Noval Ferdiansyah L Pelaksana TU
4. Muhidin L Pelaksana TU
5. Novi Agustyasari P Pelaksana TU
6. Supriatin P Pelaksana TU
3. Siswa dan Prestasi Siswa
Jumlah siswa-siswi SMPN 14 Tangerang Selatan tahun pelajaran
2018/2019, sebanyak 1.075 yang terbagi menjadi dua puluh tujuh rombongan
belajar dengan jumlah siswa yang bervariatif yaitu sebagai berikut:
36 Siarno, S.Pd. L B. Inggris
37 Siska Wullandari, S.Pd. P Matematika
38 Siti Ruswita, S.Pd. P B.Inggris
39 Suhaeti, S.Pd. P B.Inggris
40 Tuti Alawiyah, S.Pd. P B.Inggris
41 Valentina Siwi Hartati, S.Pd. P Bimbingan Konseling
42 Widya Fajarini, S.Pd. P IPA
43 Winna Marliyana, S.Pd. P Seni Budaya dan Musik
44 Wirdayati, S.Pd. P Matematika
45 Wiwin Indarsih, S.Pd. P B. Indonesia
46 Yusi Devina, S.Pd. P B. Indonesia
72
Tabel 4.3
Jumlah Siswa SMPN 14 Tangerang Selatan
No. Kelas Romb. Belajar Jumlah
1. VII 9 345
2. VIII 9 347
3. IX 9 383
4. Jumlah 27 1.075
Tabel 4.4
Daftar Prestasi Siswa SMPN 14 Tangerang Selatan
PIALA KEJUARAAN SMPN 14 Tangerang Selatan
No Nama Lomba Juara Penyelenggara Lomba Tahun
1. Tari Tradisional 1 Lomba kegiatan terpadu 2014
2. Tari Kreasi 2 Lomba kegiatan terpadu 2015
3. Tadra Kreasi
Baru
1 Bina prestasi anak nusantara 2016
4. Modern Dance 1 Open House Jaya
Montesorri School
2018
5. Modern Dance 3 Open House Jaya
Montesorri School
2018
6. Korea Festifal
Dance
1 SMA/SMK Budi Luhur 2019
7. Membatik 3 Kegiatan PPMBS SMP
gugus 02
2014
8. Melukis 1 FLS2N gugus 02 SMP 2018
9. Desain poster 1 FLS2N gugus 02 SMP 2018
10. Lomba mading 1 Ajang kreatifitas siswa dan
guru se-kota Tangerang
Selatan MGMP Bahasa
Indonesia Gugus 02 Tangsel
2009
73
11. Lomba
Karikatur
1 Ajang kreatifitas siswa SMP
MGMP KTK Gugus 02
Tangsel
2010
12. Desain Motif
Batik
2 FLS2N jenjang SMP tingkat
Kota Tangsel
2014
13. Desain Poster 2 FLS2N Tingkat Gugus 02
Tangsel
2019
14. Desain Batik 3 FLS2N Tingkat Gugus 02
Tangsel
2019
15. Melukis 3 FLS2N Tingkat Gugus 02
Tangsel
2019
16. Teater 3 Kegiatan PPMBS Gugus 02 2014
17. Drama 1 Ajang kreatifitas siswa smp
MGMP Bahasa Indonesia
gugus 2 Tangsel
2010
18. Band 2 Pentas seni nusa indah 2010
19. Solo gitar 2 FLS2N Gugus 02 Tangsel 2018
20. Solo vokal 2 FLS2N Gugus 02 Tangsel 2018
21. Lomba
ansambel
1 Ajang kreatifitas siswa smp
MGMP KTK Gugus 2
Tangsel
2010
22. Solo Vokal 3 FLS2N Gugus 02 Tangsel 2019
23. Vocal Grup 3 FLS2N Gugus 02 Tangsel 2019
24. Taekwondo
putri
3 PPMBS 2017
25. Futsal putra 3 SMP Fadilah Cup 2017
26. Karate putra 2 O2SN Gugus 02 Tangsel 2017
27. Karate Putri 1 O2SN Gugus 02 Tangsel 2017
28. Catur putra 2 PPMBS 2018
29. Catur putri 3 PPMBS 2018
30. Bulu tangkis
putra
2 PPMBS 2018
31. Renang putri 3 PPMBS 2018
32. Karate Putra 1 O2SN Gugus 02 Tangsel 2019
74
33. Tenis Meja
Putra
2 O2SN lGugus 02 tangsel 2019
34. Voli Putra 2 O2SN Gugus 02 Tangsel 2019
35. Bulu tangkis
putra
3 O2SN Gugus 02 Tangsel 2019
5. Sarana dan Prasarana
Berikut ini sarana dan prasarana yang memfasilitasi proses belajar
mengajar di SMPN 14 Tangerang Selatan.
Tabel 4.5
Daftar Sarana dan Prasarana SMPN 14 Tangerang Selatan
No Nama Sarana Prasarana Jumlah
1. Ruang kelas 27
2. Koperasi / Toko 1
3. Pos Satpam 1
4. Lapangan Olahraga/Upacara 1
5. Masjid 1
6. Ruang Laboratorium (IPA) 1
7. Ruang Komputer 1
8. Ruang BK 1
9. Ruang Gudang 1
10. Ruang Guru 1
11. Ruang Kepala Sekolah 1
12. Ruang Perpustakaan 1
13. Ruang TU 1
14. UKS 1
15. Toilet Guru Laki-laki 2
16. Toilet Guru Perempuan 2
17. Toilet Siswa Laki-laki 9
18. Toilet Siswa Perempuan 9
19. Kantin 1
75
B. Deskripsi Data Hasil Penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan peneliti ketika pengumpulan data,
yaitu sebagai berikut:
1. Peneliti memberikan materi teks eksplanasi
Materi yang peneliti berikan diawali dengan penjelasan mengenai
definisi teks eksplanasi. Selajutnya, memaparkan ciri-ciri teks eksplanasi dan
memberikan contoh peristiwa-peristiwa yang dapat dijadikan sebagai teks
eksplanasi. Kemudian, lebih spesifik memberikan materi perihal struktur teks,
kaidah kebahasaan, pola pengembangan, dan langkah-langkah menulis teks
eksplanasi. Pada tahap pemberian materi, peneliti juga menampilkan contoh
teks eksplanasi dengan tema tertentu. Tema yang disajikan salah satunya
adalah “banjir” yang selanjutnya dianalisis secara bersama-sama mengenai
beberapa unsur penting yang harus dimiliki dalam sebuah teks eksplanasi.
2. Peneliti menyediakan waktu untuk siswa menyampaikan
tanggapannya mengenai presentasi yang telah dipaparkan.
Langkah kedua, peneliti mengupayakan siswa untuk bertanya
sebagaimana termuat di dalam kurikulum 2013 pada kegiatan belajar
mengajar, yakni “M” ke 2= menanya (questioning) dan berpendapat
mengenai materi teks eksplanasi dan langkah-langkah penulisannya. Peneliti
juga memberikan beberapa pertanyaan untuk mengetahui tingkat kepahaman
siswa.
3. Peneliti membentuk kelompok belajar yang terdiri dari tujuh
kelompok.
Untuk memudahkan siswa dalam menulis teks eksplanasi
berdasarkan rangsang gambar. Peneliti membagi siswa menjadi tujuh
kelompok, dengan menyebarkan secara acak kartu bergambar dan teks berita
yang telah dipersiapkan dengan mengusung tujuh tema, yaitu banjir, longsor,
hujan, kemacetan, kemiskinan, sampah, dan kebudayaan. Siswa yang
mendapat kartu dan teks berita yang memiliki tema sejenis dapat berkumpul
dan memulai diskusinya. Diskusi kelompok ini diupayakan agar siswa dapat
76
saling bertukar pendapat, lebih leluasa mengungkapkan saran, dan
menyumbang ide untuk memecahkan permasalahan yang terdapat pada tema.
4. Penulisan teks eksplanasi berdasarkan kartu bergambar.
Peneliti memberikan kartu bergambar kepada setiap siswa sesuai
dengan tema yang diterima ketika pembentukan kelompok belajar. Siswa
menuliskan teks eksplanasi berdasarkan kartu bergambar yang telah
ditentukan. Media kartu bergambar yang didapat masing-masing siswa, terdiri
atas tujuh gambar yang meliputi tema: banjir, longsor, hujan, kemacetan,
sampah, kemiskinan, dan kebudayaan. Penentuan tujuh tema yang dijadikan
media gambar untuk penulisan teks eksplanasi, bertujuan agar hasil teks yang
dihasilkan siswa lebih bervariatif. Gambar-gambar yang dipilih peneliti
merupakan bagian dari fenomena alam, sosial, dan budaya yang terjadi secara
faktual serta aktual. Hal ini dimaksudkan, agar mempermudah siswa dalam
mengungkapkan fakta dan gagasan mengenai proses terjadinya suatu
fenomena.
5. Peneliti mengumpulkan dan mengklasifikasikan data.
Setelah penulisan teks eksplanasi selesai dengan waktu yang
ditetapkan, yaitu 55 menit. Selanjutnya, peneliti mengumpulkan hasil tulisan
teks eksplanasi siswa yang akan dijadikan sebagai data penelitian. Langkah
berikutnya peneliti mengklasifikasikan data, yaitu menggolongkan hasil
tulisan siswa yang termasuk ke dalam teks ekplanasi dan yang bukan
termasuk teks eksplanasi. Klasifikasi tersebut dilakukan, menggunakan
kategori ciri-ciri teks eksplanasi. Lalu, peneliti mengurutkan teks eksplanasi
berdasarkan nomor absensi yang terdapat pada masing-masing lembar kerja
siswa. Tahapan ini bertujuan untuk memudahkan dalam melakukan analisis.
Langkah yang terakhir, yaitu menganalisis hasil tulisan siswa untuk melihat
seberapa banyak kekurangan dan kesalahan yang disesuaikan berdasarkan
kriteria penilaian teks eksplanasi, yaitu dari komponen: isi, organisasi
(struktur teks), kosakata (kaidah kebahasaan teks), penggunaan bahasa
(penggunaan kalimat efektif), dan mekanik (ketepatan ejaan dan tanda baca).
77
Untuk menganalisis hasil tulisan siswa, peneliti juga memberikan deskripsi
dan penilaian dengan menggunakan model skala interval.
C. Analisis Data
Bersumber dari langkah-langkah yang telah dilakukan dalam
pengumpulan data, peneliti mendapatkan tiga puluh lima hasil tulisan teks
eksplanasi dari jumlah keseluruhan siswa sebanyak tiga puluh sembilan
orang. Hal ini disebabkan, tiga orang tidak hadir pada saat peneliti melakukan
pengambilan data dan satu hasil tulisan siswa tidak dapat dianalisis karena
bukan tergolong teks eksplanasi, melainkan teks prosedur. Adapun di bawah
ini, peneliti menyajikan analisis terhadap hasil tulisan teks eksplanasi siswa
dengan menggunakan media kartu bergambar.
Nama : Ade Ubaydillah
Judul : -
Tabel 4.6
Hasil Analisis Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa No. 1
Komponen yang
Dinilai
Skor Maksimum
Ideal
Skala
Interval
Skor
Siswa
Kriteria
Isi
30
27-30
22-26
17-21
13-16
24
C
Organisasi
20
18-20
14-17
10-13
7-9
12
S
Kosakata
20
18-20
14-17
10-13
7-9
11
S
Penggunaan
Bahasa
25
22-25
18-21
78
11-17
5-10
16
S
Mekanik 5 2-5
2 K
Jumlah Skor : 65 C
Nilai :
× 100 = 65
Deskripsi:
Isi gagasan yang ditulis oleh Ade cukup sesuai dengan media kartu
bergambar. Ade mendapatkan tema banjir dan dalam mengungkapkan
gagasan pendukung, cukup mengacu pada ide utama yang telah ditulis di
awal paragraf. Gagasan pendukung yang diungkapkan tidak terlalu terperinci,
tetapi sudah menjelaskan gagasan utama dan dalam hal ini Ade cukup
menguasai topik permasalahan. Ade menggunakan pola pengembangan
(sebab-akibat) untuk mendeskripsikan rangkaian kejadian dari tema banjir,
dan menuliskannya dengan konjungsi yang tepat. Hasil tulisan teks eksplanasi
Ade relevan dengan tema dari kartu bergambar yang didapatnya tetapi tidak
terlalu terperinci. Ade menjelaskan bahwa akibat dari fenomena banjir, yakni
warga perlu diungsikan sehingga terbatas untuk mendapatkan kebutuhan
pokok. Kurang mengungkapkan lebih detail mengenai ketinggian air yang
merendam permukiman dan kurangnya informasi mengenai tempat
pengungsian yang seharusnya dihuni warga. Hal tersebut dapat terungkap
melalui kutipan dari teks eksplanasi yang dibuat Ade berikut ini “akibat dari
fenomena banjir warga harus di ungsikan lalu terbatasnya makanan pakaian
obat obatan.”. Komponen isi pada teks eksplanasi Ade mendapat skor 24
dengan kriteria cukup.
Organisasi dalam penilaian ini meliputi struktur teks. Struktur teks
eksplanasi Ade ditulis kurang lengkap tetapi sudah berdasarkan urutan, yakni
terdapatnya identifikasi fenomena, rangkaian kejadian, dan ulasan.
Kekurangan dari teks eksplanasi Ade, yaitu tidak mencantumkan judul. Pada
bagian identifikasi fenomena, pengungkapan pernyataan awal tentang banjir
79
kurang lengkap dan kurang logis karena terdapat kosakata yang hilang.
Selanjutnya pada rangkaian kejadian, Ade mengungkapkan data faktual
kurang lengkap dan logis. Ade mengungkapkan fakta tentang banjir,
berdasarkan pengetahuannya dan menghubungkan dengan fenomena yang
didapatkan dari bahan bacaan berupa artikel berita. Terdapat kalimat dengan
pembentukan kata kurang sempurna dan terdapat kosakata yang hilang.
Gagasan yang ditulis pada bagian ulasan kurang logis karena terdapat
pembentukan kata yang kurang sempurna dan pengungkapannya kurang
merujuk pada fakta. Kemudian, pada bagian ulasan Ade kurang
mengembangkan gagasannya untuk mengatasi fenomena banjir. Ade hanya
mengulang beberapa kosakata yang sama. Pengungkapan fakta pada bagian
rangkaian kejadian dan ulasan kurang relevan. Paragraf yang dituliskan Ade
kurang padu dan sesuai dengan topik pembahasan. Komponen organisasi
pada teks eksplanasi Ade mendapat skor 12 dengan kriteria sedang.
Kosakata yang digunakan Ade tergolong terbatas. Artinya, tidak luas
dalam mendeskripsikan tema dari kartu bergambar yang didapatnya. Pada
teks eksplanasi Ade, ditemukannya lima pembentukan kata yang kurang
sempurna seperti: /perkarangan/ yang seharusnya ditulis /pekarangan/ dan
kata /pemukiman/ yang seharusnya ditulis /permukiman/. Selanjutnya,
terdapat pula kesalahan pada kata /di ungsikan/ yang seharusnya penulisan di-
ditulis dirangkai menjadi /diungsikan/ sebab kedudukan di- sebagai awalan
yang menunjukkan kata kerja pasif, kata /sembara ngan/ yang seharusnya
ditulis dirangkai menjadi /sembarangan/, dan kata /tempat nya/ seharusnya
ditulis dirangkai antara kata /tempat/ dengan klitika –nya sehingga menjadi
/terjadinya/. Penggunaan kaidah kebahasaan terbatas dan penggunaan
konjungsi kausalitas kurang lengkap. Ade menggunakan kata teknis yaitu
banjir, konjungsi kausalitas (seperti: sebab dan karena), menggunakan kata
benda yang merujuk pada fenomena (seperti: saluran, hujan, dan sampah),
serta menggunakan kata kerja tindakan yang merujuk pada fenomena (seperti:
memperluas, menebang, diungsikan, dan terbatasnya) tetapi tidak secara
80
terperinci. Komponen kosakata pada teks eksplanasi Ade mendapat skor 11
dengan kriteria sedang.
Penggunaan bahasa yang ditulis oleh Ade memiliki konstruksi
kalimat yang sederhana dan kurang efektif. Artinya, susunan kalimat yang
ditulis tidak kompleks, penyusunan kosakata, konjungsi, dan preposisi tidak
rapi sehingga makna membingungkan. Terdapat lima kesalahan dalam fungsi
(urutan) kata seperti pada kalimat: “kerugian bagi warga kehilangan rumah,
toko, dan barang berharga”. Kata /bagi/ seharusnya diletakkan di awal
kalimat dan kata /kerugian/ diletakkan setelah kata /warga/, serta
menambahkan frasa /yang harus ditanggung/ dan menambahkan konjungsi
/yaitu/. Pertukaran urutan kata, penambahan frasa, dan konjungsi
dimaksudkan agar kalimat lebih efektif. Selanjutnya kalimat “daya tampung
saluran air karena lahan bnyk dipergunakan untuk memperluas perkarangan
warga.”. Seharusnya setelah kata /air/ ditambahkan kata /kecil/. Penambahan
kata tersebut lebih memperjelas kalimat bahwa saluran yang kecil kurang
mampu menampung volume air yang banyak dan setelah kata /perkarangan/
seharusnya dapat ditambahkan kata /rumah/. Kemudian pada kalimat “buang
sampah pada tempat nya dan tdk menebang pohon sembarangan.” Semestinya
kata /buang/ ditambahkan imbuhan me- menjadi /membuang/ dan dapat
ditambahkan klausa di awalnya /Oleh karena itu, warga seharusnya dapat/
sehingga kalimat dapat lebih logis dan efektif. Komponen penggunaan bahasa
pada teks eksplanasi Ade mendapat skor 16 dengan kriteria sedang.
Mekanik atau penilaian ejaan dan tanda baca pada hasil tulisan teks
eksplanasi Ade adalah ditemukannya penulisan kata di awal kalimat masih
sering salah, yakni Ade tidak menggunakan huruf kapital seperti pada kata:
/banjir/, /daya/, /kerugian/, dan /warga/. Sebaliknya, terdapat kata di
pertengahan kalimat yang dituliskan dengan huruf kapital, yaitu kata /Pada/.
Ade masih melakukan penyingkatan kata seperti: /yg/, /tdk/, dan /bnyk/.
Terdapat pula kesalahan ejaan seperti pada kata: /menggur/ seharusnya ditulis
/mengguyur/. Ade tidak menggunakan tanda hubung setrip untuk menuliskan
pengulangan kata, seperti /obat obatan/. Paragraf yang ditulis Ade tidak
81
membentuk satu kesatuan kalimat sebab Ade menuliskan satu kalimat di satu
baris. Kemudian, melongkap satu baris untuk menuliskan kalimat dan
membentuk paragraf berikutnya. Dengan adanya sepuluh kesalahan ejaan dan
tanda baca pada teks eksplanasi Ade. Lalu, makna terkadang tidak dapat
tergambarkan karena kurangnya kesempurnaan pembentukan kata dan
terdapatnya kata yang hilang sehingga menyebabkan kalimat kurang logis.
Komponen mekanik pada teks eksplanasi Ade mendapat skor 2 dengan
kriteria sangat kurang.
Nama : Adinda Imannur Revalina
Judul : Sampah Masyarakat
Tabel 4.7
Hasil Analisis Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa No. 2
Komponen yang
Dinilai
Skor Maksimum
Ideal
Skala
Interval
Skor
Siswa
Kriteria
Isi
30
27-30
22-26
17-21
13-16
26
B
Organisasi
20
18-20
14-17
10-13
7-9
15
C
Kosakata
20
18-20
14-17
10-13
7-9
15
C
Penggunaan
Bahasa
25
22-25
18-21
11-17
5-10
20
C
Mekanik 5 2-5
3 S
Jumlah Skor : 79 B
82
Nilai :
× 100 = 79
Deskripsi:
Isi gagasan yang ditulis oleh Adinda cukup sesuai dengan media
kartu bergambar. Adinda mendapatkan tema sampah dan dalam
mengungkapkan gagasan pendukung, cukup mengacu pada ide utama yang
telah ditulis di awal paragraf. Artinya, gagasan pendukung yang diungkapkan
tidak terlalu terperinci, tetapi sudah menjelaskan gagasan utama dan dalam
hal ini Adinda cukup menguasai topik permasalahan. Adinda menggunakan
pola pengembangan (sebab-akibat) untuk mendeskripsikan rangkaian
kejadian dari tema sampah, dan menuliskannya dengan konjungsi yang tepat.
Hasil tulisan teks eksplanasi Adinda relevan dengan tema dari kartu
bergambar yang didapatnya tetapi tidak terlalu terperinci. Adinda
menjelaskan bahwa banyak sampah yang menumpuk di lingkungan
masyarakat. Kurang mengungkapkan lebih detail mengenai sampah yang juga
menumpuk di sungai dan selokan. Hal tersebut dapat terungkap melalui
kutipan dari teks eksplanasi yang dibuat Adinda berikut ini “Akibatnya
banyak sampah yang menumpuk di lingkungan masyarakat sekitar. Baik
sampah bekas bungkus makanan, bungkusan plastik, aneka botol, bantal, dan
lain sebagainya”. Komponen isi pada teks eksplanasi Adinda mendapat skor
26 dengan kriteria cukup.
Organisasi dalam penilaian ini meliputi struktur teks. Struktur teks
eksplanasi yang ditulis Adinda sangat lengkap dan berdasarkan urutan, yakni
terdapatnya judul, identifikasi fenomena, rangkaian kejadian, dan ulasan.
Kelebihan Adinda dalam komponen organisasi, yaitu memberikan judul pada
teks yang dibuatnya. Penggunaan judul sudah relevan dengan topik
pembahasan. Pada bagian identifikasi fenomena, pengungkapan pernyataan
awal tentang sampah jelas, logis, dan lengkap. Selanjutnya bagian rangkaian
kejadian, Adinda mengungkapkan data faktual yang terkait dengan sampah
secara jelas, logis, tetapi kurang lengkap. Adinda mengungkapkan fakta
tentang sampah berdasarkan pengetahuannya dan menghubungkan dengan
83
fenomena yang ditemui di kehidupan sehari-hari. Gagasan yang ditulis pada
bagian ulasan sudah runtut, jelas, logis, dan merujuk pada fakta yang
diungkapkan. Paragraf yang ditulis Adinda cukup padu dan sesuai dengan
topik pembahasan. Komponen organisasi pada teks eksplanasi Adinda
mendapat skor 15 dengan kriteria cukup.
Kosakata yang digunakan Adinda tergolong memadai. Artinya,
terdapat beberapa kosakata yang sama dan ditulis berulang untuk
mendeskripsikan tema sampah dari kartu bergambar yang didapatnya. Pada
teks eksplanasi Adinda, ditemukannya dua pembentukan kata yang kurang
sempurna seperti: /bungkusan/ yang seharusnya ditulis /bungkus/ sebab kata
berikutnya merupakan kelas kata nomina. Kemudian, kata /telihat/ yang
seharusnya ditulis /terlihat/. Penggunaan kaidah kebahasaan tergolong cukup
memadai, pengungkapan sudah tepat tetapi tidak terlalu terperinci, serta
penggunaan konjungsi kausalitas kurang lengkap. Adinda menggunakan kata
teknis yaitu sampah, konjungsi kausalitas (seperti: sebab dan sehingga),
menggunakan kata benda yang merujuk pada fenomena (seperti: pabrik,
bekas, bungkus, plastik, bersih, lingkungan, dan penyakit), serta
menggunakan kata kerja tindakan yang merujuk pada fenomena (seperti:
ditimbulkan, menumpuk, membersihkan, dan terhindar). Komponen kosakata
pada teks eksplanasi Adinda mendapat skor 15 dengan kriteria cukup.
Penggunaan bahasa yang ditulis oleh Adinda memiliki konstruksi
kalimat yang sederhana dan efektif. Artinya, susunan kalimat yang ditulis
tidak kompleks serta menggunakan bahasa yang lugas sehingga makna dapat
terbaca dengan jelas. Terdapat dua kesalahan dalam fungsi (urutan) kata
seperti pada kalimat: “Agar lingkungan kita bersih dan kita terasa lebih
nyaman dengan lingkungan”. Kata /terasa/ seharusnya diganti /merasa/ sebab
mengakibatkan ketidaklogisan pada kalimat. Selanjutnya, kalimat
“Membersihkan sampah kita harus melakukan kegiatan gotong-royong...”.
Seharusnya ditambahkan kata depan /Untuk/ di awal kalimat sebagai penegas
dan penjelas kata verba yang selanjutnya. Komponen penggunaan bahasa
pada teks eksplanasi Adinda mendapat skor 20 dengan kriteria cukup.
84
Mekanik atau penilaian ejaan dan tanda baca pada hasil tulisan teks
eksplanasi Adinda adalah ditemukannya kesalahan pada penulisan judul,
yakni tidak menggunakan huruf kapital seperti pada kata: /sampah/ dan
/masyarakat/. Sebaliknya, terdapat kata di pertengahan kalimat yang
dituliskan dengan huruf kapital, yaitu kata /Penyakit/ dan /Menjadi/. Tidak
menggunakan huruf kapital pada kata /indonesia/. Adinda masih melakukan
kesalahan pada tanda baca seperti: tidak menggunakan tanda baca titik pada
pengakhiran kalimat di paragraf pertama, serta kesalahan penggunaan tanda
hubung setrip pada kata /gotong-royong/. Dengan adanya tujuh kesalahan
ejaan dan tanda baca pada teks eksplanasi Adinda. Akan tetapi, makna masih
dapat terbaca. Komponen mekanik pada teks eksplanasi Adinda mendapat
skor 3 dengan kriteria sedang.
Nama : Agung Eka Saputra
Judul : banjir di ciawi
Tabel 4.8
Hasil Analisis Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa No. 4
Komponen yang
Dinilai
Skor Maksimum
Ideal
Skala
Interval
Skor
Siswa
Kriteria
Isi
30
27-30
22-26
17-21
13-16
22
C
Organisasi
20
18-20
14-17
10-13
7-9
15
C
Kosakata
20
18-20
14-17
10-13
7-9
14
C
Penggunaan
Bahasa
25
22-25
18-21
11-17
20
C
85
5-10
Mekanik 5 2-5
3 S
Jumlah Skor : 74 B
Nilai :
× 100 = 74
Deskripsi:
Isi gagasan yang ditulis oleh Agung cukup sesuai dengan media
kartu bergambar. Agung mendapatkan tema banjir dan dalam
mengungkapkan gagasan pendukung, cukup mengacu pada ide utama yang
telah ditulis di awal paragraf. Gagasan pendukung yang diungkapkan tidak
terlalu terperinci, tetapi sudah menjelaskan gagasan utama dan dalam hal ini
Agung cukup menguasai topik permasalahan. Agung menggunakan pola
pengembangan (sebab-akibat) untuk mendeskripsikan rangkaian kejadian dari
tema banjir, dan menuliskannya dengan konjungsi yang tepat. Hasil tulisan
teks eksplanasi Agung relevan dengan tema dari kartu bergambar yang
didapatnya tetapi tidak terlalu terperinci. Agung menjelaskan bahwa
penyebab banjir, yakni kurangnya resapan air dan daerah penghijauan.
Kurang mengungkapkan lebih detail mengenai faktor yang menyebabkan
daerah resapan air dialihfungsikan, kurangnya informasi mengenai ketinggian
air yang merendam permukiman, dan warga yang perlu diungsikan. Hal
tersebut dapat terungkap melalui kutipan dari teks eksplanasi yang dibuat
Agung berikut ini “sebab terjadinya banjir adalah kurang nya daerah resapan
air, taman dan daerah untuk penghijauan di ubah menjadi gedung dan
pertokoan”. Komponen isi pada teks eksplanasi Agung mendapat skor 22
dengan kriteria cukup.
Organisasi dalam penilaian ini meliputi struktur teks. Struktur teks
eksplanasi Agung ditulis dengan lengkap dan berdasarkan urutan, yakni
terdapatnya judul, identifikasi fenomena, rangkaian kejadian, dan ulasan.
Kelebihan Agung dalam komponen organisasi, yaitu memberikan judul pada
teks yang dibuatnya. Pada bagian identifikasi fenomena, pengungkapan
86
pernyataan awal tentang banjir sudah jelas, logis, dan cukup lengkap.
Selanjutnya, pada rangkaian kejadian Agung dapat mengungkapkan data
faktual dengan jelas dan logis, tetapi kurang lengkap. Agung mengungkapkan
fakta tentang banjir, berdasarkan pengetahuannya dan menghubungkan
dengan fenomena yang ditemui di kehidupan sehari-hari. Gagasan yang
ditulis pada bagian ulasan sudah jelas, merujuk pada fakta yang diungkapkan,
tetapi kurang logis. Agung kurang mengembangkan gagasannya untuk
mengatasi fenomena banjir pada bagian ulasan. Paragraf yang dituliskan
Agung cukup padu dan sesuai dengan topik pembahasan. Komponen
organisasi pada teks eksplanasi Agung mendapat skor 15 dengan kriteria
cukup.
Kosakata yang digunakan Agung tergolong memadai. Artinya,
dalam mendeskripsikan tema dari kartu bergambar yang didapatnya kosakata
yang digunakan masih sedikit. Pada teks eksplanasi Agung, ditemukannya
tiga pembentukan kata yang kurang sempurna seperti: kata /peyakit/ yang
seharusnya ditulis /penyakit/ sebab kata dasar adalah /sakit/ dan apabila
diberikan imbuhan pe- maka /s/ mengalami pelesapan. Selanjutnya, kata /di
ubah/ yang seharusnya penulisan di- ditulis dirangkai menjadi /diubah/ sebab
kedudukan di- sebagai awalan yang menunjukkan kata kerja pasif. Kemudian,
penulisan kata /kurang nya/ yang seharusnya kata /kurang/ ditulis dirangkai
dengan klitika –nya sehingga menjadi /kurangnya/. Penggunaan kaidah
kebahasaan tergolong cukup memadai, pengungkapan sudah tepat, tetapi
tidak terlalu terperinci, serta penggunaan konjungsi kausalitas kurang
lengkap. Agung menggunakan kata teknis yaitu banjir, konjungsi kausalitas
(seperti: sebab, karena, dan sehingga), menggunakan kata benda yang
merujuk pada fenomena (seperti: aliran, resapan, penghijauan, dan diare),
serta menggunakan kata kerja tindakan yang merujuk pada fenomena (seperti:
membuang dan melakukan). Komponen kosakata pada teks eksplanasi Agung
mendapat skor 14 dengan kriteria cukup.
Penggunaan bahasa yang ditulis oleh Agung memiliki konstruksi
kalimat yang sederhana dan efektif. Artinya, susunan kalimat yang ditulis
87
tidak kompleks. Namun, makna masih dapat terbaca dengan jelas. Terdapat
dua kesalahan dalam fungsi (urutan) kata seperti pada kalimat: “Agar supaya
tidak terjadi banjir lagi masyarakat sekitar ciawi tidak lagi membuang sampah
sembarangan dan melakukan reboisasi”. Kata /supaya/ dan kata /lagi/
seharusnya dihilangkan dan menambahkan kata /semestinya/ setelah kata
/ciawi/. Komponen penggunaan bahasa pada teks eksplanasi Agung mendapat
skor 20 dengan kriteria cukup.
Mekanik atau penilaian ejaan dan tanda baca pada hasil tulisan teks
eksplanasi Agung adalah ditemukannya kesalahan pada penulisan judul,
yakni tidak menggunakan huruf kapital seperti pada kata: /banjir/ dan /ciawi/.
Adapun, Agung tidak menggunakan huruf kapital pada awal kalimat seperti
kata: /banjir/ dan /akibat/. Sebaliknya, terdapat kata di pertengahan kalimat
yang dituliskan dengan huruf kapital, yaitu /Pertokoan/. Terdapat pula
penyingkatan kata, yaitu /yg/. Agung masih melakukan kesalahan pada tanda
baca, yaitu tidak menggunakan tanda koma sebelum konjungsi /dan/ pada
kalimat penggabungan beberapa unsur. Dengan adanya tujuh kesalahan ejaan
dan tanda baca pada teks eksplanasi Agung. Akan tetapi, makna masih dapat
terbaca. Komponen mekanik pada teks eksplanasi Agung mendapat skor 3
dengan kriteria sedang.
Nama : Aisyah Ariani
Judul : Mengolah Sampah
Tabel 4.9
Hasil Analisis Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa No. 5
Komponen yang
Dinilai
Skor Maksimum
Ideal
Skala
Interval
Skor
Siswa
Kriteria
Isi
30
27-30
22-26
17-21
13-16
29 SB
Organisasi
20
18-20
14-17
20
SB
88
10-13
7-9
Kosakata
20
18-20
14-17
10-13
7-9
16
C
Penggunaan
Bahasa
25
22-25
18-21
11-17
5-10
22
SB
Mekanik 5 2-5
4 C
Jumlah Skor : 91 BS
Nilai :
× 100 = 91
Deskripsi:
Isi gagasan yang ditulis oleh Aisyah sudah sesuai dengan media
kartu bergambar yang didapatnya. Aisyah mendapatkan tema sampah dan
dalam mengungkapkan gagasan pendukung, ia mengembangkan dari ide
utama yang telah ditulis di awal paragraf. Gagasan pendukung diungkapkan
sudah runtut, terfokus, dan mengacu pada gambar. Untuk hal ini, Aisyah
sudah menguasai topik permasalahan dengan baik. Aisyah menggunakan pola
pengembangan (sebab-akibat) untuk mendeskripsikan rangkaian kejadian dari
tema sampah, dan menuliskannya dengan konjungsi yang tepat. Hasil tulisan
teks eksplanasi Aisyah sudah relevan dengan tema dari kartu bergambar yang
didapatnya. Hal tersebut dapat terungkap melalui kutipan dari teks eksplanasi
yang dibuat Aisyah berikut ini “Biasanya lingkungan yang kotor terdapat
banyak sampah yang menumpuk, seperti di sungai-sungai, di selokan,
maupun di pinggir-pinggir jalan”. Komponen isi pada teks eksplanasi Aisyah
mendapat skor 29 dengan kriteria sangat baik. Perolehan skor tersebut sesuai
dengan hasil wawancara yang menunjukkan bahwa Aisyah tertarik pada
keterampilan menulis dan didukung oleh kutipan berikut ini “Karena saya
suka menyampaikan pesan hanya lewat sebuah kata-kata dan itu juga
membuat saya bisa berimajinasi lebih.”. Adapun kutipan hasil wawancara
89
lainnya yang mendukung perolehan skor yang didapat Aisyah, yakni “iya
kartu bergambar yang diberikan bisa mempengaruhi saya untuk
mengembangkan ide”.1
Organisasi dalam penilaian ini meliputi struktur teks. Struktur teks
eksplanasi yang ditulis Aisyah sangat lengkap dan berdasarkan urutan, yakni
terdapatnya judul, identifikasi fenomena, rangkaian kejadian, dan ulasan.
Kelebihan Aisyah dalam komponen organisasi, yaitu memberikan judul pada
teks yang dibuatnya, penggunaan judul yang relevan dengan topik
pembahasan menjadikan teks eksplanasi yang dihasilkan tergolong sempurna.
Pada bagian identifikasi fenomena, pengungkapan pernyataan awal tentang
sampah secara jelas, logis, dan lengkap. Selanjutnya, bagian rangkaian
kejadian dan ulasan, Aisyah mengungkapkan data faktual yang terkait dengan
sampah secara logis dan lengkap. Aisyah mengungkapkan fakta tentang
sampah, berdasarkan pengetahuannya dan menghubungkan dengan fenomena
yang ditemui di kehidupan sehari-hari. Gagasan yang ditulis pada bagian
ulasan sangat runtut, jelas, logis, dan merujuk pada fakta yang diungkapkan.
Paragraf yang ditulis Aisyah sangat padu dan sesuai dengan topik
pembahasan. Komponen organisasi pada teks eksplanasi Aisyah mendapat
skor 20 dengan kriteria sangat baik.
Kosakata yang digunakan Aisyah tergolong memadai. Artinya,
terdapat beberapa kosakata yang sama dalam mendeskripsikan tema dari
kartu bergambar. Pada teks eksplanasi Aisyah, ditemukan dua pembentukan
kata yang kurang sempurna seperti: /di daur ulang/ yang seharusnya penulisan
di- dirangkai menjadi /didaur ulang/ sebab kedudukannya sebagai awalan
yang menunjukkan kata kerja pasif. Kemudian, penulisan /nonorganik/
seharusnya ditulis /anorganik/. Penggunaan kaidah kebahasaan tergolong
cukup memadai, pengungkapan sudah tepat dan lengkap tetapi tidak terlalu
terperinci. Aisyah menggunakan kata teknis yaitu sampah, konjungsi
kausalitas (seperti: sebab, oleh karena itu, dan sehingga), menggunakan kata
1 Wawancara pribadi dengan siswa yang bernama “Aisyah Ariani” di ruang kelas VIII-8 pada
pukul 12.40 WIB.
90
benda yang merujuk pada fenomena (seperti: organik, sungai, kotor, selokan,
kebersihan, lingkungan, barang, dan masyarakat), serta menggunakan kata
kerja tindakan yang merujuk pada fenomena (seperti: bertambah, terbiasa,
memilah, dan menumpuk). Komponen kosakata pada teks eksplanasi Aisyah
mendapat skor 16 dengan kriteria cukup.
Penggunaan bahasa yang ditulis oleh Aisyah memiliki konstruksi
kalimat kompleks tetapi efektif. Artinya, susunan kalimat yang ditulis
mengandung beberapa kosakata yang rumit tetapi efektif dan menggunakan
bahasa yang lugas sehingga makna dapat terbaca dengan jelas dan mudah
dipahami. Tidak terdapat kesalahan dalam fungsi (urutan) kata, pronominal,
dan preposisi. Komponen penggunaan bahasa pada teks eksplanasi Aisyah
mendapat skor 22 dengan kriteria sangat baik.
Mekanik atau penilaian ejaan dan tanda baca pada hasil tulisan teks
eksplanasi Aisyah adalah ditemukannya kesalahan seperti: terdapat kata di
akhir kalimat yang dituliskan dengan huruf kapital, yaitu /Lagi/ dan tidak
menggunakan tanda baca titik pada pengakhiran kalimat di paragraf kedua.
Selanjutnya, tidak menggunakan tada baca titik dua setelah konjungsi
/seperti/. Hanya terdapat tiga kesalahan tanda baca pada teks eksplanasi
Aisyah. Komponen mekanik pada teks eksplanasi Aisyah mendapat skor 4
dengan kriteria cukup.
Nama : Alexandria Zanetti Ariela
Judul : Proses Turunnya hujan ke bumi
Tabel 4.10
Hasil Analisis Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa No. 6
Komponen yang
Dinilai
Skor Maksimum
Ideal
Skala
Interval
Skor
Siswa
Kriteria
Isi
30
27-30
22-26
17-21
13-16
27 SB
91
Organisasi
20
18-20
14-17
10-13
7-9
15
C
Kosakata
20
18-20
14-17
10-13
7-9
16
C
Penggunaan
Bahasa
25
22-25
18-21
11-17
5-10
22
SB
Mekanik 5 2-5
3 S
Jumlah Skor : 83 BS
Nilai :
× 100 = 83
Deskripsi:
Isi gagasan yang ditulis oleh Alexa sudah sesuai dengan media kartu
bergambar yang didapatnya. Alexa mendapatkan tema hujan dan dalam
mengungkapkan gagasan pendukung, ia mengembangkan dari ide utama yang
telah ditulis di awal paragraf. Gagasan pendukung diungkapkan sudah runtut,
terfokus, dan mengacu pada gambar proses turunnya hujan. Untuk hal ini,
Alexa sudah menguasai topik permasalahan dengan baik. Alexa
menggunakan pola pengembangan kronologis (hubungan waktu) untuk
mendeskripsikan rangkaian kejadian dari tema hujan, dan menuliskannya
dengan konjungsi yang tepat. Hasil tulisan teks eksplanasi Alexa sudah
relevan dengan tema dari kartu bergambar yang didapatnya. Hal tersebut
dapat terungkap melalui kutipan dari teks eksplanasi yang dibuat Alexa
berikut ini “Kemudian, panas matahari membuat air dilaut, sungai dan danau
menguap lalu terbentuklah awan dari uap tersebut”. Komponen isi pada teks
eksplanasi Alexa mendapat skor 27 dengan kriteria sangat baik.
Organisasi dalam penilaian ini meliputi struktur teks. Struktur teks
eksplanasi yang ditulis Alexa sangat lengkap dan berdasarkan urutan, yakni
terdapatnya judul, identifikasi fenomena, rangkaian kejadian, dan ulasan.
92
Kelebihan Alexa dalam komponen organisasi, yaitu memberikan judul pada
teks yang dibuatnya. Pada bagian identifikasi fenomena, pengungkapan
pernyataan awal tentang hujan sudah jelas, logis, tetapi kurang lengkap.
Kemudian pada rangkaian kejadian, Alexa memulai paragraf dengan kalimat
pertanyaan. Selanjutnya, mengungkapkan data faktual secara kronologis dan
lengkap berdasarkan tahapan proses turunnya hujan yang terdapat pada kartu
bergambar. Alexa mengungkapkan fakta tentang hujan, berdasarkan
pengetahuannya yang didapatkan dari bahan bacaan berupa artikel. Gagasan
yang ditulis pada bagian ulasan sudah runtut, jelas, logis, dan merujuk pada
fakta yang diungkapkan. Gagasan tersebut diungkapkan dengan
menghubungkan pada peristiwa yang pernah dijumpainya di kehidupan
sehari-hari. Paragraf yang ditulis Alexa sudah padu dan sesuai dengan topik
pembahasan. Komponen organisasi pada teks eksplanasi Alexa mendapat
skor 15 dengan kriteria cukup.
Kosakata yang digunakan Alexa tergolong memadai. Artinya,
terdapat beberapa kosakata yang sama dalam mendeskripsikan tema dari
kartu bergambar. Pada teks eksplanasi Alexa, hanya ditemukan satu
pembentukan kata yang kurang sempurna seperti: /dilaut/ yang seharusnya
penulisan di- dipisah menjadi /di laut/ sebab kedudukannya sebagai kata
depan. Penggunaan kaidah kebahasaan tergolong cukup memadai,
pengungkapan sudah tepat, serta penggunaan konjungsi kronologis kurang
lengkap. Alexa menggunakan kata teknis yaitu hujan, konjungsi kronologis
(seperti: kemudian dan lalu), menggunakan kata benda yang merujuk pada
fenomena (seperti: bumi, laut, sungai, danau, panas, matahari, hembusan,
awan, uap, dan kandungan), serta menggunakan kata kerja tindakan yang
merujuk pada fenomena (seperti: mengalir, membuat, mengantarkan, dan
mencegah). Komponen kosakata pada teks eksplanasi Alexa mendapat skor
16 dengan kriteria cukup.
Penggunaan bahasa yang ditulis oleh Alexa memiliki konstruksi
kalimat kompleks tetapi efektif. Artinya, susunan kalimat yang ditulis
mengandung beberapa kosakata yang rumit tetapi efektif dan menggunakan
93
bahasa yang lugas sehingga makna dapat terbaca dengan jelas dan mudah
dipahami. Tidak terdapat kesalahan dalam fungsi (urutan) kata. Komponen
penggunaan bahasa pada teks eksplanasi Alexa mendapat skor 22 dengan
kriteria sangat baik.
Mekanik atau penilaian ejaan dan tanda baca pada hasil tulisan teks
eksplanasi Alexa adalah ditemukannya kesalahan seperti: ada dua kata di
penulisan judul yang tidak ditulis dengan kapital, yaitu /hujan/ dan /bumi/.
Tedapatnya kata di pertengahan kalimat yang dituliskan dengan huruf kapital,
yaitu /Proses/. Adapun, kesalahan pada ejaan, yaitu penulisan /hembusan/
yang seharusnya ditulis /embusan/ sebab /hembusan/ bentuk tidak baku.
Kemudian, tidak menggunakan tanda baca titik di pengakhiran kalimat kedua
paragraf kedua. Kesalahan pada penggunaan kata hubung antarkalimat, yaitu
/kemudian/ dan /namun/ yang seharusnya ditulis dengan huruf kapital pada
perawalan kalimat. Dengan adanya tujuh kesalahan ejaan dan tanda baca pada
teks eksplanasi Alexa. Akan tetapi, makna masih dapat terbaca. Komponen
mekanik pada teks eksplanasi Alexa mendapat skor 3 dengan kriteria sedang.
Nama : Anung Puji Astuti
Judul : Longsor
Tabel 4.11
Hasil Analisis Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa No. 9
Komponen yang
Dinilai
Skor Maksimum
Ideal
Skala
Interval
Skor
Siswa
Kriteria
Isi
30
27-30
22-26
17-21
13-16
23
C
Organisasi
20
18-20
14-17
10-13
7-9
14
C
Kosakata 18-20
94
20 14-17
10-13
7-9
15
C
Penggunaan
Bahasa
25
22-25
18-21
11-17
5-10
19
C
Mekanik 5 2-5
3 S
Jumlah Skor : 74 B
Nilai:
× 100 = 74
Deskripsi:
Isi gagasan yang ditulis oleh Anung cukup sesuai dengan media
kartu bergambar. Anung mendapatkan tema longsor dan dalam
mengungkapkan gagasan pendukung, cukup mengacu pada ide utama yang
telah ditulis di awal paragraf. Artinya, gagasan pendukung yang diungkapkan
tidak terlalu terperinci, tetapi sudah menjelaskan gagasan utama dan dalam
hal ini Anung cukup menguasai topik permasalahan. Anung menggunakan
pola pengembangan (sebab-akibat) untuk mendeskripsikan rangkaian
kejadian dari tema longsor, dan menuliskannya dengan konjungsi yang tepat.
