pengertian,penyebab,tahapan, dan tanda isolasi sosial (2)
DESCRIPTION
mnbhbTRANSCRIPT
Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Halusinasi,isolasi Sosial, dan Defisit Perawatan Diri
HG 3Esra Devi Tarida L FX Cindyanawati
Kartikaweni JuliansariNurhamidah Rangkuti
Nurma Harlianti Nurullah Agustya Silvia Indri AprianYeni Yulia Saputri
TUJUAN PRESENTASI
• Menjelaskan tentang defenisi,tanda dan gejala Faktor penyebab dan fase-fase skizoprenia serta psikodinamikanya
• Menjelaskan tentang defenisi,tahapan,tanda dan gejala, serta psikodinamika isolasi sosial.
• Menjelaskan tentang defenisi, penyebab, tahapan, jenis-jenis,tanda dan gejala,, rentang respon dari halusinasi
• Menjelaskan asuhan keprawatan pada klien dengan halusinasi, isolasi sosial, dan defisit perawatan diri
OUTLINE
Skizoprenia
Defenisi,tanda dan gejala,faktor penyebab,fase -
fase
Halusinasi
Defenisi, penyebab, tahapan, jenis-jenis,tanda dan gejala,,
rentang respon
Isolasi sosial
Defenisi, , tahapan, tanda dan gejala,Psikodinamika
( faktor predisposisi, faktor presipitasi, rentang respon )
Asuhan keperawatan Penatalaksanaan
Skizofrenia
Definisi Skizofrenia
Tanda&Gejala Skizofrenia
Faktor Penyebab
Skizofrenia
Fase-fase Skizofrenia
Definisi Skizofrenia
Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang bersifat merusak yang melibatkan gangguan berpikir (delusi), persepsi (halusinasi), pembicaraan, emosi, dan perilaku, (Mark Durand dan David H. Barlow, 2007).
Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang ditandai dengan pikiran yang terpecah (split) yang mendasari perilaku menyimpang (tidak lazim), seperti asosiative spliting dalam fungsi-fungsi dasar kepribadiannya, (Eugen Bleur dalam Mark Durand dan David H. Barlow, 2007).
Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang ditandai dengan gangguan komunikasi, bahasa, pikiran, persepsi, dan perilaku (Linda C. Copel, 2007).
Faktor Penyebab SkizofreniaFaktor Biologis
Fokus : Faktor genetik, dan perubahan abnormal neuroanatomis dan neurokimia (struktur dan fungsi otak).
Faktor Genetik berfokus pada keluarga terdekat, seperti orang tua, saudara kandung, dan anak cucu untuk melihat apakah skizofrenia
diwariskan atau diturunkan secara genetik.
Perubahan abnormal neuroanatomis dan neurokimia mempengaruhi fungsi otak. Penderita skizofrenia memilki jaringan otak relatif lebih
sedikit. Hal tersebut dapat memperlihatkan suatu kegagalan perkembangan atau kehilangan jaringan selanjutnya.
Faktor Penyebab Sizofrenia lanjt.
1. Stress berat akibat tidak adanya dukungan orang tua, orang tua yang bersikap dingin, dominan, atau penolakan
2. Sikap permusuhan, kritikan, dan keterlibatan emosional yang terlalu mendalam dari anggota keluarga atau lingkungan
3. Stress atau konflik akibat peperangan4. Manifestasi perilaku abnormal, seperti delusi, halusinasi, dan
gerakan tubuh yang ganjil atau pembicaraan disorganisasi5. Expressed emotional yang tinggi atau terlalu rendah6. Double bind communication yaitu penyampaian komunikasi dalam
keluarga yang saling bertentangan, misalnya komunikasi penegakan disiplin yang inkonsisten atau berbeda-beda antara kedua orang tua
Faktor Psikologis
Faktor Penyebab Skizofrenia lanjt.
