pengetahuan pekerja dan pengurus tempat … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada...

34
PENGETAHUAN PEKERJA DAN PENGURUS TEMPAT PENIMBUNAN KAYU TRADISIONAL TERHADAP KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA ARNALDO PRATAMA LUKMAN DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Upload: vubao

Post on 02-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGETAHUAN PEKERJA DAN PENGURUS TEMPAT … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... kerja yang sangat penting karena mempengaruhi ... Jumlah pertanyaan

PENGETAHUAN PEKERJA DAN PENGURUS

TEMPAT PENIMBUNAN KAYU TRADISIONAL

TERHADAP KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

ARNALDO PRATAMA LUKMAN

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: PENGETAHUAN PEKERJA DAN PENGURUS TEMPAT … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... kerja yang sangat penting karena mempengaruhi ... Jumlah pertanyaan
Page 3: PENGETAHUAN PEKERJA DAN PENGURUS TEMPAT … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... kerja yang sangat penting karena mempengaruhi ... Jumlah pertanyaan

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengetahuan Pekerja

dan Pengurus Tempat Penimbunan Kayu Tradisional terhadap Keselamatan dan

Kesehatan Kerja adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing

dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.

Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun

tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

Arnaldo Pratama Lukman

NIM E14090096

Page 4: PENGETAHUAN PEKERJA DAN PENGURUS TEMPAT … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... kerja yang sangat penting karena mempengaruhi ... Jumlah pertanyaan

ABSTRAK

ARNALDO PRATAMA LUKMAN. Pengetahuan Pekerja dan Pengurus Tempat

Penimbunan Kayu Tradisional terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Dibimbing oleh EFI YULIATI YOVI.

Kegiatan di bidang kehutanan seperti di Tempat Penimbunan Kayu (TPK)

merupakan kegiatan yang rentan akan kecelakaan kerja. Rendahnya pemahaman

tentang pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dapat memperbesar

risiko terjadinya kecelakaan kerja. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan

kondisi lingkungan kerja di TPK serta menilai pengetahuan pekerja dan pengurus

TPK terhadap K3. Data diperoleh dengan wawancara langsung dari kuisioner

dengan menggunakan skala Likert kepada seluruh responden dan pengamatan

langsung di lapangan. Data diolah dan dianalisis secara deskriptif untuk

mendapatkan nilai setiap responden. Data yang telah didapat dari analisis

deskriptif diolah dengan mencari selisih antara pengetahuan responden dengan

penilaian berdasarkan standar yang akan dianalisis menggunakan uji Wilcoxon.

Pengamatan kondisi lingkungan kerja di TPK menunjukkan nilai iklim kerja,

kebisingan, debu masih melebihi nilai ambang batas yang diperbolehkan

berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi tahun 2011

tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di tempat kerja.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pengetahuan responden termasuk

dalam kategori sangat buruk dalam topik (1) informasi dasar K3, (2) alasan dan

manfaat K3, (3) hak dan kewajiban pekerja dan pengurus, (4) informasi dasar

sumber bahaya, dan (5) informasi nilai ambang batas. Pengetahuan seluruh

responden bersifat overestimate yang berarti responden mengira dirinya telah

mempunyai pengetahuan yang baik terhadap aspek K3 tetapi sebenarnya tidak.

Strategi peningkatan pengetahuan K3 bagi pekerja dan pengurus dapat dilakukan

dengan mengadopsi temuan tersebut di atas.

Kata kunci: K3, lingkungan kerja, nilai ambang batas, TPK

ABSTRACT

ARNALDO PRATAMA LUKMAN. Workers and Managers Knowledges of

Traditional Log Yard to Occupational Safety and Health (OSH). Supervised by

EFI YULIATI YOVI.

Forestry activities like log yard is an activity that is prone to accidents.

Poor understanding about the importance of Occupational Safety and Health

(OSH) can increase the risk of accidents. This study aims to describe working

conditions in log yard and assess knowledge log yard workers and log pond

managers to OSH. Data obtained by direct interviews from the questionnaire

using a Likert scale for all respondents and direct observation in the field. Data

were processed and analyzed descriptively to get the value of each respondent.

Data that has been obtained from the analysis of descriptive processed by finding

the difference between the knowledges of the respondents with an assessment

based on standards that will be analyzed using the Wilcoxon test. Observations

Page 5: PENGETAHUAN PEKERJA DAN PENGURUS TEMPAT … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... kerja yang sangat penting karena mempengaruhi ... Jumlah pertanyaan

the work environment in log yard showed the value of work climate, noise, and

dust were exceeding the allowable threshold value as was stated by Regulations of

the Minister of Labor and Transmigration in 2011 about a Threshold Value of

Physical Factors and Chemical Factors in The Workplace. The results also

showed that the knowledge of the respondents were in very bad category in this

topic of (1) OSH basic information, (2) OSH reasons and benefits, (3) rights and

obligations of workers and managers, (4) the basic source of dangers information,

and (5) the information of threshold value. Knowledge of all respondents were

overestimate mean that the respondents count itself has a good knowledge on

OSH aspect but they did not actually. Strategies for increasing workers and

managers knowledges on OSH aspect can be done by adopting the above-

mentioned findings.

Keywords: OSH, work environment, threshold value, log yard

Page 6: PENGETAHUAN PEKERJA DAN PENGURUS TEMPAT … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... kerja yang sangat penting karena mempengaruhi ... Jumlah pertanyaan
Page 7: PENGETAHUAN PEKERJA DAN PENGURUS TEMPAT … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... kerja yang sangat penting karena mempengaruhi ... Jumlah pertanyaan

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Manajemen Hutan

PENGETAHUAN PEKERJA DAN PENGURUS

TEMPAT PENIMBUNAN KAYU TRADISIONAL

TERHADAP KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

ARNALDO PRATAMA LUKMAN

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 8: PENGETAHUAN PEKERJA DAN PENGURUS TEMPAT … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... kerja yang sangat penting karena mempengaruhi ... Jumlah pertanyaan
Page 9: PENGETAHUAN PEKERJA DAN PENGURUS TEMPAT … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... kerja yang sangat penting karena mempengaruhi ... Jumlah pertanyaan

Judul Skripsi : Pengetahuan Pekerja dan Pengurus Tempat Penimbunan Kayu

Tradisional terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Nama : Arnaldo Pratama Lukman

NIM : E14090096

Disetujui oleh

Dr. Efi Yuliati Yovi, S. Hut, M. Life. Env. Sc

Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Ahmad Budiaman, M. Sc. F. Trop

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 10: PENGETAHUAN PEKERJA DAN PENGURUS TEMPAT … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... kerja yang sangat penting karena mempengaruhi ... Jumlah pertanyaan

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala

karunia–Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih

dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2013 sampai bulan Juli 2013

ini ialah Pengetahuan Pekerja dan Pengurus Tempat Penimbunan Kayu

Tradisional terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Terima kasih penulis

ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Iin Ichwandi, M. Sc. F. Trop selaku pembimbing

akademik, Ibu Dr. Efi Yuliati Yovi, S. Hut, M. Life. Env. Sc selaku pembimbing

skripsi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan untuk kegiatan

penelitian ini dan Bapak Ir. Siswoyo, MSi selaku penguji skripsi yang telah

memberikan saran dan perbaikan skripsi. Ucapan terimakasih juga disampaikan

kepada orang tua yang telah memberikan dorongan yang tulus baik moril maupun

materiil.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2014

Arnaldo Pratama Lukman

Page 11: PENGETAHUAN PEKERJA DAN PENGURUS TEMPAT … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... kerja yang sangat penting karena mempengaruhi ... Jumlah pertanyaan

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN ix

PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Hipotesis 2

Manfaat Penelitian 2 METODE 3

Tempat dan Waktu 3 Alat 3 Pelaksanaan Penelitian 3 Pengamatan Penelitian 4 Prosedur Analisis Data 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Hasil Pengamatan Kondisi Fisik Lingkungan Kerja 6

Karakteristik Pekerja dan Pengurus 8 Hasil Penilaian terhadap Pekerja 10 Hasil Penilaian terhadap Pengurus 13

