pengaruh teman sebaya dan sumber informasi …

17
ISSN : 2252 - 4452 Volume 8 | No. 4 | Desember 2019 – Pebruari 2020 DAFTAR ISI 1. Pengaruh Faktor Sosial Budaya Dan Personal Terhadap Perilaku Merokok Keluarga Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam. Luci Riani Br Ginting....................................................................................................................... 1-15 2. Hubungan Persepsi Staf Terhadap Kemampuan Manajerial Kepala Seksi dengan Kepuasan Staf di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Batu Bara. Dameria ............................................................................................................................................ 16-29 3. Hubungan Komunikasi Interpersonal Petugas Kesehatan dengan Kepuasan Pasien di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Setio Husodo Kisaran. Irmayani ........................................................................................................................................... 30-42 4. Hubungan Mutu Pelayanan Kesehatan dengan Kepuasan Pasien di Poliklinik Rumah Sakit GL Tobing Kec. Tanjung Morawa Kab. Deli Serdang. Kuat Sitepu ....................................................................................................................................... 43-53 5. Pengaruh Dimensi Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Pegawai di Puskesmas Plus Perbaungan Kabapaten Serdang Bedagai. Sri Melda Br Bangun ....................................................................................................................... 54-66 6. Hubungan Komunikasi Interpersonal Tenaga Kesehatan dengan Kepuasan Pasien Rawat Jalan di Poliklinik Saraf Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam. Christine Vita Gloria Purba ............................................................................................................ 67-77 7. Hubungan Persepsi Tentang Pelayanan Prima dengan Kepuasan Pasien di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Fadlillah Widyaningsih .................................................................................................................... 78-88 8. Hubungan Kualitas Pelayanan Kesehatan dengan Kepuasan Pasien Peserta Kartu Indonesia Sehat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam. Jul Asdar Putra Samura .................................................................................................................. 89-90

Upload: others

Post on 27-Nov-2021

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH TEMAN SEBAYA DAN SUMBER INFORMASI …

ISSN : 2252 - 4452 Volume 8 | No. 4 | Desember 2019 – Pebruari 2020

DAFTAR ISI

1. Pengaruh Faktor Sosial Budaya Dan Personal Terhadap Perilaku Merokok Keluarga Pasien

Rawat Inap Di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam.

Luci Riani Br Ginting ....................................................................................................................... 1-15

2. Hubungan Persepsi Staf Terhadap Kemampuan Manajerial Kepala Seksi dengan Kepuasan

Staf di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Batu Bara.

Dameria ............................................................................................................................................ 16-29

3. Hubungan Komunikasi Interpersonal Petugas Kesehatan dengan Kepuasan Pasien di Ruang

Rawat Inap Rumah Sakit Umum Setio Husodo Kisaran.

Irmayani ........................................................................................................................................... 30-42

4. Hubungan Mutu Pelayanan Kesehatan dengan Kepuasan Pasien di Poliklinik Rumah Sakit

GL Tobing Kec. Tanjung Morawa Kab. Deli Serdang.

Kuat Sitepu ....................................................................................................................................... 43-53

5. Pengaruh Dimensi Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Pegawai di Puskesmas Plus Perbaungan

Kabapaten Serdang Bedagai.

Sri Melda Br Bangun ....................................................................................................................... 54-66

6. Hubungan Komunikasi Interpersonal Tenaga Kesehatan dengan Kepuasan Pasien

Rawat Jalan di Poliklinik Saraf Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam.

Christine Vita Gloria Purba ............................................................................................................ 67-77

7. Hubungan Persepsi Tentang Pelayanan Prima dengan Kepuasan Pasien di Rumah Sakit

Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

Fadlillah Widyaningsih .................................................................................................................... 78-88

8. Hubungan Kualitas Pelayanan Kesehatan dengan Kepuasan Pasien Peserta Kartu Indonesia

Sehat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam.

Jul Asdar Putra Samura .................................................................................................................. 89-90

Page 2: PENGARUH TEMAN SEBAYA DAN SUMBER INFORMASI …

1

PENGARUH FAKTOR SOSIAL BUDAYA DAN PERSONAL TERHADAP

PERILAKU MEROKOK KELUARGA PASIEN RAWAT INAP

DI RUMAH SAKIT GRAND MEDISTRA

LUBUK PAKAM

Luci Riani Br Ginting

Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat

INKES MEDISTRA Lubuk Pakam

ABSTRACT

Smoking behavior is dangerous for health, either for an individual or for other

people around him. According to the World Health Organization (WHO), there were 65

million smokers in Indonesia in 2016. There are 300 to 400 outpatients at the Integrated

Polyclinic of Grand Medistra Hospital, Lubuk Pakam, each day, while the Bed

Occupancy Rate (BOR) reaches to 90% per month. Many patients‟ family members sit

together along the corridors of the inpatient wards and smoke even though there are

„No Smoking‟ signs on the walls.

The objective of the research was to analyze the influence of socio-cultural and

personal factors on smoking behavior of inpatients‟ family members. The research was

conducted from April to June, 2019. It used observational analytic approach with cross

sectional design. The population was 207 inpatients‟ family members who smoked and

did not smoke, and 102 of them were used as the samples that consisted of 51

respondents in case group and the other 51 respondents of the control group, using

purposive sampling technique. The data were gathered by conducting interviews with

questionnaires and analyzed by using univatriate, bivatriate analysis with chi square

test and multivatriate with multiple regression tests at the significance level of 95% with

α = 5%.

The result of the analysis showed that 27 respondents (52.9%) of the case group

and 43 respondents of the control group were in bad category in the socio-cultural

factor. There were 39 respondents (76.5%) of the case group and 28 respondents of the

control group were in good category in the personal factor. Besides that, there was the

influence of socio-cultural factor at p-value = 0.001 < 0.05 with OR = 4.778 and of

personal factor at p-value = 0.002 < 0.05 with OR = 0.253 on smoking behavior of

inpatients‟ family members. The variable which had the most dominant influence was

socio-cultural factor at the value of coefficient Exp (β) = 13.888.

It is recommended that the management of the hospital make a policy by installing

a running text: „No Smoking Area‟ on the front gate and attaching slogans, posters, and

health promotion routinely about the prohibition to smoke and the danger of smoking in

every inpatient and outpatient ward. Patients and their families should stop smoking.

Besides that, the next researches should be conducted by adding the variables of

biological factor, socio-environmental factor, demographic factor, and socio-political

factor.

