pengembangan pemasaran bokar

15
PENGEMBANGAN PEMASARAN BAHAN OLAH KARET DI PROVINSI SUMATERA SELATAN 1. PENDAHULUAN 1.1. Prospek Karet Alam Dunia Prospek karet alam dunia akan semakin cerah dengan semakin kuatnya kesadaran akan lingkungan yang lebih sehat. Beberapa pabrik ban terkemuka dunia mulai memperkenalkan jenis ban “green tyres” yang kandungan karet alamnya lebih banyak, di samping ketersediaan minyak bumi (non-renewable natural resources) sebagai bahan baku karet sintetis yang semakin berkurang. Dalam tiga dekade terakhir penawaran karet alam dunia meningkat 0,5%, dimana mencapai lebih dari 10 juta ton pada tahun 2010 (IRSG Statistical Bulletin dan Dewan Karet Indonesia, 2011). Pertumbuhan tersebut berasal dari negara produsen seperti Thailand, Indonesia, Malaysia, India, China dan lainnya (Gambar 1). Menurut International Rubber Study Group (IRSG), diperkirakan akan terjadi kekurangan pasokan karet alam ke depan. Hal ini menjadi kekhawatiran pihak konsumen, terutama pabrik-pabrik ban seperti Bridgestone, Goodyear dan Michelin. Gambar 1. Produksi Karet Alam Dunia, 2010 (Sumber: Dewan Karet Indonesia, 2011) Apabila jumlah produksi dan konsumsi karet alam dunia dibandingkan, maka pada tahun 2010 masih terjadi defisit produksi sebesar 263 ribu ton. Pada tahun 2011 terdapat defisit produksi sebesar 159 ribu ton dan pada tahun 2020 diprediksi akan terjadi defisit produksi sebesar 4,4 Juta ton (Tabel 1), kondisi ini menunjukkan bahwa prospek karet alam cukup cerah. Tabel 1. Keseimbangan produksi dan konsumsi karet alam dunia (‘000 ton) Uraian Volume ('000 ton), tahun Pertumbuhan (%) 2010-2020 2010 2011 2015 2020 Produksi 10,401 10,903 10,067 10,999 0,56 Konsumsi 10,664 11,062 13,100 15,400 3,63 Keseimbangan -263 -159 -3.003 -4.401 -3,59 Sumber: IRSG, Rubber Industry Report July-September 2011 dalam Honggokusumo, 2011dan Dewan Karet Indonesia, 2011 Sementara Smit (2003) memprediksi bahwa pertumbuhan konsumsi karet alam ke depan akan terus meningkat melampaui tingkat pertumbuhan produksi. Diperkirakan permintaan karet alam pada tahun 2035 akan mencapai sekitar 15 juta ton. Sedangkan pertumbuhan produksi akan stabil pada sekitar 2% per tahun, sehingga produksi karet alam dunia tahun 2035 hanya mencapai sekitar 13,6 juta ton. Indonesia ditargetkan akan memasok 29% atau 3.3 juta ton karet kering, sedangkan Sumatera Selatan dengan berbagai keunggulan yang dimiliki diharapkan akan mampu mengisi 1.5-2 juta ton. Pencapaian target tersebut harus didukung kebijakan yang dapat mempercepat program pengembangan karet di Sumatera Selatan 1.2. Rencana Pengembangan Karet Nasional Arah kebijakan pengembangan karet nasional dalam jangka panjang adalah: “Agribisnis karet yang berbasis lateks dan kayu yang berdayasaing tinggi, mensejahterakan, berwawasan lingkungan dan berkelanjutan”. Pada tahun 2025 diharapkan Indonesia telah menjadi negara penghasil karet alam terbesar (3-4 juta ton per tahun) dan sebagai penghasil produk berbasis karet alam terkemuka di dunia dengan indikator tingkat daya serap karet alam domestik yang mencapai minimal 25%. Langkah strategis yang akan ditempuh dibedakan untuk bidang “on farm” dan “off farm”, pada bidang on farm adalah:

Upload: aprizal-alamsyah

Post on 22-Jun-2015

5.760 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengembangan pemasaran bokar

PENGEMBANGAN PEMASARAN BAHAN OLAH KARET DI PROVINSI

SUMATERA SELATAN

1. PENDAHULUAN

1.1. Prospek Karet Alam Dunia

Prospek karet alam dunia akan semakin cerah dengan semakin kuatnya

kesadaran akan lingkungan yang lebih sehat. Beberapa pabrik ban terkemuka

dunia mulai memperkenalkan jenis ban “green tyres” yang kandungan karet

alamnya lebih banyak, di samping ketersediaan minyak bumi (non-renewable

natural resources) sebagai bahan baku karet sintetis yang semakin berkurang.

Dalam tiga dekade terakhir penawaran karet alam dunia meningkat

0,5%, dimana mencapai lebih dari 10 juta ton pada tahun 2010 (IRSG Statistical

Bulletin dan Dewan Karet Indonesia, 2011). Pertumbuhan tersebut berasal dari

negara produsen seperti Thailand, Indonesia, Malaysia, India, China dan lainnya

(Gambar 1). Menurut International Rubber Study Group (IRSG), diperkirakan

akan terjadi kekurangan pasokan karet alam ke depan. Hal ini menjadi

kekhawatiran pihak konsumen, terutama pabrik-pabrik ban seperti Bridgestone,

Goodyear dan Michelin.

Gambar 1. Produksi Karet Alam Dunia, 2010

(Sumber: Dewan Karet Indonesia, 2011)

Apabila jumlah produksi dan konsumsi karet alam dunia dibandingkan,

maka pada tahun 2010 masih terjadi defisit produksi sebesar 263 ribu ton. Pada

tahun 2011 terdapat defisit produksi sebesar 159 ribu ton dan pada tahun 2020

diprediksi akan terjadi defisit produksi sebesar 4,4 Juta ton (Tabel 1), kondisi ini

menunjukkan bahwa prospek karet alam cukup cerah.

Tabel 1. Keseimbangan produksi dan konsumsi karet alam dunia (‘000 ton)

Uraian Volume ('000 ton), tahun

Pertumbuhan (%) 2010-2020

2010 2011 2015 2020

Produksi 10,401 10,903 10,067 10,999 0,56

Konsumsi 10,664 11,062 13,100 15,400 3,63

Keseimbangan -263 -159 -3.003 -4.401 -3,59

Sumber: IRSG, Rubber Industry Report July-September 2011 dalam

Honggokusumo, 2011dan Dewan Karet Indonesia, 2011

Sementara Smit (2003) memprediksi bahwa pertumbuhan konsumsi

karet alam ke depan akan terus meningkat melampaui tingkat pertumbuhan

produksi. Diperkirakan permintaan karet alam pada tahun 2035 akan mencapai

sekitar 15 juta ton. Sedangkan pertumbuhan produksi akan stabil pada sekitar

2% per tahun, sehingga produksi karet alam dunia tahun 2035 hanya mencapai

sekitar 13,6 juta ton. Indonesia ditargetkan akan memasok 29% atau 3.3 juta ton

karet kering, sedangkan Sumatera Selatan dengan berbagai keunggulan yang

dimiliki diharapkan akan mampu mengisi 1.5-2 juta ton. Pencapaian target

tersebut harus didukung kebijakan yang dapat mempercepat program

pengembangan karet di Sumatera Selatan

1.2. Rencana Pengembangan Karet Nasional

Arah kebijakan pengembangan karet nasional dalam jangka panjang

adalah: “Agribisnis karet yang berbasis lateks dan kayu yang berdayasaing

tinggi, mensejahterakan, berwawasan lingkungan dan berkelanjutan”. Pada

tahun 2025 diharapkan Indonesia telah menjadi negara penghasil karet alam

terbesar (3-4 juta ton per tahun) dan sebagai penghasil produk berbasis karet

alam terkemuka di dunia dengan indikator tingkat daya serap karet alam

domestik yang mencapai minimal 25%.

