pengaruh ukuran perusahaan dan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39637...sd...
TRANSCRIPT
i
PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN DAN FRAUD DIAMOND
TERHADAP KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN PADA
PERUSAHAAN LQ-45
(Studi Empiris pada Perusahaan LQ-45 di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-
2015)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun oleh:
RIFKI JALALUDIN
NIM. 1110082000080
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
ii
iii
iv
v
vi
Daftar Riwayat Hidup
Nama : Rifki Jalaludin
Nama Panggilan : Iliw
Tempat Tanggal Lahir : Bogor, 23 Juli 1992
Alamat : Cemplang Baru No. 2a
Rt. 001/010 Bogor – Jawa Barat
ZIP Code : 16112
Telepon : 08981320562/088809000642
Berat : 65 Kg
Tinggi : 168 Cm
Golongan Darah : B
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Belum Kawin
E-mail : [email protected]
Pendidikan Formal
No Institusi Jurusan Tahun
1. SD AL-GHAZALY - 1998 - 2004
2. SMP NEGERI12 KOTA
BOGOR - 2004 - 2007
3. MADRASAH ALIYAH
NEGERI 1 KOTA BOGOR IPS 2007 - 2010
4. S1 UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA Akuntansi 2010 – 2017
vii
Pengalaman Kerja
No Tahun Penjelasan Posisi
1. 2008 - 2010 RADAR BOGOR ( JAWA POS GROUP,
Tbk ) Junior Journalist
2. 2010 - 2010 PT TELKOM, Tbk Telemarketing 3. 2012 - 2012 PT NUTRIFOOD, Tbk FILL PACK H-1 4. 2013 – 2017 SMK AL-FITRIYAH Guru 5. 2013 – 2017 MTS AL-FITRIYAH Staff Administrasi 6 2015 - 2016 SMK PEMBANGUNAN SATU Guru
Seminar, Lomba dan Pelatihan
No Tahun Penjelasan
1 2008 Latihan Dasar Kepemimpinan Man 1 Kota Bogor
2 2008 Lomba Pramuka Tingkat Jawa Barat
3 2009 Pelatihan Jurnalistik Gajamans
4 2009 Olimpiade Akuntansi SMA Tingkat Jawa Barat
5 2010 Accounting Charity On Ramadhan
6 2011 Pelatihan Ikatan Remaja Masjid se-Kota Bogor
7 2012 Pelatihan Kader Himpunan Mahasiswa Bogor
8 2013 Pelatihan Sadar Hukum Bogor Barat
9 2014 Parade Band “Freedom n Justice” Kota Bogor
10 2014 Juara 1 membuat website tingkat Kota Bogor
11 2014 Pelatihan Kurtilas SMK Kota Bogor
12 2014 Pelatihan Kejuruan Guru SMK Tingkat Jawa Barat
13 2015 Pelatihan Kurikulum Nasional se-Indonesia guru SMK
14 2015 Cerdas Cermat Sadar Hukum Tingkat Kota Bogor
15 2015 Pertukaran Pemuda Antar Negara dan Provinsi
16 2015 Pembicara Seminar Sadar Hukum
17 2015 Jambore Pemuda Kota Bogor
18 2015 Peserta Pembahasan Perda Kepemudaan
19 2015 Peserta Duta Pemuda Genre Kota Bogor
20 2016 Seminar Kuliah Kelar Bisnis Lancar
21 2016 Pelatihan Peningkatan Mutu Guru SMK B4TK
viii
Pengalaman Organisasi
No Tahun Penjelasan Posisi
1. 2007 - 2010 Pramuka “KHALANSA” Teknis
Kepramukaan 2. 2008 - 2010 Destral Production Film Editor
3. 2008 - 2010 BAHANA MARCHING BAND MAN 1
KOTA BOGOR BOGOR
“BANAMANSA” Wakil Ketua
4. 2008 - 2010 GABUNGAN JURNALIS MAN 1 KOTA
BOGOR “GAJAMAN” Journalist
5. 2004 - 2014 IKATAN REMAJA MASJID AL-
MUTTAQIN “IREMAQIN” Ketua Satu
6. 2011 – 2013
BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Seksi Jurnalistik
7. 2010 – 2015 HIMPUNAN MAHASISWA BOGOR DPH Sekretariat 8. 2012 - 2014 CORET MANGA UIN JAKARTA Sound Mixer 9. 2012 - 2013 LOLEK ART STUDIO Monster Drawer 10. 2014 - 2017 KARANG TARUNA KOTA BOGOR MPKT 11. 2015 AJKB KANPORA KOTA BOGOR Wakil Jendral
12 2015 PERTUKARAN PEMUDA ANTAR
NEGARA DAN ANTAR PROVINSI -
13 2017 YOUTUBER BOGOR Sekretaris
ix
ABSTRACT
Effect of company size and Diamond Fraud, Fraud Against Financial Statements
in the Company LQ-45 (Period 2013-2015)
This research purposes to examine the effect on financial stability pressure
(ACHANGE), financial targets (ROA), ineffective monitoring (IND), and
organizational structure (CEO) capability (DCHANGE), firm size (LnTA) on the
financial statement fraud. This research uses sample of LQ-45 company which is listed
in Indonesian Stock Exchange during 2016 period. The number of financial industries
are become as a sample of the study namely 63 companies with three years observation.
Based on purpossive sampling method, total of research samples are 105 financial
statements. The hypothesis in this research is tested by multiplied regression analyze.
The result of this research indicates that ACHANGE, ROA, IND, DCHANGE
and LNTA have no impact on financial statement fraud.
Keywords :financial stability pressure, financial targets, ineffective monitoring,
organizational structure, capability, company size, financial statement
fraud
x
ABSTRAK
Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Fraud Diamond, Terhadap
Kecurangan Laporan Keuangan pada Perusahaan LQ-45 (Periode 2013-2015)
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh financial stability pressure
(ACHANGE), financial targets (ROA), ineffective monitoring (IND), organizational
structure (CEO), Capability (DCHANGE) dan Ukuran Perusahaan (LNTA) terhadap
kecurangan laporan keuangan. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan LQ-45
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2013-2015. Jumlah perusahaan
LQ-45 yang dijadikan sampel penelitian ini adalah 63 perusahaan dengan pengamatan
selama tiga tahun. Berdasarkan metode purpossive sampling, total sampel penelitian
adalah 105 laporan keuangan. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan
teknik analisis regresi berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ACHANGE, ROA, IND, DCHANGE
dan LNTA tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan.
Kata Kunci :financial stability pressure, financial targets, ineffective monitoring,
organizational structure, capability, ukuran Perusahaan, kecurangan
laporan keuangan
xi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Fraud
Diamond Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan Pada Perusahaan LQ-45
(Studi Empiris Pada Perusahaan LQ-45 Tahun 2013-2015)”. Shalawat serta salam
senantiasa selalu tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, Sang Teladan
yang telah membawa kita ke zaman kebaikan.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan sebagai syarat guna
meraih gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak pihak yang telah membantu dalam
proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, syukur Alhamdulillah penulis
hanturkan atas kekuatan Allah SWT yang telah menganugerahkannya. Selain itu,
penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Kedua orang tuaku tercinta H. Didi Zulkifli Mahdi, S.Pd. dan Karmasih Sudiati,
S.Pd yang telah memberikan rasa cinta, perhatian, kasih sayang, semangat, serta
do’a yang tiada henti-hentinya kepada penulis.
2. Kakak dan adik penulis Dhika Maulidi Mukhsinin S.Pd , Yukie Saraswati Aprilia
S.Pd, M Ridho Multazam, dan Rizka Dina Amalia yang telah menyemangati dan
memberikan banyak inspirasi serta do’a terbaiknya kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini. Semoga kita dapat menjadi anak-anak yang
membanggakan bagi kedua orang tua baik di dunia maupun di akhirat kelak.
3. Bapak M. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
xii
4. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan dosen pembimbing
skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan dan
bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih atas segala bimbingan dan
konsultasi yang telah diberikan selama ini.
5. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang sangat
luas kepada penulis selama perkuliahan, semoga menjadi ilmu yang bermanfaat
dan menjadi amal kebaikan bagi kita semua.
7. Seluruh Staff Tata Usaha serta karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu peneliti dalam
mengurus segala kebutuhan administrasi dan lain-lain.
8. The Bangirs Crew , Syifa Andri, Yoga, Aldi, Alan yang selalu ada untuk melipur
lara pada penulis memberikan support, motivasi dan perhatian terbaiknya kepada
penulis.
9. Guru-guru dan murid-muridku di SMK/MTs Alfitriyah dan SMK Pembangunan
Satu, Pak Syahrullah, Pak Yayan, Pak Jajat, Bu rini, Akbar Terima kasih selalu
mensupport penulis dan mengingatkan.
10. Iremaqin, Karang Taruna Kota Seluruh Bogor, dan Seluruh organisasi Pemuda
Bogor, Toga Marsauli, Yuan , Anida, Putri, Meyta, Uwa Tere Vito, Alfi, Silfani,
Mala, Ajis, dan seluruhnya yang tak bias disebutkan satu persatu.
11. Teman-teman Akuntansi 2010, Agung, Denis, Gusti, Faisal, Adel, Ami, Umam,
Dede, Ocit, Huzaimi terima kasih atas doa dan semangatnya.
12. Alumni Man 1 Kota Bogor, Rizka Diah Aditya, Yandi, Apet, Firman, Lani, Elah
terima kasih sudah banyak membantu dan menssupport penulis.
13. Mamah Ade dan Mamah Denis Karena Sudah memberikan tempat bagi penulis
untuk bisa mengerjakan Skripsi ini
xiii
14. Seluruh pihak yang turut berperan dalam penelitian ini namun tidak dapat
disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukkan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 1 Maret 2017
(Rifki Jalaludin)
xiv
DAFTAR ISI
Cover Judul .............................................................................................................. i
Lembar Pengesahan Skripsi.................................................................................... ii
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ............................................................. iii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ......................................................................... iv
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ......................................................... v
Daftar Riwayat Hidup ............................................................................................. vi
Abstract ..................................................................................................................... viii
Abstrak ...................................................................................................................... ix
Kata Pengantar ........................................................................................................ x
Daftar Isi ................................................................................................................... xiii
Daftar Tabel ............................................................................................................ xvii
DaftarGambar ........................................................................................................ xviii
Daftar Lampiran ...................................................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1
xv
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................ 6
1. Tujuan Penelitian ............................................................................... 6
2. Manfaat Penelitian ............................................................................. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 9
A. Tinjauan Literatur .......................................................................... 9
1. Teori Keagenan (Agency Theory) ........................................... 9
2. Kecurangan (Fraud) ................................................................ 17
3. Segitiga Kecurangan (Fraud Triangle) ................................... 24
4. Segi Empat Kecurangan (Fraud Diamond) ............................ 28
5. Manajemen Laba ..................................................................... 30
6. Ukuran Perushaan ................................................................... 33
B. Hasil Penelitian Sebelumnya ......................................................... 37
C. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 43
D. Keterkaitan Variabel dan Pengembangan Hipotesis ..................... 45
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 53
xvi
A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................ 53
B. Metode Penentuan Sampel ........................................................... 53
C. Metode Pengumpulan Data .......................................................... 54
1. Penelitian Pustaka (Library Research)..................................... 54
2. Penelitian Lapangan (Field Research) ..................................... 54
D. Metode Analisis Data ................................................................... 54
1. Uji Asumsi Klasik .................................................................... 55
2. Uji Hipotesis ............................................................................ 60
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian ............................................ 63
1. Financial Stability Pressure (X1) .............................................. 64
2. Financial Targets (X2) .............................................................. 65
3. Ineffective Monitoring (X3) ....................................................... 66
4. Organizational Structure (X4)................................................... 67
5. Capability (X5) .......................................................................... 67
6. Ukuran Perusahaan (X6) ........................................................... 69
7. Financial Statement Fraud (Y) ................................................. 69
xvii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 73
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ................................. 73
1. Deskripsi Objek Penelitian ..................................................... 73
B. Statistik Deskriptif ......................................................................... 75
C. Analisis dan Pembahasan ............................................................. 77
1. Uji Asumsi Klasik ................................................................... 77
2. Hasil Uji Hipotesis .................................................................. 83
BAB V PENUTUP ........................................................................................ 92
A. Kesimpulan................................................................................... 92
B. Saran ............................................................................................. 94
Daftar Pustaka .......................................................................................................... 95
Lampiran .................................................................................................................. 98
xviii
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
2.1 Hasil Penelitian Sebelumnya ..................................................................38
3.1 Operasionalisasi Variabel dan Pengukuran .............................................72
4.1 Tahapan Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria .......................................74
4.2 Statistik Deskriptif ..................................................................................75
4.3 Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov .........................................78
4.4 Hasil Uji Multikolonieritasa ....................................................................79
4.5 Hasil Uji Autokorelasi.............................................................................80
4.6 Hasil Uji Runs Test .................................................................................81
4.7 Hasil Uji Statistik F .................................................................................83
4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi .............................................................84
4.9 Hasil Uji Statistik t ..................................................................................85
xix
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
2.1 Fraud Tree ........................................................................................... 22
2.2 Segitiga Fraud (Fraud Triangle) .......................................................... 24
2.3 Segi Empat Kecurangan (Fraud Diamond) ......................................... 29
2.4 Skema Kerangka Pemikiran .................................................................. 43
4.1 Hasil Uji Normalitas dengan Histogram .............................................. 77
4.2 Hasil Uji Normalitas dengan Normal P-P Plot ..................................... 78
4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas ................................................................ 82
xx
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan ` Halaman
1. Data Sampel ......................................................................................... 99
2. Hasil Output SPSS ............................................................................... 103
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Laporan keuangan merupakan sarana bagi perusahaan untuk menyediakan
informasi bagi para pemakai (user). Sesuai dengan Konsep Fundamental dalam
Penyusunan Laporan Keuangan (KDPLK) maka informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan harus memenuhi karakteristik kualitatif. Karakteristik kualitatif
dibedakan menjadi dua yaitu primer dan sekunder. Kualitas primer terdiri dari
relevance dan reability, sedangkan kualitas sekunder terdiri dari comparability dan
consistency. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus relevan
(relevance) agar kebutuhan pemakai (user) dalam proses pengambilan keputusan
dapat terpenuhi serta harus harus memiliki keandalan (reliability), yaitu, informasi
harus bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat
diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus dan jujur dari yang
seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat disajikan. Informasi yang
disajikan akan lebih bermanfaat jika dapat dibandingkan (comparability) antara
satu perusahaan dengan perusahaan yang lain dalam satu industri (perbandingan
horizontal) atau membandingkan perusahaan yang sama untuk periode yang
berbeda (perbandingan vertikal) selain itu informasi yang disajikan harus konsinten
(consistency).
2
Perusahaan yang telah go public sesungguhnya menginginkan gambaran
kondisi perusahaannya dalam keadaan yang terbaik, hal ini yang dapat
menyebabkan kecurangan pada laporan keuangan. Adanya kecurangan dalam
laporan keuangan tersebut menyebabkan informasi menjadi tidak valid dan tidak
sesuai dengan mekanisme pelaporan keuangan dimana suatu audit dirancang untuk
memberikan keyakinan bahwa laporan keuangan tidak dipengaruhi oleh salah saji
(misstatement) yang material dan memberikan keyakinan atas akuntabilitas
manajemen atas aktiva perusahaan (Koroy, 2008). Rezaee (2002) menyatakan
bahwa dua dekade terakhir fraudulent financial statement telah meningkat secara
subtansial. Kecurangan pada laporan keuangan dapat merugikan sekaligus
menguntungkan bagi pelaku bisnis. Keuntungan bagi pelaku bisnis yaitu dapat
melebih-lebihkan hasil usaha sehingga dapat terlihat baik di mata publik serta
memperkaya diri dan disisi lain dapat merugikan publik yang sangat
menggantungkan pengambilan keputusan berdasarkan laporan keuangan.
Seharusnya pelaku bisnis menyadari pentingnya laporan keuangan yang bersih dan
bebas dari kecurangan.
Sebagai contoh, kasus yang terjadi pada Bakrie Grup tahun 2010 dimana
Indonesia Coruption Watch (ICW) melaporkan dugaan manipulasi pelaporan
penjualan tiga perusahaan tambang batu bara milik Grup Bakrie kepada Direktorat
Jenderal Pajak dan kasus diberikannya sanksi oleh Bursa Efek Indonesia (BEI)
kepada empat emiten yaitu PT Bakrie & Brother Tbk (BNBR), PT Bakrie Sumatra
Plantations Tbk (UNSP), PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG), dan PT Benakat
Petroleum Energi Tbk (BIPI). Sanksi berupa denda masing-masing senilai Rp. 500
3
juta karena empat emiten tersebut terbukti memoles laporan keuangan melalui
penyajian laba supaya tampak menguntungkan, dan berharap publik tertarik
membeli saham mereka untuk meningkatkan harga saham (Kompas 2010
Contoh kasus diatas merupakan contoh bahwa laporan keuangan merupakan
hal yang sangat penting, yang tidak bisa dimanipulasi karena berhubungan dengan
berbagai macam pihak. Pemerintah pun telah membuat peraturan-peraturan
terhadap pelanggaran-pelanggaran tersebut, adapun sanksi dan denda untuk
pelangaran-pelanggaran tersebut sesuai dengan tingkat pelanggaran yang
dilakukan.
