pengaruh tekanan panas di ruang generator …/pengaruh... · perpustakaan.uns.ac.id...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
LAPORAN KHUSUS
PENGARUH TEKANAN PANAS DI RUANG GENERATOR TERHADAP KELELAHAN TENAGA KERJA DI UNIT
GENERATOR MAK DI PT. INDO ACIDATAMA Tbk KEMIRI KEBAKKRAMAT KARANGANYAR
Oleh :
DYAH LISTIA NINGRUM NIM R0006106
PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENGESAHAN
Laporan Khusus dengan judul :
Pengaruh Tekanan Panas di Ruang Generator terhadap Kelelahan Tenaga Kerja di Unit Generator MAK di PT. Indo Acidatama Tbk Kemiri
Kebakkramat Karanganyar
dengan peneliti :
Dyah Listia Ningrum NIM. R0006106
telah diuji dan disahkan pada:
Hari : ……. …tanggal : …………... Tahun:……… Pembimbing I Pembimbing II Hardjanto, dr., MS, Sp.Ok. Isna Qadrijati, dr., M.Kes NIP. 19670130 199603 2 001
An. Ketua Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja FK UNS
Sekretaris,
Sumardiyono, SKM, M.Kes. NIP. 19650706 198803 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENGESAHAN PERUSAHAAN
Laporan Khusus dengan judul :
Pengaruh Tekanan Panas di Ruang Generator Terhadap Kelelahan Tenaga
Kerja di Unit Generator MAK di PT. Indo Acidatama Tbk, Kemiri,
Kebakkramat, Karanganyar.
disusun oleh :
Dyah Listia Ningrum NIM. R0006106
Telah disetujui dan disahkan pada tanggal :
Vice Exc. Off to Coorporate Safety Inspector
Ir. Edy Darmawan, MM Setyo Budi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
ABSTRAK
DYAH LISTIA NINGRUM, 2009. “PENGARUH TEKANAN PANAS DI RUANG GENERATOR TERHADAP KELELAHAN TENAGA KERJA DI UNIT GENERATOR MAK DI PT. INDO ACIDATAMA Tbk, KEMIRI KEBAKKRAMAT KARANGANYAR”, Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Tujuan dari penelitian adalah untuk menjawab permasalahan : adakah pengaruh tekanan panas di ruang Generator terhadap kelelahan tenaga kerja di unit Generator MAK di PT. Indo Acidatama Tbk, Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Observasi Analitik dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional. Populasi yang digunakan adalah tenaga kerja yang bekerja di PT. Indo Acidatama Tbk, sebanyak 10 orang. Dalam penelitian ini digunakan teknik sampling jenuh. Variabel penelitian yaitu variabel terikat : kelelahan tenaga kerja dan variabel bebas : tekanan panas. Menggunakan Uji Statistik “Paired Samples T Test” dengan tingkat kemaknaan (α= 0,05). Alat ukur tekanan panas adalah Quest Temp dan alat untuk mengukur kelelahan adalah Lakasidaya.
Hasil pengukuran intensitas suhu didalam ruangan sebesar 30,9˚C dan diluar ruangan sebesar 29,9˚C, serta setelah dilakukan pengujian tingkat kelelahan dengan uji statistik “Paired Samples T Test”, didapatkan hasil yang tidak signifikan dengan probabilitas sebesar 0,088 atau (p>0,05). Maka kesimpulan yang diperoleh tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan terhadap kelelahan tenaga kerja atau tidak ada perbedaan panas antara yang di dalam ruangan dengan yang di luar ruangan.
Kata Kunci : Tekanan Panas, Kelelahan, Tenaga Kerja Kepustakaan : 7, 1975-2004
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
kasih, karunia, bimbingan dan penyertaanNya, sehingga pada akhirnya penulis
dapat melaksanakan penelitian dan menyelesaikan penyusunan laporan khusus
dengan judul “Pengaruh Tekanan Panas di Ruang Generator Terhadap Kelelahan
Tenaga Kerja di Unit Generator MAK di PT. Indo Acidatama, Tbk. Kemiri,
Kebakkramat, Karanganyar.”
Penulisan laporan ini dalam rangka tugas akhir serta sebagai salah satu
persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan Program Diploma III Hiperkes dan
Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini tidak lepas
dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan
ini, perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. A.A Subiyanto, dr. MS, selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Putu Suriyasa, dr. MS, PKK, SP. OK. Selaku ketua Program Diploma III
Hiperkes dan Keselamatan Kerja Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Hardjanto, dr. MS, Sp. Ok. Selaku Dosen Pembimbing I.
4. Isna Qadrijati, dr. M.Kes. Selaku Dosen Pembimbing II.
5. Pimpinan Perusahaan PT. Indo Acidatama Tbk yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan Praktek Kerja Lapangan
(PKL).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
6. Bapak Ir. Edy Darmawan, MM, selaku Vice Executif Officer to Coorporate
yang telah membimbing dan mengarahkan kami dalam melaksanakan Praktek
Kerja Lapangan (PKL).
7. Bapak Setyo Budi, selaku Safety Inspector yang telah membimbing dan
mengarahkan kami dalam melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL).
8. Semua karyawan PT. Indo Acidatama Tbk atas segala bantuan dan dukungan
yang diberikan.
9. Bapak, Ibu, Adik dan orang-orang terdekat yang saya sayangi, atas segala doa,
cinta, dukungan, dan motivasinya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan ini dengan lancar.
10. Teman-teman D III Hiperkes dan KK angkatan 2006, atas semua dukungan
dan kerja samanya selama 3 tahun bersama. Zaza, Tyas, Yaya, Septi.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang telah
mendukung dan membantu dalam menyelesaikan laporan penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan
dalam penyusunan laporan khusus ini, tetapi besar harapan penulis agar laporan
ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya, serta penulis senantiasa
mengharapkan masukan, kritik dan saran yang membangun dalam
penyempurnaan laporan ini.
Surakarta, Maret 2009
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN PERUSAHAAN ............................................... iii
ABSTRAK ......................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................... v
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. 6
BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................... 8
A. Tinjauan Pustaka ........................................................................ 8
B. Kerangka Pemikiran ................................................................... 19
C. Hipotesis ..................................................................................... 19
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 20
A. Metode Penelitian ...................................................................... 20
B. Lokasi Penelitian ........................................................................ 20
C. Waktu Penelitian ........................................................................ 20
D. Populasi dan Sampel .................................................................. 20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
E. Variabel Penelitian ..................................................................... 21
F. Definisi Operasional Variabel Penelitian ................................... 21
G. Sumber Data ............................................................................... 22
H. Instrumen Penelitian ................................................................. 23
I. Tehnik Pengumpulan Data ......................................................... 24
J. Analisis Data .............................................................................. 25
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 26
A. Hasil Penelitian .......................................................................... 26
B. Pembahasan Hasil ...................................................................... 34
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN .......................................... 39
A. Kesimpulan ................................................................................ 39
B. Implikasi ..................................................................................... 39
C. Saran ........................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 41
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Data Sampel Penelitian ........................................................................ 31
Tabel 2. Pengukuran Intensitas Suhu dalam Ruangan ...................................... 31
Tabel 3. Pengukuran Intensitas Suhu Luar Ruangan ......................................... 32
Tabel 4. Pengukuran Tingkat Kelelahan Sebelum Kerja ................................... 32
Tabel 5. Pengukuran Tingkat Kelelahan Setelah Kerja ..................................... 32
Tabel 6. Pengukuran Intensitas Kebisingan ....................................................... 33
Tabel 7. Pengukuran Intensitas Penerangan....................................................... 33
Tabel 8. Pengukuran Getaran ............................................................................. 34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Shift Operator Plant Division Februari 2009.
Lampiran 2. MAK Genset Recording Data.