Langkah strategis yang akan ditempuh dibedakan untuk bidang “on

farm” dan “off farm”, pada bidang on farm adalah:

Page 2: Pengembangan pemasaran bokar

Penggunaan klon unggul lateks dan kayu yang memiliki produktivitas

lateks yang tinggi (1200 – 1500 kg/ha) dan potensi kayu yang besar.

Percepatan peremajaan karet tua dan tidak produktif.

Diversifikasi usahatani untuk meningkatan pendapatan keluarga tani.

Peningkatan efisiensi usaha pada setiap tahap proses produksi untuk

menjamin marjin keuntungan dan daya saing yang tinggi.

Sedangkan pada bidang off farm strategi yang dapat ditempuh adalah:

Peningkatan kualitas bahan olah karet (bokar) yang dihasilkan petani

sesuai dengan SNI Bokar.

Peningkatan efisiensi pemasaran bokar dan bagian harga yang diterima

petani menjadi minimal 80% FOB SIR 20 pada tahun 2025, melalui

upaya penguatan kelembagaan petani dan efisiensi tataniaga bokar.

Pengembangan infrastruktur yang menunjang pengembangan produksi

dan pengolahan barang jadi karet.

Peningkatan nilai tambah produk melalui pengembangan industri hilir

yang ramah lingkungan yang dicerminkan melalui peningkatan daya

serap bokar dari hanya 7% pada tahun 2004, menjadi 25% pada tahun

2020,

1.3. Kondisi karet alam di Provinsi Sumatera Selatan

1.3.1. Luas Areal

Karet alam merupakan salah satu komoditas unggulan Sumatera

Selatan, sejak beberapa tahun terakhir karet alam telah memberikan kontribusi

yang sangat besar terhadap penerimaan non migas, di samping peran strategis

lain yaitu sebagai sumber pendapatan masyarakat, menyerap banyak tenaga

kerja dan perannya terhadap kelestarian lingkungan. Sejak meningkatnya harga

karet dalam beberapa tahun terakhir, peran karet alam sebagai penggerak

perekonomian masyarakat di daerah semakin dirasakan. Minat masyarakat

menanam karet sangat tinggi, hal ini tercermin dari demikian luasnya penanaman

karet yang dilakukan masyarakat.

Pada tahun 2011 luas karet di Sumatera Selatan mencapai lebih dari

1.2 juta ha, hampir seluruhnya atau sekitar 94% adalah areal karet rakyat. Luas

tanaman tua/rusak (TT/TR) mencapai 139 ribu ha atau 12% dari luas areal.

Pada Tabel 2 terlihat bahwa sebaran perkebunan karet yang terluas terletak di

Kabupaten Musi Rawas (27%) dan Muara Enim (18%).

Tabel 2. Luas areal karet di Sumatera Selatan

berdasarkan Kabupaten/Kota, 2011.

KABUPATEN/KOTA

Luas (ha) Jumlah

(ha)

TBM TM TT/TR

LAHAT

8.566

17.216

4.244

30.026

EMPAT LAWANG

1.874

2.475

230

4.579

PAGAR ALAM

1.161

383

-

1.544

MUBA

33.296

111.736

20.461

165.493

BANYUASIN

26.486

54.109

8.712

89.307

MURA

76.002

199.711

55.532

331.245

LUBUK LINGGAU

2.295

9.460

2.119

13.874

OKU

25.122

36.467

8.755

70.344

OKU TIMUR

35.494

39.372

3.849

78.715

OKU SELATAN

3.457

533

35

4.025

OKI

40.526

92.742

15.521

148.789

OGAN ILIR

10.014

18.032

1.219

29.265

MUARA ENIM

70.532

133.180

16.266

219.978

PRABUMULIH

7.326

8.722

2.578

18.626

TOTAL

342.151

724.138

139.521

1.205.810

Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan, 20..

Page 3: Pengembangan pemasaran bokar

1.3.2. Produksi Karet

Bahan olah karet diproses oleh pabrik karet yang bernaung dalam wadah

Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo). Saat ini Gapkindo Sumatera

Selatan memiliki anggota sebanyak 27 perusahaan yang terdiri atas pabrik SIR (..

buah), pabrik RSS (3 buah), dan 2 buah pabrik lateks pekat (Lampiran 1). Lebih dari

90% produk karet Sumatera Selatan dihasilkan dalam bentuk karet remah, dan

hampir seluruhnya diekspor.

Produksi karet remah Sumatera Selatan meningkat pesat, dari hanya

139 ribu ton pada tahun 1974 menjadi 821 ribu ton pada tahun 2011 (Tabel 3),

tahun 2013 ditargetkan produksi karet remah Sumatera Selatan akan mencapai

1 juta ton.

Tabel 3. Produksi karet remah di Sumatera Selatan berdasarkan jenis mutu, 1965-2011

Tahun

Jenis Jumlah

(ton) Remmiled SIR 5 SIR 10 SIR 20 SIR 50

1965 71.718 - - - - 71.718

1974 86,842 - - 14,975 36,91 138.737

1984 - - - 147,959 656 140.643

1994 - 1,028 5,348 224,236 - 230.612

2004 - 60 4,23 507,422 - 511.712

2005 - - 4,054 543,947 - 548.001

2006 - 78 2556 566881 - 569.515

2007 - 754 8,438 638,298 - 647.490

2008 - 2,598 8,175 655,134 - 665.907

2009 - 4,574 9,784 657,842 - 672.200

2010 - 3,583 9,105 755,946 - 768.634

2011 - 2,462 10,949 808,030 - 821,.441

Sumber: Gapkindo Sumsel, 2012

Di samping karet remah, terdapat produk sit asap (Ribbed Smoked

Sheet/RSS) yang dihasilkan perkebunan besar negara (PTPN VII) dan swasta

(PT. PP Melania), serta lateks pekat yang diproduksi oleh PT Tjakrawala Sembawa

(Kabupaten Banyuasin) dan PT BRK. Produk lateks pekat pada umumnya dipasok

ke industri barang jadi karet di Jawa Barat dan Sumatera Utara.

Masalah klasik yang dihadapi pabrik karet remah adalah mutu bahan

olah karet (bokar) yang rendah, yang mengakibatkan inefisiensi pengangkutan

dan pengolahan serta menimbulkan bau busuk menyengat mulai dari kebun

sampai di pabrik.

Bau busuk terutama berasal dari tempat penyimpanan bokar, kamar

gantung angin (pre-drying room), dan mesin pengering (dryer). Di samping itu

proses pengolahan karet remah memerlukan energi dan air dalam jumlah

banyak, sehingga pabrik harus didirikan di tepi sungai.

Masalah lainnya adalah keterbatasan bahan baku karet. Data tahun

2001 menunjukkan bahwa kapasitas riil pabrik karet remah hanya 70% dari

kapasitas terpasang, berarti kekurangan pasokan bahan baku sebanyak 30%.

