pengendalian gulma pada kelapa sawit
TRANSCRIPT
Pengendalian Gulma pada Kelapa Sawit
1. PENDAHULUAN
Perkembangan pertanian dewasa ini menunjukkan kemajuan yang semakin pesat. Namun bersamaan
dengan itu banyak segi yang secara langsung ataupun tak langsung dapat memacu pertumbuhan
gulma, seperti penanaman dalam baris, jarak tanam yang lebar, mekanisasi, pengairan, penggunaan
bahan?bahan kimia berupa pupuk dan pestisida. Berarti dengan meningkatnya intensifikasi pertanian
maka masalah gulma tidaklah semakin ringan, tetapi justru semakin berat. Keadaan suhu yang relatif
tinggi, cahaya matahari melimpah, dan curah hujan yang cukup di daerah tropik, ikut mendorong
gulma untuk tumbuh subur. Akibatnya gulma menjadi masalah dalam budidaya tanaman pangan,
perkebunan, hortikultura, perairan, dan lahan non pertanian lainnya.
2. PENGERTIAN ISTILAH GULMA
Gulma adalah tumbuh-tumbuhan (tidak termasuk jamur) yang tumbuh pada tempat yang tidak
diinginkan sehingga menimbulkan kerugian bagi tujuan manusia. Istilah gulma mempunyai
pengertian yang sama dengan istilah weed dalam Bahasa Inggris.
Rumusan kerugian yang ditimbulkan dalam definisi gulma tidak terbatas hanya pada produksi
tanaman saja, tetapi juga mencakup usaha-usaha manusia lainnya didalam mencapai tujuan,
termasuk nilai-nilai estetika.
Tumbuhan yang lazim menjadi gulma mempunyai beberapa ciri yang khusus yaitu :
Pertumbuhannya cepat
Mempunyai daya bersaing yang kuat dalam perebutan faktor-faktor kebutuhan hidup.
Mempunyai toleransi yang besar terhadap suasana lingkungan yang ekstrim.
Mempunyai daya berkembang-biak yang besar baik secara generatif, vegetatif atau kedua-
duanya.
Alat perkembang-biakannya mudah tersebar melalui angin, air maupun binatang.
Biji mempunyai sifat dormansi yang memungkinkannya untuk bertahan hidup dalam kondisi yang
tidak menguntungkan.
3. STATUS DAN PENGGOLONGAN GULMA
3.1. PENGGOLONGAN GULMA BERDASARKAN STATUSNYA
Status gulma dimaksudkan sebagai istilah rumusan yang menunjukkan potensi suatu jenis gulma
dalam menimbulkan kerugian/gangguan atau memberikan keuntungan dalam pengusahaan
tanaman. Status suatu jenis gulma tertentu ditentukan efek yang ditimbulkannya dalam
persaingan unsur hara, air dan cahaya, mendorong timbulnya gangguan hama dan penyakit
tanaman serta efeknya dalam mengganggu kegiatan eksploitasi dan manajemen tanaman. Jadi
status gulma memberikan petunjuk tentang kadar disukai atau tidaknya suatu jenis gulma yang
tumbuh di tempat tumbuhnya.
3.2. PENGGOLONGAN GULMA BERDASARKAN STATUSNYA
Secara umum status gulma dapat digolongkan menjadi 5 (lima) golongan yaitu :
Golongan A : Pada umumnya bermanfaat.
Golongan B : Pada umumnya kurang merugikan tetapi perlu pengendalian.
Golongan C : Merugikan, bergantung pada keadaan perlu pengendalian.
Golongan D : Merugikan perlu pengendalian atau pemberantasan.
Golongan E : Merugikan perlu pemberantasan.
Gol Nama Botani
A
Colopogonium caeruleum CC
4. KARAKTERSITIK GULMA
Dikenal berbagai sistem klasifikasi gulma yang menggambarkan karakteristiknya, seperti kalsifikasi
berdasarkan karekteristik reproduksi, bentuk kehidupan, botani dan lain-lain.
Menurut klasifikasi gulma dibedakan menjadi : rumput, teki dan daun lebar.
Berdasarkan bentuk masa pertumbuhan terdiri atas : gulma berkayu, gulma air, gulma merambat
termasuk epiphytes dan parasit.
Ditinjau dari siklus hidupnya dikenal : gulma semusim, dua musim dan tahunan.
Beberapa jenis gulma mungkin termasuk kombinasi dari karakteristik-karakteristik tersebut.
4.1. RUMPUT (GRASSES)
Rumput mempunyai batang bulat atau pipih dan berongga. Kesamaannya dengan teki karena
bentuk daunnya sama-sama sempit, tetapi dari sudut pengendalian terutama responnya
terhadap herbisida berbeda.