Lampiran 4. Standart Operasional Prosedure (SOP).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seirama dengan lajunya pembangunan, maka semakin pesat pula
perkembangan di berbagai sektor kegiatan ekonomi. Pembangunan nasional yang
kita laksanakan sekarang ini pada hakikatnya adalah pembangunan manusia
Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Disamping
dampak positif akibat tumbuh kembangnya semua sektor tersebut, tidak jarang
pula timbul akibat yang merugikan baik seluruh aset produksi maupun pada para
pekerja. Oleh karena pembangunan hasilnya untuk manusia dan diselenggarakan
oleh manusia, maka unsur tenaga kerja dan lingkungan kerja hendaknya jangan
sampai dikorbankan atau dikesampingkan dalam pelaksanaan pembangunan itu
sendiri. Maka perlu adanya upaya perlindungan dan pengamanan bagi tenaga
kerja sebagai sumber daya manusia untuk pembangunan ( Suma’mur, 1996 ).
Upaya perlindungan tenaga kerja pada hakikatnya merupakan langkah
menuju terciptanya tenaga kerja yang sehat, selamat dan sejahtera, serta sekaligus
mengamankan setiap kegiatan produksi sehingga akan tercapai tingkat
produktifitas yang tinggi. Higene Perusahaan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja
merupakan salah satu upaya yang menuju tercapainya tujuan tersebut diatas.
Tujuan utama Higene Perusahaan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah
mencegah penyakit-penyakit dan kecelakaan akibat kerja, pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja, perawatan dan mempertinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
2
effisiensi dan daya produktifitas tenaga kerja, pemberantasan kelelahan kerja dan
melipat-gandakan kegairahan serta kenikmatan kerja, demikian juga perlindungan
bagi masyarakat sekitar lingkungan perusahaan agar terhindar dari bahaya-bahaya
pencemaran oleh bahan-bahan dari perusahaan yang bersangkutan dan
perlindungan masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh
produk-produk industri ( Suma’mur, 1996 ).
Di tempat kerja terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
lingkungan kerja seperti, faktor fisik, faktor kimia, faktor biologis, faktor
fisiologis dan faktor psikologis. Semua faktor tersebut dapat menimbulkan
gangguan terhadap suasana kerja dan berpengaruh terhadap Kesehatan dan
Keselamatan tenaga kerja. Lingkungan kerja yang nyaman sangat di butuhkan
oleh pekerja untuk dapat bekerja secara optimal dan produktif. Oleh karena itu
lingkungan kerja harus ditangani atau di desain sedemikian rupa sehingga menjadi
kondusif terhadap pekerja untuk melaksanakan kegiatan dalam suasana yang
aman dan nyaman. Selain itu produktivitas yang tinggi dan maksimal dapat di
hasilkan dan angka kecelakaan kerja menurun ( Tarwaka, dkk, 2004 ).
Tenaga kerja yang bekerja dalam suatu perusahaan akan mendapat
beban kerja sesuai dengan berat pekerjaannya, selain itu lingkungan kerja dapat
memberikan beban tambahan kepadanya. Menurut Suma’mur (1996), ada lima
faktor beban tambahan, yaitu :
1. Faktor Fisik : penerangan, kebisingan, tekanan panas, getaran dan radiasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
3
2. Faktor Biologis : golongan bakteri, jamur, serta golongan mikrobiologi
lainnya.
3. Faktor Kimia : debu, uap, fume, gas dan lain-lainnya.
4. Faktor Fisiologis : konstruksi mesin, sikap kerja, keserasian mesin dengan
manusia dan lainnya.
5. Faktor Mental Psikologis : mengenai suasana kerja, hubungan antara
pekerjaan dan sebagainya.
PT. Indo Acidatama Tbk, melibatkan penggunaan dan pelepasan panas
sebagai salah satu unsur pada proses produksi. Dengan adanya panas maka akan
berakibat pada lingkungan fisik dan tenaga kerja, sehingga tenaga kerja yang
bekerja di bagian proses produksi selama melaksanakan tugas akan menerima
beban panas yang berasal dari mesin atau alat produksi, dan dari aktifitas tubuh
sebagai metabolisme yang besarnya tergantung dari tingkat aktifitas fisik.
Tekanan panas ( Heat stress ) merupakan salah satu faktor fisik yang
mungkin terdapat di lingkungan kerja. Adapun tekanan panas ini disebabkan dua
hal :
1. Aliran udara dalam ruang kerja yang kurang baik atau sistem ventilasi yang
kurang sempurna.
2. Adanya pengaruh sumber panas yang ada dilingkungan kerja.
Pekerja didalam lingkungan panas seperti di sekitar furnaces,
peleburan, boiler, oven, tungku panas, generator atau bekerja di luar ruangan di
bawah terik matahari dapat mengalami tekanan panas. Selama aktivitas pada
lingkungan panas tersebut tubuh secara otomatis akan memberikan reaksi untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
4
memelihara suatu kisaran panas lingkungan yang konstan dengan
menyeimbangkan antara panas yang di terima dari luar tubuh dengan kehilangan
panas dari dalam tubuh. Menurut Suma’mur (1996), bahwa suhu tubuh manusia di
pertahankan hampir menetap (homoeotermis) oleh suatu pengaturan suhu
(thermoregulatory system). Suhu menetap ini dapat dipertahankan akibat
keseimbangan di antara panas yang dihasilkan dari metabolisme tubuh dan
pertukaran panas diantara tubuh dengan lingkungan sekitarnya. Sedangkan
produksi panas di dalam tubuh tergantung dari kegiatan fisik tubuh, makanan, dan
gangguan sistem pengaturan panas seperti dalam kondisi demam. Selanjutnya
faktor–faktor yang menyebabkan pertukaran panas di antara tubuh dengan
lingkungan sekitarnya adalah panas konduksi, panas konveksi, panas evaporasi
dan panas radiasi (Tarwaka, dkk, 2004).
Selain itu pekerja di lingkungan panas juga dapat beraklimatisasi untuk
mengurangi reaksi tubuh terhadap panas (heat strain). Pada proses aklimatisasi
menyebabkan denyut jantung lebih rendah dan laju pengeluaran keringat
meningkat. Khusus untuk pekerja yang baru di lingkungan panas di perlukan
waktu aklimatisasi selama 1-2 minggu. Jadi, aklimatisasi terhadap lingkungan
panas sangat diperlukan pada seseorang yang belum terbiasa dengan kondisi
tersebut. Aklimatisasi tubuh terhadap panas memerlukan sedikit liquid tetapi lebih
sering minum. Apabila pemaparan terhadap tekanan panas terus berlanjut, maka
resiko terjadi gangguan kesehatan juga akan meningkat ( Tarwaka, dkk, 2004 ).
Kelelahan adalah keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan
ketahanan dalam bekerja. Kelelahan kerja adalah kelelahan yang terjadi pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
5
manusia oleh karena kerja yang dilakukan. Kelelahan di klasifikasikan dalam 2
jenis, yaitu Kelelahan otot dan kelelahan umum.
Kelelahan otot adalah merupakan tremor pada otot atau perasaan nyeri
pada otot, sedangkan kelelahan umum biasanya ditandai dengan berkurangnya
kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh karena monotoni, intensitas dan
lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan, sebab-sebab mental, status kesehatan
dan keadaan gizi (Tarwaka, dkk, 2004).
Menurut Suma’mur 1996, bahwa salah satu akibat melakukan kerja
dalam lingkungan kerja yang panas adalah kelelahan yang dialami lebih berat
dibanding bila melakukan kerja dalam lingkungan kerja yang tidak panas dimana
hal ini dapat menurunkan produktivitas optimal.
PT. Indo Acidatama Tbk, menggunakan Generator MAK sebagai
pembangkit tenaga listrik yang digunakan untuk proses produksi. Keadaan
ruangan pada Generator MAK tersebut sangat panas, panas yang dihasilkan
generator MAK mengakibatkan tenaga kerja yang terpapar mengalami kelelahan.
