pengaruh teman sebaya dan sumber informasi …
TRANSCRIPT
ISSN : 2252 - 4452 Volume 8 | No. 4 | Desember 2019 – Pebruari 2020
DAFTAR ISI
1. Pengaruh Faktor Sosial Budaya Dan Personal Terhadap Perilaku Merokok Keluarga Pasien
Rawat Inap Di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam.
Luci Riani Br Ginting ....................................................................................................................... 1-15
2. Hubungan Persepsi Staf Terhadap Kemampuan Manajerial Kepala Seksi dengan Kepuasan
Staf di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Batu Bara.
Dameria ............................................................................................................................................ 16-29
3. Hubungan Komunikasi Interpersonal Petugas Kesehatan dengan Kepuasan Pasien di Ruang
Rawat Inap Rumah Sakit Umum Setio Husodo Kisaran.
Irmayani ........................................................................................................................................... 30-42
4. Hubungan Mutu Pelayanan Kesehatan dengan Kepuasan Pasien di Poliklinik Rumah Sakit
GL Tobing Kec. Tanjung Morawa Kab. Deli Serdang.
Kuat Sitepu ....................................................................................................................................... 43-53
5. Pengaruh Dimensi Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Pegawai di Puskesmas Plus Perbaungan
Kabapaten Serdang Bedagai.
Sri Melda Br Bangun ....................................................................................................................... 54-66
6. Hubungan Komunikasi Interpersonal Tenaga Kesehatan dengan Kepuasan Pasien
Rawat Jalan di Poliklinik Saraf Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam.
Christine Vita Gloria Purba ............................................................................................................ 67-77
7. Hubungan Persepsi Tentang Pelayanan Prima dengan Kepuasan Pasien di Rumah Sakit
Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
Fadlillah Widyaningsih .................................................................................................................... 78-88
8. Hubungan Kualitas Pelayanan Kesehatan dengan Kepuasan Pasien Peserta Kartu Indonesia
Sehat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam.
Jul Asdar Putra Samura .................................................................................................................. 89-90
1
PENGARUH FAKTOR SOSIAL BUDAYA DAN PERSONAL TERHADAP
PERILAKU MEROKOK KELUARGA PASIEN RAWAT INAP
DI RUMAH SAKIT GRAND MEDISTRA
LUBUK PAKAM
Luci Riani Br Ginting
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
INKES MEDISTRA Lubuk Pakam
ABSTRACT
Smoking behavior is dangerous for health, either for an individual or for other
people around him. According to the World Health Organization (WHO), there were 65
million smokers in Indonesia in 2016. There are 300 to 400 outpatients at the Integrated
Polyclinic of Grand Medistra Hospital, Lubuk Pakam, each day, while the Bed
Occupancy Rate (BOR) reaches to 90% per month. Many patients‟ family members sit
together along the corridors of the inpatient wards and smoke even though there are
„No Smoking‟ signs on the walls.
The objective of the research was to analyze the influence of socio-cultural and
personal factors on smoking behavior of inpatients‟ family members. The research was
conducted from April to June, 2019. It used observational analytic approach with cross
sectional design. The population was 207 inpatients‟ family members who smoked and
did not smoke, and 102 of them were used as the samples that consisted of 51
respondents in case group and the other 51 respondents of the control group, using
purposive sampling technique. The data were gathered by conducting interviews with
questionnaires and analyzed by using univatriate, bivatriate analysis with chi square
test and multivatriate with multiple regression tests at the significance level of 95% with
α = 5%.
The result of the analysis showed that 27 respondents (52.9%) of the case group
and 43 respondents of the control group were in bad category in the socio-cultural
factor. There were 39 respondents (76.5%) of the case group and 28 respondents of the
control group were in good category in the personal factor. Besides that, there was the
influence of socio-cultural factor at p-value = 0.001 < 0.05 with OR = 4.778 and of
personal factor at p-value = 0.002 < 0.05 with OR = 0.253 on smoking behavior of
inpatients‟ family members. The variable which had the most dominant influence was
socio-cultural factor at the value of coefficient Exp (β) = 13.888.
It is recommended that the management of the hospital make a policy by installing
a running text: „No Smoking Area‟ on the front gate and attaching slogans, posters, and
health promotion routinely about the prohibition to smoke and the danger of smoking in
every inpatient and outpatient ward. Patients and their families should stop smoking.
Besides that, the next researches should be conducted by adding the variables of
biological factor, socio-environmental factor, demographic factor, and socio-political
factor.
Keywords: Socio-Cultural Factor, Personal Factor, Smoking Behavior
2
PENDAHULUAN
Perilaku merokok adalah perilaku
yang dinilai sangat merugikan bila
dilihat dari berbagai sudut pandang
baik bagi diri sendiri maupun orang
lain disekitarnya (Aula, 2015).
Penelitian Prasasti (2016) tentang
hubungan dimensi kepribadian big five
dengan perilaku merokok pada remaja
akhir, menunjukkan nilai koefisien
determinasi (R square) = 0,213, berarti
kepribadian neuroticism, extraversion,
agreeableness, conscientiousness, dan
opennes berpengaruh 21,3% terhadap
perilaku merokok, sedangkan 78,7%
dipengaruhi variabel lain. Taraf
signifikansinya p = 0.004 < 0,05,
artinya ada pengaruh kepribadian
neuroticism, extraversion,
agreeableness, conscientiousness, dan
opennes dengan perilaku merokok.
Menurut data World Health
Organization (WHO) pada tahun 2014,
jumlah perokok di Indonesia 65 juta
penduduk, China 390 juta dan India
144 juta perokok (Endrawanch, 2017).
Berdasarkan data Global Adult
Tobbaco Survey (GATS) menyatakan
190.260 orang di Indonesia meninggal
dunia akibat merokok, berarti sekitar
500 orang per hari penduduk
Indonesia meninggal akibat merokok
(Suryanto, 2016).