Keywords: Socio-Cultural Factor, Personal Factor, Smoking Behavior

Page 3: PENGARUH TEMAN SEBAYA DAN SUMBER INFORMASI …

2

PENDAHULUAN

Perilaku merokok adalah perilaku

yang dinilai sangat merugikan bila

dilihat dari berbagai sudut pandang

baik bagi diri sendiri maupun orang

lain disekitarnya (Aula, 2015).

Penelitian Prasasti (2016) tentang

hubungan dimensi kepribadian big five

dengan perilaku merokok pada remaja

akhir, menunjukkan nilai koefisien

determinasi (R square) = 0,213, berarti

kepribadian neuroticism, extraversion,

agreeableness, conscientiousness, dan

opennes berpengaruh 21,3% terhadap

perilaku merokok, sedangkan 78,7%

dipengaruhi variabel lain. Taraf

signifikansinya p = 0.004 < 0,05,

artinya ada pengaruh kepribadian

neuroticism, extraversion,

agreeableness, conscientiousness, dan

opennes dengan perilaku merokok.

Menurut data World Health

Organization (WHO) pada tahun 2014,

jumlah perokok di Indonesia 65 juta

penduduk, China 390 juta dan India

144 juta perokok (Endrawanch, 2017).

Berdasarkan data Global Adult

Tobbaco Survey (GATS) menyatakan

190.260 orang di Indonesia meninggal

dunia akibat merokok, berarti sekitar

500 orang per hari penduduk

Indonesia meninggal akibat merokok

(Suryanto, 2016).

Penelitian Abdul Ghoni dan Tri

Bodroastuti (2017) tentang pengaruh

faktor budaya, sosial, pribadi dan

psikologi terhadap perilaku konsumen

menunjukkan F hitung = 254,460 > F

table = 2,74 berarti ada pengaruh

signifikan antara faktor budaya, sosial,

pribadi dan psikologi terhadap perilaku

konsumen dalam membeli rumah.

Nilai koefisien determinasi (R2) =

93,6% (0,936) dengan R = 97% (0,97),

berarti faktor budaya, sosial, pribadi

dan psikologi menjelaskan perilaku

konsumen 93,6%, sisanya 6,4% karena

variabel lain.

Penelitian tentang rokok oleh

Komalasari dan Helmi (2014)

menunjukkan hasil analisis regresi

ganda bahwa F = 22,468 (p < 0,05)

dan R = 0,620 (R2

= 0,384). Berarti,

sikap permisif orang tua terhadap

perilaku merokok remaja dan

lingkungan teman sebaya merupakan

prediktor terhadap perilaku merokok

remaja. Hubungan kepuasan psikologis

terhadap perilaku merokok sebesar r =

0,640 (p<0,05), berarti kepuasan

psikologis memengaruhi 40,9%

terhadap perilaku merokok.

Penelitian Hardalena (2015)

menunjukkan adanya hubungan antara

sikap dengan tindakan merokok (p =

0.000), pengaruh lingkungan terhadap

tindakan merokok (p = 0.000), serta

stress terhadap tindakan merokok (p =

0,000). Tetapi tidak ada hubungan

antara peran keluarga terhadap tindakan

merokok (p = 0,154).

Hasil penelitian Liana (2017)

tentang hubungan pengetahuan

lingkungan sosial dan ketersediaan

sarana prasarana dengan perilaku

merokok siswa SDN Ungaran 02.04,

menyatakan pengetahuan responden

tentang rokok serta ketersediaan sarana

prasarana dengan p-value > 0,05,

lingkungan sosial dengan p-value <

0,05.

Rata-rata umur merokok secara

nasional 17,6 tahun. Jumlah perokok

berdasarkan Provinsi tertinggi adalah

Kepulauan Bangka Belitung 52,1%,

Riau 51,3%, Sumatera Selatan 50,4%,

Nusa Tenggara Barat 49,9% dan

Lampung 49,5%. Berdasarkan jenis

kelamin laki-laki 11,8% dan

perempuan 1,4%. Berdasarkan status

kawin 30,6% dan belum kawin 28,9% serta cerai 17,0%. Berdasarkan tempat

tinggal, perdesaan 30,8% dan

perkotaan 25,9%. Menurut pendidikan

tidak tamat SD 31,9% dan bersekolah

7,7% (Riskesdas, 2018).

Page 4: PENGARUH TEMAN SEBAYA DAN SUMBER INFORMASI …

3

Rata-rata jumlah batang rokok

yang dihisap per hari 52,3% adalah 1-

10 batang dan sekitar 20% sebanyak

11-20 batang. Merokok 1-10 batang

per hari tertinggi di Maluku 69,4%,

Nusa Tenggara Timur 68,7%, Bali

67,8%, DI Yogyakarta 66,3%, dan

Jawa Tengah 62,7%. Sedangkan

merokok rata-rata 21-30 batang per hari

tertinggi di Provinsi Aceh 9,9%,

Kepulauan Bangka Belitung 8,5%

dan Kalimantan Barat 7,4%.

Persentase penduduk merokok dengan

rata-rata lebih dari 30 batang per hari

tertinggi di Provinsi Kepulauan

Bangka Belitung 16,2%, Kalimantan

Selatan 7,9%, Aceh dan Kalimantan

Tengah 5,4% (Riskesdas, 2018).

Penduduk Provinsi Sumatera

Utara yang merokok tiap hari pada

umur 10 tahun 23,3%, kadang-kadang

5,5%, mantan perokok 2,2% dan tidak

merokok 69%. Menurut umur 10-14

tahun 0,3%, meningkat menjadi 14%, di

umur 15-24 tahun. Proporsi merokok

terus meningkat sampai umur 45-54

tahun (36,6%). Perokok umumnya pada

laki-laki dan menurut pendidikan

terbanyak berpendidikan SMA (29,3%),

SMP. Berdasarkan kebiasaan 86,1%

merokok di dalam rumah (Profil

Kesehatan Provinsi Sumatera Utara

Tahun 2018).

Pemerintah Kabupaten Deli

Serdang belum mempunyai peraturan

daerah tentang pencegahan dan

penanggulangan dampak merokok

terhadap kesehatan bagi masyarakatnya.

Selain itu iklan ataupun reklame rokok

dilokasi strategis serta di dinding

pertokoan tertempel, yang memengaruhi

individu, masyarakat yang melihat dan

membacanya. Kegiatan seremonial di

Pemerintah Kabupaten Deli Serdang,

lintas sektor dan instansi swasta lainnya

selalu didukung oleh produsen rokok.