Hasil tulisan teks eksplanasi Anung relevan dengan tema dari kartu
bergambar yang didapatnya tetapi tidak terlalu terperinci. Anung menjelaskan
bahwa longsor dapat mengakibatkan akses lalu lintas yang terhenti dan
memberikan kerugian untuk pengendara. Kurang mengungkapkan lebih detail
mengenai kondisi rumah warga yang rusak serta tidak terdapatnya informasi
mengenai ada atau tidak adanya korban jiwa dalam peristiwa longsor. Hal
tersebut dapat terungkap melalui kutipan dari teks eksplanasi yang dibuat
Anung berikut ini “akibat dari fenomena longsor akses lalu lintas kedua arah
terhenti dan pengendara terpaksa melalui jalur alternatif dengan jarak tempuh
lebih jauh”. Komponen isi pada teks eksplanasi Anung mendapat skor 23
dengan kriteria cukup. Perolehan skor tersebut sesuai dengan hasil
95
wawancara yang menunjukkan bahwa Anung tidak tertarik pada keterampilan
menulis dan didukung oleh kutipan berikut ini “Karena tulisan saya jelek.
Jadi, saya tidak berminat menulis.”. Adapun kutipan hasil wawancara lainnya
yang mendukung perolehan skor yang didapat Anung, yakni “iya, karena
media kartu bergambar mudah untuk diimajinasikan”2
Organisasi dalam penilaian ini meliputi struktur teks. Struktur teks
eksplanasi Anung ditulis dengan lengkap dan berdasarkan urutan, yakni
terdapatnya judul, identifikasi fenomena, rangkaian kejadian, dan ulasan.
Kelebihan Anung dalam komponen organisasi, yaitu memberikan judul pada
teks yang dibuatnya tetapi judul yang digunakan masih bersifat umum.
Artinya, Anung menggunakan tema yang didapat untuk memberikan judul
pada teks yang dibuatnya. Pada bagian identifikasi fenomena, pengungkapan
pernyataan awal tentang longsor sudah jelas tetapi kurang lengkap, yaitu
gagasan yang dipaparkan kurang meluas. Selanjutnya, pada rangkaian
kejadian Anung dapat mengungkapkan data faktual dengan jelas dan logis,
tetapi kurang lengkap. Anung mengungkapkan fakta tentang longsor,
berdasarkan pengetahuannya dan menghubungkan dengan fenomena yang
didapatkan dari bahan bacaan berupa artikel berita. Gagasan yang ditulis pada
bagian ulasan sudah jelas, logis, dan merujuk pada fakta yang diungkapkan.
Akan tetapi, Anung kurang mengembangkan gagasannya untuk mengatasi
fenomena longsor pada bagian ulasan. Paragraf yang dituliskan Anung cukup
padu dan sesuai dengan topik pembahasan. Komponen organisasi pada teks
eksplanasi Anung mendapat skor 14 dengan kriteria cukup.
Kosakata yang digunakan Anung tergolong memadai. Artinya,
terdapat beberapa kosakata yang sama dan ditulis berulang untuk
mendeskripsikan tema longsor dari kartu bergambar yang didapatnya,
kosakata yang digunakan masih sedikit. Pada teks eksplanasi Anung,
ditemukannya dua pembentukan kata yang kurang sempurna, yaitu
/membudayakan/ yang seharusnya ditulis menjadi /membudidayakan/ sebab
2 Wawancara pribadi dengan siswa yang bernama “Anung Puji Astuti” di ruang kelas VIII-8 pada
pukul 12.40 WIB.
96
dari konteks kalimat yang ditulis menunjukkan bahwa harus dilakukan
sebuah usaha untuk terhindar dari bencana alam longsor. Kemudian kata /j
alan/ yang seharusnya ditulis dirangkai menjadi /jalan/. Penggunaan kaidah
kebahasaan tergolong cukup memadai, pengungkapan sudah tepat tetapi tidak
terlalu terperinci, serta penggunaan konjungsi kausalitas kurang lengkap.
Anung menggunakan kata teknis yaitu longsor, konjungsi kausalitas (seperti:
sebab dan karena), menggunakan kata benda yang merujuk pada fenomena
(seperti: tanah, lereng, jalur, tebing, dan hujan), serta menggunakan kata kerja
tindakan yang merujuk pada fenomena (seperti: pergerakan dan menanam).
Komponen kosakata pada teks eksplanasi Anung mendapat skor 15 dengan
kriteria cukup.
Penggunaan bahasa yang ditulis oleh Anung memiliki konstruksi
kalimat yang sederhana dan efektif. Artinya, susunan kalimat yang ditulis
tidak kompleks. Namun, makna masih dapat terbaca dengan jelas. Terdapat
dua kesalahan dalam fungsi (urutan) kata seperti pada kalimat: “penyebab
terjadinya longsor adalah hujan deras yang terjadi sejak siang hari,
menyebabkan tebing pinggir j alan setinggi 8 meter roboh”. Kata /yang
terjadi/ dapat dihilangkan dan sebelum kata /menyebabkan/ seharusnya
ditambahkan konjungsi /sehingga/. Komponen penggunaan bahasa pada teks
eksplanasi Anung mendapat skor 19 dengan kriteria cukup.
Mekanik atau penilaian ejaan dan tanda baca pada hasil tulisan teks
eksplanasi Anung adalah ditemukannya kesalahan pada penggunaan huruf
kecil pada awal kalimat yang seharusnya ditulis dengan kapital seperti kata:
/penyebab/, /akibat/ dan /batuan/. Terdapat pula penyingkatan kata seperti:
/yg/. Anung masih melakukan kesalahan pada tanda baca seperti: tidak
menggunakan tanda baca titik pada pengakhiran kalimat kedua paragraf
kedua dan akhir kalimat pertama paragraf ketiga. Dengan adanya enam
kesalahan ejaan dan tanda baca pada teks eksplanasi Anung. Akan tetapi,
makna masih dapat terbaca. Komponen mekanik pada teks eksplanasi Anung
mendapat skor 3 dengan kriteria sedang.
97
Nama : Azka Raditya Helmi
Judul : Kemacetan
Tabel 4.12
Hasil Analisis Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa No. 10
Komponen yang
Dinilai
Skor Maksimum
Ideal
Skala
Interval
Skor
Siswa
Kriteria
Isi
30
27-30
22-26
17-21
13-16
25
C
Organisasi
20
18-20
14-17
10-13
7-9
15
C
Kosakata
20
18-20
14-17
10-13
7-9
14
C
Penggunaan
Bahasa
25
22-25
18-21
11-17
5-10
21
C
Mekanik 5 2-5
2 K
Jumlah Skor : 77 B
Nilai :
× 100 = 77
Deskripsi:
Isi gagasan yang ditulis oleh Azka cukup sesuai dengan media kartu
bergambar. Azka mendapatkan tema kemacetan dan dalam mengungkapkan
gagasan pendukung, cukup mengacu pada ide utama yang telah ditulis di
awal paragraf. Artinya, gagasan pendukung yang diungkapkan tidak terlalu
terperinci, tetapi sudah menjelaskan gagasan utama dan dalam hal ini Azka
98
cukup menguasai topik permasalahan. Azka menggunakan pola
pengembangan (sebab-akibat) untuk mendeskripsikan rangkaian kejadian dari
tema kemacetan, dan menuliskannya dengan konjungsi yang tepat. Hasil
tulisan teks eksplanasi Azka relevan dengan tema dari kartu bergambar yang
didapatnya, tetapi tidak terlalu terperinci. Azka menjelaskan bahwa
kemacetan dapat terjadi karena perbaikan jalan dan adanya pengendara yang
tidak tertib peraturan. Kurang mengungkapkan lebih detail mengenai tidak
tertibnya pengendara roda dua yang menggunakan jalur bus transjakarta. Hal
tersebut dapat terungkap melalui kutipan dari teks eksplanasi yang dibuat
Azka berikut ini “Penyebab terjadinya kemacetan karena adanya perbaikan
ruas jalan pada jalur utama dan banyaknya pengendara roda dua yang ugal
ugalan di jalan yang menyebabkan kecelakaan”. Komponen isi pada teks
eksplanasi Azka mendapat skor 25 dengan kriteria cukup.
Organisasi dalam penilaian ini meliputi struktur teks. Struktur teks
eksplanasi Azka ditulis dengan lengkap dan berdasarkan urutan, yakni
terdapatnya judul, identifikasi fenomena, rangkaian kejadian, dan ulasan.
Kelebihan Azka dalam komponen organisasi, yaitu memberikan judul pada
teks yang dibuatnya tetapi judul yang digunakan masih bersifat umum.
Artinya, Azka menggunakan tema yang didapat untuk memberikan judul
pada teks yang dibuatnya. Pada bagian identifikasi fenomena, pengungkapan
pernyataan awal tentang kemacetan sudah jelas dan logis. Informasi fakta
yang dipaparkan pada bagian identifikasi kurang lengkap serta Azka kurang
mengungkapkan gagasannya mengenai kemacetan. Selanjutnya bagian
rangkaian kejadian, Azka mengungkapkan data faktual yang terkait dengan
kemacetan secara jelas dan logis, tetapi kurang lengkap. Azka
mengungkapkan fakta tentang kemacetan, berdasarkan pengetahuannya dan
menghubungkan dengan fenomena yang didapatkan dari bahan bacaan berupa
artikel berita. Gagasan pada bagian ulasan ditulis dengan jelas, logis, dan
merujuk pada fakta yang diungkapkan. Paragraf yang ditulis Azka cukup
padu dan sesuai dengan topik pembahasan. Komponen organisasi pada teks
eksplanasi Azka mendapat skor 15 dengan kriteria cukup
99
Kosakata yang digunakan Azka tergolong memadai. Artinya,
terdapat beberapa kosakata yang sama dalam mendeskripsikan tema dari
kartu bergambar. Pada teks eksplanasi Azka, ditemukan tiga pembentukan
kata yang kurang sempurna seperti: /menyebab kan/ yang seharusnya
penulisan imbuhan -kan ditulis dirangkai dengan kata dasar /sebab/ sehingga
menjadi /menyebabkan/. Kemudian, kata /ber lebihan/ yang seharusnya
ditulis dirangkai antara imbuhan ber- dan kata dasarnya sehingga menjadi
/berlebihan/ dan kata /melewa ti/ seharusnya ditulis dirangkai menjadi
/melewati/. Penggunaan kaidah kebahasaan tergolong cukup memadai,
pengungkapan sudah tepat tetapi tidak terlalu terperinci, serta penggunaan
konjungsi kausalitas kurang lengkap. Azka menggunakan kata teknis yaitu
kemacetan, konjungsi kausalitas (seperti: sebab dan karena), menggunakan
kata benda yang merujuk pada fenomena (seperti: kendaraan, kapasitas, ruas,
jalan, kecelakaan, polusi, jalur, angkutan, sempit, dan mesin), serta
menggunakan kata kerja tindakan yang merujuk pada fenomena (seperti:
berlebihan, beralih, mematuhi, menimbulkan, menyala dan terhenti).
Komponen kosakata pada teks eksplanasi Azka mendapat skor 14 dengan
kriteria cukup.
Penggunaan bahasa yang ditulis oleh Azka memiliki konstruksi
kalimat yang sederhana dan efektif. Artinya, susunan kalimat yang ditulis
tidak kompleks serta menggunakan bahasa yang lugas sehingga makna dapat
terbaca dengan jelas. Tidak terdapat kesalahan dalam fungsi (urutan) kata,
pronominal, dan preposisi. Komponen penggunaan bahasa pada teks
eksplanasi Azka mendapat skor 21 dengan kriteria cukup.
Mekanik atau penilaian ejaan dan tanda baca pada hasil tulisan teks
eksplanasi Azka adalah ditemukannya kesalahan pada penulisan judul, yakni
tidak menggunakan huruf kapital seperti pada kata: /kemacetan/. Adapun,
Azka tidak menggunakan huruf kapital pada awal kalimat seperti kata:
/akibat/, /seharusnya/, dan /menimbulkan/. Azka masih melakukan kesalahan
pada tanda baca seperti: tidak menggunakan tanda baca titik pada
pengakhiran kalimat pertama paragraf pertama, akhir kalimat pertama
100
paragraf kedua, akhir kalimat pertama paragraf ketiga, dan akhir kalimat
kedua paragraf keempat. Terdapat delapan kesalahan tanda baca pada teks
eksplanasi Azka. Komponen mekanik pada teks eksplanasi Azka mendapat
skor 2 dengan kriteria sangat kurang.
Nama : Desi Apuani
Judul : Kemiskinan menjadi tantangan terbesar indonesia
Tabel 4.13
Hasil Analisis Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa No. 11
Komponen yang
Dinilai
Skor Maksimum
Ideal
Skala
Interval
Skor
Siswa
Kriteria
Isi
30
27-30
22-26
17-21
13-16
23
C
Organisasi
20
18-20
14-17
10-13
7-9
15
C
Kosakata
20
18-20
14-17
10-13
7-9
14
C
Penggunaan
Bahasa
25
22-25
18-21
11-17
5-10
19
C
Mekanik 5 2-5
3 S
Jumlah Skor : 74 B
Nilai :
× 100 = 74
Deskripsi:
101
Isi gagasan yang ditulis oleh Desi cukup sesuai dengan media kartu
bergambar. Desi mendapatkan tema kemiskinan dan dalam mengungkapkan
gagasan pendukung, cukup mengacu pada ide utama yang telah ditulis di
awal paragraf. Artinya, gagasan pendukung yang diungkapkan tidak terlalu
terperinci, tetapi sudah menjelaskan gagasan utama dan dalam hal ini Desi
cukup menguasai topik permasalahan. Desi menggunakan pola
pengembangan (sebab-akibat) untuk mendeskripsikan rangkaian kejadian dari
tema kemiskinan, dan menuliskannya dengan konjungsi yang tepat. Hasil
tulisan teks eksplanasi Desi relevan dengan tema dari kartu bergambar yang
didapatnya tetapi tidak terlalu terperinci. Desi menjelaskan bahwa kemiskinan
merupakan suatu keadaan yang paling ditakutkan oleh masyarakat sebab
perlunya usaha yang berlebih untuk mendapatkan sesuatu. Kurang
mengungkapkan lebih detail mengenai kondisi (rumah) yang menjadi tempat
tinggal penduduk miskin, serta kurangnya informasi mengenai penyebab
terjadinya kemiskinan. Hal tersebut dapat terungkap melalui kutipan dari teks
eksplanasi yang dibuat Desi berikut ini “kemiskinan menjadi keadaan paling
menakutkan. karena orang miskin harus berusaha keras ketika ingin
mendapatkan sesuatu”. Komponen isi pada teks eksplanasi Desi mendapat
skor 23 dengan kriteria cukup.
Organisasi dalam penilaian ini meliputi struktur teks. Struktur teks
eksplanasi Desi ditulis dengan lengkap dan berdasarkan urutan, yakni
terdapatnya judul, identifikasi fenomena, rangkaian kejadian, dan ulasan.
Kelebihan Desi dalam komponen organisasi, yaitu memberikan judul pada
teks yang dibuatnya, penggunaan judul sudah relevan dengan topik
pembahasan. Pada bagian identifikasi fenomena, pengungkapan pernyataan
awal tentang kemiskinan sudah jelas, logis, dan lengkap. Selanjutnya pada
rangkaian kejadian, Desi mengungkapkan data faktual yang terkait
kemiskinan dengan jelas tetapi kurang lengkap dan kurang logis karena
terdapat pembentukan kata yang kurang sempurna dan pengungkapan tidak
terlalu terperinci. Desi mengungkapkan fakta tentang kemiskinan,
berdasarkan pengetahuannya dan menghubungkan dengan fenomena yang
102
didapatkan dari bahan bacaan berupa artikel berita. Gagasan yang ditulis pada
bagian ulasan sudah jelas dan merujuk pada fakta yang diungkapkan. Akan
tetapi, terdapat kesalahan ejaan dan pembentukan pada beberapa kosakata
sehingga menyebabkan kalimat kurang logis. Paragraf yang dituliskan Desi
cukup padu dan sesuai dengan topik pembahasan. Komponen organisasi pada
teks eksplanasi Desi mendapat skor 15 dengan kriteria cukup.
Kosakata yang digunakan Desi tergolong memadai. Artinya, terdapat
beberapa kosakata yang sama dalam mendeskripsikan tema dari kartu
bergambar. Pada teks eksplanasi Desi, ditemukan tiga pembentukan kata
yang kurang sempurna seperti kata: /kekota/ seharusnya ditulis terpisah
menjadi /ke kota/ sebab kedudukan /ke/ sebagai kata depan, kata
/perkebangan/ yang seharusnya ditulis /berkembang/, dan kata /ketereapilar/
yang seharusnya ditulis /keterampilan/. Penggunaan kaidah kebahasaan
tergolong cukup memadai, pengungkapan sudah tepat tetapi tidak terlalu
terperinci, serta penggunaan konjungsi kausalitas kurang lengkap. Desi
menggunakan kata teknis yaitu kemiskinan, konjungsi kausalitas (seperti:
sebab), menggunakan kata benda yang merujuk pada fenomena (seperti:
negara, pakaian, layak, masyarakat, dan ekonomi), serta menggunakan kata
kerja tindakan yang merujuk pada fenomena (seperti: menakutkan,
membutuhkan, melatih, dan menciptakan). Komponen kosakata pada teks
eksplanasi Desi mendapat skor 14 dengan kriteria cukup.
Penggunaan bahasa yang ditulis oleh Desi memiliki konstruksi
kalimat yang sederhana dan efektif. Artinya, susunan kalimat yang ditulis
tidak kompleks. Namun, makna masih dapat terbaca dengan jelas. Terdapat
dua kesalahan dalam fungsi (urutan) kata seperti pada kalimat: “Di Indonesia
ada masalah besar kemiskinan”. Setelah kata /besar/ semestinya ditambahkan
frasa /yang harus segera dituntaskan/ sehingga dapat lebih jelas dan
menghilangkan ambiguitas. Sebelum kata /kemiskinan/ seharusnya
ditambahkan konjungsi /yaitu/ kedudukannya sebagai penghubung untuk
terperinci keterangan kata selanjutnya. Komponen penggunaan bahasa pada
teks eksplanasi Desi mendapat skor 19 dengan kriteria cukup.
103
Mekanik atau penilaian ejaan dan tanda baca pada hasil tulisan teks
eksplanasi Desi adalah ditemukannya kesalahan pada penulisan judul, yakni
tidak menggunakan huruf kapital seperti pada kata: /menjadi/, /tantangan/,
/terbesar/, dan /indonesia/. Terdapatnya kesalahan ejaan, yaitu kata
/pemerinta/ yang seharusnya ditulis /pemeritah/. Desi masih melakukan
kesalahan pada tanda baca seperti: tanda baca titik yang diletakkan sebelum
konjungsi /tetapi/. Selanjutnya, terdapat kesalahan penggunaan konjungsi
/karena/ yang diletakkan di awal kalimat. Dengan adanya tujuh kesalahan
ejaan dan tanda baca pada teks eksplanasi Desi. Akan tetapi, makna masih
dapat terbaca. Komponen mekanik pada teks eksplanasi Desi mendapat skor 3
dengan kriteria sedang.
Nama : Fachira Salsabila Nur Selima
Judul : Banjir yang harus diwaspadai
Tabel 4.14
Hasil Analisis Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa No. 12
Komponen yang
Dinilai
Skor Maksimum
Ideal
Skala
Interval
Skor
Siswa
Kriteria
Isi
30
27-30
22-26
17-21
13-16
24
C
Organisasi
20
18-20
14-17
10-13
7-9
14
C
Kosakata
20
18-20
14-17
10-13
7-9
17
C
Penggunaan
Bahasa
25
22-25
18-21
11-17
5-10
18
C
104
Mekanik 5 2-5
3 S
Jumlah Skor : 76 B
Nilai:
× 100 = 76
Deskripsi:
Isi gagasan yang ditulis oleh Fachira cukup sesuai dengan media
kartu bergambar. Fachira mendapatkan tema banjir dan dalam
mengungkapkan gagasan pendukung, cukup mengacu pada ide utama yang
telah ditulis di awal paragraf. Artinya, gagasan pendukung yang diungkapkan
tidak terlalu terperinci, tetapi sudah menjelaskan gagasan utama dan dalam
hal ini Fachira cukup menguasai topik permasalahan. Fachira menggunakan
pola pengembangan (sebab-akibat) untuk mendeskripsikan rangkaian
kejadian dari tema banjir, dan menuliskannya dengan konjungsi yang tepat.
Hasil tulisan teks eksplanasi Fachira cukup relevan dengan tema dari kartu
bergambar yang didapatnya, tetapi tidak terlalu terperinci. Fachira
mengungkapkan bahwa akibat banjir adalah warga perlu menggunakan
perahu karet untuk melakukan aktivitasnya. Kurang mengungkapkan lebih
detail mengenai warga yang perlu diungsikan dan kurangnya informasi
mengenai ketinggian air yang merendam permukiman. Hal tersebut dapat
terungkap melalui kutipan dari teks eksplanasi yang dibuat Fachira berikut ini
“Akibat dari fenomena banjir, warga harus melakukan aktivitas dengan
perahu karet. Sulitnya mendapatkan air bersih.”. Komponen isi pada teks
eksplanasi Fachira mendapat skor 24 dengan kriteria cukup.
Organisasi dalam penilaian ini meliputi struktur teks. Struktur teks
eksplanasi Fachira ditulis dengan lengkap dan berdasarkan urutan, yakni
terdapatnya judul, identifikasi fenomena, rangkaian kejadian, dan ulasan.
Kelebihan Fachira dalam komponen organisasi, yaitu memberikan judul pada
teks yang dibuatnya. Namun, judul yang dicantumkan kurang spesifik. Pada
105
bagian identifikasi fenomena, pengungkapan pernyataan awal tentang banjir
sudah jelas, logis, dan lengkap. Selanjutnya bagian rangkaian kejadian,
Fachira mengungkapkan data faktual yang terkait dengan banjir dengan jelas
dan logis, tetapi kurang lengkap. Artinya, pengungkapan akibat dari
fenomena banjir tidak terperinci. Fachira mengungkapkan fakta tentang banjir
berdasarkan pengetahuannya dan menghubungkan dengan fenomena yang
ditemui di kehidupan sehari-hari. Pemaparan fakta pada bagian rangkaian
kejadian masih dituliskan dengan tanda hubung setrip. Gagasan yang ditulis
pada bagian ulasan cukup runtut dan merujuk pada fakta yang diungkapkan.
Akan tetapi, terdapat kesalahan pada fungsi kata sehingga menyebabkan
kalimat kurang logis. Paragraf yang ditulis Fachira, cukup padu dan sesuai
dengan topik pembahasan. Komponen organisasi pada teks eksplanasi
Fachira mendapat skor 14 dengan kriteria cukup.
Kosakata yang digunakan Fachira tergolong memadai. Artinya,
terdapat beberapa kosakata yang sama dalam mendeskripsikan tema dari
kartu bergambar. Pada teks eksplanasi Fachira, hanya ditemukan satu
pembentukan kata yang kurang sempurna seperti: /di buang/ yang seharusnya
penulisan di- dirangkai menjadi /dibuang/ sebab kedudukannya sebagai
awalan yang menunjukkan kata kerja pasif. Penggunaan kaidah kebahasaan
sudah tepat dan lengkap, tetapi tidak terlalu terperinci. Fachira menggunakan
kata teknis yaitu banjir, konjungsi kausalitas (seperti: sebab, karena, dan
sehingga), menggunakan kata benda yang merujuk pada fenomena (seperti:
aliran, hujan, sungai, mampet, hutan gundul, bendungan, jebol, dan perahu
karet), serta menggunakan kata kerja tindakan yang merujuk pada fenomena
(seperti: mengalir, menghanyutkan, menampung, menyerap, dan
menggenang). Komponen kosakata pada teks eksplanasi Fachira mendapat
skor 17 dengan kriteria cukup.
Penggunaan bahasa yang ditulis oleh Fachira memiliki konstruksi
kalimat yang sederhana dan efektif. Artinya, susunan kalimat yang ditulis
tidak kompleks. Namun, makna masih dapat terbaca dengan jelas. Terdapat
tiga kesalahan dalam fungsi (urutan) kata seperti pada kalimat: “kemudian
106
faktor lain penyebab banjir karena bendungan yang jebol karena lingkungan
yang kurang terawat”. Konjungsi /karena/ setelah kata /jebol/ seharusnya
dihilangkan dan ditambahkan konjungsi /dan/ sehingga menjadi kalimat
efektif, lalu sebagai pendukung dari kalimat pertama bahwa penyebab banjir
juga dapat dipicu oleh lingkungan. Selanjutnya kalimat: “Agar tidak
terjadinya banjir masyarakat harus untuk tidak membuang sampah
sembarangan”. Seharusnya klitika –nya yang mengimbuhi kata /terjadi/
dihilangkan dan ditambahkan keterangan waktu. Frasa /harus untuk/
sebaiknya diganti dengan kata /seharusnya/ sehingga dapat lebih logis.
Komponen penggunaan bahasa pada teks eksplanasi Fachira mendapat skor
18 dengan kriteria cukup.
Mekanik atau penilaian ejaan dan tanda baca pada hasil tulisan teks
eksplanasi Fachira adalah ditemukannya kesalahan pada penulisan judul,
yakni tidak menggunakan huruf kapital seperti pada kata: /harus/ dan
/diwaspadai/. Adapun, Fachira tidak menggunakan huruf kapital pada awal
kalimat seperti kata: /sampah/ dan /kemudian/. Fachira masih melakukan
kesalahan pada penggunaan konjungsi /sebab/ yang diletakkan di awal
kalimat. Selanjutnya, terdapat kesalahan penggunaan tanda hubung setrip
yang masih diletakkan pada bagian rangkaian kejadian. Kemudian, tidak
adanya tanda koma sebelum konjungsi /seperti/. Dengan adanya tujuh
kesalahan ejaan dan tanda baca pada teks eksplanasi Fachira. Akan tetapi,
makna masih dapat terbaca. Komponen mekanik pada teks eksplanasi Fachira
mendapat skor 3 dengan kriteria sedang.
107
Nama : Hanuf Priono
Judul : -
Tabel 4.15
Hasil Analisis Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa No. 13
Komponen yang
Dinilai
Skor Maksimum
Ideal
Skala
Interval
Skor
Siswa
Kriteria
Isi
30
27-30
22-26
17-21
13-16
23
C
Organisasi
20
18-20
14-17
10-13
7-9
14
C
Kosakata
20
18-20
14-17
10-13
7-9
14
C
Penggunaan
Bahasa
25
22-25
18-21
11-17
5-10
20
C
Mekanik 5 2-5
3 S
Jumlah Skor : 74 B
Nilai:
× 100 = 74
Deskripsi:
Isi gagasan yang ditulis oleh Hanuf cukup sesuai dengan media kartu
bergambar. Hanuf mendapatkan tema banjir dan dalam mengungkapkan
gagasan pendukung, cukup mengacu pada ide utama yang telah ditulis di
awal paragraf. Artinya, gagasan pendukung yang diungkapkan tidak terlalu
terperinci, tetapi sudah menjelaskan gagasan utama dan dalam hal ini Hanuf
108
cukup menguasai topik permasalahan. Hanuf menggunakan pola
pengembangan (sebab-akibat) untuk mendeskripsikan rangkaian kejadian dari
tema banjir, dan menuliskannya dengan konjungsi yang tepat. Hasil tulisan
teks eksplanasi Hanuf relevan dengan tema dari kartu bergambar yang
didapatnya tetapi tidak terlalu terperinci. Hanuf menjelaskan bahwa banjir
mengakibatkan warga harus menggunakan alat transportasi berupa perahu
karet untuk melakukan kegiatannya. Kurang mengungkapkan lebih detail
mengenai warga yang harus diungsikan dan ketinggian air yang merendam
permukiman. Kemudian, kurang mengungkapkan dengan detail mengenai
akibat lainnya dari fenomena banjir. Hal tersebut dapat terungkap melalui
kutipan dari teks eksplanasi yang dibuat Hanuf berikut ini “Oleh sebab itu
warga terpaksa menggunakan perahu karet sebagai kendaraan alternatif untuk
melakukan aktifitas”. Komponen isi pada teks eksplanasi Hanuf mendapat
skor 23 dengan kriteria cukup.
Organisasi dalam penilaian ini meliputi struktur teks. Struktur teks
eksplanasi Hanuf ditulis kurang lengkap tetapi sudah berdasarkan urutan,
yakni terdapatnya identifikasi fenomena, rangkaian kejadian, dan ulasan.
Kekurangan dari teks eksplanasi Hanuf, yaitu tidak mencantumkan judul.
Pada bagian identifikasi fenomena, pengungkapan pernyataan awal tentang
banjir sudah jelas dan logis tetapi, kurang lengkap. Selanjutnya pada
rangkaian kejadian, Hanuf dapat mengungkapkan data faktual dengan jelas
dan logis, tetapi kurang lengkap. Hanuf mengungkapkan fakta tentang banjir
berdasarkan pengetahuannya dan menghubungkan dengan fenomena yang
didapatkan dari bahan bacaan berupa artikel berita. Gagasan yang ditulis pada
bagian ulasan sudah jelas, logis, dan merujuk pada fakta yang diungkapkan.
Akan tetapi, Hanuf kurang mengembangkan gagasannya untuk mengatasi
fenomena banjir pada bagian ulasan. Paragraf yang dituliskan Hanuf cukup
padu dan sesuai dengan topik pembahasan. Komponen organisasi pada teks
eksplanasi Hanuf mendapat skor 14 dengan kriteria cukup.
Kosakata yang digunakan Hanuf tergolong memadai. Artinya,
terdapat beberapa kosakata yang sama dan ditulis berulang untuk
109
mendeskripsikan tema banjir dari kartu bergambar yang didapatnya, kosakata
yang digunakan masih sedikit. Pada teks eksplanasi Hanuf, ditemukannya dua
pembentukan kata yang kurang sempurna seperti: /bebetulan/ yang
seharusnya ditulis /bebatuan/ sebab kata sebelumnya menjelaskan tentang
jenis tanah berkapur. Selanjutnya, kata /di karenakan/ yang seharusnya
penulisan di- ditulis dirangkai menjadi /dikarenakan/ sebab kedudukan di-
sebagai awalan yang menunjukkan kata kerja pasif. Penggunaan kaidah
kebahasaan tergolong cukup memadai, pengungkapan sudah tepat tetapi tidak
terlalu terperinci. Hanuf menggunakan kata teknis yaitu banjir, konjungsi
kausalitas (seperti: karena, sebab, dan oleh sebab itu), menggunakan kata
benda yang merujuk pada fenomena (seperti: aliran, daratan, perahu karet,
sampah, dan sungai), serta menggunakan kata kerja tindakan yang merujuk
pada fenomena (seperti: merendam, menyerap, membuang, dan
membersihkan). Komponen kosakata pada teks eksplanasi Hanuf mendapat
skor 14 dengan kriteria cukup.
Penggunaan bahasa yang ditulis oleh Hanuf memiliki konstruksi
kalimat yang sederhana dan efektif. Artinya, susunan kalimat yang ditulis
tidak kompleks serta menggunakan bahasa yang lugas sehingga makna dapat
terbaca dengan jelas. Terdapat dua kesalahan dalam fungsi (urutan) kata,
seperti pada kalimat “Penyebab terjadinya banjir sebab banyaknya tanah yang
tidak mampu menyerap air dikarenakan...”. Seharusnya kata /sebab/
dihilangkan dan diganti konjungsi /yaitu/ sehingga tidak terjadi pemborosan
kata dan lebih mengefektifkan kalimat. Selanjutnya, pada kalimat ”agar tidak
mengudang bencana banjir warga harus membuang sampah pada tempatnya”.
Seharusnya, kata /mengudang/ dapat diganti /terjadi/ sehingga lebih tepat dan
logis. Komponen penggunaan bahasa pada teks eksplanasi Hanuf mendapat
skor 20 dengan kriteria cukup.
Mekanik atau penilaian ejaan dan tanda baca pada hasil tulisan teks
eksplanasi Hanuf adalah ditemukannya kesalahan, yaitu tidak menggunakan
huruf kapital pada awal kalimat seperti kata: /oleh/ dan /agar/. Terdapat pula
penyingkatan kata seperti: /yg/. Kemudian, terdapat kesalahan pada ejaan,
110
yaitu kata /mengudang/ yang seharusnya ditulis /mengundang/ dan kata
/aktifitas/ yang seharusnya ditulis /aktivitas/ sebab aktifitas adalah bentuk
tidak baku. Hanuf masih melakukan kesalahan pada tanda baca seperti: tidak
menggunakan tanda baca titik pada pengakhiran kalimat serta tidak
menggunakan tanda koma setelah konjungsi /oleh sebab itu/. Dengan adanya
tujuh kesalahan ejaan dan tanda baca pada teks eksplanasi Hanuf. Akan
tetapi, makna masih dapat terbaca. Komponen mekanik pada teks eksplanasi
Hanuf mendapat skor 3 dengan kriteria sedang.
Nama : Keisya Putri Andani
Judul : Korean Fever Di Indonesia
Tabel 4.16
Hasil Analisis Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa No. 14
Komponen yang
Dinilai
Skor Maksimum
Ideal
Skala
Interval
Skor
Siswa
Kriteria
Isi
30
27-30
22-26
17-21
13-16
23
C
Organisasi
20
18-20
14-17
10-13
7-9
15
C
Kosakata
20
18-20
14-17
10-13
7-9
13
S
Penggunaan
Bahasa
25
22-25
18-21
11-17
5-10
21
C
Mekanik 5 2-5
3 S
111
Jumlah Skor : 75 B
Nilai:
× 100 = 75
Deskripsi:
Isi gagasan yang ditulis oleh Keisya cukup sesuai dengan media
kartu bergambar. Keisya mendapatkan tema kebudayaan dan dalam
mengungkapkan gagasan pendukung, cukup mengacu pada ide utama yang
telah ditulis di awal paragraf. Artinya, gagasan pendukung yang diungkapkan
tidak terlalu terperinci, tetapi sudah menjelaskan gagasan utama dan dalam
hal ini Keisya cukup menguasai topik permasalahan. Keisya menggunakan
pola pengembangan (sebab-akibat) untuk mendeskripsikan rangkaian
kejadian dari tema kebudayaan, dan menuliskannya dengan konjungsi yang
tepat. Hasil tulisan teks eksplanasi Keisya relevan dengan tema dari kartu
bergambar yang didapatnya, tetapi tidak terlalu terperinci. Keisya
menjelaskan bahwa akibat dari masuknya kebudayaan Korea di Indonesia,
yakni maraknya musik kpop yang sekarang ini banyak digemari para remaja.
Kurang mengungkapkan lebih detail mengenai karakteristik dari penampilan
artis Korea, mengenai jenis budaya Korea lainnya yang membuat para remaja
tertarik dan kurangnya informasi mengenai banyaknya remaja yang juga
antusias untuk datang ke konser musik Korea. Hal tersebut dapat terungkap
melalui kutipan dari teks eksplanasi yang dibuat Keisya berikut ini “akibat
dari adanya budaya korea di Indonesia adalah banyak remaja yang menyukai
musik kpop”. Komponen isi pada teks eksplanasi Keisya mendapat skor 23
dengan kriteria cukup.
Organisasi dalam penilaian ini meliputi struktur teks. Struktur teks
eksplanasi yang ditulis Keisya sangat lengkap dan berdasarkan urutan, yakni
terdapatnya judul, identifikasi fenomena, rangkaian kejadian, dan ulasan.
Kelebihan Keisya dalam komponen organisasi, yaitu memberikan judul pada
teks yang dibuatnya, penggunaan judul sudah relevan dengan topik
pembahasan. Pada bagian identifikasi fenomena, pengungkapan pernyataan
112
awal tentang kebudayaan sudah jelas, logis, dan lengkap. Selanjutnya bagian
rangkaian kejadian, Keisya mengungkapkan data faktual yang terkait dengan
kebudayaan secara jelas dan logis, tetapi kurang lengkap. Keisya
mengungkapkan fakta tentang kebudayaan berdasarkan pengetahuannya dan
menghubungkan dengan fenomena yang didapatkan dari bahan bacaan berupa
artikel berita. Informasi tentang ketertarikan remaja Indonesia terhadap
budaya Korea tidak terlalu terperinci. Gagasan yang ditulis pada bagian
ulasan sudah jelas, logis, dan merujuk pada fakta yang diungkapkan. Akan
tetapi, Keisya kurang mengembangkan gagasannya untuk mengatasi
fenomena kebudayaan pada bagian ulasan. Paragraf yang ditulis Keisya
cukup padu dan sesuai dengan topik pembahasan. Komponen organisasi pada
teks eksplanasi Keisya mendapat skor 15 dengan kriteria cukup.
Kosakata yang digunakan Keisya tergolong terbatas. Artinya, tidak
luas dalam mendeskripsikan tema dari kartu bergambar yang didapatnya.
Pada teks eksplanasi Keisya, ditemukannya satu pembentukan kata yang
kurang sempurna seperti: /menggembangkan/ yang seharusnya ditulis
/mengembangkan/. Penggunaan kaidah kebahasaan tergolong terbatas. Keisya
tidak menggunakan kata teknis, hanya menuliskan satu konjungsi kausalitas
(seperti: sebab), menggunakan kata benda yang merujuk pada fenomena
(seperti: musik, makanan, masyarakat, dan remaja), serta menggunakan kata
kerja tindakan yang merujuk pada fenomena (seperti: menambah,
memberikan, mengenal, dan merajalela). Komponen kosakata pada teks
eksplanasi Keisya mendapat skor 13 dengan kriteria sedang.
Penggunaan bahasa yang ditulis oleh Kesiya memiliki konstruksi
kalimat yang sederhana dan efektif. Artinya, susunan kalimat yang ditulis
tidak kompleks serta menggunakan bahasa yang lugas sehingga makna dapat
terbaca dengan jelas. Tidak terdapat kesalahan dalam fungsi (urutan) kata,
pronominal, dan preposisi. Komponen penggunaan bahasa pada teks
eksplanasi Keisya mendapat skor 21 dengan kriteria cukup.
Mekanik atau penilaian ejaan dan tanda baca pada hasil tulisan teks
eksplanasi Keisya adalah ditemukannya kesalahan pada penulisan judul,
113
yakni menggunakan huruf kapital seperti pada kata: /Di/ yang seharusnya
ditulis tidak kapital. Adapun, Keisya tidak menggunakan huruf kapital pada
awal kalimat seperti kata: /musiknya/, /kebudayaan/, /indonesia/, dan /korea/.
Terdapat pula kesalahan pada ejaan, yaitu pada kata /hallyu/ dan /korean
fever/ yang merupakan kata dari bahasa asing seharusnya ditulis dengan cetak
miring menjadi /hallyu/ dan /korean fever/. Dengan adanya tujuh kesalahan
ejaan dan tanda baca pada teks eksplanasi Keisya. Akan tetapi, makna masih
dapat terbaca. Komponen mekanik pada teks eksplanasi Keisya mendapat
skor 3 dengan kriteria sedang.
Nama : Laila Rizki Nur Azizah
Judul : Kemiskinan yang terjadi di Indonesia
Tabel 4.17
Hasil Analisis Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa No. 15
Komponen yang
Dinilai
Skor Maksimum
Ideal
Skala
Interval
Skor
Siswa
Kriteria
Isi
30
27-30
22-26
17-21
13-16
26
C
Organisasi
20
18-20
14-17
10-13
7-9
15
C
Kosakata
20
18-20
14-17
10-13
7-9
15
C
Penggunaan
Bahasa
25
22-25
18-21
11-17
5-10
18
C
Mekanik 5 2-5
3 S
114
Jumlah Skor : 77 B
Nilai:
× 100 = 77
Deskripsi:
Isi gagasan yang ditulis oleh Laila cukup sesuai dengan media kartu
bergambar. Laila mendapatkan tema kemiskinan dan dalam mengungkapkan
gagasan pendukung, cukup mengacu pada ide utama yang telah ditulis di
awal paragraf. Artinya, gagasan pendukung yang diungkapkan tidak terlalu
terperinci, tetapi sudah menjelaskan gagasan utama dan dalam hal ini Laila
cukup menguasai topik permasalahan. Laila menggunakan pola
pengembangan (sebab-akibat) untuk mendeskripsikan rangkaian kejadian dari
tema kemiskinan, dan menuliskannya dengan konjungsi yang tepat. Hasil
tulisan teks eksplanasi Laila relevan dengan tema dari kartu bergambar yang
didapatnya tetapi tidak terlalu terperinci. Laila menjelaskan bahwa penyebab
kemiskinan adalah kurangnya pendidikan keahlian. Kurang mengungkapkan
lebih detail mengenai kondisi (rumah) yang menjadi tempat tinggal penduduk
miskin. Hal tersebut dapat terungkap melalui kutipan dari teks eksplanasi
yang dibuat Laila berikut ini “faktor penyebab kemiskinan adalah kurangnya
pendidikan tentang keahlian, sehingga masyarakat kehilangan kerja.”
Komponen isi pada teks eksplanasi Laila mendapat skor 26 dengan kriteria
cukup.
Organisasi dalam penilaian ini meliputi struktur teks. Struktur teks
eksplanasi Laila ditulis dengan lengkap dan berdasarkan urutan, yakni
terdapatnya judul, identifikasi fenomena, rangkaian kejadian, dan ulasan.
Kelebihan Laila dalam komponen organisasi, yaitu memberikan judul pada
teks yang dibuatnya, penggunaan judul sudah relevan dengan topik
pembahasan. Pada bagian identifikasi fenomena, pengungkapan pernyataan
awal tentang kemiskinan sudah jelas, logis, dan lengkap. Selanjutnya bagian
rangkaian kejadian, Laila mengungkapkan data faktual yang terkait dengan
kemiskinan dengan jelas, tetapi kurang logis. Terdapat penggunaan tanda
115
baca yang kurang tepat sehingga kalimat yang disajikan bercampur maknanya
antarkalimat yang satu dengan kalimat selanjutnya. Laila mengungkapkan
fakta tentang kemiskinan berdasarkan pengetahuannya dan menghubungkan
dengan fenomena yang didapatkan dari bahan bacaan berupa artikel berita.
Gagasan yang ditulis pada bagian ulasan sudah runtut, jelas, merujuk pada
fakta yang diungkapkan, tetapi kurang logis sebab terdapat kalimat dengan
kosakata yang hilang sehingga maknanya kurang tergambarkan. Paragraf
yang ditulis Laila cukup padu dan sesuai dengan topik pembahasan.
Komponen organisasi pada teks eksplanasi Laila mendapat skor 15 dengan
kriteria cukup.
Kosakata yang digunakan Laila tergolong memadai. Artinya,
terdapat beberapa kosakata yang sama dalam mendeskripsikan tema dari
kartu bergambar. Pada teks eksplanasi Laila, ditemukannya tiga pembentukan
kata yang kurang sempurna seperti: /ketidak mampuan/ yang seharusnya
ditulis dirangkai menjadi /ketidakmampuan/. Kemudian, kata /menggerakan/
yang seharusnya ditulis /menggerakkan/ karena terdapat imbuhan me-, -kan.
Selanjutnya, kesalahan pada pemenggalan kata /kemisk-inan/ seharusnya
ditulis /kemis-kinan/ sebab pemenggalan kata bersisipan dengan kata dasar
yang tidak berubah efektifnya, yaitu /ke-mis-ki-nan/. Penggunaan kaidah
kebahasaan cukup memadai. Laila menggunakan kata teknis yaitu
kemiskinan, konjungsi kausalitas (seperti: sebab dan sehingga), menggunakan
kata benda yang merujuk pada fenomena (seperti: pendidikan, kesehatan,
ekonomi, lapangan kerja, dan penduduk), serta menggunakan kata kerja
tindakan yang merujuk pada fenomena (seperti: memenuhi, menyelesaikan,
memprioritaskan, berkualitas, menciptakan, dan membatasi). Komponen
kosakata pada teks eksplanasi Laila mendapat skor 15 dengan kriteria cukup.
Penggunaan bahasa yang ditulis oleh Laila memiliki konstruksi
kalimat yang sederhana dan efektif. Artinya, susunan kalimat yang ditulis
tidak kompleks. Namun, makna masih dapat terbaca dengan jelas. Terdapat
empat kesalahan dalam fungsi (urutan) kata seperti pada kalimat: “Agar
kemiskinan di Indonesia tidak semakin meningkat, menggunakan solusi-
116
solusi yaitu:...”. Setelah kata /meningkat/ seharusnya ditambahkan kata
/perlu/ sehingga dapat memperjelas kalimat selanjutnya. Kemudian, kalimat
“faktor kemiskinan semakin meningkat di Indonesia itu menjadi masalah
terbesar di Indonesia.” Sebelum kata /semakin/ seharusnya ditambahkan
partikel /yang/ dan /di Indonesia/ seharusnya dihilangkan agar tidak terjadi
pemborosan kata. Kata /terbesar/ dan kata depan /di/ seharusnya dihilangkan
dan diganti kata /untuk/ agar kalimat tersebut lebih efektif. Komponen
penggunaan bahasa pada teks eksplanasi Laila mendapat skor 18 dengan
kriteria cukup.
Mekanik atau penilaian ejaan dan tanda baca pada hasil tulisan teks
eksplanasi Laila adalah ditemukannya kesalahan pada penulisan judul, yakni
tidak menggunakan huruf kapital seperti pada kata: /terjadi/ yang seharusnya
ditulis dengan kapital. Adapun, Laila tidak menggunakan huruf kapital pada
awal kalimat seperti kata: /faktor/. Laila masih melakukan kesalahan pada
tanda koma yang ditulis sebelum konjungsi /sehingga/ seharusnya tidak perlu
menggunakan tanda koma dan tidak terdapatnya tanda koma sebelum
konjungsi /yaitu/. Selanjutnya, Laila tidak menggunakan tanda baca titik pada
akhir kalimat pertama paragraf kedua, akhir kalimat kedua paragraf kedua,
dan pada akhir kalimat pertama paragraf ketiga. Dengan adanya tujuh
kesalahan ejaan dan tanda baca pada teks eksplanasi Laila. Akan tetapi,
makna masih dapat terbaca. Komponen mekanik pada teks eksplanasi Laila
mendapat skor 3 dengan kriteria sedang.
