pengaruh terapi mindfulness terhadap interaksi...
TRANSCRIPT
Tesis
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai derajat Sarjana S-2
Magister Ilmu Keperawatan
Cecilia Indri Kurniasari
NIM. 22020118410016
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
PENGARUH TERAPI MINDFULNESS TERHADAP
INTERAKSI SOSIAL PASIEN SKIZOFRENIA DENGAN
APLIKASI ANDROID SI-DESIS DI RUMAH SAKIT JIWA
i
Tesis
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai derajat Sarjana S-2
Magister Ilmu Keperawatan
Cecilia Indri Kurniasari
NIM. 22020118410016
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
PENGARUH TERAPI MINDFULNESS TERHADAP
INTERAKSI SOSIAL PASIEN SKIZOFRENIA DENGAN
APLIKASI ANDROID SI-DESIS DI RUMAH SAKIT JIWA
iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Nama : Cecilia Indri Kurniasari
Tempat/tanggal lahir : Semarang, 25 April 1992
Alamat Rumah : Perum. Bukit Permata Blok L12 Jalan Sultan Agung
Karet, Kelurahan Jurangombo Selatan, Kecamatan
Magelang Selatan, Kota Magelang, Jawa Tengah
No. Telp. : 085640162168
Email : [email protected]
Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penelitian saya yang berjudul
“Pengaruh Terapi Mindfulness terhadap Interaksi Sosial Pasien Skizofrenia dengan
Aplikasi Android SI-DESIS di Rumah Sakit Jiwa” bebas dari plagiarism dan bukan
hasil karya orang lain.
Apabila di kemudian hari ditemukan sebagian atau seluruh bagian dari penelitian dan
karya ilmiah dari hasil-hasil penelitian tersebut terdapat indikasi plagiarism, saya
bersedia menerima sanksi dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Demikian pernyataan ini dibuat dalam keadaan sadar tanpa unsur paksaan dari
siapapun.
Semarang, November 2019
Yang menyatakan
Cecilia Indri Kurniasari
v
SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
Nama : Cecilia Indri Kurniasari
NIM : 22020118410016
Fakultas/Departemen : Kedokteran/ Keperawatan
Jenis : Tesis
Judul : Pengaruh Terapi Mindfulness terhadap Interaksi Sosial
Pasien Skizofrenia dengan Aplikasi Android SI-DESIS di
Rumah Sakit Jiwa
Dengan ini menyatakan bahwa saya menyetujui untuk:
1. Memberikan hak bebas royalty kepada Perpustakaan Jurusan Keperawatan
Undip atas penulisan karya ilmiah saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan
2. Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan/mengalih formatkan,
mengelola dalam bentuk pangkalan data (data base), mendistribusikannya,
serta menampilkan dalam bentuk soft copy untuk kepentingan akademis kepada
Perpustakaan Departemen Keperawatan Undip, tanpa perlu meminta ijin dari
saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta
3. Bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi tanpa melibatkan
pihak Perpustakaan Departemen Keperawatan Undip dari semua bentuk
tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran hak cipta dalam karya ilmiah ini
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga dapat digunakan
sebagaimana mestinya.
Semarang, November 2019
Yang Menyatakan
Cecilia Indri Kurniasari
vi
HALAMAN RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
Nama : Cecilia Indri Kurniasari
NIM : 22020118410016
Tempat, Tanggal Lahir : Semarang, 25 April 1992
Alamat Rumah : Perum. Bukit Permata Blok L12 Jalan Sultan Agung
Karet, Kelurahan Jurangombo Selatan, Kecamatan
Magelang Selatan, Kota Magelang, Jawa Tengah
Nomor Telepon : +6285640162168
Alamat E-mail : [email protected]
B. Riwayat Pendidikan
No. Tingkat Sekolah/Perguruan Tinggi Tahun Lulus
1. SD SD Negeri 01 Ungaran 2004
2. SMP SMP Negeri 01 Ungaran 2007
3. SMA SMA Negeri 01 Ungaran 2010
4. D3 Poltekkes Kemenkes Semarang 2013
5. S1 S1 Pendidikan Ners Universitas
Airlangga
2015
6. Profesi Ners Profesi Ners Universitas Airlangga 2016
7. S2 Magister Keperawatan Universitas
Diponegoro
2018-sekarang
C. Riwayat Pekerjaan
No. Tahun Tempat Pekerjaan Jabatan
1. 2011-2013 Keuskupan Agung Semarang Anggota Komisi
Hubungan Antar
Keagamaan (Kom
HAK)
2. 2013 Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum
Semarang
Perawat Kamar
Operasi
3. Januari 2014-Januari
2016
PMI Kota Surabaya Tenaga Paramedis
Sukarelawan
4. Februari-November
2016
Akper Notokusumo Yogyakarta Staf Pengajar
vii
5. 2017 Rumah Sakit Harapan Magelang Perawat
6. September 2017-
September 2019
Klinik Santa Maria Magelang Perawat
D. Riwayat Keluarga
Nama Orang tua
Ayah Victorianus M. Poedjiatmo
Ibu Yustina Murni Haryanti
Nama Saudara Kandung
Kakak Fitriani Dwi Astuti Saraswati
Adik Margaretha Indri Hapsari
Nama Suami Albertus Indra Febriawan
E. Pengalaman Pelatihan/Seminar/Workshop
No. Pelatihan/Seminar/Workshop Penyelenggara Tahun Status
1. Pelatihan Keterampilan Dasar
Perawat Kamar Bedah
Himpunan Perawat
Kamar Bedah
Indonesia
(HIPKABI) Jawa
Tengah
2013 Peserta
2. Talk Show Nasional dengan
topik : RUU Keperawatan di
Mata Tiga Profesi
Fakultas
Keperawatan
Universitas
Airlangga
2013 Peserta
3. Peringatan Hari AIDS Sedunia
dengan tema: Getting 3 Zero:
Zero New Infection, Zero
Discrimination, and Zero AIDS
related Deaths
Fakultas
Keperawatan
Universitas
Airlangga
2013 Panitia
4. Dialog Ekonomi Kerakyatan
Nasional dalam Menyambut
Komunitas Ekonomi ASEAN
dengan Dr. (Hon). Ir. H.M.
Hatta Rajasa
PPKK Universitas
Airlangga
2014 Peserta
5. Character Building Class 2014 Fakultas
Keperawatan
Universitas
Airlangga
2014 Panitia
viii
6. Workshop Biostatistik,
Metodologi Penelitian &
Reference Manager
UP3 Fakultas
Kedokteran Undip
2018 Peserta
7. Seminar Keperawatan “Pekan
Ilmiah Holistik”
Keperawatan Undip 2018 Peserta
8. Seminar Pengembangan Self
Management pada Pelayanan
Kesehatan
Universitas
Diponegoro
2018 Peserta
9. Seminar The Miracle of Nurses
IV : Psycosocial Nursing
management of Disaster
Family
Universitas
Muhammdiyah
Surakarta
2018 Peserta
10. Seminar Keperawatan
Mindfulness Spiritual Islam
Keperawatan Undip 2018 Panitia
11. Workshop Mindfulness
Spiritual Islam
Keperawatan Undip 2018 Panitia
12. Workshop Publikasi Riset
Keperawatan “Klinik Penulisan
Artikel Ilmiah Nasional dan
Publikasi melalui Open Journal
System (OJS)”
DPW PPNI Jawa
Tengah
2019 Peserta
13. Seminar Nasional Keperawatan
“Kolaborasi Pendidikan dan
Pelayanan Keperawatan di Era
Revolusi Industri 4.0”
Departemen Ilmu
Keperawatan FK
Undip
2019 Peserta
14. In House Training
Keperawatan “Mindfulness”
dan Sosialisasi SI-DESIS dan
SI-SIWATA
RSJD Dr. Amino
Gondohutomo
Provinsi Jawa
Tengah
2019 Pembicara
15. International Conference on
Healthcare Technology (ICHT)
PPNI, Stikep PPNI
Jabar, Cheng Kung
University
2019 Oral
Presenter
16. International Conference on
Healthcare Technology (ICHT)
PPNI, Stikep PPNI
Jabar, Cheng Kung
University
2019 Peserta
17. International Immersion
Program in Nursing Education
St. Paul University
Philippines
2019 Peserta
18.
Seminar Keperawatan Jiwa
IPKJI "Rekonstruksi Model &
Implementasi Pada Pelayanan
PPNI Lampung
2019
Peserta
ix
Kesehatan Jiwa di Era Revolusi
Industri 4.0
19. Workshop Nasional
Keperawatan Jiwa IPKJI
"Rekonstruksi Model &
Implementasi Pada Pelayanan
Kesehatan Jiwa di Era Revolusi
Industri 4.0
PPNI Lampung 2019 Peserta
20. Workshop Nasional Inovasi
Spiritual dalam Pelayanan
Kesehatan
Keperawatan Undip 2019 Panitia
21. Seminar Nasional Inovasi
Spiritual dalam Pelayanan
Kesehatan
Keperawatan Undip 2019 Panitia
22. Penerima Penghargaan Inovasi
Terbaik 4 dalam Pameran
Teknologi Inovasi Pelayanan
Keperawatan 2019
Keperawatan Undip 2019
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas semua rahmat dan karunia yang diberikan Tuhan Ynag Mha Esa
sehingga proposal tesis yang berjudul “PENGARUH TERAPI MINDFULNESS
TERHADAP INTERAKSI SOSIAL PASIEN SKIZOFRENIA DENGAN
APLIKASI ANDROID SI-DESIS DI RUMAH SAKIT JIWA” ini dapat
terselesaikan. Proposal tesis keperawatan ini disusun sebagai persyaratan pelaksanaan
penelitian tesis magister keperawatan Program Studi Magister Keperawatan,
Departemen Keperawatan, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.
Dalam penyusunan proposal ini, penulis mendapat bimbingan dan dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Untung Sujianto, S.Kp., M.Kes., selaku Ketua Departemen Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
2. Ibu Dr. Meidiana Dwidiyanti, S.Kp., M.Sc., selaku Ketua Program Studi Magister
Keperawatan, Departemen Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro, sekaligus sebagai dosen wali dan pembimbing Utama.
3. Ibu Megah Andriany, S.Kp., M.Kep.Sp.Kom., PhD., selaku Sekretaris Program
Studi magister Keperawatan, Departemen Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro dan dosen wali.
4. Ibu Ns. Sri Padma Sari, S.Kep., MNS., selaku pembimbing anggota yang telah
memberikan arahan, bimbingan dan motivasi.
xi
5. Seluruh partisipan penelitian dan enumerator yang telah berpartisipasi dan
membantu dalam penelitian ini.
6. Suami saya Albertus Indra Febriawan, ST. yang selalu memberikan dukungan moril
berupa cinta kasih, doa, dan motivasinya kepada saya serta dukungan materiil yang
luar biasa. Kedua orang tua, ibu mertua, kakak, dan adik yang senantiasa memberi
semangat dan dukungan moril selama menyelesaikan tesis ini dan selama penulis
menimba ilmu di Magister Keperawatan Universitas Diponegoro.
7. Sahabat angkatan I konsentrasi Keperawatan Jiwa Magister Keperawatan
Universitas Diponegoro angkatan 2018 (Feri Agustriani, Irene Febriany M. Kitu,
Medika Utama, M. Rizky, Rokhyati, Asiah, Ardinata) atas kebersamaan, doa, serta
dukungannya selama ini.
8. Teman-teman Magister Keperawatan Universitas Diponegoro angkatan 2018 yang
tidak dapat disebutkan satu per satu, atas doa dan dukungannya.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sabutkan satu persatu yang telah memberikan
dukungan dalam penyusunan proposal tesis ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal tesis ini masih terdapat
banyak kekurangan. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan. Semoga
proposal tesis dapat menjadi dasar pertimbangan dalam pelaksanaan penelitian
nantinya.
Semarang, 2019
Penulis
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii
HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................. iv
HALAMAN RIWAYAT HIDUP ........................................................................ vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xvi
ABSTRAK . ......................................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah............................................................................ 6
1.3 Pertanyaan Penelitian ......................................................................... 7
1.4 Tujuan................................................................................................. 7
1.4.1 Tujuan Umum .......................................................................... 7
1.4.2 Tujuan Khusus .......................................................................... 8
1.5 Manfaat Penelitian.............................................................................. 8
1.6 Keaslian Penelitian ............................................................................. 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 12
2.1 Penerapan Teori Goal Attainment oleh Imogene M. King................. 12
2.2 Interaksi Sosial pada Skizofrenia ....................................................... 18
2.3 Intervensi Interaksi Sosial pada Skizofrenia ..................................... 24
2.3.1 Review Instrumen ..................................................................... 27
2.4 Kerangka Teori ................................................................................... 29
2.5 Kerangka Konsep ............................................................................... 30
2.6 Hipotesis ............................................................................................. 30
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 28
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ......................................................... 31
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ......................................................... 32
3.2.1 Populasi .................................................................................... 32
3.2.2 Sampel ...................................................................................... 32
3.2.3 Besar Sampel ............................................................................. 33
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 35
3.4 Variabel Penelitian, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran .... 35
3.4.1 Variabel independen .................................................................. 35
3.4.2 Variabel dependen ..................................................................... 35
3.4.3 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran ............................. 36
3.5 Instrumen Penelitian dan Cara Pengumpulan Data ............................ 38
xiii
3.5.1 Instrumen Penelitian .................................................................. 38
3.5.2 Uji Validitas dan Reliabilitas .................................................... 40
3.5.3 Pengumpulan Data .................................................................... 41
3.6 Teknik Pengolahan dan Analisa Data ................................................ 47
3.6.1 Teknik Pengolahan Data ........................................................... 47
3.6.2 Analisa Data .............................................................................. 48
3.7 Etika Penelitian .................................................................................. 49
BAB IV HASIL PENELITIAN ........................................................................... 52
4.1 Karakteristik Responden .................................................................... 52
4.2 Tingkat Interaksi Sosial Pasien Skizofrenia Pre-test
Pada Kelompok Intervensi dan Kontrol ............................................. 53
4.3 Tingkat Interaksi Sosial Pasien Skizofrenia Pada Kelompok
Intervensi dan Kontrol ........................................................................ 53
4.4 Pengaruh Terapi Mindfulness Terhadap Interaksi Sosial Pasien
Skizofrenia melalui Aplikasi Android SI-DESIS antara
Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol .................................... 55
BAB V PEMBAHASAN ..................................................................................... 56
5.1 Tingkat Interaksi Sosial Pasien Skizofrenia Pre-test Terapi
Mindfulness melalui Aplikasi Android SI-DESIS............................. 56
5.2 Pengaruh Terapi Mindfulness Terhadap Interaksi Sosial Pasien
Skizofrenia melalui Aplikasi Android SI-DESIS antara Kelompok
Intervensi dan Kelompok Kontrol ...................................................... 60
5.3 Keterbatasan Penelitian ...................................................................... 66
5.4 Implikasi Penelitian ............................................................................ 66
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 68
6.1 Simpulan ............................................................................................. 68
6.2 Saran ................................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 71
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL Nomor
Tabel Judul Tabel Halaman
Tabel 1.1 Keaslian penelitian pengaruh mindfulness
terhadap interaksi sosial pasien skizofrenia
dengan aplikasi android SI-DESIS di Rumah
Sakit Jiwa
9
Tabel 3.1 Variabel, definisi operasional dan skala
pengukuran
36
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase
Karakteristik Responden Pada Kelompok
Intervensi dan Kontrol (n=52)
52
Tabel 4.2 Tingkat Interaksi Sosial Pasien Skizofrenia Pre-
test pada Kelompok Intervensi dan Kontrol
(n=52)
53
Tabel 4.3.1 Perbedaan Tingkat Interaksi Sosial Pasien
Skizofrenia pada Kelompok Intervensi Pre-test
dan Post-test (n=26)
53
Tabel 4.3.2 Perbedaan Tingkat Interaksi Sosial Pasien
Skizofrenia pada Kelompok Kontrol Pre-test dan
Post-test (n=26)
54
Tabel 4.4 Pengaruh Terapi Mindfulness Terhadap Interaksi
Sosial Pasien Skizofrenia dengan Aplikasi
Android SI-DESIS antara Kelompok Intervensi
dan Kelompok Kontrol (N=52)
55
xv
DAFTAR GAMBAR Nomor
Gambar Judul Gambar Halaman
Gambar 2.1 Model Proses Transaksi oleh Imogene M. King 15
Gambar 2.2 Kerangka Teori Penerapan Goal Attainment
dalam Terapi Mindfulness terhadap Interaksi
Sosial Pasien Skizofrenia dengan Aplikasi
Android SI-DESIS di Rumah Sakit Jiwa
29
Gambar 2.3 Kerangka Konsep Pengaruh Terapi
Mindfulness terhadap Interaksi Sosial Pasien
Skizofrenia dengan Aplikasi Android SI-
DESIS di Rumah Sakit Jiwa
30
Gambar 3.1 Rancangan Penelitian Pre-Post with control
group design
31
Gambar 3.2 Desain Alur Penelitian 41
xvi
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Lampiran Keterangan
Lampiran 1 Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 2 Surat Permohonan Ethical Clearance
Lampiran 3 Surat Keterangan Uji Etik
Lampiran 4 Surat Permohonan Ijin Penelitian
Lampiran 5 Surat Ijin Penelitian
Lampiran 6 Lembar Informed Consent
Lampiran 7 Surat Pernyataan Kesediaan Enumerator Penelitian
Lampiran 8
Lampiran 9
SOP Mindfulness Target Sehat Mandiri
Kuesioner Interaksi Sosial
Lampiran 10 Lembar Observasi Perilaku
Lampiran 11 Lembar Bukti Konsultasi
Lampiran 12 Dokumentasi Kegiatan Penelitian
Lampiran 13 Screenshot Aplikasi Android SI-DESIS
Lampiran 14 Pengolahan Data
xvii
Departemen Keperawatan
Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro
Oktober 2019
ABSTRAK
Cecilia Indri Kurniasari
Pengaruh Terapi Mindfulness terhadap Interaksi Sosial Pasien Skizofrenia
dengan Aplikasi Android SI-DESIS di Rumah Sakit Jiwa
xix + 78 Halaman + 7 Tabel + 5 Gambar + 14 Lampiran
Pasien skizofrenia mengalami kerusakan interaksi sosial karena adanya gangguan
afektif, kognitif, dan psikomotor yang dialami. Masalah interaksi sosial ini
membutuhkan intervensi keperawatan untuk meningkatkan interaksi sosial serta perlu
adanya sistem yang bisa memonitor perkembangan kemampuan interaksi sosial pasien
skizofrenia dengan aplikasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
terapi mindfulness terhadap interaksi sosial pasien skizofrenia dengan aplikasi android
SI-DESIS. Seluruh partisipan dipilih dengan purposive sampling kriteria inklusi
partisipan berusia 17-60 tahun, terdiagnosa medis skizofrenia, kondisi tenang dan
kooperatif dengan PANSS skor 10, bersedia menjadi partisipan, serta dapat membaca
dan menulis. Pasien skizofrenia sebanyak 52 orang dibagi dalam kelompok intervensi
dan kontrol. Pemberian terapi mindfulness dilakukan selama enam kali dan pre-test
serta post-test dinilai dengan Kuesioner Interaksi Sosial dan Lembar Observasi
Perilaku. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan interaksi sosial pada
pasien (U=12,000, p < 0,05). Peningkatan interaksi sosial terkait dengan penekanan
pada tahap terapi mindfulness yaitu tahap kenyamanan dan tahap target sehat mandiri.
Terapi mindfulness berbasis aplikasi android SI-DESIS dapat diaplikasikan untuk
interaksi sosial pasien skizofrenia.
