pengaruh ukuran perusahaan, leverage,...
TRANSCRIPT
PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, LEVERAGE, PROFITABILITAS
DAN SALES GROWTH TERHADAP PENGHINDARAN PAJAK (TAX
AVOIDANCE) PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK
INDONESIA (BEI) TAHUN 2010-2014
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
MUHAMMAD RIDHO
NIM: 109082000194
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016 M
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama Lengkap : Muhammad Ridho
2. Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 24 September 1991
3. Alamat : Jl. Anggrek No. 7 RT.002/018
Pondok Benda, Pamulang - Tangerang Selatan
15416
4. Jenis Kelamin : Laki - laki
5. Telepon : 08999942204
6. Email : [email protected]
7. Ayah : Wisun
8. Ibu : Runah
9. Anak Ke-, dari : 3 dari 3 bersaudara
II. PENDIDIKAN
1. SDN Pondok Benda IV Tahun 1997-2003
2. MTsN Tangerang II Pamulang Tahun 2003-2006
3. SMAN I Pamulang Tahun 2006-2009
4. S1 Ekonomi Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2009-2016
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Anggota Jakampus UIN Jakarta, 2010
2. Anggota IRMAT (Ikatan Remaja Masjid Baiturrahim 018), 2014
vii
IV. SEMINAR
1. Talkshow Pemberantasan Korupsi bersama KPK oleh BEMJ Akuntansi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 9 September 2009.
2. Seminar Nasional “Peran Asuransi Dalam Era Globalisasi” dalam acara
Insurance Goes to Campus, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 20 Mei 2010.
3. Talk Show Hukum dengan tema: “Membangun Kesadaran Tertib Hukum Di
Kalangan Penegak Hukum”. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 15 Maret 2012.
4. Sosialisasi dan Edukasi Perbankan Syariah bersama Bank Muamalat.
5. Peserta kegiatan diskusi publik, “Youth Power: your vote your future”.
6. Peserta Seminar Motivasi dan Kewirausahaan: “Burn Your Spirit! Be a Super
Student”.
viii
THE INFLUENCE OF FIRM SIZE, LEVERAGE, PROFITABILITY AND
SALES GROWTH ON TAX AVOIDANCE
By: Muhammad Ridho
ABSTRACT
The purpose of this research is to analyze the effect of firm size, leverage,
profitability and sales growth to tax avoidance. Independent variables were used
firm size, leverage, profitability and sales growth. Dependent variable was used
tax avoidance.
The research population was manufacturing companies listed in Indonesia
Stock Exchange (IDX) in period of 2010-2014. Sampling method used was
purposive sampling method with a sample of 37 companies during the observation
period of 5 years in a row for a total of 185 samples. Analysis method of this
research used multiple regression.
The results of this research showed that firm size, leverage and
profitability has significantly effect to tax avoidance. As for sales growth did not
significantly effect to tax avoidance. The determination coefficient result showed
13,2 %. That’s about 13,2 % indicated the ability of the independent variables
explained the dependent variable while 86,8 % explained by the other variables.
Keywords: Firm Size, Leverage, Profitability, Sales Growth, Tax Avoidance.
ix
PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, LEVERAGE, PROFITABILITAS
DAN SALES GROWTH TERHADAP PENGHINDARAN PAJAK
Oleh: Muhammad Ridho
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh ukuran
perusahaan, leverage, profitabilitas dan sales growth terhadap penghindaran
pajak. Variabel independen yang digunakan adalah ukuran perusahaan, leverage,
profitabilitas dan sales growth. Variabel dependen yang digunakan adalah
penghindaran pajak.
Populasi dalam penelitian adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2010-2014. Metode penentuan sampel
yang digunakan adalah metode purposive sampling dengan sampel sebanyak 37
perusahaan selama periode pengamatan 5 tahun berturut-turut sehingga total
sampel 185. Metode analisis penelitian ini menggunakan regresi linier berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, leverage, dan
profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak. Sementara itu,
sales growth tidak berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak. Hasil
koefisien determinasi menunjukkan sebesar 13,2%. Hasil tersebut menandakan
kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen,
sementara 86,8 % dijelaskan oleh variabel lain.
Kata kunci: Ukuran perusahaan, Leverage, Profitabilitas, Sales Growth,
Penghindaran Pajak.
x
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, atas barokah yang selalu diberikan-
Nya. Maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Ukuran
Perusahaan, Leverage, Profitabilitas dan Sales Growth Terhadap Penghindaran
Pajak (Tax Avoidance) pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia
(BEI) Tahun 2010-2014”. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada junjungan
Nabi Muhammad SAW, Sang Teladan yang membawa kita ke zaman yang penuh
dengan kebaikan.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan sebagai salah satu
syarat dalam menempuh studi S1 untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
jurusan Akuntansi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis
menyadari sepenuhnya karya ini tidak terlepas dari bantuan dan doa, dari berbagai
pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas
bantuan dan doa kepada:
1. Ibuku dan Ayahku serta Kakak-kakakku yang saya cintai, yang senantiasa
memberikan kasih sayang, memberikan do’a, nasehat dan dukungan yang tiada
henti-hentinya kepada penulis.
2. Bapak Dr. M. Arif Mufraini, Lc., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Jakarta.
xi
3. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA. selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Jakarta.
4. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., Ak., MM selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Jakarta.
5. Bapak Dr. Yahya Hamja, MM, selaku Dosen Pembimbing 1 yang telah bersedia
meluangkan waktunya dan dengan sabar memberikan bimbingan yang
membantu saya dalam menyelesaikan penelitian ini.
6. Ibu Zuwesty Eka Putri, SE., M.Ak., selaku Dosen Pembimbing 2 yang telah
menuntun dan mengarahkan dengan kesabaran dan penuh perhatian terhadap
saya agar dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan baik.
7. Bapak Adi Cahyadi, SE, M.Si. selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah
banyak sekali membantu saya selama kuliah di Universitas Islam Negeri
Jakarta.
8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis khususnya Jurusan Akuntansi,
terima kasih atas ilmu-ilmu yang telah diberikan kepada saya yang menjadi
bekal saya dalam mengarungi dunia kerja maupun dunia akademik lainnya.
9. Teman-teman Akuntansi 2009, Adriansyah, Odeng, Syarief, Fandi, Dito, Heru,
Asad, Andri, dll.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu
selesainya skripsi ini.
xii
Selanjutnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna sehingga dengan senang hati, saya menerima segala kritik dan saran-saran
yang sifatnya membangun dalam hubungannya dengan penulisan skripsi ini. Akhir
kata, saya mengharapkan semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, Januari 2016
(Muhammad Ridho)
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ....................................................................................................... i
Lembar Pengesahan Skripsi .................................................................................. ii
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ........................................................... iii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ....................................................................... iv
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ....................................................... v
Daftar Riwayat Hidup ........................................................................................... vi
Abstract .................................................................................................................... viii
Abstrak .................................................................................................................... ix
Kata Pengantar ...................................................................................................... x
Daftar Isi ................................................................................................................. xiii
Daftar Tabel ............................................................................................................ xvii
Daftar Gambar ....................................................................................................... xviii
Daftar Lampiran .................................................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................................ 8
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ........................................................ 9
D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ................................................................................... 11
1. Pajak ................................................................................................ 11
xiv
2. Manajemen Pajak ............................................................................ 16
3. Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) .............................................. 19
4. Ukuran Perusahaan........................................................................... 22
5. Leverage ........................................................................................... 23
6. Profitabilitas Perusahaan .................................................................. 25
7. Pertumbuhan Penjualan Perusahaan (Sales Growth) ....................... 26
B. Penelitian Terdahulu ........................................................................... 27
C. Kerangka Pemikiran ............................................................................ 34
D. Dasar Perumusan Hipotesis Penelitian ............................................... 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................. 40
B. Metode Penentuan Sampel .................................................................. 40
C. Metode Pengumpulan Data ................................................................. 42
D. Metode Analisis Data ......................................................................... 42
1. Uji Statistik Deskriptif .................................................................... 42
2. Uji Asumsi Klasik ........................................................................... 43
a. Uji Normalitas Data .................................................................... 43
b. Uji Multikolinieritas ................................................................... 44
c. Uji Autokorelasi .......................................................................... 44
d. Uji Heteroskedastisitas ............................................................... 45
3. Uji Hipotesis ................................................................................... 46
a. Koefisien Determinasi (R2) ......................................................... 47
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ................................. 48
xv
c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) ............... 48
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian ................................................... 49
1. Variabel Independen ....................................................................... 49
a. Ukuran Perusahaan (X1) ............................................................. 49
b. Leverage (X2) ............................................................................. 50
c. Profitabilitas Perusahaan (X3) ..................................................... 51
d. Sales Growth (X4) ....................................................................... 51
2. Variabel Dependen .......................................................................... 52
a. Penghindaran Pajak (Y) .............................................................. 52
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian .................................................... 54
B. Hasil Analisis dan Pembahasan .......................................................... 55
1. Statistik Deskriptif .......................................................................... 55
2. Hasil Uji Asumsi Klasik ................................................................. 58
a. Uji Normalitas ............................................................................. 58
b. Uji Multikolinearitas ................................................................... 59
c. Uji Autokorelasi ........................................................................... 60
d. Uji Heterokedastisitas ................................................................. 61
3. Hasil Uji Hipotesis .......................................................................... 62
a. Hasil Uji Adj R2 .......................................................................... 62
b. Hasil Uji F .................................................................................. 63
c. Hasil Uji t .................................................................................... 64
xvi
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 69
B. Impikasi ............................................................................................... 70
C. Saran ................................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 73
LAMPIRAN ............................................................................................................ 77
xvii
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
2.1. Penelitian Terdahulu ................................................................................ 28
3.1. Kriteria Autokorelasi Durbin-Watson ...................................................... 45
3.2. Operasionalisasi Variabel Penelitian ......................................................... 53
4.1. Rincian Sampel Penelitian ...................................................................... 54
4.2. Hasil Uji Statistik Deskriptif .................................................................... 56
4.3. Hasil Uji Multikolinieritas ....................................................................... 60
4.4. Hasil Uji Autokorelasi .............................................................................. 61
4.5. Hasil Adjusted R2 ....................................................................................... 63
4.6. Hasil Uji Signifikan Simultan (Uji Statistik F) ......................................... 64
4.7. Hasil Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t) ....................... 65
xviii
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
2.1. Kerangka Pemikiran .................................................................................. 35
3.1. Kriteria Autokorelasi Durbin-Watson ....................................................... 45
4.1 Hasil Uji Normalitas Histogram Normality ............................................... 58
4.2. Hasil Uji Normalitas Grafik Normal Probability Plot................................ 59
4.3. Hasil Uji Heterokedastisitas ....................................................................... 62
xix
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
1. Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur .................................................... 78
2. Data Diolah ............................................................................................... 79
3. Statistik Deskriptif ................................................................................... 84
4. Hasil Uji Normalitas Dengan Histogram Normality ................................. 84
5. Hasil Uji Normalitas Dengan Grafik Normal P-P..................................... 85
6. Hasil Uji Multikolinearitas ........................................................................ 85
7. Hasil Uji Autokorelasi............................................................................... 85
8. Hasil Uji Heterokedastisitas ...................................................................... 86
9. Hasil Uji Adjusted R2 ............................................................................... 86
10. Hasil Uji Signifikan Simultan (Uji Statistik F) ......................................... 86
11. Hasil Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t) ....................... 87
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan
bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak
merupakan sumber pendapatan negara terbesar untuk membiayai semua
pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan. Pajak memiliki arti
penting, yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 28
tahun 2007 pasal 21 yaitu kontribusi wajib kepada negara yang terhutang
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat. Oleh karena itu, pajak merupakan fenomena penting yang selalu
mengalami perkembangan di Indonesia dan harus dikelola dengan baik.
Dalam pelaksanaannya, terdapat perbedaan kepentingan antara
wajib pajak dan pemerintah. Bagi wajib pajak (perusahaan), pajak
merupakan biaya atau beban yang akan mengurangi laba bersih. Apabila
perusahaan memperoleh keuntungan yang besar maka pajak penghasilan
yang dibayarkan ke kas negara juga besar. Oleh sebab itu wajib pajak
(perusahaan) berusaha untuk membayar pajak sekecil mungkin. Di lain
pihak, pemerintah memerlukan dana untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintahan yang sebagian besar berasal dari penerimaan pajak. Adanya
2
perbedaan kepentingan ini menyebabkan timbulnya perlawanan pajak.
Menurut Waluyo (2010:13) perlawanan terhadap pajak dibedakan menjadi
perlawanan pasif dan aktif. Perlawanan pasif berupa hambatan yang
mempersulit pemungutan pajak dan mempunyai hubungan erat dengan
struktur ekonomi, sedangkan perlawanan aktif adalah semua usaha dan
perbuatan secara langsung ditujukan kepada pemerintah (fiskus) dengan
tujuan menghindari pajak.
Di Indonesia usaha-usaha untuk menggenjot atau mengoptimalkan
penerimaan sektor pajak ini dilakukan melalui usaha intensifikasi dan
ekstensifikasi penerimaan pajak (Surat Direktur Jendral Pajak No. S-
14/PJ.7/2003, 2003). Namun demikian usaha untuk mengoptimalkan
penerimaan sektor ini bukan tanpa kendala. Salah satu kendala dalam
rangka optimalisasi penerimaan pajak adalah adanya tindakan
penghindaran pajak (tax avoidance) yang dilakukan perusahaan.
Penghindaran pajak (tax avoidance) bukan merupakan pelanggaran
terhadap undang-undang perpajakan karena usaha wajib pajak untuk
mengurangi, menghindari, meminimumkan atau meringankan beban pajak
dilakukan dengan cara yang dimungkinkan oleh Undang-Undang Pajak
(Kurniasih dan Sari, 2013). Oleh karenanya persoalan penghindaran pajak
merupakan persoalan yang rumit dan unik.
Penghindaran pajak (Tax avoidance) yaitu upaya penghindaran
pajak secara legal yang tidak melanggar peraturan perpajakan yang
dilakukan wajib pajak dengan cara berusaha mengurangi jumlah pajak
3
terutangnya dengan mencari kelemahan peraturan (loopholes) (Hutagaol,
2007). Penghindaran pajak ini sengaja dilakukan oleh perusahaan dalam
rangka memperkecil besarnya tingkat pembayaran pajak yang harus
dibayarkan dan meningkatkan cash flow perusahaan. Manfaat dari adanya
penghindaran pajak adalah untuk memperbesar tax saving yang berpotensi
mengurangi pembayaran pajak sehingga akan menaikkan cash flow (Guire
et al, 2011).