Panas dari mesin akan terus menerus mengenai tubuh tenaga kerja yang berada
didekatnya, sehingga tubuh tenaga kerja akan terus menerus menerima panas dan
mengakibatkan suhu tubuhnya akan naik karena akumulasi panas. Akibat suhu
lingkungan yang tinggi, suhu tubuh akan meningkat. Hal ini akan menyebabkan
hipotalamus merangsang kelenjar keringat sehingga tubuh akan mengeluarkan
keringat. Dalam keringat terkandung bermacam-macam garam terutama garam
natrium clorida, keluarnya garam natrium clorida bersama keringat akan
mengurangi kadarnya dalam tubuh, sehingga menghambat transportasi glukosa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
6
sebagai sumber energi. Hal ini akan menyebabkan penurunan kontraksi otot
sehingga tubuh mengalami kelelahan.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti mengambil judul
“Pengaruh Tekanan Panas di Ruang Generator Terhadap Kelelahan Kerja Tenaga
Kerja di Unit Generator MAK Di PT. Indo Acidatama, Tbk Kemiri Kebakkramat
Karanganyar.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, dapat disusun rumusan
masalah sebagai berikut :
“Adakah pengaruh dari Tekanan Panas di ruang Generator terhadap Kelelahan
tenaga kerja di Unit Generator MAK PT. Indo Acidatama Tbk, Kemiri
Kebakkramat, Karanganyar?”.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dalam penelitian ini sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui pengaruh tekanan panas di ruang Generator terhadap
kelelahan tenaga kerja di Unit Generator MAK.
b. Untuk mengetahui besarnya tekanan panas di ruang Generator MAK.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat kepada :
a. Bagi Mahasiswa
1) Mampu melakukan pengukuran kelelahan kerja dengan Lakasidaya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
7
2) Mampu melakukan pengukuran besarnya suhu di ruang Generator dengan
Quest Temp.
3) Menambah wawasan dan pengetahuan tentang pengaruh tekanan panas
terhadap kelelahan.
b. Bagi Perusahaan
1) Memberikan masukan bagi perusahaan tentang pengaruh tekanan panas
terhadap kelelahan tenaga kerja.
2) Dengan adanya penelitian ini dapat menjadi masukan bagi perusahaan dalam
melakukan tindakan korektif dalam hal pencegahan dan pengendalian
terjadinya penyakit akibat kerja yang ditimbulkan oleh suhu ruangan yang
sangat panas.
3) Memberikan informasi mengenai akibat yang ditimbulkan pada waktu bekerja
ditempat yang terpapar oleh panas yang tinggi.
c. Bagi Program D III Hiperkes dan KK
Menambah referensi kepustakaan yang diharapkan dapat bermanfaat
untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan peningkatan program belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tekanan Panas
Tekanan panas adalah beban iklim kerja yang diterima oleh tubuh
manusia, yang merupakan kombinasi dari suhu udara, kelembaban udara,
kecepatan gerak angin dan suhu radiasi dan dihubungkan dengan produksi panas
tubuh. Tekanan panas dapat disebabkan oleh dua kemungkinan, yaitu pengaruh
sumber panas yang ada dilingkungan kerja dan aliran udara dalam ruang kerja
yang kurang baik atau sistem ventilasi yang kurang sempurna (Suma’mur, 1996).
Faktor-faktor tekanan panas menurut Siswanto, 1997 adalah sebagai
berikut :
a. Kelembaban Udara.
Kelembaban udara dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
1) Kelembaban absolute
yaitu berat uap air per unit volume udara (gram/liter).
2) Kelembaban nisbi/relatif
yaitu rasio dari banyaknya uap air dalam udara pada suatu temperatur
terhadap banyaknya uap air pada saat udara telah jenuh dengan uap air
pada temperatur tersebut (%).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
9
b. Suhu Udara.
Suhu setempat dan kehidupan sangat erat hubungannya. Kehidupan
manusia terdapat terutama dengan suhu di antara 0-30˚C, sedangkan suhu
minimum dengan maksimum adalah -70˚C sampai 50˚C. Demikian pula efek
cuaca kerja kepada daya kerja. Efisiensi kerja sangat dipengaruhi oleh cuaca
kerja dalam daerah nikmat kerja sekitar 24-26˚C bagi orang-orang Indonesia.
Suhu dingin mengurangi efisiensi dengan keluhan kaku atau kurang
koordinasi otot serta peradangan akibat dingin. Suhu yang panas mengurangi
kelincahan, memperpanjang waktu reaksi dan waktu pengambilan keputusan,
mengganggu kecermatan otak, mengganggu untuk dirangsang. Kerja pada
suhu tinggi dapat membahayakan, karenanya harus disertai penyesuaian waktu
kerja dan perlu perlindungan yang tepat.
c. Kecepatan Gerak Angin.
Kecepatan aliran udara merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi banyaknya penguapan keringat.
d. Panas Metabolisme.
Panas metabolisme adalah sumber panas badan dan akan berbeda-beda
sesuai dengan kegiatan kerja yang dilakukan. Produksi panas dalam tubuh
manusia tergantung kepada kegiatan-kegiatan kerja fisik tubuh. Selain itu juga
tergantung dari makanan, pengaruh berbagai bahan kimiawi dan gangguan
sistem pengatur panas, misalnya dalam keadaan demam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
10
Penentuan pengeluaran panas metabolisme seperti cara pangukuran
pamakaian oksigen adalah tidak mungkin dilaksanakan di lapangan kerja. Untuk
tujuan praktis, nilai dari panas metabolisme dapat ditaksir dengan :
Pertama : Mengawasi kerja yang dilaksanakan secara keseluruhan.
Kedua : Nilai dari panas metabolisme yang dikeluarkan, dianggap berasal dari
atau sesuai dengan jenis kerja yang dilaksanakan ( Gempur Santoso,
2004).
e. Suhu Radiasi.
Suhu radiasi adalah suatu gelombang elektromagnetik. Pertukaran
panas dengan cara radiasi antara tubuh dengan benda-benda sekitarnya, yakni
dengan cara menyerap atau memancarkan panas. Pertukaran dengan cara
demikian tidak dipengaruhi oleh perbedaan suhu dan kecepatan aliran, benda
yang berada di sekitar tubuh. Panas radiasi tidak menyebabkan pemanasan
secara langsung pada udara.
2. Sumber-sumber Panas Lingkungan Kerja
Panas adalah energi yang berpindah akibat perbedaan suhu. Panas
bergerak dari daerah bersuhu rendah. Setiap benda memiliki energi dalam yang
berhubungan dengan gerak acak dari atom-atom atau molekul penyusunnya.
Energi dalam ini berbanding lurus terhadap suhu benda. Ketika dua benda dengan
suhu berbeda bergandengan, mereka akan bertukar energi internal sampai suhu
kedua benda tersebut seimbang. Jumlah energi yang disalurkan adalah jumlah
energi yang tertukar. Kesalahan umum untuk menyamakan panas dan energi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
11
internal. Perbedaannya adalah panas dihubungkan dengan pertukaran energi
internal dan kerja yang dilakukan oleh sistem ( Widarto, 1975 ).
Di dalam lingkungan kerja, faktor fisik khususnya panas lingkungan
memegang peranan penting, oleh karena lingkungan kerja harus diciptakan lebih
nyaman supaya didapatkan efesiensi dan produktivitas kerja yang tinggi.
Variabel-variabel yang mempengaruhi kenyamanan yang berhubungan dengan
masalah tekanan panas pada umumnya dipengaruhi oleh temperatur, udara, aliran
udara, radiasi gelombang panjang dan radiasi matahari ( Widarto, 1975).
Terdapat tiga sumber panas yang penting di lingkungan kerja ;
a. Iklim kerja setempat yaitu keadaan hawa udara di tempat kerja yang
ditentukan oleh suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerakan udara dan
suhu radiasi.
b. Proses produksi dan mesin yang mengeluarkan panas secara nyata sehingga
lingkungan kerja menjadi lebih panas.
c. Kerja otot tenaga kerja dalam melaksanakan pekerjaannya memerlukan energi
yang diperoleh dalam proses oksidasi untuk menghasilkan energi berupa panas
ini disebut metabolisme (Margono, 1994).
Tubuh manusia merupakan organ yang mampu menghasilkan panas
secara mandiri dan tidak tergantung pada suhu lingkungan. Tubuh manusia
memiliki seperangkat sistem yang memungkinkan tubuh menghasilkan,
mendistribusikan dan mempertahankan suhu tubuh dalam keadaan konstan. Panas
yang dihasilkan tubuh sebenarnya merupakan produk tambahan proses
metabolisme yang utama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
12
Menurut Suma’mur 1996 panas dapat merambat melalui 4 cara, yaitu :
1. Radiasi
Radiasi adalah mekanisme perambatan panas tubuh dalam bentuk gelombang
panas inframerah. Gelombang inframerah yang dipancarkan dari tubuh
memiliki panjang gelombang 5-20 mikrometer. Tubuh manusia memancarkan
gelombang panas ke segala penjuru tubuh. Radiasi merupakan mekanisme
kehilangan panas paling besar pada kulit.