Penelitian Abdul Ghoni dan Tri
Bodroastuti (2017) tentang pengaruh
faktor budaya, sosial, pribadi dan
psikologi terhadap perilaku konsumen
menunjukkan F hitung = 254,460 > F
table = 2,74 berarti ada pengaruh
signifikan antara faktor budaya, sosial,
pribadi dan psikologi terhadap perilaku
konsumen dalam membeli rumah.
Nilai koefisien determinasi (R2) =
93,6% (0,936) dengan R = 97% (0,97),
berarti faktor budaya, sosial, pribadi
dan psikologi menjelaskan perilaku
konsumen 93,6%, sisanya 6,4% karena
variabel lain.
Penelitian tentang rokok oleh
Komalasari dan Helmi (2014)
menunjukkan hasil analisis regresi
ganda bahwa F = 22,468 (p < 0,05)
dan R = 0,620 (R2
= 0,384). Berarti,
sikap permisif orang tua terhadap
perilaku merokok remaja dan
lingkungan teman sebaya merupakan
prediktor terhadap perilaku merokok
remaja. Hubungan kepuasan psikologis
terhadap perilaku merokok sebesar r =
0,640 (p<0,05), berarti kepuasan
psikologis memengaruhi 40,9%
terhadap perilaku merokok.
Penelitian Hardalena (2015)
menunjukkan adanya hubungan antara
sikap dengan tindakan merokok (p =
0.000), pengaruh lingkungan terhadap
tindakan merokok (p = 0.000), serta
stress terhadap tindakan merokok (p =
0,000). Tetapi tidak ada hubungan
antara peran keluarga terhadap tindakan
merokok (p = 0,154).
Hasil penelitian Liana (2017)
tentang hubungan pengetahuan
lingkungan sosial dan ketersediaan
sarana prasarana dengan perilaku
merokok siswa SDN Ungaran 02.04,
menyatakan pengetahuan responden
tentang rokok serta ketersediaan sarana
prasarana dengan p-value > 0,05,
lingkungan sosial dengan p-value <
0,05.
Rata-rata umur merokok secara
nasional 17,6 tahun. Jumlah perokok
berdasarkan Provinsi tertinggi adalah
Kepulauan Bangka Belitung 52,1%,
Riau 51,3%, Sumatera Selatan 50,4%,
Nusa Tenggara Barat 49,9% dan
Lampung 49,5%. Berdasarkan jenis
kelamin laki-laki 11,8% dan
perempuan 1,4%. Berdasarkan status
kawin 30,6% dan belum kawin 28,9% serta cerai 17,0%. Berdasarkan tempat
tinggal, perdesaan 30,8% dan
perkotaan 25,9%. Menurut pendidikan
tidak tamat SD 31,9% dan bersekolah
7,7% (Riskesdas, 2018).
3
Rata-rata jumlah batang rokok
yang dihisap per hari 52,3% adalah 1-
10 batang dan sekitar 20% sebanyak
11-20 batang. Merokok 1-10 batang
per hari tertinggi di Maluku 69,4%,
Nusa Tenggara Timur 68,7%, Bali
67,8%, DI Yogyakarta 66,3%, dan
Jawa Tengah 62,7%. Sedangkan
merokok rata-rata 21-30 batang per hari
tertinggi di Provinsi Aceh 9,9%,
Kepulauan Bangka Belitung 8,5%
dan Kalimantan Barat 7,4%.
Persentase penduduk merokok dengan
rata-rata lebih dari 30 batang per hari
tertinggi di Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung 16,2%, Kalimantan
Selatan 7,9%, Aceh dan Kalimantan
Tengah 5,4% (Riskesdas, 2018).
Penduduk Provinsi Sumatera
Utara yang merokok tiap hari pada
umur 10 tahun 23,3%, kadang-kadang
5,5%, mantan perokok 2,2% dan tidak
merokok 69%. Menurut umur 10-14
tahun 0,3%, meningkat menjadi 14%, di
umur 15-24 tahun. Proporsi merokok
terus meningkat sampai umur 45-54
tahun (36,6%). Perokok umumnya pada
laki-laki dan menurut pendidikan
terbanyak berpendidikan SMA (29,3%),
SMP. Berdasarkan kebiasaan 86,1%
merokok di dalam rumah (Profil
Kesehatan Provinsi Sumatera Utara
Tahun 2018).
Pemerintah Kabupaten Deli
Serdang belum mempunyai peraturan
daerah tentang pencegahan dan
penanggulangan dampak merokok
terhadap kesehatan bagi masyarakatnya.
Selain itu iklan ataupun reklame rokok
dilokasi strategis serta di dinding
pertokoan tertempel, yang memengaruhi
individu, masyarakat yang melihat dan
membacanya. Kegiatan seremonial di
Pemerintah Kabupaten Deli Serdang,
lintas sektor dan instansi swasta lainnya
selalu didukung oleh produsen rokok.
Persentase penduduk umur 10
tahun keatas menurut kebiasaan
merokok di Kabupaten Deli Serdang
adalah: setiap hari 21.9%, kadang-
kadang 4.3%, mantan perokok 1.5%,
bukan perokok 72.3%. Sedangkan
prevalensi merokok dalam rumah
83.4% (Profil Kesehatan Provinsi
Sumatera Utara Tahun 2018).
Berdasarkan survei awal yang
dilakukan peneliti di ruangan rawat inap
Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk
Pakam, tampak pengunjung dan
keluarga pasien rawat inap merokok
bersama-sama dengan pengunjung dan
keluarga pasien lainnya di kursi tunggu
pada lorong atau gang antar ruang
rawatan meskipun di dinding tertulis
Dilarang Merokok. Pihak manajemen
rumah sakit belum menetapkan
lingkungan rumah sakit menjadi
Kawasan Tanpa Rokok (KTR), tetapi
telah menetapkan ruangan bebas
merokok, yakni: kantin dan anjungan
setiap lantai rumah sakit. Untuk
mendapatkan rokok dari berbagai merek
dan jenisnya, tersedia dikantin rumah
sakit dan di toko di depan rumah sakit.