Topik K3 yang Perlu Mendapatkan Perhatian 13

SIMPULAN DAN SARAN 17 Simpulan 17 Saran 17

DAFTAR PUSTAKA 18 LAMPIRAN 20

RIWAYAT HIDUP 22

Page 12: PENGETAHUAN PEKERJA DAN PENGURUS TEMPAT … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... kerja yang sangat penting karena mempengaruhi ... Jumlah pertanyaan

DAFTAR TABEL

1 Kriteria penilaian dalam skala Likert 5

2 Hasil pengamatan iklim kerja 7

3 Hasil pengamatan kebisingan 7

4 Hasil pengamatan debu 8

5 Karakteristik responden 8

6 Nilai SA dan CBA untuk pekerja 10

7 Hasil uji Wilcoxon untuk pekerja 11

8 Nilai SA dan CBA untuk pengurus 13

9 Hasil uji Wilcoxon untuk pengurus 14

10 Hasil penilaian topik untuk pekerja 15

11 Hasil penilaian topik untuk pengurus 16

12 Hasil uji Wilcoxon antara pengurus dan pekerja 17

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pikir 4

2 Pekerja memanggul kayu yang berat 12

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kuisioner 20

Page 13: PENGETAHUAN PEKERJA DAN PENGURUS TEMPAT … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... kerja yang sangat penting karena mempengaruhi ... Jumlah pertanyaan

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan mempunyai manfaat yang besar bagi makhluk hidup terutama

manusia. Pemanfaatan hutan adalah bentuk kegiatan pemanfaatan kawasan

hutan, pemanfaatan jasa lingkungan, pemanfaatan hasil hutan kayu dan

bukan kayu serta pemungutan hasil hutan kayu dan bukan kayu secara

optimal, berkeadilan untuk kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga

kelestariannya. Pemanfaatan hutan bertujuan untuk memperoleh manfaat

yang optimal bagi kesejahteraan seluruh masyarakat secara berkeadilan

dengan tetap menjaga kelestariannya (Silaen 2008). Salah satu kegiatan dari

pemanfaatan hasil hutan kayu yaitu dengan memasarkan kayu dari hutan di

Tempat Penimbunan Kayu (TPK). Di TPK Jepara terdapat pengurus dan

pekerja yang biasanya berjumlah 1 pengurus dan 5 pekerja per TPK.

Mayoritas kayu yang ada di TPK Jepara yaitu kayu jati kelas A2. Pengurus

bertugas melayani pembeli yang ingin membeli kayu yang ada di TPK.

Setelah sepakat dengan jumlah kayu yang ingin dibeli, maka kayu akan

dikirim ke tempat pembeli dengan menggunakan mobil bak terbuka atau

truk. Pekerja mengangkut kayu ke mobil bak terbuka atau truk dengan

jumlah yang diinginkan oleh pembeli. Jenis kegiatan dan karakter pekerja di

TPK tradisional Jepara dapat dianggap mewakili kondisi keselamatan

pekerja yang ada di TPK tradisional seluruh Indonesia.

Dalam kegiatan mengangkut kayu di TPK terdapat risiko kecelakaan

kerja yang dapat terjadi. Maka dari itu, sangat penting bagi para pekerja dan

pengurus untuk memahami Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). K3

adalah ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah

kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja di tempat

kerja (Husni 2003). Tujuan dari K3 adalah melindungi kesehatan dan

keamanan tenaga kerja, meningkatkan efisiensi kerja, dan mencegah

terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Pekerjaan di bidang kehutanan merupakan jenis pekerjaan berbahaya

yang memiliki berbagai kendala seperti lingkungan kerja yang sulit,

pekerjaan fisik yang berat (yang sering melebihi batas kapasitas kerja

pekerja kehutanan), dan risiko kecelakaan kerja yang tinggi (Yovi 2007). K3

belum banyak diperhatikan oleh pengurus dan pekerja padahal K3 sangat

penting untuk melindungi pekerja agar tidak terjadi kecelakaan kerja dan

penyakit akibat kerja. Observasi pada beberapa hutan di Indonseia

menunjukkan pekerjaan kehutanan yang tidak aman walaupun terdapat

peraturan dan rekomendasi yang berhubungan dengan perlindungan K3.

Kurangnya perhatian terhadap K3 disebabkan kurangnya motivasi untuk

melakukan pekerjaan dengan cara yang benar (Yovi 2009). Pekerja

seharusnya menggunakan alat pelindung diri saat bekerja untuk

memperkecil risiko terjadinya kecelakaan kerja. Kecelakaan bukan suatu

peristiwa yang terjadi secara kebetulan saja atau karena persoalan nasib.

Faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja dapat dikelompokkan menjadi

dua yaitu faktor teknis dan faktor manusia. Faktor teknis biasanya

Page 14: PENGETAHUAN PEKERJA DAN PENGURUS TEMPAT … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... kerja yang sangat penting karena mempengaruhi ... Jumlah pertanyaan

2

menyangkut peralatan yang digunakan, ventilasi yang buruk, dan buruknya

lingkungan kerja. Faktor manusia biasanya dikarenakan sifat pekerja yang

ceroboh, tidak mampu menjalankan tugas dengan baik, dan mengantuk

(Sirait 2006).

Faktor manusia merupakan faktor yang sangat rentan terhadap

kecelakaan kerja. Beberapa penelitian berhasil mengidentifikasi beberapa

faktor manusia yang menyebabkan kecelakaan kerja yaitu umur,

kemampuan, pengalaman, obat–obatan, kelelahan, dan motivasi kerja

(Maurits dan Widodo 2008). Dalam penerapan K3 di TPK terdapat beberapa

hambatan yaitu pekerja masih banyak yang tidak menuntut jaminan K3

karena sumber daya manusia yang rendah dan pengurus hanya memikirkan

keuntungan yang besar sehingga tidak memikirkan perlindungan K3 bagi

pekerja. Perlindungan tenaga kerja dari bahaya dan penyakit akibat kerja

sangat dibutuhkan oleh pekerja agar pekerja merasa aman dan nyaman

dalam bekerja.

Pelaksanaan K3 merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga

kerja yang sangat penting karena mempengaruhi keselamatan, kesehatan,

produktivitas, dan kesehatan tenaga kerja. Program Jamsostek memberikan

perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan minimal bagi tenaga kerja

dan keluarganya dengam memberikan kepastian berlangsungnya arus

penerimaan penghasilan keluarga sebagai pengganti sebagian atau seluruh

penghasilan yang hilang akibat kecelakaan kerja (Heni 2011). Tenaga kerja

yang sehat akan bekerja produktif sehingga diharapkan produktivitas kerja

pekerja meningkat dan dapat mendukung keberhasilan suatu usaha.

Tujuan Penelitian

Menggambarkan kondisi lingkungan kerja di TPK dan menilai

pengetahuan pengurus dan pekerja terhadap K3.

Hipotesis

Kondisi lingkungan kerja di TPK buruk dan tingkat pengetahuan

pekerja dan pengurus terhadap K3 buruk.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk menyusun

strategi agar meningkatkan perlindungan K3.

Page 15: PENGETAHUAN PEKERJA DAN PENGURUS TEMPAT … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... kerja yang sangat penting karena mempengaruhi ... Jumlah pertanyaan

3

METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di TPK tradisional Jepara, Desa Karang

Kebagusan, Kecamatan Jepara, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Penelitian

dilakukan dari bulan Juni sampai Juli 2013.

Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kuisioner, alat

tulis, alat perekam, laptop, perangkat lunak Microsoft Word 2007, perangkat

lunak Microsoft Excel 2007, perangkat lunak SPSS versi 20, QUESTemp 34,

Sound Level Meter/Center 321–RS 232, HAZ–DUST (Particulate Air

Monitoring Equipment) model EPAM–5000, dan kamera.

Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian diawali dengan pengamatan kondisi fisik

lingkungan kerja di TPK meliputi iklim kerja yang diukur menggunakan alat

QUESTemp 34, kebisingan yang diukur menggunakan alat Sound Level

Meter/Center 321-RS 232, dan debu yang diukur menggunakan alat HAZ-

DUST (Particulate Air Monitoring Equipment) model EPAM-5000.