Cressey (1953) menyatakan sebuah teori yang dikenal sebagai fraud
triangle, yaitu bahwa terdapat tiga kondisi yang selalu hadir saat terjadi kecurangan
laporan keuangan. Ketiga kondisi tersebut adalah tekanan (pressure), kesempatan
(opportunity), dan rasionalisasi (rationalization) yang kemudian dikenal dengan
istilah fraud triangle. Tekanan adalah dorongan yang menyebabkan seseorang
melakukan kecurangan. Pada umumnya yang mendorong terjadinya kecurangan
adalah kebutuhan finansial tapi banyak juga yang hanya terdorong oleh
keserakahan. Tekanan situasional berpotensi muncul karena adanya kewajiban
keuangan yang melebihi batas kemampuan yang harus diselesaikan manajemen.
Kesempatan adalah peluang yang memungkinkan kecurangan terjadi. Biasanya
disebabkan karena pengendalian internal suatu organisasi yang lemah, kurangnya
pengawasan, atau penyalahgunaan wewenang (Gagola, 2011). Rasionalisasi
menjadi elemen penting dalam terjadinya kecurangan karena pelaku mencari
pembenaran atas tindakannya. Pembenaran ini bisa terjadi saat pelaku ingin
4
membahagiakan keluarga dan orang-orang yang dicintainya, pelaku merasa berhak
mendapatkan sesuatu yang lebih (posisi, gaji, promosi) karena telah lama mengabdi
pada perusahaan, atau pelaku mengambil sebagian keuntungan karena perusahaan
telah menghasilkan keuntungan yang besar.
Secara umum, kecurangan akan selalu terjadi jika tidak ada
pencegahan dan pendeteksian. Dalam hal ini, terdapat beberapa cara dan perspektif
dalam meninjau dan mendeteksi kecurangan, salah satunya dengan perspektif
segi empat kecurangan (fraud diamond). Dalam penelitian Sihombing (2014)
dijelaskan bahwa fraud diamond merupakan sebuah pandangan dan konsep baru
tentang fenomena fraud yang dikemukakan oleh Wolfe dan Hermanson (2004).
Teori fraud diamond merupakan bentuk penyempurnaan dari teori fraud triangle
yang dikemukakan oleh Cressey (1953). Jika dalam segitiga kecurangan (fraud
triangle) terdapat tiga elemen, maka dalam fraud diamond ditambah satu elemen
yang signifikan untuk mempengaruhi seseorang untuk melakukan kecurangan,
yaitu kemampuan atau capability.
Penelitian ini dilakukan didasari oleh tindakan financial statement fraud
yang terus berkembang jika tidak ada tindakan dan usaha untuk mendeteksi
tindakan tersebut. Seperti pernyataan Skousen (2008) didalam penelitiannya
menyatakan bahwa financial statement fraud yang tidak terdeteksi dapat
berkembang menjadi skandal besar yang merugikan banyak pihak, Penelitian
mengenai analisis Fraud Diamond dalam mendeteksi financial statement fraud
sebelumnya telah dilakukan oleh Sihombing (2014). Perbedaan penelitian ini
dengan pelitian sebelumnya adalah terletak pada perbedaan variabel penelitian
5
dengan menambahkan variabel ukuran perusahaan pada penelitian ini dan
perbedaan pada populasi penelitian. Sampel dari penelitian Sihombing (2014)
adalah perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sementara
pada penelitian ini akan menggunakan perusahaan LQ-45 sebagai sampel
penelitian. Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis pengaruh variabel fraud
diamond dan ukuran perusahaan terhadap terjadinya financial statement fraud.
Menurut Skousen et al. (2009) situasi dari fraud yaitu tekanan, kesempatan, dan
rasionalisasi selalu hadir dalam fraud.
Penulis tertarik untuk meneliti kembali apakah hasil penelitian tersebut
relevan bila diterapkan pada laporan keuangan auditan tahun 2013 sampai dengan
2015 dalam LQ-45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan uraian
diatas, penulis tertarik melakukan penelitian “Pengaruh Ukuran Perusahaan dan
Fraud Diamond Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan pada Perusahaan LQ-
45 (Periode 2013 - 2015)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan permasalahan yang akan
diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah variabel financial stability pressure mempunyai pengaruh dalam
mendeteksi kecurangan laporan keuangan?
2. Apakah variabel financial targets mempunyai pengaruh dalam mendeteksi
kecurangan laporan keuangan?
6
3. Apakah variabel ineffective monitoring mempunyai pengaruh dalam
mendeteksi kecurangan laporan keuangan?
4. Apakah variabel organizational structure mempunyai pengaruh dalam
mendeteksi kecurangan laporan keuangan?
5. Apakah variabel capability mempunyai pengaruh dalam mendeteksi
kecurangan laporan keuangan?
6. Apakah variabel ukuran perusahaan mempunyai pengaruh dalam
mendeteksi kecurangan laporan keuangan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk
menemukan bukti empiris tentang:
a. Pengaruh variabel financial stability pressure terhadap kecurangan
laporan keuangan.
b. Pengaruh variabel financial targets terhadap kecurangan laporan
keuangan.
c. Pengaruh variabel ineffective monitoring terhadap kecurangan laporan
keuangan.
d. Pengaruh variabel organizational structure terhadap kecurangan laporan
keuangan.
e. Pengaruh variabel Capability terhadap kecurangan laporan keuangan.
7
f. Pengaruh variabel Ukuran Perusahaan terhadap kecurangan laporan
keuangan.
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi manajemen, dapat memberikan informasi kepada manajemen
perusahaan mengenai faktor-faktor penyebab terjadinya kecurangan
laporan keuangan dan menghindari salah saji dalam laporan keuangan
dan tidak berkembang menjadi skandal yang dapat merugikan
perusahaan.
b. Bagi pemakai laporan keuangan eksternal, dapat memberikan informasi
pada pemakai laporan keuangan eksternal untuk memahami faktor-
faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kecurangan laporan
keuangan sehingga dapat mengambil keputusan secara tepat.
c. Bagi satuan ilmu akuntansi, dapat memberikan kontribusi terhadap
pengembangan ilmu akuntansi khususnya manajemen keuangan karena
dalam penelitian ini proksi dari fraud diamond menggunakan
perhitungan rasio keuangan.
d. Bagi mahasiswa akuntansi, dapat memberikan pemahaman mendalam
mengenai kecurangan laporan keuanganmelalui metode komprehensif
dan teruji secara empiris sesuai dengan situasi dan kondisi yang terjadi
di Indonesia.
e. Bagi peneliti berikutnya, diharapkan penelitian ini dapat digunakan
sebagai referensi dan bahan pertimbangan penelitian lebih lanjut.
8
f. Bagi penulis, sebagai sarana untuk memperluas wawasan serta
menambah referensi mengenai auditing, terutama tentang faktor-faktor
apa saja yang mempengaruhi terjadinya kecurangan laporan keuangan,
sehingga diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis dimasa yang akan
datang.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Teori Keagenan (Agency Theory)
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan hubungan keagenan
timbul karena adanya kontrak antara prinsipal dan agen dengan
mendelegasikan beberapa wewenang pengambilan keputusan kepada agen.
Sesuai dengan perjanjian tersebut dapat diasumsikan bahwa beberapa
keputusan akan memberikan kewenangan untuk berperan sebagai agen
dengan tanggung jawab meningkatkan keuntungan para pemilik
(prinsipal), tapi seorang manajer juga memiliki kepentingan untuk
memaksimumkan kesejahteraannya (Ujiyantho & Pramuka, 2007). Ketika
manajer memiliki sebuah kepentingan untuk memaksimumkan
kesejahteraannya, dapat memungkinkan agent tidak bisa bertindak sesuai
kepentingan prinsipal. Berdasarkan hal tersebut informasi yang dihasilkan
oleh manajemen memungkinkan untuk menyesatkan para pengguna
laporan keuangan. Perbedaan kepentingan tersebut dapat mengakibatkan
timbulnya konflik kepentingan antara agent dan prinsipal yang memicu
adanya biaya agensi.
Teori agensi menunjukkan pentingnya pemisahan fungsi antara
manajemen perusahaan dan hubungan pemilik kepada manajer. Dimana
tujuan adanya pemisahan ini adalah untuk menciptakan efisiensi dan
10
efektivitas dengan cara menyewa pihak profesional untuk mengelola
perusahaan. Akan tetapi dilain sisi pemisahan ini menimbulkan
permasalahan yaitu ketika terjadi ketidaksamaan tujuan antara prinsipal
dan agen (Anisa, 2012).
Pada dasarnya individu bertindak sesuai dengan kepentingannya
masing-masing. Agen memiliki kewajiban untuk memberikan kinerja yang
baik bagi prinsipal dengan cara menciptakan laba bagi perusahaan.
Sedangkan prinsipal mempunyai kewajiban untuk memberikan bonus
kepada agen atas kinerjanya. Prinsipal selalu ingin mendapatkan laba yang
banyak dari perusahaan agar saham yang telah ia tanamkan cepat kembali.
Akan tetapi agensi juga menginginkan bonus yang banyak atas kinerjanya.
Oleh karena itu agar kedua belah pihak bisa saling mendapatkan keuntungan
dari hasil kinerjanya masing-masing maka baik pihak prinsipal maupun
agen harus bisa bekerja dengan semaksimal mungkin untuk mendapatkan
hasil yang mereka inginkan.
Kinerja agen dinilai berdasarkan kemampuannya di dalam mengatur
perusahaan dengan cara menciptakan laba yang tinggi. Dengan didapatnya
laba perusahaan yang tinggi maka harga saham pun akan ikut naik, sehingga
dividen yang akan diterima oleh prinsipal akan ikut naik pula. Sehingga
keadaan tersebutlah yang menjadikan bonus agensi menjadi naik.
Eisenhardt (dikutip oleh Hutomo, 2012) membagi tiga jenis asumsi sifat
dasar manusia untuk menjelaskan tentang teori agensi yaitu:
11
1. Manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self
interest)
2. Manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi
masa mendatang (bounded rationality)
3. manusia selalu menghindari resiko (risk averse).
Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia, manajer sebagai manusia
kemungkinan besar akan bertindak berdasarkan sifat opportunistic. Maksud
dari sifat opportunistic adalah bahwa manajer akan lebih mengutamakan
kepentingan pribadinya dibandingkan kepentingan orang lain (investor).
Agen akan berusaha mencari keuntungannya sendiri untuk mendapatkan
bonus dari perusahaan dengan berbagai cara seperti memanipulasi angka-
angka di laporan keuangan.
Dengan adanya perbedaan kepentingan antara agen dan prinsipal
inilah yang menyebabkan adanya konflik. Konflik ini dapat memicu
terjadinya asimetri informasi diantara kedua belah pihak tersebut. Agen
sebagai pihak internal tentu saja memiliki informasi yang lebih banyak jika
dibandingkan dengan prinsipal sebab segala sesuatu yang berhubungan
dengan perusahaan menjadi tanggung jawab agen karena kinerja agen
menentukan masa depan sebuah perusahaan. Hal inilah yang dimanfaatkan
oleh agen untuk menyembunyikan informasi bagi prinsipal. Informasi yang
dianggap manajer tidak perlu untuk diketahui oleh pihak prinsipal dapat
dengan mudah disembunyikan untuk tujuan tertentu. Selain itu tingginya
kompensasi yang diharapkan oleh seorang agen menimbulkan mereka untuk
12
melakukan berbagai cara untuk mendapatkan kompensasi tersebut. Keadaan
ini akan menimbulkan seorang manajer untuk melakukan kecurangan. Oleh
karena itu, kurangnya informasi yang didapatkan oleh prinsipal mengenai
kinerja agen menyebabkan ketidakseimbangan informasi diantara
keduanya. Hal inilah yang menjadi celah para agen untuk melakukan
kecurangan.
Menurut Healy dan Palepu (2001), hubungan antara investor dan
manajemen melahirkan dua permasalahan yang menyebabkan peranan
laporan keuangan tahunan semakin meningkat, yakni: information problem
dan agency problem. Dua permasalahan tersebut dapat didefinisikan
sebagai berikut:
a. Information Problem
Information problem atau yang sering disebut dengan asymmetric
information, terjadi ketika terdapat perbedaan informasi antara
manajemen dan investor yang mendorong munculnya konflik antara
kedua pihak tersebut (Suta, 2012). Manajer sebagai pengelola
perusahaan memiliki informasi yang lebih lengkap mengenai
informasi internal dan prospek perusahaan di masa mendatang
dibandingkan pemilik (pemegang saham). Manajer sebagai pengelola
berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan
kepada pemilik, namun pada kenyataannya informasi yang
disampaikan terkadang tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang
sebenarnya.
13
Menurut Healy dan Palepu (2001) asymmetric information dapat
dideskripsikan dengan ilustrasi sebuah manajemen perusahaan yang
memiliki setengah gagasan berprospek baik dan setengahnya lagi
berprospek buruk. Ketika investor tidak dapat membedakan kedua
gagasan tersebut, maka manajemen akan mengungkapkan gagasan
berprospek buruk sebagai gagasan yang sama baiknya dengan
setengah gagasan lainnya. Pada kondisi seperti inilah terjadi
asymmetric information, yakni adanya perbedaan informasi antara
manajemen dan investor dalam menilai gagasan tersebut, sehingga
investor cenderung menilai keseluruhan gagasan tersebut pada nilai
rata-rata (Suta, 2012). Asymmetric information dapat berakibat pada
pemberian nilai yang kurang dari semestinya terhadap gagasan bisnis
yang berprospek bagus dan pemberian nilai yang melebihi nilai
semestinya terhadap gagasan yang berprospek buruk.
Pelaporan yang kredibel dibutuhkan untuk meminimalkan
asymmetric information. Menurut Healy dan Palepu (2001) terdapat
tiga langkah yang dapat diterapkan agar manajemen meningkatkan
kualitas pelaporan keuangan sehingga mampu meminimalkan
terjadinya asymmetric information, yakni:
1) mengoptimalkan kontrak antara pihak manajemen dengan
investor perusahaan, sehingga akan memberikan rangsangan bagi
pihak manajemen untuk mengungkapkan informasi yang
sebenarnya tentang kondisi dan kinerja perusahaan;
14
2) membuat kebijakan yang mengatur tentang pengungkapan
berbagai informasi yang harus dilakukan perusahaan; dan
3) mengoptimalkan fungsi dari intermediaries (analis keuangan dan
lembaga pemeringkat) sebagai pengawas atau pengontrol atas
pengungkapan informasi yang dilakukan oleh manajemen
perusahaan.
b. Agency Problem
Menurut Oktoviana (2009) dalam Suta (2012), agency problem
merupakan konsekuensi dari tidak berperan aktifnya investor dalam
pengelolaan perusahaan. Kondisi ini memberikan peluang bagi
manajer untuk mementingkan tujuan individu daripada tujuan
perusahaan.
Eisenhardt (1989) dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa
dari ketiga asumsi sifat dasar manusia tersebut, self-interest
merupakan sifat dasar yang paling dominan dalam diri manusia. Self-
interest artinya mementingkan diri sendiri dan tidak mau berkorban
untuk orang lain.
Pemegang saham yang dalam praktek bisnis berperan sebagai
pemberi wewenang kepada manajemen untuk mengelola kekayaan
perusahaan mempunyai kepentingan pribadi untuk meningkatkan
kesejahteraannya melalui pembagian dividen atau kenaikan kinerja
saham perusahaan. Adapun manajemen sebagai pihak yang diberi
tanggung jawab untuk mengelola kekayaan perusahaan berkewajiban
15
untuk memaksimalkan kesejahteraan para pemilik dan pemegang
saham perusahaan (prinsipal), baik dalam jangka pendek maupun
jangka panjang. Meski begitu, disisi lain manajer juga memiliki
kepentingan untuk memaksimalkan kesejahteraannya sendiri melalui
kompensasi (Suta, 2012). Pada kondisi seperti ini, manajemen
biasanya cenderung tidak memberikan informasi yang berpengaruh
negatif terhadap kepentingannya tersebut.
Jensen dan Meckling (1976) dalam penelitiannya menyatakan
bahwa adanya perbedaan kepentingan serta pemisahan antara
kepemilikan dan pengendalian perusahaan dapat memicu timbulnya
masalah agensi. Mereka juga menyatakan bahwa masalah agensi yang
timbul di antara pihak yang memiliki beragam kepentingan dapat
menyulitkan dan menghambat perusahaan dalam mencapai kinerja
positif guna menghasilkan nilai bagi perusahaan itu sendiri dan juga
bagi shareholders. Jensen dan Ruback (1983) menyatakan bahwa
bertahan dan tidak tergantikannya manajer yang tidak berkualitas
merupakan perwujudan dari masalah agensi yang paling mahal.
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa adanya agency
problem akan memunculkan agency cost, yakni biaya yang
dikeluarkan untuk mengatasi agency problem. Agency cost tersebut
terdiri atas:
16
1) the monitoring expenditure by the principle, yakni biaya
monitoring yang dikeluarkan oleh prinsipal untuk memonitor
perilaku agen dalam mengelola perusahaan;
2) the bonding expenditures by the agent (bonding cost), yakni biaya
yang dikeluarkan oleh agen untuk menjamin bahwa agen tidak
akan melakukan sesuatu yang dapat merugikan prinsipal;
3) the residual loss, yakni penurunan tingkat utilitas atau penurunan
kesejahteraan prinsipal maupun agen karena adanya agency
relationship.
Pengungkapan memiliki peranan yang besar dalam memperkecil
terjadinya praktek agency problem yang mengakibatkan agency cost
tersebut. Menurut Healy dan Palepu (2001), terdapat tiga langkah
yang dapat dilakukan guna mengatasi agency problem, yakni:
1) Memaksimalkan Kontrak antara Investor dengan Manajemen
Perusahaan
Kontrak yang bisa dimaksimalkan antara lainpemberian
kompensasi kepada pihak manajer. Hal ini diharapkan dapat
meminimalkan konflik kepentingan dalam pengelolaan perusahaan
dan pihak manajemen akan mengungkapkan berbagai informasi
secara terbuka kepada investor dan pihak luar, sehingga investor
dapat memonitor kepatuhan manajemen terhadap kontrak yang
disepakati sekaligus mengawasi pengelolaan sumber daya
perusahaan.