Menurut Direktur rumah sakit,
senantiasa menemukan pengunjung dan
keluarga pasien yang merokok,
meskipun larangan merokok di sekitar
ruang rawatan dan tempat lainnya selalu
disosialisasikan oleh perawat dan
dokter. Perilaku merokok pengunjung
dan keluarga pasien tersebut banyak
ditemukannya terutama pada sore hari
(pukul 18.00 WIB) sampai dengan
malam hari (pukul 23.00 WIB). Pada
ruang tunggu poliklinik terpadu juga
ditemukan keluarga pasien rawat jalan
merokok.
Menurut kepala bidang perawatan
dan bagian rekam medik Rumah Sakit
Grand Medistra Lubuk Pakam, Bed
Occupation Rate (BOR) mencapai 90%
per bulannya. Sedangkan jumlah pasien
rawat jalan di poliklinik terpadu rumah
sakit setiap hari kerja antara 300 sampai
dengan 400 orang. Selain itu lebih dari
4
80% pasien yang rawat inap dan rawat
jalan adalah masyarakat yang domisili
di Kecamatan Lubuk Pakam dan daerah
lain seperti: Kecamatan Tanjung
Morawa, Pantai Labu, Beringin,
Galang, Bangun Purba, Gunung Meriah,
selain itu juga dari Kabupaten Serdang
Bedagai. Umumnya masyarakat di
daerah tersebut adalah Suku Batak dan
Jawa yang memiliki kekerabatan
keluarga yang dekat, dan kebiasaan
merokok terlebih pada saat kegiatan
sosial kemasyarakatan, agama dan
kesukuan atau budaya.
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian adalah untuk
mengetahui pengaruh faktor sosial-
budaya dan personal terhadap perilaku
merokok keluarga pasien rawat inap di
Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk
Pakam.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian adalah analitik
observasional dengan rancangan case
control study serta dilaksanakan pada
Mei sampai dengan Juni 2018.
Populasi penelitian adalah seluruh
suami atau istri atau anak laki-laki, atau
menantu laki-laki yang mendampingi
pasien rawat inap sejumlah 207 orang.
Sampel penelitian adalah sebagian
suami atau istri atau anak laki-laki atau
menantu laki-laki yang mendampingi
pasien rawat inap. Besar sampel
ditentukan dengan rumus studi kasus
dan kontrol untuk pengujian hipotesis
terhadap odds ratio (Lemeshow, 1997):
Keterangan:
n = Besar sampel minimum pada
kasus dan kontrol
Z1-α/2 = Nilai Z pada derajat
kepercayaan 1-α/2 atau derajat
kemaknaan α pada uji dua sisi,
derajat kemaknaan α yang
digunakan adalah 5% sehingga
nilai Z = 1,96
Z1-β = Nilai Z pada kekuatan uji
power 1- β, kekuatan uji yang
digunakan adalah 90% yaitu
dengan nilai Z= 1,282
P1 = Proporsi efek pada kelompok
dengan faktor risiko
P2 = Proporsi efek pada kelompok
tanpa faktor risiko
Besar sampel kasus dan kontrol
masing-masing 51 orang. Teknik
sampel adalah Purposive sampling.
Jenis data penelitian ordinal dengan
instrument kuesioner. Analisis data
dengan uji Chi square dan regresi
logistik berganda. Juga dengan Odds
Ratio (OR) untuk mengetahui besar
risiko antara variabel independent
dengan dependent.
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk
melihat distribusi dari variabel atau
besarnya proporsi masing variabel yang
diteliti.
5
1. Karakteristik Responden
Tabel 1. Distribusi Karakteristik Keluarga Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit
Grand Medistra Lubuk Pakam
.No. Karakteristik Kasus Kontrol
Jumlah % Jumlah %
1. Umur.
≤ 34 tahun 31 60,8 23 45,1
> 34 tahun 20 39,2 28 54,9
Total 51 100,0 51 100,0
2. Jenis Kelamin.
Laki-laki 47 92,2 47 92,2
Perempuan 4 7,8 4 7,8
Total 51 100,0 51 100,0
3. Pendidikan Terakhir.
SD 6 11,8 9 17,6
SMP 16 31,4 14 27,4
SMA 27 52,9 22 43,1
PT 2 3,9 5 11,9
Total 51 100,0 51 100,0
4. Pekerjaan.
PNS 2 3,9 4 7,8
Wiraswasta 23 45,1 15 29,4
IRT 4 7,8 4 7,8
Petani 6 11,7 10 19,6
Pedagang 2 3,9 3 6,1
TNI 2 3,9 1 2,0
Karyawan 5 9,8 8 15,6
Supir 3 6,1 4 7,8
Mahasiswa 4 7,8 2 3,9
Total 51 100,0 51 100,0
Pada tabel 1. di atas umur kelompok kasus terbanyak usia ≤ 34 tahun sejumlah 31
orang (60,8%). Umur kelompok kontrol terbanyak usia > 34 tahun sejumlah 28 orang
(54,9%). Jenis kelamin pada kelompok kasus dan kontrol terbanyak laki-laki sejumlah
47 orang (92,2%). Pendidikan terakhir kelompok kasus dan kontrol terbanyak SMA
masing-masing 27 orang (52,9%) dan 22 orang (43,1%). Pekerjaan kelompok kasus dan
kontrol terbanyak wiraswasta masing-masing 23 orang (45,1%) dan 15 orang (29,4%).
2. Faktor Sosial-Budaya.
Tabel 2. Kategori Faktor Sosial-Budaya Keluarga Pasien Rawat Inap Di
Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam.
No Kategori Faktor
Sosial-Budaya
Kasus Kontrol
Jumlah % Jumlah %
1 Baik 24 47,1 8 15,7
2 Tidak Baik 27 52,9 43 84,3
Total 51 100,0 51 100,0
6
Pada tabel 2. di atas faktor sosial-budaya dalam kategori tidak baik pada
kelompok kasus sejumlah 27 orang (52,9%) dan kontrol sejumlah 43 orang (84,3%).
3. Faktor Personal
Tabel 3. Kategori Faktor Personal Keluarga Pasien Rawat Inap Di Rumah
Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam.