Persentase penduduk umur 10

tahun keatas menurut kebiasaan

merokok di Kabupaten Deli Serdang

adalah: setiap hari 21.9%, kadang-

kadang 4.3%, mantan perokok 1.5%,

bukan perokok 72.3%. Sedangkan

prevalensi merokok dalam rumah

83.4% (Profil Kesehatan Provinsi

Sumatera Utara Tahun 2018).

Berdasarkan survei awal yang

dilakukan peneliti di ruangan rawat inap

Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk

Pakam, tampak pengunjung dan

keluarga pasien rawat inap merokok

bersama-sama dengan pengunjung dan

keluarga pasien lainnya di kursi tunggu

pada lorong atau gang antar ruang

rawatan meskipun di dinding tertulis

Dilarang Merokok. Pihak manajemen

rumah sakit belum menetapkan

lingkungan rumah sakit menjadi

Kawasan Tanpa Rokok (KTR), tetapi

telah menetapkan ruangan bebas

merokok, yakni: kantin dan anjungan

setiap lantai rumah sakit. Untuk

mendapatkan rokok dari berbagai merek

dan jenisnya, tersedia dikantin rumah

sakit dan di toko di depan rumah sakit.

Menurut Direktur rumah sakit,

senantiasa menemukan pengunjung dan

keluarga pasien yang merokok,

meskipun larangan merokok di sekitar

ruang rawatan dan tempat lainnya selalu

disosialisasikan oleh perawat dan

dokter. Perilaku merokok pengunjung

dan keluarga pasien tersebut banyak

ditemukannya terutama pada sore hari

(pukul 18.00 WIB) sampai dengan

malam hari (pukul 23.00 WIB). Pada

ruang tunggu poliklinik terpadu juga

ditemukan keluarga pasien rawat jalan

merokok.

Menurut kepala bidang perawatan

dan bagian rekam medik Rumah Sakit

Grand Medistra Lubuk Pakam, Bed

Occupation Rate (BOR) mencapai 90%

per bulannya. Sedangkan jumlah pasien

rawat jalan di poliklinik terpadu rumah

sakit setiap hari kerja antara 300 sampai

dengan 400 orang. Selain itu lebih dari

Page 5: PENGARUH TEMAN SEBAYA DAN SUMBER INFORMASI …

4

80% pasien yang rawat inap dan rawat

jalan adalah masyarakat yang domisili

di Kecamatan Lubuk Pakam dan daerah

lain seperti: Kecamatan Tanjung

Morawa, Pantai Labu, Beringin,

Galang, Bangun Purba, Gunung Meriah,

selain itu juga dari Kabupaten Serdang

Bedagai. Umumnya masyarakat di

daerah tersebut adalah Suku Batak dan

Jawa yang memiliki kekerabatan

keluarga yang dekat, dan kebiasaan

merokok terlebih pada saat kegiatan

sosial kemasyarakatan, agama dan

kesukuan atau budaya.

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian adalah untuk

mengetahui pengaruh faktor sosial-

budaya dan personal terhadap perilaku

merokok keluarga pasien rawat inap di

Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk

Pakam.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian adalah analitik

observasional dengan rancangan case

control study serta dilaksanakan pada

Mei sampai dengan Juni 2018.

Populasi penelitian adalah seluruh

suami atau istri atau anak laki-laki, atau

menantu laki-laki yang mendampingi

pasien rawat inap sejumlah 207 orang.

Sampel penelitian adalah sebagian

suami atau istri atau anak laki-laki atau

menantu laki-laki yang mendampingi

pasien rawat inap. Besar sampel

ditentukan dengan rumus studi kasus

dan kontrol untuk pengujian hipotesis

terhadap odds ratio (Lemeshow, 1997):

Keterangan:

n = Besar sampel minimum pada

kasus dan kontrol

Z1-α/2 = Nilai Z pada derajat

kepercayaan 1-α/2 atau derajat

kemaknaan α pada uji dua sisi,

derajat kemaknaan α yang

digunakan adalah 5% sehingga

nilai Z = 1,96

Z1-β = Nilai Z pada kekuatan uji

power 1- β, kekuatan uji yang

digunakan adalah 90% yaitu

dengan nilai Z= 1,282

P1 = Proporsi efek pada kelompok

dengan faktor risiko

P2 = Proporsi efek pada kelompok

tanpa faktor risiko

Besar sampel kasus dan kontrol

masing-masing 51 orang. Teknik

sampel adalah Purposive sampling.

Jenis data penelitian ordinal dengan

instrument kuesioner. Analisis data

dengan uji Chi square dan regresi

logistik berganda. Juga dengan Odds

Ratio (OR) untuk mengetahui besar

risiko antara variabel independent

dengan dependent.

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk

melihat distribusi dari variabel atau

besarnya proporsi masing variabel yang

diteliti.

Page 6: PENGARUH TEMAN SEBAYA DAN SUMBER INFORMASI …

5

1. Karakteristik Responden

Tabel 1. Distribusi Karakteristik Keluarga Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit

Grand Medistra Lubuk Pakam

.No. Karakteristik Kasus Kontrol

Jumlah % Jumlah %

1. Umur.

≤ 34 tahun 31 60,8 23 45,1

> 34 tahun 20 39,2 28 54,9

Total 51 100,0 51 100,0

2. Jenis Kelamin.

Laki-laki 47 92,2 47 92,2

Perempuan 4 7,8 4 7,8

Total 51 100,0 51 100,0

3. Pendidikan Terakhir.

SD 6 11,8 9 17,6

SMP 16 31,4 14 27,4

SMA 27 52,9 22 43,1

PT 2 3,9 5 11,9

Total 51 100,0 51 100,0

4. Pekerjaan.

PNS 2 3,9 4 7,8

Wiraswasta 23 45,1 15 29,4

IRT 4 7,8 4 7,8

Petani 6 11,7 10 19,6

Pedagang 2 3,9 3 6,1

TNI 2 3,9 1 2,0

Karyawan 5 9,8 8 15,6

Supir 3 6,1 4 7,8

Mahasiswa 4 7,8 2 3,9

Total 51 100,0 51 100,0

Pada tabel 1. di atas umur kelompok kasus terbanyak usia ≤ 34 tahun sejumlah 31

orang (60,8%). Umur kelompok kontrol terbanyak usia > 34 tahun sejumlah 28 orang

(54,9%). Jenis kelamin pada kelompok kasus dan kontrol terbanyak laki-laki sejumlah

47 orang (92,2%). Pendidikan terakhir kelompok kasus dan kontrol terbanyak SMA

masing-masing 27 orang (52,9%) dan 22 orang (43,1%). Pekerjaan kelompok kasus dan

kontrol terbanyak wiraswasta masing-masing 23 orang (45,1%) dan 15 orang (29,4%).

