pengenalan jangka sorong
DESCRIPTION
Pengenalan sebuah alat ukur jangka sorong/sigmatTRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Untuk mengukur panjang suatu benda, kita dapat menggunakan berbagai
macam alat ukur panjang, diantaranya mistar, rolmeter, jangka sorong, dan
mikrometer sekrup. Masing-masing alat ukur panjang tersebut memiliki ketelitian
yang berbeda. Semakin teliti suatu alat maka pengukuran tersebut akan mendekati
ukuran yang sebenarnya. Dalam mengukur panjang suatu benda, selain
memperhatikan ketelitian alat ukurnya, juga memperhatikan jenis dan macam
benda yang akan diukur. Jika benda yang akan diukur memiliki bentuk yang
sangat besar, maka pengukuran tidak mementingkan ketelitian yang besar.
Contohnya untuk mengukur meja, mengukur suatu ruangan, mengukur suatu
bahan tekstil, maka alat ukur yang digunakan adalah penggaris ataupun rol meter.
Namun jika benda yang diukur menuntut ketelitian yang tinggi, terutama dalam
suatu percobaan fisika maka alat ukur yang digunakanpun merupakan alat ukur
dengan ketelitian yang tinggi yang memiliki skala terkecil yang sangat kecil.
Contoh untuk mengukur diameter bola, diameter balok, mengukur diameter luar
tabung, diameter dalam tabung, mengukur kedalaman, bisa menggunakan
mikrometer sekrup dan untuk dua kemampuan terakhir bisa secara spesifik
dilakukan oleh alat ukur jangka sorong.
Jangka sorong memiliki skala terkecil, yaitu 0,1 mm yang artinya nilai antara
dua gores yang berdekatan adalah 0,1 mm. Sehingga dapat dikatakan bahwa
jangka sorong dapat mengukur panjang suatu benda dengan ketelitian hingga
0,1mm. Pelaporan hasil pengukuran tersebut dinyatakan sebagai x = xx, dengan x
adalah nilai pendekatan terhadap nilai kebenaran x0 sedangkan x adalah
ketidakpastian mutlaknya. Dalam pengukuran tunggal, pengganti x0 adalah nilai
hasil pengukuran itu sendiri, sedangkan ketidakpastian mutlaknya, x = skala
terkecil instrumen. Selain memiliki skala terkecil 0,1 mm, jangka sorong memiliki
bentuk yang unik yang terdiri dari rahang untuk mengukur diameter luar suatu
benda (rahang tetap dan rahang geser bawah), rahang untuk mengukur diameter
dalam suatu benda (rahang tetap dan rahang geser atas). Lidah pengukur
2
kedalaman, skala utama (dalam cm), skala utama (dalam inci), skala nonius
(dalam mm), skala nonius (dalam inci), dan kunci peluncur.
Makalah ini akan membahas mengenai alat ukur panjang yaitu jangka sorong
secara detail meliputi jenis jangka sorong, fungsi jangka sorong, prinsip kerja
jangka sorong, pembacaan kalibrasi, dan cara pembacaan hasil pengukuran.
1.2. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah yang digunakan pada makalah alat ukur panjang
jangka sorong ini adalah sebagai berikut:
1. Apa itu jangka sorong?
2. Apa fungsi dari jangka sorong?
3. Bagaimana bentuk jangka sorong dan bagian-bagiannya?
4. Apa saja jenis jangka sorong?
5. Bagaimana prinsip kerja dan pembacaan hasil pengukuran jangka sorong?
6. Bagaimana kalibrasi jangka sorong?
1.3. Tujuan penulisan
Adapun tujuan pembuatan makalah alat ukur panjang jangka sorong ini
adalah sebagai berikut:
1. Memahami definisi jangka sorong
2. Mengetahui fungsi dari jangka sorong
3. Mengetahui bentuk dan bagian-bagian dari jangka sorong
4. Mengetahui jenis-jenis jangka sorong yang ada
5. Memahami prinsip kerja dan pembacaan hasil pengukuran jangka sorong
6. Mengetahui cara mengkalibrasi jangka sorong dan cara pembacaan kalibrasi
jangka sorong.