No Kategori Faktor
Personal
Kasus Kontrol
Jumlah % Jumlah %
1 Baik 12 23,5 28 54,9
2 Tidak Baik 39 76,5 23 45,1
Total 51 100,0 51 100,0
Pada tabel 3. di atas faktor personal dalam kategori tidak baik pada kelompok
kasus sejumlah 39 orang (76,5%) dan kelompok kontrol kategori baik sejumlah 28
orang (54,9%).
4. Perilaku Merokok
Tabel 4. Distribusi Jumlah Batang Rokok Yang Dihisap Per Hari Sebelum dan
Sesudah Mendampingi Keluarga Rawat Inap
No. Jumlah Batang Rokok Yang Dihisap
Per Hari
Sebelum Mendampingi Sesudah Mendampingi
Jumlah % Jumlah %
1. Keluarga pasien rawat inap merokok 1-
5 batang.
6 11,8 0 0,0
2. Keluarga pasien rawat inap merokok 6-
12 batang. 43 83,3 16 31,4
3. Keluarga pasien rawat inap merokok
>12 batang.
2 3,9 35 68,6
Total 51 100,0 51 100,0
Pada tabel 4. di atas jumlah batang rokok dihisap per harinya sebelum
mendampingi keluarga rawat inap adalah: 1-5 batang (perokok ringan) sejumlah 6 orang
(11,8%), 6-12 batang (perokok sedang) sejumlah 43 orang (83,3%), dan >12 batang
(perokok berat) sejumlah 2 orang (3,9%). Sesudah mendampingi keluarga rawat inap
menjadi 1-5 batang (perokok ringan) sejumlah 0 orang (0,0%), 6-12 batang (perokok
sedang) sejumlah 16 orang (31,4%), dan >12 batang (perokok berat) sejumlah 35 orang
(68,6%).
B. Hasil Bivariat
1. Hubungan Faktor Sosial-Budaya Dengan Perilaku Merokok Keluarga Pasien
Rawat Inap Di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam.
Hubungan faktor sosial-budaya dengan perilaku merokok pada keluarga pasien
rawat inap, dapat dilihat pada tabel 5. di bawah ini:
7
Tabel 5. Hubungan Faktor Sosial-Budaya Dengan Perilaku Merokok Keluarga
Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam.
No. Variabel
Perilaku Merokok Nilai p
(p value)
OR
(95% CI) Kasus Kontrol
Jumlah % Jumlah %
Faktor Sosial-Budaya
1 Baik 24 47,1 8 15,7 0,001
4,778
(1,878–12,155) 2 Tidak Baik 27 52,9 43 84,3
Total 51 100,0 51 100,0
Pada tabel 5. di atas nilai p = 0,001 < 0,05 berarti ada hubungan faktor sosial-
budaya dengan perilaku merokok keluarga pasien rawat inap, dan nilai OR = 4,778
(95% CI = 1,878–12,155). Kesimpulan bahwa faktor sosial-budaya yang tidak baik
memiliki resiko 5 kali lebih tinggi untuk tejadinya perilaku merokok dibandingkan
dengan faktor sosial-budaya keluarga pasien yang baik.
2. Hubungan Faktor Personal Dengan Perilaku Merokok Keluarga Pasien Rawat
Inap Di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam.
Hubungan faktor personal dengan perilaku merokok pada keluarga pasien rawat
inap, dapat dilihat pada tabel 6. di bawah ini:
Tabel 6. Hubungan Faktor Personal Dengan Perilaku Merokok Keluarga Pasien
Rawat Inap Di Rumah Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam.
No Variabel
Perilaku Merokok Nilai p
(p value)
OR
(95% CI) Kasus Kontrol
Jumlah % Jumlah %
Faktor Personal
1 Baik 12 23,5 28 54,9
0,002
0,253
(0,108–0,591) 2 Tidak Baik 39 76,5 23 45,1
Total 51 100,0 51 100,0
Pada tabel 6. di atas diperoleh nilai p = 0,002 < 0,05 artinya ada hubungan faktor
personal dengan perilaku merokok, dan nilai OR = 0,253 (95% CI = 0,108–0,591).
Kesimpulan bahwa faktor personal yang tidak baik memiliki resiko 1 kali lebih tinggi
untuk tejadinya perilaku merokok dibandingkan dengan faktor personal yang baik.
C. Analisis Multivariat
Model analisis regresi logistik berganda untuk mengetahui pengaruh variabel
faktor sosial-budaya dan personal terhadap perilaku merokok keluarga pasien rawat
inap, dapat di lihat pada tabel 7. di bawah ini:
Tabel 7. Model Regresi Logistik Berganda Faktor Sosial-Budaya Dan Personal
Terhadap Perilaku Merokok Keluarga Pasien Rawat Inap Di Rumah
Sakit Grand Medistra Lubuk Pakam.
Variabel β Exp (β) SE p-Wald 95% CI
Sosial-budaya 2,631 13,888 0,691 0,000 3,585-53,791
Personal -2,418 0,089 0,653 0,000 0,025-0,321
Constant 0,119 1,127 0,286 0,676
-2 Log Likelihood = 108,957 p-Value = 0,000
8
Berdasarkan diatas hasil analisis regresi logistik berganda di atas juga dapat
ditentukan model persamaan uji regresi logistik berganda, yang dapat menafsirkan
faktor sosial-budaya dan faktor personal yang memengaruhi perilaku merokok keluarga
pasien rawat inap, adalah sebagai berikut:
1
P =
1 + e –(α + β
1X
1 + β
2X
2)
Keterangan:
P = Probabilitas faktor sosial-budaya, personal terhadap perilaku merokok
e = Bilangan natural (2,71828)
α = Konstanta (0,119)
β1 – β2 = Koefisisen regresi
X1 = Faktor sosial-budaya, koefisien regresi 2,631
X2 = Faktor personal, koefisien regresi -2,418
Maka, 1
P =
1 + 2,71 – (0,119 + 2,631(X
1) +( -2,418)(X
2) ,
1
P =
1 + 2,71 – (0,119 + 2,631(I) +( -2,418)(I)
1
P =
1 + 2,71 – (0,332)
1
P = , selanjutnya
1 + 0,7182
P = 0,5820 = 58,2%
Berdasarkan persamaan di atas diketahui bahwa faktor sosial-budaya dan
personal yang baik, memiliki probabilitas sebesar: 58,2% terhadap perilaku tidak
merokok pada keluarga pasien rawat inap. Sedangkan faktor sosial-budaya dan personal
yang tidak baik memiliki probabilitas sebesar: 41,8% terhadap terhadap perilaku
merokok keluarga pasien rawat inap.