1. Pola asuh dan adopsi keluarga, terutama pada keluarga yang memiliki latar belakang gangguan skizofrenia
2. Penilaian masyarakat sekitarnya yang menganggap bahwa skizofrenia merupakan kepribadian yang buruk
3. Adanya kepedihan emosi dan keyakinan yang salah, seperti delusi dan halusinasi yang menyebabkannya menarik diri
4. Tuntutan hidup lingkungan yang tinggi sehingga penderita tidak mampu mengikuti segala aturan yang berlaku
Faktor Sosial
Tanda & Gejala SkizofreniaNo Gejala Positif (Gejala Nyata) Gejala Negatif (Gejala Samar)1 Halusinasi: persepsi sensori yang
salah atau pengalaman persepsi yang tidak terjadi dalam realitas
Apati: perasaan tidak peduli terhadap individu, aktivitas, dan peristiwa
2 Waham: keyakinan yang salah dan dipertahankan yang tidak memiliki dasar dalam realitas
Alogia: kecenderungan berbicara sangat sedikit dan makna isi sedikit
3 Ekopraksia: peniruan gerakan atau gestur orang lain yang diamati klien
Afek datar: tidak adanya ekspresi wajah yang akan menunjukan emosi atau mood
4 Flight of ideas: aliran verbalisasi yang terus menerus saat individu melompat dari satu topic ke topic lain dengan cepat
Afek tumpul: rentang keadaan perasaan emosional atau mood yang terbatas
5 Asosiasi longgar: pikiran atau gagasan yang terpecah-pecah atau buruk
Anhedonia: merasa tidak senang atau tidak gembira dalam menjalani hidup, aktivitas, atau hubungan
Tanda & Gejala lanjt.No Gejala Positif (Gejala Nyata) Gejala Negatif (Gejala Samar)
6 Perseverasi: terus-menerus membicarakan satu topik, pengeluaran kalimat, kata atau frasa secara verbal, dan menolak untuk mengubah topik tersebut
Katatonia: imobilitas karena faktor psikologis, terkadang ditandai dengan periode agitasi atau gembira, klien tampak tidak bergerak, seolah-olah dalam keadaan setengah sadar
7 Ambivalensi: mempertahankan keyakinan atau perasaan yang tampak kontradiktif tentang individu, peristiwa, atau situasi yang sama
Tidak memiliki kemauan: tidak adanya keinginan, ambisi, atau dorongan untuk bertindak atau melakukan tugas-tugas.
Fase-fase SkizofreniaFase Prodromal
Fase Aktif
Fase Residual
Fase Prodromal
• Mengalami penurunan fungsi perawatan diri, sosial, waktu luang, pekerjaan, atau pendidikan akademis.
• Berlangsung 6-12 bulan samapi timbul gejala positif dan negatif skizofrenia.
Fase Aktif
• Penderita sudah menunjukan gejala psikotik umumnya
• Penderita harus diberikan asuhan keperawatan yang bersifat hospitalistik, seperti terapeutik psikiatrik
• Fokus: rehabilitasi psikiatrik terutama pada pikiran, perasaan, dan perilaku.
Fase Residual
• Pola pembicaraan melantur, memiliki ide-ide yang rumit, merasa mengetahui kehidupan masa yang akan datang, dan penarikan diri dari relasi sosial.
Halusinasi
• Halusinasi merupakan salah satu gangguan persepsi, dimana terjadi pengalaman panca indera tanpa adanya rangsangan sensorik (persepsi indera yang salah) (Mark Durran dan David H. Barlow, 2007).
• Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi, suatu pencerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar (Maramis, 1998).
Penyebab Halusinasi
Faktor perkembangan
Faktor biologik
Faktor sosiokultural
Faktor keluarga
Tahapan Intensitas Halusinasi
• Menyenangkan• Ansietas tingkat sedang
Comforting
Jenis-jenis Halusinasi
1. Halusinasi penglihatan (optik)
2. Halusinasi pendengaran
3. Halusinasi penciuman
4. Halusinasi pengecap 5. Halusinasi peraba6. Halusinasi kinestetik7. Halusinasi visceral 8. Halusinasi hipnopompik 9. Halusinasi hipnagogik
Tanda & gejala menarik diri duduk terpaku dengan pandangan mata pada satu arah
tertentu tersenyum atau berbicara sendiri marah atau menyerang orang lain gelisah melakukan gerakan seperti sedang me nikmati sesuatu. klien tidak
tampak bercakap-cakap dengan klien lain atau perawat tidak ada kontak mata dan klien sering menundu, berdiam diri di kamar (kurang mobilitas), klien memutuskan percakapan atau pergi jika diajak bercakap-
cakap, tidak melakukan kegiatan sehari-hari.