Nama : Lala Cahya Kamila
Judul : Longsor
Tabel 4.18
Hasil Analisis Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa No. 16
Komponen yang
Dinilai
Skor Maksimum
Ideal
Skala
Interval
Skor
Siswa
Kriteria
Isi
30
27-30
22-26
25
C
117
17-21
13-16
Organisasi
20
18-20
14-17
10-13
7-9
14
C
Kosakata
20
18-20
14-17
10-13
7-9
14
C
Penggunaan
Bahasa
25
22-25
18-21
11-17
5-10
18
C
Mekanik 5 2-5
4 C
Jumlah Skor : 75 B
Nilai:
× 100 = 75
Deskripsi:
Isi gagasan yang ditulis oleh Lala cukup sesuai dengan media kartu
bergambar. Lala mendapatkan tema longsor dan dalam mengungkapkan
gagasan pendukung, cukup mengacu pada ide utama yang telah ditulis di
awal paragraf. Artinya, gagasan pendukung yang diungkapkan tidak terlalu
terperinci, tetapi sudah menjelaskan gagasan utama dan dalam hal ini Lala
cukup menguasai topik permasalahan. Lala menggunakan pola
pengembangan (sebab-akibat) untuk mendeskripsikan rangkaian kejadian dari
tema longsor, dan menuliskannya dengan konjungsi yang tepat. Hasil tulisan
teks eksplanasi Lala relevan dengan tema dari kartu bergambar yang
didapatnya, tetapi tidak terlalu terperinci. Lala menjelaskan bahwa akibat
longsor terdapat rumah yang rusak dan dibutuhkan alat berat. Kurang
mengungkapkan lebih detail mengenai bangunan apa saja yang terkena
dampak longsor selain rumah penduduk. Hal tersebut dapat terungkap melalui
118
kutipan dari teks eksplanasi yang dibuat Lala berikut ini “akibatnya adalah
rumah penduduk pada rusak sehingga dibutuhkan alat berat untuk
mengangkat bangunan dan mengangkat tanah”. Komponen isi pada teks
eksplanasi Lala mendapat skor 25 dengan kriteria cukup.
Organisasi dalam penilaian ini meliputi struktur teks. Struktur teks
eksplanasi Lala ditulis dengan lengkap dan berdasarkan urutan, yakni
terdapatnya judul, identifikasi fenomena, rangkaian kejadian, dan ulasan.
Kelebihan Lala dalam komponen organisasi, yaitu memberikan judul pada
teks yang dibuatnya tetapi judul yang digunakan masih bersifat umum.
Artinya, Lala menggunakan tema yang didapat untuk memberikan judul pada
teks yang dibuatnya. Pada bagian identifikasi fenomena, pengungkapan
pernyataan awal tentang longsor sudah jelas dan logis tetapi kurang lengkap,
yaitu gagasan yang dipaparkan kurang meluas. Selanjutnya bagian rangkaian
kejadian, Lala mengungkapkan data faktual yang terkait dengan longsor
secara jelas, logis, dan lengkap. Lala mengungkapkan fakta tentang longsor
berdasarkan pengetahuannya dan menghubungkan dengan fenomena yang
didapatkan dari bahan bacaan berupa artikel berita. Gagasan yang ditulis pada
bagian ulasan sudah jelas, merujuk pada fakta yang diungkapkan, tetapi
kurang logis. Kemudian, Lala kurang mengembangkan gagasannya untuk
mengatasi fenomena longsor pada bagian ulasan. Paragraf yang ditulis Lala
cukup padu dan sesuai dengan topik pembahasan. Komponen organisasi pada
teks eksplanasi Lala mendapat skor 14 dengan kriteria cukup.
Kosakata yang digunakan Lala tergolong memadai. Artinya, terdapat
beberapa kosakata yang sama dan ditulis berulang untuk mendeskripsikan
tema longsor dari kartu bergambar yang didapatnya, kosakata yang digunakan
masih sedikit. Pada teks ekspalnasi Lala, ditemukannya tiga pembentukan
kata yang kurang sempurna seperti: kata /kor ban/ yang seharusnya ditulis
dirangkai menjadi /korban/, kata /sang at/ yang seharusnya ditulis dirangkai
menjadi /sangat/, dan kata /men cari/ yang seharusnya imbuhan me- ditulis
dirangkai dengan kata /cari/ sehingga menjadi /mencari/. Penggunaan kaidah
kebahasaan cukup memadai, pengungkapan sudah tepat tetapi tidak terlalu
119
terperinci, serta penggunaan konjungsi kausalitas kurang lengkap. Lala
menggunakan kata teknis yaitu longsor, konjungsi kausalitas (seperti: karena
dan sehingga), menggunakan kata benda yang merujuk pada fenomena
(seperti: hujan, susunan, tanah, air, penduduk, bangunan, alat berat, dan
korban), serta menggunakan kata kerja tindakan yang merujuk pada
fenomena (seperti: merusak, menampung, meresap, mengangkat, dan
berwaspada). Komponen kosakata pada teks eksplanasi Lala mendapat skor
14 dengan kriteria cukup.
Penggunaan bahasa yang ditulis oleh Lala memiliki konstruksi
kalimat yang sederhana dan efektif. Artinya, susunan kalimat yang ditulis
tidak kompleks serta menggunakan bahasa yang lugas sehingga makna dapat
terbaca dengan jelas. Terdapat empat kesalahan dalam fungsi (urutan) kata
seperti pada kalimat: “akibatnya adalah rumah penduduk pada rusak...”.
Setelah kata /penduduk/ seharusnya dihilangkan kata /pada/ dan diganti
partikel /yang/. Sementara itu, setelah /adalah/ ditambahkan frasa
/terdapatnya beberapa/ sehingga dapat memperjelas bahwa rumah penduduk
tidak terlalu banyak yang rusak. Selanjutnya kalimat “penyebab terjadinya
longsor karena adanya hujan dengan intensitas yang sangat tinggi, karena
adanya intensitas yang sangat tinggi.”. Seharusnya frasa tersebut tidak ditulis
berulang sehingga menyebabkan kalimat kurang efektif. Kemudian, kalimat
“sebaiknya kita harus berwaspada kalau adanya hujan yang sang at tinggi”.
Seharusnya kata /tinggi/ dapat diganti frasa /deras dan banyak/ sehingga lebih
logis. Komponen penggunaan bahasa pada teks eksplanasi Lala mendapat
skor 18 dengan kriteria cukup.
Mekanik atau penilaian ejaan dan tanda baca pada hasil tulisan teks
eksplanasi Lala adalah ditemukannya kesalahan, yaitu tidak menggunakan
huruf kapital pada awal kalimat seperti kata: /akibat/ dan /sebaiknya/. Lala
masih melakukan kesalahan pada tanda baca seperti: tidak menggunakan
tanda baca titik sebelum konjungsi /kemudian/ sebab /kemudian/ merupakan
konjungsi antarkalimat. Hanya ada tiga kesalahan ejaan dan tanda baca pada
teks eksplanasi Lala. Akan tetapi, tidak mengaburkan makna atau makna
120
dapat terbaca jelas. Komponen mekanik pada teks eksplanasi Lala mendapat
skor 4 dengan kriteria cukup.
Nama : Listiana Zahrani
Judul : Longsor yang terjadi karena kurangnya kesadaran diri
Tabel 4.19
Hasil Analisis Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa No. 17
Komponen yang
Dinilai
Skor Maksimum
Ideal
Skala
Interval
Skor
Siswa
Kriteria
Isi
30
27-30
22-26
17-21
13-16
27
SB
Organisasi
20
18-20
14-17
10-13
7-9
16
C
Kosakata
20
18-20
14-17
10-13
7-9
16
C
Penggunaan
Bahasa
25
22-25
18-21
11-17
5-10
22
SB
Mekanik 5 2-5
3 C
Jumlah Skor : 84 BS
Nilai :
× 100 = 84
Deskripsi:
Isi gagasan yang ditulis oleh Listiana sudah sesuai dengan media
kartu bergambar yang didapatnya. Listiana mendapatkan tema longsor dan
121
dalam mengungkapkan gagasan pendukung, ia mengembangkan dari ide
utama yang telah ditulis di awal paragraf. Gagasan pendukung diungkapkan
sudah runtut, terfokus, dan mengacu pada gambar. Untuk hal ini, Listiana
sudah menguasai topik permasalahan dengan baik. Listiana menggunakan
pola pengembangan (sebab-akibat) untuk mendeskripsikan rangkaian
kejadian dari tema longsor, dan menuliskannya dengan konjungsi yang tepat.
Hasil tulisan teks eksplanasi Listiana sudah relevan dengan tema dari kartu
bergambar yang didapatnya. Hal tersebut dapat terungkap melalui kutipan
dari teks eksplanasi yang dibuat Listiana berikut ini “Akibat dari fenomena
longsor tersebut adalah hewan-hewan banyak yang punah karena kehilangan
tempat tinggal serta kurangnya cadangan air, warga mengalami kerugian
moril dan material dalam jumlah besar.” Komponen isi pada teks eksplanasi
Listiana mendapat skor 27 dengan kriteria sangat baik.
Organisasi dalam penilaian ini meliputi struktur teks. Struktur teks
eksplanasi Listiana ditulis dengan lengkap dan berdasarkan urutan, yakni
terdapatnya judul, identifikasi fenomena, rangkaian kejadian, dan ulasan.
Kelebihan Listiana dalam komponen organisasi, yaitu memberikan judul pada
teks yang dibuatnya, penggunaan judul sudah relevan dengan topik
pembahasan. Pada bagian identifikasi fenomena, pengungkapan pernyataan
awal tentang longsor sudah jelas, logis, dan lengkap. Listiana juga
memberikan contoh mengenai longsor yang terjadi di daerah bogor dengan
gagasan yang jelas dan logis. Selanjutnya bagian rangkaian kejadian, Listiana
mengungkapkan data yang terkait dengan longsor secara jelas, logis, dan
lengkap. Listiana mengungkapkan fakta tentang longsor berdasarkan
pengetahuannya dan menghubungkan dengan fenomena yang didapatkan dari
bahan bacaan berupa artikel berita. Gagasan yang ditulis pada bagian ulasan
sudah jelas, logis, dan merujuk pada fakta yang diungkapkan. Akan tetapi,
Listiana kurang mengembangkan gagasannya untuk mengatasi fenomena
longsor pada bagian ulasan. Paragraf yang ditulis Listiana cukup padu dan
cukup sesuai dengan topik pembahasan. Komponen organisasi pada teks
eksplanasi Listiana mendapat skor 16 dengan kriteria cukup.
122
Kosakata yang digunakan Listiana tergolong memadai. Artinya,
terdapat kosakata yang diungkapkan berulang dalam mendeskripsikan
fenomena longsor dari kartu bergambar. Pada teks ekspalnasi Listiana,
ditemukannya satu pembentukan kata yang kurang sempurna seperti: kata
/pemukiman/ yang seharusnya ditulis /permukiman/ sebab /permukiman/
memiliki arti daerah tempat bermukim. Penggunaan kaidah kebahasaan cukup
memadai, pengungkapan sudah tepat, serta penggunaan konjungsi kausalitas
kurang lengkap. Listiana menggunakan kata teknis yaitu longsor, konjungsi
kausalitas (seperti: sebab dan sehingga), menggunakan kata benda yang
merujuk pada fenomena (seperti: hujan, intensitas tinggi, alam, manusia,
hutan gundul, resapan, ilegal, kerugian, dan reboisasi), serta menggunakan
kata kerja tindakan yang merujuk pada fenomena (seperti: menuruni,
dibiarkan, dan mengalami). Komponen kosakata pada teks eksplanasi
Listiana mendapat skor 16 dengan kriteria cukup.
Penggunaan bahasa yang ditulis oleh Listiana memiliki konstruksi
kalimat kompleks tetapi efektif. Artinya, susunan kalimat yang ditulis
mengandung beberapa kosakata yang rumit tetapi efektif dan menggunakan
bahasa yang lugas sehingga makna dapat terbaca dengan jelas dan mudah
dipahami. Tidak terdapat kesalahan dalam fungsi (urutan) kata, pronominal,
dan preposisi. Komponen penggunaan bahasa pada teks eksplanasi Listiana
mendapat skor 22 dengan kriteria sangat baik.
Mekanik atau penilaian ejaan dan tanda baca pada hasil tulisan teks
eksplanasi Listiana adalah ditemukannya kesalahan pada penulisan judul,
yakni tidak menggunakan huruf kapital seperti pada kata: /terjadi/,
/kurangnya/, /kesadaran/, dan /diri/. Adapun, Listiana tidak menggunakan
huruf kapital pada awal kalimat seperti kata: /sebaiknya/. Kemudian, Listiana
tidak menggunakan huruf kapital pada kata /sedangkan/ sebagai konjungsi
antarkalimat. Selanjutnya, terdapat kesalahan pada ejaan, yaitu kata /material/
yang seharusnya ditulis /materiel/ sebab kata /material/ adalah tidak baku.
Dengan adanya tujuh kesalahan ejaan dan tanda baca pada teks eksplanasi
123
Listiana. Akan tetapi, makna masih dapat terbaca. Komponen mekanik pada
teks eksplanasi Listiana mendapat skor 3 dengan kriteria sedang.
Nama : Luqman Hakim
Judul : Penyebab Kemacetan Di jakarta
Tabel 4.20
Hasil Analisis Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa No. 18
Komponen yang
Dinilai
Skor Maksimum
Ideal
Skala
Interval
Skor
Siswa
Kriteria
Isi
30
27-30
22-26
17-21
13-16
24
C
Organisasi
20
18-20
14-17
10-13
7-9
16
C
Kosakata
20
18-20
14-17
10-13
7-9
13
S
Penggunaan
Bahasa
25
22-25
18-21
11-17
5-10
18
C
Mekanik 5 2-5
3 S
Jumlah Skor : 74 B
Nilai :
× 100 = 74
Deskripsi:
Isi gagasan yang ditulis oleh Luqman cukup sesuai dengan media
kartu bergambar. Luqman mendapatkan tema kemacetan dan dalam
124
mengungkapkan gagasan pendukung, cukup mengacu pada ide utama yang
telah ditulis di awal paragraf. Artinya, gagasan pendukung yang diungkapkan
tidak terlalu terperinci, tetapi sudah menjelaskan gagasan utama dan dalam
hal ini Luqman cukup menguasai topik permasalahan. Luqman menggunakan
pola pengembangan (sebab-akibat) untuk mendeskripsikan rangkaian
kejadian dari tema kemacetan, dan menuliskannya dengan konjungsi yang
tepat. Hasil tulisan teks eksplanasi Luqman relevan dengan tema dari kartu
bergambar yang didapatnya tetapi tidak terlalu terperinci. Luqman
menjelaskan bahwa penyebab kemacetan adalah tentang ruas jalan dan
pengemudi yang ugal-ugalan. Kurang mengungkapkan lebih detail mengenai
keadaan ruas jalan dan tidak tertibnya pengemudi roda dua yang
menggunakan jalur bus transjakarta. Hal tersebut dapat terungkap melalui
kutipan dari teks eksplanasi yang dibuat Luqman berikut ini “beberapa faktor
penyebab kemacetan yaitu faktor ruas jalan, adanya pengemudi ugal-ugalan
yang menghambat laju kendaraan”. Komponen isi pada teks eksplanasi
Luqman mendapat skor 24 dengan kriteria cukup.
Organisasi dalam penilaian ini meliputi struktur teks. Struktur teks
eksplanasi Luqman ditulis dengan lengkap dan berdasarkan urutan, yakni
terdapatnya judul, identifikasi fenomena, rangkaian kejadian, dan ulasan.
Kelebihan Luqman dalam komponen organisasi, yaitu memberikan judul
pada teks yang dibuatnya, penggunaan judul sudah relevan dengan topik
pembahasan. Pada bagian identifikasi fenomena, pengungkapan pernyataan
awal tentang kemacetan sudah jelas, logis, dan lengkap. Selanjutnya bagian
rangkaian kejadian, Luqman memulainya dengan memaparkan gagasan
mengenai kerugian dari kemacetan dan memunculkan kalimat pertanyaan.
Kemudian, Luqman mengungkapkan data faktual yang terkait kemacetan
dengan jelas tetapi kurang lengkap dan kurang logis. Adanya beberapa
pembentukan kosakata yang kurang sempurna menjadikan kalimat kurang
logis. Luqman mengungkapkan fakta tentang kemacetan berdasarkan
pengetahuannya dan menghubungkan dengan fenomena yang didapatkan dari
bahan bacaan berupa artikel berita. Gagasan yang ditulis pada bagian ulasan
125
sudah jelas, merujuk pada fakta yang diungkapkan, tetapi kurang logis.
Terdapat kalimat yang menggantung karena kurangnya klausa sehingga
menyebabkan ambiguitas. Paragraf yang ditulis Luqman cukup padu dan
sesuai dengan topik pembahasan. Komponen organisasi pada teks eksplanasi
Luqman mendapat skor 16 dengan kriteria cukup.
Kosakata yang digunakan Luqman tergolong terbatas. Artinya,
terdapat beberapa kosakata yang sama dan ditulis berulang, serta penggunaan
kosakata yang tidak luas untuk mendeskripsikan tema kemacetan dari kartu
bergambar yang didapatnya. Pada teks eksplanasi Luqman, ditemukannya
lima pembentukan kata yang kurang sempurna seperti: /melang garnya/ yang
seharusnya ditulis dirangkai menjadi /melanggarnya/. Selanjutnya, kata
/didunia/ yang seharusnya penulisan di- ditulis dipisah menjadi /di dunia/
sebab kedudukan di- sebagai kata depan. Adapun, kata /di percepat/ yang
seharusnya penulisan di- dirangkai menjadi /dipercepat/ sebab kedudukannya
sebagai awalan yang menunjukkan kata kerja pasif, kata /ter buang/ yang
seharusnya imbuhan ter- ditulis dirangkai dengan kata /buang/ sehingga
menjadi /terbuang/, dan kata /bertang gung jawab/ seharusnya ditulis
/bertanggung jawab/. Penggunaan kaidah kebahasaan tergolong cukup
memadai, pengungkapan sudah tepat tetapi kurang lengkap. Luqman
menggunakan kata teknis yaitu kemacetan, konjungsi kausalitas (seperti:
sebab dan sehingga), menggunakan kata benda yang merujuk pada fenomena
(seperti: kendaraan, kapasitas, jakarta, jalan alternatif, sanksi, dan peraturan),
serta menggunakan kata kerja tindakan yang merujuk pada fenomena (seperti:
dipadati, menimbulkan, menghindari, dihimbau, dan menaati). Komponen
kosakata pada teks eksplanasi Luqman mendapat skor 13 dengan kriteria
sedang.
Penggunaan bahasa yang ditulis oleh Luqman memiliki konstruksi
kalimat yang sederhana dan efektif. Artinya, susunan kalimat yang ditulis
tidak kompleks serta menggunakan bahasa yang lugas sehingga makna dapat
terbaca dengan jelas. Terdapat tiga kesalahan dalam fungsi (urutan) kata,
seperti pada kalimat: “Bahkan hanya di jakarta, beberapa kota besar di
126
dunia...”. Kata /Bahkan/ seharusnya diganti /bukan/ sebab kalimat selanjutnya
menjelaskan bahwa seluruh dunia juga memiliki kota termacet dan kata depan
/di/ sebelum kata /jakarta/ dapat dihilangkan. Selanjutnya, pada kalimat:
“mengurangi jumlah kendaraan, dengan mewajibkan 1 rumah hanya memiliki
1 kendaraan...”. Seharusnya sebelum kata /mengurangi/ dapat ditambahkan
klausa, sebagai berikut /Pemerintah dapat membuat peraturan agar/, dan
konjungsi /dengan/ diganti /yakni/. Penambahan klausa dan penggantian
konjungsi dimaksudkan agar kalimat lebih logis juga efektif. Komponen
penggunaan bahasa pada teks eksplanasi Luqman mendapat skor 18 dengan
kriteria cukup.
Mekanik atau penilaian ejaan dan tanda baca pada hasil tulisan teks
eksplanasi Luqman adalah ditemukannya kesalahan pada penulisan judul,
yakni menggunakan huruf kapital seperti pada kata: /Di/ yang seharusnya
ditulis tidak kapital. Selain itu, tidak menggunakan huruf kapital seperti pada
kata: /jakarta/ sebab menunjukkan nama kota. Adapun, Luqman tidak
menggunakan huruf kapital pada awal kalimat seperti kata: /kategori/ dan
/mengurangi/. Terdapat pula penyingkatan kata seperti: /yg/. Lalu,
penggunaan tanda koma sebelum konjungsi /sehingga/ seharusnya tidak pakai
tanda koma. Adapun, kesalahan terhadap pengulangan kata /jam jam/ yang
tidak menggunakan tanda hubung setrip seharusnya menggunakan. Dengan
adanya tujuh kesalahan ejaan dan tanda baca pada teks eksplanasi Luqman.
Akan tetapi, makna masih dapat terbaca. Komponen mekanik pada teks
eksplanasi Luqman mendapat skor 3 dengan kriteria sedang.
127
Nama : Muhamad Akbar Pahreji
Judul : Sampah Penyebab Kerusakan alam
Tabel 4.21
Hasil Analisis Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa No. 19
Komponen yang
Dinilai
Skor Maksimum
Ideal
Skala
Interval
Skor
Siswa
Kriteria
Isi
30
27-30
22-26
17-21
13-16
23
C
Organisasi
20
18-20
14-17
10-13
7-9
14
C
Kosakata
20
18-20
14-17
10-13
7-9
15
C
Penggunaan
Bahasa
25
22-25
18-21
11-17
5-10
19
C
Mekanik 5 2-5
3 S
Jumlah Skor : 74 B
Nilai :
× 100 = 74
Deskripsi:
Isi gagasan yang ditulis oleh Akbar cukup sesuai dengan media kartu
bergambar. Akbar mendapatkan tema sampah dan dalam mengungkapkan
gagasan pendukung, cukup mengacu pada ide utama yang telah ditulis di
awal paragraf. Artinya, gagasan pendukung yang diungkapkan tidak terlalu
terperinci, tetapi sudah menjelaskan gagasan utama dan dalam hal ini Akbar
128
cukup menguasai topik permasalahan. Akbar menggunakan pola
pengembangan (sebab-akibat) untuk mendeskripsikan rangkaian kejadian dari
tema sampah, dan menuliskannya dengan konjungsi yang tepat. Hasil tulisan
teks eksplanasi Akbar relevan dengan tema dari kartu bergambar yang
didapatnya tetapi tidak terlalu terperinci. Akbar menjelaskan bahwa sampah
kebanyakan terdapat di permukiman masyarakat, sungai, atau selokan. Tidak
mengungkapkan dengan detail mengenai penyebab lingkungan rumah
masyarakat dipenuhi sampah. Kemudian, kurangnya informasi tentang
penyebab sungai atau selokan dijadikan tempat pembuangan sampah. Hal
tersebut dapat terungkap melalui kutipan dari teks eksplanasi yang dibuat
Akbar berikut ini “Sampah banyak ditemukan di daerah Perumahan
masyarakat dan di sekitar sungai atau selokan”. Komponen isi pada teks
eksplanasi Akbar mendapat skor 23 dengan kriteria cukup.
Organisasi dalam penilaian ini meliputi struktur teks. Struktur teks
eksplanasi Akbar ditulis dengan lengkap dan berdasarkan urutan, yakni
terdapatnya judul, identifikasi fenomena, rangkaian kejadian, dan ulasan.
Kelebihan Akbar dalam komponen organisasi, yaitu memberikan judul pada
teks yang dibuatnya, penggunaan judul sudah relevan dengan topik
pembahasan. Pada bagian identifikasi fenomena, pengungkapan pernyataan
awal tentang sampah sudah jelas, logis, tetapi kurang lengkap. Artinya,
gagasan yang diungkapkan kurang meluas. Selanjutnya pada rangkaian
kejadian, Akbar dapat mengungkapkan data faktual dengan jelas dan logis,
tetapi kurang lengkap. Akbar mengungkapkan fakta tentang sampah,
berdasarkan pengetahuannya dan menghubungkan dengan fenomena yang
ditemui di kehidupan sehari-hari. Gagasan yang ditulis pada bagian ulasan
sudah jelas, logis, dan merujuk pada fakta yang diungkapkan. Akan tetapi,
Akbar kurang mengembangkan gagasannya untuk mengatasi fenomena
sampah pada bagian ulasan. Paragraf yang dituliskan Akbar cukup padu dan
sesuai dengan topik pembahasan. Komponen organisasi pada teks eksplanasi
Akbar mendapat skor 14 dengan kriteria cukup.
129
Kosakata yang digunakan Akbar tergolong memadai. Artinya,
terdapat beberapa kosakata yang sama dan ditulis berulang untuk
mendeskripsikan tema banjir dari kartu bergambar yang didapatnya, kosakata
yang digunakan masih sedikit. Pada teks ekspalnasi Akbar, didapatkan dua
pembentukan kata yang kurang sempurna seperti: kata /di temukan/ yang
seharusnya penulisan di- dirangkai menjadi /ditemukan/ sebab kedudukannya
sebagai awalan yang menunjukkan kata kerja pasif. Selanjutnya, kata /di
gunakan/ yang seharusnya penulisan di- dirangkai menjadi /digunakan/ sebab
kedudukannya sebagai awalan yang menunjukkan kata kerja pasif.
Penggunaan kaidah kebahasaan tergolong cukup memadai, pengungkapan
sudah tepat, serta penggunaan konjungsi kausalitas kurang lengkap. Akbar
menggunakan kata teknis yaitu sampah, konjungsi kausalitas (seperti: karena
dan sehingga), menggunakan kata benda yang merujuk pada fenomena
(seperti: industri, perusahaan, rumah tangga, sungai, selokan, aliran dan
bencana), serta menggunakan kata kerja tindakan yang merujuk pada
fenomena (seperti: di gunakan, membuang, menyadarkan, dan mencegah)
tetapi tidak secara terperinci. Komponen kosakata pada teks eksplanasi Akbar
mendapat skor 15 dengan kriteria cukup.
Penggunaan bahasa yang ditulis oleh Akbar memiliki konstruksi
kalimat yang sederhana dan efektif. Artinya, susunan kalimat yang ditulis
tidak kompleks serta menggunakan bahasa yang lugas sehingga makna dapat
terbaca dengan jelas. Terdapat dua kesalahan dalam fungsi (urutan) kata
seperti pada kalimat: “Marilah kita bersama-sama Menyadarkan Masyarakat
agar tidak membuang sampah sembarangan lagi supaya dapat...”. Seharusnya,
kojungsi /supaya/ dihilangkan sebab penghubung tersebut berfungsi untuk
menandai harapan, dan diganti konjungsi /sehingga/ yang menjelaskan bahwa
apabila penduduk tidak membuang sampah sembarangan tidak akan
menyebabkan terjadinya banjir. Kata /lagi/ seharusnya dihilangkan dan
diganti kata /membiasakan/ sebelum kata /membuang/. Komponen
penggunaan bahasa pada teks eksplanasi Akbar mendapat skor 19 dengan
kriteria cukup.
130
Mekanik atau penilaian ejaan dan tanda baca pada hasil tulisan teks
eksplanasi Akbar adalah ditemukannya kesalahan pada penulisan judul, yakni
tidak menggunakan huruf kapital seperti pada kata: /alam/. Adapun, terdapat
kata di pertengahan kalimat yang dituliskan dengan huruf kapital, yaitu
/Perumahan/, /Membuang/, dan /Sungai/. Terdapat pula kesalahan pada ejaan,
yaitu kata /matrial/ seharusnya ditulis /material/ karena bentuk bakunya
adalah /material/ dan kata /kurany/ yang seharusnya ditulis /kurangnya/.
Akbar masih melakukan kesalahan pada tanda baca, yaitu tidak menggunakan
tanda baca titik pada pengakhiran kalimat di paragraf tiga. Dengan adanya
tujuh kesalahan ejaan dan tanda baca pada teks eksplanasi Akbar. Akan
tetapi, makna masih dapat terbaca. Komponen mekanik pada teks eksplanasi
Akbar mendapat skor 3 dengan kriteria sedang.
Nama : Muhammad Alfareza
Judul : Macetnya arus kendaraan di Jakarta
Tabel 4.22
Hasil Analisis Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa No. 20
Komponen yang
Dinilai
Skor Maksimum
Ideal
Skala
Interval
Skor
Siswa
Kriteria
Isi
30
27-30
22-26
17-21
13-16
27
SB
Organisasi
20
18-20
14-17
10-13
7-9
15
C
Kosakata
20
18-20
14-17
10-13
7-9
13
S
Penggunaan
25
22-25
18-21
18
C
131
Bahasa 11-17
5-10
Mekanik 5 2-5
2 K
Jumlah Skor : 75 B
Nilai :
× 100 = 75
Deskripsi:
Isi gagasan yang ditulis oleh Alfareza sudah sesuai dengan media
kartu bergambar. Alfareza mendapatkan tema kemacetan dan dalam
mengungkapkan gagasan pendukung, ia mengembangkan dari ide utama yang
telah ditulis di awal paragraf, dalam hal ini Alfareza sudah menguasai topik
permasalahan dengan baik. Alfareza menggunakan pola pengembangan
(sebab-akibat) untuk mendeskripsikan rangkaian kejadian dari tema
kemacetan, dan menuliskannya dengan konjungsi yang tepat. Hasil tulisan
teks eksplanasi Alfareza sudah relevan dengan tema dari kartu bergambar
yang didapatnya. Hal tersebut dapat terungkap melalui kutipan dari teks
eksplanasi yang dibuat Alfareza berikut ini “kemacetan di daerah seperti itu
karena, kurangnya tangga/Jembatan Penyebrangan Orang atau (JPO),
sehingga banyak orang orang yang memakai kendaraan, maupun kendaraan
online”. Komponen isi pada teks eksplanasi Alfareza mendapat skor 27
dengan kriteria sangat baik.
Organisasi dalam penilaian ini meliputi struktur teks. Struktur teks
eksplanasi Alfareza ditulis dengan lengkap dan berdasarkan urutan, yakni
terdapatnya judul, identifikasi fenomena, rangkaian kejadian, dan ulasan.
Kelebihan Alfareza dalam komponen organisasi, yaitu memberikan judul
pada teks yang dibuatnya, penggunaan judul sudah relevan dengan topik
pembahasan. Pada bagian identifikasi fenomena, pengungkapan pernyataan
awal tentang kemacetan sudah jelas, logis, dan cukup lengkap. Selanjutnya
pada rangkaian kejadian, Alfareza dapat mengungkapkan data faktual dengan
jelas, lengkap, tetapi kurang logis. Alfareza mengungkapkan fakta tentang
132
kemacetan, berdasarkan pengetahuannya yang didapat dari artikel berita dan
menghubungkan dengan fenomena yang ditemui di kehidupan sehari-hari.
Gagasan yang ditulis pada bagian ulasan sudah jelas dan sudah merujuk pada
fakta yang diungkapkan. Akan tetapi, kurang logis karena masih terdapat
kalimat dengan penyusunan kosakata kurang tepat. Paragraf yang dituliskan
Alfareza cukup padu dan sesuai dengan topik pembahasan. Komponen
organisasi pada teks eksplanasi Alfareza mendapat skor 15 dengan kriteria
cukup.
Kosakata yang digunakan Alfareza tergolong terbatas. Artinya, tidak
luas dalam mendeskripsikan tema dari kartu bergambar yang didapatnya.
Pada teks eksplanasi Alfareza, ditemukannya empat pembentukan kata yang
kurang sempurna seperti: kata /di sebabkan/ yang seharusnya penulisan di-
ditulis dirangkai menjadi /disebabkan/ sebab kedudukannya sebagai awalan
yang menunjukkan kata kerja pasif, kata /meningkat nya/ seharusnya ditulis
dirangkai menjadi /meningkatnya/, kata /berkurang nya/ seharusnya ditulis
dirangkai menjadi /berkurangnya/, dan kata /di bangunnya/ yang seharusnya
penulisan di- dirangkai menjadi /dibangunnya/ sebab kedudukannya sebagai
awalan yang menunjukkan kata kerja pasif. Penggunaan kaidah kebahasaan
tergolong terbatas. Alfareza menggunakan kata teknis, yaitu kemacetan,
konjungsi kausalitas (seperti: karena dan sehingga), menggunakan kata benda
yang merujuk pada fenomena (seperti: lalu lintas, kapasitas, kendaraan,
jembatan, dan pejalan kaki), serta menggunakan kata kerja tindakan yang
merujuk pada fenomena (seperti: berhenti, memakai, berkurang, dan
menyeberang) tetapi tidak secara terperinci. Komponen kosakata pada teks
eksplanasi Alfareza mendapat skor 13 dengan kriteria sedang.
Penggunaan bahasa yang ditulis oleh Alfareza memiliki konstruksi
kalimat yang sederhana dan efektif. Artinya, susunan kalimat yang ditulis
tidak kompleks dan makna dapat terbaca dengan jelas. Terdapat empat
kesalahan dalam fungsi (urutan) kata seperti pada kalimat: “maka dari itu agar
tidak terjadi kemacetan. kita harus hemat dalam memakai kendaraan atau di
bangunnya jembatan penyebrangan orang...”. Seharusnya, dihilangkan kata
133
/hemat/ dan diganti kata /mengurangi/. Lalu, dihilangkan kata /memakai/ dan
diganti /menggunakan/. Selanjutnya, kata /di bangunnya/ diganti klausa
“pemerintah dapat memprioritaskan untuk pembangunan” sebab lebih dapat
memperjelas kalimat berikutnya. Terdapat pula kalimat “sehingga banyak
orang yang memakai kendaraan, maupun kendaraan online”. Seharusnya,
setelah kata /kendaraan/ ditambahkan kata /pribadi/ untuk memperjelas
bahwa yang menjadi penyebab kemacetan adalah meningkatnya jumlah
kendaraan pribadi. Komponen penggunaan bahasa pada teks eksplanasi
Alfareza mendapat skor 18 dengan kriteria cukup.
Mekanik atau penilaian ejaan dan tanda baca pada hasil tulisan teks
eksplanasi Alfareza adalah ditemukannya kesalahan pada penulisan judul,
yakni tidak menggunakan huruf kapital seperti pada kata: /arus/ dan
/kendaraan/. Adapun, terdapat kata di awal kalimat yang tidak ditulis dengan
huruf kapital, yaitu /kemacetan/. Terdapat pula kesalahan pada ejaan, yaitu
kata /penyebrangan/ seharusnya ditulis /penyeberangan/. Selanjutnya,
terdapat kesalahan pada kata /online/ yang seharusnya ditulis dengan
menggunakan huruf cetak miring menjadi /online/ sebab berasal dari kata
bahasa Inggris dan tidak menggunakan huruf kapital pada kata /jakarta/ yang
menunjukkan nama kota. Alfareza masih melakukan kesalahan pada tanda
baca, yaitu tidak menggunakan tanda baca titik pada akhir kalimat pertama
paragraf pertama. Lalu, masih menggunakan tanda koma sebelum konjungsi
/sehingga/ dan tidak menggunakan tanda hubung setrip pada kata berulang
seperti: /orang orang/. Terdapat sembilan kesalahan ejaan dan tanda baca
pada teks eksplanasi Alfareza. Komponen mekanik pada teks eksplanasi
Alfareza mendapat skor 2 dengan kriteria sangat kurang.
134
Nama : Muhammad Fickry Khadafi
Judul : kemacetan di DKI Jakarta
Tabel 4.23
Hasil Analisis Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa No. 21
Komponen yang
Dinilai
Skor Maksimum
Ideal
Skala
Interval
Skor
Siswa
Kriteria
Isi
30
27-30
22-26
17-21
13-16
24
C
Organisasi
20
18-20
14-17
10-13
7-9
15
C
Kosakata
20
18-20
14-17
10-13
7-9
14
C
Penggunaan
Bahasa
25
22-25
18-21
11-17
5-10
19
C
Mekanik 5 2-5
3 C
Jumlah Skor : 75 B
Nilai :
× 100 = 75
Deskripsi:
Isi gagasan yang ditulis oleh Fickry cukup sesuai dengan media
kartu bergambar. Fickry mendapatkan tema kemacetan dan dalam
mengungkapkan gagasan pendukung, cukup mengacu pada ide utama yang
telah ditulis di awal paragraf. Artinya, gagasan pendukung yang diungkapkan
tidak terlalu terperinci, tetapi sudah menjelaskan gagasan utama dan dalam
135
hal ini Fickry cukup menguasai topik permasalahan. Fickry menggunakan
pola pengembangan (sebab-akibat) untuk mendeskripsikan rangkaian
kejadian dari tema kemacetan, dan menuliskannya dengan konjungsi yang
tepat. Hasil tulisan teks eksplanasi Fickry cukup relevan dengan tema dari
kartu bergambar yang didapatnya tetapi tidak terlalu terperinci. Kurangnya
informasi mengenai tidak tertibnya pengendara roda dua yang menggunakan
jalur bus transjakarta. Hal tersebut dapat terungkap melalui kutipan dari teks
eksplanasi yang dibuat Fickry berikut ini “Penyebab terjadinya kemacetan
karena terdapatnya bencana alam tanah longsor diarea jalan Raya,
menyempitnya ruas jalan karena dipergunakan untuk pengangkatan material
tanah”. Komponen isi pada teks eksplanasi Fickry mendapat skor 24 dengan
kriteria cukup.
Organisasi dalam penilaian ini meliputi struktur teks. Struktur teks
eksplanasi Fickry ditulis dengan lengkap dan berdasarkan urutan, yakni
terdapatnya judul, identifikasi fenomena, rangkaian kejadian, dan ulasan.
Kelebihan Ficrky dalam komponen organisasi, yaitu memberikan judul pada
teks yang dibuatnya, penggunaan judul sudah relevan dengan topik
pembahasan. Pada bagian identifikasi fenomena, pengungkapan pernyataan
awal tentang kemacetan sudah jelas, logis, tetapi kurang lengkap. Selanjutnya
pada rangkaian kejadian, Fickry dapat mengungkapkan data faktual dengan
jelas dan logis tetapi kurang lengkap. Fickry mengungkapkan fakta tentang
kemacetan, berdasarkan pengetahuannya dan menghubungkan dengan
fenomena yang didapatkan dari bahan bacaan berupa artikel berita. Gagasan
yang ditulis pada bagian ulasan sudah jelas, tetapi kurang logis sebab terdapat
kosakata yang tidak mendukung keutuhan kalimat. Fickry kurang
mengembangkan gagasannya untuk mengatasi fenomena kemacetan pada
bagian ulasan, tetapi gagasan yang diungkapkan sudah merujuk pada fakta
yang dijelaskan. Paragraf yang dituliskan Fickry cukup padu dan sesuai
dengan topik pembahasan. Komponen organisasi pada teks eksplanasi Fickry
mendapat skor 15 dengan kriteria cukup.
136
Kosakata yang digunakan Fickry tergolong memadai. Artinya,
terdapat beberapa kosakata yang sama dan ditulis berulang untuk
mendeskripsikan tema kemacetan dari kartu bergambar yang didapatnya.
Pada teks eksplanasi Fickry, ditemukannya tiga pembentukan kata yang
kurang sempurna seperti: /diarea/ yang seharusnya penulisan di- dipisah
menjadi /di area/ sebab kedudukannya sebagai kata depan, kata /di
pergunakan/ yang seharusnya penulisan di- dirangkai menjadi /dipergunakan/
sebab kedudukannya sebagai awalan yang menunjukkan kata kerja pasif, dan
kata /di berikan/ yang seharusnya penulisan di- dirangkai menjadi /diberikan/
sebab kedudukannya sebagai awalan yang menunjukkan kata kerja pasif.
Penggunaan kaidah kebahasaan tergolong cukup memadai, pengungkapan
sudah tepat tetapi tidak terlalu terperinci, serta pengungkapan konjungsi
kausalitas kurang lengkap. Fickry menggunakan kata teknis, yaitu kemacetan,
konjungsi kausalitas (seperti: sebab dan karena), menggunakan kata benda
yang merujuk pada fenomena (seperti: bencana alam, jalan Raya, tanah,
waktu, tempuh, transportasi, pemerintah, dan pengendara), serta
menggunakan kata kerja tindakan yang merujuk pada fenomena (seperti:
meningkatnya, melebihi, menyempitnya, dan menghambat) tetapi tidak
terperinci. Komponen kosakata pada teks eksplanasi Fickry mendapat skor 14
dengan kriteria sedang.
Penggunaan bahasa yang ditulis oleh Fickry memiliki konstruksi
kalimat yang sederhana dan efektif. Artinya, susunan kalimat yang ditulis
tidak kompleks dan makna dapat terbaca dengan jelas. Terdapat dua
kesalahan dalam fungsi (urutan) kata seperti pada kalimat: “sebaiknya warga
DKI Jakarta memakai transportasi yang di berikan kepada pemerintah agar
mengurangi Pengendera di DKI Jakarta...”. Seharusnya, kata /kepada/ diganti
kata /dari/ sebab untuk memperjelas bahwa pemerintah sudah menyediakan
transportasi umum yang dapat digunakan untuk mengurangi kemacetan.
Selanjutnya, setelah kata /mengurangi/ ditambahkan kata /jumlah/ untuk lebih
mempertegas kalimat berikutnya. Komponen penggunaan bahasa pada teks
eksplanasi Fickry mendapat skor 19 dengan kriteria cukup.
137
Mekanik atau penilaian ejaan dan tanda baca pada hasil tulisan teks
eksplanasi Fickry adalah ditemukannya kesalahan pada penulisan judul yang
tidak menggunakan huruf kapital seperti pada kata: /kemacetan/. Selanjutnya,
kesalahan kata di awal kalimat yang tidak ditulis dengan huruf kapital, yaitu
/kemacetan/ dan /akibatnya/. Adapun, penggunaan huruf kapital di akhir
kalimat seperti pada kata /Raya/. Fickry tidak menggunakan huruf kapital
pada kata /jakarta/ yang seharusnya ditulis dengan kapital sebab menunjukkan
nama kota. Terdapat pula kesalahan pada ejaan, yaitu kata /Pengendera/ yang
seharusnya ditulis /pengendara/ dan ditulis dengan huruf kecil saja. Fickry
masih melakukan kesalahan pada tanda baca, yaitu tidak menggunakan tanda
baca titik pada akhir kalimat pertama paragraf keempat. Pada penulisan
paragraf ketiga, Fickry menuliskan kata pertamanya kurang menjorok ke
dalam. Dengan adanya tujuh kesalahan ejaan dan tanda baca pada teks
eksplanasi Fickry. Akan tetapi, makna masih dapat terbaca. Komponen
mekanik pada teks eksplanasi Fickry mendapat skor 3 dengan kriteria sedang.
Nama : Muhammad Rafi Himawan
Judul : kebanjiran di Jakarta
Tabel 4.24
Hasil Analisis Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa No. 22
Komponen yang
Dinilai
Skor Maksimum
Ideal
Skala
Interval
Skor
Siswa
Kriteria
Isi
30
27-30
22-26
17-21
13-16
22
C
Organisasi
20
18-20
14-17
10-13
7-9
14
C
Kosakata
20
18-20
14-17
10-13
14
C
138
7-9
Penggunaan
Bahasa
25
22-25
18-21
11-17
5-10
21
C
Mekanik 5 2-5
3 S
Jumlah Skor : 74 B
Nilai :
× 100 = 74
Deskripsi:
Isi gagasan yang ditulis oleh Rafi cukup sesuai dengan media kartu
bergambar. Rafi mendapatkan tema banjir dan dalam mengungkapkan
gagasan pendukung, cukup mengacu pada ide utama yang telah ditulis di
awal paragraf. Artinya, gagasan pendukung yang diungkapkan tidak terlalu
terperinci, tetapi sudah menjelaskan gagasan utama dan dalam hal ini Rafi
cukup menguasai topik permasalahan. Rafi menggunakan pola
pengembangan (sebab-akibat) untuk mendeskripsikan rangkaian kejadian dari
tema banjir, dan menuliskannya dengan konjungsi yang tepat. Hasil tulisan
teks eksplanasi Rafi relevan dengan tema dari kartu bergambar yang
didapatnya tetapi tidak terlalu terperinci. Rafi menjelaskan bahwa penyebab
banjir adalah membuang sampah sembarangan dan dataran permukiman
rumah warga yang rendah. Kurang mengungkapkan lebih detail mengenai
aktivitas warga yang tidak menjaga lingkungan, kurangnya informasi
mengenai ketinggian air yang merendam permukiman, dan warga yang perlu
diungsikan. Hal tersebut dapat terungkap melalui kutipan dari teks eksplanasi
yang dibuat Rafi berikut ini “Banjir disebabkan karena kebiasaan warga Yang
membuang sampah di selokan dan sungai, sebagian besar pemukiman warga
berada di dataran rendah”. Komponen isi pada teks eksplanasi Rafi mendapat
skor 22 dengan kriteria cukup.
139
Organisasi dalam penilaian ini meliputi struktur teks. Struktur teks
eksplanasi ditulis Rafi dengan lengkap dan berdasarkan urutan, yakni
terdapatnya judul, identifikasi fenomena, rangkaian kejadian, dan ulasan.
Kelebihan Rafi dalam komponen organisasi, yaitu memberikan judul pada
teks yang dibuatnya, penggunaan judul sudah relevan dengan topik
pembahasan. Pada bagian identifikasi fenomena, pengungkapan pernyataan
awal tentang banjir sudah jelas, logis, tetapi kurang lengkap. Selanjutnya
pada rangkaian kejadian, Rafi dapat mengungkapkan data faktual dengan
jelas, logis, tetapi kurang lengkap. Pengungkapan sebab-akibat banjir kurang
meluas. Rafi mengungkapkan fakta tentang banjir berdasarkan,
pengetahuannya dan menghubungkan dengan fenomena yang ditemui di
kehidupan sehari-hari. Gagasan yang ditulis pada bagian ulasan sudah jelas,
logis, dan pengungkapannya juga sudah merujuk pada fakta yang dijelaskan.
Akan tetapi, Rafi kurang mengembangkan gagasannya untuk mengatasi
fenomena banjir pada bagian ulasan. Paragraf yang dituliskan Rafi cukup
padu dan sesuai dengan topik pembahasan. Komponen organisasi pada teks
eksplanasi Rafi mendapat skor 14 dengan kriteria cukup.
