pengelolaan terpadu hama dan penyakit tumbuhan komoditi karet

24
BAB I PENDAHULUAN Tanaman karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang menduduki posisi cukup penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah. Oleh sebab itu upaya peningkatan produktifitas usahatani karet terus dilakukan terutama dalam bidang teknologi budidayanya (Anwar, 2001).Karet adalah tanaman perkebunan tahunan berupa pohon batang lurus.Pohon karet pertama kali hanya tumbuh di Brasil, Amerika Selatan, namun setelah percobaan berkali-kali oleh Henry Wickham, pohon ini berhasil dikembangkan di Asia Tenggara, di mana sekarang ini tanaman ini banyak dikembangkan sehingga sampai sekarang Asia merupakan sumber karet alami.Di Indonesia, Malaysia dan Singapura tanaman karet mulai dicoba dibudidayakan pada tahun 1876.Tanaman karet pertama di Indonesia ditanam di Kebun Raya Bogor (Deptan, 2006). Indonesia pernah menguasai produksi karet dunia, namun saat ini posisi Indonesia didesak oleh dua negara tetangga Malaysia dan Thailand.Lebih dari setengah karet yang digunakan sekarang ini adalah sintetik, tetapi beberapa juta ton karet alami masih diproduksi setiap tahun, dan masih merupakan bahan penting bagi beberapa industri termasuk otomotif dan militer (Maryadi, 2005). 1

Upload: donny-seventh-heaventh

Post on 01-Jan-2016

89 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Pengendalian Komoditi Karet

TRANSCRIPT

Page 1: Pengelolaan Terpadu Hama dan Penyakit Tumbuhan Komoditi Karet

BAB I

PENDAHULUAN

Tanaman karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang

menduduki posisi cukup penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia,

sehingga memiliki prospek yang cerah. Oleh sebab itu upaya peningkatan

produktifitas usahatani karet terus dilakukan terutama dalam bidang teknologi

budidayanya (Anwar, 2001).Karet adalah tanaman perkebunan tahunan berupa

pohon batang lurus.Pohon karet pertama kali hanya tumbuh di Brasil, Amerika

Selatan, namun setelah percobaan berkali-kali oleh Henry Wickham, pohon ini

berhasil dikembangkan di Asia Tenggara, di mana sekarang ini tanaman ini

banyak dikembangkan sehingga sampai sekarang Asia merupakan sumber karet

alami.Di Indonesia, Malaysia dan Singapura tanaman karet mulai dicoba

dibudidayakan pada tahun 1876.Tanaman karet pertama di Indonesia ditanam di

Kebun Raya Bogor (Deptan, 2006).

Indonesia pernah menguasai produksi karet dunia, namun saat ini posisi

Indonesia didesak oleh dua negara tetangga Malaysia dan Thailand.Lebih dari

setengah karet yang digunakan sekarang ini adalah sintetik, tetapi beberapa juta

ton karet alami masih diproduksi setiap tahun, dan masih merupakan bahan

penting bagi beberapa industri termasuk otomotif dan militer (Maryadi, 2005).

Tanaman karet ( Hevea brasilliensis Muell Arg ) adalah tanaman getah-getahan.

Dinamakan demikian karena golongan ini mempunyai jaringan tanaman yang

banyak mengandung getah ( lateks ) dan getah tersebut mengalir keluar apabila

jaringan tanaman terlukai (Santosa, 2007).

Tanaman karet berupa pohon dengan ketinggian bisa mencapai 15 m sampai 25

m. Batang tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi keatas. Batang

tersebut berbentuk silindris atau bulat, kulit kayunya halus, rata-rata berwarna

pucat hingga kecoklatan, sedikit bergabus (Siregar,1995).

1

Page 2: Pengelolaan Terpadu Hama dan Penyakit Tumbuhan Komoditi Karet

BAB II

KONSEPSI PHT LEVEL IV

Pengelolaan perkebunan karet sering mengalami kendala, antara lain

masalah organisme pengganggu tumbuhan (OPT) terutama masalah penyakit.