Berdasarkan bentuk masa pertumbuhan dibedakan rumput semusim (annual) dan tahunan
(perennial). Rumput semusim biasanya tumbuh melimpah tetapi kurang menimbulkan masalah
dibandingkan dengan rumput tahunan.
Beberapa spesies rumput semusim mungkin menjadi masalah karena mempunyai habitus yang
mirip tanaman, misalnya Echinochloa crusgalli dan Echinochloa colona yang mirip tanaman padi
pada stadium awal pertumbuhan.
Gulma tahunan yang penting adalah Imperata cylidrica, Saccharum spontaneum, Panicum
repens, Paspalum conjugatum (pahitan) dan sebagainya. Ditinjau dari sudut pengendalian,
herbisida yang mampu mengendalikan rumput maupun daun lebar misalnya terbutryne,
nitrofen dan glyphosate mampu mengendalikan rumput dan daun lebar sebaik mengendalikan
teki.
4.2. TEKI (SEDGES)
Teki mempunyai batang berbentuk segi tiga, kadang-kadang bulat dan tidak berongga, daun
berasal dari nodia dan warna ungu tua. Gulma ini mempunyai sistem rhizoma dan umbi sangat
luas. Sifat yang menonjol adalah cepatnya membentuk umbi baru yang dapat bersifat dorman
pada lingkungan tertentu. Diketahui ada teki semusim seperti Cyperus difformis, Cyperus iria,
dan teki tahunan seperti Cyperus esculentus, Cyperus imbricatus, Cyperus rotundus, dan
Cyperus cirpus grossus. Ada juga species seperti Fimbrystylis littoralis yang digolongkan sebagai
teki semusim maupun tahunan. Species teki yang sangat sulit dikendalikan adalah Scirpus
maritimus dan Cyperus rotundus. Glyphosate dan alakhlor adalah salah satu dari sedikit
herbisida yang dapat mengendalikan Cyperus rotundus.
4.3. GULMA DAUN LEBAR (BROAD LEAVED WEEDS)
Daun-daun gulma berdaun lebar dibentuk pada meristem apikal dan sangat sensitif terhadap
khemikelia. Pada permukaan daun (terutama permukaan bawah) terdapat stomata yang
memungkinkan cairan masuk. Gulma ini mempunyai tunas?tunas pada nodus atau titik
memencarnya daun. Tunas-tunas tersebut juga sensitif terhadap herbisida. Meristem apikal dari
gulma berdaun lebar adalah bagian batang yang terbentuk sebagai bagian terbuka yang sensitif
terhadap perlakuan kimia. Herbisida yang pertama ditemukan adalah 2,4 D yang merupakan
pengendali gulma berdaun lebar. Begitu juga herbisida?herbisida phenoxy yang lain seperti
MCPA; MCPB; 2,4-T; 2,4 DB dan sebagainya. Herbisida lain yang bisa digunakan untuk gulma
daun lebar antara lain ioxynil; picloram; 2,3,6-TBA; semetryne; thiobencarb dan sebagainya.
4.4. GULMA SEMUSIM, DUA MUSIM DAN TAHUNAN (ANNUAL, BIENNIAL, DAN PERENNIAL
WEEDS).
Gulma semusim (annual) menyelesaikan siklus hidupnya dalam satu tahun atau satu musim. Ada
gulma daun lebar semusim, teki semusim dan rumput semusim. Sebagai contoh adalah
Ageratum conyzoides, Cyperus iria, Echinochloa colonum, Leptochloa chinensis dan Rottboellia
exaltata.
Gulma biennial memerlukan dua musim pertumbuhan untuk menyelesaikan siklus hidupnya,
biasanya berbentuk roset pada tahun pertama dan pada tahun kedua menghasilkan bunga,
memproduksi biji lalu mati. Jenis gulma ini kurang umum dan kurang penting dibanding gulma
annual. Dari 567 weed flora (8,7% dari total flora) terdapat 407 species adalah annual, 121
perennial dan hanya 39 species biennial. Beberapa contoh gulma biennial : Daucus carota,
Sonchus arvensis, Senecio vulgaris dan Cirsium arvense.