.
9
PEMBAHASAN
A. Situasi Dan Kondisi Perilaku
Merokok Keluarga Pasien Di
Rumah Sakit Grand Medistra
Lubuk Pakam.
Pada saat penelitian dilakukan
jumlah pasien rawat inap adalah 278
orang. Sebagian besar dari pasien
tersebut adalah pasien kebidanan,
jumlah terbanyak kedua adalah bedah
serta selanjutnya penyakit dalam.
Secara umum pasien berasal dari
masyarakat Kabupaten Deli Serdang,
dari Kecamatan Lubuk Pakam, Tanjung
Morawa, Pantai Labu, Beringin, Galang,
Bangun Purba, Gunung Meriah, Batang
Kuis, dan lainya. Bahkan masyarakat
dari beberapa Kecamatan di Kabupaten
Serdang Bedagai. Pada umumnya
masyarakat dari daerah tersebut adalah
Suku Batak dan Jawa yang kekerabatan
keluarga sangat dekat, dan kebiasaan
merokok berkembang pada saat adanya
kegiatan sosial kemasyarakatan, agama
dan kesukuan atau budaya.
Sampai penelitian ini berakhir
dilakukan kebiasaan merokok pada
keluarga pasien rawat inap dan rawat
jalan tetap berlangsung. Bahkan sebelum
mendampingi keluarganya rawat inap,
mereka dominan merokok 6-12 batang
per hari (perokok sedang) sejumlah 43
orang (83,3%). Tetapi setelah
mendampingi keluarganya rawat inap,
jumlah batang yang dihisap per hari
menjadi > 12 batang (perokok berat)
dengan jumlah 35 orang (68,6%).
Perilaku merokok banyak terlihat
di sore hari sampai dengan malam hari,
karena saat tersebutlah waktu kunjungan
keluarga pasien dan kerabatnya
memungkinkan, karena siang hari
mereka bekerja seperti: bertani,
berkebun, buruh, karyawan, dan lainnya.
Selain itu waktu berkunjung pasien
ditetapkan pada sore hari mulai pukul
18.00 WIB sampai dengan malam hari
pukul 23.00 WIB.
Pada saat keluarga pasien
berkunjung ditemukan mereka sedang
merokok, tanpa mengindahkan teguran
perawat, aturan dan larangan merokok
yang telah di tempelkan pada dinding
Rumah Sakit, maupun ditempat-tempat
strategis lainnya. Keluarga pasien juga
sembarangan membuang puntung rokok
di lantai, selasar Rumah Sakit. Keluarga
pasien rawat jalan di Poliklinik terpadu
juga merokok 5 – 12 batang rokok.
B. Hubungan Faktor Sosial-Budaya
Dengan Perilaku Merokok
Keluarga Pasien Rawat Inap Di
Rumah Sakit Grand Medistra
Lubuk Pakam.
Hasil penelitian bahwa ada
hubungan yang signifikan antara faktor
sosial-budaya dengan perilaku merokok
keluarga pasien rawat inap, dengan nilai
p = 0,001 < 0,05. Nilai Odds Ratio (OR)
sebesar 4,778 berarti faktor sosial-
budaya yang tidak baik memiliki resiko
5 kali lebih tinggi untuk tejadinya
perilaku merokok, dibandingkan dengan
faktor sosial-budaya keluarga pasien
yang baik
Perilaku kesehatan adalah respon
seseorang terhadap stimulus atau
objek yang berkaitan dengan sehat
sakit, penyakit dan faktor-faktor yang
mempengaruhi sehat sakit (kesehatan)
seperti: lingkungan, makanan,
minuman, merokok dan pelayanan
kesehatan (Notoatmodjo, 2015).
Perilaku merokok menurut Smet
dalam Nasution (2016) menyatakan
bahwa seseorang merokok karena
faktor sosio cultural seperti kebiasaan
budaya, kelas sosial, gengsi dan tingkat
pendidikan.
Faktor pendorong (predisposing
factors) dalam penelitian ini terjadinya
perilaku merokok pada keluarga pasien
rawat inap, adalah: 1) kebiasaan
merokok di dalam pelaksanaan adat
istiadat dan budaya di masyarakat; 2)
kedudukan dan peran di masyarakat; 3)
10
tingkat pendidikan formal yang telah
ditempuh; 4) penghasilan dan
pengeluaran dalam sebulan; dan 5)
tuntutan pekerjaan sehari-hari.
Sedangkan faktor penguat
(reinforcing factors) sehingga
terjadinya perilaku merokok pada
keluarga pasien rawat inap, adalah: 1)
meningkatkan kemampuan dan
konsentrasi berfikir; 2) mengatasi rasa
kantuk selama beraktivitas; 3)
meningkatkan rasa persahabatan dan
pergaulan; 4) memberikan kesan
modern dan tidak ketinggalan zaman
serta meningkatkan kewibawaan.
Hasil penelitian ini selaras dengan
hasil penelitian yang dilakukan
Theodorus (2014) mengatakan bahwa
keluarga perokok sangat berperan
terhadap perilaku merokok anak-
anaknya dibandingkan keluarga non
perokok. Selaras juga dengan penelitian
Ratih Perwitasari (2016), yang
menyatakan bahwa psikososial,
psikologi dan sosial yang buruk
memengaruhi perilaku seseorang dalam
berperilaku, terutama perilaku merokok
dengan p = 0,0025 < 0,01.