Hampir seluruh bagian tanaman karet menjadi sasaran infeksi dari sejumlah

penyakit tanaman, mulai dari jamur akar, penyakit bidang sadap, jamur upas

sampai pada penyakit gugur daun. Penyakit karet telah mengakibatkan kerugian

ekonomis dalam jumlah miliaran rupiah karena tidak hanya kehilangan produksi

akibat kerusakan tanaman tetapi juga mahalnya biaya yang diperlukan dalam

pengendaliannya. Diperkirakan kehilangan produksi setiap tahunnya akibat

kerusakan oleh penyakit karet mencapai 5-15%. Sesuai dengan undang-undang

tentang sistem budidaya tanaman nomor 12 tahun 1992 dan peraturan pemerintah

no 6 tahun 1995 bahwa kegiatan perlindungan tanaman merupakan tanggung

jawab pemerintah dan masyarakat yang dilaksanakan dengan

mengimplementasikan pengendalian hama terpadu (PHT) yang aman terhadap

manusia dan lingkungan.

Dalam mengimplementasikan PHT ada 4 prinsip yang harus dilakukan

mulai dari budidaya tanaman sehat, konservasi dan pemanfaatan musuh alami,

pengamatan berkala dan berkesinambungan serta pemilik lahan/petani secara

individu dan kelompoknya telah menjadi ahli PHT atau mandiri dalam pengambilan

keputusan di dalam pengelolaan kebunnya. Peran perlindungan perkebunan

sangat diperlukan untuk mengatasi masalah yang semakin besar dan kompleks ini.

Sampai saat ini, cara-cara penanggulangan hama pada karet yang

dianjurkan dapat berupa kombinasi dari aspek kultur teknis, manipulasi lingkungan

dan atau penggunaan pestisida, atau masing-masing aspek tersebut. Khusus

2

Page 3: Pengelolaan Terpadu Hama dan Penyakit Tumbuhan Komoditi Karet

dalam penggunaan pestisida, perlu diperhatikan akan dampak negatifnya

terhadap manusia, lingkungan, tanaman, dan organisme pengganggunya sendiri.

Jenis-jenis hama pada tanaman karet dan pengendaliannya:

1. Kutu lak (laccifer greeni Chamberlis)

Menyerang dan menghisap cairan jaringan tanaman karet sehingga ranting-

rantingnya jadi lemah dan daunnya berguguran , membentuk jelaga hitam

pada permukaan daun sehingga menghambat fotositesis.

Pemberantasan menggunakan kimiawi (Anthio 3 EC=0,15%+Surfaktan

Citrowett=0,025%, Albolineum 2%, Formalin 0,15%) atau rotansi 3 minggu

sampai dengan serangga habis dibasmi.

2. Kutu Scalle Insect (Saissetia nigru)

Kutu ini juga menghisap cairan tanaman.

Pemberantasan menggunakan Albolineum (2%) disemprot dengan rotasi 1-

2mg, Tamorun (0.05- 0.1%) disemprot dengan rotasi 1-2 minggu sampai

serangga hilang.

3. Mealy Bugs (Ferrisana Virgata)

Menyerang pucuk daun tanaman muda & bagian bawah helaian daun

tanaman di pembibitan. sehingga tanaman melengkung dan daun-

daunnya menjadi keriting.

Pemberantasannya menggunakan Albolineum dan Tamorun. 

4. Tarsonemus translucens (tungau karet)

Menghisap cairan sel yang membentuk bintik-bintik kuning pada daun

muda tanaman bibit dipersemian sehingga daun muda tersebut akan

gugur.

Tindakan kuraktif dilakukan dengan blowing (serbuk belerang 5-10

kg/hektar), model 1% (dosis 300-400 liter/hektar), Endrin 19.2%, EC kadar

0.1% dengan volum cairan 500 liter/hektar.