Rentang respon halusinasi
Isolasi sosial
Definisi Isolasi sosial merupakan kondisi ketika individu atau kelompok mengalami, atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk lebih terlibat dalam aktivitas bersama orang lain, tetapi tidak mampu mewujudkannya
Isolasi sosial merupakan kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu keadaan yang negatif atau mengancam (Townsend, 1998).
Isolasi sosial adalah kesepian yang dialami oleh individu dan dirasakan saat didorong oleh keberadaan orang lain dan sebagai pernyataan yang negatif atau mengancam (NANDA, 2012).
Tahapan
Konsep diri negatif harga diri rendah isolasi sosial
Tanda dan Gejala
kurang spontan
Kurang energi (tenaga) Aktivitas menurun. Tidak atau kurang sadar dengan lingkungan sekitar.
ekspresi wajah kurang berseri (ekspresi sedih).
tidak bercakap-cakap dengan klien lain atau perawat.
Klien memutuskan percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap. Harga diri rendah
apatis (acuh terhadap lingkungan)
PSDIKODINAMIKA Faktor predisposisi Faktor perkembangan
Remaja
Dewasa awal
Lansia Dewasa tengah
gangguan proses tumbuh kembang
masalah komunikasi dalam keluarga
Cont.
• Presipitasifaktor sosial budaya, misalnya perceraian
Stresor psikologis Misal cemas
Stresor biologi, misalnya skizofrenia
Rentang Respon Sosial (Stuart dan laria ,2005)
Solitude ( Autonomy Mutualityinterdipendence
lonelines withdrawalDependence
manipulationImpulsiiveNarcissim
Respon Adaptif Respon Maladaptif
Penatalaksanaan Medis
Terapi
biologis
antipsikosis
terapi elektrokonvulsif
Insulin
Pengekangan
psikologis
Keluarga
kelompok
antipsikotik
konvensional
Efek serius, lama penggunaanya
Contoh : Haldol, stelazine, mellaril, thorazine,navane, trilafon, prolixin
Newer Atypical Antipsycotics
Efek < konvensional
Contoh :Riperdal, seroquel atau zyprexa
Clozaril
Antiprikotik atipikal pertama,Efek samping jarang tapi serius
Ex: menurunkan leukosit
Contoh
Chlorpromazine (CPZ)
Trifluoperasin (Stelazine)
Tioridiasin (Melleril)
Diazepam (Valium)
Halloperidol (Haldol, Serenec)
Thrihexyfenidil (THP)
Efek samping
Reaksi dystonia IntervensiReaksi dystonia(Kelainan gerakan dimana kontraksi otot yang terus menerus menyebabkan gerakan berputar dan berulang atau menyebabkan sikap tubuh yang abnormal)
Berikan obat-obatan sesuai dengan program; kaji keefekifannya. Tenangkan klien jika ia merasa takut.
Dyskinesia tardif Intervensi(gerakan abnormal yang lambat, biasanya bermanifestasi sebagai gerakan mengunyah, terkadang protusi lidah, mengecapkan bibir, gerakan choreiformis minor dari jari dan jempol dan kadang juga pada ekstremitas besar dan badan)
Kaji dengan menggunakan instrument seperti AIMS (Abnormal Involuntery Movement scele)* ; laporkan kejadian atau peningkatan nilai kepada dokter..
VIDEO
Sindrom maligna neuroeptik (hipertermi, rigiditas atau kaku , disregulasi otonom dan perubahan kesadaran)
Hentikan semua antipsikotik, beritahu dokter segera.
Akatisia (kecemasan untuk menggerakkan tubuh)
Berikan obat-oabatan sesuai program; kaji keefektifannya
Efek samping ekstrapiramida atau parkinsonisme yang diinduksi neuroleptik (drooling, gangguan pergerakan otot-otot jadi lebih lambat dan kaku).