Metode yang digunakan untuk menghindari pajak sangat bervariasi
dan pada umumnya digunakan untuk menutup kebenaran, demi
menghindari pajak. Menurut Suryana (2013) praktik penghindaran pajak
(Tax avoidance) dapat dilakukan dengan berbagai modus, misalnya (1)
Modus franchisor yaitu dengan membuat laporan keuangan seolah rugi;
(2) Modus pembelian bahan baku dari perusahaan satu grup. Pembelian
bahan baku dilakukan dengan harga mahal dari perusahaan satu grup yang
berdiri di negara bertarif pajak rendah; (3) Modus berhutang atau menjual
obligasi kepada afiliasi perusahaan induk dan membayar kembali cicilan
dengan bunga sangat tinggi; (4) Modus menggeser biaya usaha ke negara
bertarif pajak tinggi (cost center) dan mengalihkan profit ke negara bertarif
pajak rendah (profit center). Dengan demikian keuntungan perusahaan
terlihat kecil dan tidak perlu membayar pajak korporasi; (5) Modus
menarik deviden lebih besar dengan menyamarkan biaya royalti dan jasa
manajemen untuk menghindari pajak korporasi; (6) Modus terakhir adalah
dengan mengecilkan omset penjualan.
4
Praktik tax avoidance ini sebenarnya suatu dilema bagi
pemerintah, karena wajib pajak melakukan pengurangan jumlah pajak
yang harus dibayar, tetapi dilakukan dengan tidak bertentangan dengan
ketentuan-ketentuan yang berlaku. Dalam hal ini Direktorat Jendral Pajak
tidak bisa berbuat apa-apa atau melakukan penuntutan secara hukum,
meskipun praktik tax avoidance ini akan mempengaruhi penerimaan
negara dari sektor pajak (Butje dan Tjondro, 2014).
Salah satu faktor penentu dalam pengambilan tindakan tax
avoidance adalah ukuran perusahaan. Hormati (2009) mendefinisikan
ukuran perusahaan sebagai skala atau nilai yang dapat mengklasifikasikan
suatu perusahaan ke dalam kategori besar atau kecil berdasarkan total
asset, log size, dan sebagainya. Semakin besar total aset mengindikasikan
semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. Menurut Rego (2003)
dalam Dewi dan Jati (2014) semakin besar ukuran perusahaannya, maka
transaksi yang dilakukan akan semakin kompleks. Jadi hal itu
memungkinkan perusahaan untuk memanfaatkan celah-celah yang ada
untuk melakukan tindakan tax avoidance dari setiap transaksi. Selain itu
perusahaan yang beroperasi lintas negara memiliki kecenderungan untuk
melakukan tindakan tax avoidance yang lebih tinggi dibandingkan
perusahaan yang beroperasi lintas domestik, karena mereka bisa
melakukan transfer laba ke perusahaan yang berada di lain negara, dimana
negara tersebut memungut tarif pajak yang lebih rendah dibandingkan
negara lainnya. Penelitian terkait ukuran perusahaan juga telah banyak
5
dilakukan beberapa tahun terakhir. Salah satunya adalah penelitian yang
dilakukan oleh Kurniasih dan Ratnasari (2013) yang menemukan bahwa
size berpengaruh signifikan secara parsial pada tax avoidance pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar (listed) di BEI tahun 2007-2010.
Beberapa penelitian sebelumnya mencoba mengkaitkan faktor
kondisi keuangan perusahaan terhadap tax avoidance, diantaranya
memfokuskan pada leverage. Leverage merupakan tingkat hutang yang
digunakan perusahaan dalam melakukan pembiayaan. Setiawan (2010)
dalam Suyanto (2012) menyebutkan bahwa dari tahun 2000 hingga 2009,
tingkat leverage perusahaan manufaktur yang go public di Indonesia
cenderung mengalami peningkatan. Dalam kaitannya dengan pajak,
apabila perusahaan memiliki kewajiban pajak tinggi maka perusahaan
akan memiliki utang yang tinggi pula. Oleh sebab itu perusahaan akan
berusaha melakukan penghindaran pajak.
Kondisi keuangan berikutnya yang diprediksi akan mempengaruhi
tax avoidance adalah profitabilitas. Profitabilitas merupakan salah satu
pengukuran bagi kinerja suatu perusahaan. Profitabilitas suatu perusahaan
menggambarkan kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba
selama periode tertentu pada tingkat penjualan, aset dan modal saham
tertentu. Profitabilitas terdiri dari beberapa rasio, salah satunya adalah
return on assets. Return on Assets (ROA) adalah suatu indikator yang
mencerminkan performa keuangan perusahaan, semakin tinggi nilai ROA
yang mampu diraih oleh perusahaan maka performa keuangan perusahaan
6
tersebut dapat dikategorikan baik. ROA dilihat dari laba bersih perusahaan
dan pengenaan Pajak Penghasilan (PPh) untuk Wajib Pajak Badan.
Pengukuran kinerja dengan ROA menunjukkan kemampuan dari modal
yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan laba.
ROA adalah rasio keuntungan bersih pajak yang juga berarti suatu ukuran
untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari aset yang dimiliki
perusahaan. ROA yang negatif disebabkan laba perusahaan dalam kondisi
negatif (rugi) pula. Hal ini menunjukkan kemampuan dari modal yang
diinvestasikan secara keseluruhan aktiva belum mampu menghasilkan
laba. Perusahaan yang memperoleh laba diasumsikan tidak melakukan tax
avoidance karena mampu mengatur pendapatan dan pembayaran pajaknya.
Kurniasih dan Ratnasari (2013) melakukan penelitian untuk mengetahui
pengaruh ROA terhadap penghindaran pajak dan diperoleh hasil bahwa
ROA berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance. Penelitian yang
dilakukan Maharani dan Suardana (2014) juga membuktikan bahwa
profitabilitas berpengaruh terhadap penghindaran pajak (tax avoidance).
Selain faktor-faktor tersebut, pertumbuhan penjualan (sales
growth) juga dapat mempengaruhi aktivitas penghindaran pajak (tax
avoidance). Hal ini dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan oleh
Budiman dan Setiyono (2012) yang menjelaskan bahwa sales growth
berpengaruh signifikan pada CETR yang merupakan indikator dari adanya
aktivitas tax avoidance pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
tahun 2006-2010.
7
Penelitian ini dimotivasi dengan maraknya kasus penghindaran
pajak serupa yang dilakukan perusahaan-perusahaan ternama seperti Apple
Inc, Starbucks, Amazon, Skype, dan Facebook. Masih segar dalam ingatan
betapa gencarnya media memberitakan tentang tekanan politisi dan
investigasi yang dilakukan oleh parlemen Inggris terhadap Starbucks atas
praktik penghindaran pajak yang dilakukannya sehingga tekanan tersebut
akhirnya berujung kepada kesediaan Starbucks untuk membayar sejumlah
pajak kepada pemerintah. Sementara itu, dengan memindahkan
penghasilannya ke luar negeri Apple sukses membayar pajak hanya
sebesar 2%, yang mana jumlah tersebut sangat jauh lebih kecil daripada
harus membayar tarif pajak penghasilan badan di Amerika Serikat sebesar
35%. Sedangkan di Indonesia pada tahun 2013 juga terjadi penghindaran
pajak (tax avoidance) yang dilakukan oleh PT. Toyota Motor
Manufacturing Indonesia (TMMIN). Kasus TMMIN ini terjadi karena
pemisahan perusahaan perakitan mobil (manufacturing) bendera TMMIN,
sedangkan bagian distribusi dan pemasaran di bawah bendera TAM.
Mobil-mobil yang diproduksi oleh TMMIN dijual dulu ke TAM, lalu dari
TAM dijual ke Auto 2000. Dari Auto 2000, mobil-mobil itu dijual ke
konsumen. Karena pemisahan ini, menyebabkan penurunan gross margin
sebesar 7% yang seharusnya jika digabungkan akan mendapatkan gross
margin sebesar 14%. Hal ini membuat Dirjen Pajak mempertanyakan
kemana larinya 7% dari gross margin ini.
8
Selain itu, terjadinya inkonsistensi hasil penelitian-penelitian
sebelumnya terkait tax avoidance ini juga yang menjadi konsep dasar
penelitian ini dilakukan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti ingin
meneliti lebih lanjut mengenai pengaruh ukuran perusahaan, leverage,
profitabilitas dan sales growth perusahaan terhadap penghindaran pajak.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti termotivasi untuk
melakukan penelitian ini. Selain itu juga, peneliti ingin mengetahui
seberapa besar pengaruh variabel independen mempengaruhi variabel
dependen. Berdasarkan hal tersebut peneliti melakukan penelitian yang
berjudul “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Profitabilitas dan
Sales Growth Terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) pada
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2010-
2014”.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah ukuran perusahan berpengaruh terhadap penghindaran pajak?
2. Apakah leverage perusahaan berpengaruh terhadap penghindaran
pajak?
3. Apakah profitabilitas perusahaan berpengaruh terhadap penghindaran
pajak?
4. Apakah sales growth berpengaruh terhadap penghindaran pajak?
9
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun diatas, tujuan
penelitian ini adalah untuk menganalisis dan memberikan bukti empiris
mengenai pengaruh ukuran perusahaan, leverage, profitabilitas dan sales
growth terhadap perilaku penghindaran pajak yang dilakukan perusahaan,
khususnya pada perusahaan industri manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
Merujuk pada tujuan penelitian diatas, maka penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat yang antara lain adalah sebagai
berikut :
1. Bagi Regulator
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan kepada
regulator dalam membuat peraturan atau kebijakan-kebijakan
perpajakan sehingga potensi penerimaan negara dari sektor pajak dapat
dimaksimalkan.
2. Bagi Masyarakat
Memberikan salah satu indikator untuk penilaian perusahaan dan
memberikan keyakinan dalam memilih perusahaan, baik sebagai
investor maupun customer.
10
3. Bagi Perusahaan
Penelitian ini dapat menjadi tambahan pertimbangan pihak manajemen
dalam melakukan penghindaran pajak yang benar dan efisien tanpa
melanggar undang-undang perpajakan yang berlaku, sehingga dapat
lebih efisien dalam masalah pajak perusahaan di masa mendatang.
4. Sebagai kajian penelitian berikutnya
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan kajian untuk
penelitian mengenai perilaku penghindaran pajak perusahaan
berikutnya, khususnya di Indonesia.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pajak
Pajak merupakan suatu kewajiban atau beban yang harus
dipenuhi kewajibannya oleh wajib pajak baik orang pribadi maupun
perusahaan.
Pengertian pajak menurut Rochmat Soemitro dalam bukunya
Dasar – Dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan (1990: 5) dalam
Waluyo (2009) menyatakan:
“pajak ialah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan
undang – undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat
jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan
digunakan untuk membayar pengeluaran umum”.
Dari pengertian pajak diatas, dapat diketahui karakteristik yang
melekat pada pajak, yaitu:
a. Pajak dipungut berdasarkan undang – undang serta aturan
pelaksanaannya yang sifatnya dapat dipaksakan.
b. Tidak ada kontraprestasi individual oleh pemerintah.
c. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah.
d. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran – pengeluaran pemerintah,
yang bila pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan
untuk membiayai public investment.
12
Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pajak
memiliki kegunaan dan manfaat pokok dalam meningkatkan
kesejahteraan umum. Suatu negara tidak akan mungkin menghendaki
merosotnya kehidupan ekonomi masyarakat. Oleh karena itu,
berdasarkan definisi-definisi yang telah dijelaskan diatas, terlihat
adanya dua fungsi pajak menurut Waluyo (2010:6) yaitu:
a. Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara)
Pajak mempunyai fungsi sebagai sumber dana yang
diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran
pemerintah.
b. Fungsi Regulerend (Mengatur)
Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan
kebijakan di bidang sosial dan ekonomi.
Pemungutan pajak yang dilakukan oleh pemerintah tidak
semata-mata untuk keperluan pemerintah di satu pihak, tetapi demi
kepentingan rakyat banyak. Pemungutan pajak yang dilakukan
pemerintah, dilaksanakan sedemikian rupa agar tidak merugikan
masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan syarat-syarat yang khusus
untuk melakukannya agar seimbang antara masyarakat dan
pemerintah sehingga tidak ada pihak yang dirugikan. Adapun syarat-
syarat pemungutan pajak seperti yang ditulis oleh Mardiasmo (2009:2)
bahwa:
13
a. Pemungutan pajak harus adil (Syarat Keadilan)
Sesuai dengan tujuan hukum, yakni mencapai keadilan, undang-
undang dan pelaksanaan pemungutan harus adil. Adil dalam
perundang-undangan diantaranya mengenakan pajak secara umum
dan merata, serta disesuaikan dengan kemampuan masing-masing.
Sedang adil dalam pelaksanaannya yakni dengan memberikan hak
bagi wajib pajak untuk mengajukan keberatan, penundaan dalam
pembayaran dan mengajukan banding kepada Majelis
Pertimbangan Pajak.
b. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang (Syarat
Yuridis)
Di Indonesia, pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2. Hal
ini memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baik
bagi negara maupun warganya.
c. Tidak menggangu perekonomian (Syarat Ekonomis)
Pemungutan tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan
produksi maupun perdagangan, sehingga tidak menimbulkan
kelesuan perekonomian masyarakat.
d. Pemungutan pajak harus efisien (Syarat Finansiil)
Sesuai fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak harus dapat
ditekan sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannya.
14
e. Sistem pemungutan pajak harus sederhana
Sistem pemungutan yang sederhana akan memudahkan dan
mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya. Syarat ini telah dipenuhi oleh undang-undang
perpajakan yang baru.
Pelaksanaan pemungutan pajak, selain berdasarkan undang-
undang perpajakan yang berlaku, tentu harus memperhatikan asas-asas
yang disarankan oleh para ahli. Salah satunya yang terkenal adalah
Adam Smith dalam Suandy (2011) mengemukakan empat asas yang
lebih dikenal dengan four maxims yang terdiri dari:
a. Equality
Pembebanan pajak diantara subjek pajak hendaknya seimbang
dengan kemampuannya, yaitu seimbang dengan penghasilan yang
dinikmatinya di bawah perlindungan pemerintah.
b. Certainty
Pajak yang dibayar oleh Wajib Pajak harus jelas dan tidak
mengenal kompromi kompromis (not arbitrary).
c. Convenience of payment
Pajak hendaknya dipungut pada saat yang paling baik bagi Wajib
Pajak, yaitu saat sedekat-dekatnya dengan saat diterimanya
penghasilan/keuntungan yang dikenakan pajak.