17
2) Mengoptimalkan Fungsi Dewan Komisaris
Tugas dewan komisaris adalah mewakili kepentingan para
pemilik modal. Fungsi utamanya adalah mengawasi kinerja
jajaran manajer dalam melakukan fungsi pengelolaan perusahaan,
sehingga mampu mencegah munculnya kebijakan yang
merugikan pemilik modal.
3) Memaksimalkan Keberadaan Intermediaries
Informasi intermediaries seperti analisis keuangan dan
lembaga pemeringkat dapat meningkatkan kualitas informasi
yang diungkapkan oleh manajemen. Hal ini disebabkan karena
informasi intermediaries berasal dari pihak luar perusahaan,
sehingga penilaian atas kinerja perusahaan bersifat lebih objektif.
2. Kecurangan (Fraud)
Fraud adalah suatu kata yang jarang diketahui masyarakat. Namun,
tanpa disadari di Indonesia, hampir setiap hari berita di media massa (cetak
dan elektronik) memuat berbagai berita tentang Fraud. Fraud adalah suatu
hal yang sering terjadi bukan hanya di kehidupan sehari-hari, pemerintahan
bahkan diperusahaan publik. Sepintas Fraud merupakan suatu jenis
penyimpangan yang terkesan sederhana namun Fraud menyimpan bentuk
yang lebih kompleks dari bentuk yang sudah kita kenal selama ini.
Masyarakat awam cenderung mengartikan bahwa Fraud adalah
korupsi. Padahal sebenarnya, Fraud itu memiliki banyak tipe termasuk
salah satunya korupsi. Memang kasus yang sering terdengar saat ini serta
18
menjadi “buah bibir “ masyarakat adalah korupsi terutama yang melibatkan
para petinggi negara ini.
a. Unsur-unsur fraud
Menurut Binbangkum, secara umum, unsur-unsur dari kecurangan
adalah:
a. harus terdapat salah pernyataan (misrepresentation);
b. dari suatu masa lampau (past) dan sekarang (present);
c. fakta bersifat material (material fact);
d. dilakukan secara sengaja atau tanpa perhitungan (make-
knowingly or recklessly);
e. dengan maksud (intent) untuk menyebabkan suatu pihak beraksi;
f. pihak yang dirugikan harus beraksi (acted) terhadap salah
pernyataan tersebut (misrepresentation);
g. yang merugikannya (detriment).
b. Jenis-jenis fraud
Menurut Nguyen (2008), fraud diklasifikasikan menjadi lima jenis,
yaitu:
1. Embezzlement employee atau occupational fraud
19
Merupakan jenis fraud yang dilakukan oleh bawahan kepada atasan.
Jenis fraud ini dilakukan bawahan dengan melakukan kecurangan pada
atasannya secara langsung maupun tidak langsung.
2. Management fraud
Merupakan jenis fraud yang dilakukan oleh manajemen puncak kepada
pemegang saham, kreditor dan pihak lain yang mengandalkanlaporan
keuangan. Jenis fraud ini dilakukan manajemen puncak dengan cara
menyediakan penyajian yang keliru, biasanya pada informasi
keuangan.
3. Investment scams
Merupakan jenis fraud yang dilakukan oleh individu / perorangan
kepada investor. Jenis fraud ini dilakukan individu dengan mengelabui
atau menipu investor dengan cara menanamkan uangnya dalam
investasi yang salah.
4. Vendor fraud
Merupakan jenis fraud yang dilakukan oleh organisasi atau perorangan
yang menjual barang atau jasa kepada organisasi atau perusahaan yang
menjual barang atau jasa. Jenis fraud ini dilakukan organisasi dengan
memasang harga terlalu tinggi untuk barang dan jasa atau tidak adanya
pengiriman barang meskipun pembayaran telah dilakukan.
5. Customer fraud
20
Merupakan jenis fraud yang dilakukan oleh pelanggan kepada
organisasi atau perusahaan yang menjual barang atau jasa. Jenis fraud
ini dilakukan pelanggan dengan cara membohongi penjual dengan
memberikan kepada pelanggan yang tidak seharusnya atau menuduh
penjual memberikan lebih sedikit dari yang seharusnya.
Berdasarkan uraian diatas, maka kecurangan laporan keuangan (financial
statement fraud) merupakan pemalsuan yang sengaja dilakukan oleh manajemen
kepada pemakai laporan keuangan seperti investor dan kreditor dengan
memanipulasikan informasi yang ada di dalam laporan keuangan. Oleh karena
itu, kecurangan laporan keuangan termasuk dalam jenis kecurangan yang kedua
yaitu kecurangan yang dilakukan oleh manajemen puncak (management fraud).
c. Faktor Pemicu Fraud
Menurut Oversights Systems Report on Corporate Fraud (2007),
alasan utama terjadinya Fraud adalah :
1. Adanya tekanan untuk memenuhi kebutuhan (81%)
2. Untuk memperoleh keuntungan (72%)
3. Tidak menganggap bahwa apa yang dilakukannya adalah Fraud
(40%)
Namun, setelah melalui kajian mendalam faktor pemicu tersebut
dapat dikelompokkan menjadi empat yang sering disebut teori GONE, yaitu
:
1. Greed (keserakahan)
2. Opportunity (kesempatan)
21
3. Need (kebutuhan)
4. Exposure (pengungkapan)
Faktor greed dan need merupakan faktor intern (individu) yang
berhubungan dengan individu pelaku kecurangan, sedangkan faktor
opportunity dan exposure merupakan faktor generik (umum) yang
berhubungan dengan organisasi sebagai korban dari perbuatan kecurangan.
d. Fraud Tree
Gambar 2.1
22
Fraud Tree
Berdasarkan gambar di atas, ACFE membagi fraud (kecurangan) dalam
3 (tiga) jenis atau tipologi berdasarkan perbuatan, yaitu:
23
1. Asset Misappropriation
Asset misappropriation meliputi penyalahgunaan/pencurian aset atau
harta perusahaan atau pihak lain. Ini merupakan bentuk fraud yang
paling mudah dideteksi karena sifatnya yang tangible atau dapat
diukur/dihitung (defined value).
2. Fraudulent Statements
Fraudulent statements meliputi tindakan yang dilakukan oleh pejabat
atau eksekutif suatu perusahaan atau instansi pemerintah untuk
menutupi kondisi keuangan yang sebenarnya dengan melakukan
rekayasa keuangan dalam penyajian laporan keuangannya untuk
memperoleh keuntungan.
3. Corruption
Yang banyak terjadi di negara-negara berkembang yang penegakan
hukumnya lemah dan masih kurang kesadaran akan tata kelola yang
baik sehingga faktor integritasnya masih dipertanyakan. Fraud jenis
ini sering kali tidak dapat dideteksi karena para pihak yang bekerja
sama menikmati keuntungan (simbiosis mutualisme). Termasuk
didalamnya adalah penyalahgunaan wewenang / konflik kepentingan
(conflict of interest), penyuapan (bribery), penerimaan yang tidak sah
/ illegal (illegal gratuities), dan pemerasan secara ekonomi (economic
extortion).
3. Segitiga Fraud (Fraud Triangle)
24
Salah satu konsep dasar dari pencegahan dan pendeteksian Fraud
adalah Fraud triangle. Konsep ini disebut juga Cressey’s Theory karena
memang istilah ini muncul karena penelitian yang dilakukan oleh Donald R.
Cressey pada tahun 1953. Penelitian Cressey diterbitkan dengan judul Other’s
People Money: A Study in the Social Psychology of Embezzelent. Penelitian
Cressey ini secara umum menjelaskan alasan mengapa orang-orang
melakukan Fraud. Dinamakan fraud triangle atau segitiga kecurangan,
Fraud triangle menjelaskan tiga faktor yang hadir dalam setiap situasi fraud
yaitu Pressure (Tekanan), Opportunity (Peluang), dan Rationalization
(Rasionalisasi).
Gambar 2.2
Segitiga Fraud (Fraud Triangle)
a. Tekanan (Pressure)
25
Tekanan / insentif / pressure yaitu insentif yang mendorong
orang melakukan kecurangan karena tuntutan gaya hidup,
ketidakberdayaan dalam soal keuangan, perilaku gambling, mencoba-
coba untuk mengalahkan sistem dan ketidakpuasan kerja (Salman,
2005). Montgomery et al., (2002) dalam Rukmawati (2011) mengatakan
tekanan / motif ini sesungguhnya mempunyai dua bentuk yaitu nyata
(direct) dan bentuk persepsi (indirect).
Dalam SAS No. 99, terdapat empat jenis kondisi umum terjadi
pada pressure yang dapat mengakibatkan kecurangan. Kondisi tersebut
adalah financial stability pressure, external pressure, personal financial
need, dan financial targets.
Financial stability adalah keadaan yang menggambarkan
kondisi keuangan perusahaan dalam kondisi stabil. Contoh faktor risiko:
perusahaan mungkin memanipulasi laba ketika stabilitas keuangan atau
profitabilitasnya terancam oleh kondisi ekonomi.
External pressure adalah tekanan yang berlebihan bagi
manajemen untuk memenuhi persyaratan atau harapan dari pihak ketiga.
Contoh faktor risiko: ketika perusahaan menghadapi adanya tren tingkat
ekspektasi para analis investasi, tekanan untuk memberikan kinerja
terbaik bagi investor dan kreditor yang signifikan bagi perusahaan atau
pihak eksternal lainnya.
26
Personal financial need adalah kondisi ketika keuangan
perusahaan turut dipengaruhi oleh kondisi keuangan para eksekutif
perusahaan. Contoh faktor risiko: kepentingan keuangan oleh
manajemen yang signifikan dalam entitas, manajemen memiliki bagian
kompensasi yang signifikan yang bergantung pada pencapaian target
yang agresif untuk harga saham, hasil operasi, posisi keuangan, atau
arus kas manajemen menjaminkan harta pribadi untuk utang entitas.
Financial targets adalah tekanan berlebihan pada manajemen
untuk mencapai target keuangan yang dipatok oleh direksi atau
manajemen. Contoh faktor risiko: perusahaan mungkin memanipulasi
laba untuk memenuhi prakiraan atau tolok ukur para analis seperti laba
tahun sebelumnya.
b. Kesempatan (Opportunity)
Menurut Montgomery et al., (2002) dalam Rukmawati (2011)
kesempatan yaitu peluang yang menyebabkan pelaku secara leluasa
dapat menjalankan aksinya yang disebabkan oleh pengendalian internal
yang lemah, ketidakdisplinan, kelemahan dalam mengakses informasi,
tidak ada mekanisme audit, dan sikap apatis. Hal yang paling menonjol
di sini adalah dalam hal pengendalian internal. Pengendalian internal
yang tidak baik akan memberi peluang orang untuk melakukan
kecurangan.
27
SAS No. 99 menyebutkan bahwa peluang pada financial
statement fraud dapat terjadi pada tiga kategori. Kondisi tersebut adalah
nature of industry, ineffective monitoring, dan organizational structure.
Nature of industry adalah berkaitan dengan munculnya risiko
bagi perusahaan yang berkecimpung dalam industri yang melibatkan
estimasi dan pertimbangan yang signifikan jauh lebih besar. Contoh
faktor risiko: penilaian persediaan mengandung risiko salah saji yang
lebih besar bagi perusahaan yang persediaannya tersebar di banyak
lokasi. Risiko salah saji persediaan ini semakin meningkat jika
persediaan itu menjadi usang.
Ineffective monitoring adalah keadaan dimana perusahaan
tidak memiliki unitpengawas yang efektif memantau kinerja
perusahaan. Contoh faktor risiko: adanya dominasi manajemen oleh
satu orang atau kelompok kecil, tanpa kontrol kompensasi, tidak
efektifnya pengawasan dewan direksi dan komite audit atas proses
pelaporan keuangan dan pengendalian internal dan sejenisnya.
Organizational Structure adalah struktur organisasi yang
kompleks dan tidak stabil. Contoh faktor risiko: struktur organisasi yang
terlalu kompleks, perputaran personil perusahaan seperti senior manajer
atau direksi yang tinggi.
c. Rasionalisasi (Rationalization)
28
Rasionalisasi menjadi elemen penting dalam terjadinya fraud,
di mana pelaku mencari pembenaran atas perbuatannya. Sikap atau
karakter adalah apa yang menyebabkan satu atau lebih individu untuk
secara rasional melakukan kecurangan. Integritas manajemen (sikap)
merupakan penentu utama dari kualitas laporan keuangan. Ketika
integritas manajer dipertanyakan, keandalan laporan keuangan
diragukan. Bagi mereka yang umumnya tidak jujur, mungkin lebih
mudah untuk merasionalisasi penipuan. Bagi mereka dengan standar
moral yang lebih tinggi, itu mungkin tidak begitu mudah. Pelaku fraud
selalu mencari pembenaran secara rasional untuk membenarkan
perbuatannya (Molida, 2011).
4. Segi Empat Kecurangan (Fraud Diamond)
Fraud diamond merupakan sebuah pandangan baru tentang
fenomena Fraud yang dikemukakan oleh Wolfe dan Hermanson (2004).
Fraud diamond merupakan suatu bentuk penyempurnaan dari teori Fraud
triangle oleh Cressey (1953). (1953). Fraud diamond menambahkan satu
elemen kualitatif yang diyakini memiliki pengaruh signifikan terhadap
Fraud yakni Capability. Wolfe dan Hermanson (2004) berpendapat bahwa
penipuan tidak akan terjadi tanpa orang yang tepat dengan kemampuan yang
tepat untuk melaksanakan setiap detail dari penipuan.
Gambar 2.3
Segi Empat Kecurangan (Fraud Diamond)
29
a. Elemen Segi Empat Kecurangan (Fraud Diamond)
Secara keseluruhan Fraud Diamond merupakan penyempurnaan
dari Fraud Model yang dikemukakan Cressey. Adapun elemen-elemen dari
Fraud Diamond theory antara lain :
1. Pressure;
2. Opportunity;
3. Rationalization;
4. Capability;
30
b. Capability Sebagai Elemen Ke Empat Fraud
Wolfe dan Hermannson berpendapat bahwa ada pembaharuan
Fraud triangle untuk meningkatkan kemampuan mendeteksi dan mencegah
fraud yaitu dengan cara menambahkan elemen keempat yakni Capability.
Wolfe dan Hermanson (2004) meneliti tentang capability sebagai
salah satu fraud risk factor yang melatar belakangi terjadinya fraud dan
menyimpulkan bahwa perubahan direksi dapat mengindikasikan terjadinya
fraud. Perubahan direksi tidak selamanya berdampak baik bagi perusahaan.
Perubahaan direksi bisa menjadi suatu upaya perusahaan untuk
memperbaiki kinerja direksi sebelumnya dengan melakukan perubahan
susunan direksi ataupun perekrutan direksi yang baru yang dianggap lebih
berkompeten dari direksi sebelumnya. Sementara disisi lain, pergantian
direksi bisa jadi merupakan upaya perusahaan untuk menyingkirkan direksi
yang dianggap mengetahui fraud yang dilakukan perusahaan serta
perubahan direksi dianggap akan membutuhkan waktu adaptasi sehingga
kinerja awal tidak maksimal.
Teori ini menjelaskan bahwa kunci dalam memitigasi Fraud adalah
dengan fokus pada situasi khusus yang terjadi selain Pressure dan
Rationalization serta kombinasi dari Opportunity dan Capability.
5. Manajemen Laba (Earnings Management)
Sugiri (1998) dalam penelitian Widyaningdyah (2001)
mengutarakan definisi manajemen laba menjadi dua bagian. Dalam arti
sempit, manajemen laba sebagai perilaku manajer untuk bermain dengan
komponen discretionary accruals dalam menentukan besarnya laba. Dalam
31
arti luas, manajemen laba merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan
ataupun mengurangi laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit dimana
manajer bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan ataupun
penurunan profitabilitas ekonomis jangka panjang unit tersebut. Selain itu,
Hermawan (2005) juga menyatakan bahwa manajemen laba dapat terjadi
ketika perusahaan menerapkan akuntansi akrual basis. Perusahaan lebih
suka melakukan kecurangan dalam pelaporan keuangan ketika mereka
memiliki kesempatan untuk melakukan manajemen laba dengan tujuan agar
kinerja mereka terlihat sukses didepan para pemegang saham perusahaan
(Dechow dkk., 1995). Dari kasus dan fakta tersebut, dapat dikatakan bahwa
manajemen laba atau earning management memiliki hubungan yang erat
dengan kecurangan laporan keuangan.
Schipper (1997) dalam Norbarani (2012) mendefinisikan
manajemen laba sebagai suatu intervensi terhadap proses pelaporan
keuangan eksternal untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi.
Pernyataan itu sejalan dengan Healy dan Wahlen (1999) yang menyatakan
bahwa earnings management terjadi ketika manajer menggunakan judgment
dalam pelaporan keuangan dan melakukan manipulasi transaksi untuk
mengubah laporan keuangan, baik untuk menyesatkan beberapa
stakeholders tentang kinerja perusahaan atau untuk mempengaruhi kontrak
yang bergantung pada angka-angka dalam laporan keuangan.
Laba sering dipergunakan berbagai pihak sebagai alat untuk
memprediksi tingkat pertumbuhan laba dimasa depan serta tingkat
32
pengembalian pinjaman. Pentingnya laporan keuangan terutama laba yang
dilaporkan oleh perusahaan dalam pengambilan keputusan oleh para
stakeholders. Tindakan manajemen laba terjadi karena manajer perusahaan
yang dalam menjalankan operasional perusahaan selalu dimonitor oleh para
stakeholders, memiliki dorongan yang besar untuk melakukan praktik
manajemen laba. Adanya sistem reward yang berdasar pada kinerja laba
akan semakin memberikan kebebasan bagi manajer untuk melakukan
manajemen laba (Tobing dan Anggorowati, 2009).