Kata Kunci: aplikasi android, interaksi sosial, mindfulness, skizofrenia
Daftar Pustaka: 85 (1971-2019)
xviii
Nursing Departement
Medicine Faculty
Diponegoro University
October 2019
ABSTRACT
Cecilia Indri Kurniasari
The Effect of Mindfulness Therapy on the Social Interaction of Patients with
Schizophrenia with the SI-DESIS Android Application at Psychiatric Hospital
xix + 78 Pages + 7 Tables + 5 Pictures + 14 attachment
Patients with schizophrenia experience impaired social interactions due to affective, cognitive,
and psychomotor disorders that they experience. The problem of social interaction requires
nursing intervention to increase social interaction and the need for a system that can monitor
the development of social interaction abilities of schizophrenic patients with applications. The
purpose of this study was to determine the effect of mindfulness therapy on social interaction
of schizophrenic patients with the SI-DESIS android application. All participants were selected
by purposive sampling criteria for inclusion of participants aged 17-60 years, diagnosed with
schizophrenia, calm and cooperative with a PANSS score of 10, willing to be a participant, and
can read and write. Patients with schizophrenia were 52 people divided into intervention and
control groups. The provision of mindfulness therapy was carried out for six times and pre-test
and post-test were assessed with the Social Interaction Questionnaire and the Behavior
Observation Sheet. The results showed an increase in social interaction in patients (U = 12,000,
p <0.05). The increase in social interaction is related to the emphasis on the mindfulness
therapy stage which is the comfort stage and the independent healthy target stage. Mindfulness
therapy based on the android application SI-DESIS can be applied to social interactions of
patients with schizophrenia.
Keywords: android application, mindfulness, schizophrenia, social interaction
References: 85 (1971-2019)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Gangguan kejiwaan masih menjadi fenomena yang berpengaruh di
bidang kesehatan di dunia, termasuk di Indonesia. Presentase gangguan jiwa
di Indonesia mengalami peningkatan sejak tahun 2013-2018 dari 1,7%
menjadi 7% menurut hasil Riskesdas.(1) Daerah yang mengalami
peningkatan dan masuk peringkat lima besar provinsi di Indonesia yang
mengalami kenaikan proporsi penduduk dengan gangguan jiwa yaitu Jawa
Tengah.(1). Persentase pasien gangguan jiwa di Jawa Tengah meningkat dari
2,3% menjadi 9% sejak tahun 2013-2018. Jumlah pasien gangguan jiwa
tahun 2018 di RSJ Dr. Amino Gondohutomo sebanyak 7.057 orang.(2)
Jumlah pasien yang dirawat di RSJ Dr. Amino Gondohutomo
sebanyak 4.929 orang dengan presentase 64% atau 3.171 orang merupakan
pasien skizofrenia (64%).(2) Skizofrenia menjadi perhatian khusus bagi
masyarakat terutama pemerintah.(3) Adanya kurang pengetahuan
masyarakat terhadap jenis gangguan jiwa mengakibatkan pandangan negatif
(stigma) yang berkepanjangan sehingga pasien dan keluarga sering
mendapat penolakan di lingkungan.(3) Penolakan yang terjadi di masyarakat
dan beban finansial menyebabkan masalah sosial seperti isolasi sosial.(4)
Terdapat perbedaan onset/serangan penyakit antara pria dan wanita,
tetapi angka kejadian kedua jenis kelamin tersebut sama.(5) Serangan
2
penyakit skizofrenia cenderung lebih awal terjadi pada pria dibanding
wanita.(6) Puncak serangan penyakit pada wanita adalah 25 sampai 35
tahun, sedangkan pria adalah 15 sampai 25 tahun.(5) Fungsi psikososial,
khususnya fungsi komunikasi akan terganggu lebih awal karena dampak
negatif terhadap penyakit. Pasien skizofrenia memiliki gangguan saat
melakukan fungsi/peran sosial maupun interpersonal sebelum terjadinya
serangan awal penyakit.(6)
Kelompok gejala pada skizofrenia terbagi menjadi gejala positif dan
gejala negatif.(7) Perilaku kekerasan atau risiko perilaku kekerasan,
gangguan proses pikir (waham), isolasi sosial, halusinasi, termasuk
kelompok gejala positif (nyata) skizofrenia.(7) pasien skizofrenia dapat juga
mengalami gejala negatif seperti afek yang buruk, tidak tertarik dengan
interaksi sosial, pandangan kosong, sulit mengekspresikan emosi, sulit
berkomunikasi, terjadi penurunan semangat dan kelemahan dalam
beraktivitas merupakan kumpulan gejala negatif (defisit perilaku)(7).
Gangguan fungsi sosial termasuk dalam gejala negatif skizofrenia yang
seringkali menetap setiap waktu dan menghambat pemulihan peran dan
fungsi dalam kegiatan harian.(8)
Gejala psikotik berkurang dilanjutkan gejala negatif yang permanen,
tetapi gejala positif dapat dikontrol dengan pengobatan. Pasien skizofrenia
dalam berkomunikasi dan berperilaku akan merefleksikan dengan cara yang
berbeda.(8) Adanya masalah dalam hubungan dengan lingkungan sebagai
contoh mengucilkan diri ialah dampak dari gejala pada pasien skizofrenia
3
yang paling sering terjadi. Manifestasi kesulitan bersosialisasi pada pasien
skizofrenia berupa sering mengurung diri dan tidak sanggup berbagi
pengalaman.(9) Upaya menghindari komunikasi dengan lingkungan
disebakan hilangnya rasa akrab serta tidak memiliki waktu berbagi perasaan
adalah definisi utama gangguan interaksi sosial. Penderita tidak dapat
berkonunikasi dengan orang lain disekelilingnya adalah akibat dari
kerusakan interaksi sosial.
Penurunan berinteraksi sosial akibat kerusakan fungsi kognitif dan
afektif dialami oleh sebagian besar pasien skizofrenia sebesar 72%.(10)
Interaksi sosial pada pasien skizofrenia bermakna individu yang mampu
mengungkapkan perasaan senang maupun sedih dan kecewa dalam
hubungan dengan lingkungan sosial dengan tidak menghilangkan kekuatan
sosial. Pasien skizofrenia memiliki ketidakmampuan fungsi sosial yang
disebabkan oleh interaksi sosial yang rendah. Hal tersebut terlihat dari hasil
observasi saat pasien skizofrenia melakukan komunikasi dengan jalan
berpikir yang sulit dimengerti orang lain karena topik pembicaraannya yang
terkesan aneh, intonasi tidak enak, tidak ekspresif dan tidak ada kontak
mata.(11) Komunikasi terapeutik merupakan landasan penanganan
gangguan/kerusakan interaksi sosial pada pasien skizofrenia agar pasien
tidak mengasingkan diri.(12) Pasien skizofrenia dapat memiliki kebiasaan
yang kurang baik jika sudah menarik diri dari lingkungan.
Farmakologi dan non farmakologi adalah dua cara untuk menangani
pasien skizofrenia.(13) Antipsikotik yang dikenal dengan neuroleptic
4
merupakan terapi farmakologi untuk pasien skizofrenia. Neuroleptic yang
digunakan adalah antagonis dopamine dan antagonis serotonin.(14) Terapi
non-farmakologi adalah penerapan tindakan asuhan keperawatan jiwa yang
sesuai SOP (Standar Operasional Perawatan) serta terapi modifikasi. Terapi
modifikasi atau terapi generalis dapat berupa strategi pelaksanaan (SP),
terapi perilaku kognitif (Cognitive Behavorial Therapy), pelatihan
kemampuan sosial (Social Skills Training), psikoedukasi keluarga, terapi
holistik/psikoterapi (spiritual, mindfulness).(9,15) Penanganan non-
farmakologi juga dapat dilakukan dengan sistem pencegahan. Salah satu
contohnya yaitu deteksi dini yng digabung dengan intervensi terapi kognitif,
dapat menurunkan risiko berkembangnya psikosis(16). Ada juga sistem
pencegahan berupa deteksi dini depresi pada remaja yang dibuat dengan
teknologi aplikasi android.(17)
Intervensi penelitian sebelumnya yang telah dilakukan terhadap
kemampuan interaksi sosial pada pasien skizofrenia adalah terapi kognitif.
(12,18) Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa terapi kognitif
berpengaruh dalam meningkatkan interaksi pasien skizofrenia.(12,18) Terapi
lain untuk menangani masalah interaksi dengan orang lain pada pasien
skizofrenia belum banyak dilakukan. Terapi holistik yang dapat diberikan
bagi pasien skizofrenia juga belum ada hingga saat ini.
Terapi holistik untuk pasien skizofrenia dengan masalah interaksi
sosial adalah terapi mindfulness (pemusatan pikiran). Mindfulness terdiri
dari 3 aspek yaitu kesadaran (awareness), pengalaman saat ini (present
5
experience) dan penerimaan (acceptance). Tindakan yang dilakukan dengan
kesadaran penuh dan dengan sikap menerima tanpa mengadili disebut
mindful. Berbagai masalah psikologis/kejiwaan telah banyak ditangani
menggunakan terapi mindfulness ini. Intervensi mindfulness yang diberikan
untuk membantu interaksi interpersonal (sosial) mahasiswa psikologi dan
keluarganya adalah salah satu kasus nyata.(19) sikap diri yang tenang, sadar
pada masalah diri, peningkatan ineraksi sosial dengan masyarakat dan dapat
mempraktik secara mandiei mindfulness merupakan manfaat terapi
mindfulness dalam penelitian tersebut.(19) Hasil dari penelitian ini yaitu
pemberian terapi mindfulness dapat meningkatkan empati serta interaksi
interpersonal maupun sosial pada mahasiswa Psikologi dan keluarganya.(19)
Selain itu, pemberian terapi mindfulness juga dapat menurunkan
tingkat depresi pada remaja.(20) Terapi mindfulness juga dapat menurunkan
kecemasan pada penderita skizofrenia.(21) Pengembangan terapi
mindfulness hingga saat ini bukan hanya untuk penelitian secara langsung
tetapi juga penelitian secara tidak langsung berbentuk aplikasi berbasis
android. Pengembangan intervensi keperawatan berupa aplikasi android
merupakan bentuk inovasi teknologi dalam ilmu keperawatan saat ini.
Teknologi dalam keperawatan merupakan pengembangan ilmu
keperawatan berlandaskan caring pada pasien.(22) Kompetensi teknologi
sebagai caring merupakan tantangan bagi ketrampilan keperawatan dan
menguji kemampuan perawat untuk mengadaptasi teknologi dengan cara
yang tepat dan terarah sehingga membantu perawat untuk mengenal pasien
6
secara utuh.(22) Ada beberapa aplikasi andoid mengenai intervensi
keperawatan yang berbasis mindfulness telah dikembangkan di Indonesia,
antara lain : SI-SEHO (Sistem Informasi Sehat Holistik) dan SI-BESUTA
(Sistem Informasi Belajar Sukses dengan Cinta).(23) Namun, belum ada
pengembangan terapi mindfulness dalam intervensi keperawatan jiwa untuk
menangani interaksi sosial pasien skizofrenia hingga saat ini.
Oleh karena fenomena diatas, peneliti tertarik untuk membuat
aplikasi android yang dapat mendeteksi interaksi sosial pada pasien
skizofrenia yang didalamnya terdapat informasi terapi mindfulness sebagai
intervensi keperawatan untuk membantu mencegah terjadinya isolasi sosial
pada pasien skizofrenia. Aplikasi ini akan dilakukan oleh perawat untuk
mengukur interaksi sosial pada pasien skizofrenia.
1.2 Perumusan Masalah
Pengalaman perasaan gembira maupun sedih dalam berhubungan di
masyarakat tanpa kehilangan kekuatan sosial baik berupa tanggapan secara
langsung maupun tidak langsung merupakan makna interaksi sosial pada
pasien skizofrenia. Penanganan segera terhadap gangguan maupun
kerusakan interaksi sosial yang berlandaskan komunikasi terapeutik dapat
mencegah pasien skizofrenia untuk tidak menarik diri. Belum ada sistem
khusus untuk memantau interaksi sosial pada pasien skizofrenia. Sistem
tersebut dapat menjadi pendeteksi untuk mencegah terjadinya isolasi sosial
pada pasien skizofrenia serta memberikan intervensi dengan terapi
7
mindfulness yang dapat dikombinasikan dengan teknologi seperti
smartphone.
Kemajuan teknologi dalam keperawatan sebagai caring bagi pasien
bertumpu pada ketrampilan perawat dalam mengadaptasi teknologi untuk
mengenali pasien secara utuh dalam memberikan intervensi. Hal ini
memotivasi peneliti untuk mengadakan penelitian tentang pengaruh terapi
minfulness dalam meningkatkan interaksi sosial pasien skizofrenia melalui
aplikasi android SI-DESIS (Sistem Informasi Deteksi Interaksi Sosial) yang
diharapkan dapat membantu pasien skizofrenia untuk bisa bersosialisasi
dengan lingkungan serta mempercepat pemulihan.
1.3 Pertanyaan Penelitian
Apakah terapi mindfulness berpengaruh meningkatkan interaksi
sosial melalui aplikasi SI-DESIS (Sistem Informasi Deteksi Interaksi
Sosial) pada pasien skizofrenia?
1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
Mengidentifikasi pengaruh terapi mindfulness terhadap interaksi
sosial melalui aplikasi SI-DESIS (Sistem Informasi Deteksi Interaksi
Sosial) pada pasien skizofrenia.
8
1.4.2 Tujuan Khusus
1.4.2.1 Menganalisa tingkat interaksi sosial melalui SI-DESIS (Sistem Informasi
Deteksi Interaksi Sosial) pada kelompok kontrol dan kelompok dengan
pemberian intervensi sebelum diberikan terapi mindfulness (pre-test).
1.4.2.2 Menganalisa tingkat interaksi sosial melalui SI-DESIS (Sistem Informasi
Deteksi Interaksi Sosial) pada kelompok kontrol dan kelompok pemberian
intervensi setelah diberikan terapi mindfulness (post-test).
1.4.2.3 Menganalisis pengaruh terapi mindfulness terhadap interaksi sosial melalui
aplikasi Android SI-DESIS (Sistem Informasi Deteksi Interaksi Sosial) pada
penderita skizofrenia.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Keilmuan
Hasil yang didapatkan pada penelitian dapat menjadi sebuah
pengetahuan baru bagi tenaga pendidik, dosen maupun mahasiswa dalam
pengembangan aplikasi di Keperawatan Jiwa.
1.5.2 Bagi Pelayanan
Penelitian ini memberikan intervensi baru kepada pelayanan
kesehatan terutama keperawatan mengenai pengaplikasian terapi
mindfulness dalam meningkatkan interaksi sosial melalui teknologi
termasuk aplikasi android.
9
1.5.3 Bagi Pengembangan Penelitian
Penelitian ini menyajikan hasil yang dapat menjadi gambaran atau
sumber data yang valid mengenai kemampuan interaksi sosial pada pasien
skizofrenia bagi penelitian selanjutnya.
1.6 Keaslian Penelitian
Penelitian-penelitian sebelumnya terkait deteksi gangguan jiwa serta
pengaplikasian terapi mindfulness sebagai intervensi keperawatan.
Tabel 1.1 Keaslian penelitian pengaruh terapi mindfulness terhadap interaksi sosial
melalui aplikasi android SI-DESIS (Sistem Informasi Deteksi Interaksi
Sosial) pada pasien skizofrenia No Nama Peneliti Judul Penelitaian Desain Keaslian Penelitian
1 Paul French,
Anthony P.
Morrison
Early Detection and
Cognitive Therapy for
People At High Risk of
Developing Psychosis
A Treatment Approach
Qualitative
Study
Membahas mengenai
deteksi dini dan
intervensi yang
dilakukan pada klien
yang berisiko mengalami
psikosis
2 Athi’ Linda Yani Layanan berbasis
Android untuk
Melakukan Deteksi
Dini Depresi pada
Remaja.
Pre
experiment
study
Membahas mengenai
aplikasi android untuk
mendeteksi depresi pada
remaja
3
Hasanah Eka
Wahyu Ningsih
Pengaruh Terapi
Mindfulness melalui
Aplikasi Android Si-
BESUTA terhadap
Stres
Mahasiswa Magister
Keperawatan
Quasy
experiment
Membahas mengenai
aplikasi android tentang
Mindfulness sebagai
intervensi keperawatan
dalam mempengaruhi
stres mahasiswa
keperawatan
10
4 Mathias Dekeyser,
Filip Raes, Mia
Leijssen, Sara
Leysen, David
Dewulf
Mindfulness skills and
interpersonal behavior
Systematic
review
Menjelaskan mengenai
kemampuan Mindfulness
yang bermanfaat
terhadap peningkatan
empati, harga diri, dan
hubungan interpersonal
(sosial) mahasiswa
psikologi dan
keluarganya
5
6
7
Sri Nyumirah
Ita Apriliyani
Davis LW,
Strasburger AM,
Brown LF
Peningkatan
Kemampuan Interaksi
Sosial (Kognitif,
Afektif dan Perilaku)
melalui Penerapan
Terapi Perilaku
Kognitif di Rsj Dr
Amino Gondohutomo
Semarang
Pengaruh Terapi
Mindfulness terhadap
Penurunan Tingkat
Depresi pada Remaja
Mindfulness an
intervention for anxiety
in schizophrenia
Quasy
experiment
Quasy
experiment
Systematic
review
Membahas mengenai
cara interaksi sosial pada
pasien menarik diri di
RSJ
Membahas mengenai
penurunan depresi pada
remaja setalah dilakukan
terapi mindfulness
Menjelaskan mengenai
intervensi mindfulness
untuk mengatasi
kecemasan pada pasien
skizofrenia
Terdapat perbedaan antara penelitian oleh peneliti dengan yang sebelumnya yaitu:
1) penelitian oleh peneliti bertujuan untuk melakukan deteksi pada interaksi sosial
pasien skizofrenia dan melakukan terapi mindfulness melalui panduan yang ada
11
dalam aplikasi android SI-DESIS. 2) Konten aplikasi SI-DESIS akan berisi fitur
informasi terkait mindfulness dan pengukuran interaksi sosial. 3) Aplikasi yang
digunakan oleh peneliti kontennya telah dilakukan pengembangan sebelumnya
selama waktu tertentu dan aplikasi ini juga nantinya akan masuk sistem playstore
dan 4) Penelitian ini dilakukan pada pasien skizofrenia di RSJ.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penerapan teori Goal Attainment oleh Imogene M. King
Teori Goal Attainment atau pencapaian tujuan merupakan sebuah
grand theory dalam keperawatan yang dicetuskan oleh seorang profesor
keperawatan bernama Imogene M. King pada tahun 1961.(24) Teori ini
berfokus pada interaksi yang dibangun antar individu untuk mencapai
sebuah tujuan bersama.(25) Teori Goal Attainment menjelaskan bahwa
pasien adalah makhluk sosial dan lingkungan adalah latar belakang interaksi
manusia. Lingkungan yang dimaksud adalah dari dalam, individu mencoba
untuk beradaptasi terhadap lingkungan luar (kemandirian) dengan cara
mengubah sumber tenaga dimana lingkungan luar juga termasuk
didalamnya.(25)
Penerapan Teori Pencapaian Tujuan (Goal Attainment) dalam
intervensi keperawatan jiwa terlihat pada terapi mindfulness self care/target
sehat mandiri. Mindfulness adalah terapi yang dikembangkan pada tahun
1990 oleh John Kabat-Zinn yaitu seorang profesor kedokteran yang
mendalami ilmu Buddha. Terapi mindfulness oleh Kabat-Zinn merupakan
suatu ketrampilan yang membuat seseorang secara sadar menaruh perhatian
pada apa yang dialami saat ini sehingga menimbulkan sikap menerima tanpa
melakukan penolakan pada apa yang telah terjadi diartikan sebagai
13
mindfulness.(26) Terapi ini terbukti memberikan pengaruh yang besar dalam
dunia kejiwaan.(27) Mindful memiliki arti perbuatan menerima suatu
kejadian dengan kesadaran penuh.(28,29) Kesadaran, pengalaman saat ini, dan
penerimaan merupakan 3 hal utama yang ada pada mindfulness.(26,28)
Terapi mindfulness hingga saat ini telah dikembangkan ke dalam
berbagai komponen kehidupan manusia, salah satunya mindfulness self care
atau target sehat mandiri.(20) Mindfulness target sehat mandiri merupakan
sebuah pengembangan mindfulness yang bertujuan untuk memandirikan
pasien dalam menyelesaikan masalah. Mindfulness target sehat mandiri
memiliki 5 komponen utama yang bisa dilakukan oleh setiap individu yang
melakukan terapi mindfulness ini, yaitu 1) kesadaran, 2) body scan, 3) rasa
nyaman, 4) memaafkan, 5) target sehat mandiri.(20)
Seluruh tahapan terapi mindfulness self care saling berkaitan dengan
tiga sistem utama dalam Teori King yaitu sistem personal, interpersonal, dan
sosial.(20) Tahap awal mindfulness self care diawali dengan kesadaran
(awareness) yang merupakan sebuah proses menggali masalah yang
dihadapi individu atau pasien (emosi, program pengobatan, serta aktivitas
peran dan fungsi sehari-hari). Pada tahap awal terapi mindfulness ini, pasien
skizofrenia diharapkan mampu rileks dan fokus pada kesadaran tentang
situasi/kondisi yang sedang dialami.(20) Tahapan kedua adalah body scan,
yaitu perawat memberikan terapi mindfulness dengan melatih pasien
skizofrenia untuk mengidentifikasi keluhan fisik untuk diatasi secara
holistik (fisik dan jiwa).(20)
14
Tahapan ketiga dalam terapi mindfulness self care adalah
kenyamanan. Kenyamanan merupakan sebuah proses yang mengajarkan
pasien tentang rasa nyaman. Pada tahap ini, pasien skizofrenia dilatih oleh
perawat untuk merasakan kenyamanan pada apa yang terjadi di sekitarnya
atau lingkungannya (misalnya: merasakan senangnya berinteraksi dengan
teman sebelahnya, merasakan nyaman bercerita dengan rekan kerja).
