pengembangan potensi usaha tepung mocaf.docx

Upload: andrew-hill

Post on 18-Oct-2015

79 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Pengembangan Potensi Usaha Tepung Mocaf (Modified Cassava Flour) dalam Persaingan Kompetisi Pasar Global dan Peluang Pasar Ekspor Ubi kayu / singkong digunakan sebagai sumber pati yang merupakan bahan baku berbagai industri. Produk turunan ubi kayu yang diperdagangkan di pasar dunia antara lain adalah gaplek (manioc), tepung singkong (cassava starch), tapioka, dan beberapa produk kimia seperti alkohol, gula cair (maltosa, glukosa, fruktosa), sorbitol, siklodekstrin, asam sitrat, serta bahan pembuatan edible coating dan biodegradable plastics. Negara tujuan ekspor utama kelompok produk ini antara lain RRC, Uni Eropa, Taiwan, dan Korea Selatan. Produksi ubi kayu Indonesia tahun 2008 yang lalu menurut data BPS adalah 21,5 juta ton dan Provinsi Lampung merupakan kontributor terbesar dengan produksi 7,6 juta ton diikuti oleh Jawa Timur 3,5 juta ton dan Jawa Tengah 3,3 juta ton. Produk olahan terbaru dari singkong Manihot esculenta. Dengan penemuan pertama di dunia itu bukanlah hal yang dianggap kecil, dikarenakan mocaf sanggup mengganti kebutuhan tepung gandum yang selama ini masih diimpor. Modified Casava Flour merupakan penemuan pertama dari Teknologi Pertanian, Univeristas Jember. Hal ini merupakan temuan yang sangat muktahir untuk bersaing dipasar dengan tepung terigu lainnya. Mocaf tidak kalah lebih baik disbanding dengan produk tepung olahan lainnya. Adapun keunggulan jenis tepung ini, seperti aroma dan citarasa mocaf setara terigu, bahan baku yang tersedia cukup sehingga kemungkinan kelangkaan produk dapat dihindari karena tidak tergantung dari impor seperti gandum. Selain itu harga tepung mocaf relatif lebih murah dibanding dengan harga tepung terigu maupun tepung beras, sehingga biaya pembuatan produk dapat lebih rendah. Tepung ubi kayu yang dikenal dengan nama MOCAF tersebut adalah produk turunan dari ubi kayu yang menggunakan prinsip modifikasi sel ubi kayu secara fermentasi. Tepung MOCAF memiliki karakter yang berbeda dengan tepung ubi kayu biasa dan tapioka, terutama dalam hal derajat viskositas, kemampuan gelasi, daya rehidrasi dan kemudahan melarut.Untuk kebutuhan tepung secara nasional terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Dari tahun 1995 sampai dengan 2004, konsumsi terigu nasional untuk berbagai industri terus mengalami pertumbuhan, kecuali pada tahun 1998 yang pertumbuhannya negatif, karena krisis ekonomi. Selama kurun tersebut pertumbuhan rata-rata sebesar 5.84% per tahun, dan bahkan mencapai sekitar 7.00% pada lima tahun terakhir. Dengan pertumbuhan tersebut, konsumsi tepung terigu nasional mencapai lebih 1,7 juta ton per tahun pada tahun 2004. Menurut data dari Asosiasi Produsen Terigu Indonesia (Aptindo) justru menunjukkan angka yang jauh lebih besar. Menurut Aptindo, kebutuhan konsumsi terigu nasional pada tahun 2004 mencapai 3.334.108 ton, dengan tingkat pertumbuhan mencapai 6 %. Dengan angka pertumbuhan ini, maka pada tahun 2007 kebutuhan tepung terigu akan meningkat sampai 3.700.000 ton. Dari konsumsi ini, 65 persen adalah pasar Usaha Kecil dan Menengah, dengan penggunaan terbesar untuk produk mie (instant dan wet).Peningkatan kebutuhan akan terigu ini selain dipicu oleh perubahan pola konsumsi masyarakat, juga dipicu oleh menjamurnya usaha pengolahan makanan, terutama pasca krisis ekonomi 1998. Kebutuhan modal kerja yang tidak terlalu besar, ditambah dengan tingginya permintaan akan produk makanan olahan membuat usaha pengolahan makanan, khususnya usaha kecil dan yang bersifat cepat saji semakin menjamur. Untuk itu promosi dan sosiasilisasi diperlukan didalam pengantar kepada konsumen bahwa MOCAF tidak kalah bersaing dengan tepung terigu dari segi citarasa dan harga. (Source MOCAF Indonesia, Media, data diolah F. Hero K. Purba) Tepung Mocaf (Modified Cassava Flour) dalam Persaingan Kompetisi Pasar Global dan Peluang Pasar Ekspor Tepung MOCAF sebagai bahan alternatif pengganti terigu mempunyai peluang yang cukup besar untuk dikembangkan. Dari sisi permintaan, kebutuhan akan pasar terigu kian meningkat seiring dengan perubahan pola konsumsi makanan masyarakat yang kian modern. Demikian juga dengan semakin menjamurnya berbagai jenis industri dan usaha pengolahan makanan, dari skala besar sampai penjual eceran, terutama sejak krisis ekonomi 1998.