Gulma perennial hidup lebih dari dua tahun dan mungkin dalam kenyataannya hampir tidak
terbatas. Beberapa species gulma perennial secara alami berkembang biak dengan biji, tetapi
dapat sangat reproduktif dengan potongan batang, umbi, rhizoma, stolon dan daun. Sebagian
besar sangat sulit dikendalikan terutama yang mampu berkembang biak secara vegetatif
maupun generatif. Stadium bibit mungkin dapat dikendalikan dengan suatu perlakuan, tetapi
pada stadium selanjutnya tidak mungkin cukup satu tindakan. Banyak biji dari gulma ini yang
mampu dorman beberapa tahun dan tetap viabel. Gulma perennial yang sangat populer dan
penting adalah Imperata Cylindrica, Mikania chordata, dan Cyperus rotundus. Beberapa
herbisida utama untuk gulma annual adalah sodium chlorate, propachlor, butachlor dan
trifluralin. Sedangkan herbisida yang efektif untuk perennial adalah terbacyl dan herbisida yang
efektif untuk annual maupun perennial misalnya profloralin, paraquat dan glyphosate.
4.5. GULMA BERKAYU (WOODY WEEDS)
Golongan gulma berkayu mencakup tumbuh- tumbuhan yang batangnya membentuk cabang-
cabang sekunder. Gulma berkayu menjadi masalah di perkebunan, kehutanan, saluran
pengairan dan padang pengembalaan. Sistem perbanyakan, produksi biji dan penyebaran
efisien, sehingga menjadi masalah penting. Beberapa contoh adalah Melastoma spp., Lantana
spp., Acasia spp. dan Cromolaena odorata. Dalam beberapa kasus gulma ini dapat dikendalikan
secara manual dan pembakaran, tetapi lebih efektif dengan bahan kimia (orborisida) seperti
2,4,5-T; picloram dan sodium arsenate. Sedangkan secara mekanis menggunakan Buldozer,
Brush-ester dan sebagainya.
4.6. GULMA AIR (AQUATIC WEEDS)
Tumbuhan air adalah tumbuhan yang beradaptasi terhadap keadaan air kontinyu atau paling
tidak toleran terhadap kondisi tanah berair untuk periode waktu hidupnya. Gulma air
diklasifikasikan menjadi gulma marginal (tepian), emergent (gabungan antara tenggelam dan
terapung), submerged (melayang), anchored with floating leaves (tenggelam), free floating
(mengapung) dan plankton/algae. Contohnya berturut?turut adalah Mikania spp., Typha spp.,
Hydrilla verticillata, Nymphaea spp., Pistia stratiotes, dan Microcystis spp. Gulma air dapat
dikendalikan secara manual, mekanis, biologi dan herbisida seperti Achrolein, Ametryn,
Bromacil.
4.7. GULMA MERAMBAT (CLIMBERS)
Tumbuhan merambat yang berstatus sebagai gulma bisa sangat agresif dan perlu pengendalian.
Gulma merambat dapat menimbulkan masalah mekanis seperti Mikania chordata di
pertanaman karet dan kelapa sawit atau semi parasit seperti Coscuta campestris dan Cassytha
filiformis. Karakternya yang melilit dan memanjat dapat menyebabkan penutupan areal yang
luas dengan cepat. Salah satu dari sejumlah herbisida untuk mengendalikan Coscuta spp. adalah
Chloropham, sedangkan Mikania spp dapat dikendalikan dengan 2,4-D Amine; 2,3-D Na dan
ioxynil.
4.8. GULMA EFIFIT DAN PARASIT
Perambat kadang-kadang juga efifit atau hemiparasit. Beberapa species gulma parasit adalah
Viscum album, Dendrophthoe petandra, Arcenthobium oxycentri, Loranthus elasticus, Loranthus
longiflorus, Loranthus puheerulenthus, Macrosolen cochinentis, dan Scurula spp. Species-
species ini mungkin menjadi parasit pada tanaman atau pepohonan, yang mengakibatkan
pepohonan tersebut kehilangan daun karena cabang-cabangnya telah dimatikan oleh parasit
tersebut. Beberapa jenis semak parasit yang lain adalah Vaccinium ludicum dan Rhododendron
javanicum. Beberapa species kumbang ‘scolytid’ merupakan serangga penting yang
mengendalikan penyebaran beberapa species Dendrophthoe dan Scurula dengan perusakan
deposit biji-bijinya yang dibawa burung. Metode yang dianggap efektif dalam masalah ini adalah
memotong secara teratur tumbuhan efifit dan parasit tersebut.
5. PENGENDALIAN GULMA
Pengertian dari pengendalian gulma (control) harus dibedakan dengan pemberantasan (eradication).
Pengendalian gulma (weed control) dapat didefinisikan sebagai proses membatasi infestasi gulma
sedemikian rupa sehingga tanaman dapat dibudidayakan secara produktif dan efisien. Dalam
pengendalian gulma tidak ada keharusan untuk membunuh seluruh gulma, melainkan cukup
menekan pertumbuhan dan atau mengurangi populasinya sampai pada tingkat dimana penurunan
produksi yang terjadi tidak berarti atau keuntungan yang diperoleh dari penekanan gulma sedapat
mungkin seimbang dengan usaha ataupun biaya yang dikeluarkan. Dengan kata lain pengendalian
bertujuan hanya menekan populasi gulma sampai tingkat populasi yang tidak merugikan secara
ekonomik atau tidak melampaui ambang ekonomik (economic threshold), sehingga sama sekali tidak
bertujuan menekan populasi gulma sampai nol.
