pengetahuan guru pendidikan anak usia dini dalam ...digilib.unila.ac.id/54772/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
PENGETAHUAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DALAMMENERAPKAN METODE BERCERITA PADA PEMBELAJARAN PAUD
(Skripsi)
Oleh
HENDRO MUTTAQIN SETIAWAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
ABSTRAK
PENGETAHUAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DALAMMENERAPKAN METODE BERCERITA PADA PEMBELAJARAN PAUD
OLEH:
HENDRO MUTTAQIN SETIAWAN
Masalah dalam penelitian ini adalah sebagian besar guru pendidikan anak usia
dini belum menerapkan metode bercerita. Tujuan penelitian ini untuk
mendeskripsikan pengetahuan guru pendidikan anak usia dini dalam menerapkan
metode bercerita. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan
metode kuantitatif. Populasi penelitian ini berjumlah 100 guru dari 17 Taman
Kanak-kanak yang berada di Kecamatan Tanjung Senang, dengan sampel
penelitian 80 guru yang dilakukan dengan teknik proporsional. Teknik
pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik tes dan dokumentasi.
Hasil penelitian yang di dapat ialah 6 guru atau 7,81% berada dalam kategori tahu,
55 guru atau 69,12% berada dalam kategori kurang tahu dan 19 guru atau 24,06%
berada dalam kategori tidak tahu. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan
guru pendidikan anak usia dini tentang metode bercerita sebagian besar berada
dalam kategori kurang tahu.
Kata Kunci : guru pendidikan anak usia dini, metode bercerita, pengetahuan guru.
ABSTRACT
KNOWLEDGE OF EARLY AGE CHILDREN EDUCATION TEACHERS INAPPLYING THE STORY METHOD IN EARLY CHILDREN EDUCATION
BY:
HENDRO MUTTAQIN SETIAWAN
The problem in this study is that most early childhood education teachers havenot applied the storytelling method. The purpose of this study is to describe theknowledge of early childhood education teachers in applying the storytellingmethod. This type of research is a descriptive study with quantitative methods.The population of this study amounted to 100 teachers from 17 kindergartens inTanjung Senang District, with a sample of 80 teachers conducted by proportionaltechniques. Data collection techniques in this study used test and documentationtechniques. The research results obtained were 6 teachers or 7.81% in the knowcategory, 55 teachers or 69.12% were in the category of not knowing and 19teachers or 24.06% in the category of not knowing. This shows that the knowledgeof early childhood education teachers about the method of telling stories is mostlyin the category of not knowing.
Keyword : teacher of early childhood education, method of storytelling, teacher'sknowledge.
PENGETAHUAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DALAMMENERAPKAN METODE BERCERITA PADA PEMBELAJARAN PAUD
Oleh:
HENDRO MUTTAQIN SETIAWAN
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Anak Usia DiniJurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
RIWAYAT HIDUP
Hendro Muttaqin Setiawan dilahirkan di Bandar Lampung pada
10 Agustus tahun 1996. Anak kelima dari pasangan Bapak Drs.
H.M. Nizom, M.M dan Ibu Dra. Hj. Nurpiah, M.M. Penulis
memiliki 3 kakak laki-laki dan 1 kakak perempuan serta 1 adik
perempuan.
Pendidikan penulis dimulai dari taman kanan-kanak di TK
Amarta-tani HKTI bertempat di Kecamatan Kedaton Bandar Lampung yang
diselesaikan pada tahun 2002 dan melanjutkan ke jenjang pendidikan di SD N 03
Labuhan Dalam yang diselesaikan pada tahun 2008. Kemudian penulis
melanjutkan pendidikan di MTs Negeri 1 Bandar Lampung dan tuntas pada tahun
2011, penulis melanjutkan di SMA Yadika Bandar Lampung dan diselesaikan
pada tahun 2014. Penulis melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi pada tahun
2014 di Universitas Lampung dan terdaftar di program studi Pendidikan Anak
Usia Dini atau yang lebih dikenal dengan PG-PAUD, Jurusan Ilmu Pendidikan,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) melalui jalur SBMPTN.
MOTTO HIDUP
“Barang siapa keluar untuk mencari ilmu maka dia berada di jalan Allah”
(HR. Turmudzi)
“Allah mencintai pekerjaan yang apabila bekerja ia menyelesaikannya dengan
baik”
(HR. Thabrani)
“Siapapun bisa menjadi apapun”
(Hendro Muttaqin Setiawan)
“Gantungkan cita-citamu setinggi langit karena jika jatuh kita masih berada
diantara bintang”
(Ir. Soekarno)
KATA PERSEMBAHAN
Bismillahirohmanirohim......
Ku persembahkan karya ini sebagai rasa syukur kepada Allah SWT beserta Nabi
junjungan kami Muhammad SAW dan ucapan terima kasih serta rasa banggaku
kepada:
1. Orangtua tercinta
Karya ini ku persembahkan untuk ibundaku Dra. Nurpiah M.,M. tercinta
yang selama ini selalu menjadi sosok penguat dalam kesulitan,
memberikan kasih sayang, do’a, semangat, motivasi dan dukungan materil
yang tidak pernah putus. Bapakku Drs. M. Nizom, M.M tercinta yang
telah memberikan banyak motivasi agar tidak mudah menyerah, dan selalu
memberikan kasih sayang, do’a dan dukugan moral serta materil.
2. Almamater tercinta Universitas Lampung
Serta
Seluruh Taman Kanak-kanak yang berada di Kecamatan Tanjung Senang Bandar
Lampung yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan
penelitian.
SANWACANA
Puji syukur penulis ucapkan kepada allah SWT berkat rahmat dan hidayah
yang telah diberikan penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengetahuan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Metode Bercerita”.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan, motivasi, bimbingan dan saran dari berbagai pihak. Oleh sebab
itu, penulis mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd. Selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
2. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si. Selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidkan sekaligus dosen pembimbing
akademik dan pembimbing I yang telah membimbing dan juga
motivasi serta memberikan saran kepada penulis dalam penyusunan
skripsi.
3. Ibu Ari Sofia, S.Psi., M.A.Psi. Ketua Program Studi PG PAUD
sekaligus pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, nasihat,
kritik dan saran untuk memotivasi penulis selama penyusunan skripsi
4. Ibu Dr. Lilik Sabdaningtyas, M.Pd. Sebagai Dosen Pembahas yang
telah memberikan kritik dan saran yang membangun dalam
penyusunan skripsi.
5. Seluruh dosen dan staf PG-PAUD FKIP Universitas Lampung yang
telah memberikan ilmu pengetahuannya kepada penulis selama kuliah.
6. Seluruh kepala sekolah dan guru Taman Kanak-kanak yang berada di
Kecamatan Tanjung Senang Bandar Lampung yang telah memberikan
izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.
7. Kakak-kakakku tersayang M. Agus Setiawan S.E, M.M., Yanderi
Setiawan S.H., Endah Yunita Sari S.Kom., M. Yasir Setiawan S.E dan
adikku tersayang Nabilla Ustuanah Aisyah yang telah memberikan
doa dan dukungan dengan tulus.
8. Ferlida Fitri, sebagai seorang yang selalu membimbing dan seseorang
yang ingin melakukan diskusi yang tak pernah lelah memotivasi
penulis ketika penulis merasa putus asa dalam menyusun skripsi.
9. Seluruh staf Dinas Kominfo Kabupaten Lampung Barat terkhusus
untuk Bapak Kepala Bidang KIP Ricardo Putrayasa SAB, yang telah
memberikan motivasi serta mengizinkan dan memberi waktu kepada
penulis untuk menuntaskan skripsi.
10. Sahabat terbaikku yang selalu menemani dalam keadaan sedih, duka
dan senang serta selalu memotivasi penulis Andi Santuso A.Md,
Marliyansyah, Anggi Jayana Putera, Riza Arizona, Risky Aprilian,
Rahmat Fitriadi, Eki Yusmana, Adi Saputra dan sekumpulan sahabat
brother.
11. Teman sekaligus sahabat seperjuanganku di kampus Mega Azwari
Ahmad, Ayu Diana Sari, Puput Kus Indriyani, Dinda Khairunnisa,
Penda Wardani yang selalu mendukung penulis dan Nurul Irma
Wardani yang selalu setia menemani penulis revisi hingga dini hari.
12. Teman seperjuangan PG-PAUD Angkatan 2014 yang selalu berbeda
argumen dengan satu tujuan ‘WISUDA’, terima kasih telah menjadi
motivasiku dan keceriaanku.
13. Terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
14. Almamater Unila Tercinta.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan tetapi penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan
berguna untuk kita semua, Amin.
Bandar Lampung, 03 Desember 2018
Hendro Muttaqin Setiawan1413054015
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xviii
I. PENDAHULUANA. Latar Belakang.................................................................................. 1B. Identifikasi Masalah.......................................................................... 3C. Pembatasan Masalah......................................................................... 4D. Rumusan Masalah............................................................................. 4E. Tujuan Penelitian .............................................................................. 4F. Manfaat Penelitian ............................................................................ 5
II. TINJAUAN PUSTAKAA. Pendidikan Anak Usia Dini ............................................................... 6B. Pengertian Guru ................................................................................. 8C. Pengetahuan Guru.............................................................................. 9D. Hakikat Metode Bercerita .................................................................. 10E. Penelitian yang Relevan..................................................................... 22F. Kerangka Berfikir .............................................................................. 23
III. METODE PENELITIANA. Jenis dan Desain Penelitian................................................................ 26B. Lokasi Penelitian................................................................................ 26C. Populasi dan Sampel .......................................................................... 26D. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel ................................. 29E. Teknik Pengumpulan Data................................................................. 30F. Instrumen Penelitian .......................................................................... 31G. Uji Instrumen ..................................................................................... 32H. Teknik Analisis Data.......................................................................... 35
IV. HASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil Analisis Uji Instrumen.............................................................. 37B. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ...................................................... 39C. Deskripsi Hasil Penelitian.................................................................. 39D. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................. 44
V. KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan ......................................................................................... 51B. Saran .................................................................................................. 52
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 53
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Teknik Pengambilan Sampel....................................................................... 28
2. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ..................................................................... 31
3. Kriteria Tingkat Kesukaran ......................................................................... 33
4. Kriteria Tingkat Data Beda ......................................................................... 34
5. Kriteria Penilaian Analisis Data .................................................................. 36
6. Penilaian Kriteria Guru .............................................................................. 36
7. Nomor Item Validitas .................................................................................. 37
8. Rekapitulasi Hasil Pengolahan Data Konsep Metode Bercerita ................. 39
9. Rekapitulasi Hasil Pengolahan Data Perencanaan metode bercerita .......... 40
10. Rekapitulasi Hasil Pengolahan Data Pelaksanaan Metode Bercerita......... 41
11. Rekapitulasi Hasil Pengolahan Data Evaluasi Metode Bercerita................ 42
12. Hasil Rekapitulasi ...................................................................................... 43
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Pikir ............................................................................................. 25
2. Rumus Pengambilan Sampel........................................................................ 27
3. Rumus Product Moment .............................................................................. 32
4. Rumus Spearman Brown.............................................................................. 33
5. Rumus Tingkat Uji Kesukaran..................................................................... 33
6. Rumus Uji Daya Beda.................................................................................. 34
7. Rumus Interval ............................................................................................. 35
8. Rumus Presentase ........................................................................................ 35
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Soal Uji Instrumen ...................................................................................... 56
2. Pengisian Soal Tes ..................................................................................... 63
3. Uji Validitas ............................................................................................... 68
4. Uji Reliabilitas ............................................................................................. 72
5. Uji Kesukaran ............................................................................................. 75
6. Uji Daya Beda ............................................................................................. 77
7. Hasil Soal Test ............................................................................................ 82
8. Rekapitulasi Nilai ........................................................................................ 88
9. Surat Izin Penelitian ................................................................................... 90
10. Surat Balasan Izin Pra Penelitian .............................................................. 108
11. Surat Balasan Izin Penelitian .................................................................... 104
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memiliki dua pihak yang sulit untuk dipisahkan yaitu pendidik
dan anak didik, keduanya sangat berkaitan erat. Menurut Sadulloh (2014:
127) mengemukakan bahwa “Pendidik adalah orang yang yang membimbing
anak, agar anak tersebut bisa menuju ke arah kedewasaan dan pelaksanaannya
dalam keluarga maupun di luar lembaga keluarga”. Pihak selanjutnya ialah
anak didik, menurut Sadulloh (2014: 124) mengemukakan bahwa “Anak
didik adalah pihak yang dibantu oleh pendidik selain tidak berdaya, namun
dia memiliki potensi tertentu untuk berkembang”.
Dunia pendidikan memiliki banyak sekali metode pembelajaran di dalamnya
diantaranya yaitu bermain peran, discovery learning, cooperative learning,
bercerita dan lain-lain. Menurut penelitian Amalia (2015) di Kudus
mengemukakan bahwa “Salah satu metode yang dapat diterapkan oleh guru
TK adalah bercerita. Bercerita sangat membantu mereka, namun praktis tidak
semua guru mampu melakukan metode ini”.
Menurut Kelchtermans dalam Kratka (2015) yang melakukan penelitian di
Republik Ceko menyatakan “Teacher’s storytelling about their
professional life and practice is often spontaneously framed in the
2
narrative form. Storytelling, whether taking the form of anecdotes,
metaphors or images, is a natural way teachers give meaning to
events and situations”. Hal tersebut menjelaskan bahwa guru mendongeng
tentang kehidupan secara spontan dalam bentuk naratif. Bercerita, baik dalam
bentuk anekdot, metafora atau gambar adalah cara alami yang diberikan guru
untuk memberi makna pada peristiwa dan situasi.
Menurut penelitian yang dilakukan Rahmah (2016) di Riau mengemukakan
bahwa:
Pelatihan dapat dilakukan oleh pihak sekolah, pihak luar sekolah, yaitudinas-dinas terkait, lembaga-lembaga pengembangan keterampilanmengajar guru, serta organisasi-organisasi yang persatuan guru,memiliki tujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan keahlian,kemampuan atau keahlian guru dalam mengajar.
Peneliti melakukan observasi di lima TK yang berada di Kecamatan Tanjung
Senang untuk melihat sejauh mana guru menerapkan pembelajaran
menggunakan metode bercerita. Peneliti menemukan bahwa sebagian besar
guru dalam pembelajaran menggunakan metode bercerita jarang dilakukan
bahkan ada yang tidak pernah menerapkan metode bercerita hal tersebut
peneliti dapatkan setelah mendengar beberapa jawaban dari setiap guru yang
peneliti wawancarai. Kurangnya bahan bacaan dan media sebagai sumber
metode bercerita adalah salah satu alasan guru tidak menerapkan metode
bercerita, di lima TK tersebut peneliti menemukan buku paket sebagai sumber
materi atau pembelajaran setiap harinya.
Proses pembelajaran yang peneliti lihat pada saat observasi ialah
pembelajaran yang cenderung ke akademik. Lima dari tiga belas sekolah yang
3
diteliti memiliki kesamaan, yaitu guru mengajar dengan cara konvensional
seperti menulis huruf yang membentuk kata, menulis angka, bahkan guru
mengajarkan murid untuk mengeja atau membaca. Kegiatan tersebut
dilakukan setelah berdo’a saat pagi hari. Metode bercerita belum digunakan
dalam menyampaikan materi, selain itu kurangnya pelatihan.
Kurangnya pelatihan mengenai metode bercerita merupakan salah satu hal
yang menyebabkan kurangnya pengetahuan guru terhadap penggunaan
metode bercerita di dalam kelas. Guru lebih memilih menggunakan metode
pembelajaran yang lain dibanding guru harus menggunakan metode bercerita
pada saat pembelajaran. Pelatihan sangat diperlukan untuk menambah
wawasan guru. Peneliti melakukan wawancara dengan guru di setiap TK
mengenai jadwal pelatihan. Guru dari setiap TK memiliki jawaban yang sama
yaitu pelatihan hanya teruntuk kepala sekolah.
Berdasarkan latar belakang di atas bahwa metode bercerita pada TK yang
berada di Kecamatan Tanjung Senang Bandar Lampung jarang diterapkan
bahkan ada beberapa guru yang tidak pernah menerapkan, dengan masalah
tersebut maka penelitian ini akan melihat sejauh mana “pengetahuan guru
PAUD dalam menerapkan metode bercerita pada pembelajaran”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Sebagian besar guru belum menerapkan metode bercerita dalam
pembelajaran.
4
2. Kurangnya bahan bacaan dan media untuk menggunakan metode
bercerita.
3. Proses pembelajaran masih bersifat akademis, yang menekankan pada
membaca, menulis dan berhitung.
4. Kurangnya pelatihan oleh guru tentang penggunaan metode bercerita.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas dengan
melihat keterbatasan peneliti, maka peneliti hanya membatasi penelitian ini
pada pengetahuan guru pendidikan anak usia dini dalam menerapkan metode
bercerita pada pembelajaran.