3

Page 4: Pengelolaan Terpadu Hama dan Penyakit Tumbuhan Komoditi Karet

BAB III

TINJAUAN TEKNOLOGI PENGENDALIAN

Penyakit Kering Alur Sadap

Kering alur sadap (KAS) atau dikenal dengan istilah kulit dalam cokelat

(bruine binnenbast atau brown bark atau bark dryness atau brown bast) yang

sering disingkat menjadi BB merupakan penyakit yang sampai saat ini belum

diketahui secara pasti penyebab utamanya.

Penyakit ini telah diketahui sejak awal budidaya karet dilakukan dan

akhir-akhir ini mulai menimbulkan masalah serius di beberapa negara penghasil

karet alam (Fairuzah, 2011).

Penyakit Kering Alur Sadap (KAS) mengakibatkan kekeringan alur sadap

sehingga tidak mengalirkan lateks, namun penyakit ini tidak mematikan

tanaman (Anwar, 2006).

Gejala KAS ditandai dengan terdapatnya bagian-bagian alur sadap yang

tidak mengeluarkan lateks. Bagian-bagian tersebut kemudian meluas dan akhirnya

seluruh pohon tidak mengeluarkan lateks sama sekali. Kulit sebelah dalam bagian

yang sakit berubah warna menjadi cokelat (Semangun, 2000).

Akibat perubahan hormon di sekitar kulit yang mati adakalanya terbentuk

kambium sekunder sehingga menjadi pecah-pecah atau terbentuk tonjolan-

tonjolan yang tidak teratur, sehingga penyadapan sulit

dilakukan (Fairuzah, 2011).

4

Page 5: Pengelolaan Terpadu Hama dan Penyakit Tumbuhan Komoditi Karet

Cara Pengendalian

Usaha-usaha untuk mencegah penyakit kekeringan kulit dapat dilakukan

dengan cara penanaman klon tahan, kultur teknis yang sesuai dan eksploitasi

yang tepat (Fairuzah, 2011).

Dalam hubungannya dengan pengobatan, bagian kulit yang terserang

sebaiknya diisolasi dengan membuat batas antara yang sakit dan yang sehat baik

secara vertikal dan horizontal. Batas yang sakit selanjutnya ditoreh sampai

menyentuh kambium. Jaringan yang sakit kemudian dikerok dan ditutup dengan

obat penutup luka (Fairuzah, 2011).

Menurut Fairuzah, 2011 batasan-batasan dalam hubungannya dengan

frekuensi sadap dan penggunaan stimulant dibuat sebagai berikut:

a. Jika jumlah tanaman yan terinfeksi mencapai 25% pada suatu areal

dilakukan penurunan intensitas sadap.

b. Jika jumlah tanaman yang terinfeksi sekitar 10% penyadapan normal tetap

dilakukan tetapi tanpa menggunakan stimulant

c. Jika terdapat infeksi 1/8S maka penyadapan normal tetap dilaksanakan dan

penggunaan stimulant tetap dilakukan

d. Jika infeksi sekitar antara 1/8S-3/8S pemakaian stimulant dihentikan selama

6 bulan dan kulit terinfeksi dikerok serta dibuat alur isolasi antara batas kulit

sakit dan sehat

e. Jika infeksi mencapai 4/8S atau lebih penyadapan dihentikan selama 6

bulan atau lebih

5

Page 6: Pengelolaan Terpadu Hama dan Penyakit Tumbuhan Komoditi Karet

f. Tanaman-tanaman yang terserang berat dimana pembuatan parit isolasi

tidak mungkin dilakukan lagi, disarankan untuk disadap berat pada bagian

yang masih mengeluarkan lateks. Mengistirahatkan tanaman tersebut tidak

akan menyembuhkan penyakit.