Kegiatan pengamatan kondisi fisik lingkungan kerja dilakukan dengan

bantuan dari Hiperkes Semarang. Untuk mengetahui pengetahuan pengurus

dan pekerja terhadap K3, maka digunakan alat kuisioner. Kuisioner

berisikan hal-hal yang berkaitan dengan K3. Di dalam kuisioner juga dibagi

menjadi dua tipe pertanyaan yaitu self assessment (SA) dan control–based

assessment (CBA). SA merupakan penilaian responden terhadap dirinya

sendiri. CBA merupakan penilaian peneliti terhadap jawaban dari responden

berdasarkan standar yang ada. Jumlah pertanyaan yang ada di kusioner yaitu

38 pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan yang ada di kuisioner lalu

dikelompokkan menjadi 11 topik. Untuk mendapatkan jawaban dari

responden, maka dilakukan wawancara secara langsung terhadap responden.

Pemilihan responden dilakukan dengan teknik purposive sampling dengan

membagi responden menjadi pekerja dan pengurus. Untuk mendapatkan

responden dari pekerja dan pengurus maka digunakan teknik accidental

sampling yang merupakan teknik sampling non–probabilitas yang

menyeleksi contoh dari orang–orang atau poin–poin yang sudah ada dan

cocok (Soegoto 2008). Seorang ahli statistik, Bailey, menyatakan bahwa

untuk penelitian yang akan menggunakan analisis data statistik, ukuran

contoh minimum adalah 30 (Arifin 2008). Dengan ketentuan ukuran contoh

minimum adalah 30 orang, maka responden dalam penelitian ini berjumlah

60 orang yang terdiri dari 30 pengurus dan 30 pekerja TPK. Setelah

didapatkan dari hasil kuisioner, maka dilihat juga kondisi lingkungan kerja

Page 16: PENGETAHUAN PEKERJA DAN PENGURUS TEMPAT … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... kerja yang sangat penting karena mempengaruhi ... Jumlah pertanyaan

4

yang ada di TPK. Pengamatan kondisi lingkungan kerja meliputi tingkat

kebisingan, debu, dan iklim kerja

Pengamatan Penelitian

Pengamatan penelitian dilakukan terhadap kondisi fisik lingkungan

kerja kemudian selisih nilai SA dengan nilai CBA setiap pertanyaan untuk

melihat apakah responden tersebut overestimate, underestimate, atau tidak

overestimate dan underestimate. Pengamatan juga dilakukan terhadap nilai

SA dan nilai CBA yang ada dengan menggunakan uji Wilcoxon untuk

mengetahui apakah terdapat perbedaan yang nyata atau tidak.

Prosedur Analisis Data

Analisis data tentang kondisi fisik lingkungan kerja yaitu dengan

mencari nilai rata-rata dari data yang didapatkan untuk iklim kerja,

kebisingan, dan debu. Analisis data untuk hasil kuisioner dilakukan dengan

analisis deskriptif yang bertujuan mengubah kumpulan data mentah menjadi

mudah dipahami dalam bentuk yang lebih ringkas. Kerangka pikir dalam

penelitian ini dijelaskan pada Gambar 1.

Gambar 1 Kerangka pikir

Pengamatan kondisi

lingkungan kerja

Pengumpulan data dari

kuisioner

Analisis deskriptif dan uji

Wilcoxon

Pengukuran nilai kondisi fisik

lingkungan kerja

Mengetahui tingkat

pengetahuan responden

terhadap K3

Mengetahui kondisi fisik

lingkungan kerja di TPK

Observasi lapang

Menentukan strategi untuk

meningkatkan pengetahuan

responden terhadap K3

Page 17: PENGETAHUAN PEKERJA DAN PENGURUS TEMPAT … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... kerja yang sangat penting karena mempengaruhi ... Jumlah pertanyaan

5

Pengolahan data selanjutnya memasukkan nilai SA dan CBA setiap

responden terhadap 38 pertanyaan yang ada. Dari 38 pertanyaan yang ada

dikelompokkan menjadi 11 topik yaitu terdapat 3 pertanyaan tentang

informasi dasar K3, 3 pertanyaan tentang alasan dan manfaat K3, 2

pertanyaan tentang hak dan kewajiban pengurus dan pekerja TPK, 7

pertanyaan tentang persiapan dasar tenaga kerja, 4 pertanyaan tentang risiko

dalam bekerja, 3 pertanyaan tentang informasi dasar sumber bahaya, 4

pertanyaan tentang informasi alat pelindung diri, 2 pertanyaan tentang

bahaya yang dapat terjadi dalam mengangkut kayu, 3 pertanyaan tentang

informasi dasar nilai ambang batas, 4 pertanyaan tentang informasi dasar

kebisingan, 3 pertanyaan tentang informasi debu. Untuk menilai SA

digunakan skala Likert. Skala Likert yaitu skala pengukuran ordinal yang

menentukan tingkat persetujuan seseorang terhadap suatu pernyataan

dengan memilih salah satu dari pilihan yang tersedia. Skala Likert dapat

mengukur tanggapan positif atau negative terhadap suatu pernyataan.

Pilihan yang tersedia umumnya menggunakan lima angka penilaian yaitu:

(1) sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) netral, (4) setuju, dan (5) sangat

setuju (Likert 1932). Dalam penelitian ini menggunakan interval nilai 1

sampai 5 dengan keterangan: 1 = sangat tidak tahu, 2 = tidak tahu, 3 =

cukup tahu, 4 = tahu, 5 = sangat tahu. Setelah data diperoleh, kemudian

mencari rataan untuk mengetahui nilai setiap responden dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

Xi = nilai masing–masing pertanyaan dalam skala Likert (1–5)

N = jumlah pertanyaan

Untuk melakukan pengelompokan nilai rataan maka ditentukan

terlebih dahulu intervalnya dengan menggunakan rumus:

Setelah mengetahui nilai intervalnya, kemudian dibuat kriteria

penilaian sebagai berikut:

Tabel 1 Kriteria penilaian dalam skala Likert

Interval Nilai Tingkat Pemahaman

>4,20–5,00 Sangat Baik

>3,40–4,20 Baik

>2,60–3,40 Cukup

>1,80–2,60 Buruk

1,00–1,80 Sangat Buruk

Page 18: PENGETAHUAN PEKERJA DAN PENGURUS TEMPAT … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... kerja yang sangat penting karena mempengaruhi ... Jumlah pertanyaan

6

Cara untuk menentukan kriteria penilaian dalam CBA juga

mengikuti dengan cara SA yang sudah dijelaskan di atas. Setelah didapatkan

data hasil SA dan CBA setiap pertanyaan, maka dicari selisih antara CBA

dengan SA setiap pertanyaan dengan menggunakan rumus:

Selisih CBA dan SA = CBA–SA

Keterangan:

1. Jika selisih CBA dan SA bernilai negatif, maka responden tersebut

overestimate

2. Jika selisih CBA dan SA bernilai positif, maka responden tersebut

underestimate

3. Jika selisih CBA dan SA bernilai nol, maka responden tersebut tidak

overestimate dan underestimate

Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang nyata atau tidak,

maka dilakukan uji Wilcoxon. Uji Wilcoxon merupakan pengujian yang

dapat menunjukkan besar perbedaan untuk mengetahui apakah benar–benar

terdapat perbedaan pada data ordinal pasangan yang ada (Harinaldi 2005).

Uji Wilcoxon berfungsi untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang

signifikan antara CBA dengan SA. Uji Wilcoxon dilakukan menggunakan

SPSS versi 20. Langkah–langkah dalam melakukan uji Wilcoxon yaitu

menggunakan langkah–langkah yang sudah baku (Djarwanto 1996).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan Kondisi Fisik Lingkungan Kerja

Banyak TPK tradisional di Jepara menyatu langsung dengan

penggergajian kayu. Hal ini tentunya menimbulkan pertanyaan terhadap

beberapa aspek kondisi fisik lingkungan kerja. Pengamatan kondisi fisik

lingkungan kerja meliputi iklim kerja, kebisingan, dan debu dilakukan

dengan bantuan dari Hiperkes Semarang di dua tempat yang ada kegiatan

penggergajian kayu yaitu TPK Sumber Jati dan TPK Sahabat Sejati.

Berdasarkan Permenaketrans Nomor 13/MEN/X/2011 tentang Nilai

Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di tempat kerja, iklim kerja

adalah hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan gerakan udara

dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja

sebagai akibat pekerjaannya. Nilai ambang batas untuk iklim dengan

kategori kerja sedang dengan peraturan waktu kerja 75–100% yaitu 28 °C.