D. Rumusan Masalah
Berdasakan latar belakang dan identifikasi masalah dapat dirumuskan
masalah penelitian sebagai berikut:
“Bagaimana pengetahuan guru pendidikan anak usia dini dalam menerapkan
metode bercerita pada pembelajaran.”
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui bagaimana pengetahuan guru pendidikan anak usia dini dalam
menerapkan metode bercerita pada pembelajaran.
5
F. Manfaat Penelitian
Manfaat dalam penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan motivasi bagi guru untuk menerapkan
metode bercerita dalam pembelajaran di PAUD.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
Memotivasi guru untuk mempelajari metode bercerita.
b. Bagi Kepala Sekolah
Memberikan motivasi kepada pihak sekolah untuk dapat
meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan metode bercerita
dengan memberikan banyak pelatihan mengenai metode bercerita.
c. Bagi peneliti lain
Memudahkan dan menambah wawasan untuk penelitian selanjutnya
agar lebih baik lagi.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum
jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang
ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang
dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan
pada jalur formal, nonformal, dan informal. Menurut Suyadi (2013:17)
”Secara institusonal, pendidikan anak usia dini juga dapat diartikan sebagai
salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitik beratkan pada
peletakan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan”.
Menurut Trianto (2011:14) menyatakan bahwa :
Anak usia dini merupakan individu yang berbeda, unik, dan memilikikarakteristik tersendiri sesuai dengan tahapan usianya. Masa usia dini(0-6 tahun) merupakan masa keemasan (golden age) di mana stimulasiseluruh aspek perkembangan berperan penting untuk tugasperkembangan selanjutnya.
7
Anak usia dini merupakan sosok individu yang sedang menjalani suatu proses
perkembangan yang pesat, dengan kata lain, bahwa anak usia dini sedang
dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental yang
paling pesat. Perkembangan yang dimaksud adalah perubahan psikologis
sebagai hasil dari proses pematangan fungsi psikis dan fisik pada diri anak,
yang di tunjang oleh faktor lingkungan dan proses belajar dalam peredaran
waktu tertentu menuju kedewasaan dari lingkungan yang banyak berpengaruh
dalam kehidupan anak menuju dewasa.
Sesuai dengan keunikan dan pertumbuhan anak usia dini maka
penyelenggaraan pendidikan bagi anak usia dini disesuaikan dengan tahap –
tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. Istilah pendidik pada
hakikatnya terkait sangat erat dengan istilah guru secara umum. Menurut
Latif (2016: 246) guru diidentifikasi sebagai:
a. Orang yang memiliki kharisma atau wibawa hingga perlu untuk ditirudan diteladani.
b. Orang dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik,mengajar dan membimbing anak.
c. Orang yang memiliki kemampuan merancang program pembelajaranserta mampu menata dan mengelola kelas.
d. Suatu jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus.
Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa guru mempunyai
pengaruh besar bagi perkembangan anak selama memberikan perkembangan
yang sesuai, kreatif, dan menstimulasi kurikulum, serta lingkungan kelas.
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di arahkan untuk memfasilitasi tumbuh
kembang anak secara sehat dan optimal sesuai dengan nilai, norma, dan
harapan masyarakat. Pendidikan tersebut dilakukan melalui pemberian
8
pengalaman dan rangsangan yang kaya dan maksimal. Lingkungan yang
kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan anak sangat diperlukan,
sehingga pemberian rangsangan pendidikan untuk anak usia dini yang
kondusif dapat dilaksanakan secara efektif dengan bantuan lembaga-lembaga
pendidikan yang menyediakan layanan wahana bermain untuk anak-anak
sebagai taman pendidikan prasekolah dasar.
B. Pengertian Guru
Pendidikan memiliki beberapa pihak diantaranya yaitu seorang guru yang
berada di dalam dunia pendidikan formal. Menurut Idris (2008: 49)
menyatakan bahwa:
Guru adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberikanbimbingan kepada peserta didik dalam hal perkembangan jasmani danruhaniah untuk mencapai tingkat kedewasaan, memenuhi tugasnyasebagai makhluk Tuhan, makhluk individu yang mandiri, dan makhluksosial.
Seseorang yang aktif dalam dunia pendidikan harus memiliki kepribadian
sebagai seorang pendidik. Menurut Mulyasa (2008: 48) “Ditiru artinya ia
menjadi uswatun hasanah, menjadi suri teladan dan panutan bagi muridnya,
baik cara berpikir dan cara berbicaranya maupun berprilaku sehari-hari”.
Menurut UU No 14 Tahun 2015 pasal 1 tentang guru dan dosen disebutkan
bahwa “Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih dan mengevaluasi peseta
didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, dasar dan
pendidikan menengah.”
9
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa guru
merupakan seseorang yang telah dewasa dalam membimbing peserta didik
untuk mencapai perkembangan, dan seorang guru merupakan sosok yang
menjadi teladan bagi peserta didik untuk digugu dan ditiru.
C. Pengetahuan Guru
Pengetahuan merupakan salah satu hal yang harus dimiliki oleh seorang guru
untuk menentukan metode pembelajaran, materi, dan banyak hal yang akan
disesuaikan dengan perkembangan anak. Menurut Keraf (2001: 26)
Pengetahuan adalah “Seluruh pemikiran, ide, gagasan, konsep, dan
pemahaman manusia”. Menurut Burhanuddin (2003:5) “Pengetahuan
merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu”.
Menurut Notoatmodjo (2010:34) “Pengetahuan seseorang terhadap objek
mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda, yaitu tahu (know),
memahami (comprehension), aplikasi (application), analisa (analisys),
sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation)”. Hal tersebut menjelaskan
bahwa setiap tingkatan memiliki kaitan satu dengan lainnya, tingkatan tahu
yaitu mengetahui atau mengukur pengetahuan setiap orang tengan
pertanyaan, tingkatan kedua yaitu memahami suatu objek bukan sekedar tahu,
tingkatan ketiga yaitu aplikasi apabila telah memahami suatu objek
menggunakan prinsip yang diketahui, tingkatan keempat yaitu menganalisa
atau menjabarkan komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah,
tingkatan kelima yaitu sintesis menunjukan kemampuan seseorang dalam
merangkum pengetahuan yang dimiliki, tingkatan keenam yaitu evaluasi
10
dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu objek tertentu.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan
merupakan ide atau gagasan yang dimiliki seseorang untuk memperoleh
sesuatu atau mencapai suatu tujuan. Pengetahuan memiliki enam tingkatan
yang saling berkaitan yaitu tahu (know), memahami (comprehension),
aplikasi (application), analisa (analisys), sintesis (synthesis), dan evaluasi
(evaluation)”.
D. Hakikat Metode Bercerita
1. Pengertian Metode Bercerita
Metode merupakan cara yang dalam fungsinya merupakan alat untuk
mencapai tujuan kegiatan. Pemilihan metode pembelajaran pada anak usia
dini yang sesuai sangat diperlukan, sebab dapat berpengaruh dalam
mencapai keberhasilan pembelajaran dan menstimulus aspek
perkembangan, ada beberapa metode pembelajaran yang dapat diterapkan
pada taman kanak–kanak salah satunya adalah metode bercerita. Menurut
Fadillah (2012: 161) mengemukakan:
Metode adalah suatu cara kerja yang sistematis untuk memudahkanpelaksanaan kegiatan dalam mencapai tujuan, sedangkan metodepembelajaran adalah suatu cara atau sistem yang digunakan dalampembelajaran yang bertujuan agar anak didik dapat mengetahui,memahami, mempergunakan dan menguasai bahan pelajaran tertentu.
Menurut Fauziddin (2014: 17) mengemukakan:
Bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang secara lisankepada orang lain dengan alat atau tanpa alat tentang apa yang harusdisampaikan dalam bentuk pesan, informasi atau hanya sebuahdongeng yang untuk didengarkan dengan rasa menyenangkan oleh
11
anak karena orang yang menyajikan cerita tersebut menyampaikandengan menarik.
Menurut Fadillah (2012: 172) “Metode bercerita adalah metode yang
mengisahkan suatu peristiwa atau kejadian kepada peserta didik. Kejadian
atau peristiwa tersebut disampaikan kepada peserta didik melalui tutur
kata, ungkapan, dan mimik wajah yang unik”. Menurut Moeslichatoen
(2004: 157) “Bahwa metode bercerita merupakan salah satu pemberian
pengalaman belajar bagi anak dengan membawakan cerita kepada anak
secara lisan”.
Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa
metode bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi
anak usia dini dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan selain
itu metode bercerita secara tidak langsung dapat menyampaikan informasi.
Cerita yang dibawakan guru harus menarik, dan mengundang perhatian
anak dan tidak lepas dari tujuan pendidikan bagi anak. Isi cerita dikaitkan
dengan kehidupan dunia anak, maka mereka dapat memahami isi cerita itu,
mereka akan mendengarkannya dengan penuh perhatian, dan dengan
mudah dapat menangkap isi cerita, senada dengan pendapat Musfiroh
(2005: 38) “Cerita akan menjadi menarik bagi anak karena menyerupai
hidup yang sebenarnya, tetapi juga tidak sama dengan kehidupan itu
sendiri”.
Menurut Mustakim (2005: 14) “Proses transaksional anak akan
menggambarkan berbagai kemungkinan makna yang tersirat pada sebuah
cerita, seperti: permasalahan cerita, karakter tokoh-tokoh, alur, setting, dan
12
bahasa”. Proses transaksional ini akan terjadi apabila guru dapat menjadi
scaffolding (penyangga) untuk membantu mengembangkan imajinasi anak
dalam kegiatan, misalnya: menyampaikan cerita, bercerita kembali, dan
memahami isi cerita.
Menurut beberapa pendapat ahli di atas bercerita yang menarik dapat
membuat anak memperhatikan cerita. Bagi jalannya proses pembelajaran,
yang terpenting lagi yaitu anak-anak tidak mudah jenuh atau bosan,
sehingga yang diharapkan adalah mampu menjadikan pembelajaran yang
menyenangkan bagi anak, maka guru harus memahami dan mampu dalam
penyajian proses pembelajaran yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi ketika menggunakan metode cerita.
2. Tujuan Metode Bercerita
Kegiatan bercerita merupakan salah satu cara yang ditempuh guru untuk
memberikan pengalaman belajar agar anak memperoleh penguasaan isi
cerita yang disampaikan lebih baik. Menurut Moeslichatoen (2004:170)
tujuan kegiatan bercerita bagi anak adalah sebagai berikut :
a. Memberikan informasi atau menanamkan nilai-nilai sosial, moraldan keagamaan, pemberian informasi tentang lingkungan fisik danlingkungan sosial.
b. Anak menyerap pesan-pesan yang dituturkan melalui kegiatanbercerita.
c. Anak mampu mendengarkan dengan seksama terhadap apa yangdisampaikan oleh orang lain.
d. Anak dapat bertanya apabila tidak memahaminya.e. Anak dapat menjawab pertanyaan.f. Anak dapat menceritakan dan mengekspresikan terhadap apa yang
didengarkan dan diceritakannya,sehingga hikmah dari isi ceritadapat dipahami dan lambat laun didengarkan, diperhatikan,dilaksanakan dan diceritakannya pada orang lain.
13
Pendapat lain dikemukakan Aziz (2002:64) “Bahwa ada tujuan dari
metode bercerita yaitu untuk menghibur anak dan menyenangkan mereka
dengan bercerita yang baik, menambah pengetahuan anak”.
Berdasarkan uraian di atas maka metode bercerita bertujuan untuk melatih
anak berkomunikasi dengan baik, mendengarkan apa yang disampaikan
dengan seksama, mengerti pesan dari cerita dan mampu menambah
wawasan dan pengetahuan secara luas.
3. Perencanaan Kegiatan Metode Bercerita
a. Persiapan Dalam Membawakan Metode Cerita
Cerita dapat menjadi daya tarik yang hebat bagi siapa pun yang
mendengarkannya, namun demikian menarik tidaknya cerita banyak
tergantung kepada pembawa cerita, oleh karena itu sebelum
membawakan cerita, ada beberapa hal yang hendaknya dipersiakan
agar cerita yang disampaikan menarik, terarah, dan dapat dimengerti
serta disukai oleh anak dalam menggunakan metode bercerita
penyajian proses pembelajaran harus meliputi perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi. Menurut Fauziddin (2014:22) “Persiapan
yang dapat dilakukan oleh guru dalam menyampaikan cerita adalah
judul jangan terlalu panjang dan judul harus menarik dan disenangi
anak”.
b. Rancangan Kegiatan Metode Bercerita
Membahas rancangan kegiatan bercerita berturut-turut akan
dibicarakan rancangan persiapan guru, rancangan persiapan kegiatan
14
bercerita, dan rancangan penilaian kegiatan bercerita. Rancangan
kegiatan bercerita menurut Moeslichatoen (2004:175) yaitu rancangan
persiapan guru meliputi:
a. Menetapkan tujuan dan tema yang dipilih untuk kegiatanbercerita.
b. Menetapkan rancangan bentuk bercerita yang dipilih.c. Menetapkan bahan dan alat yang diperlukan untuk kegiatan
bercerita.d. Menetapkan Rancangan langkah-langkah Kegiatan Bercerita.
Sesuai dengan rencana tema dan tujuan menurut Moeslichatoen(2004:175) maka ditetapkan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Mengkomunikasikan tujuan dan tema dalam kegiatan berceritakepada anak.
b. Mengatur tempat duduk anak.c. Pembukaan kegiatan bercerita.d. Pengembangan cerita yang dituturkan guru dengan cara
menyajikan fakta-fakta disekitar kehidupan anak.e. Menetapkan cara bertutur yang dapat menggetarkan perasaan
anak.f. Merupakan langkah penutup kegiatan bercerita.g. Rancangan penilaian kegiatan bercerita.
Berdasarkan penjelasan di atas rancangan persiapan merupakan suatu
gambaran yang dilakukan guru sebelum menggunakan metode
bercerita yang di dalamnya telah disusun sejak kegiatan awal hingga
kegiatan akhir serta evaluasi atau penilaian yang digunakan untuk
mengukur kemampuan anak.
c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Bercerita
Banyak metode dalam pendidikan yang dapat menjadi pilihan guru
dalam penyajian proses pembelajaran di TK salah satunya adalah
metode bercerita, dan setiap metode pembelajaran memiliki kelebihan
dan kekurangan termasuk metode bercerita.
15
Menurut Djamarah (2000:205) kelebihan dan kekurangan metode
bercerita adalah :
Kelebihan :
a. Guru mudah menguasai kelas.b. Guru dapat meningkatkan konsentrasi anak didik dalam waktu
yang relatif lama.c. Mudah menyiapkannya.d. Guru mudah melaksanakannya.e. Dapat diikuti oleh anak didik dalam jumlah yang banyak.
Kekurangan :
a. Anak didik terkadang terbuai dengan jalannya cerita sehinggatidak dapat mengambil intisarinya. Apabila tidak disimpulkandi akhir cerita.
b. Hanya guru yang pandai bermain kata-kata atau kalimat.c. Menyebabkan anak didik yang pasif karena guru yang aktif.d. Anak didik lebih cenderung hafal isi cerita dari pada sari cerita
yang dituturkan.
Kelebihan dan kekurangan di atas dapat menjadi bahan pertimbangan
guru dalam menggunakan metode bercerita saat proses pembelajaran
di dalam kelas.
d. Jenis Metode Bercerita
Bercerita mempunyai beberapa jenis dalam penyajiannya seperti yang
sudah dijelaskan pada sebelumnya hal tersebut adalah upaya untuk
guru PAUD dalam menggunakan metode bercerita lebih bervariatif
sehingga ketika dalam kegiatan bermain sambil belajar anak tidak
mudah bosan dan anak selalu tertarik untuk mengikuti alur cerita yang
diceritakan oleh guru Menurut Sutarti dalam Dhien (2009: 6-12)
mengemukakan :
Media pendidikan dalam pengertian luas adalah semua benda,tindakan atau keadaan yang dengan sengaja diusahakan ataudiadakan untuk memenuhi kebutuhan anak usia dini dalam rangka
16
mencapai tujuan pembelajaran. Sarana adalah merupakan mediapendidikan untuk mencapai tujuan yang dimaksud. Salah satusarana tersebut adalah alat peraga atau alat main.
Menurut Sutarti dalam Dhien (2009: 6-12) “Metode bercerita dibagi
menjadi dua bentuk yaitu bercerita tanpa alat peraga dan bercerita
dengan alat peraga”. Hal tersebut menjelaskan bahwa bercerita
menggunakan alat perga yaitu bentuk cerita yang mengandalkan
kemampuan penceritaan dengan menggunakan mimik (ekspresimuka,
pantomim (gerak tubuh). Bercerita dengan alat peraga yaitu bentuk
cerita yang mempergunakan alat bantu untuk menghidupkan cerita.