Menurut Scott (2003:377), beberapa motivasi yang mendorong
manajemen melakukan earning management, antara lain sebagai berikut:
1. Motivasi bonus, yaitu manajer akan berusaha mengatur laba
bersih agar dapat memaksimalkan bonusnya.
2. Motivasi kontrak, berkaitan dengan utang jangka panjang,
yaitu manajer menaikkan laba bersih untuk mengurangi
kemungkinan perusahaan mengalami technical default.
3. Motivasi politik, aspek politis ini tidak dapat dilepaskan dari
perusahaan, khususnya perusahaan besar dan industri
strategis karena aktivitasnya melibatkan hajat hidup orang
banyak.
4. Motivasi pajak, pajak merupakan salah satu alasan utama
perusahaan mengurangi laba bersih yang dilaporkan.
5. Pergantian CEO (Chief Executive Officer), banyak motivasi
yang timbul berkaitan dengan CEO, seperti CEO yang
33
mendekati masa pensiun akan meningkatkan bonusnya,
CEO yang kurang berhasil memperbaiki kinerjanya untuk
menghindari pemecatannya, CEO baru untuk menunjukkan
kesalahan dari CEO sebelumnya.
6. Penawaran saham perdana (Initial Public Offering - IPO),
manajer perusahaan yang go public melakukan earning
management untuk memperoleh harga yang lebih tinggi atas
sahamnya dengan harapan mendapatkan respon pasar yang
positif terhadap peramalan laba sebagai sinyal dari nilai
perusahaan.
7. Motivasi pasar modal, misalnya untuk mengungkapkan
informasi privat yang dimiliki perusahaan kepada investor
dan kreditor.
6. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan suatu skala dimana dapat
diklasifikasikan besar kecil perusahaan. Penentuan ukuran perusahaan ini
didasarkan pada total aktiva/ aset perusahaan . Menurut Aliminsyah dan
Padji (2002: 159) aktiva adalah semua benda yang berwujud atau hak tak
berwujud yang mempunyai nilai uang, yang akan mendatangkan manfaat di
masa yang akan datang. Menurut Suradi (2009: 37) aktiva adalah sumber-
sumber ekonomi yang dimiliki perusahaan yang biasanya dinyatakan dalam
satuan uang.
34
Menurut Agnes Sawir (2005:101-102) ukuran perusahaan
dinyatakan sebagai determinan dari struktur keuangan dalam hampir setiap
studi untuk alasan yang berbeda: Pertama, ukuran perusahaan dapat
menentukan tingkat kemudahan perusahaan memperoleh dana dari pasar
modal. Perusahaan kecil umumnya kekurangan akses ke pasar modal yang
terorganisir, baik untuk obligasi maupun saham. Meskipun mereka
memiliki akses, biaya peluncuran dari penjualan sejumlah kecil sekuritas
dapat menjadi penghambat. Jika penerbitan sekuritas dapat dilakukan,
sekuritas perusahaan kecil mungkin kurang dapat dipasarkan sehingga
membutuhkan penentuan harga sedemikian rupa agar investor mendapatkan
hasil yang memberikan return lebih tinggi secara signifikan.
Kedua, ukuran perusahaan menentukan kekuatan tawar-menawar
dalam kontrak keuangan. Perusahaan besar biasanya dapat memilih
pendanaan dari berbagai bentuk hutang, termasuk penawaran spesial yang
lebih menguntungkan dibandingkan yang ditawarkan perusahaan kecil.
Semakin besar jumlah uang yang digunakan, semakin besar kemungkinan
kemungkinan pembuatan kontrak yang dirancang sesuai dengan preferensi
kedua pihak sebagai ganti dari penggunaan kontrak standar hutang. Ketiga,
ada kemungkinan pengaruh skala dalam biaya dan return membuat
perusahaan yang lebih besar dapat memperoleh lebih banyak laba. Pada
akhirnya, ukuran perusahaan diikuti oleh karakteristik lain yang
mempengaruhi struktur keuangan. Karakteristik lain tersebut seperti
perusahaan sering tidak mempunyai staf khusus, tidak menggunakan
35
rencana keuangan, dan tidak mengembangkan sistem akuntansi mereka
menjadi suatu sistem manajemen.
Ukuran perusahaan merupakan pengukur yang menunjukkan besar
atau kecilnya sebuah perusahaan. Ukuran dapat diukur berdasarkan total
aset, jumlah penjualan, rata-rata total penjualan, rata-rata total aset, dan
ekuitas. Menurut Dyer dan McHugh (1975), manajemen perusahaan besar
memiliki dorongan untuk mengurangi kecurangan laporan keuangan yang
disebabkan karena perusahan besar senantiasa diawasi secara ketat oleh para
investor, asosiasi perdagangan, dan regulator. Skala perusahaan
menunjukkan besarnya suatu ukuran (besar atau kecil) dari suatu
perusahaan atau badan usaha. Ukuran perusahaan adalah besar kecilnya
suatu perusahaan yang diukur dari besarnya total aset atau kekayaan yang
dimiliki oleh suatu perusahaan. Menurut keputusan BAPEPAM No. 9 tahun
1995 pada dasarnya ukuran perusahaan dapat digolongkan dalam dua
kelompok, yaitu sebagai berikut:
a. Perusahaan menengah/kecil
Perusahaan menengah/kecil merupakan badan hukum yang
didirikan di Indonesia yang:
1) Memiliki sejumlah kekayaan (total aset) tidak lebih dari Rp.
20 milyar.
2) Bukan merupakan afiliasi atau dikendalikan oleh suatu
perusahaan yang bukan perusahaan menengah/kecil.
3) Bukan merupakan reksadana.
36
b. Perusahaan menengah/besar
Perusahaan menengah/besar merupakan kegiatan ekonomi yang
mempunyai kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan usaha.
Usaha ini meliputi usaha nasional (milik negara atau swasta) dan usaha
asing yang melakukan kegiatan di Indonesia.
Manajemen perusahaan yang berskala besar cenderung diberikan
insentif untuk mengurangi kecurangan laporan keuangan dikarenakan
perusahaan tersebut dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas
permodalan dan pemerintah. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan
berskala besar cenderung menghadapi tekanan eksternal yang lebih
tinggi untuk mengumumkan audit lebih awal.
Ukuran perusahaan dapat diukur dengan menggunakan total aset,
penjualan, dan ekuitas (Almilia dan Devi, 2007:4). Semakin besar total
aset,ekuitas,dan penjualan maka semakin besar pula ukuran perusahaan
tersebut. Semakin besa asset maka semakin banyak ekuitas yang
ditanam, semakin banyak penjualan maka semakin banyak perputaran
uang dan semakin besar kapitalisasi pasar maka semakin besar pula
perusahaan dikenal dalam masyarakat (Wijayani, 2011: 23). Sehingga
perusahaan yang besar memiliki risiko kebangkrutan atau kegagalan
yang lebih rendah bila dibandingkan dengan perusahaan yang kecil.
B. Hasil Penelitian Sebelumnya
37
Adapun hasil penelitian terdahulu mengenai topik yang berkaitan dengan
penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 2.1.
38
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Sebelumnya
Mengenai: Financial Stability Pressure (X1), Financial Targets (X2), Ineffective Monitoring (X3), Organizational Structure (X4),
Capability (X5), Ukuran Perusahaan (X6) dan Financial Statement Fraud (Y)
No Peneliti (Tahun)
Judul Metode Penelitian
Variabel Hasil Penelitian
X1 X2 X3 X4 X5 X6 Y
1. Annisa dan
Lindrianasari
(2016)
Pendeteksian
Kecurangan
Laporan Keuangan Menggunakan Fraud Diamond
Jenis penelitian: sekunder
Studi kuantitatif terhadap
27 Perusahaan Real Estate
di BEI tahun 2010 - 2014
√
√
√
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
setiap kenaikan pada rasio perubahan total aset akan menaikkan risiko terjadinya fraudulent financial statement,
setiap kenaikan pada rasio return on assets (ROA) tidak menjadi tekanan bagi pihak manajemen perusahaan
39
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No
Peneliti
(Tahun)
Judul
Metode Penelitian
Variabel
Hasil Penelitian X1 X2 X3 X4 X5 X6 Y
2. Sihombing
(2014)
Analisis
Fraud
Diamond
Dalam
Mendeteksi
Financial
Statement
Fraud: Studi
Empiris Pada
Perusahaan
Manufaktur
Yang
Terdaftar Di
Bursa Efek
Indonesia
(BEI)
Tahun
2010-2012
Jenis Penelitian: Sekunder.
Sumber data: Bursa Efek
Indonesia (BEI)
Sampel: Perusahaan Manufaktur
Indonesia yang laporan
keuangannya disajikan oleh BEI
selama 2010-2013,
teridentifikasi sebanyak 55
perusahaan.
Analisis: Penelitian ini
menggunakan analisis model
regresi linier Berganda
Variabel lainnya:
External Pressure (LEV), Nature
of Industry (Receivable), Change
In Auditor (ΔCPA),
Rationalization (TATA)
√
√
√
√
√
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
variabel financial stability yang
diproksikan dengan
rasio perubahan total asset, variabel
external pressure yang diproksikan dengan
leverage ratio,
variabel nature of industry yang
diproksikan dengan rasio perubahan
piutang dan variabel
rationalization yang diproksikan dengan
rasio perubahan total akrual terbukti
berpengaruh terhadap
financial statement fraud. Namun,
penelitian ini tidak membuktikan bahwa
variabel financial
target yang diproksikan dengan ROA,
variabel innefective monitoring yang
diproksikan dengan
rasio dewan komisaris independen,
change in auditor, dan Capability yang
diproksikan dengan
perubahan direksi memiliki pengaruh
terhadap financial statement fraud.
40
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Peneliti (Tahun)
Judul Metode Penelitian
Variabel Hasil Penelitian
X1 X2 X3 X4 X5 X6 Y
3. Handayani Dan
Rachadi (2009)
Pengaruh
Ukuran
Perusahaan
Terhadap
Manajemen
Laba
Jenis penelitian: sekunder
Studi kuantitatif terhadap
seluruh perusahaan
manufaktur yang terdaftar
di BEI Tahun 2003 -2006
√
√
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
perusahaan sedang dan besar tidak
terbukti lebih agressif melakukan
manajemen laba untuk menghindari
pelaporan kerugian (earning losses)
41
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No
Peneliti
(Tahun)
Judul
Metode Penelitian
Variabel
Hasil Penelitian X1 X2 X3 X4 X5 X6 Y
4. Skousen et
al. (2008)
Detecting
and
Predicting
Financial
Statement
Fraud: The
Effectiveness
of The Fraud
Traingle and
SAS No. 99
Jenis penelitian: Sekunder.
Sumber data: LexisNexis SEC
Filings & Report website and
COMPUSTAT.
Sampel: SEC Accounting and
Auditing Enforcement Releases
(AAERs) yang diterbitkan antara
tahun 1992-2001. Teridentifikasi
sebanyak 113 perusahaan.
Analisis: Penelitian ini
menggunakan analisis
sensitivitas (sensitivity analysis)
dalam menguji variabel-variabel
penelitian.
Variabel lainnya: external
pressure (FINANCE dan FREEC)
dan personal financial need
(OSHIP dan 5%OWN)
√
√
√
√
√
Menentukan bahwa:
1. Pertumbuhan aset yang cepat,
peningkatankebutuhan uang tunai
danpembiayaan eksternal secara
positif berkaitan dengan
kemungkinan terjadinya fraud.
2. Kepemilikam saham-saham
eksternal dan internalserta kontrol
dewan direksijuga terkait
denganpeningkatan kecurangan
laporan keuangan.
3. Ekspansi proporsi anggota
independen di komite audit
berhubungan negatif dengan
terjadinya kecurangan.
42
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Sumber: Diolah dari berbagai referensi
No
Peneliti
(Tahun)
Judul
Metode Penelitian
Variabel
Hasil Penelitian X1 X2 X3 X4 X5 X6 Y
5. Wolfe dan
Hermanson
(2004)
The Fraud
Diamond:
Considering
the Four
Elements of
Fraud
Studi kualitatif terhadap beberapa perusahaan yang terindikasi melakukan fraud.
√
√
√
√
√
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Memberi satu faktor penyebab fraud disamping fraud risk factor Fraud triangle yaitu Individual capability yang didefinisikan sebagai personal traits dan kemampuan memegang peranan penting dimana fraud dapat saja terjadi bersamaan dengan ketiga faktor fraud triangle.
43
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka berpikir ini merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang
penting. Adapun masalah-masalah yang dianggap penting dalam penelitian ini:
financial stability pressure (ACHANGE), financial targets (ROA), ineffective
monitoring (IND), dan organizational structure (CEO), capability (DCHANGE),
ukuran perusahaan (LNTA) yang mempunyai pengaruh dalam mendeteksi
kecurangan laporan keuangan. Berdasarkan uraian di atas, gambaran menyeluruh
penelitian ini yang mengangkat penelitian mengenai pengaruh dalam mendeteksi
kecurangan laporan keuangan.
Berikut merupakan gambaran kerangka pemikiran dari penelitian ini:
Gambar 2.4
Skema Kerangka Pemikiran
Bersambung pada halaman selanjutnya
Pengaruh Ukuran Perushaan dan Fraud Diamond
Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan di Perusahaan
perusahaan LQ-45
Kasus Kecurangan Laporan Keuangan di Perusahaan LQ-45
Basis Teori: Fraud Diamond Theory
44
Gambar 2.4 (Lanjutan)
Basis Teori: Fraud Diamond Theory
Variabel Independen Variabel Dependen
Financial Stability
Pressure
(ACHANGE)(X1)
Financial Targets
(ROA) (X2)
Ineffective Monitoring (IND)
(X3)
Financia
l
Statemen
t Fraud
(Y)
Metode Analisis:
Regresi Berganda
Hasil Pengujian dan
Pembahasan
Kesimpulan, Implikasi, Keterbatasan, dan Saran
Organizational Structure(CEO)
(X4)
Capability (DCHANGE) (X5)
Ukuran Perusahaan (LnTA)(X6)
45
D. Keterkaitan Variabel dan Pengembangan Hipotesis
Pada penelitian ini variabel-variabel yang digunakan yaitu variabel yang
diukur dengan proksi dari elemen-elemen fraud triangle, dimana ketiga elemen dari
fraud triangle yaitu: pressure, opportunity, dan rasionalization tidak dapat diukur
secara langsung, oleh karena itu harus diukur dengan proksi dan dijadikan sebagai
variabel. Adapun variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
empat variabel proksi independen yaitu financial stability pressure, financial
targets,ineffective monitoring, organizational structure, dan satu variabel dependen
yaitu kecurangan laporan keuangan.
1. Financial Stability Pressure sebagai Variabel untuk Mendeteksi Kecurangan
Laporan Keuangan
Financial stability merupakan keadaan yang menggambarkan kondisi
keuangan perusahaan stabil. Ketika kondisi keuangan perusahaan itu stabil, maka
akan dipandang baik oleh investor, kreditor, dan pemakai laporan keuangan
lainnya. Oleh karena itu, manajer akan melakukan berbagai cara agar kondisi
keuangan perusahaan terlihat baik dimata pemakai laporan keuangan seperti
investor, kreditor, pemegang saham, dan pemakai laporan keuangan lainnya.
Menurut SAS No. 99, manajer menghadapi tekanan untuk melakukan kecurangan
ketika stabilitas keuangan atau profitabilitas terancam oleh keadaan ekonomi,
industri, dan situasi entitas yang beroperasi (Skousen et al., 2008).
46
Loebbecke dkk. (1989) Bell et al. (1991) menunjukkan bahwa dalam kasus
dimana perusahaan mengalami pertumbuhan yang berada di bawah rata-rata
industri, manajemen akan memanipulasi laporan keuangan untuk meningkatkan
prospek perusahaan (Skousen et al., 2009).
Perusahaan berusaha meningkatkan prospek perusahaan yang baik salah
satunya dengan merekayasa informasi kekayaan aset yang berkaitan dengan
pertumbuhan aset yang dimiliki (Skousen et al., 2008). Oleh karena itu, rasio
perubahan total aset dijadikan proksi pada variabel financial stability pressure.
Total aset menggambarkan kekayaan yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi
total aset yang dimiliki perusahaan menunjukkan kekayaan yang dimiliki semakin
banyak. Tingginya aset yang dimiliki dapat menarik investor untuk berinvestasi
pada perusahaan tersebut. Manajemen perusahaan akan memanipulasi laporan
keuangan agar menampilkan pertumbuhan dan performa perusahaan meningkat.
Persentase perubahan total aset mengindikasikan adanya kecurangan pada laporan
keuangan, karena tingginya persentase perubahan total aset sebagai cara
untukmenunjukkan earning power perusahaan dan posisi finansial yang lebih kuat
(Mulfordet al, 2010).
Penelitian yang dilakukan oleh Skousen et al. (2008) dan Manurung dan
Hadian (2013) menunjukkan bahwa persentase perubahan total aset (ACHANGE)
berpengaruh terhadapkecurangan laporan keuangan. Berdasarkan uraian tersebut,
diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:
Ha1: Financial stability pressure berpengaruh terhadap kecurangan laporan
keuangan.
47
2. Financial Targets sebagai Variabel untuk Mendeteksi Kecurangan
Laporan Keuangan.
Dalam menjalankan kinerjanya, manajer perusahaan dituntut untuk
melakukan performa terbaik dalam pencapaian target yang telah direncakan. ROA
merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur efektifitas
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang
dimilikinya (Skousen et al., 2008).