Alat yang digunakan untuk mengukur iklim kerja yaitu QUESTemp 34.

Page 19: PENGETAHUAN PEKERJA DAN PENGURUS TEMPAT … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... kerja yang sangat penting karena mempengaruhi ... Jumlah pertanyaan

7

Tabel 2 Hasil pengamatan iklim kerja

Nomor Nama TPK Iklim Kerja

Hasil Pengamatan (°C) NAB (°C)

1 Sumber Jati 29,4 28a

2 Sahabat Sejati 28,3 28a

aPERMENAKETRANS (2011), NAB: nilai ambang batas

Tabel 2 menunjukkan bahwa iklim kerja dari hasil pengamatan di 2

TPK melebihi nilai ambang batas. Iklim kerja yang melebihi nilai ambang

batas pada lingkungan kerja dapat menimbulkan berbagai kondisi seperti

gangguan perilaku pekerja, performansi kerja, dehidrasi, berkeringat, dan

hilangnya garam natrium dari tubuh yang dapat menyebabkan kejang otot.

Untuk menghindari gangguan tersebut yaitu dengan menciptakan sirkulasi

udara yang baik sehingga sirkulasi udara berjalan dengan cepat (Cahyadi

dan Kurniawan 2011).

Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang

bersumber dari alat–alat proses produksi dan atau alat–alat kerja yang pada

tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Nilai ambang

batas kebisingan untuk waktu pemaparan 8 jam per hari adalah 85 dBA

(Permenaketrans 2011). Alat yang digunakan untuk mengukur kebisingan

yaitu Sound Level Meter/Center 321–RS 232.

Tabel 3 Hasil pengamatan kebisingan

Nomor Nama TPK

Kebisingan

Hasil Pengamatan (dBA) NAB

(dBA)

1 Sumber Jati 99,3 85a

2 Sahabat Sejati 99,4 85a

aPERMENAKETRANS (2011), NAB: nilai ambang batas

Tabel 3 menunjukkan bahwa kebisingan dari hasil pengamatan di 2

TPK melebihi nilai ambang batas. Kebisingan yang melebihi nilai ambang

batas akan berdampak pada kesehatan para pekerja sehingga berpengaruh

terhadap kinerja pekerja. Tingkat kebisingan yang dialami secara terus

menerus oleh pekerja di area kerja dapat mengganggu kesehatan seperti

ketulian bagi pekerja (Kholik dan Krishna 2012). Gangguan kesehatan

akibat kebisingan dapat dihindari dengan memakai alat pelindung diri saat

bekerja terutama ear plug.

Debu yaitu partikel padat yang mempunyai ukuran lebih besar dari

0,0002 mikron dan lebih kecil dari 500 mikron (Sumardjo 2009).

Pencemaran udara yang ada dalam kegiatan penggergajian kayu yaitu debu

hasil dari penggergajian kayu. Nilai ambang batas debu untuk jenis kayu

keras yaitu 1 mg/m3 (Permenaketrans 2011). Alat yang digunakan untuk

Page 20: PENGETAHUAN PEKERJA DAN PENGURUS TEMPAT … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... kerja yang sangat penting karena mempengaruhi ... Jumlah pertanyaan

8

mengukur debu yaitu HAZ–DUST (Particulate Air Monitoring Equipment)

model EPAM–5000.

Tabel 4 Hasil pengamatan debu

Nomor Nama TPK Debu

Hasil Pengamatan (mg/m3) NAB (mg/m

3)

1 Sumber Jati 4,780 1a

2 Sahabat Sejati 1,572 1a

aPERMENAKETRANS (2011), NAB: nilai ambang batas

Tabel 4 menunjukkan bahwa debu dari hasil pengamatan di 2 TPK

melebihi nilai ambang batas. Debu yang melebihi niai ambang batas dapat

menyebabkan terjadinya penyakit paru-paru (Sholihah et al. 2008).

Pemeriksaan spirometri yang dilakukan Dinas Sosial dan Ketenagakerjaan

Kabupaten Jepara pada 2010 menunjukkan sebanyak 41% dari 237 pekerja

mengalami gangguan fungsi pernafasan (Yovi et al. 2013). Penyakit yang

ditimbulkan akibat banyak menghirup debu dapat dihindari dengan

menggunakan alat pelindung diri terutama masker saat bekerja. Kondisi

fisik lingkungan kerja yang buruk akan meningkatkan risiko gangguan K3.

Karakteristik Pekerja dan Pengurus

Responden pada penelitian ini memiliki karakteristik yang berbeda-

beda dilihat dari jenis kelamin, pendidikan, usia, dan pengalaman kerja.

Tabel 5 Karakteristik responden

Nomor Variabel Kategori Pekerja

(%)

Pengurus

(%)

1 Jenis kelamin Laki-laki 100 73

Perempuan 0 27

2 Tingkat

pendidikan

SD 70 10

SMP 27 23

SMA 3 57

S1 0 10

3 Usia

<15 tahun 0 0

15-64 tahun 90 100

>64 tahun 10 0

4 Pengalaman

kerja

1-5 tahun 30 44

6-10 tahun 40 23

11-19 tahun 20 23

20-29 tahun 10 10

Page 21: PENGETAHUAN PEKERJA DAN PENGURUS TEMPAT … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... kerja yang sangat penting karena mempengaruhi ... Jumlah pertanyaan

9

Tabel 5 menunjukkan bahwa pengurus yang berjenis kelamin laki-

laki sebanyak 73% (22 orang) dan yang berjenis kelamin perempuan

sebanyak 27% (8 orang). Hal ini menggambarkan bahwa kegiatan di bidang

kehutanan dapat dikerjakan juga oleh perempuan. Untuk pekerja semuanya

berjenis kelamin laki–laki.

Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap wawasan seseorang.

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka wawasannya akan

semakin luas. Orang yang memiliki pendidikan lebih tinggi dapat dengan

sengaja maupun tidak sengaja menyebarluaskan pengetahuannya sewaktu

mereka bergaul dalam masyarakat (Tarigan 2006). Dari responden yang ada,

terdapat tingkat pendidikan yang berbeda–beda.

Tabel 5 menunjukkan bahwa pekerja yang berpendidikan SD

sebanyak 70% (21 orang), SMP sebanyak 27% (8 orang), dan SMA

sebanyak 3% (1 orang). Dapat disimpulkan bahwa mayoritas pekerja

berpendidikan SD. Pengurus yang berpendidikan SD sebanyak 10% (3

orang), SMP sebanyak 23% (7 orang), SMA sebanyak 57% (17 orang), dan

S1 sebanyak 10% (3 orang). Mayoritas pengurus berpendidikan SMA.

Semakin tinggi pendidikan seseorang diharapkan semakin tinggi tingkat

pemahaman terhadap K3.

Usia mempengaruhi produktivitas kerja seseorang yang berdampak

terhadap pencarian kerja. Hal ini dibuktikan dalam penelitian Setiawan

(2010) bahwa usia yang semakin tua akan semakin sulit untuk mencari kerja

dan tingkat produktivitas kerja dari golongan usia muda lebih baik

dibanding golongan usia tua. Usia responden yang ada sangat bervariasi.

Tabel 5 menunjukkan bahwa pekerja yang berusia di bawah 15 tahun

tidak ada, yang berusia 15–64 tahun sebanyak 90% (27 orang), dan yang

berusia di atas 64 tahun sebanyak 10% (3 orang). Masih ada pekerja yang

berusia di atas 64 tahun bertentangan dengan ketentuan usia produktif yaitu

usia 15–64 tahun (BPS Jakarta 2012). Pengurus yang berusia di bawah 15

tahun tidak ada, yang berusia 15–64 tahun sebanyak 100% (30 orang), dan

yang berusia di atas 64 tahun tidak ada. Dapat disimpulkan bahwa usia

seluruh pengurus masih termasuk dalam usia produktif.

Produktivitas pekerja tidak hanya dinilai berdasarkan ketelitian dan

kecermatan dalam mencatat segala sesuatu yang terkait, tetapi diperlukan

pula pengalaman kerja dan pemahaman matang tentang perilaku kehidupan

tenaga kerja (Dipohusodo 1996). Pengalaman kerja menjadi acuan bagi

pekerja dan pengurus dalam memahami kegiatan yang ada di TPK.