1.4. Manfaat penulisan
Manfaat pembuatan makalah alat ukur panjang jangka sorong ini adalah
memberikan pengetahuan kepada mahasiswa mengenai alat ukur panjang jangka
sorong, baik dari bentuk dan fungsi bagian-bagiannya, macam-macam jenis
jangka sorong, prinsip kerja, kalibrasi, hingga pembacaan hasil pengukurannya.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Jangka Sorong
Jangka sorong merupakan alat ukur yang lebih teliti dari mistar ukur. Alat
ukur ini mempunyai banyak sebutan misalnya jangka sorong, jangka geser, mistar
sorong, mistar geser, schuifmaat atau vernier caliper. Pada batang ukurnya
terdapat skala utama dengan cara pembacaan sama seperti mistar ukur. Pada ujung
yang lain dilengkapi dengan dua rahang ukur yaitu rahang ukur tetap dan rahang
ukur gerak. Dengan adanya rahang ukur tetap dan rahang ukur gerak maka jangka
sorong dapat digunakan untuk mengukur dimensi luar, dimensi dalam, kedalaman
dan ketinggian dari benda ukur. Di samping skala utama, jangka sorong
dilengkapi pula dengan skala tambahan yang sangat penting perannya di dalam
pengukuran yang disebut dengan skala nonius. Skala nonius inilah yang
membedakan tingkat ketelitian jangka sorong.
Skala ukur jangka sorong terdapat dalam sistem inchi dan ada pula sistem
metrik. Biasanya pada masing-masing sisi dari batang ukur dicantumkan dua
macam skala, satu sisi dalam bentuk inchi dan sisi lain dalam bentuk metrik.
Dengan demikian dari satu alat ukur bisa digunakan untuk mengukur dengan dua
sistem satuan sekaligus yaitu inchi dan metrik. Ketelitian jangka sorong bisa
mencapai 0.001 inchi atau 0.05 milimeter. Untuk skala pembacaan dengan sistem
metrik, terdapat jangka sorong dengan panjang skala utama 150 mm, 200 mm,
250 mm, 300 mm, dan bahkan ada juga yang 1000 mm. Secara umum konstruksi
dari jangka sorong dapat digambarkan seperti gambar 1.1 berikut ini.
4
Gambar 1.1. Bagian umum dari mistar ingsut dengan skala nonius.
Keterangan:
1. Batang
2. Rahang ukur dalam
3. Rahang ukur luar
4. Nonius
5. Ekor (Pengukur kedalaman)
6. Kumci kedalaman
7. Kunci penggerak halus
8. Rahang tetap
9. Rahang gerak
10. Skala utama
Ada pula jangka sorong yang tidak dilengkapi dengan skala nonius. Sebagai
penggantinya maka dibuat jam ukur yang dipasangkan sedemikian rupa sehingga
besarnya pengukuran dapat dilihat pada jam ukur tersebut. Angka yang
ditunjukkan oleh jam ukur adalah angka penambah dari skala utama (angka di
belakang koma yang menunjukkan tingkat ketelitian). Pada jam ukur biasanya
sudah dicantumkan tingkat kecermatannya. Ada yang tingkat kecermatannya
0.10mm, 0.05mm dan ada pula yang sampai 0.02mm. Sedangkan untuk
5
pembacaan dalam inchi, tingkat kecermatannya ada yang 0.10 inchi dan ada yang
0.001 inchi. Untuk yang tingkat kecermatan 0.10mm, satu putaran jarum penunjuk
dibagi dalam 100 bagian yang sama. Ini berarti, untuk satu putaran jarum
penunjuk rahang jalan akan bergerak 100 x 0.10mm = 10mm. Terdapat pula
jangka sorong dengan skala digital.
Konstruksi dari jangka sorong dengan jam ukur dan digital dapat dilihat pada
Gambar 1.2. Untuk pembacaan dalam skala metrik maupun skala inchi
konstruksinya pada umumnya sama.
Gambar 1.2. Jangka Sorong dengan Jam Ukur dan Jangka Sorong Digital.
Jangka sorong biasanya digunakan untuk:
1. mengukur suatu benda dari sisi luar dengan cara diapit;
2. Mengukur sisi dalam suatu benda yang biasanya berupa lubang (pada pipa,
maupun lainnya) dengan cara diulur;
3. Mengukur kedalamanan celah/lubang pada suatu benda dengan cara
“menancapkan/menusukkan” bagian pengukur;
4. Jangka sorong memiliki dua macam skala: skala utama dan nonius.
6
Agar pemakaian jangka sorong berjalan baik dan tidak menimbulkan
kemungkinan- kemungkinan yang dapat menyebabkan kerusakan, ada beberapa
hal yang harus diperhatikan, yaitu :
1. Gerakan rahang ukur gerak (jalan) harus dapat meluncur dengan kelicinan
(gesekan) tertentu sesuai dengan standar yang diijinkan dan jalannya rahang
ukur harus tidak bergoyang.