Selanjutnya adalah tahap penerimaan. Pada tahap ini, pasien
skizofrenia dilatih untuk mulai merasakan permasalahan yang dihadapi dan
ingin menjadi lebih baik dengan menjaga kesehatannya, contohnya
kemampuan mengendalikan marah dapat diatasi dengan selalu memaafkan,
tidak bisa tidur dapat berkurang dengan ikhlas menerima masalah yang
sedang terjadi, tidak puas makan dapat hilang dengan selalu bersyukur.(20)
Target sehat mandiri merupakan tahapan terakhir dalam terapi mindfulness
yang mengajarkan kemandirian. Pada tahap ini, pasien skizofrenia dilatih
untuk mampu mandiri sehingga pasien bisa menentukan hal yang penting
untuk menjaga kesehatannya, contohnya: latihan mengendalikan marah,
latihan berinteraksi dengan baik.(20)
Sistem awal dalam Teori Pencapaian Tujuan adalah sistem personal.
Sistem personal menurut teori King bermakna pandangan terhadap diri
sendiri secara utuh dan menyeluruh dengan fokus menyadari apa yang ada
didalam diri.(30) Sistem ini dapat terlihat saat pasien skizofrenia fokus dalam
terapi mindfulness yang diberikan perawat di rumah sakit jiwa.
15
Selain sistem personal, teori keperawatan Pencapaian Tujuan (Goal
Attainment) juga memiliki sistem interpersonal dan sistem sosial. Sistem
interpersonal akan timbul apabila terdapat hubungan antar individu yang
terjalin secara positif menurut King.(30) Dyad adalah hubungan dua individu,
triad hubungan yang terjadi antara tiga individu, sedangkan group
merupakan hubungan empat atau lebih individu yang saling berkumpul.
Sistem ini memiliki konsep yang relevan diantaranya stres, peran,
komunikasi, persepsi, dan interaksi.(30)
Gambar 2.1 Model proses transaksi oleh Imogene M. King.(25)
Sistem interpersonal terdiri dari persepsi, penilaian, aksi, reaksi,
interaksi, dan transaksi.(30)
16
2.1.1 Persepsi
Pandangan individu mengenai peristiwa yang sebenarnya terjadi,
yang memiliki kaitan pada peristiwa diwaktu dulu, bawaan lahir, sosial,
ekonomi, konsep diri, dan edukasi.(24) Kemampuan persepsi visual pada
pasien skizofrenia memiliki dampak positif terhadap pemulihan kondisi.(31)
Pasien skizofrenia melihat interaksi antara perawat dan pasien lain sebagai
bentuk interaksi yang aktif kemudian mempersepsikan sebagai sebuah
kemampuan yang bermanfaat baginya.
2.1.2 Penilaian
Indikator yang dibuat oleh individu sendiri sebagai tolak ukur bagi
dirinya sendiri.(25) Setelah pasien skizofrenia mempersepsikan interaksi
yang aktif adalah kemampuan yang dibutuhkan, maka selanjutnya pasien
akan menilai bahwa kemampuan berinteraksi dengan orang lain adalah
sebuah keterampilan yang setiap individu harus bisa lakukan. Oleh karena
itu, penting bagi seluruh karyawan di rumah sakit jiwa terutama perawat
dapat selalu berinteraksi dengan baik sehingga yang tertanam dalam pikiran
pasien skizofrenia adalah penilaian positif.
2.1.3 Aksi
Aksi merupakan tindakan yang dilakukan oleh individu terhadap
sesuatu yang menarik baginya.(30) Aksi atau tindakan yang dilakukan
perawat merupakan langkah awal terjadinya proses interaksi. Perawat di
17
rumah sakit jiwa harus mampu memberikan contoh komunikasi dan sikap
yang ramah dan sopan kepada pasien skizofrenia.
2.1.4 Reaksi
Reaksi merupakan timbal balik dari sebuah aksi.(30) Reaksi dapat
terjadi terhadap aksi perawat yang memberikan contoh berinteraksi yang
baik pada pasien/perawat lain.(24) Pasien skizofrenia akan bereaksi atau
memberi respon secara aktif apabila sudah muncul ketertarikan, persepsi,
dan penilaian yang baik dan mendalam pada dirinya tentang interaksi yang
terjadi di lingkungan sekitar.(32) Reaksi yang positif memberikan dampak
yang baik bagi kemajuan pemulihan pasien skizofrenia.
2.1.5 Interaksi dan transaksi
Proses yang terdiri dari pemikiran dan komunikasi individu dengan
kumpulan individu atau dengan lingkungan baik secara langsung maupun
tidak langsung untuk mencapai suatu tujuan bersama dimanapun dan oleh
siapapun disebut interaksi.(25) Interaksi sosial dapat berupa persepsi yang
positif dengan fokus pada pembicaraan antar individu, mengekspresikan
empati dan atau simpati, serta aktif dalam sebuah interaksi.(41,50)2430
Transaksi merupakan hubungan yang memiliki tujuan khusus dalam
memperoleh tujuan bersama. Pengamatan perilaku dari interaksi manusia
dengan lingkungannya adalah faktor penting dalam sebuah transaksi.
Adanya persepsi dan aksi yang memicu reaksi dan interaksi dalam proses
transaksi membuat tujuan semakin cepat tercapai.(25)
18
Penerapan transaksi dalam sistem interpersonal dapat dikaitkan
dengan level kemandirian dalam pemberian terapi mindfulness. Level
kemandirian merupakan sebuah penilaian atau tolak ukur kemandirian
pasien yang dikembangkan dalam mindfulness self care. Level kemandirian
terdiri dari lima penilaian, yaitu 1) keyakinan bahwa kemampuan ini
penting, 2) pengetahuan yang dibutuhkan pasien, 3) perawat memberikan
contoh, 4) pasien berlatih didampingi perawat, 5) pasien mandiri dan
mempertahankan kemandirian.(20) Level atau tingkat kemandirian ini
berkaitan dengan transaksi dalam Teori Goal Attainment karena dapat
digunakan sebagai tolak ukur perawat terhadap pasien skizofrenia dalam
mencapai tujuan bersama yaitu sembuh/pulih dengan kemandirian
berinteraksi.
Sistem terakhir dari tiga sistem utama dalam Teori Pencapaian
Tujuan yaitu sistem sosial. sistem sosial merupakan kewenangan, otoritas,
status, penerimaan dan pengambilan keputusan oleh individu terhadap
perubahan pada dirinya yang berdampak pada masyarakat.(24,25) Sistem
sosial ini mengajarkan pada pasien untuk mampu mandiri dalam
menyelesaikan masalah dan kembali berhubungan baik dengan orang lain
sebagai pendukung status sosialnya.(25)
2.2 Interaksi sosial pada skizofrenia
Skizofrenia merupakan sebuah kelainan pada struktur otak yang
mempengaruhi pikiran, persepsi, emosi, gerakan dan perilaku sosial dan
19
tergolong sebagai gangguan jiwa berat. Selain itu, skizofrenia dapat terjadi
karena adanya ketidakseimbangan antara id, ego, dan superego pada
seseorang.(33) Ketika individu memiliki keinginan (id), dan berusaha
memenuhi keinginan itu (ego), tetapi nilai yang baik dan benar (superego)
tidak ada, maka individu tersebut mengalami gangguan jiwa.
Skizofrenia memiliki beberapa fase yang selama ini telah diamati
pada pasien. Tahap akut, stabilisasi, dan stabil merupakan tahapan fase
skizofrenia.(34) Ketiga fase tersebut disebut dengan fase psikotik. Sebelum
fase psikotik muncul, terdapat fase premorbid dan fase prodormal.(35)
2.2.1 Tahap premorbid, seseorang masih memiliki fungsi tubuh yang biasa
(normal).(35)
2.2.2 Tahap prodormal muncul gejala yang belum jelas dan terjadi dalam tempo
waktu bulan hingga tahun sampai dinyatakan mengidap skizofrenia.(36)
Gejala non spesifik berupa kecemasan, perasaan marah, berkurangnya
konsentrasi, kesulitan tidur, stres berlebih, mudah lelah, dan adanya defisit
perilaku misalnya kemunduran fungsi peran dan penarikan.(36) Fungsi
pekerjaan, fungsi sosial, fungsi penggunaan waktu luang dan fungsi
perawatan diri juga muncul pada fase prodormal.(36) Gejala positif seperti
curiga mulai berkembang di akhir fase prodromal dan berarti sudah
mendekati fase psikotik.(35) Masuk ke fase akut psikotik, simtom positif
menjadi jelas seperti tingkah laku katatonik, inkoherensi, waham,
halusinasi disertai gangguan afek.(36)
20
2.2.3 Kemudian muncul tahap stabilisasi yang berlangsung setelah dilakukan
terapi serta gejala yang negatif dan sisa dari gelaja yang positif terjadi pada
tahap stabil. Individu yang menderita skizofrenia dapat mengalami gejala
ataupun tidak. Selain itu juga dapat merasakan tanda-tanda non psikotik
sebagai contoh, cemas, sulit tidur, depresi, atau tegang.(35)
Angka kejadian pada skizofrenia memiliki kesamaan antara pria
maupun wanita, tetapi ada perbedaan onset/serangan penyakit antara kedua
jenis kelamin.(5) Serangan awal penyakit pada pria cenderung lebih cepat
dibandingkan wanita.(6) Usia puncak serangan penyakit untuk pria yaitu
lima belas hingga dua puluh lima tahun, untuk wanita usia dua puluh lima
hingga tiga puluh lima tahun.(5) Pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa
baik laki-laki maupun perempuan rata-rata berusia 25-35 tahun.(1) Individu
yang tidak memiliki pekerjaan 6,2 kali lebih berisiko mengalami skizofrenia
daripada yang bekerja.(36) Pasien skizofrenia di enam ruang rawat inap
Rumah Sakit Jiwa, hampir sama jumlahnya antara pekerja dan bukan
pekerja. Hal ini dikarenakan tingginya tuntutan kerja dan gaya hidup saat
ini yang tidak sesuai dengan pendapatan atau keuangan.(37) Proporsi
skizofrenia yang tinggi terjadi pada pendidikan rendah, namun hasil uji
statistik tidak bermakna (p>0,05).(38)
Gejala skizofrenia terdiri dari dua hal menurut DSM IV yaitu gejala
positif dan negatif. Gejala positif merupakan gabungan dari tanda-tanda
tingkah laku yang tidak sesuai dengan tingkah laku pada umumnya
diantaranya ketidaksempurnaan dalam berpikir, isi pikiran dan bahasa,
21
ketidaksempurnaan tingkah laku, serta pengendalian diri. Tanda negatif
adalah gabungan dari tanda-tanda perilaku yang tidak sesuai ditandai
dengan beberapa fungsi tubuh hilang seperti terbatas dalam
mengungkapkan perasaan,berbicara, serta dalam menyampaikan visi dan
misi tingkah laku(menarik diri).(39) Kedua gejala utama tersebut terkait
dengan gangguan pada afektif, kognitif, dan psikomotor (perilaku) yang
terjadi pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa.
Dampak adanya gejala positif maupun negatif skizofrenia yang
paling sering ditemukan yaitu adanya penurunan atau kerusakan
kemampuan pasien dalam berhubungan dengan lingkungan sosial.
Hubungan yang terjadi dari satu individu ke yang lainnya sehingga terdapat
hubungan saling mempengaruhi disebut interaksi sosial dan sebagai cara
mempertahankan perilaku sosial individu.(40) Saat pasien skizofrenia
berinteraksi dengan orang lain, maka saat itu berlangsung proses
interpersonal antar individu serta mampu untuk mengembangkan hubungan
interaksi dengan lingkungan.(41)
Interaksi sosial memiliki ciri-ciri diantaranya melibatkan lebih dari
satu individu, terdapat komunikasi yang memiliki tujuan yang jelas.(40)
Interaksi sosial dikategorikan menjadi tiga jenis yaitu:(42)
2.2.4 Interaksi antar individu, baik ada tindakan maupun tidak ada tindakan dan
secara sadar mengakibatkan adanya perubahan antar individu yang saling
berhubungan dapat dipengaruhi oleh faktor tertentu. Hal ini terjadi pada
22
pasien skizofrenia ketika berinteraksi dengan pasien lain misalnya ketika
ada pasien merokok, maka pasien skizofrenia yang sering berinteraksi
dengan pasien tersebut lambat laun juga akan ikut merokok.
2.2.5 Interaksi individu dengan kumpulan individu atau kelompok disesuaikan
dengan kondisi dan keadaan. Hal ini terlihat saat pasien skizofrenia di ruang
rawat inap sedang berkelompok untuk berpartisipasi dalam terapi
keperawatan.
2.2.6 Interaksi kumpulan individu dengan kumpulan individu lain. Hubungan
jenis ini memiliki karakteristik seperti ada lebih dari dua individu, terdapat
tujuan tertentu dan komunikasi dapat menggunakan tanda tertentu. Interaksi
antar kelompok ini dapat terjadi ketika pasien skizofrenia di Rumah Sakit
Jiwa dari salah satu ruang rawat inap, berolahraga pagi hari bersama dengan
pasien skizofrenia dari ruang lain.
Faktor yang mempengaruhi interaksi sosial, diantaranya:(41)
2.2.7 Imitasi: Proses yang dilakukan individu dengan cara mengikuti tingkah laku
individu lain sehingga akan menimbulkan perubahan tingkah laku dari
individu lain dalam artian dapat diubah secara keseluruhan atau sebagian.
Pada pasien skizofrenia, proses imitasi terjadi ketika pasien mengikuti
kegiatan keseharian pasien lain yang berada satu kamar dengannya misalnya
rajin untuk menata tempat tidur.
2.2.8 Sugesti: Hubungan sosial ketika individu memperoleh gagasan dari orang
lain dan sebelumnya tidak memperoleh kritikan lalu mengendapkan saran
23
orang lain atau firasat di dalam pikirannya sendiri. Pasien skizofrenia di
Rumah Sakit Jiwa sering bercerita tentang ketidakberdayaan dan
keputusasaan yang ada pada dirinya karena orang lain menganggapnya tidak
mampu sehingga mengakibatkan sugesti yang negatif pada pasien tersebut.
2.2.9 Identifikasi: Hubungan yang mengakibatkan individu memiliki keinginan
yang sama dengan yang lain. Pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa sering
mengeluhkan keinginannya untuk dijemput dan segera pulang ketika
beberapa kali melihat pasien lain yang pulang.
2.2.10 Simpati: Individu dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain yang
sedang memperoleh musibah, yang menimbulkan ketertarikan. Meskipun
pasien skizofrenia memiliki ketidakstabilan emosi, tetapi ketika ada pasien
lain yang sakit fisik, pasien skizofrenia akan berperilaku untuk menjaga
lingkungan tetap tenang bahkan mau mengambilkan air untuk minum obat
pasien tersebut.
Situasi yang memerlukan interaksi sosial adalah ketika melakukan
percakapan ringan, menjalin hubungan persahabatan, mengekspresikan
perasaan maupun ketika ingin memperoleh sesuatu dari orang lain. Interaksi
sosial pada pasien dengan skizofrenia tidak hanya melibatkan keterampilan
memulai dan mempertahankan interaksi positif, melainkan ketika
berinteraksi. Semakin sering dan tercapainya tujuan seseorang berinteraksi
dengan orang lain, maka individu tersebut dinilai semakin terampil
bersosialisasi.(43)
24
2.3 Intervensi interaksi sosial pada skizofrenia
Penurunan produktifitas pada pasien menjadi dampak dari
kerusakan interaksi sosial yang tidak dapat ditangani.(44) Peningkatan
interaksi sosial sangat diperlukan bagi membaiknya kondisi pasien
skizofrenia. Komunikasi secara terapeutik sangat dibutuhkan pasien sebagai
salah satu intervensi dari perawat untuk mengembangkan kemampuan
hubungan sosial dalam usaha mengatasi hambatan yang ada pada pasien (41)
Pendekatan pada keluarga untuk dapat merangkul kembali pasien
skizofrenia dan mengubah pandangan masyarakat menjadi menerima
skizofrenia tanpa berlaku diskriminasi sebagai upaya penyembuhan pasien
skizofrenia, sementara pendekatan psikodinamik, psikososial,
organobiologik, dan psiko religious dapat digunakan sebagai tindakan
pencegahan terhadap pasien skizofrenia.(44) Prinsip terapi pasien skizofrenia
memiliki tiga tujuan, yaitu mengoptimalkan kualitas hidup dan fungsi
tubuh yang baik, menurunkan tanda-tanda skizofrenia meningkatkan serta
mempertahankan pemulihan dengan membantu pasien dalam mencapai
tujuan kehidupan pribadi seperti pekerjaan dan hubungan sosial.(7) Kondisi
psikotik yang tidak mendapatkan penanganan segera dapat mengakibatkan
semakin parahnya gangguan jiwa yang dialami Pasien Skizofrenia hingga
retardasi mental.(43)
Terapi dengan tidak menggunakan obat-obatan meliputi penerapan
tindakan asuhan keperawatan jiwa yang sesuai dengan Standar Operasional
Perawatan (SOP) serta terapi modifikasi yaitu terapi generalis berupa
25
Strategi Pelaksanaan (SP), terapi perilaku kognitif (Cognitive behavorial
therapy), pelatihan kemampuan sosial (Social skills training),(43) edukasi
keluarga, terapi holistik/psikoterapi (spiritual, mindfulness). Neuroleptic
adalah obat yang digunakan untuk mengobati skizofrenia yang terdiri dari
antagonis dopamine dan antagonis serotonin.(14)
Terapi antipsikotik hanya memberikan efek pada skizofrenia 10%,
sementara yang lainnya memerlukan jenis terapi lain termasuk psikoterapi,
terapi holistik, terapi individu, keluarga, kelompok, hingga penanganan di
rumah sakit.(45) Beberapa riset terkait pelaksanaan terapi pada pasien
skizofrenia juga telah dilakukan tentang pengaruh Cognitive Behavioural –
Social Skill Trainig (CB-SST) pada tingkat kemampuan hubungan sosial
dan menunjukkan terdapat pegaruh pada tingkat pengetahuan serta tingkah
laku pada klien yang memperoleh CB-SST.(46) Penelitian lain menunjukkan
bahwa CBT dan SST sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup penderita
skizofrenia dengan usia muda namun tidak memberikan dampak yang
signifikan pada usia menengah dan lansia.(47,48)
Riset lainnya mengenai terapi pada pasien skizofrenia adalah
penelitian tentang terapi mindfulness. Mindfulness yang berbasis intervensi
(MBI) efektif dalam mengurangi gejala awal psikosis.(49) Mindfulness
Based Cognitive Therapy (MBCT) dapat berkontribusi untuk mengubah
persepsi individu dan meningkatkan pemahaman diri.(47) Sari dan
Dwidiyanti menunjukkan pada penelitiannya bahwa pemberian mindfulness
26
dapat mengendalikan amarah dan ketenangan bagi penderita gangguan jiwa
dengan mengarahkan pada spiritualitas.(50)
Saat ini, ada banyak aplikasi smartphone tersedia yang dipasarkan
sebagai aplikasi mindfulness. Istilah pencarian yang digunakan yaitu
"aplikasi iPhone berbasis mindfulness" dan hasilnya 808 aplikasi dengan
tahun pencarian 2013-2018 (lima tahun). Jumlah ini konsisten dengan
informasi penelitian sebelumnya oleh pencarian untuk "mindfulness" yang
dilakukan di iTunes dan aplikasi Google untuk pelatihan mindfulness.(46)
Program android berbasis Mindfulness untuk intervensi keperawatan di
Indonesia adalah SI-BESUTA (Sistem Informasi Belajar Sukses dengan
Cinta) yang dikembangkan oleh mahasiswa magister keperawatan
Universitas Diponegoro Semarang tahun 2018.(23) Terapi mindfulness self
care pada penelitian ini dikembangkan dengan teknologi aplikasi berbasis
android untuk mendeteksi dan memonitor perkembangan interaksi sosial
pada pasien skizofrenia berupa Sistem Informasi Deteksi Interaksi Sosial
(SI-DESIS).