Sedangkan pemberantasan merupakan usaha mematikan seluruh gulma yang ada baik yang sedang
tumbuh maupun alat-alat reproduksinya, sehingga populasi gulma sedapat mungkin ditekan sampai
nol. Pemberantasan gulma mungkin baik bila dilakukan pada areal yang sempit dan tidak miring,
sebab pada areal yang luas cara ini merupakan sesuatu yang mahal dan pada tanah miring
kemungkinan besar menimbulkan erosi. Eradikasi pada umumnya hanya dilakukan terhadap gulma-
gulma yang sangat merugikan dan pada tempat-tempat tertentu. Pengendalian gulma pada
prinsipnya merupakan usaha meningkatkan daya saing tanaman pokok dan melemahkan daya saing
gulma. Keunggulan tanaman pokok harus menjadi sedemikian rupa sehingga gulma tidak mampu
mengembangkan pertumbuhannya secara berdampingan atau pada waktu bersamaan dengan
tanaman pokok.
Pelaksanaan pengendalian gulma hendaknya didasari dengan pengetahuan yang cukup mengenai
gulma yang bersangkutan. Apakah gulma tersebut bersiklus hidup annual, biennial ataupun
perennial, bagaimana berkembang biaknya, bagaimana sistem penyebarannya, bagaimana dapat
beradaptasi dengan lingkungan dan dimana saja distribusinya, bagaimana bereaksi terhadap
perubahan lingkungan dan bagaimana tanggapannya terhadap perlakuan-perlakuan tertentu
termasuk penggunaan zat-zat kimia berupa herbisida. Pengendalian gulma harus memperhatikan
teknik pelaksanannya di lapangan (faktor teknis), biaya yang diperlukan (faktor ekonomis) dan
kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkannya. Terdapat beberapa metode/cara pengendalian
gulma yang dapat dipraktekkan di lapangan.
Terdapat beberapa metode/cara pengendalian gulma yang dapat dipraktekkan di lapangan. Sebelum
melakukan tindakan pengendalian gulma sangat penting mengetahui cara-cara pengendalian guna
memilih cara yang paling tepat untuk suatu jenis tanaman budidaya dan gulma yang tumbuh disuatu
daerah.
Teknik pengendalian yang tersedia adalah :
1. Pengendalian dengan upaya preventif (pembuatan peraturan/perundangan, karantina, sanitasi
dan peniadaan sumber invasi).
2. Pengendalian secara mekanis/fisik (pengerjaan tanah, penyiangan, pencabutan, pembabatan,
penggenangan dan pembakaran).
3. Pengendalian secara kultur?teknis (penggunaan jenis unggul terhadap gulma, pemilihan saat
tanam, cara tanam-perapatan jarak tanam/heavy seeding, tanaman sela, rotasi tanaman dan
penggunaan mulsa).
4. Pengendalian secara hayati (pengadaan musuh alami, manipulasi musuh alami dan pengolahan
musuh alami yang ada disuatu daerah).
5. Pengendalian secara kimiawi (herbisida dengan berbagai formulasi, surfaktan, alat aflikasi dsb).
6. Pengendalian dengan upaya memamfaatkannya (untuk berbagai keperluan seperti sayur,
bumbu, bahan obat, penyegar, bahan kertas/karton, biogas pupuk, bahan kerajinan dan
makanan ternak).
5.1. PENGENDALIAN SECARA PREVENTIF
Tindakan paling dini dalam upaya menghindari kerugian akibat invasi gulma adalah pencegahan
(preventif). Pencegahan dimaksud untuk mengurangi pertumbuhan gulma agar usaha
pengendalian sedapat mungkin dikurangi atau ditiadakan. Pencegahan sebenarnya merupakan
langkah yang paling tepat karena kerugian yang sesungguhnya pada tanaman budidaya belum
terjadi. Pencegahan biasanya lebih murah, namun demikian tidak selalu lebih mudah.
Pengetahuan tentang cara-cara penyebaran gulma sangat penting jika hendak melakukan
dengan tepat.
A. Peniadaan Sumber Invasi dan Sanitasi
Beberapa tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk meniadakan sumber invasi
adalah :
1) Menggunakan biji tanaman yang bersih dan tidak tercampur biji lain terutama biji-biji
gulma.