2. Sebaiknya jangan mengukur benda ukur dengan hanya bagian ujung dari kedua
rahang ukur tetapi sedapat mungkin harus masuk agak kedalam.
3. Harus dipastikan bahwa posisi nol dari skala ukur dan kesejajaran muka rahang
ukur betul- betul tepat.
4. Pada waktu melakukan penekanan kedua rahang ukur pada benda ukur harus
diperhatikan gaya penekannya. Terlalu kuat menekan kedua rahang ukur akan
menyebabkan kebengkokan atau ketidaksejajaran rahang ukur. Disamping itu,
bila benda ukur mudah berubah bentuk maka terlalu kuat menekan rahang ukur
dapat menimbulkan penyimpangan hasil pengukuran.
5. Sebaiknya jangan membaca skala ukur pada waktu jangka sorong masih berada
pada benda ukur. Kunci dulu peluncurnya lalu dilepas dari benda ukur
kemudian baru dibaca skala ukurnya dengan posisi pembacaan yang betul.
6. Jangan lupa, setelah jangka sorong tidak digunakan lagi dan akan disimpan
ditempatnya, kebersihan jangka sorong harus dijaga dengan cara
membersihkannya memakai alat-alat pembersih yang telah disediakan
misalnya kertas tissue, vaselin, dan sebagainya.
2.2. Kelebihan dan Kekurangan dari Jangka Sorong
Adapun kelebihan dari jangka sorong diantaranya:
1. Memliki kecermatan pembacaan yang lumayan bagus umumnya kecermatan
pembacaannya berkisar 0.05-0.01 mm
2. Dapat mengukur diameter sisi luar dengan cara dijapit
3. Dapat mengukur diameter sisi dalam dengan cara di ulur
4. Dapat mengukur kedalaman
5. Harga murah dan terjangkau
7
Adapun kekurangan dari jangka sorong diantaranya:
1. Tidak bisa mengukur benda yang besar
2. Bisa terjadi pemuaian pada alat
3. Karena sensor berkontak langsung dengan benda kerja memungkinkan
terjadinya goresan atau benturan yang bisa menyebabkan ketidakrataan pada
kedua sensor atau kedua rahang.
2.3. Perawatan jangka sorong
Perawatan Faktor terjadinya kerusakan alat adalah ketidakstabilan suhu ruang
penyimpanan dan tempat penyimpanan sehingga memungkinkan jangka sorong
untuk memuai atau menyusut, terbentur dan/atau tergores. Oleh karena itu
simpanlah pada suhu kamar dan tempat yang khusus biasanya terdapat kotak
penyimpanan agar tidak terjadi pemuaian dan tergores.
2.4. Bentuk dan bagian-bagian Jangka Sorong
Gambar 1.1 Bagian-bagian jangka sorong (www.google.com)
8
2.4.1. Rahang Luar
Bagian dari jangka sorong untuk
mengukur sisi bagian luar diameter atau
panjang benda dengan cara diapit. Pada
rahang luar terdapat dua bagian yaitu rahang
geser yang merupakan sensor geser dan
rahang tetap yang merupakan sensor tetap.
Gambar 2.1 Rahang Luar (http://prmpramono.wordpress.com)
2.4.2. Rahang Dalam
Bagian dari jangka sorong untuk
mengukur sisi bagian dalam diameter atau
panjang benda dengan cara diulur. Bagian-
bagian pada rahang dalam sama seperti rahang
luar yaitu terdapat sensor geser dan sensor
tetap. Rahang dalam biasanya digunakan
untuk mengukur lubang pipa dan lain-lain.
Gambar 2.2 Rahang Dalam ((http://prmpramono.wordpress.com)
2.4.3. Depth Probe (pengukur kedalaman)
Depth probe adalah bagian dari jangka
sorong yang berfungsi untuk mengukur
kedalaman suatu benda.