15
d. Economic of collections
Pemungutan pajak hendaknya dilakukan sehemat (seefisien)
mungkin, jangan sampai biaya pemungutan pajak lebih besar dari
penerimaan pajak itu sendiri.
Menurut Mardiasmo (2009:8), sistem pemungutan pajak yang
digunakan di Indonesia dapat dibagi menjadi 3 (tiga) sistem yaitu:
a. Official Assessment System
Official Assessment System adalah suatu sistem pemungutan yang
memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk
menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. Ciri-
cirinya: wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada
pada fiskus, wajib pajak bersifat pasif dan utang pajak timbul
setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.
b. Self Assessment System
Self Assessment System adalah suatu sistem pemungutan pajak
yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan
sendiri besarnya pajak terutang. Ciri-cirinya: wewenang untuk
menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib pajak sendiri,
wajib pajak pasif, mulai dari menghitung, menyetor, dan
melaporkan sendiri pajak yang terutang, fiskus tidak ikut campur
dan hanya mengawasi.
16
c. With Holding System
With Holding System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang
memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan
wajib pajak yang bersangkutan). Untuk menentukan besarnya
pajak yang terutang oleh wajib pajak. Ciri-cirinya: wewenang
menentukan besarnya pajak yang terutang pada pihak ketiga,
pihak selain fiskus dan wajib pajak.
2. Manajemen Pajak
Menurut Suandy (2008), manajemen pajak adalah
perencanaan pemenuhan kewajiban perpajakan secara lengkap, benar
dan tepat waktu sehingga dapat menghindari pemborosan sumber
daya. Pohan (2011) menyatakan bahwa manajemen pajak adalah
upaya menyeluruh yang dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi
maupun badan usaha melalui proses perencanaan, pelaksanaan, dan
pengendalian kewajiban dan hak perpajakannya agar hal-hal yang
berhubungan dengan perpajakan dari orang pribadi, perusahaan atau
organisasi tersebut dapat dikelola dengan baik, efisien dan efektif,
sehingga dapat memberikan kontribusi yang maksimum bagi
perusahaan dalam artian peningkatan laba atau penghasilan.
Pohan (2011) juga menjelaskan secara umum tujuan pokok
dilakukannya manajemen pajak yang baik, yaitu:
17
a. Meminimalisir beban pajak yang terutang
Tindakan yang harus diambil dalam rangka perencanaan pajak
tersebut berupa usaha-usaha mengefisienkan beban pajak yang
masih dalam ruang lingkup pemajakan dan tidak melanggar
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
b. Memaksimumkan laba setelah pajak
c. Meminimalkan terjadinya kejutan pajak (tax surprise) jika terjadi
pemeriksaan pajak yang dilakukan oleh fiskus.
d. Memenuhi kewajiban pajaknya secara benar, efisien dan efektif
sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku, antara lain
meliputi:
1) Mematuhi segala ketentuan administratif, sehingga terhindar
dari pengenaan sanksi-sanksi, baik sanksi administratif
maupun sanksi pidana, seperti bunga, kenaikan, denda, dan
hukuman kurungan atau penjara.
2) Melaksanakan secara teratur segala ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan yang terkait dengan
pelaksanaan pemasaran, pembelian dan fungsi keuangan,
seperti: pemotongan dan pemungutan pajak.
18
Menurut Suandy (2008), motivasi dilakukannya manajemen
pajak pada umumnya bersumber dari tiga unsur perpajakan, yaitu:
a. Kebijakan perpajakan
Merupakan alternatif dari berbagai sasaran yang hendak dituju
dalam sistem perpajakan. Penerapan dan perlakuan yang berbeda
atas dasar peraturan pemerintah terhadap masing-masing kondisi
wajib pajak, membuat wajib pajak termotivasi untuk melakukan
manajemen pajak.
b. Undang-undang perpajakan
Dalam pelaksanaannya selalu diikuti oleh ketentuan-ketentuan
lain (Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Keputusan
Menteri Keuangan, dan Keputusan Direktur Jendral Pajak), karena
tidak ada undang-undang yang mengatur setiap masalah secara
sempurna. Tidak jarang ketentuan-ketentuan tersebut bertentangan
dengan undang-undang itu sendiri, sehingga terbuka celah bagi
wajib pajak untuk menganalisis kesempatan tersebut dengan
cermat untuk manajemen pajak yang baik.
c. Administrasi perpajakan
Di Indonesia masih sangat sulit dalam pelaksanaannya karena
wilayahnya yang luas dan jumlah penduduk yang banyak. Hal ini
mendorong perusahaan untuk melakukan manajemen pajak
dengan baik agar terhindar dari sanksi administrasi maupun
pidana karena adanya perbedaan pendapat antara fiskus dan wajib
19
pajak yang diakibatkan oleh luasnya peraturan perpajakan yang
berlaku dan sistem informasi yang masih belum efektif.
3. Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)
Upaya manajemen perusahaan untuk memperoleh laba yang
diharapkannya melalui manajemen pajak salah satunya adalah melalui
penghindaran pajak (tax avoidance). Tax avoidance merupakan bagian
dari tax planning yang dilakukan dengan tujuan meminimalkan
pembayaran pajak. Tax avoidance secara hukum pajak tidak dilarang
meskipun seringkali mendapat sorotan yang kurang baik dari kantor
pajak karena dianggap memiliki konotasi yang negatif. Berbeda
dengan tax evasion (penggelapan pajak) yang merupakan usaha-usaha
memperkecil jumlah pajak dengan melanggar ketentuan-ketentuan
pajak yang berlaku. Tax evasion dapat dikenakan sanksi administratif
maupun sanksi pidana. Penghindaran pajak merupakan usaha untuk
mengurangi hutang pajak yang bersifat legal (lawful), sedangkan
penggelapan pajak (tax evasion) adalah usaha untuk mengurangi
hutang pajak yang bersifat tidak legal (unlawful) (Xynas, 2011).
Menurut Mardiasmo (2009), penghindaran pajak (Tax
Avoidance) adalah suatu usaha meringankan beban pajak dengan tidak
melanggar undang – undang yang ada. Senada dengan Mardiasmo
(2009), menurut Suandy (2011) penghindaran pajak (tax avoidance)
adalah suatu usaha pengurangan secara legal yang dilakukan dengan
cara memanfaatkan ketentuan–ketentuan di bidang perpajakan secara
20
optimal seperti, pengecualian dan pemotongan–pemotongan yang
diperkenankan maupun manfaat hal–hal yang belum diatur dan
kelemahan-kelemahan yang ada dalam peraturan perpajakan yang
berlaku.
Penghindaran pajak dijelaskan sebagai suatu rangkaian
kesatuan dari strategi perencanaan pajak dengan contoh seperti
investasi pada obligasi pemerintah di satu ujung (pajak rendah, legal
sempurna), istilah lainnya seperti “ketidakpatuhan (noncompliance),”
“penggelapan (evasion),” “agresivitas (aggresiveness),” dan
“penyembunyian (sheltering)” berada di ujung lain dari rangkaian
tersebut. Aktivitas strategi pajak bisa ada dimana saja di sepanjang
rangkaian tersebut tergantung seberapa agresif aktivitas dalam
mengurangi pajak (Hanlon dan Heitzman, 2010). Selanjutnya
penelitian ini akan menggunakan istilah penghindaran pajak untuk
mendefinisikan secara luas segala upaya meminimalkan utang pajak
yang dilakukan perusahaan.
Penghindaran pajak dapat dilakukan dengan berbagai cara
(Merks, 2007) sebagai berikut:
a. Memindahkan subjek pajak dan/atau objek pajak ke negara-negara
yang memberikan perlakuan pajak khusus atau keringanan pajak
(tax haven country) atas suatu jenis penghasilan (substantive tax
planning).
21
b. Usaha penghindaran pajak dengan mempertahankan substansi
ekonomi dari transaksi melalui pemilihan formal yang
memberikan beban pajak yang paling rendah (formal tax
planning).
c. Ketentuan Anti Avoidance atas transaksi transfer pricing, thin
capitalization, treaty shopping, dan controlled foreign
corporation (Specific Anti Avoidance Rule), serta transaksi yang
tidak mempunyai substansi bisnis (General Anti Avoidance Rule).
Mengapa perusahaan melakukan penghindaran pajak?
Pemegang saham tentu menginginkan adanya pengembalian yang
berlipat ganda dari investasinya pada perusahaan. Mengurangi jumlah
beban pajak artinya meningkatkan keuntungan perusahaan. Guire et.
al., (2011) mengemukakan bahwa manfaat dari adanya tax avoidance
adalah untuk memperbesar tax saving yang berpotensi mengurangi
pembayaran pajak sehingga akan menaikkan cash flow.
Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
penghindaran pajak (tax avoidance) pada intinya adalah suatu cara
untuk mengurangi beban pajak perusahaan dengan memanfaatkan
kelemahan-kelemahan dalam undang-undang perpajakan yang
berlaku, sehingga cara tersebut tidak dapat dianggap ilegal.
22
4. Ukuran Perusahaan
Machfoedz dalam Suwito dan Herawati (2005) menyatakan
bahwa ukuran perusahaan adalah suatu skala yang dapat
mengklasifikasikan perusahaan menjadi perusahaan besar dan kecil
menurut berbagai cara seperti total aktiva atau total aset perusahaan,
nilai pasar saham, rata-rata tingkat penjualan, dan jumlah penjualan.
Ukuran perusahaan umumnya dibagi dalam 3 kategori, yaitu large
firm, medium firm, dan small firm. Hormati (2009) mendefinisikan
ukuran perusahaan sebagai skala atau nilai yang dapat
mengklasifikasikan suatu perusahaan ke dalam kategori besar atau
kecil berdasarkan total asset, log size, dan sebagainya. Semakin besar
total aset mengindikasikan semakin besar pula ukuran perusahaan
tersebut.
Dyreng et. al., (2007) menyatakan bahwa ukuran perusahaan
dan pertumbuhan perusahaan mungkin berperan dalam manajemen
pajak, dan menemukan bahwa perusahaan yang lebih kecil, dengan
pertumbuhan tinggi memiliki tarif pajak yang lebih tinggi. Wilson
(2007) dalam penelitiannya mengenai aktivitas penyembunyian pajak
(tax shelter) perusahaan, menemukan bahwa penyembunyian pajak
berasosiasi positif dengan ukuran perusahaan. Sedangkan Dassen
(1995) dalam Puspita dan Harto (2014) menemukan bahwa semakin
besar ukuran perusahaan, kualitas audit secara teknis makin rendah,
23
karena kemampuan deteksi semakin rendah. Hal ini tentu
meningkatkan potensi penghindaran pajak oleh perusahaan.
Menurut Rego (2003) dalam Dewi dan Jati (2014) semakin
besar ukuran perusahaannya, maka transaksi yang dilakukan akan
semakin kompleks. Jadi hal itu memungkinkan perusahaan untuk
memanfaatkan celah-celah yang ada untuk melakukan tindakan
penghindaran pajak dari setiap transaksi. Variabel size diukur dengan
menggunakan Natural logarithm total asset yang dimiliki perusahaan
(Guire et. al., 2011).
5. Leverage
Leverage adalah salah satu rasio keuangan yang
menggambarkan hubungan antara hutang perusahaan terhadap modal
maupun aset perusahaan. Menurut Husnan (2006), Leverage
menggambarkan hubungan antara total assets dengan modal saham
biasa atau menunjukkan penggunaan utang untuk meningkatkan laba.
Sedangkan menurut Sartono (2009), leverage menunjukkan
penggunaan utang untuk membiayai investasi. Rasio leverage
menggambarkan sumber dana operasi yang digunakan oleh
perusahaan. Rasio leverage juga menunjukkan risiko yang dihadapi
perusahaan.
Leverage pada perusahaan ada dua macam, yaitu operating
leverage dan financial leverage (Martono dan Harjito, 2010).
Operating leverage didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan
24
dalam menggunakan biaya operasi tetap untuk memperbesar pengaruh
dari perubahan volume penjualan terhadap earning before interest and
taxes (EBIT) (Syamsuddin, 2007:107). Financial leverage merupakan
proksi yang digunakan untuk menangkap keputusan pendanaan
perusahaan.
Financial leverage diukur dengan persentase dari total hutang
terhadap ekuitas perusahaan pada suatu periode yang disebut juga
Debt to Equity Ratio (DER). DER mencerminkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan
oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar
hutang. Selain itu DER juga dapat memberikan gambaran mengenai
struktur modal yang dimiliki perusahaan. Jika rasio ini semakin besar,
maka dapat dijelaskan bahwa struktur modal yang paling besar berasal
dari komposisi hutang.
Perusahaan yang menggunakan hutang akan menimbulkan
adanya bunga yang harus dibayar. Pada peraturan perpajakan, yaitu
pasal 6 ayat 1 huruf angka 3 UU nomor 36 tahun 2008 tentang PPh,
bunga pinjaman merupakan biaya yang dapat dikurangkan (deductible
expense) terhadap penghasilan kena pajak. Beban bunga yang bersifat
deductible akan menyebabkan laba kena pajak perusahaan menjadi
berkurang. Laba kena pajak yang berkurang pada akhirnya akan
mengurangi jumlah pajak yang harus dibayar perusahaan.
25
6. Profitabilitas Perusahaan
Tujuan utama perusahaan adalah memperoleh laba sebesar-
besarnya. Rasio profitabilitas dapat melihat kinerja keuangan
perusahaan. Menurut Kasmir (2008:196), “Rasio profitabilitas
merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
mencari keuntungan”. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat
efektifitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba
yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Pada
dasarnya penggunaan rasio ini yakni menunjukkan tingkat efesiensi
suatu perusahaan. Tingkat profitabilitas yang tinggi pada perusahaan
akan meningkatkan daya saing antar perusahaan. Perusahaan yang
menghasilkan profit tinggi akan membuka lini atau cabang yang baru,
kemudian cenderung memperbesar investasi atau membuka investasi
baru terkait dengan perusahaan induknya.