2. Faktor Sosial-Budaya.

Tabel 2. Kategori Faktor Sosial-Budaya Keluarga Pasien Rawat Inap Di

Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam.

No Kategori Faktor

Sosial-Budaya

Kasus Kontrol

Jumlah % Jumlah %

1 Baik 24 47,1 8 15,7

2 Tidak Baik 27 52,9 43 84,3

Total 51 100,0 51 100,0

Page 7: PENGARUH TEMAN SEBAYA DAN SUMBER INFORMASI …

6

Pada tabel 2. di atas faktor sosial-budaya dalam kategori tidak baik pada

kelompok kasus sejumlah 27 orang (52,9%) dan kontrol sejumlah 43 orang (84,3%).

3. Faktor Personal

Tabel 3. Kategori Faktor Personal Keluarga Pasien Rawat Inap Di Rumah

Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam.

No Kategori Faktor

Personal

Kasus Kontrol

Jumlah % Jumlah %

1 Baik 12 23,5 28 54,9

2 Tidak Baik 39 76,5 23 45,1

Total 51 100,0 51 100,0

Pada tabel 3. di atas faktor personal dalam kategori tidak baik pada kelompok

kasus sejumlah 39 orang (76,5%) dan kelompok kontrol kategori baik sejumlah 28

orang (54,9%).

4. Perilaku Merokok

Tabel 4. Distribusi Jumlah Batang Rokok Yang Dihisap Per Hari Sebelum dan

Sesudah Mendampingi Keluarga Rawat Inap

No. Jumlah Batang Rokok Yang Dihisap

Per Hari

Sebelum Mendampingi Sesudah Mendampingi

Jumlah % Jumlah %

1. Keluarga pasien rawat inap merokok 1-

5 batang.

6 11,8 0 0,0

2. Keluarga pasien rawat inap merokok 6-

12 batang. 43 83,3 16 31,4

3. Keluarga pasien rawat inap merokok

>12 batang.

2 3,9 35 68,6

Total 51 100,0 51 100,0

Pada tabel 4. di atas jumlah batang rokok dihisap per harinya sebelum

mendampingi keluarga rawat inap adalah: 1-5 batang (perokok ringan) sejumlah 6 orang

(11,8%), 6-12 batang (perokok sedang) sejumlah 43 orang (83,3%), dan >12 batang

(perokok berat) sejumlah 2 orang (3,9%). Sesudah mendampingi keluarga rawat inap

menjadi 1-5 batang (perokok ringan) sejumlah 0 orang (0,0%), 6-12 batang (perokok

sedang) sejumlah 16 orang (31,4%), dan >12 batang (perokok berat) sejumlah 35 orang

(68,6%).

B. Hasil Bivariat

1. Hubungan Faktor Sosial-Budaya Dengan Perilaku Merokok Keluarga Pasien

Rawat Inap Di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam.

Hubungan faktor sosial-budaya dengan perilaku merokok pada keluarga pasien

rawat inap, dapat dilihat pada tabel 5. di bawah ini:

Page 8: PENGARUH TEMAN SEBAYA DAN SUMBER INFORMASI …

7

Tabel 5. Hubungan Faktor Sosial-Budaya Dengan Perilaku Merokok Keluarga

Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam.

No. Variabel

Perilaku Merokok Nilai p

(p value)

OR

(95% CI) Kasus Kontrol

Jumlah % Jumlah %

Faktor Sosial-Budaya

1 Baik 24 47,1 8 15,7 0,001

4,778

(1,878–12,155) 2 Tidak Baik 27 52,9 43 84,3

Total 51 100,0 51 100,0

Pada tabel 5. di atas nilai p = 0,001 < 0,05 berarti ada hubungan faktor sosial-

budaya dengan perilaku merokok keluarga pasien rawat inap, dan nilai OR = 4,778

(95% CI = 1,878–12,155). Kesimpulan bahwa faktor sosial-budaya yang tidak baik

memiliki resiko 5 kali lebih tinggi untuk tejadinya perilaku merokok dibandingkan

dengan faktor sosial-budaya keluarga pasien yang baik.

2. Hubungan Faktor Personal Dengan Perilaku Merokok Keluarga Pasien Rawat

Inap Di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam.

Hubungan faktor personal dengan perilaku merokok pada keluarga pasien rawat

inap, dapat dilihat pada tabel 6. di bawah ini:

Tabel 6. Hubungan Faktor Personal Dengan Perilaku Merokok Keluarga Pasien

Rawat Inap Di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam.

No Variabel

Perilaku Merokok Nilai p

(p value)

OR

(95% CI) Kasus Kontrol

Jumlah % Jumlah %

Faktor Personal

1 Baik 12 23,5 28 54,9

0,002

0,253

(0,108–0,591) 2 Tidak Baik 39 76,5 23 45,1

Total 51 100,0 51 100,0

Pada tabel 6. di atas diperoleh nilai p = 0,002 < 0,05 artinya ada hubungan faktor

personal dengan perilaku merokok, dan nilai OR = 0,253 (95% CI = 0,108–0,591).

Kesimpulan bahwa faktor personal yang tidak baik memiliki resiko 1 kali lebih tinggi

untuk tejadinya perilaku merokok dibandingkan dengan faktor personal yang baik.

C. Analisis Multivariat

Model analisis regresi logistik berganda untuk mengetahui pengaruh variabel

faktor sosial-budaya dan personal terhadap perilaku merokok keluarga pasien rawat

inap, dapat di lihat pada tabel 7. di bawah ini:

Tabel 7. Model Regresi Logistik Berganda Faktor Sosial-Budaya Dan Personal

Terhadap Perilaku Merokok Keluarga Pasien Rawat Inap Di Rumah

Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam.