ROA sering digunakan dalam menilai kinerja manajer dan dalam
menentukan bonus, kenaikan upah, dan lain-lain. Summerrs dan Sweeney (1998)
melaporkan bahwa ROA secara signifikan berbeda antara fraud firm dan non-fraud
firm (Skousen et al., 2008). Oleh karena itu, ROA digunakan sebagai proksi
variabel financial targets.
ROA digunakan untuk mengukur manajemen perusahaan dalam
menghasilkan laba secara keseluruhan. Perusahaan yang dapat menghasilkan ROA
yang tinggi disertai dengan peningkatan ROA dari periode ke periode selanjutnya
menunjukkan kinerja perusahaan tersebut semakin baik dari segi
penggunaanasetnya (Dendawijaya, 2005). Hal ini meningkatkan daya tarik investor
terhadap saham perusahaan, sehingga harga saham meningkat.
Analisis ROA diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai rentabilitas
ekonomi mengukur perkembangan perusahaan dalam menghasilkan laba pada masa
lalu. Laba masa lalu kemudian diproyeksikan ke masa mendatang untuk melihat
48
kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada masa-masa mendatang
(Skousenet al., 2008). Oleh karena itu semakin tinggi ROA yang ditargetkan
perusahaa nmaka semakin rentan perusahan akan melakukan manjemen laba yang
merupakan salah satu bentuk kecurangan laporan keuangan.
Penelitian Carlson dan Bathala (1997 dalam Widyastuti, 2009)
membuktikan bahwa perusahaan yang memiliki laba besar (diukur dengan
profitabilitas atau ROA) lebih memungkinkan dilakukannya manajemen laba
daripada perusahaan yang memiliki laba yang kecil dan berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Summerrs dan Sweeney (1998) menunjukkan bahwa rasio
profitabilitas (ROA) berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan.
Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut:
Ha2: Financial Targets berpengaruh terhadap kecurangan laporan
keuangan.
3. Ineffective Monitoring sebagai Variabel untuk Mendeteksi Kecurangan
Laporan Keuangan.
Fraud dapat diminimalkan salah satunya dengan mekanisme pengawasan
yang baik. Komite audit dipercaya dapat meningkatkan efektifitas pengawasan
perusahaan. Beasly et al. (2000), Beasly (1996), Dechow et al. (1996) dan Dunn
(2004) mengamati bahwa perusahaan yang melakukan fraud memiliki anggota di
luar Board of Director (BOD) yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan
perusahaan yang tidak melakukan fraud (Skousen et al., 2008). Skousen et al.
49
(2008) menambahkan bahwa insiden fraud akan berkurang dengan perusahaan
yang memiliki komite audit. Selanjutnya Beaslyet al. (2000) mengatakan bahwa
anggota komite audit yang lebih besar dapat mengurangi insiden fraud (Skousen et
al., 2008).
Sehubungan dengan keharusan bagi perusahaan untuk memiliki komite
audit sejak tahun 2001, maka pengukuran komite audit tidak lagi diukur dengan ada
tidaknya komite audit tetapi dengan proporsi perbandingan anggota komite audit
independen terhadap jumlah anggota audit secara keseluruhan. Oleh sebab itu,
ineffective monitoring diproksikan dengan proporsi anggota komite audit
independen (IND). Berdasarkan surat edaran Bapepam nomor SE-03/PM/2002
dinyatakan bahwa komite audit terdiri dari tiga orang (Kusumaning, 2004).
Penelitian yang dilakukan oleh Beasly (1996) dan Skousen et al. (2008)
membuktikan bahwa proporsi anggota komite audit independen (IND) berpengaruh
negatif terhadap kecurangan laporan keuangan. Berdasarkan uraian tersebut,
penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut:
Ha3: Ineffective Monitoring berpengaruh terhadap kecurangan laporan
keuangan.
4. Organizational Structure sebagai Variabel untuk Mendeteksi
Kecurangan Laporan Keuangan.
Struktur organisasi yang kompleks dan tidak stabil lebih memungkinkan
terjadinya kecurangan, dapat dibuktikan dengan tingginya pergantian manajer
50
senior, penasihat, atau anggota dewan. Loebbecke et al. (1989), Beasley (1996),
Beasley et al. (1999), Abbott et al. (2000), dan Dunn (2004) menyimpulkan bahwa
sebagai seorang CEO, dia berada dalam posisi yang dominan dalam pengambilan
keputusan, sejak pengawasan terhadap pengambilan keputusan dapat memberikan
kesempatan untuk melakukan kecurangan.
Loebbecke et al. (1989) mencatat dalam penelitian mereka sebanyak 75%
dari kasus penipuan (fraud) keputusan operasional dan keuangan didominasi oleh
satu orang. Mereka berpendapat bahwa hal ini dapat membuat lingkungan
manajemen melakukan kecurangan laporan keuangan. Beasley (1996) berfikir
bahwa semakin lama CEO memegang posisi kekuasaan, semakin besar
kemungkinan bahwa CEO akan mampu mengendalikan keputusan dewan direksi.
Penelitian yang dilakukan oleh Beasly (1996), Abbott (2000), dan Skousen
et al. (2008) membuktikan bahwa hubungan antara insiden penipuan (fraud) dan
situasi dimana seorang individu memegang posisi CEO dan posisi ketua dewan
berhubungan terhadap kecurangan laporan keuangan. Berdasarkan uraian tersebut,
penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut:
Ha4: Organizational Structure berpengaruh terhadap kecurangan laporan
keuangan.
5. Capability sebagai Variabel untuk Mendeteksi Kecurangan Laporan
Keuangan
51
Capability adalah suatu faktor kualitatif yang menurut Wolfe dan
Hermanson merupakan salah satu pelengkap dari model fraud triangle dari Cressey.
Capability artinya seberapa besar daya dan kapasitas dari seseorang itu melakukan
fraud di lingkungan perusahaan. Ada banyak komponen dari Capability antara lain
: Position / Function, Brains, Confidence / Ego, Coercion Skills, Effective Lying
dan Immunity to stress. Namun dalam penelitian ini akan digunakan Perubahan
Direksi sebagai Proksi dari Rationalization. Perubahan direksi pada umumnya sarat
dengan muatan politis dan kepentingan pihak-pihak tertentu yang memicu
munculnya conflict of interest. Wolfe dan Hermanson (2004) meneliti tentang
capability sebagai salah satu fraud risk factor yang melatarbelakangi terjadinya
fraud menyimpulkan bahwa perubahan direksi dapat mengindikasikan terjadinya
fraud. Perubahan direksi tidak selamanya berdampak baik bagi perusahaan.
Perubahaan direksi bisa menjadi suatu upaya perusahaan untuk memperbaiki
kinerja direksi sebelumnya dengan melakukan perubahan susunan direksi ataupun
perekrutan direksi yang baru yang dianggap lebih berkompeten dari direksi
sebelumnya. Sementara disisi lain, pergantian direksi bisa jadi merupakan upaya
perusahaan untuk menyingkirkan direksi yang dianggap mengetahui fraud yang
dilakukan perusahaan serta perubahan direksi dianggap akan membutuhkan waktu
adaptasi sehingga kinerja awal tidak maksimal. Berdasarkan uraian tersebut,
penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut:
Ha5: Capability berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan.
52
6. Ukuran Perusahaan sebagai Variabel untuk Mendeteksi Kecurangan
Laporan Keuangan
Ukuran perusahaan pada dasarnya adalah pengelompokan perusahaan
kedalam beberapa kelompok, diantaranya perusahaan besar, sedang dan kecil.
Skala perusahaan merupakan ukuran yang dipakai untuk mencerminkan besar
kecilnya perusahaan yang didasarkan kepada total aset perusahaan (Suwito dan
Herawaty, (2005)
Ukuran perusahaan adalah skala perusahaan yang dilihat dari total aktiva
perusahaan pada akhir tahun. Total penjualan juga dapat digunakan untuk
mengukur be sarnya perusahaan. Karena biaya- biaya yang mengikuti penjualan
cenderung lebih besar, maka perusahaan dengan tingkat penjualan yang tinggi
cenderung memilih kebijakan akuntansi yang mengurangi laba (Sidharta, 2000).
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
Ha6: Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kecurangan laporan
keuangan
53
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini dijabarkan tentang metode penelitian yang digunakan dalam
pelaksanaan penelitian ini. Beberapa hal yang dijelaskan pada bab ini adalah
populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian, jenis dan metode
pengumpulan data, variabel penelitian dan teknik analisis data.
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kausalitas, yaitu penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui pengaruh dua variabel atau lebih. Penelitian ini
bertujuan untuk menguji pengaruh variabel independen, yaitu financial stability
pressure (ACHANGE), financial targets (ROA), ineffective monitoring (IND),
organizational structure (CEO) dan Capability (DCHANGE), ukuran perusahaan
(LnTA) terhadap variabel dependen yaitu kecurangan laporan keuangan (financial
statement fraud). Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan LQ-45 yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2013-2015.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan LQ-45 yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode tahun 2013 -2015. Pertimbangan untuk
memilih populasi Perusahaan LQ-45, dikarenakan Perusahaan yang
54
terdaftar di LQ-45 adalah perusahaan yang paling liquid dan memiliki
kapitalisasi yang besar
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam memperoleh data-data pada penelitian ini, peneliti menggunakan dua
cara yaitu penelitian pustaka dan penelitian lapangan.
1. Penelitian Pustaka (Library Research)
Peneliti memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang sedang
diteliti melalui jurnal-jurnal penelitian, tesis penelitian terdahulu, buku dan
internet research yang berhubungan dengan tema penelitian.
2. Penelitian Lapangan (Field Research)
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Seluruh data
bersumber dari laporan keuangan auditan perusahaan dalam LQ-45 periode 2013 -
2015 yang telah dipublikasikan secara lengkap di BEI.
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
teknik analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif dilakukan dengan cara menganalisis
suatu permasalahan yang diwujudkan dengan kuantitatif. Dalam penelitian ini,
analisis kuantitatif dilakukan dengan cara mengkuantifikasi data-data penelitian
sehingga menghasilkan informasi yang dibutuhkan dalam analisis.
55
Metode analisis ini digunakan untuk mendapatkan hasil yang pasti dalam
mengolah data sehingga dapat dipertangung jawabkan. Adapun, metode analisis
data yang digunakan akan dijelaskan di bawah ini.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
metode purpossive sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang
representatif berdasarkan kemudahan data yang didapat oleh peneliti. Adapun
kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan yang terdaftar dalam LQ-45 di Bursa Efek Indonesia (BEI)
selama periode 2013 - 2015.
2. Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan tahunan dalam website
perusahaan atau website BEI selama periode 2013 - 2015 yang dinyatakan
dalam rupiah (Rp
3. Data secara keseluruhan tersedia pada publikasi selama periode 2013-2015,
berkaitan dengan variabel penelitian.
1. Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik diperlukan untuk mendeteksi ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik atas persamaan regresi berganda yang digunakan.
Pengujian ini terdiri atas uji normalitas, multikolonieritas, autokorelasi, dan
heteroskedastisitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali,
56
2005). Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai
residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji
statistik menjaditidak valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua cara untuk
mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan
analisis grafik dan uji statistik. Penelitian ini menggunakan kedua uji
tersebut untuk menguji kenormalan data.
1) Analisis Grafik
Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual
adalah denganmelihat grafik histogram yang membandingkan antara data
observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Namun
cara ini dapat menyesatkan jika untuk sampel kecil, untuk itu yang lebih
handal dengan melihat normal probability plot yang membandingkan
distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan
membentuk garis lurus diagonal dan ploting data residual akan
dibandingakan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual
normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan
mengikuti garis diagonalnya.
2) Uji Statistik
Pada penelitian ini digunakan uji normalitas dengan uji statistik
non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Uji K-S dilakukan dengan
membuat hipotesis:
(a) Apabila nilai Asymp. Sig. (2-tailed)< 0,05 maka H0 ditolak.
57
Artinya data residual terdistribusi tidak normal.
(b) Apabila nilai Asymp. Sig. (2-tailed) > 0,05 maka H0 tidak ditolak.
Artinya data residual terdistribusi normal.
b. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi
yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen
(Ghozali, 2009). Salah satu untuk mengetahui ada atau tidaknya
multikolinearitas ini adalah dengan menggunakan Variance Inflation
Factor (VIF) dan Tolerance. Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel
independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya.
Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang
tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang
rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Kriteria
pengambilan keputusan dengan nilai tolerance dan VIF adalah sebagai
berikut:
1) Jika nilai tolerance ≥ 0,10 atau nilai VIF ≤ 10, berarti tidak terjadi
multikolinieritas.
2) Jika nilai tolerance ≤ 0,10 atau nilai VIF ≥ 10, berarti terjadi
multikolinieritas.
c. Uji Autokorelasi
58
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya) (Ghozali, 2009). Jika
terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi
muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu
sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu)
tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya.Penelitian ini akan
mendeteksi autokorelasi dengan Uji Durbin Watson dan Uji Runs Test.
1) Kriteria Uji Durbin Watson sebagai berikut:
(a)Bila nilai DW terletak antara batas atas atau upper bound (du) dan
(4-du), maka koefisien aoutokorelasi = 0, sehingga tidak ada
autokorelasi.
(b)Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower
bound(dl), maka koefisien autokorelasi > 0, sehingga ada auto
korelasi positif.
(c)Bila nilai DW lebih besar daripada (4-dl), maka koefisien
autokorelasi < 0, sehingga ada autokorelasi negatif.
(d)Bila nilai DW terletak diantara batas atas (du) dan batas bawah (dl)
atau DW terletak antara (4-du) dan (4-dl), maka hasilnya tidak
dapat disimpulkan.
2) Uji Runs Test
59
Uji Runs test sebagai bagian dari statistik non-parametrik dapat
digunakan untuk menguji apakah residual terdapat korelasi yang tinggi.
Jika antar residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan
bahwa residual adalah acak atau random. Runs test digunakan untuk
melihat apakah data residual terjadi secara random atau tidak (sistematis)
(Ghozali, 2009).
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap,maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda
disebut heteroskedastisitas (Ghozali, 2009). Model regresi yang baik adalah
yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Pengujian
heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat grafik plot. Penelitian
ini melakukan uji dengan melihat grafik scaterplot tersebut untuk melihat
apakah data penelitian terjadi heteroskedastisitas atau tidak.
1) Grafik Plot
Cara untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas
adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel
terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Dasar analisisnya
adalah:
60
(a) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola
yang sangat teratur, maka telah teridentifikasi terjadi
heteroskedastisitas.
(b) Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas
dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas.
2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk mendapatkan hasil analisis data yang
valid dan mendukung hipotesis yang dikemukakan pada penelitian ini. Uji
hipotesis dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
a. Menentukan laporan keuangan yang dijadikan objek penelitian.
b. Menghitung proksi dari masing–masing variabel sesuai dengan cara ukur
yang telah dijelaskan.
c. Melakukan uji regresi model dengan tahapan–tahapan yang telah dijelaskan
di atas.
Pada penelitian ini digunakan Software SPSS Versi 22 untuk
memprediksi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.
Hubungan antara discretionary accruals dan proksi dari fraud diamond dan
ukuran perusahaan diuji menggunakan model sesuai dengan penelitian
Skousen et al. (2008), yaitu:
61
DACCit = ß0 + ß1ACHANGE + ß2ROA + ß3IND + ß4CEO + ß5DCHANGE
+ ß6 LNTA + εi
Keterangan:
ß0 = koefisien regresi konstanta
ß1,2,3,4,5,6 = koefisien regresi masing-masing proksi
DACCit = discretionary accruals perusahaan i tahun t
ACHANGE = rasio perubahan total aset tahun 2010-2013
ROA = Return On Aset
IND = proporsi anggota komite audit independen
CEO = situasi dimana seorang individu memegang posisi CEO
dan posisi ketua dewan
DCHANGE = pergantian direksi
LNTA = Logaritma natural dari total asset
ε = error
Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat
diukur dari Goodnes of fit nya. Secara statistik, Goodness of fit dapat diukur
dari koefisien determinasi, nilai statistik F dan nilai statistik t. Perhitungan
statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada
dalam daerah kritis (daerah dimana H0 ditolak). Sebaliknya disebut tidak
signifikan bila nilai uji statistiknya berada dalam daerah dimana H0 diterima
(Ghozali, 2009).
a. Koefisien Determinasi (R²)
62
Koefisien Determinasi (R²) digunakan untuk mengukur besar
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali,
2009). Nilai R²adalah antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti
kemampuan semua variabel independen dalam menjelaskan variasi-
variabel dependen amat terbatas. Nilai R²mendekati satu berarti variabel–
variabel independen memberikan hampir semuainformasi yang dibutuhkan
untuk memprediksi variasi-variabel dependen.
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama–sama terhadap variabel dependen atau terikat
(Ghozali, 2009). Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik F dengan
kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:
1) Apabila nilai F < 0,05 maka H0 ditolak.
Artinya semua variabel independen secara serentak dan signifikan
mempengaruhi variabel dependen.
2) Apabila nilai F > 0,05 maka H0 tidak ditolak.
Artinya semua variabel independen secara serentak dan signifikan tidak
mempengaruhi variabel dependen.
63
c. Uji Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh
satu variabel penjelas independen secara individual dalam menerangkan
variasi-variabel dependen (Ghozali, 2009). Uji t digunakan untuk
menemukan pengaruh yang paling dominan antara masing-masing variabel
independen untuk menjelaskan variasi-variabel dependen dengan tingkat
signifikansi 5 % dan 10%.