Gambar 2.3 depth probe (((http://prmpramono.wordpress.com)
9
2.4.4. Skala utama
Bagian ini berfungsi untuk membaca hasil pengukuran dalam satuan cm untuk
versi yang analog. Pada skala utama pada jangka sorong terdapat angka 0–17 yang
satuannya adalah centimetet (cm) dan garis–garis pendeknya yang menunjukkan
ukuran 1 mm per garisnya.
2.4.5. Skala Nonius
Pada skala nonius biasanya tergantung ketelitian atau kecermatan alat tersebut,
biasanya pada jangka sorong memiliki kecermatan pembacaan 0.1, 0.05, dan 0.02.
2.4.6. Pengunci
Untuk menahan batang ukur agar tidak bergerak pada saat pengukuran.
2.5. Jenis-jenis Jangka Sorong
2.5.1. Jangka Sorong Analog
a. Jangka Sorong Jam
Jangka sorong jam memakai jam ukur sebagaiganti skala nonius dalam
menginterpolasikan posisi garis indeks reltif terhadap skala pada batang ukur.
Gerakan translasi peluncur diubah menjadi gerakan putaran jarum penunjuk
dengan perantaraan roda gigi pada poros jam ukur dan batang bergigi yang
dilekatkan di sepanjang batang ukur.
10
b. Jangka Sorong Ketinggian
Suatu jenismistar ingsut yang berfungsi sebagai pengukuran ketinggian disebut
jangka sorong ketinggian atau kaliber tinggi. Alat ukur ini dilengkapi dengan
rahang ukur yang bergerak vertikal pada batang berskala yang tegak lurus dengan
landasannya. Permukaan rahang ukur dibuat sejajar dengan alas, sehingga garis
ukur akan tegak lurus dengan permukaan di atas mana landasan diletakkan. Oleh
karena itu, dalam pemakaiannnya jangka sorong ketinggian ini memerlukan
permukaan rata sebagai acuan, yang dlam hal ini bisa dipenuhi oleh meja rata.
c. Jangka Sorong Tak Sebidang
d. Jangka Sorong Diameter Alur Dalam
11
e. Jangka Sorong Pipa
2.5.2. Digital
2.6. Cara Kerja Jangka Sorong
Jangka sorong terdiri dari dua skala yaitu skala utama dengan skala terkecil
dalam milimeter (1mm = 0,1 cm) dan skala nonius. Sepuluh skala utama memiliki
panjang 1 cm, jadi jarak 2 skala utama yang saling berdekatan adalah 0,1 cm.
Sedangkan sepuluh skala nonius memiliki panjang 0,9 cm, jadi jarak 2 skala
nonius yang saling berdekatan adalah 0,09 cm. Jadi beda satu skala utama dengan
satu skala nonius adalah 0,1 cm – 0,09 cm = 0,01 cm atau 0,1 mm. Sehingga skala
terkecil dari jangka sorong adalah 0,1 mm atau 0,01 cm.
Ketelitian dari jangka sorong adalah setengah dari skala terkecil. Jadi x = ½ x
0,01 cm = 0,005 cm. Dengan ketelitian jangka sorong adalah : ketelitian 0,005 cm,
maka jangka sorong dapat dipergunakan untuk mengukur diameter sebuah kelereng
12
atau cincin dengan lebih teliti (akurat). Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya
bahwa jangka sorong dapat dipergunakan untuk mengukur diameter luar sebuah
kelereng, diameter dalam sebuah tabung atau cincin maupun untuk mengukur
kedalaman sebuah tabung. Berikut akan dijelaskan langkah-langkah menggunakan
jangka sorong untuk keperluan tersebut.
1. Mengukur dimensi luar
Untuk mengukur diameter luar sebuah benda dapat dilakukan dengan langkah
sebagai berikut:
Geserlah rahang geser jangka sorong kekanan sehingga benda yang diukur
dapat masuk diantara kedua rahang (antara rahang geser dan rahang tetap)
Letakkan benda yang akan diukur diantara kedua rahang.
Geserlah rahang geser kekiri sedemikian sehingga benda yang diukur terjepit
oleh kedua rahang.
Catatlah hasil pengukuran anda
2. Mengukur diameter dalam
13
Untuk mengukur diameter dalam sebuah benda (misalnya diameter dalam sebuah
cincin) dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
Geserlah rahang geser jangka sorong sedikit kekanan.