Tabel 5 menunjukkan bahwa pekerja yang sudah bekerja selama 1–5

tahun sebanyak 30% (9 orang), yang sudah bekerja selama 6–10 tahun

sebanyak 40% (12 orang), yang sudah bekerja selama 11–19 tahun sebanyak

20% (6 orang), dan yang sudah bekerja selama 20–29 tahun sebanyak 10%

(3 orang). Mayoritas pekerja memiliki pengalaman kerja selama 1–10 tahun.

Pengurus yang sudah bekerja selama 1–5 tahun sebanyak 44% (13 orang),

yang sudah bekerja selama 6–10 tahun sebanyak 23% (7 orang), yang sudah

bekerja selama 11–19 tahun sebanyak 23% (7 orang), dan yang sudah

bekerja selama 20–29 tahun sebanyak 10% (3 orang). Mayoritas pengurus

memiliki pengalaman kerja selama 1–10 tahun. Semakin lama pengalaman

bekerja diharapkan semakin tinggi tingkat kesadaran terhadap K3.

Page 22: PENGETAHUAN PEKERJA DAN PENGURUS TEMPAT … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... kerja yang sangat penting karena mempengaruhi ... Jumlah pertanyaan

10

Hasil Penilaian terhadap Pekerja

Untuk mengetahui tingkat pemahaman pekerja, maka dicari nilai rata-

rata SA dan CBA dari seluruh pekerja terhadap seluruh pertanyaan.

Tabel 6 Nilai SA dan CBA untuk pekerja

Pertanyaan Nilai

SAa

Nilai

CBAa

Selisih CBA

dan SA

Kategori penilaian

berdasarkan CBA

1 2,53 2,17 –0,36 Buruk

2 2,67 1,47 –1,20 Sangat Buruk

3 2,53 1,10 –1,43 Sangat Buruk

4 4,00 1,70 –2,30 Sangat Buruk

5 2.,80 1,30 –1,50 Sangat Buruk

6 1,97 1,00 –0,97 Sangat Buruk

7 3,30 1,33 –1,97 Sangat Buruk

8 3,40 1,90 –1,50 Buruk

9 2,80 1,20 –1,60 Sangat Buruk

10 3,23 2,40 –0,83 Buruk

11 4,27 2,67 –1,60 Cukup

12 3,43 2,23 –1,20 Buruk

13 2,90 1,60 –1,30 Sangat Buruk

14 2,23 2,20 –0,03 Buruk

15 3,63 2,67 –0,96 Cukup

16 3,63 3,37 –0,26 Cukup

17 3,43 1,87 –1,56 Buruk

18 3,60 1,20 –2,40 Sangat Buruk

19 3,70 1,00 –2,70 Sangat Buruk

20 3,13 2,23 –0,90 Buruk

21 3,27 1,40 –1,87 Sangat Buruk

22 3,20 3,13 –0,07 Cukup

23 3,37 2,13 –1,24 Buruk

24 3,57 2,10 –1,47 Buruk

25 2,80 1,67 –1,13 Sangat Buruk

26 3,70 1,13 –2,57 Sangat Buruk

27 3,77 2,87 –0,90 Cukup

28 3,10 1,83 –1,27 Buruk

29 1,83 1,00 –0,83 Sangat Buruk

30 3,70 2,40 –1,30 Buruk

31 2,97 2,13 –0,84 Buruk

32 1,53 1,00 –0,53 Sangat Buruk

33 2,47 2,13 –0,34 Buruk

34 3,17 2,13 –1,04 Buruk

35 3,53 2,33 –1,20 Buruk

36 1,47 1,00 –0,47 Sangat Buruk

37 3,40 3,37 –0,03 Baik

38 3,73 3,00 –0,73 Cukup anilai rata–rata dari 30 responden, SA: self assessment, CBA: control–based assessment

Page 23: PENGETAHUAN PEKERJA DAN PENGURUS TEMPAT … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... kerja yang sangat penting karena mempengaruhi ... Jumlah pertanyaan

11

Tabel 6 menunjukkan bahwa terdapat 16 pertanyaan (42,11%) yang

termasuk kategori penilaian sangat buruk, 15 pertanyaan (39,47%) yang

termasuk kategori penilaian buruk, 7 pertanyaan (18,42%) yang termasuk

kategori penilaian cukup. Mayoritas pekerja memiliki kategori yang sangat

buruk dan buruk terhadap pertanyaan yang ada. Rendahnya persepsi pekerja

di bidang kehutanan terhadap K3 juga dibuktikan oleh penelitian Salman

(2009) bahwa dari seluruh responden yang bekerja di bidang penebangan

terdapat 13 responden (68,4%) menyatakan tidak tahu tentang pemahaman

dan penerapan K3.

Seluruh 38 pertanyaan yang ada di kuisioner ternyata memiliki nilai

selisih CBA dan SA yang negatif yang berarti penilaian yang dilakukan

pekerja bersifat overestimate terhadap penilaian objektif yang dilakukan

sesuai standar (Tabel 6). Penilaian yang dilakukan responden di bidang

kehutanan bersifat overestimate juga dibuktikan oleh penelitian Yovi (2009)

dan Syakir (2011) bahwa responden yang merupakan pekerja di bidang

penebangan memiliki nilai selisih CBA dan SA yang negatif yang berarti

penilaian yang dilakukan pekerja bersifat overestimate terhadap penilaian

objektif yang dilakukan sesuai standar. Pekerja mengatakan mempunyai

pengetahuan yang baik terhadap aspek K3 tetapi sebenarnya tidak.

Signifikansi antara nilai CBA dan SA ditelusuri melalui uji Wilcoxon.

Tabel 7 Hasil uji Wilcoxon untuk pekerja

Nilai CBA – SA

Z –5,316

Asymp. Sig. (2–tailed) 0,0000001

α 0,01

Angka probabilitas dari CBA dan SA kurang dari 0,01 berarti bahwa

pemahaman tentang K3 antara pengetahuan pekerja dengan penilaian

menggunakan standar adalah berbeda nyata, artinya pengetahuan pekerja

terhadap K3 belum sesuai dengan pengetahuan yang dituntut berdasarkan

standar (Tabel 7). Banyak kejadian yang terjadi di lapangan menandakan

bahwa memang pengetahuan para pekerja terhadap K3 masih kurang.

Dalam kegiatan di lapangan seperti ditunjukkan pada Gambar 2,

pekerja akan memanggul kayu sampai batas kemampuannya padahal ada

batas maksimum untuk seseorang dalam mengangkut beban yaitu 23 kg

(NIOSH 1994) (Gambar 2). Pekerja merasa kuat untuk memanggul kayu

berdiameter 22 cm dan panjang 1,9 m yang setara dengan 50 kg dan

menganggap batas 23 kg terlalu ringan dan tidak efektif dalam kegiatan

memanggul kayu. Bahaya yang terjadi akibat mengangkat beban melebihi

batas maksimum yaitu dapat menyebabkan keluhan muskuloskeletal yaitu

keluhan pada bagian–bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang

mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit (Astuti 2007).

Page 24: PENGETAHUAN PEKERJA DAN PENGURUS TEMPAT … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... kerja yang sangat penting karena mempengaruhi ... Jumlah pertanyaan

12

Pekerjaan dengan beban yang berat mengakibatkan pengerahan tenaga yang

berlebihan dan postur tubuh yang salah seperti membungkuk menyebabkan

risiko terjadinya keluhan muskuloskeletal dan kelelahan dini. Postur

punggung terlalu membungkuk dan leher terlalu menunduk menyebabkan

nyeri otot pada leher, bahu, punggung, dan pinggang. Semakin jauh posisi

bagian tubuh dari pusat gravitasi maka semakin tinggi pula risiko keluhan

otot skeletal. Kegiatan yang monoton atau berulang–ulang dapat

menyebabkan keluhan muskuloskeletal karena otot menerima tekanan

akibat beban kerja secara terus menerus tanpa memperoleh kesempatan

relaksasi (Abdillah 2013). Hasil penelitian Prajawati (2012) tentang Rapid

Entire Body Assessment (REBA) juga menunjukkan adanya keselarasan

antara postur tubuh dengan keluhan dari pekerja.