Berikan obat-obatan sesuai program; kaji keefektifannya, ajarkan klien untuk sering bergerak tanpa mengurangi waktu untuk beristirahat.
Kejang Hentikan pemberian obat, beritahu dokter, lindungi klien dari cedera selama kejang, tenangkan klien dan beri privasi klien setelah kejang.
Sedasi (ngantuk)
Ingatkan klien tentang aktivitas yang memerlukan kewaspadaan, seperti mengemudi mobil.
Fotosensivitas (alergi matahari)
Hindari pajanan sinar matahari, ketika berada di bawah sinar matahari pakai baju pelindung dan losion tabir surya.
Gejala anti kolinergikMulut kering Gunakan keeping es atau permen padat
untukmengatasi mulut kering
Pandangan kabur Kaji efek samping yang seharusnya membaik sejalan dengan waktu, laporkan kepada dokter jika tidak ada perbaikan
Konstipasi Tingkatkan asupan cairan dan makanan berserat, mungkin memerlukan pelunak feses jika tidak ada perubahan
Retensi urin Instruksikan klien untuk melaporkan jika ada rasa terbakar setiap kali berkemih atau sering berkemih, laporkan kepada dokter jika tidak ada perbaikan sepanjang waktu
Hipotensi ortostatik (penurunan tekanan darah yang terjadi tiba-tiba saat berubah posisi dari telentang ke posisi duduk atau tegak)
Instruksikan klien unutk bangkit dengan perlahan dan posisi duduk atau berbaring ketika ingin berjalan tunggu sampai pusing atau pening hilang.
ECT (Electro Convulsive Therapy)Electro Convulsive therapy (ECT)
dilakukan dengan pemberian arus listrik yang berkekuatan cukup rendah yang diberikan secara singkat melalui elektroda yang ditempelkan pada temporal kepala (pelipis kiri & kanan). ECT digunakan untuk menghasilkan suatu kejang tonik klonik umum (berlangsung 25-150 detik) dengan efek terapeutik (Gail Wiscarz Sundeen,1998).
peran perawat dalam pelaksanaan ECT 1. Prsiapan pasien sebelum pelaksanaan, yaitu dengan
memberikan penjelasan tentang tindakan apa yang akan dilakukan pada pasien tersebut
2. pasien dipuasakan enam jam sebelum tindakan3. pemeriksaan fisik seperti pemeriksaan tekanan darah, nadi,
pernafasan dan suhu badan serta pemeriksaan lainnya.4. Untuk post tindakan ECT, pasien harus dilakukan observasi,
posisi kepala harus dimiringkan untuk mewaspadai terjadinya postural hipotensi, pasien harus didampingi saat mulai sadar dan kondisi vitalnya harus dimonitor sampai pada tahap evaluasi.
Terapi Insulin
Terapi koma insulin adalah terapi pemberian insulin pada klien skizofrenia yang dosisnya kian hari kian bertambah. Hingga pada kondisi tertentu dapat membuat klien menjadi koma. Koma itu dihentikan dengan memberikan lewat hidung atau mulut melalui pipa atau melalui pembuluh darah. Kontraindikasinya antaralain pada klien yang jantung lemah, TBC atau arteriosklerosis. Sejauh ini, penelitian menunjukkan hasil yang beragam, ada penelitian yang menunjukkan pemberian terapi koma insulin dengan psikoterapi akan meningkatkan ke kesembuhan.
Pengobatan
Tidak patuh
Relaps
Relaps
Sakit
Multi Obat
Frekuensi Pemberian
Efek samping
Harga obat
Rasa obat
Asuhan Keperawatan
Kasus
Asuhan Keperawatan: Analisa Data
Data Masalah Keperawatan
S: Pasien mengatakan sering mendengar suara yang ingin membunuh dirinya. O: Pasien tampak bicara dan tertawa sendiri S: Pasien mengatakan suara itu sangat menakutkan sehinggapasien merasa kesal dan merusak barang-barang agar suara tersebut hilangO: Pasien tampak sering menyendiri, duduk di ruangan S: Pasien dirawat dengan alasan tidak mampu mengurus diriO: Pasien tampak sering tiduran di tempat tidur
Gangguan sensori persepsi: halusinasi dengar/suara Isolasi Sosial
Defisit Perawatan Diri
Pohon diagnosa
Defisit perawatan diri
Halusinasi
Isolasi sosial
Asuhan Keperawatan Klien dengan Halusinasi
• Pengertian halusinasi: Menurut Keliat (2007), halusinasi adalah salah
satu gejala gangguan jiwa di mana pasien mengalami perubahan sensori persepsi; merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan perabaan atau penghiduan.