2) Menghindari penggunaan pupuk kandang yang belum matang.
3) Membersihkan tanah-tanah yang berasal dari tempat lain, tubuh dan kaki ternak dari
biji-biji gulma.
4) Mencegah pengangkutan tanaman beserta tanahnya dari tempat-tempat lain, karena
pada bongkahan tanah tersebut kemungkinan mengandung biji-biji gulma.
5) Pembersihan gulma dipinggir-pinggir sungai dan saluran air.
6) Menyaring air pengairan agar tidak membawa biji-biji gulma ke petak-petak pertanaman
yang diairi.
B. Karantina Tumbuhan
Karantina tumbuhan bertujuan mencegah masuknya organisme pengganggu tumbuhan
lewat perantaraan lalu-lintas/perdagangan. Karantina tumbuhan merupakan cara
pengendalian tidak langsung dan relatif paling murah.
5.2. PENGENDALIAN MEKANIS
Pengendalian mekanis merupakan usaha menekan pertumbuhan gulma dengan cara merusak
bagian-bagian sehingga gulma tersebut mati atau pertumbuhannya terhambat. Teknik
pengendalian mekanis hanya mengandalkan kekuatan fisik atau mekanik. Dalam praktek
dilakukan secara tradisional dengan tangan, dengan alat sederhana sampai penggunaan alat
berat yang lebih modern.
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih peralatan untuk digunakan dalam
pengendalian gulma adalah sistem perakaran, umur tanaman, kedalaman dan penyebaran
sistem perakaran, umur dan luas infestasi, tipe tanah, topografi, serta kondisi cuaca/iklim.
A. Pengolahan Tanah (Land Preparation)
Pengolahan tanah dengan alat-alat seperti cangkul, bajak, garu, traktor dan sebagainya,
pada umumnya berfungsi untuk mengendalikan gulma. Pengolahan tanah pada prinsipnya
melepaskan ikatan antara gulma dengan media tempat tumbuhnya. Efektivitas pengolahan
tanah dalam pengendalian gulma tergantung beberapa faktor seperti siklus hidup gulma dan
tanamannya, dalam dan penyebaran perakaran, lama dan luasnya infestasi, macam
tanaman yang dibudidayakan, jenis tanah, topografi dan iklim.
B. Penyiangan (Weeding)
Penyiangan yang tepat biasanya dilakukan pada saat pertumbuhan aktif dari gulma.
Penundaan sampai gulma berbunga mungkin tak hanya gagal membongkar akar gulma
secara maksimum, tetapi juga gagal mencegah tumbuhnya biji-biji gulma yang viabel
sehingga memberi kesempatan untuk perkembangbiakan dan penyebarannya. Penyiangan
sesudah gulma dewasa akan banyak membongkar akar tanaman dan menimbulkan
kerusakan fisik. Sedang penyiangan yang terlalu sering akan menimbulkan kerusakan akar
tanaman pokok
C. Pencabutan (Hand Pulling)
Pencabutan dengan tangan ditujukan untuk gulma annual dan biennial. Pelaksanaan
pencabutan gulma terbaik adalah pada saat sebelum pembentukan biji, sedang pencabutan
pada saat gulma sudah dewasa mengakibatkan kemungkinan adanya bagian bawah gulma
yang tidak tercabut sehingga tumbuh kembali.
D. Pembabatan (Mowing)
Pembabatan pada umumnya hanya efektif untuk mengendalikan gulma-gulma yang bersifat
setahun (annual) dan kurang efektif untuk gulma tahunan (perennial). Efektivitas cara ini
sangat ditentukan oleh saat dan interval pembabatan. Pembabatan sebaiknya dilakukan
pada saat daun gulma sedang tumbuh lebat, menjelang berbunga dan sebelum membentuk
biji.
E. Pembakaran (Burning)
Pembakaran merupakan salah satu cara mengendalikan gulma. Suhu kritis yang
menyebabkan kematian (Termodeash Point) pada sel adalah 45-55º C, tetapi biji yang kering
lebih tahan daripada tumbuhan yang hidup. Sebenarnya yang dimaksud dengan
pembakaran adalah penggunaan api untuk pengendalian gulma dengan alat pembakar
(burner) seperti alat untuk mengelas, flame cultivator atau weed burner yang menggunakan
bahan bakar butane dan propone. Atau pembakaran dengan memberikan panas dalam
bentuk uap (sceaming), terutama dalam usaha mematikan biji gulma pada tempat-tempat
tertentu seperti pembuatan bedengan.