Dalam penelitian ini untuk mengukur tingkat profitabilitas
perusahaan adalah dengan menggunakan ROA, karena ROA
menunjukkann efektifitas perusahaan dalam mengelola aktiva baik
modal sendiri maupun dari modal pinjaman, investor akan melihat
seberapa efektif perusahaan dalam mengelola aset. Dendawijaya
(2009: 120) menyatakan bahwa ROA menggambarkan kemampuan
manajemen untuk memperoleh keuntungan (laba). Semakin tinggi
nilai dari ROA, berarti semakin tinggi nilai dari laba bersih
perusahaan dan semakin tinggi profitabilitasnya. Perusahaan yang
26
memiliki profitabilitas tinggi memiliki kesempatan untuk
memposisikan diri dalam tax planning yang mengurangi jumlah beban
kewajiban perpajakan (Chen et. al., 2010).
7. Pertumbuhan Penjualan Perusahaan (Sales Growth)
Menurut Budiman dan Setiyono (2012), pertumbuhan
penjualan (sales growth) menunjukkan perkembangan tingkat
penjualan dari tahun ke tahun. Oleh karenanya perkembangan tersebut
bisa meningkat atau menurun. Pertumbuhan yang meningkat
memungkinkan perusahaan akan lebih dapat meningkatkan kapasitas
operasi perusahaan. Sebaliknya bila pertumbuhannya menurun
perusahaan akan menemui kendala dalam rangka meningkatkan
kapasitas operasinya.
Pertumbuhan penjualan diukur dengan cara penjualan akhir
periode dikurangi dengan penjualan awal periode dibagi dengan
penjualan awal periode (Brad Badertscher et. al., 2009).
Pertumbuhan penjualan (sales growth) juga dapat
mempengaruhi aktivitas tax avoidance. Hal ini dibuktikan dalam
penelitian yang dilakukan oleh Budiman dan Setiyono (2012) yang
menjelaskan bahwa sales growth berpengaruh signifikan pada CETR
yang merupakan indikator dari adanya aktivitas tax avoidance pada
perusahaan manufaktur.
27
B. Penelitian Terdahulu
Berikut ini akan dipaparkan mengenai penelitian yang dilakukan
terkait dengan pengaruh ukuran perusahaan, leverage perusahaan,
profitabilitas perusahaan dan pertumbuhan penjualan perusahaan (sales
growth) terhadap penghindaran pajak (tax avoidance). Untuk
selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2.1 di halaman selanjutnya
28
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1
Calvin
Swingly
dan I Made
Sukartha
(2015)
Pengaruh
Karakter
Eksekutif, Komite
Audit, Ukuran
Perusahaan,
Leverage dan
Sales Growth
pada Tax
Avoidance
Variabel ukuran
perusahaan, leverage,
sales growth.
Menggunakan analisis
regresi berganda.
Tidak terdapat variabel
profitabilitas
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa karakter
eksekutif dan ukuran
perusahaan berpengaruh
positif pada tax avoidance,
sedangkan leverage
berpengaruh negatif pada tax
avoidance. Variabel komite
audit dan sales growth tidak
berpengaruh pada tax
avoidance.
Bersambung ke halaman selanjutnya
29
Tabel 2.1 (lanjutan)
No Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
2
I Gusti Ayu
Cahya
Maharani
dan
Ketut Alit
Suardana
(2014)
Pengaruh
Corporate
Governance,
Profitabilitas dan
Karakter
Eksekutif pada
Tax Avoidance
Perusahaan
Manufaktur
Variabel profitabilitas.
Menggunakan analisis
regresi berganda
Tidak terdapat variabel
ukuran perusahaan, leverage
dan sales growth
perusahaan.
Berdasarkan hasil analisis
regresi linear berganda,
diperoleh hasil bahwa variabel
yang berpengaruh negatif
adalah proporsi dewan
komisaris, kualitas audit,
komite audit, dan ROA.
Sementara risiko perusahaan
berpengaruh positif terhadap
tax avoidance. Sedangkan
variabel yang tidak
berpengaruh yaitu
kepemilikan institusional.
Bersambung ke halaman selanjutnya
30
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
3
Ni Nyoman
Kristiana
Dewi dan
I Ketut Jati
(2014)
Pengaruh
Karakter
Eksekutif dan
Karakteristik
Perusahaan dan
Dimensi Tata
Kelola
Perusahaan yang
Baik pada Tax
Avoidance
Variabel ukuran
perusahaan.
Menggunakan analisis
regresi berganda.
Tidak terdapat variabel
leverage, sales growth dan
profitabilitas.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa variabel risiko
perusahaan, kualitas audit, dan
komite audit berpengaruh
signifikan terhadap tax
avoidance. Sedangkan
variabel ukuran perusahaan,
multinational company,
kepemilikan institusional dan
proporsi dewan komisaris
independen tidak berpengaruh
terhadap tax avoidance.
Bersambung ke halaman selanjutnya
31
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
4
Silvia Ratih
Puspita dan
Puji Harto
(2014)
Pengaruh Tata
Kelola
Perusahaan
terhadap
Penghindaran
Pajak
Variabel ukuran
perusahaan, ROA
(variabel kontrol).
Menggunakan analisis
regresi berganda
Tidak terdapat variabel
leverage dan sales growth
perusahaan, .
Penelitian ini menunjukan
bahwa variabel latar belakang
ukuran perusahaan tidak
memiliki pengaruh signifikan
terhadap perilaku
penghindaran pajak
perusahaan. Variabel
kepemilikan saham oleh
publik dan kepemilikan saham
terbesar perusahaan memiliki
pengaruh negatif terhadap
perilaku penghindaran pajak
perusahaan. Sementara
variabel kinerja perusahaan
memiliki pengaruh positif
terhadap perilaku
penghindaran pajak
perusahaan.
Bersambung ke halaman selanjutnya
32
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
5
Umi Hanafi
dan
Puji Harto
(2014)
Analisis Pengaruh
Kompensasi
Eksekutif,
Kepemilikan
Saham Eksekutif
dan Preferensi
Risiko
Eksekutif
terhadap
Penghindaran
Pajak Perusahaan
Variabel ukuran
perusahaan dan leverage.
Tidak terdapat variabel
profitabilitas dan sales
growth perusahaan.
Populasi penelitian yaitu
perusahaan properti, real
estate dan building
construction yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia
pada tahun 2010-2012.
Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa variabel
kompensasi eksekutif, masa
jabatan eksekutif, Multiple
directorship, leverage, net
operating loss berpengaruh
negatif terhadap penghindaran
pajak. Variabel kepemilikan
saham perusahaan oleh
eksekutif, preferensi risiko
eksekutif, ukuran perusahaan,
berpengaruh positif terhadap
penghindaran pajak.
6
Dyreng,
Scott D.,
Hanlon, M.,
Maydew,
Edward L.
(2010)
The Effects of
Executives on
Corporate Tax
Avoidance
Variabel size, leverage,
dan sales growth.
Tidak terdapat variabel
profitabilitas.
Hasil penelitian ini
menyatakan bahwa pimpinan
perusahaan (executive) secara
individu memiliki peran yang
signifikan terhadap tingkat
penghindaran pajak
perusahaan.
33
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
7
Tommy
Kurniasih &
Maria M.
Ratna Sari
(2013)
Pengaruh Return
On Asset,
Leverage,
Corporate
Governance,
Ukuran
Perusahaan dan
Kompensasi Rugi
Fiskal pada Tax
Avoidance
Variabel leverage,
ukuran perusahaan dan
profitabilitas (ROA).
Menggunakan metode
analisis regresi berganda.
Tidak ada variabel sales
growth perusahaan.
Hasil penelitian ini
menyatakan bahwa variabel
Return on Assets (ROA),
Leverage, Corporate
Governance, Ukuran
Perusahaan dan Kompensasi
Rugi Fiskal berpengaruh
signifikan terhadap tax
avoidance pada perusahaan.
Sumber: Data diolah
34
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran penelitian ini mengenai hubungan antara
ukuran perusahan, leverage, profitabilitas dan sales growth perusahaan
yang merupakan variabel independen (X) serta penghindaran pajak (tax
avoidance) sebagai variabel dependen (Y) dapat dilihat pada gambar 2.1 di
halaman selanjutnya.
35
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Penghindaran
Pajak
(Tax Avoidance)
(Y)
Uji Model Regresi
Uji Asumsi Klasik
1. Normalitas
2. Multikolorieritas
3. Autokorelasi
4. Heterokedastisitas
1. Uji R2
2. Uji F
3. Uji T
4.
Kesimpulan dan Saran
Laporan Keuangan Perusahaan Manufaktur
“Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Profitabilitas dan Sales
Growth Terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoindance) pada
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI)”
Ukuran Perusahaan (X1)
Leverage (X2)
Profitabilitas (X3)
Sales Growth (X4)
36
D. Hipotesis
Dari beberapa penelitian sebelumnya dan berdasarkan teori yang
digunakan maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Penghindaran Pajak
Hormati (2009) mendefinisikan ukuran perusahaan sebagai
skala atau nilai yang dapat mengklasifikasikan suatu perusahaan ke
dalam kategori besar atau kecil berdasarkan total asset, log size, dan
sebagainya. Semakin besar total aset mengindikasikan semakin besar
pula ukuran perusahaan tersebut.
Siegfried (1972) dalam Kurniasih dan Ratnasari (2013)
menyatakan bahwa semakin besar perusahaan maka akan semakin
rendah CETR yang dimilikinya, hal ini dikarenakan perusahaan besar
lebih mampu menggunakan sumber daya yang dimilikinya untuk
membuat suatu perencanaan pajak yang baik (political power theory).
Sementara menurut penelitian yang dilakukan oleh Dewi dan Jati
(2014) menunjukan bahwa ukuran perusahaan tidak memiliki
pengaruh terhadap penghindaran pajak perusahaan, karena membayar
pajak merupakan kewajiban perusahaan. Perusahaan besar ataupun
perusahaan kecil pasti akan selalu dikejar oleh fiskus apabila
melanggar ketentuan perpajakan.
37
Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan hipotesis sebagai
berikut.
Ho1: Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh terhadap Penghindaran
Pajak.
Ha1: Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Penghindaran Pajak.
2. Pengaruh Leverage terhadap Penghindaran Pajak
Secara logika, semakin tinggi nilai dari rasio leverage, berarti
semakin tinggi jumlah pendanaan dari utang pihak ketiga yang
digunakan perusahaan dan semakin tinggi pula biaya bunga yang
timbul dari utang tersebut. Biaya bunga yang semakin tinggi akan
memberikan pengaruh berkurangnya beban pajak perusahaan.
Semakin tinggi nilai utang perusahaan maka nilai CETR perusahaan
akan semakin rendah (Richardson dan Lanis, 2007). Sementara
menurut Hanafi dan Harto (2014) kebijakan hutang perusahaan tidak
mempengaruhi keputusan penghindaran pajak perusahaan. Hal
tersebut mendasari dirumuskannya hipotesis sebagai berikut.
Ho2: Leverage tidak berpengaruh terhadap Penghindaran Pajak
Ha2: Leverage berpengaruh terhadap Penghindaran Pajak.
3. Pengaruh Profitabilitas terhadap Penghindaran Pajak
Tingkat profitabilitas dapat diukur dengan menggunakan ROA.
Dendawijaya (2009: 120) menyatakan bahwa ROA menggambarkan
kemampuan manajemen untuk memperoleh keuntungan (laba). Secara
logika, semakin tinggi nilai dari ROA, berarti semakin tinggi nilai dari
38
laba bersih perusahaan dan semakin tinggi profitabilitasnya. Apabila
rasio profitabilitas tinggi, berarti menunjukkan adanya efisiensi yang
dilakukan oleh pihak manejemen. Laba yang meningkat
mengakibatkan profitabilitas perusahaan juga meningkat. Perusahaan
yang memiliki profitabilitas tinggi memiliki kesempatan untuk
memposisikan diri dalam tax planning yang mengurangi jumlah beban
kewajiban perpajakan (Chen et. al., 2010). Sedangkan Surbakti (2012)
dalam Dewi dan Jati (2014) menyatakan bahwa profitabilitas yang
diproksikan dengan ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap
tindakan penghindaran pajak. Hal tersebut mendasari dirumuskannya
hipotesis sebagai berikut.
Ho3: Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap Penghindaran Pajak
Ha3: Profitabilitas berpengaruh terhadap Penghindaran Pajak
4. Pengaruh Sales Growth terhadap Penghindaran Pajak
Pertumbuhan penjualan merupakan salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi aktivitas tax avoidance. Hal ini dibuktikan
dalam penelitian yang dilakukan oleh Budiman dan Setiyono (2012)
yang menjelaskan bahwa sales growth memiliki peranan signifikan
pada CETR yang merupakan indikator dari adanya aktivitas tax
avoidance pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun
2006-2010. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Swingly dan
Sukartha (2015) menemukan bahwa sales growth tidak berpengaruh
terhadap penghindaran pajak yang dilakukan perusahaan.
39
Berdasarkan uraian diatas, maka dirumuskan hipotesis sebagai
berikut.
Ho4: Sales growth tidak berpengaruh terhadap Penghindaran Pajak
Ha4: Sales growth berpengaruh terhadap Penghindaran Pajak
40
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan kausalitas
yang digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel independen, yaitu
ukuran perusahaan, leverage perusahaan, profitabilitas perusahaan dan
pertumbuhan penjualan perusahaan (sales growth) terhadap variabel
dependen, yaitu penghindaran pajak (tax avoidance). Populasi penelitian
ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) pada tahun 2010 sampai tahun 2014.
B. Metode Penentuan Sampel
1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan elemen yang memenuhi
syarat-syarat tertentu, berkaitan dengan masalah yang diteliti, dan
dijadikan objek dalam penelitian. Populasi penelitian ini adalah
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
pada tahun 2010-2014. Perusahaan manufaktur dipilih dengan
pertimbangan agar data yang didapatkan homogen sehingga
menggambarkan kekhususan hasil pada satu jenis perusahaan.
41
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut atau sebagian dari elemen-elemen
populasi. Sampel pada penelitian ini adalah perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2010-2014.
Metode yang digunakan peneliti dalam pemilihan sampel penelitian
adalah pemilihan sampel bertujuan (purposive sampling), dengan
kriteria sebagai berikut:
a. Perusahaan manufaktur yang listed di Bursa Efek Indonesia pada
tahun 2010-2014.
b. Perusahaan tersebut sudah terdaftar di BEI dari tahun sebelum
tahun pengamatan (2010-2014)
c. Perusahaan yang tidak delisting atau keluar dari BEI selama
periode pengamatan.
d. Perusahaan yang menggunakan mata uang Rupiah, agar kriteria
pengukuran nilai mata uangnya sama.
e. Perusahaan dengan nilai laba yang positif agar tidak
mengakibatkan nilai Cash Effective Tax Rate (CETR) terdistorsi
(Richardson dan Lanis 2007).
f. Memiliki data perusahaan yang lengkap berupa annual report
sesuai dengan variabel yang akan diteliti.