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel independen fraud diamond terdiri dari beberapa variabel
independen yang dimana 4 variabel independen dari sisi pressure / tekanan yaitu
financial stability pressure yang diukur dengan proksi rasio perubahan total aset
(ACHANGE), external pressure yang diukur dengan proksi rasio total debit dibagi
dengan total aset (LEV), personal financial need yang diukur dengan proksi
kepemilikan saham oleh orang dalam (OSHIP), dan financial targets yang diukur
dengan proksi profitabilitas (ROA), sedangkan dari sisi opportunity / peluang
terdapat 3 variabel independen yaitu nature of industry yang diukur dengan proksi
rasio penjualan luar negeri dibagi dengan total penjualan (FOPS), ineffective
monitoring yang diukur dengan proksi proporsi anggota komite audit independen
terhadap jumlah total komite audit (IND) dan organizational structure yang diukur
dengan proksi situasi dimana seorang individu memegang posisi CEO dan posisi
ketua dewan (CEO). Dan dari sisi rationalization / rasionalisasi terdapat 1 variabel
independen yaitu rationalization yang dapat diukur dengan 3 variabel proksi yaitu
64
proksi pergantian auditor (AUDCHANG), proksi opini audit (AUDREPORT),
dan proksi total akrual dibagi dengan total aset (TACC ) (Skousen et al., 2008).
Capability adalah suatu faktor kualitatif yang menurut Wolfe dan Hermanson
merupakan salah satu pelengkap dari model Fraud triangle dari Cressey, Capability
yang diproksikan dengan Perubahan Direksi (DCHANGE), Ukuran perusahaan
biasanya dilihat dengan total aset untuk menunjukkan besar atau kecilnya suatu
perusahaan, Pengukuran pada variabel ukuran perusahaan ini menggunakan
logaritma natural dari total aset perusahaan dan skala pengukurannya menggunakan
skala rasio.
Penelitian ini menganalisis 7 (Tujuh) variabel yang terdiri dari 1 (satu)
variabel dependen dan 6 (enam) variabel independen fraud diamond dan ukuran
perusahaan yang terdiri dari 2 variabel sisi pressure / tekanan dan 2 variabel sisi
opportunity / peluang. Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing-masing
variabel yang digunakan yang disertai dengan operasional serta cara
pengukurannya. Adapun operasionalisasi variabel-variabel tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Financial Stability Pressure (X1)
Financial stability pressure adalah variabel independen pertama dalam
penelitian ini, financial stability merupakan keadaan yang menggambarkan
kondisi keuangan perusahaan dalam kondisi stabil. Ketikafinancial stability
perusahaan berada dalam kondisi yang terancam, maka manajemen akan
melakukan berbagai cara agar financial stability perusahaannya dalam keadaan
65
baik. Penilaian mengenai kestabilan kondisi keuangan perusahaan dapat dilihat
dari bagaimana keadaan asetnya (Loebbecke et al., 1989 dan Bell et al., 1991).
Pada kasus dimana perusahaan mengalami pertumbuhan yang berada
dibawah rata-rata, manajemen akan memanipulasi laporan keuangan untuk
meningkatkan prospek perusahaan. Demikian juga setelah perusahaan tersebut
mengalami pertumbuhan yang cepat, manajemen akan memanipulasi laporan
keuangannya agar terlihat stabil (Skousen et al., 2008). Dalam hal ini total aset
yang menggambarkan kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan mempunyai
andil dalam menampilkan pertumbuhan yang stabil.
Menurut Beneish (1997 dalam Skousen et al., 2008) Financial stability
pressure diproksikan dengan ACHANGE yang merupakan rasio perubahan
aset selama tiga tahun. ACHANGE dihitung dengan rumus:
ACHANGE = (𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐀𝐬𝐞𝐭 𝐭 – 𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐀𝐬𝐞𝐭 𝐭−𝟏)
𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐀𝐬𝐞𝐭 𝐭
2. Financial Targets (X2)
Financial targets merupakan variabel independen kedua dalam
penelitian ini. Dalam menjalankan aktivitasnya, perusahaan akan menargetkan
besaran tingkat laba yang harus diperoleh atas usaha yang dikeluarkan untuk
mendapatkan laba tersebut, kondisi inilah yang dinamakan financial targets.
Salah satu pengukuran untuk menilai tingkat laba yang diperoleh perusahaan
atas usaha yang dikeluarkan adalah dengan menggunakan ROA karena ROA
merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur efektifitas
66
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva
yang dimilikinya. Oleh karena itu, ROA dijadikan sebagai proksi untuk
variabel financial targets dalam penelitian ini (Summers dan Sweeney, 1998).
Menurut Hanafi dan Halim (2003:27), Return on Assets (ROA)
merupakan rasio keuangan perusahaan yang berhubungan dengan profitabilitas
mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan atau laba pada
tingkat pendapatan, aset dan modal saham tertentu. Dengan mengetahui ROA,
kita dapat menilai apakah perusahaan telah efisien dalam menggunakan
aktivanya dalam kegiatan operasi untuk menghasilkan keuntungan. Rumus
perhitungan ROA adalah sebagai berikut:
ROA = Laba Bersih
Total Aset
3. Ineffective Monitoring (X3)
Ineffective monitoring adalah variabel independen ketiga dalam
penelitian ini, ineffective monitoring merupakaan keadaan dimana perusahaan
tidak memiliki unit pengawas yang efektif memantau kinerja perusahaan.
Kasus Fraud dapat diminimalkan salah satunya dengan mekanisme
pengawasan yang baik. Komite audit dipercaya dapat meningkatkan efektifitas
pengawasan perusahaan. Beasly et al. (2000), Beasly (1996), Dechow et al.
(1996) dan Dunn (2004) mengamati bahwa perusahaan yang melakukan fraud
memiliki anggota di luar Board of Director (BOD) yang lebih sedikit jika
dibandingkan dengan perusahaan yang tidak melakukan fraud (Skousen et al.,
67
2008). Skousen et al. (2008) menambahkan bahwa insiden fraud akan
berkurang dengan perusahaan yang memiliki komite audit. Selanjutnya
Beaslyet al. (2000) mengatakan bahwa anggota komite audit yang lebih besar
dapat mengurangi insiden fraud (Skousen et al., 2008).
Proksi IND merupakan proporsi anggota komite audit independen
terhadap jumlah total komite audit. Berdasarkan penelitian Skousen et al.
(2008) proporsi komite audit independen (IND) dapat diukur dengan:
IND = Jumlah anggota komite audit independen
Jumlah total komite audit
4. Organizational Structure (X4)
Organizational structure merupakan variabel independen keempat
dalam penelitian ini. Struktur organisasi yang kompleks dan tidak stabil lebih
memungkinkan terjadinya kecurangan, dapat dibuktikan dengan tingginya
pergantian manajer senior, penasihat, atau anggota dewan. Loebbecke et al.
(1989), Beasley (1996), Beasley et al. (1999), Abbott et al. (2000), dan Dunn
(2004) menyimpulkan bahwa sebagai seorang CEO, dia berada dalam posisi
yang dominan dalam pengambilan keputusan, sejak pengawasan terhadap
pengambilan keputusan dapat memberikan kesempatan untuk melakukan
kecurangan.
Penelitian yang dilakukan oleh Skousen et al. (2008) membuktikan
bahwa hubungan antara insiden penipuan (fraud) dan situasi dimana seorang
individu memegang posisi CEO dan posisi ketua dewan berhubungan positif
68
terhadap kecurangan laporan keuangan. Berdasarkan penelitian ini proksi CEO
dapat diukur dengan:
CEO = Indikator variabel bernilai 1 jika ketua dewan memegang
posisi manajerial CEO atau presiden, dan bernilai 0 jika
sebaliknya.
69
5. Capability (X5)
Wolfe dan Hermanson (2004) meneliti tentang capability sebagai salah satu
fraud risk factor yang melatarbelakangi terjadinya fraud menyimpulkan bahwa
perubahan direksi dapat mengindikasikan terjadinya fraud. Perubahan direksi tidak
selamanya berdampak baik bagi perusahaan. Perubahaan direksi bisa menjadi suatu
upaya perusahaan untuk memperbaiki kinerja direksi sebelumnya dengan
melakukan perubahan susunan direksi ataupun perekrutan direksi yang baru yang
dianggap lebih berkompeten dari direksi sebelumnya. Sementara disisi lain,
pergantian direksi bisa jadi merupakan upaya perusahaan untuk menyingkirkan
direksi yang dianggap mengetahui fraud yang dilakukan perusahaan serta
perubahan direksi dianggap akan membutuhkan waktu adaptasi sehingga kinerja
awal tidak maksimal. Berdasarkan penelitian tersebut capability dapat diukur
dengan:
(DCHANGE) = Variabel tiruan (dummy variable) untuk pergantian
direksi, dimana 1= terdapat pergantian direksi selama
2 tahun prioritas terhadap terjadinya fraud dan 0 =
tidak ada pergantian direksi.
70
6. Ukuran Perusahaan
Ukuran Perusahaan biasanya dilihat dengan total aset untuk
menunjukkan besar atau kecilnya suatu perusahaan. Perusahaan yang besar
memiliki total aset, penjualan, maupun ekuitas yang besar pula. Sebaliknya,
perusahaan yang kecil memiliki total aset, penjualan, dan ekuitas yang kecil.
Sehingga, perusahaan yang besar memiiliki kecenderungan yang besar pula
untuk mengungkapkan laporan keuangan dan laporan auditnya. Pengukuran
pada variabel ukuran perusahaan ini menggunakan logaritma natural dari total
aset perusahaan dan skala pengukurannya menggunakan skala rasio.
7. Financial Statement Fraud (Y)
Financial statement fraud merupakan variabel dependen dalam
penelitian ini. Kecurangan laporan keuangan sering kali diawali dengan salah
saji atau manajemen laba dari laporan keuangan kuartal yang dianggap tidak
material tetapi akhirnya tumbuh menjadi fraud secara besar-besaran dan
menghasilkan laporan keuangan tahunan yang menyesatkan secara material.
Oleh sebab itu, earnings management digunakan sebagai proksi kecurangan
laporan keuangan dalam penelitian ini.
Manajemen laba (DACC) dapat diukur melalui discretionary accrual
yang dihitung dengan cara menyelisihkan total accruals (TACC) dan
nondiscretionary accruals (NDACC). Discretionary accruals (DACC)
71
merupakan tingkat akrual yang tidak normal yang berasal dari kebijakan
manajemen untuk melakukan rekayasa terhadap laba sesuai dengan yang
mereka inginkan. Dalam menghitung DACC, digunakan Modified Jones
Model. Alasan penggunaan model ini ka rena Modified Jones Model dapat
mendeteksi manajemen laba lebih baik dibandingkan dengan model-model
lainnya sejalan dengan hasil penelitian Dechow et al. (1996).
Model perhitungannya sebagai berikut:
Untuk mengukur discretionary accruals, terlebih dahulu menghitung total
akrual untuk tiap perusahaan i di tahun t dengan metode modifikasi Jones yaitu:
TAC it = Niit – C FOit …………………………………………..............… (1)
Dimana,
TAC it = Total Akrual
Niit = Laba Bersih
CFOit = Arus kas Operasi
Nilai total accrual (TAC) diestimasi dengan persaman regresi OLS sebagai
berikut:
TACit/Ait-1 = β1(1/Ait-1)+β2(ΔRevt/Ait-1-ΔRect/Ait-1)+β3(PPEt/Ait-1)+e
.... (2)
Dengan menggunakan koefisien regresi diatas, nilai non discretionary accrual
(NDA) dapat dihitung dengan rumus :
NDAit=β1(1/Ait-1)+β2(ΔRevt/Ait-1-ΔRect/Ait-1)+β3(PPEt/Ait-1).…... (3)
Selanjutnya discretionary accrual (DA) dapat dihitung sebagai berikut:
72
DAit = TACit/Ait-NDAit ........................................................................... (4)
Dimana,
DAit = Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke t
NDAit = Non Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke t
TACit = Total akrual perusahaan i pada periode ke t
Niit = Laba bersih perusahaan i pada periode ke t
CFOit = Aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada periode ke t
Ait-1 = Total aktiva perusahaan i pada periode ke t-1
ΔRevt = Perubahan pendapatan perusahaan i pada periode ke t
PPEt = Aktiva tetap perusahaan pada periode ke t
ΔRect = Perubahan piutang perusahaan i pada periode ke t
e = error
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel dan Pengukuran
73
No Variabel Jenis
Variabel Indikator
Skala Pengukuran
1 Kecurangan Laporan Keuangan (Skousen et al., 2008)
Dependen Discretionary accruals (DACC) diukur dengan menggunakan Modified Jones Model. DA dapat dihitung dengan rumus: DAit = TACit/Ait-NDAit
Rasio
2 Financial Stability Pressure(Skousen et al., 2008)
Independen Financial stability pressurediproksikan dengan ACHANGE yang merupakan rasio perubahan aset selama tiga tahun. ACHANGE dihitung dengan rumus:
ACHANGE = (Total Aset t – Total Aset t−1)
Total Aset t
Rasio
3 Financial Targets(Halim et al., 2003)
Independen ROA dijadikan sebagai proksi untuk variabel financial targets dalam penelitian ini. ROA dapat dihitung dengan rumus:
ROA = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡
Rasio
4 Ineffective Monitoring(Skousen et al., 2008)
Independen Proksi IND merupakan proporsi anggota komite audit independen terhadap jumlah total komite audit. Proksi IND dapat diukur dengan: IND = Jumlah anggota komite audit independen Jumlah total komite audit
Rasio
5 Organizational Structure (Skousen et al., 2008)
Independen Proksi CEO dapat diukur dengan: CEO = Indikator variabel bernilai 1 jika ketua dewan memegang posisi manajerial CEO atau presiden, dan bernilai 0 jika sebaliknya.
Nominal
6. Capability (Wolfe dan Hermanson et al ., 2004)
Independen (DCHANGE) = Variabel tiruan (dummy variable) untuk pergantian direksi, dimana 1= terdapat pergantian direksi selama 2 tahun prioritas terhadap terjadinya fraud dan 0 = tidak ada pergantian direksi.
Nominal
7 Ukuran Perusahaan
Independen (LNTA) Logaritma Natural dari Total Aset Rasio
74
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Deskripsi Objek Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar
di LQ-45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2013
sampai dengan 2015. LQ-45 dipilih karena populasi perusahaan merupakan
nilai kapitalisasi pasar dari 45 saham yang paling likuid dan memiliki nilai
kapitalisasi yang besar hal itu merupakan indikator likuidasi. Indeks LQ 45,
menggunakan 45 saham yang terpilih berdasarkan Likuiditas perdagangan
saham.
Sampel perusahaan yang berhasil diperoleh selama tiga tahun dalam
penelitian ini sebannyak 63 perusahaan dengan total 396 laporan tahunan
(annual report) dan laporan keuangan tahunan perusahaan. Perolehan data
yang digunakan diunduh melalui website resmi BEI www.idx.co.id. Data
perusahaan tersebut telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Fokus dalam
penelitian ini adalah ingin melihat pengaruh financial stability pressure,
financial targets, ineffective monitoring, organizational structure,
capability, dan ukuran perusahaan terhadap manajemen laba.
Pengambilan data sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode purpossive sampling dengan tujuan untuk
mendapatkan sampel yang representatif berdasarkan kemudahan data yang
75
didapat. Adapun kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah
sebagai berikut:
4. Perusahaan yang terdaftar dalam LQ-45 di Bursa Efek Indonesia
(BEI) selama periode 2013 - 2015.
5. Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan tahunan dalam
website perusahaan atau website BEI selama periode 2013 - 2015
yang dinyatakan dalam rupiah (Rp)
6. Perusahaan yang keluar dari indeks LQ-45 selama tahun 2013-2015
berkaitan dengan variabel penelitian.
Tabel 4.1 merupakan rincian perolehan sampel penelitian sebagai
berikut:
Tabel 4.1
Tahapan Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria
No Kriteria Sampel Jumlah
Perusahaan
1 Perusahaan yang terdaftar di LQ-45 Indonesia (BEI)
tahun 2013 sampai dengan 2015
63
2 Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan
tidak dalam rupiah selama tahun 2013 sampai dengan
2015
(6)
3 Perusahaan yang keluar dari indeks LQ-45 selama
tahun 2013-2015
(31)
4 Jumlah sampel keseluruhan yang memenuhi kriteria
penelitian selama tahun 2012 sampai dengan 2014
22
Sumber: Data diolah
76
B. Statistik Deskriptif
Variabel independen yang digunakan penelitian ini akan menggambarkan
nilai dari hasil pengujian statisktik deskriptif antara financial stability pressure
dengan variabel proksi ACHANGE, financial targets dengan variabel proksi
ROA, ineffective monitoring dengan variabel proksi IND, dan organizational
structure dengan variabel proksi CEO, capability dengan proksi variabel
(DCHANGE) dan ukuran perusahaan dengan variabel (LnTA) sedangkan
untuk variabel dependennya yaitu manajemen laba (DACC). Tabel 4.2
merupakan hasil uji statistik deskriptif sebagai berikut:
Tabel 4.2
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
DAC 66 -,16 1,34 ,0199 ,18365
LN_A_CHANGE 62 -4,53 -,08 -2,1717 ,73568
LN_ROA 66 -5,28 ,46 -2,4161 ,85011
LN_IND 66 -,40 -,22 -,3507 ,06907
CEO 66 1,00 1,00 1,0000 ,00000
D_CHANGE 66 ,00 1,00 ,6212 ,48880
LN_COM_SIZE 66 3,39 3,51 3,4332 ,02839
Valid N (listwise) 62
Sumber: Data diolah
Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap
financial stability pressure (ACHANGE) menunjukkan nilai minimum
sebesar -4,53, nilai maksimum sebesar -0,08 dengan rata-rata sebesar -
2,1717, dan standar deviasi 0,73568. Hasil analisis dengan menggunakan
statistik deskriptif terhadap financial targets (ROA) menunjukkan nilai
minimum sebesar -5,28, nilai maksimum sebesar 0,46 dengan rata-rata
77
sebesar -2,4161 dan standar deviasi 0,73568 Hasil analisis dengan
menggunakan statistik deskriptif terhadap ineffective monitoring (IND)
menunjukkan nilai minimum sebesar -0,40, nilai maksimum sebesar -0,22
dengan rata-rata sebesar -0,3507 dan standar deviasi 0,06907. Hasil analisis
dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap ukuran perusahaan
(LNTA) menunjukkan nilai minimum sebesar 3,39, nilai maksimum sebesar
3,51 dengan rata-rata sebesar 3,4332 dan standar deviasi 0,02839. Hasil
analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap organizational
structure (CEO) menunjukkan nilai minimum sebesar 1,00, nilai maksimum
sebesar 1,00 dengan rata-rata sebesar 1,0000 dan standar deviasi 0,00000.
Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap capability
(DCHANGE) menunjukkan nilai minimum sebesar 0,00, nilai maksimum
sebesar 1,00 dengan rata-rata sebesar 0,6212 dan standar deviasi 0,48880.
Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap kecurangan
laporan keuangan (DACC) menunjukkan nilai minimum sebesar -0,16, nilai
maksimum sebesar 1,34 dengan rata-rata sebesar 0,0199 dan standar deviasi
0,18365.
78
C. Analisis dan Pembahasan
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Ghozali (2011) menyatakan bahwa uji normalitas bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual
memiliki distribusi normal. Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan
dengan dua cara, yakni pengamatan grafik melalui Histogram dan Normal
P-P Plot, serta uji statistik dengan Metode Kolmogorov-Smirnov (K-S).
Bentuk Histogram dan Normal P-P Plot yang diperoleh melalui analisis
adalah sebagai berikut:
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas dengan Histogram
Sumber: data diolah
79
Gambar 4.2
Hasil Uji Normalitas dengan Normal P-P Plot
Sumber: data diolah
Tabel 4.3
Uji Sample dengan Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 62
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std.
Deviation ,07098553
Most Extreme
Differences
Absolute ,062
Positive ,062
Negative -,050
Test Statistic ,062
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Sumber: Data diolah
80
Hasil uji normalitas dengan Metode Kolmogorov-Smirnov (K-S)
yang tercantum dalam tabel 4.3 menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig. (2-
tailed), yakni 0,200 > 0,05. Jadi, bisa disimpulkan bahwa data yang
digunakan cenderung normal. Hasil ini konsisten dengan Histogram dan
Normal P-P Plot.
b. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Multikolonieritas
dilihat dari (1) nilai tolerance dan lawannya (2) variance inflation factor
(VIF). Dikatakan adanya multikolonieritas apabila nilai Tolerance ≤ 0,10
atau sama dengan nilai VIF ≥ 10. Dalam penelitian dikatakan tidak adanya
multikolonieritas jika nilai Tolerance ≥ 0,10 atau nilai VIF ≤ 10 (Ghozali,
2011). Berikut ini tampilan output SPSS hasil uji Multikolonieritas:
Tabel 4.4
Hasil Uji Multikolonieritasa
Model
Collinearity
Statistics
Tolerance VIF
1 ACHANGE ,975 1,026
ROA ,918 1,089
IND ,960 1,042
DCHANGE ,981 1,019
LNTA ,905 1,105
a. Dependent Variable: DACC
Sumber: Data diolah
Tabel 4.4 diatas menunjukan tidak ada variabel independen
satupun yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10. Nilai
81
Variance Inflation Factor (VIF) menunjukan bahwa tidak ada satu
variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10,0. Jadi
dapat disimpulkan bahwa tidak ditemukan adanya korelasi antar
variabel independen.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi memiliki tujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t-1 (sebelumnya) (Ghozali, 2011). Dalam penelitian untuk
menguji ada atau tidaknya autokorelasi dengan uji Durbin-Watson
(DW test) dan diperkuat dengan melakukan Runs test. Berikut ini hasil
uji autokorelasi dalam model regresi:
Tabel 4.5
Hasil Uji Autokorelasi
Sumber: data diolah
Berdasarkan hasil output SPSS pada tabel 4.5 nilai DW sebesar
2,067 lebih besar dari batas atas du berdasarkan tabel signifikansi 5%,
jumlah sample 62 (n) dan jumlah variabel independen 5 (k=5) yaitu
1,767 dan kurang dari 4-1,767 (4-du), maka dapat disimpulkan bahwa
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 ,503a ,253 ,187 ,07409 2,099
a. Predictors: (Constant), LN_COM_SIZE, D_CHANGE, LN_A_CHANGE, LN_IND,
LN_ROA
b. Dependent Variable: DAC
82
tidak adanya autokorelasi. Tidak adanya autokorelasi dapat dikatakan
data residual terjadi acak atau random. Untuk memperkuat ada
tidaknya autokorelasi adalah dengan melakukan Runs test. Berikut ini
hasil uji Autokorelasi Runs test:
Tabel 4.6
Hasil Uji Runs Test
Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea -,00130
Cases < Test Value 31
Cases >= Test Value 31
Total Cases 62
Number of Runs 34
Z ,512
Asymp. Sig. (2-tailed) ,608
a. Median
Sumber: data diolah
Hasil output SPSS uji Autokorelasi, Runs test pada tabel 4.6
menunjukkan bahwa nilai test adalah -0,00130 dengan probabilitas
0,608 tidak signifikan pada 0,05 yang berarti data residual terjadi
secara random atau tidak terjadi autokorelasi antar nilai residual.
d. Uji Heteroskedastisitas
83
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain (Ghozali, 2011). Dalam penelitian ini dalam mendeteksi
ada atau tidaknya heteroskedastisitas dengan cara melihat grafik plot.
Berikut ini tampilan output SPSS uji heteroskedastisitas:
Gambar 4.3
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber: data diolah
Melihat grafik plot pada gambar 4.3 terlihat bahwa titik menyebar
secara acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu
y dan tidak membentuk pola tertentu. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak
dipakai untuk memprediksi manajemen laba dengan proksi DACC
84
berdasarkan variabel independen ACHANGE, ROA, IND, DCHANGE, dan
LNTA.
2. Hasil Uji Hipotesis
a. Uji Statistik F
Ghozali (2011) menyatakan bahwa uji statistik F pada dasarnya
menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang
dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama atau
secara agregat terhadap variabel dependen atau terikat. Adapun hasil
pengujiannya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.7
Hasil Uji Statistik F
ANOVAa
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression ,101 5 ,020 3,662 ,006b
Residual ,310 56 ,006
Total ,412 61
a. Dependent Variable: DACC
b. Predictors: (Constant), ACHANGE, ROA, IND, DCHANGE, LNTA
Sumber: data diolah
Hasil uji signifikansi simultan (uji statistik F) yang tercantum dalam
tabel 4.7 menunjukkan bahwa variabel-variabel independen yang
dimasukkan ke dalam model regresi, yakni financial stability pressure
(ACHANGE), financial targets (ROA), ineffective monitoring (IND),
capability (DCHANGE), dan ukuran perusahaan (LNTA) berpengaruh
85
terhadap variabel dependen,yakni manajemen laba (DACC) . Hal ini
disebabkan karena nilai signifikansi F, yakni 0,006 < 0,05.
b. Uji Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R²) mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien
determinasi adalah antara nol dan satu (Ghozali, 2011). Berikut ini hasil
output SPSS uji koefisien determinasi:
Tabel 4.8
Sumber: Data Diolah
Berdasarkan tampilan output SPSS pada tabel 4.8 uji koefisien
determinasi menghasilkan model summary dengan adjusted R² sebesar
0,187, hal ini berarti 18,7% variasi DACC dapat dijelaskan oleh variasi dari
keempat variabel independen ACHANGE, ROA, IND, dan CEO,
DCHANGE, LNTA sedangkan sisanya (100%-18,7% = 81,3%) dijelaskan
oleh variabel-variabel lain di luar model penelitian, seperti external pressure
(LEV), personal financial need (OSHIP), nature of industry (FOPS), dan
rationalization proksi pergantian auditor (AUDCHANG), proksi opini audit
(AUDREPORT), dan proksi total akrual dibagi dengan total aset (TACC).
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 ,503a ,253 ,187 ,07409 2,099
a. Predictors: (Constant), LN_COM_SIZE, D_CHANGE, LN_A_CHANGE, LN_IND,
LN_ROA
b. Dependent Variable: DAC
86
c. Uji Statistik t
Uji Statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh
satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi
variabel dependen (Ghozali, 2011). Uji statistik t digunakan untuk
mengetahui ada tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen
secara individual terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat
signifikansi 0,05. Hasil uji statistik t dapat dilihat pada tabel 4.9, jika nilai
probability t lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan menolak H0,
sedangkan jika nilai probability t lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima dan
menolak Ha. Berikut ini hasil output SPSS uji statistik t:
Tabel 4.9
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -,743 ,730 -1,017 ,313
LN_A_CHANGE ,010 ,008 ,156 1,213 ,230
LN_ROA ,002 ,008 ,039 ,292 ,772
LN_IND -,145 ,084 -,226 -1,736 ,088
D_CHANGE -,008 ,012 -,090 -,704 ,485
LN_COM_SIZE ,226 ,212 ,143 1,068 ,290
a. Dependent Variable: ABS_Ut2
variabel ACHANGE, ROA, IND, DCHANGE, LNTA tidak
signifikan, hal ini dapat dilihat dari probabilitas signifikansi untuk
87
ACHANGE sebesar 0,230, ROA sebesar 0,772, dan IND sebesar
0,088, DCHANGE sebesar 0,485, LNTA sebesar 0,290 dan
kelimanya jauh diatas 0,05, Dari sini dapat disimpulkan dengan
persamaan matematis:
DACC = -0,743 - 0,010ACHANGE - 0,002ROA - 0,145ND
- 0,008 DCHANGE - 0,226LNTA + e
Hasil Uji Hipotesis 1: Pengaruh financial stability pressure
terhadap kecurangan laporan keuangan.
Hipotesis pertama meneliti mengenai hubungan financial
stability pressure dengan proksi rasio perubahan total aset
(ACHANGE) terhadap kecurangan laporan keuangan dengan proksi
manajemen laba (DACC). Rasio perubahan total aset (ACHANGE)
terhadap DACC menunjukan nilai t sebesar 1,213 dengan probabilitas
signifikansi 0,230. Signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05 yang
artinya ACHANGE tidak berpengaruh terhadap DACC dan hipotesis
1 ditolak.
Berdasarkan hasil pengujian pengaruh financial stability
pressure dengan proksi ACHANGE terhadap kecurangan laporan
keuangan yang diproksikan dengan manajemen laba (DACC), dapat
diketahui bahwa ACHANGE tidak berpengaruh terhadap manajemen
laba (DACC). Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Manurung dan Hadian (2013) yang menunjukkan
88
bahwa semakin tinggi rasio perubahan total aset semakin tinggi pula
probabilitas perusahaan tersebut melakukan kecurangan laporan
keuangan.
Hal ini dapat terjadi karena para manajer serta merta tidak akan
memanipulasi laporan keuangan untuk meningkatkan prospek
perusahaan ketika rata-rata pertumbuhan perusahaan mereka berada
dibawah rata-rata industri seperti yang diungkapkan oleh Loebbecke
et al. (1989) dan Bell et al. (1991) karena hal tersebut justru akan
memperparah kondisi keuangan perusahaan di masa yang akan
datang.
Hasil Uji Hipotesis 2: Pengaruh financial targets terhadap
kecurangan laporan keuangan.
Hipotesis kedua meneliti hubungan financial targets dengan
proksi rasio profitabilitas (ROA) terhadap kecurangan laporan
keuangan dengan proksi manajemen laba (DACC). Return On Assets
(ROA) terhadap DACC menunjukkan nilai t sebesar -0,292 dengan
probabilitas signifikansi 0,772. Signifikansi tersebut lebih besar dari
0,05 yang artinya ROA tidak berpengaruh terhadap DACC dan
hipotesis 2 ditolak.
Berdasarkan hasil pengujian pengaruh financial targets
dengan proksi ROA terhadap kecurangan laporan keuangan yang
diproksikan dengan manajemen laba (DACC), dapat diketahui bahwa
ROA tidak berpengaruh terhadap manajemen laba (DACC).
89
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Amaliah dan Januarsi (2015), Anisa dan
Lindryanisari (2016) yang menunjukkan bahwa perusahaan yang
memiliki laba besar yang diukur dengan ROA kurang memungkinkan
adanya manajemen laba hal tersebut dikarenakan objek penelitian
mengalami peningkatan mutu operasional melalui sistem yang lebih
modern.
Hasil analisis proksi ROA menunjukkan bahwa ketika
perusahaan memiliki rasio profitabilitas yang besar tidak berpengaruh
terhadap semakin tingginya praktek manajemen laba yang dilakukan
oleh perusahaan.
Hasil Uji Hipotesis 3: Pengaruh ineffective monitoring terhadap
kecurangan laporan keuangan.
Hipotesis ketiga meneliti mengenai hubungan ineffective
monitoring dengan proksi proporsi anggota komite audit independen
(IND) terhadap kecurangan laporan keuangan dengan proksi
manajemen laba (DACC). Rasio proporsi anggota komite audit
independen (IND) terhadap DACC menunjukkan nilai t sebesar -
1,736 dengan probabilitas signifikansi 0,088. Signifikansi tersebut
lebih besar dari 0,05 yang artinya IND tidak berpengaruh terhadap
DACC dan hipotesis 3 ditolak.
Berdasarkan hasil pengujian pengaruh ineffective monitoring
dengan proksi IND terhadap kecurangan laporan keuangan yang
90
diproksikan dengan manajemen laba (DACC), dapat diketahui bahwa
IND tidak berpengaruh terhadap DACC.
Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Skousen et al. (2008) bahwa proporsi anggota
komite audit independen (IND) berpengaruh negatif signifikan pada
level 5% terhadap kecurangan laporan keuangan. Besar proporsi
komite audit independen dalam perusahaan dapat mengurangi
kecurangan laporan keuangan.
Hasil penelitian yang tidak signifikan ini menunjukkan
ketidakefektifan fungsi kontrol anggota komite audit independen
terhadap laporan keuangan. Keberadaan anggota komite audit
independen dalam perusahaan tidak dapat menjalankan tugasnya
dalam memonitor pelaporan keuangan sehingga keberadaan anggota
komite audit independen gagal dalam mendeteksi manajemen laba.
Hasil Uji Hipotesis 4: Pengaruh capability terhadap kecurangan
laporan keuangan.
Hipotesis keempat meneliti mengenai hubungan capability
dengan proksi pergantian direksi (DCHANGE) terhadap kecurangan
laporan keuangan dengan proksi manajemen laba (DACC). Rasio
pergantian direksi (DCHANGE) terhadap DACC menunjukkan nilai
t sebesar -0,704 dengan probabilitas signifikansi 0,485. Signifikansi
tersebut lebih besar dari 0,05 yang artinya DCHANGE tidak
berpengaruh terhadap DACC dan hipotesis 4 ditolak.
91
Berdasarkan hasil pengujian pengaruh capability dengan
proksi DCHANGE terhadap kecurangan laporan keuangan yang
diproksikan dengan manajemen laba (DACC), dapat diketahui bahwa
DCHANGE tidak berpengaruh terhadap DACC.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Annisya dan Lindrianisari (2016) hal tersebut
memberikan bukti perubahan direksi tidak berpengaruh terhadap
risiko terjadinya kecurangan laporan keuangan.
Hasil dari pengujian ini adalah pergantian direksi tidak
berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan, hal ini dapat
terjadi dikarenakan adanya pengawasan dari dewan komisaris terkait
dengan kinerja dari tiap-tiap dewan direksi. Selain itu, adanya
pergantian direksi tersebut memungkinkan terjadinya perubahan
kinerja. Namun hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian Wolfe
dan Hermanson (2004) Dan Amaliah dan Januarsi (2015) yang
menyatakan perubahan direksi memiliki pengaruh secara statistik
terhadap manajemen laba.
92
Hasil Uji Hipotesis 5: Pengaruh ukuran perusahaan terhadap
kecurangan laporan keuangan.
Hipotesis kelima meneliti mengenai hubungan ukuran
perusahaan dengan proksi logaritma natural dari total aset (LNTA)
terhadap kecurangan laporan keuangan dengan proksi manajemen
laba (DACC). Rasio logaritma natural total aset (LNTA) terhadap
DACC menunjukkan nilai t sebesar -1,068 dengan probabilitas
signifikansi 0,290. Signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05 yang
artinya DCHANGE tidak berpengaruh terhadap DACC dan hipotesis
5 ditolak.
Berdasarkan hasil pengujian pengaruh ukuran perusahaan
dengan proksi LNTA terhadap kecurangan laporan keuangan yang
diproksikan dengan manajemen laba (DACC), dapat diketahui bahwa
LNTA tidak berpengaruh terhadap DACC.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Handayani dan Rachadi (2009), artinya
perusahaan berukuran sedang dan besar tidak terbukti lebih agresif
melakukan manajemen laba untuk menghindari pelaporan kerugian
(earning losses).
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Kim (2003),
yang berpendapat bahwa perusahaan besar cenderung lebih
melakukan manajemen laba untuk menghindari earning losses.