Penyakit bidang sadap mouldy rot ( busuk kapang )

Penyebab penyakit . Penyakit ini disebabkan oleh cendawan

Ceratostomella fimbriata ( E l l . e t Hals) Ell. Dengan sinonim Sphaeronema

fimbriata (EU. e t Hals) Sacc, (Semangoen,, L971). Cendawan ini termasuk klas

Ascomycetes, sub klas Plectomycetidae, ordo Micraascales, famili

Ophiostomateceae (Alexopoulus, 1981).

Penyebaran penyakit. Penyakit ini disebarkan oleh spora yang terbawa angin,

serangga, pisau sadap,, tangan dan pakaian penyadap (Hilton, 1975).

Gejala serangan. Pada bidang sadap yang terserang tampak bercak-bercak

cekung yang letaknya dekat sekali di atas irisan sadap. Bercak meluas menjadi

garis hitam yang sejajar dengan irisan sadap {Hilton, 1975). Jika udara sangat

lembab, garis-garis hitam tersebut ditutupi oleh cendawan seperti beludru,

berwarna putih keabu-abuan (Semangoen, 1971).

Jika serangan cendawan penyebab mouldy rot telah meluas (berarti

cendawan telah masuk ke dalam kambium) pada kulit timbul luka-luka yang

menyebabkan pohon tidak dapat disadap lagi (Soedarso, 1956).

Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit. Spora cendawan

penyebab mouldy rot memerlukan banyak air untuk pertumbuhannya, oleh karena

itu penyakit tersebut meluas pada musim penghujan. Pertanaman karet yang rapat

dan lembab dengan tanaman penutup tanah yang terlalu tinggi menunjang

perkembangan penyakit tersebut (Soedarso,1956).

Sistim penyadapan yang terlalu dalam juga membantu mempermudah timbulnya

mouldy rot. Selain itu klon karet yang peka (WR 101 dan LCB 1320) menambah

beratnya penyakit bidang sadap (Anonim, 1977).

6

Page 7: Pengelolaan Terpadu Hama dan Penyakit Tumbuhan Komoditi Karet

Pengendalian. Penyakit mouldy rot dapat di kendalikan secara preventif

dengan pembabadan atau pengurangan tanaman. penutup tanah sehingga

keadaan pertananan tidak terlalu lembab. Selain itu dilakukan. Penghentian

penyadapan sementara waktu untuk mencegah penyebaran spora melalui pisau

sadap. Pisau sadap yang digunakan sebaiknya diidentifikasi terlebih dahulu

dengan fungisida I z a l 5 96 (Anonim,1977).

Untuk tindakan kuratif dapat dilakukan dengan pengolesan fungisida seperti

Difolatan, Fylomac 90 96, I z a l 5 % dan Benlate (Prawirosoemardjo, 1977 dan

Anonim, 1.977).

Pengolesan fungisida dilakukan dengan interval waktu 7 hari dan caranya

pengolesan membentuk jalur sejajar irisan sadap, setiaggi lebih kurang 5 cm di

atas irisan sadapnya (Widjanarko, 1.971).

7

Page 8: Pengelolaan Terpadu Hama dan Penyakit Tumbuhan Komoditi Karet

BAB IV

FORMULASI (SOP) PHT

1. Hayati

Pengendalian hayati dilakukan ketika sudah nampak serangan dilahan,

pengendalian secara hayati yakni pengendalian dengan menggunakan makhluk

hidup lain untuk mengendalikan hama penyakit. Misalnya seperti Pengendalian

JAP menggunakan Agensia Hayati yaitu musuh alami Trichodherma koningii

sangat baik. Disebabkan agensia hayati tidak merusak lingkungan dan berefek

menyembuhkan dan memusnahkan JAP. Musuh alami JAP berupa Trichoderma

koningii yaitu jamur antagonis yang tumbuh di dalam tanah pada lapisan tanah

yang sama dengan JAP. Jamur ini secara alami berkembang biak di dalam tanah,

namun tidak semua wilayah ditumbuhi. Untuk itu perlu kita kembangkan,

khususnya pada kebun-kebun karet. JAP akan mati apabila Trichoderma

ditumbuhkan dan dikembangkan.