Kekurangan bahan baku dari tahun ke tahun semakin menigkat, karena

pertambahan produksi tidak dapat mengejar pertambahan kapasitas pabrik. Hal

ini disebabkan bertambahnya jumlah pabrik baru dan sebagian pabrik lama

meningkatkan kapasitas olahnya (Tabel 4).

Tabel 4. Produksi dan Kapasitas Pabrik Karet Remah

di Sumatera Selatan, 2001 – 2011

Tahun

Produksi (ton)

Kapasitas pabrik (ton)

Realisasi olah (%)

Jumlah perusahaan

(buah)

Jumlah pabrik (buah)

2001 346.121 493.000 70 15 16

2002 394.482 557.600 71 15 16

2003 439.654 602.400 73 17 18

2004 511.712 673.400 76 17 18

2005 548.061 722.400 76 20 18

2006 569.515 940.300 61 20 21

2007 647.940 964.300 67 24

2008 665.907 1.120.300 59 24

2009 672.200 1.265.488 53

2010 757.143 1.300.488 58

2011 821.441 1.300.488 63

Sumber: Gapkindo Sumsel, 2001-2011

Peningkatan produksi karet alam yang tejadi selama lima tahun terakhir

disertai dengan peningkatan harga karet alam di pasar dunia berdampak

Page 4: Pengembangan pemasaran bokar

langsung terhadap perolehan devisa. Devisa yang dihasilkan dari karet alam

mengalami peningkatan dari US$ 205 ribu pada tahun 1999 menjadi US$ 3.9

juta pada tahun 2011.

1.4. Negara Tujuan Ekspor

Sebelum tahun 2000, sebagian besar karet alam Indonesia diekspor ke

Amerika Serikat. Namun pertumbuhan perekonomian dunia yang pesat di China,

Jepang, dan Korea Selatan pada sepuluh tahun terakhir, telah mendongkrak

permintaan terhadap karet alam, seperti terlihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Volume ekspor karet alam berdasarkan negara tujuan utama

No. Negara Tujuan

Tahun

1994 2000 2005 2010 2011

1 Amerika Serikat 571 562 669 546 607

2 RRC 31 35 249 418 409

3 Jepang 39 144 260 313 387

4 Korea Selatan 34 73 74 91 120

5 Singapura 195 89 115 117 104

6 Brasil 8 33 55 110 94

7 Kanada 42 57 71 69 77

8 Negara Lainnya 320 383 527 685 754

TOTAL EKSPOR 1.244 1.379 2.023 2.351 2.555

Sumber:

Buletin Karet No. 09/Thn/XVII.1995.Gapkindo : Jakarta

List of Members. 2006 & 2011. Gapkindo : Jakarta

Badan Pusat Statistik – Jakarta

Saat ini pengembangan karet alam di negara-negara pesaing seperti

Thailand, Malaysia, Vietnam, India, Cina dan Kamboja sangat pesat. Agar karet

alam Indonesia dapat bersaing dan diterima di pasar internasional, maka

perbaikan mutu bokar mutlak dilaksanakan dan diikuti perbaikan sistem

pemasarannya.

2. SISTEM PEMASARAN BAHAN OLAH KARET

Masalah yang dihadapi petani karet adalah belum optimalnya bagian

harga yang diterima petani, akibat rendahnya mutu bokar dan panjangnya rantai

pemasaran. Sebagian petani karet telah berupaya meningkatkan produksi

karetnya melalui perluasan maupun peremajaan dengan menggunakan bibit

unggul. Keberhasilan peningkatan produksi tersebut perlu diimbangi dengan

perbaikan mutu bokar dan sistem pemasarannya, agar bagian harga yang diterima

petani meningkat..

Pemerintah telah merintis sistem pemasaran yang terkoordinasi di

antaranya melalui "kemitraan" dan “lelang”. Di samping itu pemerintah telah

menerbitkan Peraturan Menteri Pertanian No 38 tahun 2008 mengenai

“pengolahan dan pemasaran bokar” dan Peraturan Menteri Perdagangan No 53

Tahun 2009 mengenai “pengawasan mutu bahan olah komoditi ekspor SIR”,

namun penerapannya masih menghadapi kendala.

2.1. RANTAI PEMASARAN BOKAR

Pelaku pemasaran bokar terdiri dari produsen (petani), lembaga

pemasaran (pedagang/kelompok pemasaran bersama/KUD) dan konsumen bokar

(pabrik pengolah). Kegiatan pemasaran dari petani sampai ke konsumen meliputi

pengumpulan, penyimpanan, penjualan, pengangkutan, pengolahan, standarisasi,

grading, pembiayaan dan penelusuran informasi pasar. Dalam melaksanakan

fungsinya, lembaga pemasaran memerlukan biaya dan memperoleh keuntungan.

Rantai pemasaran bokar dibedakan menjadi pemasaran tradisional dan

terorganisasi.

2.1.1. Rantai Pemasaran Tradisional

Sistem pemasaran karet rakyat umumnya belum terkoordinasi baik,

disebabkan panjangnya rantai pemasaran, serta rendah dan beragamnya mutu

bokar. Bokar yang dihasilkan umumnya berupa sleb tebal (20-30 cm) dengan

kadar karet kering (KKK) kurang dari 50%. Di samping itu sistem penjualan

bokar masih didasarkan atas bobot basah, sehingga sleb yang diperdagangkan

hanya 40-50% karet kering, selebihnya air dan kotoran (Gambar 1). Hal ini

menyebabkan tingginya biaya angkutan, yang akhirnya berpengaruh pada

bagian harga yang diterima petani.

Page 5: Pengembangan pemasaran bokar

Gambar 1. Rantai pemasaran bokar tadisional

2.1.2. Rantai Pemasaran Terorganisasi

Sistem pemasaran bokar yang terorganisasi terbentuk atas inisiatif petani

maupun atas dorongan pemerintah (Gambar 2).

Gambar 2. Rantai pemasaran bokar yang terorganisasi

.

Sistem pemasaran bokar yang terorganisasi memiliki aturan yang

disepakati bersama, seperti: a) pemberlakuan standardisasi mutu bokar

(keseragaman ukuran, bahan pembeku, cara dan lama penyimpanan); b)

penentuan formulasi (indikator) harga bokar yang akan diterima petani; c)

penentuan waktu penjualan dan penimbangan; dan d) penentuan besarnya uang

jasa untuk kelompok pemasaran/KUD yang dilakukan secara musyawarah.

Sistem pemasaran yang terorganisasi akan semakin baik dan kuat, jika volume

bokar mampu memenuhi skala penjualan yang efisien dan berkesinambungan.

Sistem pemasaran terorganisasi dibedakan menjadi pola kemitraan dan pola

pasar lelang.

a. Pola Kemitraan

Kemitraan adalah kegiatan bisnis yang berorientasi pada hubungan kerja

sama yang kokoh, berjangka panjang, saling percaya dan dalam kedudukan

yang setara.

Kemitraan membutuhkan persyaratan, antara lain adanya kesamaan

visi (untuk kepentingan bersama), komitmen (kesungguhan untuk mencapai

tujuan bersama), kooperatif (mau bekerja sama) dan akuntabel(dapat

dipertanggungjawabkan). Secara konsepsi melalui kemitraan diperoleh banyak

keuntungan, di antaranya:

Pemasaran produk lebih pasti dan periodik

Perusahaan besar dapat memperoleh pasokan secara rutin dengan

kualitas sesuai kesepakatan.

Bantuan dalam bentuk dana, teknologi, manajemen dan sarana lainnya

dapat tersedia bagi petani.

Proses persaingan tidak terjadi pada produk yang sama karena telah

diatur segmennya dalam kemitraan.