42
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam memperoleh data-data pada penelitian ini, peneliti
menggunakan dua cara yaitu penelitian pustaka dan penelitian lapangan.
1. Penelitian Pustaka (Library Research)
Peneliti menggunakan data yang berkaitan dengan masalah
yang sedang diteliti melalui buku, jurnal, skripsi, tesis, internet, dan
perangkat lain yang berkaitan dengan judul penelitian.
2. Penelitian Lapangan (Field Research)
Data pada penelitian ini diperoleh melalui data sekunder. Data
sekunder merupakan data dari pihak kedua (BEI). Dengan subjek
penelitian adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama
periode 2010-2014.
D. Metode Analisis Data
Metode statistik yang digunakan untuk menganalisis data dan
menguji hipotesis yaitu dengan menggunakan statistik deskriptif, uji
asumsi klasik dan uji hipotesis dengan menggunakan bantuan perangkat
lunak Microsoft Excel 2007 dan SPSS (Statistical Package for Social
Sciences) versi 20.0.
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu
data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian,
43
maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness
(kemencengan distribusi) (Ghozali, 2011).
2. Uji Asumsi Klasik
Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data sekunder ini,
maka peneliti melakukan uji multikoloniearitas, uji autokorelasi, uji
heteroskedastisitas dan uji normalitas. Keempat asumsi klasik yang
dianalisa dilakukan dengan menggunakan program SPSS (Statistical
Package for Social Sciences) versi 20.0.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengukur apakah di dalam
model regresi variabel pengganggu atau residual mempunyai
distribusi normal. Uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual
mengikuti distribusi normal (Ghozali, 2011).
Untuk mendeteksi uji normalitas yaitu dengan analisis
grafik. Analisis grafik dilakukan dengan melihat grafik histogram
yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang
mendekati distribusi normal. Metode yang lebih handal adalah
dengan melihat Normal Probability Plot (P-P Plot) yang
membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Jika
distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan
data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya (Ghozali,
2011).
44
b. Uji Multikoloniearitas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah pada
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi diantara variabel independen (Ghozali, 2011).
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di
dalam model regresi dapat dilihat dari nilai tolerance dan VIF
(Variance Inflation Factor). Kedua ukuran ini menunjukan setiap
variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel
independen lainnya. Jika nilai tolerance ≤ 0.10 atau sama dengan
VIF ≥ 10, nilai tersebut menunjukan adanya multikolonieritas
(Ghozali, 2011).
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model
regresi ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya).
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang
waktu berkaitan satu sama lainnya. Model regresi yang baik adalah
regresi yang bebas dari autokorelasi. (Ghozali, 2011).
Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dapat
menggunakan uji Durbin Watson (DW test), dimana hasil
pengujian ditentukan berdasarkan nilai Durbin-Watson (DW).
45
Dasar pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi dengan
menggunakan Durbin-Watson adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1
Kriteria Autokorelasi Durbin-Watson (DW)
Hipotesis nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif
Tidak ada autokorelasi positif
Tidak ada autokorelasi negatif
Tidak ada autokorelasi negatif
Tidak ada autokorelasi, positif
atau negatif
Tolak
No decision
Tolak
No decision
Tdk ditolak
0 < DW < dL
dL ≤ DW ≤ dU
4 – dL< DW < 4
4 – dU≤ DW ≤ 4 – dL
dU< DW < 4 - dU
Sumber :Ghozali, 2011
Untuk lebih menjelaskan tabel diatas dapat dijelaskan dengan
gambar sebagai berikut:
Gambar 3.1 Kriteria Autokorelasi Durbin-Watson (DW)
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual
satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut
46
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.
Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas (Ghozali, 2011).
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas dapat
dilihat dengan ada tidaknya pola tertentu pada grafik scaterplot.
Jika ada pola tertentu maka mengindikasikan telah terjadi
heteroskedastisitas. Tetapi jika tidak ada pola yang jelas serta titik-
titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka
tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2011).
Analisis dengan grafik plot memiliki kelemahan yang cukup
signifikan oleh karena jumlah pengamatan mempengaruhi hasil
ploting. Oleh sebab itu diperlukan uji statistik yang lebih dapat
menjamin keakuratan hasil. Uji statistik yang digunakan adalah uji
rank spearman. Uji heterokedastisitas juga dapat diketahui dari
nilai signifikansi korelasi rank spearman antara masing-masing
variabel independen dengan residualnya. Jika nilai signifikansi
lebih besar dari α (5%) maka tidak terdapat heteroskedastisitas, dan
sebaliknya jika lebih kecil dari α (5%) maka terdapat
heteroskedastisitas.
3. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi
berganda. Pada kasus regresi berganda terdapat satu variabel
dependen dan lebih dari satu variabel independen (Santoso, 2009).
47
Y = α + β1 + β2 + β3 + β4 + e
Persamaan regresi berganda dapat dirumuskan sebagai berikut:
Keterangan:
Y = Penghindaran Pajak
α = Intercept atau konstanta
β = Koefisien regresi,
X1 = Ukuran perusahaan
X2 = Leverage
X3 = Profitabilitas perusahaan
X4 = Sales growth perusahaan
e = Error
Dalam pengujian hipotesis peneliti menggunakan alat analisis
berupa koefisien determinasi, uji statistik F dan uji statistik t.
a. Koefisien determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa
jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan 1 atau
(0 < x < 1). Nilai R2
yang kecil berarti kemampuan variabel-
variabel independen dalam menjelaskan variabel-variabel
dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati 1 berarti variabel-
variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Secara
umum, koefisien determinasi untuk data silang (crossection) relatif
48
rendah karena adanya variasi yang besar antara masing-masing
pengamatan, sedangkan untuk data runtun waktu (time series)
biasanya memiliki nilai koefisien determinasi yang tinggi.
(Ghozali, 2011)
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel
independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau
terikat (Ghozali, 2011).
Menurut Ghozali (2011) kriteria pengambilan keputusan
adalah sebagai berikut:
1) Jika nilai F lebih besar daripada 4 pada derajat kepercayaan
5%, maka Ho ditolak atau Ha diterima. Hal ini menyatakan
bahwa semua variabel independen secara serentak dan
signifikan mempengaruhi variabel dependen.
2) Jika nilai F hitung lebih besar daripada F tabel, maka Ho
ditolak atau Ha diterima.
c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel penjelas atau independen secara individual dalam
menerangkan variasi variabel dependen. (Ghozali, 2011).
49
Menurut Ghozali (2011) uji t dapat dilakukan sebagai
berikut:
1) Jika jumlah degree of freedom (df) adalah ≥ 20 pada derajat
kepercayaan sebesar 5% dan nilai t lebih besar dari 2 (dalam
nilai absolut), maka Ho ditolak atau Ha diterima. Hal ini
menyatakan bahwa suatu variabel independen secara
individual mempengaruhi variabel dependen.
2) Jika nilai statistik t hitung lebih tinggi dibandingkan t tabel,
maka Ho ditolak atau Ha diterima.
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Objek penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI). Data-data yang digunakan meliputi laporan
keuangan periode 2010-2014, gambaran umum perusahaan dan data lain
yang dibutuhkan dalam penelitian. Variabel independen terdiri dari ukuran
perusahaan, leverage perusahaan, profitabilitas dan sales growth
perusahaan terhadap variabel dependen, yaitu penghindaran pajak. Definisi
operasional variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel Independen
a. Ukuran Perusahaan ( )
Machfoedz (1994) dalam Suwito dan Herawati (2005)
menyatakan bahwa ukuran perusahaan adalah suatu skala yang dapat
mengklasifikasikan perusahaan menjadi perusahaan besar dan kecil
50
menurut berbagai cara seperti total aktiva atau total aset perusahaan,
nilai pasar saham, rata-rata tingkat penjualan, dan jumlah penjualan.
Ukuran perusahaan umumnya dibagi dalam 3 kategori, yaitu large
firm, medium firm, dan small firm. Variabel size diukur dengan
menggunakan Natural logarithm total asset yang dimiliki perusahaan
(Guire et. al., 2011). Ukuran perusahaan diukur dengan rumus sebagai
berikut.
SIZE = Ln (Total aset)
b. Leverage ( )
Leverage merupakan rasio yang mengukur seberapa jauh
perusahaan menggunakan utang. Leverage menggambarkan hubungan
antara total assets dengan modal saham biasa atau menunjukkan
penggunaan utang untuk meningkatkan laba (Husnan, 2006).
Sedangkan menurut Sartono (2009), leverage menunjukkan
penggunaan utang untuk membiayai investasi. Leverage diukur
dengan total debt to equity ratio dengan rumus sebagai berikut.
Debt to Equity Ratio =
51
c. Profitabilitas (X3)
Menurut Kasmir (2008:196), rasio profitabilitas merupakan
rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari
keuntungan. Untuk mengukur profitabilitas yaitu menggunakan
Return on Assest (ROA). ROA adalah perbandingan antara laba bersih
dengan total aset pada akhir periode, yang digunakan sebagai
indikator kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, dengan
menggunakan rumus sebagai berikut.
ROA = ( )
d. Sales Growth ( )
Menurut Budiman dan Setiyono (2012) pertumbuhan
penjualan (sales growth) menunjukkan perkembangan tingkat
penjualan dari tahun ke tahun. Oleh karenanya perkembangan tersebut
bisa meningkat atau menurun. Pertumbuhan penjualan diukur dengan
cara penjualan akhir periode dikurangi dengan penjualan awal periode
dibagi dengan penjualan awal periode (Brad Badertscher et al., 2009).
Sales growth diukur dengan rumus sebagai berikut.
SALES GROWTH = ( )
52
2. Variabel Dependen
a. Penghindaran Pajak (Y)
Penghindaran pajak merupakan usaha untuk mengurangi,
atau bahkan meniadakan hutang pajak yang harus dibayar
perusahaan dengan tidak melanggar undang-undang yang ada.
Menurut Dyreng et al., (2010) variabel ini dihitung melalui CASH
ETR (Cash Effective Tax Rate) perusahaan yaitu kas yang
dikeluarkan untuk biaya pajak dibagi dengan laba sebelum pajak.
Adapun rumus untuk menghitung CASH ETR adalah sebagai
berikut:
CASH ETR =
Semakin besar CASH ETR ini mengindikasikan semakin
rendah tingkat penghindaran pajak perusahaan.
53
Tabel 3.2
Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel Indikator Skala
Ukuran
Perusahaan (X1) Ln (Total Aset) Rasio
Leverage (X2) DER =
Rasio
Profitabilitas (X3) ROA = ( )
x 100%
Rasio
Sales Growth (X4)
(Penjualan Akhir Periode – Penjualan Awal Periode)
Penjualan Awal Periode
Rasio
Penghindaran
Pajak (Y)
CETR =
Rasio
Sumber : Data diolah
54
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sampel diambil
dengan menggunakan metode purposive sampling. Berdasarkan kriteria
sampel diperoleh sampel penelitian sebanyak 37 perusahaan selama periode
2010 hingga 2014. Selengkapnya mengenai rincian sampel penelitian dapat
dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut.
Tabel 4.1
Rincian Sampel Penelitian
No. Kriteria Pelanggaran
Kriteria Jumlah
1. Perusahaan Manufaktur Periode 2010-2014. 128
2. Terdaftar sebelum periode pengamatan. (4) 124
3. Perusahaan yang tidak delisting atau keluar
dari BEI selama periode pengamatan. (4) 120
4. Perusahaan dengan nilai laba yang positif
selama tahun pengamatan (28) 92
5. Perusahaan yang menyajikan laporkan
keuangan dalam mata uang rupiah (18) 74
6. Memilik data lengkap sesuai variabel yang
akan diteliti (37) 37
Jumlah Sampel 37
Periode Penelitian 5
Total Jumlah Sampel Selama Periode Penelitian 185
Sumber: Data sekunder diolah
55
B. Analisis dan Pembahasan
1. Statistik Deskriptif
Penelitian statistik deskriptif memberikan gambaran atau
deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar
deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan
skewness (kemencengan distribusi) (Ghozali, 2011). Pada penelitian ini
statistik deskriptif akan menggambarkan deskripsi dari masing-masing
variabel.
Tabel 4.2 menggambarkan statistik deskriptif seluruh variabel
dalam penelitian ini yang meliputi nilai minimum, maksimum, mean
(rata-rata), standar deviasi, dan sweakness. Nilai minimum
menggambarkan nilai paling kecil yang diperoleh dari hasil pengolahan
dan analisis data yang telah dilakukan terhadap perusahaan sampel.
Nilai maksimum menggambarkan nilai paling besar yang diperoleh dari
hasil pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan, sedangkan
mean (rata-rata) menunjukkan nilai rata-rata dari masing-masing
variabel.
Berikut ini adalah gambaran statistik deskriptif perusahaan
sampel secara keseluruhan:
56
Tabel 4.2
Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
SIZE 185 12.06 26.19 21.2539 2.32740
LEVERAGE 185 .10 5.15 .8830 .81091
ROA 185 .01 .66 .1228 .09906
SALES 185 -.07 .80 .1715 .12938
CETR 185 .06 .56 .2520 .06555
Valid N (listwise) 185
Sumber : Data sekunder diolah
Tabel 4.2 di atas merupakan hasil statistik deskriptif dari data-
data yang dikumpulkan yang menunjukkan bahwa variabel independen
ukuran perusahaan (Size) memiliki nilai minimum sebesar 12,06 yang
diperoleh dari PT. Pyridam Farma Tbk pada tahun 2014 sedangkan
untuk nilai maksimumnya yang sebesar 26,19 diperoleh dari PT. Astra
International Tbk pada tahun 2014. Nilai rata-rata size sebesar 21,2539
dan standar deviasinya adalah sebesar 2,32740.
Variabel leverage memiliki nilai minimum sebesar 0,10 yang
diperoleh dari PT Mandom Indonesia Tbk. pada tahun 2010,
sedangkan untuk nilai maksimumnya yang sebesar 5,15 diperoleh dari
PT. Indal Aluminium Industry Tbk. pada tahun 2014. Nilai rata-rata
leverage sebesar 0,8830 dan standar deviasinya adalah sebesar 0,81091.
Variabel profitabilitas (ROA) menunjukkan nilai minimum 0,01
yang diperoleh dari PT. Kabelindo Murni Tbk pada tahun 2010, PT.