F. Penggenangan
Bila tersedia air, penggenangan dapat mengurangi pertumbuhan gulma. Cara ini biasa
digunakan untuk mengendalikan pertumbuhan gulma darat (terrestrial). Penggenangan
efektif untuk mengendalikan gulma tahunan. Caranya dengan membuat galangan pembatas
dengan tinggi genangan 15-25 cm selama 3-8 minggu. Sebagian besar gulma tidak
berkecambah pada kondisi anaerob.
5.3. PENGENDALIAN KULTUR TEKNIS
Pengendalian kultur teknis merupakan cara pengendalian gulma dengan menggunakan praktek-
praktek budidaya, antara lain :
1) Penanaman jenis tanaman yang cocok dengan kondisi tanah.
2) Penanaman rapat agar tajuk tanaman segera menutup ruang kosong.
3) Pemupukan yang tepat untuk mempercepat pertumbuhan tanaman sehingga mempertinggi
daya saing tanaman terhadap gulma.
4) Pengaturaan waktu tanam dengan membiarkan gulma tumbuh terlebih dahulu kemudian
dikendalikan dengan praktek budidaya tertentu.
5) Penggunaan tanaman pesaing (competitive crops) yang tumbuh cepat dan berkanopi lebar
sehingga memberi naungan dengan cepat pada daerah di bawahnya.
6) Modifikasi lingkungan yang melibatkan pertumbuhan tanaman menjadi baik dan
pertumbuhan gulma tertekan.
A. Rotasi Tanaman (Crop Rotation)
Rotasi tanaman atau pergiliran tanaman sebenarnya bertujuan memanfaatkan tanah, air,
sinar matahari dan waktu secara optimum sehingga diperoleh hasil yang memadai. Dengan
pergiliran tanaman maka pada umumnya permukaan tanah akan selalu tertutup oleh
naungan daun tanaman, sehingga gulma tertekan.
B. Sistem Bertanam (Croping System)
Perubahan cara bertanam dari monokultur ke polikultur (intercropping atau multiple
croping) dapat mempengaruhi species gulma yang tumbuh sehingga menimbulkan
perbedaan interaksi dalam kompetisi. Cara penanaman tumpang sari, tumpang gilir,
tanaman sela atau lainnya ternyata dapat menekan pertumbuhan gulma, karena gulma tidak
sempat tumbuh dan berkembang biak akibat sinar matahari serta tempat tumbuhnya selalu
terganggu.
C. Pengaturan Jarak Tanam (Crop Density)
Peningkatan kepadatan tanaman meningkatkan efek naungan terhadap gulma sehingga
mengurangi pertumbuhan dan reproduksinya. Meskipun demikian pada jarak tanam yang
sempit mungkin tanaman budidaya memberikan hasil relatif kurang. Oleh sebab itu
sebaiknya penanaman dilakukan pada jarak tanam yang optimal.
D. Pemulsaan (Mulching)
Mulsa akan mempengaruhi cahaya yang akan sampai ke permukaan tanah dan
menyebabkan kecambah-kecambah gulma serta berbagai jenis gulma dewasa mati.
Disamping mempertahankan kelembaban tanah, mulsa akan mempengaruhi temperatur
tanah.
E. Tanaman Penutup Tanah (Legum Cover Crop- LCC)
Sering disebut tanaman pelengkap (smother crops) atau tanaman pesaing (competitive
crops). Sebagai tanaman penutup tanah biasa digunakan tanaman kacang-kacangan
(leguminosae) karena selain dapat tumbuh secara cepat sehingga cepat menutup tanah
tetapi dapat juga digunakan sebagai pupuk hijau. Sifat penting yang diperlukan bagi
tanaman penutup tanah adalah harus dapat tumbuh dan berkembang cepat sehingga
mampu menekan gulma. Jenis-jenis leguminosae yang biasa digunakan adalah
Calopogonium muconoides (CM), Calopogonium caerelum (CC), Centrosoma pubescens (CP)
dan Pueraria javanica (PJ). Selain pertumbuhan cepat sifat lainnya yang dikehendaki adalah
tidak menyaingi tanaman pokok. Apabila pertumbuhannya terlalu rapat maka harus
dilakukan pengendalian dengan cara pembabatan atau dibongkar untuk diganti dengan
penutup tanah yang lainnya. Penggunaan tanaman penutup tanah untuk mencegah
pertumbuhan gulma-gulma berbahaya (noxious) terutama golongan rumput merupakan
cara kultur teknis yang dipandang paling berhasil diperkebunan.
5.4. PENGENDALIAN HAYATI
Pengendalian hayati (biological control) adalah penggunaan biota untuk melawan biota.
Pengendalian hayati dalam arti luas mencakup setiap usaha pengendalian organisme
pengganggu dengan tindakan yang didasarkan ilmu hayat (biologi). Berdasarkan hal ini maka
penggunaan Legum Cover Crops (LCC) kadang- kadang juga dimasukkan sebagai pengendalian
hayati.