Mindfulness self care dapat melatih aspek afektif, kognitif, dan
psikomotor pasien skizofrenia sehingga meminimalisir gejala positif dan
negatif yang muncul. Aspek afektif dapat dilatih dengan mengontrol emosi
dan meningkatkan minat untuk sembuh pada pasien skizofrenia.(51) Hal
tersebut termasuk dalam tahapan ketiga dan keempat pada terapi
mindfulness self care yaitu kenyamanan dan penerimaan. Aspek kognitif
27
pada pasien skizofrenia dapat ditingkatkan dengan remediasi kognitif.(52)
Remediasi kognitif merupakan perbaikan kognitif atau pikiran pasien
skizofrenia dengan metode pendekatan holistik yang masuk dalam tahapan
awal terapi mindfulness self care yaitu kesadaran (awareness) dan body
scan. Aspek psikomotor pada pasien skizofrenia dapat ditingkatkan dengan
terapi langsung yang membantu meningkatkan motorik pasien.(53)
Peningkatan motorik dapat dilatih dengan tahapan target sehat mandiri pada
terapi mindfulness self care.
2.3.1 Review Instrumen
2.3.1.1 Kuesioner Interaksi Sosial
Kuesioner Interaksi Sosial merupakan kuesioner yang dikembangkan Sri
Nyumirah dalam tesisnya pada tahun 2012. Instrumen ini telah diuji
validitas dan reliabilitas pada pasien skizofrenia yang mengalami isolasi
sosial di RSJD Dr. Amino Gondhohutomo. Kuesioner ini menggunakan
skala interval untuk mengetahui kemampuan kognitif dan afektif individu,
serta lembar observasi perilaku untuk mengetahui perilaku pasien
skizofrenia. Interpretasi hasil Kuesioner Interaksi Sosial dan Lembar
Observasi Perilaku yaitu selalu untuk lebih dari tiga kali sehari, sering
untuk dua hingga tiga kali sehari, jarang untuk kurang dari dua kali sehari,
tidak pernah apabila tidak sama sekali.
2.3.1.2 SOP Mindfulness Target Sehat Mandiri
SOP mindfulness; berisi tentang cara melakukan mindfulness melalui
aplikasi android SI-DESIS yang diaplikasikan pada pasien skizofrenia.
28
Terapi mindfulness yang dipilih dalam penelitian ini yaitu mindfulness
target sehat mandiri atau mindfulness self care dengan level kemandirian
pasien yang telah dikembangkan oleh Meidiana Dwidiyanti pada tahun
2017.
29
2.4 Kerangka Teori
Mindfulness Self Care:
1. Kesadaran
2. Body scan
3. Kenyamanan
4. Penerimaan
5. Target sehat mandiri
Level/tingkat kemandirian:
1. Keyakinan bahwa
kemampuan ini penting
2. Pengetahuan yang
dibutuhkan pasien
3. Perawat memberikan
contoh pada pasien
4. Pasien berlatih
didampingi perawat
5. Pasien mandiri dan
mempertahankan
kemandirian
Gambar 2.2 Kerangka Teori Penerapan Goal Attainment dalam Terapi Mindfulness
terhadap Interaksi Sosial pada Pasien Skizofrenia melalui Aplikasi
Android SI-DESIS(20,29,39)
Hasil :
Interaksi sosial pasien skizofrenia meningkat Aplikasi Android SI-DESIS
Skizofrenia
Gejala positif: halusinasi, waham, isolasi sosial, risiko
perilaku kekerasan
Gejala negatif: efek datar, apatis, tidak memiliki
semangat/kemauan
Dampak gejala:
Penurunan/gangguan
interaksi sosial
Terapi Non-Farmakologi :
terapi holistik mindfulness
Penerapan Teori Goal Attainment
1. Sistem Personal
2. Sistem
Interpersonal
3. Sistem Sosial
Persepsi
Penilaian
Aksi Reaksi Interaksi
Transaksi
30
2.5 Kerangka Konsep
Gambar 2.3 Kerangka Konsep Pengaruh Terapi Mindfulness terhadap
Interaksi Sosial pada Pasien Skizofrenia melalui Aplikasi
Android SI-DESIS
2.6 Hipotesis
Terapi mindfulness berpengaruh terhadap interaksi sosial pasien
skizofrenia melalui aplikasi android SI-DESIS
Terapi Mindfulness
melalui Aplikasi
Android SI-DESIS
Interaksi sosial
Variabel terikat Variabel tidak terikat
31
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Rancangan pre-test and post-test with control group design dengan
desain quasy-experiment merupakan metode penelitian tesis ini. Penelitian
ini digunakan untuk menganalisa pengaruh terapi mindfulness terhadap
interaksi sosial pasien skizofrenia dengan aplikasi android SI-DESIS di
Rumah Sakit Jiwa dengan cara membandingkan nilai pengukuran sebelum
intervensi (pre- test) dan pengukuran setelah intervensi (post-test) pada
kelompok intervensi dan kelompok non-intervensi. Konsep rancangan
penelitian dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Keterangan:
Kelompok perlakuan menerima intervensi yang dipilih dan dilaksanakan
secara sitematis (X), Kelompok kontrol tidak menerima perlakuan
Q1 = Pre-test kelompok intervensi
Q2 = Post-test kelompok intervensi
O3 = Pre-test kelompok kontrol
O4 = Post-test kelompok kontrol
Q1 X Q2
O3 O4
Gambar 3.1 Rancangan penelitian Pre-test and Post-test with control
group design
32
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
3.2.1 Populasi
Sekelompok objek/subjek yang memiliki kualitas dan ciri yang telah
ditentukan oleh peneliti untuk dipelajari dan dibuat kesimpulan adalah
pngertian dari populasi.(54) Penelitian ini mengambil populasi seluruh pasien
skizofrenia di ruang rawat inap RSJ Dr. Amino Gondohutomo Provinsi
Jawa Tengah.
3.2.2 Sampel
Populasi memiliki sebagian dari jumlah dan karakteristik yang
disebut juga sampel.(54) Penelitian dapat diterapkan pada sampel yang
dipilih dari populasi sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Cara
pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian disebut juga
teknik sampling.(54) Cara sampling yang digunakan untuk penelitian ini
adalah purposive sampling yang merupakan peneliti menentukan
pengambilan sampel dengan cara menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai
dengan tujuan penelitian sehingga diharapkan dapat menjawab
permasalahan penelitian.(55) Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:
a. Pasien berusia 17 – 60 tahun
b. Pasien terdignosa medis skizofrenia
c. Pasien dalam kondisi tenang dan kooperatif dengan hasil PANSS skor
10
d. Pasien bersedia menjadi responden
e. Pasien dapat membaca dan menulis
33
Kriteri eksklusi penelitian ini yaitu:
a. Pasien skizofrenia yang sedang menjalani terapi ECT
b. Pasien dengan GMO (Gangguan Mental Organik)
c. Pasien yang menolak mengikuti terapi hingga selesai
3.2.3 Besar Sampel
Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini menggunakan
teknik purposive sampling pada populasi pasien skizofrenia di ruang rawat
inap RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah sebagai
kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Besar sampel ditentukan
setelah ditetapkan kriteria inklusi serta effect size dari penelitian
sebelumnya. Penelitian sebelumnya yang digunakan sebagai acuan dalam
perhitungan jumlah sampel memiliki nilai rata-rata kelompok kontrol dan
intervensi sebesar 6,37 dengan standar deviasi 7,35.(56) Perhitungan besar
sampel menggunakan rumus sebagai berikut:
𝑛 =2𝛼2(𝑍1−𝛼 + 𝑍1)
(𝜇1 − 𝜇2)2
2
Keterangan:
n = Besar sampel yang diinginkan
α² = (S12- S2
2)/2
S1 = Standar deviasi kelompok kontrol
S2 = Standar deviasi kelompok intervensi
Z1-α = Tingkat kepercayaan 95% (1,96)
Z1-ᵦ = Kekuatan uji 80% (0,842)
µ1 = Perkiraan rata-rata nilai kelompok intervensi
34
µ2 = Perkiraan rata-rata nilai kelompok kontrol
Dengan menggunakan rumus diatas menggunakan keakuratan 1%,
maka perhitungan sampel sebagai berikut:
n = 2 (7,35)2 x (1,96 + 0,842)2
(6,37)2
n = 2 (54,0) x (7,85)
40,5
n = 108 x 7,8
40,5
n = 842,4
40,5
n = 20,8 = 21
Besar sampel dalam penelitian ini adalah 21 responden, tetapi untuk
mengantisipasi adanya sampel yang keluar selama penelitian maka sampel
akan diperbesar dengan menambah jumlah sampel menggunakan rumus:
𝑛′ =𝑛
1−𝑓
Keterangan :
n’ = ukuran sampel deviasi
n= ukuran sampel asli
1-f = perkiraan proporsi drop out, yang diperkirakan 20% (f=0,2)
Perhitungan jumlah sampel adalah :
𝑛′ =21
1−0,2
n’= 26
Berdasarkan perhitungan sampel di atas maka besar sampel setiap
kelompok adalah 26 responden, sehingga total sampel yang digunakan pada
35
penelitian ini adalah 52 responden dengan 26 responden untuk kelompok
kontrol dan 26 responden untuk kelompok intervensi.
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di beberapa ruangan rawat inap di RSJD Dr. Amino
Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan
setelah peneliti dinyatakan lulus ujian proposal dan uji etik, yaitu pada bulan
Agustus 2019.
3.4 Variabel Penelitian, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran
Variabel penelitian merupakan beberapa hal yang telah ditetapkan
peneliti untuk dipelajari, peneliti memperoleh informasi tentang hasil lalu
ditarik kesimpulannya.(51) Variabel penelitian terdiri dari variabel independen
(variabel bebas) dan variabel dependen (variabel terikat).
3.4.1 Variabel independen
Variabel independen atau variabel bebas merupakan variabel yang
berpengaruh untuk adanya perubahan sehingga terjadi variabel dependen.(54)
Variabel bebas pada penelitian ini adalah terapi mindfulness dengan aplikasi
android SI-DESIS.
3.4.2 Variabel dependen
Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang
terjadi akibat variabel bebas.(54) Interaksi sosial pada pasien skizofrenia
merupakan variabel terikat pada penelitian ini.
36
3.4.3 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran
Definisi operasional menggunakan pokok penting berupa
karakteristik yang dapat diamati (diukur). Sebuah hal yang diamati berarti
memberi peluang bagi peneliti untuk mengobservasi sebuah fenomena yang
dapat diulang oleh peneliti lain.(55) Nilai variabel yang dikumpulkan perlu
diukur dengan skala pengukuran sesuai dengan variabel. Skala pengukuran
terdiri empat macam yaitu: 1) skala nominal, 2) skala ordinal, 3) skala
interval, dan 4) skala ratio atau perbandingan.(57)
Berikut merupakan variabel, definisi operasional dan skala
pengukuran penelitian pengaruh terapi mindfulness terhadap interaksi sosial
pasien skizofrenia melalui aplikasi SI-DESIS.
Tabel 3.1 Variabel, definisi operasional dan skala pengukuran
Variabel Definisi
Operasional Parameter Alat Ukur Skala Skor
Independen:
Terapi
mindfulness
melalui
aplikasi
Android SI-
DESIS
Penerapan
mindfulness
target sehat
mandiri
dengan 5
langkah yaitu:
kesadaran,
body scan,
kenyamanan,
penerimaan,
dan
pembuatan
target sehat
mandiri
berinteraksi
pada pasien
skizofrenia
dengan
aplikasi
android SI-
DESIS
(Sistem
Informasi
Deteksi
Interaksi
Sosial)
Pelaksanaan terapi
mindfulness
dilakukan sebanyak
6x. Terapi
mindfulness dengan
aplikasi android SI-
DESIS dilakukan
oleh perawat
ruangan dan
diberikan pada
pasien skizofrenia
SOP
Mindfulness
Target Sehat
Mandiri
37
Variabel Definisi
Operasional Parameter Alat Ukur Skala Skor
Dependen:
Interaksi
Sosial
suatu proses
dari persepsi
dan
komunikasi
antara
individu
dengan
individu,
individu
dengan
kelompok,
individu
dengan
lingkungan
dalam
mencapai
tujuan.
Kuesioner Interaksi
Sosial terdiri dari
penilaian kognitif
dan penilaian afektif
dengan total 12 item
pertanyaan (6 item
pertanyaan setiap
penilaian)
Lembar Observasi
Perilaku terdiri dari
6 item pertanyaan.
Sistem penilaian
Kuesioner Interaksi
Sosial dan Lembar
Observasi Perilaku
yaitu:
a. Lebih dari 3x
sehari: Selalu
b. 2-3 kali sehari:
Sering
c. Kurang dari 2 kali
sehari: Jarang
d. Tidak sama
sekali: Tidak
pernah
Kuesioner
Interaksi
Sosial dan
Lembar
Observasi
Perilaku
Ordi-
nal
Kuesioner Interaksi
Sosial dan Lembar
Observasi Perilaku
berbentuk skala
Likert, dengan
rentang nilai 1-4,
nilai terendah 6 dan
tertinggi 24.
Nilai 4= selalu
Nilai 3= sering
Nilai 2= jarang
Nilai 1= tidak
pernah
Total penilaian
Kuesioner Interaksi
sosial dan Lembar
Observasi Perilaku:
18-36: kurang aktif
berinteraksi
37-54: cukup aktif
berinteraksi
55-72: aktif
berinteraksi
Confoun-
ding
Usia
Jenis
Kelamin
Pendidikan
Pekerjaan
Usia
responden
dilihat dari
tahun lahir
Adanya
responden
laki-laki dan
perempuan
pada
kelompok
intervensi dan
kontrol
Pendidikan
formal yang
telah dilalui
responden
hingga
tamat/lulus
Jenis
pekerjaan
responden
sebelum
masuk RSJ
Item data
karakteristik pada
sistem aplikasi SI-
DESIS
Item data
karakteristik pada
sistem aplikasi SI-
DESIS
Item data
karakteristik pada
sistem aplikasi SI-
DESIS
Item data
karakteristik pada
sistem aplikasi SI-
DESIS
Rasio
Nominal
Ordinal
Nominal
Rata-rata usia
kelompok
intervensi dan
kontrol
1. Laki-laki
2. Perempuan
1. Pendidikan Dasar
2. Pendidikan
Menengah
3. Pendidikan
Tinggi
1. Bekerja
2. Tidak Bekerja
38
3.5 Instrumen Penelitian dan Cara Pengumpulan Data
3.5.1 Instrumen penelitian
Penelitian ini menggunakan instrumen berupa kuesioner untuk
mengukur interaksi sosial pasien skizofrenia. Peneliti melakukan
pengumpulan data secara mandiri.
3.5.1.1 Kuesioner Interaksi Sosial menggunakan skala interval untuk mengetahui
kemampuan kognitif dan afektif individu, serta lembar observasi perilaku
untuk mengetahui perilaku pasien skizofrenia. Interpretasi hasil kuisioner
Interaksi Sosial dan lembar observasi yaitu nilai 1 berarti selalu (jika lebih
dari 3 kali sehari), nilai 2 berarti sering (jika 2-3 kali sehari), nilai 3 berarti
jarang (jika kurang dari 2 kali sehari), nilai 4 berarti tidak pernah (jika
tidak sama sekali).
3.5.1.2 SOP Mindfulness Target Sehat Mandiri; berisi tentang cara melakukan
mindfulness melalui aplikasi android SI-DESIS yang diaplikasikan pada
pasien skizofrenia. (terlampir) SOP ini telah dilakukan uji coba pada pasien
kanker di IZI Semarang dan pada mahasiswa magister keperawatan Undip.
3.5.1.3 Aplikasi SI-DESIS; bermanfaat untuk mendeteksi kemampuan interaksi
sosial pada individu. Aplikasi ini juga berguna untuk mengetahui pengaruh
terapi mindfulness terhadap kemampuan interaksi sosial. Pengguna juga
dapat melakukan konsultasi dengan seputar masalah yang sedang dihadapi
dan hambatan dalam melakukan interaksi sosial.
39
Adapun konten atau fitur-fitur yang terdapat di dalam aplikasi ini yaitu:
3.5.1.3.1 i-List
Fitur ini berisi tentang data pasien yaitu nama, usia, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, diagnosa medis, dan status pasien dalam
penelitian ini sebagai kelompok intervensi atau kelompok non intervensi.
3.5.1.3.2 Pre dan Post
Fitur ini membantu perawat untuk mengidentifikasi interaksi
sosial pasien skizofrenia yaitu dengan mengisi kuesioner interaksi sosial
yang didalamnya terdapat penilaian tentang kemampuan kognitif dan
afektif serta lembar observasi perilaku berisi penilaian perilaku individu
dalam bersosialisasi.
3.5.1.3.3 Mindfulness
Fitur ini berisi tentang langkah-langkah melakukan mindfulness
self care atau target sehat mandiri yaitu 1) atur pernapasan dan fokus
pada kesadaran, 2) body scan dengan merasakan sakit yang ada pada
tubuh dan menikmati sakit itu dengan ikhlas, 3) Merasakan kenyamanan
dan manfaat berinteraksi dengan orang lain. 4) Menerima keadaan yang
sedang dialami dengan ikhlas dan mencoba memaafkan orang lain, 5)
Membuat target sehat mandiri bersosialisasi. Dalam fitur ini memuat
daily interaksi yang berisi tentang latihan interaksi sosial untuk pasien
sehari-hari dan pencapaiannya. Selain itu, terdapat catatan yang dapat
diisi perawat dengan metode SOAP untuk melaporkan kemajuan
interaksi pasien.
40
3.5.1.3.4 i-Report
Fitur ini berisi tentang hasil pre dan post-test pasien kelompok
intervensi dan kontrol. Selain itu, fitur ini berisi tentang berapa kali dan
tanggal berapa saja intervensi telah dilakukan serta hasil catatan perawat
dengan metode SOAP.