Masing-masing pengusaha (besar, menengah, dan kecil) mempunyai

spesialisai dan tugas yang saling mendukung.

b. Pola Pasar Lelang

Pasar lelang bokar merupakan bentuk interaksi antara permintaan pabrik

pengolah dan penawaran langsung dari petani/kelompok tani. Harga transaksi

yang terjadi adalah harga tertinggi yang ditentukan secara transparan dan

dilaksanakan di tingkat lokal/desa.

Pasar lelang bokar berperan sebagai lembaga perantara bagi

kepentingan pembeli dan penjual, terutama dalam hal penentuan harga yang

sesuai. Pasar lelang juga berfungsi sebagai wahana untuk memberikan

pelayanan dan sarana bagi pembeli dan penjual. Pelayanan dan sarana tersebut

adalah sarana tempat, pengumpulan produk, informasi patokan harga regional

dan internasional, serta penilaian mutu bokar. Pelayanan dan sarana tersebut

diharapkan dapat berkembang menjadi sistem standarisasi dan grading, serta

sarana untuk mengadakan transaksi.

Mekanisme umum pasar lelang bokar sebagai berikut :

Panitia lelang mengkoordinasikan jenis dan mutu bokar tertentu yang

harus dihasilkan oleh petani/kelompok tani sesuai dengan permintaan

pasar.

Panitia lelang mengundang pabrik pengolah atau pedagang besar untuk

Petani Pedagang Desa

Pedagang

Besar

Pool Pabrik

ik

Pabrik Pengolah/ Eksportir

Petani Kelompok

Tani KUD

Pabrik Pengolah/ Eksportir

a. Kemitraan

b. Lelang Pedagang

Page 6: Pengembangan pemasaran bokar

mengikuti lelang pada waktu yang ditentukan, disertai estimasi jenis dan

volume bokar yang akan dilelang.

Para petani/kelompok tani mengumpulkan sejumlah bokar dengan

volume tertentu.

Diadakan pemeriksaan mutu bokar oleh panitia dan penawar lelang.

Panitia lelang menentukan harga indikator yang disesuaikan dengan

perkembangan harga umum (terutama harga internasional) dengan

memperhatikan mutu.

Pembeli mengadakan penawaran terbuka dan ditentukan harga

penawaran tertinggi.

Penimbangan bokar yang dilelang.

Pembayaran bokar dilakukan secara tunai.

Penerapan pemasaran terorganisasi banyak menghadapi kendala di antaranya:

a) Lokasi kebun karet petani yang menyebar

b) Ketergantungan petani kepada pedagang perantara

c) Pedagang merupakan mata rantai yang efisien

d) Harga bokar di desa yang cukup bersaing karena banyaknya pedagang.

e) Adanya strategi pedagang seperti pemberian harga tinggi untuk menarik

petani

f) Belum diterapkannya standarisasi mutu bokar

g) Pabrik pengolah tidak ingin merusak sistem pemasaran yang ada

3. IMPLEMENTASI PEMASARAN BAHAN OLAH KARET

TERORGANISASI DI SUMATERA SELATAN

3.1. Volume Bokar

Pemasaran bokar dengan pola kemitraan telah cukup lama diterapkan,

berdasarkan SK Menteri Pertanian tahun 1988 yang diperbaharui pada tahun

1990 dan 1991, tentang hubungan pembelian bokar dari kebun plasma oleh inti

dalam Proyek PIR Perkebunan, dan kemitraan informal antara kelompok tani

usaha bersama dengan pabrik pengolah anggota Gapkindo di beberapa daerah.

Pola kemitraan disempurnakan dalam bentuk Perjanjian Kerjasama antara

Ditjenbun dengan Gapkindo No: HM.330/ E4.721/09.93 dan 243/ PTS/IX/93,

tanggal 11 September 1993.

Kemitraan usaha dilakukan antara kelembagaan petani karet dengan

pengusaha pabrik pengolah-pengekspor atau industri barang jadi dalam rangka

mewujudkan sistem agroindustri di pedesaan secara utuh, berdasarkan prinsip

saling menguntungkan dan saling membutuhkan dengan sasaran akhir

peningkatan pendapatan petani. Contoh kesepakatan kemitraan disajikan pada

Lampiran 2.

Secara operasional, kemitraan usaha dimulai dengan penyediaan

fasilitas pembelian dan pengolahan bokar, diikuti kerjasama peningkatan

kebersihan dan konsistensi mutu bokar. Oleh karena itu selain hubungan jual-

beli bokar, pengusaha pabrik pengolah juga dapat membantu menyediakan

bahan penggumpal, dan input lainnya. Contoh kemitraan formal yang pernah

terbentuk setelah adanya Perjanjian Kerjasama antara Ditjenbun dengan

Gapkindo adalah Kemitraan antara KUD Gelora Tani UPP TCSDP Sekayu

dengan PT Remco.

Sementara untuk pasar lelang, saat ini di Sumatera Selatan tercatat

terdapat sekitar 15 pasar lelang yang menjangkau sekitar 186 desa, pasar

lelang yang berkembang baik di antaranya KUD Berkat (Desa Lubuk Raman),

KUD Mufakat (Kota Prabumulih), KUD Serasan Jaya (Desa Gelumbang). serta

beberapa KUD/Koperasi/ Gapoktan lainnya yang baru mulai berkembang.

Di Sumatera Selatan juga terdapat beberapa pasar lelang karet yang

baru yang dilakukan KUD/Koperasi/ Gapoktan yang aktif dan mampu tumbuh

dengan baik, yang pembentukannya tumbuh dari bawah (bottom-up), yang

diprakarsai oleh masyarakat sendiri yang dimulai dari pembentukan kelompok

tani dengan jumlah anggota terbatas.

Data tahun 2012 menunjukkan bahwa nolume bokar yang tercatat

dipasarkan melalui pasar lelang baru sekitar 23 ribu ton karet kering atau 2.7%

dari total volume bokar Sumatera Selatan (Tabel 8).

Page 7: Pengembangan pemasaran bokar

Tabel 6. KUD/gapoktan yang melaksanakan pemasaran terorganisasi

di Sumatera Selatan, 2012

Kabupaten No. Nama Kelompok Desa Jumlah desa

Total Volume

(desa) per tahun

Muara Enim 1 KUD Serasan Jaya Gelumbang 33

14.700

2 KUD Berkat Lubuk Raman 49

6.800

3 Koperasi Bina Karya Tanjung Raman 23

4.100

4 KUD Panca Mulia Sumber Rahayu 6

3.700

5 Gapoktan Abadi Maju Kencana Mulia 1

250

Prabumulih 6 Koperasi Manunggal Jaya kelurahan Karang Jaya 27

5.600

7 KUD Mufakat Jaya Jungai 13

2.800

8 Koperasi Balam Sejahtera Kelurahan Patih Galung 13

2.000

9 KUD Suka Maju Tanjung Kemala 3

1.400

Ogan Komering Ilir 10

Kelompok Tani Ngerawan Indah Seri Tanjung 4

550

11 Gapoktan Cahaya Bersinar Tanjung Dayang 2

350

12 KUD Wana Lestari Payaraman 1

65 Ogan Koering Ulu 13 Gapoktan Suka Maju/OKU Bindu 1

2.500

Banyuasin 14 Gapoktan Harapan Masyarakat Pelajau IIlir 8

300

15 Koperasi Lavender Regan Agung 2

200

Jumlah (slab)

186

45.315

Jumlah (karet kering)

22658

Persentase terhadap total produksi karet Sumsel (%) 2,7

Pada pasar lelang yang sudah berkembang baik, bokar tersimpan di gudang

TPK (Tempat Pelayanan Koperasi), pada saat lelang kelompok tani atau ketua

TPK hanya membawa data volume bokar yang akan dilelang, sementara para

pedagang yang umumnya perwakilan pabrik sudah mengetahui mutu dan

potensi bokar setiap TPK/desa sehingga dapat mengajukan penawaran harga.