Variabel β Exp (β) SE p-Wald 95% CI

Sosial-budaya 2,631 13,888 0,691 0,000 3,585-53,791

Personal -2,418 0,089 0,653 0,000 0,025-0,321

Constant 0,119 1,127 0,286 0,676

-2 Log Likelihood = 108,957 p-Value = 0,000

Page 9: PENGARUH TEMAN SEBAYA DAN SUMBER INFORMASI …

8

Berdasarkan diatas hasil analisis regresi logistik berganda di atas juga dapat

ditentukan model persamaan uji regresi logistik berganda, yang dapat menafsirkan

faktor sosial-budaya dan faktor personal yang memengaruhi perilaku merokok keluarga

pasien rawat inap, adalah sebagai berikut:

1

P =

1 + e –(α + β

1X

1 + β

2X

2)

Keterangan:

P = Probabilitas faktor sosial-budaya, personal terhadap perilaku merokok

e = Bilangan natural (2,71828)

α = Konstanta (0,119)

β1 – β2 = Koefisisen regresi

X1 = Faktor sosial-budaya, koefisien regresi 2,631

X2 = Faktor personal, koefisien regresi -2,418

Maka, 1

P =

1 + 2,71 – (0,119 + 2,631(X

1) +( -2,418)(X

2) ,

1

P =

1 + 2,71 – (0,119 + 2,631(I) +( -2,418)(I)

1

P =

1 + 2,71 – (0,332)

1

P = , selanjutnya

1 + 0,7182

P = 0,5820 = 58,2%

Berdasarkan persamaan di atas diketahui bahwa faktor sosial-budaya dan

personal yang baik, memiliki probabilitas sebesar: 58,2% terhadap perilaku tidak

merokok pada keluarga pasien rawat inap. Sedangkan faktor sosial-budaya dan personal

yang tidak baik memiliki probabilitas sebesar: 41,8% terhadap terhadap perilaku

merokok keluarga pasien rawat inap.

.

Page 10: PENGARUH TEMAN SEBAYA DAN SUMBER INFORMASI …

9

PEMBAHASAN

A. Situasi Dan Kondisi Perilaku

Merokok Keluarga Pasien Di

Rumah Sakit Grand Medistra

Lubuk Pakam.

Pada saat penelitian dilakukan

jumlah pasien rawat inap adalah 278

orang. Sebagian besar dari pasien

tersebut adalah pasien kebidanan,

jumlah terbanyak kedua adalah bedah

serta selanjutnya penyakit dalam.

Secara umum pasien berasal dari

masyarakat Kabupaten Deli Serdang,

dari Kecamatan Lubuk Pakam, Tanjung

Morawa, Pantai Labu, Beringin, Galang,

Bangun Purba, Gunung Meriah, Batang

Kuis, dan lainya. Bahkan masyarakat

dari beberapa Kecamatan di Kabupaten

Serdang Bedagai. Pada umumnya

masyarakat dari daerah tersebut adalah

Suku Batak dan Jawa yang kekerabatan

keluarga sangat dekat, dan kebiasaan

merokok berkembang pada saat adanya

kegiatan sosial kemasyarakatan, agama

dan kesukuan atau budaya.

Sampai penelitian ini berakhir

dilakukan kebiasaan merokok pada

keluarga pasien rawat inap dan rawat

jalan tetap berlangsung. Bahkan sebelum

mendampingi keluarganya rawat inap,

mereka dominan merokok 6-12 batang

per hari (perokok sedang) sejumlah 43

orang (83,3%). Tetapi setelah

mendampingi keluarganya rawat inap,

jumlah batang yang dihisap per hari

menjadi > 12 batang (perokok berat)

dengan jumlah 35 orang (68,6%).

Perilaku merokok banyak terlihat

di sore hari sampai dengan malam hari,

karena saat tersebutlah waktu kunjungan

keluarga pasien dan kerabatnya

memungkinkan, karena siang hari

mereka bekerja seperti: bertani,

berkebun, buruh, karyawan, dan lainnya.

Selain itu waktu berkunjung pasien

ditetapkan pada sore hari mulai pukul

18.00 WIB sampai dengan malam hari

pukul 23.00 WIB.

Pada saat keluarga pasien

berkunjung ditemukan mereka sedang

merokok, tanpa mengindahkan teguran

perawat, aturan dan larangan merokok

yang telah di tempelkan pada dinding

Rumah Sakit, maupun ditempat-tempat

strategis lainnya. Keluarga pasien juga

sembarangan membuang puntung rokok

di lantai, selasar Rumah Sakit. Keluarga

pasien rawat jalan di Poliklinik terpadu

juga merokok 5 – 12 batang rokok.

B. Hubungan Faktor Sosial-Budaya

Dengan Perilaku Merokok

Keluarga Pasien Rawat Inap Di

Rumah Sakit Grand Medistra

Lubuk Pakam.

Hasil penelitian bahwa ada

hubungan yang signifikan antara faktor

sosial-budaya dengan perilaku merokok

keluarga pasien rawat inap, dengan nilai

p = 0,001 < 0,05. Nilai Odds Ratio (OR)

sebesar 4,778 berarti faktor sosial-

budaya yang tidak baik memiliki resiko

5 kali lebih tinggi untuk tejadinya

perilaku merokok, dibandingkan dengan

faktor sosial-budaya keluarga pasien

yang baik

Perilaku kesehatan adalah respon

seseorang terhadap stimulus atau

objek yang berkaitan dengan sehat

sakit, penyakit dan faktor-faktor yang

mempengaruhi sehat sakit (kesehatan)

seperti: lingkungan, makanan,

minuman, merokok dan pelayanan

kesehatan (Notoatmodjo, 2015).

Perilaku merokok menurut Smet

dalam Nasution (2016) menyatakan

bahwa seseorang merokok karena

faktor sosio cultural seperti kebiasaan

budaya, kelas sosial, gengsi dan tingkat

pendidikan.

Faktor pendorong (predisposing

factors) dalam penelitian ini terjadinya

perilaku merokok pada keluarga pasien

rawat inap, adalah: 1) kebiasaan

merokok di dalam pelaksanaan adat

istiadat dan budaya di masyarakat; 2)

kedudukan dan peran di masyarakat; 3)

Page 11: PENGARUH TEMAN SEBAYA DAN SUMBER INFORMASI …

10

tingkat pendidikan formal yang telah

ditempuh; 4) penghasilan dan

pengeluaran dalam sebulan; dan 5)

tuntutan pekerjaan sehari-hari.

Sedangkan faktor penguat

(reinforcing factors) sehingga

terjadinya perilaku merokok pada

keluarga pasien rawat inap, adalah: 1)

meningkatkan kemampuan dan

konsentrasi berfikir; 2) mengatasi rasa

kantuk selama beraktivitas; 3)

meningkatkan rasa persahabatan dan

pergaulan; 4) memberikan kesan

modern dan tidak ketinggalan zaman

serta meningkatkan kewibawaan.