3.5.2 Uji validitas dan reabilitas
3.5.2.1 Kuesioner Interaksi Sosial dan Lembar Observasi Perilaku telah diuji
validitas dan reliabilitas oleh Sri Nyumirah dalam penelitiannya tentang
pengaruh terapi perilaku kognitif terhadap kemampuan interaksi sosial klien
isolasi sosial. Uji pertama dilakukan di RS Marzoeki Mahdi Bogor. Uji
kedua dilakukan Sri Nyumirah di RSJ Dr. Amino Gondohutomo Semarang
dengan 30 orang responden sebagai sampel yang memiliki karakteristik
sama seperti kriteria inklusi dalam penelitian di RS Marzoeki Mahdi
Bogor.(41) Validitas instrument dilakukan dengan menggunakan Pearson
Product Moment, sedangkan nilai Alfa Cronbach digunakan untuk menilai
reliabilitas instrumen.
3.5.2.2 Hasil uji validitas pada Kuisioner Interaksi Sosial dengan aspek kemampuan
kognitif dan kemampuan afektif dengan hasil semua pertanyaan dinyatakan
valid. Hasil uji reliabilitas penelitian oleh Sri Nyumirah lebih kecil
dibandingkan penelitian di RS Marzoeki Mahdi Bogor sehingga kuisioner
dinyatakan reliable.(41)
3.5.2.3 Adanya perbedaan kriteria sampel dan skala pengukuran yang tidak bisa
disimpulkan menjadi sebuah hasil atau tingkatan dalam pembuatan sistem
41
informasi berbasis android, maka peneliti melakukan perubahan skala
pengukuran pada Lembar Observasi Perilaku. Peneliti kemudian melakukan
uji validitas dan reliabilitas ulang pada Kuesioner Interaksi Sosial dan
Lembar Observasi Perilaku. Uji ini dilakukan pada 30 orang responden
sebagai sampel di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah
yang memiliki karakteristik sama seperti kriteria inklusi dalam penelitian
tesis ini. Hasil uji validitas Kuesioner Interaksi Sosial dan Lembar
Observasi Perilaku, didapatkan semua item pertanyaan valid dengan r
hitung ≥ r tabel. Hasil uji reliabilitas pada Kuisioner Interaksi Sosial dan
Lembar Observasi Perilaku, menyatakan kedua instrumen reliabel karena
memiliki hasil Cronbach Alpha > 0,60.
3.5.2.4 Kredibilitas Aplikasi
Aplikasi android Sistem Informasi Deteksi Interaksi Sosial (SI-
DESIS) merupakan pengembangan teknologi terapi mindfulness dan
memiliki konsep program yang sama dengan Sistem Informasi Sehat
Holistik (SI-SEHO) dan Sistem Informasi Belajar Sukses dengan Cinta (SI-
BESUTA). Aplikasi SI-DESIS dirancang oleh CV MIB Labs.
3.5.3 Pengumpulan Data
Populasi adalah pasien skizofrenia di RSJ dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah
Pemilihan sampel sesuai dengan kriteria inklusi
Purposive Sampling
Workshop pelaksanaan aplikasi SI-DESIS untuk perawat ruangan
42
Gambar 3.2 Desain Alur Penelitian
3.5.3.1 Tahap persiapan
Peneliti membuat sebuah modul pengembangan tentang aplikasi
android yang memuat beberapa konten aplikasi SI-DESIS. Peneliti
kemudian bekerjasama dengan android developer (ahli IT) untuk membuat
aplikasi android SI-DESIS pada bulan April-Juni 2019. Peneliti melakukan
Analisa data menggunakan uji
stastistic Mann Whitney U-Test
dan Wilcoxon Test Menarik kesimpulan
Penyajian data dan hasil
Populasi
Pasien skizofrenia di ruang
rawat inap RSJD Dr. Amino
Gondohutomo Provinsi Jawa
Tengah
Sampel
Kelompok intervensi
Pasien skizofrenia ruang rawat
inap RSJD Dr. Amino
Gondohutomo Provinsi Jawa
Tengah = 26 orang
Kelompok kontrol
Pasien skizofrenia ruang rawat
inap RSJD Dr. Amino
Gondohutomo Provinsi Jawa
Tengah = 26 orang
Penelitian
Terapi Mindfulness terhadap
interaksi sosial pasien
skizofrenia melalui aplikasi
android SI-DESIS pada
kelompok intervensi yaitu
Pasien skizofrenia ruang rawat
inap RSJD Dr. Amino
Gondohutomo Provinsi Jawa
Tengah
Pertemuan I
- Pre intervensi
- Pre-test terapi mindfulness melalui
aplikasi android SI-DESIS
- Pemberian terapi mindfulness
Pertemuan II
- Pemberian terapi mindfulness
- Mengidentifikasi hambatan dalam
memberikan mindfulness melaui
aplikasi android SI-DESIS
Pertemuan III, IV, V
- Pemberian terapi mindfulness
- Memonitor penggunaan aplikasi
dan hambatan dalam
memberikan mindfulness melaui
aplikasi android SI-DESIS
Mengukur tingkat
interaksi sosial pada
pasien kelompok
intervensi dan non
intervensi dengan
Kuisioner Interaksi
Sosial dan Lembar
Observasi Perilaku
sebelum dilakukan
terapi mindfulness
Mengukur tingkat
interaksi sosial pada
pasien kelompok
intervensi dan
kontrol dengan
Kuisioner Interaksi
Sosial dan Lembar
Observasi Perilaku
setelah dilakukan
terapi mindfulness
Pertemuan VI
- Pemberian terapi mindfulness
- Post-test Terapi mindfulness
melalui aplikasi android SI-
DESIS
- Penutupan intervensi
43
uji etik di Komisi Etik RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa
Tengah pada bulan Mei 2019 dan telah dinyatakan lulus uji etik sebelum
penelitian dilaksanakan (Surat lulus uji etik nomor: 420/1/020609). Aplikasi
android SI-DESIS yang telah selesai dibuat dan akan diterapkan pada
penelitian, terlebih dahulu diuji coba pada pasien rawat jalan RSJD Dr.
Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah sejumlah 25 pasien selama 1
minggu.
Peneliti kemudian mengajukan surat permohonan pengumpulan data
awal dan data penelitian ke Diklat RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi
Jawa Tengah, yang selanjutnya akan diproses oleh pihak tersebut. Peneliti
mengambil data awal yang diperlukan setelah peneliti mendapat izin
penelitian dari pihak RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa
Tengah. Peneliti mengidentifikasi pasien skizofrenia di ruang rawat inap 1
(Ruang Arimbi), ruang 3 (Ruang Citro Anggodo), ruang 4 (Ruang
Dewaruci), ruang 5 (Ruang Endro Tenoyo), ruang 6 (Ruang Gatotkaca),
ruang 7 (Ruang Hudoyo), ruang 12 (Ruang Madrim), dan RIPD. Setelah
penentuan ruang rawat inap, kemudian memilih sampel yang masuk ke
dalam kriteria inklusi dengan jumlah yang ditentukan yaitu 52 pasien.
Selanjutnya, peneliti melakukan workshop pelatihan mindfulness dan
penerapan aplikasi android SI-DESIS pada perawat ruang rawat inap yang
nantinya menjadi enumerator (asisten penelitian). Kriteria enumerator yaitu
perawat adalah pegawai tetap/PNS di RSJD Dr. Amino Gondohutomo
Provinsi Jawa Tengah, minimal berpendidikan D3 Keperawatan, memiliki
44
smartphone android, telah mengikuti workshop mindfulness, dan
menandatangani surat kesediaan sebagai enumerator penelitian. Jumlah
enumerator yaitu 9 orang perawat ruang rawat inap. Workshop dilaksanakan
di Ruang Borobudur RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah
pada tanggal 25 Juli 2019.
3.5.3.2 Tahap pre intervensi
Peneliti dibantu oleh perawat ruangan (enumerator) membagi
kelompok intervensi dan kontrol. Pembagian kelompok intervensi dan
kontrol dibedakan dengan pembagian ruang rawat inap untuk menghindari
terjadinya interaksi antara kedua kelompok. Pada kelompok perlakuan,
peneliti dibantu enumerator mengumpulkan responden dengan cara
meminta waktu setelah jam sarapan pagi. Peneliti memberikan penjelasan
penelitian dan memberikan informed consent kepada responden untuk diisi
dan ditandatangani.
Peneliti dibantu enumerator melaksanakan pre-test pada responden
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dengan mengisi Kuisioner
Interaksi Sosial dan Lembar Observasi Perilaku pada aplikasi SI-DESIS.
Aplikasi SI-DESIS dapat diinstal dari Google Drive melaui link yang
dibagikan melalui media WhatsApp pada semua perawat ruangan
(enumerator) yang telah diminta nomor telepon pada saat workshop. Peneliti
kemudian membuat grup WhatsApp untuk keperluan kontrak waktu
pelaksanaan penelitian di ruang rawat inap yang sudah ditentukan.
45
Pemilihan pasien skizofrenia yang masuk dalam kelompok kontrol harus
sama dengan kelompok intervensi yaitu dengan kriteria inklusi dan eksklusi.
3.5.3.3 Tahap intervensi
Pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan Agustus 2019 selama 3
minggu. Intervensi mindfulness hanya diberikan pada kelompok perlakuan
sesuai pedoman yang sudah dibuat dan telah mendapat persetujuan dengan
responden. Intervensi yang diberikan terdiri dari: 1) Responden diberi
penjelasan mengenai manfaat terapi mindfulness untuk membantu
kesembuhan pasien. 2) Peneliti dibantu perawat ruangan (enumerator)
memberikan terapi mindfulness pada pasien kelompok perlakuan. 3)
Perawat ruangan mengisi evaluasi SOAP yang ada pada aplikasi SI-DESIS
dengan terlebih dahulu mengisi daily interaksi (latihan interaksi) yang telah
dilakukan pada pasien setelah diberi terapi mindfulness. Daily interaksi
(latihan interaksi) terdiri dari latihan berbicara dan bertanya, latihan fokus
dalam komunikasi, latihan menerima dan menyampaikan kritik, latihan
memohon maaf dan memaafkan, latihan berkenalan, dan latihan kontak
mata dan senyum saat berinteraksi. 4) Pemberian intervensi mindfulness
dilakukan selama dua kali dalam seminggu. 5) Peneliti sepakat bersama
perawat ruangan untuk bertemu setelah pemberian terapi mindfulness yang
kedua pada minggu pertama untuk membahas hambatan penelitian.
Pertemuan ketiga dan keempat dengan pasien berlangsung pada
minggu kedua bulan Agustus 2019. Setelah pemberian terapi mindfulness
yang kedua, peneliti bertemu dengan perawat ruangan untuk membahas
46
kendala penelitian pada minggu kedua penelitian ini. Pertemuan dengan
perawat ruangan dapat berupa video call atau teleconference apabila
terkendala waktu dan kesibukan peneliti maupun perawat ruangan. Peneliti
juga memastikan pada perawat ruangan bahwa pasien pada kelompok
kontrol tidak diberi terapi mindfulness. Pertemuan kelima dan keenam
dengan pasien berlangsung pada minggu ketiga bulan Agustus 2019.
3.5.3.4 Tahap post intervensi
Peneliti membuat kontrak waktu dengan perawat ruangan untuk
melakukan post-test pada kelompok perlakuan setelah pemberian terapi
mindfulness keenam kali. Pelaksanaan post-test dengan mengisi Kuesioner
Interaksi Sosial dan Lembar Observasi Perilaku sebagai indikator
keberhasilan program kepada pasien. Hal ini bertujuan untuk menilai
pengaruh mindfulness terhadap interaksi sosial pada responden / pasien.
Pasien yang berhalangan hadir saat post-test, maka peneliti menghubungi
perawat di ruangan tempat penelitian, kemudian membuat kesepakatan
untuk mengadakan post test pada responden tersebut. Kelompok kontrol
dilakukan post test di hari berikutnya setelah pelaksanaan post-test pada
kelompok perlakuan.
Jika terbukti bahwa penerapan intervensi mindfulness melalui aplikasi
android SI-DESIS berpengaruh terhadap interaksi sosial pasien skizofrenia,
maka kelompok kontrol akan memperoleh perlakuan yang sama persis
dengan kelompok perlakuan segera setelah pengumpulan data berakhir.
47
3.6 Teknik Pengolahan dan Analisa Data
3.6.1 Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data adalah proses analisis data yang dilakukan untuk
mendapatkan hasil olahan data yang menjadi suatu informasi benar terkait
hasil penelitian.(58) Pengolahan data yang harus dilakukan peneliti ada lima,
yaitu sebagai berikut:(58)
3.6.1.1 Editing
Kesalahan atau kekeliruan dapat dikurangi dengan upaya pemeriksaan
kembali kebenaran data yang diperoleh dan dikumpulkan yang disebut juga
editing. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah
data terkumpul.
3.6.1.2 Coding
Sebuah cara/teknik memberi kode numeric (angka) terhadap data,
serta mengklasifikasi data yang merupakan usaha untuk menggolongkan
dan mengelompokkan dan memilah data berdasarkan klasifikasi tertentu
sehingga pengujian hipotesis akan mudah disebut juga coding. Coding
dalam penelitian ini yaitu jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan yang
merupakan data karakteristik responden. Jenis kelamin dengan kode 1 untuk
laki-laki dan 2 untuk perempuan. Pendidikan dengan kode 1 untuk
Pendidikan Dasar (SD, SMP), 2 untuk Pendidikan Menengah (SMA), dan 3
untuk Pendidikan Tinggi (D1, D3, S1, S2). Pekerjaan dengan kode 1 untuk
bekerja dan 2 untuk tidak bekerja.
48
3.6.1.3 Tabulating
Data yang telah didapatkan kemudian dikelompokkan sesuai kategori
lalu ditabulasi.
3.6.1.4 Entry data
Langkah entry data merupakan proses memasukkan data yang sudah
ditabulasi ke dalam komputer software statistic Microsoft Excel dan SPSS
20 yang ada dalam komputer.
3.6.1.5 Clearing
Proses pengecekan ulang untuk melihat kemungkinan adanya
kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, setelah sumber data atau
responden telah dimasukkan disebut juga clearing. Clearing dilakukan pada
coding data dan interpretasi hasil kode.
3.6.2 Analisa Data
Data yang telah berhasil dikumpulkan, maka akan dilakukan tabulasi
dan analisis data. Data karakteristik responden dianalisa menggunakan
beberapa uji statistik. Data umur responden dapat diuji dengan uji Levene
untuk menguji homogenitas dua kelompok atau lebih yang memiliki data
numerik. Data jenis kelamin dan pekerjaan dapat diuji dengan uji Chi-
Square untuk menguji homogenitas dua kelompok atau lebih yang memiliki
data kategorik. Data pendidikan responden dapat diuji dengan uji Fisher’s
Exact untuk menguji dua kelompok yang memiliki data kategorik dengan
nilai frekuensi expected count 20%. Data pre dan post test Kuisioner
49
Interaksi Sosial dan Lembar Observasi Perilaku adalah data numerik, maka
dianalisis menggunakan uji statistik Wilcoxon.
Data post test kelompok intervensi dan kelompok kontrol dianalisis
menggunakan uji Mann-Whitney karena data berupa kategorik. Jika hasil
penelitian dengan nilai p ≤ 0,05 maka hipotesis (H1) diterima artinya ada
pengaruh penerapan mindfulness terhadap peningkatan interaksi sosial
pasien skizofrenia melalui aplikasi android SI-DESIS. Pengolahan data
diproses menggunakan komputer dengan aplikasi program SSPS Windows.
3.7 Etika Penelitian
Prinsip etika dalam penelitian atau pengumpulan data dapat
dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu:(59)
3.7.1 Prinsip mengenai Hak Asasi Manusia
3.7.1.1 Hak ikut atau menolak menjadi responden
Subjek mempunyai hak memutuskan bahwa mereka bersedia menjadi
subjek ataupun tidak, tanpa adanya paksaan atau ancaman atau sangsi
apapun.
3.7.1.2 Informed Consent
Pada informed consent subjek berhak untuk memutuskan
berpartisipasi atau menolak serta berhak mendapkan penjelasan secara
lengkap tentang tujuan penelitian. Tujuan informed consent harus
dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan dipergunakan untuk
pengembangan ilmu.
50
3.7.2 Prinsip Keadilan
Prinsip etik penelitian ini berkaitan dengan hak dijaga kerahasiaannya.
Subjek penelitian berhak untuk meminta data yang diberikan harus dijaga
kerahasiaannya. Ada pula prinsip etika penelitian kesehatan:(59)
3.7.2.1 Prinsip menghormati harkat dan martabat manusia (Respect For Person)
Prinsip Respect for persons menyangkut penghormatan akan otonomi
manusia untuk dengan bebas menentukan sendiri apa yang akan dia lakukan
untuk ikut atau tidak ikut dalam penelitian dan atau mau berhenti dalam
tahap manapun atau meneruskan keikutsertaannya dalam suatu peneletian.
3.7.2.2 Prinsip etik berbuat baik (beneficience) dan tidak merugikan (non-
maleficience)
Beneficience menyangkut prinsip untuk meningkatkan kesejahteraan
manusia dan tidak mencelakakannya. Bila prinsip ini diterapkan dalam
bidang riset medis, maka prinsip ini menyangkut suatu kewajiban untuk
meminimalisir risiko bila dibanding dengan potensi keuntungan yang
bisa diambil dari penelitian itu. Prinsip etik berbuat baik juga menyangkut
kewajiban membantu orang lain, dilakukan dengan mengupayakan manfaat
maksimal dengan kerugian minimal. Diikutsertakannya subjek manusia
dalam penelitian kesehatan dimaksudkan untuk membantu tercapainya
tujuan penelitian yang dilakukan. Prinsip etik berbuat baik
mempersyaratkan bahwa :
3.7.2.2.1 Risiko penelitian harus wajar (reasonable) dibanding manfaat yang
diharapkan;
51
3.7.2.2.2 Desain penelitian harus memenuhi persyaratan ilmiah
3.7.2.2.3 Para peneliti mampu melaksanakan penelitian dan sekaligus mampu
menjaga kesejahteraan subjek penelitian;
3.7.2.2.4 Diikuti prinsip do no harm (non-maleficience/tidak merugikan) yang
menentang kesengajaan untuk merugikan subjek penelitian. Prinsip tidak
merugikan menyatakan bahwa jika seseorang tidak dapat melakukan hal-
hal yang bermanfaat, maka setidak-tidaknya jangan merugikan orang lain.
Prinsip tidak merugikan bertujuan agar subjek penelitian tidak semata-
mata diperlakukan sebagai sarana saja, tetapi harus diberikan
perlindungan terhadap adanya tindakan penyalahgunaan. Setiap upaya
mendapatkan keuntungan (mengupayakan beneficience) selalu
menimbulkan biaya (beban dan risiko, suatu maleficience). Dalam
praktek isu etik yang muncul sering terkait dengan bagaimana
cara menyelaraskan beneficience dan non maleficience.
3.7.3 Prinsip Keadilan (Justice)
Keadilan (Justice) merupakan kewajiban untuk memperlakukan
setiap manusia secara baik dan benar, memberikan apa yang menjadi haknya,
serta tidak membebani mereka dengan apa yang bukan menjadi
kewajibannya. Prinsip etik keadilan mengacu pada kewajiban etik untuk
memperlakukan setiap orang (sebagai pribadi otonom) sama dalam
memperoleh hak-haknya, dengan moral yang benar dan layak.
52
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Analisa Univariat
4.1 Karakteristik Responden
Karakteristik responden menggambarkan distribusi responden
berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol.