Ricky Putra Globalindo pada tahun 2013 dan 2014 serta PT. Trias
57
Sentosa Tbk pada tahun 2014. Sedangkan nilai maksimumnya sebesar
0,66 diperoleh dari PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. Nilai rata-rata
ROA sebesar 0,1228 dan standar deviasinya adalah sebesar 0,09906.
Variabel sales growth (pertumbuhan penjualan) memiliki nilai
minimum sebesar -0,07 yang diperoleh dari PT. KMI Wire and Cable
Tbk. pada tahun 2014 sedangkan untuk nilai maksimum sebesar 0,80
diperoleh dari PT. Kabelindo Murni Tbk pada tahun 2010. Hal ini
berarti persentase jumlah pertumbuhan penjualan pada perusahaan
sampel paling kecil adalah -7% dan paling besar adalah 80%. Nilai rata-
rata sales growth sebesar 0,1715. Hal tersebut berarti rata-rata
pertumbuhan penjualan pada perusahaan sampel adalah sebesar
17,15%, dan standar deviasinya adalah sebesar 0,12938.
Variabel penghindaran pajak (tax avoidance) yang diproksikan
dengan CETR memiliki nilai minimum 0,06 yang diperoleh dari PT.
Akasha Wira International Tbk pada tahun 2010 dan 2013. Sementara
nilai maksimum sebesar 0,56 diperoleh dari PT. Indal Aluminium
Industry Tbk pada tahun 2013. Nilai rata-rata (mean) CETR adalah
sebesar 0,2520, hal ini menunjukan rata-rata pembayaran pajak dari
perusahaan sampel adalah sebesar 25,20% dari laba sebelum pajak
dengan standar deviasi 0,06555 atau 6,55%.
58
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan metode
Probability-Plot (P-Plot). Pengujian ini dimaksudkan untuk
mengetahui apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau
residual mempunyai distribusi normal.
Pengujian normalitas yang dilakukan dalam penelitian ini
dapat dilihat pada gambar 4.1 dan gambar 4.2:
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas Dengan Histogram Normal
Sumber: Data diolah
Pada gambar 4.1 di atas dapat dilihat bahwa residual
terdistribusi secara normal dan berbentuk simetris tidak melenceng
ke kanan atau ke kiri. Artinya data yang digunakan dalam penelitian
ini baik karena mempunyai pola mengikuti atau mendekati distribusi
normal yakni distribusi data dengan bentuk lonceng (bell sheped).
59
Gambar. 4.2
Hasil Uji Normalitas Dengan Grafik Normal Probability
Pada gambar 4.2 dapat dilihat bahwa titik-titik mengikuti dan
menyebar disekitar garis diagonal dan hal ini menunjukkan bahwa
residual terdistribusi secara normal. Maka dari itu hasil ini
menunjukan bahwa model regresi di dalam penelitian ini memenuhi
asumsi normalitas.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent
variabel). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi
antar variabel independen.
60
Tabel 4.3
Hasil Uji Multikolinearitas
Sumber: Data diolah
Melihat hasil besaran korelasi antar variabel pada Tabel 4.3
menunjukkan untuk VIF dan Tolerance mengindikasikan tidak
terdapat multikolinearitas yang serius. Nilai VIF tidak ada yang
melebihi 10 dan nilai Tolerance tidak ada yang kurang dari 0,10.
Maka dapat dikatakan tidak terjadi multikolinearitas yang serius
dalam model regresi penelitian.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model
regresi ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Uji
autokorelasi dilakukan dengan menghitung nilai Durbin Watson
(DW) berdasarkan kriteria Durbin Watson.
Berikut ini adalah hasil dari uji autokorelasi menggunakan
nilai Durbin Watson (DW).
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) .382 .043 8.975 .000
SIZE -.006 .002 -.202 -2.870 .005 .951 1.052
LEVERAGE .018 .006 .220 3.080 .002 .925 1.081
ROA -.121 .047 -.182 -2.548 .012 .921 1.085
SALES -.055 .036 -.108 -1.538 .126 .950 1.052
a. Dependent Variable: CETR
61
Tabel 4.4
Hasil Uji Autokorelasi
Sumber : Data sekunder diolah
Hasil uji autokorelasi pada model summary, terlihat nilai DW
sebesar 2,011. Nilai ini akan kita bandingkan dengan nilai tabel
dengan menggunakan derajat kepercayaan 5%, jumlah sampel 185
dan jumlah variabel bebas 4, yang didapatkan nilai dL sebesar 1,728
dan nilai dU sebesar 1,810. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa tidak ada autokorelasi positif atau negatif untuk model regresi
tersebut. Hal ini dikarenakan nilai dU < DW < 4 - dU. (1,810 < 2,011
< 2,19).
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah
model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu
pengamatan ke pengamatan lain. Gambar dibawah ini merupakan
hasil uji heteroskedasdisitas untuk variabel independen yaitu: ukuran
perusahaan, leverage, profitabilitas, dan sales growth terhadap
variabel dependen yaitu: penghindaran pajak (tax avoidance).
Berikut ini adalah hasil uji heteroskedastisitas menggunakan grafik
scatterplot.
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 .388a .151 .132 .06108 2.011
a. Predictors: (Constant), SALES, SIZE, LEVERAGE, ROA b. Dependent Variable: CETR
62
Gambar . 4.3
Hasil Uji Heterokedastisitas
Sumber : Data sekunder diolah
Pada gambar 4.3 menunjukkan titik-titik menyebar secara
acak dan tidak membentuk suatu pola, baik diatas maupun dibawah
angka 0 pada sumbu Y hal ini berarti tidak terjadi
heteroskedasdisitas pada model regresi. Dapat disimpulkan bahwa
instrumen penelitian ini memenuhi asumsi heterokedastisitas.
3. Uji Hipotesis
a. Hasil Uji Adj R2
Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi
variabel dependen. Hasil koefisien determinasi dapat dilihat pada
halaman selanjutnya.
63
Tabel 4.5
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Sumber : Data sekunder diolah
Dari tabel 4.5 diatas diketahui bahwa nilai Adjusted R Square
adalah sebesar 0,132. Hal ini berarti bahwa sebesar 13,2% variabel
dependen atau penghindaran pajak dipengaruhi oleh variabel
independen yaitu ukuran perusahaan (size), leverage, profitabilitas
dan sales growth (pertumbuhan penjualan). Sedangkan sisanya yaitu
sebesar 86,8% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak
dimasukkan ke dalam penelitian ini seperti kompensasi rugi fiskal,
komite audit, corporate governance, kepemilikan saham eksekutif dan
lain-lain.
b. Hasil Uji F
Uji F bertujuan untuk mengetahui apakah seluruh variabel
independen secara bersama-sama (simultan) memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap variabel dependen. Signifikansi model regresi
pada penelitian ini diuji dengan melihat nilai signifikansi (sig.) yang
ada di tabel 4.6. Selengkapnya mengenai hasil uji F penelitian dapat
dilihat pada halaman selanjutnya.
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .388a .151 .132 .06108
64
Tabel 4.6
Hasil Uji Statistik F
ANOVAa
Model Sum of
Squares
Df Mean Square F Sig.
1
Regression .119 4 .030 7.973 .000b
Residual .672 180 .004
Total .791 184
a. Dependent Variable: CETR
b. Predictors: (Constant), SALES, SIZE, LEVERAGE, ROA
Sumber : Data sekunder diolah
Dari tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar
7,973 dengan nilai sig. sebesar 0,000. Hal ini menandakan bahwa
model regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel
dependen karena nilai sig. < alpha (α = 5%). Maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh simultan yang signifikan
antara ukuran perusahaan, leverage, profitabilitas (ROA), dan sales
growth terhadap penghindaran pajak (tax avoidance).
c. Hasil Uji t
Hasil uji t dapat dilihat dari nilai signifikansi ukuran
perusahaan (Size), leverage, profitabilitas (ROA) dan sales growth
dalam menerangkan variabel dependen, yaitu penghindaran pajak
pada tabel dibawah ini:
65
Tabel 4.7
Hasil Uji Statistik t
S
Sumber : Data sekunder diolah
Dari tabel 4.7 di atas menunjukkan bahwa koefisien model
regresi memiliki nilai konstanta sebesar 0,382 dengan nilai t hitung
sebesar 8,975 dan nilai sig. sebesar 0,000. Konstanta sebesar 0,382
menandakan bahwa jika variabel independen konstan maka rata-rata
penghindaran pajak adalah sebesar 0,382.
Ukuran perusahaan (size) mempunyai t hitung sebesar -2,870
dengan probabilitas signifikansi 0,005. Nilai tersebut
mengindikasikan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh secara
signifikan terhadap penghindaran pajak, sehingga Ha1 diterima dan
Ho1 ditolak. Hasil penelitian ini didukung oleh Kurniasih dan
Ratnasari (2013), serta Swingly dan Sukartha (2015) yang
menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan
terhadap penghindaran pajak. Hal ini mencerminkan bahwa semakin
besar perusahaan maka akan semakin rendah CETR yang
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) .382 .043 8.975 .000
SIZE -.006 .002 -.202 -2.870 .005
LEVERAGE .018 .006 .220 3.080 .002
ROA -.121 .047 -.182 -2.548 .012
SALES -.055 .036 -.108 -1.538 .126
a. Dependent Variable: CETR
66
dimiliknya. Ini berarti kemampuan perusahaan tersebut untuk
melakukan penghindaran pajak semakin besar, karena kemampuan
untuk mempekerjakan orang yang ahli dalam bidang perpajakan atau
menyewa konsultan pajak semakin besar dimana hal tersebut dapat
meningkatkan penghindaran pajak yang dilakukan perusahaan. Hasil
penelitian ini bertentangan dengan penelitian Dewi dan Jati (2014)
yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh
terhadap penghindaran pajak.
Variabel leverage mempunyai t hitung sebesar 3,080 dengan
probabilitas signifikansi adalah 0,002. Nilai tersebut menunjukan
bahwa leverage berpengaruh signifikan terhadap penghindaran
pajak, maka Ha2 diterima dan Ho2 ditolak. Hasil penelitian ini
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Swingly dan Sukartha
(2015) yang menyatakan bahwa leverage berpengaruh signifikan
terhadap penghindaran pajak. Hal ini mencerminkan bahwa semakin
besar leverage perusahaan maka akan semakin tinggi tingkat
penghindaran pajak yang dilakukannya. Secara logika, semakin
tinggi nilai dari rasio leverage, berarti semakin tinggi jumlah
pendanaan dari utang pihak ketiga yang digunakan perusahaan dan
semakin tinggi pula biaya bunga yang timbul dari utang tersebut.
Biaya bunga yang semakin tinggi akan memberikan pengaruh
berkurangnya beban pajak perusahaan. Semakin tinggi nilai utang
perusahaan maka nilai CETR perusahaan akan semakin rendah
67
(Richardson dan Lanis, 2007). Hasil penelitian ini bertentangan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniasih dan Sari (2013),
Butje dan Tjondro (2014), Hanafi dan Harto (2014) serta Prakosa
(2014) yang menyatakan bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap
penghindaran pajak.
Profitabilitas (ROA) mempunyai t hitung sebesar -2,548
dengan probabilitas signifikansi 0,012. Nilai tersebut menunjukan
bahwa profitabilitas yang diproksikan dengan ROA berpengaruh
signifikan terhadap penghindaran pajak. Maka dapat disimpulkan
bahwa Ha3 diterima dan Ho3 ditolak. Hasil penelitian ini didukung
oleh penelitian yang dilakukan oleh Kurniasih dan Ratnasari (2013),
serta Maharani dan Suardana (2014) yang menyatakan bahwa
variabel profitabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap
penghindaran pajak. Alasannya karena apabila kemampuan
perusahaan menghasilkan laba meningkat maka laba operasional
perusahaan juga akan meningkat dan nilai pajak juga akan ikut
meningkat oleh karena itu kecenderungan perusahaan melakukan
penghindaran pajak pula akan semakin meningkat yang diukur dari
semakin kecilnya CETR, tapi apabila laba meningkat penghindaran
pajak menurun hal ini disebabkan oleh perusahaan tidak melakukan
tindakan efisiensi dalam pembayaran pajaknya. Sedangkan hasil
penelitian ini bertentangan dengan Surbakti (2012) dalam Dewi dan
68
Jati (2014) yang menyatakan tingkat profitabilitas (ROA) tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap penghindaran pajak.
Variabel sales growth mempunyai t hitung sebesar -1,538
dengan probabilitas signifikansi adalah 0,126 dimana nilai ini lebih
besar dari nilai level of significance 0,05. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa sales growth tidak berpengaruh signifikan terhadap
penghindaran pajak, maka Ha4 ditolak dan Ho4 diterima. Hasil
penelitian ini didukung oleh penelitian Swingly dan Sukartha (2015)
yang menyatakan bahwa sales growth atau pertumbuhan penjualan
tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Hal tersebut
mencerminkan bahwa besar kecilnya pertumbuhan penjualan
perusahaan tidak mempengaruhi keputusan perusahaan untuk
melakukan penghindaran pajak, karena perusahaan dengan
pertumbuhan penjualan yang meningkat maupun menurun memiliki
kewajiban yang sama dalam membayar pajak. Sedangkan hasil
penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Budiman dan Setiyono (2012) yang menyatakan bahwa pertumbuhan
penjualan (sales growth) berpengaruh terhadap penghindaran pajak.
69
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara ukuran
perusahaan, leverage, profitabilitas dan sales growth terhadap
penghindaran pajak pada perusahaan industri manufaktur yang terdaftar di
BEI periode observasi 2010 – 2014. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 37 perusahaan yang memenuhi kriteria sampel yang
telah ditentukan sebelumnya.
Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dan pengujian yang
telah dilakukan dengan menggunakan model regresi berganda, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Ukuran perusahaan (size) secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap penghindaran pajak. Hasil ini didukung oleh penelitian
Kurniasih dan Ratnasari (2013), serta Swingly dan Sukartha (2015).
Namun penelitian ini bertentangan dengan penelitian Dewi dan Jati
(2014).
2. Leverage secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
penghindaran pajak. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian
yang dilakukan oleh Swingly dan Sukartha (2015). Namun penelitian
ini bertentangan dengan penelitian Kurniasih dan Sari (2013), Butje
dan Tjondro (2014), Hanafi dan Harto (2014) serta Prakosa (2014).
70
3. Profitabilitas (ROA) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
penghindaran pajak. Hasil ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Kurniasih dan Ratnasari (2013), serta Maharani dan
Suardana (2014). Sedangkan hasil penelitian ini bertentangan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Surbakti (2012) dalam Dewi dan Jati
(2014).