Asuhan Keperawatan Klien dengan Halusinasi:Pengkajian Halusinasi
1. Jenis dan Isi halusinasi
Asuhan Keperawatan Klien dengan Halusinasi:Pengkajian Halusinasi
2. Waktu, frekuensi, dan situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi.
“kapan halusinasi terjadi? Apakah pagi, siang, sore, atau malam? Jika mungkin pukul berapa?”
“frekuensi terjadinya apakah terus-menerus atau hanya sesekali?”
“situasi terjadinya apakah ketika sendiri, atau setelah kejadian tertentu?”
Asuhan Keperawatan Klien dengan Halusinasi:Pengkajian Halusinasi
3. Respon terhadap halusinasi. Data ini didapat dari keluarga atau dengan mengobservasi perilaku pasien saat halusinasi timbul.
Asuhan Keperawatan Klien dengan Halusinasi: Pengkajian
Data Masalah Keperawatan
S: Pasien mengatakan sering mendengar suara yang ingin membunuh dirinya. O: Pasien tampak bicara dan tertawa sendiri
Gangguan sensori persepsi: halusinasi dengar/suara
Asuhan Keperawatan Klien dengan Halusinasi: Pengkajian
1. Identitas Klien2. Keluhan utama/alasan masuk
Klien sering marah-marah, merusak barang, dan tidak mampu mengurus diri. Serta sering mendengan suara menakutkan yang ingin membunuh dirinya. Sehingga pasien merasa kesal dan merusak barang-barang agar suara tersebut hilang serta terkadang klien tampak berjalan mondar-mandir.
3. Faktor predisposisi: Klien sering menengar suara menakutkan4. Riwayat kesehatan: Klien pernah dirawat di rumah sakit jiwa
3 tahun yang lalu dengan alasan yang sama5. Sumber koping6. Mekanisme koping: Merusak barang-barang (marah/kesal)
Diagnosa Keperawatan: Gangguan sensori persepsi: halusinasi dengar
DO: Pasien tampak bicara dan tertawa sendiri
DS: Pasien mengatakan sering mendengar suara yang ingin membunuh dirinya.
Tujuan/kriteria evaluasi:
1. Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya
2. Pasien dapat mengontrol halusinasinya
3. Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal
Tujuan jangka pendek:
1. Klien menetapkan kendali atas proses halusinasi
2. Klien mendiskusikan isu-isu yang menekankan realitas
Intervensi Rasional
Melatih pasien mengontrol halusinasi:a. Menghardik halusinasi (menjelaskan cara
menghardik, memperagakan cara menghardik, meminta pasien memperagakan ulan, memantau penerapan serta menguatkan perilaku pasien
b. Bercakap-cakap dengan orang lainc. Melakukan aktivitas yang terjadwal menjelaskan pentingya aktivitas teratur mendiskusikan aktivitas yang biasa
dilakukan oleh pasien melatih pasien melakukan aktivitas menyusun jadwal aktivitas sehari-hari memantau pelaksanaan jadwal aktivitas)d. Penggunaan obat secara teratur jelaskan kegunaan obat jelaskan akibat putus obat jelaskan cara mendapatkan obat/berobate. Lakukan terapi aktivitas kelompok
Menghardik halusinasi merupakan upaya untuk mengendalikan diri terhadap halusinasi dengan cara menolak halusinasi yang timbul
Dapat membantu dalam mengalihkan fokus perhatian pasien (distraksi)
Dengan aktivitas yang terjadwal, pasien tidak akan mengalami banyak waktu luang sendiri yang seringkali mencetuskan halusinasi
Pasien sering kali mengalami putus obat, akibatnya pasien sering mengalami kekambuhan
Tujuan jangka pendek #1a. Monitor tanda-tanda halusinasi pada klien,
misalnya menoleh ke salah satu sisi, melihat sekeliling ruangan, dan berbicara sendiri
b. Dorong klien untuk menceritakan isi halusinasi
c. Bia halusinasi timbul, orientasikan klien pada realita dan beri umpan balik berdasarkan situasi saat itu.