4. Pelaksanaan Kegiatan Metode Cerita
a. Cara Membawakan Cerita
Seorang guru setelah mempersiapkan cerita, harus mengetahui
mengenai hal-hal dalam membawakan cerita, dikarenakan hal tersebut
akan mempermudah guru dan mempermudah anak ketika mengikuti
jalannya cerita. Beberapa hal yang harus diperhatikan guru dalam
membawakan cerita menurut Aziz (2003:12) antara lain:
1) Bahasa ceritaBahasa penyampaian cerita harus menggunakan gaya bahasayang lebih tinggi dari gaya bahasa para siswa dan lebih rendahdari gaya bahasa cerita yang ada dalam buku supaya bisadimengerti oleh para siswa.
2) Suara guru dalam membawakan ceritaTinggi dan rendahnya suara dan nada bicara, disesuaikan dengansituasi dan kondisi yag ada pada alur cerita.
3) Memperhatikan reaksi sikap emosionalSeorang guru ketika sedang membawakan sebuah cerita harusmemperhatikan gerak-gerik emosional yang mewarnai ceritatersebut.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan
guru dalam bercerita dapat dilihat dari bahasa cerita yang dibawakan
17
guru apakah guru tersebut mengerti dengan penyampaian bahasa yang
dibawakan seperti tinggi dan rendahnya bahasa yang digunakan dan
bahasa yang disampaikan kepada anak mudah dipahami atau tidak,
selain itu suara atau intonasi guru juga apakah sesuai dengan situasi
dan kondisi pada cerita dan reaksi sikap emosional guru ketika sedang
membawakan cerita apakah sudah menjiwai pada alur cerita tersebut.
b. Teknik Metode Bercerita
Banyak teknik yang dapat digunakan oleh guru dalam menggunakan
metode bercerita namun untuk mencapai tujuan penelitian ini maka
peneliti mengambil poin yang berhubungan dengan materi peneliti
menurut Moeslichatoen (2004:158) teknik yang dapat dipergunakan
yaitu : (a) Membaca langsung dari buku cerita. (b)Menceritakan
dongeng. (c) Bercerita dengan menggunakan media boneka.
Berdasarkan beberapa teknik di atas bercerita akan lebih baik jika
guru memiliki pengetahuan dalam penyampaian teknik yang akan
dipakai seperti intonasi guru membacakan buku cerita yang tidak
monoton sehingga anak mudah menangkap isi cerita. Guru memiliki
kemampuan dalam menambahkan puisi atau prosa yang menekankan
pada pesan-pesan moral kebaikan yang disampaikan ketika guru
membawakan cerita atau mendongeng dan mudah dipahami anak
sehingga dapat menstimulus aspek perkembangan anak, selain itu
guru mampu bercerita menggunakan alat media seperti boneka dan
paham dengan karakter yang akan dimainkan sesuai cerita yang
dibawakan sehingga anak dapat mengikuti alur cerita dan tidak mudah
18
bosan dalam mendengarkan dan melihat guru yang sedang bercerita
atau mendongeng di depan anak.
Menjadi guru TK yang pandai bercerita dengan baik memang
diperlukan persiapan dan latihan. Persiapan yang penting antara lain
penguasaan isi cerita secara tuntas serta keterampilan menceritakan
cukup baik dan lancar. Hal yang harus diperhatikan untuk pemilihan
cerita yang baik menurut Moeslichatoen (2004: 161) antara lain :
a. Cerita harus menarik dan memikat perhatian guru itu sendiri.b. Cerita harus sesuai dengan kepribadian anak, gaya, dan bakat
anak, supaya memiliki daya tarik terhadap perhatian anak danketerlibatan aktif dalam kegiatan bercerita.
c. Cerita harus sesuai dengan tingkat usia dan kemampuanmencerna isi cerita anak usia 5 – 6 tahun. Cerita itu haruspendek, dalam rentangan jangkauan waktu perhatian anak.Kepada anak usia 5 – 6 tahun guru tidak harus menuntut anakuntuk aktif mendengarkan cerita guru dalam waktu yang cukuplama.
Hal tersebut agar kegiatan bercerita dapat dilaksanakan secara efektif,
kelompok anak peserta kegiatan harus dalam kelompok kecil.
Hildebrand dalam Moeslichatoen (2004: 167) menyatakan “Beberapa
guru menyukai anak duduk dilantai, terutama bila lantainya diberi
tikar atau karpet. Mereka menggangap pengaturan semacam itu lebih
memberikan iklim yang menyenangkan dan ketenangan”.
c. Manfaat dan Fungsi Cerita Bagi Anak
Metode bercerita adalah salah satu metode yang dapat diterapkan
dalam proses pembelajaran pada usia TK, setiap metode memiliki
manfaat yang baik jika guru tersebut dapat menyajikan metode
pembelajaran yang tepat dan guru sudah memahami untuk
19
menggunakan metode yang akan digunakan. Menurut Fauziddin
(2014:20) metode bercerita memiliki manfaat bagi anak yaitu :
1) Mengembangkan sikap mental pada anak.2) Memahami perbuatan yang terpuji dan yang tercela.3) Menyiapkan anak dapat hidup sebagai makhluk sosial dalam
masyarakat.4) Mengembangkan kemampuan untuk berimajinasi logis dan
sistematis.5) Mengubah sikap anak untuk memahami diri sendiri dan
lingkungannya.6) Mengembangkan sikap berpikir logis pada anak.7) Memahami sebab-akibat yang terjadi.8) Membentuk akhlak yang baik pada anak.
Melalui metode bercerita diharapkan agar perkembanan kepribadian
anak dapat dibina secara wajar, baik dari segi sosial, emosional,
maupun intelektual, dan yang terpenting adalah anak dapat terhindar
dari cerita-cerita yang menimbulkan keraguan dan kata-kata ambigu
sehingga anak susah untuk memahami isi cerita. Pembelajaran pada
pendidikan anak usia dini di TK, menurut Fauziddin (2014:21) cerita
mempunyai fungsi sebagai berikut:
1) Pengalaman batin.2) Terapi psikologi.3) Hiburan.4) Kontak batin antara anak, orang tua, dan guru.5) Media pesan moral.6) Bekal identifikasi diri.7) Pendidikan emosi.8) Pendidikan fantasi, imajinasi, kreatifitas, dan daya cipta.9) Mengembangkan aspek-aspek perkembangan pada anak.
Hal di atas menjelaskan bahwa metode bercerita memiliki banyak
fungsi bagi peserta didik apabila guru memahami cara menyampaikan
metode bercerita yang baik sehinggan fungsi tersebut dapat
tersalurkan kepada anak.
20
d. Karakteristik
Karakteristik merupakah suatu hal yang perlu diperhatikan dalam
sebuah cerita. Menurut Musfiroh (2005: 37) mengemukakan bahwa
“Karakteristik cerita anak tersebut terdiri dari: tema, amanat, alur, tokoh
dan penokohan, sudut pandang, latar, dan sarana kebahasaan”. Hal
tersebut saling berkaitan satu sama lain. Tema merupakan sebuah ide
atau gagasan, sedangkan amanat merupakan pesan yang disampaikan di
dalam cerita sesuai dengan alur yang merupakan jalan cerita. Cerita di
dalamnya memiliki tokoh dan penokohan yang merupakan rekaan yang
diperankan oleh seseorang, di dalam cerita juga terdapat sudut pandang
yaitu menceritakan siapa yang akan diceritakan, selanjutnya latar yang
merupakan tempat dan kapan cerita berlangsung, dan yang terakhir
sarana kebahasaan merupakan pemilihan bahasa, hal ini digunakan
dalam bercerita agar pendengar mudah memahami isi cerita.