Sedangkan untuk KUD/Gapoktan/UPPB yang baru berkembang, biasanya bokar

dibawa pada waktu dan lokasi yang telah ditentukan secara musyawarah antara

gapoktan dan pedagang.

Pemasaran terorganisasi tidak mudah untuk diterapkan karena sekalipun

bagian harga akan lebih tinggi, namun petani cenderung menjual kepada

pedagang. Oleh karena itu peran pedagang harus dioptimalkan, yang

berkembang di lapangan adalah kemitraan antara pabrik pengolah dengan para

suplier bokar.

Dalam Peraturan Menteri Pertanian No 38 tahun 2008 Pasal 16

disebutkan bahwa untuk kegiatan pengolahan dan pemasaran bokar, pekebun

dikelompokkan dalam UPPB (Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar).

Selanjutnya pada Pasal 27 disebutkan bahwa kemitraan usaha dapat dilakukan

antara UPPB dengan pihak lain, seperti pedagang bokar, koperasi, dan/atau

perusahaan korporasi. Pada tahun 2011 di Desa Regan Agung, Kabupaten

Banyuasin, Sumatera Selatan telah terbentuk 4 UPPB, masing-masing

beranggota 50-100 orang, dengan volume bokar 4-6 ton/minggu/UPPB.

Selanjutnya UPPB bermitra dengan pedagang, dan pedagang bermitra dengan

pabrik.

2.2. Mutu Bahan Olah Karet

Mutu bokar yang rendah menjadi masalah yang sulit terpecahkan

disebabkan berbagai faktor yang terjadi mulai dari tingkat petani, pedagang,

pabrik pengolah, termasuk pemerintah.

Petani

SNI Bahan Olah Karet. belum diterapkan

Belum ada perbedaan harga yang signifikan antara bokar bersih dan

kotor.

Penerapan teknologi dan sarana panen dan pasca panen belum

dilakukan dengan baik.

Page 8: Pengembangan pemasaran bokar

Pedagang

Pembeli/pedagang cendrung menetapkan harga beli berdasarkan harga

yang terendah dari barang yang ditawarkan.

Sistem ijon yang ditawarkan oleh para pedagang membuat posisi tawar

petani menjadi lemah karena harga bokar ditentukan pembeli

Belum ada upaya yang dilakukan pedagang untuk memperbaiki mutu

bokar

Pabrik pengolah:

Meningkatnya biaya pengolahan akibat tingginya biaya pembersihan

bokar.

Percemaran lingkungan akibat mutu bokar yang rendah.

Menurunnya daya saing dan citra perkaretan nasional di pasar

internasional

Pertumbuhan pabrik tanpa memperhitungkan kapasitas produksi/bokar

mengakibatkan pabrik tidak mampu memenuhi kapasitas mesin (idle).

Hal ini mengakibatkan persaingan yang tidak sehat sehingga pabrik

lebih mengutamakan pada pemenuhan volume dibandingkan

pemenuhan mutu bokar.

Pemerintah

Terbatasnya anggaran pemerintah dalam pembinaan dan pengawasan

bokar sehingga menuntut keterlibatan dan partisipasi seluruh pelaku

usaha perkaretan ( petani, pedagang, pengusaha pengolah karet)

Peraturan Menteri Pertanian No.38/Permentan/OT.14/8/2008 tentang

Bokar belum sepenuhnya dapat dioperasionalkan, karena masih perlu

ditindaklanjuti dengan peraturan daerah (PERDA)

Upaya perbaikan mutu bokar telah dilakukan melalui berbagai kegiatan

seperti pelatihan, sosialisasi bokar bersih, pembagian bahan pembeku dan

sarana pengolahan. Namun mutu bokar sulit untuk ditingkatkan, karena selama

petani masih memasarkan bokarnya sendiri-sendiri, petani tidak memperoleh

nilai tambah yang signifikan.

Selain upaya perbaikan mutu, Dinas Perkebunan juga melakukan fasilitasi

pemasaran bokar terorganisasi melalui pola kemitraan antara petani dengan

pabrik pengolah, dan pembentukan pasar lelang.

Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa melalui pemasaran

terorganisasi mutu bokar lebih baik dibandingkan pemasaran tradisional, baik

dari aspek kebersihan, penyimpanan, tempat pembekuan, jenis pembeku, dan

ketebalan bokar. Mutu bokar yang dipasarkan secara tradisional diperoleh

melalui wawancara dengan aparat desa di 85 desa di Sumatera Selatan,

sedangkan mutu bokar pada pasar terorganisasi diperoleh melalui wawancara

dengan 15 KUD/Gapoktan yang memiliki wilayah binaan/kerja sekitar 186 desa.

Tabel 7. Kondisi mutu bokar: pasar tradisional dan pasar terorganisasi

Uraian Tradisional (%)a

Lelang/Kemitraan (%)

(85 desa) (15KUD/Gapoktan:

186desa)

Kebersihan Bersih 63 100

Kotor 37 -

Penyimpanan Tidak direndam 58 100

Rendam 42 -

Tempat Pembekuan Kotak kayu 60 36

Kotak plastik 24 44

Aluminium 0 17

Lubang tanah 10 6

Lainnya 6 0

Jenis Pembeku Asam semut 2 34

Cuka para 69 44

Deorub 1 17

Pupuk 8 -

Cuka+ tawas 9 =

Tawas 10 4

Gadung 1 -

Ketebalan bokar < 20 cm - 62

> 20 cm 100 38

Sumber: a Syarifa, L. F, dkk (2011)

3.3. Bagian Harga Yang Diterima Petani

Harga bokar yang diterima petani dipengaruhi oleh sistem

kelembagaan, dan panjangnya rantai pemasaran, yang menentukan tingkat

kekuatan petani dalam melakukan negosiasi harga. Harga bokar juga ditentukan

oleh: 1) jenis dan mutu bokar; 2) kadar karet kering (KKK); 3) harga karet alam

dunia; dan 4) marjin pemasaran.

Page 9: Pengembangan pemasaran bokar

Sistem dan kelembagaan pemasaran bokar akan menentukan tingkat

harga dan bagian harga yang diterima petani. Dalam pembentukan harga bokar

yang diterima petani, selain terdapat faktor-faktor yang dikuasai petani sendiri

(misalnya menghasilkan bokar bermutu baik dan menekan marjin pemasaran),

juga terdapat faktor yang tidak dapat dikuasai oleh petani (misalnya harga karet

dunia). Upaya pengorganisasian sistem pemasaran bokar untuk meningkatkan

efisiensi dapat dilakukan dengan mengoptimumkan berbagai faktor yang dapat

dikuasai oleh petani.

Harga bokar antar petani, antar kelompok, antar desa dan antar waktu

tidak dapat dibandingkan dan digunakan sebagai standar efisiensi pemasaran.

Untuk membandingkan harga antar waktu,tempat dan kelompok digunakan peubah

“bagian harga yang diterima petani” dalam satuan % FOB SIR 20.