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden pada
Kelompok Intervensi dan Kontrol (n=52)
Karakteristik Pasien
Intervensi
(n=26)
Kontrol
(n=26) Statistik p
N % N %
Usia M(SD)
36,08(12,62)
M(SD)
35,16(10,06) 1,270a 0,265
Jenis Kelamin
0,077c 0,781 Laki-laki 15 57,7 13 50,0
Perempuan 11 42,3 13 50,0
Pendidikan Terakhir
0,698b 0,705 Pendidikan Dasar 12 46,2 15 57,7
Pendidikan Menengah 10 38,5 8 30,8
Pendidikan Tinggi 4 15,4 3 11,5
Pekerjaan
0,077c 0,782 Bekerja 12 46,2 12 53,8
Tidak Bekerja 14 53,8 14 46,2
Catatan. a = Uji Levene, b = Chi-square, c = Uji Fisher’s exact, M=Mean,
SD=Standar Deviasi
Berdasarkan pada tabel di atas, mayoritas responden kelompok
intervensi berjenis kelamin laki-laki dengan tingkat pendidikan terbanyak yaitu
pendidikan dasar dan memiliki status pekerjaan tidak bekerja. Hasil tabel di
atas pada kelompok kontrol jumlah jenis kelamin laki-laki dan perempuan
sama rata dengan tingkat pendidikan terbanyak yaitu pendidikan dasar dan
53
memiliki status pekerjaan bekerja. Kesimpulan dari tabel distribusi frekuensi
karakteristik responden yaitu varian dari variabel usia, jenis kelamin,
pendidikan, dan pekerjaan signifikan homogen atau tidak terdapat perbedaan
karakteristik responden (p > 0,05).
4.2 Tingkat Interaksi Sosial Pasien Skizofrenia Pre-test pada Kelompok
Intervensi dan Kontrol
Tabel 4.2 Tingkat Interaksi Sosial Pasien Skizofrenia Pre-test pada Kelompok
Intervensi dan Kontrol (n=52)
Pre-test Intervensi Kontrol p
F (%) f (%)
Aktif 2 7,7 0 0
0,329 Cukup Aktif 2 7,7 3 11,5
Kurang aktif 22 84,6 23 88,5
Total 26 100,0 26 100,0
Hasil pre-test di atas menggambarkan bahwa mayoritas responden pada
kelompok intervensi maupun kontrol berada pada kategori kurang aktif dalam
interaksi sosial. Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat
interaksi sosial pada pre-test kelompok intervensi dan pre-test kontrol
signifikan homogen (p > 0,05).
B. Analisis Bivariat
4.3 Tingkat Interaksi Sosial Pasien Skizofrenia pada Kelompok Intervensi dan
Kontrol
Tabel 4.3.1 Perbedaan Tingkat Interaksi Sosial Pasien Skizofrenia pada
Kelompok Intervensi Pre-test dan Post-test (n=26)
Intervensi (n=26)
Z P M(SD)
Pre-test 33,31(7,32) -4,463 0,000
Post-test 59,73(4,90)
54
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan tingkat interaksi sosial pasien skizofrenia pada kelompok
intervensi pre-test dan post-test (p < 0,05)). Pada kelompok kontrol, tidak
terdapat perbedaan tingkat interaksi sosial pasien pada pre-test dan post-
test (p > 0,05).
Tabel 4.3.2 Perbedaan Tingkat Interaksi Sosial Pasien Skizofrenia pada
Kelompok Kontrol Pre-test dan Post-test (n=26)
Kontrol (n=26)
Z p M(SD)
Pre-test 32,00(3,84) -0,096 0,923
Post-test 32,96(6,71)
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
perbedaan tingkat interaksi sosial pasien skizofrenia pada kelompok
kontrol pre-test dan post-test (p > 0,05). Nilai uji effect size yang
didapatkan dari hasil penelitian ini yaitu sebesar 0.8752 yang berarti
bahwa kelompok intervensi sangat kuat pengaruhnya terhadap hasil
tingkat interaksi sosial setelah diberikan terapi mindfulness
55
4.4 Pengaruh Terapi Mindfulness Terhadap Interaksi Sosial Pasien Skizofrenia
melalui Aplikasi Android SI-DESIS antara Kelompok Intervensi dan
Kelompok Kontrol
Tabel 4.4 Pengaruh Terapi Mindfulness Terhadap Interaksi Sosial Pasien
Skizofrenia melalui Aplikasi Android SI-DESIS antara Kelompok
Intervensi dan Kelompok Kontrol (N=52)
Intervensi
(n=26)
Kontrol
(n=26) U p-value
Mean Rank Sum Rank Mean Rank Sum Rank
Tingkat
Interaksi
Sosial
Pre-test 26,44 687,50 26,56 690,50 336,500 0,978
Post-test 39,04 1015,00 13,96 363,00 12,000 0,000
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa hasil pre-test
tingkat interaksi sosial sebelum diberikan intervensi mindfulness adalah
tidak terdapat peningkatan (p > 0,05). Hasil uji statistik Mann-Whitney yang
digunakan pada tabel diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan
tingkat interaksi sosial pada post-test setelah diberikan intervensi
mindfulness (p < 0,05). Kesimpulan dari hasil tersebut memperlihatkan
bahwa terdapat pengaruh mindfulness melalui aplikasi SI-DESIS (Sistem
Informasi Deteksi Interaksi Sosial) terhadap tingkat interaksi sosial pasien
skizofrenia.
56
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Tingkat Interaksi Sosial Pasien Skizofrenia Pre-test Terapi Mindfulness
Melalui Aplikasi Android SI-DESIS
Interaksi sosial pada pasien skizofrenia sebelum diberikan
perawatan cenderung kurang aktif seperti yang terbukti pada penelitian ini
yaitu nilai rata-rata tingkat interaksi sosial sebesar 33,31 pada kelompok
intervensi dan sebesar 32,00 pada kelompok kontrol sebelum dilakukan
terapi mindfulness melalui aplikasi android SI-DESIS. Temuan tersebut
menunjukkan bahwa perlu adanya pengkajian mendalam saat awal pasien
masuk Rumah Sakit Jiwa mengenai interaksi. Hasil penelitian ini didukung
oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ono et al. tentang interaksi
sosial pada gangguan jiwa menjelaskan bahwa 49 dari 50 responden yang
merupakan pasien skizofrenia (p-value=0,001) memiliki interaksi sosial
yang rendah sebelum diberi terapi psikologis apapun.(60) Selain itu,
penelitian yang dilakukan oleh Yilmaz et al. tentang proses sosial pada
pasien skizofrenia juga memaparkan hasil yang hampir sama, yaitu
sebanyak 4 pasien skizofrenia pada penelitian kualitatif yang dilakukan,
memiliki tingkat interaksi yang kurang aktif dalam sebuah proses sosial.(61)
Masalah interaksi sosial yang kurang aktif pada pasien skizofrenia di
Rumah Sakit Jiwa merupakan dampak gejala positif dan negatif penyakit.(60)
57
Gejala positif dan negatif yang dialami pasien skizofrenia dapat dipengaruhi
oleh aspek afektif, kognitif, dan psikomotor. Aspek afektif pada pasien
skizofrenia berkaitan dengan defisit neurokognitif yang berakibat adanya
gangguan pada fungsi perhatian, memori visual, dan kognisi sosial.(59)
Emosi merupakan bagian dari aspek afektif.(62)
Pasien skizofrenia pada dasarnya memiliki gangguan emosi. Hal ini
terlihat saat penelitian berlangsung dimana pasien skizofrenia pada
kelompok intervensi mudah sekali berganti mood, sehingga pada saat pasien
skizofrenia dilatih untuk memberi salam dengan pasien lain, perawat harus
memastikan bahwa pasien saat itu dalam kondisi yang koopertif dan bugar.
Selain itu, ketidakstabilan emosi ini sangat berpengaruh terhadap keaktifan
pasien skizofrenia dalam kegiatan berkelompok di ruangan. Penelitian yang
dilakukan oleh Martin et al. tentang respon emosional pada interaksi pasien
skizofrenia menjelaskan bahwa seluruh sampel sebanyak 16 pasien
skizofrenia (p-value=0,12) pada kelompok intervensi memiliki
ketidakstabilan emosi sebelum diberi terapi.(63) Emosi yang tidak stabil
mempengaruhi respon sosial serta minat dan motivasi pasien skizofrenia
untuk melakukan interaksi dengan orang lain.(63) Selain itu, emosi yang
tidak terkontrol pada pasien skizofrenia dapat berakibat adanya risiko
perilaku kekerasan dalam interaksi dengan orang lain.(63)
Aspek kognitif pada pasien skizofrenia berkaitan dengan kemampuan
berkomunikasi dan fokus saat melakukan interaksi.(64) Hasil penelitian di
Rumah Sakit Jiwa memperlihatkan bahwa 22 pasien skizofrenia pada
58
kelompok intervensi dan 23 pasien skizofrenia pada kelompok kontrol dari
jumlah 26 pasien masing-masing kelompok memiliki interaksi sosial yang
kurang aktif. Kurang aktifnya interaksi pada pasien skizofrenia terlihat saat
perawat melalukan pre-test yaitu pasien sulit fokus saat diajak berbicara dan
sulit mengingat mengapa pasien dibawa ke rumah sakit. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Stefanopoulou et al. yang
menyebutkan bahwa pasien skizofrenia pada kelompok perlakuan (p-
value=0,08) dan kontrol (p-value=0,09) memiliki keterlambatan ingatan dan
kesulitan fokus dalam sebuah diskusi yang diukur dengan Wechsler Adult
Intelligence Scale.(65) Selain itu, dalam penelitian ini juga menjelaskan
bahwa pasien skizofrenia mengalami respon verbal yang terganggu (p-
value=0,33) diukur menggunakan California Verbal Learning Test.(65)
Masalah interaksi sosial juga dipengaruhi oleh aspek psikomotor.
Aspek psikomotor dalam sebuah interaksi berupa kemampuan bersosialisasi
secara umum seperti menyapa, tersenyum, menjawab pertanyaan.(66) Hasil
pre-test penelitian ini memunjukkan bahwa ada 2 pasien di kelompok
intervensi dan 3 pasien di kelompok kontrol yang cukup aktif berinteraksi.
Kategori cukup aktif berinteraksi merupakan gabungan dari penilaian
afektif, kognitif, dan psikomotor. Kategori ini mendefinisikan bahwa pasien
skizofrenia telah sering berinteraksi tetapi masih kurang maksimal terutama
dalam psikomotornya. Penelitian yang dilakukan oleh Morrens et al.
memaparkan bahwa pasien skizofrenia mengalami keterlambatan
psikomotor sebelum diberikan terapi apapun.(67) Pengukuran psikomotor ini
59
ada di item PANSS (Positive and Negative Syndrome Scales) yaitu motor
retardation dalam General Psychopathology Scale.(68) Kay, et al. dalam
penelitiannya menjelaskan bahwa item motor retardation yang berfungsi
untuk mengukur psikomotor pasien skizofrenia ini memiliki rata-rata 2,09
(p-value=0,01), yang berarti semakin tinggi nilai keterlambatan motorik
pasien skizofrenia, maka proses interaksi dengan lingkungan akan semakin
terganggu/ bermasalah.(68)
Selain ketiga aspek di atas, faktor lingkungan juga berpengaruh dalam
proses interaksi seseorang. Cigarini et al. dalam penelitiannya tentang
pengaruh ekosistem kesehatan mental terhadap interaksi sosial menjelaskan
bahwa masyarakat dan tenaga kesehatan yang mendukung kesembuhan
pasien gangguan jiwa, memiliki layanan perawatan yang berorientasi pada
interaksi sosial.(69) Adanya kontribusi langsung pasien gangguan jiwa
terutama pasien dengan diagnosa medis skizofrenia sebanyak 43,6% dalam
interaksi kelompok, merupakan hasil dari keterlibatan secara aktif tenaga
kesehatan jiwa yang bekerjasama dengan keluarga/ masyarakat dalam upaya
pemulihan pasien gangguan jiwa.(69) Pasien skizofrenia pada kelompok
intervensi di Rumah Sakit Jiwa memiliki keluarga yang sering menjenguk
pasien menurut keterangan dari perawat ruang 1, 5, dan RIPD.
Interaksi sosial yang kurang aktif pada 45 pasien skizofrenia dari total
52 pasien yang berpartisipasi dalam penelitian ini, menunjukkan bahwa
adanya gangguan ketiga aspek (afektif, kognitif, dan psikomotor) serta
lingkungan pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa membuat pasien
60
kesulitan berinteraksi dengan orang lain. Hal tersebut berpengaruh pada
proses pemulihan yang menjadi terhambat. Oleh karena itu, kurang aktif
interaksi tersebut harus segera ditangani dengan ketrampilan perawat
memberikan terapi mindfulness.
5.2 Pengaruh Terapi Mindfulness Terhadap Interaksi Sosial Pasien Skizofrenia
melalui Aplikasi Android SI-DESIS antara Kelompok Intervensi dan
Kelompok Kontrol
Terapi mindfulness merupakan sebuah latihan agar individu
memiliki sikap perhatian, fokus pada kesadaran, rasa syukur serta pemikiran
yang positif dan penuh antusias terhadap seluruh pengalaman hidup yang
terjadi saat ini (present experience).(70) Teori mindfulness yang dicetuskan
oleh Kabat Zinn menjelaskan bahwa terapi ini memberikan ketenangan
dalam pikiran dan jiwa, sehingga membantu seseorang untuk dapat fokus
dalam menyelesaikan masalah.(71) Terapi mindfulness dalam
perkembangannya, telah terbukti dapat menangani pasien gangguan jiwa.
Penelitian yang dilakukan oleh Khoury et al. menjelaskan bahwa
mindfulness based therapy efektif dalam mengurangi kecemasan, depresi,
dan stres dengan effect size 95% (p=0.0002) yang berarti sangat kuat
pengaruhnya.(72) Piet et al. tentang mindfulness based cognitive therapy juga
menjelaskan bahwa terapi ini berpengaruh dalam mencegah kekambuhan
pada kasus MDD (Major Depressive Disorder) dengan p=0,0001.(73) Terapi
mindfulness juga dapat meningkatkan kemandirian perawatan diri pasien
61
gangguan jiwa seperti penelitian yang dilakukan oleh Slatyer et al. tentang
mindfulness based self care yang menjelaskan bahwa terapi ini berpengaruh
dalam meningkatkan kemandirian pasien saat perawatan di rumah sakit
dengan persentase 94%.(74)
Pada pasien gangguan jiwa dengan diagnosa medis skizofrenia, terapi
minfulness juga sangat membantu pemulihan. Hal ini sesuai dengan
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Tabak et al. tentang mindfulness
pada skizofrenia yang menjelaskan bahwa terapi mindfulness berpengaruh
pada peningkatan motivasi, kestabilan emosi, dan peningkatan interaksi
yang positif dengan nilai rata-rata 15,66.(75) Terapi mindfulness bagi pasien
skizofrenia dalam mengatasi masalah interaksi sosial terdiri dari lima tahap
yaitu 1) fokus pada kesadaran (awareness), 2) body scan, 3) kenyamanan,
4) penerimaan (acceptance) dan 5) target sehat mandiri.(20) Terapi ini
dikembangkan dengan teknologi android dan dikombinasikan dengan
pengukuran interaksi sosial sehingga menghasilkan aplikasi Sistem
Informasi Deteksi Interaksi Sosial (SI-DESIS). SI-DESIS merupakan
aplikasi berbasis android untuk mendeteksi interaksi sosial pada pasien
terutama dalam penelitian ini adalah pasien skizofrenia. Aplikasi ini
merupakan sebuah media penelitian yang dapat membantu perawat dalam
efisien waktu dan penggunaan kertas ketika mendokumentasikan
perkembangan interaksi sosial pasien skizofrenia, sehingga perawat bisa
lebih fokus dalam memberikan terapi mindfulness.
62
Fokus tahapan terapi mindfulness self care dalam meningkatkan
interaksi sosial adalah tahap kenyamanan dan target sehat mandiri sesuai
dengan hasil penelitian yang telah dilakukan Webber et al.(76) Penelitian
tersebut menjelaskan bahwa pada pasien gangguan jiwa yang sering
diajarkan dan dibimbing untuk merasakan nyaman saat berinteraksi dengan
orang lain akan membuat pasien menyadari manfaat berinteraksi dengan
orang lain.(76) Tahapan penting selanjutnya yaitu target sehat mandiri yang
merupakan langkah melatih pasien skizofrenia untuk mampu membuat
tingkat kemandiriannya sendiri.(20) Kemandirian pada pasien gangguan jiwa
terutama pasien skizofrenia sangat penting dalam membantu proses
pemulihan terutama kemandirian bersosialisasi atau melakukan interaksi
sosial dengan lingkungan sekitar.(77)
Hasil post-test pada kelompok intervensi setelah diberikan terapi
mindfulness melalui aplikasi android SI-DESIS diperoleh hasil statistik
dengan p-value=0,000 yang bermakna terapi mindfulness melalui aplikasi
android SI-DESIS dapat meningkatkan interaksi sosial pada pasien
skizofrenia. Hasil penelitian ini didukung penelitian sebelumnya oleh Wolf
et al. yang menjelaskan adanya penurunan gejala negatif pada pasien
skizofrenia setelah diberikan intervensi berupa mindfulness mobile
application dengan nilai rata-rata pre-test 7,52 dan post-test 2,24 yang
berarti penurunan gejala negatif berdampak terhadap peningkatan respon
sosial.(78)
63
Peningkatan interaksi sosial pada pasien skizofrenia yang telah
diberikan intervensi merupakan efek dari terapi mindfulness yaitu
kenyamanan berinteraksi yang telah dirasakan pasien serta melatih
kemandirian dengan latihan sehari-hari. Latihan kemandirian ini berupa
latihan (daily) interaksi yang berisi ringkasan kemampuan afektif, kognitif,
dan psikomotor atau perilaku yang ada dalam Kuesioner Interaksi Sosial dan
Lembar Observasi Perilaku. Kemampuan yang ada dalam latihan (daily)
interaksi yaitu 1) berbicara dan bertanya, 2) fokus saat komunikasi, 3)
menyampaikan dan menerima kritik, 4) memohon maaf dan memaafkan, 5)
berkenalan, 6) kontak mata dan senyum. Latihan kemandirian ini dilatih
setiap hari dan diukur menggunakan level kemandirian/target sehat
mandiri.(20) Level kemandirian terdiri dari level 1) keyakinan bahwa
kemampuan ini penting, level 2) pengetahuan yang dibutuhkan, level 3)
perawat memberikan contoh pada pasien, level 4) pasien melakukan
didampingi perawat, level 5) pasien mandiri dan mempertahankan
kemandirian.(20)
Intervensi mindfulness dapat diberikan melalui bantuan media berupa
mobile application atau mindfulness secara online. Penelitian yang
dilakukan oleh Choo et al. menjelaskan bahwa terapi mindfulness dengan
smartphone application berdampak positif pada penurunan risiko bunuh diri
dan peningkatan respon emosional serta interaksi.(79) Penelitian lain yang
dilakukan oleh Garcia et al. dan Spikerjman et al. menyatakan bahwa
intervensi mindfulness yang diberikan melalui aplikasi smartphone
64
berdampak positif dalam meningkatkan kualitas hidup (p-value=0,003),
respon sosial (p-value=0,002) serta kesejahteraan (p-value=0,002).(80,81)
Penelitian dengan terapi mindfulness tidak hanya dilakukan dengan
satu kelompok responden, tetapi seringkali menggunakan kelompok kontrol
sebagai pembanding. Hasil kelompok kontrol menunjukkan bahwa tidak
ada peningkatan interaksi sosial bagi pasien kelompok kontrol yang tidak
mendapatkan terapi mindfulness.(82) Hasil ini sesuai dengan penelitian yang
telah dilakukan yaitu tidak ada peningkatan interaksi sosial yang signifikan
pada pasien skizofrenia di kelompok kontrol dengan nilai rata-rata 0,96.