Gambar 2 Pekerja memanggul kayu yang berat

Pekerja tidak memakai alat pelindung diri saat mengangkut kayu

karena merasa tidak nyaman jika memakai alat pelindung diri, sedangkan

pekerja tidak tahu bahaya yang dapat terjadi jika tidak memakai alat

pelindung diri. Pekerja sangat rawan akan kecelakaan kerja karena belum

mengerti pentingnya kegunaan alat pelindung diri saat bekerja. Selain itu,

belum seimbangnya antara jumlah alat pelindung diri dengan jumlah pekerja

yang ada juga merupakan salah saru faktor yang dapat menyebabkan

kecelakaan kerja (Fahrizi 2012). Jika terjadi kecelakaan kerja, maka yang

rugi adalah pekerja tersebut dan pengurus juga mengalami kerugian materi

karena kekurangan tenaga kerja. Pengurus bertanggung jawab atas

kecelakaan kerja yang dialami oleh pekerja dengan menanggung biaya

pengobatan. Seharusnya pekerja yang tidak memakai alat pelindung diri

akan diberikan sanksi tetapi untuk di TPK tidak ada sanksi yang diberikan.

Page 25: PENGETAHUAN PEKERJA DAN PENGURUS TEMPAT … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... kerja yang sangat penting karena mempengaruhi ... Jumlah pertanyaan

13

Hasil Penilaian terhadap Pengurus

Untuk mengetahui tingkat pemahaman pengurus, maka dicari nilai

rata-rata SA dan CBA dari seluruh pengurus terhadap seluruh pertanyaan.

Tabel 8 Nilai SA dan CBA untuk pengurus

Pertanyaan Nilai

SAa

Nilai

CBAa

Selisih CBA

dan SA

Kategori penilaian

berdasarkan CBA

1 2,87 2,73 –0,14 Cukup

2 3,23 1,90 –1,33 Buruk

3 3,17 1,30 –1,87 Sangat buruk

4 4,00 1,87 –2,13 Buruk

5 3,33 1,87 –1,46 Buruk

6 1,90 1,03 –0,87 Sangat buruk

7 3,83 1,90 –1,93 Buruk

8 3,53 1,70 –1,83 Sangat buruk

9 3,03 1,67 –1,36 Sangat buruk

10 3,27 2,90 –0,37 Cukup

11 3,47 2,20 –1,27 Buruk

12 3,17 2,73 –0,44 Cukup

13 2,77 1,87 –0,90 Buruk

14 2,60 2,57 –0,03 Buruk

15 3,77 2,77 –1,00 Cukup

16 3,80 3,47 –0,33 Baik

17 3,17 2,67 –0,50 Cukup

18 3,40 1,07 –2,33 Sangat buruk

19 3,47 1,13 –2,34 Sangat buruk

20 3,67 3,00 –0,67 Cukup

21 3,80 1,33 –2,47 Sangat buruk

22 3,00 2,73 –0,27 Cukup

23 3,40 1,93 –1,47 Buruk

24 4,17 2,73 –1,44 Cukup

25 2,73 2,17 –0,56 Buruk

26 3,00 1,20 –1,80 Sangat buruk

27 4,03 2,80 –1,23 Cukup

28 3,37 2,63 –0,74 Cukup

29 1,80 1,10 –0,70 Sangat buruk

30 3,57 2,00 –1,57 Buruk

31 3,53 1,93 –1,60 Buruk

32 1,83 1,07 –0,76 Sangat buruk

33 2,13 1,87 –0,26 Buruk

34 3,63 1,87 –1,76 Buruk

35 3,73 2,50 –1,23 Buruk

36 1,70 1,10 –0,60 Sangat buruk

37 3,70 2,50 –1,20 Buruk

38 3,87 3,00 –0,87 Cukup anilai rata–rata dari 30 responden, SA: self assessment, CBA: control–based assessment

Page 26: PENGETAHUAN PEKERJA DAN PENGURUS TEMPAT … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... kerja yang sangat penting karena mempengaruhi ... Jumlah pertanyaan

14

Tabel 8 menunjukkan bahwa terdapat 11 pertanyaan (28,95%) yang

termasuk kategori penilaian sangat buruk, 15 pertanyaan (39,47%) yang

termasuk kategori penilaian buruk, 11 pertanyaan (28,95%) yang termasuk

kategori penilaian cukup, dan 1 pertanyaan (2,63%) yang termasuk kategori

penilaian baik. Mayoritas pengurus memiliki kategori penilaian buruk

terhadap pertanyaan yang ada.

Tabel 8 menunjukkan bahwa seluruh 30 pengurus yang telah

diwawancara ternyata memiliki nilai selisih CBA dan SA yang negatif yang

berarti pekerja tersebut overestimate. Pengurus mengatakan mempunyai

pengetahuan yang baik terhadap aspek K3 tetapi sebenarnya tidak.

Signifikansi antara nilai CBA dan SA ditelusuri melalui uji Wilcoxon.

Tabel 9 Hasil uji Wilcoxon untuk pengurus

Nilai CBA – SA

Z –5,373

Asymp. Sig. (2–tailed) 0,00000007

α 0,01

Tabel 9 menunjukkan bahwa angka probabilitas dari CBA dan SA

kurang dari 0,01 yang berarti pemahaman tentang K3 antara pengetahuan

pengurus dengan penilaian menggunakan standar berbeda nyata yaitu

pengetahuan pengurus terhadap K3 belum sesuai dengan pengetahuan yang

dituntut berdasarkan standar. Dari hasil wawancara dengan pengurus TPK

memang menandakan bahwa pengetahuan para pengurus terhadap K3 masih

kurang. Pengurus tidak memberikan peraturan bahwa setiap pekerja harus

menggunakan alat pelindung diri saat bekerja. Pekerja akan rentan terhadap

kecelakaan kerja jika tidak memakai alat pelindung diri apalagi saat cuaca

buruk. Menurut ILO (2002) pekerja harus disediakan pakaian kerja yang

baik untuk melindungi tubuh dan kepala dalam menghadapi cuaca buruk.

Pengurus menyerahkan kembali kepada pekerjanya apakah ingin

menggunakan alat pelindung diri atau tidak. Pengurus hanya memberitahu

kepada para pekerja agar hati–hati. Jika terjadi kecelakaan kerja, pengurus

akan mengalami kerugian materi yaitu harus menanggung biaya pengobatan

pekerja dan kehilangan pekerja selama beberapa hari karena belum bisa

bekerja.

Topik K3 yang Perlu Mendapatkan Perhatian

Untuk mengetahui topik apa saja yang perlu mendapatkan perhatian

maka dilakukan penilaian untuk setiap topik yang ada dalam kuisioner.

Topik yang termasuk dalam kategori penilaian sangat buruk berarti topik

tersebut perlu mendapatkan perhatian. Penilaian setiap topik dibedakan

Page 27: PENGETAHUAN PEKERJA DAN PENGURUS TEMPAT … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... kerja yang sangat penting karena mempengaruhi ... Jumlah pertanyaan

15

menjadi dua yaitu penilaian setiap topik untuk pekerja dan penilaian setiap

topik untuk pengurus. Topik informasi dasar K3 terdapat pada pertanyaan 1,

2, dan 3. Topik alasan dan manfaat K3 terdapat pada pertanyaan 4, 5, dan 6.

Topik hak dan kewajiban pengurus dan pekerja TPK terdapat pada

pertanyaan 7 dan 8. Topik persiapan dasar tenaga kerja terdapat pada

pertanyaan 9, 10, 11, 13, 24, 25, dan 28. Topik risiko dalam bekerja terdapat

pada pertanyaan 12, 14, 15, dan 16. Topik informasi dasar sumber bahaya

terdapat pada pertanyaan 17, 18, dan 19. Topik informasi alat pelindung diri

terdapat pada pertanyaan 20, 21, 22, dan 23. Topik bahaya yang dapat

terjadi dalam mengangkut kayu terdapat pada pertanyaan 26 dan 27. Topik

informasi dasar nilai ambang batas terdapat pada pertanyaan 29, 32, dan 36.