Hasil penelitian ini tidak selaras
dengan penelitian Kristanti dan
Wismanto (2017) menyatakan bahwa
orang tua yang merokok memiliki
kecenderungan untuk permisif terhadap
anak remajanya yang merokok,
dibanding yang tidak merokok. Hal
tersebut terjadi karena orang tua yang
merokok tidak dapat melarang anaknya
agar tidak merokok, karena dia juga
merokok. Sebaliknya, orang tua yang
tidak merokok mampu melarang
anaknya untuk tidak merokok, karena
mereka juga tidak merokok dan menjadi
contoh.
C. Hubungan Faktor Personal
Dengan Perilaku Merokok
Keluarga Pasien Rawat Inap Di
Rumah Sakit Grand Medistra
Lubuk Pakam.
Hasil penelitian bahwa, ada
hubungan yang signifikan antara faktor
personal dengan perilaku merokok
keluarga pasien rawat inap dengan nilai
p = 0,002 < 0,05. Nilai OR = 0,253
berarti faktor personal yang tidak baik
memiliki resiko 1 kali lebih tinggi untuk
tejadinya perilaku merokok,
dibandingkan dengan faktor personal
keluarga pasien yang baik.
Menurut Jessor dalam Maman
(2014) perilaku bermasalah pada
seseorang termasuk merokok,
merupakan hasil interaksi dari
kepribadian, sikap, dan perilaku dengan
sistem lingkungan termasuk lingkungan
keluarga dan teman sebaya.
Menurut Hansen dalam
Nasution (2015) menyatakan faktor
yang mempengaruhi perilaku merokok,
yaitu: 1) faktor biologis, bahwa nikotin
dalam rokok merupakan salah satu
bahan kimia yang berperan penting
pada ketergantungan merokok; 2)
faktor psikologis, karena merokok dapat
meningkatkan konsentrasi, menghalau
rasa kantuk, mengakrabkan suasana,
rasa persaudaraan, kesan modern dan
berwibawa; 3) faktor lingkungan sosial,
berpengaruh terhadap sikap,
kepercayaan dan perhatian individu
pada perokok; 4) faktor demografis,
meliputi: umur dan jenis kelamin; 5)
faktor sosial-budaya, seperti: kebiasaan
budaya, kelas sosial, tingkat
pendidikan, penghasilan, dan gengsi
pekerjaan; dan 6) faktor sosial politik,
melindungi orang-orang yang tidak
merokok dan usaha kampanye
promosi kesehatan tidak merokok.
Sedangkan menurut Aditama
dalam Sulistyorini I.R (2018)
menyatakan bahwa perilaku merokok
ditentukan oleh: 1) faktor kepribadian
(personal), dimana seseorang mencoba
untuk merokok karena alasan ingin tahu
atau ingin melepaskan diri dari rasa
sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri
11
dari kebosanan; 2) faktor sosio-budaya,
dimana seseorang merokok karena
pengaruh orang tua dan “peer group”
atau teman dan kelompoknya. Perilaku
merokok akan lebih kuat pengaruhnya
apabila orang tua juga merokok dan
berbagai fakta mengungkapkan bahwa
remaja yang merokok kemungkinan
besar teman-temannya adalah perokok;
dan 3) faktor lingkungan, dimana
seseorang merokok oleh karena iklan,
seseorang dengan melihat iklan di
media massa dan elektronik yang
menampilkan gambaran bahwa perokok
adalah lambang kematangan,
kedewasaan, popularitas, dan bahkan
lambang kejantanan. Sehingga
menyebabkan seseorang menganggap
kalau mereka merokok, maka mereka
akan mendapatkan semua predikat
tersebut.
Hasil penelitian ini selaras dengan
hasil penelitian Prasasti (2011) tentang
Hubungan Kepribadian Neuroticism,
Extraversion, Agreeableness,
Conscientiousness, dan Opennes
Dengan Perilaku Merokok, dimana nilai
p = 0.004 < 0,05.
D. Pengaruh Faktor Sosial-Budaya
Dan Personal Terhadap Perilaku
Merokok Keluarga Pasien Rawat
Inap Di Rumah Sakit Grand
Medistra Lubuk Pakam Hasil penelitian bahwa faktor
sosial-budaya berpengaruh dominan
terhadap perilaku merokok keluarga
pasien rawat inap, berdasarkan nilai OR
= 13,888 (95% CI: 3,585 - 53,791),
berarti faktor sosial-budaya memiliki
pengaruh 14 kali terhadap perilaku
merokok setelah dikontrol faktor
personal. Sedangkan nilai OR = 0,089
(95% CI: 0,025 - 0,321) dari faktor
personal berarti faktor personal
memiliki pengaruh 0,1 kali terhadap
perilaku merokok keluarga pasien rawat
inap setelah dikontrol oleh faktor sosial-
budaya.
Faktor sosial-budaya dan personal
yang baik memiliki probabilitas sebesar
58,2% terhadap terjadinya perilaku
tidak merokok pada keluarga pasien
rawat inap. Sedangkan faktor sosial-
budaya dan personal yang tidak baik
memiliki probabilitas sebesar 41,8%
terhadap terjadinya perilaku merokok
keluarga pasien rawat inap. Berdasarkan
analisis pengaruh diketahui faktor
sosial-budaya 14 kali memengaruhi dan
faktor personal 0,1 kali memengaruhi
terjadinya perilaku merokok pada
keluarga pasien rawat inap.
Kelompok kasus dalam penelitian
ini tetap merokok dan jumlah batang
rokok yang dihisapnya meningkat dari
sebelum mendampingi keluarganya.
Kelompok kontrol tetap tidak merokok
atau tidak terpengaruh oleh kelompok
kasus sama seperti sebelum dilakukan
penelitian.