Adanya perbedaan hasil tingkat interaksi sosial pada kelompok intervensi
dan kontrol terjadi karena pada kelompok intervensi telah diberi terapi
mindfulness melalui aplikasi android SI-DESIS. Terapi mindfulness
memberikan efek tenang dan nyaman pada tubuh, fokus pada situasi yang
dialami saat ini, berpikir positif terhadap setiap hal, serta mampu membuat
target sehat mandiri sesuai dengan kemampuan yang dilatih(22,43)
Perubahan interaksi sosial menjadi lebih aktif pada pasien skizofrenia,
juga dipengaruhi oleh kemampuan perawat jiwa dalam menggunakan
aplikasi android SI-DESIS serta kemampuan memberikan terapi
mindfulness. Hal ini sesuai dengan penerapan teori Pencapaian Tujuan
(Goal Attainment) oleh Imogene M. King. Teori tersebut menekankan
pentingnya keberhasilan pencapaian tujuan pemulihan pasien yang optimal
dengan terjalinnya interaksi antara perawat dan pasien. Perawat harus dilatih
mindfulness terlebih dahulu sebelum memberikan terapi ini untuk pasien.(78)
65
Hal ini didukung oleh penelitian Byron et al. yang menjelaskan bahwa
perawat yang telah dilatih mindfulness dan dapat menerapkan pada pasien
dapat mendukung kesembuhan pasien lebih cepat.(83) Penelitian lain yang
dilakukan oleh Brady et al. juga menyebutkan bahwa ada peningkatan
kepuasan pasien jiwa dan keluarga sebesar 4,3% pada perawat yang
melakukan intervensi mindfulness untuk melatih pasien.(84) Perawat jiwa
dalam penelitian ini telah dapat menekankan aspek penting dalam terapi
mindfulness untuk meningkatkan interaksi sosial yaitu dalam tahap
kenyamanan dan target sehat mandiri. Rasa nyaman dalam berinteraksi yang
dirasakan langsung oleh pasien skizofrenia, dapat menyadarkan pasien
pentingnya berinteraki dengan lingkungan sekitar.(85) Kenyamanan yang
terus-menerus dirasakan, dapat membuat pasien bersemangat untuk
mempertahankan interaksi yang sudah berlangsung dengan melakukan
interaksi secara mandiri tanpa bantuan perawat.(85)
Oleh karena itu, terapi mindfulness menggunakan aplikasi android SI-
DESIS dapat membantu pasien skizofrenia untuk menyadari pentingnya
berinteraksi, meningkatkan kemampuan interaksi pasien dan mengajarkan
kemandirian berinteraksi dengan lingkungan sekitar, sehingga proses
pemulihannya menjadi lebih cepat.
66
5.3 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan yang ada dalam pelaksanaan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Aplikasi android SI-DESIS tidak memiliki video yang berisi langkah-
langkah dalam melakukan terapi mindfulness, sehingga pengguna tidak
bisa melihat langkah-langkah melakukan mindfulness
2. Kriteria inklusi pada penelitian ini kurang detail atau ketat sehingga
berisiko untuk bias dan drop out.
3. Penelitian dilakukan pada satu Rumah Sakit Jiwa saja sehingga tidak
ada variasi lingkungan yang mempengaruhi hasil.
4. Sesuai dengan ethical clearance yang telah dilaksanakan, bahwa
penelitian yang dilakukan pada pasien gangguan jiwa di rumah sakit
jiwa tidak bisa menggunakan teknik random sampling karena terlalu
berisiko bias dan drop out.
5.4 Implikasi Penelitian terhadap Pelayanan Keperawatan
Penelitian ini membuktikan bahwa terapi mindfulness melalui
aplikasi android SI-DESIS dapat meningkatkan interaksi sosial pasien
skizofrenia di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.
Aplikasi SI-DESIS dapat menjadi sarana untuk membantu mendeteksi
interaksi pasien skizofrenia pada pengkajian awal asuhan keperawatan jiwa.
Pelaksanaan terapi mindfulness diajarkan oleh perawat selama pasien
menjalani proses perawatan di rumah sakit jiwa hingga pasien dapat latihan
sendiri setelah pulang dirumah. Evaluasi dilakukan setiap minggu untuk
67
melihat adanya kendala dalam terapi mindfulness menggunakan aplikasi
serta rencana tindak lanjut yang akan dilaksanakan untuk mengatasi kendala
tersebut.
68
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil penelitian dan
analisis data yang telah dilakukan adalah tingkat interaksi sosial pre-test
terapi mindfulness melalui aplikasi android SI-DESIS memiliki hasil yang
relatif sama antara kelompok intervensi dan kontrol yaitu rata-rata pasien
skizofrenia kurang aktif berinteraksi. Tingkat interaksi sosial post-test
pemberian terapi mindfulness melalui aplikasi android SI-DESIS memiliki
hasil yang berbeda antara dua kelompok. Kelompok intervensi terdapat
peningkatan yaitu rata-rata pasien skizofrenia aktif berinteraksi. Namun,
pada kelompok kontrol yang tidak diberi terapi mindfulness, tidak
mengalami perubahan yang signifikan yang berarti interaksi sosial pasien
skizofrenia masih berada pada tingkat kurang aktif berinteraksi.
Terapi mindfulness melalui aplikasi android SI-DESIS dengan uji
Mann-Whitney menunjukkan bahwa tidak terdapat peningkatan interaksi
sosial pre-test sebelum diberikan terapi mindfulness. Namun, terdapat
peningkatan interaksi sosial post-test setelah diberikan terapi mindfulness.
Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh mindfulness
melalui aplikasi SI-DESIS (Sistem Informasi Deteksi Interaksi Sosial)
terhadap tingkat interaksi sosial pasien skizofrenia.
69
6.2 Saran
Saran yang dapat diberikan oleh peneliti berdasarkan hasil penelitian
yang telah didapatkan yaitu sebagai berikut:
6.2.1 Institusi Pendidikan
Hasil penelitian dengan terapi mindfulness melalui aplikasi android SI-
DESIS dapat menjadi sumber referensi civitas akademika dalam melakukan
penelitian berikutnya serta dapat diaplikasikan untuk pengabdian
masyarakat. Mindfulness dapat disosialisasikan secara luas sebagai salah
satu tindakan keperawatan holistik.
6.2.2 Pelayanan Keperawatan
Aplikasi android SI-DESIS bisa menjadi pendeteksi tingkat interaksi sosial
pasien skizofrenia pada awal pengkajian sekaligus mengukur perubahan
interaksi sosial selama perawatan di rumah sakit jiwa sampai dengan pasien
pulang. Terapi mindfulness di dalam aplikasi ini dapat diterapkan sebagai
intervensi keperawatan bagi pasien skizofrenia.
6.2.3 Pengembangan Penelitian
Penelitian selanjutnya dapat mengambil sampel pasien gangguan jiwa
dengan diagnosa medis lain atau pada pasien NAPZA, sehingga lebih
variatif. Peneliti selanjutnya juga dapat melanjutkan penelitian ini dengan
sampel yang lebih banyak dan desain penelitian yang lebih tinggi
(randomized controll trial) untuk meningkatkan kualitas hasil intervensi.
Aplikasi android SI-DESIS ini dapat dikembangkan pula oleh peneliti non
70
keperawatan untuk dapat mengukur interaksi sosial pada individu atau
kelompok di bidang keilmuan lain.
71
DAFTAR PUSTAKA
1. Balitbang Kemenkes. Hasil utama Riskesdas 2018 [Internet]. Jakarta:
Kemenkes RI; 2018. Available from:
http://www.depkes.go.id/resources/download/info-
terkini/materi_rakorpop_2018/Hasil Riskesdas 2018.pdf
2. Rekam Medis Rumah Sakit Jiwa Dr. Amino Gondhohutomo Semarang.
Laporan 10 besar penyakit (Index 10 besar ICD) rawat inap. Periode : 1
Januari – 31 Desember 2018. Semarang; 2018.
3. WHO. Mental health schizophrenia [Internet]. 2019. Available from:
https://www.who.int/mental_health/management/schizophrenia/en/
4. Hawari. Pendekatan holistik pada gangguan jiwa skizofrenia. Jakarta: Badan
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007.
5. Sadock BJ, Sadock VA, Buku ajar psikiatri klinis, edisi 2. Jakarta: EGC;
2010.
6. Atalay F, Atalay H. Gender differences in patients with schizophrenia in
characteristics. Ger J Psychiatry [Internet]. 2006; Available from:
http://www.gjpsy.uni-goettingen.de
7. Hawari D. Skizofrenia pendekatan holistik (BPSS) bio-psiko-sosial-spiritual
edisi ketiga. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2014.
8. Acocella J, Alloy LB, Bootzin R, Abnormal psychology: current
perspectives. New York: Mc Graw Hill Inc; 2006.
9. Direja SNAH. Asuhan keperawatan jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika; 2011.
10. Jumaini, Keliat BA, Daulima N. Pengaruh cognitive behavioral social skills
training (CBSST) terhadap kemampuan bersosialisasi klien isolasi sosial di
BLU RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. Tesis FIK UI. Tidak
dipublikasikan; 2010.
11. Malky EM, Atia M, Alam HF. The effectiveness of social skill training on
depressive symptoms, self-esteem and interpersonal difficulties among
schizophrenic patients. Int J Adv Nurs Stud. 2016;5(1):43.
doi:10.14419/ijans.v5i1.5386
12. Nyumirah S. Peningkatan kemampuan interaksi sosial (kognitif, afektif dan
perilaku) melalui penerapan terapi perilaku kognitif di Rsj Dr Amino
Gondohutomo Semarang. Keperawatan Jiwa [Internet]. 2013;2:121–8.
Available from: http://pmb.stikestelogorejo.ac.id/e-
journal/index.php/ilmukeperawatan/article/view/45
13. Stuart GW, Laraia MT. Principles and practice of psychiatric nursing. 8 th
72
ed. Missouri: Mosby Inc; 2005.
14. Nugroho AE. Farmakologi:obat-obat penting dalam pembelajaran ilmu
farmasi dan dunia kesehatan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2012.
15. Stuart G. Principles and practice of psychiatric nursing. 10th Ed. Canada:
Envolve; 2013.
16. Stott DP. Early detection and cognitive therapy for people at high risk of
developing psychosis. International Journal of Clinical Practice. 2004.647-
657p. doi:10.1002/9780470713259
17. Yani A. Layanan berbasis android untuk melakukan deteksi dini depresi pada
remaja. Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang; 2018. Avalaible
from:http://eprints.unipdu.ac.id/1085/1/jurnal%20android%20depresi.
18. Anityo, Pramono GK. Pengaruh terapi kognitif terhadap kemampuan
berinteraksi pasien skizofrenia dengan isolasi sosial di Rumah Sakit Jiwa
Grhasia Yogyakarta. Jendela Nurs J. 2013;2 No.1. Available from:
http://ejournal.poltekkes-smg.ac.id/ojs/index.php/jnj/article/view/216
19. Dekeyser M, Raes F, Leijssen M, et al. Mindfulness skills and interpersonal
behaviour. Pers Individ Dif. 2008;44(5):1235–45.
https://doi.org/10.1016/j.paid.2007.11.018
20. Dwidiyanti M, Reza IW, Hasanah EWN. Mindfulness untuk self care. In:
Meidiana Dwidiyanti, Reza Indra Wiguna, Hasanah Eka WN, editor.
Semarang: Undip Press; 2018. p.1–44.
21. Davis LW, Strasburger AM, Brown LF. Mindfulness an intervention for
anxiety in schizophrenia. J Psychosoc Nurs [Internet]. 2007;45:23–9.
Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18041355
22. Locsin, R, Kongsuwan W. The evolution of the theory of technological
competency as caring in nursing. Chanmuang Press, Thailand. 2017;
23. Ningsih HEW. Pengaruh terapi mindfulness melalui aplikasi android Si-
Besuta terhadap stres mahasiswa magister keperawatan. Tesis Universitas
Diponegoro. Tidak Dipublikasikan; 2018.
24. Marlaine C. Smtih MEP. Nursing theories and nursing practice. 3rd ed.
Philadelphia: F.A Davis Company; 2010. 146-166p.
25. King IM. A theory of goal attainment: Systems, concepts, process. New
York: John Wiley & Sons; 1981
26. Randal C, Bucci S, Morera T, et al. Mindfulness based cognitive therapy for
psychosis: measuring psychological change using repertory grids. Clin
Psychol Psychother. 2016;23(6):496–508. doi: 10.1002/cpp.1966
27. Shapero BG, Desbordes G, de Jong M, et al. Mindfulness based interventions
in psychiatry. Focus (Madison). 2018;16(1):32–9.
73
doi:10.1176/appi.focus.20170039
28. Aust J, Bradshaw T. Mindfulness interventions for psychosis: a systematic
review of the literature. J Psychiatr Ment Health Nurs. 2017;24(1):69–83.
doi:10.1111/jpm.12357
29. Li J, Shen J, Wu G, Tan Y, et al. Mindful exercise versus non-mindful
exercise for schizophrenia: A systematic review and meta-analysis of
randomized controlled trials. Complement Ther Clin Pract [Internet].
2018;32:17–24. Available from:
https://doi.org/10.1016/j.ctcp.2018.04.003Baer RA, Smith GT, Allen KB.
Assessment of mindfulness by self report. Curr Opin Psychol. 2019;28:42–
8. doi: 10.1177/1073191104268029
30. King IM. Toward a theory for nursing: general concepts of human behavior.
New York: John Wiley & Sons; 1971.
31. Butler PD, Silverstein SM, Dakin SC. Visual perception and its impairment
in schizophrenia. Biol Psychiatry. 2008 Jul 1;64(1):40-7. doi:
10.1016/j.biopsych.2008.03.023.
32. Schennach R, Riedel M, Musil R, Möller HJ. Treatment Response in First-
episode Schizophrenia. Clin Psychopharmacol Neurosci. 2012;10(2):78–87.
doi:10.9758/cpn.2012.10.2.78
33. Sinaga BR. skizofenia & diagnosis banding. Jakarta: Balai Penerbit: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2008
34. Herman. Buku asuhan keperawatn jiwa. Yogyakarta: Nuha Medica; 2011.
35. Reverger MJ. Perbandingan performa fungsi pasien skizofrenia yang
mendapat terapi tunggal dengan terapi kombinasi antipsikotika di Rumah
Sakit Cipto Mangunkusumo (periode Desember 2011-Mei 2012).
Universitas Indonesia; 2012. Available from:
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307209-T31178-
perbandingan%20perporma.
36. Muhyi A. Prevalensi penderita skizofrenia paranoid dengan gejala depresi di
RSJ Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta. Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta; 2011. Available from:
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/25485
37. Velten J, Lavallee KL, Scholten S, et al. Lifestyle choices and mental health:
a representative population survey [published correction appears in BMC
Psychol. 2016;4:2]. BMC Psychol. 2014;2(1):58. Published 2014 Dec 23.
doi:10.1186/s40359-014-0055-y
38. Erlina SDP. Determinan terhadap timbulnya skizofrenia pada pasien rawat
jalan di rumah sakit jiwa prof. hb saanin padang sumatera barat.
2010;26(2):71–80. doi:10.22146/bkm.3471
74
39. Safitri M. Perbedaan kualitas hidup antara pasien skizofrenia gejala positif
dan gejala negatif menonjol. Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta,
Surakarta; 2010. Available from: https://eprints.uns.ac.id/id/eprint/9035
40. Dayakisni T. Psikologi sosial. Malang: UMM Press; 2009.
41. Nyumirah S. Pengaruh terapi perilaku kognitif terhadap kemampuan
interaksi sosial klien isolasi sosial di RSJ Dr. Amino Gondhohutomo
Semarang. Univeristas Indonesia; 2012. Available from:
http://lib.ui.ac.id/detail?id=20305584&lokasi=lokal
42. Soekanto S. Sosiologi suatu pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo; 2007
43. Calafell RM, Gutiérrez MJ, Ribas SJ, Lemos GS. Social skills training for
people with schizophrenia: What do we train? Behavioral Psychology/
Psicología Conductual: Revista Internacional Clínica y de la Salud.
2014;22(3), 461-477. Available from: https://psycnet.apa.org/record/2014-
55699-005
44. Townsend CM. Essentials of psychiatric mental health nursing. 6th ed.
Philadelphia: F.A Davis Company; 2014
45. Maramis. Catatan ilmu kedokteran jiwa. Edisi 2. Surabaya: Airlangga; 2009.
46. Kirana SAC, Budi AKM. Penurunan gejala klien halusinasi dan isolasi
sosial dengan cognitive behaviour therapy dan cognitive behavioural social
skills training di Rumah Sakit Jiwa. Jurnal Ilmiah Keperawatan.
2016;10(1):862–9.
47. Randal C, Bucci S, Morera T, Barrett M, Pratt D. Mindfulness based
cognitive therapy for psychosis: Measuring psychological change using
repertory grids. Clin Psychol Psychother. 2016;23(6):496–508. doi:
10.1002/cpp.1966
48. McQuaid JR, Granholm E, McClure FS, Roepke S, et al. Development of an
integrated cognitive behavioral and social skills training intervention for
older patients with schizophrenia. J Psychother Pract Res [Internet].
2000;9(3):149–56. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10896740%0Ahttp://www.pubmedce
ntral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=PMC3330598
49. Shapero BG, Desbordes G, de Jong M, Pedrelli P, Greenberg J. Mindfulness
based interventions in psychiatry. Focus (Madison). 2018;16(1):32–9.
doi:10.1176/appi.focus.20170039
50. Sari SP, Dwidiyanti M. Studi kasus: Mindfulness dengan pendekatan
spiritual pada pasien skizofrenia dengan resiko perilaku kekerasan. Konferen
Nasional XI Keperawatan Kesehatan Jiwa. 2014;284–9.
75
51. Hendler T, Raz G., Shimrit S, et al. Social affective context reveals altered
network dynamics in schizophrenia patients. Transl Psychiatry. 2018;
8, 29. doi:10.1038/s41398-017-0055-9
52. Fioravanti M, Bianchi V, Cinti ME. Cognitive deficits in schizophrenia: an
updated metanalysis of the scientific evidence. BMC Psychiatry.
2012;12, 64. doi:10.1186/1471-244X-12-64
53. Bervoets C, Lise D, Bernard S, Sara V, et al. The nature of the relationship
of psychomotor slowing with negative symptomatology in schizophrenia.
Cognitive Neuropsychiatry. 2014;19(1), 36-
46. doi: 10.1080/13546805.2013.779578
54. Sugiyono. Metode penelitian pendidikan. Bandung: Alfabeta; 2017
55. Nursalam. Metodologi penelitian: Pendekatan praktis. Edisi 3. Jakarta:
Salemba Medika; 2013
56. McComb RJJ, Tacon A, Randolph P, Caldera Y. A pilot study to examine
the effects of a mindfulness based stress reduction and relaxation program
on levels of stress hormones, physical functioning, and submaximal exercise
responses. J Altern Complement Med. 2004;10(5):819–27.
doi:10.1089/acm.2004.10.819
57. Dwidiyanti M, Pamungkas AYF, Hasanah EWN. Mindfulness caring pada
stres. Semarang: Undip Press; 2018
58. Alimul, Aziz H. Metode penelitian keperawatan dan teknik analisis data.
Jakarta: Salemba Medika; 2011.