5. Evaluasi Kegiatan Bercerita
Evaluasi merupakan bagian yang penting dalam pendidikan khususnya
pembelajaran dalam PAUD, hal ini mengingat dengan evaluasi akan dapat
mengetahui bagaimana proses pembelajaran dilaksanakan, faktor-faktor
apa saja yang mengahmbat maupun yang mendorong pencapaian suatu
pembelajaran, bahkan dengan evaluasi dapat mengetahui tingkat
keberhasilan suatu kegiatan pembelajaran. Menurut Mahyuddin (2008:5)
“Evaluasi adalah proses merangkum dan menginterpretasi kejadian dan
membuat keputusan profesional berdasarkan informasi yang telah
dikumpulkan”, sedangkan Uno (2012:3) mengemukakan :
21
Evaluasi adalah proses pemberian makna atau ketetapan kualitas hasilpengukuran dengan cara membandingkan angka hasil pengukurandengan cara membandingkan angka hasil pengukuran tersebut dengankriteria tertentu
Evaluasi tidak selalu melalui proses mengukur baru melakukan proses
menilai tetapi evaluasi langsung melalui penilaian saja. Menurut Daryanto
(2007:14) Penilaian di TK menggunakan tiga kegiatan utama yang
merupakan rangkaian kerja yang dilakukan oleh guru ketika sedang
menggunakan metode bercerita, diantaranya yaitu :
a. Mengamati (observation) adalah proses memperhatikan anak atausekelompok anak ketika melakukan suatu kegiatan bermain danbelajar.
b. Merekam (recording) adalah proses mendokumentasikan tentangkegiatan atau dalam suatu kegiatan tertentu yang teramati denganbaik. Baik bersifat negatif maupun yang bersifat positif.
c. Melaporkan (reporting) adalah proses pengambilan keputusansebagai hasil pengamatan dan pencatatan yang terdahulu, untukselnajutnya diinformasikan kepada orang tua dalam bentuk laporan,baik laporan tertulis maupun tulisan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas evaluasi dapat diartikan sebagai
proses sistematis untuk menentukan nilai sesuatu (tujuan, kegiatan,
keputusan, untuk kerja, proses, orang, objek, dll). Penilaian yang diambil
oleh guru dapat dilakukan dengan mengamati anak saat guru sedang
bercerita apakah anak merespon atau memperhatikan, selanjutnya guru
merekam atau mencatat dalam ingatan perubahan yang terjadi terhadap
anak dan melaporkan hasil yang perubahan baik laporan tertulis maupun
tulisan.
22
E. Penelitian Terdahulu yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Rahmah (2016) di Riau. Hasil penelitian
menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pelatihan bercerita
terhadap kemampuan guru dalam bercerita di Taman Kanak-kanak Se-
Kecamatan Simpang Tiga Pekanbaru.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Permatasari (2017) di Bandung. Hasil
penelitian ini guru mengalami kemajuan walaupun tidak signifikan yang
terlihat dari hasil pre-test dan post-test.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Pusari (2013) di Semarang. Hasilnya ada
peningkatan pengetahuan metode bercerita melalui penyuluhan dan
pelatihan yang dilakukan di Kecamatan Tembalang, Kota Semarang.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2015) di Pontianak. Teknik
pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara, dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi guru dalam pembelajaran
menceritakan dongeng tanpa buku dan gambar sudah sesuai dalam
pembelajaran. Dari pertemuan ke 1, 2 dan 3 dapat dilihat digrafik
menunjukkan bahwa pra pembelajaran, kegiatan awal, kegiatan inti dan
kegiatan penutup sudah sesuai dengan rata-rata ± 60% sedangkan ±40%
masih tidak sesuai dalam pembelajaran.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Sulastri (2017) di Pontianak. Penelitian
ini menggunakan metode deskritif dengan pendekatan kualitatif. Teknik
pengumpulan menggunakan wawancara, dokumentasi dan observasi
23
secara langsung. Teknik pemeriksaan keabsahan data menggunakan cara
member check dan trianggulasi data. Hasi penelitian menunjukkan
implementasi variasi gaya guru mengajar dalam metode bercerita di
Taman Kanak – Kanak Negeri Pembina Kecamatan Pontianak Selatan.
Khususnya di Kelas BI tergolong “Baik”.
Penelitian di atas sudah terbukti dan menambah wawasan bagi peneliti untuk
melakukan penelitian terhadap pengetahuan guru PAUD dalam metode
bercerita di Kecamatan Tanjung Senang Bandar Lampung.
F. Kerangka Pikir Penelitian
Pendidikan anak usia dini memiliki peranan penting dalam mengasah dan
mengoptimalkan tumbuh kembang anak. Pendidikan memiliki dua pihak
yaitu pendidik dan peserta didik. Pendidik merupakan seseorang dewasa yang
membimbing dan memberikan ilmu kepada peserta didik, maka dari itu
seorang guru harus memiliki pengetahuan dalam menentukan suatu hal
termasuk menentukan sebuah metode pembelajaran untuk anak agar materi
yang disampaikan guru dapat menstimulus anak dengan baik. Banyak metode
dalam pendidikan yang dapat menjadi pilihan guru dalam menyampaikan
ilmu, salah satunya yaitu metode bercerita. Metode becerita suatu kegiatan
yang dilakukan seseorang secara lisan kepada orang lain dengan bentuk
pesan, informasi atau hanya sebuah dongeng yang untuk didengarkan.
Bercerita adalah salah satu alternatif pilihan metode pembelajaran bagi guru.
Bercerita dapat meningkatkan kesenangan anak pada saat proses
pembelajaran, namun tergantung bagaimana guru menyampaikan cerita
24
sehingga anak dapat tertarik dan suasana kelas menjadi tidak membosankan
maka peran guru harus mengetahui beberapa konsep dalam menggunakan
metode bercerita yang seperti pengertian dan tujuan dalam menggunakan
metode bercerita dalam pembelajaran. Pengetahuan guru dalam bercerita
sangat dibutuhkan agar cerita yang disampaikan nantinya tidak monoton,
maka seorang guru harus memahami bagian-bagian dalam metode bercerita
diantaranya pengertian metode bercerita, perencanaan metode bercerita,
pelaksanaan kegiatan metode bercerita dan evaluasi metode bercerita.
Keempat bagian tersebut saling berkaitan, karena jika guru mengerti tentang
pengertian metode bercerita maka guru dapat membuat perencanaan metode
bercerita, karena perencanaan dibuat ketika guru sudah mengerti dan paham
tentang pengertian metode bercerita, selanjutnya ketika guru sudah membuat
perencanaan yang terarah dan sesuai tujuan guru akan melaksankan kegiatan
bercerita tersebut tanpa kesulitan, dan setelah pelaksanaan kegiatan bercerita
selesai guru akan melakukan evaluasi, dimana guru akan melihat
perkembangan yang terlihat pada anak. Adapun kerangka pikir penelitian ini
adalah sebagi berikut :
25
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
PendidikanAnak Usia Dini
GuruProfesional
Pengetahuan DalamMenerapkan Metode
Bercerita
Perencanaan
Pelaksanaan
Evaluasi
26
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian ini ialah penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian
deskriptif kuantitatif adalah penelitian yang menggambarkan dan melukiskan
objek penelitian berdasarkan fakta-fakta dan sebagaimana mestinya. Alasan
peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif adalah untuk
mendeskripsikan secara detail mengenai fakta yang ada di lapangan, yaitu
tentang pengetahuan guru terhadap metode bercerita dalam pembelajaran
PAUD di Kecamatan Tanjung Senang.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di seluruh Taman Kanak-kanak ( TK ) yang berada di
Kecamatan Tanjung Senang Bandar Lampung, dengan total 17 TK.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi merupakan bagian dari penelitian yang harus ditentukan
oleh peneliti upaya dalam menentukan sampel penelitian. Menurut
Sugiyono (2014: 80) :Cl
27
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atasobyek/subyek, yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentuyang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarikkesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru TK yang ada di
Kecamatan Tanjung Senang berjumlah 100 guru dari 17 TK.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Sugiyono, 2010: 62). Pengambilan sampel dalam penelitian ini
dengan teknik probability sampling yaitu proportionate stratified random
sampling dengan menggunakan rumus slovin. Menurut Sugiyono
(2010:63), Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang
memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi
untuk dipilih menjadi anggota sampel. Besarnya sampel dalam penelitian
ini ditentukan dengan rumus Slovin dalam Sugiyono (2010:63), sebagai
berikut :
Gambar 2. Rumus Pengambilan Sampel(Sugiyono,2010)
Keterangan :n = jumlah elemen / anggota sampel.N = jumlah elemen / anggota populasi.E = error level (tingkat kesalahan) (catatan: umumnya
digunakan 1 % atau 0,01, 5 % atau 0,05, dan 10 % atau 0,1)(catatan dapat dipilih oleh peneliti).
Populasi yang terdapat dalam penelitian ini berjumlah 100 orang dan
presisi yang ditetapkan atau tingkat signifikansi 0,05, maka besarnya
sampel pada penelitian ini adalah :
n = ²
28
n = . ²n = . ,
= 80
Jadi, jumlah keseluruhan responden dalam penelitian ini adalah 80 orang.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel adalah probability sampling dengan
menggunakan proportionate stratified random sampling. Menurut
Sugiyono (2010:64) proportionate stratified random sampling adalah
teknik yang digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak
homogen dan berstrata secara proporsional.