2. kultur teknis

Pengendalian secara kultur teknis (Cultural control), pada prinsipnya merupakan

cara pengendalian dengan memanfaatkan lingkungan untuk menekan

perkembangan populasi hama. Contoh :

a.      Pengelolaan Tanah

Pengolahan tanah setelah panen larva-larva hama yang hidup di dalam tanah

akan mati terkena alat-alat pengolahan seperti cangkul. Di samping itu akibat lain

dari pengolahan tanah ini akan menaikkan larva dan telur dari dalam tanah ke

permukaan tanah. Dengan demikian larva-larva dan telur larva akan dimakan

burung atau mati terkena cahaya matahari langsung.

8

Page 9: Pengelolaan Terpadu Hama dan Penyakit Tumbuhan Komoditi Karet

b.      Sanitasi

Dengan membersihkan tempat-tempat yang kemungkinan digunakan oleh opt

untuk berkembang biak, berlindung, berdiapause, maka perkembangan opt

tanaman dapat dicegah.

c.       Pemupukan

Penggunaan pupuk menjadikan tanaman sehat dan lebih mudah mentoleransi

serangan opt tanaman.

d.      Irigasi

Pengolahan air dapat menghalangi perkembangan opt tertentu. Akan tetapi bila

cara pengolahan air kurang tepat dapat mengakibatkan peningkatan

perkembangan populasi hama tanaman.

e.       Strip farming

Serangan opt tertentu dapat di atasi dengan cara “catch crop” yaitu bercocok

tanam secara berselang seling, antara tanaman yang berumur panjang dan

tanaman berumur pendek.

f.       Rotasi tanaman dan pengaturan waktu tanam

Menanam tanaman yang berbeda-beda jenisnya dalam satu tahun dapat memutus

atau memotong daur hidup opt terutama hama yang sifatnya monofagus (satu

jenis makanan).

9

Page 10: Pengelolaan Terpadu Hama dan Penyakit Tumbuhan Komoditi Karet

BAB V

REKOMENDASI IMPLEMENTASI PHT DI KALTIM

Tanaman karet adalah tanaman iklim tropis yang hidup baik pada daerah

dataran rendah dengan curah hujan optimal antara 2500-4000 mm/tahun dan

kelembaban nisbi (Rh) berkisar antara 75-90%. Maka bila kita lihat, daerah

Kalimantan Timur lingkungannya cocok dengan yang dikehendaki oleh tanaman

karet. Namun faktor lingkungan hanyalah salah satu dari sekian faktor pendukung

tumbuh baiknya tanaman karet. Hama dan penyait tanaman juga merupakan

salah satu hal penting yang harus diperhatikan dlam suatu proses budidaya.

Hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman karet adalah Kutu lak

(Laccifer), Pscudococcus Citri, penyakit embun tepung, penyakit daun

Colletotrichum, penyakit kanker garis, penyakit jamur upas, penyakit bidang

sadapan, penyakit cendawan akar putih dan hama penyakit tanaman karet lainnya.

Ditinjau dari formulasi PHPT yang telah dijelaskan pada halaman

sebelumnya maka rekomendasi implementasi terhadap formulasi PHPT yang

cocok dan sesuai di terapkan di Kalimantan Timur adalah

1.  Kultur Teknis

 Memilih lahan atau Geografis

Pada prinsipnya ini adalah memilih lahan yang tidak mengandung penyebab

penyakit atau dikatakan juga “Non-Infested Soil”, atau Non-Infested Area artinya

tanah atau areal yang bebas dari infeksi dari infeksi dari pathogen penyebab

penyakit. Pemilihan lahan secara geografis bertujuan memilih lahan untuk

menumbuhkan atau menanam suatu tanaman yang memenuhi persyaratan

tumbuh yang baik terutama tanah dan iklim atau ekologinya. Baik jenis serta sifat

tanahnya, topografi, kesesuaian tanah dan lain sebagainya, serta factor iklim

10

Page 11: Pengelolaan Terpadu Hama dan Penyakit Tumbuhan Komoditi Karet

seperti suhu, kelembapan, cahaya matahari, curah hujan, maupun tinggi tempat

dari permukaan laut.