Kosakata yang digunakan Rafi tergolong memadai. Artinya, terdapat
beberapa kosakata yang sama dan ditulis berulang untuk mendeskripsikan
tema banjir dari kartu bergambar yang didapatnya. Pada teks eksplanasi Rafi,
ditemukannya tiga pembentukan kata yang kurang sempurna seperti: kata /di
sebabkan/ yang seharusnya penulisan di- dirangkai menjadi /disebabkan/
karena kedudukannya sebagai awalan yang menunjukkan kata kerja pasif,
kata /Pemukiman/ yang seharusnya ditulis /permukiman/, serta kata /mem
buang/ yang seharusnya ditulis dirangkai antara imbuhan me- dan kata dasar
/buang/ sehingga menjadi /membuang/. Penggunaan kaidah kebahasaan
tergolong cukup memadai, pengungkapan sudah tepat, tetapi penggunaan
konjungsi kausalitas kurang lengkap. Rafi menggunakan kata teknis, yaitu
banjir, konjungsi kausalitas (seperti: sebab dan karena), menggunakan kata
benda yang merujuk pada fenomena (seperti: warga, sampah, selokan, sungai,
korban, penyakit, dan lingkungan), serta menggunakan kata kerja tindakan
140
yang merujuk pada fenomena (seperti: berlebihan, merendam, terkena, dan
menjaga, dan membiasakan). Komponen kosakata pada teks eksplanasi Rafi
mendapat skor 14 dengan kriteria sedang.
Penggunaan bahasa yang ditulis oleh Rafi memiliki konstruksi
kalimat yang sederhana dan efektif. Artinya, susunan kalimat yang ditulis
tidak kompleks dan makna dapat terbaca dengan jelas. Tidak terdapat
kesalahan dalam fungsi (urutan) kata, promominal, dan preposisi. Komponen
penggunaan bahasa pada teks eksplanasi Rafi mendapat skor 21 dengan
kriteria cukup.
Mekanik atau penilaian ejaan dan tanda baca pada hasil tulisan teks
eksplanasi Rafi adalah ditemukannya kesalahan pada penulisan judul yang
tidak ditulis dengan huruf kapital, yaitu /kebanjiran/. Selanjutnya, kata di
awal kalimat yang tidak ditulis dengan huruf kapital, yaitu /sebagian/ dan
/sebaiknya/. Adapun, penggunaan huruf kapital di pertengahan kalimat, yaitu
/Yang/ dan /Penyakit/. Rafi masih melakukan kesalahan pada tanda baca,
yaitu tidak menggunakan tanda baca titik pada akhir kalimat pertama paragraf
pertama dan akhir kalimat pertama paragraf ketiga. Pada penulisan paragraf
satu, dua, tiga, dan empat Rafi menuliskan kata pertamanya kurang menjorok
ke dalam. Dengan adanya tujuh kesalahan ejaan dan tanda baca pada teks
eksplanasi Rafi. Akan tetapi, makna masih dapat terbaca. Komponen mekanik
pada teks eksplanasi Rafi mendapat skor 3 dengan kriteria sedang.
Nama : Muhammad Rifky Fahrezi
Judul : Sampah dan kurang kesadaran Masyarakat
Tabel 4.25
Hasil Analisis Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa No. 23
Komponen yang
Dinilai
Skor Maksimum
Ideal
Skala
Interval
Skor
Siswa
Kriteria
Isi
30
27-30
22-26
17-21
17
S
141
13-16
Organisasi
20
18-20
14-17
10-13
7-9
10
S
Kosakata
20
18-20
14-17
10-13
7-9
11
S
Penggunaan
Bahasa
25
22-25
18-21
11-17
5-10
19
C
Mekanik 5 2-5
2 K
Jumlah Skor : 59 C
Nilai :
× 100 = 59
Deskripsi:
Isi gagasan yang ditulis oleh Rifky kurang sesuai dengan media
kartu bergambar. Rifky mendapatkan tema sampah dan dalam
mengungkapkan gagasan pendukung, kurang mengacu pada ide utama yang
telah ditulis di awal paragraf. Artinya, gagasan pendukung tidak menjelaskan
gagasan utama dan dalam hal ini Rifky kurang menguasai topik
permasalahan. Rifky menggunakan pola pengembangan (sebab-akibat) untuk
mendeskripsikan rangkaian kejadian dari tema sampah. Namun, pola
pengembangan kurang dideskripsikan dengan baik serta dalam menuliskan
konjungsi kurang lengkap. Hasil tulisan teks eksplanasi Rifky kurang relevan
dengan tema dari kartu bergambar yang didapatnya. Artinya, pengembangan
tema kurang memadai dan penulisan teks eksplanasi kurang terperinci. Rifky
hanya menjelaskan bahwa penyebab adanya sampah karena kurangnya
kesadaran masyarakat. Rifky tidak memberikan data faktual lainnya
mengenai penyebab terdapatnya sampah yang menumpuk. Hal tersebut dapat
142
terungkap melalui kutipan dari teks eksplanasi yang dibuat Rifky berikut ini
“karena kurangn ya kesadaran masyarakat. Sehingga mengakibatkat selokan
Tersumbat”. Komponen isi pada teks eksplanasi Rifky mendapat skor 17
dengan kriteria sedang. Perolehan skor tersebut sesuai dengan hasil
wawancara yang menunjukkan bahwa Rifky tidak tertarik pada keterampilan
menulis dan didukung oleh kutipan berikut ini “Karena saya tidak suka
menulis.”. Adapun kutipan hasil wawancara lainnya yang mendukung
perolehan skor yang didapat Rifky, yakni “Tidak mempengaruhi untuk
mengembangkan ide pada setiap tema yang diberikan.”3
Organisasi dalam penilaian ini meliputi struktur teks. Struktur teks
eksplanasi Rifky ditulis dengan lengkap dan sudah berdasarkan urutan, yakni
terdapatnya judul, identifikasi fenomena, rangkaian kejadian, dan ulasan.
Kelebihan Rifky dalam komponen organisasi, yaitu memberikan judul pada
teks yang dibuatnya, penggunaan judul kurang relevan dengan topik
pembahasan. Pada bagian identifikasi fenomena, pengungkapan pernyataan
awal tentang sampah kurang logis karena kurangnya kosakata yang
mendukung keutuhan kalimat. Pengungkapan gagasan juga kurang lengkap.
Selanjutnya pada rangkaian kejadian, Rifky hanya mengungkapkan satu fakta
dan kurang menjelaskan dari ide utama yang ditulis di awal paragraf serta
dalam mengungkapkan gagasan di rangkaian kejadian sangat sedikit kurang
mendetail. Rifky mengungkapkan satu fakta yang terkait dengan sampah
berdasarkan fenomena yang ditemui di kehidupan sehari-hari. Gagasan yang
ditulis pada bagian ulasan sudah logis, tetapi pengungkapannya kurang
merujuk pada fakta yang dijelaskan. Rifky kurang mengembangkan
gagasannya untuk mengatasi fenomena sampah menumpuk pada bagian
ulasan. Rifky hanya mengulang beberapa kosakata yang sama. Paragraf yang
dituliskan Rifky kurang padu dan kurang sesuai dengan topik pembahasan.
Komponen organisasi pada teks eksplanasi Rifky mendapat skor 10 dengan
kriteria sedang.
3 Wawancara pribadi dengan siswa yang bernama “Muhammad Rifky Fahrezi” di ruang kelas
VIII-8 pada pukul 12.40 WIB.
143
Kosakata yang digunakan Rifky tergolong terbatas. Artinya, tidak
luas dalam mendeskripsikan tema dari kartu bergambar yang didapatnya.
Pada teks eksplanasi Rifky, ditemukannya lima pembentukan kata yang
kurang sempurna seperti: kata /di Temukan/ yang seharusnya penulisan di-
dirangkai menjadi /ditemukan/ karena kedudukannya sebagai awalan yang
menunjukkan kata kerja pasif. Selanjutnya, kata /diselokan/ yang seharusnya
penulisan di- dipisah menjadi /di selokan/ karena kedudukannya sebagai kata
depan dan kata /disembarang/ yang seharusnya penulisan di- dipisah menjadi
/di sembarang/ karena kedudukannya sebagai kata depan. Lalu, kata /me
nimbulkan/ seharusnya imbuhan me- ditulis dirangkai dengan kata dasar
/timbul/ dan mengalami pelesapan sehingga menjadi /menimbulkan/ dan kata
/kurangn ya/ seharusnya ditulis dirangkai menjadi /kurangnya/. Penggunaan
kaidah kebahasaan tergolong terbatas. Rifky menggunakan kata teknis, yaitu
sampah, konjungsi kausalitas (seperti: karena dan sehingga), menggunakan
kata benda yang merujuk pada fenomena (seperti: sisa, kesadaran, sembarang,
dan selokan), serta menggunakan kata kerja tindakan yang merujuk pada
fenomena (seperti: di Temukan, membuang, mengakibatkat, dan me
nimbulkan) tetapi tidak secara terperinci. Komponen kosakata pada teks
eksplanasi Rifky mendapat skor 11 dengan kriteria sedang.
Penggunaan bahasa yang ditulis oleh Rifky memiliki konstruksi
kalimat yang sederhana dan efektif. Artinya, susunan kalimat yang ditulis
tidak kompleks dan makna masih dapat terbaca. Terdapat dua kesalahan
dalam fungsi (urutan) kata seperti pada kalimat: “sampah banyak di Temukan
diselokan banyaknya masyarakat yang membuang sampah sembarang
Tempat”. Seharusnya, setalah kata /di selokan/ ditambahkan konjungsi
/karena/ untuk memperjelas kalimat berikutnya. Kemudian, setelah kata
/sampah/ ditambahkan kata depan /di/ untuk menunjukkan latar tempat yang
lebih spesifik. Komponen penggunaan bahasa pada teks eksplanasi Rifky
mendapat skor 19 dengan kriteria cukup.
Mekanik atau penilaian ejaan dan tanda baca pada hasil tulisan teks
eksplanasi Rifky adalah ditemukannya kesalahan pada kata di penulisan
144
judul, yaitu tidak ditulis dengan huruf kapital, yaitu kata /kurang/ dan
/kesadaran/. Penggunaan huruf kapital juga tidak ditulis di awal kalimat,
seperti kata /sampah/. Adapun, penggunaan huruf kapital di pertengahan
kalimat, seperti pada kata /Selokan/ dan /Tersumbat/. Terdapat pula kesalahan
pada ejaan, yaitu kata /mengakibatkat/ yang seharusnya ditulis
/mengakibatkan/. Kemudian, terdapatnya kesalahan pada penulisan konjungsi
yang diletakkan di awal kalimat, yaitu /karena/ dan /sehingga/. Rifky masih
melakukan kesalahan pada tanda baca seperti: tidak menggunakan tanda baca
titik pada akhir kalimat pertama paragraf pertama dan akhir kalimat pertama
paragraf ketiga. Pada penulisan paragraf satu, dua, dan tiga, Rifky menuliskan
kata pertamanya kurang menjorok ke dalam. Terdapat sepuluh kesalahan
ejaan dan tanda baca pada teks eksplanasi Rifky. Komponen mekanik pada
teks eksplanasi Rifky mendapat skor 2 dengan kriteria sangat kurang.
Nama : Muhammad Safiq Juliantoro
Judul : Longsor Aceh
Tabel 4.26
Hasil Analisis Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa No. 24
Komponen yang
Dinilai
Skor Maksimum
Ideal
Skala
Interval
Skor
Siswa
Kriteria
Isi
30
27-30
22-26
17-21
13-16
25
C
Organisasi
20
18-20
14-17
10-13
7-9
16
C
Kosakata
20
18-20
14-17
10-13
7-9
16
C
145
Penggunaan
Bahasa
25
22-25
18-21
11-17
5-10
18
C
Mekanik 5 2-5
2 K
Jumlah Skor : 77 B
Nilai :
× 100 = 77
Deskripsi:
Isi gagasan yang ditulis oleh Safiq cukup sesuai dengan media kartu
bergambar. Safiq mendapatkan tema longsor dan dalam mengungkapkan
gagasan pendukung, cukup mengacu pada ide utama yang telah ditulis di
awal paragraf. Artinya, gagasan pendukung yang diungkapkan tidak terlalu
terperinci, tetapi sudah menjelaskan gagasan utama dan dalam hal ini Safiq
cukup menguasai topik permasalahan. Safiq menggunakan pola
pengembangan (sebab-akibat) untuk mendeskripsikan rangkaian kejadian dari
tema longsor, dan menuliskannya dengan konjungsi yang tepat. Hasil tulisan
teks eksplanasi Safiq relevan dengan tema dari kartu bergambar yang
didapatnya tetapi tidak terlalu terperinci. Safiq menjelaskan bahwa fenomena
longsor mengakibatkan rusaknya beberapa sarana dan prasarana umum. Tidak
mengungkapkan mengenai perumahan penduduk yang juga rusak karena
longsor . Hal tersebut dapat terungkap melalui kutipan dari teks eksplanasi
yang dibuat Safiq berikut ini “akibat dari fenomena longsor yaitu Rusaknya
struktur/infrastruktur seperti jalan jembatan balaidesa dan puskesmas”.
Komponen isi pada teks eksplanasi Safiq mendapat skor 25 dengan kriteria
cukup.
Organisasi dalam penilaian ini meliputi struktur teks. Struktur teks
eksplanasi Safiq ditulis dengan lengkap dan berdasarkan urutan, yakni
terdapatnya judul, identifikasi fenomena, rangkaian kejadian, dan ulasan.
Kelebihan Safiq dalam komponen organisasi, yaitu memberikan judul pada
146
teks yang dibuatnya, penggunaan judul sudah relevan dengan topik
pembahasan. Pada bagian identifikasi fenomena, pengungkapan pernyataan
awal tentang longsor sudah jelas, logis, dan lengkap. Selanjutnya bagian
rangkaian kejadian, Safiq mengungkapkan data faktual yang terkait dengan
longsor dengan jelas, tetapi kurang logis dan lengkap. Safiq mengungkapkan
fakta tentang longsor berdasarkan pengetahuannya dan menghubungkan
dengan fenomena yang didapatkan dari bahan bacaan berupa artikel berita.
Terdapat beberapa kosakata yang pembentukannya kurang sempurna.
Kemudian, penyusunan kalimat yang kurang tepat karena ada beberapa
kosakata ditulis berulang sehingga mengakibatkan kalimat kurang efektif.
Gagasan yang ditulis pada bagian ulasan sudah runtut, jelas, dan merujuk
pada fakta yang diungkapkan. Paragraf yang ditulis Safiq cukup padu dan
cukup sesuai dengan topik pembahasan. Komponen organisasi pada teks
eksplanasi Safiq mendapat skor 16 dengan kriteria cukup.
Kosakata yang digunakan Safiq tergolong memadai. Artinya,
terdapat beberapa kosakata yang sama dan ditulis berulang untuk
mendeskripsikan tema longsor dari kartu bergambar yang didapatnya. Pada
teks eksplanasi Safiq, ditemukannya tiga pembentukan kata yang kurang
sempurna seperti: kata /di sebabkan/ yang seharusnya penulisan di- dirangkai
menjadi /disebabkan/ karena kedudukannya sebagai awalan yang
menunjukkan kata kerja pasif. Selanjutnya, kata /di tanggulangi/ yang
seharusnya penulisan di- dirangkai menjadi /ditanggulangi/ karena
kedudukannya sebagai awalan yang menunjukkan kata kerja pasif dan kata
/di lakukan/ yang seharusnya penulisan di- dirangkai menjadi /dilakukan/
karena kedudukannya sebagai awalan yang menunjukkan kata kerja pasif.
Kemudian, kata /balaidesa/ yang seharusnya ditulis terpisah menjadi /balai
desa/. Penggunaan kaidah kebahasaan tergolong cukup memadai,
pengungkapan sudah tepat tetapi tidak terlalu terperinci, serta pengungkapan
konjungsi kausalitas kurang lengkap. Safiq menggunakan kata teknis yaitu
longsor, konjungsi kausalitas (seperti: sebab dan karena), menggunakan kata
benda yang merujuk pada fenomena (seperti: erosi, tanah, aliran, air,
147
infrastruktur, jalan, jembatan, reboisasi, pohon-pohon, dan lingkungan), serta
menggunakan kata kerja tindakan yang merujuk pada fenomena (seperti:
menuruni, menimbulkan, menyerap, dan mengikat). Komponen kosakata
pada teks eksplanasi Safiq mendapat skor 16 dengan kriteria cukup.
Penggunaan bahasa yang ditulis oleh Safiq memiliki konstruksi
kalimat yang sederhana dan efektif. Artinya, susunan kalimat yang ditulis
tidak kompleks serta menggunakan bahasa yang lugas sehingga makna dapat
terbaca dengan jelas. Terdapat empat kesalahan dalam fungsi (urutan) kata
seperti pada kalimat: “dan juga oleh karena bencana longsor Aktivitas warga
terganggu perlu di lakukan pembangunan ulang”. Konjungsi /dan/, /juga/,
serta /oleh karena/ dapat dihilangkan. Kemudian, setelah kata longsor
ditambahkan kata /menyebabkan/. Selanjutnya, sebelum kata /perlu/
ditambahkan konjungsi /sehingga/. Adapun pada kalimat: “Kita harus jaga
lingkungan kita, kita tidak boleh merusak alam kita, seperti longsor dapat di
tanggulangi dengan cara melakukan reboisasi..”. seharusnya kata /kita/ tidak
perlu ditulis berulang cukup di awal kalimat saja, yakni dapat ditambahkan
kojungsi /dengan/ setelah kata /lingkungan/. Komponen penggunaan bahasa
pada teks eksplanasi Safiq mendapat skor 18 dengan kriteria cukup.
Mekanik atau penilaian ejaan dan tanda baca pada hasil tulisan teks
eksplanasi Safiq adalah ditemukannya kesalahan pada penulisan kata di awal
kalimat yang tidak ditulis dengan huruf kapital, yaitu /longsor/ dan /kondisi/.
Adapun, penggunaan huruf kapital di pertengahan kalimat, seperti /Aktivitas/.
Terdapat pula kesalahan pada penulisan huruf kapital pada kata /indonesia/
yang seharusnya ditulis kapital karena menunjukkan nama negara, kesalahan
penggunaan pada kojungsi /dan/ yang masih diletakkan di awal kalimat, serta
tidak menggunakan tanda hubung setrip pada pengulangan kata /pohon
pohon/. Kemudian, kesalahan pada ejaan seperti pada kata: /ancur/ yang
merupakan bentuk tidak baku dari kata /hancur/, kata /memper cepat/ yang
seharusnya ditulis dirangkai menjadi /mempercepat/, dan kata /mireboisasi/
seharusnya ditulis /mereboisasi/. Safiq masih melakukan kesalahan pada
tanda baca, yaitu tidak menggunakan tanda koma pada kalimat penggabungan
148
beberapa unsur. Pada penulisan paragraf satu, dua, tiga, empat, dan lima Safiq
menuliskan kata pertamanya kurang menjorok ke dalam. Dengan adanya
sepuluh kesalahan ejaan dan tanda baca pada teks eksplanasi Safiq. Lalu,
makna terkadang tidak dapat tergambarkan karena kurangnya kesempurnaan
pembentukan kata, beberapa kosakata ditulis berulang dalam satu kalimat,
dan hasil tulisan yang kurang rapi menyebabkan kalimat terkadang kurang
logis. Komponen mekanik pada teks eksplanasi Safiq mendapat skor 2
dengan kriteria sangat kurang.
Nama : Muhammad Yudha Prawira
Judul : Kemacetan di iNdonesia
Tabel 4.27
Hasil Analisis Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa No. 25
Komponen yang
Dinilai
Skor Maksimum
Ideal
Skala
Interval
Skor
Siswa
Kriteria
Isi
30
27-30
22-26
17-21
13-16
25
C
Organisasi
20
18-20
14-17
10-13
7-9
14
C
Kosakata
20
18-20
14-17
10-13
7-9
15
C
Penggunaan
Bahasa
25
22-25
18-21
11-17
5-10
18
C
Mekanik 5 2-5
3 S
149
Jumlah Skor : 75 B
Nilai :
× 100 = 75
Deskripsi:
Isi gagasan yang ditulis oleh Yudha cukup sesuai dengan media
kartu bergambar. Yudha mendapatkan tema kemacetan dan dalam
mengungkapkan gagasan pendukung, cukup mengacu pada ide utama yang
telah ditulis di awal paragraf. Artinya, gagasan pendukung yang diungkapkan
tidak terlalu terperinci, tetapi sudah menjelaskan gagasan utama dan dalam
hal ini Yudha cukup menguasai topik permasalahan. Yudha menggunakan
pola pengembangan (sebab-akibat) untuk mendeskripsikan rangkaian
kejadian dari tema kemacetan, dan menuliskannya dengan konjungsi yang
tepat. Hasil tulisan teks eksplanasi Yudha relevan dengan tema dari kartu
bergambar yang didapatnya tetapi tidak terlalu terperinci. Yudha menjelaskan
bahwa sebab kemacetan adalah kondisi jalan dan akibat kemacetan, yaitu
meningkatnya jumlah kendaraan. Kurang mengungkapkan dengan detail
mengenai tidak tertibnya pengendara roda dua yang menggunakan jalur bus
transjakarta. Hal tersebut dapat terungkap melalui kutipan dari teks
eksplanasi yang dibuat Yudha berikut ini “kondisi jalan yang sempit dan
rusak dibeberapa bagian jalan. akibat kemacetan adalah jumlah kendaraan
terus bertambah banyak dan menumpuk. hal ini di pacu minimnya petugas
lalu Lintas yang ikut membenahi.”. Komponen isi pada teks eksplanasi
Yudha mendapat skor 25 dengan kriteria cukup.
Organisasi dalam penilaian ini meliputi struktur teks. Struktur teks
eksplanasi Yudha ditulis dengan lengkap dan berdasarkan urutan, yakni
terdapatnya judul, identifikasi fenomena, rangkaian kejadian, dan ulasan.
Kelebihan Yudha dalam komponen organisasi, yaitu memberikan judul pada
teks yang dibuatnya, penggunaan judul sudah relevan dengan topik
pembahasan. Pada bagian identifikasi fenomena, pengungkapan pernyataan
awal tentang kemacetan sudah jelas, logis, dan lengkap. Selanjutnya pada
150
rangkaian kejadian, Yudha dapat mengungkapkan data faktual dengan jelas,
logis, tetapi kurang lengkap. Yudha mengungkapkan fakta tentang kemacetan
berdasarkan, pengetahuannya dan menghubungkan dengan fenomena yang
ditemui di kehidupan sehari-hari. Gagasan yang ditulis pada bagian ulasan
sudah jelas, logis dan sudah merujuk pada fakta yang diungkapkan. Akan
tetapi, pemaparan bagian ulasan masih menggunakan tanda hubung setrip
tidak diuraikan dengan paragraf. Paragraf yang dituliskan Yudha cukup padu
dan sesuai dengan topik pembahasan. Komponen organisasi pada teks
eksplanasi Yudha mendapat skor 14 dengan kriteria cukup.
Kosakata yang digunakan Yudha tergolong memadai. Artinya,
terdapat beberapa kosakata yang sama dan ditulis berulang untuk
mendeskripsikan tema kemacetan dari kartu bergambar yang didapatnya.
Pada teks eksplanasi Yudha, ditemukannya dua pembentukan kata yang
kurang sempurna seperti: kata /dibeberapa/ yang seharusnya penulisan di-
dipisah menjadi /di beberapa/ karena kedudukannya sebagai kata depan.
Selanjutnya, kata /di pacu/ yang seharusnya penulisan di- dirangkai dan
/pacu/ diganti /picu/ menjadi /dipicu/ karena kedudukannya sebagai awalan
yang menunjukkan kata kerja pasif. Penggunaan kaidah kebahasaan tergolong
cukup memadai, pengungkapan sudah tepat tetapi tidak terlalu terperinci,
serta penggunaan konjungsi kausalitas kurang lengkap. Yudha menggunakan
kata teknis yaitu kemacetan, konjungsi kausalitas (seperti: sebab dan karena),
menggunakan kata benda yang merujuk pada fenomena (seperti: kendaraan,
rambu-rambu, jalan, sempit, rusak, lalu lintas, libur panjang, dan mesin), serta
menggunakan kata kerja tindakan yang merujuk pada fenomena (seperti:
melebihi, menjelang, bertambah, menumpuk, mengalami, memperbaiki, dan
mengalah). Komponen kosakata pada teks eksplanasi Yudha mendapat skor
15 dengan kriteria cukup.
Penggunaan bahasa yang ditulis oleh Yudha memiliki konstruksi
kalimat yang sederhana dan efektif. Artinya, susunan kalimat yang ditulis
tidak kompleks serta menggunakan bahasa yang lugas sehingga makna dapat
terbaca dengan jelas. Terdapat empat kesalahan dalam fungsi (urutan) kata
151
seperti pada kalimat: “Penyebab terjadinya macet terjadi karena menjelang
libur panjang sekaligus pelaksanaan hari raya...”. Kata /terjadi/ seharusnya
dihilangkan dan diganti konjungsi /yaitu/ agar lebih efektif dan tidak
pemborosan kata. Selanjutnya, pada kalimat “agar tidak mecet lagi kita harus
memperbaiki Rambu2x
yang Rusak”. Seharusnya kata /tidak/ dihilangkan,
kata /lagi/ diganti dengan frasa /tidak terulang kembali/, dan kata /kita/
seharusnya diganti /petugas lalu lintas/ sehingga tulisan teks eksplanasi
Yudha lebih mengkritisi terhadap sistem lalu lintas yang tidak terbenahi.
Komponen penggunaan bahasa pada teks eksplanasi Yudha mendapat skor 18
dengan kriteria cukup.
Mekanik atau penilaian ejaan dan tanda baca pada hasil tulisan teks
eksplanasi Yudha adalah ditemukannya kesalahan pada penulisan judul yang
justru menggunakan huruf kapital pada huruf /N/ bukan /i/ seperti pada kata
/iNdonesia/. Selanjutnya, kata di awal kalimat yang tidak ditulis dengan huruf
kapital, yaitu /kemacetan/. Adapun, penggunaan huruf kapital di pertengahan
kalimat, yaitu /Lintas/ dan /Rusak/. Terdapat pula kesalahan tidak
menggunakan tanda hubung setrip pada pengulangan kata /Rambu2x
/ dan
Yudha masih melakukan penyingkatan kata, seperti /tdk/. Yudha masih
melakukan kesalahan pada tanda baca, yaitu tidak menggunakan tanda baca
titik pada kalimat ketiga paragraf ketiga. Pada penulisan paragraf dua dan
tiga, Yudha masih menuliskan tanda hubung setrip pada bagian rangkaian
kejadian dan ulasan. Dengan adanya tujuh kesalahan ejaan dan tanda baca
pada teks eksplanasi Yudha. Akan tetapi, makna masih dapat terbaca.
Komponen mekanik pada teks eksplanasi Yudha mendapat skor 3 dengan
kriteria sedang.
152
Nama : Mulya Ria Nurasis
Judul : Kemacetan
Tabel 4.28
Hasil Analisis Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa No. 26
Komponen yang
Dinilai
Skor Maksimum
Ideal
Skala
Interval
Skor
Siswa
Kriteria
Isi
30
27-30
22-26
17-21
13-16
24
C
Organisasi
20
18-20
14-17
10-13
7-9
14
C
Kosakata
20
18-20
14-17
10-13
7-9
12
S
Penggunaan
Bahasa
25
22-25
18-21
11-17
5-10
11
S
Mekanik 5 2-5
2 K
Jumlah Skor : 63 C
Nilai :
× 100 = 63
Deskripsi:
Isi gagasan yang ditulis oleh Mulya cukup sesuai dengan media
kartu bergambar. Mulya mendapatkan tema kemacetan dan dalam
mengungkapkan gagasan pendukung, cukup mengacu pada ide utama yang
telah ditulis di awal paragraf. Artinya, gagasan pendukung yang diungkapkan
tidak terlalu terperinci, tetapi sudah menjelaskan gagasan utama dan dalam
153
hal ini Mulya cukup menguasai topik permasalahan. Mulya menggunakan
pola pengembangan (sebab-akibat) untuk mendeskripsikan rangkaian
kejadian dari tema kemacetan, dan menuliskannya dengan konjungsi yang
tepat. Hasil tulisan teks eksplanasi Mulya relevan dengan tema dari kartu
bergambar yang didapatnya tetapi tidak terlalu terperinci. Mulya menjelaskan
bahwa penyebab kemacetan mengenai pembangunan infrastruktur dan
pengendara yang tidak mematuhi peraturan. Mulya kurang mendeskripsikan
lebih detail mengenai tidak tertibnya pengendara roda dua yang menggunakan
jalur bus transjakarta. Hal tersebut dapat terungkap melalui kutipan dari teks
eksplanasi yang dibuat Mulya berikut ini “kemacetan juga disebabkan oleh
pembangunan infrastruktur seperti apartemen jembatan Jalur kereta Ruas
jalan sangat kecil sekali dan banyaknya pengendara roda dua dan roda empat
yang tidak terbib peraturan dan harus menaati peratura sehingga tidak
kemacetan”. Komponen isi pada teks eksplanasi Mulya mendapat skor 24
dengan kriteria cukup.
Organisasi dalam penilaian ini meliputi struktur teks. Struktur teks
eksplanasi Mulya ditulis dengan lengkap dan berdasarkan urutan, yakni
terdapatnya judul, identifikasi fenomena, rangkaian kejadian, dan ulasan.
Kelebihan Mulya dalam komponen organisasi, yaitu memberikan judul pada
teks yang dibuatnya tetapi judul yang digunakan masih bersifat umum.
Artinya, Mulya menggunakan tema yang didapat untuk memberikan judul
pada teks yang dibuatnya. Pada bagian identifikasi fenomena, pengungkapan
pernyataan awal tentang kemacetan sudah jelas, logis, tetapi kurang lengkap.
Adapun, justru Mulya memaparkan sebab-akibat kemacetan pada bagian
identifikasi. Selanjutnya pada rangkaian kejadian, Mulya dapat
mengungkapkan data faktual dengan jelas, tetapi kurang lengkap. Mulya
mengungkapkan fakta tentang kemacetan berdasarkan pengetahuannya dan
menghubungkan dengan fenomena yang didapatkan dari bahan bacaan berupa
artikel berita. Mulya menuliskan kembali sebab-akibat yang telah ditulis di
bagian identifikasi dan hanya menambahkan beberapa gagasannya untuk
memperkuat fakta yang dipaparkan. Pada bagian rangkaian kejadian, juga
154
terdapat kalimat yang kurang logis sebab terdapat kosakata yang kurang.
Kemudian, kalimat diakhiri dengan makna yang menggantung. Gagasan yang
ditulis pada bagian ulasan sudah jelas, logis, dan merujuk pada fakta yang
dijelaskan. Akan tetapi, Mulya kurang mengembangkan gagasannya untuk
mengatasi fenomena kemacetan pada bagian ulasan. Paragraf yang dituliskan
Mulya cukup padu dan sesuai dengan topik pembahasan. Komponen
organisasi pada teks eksplanasi Mulya mendapat skor 14 dengan kriteria
cukup.
Kosakata yang digunakan Mulya tergolong terbatas. Artinya, tidak
luas dalam mendeskripsikan tema dari kartu bergambar yang didapatnya.
Pada teks ekspalnasi Mulya, ditemukannya empat pembentukan kata yang
kurang sempurna seperti: kata /di lontarkan/ yang seharusnya penulisan di-
dirangkai menjadi /dilontarkan/ karena kedudukannya sebagai awalan yang
menunjukkan kata kerja pasif, kata /pembangan/ yang seharusnya ditulis
/pembangunan/, kata /terggagu/ yang seharusnya ditulis /terganggu/, kata
/mengarungi/ yang seharusnya ditulis /mengurangi/. Penggunaan kaidah
kebahasaan tergolong terbatas. Mulya menggunakan kata teknis, yaitu
kemacetan, konjungsi kausalitas (seperti: sebab dan sehingga), menggunakan
kata benda yang merujuk pada fenomena (seperti: lalu lintas, kendaraan,
kapasitas, padat, infrastruktur, tertib, emosi, dan angkutan), serta
menggunakan kata kerja tindakan yang merujuk pada fenomena (seperti:
melebihi, menaati, merata, dan dilontarkan) tetapi tidak secara terperinci.
Komponen kosakata pada teks eksplanasi Mulya mendapat skor 12 dengan
kriteria sedang.
Penggunaan bahasa yang ditulis oleh Mulya memiliki konstruksi
kalimat yang sederhana dan kurang efektif. Artinya, susunan kalimat yang
ditulis tidak kompleks, penyusunan kosakata, konjungsi, dan preposisi tidak
rapi sehingga makna membingungkan. Terdapat tujuh kesalahan dalam fungsi
(urutan) kata seperti pada kalimat: “kemacetan terjadi seperti kota yang macet
seperti Jakarta memiliki kemacetan yang amat padat”. Frasa /seperti kota
yang macet seperti/ seharusnya dihilangkan dan diganti /lebih tepatnya/ dan
155
sebelum kata /Jakarta/ ditambahkan konjungsi /di/. Kata /memiliki
kemacetan/ dihilangkan dan diganti frasa /yang dipenuhi oleh kendaraan/.
Harus dilakukan penambahan dan pengurangan kata bahkan frasa
dimaksudkan agar kalimat lebih logis dan efektif. Selanjutnya, pada kalimat
“aktivitas terganggu tersiaa dan waktu yang terbuang sia-sia dan timbul emosi
pengendaraan yang di umumnya di lontarkan”. Seharusnya kata /tersiaa/
dihilangkan, konjungsi /dan/ seharusnya diganti konjungsi /sehingga/, kata
/timbul/ diganti /menimbulkan/, dan kata /pengendaraan/ diganti /pengendara/
dan kata depan /di/ dihilangkan. Harus dilakukan penambahan dan
penggantian kosakata agar menghasilkan kalimat yang logis, efektif, dan
makna dapat tersampaikan kepada pembaca. Kesalahan pada kalimat
“...banyaknya pengendaraan roda dua dan roda empat yang tidak tertib
peraturan dan harus menaati peratura sehingga tidak macet”. Seharusnya
klausa /harus menaati peratura sehingga tidak macet/ diubah menjadi kalimat
sebagai berikut /sehingga polisi perlu memberlakukan sanksi bagi siapa pun
yang melanggar peraturan/. Komponen penggunaan bahasa pada teks
eksplanasi Mulya mendapat skor 11 dengan kriteria sedang.
Mekanik atau penilaian ejaan dan tanda baca pada hasil tulisan teks
eksplanasi Mulya adalah ditemukannya kesalahan pada penulisan judul yang
tidak menggunakan huruf kapital pada kata /kemacetan/. Selanjutnya, kata di
awal kalimat yang tidak ditulis dengan huruf kapital, yaitu /demikian/.
Adapun, penggunaan huruf kapital di pertengahan kalimat, seperti /Jembatan/,
dan /Ruas/. Terdapat pula kesalahan penulisan konjungsi /sebab/ yang masih
diletakkan di awal kalimat. Kemudian, terdapat kesalahan pada ejaan, yaitu
pada kata /peratura/ yang seharusnya ditulis /peraturan/, /pengendaraan/
seharusnya ditulis /pengendara/, dan /irafustar/ seharusnya ditulis
/infrastruktur/. Mulya masih melakukan kesalahan pada tanda baca, yaitu
tidak menggunakan tanda baca titik pada kalimat kedua paragraf pertama dan
kalimat ketiga paragraf pertama. Pada penulisan paragraf dua dan tiga, Mulya
tidak menuliskan kata di awal kalimat dengan menjorok ke dalam. Terdapat
sepuluh kesalahan ejaan dan tanda baca pada teks eksplanasi Mulya.
156
Komponen mekanik pada teks eksplanasi Mulya mendapat skor 2 dengan
kriteria sangat kurang.
Nama : Nadya Destiana
Judul : Longsor yang menelan beberapa korban
Tabel 4.29
Hasil Analisis Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa No. 27
Komponen yang
Dinilai
Skor Maksimum
Ideal
Skala
Interval
Skor
Siswa
Kriteria
Isi
30
27-30
22-26
17-21
13-16
24
C
Organisasi
20
18-20
14-17
10-13
7-9
14
C
Kosakata
20
18-20
14-17
10-13
7-9
16
C
Penggunaan
Bahasa
25
22-25
18-21
11-17
5-10
19
C
Mekanik 5 2-5
3 S
Jumlah Skor : 76 B
Nilai :
× 100 = 76
Deskripsi:
Isi gagasan yang ditulis oleh Nadya cukup sesuai dengan media
kartu bergambar. Nadya mendapatkan tema longsor dan dalam
157
mengungkapkan gagasan pendukung, cukup mengacu pada ide utama yang
telah ditulis di awal paragraf. Artinya, gagasan pendukung yang diungkapkan
tidak terlalu terperinci, tetapi sudah menjelaskan gagasan utama dan dalam
hal ini Nadya cukup menguasai topik permasalahan. Nadya menggunakan
pola pengembangan (sebab-akibat) untuk mendeskripsikan rangkaian
kejadian dari tema longsor, dan menuliskannya dengan konjungsi yang tepat.
Hasil tulisan teks eksplanasi Nadya relevan dengan tema dari kartu
bergambar yang didapatnya tetapi tidak terlalu terperinci. Nadya menjelaskan
bahwa penyebab longsor karena hujan yang berkelanjutan dan kurangnya
menanam pohon. Kurang mengungkapkan lebih detail mengenai kondisi
rumah warga yang rusak. Hal tersebut dapat terungkap melalui kutipan dari
teks eksplanasi yang dibuat Nadya berikut ini “Longsor terjadi karena hujan
deras selama dua hari menyebabkan tanah semakin mengikis, karna
berkurangnya pohon-pohon yang ditanam di tanah yang kosong”. Komponen
isi pada teks eksplanasi Nadya mendapat skor 24 dengan kriteria cukup.
Organisasi dalam penilaian ini meliputi struktur teks. Struktur teks
eksplanasi Nadya ditulis dengan lengkap, yakni terdapatnya judul, identifikasi
fenomena, rangkaian kejadian, dan ulasan. Kekurangan Nadya dalam
komponen organisasi adalah tidak menuliskan sub identifikasi fenomena,
rangkaian kejadian, dan ulasan sebelum memberikan penjelasan tentang
fenomena longsor. Kelebihan Nadya dalam komponen organisasi, yaitu
memberikan judul pada teks yang dibuatnya, penggunaan judul sudah relevan
dengan topik pembahasan. Pada bagian identifikasi fenomena, pengungkapan
pernyataan awal tentang longsor sudah jelas, logis, tetapi kurang lengkap.
Nadya memaparkan penyebab longsor pada bagian identifikasi. Kemudian,
akibat dari fenomena longsor dipaparkan pada bagian rangkain kejadian.
Selanjutnya pada rangkaian kejadian, Nadya dapat mengungkapkan data
faktual dengan jelas dan logis, tetapi kurang lengkap. Nadya mengungkapkan
fakta tentang longsor berdasarkan pengetahuannya dan menghubungkan
dengan fenomena yang didapatkan dari bahan bacaan berupa artikel berita.
Gagasan yang ditulis pada bagian ulasan sudah logis dan pengungkapannya
158
juga sudah merujuk pada fakta yang dijelaskan. Akan tetapi, Nadya kurang
mengembangkan gagasannya untuk mengatasi fenomena longsor pada bagian
ulasan. Paragraf yang dituliskan Nadya cukup padu dan sesuai dengan topik
pembahasan. Teks eksplanasi yang dihasilkan Nadya kurang berdasarkan
urutan, yakni pengungkapan sebab-akibat tidak dijadikan dalam satu paragraf.
Komponen organisasi pada teks eksplanasi Nadya mendapat skor 14 dengan
kriteria cukup.
Kosakata yang digunakan Nadya tergolong memadai. Artinya,
terdapat beberapa kosakata yang sama dan ditulis berulang untuk
mendeskripsikan tema longsor dari kartu bergambar yang didapatnya. Pada
teks eksplanasi Nadya, ditemukannya satu pembentukan kata yang kurang
sempurna seperti: kata /kebun/ yang seharusnya ditambahkan imbuhan pe-
menjadi /pekebun/ sebab kalimat sebelumnya adalah “...warga menjadi
kehilangan mata pencaharian karena sebagian besar petani...” imbuhan pe-
pada kata /kebun/ berarti seseorang yang memiliki usaha bidang berkebun.
Penggunaan kaidah kebahasaan tergolong cukup memadai, pengungkapan
sudah tepat tetapi tidak terlalu terperinci, serta penggunaan konjungsi
kausalitas kurang lengkap. Nadya menggunakan kata teknis yaitu longsor,
konjungsi kausalitas (seperti: karena dan sebab), menggunakan kata benda
yang merujuk pada fenomena (seperti: lereng, hujan, tanah, kosong, kawasan,
penggalian, petani, reboisasi, dan penanaman), serta menggunakan kata kerja
tindakan yang merujuk pada fenomena (seperti: menuruni, ditanam,
mengikis, berdampak, bercocok tanam, memenuhi, melonjak, dan menjaga).
Komponen kosakata pada teks eksplanasi Nadya mendapat skor 16 dengan
kriteria cukup.
Penggunaan bahasa yang ditulis oleh Nadya memiliki konstruksi
kalimat yang sederhana dan efektif. Artinya, susunan kalimat yang ditulis
tidak kompleks serta menggunakan bahasa yang lugas sehingga makna dapat
terbaca dengan jelas. Terdapat dua kesalahan dalam fungsi (urutan) kata,
yaitu pada kalimat “Selain itu, penduduk kesulitan memenuhi kebutuhan
pokok, harga barang-barang melonjak naik, warga juga kehilangan
159
keluarganya karena longsor”. Seharusnya tanda koma setelah kata /pokok/
ditambahkan konjungsi /sehingga/. Kemudian, setelah kata /naik/ seharusnya
titik karena menunjukkan kalimat yang berbeda dan ditambahkan konjungsi
/Adapun/. Penambahan konjungsi dimaksudkan agar kalimat lebih efektif.
Komponen penggunaan bahasa pada teks eksplanasi Nadya mendapat skor 19
dengan kriteria cukup.
Mekanik atau penilaian ejaan dan tanda baca pada hasil tulisan teks
eksplanasi Nadya adalah ditemukannya kesalahan pada penulisan judul yang
tidak ditulis dengan huruf kapital, yaitu /menelan/, /beberapa/, /korban/.
Selanjutnya, kata di awal kalimat yang tidak ditulis dengan huruf kapital,
yaitu /warga/ dan /sebaiknya/. Adapun, setelah konjungsi antarkalimat /selain
itu/ Nadya tidak menggunakan tanda koma. Terdapat pula kesalahan pada
ejaan, yaitu konjungsi /karna/ yang seharusnya ditulis /karena/. Dengan
adanya tujuh kesalahan ejaan dan tanda baca pada teks eksplanasi Nadya.
Akan tetapi, makna masih dapat terbaca. Komponen mekanik pada teks
eksplanasi Nadya mendapat skor 3 dengan kriteria sedang.
Nama : Rasyid Ridho Muhammad Noor Rafi
Judul : Sampah Penyebab Kerusakan
Tabel 4.30
Hasil Analisis Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa No. 28
Komponen yang
Dinilai
Skor Maksimum
Ideal
Skala
Interval
Skor
Siswa
Kriteria
Isi
30
27-30
22-26
17-21
13-16
26
C
Organisasi
20
18-20
14-17
10-13
7-9
19
SB
Kosakata 18-20
160
20 14-17
10-13
7-9
15
C
Penggunaan
Bahasa
25
22-25
18-21
11-17
5-10
22
SB
Mekanik 5 2-5
3 S
Jumlah Skor : 85 BS
Nilai :
× 100 = 85
Deskripsi:
Isi gagasan yang ditulis oleh Rasyid cukup sesuai dengan media
kartu bergambar. Rasyid mendapatkan tema sampah dan dalam
mengungkapkan gagasan pendukung, cukup mengacu pada ide utama yang
telah ditulis di awal paragraf. Artinya, gagasan pendukung yang diungkapkan
tidak terlalu terperinci, tetapi sudah menjelaskan gagasan utama dan dalam
hal ini Rasyid cukup menguasai topik permasalahan. Rasyid menggunakan
pola pengembangan (sebab-akibat) untuk mendeskripsikan rangkaian
kejadian dari tema sampah, dan menuliskannya dengan konjungsi yang tepat.
Hasil tulisan teks eksplanasi Rasyid relevan dengan tema dari kartu
bergambar yang didapatnya tetapi tidak terlalu terperinci. Rasyid menjelaskan
bahwa penyebab terdapatnya sampah di jalanan karena masyarakat yang
belum menyadari dampaknya. Kurang mengungkapkan lebih detail mengenai
terdapat pula sampah yang menumpuk di kali ataupun sungai. Hal tersebut
dapat terungkap melalui kutipan dari teks eksplanasi yang dibuat Rasyid
berikut ini “Zaman sekarang banyak sampah yg tergeletak di jalanan
dikarenakan masyarakat-masyarakat sekitar belum menyadari dampak dari
membuang sampah sembarangan”. Komponen isi pada teks eksplanasi
Rasyid mendapat skor 26 dengan kriteria cukup.
161
Organisasi dalam penilaian ini meliputi struktur teks. Struktur teks
eksplanasi yang ditulis Rasyid sangat lengkap dan berdasarkan urutan, yakni
terdapatnya judul, identifikasi fenomena, rangkaian kejadian, dan ulasan.
Kelebihan Rasyid dalam komponen organisasi, yaitu memberikan judul pada
teks yang dibuatnya, penggunaan judul yang relevan dengan topik
pembahasan menjadikan teks eksplanasi yang dihasilkan tergolong sempurna.
Pada bagian identifikasi fenomena, pengungkapan pernyataan awal tentang
sampah sudah jelas, logis, dan lengkap. Selanjutnya, bagian rangkaian
kejadian dan ulasan, Rasyid mengungkapkan data faktual yang terkait dengan
sampah secara jelas, logis dan lengkap. Rasyid mengungkapkan fakta tentang
sampah, berdasarkan pengetahuannya dan menghubungkan dengan fenomena
yang ditemui di kehidupan sehari-hari. Gagasan yang ditulis pada bagian
ulasan sudah runtut, jelas, logis, dan merujuk pada fakta yang diungkapkan.
Paragraf yang ditulis Rasyid sangat padu dan sesuai dengan topik
pembahasan. Komponen organisasi pada teks eksplanasi Rasyid mendapat
skor 19 dengan kriteria sangat baik.