2. Konduksi.
Konduksi adalah perpindahan panas akibat paparan langsung kulit dengan
benda-benda yang ada disekitar tubuh. Biasanya proses kehilangan panas
dengan mekanisme konduksi sangat kecil. Sentuhan dengan benda umumnya
memberi dampak kehilangan suhu yang kecil karena dua mekanisme, yaitu
kecenderungan tubuh untuk terpapar langsung dengan benda relatif jauh lebih
kecil dari pada paparan dengan udara dan sifat isolator benda menyebabkan
proses perpindahan panas tidak dapat terjadi secara efektif terus menerus.
3. Evaporasi.
Evaporasi (penguapan air dan kulit) dapat memfasilitasi perpindahan panas
tubuh. Setiap satu gram air yang mengalami evaporasi akan menyebabkan
kehilangan panas tubuh sebesar 0,58 kilokalori. Pada kondisi individu tidak
berkeringat, mekanisme evaporasi berlangsung sekitar 450-600 ml/hari.
Evaporasi tidak dapat dikendalikan karena evaporasi terjadi akibat difusi
molekul air secara terus menerus melalui kulit dan sistem pernafasan.
4. Konveksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
13
Konveksi adalah perpindahan panas dengan perantaraan gerakan molekul, gas
atau cairan. Atau dapat dikatakan juga perpindahan panas antara tubuh dengan
lingkungan dengan perantara media udara. Kecepatan pembuangan panas
secara konveksi tergantung dari suhu udara dan kecepatan angin. Konveksi
dapat mengurangi atau menambah panas manusia.
3. Gangguan Kesehatan karena Pengaruh Panas
Macam-macam gangguan kesehatan akibat pemaparan suhu
lingkungan panas yang berlebihan menurut Tarwaka, dkk, 2004 adalah sebagai
berikut :
a. Gangguan perilaku dan performansi kerja seperti terjadinya kelelahan, sering
mengambil waktu untuk istirahat.
b. Dehidrasi
adalah suatu kehilangan cairan tubuh yang berlebihan yang disebabkan baik
oleh penggantian cairan yang tidak cukup maupun karena gangguan
kesehatan. Pada kehilangan cairan tubuh < 1,5% gejalanya tidak Nampak,
kelelahan muncul lebih awal dan mulut mulai kering.
c. Heat Rash
keadaan seperti biang keringat atau keringat buntat, gatal kulit akibat kondisi
kulit terus basah. Pada kondisi demikian pekerja perlu beristirahat pada tempat
yang lebih sejuk dan menggunakan bedak penghilang keringat.
d. Heat Cramps
merupakan kejang-kejang otot tubuh (tangan dan kaki) akibat keluarnya
keringat yang menyebabkan hilangnya garam natrium dari tubuh yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
14
kemungkinan besar disebabkan karena minum terlalu banyak dengan sedikit
garam natrium.
e. Heat Syncope
kedaan ini disebabkan karena aliran darah ke otak tidak cukup karena sebagian
besar aliran darah di bawa kepermukaan kulit atau perifer yang disebabkan
suhu tinggi.
f. Heat Exhaustion
keadaan ini terjadi apabila tuubuh kehilangan terlalu banyak cairan dan atau
kehilangan garam. Gejalanya mulut kering, sangat haus, lemah dan sangat
lelah. Gangguan ini biasanya banyak di alami oleh pekerja yang belum
beraklimatisasi terhadap suhu udara panas.
g. Heat Stroke
Heat Sroke adalah akibat yang paling parah yang disebabkan oleh lingkungan
panas, dan terlibat berupa suhu tinggi pada penderita mencapai sekitar 41˚C
atau lebih dan berhenti berkeringat, disertai rasa bingung dan pingsan. Gejala-
gejala ini timbul karena pengaturan suhu oleh sel-sel syaraf otak terganggu
dan tidak lagi merangsang kelenjar keringat ( Margono, 1994).
4. Pengendalian Lingkungan Kerja Panas
Untuk mengendalikan pengaruh pemaparan tekanan panas terhadap
tenaga kerja perlu dilakukan koreksi tempat kerja, sumber-sumber panas
lingkungan dan aktifitas kerja yang dilakukan. Koreksi tersebut dimaksudkan
untuk menilai secara cermat faktor-faktor tekanan panas dan mengukur ISBB
pada masing-masing pekerjaan sehingga dapat dilakukan langkah pengendalian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
15
secara benar. Disamping itu koreksi tersebut juga dimaksudkan untuk menilai
efekitifitas dari sistem pengendalian yang telah dilakukan di masing-masing
tempat kerja. Secara ringkas tehnik pengendalian terhadap pamaparan tekanan
panas di perusahaan dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Mengurangi faktor beban kerja dengan mekanisasi.
b. Mengurangi beban panas radian dengan :
1) Menurunkan temperatur udara dari proses kerja yang menghasilkan panas.
2) Relokasi proses kerja yang menghasilkan panas.
3) Penggunaan tameng panas dan alat pelindung yang dapat memantulkan
panas.
c. Mengurangi temperatur dan kelembaban. Cara ini dapat dilakukan melalui
ventilasi pengenceran (dilution ventilation) atau pendinginan secara mekanis
(mechanical cooling).
d. Meningkatkan pergerakan udara. Peningkatan pergerakan udara melalui
ventilasi buatan dimaksudkan untuk memperluas pendingin evaporasi, tetapi
tidak boleh melebihi 0,2 m/det. Sehingga perlu dipertimbangkan bahwa
menambah pergerakan udara pada temperatur yang tinggi (> 40˚ C) dapat
berakibat kepada peningkatan tekanan panas.
e. Pembatasan terhadap waktu pemaparan panas dengan :
1) Melakukan pekerjaan pada tempat panas pada pagi dan sore.
2) Penyediaan tempat sejuk yang terpisah dengan proses kerja untuk
pemulihan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
16
3) Mengatur waktu kerja–istirahat secara tepat berdasarkan beban kerja dan
nilai ISBB ( Tarwaka, dkk, 2004 ).
4. Mekanisme Panas menjadi kelelahan
Menurut Suma’mur 1996, bahwa salah satu akibat melakukan kerja
dalam lingkungan kerja yang panas adalah kelelahan yang dialami lebih berat
dibanding bila melakukan kerja dalam lingkungan kerja yang tidak panas dimana
hal ini dapat menurunkan produktifitas optimal.
Panas dari mesin atau alat produksi akan terus-menerus mengenai
tubuh tenaga kerja yang berada didekatnya, sehingga tubuh tenaga kerja akan
terus-menerus menerima panas dan mengakibatkan suhu tubuhnya akan naik
karena akumulasi panas. Suhu maksimum yang dapat ditahan manusia adalah
39˚C - 40˚C. Namun ternyata suhu tubuh tidak naik tetapi tetap 36˚C - 37˚C. Hal
ini karena dalam tubuh manusia ada suatu mekanisme atau pengaturan
keseimbangan panas yaitu dengan pengeluaran keringat yang membasahi
permukaan kulit. Keringat yang keluar terus-menerus dapat menyebabkan
dehidrasi, apabila hal ini berlangsung terus-menerus maka tenaga kerja akan
mengalami kelelahan dan gangguan kesehatan lainnya, akibatnya produktivitas
dan effisiensi tenaga kerja akan menurun ( Gempur Santosa, 2004).
5. Kelelahan
Kelelahan merupakan berbagai keadaan baik fisik maupun psikis yang
disertai penurunan efisiensi dan ketahanan dalam bekerja. Kelelahan kerja adalah
kelelahan yang terjadi pada manusia oleh karena kerja yang di lakukan. Perasaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
17
lelah tidak saja terjadi setelah melakukan aktivitas pekerjaan, tetapi juga selama
bekerja, bahkan kadang-kadang sebelum melakukan pekerjaan.
Terdapat dua jenis kelelahan, yaitu :
a. Kelelahan otot.