Topik informasi dasar kebisingan terdapat pada pertanyaan 30, 31, 33, dan

34. Topik informasi dasar debu terdapat pada pertanyaan 35, 37, dan 38.

Tabel 10 Hasil penilaian topik untuk pekerja

Nomor Topik Nilai Kategori

penilaian

1 Informasi dasar K3 1,58 Sangat buruk

2 Alasan dan manfaat K3 1,33 Sangat buruk

3 Hak dan kewajiban pengurus dan pekerja

TPK 1,62 Sangat buruk

4 Persiapan dasar tenaga kerja 1,92 Buruk

5 Risiko dalam bekerja 2,62 Cukup

6 Informasi dasar sumber bahaya 1,36 Sangat buruk

7 Informasi dasar alat pelindung diri 2,31 Buruk

8 Bahaya yang dapat terjadi dalam

mengangkut kayu 2,00 Buruk

9 Informasi dasar nilai ambang batas 1,00 Sangat buruk

10 Informasi dasar kebisingan 2,20 Buruk

11 Informasi dasar debu 3,11 Cukup

Rataan 1,91 Buruk

Tabel 10 menunjukkan bahwa terdapat 2 topik yang termasuk

kategori penilaian cukup, 4 topik yang termasuk kategori penilaian buruk,

dan 5 topik yang memiliki nilai sangat buruk yaitu informasi dasar K3,

alasan dan manfaat K3, hak dan kewajiban pekerja dan pengurus TPK

dalam konteks K3, informasi dasar sumber bahaya, dan informasi dasar nilai

ambang batas. Informasi dasar K3 terdiri dari aspek pengertian K3, syarat–

syarat keselamatan kerja, dan penyuluhan K3. Alasan dan manfaat K3

terdiri dari aspek alasan pentingnya perlindungan K3, manfaat dari

pelaksanaan perlindungan K3, dan dasar–dasar hukum yang terkait dengan

K3. Hak dan kewajiban pengurus dan pekerja TPK terdiri dari aspek hak

Page 28: PENGETAHUAN PEKERJA DAN PENGURUS TEMPAT … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... kerja yang sangat penting karena mempengaruhi ... Jumlah pertanyaan

16

dalam konteks K3 dan kewajiban dalam konteks K3. Informasi dasar

sumber bahaya terdiri dari aspek pengertian sumber bahaya, sumber bahaya

yang ada di tempat kerja, dan cara mengontrol sumber bahaya yang ada di

tempat kerja. Informasi dasar nilai ambang batas terdiri dari aspek

pengertian nilai ambang batas, nilai ambang batas kebisingan di tempat

kerja, dan nilai ambang batas debu di tempat kerja. Pekerja sangat tidak

mengerti tentang 9 topik yang ada dalam kuisioner.

Tabel 11 Hasil penilaian topik untuk pengurus

Nomor Topik Nilai Kategori

penilaian

1 Informasi dasar K3 1,98 Buruk

2 Alasan dan manfaat K3 1,59 Sangat buruk

3 Hak dan kewajiban pengurus dan pekerja

TPK 1,8 Sangat buruk

4 Persiapan dasar tenaga kerja 2,31 Buruk

5 Risiko dalam bekerja 2,89 Cukup

6 Informasi dasar sumber bahaya 1,62 Sangat buruk

7 Informasi dasar alat pelindung diri 2,25 Buruk

8 Bahaya yang dapat terjadi dalam

mengangkut kayu 2,00 Buruk

9 Informasi dasar nilai ambang batas 1,09 Sangat buruk

10 Informasi dasar kebisingan 1,92 Buruk

11 Informasi dasar debu 2,67 Cukup

Rataan 2,01 Buruk

Tabel 11 menunjukkan bahwa terdapat 2 topik yang termasuk

kategori penilaian cukup, 5 topik yang termasuk kategori penilaian buruk,

dan 4 topik yang memiliki nilai sangat buruk yaitu alasan dan manfaat K3,

hak dan kewajiban pekerja dan pengurus TPK dalam konteks K3, informasi

dasar sumber bahaya, dan informasi dasar nilai ambang batas. Pengurus

sangat tidak mengerti tentang 9 topik yang ada dalam kuisioner. Tabel 10

dan Tabel 11 menunjukkan bahwa nilai rataan pengurus dan pekerja

termasuk dalam kategori penilaian buruk tetapi nilai rataan pengurus lebih

besar dari pekerja yang berarti pengurus memiliki pengetahuan yang lebih

baik dari pekerja. Signifikansi antara perbedaan nilai tersebut ditelusuri

melalui uji Wilcoxon.

Page 29: PENGETAHUAN PEKERJA DAN PENGURUS TEMPAT … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... kerja yang sangat penting karena mempengaruhi ... Jumlah pertanyaan

17

Tabel 12 Hasil uji Wilcoxon antara pengurus dan pekerja

Nilai Pengurus – Pekerja

Z –9,69

Asymp. Sig. (2–tailed) 0,33

α 0,01

Angka probabilitas dari pengurus dan pekerja lebih dari 0,01 yang

berarti pengetahuan antara pengurus dan pekerja tidak berbeda nyata (Tabel

12). Pengetahuan pekerja dan pengurus terhadap K3 berada dalam tingkatan

yang sama yang berarti strategi peningkatan pengetahuan K3 untuk pekerja

dapat digunakan juga untuk pengurus.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan kondisi lingkungan kerja

yang ada di TPK buruk dilihat dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa

nilai iklim kerja, kebisingan, dan debu masih lebih besar dari nilai ambang

batas yang diperbolehkan. Pengetahuan pekerja dan pengurus terhadap K3

masih sangat belum memadai dilihat dari hasil analisis deskriptif yaitu

mayoritas pengetahuan responden terhadap pertanyaan yang ada termasuk

dalam kategori penilaian sangat buruk dan buruk.

Saran

Penelitian ini pada dasarnya dapat mewakili kondisi dan permasalahan

yang sangat mungkin ditemui di TPK lainnya mengingat karakter TPK

tradisional hampir serupa. Perlu dipilih strategi yang tepat untuk

meningkatkan pengetahuan responden terhadap K3 dengan mengadopsi dari

hasil penelitian ini.

Page 30: PENGETAHUAN PEKERJA DAN PENGURUS TEMPAT … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... kerja yang sangat penting karena mempengaruhi ... Jumlah pertanyaan

18

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah F. 2013. Analisis postur kerja dengan metode Rapid Upper Limb

Assessment (RULA) pada pekerja kuli angkut buah di “Agen Ridho

Ilahhi” pasar Johar kota Semarang. J. Kesehatan Masyarakat 2(1): 1–10.

Arifin J. 2008. Statistik Bisnis Terapan dengan Microsoft Excel 2007: 81

Fungsi Statistik Terapan, 60 Studi Kasus Statistik Bisnis. Jakarta (ID):

PT Elex Media Komputindo.

Astuti RD. 2007. Analisa pengaruh aktivitas kerja dan beban angkat

terhadap kelelahan muskoloskeletal. J. Gema Teknik 2(10): 27–32.

[BPS Jakarta] Badan Pusat Statistik. 2012. Perkembangan Beberapa

Indikator Utama Sosial–Ekonomi Indonesia. Jakarta (ID): Badan Pusat

Statistik.

Cahyadi D, Kurniawan A. 2011. Pengukuran lingkungan fisik kerja dan

workstation di kantor pos pusat Samarinda . J. Eksis. 7(2): 1267-2000.

Dipohusodo I. 1996. Manajemen Proyek dan Konstruksi. Yogyakarta (ID):

Kanisius.

Djarwanto. 1996. Mengenal Beberapa Uji Statistik dalam Penelitian.

Yogyakarta (ID): Liberty.

Fahrizi. 2012. Pengaruh keselamatan kerja terhadap kinerja karyawan pada

CV Sriwijaya Utama Bandar Lampung. J. Organisasi dan Manajemen

2(2): 69–75.

Harinaldi. 2005. Prinsip–Prinsip Statistik untuk Teknik dan Sains. Jakarta

(ID): Erlangga.

Heni Y. 2011. Improving Our Safety Culture: Cara Cerdas Membangun

Budaya Keselamatan yang Kokoh. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka

Utama.

Husni L. 2003. Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Jakarta (ID): PT Raja

Grafindo Persada.