Pemakain bibit atau benih yang tidak berpenyakit

Cara-cara pengendaliannya sebagai berikut:

1. Bibit atau biji serta benih yang sehat atau bebas sejak semula

2. Melakukan disinfested dari bibit (biji)

3. Pembersihan benih

4. Pengaturan waktu tanam bagi tanaman untuk menghasilkan benih

5. Kultutr jaringan

Usaha lain termasuk pemeliharaan tanaman untuk mencegah penyakit

1.      Pemilihan tempat

2.      Menyiapkan tanah (pengolahan tanah yang baik)

3.      Pemeliharaan tanaman lainnya ( tanaman penutup tanah)

4.      Penyebaran benih atau biji yang tepat

5.   Penyianangan tanaman penggangu/pengendalian gulma

6.    Pemangkasan tanaman.

Menghilangkan tanaman atau bagian tanaman yang tidak disenangi (sanitasi

lapangan dan tanaman)

1.      Mengatur penyiangan gulma dan tanaman-tanaman pembantu

11

Page 12: Pengelolaan Terpadu Hama dan Penyakit Tumbuhan Komoditi Karet

2.      Membongkar tanaman inang penganti lainya

3.      Membinasakan tanaman yang sakit

4.      Menghilangkan bagian-bagian tanaman yang sakit

5.      Pencegahan dan tindakan kultur teknis lain

2. Penggunaan Varietas / Klon Tahan

Mouldy Rot

Di daerah beriklim basah atau daerah yang sering mengalami serangan

penyakit mouldy rot tidak dianjurkan menanam klon karet yang peka terhadap

penyakit tersebut, seperti PR 107, LCB 479, LCB 1320,atau WR 101. Sebaiknya

ditanami klon yang tahan tyerhadap penyakit ini seperti, GT 1 atau AVROS 2037.

Jamur Upas

Pada daerah yang rawan penyakit ini ditanam klon yang resisten seperti

AVROS 2037, BPM 1, BPM 24, dan PR 261

3. Fisik/Mekanis

Secara fisik dapat dilakukan pembongkaran tanaman yang sudah terifeksi,

kemudian diiringi dengan pengendalian secara kimia ataupun biologi. Selain itu

juga dengan memotong akar yang terserang, kemudian mengoleskan fungisida

pada luka bekas pemotongan.

4. Biologi

Sebelum penanaman, lubang tanam ditaburi biakan jamur  Trichoderma

harzianum yang telah dicampur dengan kompos sebanyak 200 gram per lubang

tanam (1 kg T. harzianum dicampur dengan 50 kg kompos/pupuk kandang).

Menanam bibit tanaman yang sehat bebas dari jamur akar putih. Pada radius 30-

100 cm di sekeliling tanaman (seluas tajuk tanaman) dilakukan penaburan 100-150

12

Page 13: Pengelolaan Terpadu Hama dan Penyakit Tumbuhan Komoditi Karet

gram serbuk belerang yang dibenamkan ke dalam tanah dengan menggunakan

garpu. Kegiatan ini diulang setiap 6 sampai 12 bulan sampai tanaman karet

berumur 6 tahun. Sebagai pengganti belerang dapat digunakan pupuk Ammonium

Sulfat (ZA) sesuai dosis anjuran dengan cara ditaburkan di sekitar tanaman.

Diantara tanaman karet tidak dianjurkan ditanami tanaman sela yang merupakan

inang jamur penyebab penyakit seperti ubi jalar, ubi kayu dan sebagainya.