Hasil penelitian ini selaras dengan
penelitian Abdul Ghoni dan Tri
Bodroastuti (2012), dengan nilai t
hitung (2,816) > t tabel (1,9977). Dapat
disimpulkan bahwa: ada pengaruh yang
signifikan antara faktor pribadi terhadap
perilaku konsumen. Selain itu
berdasarkan nilai koefisien determinasi
(Adjusted R Square) sebesar 0,936
atau 93,6%. Hal ini berarti sebesar
93,6% perilaku konsumen dipengaruhi
oleh faktor budaya, faktor sosial,
faktor pribadi, faktor psikologi.
Sedangkan sisanya 6,4% oleh variabel
lain.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan
pembahasan penelitian, maka
kesimpulan sebagai berikut:
1. Usia merokok keluarga pasien rawat
inap terbanyak usia ≤ 34 tahun
(60,8%) dan usia > 34 tahun (39,2%).
2. Faktor sosial-budaya kategori tidak
baik pada keluarga pasien rawat inap
yang merokok lebih banyak (52,9%).
12
3. Faktor personal kategori tidak baik
pada keluarga pasien rawat inap yang
merokok lebih banyak (76,5%).
4. Perilaku merokok sebelum
mendampingi keluarganya lebih
banyak kategori perokok sedang
sejumlah 43 orang (83,3%), dan
setelah mendampingi keluarganya
berubah menjadi kategori perokok
berat sejumlah 35 orang (68,6%).
5. Ada hubungan faktor sosial-budaya
dengan perilaku merokok keluarga
pasien rawat inap, dengan nilai p =
0,001 < 0,05.
6. Ada hubungan faktor personal
dengan perilaku merokok keluarga
pasien rawat inap, dengan nilai p =
0,002 < 0,05.
7. Faktor sosial-budaya yang tidak baik
pada keluarga pasien rawat inap
dipengaruhi oleh kebiasaan-
kebiasaan merokok di lingkungan
masyarakat dan adanya kegiatan
kebudayaan.
8. Faktor sosial-budaya yang tidak baik
adalah faktor paling dominan
memengaruhi perilaku merokok
keluarga pasien rawat inap, dengan
OR = 13,888 (95% CI: 3,585 -
53,791) berarti faktor tersebut
memiliki pengaruh 14 kali terhadap
perilaku merokok setelah dikontrol
faktor personal. Sedangkan faktor
personal yang tidak baik dengan OR
= 0,253 (95% CI = 0,108–0,591)
berarti faktor ini memiliki pengaruh
1 kali lebih tinggi setelah dikontrol
faktor sosial-budaya.
9. Faktor sosial-budaya dan personal
yang baik, memiliki probabilitas
sebesar: 58,2% terhadap perilaku
tidak merokok keluarga pasien rawat
inap. Sedangkan faktor sosial-budaya
dan personal yang tidak baik
memiliki probabilitas sebesar:
41,8%.
SARAN
Berdasarkan kesimpulan maka
diberikan saran yang bersifat
konstruktif, sebagai berikut:
1. Bagi manajemen Rumah Sakit Grand
Medistra Lubuk Pakam, agar
menetapkan Kebijakan Kawasan
Tanpa Rokok (KTR) di lingkungan
Rumah Sakit melalui Surat
Keputusan Direktur.
2. Pemasangan running text tentang:
Kawasan Tanpa Rokok di atas pintu
utama masuk ke Rumah Sakit,
penempelan slogan tentang Larangan
Merokok dan pemasangan poster
bahaya merokok di setiap ruang
rawat inap dan ruang rawat jalan
serta larangan menjual rokok di
kantin Rumah Sakit.
3. Melakukan promosi kesehatan
tentang merokok dan pengaruhnya
terhadap status kesehatan pasien
yang dirawat, keluarga pasien
lainnya, serta semua orang lain yang
berinteraksi di lingkungan Rumah
Sakit.
4. Bagi pasien dan keluarga yang
merokok untuk menghentikan
perilaku merokok tersebut karena
akan memengaruhi kesehatan diri
sendiri, pasien dan orang lain yang
ada di lingkungan Rumah Sakit.
5. Bagi peneliti selanjutnya, perlu
dilakukan penelitian determinan
perilaku merokok dengan
menambahkan variabel lain seperti:
faktor biologis, faktor lingkungan
sosial, faktor demografis, dan faktor
sosial-politik, sehingga dapat di
identifikasi faktor yang
mempengaruhi perilaku merokok
secara komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah R.M., 2016. Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Kebiasaan
Merokok Dan Hubunggannya
13
Dengan Status Penyakit
Periodontal Remaja Di Kota
Medan Tahun 2007, Tesis,
Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Andi M. 2016. Kamus Istilah
Konseling dan Terapi, PT.
Rajafindo Persada, Jakarta.
Arfiani N. F., 2015. Faktor Psikologis
Penyebab Remaja Putri
Mempertahankan Perilaku
Merokok, Naskah Publikasi,
Program Studi Psikologi Fakultas
Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya
Universitas Islam Indonesia,
Yogyakarta.
Arikunto, S., 2015. Manajemen
Penelitian, Edisi Revisi, Cetakan
Ketujuh, PT Rineka Cipta,
Jakarta.
Aula, Ellizabet L., 2014. Stop Merokok!
(Sekarang atau Tidak Sama
Sekali!), Penerbit Garailmu,
Jogjakarta.
Carson dan Butcher, 2015. Sosiologi
Dasar, Hipokrates, Jakarta.
Davidson, G.C and Neale, J.M., 1990.
Abnormal Psychology. Willey &
Sons, New York.
Dardiri. 2017. Tipe-tipe Perokok,
ayid.wordpress.com/2007/03/02/ti
pe-tipe-perokok, diakses 09
Desember 2013.
Dian K. dan Avin F.H. 2016. Faktor-
faktor Penyebab Perilaku
Merokok pada Remaja,
avin.staff.ugm.ac.id/data/jurnal/
perilakumerokok
Dinas Kesehatan Kabupaten Deli
Serdang, 2018. Profil Kesehatan
Kabupaten Deli Serdang Tahun
2018, Lubuk Pakam.
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Utara, 2018. Profil Kesehatan
Provinsi Sumatera Utara Tahun
2018, Medan.