Pengendalian hayati pada gulma adalah suatu cara pengendalian dengan menggunakan musuh-
musuh alami baik hama (insekta), penyakit (patogen), jamur dan sebagainya guna menekan
pertumbuhan gulma. Hal ini biasa ditujukan terhadap suatu species gulma asing yang telah
menyebar secara luas di suatu daerah. Pemberantasan gulma secara total bukanlah tujuan
pengendalian hayati karena dapat memusnahkan agen-agen hayati yang lain.
A. Pengendalian Alami dan Hayati
Berdasarkan campur tangan yang terjadi maka dibedakan antara pengendalian alami dan
pengendalian hayati. Perbedaan utama terletak pada ada atau tidaknya campur tangan
manusia dalam ekosistem. Dalam pengendalian alami disamping musuh alami sebagai
pengendali hayati masih ada iklim dan habitat sebagai faktor pengendali non hayati. Sedang
pada pengendalian hayati ada campur tangan manusia yang mengelola gulma dengan
memanipulasi musuh alaminya. Pengendalian hayati merupakan metode yang paling layak
dan sekaligus paling sulit dipraktekkan karena memerlukan derajat ketelitian tinggi dan
serangkaian test dalam jangka waktu panjang (bertahun-tahun) sebelum suatu organ
pengendali hayati dilepas untuk pengendalian suatu species gulma. Dasar pengendalian
hayati adalah kenyataan bahwa di alam ada musuh- musuh alami yang mampu menekan
beberapa species gulma.
B. Musuh-musuh Alami Gulma
Ada beberapa syarat utama yang dibutuhkan agar suatu makhluk dapat digunakan sebagai
pengendali alami :
1. Makhluk tersebut tidak merusak tanaman budidaya atau jenis tanaman pertanian
lainnya, meskipun tanaman inangnya tidak ada.
2. Siklus hidupnya menyerupai tumbuhan inangnya, misalnya populasi makhluk ini akan
meningkat jika populasi gulmanya juga meningkat.
3. Harus mampu mematikan gulma atau paling tidak mencegah gulma membentuk biji/
berkembang biak.
4. Mampu berkembang biak dan menyebar ke daerah-daerah lain yang ditumbuhi
inangnya.
5. Mempunyai adaptasi baik terhadap gulma inang dan lingkungan yang ditumbuhinya.
5.5. PENGENDALIAN KIMIA
Pengendalian gulma dengan menggunakan senyawa kimia tanpa mengganggu tanaman pokok
dikenal dengan nama ‘Herbisida’.
Kelebihan dan keuntungan penggunaan herbisida dalam pengendalian gulma antara lain:
Herbisida dapat mengendalikan gulma yang tumbuh bersama tanaman budidaya yang sulit
disaingi.
Herbisida pre-emergence mampu mengendalikan gulma sejak awal.
Pemakaian herbisida dapat mengurangi kerusakan akar dibandingkan pengerjaan tanah
waktu menyiangi secara mekanis.
Erosi dapat dikurangi dengan membiarkan gulma (rumput) tumbuh secara terbatas dengan
pemakaian herbisida.
Banyak gulma yang bersifat pohon lebih mudah dibasmi dengan herbisida.
Lebih efektif membunuh gulma tahunan dan semak belukar.
Dapat menaikkan hasil panen tanaman dibandingkan dengan perlakuan penyiangan biasa.
Disamping kelebihan dan keuntungan, herbisida mempunyai keurangan-kekurangan yang dapat
merugikan, antara lain dapat menimbulkan :
Efek samping
Species gulma yang resisten
Polusi
Residu dapat meracuni tanaman.
Penggunaan herbisida yang berhasil sangat tergantung akan kemampuannya untuk membasmi
beberapa jenis gulma dan tidak membasmi jenis-jenis lainnya (tanaman budidaya). Cara kerja
yang selektif ini merupakan faktor yang paling penting bagi keberhasilan suatu herbisida.
Ada 4 (empat) faktor yang mempengaruhi keberhasilannya atau selektifitas herbisida, yaitu :
Faktor Tanaman :
Umur dan kecepatan pertumbuhan.
Struktur luar seperti bentuk daun ( ukuran dan permukaan ), kedalaman akar, lokasi titik
tumbuh, dll
Struktur dalam seperti translokasi dan permeabilitas membran / jaringan
Proses-proses biokimia seperti pengaktifan enzim, herbisida, dll
Faktor Herbisidanya :
Struktur
Konsentrasi
Formulasi (cair atau granular)
Faktor Lingkungan :
Temperatur,
Cahaya,
Hujan,
Faktor-faktor tanah
Cara Pemakaian/Aplikasi :
Tipe herbisida (digunakan ke tanah, ke tanaman),
Volume penyemprotan,
Ukuran butiran semprotan,
Waktu penyemprotan.