d. Jangan menyangkal engalaman klien, namun terangkan bahwa persepsi sensori klien tidak sama dengan persepsi sensori orang lain
e. Berbicara dengan klien saat sedang mengalami halusinasi secara aktif
f. Beritahu klien tentang cara-cara hubungan interpersonal yang dapat membantu memenuhi kebutuhan, mengurangi ansietas dan menurunkan kebutuhan untuk berhalusinasi
g. Bantu klien ntuk mengidentifikasi perasaan mana yang mengarahkannya pada halusinasi.
h. Ajarkan teknik distraksi pada klien, seperti bernyanyi mengiringi music, mendengarkan radio, membaca dengan suara keras.
a. Intervensi yang tepat dan segera dapat memungkinkan klien mengelola halusinasi atau membicaraan isi halusinasi tersebut
b. Perawat harus mengetahui isi halusinasi agar dapat membantu klien memproses pikiran dan perasaan yang berhubungan dengan halusinasi tersebut
c. Orientasi akan mengurangi ansietas dan membantu klien untuk bertahan pada situasi yang berdasarkan realita
d. Kejujuran perawat membantu klien menyadari bahwa halusinasi merupakan pengalaman internal klien yang tidak didasari oleh ralita eksternal
e. Hal ini memberi rangsang saingan atau membantu klien memahami isu-isu di balik halusinasi seperti harga diri, kemarahan, an ketakutan
f. Klien memerlukan bantuan untuk mengembangkan hubungan dengan sesamanya karena mereka telah beajar untuk menggantungkan diri pada suara-suara jika mereka sedang sendirian
g. Mengalihkan perhatian klien dari isi halusinasi ke isi perasaan awal akan membantu klien meningkatkan pemahaman diri
h. Distraksi dapat digunakan untuk membawa klien yang berhalusinasi aktif kembali ke kenyataan
i. Sediakan klien kesempatan untuk terlibat dalam aktivitas konkret, seperti karya seni, musik, permainan, dan tugas-tugas khusus
Tujuan jangka pendek #2j. Kuatkan semua percakapan yang
mengacu pada realitas
k. Ajarkan klien tentang sifat halusinasi dan bagaimana pengalaman afektif serta peristiwa eksternal dapat membangkitkan halusinasi
l. Ajarkan klien beberapa strategi untuk menurunkan stress melalui latihan dan penghindaran stressor yang sudah dikenal
Halusinasi sering kali lebih mengganggu jika klien seorang diri dan pikirnnya kosong
Penguatan positif meningkatkan kecenderungan untuk melanjutkan perilaku yang berdasarkan realitas
Membantu klien memahami peristiwa mana yang membangkitkan halusinasi akan meningkatkan keterampilan koping
Mengurangi stress akan menurunkan timbulnya halusinasi
Terapi Aktivitas Kelompok
• Sesi I: Mengenal halusinasi• Sesi II: Mengontrol dengan menghardik• Sesi III: Mengontrol halusinasi dengan
melakukan kegiatan• Sesi IV: Mencegah halusinasi dengan
bercakap-cakap• Sesi V: Mengontrol halusinasi dengan patuh
minum obat
DIAGNOSA ISOLASI SOSIAL
Definisi Isolasi sosial adalah keadaan ketika seorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.
Data pengkajian 1. Status klien adalah duda2. Klien tinggal dirumah yang hanya
ditemani dengan seorang pembantu.3. Klien tidak bekerja
A. Tindakan Untuk Pasien No Tujuan Intervensi Rasional Hasil yang diharapkan
1 Pasien dapat membina hubungan saling percaya
1. Ucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien
2. Bekenalan dengan pasien (nama lengkap, namapanggilan dan tanyakan nama lengkap dan nama panggilan pasien)
3. Tanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini
4. Buat kontrak asuhan; apa yang perawat akan lakukan bersama pasien, berapa lama akan dikerjakan dan tempat pelaksanaan kegiatan.
5. Jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh untuk kepentingan terapi
6. Tunjukkan sikap empati terhadap pasien setiap saat
7. Penuhi kebutuhan dasar pasien jika mungkin
Hubungan saling percaya dapat melancarkan kegiatan berinteraksi
Terbina kepercayaan antara perawat dengan klien sehingga klien mau mengungkapkan dan mengekspresikan perasaannya dengan nyaman kepada perawat
2 Pasien dapat menyadari penyebab isolasi sosial
1. Tanyakan pendapat pasien tentang kebiasaan berinteraksi dengan orang lain
2. Tanyakan penyebab pasien tidak ingin berinteraksi dengan orang lain
Mengetahui pandangan klien tentang berhubungan dengan orang lain dapat membantu tindakan selanjutnya.
pasien memiliki keinginan untuk mulai berinteraksi dengan orang lain
No Tujuan Intervensi Rasional Hasil yang diharapkan
3 Dapat berinteraksi dengan orang lain
1. Bantu pasien untuk mengenal manfaat berhubungan dengan orang lain, dengan cara mendiskusikan manfaat jika pasien memiliki banyak teman.
2. Membantu pasien mengenal kerugian tidak berhubungan dengan cara sebagai berikut;a. Mendiskusikan merugian jika pasien hanya mengurung diri
dan tidak bergaul dengan orang lainb. Jelaskan pengaruh isolasi social terhadap kesehatan fisik
pasien
3. Membantu pasien untuk berinteraksi dengan orang lan secara bertahap;c. Memberikan kesempatan pasien mempraktikan cara
berinteraksi dengan orang lain yang dilakukan dihadapan perawat.
d. Mulai bantu pasien berinteraksi dengan satu orang (pasien, perawat, atau keluarga)
e. Jika pasien sudah menunjukkan kemjuan, tingkatkan jumlah interaksi dengan dua, tiga, empat orang, dst.
f. Memberikan pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah dilakukan pasien
g. Mendengarkan ekspresi perasaan pasien setelah berinteraksi dengan orang lain. Mungkin pasien akan mengungkapkan keberhasilan atau kegagalan. Berikan dorongan terus-menerus agar pasien tetap semangat meningkatkan interaksinya.
Kesempatan untuk mempersiapkan interaksi akan menimbulkan rasa nyaman dan harga diri pasien. Selain itu, umpan balik positif menguatkan perilaku yang diinginkan dan meningkatkan harga diri
Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain.
B. Untuk keluargaNo Tujuan Intervensi Rasional Hasil yang diharapkan
1. Setelah tindakan keperawatan, keluarga dapat merawat pasien .
1. Hubungi pihak keluarga atau kerabat pasien
2. Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien.
3. Jelaskan tentang:a. Maslah isolasi social dan
dampaknya pada pasien
b. Penyebab isolasi socialc. Cara-cara merawat pasien: *
4. Peragakan cara merawat pasien dengan isolasi social
5. Bantu keluarga mempraktikan cara merawat yang telah dipelajari, mendiskusikan masalah yang dihadapi
6. Susun perencanaan pulang bersama keluarga.
Kelurga atau kerabat dekat pasien merupakan system pendukung utama bagi pasien.
Klien mendapatkan dukungan dan perawatan dari keluarga atau kerbat dekat pasien, sehingga pasien dapat meningkatkan interaksinya kepada orang lain.
-Family care-Cara-cara merawat pasien
1) Bina hubungan saling percaya dengan pasien dengan cara bersikap peduli
dan tidak ingkar janji
2) Berikan semangat dan dorongan kepada pasien untuk dapat melakukan
kegiatan bersama-sama dengan orang lain, yaitu tidak mencela
kondisi pasien dan berikan pujian yang wajar.