Letakkan benda/cincin yang akan diukur sedemikian sehingga kedua rahang
jangka sorong masuk ke dalam benda/cincin tersebut
Geserlah rahang geser kekanan sedemikian sehingga kedua rahang jangka
sorong menyentuh kedua dinding dalam benda/cincin yang diukur
Catatlah hasil pengukuran anda
3. Mengukur kedalaman
Untuk mengukur kedalaman sebuah benda/tabung dapat dilakukan dengan langkah
sebagai berikut:
Letakkan tabung yang akan diukur dalam posisi berdiri tegak.
Putar jangka (posisi tegak) kemudian letakkan ujung jangka sorong ke
permukaan tabung yang akan diukur dalamnya.
Geserlah rahang geser kebawah sehingga ujung batang pada jangka sorong
menyentuh dasar tabung.
Catatlah hasil pengukuran anda.
Prinsip utama menggunakan jangka sorong adalah apabila kunci yang terdapat
pada jangka sorong dilonggarkan, maka papan skala nonius dapat digerakkan
sesuai keperluan. Dalam kegiatan pengukuran objek yang hendak diukur
panjangnya atau diameternya maka objek akan dijepit diantara 2 penjepit (rahang)
14
yang ada pada jangka sorong. Panjang objek dapat ditentukan secara langsung
dengan membaca skala utama sampai sepersepuluh cm (0,1cm) kemudian
menambahkan dengan hasil pembacaan pada skala nonius sampai seperseribu cm
(0,001cm).
2.7. Cara pembacaan hasil pengukuran jangka sorong
Untuk membaca hasil pengukuran menggunakan jangka sorong dapat
dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
1. Bacalah skala utama yang berimpit atau skala terdekat tepat didepan titik nol
skala nonius.
2. Bacalah skala nonius yang tepat berimpit dengan skala utama.
3. Hasil pengukuran dinyatakan dengan persamaan:
Hasil = Skala Utama + (skala nonius yang berimpit x skala terkecil jangka sorong)
= Skala Utama + (skala nonius yang berimpit x 0,01 cm)
harus juga dinyatakan dalam 3 desimal. Tidak seperti mistar, pada jangka sorong
yang memiliki skala nonius,, anda tidak pernah menaksir angka terakhir (desimal
ke-3) sehingga anda cukup berikan nilai 0 untuk desimal ke-3. sehingga hasil
pengukuran menggunakan jangka sorong dapat anda laporkan sebagai :
Panjang L = xo +
Misalnya L = (4,990 + 0,005) cm
Lihat contoh cara mengukur di bawah.
Lihatlah skala nonius yang berhimpit dengan skala utama. Di contoh, yang
berhimpit adalah angka 4 (diberi tanda merah). Itu berarti 0.04 mm. Sekarang
15
lihatlah ke skala utama di sebelah kiri angka nonius 0. Di situ menunjukkan angka
4,7 cm. Berarti hasil pengukurannya adalah 4,7 cm + 0.04 cm = 4,74 cm
Menjelang tahun 1600-an, di kota yang bernama Oranan di Perancis, seorang ahli
matematika dan sains bernama Pierre Vernier (gambar bawah) menemukan jangka
sorong. Ia juga yang menciptakan skala vernier (kita sering menyebutnya skala
nonius) sebagaiamana disebutkan dalam bukunya yang berjudul “La construction,
visage, et les proprietes fue quadrant nouvea de mathmatiques”
Jangka sorong tersebut memiliki ketlitian 0,1mm
Cara membacanya adalah:
Skala utama adalah =11 mm
Skala nonius adalah = 8 x 0,1 = 0,8 mm
Hasil pengukuran = 11mm + 0,8 mm=11,8 mm
Contoh pengukuran diameter luar benda dengan menggunakan jangka sorong.
Perhatikan gambar pengukuran sebuah benda yang diukur dengan
menggunakan jangka sorong.
16
1. Pada skala nonius yang ditunjukkan tanda panah berwarna merah. Skala nonius
dihitung mulai dari angka 0 sampai pada garis skala nonius yang berimpit
dengan skala utama.
2. Dari hasil pengamatan tersebut, pada skala utama menunjukkan angka 2,4 cm
atau 24 mm dihitung dari angka 2 yang ditunjukkan oleh skala utama dan
menghitung garis kecil 4 langkah sebelum angka 0 pada skala nonius.