4. Sales growth secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap
penghindaran pajak. Hasil ini didukung oleh penelitian Swingly dan
Sukartha (2015). Namun penelitian ini bertentangan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Budiman dan Setiyono (2012).
B. Implikasi
Peneliti mengharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan
implikasi bagi beberapa pihak diantaranya yaitu: perusahaan, investor,
pemerintah dan akademisi, peneliti serta pembaca lainnya.
1. Bagi perusahaan, diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan perusahaan mengenai tax avoidance,
sehingga manajemen perusahaan bisa merancang mekanisme
pelaksanaan kelanjutan perusahaannya dengan baik, dengan tidak
melakukan perencanaan pajak yang illegal sehingga perusahaan tidak
melakukan kecurangan pajak (tax evasion) yang dapat merugikan
Negara dan dapat mencoreng reputasi perusahaan tersebut di mata
publik.
71
2. Bagi investor, sebaiknya dalam pengambilan keputusan investasi
untuk mengkaji terlebih dahulu bagaimana kinerja suatu perusahaan
dan tetap mematuhi peraturan tentang perpajakan, penghindaran pajak
bukan hal yang wajar tetapi selalu dilakukan. Tax avoidance akan
memberikan dampak yang kurang baik untuk kedua belah pihak yang
bersangkutan baik dari pihak investor, perusahaan maupun
pemerintah.
3. Bagi pemerintah, diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai acuan untuk mengindikasikan perusahaan - perusahaan yang
melakukan penghindaran pajak, sehingga dapat merumuskan
kebijakan pencegahan atas tindakan penghindaran pajak tersebut agar
kelemahan dalam undang – undang perpajakan dapat diminimalisir
dan pada akhirnya penerimaan negara juga meningkat.
4. Bagi akademisi, peneliti serta pembaca diharapkan untuk dapat
melanjutkan penelitian yang berkaitan mengenai pengaruh ukuran
perusahaan, leverage, profitabilitas dan sales growth terhadap
penghindaran pajak (tax avoidance) sehingga bermanfaat bagi pihak-
pihak lain yang berkepentingan.
C. Saran
1. Untuk penelitian selanjutnya, variabel dan interval periode penelitian
agar ditambah melebihi variabel dan interval periode dalam penelitian
72
ini sehingga memberikan sampel yang lebih banyak serta hasil yang
lebih akurat.
2. Untuk penelitian selanjutnya, objek penelitian agar ditambah menjadi
seluruh perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI)
sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasi dan lebih menjelaskan
variabilitas data yang sesungguhnya.
3. Untuk penelitian selanjutnya, metode pengukuran tax avoidance dapat
menggunakan model pengukuran lainnya, seperti Book Tax Gap.
73
DAFTAR PUSTAKA
Badertscher, Brad., Sharon P. Katz, dan Sonya P. Rego. “The Impact Of Private
Equity Ownership on Corporate Tax Avoidance”. Harvard Business School
Working Paper. 10-004. 2009.
BBC News. “Starbucks pays UK corporation tax for first time since 2009”. BBC
(Online). 23 Juni 2013. http://www.bbc.com/news/uk-politics-23019514.
BBC News. “Apple paid only 2% corporation tax outside US”. BBC (online). 4
November 2012. http://www.bbc.com/news/business-20197710.
Budiman, Judi dan Setiyono. “Pengaruh Karakter Eksekutif terhadap Penghindaran
Pajak (Tax Avoidance)”. Tesis. Universitas Islam Sultan Agung. 2012.
Butje, Stella dan Elisa Tjondro. “Pengaruh Karakter Eksekutif dan Koneksi Politik
Terhadap Tax Avoidance”. Tax and Accounting Review, Vol 4, No.2, 2014.
2014.
Chen, S., Chen, X., Cheng, Q., Shevlin, T. “Are Family Firms More Tax Aggressive
Than Non-Family Firms?”. Journal of Financial Economics. 95, 41-61. 2010.
Dendawijaya, Lukman. “Manajemen Perbankan”. Edisi Kedua. Jakarta: Ghalia
Indonesia. 2009.
Dewi, Ni Nyoman Kristiana dan I Ketut Jati. “Pengaruh Karakter Eksekutif dan
Karakteristik Perusahaan dan Dimensi Tata Kelola Perusahaan yang Baik
pada Tax Avoidance”. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 6.2 (2014):
249-260. 2014.
Dyreng, S.D., Michelle Hanlon., Edward L. Maydew. “Long‐run corporate tax
avoidance”. Accounting Review. Vol. 83 No. 1. pp. 61‐82. 2007.
Dyreng, Scot D., Michelle Hanlon., Edward L. Maydew. “The Effect of Executives on
Corporate Tax Avoidance”. The Accounting Review. Vol. 85, pp 116-1189.
2010.
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS.19”.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 2011.
74
Guire, Sean Mc., Dechun Wang dan Ryan Wilson. “Dual Class Ownership and Tax
Avoidance”. American Taxation Association Midyear Meeting: Jata
Conference. 2011.
Hamid, Abdul. “Panduan Penulisan Skripsi”. FEB UIN Press. Jakarta. 2012.
Hanafi, Umi dan Puji Harto. “Analisis Pengaruh Kompensasi Eksekutif, Kepemilikan
Saham Eksekutif dan Preferensi Risiko Eksekutif terhadap Penghindaran Pajak
Perusahaan”. Diponegoro Journal of Accounting. Volume 3, Nomor 2, Tahun
2014, Halaman 1-11. 2014.
Hanlon, M. and S. Heitzman. “A Review of Tax Research”. Journal of Accounting
and Economics (Forthcoming). 2010.
Hormati, Asrudin. “Karakteristik Perusahaan Terhadap Kualitas Implementasi
Corporate Governance”. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 13, No. 2, Mei
2009, hal 288-298. 2009.
Husnan, Suad., Enny Pudjiastuti. “Dasar-Dasar Manajemen Keuangan”. Edisi 5.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN. 2006.
Hutagaol, J. “Perpajakan: Isu-isu Kontemporer”. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2007.
Kasmir. “Manajemen Perbankan”. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. 2008.
Kontan. “Sengketa Pajak Toyota Motor Menanti Palu Hakim”.
http://nasional.kontan.co.id/news/sengketa-pajak-toyota-motor-menanti-palu-
hakim. Selasa, 26 Maret 2013.
Kurniasih, Tommy dan Maria M. Ratnasari. “Pengaruh Return On Assets, Leverage,
Corporate Governance, Ukuran Perusahaan dan Kompensasi Rugi Fiskal pada
Tax Avoidance”. Buletin Studi Ekonomi, Volume 18, No. 1, ISSN 1410-4628.
2013.
Maharani, I Gusti Ayu C. dan Ketut Alit Suardana. “Pengaruh Corporate
Governance, Profitabilitas dan Karakteristik Eksekutif pada Tax Avoidance
Perusahaan Manufaktur”. E-jurnal Akuntansi Universitas Udayana 9.2 (2014) :
525-539, ISSN : 2302-8556. 2014.
Mardiasmo. “Perpajakan”. Edisi Revisi 2009. Yogyakarta: Penerbit Andi. 2009.
75
Martono dan Agus Harjito. “Manajemen Keuangan”. Edisi Ketiga. Yogyakarta:
Ekonisia. 2010.
Merks, Paulus. “Categorizing International Tax Planning. Fundamentals of
International Tax Planning”. IBFD. 66-69. 2007.
Pohan, Anwar. “Optimizing Corporate Tax Management, Kajian Perpajakan dan Tax
Planning terkini”. Edisi 1. Jakarta: Bumi Aksara. 2011.
Prakosa, Kesit Bambang. “Pengaruh Profitabilitas, Kepemilikan Keluarga dan
Corporate Governance Terhadap Penghindaran Pajak di Indonesia”. SNA 17,
Mataram, Lombok. 2014.
Puspita, Silvia Ratih dan Puji Harto. “Pengaruh Tata Kelola Perusahaan Terhadap
Penghindaran Pajak.”. Diponogoro Journal of Accounting. Vol. 3, No. 2,
ISSN: 2337-3806. 2014.
Richardson, G., Lanis, R. “Determinants of variability in corporate effective tax rates
and tax reform: Evidence from Australia”. Journal of Accounting and Public
Policy, 26 (2007), 689-704. 2007.
Santoso, Singgih. “Panduan Lengkap Menguasai Statistik dengan SPSS 17”. Jakarta:
PT Elex Media Komputindo. 2009.
Sartono, Agus. “Manajemen Keuangan: Teori dan Aplikasi”. Edisi 4. Yogyakarta:
BPFE. 2009.
Suandy, Erly. “Hukum Pajak”. Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat. 2011.
Suandy, Erly. “Perencanaan Pajak”. Edisi 4. Jakarta: Salemba Empat. 2008
Surat Direktur Jendral Pajak No. S-14/PJ.7/2003, 2003.
Suwito, Edy., Arleen Herawaty. “Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan
terhadap Tindakan Perataan Laba yang Dilakukan Oleh Perusahaan yang
Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”. Simposium Nasional Akuntansi VIII. Solo.
2005.
Suyanto, Krisnata Dwi. “Likuiditas, Leverage, Manajemen laba, Komisaris
Independen, terhadap Agresivitas Pajak Perusahaan”. Jurnal Keuangan dan
Perbankan, Vol.16, No.2, hlm. 167–177. 2012.
76
Swingly, Calvin dan I Made Sukartha. “Pengaruh Karakter Eksekutif, Komite Audit,
Ukuran Perusahaan, Leverage dan Sales Growth pada Tax Avoidance”. E-
Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 10.1: 47-62, ISSN: 2302-8556. 2015.
Syamsuddin, Lukman. “Manajemen Keuangan Perusahaan”. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada. 2007.
Suryana, Anandita Budi. (2013). “Menisik Pajak Perusahaan Global”. 2013.
http://www.pajak.go.id/content/article/menisik-pajak-perusahaan-global
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 28 tahun 2007, Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan Direktorat Jendral Pajak.
Waluyo. “Perpajakan Indonesia”. Jakarta: Salemba Empat. 2009. 2010.
Wilson, R. “An Examination of Corporate Tax Shelter Participants”. Working paper,
University of Iowa. 2007.
Xynas, Lidia. “Tax Planning, Avoidance and Evasion in Australia 1970-2010: The
Regula-tory Responses and Taxpayer Compliance”. Revenue Law Journal, 20-
1. 2011.