Kosakata yang digunakan Rasyid tergolong memadai. Artinya,
terdapat beberapa kosakata yang sama dalam mendeskripsikan tema dari
kartu bergambar. Pada teks eksplanasi Rasyid, hanya ditemukan dua
pembentukan kata yang kurang sempurna seperti: /sedab/ yang seharusnya
ditulis /sedap/ dan kata /ada nya/ yang seharusnya klitika –nya ditulis
dirangkai dengan kata /ada/ sehingga menjadi /adanya/. Penggunaan kaidah
kebahasaan tergolong cukup memadai, pengungkapan sudah tepat tetapi tidak
terlalu terperinci, serta penggunaan konjungsi kausalitas kurang lengkap.
Rasyid menggunakan kata teknis, yaitu sampah, konjungsi kausalitas (seperti:
sebab dan karena), menggunakan kata benda yang merujuk pada fenomena
(seperti: industri, rumah tangga, organik, anorganik, makhluk hidup, daur
ulang, banjir, nyamuk DBD, penyakit, dan lingkungan), serta menggunakan
kata kerja tindakan yang merujuk pada fenomena (seperti: dibuang, didaur
ulang, menyadari, berdampak, memberikan, dan mengganggu). Komponen
162
kosakata pada teks eksplanasi Rasyid mendapat skor 15 dengan kriteria
cukup.
Penggunaan bahasa yang ditulis oleh Rasyid memiliki konstruksi
kalimat kompleks tetapi efektif. Artinya, susunan kalimat yang ditulis
mengandung beberapa kosakata yang rumit tetapi efektif dan menggunakan
bahasa yang lugas sehingga makna dapat terbaca dengan jelas dan mudah
dipahami. Tidak terdapat kesalahan dalam fungsi (urutan) kata, pronominal,
dan preposisi. Komponen penggunaan bahasa pada teks eksplanasi Rasyid
mendapat skor 22 dengan kriteria sangat baik.
Mekanik atau penilaian ejaan dan tanda baca pada hasil tulisan teks
eksplanasi Rasyid adalah ditemukannya kesalahan pada kata di pertengahan
kalimat yang ditulis dengan huruf kapital, yakni /Proses/ dan /Produksi/.
Adapun, kesalahan penempatan tanda koma pada konjungsi /yaitu/
seharusnya koma diletakkan sebelum /, yaitu/. Rasyid masih melakukan
penyingkatan, seperti pada kata /yg/. Kemudian, kesalahan pada peletakkan
konjungsi /karena/ yang ditulis di awal kalimat dengan huruf kecil. Terdapat
pula kesalahan pada ejaan, yaitu pada kata /biasaya/ yang seharusnya ditulis
/biasanya/ dan kata /penyaki/ yang seharusnya ditulis /penyakit/. Dengan
adanya enam kesalahan ejaan dan tanda baca pada teks eksplanasi Rasyid.
Akan tetapi, makna masih dapat terbaca. Komponen mekanik pada teks
eksplanasi Rasyid mendapat skor 3 dengan kriteria sedang.
Nama : Salsabillah Nashefa
Judul : Longsor di Tasikmalaya
Tabel 4.31
Hasil Analisis Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa No. 29
Komponen yang
Dinilai
Skor Maksimum
Ideal
Skala
Interval
Skor
Siswa
Kriteria
Isi
30
27-30
22-26
17-21
28
SB
163
13-16
Organisasi
20
18-20
14-17
10-13
7-9
16
C
Kosakata
20
18-20
14-17
10-13
7-9
16
C
Penggunaan
Bahasa
25
22-25
18-21
11-17
5-10
22
SB
Mekanik 5 2-5
2 K
Jumlah Skor : 84 BS
Nilai :
× 100 = 84
Deskripsi:
Isi gagasan yang ditulis oleh Salsabillah sudah sesuai dengan media
kartu bergambar yang didapatnya. Salsabillah mendapatkan tema longsor dan
dalam mengungkapkan gagasan pendukung, ia mengembangkan dari ide
utama yang telah ditulis di awal paragraf. Gagasan pendukung diungkapkan
sudah runtut, terfokus, dan mengacu pada gambar. Untuk hal ini, Salsabillah
sudah menguasai topik permasalahan dengan baik. Salsabillah menggunakan
pola pengembangan (sebab-akibat) untuk mendeskripsikan rangkaian
kejadian dari tema longsor, dan menuliskannya dengan konjungsi yang tepat.
Hasil tulisan teks eksplanasi Salsabillah sudah relevan dengan tema dari kartu
bergambar yang didapatnya. Hal tersebut dapat terungkap melalui kutipan
dari teks eksplanasi yang dibuat Salsabillah berikut ini “Akibat dari bencana
longsor tersebut yaitu adanya kerusakan lingkungan seperti saluran air bersih
terputus Dan lahan Penghijauan yang tercemar. Selain itu longsor juga bisa
164
menyebabkan warga kehilangan tempat Tinggalnya”. Komponen isi pada teks
eksplanasi Salsabillah mendapat skor 28 dengan kriteria sangat baik.
Organisasi dalam penilaian ini meliputi struktur teks. Struktur teks
eksplanasi yang ditulis Salsabillah sangat lengkap dan berdasarkan urutan,
yakni terdapatnya judul, identifikasi fenomena, rangkaian kejadian, dan
ulasan. Kelebihan Salsabillah dalam komponen organisasi, yaitu memberikan
judul pada teks yang dibuatnya, penggunaan judul yang relevan dengan topik
pembahasan menjadikan teks eksplanasi yang dihasilkan tergolong sempurna.
Pada bagian identifikasi fenomena, pengungkapan pernyataan awal tentang
longsor sudah jelas, logis, dan lengkap. Selanjutnya bagian rangkaian
kejadian, Salsabillah mengungkapkan data faktual yang terkait dengan
longsor secara logis dan lengkap. Salsabillah mengungkapkan fakta tentang
longsor berdasarkan pengetahuannya dan menghubungkan dengan fenomena
yang didapatkan dari bahan bacaan berupa artikel berita. Gagasan yang ditulis
pada bagian ulasan sudah jelas, logis, dan merujuk pada fakta yang
diungkapkan. Akan tetapi, Salsabillah kurang mengembangkan gagasannya
untuk mengatasi fenomena longsor. Paragraf yang ditulis Salsabillah cukup
padu dan sesuai dengan topik pembahasan. Komponen organisasi pada teks
eksplanasi Salsabillah mendapat skor 16 dengan kriteria cukup.
Kosakata yang digunakan Salsabillah tergolong memadai. Artinya,
terdapat beberapa kosakata yang sama dan ditulis berulang untuk
mendeskripsikan tema longsor dari kartu bergambar yang didapatnya. Pada
teks eksplanasi Salsabillah, ditemukannya dua pembentukan kata yang
kurang sempurna seperti: kata /lahan nya/ yang seharusnya ditulis dirangkai
menjadi /lahannya/ dan kata /sekitar nya/ yang seharusnya ditulis dirangkai
menjadi /sekitarnya/ sebab –nya merupakan klitika yang juga berkedudukan
sebagai imbuhan. Penggunaan kaidah kebahasaan tergolong cukup memadai,
pengungkapan sudah tepat tetapi tidak terlalu terperinci, serta penggunaan
konjungsi kausalitas kurang lengkap. Salsabillah menggunakan kata teknis
yaitu longsor, konjungsi kausalitas (seperti: sebab dan sehingga),
menggunakan kata benda yang merujuk pada fenomena (seperti: tanah, luka-
165
luka, rawan, sampah, hujan, retakan, penyusutan, irigasi, gedung, saluran air,
dan penghijauan), serta menggunakan kata kerja tindakan yang merujuk pada
fenomena (seperti: menuruni, menumpuk, tercemar, memperoleh, dan
menjaga). Komponen kosakata pada teks eksplanasi Salsabillah mendapat
skor 16 dengan kriteria cukup.
Penggunaan bahasa yang ditulis oleh Salsabillah memiliki konstruksi
kalimat kompleks tetapi efektif. Artinya, susunan kalimat yang ditulis
mengandung beberapa kosakata yang rumit tetapi efektif dan menggunakan
bahasa yang lugas sehingga makna dapat terbaca dengan jelas dan mudah
dipahami. Tidak terdapat kesalahan dalam fungsi (urutan) kata, pronominal,
dan preposisi. Komponen penggunaan bahasa pada teks eksplanasi
Salsabillah mendapat skor 22 dengan kriteria sangat baik.
Mekanik atau penilaian ejaan dan tanda baca pada hasil tulisan teks
eksplanasi Salsabillah adalah ditemukannya kesalahan pada kata di awal
kalimat yang tidak ditulis dengan huruf kapital seperti: /bencana/ dan
/longsor/. Selanjutnya, kesalahan penulisan kata di pertengahan kalimat yang
ditulis dengan huruf kapital, yakni /Dan/, /Penghijauan/, serta /Tinggalnya/.
Kemudian, kesalahan pada penggunaan huruf kapital, yaitu tidak
menggunakan huruf kapital pada kata yang menunjukkan nama kota seperti:
/bogor/, /bandung/ dan /garut/. Adapun, kesalahan pada tanda koma yang
tidak diletakkan setelah konjungsi antarkalimat /Selain itu/, serta tidak
menggunakan tanda koma sebelum konjungsi /dan/ pada kalimat
penggabungan beberapa unsur. Terdapat sepuluh kesalahan tanda baca pada
teks eksplanasi Salsabillah. Komponen mekanik pada teks eksplanasi
Salsabillah mendapat skor 2 dengan kriteria sangat kurang.
166
Nama : Satya Prada Amijaya
Judul : Korean fever di indonesia
Tabel 4.32
Hasil Analisis Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa No. 30
Komponen yang
Dinilai
Skor Maksimum
Ideal
Skala
Interval
Skor
Siswa
Kriteria
Isi
30
27-30
22-26
17-21
13-16
24
C
Organisasi
20
18-20
14-17
10-13
7-9
15
C
Kosakata
20
18-20
14-17
10-13
7-9
15
C
Penggunaan
Bahasa
25
22-25
18-21
11-17
5-10
19
C
Mekanik 5 2-5
3 S
Jumlah Skor : 76 B
Nilai :
× 100 = 76
Deskripsi:
Isi gagasan yang ditulis oleh Satya cukup sesuai dengan media kartu
bergambar. Satya mendapatkan tema kebudayaan dan dalam mengungkapkan
gagasan pendukung, cukup mengacu pada ide utama yang telah ditulis di
awal paragraf. Artinya, gagasan pendukung yang diungkapkan tidak terlalu
terperinci, tetapi sudah menjelaskan gagasan utama dan dalam hal ini Satya
167
cukup menguasai topik permasalahan. Satya menggunakan pola
pengembangan (sebab-akibat) untuk mendeskripsikan rangkaian kejadian dari
tema kebudayaan, dan menuliskannya dengan konjungsi yang tepat. Hasil
tulisan teks eksplanasi Satya relevan dengan tema dari kartu bergambar yang
didapatnya tetapi tidak terlalu terperinci. Satya menjelaskan bahwa penyebab
adanya demam Korea di Indonesia, yakni karena musik, gaya, dan wajah para
artis Korea. Kurang mengungkapkan lebih detail mengenai jenis budaya
Korea lainnya yang membuat para remaja tertarik dan kurangnya informasi
mengenai banyaknya remaja yang juga antusias untuk datang ke konser
musik Korea. Hal tersebut dapat terungkap melalui kutipan dari teks
eksplanasi yang dibuat Satya berikut ini “Penyebab koreanfever antara lain
adalah musik yang khas, gaya anggotanya keren, wajah anggotanya memikat,
dan lain-lain”. Komponen isi pada teks eksplanasi Satya mendapat skor 24
dengan kriteria cukup.
Organisasi dalam penilaian ini meliputi struktur teks. Struktur teks
eksplanasi Satya ditulis dengan lengkap dan berdasarkan urutan, yakni
terdapatnya judul, identifikasi fenomena, rangkaian kejadian, dan ulasan.
Kelebihan Satya dalam komponen organisasi, yaitu memberikan judul pada
teks yang dibuatnya, penggunaan judul sudah relevan dengan topik
pembahasan. Pada bagian identifikasi fenomena, pengungkapan pernyataan
awal tentang kebudayaan sudah jelas, logis, dan lengkap. Selanjutnya pada
rangkaian kejadian, Satya dapat mengungkapkan data faktual dengan jelas
dan logis. Akan tetapi, fakta yang diungkapkan kurang lengkap, yakni
pemaparan pengaruh kebudayaan Korea terhadap sikap remaja Indonesia
tidak terlalu terperinci. Satya mengungkapkan fakta tentang kebudayaan
berdasarkan, pengetahuannya dan menghubungkan dengan fenomena yang
didapatkan dari bahan bacaan berupa artikel berita. Gagasan yang ditulis pada
bagian ulasan sudah logis dan pengungkapannya sudah merujuk pada fakta
yang dijelaskan tetapi kurang lengkap, yakni kurang mengembangkan
gagasan untuk mengatasi fenomena kebudayaan. Paragraf yang dituliskan
Satya cukup padu dan sesuai dengan topik pembahasan. Komponen
168
organisasi pada teks eksplanasi Satya mendapat skor 15 dengan kriteria
cukup.
Kosakata yang digunakan Satya tergolong memadai. Artinya,
terdapat beberapa kosakata yang sama dan ditulis berulang untuk
mendeskripsikan tema kebudayaan dari kartu bergambar yang didapatnya.
Pada teks eksplanasi Satya, ditemukannya dua pembentukan kata yang
kurang sempurna seperti: kata /koreanfever/ yang seharusnya ditulis dipisah
menjadi /korean fever/ dan kata /Indo nesia/ yang seharusnya ditulis dirangkai
menjadi /Indonesia/. Penggunaan kaidah kebahasaan tergolong cukup
memadai, pengungkapan sudah tepat tetapi tidak terlalu terperinci, serta
penggunaan konjungsi kausalitas kurang lengkap. Satya menggunakan kata
teknis yaitu korean fever, konjungsi kausalitas (seperti: sebab dan oleh sebab
itu), menggunakan kata benda yang merujuk pada fenomena (seperti:
mayoritas, remaja, pop, musik, khas, anggotanya, keren, dan adat), serta
menggunakan kata kerja tindakan yang merujuk pada fenomena (seperti:
meraja lela, memikat, mengenal, dan melestarikannya). Komponen kosakata
pada teks eksplanasi Satya mendapat skor 15 dengan kriteria cukup.
Penggunaan bahasa yang ditulis oleh Satya memiliki konstruksi
kalimat yang sederhana dan efektif. Artinya, susunan kalimat yang ditulis
tidak kompleks serta menggunakan bahasa yang lugas sehingga makna dapat
terbaca dengan jelas. Terdapat dua kesalahan dalam fungsi (urutan) kata
seperti pada kalimat: “Korean fever mempunyai Dampak positif dan negatif
korean fever.”. Kata /korean fever/ di awal kalimat seharusnya diganti
/kebudayaan Korea/ sehingga lebih memperjelas pembahasan yang
dipaparkan. Kata terakhir, yakni /korean fever/ seharusnya dihilangkan dan
ditambahkan frasa /yang sangat berpengaruh untuk remaja/. Penambahan
klausa tersebut dimaksudkan agar kalimat dapat lebih logis dan
menghilangkan ambiguitas. Komponen penggunaan bahasa pada teks
eksplanasi Satya mendapat skor 19 dengan kriteria cukup.
Mekanik atau penilaian ejaan dan tanda baca pada hasil tulisan teks
eksplanasi Satya adalah ditemukannya kesalahan pada penulisan judul yang
169
tidak ditulis dengan huruf kapital, yaitu /fever/ dan /indonesia/. Selanjutnya,
kesalahan penggunaan huruf kapital yang ditulis di pertengahan kalimat, yaitu
kata /Dampak/. Adapun, Satya tidak menggunakan tanda hubung setrip pada
pengulangan kata /anak anak/. Satya tidak menggunakan huruf cetak miring
pada kata /korean fever/ dan /korean/ yang merupakan kata dari bahasa asing
dan seharusnya ditulis dengan huruf miring. Terdapat pula kesalahan pada
ejaan, yaitu /meraja lela/ yang seharusnya ditulis dirangkai menjadi
/merajalela/. Dengan adanya tujuh kesalahan ejaan dan tanda baca pada teks
eksplanasi Satya. Akan tetapi, makna masih dapat terbaca. Komponen
mekanik pada teks eksplanasi Satya mendapat skor 3 dengan kriteria sedang.
Nama : Sofi Cahyani Adiputri
Judul : Proses Terjadinya Hujan
Tabel 4.33
Hasil Analisis Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa No. 32
Komponen yang
Dinilai
Skor Maksimum
Ideal
Skala
Interval
Skor
Siswa
Kriteria
Isi
30
27-30
22-26
17-21
13-16
28
SB
Organisasi
20
18-20
14-17
10-13
7-9
15
C
Kosakata
20
18-20
14-17
10-13
7-9
16
C
Penggunaan
Bahasa
25
22-25
18-21
11-17
5-10
20
C
170
Mekanik 5 2-5
3 S
Jumlah Skor : 82 BS
Nilai :
× 100 = 82
Deskripsi:
Isi gagasan yang ditulis oleh Sofi sudah sesuai dengan media kartu
bergambar yang didapatnya. Sofi mendapatkan tema hujan dan dalam
mengungkapkan gagasan pendukung, ia mengembangkan dari ide utama yang
telah ditulis di awal paragraf. Gagasan pendukung diungkapkan sudah runtut,
terfokus, dan mengacu pada gambar proses turunnya hujan. Untuk hal ini,
Sofi sudah menguasai topik permasalahan dengan baik. Sofi menggunakan
pola pengembangan kronologis (hubungan waktu) untuk mendeskripsikan
rangkaian kejadian dari tema hujan, dan menuliskannya dengan konjungsi
yang tepat. Hasil tulisan teks eksplanasi Sofi sudah relevan dengan tema dari
kartu bergambar yang didapatnya. Hal tersebut dapat terungkap melalui
kutipan dari teks eksplanasi yang dibuat Sofi berikut ini “Hujan terjadi karena
air laut menguap akibat terkena panas matahari kemudian uap tersebut naik
ke atas hingga membentuk awan”. Komponen isi pada teks eksplanasi Sofi
mendapat skor 28 dengan kriteria sangat baik. Perolehan skor tersebut sesuai
dengan hasil wawancara yang menunjukkan bahwa Sofi tertarik pada
keterampilan menulis dan didukung oleh kutipan berikut ini “Karena dengan
menulis saya bisa menghafal yang saya tulis”. Adapun kutipan hasil
wawancara lainnya yang mendukung perolehan skor yang didapat Sofi, yakni
“Ya, karena dengan media itu saya bisa berimajinasi dan mendapatkan ide”4
Organisasi dalam penilaian ini meliputi struktur teks. Struktur teks
eksplanasi Sofi ditulis dengan lengkap dan berdasarkan urutan, yakni
terdapatnya judul, identifikasi fenomena, rangkaian kejadian, dan ulasan.
4 Wawancara pribadi dengan siswa yang bernama “Sofi Cahyani Adiputri” di ruang kelas VIII-8
pada pukul 12.40 WIB.
171
Kelebihan Sofi dalam komponen organisasi, yaitu memberikan judul pada
teks yang dibuatnya, penggunaan judul yang relevan dengan topik
pembahasan menjadikan teks eksplanasi yang dihasilkan tergolong sempurna.
Pada bagian identifikasi fenomena, pengungkapan pernyataan awal tentang
hujan sudah jelas, logis, dan lengkap. Kemudian pada rangkaian kejadian,
Sofi mengungkapkan data faktual secara kronologis dan lengkap berdasarkan
tahapan proses terjadinya hujan yang terdapat pada kartu bergambar, serta
menghubungkan dengan pengetahuannya yang didapat dari bahan bacaan
berupa artikel. Gagasan yang ditulis pada bagian ulasan sudah jelas, merujuk
pada fakta yang diungkapkan, tetapi kurang meluas dan penulisan kosakata
masih banyak diulang. Gagasan tersebut diungkapkan dengan
menghubungkan pada peristiwa yang pernah dijumpainya di kehidupan
sehari-hari. Namun, gagasan pada bagian ulasan terdapat kosakata yang
kurang ilmiah sehingga menjadikan kalimat kurang efektif. Paragraf yang
ditulis Sofi sudah padu dan sesuai dengan topik pembahasan. Komponen
organisasi pada teks eksplanasi Sofi mendapat skor 15 dengan kriteria cukup.
Kosakata yang digunakan Sofi tergolong memadai. Artinya,
terdapat beberapa kosakata yang sama dalam mendeskripsikan tema dari
kartu bergambar. Pada teks ekspalnasi Sofi, ditemukan dua pembentukan kata
yang kurang sempurna seperti: kata /di hembuskan/ yang seharusnya
penulisan di- dirangkai menjadi /dihembuskan/ sebab kedudukannya sebagai
awalan yang menunjukkan kata kerja pasif. Seharusnya penulisan menjadi
/diembuskan/ sebab merupakan kata baku. Kemudian kata /positif nya/ yang
seharusnya penulisan klitika –nya dirangkai dengan kata /positif/ sehingga
menjadi /positifnya/. Penggunaan kaidah kebahasaan tergolong cukup
memadai, pengungkapan sudah tepat dan lengkap. Sofi menggunakan kata
teknis yaitu hujan, konjungsi kronologis (seperti: kemudian, lalu, dan pada
akhirnya), menggunakan kata benda yang merujuk pada fenomena (seperti:
kristal, pendinginan, matahari, uap, awan, angin, daratan, dan butiran air),
serta menggunakan kata kerja tindakan yang merujuk pada fenomena (seperti:
menguap, terkena, membentuk, menuju, bertambah, menjatuhkan, dan
172
menyuburkan). Komponen kosakata pada teks eksplanasi Sofi mendapat skor
16 dengan kriteria cukup.
Penggunaan bahasa yang ditulis oleh Sofi memiliki konstruksi
kalimat yang sederhana dan efektif. Artinya, susunan kalimat yang ditulis
tidak kompleks serta menggunakan bahasa yang lugas sehingga makna dapat
terbaca dengan jelas. Terdapat kesalahan dalam fungsi (urutan) kata seperti
pada kalimat: “dampak positifnya adalah hujan dapat menyuburkan tanaman
dan padi jadinya kita bisa mendapatkan beras dari petani...”. Kata /jadinya/
seharusnya diganti konjungsi /sehingga/ dan kata /kita/ seharusnya diganti
/masyarakat/. Penggantian kata tersebut, menjadikan kalimat lebih efektif dan
tidak terlihat seperti bahasa sehari-hari. Komponen penggunaan bahasa pada
teks eksplanasi Sofi mendapat skor 20 dengan kriteria cukup.
Mekanik atau penilaian ejaan dan tanda baca pada hasil tulisan teks
eksplanasi Sofi adalah ditemukannya kesalahan pada kata di awal kalimat
ynag tidak ditulis dengan huruf kapital seperti pada kata /dampak/ dan
/kemudian/. Tidak menggunakan tanda baca titik pada kalimat pertama
paragraf kedua dan kalimat kedua paragraf kedua, tidak menggunakan tanda
baca koma sebelum konjungsi /serta/ pada kalimat penggabungan beberapa
unsur. Terdapat lima kesalahan tanda baca pada teks eksplanasi Sofi. Akan
tetapi, makna masih dapat terbaca. Komponen mekanik pada teks eksplanasi
Sofi mendapat skor 3 dengan kriteria sedang.
Nama : Syakila Putri Pertama Siregar
Judul : Akibat Sampah
Tabel 4.34
Hasil Analisis Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa No. 33
Komponen yang
Dinilai
Skor Maksimum
Ideal
Skala
Interval
Skor
Siswa
Kriteria
Isi
30
27-30
22-26
17-21
30
SB
173
13-16
Organisasi
20
18-20
14-17
10-13
7-9
20
SB
Kosakata
20
18-20
14-17
10-13
7-9
18
SB
Penggunaan
Bahasa
25
22-25
18-21
11-17
5-10
19
C
Mekanik 5 2-5
2 K
Jumlah Skor : 89 BS
Nilai :
× 100 = 89
Deskripsi:
Isi gagasan yang ditulis oleh Syakila sangat sesuai dengan media
kartu bergambar yang didapatnya. Syakila mendapatkan tema sampah dan
dalam mengungkapkan gagasan pendukung, ia mengembangkan dari ide
utama yang telah ditulis di awal paragraf. Gagasan pendukung diungkapkan
sangat runtut, terfokus, dan mengacu pada gambar. Untuk hal ini, Syakila
sudah menguasai topik permasalahan dengan baik. Syakila menggunakan
pola pengembangan (sebab-akibat) untuk mendeskripsikan rangkaian
kejadian dari tema sampah, dan menuliskannya dengan konjungsi yang tepat.
Hasil tulisan teks eksplanasi Syakila sangat relevan dengan tema dari kartu
bergambar yang didapatnya. Hal tersebut dapat terungkap melalui kutipan
dari teks eksplanasi yang dibuat Syakila berikut ini “Akibat dan dampak yang
bisa terjadi adalah banjir. Kejadian banjir adalah masalah yang popular di
indonesia. banyaknya sampah yang dibuang ke selokan membuatnya mampet.
174
kurang beruntung bagi orang-orang yang tinggal di daerah rendah.”.
Komponen isi pada teks eksplanasi Syakila mendapat skor 30 dengan kriteria
sangat baik.
Organisasi dalam penilaian ini meliputi struktur teks. Struktur teks
eksplanasi yang ditulis Syakila sangat lengkap dan berdasarkan urutan, yakni
terdapatnya judul, identifikasi fenomena, rangkaian kejadian, dan ulasan.
Kelebihan Syakila dalam komponen organisasi, yaitu memberikan judul pada
teks yang dibuatnya, penggunaan judul yang relevan dengan topik
pembahasan menjadikan teks eksplanasi yang dihasilkan tergolong sempurna.
Pada bagian identifikasi fenomena, pengungkapan pernyataan awal tentang
sampah sudah jelas, logis, dan lengkap. Syakila juga menuliskan kalimat
pertanyaan mengenai sampah, untuk menghantarkan pada kalimat penjelasan
dengan lebih terperinci. Selanjutnya bagian rangkaian kejadian, Syakila
mengungkapkan data faktual yang terkait dengan sampah secara logis dan
lengkap. Syakila mengungkapkan fakta tentang sampah berdasarkan
pengetahuannya dan menghubungkan dengan fenomena yang ditemui di
kehidupan sehari-hari. Gagasan yang ditulis pada bagian ulasan sangat runtut,
jelas, logis, dan merujuk pada fakta yang diungkapkan. Paragraf yang ditulis
Syakila sangat padu dan sesuai dengan topik pembahasan. Komponen
organisasi pada teks eksplanasi Syakila mendapat skor 20 dengan kriteria
sangat baik.
Kosakata yang digunakan Syakila tergolong tepat dan menghasilkan
tulisan dengan ungkapan yang efektif. Artinya, Syakila dapat
mendeskripsikan fenomena sampah yang terdapat dalam kartu bergambar
dengan baik serta luas dalam pemilihan kosakata. Penggunaan kaidah
kebahasaan tepat dan lengkap. Syakila menggunakan kata teknis yaitu
sampah, konjungsi kausalitas (seperti: karena, sehingga, oleh karena itu),
menggunakan kata benda yang merujuk pada fenomena (seperti: lingkungan,
ideal, tempat tinggal, selokan, mampet, penyakit, serangga, organik, non-
organik, kerja bakti, program, kali bersih), serta menggunakan kata kerja
tindakan yang merujuk pada fenomena (seperti: mencapai, menjaga,
175
mengurangi, memakai ulang, mendaur ulang, beruntung, memakannya,
membuang, membedakan, dan mengadakan). Komponen kosakata pada teks
eksplanasi Syakila mendapat skor 18 dengan kriteria sangat baik.
Penggunaan bahasa yang ditulis oleh Syakila memiliki konstruksi
kalimat yang sederhana dan efektif. Artinya, susunan kalimat yang ditulis
tidak kompleks serta menggunakan bahasa yang lugas sehingga makna dapat
terbaca dengan jelas. Terdapat dua kesalahan dalam fungsi (urutan) kata
seperti pada kalimat “...mengadakan kerja bakti baik di kelas, komplek,
mengadakan program kali bersih setiap minggu sekali...”. Seharusya kata
/mengadakan/ dapat diganti /melaksanakan/ dan ditambahkan konjungsi /dan/
sebelumnya. Selanjutnya, sebelum kata /minggu/ ditambahkan kata /satu/
sehingga lebih jelas untuk menerangkan latar waktu pada pelaksanaan kerja
bakti. Komponen penggunaan bahasa pada teks eksplanasi Syakila mendapat
skor 19 dengan kriteria cukup.
Mekanik atau penilaian ejaan dan tanda baca pada hasil tulisan teks
eksplanasi Syakila adalah ditemukannya kesalahan pada kata di awal kalimat
yang tidak ditulis dengan huruf kapital, seperti pada kata /kurang/ dan /bila/.
Kemudian, kata /indonesia/ yang menunjukkan nama negara tidak ditulis
dengan huruf kapital. Terdapat pula kesalahan pada penulisan konjungsi
antarkalimat /oleh karena itu/ yakni kata pertama tidak ditulis dengan huruf
kapital dan tidak menggunakan tanda koma setelah konjungsi tersebut.
Adapun, Syakila tidak menggunakan tanda titik pada kalimat pertama
paragraf pertama, kalimat kedua paragraf kedua, dan kalimat pertama
paragraf ketujuh. Pada bagian ulasan, paragraf yang ditulis tidak terarah
sebab terdapat kalimat yang dijadikan paragraf baru. Padahal, kalimat
tersebut merupakan satu kesatuan dengan paragraf sebelumnya. Selanjutnya,
kesalahan pada ejaan, yaitu kata /popular/ yang seharusnya ditulis /populer/
sebab /popular/ adalah tidak baku, /menghindap/ yang seharusnya ditulis
/menghinggap/, kata /komplek/ yang seharusnya ditulis /kompleks/ sebab kata
/komplek/ merupakan tidak baku. Terdapat sepuluh kesalahan ejaan dan tanda
176
baca pada teks eksplanasi Syakila. Komponen mekanik pada teks eksplanasi
Syakila mendapat skor 2 dengan kriteria sangat kurang.
Nama : Talytha Azaria
Judul : Banjir Di Jakarta
Tabel 4.35
Hasil Analisis Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa No. 34
Komponen yang
Dinilai
Skor Maksimum
Ideal
Skala
Interval
Skor
Siswa
Kriteria
Isi
30
27-30
22-26
17-21
13-16
28
SB
Organisasi
20
18-20
14-17
10-13
7-9
17
C
Kosakata
20
18-20
14-17
10-13
7-9
17
C
Penggunaan
Bahasa
25
22-25
18-21
11-17
5-10
20
C
Mekanik 5 2-5
4 C
Jumlah Skor : 86 BS
Nilai :
× 100 = 86
Deskripsi:
Isi gagasan yang ditulis oleh Talytha sudah sesuai dengan media
kartu bergambar yang didapatnya. Talytha mendapatkan tema banjir dan
177
dalam mengungkapkan gagasan pendukung, ia mengembangkan dari ide
utama yang telah ditulis di awal paragraf. Gagasan pendukung diungkapkan
sudah runtut, terfokus, dan mengacu pada gambar. Untuk hal ini, Talytha
sudah menguasai topik permasalahan dengan baik. Talytha menggunakan
pola pengembangan (sebab-akibat) untuk mendeskripsikan rangkaian
kejadian dari tema banjir, dan menuliskannya dengan konjungsi yang tepat.
Hasil tulisan teks eksplanasi Talytha sudah relevan dengan tema dari kartu
bergambar yang didapatnya. Hal tersebut dapat terungkap melalui kutipan
dari teks eksplanasi yang dibuat Talytha berikut ini “Banjir dapat
mengakibatkan tempat tinggal warga mengalami kerusakan sehingga
beberapa orang diungsikan di pendopo atau tenda yang biasa di sediakan
untuk orang yang terkena bencana alam ataupun musibah”. Komponen isi
pada teks eksplanasi Talytha mendapat skor 28 dengan kriteria sangat baik.
Organisasi dalam penilaian ini meliputi struktur teks. Struktur teks
eksplanasi yang ditulis Talytha sangat lengkap dan berdasarkan urutan, yakni
terdapatnya judul, identifikasi fenomena, rangkaian kejadian, dan ulasan.
Kelebihan Talytha dalam komponen organisasi, yaitu memberikan judul pada
teks yang dibuatnya. Namun, penggunaan judul kurang berkaitan dengan
fakta yang diungkapkan di bagian identifikasi (penggambaran umum) tentang
fenomena banjir. Pada bagian identifikasi fenomena, pengungkapan
pernyataan awal tentang banjir sudah jelas, logis, dan lengkap. Selanjutnya
bagian rangkaian kejadian, Talytha mengungkapkan data faktual yang terkait
dengan banjir secara logis dan lengkap. Talytha mengungkapkan fakta
tentang banjir, berdasarkan pengetahuannya dan menghubungkan dengan
fenomena yang ditemui di kehidupan sehari-hari. Gagasan yang ditulis pada
bagian ulasan sudah jelas, logis, merujuk pada fakta yang diungkapkan, tetapi
kurang meluas. Paragraf yang ditulis Talytha sangat padu dan sesuai dengan
topik pembahasan. Komponen organisasi pada teks eksplanasi Talytha
mendapat skor 17 dengan kriteria cukup.
Kosakata yang digunakan Talyta tergolong memadai. Artinya,
terdapat beberapa kosakata yang sama dalam mendeskripsikan tema dari
178
kartu bergambar. Pada teks eksplanasi Talytha, hanya ditemukan satu
pembentukan kata yang kurang sempurna seperti: kata /di sediakan/ yang
seharusnya penulisan di- dirangkai menjadi /disediakan/ sebab kedudukannya
sebagai awalan yang menunjukkan kata kerja pasif. Penggunaan kaidah
kebahasaan tergolong cukup memadai, pengungkapan sudah tepat dan
lengkap. Talytha menggunakan kata teknis yaitu banjir, konjungsi kausalitas
(seperti: sebab, karena, dan sehingga), menggunakan kata benda yang
merujuk pada fenomena (seperti: bencana, aliran, wilayah, hujan, tanah,
rumah, gedung, bendungan kali, sungai, pendopo, musibah, sampah, dan
penghijauan), serta menggunakan kata kerja tindakan yang merujuk pada
fenomena (seperti: berlebihan, merendam, membangun, tersumbat,
mengalami, diungsikan, terkena, menghindari, dan mengadakan). Komponen
kosakata pada teks eksplanasi Talytha mendapat skor 17 dengan kriteria
cukup.
Penggunaan bahasa yang ditulis oleh Talytha memiliki konstruksi
kalimat yang sederhana dan efektif. Artinya, susunan kalimat yang ditulis
tidak kompleks serta menggunakan bahasa yang lugas sehingga makna dapat
terbaca dengan jelas. Terdapat dua kesalahan dalam fungsi (urutan) kata
seperti pada kalimat “Tepat pada tanggal 25 Maret 2019 Banjir merendam
wilayah banten dengan kedalaman 1 meter.” Seharusya kata /banten/ diganti
menjadi /Jakarta/ dengan penulisan huruf pertama kapital. Penggantian nama
provinsi tersebut untuk merelevansikan antara judul dengan pembahasan isi
sebab judul pada teks eksplanasi Talytha menunjukkan fenomena banjir
terjadi di kota Jakarta. Kemudian, kata /wilayah/ seharusnya diganti
/Provinsi/. Jika nama provinsi tempat terjadinya banjir disamakan, akan
membentuk hubungan keterkaitan antara data faktual yang diungkapkan
dengan penulisan judul sehingga makna tersampaikan dengan baik.
Komponen penggunaan bahasa pada teks eksplanasi Talytha mendapat skor
20 dengan kriteria cukup.
Mekanik atau penilaian ejaan dan tanda baca pada hasil tulisan teks
eksplanasi Talytha adalah ditemukannya kesalahan pada penulisan judul
179
yakni kata depan /Di/ seharusnya ditulis dengan tidak kapital. Terdapat kata
di pertengahan kalimat yang ditulis kapital, seperti kata /Pada/ dan /Banjir/.
Adapun kata di awal kalimat yang tidak ditulis dengan kapital, yakni kata
/manusia/. Hanya ada empat kesalahan penggunaan huruf kapital pada teks
eksplanasi Talytha. Komponen mekanik pada teks eksplanasi Talytha
mendapat skor 4 dengan kriteria cukup.
Nama : Tiara Dewi Octaviani
Judul : Banjir di Wilayah Kalimantan
Tabel 4.36
Hasil Analisis Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa No. 35
Komponen yang
Dinilai
Skor Maksimum
Ideal
Skala
Interval
Skor
Siswa
Kriteria
Isi
30
27-30
22-26
17-21
13-16
26
C
Organisasi
20
18-20
14-17
10-13
7-9
15
C
Kosakata
20
18-20
14-17
10-13
7-9
17
C
Penggunaan
Bahasa
25
22-25
18-21
11-17
5-10
18
C
Mekanik 5 2-5
3 S
Jumlah Skor : 79 B
180
Nilai :
× 100 = 79
Deskripsi:
Isi gagasan yang ditulis oleh Tiara cukup sesuai dengan media kartu
bergambar. Tiara mendapatkan tema banjir dan dalam mengungkapkan
gagasan pendukung, cukup mengacu pada ide utama yang telah ditulis di
awal paragraf. Artinya, gagasan pendukung yang diungkapkan tidak terlalu
terperinci, tetapi sudah menjelaskan gagasan utama dan dalam hal ini Tiara
cukup menguasai topik permasalahan. Tiara menggunakan pola
pengembangan (sebab-akibat) untuk mendeskripsikan rangkaian kejadian dari
tema banjir, dan menuliskannya dengan konjungsi yang tepat. Hasil tulisan
teks eksplanasi Tiara relevan dengan tema dari kartu bergambar yang
didapatnya tetapi tidak terlalu terperinci. Tiara menjelaskan bahwa akibat
banjir, yakni air yang diserap akar pohon menjadi naik melebihi tinggi mata
kaki. Kurang mengungkapkan lebih detail mengenai warga yang perlu
diungsikan. Hal tersebut dapat terungkap melalui kutipan dari teks eksplanasi
yang dibuat Tiara berikut ini “Banjir ini disebabkan karena warga sekitar
yang nakal menebang pohon tanpa melakukan Reboisasi sehingga ketika
hujan datang air yang mengalir tidak diserap oleh akar pohon, oleh karena itu
air yang tidak terserap akan mengumpul naik melebihi tinggi mata kaki”.
Komponen isi pada teks eksplanasi Tiara mendapat skor 26 dengan kriteria
cukup.
Organisasi dalam penilaian ini meliputi struktur teks. Struktur teks
eksplanasi Tiara ditulis dengan lengkap dan berdasarkan urutan, yakni
terdapatnya judul, identifikasi fenomena, rangkaian kejadian, dan ulasan.
Kelebihan Tiara dalam komponen organisasi, yaitu memberikan judul pada
teks yang dibuatnya. Penggunaan judul sudah relevan dengan topik
pembahasan. Pada bagian identifikasi fenomena, pengungkapan pernyataan
awal tentang banjir sudah jelas, logis, dan lengkap. Selanjutnya bagian
rangkaian kejadian, Tiara mengungkapkan data faktual yang terkait dengan
banjir secara jelas, logis, tetapi kurang lengkap. Tiara mengungkapkan fakta
181
tentang banjir, berdasarkan pengetahuannya dan menghubungkan dengan
fenomena yang ditemui di kehidupan sehari-hari. Gagasan yang ditulis pada
bagian ulasan sudah jelas, logis, merujuk pada fakta yang diungkapkan, tetapi
kurang meluas. Paragraf yang ditulis Tiara, cukup padu dan sesuai dengan
topik pembahasan. Komponen organisasi pada teks eksplanasi Tiara
mendapat skor 15 dengan kriteria cukup.
Kosakata yang digunakan Tiara tergolong memadai. Artinya,
terdapat beberapa kosakata yang sama dalam mendeskripsikan tema dari
kartu bergambar. Pada teks eksplanasi Tiara, hanya ditemukan satu
pembentukan kata yang kurang sempurna seperti: kata /di serap/ yang
seharusnya penulisan di- dirangkai menjadi /diserap/ sebab kedudukannya
sebagai awalan yang menunjukkan kata kerja pasif. Penggunaan kaidah
kebahasaan tergolong cukup memadai, pengungkapan sudah tepat dan
lengkap. Tiara menggunakan kata teknis yaitu banjir, konjungsi kausalitas
(seperti: karena, sehingga, dan oleh karena itu), menggunakan kata benda
yang merujuk pada fenomena (seperti: aliran, wilayah, akar, pohon, reboisasi,
hujan, barang-barang, dan hanyut), serta menggunakan kata kerja tindakan
yang merujuk pada fenomena (seperti: menebang, mengalir, terserap,
mengumpul, melebihi, terselamatkan, bertanggung jawab, dan menebang).
Komponen kosakata pada teks eksplanasi Tiara mendapat skor 17 dengan
kriteria cukup.
Penggunaan bahasa yang ditulis oleh Tiara memiliki konstruksi
kalimat yang sederhana dan efektif. Artinya, susunan kalimat yang ditulis
tidak kompleks serta menggunakan bahasa yang lugas sehingga makna dapat
terbaca dengan jelas. Terdapat tiga kesalahan dalam fungsi (urutan) kata
seperti pada kalimat “bencana ini terjadi pada wilayah kalimantan pada suatu
malam tahun 2015 diduga kedalaman banjir mencapai 1,5 meter”. Seharusya
kata /pada/ diganti menjadi kata depan /di/ sebab kata selanjutnya
memberikan keterangan tempat yakni wilayah Kalimantan. Kemudian, kata
/wilayah/ seharusnya diganti /Provinsi/. Selanjutnya kalimat “Banjir ini
disebabkan karena warga sekitar yang nakal menebang pohon tanpa
182
melakukan Reboisasi”. Seharusnya kata /nakal/ dapat diganti dengan /berbuat
ilegal/ dan ditambahkan konjungsi /yakni/. Penggantian kata dan penambahan
konjungsi dimaksudkan untuk menghilangkan bahasa sehari-hari dan
menjadikan kalimat lebih logis serta efektif. Komponen penggunaan bahasa
pada teks eksplanasi Tiara mendapat skor 18 dengan kriteria cukup.
Mekanik atau penilaian ejaan dan tanda baca pada hasil tulisan teks
eksplanasi Tiara adalah ditemukannya kesalahan pada penulisan kata di awal
kalimat yang tidak ditulis dengan huruf kapital, seperti kata /bencana/,
/akibat/, dan /diduga/. Selanjutnya, kesalahan penulisan kata di pertengahan
kalimat yang ditulis dengan kapital, seperti /reboisasi/. Kemudian, terdapat
kesalahan konjungsi /oleh karena itu/ yang tidak ditulis dengan kapital dan
tidak menggunakan tanda koma setelah konjungsi tersebut. Adapun,
kesalahan pada tanda koma yang diletakkan sebelum konjungsi /atau/.
Dengan adanya enam kesalahan ejaan dan tanda baca pada teks eksplanasi
Tiara. Akan tetapi, makna masih dapat terbaca. Komponen mekanik pada teks
eksplanasi Tiara mendapat skor 3 dengan kriteria sedang.
Nama : Versa Nur Hanifah
Judul : Longsor di jawa barat
Tabel 4.37
Hasil Analisis Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa No. 36
Komponen yang
Dinilai
Skor Maksimum
Ideal
Skala
Interval
Skor
Siswa
Kriteria
Isi
30
27-30
22-26
17-21
13-16
24
C
Organisasi
20
18-20
14-17
10-13
7-9
15
C
Kosakata 18-20
183
20 14-17
10-13
7-9
15
C
Penggunaan
Bahasa
25
22-25
18-21
11-17
5-10
21
C
Mekanik 5 2-5
3 S
Jumlah Skor : 78 B
Nilai :
× 100 = 78
Deskripsi:
Isi gagasan yang ditulis oleh Versa cukup sesuai dengan media kartu
bergambar. Versa mendapatkan tema longsor dan dalam mengungkapkan
gagasan pendukung, cukup mengacu pada ide utama yang telah ditulis di
awal paragraf. Artinya, gagasan pendukung yang diungkapkan tidak terlalu
terperinci, tetapi sudah menjelaskan gagasan utama dan dalam hal ini Versa
cukup menguasai topik permasalahan. Versa menggunakan pola
pengembangan (sebab-akibat) untuk mendeskripsikan rangkaian kejadian dari
tema longsor, dan menuliskannya dengan konjungsi yang tepat. Hasil tulisan
teks eksplanasi Versa relevan dengan tema dari kartu bergambar yang
didapatnya tetapi tidak terlalu terperinci. Versa menjelaskan bahwa penyebab
longsor adalah banyak warga mendirikan rumah dan warung di sekitar lereng.
Kurang mengungkapkan lebih detail mengenai kondisi rumah warga yang
rusak. Hal tersebut dapat terungkap melalui kutipan dari teks eksplanasi yang
dibuat Versa berikut ini “Penyebab terjadinya longsor akibat warga banyak
yang mendirikan rumah maupun warung disekitar lereng dan Beban
bangunan yang terlalu berat telah menimbulkan tekanan pada tana”.
Komponen isi pada teks eksplanasi Versa mendapat skor 24 dengan kriteria
cukup.
184
Organisasi dalam penilaian ini meliputi struktur teks. Struktur teks
eksplanasi Versa ditulis dengan lengkap dan berdasarkan urutan, yakni
terdapatnya judul, identifikasi fenomena, rangkaian kejadian, dan ulasan.
Kelebihan Versa dalam komponen organisasi, yaitu memberikan judul pada
teks yang dibuatnya, penggunaan judul sudah relevan dengan topik
pembahasan. Pada bagian identifikasi fenomena, pengungkapan pernyataan
awal tentang longsor sudah jelas, logis, tetapi kurang lengkap. Kemudian,
informasi faktual yang dipaparkan pada bagian identifikasi kurang lengkap.