Kelelahan otot merupakan tremor pada otot atau perasaan nyeri yang
terdapat pada otot yang disebabkan oleh akumulasi asam laktat dalam otot dan
aliran darah yang mengurangi kapasitas kerja otot.
b. Kelelahan umum.
Kelelahan umum adalah suatu perasaan kelelahan yang menyebar yang
disertai adanya penurunan kesiagaan dan kelambatan pada setiap aktivitasnya.
Kelelahan umum ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja, yang
sebabnya adalah persyarafan atau psikis (Tarwaka, dkk, 2004).
Kelelahan umum dipengaruhi oleh :
1) Faktor fisik, yaitu : kebisingan, penerangan, getaran, dan beban kerja.
2) Faktor psikologis, yaitu : monotoni kerja, tanggung jawab, kepuasan dan
konflik (Lince Setyawati, 1997).
Kelelahan terjadi akibat adanya reaksi fungsional dari pusat kesadaran
pada korteks serebri yang bekerja atau dua sistem antagonis, yaitu penghambat
(inhibisi) dan sistem penggerak (aktivasi). Sistem penghambat terdapat pada
thalamus dan bersifat menurunkan kemampuan manusia untuk bereaksi,
sedangkan sistem penggerak terdapat pada formatioretikularis yang dapat
merangsang pusat-pusat vegetatif untuk konversi ergotropis dari peralatan dalam
tubuh kearah bekerja, berkelahi, melarikan diri (Suma’mur, 1996).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
18
Kedua jenis kelelahan tersebut dapat mengakibatkan turunnya efisiensi
dan ketahanan tubuh dalam bekerja, yang termasuk di dalamnya adalah :
1. Kelelahan yang bersumber utama dari mata.
2. Kelelahan fisik umum.
3. Kelelahan mental.
4. Kelelahan syaraf.
5. Kelelahan oleh lingkungan kronis sebagai pengaruh berbagai faktor secara
menetap.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
19
B. Kerangka pikiran
C. Hipotesis
Hipotesis yang penulis sajikan pada penelitian ini adalah sebagai
berikut : “Ada pengaruh tekanan panas di ruang Generator terhadap kelelahan
kerja di Unit Generator MAK di PT. Indo Acidatama, Tbk”.
Iklim Kerja Proses Produksi dan Mesin
Panas Radiasi Matahari
Tekanan Panas
Sumber Panas Lingkungan
Gangguan Kesehatan karena Pengaruh Panas
Kelelahan
Faktor Fisik :
• Kebisingan • Penerangan • Getaran • Beban Kerja
Faktor Psikologis :
• Monotoni Kerja • Tanggung Jawab • Kepuasan • Konflik
Mekanisme Panas menjadi Kelelahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
20
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah Observasi Analitik dengan
menggunakan metode Cross Sectional yaitu mempelajari dinamika korelasi antara
faktor resiko (tekanan panas) dan efek (kelelahan) (Sutrisno Hadi, 2000).
B. Lokasi Penelitian
Lokasi yang dijadikan sebagai obyek penelitian adalah :
Nama Perusahaan : PT. Indo Acidatama Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.
Lokasi : Unit Generator MAK.
Alasan pemilihan lokasi tersebut adalah :
1. Pada Unit Generator MAK tenaga kerja dalam menjalankan pekerjaan setiap
hari terpapar oleh panas.
2. Menurut data pengukuran tekanan panas, nilai Indeks Suhu Basah dan Bola
(ISBB) pada Unit Generator MAK melebihi nilai ambang batas.
C. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama 1 (satu) bulan mulai tanggal 2-27
februari 2009 pada setiap hari kerja yaitu senin-jum’at pukul 08.00 – 17.00 WIB.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian dalam suatu wilayah
tertentu. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tenaga kerja yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
21
bekerja di Unit Generator MAK Di PT. Indo Acidatama Tbk. jumlah populasinya
adalah 10 orang.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti. Dalam
penelitian ini digunakan teknik sampling jenuh dimana seluruh anggota populasi
digunakan sebagai sampel penelitian, dikarenakan jumlah anggota populasi tenaga
kerja yang bekerja di Unit Generator MAK di PT. Indo acidatama Tbk adalah 10
orang.
E. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tekanan panas
2. Variabel Terikat/Tergantung
Variabel terikat/tergantung dalam penelitian ini adalah kelelahan
tenaga kerja.
F. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Suhu
Suhu adalah suatu besaran pokok yang menyatakan ukuran derajat
panas atau dinginnya suatu benda. Parameter yang digunakan untuk mengukur
besarnya suhu adalah ISBB ( Indeks Suhu Basah dan Bola) dalam derajat celcius.
Alat ukur : Quest Temp.
Satuan : ˚C.
Dalam penelitian ini hasil pengukuran Suhu dikategorikan menjadi 2, yaitu yang
dibawah Nilai Ambang Batas dan yang diatas Nilai Ambang Batas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
22
Skala pengukuran : Nominal.
2. Kelelahan
Kelelahan adalah keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan
ketahanan dalam bekerja. Kelelahan kerja adalah kelelahan yang terjadi pada
manusia oleh karena kerja yang dilakukan. Kelelahan ini ditimbulkan oleh
kelelahan fisik dan kelelahan mental.
Alat ukur : Lakasidaya.
Satuan : Milidetik.
Skala pengukuran : Interval.
G. Sumber Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari obyek
yang diteliti dengan cara melakukan pengamatan dan pengukuran secara
langsung, yaitu :
a. Pengukuran dengan alat seperti pengukuran suhu udara, kelembaban udara,
panas radiasi dan kelelahan.
b. Pengamatan langsung terhadap proses produksi, keadaan lingkungan tempat
kerja dan keadaan tenaga kerja.
c. Wawancara langsung kepada tenaga kerja.
d. Pengukuran kelelahan kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
23
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data-data yang diperoleh dari dokumen-dokumen
perusahaan ataupun referensi yang relevan terhadap obyek yang diteliti, yaitu :
a. Artikel maupuun jurnal dari suatu media tertentu yang sesuai dengan obyek
yang diteliti.
b. Buku referensi yang berisi teori yang relevan terhadap obyek yang diteliti.
c. Dokumen perusahaan.
H. Instrument Penelitian
1. Quest Temp
Quest Temp adalah suatu thermometer yang dilengkapi sensor listrik
(baterai) yang lengkap untuk mengukur kelembaban nisbi, panas, radiasi dan
mengetahui lama pendinginan karena dalam suhu alat ukur ini terdapat alat ukur
psychrometer, globe thermometer dan kata thermometer sekaligus hanya dengan
menekan tombol sesuai dengan apa yang akan diukur.
Cara penggunaan alat :
1. Menyiapkan alat dan rangkai pada statif.
2. Memberi air pada wet sensor bar, lalu tekan ON dan biarkan ±10 menit untuk
kalibrasi.
3. Menekan tombol, pilih dalam ˚C atau ˚F.
4. Menekan tombol WBGT In/Out (sesuai dengan tempat yang akan diukur).
5. Menekan tombol yang akan diukur. Lalu perhatikan angka di display,
kemudian catat hasilnya.
6. Jika sudah selesai matikan alat dengan menekan off.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
24
2. Lakasidaya
Alat ini digunakan untuk mengetahui waktu reaksi seseorang setelah
menerima suatu rangsangan dari suara (mendengar) atau dari melihat (cahaya)
yang ditampilkan secara digital.
Cara penggunaan alat :
1. Hidupkan alat dengan menekan tombol ON/OFF.
2. Reset angka penampil sehingga menunjukan angka 00.00 dengan menekan
tombol suara atau cahaya.
3. Seseorang yang akan diperiksa diminta siap menekan tombol tekan probandus
dan kemudian diminta menekan setelah mendengar suara atau melihat cahaya
dari sumber.
4. Pemeriksa menekan tombol pemeriksa.
Pengukuran dilakukan 20 kali. Hasil yang dihitung atau dirata-rata
adalah pengukuran ke 6 sampai ke 15, sedangkan pengukuran ke 1 sampai ke 5
dan pengukuran ke 16 sampai ke 20 diabaikan karena pengukuran ke 1 sampai ke
5 dianggap taraf penyesuaian alat dan ke 16 sampai ke 20 dianggap tingkat
kejenuhan mulai muncul.
I. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Suatu kegiatan yang dilakukan dengan pengamatan langsung terhadap
obyek yang diteliti guna mendapatkan data penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
25
2. Wawancara (interview)
Suatu aktivitas atau interaksi Tanya jawab terhadap pihak-pihak
tertentu dalam suatu departemen yang terkait dengan obyek permasalahan yang
diteliti.
3. Dokumentasi
Suatu kegiatan mengumpulkan dan mempelajari dokumen-dokumen
dari perusahaan yang terkait dengan obyek permasalahan yang diteliti.
J. Analisis Data
Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan dengan Paired Samples
T. Test, sedangkan perhitungannya menggunakan program computer SPSS versi
12.0, dengan interpretasi hasil sebagai berikut :
1. Jika P ≤ 0,01 maka hasil uji dinyatakan sangat signifikan.
2. Jika P > 0,01 tetapi ≤ 0,05 maka hasil uji dinyatakan signifikan.
3. Jika P > 0,05 maka hasil uji dinyatakan tidak signifikan (Hastono, 2001).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
26
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di PT. Indo Acidatama Tbk, bersamaan
dengan pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan pada tanggal 2-27 februari 2009.
Sebelum pengukuran diadakan pengamatan langsung terhadap lingkungan kerja,
jalannya proses produksi dan keadaan dari tempat tersebut.
1. Generator
Generator adalah mesin yang dapat mengubah tenaga mekanis menjadi
tenaga listrik melalui proses induksi elektromagnetik. Generator ini memperoleh
energi mekanis dari prime over. Generator arus bolak-balik (AC) dikenal dengan
sebutan alternator. Generator diharapkan dapat mensuplai tenaga listrik pada saat
terjadi gangguan, dimana suplai tersebut digunakan untuk beban prioritas.
Sedangkan genset (generator set) merupakan bagian dari generator. Genset
merupakan suatu alat yang dapat mengubah energi mekanik menjadi energi listrik.
Genset atau sistem generator penyalurannya adalah suatu generator listrik yang
terdiri dari panel, berenergi solar dan terdapat kincir angin yang ditempatkan pada
suatu tenpat. Genset dapat digunakan sebagai sistem cadangan listrik atau “off-
grid” (sumber daya yang tergantung atas kebutuhan pemakai). Generator
terpasang satu poros dengan motor diesel, yang biasanya menggunakan generator
sinkron (alternator) pada pembangkitan. Generator sinkron terdiri dari dua bagian
utama, yaitu sistem medan magnet dan jangkar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
27
2. Mesin Diesel
Mesin diesel termasuk mesin dengan pembakaran dalam atau disebut
dengan motor bakar ditinjau dari cara memperoleh energi termalnya. Untuk
membangkitkan listrik sebuah mesin diesel menggunakan generator dengan
sistem penggerak tenaga diesel atau biasa dikenal dengan sebutan Genset
(Generator Set). Dua komponen utama dalam genset, yaitu :
1. Prime mover atau penggerak mula (dalam hal ini mesin/engine).
2. Generator.
Pada mesin diesel sirkulasi terjadi melalui 4 langkah yang terjadi
secara berturut-turut, adapun 4 langkah sirkulasi tersebut adalah :
a. Langkah Hisap (intake stroke)
Torak bergerak dari TMA ke TMB yang akan menghisap muatan segar
melalui katup hisap yang terbuka ke dalam silinder.
b. Langkah Kompresi (compression stroke)
Kedua katup hisap dan buang tertutup dan torak dari TMB bergerak ke
TMA mengkompresi muatan.
c. Langkah Ekspansi/tenaga (expansion/power stroke)
Sesaat sebelum torak mencapai TMA, muatan dinyalakan sehingga
terbakar menjadi gas yang meningkatkan temperatur dan tekanan di dalam
silinder. Gas bertekanan tinggi hasil pembakaran menekan torak ke TMB yang
akan menggerakkan batang penggerak dan engkol sehingga menghasilkan
kerja/tenaga putaran poros engkol dan roda dayanya.
d. Langkah Buang (exhaust stroke)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
28
Karena sifat lembamnya maka roda daya dan poros engkol akan
menggerakkan torak ke TMA yang mendorong gas hasil pembakaran keluar
silinder melalui katup buang.
Besarnya tenaga motor bakar yang dihasilkan tergantung pada
banyaknya bahan bakar yang efektif terbakar di dalam silinder mesin.
Sedangkan pembakaran yang efektif tergantung pada banyaknya udara
pengisian yang diberikan ke dalam silinder mesin.
Motor bakar umumnya melakukan pengisian udara untuk pembakaran
dengan mengambil langsung dari lingkungan dan disebut sebagai pengisian
naturally aspirated. Motor bakar yang menggunakan super charger
melakukan pengisian udara dengan mengkompresi udara dari lingkungan
sehingga meningkatkan masa jenisnya dan disebut sebagai pengisian super
charger.
Super charger merupakan pompa atau blower, biasanya digerakkan
dengan tenaga dari motor bakar itu sendiri, untuk menghasilkan udara
terkompresi. Pada turbo charger, super charger, merupakan kompresor yang
digerakkan oleh turbin gas buang motor bakar.
Alat bantu operasi diesel MAK adalah sebagai berikut :
1. Storage Tank
adalah alat untuk menampung bahan bakar induk ( residu).
2. Setling Tank
adalah alat penampung bahan bakar sementara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
29
3. Separator
adalah alat yang digunakan untuk membersihkan atau memisahkan residu dari
kandungan air, tanah, pasir serta partikel-partikel lain yang ikut terbawa oleh
residu, karena bahan bakar residu merupakan limbah dari kilang minyak
pertamina. Dari separator akan dihasilkan residu bersih.
4. Self Cleaning Fuel Filter
adalah alat penyaring bahan bakar.
5. Day Tank
adalah alat penampung bahan bakar harian (residu) dari storage tank.
6. Fuel Pressure Pump
adalah alat untuk mempompakan bahan bakar.
7. Fuel Pressure Regulating Valve
adalah alat untuk mengukur besarnya tekanan bahan bakar yang akan
digunakan.
8. Mixing Tank
adalah penampung bahan bakar yang sudah baik.
9. Circulating Pump
adalah alat untuk mensirkulasikan bahan bakar.
10. Final Preheater
adalah alat pemanas bahan bakar (residu) dengan temperature 80˚C.
11. Fine Filter
adalah alat penyaring antara bahan bakar (fuel) dan water.
12. Viscosity Measurement and Control Equipment
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
30
adalah alat yang digunakan untuk mengatur besar kecilnya bahan bakar yang
masuk ke diesel.
3. Sistem Kalibrasi dan Perawatan
Pengkalibrasian dibedakan menjadi 2, yaitu kalibrasi elektrik dan
kalibrasi mekanik. Selain itu ada juga kalinrasi BBM. Kalibrasi dilakukan oleh
orang dari luar bukan bagian maintenance yang melakukan pengkalibrasian.
Untuk pengkalibrasian elektrik dilakukan oleh bagian elektrik. Kalibrasi BBM
dilakukan satu bulan sekali.
Perawatan dilakukan oleh maintenance. Perawatan yang dilakukan
terdiri dari perawatan harian dan perawatan bulanan/tahunan. Perawatan harian
dilakukan meliputi, pengeringan filter, setting valve, cleaning filter,
membersihkan separator, dan cleaning BBM. Sedangkan perawatan
bulanan/tahunan meliputi over holl. Over holl dilakukan berdasarkan jam operasi
generator dibagi menjadi 4 tahap, yaitu :
1. Pada posisi 6.000 jam dilakukan semi over holl.
2. Pada posisi 12.000 jam dilakukan semi over holl ke dua.
3. Pada posisi 18.000 jam dilakukan semi over holl yang ketiga.
4. Pada posisi 24.000 jam dilakukan top over holl atau over holl yang terakhir
yaitu semua engine diturunkan dan dicek secara keseluruhan mekanik-
mekaniknya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
31
4. Diskripsi Variabel (Sajian Data)
Jumlah sampel yang diambil pada penelitian ini adalah keseluruhan
populasi dari Unit Generator MAK yang berjumlah 10 orang. Berikut data yang
diperoleh peneliti tentang keadaan umum sampel penelitian.