Hasil penelitian ini selaras dengan

hasil penelitian yang dilakukan

Theodorus (2014) mengatakan bahwa

keluarga perokok sangat berperan

terhadap perilaku merokok anak-

anaknya dibandingkan keluarga non

perokok. Selaras juga dengan penelitian

Ratih Perwitasari (2016), yang

menyatakan bahwa psikososial,

psikologi dan sosial yang buruk

memengaruhi perilaku seseorang dalam

berperilaku, terutama perilaku merokok

dengan p = 0,0025 < 0,01.

Hasil penelitian ini tidak selaras

dengan penelitian Kristanti dan

Wismanto (2017) menyatakan bahwa

orang tua yang merokok memiliki

kecenderungan untuk permisif terhadap

anak remajanya yang merokok,

dibanding yang tidak merokok. Hal

tersebut terjadi karena orang tua yang

merokok tidak dapat melarang anaknya

agar tidak merokok, karena dia juga

merokok. Sebaliknya, orang tua yang

tidak merokok mampu melarang

anaknya untuk tidak merokok, karena

mereka juga tidak merokok dan menjadi

contoh.

C. Hubungan Faktor Personal

Dengan Perilaku Merokok

Keluarga Pasien Rawat Inap Di

Rumah Sakit Grand Medistra

Lubuk Pakam.

Hasil penelitian bahwa, ada

hubungan yang signifikan antara faktor

personal dengan perilaku merokok

keluarga pasien rawat inap dengan nilai

p = 0,002 < 0,05. Nilai OR = 0,253

berarti faktor personal yang tidak baik

memiliki resiko 1 kali lebih tinggi untuk

tejadinya perilaku merokok,

dibandingkan dengan faktor personal

keluarga pasien yang baik.

Menurut Jessor dalam Maman

(2014) perilaku bermasalah pada

seseorang termasuk merokok,

merupakan hasil interaksi dari

kepribadian, sikap, dan perilaku dengan

sistem lingkungan termasuk lingkungan

keluarga dan teman sebaya.

Menurut Hansen dalam

Nasution (2015) menyatakan faktor

yang mempengaruhi perilaku merokok,

yaitu: 1) faktor biologis, bahwa nikotin

dalam rokok merupakan salah satu

bahan kimia yang berperan penting

pada ketergantungan merokok; 2)

faktor psikologis, karena merokok dapat

meningkatkan konsentrasi, menghalau

rasa kantuk, mengakrabkan suasana,

rasa persaudaraan, kesan modern dan

berwibawa; 3) faktor lingkungan sosial,

berpengaruh terhadap sikap,

kepercayaan dan perhatian individu

pada perokok; 4) faktor demografis,

meliputi: umur dan jenis kelamin; 5)

faktor sosial-budaya, seperti: kebiasaan

budaya, kelas sosial, tingkat

pendidikan, penghasilan, dan gengsi

pekerjaan; dan 6) faktor sosial politik,

melindungi orang-orang yang tidak

merokok dan usaha kampanye

promosi kesehatan tidak merokok.

Sedangkan menurut Aditama

dalam Sulistyorini I.R (2018)

menyatakan bahwa perilaku merokok

ditentukan oleh: 1) faktor kepribadian

(personal), dimana seseorang mencoba

untuk merokok karena alasan ingin tahu

atau ingin melepaskan diri dari rasa

sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri

Page 12: PENGARUH TEMAN SEBAYA DAN SUMBER INFORMASI …

11

dari kebosanan; 2) faktor sosio-budaya,

dimana seseorang merokok karena

pengaruh orang tua dan “peer group”

atau teman dan kelompoknya. Perilaku

merokok akan lebih kuat pengaruhnya

apabila orang tua juga merokok dan

berbagai fakta mengungkapkan bahwa

remaja yang merokok kemungkinan

besar teman-temannya adalah perokok;

dan 3) faktor lingkungan, dimana

seseorang merokok oleh karena iklan,

seseorang dengan melihat iklan di

media massa dan elektronik yang

menampilkan gambaran bahwa perokok

adalah lambang kematangan,

kedewasaan, popularitas, dan bahkan

lambang kejantanan. Sehingga

menyebabkan seseorang menganggap

kalau mereka merokok, maka mereka

akan mendapatkan semua predikat

tersebut.

Hasil penelitian ini selaras dengan

hasil penelitian Prasasti (2011) tentang

Hubungan Kepribadian Neuroticism,

Extraversion, Agreeableness,

Conscientiousness, dan Opennes

Dengan Perilaku Merokok, dimana nilai

p = 0.004 < 0,05.

D. Pengaruh Faktor Sosial-Budaya

Dan Personal Terhadap Perilaku

Merokok Keluarga Pasien Rawat

Inap Di Rumah Sakit Grand

Medistra Lubuk Pakam Hasil penelitian bahwa faktor

sosial-budaya berpengaruh dominan

terhadap perilaku merokok keluarga

pasien rawat inap, berdasarkan nilai OR

= 13,888 (95% CI: 3,585 - 53,791),

berarti faktor sosial-budaya memiliki

pengaruh 14 kali terhadap perilaku

merokok setelah dikontrol faktor

personal. Sedangkan nilai OR = 0,089

(95% CI: 0,025 - 0,321) dari faktor

personal berarti faktor personal

memiliki pengaruh 0,1 kali terhadap

perilaku merokok keluarga pasien rawat

inap setelah dikontrol oleh faktor sosial-

budaya.

Faktor sosial-budaya dan personal

yang baik memiliki probabilitas sebesar

58,2% terhadap terjadinya perilaku

tidak merokok pada keluarga pasien

rawat inap. Sedangkan faktor sosial-

budaya dan personal yang tidak baik

memiliki probabilitas sebesar 41,8%

terhadap terjadinya perilaku merokok

keluarga pasien rawat inap. Berdasarkan

analisis pengaruh diketahui faktor

sosial-budaya 14 kali memengaruhi dan

faktor personal 0,1 kali memengaruhi

terjadinya perilaku merokok pada

keluarga pasien rawat inap.

Kelompok kasus dalam penelitian

ini tetap merokok dan jumlah batang

rokok yang dihisapnya meningkat dari

sebelum mendampingi keluarganya.

Kelompok kontrol tetap tidak merokok

atau tidak terpengaruh oleh kelompok

kasus sama seperti sebelum dilakukan

penelitian.