Selanjutnya pada rangkaian kejadian, Versa dapat mengungkapkan fakta
dengan jelas, logis, tetapi kurang lengkap. Terdapat satu kosakata yang ditulis
kurang sempurna sehingga menjadikan kalimat kurang efektif. Versa
mengungkapkan fakta tentang longsor berdasarkan pengetahuannya dan
menghubungkan dengan fenomena yang didapatkan dari bahan bacaan berupa
artikel berita. Gagasan yang ditulis pada bagian ulasan sudah jelas, logis, dan
pengungkapannya juga sudah merujuk pada fakta yang dijelaskan. Akan
tetapi, Versa kurang mengembangkan gagasannya untuk mengatasi fenomena
longsor pada bagian ulasan. Paragraf yang dituliskan Versa cukup padu dan
sesuai dengan topik pembahasan. Komponen organisasi pada teks eksplanasi
Versa mendapat skor 15 dengan kriteria cukup.
Kosakata yang digunakan Versa tergolong memadai. Artinya,
terdapat beberapa kosakata yang sama dan ditulis berulang untuk
mendeskripsikan tema longsor dari kartu bergambar yang didapatnya. Pada
teks eksplanasi Versa, ditemukannya dua pembentukan kata yang kurang
sempurna seperti: kata /disekitar/ yang seharusnya penulisan di- dipisah
menjadi /di sekitar/ karena kedudukannya sebagai kata depan. Selanjutnya,
kata /di karenakan/ yang seharusnya penulisan di- dirangkai menjadi
/dikarenakan/ sebab kedudukannya sebagai awalan yang menunjukkan kata
kerja pasif. Penggunaan kaidah kebahasaan tergolong cukup memadai,
pengungkapan sudah tepat dan lengkap. Versa menggunakan kata teknis yaitu
longsor, konjungsi kausalitas (seperti: karena, sehingga, dan oleh karena itu),
menggunakan kata benda yang merujuk pada fenomena (seperti: batuan,
185
lereng, rumah, beban, bangunan, berat, tekanan, tana, lingkungan, korban,
penyakit, dan tanaman), serta menggunakan kata kerja tindakan yang merujuk
pada fenomena (seperti: menuruni, mendirikan, menimbulkan, melestarikan,
bertambah, mengungsi, terbatasnya, memperoleh, dan menanam). Komponen
kosakata pada teks eksplanasi Versa mendapat skor 15 dengan kriteria cukup.
Penggunaan bahasa yang ditulis oleh Versa memiliki konstruksi
kalimat yang sederhana dan efektif. Artinya, susunan kalimat yang ditulis
tidak kompleks serta menggunakan bahasa yang lugas sehingga makna dapat
terbaca dengan jelas. Tidak terdapat kesalahan dalam fungsi (urutan) kata,
pronominal, dan preposisi. Komponen penggunaan bahasa pada teks
eksplanasi Versa mendapat skor 21 dengan kriteria cukup.
Mekanik atau penilaian ejaan dan tanda baca pada hasil tulisan teks
eksplanasi Versa adalah ditemukannya kesalahan pada penulisan judul yang
tidak menggunakan huruf kapital pada kata /jawa/ dan /barat/. Adapun,
penggunaan huruf kapital di pertengahan kalimat, seperti /Beban/, /Longsor/
dan konjungsi /sehingga/. Selanjutnya, kesalahan pada ejaan, yakni pada kata
/tana/ yang seharusnya ditulis /tanah/. Versa masih melakukan kesalahan pada
tanda baca seperti: tidak menggunakan tanda baca titik pada kalimat pertama
paragraf ketiga. Pada penulisan paragraf ketiga, Versa menuliskan kata
pertamanya kurang menjorok ke dalam. Dengan adanya tujuh kesalahan ejaan
dan tanda baca pada teks eksplanasi Versa. Akan tetapi, makna masih dapat
terbaca. Komponen mekanik pada teks eksplanasi Versa mendapat skor 3
dengan kriteria sedang.
186
Nama : Vivero Hartagantari
Judul : Pengaruhnya Kebudayaan Korea
Tabel 4.38
Hasil Analisis Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa No. 37
Komponen yang
Dinilai
Skor Maksimum
Ideal
Skala
Interval
Skor
Siswa
Kriteria
Isi
30
27-30
22-26
17-21
13-16
26
C
Organisasi
20
18-20
14-17
10-13
7-9
16
C
Kosakata
20
18-20
14-17
10-13
7-9
15
C
Penggunaan
Bahasa
25
22-25
18-21
11-17
5-10
18
C
Mekanik 5 2-5
3 S
Jumlah Skor : 78 B
Nilai :
× 100 = 78
Deskripsi:
Isi gagasan yang ditulis oleh Vivero cukup sesuai dengan media
kartu bergambar. Vivero mendapatkan tema kebudayaan dan dalam
mengungkapkan gagasan pendukung, cukup mengacu pada ide utama yang
telah ditulis di awal paragraf. Artinya, gagasan pendukung yang diungkapkan
tidak terlalu terperinci, tetapi sudah menjelaskan gagasan utama dan dalam
187
hal ini Vivero cukup menguasai topik permasalahan. Vivero menggunakan
pola pengembangan (sebab-akibat) untuk mendeskripsikan rangkaian
kejadian dari tema kebudayaan, dan menuliskannya dengan konjungsi yang
tepat. Hasil tulisan teks eksplanasi Vivero relevan dengan tema dari kartu
bergambar yang didapatnya tetapi tidak terlalu terperinci. Vivero menjelaskan
bahwa kebudayaan korea sudah merajalela di Indonesia sehingga muncul
istilah demam korea. Kebudayaan Korea yang hadir dan membuat para
remaja tertarik dikategorikan dengan berbagai jenis, seperti korean pop dan
korean drama. Kurang mengungkapkan lebih detail mengenai banyaknya
remaja yang juga antusias untuk datang ke konser musik Korea. Hal tersebut
dapat terungkap melalui kutipan dari teks eksplanasi yang dibuat Vivero
berikut ini “Kebudayaan Korea merupakan suatu hal yang sedang merajalela
di zaman kini. Hal ini juga sudah menyebar dalam Indonesia, ini pun disebut
sebagai “Korean Fever”. Korean Fever tersebut terdiri dari berbagai media
seperti korean pop, korean drama, dan lain-lain. Hal tersebut sudah menyebar
terbanyak kepada para remaja-remaja”. Komponen isi pada teks eksplanasi
Vivero mendapat skor 26 dengan kriteria cukup.
Organisasi dalam penilaian ini meliputi struktur teks. Struktur teks
eksplanasi Vivero ditulis dengan lengkap dan berdasarkan urutan, yakni
terdapatnya judul, identifikasi fenomena, rangkaian kejadian, dan ulasan.
Kelebihan Vivero dalam komponen organisasi, yaitu memberikan judul pada
teks yang dibuatnya, penggunaan judul sudah relevan dengan topik
pembahasan. Pada bagian identifikasi fenomena, pengungkapan pernyataan
awal tentang kebudayaan dan fanatisme sudah jelas, logis, dan lengkap
Selanjutnya, bagian rangkaian kejadian dan ulasan, Vivero mengungkapkan
data faktual yang terkait dengan kebudayaan secara logis dan lengkap. Vivero
mengungkapkan fakta tentang kebudayaan berdasarkan pengetahuannya dan
menghubungkan dengan fenomena yang didapatkan dari bahan bacaan berupa
artikel berita. Gagasan yang ditulis pada bagian ulasan sudah logis dan
pengungkapannya juga sudah merujuk pada fakta yang dijelaskan. Akan
tetapi, Vivero kurang mengembangkan gagasannya untuk mengatasi
188
fenomena kebudayaan pada bagian ulasan. Vivero mengulang kosakata yang
sama dalam satu kalimat pada bagian ulasan, sehingga menjadikan kalimat
tersebut kurang efektif. Paragraf yang dituliskan Vivero cukup padu dan
sesuai dengan topik pembahasan. Komponen organisasi pada teks eksplanasi
Vivero mendapat skor 16 dengan kriteria cukup.
Kosakata yang digunakan Vivero tergolong memadai. Artinya,
terdapat beberapa kosakata yang sama dan ditulis berulang untuk
mendeskripsikan tema kebudayaan dari kartu bergambar yang didapatnya.
Pada teks eksplanasi Vivero, ditemukannya dua pembentukan kata yang
kurang sempurna seperti: kata /di yakini/ yang seharusnya penulisan di-
dirangkai menjadi /diyakini/ karena kedudukannya sebagai awalan yang
menunjukkan kata kerja pasif. Selanjutnya, kata /dibawah/ yang seharusnya
penulisan di- dipisah menjadi /di bawah/ sebab kedudukannya sebagai kata
depan. Penggunaan kaidah kebahasaan tergolong cukup memadai,
pengungkapan sudah tepat tetapi tidak terlalu terperinci, serta penggunaan
konjungsi kausalitas kurang lengkap. Vivero menggunakan kata teknis yaitu
fanatisme, konjungsi kausalitas (seperti: karena), menggunakan kata benda
yang merujuk pada fenomena (seperti: media, korean pop, drama korea,
remaja, fanatisme, ekspresi, daya tarik, tarian, nyanyian, gaya, bahasa,
pergaulan, penggemar, dan nasionalisme), serta menggunakan kata kerja
tindakan yang merujuk pada fenomena (seperti: merajalela, menyebar,
berlebihan, menggambarkan, mempelajari, memperluas, merugikan,
menimbulkan, menguntungkan, dan menggemari). Komponen kosakata pada
teks eksplanasi Vivero mendapat skor 15 dengan kriteria cukup.
Penggunaan bahasa yang ditulis oleh Vivero memiliki konstruksi
kalimat yang sederhana dan efektif. Artinya, susunan kalimat yang ditulis
tidak kompleks serta menggunakan bahasa yang lugas sehingga makna dapat
terbaca dengan jelas. Terdapat tiga kesalahan dalam fungsi (urutan) kata
seperti pada kalimat “Kebudayaan korea mempunyai daya tarik yang unik,
seperti tariannya yang bersifat kekinian ataupun nyanyiannya dengan gaya
yang berbeda.” Seharusya setelah kata /nyanyiannya/ ditambahkan kata /yang
189
dipertunjukkan/. Penambahan kata tersebut dimaksudkan untuk memperjelas
bahwa dalam kekhasan nyanyian korea terdapat pula gaya (tari) yang
biasanya ditampilkan oleh para artisnya saat mereka berada di atas panggung.
Selanjutnya kalimat “Menggemari sebuah hal merupakan hal yang wajar
tetapi bersikap fanatik bukanlah...”. Seharusnya kata /sebuah/ dan kata /hal/
dapat diganti dengan kata /sesuatu/ agar tidak terjadi pemborosan kata dan
menjadikan kalimat lebih efektif. Komponen penggunaan bahasa pada teks
eksplanasi Vivero mendapat skor 18 dengan kriteria cukup.
Mekanik atau penilaian ejaan dan tanda baca pada hasil tulisan teks
eksplanasi Vivero adalah ditemukannya kesalahan pada penggunaan huruf
kapital di pertengahan kalimat, seperti /Fever/ dan /Fanatisme/. Terdapat pula
kesalahan pada ejaan, yakni pada kata /mauvun/ yang seharusnya ditulis
/maupun/. Selanjutnya, pada kata /korean fever/ dan /korean/ yang merupakan
kata dari bahasa asing seharusnya ditulis dengan cetak miring menjadi
/korean fever/ dan /korean/. Vivero masih melakukan kesalahan pada tanda
baca, yakni tidak menggunakan tanda baca koma sebelum konjungsi /seperti/.
Dengan adanya enam kesalahan ejaan dan tanda baca pada teks eksplanasi
Vivero. Akan tetapi, makna masih dapat terbaca. Komponen mekanik pada
teks eksplanasi Vivero mendapat skor 3 dengan kriteria sedang.
Nama : Yudha Adhita Fauzean
Judul : Korean Fever
Tabel 4.39
Hasil Analisis Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa No. 38
Komponen yang
Dinilai
Skor Maksimum
Ideal
Skala
Interval
Skor
Siswa
Kriteria
Isi
30
27-30
22-26
17-21
13-16
18
S
190
Organisasi
20
18-20
14-17
10-13
7-9
14
C
Kosakata
20
18-20
14-17
10-13
7-9
13
S
Penggunaan
Bahasa
25
22-25
18-21
11-17
5-10
18
C
Mekanik 5 2-5
2 K
Jumlah Skor : 65 C
Nilai :
× 100 = 65
Deskripsi:
Isi gagasan yang ditulis oleh Yudha Adhita kurang sesuai dengan
media kartu bergambar. Yudha Adhita mendapatkan tema kebudayaan dan
dalam mengungkapkan gagasan pendukung, kurang mengacu pada ide utama
yang telah ditulis di awal paragraf. Artinya, gagasan pendukung tidak
menjelaskan gagasan utama dan dalam hal ini Yudha kurang menguasai topik
permasalahan. Yudha Adhita tidak menggunakan pola pengembangan untuk
mendeskripsikan rangkaian kejadian dari tema kebudayaan. Artinya, pola
pengembangan kurang dideskripsikan dengan baik sehingga tidak menuliskan
konjungsi kausalitas. Hasil tulisan teks eksplanasi Yudha Adhita kurang
relevan dengan tema dari kartu bergambar yang didapatnya. Artinya,
pengembangan tema kurang memadai dan penulisan teks eksplanasi kurang
terperinci. Yudha Adhita hanya menjelaskan satu dampak negatif dari adanya
kebudayaan Korea di Indonesia adalah lunturnya budaya Indonesia. Yudha
Adhita tidak memberikan dampak negatif lainnya, tidak mengungkapkan
mengenai budaya asli Indonesia apa saja yang perlahan ditinggalkan, serta
191
tidak ada informasi mengenai banyaknya remaja yang juga antusias untuk
datang ke konser musik Korea. Hal tersebut dapat terungkap melalui kutipan
dari teks eksplanasi yang dibuat Yudha Adhita berikut ini “adanya
kebudayaan korea mempunyai dampak negatif yaitu lunturnya kebudayaan
Indonesia”. Komponen isi pada teks eksplanasi Yudha Adhita mendapat skor
18 dengan kriteria sedang.
Organisasi dalam penilaian ini meliputi struktur teks. Struktur teks
eksplanasi Yudha Aditha ditulis dengan lengkap dan berdasarkan urutan,
yakni terdapatnya judul, identifikasi fenomena, rangkaian kejadian, dan
ulasan. Kelebihan Yudha Adhita dalam komponen organisasi, yaitu
memberikan judul pada teks yang dibuatnya. Namun, judul yang
dicantumkan kurang spesifik. Pada bagian identifikasi fenomena,
pengungkapan pernyataan awal tentang kebudayaan sudah jelas, logis, dan
lengkap. Selanjutnya pada rangkaian kejadian, Yudha Adhita
mengungkapkan fakta dengan jelas, logis, tetapi kurang lengkap. Yudha
Adhita tidak menguraikan perilaku negatif dari masyarakat Indonesia akibat
adanya kebudayaan Korea. Yudha Aditha mengungkapkan fakta tentang
kebudayaan berdasarkan pengetahuannya dan menghubungkan dengan
fenomena yang didapatkan dari bahan bacaan berupa artikel berita. Gagasan
yang ditulis pada bagian ulasan sudah logis dan pengungkapannya juga sudah
merujuk pada fakta yang dijelaskan. Akan tetapi, Yudha Adhita kurang
mengembangkan gagasannya untuk mengatasi fenomena masuknya
kebudayaan Korea di Indonesia pada bagian ulasan. Paragraf yang dituliskan
Yudha Adhita cukup padu dan cukup sesuai dengan topik pembahasan.
Komponen organisasi pada teks eksplanasi Yudha Adhita mendapat skor 14
dengan kriteria cukup.
Kosakata yang digunakan Yudha Adhita tergolong terbatas. Artinya,
tidak luas dalam mendeskripsikan tema dari kartu bergambar yang
didapatnya. Pada teks eksplanasi Yudha Aditha, ditemukannya satu
pembentukan kata yang kurang sempurna seperti: kata /di dapatkan/ yang
seharusnya penulisan di- dirangkai menjadi /didapatkan/ karena
192
kedudukannya sebagai awalan yang menunjukkan kata kerja pasif.
Penggunaan kaidah kebahasaan terbatas, Yudha Adhita menggunakan kata
teknis yaitu fanatisme, tidak menggunakan konjungsi kausalitas,
menggunakan kata benda yang merujuk pada fenomena (seperti: musik,
negatif, positif, pengetahuan, bahasa, lunturnya, remaja, dan peniruan), serta
menggunakan kata kerja tindakan yang merujuk pada fenomena (seperti:
menambah, mengenal, dan memahami) tetapi tidak secara terperinci.
Komponen kosakata pada teks eksplanasi Yudha Aditha mendapat skor 13
dengan kriteria sedang.
Penggunaan bahasa yang ditulis oleh Yudha Adhita memiliki
konstruksi kalimat yang sederhana dan efektif. Artinya, susunan kalimat yang
ditulis tidak kompleks serta menggunakan bahasa yang lugas sehingga makna
dapat terbaca dengan jelas. Terdapat empat kesalahan dalam fungsi (urutan)
kata seperti pada kalimat “sebaiknya remaja di Indonesia dapat ikut bangga
sebagai warga Indonesia dan ikut memajukan kebudayaan Indonesia.”
Seharusya kata /dapat/ dan /ikut/ dihilangkan dan diganti dengan kata /harus/
karena kalimat tersebut memiliki sifat menginformasikan juga mengajak para
remaja agar meninggalkan segala kefanatikan terhadap budaya Korea.
Selanjutnya, kata depan /di/ dan kata /Indonesia/ setelah /remaja/ dihilangkan.
Penghilangan kata tersebut dimaksudkan agar tidak terjadi pemborosan kata
dan untuk lebih mengefektifkan kalimat serta menekankan informasi bahwa
remaja harus lebih mencintai dan menjunjung tinggi kebudayaan negara
Indonesia. Komponen penggunaan bahasa pada teks eksplanasi Yudha
Adhita mendapat skor 18 dengan kriteria cukup.
Mekanik atau penilaian ejaan dan tanda baca pada hasil tulisan teks
eksplanasi Yudha Adhita adalah ditemukannya kesalahan pada kata di awal
kalimat yang tidak ditulis dengan huruf kapital, yaitu /salah/, /pengetahuan/,
dan /sebaiknya/. Selanjutnya, kesalahan pada penggunaan huruf kapital, yakni
tidak menggunakan huruf kapital pada kata /korea/ yang menunjukkan nama
negara dan kesalahan pada penggunaan huruf kapital di pertengahan kalimat,
yaitu /Juga/ dan /Positif/. Kemudian, kesalahan pada ejaan, yakni pada kata
193
/ekspoisi/ yang seharusnya ditulis /ekspresi/ dan tidak menggunakan huruf
cetak miring pada kata /korean fever/ yang merupakan kata dari bahasa asing
dan seharusnya ditulis dengan huruf miring. Yudha Adhita masih melakukan
kesalahan pada tanda baca, yakni tidak menggunakan tanda baca koma
sebelum konjungsi /yaitu/. Terdapat sembilan kesalahan ejaan dan tanda baca
pada teks eksplanasi Yudha Adhita. Komponen mekanik pada teks eksplanasi
Yudha Aditha mendapat skor 2 dengan kriteria sangat kurang.
Nama : Zaki Ivo Farchan
Judul : kemacetan Dimana-mana
Tabel 4.40
Hasil Analisis Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi Siswa No. 39
Komponen yang
Dinilai
Skor Maksimum
Ideal
Skala
Interval
Skor
Siswa
Kriteria
Isi
30
27-30
22-26
17-21
13-16
23
C
Organisasi
20
18-20
14-17
10-13
7-9
15
C
Kosakata
20
18-20
14-17
10-13
7-9
14
C
Penggunaan
Bahasa
25
22-25
18-21
11-17
5-10
19
C
Mekanik 5 2-5
3 S
Jumlah Skor : 74 B
194
Nilai :
× 100 = 74
Deskripsi:
Isi gagasan yang ditulis oleh Zaki cukup sesuai dengan media kartu
bergambar. Zaki mendapatkan tema kemacetan dan dalam mengungkapkan
gagasan pendukung, cukup mengacu pada ide utama yang telah ditulis di
awal paragraf. Artinya, gagasan pendukung yang diungkapkan tidak terlalu
terperinci, tetapi sudah menjelaskan gagasan utama dan dalam hal ini Zaki
cukup menguasai topik permasalahan. Zaki menggunakan pola
pengembangan (sebab-akibat) untuk mendeskripsikan rangkaian kejadian dari
tema kemacetan, dan menuliskannya dengan konjungsi yang tepat. Hasil
tulisan teks eksplanasi Zaki relevan dengan tema dari kartu bergambar yang
didapatnya tetapi tidak terlalu terperinci. Zaki menjelaskan bahwa penyebab
kemacetan, yaitu adanya kecelakaan yang mengakibatkan jalan menjadi
sempit. Kurang mengungkapkan lebih detail mengenai penyebab kemacetan
lain dan kurangnya informasi mengenai tidak tertibnya pengendara roda dua
yang menggunakan jalur bus transjakarta. Hal tersebut dapat terungkap
melalui kutipan dari teks eksplanasi yang dibuat Zaki berikut ini “kecelakaan
yg menimbulkan jalan menjadi sempit adalah sebab kemacetan”. Komponen
isi pada teks eksplanasi Zaki mendapat skor 23 dengan kriteria cukup.
Organisasi dalam penilaian ini meliputi struktur teks. Struktur teks
eksplanasi Zaki ditulis dengan lengkap dan berdasarkan urutan, yakni
terdapatnya judul, identifikasi fenomena, rangkaian kejadian, dan ulasan.
Kelebihan Zaki dalam komponen organisasi, yaitu memberikan judul pada
teks yang dibuatnya. Namun, judul yang dicantumkan kurang spesifik. Pada
bagian identifikasi fenomena, pengungkapan pernyataan awal tentang
kemacetan sudah jelas, logis, dan lengkap. Selanjutnya pada rangkaian
kejadian, Zaki dapat mengungkapkan data faktual dengan jelas, tetapi kurang
lengkap dan kurang logis. Artinya, ada beberapa kosakata yang kurang benar
penempatannya sehingga penyusunan berantakan dan kalimat menjadikan
kurang efektif. Zaki mengungkapkan fakta tentang kemacetan berdasarkan
195
pengetahuannya dan menghubungkan dengan fenomena yang didapatkan dari
bahan bacaan berupa artikel berita. Gagasan yang ditulis pada bagian ulasan
sudah logis dan pengungkapannya juga sudah merujuk pada fakta yang
dijelaskan. Paragraf yang dituliskan Zaki cukup padu dan sesuai dengan topik
pembahasan. Komponen organisasi pada teks eksplanasi Zaki mendapat skor
15 dengan kriteria cukup.
Kosakata yang digunakan Zaki tergolong memadai. Artinya, terdapat
beberapa kosakata yang sama dan ditulis berulang untuk mendeskripsikan
tema kemacetan dari kartu bergambar yang didapatnya. Pada teks eksplanasi
Zaki, ditemukannya tiga pembentukan kata yang kurang sempurna seperti:
kata /di sebabkan/ yang seharusnya penulisan di- dirangkai menjadi
/disebabkan/ karena kedudukannya sebagai awalan yang menunjukkan kata
kerja pasif. Selanjutnya, kata /di padati/ yang seharusnya penulisan di-
dirangkai menjadi /dipadati/ sebab kedudukannya sebagai awalan yang
menunjukkan kata kerja pasif. Kemudian, kata /di minta/ yang seharusnya
penulisan di- dirangkai menjadi /diminta/ sebab kedudukannya sebagai
awalan yang menunjukkan kata kerja pasif. Penggunaan kaidah kebahasaan
tergolong cukup memadai, pengungkapan sudah tepat tetapi tidak terlalu
terperinci, serta penggunaan konjungsi kausalitas kurang lengkap. Zaki
menggunakan kata teknis yaitu kemacetan, konjungsi kausalitas (seperti:
sebab, karena, oleh karena itu), menggunakan kata benda yang merujuk pada
fenomena (seperti: kendaraan, kapasitas, kecelakaan, jalan, jalur, dan
kepadatan), serta menggunakan kata kerja tindakan yang merujuk pada
fenomena (seperti: terhenti, menutup, menghindari, menyediakan, dan
mewajibkan). Komponen kosakata pada teks eksplanasi Zaki mendapat skor
14 dengan kriteria cukup.
Penggunaan bahasa yang ditulis oleh Zaki memiliki konstruksi
kalimat yang sederhana dan efektif. Artinya, susunan kalimat yang ditulis
tidak kompleks serta menggunakan bahasa yang lugas sehingga makna dapat
terbaca dengan jelas. Terdapat dua kesalahan dalam fungsi (urutan) kata
seperti pada kalimat “penyebab kemacetan kecelakaan yg menutup jalan
196
dapat berdampak kemacetan”. Setelah kata /kemacetan/ seharusnya
ditambahkan konjungsi /yaitu/ sebagai penjelas. Kemudian, /dapat berdampak
kemacetan/ dihilangkan dan diganti klausa /sehingga mengakibatkan banyak
kendaraan menumpuk/. Penambahan klausa dimaksudkan agar penyusunan
kosakata lebih teratur dan lebih memberi informasi yang tepat bahwa
kecelakaan merupakan faktor utama terjadi kemacetan. Penggunaan kata
menumpuk pada kalimat di atas, dapat diartikan telah terjadi kepadatan yang
menjadikan kendaraan harus terhenti. Komponen penggunaan bahasa pada
teks eksplanasi Zaki mendapat skor 19 dengan kriteria cukup.
Mekanik atau penilaian ejaan dan tanda baca pada hasil tulisan teks
eksplanasi Zaki adalah ditemukannya kesalahan pada penulisan judul yang
tidak menggunakan huruf kapital pada kata /kemacetan/ dan kata /Dimana-
mana/ yang ditulis dirangkai seharusnya penulisan di- dipisah dan
menggunakan huruf kecil /di mana-mana/ sebab kedudukannya sebagai kata
depan. Adapun, kesalahan pada penggunan ejaan dan huruf kapital pada nama
kota, seperti /sumatra/ yang seharusnya ditulis /Sumatera/. Selanjutnya, Zaki
masih melakukan penyingkata kata, seperti /yg/. Terdapatnya kesalahan ejaan
pada kata /berubut/ seharusnya ditulis /berebut/. Zaki masih melakukan
kesalahan pada tanda baca, yaitu tidak menggunakan tanda baca titik pada
kalimat kedua paragraf pertama dan kalimat pertama paragraf kedua. Pada
teks eksplanasi Zaki, penulisan paragraf hanya terlihat pada bagian rangkaian
kejadian, yakni kata pertama ditulis agak menjorok ke dalam. Selebihnya
paragraf satu dan tiga, kata di awal kalimat kurang menjorok ke dalam.
Dengan adanya tujuh kesalahan ejaan dan tanda baca pada teks eksplanasi
Zaki. Akan tetapi, makna masih dapat terbaca. Komponen mekanik pada teks
eksplanasi Zaki mendapat skor 3 dengan kriteria sedang.
197
D. Rekapitulasi Data Hasil Kemampuan Menulis Teks Eksplanasi
Siswa Kelas VIII 8 SMPN 14 Tangerang Selatan
Kemampuan menulis teks eksplanasi siswa dianalisis berdasarkan
lima komponen, yaitu isi, organisasi (struktur teks), kosakata (kaidah
kebahasaan), penggunaan bahasa (penggunaan kalimat efektif), dan mekanik
(ejaan dan tanda baca). Berikut ini hasil analisis yang dilakukan peneliti,
maka diperoleh nilai sebagai berikut:
Tabel 4.2.1
Rekapitulasi Nilai Hasil Kemampuan Menulis Teks Eksplanasi Siswa
Kelas VIII 8
No Nama Siswa Komponen Penilaian
Teks Eksplanasi
Jum
lah
Predikat
1 2 3 4 5
1. Ade Ubaydillah 24 12 11 16 2 65 Cukup
2. Adinda Immanur Revalina 26 15 15 20 3 79 Baik
3. Agung Eka Saputra 22 15 14 20 3 74 Baik
4. Aisyah Ariani 29 20 16 22 4 91 Baik Sekali
5. Alexandria Zanetti Ariella 27 15 16 22 3 83 Baik Sekali
6. Anung Puji Astuti 23 14 15 19 3 74 Baik
7. Azka Raditya Helmi 25 15 14 21 2 77 Baik
8. Desi Apuani 23 15 14 19 3 74 Baik
9. Fachira Salsabila Nur S. 24 14 17 18 3 76 Baik
10. Hanuf Priono 23 14 14 20 3 74 Baik
11. Keisya Putri Andani 23 15 13 21 3 75 Baik
12. Laila Rizki Nur Azizah 26 15 15 18 3 77 Baik
13. Lala Cahya Kamila 25 14 14 18 4 75 Baik
14. Listiana Zahrani 27 16 16 22 3 84 Baik Sekali
15. Luqman Hakim 24 16 13 18 3 74 Baik
16. Muhamad Akbar Pahreji 23 14 15 19 3 74 Baik
17. Muhammad Alfareza 27 15 13 18 2 75 Baik
198
18. Muhammad Fickry K. 24 15 14 19 3 75 Baik
19. Muhammad Rafi Himawan 22 14 14 21 3 74 Baik
20. Muhammad Rifky Fahrezi 17 10 11 19 2 59 Cukup
21. Muhammad Safiq J. 25 16 16 18 2 77 Baik
22. Muhammad Yudha P. 25 14 15 18 3 75 Baik
23. Mulya Ria Nurasis 24 14 12 11 2 63 Cukup
24. Nadya Destiana 24 14 16 19 3 76 Baik
25. Rasyid Ridho M. N. R. 26 19 15 22 3 85 Baik Sekali
26. Salsabillah Nashefa 28 16 16 22 2 84 Baik Sekali
27. Satya Prada Amijaya 24 15 15 19 3 76 Baik
28. Sofi Cahyani Adiputri 28 15 16 20 3 82 Baik Sekali
29. Syakila Putri Pertama S. 30 20 18 19 2 89 Baik Sekali
30. Talytha Azaria 28 17 17 20 4 86 Baik Sekali
31. Tiara Dewi Octaviani 26 15 17 18 3 79 Baik
32. Versa Nur Hanifah 24 15 15 21 3 78 Baik
33. Vivero Hartagantari 26 16 15 18 3 78 Baik
34. Yudha Adhita Fauzean 18 14 13 18 2 65 Cukup
35. Zaki Ivo Farchan 23 15 14 19 3 74 Baik
Nilai rata-rata: 76,4
X = X = 2.676
N 35
Hasil dari tabel rekapitulasi memperlihatkan bahwa, mayoritas siswa
dapat melampaui nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), yakni 74.
Dengan perincian bahwa sebanyak 31 siswa mencapai nilai di atas KKM dan
4 siswa tidak mencapai nilai KKM. Perhitungan nilai rata-rata siswa
memperoleh angka 76,4. Adapun, nilai hasil belajar yang sudah dicapai siswa
terbagi menjadi tiga kategori. Pembagian siswa berdasarkan kategori,
mengacu pada predikat nilai yang diperoleh, yaitu 8 siswa memperoleh
199
predikat baik sekali, sebanyak 23 siswa dengan predikat baik, dan 4 siswa
dengan predikat cukup. Berikut ini perhitungan tingkat persentil berdasarkan
predikat nilai siswa yaitu:
1) Sejumlah 8 siswa mendapatkan predikat baik sekali dengan perhitungan
persentil: TP =
100%
=
100% = 22,9%
2) Sebanyak 23 siswa mendapatkan predikat baik dengan perhitungan
persentil: TP =
100%
=
100% = 65,7%
3) Terdapat 4 siswa mendapatkan predikat cukup dengan perhitungan
persentil: TP =
100%
=
100% = 11,4%
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis teks
eksplanasi siswa kelas VIII-8 SMPN 14 Tangerang Selatan dengan
menggunakan media kartu bergambar sudah tergolong baik. Sebagaimana
perincian berikut ini, sejumlah 8 siswa atau 22,9% mendapatkan predikat baik
sekali. Kemudian, sebanyak 23 siswa atau 65,7% mendapatkan predikat baik.
Akan tetapi, terdapat 4 siswa atau 11,4% dengan perolehan nilai di bawah
KKM dan mendapatkan predikat cukup.
Hasil analisis menunjukkan bahwa mayoritas siswa mampu
menuliskan teks eksplanasi, berdasarkan pengetahuannya dan
menghubungkan dengan fenomena yang didapat dari bahan bacaan berupa
artikel berita. Selain itu, terdapat pula beberapa siswa yang menuliskan teks
eksplanasi berdasarkan pengalamannya dan menghubungkan dengan
fenomena yang ditemui di kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, media
kartu dapat memengaruhi siswa untuk menciptakan interaksi dengan
200
lingkungan di sekitarnya dan gagasan yang diungkapkan melibatkan
pengalaman serta pengetahuannya berdasarkan fenomena yang pernah
ditemui, sehingga siswa diharuskan melakukan proses berpikir kritis untuk
menghasilkan tulisan yang bervariatif dan berhubungan dengan gambar yang
dilihatnya.
Berdasarkan tujuan teks eksplanasi dan narasi yang memiliki
keterkaitan dalam hal penjelasan suatu peristiwa dengan sistem rangkaian
kejadian dan menyertakan konjungsi keterangan waktu dalam urainnya, maka
siswa dapat memperoleh pengetahuan yang sama untuk menghasilkan dua
teks yang berbeda. Melalui pemahaman tentang sistematika penulisan dan
komponen isi pendukung dari kedua teks tersebut, siswa lebih terbantu untuk
memunculkan ide dan memaparkannya. Maka dari itu, siswa dapat dipastikan
mampu menulis teks narasi karena telah mendapatkan pelatihan dan
bimbingan dalam keterampilan menulis teks eksplanasi. Hal ini didukung
pula karena keterkaitan yang dimiliki antara teks eksplanasi dan narasi
sehingga siswa memiliki potensi untuk menjelaskan sekaligus menceritakan
suatu peristiwa yang menjadi pokok permasalahan.
203
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data, maka diperoleh simpulan sebagai
berikut:
1. Penggunaan media kartu bergambar pada mata pelajaran bahasa
Indonesia siswa kelas VIII-8 semester genap SMPN 14 Tangerang
Selatan tahun pelajaran 2018/2019 menunjukkan bahwa kemampuan
menulis teks eksplanasi sudah tergolong baik, yakni memperoleh
nilai rata-rata 76,4.
2. Diperkuat pula dengan perolehan nilai individu siswa, sebagaimana
perinciannya adalah sebanyak 8 orang atau 22,9% yang mendapatkan
predikat baik sekali, 23 orang atau 65,7% yang mendapatkan predikat
baik, dan 4 orang atau 11,4% yang mendapatkan predikat cukup.
3. Jadi, penggunaan media kartu bergambar terhadap kemampuan
menulis teks eksplanasi buatan siswa dapat diterapkan dalam
pembelajaran bahasa Indonesia. Hal ini dimaksudkan untuk lebih
memotivasi siswa dalam menghasilkan tulisan yang baik.
B. Saran
Setelah proses pengumpulan data, menganalisis, dan melakukan
simpulan. Peneliti memberikan saran sebagai berikut:
1) Bagi kepala sekolah, sebaiknya dapat menambah sarana dan prasarana
yang menunjang kegiatan belajar mengajar sehingga proses pembelajaran
di dalam kelas dapat lebih terarah dan guru terfasilitasi dalam
menyampaikan pokok pembahasan.
2) Guru diharapkan dapat menggunakan media kartu bergambar dalam
proses pembelajaran menulis teks eksplanasi untuk lebih memudahkan
dalam menyampaikan materi, menciptakan suasana belajar yang kondusif
204
dan efisien, serta merangsang indra penglihatan siswa sehingga mudah
mengungkapkan ide dan gagasan melalui informasi yang tertera dalam
gambar.
3) Guru hendaknya dapat lebih sering memberikan latihan dan penugasan
kepada siswa, khususnya dalam keterampilan menulis teks nonfiksi.
4) Guru sebaiknya dapat pula membiasakan literasi pada buku bacaan
nonfiksi sehingga pengetahuan yang didapat siswa lebih luas dan dapat
mendukung materi pembahasan yang akan disampaikan.
5) Para guru bahasa Indonesia sebaiknya mengoptimalkan penggunaan
media dalam proses belajar mengajar sehingga proses perpindahan ilmu
dapat diterima dengan baik dan mampu menghilangkan kebosanan.
6) Peneliti lain, yang selanjutnya diharapkan dapat memperluas wawasan
dalam mengembangkan media yang kreatif untuk lebih meningkatkan
kemampuan siswa dalam keterampilan menulis teks eksplanasi.
205
DAFTAR PUSTAKA
Afrizal. Metode Penelitian Kualitatif Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan
Penelitian Kualitatif Dalam Berbagai Disiplin Ilmu. Depok: PT
RajaGrafindo Persada. Cet. ke-4, 2017.
Alek dan Ahmad H. P. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi: Substansi
Kajian dan Penerapannya. Jakarta: Erlangga. Cet. ke-1, 2016.
Arsyad, Azhar. Media Pembelajaran. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Cet. ke-
13, 2010.
Asdar. “Perangkat Pembelajaran Menulis Teks Eksplanasi Berbasis Model
Problem Based Learning (Studi Pengembangan Pada Siswa Kelas VII
SMP Negeri 8 Makasar).” RETORIKA Jurnal Bahasa Sastra, dan
Pengajarannya. Volume 9 Nomor 2. Agustus 2016. ISSN: 2614-2716.
Barwick, John. dkk. Targeting Text: Information Report, Explanation, Discussion.
Australia: Blake Education. Cet ke-3, 2006.
Budisayekti, Emy. “Upaya Meningkatkan Keterampilan Bercerita dan
Kemampuan Mengemukakan Gagasan Melalui Media Kartu Bergambar
Tokoh Idola Pada Siswa Kelas VII F SMP Negeri 24 Surakarta Semester
Genap Tahun Pelajaran 2016/2017.” KONVERGENSI Jurnal Pendidikan
Konvergensi April 2018 Edisi 24 Volume V. April 2018. ISSN: 2301-
9050.
Corbett, Pie and Julia Strong. Talk For Writing Across the Curriculum. New
York: Open University Press. Cet. ke-1, 2011.
Dalman. Keterampilan Menulis. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Cet. ke-5,
2016.
Daryanto. Media Pembelajaran. Bandung: PT Sarana Tutorial Nurani Sejahtera.
Cet. ke-1, 2011.
Djatmika. Mengenal Teks dan Cara Pembelajarannya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar (Anggota IKAPI). Cet. ke-1, 2018.
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik. Jakarta: PT
Bumi Aksara. Cet. ke-1, 2013.
Indriana, Dina. Ragam Alat Bantu Media Pengajaran. Jogjakarta: DIVA Press.
Cet. ke-1, 2011.
206
Kustandi, Cecep dan Bambang Sutjipto. Media Pembelajaran Manual dan
Digital. Bogor: Ghalia Indonesia. Cet. ke-2 Edisi Kedua, 2016.
Kosasih, E. dkk. Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka. Cet. ke-3, 2016.
Kosasih, E. Bahasa Indonesia SMP/MTS Kelas VIII/Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. Edisi Revisi. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. Cet. ke-2, 2017.
Kosasih, E. dan Endang Kurniawan. Jenis-jenis Teks Fungsi, Struktur, dan
Kaidah Kebahasaan. Bandung: Yrama Widya. Cet. ke-1, 2018.
Knapp, Peter and Megan Watkins. Genre, Text, Grammar Technologies for
Teaching And Assesing Writing. Sydney: University of New South Wales
Press. Cet. ke-1, 2005.
Mahsun. Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Teks Edisi Kedua. Depok: PT
RajaGrafindo Persada. Cet. ke-2, 2018.
Madyawati, Lilis. Strategi Pengembangan Bahasa Pada Anak. Jakarta: Kencana.
Cet. ke-1, 2016.
Mulyadi, Yadi. dkk. Buku Teks Pendamping Bahasa Indonesia untuk Siswa SMP-
MTS Kelas VIII. Bandung: YRAMA WIDYA. Cet. ke-2, 2018.
Mulyati, Yeti. dkk. Bahasa Indonesia. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Cet. ke-17, 2014.
Munadi, Yudhi. Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung
Persada Press. Cet. ke-3, 2010.
Musfiqon. Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran. Jakarta: PT Prestasi
Pustakarya. Cet. ke-2, 2016.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. Cet. ke-36, 2017.
Nurgiyantoro, Burhan. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi.
Yogyakarta: BPFE Anggota IKAPI. Cet. ke-7, 2016.
Ridwanudin, Didin. Bahasa Indonesia. Ciputat: UIN Press. Cet. ke-1, 2015.
Sadiman, Arief S. dkk. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Cet. ke-17, 2014.
207
Saebani, Beni Ahmad. Pedoman Aplikatif Metode Penelitian dalam Penyusunan
Karya Ilmiah, Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Bandung: CV Pustaka Setia.
Cet. ke-1, 2017.
Samosir, Astuti dan Ade Siti Haryanti. Menulis. Tangerang: PT Pustaka Mandiri.
Cet. ke-1, 2016.
Sanjaya, Wina. Media Komunikasi Pembelajaran. Jakarta: Prenadamedia Group.
Cet. ke-3, 2016.
____________. Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode, dan Prosedur. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group. Cet. ke-1, 2013.
Sudaryono. Metodologi Penelitian. Depok: PT RajaGrafindo Persada. Cet. ke-2,
2018.
Sudijono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada. Cet. ke-15, 2016.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta. Cet. ke-23, 2016.
Suharso dan Ana Retnoningsih. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Lux.
Semarang: Widya Karya. Cet. ke-11, 2017.
Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya. Cet. ke-9, 2013.
Suryani, Nunuk dan Leo Agung Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta: Ombak
Anggota IKAPI. Cet. ke-1, 2012.
Susilana, Rudi dan Cepi Riyana. Media Pembelajaran Hakikat, Pengembangan,
Pemanfaatan, dan Penilaian. Bandung: CV Wacana Prima. Cet. ke-1,
2009.
Tarigan, Henry Guntur. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa Bandung. Edisi Revisi, 2008.
Widoyoko, Eko Putro. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. Cet. ke-6, 2017.
Wijaya, Ganjar Harimansyah. dkk. Bahasa Indonesia Tata Bahasa dan
Komposisi. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka. Cet. ke-4, 2016.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
205
206
207
208
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah : SMPN 14 Tangerang Selatan
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VIII/Genap
Materi Pokok : Teks Eksplanasi
Alokasi Waktu : 3 Pertemuan x 6 Jam Pelajaran= (2X40 Menit)
A. Kompetensi Inti
KI-1 Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
KI-2 Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung
jawab, perduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri,
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan
alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya
KI-3 Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak
mata
KI-4 Mencoba, mengolah, dan menyajikan dalam ranah konkret
(menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan
membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung,
menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di
sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang /teori.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
No. Kompetensi Dasar No. Indikator Pencapaian
Kompetensi
3.10 Menelaah teks eksplanasi
berupa paparan kejadian
suatu fenomena alam yang
diperdengarkan atau
dibaca.
3.10.1
3.10.2
3.10.3
Mengidentifikasi suatu
model eksplanasi.
Mendata isi, struktur dan
kaidah teks eksplanasi.
Mendata peristiwa-
peristiwa yang terjadi di
lingkungan peserta didik.
4.10 Menyajikan informasi,
data dalam bentuk teks
eksplanasi proses
terjadinya suatu fenomena
secara lisan dan tulis
dengan memperhatikan
struktur, unsur kebahasaan,
atau aspek lisan.
4.10.1
4.10.2
Menulis teks eksplanasi
sesuai dengan pola atau
kerangka yang telah
dirancang.
Mempresentasikan hasil
karya yang sudah dibuat
oleh peserta didik.
C. Tujuan Pembelajaran
Selama dan setelah mengikuti proses pembelajaran ini diharapkan
peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi suatu model eksplanasi.
2. Mendata isi, struktur dan kaidah teks eksplanasi.
3. Mendata peristiwa-peristiwa yang terjadi dilingkungan peserta didik.
4. Menulis teks eksplanasi sesuai dengan pola atau kerangka yang telah
dirancang.
5. Mempresentasikan hasil karya yang sudah dibuat oleh siswa.
Fokus penguatan pendidikan karakter: cermat, teliti, kreatif, aktif, dan
percaya diri.
D. Materi Pembelajaran
1. Pengertian Teks Eksplanasi:
Teks eksplanasi merupakan sebuah tulisan yang memberikan
penjelasan terperinci tentang proses-proses terjadinya fenomena alam dan
menjelaskan hubungan logis dari beberapa peristiwa. Sebuah peristiwa timbul
karena ada peristiwa lain sebelumnya dan peristiwa tersebut mengakibatkan
peristiwa yang lain lagi sesudahnya.
2. Ciri-ciri Teks Eksplanasi
Teks eksplanasi dapat dibedakan dengan jenis teks lainnya,
berdasarkan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Terdiri atas paragraf-paragraf.
b. Setiap paragraf mengusung sebuah topik.
c. Kalimat-kalimat yang mengisi setiap paragrafnya berupa fakta.
d. Fakta dirangkaikan dengan pola kronologis (urutan waktu) ataupun
secara kausalitas (sebab akibat).
3. Struktur Teks Eksplanasi
Teks eksplanasi dibentuk oleh bagian-bagian tertentu. Struktur
tersebut diawali dengan pengenalan fenomena, rangkaian peristiwa, hingga
ulasan. Berikut penjelasannya.
a. Identifikasi fenomena, mengidentifikasi sesuatu yang akan diterangkan.