Tabel 1. Data sampel penelitian
No Jenis Kelamin
Masa Kerja Umur Berat Badan Tinggi
1 Laki-laki 20 45 67 170 2 Laki-laki 20 43 55 165 3 Laki-laki 20 48 60 160 4 Laki-laki 17 42 77 175 5 Laki-laki 19 40 60 160 6 Laki-laki 15 38 65 160 7 Laki-laki 17 42 60 165 8 Laki-laki 21 49 60 163 9 Laki-laki 18 42 58 161 10 Laki-laki 19 41 60 163 Sumber : Hasil pengukuran pada tanggal 16 februari 2009.
5. Pengukuran Tekanan Panas
Pengukuran tekanan panas dilakukan pada jam 10-11.30 WIB pada
saat tenaga kerja melakukan pekerjaannya. Hasil pengukuran intensitas suhu dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 2. Pengukuran tekanan panas di dalam ruangan. No Parameter Hasil Lama Pemaparan Beban Kerja 1 Globe (˚C) 38,5 2 jam/hari Ringan 2 Dry bulb (˚C) 38,8 2 jam/hari Ringan 3 Wet bulb (˚C) 28,2 2 jam/hari Ringan 4 ISBB in (˚C) 30,9 2 jam/hari Ringan Sumber : Hasil pengukuran pada tanggal 18 februari 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
32
Tabel 3. Pengukuran tekanan panas di luar ruangan. No Parameter Hasil Lama Pemaparan Beban Kerja 1 Globe (˚C) 36,9 2 jam/hari Ringan 2 Dry bulb (˚C) 34,4 2 jam/hari Ringan 3 Wet bulb (˚C) 27,1 2 jam/hari Ringan 4 ISBB in (˚C) 29,9 2 jam/hari Ringan Sumber : Hasil pengukuran pada tanggal 18 februari 2009.
6. Pengukuran Kelelahan
Pengukuran tingkat kelelahan dilakukan pada pagi hari antara pukul
06.30-08.30 WIB sebelum tenaga kerja melakukan pekerjaan dan siang hari antara
pukul 14.30-15.30 WIB setelah tenaga kerja melakukan pekerjaannya.
Tabel 4. Hasil pengukuran tingkat kelelahan sebelum kerja dalam milidetik. No Sebelum Keterangan 1 254,76 Mengalami kelelahan ringan 2 265,63 Mengalami kelelahan ringan 3 276,75 Mengalami kelelahan ringan 4 226,43 Mengalami kelelahan ringan 5 298,17 Mengalami kelelahan ringan 6 238,09 Mengalami kelelahan ringan 7 529,92 Mengalami kelelahan ringan 8 221,88 Mengalami kelelahan sedang9 239,92 Mengalami kelelahan ringan 10 284,68 Mengalami kelelahan ringan Sumber : Hasil pengukuran pada tanggal 16 dan 17 februari 2009.
Tabel 5. Hasil pengukuran tingkat kelelahan sesudah kerja dalam milidetik. No Sesudah Keterangan 1 213,68 Mengalami kelelahan ringan 2 331,94 Mengalami kelelahan ringan 3 366,31 Mengalami kelelahan ringan 4 265,46 Mengalami kelelahan ringan 5 316,21 Mengalami kelelahan ringan 6 274,62 Mengalami kelelahan ringan 7 607,72 Mengalami kelelahan ringan 8 291,49 Mengalami kelelahan sedang 9 406,09 Mengalami kelelahan ringan 10 193,13 Mengalami kelelahan ringan Sumber : Hasil pengukuran pada tanggal 16 dan 17 februari 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
33
7. Pengukuran Kebisingan
Pengukuran kebisingan dilakukan saat tenaga kerja bekerja pada pukul
10.00-11.30 WIB dengan menggunakan alat Sound Level Meter sebagai alat ukur.
Pengukuran dilakukan pada pada 4 titik.
Tabel 6. Hasil pengukuran intensitas kebisingan.
No Lokasi Hasil Lama Pemaparan 1 Titik 1 101,4 dB 8 jam/hari 2 Titik 2 96 dB 8 jam/hari 3 Titik 3 75 dB 8 jam/hari 4 Titik 4 80 dB 8 jam/hari Sumber : Hasil pengukuran pada tanggal 11 februari 2009.
8. Pengukuran Penerangan
Pengukuran penerangan dilakukan pada jam 11.00 WIB. Dilakukan
pada waktu tenaga kerja bekerja dengan menggunakan alat ukur Lux Meter type
ANA 999. Pengukuran dilakukan pada 4 titik.
Tabel 7. Pengukuran intensitas penerangan. No Lokasi Hasil Jenis Penerangan Lama Pemaparan 1 Titik 1 98 Lux Alami dan buatan 8 jam/hari 2 Titik 2 70 Lux Alami dan buatan 8 jam/hari 3 Titik 3 82 Lux Alami dan buatan 8 jam/hari 4 Titik 4 80 Lux Alami dan buatan 8 jam/hari Sumber : Hasil pengukuran pada tanggal 9 februari 2009.
9. Pengukuran Getaran
Pengukuran getaran dilakukan pada jam 10.00 WIB. Dilakukan pada
waktu tenaga kerja bekerja dengan menggunakan alat ukur Vibration Meter Model
Riovibro VM-63. Pengukuran dilakukan pada 4 titik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
34
Tabel 8. Pengukuran Getaran.
No Lokasi Percepatan (m/ dt2) Kecepatan (cm/dt) Lama
Pemaparan I II III IV I II III IV
1 - Ruang Operator 0,2 0,1 0,1 0,1 0,01 0,01 0,02 0,02 8 jam/hari
2 - Ruang Mesin 14,4 14,0 13 14,2 0,90 0,92 0,90 0,91 8 jam/hari
3 - Ruang Maintenance 0,2 0,4 0,3 0,4 0,02 0,06 0,06 0,08 8 jam/hari
Sumber : Hasil pengukuran pada tanggal 12 februari 2009.
10. Hasil Uji Statistik
Hasil Uji statistik pengaruh antara tekanan panas dengan kelelahan
tenaga kerja berdasarkan output program komputer SPSS tersaji pada tabel di
bawah ini :
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed) Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the Difference
Lower Upper Pair 1 kelelaha
n sebelum - kelelahan sesudah
-43.04200
71.22338 22.52281
-93.99213
7.90813 -1.911 9 .088
B. Pembahasan
Berbagai faktor sangat berpengaruh dalam timbulnya suhu yang terlalu
panas didalam sebuah ruang/tempat kerja yang menggunakan mesin-mesin
sebagai alatnya. Salah satunya adalah faktor fisiologis. Suhu memerlukan upaya
tambahan pada anggota tubuh untuk memelihara keseimbangan panas. Reaksi
fisiologis tubuh (Heat Strain) oleh karena peningkatan temperatur udara, yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
35
dapat menyebabkan denyut jantung meningkat, temperatur kulit meningkat, suhu
inti tubuh pada awalnya turun kemudian meningkat. Reaksi fisiologis akibat
pemaparan suhu yang berlebihan dapat dimulai dari gangguan fisiologis yang
sangat sederhana sampai dengan terjadinya penyakit yang sangat serius, selain itu
juga dapat menyebabkan penurunan berat badan. ( Tarwaka, dkk, 2004 )
Dalam penelitian ini sampel penelitian yang diambil adalah tenaga
kerja yang bekerja mechanic dan operator, karena bagian tersebut tenaga kerjanya
memenuhi syarat untuk dijadikan sampel penelitian dan juga lingkungan kerjanya
mendukung untuk dijadikan lokasi penelitian. Nilai Indeks Suhu Basah dan Bola
(ISBB) di dalam ruangan adalah 30,9 ˚C, sedangkan diluar ruangan adalah 29,9
˚C. Ini berarti intensitas suhu didalam ruangan melebihi NAB dan diluar ruangan
masih normal. Sesuai dengan Kepmenaker No. Kep 51/MEN/1999 Untuk variasi
kerja 75% kerja dan 25% istirahat termasuk dalam kerja ringan maka untuk
Indeks Suhu Basah dan Bola di dalam ruangan melebihi nilai ambang batas,
karena standart untuk kerja ringan adalah 30,6 ˚C.