3) Tidak membiarkan pasien sendirian dirumah
4) Membuat rencana atau jadwal bercakap-cakap dengan pasien
Diagnosa Defisit Perawatan Diri
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional Kriteria Hasil
Defisit Perawatan Diri
Untuk meningkatkan kemampuan klien dalam merawat diri secara mandiri.
1. Memberikan bantuan akan keperluan kebersihan diri yang merupakan kebutuhan. Beberapa klien mungkin membutuhkan perawatan total.
2. Mendorong klien untuk melakukan sebanyak mungkin kegiatan secara mandiri. Memberikan dukungan positif untuk prestasi kemandirian klien.
3. Gunakan komunikasi konkret untuk menunjukkan apa yang diharapkan klien. Contoh: "Mengambil sendok, sendok beberapa kentang tumbuk ke dalamnya, dan memasukkannya ke dalam mulut perawat.”
Keamanan dan kenyamanan klien merupakan prioritas keperawatan.
Untuk meningkatkan harga diri dan mempromosikan pengulangan perilaku yang diinginkan.
Karena pemikiran konkret berlaku, penjelasan harus diberikan sesuai dengan tingkat pemahaman klien.
Klien akan menunjukkan kemampuan-nya untuk memenuhi kebutuhan merawat diri dengan mandiri.
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional Kriteria Hasil
Defisit Perawatan Diri
Untuk meningkatkan kemampuan klien dalam merawat diri secara mandiri.
4. Pendekatan kreatif mungkin perlu diambil dengan klien yang tidak makan, seperti memungkinkan klien untuk membuka makanan kaleng atau kemasan sendiri; gaya keluarga melayani juga bisa menjadi pilihan.
5. Jika toilleting tidak terpenuhi, perawat membuat jadwal yang terstruktur untuk klien.
Teknik ini mungkin akan sangat membantu terhadap klien yang paranoid dan mungkin juga ia curiga sedang diracuni dengan makanan atau obat-obatan.
Sebuah jadwal terstruktur akan membantu klien membangun pola toilleting sehingga klien dapat mengembangkan kebiasaan toilleting secara mandiri.
Klien akan menunjukkan kemampuan-nya untuk memenuhi kebutuhan merawat diri dengan mandiri.
Daftar PustakaFortinash, Katherine M., et all.(2003). Psychiatric nursing care plans, 4th
edition. Mosby-Year Book Inc, St. Louis-USA.Keliat, B.A, Panjaitan, R.U., & Helena, N.(2006). Proses Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Edisi 2. Jakarta: EGCPieter, Zan Herri., dkk. (2011). Pengantar Psikopatologi untuk
Keperawatan. Jakarta: KencanaPotter, Patricia A and Perry, Anne Griffin. (2005). Fundamental
keperawatan: konsep, proses, dan praktik edisi 4 volume 1. Jakarta: EGC.
Stuart, G. W., &Laraia, M. T. (2005).Principles and practice ofPsychiatric Nursing (8th ed.). St. Louis: Mosby, Elsevier.
Sunaryo. (2004). Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta. EGCVidebeck, Sheila L; alih bahasa Renata Komalasari. (2008). Buku Ajar
Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
• Keliat, B.A, Panjaitan, R.U., & Helena, N.(2006). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 2. Jakarta: EGC
• • Pieter, herri zan., dkk. (2011). Pengantar Psikopatologi
untuk Keperawatan. Jakarta. Kencana Prenada Media Group
• Sunaryo. (2004). Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta. EGC
• Stuart, G.W.,& Sundeen, S.J (1995). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. St. Louis: Mosby Year Book.
• Maslim R. 2003. Diagnosis Gangguan Jiwa: Ringkasan Ringkas dari PPDGJ-III. Jakarta: Nuh Jaya.
• Spar, James E., Rue Asenath La. 2006. Clinical Manual of Geriatric psychiatry. USA: American Psychiatric publishing.
• Davidson, Gerald C., Neale John M., Kring Ann M. 2006. Psychology Abnormal 9th ed. UK : John Willy & Son.
• Videbeck, SheilaL. 2001. Psychiatric Mental Health Nursing. USA : Lippincott Williams & Wilkins.
Terimakasih