Hal itu bisa terkait dengan fenomena alam, sosial, budaya, dan fenomena
lain.
b. Penggambaran rangkaian kejadian, sebagai perincian atas kejadian yang
relevan dengan identifikasi fenomena. Bagian ini dapat disusun dengan
pola kausalitas ataupun kronologis.
c. Ulasan, berupa komentar atau penilaian tentang konsekuensi atas kejadian
yang dipaparkan sebelumnya
4. Kaidah Kebahasaan Teks Eksplanasi
Kaidah kebahasaan yang terdapat dalam teks eksplanasi ditandai
oleh hal-hal berikut:
a. Menggunakan konjungsi hubungan waktu (kronologis), seperti ketika,
pada waktu itu, ketika itu, sebelum, akhirnya. Banyak pula menggunakan
konjungsi kausalitas atau penyebaban, seperti karena, sebab, oleh karena
itu, oleh sebab itu.
b. Menggunakan kata kerja tindakan, seperti berpergian, berwisata,
mengajak, berkunjung, berjalan-jalan. Kata-kata itu akan sesuai dengan
objek yang diceritakannya. Kata kerja yang menyertai objek orang akan
berbeda dengan yang objeknya alam ataupun fenomena sosial/budaya.
c. Menggunakan kata benda umum apabila objek penceritaannya berupa
alam, seperti hujan, sungai, gunung, awan.
d. Menggunakan peristilahan atau kata-kata teknis yang terkait dengan tema
yang dibahasnya. Misalnya, apabila temanya tentang gejala alam, istilah-
istilah yang digunakannya tentang ke-IPA-an; apabila berkenaan dengan
fenomena sosial, istilah-istilahnya tentang ke-IPS-an
5. Pola-pola Pengembangan Teks Eksplanasi
Teks eksplanasi dapat disusun dengan berbagai pola, yaitu dengan
pola kronologis dan kausalitas. Kedua pola itu dapat pula divariasikan
penyusunannya. Kedua pola itu bisa saling melengkapi. Di samping itu,
mungkin pula hal itu terselingi dengan pola-pola lainnya, seperti pola definisi,
ilustrasi, dan umum-khusus.
6. Langkah-langkah Menulis Teks Eksplanasi
Secara umum teks eksplanasi dimulai dengan identifikasi fenomena,
rangkaian peristiwa, dan diakhiri dengan ulasan/penyimpulan. Langkah-
langkah penyusunannya sebagai berikut:
a. Menentukan topik atau suatu kejadian yang menarik, dikuasai, dan aktual.
b. Menyusun kerangka teks, yakni dengan mengembangkan topik utama ke
dalam rincian-rincian topik yang lebih spesifik. Topik-topik itu dapat
disusun dengan urutan kronologis atau kausalitas.
c. Mengumpulkan bahan, berupa fakta atau pendapat para ahli terkait
dengan kejadian yang dituliskan dari berbagai sumber, misalnya melalui
observasi lapangan ataupun dengan studi literatur.
d. Mengembangkan kerangka yang telah disusun menjadi teks eksplanasi
yang lengkap dan utuh dengan memperhatikan struktur bakunya:
identifikasi fenomena/kejadian, proses kejadian, dan ulasan. Perhatikan
pula kaidah-kaidah kebahasaan yang berlaku pada teks eksplanasi.
E. Pendekatan, Model, Metode Pembelajaran
Berikut ini, pendekatan, model, dan metode yang digunakan saat
proses pembelajaran berlangsung:
1. Pendekatan :Saintifik meliputi kegiatan (mengamati, menanya,
mengasosiasikan, menalar, dan mengomunikasikan).
2. Model :Discovery Learning
3. Metode :Presentasi, tanya jawab, diskusi kelompok, dan tes tertulis.
F. Media Pembelajaran
Media:
1. Lembar kerja siswa
2. Lembar Penilaian
3. Power Point mengenai materi teks eksplanasi
4. Kartu bergambar dengan mengusung tujuh tema, yaitu banjir, longsor,
hujan, kemiskinan, kemacetan, sampah, dan kebudayaan
5. Artikel berita yang membahas tentang tema banjir, longsor, hujan,
kemiskinan, kemacetan, sampah, dan kebudayaan.
Alat/Bahan:
1. Laptop dan Infocus
2. Spidol dan Papan tulis
G. Sumber Belajar
Kosasih, E. Bahasa Indonesia SMP/MTS Kelas VIII/ Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan. Edisi Revisi. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan. Cet. ke-2. 2017.
H. Langkah-langkah Pembelajaran
Langkah-langkah Pembelajaran Pertemuan ke-1
No. Uraian Kegiatan Nilai Karakter (PPK),
Literasi, 4C, HOTS
Alokasi
Waktu
1. Pendahuluan:
1. Guru mengucapkan salam dan membaca
doa sebelum memulai pembelajaran.
2. Guru menanyakan kabar kepada peserta
didik dan menertibkan suasana kelas.
3. Guru mengecek kehadiran peserta didik.
Appersepsi:
1. Guru mengaitkan materi teks eksplanasi
yang akan dibahas dengan
topik/fenomena alam, sosial, budaya
yang pernah dialami langsung oleh
peserta didik dan sedang menjadi
perbincangan publik.
2. Guru memberikan pertanyaan kepada
siswa mengenai pengertian teks
eskplanasi “Siapa yang tahu pengertian
teks eksplanasi?Coba berikan penjelasan
dengan mengacungkan tangan terlebih
dahulu sebelum menjawab”.
Memotivasi:
Guru membangkitkan motivasi belajar
Religius
Rasa Ingin Tahu
10 Menit
dengan menjelaskan bahwa mempelajari
teks eskplanasi sangat penting untuk dapat
mengkritisi berbagai fenomena alam, sosial,
dan budaya yang kerap terjadi di lingkungan
peserta didik.
Pemberian Acuan:
1. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran, kompetensi dasar, dan
indikator pencapaian kompetensi.
2. Guru menyampaikan manfaat dari
pembelajaran materi teks eksplanasi dan
menghubungkannya dengan fenomena
yang terdapat di kehidupan sehari-hari.
2. Kegiatan Inti:
Mengamati:
Peserta didik mengamati dan menyimak
materi teks eksplanasi yang terdapat pada
power point tentang pengertian, ciri-ciri,
struktur teks, kaidah kebahasaan, pola
pengembangan, dan langkah-langkah
menulis teks eksplanasi. Guru membantu
mengklarifikasi dan menjelaskan.
Menanya:
1. Guru dan peserta didik bertanya jawab
tentang pengertian, ciri-ciri, struktur,
kaidah kebahasaan, dan pola
pengembangan teks eksplanasi.
2. Guru dan peserta didik bertanya jawab
tentang fenomena/peristiwa alam, sosial,
Literasi
Rasa Ingin Tahu
Communication
60 Menit
dan budaya seperti apa yang dapat
dijadikan teks eksplanasi.
Mengasosiasikan:
1. Peserta didik mengidentifikasi struktur
teks eksplanasi dan kaidah kebahasaan
apa saja yang ditemukan pada contoh
teks eksplanasi tentang tema “banjir”
yang terdapat dalam slide.
2. Peserta didik berdiskusi/bekerjasama
dengan teman sebangku dalam
mengidentifikasi struktur dan kaidah
kebahasaan.
Menalar:
Siswa menganalisis struktur dan kaidah
kebahasaan yang terdapat pada teks
eksplanasi dengan tema banjir. Proses
menganalisis disertakan pula menguraikan
beberapa fakta dan gagasan yang termuat
dalam teks eksplanasi banjir.
Mengomunikasikan:
1. Siswa menyampaikan hasil analisisnya
secara lisan di depan kelas. Selanjutnya,
siswa lain memberikan tanggapan.
2. Siswa dan guru mengomunikasikan
jawaban yang tepat atas pertanyaan yang
diajukan. Kemudian, membuat simpulan.
Critical Thinking
(Berpikir Kritis)
Collaboration
(Bekerja sama)
Critical Thinking
(Berpikir Kritis)
Creativity
(kemampuan untuk
menghasilkan sesuatu)
Communication
3. Kegiatan Penutup
1. Guru menyampaikan simpulan dari
proses pembelajaran yang sudah
10 Menit
dilakukan di hari pertama.
2. Guru melakukan refleksi terhadap
pembelajaran yang sudah dilaksanakan,
dengan menanyakan perihal materi teks
eksplanasi yang belum dipahami.
3. Guru memberikan umpan balik berupa
pertanyaan terkait proses pembelajaran
hari pertama.
4. Guru menugaskan peserta didik untuk
membaca artikel-artikel berita tentang
fenomena alam, sosial, dan budaya.
5. Guru menyampaikan rencana
pembelajaran yang akan dilakukan
selanjutnya.
6. Guru menutup kegiatan belajar mengajar
dan mengucap alhamdulillah.
HOTS
Religius
Langkah-langkah Pembelajaran Pertemuan ke-2
No Uraian Kegiatan Nilai Karakter
(PPK), Literasi,
4C, HOTS
Alokasi
Waktu
1. Pendahuluan:
1. Guru mengucapkan salam dan membaca doa
sebelum memulai pembelajaran.
2. Guru menanyakan kabar kepada peserta didik
dan menertibkan suasana kelas.
3. Guru mengecek kehadiran peserta didik.
Appersepsi:
Guru memberikan pertanyaan tentang pengertian,
struktur, kaidah, pola pengembangan, dan
langkah-langkah menulis teks eksplanasi.
Kemudian menghubungkannya dengan materi
Religius
10 Menit
yang akan dibahas di hari kedua.
Memotivasi:
Guru membangkitkan motivasi belajar dengan
menjelaskan bahwa pembelajaran yang akan
dilaksanakan, berhubungan dengan metode dan
media sehingga dapat membantu pemahaman
peserta didik.
Pemberian Acuan:
1. Guru menyampaikan tujuan, kompetensi dasar,
dan indikator pencapaian kompetensi.
2. Guru menjelaskan langkah-langkah
pembelajaran pada hari kedua, seperti
penggunaan media dan metode yang akan
dipraktikkan.
2. Kegiatan Inti:
Mengamati:
Peserta didik mengamati kartu bergambar dan
artikel berita yang mengusung tujuh tema, yaitu
banjir, longsor, hujan, kemacetan, sampah,
kemiskinan, dan kebudayaan. Selanjutnya, guru
membantu menjelaskan hubungan keterkaitan
antara kartu bergambar dan artikel berita yang
dipresentasikan.
Menanya:
1. Peserta didik dan guru bertanya jawab tentang
data faktual yang terdapat dalam kartu
bergambar dan artikel berita yang telah
disebutkan.
2. Guru dan peserta didik bertanya jawab tentang
Rasa Ingin Tahu
Communication
60 Menit
pola pengembangan dengan jenis apa, yang
cocok untuk tema dari kartu bergambar yang
telah disebutkan.
Mengasosiasikan:
1. Peserta didik mendapatkan kartu bergambar
dan artikel berita yang dibagikan secara acak
oleh guru. (Ada yang mendapat kartu
bergambar dan ada yang mendapat artikel
berita).
2. Peserta didik mengidentifikasi setiap data
faktual yang ditemukan dari kartu bergambar
dan artikel berita secara individual
Menalar:
1. Peserta didik yang mendapatkan kartu
bergambar dan artikel berita dengan tema yang
sama, berkumpul lalu membentuk kelompok.
2. Peserta didik menentukan pola pengembangan
yang cocok. Kemudian, membuat teks
eksplanasi berdasarkan tema dari kartu
bergambar dan artikel berita yang didapatkan.
Mengomunikasikan:
1. Setiap kelompok mempresentasikan hasil teks
eksplanasi yang telah dibuat dan kelompok
lainnya menanggapi hasil presentasi.
2. Peserta didik dan guru mengomunikasikan
jawaban yang tepat dari pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan. Kemudian, membuat simpulan.
Critical Thinking
(Berpikir Kritis)
Collaboration
(Bekerja sama)
Critical Thinking
(Berpikir Kritis)
Creativity
Communication
3. Kegiatan Penutup:
1. Guru menyampaikan simpulan dari proses
10 Menit
pembelajaran yang sudah dilakukan di hari
kedua.
2. Guru melakukan refleksi terhadap
pembelajaran yang sudah dilaksanakan.
Menanyakan perihal terdapatnya kesulitan atau
tidak pada saat membuat teks eksplanasi
dengan media dan metode diskusi kelompok.
3. Guru memberikan umpan balik berupa
pertanyaan terkait proses pembelajaran hari
kedua.
4. Guru menugaskan peserta didik untuk
menemukan lebih banyak data faktual dan
solusi yang berkaitan dengan tema kartu
bergambar yang sudah didapatkannya.
5. Guru menyampaikan rencana pembelajaran
yang akan dilakukan selanjutnya.
6. Guru menutup kegiatan belajar mengajar dan
mengucap alhamdulillah.
HOTS
Religius
Langkah-langkah Pembelajaran Pertemuan Ke-3
No. Uraian Kegiatan Nilai Karakter (PPK),
Literasi, 4C, HOTS
Alokasi
Waktu
1. Pendahuluan:
1. Guru mengucapkan salam dan membaca
doa sebelum memulai pembelajaran.
2. Guru menanyakan kabar kepada peserta
didik dan menertibkan suasana kelas.
3. Guru mengecek kehadiran peserta didik.
Appersepsi:
Guru memberikan pertanyaan tentang
struktur, kaidah, dan pola pengembangan
teks eksplanasi. Kemudian
Religius
10 Menit
menghubungkannya dengan pembelajaran
yang akan dilaksanakan di hari ketiga.
Memotivasi:
Guru membangkitkan motivasi belajar
dengan menjelaskan bahwa pembelajaran
yang akan dilaksanakan berhubungan
dengan media yang digunakan pada hari
sebelumnya sehingga peserta didik lebih
mudah untuk mengungkapkan data faktual
serta gagasannya.
Pemberian Acuan:
1. Guru menyampaikan tujuan, kompetensi
dasar, dan indikator pencapaian
kompetensi.
2. Guru menjelaskan langkah-langkah
pembelajaran pada hari ketiga, yakni
penggunaan media yang akan
dipraktikkan.
2. Kegiatan Inti
Mengamati:
Peserta didik mengamati dan menyimak
kartu bergambar yang berkaitan dengan
fenomena alam, sosial, dan budaya. Kartu
bergambar tersebut mengusung tujuh tema,
yaitu banjir, longsor, hujan, kemacetan,
sampah, kemiskinan, dan kebudayaan.
Menanya:
Peserta didik dan guru bertanya jawab
tentang langkah-langkah membuat teks
Rasa Ingin Tahu
Communication
60 Menit
eksplanasi.
Mengasosiasikan:
1. Setiap peserta didik mendapatkan kertas
polio.
2. Setiap peserta didik menerima kartu
bergambar sesuai dengan tema yang
didapatkan sewaktu pembentukan
kelompok.
3. Peserta didik mengidentifikasi data
faktual, struktur, kaidah kebahasaan,
solusi yang dapat diberikan dari
fenomena/peristiwa yang dilihatnya,
serta menentukan pola pengembangan
yang tepat.
Menalar:
Siswa membuat teks eskplanasi sesuai kartu
bergambar dan tema yang didapatkan.
Proses pembuatan teks eksplanasi
diharuskan memerhatikan kelengkapan
struktur dan kaidah kebahasaan.
Mengomunikasikan:
1. Peserta didik mempresentasikan hasil
(produk) tulisan teks eksplanasi di depan
kelas. Kemudian, siswa lain
memberikan tanggapan atas hasil
presentasi.
2. Peserta didik dan guru
mengomunikasikan jawaban yang tepat
atas pertanyaan yang diajukan.
Critical Thinking
(Berpikir Kritis)
Creativity
(membuat teks
eksplanasi)
Communication
Kemudian, membuat simpulan.
3. Kegiatan Penutup:
1. Guru menyampaikan simpulan dari
proses pembelajaran yang sudah
dilakukan di hari ketiga.
2. Guru melakukan refleksi terhadap
pembelajaran yang sudah dilaksanakan.
3. Guru memberikan umpan balik berupa
pertanyaan terkait proses pembelajaran
hari katiga.
4. Guru menyampaikan rencana
pembelajaran yang akan dilakukan
selanjutnya.
5. Guru menutup kegiatan belajar
mengajar dan mengucap alhamdulillah.
HOTS
Religius
10 Menit
I. Pembelajaran Pengayaan dan Remedial
1. Pengayaan
Guru melakukan pengayaan kepada siswa yang cepat menyelesaikan
tugas dengan nilai di atas KKM. Pengayaan dilakukan dengan memberikan
tugas tambahan untuk mengembangkan daya berpikir dan keterampilan siswa
dalam hal menulis teks eksplanasi. Pertanyaan yang diberikan pada
pembelajaran pengayaan memiliki sedikit kerumitan. Oleh sebab itu,
pengayaan dilakukan hanya pada siswa dengan kecerdasan berlebih, guna
mengoptimalkan pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki.
2. Remedial
Guru melakukan remedial kepada siswa yang masih memiliki nilai di
bawah KKM. Pembelajaran remedial disesuaikan dengan kebutuhan penilaian
dan waktu yang tersedia. Remedial dilaksanakan dengan cara individu. Guru
menunjuk tutor, yakni salah seorang siswa yang memiliki kecerdasan
berlebih. Hal ini dilakukan agar pembelajaran remedial berlangsung dengan
akrab dan siswa yang diremedial lebih cepat memahami.
J. Penilaian
1. Penilaian Sikap
Instrumen Penilaian Sikap
No Waktu Nama Peserta didik Catatan
Perilaku
Butir
Sikap Ttd
Tindak
Lanjut
1
2
3
2. Penilaian Pengetahuan
Guru memberikan empat butir soal yang akan dijawab secara lisan,
untuk mengetahui pengetahuan peserta didik terhadap pembelajaran materi
teks eksplanasi. Berikut tayangan slide untuk soal kognitif/pengetahuan:
Instrumen Soal Tes Lisan
1. Berikan penjelasan mengenai pengertian teks eksplanasi!
2. Identifikasilah struktur dan pola pengembangan teks eksplanasi di atas!
Banjir merupakan bencana alam yang disebabkan besarnya volume air
yang merendam daratan. Peristiwa alam ini sangat merugikan masyarakat, baik
dari aspek moril juga materil. Pada Rabu, 20 Februari 2019 telah terjadi banjir di
kota Binjai, Sumatera Utara. Beberapa dampak yang ditimbulkan, yaitu rumah
warga di lima kecamatan mengalami rusak berat, saluran air bersih terputus, dan
banyaknya warga yang menderita penyakit diare serta gatal-gatal.
Awal mula terjadinya banjir karena hujan deras berturut-tutut pada lima
hari terakhir mengguyur pemukiman padat penduduk. Kemudian, sampah yang
dibuang sembarangan dan kecilnya selokan yang menampung debit air. Selain
faktor alam, yakni intensitas hujan yang tinggi, faktor manusia juga sangat
berpengaruh, seperti tidak menjaga pelestarian lingkungan dan tidak adanya
inisiatif untuk memperbesar selokan. Hal tersebut telah mengakibatkan bencana
banjir dengan kedalaman air mencapai leher orang dewasa sehingga para warga
harus diungsikan ke posko-posko. Kerugian lainnya, yakni banyaknya barang
berharga yang hanyut dan rusaknya sarana prasarana umum.
Oleh sebab itu, untuk mencegah bencana banjir warga harus melakukan
kegiatan kerja bakti untuk memperbesar selokan dan menyediakan wadah untuk
pembuangan sampah di setiap rumah. Selain itu, warga juga perlu menyediakan
lahan untuk penanaman pohon-pohon sehingga air dapat meresap dengan baik.
3. Identifikasilah kaidah kebahasaan teks eksplanasi di atas!
4. Sebutkan fenomena/peristiwa yang terdapat di lingkungan sekitarmu,
yang bisa dijadikan teks eksplanasi!
Kunci Jawaban:
1. Teks eksplanasi merupakan teks yang menjelaskan mengenai proses
terjadinya sesuatu, baik fenomena alam, sosial, dan budaya. Teks
eksplanasi dapat ditulis dengan memunculkan pertanyaan mengapa dan
bagaimana.
2. -Paragraf pertama berisi identifikasi fenomena yang mengungkapkan
penggambaran umum tentang banjir.
-Paragraf kedua berisi rangkaian kejadian yang mengungkapkan uraian
secara detail mengenai pertistiwa banjir dengan menggunakan pola
pengembangan kausalitas (sebab-akibat).
-Paragraf ketiga berisi ulasan yang mengungkapkan solusi atau
penilaian penulis tentang peristiwa banjir.
3. -Terdapatnya kata teknis, yaitu pemberian definisi “banjir”.
-Konjungsi kausalitas, seperti karena, sehingga, oleh sebab itu.
-Kata benda yang merujuk pada fenomena, yaitu pemukiman, curah
hujan, sampah, selokan, dan saluran air.
-Kata kerja tindakan yang merujuk pada fenomena, yaitu merendam,
mengguyur, membuang, dan menyediakan.
4. Peristiwa yang dapat dijadikan teks eksplanasi, yaitu sampah,
kemacetan, hujan, dan kebudayaan.
Untuk memperoleh nilai 100, maka setiap butir soal memiliki skor
maksimal, yaitu 25. Berikut ini pedoman penskorannya!
1. Berikan penjelasan mengenai pengertian teks eksplanasi!
a. Jawaban lengkap dan sangat sesuai dengan pengertian teks
eksplanasi mendapat skor 25.
b. Jawaban cukup sesuai dengan pengertian teks eksplanasi
mendapat skor 15.
c. Jawaban kurang sesuai dengan pengertian teks eksplanasi
mendapat skor 10.
d. Jawaban tidak sesuai dengan pengertian teks eksplanasi mendapat
skor 5.
2. Identifikasilah struktur dan pola pengembangan teks eksplanasi di
atas!
a. Menjawab 3 struktur dengan lengkap, diberikan penjelasan detail,
mengungkapkan pola pengembangan mendapat skor 25.
b. Menjawab 3 struktur tetapi tidak diberikan penjelasan detail
mendapat skor 15.
c. Menjawab hanya 2 struktur dan tidak diberikan penjelasan
mendapat skor 10.
d. Menjawab hanya 1 struktur dan tidak diberikan penjelasan
mendapat skor 5.
3. Identifikasilah kaidah kebahasaan teks eksplanasi di atas!
a. Menjawab 4 kaidah dengan lengkap dan diberikan penjelasan
detail mendapat skor 25.
b. Menjawab 3 kaidah dan tidak diberikan penjelasan detail
mendapat skor 15.
c. Menjawab hanya 2 kaidah dan tidak diberikan penjelasan
mendapat skor 10.
d. Menjawab hanya 1 kaidah dan tidak diberikan penjelasan
mendapat skor 5.
4. Sebutkan fenomena/peristiwa yang terdapat di lingkungan sekitarmu,
yang bisa dijadikan teks eksplanasi!
a. Menyebutkan 4 contoh dengan tepat mendapat skor 25.
b. Menyebutkan 3 contoh mendapat skor 15.
c. Hanya menyebutkan 2 contoh mendapat skor 10.
d. Hanya menyebutkan 1 contoh mendapat skor 5.
3. Penilaian Keterampilan
Guru memberikan dua butir soal, untuk mengetahui kemampuan
siswa dalam menulis teks eksplanasi dengan penggunaan media kartu
bergambar. Teknik yang digunakan adalah tes tertulis. Kemudian, bentuk
lembar kerja siswa adalah portofolio.
Instrumen Soal Tes Tertulis
Nama :
Kelas :
No. Absensi :
Tema Kartu Bergambar :
Mata Pelajaran :
1. Buatlah kerangka teks eksplanasi berdasarkan tema peristiwa yang
terdapat pada kartu bergambar. Kemudian, gunakanlah pola
pengembangan yang tepat!
2. Buatlah teks eksplanasi yang relevan dengan tema dari kartu
bergambar, tulislah sesuai dengan kerangka yang telah dirancang, serta
berilah judul yang sesuai dengan tema peristiwa pada kartu bergambar!
Kunci Jawaban : Subjektif (bergantung pada produk teks eksplanasi siswa)
Gambar Fenomena Alam, Sosial, dan Budaya
Banjir Longsor
Hujan Kemacetan
Sampah Kemiskinan
Kebudayaan
Liputan6.com, Makassar - Hampir tiap tahun saat musim hujan, empat
kecamatan di Makassar terendam banjir. Keempat kecamatan tersebut, masing-
masing Kecamatan Panakukang, Manggala, Tamalanrea, dan Biringkanaya.
Namun, banjir yang melanda Makassar dalam beberapa waktu ini dianggap banjir
yang terparah.
"Hampir semua dataran rendah di empat kecamatan tersebut tak lepas dari
genangan banjir. Meski dahulunya merupakan penyangga Kota Makassar," ujar
Lamrin, yang ditemui di sela-sela memantau kondisi banjir yang ada di Jalan
Poros Nipa-Nipa, Kecamatan Manggala, Makassar, Kamis, 24 Januari 2019.
Banjir yang melanda empat kecamatan ini, dianggap paling parah karena
genangan air tak hanya mencapai pinggang orang dewasa. Bahkan, beberapa
keluarga di perumahan terpaksa dievakuasi karena banjir sudah mencapai atap
rumah mereka.
Tahun ini, air surutnya agak lambat karena area hilir sudah banyak bangunan
perumahan," ucap Lamrin. Selain karena berkurangnya area resapan air, jalur-
jalur air menuju bantaran sungai pun tidak lancar. Bahkan, ada beberapa jalur
putus akibat keberadaan bangunan perumahan yang baru dibangun."Kayak yang
di blok 8 dan 10 Perumnas Antang. Ketika air sungai yang mengelilinginya
meluap akibat volume hujan meningkat, pembuangan air tak ada. Apalagi daerah
tersebut terbilang dangkal," jelas Lamrin. Sama halnya, dengan yang terjadi di
daerah Tamalanrea area paling belakang. Di sana dulu, kata Lamrin, merupakan
area persawahan dan boleh dikatakan hutan kota juga (penyangga). "Tapi
semuanya sudah disulap menjadi perumahan. Sehingga area resapan air otomatis
berkurang dan hasilnya yah wajar jika banjir menjadi langganan," kata Lamrin.
Meski demikian, ia juga mengakui banjir itu diduga karena adanya fenomena air
laut pasang. Malah sebaliknya."Terlepas dari itu, perbaikan dranaise hingga ke
hilir menuju laut itu perlu maksimal. Serta area resapan dan penghijauan perlu
digalakkan kembali," Lamrin menandaskan.Senada dengannya, Herman (48),
warga Kecamatan Tamalanrea, Makassar mengatakan banjir di Tamalanrea tahun
ini cukup parah. Selain banyaknya area resapan yang telah disulap menjadi area
perumahan, saluran dranaise yang berhubungan dengan sungai yang berada di
belakang perumahan tak maksimal. "Perumahan tambah banyak, tapi dranaisenya
tak maksimal," ucap Herman. Tahun-tahun sebelumnya, banjir yang terjadi di
Kecamatan Tamalanrea paling tinggi sebatas pinggang orang dewasa. Namun
tahun ini, bahkan ada yang mencapai setinggi pagar.
Eka Hakim. Jumat, 25 Jan 2019, 18:02 WIB
Banjir
JAKARTA, KOMPAS.com - Kemiskinan hingga kini masih menjadi masalah
hampir seluruh negara, termasuk Indonesia. Ini menjadi salah satu tantangan besar
agar segera dituntaskan. Hal ini disampaikan Kepala Badan Pusat Statistik ( BPS)
Suhariyanto dalam seminar "Kajian Kemiskinan dari Perspektif Pengeluaran dan
Perilaku Menabung" di Jakarta, Kamis (25/10/2018).
Menurutnya, kemiskinan merupakan tantangan terbesar yang selalu dihadapi oleh
berbagai bangsa dari zaman ke zaman. Dibutuhkan pula formula kebijakan yang
baik untuk menyelesaikan ini. "Indonesia punya tantangan besar tentang
kemiskinan. Tetapi kemiskinan tidak hanya terjadi di negara berkembang dan
negara maju," ujarnya. Selama ini kemiskinan menjadi momok yang menakutkan.
Karena jika seseorang miskin berarti ia membutuhkan perjuangan yang keras
untuk mendapatkan sesuatu hal dalam waktu dekat dan belum terpikirkan untuk
apa yang terjadi esok hari. "Kemiskinan juga berarti hidup yang tidak sehat
dengan usaha yang tidak layak," sebut Suhariyanto.
Kemiskinan juga berarti tidak akan mampu mempunyai pendapatan yang cukup.
Sebab, kata Suhariyanto, masyarakat miskin tidak bisa mendapatkan pekerjaan
seperti yang harusnya dimiliki. Dikatakan Suhariyanto, saat ini pemerintah sudah
memprioritaskan kemiskinan untuk segera dituntaskan. Kemiskinan diletakkan
sebagai salah satu target pembangunan yang selalu dievaluasi dari waktu ke
waktu. "Banyak terobosan kebijakan yang digulirkan, misalnya saja pemerintah
sekarang berusaha keras menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas,
untuk menggerakan sektor-sektor yang padat kerja supaya dapat menciptakan
lapangan kerja," sebutnya.
Melalui berbagai kebijakan ini, bisa melihat bagaimana kemiskinan dievaluasi
dari waktu ke waktu. BPS secara rutin mengumpulkan data dan merilis indikator
kemiskinan dua kali setahun, setiap Maret dan September. "Angka kemiskinan
sekarang adalah sebesar 9,82 persen. Tetapi perlu dicatat, bahwa 9,82 persen itu
ter-update 26 juta penduduk. Sebuah jumlah yang tidak sedikit," tandasnya.
Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM) Mudrajad
Kuncoro juga mengatakan, faktor penyebab naiknya jumlah penduduk miskin
cukup kompleks. Pertama, pengangguran yang meningkat membuat kemiskinan
meningkat. Kedua, perekonomian yang tumbuhnya rendah hanya 4,7%
memberikan dampak bagi masyarakat, makin banyak pekerja yang kehilangan
pekerjaan dan menjadi miskin.
Penulis : Murti Ali Lingga
Editor : Sakina Rakhma Diah Setiawan
Kemiskinan
Citizen6, Jakarta: Hallyu atau biasa kita kenal dengan Korean Fever mulai
merajalela di Indonesia. Salah satunya akibat dari demam Korea tersebut adalah
musik Kpop yang saat ini menjadi favorit masyarakat Indonesia. Musik Kpop
sekarang ini sedang mendunia tidak hanya di Indonesia. Hampir semua remaja
mengenal music Kpop. Musiknya yang khas, gaya para personilnya yang unik,
serta wajahnya yang menarik mampu menjadi perhatian remaja Indonesia. Seperti
Girls Generation, T-ara, F(x), Super Junior, Big Bang, Shinee, EXO, TVX Q,
2ne1, 2PM, 2AM, dan masih banyak lagi. Bukan hanya musik Kpopnya saja yang
para remaja Indonesia gemari, drama-drama korea juga sudah menjadi favorit
mereka. Sekarang ini drama-drama korea banyak ditayangkan oleh stasiun televisi
Indonesia.
Sudah banyak juga lembaga-lembaga kursus yang membuka kelas Bahasa Korea.
Masuknya kebudayaan Korea ini dapat memberikan dampak positif maupun
negatif bagi Indonesia. Dampak positif yang didapatkan yaitu menambah
pengetahuan. Pengetahuan yang dimaksud adalah masyarakat Indonesia dapat
mengenal dan memahami bahasa Korea sehingga masyarakat mendapatkan
bahasa baru. Hal ini dapat memperluas pengetahuan masyarakat Indonesia. Pada
dasarnya, perkembangan IPTEK di Korea dapat dikatakan lebih maju jika
dibanding dengan perkembangan IPTEK di Indonesia. Dengan masuknya budaya
Korea ke Indonesia setidaknya kita dapat mengembangkan IPTEK yang ada di
Indonesia agar dapat menyamai IPTEK yang ada di Korea, karena perkembangan
IPTEK merupakan salah satu nilai dari berkembangya suatu negara.
Selain itu, masuknya kebudayaan korea di Indonesia juga dapat memberi dampak
negatif antara lain lunturnya nilai kebudayaan Indonesia. Demam korea yang
sedang terjadi di Indonesia sudah mengkhawatirkan, karena hampir semua gaya
hidup di Indonesia sudah meniru kebudayaan Korea. Aliran musik masyarakat
Indonesia sudah berganti menjadi aliran musik Korea dengan ciri khas boyband
dan girlbandnya. Makanan khas Korea juga sudah banyak ditemui di Indonesia
dan kebanyakan masyarakat Indonesia lebih menyukai makanan Korea tersebut
dibanding dengan makanan khas Indonesia.
Hal ini dapat menyebabkan hilangnya makanan khas Indonesia yang diperjual-
belikan di pasaran. Kemudian, tren busana ala Korea juga sangat diincar oleh
remaja-remaja. Agar perkembangan kebudayaan Indonesia tidak luntur maka
sebaiknya para remaja Indonesia juga turut mengembangkan kebudayaan mereka
sendiri. Mereka harus bangga dengan semua yang mereka miliki. Jangan hanya
membanggakan kebudayaan milik orang lain. Atau bahkan melakukan peniruan.
(Aeda Aldeafara/YSH)
Kebudayaan
Jakarta - Kemacetan menjadi hal yang biasa mewarnai kota-kota besar. Bukan
hanya di Jakarta, beberapa kota besar di dunia pun mengalami hal yang sama.
Saat jam-jam sibuk, jalanan dipadati banyak kendaraan. Kemacetan ini tentu
menimbulkan kerugian yang besar, bahan bakar terbuang sia-sia sampai waktu
habis untuk bermacet-macetan. Los Angeles merupakan kota termacet di dunia.
Di Los Angeles 84 persen warganya lebih memilih untuk berkendara sendiri.
Bahkan karena hal itu Los Angeles dijuluki 'kota berkendara'. Sementara Jakarta
duduk di urutan keempat kota termacet di dunia. Diperkirakan kalau mengemudi
di jam sibuk, 63 jam terbuang sia-sia karena kemacetan.
Sebenarnya apa sih penyebab kemacetan itu? Ada beberapa faktor penyebab
kemacetan. Pertama, Kecelakaan yang menghalangi jalan juga bisa menimbulkan
kemacetan. Kecelakaan yang menimbulkan penyempitan jalan kerap kali menjadi
biang kerok kemacetan. Pengendara jadi berebut untuk menghindari lajur yang
tertutup akibat kecelakaan. Faktor kemacetan lain bisa jadi karena kepadatan di
jalan akibat volume kendaraan yang terlalu banyak sementara ruas jalannya tidak
memadai, atau mungkin karena ada pengemudi ugal-ugalan dan tidak bertanggung
jawab sehingga mengganggu pengendara lain.
Kategori lain yang bisa menjadi penyebab kemacetan adalah infrastruktur.
Pembangunan infrastruktur--meski akan lebih baik ke depannya--yang membuat
jalan semakin sempit kerap menimbulkan kemacetan. Pembangunan infrastruktur
menyebabkan 10 persen dari kemacetan lalu lintas. Untuk itu, pengendara diminta
agar menghindari jalan-jalan yang terdapat pembangunan infrastruktur dan
mencari jalan alternatif.
Tak cuma itu, mulai dari jalan rusak sehingga memperlambat laju kendaraan
sampai penyempitan jalan turut menjadi penyumbang kemacetan. Faktanya
menurut DOT, penyempitan jalan menyumbang 40 persen dari penyebab
kemacetan lalu lintas. (rgr/ddn)
Selasa, 08 Jan 2019 16:45 WIB
Rangga Rahadiansyah - detikOto
Kemacetan
KOMPAS.com – Sehari sebelum tahun 2019 datang, tanah longsor terjadi di
Cisolok, Sukabumi, Jawa Barat, pada Senin (31/12/2018) sekitar pukul 17.00
WIB. Hingga saat ini, tanah longsor di Sukabumi itu sudah merenggut 16 nyawa
dan 19 lainnya masih dalam pencarian karena dinyatakan hilang. Tanah longsor
merupakan salah satu bencana hidrometeorologi yang diprediksi terjadi di
Indonesia saat memasuki musim hujan seperti sekarang ini. Prediksi tersebut
disampaikan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melalui prakiraan
bencana tahun 2019.
Berdasarkan keterangan BNPB, tanah longsor didefinisikan sebagai salah satu
jenis gerakan massa tanah atau batuan, yang menuruni lereng akibat terganggunya
kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng. Adapun penyebab terganggunya
kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut terdiri dari dua faktor,
yakni faktor pendorong dan faktor pemicu. Kedua faktor ini bisa timbul akibat
proses alam maupun aktivitas manusia Faktor pendorong adalah faktor yang
memengaruhi kondisi material tanah atau batuan. Misalnya, tingginya intensitas
hujan, kemiringan tanah, terjadinya pelapukan dan erosi, penebangan liar, dan
pengembangan irigasi, juga sistem pertanian yang tidak memperharikan
kestabilan tanah. Hal-hal di atas dapat memengaruhi kondisi material secara
langsung sehingga mengubah formasi atau susunan yang ada.
Misalnya hujan dengan intensitas tinggi akan merusak susunan tanah yang stabil
karena terlalu banyak jumlah air yang meresap hingga melebihi kemampuan
tampung tanah itu sendiri. Sementara faktor pemicu adalah faktor yang
menyebabkan bergeraknya material tersebut. Contohnya terjadi gempa bumi,
gunung meletus, beban bangunan, getaran akibat kendaraan juga ledakan, dan
sebagainya.
Selanjutnya, bagi masyarakat yang tinggal di daerah rawan bisa membudayakan
menanam tanaman perkebunan yang sesuai dengan azas pelestarian lingkungan
dan kestabilan lereng. Di samping itu, ada beberapa hal yang perlu dihindari agar
wilayah rawan tidak mudah terjadi longsor. Misalnya dengan tidak melakukan
penggalian, pembukaan lahan persawahan, dan kolam di daerah bawah lereng
yang terjal. Ini penting agar kestabilan lereng tidak terganggu dan tanah tidak
mudah bergerak.
Penulis : Luthfia Ayu Azanella
Editor : Bayu Galih
Longsor
Situbondo - Meski terus digelorakan, program Kali Bersih di Situbondo rupanya
masih isapan jempol. Buktinya, hingga kini masalah sampah di aliran sungai tak
begitu jadi perhatian. Bukan hanya di sungai pedesaan. Tumpukan sampah juga
sering terlihat di sungai dalam kota.
Seperti yang terlihat di aliran sungai Kelurahan Dawuhan, Kecamatan Situbondo,
Selasa (13/11/2018) pagi. Tumpukan sampah terlihat menggenangi permukaan air
di depan pintu air sungai setempat. Tak hanya membuat risih warga sekitar.
Tumpukan sampah itu konon juga sering menimbulkan bau tak sedap.
"Ini sampahnya banyak lagi. Sampai seperti ini," kata bu Herman, warga setempat
kepada detikcom. Pengamatan detikcom menyebutkan, genangan sampah di aliran
sungai Kelurahan Dawuhan Kecamatan Situbondo itu terlihat cukup banyak.
Aneka sampah datang dari bagian hulu sungai, kemudian menumpuk di lokasi
tersebut. Sebab pintu air sungai di lokasi itu sedang tidak dibuka maksimal.
Akibatnya, banyak sampah yang tertahan hingga menumpuk di lokasi tersebut.
Baik sampah bekas bungkus makanan, bungkusan plastik, aneka botol, bantal, dan
lain sebagainya. Bahkan, konon tak jarang di tengah tumpukan sampah itu
terdapat bangkai tikus, ayam, dan hewan lainnya. Sehingga sering menimbulkan
bau tak sedap.
"Sampah itu biasanya tidak diangkat. Tapi dialirkan ke hilir sungai kalau pintu air
sedang dibuka. Jadi ya sungai jadi kotor," tandas Ahmad, warga lainnya.
Pemandangan sampah ini berbanding terbalik dengan aliran sungai Geledek
Macan, perbatasan Kelurahan Dawuhan Kecamatan Situbondo dengan Kelurahan
Mimbaan Kecamatan Panji. Sungai yang dipilih sebagai lokasi rangkaian
perayaan Hari Kesehatan Nasional (HKN) di Situbondo tahun 2018 ini tampak
cukup bersih.
Bahkan, banyak pejabat yang ikut menikmati aliran sungai dengan menumpang
perahu, saat perayaan HKN, Senin (12/11/2018). Nuansa HKN kali ini sengaja
menonjolkan sektor pariwisata, dengan membranding Kali Bersih. Sayangnya,
hanya kebersihan sungai di lokasi acara saja yang jadi perhatian. (fat/fat)
Sampah
Liputan6.com, Jakarta Negara tropis seperti Indonesia hanya memiliki dua musim,
musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau biasa terjadi pada April
hingga September dan musim hujan terjadi pada Oktober hingga Maret. Hujan
merupakan salah satu dari Siklus hidrologi yang merupakan suatu siklus
perputaran air dari bumi ke atmosfer dan kembali lagi ke bumi dan berlangsung
secara terus menerus. Ternyata hujan dapat terjadi setelah melalui proses-proses
tertentu. Proses terjadinya hujan melalui beberapa tahap.
1. Evaporasi (Penguapan)
Proses terjadinya hujan yang pertama adalah evaporasi. Energi panas yang
dimiliki oleh matahari membuat air yang berada di laut, sungai,danau, dan
sumber air dipermukaan bumi lainnya mengalami proses evaporasi atau yang
biasa dikenal dengan penguapan. Evaporasi merupakan proses perubahan air
yang berwujud cair menjadi gas sehingga air berubah menjadi uap-uap air dan
memungkinkanya untuk naik ke atmosfer bumi. Semakin tinggi panas matahari
jumlah air yang menjadi uap air dan naik ke atmosfer bumi juga akan semakin
besar.
2. Kondensasi (pengembunan)
Uap-uap air yang naik pada ketinggian tertentu akan mengalami proses
kondensasi atau pengembunan. Proses kondensasi terjadi dimana uap air
tersebut berubah menjadi partikel-partikel es berukuran sangat kecil.
Perubahan wujud uap air menjadi es tersebut terjadi karena pengaruh suhu
udara yang sangat rendah di titik ketinggian tersebut. Partikel-partikel es yang
terbentuk akan saling mendekati dan bersatu satu sama lain sehingga
membentuk awan. Semakin banyak partikel yang bergabung, awan yang
terbentuk juga akan semakin tebal dan hitam. Proses bergabungnya es atau
tetes-tetes air menjadi awan ini disebut dengan koalensi.
3. Presipitasi
Presipitasi merupakan proses terjadinya hujan yang terakhir. Proses prespitasi
adalah proses mencairnya awan akibat pengaruh suhu udara yang tinggi. Pada
proses inilah hujan terjadi. Butiran-butiran air jatuh dan membasahi permukaan
bumi. Awan-awan yang terbentuk kemudian tertiup oleh angin dan mengalami
perpindahan dari satu tempat ketempat lainnya. Proses ini disebut adveksi.
Adveksi adalah proses perpindahan awan dari satu titik ke titik lain dalam satu
garis horizontal akibat arus angin atau perbedaan tekanan udara. Adveksi
memungkinkan awan akan menyebar dan berpindah dari atmosfer lautan
menuju atmosfer daratan. Awan-awan yang terbawa angin ini akan semakin
besar ukurannya karena terus menyatu dengan awan lainnya. Butir-butir es
yang ada pada awan akan tertarik oleh gaya gravitasi bumi hingga akhirnya
Hujan
jatuh ke permukaan bumi. Ketika jatuh butiran-butiran es ini akan melalui
lapisan udara yang lebih hangat di dalamnya sehingga merubah butiran es
tersebut menjadi butiran air. Hangatnya lapisan udara membuat butiran air
tersebut sebagian menguap kembali keatas dan sebagian lainnya terus turun
kepermukaan bumi. Butiran air yang turun ke bumi inilah disebut sebagai
hujan.
Reporter : Anugerah Ayu Sendari
Kamis, 17 Januari 2019, 12:31 WIB
Instrumen Penilaian Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi
Komponen yang
Dinilai
Skor Maksimum
Ideal
Skala
Interval
Skor
Siswa
Kriteria
Isi
30
27-30
22-26
17-21
13-16
Organisasi
20
18-20
14-17
10-13
7-9
Kosakata
20
18-20
14-17
10-13
7-9
Penggunaan Bahasa
25
22-25
18-21
11-17
5-10
Mekanik 5 2-5
Jumlah Skor 100
Nilai = Skor Siswa X 100
Skor Maksimum Ideal
Kriteria Penilaian Keterampilan Menulis Teks Eksplanasi dengan
Pembobotan Tiap Komponen
Profil Penilaian Karangan
Nama :
Judul :
Skor Kriteria
I
S
I
27-30 Sangat Baik-Sempurna: isi gagasan sesuai dengan media kartu
bergambar; menguasai topik permasalahan/fenomena; pola
pengembangan teks eksplanasi dideskripsikan dengan
tuntas/lengkap; informasi faktual yang diungkapkan relevan
dengan tema dari kartu bergambar.
22-26 Cukup-Baik: isi gagasan cukup sesuai dengan media kartu
bergambar; cukup menguasai topik permasalahan/fenomena; pola
pengembangan teks eksplanasi terbatas artinya dideskripsikan
dengan cukup lengkap; informasi faktual yang diungkapkan
relevan dengan tema dari kartu bergambar tetapi tidak terlalu
terperinci.
17-21 Sedang-Cukup: isi gagasan kurang sesuai dengan media kartu
bergambar; kurang menguasai topik permasalahan/fenomena;
pola pengembangan teks eksplanasi kurang dideskripsikan dengan
baik; informasi faktual yang diungkapkan kurang relevan dengan
tema dari kartu bergambar sehingga pengembangan tema kurang
memadai artinya penulisan teks eksplanasi kurang terperinci.
13-16 Sangat Kurang: isi gagasan tidak sesuai dengan media kartu
bergambar; tidak menguasai topik permasalahan/fenomena; tidak
menggunakan pola pengembangan teks eksplanasi; informasi
faktual yang diungkapkan tidak relevan dengan tema dari kartu
bergambar sehingga tidak terdapat pengembangan tema.
18-20 Sangat Baik-Sempurna: penulisan sudah berdasarkan struktur teks
eksplanasi (judul, identifikasi fenomena, rangkaian kejadian,
O
R
G
A
N
I
S
A
S
I
ulasan); judul yang dicantumkan sangat sesuai dengan topik
pembahasan; gagasan dan fakta pada bagian identifikasi,
rangkaian kejadian , dan ulasan diungkapkan dengan logis, jelas,
dan tertata baik; memiliki kepaduan antarparagraf yang sesuai
topik pembahasan.