6. BAKU PENGENDALIAN GULMA DI PERKEBUNAN
Untuk kebutuhan praktek pengelolaan gulma di perkebunan diperlukan adanya suatu baku
penyiangan yang dianggap normal untuk dijadikan sebagai pedoman umum. Di dalam baku
penyiangan normal digambarkan tingkat ambang pengendalian gulma. Tingkat ambang pengendalian
gulma adalah tingkat pertumbuhan gulma paling maksimal yang masih dapat dibolehkan sebelum
menimbulkan efek penekanan pertumbuhan/produksi dan menimbulkan gangguan fisik yang berarti.
Uraian tentang norma-norma kelas penyiangan di perkebunan sebagai berikut :
Kelas
Penyiangan
Uraian
P0
Dalam kelas ini, secara normatif hanya tanaman kelapa sawit yang
diperkenankan tumbuh dan kacang-kacangan (leguminosae). Namun
menjelang setiap rotasi penyiangan dapat diperbolehkan tumbuh gulma
golongan A, B, dan C dengan persentase penutupan 5-25% dan tinggi 5-10 cm
bergantung pada umur tanaman kelapa sawit. Gulma yang masih dapat
dibolehkan tumbuh selain kacang-kacangan adalah : rumput lunak seperti
Ageratum, Cyrtococcum, Paspalum, Ottochloa dan lain-lain. Gulma yang tidak
boleh tumbuh adalah golongan D dan E, yaitu Eupatorium, Lantana,
Melastoma, Colocasia (keladi) dan gulma berduri. Kelas penyiangan P0
terdapat di piringan pohon umur 0-1 tahun.
P1
Secara normatif dalam kelas P1 hanya penutup tanah kacang-kacangan yang
diperkenankan tumbuh. Namun menjelang setiap rotasi penyiangan, gulma
golongan B dan C diperbolehkan tumbuh dengan persentase penutupan
maksimum 25% dan tinggi maksimum 30 cm. Jenis gulma yang diperbolehkan
tumbuh adalah rumput lunak berdaun lebar maupun berdaun pita dari
golongan B dan C. Gulma yang tidak dapat ditoleransi tumbuh adalah
golongan D dan E seperti gulma berdaun pita tangguh Brachiaria mutica,
Imperata cylindrical; gulma alelopati Mikania; gulma berkayu Eupatorium,
Lantana dan lain-lain. Kelas penyiangan P1 terdapat dalam gawangan tanaman
TBM.
P2 Kelas penyiangan dimana kacang-kacangan, gulma lunak berdaun pita maupun
berdaun lebar diperbolehkan tumbuh dengan penutupan 25-50% dan tinggi 20
cm bergantung pada umur tanaman. Gulma yang tidak diperbolehkan tumbuh
adalah gulma berkayu seperti Eupatorium, Lantana; gulma berbahaya seperti
Imperata cylindrical, Mikania serta gulma berduri (golongan D dan E). Kelas
penyiangan P2 terdapat pada jalur Tanaman Menghasilkan (TM).
P3
Kelas penyiangan dimana kacang-kacangan, gulma lunak rumput-rumputan
dan gulma berdaun lebar dari golongan A, B dan C diperbolehkan tumbuh
menutup tanah 100%, tetapi tingginya dikendalikan maksimum 30 cm.
Pengendalian dapat dilakukan dengan membabat. Gulma golongan D dan E
tidak diperbolehkan tumbuh sehingga perlu diberantas dengan interval
tertentu. Kelas penyiangan P3 terdapat pada gawangan TM sampai berumur
15-20 tahun.
P4
Kelas penyiangan dimana kacang-kacangan dan gulma umum rumput-
rumputan, berdaun lebar dan gulma berkayu terkecuali gulma golongan E
seperti lalang (Imperata cylidrica), Mikania, diperbolehkan tumbuh asalkan
tumbuhnya tidak melebihi 30 cm. Kelas penyiangan P4 terdapat pada
gawangan Tanaman Menghasilkan (TM ) berumur lebih dari 15-20 tahun.
P5
Kelas penyiangan dimana kacang-kacangan, gulma lunak rumput-rumputan,
gulma berdaun lebar dan gulma perdu berkayu diperkenan tumbuh kecuali
gulma golongan E seperti lalang (Imperata cylindrical), Mikania dan lain-lain.
Kelas penyiangan P5 terdapat pada areal tanaman menjelang diremajakan.