[ILO] International Labour Oraganization. 2002. Kode Praktis ILO

Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Kehutanan. Yanri Z, Yususf M,

Ernawati AW, penerjemah; Elias, editor. Jakarta (ID): ILO Country

Office for Indonesia. Terjemahan dari: Safety and Health in Forestry

Work.

Likert R. 1932. A Technique for the Measurement of Attitudes. New York

(US): Archives of Psychology.

Kholik HM, Krishna DA. 2012. Analisis tingkat kebisingan peralatan

produksi terhadap kinerja karyawan. J. Teknik Industri 13(2): 194–200.

Maurits LS, Widodo ID. 2008. Faktor dan penjadwalan shift kerja. J.

Teknoin. 13(2): 11–22.

[NIOSH] National Institute for Occupational Safety and Health. 1994.

Applications Manual For The Revised NIOSH Lifting Equation.

Springfield (US): US Department of Commerce Technology

Administration NTIS.

[PERMENAKETRANS RI] Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Republik Indonesia. 2011. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 13/MEN/X/2011 tentang Nilai

Page 31: PENGETAHUAN PEKERJA DAN PENGURUS TEMPAT … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... kerja yang sangat penting karena mempengaruhi ... Jumlah pertanyaan

19

Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja. Jakarta

(ID): RI.

Prajawati W. 2012. Rapid Entire Body Assessment (REBA) dan keluhan

Musculoskeletal Disorders (MSDs) dalam kegiatan pemanenan hutan

[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Salman AA. 2009. Peningkatan perlindungan keselamatan dan kesehatan

kerja (K3) pada pekerjaan kehutanan (studi kasus: IUPHHK-HA PT.

Sarmiento Prakantja Timber, Kalimantan Tengah) [skripsi]. Bogor (ID):

Institut Pertanian Bogor.

Setiawan SA. 2010. Pengaruh umur, pendidikan, pendapatan, pengalaman

kerja, dan jenis kelamin terhadap lama mencari kerja bagi tenaga kerja

terdidik di kota Malang [skripsi]. Semarang (ID): Universitas

Diponegoro Semarang.

Sholihah Q, Khairiyati L, Setyaningrum R. 2008. Pajanan debu batubara dan

gangguan pernafasan pada pekerja lapangan tambang batubara. J.

Kesehatan Lingkungan 4(2): 1–8.

Silaen AP. 2008. Pelestarian fungsi hutan dan lingkungan hidup dalam

perspektif hukum lingkungan. J. Visi 16(3): 575–594.

Sirait JT. 2006. Memahami Aspek–Aspek Pengelolaan Sumber Daya

Manusia dalam Organisasi. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama.

Soegoto ES. 2008. Marketing Research: The Smart Way to Solve a Problem.

Jakarta (ID): PT Elex Media Komputindo.

Sumardjo D. 2009. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa

Kedokteran dan Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Jakarta (ID):

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Syakir MA. 2011. Analisis kompetensi penerapan keselamatan dan

kesehatan kerja (K3) bagi pekerja kehutanan bidang pemanenan kayu di

KPH Bogor Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten [skripsi].

Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Tarigan R. 2006. Pengaruh tingkat pendidikan terhadap tingkat pendapatan

perbandingan antara empat hasil penelitian. J. Wawasan 11(3): 21–27.

Yovi EY. 2007. %VdotO2max as physical load indicator unit in forestwork

operation. J. Man. Hut. Trop. 13(3): 140–145.

Yovi EY. 2009. Penilaian perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja

pada kerja kehutanan melalui pendekatan kompetensi. J. Ilmu Faal

Indonesia 8(2): 94–100.

Yovi EY, Nurrochmat DR, Saleh MB. 2013. Arah Kebijakan Perlindungan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bagi Pelaku IKRT Mebel dan TPK

Skala Kecil di Kabupaten Jepara. Bogor (ID): IPB Press.

Page 32: PENGETAHUAN PEKERJA DAN PENGURUS TEMPAT … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... kerja yang sangat penting karena mempengaruhi ... Jumlah pertanyaan

20

Lampiran 1 Kuisioner

Nomor Pertanyaan Jawaban

1 Jelaskan yang dimaksud dengan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja!

2 Jelaskan syarat–syarat keselamatan kerja!

3 Jelaskan tentang penyuluhan K3!

4 Jelaskan alasan pentingnya perlindungan

K3!

5 Jelaskan manfaat dari pelaksanaan

perlindungan K3!

6 Sebutkan dasar–dasar hukum yang terkait

dengan K3!

7 Jelaskan kewajiban anda dalam konteks

K3!

8 Jelaskan hak anda dalam konteks K3!

9 Jelaskan apa yang dimaksud dengan

pelatihan kerja!

10 Jelaskan yang dimaksud dengan perjanjian

kerja!

11 Jelaskan cara yang benar dalam

mengangkat kayu!

12 Jelaskan yang dimaksud dengan penyakit

akibat kerja!

13 Jelaskan yang dimaksud dengan

pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja!

14 Jelaskan yang dimaksud dengan

kecelakaan kerja!

15 Jelaskan penyebab terjadinya kecelakaan

kerja!

16 Sebutkan kerugian akibat kecelakaan kerja!

17 Jelaskan yang dimaksud dengan sumber

bahaya!

18 Sebutkan sumber bahaya yang ada di TPK!

19 Jelaskan cara untuk mengontrol sumber

bahaya yang ada di TPK!

20 Jelaskan yang dimaksud dengan alat

pelindung diri!

21 Jelaskan fungsi dari alat pelindungi diri!

Page 33: PENGETAHUAN PEKERJA DAN PENGURUS TEMPAT … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... kerja yang sangat penting karena mempengaruhi ... Jumlah pertanyaan

21

22 Sebutkan bahaya yang terjadi apabila tidak

memakai alat pelindung diri!

23 Sebutkan alat pelindung diri apa saja yang

perlu digunakan!

24 Jelaskan yang dimaksud dengan tempat

kerja!

25 Jelaskan yang dimaksud dengan tenaga

kerja!

26

Sebutkan batas maksimum beban kerja

yang diperbolehkan dalam mengangkat

kayu!

27

Sebutkan bahaya yeng terjadi apabila

mengangkat kayu melebihi batas

maksimum!

28 Jelaskan yang dimaksud dengan Jaminan

Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK)!

29 Jelaskan yang dimaksud dengan nilai

ambang batas!

30 Jelaskan yang dimaksud dengan

kebisingan!

31 Sebutkan sumber kebisingan yang ada di

TPK!

32 Sebutkan nilai ambang batas kebisingan di

TPK!

33 Sebutkan gangguan kesehatan yang

ditimbulkan dari kebisingan!

34 Sebutkan upaya yang dilakukan untuk

mengendalikan faktor kebisingan!

35 Jelaskan yang dimaksud dengan debu!

36 Sebutkan nilai ambang batas debu di TPK!

37

Sebutkan gangguan kesehatan yang akan

terjadi apabila debu masuk kedalam mulut

atau hidung anda!

38 Sebutkan upaya untuk mencegah debu

masuk ke dalam hidung atau mulut anda!

Page 34: PENGETAHUAN PEKERJA DAN PENGURUS TEMPAT … · dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... kerja yang sangat penting karena mempengaruhi ... Jumlah pertanyaan

22

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 9 Juni 1991 dari ayah Effendi

Lukman dan ibu Jenny Wongsaputra. Penulis adalah putra pertama. Tahun

2009 penulis lulus dari SMA Regina Pacis Bogor dan pada tahun yang sama

penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur

Ujian Talenta Mandiri IPB dan diterima di Departemen Manajemen Hutan,

Fakultas Kehutanan.

Selama menjalani masa perkuliahan di IPB, penulis terdaftar sebagai

anggota organisasi kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Manajemen

Hutan yaitu Forest Management Student Club (FMSC). Penulis melakukan

Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Sancang Barat-Kamojang

dan Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat

Sukabumi. Penulis melakukan Praktek Kerja Lapang (PKL) di Perum

Perhutani KPH Banyumas Timur, Jawa Tengah. Penulis melaksanakan

penelitian di Jepara, Jawa Tengah dengan judul Pengetahuan Pekerja dan

Pengurus Tempat Penimbunan Kayu Tradisional terhadap Keselamatan dan

Kesehatan Kerja dengan dibimbing oleh Dr. Efi Yuliati Yovi, S. Hut, M.

Life. Env. Sc.