59. Iswari IS. Aspek etik penelitian kesehatan. In: Simposium Dosen Universitas
Udayana. Bali; 2015
60. Ono E, Nozawa T, Ogata T, Motohashi M, et al. Relationship between Social
Interaction and Mental Health. 2011;246–9.
doi:10.1109/sii.2011.6147454
61. Yilmaz M, Staffan J, Berth DABI. Social processes of participation in
everyday life among persons with. 2009;(June):267–79.
doi:10.3109/17482620903113112
62. Kanchanatawan B, Thika S, Anderson G, Galecki P, Maes M. Affective
symptoms in schizophrenia are strongly associated with neurocognitive
deficits indicating disorders in executive functions, visual memory, attention
and social cognition. Prog Neuropsychopharmacol Biol Psychiatry
[Internet]. 2017; doi:10.1016/j.pnpbp.2017.06.031
76
63. Martin, Elizabeth A, Castro MK, Id LYL, Urban EJ, Moore M. Emotional
response in schizophrenia to the “ 36 questions that lead to love ”: Predicted
and experienced emotions regarding a live social interaction. 2019;1–13.
doi:10.1371/.journal.pone.021206
64. Berger P, Bitsch F, Jakobi B, Nagels A, et al. Cognitive and emotional
empathy in patients with schizophrenia spectrum disorders: A replication and
extension study. Psychiatry Res [Internet]. 2019;
doi:10.1016/j.psychres.2019.04.015
65. Stefanopoulou E, Manoharan A, Landau S, Geddes JR, et al. Cognitive
functioning in patients with affective disorders and schizophrenia : A meta-
analysis. 2009;21(August):336–56. doi: 10.1080/09540260902962149
66. Campellone TR, Kring AM. Anticipated pleasure for positive and negative
social interaction outcomes in schizophrenia. Psychiatry Res [Internet].
2018;259:203–9. doi:10.1016/j.psychres.2017.09.084
67. Morrens M, Hulstijn W. Psychomotor Slowing in Schizophrenia.
Schizophrenia Bulletin.2007;33(4):1038–53. doi:10.1093/schbul/sbl051
68. Kay SR, Qpjer LA. The Positive and Negative Syndrome Scale (PANSS)
for Schizophrenia. 1982;13(2). doi.org/10.1093/schbul/13.2.261
69. Cigarini A, Vicens J, Duch J, Sánchez A, Perelló J. Quantitative account of
social interactions in a mental health care ecosystem: Cooperation, trust and
collective action. 2018;(November 2017):1–9. doi:10.1038/s41598-018
21900-1
70. Wulandari FA. Mindfulness Based Cognitive Therapy untuk Meningkatkan
Konsep Diri Remaja Post-Traumatic Stress Disorder. 2014;6(2):265–80.
71. Kabat-Zinn J, Ph D. Full Catastrophe Living: Using the Wisdom of Your
Body and Mind to Face Stress, Pain, and Illness. 1990
72. Khoury B, Lecomte T, Fortin G, Masse M, Therien P, Bouchard V, et al.
Clinical psychology review mindfulness-based therapy: A comprehensive
meta-analysis. Clin Psychol Rev [Internet]. 2013;33(6):763–71.
doi.org/10.1016/j.cpr.2013.05.005
73. Piet J, Hougaard E. Clinical Psychology Review The effect of mindfulness
based cognitive therapy for prevention of relapse in recurrent major
depressive disorder: A systematic review and meta-analysis. Clin Psychol
Rev [Internet]. 2011;31(6):1032–40. doi.org/10.1016/j.cpr.2011.05.002
77
74. Slatyer S, Craigie M, Rees C, Davis S, Dolan T, Hegney D. Nurse experience
of participation in a mindfulness-based self-care and resiliency intervention.
2017
75. Tabak NT, Horan WP, Green MF. Mindfulness in schizophrenia:
Aassociations with self-reported motivation, emotion regulation,
dysfunctional attitudes, and negative symptoms. Schizophr Res [Internet].
2015;168(1–2):537–42. doi:10.1016/j.schres.2015.07.030
76. Webber M, Fendt M. A review of social participation interventions for
people with mental health problems. Soc Psychiatry Psychiatr Epidemiol.
2017;52(4):369–80. doi: 10.1007/s00127-017-1372-2
77. Johnson S. Social interventions in mental health: A call to action. Soc
Psychiatry Psychiatr Epidemiol. 2017;52(3):245–7 doi: 10.1007/s00127-
017-1360-6
78. Wolf M, Kraft S, Tschauner K, Bauer S, Becker T. Mental Health &
Prevention User activity in a mobile phone intervention to assist mindfulness
exercises in people with depressive symptoms. Ment Heal Prev [Internet].
2016;1–6. doi:10.1016/j.mhp.2016.02.003
79. Choo CC, Kuek JHL, Burton AAD. Smartphone applications for
mindfulness interventions with suicidality in asian older adults: A literature
review. Int J Environ Res Public Health. 2018;15(12).
doi:10.3390/ijerph15122810
80. Garc´ıa IG-CMS, Angel´ SE, Iv´an GMG, Azuara GJG-CP. Development
and initial evaluation of a mobile application to help with mindfulness
training and practice. Int J Med. Inform [Internet]. 2017;
doi:10.1016/j.ijmedinf.2017.05.01
81. Spijkerman MPJ, Pots WTM, Bohlmeijer ET. Effectiveness of online
mindfulness-based interventions in improving mental health: A review and
meta-analysis of randomised controlled trials. Clin Psychol Rev [Internet].
2016; Available from: http://dx.doi.org/10.1016/j.cpr.2016.03.009
82. White, L. Mindfulness in nursing: an evolutionary concept analysis.
Journal of Advanced Nursing, 2013.70(2), 282–294. doi:10.1111/jan.12182
83. Byron G, Ziedonis DM, Mcgrath C, Frazier JA, Fulwiler C. Implementation
of mindfulness training for mental health staff: Organizational context and
stakeholder perspectives. 2014; 6(4), 861-872. Doi: 10.1007/s12671-014
0330-2
84. Brady S, Connor NO, Burgermeister D, Hanson P. The impact of mindfulness
meditation in promoting a culture of safety on an acute psychiatric unit.
78
2008;315(1991):1–9. doi: 10.1111/j.1744-6163.2011.00315.x
85. Boardman J. Mental Health and Social Care and Social Interventions.
International journal of environmental research and public health. 2018;1
5. doi: 10.3390/ijerph151123
Lampiran 8
SOP MINDFULNESS SELF CARE/ TARGET SEHAT
MANDIRI
No. Dokumen
No. Revisi Halaman
PROSEDUR
TETAP
Tanggal Terbit
(……………………)
Ditetapkan,
KOOR. MK KEPERAWATAN
JIWA
Dr. Meidiana Dwidiyanti,
S.Kp.,M.Sc
PENGERTIAN Terapi keperawatan yang dilakukan oleh seseorang dengan
kesadaran, menenangkan diri, memaafkan orang lain, menyayangi
dan menghormati dirinya sendiri, merasakan kenyamanan dan
manfaat berinteraksi dengan orang lain, serta membuat target sehat
mandiri bersosialisasi sehingga interaksi sosial dapat meningkat
TUJUAN Mindfulness target sehat mandiri pada pasien skizofrenia bertujuan
untuk membantu individu untuk lebih tenang, menyadari
kenyamanan dan manfaat berinteraksi dengan orang lain sehingga
pasien dapat aktif berinteraksi (interaksi meningkat).
KEBIJAKAN/
LITERATUR
Framework mindfulness target sehat mandiri
PROSEDUR Tahap I
A. Penjelasan tentang mindfulness target sehat mandiri dan
penggunaan aplikasi android SI-DESIS
B. Sharing permasalahan yang dihadapi pasien
C. Melakukan terapi mindfulness
1. Fokus
“Bapak/Ibu, mari kita atur pernapasan supaya rileks dan tenang.
Setelah tenang, mari fokus pada masalah yang sedang kita
alami”.
2. Body Scan
“Bapak/Ibu, mari kita rasakan tubuh kita dengan memeluk
tubuh kita sendiri. Rasakan sakit yang ada pada tubuh kita.
Nikmati sakit itu dengan ikhlas. Tetap rileks dan atur
pernapasan ”.
3. Kenyamanan
“Bapak/Ibu, mari kita tetap rileks lalu rasakan kenyamanan dan
manfaat jika kita bisa berinteraksi, berteman, dan berbicara
dengan orang lain. Rasakan dengan hati yang tenang dan
ikhlas.”.
4. Penerimaan
“Bapak/Ibu, mari kita menerima keadaan yang sedang kita
alami dengan ikhlas dan bersama-sama kita mencoba
memaafkan orang lain. Cobalah untuk mengingat peristiwa
yang sangat terkenang dan lepaskan kesedihan dan kekecewaan
karena Bapak/Ibu ingin bahagia. ”.
5. Target Sehat Mandiri
“Bapak/Ibu, setelah kita lakukan latihan mindfulness ini, mari
bersama-sama kita membuat target untuk bisa berinteraksi
dengan orang lain sebanyak-banyaknya mulai besok pagi.”
D. Perawat ruangan mengunduh aplikasi android SI-DESIS
E. Perawat mencoba menggunakan aplikasi
TAHAP II
1. Perawat membimbing pasien melakukan terapi mindfulness secara
mandiri menggunakan aplikasi android SI-DESIS setiap 2-3x
setiap minggu selama 4 minggu.
TAHAP III
1) Pertemuan secara komprehensif antara perawat dengan peneliti
akan dilakukan tiap akhir minggu untuk mengidentifikasi
hambatan dalam melaksanakan terapi serta kritik dan saran
terhadap pelaksanaan.
2) Pertemuan selanjutnya yaitu tiap akhir minggu, peneliti
melakukan supportif edukatif untuk mempertahankan kemampuan
pasien / evaluasi kemampuan pasien dalam melakukan interaksi
sosial / bersosialisasi secara mandiri dengan orang lain
DOKUMENTASI Pendokumentasian dilakukan oleh perawat/ peneliti yaitu:
- Pengukuran pre-post terapi mindfulness mengenai tingkat
interaksi sosial pasien skizofenia
- Hambatan-hambatan yang dialami oleh pasien dan cara
mengatasinya.
Lampiran 9
KUESIONER INTERAKSI SOSIAL
Petunjuk Pengisian Kuesioner :
1. Berilah tanda ( √ ) pada selalu jika lebih dari 3 kali sehari
2. Berilah tanda ( √ ) pada sering jika 2-3 kali sehari
3. Berilah tanda ( √ ) pada jarang jika kurang dari 2 kali sehari
4. Berilah tanda ( √ ) pada tidak pernah jika tidak sama sekali
No
Pernyataan
Pilihan Jawaban
Selalu
(4)
Sering
(3)
Jarang
(2)
Tidak
pernah
(1)
Penilaian kognitif
1. Saat berinteraksi menggunakan kalimat yang jelas
2. Saat berinteraksi suara dapat terdengar oleh lawan
bicara
3. Saat berinteraksi berbicara dengan lawan bicara
4. Saat berinteraksi akan bertanya jika ada kalimat yang
tidak dimengerti
5. Saat berinteraksi mengungkapkan perasaan saat
berinteraksi dengan orang lain
6. Saat berinteraksi berfokus dalam pembicaraan
Penilaian afektif
7. Berinteraksi untuk menyampaikan kritik atau
perasaan tidak senang kepada orang lain
8. Berinteraksi pada saat menerima kritik dari orang
lain
9. Berinteraksi saat menerima penolakan dari orang lain
10. Berinteraksi saat menyampaikan penolakan kepada
orang lain
11. Berinteraksi saat orang lain meminta maaf
12. Berinteraksi untuk meminta maaf pada orang lain
Interpretasi : Item pertanyaan dalam kuisioner Interaksi Sosial tentang kemampuan kognitif
yaitu nomor 1-6, kemampuan afektif nomor 7-12. Item penilaian kognitif : nilai terendah 6 dan
tertinggi 24. Item penilaian afektif: nilai terendah 6 dan tertinggi 24
Lampiran 10
LEMBAR OBSERVASI PERILAKU
A. Petunjuk Pengisian:
1. Berilah tanda ( √ ) pada selalu jika lebih dari 3 kali sehari
2. Berilah tanda ( √ ) pada sering jika 2-3 kali sehari
3. Berilah tanda ( √ ) pada jarang jika kurang dari 2 kali sehari 4. Berilah tanda ( √ ) pada tidak pernah jika tidak sama sekali
5. Amati dengan teliti dan seksama
No. Pernyataan Selalu
(4)
Sering
(3)
Jarang
(2)
Tidak Pernah
(1)
1. Saat berinteraksi mengucapkan salam
2. Saat berinteraksi memperkenalkan diri
3. Saat berinteraksi ada kontak mata
4. Saat berinteraksi tersenyum
5. Saat berinteraksi duduk
tegak dan rileks
6. Saat berinteraksi menjawab pertanyaan
Item penilaian perilaku : nilai terendah 6 dan tertinggi 24.
Level penilaian : 18-36 : kurang aktif berinteraksi
37-54 : cukup aktif berinteraksi
55-72 : aktif berinteraksi
Lampiran 14
1. Analisa Univariat
a. Distribusi Frekuensi
1) Kelompok Intervensi
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Laki-laki 15 57.7 57.7 57.7
Perempuan 11 42.3 42.3 100.0
Total 26 100.0 100.0
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Pendidikan Dasar 12 46.2 46.2 46.2
Pendidikan Menengah 10 38.5 38.5 84.6
Pendidikan Tinggi 4 15.4 15.4 100.0
Total 26 100.0 100.0
Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Bekerja 12 46.2 46.2 46.2
Tidak Bekerja 14 53.8 53.8 100.0
Total 26 100.0 100.0
Kategori Pretest
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Aktif 2 7.7 7.7 7.7
Cukup Aktif 2 7.7 7.7 15.4
Kurang Aktif 22 84.6 84.6 100.0
Total 26 100.0 100.0
Kategori Posttest
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Aktif 24 92.3 92.3 92.3
Cukup Aktif 2 7.7 7.7 100.0
Total 26 100.0 100.0
2) Kelompok Kontrol
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Laki-laki 13 50.0 50.0 50.0
Perempuan 13 50.0 50.0 100.0
Total 26 100.0 100.0
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Pendidikan Dasar 15 57.7 57.7 57.7
Pendidikan Menengah 8 30.8 30.8 88.5
Pendidikan Tinggi 3 11.5 11.5 100.0
Total 26 100.0 100.0
Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Bekerja 14 53.8 53.8 53.8
Tidak Bekerja 12 46.2 46.2 100.0
Total 26 100.0 100.0
Kategori Pretest
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Cukup Aktif 3 11.5 11.5 11.5
Kurang Aktif 23 88.5 88.5 100.0
Total 26 100.0 100.0
Kategori Posttest
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Aktif 2 7.7 7.7 7.7
Cukup Aktif 2 7.7 7.7 15.4
Kurang Aktif 22 84.6 84.6 100.0
Total 26 100.0 100.0
b. Statistik Deskriptif
1) Kelompok Intervensi
Descriptives
Statistic Std. Error
Usia Mean 36.0769 2.47444
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 30.9807
Upper Bound 41.1731
5% Trimmed Mean 35.4103
Median 34.0000
Variance 159.194
Std. Deviation 1.26172E1
Minimum 18.00
Maximum 68.00
Range 50.00
Interquartile Range 18.25
Skewness .635 .456
Kurtosis .120 .887
2) Kelompok Kontrol
Descriptives
Statistic Std. Error
Usia Mean 35.1923 1.97213
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 31.1306
Upper Bound 39.2540
5% Trimmed Mean 35.2564
Median 36.5000
Variance 101.122
Std. Deviation 1.00559E1
Minimum 18.00
Maximum 51.00
Range 33.00
Interquartile Range 14.50
Skewness -.310 .456
Kurtosis -.869 .887
2. Analisis Bivariat
a. Uji Homogenitas
Pekerjaan * kelompok
Crosstab
Count
kelompok
Total Intervensi Kontrol
Pekerjaan Bekerja 12 14 26
Tidak Bekerja 14 12 26
Total 26 26 52
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .308a 1 .579
Continuity Correctionb .077 1 .782
Likelihood Ratio .308 1 .579
Fisher's Exact Test .782 .391
Linear-by-Linear Association .302 1 .583
N of Valid Casesb 52
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13,00.
b. Computed only for a 2x2 table
Pendidikan * kelompok
Crosstab
Count
kelompok
Total Intervensi Kontrol
Pendidikan Pendidikan Dasar 12 15 27
Pendidikan Menengah 10 8 18
Pendidikan Tinggi 4 3 7
Total 26 26 52
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square .698a 2 .705
Likelihood Ratio .700 2 .705
Linear-by-Linear Association .596 1 .440
N of Valid Cases 52
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 3,50.
Jenis Kelamin * kelompok
Crosstab
Count
kelompok
Total Intervensi Kontrol
Jenis Kelamin Laki-laki 15 13 28
Perempuan 11 13 24
Total 26 26 52
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .310a 1 .578
Continuity Correctionb .077 1 .781
Likelihood Ratio .310 1 .578
Fisher's Exact Test .781 .391
Linear-by-Linear Association .304 1 .582
N of Valid Casesb 52
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,00.
b. Computed only for a 2x2 table
Test of Homogeneity of Variances
Usia
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.270 1 50 .265
b. Uji Paired T
a. Kelompok Intervensi
1) Uji Normalitas
Descriptives
Statistic Std. Error
Hasil Pretest Mean 33.3077 1.43556
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 30.3511
Upper Bound 36.2643
5% Trimmed Mean 32.4530
Median 32.0000
Variance 53.582
Std. Deviation 7.31994
Minimum 26.00
Maximum 56.00
Range 30.00
Interquartile Range 3.00
Skewness 2.456 .456
Kurtosis 6.185 .887
Hasil Posttest Mean 59.7308 .96006
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 57.7535
Upper Bound 61.7081
5% Trimmed Mean 60.3077
Median 60.5000
Variance 23.965
Std. Deviation 4.89537
Minimum 41.00
Maximum 66.00
Range 25.00
Interquartile Range 3.25
Skewness -2.459 .456
Kurtosis 8.323 .887
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Hasil Pretest .324 26 .000 .674 26 .000
Hasil Posttest .212 26 .004 .769 26 .000
selisih .327 26 .000 .704 26 .000
a. Lilliefors Significance Correction
2) Uji Wilcoxon
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Hasil Posttest - Hasil Pretest Negative Ranks 0a .00 .00
Positive Ranks 26b 13.50 351.00
Ties 0c
Total 26
a. Hasil Posttest < Hasil Pretest
b. Hasil Posttest > Hasil Pretest
c. Hasil Posttest = Hasil Pretest
Test Statisticsb
Hasil Posttest -
Hasil Pretest
Z -4.463a
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Kelompok Kontrol
1) Uji Normalitas
Descriptives
Statistic Std. Error
Hasil Pretest Mean 32.0000 .75243
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 30.4503
Upper Bound 33.5497
5% Trimmed Mean 31.9573
Median 32.0000
Variance 14.720
Std. Deviation 3.83667
Minimum 24.00
Maximum 41.00
Range 17.00
Interquartile Range 4.25
Skewness .138 .456
Kurtosis .403 .887
Hasil Posttest Mean 32.9615 1.31673
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 30.2497
Upper Bound 35.6734
5% Trimmed Mean 32.0641
Median 31.5000
Variance 45.078
Std. Deviation 6.71405
Minimum 26.00
Maximum 60.00
Range 34.00
Interquartile Range 5.25
Skewness 2.811 .456
Kurtosis 10.448 .887
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Hasil Pretest .154 26 .116 .978 26 .825
Hasil Posttest .228 26 .001 .725 26 .000
selisih .346 26 .000 .461 26 .000
a. Lilliefors Significance Correction
2) Uji Wilcoxon
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Hasil Posttest - Hasil Pretest Negative Ranks 8a 9.31 74.50
Positive Ranks 9b 8.72 78.50
Ties 9c
Total 26
a. Hasil Posttest < Hasil Pretest
b. Hasil Posttest > Hasil Pretest
c. Hasil Posttest = Hasil Pretest
Test Statisticsb
Hasil Posttest -
Hasil Pretest
Z -.096a
Asymp. Sig. (2-tailed) .923
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
c. Uji Data Tidak Berpasangan
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Hasil Pretest .226 52 .000 .751 52 .000
Hasil Posttest .246 52 .000 .817 52 .000
a. Lilliefors Significance Correction
Mann-Whitney Test
Ranks
kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Hasil Pretest Intervensi 26 26.44 687.50
Kontrol 26 26.56 690.50
Total 52
Hasil Posttest Intervensi 26 39.04 1015.00
Kontrol 26 13.96 363.00
Total 52