Hasil penelitian ini selaras dengan

penelitian Abdul Ghoni dan Tri

Bodroastuti (2012), dengan nilai t

hitung (2,816) > t tabel (1,9977). Dapat

disimpulkan bahwa: ada pengaruh yang

signifikan antara faktor pribadi terhadap

perilaku konsumen. Selain itu

berdasarkan nilai koefisien determinasi

(Adjusted R Square) sebesar 0,936

atau 93,6%. Hal ini berarti sebesar

93,6% perilaku konsumen dipengaruhi

oleh faktor budaya, faktor sosial,

faktor pribadi, faktor psikologi.

Sedangkan sisanya 6,4% oleh variabel

lain.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan

pembahasan penelitian, maka

kesimpulan sebagai berikut:

1. Usia merokok keluarga pasien rawat

inap terbanyak usia ≤ 34 tahun

(60,8%) dan usia > 34 tahun (39,2%).

2. Faktor sosial-budaya kategori tidak

baik pada keluarga pasien rawat inap

yang merokok lebih banyak (52,9%).

Page 13: PENGARUH TEMAN SEBAYA DAN SUMBER INFORMASI …

12

3. Faktor personal kategori tidak baik

pada keluarga pasien rawat inap yang

merokok lebih banyak (76,5%).

4. Perilaku merokok sebelum

mendampingi keluarganya lebih

banyak kategori perokok sedang

sejumlah 43 orang (83,3%), dan

setelah mendampingi keluarganya

berubah menjadi kategori perokok

berat sejumlah 35 orang (68,6%).

5. Ada hubungan faktor sosial-budaya

dengan perilaku merokok keluarga

pasien rawat inap, dengan nilai p =

0,001 < 0,05.

6. Ada hubungan faktor personal

dengan perilaku merokok keluarga

pasien rawat inap, dengan nilai p =

0,002 < 0,05.

7. Faktor sosial-budaya yang tidak baik

pada keluarga pasien rawat inap

dipengaruhi oleh kebiasaan-

kebiasaan merokok di lingkungan

masyarakat dan adanya kegiatan

kebudayaan.

8. Faktor sosial-budaya yang tidak baik

adalah faktor paling dominan

memengaruhi perilaku merokok

keluarga pasien rawat inap, dengan

OR = 13,888 (95% CI: 3,585 -

53,791) berarti faktor tersebut

memiliki pengaruh 14 kali terhadap

perilaku merokok setelah dikontrol

faktor personal. Sedangkan faktor

personal yang tidak baik dengan OR

= 0,253 (95% CI = 0,108–0,591)

berarti faktor ini memiliki pengaruh

1 kali lebih tinggi setelah dikontrol

faktor sosial-budaya.

9. Faktor sosial-budaya dan personal

yang baik, memiliki probabilitas

sebesar: 58,2% terhadap perilaku

tidak merokok keluarga pasien rawat

inap. Sedangkan faktor sosial-budaya

dan personal yang tidak baik

memiliki probabilitas sebesar:

41,8%.

SARAN

Berdasarkan kesimpulan maka

diberikan saran yang bersifat

konstruktif, sebagai berikut:

1. Bagi manajemen Rumah Sakit Grand

Medistra Lubuk Pakam, agar

menetapkan Kebijakan Kawasan

Tanpa Rokok (KTR) di lingkungan

Rumah Sakit melalui Surat

Keputusan Direktur.

2. Pemasangan running text tentang:

Kawasan Tanpa Rokok di atas pintu

utama masuk ke Rumah Sakit,

penempelan slogan tentang Larangan

Merokok dan pemasangan poster

bahaya merokok di setiap ruang

rawat inap dan ruang rawat jalan

serta larangan menjual rokok di

kantin Rumah Sakit.

3. Melakukan promosi kesehatan

tentang merokok dan pengaruhnya

terhadap status kesehatan pasien

yang dirawat, keluarga pasien

lainnya, serta semua orang lain yang

berinteraksi di lingkungan Rumah

Sakit.

4. Bagi pasien dan keluarga yang

merokok untuk menghentikan

perilaku merokok tersebut karena

akan memengaruhi kesehatan diri

sendiri, pasien dan orang lain yang

ada di lingkungan Rumah Sakit.

5. Bagi peneliti selanjutnya, perlu

dilakukan penelitian determinan

perilaku merokok dengan

menambahkan variabel lain seperti:

faktor biologis, faktor lingkungan

sosial, faktor demografis, dan faktor

sosial-politik, sehingga dapat di

identifikasi faktor yang

mempengaruhi perilaku merokok

secara komprehensif.

DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah R.M., 2016. Faktor-Faktor

Yang Mempengaruhi Kebiasaan

Merokok Dan Hubunggannya

Page 14: PENGARUH TEMAN SEBAYA DAN SUMBER INFORMASI …

13

Dengan Status Penyakit

Periodontal Remaja Di Kota

Medan Tahun 2007, Tesis,

Sekolah Pascasarjana Universitas

Sumatera Utara, Medan.

Andi M. 2016. Kamus Istilah

Konseling dan Terapi, PT.

Rajafindo Persada, Jakarta.

Arfiani N. F., 2015. Faktor Psikologis

Penyebab Remaja Putri

Mempertahankan Perilaku

Merokok, Naskah Publikasi,

Program Studi Psikologi Fakultas

Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya

Universitas Islam Indonesia,

Yogyakarta.

Arikunto, S., 2015. Manajemen

Penelitian, Edisi Revisi, Cetakan

Ketujuh, PT Rineka Cipta,

Jakarta.

Aula, Ellizabet L., 2014. Stop Merokok!

(Sekarang atau Tidak Sama

Sekali!), Penerbit Garailmu,

Jogjakarta.

Carson dan Butcher, 2015. Sosiologi

Dasar, Hipokrates, Jakarta.

Davidson, G.C and Neale, J.M., 1990.

Abnormal Psychology. Willey &

Sons, New York.

Dardiri. 2017. Tipe-tipe Perokok,

ayid.wordpress.com/2007/03/02/ti

pe-tipe-perokok, diakses 09

Desember 2013.

Dian K. dan Avin F.H. 2016. Faktor-

faktor Penyebab Perilaku

Merokok pada Remaja,

avin.staff.ugm.ac.id/data/jurnal/

perilakumerokok

Dinas Kesehatan Kabupaten Deli

Serdang, 2018. Profil Kesehatan

Kabupaten Deli Serdang Tahun

2018, Lubuk Pakam.

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera

Utara, 2018. Profil Kesehatan

Provinsi Sumatera Utara Tahun

2018, Medan.