Sistem pemasaran terorganisasi mampu menghasilkan bagian harga

petani yang lebih tinggi yaitu mencapai 85 - >90% FOB (Tabel 8). Hal ini

disebabkan bokar bermutu baik dan volume bokar yang dijual cukup banyak dan

kontinu, sehingga posisi tawar petani lebih kuat.

Tabel 8. Sistem pemasaran dan bagian harga yang diterima petani Sistem Pemasaran

Jenis Bokar

Bagian Harga Petani

(% FOB SIR 20)

Tahun Penelitian

A. Tradisional

Lokasi Jauh

Lokasi Dekat B. Terorganisasi

Kedaton (OKU, Sumsel)

Pampangan (OKI, Sumsel)

Sumber Rahayu (Muaraenim, Sumsel)

Desa Regan Agung, Banyuasin

Kemitraan Inti-Plasma (PIR-Mini Estate)

Kemitraan TCSDP Sekayu Sumatera Selatan

Lelang TCSDP Prabumulih Sumatera Selatan

Lelang informal di PIR Batumarta (Sumsel)

KUD Serasan

KUD Berkat

KUD Mufakat

Sleb tebal Sleb tebal Sleb tebal Sleb tebal Sleb tebal Sleb tebal Sleb-Lump Sleb tipis Sleb tipis Sleb tebal Sleb tipis Sleb tipis Sleb tipis

55 - 70 70 – 80

82 83 83 -

82 85 85 83

>90 >90 >90

1993 1993

2000 2002 2000 2012 1992 1996 1995 2000 2011 2012 2012

Pada Tabel 8 juga terlihat bahwa bagian harga yang diterima petani dari tahun

ke tahun semakin meningkat disebabkan:

Pemasaran semakin efisien, akibat transportasi dari kebun ke pabrik

yang semakin lancar, jumlah pedagang semakin banyak dan bersaing.

Harga karet sejak beberapa tahun terakhir meningkat pesat.

Pabrik karet remah kekurangan pasokan bahan baku sehingga harga

pembelian pabrik menjadi sangat tinggi. Di samping itu meningkatnya

kapasitas olah pabrik menyebabkan biaya olah menjadi semakin rendah,

dan harga pembelian pabrik meningkat.

4. PENUTUP

Upaya mengatasi permasalahan pemasaran bokar telah dirintis dengan

menerapkan berbagai sistem dan kelembagaan pemasaran karet yang

diharapkan mampu memberikan manfaat bagi seluruh pelaku sistem yang

terlibat, seperti pola kemitraan dan lelang. Kedua sistem pemasaran tersebut

mempunyai ciri dasar mengaktifkan peran kelompok tani untuk

menawarkan/menjual bokar secara langsung ke pabrik pengolah. Pemasaran

bokar melalui kelompok tani mampu memupuk dan melatih kebersamaan petani,

memperkuat posisi tawar petani, serta menghasilkan volume jual yang efisien

yang dapat menurunkan biaya pemasaran, meningkatkan harga jual bokar dan

bagian harga yang diterima petani.

Pasar lelang karet diyakini mampu meningkatkan mutu bokar dan

berfungsi sebagai lembaga pemasaran yang dapat menciptakan pembentukan

harga secara transparan. Keberadaan pasar lelang diharapkan mampu

meningkatkan posisi tawar petani dan dapat dipakai sebagai acuan harga bagi

petani di sekitarnya

Page 10: Pengembangan pemasaran bokar

DAFTAR PUSTAKA

Dewan Karet Indonesia. 2011. Percepatan Hilirisasi Industri Karet. Jakarta,

September 2011.

Honggokusumo, S. 2011. Peraturan Presiden No. 36 tahun 2010: Daftar Negatif

Investasi-Pabrik Crumb Rubber disampaikan pada makalah Lokakarya

Karet Nasional, 26 September 2011, Hotel Kartika Chandra, Jakarta.

International Rubber Study Group (IRSG). 2011. Rubber Statistical Bulletin, 66

(1-3) July – September 2011. International Rubber Study Group,

Singapore.

Smit, H.P. 2003. The World Tyre and Rubber Industry and the China Factor:

Some Scenario for the Future. Jakarta

Syarifa, LF; D.Agustima, C.Nancy, M.Supriadi. 2012. Evaluasi Tingkat Adopsi

Klon Unggul dan mutu Bokar di Tingkat Petani Karet di Provinsi Sumatera

Selatan. Jurnal Penelitian Karet, No 1, Volume I, tahun 2012.

Lampiran 1. Kapasitas Olah Pabrik Karet di Sumatera Selatan, 2012

Lokasi Pabrik

(Kabupaten/Kota

dan Kecamatan)

Nama Pabrik

Kapasitas

Olah (ton)

Jenis

Produk

Olahan

Palembang

PT Aneka Bumi Pratama 93 000 SIR

PT Baja Baru 60 000 SIR

PT Gajah Ruku 80 000 SIR

PT Hok Tong 65000 SIR

PT Muara Kelingi I 55 000 SIR

PT Muara Kelingi II 55 000 SIR

PT Panca Samudera Simpati 90 000 SIR

PT Prasidha Aneka Niaga I 30 000 SIR

PT Prasidha Aneka Niaga II 30 000 SIR

PT Remco 50 000 SIR

PT Sunan Rubber 60 000 SIR

PT Sri Trang Lingga Indonesia 48 000 SIR

Bangka PT Karini Utama 12 000 SIR

Musi Banyuasin

Sekayu PT Kirana Musi Persada 36 000 SIR

Babat Toman PT Pinago Utama 36 000 SIR

Muaraenim

Tanjung Agung PT Lingga Jaya 30 000 SIR

Musi Rawas

Nibung PT Nibung Artha Mulia 18 000 SIR

Rawas Ulu PT Kirana Windu 30 000 SIR

Ogan Komering Ilir

Mesuji PT Multi Agro Kencana Prima 18 000 SIR

Banyuasin

Banyuasin III PT Melania Indonesia 2300 RSS

Talang Kelapa PT Mardec Musi Lestari 30 000 SIR

Talang Kelapa PT Bintang Gasing Persada 36 000 SIR

Jumlah Kapasitas Olah (ton) 964 300

Page 11: Pengembangan pemasaran bokar

Lampiran 2. Contoh Piagam Kemitraan Petani – Pabrik Karet Remah.

PIAGAM KESEPAKATAN

ANTARA

PETANI DENGAN PABRIK KARET REMAH

DALAM PENGOLAHAN DAN PEMASARAN BOKAR

Pada hari ini ….. tanggal …… bulan Desember tahun dua ribu sebelas,

kami yang bertanda tangan di bawah ini :

1. ………………… Ketua …….. Kecamatan.........., Kabupaten .............,

dalam hal ini bertindakuntuk dan atas nama petani

yang tergabung dalam Gapoktan Karet

2. ………………... Direktur Utama PT .......... dalam hal ini bertindak atas

nama PT......................

Telah mengadakan kesepakatan dalam hal pengolahan dan pemasaran bahan

olah karet sesuai dengan syarat-syarat sebagaimana diatur berikut ini :

Petani menghasilkan bahan olah karet harus sesuai dengan Permentan

No.38/Permentan/OT-140/8/2008 dan Permendag RI No 53/M-

AG/PER/10/2009 dengan persyaratan umum :

a. Ukuran bak pembeku yang seragam dengan kode/tanda

kepemilikan

b. Menggunakan bahan pembeku anjuran berupa asap cair atau asam

semut

c. Tidak mengandung kotoran/kontaminan dan tidak direndam

d. Umur simpan Bokar tertentu sesuai kesepakatan

Pengusaha pabrik karet remah dalam pembelian Bokar dari petani dengan

kondisi sesuai persyaratan yang disepakati harus dilakukan atas dasar :

a. Penetapan sortasi/seleksi bokar dilakukan secara objektif.

b. Penetapan harga bokar berdasarkan formula : minimal 85% FOB

dari harga karet yang berlaku secara internasional.

c. Penetapan Kadar Karet Kering (KKK) ditentukan secara objektif

melalui pengujian di laboratorium.