3. Perhatikan skala nonius yang berimpit dengan skala utama, dari hasil
pengamatan diperoleh angka 7 pada skala nonius yang berimpit dengan skala
utama.
4. Angka 7 tersebut di kalikan dengan tingkat ketelitian 0,1 mm sehingga
diperoleh 0,7 mm.
5. Hasil pengukuran diperoleh dari menjumlahkan hasil pengamatan pada skala
utama dengan skala nonius yaitu 24 mm + 0,7 mm = 24,7 mm atau 2,47 cm.
6. Ingat konversikan (ubah) satuan jika ingin merubah kedalam melimeter (mm)
atau kedalam centimeter (cm).
2.8. Kalibrasi
Jangka sorong dikalibrasi dengan cara mendorong rahang geser hingga
menyentuh rahang tetap. Apabila rahang geser berada pada posisi yang tepat di
angka nol, yaitu angka nol pada skala utama dengan angka nol pada skala nonius
saling berhimpit pada satu garis lurus, maka jangka sorong tersebut sudah
terkalibrasi dan siap digunakan.
Berikut langkah – langakah mengkalibrasi jangka sorong:
a. Bersihkan jangka sorong dari kotoran yang menempel,
b. Longgarkan baut pengunci jangka sorong,
c. Geser rahang caliper dan rahang geser sehingga saling berhimpit,
d. Lakukan pembacaan kalibrasi seperti berikut ini:
- Strip Angka NOL (0) awal pada Skala Geser tepat segaris strip Angka NOL
(0) pada Skala Utama.
- Strip Angka NOL (0) akhir pada Skala Geser tepat segaris salah satu strip
pada Skala Utama.
17
e. Jika kondisi tersebut tidak tercapai, maka lakukan hal berikut :
- Jika pembacaan kalibrasi melebihi nilai seharusnya, dalam arti Strip 0 awal
pada Skala Gesermelewati Strip 0 pada Skala Utama, maka bersihkanlah
kembali Jangka Sorong terutama dari debu dan karat pada bagian-bagian yang
bergeser.
- Jika pembacaan kalibrasi kurang dari nilai seharusnya, dalam arti Strip 0
awal pada Skala Geser belum mencapai Strip 0 pada Skala Utama, maka
lakukanlah pembacaan selisih pergeserantersebut dengan mencari strip pada
Skala Geser yang segaris dengan strip pada Skala Utama. Bacalah selisih
pergeseran tersebut dengan hitungan mundur. Artinya jika strip pada Skala
Geseryang segaris dengan strip pada Skala Utama menunjukkan pada angka
0.85 mm, maka selisihpergeseran tersebut adalah 0.15 mm dari Nilai 0 Skala
Utama. Selanjutnya apabila alat tersebut digunakan untuk mengukur, maka
hasil pengukuran harus ditambah dengan 0.15 mm.
f. Alat ukur Jangka Sorong siap untuk digunakan
Hal-hal yang menyebabkan kegagalan kalibrasi dan pengukuran menggunakan
jangka sorong adalah:
1. Kesalahan umum (orang yang melakukan penggukuran),
2. Kesalahan sistematis (kerusakan alat, lingkungan),
3. Kesalahan acak (tidak diketahui pengyebabnya).
Faktor terjadinya kerusakan alat adalah ketidakstabilan suhu ruang penyimpanan,
sehingga memungkinkan jangka sorong untuk memuai atau menyusut, terbentur
dan/atau tergores.
Kalibrasi bertujuan untuk meminimalisasi kesalahan dalam pengukuran. Sebelum
dipergunakan, amatilah alat ukur jangka sorong tersebut. Pastikan jangka sorong
langkah – langkah mengkalibrasi Mengkalibrasi jangka sorong:
1. Rapatkan kedua permukaan rahang ukur
2. Longgarkan baut pada pelat skala nonius
18
3. Tepatkan garis nol skala nonius dengan garis nol pada batang utama jangka
sorong
4. Kencangkan kembali baut pada pelat skala nonius.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jangka sorong merupakan alat ukur yang lebih teliti dari mistar ukur. Pada batang
ukurnya terdapat skala utama dengan cara pembacaan sama seperti mistar ukur.