93
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh ukuran
perusahaan dan fraud diamond terhadap kecurangan laporan keuangan pada
perusahaan-perusahaan yang terdaftar dalam Indeks LQ-45 BEI Periode 2013
sampai dengan 2015. Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dan
pengujian yang telah dilakukan terhadap permasalahan dengan menggunakan
model regresi berganda, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Financial stability pressure tidak berpengaruh terhadap kecurangan
laporan keuangan dan hasil ini mendukung hasil penelitian terdahulu
yang dilakukan oleh Skousen et al. (2008) dan Manurung dan
Hadian (2013) yang menunjukkan bahwa semakin tinggi rasio
perubahan total aset semakin tinggi pula probabilitas perusahaan
tersebut melakukan kecurangan laporan keuangan
2. Financial targets tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan
keuangan dan hasil ini mendukung hasil penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Skousen (2008) Amaliah dan Januarsi (2015),
Annisya dan Lindrianisari (2016) yang menunjukkan bahwa
perusahaan yang memiliki laba besar yang diukur dengan ROA
kurang memungkinkan adanya manajemen laba hal tersebut
94
dikarenakan objek penelitian mengalami peningkatan mutu
operasional melalui sistem yang lebih modern
3. Ineffective monitoring tidak berpengaruh terhadap kecurangan
laporan keuangan dan hasil ini tidak mendukung penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Skousen et al. (2008) ini
menunjukkan ketidakefektifan fungsi kontrol anggota komite audit
independen terhadap laporan keuangan
4. Capability tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan
keuangan dan hasil ini mendukung penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Annisya dan Lindrianisari (2016), hal ini dapat
terjadi dikarenakan adanya pengawasan dari dewan komisaris terkait
dengan kinerja dari tiap-tiap dewan direksi
5. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan
keuangan dan hasil ini mendukung hasil penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Handayani dan Rachadi (2009), artinya perusahaan
berukuran sedang dan besar tidak terbukti lebih agresif melakukan
manajemen laba untuk menghindari pelaporan kerugian (earning
losses).
95
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas mengenai pengaruh fraud diamond dan
ukuran perusahaan terhadap kecurangan laporan keuangan diharapkan dapat
memberikan hasil penelitian yang lebih berkualitas untuk penelitian dimasa
mendatang dengan mempertimbangkan saran dibawah ini:
1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah jumlah sampel
kategori perusahaan agar dapat mendeteksi kasus kecurangan
laporan keuangan pada kategori perusahaan lain.
2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah variabel proksi
dari fraud diamond agar cakupan variabel penelitian menjadi lebih
luas lagi
3. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan variabel
dependen lain sebagai pengukur dari kecurangan laporan keuangan
dengan menggunakan selain manajemen laba dalam mendeteksi
kecurangan laporan keuangan.
96
DAFTAR PUSTAKA
Abbott, L., Y. Park, and S. Parker. “The Effects of Audit Committee Activity and
Independence on Corporate Fraud”, Managerial Finance, Vol. 26, No. 11,
2000.
Agnes, Sawir. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuanga. Jakarta: Pt
Gramedia Pustaka Utama. 2005.
Aliminsyah dan Padji, Kamus Istilah Akuntansi, Penerbit CV Yrama Widya,
Bandung,2002.
Arens, Alvin A and James K. Loebbecke.2008. Auditing. Terjemahan oleh Amir
Abadi Yusuf. Auditing Pendekatan Terpadu Jakarta : Salemba Empat.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. Edisi Revisi V, Jakarta : PT Rineka
Cipta,2002
Beasley, M., J. Carcello, D. Hermanson, and P. D. Lapides. “Fraudulent Financial
Reporting: Consideration of Industry Traits and Corporate Governance
Mechanisms”, Accounting Horizons, Vol. 14, No. 4, 2000.
Brigham, E.F. & J.F. Houston, “Fundamentals of Financial Management,”
Thirteenth Edition, South-Western Cengage Learning, 2013.
Budisantoso Totok, Triandaru Sigit. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta :
Salemba Empat, 2006.
Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kualitatif Aktualisasi Metodologis ke Arah
Ragam Varian Kontemporer, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2003.
Darmawi, Herman. Pasar Finansial dan Lembaga-Lembaga Finansial. Jakarta: PT
Bumi Aksara,2006.
Dendawijaya, Lukman. “Manajemen Perbankan”, Edisi Kedua, Cetakan Kedua,
Ghalia Indonesia, Bogor, 2005.
Diah, Enggar Puspa Arum. “Pengaruh Persuasi Atas Preferensi Klien dan
Pengalaman Audit terhadap Pertimbangan Auditor dalam Mengevaluasi
Bukti Audit”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol. 5, No. 2,
Desember, 2008.
Dunn, P. “The Impact of Insider Power on Fraudulent Financial Reporting”,
Journal of Management, Vol. 30, No. 3, 2004.
97
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”, Edisi
Ketiga, Universitas Diponegoro, Semarang, 2005.
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”, Edisi
Keempat, Badan Penerbit UNDIP, Semarang, 2009.
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”, Edisi
Kelima, Badan Penerbit UNDIP, Semarang, 2011.
Hamid, Abdul. “Panduan Penulisan Skripsi”, FEIS UIN Press, Jakarta, 2012.
Hendriksen, Eldon S. “Teori Akuntansi”, Edisi Keempat, Jilid I, Penerbit Erlangga,
Jakarta, 2002.
Kusnia, G., “Pengaruh Umur Perusahaan, Ukuran Perusahaan, dan Leverage
terhadap Intellectual Capital Disclosure (Studi pada Perusahaan Perbankan
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2012),” Skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Pasundan, Bandung, 2013.
Kusumaning, Linda. “Analisis Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris dan
Keberadaan Komite Audit terhadap Aktivitas Manajemen Laba Pada
Perusahaan Publik di Indonesia”, Tesis Universitas Gajah Mada, 2004.
Lou, Yung-I dan Ming-Long Wang. “Fraud Risk Factor of The Fraud Triangle
Assessing The Likelihood of Fraudulent Financial Reporting”, Journal of
Business & Economics Research, Vol. 7, No. 2, February, 2009.
Manurung, Daniel T H dan Niki Hadian. “Detection Fraud of Financial Statement
with Fraud Triangle”, Proceedings of 23rd International Business Research
Conference, Marriott Hotel, Melbourne, Australia, 18 - 20 November, 2013.
Mulford, Charles W dan Eugene E. Comiskey. “Deteksi Kecurangan Akuntansi,
The Financial Numbers Game”, Penerbit PPM Manajemen, Jakarta, 2010.
Mulyadi.” Auditing”,Edisi Ke 6 Buku 1, Salemba Empat, Jakarta, 2008.
Nguyen, Khanh. “Financial Statement Fraud: Motives, Methods, Cases, and
Detection”, Dissertation.com, Boca Raton, Florida, USA, 2008.
Noviyanti, Suzy. “Skeptisme Profesional Auditor Dalam Mendeteksi Kecurangan”,
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia,Vol. 5, No. 1, Juni, 2008.
Nuryaman, “Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan
Mekanisme Corporate Governance terhadap Pengungkapan Sukarela,” Jumal
Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Volume 6 (1), 2009.
98
Rezaee, Z. “Financial Statement Fraud: Prevention and Detection”, John Willey
and Sons, New York, 2002.
Scott, William R. “Financial Accounting Theory”, 2nd Edition, Prentice Hall
Canada Inc, Scarborough Ontario, 2000.
Scott, William R. “Financial Accounting Theory”, Sixth Edition. Pearson Canada
Inc. Toronto, 2010.
Skousen, Christopher J, Kevin R Smith dan Charlotte J Wright. “Detecting and
Predicting Financial Statement Fraud: The Effectiveness of The Fraud
Traingle and SAS No. 99”, Electronic copy available at:
http://ssrn.com/abstract=1295494, 2008.
Sudarmo, dkk. “Fraud Auditing”, Diklat Perjenjangan Auditor Ketua Tim, Riset
Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan. Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan, 2009.
Sugiyono, “Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R & D”. Ganesha.
Bandung, 2006
Suprajadi, Lusy. “Teori Kecurangan, Fraud Awareness dan Metodologi untuk
Mendeteksi Kecurangan Pelaporan Keuangan”, Jurnal Bina
Ekonomi,Vol.12, No. 2, Agustus, 2009.
Sutopo, HB. “Metode Penelitian Kualitatif” UNS Press. Surakarta, 2006
Tuanakotta, Theodorus M. “Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif”, Edisi
Pertama, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, Jakarta, 2007.
Tuanakotta, Theodorus M. “Pengungkapan Fraud di Lembaga Negara (Tinjauan
Teknik Audit)”, Economic Business & Accounting Review, Vol. II, No. 1,
2007.
Turner, Jerry L, Theodore J Mock, dan Rajendra P Srivastava. “An Analysis of the
Fraud Triangle”, Paper ofThe University of Memphis, University of
Southern California, and University of Kansas, January, 2003.
Widyastuti, Tri. “Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Kinerja Keuangan terhadap
Manajemen Laba: Studi Pada Perusahaan Manufaktur di BEI”, Jurnal
Magister Akuntansi, Vol 9 No.1, Januari 2009.
99
DATA SAMPEL
LAMPIRA
N
100
Daftar Nama Perusahaan Yang Terdaftar Di Indeks LQ-45 Tahun 2013-2015
No Nama Perusahaan Kode
1 Astra Agro Lestari Tbk AALI
2 Adhi Karya (Persero) Tbk ADHI
3 Adaro Energy Tbk ADRO
4 AKR Corporindo Tbk AKRA
5 Aneka Tambang (persero) Tbk ANTM
6 Astra International Tbk ASII
7 Alam Sutera Realty Tbk ASRI
8 Bank Central Asia Tbk BBCA
9 Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk BBNI
10 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk BBRI
11 Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk BBTN
12 Bank Danamon Indonesia Tbk BDMN
13 Bhakti Investama Tbk BHIT
14 Sentul City Tbk BKSL
15 Bank Mandiri (Persero) Tbk BMRI
16 Global Mediacom Tbk BMTR
17 Bumi Serpong Damai Tbk BSDE
18 Bumi Resources Tbk BUMI
19 BW Plantation Tbk BWPT
20 Charoen Pokphand Indonesia Tbk CPIN
21 Ciputra Development Tbk CTRA
22 XL Asiata Tbk EXCL
23 Gudang Garam Tbk GGRM
24 Garuda Indonesia GIAA
25 Harum Energy Tbk HRUM
26 Indofood CBP Sukses Makmur Tbk ICBP
27 Indomobil Sukses Internasional Tbk IMAS
28 Vale Indonesia Tbk INCO
29 Indofood Sukses Makmur Tbk INDF
30 Indika Energi INDY
31 Indocement Tunggal Prakasa Tbk INTP
32 Indo Tambangraya Megah Tbk ITMG
33 Jasa Marga (Persero) Tbk JSMR
34 Kalbe Farma Tbk KLBF
35 Matahari Department Store Tbk LPFF
36 Lippo Karawaci Tbk LPKR
37 PP London Sumatra Indonesia Tbk LSIP
38 Malindo Feedmill Tbk MAIN
39 Mitra Adiperkasa Tbk MAPI
40 Multipolar Tbk MLPL
41 Media Nusantara Citra Tbk MNCN
42 Matahari Putra Prima Tbk MPPA
43 Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk PGAS
101
44 Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk
PTBA
45 PP (Persero) Tbk PTPP
46 Pakuwon Jati Tbk PWON
47 Surya Citra Media Tbk SCMA
48 Siloam International Hospital Tbk SILO
49 Holcim Indonesia Tbk SMCB
50 Semen Gresik (Persero) Tbk SMGR
51 Summarecon Agung Tbk SMRA
52 Sri Rejeki Isman Tbk. SRIL
53 Surya Semesta Internusa Tbk SSIA
54 Sawit Sumbermas Sarana Tbk SSMS
55 Express Transindo Utama Tbk TAXI
56 Tower Bersama Infrastructure Tbk TBIG
57 Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk TLKM
58 United Tractors Tbk UNTR
59 Unilever Indonesia Tbk UNVR
60 Visi Media Karya Tbk VIVA
61 Wijaya Karya (Persero) Tbk WIKA
62 Waskita Karya (Persero) Tbk WSKT
63 Wijaya Karya Beton Tbk WTON
Daftar Nama Perusahaan Sampel
102
No Nama Perusahaan Kode
1 Astra Agro Lestari Tbk AALI
2 AKR Corporindo Tbk AKRA
3 Astra International Tbk ASII
4 Alam Sutera Realty Tbk ASRI
5 Global Mediacom Tbk BMTR
6 Bumi Serpong Damai Tbk BSDE
7 Charoen Pokphand Indonesia Tbk CPIN
8 Gudang Garam Tbk GGRM
9 Indofood CBP Sukses Makmur Tbk ICBP
10 Indofood Sukses Makmur Tbk INDF
11 Indocement Tunggal Prakasa Tbk INTP
12 Jasa Marga (Persero) Tbk JSMR
13 Kalbe Farma Tbk KLBF
14 Lippo Karawaci Tbk LPKR
15 PP London Sumatra Indonesia Tbk LSIP
16 Media Nusantara Citra Tbk MNCN
17 Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk PTBA
18 Semen Gresik (Persero) Tbk SMGR
19 Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk TLKM
20 United Tractors Tbk UNTR
21 Unilever Indonesia Tbk UNVR
22 Wijaya Karya (Persero) Tbk WIKA
Perusahaan yang Tereliminasi
No Nama Perusahaan Kode
1 Adhi Karya (Persero) Tbk ADHI
103
2 Adaro Energy Tbk ADRO
3 Aneka Tambang (persero) Tbk ANTM
4 Bank Central Asia Tbk BBCA
5 Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk BBNI
6 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk BBRI
7 Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk BBTN
8 Bank Danamon Indonesia Tbk BDMN
9 Bhakti Investama Tbk BHIT
10 Sentul City Tbk BKSL
11 Bank Mandiri (Persero) Tbk BMRI
12 Bumi Resources Tbk BUMI
13 BW Plantation Tbk BWPT
14 Ciputra Development Tbk CTRA
15 XL Asiata Tbk EXCL
16 Garuda Indonesia GIAA
17 Harum Energy Tbk HRUM
18 Indomobil Sukses Internasional Tbk IMAS
19 Vale Indonesia Tbk INCO
20 Indika Energi INDY
21 Indo Tambangraya Megah Tbk ITMG
22 Matahari Department Store Tbk LPFF
23 Malindo Feedmill Tbk MAIN
24 Mitra Adiperkasa Tbk MAPI
25 Multipolar Tbk MLPL
26 Matahari Putra Prima Tbk MPPA
27 Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk PGAS
28 PP (Persero) Tbk PTPP
29 Pakuwon Jati Tbk PWON
30 Surya Citra Media Tbk SCMA
31 Siloam International Hospital Tbk SILO
32 Holcim Indonesia Tbk SMCB
33 Summarecon Agung Tbk SMRA
34 Sri Rejeki Isman Tbk. SRIL
35 Surya Semesta Internusa Tbk SSIA
36 Sawit Sumbermas Sarana Tbk SSMS
37 Express Transindo Utama Tbk TAXI
38 Tower Bersama Infrastructure Tbk TBIG
39 Visi Media Karya Tbk VIVA
40 Waskita Karya (Persero) Tbk WSKT
41 Wijaya Karya Beton Tbk WTON
Lampiran Hasil Output SPSS
Descriptive Statistics
104
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
DAC 66 -,16 1,34 ,0199 ,18365
LN_A_CHANGE 62 -4,53 -,08 -2,1717 ,73568
LN_ROA 66 -5,28 ,46 -2,4161 ,85011
LN_IND 66 -,40 -,22 -,3507 ,06907
CEO 66 1,00 1,00 1,0000 ,00000
D_CHANGE 66 ,00 1,00 ,6212 ,48880
LN_COM_SIZE 66 3,39 3,51 3,4332 ,02839
Valid N (listwise) 62
105
Uji Sample dengan Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 62
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std.
Deviation ,07098553
Most Extreme
Differences
Absolute ,062
Positive ,062
Negative -,050
Test Statistic ,062
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Hasil Uji Multikolonieritas
Model Collinearity Statistics
106
Tolerance VIF
1 ACHANGE ,975 1,026
ROA ,918 1,089
IND ,960 1,042
DCHANGE ,981 1,019
LNTA ,905 1,105
a. Dependent Variable: DACC
Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea -,00130
Cases < Test Value 31
Cases >= Test Value 31
Total Cases 62
Number of Runs 34
Z ,512
Asymp. Sig. (2-tailed) ,608
a. Median
107
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -,743 ,730 -1,017 ,313
LN_A_CHANGE ,010 ,008 ,156 1,213 ,230
LN_ROA ,002 ,008 ,039 ,292 ,772
LN_IND -,145 ,084 -,226 -1,736 ,088
D_CHANGE -,008 ,012 -,090 -,704 ,485
LN_COM_SIZE ,226 ,212 ,143 1,068 ,290
a. Dependent Variable: ABS_Ut2
Hasil Uji Statistik F
ANOVAa
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression ,101 5 ,020 3,662 ,006b
Residual ,310 56 ,006
Total ,412 61
a. Dependent Variable: DACC
b. Predictors: (Constant), ACHANGE, ROA, IND, DCHANGE, LNTA
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 ,503a ,253 ,187 ,07409 2,099
a. Predictors: (Constant), LN_COM_SIZE, D_CHANGE, LN_A_CHANGE, LN_IND,
LN_ROA
b. Dependent Variable: DAC
108
Financial Stability Pressure (X1)
109
Financial Targets (X2)
110
Innefective Monitoring (X3)
111
Organizational Structure (X4)
112
Capability (X5)
113
Ukuran Perusahaan (X6)
114
Financial Statement Fraud (Y)
115
Financial Statement Fraud (Y) (Lanjutan)
116
Financial Statement Fraud (Y) (Lanjutan)