Palembang, .................. 20 ..

PT ...................................

(.....................................)

Gapoktan ....................

(.....................................)

Mengetahui,

(.......................................)

Kepala Dinas ,

(.......................................)

Page 12: Pengembangan pemasaran bokar

Lampiran 3. Profile Beberapa KUD/Gapoktan di Sumatera Selatan, 2012

Wilayah Kabupaten Ogan Ilir

1. Gapoktan CAHAYA BERSINAR

Tahun Berdiri : 1997

No. Badan Hukum : -

Alamat : Jl. Lintas Timur, Tanjung Dayang Utara

Nama Ketua : Bambang Irawan (0813 7320 0319)

Jumlah Anggota : 150 Orang

Jumlah Desa Binaan : 2 Desa

Unit Usaha Lainnya : -

Jenis Bokar : Slab Lump

Perkiraan KKK : 58 %

Volume Bokar

Tahun 2012 : 350 Ton

Waktu Lelang : 2 Mingguan (Tanggal 14 dan 29)

Sejarah Ringkas : Pada Tahun 1987 terdapat program pengembangan

karet rakyat (PPKR), pada akhirnya menginisiasi warga untuk membentuk wadah

agar dapat mengelola pasar lelang karet secara swadaya. Kegiatan pasar lelang yang

berlangsung di Tanjung Dayang ini diikuti oleh anggota/TPK yang berasal dari 6

Desa dengan status petani anggota mencapai 80 %, sementara petani non anggota

hanya 20 %.

2. KUD WANA LESTARI (Unit Usaha Lelang Karet)

Tahun Berdiri : 1989 (KUD), 12 Desember 2011 (Lelang)

No. Badan Hukum : -

Alamat : Desa Payraman, Kecamatan Tanjung Batu

Nama Ketua : Hasbullah (0813 6734 6451)

Jumlah Anggota : 120 Orang

Jumlah Desa Binaan : 1 Desa (1 TPK)

Unit Usaha Lainnya : Simpan Pinjam; Jual Pupuk

Jenis Bokar : Slab Lump

Perkiraan KKK : 56 - 60 %

Volume Bokar

Tahun 2012 : 56 Ton

Waktu Lelang : Mingguan (Setiap Rabu)

Sejarah Ringkas : Adanya penyuluhan dari instansi pemerintah yang

menghimbau KUD Wana Lestari untuk membentuk kelompok pemasaran lelang,

KUD Wana Lestari yang telah berdiri akhirnya membentuk unit usaha lelang karet di

penghujung Tahun 2011. Terdapat hanya satu desa binaan saja dengan status

keanggotaan petani merupakan langganan.

3. Kelompok Tani NGERAWAN INDAH

Tahun Berdiri : 2010

No. Badan Hukum : -

Alamat : Desa Seri Tanjung, Kecamatan Tanjung Batu

Nama Ketua : Muh. Riduan, S.Ag (0853 7703 6956)

Jumlah Anggota : 250 Orang

Jumlah Desa Binaan : 4 Desa

Unit Usaha Lainnya : -

Jenis Bokar : Slab Lump

Perkiraan KKK : 50 %

Volume Bokar

Tahun 2012 : 550 Ton

Waktu Lelang : Mingguan (Setiap Rabu)

Sejarah Ringkas : Kelompok Tani Ngerawan Indah merupakan

kelompok tani yang masuk dalam bagian dari Gapoktan TERPADU di Desa Seri

Tanjung. Kelompok ini membidangi unit usaha lelang karet, dalam pasar lelang

terdapat 95 % anggota kelompok merupakan langganan dan sisa 5 % adalah petani

bebas atau non anggota kelompok ini. Kegiatan lelang di kelompok ini dibuka atau

dimulai pada malam hari tepat pukul 08.00 malam hari, setelah sebelumnya di

kumpulkan dan ditimbang di lapangan terbuka.

Wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu – Induk

4. Gapoktan SUKA MAJU

Tahun Berdiri : 2002

No. Badan Hukum : -

Alamat : Desa Bindu, Kecamatan Peninjauan

Nama Ketua : Sulaiman Effendi (0852 6715 0833)

Jumlah Anggota : 500 Orang

Jumlah Desa Binaan : 1 Desa (10 TPK)

Unit Usaha Lainnya : -

Jenis Bokar : Slab Lump

Perkiraan KKK : 42 %

Volume Bokar

Tahun 2012 : 2.500 Ton

Waktu Lelang : Mingguan (Hari Kamis)

Sejarah Ringkas : Inisiatif dan swadaya masyarakat

Page 13: Pengembangan pemasaran bokar

Wilayah Kota Prabumulih

5. KUD MUFAKAT JAYA

Tahun Berdiri : 1988

No. Badan Hukum : 002871/BH/XX/1988

Alamat : Jl. Raya Baturaja Km. 15 Desa Jungai

Nama Ketua : Iskandar (0852 7314 0571)

Jumlah Anggota : 1.499 Orang

Jumlah Desa Binaan : 13 Desa (33 TPK)

Unit Usaha Lainnya : Simpan Pinjam; Waserda Saprodi Pertanian

Jenis Bokar : Slab Lump

Perkiraan KKK : 55 - 60 %

Volume Bokar

Tahun 2012 : 2.800 Ton

Tahun 2011 : 2.700 Ton

Waktu Lelang : 2 Mingguan (Tanggal 5 dan 20)

Sejarah Ringkas : Adanya inisiatif petani PPKR dengan berkoordinasi

pada pihak Disbun Kota Prabumulih dan Disbun Propinsi Sumatera Selatan untuk

membangun Unit Koperasi. Lelang di KUD Mufakat Jaya diikuti oleh 33 TPK yang

aktif hingga saai ini.

6. KUD MANUNGGAL JAYA

Tahun Berdiri : 2000

No. Badan Hukum : 184/BH/KDH-65/I/2001

Alamat : Kelurahan Karang Jaya, Kecamatan Prabumulih Timur

Nama Ketua : Effendi (0853 7756 3049)

Jumlah Anggota : 1.592 Orang

Jumlah Desa Binaan : 27 Desa (47 TPK)

Unit Usaha Lainnya : -

Jenis Bokar : Slab Lump

Perkiraan KKK : 55 - 60 %

Volume Bokar

Tahun 2012 : 5.600 Ton

Tahun 2011 : 4.500 Ton

Waktu Lelang : 2 Mingguan (Tanggal 3 dan 17)

Sejarah Ringkas : Adanya upaya dari LSM sehubungan dengan

program CSR Pertamina yang memberikan bimbingan dan mendampingi hingga

proses terbentuknya KUD pada tahap awal.