5. Kimia

Pengendalian secara kimia menggunakan pestisida dilakukan ketika

serangan dilapangan sangat tinggi dan jika tidak dikendalikan akan menyebabkan

kerugian secara ekonomi, namun jika intensitas serangan tidak tinggi dan dapat

ditoleransi maka pengendalian kimia tidak perlu dilakukan sekalipun digunakan

dalam jumlah yang sedikit.

Cara pengendalian penyakit jamur akar putih pada areal pertanaman karet

yang sudah terserang adalah:

a.       Dari hasil pemeriksaan leher akar tanaman yang dicurigai dapat

diketahui tingkat serangan jamur akar putih. Tanaman yang terserang berat atau

telah mati/tumbang harus segera dibongkar secara menyeluruh dan dibakar di luar

areal pertanaman. Sisa-sisa akar harus dibersihkan kemudian bekas lubang dan 4

tanaman di sekitarnya ditaburi dengan Trichoderma harzianum yang telah

dicampur dengan pupuk kandang sebanyak 200 gram per lubang atau tanaman.

Menanam tanaman marygold (Tithonia diversifolia) di dalam bekas lubang yang

dibongkar dan di sekitar tanaman karet dengan jarak 1 meter diantara 2 barisan

tanaman. Bila masih memungkinkan untuk penyulaman, dibuat  lubang tanam baru

berukuran 40 x 40 x 30 cm. Lubang ini ditaburi  T. harzianum  kemudian ditanam

bibit karet stum tinggi. Di sekitar bibit ditaburi serbuk belerang atau pupuk ZA

sebanyak 100 gram.

13

Page 14: Pengelolaan Terpadu Hama dan Penyakit Tumbuhan Komoditi Karet

b.      Tanaman sakit dengan tingkat serangan ringan masih dapat diselamatkan

dengan cara membuka dan membuat lubang tanam 30 cm di sekitar leher akar

dengan kedalaman sesuai serangan jamur. Benang-benang jamur yang menempel

pada akar dikerok dengan alat yang sudah tumpul agar tidak melukai akar, bagian

akar yang sudah busuk dipotong dan dikumpulkan untuk dibakar. Bekas kerokan

dan potongan ditutup dengan ter dan Izal kemudian seluruh permukaan akar

diolesi dengan fungisida yang direkomendasikan. Setelah luka mengering, akar

ditutup kembali dengan tanam. Empat tanaman jiran di sekitar tanaman sakit,

ditaburi dengan T. harzianum dan pupuk ZA.

Tanaman yang telah diobati diperiksa kembali 6 bulan setelah pengolesan

dengan membuka leher akar. Bila masih terdapat benang-benang jamur, maka

dilakukan pengobatan kembali. Pengolesan atau penyiraman akar dilakukan setiap

6 bulan sekali sampai tanaman menjadi sehat. Metode penyiraman dilakukan pada

tanaman muda dengan cara membuka tanah di sekitar tanaman sedalam 8-10 cm

sesuai umur tanaman.

Agar pertanaman karet tidak musnah diserang oleh penyakit

tanaman    terutama  penyakit akar putih   maka perlu dicari metoda pengendalian

yang efektif dan efisien yang aman terhadap lingkungan dengan

mengkombinasikan pemanfaatan pestisida nabati dan agensia hayati.

Dari  pengendalian memanfaatkan agensia hayati  adalah  alternatif pengendalian

yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut, terutama pemanfaatanbakteri

Rhizobakteria Indigenus diantaranya pseudomonad fluoresen  (Nasrun  dkk,  2005

dan Nasrun dkk, 2007) dan   Bacillus  spp  (Chrisnawati dkk, 2009) yang akhir-

akhir ini sebagai  mikroorganisme  antagonis  telah banyak dimanfaatkan untuk

pengendalian penyakit tanaman. 