Pada ujung yang lain dilengkapi dengan dua rahang ukur yaitu rahang ukur tetap
dan rahang ukur gerak. Dengan adanya rahang ukur tetap dan rahang ukur gerak
maka jangka sorong dapat digunakan untuk mengukur dimensi luar, dimensi
dalam, kedalaman dan ketinggian dari benda ukur. Di samping skala utama,
jangka sorong dilengkapi pula dengan skala tambahan yang sangat penting
perannya di dalam pengukuran yang disebut dengan skala nonius. Skala nonius
inilah yang membedakan tingkat ketelitian jangka sorong.
Jangka sorong biasanya digunakan untuk:
1. mengukur suatu benda dari sisi luar dengan cara diapit;
2. Mengukur sisi dalam suatu benda yang biasanya berupa lubang (pada pipa,
maupun lainnya) dengan cara diulur;
3. Mengukur kedalamanan celah/lubang pada suatu benda dengan cara
“menancapkan/menusukkan” bagian pengukur;
4. Jangka sorong memiliki dua macam skala: skala utama dan nonius.
Secara umum, jangka sorong terdiri atas rahang tetap dan rahang geser, rahang
bawah untuk mengukur diameter luar suatu benda, rahang atas untuk mengukur
diameter dalam suatu benda, lidah pengukur kedalaman, skala utama(dalam cm
dan inci), skala nonius (dalam dan inci), kunci peluncur.
Jangka sorong memiliki jenis yang berbeda-beda sesuai model dan fungsinya,
diantaranya:
1. Jangka sorong jam. memakai jam ukur sebagai ganti skala nonius dalam
menginterpolasikan posisi garis indeks reltif terhadap skala pada batang ukur.
20
2. Jangka sorong ketinggian. Alat ukur ini dilengkapi dengan rahang ukur yang
bergerak vertikal pada batang berskala yang tegak lurus dengan landasannya.
Permukaan rahang ukur dibuat sejajar dengan alas, sehingga garis ukur akan
tegak lurus dengan permukaan di atas mana landasan diletakkan.
3. Jangka Sorong Tak Sebidang
4. Jangka Sorong Diameter Alur Dalam
5. Jangka Sorong Pipa
6. Jangka Sorong digital
Prinsip kerja jangka sorong terdiri dari prinsip ketika melakukan suatu
pengukuran, yaitu apabila kunci peluncur telah dikendurkan, maka skala nonius
dapat digeser ke depan atau belakang sesuai dengan keperluan pengukuran. Dan
prinsip ketika membaca hasil pengukuran, yaitu hasil pengukuran tergantung
besarnya ketelitian yang dimiliki jangka sorong, karena ketelitian setiap jengka
sorong berbeda-beda berdasarkan skala nonius yang dimilikinya.
Cara Pembacaan Hasil Pengukuran Jangka Sorong
Hasil = Skala Utama + (skala nonius yang berimpit x skala terkecil jangka
sorong) = Skala Utama + (skala nonius yang berimpit x 0,01 cm).
Jangka sorong dikalibrasi dengan cara mendorong rahang geser hingga menyentuh
rahang tetap. Apabila rahang geser berada pada posisi yang tepat di angka nol,
yaitu angka nol pada skala utama dengan angka nol pada skala nonius saling
berhimpit pada satu garis lurus, maka jangka sorong tersebut sudah terkalibrasi
dan siap digunakan.
Hal-hal yanng menyebabkan kegagalan kalibrasi dan pengukuran menggunakan
jangka sorong adalah kesalahan umum (orang yang melakukan penggukuran),
kesalahan sistematis (kerusakan alat, lingkungan), kesalahan acak (tidak diketahui
pengyebabnya).
21
Faktor terjadinya kerusakan alat adalah ketidakstabilan suhu ruang penyimpanan,
sehingga memungkinkan jangka sorong untuk memuai atau menyusut, terbentur
dan/atau tergores.
22
DAFTAR PUSTAKA
http://komponenelektronika.biz/pengertian-jangka-sorong-secara-umum.html
https://www.academia.edu/7306214/JANGKA_SORONG_metrologi_industri
http://technoku.blogspot.com/2008/10/jangka-sorong.htm006C
https://www.academia.edu/7306214/JANGKA_SORONG_metrologi_industri
Wagiran.2013.Penggunaan Alat-alat Ukur Metrologi Industri.Yogyakarta