77
LAMPIRAN
78
Lampiran 1
DAFTAR SAMPEL PERUSAHAAN MANUFAKTUR PERIODE TAHUN
2010-2014
NO. KODE NAMA PERUSAHAAN
1. ADES PT. Akasha Wira International Tbk
2. AMFG PT. Asahimas Flat Glas Tbk
3. ASII PT. Astra International Tbk
4. AUTO PT. Astra Otoparts Tbk
5. CPIN PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk
6. EKAD PT. Ekadharma International Tbk
7. GGRM PT. Gudang Garam Tbk
8. GJTL PT. Gajah Tunggal Tbk
9. HMSP PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk
10. IGAR PT. Champion Pacific Indonesia Tbk
11. INAI PT. Indal Aluminium Industry Tbk
12. INDF PT. Indofood Sukses Makmur Tbk
13. INDS PT. Indospring Tbk
14. INTP PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
15. JPFA PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk
16. KAEF PT. Kimia Farma (Persero) Tbk
17. KBLI PT. KMI Wire and Cable Tbk
18. KBLM PT. Kabelindo Murni Tbk
19. KICI PT. Kedaung Indah Can Tbk
20. KLBF PT. Kalbe Farma Tbk
21. LION PT. Lion Metal Works Tbk
22. LMSH PT. Lionmesh Prima Tbk
23. MERK PT. Merck Tbk
24. MLBI PT. Multi Bintang Indonesia Tbk
25. MYOR PT. Mayora Indah Tbk
26. NIPS PT. Nipress Tbk
27. PYFA PT. Pyridam Farma Tbk
28. RICY PT. Ricky Putra Globalindo Tbk
29. SCCO PT. Supreme Cable Manufacturing & Commerce Tbk
30. SKLT PT. Sekar Laut Tbk
31. SMCB PT. Holcim Indonesia Tbk
32. SMGR PT. Semen Gresik (Persero) Tbk
33. SMSM PT. Selamat Sempurna Tbk
34. TCID PT. Mandom Indonesia Tbk
35. TOTO PT. Surya Toto Indonesia Tbk
36. TRST PT. Trias Sentosa Tbk
37. ULTJ PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk
79
Lampiran 2
DATA DIOLAH
Keterangan:
Size = Ukuran Perusahaan
Lev = Leverage
ROA = Profitabilitas Perusahaan
Sales Growth = Pertumbuhan Penjualan Perusahaan
CETR = Penghindaran Pajak
NO TAHUN KODE SIZE LEV ROA
SALES
GROWTH CETR
1. 2010 ADES 19.60 2.25 0.10 0.63 0.06
2. 2010 AMFG 21.59 0.29 0.14 0.27 0.25
3. 2010 ASII 25.45 1.10 0.15 0.32 0.19
4. 2010 AUTO 22.44 0.38 0.20 0.19 0.12
5. 2010 CPIN 22.60 0.46 0.34 0.03 0.21
6. 2010 EKAD 19.14 0.74 0.12 0.24 0.22
7. 2010 GGRM 24.15 0.44 0.13 0.15 0.25
8. 2010 GJTL 23.06 1.94 0.08 0.24 0.26
9. 2010 HMSP 23.74 1.01 0.31 0.11 0.27
10. 2010 IGAR 19.67 0.23 0.15 0.07 0.23
11. 2010 INAI 19.78 3.88 0.04 0.02 0.35
12. 2010 INDF 24.58 1.34 0.06 0.03 0.28
13. 2010 INDS 20.46 2.39 0.09 0.43 0.32
14. 2010 INTP 23.45 0.17 0.21 0.05 0.24
15. 2010 JPFA 22.67 1.14 0.14 -0.03 0.24
16. 2010 KAEF 21.23 0.49 0.08 0.12 0.22
17. 2010 KBLI 20.20 1.05 0.08 0.49 0.28
18. 2010 KBLM 19.81 0.77 0.01 0.80 0.33
19. 2010 KICI 18.27 0.34 0.04 0.03 0.25
20. 2010 KLBF 22.67 0.23 0.18 0.13 0.24
21. 2010 LION 19.53 0.17 0.13 0.05 0.23
22. 2010 LMSH 18.17 0.67 0.09 0.29 0.29
23. 2010 MERK 19.89 0.20 0.27 0.06 0.24
24. 2010 MLBI 20.85 1.41 0.39 0.11 0.25
25. 2010 MYOR 22.20 1.18 0.11 0.51 0.24
26. 2010 NIPS 19.64 1.28 0.04 0.43 0.28
27. 2010 PYFA 18.43 0.30 0.04 0.07 0.26
28. 2010 RICY 20.23 0.82 0.02 0.14 0.24
29. 2010 SCCO 20.87 1.73 0.05 0.46 0.26
30. 2010 SKLT 19.11 0.69 0.02 0.14 0.22
31. 2010 SMCB 23.07 0.53 0.08 0.06 0.28
80
32. 2010 SMGR 23.47 0.29 0.23 0.13 0.23
33. 2010 SMSM 20.79 0.96 0.14 0.14 0.19
34. 2010 TCID 20.77 0.10 0.13 0.06 0.24
35. 2010 TOTO 20.81 0.73 0.18 0.14 0.25
36. 2010 TRST 21.43 0.64 0.07 0.11 0.22
37. 2010 ULTJ 21.42 0.54 0.05 0.17 0.47
38. 2011 ADES 19.57 1.51 0.08 0.37 0.13
39. 2011 AMFG 21.71 0.25 0.13 0.07 0.25
40. 2011 ASII 25.76 1.02 0.14 0.26 0.18
41. 2011 AUTO 22.66 0.47 0.16 0.18 0.12
42. 2011 CPIN 22.90 0.43 0.27 0.19 0.21
43. 2011 EKAD 19.29 0.61 0.11 0.29 0.26
44. 2011 GGRM 24.39 0.59 0.13 0.11 0.25
45. 2011 GJTL 23.17 1.61 0.06 0.20 0.20
46. 2011 HMSP 23.69 0.90 0.42 0.22 0.26
47. 2011 IGAR 19.69 0.29 0.10 0.04 0.23
48. 2011 INAI 20.11 4.13 0.05 0.20 0.14
49. 2011 INDF 24.70 0.70 0.09 0.18 0.23
50. 2011 INDS 20.85 0.80 0.11 0.20 0.25
51. 2011 INTP 23.62 0.15 0.20 0.25 0.24
52. 2011 JPFA 22.84 1.35 0.08 0.12 0.23
53. 2011 KAEF 21.31 0.43 0.10 0.09 0.26
54. 2011 KBLI 20.80 0.51 0.06 0.50 0.32
55. 2011 KBLM 20.28 1.63 0.03 0.59 0.25
56. 2011 KICI 18.29 0.36 0.04 0.08 0.39
57. 2011 KLBF 22.84 0.28 0.18 0.07 0.23
58. 2011 LION 19.72 0.21 0.14 0.29 0.22
59. 2011 LMSH 18.40 0.71 0.11 0.29 0.28
60. 2011 MERK 20.19 0.18 0.40 0.15 0.18
61. 2011 MLBI 20.92 1.30 0.42 0.04 0.25
62. 2011 MYOR 22.61 1.72 0.07 0.31 0.23
63. 2011 NIPS 19.92 1.69 0.04 0.44 0.28
64. 2011 PYFA 18.59 0.43 0.04 0.07 0.27
65. 2011 RICY 20.28 0.84 0.02 0.06 0.22
66. 2011 SCCO 21.10 1.80 0.08 0.53 0.24
67. 2011 SKLT 19.18 0.74 0.03 0.10 0.25
68. 2011 SMCB 23.12 0.45 0.10 0.26 0.31
69. 2011 SMGR 23.70 0.35 0.20 0.14 0.22
70. 2011 SMSM 20.85 0.70 0.19 0.16 0.22
71. 2011 TCID 20.85 0.11 0.12 0.13 0.26
72. 2011 TOTO 21.02 0.76 0.16 0.20 0.26
81
73. 2011 TRST 21.48 0.61 0.07 0.16 0.20
74. 2011 ULTJ 21.50 0.55 0.05 0.12 0.35
75. 2012 ADES 19.78 0.86 0.21 0.59 0.09
76. 2012 AMFG 21.86 0.27 0.11 0.10 0.25
77. 2012 ASII 25.93 1.03 0.12 0.16 0.18
78. 2012 AUTO 22.91 0.62 0.13 0.12 0.10
79. 2012 CPIN 23.24 0.51 0.22 0.19 0.21
80. 2012 EKAD 19.43 0.43 0.13 0.17 0.24
81. 2012 GGRM 24.45 0.56 0.10 0.17 0.26
82. 2012 GJTL 23.28 1.35 0.09 0.06 0.22
83. 2012 HMSP 23.99 0.97 0.38 0.26 0.26
84. 2012 IGAR 19.56 0.29 0.14 0.09 0.24
85. 2012 INAI 20.23 3.74 0.04 0.05 0.24
86. 2012 INDF 24.81 0.74 0.08 0.10 0.24
87. 2012 INDS 21.23 0.46 0.08 0.20 0.26
88. 2012 INTP 23.85 0.17 0.21 0.24 0.24
89. 2012 JPFA 23.12 1.30 0.10 0.14 0.21
90. 2012 KAEF 21.45 0.45 0.10 0.07 0.26
91. 2012 KBLI 20.87 0.37 0.11 0.23 0.27
92. 2012 KBLM 20.40 1.73 0.03 0.18 0.26
93. 2012 KICI 18.37 0.43 0.02 0.08 0.27
94. 2012 KLBF 22.97 0.28 0.19 0.25 0.23
95. 2012 LION 19.89 0.17 0.20 0.24 0.18
96. 2012 LMSH 18.67 0.32 0.32 0.07 0.08
97. 2012 MERK 20.16 0.37 0.19 0.01 0.27
98. 2012 MLBI 20.86 2.49 0.39 0.16 0.25
99. 2012 MYOR 22.84 1.71 0.09 0.11 0.23
100. 2012 NIPS 20.08 1.45 0.04 0.21 0.27
101. 2012 PYFA 18.73 0.55 0.04 0.17 0.32
102. 2012 RICY 20.55 1.30 0.02 0.22 0.28
103. 2012 SCCO 21.12 1.27 0.11 0.05 0.24
104. 2012 SKLT 19.34 0.93 0.03 0.17 0.32
105. 2012 SMCB 23.22 0.45 0.11 0.20 0.28
106. 2012 SMGR 24.00 0.46 0.19 0.20 0.22
107. 2012 SMSM 21.09 0.76 0.19 0.20 0.22
108. 2012 TCID 20.96 0.15 0.12 0.12 0.26
109. 2012 TOTO 21.14 0.70 0.15 0.17 0.30
110. 2012 TRST 21.51 0.62 0.03 0.04 0.24
111. 2012 ULTJ 21.61 0.44 0.15 0.34 0.23
112. 2013 ADES 19.90 0.67 0.13 0.05 0.06
113. 2013 AMFG 21.99 0.28 0.10 0.13 0.25
82
114. 2013 ASII 26.09 1.02 0.10 0.03 0.19
115. 2013 AUTO 23.26 0.32 0.08 0.29 0.17
116. 2013 CPIN 23.48 0.58 0.16 0.20 0.27
117. 2013 EKAD 19.65 0.45 0.34 0.09 0.24
118. 2013 GGRM 24.65 0.73 0.09 0.13 0.26
119. 2013 GJTL 23.45 1.68 0.04 0.13 0.28
120. 2013 HMSP 24.03 0.94 0.39 0.13 0.25
121. 2013 IGAR 19.57 0.39 0.11 0.16 0.28
122. 2013 INAI 20.46 5.06 0.05 0.10 0.56
123. 2013 INDF 25.08 1.04 0.04 0.15 0.27
124. 2013 INDS 21.51 0.25 0.07 0.15 0.20
125. 2013 INTP 24.00 0.16 0.19 0.08 0.24
126. 2013 JPFA 23.43 2.04 0.04 0.20 0.28
127. 2013 KAEF 21.63 0.52 0.09 0.16 0.24
128. 2013 KBLI 21.01 0.51 0.05 0.13 0.30
129. 2013 KBLM 20.30 1.43 0.04 0.01 0.28
130. 2013 KICI 18.40 0.33 0.08 0.04 0.25
131. 2013 KLBF 23.15 0.33 0.17 0.17 0.23
132. 2013 LION 20.03 0.20 0.13 0.10 0.24
133. 2013 LMSH 18.77 0.28 0.10 0.15 0.26
134. 2013 MERK 20.36 0.36 0.25 0.28 0.25
135. 2013 MLBI 21.30 0.80 0.66 0.29 0.26
136. 2013 MYOR 23.00 1.49 0.10 0.14 0.22
137. 2013 NIPS 20.50 2.38 0.04 0.30 0.26
138. 2013 PYFA 18.98 0.86 0.04 0.09 0.27
139. 2013 RICY 20.83 1.91 0.01 0.31 0.35
140. 2013 SCCO 21.29 1.50 0.06 0.06 0.28
141. 2013 SKLT 19.53 1.16 0.04 0.41 0.31
142. 2013 SMCB 23.42 0.70 0.06 0.07 0.29
143. 2013 SMGR 24.15 0.41 0.17 0.25 0.23
144. 2013 SMSM 21.25 0.68 0.20 0.05 0.24
145. 2013 TCID 21.11 0.24 0.11 0.10 0.27
146. 2013 TOTO 21.28 0.69 0.14 0.09 0.27
147. 2013 TRST 21.91 0.91 0.13 0.04 0.55
148. 2013 ULTJ 21.76 0.40 0.12 0.23 0.26
149. 2014 ADES 20.04 0.71 0.06 0.15 0.25
150. 2014 AMFG 22.09 0.23 0.12 0.14 0.23
151. 2014 ASII 26.19 0.96 0.09 0.14 0.19
152. 2014 AUTO 23.39 0.42 0.07 0.15 0.14
153. 2014 CPIN 23.76 0.91 0.08 0.14 0.17
154. 2014 EKAD 19.83 0.51 0.10 0.26 0.31
83
155. 2014 GGRM 24.79 0.75 0.09 0.18 0.25
156. 2014 GJTL 23.50 1.68 0.02 0.06 0.32
157. 2014 HMSP 24.07 1.10 0.36 0.08 0.26
158. 2014 IGAR 19.67 0.52 0.09 0.15 0.28
159. 2014 INAI 20.61 5.15 0.02 0.46 0.38
160. 2014 INDF 25.18 1.08 0.06 0.14 0.29
161. 2014 INDS 21.55 0.25 0.06 0.10 0.24
162. 2014 INTP 24.09 0.17 0.18 0.07 0.22
163. 2014 JPFA 23.48 2.15 0.02 0.14 0.29
164. 2014 KAEF 21.81 0.65 0.08 0.04 0.25
165. 2014 KBLI 21.01 0.42 0.05 -0.07 0.26
166. 2014 KBLM 20.29 1.23 0.03 0.11 0.25
167. 2014 KICI 18.39 0.23 0.05 0.04 0.25
168. 2014 KLBF 23.24 0.27 0.17 0.09 0.23
169. 2014 LION 20.21 0.35 0.08 0.13 0.22
170. 2014 LMSH 18.76 0.21 0.05 -0.03 0.33
171. 2014 MERK 20.39 0.29 0.25 0.26 0.27
172. 2014 MLBI 21.53 3.03 0.36 0.10 0.26
173. 2014 MYOR 23.05 1.51 0.04 0.18 0.23
174. 2014 NIPS 20.91 1.10 0.04 0.12 0.26
175. 2014 PYFA 12.06 0.79 0.02 0.15 0.37
176. 2014 RICY 13.97 1.95 0.01 0.20 0.33
177. 2014 SCCO 14.32 1.03 0.08 0.18 0.25
178. 2014 SKLT 19.62 1.16 0.05 0.20 0.30
179. 2014 SMCB 16.66 0.96 0.04 0.09 0.34
180. 2014 SMGR 17.35 0.37 0.16 0.10 0.21
181. 2014 SMSM 21.28 0.53 0.24 0.11 0.22
182. 2014 TCID 14.43 0.44 0.09 0.14 0.27
183. 2014 TOTO 14.52 0.65 0.14 0.20 0.23
184. 2014 TRST 15.00 0.85 0.01 0.23 0.52
185. 2014 ULTJ 21.79 0.29 0.10 0.13 0.25
84
Lampiran 3 – Statistik Deskriptif
Lampiran 4 – Hasil Uji Normalitas dengan Histogram Normality
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation
SIZE 185 12.06 26.19 3931.98 21.2539 2.32740
LEVERAGE 185 .10 5.15 163.35 .8830 .81091
ROA 185 .01 .66 22.71 .1228 .09906
SALES 185 -.07 .80 31.73 .1715 .12938
CETR 185 .06 .56 46.62 .2520 .06555
Valid N (listwise) 185
85
Lampiran 5 – Hasil Uji Normalitas dengan Grafik Normal P-P
Lampiran 6 – Hasil Uji Multikolinearitas
Lampiran 7 – Hasil Uji Autokorelasi Durbin Watson (DW)
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) .382 .043 8.975 .000
SIZE -.006 .002 -.202 -2.870 .005 .951 1.052
LEVERAGE .018 .006 .220 3.080 .002 .925 1.081
ROA -.121 .047 -.182 -2.548 .012 .921 1.085
SALES -.055 .036 -.108 -1.538 .126 .950 1.052
a. Dependent Variable: CETR
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 .388a .151 .132 .06108 2.011
a. Predictors: (Constant), SALES, SIZE, LEVERAGE, ROA
b. Dependent Variable: CETR
86
Lampiran 8 – Hasil Uji Heterokedastisitas
Lampiran 9 – Hasil Uji Adj R2
Lampiran 10 – Hasil Uji F
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .388a .151 .132 .06108
a. Predictors: (Constant), SALES, SIZE, LEVERAGE, ROA
b. Dependent Variable: CETR
ANOVAa
Model Sum of
Squares
Df Mean
Square
F Sig.
1
Regression .119 4 .030 7.973 .000b
Residual .672 180 .004
Total .791 184
a. Dependent Variable: CETR
b. Predictors: (Constant), SALES, SIZE, LEVERAGE, ROA
87
Lampiran 12 – Hasil Uji t
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) .382 .043 8.975 .000
SIZE -.006 .002 -.202 -2.870 .005
LEVERAGE .018 .006 .220 3.080 .002
ROA -.121 .047 -.182 -2.548 .012
SALES -.055 .036 -.108 -1.538 .126
a. Dependent Variable: CETR