7. Koperasi BALAM SEJAHTERA

Tahun Berdiri : 2005

No. Badan Hukum : -

Alamat : Kelurahan Patih Galung, Kecamatan Prabumulih Barat

Nama Ketua : Abidin (0812 714 5311)

Jumlah Anggota : 108 Orang

Jumlah Desa Binaan : 13 Desa (13 TPK)

Unit Usaha Lainnya : Simpan Pinjam; Loket Listrik; Agen Pos; Jual Bak Pembeku

Jenis Bokar : Slab Lump

Perkiraan KKK : 58 - 59 %

Volume Bokar

Tahun 2012 : 2.000 Ton

Tahun 2011 : 2.500 Ton

Waktu Lelang : Bulanan (Tanggal 6)

Sejarah Ringkas : Inisiatif dan swadaya masyarakat di desa

8. KUD SUKAMAJU (Unit Usaha Lelang Bokar - TANJUNG KEMALA)

Tahun Berdiri : 2003 (KUD), 2009 (Unit Lelang Bokar)

No. Badan Hukum : 037/BH/Koperasi/UKM/KOP/2003

Alamat : Jl. Lintas Payu Putat, Kelurahan Gunung Kemala

Nama Ketua : Asmudin (0813 6796 5804)

Jumlah Anggota : 9 Orang

Jumlah Desa Binaan : 3 Desa (13 TPK)

Unit Usaha Lainnya : -

Jenis Bokar : Slab Lump

Perkiraan KKK : 55 - 60 %

Volume Bokar

Tahun 2012 : 1.400 Ton

Waktu Lelang : 2 Mingguan dan Bulanan (Tanggal 4 dan 17)

Sejarah Ringkas : Pembentukan pengurus awal unit lelang bokar pada

tanggal 15 Desember 2008 dan lelang perdana baru dimulai pada tanggal 1 Januari

2009, berdasarkan inisiatif pengurus KUD Sukamaju.

Page 14: Pengembangan pemasaran bokar

9. Koperasi BINA KARYA

Tahun Berdiri : 2003

No. Badan Hukum : 38/BH/KOP.UMK/KOP/IV/2007.

Alamat : Jl. Basuki Rahmat, Kelurahan Tanjung Raman

Nama Ketua : Iskandarno

Jumlah Anggota : 300 Orang

Jumlah Desa Binaan : 23 Desa (26 TPK)

Unit Usaha Lainnya : -

Jenis Bokar : Slab Lump

Perkiraan KKK : 55 - 60 %

Volume Bokar

Tahun 2012 : 4.100 Ton

Waktu Lelang : Bulanan (Tanggal 5)

Sejarah Ringkas : Inisiatif dan swadaya masyarakat

Wilayah Kabupaten Muara Enim

10. KUD PANCA MULIA

Tahun Berdiri : 1986

No. Badan Hukum : 002655/BH/XX, 13 Agustus 1986

Alamat : Jl. Kol. H. Burlian, Desa Sumber Rahayu

Nama Ketua : M. Jerno HC (0853 6793 3444)

Jumlah Anggota : 153 Orang

Jumlah Desa Binaan : 6 Desa

Unit Usaha Lainnya : Simpan Pinjam; Penyewaan Kursi

Jenis Bokar : Slab Lump

Perkiraan KKK : 60 %

Volume Bokar

Tahun 2012 : 3.700 Ton

Tahun 2011 : 1.400 Ton

Waktu Lelang : Bulanan (Tanggal 19)

Sejarah Ringkas : Swadaya masyarakat non PPKR, adanya upaya

masyarakat pada saat itu untuk swasembada pangan. Sementara untuk pasar lelang di

KUD baru mulai pada tahun 1998.

11. KUD SERASAN JAYA

Tahun Berdiri : 1988

No. Badan Hukum : 002854/BH/XX/88

Alamat : Jl. Raya No. 115, Desa Gelumbang, Kecamatan Gelumbang

Nama Ketua : Ahmad Mantap (0813 6772 6933)

Jumlah Anggota : 1.200 Orang

Jumlah Desa Binaan : 33 Desa (132 TPK)

Unit Usaha Lainnya : Simpan Pinjam

Jenis Bokar : Slab Lump

Perkiraan KKK : 65 - 85 %

Volume Bokar

Tahun 2012 : 14.700 Ton

Tahun 2011 : 8.000 Ton

Waktu Lelang : 2 Mingguan dan Bulanan (Tanggal 1 dan 15)

Sejarah Ringkas : Adanya upaya untuk mengakomodir para petani

PPKR maka dibentuklah KUD yang bernama Harapan Maju. Kemudian berdasarkan

Akta Tahun 1995 diubah menjadi KUD Serasan Jaya.

12. KUD BERKAT

Tahun Berdiri : 1988

No. Badan Hukum : 00292/BH/PAD/KWK 6/VI/1996

Alamat : Jl. Negara, Desa Lubuk Raman Kec. Rambang Dangku

Nama Ketua : Sumarhan (0812 710 7062)

Jumlah Anggota : 4.478 Orang

Jumlah Desa Binaan : (61 TPK)

Unit Usaha Lainnya : Simpan Pinjam; Menyewakan tempat untuk toko pupuk

Jenis Bokar : Slab Lump

Perkiraan KKK : 58 - 60 %

Volume Bokar

Tahun 2012 : 6.800 Ton

Tahun 2011 : 8.000 Ton

Waktu Lelang : 2 Mingguan (Tanggal 1 dan 16)

Sejarah Ringkas : Terbentuk atas inisiatif petani PPKR, dan dijembatani

Disbun

Page 15: Pengembangan pemasaran bokar

13. Gapoktan ABADI MAJU

Tahun Berdiri : 2009

No. Badan Hukum : -

Alamat : Desa Kencana Mulya Kec. Rambang

Nama Ketua : Wagio (0857 5874 2959)

Jumlah Anggota :

Jumlah Desa Binaan : 1 Desa (5 TPK)

Unit Usaha Lainnya : Waserda

Jenis Bokar : Slab Lump

Perkiraan KKK : 61 %

Volume Bokar

Tahun 2012 : 250 Ton

Waktu Lelang : Bulanan (Tanggal 19)

Sejarah Ringkas : Inisiatif dan swadaya masyarakat

Wilayah Kabupaten Banyuasin

14. Koperasi LAVENDER

Tahun Berdiri : 2009

No. Badan Hukum : 178/BH/VII.II/KOPERASI,UKM dan PERINDAG/VII/2011

Alamat : Desa Regan Agung

Nama Ketua : Fahrurozi (0812 7387 2775)

Jumlah Anggota : 80 Orang

Jumlah Desa Binaan : 2 Desa

Unit Usaha Lainnya : Simpan Pinjam

Jenis Bokar : Slab Lump

Perkiraan KKK : 48 - 50 %

Volume Bokar

Tahun 2012 : 200 Ton

Tahun 2011 : 150 Ton

Waktu Lelang : Mingguan (Setiap Rabu)

Sejarah Ringkas : Inisiatif untuk memasarkan bokar secara bersama

15. Gapoktan HARAPAN MASYARAKAT

Tahun Berdiri : 2009

No. Badan Hukum : 140/GAPOKTAN/PI/2010

Alamat : Pelajau Ilir

Nama Ketua : A’had (0813 7996 2465)

Jumlah Anggota : 545 Orang

Jumlah Desa Binaan : 8 Desa (13 TPK)

Unit Usaha Lainnya : Simpan Pinjam; Jual Sembako

Jenis Bokar : Slab Lump

Perkiraan KKK : 50 %

Volume Bokar

Tahun 2012 : 300 Ton

Tahun 2011 : 350 Ton

Waktu Lelang : Mingguan (Setiap Kamis)

Sejarah Ringkas : Inisiatif dan swadaya