Kemenkes RI, 2018. Profil Kesehatan
Indonesia 2018, Jakarta
Endrawanch, 2016. Indonesia dan
Rokok,
http://medicastore.blogspot.com/
Ghoni A., Bodroastuti T., 2012.
Pengaruh Faktor Budaya, Sosial,
Pribadi dan Psikologi Terhadap
Perilaku Konsumen (Studi Pada
Pembelian Rumah di Perumahan
Griya Utama Banjardowo
Semarang). Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Widya Manggala,
Semarang.
Gharaibeh H., Haddad L., Alzyoud S.,
El-Shahawy O., 2015.
Knowledge, Attitudes, and
Behavior in Avoiding
Secondhand Smoke Exposure
Among Non-Smoking Employed
Women with Higher Education in
Jordan, Articel, International
Journal of Environmental
Research and Public Health,
ISSN 1660-4601.
Glanz, K., 2012. Health Behavior and
Health Education, 3rd ed , Jossey-
Bas Publisher, San Fransisco,
Oxford.
Hardalena, N. S, 2016, Faktor-Faktor
Yang Berhubungan Dengan
Tindakan Merokok Pada Remaja
Putri di Kelurahan Jati Kota
Padang, Skripsi, Program Studi
Ilmu Kesehatan Masyarakat
Peminatan Epidemiologi Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas,
Padang.
Kalkhoran S., Neilands T.B., Ling P.M.,
2014, Secondhand Smoke
Exposure and Smoking Behavior
Among Young Adult Bar Patrons,
American Journal of Public
Health November 2013, Vol 103,
No. 11.
Komasari D., Helmi A.F., 2015. Faktor-
Faktor Penyebab Perilaku
Merokok Pada Remaja. Jurnal
Psikologi Universitas Gadjah
14
Mada Yogyakarta, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Lemeshow S., 1917. Besar Sampel
Dalam Penelitian Kesehatan,
Cetakan Pertama, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Liana I. H., Mifbakhuddin, Salawati T.,
2012. Hubungan Pengetahuan,
Lingkungan Sosial dan
Ketersediaan Sarana Prasarana
Dengan Perilaku Merokok (Studi
Pada Siswa Sekolah Dasar SDN
Ungaran 02.04),
http://digilib.unimus.ac.id
/gdl.php?mod=browse&op=read&
id=jtptunimus-gdl-irmayvitah-
6973.
Maman, 2015. Teori Perilaku Merokok,
http://unikunik.wordpress.com/20
09/05/03/teori-perilaku-merokok/
Mubarak W.I., 2015. Sosiologi Untuk
Keperawatan: Pengantar dan
Teori. Penerbit Salemba Medika,
Jakarta.
Nasution I.K., 2017. Perilaku Merokok
pada Remaja, http://
http://repository.usu.ac.id/bitstrea
m/123456789/3642/3/132316815.
pdf.txt
Notoatmodjo, S., 2017. Metodologi
Penelitian Kesehatan, PT Rineka
Cipta, Jakarta.
Notoatmodjo, S., 2017. Kesehatan
Masyarakat; Ilmu dan Seni, PT
Rineka Cipta, Jakarta.
Nurlysa D. 2018. Perubahan
Kebudayaan dan Faktor yang
Mempengaruhi,
http://dindanurlysa.blogspot.com/
2013/04/perubahan-kebudayaan-
dan-faktor-yang.html.
Partodiharjo, S. 2016. Kenali Narkoba
dan Musuhi Penyalahgunaannya,
Esensi, Jakarta.
Peraturan Bersama Menteri Kesehatan
RI dan Menteri Dalam Negeri RI,
Nomor 188/MENKES/PB/I/2011
dan Nomor 7 Tahun 2011 tentang
Pedoman Pelaksanaan Kawasan
Tanpa Rokok (KTR).
Peraturan Pemerintah RI Nomor 109
Tahun 2012 tentang Pengamanan
Bahan yang mengandung Zat
Adiktif berupa Produk Tembakau
Bagi Kesehatan.
Piko B.F., Luszczynska A., Gibbons
F.X., , A culture-based study of
adolescent smoking,
http://eurpub.oxfordjournals.org/
by guest on September 29, 2014
Poerwadarminta W.J.S. 2015. Kamus
Umum Bahasa Indonesia. Balai
Pustaka, Jakarta.
Prasasti R.A., 2016. Hubungan Antara
Dimensi Kepribadian Big Five
Dengan Perilaku Merokok Pada
Remaja Akhir. Skripsi, Fakultas
Psikologi Universitas Islam
Negeri Hidayatullah Jakarta.
Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia,
2018. Profil Kesehatan Indonesia
2018, Jakarta.
Perwitasari, R., 2016. Hal–Hal
Mengenai Rokok.
http://perwitasari.blogspot.com/
Reber, Arthur S. 2015. The Penguin
Dictionary of Psychology,
Penguin Books Ltd, England
Sastroasmoro S., 2016. Dasar-Dasar
Metodologi Penelitian Klinis,
Edisi Ke-4, CV. Sagung Seto,
Jakarta.
Sugiyono, 2014. Metode Penelitian
Bisnis, Cetakan Ketujuh, CV.
Alfabeta, Bandung.
Sulistyorini, I.R, Kurniawati N. 2018.
Hubungan Antara Keyakinan
Terhadap Bahaya Merokok
Dengan Perilaku Merokok Pada
Remaja, Naskah Publikasi,
Program Studi Psikologi Fakultas
Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya
Universitas Islam Indonesia
Yogyakarta.
Steinberg, Laurence. 1993.
15
Adolescence. McGrawhill, Inc.
New York.
Sunaryo, 2014. Psikologi untuk
Keperawatan, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Suryanto, 2013. Kasus Akibat Rokok,
http://Antaranews.com/
Suryabrata S. 2018. Psikologi
Kepribadian, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Theodorus. 2014., Ciri Perokok di
Kalangan Mahasiswa/i
Universitas Sriwijaya. Jurnal JEN.
No. 3.