Sementara dari sisi pasokan, tepung MOCAF yang berbahan baku ubi kayu, salah satu tanaman pangan yang secara tradisional sudah lama dikembangkan di Indonesia, juga mempunyai potensi yang cukup besar. Luasnya lahan yang potensial untuk ditanami ubi kayu (karena kesesuaian geografis), kemudahan teknik budidaya, serta jumlah tenaga kerja yang bisa digerakkan, membuat tidak terlalu ada masalah dari sisi pasokan.Karena itu, keberadaan tepung MOCAF sebagai alternatif dari tepung terigu, akan bermanfaat bagi industri pengolahan makanan nasional. Jenis dan karakteristik yang hampir sama dengan terigu, namun dengan harga yang jauh lebih murah membuat tepung MOCAF menjadi pilihan yang sangat menarik. Berbagai jenis produk olahan tepung terigu yang bisa digantikan oleh tepung MOCAF, juga membuat transisi pengguna kepada tepung MOCAF tidak sulit untuk dilakukan.

Permintaan Ekspor Singkong Terus Meningkat

Permintaan singkong asal Indonesia oleh negara luar terus meningkat setiap tahunnya. Ubi kayu yang dapat diolah menjadi 16 turunan produk bernilai ekonomis kini menjadi incaran negara lain.

"Cina membutuhkan dua sampai tiga ribu ton singkong segar setiap tahunnya. Begitu juga dengan Korea Selatan yang membutuhkan bahan setengah jadi dan ampas singkong. Dari dalam negeri, permintaan datang dari Samsung, Indofood dan Miwon untuk berbagai pasokan produk usaha mereka," kata Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kaltim Ibrahim.

Meski begitu, potensi singkong di Kalimantan Timur belum dapat memenuhi permintaan pasar dan luar negeri. Pemerintah Kalimantan Timur pun meminta masyarakat memanfaatkan lahan pekaranganan dan lahan tidur untuk dapat diolah dan ditanami ubi kayu.

Sementara itu, Ketua Masyarakat Singkong Indonesia Kalimantan Timur Isman Saladin mengatakan singkong atau ubi kayu ini saat ini terbanyak diolah menjadi tepung tapioka dan tepung Mocaf.

Sedangkan pemanfaatan singkong sebagai bahan bakar ethanol masih sulit karena perlu modal besar dan pembangungan pabrik pengolahan yang modern. Padahal, singkong berpotensi besar menjadi alternatif bahan bakar.

"Saat ini untuk memproduksi satu liter ethanol dibutuhkan biasa sebesar Rp6.500 atau setara dengan harga premium saat ini. Harga ini akan bernilai ekonomi jika digunakan oleh perusahaan yang harus menggunakan BBM nonsubsidi," kata Isman.

Desember mendatang, Masyarakat Singkong Indonesia akan menggelar seminar untuk membahas potensi singkong sebagai komoditi nasional di Kota Balikpapan. Kegiatan ini akan dihadiiri peneliti dan pegiat tanaman singkong dari Indonesia maupun negara Asia Tenggara lain. Seminar ini akan diramaikan dengan pameran hasil olahan singkong, kontes singkong terbesar, pemberian penghargaan kepada petani serta demonstrasi pengolahan ethanol. (OP-ixn/Antara)

Bagaimana pengembangan tanaman singkong di daerah Anda? Sampaikan OPINI Anda disumber link: http://opini.co.id/web/article/5920/...erus-Meningkat