Untuk menentukan besarnya sampel pada setiap sekolah dilakukan dengan
alokasi proporsional agar sampel yang diambil seimbang dengan cara:
Jumlah sampel tiap kelas = x jumlah tiap kelas
Tabel 1. Perhitungan Teknik Pengambilan SampelNO NAMA TK Keterangan JUMLAH
GURU1 TK INTAN PERTIWI 80100 x 9 = 7,2 7
2 TK AMALIA 80100 x 5 = 4 4
3 RA AL AMANAH 80100 x 8 = 6,4 6
4 TK MELATI PUSPA 80100 x 5 = 4 4
5 TK SEJAHTERA 80100 x 2 = 1,6 2
6 TK KARYA UTAMA 80100 x 6 = 4,8 5
7 TK AL BUSTAN 80100 x 5 = 4 4
8 TK WIDYA BHAKTI 80100 x 5 = 4 4
29
9 TK MEKAR WANGI 80100 x 7 = 5,6 6
10 TK AL HIJRIAH 80100 x 10 = 8 8
11 TK INSAN MANDIRI 80100 x 11 = 8,8 9
12 TK TPP CIC 80100 x 9 = 7,2 7
13 TK UNGGUL GEIMLANG 80100 x 5 = 4 4
14 TK CENDRAWASIH 80100 x 1 = 0,8 1
15 TK KIDS GARDEN 80100 x 2 = 1,6 2
16 TK KREASI 80100 x 5 = 4 4
17 TK SENTOSA 80100 x 4 = 3,2 3
JUMLAH 80
D. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel
1. Pengetahuan guru dalam bercerita
a. Definisi Konseptual :
Menurut beberapa pendapat Fauziddin (2014: 17), Fadillah (2012:
172), dan Moeslichatoen (2004: 157) dapat disimpulkan bahwa
pengetahuan guru PAUD dalam menerapkan metode bercerita pada
pembelajaran merupakan suatu pengetahuan yang dimiliki oleh guru
terhadap konsep dalam menggunakan metode bercerita agar menjadi
metode pembelajaran yang meneyenangkan guna menyampaikan
informasi, pesan, atau ilmu kepada peserta didik.
30
b. Definisi Operasional :
Pengetahuan guru dalam metode bercerita yaitu seorang guru yang
mengetahui dan memahami tentang penggunaan metode bercerita
dengan mengaitkan beberapa konsep pelaksanaan metode bercerita
agar menjadi satu kesatuan yang utuh dengan mengacu pada proses
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pada pembelajaran saat
menggunakan metode bercerita yang diterapkan.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik dan alat pengumpulan data merupakan dua hal yang harus ada dalam
suatu penelitian. Menurut Sugiyono (2015: 308) :
Bahwa teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utamaadalah penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalahmendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, makapeneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yangditetapkan .
Pengumpulan data merupakan hal yang perlu dilakukan dalam suatu
penelitian. Penelitian ini dalam mengumpulkan data telah menggunakan
beberapa teknik sebagai berikut:
1. Tes
Pengumpulan data dalam penelitian ini, yaitu menggunakan tes. Tes
merupakan teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data penelitian
berupa sederetan pertanyaan untuk mengetahui tentang kemampuan,
prestasi belajaran, intelegensi, dan bakat yang dimiliki oleh
seseorang, dalam penelitian ini tes digunakan sebagai alat ukur untuk
mengetahui pengetahuan guru tentang pengetahuan guru paud dalam
31
bercerita. Soal tes diberikan kepada guru-guru paud Kecamatan Tanjung
Senang.
2. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, menurut
Sugiyono (2014 : 329 ) “Metode dokumentasi untuk melengkapi data
yang bersifat dokumenter seperti dokumentasi gambar serta alat-alat yang
dapat menunjang dalam penelitian yang dilakukan”. Dokumentasi
dilakukan sebagai teknik pengumpulan data, berupa angka atau tulisan
dan gambar saat pelaksanaan kegiatan penelitian.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data penelitian. Berikut kisi-kisi instrumen yang digunakan
oleh peneliti :
Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Variabel Dimensi Indikator No ItemSoal
PengetahuanGuruPendidikanAnak UsiaDini DalamMenerapkanMetodeBerceritaPadaPembelajaranPAUD
Pengertianmetode bercerita
a. Pengertian metodebercerita
1,2,3
Perencanaankegiatan metodebercerita
Penentuan judul 4,5
Menetapkan tujuan dantema
6,7
Menetapkan bahan danalat
8,9
Pelaksanaankegiatan metodebercerita
a. Cara membawakan cerita 10,11,12
b. Teknik membawakancerita
13,14
Evaluasi kegiatanbercerita
Mengamati 15,16Merekam 17,18Melaporkan 19,20
32
G. Uji Instrumen
1. Uji Validitas
Validitas adalah ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau
kesahihan suatu instrumen. Uji validitas instrumen perlu dilakukan dalam
penelitian ini agar peneliti mengetahui apakah instrumen yang digunakan
valid atau tidak. Menurut Sugiyono (2015:173) “instrumen yang valid
berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu
valid”. Penelitian ini menggunakan uji validitas Product Moment,
dikarenakan dikontrol secara langsung dan melihat indikator-indikator
yang sesuai.
Gambar 3. Rumus Product Moment(Sugiyono, 2010)
Keterangan:r = Koefisienn = Jumlah respondenx = Jumlah skor itemy = Jumlah skor total (seluruh item)
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dalam suatu penelitian dilakukan untuk melihat
konsistensi suatu instrumen yang akan digunakan sebagai alat penelitian.
Menurut Sugiyono (2015: 173) mengemukakan bahwa instrumen yang
reliabel adalah instrumen yang apabila digunakan beberapa kali untuk
mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.
Pengujian ini dilakukan dengan cara mencoba instrumen sekali saja,
kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik belah dua dari
33
Spearman Brown dengan rumus dalam Sugiyono (2010: 131) adalah
sebagai berikut:
Gambar 4. Rumus Spearman Brown(Sugiyono, 2010)
Keterangan:ri = Reliabilitas internal seluruh instrumentrb = Korelasi produk moment antra belahan pertama dan kedua
3. Uji Kesukaran
Uji kesukaran merupakan langkah yang dilakukan untuk menguji tingkat
kesukaran instrumen yang akan dijadikan alat dalam suatu penelitian agar
dapat mengetahui hasil pembelajaran atau pengetahuan seseorang. Untuk
menguji tingkat kesukaran suatu instrumen dapat dilakukan
menggunakan rumus tingkat kesukaran menurut Arikunto (2010: 208) :
Gambar 5. Rumus Tingkat Uji KesukaranSumber : Arikunto (2010)
Keterangan:P = Angka indeks kesukaran itemB = Banyaknya responden yang menjawab benar pada butir itemJS = Jumlah responden
Data yang diperoleh dapat diintepretasikan dengan menggunakan tabel
kriteria tingkat kesukaran menurut Arikunto (2010: 210) sebagai berikut:
Tabel 3. Kriteria Tingkat KesukaranIndeks kesukaran Keterangan
1,00-0,30 Sukar
0,30-0,70 Sedang0,70-1,00 Mudah
Sumber: Arikunto (2013).
BP =
JS
ri =
34
4. Uji Daya Beda
Uji daya beda merupakan pengujian instrumen penelitian untuk
mengetahui taraf beda pada setiap item soal, sehingga dapat membedakan
responden masuk ke dalam kelompok pandai dan kelompok kurang..
Menguji daya beda suatu soal dapat digunakan rumus menurut
Arikunto (2010: 213) sebagai berikut:
Gambar 6. Rumus Uji Daya BedaSumber : Arikunto (2010)
Keterangan:D = daya pembeda item soalBA = banyaknya responden kelompok atas yang menjawab benar pada
setiap butir itemBB = banyaknya responden kelompok bawah yang menjawab benar pada
setiap butir itemJA = banyaknya peserta kelompok atasJB = banyaknya peserta kelompok bawah
Data yang diperoleh dapat diklasifikasikan dengan menggunakan kriteria
tingkat daya beda menurut Arikunto (2010) sebagai berikut:
Tabel 4. Kriteria Tingkat Daya BedaDaya pembeda item Keterangan
0,00-0,20 Jelek0,20-0,40 Cukup0,40-0,70 Baik0,70-100 Baik SekaliNegatif Tidak Baik
Sumber: Arikunto (2010).