Kemenkes RI, 2018. Profil Kesehatan

Indonesia 2018, Jakarta

Endrawanch, 2016. Indonesia dan

Rokok,

http://medicastore.blogspot.com/

Ghoni A., Bodroastuti T., 2012.

Pengaruh Faktor Budaya, Sosial,

Pribadi dan Psikologi Terhadap

Perilaku Konsumen (Studi Pada

Pembelian Rumah di Perumahan

Griya Utama Banjardowo

Semarang). Sekolah Tinggi Ilmu

Ekonomi Widya Manggala,

Semarang.

Gharaibeh H., Haddad L., Alzyoud S.,

El-Shahawy O., 2015.

Knowledge, Attitudes, and

Behavior in Avoiding

Secondhand Smoke Exposure

Among Non-Smoking Employed

Women with Higher Education in

Jordan, Articel, International

Journal of Environmental

Research and Public Health,

ISSN 1660-4601.

Glanz, K., 2012. Health Behavior and

Health Education, 3rd ed , Jossey-

Bas Publisher, San Fransisco,

Oxford.

Hardalena, N. S, 2016, Faktor-Faktor

Yang Berhubungan Dengan

Tindakan Merokok Pada Remaja

Putri di Kelurahan Jati Kota

Padang, Skripsi, Program Studi

Ilmu Kesehatan Masyarakat

Peminatan Epidemiologi Fakultas

Kedokteran Universitas Andalas,

Padang.

Kalkhoran S., Neilands T.B., Ling P.M.,

2014, Secondhand Smoke

Exposure and Smoking Behavior

Among Young Adult Bar Patrons,

American Journal of Public

Health November 2013, Vol 103,

No. 11.

Komasari D., Helmi A.F., 2015. Faktor-

Faktor Penyebab Perilaku

Merokok Pada Remaja. Jurnal

Psikologi Universitas Gadjah

Page 15: PENGARUH TEMAN SEBAYA DAN SUMBER INFORMASI …

14

Mada Yogyakarta, Gadjah Mada

University Press, Yogyakarta.

Lemeshow S., 1917. Besar Sampel

Dalam Penelitian Kesehatan,

Cetakan Pertama, Gadjah Mada

University Press, Yogyakarta.

Liana I. H., Mifbakhuddin, Salawati T.,

2012. Hubungan Pengetahuan,

Lingkungan Sosial dan

Ketersediaan Sarana Prasarana

Dengan Perilaku Merokok (Studi

Pada Siswa Sekolah Dasar SDN

Ungaran 02.04),

http://digilib.unimus.ac.id

/gdl.php?mod=browse&op=read&

id=jtptunimus-gdl-irmayvitah-

6973.

Maman, 2015. Teori Perilaku Merokok,

http://unikunik.wordpress.com/20

09/05/03/teori-perilaku-merokok/

Mubarak W.I., 2015. Sosiologi Untuk

Keperawatan: Pengantar dan

Teori. Penerbit Salemba Medika,

Jakarta.

Nasution I.K., 2017. Perilaku Merokok

pada Remaja, http://

http://repository.usu.ac.id/bitstrea

m/123456789/3642/3/132316815.

pdf.txt

Notoatmodjo, S., 2017. Metodologi

Penelitian Kesehatan, PT Rineka

Cipta, Jakarta.

Notoatmodjo, S., 2017. Kesehatan

Masyarakat; Ilmu dan Seni, PT

Rineka Cipta, Jakarta.

Nurlysa D. 2018. Perubahan

Kebudayaan dan Faktor yang

Mempengaruhi,

http://dindanurlysa.blogspot.com/

2013/04/perubahan-kebudayaan-

dan-faktor-yang.html.

Partodiharjo, S. 2016. Kenali Narkoba

dan Musuhi Penyalahgunaannya,

Esensi, Jakarta.

Peraturan Bersama Menteri Kesehatan

RI dan Menteri Dalam Negeri RI,

Nomor 188/MENKES/PB/I/2011

dan Nomor 7 Tahun 2011 tentang

Pedoman Pelaksanaan Kawasan

Tanpa Rokok (KTR).

Peraturan Pemerintah RI Nomor 109

Tahun 2012 tentang Pengamanan

Bahan yang mengandung Zat

Adiktif berupa Produk Tembakau

Bagi Kesehatan.

Piko B.F., Luszczynska A., Gibbons

F.X., , A culture-based study of

adolescent smoking,

http://eurpub.oxfordjournals.org/

by guest on September 29, 2014

Poerwadarminta W.J.S. 2015. Kamus

Umum Bahasa Indonesia. Balai

Pustaka, Jakarta.

Prasasti R.A., 2016. Hubungan Antara

Dimensi Kepribadian Big Five

Dengan Perilaku Merokok Pada

Remaja Akhir. Skripsi, Fakultas

Psikologi Universitas Islam

Negeri Hidayatullah Jakarta.

Pusat Data dan Informasi Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia,

2018. Profil Kesehatan Indonesia

2018, Jakarta.

Perwitasari, R., 2016. Hal–Hal

Mengenai Rokok.

http://perwitasari.blogspot.com/

Reber, Arthur S. 2015. The Penguin

Dictionary of Psychology,

Penguin Books Ltd, England

Sastroasmoro S., 2016. Dasar-Dasar

Metodologi Penelitian Klinis,

Edisi Ke-4, CV. Sagung Seto,

Jakarta.

Sugiyono, 2014. Metode Penelitian

Bisnis, Cetakan Ketujuh, CV.

Alfabeta, Bandung.

Sulistyorini, I.R, Kurniawati N. 2018.

Hubungan Antara Keyakinan

Terhadap Bahaya Merokok

Dengan Perilaku Merokok Pada

Remaja, Naskah Publikasi,

Program Studi Psikologi Fakultas

Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya

Universitas Islam Indonesia

Yogyakarta.

Steinberg, Laurence. 1993.

Page 16: PENGARUH TEMAN SEBAYA DAN SUMBER INFORMASI …

15

Adolescence. McGrawhill, Inc.

New York.

Sunaryo, 2014. Psikologi untuk

Keperawatan, Penerbit Buku

Kedokteran EGC, Jakarta.

Suryanto, 2013. Kasus Akibat Rokok,

http://Antaranews.com/

Suryabrata S. 2018. Psikologi

Kepribadian, PT Raja Grafindo

Persada, Jakarta.

Theodorus. 2014., Ciri Perokok di

Kalangan Mahasiswa/i

Universitas Sriwijaya. Jurnal JEN.

No. 3.

Page 17: PENGARUH TEMAN SEBAYA DAN SUMBER INFORMASI …