14-17 Cukup-Baik: menuliskan dan memaparkan hanya tiga struktur;
judul yang dicantumkan kurang spesifik dengan topik
pembahasan atau tidak mencantumkan judul; ide pokok
ternyatakan; pada bagian identifikasi fenomena, rangkaian
kejadian, dan ulasan pengungkapan gagasan pendukung terbatas
dan fakta diungkapkan dengan jelas dan logis tetapi kurang
lengkap; antarparagraf yang dihasilkan cukup padu dan cukup
sesuai dengan topik pembahasan.
10-13 Sedang-Cukup: penulisan struktur teks kurang lengkap hanya
menuliskan dan memaparkan dua struktur; pada bagian
identifikasi, rangkaian kejadian atau ulasan pengungkapan
gagasan tidak logis atau tidak terkait, fakta diungkapkan kurang
jelas dan logis, serta kurang lengkap; antarparagraf yang
dihasilkan kurang padu dan kurang sesuai dengan topik.
7-9 Sangat Kurang: hasil tulisan teks eksplanasi hanya memiliki satu
struktur; pada bagian identifikasi rangkaian kejadian, atau ulasan
pengungkapan gagasan dan fakta tidak terorganisasi/tidak jelas
serta tidak logis; tidak ada kepaduan antarparagraf.
18-20 Sangat Baik-Sempurna: pemanfaatan potensi kata tepat; pilihan
kata dan ungkapan efektif, serta luas dalam pemilihan kosakata;
menguasai pembentukan kata; ketepatan kaidah kebahasaan dan
kelengkapan penulisan (kata teknis, konjungsi
kausalitas/kronologis, kata benda yang merujuk pada fenomena,
serta kata kerja tindakan) yang diungkapkan secara terperinci
dalam penulisan teks eksplanasi.
K
O
S
A
K
A
T
A
14-17 Cukup-Baik: pemanfaatan kata memadai artinya banyak kosakata
yang diungkapkan berulang; pilihan, bentuk, dan penggunaan
kata/ungkapan kadang-kadang kurang tepat artinya memiliki 1-3
kesalahan, tetapi tidak mengganggu; penggunaan kaidah
kebahasaan teks eksplanasi cukup memadai terdapatnya (kata
teknis, konjungsi kausalitas/kronologis, kata benda yang merujuk
pada fenomena, serta kata kerja tindakan) tetapi tidak terlalu
diungkapkan dengan terperinci.
10-13 Sedang-Cukup: pemanfaatan potensi kata terbatas artinya
penggunaan kosakata sedikit karena paragraf tidak dipaparkan
secara luas; sering terjadi kesalahan artinya terdapat 4-6 kesalahan
bentuk, pilihan, dan penggunaan kosakata/ungkapan; makna
masih dapat terbaca/tergambarkan; penggunaan kaidah
kebahasaan teks eksplanasi terbatas hanya menuliskan tiga atau
dua kaidah.
7-9 Sangat Kurang: pemanfaatan potensi kata asal-asalan, ungkapan,
dan pembentukan kata rendah; terdapat 7-10 kesalahan; makna
membingungkan; hanya menggunakan satu kaidah kebahasaan
teks eksplanasi.
P
E
N
G
G
U
N
A
A
22-25 Sangat Baik-Sempurna: konstruksi kalimat kompleks tetapi
efektif; hanya terjadi sedikit kesalahan artinya terdapat satu
kesalahan penggunaan bentuk kebahasaan (urutan/fungsi kata,
pronominal, dan preposisi).
18-21 Cukup-Baik: konstruksi kalimat sederhana dan efektif; terjadi
sejumlah kesalahan artinya terdapat 2-4 kesalahan dalam
konstruksi kalimat tunggal/kompleks (kesalahan pada
fungsi/urutan kata, pronominal, dan preposisi); tetapi makna
cukup jelas.
Mengetahui,
Guru Pamong Mata Pelajaran
Yusi Devina, S. Pd. NIP. 196706132007012010
Tangerang Selatan, 10 April 2019
Peneliti
Laras Oktavia NIM. 11150130000056
N
B
A
H
A
S
A
11-17 Sedang-Cukup: sering terjadi kesalahan artinya terdapat 5-7
kesalahan dalam konstruksi kalimat tunggal/kompleks (kesalahan
pada urutan/fungsi kata, pronominal, dan preposisi); makna
membingungkan.
5-10
Sangat Kurang; tidak menguasai penyusunan kalimat yang
efektif; terdapat 8-10 kesalahan pada (urutan/fungsi kata,
pronominal, dan preposisi); bahasa yang digunakan kurang
komunikatif.
M
E
K
A
N
I
K
5 Sangat Baik-Sempurna: menguasai aturan penulisan; hanya
terjadi beberapa kesalahan ejaan artinya terdapat satu kesalahan
ejaan, tanda baca, dan penggunaan huruf kapital.
4 Cukup Baik: kadang-kadang terjadi kesalahan ejaan artinya
terdapat 2-4 kesalahan ejaan, tanda baca, dan penggunaan huruf
kapital; tidak mengaburkan makna atau makna dapat terbaca jelas.
3 Sedang-Cukup: sering terjadi kesalahan ejaan artinya terdapat 5-7
kesalahan ejaan, tanda baca, dan penggunaan huruf kapital; tetapi
makna masih dapat terbaca dan tergambarkan.
2 Sangat Kurang: tidak menguasai aturan penulisan yang ideal;
terdapat 8-10 kesalahan ejaan, tanda baca, dan penggunaan huruf
kapital; makna tidak dapat terbaca dan tergambarkan.
Lampiran 3
Hasil Wawancara Guru Bahasa Indonesia Kelas VIII-8 SMPN 14
Tangerang Selatan
Guru Pamong : Yusi Devina, S. Pd.
Peneliti : Assalamualaikum.
Guru : Waalaikumsallam.
Peneliti : Mohon maaf Bu, mengganggu waktunya. Saya Laras Oktavia
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang akan penelitian
di kelas VIII-8. Apakah saya boleh mewawancarai Ibu mengenai
proses pembelajaran keterampilan menulis?
Guru : Iya, boleh.
Peneliti : Apakah sebelumnya Ibu sudah pernah mengajar menggunakan
media kartu bergambar? Kalau sudah pernah, digunakan pada
materi apa bu?
Guru : Sudah. Saya pernah mengajarkan pada materi semester 1, yaitu
meteri iklan dan poster.
Peneliti : Apakah Ibu mengetahui apa itu media visual kartu bergambar?
Guru : Media visual kartu bergambar kalau menurut saya, media itu yang
bisa dilihat kemudian gambarnya bisa kita gunakan untuk
membantu proses belajar mengajar sama siswa.
Peneliti : Apakah sebelumnya Ibu sudah pernah mengajar dengan metode
diskusi kelompok?
Guru : Sering. Karena kan sekarang kita memakai kurikulum K13. Jadi di
kurikulum K13 ini, kita dianjurkan untuk berkelompok siswanya,
supaya ya itu tadi salah satunya untuk membuat anak yang tadinya
pasif bisa menjadi aktif, karena dia dituntut untuk menjawab dari
hasil kelompok mereka masing-masing.
Peneliti : Bagaimana respons peserta didik terkait media dan metode
pembelajaran yang Ibu sampaikan?
Guru : Respons anak didik, apalagi kalau media yang kita sampaikan itu
bagus dan menarik. Mereka akan lebih fokus dan lebih
memperhatikan materi sehingga membuat anak jarang ngobrol
sama temannya.
Peneliti : Apakah dalam menyampaikan materi, Ibu merasa kesulitan dalam
menggunakan media yang ibu ciptakan? Kalau ada, bentuk
kesulitannya seperti apa Bu?
Guru : Kalau untuk menyampaikan materi dengan media yang saya
gunakan. Misalnya, saya akan menggunakan media infokus ya.
Mungkin saya akan menayangkan tentang powerpoint. Jadi kan
saya harus menyiapkan materinya dulu. Kemudian, bikin
powerpointnya dulu, kemudian infokusnya harus ada. Jadi alat
harus ada semua dulu. Itu yang membuat saya kadang-kadang,
kalau di sekolah ini kan banyak infokus cuma karena banyak yang
dipakai juga. Jadi, berebut sehingga saya kesulitan untuk
memakainya saya kapan nih, untuk membutuhkannya saja.
Peneliti : Ketika proses belajar mengajar, biasanya media dan metode
pembelajaran apa yang Ibu gunakan?
Guru : Saya, kalau media keseringan pakai buku paket saja. Kalau metode
saya menggunakan diskusi kelompok, dan pemberian tugas.
Peneliti : Berdasarkan pengalaman Ibu, apakah siswa kelas VIII-8 lebih
antusias dalam hal keterampilan menulis?
Guru : Cukup antusias, karena anak-anak VIII-8 ini karakternya beragam.
Ada yang tidak suka menulis, tetapi kebanyakan suka dengan
menulis. Mereka lebih suka menulisnya wacana fiksi dibandingkan
wacana nonfiksi. Misalnya, saya tugaskan membuat tulisan teks
jenis apa saja, terkadang mereka sulit untuk menuangkan idenya.
Jadi mereka itu, lebih banyak memang sering membaca novel.
Dengan anak-anak sering membaca fiksi yang sifatnya imajinatif,
mereka menuangkan cerita itu lebih gampang. Kegiatan literasi
yang sering saya jadikan pembiasan, ya membaca karya fiksi,
seperti novel, cerpen, puisi sehingga mereka dapat menceritakan
kembali dengan gampang, dan anaknya aktif-aktif.
Peneliti : Apa yang menyebabkan kemampuan peserta didik lebih
menonjol/tidak menonjol pada keterampilan menulis?
Guru : Dengan kita sering literasi. Kalau pagi kan disuruh baca dulu,
paling 5 sampai 10 menit. Jadi, anak-anak bikin resume
terakhirnya. Misalnya anak itu, selesai dia satu buku sudah. Jadi dia
mencatat itu resume dari apa yang dibacanya tadi, dia ungkapkan
kembali dalam bentuk tulisan. Biasanya yang diresume karya-karya
fiksi. Mungkin anak tidak menonjolnya pada menulis nonfiksi
karena memang buku bacaannya yang kurang menunjang dan
sering kali isi pembahasannya kurang menarik.
Peneliti : Apakah fasilitas sekolah ikut membantu terlaksananya proses
belajar mengajar?
Guru : Cukup membantu.
Peneliti : Untuk hal penugasan, Ibu lebih sering memberikan tugas kelompok
atau individual? Alasannya, Bu?
Guru : Lebih sering tugas kelompok. Karena kalau tugas kelompok itu kan
anak, bekerja sama semua dalam kelompok itu. Tapi, ada
kesulitannya juga apabila anak yang dalam kelompok itu sering
pasif jadi dia tidak akan termotivasi terus. Nah kadang-kadang di
kelompok itu saya campur, ada yang lebih baik, bagus, pinter,
sedang, yang kurang. Jadi, yang pinter tadi untuk membantu teman-
temannya yang kurang tadi. Sehingga anak-anak bisa termotivasi.
Peneliti : Kemudian dalam hal penilaian, Ibu lebih sering melakukan
penilaian lisan atau tulis? Alasannya, Bu?
Guru : Lebih sering melakukan tulis. Alasanya, karena memang untuk
pembelajaran bahasa Indonesia yang di kelas delapan ini,
kebanyakan kita pemberian tugasnya menulis. Untuk lisan, paling
tanya jawab itu memerlukan waktu yang lama, sehingga materinya
tertinggal nanti kan seperti itu, lebih efektif menulis.
Peneliti : Bagaimana cara Ibu memunculkan minat belajar peserta didik,
khususnya dalam keterampilan menulis?
Guru : Ya, pertama dengan memberikan motivasi tadi dengan literasi.
Dengan literasi itu kan anak-anak, “kamu sampai mana membaca?
Nih silahkan apa yang kamu baca tadi, walaupun sedikit tuangkan
dalam tulisan”. Jadi mereka termotivasi untuk menulis, seperti itu.
Tapi, ya anak-anak lebih sukanya menulis fiksi dibanding ilmiah.
Mereka lebih semangat menceritakan kembali. Mungkin karena
menulis fiksi itu lebih menarik maka mereka semangat.
Peneliti : Terima kasih Bu, atas informasi dan kesediaan waktunya untuk
diwawancarai oleh saya. Wassalamualaikum.
Guru : Iya sama-sama. Waalaikumsallam.
Guru Pamong Mata Pelajaran
Yusi Devina, S. Pd. NIP. 196706132007012010
Peneliti
Laras Oktavia NIM. 11150130000056
Lampiran 4
Hasil Wawancara Siswa Kelas VIII-8 SMPN 14 Tangerang Selatan
Narasumber 1 : Aisyah Ariani
No. Pertanyaan Jawaban
1. Apakah kamu memiliki ketertarikan
pada keterampilan menulis?
Iya, saya tertarik.
2. Apa yang menyebabkan kamu berminat
/ tidak berminat pada keterampilan
menulis?
Karena saya suka menyampaikan
pesan hanya lewat sebuah kata-kata
dan itu juga membuat saya bisa
berimajinasi lebih.
3. Apakah penjelasan yang disampaikan
peneliti mengenai materi teks eksplanasi
mudah kamu pahami?
Iya, cara peneliti menyampaikan
materi sangat mudah saya pahami.
4. Apakah media kartu bergambar
memengaruhi kamu untuk
mengembangkan ide pada setiap tema
yang diberikan?
Iya, kartu bergambar yang diberikan
bisa mempengaruhi saya untuk
mengembangkan ide
5. Apakah pada saat proses pembelajaran
dengan media kartu bergambar dan
metode diskusi kelompok kamu dapat
mengikutinya dengan baik?
Iya, saya cukup mengikutinya
dengan baik.
6. Apakah media kartu bergambar sangat
membantu kamu untuk mengungkapkan
pendapat terkait tema yang diberikan?
Iya
7. Apakah media kartu bergambar sangat
membantu kamu untuk mengungkapkan
fakta-fakta terkait tema yang diberikan?
Iya, kartu bergambar yang diberikan
cukup membantu mengungkapkan
fakta-fakta terkait tema.
8. Apakah metode diskusi kelompok yang
dipraktikkan dapat memudahkan kamu
untuk memecahkan permasalahan yang
terdapat pada gambar juga memudahkan
memberikan peristilahan/definisi pada
topik yang dibahas?
Iya, dengan metode diskusi
kelompok cukup memudahkan saya
untuk memecahkan permasalahan
yang terdapat pada gambar dan topik
yang dibahas.
9. Apakah gambar-gambar yang tertera
pada kartu yang disajikan peneliti
mudah untuk dikembangkan menjadi
tulisan?
Iya, gambar yang tertera pada kartu
cukup mudah untuk dikembangkan
menjadi tulisan.
10. Apakah kamu kesulitan pada saat
menulis teks eksplanasi dibantu dengan
media kartu bergambar dan metode
diskusi kelompok?
Tidak, karena dengan adanya media
kartu bergambar dan metode diskusi
kelompok dapat memudahkan saya
saat menulis teks eksplanasi.
11. Apakah guru bahasa Indonesia di
sekolah kamu pernah mengajar dengan
menggunakan media kartu bergambar
dan metode diskusi kelompok?
Guru bahasa Indonesia di sekolahku
pernah mengajar menggunakan
media kartu bergambar dan
terkadang menggunakan metode
diskusi kelompok.
12. Apakah kamu sudah terbiasa
menggunakan ejaan yang baik dan
benar dalam membuat tulisan?
Kadang-kadang.
Berikan jawaban lebih panjang untuk empat pertanyaan di bawah ini:
13. Bagaimana pendapatmu, terkait proses
pembelajaran dengan diskusi kelompok
dan media kartu bergambar?
Proses pembelajaran dengan diskusi
kelompok dan media kartu
bergambar menambah ilmu saya.
14. Apa yang kamu ketahui tentang
keterpaduan paragraf? Dan apakah hasil
tulisanmu sudah menghasilkan paragraf
yang padu?
Paragraf yang saya tulis cukup saling
berhubungan antara paragraf satu
sampai paragraf akhir.
15. Apa saja manfaat yang dapat diambil
dari proses pembelajaran teks
eksplanasi dengan media kartu
bergambar dan metode diskusi
kelompok?
Saya bisa mendapatkan tambahan
ilmu pengetahuan tentang teks
eksplanasi.
16. Apa saja saran yang dapat kamu berikan
untuk pembelajaran menulis teks
eksplanasi dengan media kartu
bergambar dan metode diskusi
kelompok?
Sebaiknya kartu gambar yang
diberikan lebih baik, lebih jelas agar
dapat memudahkan dalam menulis
teks eksplanasi.
Narasumber 2 : Alexandria Zanetti Ariela
No. Pertanyaan Jawaban
1. Apakah kamu memiliki ketertarikan
pada keterampilan menulis?
Tidak.
2. Apa yang menyebabkan kamu berminat
/ tidak berminat pada keterampilan
menulis?
Tidak percaya diri dengan tulisan
sendiri.
3. Apakah penjelasan yang disampaikan
peneliti mengenai materi teks eksplanasi
mudah kamu pahami?
Ya.
4. Apakah media kartu bergambar
memengaruhi kamu untuk
mengembangkan ide pada setiap tema
yang diberikan?
Ya, karena untuk menambah
wawasan dan mempermudah dalam
mengimajinasikan sesuatu.
5. Apakah pada saat proses pembelajaran
dengan media kartu bergambar dan
metode diskusi kelompok kamu dapat
mengikutinya dengan baik?
Ya, karena kelompok saya sudah
bisa memahami proses pembelajaran
dengan media kartu bergambar dan
metode diskusi kelompok.
6. Apakah media kartu bergambar sangat
membantu kamu untuk mengungkapkan
pendapat terkait tema yang diberikan?
Ya.
7. Apakah media kartu bergambar sangat
membantu kamu untuk mengungkapkan
fakta-fakta terkait tema yang diberikan?
Ya, agar lebih banyak mendapatkan
fakta yang terkait pada tema.
8. Apakah metode diskusi kelompok yang
dipraktikkan dapat memudahkan kamu
untuk memecahkan permasalahan yang
terdapat pada gambar juga memudahkan
memberikan peristilahan/definisi pada
topik yang dibahas?
Ya, metode diskusi kelompok
mempermudah untuk memecahkan
permasalahan.
9. Apakah gambar-gambar yang tertera
pada kartu yang disajikan peneliti
mudah untuk dikembangkan menjadi
tulisan?
Ya.
10. Apakah kamu kesulitan pada saat
menulis teks eksplanasi dibantu dengan
media kartu bergambar dan metode
diskusi kelompok?
Tidak, karena saya sudah cukup
memahami penjelasan yang
diberikan oleh penerang.
11. Apakah guru bahasa Indonesia di
sekolah kamu pernah mengajar dengan
menggunakan media kartu bergambar
dan metode diskusi kelompok?
Pernah.
12. Apakah kamu sudah terbiasa
menggunakan ejaan yang baik dan
benar dalam membuat tulisan?
Ya, kadang-kadang.
Berikan jawaban lebih panjang untuk empat pertanyaan di bawah ini:
13. Bagaimana pendapatmu, terkait proses
pembelajaran dengan diskusi kelompok
dan media kartu bergambar?
Proses pembelajaran dengan diskusi
kelompok dan media kartu
bergambar sangat membantu agar
teks yang dikerjakan bisa lebih baik.
14. Apa yang kamu ketahui tentang
keterpaduan paragraf? Dan apakah hasil
tulisanmu sudah menghasilkan paragraf
yang padu?
Keterpaduan paragraf adalah teknik
pengejaan yang benar. Tidak,
terkadang masih sering terjadi
kesalahan.
15. Apa saja manfaat yang dapat diambil
dari proses pembelajaran teks
eksplanasi dengan media kartu
bergambar dan metode diskusi
kelompok?
Bisa memudahkan kita dalam
membuat teks eksplanasi,
mengembangkan imajinasi, serta bisa
lebih memahami pendalaman
wawasan.
16. Apa saja saran yang dapat kamu berikan
untuk pembelajaran menulis teks
eksplanasi dengan media kartu
bergambar dan metode diskusi
kelompok?
Semua harus bekerja sama agar teks
bisa dikembangkan dengan baik serta
mementingkan pendapat orang lain
dibandingkan pendapat sendiri.
Narasumber 3 : Anung Puji Astuti
No. Pertanyaan Jawaban
1. Apakah kamu memiliki ketertarikan
pada keterampilan menulis?
Tidak.
2. Apa yang menyebabkan kamu berminat
/ tidak berminat pada keterampilan
menulis?
Karena tulisan saya jelek. Jadi, saya
tidak berminat menulis.
3. Apakah penjelasan yang disampaikan
peneliti mengenai materi teks eksplanasi
mudah kamu pahami?
Iya, karena teks eksplanasi tentang
peristiwa-peristiwa yang ada di
masyarakat.
4. Apakah media kartu bergambar
memengaruhi kamu untuk
mengembangkan ide pada setiap tema
yang diberikan?
Iya, karena media kartu bergambar
mudah untuk diimajinasikan.
5. Apakah pada saat proses pembelajaran
dengan media kartu bergambar dan
metode diskusi kelompok kamu dapat
mengikutinya dengan baik?
Iya.
6. Apakah media kartu bergambar sangat
membantu kamu untuk mengungkapkan
pendapat terkait tema yang diberikan?
Iya.
7. Apakah media kartu bergambar sangat
membantu kamu untuk mengungkapkan
fakta-fakta terkait tema yang diberikan?
Iya.
8. Apakah metode diskusi kelompok yang
dipraktikkan dapat memudahkan kamu
untuk memecahkan permasalahan yang
terdapat pada gambar juga memudahkan
memberikan peristilahan/definisi pada
topik yang dibahas?
Iya, tetapi kadang-kadang tidak mau
berdiskusi.
9. Apakah gambar-gambar yang tertera
pada kartu yang disajikan peneliti
mudah untuk dikembangkan menjadi
tulisan?
Iya.
10. Apakah kamu kesulitan pada saat
menulis teks eksplanasi dibantu dengan
media kartu bergambar dan metode
diskusi kelompok?
Tidak, karena diskusi kelompok kita
bisa saling bertukar pikiran dan
pendapat.
11. Apakah guru bahasa Indonesia di
sekolah kamu pernah mengajar dengan
menggunakan media kartu bergambar
dan metode diskusi kelompok?
Iya pernah, tetapi dengan media
bergambar jarang-jarang.
Kebanyakan diskusi kelompok.
12. Apakah kamu sudah terbiasa
menggunakan ejaan yang baik dan
benar dalam membuat tulisan?
Iya, tetapi jarang-jarang.
Berikan jawaban lebih panjang untuk empat pertanyaan di bawah ini:
13. Bagaimana pendapatmu, terkait proses
pembelajaran dengan diskusi kelompok
dan media kartu bergambar?
Pendapat saya dengan diskusi
kelompok kita bisa berkerja sama
dan dengan media kartu kita bisa
berimajinasi tentang peristiwa itu.
14. Apa yang kamu ketahui tentang
keterpaduan paragraf? Dan apakah hasil
tulisanmu sudah menghasilkan paragraf
yang padu?
Keterpaduan paragraf seperti
identifikasi fenomena, sebab-akibat,
dan lain-lain. Hasil tulisan saya
kadang-kadang sering ke acak-acak.
15. Apa saja manfaat yang dapat diambil
dari proses pembelajaran teks
eksplanasi dengan media kartu
bergambar dan metode diskusi
kelompok?
Manfaatnya kita mengetahui
peristiwa-peristiwa di kalangan
masyarakat dan kita bisa membuat
teks eksplanasi sendiri.
16. Apa saja saran yang dapat kamu berikan
untuk pembelajaran menulis teks
eksplanasi dengan media kartu
bergambar dan metode diskusi
kelompok?
Menurut saya menggunakan media
teknologi dengan suara dan
sebaiknya perbanyak diskusi
kelompok karena teks eksplanasi
butuh ide-ide yang banyak.
Narasumber 4 : Listiana Zahrani
No. Pertanyaan Jawaban
1. Apakah kamu memiliki ketertarikan
pada keterampilan menulis?
Tidak, saya tidak suka menulis.
2. Apa yang menyebabkan kamu berminat
/ tidak berminat pada keterampilan
menulis?
Menurut saya, menulis
membutuhkan tenaga. Jadi saya tidak
suka menulis, lebih suka membaca.
3. Apakah penjelasan yang disampaikan
peneliti mengenai materi teks eksplanasi
mudah kamu pahami?
Iya, saya mudah memahaminya.
4. Apakah media kartu bergambar
memengaruhi kamu untuk
mengembangkan ide pada setiap tema
yang diberikan?
Iya, dengan kartu bergambar, saya
dapat berimajinasi.
5. Apakah pada saat proses pembelajaran
dengan media kartu bergambar dan
metode diskusi kelompok kamu dapat
mengikutinya dengan baik?
Iya, tapi saat diskusi kelompok saya
kurang berkomunikasi dengan
anggota kelompok.
6. Apakah media kartu bergambar sangat
membantu kamu untuk mengungkapkan
pendapat terkait tema yang diberikan?
Kadang-kadang, daya berpikir saya
tidak selalu ada setiap saat.
7. Apakah media kartu bergambar sangat
membantu kamu untuk mengungkapkan
fakta-fakta terkait tema yang diberikan?
Iya.
8. Apakah metode diskusi kelompok yang
dipraktikkan dapat memudahkan kamu
untuk memecahkan permasalahan yang
terdapat pada gambar juga memudahkan
memberikan peristilahan/definisi pada
Tidak, pada saat diskusi kelompok
saya kurang berkomunikasi dengan
anggota kelompok.
topik yang dibahas?
9. Apakah gambar-gambar yang tertera
pada kartu yang disajikan peneliti
mudah untuk dikembangkan menjadi
tulisan?
Kadang-kadang, daya berpikir saya
tidak selalu ada setiap saat. Kadang
saya blank.
10. Apakah kamu kesulitan pada saat
menulis teks eksplanasi dibantu dengan
media kartu bergambar dan metode
diskusi kelompok?
Tidak, media kartu bergambar dan
diskusi kelompok sangat membantu.
11. Apakah guru bahasa Indonesia di
sekolah kamu pernah mengajar dengan
menggunakan media kartu bergambar
dan metode diskusi kelompok?
Pernah.
12. Apakah kamu sudah terbiasa
menggunakan ejaan yang baik dan
benar dalam membuat tulisan?
Kadang-kadang, kalau ingat saya
memperhatikan ejaan dan tanda baca.
Berikan jawaban lebih panjang untuk empat pertanyaan di bawah ini:
13. Bagaimana pendapatmu, terkait proses
pembelajaran dengan diskusi kelompok
dan media kartu bergambar?
Menurut saya, proses pembelajaran
dengan diskusi kelompok dan media
kartu bergambar sangat membantu
untuk membangun daya imajinasi
seseorang.
14. Apa yang kamu ketahui tentang
keterpaduan paragraf? Dan apakah hasil
tulisanmu sudah menghasilkan paragraf
yang padu?
Menurut saya, keterpaduan paragraf
itu kesesuaian paragraf satu dengan
paragraf lainnya yang saling
mengaitkan dengan tema yang
dibahas. Sejauh ini, saya sudah
menghasilkan paragraf padu tetapi
masih ada kekurangan.
15. Apa saja manfaat yang dapat diambil
dari proses pembelajaran teks
eksplanasi dengan media kartu
bergambar dan metode diskusi
kelompok?
-Dapat membangun imajinasi
seseorang atau dengan media kartu
bergambar dapat memberikan
ilustrasi gambaran.
-Dapat mendekatkan pertemanan
dengan berkomunikasi sesama
anggota kelompok.
16. Apa saja saran yang dapat kamu berikan
untuk pembelajaran menulis teks
eksplanasi dengan media kartu
bergambar dan metode diskusi
kelompok?
Menurut saya, menulis teks
eksplanasi dengan media kartu
bergambar dan metode diskusi
kelompok sudah cukup untuk
dipahami oleh siswa kelas 8.
Narasumber 5 : Salsabillah Nashefa
No. Pertanyaan Jawaban
1. Apakah kamu memiliki ketertarikan
pada keterampilan menulis?
Iya saya tertarik.
2. Apa yang menyebabkan kamu berminat
/ tidak berminat pada keterampilan
menulis?
Karena saya suka menulis.
3. Apakah penjelasan yang disampaikan
peneliti mengenai materi teks eksplanasi
mudah kamu pahami?
Iya, saya langsung memahami.
4. Apakah media kartu bergambar
memengaruhi kamu untuk
mengembangkan ide pada setiap tema
yang diberikan?
Iya, media kartu tersebut dapat
mengembangkan ide saya.
5. Apakah pada saat proses pembelajaran
dengan media kartu bergambar dan
metode diskusi kelompok kamu dapat
mengikutinya dengan baik?
Iya, saya dapat mengikuti dengan
baik.
6. Apakah media kartu bergambar sangat
membantu kamu untuk mengungkapkan
pendapat terkait tema yang diberikan?
Iya sangat membantu.
7. Apakah media kartu bergambar sangat
membantu kamu untuk mengungkapkan
fakta-fakta terkait tema yang diberikan?
Iya, media tersebut dapat
mempermudah saya dalam
menemukan fakta-fakta.
8. Apakah metode diskusi kelompok yang
dipraktikkan dapat memudahkan kamu
untuk memecahkan permasalahan yang
terdapat pada gambar juga memudahkan
memberikan peristilahan/definisi pada
topik yang dibahas?
Iya, karena dengan diskusi dapat
membantu saya mendapatkan
pendapat dari teman yang lainnya.
9. Apakah gambar-gambar yang tertera
pada kartu yang disajikan peneliti
mudah untuk dikembangkan menjadi
tulisan?
Iya, sangat membantu saya.
10. Apakah kamu kesulitan pada saat
menulis teks eksplanasi dibantu dengan
media kartu bergambar dan metode
diskusi kelompok?
Tidak, justru media kartu dan diskusi
sangat membantu.
11. Apakah guru bahasa Indonesia di
sekolah kamu pernah mengajar dengan
menggunakan media kartu bergambar
dan metode diskusi kelompok?
Guru saya pernah menggunakan
media kartu bergambar.
12. Apakah kamu sudah terbiasa
menggunakan ejaan yang baik dan
benar dalam membuat tulisan?
Iya, tapi terkadang masih kurang
dalam penggunaan tanda baca.
Berikan jawaban lebih panjang untuk empat pertanyaan di bawah ini:
13. Bagaimana pendapatmu, terkait proses
pembelajaran dengan diskusi kelompok
dan media kartu bergambar?
Proses pembelajaran tersebut dapat
lebih membantu saya dalam
membuat suatu teks, seperti teks
eksplanasi.
14. Apa yang kamu ketahui tentang
keterpaduan paragraf? Dan apakah hasil
tulisanmu sudah menghasilkan paragraf
yang padu?
Keterpaduan paragraf adalah
kesesuaian/keterkaitan dalam
pengejaan. Ya, tapi terkadang masih
ada yang salah.
15. Apa saja manfaat yang dapat diambil
dari proses pembelajaran teks
eksplanasi dengan media kartu
bergambar dan metode diskusi
kelompok?
Lebih memudahkan dalam membuat
teks, menemukan fakta-fakta, dan
bisa mengembangkan ide saya.
16. Apa saja saran yang dapat kamu berikan
untuk pembelajaran menulis teks
eksplanasi dengan media kartu
bergambar dan metode diskusi
kelompok?
Sebaiknya media kartu
bergambarnya jangan hanya bisa
dilihat, tapi bisa bergerak.
Narasumber 6 : Sofi Cahyani Adiputri
No. Pertanyaan Jawaban
1. Apakah kamu memiliki ketertarikan
pada keterampilan menulis?
Ya, saya suka menulis.
2. Apa yang menyebabkan kamu berminat
/ tidak berminat pada keterampilan
menulis?
Karena dengan menulis saya bisa
menghafal yang saya tulis.
3. Apakah penjelasan yang disampaikan
peneliti mengenai materi teks eksplanasi
mudah kamu pahami?
Ya, tetapi tidak terlalu paham dengan
materinya.
4. Apakah media kartu bergambar
memengaruhi kamu untuk
mengembangkan ide pada setiap tema
yang diberikan?
Ya, karena dengan media itu saya
bisa berimajinasi dan mendapatkan
ide
5. Apakah pada saat proses pembelajaran
dengan media kartu bergambar dan
metode diskusi kelompok kamu dapat
mengikutinya dengan baik?
Ya, karena saya suka berdiskusi
dengan teman saya.
6. Apakah media kartu bergambar sangat
membantu kamu untuk mengungkapkan
pendapat terkait tema yang diberikan?
Ya, karena bisa menimbulkan ide-ide
tentang tema yang terkait.
7. Apakah media kartu bergambar sangat
membantu kamu untuk mengungkapkan
fakta-fakta terkait tema yang diberikan?
Sedikit, karena terkadang saya tidak
dapat menemukan fakta-fakta di
dalam gambar.
8. Apakah metode diskusi kelompok yang
dipraktikkan dapat memudahkan kamu
untuk memecahkan permasalahan yang
terdapat pada gambar juga memudahkan
memberikan peristilahan/definisi pada
topik yang dibahas?
Ya, karena dengan berdiskusi saya
bisa tau pendapat-pendapat dari
teman saya yang lain.
9. Apakah gambar-gambar yang tertera
pada kartu yang disajikan peneliti
mudah untuk dikembangkan menjadi
tulisan?
Ya, dengan berimajinasi saya mudah
menemukan tulisan dari gambar
tersebut.
10. Apakah kamu kesulitan pada saat
menulis teks eksplanasi dibantu dengan
media kartu bergambar dan metode
diskusi kelompok?
Tidak.
11. Apakah guru bahasa Indonesia di
sekolah kamu pernah mengajar dengan
menggunakan media kartu bergambar
dan metode diskusi kelompok?
Pernah.
12. Apakah kamu sudah terbiasa
menggunakan ejaan yang baik dan
benar dalam membuat tulisan?
Kadang-kadang.
Berikan jawaban lebih panjang untuk empat pertanyaan di bawah ini:
13. Bagaimana pendapatmu, terkait proses
pembelajaran dengan diskusi kelompok
dan media kartu bergambar?
Dengan berdiskusi, kita dapat
mengetahui pendapat lain dari teman
kita. Kita bisa menemukan fakta-
fakta yang terkait gambar.
14. Apa yang kamu ketahui tentang
keterpaduan paragraf? Dan apakah hasil
tulisanmu sudah menghasilkan paragraf
yang padu?
Keterpaduan paragraf adalah
pengejaan pada paragraf yang benar.
Ya, tetapi terkadang masih ada
kesalahan dalam pengejaan di dalam
paragraf.
15. Apa saja manfaat yang dapat diambil
dari proses pembelajaran teks
eksplanasi dengan media kartu
bergambar dan metode diskusi
kelompok?
Kita bisa memperluas wawasan
dengan mencari ide yang ada di
dalam gambar tersebut dan dengan
metode diskusi, kita juga bisa
menambah wawasan.
16. Apa saja saran yang dapat kamu berikan
untuk pembelajaran menulis teks
eksplanasi dengan media kartu
bergambar dan metode diskusi
kelompok?
Kita harus sama-sama mengeluarkan
pendapat, agar wawasan teman kita
ikut meluas dan mendapatkan ide
dari pendapat-pendapat itu.
Narasumber 7 : Ade Ubaydillah
No. Pertanyaan Jawaban
1. Apakah kamu memiliki ketertarikan
pada keterampilan menulis?
Ya saya tertarik.
2. Apa yang menyebabkan kamu berminat
/ tidak berminat pada keterampilan
menulis?
Karena saya suka menulis.
3. Apakah penjelasan yang disampaikan
peneliti mengenai materi teks eksplanasi
mudah kamu pahami?
Ya sangat mudah.
4. Apakah media kartu bergambar
memengaruhi kamu untuk
mengembangkan ide pada setiap tema
yang diberikan?
Ya sangat bisa.
5. Apakah pada saat proses pembelajaran
dengan media kartu bergambar dan
metode diskusi kelompok kamu dapat
mengikutinya dengan baik?
Ya saya mengikuti dengan baik.
6. Apakah media kartu bergambar sangat
membantu kamu untuk mengungkapkan
pendapat terkait tema yang diberikan?
Ya saya dapat mengungkapkan
terkait tema.
7. Apakah media kartu bergambar sangat
membantu kamu untuk mengungkapkan
fakta-fakta terkait tema yang diberikan?
Ya dapat mengungkapkan fakta.
8. Apakah metode diskusi kelompok yang
dipraktikkan dapat memudahkan kamu
untuk memecahkan permasalahan yang
terdapat pada gambar juga memudahkan
memberikan peristilahan/definisi pada
topik yang dibahas?
Ya dapat memudahkan.
9. Apakah gambar-gambar yang tertera
pada kartu yang disajikan peneliti
mudah untuk dikembangkan menjadi
tulisan?
Ya sangat mudah dikembangkan.
10. Apakah kamu kesulitan pada saat
menulis teks eksplanasi dibantu dengan
media kartu bergambar dan metode
diskusi kelompok?
Tidak kesulitan.
11. Apakah guru bahasa Indonesia di
sekolah kamu pernah mengajar dengan
menggunakan media kartu bergambar
dan metode diskusi kelompok?
Ya pernah.
12. Apakah kamu sudah terbiasa
menggunakan ejaan yang baik dan
benar dalam membuat tulisan?
Tidak terbiasa.
Berikan jawaban lebih panjang untuk empat pertanyaan di bawah ini:
13. Bagaimana pendapatmu, terkait proses
pembelajaran dengan diskusi kelompok
dan media kartu bergambar?
Pendapat saya terkait proses
pembelajaran diskusi kelompok,
sudah membantu saya.
14. Apa yang kamu ketahui tentang
keterpaduan paragraf? Dan apakah hasil
tulisanmu sudah menghasilkan paragraf
yang padu?
Pendapat saya keterpaduan paragraf,
ya tulisan saya sudah menghasilkan
paragraf yang padu.
15. Apa saja manfaat yang dapat diambil
dari proses pembelajaran teks
eksplanasi dengan media kartu
bergambar dan metode diskusi
kelompok?
Dapat mengembangkan imajinasi
saya.
16. Apa saja saran yang dapat kamu berikan
untuk pembelajaran menulis teks
eksplanasi dengan media kartu
bergambar dan metode diskusi
kelompok?
Metode kelompoknya lebih aktif dan
medianya cukup bagus dan dapat
dipahami.
Narasumber 8 : Muhammad Fickry Khadafi
No. Pertanyaan Jawaban
1. Apakah kamu memiliki ketertarikan
pada keterampilan menulis?
Ya tertarik.
2. Apa yang menyebabkan kamu berminat
/ tidak berminat pada keterampilan
menulis?
Karena saya suka menulis.
3. Apakah penjelasan yang disampaikan
peneliti mengenai materi teks eksplanasi
mudah kamu pahami?
Ya sangat dipahami.
4. Apakah media kartu bergambar
memengaruhi kamu untuk
mengembangkan ide pada setiap tema
yang diberikan?
Ya sangat bisa.
5. Apakah pada saat proses pembelajaran
dengan media kartu bergambar dan
metode diskusi kelompok kamu dapat
mengikutinya dengan baik?
Ya saya dapat mengikutinya.
6. Apakah media kartu bergambar sangat
membantu kamu untuk mengungkapkan
pendapat terkait tema yang diberikan?
Ya saya bisa mengungkapkan terkait
tema yang diberikan.
7. Apakah media kartu bergambar sangat
membantu kamu untuk mengungkapkan
fakta-fakta terkait tema yang diberikan?
Ya saya dapat mengungkapkan..
8. Apakah metode diskusi kelompok yang
dipraktikkan dapat memudahkan kamu
untuk memecahkan permasalahan yang
terdapat pada gambar juga memudahkan
memberikan peristilahan/definisi pada
topik yang dibahas?
Ya memudahkan dan saya dapat
memahaminya.
9. Apakah gambar-gambar yang tertera
pada kartu yang disajikan peneliti
mudah untuk dikembangkan menjadi
tulisan?
Ya gambarnya mudah untuk
dikembangkan menjadi tulisan.
10. Apakah kamu kesulitan pada saat
menulis teks eksplanasi dibantu dengan
media kartu bergambar dan metode
diskusi kelompok?
Tidak kesulitan.
11. Apakah guru bahasa Indonesia di
sekolah kamu pernah mengajar dengan
menggunakan media kartu bergambar
dan metode diskusi kelompok?
Ya pernah.
12. Apakah kamu sudah terbiasa
menggunakan ejaan yang baik dan
benar dalam membuat tulisan?
Saya tidak terbiasa menggunakan
ejaan yang baik.
Berikan jawaban lebih panjang untuk empat pertanyaan di bawah ini:
13. Bagaimana pendapatmu, terkait proses
pembelajaran dengan diskusi kelompok
dan media kartu bergambar?
Proses pembelajarannya cukup
membantu.
14. Apa yang kamu ketahui tentang
keterpaduan paragraf? Dan apakah hasil
tulisanmu sudah menghasilkan paragraf
yang padu?
Keterpaduan paragraf adalah hasil
teks yang sudah saya kerjakan.
15. Apa saja manfaat yang dapat diambil
dari proses pembelajaran teks
eksplanasi dengan media kartu
bergambar dan metode diskusi
kelompok?
Media kartu bergambar
mengembangkan imajinasi saya.
16. Apa saja saran yang dapat kamu berikan
untuk pembelajaran menulis teks
eksplanasi dengan media kartu
bergambar dan metode diskusi
kelompok?
Seharusnya waktu diskusi
ditambahkan dan media seharusnya
lebih bagus.
Narasumber 9 : Muhammad Rifky Fahrezi
No. Pertanyaan Jawaban
1. Apakah kamu memiliki ketertarikan
pada keterampilan menulis?
Tidak.
2. Apa yang menyebabkan kamu berminat
/ tidak berminat pada keterampilan
menulis?
Karena saya tidak suka menulis.
3. Apakah penjelasan yang disampaikan
peneliti mengenai materi teks eksplanasi
mudah kamu pahami?
Ya cukup mudah dipahami
4. Apakah media kartu bergambar
memengaruhi kamu untuk
mengembangkan ide pada setiap tema
yang diberikan?
Tidak mempengaruhi untuk
mengembangkan ide pada setiap
tema yang diberikan.
5. Apakah pada saat proses pembelajaran
dengan media kartu bergambar dan
metode diskusi kelompok kamu dapat
mengikutinya dengan baik?
Ya saya mengikuti dengan baik.
6. Apakah media kartu bergambar sangat
membantu kamu untuk mengungkapkan
pendapat terkait tema yang diberikan?
Ya cukup membantu saya untuk
mengungkapkan pendapat.
7. Apakah media kartu bergambar sangat
membantu kamu untuk mengungkapkan
fakta-fakta terkait tema yang diberikan?
Ya cukup membantu saya untuk
mengungkapkan fakta-fakta.
8. Apakah metode diskusi kelompok yang
dipraktikkan dapat memudahkan kamu
untuk memecahkan permasalahan yang
terdapat pada gambar juga memudahkan
memberikan peristilahan/definisi pada
topik yang dibahas?
Ya sangat mudah untuk memecahkan
masalah yang terdapat pada topik
tersbut.
9. Apakah gambar-gambar yang tertera
pada kartu yang disajikan peneliti
mudah untuk dikembangkan menjadi
tulisan?
Ya cukup mudah dikembangkan
menjadi tulisan.
10. Apakah kamu kesulitan pada saat
menulis teks eksplanasi dibantu dengan
media kartu bergambar dan metode
diskusi kelompok?
Tidak kesulitan saat menulis
11. Apakah guru bahasa Indonesia di
sekolah kamu pernah mengajar dengan
menggunakan media kartu bergambar
dan metode diskusi kelompok?
Ya pernah.
12. Apakah kamu sudah terbiasa
menggunakan ejaan yang baik dan
benar dalam membuat tulisan?
Belum terbiasa.
Berikan jawaban lebih panjang untuk empat pertanyaan di bawah ini:
13. Bagaimana pendapatmu, terkait proses
pembelajaran dengan diskusi kelompok
dan media kartu bergambar?
Untuk memudahkan memecahkan
permasalahan yang ada pada kartu
bergambar.
14. Apa yang kamu ketahui tentang
keterpaduan paragraf? Dan apakah hasil
tulisanmu sudah menghasilkan paragraf
yang padu?
Keterpaduan paragraf adalah tulisan
yang dikerjakan sudah menghasilkan
paragraf yang padu.
15. Apa saja manfaat yang dapat diambil
dari proses pembelajaran teks
eksplanasi dengan media kartu
bergambar dan metode diskusi
kelompok?
Cukup dapat mengembangkan ide.
16. Apa saja saran yang dapat kamu berikan
untuk pembelajaran menulis teks
eksplanasi dengan media kartu
bergambar dan metode diskusi
kelompok?
Media harus lebih jelas.
Lampiran 5
Lampiran 6
RIWAYAT PENULIS
Laras Oktavia, lahir di Tangerang, 26 Oktober
1997. Anak kedua dari dua orang bersaudara ini
memiliki orang tua yang bernama Sediyono dan Yani
Apriyanti. Adik dari Atika Julianti, bertempat tinggal
di Jalan AMD Raya, Kampung Ciledug, Gang H. Pasar
No. 84 Rt 05/01 Kel. Pondok Kacang Barat Kec.
Pondok Aren, Tangerang Selatan.
Pendidikan yang sudah ditempuh penulis,
yaitu dimulai dari pendidikan dasar di SDN Pondok Betung 05 yang lulus pada
tahun 2009. Setelah itu, melanjutkan pendidikan di MTsN 13 Jakarta yang lulus
pada tahun 2012. Kemudian, melanjutkan pendidikan di MAN 4 Jakarta yang
lulus pada tahun 2015. Setamat dari pendidikan aliyah, penulis yang memiliki
hobi menonton film melanjutkan pendidikan ke Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pada tahun 2015.
Gadis yang juga memiliki hobi menulis blog ini menyelesaikan S-1
dengan menulis skripsi yang berjudul “Penggunaan Media Kartu Bergambar
Terhadap Kemampuan Menulis Teks Eksplanasi Siswa Kelas VIII SMPN 14
Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2018/2019”.