D = BA – BBJA JB
35
H. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan setelah pertanyaan atau pernyataan dari soal tes
dinyatakan valid dan reliabel dan telah diketahui tingkat kesukaran dan daya
beda pada setiap soal yang telah diuji yang selanjutnya soal tersebut akan diisi
oleh guru sebagai sampel penelitian.
Setelah mendapatkan nilai rata-rata pada setiap dimensi maka untuk melihat
pengetahuan guru dalam metode bercerita peneliti membuat empat kategori
untuk memperjelas bagaimana pengetahuan guru PAUD yang ada di
Kecamatan Tanjung Senang dalam metode bercerita menggunakan rumus
interval :
Gambar 7. Rumus IntervalSumber : Hadi (2006)
Keterangan:i : IntervalNT : Nilai TertinggiNR : Nilai TerendahK : Banyaknya Kelas dari Kategori
Penentuan tingkat persentase digunakan rumus yang dikemukakan oleh
Arikunto (2006:184) sebagai berikut:
Gambar 8. Rumus PresentaseSumber : Arikunto (2010)
Keterangan :
P = Besarnya presentasiF = Jumlah skor yang diperoleh diseluruh itemN = Jumlah berkalian seluruh item dengan responden
i = (NT - NR)K
36
Adapun kriteria kategori penilaian yang digunakan untuk hasil analisis data
sebagai berikut:
Tabel 5. Kriteria Penilaian Analisis DataInterval Kategori
68 – 100 Tahu33 – 67 Cukup tahu0 – 32 Tidak Tahu
Penelitian ini memiliki peniliaian yang dimasukkan ke dalam kriteria
berdasarkan hasil nilai yang didapat oleh guru setelah mengisi soal tes yang
sudah dilakukan untuk mengetahui perbedaan guru yang tahu, kurang tahu
dan tidak tahu, yaitu:
Tabel 6. Penilaian Kriteria GuruKategori Kriteria
Tahu Guru mampu menjawab 14-20 soal dari20 soal
Kurang Tahu Guru mampu menjawab 7-13 soal dari20 soal
Tidak Tahu Guru mampu menjawab 1-6 soal dari 20soal
51
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Permasalahan dalam penelitian ini yaitu sebagian besar guru pendidikan
anak usia dini belum menerapkan metode bercerita, dan penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan guru pendidikan
anak usia dini dalam menerapkan metode bercerita pada pembelajaran
PAUD. Hasil penelitian yang telah dilakukan dari 17 Taman Kanak-kanak
dengan jumlah 80 guru yang berada di Kecamatan Tanjung Senang Bandar
Lampung, mendapatkan hasil 6 (7,81%) guru berada dalam kategori tahu,
55 (69,12) guru berada dalam kategori kurang tahu dan 19 (24,06%) guru
berada dalam kategori tidak tahu.
Berdasarkan hasil yang telah didapat bahwa pengetahuan guru pendidikan
anak usia yang berada di Kecamatan Tanjung Senang Bandar Lampung
dalam menerapkan metode bercerita pada pembelajaran berada dalam
kategori kurang tahu.
52
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dan kesimpulan, penulis
menyarankan kepada:
1. Guru
Hendaknya guru aktif dalam mencari informasi pembelajaran
menggunakan metode bercerita mengenai pengertian, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi guna aktif dalam mengikuti kegiatan
sosialisasi pembelajaran menggunakan metode bercerita yang
diselenggarakan oleh pemerintah.
2. Kepala Sekolah
Kepala sekolah hendaknya memfasilitasi, mendukung dan mendorong
seluruh guru untuk terus aktif mengikuti seminar dan pelatihan
mengenai metode bercerita guna mengembangkan kemampuan guru
dalam menggunakan metode bercerita dalam kegiatan untuk
menunjang proses pembelajaran di sekolah agar pembelajaran dapat
berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan pendidikan anak usia dini.
3. Peneliti Lain
Bagi peneliti lain harus dapat mempertimbangkan penelitian ini,
sebagai referensi agar hasil penelitian menjadi lebih baik lagi.
53
DAFTAR PUSTAKA
Amalia ,Taranindya Zulhi & Sa’diyah, Zaimatus. 2015. Bercerita Sebagai MetodeMengajar Bagi Guru Raudlatul Athfal Dalam Mengembangkan KemampuanDasar Bahasa Anak Usia Dini di Desa Ngembalrejo Bae, Kudus. (JurnalPendidikan). 3(2). Tersedia Online:http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/thufula/article/view/1292 Diaksespada tanggal 27 Januari 2018.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:Rineka Cipta.
Aziz, Abdul Majid, 2003. Mendidik Dengan Cerita. Bandung: Remaja RosdaKarya.
Burhanuddin, Salam. 2003. Pengantar Filsafat. Jakarta: Bumi aksara.
Daryanto. 2007. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Dewi, Marmawi & Sutarmanto. 2015. Strategi Guru Dalam PembelajaranMengembangkan Kemampuan Bercerita Pada Anak 5-6 Tahun Di TK.(Jurnal Pendidikan). 4(11). Tersedia Online:http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/view/12521 Diakses padatanggal 24 Maret 2018.
Dhien, Nurbiana dkk. 2009. Materi Pokok Metode Pengembangan Bahasa.Jakarta: Universitas Terbuka.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif.Jakarta: Rineka Cipta.
Fadillah, M. 2012. Desain Pembelajaran PAUD. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Fauziddin, Mohammad. 2014. Pembelajaran PAUD. Bandung: PT. RemajaRosdakarya.
Hadi, Sutrisno. 2006. Metodologi Penelitian. Yogjakarta: Andi Offset.
Idris, Muhamadd, 2008. Kiat Menjadi Guru Profesional. Yogyakarta: Ar-RuzzMedia
54
Kratka, Jana. 2015. Tacit Knowledge in Stories of Expert Teachers. RepublikCeko. (Jurnal Ilmu Sosial). 171(837). Tersedia Online:http://creativecommons.org/licenses/by-nc-nd/4.0/. Diakses pada tanggal 27Januari 2018.
Keraf, Gorys. 2001. Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Kanisius.
Latif, Mukhtar. 2016. Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:Kencana.
Mahhyuddin, Nenny. 2008. Asesmen Anak Usia Dini. Padang: Universitas Negeri
Padang.
Moeslichatoen. 2004. Metode Pengajaran Di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: PTRineka Cipta.
Mulyasa. E. 2008. Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatifdan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Musfiroh, Takdirun. 2005. Bermain Sambil Belajar dan Mengasah Kecerdasan.Jakarta: Direktorat Jendral Pendidik Tenaga Kependidikan dan TenagaPerguruan Tinggi
Mustakim, Muh. Nur. (2005). Peranan cerita dalam pembentukan perkembangananak TK. Jakarta: Depdiknas
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka cipta.
Permatasari, Andalusia Neneng dkk. 2017. Literasi Dini Dengan TeknikBercerita. Bandung. (Jurnal Pendidikan). 3(1). Tersedia Online:http://ejournal.upi.edu/index.php/familyedu/article/view/5887. Diakses padatanggal 24 Maret 2018.
Pusari, Ratna Wahyu & Karmila, Mila. 2013. Peningkatan Kompetensi BerceritaBagi Pendidik PAUD Se Kecamatan Tembalan. (Jurnal Pendidikan). 3(2).Tersedia Online: https://www.researchgate.net/publication/320128587.Diakses pada tanggal 24 Maret 2018.
Rahmah. 2016. Hubungan Pelatihan Bercerita Terhadap Kemampuan Guru DalamBercerita di Taman Kanak-kanak.(Jurnal Pendidikan). 1(11). TersediaOnline: http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jiv/article/view/3363 Diaksespada tanggal 30 Januari 2018.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sulastri. 2017. Implementasi Variasi Gaya Guru Mengajar Dalam MetodeBercerita di Taman Kanak – Kanak Negeri Pembina Kecamatan PontianakSelatan. (Jurnal Pendidikan). 4(2). Tersedia Online:http://repository.unmuhpnk.ac.id/128/. Diakses pada 27 Maret 2018.
55
Suyadi & Maulidya Ulfah. 2013. Konsep Dasar PAUD. Bandung: PT. RemajaRosdakarya.
Trianto. 2011. Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik Bagi Anak UsiaDini TK/RA & Anak Kelas Awal SD/MI. Jakarta: Kencana Prenada MediaGroup.
Undang-Undang, No 14 Tahun 2015 Tentang Guru dan Dosen Pasal 1.
Uno, Hamzah. 2012. Assessment Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Yusuf, Muri. 2014. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan PenelitianGabungan. Jakarta: Prenadamedia Group.