Pseudomonad fluoresen merupakan  bakteri  pengkolonisasi akar  melalui

penginduksi ketahanan tanaman dan antagonisme  melalui antibiosis dan

kompetisi dapat mengendalikan  berbagai  penyakit tanaman secara efektif  dan

14

Page 15: Pengelolaan Terpadu Hama dan Penyakit Tumbuhan Komoditi Karet

efisien.  Seperti Pseudomonas fluorescens  strain CHAO melalui siderofor yang

dihasilkan,  diantaranya  pyoverdine  (Defago et al., 1990  cit. Han et al., 1994),

asam salisilad  (Meyer et al., 1992 cit. Han  et al., 1994), dan  indol asetat

(Defago  et al., 1990   cit.  Han  et al., 1994) dapat menginduksi ketahanan

terhadap Gaeumannomyces graminis var  tritici penyebab penyakit take – all pada

gandum   di lapangan secara efektif (Wuthrich, 1991  cit. Han et al., 1994) dan

patogen  lain terbawa tanah   di rumah kaca (Defago et al., 1990  cit. Han et al.,

1994).  

Kombinasi penggunaan fungisida nabati (cengkeh dan nimba) dan agensia

hayati Bacillus spp,  Trichoderma sp  dan Cytopaga sp  dapat menekan serangan

penyakit busuk akar putih anatara 47-80% pada jambu mete (Tombe, 2008).

Pestisida nabati ektrak daun Neem, bawang dan African mari gold dan

Pseudomonas fluorescens dan P. Aeruginosa dapat mengendalikan nematoda

Meloidogyne incognita pada tanaman tomat (Abo-Elyouusr et al, 2010). Formulasi

Pestisida nabati ekstrak daun Datura metel dan agensia hayati Pseduomonas

fluoresen 1,PF1 dan Bacillus subtilis TRC54 dapat mengendalikan penyakit layu

fusarium tanaman pisang (Akila, et al. 2011).

15

Page 16: Pengelolaan Terpadu Hama dan Penyakit Tumbuhan Komoditi Karet

DAFTAR PUSTAKA

Ashari, S., 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press, Jakarta.

Andoko, A dan Setawan. 1997. Petujuk Lengkap Budidaya Karet. Penebar

Swadaya, Jakarta.

Dwijoseputro.1994.Pengantar Fisiologi Tumbuhan.PT.Gramedia, Pusataka Jaya.

Hartman, H, W.Kracker., M.Anton.1981. Plant Science. Prentice and Hall.Inc, Mew

Jersey.

http://ginaukim.com. 2010. Klon Unggul Tnaman Karet. Dakses Pada Tanggal 26

April 2010.

http://ditjenbun.deptan.go.id/bbpptpmedan/berita-248-teknologi-pengendalian-

penyakit-kering-alur-sadap-kas.html

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/29532/A85srd

http://www.icraf.org. 2008. Karet Budidaya. Diakses Pada Tanggal 13 April. 2010.

Musa, L. 2006. Dasar Ilmu Tanah. USU Press, Medan.

Sadjad, M. 1993. Budidaya Tanaman Perkebunan. Rajawali Press, Jakarta.

Sianturi, H. 2001. Budidaya Tanaman Karet. USU Press, Medan.

16

Page 17: Pengelolaan Terpadu Hama dan Penyakit Tumbuhan Komoditi Karet

Simamora dan Salundik. 2006. Menigkatakan Kualitas Kompos. PT. Agromedia

Pustaka, Jakarta.

Steenis. 1975. Flora. Paramitha, Jakarta.

Sutanto, R. 2005. Dasar- Dasar Ilmu Tanah. Kanisius, Yogyakarta.

Syamsulbahri.1996. Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan Tahunan. UGM

Press, Yogyakarta.

Tim Penulis PS. 2008. Panduan Lengkap Karet. Penebar Swadaya, Jakarta.

Wudianto, R.2004. Membuat Stek, Cangkok, dan Okulasi. Kanisius, Yogyakarta

17