Hasil pengukuran kelelahan yang dilakukan pada saat sebelum
melakukan pekerjaan dari 10 sampel, 9 orang mengalami kelelahan ringan, ini
berarti bahwa pekerja masih dalam keadaan yang sehat, tidak ada faktor yang
sangat berpengaruh yang berasal dari luar tempat kerja. Sedangkan hasil
pengukuran kelelahan yang dilakukan pada saat sudah melakukan pekerjaan dari
10 sampel, 8 orang mengalami kelelahan ringan, 1 0rang mengalami kelelahan
berat dan 1 orang tidak mengalami kelelahan. Faktor yang berpengaruh seseorang
mengalami kelelahan berat adalah keadaan tempat kerja yang sangat panas,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
36
kondisi atau keadaan tubuh seseorang yang tidak sama, mungkin kurang sehat,
terlalu banyaknya pekerjaan sehingga menguras tenaga. Sedangkan faktor yang
berpengaruh seseorang tidak mengalami kelelahan adalah pada saat melakukan
pekerjaan tidak serius, tidak adanya pekerjaan berat, tidak ada faktor lain yang
mengganggu, misalnya masalah lain yang ada diluar tempat kerja.
Pengukuran intensitas kebisingan hasilnya dibandingkan dengan NAB
menurut SK Menaker No. 51/MEN/1999 adalah 85 Db (A). Dari dua titik
melebihi NAB dan dua titik dibawah NAB. Suara bising yang dihasilkan dari
mesin Generator sangat keras, hal itu sangat mempengaruhi. Hasil pengukuran
intensitas penerangan adalah 330 Lux, apabila dibandingkan dengan NAB untuk
pekerjaan teliti sesuai dengan PMP No. 7 tahun 1964 adalah sebesar 300 Lux.
Dari hasil tersebut telah memenuhhi standart yang ditentukan.
Untuk hasil pengukuran getaran mekanis untuk percepatan ruang operator adalah
0,5 m/dt2, ruang mesin 55,6 m/dt2 dan ruang maintenance adalah 1,3 m/dt2. Ini
berarti bila dibandingkan dengan SK Menaker No. 51/MEN/1999 nilai ambang
batas getaran untuk pemajanan lengan dan tangan adalah sebagai berikut :
Jumlah waktu pemajanan Per hari kerja
Nilai percepatan pada frekuensi dominan
Meter per detik kuadrat (m/det2)
Gram (1 gram : 9,81 m/det2)
4 jam dan kurang dari 8 jam 4 0, 40 2 jam dan kurang dari 4 jam 6 0, 61 1 jam dan kurang dari 2jam 8 0, 81 Kurang dari 1 jam 12 1, 22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
37
Untuk ruang operator dan ruang maintenance tidak melebihi NAB jadi tidak akan
begitu berpengaruh bila terpapar dalam waktu lama, sedangkan mesin hasilnya
melebihi NAB jadi akan berbahaya jika terpapar dalam waktu lama.
Hasil pengukuran kecepatan dalam ruang operator adalah 0,06 cm/dt, ruang mesin
adalah 3,63 cm/dt dan untuk ruang maintenance adalah 0,22 cm/dt. Apabila
dibandingkan dengan Canadian Government Specivication CDA/MS/NVHSH
107 “Vibration For Maintenance”. NABnya adalah 130 Db atau 3,2 cm/dt. Ini
berarti untuk getaran yang dihasilkan pada mesin telah melebihi NAB sehingga
perlu dilakukan pengecekan pada mesin tersebut.
Berdasarkan hasil uji statistik “Paired Samples T. Test” yang
dilakukan didapatkan hasil yang tidak signifikan dengan probabilitasnya sebesar
0,088 atau (P > 0,05). Ini berarti bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan
antara panas yang ada diluar ruangan dengan panas yang ada di dalam ruangan
sehingga tidak berpengaruh terjadinya kelelahan, selain itu upaya pengendalian
sudah tepat dilakukan seprti pemakaian Alat Pelindung Diri sudah dipatuhi,
seperti pemakaian wearpack pada saat melakukan pekerjaan dapat melindungi
tubuh dari panas yang dihasilkan oleh Generator yang dapat menyebabkan
kelelahan dan penyakit lain yang disebabkan apabila terpapar panas secara
berlebihan.
Kondisi tenaga kerja yang mengalami kelelahan dapat disebabkan oleh
beberapa faktor yang berpengaruh seperti keadaan/kondisi tubuh tenaga kerja
yang kurang sehat, jarak antara tempat kerja dan rumah yang cukup jauh sehingga
dapat menguras energi, selain itu juga melakukan kegiatan atau pekerjaan lain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
38
sebelum mulai pekerjaan rutinya, dan kurangnya istirahat pada operator yang
melakukan jaga malam, dan banyaknya pekerjaan yang dilakukan.
Ketidaksignifikan pengaruh tekanan panas terhadap kelelahan tenaga
kerja dikarenakan upaya pencegahan dan pengendalian yang sudah tepat yaitu
dalam melakukan pekerjaan dilakukan ditempat yang agak jauh dari Generator
yang menghasilkan panas, penyediaan tempat istirahat yang dilengkapi dengan
AC sehingga tidak terasa panas, tenaga kerja yang bekerja disekitar Generator
tersebut tidak terpapar terlalu lama hanya 40 menit perhari, tidak adanya kelainan
yang timbul pada tenaga kerja akibat terpapar panas, waktu kerja yang sudah
terlalu lama dan terpenuhinya kebutuhan minuman disekitar tempat kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
39
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari pengamatan, penilaian, dan analisis yang telah dilakukan, dapat
diambil suatu kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil dari pengukuran suhu didapatkan hasil Indeks Suhu Basah dan Bola
(ISBB) didalam ruangan sebesar 30,9˚C dan diluar ruangan sebesar 29,9˚C.
2. Hasil pengukuran kelelahan sebelum melakukan pekerjaan sebesar 283,62
milidetik sedangkan setelah melakukan pekerjaan adalah sebesar 326,66
milidetik.
3. Uji statistik “Paired Samples T. Test” dengan didapatkan hasil yang tidak
signifikan dengan probabilitasnya sebesar 0,088 atau (P > 0,05). Ini berarti
tidak ada pengaruh tekanan panas terhadap kelelahan.
B. Implikasi
Implikasi dari kesimpulan penelitian ini adalah bahwa beban panas
yang diterima oleh tenaga kerja yang bekerja pada Generator MAK berasal dari
mesin, iklim kerja setempat dan dari radiasi matahari. Teknik pengendalian tetap
dilakukan untuk mengurangi besarnya tekanan panas diruangan tersebut dengan
cara melakukan pengecekkan pada mesin Generator karena sebagian besar panas
yang dihasilkan berasal dari mesin Generator karena penggunaan bahan bakar
residu. Sehingga besarnya tekanan panas melebihi NAB. Dapat mempercepat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
40
kelelahan dan efisiensi bekerja menurun sehingga produktivitas kerja dapat
menurun.
Pengendalian pengaruh pemaparan tekanan panas terhadap tenaga
kerja perlu dilakukan koreksi tempat kerja, sumber-sumber panas lingkungan dan
aktivitas kerja yang dilakukan. Koreksi tersebut dimaksudkan untuk menilai
secara cermat faktor-faktor suhu dan mengukur ISBB pada tempat tersebut
sehingga dapat dilakukan langkah pengendalian secara benar. Disamping itu
koreksi tersebut juga dimaksudkan untuk menilai efektivitas dari sistem.
C. Saran
1. Penyediaan air minum didekat tenaga kerja melakukan aktivitasnya untuk
mengimbangi pengeluaran keringat selama bekerja, sebaiknya air hangat (teh
hangat).
2. Perlu adanya penambahan ventilasi pada ruangan, agar udara panas di dalam
ruangan dapat keluar.
3. Dari hasil pengukuran intensitas suhu didapatkan hasil yang melebihi NAB di
dalam ruangan, sehingga perlu diperhatikan waktu kerja dengan tidak lama-
lama terpapar atau berada di dalam ruangan tersebut terlalu lama.
4. Pemakaian Alat Pelindung Diri hendaknya di pakai sesuai dengan peraturan.